METI RESANTI
PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ABSTRACT
METI RESANTI. Nutrient Supplement Consumption Behavior among Preschool
Children in Bogor. Supervised by HARDINSYAH and AHMAD SULAEMAN.
Skripsi
METI RESANTI
A54102005
Menyetujui :
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian,
Tanggal lulus :
7
RIWAYAT HIDUP
PRAKATA
Rasa syukur kepada Alloh swt atas limpahan rahmat dan kasihNYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Perilaku Konsumsi
Suplemen pada Anak Prasekolah di Kota Bogor”. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.
1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Prof Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, arahan, dan dorongan dengan penuh pengertian dan
kesabaran sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN atas kesediaan menjadi dosen pemandu
seminar skripsi dan memberikan saran bagi perbaikan skripsi ini.
3. Kepala dan staf Kantor Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Kota
Bogor, Kepala dan staf Dinas Pendidikan Kota Bogor, serta Kepala dan
para guru Taman Kanak-kanak Kota Bogor atas bantuan pemberian izin
pengambilan data di lapang.
4. Para orang tua murid TK Kota Bogor yang telah bersedia memberikan
informasi bagi kepentingan penulisan skripsi ini.
5. Para dosen dan staf Departemen GMSK yang telah memberikan
pelayanan akademik dan perizinan bagi kepentingan penulisan skripsi ini.
6. Mamah dan Bapak atas doa dan restu yang senantiasa mengiringi setiap
proses yang dilalui, pengorbanan, kerelaan, kesabaran dan kelapangan
hati untuk semua hal yang terjadi.
7. Suami dan anakku tercinta untuk dukungan, pengorbanan, kasih sayang
dan doanya.
8. Adik-adikku tercinda Anit dan Iyut atas segala dukungan dan
kepercayaannya.
9. Nene, bapa nene, bi Vety, bi Neng, mang Yaaro, Angga dan seluruh
keluarga besar yang selalu memberi dukungan,semangat dan doa.
10. Bapak dan ibu mertua atas doa, kesabaran dan kerelaan menjaga Rafa.
11. Rian, Alam dan sahabat-sahabat yang telah memberikan bantuan,
perhatian dan semangat.
Penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, juni 2009
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
Kegunaan ............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
Suplemen ............................................................................................. 3
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi suplemen ....................... 6
Anak Prasekolah .................................................................................. 11
Angka Kecukupan Gizi (Vitamin dan Mineral) ...................................... 13
Keadaan Kesehatan Anak .................................................................... 14
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 16
METODE ....................................................................................................... 18
Desain, Tempat, dan Waktu ................................................................. 18
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh .................................................... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 21
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 22
Batasan Istilah ...................................................................................... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 26
Karakteristik Taman Kanak-kanak ........................................................ 26
Karakteristik Anak ................................................................................. 28
Karakteristik Keluarga .......................................................................... 30
Perilaku Konsumsi Suplemen ............................................................... 36
Hubungan Karakteristik Ibu, Karakteristik Anak,
dan Karakteristik Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Suplemen Gizi
Anak Prasekolah .................................................................................. 43
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Daftar angka kecukupan vitamin dan mineral pada
anak usia 4-6 tahun ................................................................................. 14
2. Profil anemia gizi besi, besaran masalah sampai dengan tahun 1995 ..... 15
3. Data dan cara pengumpulannya ............................................................... 21
4. Peubah dan kategori peubah karakteristik ................................................ 22
5. Jumlah pendidik, anak didik dan kelas; jam belajar perhari;
serta hari belajar perminggu di tk tempat penelitian ................................ 26
6. Sarana tk tempat penelitian ....................................................................... 27
7. Karakteristik anak ...................................................................................... 29
8. Sebaran contoh berdasarkan jenis penyakit ............................................. 30
9. Sebaran contoh berdasarkan umur ibu (tahun) ......................................... 31
10. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu .......................................... 31
11. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu ........................................... 32
12. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ......................................... 33
13. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah ....................................... 33
14. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah ....................................... 34
15. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita .............................. 34
16. Sebaran contoh berdasarkan daya listrik rumah (watt) ........................... 35
17. Sebaran contoh berdasarkan merek dan bentuk suplemen
yang dikonsumsi ...................................................................................... 36
18. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jumlah
konsumsi suplemen ................................................................................. 39
19. Frekuensi lima jenis (merek) suplemen yang paling
banyak dikonsumsi ................................................................................... 40
20. Sebaran responden berdasarkan alasan memberi suplemen . ................ 41
21. Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan contoh dan
alasan memberi suplemen ....................................................................... 42
22. Sebaran responden berdasarkan sumber informasi
mengenai suplemen yang dikonsumsi .................................................... 43
23. Sebaran contoh berdasarkan atribut utama suplemen ........................... 43
24. Hasil analisis hubungan korelasi Spearman antara konsumsi
suplemen dengan karakteristik anak, karakteristik ibu dan
karakteristik keluarga................................................................................. 44
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perilaku konsumsi suplemen pada anak prasekolah dan
faktor-faktor yang behubungan .................................................................. 17
2. Kerangka penarikan contoh ...................................................................... 20
3. Sebaran contoh berdasarkan jumlah suplemen yang dikonsumsi ............ 38
12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jenis suplemen berdasarkan frekuensi
dan jumlah konsumsi suplemen ................................................ 53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi turut mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan gaya hidup
yang tidak sehat seringkali dituduh sebagai salah satu penyebab dari terjadinya
masalah gizi seseorang. Sehat menjadi sebuah kebutuhan. Kesehatan adalah
harta yang tak ternilai, demikian kata pepatah bijak. Hal inilah yang membuat
kehadiran obat saja sering dirasakan tidak lagi cukup sehingga berbagai
vitaminpun dikonsumsi. Ketika vitamin dirasakan masih kurang, maka meningkat
lagi ke penggunaan multivitamin. Demikianlah hukum kebutuhan, meningkat dari
satu kebutuhan ke kebutuhan lain (Anonim 2004).
Selain konsumsi multivitamin, masyarakatpun kemudian mengenal food
supplement.. Pengenalannya biasanya bukan dari institusi kesehatan seperti
dokter atau rumah sakit melainkan dari sistem penjualan multilevel marketing.
Kemudian berkembang produk food supplement dengan dosis tinggi (konsentrat)
atau yang mengandung herbal tertentu untuk membantu pengobatan. Produk-
produk tersebut sekarang sudah mudah didapatkan di apotek atau toko obat
dengan berbagai istilah lain yaitu dietary supplement, healthy food, atau
functional food.
Keadaan kesehatan dan gizi baik dewasa maupun anak-anak sangat
dipengaruhi oleh konsumsi pangan, maka upaya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia sangat erat kaitannya dengan faktor konsumsi dan
kesehatan. Ada banyak tantangan dan hambatan dalam upaya peningkatan
status kesehatan dan gizi masyarakat khususnya anak-anak, di antaranya
perubahan kebiasaan makan yang erat kaitannya dengan globalisasi di berbagai
bidang, khususnya gaya hidup, industri dan teknologi pangan. Selain itu ada
faktor lain yang mempengaruhi perubahan kebiasaan makan anak, salah
satunya adalah peran ibu. Faktor kepercayaan dan pengetahuan ibu
berpengaruh terhadap macam bahan pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-
hari terutama pemberian makan anak (Khomsan 2003). Begitu pula dengan
pemilihan jenis makanan-makanan tambahan, seperti multivitamin atau
suplemen.
Masa anak-anak adalah masa yang rawan terhadap masalah gizi, baik itu
masalah gizi buruk ataupun masalah gizi lebih. Anak-anak prasekolah sering
dianggap sedang memasuki johny won’t eat. Hal ini membuat orangtua menjadi
was-was sehingga setiap kali anaknya tidak mau makan mereka ribut dan segera
14
TINJAUAN PUSTAKA
Suplemen
Secara sederhana suplemen adalah suatu produk yang ditujukan untuk
tambahan atau pelengkap makanan. Suplemen digunakan untuk melengkapi
kekurangan zat gizi atau komponen lain yang diperlukan tubuh, seperti vitamin,
mineral, asam amino (komponen protein), asam lemak (komponen lemak), dan
komponen lainnya yang bermanfaat bagi tubuh. Suplemen tidak disajikan
sebagai menu makanan sehari. Bentuk suplemen bisa saja seperti obat, tetapi
suplemen bukanlah obat (Hardinsyah 2002).
Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi
kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,
mineral, asam amino, atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan
tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah
terkonsentrasi (BPOM 2004).
Menurut Gunawan (1999) suplemen adalah suatu zat tambahan, bukan
zat pengganti atau obat, sebab tidak ada suplemen yang dapat menggantikan
khasiat dan keaslian zat-zat gizi yang berasal dari makanan alami. Suplemen
dapat digolongkan menjadi dua yaitu suplemen natural dan suplemen sintetis.
Suplemen natural adalah hasil ekstraksi dari makanan yang mengandung unsur-
unsur alami berasal dari jaringan tubuh hewan dan atau tumbuh-tumbuhan. Data
terakhir menunjukkan bahwa tulang rawan ikan hiu dapat dijadikan sebagai
suplemen. Begitu pula dengan minyak ikan atau bee-pollen yang dihasilkan oleh
lebah. Wijayakusuma (2002) menambahkan kini suplemen juga sudah mulai
dibuat dengan melakukan proses pengekstrakan bahan-bahan alami, sayuran,
buah-buahan dan bahan lainnya yang kaya vitamin serta mineral.
Suplemen sintetis pada umumnya merupakan rekayasa kimiawi di dalam
laboratorium meskipun keduanya dianggap sama efektifnya. Makanan suplemen
buatan berupa senyawa kimiawi yang dibuat sama dengan struktur kimia bahan
alami. Melihat dari kandungan bahannya, produk ini tak beda dengan produk
farmasi lain seperti multivitamin dan tonikum. Secara garis besar isinya terdiri
dari bahan penyedia tenaga, vitamin, stimultant serta flavouring (Effendi 1993).
Perkembangan suplemen makanan sangat pesat sekali di dunia. Pada
awalnya suplemen dibuat dari satu atau lebih zat gizi essensial seperti vitamin,
mineral dan asam amino dengan tujuan untuk meningkatkan angka kecukupan
gizi (AKG). Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, suplemen
16
disimpan dalam jaringan lemak tubuh dan hati. Akumulasi lebihan vitamin ini
dapat menjadi racun bagi tubuh.
keputusan serta menerima segala sesuatu sebagai hal yang baru. Oleh karena
itu usia ibu diduga berhubungan erat dengan keputusan pembelian suplemen
untuk anak. Usia juga dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap
beberapa barang dan jasa
Pendidikan. Pendidikan formal sangat penting karena dapat
membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian
semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak
menyerap pengetahuan gizi, dan hal ini akan berdampak positif terhadap ragam
pangan yang akan dikonsumsi (Soewondo & Sadli 1990).
Keterbatasan pengetahuan karena rendahnya tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap tingkah laku konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Konsumen yang memiliki pengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan
yang lebih baik dari pada konsumen yang berpendidikan rendah (Hardinsyah &
Suhardjo 1987). Syarief dan Husaini (2000) menambahkan pendidikan ibu rumah
tangga berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku
memberi makan anak, sanitasi dan higiena, serta dalam mengelola sumber-
sumber (potensi) keluarga.
Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua khususnya ibu
merupakan salah satu unsur penting dalam penentuan gizi anak-anak. Dalam
suatu keluarga biasanya seorang ibu yang berperan dalam pemilihan jenis
pangan dan penentuan menu keluarga terutama bagi anak-anak. Peranan ini
dalam pembentukan kebiasaan makan anak sangat menentukan, karena ibu
terlibat langsung dalam kegiatan rumah tangga khususnya dalam
penyelenggaraan makan keluarga (Madanijah 1994). Soehardjo (1989a)
menambahkan faktor kepercayaan dan pengetahuan ibu berpengaruh terhadap
macam bahan pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari terutama pemberian
makan pada anak. Anak-anak biasanya meniru apa yang dilakukan oleh
orangtuanya misalnya frekuensi makan yang sering, kelebihan snack makan di
luar waktu makan. Begitu pula dengan pemilihan jenis makanan-makanan
tambahan seperti multivitamin, suplemen dan lain-lainnya.
Status Kerja. Menurut Achir (1985) bekerja adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara teratur dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan
tujuan yang jelas untuk mendapatkan uang, benda dan jasa. Engel et al. (1994)
menambahkan pekerjaan yang dilakukan konsumen sangat mempengaruhi gaya
20
(1989b) bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi
oleh status ekonomi.
Namun demikian Soehardjo (1989b) menambahkan bahwa pengeluaran
uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya
konsumsi pangan. Berg (1986) juga mengatakan bahwa peningkatan
pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan karena
walaupun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu kualitas makanan
yang dikonsumsi lebih baik. Perlu juga diketahui bahwa peningkatan
pendapatan walaupun meningkatkan pengeluaran belum tentu pengeluaran itu
digunakan untuk pangan.
Jumlah Anggota Keluarga. Menurut Soehardjo (1989a), jumlah
anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jenis
dan jumlah makanan yang tersedia di dalam keluarga. Selain itu jumlah anggota
keluarga merupakan penentu dalam memenuhi kebutuhan makanan. Apabila
anggota keluarga bertambah maka semakin tinggi pula kebutuhan akan pangan.
Antara jumlah anggota keluarga dan kurang gizi juga mempunyai hubungan yang
sangat nyata pada hubungan masing-masing keluarga. Terutama pada keluarga
yang berpenghasilan rendah, pemenuhan makanan akan lebih mudah jika yang
harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu
keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah
dari keluarga tersebut.
Sediaoetama (1993) menambahkan, dengan semakin bertambahnya
anggota keluarga, maka pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari relatif
semakin sulit. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang
diperoleh semakin tidak mencukupi untuk masing-masing anggota keluarga,
termasuk anak-anak.
Karakteristik Produk
Produk didefinisikan sebagai suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapat perhatian untuk dibeli, digunakan dan dikonsumsi, yang hasilnya
dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan (Umar 2000). Menurut Peter
dan Olson (1996) produk dengan ciri-ciri yang khas merupakan perangsang
utama yang dapat mempengaruhi afeksi, kognisi dan perilaku konsumen.
Kemudian ciri-ciri produk tersebut dievaluasi konsumen dalam hal kesesuaian
dengan tata nilai, kepercayaan dan pengalaman di masa lampau. Selain ciri-ciri
22
khas dari suatu produk, hal lain yang juga diperhatikan dan dievaluasi konsumen
adalah harga, kemasan, nama merek dan identifikasi merek.
Label dan Klaim. Peter dan Olson (1996) menjelaskan bahwa label
pangan adalah berupa informasi mengenai intruksi penggunaan, kandungan
daftar bahan pembentuk atau bahan baku, peringatan penggunaan, pemeliharan
produk dan lain-lain. Sedangkan dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap
keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi
keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan (Menpangan &
Hortikultura 1996).
Manfaat. Pengembangan suatu produk mengharuskan suatu
perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk
itu. Manfaat-manfaat itu dikomunikasikan melalui atribut produk tersebut yang
meliputi mutu, ciri dan desain produk (Umar 2000).
Mengenai manfaat suplemen makanan, Subarnas (2001) menyatakan
bahwa suplemen makanan akan sangat bermanfaat jika digunakan secara tepat
sesuai dengan kebutuhan. Namun demikian suplemen makanan bukanlah obat,
tetapi berkhasiat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan bukanlah
untuk menyembuhkan penyakit.
Informasi Pangan. Informasi pangan dapat diperoleh melalui iklan,
promosi, pengalaman masa lalu, maupun pengaruh orang-orang terkemuka atau
terpandang dalam masyarakat. Pengaruh yang diterima konsumen pangan
biasanya berupa rasa tertarik, senang, ingin, rasa lapar, haus dan hal-hal lain
yang menarik dari informasi pangan yang diterimanya. Pengaruh yang diterima
oleh konsumen berakumulasi dengan sikap konsumen yang merangsang
konsumen untuk memberikan penilaian tentang pangan yang akan dibeli.
Setelah menerima pengaruh dan menilai, konsumen akan mengambil keputusan
untuk membeli atau tidak pangan tersebut (Hardinsyah & Soehardjo 1987).
Akses ibu terhadap informasi dapat menjadi indikator kemampuan ibu
untuk merawat anaknya lebih baik. Perolehan informasi bisa didapat dari
membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton TV dan selanjutnya
memahami informasi tersebut (Engel et al. 1997).
Pengaruh media massa, terutama dari iklan-iklan perdagangan dan
promosi penjualan sangat berpengaruh pada pemilihan susunan makanan.
23
Anak Prasekolah
Menurut Widjaja (2002), periode sesudah masa bayi hingga berusia 5
tahun disebut periode masa prasekolah. Istilah prasekolah memang tak
sepopuler balita (bawah lima tahun). Padahal keduanya membicarakan anak
dalam kurun waktu usia yang kurang lebih sama. Yang dimaksud dengan anak
prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun (Monks et al. 1994). Usia ini
merupakan periode yang cukup berat karena kondisi kesehatan anak masih
belum stabil. Kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan
perkembangan fisiknya harus diperhatikan.
Seorang anak yang sehat dan cerdas tentu menjadi dambaan setiap
orang tua. Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas memang tidaklah
mudah. Masa-masa yang sangat menentukan bagi kesehatan dan kecerdasan
manusia adalah pada usia 0 (nol) sampai dengan 5 (lima). Pada masa-masa ini
penting bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya
perawatan jasmani anak dalam bentuk pemberian gizi seimbang (Wahyuni
2001).
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), masa seorang anak yang
berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa yang
tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai susah makan atau hanya suka
pada makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan hampa gizi. Perhatian
terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan.
Papalia dan Olds (1978) membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap,
yaitu :
1) Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2) Masa Bayi atau Tatih, masa bayi 0-18 bulan sedang masa tatih 18-36
bulan.
3) Masa Kanak-kanak Pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal
juga dengan masa prasekolah.
4) Masa Kanak-kanak Kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai
masa sekolah.
5) Masa Remaja, yaitu masa rentang usia 12-18 tahun.
24
Tabel 2 Profil anemia gizi besi, besaran masalah sampai dengan tahun 1995
Kelompok umur Prevalensi (%) Jumlah
Balita 40.5 8.1 juta
Anak usia sekolah 47.2 17 juta
Sumber : SKRT (1995) dalam Depkes (2003)
Menurut Untoro (2005) anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak
pada peningkatan kesakitan dan kematian, perkembangan otak, fisik, motorik,
mental dan kecerdasan juga terhambat, daya tangkap belajar menurun dan
interaksi sosial berkurang.
28
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik Ibu :
• Usia
• Pendidikan
• Status Kerja
Perilaku Konsumsi
Suplemen
• Jenis/Merek
• Bentuk
• Jumlah
• Frekuensi
• Alasan Pembelian
• Tempat Pembelian
Karakteristik Produk
• Jenis/Merek
• Harga
• Komposisi Karakteristik Lingkungan
• Nomor Registrasi • Sumber Informasi
• Label dan Klaim
METODE
118 TK dari 6
kecamatan terdaftar di
Dinas Pendidikan Kriteria:
Kota Bogor 1. Jumlah kelas B ≥ 2
kelas
2. Total murid
kelas B ≥ 30 anak
32 TK memenuhi kriteria 3. Berlokasi di antara 6
kecamatan yang ada
di Kota Bogor
13 TK bersedia
Penimbangan BB
811 anak di 13 TK
Indeks BB/U: z-skor
401 Kuesioner
dibagikan ke 6 TK
229 Kuesioner
dikembalikan dari 6 TK
195 Anak
2. Sedang (4-6)
3. Besar (> 6)
2. Usia ibu (tahun) 1. < 30
2. 30-35
3. > 35
3. Pendidikan formal 1. SMP
ibu dan ayah 2. SMU/sederajat
3. Akademi/sarjana
4. Pasca sarjana
4. Status kerja ibu 1. Bekerja
2. Tidak bekerja/ibu rumah tangga
Batasan Istilah
Suplemen adalah jenis produk yang digunakan untuk melengkapi makanan,
yang mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut : a) vitamin, b)
mineral, c) bahan untuk memenuhi kebutuhan gizi atau d) konsentrat,
metabolit/konstituen, ekstrak atau kombinasi dari butir a, b, c, dan d.
Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh
dan ditamatkan oleh responden.
Status Kerja adalah status kegiatan utama responden untuk memperoleh dan
atau membantu memperoleh penghasilan (bekerja/ibu rumah tangga)..
Pendapatan Keluarga adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga
yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, yang
diperoleh dari usaha selama kurun waktu satu bulan dan dinyatakan
dalam Rp/bulan.
Besar Keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu,
anak, dan anggota keluarga lain yang penghidupannya berdasarkan
pengelolaan sumberdaya yang sama.
37
Status Kesehatan adalah keadaan fisiologis tubuh anak pada satu bulan
terakhir.
Merek Produk adalah klasifikasi suplemen berdasarkan merek suplemen yang
dikonsumsi.
Bentuk Produk adalah klasifikasi suplemen berdasarkan wujud suplemen
berupa kapsul/tablet, cair/sirup, serbuk atau kombinasi.
Jumlah Konsumsi adalah banyaknya suplemen yang dikonsumsi oleh contoh
selama satu minggu berdasarkan ukuran saji.
Frekuensi Konsumsi adalah jumlah berapa kali contoh mengkonsumsi
suplemen selama satu minggu.
Sumber Informasi adalah segala sesuatu yang dijadikan sumber informasi
mengenai produk suplemen.
Harga adalah besarnya nilai rupiah yang ditukarkan untuk memperoleh
suplemen untuk anak.
Alasan Pemberian adalah pertimbangan utama ibu dalam memilih dan
memberikan suplemen pada anaknya.
38
Tabel 5 Jumlah pendidik, anak didik, dan kelas; jam belajar per hari; serta hari
belajar per minggu di TK tempat penelitian
Jumlah Jumlah Jam Hari
Jumlah
No. Nama TK anak didik kelas belajar belajar
pendidik
A B A B /hari /minggu
1. Mardi Yuana 5 46 65 2 2 2.30 6
2. Pertiwi 3 9 44 73 2 4 3.00 6
3. Negeri Mexindo 11 75 100 3 4 2.45 6
4. Kesatuan 20 112 106 5 4 3.00 5
5. Insan Kamil 18 70 120 3 5 3.00 6
6. Bina Insani 12 54 72 4 4 3.00 5
luar ruangan, (c) kamar mandi atau WC, dan (d) tempat mencuci tangan. Ruang
penunjang yang disarankan ada di TK adalah (a) dapur, (b) ruang
administrasi, (c) area baca atau perpustakaan, (d) ruang kesehatan, dan (e)
ruang tunggu (Moleong 2004).
Menurut Santoso dan Ranti (1999), usaha pemeliharaan kesehatan di
sekolah dilakukan untuk mengawasi kesehatan anak didik, memberitahukan
orang tua jika pada anak terjadi kelainan, mencegah penyakit menular, dan
mengaktifkan anak didik dalam meningkatkan kesehatan . TK Negeri Mexindo
dan Kesatuan memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS merupakan kartu yang
berisi hasil penimbangan berat badan seorang anak, sehingga dapat diketahui
status gizi dan keadaan tumbuh kembangnya (Santoso & Ranti 1999). Hanya
TK Kesatuan yang mempunyai Unit Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dan
petugas khusus kesehatan (dokter sekolah). Petugas kesehatan di 5 TK lainnya
adalah guru. Kegiatan gizi kesehatan di sekolah dapat melibatkan guru dan
orang tua.
Secara umum kegiatan gizi kesehatan yang dilakukan di TK tempat
penelitian terdiri atas makan bersama, minum susu bersama, pengukuran BB
dan TB, pemerikasaan kesehatan (mata, telinga, gigi, dan sebagainya),
imunisasi atau PIN, penyemprotan untuk pencegahan DBD, dan olahraga.
Karakteristik Anak
Jumlah anak yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah 195 anak
dengan 110 anak laki-laki dan 85 anak perempuan. Sebanyak 161 anak yang
terdiri dari 92 anak laki-laki dan 69 anak perempuan mengkonsumsi suplemen
dan sisanya 34 anak yaitu 18 anak laki-laki dan 16 anak perempuan tidak
mengkonsumsi suplemen. Usia anak yang menjadi contoh berkisar antara
56–77 bulan atau 4–6 tahun. Berdasarkan kategori usia Widya Karya Pangan
dan Gizi VI (1998), rentang usia antara 4-6 tahun dikategorikan pada anak usia
prasekolah.
Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang menentukan sedikit atau
banyaknya makanan yang dikonsumsi. Menurut Trexler dan Sargent (1993),
secara umum laki-laki lebih banyak mengkonsumsi makanan dibandingkan
perempuan, karena adanya perbedaan jenis kegiatan, serta besar dan susunan
tubuhnya, sehingga kebutuhan konsumsinya pun berbeda.
41
berstatus gizi baik dan sejumlah 7 anak lainnya berstatus gizi kurang. Status gizi
baik tercapai jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas (Santoso & Ranti 1999).
Kondisi kesehatan merupakan kondisi kesehatan anak dalam kurun
waktu satu bulan treakhir. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak yaitu
sebesar 63.1 % pernah mengalami sakit pada kurun waktu satu bulan terakhir,
sedangkan sisanya sebesar 36.9 % dalam kurun waktu satu bulan terakhir tidak
mengalami sakit.
