Disusun Oleh:
1701618060
Pendidikan Ekonomi
2021
Materi 1
Dengan demikian, ilmu ekonomi merupakan ilmu yang berkenaan dengan upaya
pemenuhan kebutuhan jasmani yang tidak berhubungan langsung dengan uang.
Selanjutnya dikemukakan bahwa secara umum, ilmu ekonomi berguna untuk membantu
masyarakat suatu negara untuk memilih barang dan jasa yang lebih baik, barang dan jasa
yang lebih banyak dan kualitas (taraf) hidup yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dan pengertian mengenai ilmu ekonomi, maka ekonomi
pertanian dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial terapan, yang prinsip-prinsip dan metode
analitis ilmu ekonomi digunakan untuk mencari solusi bagi permasalahan ekonomi dalam
bidang pertanian.
Pada umumnya terdapat dua jenis permasalahan yang dihadapi oleh para ahli di bidang
pertanian. Pertama, ahli ekonomi pertanian harus mampu menentukan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Kedua, ahli ekonomi pertanian harus menghadapi persoalan produksi
dan distribusi produk-produk pertanian. Secara tradisional, ahli ekonomi pertanian lebih
berorientasi pada dua jenis permasalahan tersebut. Saat ini, ekonomi lebih berorientasi
pada konsumen sehingga ahli ekonomi pertanian dituntut untuk mencoba lebih memahami
keinginan-keinginan konsumen.
Berikut gambaran mengenai pentingnya ekonomi pertanian bagi pemecahan permasalahan
suatu negara. Amerika Serikat merupakan salah satu negara maju yang senantiasa
meningkatkan perhatiannya pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup bagi rakyatnya, negara dan hubungannya dengan negara-negara lain
di seluruh dunia. Yang menjadi persoalan adalah sumber daya manusia dan sumber daya
fisik potensial tidak cukup tersedia baik dalam kuantitas maupun kualitas untuk menyuplai
pangan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dunia yang terus meningkat.
Secara spesifik, produksi pangan dan serat serta distribusinya merupakan bagian yang
penting dalam perekonomian Amerika Serikat. Sebagai produsen terbesar dari berbagai
komoditi pertanian, Amerika Serikat memegang peranan penting dalam situasi pangan
dunia. Karena pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, semua negara akan
selalu memperhatikan pertumbuhan, perkembangan dan stabilitas produksi dan distribusi
pangan.
Oleh karena itu pemahaman terhadap prinsip-prinsip ekonomi untuk diaplikasikan pada
produksi, distribusi dan konsumsi di bidang pertanian dan komoditi pangan adalah penting.
Selain itu, gambaran tentang pertanian dan kebijakan pangan Amerika Serikat yang
berkesinambungan memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat Amerika Serikat.
Pada dasarnya, Amerika Serikat menganut sistem ekonomi pasar bebas (free enterprise
economic system). Sistem ekonomi ini memberikan tingkat kebebasan yang besar bagi
setiap individu untuk memilih atau membeli barang dan jasa, memasuki atau keluar dari
kegiatan bisnis dan memanfaatkan sumber daya (tanah, tenaga kerja, modal dan
manajemen).
1. Jenis produk;
2. Kombinasi sumber daya terbaik yang akan digunakan dalam proses produksi;
3. Pengetahuan tentang macam-macam biaya produksi;
4. Berproduksi pada tingkat output yang memaksimumkan keuntungan.
(Donald dan Malone, 1981).
Di balik permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang ingin dibeli oleh
konsumen, terdapat kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi pilihan-pilihan konsumen
dalam rangka memenuhi keinginannya. Konsumen akan berusaha memaksimumkan
kepuasannya dengan memilih kombinasi barang dan jasa yang lebih baik atau lebih disukai
dibandingkan kombinasi lainnya, dengan tunduk pada kendala pendapatan atau anggaran
yang terbatas.
Pasar yang merupakan tempat pertukaran secara ekonomis dalam sistem ekonomi pasar
bebas, dapat dipelajari untuk menentukan bagaimana sumber daya-sumber daya dan
produk-produk (barang dan jasa) dialokasikan dalam sistem ekonomi sebagai respons
terhadap perubahan harga. Kegagalan pasar dapat terjadi dalam pasar bebas. Diyakini
bahwa industri-industri tertentu mengalami keuntungan secara ekonomis atau kerugian
secara ekonomis dalam hubungannya dengan industri lainnya.
Kebijakan di bidang pertanian dan pangan berhubungan erat dengan kebijakan ekonomi
internasional dan sangat penting terutama bagi konsumen dan produsen dalam negeri
(domestik) maupun konsumen dan produsen luar negeri di seluruh dunia. Analisis terhadap
kebijakan di bidang pertanian dan pangan serta evaluasi terhadap aspek-aspek yang
mempengaruhi perekonomian domestik dan dunia dapat dilakukan setiap saat.
Pada akhirnya, hubungan antara penggunaan sumber daya alam, kebijakan dan produksi
pertanian dapat diuji melalui suatu studi atau penelitian. Persoalan-persoalan berhubungan
dengan konservasi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan ekonomi, adanya
persaingan (competition) atau saling melengkapi (complementary) di antara sumber daya
seperti tanah dan air untuk produksi pangan atau untuk penggunaan lainnya dapat dianalisis
dan dicari penyelesaiannya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat dikatakan bahwa disiplin ekonomi
pertanian memiliki ruang lingkup (area) yang luas. Namun demikian, menurut Soekartawi
(1987), pada prinsipnya ruang lingkup ini dapat diklasifikasikan mulai dari kegiatan
berproduksi, konsumsi dan pemasaran serta aspek-aspek lain yang mempengaruhi kegiatan
produktif tersebut.
Ringkasan:
- Ekonomi pertanian merupakan ilmu sosial (kemasyarakatan) yang penting ditinjau dari
kemanfaatannya, area disiplinnya dan hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya.
- Masalah ekonomi pertanian yang pokok bersumber pada kebutuhan manusia yang tidak
terbatas akan produk-produk pertanian, sedangkan sumber daya (faktor produksi)
pertanian yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk pertanian tersebut
bersifat terbatas (langka).
- Ruang lingkup disiplin ekonomi pertanian sangat luas, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi kegiatan berproduksi, konsumsi, pemasaran dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
- Ekonomi pertanian sebagai ilmu kemasyarakatan tidak dapat berdiri sendiri melainkan
memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai alat untuk menganalisis, menginterpretasikan dan
menghubung-hubungkan persoalan-persoalan di bidang pertanian baik mikro maupun
makro. Ilmu-ilmu lain yang dimaksud dapat bersumber pada bidang ilmu pertanian
maupun bidang ilmu ekonomi.
Aplikasi Ilmu Ekonomi pada Pertanian
Penerapan prinsip-prinsip ekonomi di bidang pertanian termasuk pemasaran produk-produk
pertanian dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan beberapa aspek, antara
lain:
1. Penentuan harga: menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga dan
menunjukkan bagaimana perbedaan harga dapat terjadi antarwaktu, antartempat dan
dimensi lainnya.
2. Penjelasan peran sistem pemasaran: untuk mengetahui tempat penjualan dan saluran
pemasaran bagi produk-produk pertanian (hasil tanaman dan ternak).
3. Pengujian permasalahan dan kelemahan dalam organisasi dan cara pemasaran serta
menunjukkan cara-cara untuk memperbaikinya.
4. Perubahan ekonomi produksi pertanian dan manajemen usaha tani: menunjukkan
bagaimana tanah, tenaga kerja, modal dan risiko dapat dikombinasikan pada berbagai
proporsi. Juga menunjukkan bagaimana petani memilih kombinasi produk yang
memberikan keuntungan terbesar (Abbot dan Makeham, 1979).
Ringkasan:
- Penerapan prinsip-prinsip ekonomi di bidang pertanian memerlukan beberapa
pendekatan, antara lain pendekatan deduktif-induktif, mikro- makro, konsumsi-
produksi, positif-normatif.
- Organisasi di bidang pertanian mulai dari perusahaan berskala kecil sampai perusahaan
berskala besar dapat memiliki bentuk yang beraneka ragam seperti perusahaan swasta
milik perorangan dan perusahaan swasta milik keluarga, perusahaan berbadan hukum
milik pemerintah dan perusahaan berbadan hukum milik swasta, koperasi milik petani
dan koperasi milik konsumen. Pengalokasian input yang dibutuhkan sektor pertanian
dan output (produk) pertanian yang dibutuhkan konsumen dapat melalui organisasi-
organisasi pertanian yang membentuk saluran pemasaran bagi produk pertanian yang
bersangkutan. Saluran pemasaran dapat berbeda-beda untuk produk yang sama maupun
untuk produk yang berbeda.
- Pertanian memegang peranan yang penting dalam pembangunan sektor pertanian
maupun sektor non-pertanian. Pembangunan perekonomian negara-negara yang
berbasis pertanian tetapi mengabaikan sektor pertanian dalam proses pembangunannya
akan dapat mengalami stagnasi ekonomi. Karena selain memberikan kontribusi dalam
pengembangan pangan, tenaga kerja dan modal dalam sektornya sendiri, sektor
pertanian juga menyediakan pasar bagi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor
non-pertanian.
REFERENSI
Abbot, J.C. and J.P. Makeham. (1979). Agricultural Economics and Marketing in the Tropics.
Intermediate Tropical Agricultural Series.
Cramer, G.L. and C.W. Jensen. (1991). Agricultural Economics and Agribusiness. Singapura: John
Wiley and Sons.
Donald J. Epp and J.W. Malone. (1981). Introduction to Agricultural Economics. New York:
Macmillan Publishing Co, Inc.
Hardaker, J.B; Lewis, J.N. and McFarlane, G.C. (1970). Farm Management and Agricultural
Economist: An Introduction. Singapore: Angus & Robertson Ltd.
Mubyarto. (1979). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Sjo, Jauh. (1976). Economics for Agriculturalis: A Beginning Text in Agricultural Economics.
Grid Series in Agricultural Economics.
Soekartawi. (1987). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: C.V.
Rajawali.
Upton, M. (1976). Agricultural Production Economics and Resources Use. Oxford University
Press.
Materi 2
Permasalahan yang dihadapi oleh sektor pertambangan antara lain (1) rendahnya minat dalam
investasi untuk pengusahaan mineral dan batu bara; (2) masih terbatasnya jumlah maupun kualitas
sumber daya manusia profesional dalam penguasaan teknologi tenaga-tenaga pertambangan; (3)
usaha pertambangan dan industri pengolahan dan sektor-sektor pendukung lainnya belum
berkembang; (4) kurangnya kemampuan teknis dan manajerial aparat pemerintah daerah; (5)
kurangnya penggunaan teknologi tinggi untuk melakukan proses pertambangan; (6) masih
tingginya dampak negatif yang diakibatkan oleh proses pertambangan; (7) minimnya data dan
informasi geologi sumber daya mineral secara lengkap dan terperinci; serta (8) belum terpadunya
konsep penataan ruang sehingga sering menimbulkan konflik lahan dan ketidakpastian iklim
investasi.
Sementara itu, permasalahan di bidang kegeologian antara lain:
(1) bencana gerakan tanah, gempa bumi, dan bencana geologi akibat potensi gunung api; serta
(2) gerakan tanah yang masih sering terjadi.
(1) Penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan dan hutan desa telah dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya (pemberian izin pemanfaatan
hutan kemasyarakatan) yang menjadi wewewang pemerintah daerah terhambat karena
kemampuan daerah, baik dalam hal penyediaan anggaran maupun sumber daya manusia
dalam pemberian izin, pembinaan, dan pengawasan hutan kemasyarakatan sangat terbatas.
(2) Di samping itu, pemahaman masyarakat tentang hutan kemasyarakatan dan hutan desa
masih kurang memadai sehingga usulan pengelolaan hutan kemasyarakatan dan hutan
desa dari daerah masih jauh di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah.
(3) Komitmen daerah untuk mengembangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan
masih lemah sehingga pengelolaan HHBK belum berkembang dengan baik.
Saat ini kuantitas keanekaragaman hayati yang tinggi, saat ini mengalami kerusakan karena
kebakaran hutan dan pembalakan liar. Hampir setiap tahun, terutama pada musim kemarau, hutan
dan lahan di Pulau Sumatera dan Kalimantan mengalami kebakaran yang menimbulkan asap. Hal
ini mengundang protes dan negara tetangga (Malaysia, Brunei Darusalam, dan Singapura) atas
gangguan jadwal penerbangan, polusi udara, dan gangguan kesehatan pada masyarakat setempat.
Meskipun aktivitas pembalakan liar berskala besar mengalami penurunan dan kasus–kasus yang
ditangani oleh aparat hukum dapat terungkap, namun praktek illegal logging belum dapat
dihilangkan, sehingga upaya pemberantasannya perlu terus dilanjutkan.
Peningkatan kembali kegiatan illegal logging dan perdagangan ilegal TSL, perburuan dan
penyelundupan kayu akan berimplikasi pada hilangnya keragaman satwa dan tumbuhan liar,
keanekaragaman hayati genetik, jenis, bahkan ekosistem. Apabila hal ini berlangsung secara cepat
dan masif akan memicu terjadinya kelangkaan dan bahkan kepunahan spesies tertentu.
pulau-pulau kecil dan lautan serta biota di dalamnya mempunyai peranan penting bagi
pembangunan nasional, baik dari aspek ekonomi, sosial, keamanan, maupun ekologis.
Peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan dimaksudkan untuk meningkatkan manfaat
sumber daya kelautan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memelihara
fungsi laut sebagai pendukung sistem kehidupan.
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan adalah sebagai
berikut.
(1) Eksploitasi pemanfaatan sumber daya kelautan yang tidak terkendali dan tidak
memperhatikan keseimbangan ekosistem alam berakibat pada rusaknya ekosistem pesisir
dan laut (deforestasi bakau dan degradasi terumbu karang) yang dapat menyebabkan
menurunnya ketersediaan sumber daya plasma nutfah, serta erosi pantai;
(2) Tingkat pencemaran laut yang masih tinggi, terutama di daerah pesisir yang padat penduduk
akibat dari kegiatan industri, pertanian yang sangat intensif, kegiatan pelayaran yang padat,
serta tumpahan minyak di laut. Wilayah yang rentan terkena pencemaran laut dari tumpahan
miyak adalah Selat Malaka, Selat Makassar, pelabuhan, dan jalur- jalur laut atau selat;
(3) Masih merebaknya pencurian ikan dan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, yang
disebabkan kurangnya sarana pengawasan dan lemahnya penegakan hukum;
(4) Belum optimalnya pengelolaan pulau-pulau kecil, kurangnya sarana prasarana dasar (listrik,
air, dan telekomunikasi), kurangnya aksesibilitas atau minimnya transportasi penghubung
antarpulau, serta masih tradisionalnya kegiatan ekonomi masyarakat;
(5) Konflik pemanfaatan wilayah laut dan pesisir akibat kurangnya pengendalian dalam
pemanfaatan ruang pesisir;
(6) Minimnya riset teknologi kelautan dan penerapannya;
(7) Belum bersinerginya kebijakan iptek nasional untuk mendukung pembangunan kelautan
nasional
(Alamsyah, n.d.)
Dalam GBHN dinyatakan bahwa penduduk Indonesia yang besar merupakan modal dasar
pembangunan.
Jumlah penduduk ini bila dibina dan dimanfaatkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di
segala bidang
Yang menjadi salah satu masalah ialah penyebaran kepadatan penduduk antar pulau tidak
merata.
Ini berakibat pada distribusi tenaga kerja yang tidak merata pada semua sektor usaha.
Salah satu solusi ialah pelaksanaan program transmigrasi
1) Pendapatan nasional,
2) Tingkat kesempatan kerja,
3) Tingkat harga dan
REFERENSI
Setelah tanah, modal termasuk nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian.
Konsep Modal
Modal dalam arti ekonomi; Barang/uang yang bersama- sama faktor produksi tanah, dan
tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru
Perkataan modal atau capital dalam arti sehari-hari digunakan dalam bermacam arti, yaitu:
harta kekayaan seseorang & mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal
Modal petani berupa barang selain tanah: ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak,
pupuk, bibit, hasil panen yg belum dijual, tanaman yg masih disawah dll
Modal menghasilkan barang baru sehingga ada upaya penciptaan modal
Usaha tani
Mosher (1968) dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan usaha tani adalah himpunan dari sumber-
sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh,
tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-
bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat berupa bercocok tanam
atau memelihara ternak.
Berkaitan dengan pendefinisian Mosher di atas dan fakta pertanian di Indonesia, maka menurut
penjelasan Mubyarto (1989), ada perbedaan yang amat besar antara keadaan pertanian rakyat
(usaha tani) dan perkebunan. Tidak hanya dalam luasnya usaha, tetapi juga dalam tujuan produksi
dan cara mengusahakannya. Itulah sebabnya dikenal ilmu pengelolaan perkebunan
(estatemanagement), di samping ilmu usaha tani (farm management). Jadi usaha tani tidak dapat
diartikan sebagai perusahaan tetapi suatu cara hidup (way of life) dan perkebunan adalah
perusahaan.
Petani akan bertindak sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu memperhitungkan antara hasil yang
diharapkan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan pengorbanan (biaya) yang harus
dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang
dikeluarkannya disebut biaya produksi. Penghitungan yang cermat akan menghasilkan aktivitas
usaha tani yang bagus atau kita sebut sebagai usaha tani yang produktif dan efisien.
Usaha tani yang produktif berarti usaha tani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas
ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas
tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu
kesatuan input (Mubyarto, 1989).
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah gambaran bahwa dalam proses usaha tani, petani bertindak
sebagai pengelola yang melakukan aktivitas manajemen terhadap sumberdaya yang dia kelola.
Manajemen yang dilakukan petani tidak harus kompleks dan tertulis tetapi dia akan melakukan
perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan
dia ambil. Keputusan tersebut berkenaan dengan pengalokasian sumberdaya yang dia kelola
sebagai faktor produksi untuk mencapai usaha tani yang produktif dan efisien. Faktor produksi
dalam pertanian yaitu tanah, modal dan tenaga kerja, disamping petani sebagai pengelola atau
manajer usaha tani.
REFERENSI
Adimihardja, K. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung
Alma. B. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta. Bandung Burhanuddin.
2002. Pengembangan Usaha. Makalah Pedoman Teknis Usaha Pertanian Terpadu. Program
Pengembangan Desa Binaan-IPB.
Barghouti, S. Lisa Garbus, and Dina Umali (Editors). 1992. Trends in Agricultural Diversification:
Regional Perspectives. W.B. Washington D.C. 1992.
Materi 4
Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan
mereka ditentukan oleh besamya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah
yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan.
Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi dan jasa
nonpertanian pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja, dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di
sektor pertanian besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas
lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Di sektor nonpertanian
kesempatan kerja antara lain ditentukan oleh volume produksi, teknologi, dan tingkat harga
komoditas.
Penyediaan tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh tingkat upah, kenyamanan kerja, mobilitas
tenaga kerja, dan tingkat pertambahan angkatan kerja pedesaan. Kelembagaan pertanian dan
pedesaan dapat berpenga- ruh pada pasar tenaga kerja pedesaan. Di negara yang sedang
berkembang tingkat upah ditentukan pula oleh kebutuhan dasar minimum. Dalam hubungan ini
pemerintah biasanya menetapkan tingkat upah minimum regional, yang besamya ditentukan oleh
tingkat harga bahan pangan utama dan tingkat perkembangan ekonomi.
Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor
produksi tenaga kerja, nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari penguasaan aset produktif lahan
pertanian, return to capital balas jasa barang modal yang dikuasai dan return to management
sebagai penerimaan atas manajemen usaha tani. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah
tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi ini. Tingkat
produktivitas tenaga kerja juga ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Di negara
sedang berkembang dengan kua- litas sumber daya manusia masih rendah, kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha di luar sektor pertanian terbatas, maka kualitas hidup dan tingkat pendapatan
sangat ditentukan oleh penguasaan aset produktif pertanian.
Ishikawa (1975) menyatakan bahwa rendahnya tingkat upah dan tingkat produktivitas di sektor
pertanian antara lain disebabkan terbatasnya penguasaan lahan dan terbatasnya kesempatan kerja
di luar sektor pertanian. Pada saat negara sedang berkembang membangun ekonominya, produksi
sektor nonpertanian telah menerapkan teknologi yang padat modal, sehingga penyerapan tenaga
kerja sangat terbatas, dan memerlu- kan tenaga kerja berkualitas yang sesuai. Sedangkan tenaga
kerj a dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang terbatas tidak memiliki kesempatan kerja
di sektor formal ini.
Dalam sejarah pertumbuhan ekonomi, perkem- bangan yang cepat dari sektor nonpertanian dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, perubahan struktur perekonomian dicirikan oleh
perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian disertai oleh peningkatan
penguasaan aset produktif pertanian pertenaga kerja. Kondisi ini memungkinkan peningkatan
efisiensi sistem produksi dan peningkatan produksi pertanian. Dengan demikian tingkat
pendapatan dan kualitas hidup pedesaan juga akan meningkat secara berimbang.
Penerapan teknologi kimia-biologis pada kondisi kelangkaan lahan pertanian disertai keterbatasan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di sektor nonpertanian cenderung untuk bias pada
tanah. Ini berarti bahwa pembagian nilai tambah untuk tenaga kerja (upah tenaga kerja) cenderung
rendah. Kondisi ini akan diperparah dengan distribusi penguasaan lahan pertanian yang pincang.
Bagian hasil pertanian yang diterima tenaga kerja pertanian ditentukan antara lain oleh: (a)
Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di luar sektor pertanian, (b) Kepadatan agraris, (c)
Pertam- bahan penduduk, (d) Tingkat perkembangan teknologi, (e) Produktivitas lahan, (f)
Distribusi penguasaan lahan, dan (g) Intensitas dan pola pertanian.
Selama upah tenaga kerja pedesaan relatif rendah, maka petani berlahan sempit akan lebih mampu
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha taninya dibandingkan dengan petani luas. Setelah
proses transformasi struktural tenaga kerja pedesaan berlanjut, dimana tingkat upah di pedesaan
telah meningkat dengan nyata karena tercapainya tingkat full employment di pedesaan, maka
penggunaan labor saving and capital intensive technology dapat meningkatkan efisiensi usaha
tani. Dengan menerapkan broad based agricultural development strategy atau uni-modal strategy
produktivitas petani besar dan petani kecil dapat ditingkatkan secara bersamaan. Dengan strategi
ini efisiensi dan pemerataan (equity) dapat ditingkatkan bersamaan. (Tomich, P. Peter Kilby, and
Bruce F. Johnston, 1995). Peningkatan produktivitas ini dilakukan dengan inovasi teknologi maju
dibidang budidaya tanaman dan manajemen usaha tani. Disamping itu strategi ini juga
memerlukan diterapkannya secara konsisten land reform and agrarian reform. Kebijaksanaan ini
harus disertai dengan pengembangan sarana dan prasarana ekonomi pedesaan dan kelembagaan
pertanian dan pedesaan dengan investasi pemerintah dan masyarakat.
Pendekatan lainnya adalah bimodal strategy . Pendekatan bimodal ini berpendapat bahwa efisiensi
hanya dapat dicapai dengan konsolidasi areal pertanian. Pendekatan ini efektif dilakukan apabila
telah terjadi transformasi struktural tenaga kerja pertanian dan pedesaan, yang dicirikan oleh
tercapainya full employment dan produktivitas tenaga kerja pertanian dan nonpertanian hampir
sama. Ini juga berarti terbukanya kesempatan kerja luar pertanian secara luas sehingga adanya
fleksibilitas dan berfungsinya secara baik pasar tenaga kerja.
KUALITAS TENAGA KERJA PERTANIAN
Peningkatan penyerapan tenaga kerja terjadi pada angkatan kerja yang berpendidikan. Laju
penurunan partisipasi tenaga kerja sektor pertanian berpendidikan minim berjalan cepat setelah
tahun 1993. Secara absolut peran tenaga kerja yang berpen- didikan sangat minim (tidak tamat SD
ke bawah) menurun semenjak 1986. Peran tenaga kerja yang berpendidikan SD dari tahun 1986-
1991 masih meningkat, setelah tahun 1991 secara absolut peran tenaga kerja golongan inipun
mulai menurun. Peran tenaga kerja yang berpendidikan menengah cenderung meningkat,
peningkatan yang relatif cepat pada yang berpendidikan lanjutan atas. Peran angkatan kerja yang
berpendidikan tinggi meningkat cepat walaupun secara total memang masih sangat kecil. Data
tersebut menunjukkan mulai terjadinya alih generasi pada sektor pertanian, dimana generasi tenaga
kerja berpendidikan mulai memasuki sektor pertanian.
Tenaga kerja pertanian yang berpendidikan sekolah dasar naik, dari 12,79 juta orang tahun 1986
menjadi 16,75 juta orang tahun 1991 dan selanjutnya menurun menjadi 14,41 juta orang tahun
1997. Yang naiknya cukup besar adalah berpendidikan SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi
masing-masing dari 1,63 juta orang, 0,452 juta orang dan 0,026 juta orang tahun 1986, menjadi
3,21 juta orang, 1,439 juta orang dan 0,093 juta orang pada tahun 1997. Terjadinya perubahan
struktural tenaga kerja pertanian ini antara lain disebabkan oleh berkembangnya teknologi maju
yang memungkinkan naiknya produktivitas tenaga kerja pertanian diikuti dengan berkembangnya
berbagai perusahaan besar pertanian.
KESIMPULAN
Kualitas sumber daya manusia sektor pertanian sudah memperlihatkan kemajuan. Akan tetapi
masih dibawah sektor ekonomi lainnya. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
pertanian dimasa datang adalah penting untuk dapat meningkatkan kualitas manajemen usaha tani
untuk dapat menghasilkan komoditas pertanian sesuai dengan perubahan selera konsumen dan
berdaya saing di pasar dalam dan luar negeri. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sektor
pertanian ini juga penting untuk memberikan fleksibilitas penyediaan tenaga kerja untuk sektor
ekonomi lainnya, dalam mengantisipasi perubahan struktural perekono- mian pedesaan dan
diversifikasi pertanian.
Produktivitas tenaga kerja pertanian masih ketinggalan dari sektor ekonomi lainnya. Tingkat
pengangguran terbuka dipedesaan tahun 1999 adalah 7,3 persen (Sakemas 1999). Sedangkan
tingkat under employment di sektor pertanian juga masih tinggi, yang terlihat dari pemanfaatan
tenaga kerja pertanian perminggu rata-rata 26 jam sedangkan untuk sektor nonpertanian rata-rata
44 jam perminggu. Data ini menggambarkan bahwa belum terjadi perubahan struktural tenaga
kerja pertanian dan pedesaan. Hal ini antara lain disebabkan masih rendahnya kualitas sumber
daya pertanian, belum berkembangnya diversifikasi perekonomian pedesaan.
Tidak adanya terobosan barn teknologi kimia-biologi pasca pencapaian swasembada beras dan
dengan perubahan kebijaksanaan harga dan subsidi pupuk disertai kebijaksanaan harga beras yang
bias terhadap konsumen telah menyebabkan menurunnya efisiensi usaha tani padi. Daya saing dan
efisiensi sistem usaha tani padi hanya mungkin ditingkatkan melalui diversifikasi pertanian
berspektrum luas, yang mencakup penluasan basis sumber daya, teknologi, dan kebijaksanaan
harga dan makro ekonomi yang mendukung sektor pertanian.
Diversifikasi pertanian berspektrum luas (broad based diversification) yang berarti menghadirkan
agribisinis dan agroindustri dipedesaan yang di kelola oleh masyarakat pedesaan akan mampu
meningkatkan produktivitas tenaga kerja pedesaan dan mendorong terjadinya perubahan struktural
tenaga kerja pedesaan. Keberhasilan kebijaksanaan ini sangat ditentukan oleh konsistensi
pelaksanaan land refform dan agrarian reform. Strategi ini sama dengan strategi unimodal yang
dikemukakan oleh Tomich dkk (1995). Mereka mengungkapkan selama tingkat upah di sektor
pertanian masih rendah maka broad based diversificattion strategy yang melibatkan mayoritas
petani yang umumnya adalah petani kecil lebih efisien untuk meningkatkan kesejahteraan
pedesaan, dibanding dengan kebijaksanaan dual ekonomi, yang mementingkan Skala ekonomi
guna meningkatkan produksi pertanian.
Kewirausahaan bukanlah sesuatu yang baru dalam ekonomi. Istilah kewirausahaan telah dilakukan
setidaknya sejak 150 tahun yang lalu, dan konsepnya telah ada selama 200 tahun (bygrave, 1987).
Wirausaha adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan
menghasilkan lebih banyak dari pada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar
memperoleh pendapatan (Mcclelland, 1961). Casson (1993), menyatakan bahwa wirausaha
(entrepreneur) diungkapkan pertama kali oleh R. Cantilon (1697-1734), seorang ekonom irlandia,
keturunan perancis.
Wirausaha merupakan istilah untuk orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan
guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan
sukses. Menurut Meredith (1996), wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada
tindakan, dan bermotifasi tinggi, serta berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Dengan demikian, wirausaha memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,
mengambil resiko, mandiri, inisiatif, energik dan bekerja keras. Selain itu, kewirausahaan juga
memiliki kemampuan untuk memimpin, berjiwa inovatif, kreatif, dan berorientasi masa depan.
Kewirausahaan merupakan hasil dari suatu proses pengaplikasian kreativitas dan inovasi secara
sistematis dan disiplin dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan menangkap berbagai peluang di
pasar (zimmerer and scarborough, 1996). Maka dari itu, kewirausahaan melibatkan strategi focus
terhadap ide-ide dan pandangan baru utuk menciptakan produk atau jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan menyelesaikan masalah konsumen.
Jika cara pandang lama telah berimplikasi yang tidak menguntungkan bagi pembangunan
pertanian (dan pedesaan) yakni pertanian dan pedesaan hanya sebagai sumber produksi primer
yang berasal dari tumbuhan dan hewan tanpa menyadari potensi bisnis yang sangat besar yang
berbasis produk-produk primer tersebut, maka cara pandang baru membuka cakrawala potensi
sumberdaya alam sebagai jalur pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan proses industrialisasi
di sektor pertanian (agroindustrialisasi).
Potensi subsektor peternakan masih cukup besar untuk dikembangkan. Peranan ternak dalam
peningkatan pendapatan masyarakat telah tebukti mampu menjadi basis usaha masyarakat,
terutama masyarakat pedesaan. Kelemahan yang benar-benar nyata adalah kemampuan teknis dan
kemampuan sumber daya manusia. Istilah tidak kenal teknologi untuk masyarakat pedesaan adalah
hal wajar. Namun demikian, potensi usaha dari sudut pandang pribadi (kewirausahaan) adalah nilai
lebih tersendiri yang perlu pengembangan lebih lanjut.
Dalam aktivitas usahanya, komoditas peternakan dapat dipadukan dengan pengembangan usaha
komoditas pertanian lainnya. Hal ini tentu saja akan memberikan added value yang berlipat ganda
bagi masyarakat jika mampu mengelolanya. Added value yang dimaksud dapat tercapai melalui
pengelolaan Usaha Tani Ternak Terpadu, yaitu pola usaha yang memadukan pemeliharaan ternak,
ikan dan budidaya pertanian secara umum. Dalam usaha tani tersebut, antar komoditas harus saling
memberikan keuntungan secara langsung.
Pelaksanaan usaha tani ternak terpadu, dimulai dengan merencanakan lokasi dengan
mempertimbangkan segi kemananan dan ketersediaan sumber daya lainnya. Selanjutnya adalah
menentukan komoditas yang sesuai untuk dipadukan dalam usaha tersebut. Aspek-aspek penting
yang perlu diperhatikan, terutama sekali untuk komoditas ternak adalah aspek sapta usaha
peternakan, yang meliputi ; pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, tatalaksana
pemeliharaan, penangan penyakiit, panen dan pasca panen serta pemasaran. Pengelolaan yang
terpadu antar komoditas akan menghasilkan beragam kombinasi out put yang dihasilkan.
Beberapa contoh inovasi usaha agribisnis berbasis komoditas secara terpadu, antara lain :
Integrasi usaha Padi-Itik-Ikan-Duckweed (Dihansih, 1999)
Menurut Islam dan Rahman (1995), beberapa keuntungan integrasi budidaya itik dan ikan adalah
sebagai berikut :
(1) Limbah itik kaya akan kandungan N (1 %), P (1,4 %), dan K (0,6 %), yang merupakan
suplemen pakan yang baik untuk ikan. Sehingga mengurangi biaya pemberian pakan
suplemen.
(2) Kotoran itik dan pakan yang tercecer secara langsung dikonsumsi oleh beberapa spesies
ikan, hal ini mempermudah dan mempercepat pertumbuhan dan produksi ikan tersebut.
(3) Kontruksi dari kandang itik tidak memerlukan lahan tambahan (lebih efisien). Selain itu
kondisi ini memberikan fasilitas daya hidup dan produksi yang lebih baik untuk itik
sebagai unggas air.
(4) Itik memberikan jasa sebagai konsumen dari beberapa parasit ikan dengan cara
mengkonsumsi sema ng primer (keong, tiram, dll). Itik tersebut juga mengkonsumsi larva
lalat, nyamuk, gulma air, kecebong, yang umumnya tidak dimakan ikan. Serangga air
dalam kolam ikan juga dikontrol oleh itik. Dengan demikian total produksi protein ternak
dari lahan yang sama dapat ditingkatkan.
(5) Itik berperan dalam memberikan oksigen (aerasi) dan melepaskan zat makanan dari dasar
kolam dengan cara berenang dan menyelam.
Suatu hasil penelitian di Vietnam selama 7 bulan, produksi ikan yang dipelihara dalam kolam
dengan kandang itik di atasnya 9,6 ton/ha/tahun, sedangkan tanpa kandang itik hanya 2,5
ton/ha/tahun, dengan kepadatan ikan 3,84 ekor per m3 dan kepadatan itik petelur 0,4 ekor per m2
permukaan air (Thien et.al., 1996). Demikian pula hasil penelitian Togatros (1989), rataan bobot
ikan/ekor pada umur 3 bulan yang dipelihara dalam kolam dengan kandang itik di atasnya hampir
dua kali lebih berat dibandingkan dengan ikan dalam kolam tanpa kandang itik diatasnya ( 68 gram
berbanding 38 gram).
Keterpaduan usaha tani ayam buras (Gunawan, 1998)
Usaha peternakan ayam buras memiliki beberapa keuntungan yaitu; ayam buras mudah dipelihara
dan mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dapat dipelihara di lahan sempit dengan
penggunaan pakan yang relative murah serta harga produknya relative stabil dan permintaan pasar
besar. Di dalam pengembagan ayam buras secara intensif dan semi intensif, keterpaduan antara
sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya alam (SDA) terutama tanaman pangan, penguasaan
teknologi dan pemasaran.
Model pengembangan ayam buras secara terpadu dan berkesinambungan tersebut telah
dikembangkan oleh Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) ayam buras
di Jawa Timur. Model ini dikembangkan dengan didirikanya Chicken Development Centre (CDC)
di kabupaten Jombang dan Rearing Multiple Center (RMC) di Pacitan.
Secara teknis, system jajar legowo memberikan keuntungan dengan adanya ruang terbuka sampai
50 % di antara baris tanaman padi dan memberikan kesempatan pada pemeliharaan ikan selama
kurang lebih 95 hari, hal ini juga akan mempermudah pemupukan dan penyiangan. Sementara itu
keuntungan ekonomis yang diperoleh diantaranya adalah penghasilan ganda dari hasil hasil usaha
tani selain efisiensi modal yang digunakan.
1. Mempunyai skala usaha yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja, maupun
orientasi pasar.
2. Banyak berlokasi dipedesaan, kota kecil atau pinggiran kota besar.
3. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sekitarnya.
4. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi
5. Pengelolaan usaha dengan administrasi yang sederhana.
6. Sering tidak memenuhi persyaratan izin usaha
7. Struktur modal sangat terbatas.
Kondisi saat ini, dari sekian banyak program pemberdayaan masyarakat yang berbasis
kewirausahaan dan usaha kecil hanya beberapa saja yang berjalan mulus dan berhasil sukses.
Sisanya hanya sebatas proyek yang lepas tanpa pembimbingan dan pembinaan yang berkelanjutan.
Habis masa kerja proyek maka lepas pula masa pembimbingan dan pembinaan. Sehingga
keberlanjutan (sustainable) program pemberdayaan hanyalah catatan dalam awal proposal proyek
dan pencanangan program saja. Melalui metode partisipatif dengan menumbuhkan peran dan jiwa
kewirausahaan, setidaknya masyarakat akan merasa memiliki dari apa yang telah dan sedang
mereka kembangkan. Dalam hal ini masyarakat akan lebih banyak mengambil keputusan dari
pelaksanaan program, karena tujuan dari program tersebut adalah solusi untuk permasalahan
mereka.
Pemberdayaan usaha kecil secara partisipatif merupakan strategi dalam paradigma pembangunan
yang berpusat pada rakyat (people centered development). Model pendekatan ini menekankan
pada pentingnya kapasitas masyarakat dalam meningkatkan kekuatan internal dalam pengelolaan
usaha kecil. Pembangunan yang berpusat pada rakyat sebagai antitesis pembangunan yang
berorientasi industri merupakan alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi pembangunan
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang terus bertambah dan meningkat.
STRATEGI PENGEMBANGAN
Kerjasama
Salah satu usaha untuk menyikapi tantangan dan kelemahan-kelemahan usaha kecil agribisnis
adalah dengan membuat jaringan kerja kelompok. Jaringan kerja tersebut dapat dirancang melalui
suatu organisasi yang menghimpun sekelompok orang dengan kesamaan visi dan misi. Setiap
orang memiliki keterbatasan tertentu, seperti adanya lingkup kurva dengan titik maksimalnya dan
pada umumnya tidak semua orang ahli dalam setiap hal.
Membangun Team Work
Team work yang elegan dan kokoh ternyata tidak dapat dibangun begitu saja, melainkan ada
prasyaratnya,yaitu kepercayaan. Dengan demikian rasa saling percaya tanpa ada rasa saling curiga
antar karyawan, pimpinan bahkan pemilik perusahaan adalah prasyarat utama membangun sebuah
team work yang elegan, kokoh, dan tidak mudah diintervensi oleh pihak luar.
Mengelola Kelompok
Langkah pertama dalam mengelola kelompok secara efektif adalah mengetahui karakteristik
kelompok mengembangkan peran, norma, dan kepaduan kepemimpinan (Stoner dan Freeman).
Dua peran besar yang harus diperankan oleh seorang pemimpin, baik formal maupun informal
adalah : (1) peran tugas, pemimpin mengarahkan kelompok menuju penyelesaian aktivitas yang
hendak dicapai, (2) peran pembentukan dan pembinaan kelompok dimana pemimpin mencoba
memenuhi kebutuhan sosial kelompok dengan mendorong rasa solidaritas. Kombinasi kedua peran
tersebut akan memberikan sinergi yang besar terhadap efektifitas kerja kelompok.
Mengembangkan Kelompok Kerja
Dalam era reformasi kita bertekad untuk membuka seluas-luasnya koridor kemerdekaan untuk
berserikat, berkumpul, dan menyatakan pikiran. Kita ingin mengakhiri kebijakan lama yang serba
tunggal, yakni keharusan untuk membentuk satu wadah saja sebagai organisasi tempat berkumpul
kalangan profesi tertentu.
Kegiatan usaha komersil selalu mengacu pada upaya menciptakan keuntungan (profit making),
namun dalam menciptakan suatu paradigma baru untuk menjadi making profit for the stake holder.
Tersirat bahwa bisnis harus menguntungkan bagi pihak yang berkepentingan yaitu tidak hanya
pemilik, karyawan, lingkungan maupun masyarakat.
Membangun Kemitraan dan Jaringan Usaha
Pola kemitraan dan jaringan usaha yang dibangun harus berdasar prinsip bisnis yang saling
menguntungkan dan merupakan pengejawantahan dari kebersamaan berusaha, bertumbuh dan
berkembang bersama, bekerjasama sambil bersaing serta keadilan dalam pembagian nilai tambah.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam hubungan kemitraan adalah permasalahan pokok
petani sebagai plasma di awal keimitraan, yaitu perubahan pola kerja petani. Perubahan tersebut
menuntut kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi, system pengelolaan usahatani, pola
tanam dan penanganan pasca panen. Pihak industsri yang menjadi inti dalam kemitraan akan
menetapkan criteria yang harus dipenuhi petani, diantaranya (1) akses terhadap lahan, (2)
kemamppuan mengadopsi teknologi baru, (3) potensi mengorganisasi kegiatan produksi (4)
mentaati kesepakatan yang sudah di buat, displin, loyal, jujur dan memiliki komitmen, (5)
kemmapuan mebayar kembali kredit (pinjaman) sarana produksi.
Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan dalam pembangunan kemitraan dan jaringan
usaha diantaranya adalah:
1. Perlunya promosi yang memadai tentang potensi agroekosistem unggulan yang kondusif
kepada dunia usaha dan lembaga-lembaga yang berperan sebagai mitra usaha. Hal ini
sedikitnya dapat dilakukan oleh kelompok usaha dan juga oleh pemerintahan setempat.
2. Menumbuhkan kesadaran calon investor tentang segi positif dari investasi dalam dunia
agribisnis melaluin kelompok uasaha kecil agribisnis. Hal ini dapat dicapai melalui
kegiatan pameran dan usaha-usaha yang menekankan kemanfaatan jangka pendek maupun
jangka panjang pengembangan kemitraan agribisnis petani-pengusaha.
3. Pengembangan forum komunikasi pemaduan system dengan lembaga-lembaga penunjang
seperti lembaga bisnis, penyuluh, dinas sektoral, pengembang iptek, dll.
Pola kemitraan yang berkembang saat ini, diantaranya adalah (Sumarjo, 2001) :
1. Pola kemitraan inti plasma: Merupakan pola hubungan kemitraan antara petani/kelompok
usahatani atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra
usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan
manajemen serta manmpung dan memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra usaha harus
memebuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.
2. Pola subkontrak: Merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan
kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra
sebagai bagian dari produksinya. Biasanya ditandai dengan adanya kesepakatan kontrak
bersama mencakup volume, harga, mutu dan waktu.
3. Pola kemitraan dagang umum: Merupakan pola hubungan usaha dalam pemasaran hasil
antara pihak perusahaan pemasar dengan pihak kelompok usaha pemasok kebutuhan yang
diperlukan oleh perusahaan pemasar.
4. Pola kemitraan keagenan: Merupakan bentuk kemitraan dengan peran pihak perusahaan
menengah atau besar memberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha
perusahaan atau usaha kecil mitra usaha. Perusahaan besar/menengah bertanggungjawab
atas mutu dan volume barang, sedangkan usaha kecil mitranyya berkewajiban memasarkan
produk atau jasa tersebut.
5. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis: Merupakan pola hubungan bisnis,
dimana kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga. Sedangkan pihak
perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengolahan sarana produksi
untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi agribisnis
Secara umum, pemberdayaan kewirausahaan usaha kecil dapat dilakukan secara partisipatif
dengan berbasis pada prinsip dasar sebagai berikut :
Akhirnya, apabila kita pelajari situasi dan kondisi saat ini, dimana masyarakat sudah mampu
menilai dan mengambil keputusan. Maka peran-peran agen perubah masyarakat harus lebih
banyak memberikan kesempatan kepada mereka untuk secara partisipatif menentukan program
pembangunannya. Pengembangan kewirausahaan secara partisipatif akan merangsang necessary
condition dan mendukung cita-cita pembangunan yang sesungguhnya.
REFERENSI
Beirlem, J.G., Scnneeberger, K.C. and Osburn, D.D. Principles of Agribusiness Management. A
Reston Bookl. Prentice-Hall Englewood Cliffs. New Jersey
David, Cristina C. And Keijiro Otsuka 1994. Modern Rice Technology and Income Distribution
in Asia. Rienner Pub. Boulde & London, IRRI, Manila, 1994.
Dihansih, E. 1999. Produksi Padi-Itik-Ikan-Duckweed dalam ssitem Usahatani di Desa Purwasari
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Program Pascasarjana-Institut Pertanian Bogor.
Dirjend. Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999. Vademekum, 1999.
Ikhsan, M. 1999. Kebijakan Kesempatan Kerja dan Kemiskinan. Makalah disampaikan Pada
Round Table Discussion di Kantor Menteri Negara Pangan dan Hortikultura, Jakarta, 23 Juni 1999.
Kasryno, Faisal. 1992. Indonesia: Diversification as an Agricultural Policy Instrument. In
Barghouti, S. et all. (Editors).1992. Trends in Agricucltural Diversification: Regional Perspectives.
W.B. Washington D.C. 1992.
Materi 5
Karakteristik Harga
Sangat dipengaruhi karakteristik alamiahnya
Ada time lag dalam produksi on farm
- Gap antara pengambilan keputusan produksi dan saat panen
- Produksi pertanian bersifat kontinyu
- Skala usaha disekonomis
- Dispersi lokasi produksi
Biaya produksi tinggi, akurasi estimasi suplai rendah
Petani merupakan unit decision maker untuk konsumsi sekaligus produksi
Permintaan Pasar
Permintaan pasar adalah generalisasi konsep permintaan konsumen yang didefinisikan
sebagai alternatif kuantitas yang konsumen bersedia dan mampu membeli pada berbagai
tingkat harga, ceteris paribus. Permintaan pasar merupakan penjumlahan dari seluruh
permintaan konsumen individual.
Perubahan Permintaan
Penting untuk dibedakan antara perubahan kuantitas yang diminta dan perubahan
permintaan (antara pergerakan sepanjang kurva permintaan dan pergeseran kurva
permintaan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi level permintaan sedikitnya dapat dibedakan menjadi
empat yaitu:
jumlah penduduk dan distribusinya berdasarkan umur, daerah geografis, dsb
pendapatan konsumen dan distribusinya
harga dan pasokan komoditi dan jasa lain
selera dan preferensi dokumen
Konsumen adalah salah satu determinan bentuk dan posisi fungsi permintaan, itulah
sebabnya permintaan konsumen akhir biasa disebut sebagai permintaan primer.
Pada analisis empirik harga eceran dan data kuantitatif digunakan untuk menetapkan
hubungan permintaan primer tsb.
Kata’ permintaan turunan’ digunakan untuk menunjukkan skedul permintaan input yang
digunakan untuk memproduksi produk akhir. Jagung, misalnya merupakan input penting
untuk industri ternak, sementara gandum digunakan untuk memproduksi beraneka ragam
roti. Jadi permintaan gandum dan jagung diturunkan dari permintaan untuk produk akhir
yang bersangkuta (roti dan pakan ternak). Skedul permintaan input seperti tenaga kerja dan
lahan juga dapat diturunkan secara langsung dari fungsi permintaan komoditi yang
menggunakan input-input tersebut.
Konsep permintaan turunan juga dapat diperluas hingga fungsi permintaan pada level
wholesaler.
Permintaan turunan berbeda dengan permintaan primer bila ditinjau dari jumlah produk
yang dipasarkan dan proses penetapan harga per unit produk.
Kurva permintaan dapat berubah karena pergeseran kurva permintaan primer atau
disebabkan oleh perubahan margin pemasaran.
Secara empirik fungsi permintaan turunan dapat diestimasi, baik secara tidak langsung
dengan membagikan margin skedul permintaan primer atau secara langsung dengan
menggunakan data harga dan kuantitas pada setiap tahap pemasaran.
Sebagai contoh, harga dan kuantitas di tingkat pengecer dapat digunakan untuk
mengaproksimasikan permintaan turunan pada tingkat intermediate, sementara harga di
tingkat petani dan data penjualannya dapat dipakai untuk mengestimasi kurva permintaan
produsen.
(Koerniawati, n.d.)
Elastisitas
• Elastisitas
mengukur perubahan relatif sesuatu variabel sebagai akibat adanya perubahan relatif
variabel lainnya. Ada 3 konsep elastisitas permintaan:
a. Elastisitas permintaan terhadap harga (Price elasticity of demand)
Ep = (dQ1/Q1)/dP1/P1)
= % perubahan jumlah barang yang diminta
% perubahan harga
– Angka Ep:
- Inelastis (Ep < 1)
- Elastis (Ep > 1)
- Elastis unitary (Ep = 1)
- Inelastis sempurna (Ep = 0)
- Elastis tak terhingga (Ep = ~)
• Elastisitas Penawaran
a. Elastisitas harga atas Penawaran Es = (dQ/Q)/( dP/P)
= % perubahan jml barang yang ditawarkan
% perubahan harga
b. Elastisitas penawaran silang e = (dQ1/Q1)/dP2/P2)
= % perubahan jumlah yg ditawarkan atas barang X
% perubahan harga barang Y
• e = positif ➔ barang X dan Y adalah joint product
• e = negatif ➔ barang X dan Y adalah barang bersaing
REFERENSI
Koerniawati, T. (n.d.). Penawaran dan permintaan produk pertanian.
Syafar, A. (2016). Permintaan Dan Penawaran Hasil Pertanian - Piep.
Https://Www.Academia.Edu/5418511/PERMINTAAN_DAN_PENAWARAN_HASIL_PERT
ANIAN_PIEP?Auto=download, 1–9.
Materi 6
Biaya Produksi
1. Biaya produksi rata rata Biaya adalah produksi total rata rata produksi tetap dan biaya variabel
rata rata.
2. Biaya Produksi marginal adalah tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk
menambah 1unit produksi.
Bekerja disawah dipandang merupakan kewajiban keluarga. Ini berbeda dengan pertanian
komersial yang tujuan produksinya adalah untuk pasar dan keuntungan. Setiap hasil yang dijual
ke pasar selalu menemui saingan yang mungkin lebih baik. Ketika terdapat dua produk yang sama
maka pembeli akan memilih produk yang harganya lebih murah. Oleh karena itu, petani komersial
akan sangat berkepentingan untuk memproduksi hasil pertanian dengan biaya semurah murahnya
agar tidak merugi. Karena tidak ada petani yang benar – benar komersial( yang ada pada umunya
adalah petani-petani yang berada dalam posisi transisi dari pertanian subsisten ke pertanian
komersial) maka yanga ada dalam pikirannya adalah bagaimana dapat mencapai hasil produksi
yang sebesar besarnya dengan sekaligus berusaha agar biaya yang harus dikeluarkan- terutama
biaya-biaya berupa uang tunai dapat diminimalkan.
Opportunity Cost
Beberapa biaya terkadang tersembunyi seperti kehilangan kesempatan untuk menggunakan input
di berbagai cara ,misalnya menggunakan waktu kerja dalam menjalankan usaha sendiri sama
artinya melepaskan kesempatan lain untuk mendapatkan pekerjaan dari pekerjaan lain
Biaya yang benar-benar dikeluarkan disebut dengan biaya eksplisit. Adapun biaya peluang
merupakan biaya implisit. Baik biaya eksplisit maupun biaya implisit harus diperhitungkan dalam
melakukan keputusan-keputusan ekonomi. Kedua biaya ini disebut dengan biaya sesungguhnya
(genuine cost).
Konsep biaya peluang ini adalah bahasan sentral dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi selalu
mempertimbangkan biaya peluang dari setiap keputusan dalam memenuhi kebutuhan atau
melakukan kegiatan ekonomi.
Dalam memilih bidang kegiatan produksi, kita harus melakukan perhitungan dengan cermat
Misalkan saja dalam meningkatkan pendapatan nasional pemerintah meninggalkan sektor
pertanian dan beralih ke sektor industri. Akibatnya adalah hilangnya kesempatan kerja bagi
puluhan juta orang di sektor pertanian karena harus menunggu untuk memperoleh pekerjaan baru
di sektor lain. Selain itu, sarana pertanian yang dimiliki menjadi terbengkalai.
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Short Run Satu Input Variabel
Fungsi jangka pendek
1. Mengidentifikasikan efisiensi untuk memproduksi sesuai dengan output yang dikeluarkan
2. Biaya variabel;biaya bahan baku
3. Biaya total;biaya variabel ditambah biaya tetap
4. Dapat diukur secara grafik maupun matematis
Analisis biaya jangka pendek
Jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.
1. Biaya tetap total (TFC), yaitukeseluruhan biaa produksi yang digunakan untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu baik bersifat tetap atau variabel.
2. Biaya Variabel total (TVC) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor produksi yang bersifat variabel.
3. Biaya Total (TC)yaitu biaya yang julahnya tidak terhitung dari banyak sedikitnya jumlah
output bahkanbila untuk sementaraproduksi dihentikan ,biaya tetap ini harus tetap
dikeluarkan dallm jumlah yang sama (TC=TFC+TVC)
Kesimpulan
Biaya digunakan dalam proses produksi eliputi bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik, yang jumlahnya lebih besar dibanding dengan jenis biaya lain.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang sudah diterima. Biaya
produksi yaitu semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor faktor produksi oleh
perusahaan tersebut. Biaya produksi memiliki bagian-bagian seperti; biaya tetap dan biaya
variabel, opportunity cost dan konsep jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam jangka pendek, biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi, biaya tetap adalah semua
jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi. Sedangkan biaya
variabel adalah besar kecilnya ditentukan berdasarkan persentase hasil produksi netto dan jangka
waktu dimana sebagian faktor produksidapat berubah dan sebagian lagi tidak dapat berubah.
Dalam jangka panjang, biaya tetap dapat menjadi biaya variabel dimana jangka waktu dimana
semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.
Opportunity cost merupakan biaya peluang dimana kesempatan terbaik yang hilang karrena
memilih aktivitas ekonomi tertentu.
Referensi
Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian.Yogyakarta: Andi Offset
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta.
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional :
Jakarta.