Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Smartphone

2.2.1 Definisi Smartphone

Telepon cerdas (smartphone) adalah telepon genggam yang

memiliki sistem operasi untuk masyarakat luas, fungsinya tidak hanya

untuk SMS dan telepon saja tetapi pengguna dapat dengan bebas

menambahkan aplikasi, menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai

keinginan pengguna. Dengan kata lain, telepon cerdas merupakan

komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah telepon. Samartphone

merupakan salah satu alat komunikasi yang sering dipakai saat ini, mulai

dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Pada awalnya

handphone hanya untuk berkomunikasi saja, dengan seiring perkembangan

zaman teknologi hingga bisa mengirim data dan menambah aplikasi yang

disukai. Dewasa ini penggunaan media komunikasi merupakan kebutuhan

pokok bagi individu, kelompok, maupun organisasi. Pada saat ini, peranan

handphone sudah menjadi kebutuhan primer sehari-hari (ddwi

purwati,2017).

2.2.2 Sejarah Smartphone

Smartphone ditemukan oleh seorang bernama Martin Cooper

sekitar tahun 1973, ia tercatat sebagai Motorola, sehingga tak salah bila

banyak yang menyebut kalau handphone adalah hasil karya tim Motorola.
Tapi ide pembuatan Smartphone berasal dari Cooper yang mengharapkan

ada alat komunikasi yang bisa dibawa kemana-mana.

2.2.3 Dampak Positif Dan Dampak Negatif Penggunaan Smartphone

Menurut Hadrianto (2013), mengatakan bahwa Smartphone memiliki

dampak positif dan juga negatif. Dampak tersebut anatara lain adalah :

1. Dampak positif penggunaan Smartphone

a. Mempermudah komunikasi

Tidak bisa dipungkiri jika komunikasi saat ini sangat dipermudah

dengan kehadiran smartphone. Hal ini juga berlaku dalam dunia

pendidikan, di mana komunikasi antara guru – pelajar – orang tua

dapat berjalan dengan lebih mudah dan dapat dilakukan secara massal

melalui grup yang tersedia di aplikasi komunikasi, seperti whatsapp,

line atau telegram. Hal ini dapat mengurangi resiko terputusnya

informasi seperti yang sering terjadi sebelum adanya smartphone,

tidak sampainya pesan berantai karena berbagai alasan misalnya tidak

adanya pulsa, atau ada yang tidak menerima pesan karena terlewat.

Proses berbagi informasi atau melakukan video konferensi untuk

mengerjakan tugas juga dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

dengan bantuan smartphone, dan hal ini bisa sangat membantu dalam

proses belajar. Misalnya dalam tugas kelompok, ada anak yang tidak

bisa datang, dia tetap bisa mengikuti proses mengerjakan tugas

kelompok melalui grup komunikasi yang ada.

b. Media hiburan
Smartphone memiliki banyak fitur hiburan dan ini dapat menjadi

media untuk membantu para pelajar atau guru untuk beristirahat

sejenak dari kejenuhan mereka. Banyak aplikasi hiburan yang bisa

menjadi sarana untuk belajar sekaligus bermain bagi mereka.

Misalnya games yang dapat meningkatkan kemampuan murid-murid

yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan mereka, atau games yang

mengasah kemampuan mengingat atau berhitung.

c. Meningkatkan pengetahuan

Salah satu dampak positif smartphone adalah dapat membantu murid-

murid untuk mendapatkan informasi di berbagai mata pelajaran

dengan sangat mudah. Smartphone dilengkapi dengan berbagai

aplikasi termasuk aplikasi pendidikan. Selain itu, dengan bantuan

mesin pencari seperti google, murid-murid dapat mengakses berbagai

informasi dan mengecek keakuratan informasi yang telah mereka

kumpulkan. Hal ini sangat membantu mereka dalam mengerjakan

tugas-tugas mereka dan dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan

membantu mereka untuk meningkatkan prestasi akademik mereka.

d. Meningkatkan kenyamanan dalam belajar

Banyak pelajar atau guru yang merasa lebih nyaman dengan

penggunaan smartphone saat belajar ketimbang harus menghabiskan

banyak waktu mereka untuk mencari sumber informasi yang mereka

perlukan dengan pergi ke perpustakaan. Smartphone membantu

mereka untuk menghemat banyak waktu dengan satu kali klik saja di
dalam kamar mereka dan dapat memanfaatkan waktu mereka untuk

belajar atau berkomunikasi dengan teman, keluarga atau guru mereka

dalam waktu yang bersamaan.

e. Tersedianya teknologi yang lebih canggih

Smartphone memberikan banyak pilihan aplikasi berguna yang dapat

membantu proses belajar, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Selain itu, dengan smartphone, kelas dapat diadakan melalui telepon

pintar.Tambahan lagi, murid-murid dan guru-guru dapat mempelajari

berbagai kemampuan baru dan hobi melalui smartphone. Misalnya

belajar bahasa baru, teknik menggambar, memasak atau meningkatkan

kemampuan public speaking dengan belajar melalui telepon pintar

mereka.

f. Mempertajam kemampuan mengingat murid

Smartphone dapat menjadi media untuk mempertajam ingatan murid

dalam proses belajar. Dengan menggunakan smartphone, mereka

dapat merekam, mengambil gambar, dan mencatat seluruh pelajaran

yg diberikan secara lengkap dan mempelajari kembali di rumah. Hal

ini bisa mempermudah proses belajar bagi para murid sebelum ujian,

atau saat mengerjakan tugas dengan mendengarkan kembali atau

menghafal materi yang telah mereka simpan di dalam smartphone

mereka.

g. Meningkatkan kemampuan dalam mengatur waktu


Dampak positif dari penggunaan smartphone adalah meningkatkan

kemampuan dalam mengatur waktu mereka. Banyak aplikasi yang

dapat membantu mereka untuk lebih terorganisir dalam mengatur

waktu mereka dalam belajar.Beberapa aplikasi seperti notes,

stopwatch, kalender, alarm, perekam, google drive, office dan banyak

lagi mampu membantu mereka dalam mencatat, menerima dan

mengirim dokumen. Mengatur waktu belajar mereka sehingga mereka

bisa lebih tepat waktu dalam belajar dan mengatur skala prioritas

dalam mengerjakan tugas-tugas mereka.Dengan bantuan smartphone,

murid-murid dapat menjadi murid terbaik dalam belajar dan

meningkatkan berbagai aspek dalam hidup mereka melalui

manajemen waktu yang tepat.

2. Dampak negatif dari Smartphone adalah :

Menurut Harfiyanto (2015), beberapa dampak buruk yang terjadi akibat

penggunaan gadget adalah:

a. Lebih banyak waktu yang digunakan untuk bermain gadget. Hal ini

biasanya digunakan remaja untuk berkomunikasi di media sosial

dibandingkan dengan belajar.

b. Aplikasi yang ada didalam gadget membuat remaja lebih

mementingkan diri sendiri. Seringkali remaja mengabaikan orang

disekitarnya bahkan tidak menganggap orang yang mengajaknya

mengobrol.
c. Remaja menjadi kecanduan dalam bermain gadget. Awalnya remaja

menggunakan gadget hanya untuk bermain game. Akan tetapi remaja

lama-kelamaan menemukan kesenangan dengan gadget sehingga hal ini

akan menjadi sebuah kebiasaan.

d. Gadget memudahkan remaja mengakses berbagai situs yang tidak

selayaknya diakses. Berbagai hal yang marak diakses remaja adalah

bermacam bentuk pornografi dan video kekerasan.

e. Media sosial yang ada didalam gadget sering menimbulkan berbagai

kasus. Dimana kasus tersebut seperti penculikan, pemerkosaan. Hal ini

biasanya diawali dengan perkenalan di media sosial.

f. Remaja seringkali tidak dapat mengontrol kata-katanya. Mereka

menggunakan kata-kata kasar, mengejek, serta seringkali remaja

mencemooh dengan sesama teman sebaya di media sosial yang ada

didalam gadget. g. Gadget membuat remaja menjadi malas bergerak

dan beraktifitas. Biasanya remaja dalam keseharian penuh untuk

bermain gadget

2.2.4 Durasi Pengguna Smartphone

Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang

diperbolehkan untuk anak-anak dalam bermain gadget, karena total lama

penggunaan Smartphone dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Starburger, (2011) berpendapat bahwa seorang anak hanya boleh berada

didepan layar < 1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut didukung oleh

Sigman yang mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak-anak dalam


menggunakan Smartphone yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari.

Sedangkan menurut asosiasi dokter anak Amerika dan Canada,

mengemukakan bahwa anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila

tidak terpapar oleh smartphone, sedangkan anak usia 3-5 tahun diberikan

batasan durasi bermain Smartphone sekitar 1 jam perhari, dan 2 jam

perhari untuk anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia

masih banyak anak-anak yang menggunakan Smartphone 4-5 kali lebih

banyak dari jumlah yang direkomendasikan. Pemakaian gadget yang

terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang

berbahaya, penggunaan Smartphone yang terlalu lama dapat

mempengaruhi tingkat agresif pada anak. Anak akan cenderung malas

bergerak dan lebih memilih duduk atau terbaring sambil menikmati

cemilan yang nantinya dapat menyebabkan anak kegemkan atau berat

badan bertambah secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak peka

terhadap disekelilingnya. Anak terlalu asik dengan Smartphonenya

berakibat lupa untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan orang

sekitar maupun keluarga dan itu akan berdampak sangat buruk apabila

dibiarkan secara terus

Kriteria penggunaan smartphone

Kriteria Kelas skor

Rendah 1-3 jam/hari

Tinggi 5-7 jam/hari


Sangat Tinggi >7 jam/hari

2.3 Konsep remaja

2.3.1 Definisi

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti

to grow maturity (Jahja, 2011). Istilah adolescence mengarah pada

kematangan psikologis individu, sedangkan pubertas mengarah pada saat

dimana telah ada kemampuan reproduksi (Potter dan Perry, 2009).

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan

manusia yang menghubungkan masa kana-kanan dan masa dewasa

(Santrock,2003)

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya

perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni usia 10 -19 tahun,

adalah periode pematangan organ repsoduksi manusia, dan sering disebut

sebagai masa pubertas (Wisyastuti,2009).

Pada tahun 1974, WHO (World Health Organization)

mendefinisikan remaja secara konseptual yaitu dari tiga kriteria yaitu

biologis yang ditandai dengan kematangan seksual sekunder, psikologis

yang ditandai dengan perkembangan pola identifikasi dari kanak-kanak

menjadi dewasa dan sosial budaya terjadi peralihan dari ketergantungan

penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.


Dengan demikian disimpulkan bahwa remaja merupakan masa

transisi dari masa kanak-kanan dan masa dewasa yang memiliki kriteria

biologis, psikologis dan sosial budaya.

Fase Masa Remaja

1) Masa Pra-Pubertas (12-13 tahun) Masa ini disebut juga masa pueral,

yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak

perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-

laki.pada masa ini terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu

menigkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-

organ seksual serta organ reproduksi remaja.

2) Masa Pubertas (14-16 tahun) Masa ini disebut juga dengan masa

remaja awal, dimana perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa

hal itu menunjukkan bahwa memang bukan anak-anak lagi. Pada masa

ini, emosi remaja menjadi sengat labil akibat dari perkembangan

hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksualnya

juga semakin kuat pada remaja wanita ditandai dengan datangnya

menstruasi yang pertama, sedang pada remaja laki-laki ditandai dengan

mimpi basah yang pertama.

3) Masa Akhir Pubertas (17-18 tahun) Pada masa ini,remaja yang

mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat

menerima kodratnya, baik sebagai wanita ataupun sebagi laki-laki.

Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga

diri mereka.
4) Periode Remaja Adolesensi (19-21 tahun) Pada periode ini, umumnya

remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna segi fisik, emosi,

maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal

yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat

dipikiran mereka (Nirwana, 2011:28)

2.3.2. Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja

1) Perkembangan fisik Perkembangan fisik terjadi perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tingi dan berat badan, pertumbuhan

tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

Tubuh remaja mulai berubah dari tubuh kanakkanak menjadi tubuh

orang dewasa yang mempunyai ciri ialah kematangan. Perubahan fisik

struktur otak semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan

kognitif (Yusuf, 2011).

2) Perkembangan kognitif Salah satu bagian perkembangan kognitif masa

kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah

kecenderungan cara berfikir egosentrisme. Egosentrisme adalah

ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudutpandang orang lain. Cara

berfikir egosentrisme dikenal dengan istilah personal fable adalah

keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh

hokum alam (Papalia Olds dalam Yusuf, 2011)

3) Perkembangan kepribadian dan sosial Adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan


dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa

remaja ialah pencarian identitas diri. Perkembangan sosial pada remaja

lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua

(Yusuf, 2011).

2.3.3 Tugas-tugas perkembangan remaja

Havighurst, 1961 dalam Yusuf, 2011, menyebutkan ada 10 tugas-tugas

perkembangan pada remaja, meliputi:

1. Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif Pada

periode pra remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada

bentuk orang dewasa, diiringi dengan perkembangan sikap dan citra

tubuh. Remaja dapat menerima keadaan diri sendiri, menjaga dan

memelihara kedaan fisiknya secara efektif sehingga timbul kepuasan

diri

2. Menerima peranan sosial sebagai pria atau wanita Remaja menerima

kedaan diri sebagai pria atau wanita sesuai dengan kodratnya dengan

sifat dan tanggung jawab gender masing-masing

3. Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial Remaja

berpartisipasi sebagai orang dewasa yamg bertanggung jawab sebagai

masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku

dirinya.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya
5. Belajar bergaul dengan kelompok wanita dan laki-laki Ketika konflik

dan permasalahan terjadi, remaja dapat menyelesaikan dengan cara

yang matang. Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas

perkembangan ini mengantarkan ke dalam kondisi penyesuaian sosial

yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun, apabila gagal maka

remaja akan mengalami kurang mampu dalam bergaul dengan orang

lain, bersifat kekanakkanakan dan melakukan dominasi secara

sewenang-wenang.

6. Memperoleh seperangkat nilai sebagai pedoman hidup Beberapa

atauran yang ada dalam kehidupan masyarakat menuntut remaja untuk

berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat sehingga

membentuk arti kehidupan bagi remaja.

7. Memiliki perilaku beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa

8. Mencapai kemandirian berperilaku ekonomis Remaja merasa mampu

menciptakan suatu kehidupan. Tugas ini sangat penting bagi remaja

pria, namun tidak begitu penting bagi remaja wanita.

9. Memiliki wawasan dan persiapan karir Tugas perkembangan ini

menuntut kesanggupan remaja untuk memikirkan karir dimasa depan

sehingga dapat memperoleh kesuksesan dan berdiri sendiri dalam hal

yang berhubungan dengan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan

ketrampilan fisik yang dimiliki.


10. Mengembangkan keterampilan intelektual Remaja sudah memiliki

kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu yang berada di luar

pengalaman atau sistem nilai yang dimiliki. Remaja dapat memikirkan

kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk

memecahkan persoalan atau masalah. Remaja diharapkan dapat

mengembangkan konsep hokum, pemerintahan, ekonomi, politik,

geografi, hakikat manusia dan lembaga sosial yang cocok dengan

dunia modern.

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (1980), faktor penting yang mempengaruhi tugas

perkembangan remaja, meliputi; Lingkungan sosial Lingkungan sosial

merupakan wadah untuk pencapian tugas perkembangan. Dimensi

lingkungan sosial terdiri dari:

a) Transactions, merupakan interaksi seseorang dengan orang lain

dalam lingkungan yang bersifat aktif dan dinamis.

b) Energy, merupakan kekuatan alami yang dimiliki seseorang untuk

terlibat aktif dengan lingkungannya.

c) Interface, merupakan penghubung dari suatu interaksi, seperti

bahan pembicaraan yang menyebabkan seorang individu

berinteraksi dengan individu lain.

d) Adaptation, merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri

untuk menyatu dengan kondisi lingkungan.


e) Coping, merupakan bentuk penyesuaian diri manusia untuk

mengatasi masalah. Bentuk penyesuaian ini ada yang bersifat

positif namun ada juga yang bersifat negatif.

f) Interdependence, merupakan hubungan saling ketergantungan atau

kepercayaan diri seorang individu dengan individu lain.

2.3.5 Ciri-Ciri Remaja

Terdapat beberapa perubahan atau ciri-ciri yang terjadi selama masa

remaja yaitu:

1 Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat.

2 Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan

kematangan seksual.

3 Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan

dengan orang lain.

4 Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada

masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah

mendekati dewasa.

5 Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi

perubahan yang terjadi.

2.3.6 Fase Pertumbuhan Remaja

Berikut ini terdapat beberapa fase pertumbuhan remaja, terdiri atas:

1. Masa pra-pubertas (12 – 13 tahun)


Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-

kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat

dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan

yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan

mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi

remaja.

Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga

terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap

suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan

dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua,

mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta

menjadikannya sebagai “hero” atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti

dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model

rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.

Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani

mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan

pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat

mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai

pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil

lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya

sesuai dengan kesenangannya.


Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang

dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-

peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh

mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan

semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang

formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya.

Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada

bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.

Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan

bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak

mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis.

Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk

mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari

orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,

meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi

remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.

2. Masa pubertas (14 – 16 tahun)

Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik

mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan

fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia

memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi

sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya


yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada

masa ini.

Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang

pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya

mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu

akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta

memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika

hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka

khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan

terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan

gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,

penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka

ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan

seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka

bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu

dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan

mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat

peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

3. Masa akhir pubertas (17 – 18 tahun)

Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya

dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki


maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka

dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat

singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat

daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih

cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik

dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun

kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.

4. Periode remaja Adolesen (19 – 21 tahun)

Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan

yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka

akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai

memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka.

Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada

menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas,

seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah

kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada

fase ini.

2.3.7 Permasalahan dalam Remaja

Berikut ini terdapat beberapa permasalahan dalam remaja, terdiri atas:

1. Kebutuhan akan figur teladan


Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang

berlangsung dan keteladanan orang tua mereka daripada hanya

sekedar nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah

2. Sikap Apatis

Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan

pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya.

Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang

terjadi di masyarakatnya.

3. Kecemasan dan kurangnya harga diri

Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja.

Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam

bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat

penenang, seks dan lainnya).

4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri

Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola

pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara

emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam

kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi

atau malahan dengan uang.

5. Perasaan tidak berdaya


Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi

semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern.

Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang

memaksa kita untuk berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-

tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”,

misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi

mendapat nilai baik atau ijazah

6. Pemujaan akan pengalaman

Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan

minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan

hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini

memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman.(Dosen

pendidikan,2019)

2.4 Konsep Perkembangan Sosial

2.4.1 Pengertian Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan

yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan

formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya

kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.

Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan

seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi

dengan unsur sosialisasi dimasyarakat. Menururut Singgih D Gunarsah,


perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa,

sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan

lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan social budaya

masyarakatnya. Perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya

kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu yang lebih

besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh

lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia

sebagai salah satu anggota kelompoknya. Jadi pengertian perkembangan

sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang

dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak

dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga

masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar

mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan

selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah

mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan

diri.

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi perkembangan social remaja

Fatimah,Enung (2010).menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan social meliputi:

1. Keluarga

merupakan lingkungan utama yang memberikan pengaruh terhadap

berbagai aspek perkembangan anak. Termasuk perkembangan sosialnya.

Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih


banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma

dalam menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan

diarahkan.

2. Kematangan

mampu bersosialisasi dengan bauk diperlukan kematangan fisik sehingga

setiap fisiknya telah mampu menjlankan fungsinya dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi 

kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan

sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan

memandang anak, bukan sebagai anak yang independent, tetapi akan

dipandang konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu,”ia anak siapa”.

Secara tidak langsung pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya

akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari

pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi

normative yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehingga anak akan

menjaga status soisal dan ekonomi keluarganya.

4. Pendidikan 

merupakan proses sosialisais anak yang terarah. Karena pendidikan

merupakan proses pengoperasian ilmu yang normative. Pendidikan dalam

arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh

kehidupan keluarga, masyarakat, dan agama.

5. Kapasitas Mental, Emosi Dan Intelegensi.


Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan

belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat

berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya

anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan

berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual

tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosi secara

seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial

anak.

2.4.3 KONSEP INTERAKSI SOSIAL

Pengertian Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan

atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih.

Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat (Novitasari, 2010).

Oleh karena itu, secara umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai

hubungan yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling

berhubungan baik dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan

sosial. Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas

kurikulum pembelajaran yang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang

bekerja sama yang dapat untuk menumbuhkan komunikasi yang harmonis

antara individu dengan lingkungannya (Santosa, 2010). Tindakan interaksi

sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi

individu-individu lainnya dalam lingkungan sosial. Dalam bertindak atau

berperilaku sosial, seorang individu hendaknya memperhitungkan

keberadaan individu lain yang ada dalam lingkungannya. Hal tersebut


penting diperhatikan karena tindakan interaksi sosial merupakan

perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial. Dapat disimpulkan bahwa

interaksi sosial adalah hubungan atau komunikasi yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih dengan tujuan untuk saling mempengaruhi satu dengan

yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini dapat diartikan

bahwa dalam interaksi sosial terdapat dalam hubungan antar individu,

kelompok, yang merupakan hubungan yang dilakukan oleh manusia untuk

bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki oleh manusia.

2.4.4 Ciri Ciri Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial terdapat beberapa ciri ciri

yang tekandung di dalamnya, diantaranya adalah menurut Santosa (2010)

mengatakan bahwa ciri ciri interaksi sosial adalah adanya hubungan;

adanya individu; adanya tujuan; dan adanya hubungan dengan struktur dan

fungsi sosial”. Secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Adanya hubungan. Setiap interaksi terjadi karena adanya hubungan

antara individu dengan individu maupun antara individu dengan

kelompok.

2. Ada Individu. Setiap interaksi sosial menurut tampilnya individu –

individu yang melaksanakan hubungan.

3. Ada Tujuan. Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti

mempengaruhi individu lain.

4. Adanya Hubungan dengan struktur dan fungsi sosial. Interaksi sosial

yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi

karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok.


2.4.5 Faktor yang mempengaruhi perkembangan interaksi sosial

Faktor faktor yang mempengaruhi berlangsungnya interaksi sosial, baik

secara tunggal maupun secara bergabung menurut Gabriel Tarde (dalam

Ahmadi.2010) adalah :

1. Faktor Imitasi. Faktor imitasi seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya

berdasarkan pada faktor imitasi saja. Hal tersebut misalnya pada anak

yang sedang belajar bahasa, seakan akan mereka mengimitasi dirinya

sendiri, mengulang bunyi kata kata, melatih fungsi lidah, dan mulut

untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasikan kepada orang lain, dan

memang sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain, tidak

hanya berbahasa saja, tetapi tingkah laku tertentu, cara memberi

hormat, cara berterima kasih, cara memberi isyarat.

2. Faktor Sugesti Menurut Ahmadi (2007), Sugesti yang dimaksud adalah

pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari

orang lain, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang

lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Sugesti

dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu

menerima suatu cara penglihatan, atau pedoman pedoman tingkah laku

dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.

3. Faktor Identifikasi Berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)

dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara bantiniah.

Misalnya identifikasi seorang anak perempuan untuk menjadi sama

seperti ibunya. Proses identifikasi ini mula mula berlangsung secara


tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irrasional, yaitu

berdasarkan perasaan perasaan atau kecenderungan kecenderungan

dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga

identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma norma, cita cita,

dan pedoman pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. 4.

Faktor Simpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu

terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,

melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses

identifikasi. Bahkan orang dapat tiba tiba merasa tertarik kepada orang

lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara cara bertingkah laku

menarik baginya. Proses simpati dapat pula berjalan secara perlahan

lahan secara sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih

orang. Simpati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi

kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.

2.4.6 Syarat Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Ada dua syarat pokok terjadinya interaksi sosial (Dayakisni dan

Hudaniah, 2009) yaitu:

1. Kontak sosial. Kontak sosial dapat terjadi antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan

kelompok. Ada Kontak primer, terjadi apabila seseorang mengadakan

hubungan secara langsung seperti : tatap muka, saling senyum, berjabat

tangan, dan lain lain. Sedangkan kontak sekunder, yaitu kontak tidak

langsung atau memerlukan perantara seperti : menelpon dan berkirim


surat. Apabila dicermati, baik dalam kontak primer maupun kontak

sekunder terjadi hubungan timbal balik antara komunikator dan

komunikan. Dalam percakapan tersebut agar kontak sosial dapat

berjalan dengan baik, harus ada rasa saling pengertian dan kerjasama

yang baik antara komunikator dengan komunikan.

2. Komunikasi Komunikasi baik verbal maupun non verbal merupakan

saluran untuk menyampaikan perasaan ataupun gagasan dan sekaligus

sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau

perasaan orang lain. Menurut De Vito dalam (Sugiyo, 2010)

menyatakan bahwa ciri ciri komunikasi meliputi lima ciri yaitu:

keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan.

2.4.7 Karakteristik dan karakteristik Interaksi Sosial

Menurut (Gerungan, 2010) bahwa interaksi sosial itu memiliki

karakteristik yang dinamis dan tidak statis sebagai berikut:

1. Interaksi antara individu dengan individu, interaksi ini terjadi karena

hubungan masing-masing personil atau individu. Perwujudan dari

interaksi ini terlihat dalam bentuk komunikasi lisan atau gerak tubuh,

seperti berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap, atau saling

bertengkar.

2. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok, bentuk interaksi ini terjadi

antara individu dengan kelompok. Individu memiliki kepentingan untuk

berinteraksi dengan kelompok tersebut. Misalnya seorang guru

memiliki hubungan dengan individuatau siswa di sekolah. Bentuk


interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang

individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.

3. Interaksi Antara Kelompok dengan Kelompok, jenis interaksi ini saling

berhadapan dalam bentuk berkomunikasi,namun bisa juga ada

kepentingan individu di dalamnya atau kepentingan individu dalam

kelompok tersebut.Ini merupakan satu kesatuan yang berhubungan

dengan kepentingan individu dalam kelompok yang lain. Indikator dari

interaksi sosial yaitu

(1) percakapan,

(2) saling pengertian,

(3) bekerjasama,

(4) keterbukaan,

(5) empati,

(6) memberikan dukungan atau motivasi,

(7) rasa positif,

(8) adanya kesamaan dengan orang lain.

2.4.8 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Menurut (Gerungan, 2010) terdapat bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu

sebagai berikut:

1. Interaksi Antar status, adalah hubungan antara dua pihak dalam individu

yang berbeda dalam satu lingkungan yang bersifat formal sehingga

masing-masing pihak dapat melakukan interaksinya didasarkan pada

status masing-masing.
2. Interaksi Antar kepentingan, interaksi antara kepentingan merupakan

hubungan antara pihak induvidu yang berorientasi terhadap kepentingan

dari masingmasing pihak. Dalam hubungan ini,masing-masing pihak

saling memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu

sikap yang harmonis sehingga komunikasi tersebut dapat tercapai

dengan baik.

3. Interaksi antara Keluarga, interaksi antar keluarga merupakan suatu

hubungan yang terjadi antar pihak yang mempunyai hubungan darah.

Pada hubungan ini,solidaritas antara anggota yang relatif lebih tinggi

dan bentuk hubungannya lebih bersifat informal.

