Anda di halaman 1dari 2

Wasiat Rasulullah SAW dalam menghadapi masa depan mesin, mempertimbangkan cuaca, dan lain-lain.

mesin, mempertimbangkan cuaca, dan lain-lain. Begitu pula diungkapkan dalam Surat Al-Fajr ayat 24 yang merekam
Khutbah Jumat Awal Tahun dengan hubungan niat dan amal. Artinya, seseorang yang penyesalan sebagian orang:
Masjid Darul Ilmi* ingin melakukan sesuatu hendaklah menertibkan rencana ‫ت حِلَيَايِت‬
ُ ‫يَا لَْيتَيِن قَد َّْم‬
dan tujuan yang bagus. dalam hadits riwayat Imam Bukhari
‫اس َوأ ََمَرنَا أَ ْن َتَز َّو َد هِبَا‬ ِ َ‫الز ِاد َواللِّب‬ ِ ِ “Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan
َّ ‫الت ْق َوى َخْيَر‬ ّ ‫احلَ ْم ُد ل ِله الَّذ ْي َج َع َل‬
dan Imam Muslim bahwa “Sesungguhnya sahnya setiap
amal perbuatan adalah dengan niat. Setiap orang hanya (amal saleh) untuk hidupku ini.”
ِ ِ ِ
ِ ‫ب الن‬
‫َّاس‬ ُّ ‫ك لَهُ َر‬ َ ْ‫ل ْيوم احلِ َساب اَ ْش َه ُد أَ ْن الَ الَهَ االَّ اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬ memperoleh dari apa yang ia niatkan..... Cakupan amal saleh sangat luas. Tak hanya meliputi ibadah
Niat adalah pekerjaan hati, yang menjadi bagian dari rukun ritual semacam shalat, wirid, atau puasa. Amal saleh juga
ِ ‫ف بِأَ ْكم ِل ِص َف‬
‫ات‬ َّ ‫َوأَ ْش َه ُد أ‬
َ ُ ‫ص ْو‬ ُ ‫َن َسيِّ َدنَا حمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ املَْو‬ qalbi atau rukun hati. Karena itu, ia bersifat tersembunyi, bisa berupa membantu pendidikan anak miskin yang sedang

‫ص ِاد َق الْ َو ْع ِد‬ ٍ ِ kesusahan, membebaskan hewan dari sangkar ke habitat


َ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد َكا َن‬ َ َ‫ اَللَّ ُه َّم ف‬.‫اص‬
ِ ‫األَ ْش َخ‬ tak ada orang lain yang bisa menyaksikannya kecuali Allah
dan dirinya sendiri. Bibir bisa saja berucap A, tapi siapa yang semestinya, membangun perpustakaan untuk masjid,
‫ أ ََّما‬، ‫سليما َكثِ ًريا‬ ِ ‫ وعلَى آلِِه و‬،‫و َكا َن رسوالً نَبِيًّا‬
ً َ‫وسلّ ْم ت‬ َ ‫ص ْحبِه أمجعني‬
memberi kesadaran kepada masyarakat tentang membuang
َ َ ََ ُْ َ َ tahu hati berkehendak untuk tujuan lain? Itulah sebabnya
sampah pada tempatnya, menanam pohon, dan lain
ِ ِ ‫مِح‬ ِ
‫ اُْوصْييِن ْ َن ْفس ْى َوإِيَّا ُك ْم بَِت ْق َوى‬،ُ‫ َفيَا أَيُّ َها احْلَاض ُر ْو َن َر َ ُك ُم اهلل‬، ‫َب ْع ُد‬
ibadah sebagus apa pun apabila tak disertai dengan niat
sebagainya. Semua ini hanya akan bernilai jika niat yang
yang baik maka akan menjadi sia-sia belaka. Tetapi
terbesit sesuai dengan koridornya, sebagaimana pesan
‫ يَا اَيُّ َها‬،‫الر ِحْي ِم‬ ِ ‫ بِس ِم‬: ‫ َف َق ْد فَاز الْمَّت ُقو َن قَ َال اهلل َتعاىَل‬،‫اهلل‬
َّ ‫اهلل الرَّمْح َ ِن‬ ْ َ ُ ْ ُ َ
ِ perbuatan yang sekilas terlihat “remeh” dengan niat yang
tertata dan baik maka akan menjadi memiliki nilai. Dalam Rasulullah di awal tadi.
‫الَّ ِذيْ َن َآمُن ْوا َّات ُق ْوا اهللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ مَتُْوتُ َّن إِالَّ َواَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ kitab Ta’limul Muta’allim disebutkan, Nasihat Rasulullah berikutnya, yakni perintah untuk

‫صْي ُر حِب ُ ْس ِن النِيَّة ِمن‬ِ ‫مال ال ّدنْياَ وي‬


ِ ‫أع‬
ُ ِ‫ص َّو ُر ب‬
ِ meringankan beban bawaan karena terjal dan berlikunya
Jamaah Jum’at rahimakumullâh, Rasulullah shallallahu ََ ْ ‫ص ْو َرة‬ َ َ‫َك ْم م ْن َع َم ٍل َيت‬ lereng gunung yang dilintasi. Perjalanan yang jauh dengan
ِ ِ ‫أع‬ ِ ِ ِ
ُ ِ‫ص َّو ُر ب‬
َ َ‫ َك ْم م ْن َع َم ٍل َيت‬،‫أ َْع َمال اآلخَرة‬
‘alaihi wasallam pernah berpesan kepada salah satu
‫مال األخرة مُثَّ يَصرْي‬ ْ ‫ص ْو َرة‬
tingkat kesulitan yang tinggi menuntut seseorang untuk
sahabatnya, Abu Dzar al-Ghifari, sebagaimana termaktub mempertimbangkan barang-barang bawaan saat bepergian.
dalam kitab Nashaihul ‘Ibad. ‫الد ْنيَا بِ ُس ْو ِء النِيَّة‬
ُّ ‫ِمن أ َْع َم ِال‬ Ini merupakan kiasan dari anjuran untuk meninggalkan
beban duniawi yang bakal menghambat perjalanan akhirat.
َّ ‫ َو ُخ ِذ‬،‫الس ِفْينَةَ فَِإ َّن اْلبَ ْحَر َع ِمْي ٌق‬ ِ ‫ جد‬،‫يا أَبا ذَ ٍّر‬ Artinya: “Banyak perbuatan yang tampak sebagai perbuatan
َّ ‫الز َاد َك ِامالً فَِإ َّن‬
‫الس َفَر‬ َّ ‫ِّد‬ َ َ َ duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi lantaran niat Nabi mendorong umatnya agar tak terlalu terpukau pada

‫ص اْ َلع َم َل فَِإ َّن النَاقَ َد‬ ِ ِ ِ ِ kehidupan dunia karena semakin banyak, semakin banyak
ِ ‫َخل‬ َ ‫ َو َخفِّف اْحل ْم َل فَِإ َّن‬،‫بَعْي ٌد‬
ْ ‫ َوأ‬،‫الع َقبَةُ َكُئ ْو ٌد‬
yang bagus. Banyak pula perbuatan yang terlihat sebagai
perbuatan ukhrawi menjadi perbuatan duniawi lantaran pula beban yang bakal ditanggung. Karena negeri akhirat
‫صْيٌر‬ِ‫ب‬ niat yang buruk.” adalah tempat meng-hisab segala yang dimiliki, termasuk
َ Yang kedua, Rasulullah mengingatkan Abu Dzar dan kita hal-hal yang bersangkut paut hak sesama manusia (haqq
"Wahai Abu Dzar, perbaharuilah kapalmu karena laut itu adamî), seperti hutang serta berbuat kesalahan terhadap
semua tentang usaha untuk menumpuk perbekalan
dalam; ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya orang lain yang belum termaafkan.
sesempurna mungkin karena perjalanan akan panjang.
jauh; ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit Nasihat yang keempat adalah akhlish al-‘amala,
Menurut Syekh Nawawi, yang dimaksud di sini tentu adalah
dilalui, dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti." murnikanlah berbuat hanya untuk tujuan mencari ridha
perjalanan akhirat yang penuh dengan jerih payah melebihi
perjalan dunia yang fana ini. Karena perjalanan tersebut Allah. Jika kita belajar fiqih, ikhlas memang tak menjadi
Pesan Rasulullah dalam hadits ini sejatinya tak hanya salah satu rukun yang mesti dilakukan. Tapi ikhlas adalah
adalah perjalanan akhirat maka bekalnya pun bukan
ditujukan kepada Abu Dzar melainkan juga kepada umat “ruh” yang menentukan apakah suatu amal memiliki harga
kekayaan duniawi. Kita pergi ke akhirat hanya membawa
beliau secara umum dan sepanjang zaman. Menurut penulis di sisi Allah subhanahu wata’ala.
bekal amal kebaikan. Selebihnya, baik rumah, mobil,
Nashaihul 'Ibad, Syekh Muhammad bin Umar Nawawi al-
perusahaan, tanah, anak, istri, jabatan, popularitas akan
ِ ِ‫ ونَ َفعيِن وإِيا ُكم ب‬،‫آن الع ِظي ِم‬
ِّ ‫اآليات‬ ِ
‫والذ ْك ِر‬ ْ ّ َ ْ َ َ ْ َ ‫لكم يِف ال ُق ْر‬ ْ ‫باََر َك اهللُ يِل ْ َو‬
Bantani , perintah untuk memperharui perahu berarti
ditinggal begitu saja. Di akhiratlah berlangsung hari
menata niat. Niat merupakan hal pokok dalam setiap
‫ف َر ِحْي ٌم‬ ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَىَل َج ّو ٌاد َك ِرمْيٌ َمل‬ .‫احلَ ِكْي ِم‬
pembalasan atas segenap perilaku kita selama di dunia. Bagi
perbuatan. Sebelum seseorang hendak berlayar, ia harus
yang tak cukup bekal mereka pun bakal menyesal. Seperti ٌ ‫ك َبٌّر َر ُؤ ْو‬
memastikan kapal dalam kondisi siap dan aman; memeriksa
Disampaikan : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I pada 01 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai