Oleh:
ARIF JATMIKO
21072251009
HALAMAN JUDUL
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
PENDAHULUAN
Kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan sekolah kejuruan adalah dapat
menghasilkan lulusan yang berkompeten dan siap untuk memasuki dunia kerja,
tetapi dari kondisi di lapangan yang dapat kita temukan saat ini bahwa tidak semua
lulusan SMK dapat memperoleh pekerjaan, hal ini disebabkan karena adanya
yang dibutuhkan pasar tenaga kerja pada bidang atau sektor yang sesuai dengan
program keahlian dari para lulusan SMK. Sehingga sebagian persen dari lulusan
SMK terpaksa bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan bidang kompetensi
daya alam berefek kepada banyaknya industri di bidang pertambangan, baik itu
minyak bumi, gas dan mineral lainnya (Hidayat, 2011). Penyiapan infrastruktur
tidak lepas dari jasa konstruksi, khususnya untuk membuka lahan dan membangun
jalan yang menghubungkan jalur ekonomi diberbagai daerah. Realisasi dari jasa
kondisi ini meningkatkan jumlah populasi alat berat dengan berbagai merek dan
kehutanan. Data dari Indoanalisis menunjukkan bahwa pangsa pasar alat berat
berbanding lurus dengan kebutuhan akan teknologi alat berat yang digunakan
alat berat sebagai salah satu bagian pekerjaan dalam mengeksplorasi sumber daya
Teknik alat berat sebagai salah satu kompetensi keahlian yang dikembangkan
bidang mekanik alat berat dapat tercermin dari jumlah lulusannya yang terserap
oleh dunia industri yang bergerak dibidang pertambangan dan alat berat. Untuk
mencapai hal tersebut kesesuaian antara kompetensi lulusan dari program keahlian
mekanik alat berat dengan kebutuhan dunia kerja menjadi hal yang sangat penting.
Program keahlian teknik alat berat yang dikembangkan oleh SMK diharapkan
mampu menjawab kebutuhan tenaga kerja terampil sebagai mekanik alat berat.
Untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan mampu bersaing di dunia kerja,
kompetensi keahlian teknik alat berat harus memiliki struktur dan muatan
kurikulum yang selaras dan sejalan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional
sertifikasi profesi yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) serta
Indonesia, maka orientasi pendidikan / pelatihan yang selama ini supply driven
perlu diubah menjadi demand driven. Para praktisi industri perlu terlibat langsung
2
untuk menginformasikan kebutuhan kompetensi yang ada pada bidangnya masing-
masing dalam bentuk SKKNI. SKKNI tersebut nantinya akan digunakan sebagai
digunakan pula sebagai acuan untuk penyusunan materi uji kompetensi pada
pemerintah pusat dengan pendekatan kurikulum atau silabus yang kurang sesuai
institusi pendidikan dan pelatihan tidak siap pakai untuk memulai pekerjaan di
Masalah klasik bagi dunia pendidikan kejuruan di Indonesia bahwa link and
match antara output pendidikan kejuruan dengan dunia industri sebagai pengguna
lulusan pendidikan kejuruan belum tercapai, salah satu masalahnya adalah pada
kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang belum sesuai dengan standar kompetensi
yang ditetapkan oleh dunia kerja (Natalia, et al. 2015). Relevansi kurikulum SMK
dengan kebutuhan industri dikategorikan menjadi 4 jenis yaitu : (1) untuk beberapa
3
dalam kurikulum SMK (4) Kompetensi yang dibutuhkan di Industri dan ada dalam
Badan Pusat Statistik mencatat pada Februari 2017, jumlah pengangguran terbuka
Kritikan tentang pendidikan di SMK program keahlian teknik alat berat juga
datang dari dunia industri, praktisi industri mengatakan bahwa lulusan SMK tidak
alat berat, program pemerintah masih kurang dalam menghasilkan tenaga kerja
yang siap pakai di bidang teknologi alat berat (Co. Tempo, 2011).
yang distandarkan oleh industri alat berat untuk tenaga kerja lulusan SMK dan
relevansi kurikulum SMK teknik alat berat dengan kompetensi kerja tersebut
penelitian ini diharapkan mampu memberi data dan informasi tentang kondisi
kurikulum SMK teknik alat berat dan relevansinya dengan kebutuhan kerja. Data
muatan kurikulum dan proses pembelajaran di SMK teknik alat berat untuk
mencapai kompetensi kerja yang ideal bidang mekanik alat berat sehingga mampu
Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Nunukan, yang ternyata ada sebagian
lulusan SMK yang merasa kesulitan untuk dapat memperoleh pekerjaan yang
4
sesuai dengan bidang kompetensi yang diambil pada saat di SMK. Sehingga
dengan terpaksa mereka yang mengambil peluang pekerjaan yang ada walaupun
dengan pekerjaan yang ternyata tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang
mereka miliki.
yang strategis karena berbatasan langsung dengan negara Malaysia, dan juga
dengan potensi daerahnya yang cukup melimpah seperti hasil bumi dari tambang
batubara, minyak bumi dan bahkan tambang emas dimiliki oleh Kabupaten
Nunukan, serta yang menjadi potensi daerah lainnya adalah terbentangnya luasan
lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Nunukan yang hingga saat ini terus
Kabupaten Nunukan sebagai salah satu calon sentra industri untuk wilayah
Kabupaten Nunukan yang memiliki bidang kompetensi keahlian Teknik Alat Berat
adalah di SMK Negeri 1 Sei Menggaris yang berlokasi di Desa Tabur Lestari
B. Identifikasi Masalah
1. Kompetensi kerja yang dimiliki siswa SMK bidang kompetensi keahlian Teknik
Alat Berat masih ada yang belum benar-benar sesuai dengan apa saja yang
4. Munculnya kerugian (waktu, tenaga dan biaya) karena hasil pendidikan yang
yang baik dan sesuai dengan kondisi riil di lapangan, serta agar dapat tetap fokus
maka penelitian ini memfokuskan pada masalah kompetensi kerja lulusan SMK
untuk program studi teknik alat berat, menggali informasi secara mendalam tentang
standar kompetensi kerja yang diterapkan oleh industri alat berat dan bagaimana
relevansi kurikulum SMK program studi teknik alat berat dengan standar
Dari latar belakang, identifikasi masalah dan fokus masalah yang telah
berikut:
1. Kompetensi kerja apa saja yang dituntut oleh industri alat berat terhadap lulusan
2. Bagaimana relevansi kurikulum SMK Teknik Alat Berat pada mata pelajaran
berdasarkan SKKNI ?
6
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian yang ingin diketahui adalah
sebagai berikut:
kompetensi keahlian teknik alat berat yang sesuai dengan kebutuhan industri
2. Untuk mengetahui relevansi kurikulum SMK Teknik Alat Berat pada mata
E. Manfaat Penelitan
Diharapkan melalui penelitian ini dapat melihat sejauh mana relevansi antara
harapan agar diperoleh kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Alat Berat
yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi di Dunia Kerja dan Industri sehingga
lulusan SMK bidang kompetensi keahlian Teknik Alat Berat selanjutnya dapat
dapat bekerja dengan baik dan maksimal, dan tidak menyia-nyiakan ilmu serta
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Kejuruan
dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja
pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang
pekerjaan lainnya.
sebagai langkah persiapan untuk peserta didik dalam menghadapi dunia kerja.
mempersiapkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan masyarakat (dalam hal ini
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri
8
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar
dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan
memiliki etos kerja yang tinggi dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan
(smart), siap kerja dan kompetitif. Cerdas (smart) yang dimaksud bukan hanya
cerdas secara intelektual, namun juga cerdas secara spiritual dan cerdas secara
emosional dan sosial, serta cerdas secara kinestetik. Siap kerja, karena lulusan
mereka siap untuk langsung bekerja tanpa perlu ditraining lagi. Mereka juga
dibekali kemampuan untuk bisa membuka usaha sendiri. Kompetitif, siswa SMK
memiliki jiwa kompetitif yaitu ingin menjadi agen perubahan dan sikap pantang
Kemandirian serta kepribadian siswa SMK yang unggul memicu kesiapan mental
untuk bekerja atau membuka lapangan usaha ketika lulus (Buklet Sekolah
bagi siswa didik untuk mendapat proses pembelajaran dengan terjun langsung ke
berkualitas sehingga mampu bersaing pada pasar tenaga kerja karena siswa sekolah
9
kejuruan memang disiapkan untuk menjadi tenaga kerja yang memiliki
sekitarnya;
profesional.
mengajar.
sekolah kejuruan berisikan mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan
10
Jasmani dan olah raga, Keterampilan/Kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk
Mata pelajaran kejuruan, terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan
SMK harusnya menerapkan kurikulum SMK yang telah melalui proses validasi
IPTEK.
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah dan prospek
diselenggarakan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
minat setiap siswa sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan
11
Struktur kurikulum sekolah kejuruan meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah kata kunci dari proses pendidikan terutama pada sekolah
penting. Namun belum ada kesepakatan definisi kompetensi yang benar-benar pasti
yang diberikan oleh para pakar. Dari sudut etimologi, Moore, Cheng & Dainty
Kompeten menunjuk pada wilayah kerja seperti guru, dokter dan lain-lain.
sebuah pekerjaan.
kompetensi dapat dilihat dari dua aspek yakni sebagai atribut individual dan
dapat diartikan sebagai sejauhmana unjuk kerja seseorang telah mencapai standar
yang diperlukan. Kompetensi dirasa sebagai atribut individual yang bersifat lebih
fleksibel dan oleh karenanya kompetensi ini lebih sesuai digunakan untuk
12
menggunakan definisi kompetensi sebagai hasil pembelajaran (prespektif dunia
tujuan penggunaannya.
kerja dan ada pengakuan resmi atas kemampuan tersebut. Kompetensi dalam
konteks praktik kejuruan terdiri atas pengetahuan praktik, keterampilan praktik dan
seseorang ketika ia mengerjakan sebuah tugas yang dihadapi saat itu, bukan
pengetahuan dan keahlian ke dalam tugas dan situasi baru. Ini menunjukkan bahwa
dengan optimal.
Kompetensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yakni kompetensi
diperlukan dalam mengantisipasi perubahan yang cepat yang terjadi di dunia kerja
istilah.
13
Pengertian kompetensi dari setiap negara walau dengan istilah yang berbeda,
pendidikan, karena peserta akan matang karena tugas pekerjaan bukan matang
karena akibat langsung dari pendidikan. Kompetensi dalam pengertian spesifik dan
teknis dijelaskan oleh Nordhaug (1998) bahwa kompetensi terdiri atas pengetahuan
tentang metode, proses, dan teknik yang dirancang untuk melaksanakan tugas
Dari Bowden & Masters (1993) menyatakan dengan tegas bahwa kompetensi
seseorang, bukan sesuatu yang telah diperoleh dari pembelajaran yang belum tentu
menyelesaikan tugasnya. Hal ini didorong pada kenyataan bahwa iklim dunia kerja
dunia kerja, sebagai atribut individual, dan sebagai kompetensi generik. Sedangkan
14
Harris, Guthrie, Hobart & Laundbreg (1995) menyatakan bahwa dalam prespektif
keterampilan dan sikap dalam pengertian yang terpisah. Pernyataan tersebut juga
dapat diukur.
mencakup tiga aspek penelitian yaitu aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja.
b. Kompetensi Kejuruan
seberapa jauh kompetensi yang dicapai oleh peserta didik sebagai hasil pendidikan
Dalam pendidikan kejuruan, ketiga aspek itu difokuskan pada bidang kejuruan
15
3. Kompetensi Kebutuhan Dunia Kerja dan Industri
kompeten dalam; (1) Bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan
yang ada didunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah
dalam bidang Teknik Alat Berat, dan (2) Memilih karir, berkompetisi, dan
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada Bidang Industri Alat Berat.
Standar kompetensi dan level kualifikasi keahlian Teknik Alat Berat dapat
16
• Melaksanakan pekerjaan dasar power train.
Menurut Nasution dari pendapat Hilda (1990) kurikulum sebagai suatu yang
kurikulum dipandang sebagai rencana atau bahan apa yang dipelajari oleh siswa.
pengalaman yang mempunyai arti dan terarah untu mencapai tujuan tertentu
dibawah pengawasan sekolah. Hal ini juga diungkapkan oleh Finch dan Crunkilton
(1979) kurikulum adalah: “The sum of learning activities and experiences that a
student has under the auspices or direction of the school”. Sejalan dengan
as plan or program for all the experiences which the learner encounters under the
17
perencanaan atau program yang berisi pengalaman bagi para pembelajar dibawah
“The curiculum may, therefore, be defined in two ways; (1) it this entire range of
experiences, both undirected and directed, concered in unfolding the abilities of
the individual, or (2) it is the series of consciously directed training experiences
that the school use for completing and perfecting the unfoldment.
atau asas utama: (1) falsafah bangsa, masyarakat, sekolah, dan guru-guru (aspek
hakekat anak, antara lain taraf perkembangan fisik, mental psikologis, emosional
sosial, dan cara anak belajar (aspek psikologis), serta (4) hakekat pengetahuan atau
disiplin ilmu (bahan pengajaran). Jadi bisa dikatakan konsep kurikulum adalah
dilakukan guru dengan melihat kondisi anak dan kebutuhan pengetahuan. Dengan
menyusun tujuan, bahan ajar dan penyediaan fasilitas pembelajaran dalam uaya
Dunia Usaha Dan Industri, didapatkan bahwa secara teori kompetensi yang
diajarkan di sekolah kepada siswa lulusan SMK N 1 Batang sudah sesuai dengan
lulusan SMK N 1 Batang bekerja tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
18
Sehingga dengan kata lain nilai kompetensi yang diterapkan DU/DI dengan
antara kurikulum SMK Teknik Alat Berat dengan kebutuhan kompetensi dari dunia
kerja dan industri perlu dilakukan perbaikan, agar dapat diperoleh kurikulum yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan dari dunia kerja dan industri, agar keterserapan
tenaga kerja dari lulusan SMK kompetensi keahlian Teknik Alat Berat dapat
keberhasilan lulusan SMK untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan sesuai
C. Kerangka Berfikir
makna dan produktif (Adhikary, 2005). Sedangkan menurut Pavlova (2009) tradisi
dari pendidikan kejuruan adalah menyiapkan siswa untuk bekerja. Tetapi pada
kondisi yang sebenarnya terjadi, walaupun SMK dapat menghasilkan lulusan yang
terampil, berkompeten dan siap bekerja, ternyata masih banyak terdapat kejadian
dimana lulusan SMK sulit untuk bisa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
yang digunakan di sekolah dengan kebutuhan kompetensi di dunia kerja dan dunia
industri.
Berdasarkan kajian teori dan hasil pemikiran dari pakar yang berkaitan
dengan penelitian ini, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut: dari
19
kajian teoritis yang telah dilakukan memunculkan pertanyaan penelitian yang
Kerja dan Dunia Industri ” untuk menghasilkan jawaban dari sejumlah pertanyaan
keahlian Teknik Alat Berat dengan kebutuhan kompetensi di dunia kerja dan
industri? dan Kompetensi kerja apa saja yang dituntut oleh industri alat berat
terhadap lulusan SMK pada program keahlian Teknik Alat Berat berdasarkan
SKKNI? .
D. Pertanyaan Penelitian
mereka miliki?
masing bidang kompetensi dan jumlah lulusan SMK pada tiap tahunnya di
Kabupaten Nunukan?
lulusannya?
Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian yang ada, maka peneliti memilih
melihat kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan dan pada akhirnya diharapkan
Keahlian Teknik Alat Berat di Kabupaten Nunukan dan Kompetensi kerja apa saja
yang dituntut oleh industri alat berat terhadap lulusan SMK pada program keahlian
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
diamati, artinya permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini tidak
relevansinya dengan kompetensi kerja lulusan SMK program studi teknik alat berat
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian survey
berbagai aspek dari populasi (Fraenkel & Wallen, 2009). Metode ini digunakan
untuk menggali data di industri (tempat kerja) dan kurikulum teknik alat berat
SMK untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran alat berat yang
sesuai dengan standar industri. Data kajian yang diperoleh berkaitan dengan
kualifikasi kompetensi mekanik alat berat, materi ajar dalam kurikulum teknik alat
22
berat SMK. Data selanjutnya akan dideskripsikan dan dibahas sesuai dengan
Ada 2 indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu kompetensi
kerja dan relevansi kurikulum. Kompetensi kerja diteliti untuk mengetahui standar
kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan SMK teknik alat berat sesuai dengan
alat berat, sejauh mana kurikulum memenuhi tuntutan dunia kerja sesuai SKKNI.
berat terhadap kompetensi kerja sesuai SKKNI diketahui dengan studi dokumen
dengan kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru produktif teknik alat berat.
B. Subyek Penelitian
yang strategis karena berbatasan langsung dengan negara Malaysia, dan juga
dengan potensi daerahnya yang cukup melimpah seperti hasil bumi dari tambang
batubara, minyak bumi dan bahkan tambang emas dimiliki oleh Kabupaten
Nunukan, serta yang menjadi potensi daerah lainnya adalah terbentangnya luasan
lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Nunukan yang hingga saat ini terus
Kabupaten Nunukan sebagai salah satu calon sentra industri untuk wilayah
adalah di SMK Negeri 1 Sei Menggaris yang berlokasi di Desa Tabur Lestari
Sedangkan untuk waktu penelitian atau pengumpulan data akan mulai dilaksanakan
pada 11 Agustus – 31 September 2022 yaitu pada saat peneliti berada pada awal
perkuliahan semester 4.
a. Observasi
gerakan, sikap yang muncul dalam relasi sosial antar pribadi objek yang tidak
24
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat pengumpulan data dengan cara berdialog
yang ada dalam pikiran orang yang diwawancarai, apa yang dipikir, dan apa
yang dirasa sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam (in-
depth information).
c. Dokumentasi
pada alasan: 1) dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, akurat, dan
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Data yang
Peneliti sebagai instrumen utama harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi lapangan. Hubungan baik antara peneliti dengan subyek sebelum,
pengumpulan data. Hubungan yang baik dapat menjamin kepercayaan dan saling
pengertian antara peneliti dan subyek penelitian. Tingkat kepercayaan yang tinggi
akan membantu kelancaran proses penelitian, sehingga data yang diinginkan dapat
yang akan merugikan agar kehadiran dan keterlibatan dapat diterima secara baik
25
E. Keabsahan Data
dipertanyakan dari bagaimana peneliti mengubah data menjadi bukti yang dapat
penelitian yang kuat dan meyakinkan. Pada bidang penelitian kualitatif, menurut
Koro & Ljungberg (2008) bahwa kekuatan penelitan kualitatif dapat ditinjau dari
tiga aspek yang saling terkait: (a) validitas internal, yang menggambarkan
hubungan antara temuan studi dan keyakinan tentang realitas; (b) validitas
eksternal, yang menjelaskan sejauh mana temuan ini dapat diterapkan pada situasi
lain; dan (c) reabilitas, yaitu sejauh mana temuan yang sama dapat ditemukan lagi.
Menurut O’Reilly (2005) validitas dapat dicek dengan tiga cara yaitu: (1)
orang yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda; (2) dengan external
Mengacu pada pendapat Mason (2006) dan O’Reilly (2005) bahwa keabsahan
kerja pada saat pengambilan data di lapangan dengan berbagai bukti-bukti temuan
berupa rekaman suara, gambar dan suara, foto, kondisi rill lapangan sebagai
fenomena atau realita sosial yang alami. Validitas data dicek mengguankan teknik
Keabsahan data dicek ulang dengan melihat catatan data apakah kongkrit,
26
berpartisipasi dalam kegiatan atau aktivitas. Peneliti menggambarkan situasi
lapangan yang nyata sesuai keadaan pelaku, tempat, dan aktivitas. Disamping
kongkrit, catatan data harus verbatim atau kata demi kata (Zoebir, 2008).
F. Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir (2000) analisis data merupakan upaya mencari dan
menata data secara sistematis dari catatan hasil observasi, wawancara, analisis
dokumen untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti dan
tercapainya pencapaian makna dari apa yang dikatakan oleh informan, apa yang
dikerjakan atau dilakukan oleh informan, dan hal-hal yang ada baik yang teramati
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah interactive model
dari Miles dan Huberman dimana proses analisis dilakukan bersamaan dengan
proses pengumpulan data. Proses analisis data itu mengandung komponen reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992).
1. Reduksi Data
dalam catatan lapangan. Reduksi data merupakan sebuah bentuk analisis dengan
2. Penyajian Data
dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami. Penyajian data diambil dari data
27
yang telah direduksi dan dibuat konfirmasinya melalui pengamatan dan wawancara.
3. Penarikan Kesimpulan
observasi, dan kajian dokumen lalu digabungkan satu sama lainnya. Adapun
28
DAFTAR PUSTAKA
Billett, S., 2011. Vocational Education : Purposes, Traditions and Prospects, New
York: Springer.
Finch, C.R. & Crunkiltom, J.R. (1979). Curiculum Development in Vocational and
Technical Education. London: Allyn and Bacon Inc.
Flinders, D. J. & Thornton, S. J. (1997). The Curiculum Studies Reader. Ney York:
Routledge.
Harris, R., et al. (1995). Competency-based education and training: between a rock and
a whirpool. Melbourne: Macmillan Education Australia.
Hidayat, H., 2011. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kelembagaan Lokal.
Jurnal Sejarah CITRA LEKHA, 15(1), pp.19–32.
Hoffman, T. (1999). The Meanings of Competency. Diakses pada tanggal 6 Agustus
2012 , dari http://www.emerald-library.com
Husein Umar. (2005). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jovanovic, B. (1979). Job Matching and the Theory of Turnover. Journal of Political
Economy, 87 (5): 972–90.
Lincoln, Y. S. & Guba, E. (1984). Naturalictic Inquiry. Baverly Hills, London: Sage
Publication.
Muhammad, A. B. (2012). Profil Lulusan Melalui Tracer Study untuk Angkatan 2009
dan 2010 Pada Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK
Negeri 5 Banjarmasin. Tesis.
Noeng Muhadjir. H. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif (Rev. Ed. 3). Yogyakarta:
Sarasin.
Olivia & Peter. (1992). Developing the Curiculum. Third Edition. New York: Harper
Collins Publisher Inc.
Preston, B., & Walker, J. (1993). Competency standards in the professions and higher
education: a holistic approach. Carnberra: Australian College of Educatioan.
Rusli Ahmad. (1989). Perencanaan dan Desain Kurikulum Dalam Pendidikan Jasmani.
Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Surya & Aldwin (2006). Perubahan Sosial Masyarakat Kota Metropolitan, Medan:
Kopertis Wilayah I NAD-SUMUT.
Wood, G. D., & Lange, T. (2000). Developing core skills. Education and Training, 42,
24-32.
Yufridawati & Edi. (2010). Relevansi Kompetensi dan Tingkat Daya Saing Lulusan
SMK Dalam Dunia Kerja. Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, vol. 9,
tahun ke-3.