4. Interaksi antar Persahabatan,interaksi ini merupakan hubungan antara

dua atau lebih dimana masing-masing individu sangat mendambakan

adanya komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu

hubungan yang sedemikian dekat atau kekerabatan.

2.4.9 Karakteristik perkembangan social remaja

Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala

interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Anak mulai

memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap

yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan

kepentingan orang lain). Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya,

remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma

pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam

keluarganya.
a. Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai

norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat

penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan

norma pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya

kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.

b. Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan

untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi

individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai,

maupun perasaannya.

c. Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa

pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang

didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan

sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.

d. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu

kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,

kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).

Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan

perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan

maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan

pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu

menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral

maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti

kelompoknya tersebut.
e. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi

intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan

sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.

f. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok –

kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil Selama masa

dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan

kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa

dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola

dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari

orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh

perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi

lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan

dengan keluarga, lingkungan, dan pekerjaan.Berkat perkembangan

sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman

sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam

proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat

dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas

kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang

membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar

tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati

dan betanggung jawab.

Kriteria perkembangan social remaja

1. Egosentris
2. Bekerja sama

3. Sosiosentris

Karakteristik Penyesuaian Sosial Remaja

1. DI LINGKUNGAN KELUARGA

a. Menjalin hubungan yg baik dengan anggota keluarga (orang tua

dan saudara)

b. Menerima otoritas orang tua (mau mentaati peraturan yg ditetapkan

orang tua)

c. Menerima tanggung jawab batasan-batasan (norma) keluarga

d. Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu

maupun kelompok dlm mencapai tujuannya

2. DI LINGKUNGAN SEKOLAH

a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah

b. Berpartisipasi dlm kegiatan-kegiatan sekolah kegiatan sekolah

c. Menjalin persahabatan dg teman-teman di sekolah

d. Bersikap hormat thd guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya

e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan

3. DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

a. Mengakui dan respek terhadap hak

b. Memelihara jalinan persahabatan dg orang lain

c. Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain

d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum,tradisi, dan kebijakan-

kebijakan masyarakat
2.5 Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Tingkat

Perkembangan Sosial Remaja SMP

Menurut Baihaqi & Sugiarmin (2011), pengaruh bermain smartp

hone pada remaja akan mempengaruhi tingkat perkembangan nya dalam

peningkatan aktivitas motorik anak hingga menyebabkan aktivitas anak

yang tidak lazim dan cendrung berlebihan. smartphone juga dapat

mengganggu kesehatan manusia karena efek radiasi dari tekhnologi

sangat berbahaya bagi kesehatan manusia terutama pada anak-anak

berusia 12 tahun kebawah. smartphone juga memiliki fiture-fiture yang

canggih seperti kamera, video, games dan lain-lainnya. Fiture itu semua

dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah misalnya ketika guru

menerangkan pelajaran didepan siswa nya. smartphone juga dapat

mempengaruhi perilaku anak, tanpa di sadari anak makin hari makin

lemah dalam hal kesabaran serta konsentrasi dan cepat menuntut orang

untuk memberi apa yang diinginkannya dengan segera.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh

Saryono, (2013) mengatakan bahwa penggunaan smartphone dapat

memberikan pengaruh terhadap tingkat perkembangan remaja karena

aspek tingkat perkembangan anak yang terganggu berdampak pada

kemampuan anak untuk mendengar respon sesuatu yang didengar,

berbicara komunikasi, motorik kasar dan motorik halus akan mengalami

keterlambatan sesuai dengan usia nya.


Penelitian ini sesuai juga dengan hasil penelitian Novitasari, (2016)

dan Khotimah, (2016) yang menyatakan bahwa pengenalan smartphone

terlalu dini pada anak dapat mempengaruhi perkembangan anak,

penggunaan smartphone berlebihan atau terlalu sering dapat

mempengaruhi kepribadian anak sehingga mudah marah ketika

dinasehati, tidak mau mendengarkan nasehat dan tidak memperdulikan

orang-orang sekitar.

Anda mungkin juga menyukai