Anda di halaman 1dari 9

DOSEN: BRAJAKSON SIOKAL, S.Kep.,Ns.,M.

Kep

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH


GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN PADA
PASIEN Tn”A” DI RUANGAN BEDAH
RSUD KOTA MAKASSAR

NAMA : SABRIANA
NIM : 14420192131

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN “NYERI”

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. PENGERTIAN
Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang ada pada tingkat
kedua setelah kebutuhan fisiologi terpenuhi. Kebutuhan rasa aman adalah
suatu keadaan yang membuat seseorang aman, terhindar dari bahaya yang
dapat menimbulkan cedera, (Hapsari, 2013).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri timbul sebagai bentuk respon sensori setelah menerima rangsangan
nyeri. Nyeri dapat disebabkan karena adanya kerusakan jaringan dalam
tubuh sebagai akibat dari adanya cedera, kecelakaan, maupun tindakan
medis seperti operasi (Ratnasari, 2013).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
yang menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya, (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2014).

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NYERI


Menurut A. Aziz Alimul Hidayat 2014, Pengalaman nyeri pada
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut:
1. Arti nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
lingkungan, dan pengalaman.
2. Persepsi nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif). Persepsi ini dipengarauhi
oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptur.
3. Toleransi nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri
yang dapat memengaruhi keamanan seseorang menahan nyeri. Faktor
yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain
alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sementara itu faktor
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, cemas,
nyeri yang tidk kunjung hilang, sakit,dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis,
dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktorseperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan
mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-lain.

C. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis.
1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
hilang, yang tidak melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot.
2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlansung dalam waktu cukup lam, yaitu lebih dari enam
bulan.

D. STIMULUS NYERI
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (Pain Tolerance), atau
dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold ). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, di antaranya sebagai
berikut.
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara lansung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteri koronaria
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.

E. FISIOLOGI NYERI
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulitdan mukosa, khususnya pada visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, Bradikinin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
dapat berupa listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan berupa inplus-inplus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh
dua jenis serabut yang bermielin rapat atau serabut A (delta) dan serabut
lamban (serabut C). Implus-Implus yang ditransmisikan oleh serabut delta A
mempunyai serabut inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-
serabut aferan masuk kespinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps
pada dorsal horn. Dorsal horn tediri atas beberapaa lapisan. Diantara
lapisan dua dan tiga berbentuk substura glatinosa yang merupakan saluran
utama impuls. Kemudian, implus nyeri menyeberangi sumsum tulang
belakang pada interneuron dan bersambung kejalur spinal asendens yang
paling utama yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinotalamus
dan spinothalamic tract (STT) yang membawa informasi tentang sifat dan
loksi nyeri (Aziz Alimul Hidayat, 2014).

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah
adanya riwayat nyeri, serta keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, kualitas
nyeri dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST,
Yaitu sebagai berikut.
1. P (Pemacu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
2. Q (quality), dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri.
4. S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri.
5. T (time), adalah lama/ waktu seragam atau frekuensi nyeri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera (biologis, zat kimia, fisik,
maupun pskikologis.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan Gangguan fisik maupun psikologis
yang kronis.
C. INTERVENSI
a. DX 1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera (biologis, zat kimia, fisik,
maupun pskikologis.
NOC:
1. Ketidaknyaman dari skala 2 (cukup berat) di tingkatkan ke skala 4
(ringan).
2. Gangguan pada aktivitas sehari-hari dari skala 2 (cukup berat) di
tingkatkan ke skala 4 (ringan).
3. Gangguan pergerakan fisik dari skala 2 (cukup berat) di tingkatkan
ke skala 4 (ringan)
4. Interupsi pada saat tidur dari skala 2 (cukup berat) di tingkatkan ke
skala 4 (ringan).
NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri kromprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.
2. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan.
3. Anjurkan teknik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam).
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
5. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.

b. DX. II Nyeri kronis berhubungan dengan Gangguan fisik maupun


psikologis yang kronis.
NOC:
1. Ketidaknyaman dari skala 2 (cukup berat) di tingkatkan ke skala 4
(ringan).
2. G1angguan pada aktivitas sehari-hari dari skala 2 (cukup berat) di
tingkatkan ke skala 4 (ringan).
3. Gangguan pergerakan fisik dari skala 2 (cukup berat) di tingkatkan ke
skala 4 (ringan)
4. Interupsi pada saat tidur dari skala 2 (cukup berat) di tingkatkan ke
skala 4 (ringan).
NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri kromprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.
2. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan.
3. Anjurkan teknik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam).
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
prosedur.
5. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M.,dkk (2016). Nursing Intervention Clasification (NIC). Indonesia:


Elsevier.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia .
Jakarta: Salemba Medika .
Moorhead, S., dkk (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:
Elsevier.

.
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN PADA
PASIEN Tn”A” DI RUANGAN BEDAH
RSUD KOTA MAKASSAR

NAMA : SABRIANA
NIM : 14420192131

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2020

Anda mungkin juga menyukai