TUGAS KELOMPOK KE - 4
Minggu 10/ Sesi 15
TK4-W10-S15-R2
TEAM 3:
2301974856 - SAWITRI
2301975474 - MARY DRIMI TYASTATI PADMODIMULJO
2301965095 - RIZALDI ARSALA DHIYAUNNABAA
2301975676 - JUMIRAH
2301975152 - MARTHA EKA SURYANI
Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi: 1,5.
2301974856 - SAWITRI
Pembangunan sosial ekonomi Indonesia kita ini masih jauh dari harapan berdasarkan
nilai-nilai sila ke 5 Pancasila. Masih terdapat ketimpangan sosial ekonomi yang terjadi
dimasyarakat. Bahkan ketimpangan tersebut sangat jelas terlihat didalam masyarakat.
Sebagai contoh pembangunan sosial ekonomi antara pulau Jawa dibanding dengan pulau
Papua. Akan terlihat perbedaan yang sangat jelas. Pembangunan sosial ekonomi yang tidak
merata anatara pulau satu dengan lainnya, atara daerah satu dengan lainnya telah
memperlebar ketimpangan masyarakat di Indonesia.
Ini berarti, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi harus dapat dinikmati dan
dirasakan oleh semua masyarakat. "Pembangunan ekonomi pada sila kelima yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata tokoh ulama nasional Ma`ruf saat menghadiri
Deklarasi Arus Baru Indonesia di Kampus Al Masoem, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat.
Ma`ruf berharap arus baru Indonesia dapat membalikkan pembangunan ekonomi di
Indonesia yang berpihak pada kerakyatan dan keumatan.
Menurutnya, arus baru Indonesia yang baru dideklarasikan itu sebagai perlawanan terhadap
arus lama yang selama ini melahirkan konglomerat yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Dan menurut saya, nilai-nilai Pancasila Sila ke 5 ini sangatlah penting diterapkan di
kinerja pembangunan sosial-ekonomi di Indonesia, Nilai Keadilan Sosial dalam
Pembangunan Ekonomi pelaku ekonomi di sektor pertanian, dan terakhir negara diragukan
pula sikap keberpihakannya (etiknya) ketika memanfaatkan ruang demokrasi yang terbuka
lebar dalam lima tahun terakhir untuk mewadahi nafsu elite masyarakat dalam
menghamburkan uang untuk
Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/72789-ID-mempertanyakan-nilai-keadilan-sosial-
dal.pdf
https://www.kompasiana.com/maria08677/5c01dae6aeebe102182af5c3/meneliti-masalah-
ketimpangan-ekonomi-sebagai-wujud-nyata-yang-sesuai-dengan-sila-kelima-pancasila
https://indonews.id/artikel/15766/Maruf-Amin--Pembangunan-Ekonomi-Harus-Sesuai-
dengan-Sila-ke-5/
Sila terakhir dalam Pancasila yaitu sila kelima menjelaskan bahwa; nilai keadilan
yaitu pengelolaan dan penggunaan semua sumber daya ekonomi bertujuan untuk
kemakmuran semua warga negara. Adanya proses distribusi yang baik dan produk yang bisa
dimanfaatkan banyak pihak sehingga timbul pemerataan pemasaran terhadap produk hasil
usaha, adalah salah satu dari bentuk implementasi dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dalam mewujudkan keadilan sosial, para pelaku ekonomi diberi peran masing-
masing yang secara keseluruhan mengembangkan semangat kekeluargaan. Peran individu
hukum dan regulasi, fasilitas, penyediaan, dan rekayasa sosial, serta penyediaan jaminan
sosial. Keadilan ekonomi dalam asas ber-Pancasila merupakan suatu kondisi di mana terdapat
kesamaan kemampuan dalam mengendalikan jalannya perekonomian. Sejalan dengan prinsip
kedaulatan rakyat, maka keadilan ekonomi harus dipahami sebagai kondisi di mana rakyat
mengendalikan jalannya kegiatan ekonomi, dengan cara turut memiliki alat-alat produksi (co-
ownership), turut mengambil keputusan-keputusan ekonomi (co-determination), dan turut
pula menanggung segala akibat dari pelaksanaan keputusan-keputusan ekonomi tersebut (co-
responsibility).
Untuk itu, Pemerintah memiliki agenda kebijakan “Normal Baru” atau yang sering
disebut dengan New Normal agar dampak ekonomi akibat pandemi tidak sampai
menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Kebijakan ini berhubungan dengan perencanaan
pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan program, target, dan major projects di
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemerintah perlu
melakukan penelaahan kembali terhadap rencana jangka menengah mengingat pada tahun
2020 semua program dilakukan pengalihan fokus untuk penanganan Covid-19.
Pada hari pers tanggal 9 Februari 2021 lalu, Presiden Jokowi juga menggandeng
seluruh insan pers dalam upaya membantu pemerintah, untuk menggunakan platform yang
mereka punya guna terus mengedukasi masyarakat dan memberikan informasi yang bijak dan
berguna. Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa kita semua harus “bangkit dari pandemi,
karena Jakarta adalah gerbang pemulihan ekonomi.”.
Di kesempatan yang lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak
Airlangga Hartarto juga mengulas bagaimana upaya pemulihan ekonomi Indonesia di masa
pandemi hingga optimisme untuk bangkit dari ambang resesi.
Keadilan sosial-ekonomi sangat terkait dengan hubungan-hubungan produksi di
dalam kegiatan ekonomi yang menjamin tidak terjadinya hubungan yang
eksploitatif(penyalah gunaan manfaat dan wewenang) antara pelaku ekonomi.
Karenanya dapat kita simpulkan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah sebuah sistem yang
menjamin keadilan ekonomi sekaligus menjamin pembagian (distribusi) yang adil dari setiap
proses produksi yang dilakukan.
Maka dari itu dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, juga dengan terus
bekerja sama mengaplikasikan pembangunan dan pemulihan ini, diharapkan hasil dan
manfaatnya dapat dirasakan langsung dalam segi ekonomi dan sosial secara merata di seluruh
Indonesia tanpa terkecuali.
Sumber referensi :
https://www.youtube.com/watch?v=GXGRieLFqcA
https://kominfo.kulonprogokab.go.id/detil/1323/pemanfaatan-sepakat-untuk-pengentasan-
kemiskinan-pemulihan-sosial-ekonomi-daerah
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/29/190000369/nilai-nilai-pancasila-dalam-
penyelenggaraan-pemerintahan-negara
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/29/190000369/nilai-nilai-pancasila-dalam-
penyelenggaraan-pemerintahan-negara
Tujuan pembangunan sosial pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup
manusia melalui upaya-upaya untuk mengangkat manusia dari keterbelakangan menuju
kesejahteraan.
beberapa factor seperti jika ada banjir bandang, maka masyarakat yang berada di sisi
Sungai/Kali akan mengalami dampak yang lebih besar. Selain itu, Biasanya warga yyang
tinggal di pinggir Kali/ Sungai Biasanyya membuang Sampah DI Kali/ Sungai tersebut.
Tentu saja hal tersebut dapat mencemari lingkungan.
Menurut Saya, Walaupun ada otonomi daerah tetapi tiap PemProv Diberikan
Semacam KPI (Key performance Index), jadi selain memenuhi janji saat Kampanye, mereka
pun harus memenuhi KPI sebagai Tanda suksesnya Pemerintahan di daerah tersebut. Dengan
Begitu, Maka Ada sebuah standar yang terbentuk di seluruh Bagian Indonesia, Sehingga
tidak terjadi Perbedaan Yang terlalu signifikan antar Daerah.
Sumber:
https://www.wikiwand.com/id/Pembangunan_sosial
2301975676 - JUMIRAH
masyarakat tidak terlalu rumit dan malah menyusahkan. Pihak-pihak pemerintah maupun
penyelenggara kebijakan juga harus bersikap adil, dan jujur sehingga semua program
pemerintah dapat benar-benar terwujud tanpa diganggu oleh adanya penggelapan dana
maupun kasus korupsi. Dengan bantuan kerjasama masyarakat dan pemerintah, niscaya
kinerja pembangunan sosial dan ekonomi di Indonesia akan memenuhi standar sesuai dengan
makna nilai sila kelima Pancasila.
Sumber referensi :
https://media.neliti.com/media/publications/59791-ID-pembangunan-manusia-dan-kinerja-
ekonomi.pdf
https://news.detik.com/kolom/d-4153925/kualitas-pertumbuhan-ekonomi-indonesia
https://www.kppod.org/berita/view?id=592
Selain itu, dalam pembangunan ekonomi pun demikian. Kaum petinggi seakan lebih dihargai
ketimbang kaum bawah. Menurut penelitian, terdapat beberapa kebijakan ekonomi tertentu
yang menindas kelompok masyarakat seperti komunitas petani, masyarakat miskin di
pemukiman kumuh, sektor informal, pedagang kaki lima, buruh, nelayan, usaha kecil, yang
secara sosial, ekonomi, dan politik, memiliki kedudukan atau posisi yang tidak
menguntungkan. Kemudian di sektor pertanian antara lain: kebijakan penghapusan subsidi
pupuk, kebijakan impor beras, kebijakan tarif impor gula sampai 0% tahun 1998 yang
kemudian berubah menjadi 25% tahun 2000 akibat desakan masyarakat, dan sebagainya
(Suparjan,dkk,2003). Tak lupa terhadap kehidupan buruh seperti pemberian hak-hak
istimewa kepada investor atau pemilik modal dengan kebijakan semacam pemberian fasilitas
monopoli, lisensi, tata niaga, kartel, keringanan pajak, prioritas kredit, dan kebijakan
pemberian upah minimum bagi buruh dengan alasan sederhana bahwa setiap kenaikan upah
buruh dipastikan akan meningkatkan biaya produksi sehingga investor malas membuka atau
μenggan¶ datang ke Indonesia. Demikian juga beberapa kebijakan ekonomi lainnya, yang
secara tidak langsung turut memperburuk kelompok masyarakat tersebut, antara lain
kebijakan memberikan jaminan pembayaran atas kewajiban bank-bank umum kepada
deposan dan kreditur dalam dan luar negeri oleh pemerintah (yang dikenal dengan penyaluran
BLBI) yang sangat jelas telah merugikan dan menghancurkan bangsa, juga kebijakan
menaikan harga BBM di saat situasi yang tidak tepat sepanjang tahun 2000-2002. Realitas
inilah yang terjadi sesungguhnya di negara tercinta ini, yang notabene menurut Yustika
(2003), 85% penduduknya dihuni oleh komunitas-komunitas tersebut di atas. Suatu gambaran
yang menunjukkan betapa watak pemerintah dan birokrasinya selama ini hanya memproduksi
kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi yang berpihak pada kepentingan sendiri,
kelompok-kelompok tertentu dan tentunya pemilik modal. Sedangkan orientasi hakikat
daripada pembangunan ekonomi tersebut termarginalkan, sehingga sebagian besar
Sumber referensi:
https://m.mediaindonesia.com/opini/126584/pembangunan-sosial-untuk-pembangunan-
ekonomi
https://media.neliti.com/media/publications/72789-ID-mempertanyakan-nilai-keadilan-sosial-
dal.pdf
KESIMPULAN KELOMPOK