Anda di halaman 1dari 8

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Jurusan Analis Kesehatan


Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

PEMERIKSAAN ASIDITAS DAN ALKALINITAS DALAM AIR

1.1 Tujuan Pembelajaran


1. Mengusai konsep teoritis tentang asiditas dan alkalinitas dalam air (T)
2. Menguasai metode pemeriksaan asiditas dan alkalinitas dalam air (T)
3. Menguasai prinsip pemeriksaan asiditas dan alkalinitas dalam air (T)
4. Menguasai teknik dan pengetahuan konseptual tentang asiditas dan alkalinitas
dalam air (T)
5. Menerapkan konsep teoritis, metode, prinsip dan teknik pengambilan sampel
serta pemeriksaan asiditas dan alkalinitas dalam air (P)
6. Menilai konsep teoritis, metode, prinsip dan teknik pengambilan sampel serta
pemeriksaan asiditas dan alkalinitas dalam air (P)
7. Ketepatan dalam cara menguji sampel pada pengujian asiditas dan alkalinitas
dalam air secara non-instrumental (P)
8. Menilai cara menguji sampel pada pengujian asiditas dan alkalinitas dalam air
secara non-instrumental (P)
9. Ketepatan dalam cara memproses data pada pengujian asiditas dan alkalinitas
dalam air secara non-instrumental (P)
10. Menilai cara memproses data pada pengujian asiditas dan alkalinitas dalam air
secara non-instrumental (P)
11. Ketepatan dalam cara menjaga keamanan lingkungan kerja pada pengujian
asiditas dan alkalinitas dalam air secara non-instrumental (P)
12. Menilai cara menjaga keamanan lingkungan kerja pada pengujian asiditas dan
alkalinitas dalam air secara non-instrumental (P)
13. Ketepatan dalam cara memelihara catatan laboratorium pada pengujian asiditas
dan alkalinitas dalam air secara non-instrumental (P)
14. Menilai cara memelihara catatan laboratorium pada pengujian asiditas dan
alkalinitas dalam air secara non-instrumental (P)

1.2 Dasar Teori


Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sepanjang masa
kehidupannya, baik secara langsung maupun tidak langsung; Air yang digunakan
sehari-hari, baik untuk minum ataupun kegiatan lain, haruslah memenuhi persyaratan
kesehatan, antara lain:
1. Memenuhi persyaratan fisis (seperti; tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna).
2. Memenuhi persyaratan kimia (kandungan bahan-bahan kimia dengan batas
maksimun atau minimum yang diperkenankan).
3. Memenuhi persyaratan bakteriologis.

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 1


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

4. Memenuhi persyaratan radioaktif (untuk kebutuhan tertentu).


Persyaratan-persyatan tersebut, diatur antara lain dalam Permenkes Nomor:
492/Menkes/Per/IV/2010, tanggal 19 April 2010, tentang persyaratan kualitas air
minum.

1.1.1 Sistem Perjalanan Air (Siklus Air)


Sistem perjalanan air bertitik tolak pada pergerakan antara permukaan bumi
(beserta segala sesuatunya) dengan dunia atmosfir, yang mekanismenya terjadi
melalui “precipitation” dan “evaporation”
Antara atmosfir dan permukaan bumi, secara timbal balik saling memberikan air
lewat berbagai proses atau mekanisme, yang terikat melalui unsur-unsur biotik
(seperti penguapan protoplasmik dari tumbuh-tumbuhan), yang banyak berpengaruh
terhadap sistem perjalanan air.
Menurut G. Evelyn Hutchinson, atmosfir sebagai sumber uap air, memperkirakan
bahwa sejumlah 4.46 x 1020 g air jatuh dari atmosfir ke bumi secara presipitasi. Air
yang tercurah dari atmosfir (melalui proses presipitasi), setelah sampai di permukaan
bumi, berada sebagai:
1. Air permukaan, seperti; air sungai, air danau, air rawa.
2. Air Tanah/air dalam tanah, yang tersusun dalam berbagai jenis menurut
peranannya di dalam tanah.
Berdasarkan peranannya di dalam tanah, air tanah dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Air Kimia, yaitu air yang bersatu dengan partikel-partikel tanah.
2. Air Higroskopis, yaitu air yang melekat pada partikel tanah.
3. Air kapiler, yaitu air yang berada disela-sela partikel tanah.
4. Air gravitasi, yaitu air yang berkumpul di atas suatu lapisan tanahtertentu, yang
tidak dimungkinkan menembus terus ke dalam tanah.

1.1.2 Pencemaran Air


Air hujan yang jatuh dari atmosfir, khususnya untuk detik-detik curahan
pertama, membawa debu, gas-gas yang terlarut dalam air, serta mikroorganisme yang
terdapat di udara atmosfir, dan sesudah sampai di permukaan daratan, karena
berbagai proses pencemaran (antara lain: karena proses degradasi, dekomposisi, dan
kontaminasi), air di bumi dapat dikatakan merata tercemar, baik oleh
mikroorganisme maupun oleh bahan-bahan kimia.
Air permukaan maupun air tanah secara terus menerus mengalami
kecenderungan untuk menjadi kotor; Di dalam tanah, air dikotorkan dengan berbagai
polutan sebagai berikut:

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 2


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

1. Gas-gas yang larut dalam air, seperti: SO2, CO2, H2S, O2, metan dan nitrogen, dan
lain-lain.
2. Mineral-mineral terlarut, seperti: kalsium, magnesium, natrium, kalium, besi,
mangan, sulfat, karbonat, bikarbonat, fluor, nitrat, maupun mineral-mineral lain
atau persenyawaannya, bahan-bahan kimia yang dibebaskan industri (waste
product), juga waste product yang masih mengandung unsur-unsur radioaktif
(yang lolos dari pemurniannya).
3. Mikroorganisme. Air hujan yang tercurah dari atmosfir mengandung
mikroorganisme, yang tergantung dari keadaan atmosfir di atas tanah itu sendiri.
Di dalam tanah, air bercampur dengan bahan anorganik maupun bahan organik.
Dalam suasana air yang bercampur dengan bahan anorganik, tumbuh
mikroorganisme ototrop dengan subur, sedangkan air tanah yang bercampur
dengan bahan organik (sebagai hasil dekomposisi) merupakan suasana
lingkungan yang subur bagi pertumbuhan mikroorganisme heterotrop.

1.1.3 Asiditas dan Alkalinitas Air


Asiditas (keasaman), ialah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan
asam dalam air, yang menyebabkan keasaman dalam air, pada umumnya adalah:
1. Karbon dioksida (CO2), umumnya terdapat dalam air alam, tetapi juga terdapat
dalam air permukaan dimana CO2 diserap dari udara jika tekanan CO2 dalam air
lebih kecil dari tekanan CO2 dalam udara. CO2 juga terdapat dalam air, karena
proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga
terdapat dalam air yang telah tercemar.
2. Asam mineral, umumnya terdapat dalam air limbah industri “pengolahan logam”
atau industri “pembuatan senyawa kimia”. Kadang-kadang juga asam mineral
terdapat dalam air alam.
3. Asam humus, umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya
rumput-rumputan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut
melepaskan senyawa asam dan warna.
Air yang bersifat asam dapat mempercepat pengkaratan dari pipa-pipa air,
apabila pipa-pipa tersebut tidak terbuat atau dilindungi bahan antikarat; Untuk
menanggulangi hal tersebut, maka pH air harus dinaikkan, dengan menambahkan
senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan kapur (CaO).
Alkalinitas (kebasaan), ialah banyaknya asam yang diperlukan untuk
menetralkan basa dalam air, yang menyebabkan air bersifat basa, pada umumnya
ialah bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH-) dan senyawa lain yang
juga menyebabkan air bersifat basa, tetapi karena hanya sedikit terdapat dalam air,
sehingga dapat diabaikan.

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 3


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

Kombinasi campuran yang mungkin terdapat dalam air ialah: (a) hidrogen dan
karbonat, (b) karbonat dan bikarbonat.

1.1.3.1 Perhitungan
1. Asiditas
 Jika p > q, asiditas disebabkan oleh H+ dan CO2, maka reaksi yang terjadi
adalah:
H+ + OH-  H2O atau CO2 + OH-  HCO3-
HCO3- + H+  CO2 + H2O
1000
H+ = x [(p x N NaOH) - (q x N HCl)] x 1 (BE H) mg/L
mL sampel

1000
CO2 = x (q x N HCl)] x 44 (BM CO2) mg/L
mL sampel

 Jika p < q, asiditas disebabkan oleh HCO3- dan CO2, maka reaksi yang
terjadi adalah:
CO2 + OH-  HCO3- *)
HCO3-/HCO3- *) + H+  CO2 + H2O
1000
CO2 = x p mL x N NaOH x 44 (BM CO2) mg/L
mL spl

1000
HCO3- = x [(q x N HCl) - (p x N NaOH)] x 61 (BM HCO3) mg/L
mL spl

 Jika p = q, asiditas disebabkan oleh CO2, maka reaksi yang terjadi


adalah:
CO2 + OH-  HCO3- *)
HCO3- *) + H+  CO2 + H2O
1000
CO2 = x p mL x N NaOH x 44 mg/L
mL spl
Atau
1000
CO2 = x q mL x N HCl x 44 mg/L
mL spl

 Jika p = 0, q ada, asiditas disebabkan oleh HCO3-, maka reaksi yang


terjadi adalah:
HCO3- + H+  CO2 + H2O

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 4


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

1000
HCO3- = x q mL x N HCl x 61 mg/L
mL spl

 Jika p ada, q = 0, asiditas disebabkan oleh H+, maka reaksi yang terjadi
adalah:
H+ + OH-  H2O
1000
H+ = x p mL x N NaOH x 1 mg/L
mL spl

2. Alkalinitas
 Jika p > q, alkalinitas disebabkan oleh OH- dan CO32-, maka reaksi yang
terjadi adalah:
OH- + H+  H2O dan CO32- + OH-  HCO3-
HCO3- + H+  CO2 + H2O
1000
OH- = x (p – q) x N HCl x 17 (BM OH) mg/L
mL sampel

1000
CO32- = x (q x N HCl)] x 60 (BM CO3) mg/L
mL sampel

 Jika p < q, alkalinitas disebabkan oleh CO32- dan HCO3-, maka reaksi yang
terjadi adalah:
CO32- + H+  HCO3- *)
HCO3-/HCO3- *) + H+  CO2 + H2O
1000
CO32- = x p mL x N HCl x 60 (BM CO3) mg/L
mL spl

1000
HCO3- = x (q – p) x N HCl x 61 (BM HCO3) mg/L
mL spl

 Jika p = q, alkalinitas disebabkan oleh CO32-, maka reaksi yang terjadi


adalah:
CO32- + H+  HCO3-
HCO3- + H+  CO2 + H2O
1000
CO2 = x p mL x N NaOH x 44 mg/L
mL spl
Atau

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 5


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

1000
CO2 = x q mL x N HCl x 44 mg/L
mL spl

 Jika p = 0, q ada, alkalinitas disebabkan oleh HCO3-, maka reaksi yang


terjadi adalah:
HCO3- + H+  CO2 + H2O
1000
HCO3- = x q mL x N HCl x 61 (BM HCO3) mg/L
mL spl

 Jika p ada, q = 0, alkalinitas disebabkan oleh OH-, maka reaksi yang


terjadi adalah:
OH- + H+  H2O
1000
OH- = x p mL x N HCl x 17 (BM OH) mg/L
mL spl

Asiditas dan alkalinitas total, juga dihitung sebagai mg/L CaCO3


1000
Asiditas total = x [(p mLxN NaOH)+(q xN HCl)] x 100 (BM CaCO3) mg/L
mL spl

1000
Alkalinitas total = x (p + q) x N HCl x 100 (BM CaCO3) mg/L
mL spl

Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air, pengawasan keabsahan


data dapat dilakukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1. Asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH lebih kecil dari 4,5;
2. Asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 sampai dengan 8,3;
3. Alkalinitas sebagai HCO3- hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 sampai dengan
8,3;
4. Alkalinitas sebagai CO32- hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 8,3;
5. Alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 10,5
Data di luar ketentuan di atas, merupakan data yang diragukan keabsahannya
(Pusat Litbang Sumber Daya Air)

1.3 Pokok Bahasan Yang Harus Dipelajari


1. Tinjauan asiditas dan alkalinitas dalam air
2. Metode dan teknik sampling untuk pemeriksaan asiditas dan alkalinitas dalam air
3. Pengaruh asiditas dan alkalinitas terhadap kesehatan dan lingkungan air
4. Metode pemeriksaan asiditas dan alkalinitas
5. Gangguan-gangguan pada pemeriksaan asiditas dan alkalinitas

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 6


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

6. Perhitungan asiditas dan alkalinitas


7. Cara kerja pemeriksaan asiditas dan alkalinitas

1.4 Pembuatan Pereaksi


1. Indikator Fenolftalin 0,1%
Ke dalam gelas kimia 250 mL, masukkan 100 mg fenolftalin, larutkan dengan 100
mL etanol 96 %, pindahkan ke dalam botol pereaksi, dan diberi label

2. Indikator Metil Jingga 0,1%


Ke dalam gelas kimia 250 mL, masukkan 100 mg metil jingga, larutkan dengan
100 mL aquadest, pindahkan ke dalam botol pereaksi, dan diberi label

3. Larutan HCl 0,1N


Ke dalam gelas kimia 1000 mL yang telah berisi 992 mL aquadest, masukkan 8,5
mL HCl pekat, campur sampai homogen, pindahkan ke dalam botol pereaksi, dan
diberi label

4. Larutan NaOH 0,1N


Ke dalam gelas kimia 1000 mL, masukkan 4 g NaOH, larutkan dengan100 mL
aquadest, encerkan sampai volume 1L, pindahkan ke dalam botol pereaksi, dan
diberi label

1.5 Cara Kerja


1.5.1 Standarisasi Larutan HCl 0,1N
1. Timbang dengan teliti 0,47673g Na2B4O7.10H2O, pindahkan secara kuantitatif ke
dalam labu Erlenmeyer 250 mL, tambah 25-30 mL aquadest, dan 1-2 tetes
indikator fenolftalin, homogenkan
2. Titrasi dengan HCl 0,1N sampai larutan tepat tidak berwarna
3. Hitung normalitas HCl

1.5.2 Standarisasi Larutan NaOH 0,1N


1. Timbang dengan teliti 0,6304 g H2C2O4.2H2O, pindahkan secara kuantitatif ke
dalam labu ukur 100 mL, larutkan dengan sedikit aquadest, encerkan sampai
tanda batas volume, homogenkan
2. Pipet 25,0 mL larutan di atas, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL,
tambah 1-2 tetes indikator fenolftalin, homogenkan
3. Titrasi dengan NaOH 0,1N sampai larutan tepat berwarna merah muda
4. Hitung normalitas NaOH

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 7


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi D3 TLM
Hand out Analisa Amami I

1.5.3 Pemeriksaan Sampel


1. Pipet 50,0 mL sampel air masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL yang
bersih dan telah dibilas dengan aquadest
2. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalin 0,1%, homogenkan, jika:
a. Larutan sampel berwarna, maka:
1) Titrasi sampel dengan larutan HCl ± 0,1 N sampai warna merah tepat
hilang (p mL)
2) Tambahkan 2 tetes metil jingga 0,1%, homogenkan
3) Titrasi kembali dengan HCl ± 0,1 N sampai berwarna jingga (q mL)
b. Larutan sampel tidak berwarna, maka:
1) Titrasi sampel dengan NaOH ± 0,1 N sampai larutan tepat berwarna
berwarna merah muda (p mL)
2) Tambahkan 2 tetes indikator metil jingga 0,1%, homogenkan
3) Titrasi kembali dengan HCl ± 0,1 N sampai berwarna jingga (q mL)
3. Hitung asiditas dan alkalinitas dalam sampel

1.6 Pertanyaan
1. Jika sampel mengandung H+ dan CO2, dan setelah ditirasi dengan NaOH terhadap
indikator fenolftalin, dapatkah pemakaian larutan NaOH lebih kecil dari
pemakaian larutan HCl?, terangkan.
2. Pada pemeriksaan alkalinitas dalam sampel air, diperoleh q = 2 p, senyawa
apakah yang mungkin terdapat dalam sampel yang diperiksa?, terangkan!

Yeni Wahyuni – Prodi D3 TLM – Poltekkes Kemenkes Bandung 8

Anda mungkin juga menyukai