Anda di halaman 1dari 5

Nama :lilis karmila

Npm :201013251008

Tugas :gkm

Prodi :kesling (2B)

A .HUBUNGAN PANGAN DAN GIZI

Pangan menurut UUD. No 9 Tahun 1996 Pasal 1 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,pengolahan,dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
Gizi adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup, untuk mengambil dan menggunakan zat
yang ada dalam makanan dan minuman guna mempertahankan hidup, pertumbuhan, berproduksi
dan untuk menghasilkan energi. Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan
bahan pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh
tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi
tersebut menyediakan tenaga bagai tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya
pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa diatara zat gizi yang disediakan oleh
pangan tersebut disebut zat gizi esensial, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak
dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk pertumbuhan dan
kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan,
umumnya dalah zat gizi yang tiak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur
pangan diataranya adalah asam amino esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan yang
baik.
B.PANGAN DAN GIZI SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN SDM INDONESIA

Masalah pangan dan gizi merupakan masalah pokok yang mendasari seluruh kehidupan dan
pembangunan bangsa.Masalah ini adalah masalah yang harus selalu mendapat perhatian ekstra dari
pemerintah dan kita semua tentunya sebagai warga negara. Akar permasalahan pangan dan gizi
sebenarnya adalah kemiskinan, ketidaktahuan, ketidak pedulian (ignorance), distribusi bahan
pangan yang buruk, dan KKN.
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa
dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia
Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia
menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan
Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun
2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda
Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang
merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga. Rendahnya
IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hananto, 2002).

C. KONSEP GIZI SEIMBANG YANG MENDUKUNG MENINGKATKAN SDM

Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah masalah gizi kurang dan gizi lebih. Pola
pertumbuhan dan status gizi merupakan indikator kesejahteraan. Oleh karena itu, perlu adanya
program gizi yang berguna untuk mendorong kedua hal tersebut.
Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur yang terkait dalam meningkatkan status gizi masyarakat
jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang praktis akan membentuk
suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dengan pola konsumsi masyarakat. Pengembangan
pedoman gizi seimbang baik untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam
mencapai perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir yaitu
tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik.
Setiap keluarga mempunyai masalah gizi yang berbeda-beda tergantung pada tingkat sosial
ekonominya. Pada keluarga yang kaya dan tinggal diperkotaan, masalah gizi yang sering dihadapi
adalah masalah kelebihan gizi yang disebut gizi lebih. Anggota keluarga ini mempunyai risiko tinggi
untuk mudah menjadi gemuk dan rawan terhadap penyakit jantung, darah tinggi, diabetes, dan
kanker.
Pada keluarga dengan tingkat sosial ekonominya rendah atau sering disebut keluarga miskin,
umumnya sering menghadapi masalah kekurangan gizi yang disebut gizi kurang. Risiko penyakit yang
mengancamnya adalah penyakit infeksi terutama diare dan infeksi saluran pernafasan atas (SPA),
rendahnya tingkat intelektual dan produktifitas kerja.
Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya).Masalah gizi
menyebabkan kualitas SDM menjadi rendah. Adapun tujuan program pangan dan gizi yang
dikembangkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 adalah :
1. Meningkatkan ketersediaan komoditas pangan pokok dengan jumlah yang cukup, kualitas
memadai dan tersedia sepanjang waktu melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman
serta pengembangan produksi olahan.
2. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan
tingkat rumah tangga.
3. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan
prevalensi gizi kurang dan gizi lebih.
4. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi untuk mencapai hidup
sehat.
D.PANGAN DAN GIZI UNTUK PERTUMBUHAN DAN KECERDASAN

Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi
individu untuk tumbuh dan berkembang. Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada
perkembangan otak janin, sejak dari minggu ke empat pembuahan sampai lahir dan sampai anak
berusia 2 tahun. Sejumlah penelitian telah menunjukkan peran penting zat gizi tidak saja pada
pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam pertumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan
kecerdasan (Jalal, 2009). Martorell pada tahun 1996 telah menyimpulkan kekurangan gizi pada masa
kehamilan dan anak usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan
motorik, dan gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak
pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar sehingga berakibat
pada rendahnya hasil belajar. Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa intervensi gizi hanya akan
efektif jika dilakukan selama kehamilan dan 2-3 tahun pertama kehidupan anak.

E. PANGAN DAN GIZI SEBAGAI PENENTU DAYA SAING BANGSA

Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan prestasi terbaik. Tentu saja prestasi ini harus
dipertahankan bahkan terus ditingkatkan, diantaranya dengan melakukan upaya perbaikan kualitas
pangan dan gizi masyarakat.Jika tingkat konsumsi makanan seimbang dan bergizi baik maka akan
meningkatkan status kesehatan yang merupakan salah satu indikator penting bersama pendidikan
dalam menentukan daya saing bangsa. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah
tangga terutama pada ibu hamil dan anak balita akan berakibat pada kekurangan gizi yang
berdampak pada lahirnya generasi muda yang tidak berkualitas.
Apabila masalah ini tidak diatasi maka dalam jangka menengah dan panjang akan terjadi kehilangan
generasi(generation lost) yang dapat mengganggu kelangsungan berbagai kepentingan bangsa dan
negara. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mentalyang kuat, kesehatan
yang prima, serta tangkas dan cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan
oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah dan kualitas asupan
pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi
makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh,ketersediaan dan
konsumsi pangan beragam, faktor sosial-ekonomi,budaya dan politik. Gizi kurang dan gizi buruk yang
terus terjadidapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.Investasi gizi berperan
penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi sebagai upaya peningkatan
kualitas SDM. Beberapa dampak buruk kurang gizi adalah: rendahnya produktivitas kerja, kehilangan
kesempatan sekolah.

F. DAMPAK GIZI BURUK DAN LOST GENERATION

Dampak tidak langsung adanya permasalahan pemenuhan gizi atau dalam hal ini gizi buruk,
adalah Lost Generation atau ’generasi yang hilang’. Suatu masyarakat yang berkembang dalam
keadaan kurang gizi akan melahirkan generasi yang tidak berkualitas. Anak yang lahir dalam kondisi
kurang gizi akan menjadi anak yang lemah, rentan penyakit dan yang paling parah adalah IQ yang
rendah.
Dapat dibayangkan jika di suatu negara terjadi endemik kasus gizi buruk maka anak-anak yang
dilahirkan yang notabene adalah generasi penerus bangsa akan menjadi generasi yang lemah, rentan
penyakit dan tingkat intelegensi yang rendah. Jika generasi yang diharapkan untuk meneruskan
perkembangan bangsa adalah generasi yang tidak berkualitas, maka tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa di negara tersebut telah kehilangan generasi atau lebih dikenal dengan Lost Generation.
Penderita gizi buruk dapat dilihat dari perbandingan berat badan menurut umur dan tinggi badan
anak. Anak yang menderita gizi buruk dapat dilihat dari dua fase. Fase yang pertama adalah kurang
gizi ringan, anak yang mengalami ini masih bisa bermain dan beraktivitas tetapi kondisi tubuh akan
perlahan-lahan menurun,dan berat badan anak akan menyusut.Pada gizi buruk, anak akan rentan
terhadap infeksi, terjadi pengurusan otot, pembengkakan hati, terjangkit TBC dan berbagai gangguan
yang lain.Dampak yang ditimbulkan akibat gizi buruk, penderita akan terlihat apatis, mengalami
gangguan bicara dangangguan lainnya. selain itu anak juga akan terhambat perkembangan dan
pertumbuhan otaknya secara optimal. Jika anak terhambat perkembangan otaknya, akan sangat fatal
bagi perkembangan anak sendiri,karena otak adalah aset vital bagi anak untuk menjadi manusia yang
berkualitas dikemudian hari. Jika sajagizi buruk tidak segera ditanggulangi maka secara kasat mata
akan terbentang kemiskinan di masa yangakan datang karena rendahnya kualitas sumber daya.

G. UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

Investasi di sektor sosial (gizi,kesehatan dan pendidikan) akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat
yang merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kualitas SDM. Dengan meningkatnya
kualitas SDM, akan meningkatkan produktivitas kerja yang selanjutnya akan meningkatkan ekonomi.
Terjadinya perbaikan ekonomi akan mengurangi kemiskinan dan selanjutnya akan meningkatkan
keadaan gizi, meningkatkan kualitas SDM. Meningkatkan produktivitas dan seterusnya.
Kualitas hidup masyarakat dipengaruhi oleh investasi yang telah dilakukan oleh pemerintah pada
peningkatan kualitas sumber daya manusianya (pendidikan, kesehatan, dan sanitasi lingkungan) dan
investasi pada pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, disertai oleh kebijakan-kebijakan
dalam konteks pemberdayaan masyarakat.

H. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PERBAIKAN GIZI

Kebijakan upaya perbaikan gizi dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat, Pada saat krisis ekonomi di Indonesia yang berlangsung cukup lama, kebijakan yang
dilakukan bersifat penyelamatan (rescue) dan pencegahan “lost generation”, sekaligus pembaharuan
(reform) agar kejadian ini tidak terulang kembali. Untuk itu maka kebijakan harus menjangkau
berbagai faktor yaitu:
1. Kebijakan jangka pendek, bertujuan menangani anak dan keluarga yang terpuruk akibat krisis.
Program penyelamatan ini dikenal dengan Jaring Pengaman Sosial Bidang kesehatan (JPSBK)
termasuk perbaikan gizi. Kebijakan diarahkan pada peningkatan upaya penanggulangan kasus
pemulihan keadaan gizi anak, penurunan kematian akibat gizi buruk dan peningkatan mutu
sumberdaya manusia melaui peningkatan keadaan gizi masyarakat.
2. Kebijakan jangka menengah dan panjang, berupa reformasi kebijakan yang tujuannya adalah
menyempurnakan subsistem pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan agar menjadi
lebih proaktif, professional serta mandiri.
Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025 menegaskan bahwa “Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor
meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang
cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. Ketahananan pangan merupakan salah satu prioritas
dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010
menginstruksikan perlunya disusun Rencana Aksi Pangan dan gizi nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah
memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan status
kesehatan dan gizi masyarakat. Selanjutnya dalam Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang Berkeadilan yang terkait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ditegaskan perlunya disusun dokumen Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG)
2011-2015 di 33 provinsi. Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs
yang telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita
menjadi 15,5 persen, menurunnya prevalensi pendek pada anak balita menjadi 32 persen, dan
tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkal/orang/hari. Dalam rencana aksi ini
kebijakan pangan dan gizi disusun melalui pendekatan lima pilar pembangunan pangan dan gizi yang
meliputi (1) perbaikan gizi masyarakat; (2) aksesibilitas pangan; (3) mutu dan keamanan pangan; (4)
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan (5) kelembagaan pangan dan gizi. Kebijakan tersebut
adalah peningkatan status gizi masyarakat terutama ibu dan anak melalui ketersediaan, akses,
konsumsi dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai