Anda di halaman 1dari 2

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada

dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokan menjadi tiga golongan
yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan golongan
praksekolah (> 3-5 tahun) (Adriani, 2012). Pada masa balita perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, dan inteligensia berjalan sangat
cepat. Faktor gizi sangat berperan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada
kualitas SDM terutama yang terkait dengan kecerdasan, produktivitas dan kreativitas
(Adriani, 2012).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005, suatu masyarakat
disebut tidak mempunyai masalah kesehatan bila hanya ada 2,0% balita mempunyai
status gizi kurang dan 0,5% balita mempunyai status gizi buruk (Depkes RI 2011).
Berdasarkkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pembangunan sumber daya
manusia Indonesia belum menunjukan hasil yang mengembirakan.
Puskesmas lambale juga adalah salah satu Puskesmas yang selalu berusaha
meningkatkan status gizi, khususnya pada balita. Laporan bulanan status gizi balita
pada di wilayah kerja Puskesmas Lambale Desa Kasulatombi dapat dilihat Yang
mengalami gizi baik berjumlah 576 (83%), gizi kurang 104 (15%), gizi buruk 10 (1,%). Di
desa Kasulatombi anak toddler berjumlah 157 anak. Yang mengalami gizi baik berjumlah
137 (86%), gizi kurang 21 (13%), gizi buruk 1 (1%). Banyaknya kejadian balita yang
menderita gizi kurang akhir-akhir ini adalah salah satu cerminan lemahnya
infrastruktur kesehatan, pangan dan gizi; serta terjadinya kesenjangan, ketidakadilan,
kemiskinan, kebijakan ekonomi dan politik sehingga dengan banyaknya kasus gizi.
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan anak, dapat menyebabkan stunting (postur
tubuh kecil pendek). Jika gizi buruk terjadi pada masa balita perkembangan otak pada
usia 1-3 tahun, maka kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali. Beberapa
penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan
anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan
perkembangan yang lain. Dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ,
penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan
perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan menurunnya prestasi akademik.
Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan.
Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang
sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar
kekurangan gizi pada anak tidak bertambah melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan revitalisasi Posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya, kader
kesehatan sebelumnya akan diberikan pelatihan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan peningkatan status gizi balita. Pelatihan ini biasanya diadakan dua
kali dalam setahun (Depkes, 2002). Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih oleh dan
dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat. Upaya peningkatan gizi
balita oleh kader Posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui sistem lima meja dalam
Posyandu, yaitu: Pendaftaran (meja satu) , Penimbangan (meja dua), Pencatatan (meja
tiga), Penyuluhan (meja empat) , Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB,
Imunisasi dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja
lima). Sebagai contoh setelah kader mempelajari modul mengenai status gizi akan
dilanjutkan dengan keterampilan melakukan kegiatan penimbangan balita dengan
benar, pengisian KMS dengan benar dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai