Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, Ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat Bangsa dan Negara.1

Pendidikan Agama pada hakikatnya menjadi hak setiap orang karena

fungsinya adalah membentuk moralitas peserta didik, dalam Undang-Undang

Pendidikan Nasional No.30 Tahun 2003 ayat 2 disebutkan bahwa pendidikan

keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Agamanya atau menjadi ahli ilmu

Agamanya 2

Dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No.30 Ayat 1 tahun 2003

menyebutkan bahwa pendidikan Agama adalah pendidikan keagamaan yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau sekelompok masyarakat dari pemeluk Agama

sesuai dengan undang-undang.

Untuk mencapai tujuan pendidikan Agama maka perlu dilakukan usaha untuk

peningkatan terhadap pendidikan dan pembelajaran. Dalam proses pendidikan,


1
Undang-Undang RI, Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika,
2003, h. 2.
2
Depag RI, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
Sisdiknas, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam, 2003, h. 23.

1
belajar merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk tercapainya tujuan

pendidikan tersebut. Nana Sudjana mengartikan belajar itu adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan hasil belajar dapat

ditunjukkan sebagai bentuk seperti perubahan tingkah laku, pengetahuan,

pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, dan perubahan pada aspek

lainya yang terjadi pada individu yang belajar3. Dari pengertian di atas dapatlah

dikatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

perubahan tingkah laku. Maka dapat dilihat bahwa sesorang telah belajar dengan

adanya perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, emosional, tingkah laku.

Dalam pengertian lain bahwa belajar adalah suatu perubahan prilaku pada diri

seseorang baik perubahan kognitif, afektif dan psikomotor, karena tolak ukur

berhasilnya pembelajaran adalah ketiga hal tersebut.

Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan penting dalam tujuan

pendidikan Nasional. Untuk itu pendidikan Agama Islam haruslah membenahi diri

dengan cara meningkatkan kualitas sehingga bisa mencapai tujuan pendidikan

Nasional. Kualitas pendidikan Agama Islam yang diterapkan sekarang belum

menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20

tahun 2003 menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan yang


membentuk watak serta peradaban bangsa untuk berkembangnya potensi peserta

3
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996, h. 5.

2
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab”.4

Dengan demikian pendidikan Agama Islam yang diterapkan haruslah

memiliki beberapa kriteria yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, psikomotor,

kualitas pendidikan Agama Islam merupakan hal yang paling mendasar yang harus

diperhatikan sehingga dapat dijadikan media untuk mencetak sumber daya manusia

yang mampu bersaing dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya serta bisa

merealisasikan ilmu Agamanya di lingkungan masyarakat. Hal ini berarti harus ada

keseimbangan antara imtaq dan ipteg. Untuk mencapai hal tersebut tentu tidak

terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, oleh karena itu perlu adanya

berbagai upaya dalam Pendidikan Agama Islam tersebut.

Untuk mencapai tujuan pendidikan Agama tersebut terdapat komponen yang

saling terkait dan saling mempengaruhi diantaranya: kurikulum, guru, metode, alat,

dan sarana prasarana. Semua komponen tersebut harus saling terkait satu sama lain.5

Penggunaan strategi atau metode yang tepat sangat mempengaruhi kepada

hasil belajar karna berhasilya suatu proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh

strategi atau metode, dengan penggunaan strategi yang tepat dalam proses belajar

mengajar maka seorang guru akan mudah membimbing dan mengarahkan siswa

dalam proses belajar mengajar. Roestiyah NK mengungkapkan bahwa “Guru harus

4
Ta’bid, Jurnal Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Raden Patah,
Palembang, 2007, h. 152.
5
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2005, h. 162.

