Anda di halaman 1dari 37

Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY. A DENGAN HIPERTENSI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG PERUMNAS KOMPLEKS
PEMDA RT.03 RW.02 KELURAHAN MANGGALA
KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR

OLEH :
SABRIANA
14420192131

CI INSTITUSI CI LAHAN

(.............................) (..........................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan disabilitas di
seluruh dunia . Di amerika serikat kurang lebih 700.000 kasus baru stroke
iskemik muncul setiap tahunnya, lebih sepertiga penderita tersebut
mengalami disabilitas dan 200.000 diantaranya akan mengalami stroke
ulang .secara global, pada tahun 2020 stroke diperkirakan akan menjadi
penyebab keempat dari kematian dan disabilitas pada usia muda .
Sejak kira-kira tahun 1970, penelitian cohort berskala besar
mremberikan informasi akan faktor-faktor resiko stroke , yang banyak
diantaranya dapat dicegah baik dengan pola hidup sehat maupun dengan
obat . pada tahun-tahun tersebutbeberapa penelitian untuk mengetahui
prevensi stroke yang optimal banyak dilakukan . kegagalan untuk
mengidentifikasi dan menengani faktor resiko stroke secara optimal akan
berperan didalam kejadian recurrent stroke dan kematian karena penyakit
cerebrovaskuler ( Sacco et al.2006).
Penelitian –penelitian epidemiologi telah banyak membantu untuk
mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor , rekomendasi untuk
mengurangi faktor-faktor resiko tersebut juga telah didapat dari beberapa
trial. American Heart Association (AHA) mengeluakan beberapa
rekomendansi prevensi stroke pada Negara-negara berkembang merupakan
suatu hal yang sangat penting , pada Negara-negara tersebut dua pertiga dari
penderita stroke meninggal setiap tahun .
Upaya prevensi kejadian stroke ulang ( recurrent stroke ) merupakan
saalah satu perkembangan yang cukup berarti didalam menejemen pasien
stroke pada 30 tahun terakhir ini.
Hingga tahun 1977 belum ada strategi prevensi stroke yang terbukti
.aspirin diperkenalkan penggunaanya untuk prvensi sekunder stroke pada
tahun 1978. Kemudian kombinasi aspirin dengan dipyridamole dimulai tahun
1987. Sedangkan warfarin dengan atrial fiblirasi dimulai tahun 1993.untuk
terapi simptomatik stenosis arteri karotis yang lebih dari 70% ,
endarterectomi karotis dimulai 1991.Clopidogrel mulai digunakan pada tahun
1996. Efek prevantif terhadap kejadian serebrovaskuler juga diperlihatkan
oleh beberapa anti hipertensi seperti peridopril dan indapamide atau ramipiril
pada tahun 2001, dan obat penurun kolestrol atorvastatin pada tahun 2006
(Geoffray et al.2008).
Upaya untuk prevansi stroke baik berupa prevensi primer maupun
prevensi sekunder harus didasarkan pada evidence-based-medicine, oleh
karena itu bab ini bertujuan memberikan rekomendasi terbaru didalam
strategi penanganan faktor-faktor resiko stroke meupun strategi pencegahan
kejadian recurrent stroke.
II. Tujuan penulisan
1. Anatomi dari stroke iskemik?
2. Apayang dimaksud dengan stroke iskemik?
3. Apa etiologi / penyebab dari stroke iskemik?
4. Bagaimana patofisiologi pada stroke iskemik?
5. Manifestasi klinis dan penatalaksanaan pada stroke iskemik?
6. Pemeriksaan penunjang stroke iskemik?
7. Bagaimana ASKEP pada struk iskemik?
8. Dan penyimpangan KDM pada stroke iskemik?
III. LANDASAN TEORI
A. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2012).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan
darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang
dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi merupakan gangguan pada sitem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenikan tekanan darah sistolik lebih
dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan
sistolik 150 – 155 mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta,
2013).
1. Anatomi

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada,
batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada
ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas                 : pembuluh darah besar
2) Bawah             : diafragma
3) Setiap sisi        : paru
4) Belakang     : aorta desendens, oesophagus, columna
vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
(untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut
darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1
inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi
lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol,
yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan.
Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm.
Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri
jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali
terdiri dari jaringan ikat gembur  yang berguna menguatkan
dinding arteri
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi
menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila
terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d.   Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan
pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-
kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan
yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah
arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat
adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel
dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan
kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding
kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ,
terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena
dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang
tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang
ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang
selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai
katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
A. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
b) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1) Diastolik
a) < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b) 85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
c) 90 -104                        : Hipertensi ringan
d) 105 – 114                    : Hipertensi sedang
e) >115                            : Hipertensi berat
2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a) < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b) 140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c)  > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120
mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah
cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya
kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau
progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ
target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg
segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau


transport  Na.
b) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c) Stress Lingkungan.
d) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na,
obesitas, merokok dan stress.
2) Hipertensi Sekunder
- Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal.
- Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
1. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu Faktor
keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita,hipertensi
Ciri perseorangan
a) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
b) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
c) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
d) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
e) Kebiasaan hidup
f) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
- Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah ginjal,
glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut, tumor,
vascular, aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma, emboli
kolestrol, vaskulitis, kelainan endokrin, DM, hipertiroidisme,
hipotiroidisme, saraf, stroke, ensepalitis, obat – obatan, kontrasepsi
oral,kortikosteroid.
C. Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah
menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh
beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum
meningkat, caffeine, DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut
akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ
seperti jantung.
Penyimpangan KDM
E. Manifestasi Klinis
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas
F. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar
ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
e) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab)
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
j) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor
resiko hipertensi
k) Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme
l) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
m) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi
kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal, menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah
neurologi: Spinal tab, CAT scan.
d) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien
H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
2) Penurunan berat badan
3) Penurunan asupan etanol
4) Menghentikan merokok
5) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis
dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-
lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25
menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
6) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
7) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
d) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
- Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat
mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang
dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila
penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya
di rumah
f) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti
hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
g) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti
hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang
mungkin terjadi
h) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi
dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping
minimal dan efektifitas maksimal
i) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan
lebih sering
k) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu
yang ditentukan.
l) Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan
maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
I. Cara Pencegahan
1.  Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan
primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
J. Perawatan Hipertensi
- Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal
(cegah kegemukan).
- Batasi pemakaian garam.
- Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada
faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.
- Tidak merokok.
- Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
- Hindari minum kopi yang berlebihan.
- Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
- Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah
mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah sakit
- Berobat secara teratur.
- Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis
obat tanpa petunjuk dokter.
- Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat
untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan
memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama
kesembuhan, kunci utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
c. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
K. Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari,
telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa
lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam,
oyong, wortel.
6)  Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah
terbatas.
7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam
tidak lebih 15 gram perhari.
8)  Minuman
Thea  encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam
- Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan
garam dapur atau soda.
- Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan
pindang, sarden ikan teri, telur asin.
- Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
- Lemak hewan  : sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju,
mentega.
- Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
Kool, sawi, lobak, dll.
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang
atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan
paling banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar
sebagai pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti
sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh
masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada
masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan
adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional
tersebut diantaranya:
1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan
normal dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka
yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang
sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas
sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini
diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua
hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada
air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita
hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar
sehingga air perasannya lebih banyak.
2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun
seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan
halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang
ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.    
3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih
mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang
kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik.
Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus
atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa
berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi.
Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara
memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang
bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore
hari secara teratur
5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus
dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2
gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi
diminum sore hari.
6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
B. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /  
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), 
pengisian kapiler mungkin lambat
C. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara
D. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal )
E. Makanan / Cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
 Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
F.  Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
G. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri hilang timbul pada tungkai
- Sakit kepala oksipital berat
- Nyeri abdomen
H. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
I. Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien
J. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol

  
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
3. Intervensi Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

N DIANGOSA
O KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah  Cardiac Pump Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness   - Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
denganpeningkatan   Circulation Status   - Catat adanya disritmia jantung
afterload, vasokonstriksi,  Vital Sign Status   - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas Kriteria Hasil:   - Monitor status kardiovaskuler
ventrikuler, iskemia  - Tanda Vital dalam  - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
miokard rentang normal  - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
(Tekanan darah, Nadi,  - Monitor balance cairan
respirasi)   - Monitor adanya perubahan tekanan darah
  - Dapat mentoleransi  - Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
aktivitas, tidak ada  - Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
kelelahan   - Monitor toleransi aktivitas pasien
  - Tidak ada edema paru,  - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
perifer, dan tidak ada  - Anjurkan untuk menurunkan stress
asites Vital Sign Monitoring
  - Tidak ada penurunan  - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
kesadaran   - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
  - Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
  - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
  - Monitor kualitas dari nadi
  - Monitor adanya pulsus paradoksus
  - Monitor adanya pulsus alterans
  - Monitor jumlah dan irama jantung
  - Monitor bunyi jantung
  - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  - Monitor suara paru
  - Monitor pola pernapasan abnormal
  - Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  - Monitor sianosis perifer
  - Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
  - Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan   Energy conservation Energy Management
dengankelemahan,   Self Care : ADLs   - Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
ketidakseimbangan suplai Kriteria Hasil :   - Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
dan kebutuhan oksigen.   - Berpartisipasi dalam  - Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa  - Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
disertai peningkatan  - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
tekanan darah, nadi  - Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
dan RR   - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
  - Mampu melakukan Activity Therapy
aktivitas sehari hari  - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran
(ADLs) secara mandiri terapi yang tepat.
  - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
  - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
  - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
  - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
  - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
  - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
  - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
  - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
  - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
  - Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan peningkatan  Pain Level, Pain Management
tekanan vaskuler serebral   Pain control,   - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
  Comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :   - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Mampu mengontrol  - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab  - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri, mampu  - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan tehnik  - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
nonfarmakologi untuk nyeri masa lampau
mengurangi nyeri,  - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
mencari bantuan)   - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
 -- Melaporkan bahwa pencahayaan dan kebisingan
nyeri berkurang  - Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan menggunakan  - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
manajemen nyeri personal)
 -- Mampu mengenali  - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
nyeri (skala, intensitas,  - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
frekuensi dan tanda  - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri)   - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 -- Menyatakan rasa  - Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri  - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
berkurang   - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
 -- Tanda vital dalam Analgesic Administration
rentang normal   - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
  - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
  - Cek riwayat alergi
  - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
  - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
  - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
  - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
  - Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
  - Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
  - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


dengan krisis situasional tindakan keperawatan§  - Gunakan pendekatan yang menenangkan
sekunder adanya hipertensi selama 3 x 24§  - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
yang diderita klien jam,   cemas pasien§  - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
berkurang dengan §  - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
kriteria hasil: §  - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
v Anxiety Control §  - Dorong keluarga untuk menemani anak
v Coping §  - Lakukan back / neck rub
v Vital Sign Status §  - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Menunjukan teknik§  - Identifikasi tingkat kecemasan
untuk mengontrol§  - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
cemas è teknik nafas§  - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
dalam §  - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
-- Postur tubuh pasien§  - Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
rileks dan ekspresi
wajah tidak tegang
-- Mengungkapkan
cemas berkurang
§ TTV dbn
TD = 110-130/ 70-80
mmHg
RR = 14 – 24 x/ menit
N   = 60 -100 x/ menit
S    = 365 – 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi process   - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
tentang proses penyakit   Kowledge : health spesifik
Behavior   - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
Kriteria Hasil : anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
§  - Pasien dan keluarga  - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
menyatakan tepat
- pemahaman tentang  - Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
penyakit, kondisi,  - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
prognosis dan program  - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
pengobatan   - Hindari harapan yang kosong
§  - Pasien dan keluarga  - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
mampu melaksanakan yang tepat
prosedur yang  - Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
dijelaskan secara benar komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
§  - Pasien dan keluarga  - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
mampu menjelaskan  - Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan
kembali apa yang cara yang tepat atau diindikasikan
dijelaskan perawat/tim  - Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya.   - Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
  - Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana – rencana perawatan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai
pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
Hasil evaluasi dapat berupa
a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang telah
ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru
DAFTAR PUSTAKA

Endang ,Triyanto. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nanda, Nic, Noc.(2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan nanda


Nic Noc. Yogyakarta : Media Ahardi

Smeltzer, 2012. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta

Sudarta, I W. 2013, Asuhan keperawatan Klien Dengan gangguan Sistem


Cardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publising

Anda mungkin juga menyukai