Anda di halaman 1dari 39

Judul : 

Homo Deus – a Brief History of Tomorrow


Penulis : Yuval Noah Harari
Jenis Buku : Non Fiksi - Sejarah

Yuval Noah Harari ((Ibrani); lahir 24 Februari 1976) adalah seorang


sejarawan Israel yang menjabat sebagai profesor di Departemen
Sejarah Universitas Ibrani Yerusalem.[1] Ia adalah penulis buku Sapiens:
A Brief History of Humankind (2014) dan Homo Deus: A Brief History of
Tomorrow (2015). Buku Sapiens berisi tentang sejarah manusia semenjak
terjadinya "revolusi kognitif" sekitar 50.000 tahun yang lalu, yaitu
ketika Homo sapiens menyingkirkan Neanderthal, menguasai linguistik
kognitif, mengembangkan masyarakat yang terstruktur dan menjadi
predator puncak. Kemudian terjadi revolusi agrikultur dan kini manusia
semakin diperkuat oleh revolusi ilmiah. Sementara itu, buku Homo
Deus berkisah tentang prediksi manusia mengenai masa depan yang
dilengkapi dengan latar belakang sejarahnya. 
 
Sekelumit Tentang Isi
Yuval Noah Harari, penulis buku terlaris New York Times yang terkenal
dengan buku Sapiens nya yang fenomenal di dunia internasional, kini
kembali dengan sebuah buku yang sama-sama asli, menarik, dan
provokatif. Ia mengubah fokus bahasannya dari awal mula Homo sapiens
ke masa depan umat manusia dan upaya manusia untuk mengubah
dirinya menjadi "dewa".
Manusia telah berhasil melakukan hal yang mustahil dan mengendalikan
kelaparan, wabah, serta perang. Ini mungkin tampak sulit diterima,
tetapi, seperti yang Harari jelaskan dalam gaya khasnya — menyeluruh,
namun memukau — kelaparan, wabah, dan perang telah berubah dari
kekuatan alam yang tak dapat dipahami dan tak terkendali menjadi
tantangan yang bisa dikelola. Untuk pertama kalinya, lebih banyak orang
mati karena makan terlalu banyak daripada makan terlalu sedikit; lebih
banyak orang meninggal karena usia tua daripada oleh penyakit menular;
dan lebih banyak orang melakukan bunuh diri daripada dibunuh oleh
tentara, teroris dan penjahat, atau gabungan ketiganya.
Lalu apa yang akan menggantikan kelaparan, wabah, dan perang di
agenda utama manusia masa kini? Sebagai dewa-buatan sendiri di bumi,
apa yang akan kita tentukan, dan pencarian apa yang akan kita lakukan?
Kita akan dihadapkan pada dua pertanyaan mendasar: Ke mana kita akan
pergi? Dan bagaimana kita melindungi dunia yang rapuh ini dari kekuatan
destruktif kita sendiri? Inilah tahap evolusi manusia berikutnya. Inilah
Homo Deus.
Yuk kita intip daftar isinya
1 The New Human Agenda
Part I Homo Sapiens Conquers the World
2 The Anthropocene
3 The Human Spark
Part II Homo Sapiens Gives Meaning to the World
4. The Storytellers
5 The Odd Couple
6 The Modern Covenant
7 The Humanist Revolution
Part III Homo Sapiens Loses Control
8 The Time Bomb in the Laboratory
9 The Great Decoupling
10 The Ocean of Consciousness
11 The Data Religion
Notes
Acknowledgements
Image Credits
Index
 
Bagian pertama buku ini membahas hubungan antara sapiens dan hewan
lain, dalam upaya untuk memahami keistimewaan manusia dibanding
spesies lainnya.
Bagian kedua buku Homo Deus menelaah kembali dunia yang diciptakan
Homo sapiens di millenia terakhir dan apa saja yang membawa kita ke
persimpangan jalan saat ini. Bagaimana dalam keyakinannya Homo
sapiens menjadi percaya bahwa alam semesta berputar di sekitar
manusia dan manusia adalah sumber dari semua makna dan otoritas?
Apa implikasi ekonomi, sosial dan politik dari fenomena ini semua?
Bagaimana hal tersebut membentuk kehidupan sehari-hari dan cita rasa
seni kita, serta keinginan kita yang paling rahasia?
Bagian ketiga dari buku ini menelaah kembali hal-hal yang akan terjadi di
awal abad ke dua puluh satu. Berdasarkan pemahaman yang jauh lebih
dalam tentang umat manusia dan keyakinan manusia, semuanya akan
menggambarkan keadaan kita saat ini dan kemungkinan di masa depan.
Bagaimana pencarian untuk keabadian, kebahagiaan dan keilahian
mengguncang fondasi keyakinan kita dalam kemanusiaan? Apa tanda-
tandanya? Jika humanisme memang akan hilang dari keyakinan umat
manusia, apa yang mungkin terjadi?
 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

Bagi saya disain cover buku ini menarik sekali. Sederhana tapi terkesan
elegan. Dominasi hitam dengan tambahan warna putih dan merah. Ini
rasanya cocok pula dengan bahasan penulis di buku ini yang menyimpan
"kengerian" masa depan manusia.
Tiga bagian utama buku dipisahkan oleh satu halaman khusus yang
bertuliskan Part 1, Part 2, dan Part 3. Di bawah tulisan masing-masing
Part, ada beberapa pertanyaan yang mewakili inti pembahasan di bab
tersebut.
 

Picture : Halaman pemisah bagian buku


 

Opini

Sama seperti buku pertamanya, Sapiens The Brief History of Humankind,


Harari juga memiliki kemampuan yang luwes dalam membuka topik
bahasan Homo Deus. Narasinya yang menggiring arah pikiran kita tak
jarang diakhiri dengan kalimat pertanyaan untuk memancing lebih banyak
lagi rasa keingintahuan dan fokus yang mendalam.
Judul : Money
Penulis : Yuval Noah Harari
Jenis Buku : Non Fiction History - Economy
Penerbit : Vintage Publishing
Tahun Terbit : April 2018
Jumlah Halaman : 144 halaman
Dimensi Buku :  11.20 x 27.40 x 1.60 cm
Harga : Rp. 75.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9781784874025
Paperback
 
Sekelumit Tentang Isi
‘Everyone always wants money because everyone else also always wants
money, which means you can exchange money for whatever you want.’
Bagaimana uang diciptakan? Mengapa sekarang uang memiliki arti
penting dalam kehidupan kita? Apakah uang membuat kita lebih bahagia
atau tidak bahagia? Dan apa yang akan terjadi di masa depan? Dengan
pemaparan yang detail dan wawasannya yang cemerlang, Yuval Noah
Harari membawa pembaca ke dalam sejarah uang yang luar biasa, dari
koin pertama hingga ekonomi abad ke-21, serta menunjukkan bagaimana
kita semua berada di ambang revolusi, terlepas dari apakah kita suka
atau tidak.
 
Seputar Fisik Buku dan Disainnya

Beberapa orang terkejut saat saya mem-posting buku ini pertama kali di
instagram karena memang tidak begitu populer di Indonesia, jauh
dibandingkan seri Sapiens. Jujur, saya pun tadinya tidak tahu ada buku
seri vintage mini karya Yuval Noah Harari jika tidak direkomendasikan
oleh Periplus Bandung untuk diulas. Sesuai dengan tipe bukunya yang
'vintage mini', disain cover buku ini menurut saya memang 'lampau' dan
sederhana ya. Tapi vintage dimana-mana juga menarik, begitupun
dengan disain buku ini. Sederhana dan mengena, ilustrasi bulat-bulat itu
sempat membuat saya menduga-duga apa arti dari gambar tersebut. Itu
pasti ilustrasi gambar koin. Buku ini juga mini, tipis hanya 155 halaman
totalnya. Tanpa preface, tanpa ini-itu, benar-benar buku yang berisi
'konten'nya saja. Senangnya adalah, buku ini nyaman dibawa kemana-
mana karena fisiknya yang kecil dan ringan.
 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini


Mereka yang menyukai sejarah kemungkinan besar akan menyukai buku
ini sebagaimana saya menyukai konten buku Money. Di bawah ini saya
kutipkan bagian pertama isi buku, yang menurut saya langsung
memberikan kesan akan adanya muatan yang banyak soal sejarah uang.
Gaya pemaparan Yuval Noah Harari yang saya kenal lewat buku Sapiens -
Homo Deus - 21st Lesson for 21st Century juga terasa di buku ini, luwes
dan menarik as always.
 
Di buku ini sesekali ada halaman khusus kutipan. Kalimat-kalimat
pilihannya mengundang kita untuk merenungkan maknanya dan
memancing keingintahuan.

Awal mula bahasan buku ini adalah jaman dimana manusia masih
menggunakan sistem barter dalam perdagangan. Jangan khawatir tidak
bisa memahami penjelasannya, karena Harari adalah salah satu penulis
yang mampu 'menyederhanakan' topik bahasannya sehingga bisa
dipahami oleh banyak orang. Begitupun dengan buku Money ini, tak perlu
khawatir dahi bakal berkerut, karena alih-alih bingung kita justru akan
asyik tersesat dalam sejarah uang berikut intriknya.
 

Sesuai ekspektasi, buku Harari selalu memaparkan fakta-fakta


mencengangkan. Mungkin tidak terlalu mengejutkan buat mereka yang
sudah banyak membaca buku-buku sejarah dan ekonomi, tapi untuk
public saya yakin hal-hal seperti ini selalu menarik. Contohnya yang saya
kutipkan di bawah ini. Uang, menurut Harari, adalah suatu hal yang
sangat universal. Bahkan masa dimana Muslim dan umat Kristiani
berperang atas nama keyakinan masing-masing, ternyata orang-orang
Kristen di jaman tersebut menerima dengan senang hati mata uang
muslim yang bertuliskan 'There is no god except Allah, and Muhammad is
Allah's messenger'. Sebaliknya muslim yang berjihad pun tak keberatan
menerima taxes dalam bentuk koin 'berunsur' Yesus dan Bunda Maria.
 
dan rupanya ada masa pula dimana alat tukar tidak berupa koin tapi
kerang dan bahkan rokok.
Seringkali kalimat akhir yang ada di babnya singkat dan menyadarkan.
Kadang di akhir bab juga ditutup dengan pertanyaan yang membuat kita
terus berpikir dan mempertanyakan. Misalnya,
  

Pembuka babnya juga menarik, karena memberikan gambaran sekilas


topik yang akan dibahas. Misalnya,
...
Page 23
 
Isi buku ini sebagian besar berupa alinea-alinea. Tak ada gambar
penyerta, dan ukuran huruf serta spasinya agak rapat. Mungkin akan
sedikit melelahkan buat sebagian pembaca. Sesekali ada poin-poin seperti
di bawah ini, tapi hanya satu-dua kali saja.
Money is based on two universal principles:
1. Universal convertibility: with money as an alchemist, you can turn
land into loyalty, justice into health, and violence into knowledge.
2. Universal trust: with money as a go-between, any two people can
cooperaate on any project.
Page 21
 
Beberapa teori atau peristiwa tertentu yang terkait tokoh
populer diceritakan di buku ini. Semuanya tentu saja sejalan dengan topik
money-economy yang sedang dibahas. Misalnya,
...
Page 69
 
Nah ini dia bagian yang saya sukai, ketika sejarah dilatar-belakangi oleh
uang, di antaranya awal mula kapitalisme dan penjelajahan Columbus.
Rupanya ekspedisi Columbus berjalan berkat sistem kredit yang diberikan
oleh Ratu Isabella. Begitupun dengan kisah Belanda.
...
Page 42
 
Bagian yang ini terasa personal, karena menceritakan VOC, masa dimana
Indonesia dijajah oleh Belanda.
...
Page 47
 
Beberapa kisah menarik lainnya juga ada diceritakan di buku ini, misalnya
kasus Missisipi Bubble, Opium War antara Cina dan Inggris, dan kasus
terusan Canal Suez.
 
Pada akhirnya kita akan dibawa pada fenomena masa kini ketika
algoritma komputer mulai masuk dan berperan dalam kehidupan
manusia. Perekonomian perlahan berubah wajahnya dengan adanya
kemajuan teknologi. Namun semua kecanggihan itu juga punya sisi
negatifnya. Dan inilah yang menjadi fokus buku Money yang sebenarnya,
yakni untuk menyadarkan kita akan berbagai probabiliti tersebut.
...
Page 77
 
Di titik ini kita akan menemukan pemaparan berbagai kemajuan
kepintaran buatan (artificial intellegency). Harari membahas Robots and
3D Printers, fMRI Scanners, Mindojo Company, Watson AI, Mattersight
Corporation, IBM's Deep Blue, WBM Watson, Google DeepMind, Google's
AlphaGo, VITAL, EMI, Microsoft Band, Facebook, Uber, Waze, Cortana
System, Google Now, Apple's Siri, Amazon, dan DNA Testing yang
semuanya merupakan technology bonanza dengan segala
kecanggihannya dan 'ancaman' tersembunyi dari rahasia algoritma.
Banyak profesi yang ada saat ini akan hilang di masa depan karena
digantikan oleh kecerdasan buatan.
...
Page 88
 
Fokusnya ada di akhir buku, berupa pertanyaan besar yang harus dijawab
sendiri oleh pembaca dengan menyimpulkan apa yang sudah dipaparkan
penulis di sepanjang buku. Apa yang digambarkan Harari dengan
kemajuan teknologi dan ekonomi di masa depan bukanlah sebuat
ramalan, tapi sebuah kemungkinan. Tugas kita saat ini adalah membuat
rencana pencegahan terjadinya hal-hal negatif yang mungkin terjadi
tersebut dan melakukannya sesegera mungkin.
 

Money adalah buku yang berisi intisari dari buku Sapiens dan Homo Deus.
Isi buku ini meski saling bertautan, tapi seolah bisa dipisah menjadi dua
esay yang berbeda, yang satu bertopikkan uang serta ekonomi, dan
satunya lagi tentang liberalisme dan kemajuan teknologi kecerdasan
buatan. Dua topik ini memang dibahas di buku Sapiens dan Homo Deus.
Bahkan sebenarnya bahasan AI lebih banyak di buku 21 Lessons for The
21st Century, tapi karena Money diterbitkan lebih dahulu daripada buku
ketiga Harari tersebut maka tidak disinggung-singgung kaitan di antara
keduanya. 
Fokus Harari di buku ini kurang lebih sama dengan Sapiens - Homo Deus
- 21 Lessons, yakni dengan mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi di masa depan, apa yang harus umat manusia lakukan sekarang
dan kemudian, untuk mencegah sisi negatif imbas kemajuan teknologi
Klik di sini untuk baca “Review Buku Sapiens – Yuval Noah Harari”
Klik di sini untuk baca “Review Buku Homo Deus – Yuval Noah Harari”
Klik di sini untuk baca “Review Buku 21st Lessons for The 21 Century –
Yuval Noah Harari”
 

Siapa Yuval Noah Harari


Yuval Noah Harari lahir di Israel pada tahun 1976 dan tumbuh dalam
keluarga Yahudi sekuler. Dia datang ke Inggris pada usia dua puluhan di
mana dia belajar di Oxford sebelum kembali ke Israel di mana dia saat ini
menjadi dosen di Universitas Ibrani Yerusalem, khususnya di topik the
Middle Ages and World History.
Sejak usia muda ia disibukkan oleh pertanyaan besar dalam hidup:
adakah keadilan dalam sejarah, apakah kekuasaan menjamin hadirnya
kebahagiaan, dan bagaimana - jika ada - membuat manusia berbeda dari
hewan lain? Ia menulis buku Sapiens: A Brief History of Humankind dalam
upayanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan sejak itu buku
tersebut telah menjadi fenomena internasional yang menarik banyak
penggemar, dari Bill Gates hingga Barrack Obama, dari Chris Evans
hingga Jarvis Cocker. Buku lanjutannya, Homo Deus: A History History of
Tomorrow membahas pertanyaan tentang masa depan umat manusia dan
telah menjadi sensasi internasional yang serupa.
Buku Money mendapatkan rating 4.10 di Goodreads
 