3
mempunyai strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, sehingga

mengena pada tujuan yang diharapkan”.6

Adapun strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan seorang

guru dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir pelajaran. Dengan

penggunaan strategi yang tepat maka siswa akan lebih aktif dalam proses

pembelajaran karena dalam sistim pembelajaran anak didik harus lebih aktif dari pada

guru Tugas guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator, 7 dari pengertian

tersebut dapatlah dipahami bahwa tugas guru tersebut adalah sebagai fasilitator dan

motivator. Dimana guru tersebut memfasilitasi siswa dan membangkitkan motivasi

siswa dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis

yang sangat penting, sering terjadi siswa kurang berprestasi bukan disebabkan oleh

kemampuanya yang kurang tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar sehingga

ia tidak berusaha mengarahkan semua kemampunya. Dengan demikian, siswa yang

berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampunya yang tendah akan tetapi

bisa disebabkan tidak adanya dorongan atau motivasi.8

Adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah niat atau dorongan untuk

berbuat sesuatu.9 Dengan adannya niat atau dorongan dari anak didik terhadap

pelajaran tersebut maka tentu saja proses pembelajaran akan berjalan dengan baik,

6
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 200, h. 1.
7
Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:PT Rineka
Cipta, 2000, h. 22.
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Media Group, 2008, h. 28.
9
Dj Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, h.

4
tidak akan tercapai suatu pembelajaran yang baik tanpa adanya dorongan dalam diri

anak tersebut.

Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa motivasi merupakan hal yang

sangat penting dalam proses pembelajaran karna berhasilnya suatu pembelajaran juga

tergantung kepada faktor motivasi, hasil belajarpun banyak dipengaruhi oleh

motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan maka makin berhasil pembelajaran. 10

Sehubungan dalam proses pembelajaran yang ada di SMK Masmur, seorang

guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih memakai metode tradisional

seperti, metode ceramah, Tanya jawab, dan metode diskusi, yang mana dengan

metode ini siswa merasa jenuh dalam proses belajar mengajar berlangsung, hal ini

terlihat seorang guru tersebut masih menggunakan metode ceramah dalam setiap

mata pelajaran, hal ini tampak jelas bagi siswa masih ada yang kurang semangat

dalam proses pembelajaran. Metode ceramah ini bukan berarti tidak epektif dalam

proses pembelajaran, Craton berpendapat bahwa metode ceramah dapat menjadi

metode yang efektif jika dipakai untuk pengajaran pada tingkat rendah.11 Akan tetapi

dalam metode ini seorang guru belum bisa membangkitkan motivasi siswa dalam

proses belajar mengajar.

Berdasarkan imformasi yang penulis dapatkan dari guru Agama dan dari

siswa kelas XI di SMK Masmur tersebut tampak gejala-gejala sebagai berikut:

1. Motivasi belajar siswa masih tergolong rendah.

10
S. Nasution Didaktik, Azaz-Azaz Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000, h. 76.
11
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 1999, h.
93.

5
2. Siswa tidak mau bertanya dalam proses pembelajaran

3. Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari

4. Pengetahuan dan tingkat penguasaan siswa masih tergolong rendah

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Penerapan Strategi Pembelajaran Group Investigasi Untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI di SMK Masmur Kecamatan

Sukajadi Kota Pekanbaru.”

Strategi ini merupakan sebuah bentuk pembelajaran zamannya Jhon Dewey

dan diperbaharui oleh Sholmo12. Group Investigasi (Investigasi kelompok) adalah tipe

pembelajaran yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran dan menuntut siswa

untuk kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan

proses kelompok dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa.13 Dalam

pandangan Tsoi, Goh dan Cia (2001), model pembelajaran investigasi kelompok

secara Filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi

yang di dalamnya siswa berintekrasi dan berkomunikasi satu sama lain dengan

berbagai impormasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk

menginvestigasikan suatu topik, merencanakan mempresentasikan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka.14 Adapun alur penerapan strategi ini seorang guru memberikan

suatu materi pelajaran lalu guru tersebut membagi kelompok antara 5-6 orang dan

lalu membahas topik pelajaran atas apa yang mereka selidiki, sesudah itu tiap tiap

12
Robert E. Slavin, Kooperatif Learning, Bandung: Nusa Media, 2008, h. 50.
13
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 344.
14
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2008, h. 116.

6
kelompok mengutus ketua kelompok masing masing agar mempresentasikan hasil

diskusi kelompok mereka.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka

perlu adanya penegasan istilah, yaitu:

1. Penerapan.

Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal memperaktekkan15

2. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan

efisien16.

3. Group Investigasi (Investigasi kelompok).

Group Investigasi (Investigasi kelompok) adalah tipe pembelajaran yang

melibatkan siswa sejak awal pembelajaran dan menuntut siswa untuk kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok

dalam kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa.17

15
Dani K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Putra Harsa, 2002, h. 613.
16
Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 126.
17
Kunandar, Guru Profesional, Op . Cit., h. 344.

7
4. Motivasi belajar.

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal kepada siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.18

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Sebaigaimana dipaparkan dalam latar belakang masalah maka pokok

permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih tergolong rendah

b. Dalam proses pembelajaran seorang guru tersebut masih

menggunakan metode tradisional yang mana keaktifan Pembelajaran

masih terletak kepada guru sedangkan siswa pasif.

c. Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran tersebut.

d. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi masih tergolong rendah.

2. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang mencakup kajian ini, maka untuk

mempermudah dalam melakukan penelitian ini, penulis membatasi masalah yang

akan diteliti sehingga penelitian ini difokuskan pada: Penerapan strategi pembelajaran

Group Investigasi untuk meningkatkan motivasi belajar pendidikan Agama Islam

(PAI) kelas XI di SMK Masmur Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru.

18
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 23.

8
3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah strategi

pembelajaran Group Investigasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran PAI kelas XI SMK Masmur Kecamatan Sukajadi kota Pekanbaru”.

D. Tujuan dan Mamfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan

dicapai adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa PAI

SMK Masmur kelas XI setelah diterapkanya strategi Group Investigasi.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang sebelumnya

kurang termotivasi sehingga proses pembelajaran mencapai hasil yang memuaskan

b. Bagi guru

Dengan diadakanya penelitian melalui startegi Group Investigasi ini

diharapkan guru dapat menggunakan startegi ini sebagai salah satu alternatif yang

bisa diterapkan di dalam proses pembelajaran dan dapat dijadikan masukan khusus

bagi guru pendidikan Agama Islam.

c. Bagi sekolah

9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Bagi penulis

Adapun mamfaat penelitian ini bagi penulis sendiri adalah, sebagai sarana

untuk belajar dalam pembuatan karya Ilmiah.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Teoretis

1. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat berhubungan dan saling

mempengaruhi. Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

10
upaya/ daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.19

Dalam arti lain motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang

menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. 20 Motif juga berarti keadaan

dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu guna mencapai suatu tujuan.21 Sedangkan motivasi dapat diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Menurut Mc. Donald

dikutip oleh Oemar Hamalik (1990) motivasi merupakan suatu perubahan energi di

dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi

untuk mencapai tujuan (motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction).22 Dalam proses

belajar sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dengan lingkungannya.23 Belajar sebagai perubahan tingkah laku

ini terjadi setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar yang menghasilkan hasil

belajar dalam bentuk penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu.

19
Sardiman A.M, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008, h. 71.
20
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran, Op. Cit., h. 3.
21
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 70.
22
Oemar Hamalik, Ibid., h. 106.
23
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003,
h. 2.

11
Hilgard dan Bower dalam bukunya Theries of Learning (1997)

mengemukakan.” Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang

ulang dalam situasi itu dimana dalam perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan atau dasar kecenrungan respon pembawaan kematangan, atau keadaan

keadaan sesaat seseorang.24

Maka motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki

oleh subjek belajar itu dapat tercapai.25 Dengan adanya motivasi dalam diri siswa

maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Karena

motivasi akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi

merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran (motivation is an

essential condition of learning). Hasil belajar akan semakin meningkat jika motivasi

yang diberikan tepat.

Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan, semakin besar kebutuhan

seseorang akan sesuatu maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapai sesuatu itu.

Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Motivasi internal/intrinsik yaitu

dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktifitas. Sedangkan

motivasi eksternal/ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu.

24
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 84.
25
Sardiman A.M, Op. Cit., h. 75.

12
Dalam kegiatan pembelajaran motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan

yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.26 Dorongan tersebut mengalir

dari dalam diri siswa akan kebutuhan belajar.

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan

dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan

belajarnya sendiri.27 Namun, tidak berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak

penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, atau

komponen-komponen belajar lain yang kurang menarik bagi siswa, yang memerlukan

adanya motivasi ekstrinsik ini.

Menurut Winkel ada beberapa bentuk motivasi ekstrinsik diantaranya adalah

a. Belajar demi memenuhi kebutuhan


b. Belajar demi memenuhi kewajiban
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi.
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti
orang tua dan guru
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat. 28

Dari pengertian di atas dapatlah diketahaui bahwa motivasi merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar semakin besar motivasi belajar

semakin tinggi hasil belajar.

Sementara itu menurut De Cocco dan Graw Frod (1974) menyatakan bahwa

ada 4 fungsi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa


26
Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstrutivistik, Jakarta: GP Press, 2008, h. 109.
27
Ibid, h. 109.
28
Ibid, h. 109.

13
a. Mengggairahkan siswa: Guru harus selalu memberikan pada
siswa banyak hal yang perlu dipikirkan serta memelihara kemauan
siswa dalam belajar
b. Memberi harapan: Guru harus memelihara harapan-harapan
siswa yang realitas dan memodivikasikan harapan harapan yang
kurang atau tidak realitas.
c. Memberikan insentif: Bila siswa mengalami keberhasilan, guru
diharapkan memberikan hadiah kepada siswa atas keberhasilanya,
sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha usaha lebih lanjut.
d. Mengarahkan: Guru harus mengarahkan tingkah laku siswa dengan
cara menunjukkan kepada siswa hal hal yang dilakukan tidak benar
dan meminta pada mereka melakukan sebaik baiknya.29

Lain lagi Motivasi menurut Maslow dalam Boeree (2006:276-290)

berpendapat bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutukan

kebutuhan tertentu kebutuhan dapat dihirarkikan ke dalam 4 kategori, sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis

b. Kebutuhan rasa aman

c. Kebutuhan cinta dan rindu.

d. Kebutuhan harga diri. 30

Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2008) menyatakan bahwa ada 3

fungsi motivasi:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan


motor penggerak dari setiap kegiatan yang dilakukan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.31

29
Slameto, Op. Cit., h. 175-176.
30
Martinis Yamin, Op. Cit., h. 99.
31
Ibid, h. 85.

14
Dalam kegiatan pembelajaran, peran guru sangat mendukung dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswanya. Maka guru harus mampu untuk

meyakinkan siswa, hasil belajar yang baik adalah suatu kebutuhan guna mencapai

sukses pada masa yang akan datang.

Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus

berusaha:

a. Merancang dan menyiapkan bahan ajar yang menarik


b. Mengkondisikan proses belajar aktif
c. Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan
d. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa dalam belajar
e. Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
f. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula
memberitahukan hasilnya kepada siswa
g. Memberikan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.32

2. Strategi Pembelajaran Group Investigasi.

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk

menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan Dick dan Kerry ( 1985 ) menerangkan bahwa startegi pembelajaran itu

adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama

sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa33.

Strategi pembelajaran Group Investigasi (Investigasi Kelompok) merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sejak awal

32
Aunurrahman, Op. Cit., h. 91-92.
33
Wina sanjaya, Strategi Belajar Mengajar, Op. Cit., h. 120.

15
pembelajaran dan menuntut siswa untuk kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam keterampilan proses kelompok dalam kelompok-kelompok yang

beranggotakan 5-6 siswa.34 Dalam implementasi tipe Group Investigasi ini guru

membagi kelas menjadi kelompok kelompok beranggota 5-6 siswa yang heterogen

kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keaakrapan,


35
persahabatan atau minat yang sama dengan topik tertentu. Keaktifan siswa dalam

investigasi kelompok ini diwujudkan dalam aktifitas saling bertukar pikiran melalui

komunikasi yang terbuka dan bebas, mulai dari kegiatan merencanakan sampai pada

pelaksanaan pemilihan topik-topik investigasi.

