Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN

Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian
terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus).
KEMENKES

Cancer is a disease in which cells in the body grow out of control. When cancer
starts in the colon or rectum, it is called colorectal cancer. Sometimes it is
called colon cancer, for short. CDC(Centers for Disease Control and Prevention).
Cancer is a large group of diseases that can start in almost any organ or tissue of the body
when abnormal cells grow uncontrollably, go beyond their usual boundaries to invade adjoining
parts of the body and/or spread to other organs. - WHO

Secara umum perkembangan KKR merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik.

Faktor tidak dapat dimodifikasi:

adalah riwayat KKR atau polip adenoma individual dan keluarga4,5,6 , dan

riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus7 .

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

a. inaktivitas7 ,
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan keadaan insulin (Chan & Giovannucci, 2010).
Insulin yang tinggi pada tubuh dapat membentuk IGF-1 atau Insuline Growth Factor-1. IGF-1
merupakan prokarsinogen dengan cara mengurangi kematian sel dan mendorong pertumbuhan
sel (Frezza, 2006). Aktivitas fisik yang baik dan konstan dalam jangka panjang dapat memberikan
efek terjadinya peningkatan kapasitas metabolik tubuh, penurunan tekanan darah, dan
meningkatkan motilitas usus yang dapat mengurangi resiko kejadian kanker kolorektal
(Prashanantyo, 2017). Aktivitas fisik yang teratur dapat mengurangi risiko terjadinya kanker
kolorektal (Ashok, 2017). Dalam ILHAM, Thohir. FAKTOR RISIKO KEJADIAN KANKER
KOLOREKTAL DI RSUP. DR. M. DJAMIL TAHUN 2019. 2019. PhD Thesis. Universitas Andalas.
b. obesitas7 ,
Obesitas memicu terjadinya hiperinsulinemia yang akan mengaktifkan reseptor Insulin Growth
Factor 1 (IGF-1), merupakan prokarsinogen yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker
salah satunya adalah kanker kolorektal (Ashktorab, 2014).
c. konsumsi tinggi daging merah7,8,9,
Mengkonsumsi daging merah dan lemak berlebihan dapat menyebabkan kanker kolorektal
disebabkan karena daging merah mengandung heme yang dapat meningkatkan sitotoksisitas
dan stimulasi respon inflamasi (Durko, 2014). Dalam ILHAM
d. merokok 7 dan
e. konsumsi alkohol moderat-sering. Sementara aktivitas fisik6 ,
Merokok lebih dari 30 tahun atau lebih dari 20 gram per hari berhubungan dengan peningkatan
risiko kanker kolorektal sebesar 48% (Hansen et al., 2013). Rokok diketahui mengandung banyak
karsinogen dan agen genotoksik. Salah satu kandungan dari rokok adalah nikotin. Dalam ILHAM
Bahan-bahan karsinogenik yang terkandung dalam tembakau membantu pembentukan dan
pertumbuhan dari tingkat polip adenomatosa yang merupakan lesi prekursor kanker kolorektal.
Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa polip yang lebih besar ditemukan di kolon dan rektum
bagi seseorang yang merokok dalam jangka panjang (Mustofa & Kurniawaty, 2013; Rahdi et al.,
2015). Dalam HARAHAP, ANDIKA RIDWAN NUGRAHA, et al. FAKTOR RISIKO YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER KOLOREKTAL DI RSUD DR. H. ABDUL
MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013− 2016. 2019.
Konsumsi tinggi alkohol biasanya berhubungan dengan nutrisi rendah, sehingga jaringan rentan
terhadap karsinogenesis. DALAM HARAHAP

f. diet berserat6 dan asupan vitamin D10 termasuk dalam faktor protektif. Pencegahan kanker
kolorektal dapat dilakukan mulai dari fasilitas kesehatan layanan primer melalui program KIE di
populasi/masyarakat dengan menghindari faktor-faktor risiko kanker kolorektal yang dapat di
modifikasi dan dengan melakukan skrining atau deteksi dini pada populasi, terutama pada
kelompok risiko tinggi.

Yang termasuk risiko meningkat atau risiko tinggi adalah: 1. Individu dengan riwayat polip adenomatosa;
1 2. Individu dengan riwayat reseksi kuratif kanker kolorektal; 3. Individu dengan riwayat keluarga
tingkat pertama kanker kolorektal atau adenoma kolorektal (rekomendasi berbeda berdasarkan umur
keluarga saat diagnosis); 4. Individu dengan riwayat inflammatory bowel disease yang lama; 5. Individu
dengan diagnosis atau kecurigaan sindrom hereditary nonpolyposis olorectal cancer (HNPCC) atau
sindrom Lynch atau familial adenomatous polyposis (FAP).

GEJALA
Kanker kolorektal memiliki gejala seperti

a. nyeri pada perut,


b. darah pada feses,
c. kelelahan,
d. anemia,
e. selera makan menurun, dan
f. berat badan berkurang drastis. Setelah diketahui salah satu tanda-tanda tersebut, salah
satunya pendarahan pada feses maka pasien sebaiknya segera melakukan pemeriksaan untuk
mendeteksi dari mana sumber darah tersebut berasal, rektum, kolon, atau bagian lainnya
karena adanya darah pada feses dapat juga disebabkan oleh penyakit lain yang bukan kanker
kolorektal.
SIMANJUNTAK, Fikwater Maruba. Klasifikasi Stadium Kanker Kolorektal Berdasarkan Citra
Colonoscopy Menggunakan Metode Probabilistic Neural Network. 2019.

anda dan gejala kanker kolorektal sangat bervariasi dan tidak


spesifik bergantung
pada lokasi tumor. Pada kanker kolon kanan jarang terjadi
stenosis karena feses masih cair.
Gejala umumnya adala
h dispepsia, kelemahan umum penurunan berat badan dan
anemia.
Nyeri pada kanker di kolon kanan bersifat samar
-
samar. Tumor pada kolon kiri menyebabkan
perubahan pola defekasi seperti konstipasi. Makin ke distal letak
tumor, feses makin menipis
atau seperti
kotoran kambing dan disertai darah segar. Tumor pada rektum
sering disertai
darah dan lendir. Tenesmi merupakan gejala yang bias
a didapat pada karsinoma rektum.
2
Deteksi dini pada stadium awal lesi dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas
keganasan ini. Kolonoskopi masih menjadi alat deteksi yang
signifikan pada kanker
kolorektal. Selain it
u, untuk membantu diagnosis diperlukan pemantuan petanda atau
marker
yang tidak invasif untuk mendeteksi kanker kolorektal lebih awal.
PERMANA, Fathoni Ridwan; BUDIONO, B. Parish; FARIDA, Helmia. Hubungan Kadar Carcinoembryonic
Antigen (CEA) dan Albumin Serum dengan Lokasi Kanker Kolorektal Studi Kasus di RSUP DR.
Kariadi. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 2016, 5.4: 808-816.
3

Risk factors

Terdapat beberapa faktor yang menjadi


pemicu terjadinya KKR; secara garis besar
faktor risiko dapat dibagi menjadi
dua
,
yakni faktor yang tidak dapat dimodifikasi
dan yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi
i
alah riwayat
KKR atau polip adenoma baik individual
atau keluarga, dan riwayat individual
penyakit kronis inflamatorik pada usus.
Fakt
or r
isiko yang dapat dimodifikasi
i
alah
kurangnya aktivitas fisik yang menyebab
-
kan obesitas, konsumsi tinggi daging
merah, diet rendah serat, merokok,
konsumsi
alcohol
,
dan diabetes
.
3
-
5
Perubaha
n gaya hidup dan pola makan
mem
engaruhi terjadinya obesitas
yang
merupakan faktor risiko terjadinya kanker
kolorektal
.
Derajat ob
esitas diukur melalui
deposit lemak seluruh tubuh dan deposit
lemak viseral. Deposit lemak seluruh tubuh
dapat diketahui melalui indeks massa tubuh
(IMT)
sedangkan
deposit lemak viseral
d
inilai
dari lingkar p
inggang (LP) dan rasio
pinggang
-
pinggul (RPP).
Dalam lima tahun
terakhir, beberapa penelitian tentang
hubungan IMT, LP,
dan
RPP dengan
karsinoma kolorektal telah dipublikasikan
sebagai faktor risiko yang terpisah.
3
Belum
pernah dilapor
kan hubungan ukuran
antropometri tubuh tersebut dengan
kejadian karsinoma kolorektal di Indonesia.
Obesitas
merupakan salah satu
faktor
risiko terjadinya kanker kolorektal
.
3,6,7
Distribusi lemak tubuh pada orang Asia
berbeda dengan
pada orang B
arat
.
8
Pada
IMT yang sama, orang Asia cenderung
memiliki
kadar
lemak tubuh yang lebih
tinggi dibandingkan orang Barat. Obesitas
dapat diukur dengan IMT yang menunjukkan deposit lemak seluruh tubuh atau
dengan LP dan RPP yang menunjukkan
adiposit abdomen sebagai depo
sit lemak
viseral
.
6
-
9
Studi belakangan ini dan konsensus
menyatakan bahwa setiap ras memiliki
distribusi lemak yang berbeda. Konsensus
Asia Pasifik menurunkan ambang batas
IMT untuk orang Asia
,
8
sedangkan
WHO
menurunkan ambang batas dari LP dan
RPP be
rdas
arkan jenis kelamin dan ras.
9
Penelitian ini
bertujuan
membanding
-
kan ketiga parameter obesitas tersebut
untuk menentukan parameter yang paling
mendekati untuk terjadinya KKR. Hasil
penelitian ini
bermanfaat
untuk para
dokter
di pelayanan primer agar dapa
t
meningkat
-
kan langkah pencegahan
untuk mereduksi faktor risiko KKR.( KHOSAMA, Yuansun, et al. Perbandingan indeks massa
tubuh, lingkar pinggang, dan rasio pinggang pinggul sebagai faktor risiko kanker kolorektal. JURNAL
BIOMEDIK: JBM, 2016, 8.2.)

Anda mungkin juga menyukai