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca yang menyukai buku-
buku Harari, atau ingin tahu seperti apa bahasan yang ada di buku
Sapiens dan Homo Deus (karena Money merupakan intisari kedua buku
tersebut). Topik buku ini adalah sejarah uang yang memainkan peran
besar dalam kehidupan manusia, mulai dari jaman barter, imperialisme,
kolonialisme, lalu pasar bebas, liberalisme, hingga masa kini dimana
ekonomi dan politik menjadi dua kubu yang saling mempengaruhi satu
sama lain, ditutup dengan bahasan kemajuan teknologi (algoritma
komputer, AI) dan tantangan kita di masa depan dalam ancaman
(kemungkinan) punahnya kemanusiaan akibat perkembangan jaman.
Tidak ada gambar pelengkap, ada halaman khusus kutipan. Gaya bahasa
luwes, fakta yang disampaikan menarik, sistematis, mudah dipahami.
Ringkas tapi berbobot.
My Rating : 4.1/5
Pengarang      : Sachiko Murata
Penerbit          : Mizan
Tahun Terbit : Cetakan II, 1996

A.    Ringkasan per Chapter


Buku karya Sachiko Murata ini terdiri dari empat  bagian yaitu
bagian I Tiga Realitas, bagian II Teologi dan bagian III Kosmoligi dan
bagian IV adalah Psikologi Ruhani. Terdiri dari 10 bab. Berikut ringkasan
dari setiap bab dari buku ini..
             I.      Tiga Realitas
Pada sebagian besar teks-teks Islam, ada tiga realitas yang selalu
dipegang : Allah, kosmos atau makrokosmos, dan manusia atau
mikrokosmos . kita bisa menggambarkan ketiganya ini sebagai tiga sudut
dari sebuah segitiga. Yang secara khusus menarik ialah hubungan uang
terjalin di antara ketiga sudut itu. Allah yang berada di puncak dan
merupakan sumber yang menciptakan kedua sudut yang ada di bawah.
Setiap sudut mempunyai hubungannya dengan satu atau dua sudut
lainnya. Istilah makrokomsomos sinonim dengan dunia atau kosmos yang
biaanya didefinisikan “segala sesuatu selain Allah, sedangkan
makrokosmos adalah individu manusia yang melambangkan seluruh
kualitas yang dijumpai dalam diri Allah dan makroskosmos.
Fenomena alam merupakan tanda-tanda Tuhan berarti kita
mengatakan bahwa segala sesuatu tentang Tuhan. Namun makna yang
lebih lazim tentang tanda dalam Al-Quran bukanlah fenomena alam,
melainkan wahyu. Setiap sifat Ilahi memperlihatkan karakteristik yang
sama : ini dijumpai dalam berbagai tataran melalui ciptaan. Apabila kita
memandang kosmos sebagai sebuah hierarkiintensitas pembeda dari sifat
khusus, maka kita melihat bahwa hierarki  itu berkembang dari
perbedaan antara Allah dan kosmos. Allah memiliki sifat itu secara
penuh.  Segala sesuatu dalam kosmos memanifestasikan nama-nama dan
sifat Allah, sementara makrokosmos secara keseluruhan
memanifestasikan sifat-sifat dari seluruh nama Allah. Begitu pula, segala
sesuatu dalam diri manusia memanifestasikan nama-nama dan sifat-sifat
Allah.
Manusia diciptakan dalam citra Allah dan penguasaan bahasa dalam
segena dimensinya. Bahasa Allah tampak tiga lokasi utama :
makroskosmos, mikroskosmos dan kitab-kitab wahyu, Al-Qur’an
khususnya. Kosmos adalah sebuah transkrip Ilahi atas sebuah bentuk
Allah dan merefleksikan semua nama Ilahi. “ Manusia diciptakan atas
dasar citra Zat Maha Pengasih adalah transkripsi sempurna.
          II.      Teologi
§  Dualitas Ilahi
Berbicara tentang Tuhan, ini tidak bisa dihindarkan dalam islam
atau tepatnya tidak bisa dipisahkan dari Islam, memuculkan sekurang-
kurangnya dua perspektif dasar tentang realitas Ilahi, dualitas bersifat
inheren dalam bahasa dan pemikiran rasional. Kita mengaskan keesaan
Allah, tauhid. Namun, dengan berbuat dmeikian, kita menegaskan adanya
dualitas, karena kitalah yang berbicara. Singkat kata, dualitas berkaitan
