Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Rafi Atthariq

1906303462/ Hukmas B
UAS Hukum Masyarakat
5. Ilmu ekonomi merupakan studi mengenai pilihan rasional makhluk ekonomi (homo
economicus) di tengah kondisi kebutuhan atau keinginan yang tidak terbatas dan alat pemenuhan
(sumber daya) yang terbatas. Sebagai contoh, di masa pandemi Covid-19, rumah tangga dituntut
memilih fokus kepada kebutuhan domestik (di dalam rumahnya). Pemerintah memilih fokus
pada pos anggaran penanganan pandemi. Dapatkah anda memberikan contoh riil perihal pilihan
rasional yang anda hadapi dan bagaimana anda memutuskannya di masa pandemi ini? (nilai
maksimal 15)
Pilihan rasional pada dasarnya adalah agregasi dari perilaku sosial dari aktor indidividu,
yang masing masing membuat suatu keputusan. Keputusan ini didasarkan pada suatu determinan
berupa preferensi diantara pilihan yang ada. Agen rasional (manusia) diasumsikan
memperhatikan semua informasi, kemungkinan peristiwa dan untung-rugi dalam menentukan
prefrensi mereka sehingga selalu konsisten dalam mengambil pilihan tindakan terbaik. Secara
sederhana teori ini menyatakan bahwa setiap orang, bahkan disaat melakukan hal sederhana,
melakukan perhitungan untung rugi dalam menentukan apakah tindakan yang dilakukan
menghasilkan hasil terbaik.1Mengenai pilihan ini dalam ilmu ekonomi hal ini dikaitkan dengan
permasalahan ekonomi berupa kelangkaan, dimana kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas
sementara alat pemenuhan kebutuhan terbatas jumlahnya sehingga memunculkan masalah
ekonomi yang dikatikan dengan suatu pilihan dari suatu pelaku ekonomi2. Dengan
memperhatikan permasalahan ekonomi tersebut maka konsep ekonomi adalah, dengan
pengorbanan sekecil-kecilnya dapat memenuhi kebutuhan sebanyak mungkin. Untuk membuat
suatu pilihan rasional berdasarkan konsep dasar ekonomi tersebut terdapat juga konsep ekonomi
lain yang bermanfaat dalam menentukan pilihan agar pilihan tersebut tepat dan memberikan
manfaat terbesar kepada pemilih misalkan dengan konsep sebagai berikut:

1. Konsep biaya oportunitas; potensi kerugian yang didapat dari pilihan alternatif ketika
suatu alternatif pilihan diambil3, cth; seseorang bekerja dapat menghasilkan uang 50.000,
tetapi ia memilih beristirahat pada hari itu sehingga ia mendapat biaya oportunitas dari
hilangnya kesempatan menghasilkan uang sebanyak 50.000. Biaya oportunitas dihitung
hanya dari peluang biaya dari pilihan yang tidak diambil.

1
Gary Browning, Abigail Halcli, Frank Webster, 2000, Understanding Contemporary Society: Theories of the
Present, London, SAGE Publications
2
Tim MPKP,Teori Ekonomi Makro,Jakarta:MPKP UI,hlm.1
3
Stevenson, Angus; Lindberg, Christine A. (2011). "opportunity cost". New Oxford American Dictionary. Oxford
University Press.
Muhammad Rafi Atthariq
1906303462/ Hukmas B
2. Konsep prioritas kebutuhan, dalam menentukan pemenuhan kebutuhan terbagi kedalam
tiga tingkatan. Pertama kebutuhan primer yang berkaitan dengan sandang,pangan dan
papan, sifat kebutuhan primer adalah harus terpenuhi. Kedua kebutuhan sekunder yang
dipenuhi setelah kebutuhan primer dipenuhi agar kehidupan berjalan lebih baik. Ketiga
kebutuhan tersier, kebutuhan ini biasanya berkaitan dengan barang mewah. Konsep ini
juga merupakan penentu penting dalam diambilnya suatu pilihan konsumsi seorang
konsumen
3. Konsep utilitas, konsep ini bermanfaat dalam menentukan nilai dari sesuatu barang
dalam memenuhi suatu kebutuhan4. Konsep ini terbagi menjadi marginal utility, dimana
dalam pendekatan ini nilai guna barang dapat dihitung dengan angka yang bergantung
pada penilai. Pendekatan berikutnya adalah ordinal utility dimana nilai guna barang tidak
dapat dihitung melainkan hanya dapat dibandingkan antara satu barang dengan barang
lainya.

