Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK KANDANG SAPI DAN KAMBING

TERHADAP PERTUMBUHAN SERAI WANGI

LAPORAN PENELITIAN

OLEH
FRANSISCA PUSPITASARI 170342615530
PUPUT NURFITRIANI 190342621211
YULIA DEWI WULANDARI 190342621201

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
MARET 2021
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK KANDANG SAPI DAN KAMBING
TERHADAP PERTUMBUHAN SERAIWANGI

LAPORAN PENELITIAN

OLEH
FRANSISCA PUSPITASARI 170342615530
PUPUT NURFITRIANI 190342621211
YULIA DEWI WULANDARI 190342621201

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
MARET 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seraiwangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu jenis tanaman
minyak atsiri. Hasil penyulingan daun tanaman ini menghasilkan minyak atsiri
Seraiwangi atau Java Citronella Oil. Minyak ini mengandung senyawa sitronellal,
geraniol, sitronellol, geranil asetat, dan sitronella asetat. Ada dua senyawa yang
penting sebagai standar mutu minyak Seraiwangi, yaitu sitronellal dan geraniol
sebagai bahan dasar pembuatan ester parfum dan kosmetik. Di Indonesia minyak
Seraiwangi merupakan komoditas ekspor. Sekitar 40% produksi minyak Seraiwangi
diekspor dengan rata-rata pertahun 100-150 ton atau sekitar 5% dari kebutuhan
minyak Seraiwangi dunia dengan jumlah 2.000 – 2.500 ton [1]. Produksi dan
volume ekspor minyak Seraiwangi Indonesia sejak tahun 2000 cenderung menurun.
Hal ini disebabkan oleh harga jual minyak ataupun daun segar serta produktivitas
tanaman yang rendah. Rendahnya harga jual minyak Seraiwangi di pasaran
internasional disebabkan oleh kualitas varietas lokal yang ditanam kurang
memenuhi standar ekspor. Kandungan minyak Seraiwangi lokal hanya mengandung
citronella sebesar 27% dan geraniol sebesar 82%. Sedangkan, standar minimum
ekspor minyak seraiwangi Indonesia adalah citronella sebesar 35% dan geraniol
85% [2].
Menurut Soenardi (1981) petani umumnya menanam Seraiwangi pada lahan-
lahan marginal dengan topografi yang beragam, dari datar hingga berlereng secara
monokultur [2]. Pemberian pupuk organik pada lahan marginal dapat meningkatkan
produktivitas tanaman. Selain itu, pupuk organik merupakan salah satu komponen
budidaya yang ramah lingkungan. Pupuk organik, baik pupuk kandang, kompos,
maupun pupuk hijau dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah
terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan dalam tanah, dan mengandung zat
makanan tanaman [3]. Pupuk organik dapat memperbaiki kapasitas menahan air
dengan peningkatan 50-56%, bulk density 22-25%, kemampuan penetrasi akar
tanaman meningkat 20-25%, dan bakteri serta jamur menguntungkan meningkat 50-
60% dan 58-62% [4].
Kotoran sapi, baik sebagai pupuk kandang atau biofertilizer (kotoran sapi yang
baru dikeluarkan) dapat dimanfaatkan sebagau pupuk. Kandungan unsur hara makro
kotoran ternak sapi adalah N, P, K, Mg, dan Ca masing-masing 1,2-1,9%; 0,2-0,5%;
0,5-1,1%; 0,5-0,6%; dan 1,3%-1,8%. Sedangkan kandungan hara mikro adalah Fe,
Mn, Cu, Zn, dan B masing-masing 690-151,8; 167-369; 24-40; 128-183; dan 13-30
ppm (mg/kg) [4]. Hasil penelitian Maliangkay, et al (2000) pada bibit aren
menunjukkan bahwa pupuk kandang kotoran sapi dengan takaran 300-400 gr/bibit
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman bila dibandingkan tanpa pupuk. Hal tersebut
juga didukung oleh penelitian Kusuma, dkk. (2006) bahwa pemupukan serai dengan
pupuk kandang memperlihatkan pengaruh nyata pada panen kedua dan ketiga.
Selain kotoran sapi, kotoran kambing juga mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, seperti N, P, dan
K. Kandungan unsur tersebut masing-masing sebesar 50,6 kg/t, 6,7 kg/t, dan 39,7
kg/t [5]. Keunggulan unsur mikro dan makro pada kotoran sapi dan kambing, yaitu
Nitrogen (N), Kalium (K), dan Kalsium (Ca). Menurut Lingga dan Marsono (2002),
penggunaan pupuk kandang dalam skala besar difungsikan sebagai pupuk dasar. Di
Indonesia hampir sebagian besar tanahnya kekurangan unsur hara dan strukturnya
padat karena dikombinasi oleh unsur liat, sehingga dibutuhkan sekitar 10 ton/ha
pupuk kandang untuk menyuburkan tanah [6].
Sejauh ini, pembahasan mengenai pupuk kandang untuk peningkatan mutu dan
produksi Seraiwangi hanya terbatas pada pupuk kandang sapi. Dengan demikian,
perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pupuk kandang kambing terhadap
pertumbuhan Seraiwangi. Sehingga dapat diperoleh konsentrasi pupuk kandang
yang tepat dalam upaya meningkatkan mutu dan produksi Seraiwangi sebagai
komoditas ekspor Indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian


 Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pupuk kandang sapi dan
kambing dalam meningkatkan produktivitas tanaman Seraiwangi.
 Menganalisis indikator pertumbuhan dan kesuburan Seraiwangi dengan
metode kombinasi pemupukan dari kotoran sapi dan kambing.
 Mengetahui taraf perbandingan pemupukan dengan kotoran sapi dan
pemupukan kombinasi konsentrasi kotoran sapi dan kambing.

1.3 Hipotesis Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
- Memberikan manfaat yang positif terhadap teknik pemupukan tanaman
Seraiwangi dengan menggunakan metode kombinasi konsentrasi pupuk
kandang sapi dan kambing.
- Sebagai sarana pengembangan diri dalam melakukan penelitian terbaru di
bidang pertanian
2. Bagi Pembaca/Masyarakat
- Memberikan informasi penemuan baru mengenai teknik pemupukan pada
tanaman Seraiwangi untuk meningkatkan produktivitas tanaman
- Memajukan kesejahteraan petani dalam menciptakan usaha baru di bidang
pertanian
3. Bagi Petani
- Meningkatkan peluang bisnis dalam usaha budidaya tanaman Seraiwangi
dengan metode kombinasi konsentrasi pemupukan.
- Memberikan kontribusi terhadap pengembangan inovasi terbaru dalam
bidang pertanian, terutama peningkatan budidaya tanaman Seraiwangi.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Poerwanto, “Budidaya Serai Wangi,” Poerwanto. pp. 3–34, 2010.
[2] I. Kusuma, Y. Rubaya, H. Daswir, B. Penelitian, and T. Obat, “Pengaruh
Pemupukan Terhadap Produksi Dan Mutu Seraiwangi,” Bul. Penelit. Tanam.
Rempah dan Obat, vol. 17, no. 2, pp. 59–65, 2015, doi:
10.21082/bullittro.v17n2.2006.
[3] P. Studi et al., “Perkembangan Pondok Pesantren,” vol. 1, no. 1, pp. 5–10, 2016.
[4] M. R. Bernhard, B. Penelitian, and T. Kelapa, “Pengaruh Pupuk Organik Kotoran
Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa,” Bul. Palma, vol. 0, no. 34, 2018, doi:
10.21082/bp.v0n34.2008.
[5] R. Amaranti, M. Satori, and Y. S. Rejeki, “Pemanfaatan Kotoran Ternak Menjadi
Sumber Energi Alternatif Dan Pupuk Organik,” Buana Sains, vol. 12, no. 1, pp.
99–104, 2012.
[6] S. Huda and W. Wikanta, “Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi Menjadi Pupuk
Organik Sebagai Upaya Mendukung Usaha Peternakan Sapi Potong di Kelompok
Tani Ternak Mandiri Jaya Desa Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten
Lamongan,” AKSIOLOGIYA J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 1, no. 1, p. 26, 2016,
doi: 10.30651/aks.v1i1.303.

Anda mungkin juga menyukai