Anda di halaman 1dari 30

RATIH PRAJNYA P.

060810150

FUNGI
PENDAHULUAN

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik
heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam
sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar
anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud
adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal
fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang
sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak
diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur
berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan
perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur
memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh
jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah
Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh
buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες, “lendir”,
dan λογοσ, “pengetahuan”, “lambang”).

KLASIFIKASI

KERAJAAN : Fungi

DOMAIN : Eukaryota

PENYUSUN SELULER : Multiseluler

DEVISI :

 Chytridiomycota

Umumnya dikenal sebagai chytrids, jamur ini memproduksi zoospora (kecil, tubuh
bersel tunggal yang dihasilkan di ujung bengkak hyphae) yang mampu bergerak
sendiri karena mempunyai flagella. Chytridiomycetes adalah jamur yang paling
primitive. Dalam klasifikasi, mereka ditempatkan di kelas Phycomycetes di bawah
subdivisi Myxomycophyta.

 Deuteromycota
 Zygomycota

Bereproduksi secara seksual dengan meiospores yang disebut zygospores dan secara
aseksual dengan sporangiospores. Salah satu contohnya adalah Mucor.

 Glomeromycota

Juga dikenal sebagai jamur mikoriza mycorrhizal, ini membentuk sebuah kelompok
kuno dengan sisa-sisa fosil sejak 400 juta tahun. Hanya satu spesies telah diamati
membentuk zygospores; semua spesies lain hanya bereproduksi secara aseksual.

 Ascomycota

Termasuk septa hyphae, spora seksual dalam ascus dan spora aseksual pada conidia:
Piala jamur, ragi, jamur: atlet foor, kurap.

 Basidiomycota

Hyphae biasanya septa, sering bertubuh buah besar, spora diproduksi pada basidium:
jamur, puffball, istirahat, Smuts.

KELAS FUNGI

 Zygospore Fungi
 Sac Fungi
 Imperfect Fungi
 Club Fungi

TIPE FUNGI :

Makrofungi / Makromyces

 Mushroom

- Termasuk multiseluler

- Terdiri dari hypha

- Tubuhnya adalah mycelium yang terdiri banyak hypha

- Contoh : Braket jamur, toadstools, puffball


Mikrofungi / Makromyces

 Yeast / khamir

- Termasuk uniseluler

- Reproduksi secara budding / tunas

- Digunakan dalam proses pembuatan roti , fermentasi minuman beralkohol,


dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar.

- Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada


juga yang digolongkan dalam Basidiomycota

- Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan


infeksi pada manusia (kandidiasis).

 Mould / kapang

- Termasuk multiseluler

- Tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak
diolah.

- Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes

- Penyebab penyakit pada hewan seperti kurap atau infeksi jamur kronis

- Penyebab penyakit pada tanaman seperti hawar dan Smuts

- Sumber dari beberapa antibiotik

- Digunakan dalam pembuatan keju

 Fungi dimorfik

Mempunyai dua fase yang terlihat bila ditumbuhkan pada suhu yang berbeda

a. Fase khamir pada suhu 37°C

b. Fase kapang pada suhu 24°C - 28°C. Contoh : Sporothix schenckii,


Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitidis, Coccidiodes immitis.
STRUKTUR :

 Tersusun dari filamen yang disebut Hypha

 Mempunyai dinding sel dan tersusun dari chitin

 Tidak mempunyai flagella pada setiap fase siklus hidupnya

 Tumbuh di tempat sumber makanannya

NUTRISI :

 Fungi adalah heterotrof

 Tidak dapat memproduksi makanan mereka sendiri

 Kebanyakan spesies fungi adalah saprotropik dan pembusukan pada bahan mati

 Banyak yang parasit-memperoleh nutrisi dari organisme hidup  

 Dapat menguraikan sebagian besar senyawa organik, termasuk lignin (komponen


utama dari kayu)

 Mempunyai digesti ektraseluler yang mensekresi enzim ke lingkungan dan menyerap


nutrisi yang dihasilkan.   

 Menyimpan makanan mereka sebagai gylcogen (seperti binatang)

 Tanaman dan ganggang hijau menyimpan makanan sebagai kanji

REPRODUKSI :

Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi
dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler serta pemutusan benang hifa
(fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi
multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual
dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan
tahap kariogami.

CARA HIDUP :
Fungi hidup menyerap zat organik dari lingkunganya. Berdasarkan cara memperoleh
makannya, fungi mempunyai sifat sebagai berikut:

 Saprofit
 Parasit
 Mutual

HABITAT :

Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat
yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun
demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau
d air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.

PERTUMBUHAN

Tumbuh dan berkembangbiak pada kulit, selaput lendir, jaringan organ tubuh hewan dan
manusia. Sebagai agen penyebab infeksi disebut mycosis. Sedangkan memproduksi metabolit
yang toksis disebut mikotoksin.

Pertumbuhan apikal
Pertumbuhan apikal merupakan bagian terpenting bagi fungi. Dan karakter pertumbuhan
apikal ini merupakan faktor penting bagi fungi terutama sebagai dekomposer dan parasit.

Pertumbuhan apikal pada hifa mempunyai kecepatan tumbuh + 40 µ/menit (pada Neurospora
crassa), sitoplasma mengalir ke ujung. Material pertumbuhan disuplai oleh hifa di belakang
pucuk tepatnya di daerah atau zona pertumbuhan perifer. Zona pertumbuhan perifer zona
sepanjang hifa yang diperlukan untuk menjaga agar laju perluasan maksimum tetap terjadi
pada ujung hifa.
Mekanisme pertumbuhan apikal
Adalah merupakan fungsi kesetimbangan antara proses lisis dan sintesis pada dinding ujung
yang mengarah pada dua mekanisme, yaitu:
1) perluasan secara plastis bagian apikal dan
2) pengerasan bagian di belakang pucuk.

Pada pertumbuhan apikal diketahui ada banyak gelembung/vesikel yang mengumpul pada
bagian tersebut. Diduga vesikel-vesikel tersebut berasal dari badan golgi yang berada di
bagian sub apical (belakang pucuk) yang kemudian ditransfer ke bagian apikal dan menyatu
dengan membran plasma untuk melepas kandungannya yang diperlukan bagi pertumbuhan
dinding. Gelembung-gelembung tersebut diduga berisi material untuk keperluan sintesis,
diantaranya adalah:

1. Enzim-enzim yang mempunyai kemampuan mematahkan ikatan material dinding dan


memungkinkan dinding untuk meregang karena adanya tekanan turgor dari dalam.
2. Material-material baru dinding sel dan enzim-enzim pensintesa dinding yang
dimaksudkan untuk pembentukan dinding baru (khitin sintase, glukan sintetase,
mannoprotein)
3. Material untuk menambah luas permukaan plasmalemma baru dengan adanya
penambahan membran-membran dari gelembung.

Faktor yang mendorong terjadinya pertumbuhan apikal


Beberapa studi menunjukkan bahwa sitoskeleton mempunyai peran utama dalam
pertumbuhan apikal yaitu pada saat sitoskeleton berinteraksi dengan motor protein (mysosin)
dan kalsium. Motor protein mampu mendorong vesikel ke bagian apikal sedang kalsium
dapat menyebabkan kontraksi actin yang pada gilirannya menyebabkan melarnya membran.
Bagian apikal dapat terdorong maju oleh adanya polimerisasi actin, protoplasma akan
mengalir ke depan dengan bantuan motor protein yang berinteraksi dengan komponen
komponen sitoskeleton. Komponen-komponen sitoskeleton juga menyebabkan vesikel-
vesikel tertransfer ke ujung.
Bagian ujung bisa terbentuk
Studi perkecambahan spora.
Pada perkecambahan spora terjadi penggelembungan karena adanya hidrasi, kemudian
makin membesar karena adanya aktivitas metabolisme. Hasilnya adalah adanya penambahan
material baru pada bagian permukaan sel. Akhirnya terbentuklah buluh kecambah hifa muda
dari suatu titik tertentu pada permukaan sel.

Dalam pertumbuhannya fungi juga menunjukkan fenomena tropisme baik yang terjadi pada
perkecambahan spora maupun pertumbuhan hifanya.
Tropisme respon arah pertumbuhan yang terjadi sebagai tanggapan organisme terhadap
rangsangan dari luar. Contoh tropisme pada spora adalah pada saat jumlah spora begitu besar
sehingga spora tersusun rapat antara satu dengan lainnya. Bagian yang akan tumbuh adalah
bagian yang tidak berlekatan dengan spora tetangganya. Kondisi yang terjadi jika ujung
kecambah hifa muncul dari tempat yang jauh dari bagian spora yang bersentuhan disebut
dengan autotropisme negatif.

Tropisme pada hifa.


Untuk pertumbuhannya fungi membutuhkan nutrien-nutrien organik, namun menariknya
adalah tropisme pada hifa hampir tidak tergantung pada kebutuhan nutrien (hanya
pada oomycota tropisme dipengaruhi nutrien). Jika tropisme terjadi karena pengaruh nutrien
maka hifa akan membentuk percabangan yang mengarah pada sumber nutrien. Sementara itu
faktor yang menyebabkan terjadinya tropisme lebih banyak disebabkan oleh faktor non-
nutrien seperti adanya metabolit volatil (aldehid, metanol atau alkohol).

Siklus hidup sel yeast.


 Secara mendasar proses pertumbuhan yeast adalah tidak berbeda dengan
pertumbuhan hifa. Pertumbuhan yeast terlokalisasi di daerah pertunasan, hal ini mirip
dengan mekanisme pertumbuhan yang terjadi pada bagian apikal hifa. Siklus hidup
yeast dibedakan atas empat fase, yaitu G1 (gap pertama), S (sintesis DNA), G2 (gap
ke dua) dan M (mitosis). Setiap kali satu siklus terselesaikan maka akan tumbuh satu
tunas.
 Pada fase G1 ada tahapan penting yang disebut “start”. Pada tahapan ini sel akan
berintegrasi dengan informasi dari dalam sel dan dari tanda-tanda lingkungan untuk
memutuskan apakah sel ini akan memasuki fase stasioner ataukah menjalani proses
reproduksi seksual. Selama G1 ini sel melakukan akumulasi nutrien dan mensintesis
komponen-komponen sel.

Percabangan pada fungi.


 Pada hifa menunjukkan adanya dominansi apikal.
 Terjadi percabangan menyebar antar hifa Polanya adalah dengan menjaga jarak
dan mengisi ruang. Beberapa fungi menunjukkan adanya tropisme.
 Kerapatan percabangan dipengaruhi oleh kadar nutrien dari medium. Umumnya
mengikuti kurva linear tetapi dengan penambahan nutrien akan menambah
percabangan.

Miselium mempunyai siklus duplikasi (sama dengan sel yeast) yaitu suatu bentuk hubungan
antara jumlah sitoplasma, pembelahan inti dan percabangan. Artinya setiap ujung apikal
mempunyai jumlah kritis volume sitoplasma tertentu (unit) pembelahan inti dan
pembentukan septa akan terjadi jika jumlah unitnya menjadi berlipat.
Contoh: pada percabangan Basidiobolus ranarum. Pada saat sintesis sitoplasma telah
mencapai volume yang cukup, nukleus yang besar akan membelah dan sebuah septa/sekat
akan terbentuk sehingga membentuk dua sel. Ujung sel yang baru selanjutnya tumbuh dan
mengulang lagi proses seperti sebelumnya, sehingga pada akhirnya setelah septa terbentuk
sempurna maka percabangan baru juga akan terbentuk.

Peristiwa siklus duplikasi ini dapat dihitung dengan menghitung unit pertumbuhan hifa (G)
(a hyphal growth unit) dengan rumusan sebagai berikut:

Panjang total dari miselium


G=
Jumlah ujung hifa

Pertumbuhan kinetik
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai penambahan jumlah sel atau biomasa yang
berurutan dan teratur seiring dengan waktu. Pertumbuhan meliputi jumlah sel, berat kering,
kandungan protein, kandungan asam nukleat dan seterusnya.

Beberapa fase pertumbuhan pada yeast adalah


Fase lag, pertumbuhan eksponensial atau logaritmik, fase penurunan, fase stasioner, fase
autolisis atau kematian. Selama fase pertumbuhan eksponensial satu sel akan menghasilkan
dua sel pada satuan waktu tertentu.

Laju pertumbuhan spesifik (µ) adalah laju pertumbuhan selama fase eksponensial.
Selanjutnya nilai µ dapat dihitung berdasar persamaan berikut:

(log 10 Nt – log 10 N0)


µ= 2,303
(t – t0)

Contoh: jika N0 = 103 sel/ml dan Nt = 105 sel/ml dan t = 4 jam , maka

( 5 – 3) 2,303 2,303
µ= = = 1,15/jam
4 2
Dari perhitungan ini kita tahu bahwa mean doubling time atau waktu generasi (g) atau waktu
yang diperlukan untuk sebuah penggandaan/duplikasi lotgaritmik alami adalah:

loge 2
g=
μ
0,693 0.693
g= = = 0,60 jam
µ 1,15

MORFOLOGI

Secara Makroskopis

Terlihat koloni dan terbentuk hifa dan spora

 Kecepatan pertumbuhan

Saprofit selama5 hari (cepat)

Dermatofit selama 5- 10 hari (sedang) dan > 10 hari (lambat)

 Warna (pigmen)

Umunya mempunyai dua permukaan yang sama

 Tektur berdasarkan panjang pendeknya hifa dan bentuk spora/ konida

- Glabrous : seperti kulit/ lilin hifa aerial sedikit

- Velvety : koloni menyatu dengan media halus seperti beludru

- panjang hifa merata.

- Yeast like : seperti koloni bakteri hifa aerial

- Cottony : hifa aerial panjang tampak kusu spora yang banyak

- Granular / powdery: konidia/ spora banyak hifa yang rata/ datar

 Topografi (bentuk permukaan)


- Flat : permukaan datar

- Rugose : alur redial terpusat di tengah (seperti ruji sepeda)

- Folded : alur berlekuk- lekuk / berlipat- lipat

- Crateriform : seperti gunung berapi (cekung tengah)

- Verrucose : banyak tonjolan yang kasar

- Cerebriform : koloni seperti otak

Secara Mikroskopis

 Hifa (ada/ tidak)

- Hifa ke atas hifa aerial


- Hifa ke media hifa somatik
- Septa (ada/ tidak) konostik

- Bercabang atau tidak

 Spora / konidia

Susunan khas bergerombol

 Rhizoid (ada/ tidak)

Secara Teknisi

 Natif perwarnaan LCB (Lactofenol Cotton Blue)

 Slide culture (menurut Riddel)

 Isolasi / selotip

PATOGENITAS

BLASTOMYCES DERMATITIS

Penyebab : Blastomycosis

Ada 3 macam bentuk klinis:


 cutaneous,
 pulmonary,
 systemic

Cutaneous terjadi penyebaran pada kulit, biasanya berbentuk nodule atau pustule
kemudian pecah dan keluar nanah. Dan dapat juga berbentuk verrucous dan granulomatous.
Lesi ini biasanya terjadi pada daerah tertutup pakaian dan dapat salah diagnosa dikira
squamous cell carcinoma. Selain dikulit lesi ini dapat terjadi dimucosa hidung, mulut, dan
larink.

Blastomycosis pada karnivora

Blastomyces dermatitidis mempunyai dua fase:

 Pada fase mycelium: terbentuk hyphe bersepta dan conidia

 Blastomyces dermatitidis (fase yeast): sel yeast berkembang biak dengan membentuk
anak dan akhirnya membesar kemudian terlepas dari sel yeast ibu. Sel yeast ibu
dengan anak yang masih melekat disebut blasoconidia.

Blastomyces dermatitidis dengan perwarnaan GMS(Gomori Methenamine Silver) pada suhu


37° C sel yeast berdinding tebal dan mempunyai celah yang lebar.

Blastomyces dermatitidis dengan pewarnaan H&E ditemukan sel yeast berdinding tebal dan
mempunyai celah yang lebar.

Blastomyces dermatitidis dengan pewarnaan GMS-H&E ditemukan sel yeast berdinding


tebal dan mempunyai celah yang lebar

Morfologi :

hifa bersepta, konidia besar bulat atau seperti buah pear (diameter 2-10 mikron), panjang
konidiofor tidak sama, kadang konidia langsung dari hifa.
MYCETOMA

Definisi

Merupakan suatu infeksi kronis pada daerah tropis maupun subtropics, seperti yang
ditemukan di Brazil, Mexico, Arab, dan beberapa daerah di India. Mycetoma
merupakan suatu syndrome yang diidentikkan dengan tumor dan sinus yang
mengeluarkan pus (nanah). Mycetoma berlokasi pada cutaneus dan subcutaneous
jaringan, fascia, ataupun pada tulang. Perubahan yang ditunjukkan berupa
pembengkakan, granulomata, dan kekeringan pada sinus. Sinus akan mengeluarkan
suatu granule/grains atau seperti butiran pasir yang mengandung fungi atau bakteri.
Pada pewarnaan GMS(Gomori Methenamine Silver) bentuk granule tidak teratur,
yang didapatkan hiphae dan clamydoconidia. Pada beberapa kasus, mycetoma
mempunyai beberpa sinonim, yaitu Madura foot, maduromycetoma, dan
maduromycosis.