Apabila dikaitkan konsep-konsep ini dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata, wabah
covid memiliki peran signifikan dalam mengubah tingkah laku konsumen dalam membuat suatu
pilihan. Pada masa pandemi turunya penghasilan tentunya akan berdampak pada efisiensi
pengeluaran rumah tangga, sehingga mempengaruhi daya beli dan pengeluaran konsumen dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini dapat terlihat dalam pemenuhan prioritas dalam suatu
rumah tangga, misalkan sebuah rumah tangga sebelum terjadinya pandemic dapat melakukan
pengeluaran untuk kebutuhan tersier, dengan membeli barang mewah seperti perhiasan, tas
bermerek dan mobil mewah setelah terjadi pandemi mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan
tersier dengan realokasi pengeluaran untuk kebutuhan primer dan sekunder yang lebih mendesak,
misalkan masker dan antiseptic. Sementara mengenai konsep biaya peluang seorang pemilik
restoran misalkan sebelum pandemi dapat menghasilkan omzet bersih Rp.1.000.000 per bulan,
namun akibat larangan membuka layanan dine in omzet saat ini, berkuranglah omzet bersih
hanya menjadi Rp.200.000 per bulan, sehingga dengan menutup layanan dine in pemilik restoran
kehilangan Rp.800.000 dari pendapatan yang seharusnya ia dapat dalam bentuk biaya peluang
apabila ia tidak beropereasi secara normal, dengan ini pandemi memaksa pengusaha untuk
mengambil suatu pilihan yang kurang menguntungkan akibat paksaan suatu keadaan. Pandemi
juga berpengaruh kepada konsep ultilitas sebelum terjadinya pandemic harga masker dapat
4
Marshall, Alfred (1920). Principles of Economics. An introductory volume (8th ed.). London: Macmillan.
Muhammad Rafi Atthariq
1906303462/ Hukmas B
dijangkau semua orang, namun akibat meningkatnya ulitilitas masker disaat pandemi, maka
permintaan terhadap masker meningkat drastis sehingga meningkat pula harganya. Dari ilustrasi
mengenai kenyataan yang terjadi, terlihat bahwa faktor eksternal berupa pandemi dapat
mempengaruhi pilihan individu dari sebelumnya. Sehingga sesorang yang membuat suatu pilihan
rasional dengan adanya suatu keadaan tertentu melakukan kalkulasi bagaimana orang tersebut
dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dari pemenuhan kebutuhan.

6. Peran pemerintah di masa pandemi Covid-19 sangatlah signifikan, antara lain menyediakan
berbagai komoditas yang sebelumnya disediakan oleh pasar bebas (industri atau swasta) sebagai
barang konsumen (consumer goods) menjadi barang public (public goods). Peran tersebut antara
lain menyediakan berbagai keperluan terkait medis seperti Alat Pelindung Diri (APD) bagi
tenaga medis hingga tes kesehatan bagi masyarakat yang dapat diperoleh secara cuma-cuma.
Jelaskan pendapat anda soal fenomena tersebut. (nilai maksimal 20)
Permasalahan utama yang terjadi disaat suatu pandemi Menurut penulis terdiri dari dua
hal. Pertama kelangkaan suatu barang tertentu yang karena situasi menajadi dibutuhkan oleh
banyak orang, sehingga permintaan atas barang tersebut meningkat siginifikan tanpa diimbangi
dengan penawaran dari produsen yang menyebabkan harga terus naik akibat ketersediaan barang
yang terbatas. Permasalahan kedua adalah bagaimanakah suatu barang yang bersifat langka
tersebut dapat didistribusikan dengan tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, misalkan
untuk alat pelindung diri digunakan tenaga kesehatan. Menurut definisi dari Paul Samuelson
yang dimaksud dengan barang publik adalah Barang-barang yang semua orang dapat nikmati
yang secara umum dimana tiap konsumsi dari tiap individu tidak mengakibatkan pengurangan
dari konsumsi individu lain terhadap barang yang sama5. Dengan kata lain seseorang tanpa biaya
seseorang dapat mengkonsumsi suatu barang publik, berbeda dengan barang konsumen yang
berlaku sebaliknya. Mengenai APD dalam konteks kedua jenis barang, apabila penjualan APD
dibiarkan mengikuti suatu mekanisme permintaan-penawaran yang berlaku (tidak ada intervensi
pemerintah) maka dapat dipastikan produsen dan distributor dapat menaikan harga seperti yang
dimaksud sebelumnya akibat kelangkaan. Hal ini tentunya dapat bertabrakan dengan tujuan yang
hendak dicapai dari penggunaan APD yaitu mencegah penularan pandemi kepada yang paling
terancam, petugas tenaga kesehatan, dokter, dsb. Tidak menutup kemungkinan juga disaat krisis

5
Samuelson, Paul A. (1954). "The Pure Theory of Public Expenditure". Review of Economics and Statistics. 36 (4):
387–89.
Muhammad Rafi Atthariq
1906303462/ Hukmas B
terjadi upaya manipulasi pasar misalkan dengan menimbun barang kemudian menjualnya dengan
harga yang lebih tinggi6.

Pertanyaan berikutnya pada jenis barang manakah intervensi pemerintah terhadap suatu
barang dibutuhkan? Misalkan dengan menjadikan suatu jenis barang menjadi barang publik
Menurut penulis dalam kondisi pandemi barang dapat dibagi menjadi tiga jenis dalam suatu
keadaan pandemi yaitu: (1) Barang yang tidak mengalami kelangkaan dan tidak berdampak
terhadap penanganan pandemi. Menurut penulis pemerintah tidak perlu melakukan intervensi
dalam memastikan ketersediaan barang-barang ini, namun disaat pandemic produsen barang-
barang ini biasanya mengalami kerugian akibat beralihnya prioritas konsumen dalam melakukan
pengeluaran. Pemerintah dapat memberikan bantuan berupa insetif kepada produsen-produsen
tersebut agar dapat beroperasi setelah keadaan kembali normal. (2) Barang yang mengalami
kelangkaan tetapi tidak berdampak terhadap penanganan pandemi Menurut penulis pemerintah
dapat melakukan intervensi dengan mengawasi harga dan ketersediaan terhadap barang tersebut,
barang-barang ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan primer seperti pangan. Untuk barang-
barang tersebut pemerintah dapat memberikan barang tersebut secara gratis hanya kepada yang
membutuhkan (kalangan menengah-kebawah) (3) Barang yang mengalami kelangkaan dan
berpengaruh terhadap penangan pandemi Menurut penulis pemerintah harus menjadikan barang
ini sebagai barang publik, tujuan dari hal tersebut adalah agar penanganan pandemi dapat
berjalan dengan cepat untuk menormalkan situasi pandemi yang terjadi. Hal ini tentunya tidak
mungkin apabila diserahkan kepada mekanisme pasar yang bersifat “profit oriented.” Apabila
dibiarkan secara bebas tanpa adanya intervensi akan menimbulkan adanya kemungkinan
terjadinya peningkatan harga secara signifikan yang merugikan konsumen yang paling
membutuhkan dan memungkinkan perilaku misalkan panic buying oleh pihak yang tidak
berkepentingan atau tindakan penimbunan dalam rangka mencari keuntungan yang
menyebabkan inefisiensi penggunaan sumber daya terbatas.

Pemerintah dalam menjadikan barang yang dimaksud menjadi barang publik dapat
melakukan dua cara berbeda. Cara pertama adalah dengan melakukan pembelian sebagian besar
barang yang tersedia di pasar untuk kemudian pemerintah distribusikan kepada yang
6
Penggerebekan Penimbun Masker, Harga Naik 10 Kali Lipat dan Diekspor ke China
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/06/08241871/penggerebekan-penimbun-masker-harga-naik-10-
kali-lipat-dan-diekspor-ke. Diakses 17 Mei 2020
Muhammad Rafi Atthariq
1906303462/ Hukmas B
membutuhkan, contohnya untuk memudahkan APD tersedia bagi tenaga kesehatan pemerintah
menyediakan APD secara gratis kepada tenaga kesehatan tersebut. Cara kedua adalah pemerintah
menjadikan suatu pasar menjadi monopsoni (satu pembeli) dengan harga yang sudah ditentukan.
Pemerintah sebagai pembeli tunggal kemudian berperan juga sebagai distributor dari barang-
barang tersebut. Menurut penulis kebijakan kedua tepat untuk diterapkan apabila sudah
ditemukan vaksin atau obat-obatan dalam menangani pandemi. Hal ini dalam memastikan
ketepatan distribusi dari sumber daya terbatas tersebut agar tepat guna dalam mengakhiri
pandemi dan juga membantu kalangan kebawah agar dapat juga mendapatkan obat-obatan yang
mereka butuhkan secara gratis dalam menangani pandemi. Pemerintah dapat mendasarkan
tindakan ini dengan dasar UUD 1945 dalam Pasal 33 ayat 2 bahwa hal-hal yang berkaitan
dengan hajat hidup banyak orang dikuasai oleh negara. Hal ini juga diamanatkan dalam
pembukaan UUD 1945 bahwa pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Sehingga menurut penulis tindakan pemerintah dalam menjadikan
barang tertentu menjadi barang publik dapat dibenarkan.

Anda mungkin juga menyukai