Anda di halaman 1dari 5

JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No.

2, Edisi Desember 2014 103

IMPLIKASI MINAT SISWA DALAM PENGELOLAAN PERTANIAN


TERHADAP KEBERLANJUTAN MINAT BERTANI
DI WILAYAH KECAMATAN PARONGPONG
(Studi Kasus Di SMAN 1 Parongpong)

Indah Budiati1, email : kianaindah@gmail.com

ABSTRAK
Minat remaja dalam kegiatan pertanian cenderung rendah, namun demikian diperlukan
pengkajian lebih lanjut, khususnya bagi siswa SMAN 1 Parongpong yang memiliki latar
belakang putra-putri petani hortikultura di wilayah Kecamatan Parongpong Kabupaten
Bandung Barat. Minat merupakan perasaan suka atau ketertarikan individu terhadap suatu
aktifitas atau objek tertentu. Minat seseorang dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu; (1)
dorongan dari dalam diri individu, (2) motif sosial, (3) faktor emosional, dan (4) motif
ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk; (1) mengkaji bagaimana minat
siswa SMAN 1 Parongpong terhadap kegiatan pertanian hortikultura, (2) faktor manakah di
antara faktor dorongan dari dalam diri individu, motif sosial, faktor emosional, dan motif
ekonomi yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan minat bertani siswa SMAN 1
Parongpong, dan (3) berapa besar pengaruh minat siswa dalam pengelolaan pertanian
terhadap keberlanjutan minat bertani hortikultura di wilayah Kecamatan Parongpong.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi kuantitatif dan
kualitatif. Data dikumpulkan melalui analisis data kepustakaan, wawancara terstruktur
dengan menggunakan kuesioner dan wawancara semi terstruktur dengan menggunakan
pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat siswa SMAN 1
Parongpong terhadap kegiatan pertanian hortikultura tinggi/kuat. Faktor dominan yang
mempengaruhi keberlanjutan minat bertani siswa SMAN 1 Parongpong adalah faktor
dorongan dari dalam diri individu sebesar 11,83%, Berdasarkan analisis jalur (Path
Analysis) menunjukkan bahwa minat bertani siswa SMAN 1 Parongpong berpengaruh secara
signifikan (86,49%) terhadap keberlanjutan minat bertani siswa SMAN 1 Parongpong di
wilayah Kecamatan Parongpong.
Kata kunci: Keberlanjutan minat bertani, Minat bertani, Pengelolaan pertanian, Siswa
SMAN 1 Parongpong.

1
Penerima beasiswa unggulan UNPAD 2011
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 103

PENDAHULUAN terhadap suatu objek atau aktivitas tertentu


Dewasa ini, banyak anak muda yang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu; (1)
tidak menaruh minat pada kegiatan pertanian, dorongan dari dalam diri individu, (2) motif
hal ini disebabkan persepsi tentang kegiatan sosial, (3) faktor emosional, dan (4) motif
usaha tani serta nasib petani yang sangat ekonomi. Selain faktor di atas, minat remaja
suram. Faktor mendasar yang menyebabkan terhadap pilihan karier juga dipengaruhi oleh
penurunan minat para pemuda dalam mene- faktor sosial dan ekonomi yang ingin dicapai
kuni kegiatan pertanian menurut Sembara oleh remaja tersebut di masa yang akan
(2009) adalah; (1) masyarakat tidak menge- datang (Hurlock, 1980). Berdasarkan pen-
nal pertanian, (2) adanya persepsi negatif jelasan tersebut dapat diasumsikan bahwa
masyarakat terhadap pertanian yang minat siswa terhadap kegiatan pengelolaan
ditunjukkan dengan penurunan citra petani di pertanian dan keberlanjutan minat bertani
masyarakat, dan (3) adanya identifikasi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu; (1)
petani dengan kemiskinan di perdesaan. dorongan dari dalam diri individu, (2) motif
Dampak rendahnya minat pemuda dalam sosial, (3) faktor emosional, dan (4) motif
kegiatan pertanian adalah; (a) hilangnya ekonomi. Faktor pendorong munculnya
regenerasi pengelola pertanian dimasa depan, minat dalam pengelolaan pertanian tersebut
(b) keterbatasan sumberdaya berkualitas dan dapat dijadikan tolok ukur besarnya minat
tenaga ahli di bidang pertanian, (c) keter- remaja khususnya siswa SMAN 1 Parong-
gantungan petani pada pihak asing; dan (d) pong terhadap pengelolaan pertanian
muncul dampak lanjutan yaitu krisis pangan. hortikultura seperti yang telah dilaksanakan
Penurunan minat remaja dalam kegiatan oleh orang tua mereka.
pertanian dapat dilihat antara lain dari jumlah Kegiatan pertanian hortikultura merupa-
pendaftar pada bidang studi pertanian di kan komoditas unggulan di wilayah
berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Berdasarkan data Depdiknas (2008) dalam Barat Provinsi Jawa Barat. Pertanian
Sembara (2009), penurunan pendaftar pada hortikultura di wilayah Kecamatan Parong-
bidang studi pertanian terindikasi sejak tahun pong dipengaruhi oleh kondisi biofisik
ajar 2002/2003. Data tersebut menunjukkan wilayah tersebut. Keberlanjutan usaha tani di
bahwa pada tahun ajar 2002/2003 jumlah wilayah Kecamatan Parongpong sebenarnya
pendaftar pada bidang studi pertanian di sangat bergantung dari minat para pemuda-
perguruan tinggi seluruh Indonesia tercatat nya untuk melanjutkan profesi orang tua
sebesar 57,283 calon mahasiswa. Pada tahun mereka.
2003/2004 terjadi penurunan pendaftar Fenomena rendahnya minat siswa
menjadi 55.817 calon mahasiswa. Penurunan terhadap kegiatan pertanian berdampak pada
selanjutnya terjadi pada tahun ajar 2004/2005 keberlanjutan lahan pertanian dan kegiatan
dan 2005/2006 menjadi masing-masing usaha tani sehingga besar kemungkinan
42,451 calon dan 40,956 calon. Penurunan terjadinya pergeseran fungsi lahan dari sektor
juga terjadi secara keseluruhan pada bidang pertanian ke non pertanian. Perubahan tata
pertanian dalam arti luas (pertanian, ruang tanpa memperhatikan kondisi geografi
perikanan, peternakan, dan kehutanan). Pada yang meliputi segala faktor fisik dengan daya
tahun ajar 2002/2003 total pendaftar pada dukungnya dalam jangka panjang akan
bidang pertanian secara luas (pertanian, berdampak negatif terhadap lahan, ling-
perikanan, peternakan, dan kehutanan) kungan bersangkutan dan kehidupan manusia
sebesar 90,034 calon mahasiswa. Terjadi (Sumaatmadja, 1997). Kekhawatiran pada
penurunan pada tahun ajar 2003/2004 dugaan rendahnya minat bertani siswa dan
menjadi 88,938 calon mahasiswa. Penurunan dampaknya terhadap keberlanjutan kegiatan
berlanjut hingga tahun 2005/2006. pertanian menggugah penulis untuk melaku-
Crow and Crow (1973) dalam Saleh kan penelitian lebih mendalam tentang minat
(2004) menyatakan bahwa minat seseorang siswa SMAN 1 Parongpong dalam penge-
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 103

lolaan pertanian serta implikasinya terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN


keberlanjutan minat bertani hortikultura di Siswa SMAN 1 Parongpong sebagian
wilayah Kecamatan Parongpong besar adalah putra dan putri petani
Tujuan dilakukannya penelitian ini hortikultura yang tersebar di tiga Kecamatan
adalah: 1) Mengkaji bagaimana minat siswa yaitu Kecamatan Cisarua, Kecamatan
SMAN 1 Parongpong terhadap kegiatan Parongpong dan Kecamatan Lembang.
pertanian hortikultura; 2) Mengkaji tentang Jumlah keseluruhan siswa SMAN 1 Parong-
faktor manakah di antara faktor dorongan pong yang memiliki latar belakang orang
dari dalam diri individu, motif sosial, faktor tuanya berprofesi sebagai petani hortikultura
emosional, dan motif ekonomi yang paling pada tahun pelajaran 2012-2013 tercatat
berpengaruh terhadap keberlanjutan minat sebanyak 341 siswa. Hasil pengolahan data
bertani siswa SMAN 1 Parongpong; 3) kuantitatif menunjukkan bahwa minat bertani
Mengkaji tentang berapa besar pengaruh siswa SMAN 1 Parongpong berada pada
minat siswa dalam pengelolaan pertanian kategori kuat dengan skor rata-rata 69,3.
terhadap keberlanjutan minat bertani horti- Siswa SMAN 1 Parongpong memiliki keter-
kultura di wilayah Kecamatan Parongpong. tarikan dan perhatian yang tinggi terhadap
kegiatan pertanian dipengaruhi oleh
METODE PENELITIAN pendidikan dan keterlibatan siswa dalam
Metode tang digunakan dalam dalam kegiatan pertanian sejak mereka masih kecil
penelitian ini adalah metode campuran atau yang diajarkan oleh orang tua mereka. Hasil
kombinasi kuantitatif dan kualitatif (Creswell penelitian menunjukkan bahwa indikator
and Plano Clark, 2007 dalam Creswell, kuatnya minat siswa SMAN 1 Parongpong
2010). Metode kualitatif digunakan untuk dalam kegiatan pertanian hortikultura
memahami proses tentang minat siswa ditunjukkan oleh tiga hal yaitu; (1) adanya
terhadap pengelolaan pertanian. Sedangkan ketertarikan terhadap kegiatan pertanian
metode kuantitatif digunakan untuk menge- hortikultura, (2) memiliki perhatian yang
tahui faktor-faktor yang paling mempe- tinggi terhadap kegiatan pertanian
ngaruhi diantara dorongan dari dalam diri hortikultura, dan (3) turut serta melaksanakan
individu, motif sosial, faktor emosional dan kegiatan pertanian hortikultura yang
motif ekonomi terhadap keberlanjutan minat dilaksanakan oleh orang tua mereka. Faktor
bertani dan berapa besar pengaruh minat pendorong minat bertani pada siswa SMAN
siswa dalam kegiatan pertanian terhadap 1 Parongpong dilatar belakangi oleh adanya
keberlanjutan minat bertani hortikultura di motif ekonomi, motif sosial, faktor
wilayah Kecamatan Parongpong. Responden emosional dan faktor dorongan dari dalam
dipilih dengan menggunakan rumus Slovin diri individu.
(Firdaus, 2012), sedangkan informan dipilih Hasil pengolahan data dengan
secara purposif yang dianggap kompeten menggunakan analisis jalur (Path Analysis)
dengan memperhatikan keragaman/- menunjukkan bahwa faktor yang paling
kategorisasi. dominan mempengaruhi keberlanjutan minat
Teknik pengumpulan data dilakukan bertani siswa SMAN 1 Parongpong adalah
dengan menggunakan 2 cara, yaitu; (1) dorongan dari dalam diri individu (11,83 %).
analisis data kepustakaan, dan (2) wawancara Urutan kedua yang mempengaruhi keberlan-
(wawancara terstruktur dan wawancara semi jutan minat bertani siswa SMAN 1
terstruktur). Teknik analisis data kualitatif Parongpong adalah faktor emosional (5,24
menggunakan analisis deskriptif sedangkan %) dan urutan ketiga yang mempengaruhi
teknik analisis data kuantitatif menggunakan keberlanjutan minat bertani siswa SMAN 1
dua cara yaitu; analisis statistik sederhana Parongpong adalah motif ekonomi (5,20 %).
dalam bentuk persentase (%) dan teknik Sedangkan faktor yang paling rendah
analisis jalur (Path Analysis). mempengaruhi keberlanjutan minat bertani
siswa SMAN 1 Parongpong adalah motif
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 103

sosial (5,20 %). Meskipun remaja memiliki faktor emosional, (3) motif sosial, dan (4)
minat yang tinggi terhadap simbol-simbol motif ekonomi. Meskipun demikian,
status yang merupakan simbol prestise faktor yang paling dominan dalam
namun dalam penelitian ini faktor emosional, mempengaruhi keberlanjutan minat ber-
motif sosial dan motif ekonomi tidak serta tani siswa SMAN 1 Parongpong adalah
merta mendorong keberlanjutan minat faktor dorongan dari dalam diri individu..
bertani siswa SMAN 1 Parongpong dalam c. Minat siswa SMAN 1 Parongpong dalam
melaksanakan kegiatan usaha tani hortikul- kegiatan pertanian berpengaruh secara
tura seperti yang telah dirintis oleh orang signifikan terhadap keberlanjutan minat
tuannya atau bahkan leluhurnya. Hurlok bertani hortikultura di wilayah Kecamatan
(1980) menyatakan bahwa seseorang akan Parongpong.
melanjutkan minatnya dalam bentuk perilaku
jika minat tersebut lahir dari dalam diri Saran
individu itu sendiri tanpa paksaan dari a. Materi tentang pertanian khususnya
siapapun. hortikultura disarankan dimasukkan dalam
Hasil pengolahan data dengan mata pelajaran muatan lokal, sehingga
menggunakan analisis jalur (Path Analysis) tidak lepas dari karakteristik lingkungan
juga menunjukkan bahwa minat siswa sekitar khususnya wilayah Kecamatan
SMAN 1 Parongpong terhadap kegiatan Parongpong sehingga pada akhirnya dapat
pertanian berpengaruh secara signifikan menghasilkan siswa yang memiliki ke-
(86,49 %) terhadap keberlanjutan minat mampuan untuk memanfaatkan alam
bertani siswa SMAN 1 Parongpong. Tinggi- dengan bijak dan memperhatikan
nya keberlanjutan minat bertani siswa SMAN keberlanjutan baik sosial, ekonomi, dan
1 Parongpong tentunya perlu mendapatkan lingkungan dimana mereka tinggal.
apresiasi dan perhatian dari berbagai b. Orang tua yang berprofesi sebagai petani
kalangan. Salah satunya adalah lembaga disarankan untuk mengikut sertakan anak-
pendidikan yaitu SMAN 1 Parongpong. Mata anak mereka dalam kegiatan pengelolaan
pelajaran PLH (Pendidikan Lingkungan pertanian sejak usia dini dan memberikan
Hidup) di SMAN 1 Parongpong menjadi insentif, sehingga mereka memiliki minat
tempat penyaluran minat bertani siswa yaitu terhadap kegiatan pertanian.
dengan mengadakan kegiatan bercocok
taman DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Data Bidang Pertanian Kecamatan
PENUTUP Parongpong Tahun 2009 – 2011
Simpulan Anonim. Data Bidang Pertanian Kecamatan
a. Siswa SMAN 1 Parongpong memiliki Parongpong. 2012. Program
minat yang tinggi terhadap kegiatan Penyuluhan Pertanian Kecamatan
pertanian. Tingginya minat bertani siswa Parongpong Tahun Anggaran 2012.
SMAN 1 Parongpong didasarkan pada: Anonim. Monografi Kecamatan Parongpong,
(1) siswa SMAN 1 Parongpong memiliki 2009-2011. Laporan Profil Kecamatan
ketertarikan pada kegiatan pertanian, (2) Parongpong Tahun 2009-2011.
siswa SMAN 1 Parongpong memiliki Creswell, John.W. 2010. Research Design
perhatian yang tinggi terhadap kegiatan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
pengelolaan pertanian, dan (3) siswa Mixed.Terjemahan Achmad Fawaid.
SMAN 1 Parongpong turut serta dalam Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
melaksanakan kegiatan pertanian Djulia, Ely. 2005. Peran Budaya Lokal dalam
hortikultura. Pembentukan Sains. Disertasi.
b. Keberlanjutan minat bertani siswa SMAN Bandung. Program Pascasarjana
1 Parongpong dipengaruhi oleh; (1) Universitas Pendidikan Indonesia.
dorongan dari dalam diri individu, (2)
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 103

Firdaus, M. Aziz. 2012. Metode Penelitian. Sawah Ke Penggunaan Non Pertanian


Tanggerang. Penerbit: Jelajah Nusa dan Dampaknya terhadap Tingkat
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi Pendapatan Petani, Penyerapan Tenaga
Perkembangan. Terjemahan Kerja Dan Kegairahan Berusahatani.
Istiwidayanti dan Soedjarwo. “Masa Disertasi. Bandung. Universitas
Remaja”, hlm. 205-240. Jakarta: Padjadjaran.
Penerbit. Erlangga. Saleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi Suatu
Iskandar, Johan. 2006. Metodologi Pengantar dalam perspektif Islam.
Memahami Petani dan Pertanian. Jakarta: Prenada Media.
Jurnal Analisis Sosial Volume 11 No.1. Sembara, R. 2009. Menurunnya Minat Siswa
Iskandar, Johan dan Budiawati S. Iskandar. dalam Studi Pertanian. Melalui:
2011. Agroekosistem Orang Sunda. http://www.repository.ipb.ac.id/.../PK
Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. M-GT09.Penurunan-Minat-Ray-
Khosim, Amir dan Kun Marlina Lubis. 2007. IPB.html [12/08/12].
Geografi. Jakarta : Grasindo. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor
Lakitan, Benyamin. 1995. Hortikultura Teori, yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Budidaya, dan Pasca Panen. Jakarta: Rineka Cipta.
PT. Raja Grafindo Persada. Soemardjo. 2012. Peran Perguruan Tinggi
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi dalam Pengembangan Keilmuan
Pendidikan. Bandung: Penerbit. PT. Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian
Remaja Rosdakarya. yang Sesuai dengan Kebutuhan
Reijntjes, Coen., Bertus haverkort dan Ann Pembangunan. Bandung. Makalah
Waters-Bayer. 2011. Pertanian Masa Lokakarya. Diterbitkan Oleh:
Depan, Pengantar Untuk Pertanian Laboraturium Sosiologi Dan
dengan Input Luar Rendah. Penyuluhan Pertanian Universitas
Terjemahan Y. Sukoco. Yogyakarta. Padjadjaran. Melalui:
Penerbit: Kanisius http://sosiologipenyuluhan.unpad.ac.id
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. [23/12/2012].
2012. Cara Menggunakan Dan Soetomo. Greg. 2001. Kekalahan Manusia
Memaknai Path Analysis (Analisis Petani Dimensi Manusia dalam
Jalur). “Penelitian Sederhana”, hlm. Pembangunan Pertanian.Yogyakarta:
173-295. Bandung: Alfabeta. Penerbit Kanisius.
Riskawa. Ahmad. 2003. Faktor-faktor yang Sumaatmadja, N. 1997. Metode Pengajaran
Mempengaruhi Alih Guna Lahan Geografi. Jakarta: Bumiaksara
.

Anda mungkin juga menyukai