Persentase terbesar kelompok anak yang mengkonsumsi suplemen
(65.8%) pernah mengalami sakit pada kurun waktu satu bulan terakhir. Anak
yang tidak mengkonsumsi suplemen memiliki persentase yang sama (50%)
antara sakit dan tidak pernah sakit pada kurun waktu satu bulan terakhir.Jenis
penyakit yang pada umumnya diderita oleh contoh adalah sakit ringan seperti
batuk, pilek, demam, radang tenggorokan dan diare. Kondisi tersebut menurut
sebagian besar responden dapat menurunkan nafsu makan pada anak dan
menurunkan stamina. Dengan alasan tersebut orangtua memberikan anaknya
suplemen untuk meningkatkan kembali nafsu makan dan menjaga daya tahan
tubuh. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Khomsan (2000) bahwa
suplemen makanan seharusnya dikonsumsi pada kondisi tertentu. Suplemen
sebaiknya hanya dikonsumsi pada saat kondisi seseorang tidak ideal, seperti
saat terlalu sibuk sehingga kurang makan, baru sembuh dari sakit atau anak-
anak yang sulit makan.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis penyakit
Mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi
Total
suplemen suplemen
Jenis penyakit
N % n % %
n
Tidak sakit/sehat 56 34.8 17 50.0 73 37.4
Batuk-pilek 79 49.0 14 41.2 93 47.7
Panas/demam 15 9.3 2 5.9 17 8.7
Radang/infeksi 8 5.0 1 2.9 9 4.6
Diare 3 1.9 0 0.0 3 1.5
Total 161 100.0 34 100.0 195 100.0
Karakteristik Keluarga
Umur Ibu
Secara umum kisaran umur ibu berada pada 23 sampai 49 tahun. Seperti
ditunjukkan pada Tabel 9, separuh ibu (50.9%) pada kelompok anak yang
43
Pendidikan Ibu
Lebih dari separuh ibu (55.9%) pada kelompok anak yang tidak
mengkonsumsi suplemen berpendidikan SMU/sederajat sedangkan hampir
separuh ibu (47.8%) pada kelompok anak yang mengkonsumsi suplemen
berpendidikan akademi atau sarjana. Sebagian kecil ibu pada kedua kelompok
anak berpendidikan SD dan pasca sarjana (Tabel 10).
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu
Mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi
Total
Pendidikan suplemen suplemen
n % n % n %
SD 2 1.2 0 0.0 2 1.0
SMP 9 5.6 1 2.9 10 5.1
SMU/sederajat 72 44.7 19 55.9 91 46.7
Akademi/sarjana 77 47.8 13 38.3 90 46.2
Pasca sarjana 1 0.6 1 2.9 2 1.0
Total 161 100.0 34 100.0 195 100.0
Pekerjaan Ibu
Lebih dari setengah ibu pada kelompok anak yang mengkonsumsi
suplemen (68.3%) dan tidak mengkonsumsi suplemen (64.7%) adalah ibu rumah
tangga. Selanjutnya 14.2 persen ibu pada kelompok anak mengkonsumsi
suplemen dan 20.6 persen ibu pada kelompok anak tidak mengkonsumsi
suplemen adalah pegawai swasta atau BUMN. Proporsi terendah dari profesi
ibu pada kedua kelompok anak adalah advokat dan dokter atau perawat (Tabel
11).
Ibu yang tidak bekerja di luar rumah (ibu rumah tangga) akan memiliki
alokasi waktu yang lebih banyak untuk keperluan keluarga. Kebiasaan makan
anak dapat lebih diperhatikan oleh ibu, sehingga anak diharapkan akan
mempunyai perilaku makan yang baik. Terlebih lagi jika ibu memiliki
pengetahuan gizi yang baik, maka anak akan tumbuh optimal dan sehat (Susanti
1999).
Jumlah Anggota Keluarga
Persentase terbesar kelompok anak yang mengkonsumsi suplemen
(66.5%) dan tidak mengkonsumsi suplemen (73.5%) memiliki keluarga kecil.
Sebagian kecil kedua kelompok anak mempunyai keluarga besar (Tabel 12).
Jumlah anggota keluarga adalah faktor penentu dalam memenuhi kebutuhan
makanan untuk keluarga, termasuk kebutuhan suplemen untuk anak.
45
Pendidikan Ayah
Lebih dari separuh ayah pada kelompok anak yang mengkonsumsi
suplemen (53.5%) berpendidikan akademi atau sarjana dan pada anak yang
tidak mengkonsumsi suplemen (52.9%) berpendidikan SMU/sederajat. Sebagian
kecil ayah pada kedua kelompok anak berpendidikan SMP dan pasca sarjana
(Tabel 13).
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah
Mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi
Total
Pendidikan Suplemen suplemen
n % n % n %
SD 1 0.6 0 0.0 1 0.5
SMP 4 2.5 1 2.9 5 2.6
SMU/sederajat 55 34.2 18 52.9 73 37.4
Akademi/sarjana 86 53.5 15 44.2 101 51.8
Pasca sarjana 15 9.4 0 0.0 15 7.7
Total 161 100.0 34 100.0 195 100.0
Jika tingkat pendidikan ibu dan ayah pada kedua kelompok konsumsi
suplemen dilihat secara bersama-sama (Tabel 10 dan 13), maka kombinasi
terbanyak adalah ibu dan ayah yang berpendidikan akademi atau sarjana.
Secara umum, pendidikan orang tua pada kedua kelompok anak tinggi. Tingkat
pendidikan yang tinggi akan memudahkan penyerapan informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku serta gaya hidup sehari-hari,
khususnya dalam hal gizi dan kesehatan (Atmarita & Fallah 2004). Soehardjo
(1989a) menambahkan faktor kepercayaan dan pengetahuan ibu berpengaruh
terhadap macam bahan pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari terutama
pemberian makan pada anak. Anak-anak biasanya meniru apa yang dilakukan
oleh orangtuanya misalnya frekuensi makan yang sering, kelebihan snack makan
46
Pekerjaan Ayah
Lebih dari separuh ayah pada kelompok anak yang mengkonsumsi
suplemen (56.5%) dan tidak mengkonsumsi suplemen (58.8%) adalah pegawai
swasta atau BUMN. Hampir seperempat ayah (23.6%) pada kelompok anak
yang mengkonsumsi suplemen adalah wirausahawan. (Tabel 14).
Bila dilihat berdasarkan Batas Garis Kemiskinan Kota Bogor tahun 1999
yaitu sekitar Rp 96 000 per kapita per bulan (BPS 2000) keluarga contoh
47
mempunyai pendapatan per kapita per bulan di atas Batas Garis Kemiskinan
Kota Bogor.
Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumberdaya manusia,
sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang
relatif tinggi pula (Guhardja et al. 1992). Pendapatan keluarga tergantung dari
jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga akan
relatif lebih besar jika ibu bekerja di luar rumah (Susanti 1999).
Pendapatan keluarga merupakan faktor tidak langsung yang
mempengaruhi konsumsi pangan, namun faktor penentu utama baik atau
buruknya keadaan gizi seseorang atau kelompok (Riyadi 2001). Terdapat
hubungan positif antara pendapatan dan status gizi (Subardja 2004).
Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan kemampuan membeli beragam
bahan pangan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas (Suhardjo 1989a).
E dan berbagai mineral seperti kalsium, zat besi dan seng untuk membantu
pertumbuhannya.
Hasil penelitian di Amerika dari tahun 1999-2000 menunjukkan 52 persen
penduduk dewasa mengkonsumsi suplemen dalam satu bulan terakhir, 35
persen diantaranya dilaporkan mengkonsumsi multivitamin dan multimineral
suplemen. Data konsumsi suplemen multivitamin dan multimineral pada anak
dilaporkan memiliki prevalensi yang hampir sama dengan dewasa (Rock 2000).
Bentuk merupakan wujud dari berbagai jenis merek suplemen yang
beredar di pasaran. Effendi (1993) menyebutkan bentuk-betuk suplemen
bermacam-macam, ada yang berbentuk bubuk, kapsul, tablet, tablet hisap, tablet
kunyah, tablet efervesen, granula, pastiles dan produk cair berupa sirupa tau
larutan.Pada penelitian ini bentuk suplemen yang dikonsumsi oleh contoh terdiri
atas sirup (cair) dan tablet atau kapsul, sedangkan bentuk serbuk tidak ditemui
hal ini dikarenakan suplemen dalam bentuk tersebut yang diperuntukkan untuk
anak-anak sulit ditemui. Sebagian besar contoh mengkonsumsi suplemen dalam
bentuk sirup (81.4 %) hal ini diduga karena sirup lebih mudah dikonsumsi oleh
anak-anak dan rasanya yang bervariasi.
Jumlah konsumsi
Jumlah konsumsi adalah jumlah suplemen yang dikonsumsi oleh contoh
menurut ukuran kemasan saji (uks) dalam kurun waktu satu minggu. Persentase
terbesar contoh mengkonsumsi suplemen pada kategori banyak (81.4 %),
kemudian sedikit (14.3 %) dan sisanya sebanyak 4.3 persen pada kategori
sedang. Berbeda dengan hasil penelitian Habibi (2003) bahwa persentase
terbesar (40.8 %) contoh mengkonsumsi suplemen pada kategori sedikit,
kemudian 30.8 persen contoh berada pada kategori banyak dan sisanya
sebanyak 28.3 persen contoh pada kategori sedang. Sebaran contoh
berdasarkan kategori jumlah suplemen yang dikonsumsi dalam seminggu
disajikan pada gambar 3.
Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) dalam Pujiarto (2005)
satu dosis suplemen multivitamin per hari tidak membahayakan. Dengan catatan,
tiap dosis suplemen tersebut tidak melebihi angka kecukupan gizi
(RDA/Recommended Daily Allowance), meskipun kelebihan itu hanya untuk satu
jenis vitamin atau mineral. Dan jangan pilih suplemen yang memiliki kandungan
megadosis (dosis besar). Bahkan idealnya, suplemen multivitamin itu
(seharusnya) kandungannya lebih rendah dari AKG (angka kecukupan gizi).
50
Tabel 19 Frekuensi lima jenis (merek) suplemen yang paling banyak dikonsumsi
Kategori frekuensi
Jenis (merek) Total
Jarang Sering Selalu
suplemen
n % n % n % n %
Biolysin 1 0.6 1 0.6 8 5.0 10 6.2
Cerebrofort 1 0.6 0 0.0 9 5.6 10 6.2
Curcuma plus 0 0.0 2 1.2 10 6.2 12 7.5
Sakatonik ABC 0 0.0 0 0.0 10 6.2 10 6.2
Scott’s emultions 7 4.3 3 1.9 41 25.5 51 31.7
Konsumsi yang sering dan dalam jumlah yang banyak dapat disebabkan
oleh kekhawatiran orang tua mengenai pertumbuhan anaknya dan menginginkan
anaknya terjaga kesehatannya serta mempunyai nafsu makan yang baik.
Padahal menurut Anonim (2005) suplemen vitamin bukan untuk meningkatkan
nafsu makan anak, karena memang tidak ada vitamin yang membuat anak jadi
doyan makan. Banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi susah/tidak mau
makan. Mungkin anak bosan dengan menu hariannya, mau tumbuh gigi, sedang
ada masalah psikologis, atau sedang sakit. Anak yang mengalami gangguan
jantung atau terkena silent ISK (infeksi saluran kemih), juga dapat mengalami
gangguan selera makan atau sulit naik berat badan. Bila kondisi kesehatan anak
baik maka nafsu makannya pun akan baik.
Alasan memberi suplemen pada anak
Alasan ibu agar anaknya mengkonsumsi suplemen menjadi salah satu
faktor yang dipertimbangkan dalam pembelian suplemen. Alasan-alasan yang
diungkapkan responden berhubungan dengan pola konsumsi suplemen anak,
antara lain untuk meningkatkan kecerdasan, menambah nafsu makan, menjaga
kesehatan anak, untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan sebagai
pelengkap.
Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan alasan memberi suplemen
Jumlah
Alasan memberi suplemen pada anak
n %
Meningkatkan kecerdasan 19 11.8
Menjaga kesehatan 76 47.2
Menambah nafsu Makan 31 19.3
Pelengkap 10 6.2
Pertumbuhan dan perkembangan 25 15.5
Total 161 100.0
asupan gizinya (termasuk vitamin) berkurang. Pada kondisi seperti itu, tubuh
anak perlu dibantu dengan memberikan suplemen vitamin. Anak yang baru
sembuh dari sakit, dapat diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak
makin membaik, pemberian suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan ketika
anak sudah benar-benar sehat dan selera makannya kembali normal (Anonim
2005).
Alasan pemberian suplemen pada anak diduga mempunyai hubungan
dengan kondisi kesehatan anak dalam satu bulan terakhir. Untuk mengetahui
terdapat hubungan atau tidak antara alasan pemeberian suplemen pada anak
dengan kondisi kesehatan, dilakukan tabulasi silang dan analisis Chi square.
Table 21 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan contoh dan alasan
memberi suplemen
Alasan memberi suplemen pada anak
Kondisi
Kecerdasa Kesehata Nafsu Pelengka Pertumbuha Jumlah
kesehata
n n makan p n
n
n % n % n % n % n % n %
Sehat 10 52.6 2 34.2 7 22.6 4 40.0 9 36.0 56 34.8
6
Sakit 9 47.4 5 65.8 2 77.4 6 60.0 16 64.0 10 65.2
0 4 5
Jumlah 19 100. 7 100. 3 100. 1 100. 25 100.0 16 100.
0 6 0 1 0 0 0 1 0
bahwa akses ibu terhadap informasi dapat menjadi indikator kemampuan ibu
untuk merawat anaknya lebih baik. Perolehan informasi bisa didapat dari
membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton TV dan selanjutnya
memahami informasi tersebut.
Atribut utama
Berbagai atribut utama yang perlu diperhatikan oleh konsumen seperti
harga, manfaat, label dan cita rasa dari suatu produk suplemen anak akan
menentukan pengambilan keputusan pembelian . Responden membeli suplemen
dengan mempertimbangkan label dan manfaatnya. Peter dan Olson (1996)
menjelaskan bahwa label pangan adalah berupa informasi mengenai intruksi
penggunaan, kandungan daftar bahan pembentuk atau bahan baku, peringatan
penggunaan, pemeliharan produk dan lain-lain.
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan atribut utama suplemen
Jumlah
Atribut Utama Suplemen
n %
Harga 6 3.7
Label 71 44.1
Manfaat 70 43.5
Rasa 14 8.7
Total 161 100.0
ibu, anak dan keluarga. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa usia ibu
tidak berhubungan nyata dengan frekuensi dan jumlah konsumsi, artinya dengan
bertambahnya umur ibu belum tentu akan memberikan anaknya suplemen lebih
banyak.
Pendidikan terakhir ibu juga tidak mempunyai hubungan yang bermakna,
namun mempunyai pola arah hubungan positif. Ini berarti bahwa ibu dengan
pendidikan yang lebih tinggi belum tentu akan memberikan anaknya suplemen
lebih banyak. Begitu pula sebaliknya ibu dengan tingkat pendidikan lebih rendah
juga belum tentu memberikan anaknya suplemen lebih sedikit untuk dikonsumsi.
Status gizi contoh berhubungan positif dengan konsumsi suplemen
(frekuensi dan jumlah). Kebutuhan gizi usia prasekolah semakin besar sejalan
dengan perkembangan fisiknya. Untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal dibutuhkan sejumlah zat gizi yang harus didapat
dari makanan dalam jumlah yang cukup dan sesuai yang dianjurkan setiap
harinya (Harper et al. 1986). Manfaat suplemen amat beragam, terutama untuk
meningkatkan stamina, kecerdasan/konsentrasi dan pertumbuhan (Hardinsyah,
2002). Subarnas (2001) menyatakan bahwa suplemen makanan akan sangat
bermanfaat jika digunakan secara tepat sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 24 Hasil analisis hubungan korelasi Spearman antara konsumsi suplemen
dengan karakteristik anak, karakteristik ibu dan karakteristik keluarga.
Peubah Umur Pendidikan Status Besar Jumlah Frekuensi
Pendapatan
ibu ibu gizi keluarga konsumsi konsumsi
Jumlah .138 .027 . 257** .137 .011 1
konsumsi .081 .732 .001 .083 .889
Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang diperoleh semakin
tidak mencukupi untuk masing-masing anggota keluarga, termasuk anak-anak.
Pendapatan keluarga tidak menunjukkan hubungan nyata terhadap
frekuensi dan jumlah konsumsi hal ini senada dengan pendapat Berg (1986)
yang mengatakan bahwa peningkatan pendapatan tidak selalu membawa
perbaikan pada konsumsi pangan karena walaupun banyak pengeluaran untuk
pangan, belum tentu kualitas makanan yang dikonsumsi lebih baik. Perlu juga
diketahui bahwa peningkatan pendapatan walaupun meningkatkan pengeluaran
belum tentu pengeluaran itu digunakan untuk pangan.
58
Kesimpulan
1. Rata-rata berat badan contoh adalah 20.2 kg. Rata-rata tinggi badan contoh
110.8 cm. Sebagian besar anak (63.1 %) pernah mengalami sakit pada kurun
waktu satu bulan terakhir. Sebagian besar (79.0%) contoh mempunyai status
gizi baik. Jenis penyakit yang pada umumnya diderita oleh contoh adalah
sakit ringan seperti batuk, pilek, demam, radang tenggorokan dan diare.
Hampir separuh ibu contoh (47.7%) berumur 30-35 tahun. Hampir separuh
(46.2%) ibu contoh berpendidikan akademi/sarjana. Lebih dari separuh ibu
(67.7%) contoh adalah ibu rumah tangga. Lebih dari separuh (70%) termasuk
keluarga kecil. Hampir seluruh keluarga contoh (93.3%) mempunyai
pendapatan per kapita yang tinggi.
2. Terdapat 23 merek suplemen yang dikonsumsi contoh. Sebagian besar
contoh mengkonsumsi suplemen dalam bentuk sirup (78.3%). Merek
suplemen yang paling banyak dikonsumsi adalah Scott emulsion (31.7%).
3. Sebagian besar contoh mengkonsumsi suplemen dalam jumlah yang banyak
(81.4%) dan frekuensi yang sering (81.4%).
4. Sebanyak 39 persen responden memilih sumber informasi dari dokter. Atribut
utama suplemen yang dipertimbang adalah label (44.1%) dan manfaatnya
(43.5%). Hampir setengah responden membeli suplemen untuk menjaga
kesehatan (47.2%).
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi contoh dengan
frekuensi dan jumlah konsumsi suplemen (p<0.05).
Saran
1. Produsen dan instansi terkait seperti BPOM, Departemen Kesehatan dan
Lembaga Swadaya Masyarakat sebaiknya memasyarakatkan kiat-kiat sehat
mengkonsumsi suplemen, karena suplemen makanan hanya pelengkap
bukan pengganti makanan sehari-hari.
2. Penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut sebagai basis
pengembangan pemasaran produk suplemen anak yang populer di kalangan
konsumen kota besar.
59
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Y. 1985. Wanita dan Karya Suatu Analisis dari Segi Psikologi. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Di
dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19
Mei 2004. Jakarta: LIPI. hlm 149.
[BPS] Badan Pengawas Statistik. 2002. Batas Garis Kemiskinan Kota Bogor
1999. Badan Pusat Statistik.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen (F.X. Budianto,
penerjemah). Jakarta : Binapura Aksara.
Habibi YN. 2003. Perilaku konsumsi suplemen pada anak prasekolah [skripsi].
Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian.
Suhardjo, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Hawadi, R.A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat, dan
Kemampuan Anak. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kardjati, S., Alisyahbana & Kusin. 1985. Kekurangan Energi dan Protein.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Monks, F.J., A.M.P. Knoers, & S.R. Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: UGM Press,.
Papilia D.E. & S.W. Olds. 1987. Human Development 3th ed. USA : Mc-Hill
Publishing.
Pudjiadi, S. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Sanjur, D. 1982. Social and Cultur Prespective in Nutrition. USA : Prentice Hall.
Santoso S, Ranti AL. 1995. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhardjo. 1989a. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Bogor : Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Syarief, H. & Husaini. 2000. Dimensi Pangan dan Gizi dalam Tumbuh Kembang
Anak Balita. Makalah yang disajikan dalam Seminar Tumbuh Kembang
Anak Balita. Bogor, 16 September.
Trexler Ml, Sargent R. 1993. Assesment of Nutrition Risk Knowledge and It’s
Relationship to The Dietary Practices of Adolescent. Journal of Nutrition
education, 25 (3), 102-106.
Tim PAUD Propinsi Jawa Barat. 2004. Rambu-rambu belajar sambil bermain
pada Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD [makalah]. Disampaikan
dalam Pelatihan Pengelola PAUD; Bandung, 8 Juni 2004.
Widjaja, M.C. 2002. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan
Balita. Jakarta : Kawasan Pustaka.
63
[WNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Jakarta : Lembaga
Ilmu Penelitian (LIPI).
Zanden, J.W.V. 1990. Sociology The Core 2th ed. USA : McGraw-Hill Publishing.
LAMPIRAN
65
Biolysin 100 ml 11 000 – Vitamin A,B1, B2, B3, B5, Dernofarm DBL Menambah nafsu
11 500 B6, B12, C, D3, E, D- Pharmaceutical 7202322137AI makan pada masa
2 pantotenol, L-lysin HCL. Company pertumbuhan atau
Sidoarjo setelah sakit
Indonesia
Cerebrofort 100 ml 10 700 – Asam dokosaheksanoat, Kalbe Farma BMD Membantu masa
11 200 asam L-glutamat, thiamin Bekasi 862710004502 pertumbuhan dan
HCl, riboflavin, niasinamida, Indonesia pemulihan setelah sakit
piridoksin, sianokobalamin,
asam askorbat, C-pantom
3 askorbat, C-pantotenat,
vitamin A, D, Ca, P,
nipagin, sakarin, sodenat,
vitamin A, D, Ca, P,
nipagin, sakarin, sodium,
siklamat.
Curcuma Plus 60 ml 9 000 – Kurkuminoid, Vitamin B1, _ BTR Multivitamin dan
10 000 B2, B6, B12, betakaroten, 001601381 mineral, menambah
4
deksapantotenol nafsu makan
Curvit 60 ml dan 11 000 – Kurkuminoid, Vitamin B1, Soho Industri BTR Menambah nafsu
120 ml 11 500 dan B2, B6, B12, betakaroten, Pharmasi 001600491 makan dan stamina
5
15 700 – D-pantotenol, kalsium Jakarta
16 200 glukonoat Indonesia
54
Elkana 60 ml 11 500 – Vitamin A, B1, B2, B6, B12, Sanbe Farma D 7813423 Membantu masa
12 000 C, D, nikotinamid, Ca Bandung pertumbuhan dan
pantotenat, cholin, inositol, Indonesia perkembangan,
6
Ca glukonoat, lysin HCl membantu
pertumbuhan tulang dan
gigi
Fitkom 30 tablet 8 000 – Vitamin A, B1, B2, B6, B12, Soho Industri MD Multivitamin dan mineral
hisap @ 8 800 C, D3, E, nikotinamida, Pharmasi 862709033202
7 750 mg kalsium pantotenat, FD & C Jakarta
Red 3 (C1-45430), dan Indonesia
pengisi aroma
Igastrum 60 ml dan 15 000 – Colostrum bovini, Vitamin Pharos Jakarta BMD Meningkatkan daya
100 ml 15 500 dan A, B1, B2, B6, B12,D, Indonesia 862709029060 tahan tubuh
8
35 000 – nikotinamida, D-
35 500 Pantotenol
Lysmin 60 ml dan 13 000 dan Vitamin A, B1, B6, B12, D, Armixindo SD 611600671 Membantu mencegah
125 ml 20 000 fosfat, niasinamida, L-lysin farma Cianjur dan mengatasi
HCl Indonesia kekurangan vitamin
9
dalam masa
pertumbuhan dan
setelah sakit
Sakatonik Abc 30 tablet 10 800 – Vitamin A, B1, B2, B6, B12, Saka Farma BMG Menjaga kesehatan,
hisap @ 11 500 C, D3, E, nikotinamida, Laboratories 262711007102 multivitamin dan mineral
10 750 mg kalsium pantotenat dan Semarang lengkap, memulihkan
essens Indonesia kondisi tubuh setelah
sakit
Scott 200 ml 22 000 dan Vitamin A dan D, Ca- Glaxo Smith MD Membantu daya tahan
Emulsion dan 400 32 000 hipofosfit, minyak ikan kod Kline Indonesia 862710003026 tubuh, mencegah
11
ml dan jus jeruk kekurangan vitamin A
dan D, membantu
55
pertumbuhan tulang,gigi
Stimuno 100 ml 24 000 Phyllantus niruri extract Dexa Medica FF 041600421 Merangsang tubuh
Indonesia memproduksi lebih
12 banyak antibody dan
mengaktifkan system
kekebalan tubuh
Vidoran Smart 30 tablet 7 500 – Vitamin A, B1, B2, B6, B12, Tempo Scan MD Multivitamin dan
@ 860 8 500 C, D3, E, nikotinamida, Pasifik Jakarta 862706031156 mineral, menjaga
13 mg kalsium pantotenat, taurin, Indonesia kesehata dan sebagai
sakarin dan siklamat nutrisi jaringan otak
Supradyn Jr 30 tablet 15 800 – Vitamin A, B1, B3, B5, B6, Roche Bogor MD Multivitamin dan mineral
@ 743 16 200 B12,C, D, E, biotin, asam Indonesia 862710001378 untuk pertumbuhan dan
mg folat, Fe, potassium, Ca, perkembangan atau
14
Mg, Mn, P, Zn, pengisi sesudah sakit/operasi
aroma, pewarna ferrice
okside C1 77491
56