Strategi pembelajaran Group Investigation merupakan salah satu dari tipe

pembelajaran kooveratif, yang mana terbagi kepada empat macam yaitu Student

Teams Achievement Division ( STAD), Jigsau, Group Investigation, Think Pair

Sahre ( TPS ) dan Nambered Head Together ( NHT)36

Seperti yang dikutip Aunurrahman, Killen (1998) menyatakan bahwa model

investigasi kelompok merupakan cara yang langsung dan efisien untuk mengajarkan

pengetahuan akademik sebagai suatu proses sosial.37 Dan Joyce, Weil dan Chalhoun

juga mengemukakan bahwa model investigasi kelompok ini lebih menekankan

kepada kerja sama peserta didik dalam menyelesaikan tugas tugas kelompok. Maka

34
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 344.
35
Erianto, Mode- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2007, h. 59.
36
Ibid, h. 49.
37
Aunurrahman, Op. Cit., h. 117.

16
dari itu, penerapan model ini dalam kegiatan pembelajaran dapat memberikan

manfaat langsung bagi siswa dalam menggali pengalaman belajar mereka.

Klien (1998:146) memaparkan bahwa cirri-ciri esensial strategi Group

Investigasi sebagai pendekatan pembelajaran adalah:

a. Para siswa bekerja dalam kelompok kelompok kecil dan memiliki


indevendensi terhadap guru.
b. Kegiatan kegiatan siswa terpokus pada upaya menjawab pertanyaan
pertanyaan yang telah dirumuskan.
c. Siswa menggunakan pendekatan yang beragam dalam belajar
d. Hasil hasil dari penyelidikan siswa dipertukarkan diantara seluruh siswa.

Dan adapun langkah-langkah penggunaan strategi Group Investigasi:

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok


b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas-tugas kelompok
c. Masing-masing kelompok-kelompok membahas materi yang sudah ada.
d. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil
pembahasan kelompok
e. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan
f. Evaluasi
g. Penutup. 38

3. Penerapan strategi Group Investigasi dalam proses pembelajaran.

Adapun penerapan strategi pembelajaran Group Investigasi dalam penelitian

ini peneliti lakukan dengan beberapa tahap, tahap persiapan, penyajian kelas, dan

penutup.

a. Persiapan

Pada tahap persiapan ini guru melakukan dengan beberapa langkah:

38
Martinis Yamin, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gp Press,
2008, h. 76-77.

17
1. Memilih suatu topik bahasan yang sesuai dengan strategi Group

Investigasi ini.

2. Mempersiapkan bahan bahan yang yang akan dibahas dalam proses

berlangsungnya strategi Group Investigasi seperti, buku panduan, Al

Qur’an dan buku-buku lain yang berhubungan dengan materi yang di

bahas dalam proses pembelajaran tersebut.

3. Membuat lembaran kegiatan siswa (LKS)

Lembaran kegiatan siswa ini bertujuan agar siswa dapat

menggunakan langkah langkah strategi pembelajaran Group

Investigasi.

b. Penyajian di kelas

Pada tahan penyajian di depan kelas kegiatan yang dilakukan pada tiga tahap

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada tahap awal ini Guru

membuka kegiatan pembelajaran, menginfomasikan materi yang akan dipelajari,

mengabsen siswa, memotivasi siswa dan menyampaikan indikator yang akan dicapai

serta menjelaskan tugas-tugas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada

kegiatan inti guru membagi kelompok yang beranggotakan 5-6 orang yang hetrogen,

guru membagi LKS kepada seluruh siswa, guru membimbing dan mempasilitasi

siswa saat berlangsungnya proses strategi Group Investiagasi. Sesudah selesai

menyelidiki tentang materi tersebut, tiap tiap kelompok mengutus ketua kelompoknya

menyampaikan tentang hasil yang mereka bahas sama-sama. Pada kegiatan penutup,

18
guru dan murid bersamasama menyimpulkan materi dan guru menyebutkan materi

berikutnya.

c. Tahap evaluasi.

Pada tahap evaluasi, kegiatan yang dilakukaan adalah mengevaluasi

proses pembelajaran dengan memberikan tes atau ulangan.

4. Hubungan strategi Group Investigasi dengan motivasi belajar siswa

Dalam proses belajar mengajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

mencapai tujuan pembelajaran diantaranya adalah kurikulum, guru, metode, sarana

dan prasarana. Guru adalah salah satu faktor penentu dalam dalam proses belajar

mengajar. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar banyak hal

sebagaimana dikemukakan oleh Adam dan Decey antara lain guru sebagai pengajar,
39
pembimbing, dan motivator. Dari pengertian tersebut dapatlah kita ketahui bahwa

tugas guru adalah sebagai motivator, maka dalam meningkatan motivasi belajar siswa

ada hal-hal yang harus diperhatikan sehingga seorang siswa bergairah dan

bersemangat dalam berlangungnya proses pembelajaran. Adapun hal yang harus

diperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut diantaranya adalah strategi

pembelajaran, strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran dari awal sampai ahir pembelajaran, dengan penggunaan strategi

yang tepat dalam proses belajar mengajar maka akan dapat meningkatkan motivasi

belajar.

39
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Propesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 9.

19
Strategi pembelajaran Group Investigasi adalah tipe pembelajaran yang

melibatkan siswa sejak awal pembelajaran dan menuntut siswa untuk kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok dalam

kelompok-kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa.

Dalam proses pembelajaran investigasi kelompok ini, akan memuat empat hal

yang esensial, yaitu kemampuan melakukan investigasi, kemampuan mewujudkan

interaksi kemampuan menginterpretasi serta mampu menumbuhkan motivasi

instrinsik ( instrinsick motivation).40

Dari pengertian diatas dapatlah diketahui bahwa strategi pembelajaran group

investigasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dengan strategi group investigasi akan menumbuhkan

kemampuan interaksi sesama siswa dan kemampuan menginterpretasi dan mampu

menumbuhkan motivasi dalam diri siswa tersebut, dengan adanya motivasi dalam diri

siswa tersebut maka akan meningkatkan hasil belajas siswa, hasil belajarpun banyak

dipengaruhi oleh motivasi semakin tinggi motivasi belajar siswa semakin tinggi hasil

pembelajaran.

B. Penelitian Relevan

Strategi Group Investigasi pernah diteliti oleh Heni Fitria (2005) di MAN I

Pekanbaru dengan judul Penerapan Strategi Group Investigasi untuk meningkatkan

hasil belajar pada mata Pelajaran Matematika siswa kelas XI ternyata menurut hasil

temuan strategi ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

40
Aunurrahman, Op. Cit., h. 117.

20
C. Konsep Operasional

1. Strategi Pembelajaran Group Investigasi Sebagai variabel Bebas

(Independent Variable)

Strategi pembelajaran Group Investigasi ini merupakan variabel bebas

(Indevendent) yang mempengaruhi motivasi belajar Agama siswa. Pada variabel

penerapan strategi pembelajaran Group Investigation ini terdiri dari dua kategori.

a. Tanpa penerapan strategi pembelajaran Group Investigasi

b. Dengan penerapan Strategi pembelajaran Group Investigasi.

Penerapan strategi pembelajaran Group Investigasi dalam penelitian ini akan

peneliti laksanakan dengan cara sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Guru memilih materi yang akan disajikan dan membuat lembar

kagiatan siswa (LKS).

b. Guru menentukan jadwal pelajaran, membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

c. Guru menentukan teknik pembagian siswa dalam kelompok yang

beranggotakan 4-6 orang, dan bahan-bahan pendukung lainnya.

2. Pelaksanaan

a. Guru membuka kegiatan pembelajaran, menginfomasikan materi yang

akan dipelajari, mengabsen siswa, memotivasi siswa dan

menyampaikan indikator yang akan dicapai serta menjelaskan tugas-

tugas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

21
b. Pembentukan kelompok, guru mencari imformasi tentang kemampuan

akademik siswa, jenis kelamin, ras dan latar belakang agar siswa dapat

dikelompokkan secara heterogen. Kemudian mengelompokkan siswa

antara 4-6 siswa.

c. Guru membagikan teks bacaan berupa lembaran kerja siswa (LKS)

dan menjelaskan tentang posedur pelaksanaanya.

d. Dalam waktu proses pembelajaran guru membimbing dan

mengarahkan siswa.

e. Dari hasil investigasi, setiap ketua kelompok mempresentasikan hasil

diskusi mereka.

f. Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama membuat

kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

3. Penutup

a. Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama membuat

kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

b. Guru menyebutkan materi berikutnya.

2. Motivasi Belajar Siswa sebagai Variabel Terikat (Dependent Variable)

Motivasi belajar seseorang siswa dikatakan baik dapat dilihat dapat dilihat

dari pencapaian tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar pula

kesuksesanya dalam belajar. Pada Variabel Motivasi berbentuk tingkatan yaitu 5)

sangat tinggi; 4) Tinggi; 3) Sedang; 2) Rendah; 1) Sangat Rendah.

22
Menurut sardiman (2008) bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri

seseorang adalah sebagagi berikut:

a. Tekun mengerjakan tugas (dapat bekerja terus menerus dari waktu yang lama

tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa.

c. Dapat mempertahankan pendapatnya

d. Senang bekerja sendiri.

e. Senang mencari dan mencari soal

f. Cepat bosan pada tugas yan rutin

g. Tidak putus asa

h. Tidak mudah melepaskan hal hal yang diyakini 41

Dari cirri-ciri Motivasi diatas dapat dikatakan bahwa apabila siswa

mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar, maka prestasi belajar ia peroleh juga

tinggi. Sebaliknya, jika motivasi belajar siswa rendah maka hasil belajar siswa juga

rendah.

H. Asumsi dasar dan Hipotesis Tindakan

a. Asumsi Dasar .

a) Setelah menerapkan strategi Group Investigasi motivasi siswa dalam belajar

PAI lebih baik dari sebelumnya.

b) Dengan menerapkan strategi Group Investigasi siswa dalam belajar lebih

bergairah dalam proses belajar mengajar.

41
Sardiman A.M, Op. Cit., h. 85.

23
c) Setelah menerapkan strategi Group Investigasi nilai belajar siswa lebih baik

dari sebelumya

b. Hipotesis tindakan

Berdasarkan tinjauan teoretis yang dibahas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah jika digunakan strategi pembelajaran Group Investigasi pada

pelajaran Pendidikan Agama Islam maka dapat meningkatkan motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI SMK Masmur Kecamatan Sukajadi Kota

Pekanbaru.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian Eksperimental Class Research yaitu

sebuah penelitian yang peneliti lakukan langsung di kelas. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan satu lokal yaitu dengan membandingkan hasil motivasi belajar

sebelum dan sesudah penerapan dan menguji perbedaanya. Pada pertemuan pertama,

24
peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, pada pertemuan selanjutnya

peneliti menggunakan strategi Group Investigasi, analisis data dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan dengan program SPSS yaitu dengan membandingkan hasil

motivasi sebelum dan sesudah penerapan dan menguji perbedaanya. Perbedaan yang

berarti signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan, dan antara sebelum dan

sesudah penerapan menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini penulis lakukan pada semester genap tahun 2009,

waktunya pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan tempat

penelitian ini yaitu dilakukan di SMK Masmur kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK

Masmur tahun ajaran 2008/2009. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah

“Penerapan strategi pembelajaran Group Investigasi untuk meningkatkan motivasi

belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)”

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Masmur

yang berjumlah 160 siswa. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah 30

siswa yaitu lokal Tehnik Imformatika XI a.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

25
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang aktifitas guru

dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah proses

pembelajaran.

Untuk memperoleh data tersebut maka penulis akan menggunakan

beberapa jenis teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Lembar pengamatan, yaitu untuk untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Aktifitas guru yang diamati antara

lain: guru mengabsen siswa, guru menyebutkan indikator yang akan dicapai

oleh siswa, guru mengimformasikan materi yang akan dipelajari, guru

memotivasi siswa, membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6

orang siswa, guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar

berlangsung. Sedangkan aktifitas siswa yang akan diamati adalah delapan

indikator motivasi belajar tersebut.

2. Observasi, yaitu melalui teknik ini peneliti mengambil data aktifitas

pelaksanaan strategi pembelajaran Group Investigasi, data tersebut berguna

untuk mengetahui letak kekeliruan dalam pelaksanaan strategi group

invetigasi, agar dalam penerapan berikutnya peneliti dapat memperbaiki

kekeliruan tersebut sesuai dengan prosedur. dalam hal ini peneliti dibantu oleh

guru PAI untuk memperoleh data tentang aktifitas yang dilakukan peneliti dan

siswa sesuai dengan prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran Group

Investigasi, karena yang menerapkan strategi ini adalah peneliti sendiri

26
3. Dokumentasi, yaitu mengenai data siswa, nilai siswa, jadwal mata pelajaran

PAI dan lain-lainnya.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan (Obserpasi) kemudian

dianalisis dengan menggunnakan Analisis statistik deskriptif dan analisis statistik

Inverensial.

1. Analisis statistik deskriptif

Tehnik analisis ini digunakan mendiskripsikan tentang data tentang motivasi

siswa selama proses pembelajan. Analisis data tentang motivasi ini dilakukan dengan

melihat kesesuaian rencana tindakan. Analisis ini digunakan perindividu baik data

dari selama proses pembelajaran tanpa tindakan maupun proses proses pembelajaran

dengan tindakan.

2. Analisis Statistik Inferensial

Tehnik analisis ini digunakan untuk menganalisa keberhasilan tindakan.

Untuk menguji keberhasilan dengan membandingkan bobot dari motivasi siswa yang

diberikan tindakan. Selanjutnya untuk menguji apakah pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran Group Investigasi (Investigasi kelompok) dapat

meningkatkan motivasi belajar. Maka untuk mengetahuai apakah penerapan strategi

Group Investigation (Investigasi kelompok) dapat meningkatkan motivasi belajara

siswa PAI maka dapat digunakan dengan rumus tes “t”. 42 Pada rumus tes “t”

t
dilakukan perhitungan to untuk menghitung harga o
yakni:
42
Hartono, Statistik untuk Penelitian , Yogyakarta : LSFK,P, 2006, h. 171.

27
m x m y
2
To = 2
 SD y   SD x   SD y 
 SD x 
      2.rxy
    
 N  1  N  1   N  1  N  1 

N  Fx 2    Fx 
2

SD=
N  N  1

Dimana:

To = T observasi

M x =Mean bobot motivasi belajar sebelum penerapan

M Y = Mean bobot motivasi belajar setelah penerapan

SD X =Standar deviasi sebelum penerapan

SDY =Standar deviasi setelah penerapan

N = Jumlah Siswa

Menghitung mean sebelum dan setelah penerapan

Mean sebelum penerapan:

MX 
 Fx
N

Mean sesudah penerapan:

MY 
 Fy
N

Dalam menganalisis data tersebut peneliti menggunakan program

Statistical Product Servis Solutions ( SPSS 16.0 ). Menurut Hartono dalam bukunya

yang berjudul SPSS 16.0 menganalisis data dengan menggunakan program SPSS

28
akan mempermudah penganalisaan penelitian dan tingkat kesalahannyapun lebih

kecil.

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman, 2008, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Aunurrahman, Dr.M.Pd, 2008, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Badudu, Dj, Prof. Dr, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

29
Daradjat, Zakiah, 2004, Metidik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Akasara.

Depag RI, 2003, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Sisdiknas, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2005, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edekatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta.

, Psikologi Belajar, 2000, Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar, 1998, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Kunandar, S.Pd, M.Si, 2007, Guru Profesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Majid, Abdul, 2005, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Nasution, S, Prof.Dr, 2000, Didaktik Azaz- Azaz Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Roestiyah, NK., 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina, 2006, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka


Cipta.

Slavin, E. Robert, 2008, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktek, Bandung:
Nusa Media.

Sudjana, Nana, 1996, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi, Drs, 2006, Psikologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Ta’bid, Jurnal Pendidikan Islam, 2007, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Raden
Fatah Palembang.

Uno, Hamzah B, 2008, Teori Motivasi dan Pengukuran, Jakarta: Bumi Aksara.

30
Undang-Undang RI, Undang Undang Sistim Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar
Grafindo.

Yamin, Martinis, 2008, Paradigma Penddidikan Konstruktifvistik, Jakarta: GP Press.

, 2008, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: GP


Press.

Zaini, Hisyam, dkk, 1999, Strategi Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Remaja Rosda
Karya.

31

Anda mungkin juga menyukai