Jenis mycetoma

Bacterial mycetoma

Disebabkan oleh bakteri dan dikenal sebagai Actinomycetoma.

fungal mycetoma

Disebabkan oleh fungi dan dikenal sebagai Eumycetoma.

Jenis-jenis fungi penyebab mycetoma


 Eumycotic mycetoma (granule color)
 Acremonium falciforme (white)
 Acremonium recifei (white)
 Aspergillus nidulans (white)
 Exophiala jeanselmei (black)
 Leptosphaeria senegalensis (black)
 Madurella grisea (black)
 Madurella mycetomatis(black)
 Neotestudina rosatii (white)
 Pseudallesheria boydii (white to yellow)

Patogenesis

Penyakit ini biasanya muncul pada para pekerja yang berada di daerah pertanian,
lebih khusus pada pria dengan usia 20-40 tahun. Penyakit ini terjadi karena adanya
spora bakteri atau fungi yang terdapat dalam tanah. Pseudoallescheria boydii spp.
adalah salah satu contoh fungi penyebab penyakit ini. Adanya infeksi karena penyakit
ini tampak dengan adanya bentukan seperti agar-agar/ yogurt saat sudah dewasa.
Penyebaran yang tidak sewajarnya juga bias terjadi, yaitu terjadinya hematogenus dan
penyebaran pada limpha. Normalnya, infeksi pertama ditemukan pada daerah kaki
atau tangan dan akan berjalan kearah lengan.
ASPERGILLUS

Spesies : Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Aspergillus glaukus, Aspergillus flavus


dan Aspergillus candidus

Fungi tumbuh cepat (3 hari)

Koloni mula- mula putih lama- lama (tergantug spesies) seperti kapas baliknya putih atau
cokelat.

Morfologi :

 Hifa bersepta (diameter 2,5- 8,0 mikron)

 Terdapat konidiofor, tidak bercabang mincul dari “foot cell”

 Bentuk spora konidia


 Pada “uniserate form” vesikel phialid/ sterigmata konidia
 Pada “biseriate form” vesikel metula phialid/ sterigmata
konidia

Penyebab : Aspergillosis

Gambar : Aspergillosis

Aspergillosis adalah penyakit jamur pada unggas, burung-burung liar termasuk penguin dan
mamalia yang sudah lama dikenal di beberapa negara. Jenis Aspergillus yang dianggap
pathogen untuk hewan adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Aspergillus
glaukus dan mungkin juga Aspergillus flavus dan Aspergillus candidus. Patogenesis dari
Aspergillus sp., dipengaruhi oleh beberapa faktor :

 jumlah toksin dan jenis toksin yang dihasilkan,

 organ yang terserang


 daya tahan tubuh hewan

 infeksi sekunder.

Gambar : Aspergillus fumigatus

Gambar : Aspergillus fumigatus

Toksin yang dihasilkan suatu spesies jamur seperti Aspergillus sp dikenal dengan
istilah mycotoksin. Biasanya jamur-jamur tersebut tumbuh pada hasil-hasil pertanian yang
tidak mendapat penanganan yang baik pada pasca panen. Mycotoxin yang dihasilkan oleh
species Aspergillus yaitu CPA, Aflatoxin B1, B2, G1, G2 , dan Ochratoxin A. (Devegowda
dalam Diaz, 2005).

Saat ini, beberapa mycotoxin yang sudah teridentifikasi di Indonesia yaitu AFB1,
ZEN, DON dan CPA (Litbang Pertanian, 2001) dan dipertegas oleh Devegowda (2005)
bahwa hampir 81% sample dari feedmill yang ada terkontaminasi oleh CPA. Keberadaan
CPA ini merupakan ancaman bagi saluran pencernaan unggas (Devegowda dalam Diaz,
2005).

Faktor-faktor pendukung timbulnya asperegilosis adalah keadaan kandang dengan


ventialsi yang kurang memadahi, kandang berdebu, kandang dengan kelembaban tinggi dan
temperature relative tinggi (>25OC), kadar ammonia tinggi, liter basah dan lembab, pakan
lembab dan berjamur, penyakit imunosupresif, pencemaran pada inkubator dan temperatur
pemanas yang rendah pada saat pemeliharaan DOC. (Tabbu. 2000)

Patogenesis dan Patogenesitas pada unggas

Di Indonesia kejadian-kejadian penyakit tersebut sering terlihat pada ayam, itik dan
angsa bersifat menahun. Aspergillosis pada unggas merupakan penyakit pernafasan yang
bersifat berat dan juga dapat menimbulkan lesi pada organ lain seperti hati, otak dan mata.
Penyakit ini disebut juga brooder pneumonia, micotik pneumonia dan fungal pneumonia.
Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis. Sifat akut biasa terjadi pada ayam yang masih
muda dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sedangkan yang bersifat
kronis biasa ditemukan pada ayam dewasa tetapi morbiditas dan mortalitasnya rendah.
Aspergillus sp dapat masuk kedalam tubuh unggas dan menyebabkan aspergillosis melalui :

 Inhalasi spora

 Pakan yang terkontaminasi

 Telur yang mengandung spora

Penyakit ini dapat ditemukan dalam beberapa bentuk yakni :

 Bentuk pulmonun, ditemukan pada burung puyuh, kalkun, ayam dan berbagai jenis
burung liar atau peliharaan tertama penguin

 Bentuk sistemik, ditemukan pada kalkun dan ayam

 Bentuk kulit jarang muncul dan dapat ditemukan pada ayam dan burung merpati yang
ditandai dengan adanya dermatitis granulomatosa.

 Bentuk tulang (osteomikosis), ditemukan pada ayam yang ditandai adanya infeksi
Aspergillus sp pada tulang punggung dan dapat mengakibatkan terjadinya paralisis,
merupakan perluasan infeksi dari pulmo yang menyebar melalui sirkulasi darah.

 Bentuk mata, ditemukan pada ayam dan kalkun yang bersiaft unilateral dan lesi pada
konjugtiva dan permukaan luar mata yaitu adanya pembentukan eksudat kaseus
(plaque) dibawah membrane nictitans, keratitis radang (kornea) dan infeksi pada
bagian superficial mata.

 Bentuk encephalitik, ditemukan pada ayam, kalkun dan itik. Adanya lesi oleh hyphae
dari Aspergillus sp, gangguan syaraf pusat atau lesi pada otak.

Spora yang masuk kedalam tubuh unggas, terbawa aliran darah sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ. Setiap mycotoxin mempunyai efek negatif
pada target organ yang berbeda-beda, misalnya Aflatoxin menyebabkan kerusakan pada hati
sedangkan Ochratoxin A menyebabkan kerusakan pada ginjal ternak. Secara umum serangan
mycotoxin pada ternak unggas mengakibatkan :

 Terjadi immunosuppresion (dikarenakan ada kelainan tymus dan bursa fabricus


sebagai pabrik antibody)

 Penurunan Feed Intake

 Produksi telur akan terganggu serta turunnya hatchability

 Pertumbuhan bobot badan (PBB) yang rendah

 FCR tinggi

 Penurunan pigmentasi kulit

 Terjadi kelainan organ dalam seperti gizzard, hati dan ginjal.

 Peningkatan mortality

Menurut BASF, 1998 diantara beberapa akibat diatas, ada satu yang benar-benar
harus dicermati yaitu terjadinya imunosuppression. Apabila ini telah terjadi maka dapat
diprediksikan bahwa di farm tersebut akan terjadi invasi dari virus/bakteri pathogenic.
Dengan terjadinya penurunan daya tahan tubuh (immune), maka ternak tersebut akan lebih
mudah terinfeksi virus/bakteri yang gejalanya lebih jelas daripada faktor primernya
(mycotoxin)

Masing-masing ternak mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap kontaminasi


mycotoxin dalam pakan. Dengan kata lain apabila kandungan mycotoxin didalam pakan
masih dalam batas ambang aman, maka ternak tersebut masih bisa bertahan, tidak mengalami
kematian hanya terganggu proses-proses metabolismenya dan apabila kandungan mycotoxin
telah melebihi batas ambang aman maka ternak tersebut mulai menampakkan gejala-gejala
mycotoxicosis tersebut diatas.

Menurut BASF, 1998 menyebutkan bahwa ayam broiler mampu mentoleransi


aflatoxin sebesar 0.010 ppm (10 ppb) sedangkan ayam layer mampu sampai dengan 0.02 ppm
(20 ppb). Dan menurut Romindo, 2004, untuk semua unggas muda masih bisa bertahan
terhadap kontaminasi Aflatoxin sampai dengan 0.05 ppm (50 ppb), untuk unggas dewasa
sampai dengan 0.10 ppm (100 ppb) (Devegowda dalam Diaz, 2005).

Patogenesis dan Patogenesitas pada hewan lain


Pada kuda, sapi dan babi Aspergillus sp. terinhalasi, dapat menyebabkan aspergillosis
yang bersifat pneumomikosis. Aspergillus sp yang berada dan terbawa dalam aliran darah
dapat menyerang otak dan selaput-selaputnya. Aspergillus sp. Juga menyebabkan abortus bila
menyerang selaput janin.

Aspergillosis paru-paru sekunder

Aspergillosis paru-paru sekunder terjadi bila si penderita sebelumnya mempunyai


penyakit TBC (tuberkulosis paru), Diabetes Mellitus, kanker paru, dan pada penderita yang
diberi pengobatan antibiotika serta obat kortikosteroid untuk jangka waktu lama dalam dosis
tinggi.

Gambar : Aspergillosis paru- paru

Otomycosis

Aspergillosis lain yang menyerang liang telinga disebut Otomycosis (jamur telinga).
Aspergillosis pada liang telinga yang menyebabkan Otomycosis, gambaran kliniknya berupa
kelainan yang menyerang liang telinga bersifat subakut atau menahun. Pada permukaan
tampak hyperemia kulit liang telinga dan membrana tympani. Terdapat sisik pada kulit,
kadang-kadang ada cairan bening. Keluhan terutama gatal.
Identifikasi jamur didasarkan biakan pada agar Sabouraud dalam suhu kamar.

Keratomycosis

Aspergillosis yang menyerang kornea mata disebut Keratomycosis (jamur kornea mata). Pada
aspergillosis yang menyerang kornea mata, cara infeksinya dengan trauma yaitu tusukan
benda yang mengandung spora. Gambaran kliniknya dijumpai Ulcus Kornea disertai Infiltrat
atau Abses dan sering disertai Hypopyon yaitu endapan sel-sel radang pada Kamera Oculi.

Oncychomycosis

Aspergillosis apabila menyerang permukaan kuku disebut Oncychomycosis (jamur kuku),


dan dan pernah di dapatkan sebagai Mycetoma atau aspergillosis berbagai alat tubuh lainnya.
Infeksi Aspergillus pada kuku yang sering dikenal dengan sebutan Tinea Unguium (Ring
Worm of the nail) terjadi secara kontak langsung. Gambaran kliniknya berupa kelainan yang
mengenai satu kuku atau lebih. Permukaan kuku tidak rata. Kuku menjadi rapuh atau keras.
Kelainan dapat mulai dari proksimal atau distal tergantung pada penyebabnya. Dapat disertai
paronychia.

