Sebagai bentuk perhatian dunia global terhadap dampak penting merkuri pada
tahun 2001 United Nations Environmental Programme (UNEP) melakukan kajian
global tentang merkuri dan senyawa merkuri terkait dengan aspek dampak kesehatan,
sumber, transportasi, dan peredaran serta perdagangan merkuri, selain itu juga terkait
aspek teknologi pencegahan dan pengendalian merkuri. Berdasarkan hasil kajian
tersebut, UNEP menyimpulkan, perlu adanya tindakan internasional guna
menurunkan risiko dampak merkuri terhadap kesehatan manusia dan keselamatan
lingkungan dari lepasan merkuri dan senyawa merkuri. Dalam rangka mengendalikan
merkuri secara internasional, UNEP menyelenggarakan Governing Council (GC)
pada tahun 2009 yang menghasilkan Resolusi 25/5 tentang pembentukan
Intergovernmental Negotiating Committee (INC) yang bertujuan membentuk
instrumen hukum internasional tentang pengaturan merkuri secara global.
Indonesia memiliki kepedulian untuk memberikan perlindungan bagi
masyarakat dari dampak negatif peredaran dan penggunaan merkuri dengan
menetapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung terciptanya kondisi lingkungan
yang bebas dari pencemaran merkuri dengan tetap mempertimbangkan kedaulatan
hukum nasional dan kepentingan nasionalnya. Dalam proses penyusunan Konvensi
Minamata mengenai Merkuri, Indonesia berperan aktif mulai dari INC-1 pada tahun
2010 di Stockholm sampai dengan INC-5 pada tahun 2013 di Jenewa yang
menyetujui substansi konvensi dan menyepakati nama konvensi adalah “Minamata
Convention on Mercury” (Konvensi Minamata mengenai Merkuri). Konvensi
Minamata mengenai Merkuri ditandatangani oleh 92 (sembilan puluh dua) Negara di
Kumamoto, Jepang pada tanggal 10 Oktober 2013. Indonesia turut menandatangani
Konvensi Minamata mengenai Merkuri yang diwakili oleh Menteri Lingkungan
Hidup, Balthasar Kambuaya. Tujuan dari Konvensi Minamata mengenai Merkuri
adalah untuk melindungi kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan dari emisi,
lepasan merkuri dan senyawa merkuri yang disengaja sebagai akibat kegiatan
manusia.
Konvensi Minamata mengenai Merkuri mengatur mengenai :
1. Sumber pasokan dan perdagangan merkuri
2. Penggunaannya sebagai bahan tambahan di dalam produk dan proses
produksi
3. Pengelolaan merkuri di Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK)
4. Pengendalian emisi dan lepasan merkuri ke udara, air, dan tanah
5. Penyimpanan sementara yang ramah lingkungan hidup
6. Pengelolaan limbah merkuri dan lahan terkontaminasi merkuri
7. Kerjasama internasional dalam pengelolaan bantuan teknis, pendanaan dan
pertukaran informasi.
Referensi :
Yudhiarti, Dewinda, and Putu Ayu Laksmi Danyanthi. “Pencegahan Dampak Buruk
Penggunaan Merkuri Berdasarkan Konvensi Minamata Tentang Merkuri (Minamata
Convention On Mercury).” Kertha Negara : Journal Ilmu Hukum (2013).