Propsoal Amaluddin
Propsoal Amaluddin
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Agamanya atau menjadi ahli ilmu
Agamanya 2
Untuk mencapai tujuan pendidikan Agama maka perlu dilakukan usaha untuk
1
belajar merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk tercapainya tujuan
pendidikan tersebut. Nana Sudjana mengartikan belajar itu adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan hasil belajar dapat
lainya yang terjadi pada individu yang belajar3. Dari pengertian di atas dapatlah
dikatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
perubahan tingkah laku. Maka dapat dilihat bahwa sesorang telah belajar dengan
Dalam pengertian lain bahwa belajar adalah suatu perubahan prilaku pada diri
seseorang baik perubahan kognitif, afektif dan psikomotor, karena tolak ukur
pendidikan Nasional. Untuk itu pendidikan Agama Islam haruslah membenahi diri
3
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996, h. 5.
2
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab”.4
memiliki beberapa kriteria yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, psikomotor,
kualitas pendidikan Agama Islam merupakan hal yang paling mendasar yang harus
diperhatikan sehingga dapat dijadikan media untuk mencetak sumber daya manusia
yang mampu bersaing dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya serta bisa
merealisasikan ilmu Agamanya di lingkungan masyarakat. Hal ini berarti harus ada
keseimbangan antara imtaq dan ipteg. Untuk mencapai hal tersebut tentu tidak
terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, oleh karena itu perlu adanya
saling terkait dan saling mempengaruhi diantaranya: kurikulum, guru, metode, alat,
dan sarana prasarana. Semua komponen tersebut harus saling terkait satu sama lain.5
hasil belajar karna berhasilya suatu proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh
strategi atau metode, dengan penggunaan strategi yang tepat dalam proses belajar
mengajar maka seorang guru akan mudah membimbing dan mengarahkan siswa
4
Ta’bid, Jurnal Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Raden Patah,
Palembang, 2007, h. 152.
5
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2005, h. 162.
3
mempunyai strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, sehingga
guru dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir pelajaran. Dengan
penggunaan strategi yang tepat maka siswa akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran karena dalam sistim pembelajaran anak didik harus lebih aktif dari pada
guru Tugas guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator, 7 dari pengertian
tersebut dapatlah dipahami bahwa tugas guru tersebut adalah sebagai fasilitator dan
yang sangat penting, sering terjadi siswa kurang berprestasi bukan disebabkan oleh
kemampuanya yang kurang tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar sehingga
berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampunya yang tendah akan tetapi
Adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah niat atau dorongan untuk
berbuat sesuatu.9 Dengan adannya niat atau dorongan dari anak didik terhadap
pelajaran tersebut maka tentu saja proses pembelajaran akan berjalan dengan baik,
6
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 200, h. 1.
7
Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:PT Rineka
Cipta, 2000, h. 22.
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Media Group, 2008, h. 28.
9
Dj Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, h.
4
tidak akan tercapai suatu pembelajaran yang baik tanpa adanya dorongan dalam diri
anak tersebut.
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa motivasi merupakan hal yang
sangat penting dalam proses pembelajaran karna berhasilnya suatu pembelajaran juga
motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan maka makin berhasil pembelajaran. 10
seperti, metode ceramah, Tanya jawab, dan metode diskusi, yang mana dengan
metode ini siswa merasa jenuh dalam proses belajar mengajar berlangsung, hal ini
terlihat seorang guru tersebut masih menggunakan metode ceramah dalam setiap
mata pelajaran, hal ini tampak jelas bagi siswa masih ada yang kurang semangat
dalam proses pembelajaran. Metode ceramah ini bukan berarti tidak epektif dalam
metode yang efektif jika dipakai untuk pengajaran pada tingkat rendah.11 Akan tetapi
dalam metode ini seorang guru belum bisa membangkitkan motivasi siswa dalam
Berdasarkan imformasi yang penulis dapatkan dari guru Agama dan dari
10
S. Nasution Didaktik, Azaz-Azaz Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000, h. 76.
11
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 1999, h.
93.
