Anda di halaman 1dari 11

Nama: Febriyanur

NIM: 20602010154

“Tugas Resume tentang Pembangunan Ekonomi Pedesaan Berlandaskan Agribisnis”

Ilmu ekonomi Pertanian merupakan cabang ilmu yang relatif baru. Bila ilmu ekonomi modern
dianggap lahir bersamaan dengan penerbitan karya Adam Smith yang berjudul The Wealth of
Nation  pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian baru dicetuskan untuk pertamakalinya
pada awal abad 20, tepatnya setelah terjadi depresi pertanian di Amerika pada tahun 1890. Di Amerika
Serikat sendiri mata kuliah Rural Economics  mula-mula diajarkan di Universitas Ohio pada tahun 1892,
menyusul kemudian Universitas  Cornell yang memberikan mata kuliah Economics of Agriculture  pada
tahun 1901 dan Farm Management  pada tahun 1903. Sejak tahun 1910 beberapa universitas di Amerika
Serikat telah memberikan kuliah-kuliah ekonomi pertanian secara sistematis. Di Eropa ekonomi
pertanian dikenal sebagai cabang dari ilmu pertanian. Penggubah ilmu ekonomi pertanian di Eropa
adalah Von Der Goltz yang menuliskan buku Handbuch der Landwirtshaftlichen Bertriebslehre  pada
tahun 1885 (Mubyarto, 1979). Di Indonesia mata kuliah ekonomi pertanian pada awalnya diberikan
pada fakultas-fakultas pertanian dengan tradisi pengajaran Eropa oleh para Guru Besar Ilmu Pertanian
antara lain Prof. Iso Reksohadiprojo dan Prof. Ir. Teko Sumodiwirjo. Pada perkembangan berikutnya ilmu
ekonomi pertanian semakin memperoleh tempat setelah pembentukan Perhimpunan Ekonomi
Pertanian Indonesia (Perhepi) pada bulan Februari 1969 di Ciawi, Bogor. Sejak itu pengakuan atas
profesi baru ini berlangsung makin cepat sejalan dengan dilaksanakannya Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita I) yang dicanangkan pada tanggal 1 April 1969.

Karakteristik Ilmu Ekonomi Pertanian

Dari ilustrasi historis di atas diperoleh dua gambaran utama ialah bahwa ilmu ekonomi
pertanian bersumber pada dua jenis cabang ilmu: Ilmu Pertanian atau usahatani dan Ilmu Ekonomi.
Dengan demikian saat makna konseptual ilmu ekonomi pertanian dipertanyakan, ada beberapa
alternatif jawaban. Salah satu jawaban yang paling sering dilontarkan adalah bahwa ekonomi pertanian
merupakan aplikasi prinsip-prinsip  ilmu ekonomi di bidang pertanian. Jawaban ini  benar meski dalam
pengertian yang sempit. Mengapa? Sebab definisi di atas tidak mampu merepresentasikan muatan
ekonomi, sosial serta isu-isu lingkungan hidup yang sebagaimana kita ketahui sangat lekat dengan
masalah-masalah ekonomi pertanian. Persepsi bahwa ekonomi pertanian semata-mata mencakup
praktek-praktek produksi pertanian dan peternakan tidak dapat dibenarkan sebab ruang lingkup
ekonomi pertanian juga menyentuh aktivitas perekonomian yang jauh lebih luas, khususnya yang
berkaitan dengan industri bahan pangan dan serat. Oleh karena itu sebelum mendefinisikan ekonomi
pertanian perlu dikaji terlebih dahulu ruang lingkup ilmu ekonomi dan peran sektor pertanian dalam
perekonomian secara umum. Selanjutnya karena ekonomi pertanian dapat dipandang sekaligus sebagai
cabang ilmu-ilmu pertanian dan ilmu ekonomi, maka ekonomi pertanian haruslah mencakup analisis
ekonomi dari proses teknis produksi serta hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian.
Definisi dan Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi Pertanian

Ekonomi: Makna Terminologis

Makna terminologis ilmu ekonomi yang utama berkaitan dengan masalah pilihan. Konsumen
misalnya harus menetapkan pilihan atas beberapa jenis barang yang ingin dikonsumsinya. Konsumen
senantiasa berupaya memaksimalkan kepuasan dengan keterbatasan sumberdaya finansial yang mereka
miliki. Kita semua, terlepas dari siapa dan apa peran kita harus mengambil keputusan mengalokasikan
waktu yang kita miliki untuk bekerja atau tidak. Kita juga harus mengambil keputusan apakah akan
membelanjakan uang kita atau menabung saja. Produsen di sisi lain juga harus mengambil keputusan
dalam aktivitas produksinya. Tujuan produsen adalah memaksimalkan profit dengan keterbatasan
modal usaha yang mereka punyai pada tingkat harga jual produk mereka di pasar. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa baik konsumen maupun produsen selalu menggunakan analisis biaya dan
manfaat dalam proses pengambilan keputusan atas tindakan yang bermotif ekonomi. Ada dua alasan
yang melatarbelakangi perilaku ini yaitu:

Kelangkaan Sumberdaya

Konsep kelangkaan merujuk pada terbatasnya kuantitas ketersediaan sumberdaya dibandingkan dengan
kebutuhan relatif masyarakat. Sumberdaya yang langka dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok
yaitu:

 Sumberdaya alam dan biologis : lahan, deposit mineral dan minyak bumi adalah beberapa
contoh sumberdaya alam. Kualitas sumberdaya ini berbeda antar wilayah. Di beberapa wilayah
misalnya, lahan yang tersedia sangat subur, namun di wilayah lain hampir tidak dapat ditanami
apapun meski lahan tersebut mengandung deposit mineral. Contoh lain dapat diamati pada
kasus meningkatnya keresahan masyarakat merespon ketersediaan air yang semakin langka. Isu-
isu sumberdaya  alam lain dihubungkan dengan keterbatasan sumberdaya biologi seperti ternak,
satwa liar, serta keragaman hayati.

 Sumberdaya manusia: merujuk pada jasa yang disediakan oleh tenaga kerja termasuk
ketrampilan wirausaha dan manajemen. Sumberdaya manusia hingga batas tertentu termasuk
sumberdaya yang langka meskipun angka pengangguran di negara yang bersangkutan tidak
sama dengan nol. Suplai jasa tenaga kerja merupakan fungsi tingkat upah dan penggunaan
waktu luang (leisure). Sektor agrobisinis tidak akan mampu mempekerjakan seluruh jasa tenaga
kerja yang tersedia pada tingkat upah yang dikehendaki. Bentuk formasi sumberdaya manusia
lainnya adalah kemampuan manajemen yang antara lain menyediakan jasa kewirausahaan,
misalnya membentuk perusahaan baru, renovasi dan atau ekspansi perusahaan yang telah ada,
proses pengambilan resiko, supervisi atas alokasi sumberdaya finansial perusahaan, dan
sebagainya.

 Sumberdaya olahan: kategori sumberdaya yang ketiga ini disebut juga sebagai sumberdaya
kapital (modal). Sumberdaya kapital meliputi mesin-mesin dan peralatan produksi, yang tidak
habis sekali pakai.
Kelangkaan merupakan konsep yang relatif. Negara yang memiliki pendapatan per kapita tinggi pun
harus menghadapi masalah kelangkaan sumberdaya sebagaimana halnya negara-negara miskin.
Perbedaannya terletak pada seberapa besar kelangkaan sumberdaya yang mereka hadapi dan
kemampuan untuk mengatasi problematika yang timbul akibat kelangkaan tersebut. Penanganan yang
tepat atas kelangkaan sumberdaya relatif ini kemudian melahirkan konsep spesialisasi. Melalui
pemilikan sumberdaya yang spesifik, dapat diproduksi output unggulan yang relevan, yang selanjutnya
dapat saling dipertukarkan dalam perekonomian pasar.

Proses pengambilan keputusan atas beberapa alternatif pilihan

Kelangkaan sumberdaya memaksa konsumen dan produsen untuk menetapkan pilihan.


Penetapan pilihan mengandung dimensi waktu. Pilihan konsumen yang ditetapkan hari ini akan
berdampak pada kehidupan mereka di masa mendatang. Demikian pula bagi pengusaha. Keputusan
yang mereka tetapkan saat ini akan sangat mempengaruhi profitabilitas perusahaan di masa yang akan
datang. Selain itu proses pengambilan keputusan juga erat kaitannya dengan biaya peluang
(opportunity cost). Biaya peluang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi misalnya adalah
sama dengan nilai pendapatan yang seharusnya diperoleh bila seseorang memilih bekerja dan tidak
melanjutkan pendidikannya. Biaya peluang seorang konsumen yang membeli stereo set seharga satu
juta rupiah sama dengan suku bunga yang ia terima dari bank seandainya ia mendepositokan uang
tersebut. Di luar waktu, kelangkaan sumberdaya dan biaya peluang, adakalanya proses  pengambilan
keputusan juga dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan non ekonomi misalnya aspek politik, hukum
dan moralitas serta etika.

DEFINSI ILMU EKONOMI

Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku konsumen, produsen dan masyarakat pada
umumnya dalam melakukan pilihan atas sejumlah alternatif pemanfaatan sumberdaya dalam proses
produksi, perdagangan, serta konsumsi barang dan jEkonomi Pertanian: Antara Perspektif Mikro dan
Makro Ekonomi serta Ekonomi Positif dan Normatif.

Setelah pengertian mengenai ilmu ekonomi diberikan, hal lain yang perlu diketahui adalah
pembagian ilmu ekonomi menjadi dua bidang utama yaitu ilmu ekonomi makro dan mikro. Mikro
ekonomi mempelajari perilaku ekonomi individual atau kelompok pelaku ekonomi yang spesifik.
Misalnya ekonomi mikro mengkaji bagaimana perilaku produsen telur, konsumen beras, bagaimana
harga telur di pasar ditetapkan. Mikroekonomi mengabaikan keterkaitan antar pasar dengan
mengasumsikan bahwa semua determinan di luar lingkup analisis tidak berubah (ceteris paribus). Makro
ekonomi di sisi lain memusatkan kajiannya pada perekonomian secara agregat, seperti pertumbuhan
produk domestik bruto, kesenjangan antara PDB potensial dan PDB aktual, trade off  antara
pengangguran dan inflasi, dan sebagainya. Meskipun ekonomi makro dan mikro mempelajari perilaku
pelaku ekonomi dari sudut yang berbeda, tak ada pertentangan di antara keduanya. Baik analisis makro
ekonomi maupun mikro ekonomi keduanya digunakan dalam ekonomi pertanian. Beberapa pokok
bahasan ekonomi pertanian yang dipelajari dari perspektif mikro ekonomi adalah teori perilaku
konsumen, teori produksi, perilaku pasar, teori biaya dan analisis distorsi harga. Sedangkan aspek makro
ekonomi yang dipelajari dalam ekonomi pertanian antara lain adalah pasar barang dan output
nasional,siklus bisnis, pasar uang dan kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan perimbangan APBN serta
teori-teori tentang perdagangan internasional. Karena bidang kajian ekonomi pertanian mencakup
spektrum masalah yang cukup luas, di mana aspek kebijakan, isu-isu lingkungan dan sosial juga dipelajari
maka ilmu ekonomi  kemudian dibedakan menjadi ilmu ekonomi positif dan normatif. Ilmu ekonomi
positif mempelajari realitas ekonomi apa adanya atau dengan kata lain menjawab pertanyaan “what
is?”, sementara ilmu ekonomi normatif mencoba menjawab “what should be?”  – apa yang seharusnya
dilakukan? Kedua proposisi ilmiah tersebut, baik positif maupun normatif sangat diperlukan terutama
dalam kaitannya dengan berbagai upaya formulasi kebijakan di sektor agribisnis.

Definisi dan Ruang Lingkup Pertanian

Pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Pemanfaatan


sumberdaya yang efisien pada tahap-tahap awal proses pembangunan menciptakan surplus ekonomi
melalui sediaan tenagakerja dan formasi kapital yang selanjutnya dapat digunakan untuk membangun
sektor industri. Pertanian atau usahatani hakekatnya merupakan proses produksi di mana input alamiah
berupa lahan dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, sinar matahari serta faktor klimatologis
(suhu, kelembaban udara, curah hujan, topografi dsb) berinteraksi melalui  proses tumbuh kembang
tanaman dan ternak untuk menghasilkan output primer yaitu bahan pangan dan serat alam.

Ada beberapa jenis pertanian berdasarkan perkembangannya yaitu:

1. Pertanian ekstraktif, yaitu pertanian yang dilakukan dengan hanya mengambil atau
mengumpulkan hasil alam tanpa upaya reproduksi. Pertanian semacam ini meliputi sektor
perikanan dan ekstraksi hasil hutan.

2. Jenis pertanian kedua adalah pertanian generatifyaitu corak pertanian yang memerlukan usaha
pembibitan atau pembenihan, pengolahan, pemeliharaan dan tindakan agronomis lainnya.
Berdasarkan tahapan perkembangannya pertanian generatif dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu:

1. Perladangan berpindah (shifting cultivation),  merupakan salah satu corak usahatani


primitif di mana hutan ditebang-bakar kemudian ditanami tanpa melalui proses
pengolahan tanah. Corak usahatani ini umumnya muncul wilayah-wilayah yang memiliki
kawasan hutan cukup luas di daerah tropik. Sistem perladangan berpindah dilakukan
sebelum orang mengenal cara mengolah tanah.

