Anda di halaman 1dari 4

Bacaan Firman Tuhan: 1 Petrus 5: 6-11

Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya
kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu
kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah!
Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan
mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh

Melalui nas ini, kita diingatkan dalam menjalani kehidupan ini agar jangan
dikalahkan oleh si iblis  yang  berjalan keliling sama seperti singa yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ada dua hal yang
harus kita perhatikan:

         1. Tidak meremehkan kuasa Tuhan


Sebagaimana yang dikatakan pada ayat 6, “Rendahkanlah dirimu di bawah
tangan Tuhan yang kuat”. Mau kita memperlihatkan kekayaan, kekuatan dan
kepintaran, tetap saja kita akan menjadi orang yang hina tanpa Tuhan Yesus.
Jangan sekali-kali kita meremehkan kuasa Tuhan dalam kehidupan ini, sebab
Dia berkuasa penuh. Kita tidak boleh menjadi orang yang lupa diri atas apa yang
kita miliki.

Ego manusia sangat rentan untuk dipakai iblis menjauhkan kita dari Tuhan. Iblis
tidak perlu susah untuk menarik kita jauh dari Tuhan, cukup dengan meninggi-
ninggikan ego kita sudah otomatis kita akan meninggalkan Tuhan. Ketika
kesombongan, keangkuhan dan perasaan hebat itu dipupuk dan di besarkan.

Kita ingat bagaimana Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa, dengan
kecerdikannya mengatakan “pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka,
dan kamu akan menjadi seperti Allah” (Kej. 3:5). Begitu pula ketika pendirian
menara Babel “marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang
puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama” (Kej. 11: 4). 

Walaupun kita memiliki sesuatu apapun, bukan artinya untuk meninggikan diri
tetapi untuk memuliankan Tuhan. Jangan justru kita merasa tidak lagi butuh
Tuhan, sebab “Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya” (ayat 11).
       2. Tidak terlalu serius menghadapi kehidupan
Kemudian dalam ayat 7 dikatakan “serahkanlah segala kekawatiranmu
kepadaNya”. Bahwa memang kita harus sadar dalam kehidupan ini yang
namanya penderitaan dan pergumulan tidak aka nada habisnya. Sehingga yang
terpenting adalah bagaimana kita supaya dapat bertahan menghadapi segala
pergumulan yang selalu datang silih berganti.

Sehingga jangan terlalu dibawa serius hidup ini, ingat bahwa kita memiliki Allah
yang memberikan kekuatan dan jalan untuk tetap dapat bertahan. Sebab jika
tidak demikian, maka iblis yang akan mengambil alih pergumulan itu dengan
semakin membesar-besarkan masalah untuk menjauhkan kita dari Tuhan. 

Dengan mudahnya iblis dapat merendahkan kita dengan mengatakan “untuk apa
lagi aku hidup!” sehingga tidak heran jika ada orang yang mengakhiri hidupnya
sendiri dengan bunuh diri. 

Jika hal ini tidak berhasil maka kita akan di bisikkan untuk merendahkan Tuhan
“Tuhan itu tidak adil”; “Tuhan itu tidak lagi bersama kita”; “Tuhan tidak memiliki
kuasa menyelamatkan kita”. Sehingga tidak heran juga jika akhirnya ada orang
yang meninggalkan imannya, tidak lagi mau ke Gereja bahkan mencari kuasa-
kuasa kegelapan.

Maka Petrus ingin mengingatkan kita “Ia yang memelihara kamu”. Setiap
pergumulan itu jangan dibesar-besarkan, jangan terlalu anggap serius sebab
Tuhan ada tempat untuk kita menyerahkan segala kekawatiran.
***
Menjalani kehidupan ini, tetaplah kita sadar dan berjaga-jaga sebab iblis akan
tetap memperhatikan kita untuk mencari celah dan kesempatan menjauhkan kita
dari Tuhan. Iman adalah senjata kita melawan tipu daya iblis, dengan tetap
memegang iman maka kita akan tetap di teguhkan, dikuatkan dan tetap kokoh
di setiap kehidupan yang kita jalani (ayat 10).
Suatu ibadah gereja sering diakhiri dengan doa
berkat. Doa berkat yang umum diucapkan terambil dari
pesan penutup Petrus dalam suratnya yang pertama:
“Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya
yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan
dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya” (1Ptr. 5:10). Terkadang frasa “sesudah
kamu menderita seketika lamanya” dihilangkan dari doa
berkat tersebut. Mengapa? Mungkin karena berbicara
mengenai penderitaan tidak terlalu menyenangkan.
Namun seharusnya kita tidak terkejut ketika penderitaan datang
menerpa kita. Rasul Paulus, yang tahu benar apa artinya menderita,
menulis: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam
Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2Tim. 3:12).
Jika kita hidup tunduk kepada Allah (1Ptr. 5:6) dan melawan si Iblis
(ay.9), tidaklah mengherankan apabila kita dicemooh, disalahpahami,
dan bahkan dimanfaatkan. Namun Rasul Petrus berkata bahwa
penderitaan itu mengandung suatu maksud. Penderitaan
dimaksudkan untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan
mengokohkan kamu” (ay.10).
Tuntunan Allah bagi pertumbuhan iman kita sering kali
mengharuskan kita untuk melalui berbagai kesulitan. Namun
semuanya itu mengokohkan kita untuk menghadapi berbagai badai
hidup di masa yang akan datang. Kiranya Allah menolong kita agar
tetap setia seiring dengan usaha kita untuk sungguh-sungguh hidup
memuliakan nama-Nya.
Ya Tuhan, kiranya aku kelak Tak gentar diterpa aniaya; Karena janji-Mu
bahwa yang setia Akan diberi mahkota kemenangan. —Bosch

Anda mungkin juga menyukai