RADIOGRAFI INTRAORAL
a. Periapikal
- Biseksi menggunakan konsep garis bagi : sudut yang dibentuk antara sumbu panjang
gigi dan sumbu panjang film dibagi 2 sama besar.
Memungkinkan adanya distorsi vertikal
Digunakan utk melihat gigi impaksi apakah lebih ke mesial/distal, atau apikal.
- Paralel menggunakan film holder, jarang ada distorsi.
*distorsi : perubahan bentuk dan ukuran
Catatan :
Apabila kebutuhan untuk melihat kelainan apical gigi yang lebih dalam, sebaiknya gunakan
biseksi karena film bisa ditekan dg menggunakan jari agar mendapatkan detail di bagian apical
gigi.
b. Bitewing/proksimal radiografi gambaran radiografis mahkota hingga leher gigi
Menampakkan gigi RA dan RB dalam 1 film dalam keadaan hampir oklusi, dg mahkota terlihat
seluruhnya dan bagian akar hanya sebagian.
Cth : karies proksimal, penurunan alveolar crest
Catatan :
Kalo ada poket
Poket > 3 mm pararel
Poket < 3 mm bitewing atau max kerusakan sampai batas setengah akar
c. Oklusal film diletakkan pada oklusal gigi
Gambaran
Utk melihat daerah anterior dan gigi
Topografi RA atau RB
anterior
0
Crossection (90 )/ true occlusal Utk melihat
RA : utk melihat posisi kaninus (jarang)
posisi gigi lebih ke bukal atau lingual.
RB : posisi melintang RB dan dasar mulut
Biasanya kalau gigi berlebih pake ini.
Oblique
Kalo impaksi biasa pake ini. Salah satu sisi posterior
Utk periksa duktus saliva jg oke
RADIOGRAFI EXTRAORAL
1
Radiologi |2
a. Sefalometri
Catatan :
fr. Fasial melibatkan mandibula PA (karna kalo water cm keliatan fasialnya aja, kalo perlu liat
detail mandibula ya pake PA)
u/ melihat struktur fasial termasuk maksila & mandibula beserta struktur pendukung
e. Submento-vertex (SMV)
- Proyeksi ini menunjukkan dasar tengkorak, sinus sphenoid dan tulang wajah dari bawah.
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |3
a. Kista atau Tumor : gambaran radiolusen (spt awan) yang dikelilingi garis radiopak batas jelas,
Odontogenik Dari gambaran panoramic terlihat mendesak rahang dan gigi, serta tidak
keratocyst ada resorbsi akar gigi disekitar lesi.
b. Granuloma : Tahap awal pelebaran PDLS
periapikal Lanjutan Radiolusen bulat atau oval berbatas tegas dan jelas. lamina
dura terputus antara ujung akar dan lesi. Diameter < 1 cm, kalau > 1,5
cm dianggap kista.
c. Abses : Radiolusen berbatas difuse
- Abses periapikal : ada karies & terdapat gambaran abses pada daerah
apical
- Abses periodontal : ada atau tidak ada karies namun ada gambaran
radiolusen pada bagian bifurkasi yg luas serta berbatas tidak jelas
- Abses periodontal juga bisa disertai kelainan lamina dura disertai
kelainan alveolar crest
Tapi kalau hanya melibatkan kelainan alveolar crest tanpa ada
gambaran kelainan lamina dura poket periodontal
Sekilas radiodiagnosis Periodontitis:
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |4
d. Ameloblastoma : KLINIS : KREPITASI, Ro: berlobus lobus, spt busa sabun, atau sarang lebah.
Sering di mandibula, terjadi resorbsi akar disekitar gigi, tidak sakit.
e. Bone dysplasia : klinis spt : kulit jeruk (orange peel appearance) campuran radiolusen
dan radiopak tak teratur
f. Sementoma / : Pada apical gigi vital, biasanya di RB anterior, PDLS masih jelas.
periapikal osseous
Std 1 : radiolusen
dysplasia
Std 2 : bentuk radiolusen bulat batas jelas radiopak “spoke wheel”
g. Osteomyelitis : spt kapas, moth eaten appearance *gejala lain liat di BM, karna dr RO ciri
kronis kdg mirip ameloblastoma.
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |5
h. Sementoblastoma : gambaran massa radiopak yg melekat pada apeks gigi, ada batas
radiolusen tipis, lamina dura dan PDLS jd kabur, dan biasanya ada di
posterior, gigi vital.
l. Osteosclerosis/ : asimtomatik, vital bebas karies, radiopak di apical meluas ke lateral, PDLS
dense bone island dan lamina durra sudah tidka terlihat (Radiopak semua)
m. Condensing : gigi non vital, gambaran radiopak didalam radiolusen (radiopak ok tulang
osteotis/chronic memadat) pada apical gigi penyebab, pelebaran PDLS dan lamina dura
focal sclerosing tidak jelas. Asimtomatik. Etiologi trauma, infeksi tulang, gigi non vital..
osteomyelitins Tx : PSA.
Ro : akar gigi menyatu dengan tulang, lamina dura dan PDLS tdk tampak.
r. hipersementosis : gambar radiopak ½ apikal akar, akar gigi tampak lebih membulat, PDLS
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |6
KLASIFIKASI IMPAKSI
A. M3 RAHANG BAWAH
1. Menurut Pell & Gregory
Kelas I : jarak ramus ke sisi distal M2 bawah = atau > ukuran mesiodistal M3 bawah
Kelas II : jarak ramus ke sisi distal M2 bawah < ukuran mesiodistal M3 bawah
: Bagian tertinggi gigi M3 berada di bawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi
Posisi B
daripada garis servikal M2
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |7
a. Vertical
b. Horizontal
c. Inverted
d. Mesioangular (miring ke mesial)
e. Distoangular (miring ke distal)
f. Bukoangular (miring ke buko)
g. Linguoangular (miring ke lingual)
h. Posisi tidak biasa lainnya yang
disebut unusual position
Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan Gregory. Bedanya,klasifikasi ini berlaku
untuk gigi atas untuk M3 atas ga pakai kelas
Posisi A : Bagian terendah gigi M3 ketiga setinggi bidang oklusal M2.
Posisi B : Bagian terendah gigi M3 berada di atas garis oklusal m2 tapi masih di atas garis
servikal M2
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |8
sinus maksilaris.
Non Sinus Approximation (NSA)
Bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus
maksilaris.
C. UNTUK GIGI KANINUS
1. Kelas I : kaninus terletak pada palatum, baik posisi horizontal, vertical, semivertikal
2. Kelas II : kaninus terletak di bagian bukal/labial
3. Kelas III : kaninus terletak di daerah palatum & bukal/labial
4. Kelas IV : kaninus terletak di prosesus alveolaris biasanya posisi vertical diantara I & P1
5. Kelas V : kaninus terletak pada daerah tidak bergigi.
KEGAGALAN GAMBARAN RO
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
Radiologi |9
KESALAHAN PANORAMIK
I RA buram, palatum keras superimpose dengan akar oklusal plane flat,
Dagu naik
mandibula flat, kondil di tepi film
Akar I RB buram, mandibula berbentuk V, seperti tersenyum, kondil di
Dagu terlalu kebawah
bagian atas film, spine membentuk lengkung
Badan membungkuk Gambaran opaque tapered di tengah gambar
Gigi ante buram, terlalu kecil dan sempit, tulang belakang terlihat disisi
Terlalu kedepan
film
Gigi ante buram dan lebar, ghost image mandibula dan spine, kondil
Terlalu kebelakang
mendekati sisi film
Tidak meletakkan lidah di
Bayangan hitam besar ditas gigi RA antara palatum dan dorsum lidah
palatum
Pasien bergerak Bagian bagian film buram, defek step yang besar di tepi inferior RB
Kepala miring satu sisi Tinggi kondil ga sama kanan dan kiri, struktur nasal rusak
Gigi lebar satu sisi, ramus lebar satu sisi, beberap bagain buram tidak rata,
Kepala noleh ke satu sisi
struktur nasal rusak.
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
R a d i o l o g i | 10
KELAINAN GIGI
Oligodontia : > 6 gigi tidak ada benih (tidak termasuk M3), kongenital
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
R a d i o l o g i | 11
Ivaginatus
Dens Evaginatus - Di cingulum yg langsing, runcing pada permukaan oklusal
Concrescence : Gigi berfusi pada sementum 2 atau lebih gigi menyatu pada
sementum
Taurodonsia : Kamar pulpa memanjang (furkasi mendekati apical)
Pulpa lurus
PRINSIP ALARA ( AS LOW AS REASONABLY ACHIEVABLE) ASAS PROTEKSI RADIASI
1. Justikasi
Konsep “manfaat harus lebih besar dari radiasi yang diterima”. Misal : keputusan untuk
dilakukan foto atau tidak berdasarkan manfaat dan resiko yang dibutuhkan.
2. Optimization
Semua penyiranan harus berprinsip ALARA dengan pertimbangan ekonomi dan social.
Maksudnya adalah gunakan apron (prinsip ALARA) dan memilih menggunakan periapikal saja
(jika memang sudah cukup begitu) dibandingkan panoramic yang pasti lebih mahal.
3. Limitation
Harus memperhatikan ambang dosis minimal untuk menghindari efek deterministic dan
1. Developing
Larutan Developer à untuk menguraikan kristal silver halida yg terexpose menjadi silver metalik.Bila
terlalu lama dlm developer, maka silver halida yg tdk terexpose akan diuraikan juga.
Larutan developer tdd :
a. Bahan aktif (developer) meluruhkan Agbr
- Elon (monomethy-para-aminophenol sulfate)
- Hidroquinone (para-dihidroxybenzene)
b. Bahan pengawet
- Sodium sulfite à melindungi oksidasi o/ udara
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
R a d i o l o g i | 12
c. Aktivator
- Sodium carbonate, sodium hidroxide à u/ mempertahankan larutan tetap basa (Ph11)
d. Restrainer (Penahan)
- Potasium Bromide à menahan penguraian silver halida oleh efek ion
2. Rinsing
Untuk mengencerkan developer sehingga memperlambat proses development (pengembangan).
Selain itu juga menghilangkan aktivator basa, sehingga kerja larutan fixir (yg asam) akan maximal
3. Fixir
Untuk menghilangkan (melarutkan) kristal silver halida yg tidak terexpose,selain itu larutan fixir
juga menguatkan dan mengikat emulsi pd film
5. Drying
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
R a d i o l o g i | 13
EFEK RKG
Somatic effect
1. Efek akut
a. ARS (akut radiation syndrome)
- Cidera bone narrow
- Cidera gastrointestinal
- Cidera saraf Deterministic
b. Eritema kulit effect
c. Rambut rontok (epilation)
d. Sterility (mandul)
2. Efek lambat
Stokastic
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I
effect
R a d i o l o g i | 14
a. Katarak
b. Cancer
c. Leukemia
3. Genetic effect penyakit genetik
“Apabila kau tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau harus tahan dengan pahitnya kebodohan” – IMAM SAFI’I