2. Pertanian menetap (settled agricultured)   yaitu corak usahatani yang pada awalnya
dilakukan di kawasan yang memiliki kesuburan tanah cukup tinggi sehingga dapat
ditanami terus menerus dengan memberakan secara periodik.

Selanjutnya berdasarkan ciri ekonomis yang lekat pada masing-masing corak pertanian dikenal dua
kategori pertanian yakni pertanian subsisten dan pertanian komersial. Pertanian subsisten ditandai oleh
ketiadaan akses terhadap pasar. Dengan kata lain produk pertanian yang dihasilkan hanya untuk
memenuhi konsumsi keluarga, tidak dijual. Pertanian komersial berada pada sisi dikotomis pertanian
subsisten. Umumnya  pertanian komersial menjadi karakter perusahaan pertanian (farm)  di mana
pengelola usahatani telah berorientasi pasar. Dengan demikian seluruh output pertanian yang dihasilkan
seluruhnya dijual dan tidak dikonsumsi sendiri. Selain karakteristik pertanian sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas, berdasarkan ciri pengelolaannya dikenal adanya konsep pertanian dalam arti luas
dan sempit.
Pertanian dalam arti luas mencakup:

1. Pertanian dalam arti sempit yaitu pertanian rakyat dan

2. Perkebunan

3. Kehutanan

4. Peternakan

5. Perikanan

Pertanian dalam makna sempit atau pertanian rakyat adalah usahatani yang dikelola oleh petani dan
keluarganya. Umumnya mereka mengelola lahan milik sendiri atau lahan sewa yang tidak terlalu luas
dan menanam berbagai macam tanaman pangan, palawija dan atau hortikultura. Usahatani tersebut
dapat diusahakan di tanah sawah, ladang dan pekarangan. Hasil yang mereka panen biasanya digunakan
untuk konsumsi keluarga, jika hasil panen mereka lebih banyak dari jumlah yang mereka konsumsi
mereka akan menjualnya ke pasar tradisional. Jadi pertanian dalam arti sempit dapat dicirikan oleh sifat
subsistensi atau semi komersial. Ciri lain pertanian rakyat adalah tidak adanya spesifikasi dan
spesialisasi. Mereka biasa menanam berbagai macam komoditi. Dalam satu tahun musim tanam petani
dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan pangan atau tanaman perdagangan. Keputusan
petani untuk menanam bahan pangan terutama didasarkan atas kebutuhan pangan keluarga, sedangkan
bila mereka memutuskan untuk menanam tanaman perdagangan faktor-faktor determinan yang
mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut antara lain adalah iklim, ada tidaknya modal, tujuan
penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan ekspektasi harga. Jenis komoditi perdagangan rakyat
meliputi tembakau, tebu rakyat, kopi, lada, karet, kelapa, teh, cengkeh, vanili, buah-buahan, bunga-
bungaan dan sayuran.

Di samping mengusahakan komoditi-komoditi di atas, pertanian rakyat juga mencakup usahatani


sampingan yaitu peternakan, perikanan dan pencarian hasil hutan. Bila pendapatan seorang petani
sebagian besar diperoleh dari sektor perikanan maka ia disebut nelayan. Namun demikian ciri
subsistensi atau semi komersial tetap lekat pada pertanian rakyat baik usahatani tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan maupun kehutanan. Adapun bila usahatani, perkebunanan,
peternakan, perikanan dan kehutanan telah dilakukan secara efisien dalam skala besar dengan
menerapkan konsep spesialisasi komoditi maka karakteristik pertanian bergeser ke arah komersialisasi
dan dikenal dengan istilah perusahaan pertanian atau farm. Perkebunan yang dikelola secara komersial
dikenal sebagai plantation. Dalam peternakan dikenal istilah ranch  untuk peternakan sapi yang dikelola
secara profesional, demikian seterusnya. Dari latar belakang historis dan karakteristik ilmu ekonomi
pertanian di atas, maka ilmu ekonomi pertanian dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari perilaku petani tidak saja dalam kehidupan profesionalnya namun juga
mencakup persoalan ekonomi lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani atau kelompok-kelompok tani.

DEFINISI ILMU EKONOMI PERTANIAN:

Ilmu Ekonomi Pertanian adalah bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena
serta persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro
Peran Ekonomi Pertanian

Aplikasi ilmu ekonomi di sektor pertanian dalam kompleksitas perekonomian pasar tentunya
melibatkan beragam aktivitas baik di level mikro maupun makro ekonomi. Pada level mikro pakar
ekonomi produksi pertanian umumnya memberikan kontribusi dengan meneliti permintaan input dan
respon suplai. Bidang kajian pakar pemasaran pertanian terfokus pada rantai pemasaran bahan pangan
dan serat dan penetapan harga pada masing-masing tahap. Pakar pembiayaan ekonomi pertanian
mempelajari isu-isu  yang erat kaitannya dengan pembiayaan bisnis dan suplai modal pada perusahaan
agrobisnis. Sedangkan pakar ekonomi sumberdaya pertanian berperan pada bidang kajian tentang
pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam. Pakar ekonomi lainnya mempelajari penyusunan
program pemerintah atas suatu komoditi dan dampak penetapan kebijakan pemerintah baik terhadap
konsumen maupun produsen produk pertanian. Pada level makro minat para pakar terarah pada
bagaimana agribisnis dan sektor pertanian pada umumnya mempengaruhi perekonomian domestik dan
dunia. Selain itu juga dipelajari bagaimana kejadian-kejadian khusus atau penetapan kebijakan tertentu
di pasar uang dapat mempengaruhi fluktuasi harga bahan pangan dan serat alam. Untuk kepentingan
ini, biasanya ekonom menggunakan pendekatan formulasi model berbasis analisis komputerisasi.

Agribisnis sebagai ilmu adalah merujuk pada rangkaian ilmu pengambilan keputusan, yaitu ilmu
bisnis (ekonomi manajerial), manajemen, ilmu sistem, ilmu komunikasi dan ilmu penunjang lain yang
diterapkan untuk menggerakkan usaha produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan
supaya bisa diterima oleh konsumen yang dituju. Panduan pertama untuk memahami agribisnis sebagai
ilmu atau bidang kajian khusus adalah tulisan Davis dan Goldberg (1957). Berikut beberapa ruang
lingkup agribisnis sebagai bidang ilmu:

Pertama, ilmu terapan dari ekonomi manajerial, manajemen, ilmu sistem, ilmu komunikasi dan
ilmu penunjang lain. Kedua, agribisnis sebagai pendekatan pembangunan pertanian. Dengan
pendekatan ini, maka pembangunan diarahkan sebagai sebuah sistem atau satuan upaya yang tidak
hanya memperhatikan satu sub sektor (sub sistem saja) melainkan upaya yang memberi perhatian
kepada semua sub-sistem sebagai kegiatan yang terkoordinasi secara seimbang. Perlu diketahui bahwa
secara ilmiah ruang lingkup kajian agribisnis bisa merentang dari identifikasi, analisis dan solusi yang
terkait dengan persoalan pemasokan sarana produksi agribisnis, produksi, pengendalian pengolahan
hingga pemasaran.
1.Agribisnis merupakan kesatuan sistem usaha berbasis kegiatan pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan sumberdaya alam secara umum, yang dikelola dengan baik untuk mencapai manfaat
yang diinginkan.
2. Agribisnis adalah kesatuan sistem usaha berbasis kegiatan pertanian secara luas dengan cara
mengelola sumberdaya ekonomi yang terbatas menjadi produk yang memiliki nilai jual.
3. Agribisnis sebagai sektor ekonomi adalah dicirikan dengan adanya kegiatan usaha dengan motif ingin
meraih keuntungan yang berbasiskan pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan atau
pemanfaatan sumberdaya alam lain dengan tetap memperhatikan tanggung jawab sosial dan
keberlanjutan lingkungan hidup.
4. Agribisnis sebagai ilmu adalah merujuk pada rangkaian ilmu pengambilan keputusan, yaitu ilmu bisnis
(ekonomi manajerial), manajemen, ilmu sistem, ilmu komunikasi dan ilmu penunjang lain yang
diterapkan untuk menggerakkan usaha produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan
supaya bisa diterima oleh konsumen yang dituju. =>  Panduan pertama untuk memahami agribisnis
sebagai ilmu atau bidang kajian khusus adalah tulisan Davis dan Goldberg (1957).
5. Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan subsistem input, subsistem produksi,
subsistem pengolahan (agro-industri), subsistem pemasaran hasil dan sub sistem penunjang. Agro-
industri adalah usaha yang berkaitan dengan pengolahan yang melibatkan kegiatan pengolahan,
pengawetan, penyimpanan, dan pengepakan hasil pertanian khususnya hasil budidaya pesisir dan laut
(Ngangi, E.L.A. 2001). (Hmd).

Pembangunan Ekonomi Pedesaan Berlandaskan Agribisnis

Operasionalisasi paradigma pembangunan ekonomi pedesaan berlandaskan agribisnis (PEPEBA)


digunakan dalam membangun desa mandiri pangan. Paket kebijakan komprehensif dan terpadu ini
meliputi 7 program utama, antara lain pembangunan kelembagaan petani, pengembangan sistem
inovasi pertanian, pengembangan kelembagaan petani, optimasi sumber daya berkelanjutan,
konsolidasi vertikal agribisnis, pemacuan investasi, dan kebijakan insentif. Ketujuh program utama
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling komplementer dan sinergis. Dengan bidang cakupan
yang demikian luas. Jelas kiranya bahwa penanggung pelaksanaan program-program tersebut berada
dalam departemen dan dinas pemerintahan yang berbeda.

Oleh karena itu, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi merupakan kunci utama untuk
keberhasilan operasionalisasi paket program tersebut. Di tingkat nasional, peranan kantor menteri
koordinasi bidang ekonomi (Menko Ekuin) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
merupakan kunci bagi kelayakan operasional paradigma pembangunan ini. Di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, institusi kunci adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Pembangunan infrastruktur membutuhkan anggaran pembangunan yang sangat besar sehingga harus
mendapatkan dukungan politik dad DPR dan DPRD. Oleh karena itu, paradigma PEPEBA hanya dapat
dilaksanakan apabila telah ada konsensus nasional.

Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Pedesaan

Adanya infrastruktur ekonomi yang memadai merupakan prakondisi bagi tumbuh kembangnya
kegiatan agribisnis dan perekonomian secara umum di pedesaan. infrastruktur esensial bagi agribisnis
dan perekonomian pedesaan secara umum mencakup sistem pengairan, pasar komoditas pertanian,
jalan raya, kelistrikan, dan jaringan telekomunikasi. Infrastruktur tersebut merupakan barang
publik (public good) atau semi publik (semi public good) sehingga pembangunannya harus
diselenggarakan oleh pemerintah atau oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat (swasta).
Pembangunan infrastruktur merupakan tanggung jawab pemerintah yang paling strategis dalam
operasionalisasi paradigma PEPEBA, dalam membangun desa mandiri pangan. Meskipun dalam volume,
kualitas, dan waktu yang berbeda, namun setiap tanaman dan hewan mutlak membutuhkan air.
Agroindustri juga membutuhkan air yang cukup. Bagi usaha pertanian, sistem irigasi berguna untuk
meningkatkan produktivitas lahan, meningkatkan intensitas tanam, dan meningkatkan potensi
diversifikasi penggunaan lahan.

Usaha peternakan membutuhkan air bersih dan sistem pengairan yang mengalir. Usaha
perikanan membutuhkan air yang subur dan mengalir. Agroindustri membutuhkan air bersih dan sistem
pengairan limbah. Secara umum, sistem pengairan merupakan syarat esensial bagi pembangunan
agribisnis di pedesaan. Sumber air (misalnya, sungai dan danau) merupakan milik bersama masyarakat
(common property). Pembangunan jaringan irigasi skala besar membutuhkan dana investasi yang sangat
besar. Oleh karena itu, pembangunan sistem pengairan haruslah diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat lokal secara bersama-sama. Mengingat adanya keterbatasan anggaran pembangunan
pemerintah maka alternatif lain yang dapat ditempuh ialah mendorong petani dan pengusaha
membangun sumber pengairan sendiri, seperti pompa air tanah atau jaringan irigasi sederhana
swakelola. Pasar lokal komoditas pertanian juga sangat esensial bagi tumbuh kembangnya agribisnis
pedesaan. Pembangunan pasar lokal sangat diperlukan untuk menjamin bahan pokok yang dihasilkan
petani dapat terjual dengan harga wajar. Pembangunan pasar lokal berfungsi menciptakan pasar
komoditas pertanian yang efisien. Pasar lokal juga merupakan barang publik yang harus dibangun dan
dikelola pemerintah. Jalan raya diperlukan untuk membuka perekonomian desa sehingga tercipta
perdagangan dengan perekonomian di luar desa. Sistem jalan yang efisien sangat diperlukan untuk
menekan biaya pemasaran.

Sistem jalan raya yang efisien mutlak diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
agribisnis. Jalan raya merupakan barang publik yang harus dibangun dan dikelola juga oleh pemerintah.
Kelistrikan merupakan sumber tenaga dan penerangan yang sangat esensial untuk agroindustri, serta
berbagai alat dan mesin pertanian. Pembangunan kelistrikan pedesaan sangat diperlukan untuk
memacu pertumbuhan dan perkembangan agribisnis perekonomian desa secara umum dan
kenyamanan hidup penduduk pedesaan. Kelistrikan pedesaan dapat dibangun oleh pemerintah dan
perusahaan swasta, namun mengingat peran strategisnya, inisiatif dan tanggung jawab utama
pembangunan kelistrikan pedesaan harus tetap ada di tangan pemerintah. Usaha kelistrikan swasta
pedesaan perlu didorong dalam rangka mempercepat perluasan penyebaran kelistrikan di pedesaan.
Jaringan telekomunikasi diperlukan untuk memperlancar lalu-lintas informasi antara desa dan luar desa.
Jaringan telekomunikasi bermanfaat untuk mengurangi distorsi informasi pasar.

Pengembangan Kelembagaan Petani

Usaha tani Indonesia didominasi oleh usaha tani keluarga skala kecil yang sangat lemah dalam
berbagai bidang, seperti keterbatasan aset produktif, modal kerja, daya tawar-menawar transaksi, dan
kekuatan politik-ekonomi sehingga tidak dapat berkembang mandiri secara dinamis. Petani sangat
tergantung pada banyak pihak, pada bantuan subsidi, dukungan harga, serta perlindungan dad
pemerintah yang biasanya tidak efisien dan tidak sesuai pula dengan prinsip persaingan bebas yang
menjadi dasar kesepakatan WTO sehingga tidak akan dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Petani
sangat tergantung kepada orang kaya atau pedagang untuk memperoleh aset produktif (lahan dan
peralatan), modal kerja dan perolehan sarana produksi, serta penjualan hasil yang secara ekonomis
sangat merugikan petani. Oleh karena itu, memberdayakan petani sehingga dapat tumbuh kembang
secara mandiri merupakan langkah kunci untuk mewujudkan strategi pembangunan ekonomi pedesaan
berbasis agribisnis. Salah satu cara yang tepat untuk itu ialah menggalang perkataan di antara petani
melalui. pembentukan organisasi petani lokal.
Organisasi petani yang perlu dikembangkan meliputi:

1. Organisasi untuk mengatur sumber daya bersama, seperti organisasi petani pengguna air,
pemanfaatan hutan dan lahan adat, dan sebagainya.

2. Organisasi bisnis kooperatif yang dapat berupa kegiatan kolektif (pembelian sarana produksi
kolektif, pengadaan modal kolektif, dan pemasaran kolektif), usaha bersama (kongsi), dan
koperasi.

3. Organisasi lobi politik-ekonomi dengan membentuk paguyuban petani.

Ekonomi Pedesaan Berlandaskan Agribisnis

Pembangunan ekonomi pedesaaan yang berlandaskan agribisnis merupakan usaha untuk


mewujudkan pedesaan yang mandiri . Agrbisnis itu sendiri merupakan bisnis berbasis
usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Objek
agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan budidaya merupakan
inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini.
Pembangunan ekonomi ini tidak lepas dari peran pemerintah, dimana terdapat 7 kebijakan
komprehensif untuk mewujudkan pedesaan mandiri, yaitu :

1. pembangunan kelembagaan petani

2. pengembangan sistem inovasi pertanian

3. pengembangan kelembagaan petani

4. ptimasi sumber daya berkelanjutan

5. konsolidasi vertikal agribisnis

6. pemacuan investasi

7. kebijakan insentif

Pembangunan ekonomi pedesaan yang berlandaskan agribisnis pada dasarnya menerapkan teori pusat
pertumbuhan (Growth poles theory) yang dipopulerkan oleh Francois Perroux, 1995. Berdasarkan teori
ini, pusat pertumbuhan dapat dilihat dari 4 karakteristik, yaitu :

1. adanya sekelompok kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu

2. konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang


dinamis

3. terdapat keterkaitan input dan output yang kuat antara sesame kegiatan ekonomi pada pusat
tersebut

4. kelompok kegiatan tersebut terdapat sebuah industry induk yang mendorong pengembangan
ekonomi pada pusat tersebut.
Teori ini merupakan salah satu alat utama yang dapat melakukan penggabungan antara prinsip-
prinsip “Konsentrasi “ dengan “Desentralisasi” dan menjadi dasar strategi kebijakasanaan pembangunan
wilayah melalui industri daerah. Hal ini disebabkan pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi
disegala tata-ruang, tetapi terjadi hanya terbatas pada beberapa tempat tertentu dengan variabel-
variabel yang berbeda intensintasnya. Salah satu cara untuk menggalakkan kegiatan pembangunan
suatu daerah tertentu melalui pemanfaatan “aglomeration economies” sebagai faktor pendorong
utama. Keuntungan aglomerasi akan diperoleh bilamana terdapat keterkaitan antara kegiatan input
ekonomi (backward linkages) dan keterkaitan output (forward lingkages). Dengan keterkaitan ini akan
menimbulkan keuntungan ektsternal dalam bentuk penghematan biaya produksi, ongkos angkut bahan
baku dan hasil produksi serta penghematan biaya penggunaan fasilitas karena beban dapat ditanggung
bersama. Penghematan tersebut selanjutnya akan dapat menurunkan biaya yang harus dikeluarkan,
sehingga daya saingnya semakin meningkata yang dapat mendorong terjadinya efisiensi dan
pertumbuhan ekonomi yang berada dalam kawasan pusat pertumbuhan tersebut.

Penerapan konsep ini dapat dilihat pada pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), dimana
desa yang menjadi simpul jasa dan simpul distribusi dari desa-desa di sekitarnya. Intervensi
pembangunan yang dilakukan di Desa Pusat Pertumbuhan diharapkan dapat menjadi pemicu dan
pemacu pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Intervensi pembangunan yang dilakukan di Desa
Pusat Pertumbuhan harus merupakan kegiatan pengembangan ekonomi daerah yang berbasis pada
potensi lokal serta mempertimbangkan keterkaitan dengan perkembangan wilayah sekitarnya. Namun
pada dasarnya, pembangunan ekonomi pedesaan yang berlandaskan agribisnis harus dibarengi dengan
peningkatan infrastruktur, berupa perbaikan sistem pengairan, pembangunan pasar komoditas
pertanian, peningkatan jalan raya sebagai aksesibilitas kegiatan, kelistrikan, dan jaringan telekomunikasi
agar pedesaan sebagai pusat pertumbuhan dapat berkembang menjadi lebih mandiri

Kekeliruan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi berkepanjangan dengan
berbagai eksesnya, mengharuskan Indonesia memilih strategi pembangunan ekonomi alternatif. Dari
beberapa strategi yang ada dan memenuhi beberapa karakteristik adalah pembangunan agribisnis, yakni
suatu strategi pembangunan ekonomi 11 yang mengintegrasikan pembangunan pertanian (termasuk
perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan) dengan pembangunan industri hulu dan hilir pertanian
serta sektorsektor jasa yang terkait di dalamnya. Strategi pembangunan sistem agribisnis yang bercirikan
yakni berbasis pada pemberdayagunaan keragaman sumberdaya yang ada di setiap daerah (domestic
resources based), akomodatif terhadap keragaman kualitas sumberdaya manusia yang kita miliki, tidak
mengandalkan impor dan pinjaman luar negeri yang besar, berorientasi ekspor diperkirakan mampu
memecahkan sebagian besar permasalahan perekonomian yang ada. Selain itu, strategi pembangunan
sistem agribisnis secara bertahap akan bergerak dinamis menuju pembangunan agribisnis yang
digerakkan ilmu pengetahuan, teknologi dan SDM terampil (innovation-driven), diyakini mampu
mengantarkan perekonomian Indonesia memiliki daya saing dan bersinergis dalam perekonomian dunia.

Pembangunan pertanian berwawasan agribinsis yang berkelanjutan dalam perspektif desentralisasi


dan otonomi daerah perlu dihela oleh sumberdaya modal, SDM yang handal, dan pengembangan
potensi teknologi secara dinamis. Dalam perumusan perencanaan dan implementasinya perlu dipahami
profil dan dinamika ekonomi pedesaan, konsepsi dan strategi pengembangannya dan
kebijaksanaanpendukung secara komprehensip dalam operasionalnya di lapangan. Fokus pembangunan
nasional pada sektor agribisnis dinilai sejalan dengan struktur perekonomian saat ini dan diyakini akan
mampu memacu pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan pemabngunan nasional. Daerah
pedesaan dikembangkan berdasarkan pewilayahan komoditas unggulan utama yang menghasilkan
bahan baku pengembangan agroindustri di daerah perkotaan. Satuan usaha pengembangan
diorganisasikan ke dalam koperasi, perusahaan kecil dan menegah, dengan mempertimbangkan
konsepsi pengembangan sebagai berikut:

(a) Perkembangan kelembagaan usaha dilakukan melalui insentif dan tidak perlu dicampuri oleh
pemerintah;

(b) Selain berfungsi sebagai pusat agribisnis, kota juga berfungsi sebagai pusat pelayanan agribisnis yang
kompetitif;

(c) Lokasi dan sistem transportasi agroindustri dan pusat pelayanan harus memungkinkan para petani
untuk bekerja sebagai pekerja paruh waktu;

(d) Pusat agroindustri juga berfungsi sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia untuk
teknologi yang berkaitan dengan komoditas utama,

(e) Perkembangan institusional selayaknya dapat berlangsung secara ilmiah, kalaupun ada campur
tangan pemerintah hanya dalam bentuk insentif dan disentif.

Anda mungkin juga menyukai