5
2. Siswa tidak mau bertanya dalam proses pembelajaran
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
dan diperbaharui oleh Sholmo12. Group Investigasi (Investigasi kelompok) adalah tipe
pembelajaran yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran dan menuntut siswa
pandangan Tsoi, Goh dan Cia (2001), model pembelajaran investigasi kelompok
secara Filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi
yang di dalamnya siswa berintekrasi dan berkomunikasi satu sama lain dengan
pekerjaan mereka.14 Adapun alur penerapan strategi ini seorang guru memberikan
suatu materi pelajaran lalu guru tersebut membagi kelompok antara 5-6 orang dan
lalu membahas topik pelajaran atas apa yang mereka selidiki, sesudah itu tiap tiap
12
Robert E. Slavin, Kooperatif Learning, Bandung: Nusa Media, 2008, h. 50.
13
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 344.
14
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2008, h. 116.
6
kelompok mengutus ketua kelompok masing masing agar mempresentasikan hasil
B. Penegasan Istilah
1. Penerapan.
2. Strategi pembelajaran
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
efisien16.
melibatkan siswa sejak awal pembelajaran dan menuntut siswa untuk kemampuan
15
Dani K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Putra Harsa, 2002, h. 613.
16
Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 126.
17
Kunandar, Guru Profesional, Op . Cit., h. 344.
7
4. Motivasi belajar.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal kepada siswa yang
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Batasan Masalah
akan diteliti sehingga penelitian ini difokuskan pada: Penerapan strategi pembelajaran
18
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 23.
8
3. Rumusan Masalah
masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah strategi
mata pelajaran PAI kelas XI SMK Masmur Kecamatan Sukajadi kota Pekanbaru”.
1. Tujuan penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan
dicapai adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa PAI
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang sebelumnya
b. Bagi guru
diharapkan guru dapat menggunakan startegi ini sebagai salah satu alternatif yang
bisa diterapkan di dalam proses pembelajaran dan dapat dijadikan masukan khusus
c. Bagi sekolah
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk
d. Bagi penulis
Adapun mamfaat penelitian ini bagi penulis sendiri adalah, sebagai sarana
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Teoretis
1. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat berhubungan dan saling
mempengaruhi. Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya
10
upaya/ daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.19
Dalam arti lain motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. 20 Motif juga berarti keadaan
tertentu guna mencapai suatu tujuan.21 Sedangkan motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Menurut Mc. Donald
dikutip oleh Oemar Hamalik (1990) motivasi merupakan suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
belajar sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dengan lingkungannya.23 Belajar sebagai perubahan tingkah laku
ini terjadi setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar yang menghasilkan hasil
19
Sardiman A.M, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008, h. 71.
20
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran, Op. Cit., h. 3.
21
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 70.
22
Oemar Hamalik, Ibid., h. 106.
23
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003,
h. 2.
11
Hilgard dan Bower dalam bukunya Theries of Learning (1997)
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang
ulang dalam situasi itu dimana dalam perubahan tingkah laku itu tidak dapat
Maka motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai.25 Dengan adanya motivasi dalam diri siswa
maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Karena
essential condition of learning). Hasil belajar akan semakin meningkat jika motivasi
seseorang akan sesuatu maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapai sesuatu itu.
dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktifitas. Sedangkan
motivasi eksternal/ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu.
24
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 84.
25
Sardiman A.M, Op. Cit., h. 75.
12
Dalam kegiatan pembelajaran motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar
yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.26 Dorongan tersebut mengalir
belajarnya sendiri.27 Namun, tidak berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak
penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, atau
komponen-komponen belajar lain yang kurang menarik bagi siswa, yang memerlukan
yang sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar semakin besar motivasi belajar
Sementara itu menurut De Cocco dan Graw Frod (1974) menyatakan bahwa
13
a. Mengggairahkan siswa: Guru harus selalu memberikan pada
siswa banyak hal yang perlu dipikirkan serta memelihara kemauan
siswa dalam belajar
b. Memberi harapan: Guru harus memelihara harapan-harapan
siswa yang realitas dan memodivikasikan harapan harapan yang
kurang atau tidak realitas.
c. Memberikan insentif: Bila siswa mengalami keberhasilan, guru
diharapkan memberikan hadiah kepada siswa atas keberhasilanya,
sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha usaha lebih lanjut.
d. Mengarahkan: Guru harus mengarahkan tingkah laku siswa dengan
cara menunjukkan kepada siswa hal hal yang dilakukan tidak benar
dan meminta pada mereka melakukan sebaik baiknya.29
berpendapat bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutukan
a. Kebutuhan Fisiologis
fungsi motivasi:
29
Slameto, Op. Cit., h. 175-176.
30
Martinis Yamin, Op. Cit., h. 99.
31
Ibid, h. 85.
14
Dalam kegiatan pembelajaran, peran guru sangat mendukung dalam
meyakinkan siswa, hasil belajar yang baik adalah suatu kebutuhan guna mencapai
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus
berusaha:
Sedangkan Dick dan Kerry ( 1985 ) menerangkan bahwa startegi pembelajaran itu
adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sejak awal
32
Aunurrahman, Op. Cit., h. 91-92.
33
Wina sanjaya, Strategi Belajar Mengajar, Op. Cit., h. 120.
15
pembelajaran dan menuntut siswa untuk kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
beranggotakan 5-6 siswa.34 Dalam implementasi tipe Group Investigasi ini guru
membagi kelas menjadi kelompok kelompok beranggota 5-6 siswa yang heterogen
investigasi kelompok ini diwujudkan dalam aktifitas saling bertukar pikiran melalui
komunikasi yang terbuka dan bebas, mulai dari kegiatan merencanakan sampai pada
pembelajaran kooveratif, yang mana terbagi kepada empat macam yaitu Student
investigasi kelompok merupakan cara yang langsung dan efisien untuk mengajarkan
pengetahuan akademik sebagai suatu proses sosial.37 Dan Joyce, Weil dan Chalhoun
kepada kerja sama peserta didik dalam menyelesaikan tugas tugas kelompok. Maka
34
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 344.
35
Erianto, Mode- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2007, h. 59.
36
Ibid, h. 49.
37
Aunurrahman, Op. Cit., h. 117.
16
dari itu, penerapan model ini dalam kegiatan pembelajaran dapat memberikan
ini peneliti lakukan dengan beberapa tahap, tahap persiapan, penyajian kelas, dan
penutup.
a. Persiapan
38
Martinis Yamin, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gp Press,
2008, h. 76-77.
17
1. Memilih suatu topik bahasan yang sesuai dengan strategi Group
Investigasi ini.
Investigasi.
b. Penyajian di kelas
Pada tahan penyajian di depan kelas kegiatan yang dilakukan pada tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada tahap awal ini Guru
mengabsen siswa, memotivasi siswa dan menyampaikan indikator yang akan dicapai
kegiatan inti guru membagi kelompok yang beranggotakan 5-6 orang yang hetrogen,
guru membagi LKS kepada seluruh siswa, guru membimbing dan mempasilitasi
menyelidiki tentang materi tersebut, tiap tiap kelompok mengutus ketua kelompoknya
menyampaikan tentang hasil yang mereka bahas sama-sama. Pada kegiatan penutup,
18
guru dan murid bersamasama menyimpulkan materi dan guru menyebutkan materi
berikutnya.
c. Tahap evaluasi.
Dalam proses belajar mengajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
dan prasarana. Guru adalah salah satu faktor penentu dalam dalam proses belajar
mengajar. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar banyak hal
sebagaimana dikemukakan oleh Adam dan Decey antara lain guru sebagai pengajar,
39
pembimbing, dan motivator. Dari pengertian tersebut dapatlah kita ketahui bahwa
tugas guru adalah sebagai motivator, maka dalam meningkatan motivasi belajar siswa
ada hal-hal yang harus diperhatikan sehingga seorang siswa bergairah dan
proses pembelajaran dari awal sampai ahir pembelajaran, dengan penggunaan strategi
yang tepat dalam proses belajar mengajar maka akan dapat meningkatkan motivasi
belajar.
39
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Propesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 9.
19
Strategi pembelajaran Group Investigasi adalah tipe pembelajaran yang
melibatkan siswa sejak awal pembelajaran dan menuntut siswa untuk kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok dalam
Dalam proses pembelajaran investigasi kelompok ini, akan memuat empat hal
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa tersebut, dengan adanya motivasi dalam diri
siswa tersebut maka akan meningkatkan hasil belajas siswa, hasil belajarpun banyak
dipengaruhi oleh motivasi semakin tinggi motivasi belajar siswa semakin tinggi hasil
pembelajaran.
B. Penelitian Relevan
Strategi Group Investigasi pernah diteliti oleh Heni Fitria (2005) di MAN I
hasil belajar pada mata Pelajaran Matematika siswa kelas XI ternyata menurut hasil
40
Aunurrahman, Op. Cit., h. 117.
20
C. Konsep Operasional
(Independent Variable)
penerapan strategi pembelajaran Group Investigation ini terdiri dari dua kategori.
1. Persiapan
pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan
21
b. Pembentukan kelompok, guru mencari imformasi tentang kemampuan
akademik siswa, jenis kelamin, ras dan latar belakang agar siswa dapat
mengarahkan siswa.
diskusi mereka.
3. Penutup
Motivasi belajar seseorang siswa dikatakan baik dapat dilihat dapat dilihat
dari pencapaian tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar pula
22
Menurut sardiman (2008) bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri
a. Tekun mengerjakan tugas (dapat bekerja terus menerus dari waktu yang lama
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar, maka prestasi belajar ia peroleh juga
tinggi. Sebaliknya, jika motivasi belajar siswa rendah maka hasil belajar siswa juga
rendah.
a. Asumsi Dasar .
41
Sardiman A.M, Op. Cit., h. 85.
23
c) Setelah menerapkan strategi Group Investigasi nilai belajar siswa lebih baik
dari sebelumya
b. Hipotesis tindakan
penelitian ini adalah jika digunakan strategi pembelajaran Group Investigasi pada
Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI SMK Masmur Kecamatan Sukajadi Kota
Pekanbaru.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
sebuah penelitian yang peneliti lakukan langsung di kelas. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan satu lokal yaitu dengan membandingkan hasil motivasi belajar
sebelum dan sesudah penerapan dan menguji perbedaanya. Pada pertemuan pertama,
24
peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, pada pertemuan selanjutnya
peneliti menggunakan strategi Group Investigasi, analisis data dalam penelitian ini,
motivasi sebelum dan sesudah penerapan dan menguji perbedaanya. Perbedaan yang
berarti signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan, dan antara sebelum dan
Kegiatan penelitian ini penulis lakukan pada semester genap tahun 2009,
penelitian ini yaitu dilakukan di SMK Masmur kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru.
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK
Masmur tahun ajaran 2008/2009. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Masmur
yang berjumlah 160 siswa. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah 30
25
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang aktifitas guru
dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran.
1. Lembar pengamatan, yaitu untuk untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa
lain: guru mengabsen siswa, guru menyebutkan indikator yang akan dicapai
kekeliruan tersebut sesuai dengan prosedur. dalam hal ini peneliti dibantu oleh
guru PAI untuk memperoleh data tentang aktifitas yang dilakukan peneliti dan
26
3. Dokumentasi, yaitu mengenai data siswa, nilai siswa, jadwal mata pelajaran
Inverensial.
siswa selama proses pembelajan. Analisis data tentang motivasi ini dilakukan dengan
melihat kesesuaian rencana tindakan. Analisis ini digunakan perindividu baik data
dari selama proses pembelajaran tanpa tindakan maupun proses proses pembelajaran
dengan tindakan.
Untuk menguji keberhasilan dengan membandingkan bobot dari motivasi siswa yang
siswa PAI maka dapat digunakan dengan rumus tes “t”. 42 Pada rumus tes “t”
t
dilakukan perhitungan to untuk menghitung harga o
yakni:
42
Hartono, Statistik untuk Penelitian , Yogyakarta : LSFK,P, 2006, h. 171.
27
m x m y
2
To = 2
SD y SD x SD y
SD x
2.rxy
N 1 N 1 N 1 N 1
N Fx 2 Fx
2
SD=
N N 1
Dimana:
To = T observasi
N = Jumlah Siswa
MX
Fx
N
MY
Fy
N
Statistical Product Servis Solutions ( SPSS 16.0 ). Menurut Hartono dalam bukunya
yang berjudul SPSS 16.0 menganalisis data dengan menggunakan program SPSS
28
akan mempermudah penganalisaan penelitian dan tingkat kesalahannyapun lebih
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, Dj, Prof. Dr, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
29
Daradjat, Zakiah, 2004, Metidik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Akasara.
Depag RI, 2003, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Sisdiknas, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2005, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edekatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasution, S, Prof.Dr, 2000, Didaktik Azaz- Azaz Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Slavin, E. Robert, 2008, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktek, Bandung:
Nusa Media.
Ta’bid, Jurnal Pendidikan Islam, 2007, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Raden
Fatah Palembang.
Uno, Hamzah B, 2008, Teori Motivasi dan Pengukuran, Jakarta: Bumi Aksara.
30
Undang-Undang RI, Undang Undang Sistim Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar
Grafindo.
Zaini, Hisyam, dkk, 1999, Strategi Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Remaja Rosda
Karya.
31