Anda di halaman 1dari 59

RELEVANSI KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK SMK

TEKNIK PEMESINAN TERHADAP KEBUTUHAN DUNIA INDUSTRI

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta


untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:
ARDIYANTO
NIM.16503241015

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Batasan Masalah................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB 2 KAJIAN TEORI
A. Diskripsi Teori ................................................................................... 8
1. Relevansi ...................................................................................... . 8
2. Kompetensi .................................................................................. 9
3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ........................................... 21
4. Teknik Pemesinan ........................................................................ 23
5. Pembelajaran Praktik ................................................................... 24
6. Praktik Pemesinan ........................................................................ 25
7. Industri ......................................................................................... 36
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 40
C. Kerangka Berfikir .............................................................................. 41
D. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 42
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 44
C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 45
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................ 45
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................... 47
F. Validitas Instrumen ............................................................................. 51
G. Teknik Analisa Data ............................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Beberapa Proses Pemesinan ................................................................ 26


Gambar 2. Mesin Bubut Standar ........................................................................... 27
Gambar 3. Proses Penyayatan Benda Kerja .......................................................... 27
Gambar 4. Bagian-bagian Mesin Bubut ................................................................ 28
Gambar 5. Skematika Gerakan dan Komponen Mesin Frais ................................ 30
Gambar 6. Bagian-bagian Utama Mesin Frais ...................................................... 31
Gambar 7. Tiga Klasifikasi Proses Frais ............................................................... 32
Gambar 8. Frais Naik dan Frais Turun.................................................................. 32
Gambar 9. Mesin CNC TU 2A ............................................................................. 34
Gambar 10. Mesin CNC TU 3A ........................................................................... 34
Gambar 11. Mesin CNC PU 2A............................................................................ 35
Gambar 12. Mesin CNC PU 3A............................................................................ 35

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Muatan Peminatan Kejuruan ................................................................... 12


Tabel 2. Kompetensi Keahlian (C) Teknik Pemesinan Bubut .............................. 13
Tabel 3. Kompetensi Keahlian (C) Teknik Pemesinan Frais ................................ 14
Tabel 4. Kompetensi Keahlian (C) Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM ........ 16
Tabel 5. Kompetensi Profesi Operator Mesin Produksi ....................................... 19
Tabel 6. Daftar Industri ......................................................................................... 44
Tabel 7. Skor Pengukuran Instrumen .................................................................... 48
Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................................. 49
Tabel 9. Kategori Relevansi Sesuai dengan Prosentase ........................................ 52

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) merupakan Pendidikan formal yang
telah diatur oleh undang-undang dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang siap memasuki Dunia Usaha-Dunia Industri (DUDI) untuk menjadi tenaga
kerja yang produktif. Telah banyak upaya pemerintah dalam mempersiapkan SDM
yang siap memasuki dunia kerja, salah satu upaya pemerintah adalah membangun
lebih banyak SMK . Tujuan SMK untuk mempersiapkan generasi mandiri dan siap
kerja dimana dalam pembelajaran di SMK peserta didik dibekali pengetahuan dan
keterampilan sehingga nantinya lulusan SMK setelah lulus dapat bekerja di
industri atau membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Hasil survey Badan Pusat Statistik pada tahun 2015 mengemukakan bahwa
jumlah SMK selama periode tahun ajaran 2011-2014 secara nasional terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini seolah memperkuat rencana
pemerintah dalam meningkatkan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan. pada
periode tahun 2011/2012 jumlah SMK di Indonesia sebanyak 10.256 unit, periode
2012/2013 meningkat 4,06% menjadi 10.673 unit, lalu pada periode 2013/2014
naik sebesar 9,86% menjadi 11.726 unit, dari data tersebut dalam jangka waktu 3
tahun jumlah SMK di Indonesia bertambah sebanyak 1.470 unit. Sementara untuk
SMA sendiri pada periode yang sama masih terjadi peningkatan, namun jumlah
peningkatannya tidak sebanyak SMK. Pada periode 2011/2012 jumlah SMA di
Indonesia sebanyak 11.654 unit, periode 2012/2013 naik 3,88% menjadi 12.107
unit, kemudian periode 2013/2014 naik 2,49% menjadi 12.409 unit, sehingga
pertambahan jumlah SMA dalam jangka waktu 3 tahun bertambah sebanyak 775
unit. Dimana dari hasil survey Badan Pusat Statistik mengenai peningkatan jumlah
SMK dan SMA di Indonesia bisa dikatakan peningkatan jumlah SMK hampir 2
kali lipat dari jumlah peningkatan SMA selama 3 tahun. Kemudian hingga Agustus
2018 sebanyak 7 juta orang menganggur, dari jumlah tersebut ternyata paling

1
banyak adalah lulusan SMK , yakni sebesar 11,24%, sedangkan lulusan SMA
7,95%. Kondisi ini bisa dianggap kondisi yang memprihatinkan, karena
semestinya lulusan SMK lebih terserap lapangan pekerjaan formal karena secara
teoritis mereka telah dibekali keterampilan.
Tujuan pemerintah merencanakan program peningkatan jumlah Sekolah
Menengah Kejuruan salah satunya menciptakan lebih banyak lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan yang bisa langsung terserap Dunia Usaha-Dunia Industri
(DUDI) sebagai tenaga kerja. Tujuan tersebut telah tertuang dalam undang-undang
No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 (penjelasan) yang berbunyi,
“Pendidikan kejuan merupakan Pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu”. Undang-undang
tersebut tentunya bisa menjadi pegangan dimana adanya SMK merupakan
pendidikan kejuruan yang menghasilkan lulusan siap kerja. Perencanaan
peningkatan jumlah SMK juga menunjukan bahwa pemerintah memiliki
kepercayaan yang sangat tinggi terhadap Pendidikan kejuruan agar dapat
memainkan peran yang sangat strategis supaya trerwujudnya angkatan tenaga
kerja nasional yang terampil.lulusan SMK diharapkan menjadi sumber daya
manusia yang siap pakai, dalam arti ketika peserta didik telah menyelesaikan
sekolahnya dapat menerapkan ilmu yang dipelajari pada bidang pekerjaan sesuai
dengan kompetensi.
Berbanding terbalik dari tujuan pemerintah dalam penambahan jumlah
SMK untuk mempersiapkan lulusan yang siap kerja ternyata pada kenyataan di
lapangan pekerjaan menunjukan bahwa daya serap lulusan SMK di Dunia Usaha-
Dunia Industri saat ini masih rendah. Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin
(dalam kompas, 2016) mengungkapkan bahwa lulusan SMK seharusnya dapat
langsung bekerja karena sudah dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja yang siap
pakai, namun kenyataannya lulusan SMK saat ini banyak menganggur karena
kompetensi lulusan SMK belum sesuai dengan yang dibutuhkan industri. Hal
tersebut salah satunya disebabkan karena kurang ada ikatan yang kuat mengenai

2
link and match agar menunjang pembelajaran yang sesuai dengan pekerjaan di
industri.
Selain meningkatkan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan untuk
menciptakan banyak tenaga yang siap kerja, pemerintah juga sempat beberapa kali
mengganti kurikulum. Dimana penggantian kurikulum dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan atau menselaraskan dengan kebutuhan industri. namun faktanya
meski kurikulum SMK telah diperbai beberapa kali agar sesuai dengan kebutuhan
industri tetapi dalam kenyataan selalu mengalami ketertinggalan dari dunia kerja
(Susanto, 1997:12). Hal ini terjadi mungkin saja karena terdapat kelemahan yang
ada pada SMK ataupun lulusan dari SMK itu. Menurut Sukamto (2003:24)
kelemahan pendidikan kejuruan adalah kesulitan dalam menempatkan lulusannya,
memerlukan investasi dan biaya penyelenggaraan yang mahal. Di samping itu
menurut Soenarto (2005:30) yang dikutip dari Susanto (1997:5), kelemahan
pendidikan kejuruan banyak disebabkan dalam proses penerimaan tenaga kerja
tenaga kerja, dimana sering terjadi rumusan 10:2:1 artinya ada dua lowongan
pekerjaan yang diperebutkan oleh sepuluh orang pelamar pekerjaan dan hanya satu
orang pelamar yang memenuhi kriteria kemudian diterima.
Dikutip dari surat kabar Siaran Indonesia, wakil ketua umum Apindo
(Asosiasi Pengusaha Indonesia ) Shinta Kamdani (2019) mengatakan, “Tantangan
utama bagi tenaga kerja Indonesia adalah tidak sesuainya sistem pendidikan
dengan kebutuhan industri, untuk itu sistem link and math sangat membantu
sehingga lulusan SMK bisa bekerja sesuai dengan yang dibutuhkan industri”. Dari
pernyataan tersebut disambung oleh wakil ketua umum Kadin (Kamar Dagang dan
Industri) Carmelita Hartoto (2019) yang meyakini bahwa industri masih
membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Hanya saja pentingnya kualitas SDM
yang sesuai dengan industri juga harus diperhatikan. Salah satu kualitas yang perlu
diperhatikan untuk menunjang SDM adalah kualitas dari kompetensi SMK yang
dibekali untuk lulusan agar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan indusri
sehingga SDM yang tersedia sesuai kualitasnya dengan industri.

3
Teknik Pemesinan merupakan salah satu kompetensi keahlian yang ada di
SMK. lulusan dari Teknik Pemesinan lebih banyak diarahkan untuk bekerja di
industri manufaktur, industri pemesinan dan usaha pemesinan, namun banyak juga
lulusan Teknik Pemesinan dapat terserap di berbagai bidang pekerjaan. Dari sekian
banyak pekerjaan yang dapat digeluti oleh lulusan Teknik Pemesinan seharusnya
bisa mengurangi angka pengangguran lulusan SMK serta peningkatan kualitas
kerja sumber daya manusia di Indonesia. Namun karena kurang adanya
penyesuaian pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran praktik terhadap
pekerjaan yang akan dihadapi lulusan di industri mengakibatkan lulusan belum
memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan industri. Pembelajaran di SMK
yang sangat berpengaruh agar terpenuhinya standar kompetensi yang dibutuhkan
industri adalah pembelajaran praktik.
Praktik yang dilakukan di SMK khususnya kompetensi Teknik pemesinan
adalah sebuah pengenalan suatu ilmu dan pembiasaan peserta didik untuk
mempelajari, menggali, dan menerapkan apa yang diinginkan terwujud menjadi
sesuatu yang dibutuhkan. Dengan pembelajaran praktik pemesinan diharapkan
peserta didik dapat lebih terampil dalam menggunakan ataupun mengoperasikan
alat dan mesin untuk mengerjakan job yang diberikan. Dalam pengerjaan job atau
tugas yang diberikan tentu saja melatih peserta didik untuk terampil serta dapat
berfikir dibawah tekanan dan emosi, dimana praktik yang dilakukan oleh peserta
didik dalam mengerjakan job terdapat beberapa urutan pekerjaan dalam mencapai
keberhasilan pengerjaan job tersebut.
Urutan pengerjaan dalam mengerjakan job yang diberikan tercakup
beberapa kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi itu secara
tidak langsung telah dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini kompetensi yang
dilakukan dalam pengerjaan job disampaikan melalui pembelajaran dan
dilaksanakan serta dicapai saat peserta didik melakukan praktik pemesinan. Oleh
karenanya kompetensi yang dilakukan dan dicapai peserta didik di SMK harusnya
relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Namun karena adanya
penyimpangan antara tujuan Pendidikan kejuruan dengan realita serapan tenaga

4
kerja di industri tidak sesuai, yang salah satu akibatnya dari kompetensi yang
dibutuhkan industri belum tercapai di SMK bisa saja pembelajaran praktik yang
diterapkan di SMK untuk mencapai kompetensi industri belum relevan, sehingga
pembelajaran praktik yang dilakukan perlu ditingkatkan lagi dalam menyesuaikan
kompetensi di SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan industri agar lulusan
SMK khususnya kompetensi Teknik pemesinan bisa terserap oleh Dunia Usaha-
Dunia Industri (DUDI).
Berdasarkan pemaparan di atas salah satu penunjang untuk menyesuaikan
kompetensi di SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan industri agar lulusan
SMK dapat lebih banyak terserap di industri maka pembelajaran di SMK terutama
pembelajaran praktik yang dilakukan harus relevan dengan kebutuhan Dunia
Industri. Bila berpatokan kepada kompetensi yang dibutuhkan, pembelajaran
praktik yang dilaksanakan haruslah relevan dengan kebutuhan industri. Dalam
merelevankan hal tersebut haruslah pihak industri juga memaparkan gagasan atau
usulan pembelajaran praktik yang dilakukan peserta didik di SMK. Sehingga
nantinya tujuan adanya Pendidikan kejuruan yang berupa SMK memiliki lulusan
yang benar-benar siap kerja dan terserap di industri. Dari fenomena tersebut
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Relevansi Kompetensi
dalam Pembelajaran Praktik SMK Jurusan Teknik Pemesinan terhadap Kebutuhan
Dunia Industri”. Penelitian ini membandingkan pembelajaran yang terdapat di
KI/KD SMK Teknik Pemesinan dalam Kurikulum 2013 dengan kebutuhan
industri. Mengingat jumlah industri di Indonesia sangat banyak, maka penulis
melakukan penelitian terhadap beberapa industri di D.I.Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, terdapat
beberapa masalah yang mengakibatkan kompetensi lulusan belum sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan industri sebagai berikut:

5
1. Meski kurikulum SMK telah diperbaiki beberapa kali agar sesuai dengan
kebutuhan industri tetapi dalam kenyataan selalu mengalami ketertinggalan dari
dunia kerja
2. Tidak sesuainya sistem Pendidikan dengan kebutuhan industri.
3. Kompetensi SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan industri perlu
disesuaikan agar lulusan SMK dapat lebih banyak terserap di industri.
4. Perlu dikaji tentang relevansi kompetensi pembelajaran praktik pemesinan
terhadap kebutuhan industri khususnya di D.I.Yogyakarta

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis, agar pembahasan tidak menyimpang dari
tujuan penelitian maka ditentukan batasan masalah yang akan dikaji, yaitu tentang
relevansi kompetensi dalam pembelajaran praktik SMK teknik pemesinan
terhadap kebutuhan industri di D.I.Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah yang ditetapkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Seperti apa kompetensi pembelajaran praktik pemesinan di SMK?
2. Seperti apa kompetensi SMK teknik pemesinan yang dibutuhkan oleh industri
di D.I.Yogyakarta?
3. Seberapa besar relevansi kompetensi SMK teknik pemesinan terhadap
kompetensi yang dibutuhkan industri di D.I.Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelkitian ini adalah:
1. Mengetahui kompetensi pembelajaran praktik pemesinan di SMK
2. Mengetahui kompetensi SMK teknik pemesinan yang dibutuhkan oleh industri

6
3. Mengetahui besar relevansi kompetensi SMK teknik pemesinan terhadap
kompetensi yang dibutuhkan industri

F. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Mengetahui tingkat relevansi pembelajaran praktik pemesinan dan berupaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran praktik pemesinan.
2. Bagi Industri
Memberikan gambaran tentang pembelajaran praktik pemesinan peserta didik
yang menunjang kompetensi lulusan sebagai bekal untuk memenuhi
kompetensi di industri
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengalaman, dan sarana pelatihan dibidang penelitian

7
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Relevansi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) relevansi berasal dari
kata sifat relevan yang berarti kait-mengait, bersangkut-paut, berguna secara
langsung. Cambridge Dictionary menyebutkan kata relevansi berasal dari kata
benda relevance yang berarti “the degree to which something is realed or
useful to what is happening or being about”, yaitu sesuatu yang terkait atau
berguna dengan apa yang terjadi atau yang sedang dilakukan. Green (1995:
16) menyebutkan, “relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen
yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan
informasi”. Suatu data dikatakan relevan bila data tersebut berhubungan
dengan subyek yang diteliti. Jika ditarik kedalam pendidikan, relevansi ialah
kesesuaian antara kemampuan/skill yang diperoleh melalui jenjang
Pendidikan dengan kebutuhan pekerjaan (Ali: 2009). Dalam teknik informasi
retrieval cara penetapan ukuran kesesuaian seperti seseorang memasukkan
pertanyaan ke sebuah sistem, kemudian sistem memberikan jawaban.
Berdasarkan jawaban ini dilakukan perhitungan seberapa relevan data yang
telah ditemukan oleh sistem.
Sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan, relevansi yang
dicari antara pembelajara praktik pemesinan SMK khususnya kompetensi
praktik pemesinan bubut, frais, dan CNC dengan kebutuhan di Dunia Industri
Manufaktur yang kemudian menunjukan pola hubungan keduanya. Pola
hubungan tersebut akan menunjukan seberapa besar tingkat relevansi antara
kompetensi dalam pembelajaran praktik pemesinan di SMK dengan
kebutuhan Industri manufaktur. Kemudian selain hasil dari hubungan pola
tersebut dapat diketahui pula kompetensi SMK teknik pemesinan yang
dibutuhkan industri terutama industri manufaktur.

8
2. Kompetensi
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, kompetensi
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Sementara itu, UU No. 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan menyatakan
bahwa kompetensi sebagai kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Selain itu, pengertian kompetensi telah tertuliskan dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) yang menyebutkan bahwa
kompetensi adalah pernyataan tentang bagaimana seseorang dapat
mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya di tempat kerja
sesuai dengan standar industri atau sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh tempat kerja (industri). Dari ketiga pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa kompetensi adalah tindakan profesional pada suatu pekerjaan yang
mencerminkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
dimiliki. Kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa lulusan dari jurusan
Teknik Pemesinan adalah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
Pemesinan. Maksudnya adalah peserta didik dapat dikatakan menguasai suatu
kompetensi jika menguasi SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi
Dasar) yang terdapat di KI/KD SMK Teknik Pemesinan Kurikulum 2013.
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan untuk dicapai (Zainal, 2011:256). Standar
kompetensi merupakan penjabaran dari standar kelulusan dan
menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan minimal yang harus
dikuasai siswa terkait dengan materi tertentu.
Standar Kompetensi kemudian dijabarkan kedalam kompetensi dasar
yang menggambarkan kompetensi spesifik dari materi tertentu. Kompetensi
Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
dalam mata perlajaran tertentu (Zainal, 2011:256). Kompetensi dasar dapat

9
dikatakan sebagai penjabaran dari standar kompetensi dan cakupannya lebih
sempit. Rumusan standar kompetesni dan kompetensi dasar menggambarkan
target yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan
belajar atau pembelajaran. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar harus
benar-benar dikuasai oleh peserta didik agar menjadi bekal penguasan
kompetensi kerja di Industri Pemesinan.
a. Kompetensi SMK Teknik Pemesinan
Sesuai dengan KI/KD SMK teknik pemesinan krikulum 2013,
terdapat tujuan kurikulum yang mencakup empat aspek kompetensi,
yaitu (1) aspek kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Aspek-aspek kompetensi tersebut
dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler.
Adapun rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Sedangkan kompetensi
sikap sosial yaitu, “Menghayati dan mengamalkan sikap dan perilaku
jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai)
bertanggung jawab, responsive dan proaktif melalui keteladanan,
pemberian nasihat, penguatan, pembiasaan, dan pengondisian secara
berkesinambungan serta menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraktif secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi yang telah
dituliskan tercapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih

10
lanjut. Kemudian rumusan kompetensi pengetahuan atau pada KI/KD
SMK disebutkan Kompetensi Inti 3 (pengetahuan) yaitu, “memahami,
menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan
bidang dan lingkup kerja Teknik Pemesinan pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat
regional, nasional, dan internasional”. Pada rumusan keterampilan atau
pada KI/KD SMK disebut Kompetensi Inti 4 (keterampilan) yaitu, “(1)
Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai
dengan bidang kerja Teknik Pemesinan; (2) Menampilkan kinerja
dibawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai
dengan standar kompetensi kerja; (3) Menunjukan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif, dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung; (4)
Menunjukan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret
terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah, serta
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung”.
Penjelasan tujuan, kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan di atas diambil dari KI/KD Teknik
Pemesinan dalam kurikulum 2013 yang dijadikan sebagai acuan
kompetensi SMK. kemudian setiap mata pelajaran produktif teknik
pemesinan terdapat dua Kompetensi Dasar yang perlu diterapkan dan
dicapai oleh siswa. Kompetensi dasar tersebut berupa kompetensi dasar
bagian pengetahuan dan kompetensi dasar bagian keterampilan.

11
Kompetensi dasar diterapkan melalui proses pembelajaran teori untuk
kompetensi dasar 3 (pengetahuan) dan proses pembelajaran yang perlu
diterapkan langsung atau praktik untuk kompetensi dasar 4
(keterampilan). Namun kadangkala beberapa kompetensi bisa diterapkan
melalui proses pembelajaran teori saja ataupun proses pembelajaran
praktik saja.
Dalam KI/KD SMK Kurikulum 2013 kompetensi keahlian Teknik
Pemesinan terdapat tiga kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok A
(muatan nasional), kelompok B (muatan kewilayahan), dan kelompok C
(muatan peminatan kejuruan). untuk mata pelajaran Teknik Pemesinan
masuk dalam kelompok C yang dimana terdiri dari: (1) Kelompok mata
pelajaran dasar bidang keahlian (C1), (2) Kelompok mata pelajaran dasar
program keahlian (C2), (3) Kelompok mata pelajaran kompetensi
keahlian (C3). Adapun mata pelajaran dalam kelompok C berdasarkan
KI/KD SMK Kurikulum 2013 kompetensi keahlian Teknik Pemesinan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Muatan Peminatan Kejuruan
No. Kelompok Mata Pelajaran
Simulasi dan Komunikasi
1. Dasar Bidang Keahlian (C1) Digital
Fisika
Kimia
Gambar Teknik Mesin
Dasar Program Keahlian
2. Pekerjaan Dasar Teknik Mesin
(C2) Dasar Perancangan Teknik
Mesin
Gambar Teknik Manufaktur
Teknik Pemesinan Bubut
Teknik Pemesinan Frais
3. Kompetensi Keahlian (C3) Teknik Pemesinan Gerinda
Teknik Pemesinan NC/CNC
dan CAM
Produk Kreatif dan
Kewirausahaan

12
b. Kompetensi Keahlian (C3)
Sesuai dengan pengelompokan mata pelajaran kompetensi
keahliah (C3) merupakan materi pembelajaran sesuai dengan bidang
kejuruan. menyesuaikan dengan penelitian yang dilakukan, maka
kompetensi keahlian (C3) yang dipaparkan adalah mata pelajaran teknik
pemesinan bubut, pemesinan frais, pemesinan NC/CNC dan CAM
berdasarkan KI/KD SMK Kurikulum 2013. Adapun kompetensi mata
pelajaran tersebut dapat dilihap pada Tabel.

Tabel 2.Kompetensi Keahlian (C3) Teknik Pemesinan Bubut


KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4
4.1 Mengidenti fikasi bagian
3.1 Memahami bagian-bagian
bagian mesin bubut
mesin bubut berdasarkan
berdasarkan jenis dan
jenis dan fungsinya
fungsinya
3.2 Memahami handel-handel 4.2 Mengidenti fikasi handel
yang tersedia pada mesin handel yang tersedia pada
untuk pembubutan mesin untuk pembubutan
3.3 Memahami mesin mesin 4.3 Menidentifi kasi mesin bubut
bubut untuk jenis pekerjaan untuk jenis pekerjaan tertentu
tertentu yang disyaratkan yang disyaratkan
3.4 Menganalisis kecepatan putar 4.4 Menggunakan kecepatan putar
mesin bubut untuk berbagai mesin bubut untuk berbagai
kecepatan potong bahan kecepatan potong bahan
3.5 Mengevaluasi kecepatan 4.5 Menentukan kecepatan
putaran mesin berdasarkan putaran mesin berdasarkan
tabel yang tersedia untuk tabel yang tersedia untuk
pemotongan/pembubutan pemotongan/ pembubutan
4.6 Mengidentifi kasi alat potong
3.6 Memahami alat potong mesin
yang sesuai untuk pekerjaan
bubut
membubut
3.7 Menganalisis alat potong 4.7 Menggunakan alat potong
untuk sesuai keperluannya sesuai keperluannya
3.8 Menganalisis parameter
4.8 Menggunakan parameter
pemotongan mesin bubut
pemotongan mesin bubut
untuk berbagai jenis
untuk berbagai jenis pekerjaan
pekerjaan

13
3.9 Menganalisis berbagai jenis 4.9 Menggunakan teknik
pekerjaan pada pemesinan pemesinan bubut untuk
bubut berbagai jenis pekerjaan
3.10 Menerapkan prosedur teknik 4.10 Membuat poros eksentrik
membubut eksentrik menggunakan mesin bubut
3.11 Menerapkan prosedur teknik 4.11 Membuat bentuk oval/handel
membubut bentuk mesin dengan prosedur yang
oval/handel mesin benar
3.12 Mengevaluasi suaian untuk 4.12 Menyajikan suaian untuk
pembubutan komponen yang membuat komponen yang
berpasangan berpasangan
3.13 Merancang komponen
4.13 Menentukan komponen yang
suaian
berpasangan
yang berpasangan
3.14 Menerapkan prosedur teknik
4.14 Membuat ulir segi empat luar
membubut ulir segi empat
dan dalam
untuk batang dan murnya
3.15 Menerapkan prosedur teknik 4.15 Membuat tirus mengguna kan
pembubutan benda kerja taper atachement sesuai
dengan taper atachement prosedur
3.16 Menerapkan prosedur teknik
4.16 Membuat ulir cacing
pembuatan ulir cacing
3.17 Menganalisis pembuatan 4.17 Menentukan pembuatan benda
benda kerja yang tak teratur kerja yang tak teratur
yang dibubut menggunakan menggunakan face plate
face plate
3.18 Menganalisis pembubutan 4.18 Menentukan pembuatan benda
benda kerja yang panjang kerja yang panjang
menggunakan kacamata menggunakan kacamata
jalan/tetap jalan/tetap
3.19 Menerapkan prosedur teknik 4.19 Membuat benda kerja rakitan
pembuatan benda kerja yang komplek dengan
rakitan, dengan menggunakan berbagai cara
menggunakan berbagai cara sesuai dengan prosedur

Tabel 3.Kompetensi Keahlian (C3) Teknik Pemesinan Frais


KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4
4.1 Mengidentifika si bagian
3.1 Memahami bagian-bagian
bagian mesin frais
mesin frais berdasarkan jenis
berdasarkan jenis dan
dan fungsinya
fungsinya

14
3.2 Memahami handel-handel 4.2 Mengidentifi kasi handel
yang tersedia pada mesin handel yang tersedia pada
untuk proses pengefraisan mesin untuk pengefraisan
3.3 Memahami mesin mesin frais 4.3 Mengidentifi kasi mesin frais
untuk jenis pekerjaan untuk jenis pekerjaan tertentu
tertentu yang disyaratkan yang disyaratkan
4.4 Menggunakan kecepatan putar
3.4 Menganalisis kecepatan putar
mesin frais untuk berbagai
mesin frais untuk berbagai
macam kecepatan potong
kecepatan potong bahan
bahan
4.5 Mengidentifi kasi alat potong
3.5 Memahami alat potong mesin
mesin frais sesuai dengan jenis
frais
pekerjaan
3.6 Menganalisis alat potong
4.6 Menggunakan alat potong
pada holder sesuai
sesuai keperluannya
keperluannya
4.7 Menunjukkan ragum untuk
3.7 Mengklasifikasi penjepit
penjepitan benda kerja sesuai
benda kerja/ragum mesin
spesifikasi benda kerja
3.8 Menganalisis penjepit benda 4.8 Menggunakan ragum untuk
kerja/ragum pada meja mesin menjepit benda kerja
3.9 Mengevaluasi parameter
4.9 Menggunakan parameter
pemotongan mesin frais
pemotongan mesin frais untuk
untuk berbagai jenis
berbagai jenis pekerjaan
pekerjaan
3.10 Menerapkan prosedur teknik
pengefraisan balok segi 4.10 Membuat balok segi empat
empat
3.11 Menerapkan standar 4.11 Menggunakan teknik
operasional prosedur teknik pengefraisan untuk
pengefraisan rack dan roda pembuatan rack dan roda gigi
gigi lurus lurus
3.12 Menerapkan prosedur teknik
4.12 Membuat benda kerja
pengefraisan benda kerja
bertingkat
bertingkat
3.13 Menganalisis pembuatan 4.13 Menentukan pembuatan benda
benda kerja dengan kerja dengan memiringkan
memiringkan meja mesin meja mesin untuk pembuatan
untuk pembuatan rack miring rack miring
3.14 Menerapkan prosedur teknik
4.14 Membuat roda gigi miring
mengefrais roda gigi miring
3.15 Memahami teknik
4.15 Merancang pembuatan roda
mengefrais
gigi konis/payung
roda gigi konis/payung

15
3.16 Menganalisis prosedur
4.16 Menentukan pembuatan roda
teknik
gigi konis/payung
frais roda gigi payung
3.17 Memahami pengefraisan alur
4.17 Merancang pembuatan
melingkar menggunakan
menggunakan rotari table
rotari table
3.18 Menganalisis pengefraisan 4.18 Menentukan pembuatan alur
alur melingkar menggunakan melingkar menggunakan rotari
rotari table table
3.19 Menerapkan prosedur teknik
4.19 Membuat alur spiral
mengefrais alur spiral
3.20 Mengevaluasi pemotongan 4.20 Membuat alur pada benda
alur menggunakan slide mill kerja menggunakan slide mill
4.21 Membuat alur bentuk T pada
3.21 Menerapkan pemotongan
mesin frais menggunakan slot
menggunakan slot mill
mill
3.22 Menerapkan pemotongan 4.22 Membuat chamfer benda kerja
chamfer menggunakan angle cuter 45°

Tabel 4.Kompetensi Keahlian (C3) Teknik Pemesinan CNC


KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4
3.1 Memahami bagian-bagian 4.1 Mengidentifi kasi bagian-bagian
mesin bubut CNC mesin bubut CNC
3.2 Memilih parameter
4.2 Mengeset parameter pemotongan
pemotongan mesin bubut
mesin bubut CNC
CNC
3.3 Menerapkan teknik
pemograman mesin 4.3 Melaksanakan pemograman
bubut mesin bubut CNC
CNC
3.4 Menerapkan prosedur 4.4 Membuat benda sederhana
pemesinan bubut CNC dengan mesin bubut CNC
3.5 Mengevaluasi kegagalan 4.5 Memperbaiki seting dan
hasil pekerjaan mesin parameter lain pada pekerjaan
bubut CNC pada mesin bubut CNC
3.6 Mengevaluasi prosedur 4.6 Menggunakan teknik pemesinan
pemesinan bubut CNC bubut CNC
3.7 Memahami bagian-bagian 4.7 Mengidentifi kasi bagian-bagian
mesin frais CNC mesin frais CNC
3.8 Memilih parameter
4.8 Mengeset parameter pemotongan
pemotongan mesin frais
mesin frais CNC
CNC

16
3.9 Menerapkan teknik
4.9 Melaksanakan pemograman
pemograman mesin frais
mesin frais CNC
CNC
3.10 Menerapkan prosedur
4.10 Membuat benda sederhana
pemograman mesin frais
dengan mesin frais CNC
CNC
3.11 Mengevaluasi kegagalan 4.11 Memperbaiki seting dan
hasil pekerjaan mesin parameter lain pada pekerjaan
frais CNC pada mesin frais CNC
3.12 Mengevaluasi prosedur 4.12 Menggunakan teknik pemesinan
pemesinan frais CNC frais CNC
3.13 Menganalisis konsep
4.13 Mendemonstrasikan fungsi
dasar Computer Aided
perintah-perintah dalam
Manufacturing (CAM)
perangkat lunak CAM Milling.
untuk proses Milling
3.14 Memahami jenis alat
4.14 Mengidentifikasi alat potong dan
potong dan parameternya
parameternya untuk CNC milling
untuk CNC milling
3.15 Memahami fungsi
perintah 4.15 Mengguna kan perintah perangkat
untuk pembuatan lunak CAM Milling untuk program
program contour 2D dan contour 2D dan 3D.
3D.
3.16 Memahami fungsi
perintah 4.16 Mengguna kan fungsi perintah
untuk membuat program membuat program drill toolpath
drill toolpath
3.17 Memahami fungsi
4.17 Mengguna kan fungsi perintah
perintah
membuat program facing and
membuat program facing
pocketing
and pocketing
3. 18 Memahami fungsi
4.18 Menggunakan fungsi perintah
perintahmembuat
membuat program surface
program surface
roughing and finishing
roughing and finishing
3.19 Menganalisis program
4.19 Menentukan simulasi program
CAM Milling melalui
CAM Milling
proses simulasi
3.20 Mengevaluasi program
G 4.20 Mengguna kan program G Code
Code
3.21 Memahami fungsi
4.21 Mengguna kan fungsi perintah
perintah
memodifikasi G Code.
memodifikasi G Code.

17
3.22 Memahami transfer G
4.22 Memindah kan G Code ke mesin
Code ke mesin CNC
CNC Milling
Milling
3.23 Mengoperasikan
4.23 Mengeksekusi program di mesin
program
CNC Miling
di mesin CNC Miling
3.24 Memahami Computer
4.24 Mengguna kan fungsi perintah
Aided Manufacturing
perintah dalam perangkat lunak
(CAM) untuk proses
CAM Lathe.
Lathe.
3.25 Memahami jenis alat 4.25 Mengidentifi kasikan alat potong
potong dan parameternya dan parameternya untuk CNC
untuk CNC lathe lathe
3.26 Memahami fungsi 4.26 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses facing Lathe untuk proses facing
3.27 Memahami fungsi 4.27 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses drilling Lathe untuk proses drilling
3.28 Memahami fungsi 4.28 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses roughing/ Lathe untuk proses Roughing/
finishing outer diameter finishing outer diameter
(pembubutan luar) (pembubutan luar)
3.29 Memahami fungsi 4.29 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses grooving Lathe untuk proses grooving
outer diameter outer diameter (pembubutan alur
(pembubutan alur luar) luar)
3.30 Memahami fungsi 4.30 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses roughing/ Lathe untuk proses Roughing/
finishing inner diameter finishing inner diameter
(pembubutan dalam) (pembubutan dalam)
3.31 Memahami fungsi 4.31 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses grooving Lathe untuk proses grooving
inner diameter inner diameter (pembubutan alur
(pembubutan alur dalam) dalam)
3.32 Memahami fungsi 4.32 Mengguna kan fungsi perintah
perintah dalam perangkat lunak CAM
untuk proses pembuatan Lathe untuk proses pembuatan
ulir luar dan dalam ulir luar dan dalam

18
3.33 Menanalisis program
CAM 4.33 Menentukan simulasi
Lathe melalui proses programCAM Lathe
simulasi
3.34 Mengevaluasi program
G 4.34 Mengguna kan program G Code
Code
3.35 Memahami fungsi
4.35 Mengguna kan fungsi perintah
perintah
memodifikasi G Code.
memodifikasi G Code.
3.36 Memahami transfer G
4.36 Mengelola transfer G Code ke
Code ke mesin CNC
mesin CNC Milling
Milling
3.37 Mengoperasi kan
4.37 Mengguna kan program di mesin
program
CNC Miling
di mesin CNC Miling

c. Kompetensi Operator Mesin Produksi


Kemampuan seseorang operator mesin produksi biasanya berasal
dari hasil pembelajarannya di SMK ataupun training yang dilakukan pada
saat bekerja di suatu industri. Bekal yang didapat semasa sekolah maupun
pelatihan menjadi faktor penting seorang operator mengoperasikan mesin
produksi. Menurut Herman Saputro (2013) kompetensi profesi operator
mesin produksi pada bidang pekerjaan bubut, frais, dan CNC dapat
dikelompokkan seperti Tabel 5.

Tabel 5. Kompetensi Profesi Operator Mesin Produksi


Unit
No Penjelasan
Kompetensi
1. Memahami cara mensetting mesin bubut
Melakukan 2. Memahami cara pencekaman benda kerja
pekerjaan 3. Memahami cara setting pahat
1.
dengan mesin 4. Mampu memilih jenis pahat yang sesuai
bubut dengan jenis material dan pekerjaan yang
dikerjakan

19
5. Memahami cara memberi pendingin saat
proses pemesinan dan merawat sistem
pendingin
6. Mampu memilih parameter pemesinan sesuai
dengan jenis dan material yang dikerjakan
7. Mampu melakukan pembubutan Panjang dan
presisi
8. Mampu melakukan pembubutan tirus
9. Mampu melakukan pembubutan ulir
10. Mampu melakukan pembubutan eksentrik
11. Memahami cara mengasah pahat bubut
1. Memahami cara setting mesin frais
2. Memahami cara mencekam benda kerja
3. Memahami cara setting pisau
4. Mampu memilih jenis pisau yang sesuai
dengan material dan pekerjaan
5. Memahami cara memberi pendingin saat
Melakukan proses pemesinan dan merawat system
pekerjaan pendingin
2.
dengan mesin 6. Mampu memilih parameter sesuai dengan
frais jenis dan material yang dikerjakan
7. Mampu melakukan frais permukaan maupun
bertingkat
8. Mampu melakukan frais sudut
9. Mampu melakukan frais alur
10. Mampu melakukan frais roda gigi
11. Memahami cara mengasah pisau frais

20
1. Memasang fixture/perlengkapan/alat
pemegang
2. Melakukan pemeriksaan awal
Mengoperasikan 3. Melakukan pengaturan mesin NC/CNC
3. mesin CNC 4. Mampu mengoperasikan software
bubut pemrograman NC
5. Memahami parameter pemesinan
6. Mampu memilih jenis pahat dan mensetting
pahat di mesin CNC
1. Memasang fixture/perlengkapan/alat
pemegang
2. Melakukan pemeriksaan awal
3. Melakukan pengaturan mesin NC/CNC
Mengoperasikan
4. 4. Mampu mengoperasikan software
mesin CNC frais
pemrograman NC
5. Memahami parameter pemesinan
6. Mampu memilih jenis pisau dan mensetting
pisau di mesin CNC

3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang
menengah yang mengutamakan kemampuan siswadalam melaksanakan
pekerjaan tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Adanya Pendidikan
menengah kejuruan merupakan suatu bentuk penyiapan siswa untuk memasuki
laangan kerja setelah lulus serta mengembangkan sikap professional. Sesuai
dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-
program Pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja
(Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk
satuan Pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada

21
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain
yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003).
SMK yang merupakan pendidikan kejuruan banyak memiliki program
keahlian, dimana setiap siswa yang akan memasuki bangku sekolah menengah
kejuan dapat memilih program keahlian yang diminati. Program keahlian yang
tersedia tentunya juga menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.
Menurut Sunarso dan Paryanto (2015), titik berat Pendidikan kejuruan adalah
membekali peserta didik dengan seperangkat keterampilan dan kemampuan
(kompetensi) yang dapat digunakan untuk bekerja dalam bidang tertentu atau
mengembangkan diri sesuai bidang keahliannya.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum pendidikan menengah kejuruan adalah: (a) meningkatkan keimanan dan
ketakhwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat,
berilmj, cakap, kreatif, mandiri, demokrasi, dan bertanggung jawab; (c)
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,
memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d)
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap
ligkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan
efisien.
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah: (a) menyiapkan
peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri mengisi
lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai
dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan
peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi,

22
beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap professional dalam
bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian
hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;
dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai
dengan program keahlian yang dipilih.
4. Teknik Pemesinan
Teknik pemesinan adalah nama suatu jurusan di SMK yang mempelajari
cara memproduksi suatu barang dari proses perancangan hingga pengerjaan
dimana dalam proses pengerjaan menggunakan berbagai macam mesin. Dalam
Bahasa inggris Teknik Mesin disebt sebagai Mechanichal Engineering yang
bisa diartikan dengan ”Rekayasa Gerak”. Dalam artian tersebut maka bisa
diluruskan bawasannya kompetensi Teknik Pemesinan mempelajari segala hal
yang mempunyai mekanisme gerak dan menerapkan mekanisme gerak tersebut
untuk membuat suatu produk menggunakan mesin dan alat.
Teknik Pemesinan memberikan pengetahuan yang dititik beratkan pada
bidang konversi energi, perancangan, proses produksi dan manufaktur serta
memberikan pengetahuan dasar operasional dan manajerial pengelolaan
industri. hal yang dipelajari dalam teknik pemesinan adalah desain produk atau
alat menggunakan peralatan manual maupun menggunakan aplikasi desain
teknik seperti AutoCAD, Inventor, Solidwork, dan yang lainnya. Selain proses
desain jurusan teknik pemesinan juga mengharuskan siswanya mempelajari dan
mempraktekkan proses pembuatan produk atau alat menggunakan mesin bubut,
frais, gerinda, bor, sekrap, ataupun CNC tergantung pada sesuatu yang dibuat.
Lulusan Teknik Pemesinan tentunya dapat mengabdikan dirinya untuk bekerja
di bidang industri otomotif, minyak bumi, dan gas, alat berat, institusi
Pendidikan (setelah menempuh program profesi Pendidikan), penelitian dan
industri lainnya.
Tujuan Program keahlian Teknik Pemesinan secara umum mengacu
pada isi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3

23
mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 menyebutkan
bahwa, “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu’.
Dari acuan tersebut tentunya Program Keahlian Teknik Pemesinan membekali
peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten
bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di
Dunia Usaha Dunia Industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah bidang
teknik pemesinan, ataupun peserta didik dapat memilih karir, berkompetisi, dan
mengembangkan sikap professional dalam bidang Teknik Pemesinan.
5. Pembelajaran Praktik
Sesuai dengan isi Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pembelajaran
adalah sebuah interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber
belajar dalam lingkungan belajar. Sejalan dengan isi undang-undang tersebut
Oemar Hamalik (2013:57) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran.
Menurut Dzamarah dan Zain (2002:95), praktikum adalah proses
dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses,
mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu
obyek, keadaan serta proses dari materi yang dipelajari tentan gejala alam dan
interaksinya. Paryanto (2008:103) menyebutkan bahwa praktik dapat diartikan
suatu perwujudan dari suatu teori dalam bentuk kerja yang nyata atau suatu
pelaksanaan pekerjaan yang disadari oleh suatu teori tertentu. Sedangkan
Nolker dalam Senggo Praduto (2016) mengemukakan bahwa praktikum adalah
suatu kegiatan yang memberikan keanekaragaman peluang untuk melakukan
penyelidikan dan percobaan keterampilan.
Dari dua pengertian diatas dapat diartikan bahwa pembelajaran praktik
adalah suatu hal yang mempelajari materi mengenai sesuatu yang dipelajari
hingga kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran praktik
sehingga dapat menganalisis gejala yang terjadi atas apa yang diajarinya. Dapat

24
dikatakan bahwa pembelajaran praktik sendiri akan berjalan dengan efisien
apabila peserta didik dapat melakukan refleksi dengan mengkaitkan antara
pengetahuan dan pengalaman praktik, serta dapat memperbaiki pembelajaran
lebih lanjut sehingga pengalaman dan pengetahuan akan menentukan
pencapaian kompetensi professional. Dengan kata lain, pengetahuan dan
keterampilan peserta didik akan saling mendorong untuk terus mengembangkan
dan mencari tahu cara dalam mengatasi sesuatu yang dimana hal ini bila sering
dilakukan akan membiasakan peserta didik sehingga peserta didik menjadi
seorang yang professional.
Diungkap oleh Ribut Purwo Juwono dalam blognya yang mengutip dari
Koln dan Wallace (1994). Dalam pelaksanaan pembelajaran praktik peserta
didik diharapkan melihat, mengamati, memahami, membandingkan, dan
memecahkan sesuatu masalah saat kegiatan praktik dilaksanakan agar tujuan
pembelajaran praktik dapat tersampaikan. Adapun tujuan pembelajaran praktik
adalah: (a) meningkatkan kemampuan peserta didik terhadap kondisi nyata di
lapangan; (b) menambah wawasan tentang informasi juga melatih pola piker
peserta didik untuk dapat menggali permasalahan yang kemudian akan
dianalisis dan dicari penyelesaiannya secara integral kompreherensif; (c)
memperluas wawasan umum peserta didik tentang orientasi pengembangan
teknologi dimasa yang akan dating sehingga diharapkan dapat menyadari
realitas yang ada antara teori yang diberikan di kelas dengan pekerjaan langsung
di lapangan; (d) memberikan solusi terhadap masalah yang ada saat praktik.
6. Praktik Pemesinan
Prakrik pemesinan atau proses pemesinan adalah bentuk kegiatan proses
pembelajaran produktif yang mengajarkan materi kompetensi pemesinan
kepada para siswa yang ingin menguasai kompetensi tersebut dengan cara atau
metode yang benar dalam menggunakan mesin sebagai proses pembelajaran
praktik pemesinan (Wahyu Isti Nugroho:2014). Pada proses ini tentu terdapat
sisa dari pengerjaan produk yang biasa disebut geram. Pahat dapat
diklasifikasikan sebagai pahat bermata potong tunggal (single point cutting

25
tool) dan pahat bermata potong jamak (multiple point cutting tool). Pahat dapat
melakukan gerak potong (cutting) dan gerak makan (feeding).
Proses pemesinan dapat diklasifikasikan dalam dua klasifikasi besar
yaitu proses pemesinan untuk membentuk benda kerja silindris atau konis
dengan benda kerja atau pahat berputar, dan proses pemesinan untuk
membentuk benda kerja permukaan datar tanpa memutar benda kerja.
Klasifikasi yang pertama meliputi proses bubut dan variasi proses yang
dilakukan dengan menggunakan mesin bubut, mesin gurdi (drilling machine),
mesin frais (milling machine), mesin gerinda (grinding machine). Klasifikasi
kedua meliputi proses sekrap (shaping planing), proses slot (sloting), proses
menggergaji (sawing), dan proses pemotongan roda gigi (gear cutting)
(Widarto, 2008).

Gambar 1. Beberapa Proses Pemesinan


a. Mesin Bubut
1) Pengertian
Menurut B. Sentot Wijanarko (2011: 18) mesin bubut adalah
salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk membentuk benda-
benda silindris yang dikerjakan dengan menggunakan pahat di mesin

26
bubut. Jadi mesin bubut sendiri pengerjaannya adalah membentuk
benda silindris atau mengerjakan suatu benda menjadi bentuk silindris
yang diinginkan.

Gambar 2. Mesin Bubut Standar


Dalam proses pengerjaan benda, benda kerja dicekam kemudian
berputar dan disayat menggunakan pahat yang bergerak sejajar terhadap
sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang
permukaan benda kerja ketika benda berputar.

Gambar 3. Proses Penyayatan Benda Kerja


Sesuai gambar diatas terdapat tiga proses pengerjaan
penghilangan permukaan menggunakan mesin bubut. Adapun
prosesnya adalah:
a) Proses bubut rata: proses bubut dimana benda kerja berputar dengan
arah gerakan pemotongannya searah dengan benda kerja
b) Proses bubut permukaan/surface turning: proses pembubutan
dengan arah pengerjaannya atau arah pahat dalam menyayat benda
kerja tegak lurus terhadap sumbu benda kerja

27
c) Proses bubut tirus: proses pembubutan benda kerja dimana pahat
bergerak miring saat pemakanan benda kerja untuk mencapai
derajat kemiringan, panjang tirus, dan diameter akhir yang
diinginkan.
2) Bagian-bagian Mesin Bubut
Berikut adalah bagian-bagian mesin bubut menurut B. Sentot
Wijanarko (2011: 19) yang sering digunakan siswa SMK dalam
melakukan praktik menggunakan mesin bubut.

Gambar 4. Bagian-bagian Mesin Bubut


a) Kepala Tetap (Headstock)
Pada bagian ini terdapat system transmisi yang berasal dari motor
listrik disalurkan putarannya ke roda gigi yang terdapat di dalam
kepala tetap kemudian transmisi roda gigi menggerakkan cekam
untuk memutar benda kerja dan dapat menggerakkan eretan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan.
b) Eretan (Carriage)
Eretan adalah bagian mesin bubut untuk menggerakan pahat
sebagai penyayat benda kerja. Adapun macam eretan ada tiga yaitu:
• Eretan memanjang: eretan yang bergerak sejajar dengan sumbu
mesin atau ke kanan dan ke kiri.
• Eretan melintang: eretan yang bergerak tegak lurus terhadap
sumbu mesin bubut, bergerak maju-mundur,

28
• Eretan atas: eretan yang dapat diputar sehingga bisa bergerak
sesuai posisi yang diinginkan. Eretan atas sering digunakan
dalam membuat tirus dengan metode pembuatan tirus
menggeser eretan atas.
c) Tool post
Tool post berfungsi sebagai tempat pahat bubut, tentunya pahat
bubut harus ditempatkan sehingga center terhadap sumbu mesin
bubut agar proses bubut menghasilkan barang yang sesuai. Tool
post berada di eretan atas mesin bubut.
d) Kepala Lepas (Tailstock)
Kepala lepas adalah bagian mesin bubut yang digunakan sebagai
tempat center atau tempat bor bila digunakan untuk mengebor
benda kerja. Kepala lepas juga bisa digunakan untuk penyangga
benda kerja yang dibantu center untuk pengerjaan tertentu.
e) Meja mesin (Bed)
Meja mesin adalah tempat untuk bergeraknya eretan dan kepala
lepas dalam mengerjakan pekerjaan di mesin bubut.
f) Poros trasportir
Pada bagian ini berfungsi untuk mengubah gerakan putar dari mesin
menjadi gerakan lurus sehingga dapat menggerakkan eretan untuk
pengerjaan di mesin bubut secara otomatis.
g) Cekam (chuck)
Bagian yang berfungsi untuk mencekam benda kerja. Cekam
terpasang di spindle yang berada di kepala tetap mesin bubut.
Cekam pada mesin bubut mempunyai beberapa varian diantaranya
adalah cekam rahang tiga dan cekam rahang empat. Varian cekam
pada mesin bubut tentunya mempunyai fungsi yang berbeda saat
mencekam benda kerja.
h) Tuas pengatur kecepatan

29
Tuas pengatur berada di kepala tetap mesin bibut, tuas ini berfungsi
sebagai pengatur kecepatan mesin bubut, kecepatan makan,
pengatur pembuatan ulir, dan otomatis gerakan eretan. Pada tuas
pengatur sudah tersedia angka atau huruf pengatur kecepatan,
tinggal menyesuaikan saja tuas terhadap keinginan dangan
kebutuhan pembubutan.
b. Mesin Frais
1) Pengertian
Menurut Heinz Tschätsch (2009: 173) mendefinisikan mesin
frais sebagai teknologi pemotongan logam dengan cara menyayat logam
tersebut dengan alat potong bermata banyak. Dengan proses penyayatan
logam dengan alat potong bermata banyak menjadikan proses
pemesinan lebih cepat. Ada banyak jenis mesin frais yang digunakan
industri untuk melakukan proses pemesinan dalam produksi, ada t.iga
jenis mesin frais yang biasanya digunakan oleh SMK dalam
pembelajaran praktik yaitu mesin frais vertical, horizontal, dan
universal. Pada Gambar 5 menunjukan gambar mesin frais vertical dan
horizontal beserta skema gerakan dan komponennya.

Gambar 5. Skematika gerakan-gerakan dan komponen-komponen dari


(a) Mesin frais vertical tipe column and knee dan (b) Mesin frais
horizontal tipe column and knee (Sumber: Widarto hal:195)

30
2) Bagian-bagian utama mesin frais
Berikut adalah bagian-bagian utama mesin frais (diambil
contoh salah satu jenis mesin frais):

Gambar 6. Bagian-bagian utama mesin frais


a) Spindel utama: Bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk alat
potong frais, pada frais vertical pemasangan alat potong pada
spindle tentu saja mengikuti bentuk mesin frais
b) Meja mesin: Meja mesin frais berfungsi sebagai tempat
pencekaman benda kerja, pada umumnya pencekaman benda kerja
melalui alat bantu yang dipasang di meja mesin frais seperti ragum
dan rotary table, namun pencekaman benda kerja di meja mesin
frais bisa dilakukan secara langsung dengan clam sebagai
pencekam benda di meja mesin frais
c) Motor drive: Motor drive berfungsi sebagai penggerak bagian
mesin yang lain seperti spindle utama, meja dan pendingin.
d) Transmisi: Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor
penggerak dengan yang digerakkan.
e) Knee: Merupakan bagian mesin untuk menopang atau menaham
meja mesin.
f) Column/tiang: Bagian ini merupakan badan dari mesin frais atau
tempat menempelnya bagian-bagian yang lain.

31
g) Base/dasar: Bagian dasar mesin frais yang menopang badan atau
tiang juga sebagai tempat pendingin mesin frais.
h) Control
Bagian yang mengatur bagian-bagian mesin yang bergerak
3) Penyayatan benda kerja
Sejalan dengan pengertian mesin frais, Widarto (2008:196)
menyebutkan bahwa proses penyayatan benda kerja pada rposes frais
diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan jenis
pisau, arah penyayatan, dan posisi relative pisau terhadap benda kerja
(Gambar 7).

Gambar 7. Tiga klasifikasi proses frais: (a) Frais periperal (slab


milling), (b) frais muka (face milling), dan (c) frais jari (end milling)

Selain tiga klasifikasi proses frais, terdapat metode proses frais


yang ditentukan berdasarkan arah relatif gerak makan meja mesin frais
terhadap putaran pisau. Terdapat dua metode proses frais yaitu frais
naik dan frais turun.

Gambar 8. (a) Frais naik (up milling) dan (b) frais turun (down
milling)

32
a) Frais naik (up milling)
Gerak putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja
mesin frais. Metode proses frais ini sesuai untuk frais
konvensional/manual, karena pada mesin frais konvenskonal ulir
transportirnya relatif besar dan tidak dilengkapi backlash
compensation.
b) Frais turun (down milling)
Pada metode proses ini arah dari putaran pisau searah dengan arah
gerakan makan meja mesin frais. Proses frais ini sesuai untuk mesin
frais CNC dan tidak dianjurkan untuk mesin frais konvensional.
c. Mesin CNC
1) Pengertian Mesin CNC
Emrizal (2007:1) mendefinisikan mesin CNC (Computer
Numericaly Control) adalah suatu perangkat mesin yang dikendalikan
oleh komputer dengan menggunakan bahasa numerik. Bahasa numerik
yang dimaksud adalah perintah dalam bentuk huruf dan angka yang
distandarkan. Senada dengan penjelasan tersebut, Widarto (2008:327)
menyatakan secara garis besar pengertian CNC adalah suatu mesin
yang dikontrol oleh komputer dengan menggunakan bahasa numerik
(perintah gerakan yang menggunakan angka dan huruf). Diambil
contoh apabila dimasukkan program M05 maka spindle utama mesin
akan berputar, dan bila dimasukkan program M30 maka spindle utama
mesin akan berhenti berputar.
2) Jenis-jenis Mesin CNC
a) Mesin CNC TU (Training Unit)
Sesuai dengan namanya, mesin CNC Training Unit
digunakan untuk latihan dasar-dasar pengoperasian dan
pemrograman CNC yang dilengkapi dengan EPS (External
Programing System). Mesin CNC TU biasa digunakan untuk
pekerjaan ringan dengan bahan yang dikerjakan adalah bahan yang

33
lunak seperti alumunium. Pada umumnya, penggunaan mesin CNC
TU di SMK masih menggunakan mesin CNC TU 2A (CNC bubut)
dan mesin CNC TU 3A (CNC frais).

Gambar 9. Mesin CNC TU 2A

Gambar 10. Mesin CNC TU 3A

b) Mesin CNC PU (Production Unit)


Dikatakan Production Unit karena mesin CNC ini
digunakan untuk produksi masal dan dilengkapi aksesoris serta
sistem yang lebih lengkap dibandingkan Mesin CNC TU. Biasanya
mesin CNC PU terdapat pada industri-industri yang proses
produksinya menggunakan mesin CNC, namun tak jarang SMK
memiliki mesin CNC PU sebagai pengenalan dan pembelajaran
lebih jauh mengenai mesin CNC yang digunakan di industri. mesin
CNC PU yang sering digunakan di SMK sebagai pembelajaran
praktik biasanya mesin CNC PU 2A (CNC PU bubut) dan mesin
CNC PU 3A (mesin CNC PU frais). Pada mesin CNC PU setiap

34
merek mesin CNC PU mempunyai alur pemrograman yang
berbeda-beda tergantung dari merek mesin CNC itu sendiri.

Gambar 11. Mesin CNC PU 2A

Gambar 12. Mesin CNC PU 3A


3) Bagian-bagian utama mesin CNC
a) Motor utama
Pada mesin CNC motor utama merupakan bagian yang memutar
spindle mesin, untuk mesin CNC bubut spindle yang berputar
adalah spindle cekam benda kerja. Sedangkan pada mesin CNC
frais spindle yang berputar adalah spindle tempat pisau frais. Motor
ini adalah jenis arus searah (DC) dengan kecepatan putar yang
variabel.
b) Eretan (support)
Eretan adalah gerak persumbuan jalannya mesin. Pada mesin CNC
bubut terdapat dua sumbu yaitu sumbu X dan sumbu Z. Sumbu X

35
merupakan gerak eretan melintang dan sumbu Z merupakan gerak
eretan memanjang. Sedangkan pada CNC frais terdapat tiga sumbu
yaitu X (eretan memanjang), Y (eretan melintang), dan Z (eretan
tegak)
c) Step motor
Step motor berfungsi sebagai penggerak eretan, masing-masing
eretan mempunyai step motor sendiri namun jenis dan ukuran step
motor seitan eretan mempunyai ukuran yang sama.
d) Rumah alat potong
Pada mesin CNC rumah alat potong merupakan tempat alat potong
yang disediakan dan dapat diasang secara otomatis (pada mesin
CNC PU tertentu) sehingga ketika mesin melaksanakan program
penggangtian alat potong akan berlangsung secara otomatis.
e) Cekam dan ragum
Bagian ini merupakan bagian untuk memegang benda kerja di
mesin CNC. Pada umumnya cekam digunakan untuk mesin CNC
bubut sedangkan ragum digunakan pada mesin CNC frais.
f) Meja mesin
Meja mesin di mesin bubut CNC berfungsi sebagai tempat
bergeraknya eretan untuk menggerakkan pahat. Sedangkan di
mesin CNC frais meja mesin berfungsi untuk tempat dicekamnya
benda kerja kemudian meja digerakkan oleh eretan sesuai sumbu.
g) Bagian control
Pada bagian control berisikan tombol-tombol dan saklar yang
dilengkapi dengan monitor. Pada bagian ini biasanya sebagai pusat
kontrol mesin CNC.
7. Industri
a. Pengertian Industri
Industri adalah sekelompok perusahaan yang menghasilkan dan
menjual barang sejenis atau jasa sejenis. Misalnya industri otomotif yang

36
membuat barang-barang otomotif seperti motor, mobil, ataupun part-part
otomotif yang diperlukan oleh masyarakat, produk tersebut bisa berupa
produk jadi atau setengah jadi untuk diolah kembali oleh industri lainnya.
Menurut Undang Undang No. 3 Tahun 2014, yang dimaksud dengan
industri adalah seluruh bentuk dari kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri, sehingga dapat
menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat yang lebih
tinggi, termasuk juga jasa industri. Sedangkan menurut Menurut Undang-
Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, dijelaskan bahwa industri
adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, atau barang yang memiliki nilai tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri
b. Klasifikasi Industri
Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 257/MPP/Kep/7/1997 dikutip
oleh Sutanta (2010), industri diklasifikasikan menurut besarnya jumlah
investasi, sebagai berikut:
1) Industri kecil dan menengah, merupakan jenis industri yang memiliki
investasi sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00
2) Industri besar, yaitu industri yang investasinya lebih dari
Rp.5.000.000.000,00
Nilai investasi tersebut tidak termasuk nilai tanah dan bangunan tempat
usaha.
Biro Pusat Statistik/BPS (1995:6) dikutip oleh Sutanta (2010),
mengklasifikasikan industri berdasarkanpada jumlah tenaga kerja yang
digunakan, yaitu:
1) Industri besar, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 100 orang
atau lebih.

37
2) Industri sedang, yaitu industri yangg menggunakan tenaga kerja 20-99
orang.
3) Industri kecil, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 5-19
orang.
4) Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan
tenaga kerja 1-4 orang
Wigjosoebroto (2004:1) mengklasifikasikan jenis-jenis industri
berdasarkan pada aktifitas-aktifitas umum yang dilaksanakan, sebagai
berikut:
1) Industri penghasil bahan baku (the primary row-material industri), yaitu
industri yang aktifitas produksinya mengolah sumber daya alam guna
menghasilkan bahan baku maupun bahan tambahan lainnya yang
dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau jasa. Industri tipe ini
umum dikenal sebagai “ekstrative/ primary industry”. Contoh: industri
perminyakan, industri pengolah bijih besi, dan lain-lain.
2) Industri penyalur (distribusution industries), adalah industri yang
memiliki fungsi untuk melaksanakan proses distribusi baik untuk row
material maupun finished goods product. Row materials maupun
finished goods product (manufactured goods) akan didistribusikan dari
produsen ke produsen yang lain dan dari produsen ke konsumen. Operasi
kegiatan ini meliputi aktifitas-aktivitas buying dan selling,
storing, sorting, grading, packaging, dan moving goods (transportasi).
3) Industri pelayanan/jasa (service industries), adalah industri yang
bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan
menunjang aktivitas industri yang lain maupun langsung memberikan
pelayanan/jasa kepada konsumen. Contoh : bank, jasa angkutan, rumah
sakit, dan lain-lainnya
4) Industri manufaktur (the manufacturing industries), adalah industri yang
memproses bahan baku guna dijadikan bermacam-macam bentuk/model
produk, baik yang berupa produk setengah jadi (semi manufactured)

38
ataupun yang sudah berupa produk jadi (finished goods product).
Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan
tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan suatu
barang. Contoh kecil saja misalnya membuat kue, baik dengan tangan
mapun dengan mesin, hal tersebut merupakan kegiatan yang disebut
manufaktur. Dari penjelasan mengenai industri dan manufaktur, bisa
disimpulkan bawasannya industri manufaktur adalah sekelompok
perusahaan yang menghasilkan dan menjual barang sejenis atau jasa
dimana dalam proses pembuatan produk menggunakan tangan (manual)
atau dengan mesin untuk menghasilkan produk. Menurut Kieso
(2002:444), terdapat tiga jenis barang yang dihasilkan oleh industri
manufaktur yaitu:
a) Persediaan bahan baku untuk diproduksi
Banyak industri yang menyediakan bahan baku untuk diproduksi
oleh industri lainnya atau digunakan sendiri untuk proses produksi
industri tersebut. Bahan baku yang diperoleh berasal dari sumber
daya alam, dari bahan baku tersebut diolah menjadi bahan mentah
yang nantinya menjadi bahan baku untuk produksi yang dijual ke
industri lain untuk diproses sesuai dengan produk yang dihasilkan
b) Persediaan barang dalam proses
Persediaan barang dalam proses biasanya sering disebut produk
setengah jadi, dimana produk-produk yang telah ke dalam proses
produksi namun belum selesai diolah kemudian dijual atau
didistribusikan ke anak perusahaan untuk diolah menjadi barang jadi.
c) Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi ini merupakan produk jadi yang telah selesai
dibuat oleh suatu industri kemudian siap dijual kepada pelanggan.

39
B. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan sehingga dijadikan reverensi dalam
penyusunan skripsi ini adalah:
Arina hidayati (2015) dalam Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1
Batang tentang relevansi kompetensi lulusan sekolah menengah kejuruan degan
kebutuhan dunia usaha dan industri. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa hal berikt: Pertama,
kurikulum SMK Negeri 1 Batang dibuat dan dievaluasi oleh tiga pihak yaitu pihak
sekolah, pihak dunia usaha dan industri, serta dinas Pendidikan. Berdasarkan
perwakilan tiga pihak tersebut, kurikulum SMK N 1 batang dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan DU/DI. Kedua, kompetensi keahlian akutansi dan soft skill yang
diajarkan seolah sudah sesuai dengan kebutuhan DU/DI, hanya saja pihak DU/DI
menetapkan standar kompetensi yang tinggi dalam rekruitmen tenaga kerja,
terutama pada bagian akutansi dan keuangan. Hal ini menyebabkan siswa lulusan
SMK N 1 batang hanya mendapatkan jabatan yang rendah
Dwi Jatmiko (2013) dalam penelitian yang melakukan penelitian tentang
Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Teknik Kendaraan Ringan terhadap
kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Jenis penelitian ini adalah
diskriptif dengan teknik Analisa data statistic diskriptif analisis. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui kompetensi yang dikembangkan di SMK yaitu Kompetensi
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan relevansinya dengan kebutuhan
industri servis mobil. Hasil penelitian ini adalah: (1) relevansi kurikulum SMK
Kompetensi Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan dengan kebutuhan industri servis
mobil di Kabupaten Sleman untuk bidang engine sebesar 100%, chasis 100%, dan
kelistrikan 91,67%; (2) kompetensi yang dibutuhkan industri servis mobil yang
tidak disediakan dalam kurikulum untuk bidang engine sebesar 15%, Chasis 4%,
dan kelistrikan 0%; (3) kompetensi yang tidak dibutuhkan industri servis mobil
namun dilaksanakan dalam kurikulum untuk bidang engine dan chasis 0%,
sedangkan kelistrikan 0,08%; (4) kompetensi yang dibutuhkan industri servis
mobil yang ada dalam kurikulum namun tidak dilaksanakan di SMK untuk bidang

40
engine sebesar 22,88%, chasis 14,60%, dan kelistrikan 12,02%. Kesimpulan
secara umum adalah kurikulum dalam kategori relevan, namun ada kompetensi
yang tidak terlaksana.
C. Kerangka Berfikir
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki berbagai kompetensi
kejuruan yang disediakan untuk mendidik siswa yang dimana lulusan dari SMK
siap kerja sesuai dengan bidang kejuruan yang ditekuni. Dalam penelitian ini obek
yang diteliti adalah Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan (TP). SMK
memberikan bekal kompetensi kepada siswanya melalui pembelajaran kejuruan
yang dilakukan semasa siswa duduk dibangku sekolah. Pembelajaran yang
diberikan berupa teori dan praktik. Pembelajaran praktik inilah yang akan
meningkatkan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Apabila siswa telah terbiasa melakukan praktik di sekolah, bukan tidak
mungkin kinerjanya di dunia kerja akan baik sehingga banyak industri melakukan
rekruitmen tenaga kerja di SMK. Bukan hanya menjadi pekerja, namun lulusan
SMK juga bisa mengembangkan suatu usaha berkat keterampilan yang dikuasai
semasa menempuh Pendidikan di SMK sesuai dengan bidang keahlian. Akan
tetapi apabila kompetensi lulusan SMK tidak sesuai kebutuhan industri maka sulit
untuk lulusan SMK diterima bekerja di industri. Hal ini bisa saja diakibatkan oleh
kurang relevannya pembelajaran praktik di SMK dengan kebutuhan industri.
Pembelajaran praktik yang dilakukan di SMK khususnya jurusan Teknik
Pemesinan merupakan suatu tahap pembelajaran terhadap siswa dalam
meningkatkan kemampuan mengoperasikan mesin dan mengolah pikiran siswa
dalam menggunakan mesin untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam hal ini
tentunya relevansi antara pembelajaran praktik yang dilakukan di SMK harusnya
sesuai dengan kebutuhan industri untuk mendorong lulusan SMK menjadi kriteria
yang kompeten sesuai kebutuhan industri. Dengan relevannya pembelajaran di
SMK, maka lulusan yang bekerja di industri tentu bisa menjaga keselamatan kerja,
meningkatkan kualitas produk yang dibuat, meningkatkan ketrampilan yang

41
dikuasai, dan mampu membantu industri mencapai titik dimana industri itu bisa
dikatakan sebagai industri yang bagus.
Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa semakin relevan
pembelajaran praktik yang dilakukan di SMK jurusan Teknik Pemesinan dengan
kompetensi yang dibutuhkan DU/DI tentunya akan meningkatkan profesionalisme
lulusan dalam bidang pekerjaanya. Profesionalisme ini tentu akan berdampak
langsung terhadap keterserapan tenaga kerja lulusan SMK Teknik Pemesinan di
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemesinan atau sejenisnya yang
dimana proses produksi dalam suatu perusahaan melalui proses pemesinan.

D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka pertanyaan
penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seperti apa kompetensi pembelajaran praktik pemesinan di SMK?
2. Seperti apa kompetensi SMK teknik pemesinan yang dibutuhkan oleh industri
di D.I.Yogyakarta?
3. Seberapa besar kompetensi SMK teknik pemesinan yang dibutuhkan industri
di D.I.Yogyakarta?
4. Seberapa besar relevansi kompetensi SMK teknik pemesinan terhadap
kompetensi yang dibutuhkan industri di D.I.Yogyakarta?

42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian diskriptif kuantitatif dengan metode
survey. Penelitian ini lebih ditekankan pada pengumpulan data, kemudian
mendiskripsikan kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Penelitian
diskriptif berusaha untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu variable,
gejala atau keadaan (Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
2002). Dengan menggunakan metode ini, hasil penelitian yang ingin diketahui
adalah bagaimana relevansi materi pembelajaran praktik SMK Teknik Pemesinan
bidang pekerjaan bubut, frais, NC/CNC dan CAM yang tertuang dalam silabus
dengan kebutuhan industri pemesinan serta seberapa banyak kompetensi yang
dibutuhkan oleh industri pemesinan pada bidang pekerjaan bubut, frais, NC/CNC
dan CAM yang tidak disediakan pada pembelajaran praktik yang terdapat pada
KI/KD SMK Teknik Pemesinan dalam Kurikulum 2013.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi masalah
2. Merumuskan dan membatasi masalah secara jelas
3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
4. Melakukan kajian pustaka
5. Menentukan kerangka pikir dan pertanyaan penelitian
6. Membuat desain penelitian yang meliputi populasi, sampel, teknik, sampling,
dan menentukan instrument
7. Melakukan pengumpulan data
8. Mengorganisasikan dan analisis data
9. Membuat laporan penelitian.

43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di industri pemesinan dengan skala
menengah ke atas yang dalam proses produksinya menggunakan mesin bubut,
frais, CNC. Adapun alasan memilih industri pemesinan digunakan sebagai
lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
a. Sejalan dengan kompetensi teknik pemesinan SMK dimana lulusan
diharapkan bisa melanjutkan bekerja di industri pemesinan
b. Mesin yang digunakan sebagai proses produksi yaitu mesin bubut, frais,
dan CNC sekiranya adalah mesin yang digunakan siswa SMK teknik
pemesinan dalam pembelajaran produktif
c. Banyak SMK yang menjalin kerja sama dengan perusahaan/ industri
manufacture, sehingga lulusan dapat bekerja di industri tersebut.
Dengan alasan yang telah dipaparkan mengenai pemilihan lokasi
penelitian, maka industri pemesinan yang dipilih sebagai lokasi penelitian
adalah industri yang dalam proses produksinya menggunakan mesin bubut,
frais, dan CNC yang berada di provinsi D.I.Yogyakarta. Pemilihan industri
tempat penelitian dilaksanakan dipilih berdasarkan pengamatan dimana industri
sering menerima siswa SMK teknik pemesinan ungtuk melakukan praktek kerja
industri ataupun di industri tersebut dalam melakukan rekruitmen tenaga kerja
yang salah satu syaratnya adalah lulusan SMK jurusan teknik pemesinan.
Adapun daftar industri yang akan dilakukan penelitian dapat dilihat pada tabel.

Tabel 6. Daftar Industri


No Nama Industri Aalamat
1 PT. Mega Andalan Kalasan Sleman, DIY
2 PT. YPTI Sleman, DIY
3 UPT Logam Kota Yogyakarta, DIY
4 CV. Hendriansyah Bantul, DIY

44
5 UD. Cripton Gamajaya Bantul, DIY

2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Februari 2020-April 2020.

C. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan, subjek penelitian adalah perusahaan
yang dapat dijadikan sebagai sumber data dan informasi. Adapun pemilihan
perusaan telah disampaikan pada sub bab sebelumnya. Responden penelitian
di perusahaan melibatkan kepala bagian proses pemesinan atau kepala
produksi.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah kompetensi dalam pembelajaran praktik
pemesinan bubut, frais, NC/CNC dan CAM yang terdapat pada KI/KD SMK
Teknik Pemesinan dalam Kurikulum 2013 terbaru. Lebih spesifik materi yang
diteliti adalah materi yang ada di KI/KD SMK Teknik Pemesinan dalam
Kurikulum 2013 sehingga materi tersebut diajarkan dalam pembelajaran
praktik pemesinan. Pada penelitian ini lebih menekankan pada pembandingan
materi pembelajaran praktik yang mana materi ajar berasal dari KI/KD SMK
Teknik Pemesinan dalam Kurikulum 2013 dengan keadaan yang
sesungguhnya dibutuhkan industri/perusahaan.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian


1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan, variabel utama yaitu kompetensi
dalam pembelajaran praktik pemesinan SMK, dimana kompetensi yang
diteliti terdapat pada KI/KD SMK Pemesinan bidang pekerjaan bubut, frais,
dan CNC setara operator. Apakah kompetensi pembelajaran praktik SMK
teknik pemesinan yang terdapat pada KI/KD SMK Pemesinan relevan dengan

45
kebutuhan kompetensi di industri? Serta seberapa besar kebutuhan
kompetensi SMK yang dibutuhkan industri?
2. Devinisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel dibuat agar mampu menjelaskan secara
jelas dan komprehensif mengenai variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitoan ini. Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya salah tafsir
mengenai variabel penelitian. Adapun definisi operasional variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Kompetensi pembelajaran praktik pemesinan di SMK
Dalam penelitian ini kompetensi pembelajaran praktik pemesinan
SMK diambil dari KI/KD SMK Teknik Pemesinan pada kurikulum 2013
bidang pekerjaan bubut, frais, dan CNC agar penelitian lebih fokus
terhadap kompetensi yang ada pada lulusan SMK.
Pada dasarnya KI/KD SMK Teknik Pemesinan sendiri merupakan
bagian awal sebuah acuan dilaksanakannya pembelajaran. Akan terasa
relevan bila kompetensi yang disampaikan pada siswa diteliti dengan
kompetensi yang dibutuhkan industri khususnya di D.I.Yogyakarta.
selain yang disebutkan sebelumnya, penelitian ini tidak melibatkan
pembelajaran produktif yang lain dengan alas an untuk memfokuskan
penelitian pada bidang pekerjaan bubut, frais, dan CNC.
b. Kompetensi yang dibutuhkan industri
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kompetensi yang
dibutuhkan industri adalah dibutuhkannya keterampilan tingkat
menengah pada jabatan tertentu yaitu operator yang berkaitan erat dengan
aktivitas atau kegiatan produksi di industri bidang pemesinan yang dalam
prosesnya menggunakan mesin bubut, frais, dan CNC untuk
menghasilkan barang atau produk. Acuan dalam menentukan
keterampilan pada jabatan tertentu ini tentunya industri mengacu pada
SKKNI.

46
Industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur atau dalam proses
produksinya menggunakan mesin bubut, frais, dan CNC untuk
menghasilkan produk atau barang, serta dalam kegiatannya pekerja
berasal dari lulusan SMK ataupun ada industri yang menerima siswa
SMK untuk melakukan kegiatan prakerin hingga dalam proses
rekruitmen tenaga kerja mencari kualifikasi tenaga kerja yang berasal dari
lulusan SMK Teknik Pemesinan.
Dari hal tersebut maka bila suatu perusahaan membutuhkan tenaga
kerja lulusan SMK Teknik Pemesinan harusnya lulusan mempunyai
kompetensi yang memang dibutuhkan oleh industri. Kompetensi yang
timbul dari lulusan berasal ketika lulusan masih berstatus siswa pada
masa sekolah yang pernah melakukan pembelajaran praktik pemesinan
menggunakan mesin bubut, frais, dan CNC.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angket (kuesioner). Menurut Marita Bahriani (2014), angket
(kuesioner) merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden mengenai hal-hal yang diketahui. Jenis angket yang digunakan
yaitu angket tertutup dengan menggunakan skala Likert. Pada angket tertutup,
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dalam angket.
Keterbatasan penelitian karena tidak semua industri bersedia
melakukan penelitian dengan metode wawancara yang diakibatkan oleh
keterbatasan waktu dari pihak industri, maka selain menyajikan angket
responden juga disajikan beberapa pertanyaan setelah responden mengisi
angket yang disajikan. Pertanyaan yang diberikan bertujuan untuk mengetahui
beberapa hal yang mungkin tidak terdapat dalam instrumen penelitian.

47
Selain penggunaan angket dan pertanyaan yang diberikan kepada
responden, dokumentasi juga penting dilakukan dalam mengumpulkan data
penelitian. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan dokumen-dokumen yang dapat mendukung data penelitian.
Dokumen tersebut dapat berupa catatan, KI/KD SMK Teknik Pemesinan,
gambar, ataupun foto.
2. Instrumen Penelitian
Karena pada prinsipnya penelitian ini adalah melakukan pengukuran,
maka alat ukur yang digunakan harusnya merupakan alat ukur yang baik. Alat
ukur pada penelitian ini juga disebut instrumen penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket yang digunakan adalah
angket tertutup dengan skala bertingkat sebagai pedoman untuk mengajukan
pertanyaan dengan alternative 4 (empat) jawaban, yaitu: Sangat Dibutuhkan
(SD), Dibutuhkan (D), Cukup Dibutuhkan (CD), dan Tidak Dibutuhkan (TD).
Responden dapat memilih jawaban dari empat pilihan sesuai dengan kebutuhan
industri. Penilaian jawaban responden bergerak dari skor 1 sampai 4 dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 7. Skor Pengukuran Instrumen
Pernyatan positif
Skor 4 untuk jawaban SD
Skor 3 untuk jawaban D
Skor 2 untuk jawaban CD
Skor 1 untuk jawaban TD
(Sumber: Marita Bahriani: 2014)
Dalam penyusunan instrumen diperlukan kisi-kisi yang dapat
menggambarkan variabel yang akan diukur dalam penelitian. Instrument yang
digunakan berupa kuesioner atau angket berisi daftar checklist untuk kemudian
diisi dengan memberikan tanda (v) pada poin yang sesuai. Maka dari itu dalam
penyusunan instrumen tahap yang harus dilakukan adalah membuat kisi-kisi
instrument penelitian.

48
Penyusunan instrumen didasarkan pada KI/KD SMK Teknik Pemesinan
Kurikulum 2013 mata pelajaran teknik pemesinan bubut, frais, NC/CNC dan
CAM. Dimana setiap mata pelajaran terdapat kompetensi yang perlu diajarkan
dan dicapai siswa, kompetensi tersebut berupa kompetensi dasar untuk
pembelajaran praktik (KD 4) yang penerapannya dapat diterapkan saat praktik
pemesinan berlangsung. Kompetensi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran
dijadikan sebagai materi pembelajaran yang diterapkan saat proses
pembelajaran. Dari materi pembelajaran praktik tersebut kemudian menjadi
butir pertanyaan sebagai sarana untuk mengumpulkan data yang hendak dicari.
Karena penggunaan kata “Materi Pelajaran” dirasa kurang cocok dengan istilah
yang digunakan industri, maka dalam instrumen penelitian diganti dengan
istilah “Kompetensi”. Kompetensi yang diteliti adalah mata pelajaran teknik
pemesinan bubut, frais, NC/CNC dan CAM yang dimana masing-masing
kompetensi mata pelajarannya telah dikelompokkan sesuai dengan kisi-kisi
instrument penelitian. Oleh karenanya kisi-kisi ini akan membantu dalam
menyampaikan informasi tentang apa saja butir yang akan disajikan, adapun
kisi-kisi yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kisi-kisi instrument penelitian
Jumlah
No Pembelajaran praktik Kompetensi Nomor butir
butir
Pemahaman dasar mesin
1, 2, 3, 4, 5, 6 6
bubut
Penggunaan dasar mesin
7, 8, 9, 10 3
1. Pemesinan Bubut bubut
Penggunaan mesin bubut 11, 12, 13,
dalam pembuatan benda 14, 15, 16, 9
kerja 17, 18, 19
Pemahaman dasar mesin 20, 21, 22,
2. Pemesinan Frais 7
frais 23, 24, 25, 26

49
Penggunaan dasar mesin
27, 28, 29 3
frais
30, 31, 32,
Penggunaan mesin frais
33, 34, 35,
dalam pembuatan benda 12
36, 37, 38,
kerja
39, 40, 41
42, 43, 44,
Materi dasar CNC 6
45, 46, 47
Membuat benda
48, 49 2
sederhana dengan CNC
Memperbaiki setting dan
50, 51 2
parameter CNC
Pemahaman dasar CAM
52, 53 2
CNC bubut
Penggunaan perintah
54, 55, 56,
perangkat lunak CAM 7
57, 58, 59, 60
Pemesinan NC/CNC dan CNC bubut
3.
CAM Penggunaan G code
61, 62, 63 3
CAM CNC bubut
Eksekusi program ke
64 1
CNC bubut
Pemahaman dasar CAM
65, 66 2
CNC frais
Pengunaan perintah
67, 68, 69,
perangkat lunak CAM 5
70, 71
CNC frais
Penggunaan G code
72, 73, 74 3
CAM CNC frais

50
Eksekusi program ke
75 1
CNC frais
Jumlah butir 75

F. Validitas Instrumen
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, 2010)
Penelitian ini menggunakan jenis validitas isi. Validitas isi pada instrument
dilakukan dengan membandingkan kesesuaian antar indicator, kisi-kisi
instrument, dengan instrument yang sudah jadi, validitas isi ini dilakukan oleh
ahli yang sudah berpengalaman. Hal ini dilakukan agar tiap butir instrument
dianggap tepat untuk menjawab data yang hendak dicari.

G. Teknik Analisa Data


Dalam penelitian ini, data yang diperoleh merupakan data empirik atau
data lapangan. Jika dilihat dari kemungkinan pengukuran, data penelitian
ini merupakan data kuantitatif deskriptif. Untuk mendeskripsikan atau
memperoleh data penelitan dilakukan dengan menggunakan uji statistik
deskriptif. Perhitungan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft
Excell 2016 dan SPSS.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui relevansi materi pembelajaran
praktik pemesinan sesuai dengan KI/KD Teknik pemesinan dengan kompetensi
yang dibutuhkan oleh industri pemesinan bidang pekerjaan bubut, frais, NC/CNC
dan CAM. Langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang diolah secara
verbal sehingga hasil penelitian mudah dipahami. Dalam mengidentifikasi
digunakan patokan rata-rata ideal (Mi) dan standar devisiasi ideal (SDi) sesuai
dengan skala dari Anas Sudjono (2008: 175).

51
Tabel 9. Kategori Penilaian Kompetensi
No Taraf Presentase Kategori
1 x > Mi + 1,5 SDi Sangat Relevan
2 Mi ≤ x ≤ Mi + 1,5 SDi Relevan
3 Mi – 1,5 SDi ≤ x < Mi Kurang Relevan
4 x < Mi – 1,5 SDi Tidak Relevan

Keterangan:
x = Nilai skor yang diperoleh
Mi = Rata-rata ideal
1
= 2 x (Skor tertinggi ideal + Skor terendah ideal)

SDi = Standar Devisiasi ideal


1
= 6 x (Skor tertinggi ideal – Skor terendah ideal)

52
DAFTAR PUSTAKA

-----------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di


kbbi.kemdikbud.go.id/entri/relevansi. Diakses 4 Januari 2020
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
__________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bahriani, M. (2014). Relevansi Kurikulum SMK N 1 Godean dengan Pelaksanaan
Praktek Kerja Industri. Tugas Akhis Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Depdiknas. (1990). Peraturan Pemerintah Nomor 29, tentang Pendidikan
Menengah
_________. (2003). Undang - Undang RI Nomor 20, tentang Standar Nasional
Pendidikan
_________. (2005). Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen
_________. (2009). Undang-Undang No. 20 Pasal 15, tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Dikdasmen. (2017). Nomor 330/D.D5/KEP/KR/2017, tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar
Dzamarah dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Green, J. (1995). Assessing information needs: tool and techniques. London: ASLIB
Hamalik, Oeman. (2013). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kemenperin. (2014). Undang Undang Nomor 3, tentang Perindustrian.
Kementrian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. (2013). Undang-undang
Nomor 13, tentang Ketenagakerjaan.
Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. (2002). Akuntansi
Intermediete. Terjemahan Emil Salim. Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Erlangga.
Jakarta.

53
Nugroho, Wahyu Isti. (2014). Efektivitas Penerapan Job Sheet untuk Pembelajaran
Praktik Pemesinan di SMK Ma’arif Salam Magelang. Tugas Akhir Skripsi,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Paryanto. (2008). Evaluasi Pelaksanaan Praktik Pemesinan Mahasiswa D3 Teknik
Mesin UNY. Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan, 17, 99-118.
Praduto, Senggo. (2016). Relevansi Materi Pembelajaran Teknik Pemesinan CNC di
SMK N 2 Klaten dengan Kebutuhan Industri Pemesinan. Tugas Akhir Skripsi,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ramadhan, Wahid Nur dan Setuju. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Teknik
Pemesinan Frais Untuk Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Pemesonan di SMK
Muhammadiyah Prambanan. Jurnal Taman Vokasi, 4(2), 229.
Saputro, H., Bambang, P., & Sudibyo. (2013). Peta Kompetensi Profesi Operator
Mesin Produksi dan GAP Kompetensi Antara Kompetensi Lulusan SMK
Jurusan Teknik Pemesinan dengan Tuntutan Dunia Kerja. JIPTEK, 1, 37-44.
Sudjono, Anas. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
ALFABETA
________ (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Sunarso dan Paryanto. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Competence
Based Traning (CBT) Berbasis Karakter Untuk Meningkatkan Kualitas
Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Laporan Tahunan Penelitian Hibah
Bersaing, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sutanta. (2010). Faktor-Faktor Penyebab Tidak Berkembangnya Kawasan Industri
Nguter Kabupaten Sukoharjo. Tesis Magister, tidak diterbitkan, Universitas
Diponogoro, Semarang.
Susanto, A.S. (1997). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta
Tunggal, A.W. (2009). Pokok-pokok Manajemen Operasi. Harvarindo. Jakarta
Widarto. (2008). Teknik Pemesinan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

54
Wignjosoebroto, S. (1991). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya:
Penerbit Guna Widya
Arifin, Z. (2011). Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset
Zubaedah, N. (2019). Agar Tak Menganggur, SMK Harus Ikut Perkembangan Industri.
https://economy.okezone.com/2019/06/20/agar -tak-menganggur-smk-harus-
mengikuti-perkembangan-industri.html. (20 Juni 2019).

55

Anda mungkin juga menyukai