COCCIDIOIDES IMMITIS

Tumbuh sedang (10 hari), kadang 2-5 hari tetapi spora 1-2 minggu.

Koloni tumbuh baik pada SDA, mula- mula koloni keabu- abuan, licin, selaput kemudian
berubah warna menjadi putih seperti kapas selanjutnya berwarna cokelat.

Morfologi Mikroskopis:

Hifa bersepta, bercabang, arthroconidia “barrel- shape” dengan dinding tebal. Pada kultur
muda terhadap “Racquet hyphae”, anthroconidia bersifat sangat infeksius.

Penyebab: coccidiomycosis
Sejarah

Kasus koksidiomikosis ditemukan pertama kali oleh Posadas dan Wernicke pada tahun 1892
di Argentina. Dikson dan Gifford (1938) mengumumkan bahwa penyakit ini endemis di
daerah San Joaquin Valley dan merupakan penyakit pernapasan yang cara infeksinya karena
inhalasi spora C. immitis. Sindrom penyakit disebut San Joaquin Valley Fever.

Penyebab

Penyebabnya adalah Coccidioides immitis, suatu jamur dimorfik yang terdapat di alam
bebas.

Distribusi Geografik

Daerah endemik koksidiomikosis terdapat di benua Amerika dan pernah dilaporkan di


Australia. Di Indonesia belum pernah ditemukan.

Morfologi

C. immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakkan suhu kamar C.immitis
membentuk koloni filamen. Hifa jamur ini membentuk artrospora dan mengalami
fragmentasi. Artrospora ini ringan dan mudah terbawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru.
Pada suhu 37 C, C. immitis membentuk koloni yang terdiri dari sferul yang berisi endospora.

Patologi dan Gejala Klinis

Manusia mendapatkan infeksi dengan inhalasi spora. penyakit ini dikenal dalam dua bentuk
yaitu koksidiomikosis primer dan koksidiomikosis progresif. Koksidiomokosis primer
biasanya mengenai paru dengan gejala menyerupai infeksi paru oleh organisme lain.
Sebagian besar tanpa menimbulkan gejala dengan gejala ringan atau sembuh sendiri. Pada
infeksi berikutnya dapat timbul eritema nodosum atau eritema multiforme. Koksidiomikosis
progresif adalah penyakit yang bila tidak diobati berlangsung fatal. Hanya sebagian kecil dari
koksidiomikosis primer yang menjadi progresif yang dapat menyebar ke otak, kulit atau
organ lain. Penyakit primer yang menjadi progresif lebih banyak terjadi pada orang kulit
berwarna daripada orang kulit putih.

Epidemiologi

Jamurnya terdapat di tanah dan manusia mendapatkan infeksi pada musim panas dan musim
gugur. Di daerah endemi infeksi terjadi dengan menghirup debu yang mengandung spora.
penyakit ini tidak ditularkan dari orang ke orang lain. Pencegahan infeksi dengan
menghindari daerah yang diketahui mengandung jamur tersebut dan menggunakan pelindung.

CRYPTOCOCCOSIS

Cryptococcosis adalah suatu penyakit fungal sistemik systemic yang menyerang pernapasan,
terutama rongga hidung, CNS, mata, dan kulit ( pada kucing terutama menyerang leher dan
muka kucing). Penyebabnya adalah Cryptococcus neoformans, yang ada di lingkungan dan di
dalam jaringanjamur.

Cryptococcosis sering dikelirukan dengan kasus mastitis karena pada sapi yang terinfeksi
terdapat tanda-tanda yaitu anorexia, berkurangnya produksi susu, edema, kelenjar getah
bening mengalami edema. Susu menjadi pekat, mucoid, dan berwarna putih gelap. Pada
kuda, gejala klinisnya bahkan tidak tampak. Kuda terlihat mengalami sesak napas. Gejala
klinis pada kucing berupa infeksi pada rongga hidung, bersin, mucopurulent, serous (bunyi
sengau), hemorrhagi, edema subcutan, juga luka pada kulit yang berupa papula atau bongkol-
bongkol kecil. Luka yang lebih besar cenderung menjadi bisul yang berupa serous eksudat
pada permukaan kulit. Infeksi ini juga dikaitkan dengan penyakit saraf karena berhubungan
dengan perubahan CNS, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan.
Berbeda dengan kucing, pada anjing tampak gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan
CNS dan kebutaan. Gejala klinis lain adalah meningoencephalitis, radang urat saraf yang
berhubungan dengan mata, dan granulomatous chorioretinitis. Kadang juga ditemukan luka
di dalam rongga hidung. Sekitar 50% anjing ditemukan infeksi pada paru-paru, ginjal,
kelenjar getah bening, limpa, hati, gondok, pankreas, tulang, otot, myocardium, glandula
prostata, klep hati/jantung, dan amandel.

Luka yang ditimbulkan berupa massa seperti agar-agar, mengandung banyak


mikroorganisme yang menyebabkan radang di fase granuloma. Luka pada umumnya terdiri
atas kumpulan organisme tanpa capsula di dalam suatu jaringan. Terlihat berupa
macrophages dan sel raksasa dengan beberapa sel plasma dan lymphocytes. Epithelioid sel
raksasa dan area necrosis lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan infeksi sistemik
mycosis yang lain.
DERMATOPHYTOSIS

Ringworm (Dermatophytosis) adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur.


Ringworm dapat menyerang kulit di tubuh (tinea corporis), kulit dan rambut kepala (tinea
capitis), area inguinalis (tinea cruris, juga disebut jock itch), a tau kaki (tinea pedis, juga
disebut athlete’s foot). Kucing biasanya tertular oleh Microsporum canis, sedangkan anjing
kemungkinan tertular oleh Microsporum canis, Microsporum gypseum atau Trichophyton
mentagrophytes. Kurap (Ringworm) di kulit dan rambut kepala biasanya membuat botak dari
kulit bersisik. Orang dengan kurap (Ringworm) di bagian-bagian dari lain kulit mereka dapat
mempunyai gegabah berbentuk gelang kemerah-merahan dan mungkin gatal. Gegabah dapat
kering dan bersisik atau basah dan kulit keras.

Dermatophyte ditularkan karena kontak dengan rambut atau kulit yang terinfeksi dan
elemen fungi pada hewan, di lingkungan atau fomite (seperti, sisir, sikat, alat pencukur,
kasur, pengangkutan sangkar burung, dll). M. canis dapat berasal dari debu, ventilasi, dan
penyaring perapian tertutup. Spora M. canis dapat terus hidup di lingkungan sampai 18 bulan.
Untuk itulah, sangat penting dalam mengurus lingkungan. Jamur penyebab ringworm tumbuh
subur di daerah panas dan basah. Ringworm menyukai orang-orang yang mempunyai hasil
air berlebih seperti berkeringat dan luka kecil pada kulit, rambut kepala dan kuku.

PYTHIOSIS

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh aquatik patogen Pythium Insidiosum yang
mana merupakan penyebab mycosis yang sering terjadi pada mamalia.mold ini tergolong
kedalam Oomycetes.berdasar kasus yang terjadi yang pernah dilaporkan,setidaknya terdapat
2 bentuk penyakit ini,yaitu:Cutaneus/subcutaneus pythiosis dan gastrointestinal
pythiosis.Pada pengecatan sampel yang terinfeksi dengan HE,tidak dapat dikenali dengan
baik dan hanya dapat terlihat daerah yang terang yang dibatasi oleh dinding hifa.Penyakit ini
dapat menyerang hewan dengan segala usia yang memiliki riwayat kontak dengan air yang
tercemari oleh zoospora yang diproduksi oleh hifa Pythium insidiosum dan Lagenidium sp.
1.Cutaneus/subcutaneus Pythiosis

Saat hewan dengan luka kulit yang terbuka kontak dengan air yang tercemari oleh zoospora
Pythium insidiosum,maka zoospora akan melakukan penetrasi kedalam kulit melalui luka
tersebut.Selanjutnya zoospora yag telah berhasil masuk ke dalam kulit hospes,akan merusak
dinding vesikel dan berenang lebih jauh kedalam tubuh untuk berikutnya akan melakukan
kegiatan kemotaktik untuk menghancukan jaringan tubuh hospes.Kasus yang terjadi pada
kuda,kulit yang terinfeksi terdapat bentukan seperti tumor dan berisi serosanguinosa
discharge.Lesi ini biasanya terdapat pada limb dan ventral abdomen,tetapi juga dapat terjadi
dibagian tubuh manapun.Kasus pada kuda yang telah kronis (lebih dari 4 minggu setelah
infeksi),Pythium sp. Kemungkinan besar dapat menyebar sampai ke tulang.Lesi pada kulit
yang terinfeksi juga mengandung “kunkers”dengan diameter 0,5-1,5 cm.Kunkers ini terdiri
atas eosinofil yang telah mengalami nekrosis,hyfa dari Pythium sp.,dan pembuluh darah yang
mengalami nekrosis.Tetapi kunkers ini tidak spesifik untuk Pythiosis.

2.Gastrointestinal Pythiosis
Kasus Gastrointestinal Pythiosis sering terjadi pada anjing.Anjing yang terserang penyakit ini
akan mengalami enteritis granulomatosis yang kronis pada saluran
pencernaannya,diare,vomit,anoreksia,depresi,dan kehilangan berat badan yang
kronis.perubahan pada lambung dan duodenum merupakan organ yang paling terlihat pada
anjing yang terinfeksi Gastrointestinal Pythiosis.Lesi pada lambung akan diikuti dengan
adanya bentukan “coffe ground” pada abdomen dan pendarahan pada lambung tersebut.Ulcer
yang juga terjadi pada gastrointestinal tract merupakan penyebab terjadinya diare berdarah
pada kasus Gastrointestinal Pythiosis ini,baik berupa hematochezia maupun melena
tergantung dari daerah ulcer itu berada dalam gastrointestinal tract.Selain itu lesi pada
oropharyng juga terjadi pada infeksi penyakit ini.Pada kasus lesi oropharyng yang telah
kronis akan menyebabkan megaesophagus akibat terjadinya hypersalivasi.Tetapi biasanya
infeksi hanya ditemukan pada lymphonodus mesenterium saja.

PEUMOCYTSIS PNEUMONIA

Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah penyakit paru mulai dari akut sampai subakut
bahkan seringkali fatal, penyakit ini muncul sebagai infeksi oportunistik (IO). Infeksi
oportunistik ini paling umum terjadi pada manusia dan hewan yang mengidap HIV-positif
yang berkaitan dengan pemakaian immunosupresan dan penyakit sistem imunitas. PCP
menjadi salah satu pembunuh utama Odha. Namun, saat ini hampir semua penyakit PCP
dapat dicegah dan diobati.

PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh. Jamur tersebut disebut
Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan kini menggunakan nama Pneumocystis jiroveci.
Pneumocystis jiroveci dianggap sebagai protozoa; peneltian yang dilakukan kemudian
menunjukkan bahwa susunan DNA organisme tersebut mendekati kepada jamur.

Jamur Pneumocystis hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan bentuk


pneumonia (radang paru). Sebagian besar yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih
lemah, kehilangan berat badan, dan kemungkinan akan kembali mengalami penyakit PCP
lagi. Tanda pertama PCP adalah sesak napas, dan batuk tanpa dahak dyspnea yang progresif,
tachypnea dan cyanosis, demam mungkin tidak muncul.

Tanda-tanda auskultasi selain ronchi, gejala lain biasanya minimal bahkan tidak ada.
Pada foto toraks secara khas menunjukkan adanya infiltrat interstitial bilateral. Pada
pemeriksaan postmortem didapati paru-paru yang berat tanpa udara, septum alveoler yang
menebal dan pada ruang alveoler didapati material seperti busa yang berisi parasit.

Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya agen penyebab dalam material yang berasal dari
sikatan bronchial, biopsi paru terbuka dan aspirasi paru atau dari preparat apus lendir
tracheobronchial. Otganisme yang diidentifikasi dengan pengecatan methenamine-silver,
toluidine blue O, Gram-Weigert, cresyl-echt-violet atau metoda pewarnaan IFA. Sampai saat
ini tidak ada metoda kultur pada media atau tes serologis yang memuaskan untuk dipakai
secara rutin. Sistem kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini.

HISTOPLASMOSIS

Histoplasmosis adalah infeksi jamur paru-paru yang paling prevalen pada manusia dan
hewan. Histoplasmosis ini termasuk mikosis sistemik. Histoplasmosis disebabkan oleh jamur
Histoplasma capsulatum. Jamur ini bersifat dimorfik serta saprofit pada tanah. Histoplasma
capsulatum tumbuh sebagai mold, diperkaya oleh alkalin dan substrat nitrogen. Jamur ini
berada pada alam, seperti pada tanah kering atau tanah yang bercampur kotoran hewan
terutama burung (Schnurrenberger et al., 2005).

CANDIDIASIS

Candidiasis merupakan suatu penyakit yang disebakan oleh jamur spesies Candida, biasanya
Candida albicans, yang bersifat akut atau sub akut. Penyakit ini biasanya menyerang daerah
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru. Penyakit ini dapat menyebabkan septicemia,
endokarditis, atau meningitis

Candidiasis dapat menginfeksi hospes apabila terdapat faktor presdiposisi, endogen maupun
eksogen. Faktor endogen dapat berupa perubahan pH dalam vagina, kegemukan, debility.
Sedangkan fator eksogen mencakup hal-hal yang di luar tubuh, seperti iklim, suhu,
kelembapan, dan kebiasaan dari setiap individu.

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi tergantung dari bagian tubuh mana yang
terkena.

1. infeksi vagina (vulvovaginitis), gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau


kekuningan disertai rasa panas, gatal, dan kemerahan-merahan pada dinding luar
vagina.
2. infeksi penis, gejalanya berupa gatal, timbulnya bercak putih dan ruam merah bersisik
di bagian glans penis yang terkadang disertai rasa nyeri.
3. infeksi oral, sering menyerang pada bayi. Gejalanya berupa bercak putih pada mulut
atau lidah. Bila bagian yang terkena bercak putih itu diangkat akan tampak dasar yang
kemerahan dan erosive. Ada pun infeksi oral yang terjadi di sudut mulut dan
menyebabkan retakan dan sayatan kecil yang berasal dari gigi palsu yang bergeser
sehingga tumbuh jamur pada mulut tersebut. Infeksi ini disebut dengan Perleche.
4. infeksi intertriginosa menyerang pada lipatan-lipatan tubuh, seperti ketiak. Gejalanya
berupa bercak kemerahan, bersisik, basah
5. infeksi granulomatosa , gejalanya berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal
berwarna kuning.

Diagnosa dari candidiasis biasanya berdasarkan dari gejala klinis yang ditimbulkan. Selain
itu, dapat dilakukan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan.

1. Pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan
KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa
Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 ºC, koloni
tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan
dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

2. Pemeriksaan biakan dilakukan dengan menanam bahan ke dalam agar dekstrosa glukosa
Sabouroud, setelah itu dapat ditambahkan dengan antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Kemudian disimpan dalam suhu kamar 37 ºC. Setelah 24-24 jam, koloni
akan tumbuh.

Identifikasi untuk Candida albicans dilakukan dengan membiakkannya pada corn meal agar.
Pada media ini, akan membentuk Chlamydoconidia dan pada serumnya akan membentuk
germ tube.

Germ tube test merupakan test yang dilakukan untuk membedakan Candida albicans dengan
candidia lainnya secara ekonomis dan efisien. 0,3 ml serum (bisa serum manusia, kelinci,
domba) dicampur dengan sel yeast. Lalu diinkubasi dengan suhu 35-37 oC selama 2-3 jam.
Serum diambil dengan usa dan diletakkan pada objek glass dan ditutup dengan deck glass.
Bila terbentuk germ tube maka kesimpulannya adalah Candida albicans. Germ tube
merupakan filament yang dibentuk oleh Blastoconidia dengan ciri khas tidak ada konstriksi
pada perbatasan antara Germ Tube dan Blastoconida.
Selain itu, dapat dilakukan juga dengan diagnosa banding yang dapat dibagi berdasarkan
tempatnya, yaitu

1. Candidiasis kutis lokalisata dengan :

a. Eritrasma dengan tanda adanya lesi dilipatan yang lebih merah, batas tegas, dan

pemeriksaan dengan sinar Wood positif.

b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea)

2. Candidiasis kuku dengan tinea unguium

3. Candidiasis vulvovaginitis dengan :

a. Trikomonas vaginalis

b. Gonore akut

c. Leukpplakia

d. Liken planus

Anda mungkin juga menyukai