dengan sifat diskursus manusia tentang Tuhan.
Dalam konteks Tao, ketika menyebut Tao, kita perlu mengetahui
dan mengenal Tao di balik nama-nama, Tao tak ternamai dan tak
terpahami seperti Yin dan Yang. Allah adalah realitas hakiki, sementara
kosmos mempunyai realitas derivatif tertentu. Karena itu Allah sangat
menguasai kosmos. Allah adalah yang dang kosmos adalah ying. Allah
menciptakan kosmos untuk menampakkan khazanah tersembunyi. Hanya
sesudah itu Dia baru bisa dikenal dan diketahui oleh makhluk, yang juga
adalah sebagian dari Khazanah yang tersembunyi.
manusia Ajaran-ajaran spiritual Islam memperhatikan keakraban,
cinta, kebranian, ungkapan-ungkapan ekstatik dan kemabukan dalam diri
Kekasih. Semuanya adalah kualitas-kualitas yang berkaitan dnegan
kedekatan kepada Allah. Hijab terbesar yang menghalangi manusia dari
melihat Zat Mahabenar adalah dirinya sendiri. Secara instink manusia
menempatkan dirinya pada posisi penting. Tujuan utama dan paling
penting dari kenabianadalah membebaskan manusiaagar tidak
bergantung pada diri mereka sendiri, karena diri itu tidak memiliki realitas
hakiki. Agar manusia tidak lagi berpijak pada realitas palsu dan mengakui
realitas hakiki adalah milik Allah semata.
§  Dua Tangan Allah
Bab ini menjelaskan sebuah bait AL-Quran dalam kisah penciptaan
Adam oleh Allah. Allah memerintahkan iblis untuk bersujud dan iblis pun
menolak. Allah bertanya kepada iblis, “Apa yang mencegahmu untuk
bersujud di hadapannyayang kuciptakan dengan kedua tangan Ku
sendiri?” (QS 38:75). Ditekankan dalam wacana ini “Dua Tangan
Allah”sama sekali tidak seperti tangan manusia. Memahami “dua tangan”
menurut ulama Ibn Al-‘Arabi menunjukkan bahwa suatu hubungan polar
dalam diri Allah sendiri.  Bahwa Dia menciptakan Adam dengan dua
tangan ini menunjukkan Dia menggunakan polaritas iniuntuk menciptakan
mikrokosmos. Mikrokosmos itu sendiri, yang diciptakan dalam citra Allah,
pasti mempunyai “dua tangan” dalam arti kualitatif yang sama bahwa
Allah pun mempunyai, bukan hanya secara fisik.
Semakin dalam tentang ayat dua tangan direnungkan, semakin
banyak pertanyaan yang muncul. Namun, ulasan penulis bukan untuk
menjawab pertnyaan yang muncul, namun hanya melukiskan makna dari
“dua tangan” Allah. Akan ada makna “dua tangan” kanan dan kiri.makna
kualitatif dari istilah kanan dan kiri dikemukakan oleh para ulama tafsir
Al-Qur’an atas ungkapan Golongan Kanan dan Golongan Kiri. Maybudi
menuturkan kepada kita bahwa para ulama tafsir “kurun awal”
mempunyai empat pandangan dasar mengenai ungkapan “Golongan
Kanan” yakni hari kebangkitan, golongan kana menerima kitab dari
tangan kanan, golongan kiri dari tangan kiri, golongan kanan adalah
orang yang berbuat baik dangolongan kiri tidak berbuat baik.
Segala hal yang tinggi dan yang rendah, yang disebut langit dan
bumi adalah lokus-lokus manifestasi bagi dua genggaman itu, atas dasar
firman-Nya. “ Dan bumi berada  dalam genggaman-Nya.” Fungsinya
adalah sebagai lokus-lokus manifestasi yang dipilh untuk Hari Kiamat
karena pada hari itu benar-benar akan tampak. Sebab, Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya akhirat itu adalah kehidupan sebenarnya” (QS
29:64).
       III.      Kosmologi
§  Langit dan Bumi
Kosmos adalah lokus dari dualitas nyata dan kemajemukan nyata.
Adalah wajar menempatkan konsep dualitas atau menganggapnya
sebagai prinsip. Banyak  sekali variasi pasangan dan hubungan-hubungan
yang sesungguhnya ada dan semuanya adalah konsep dualitas. Al-Qur’an
sendiri menujukkan keunggulan dari angka dua atas angka-angka lain
yang tampak jelas dalam ayat-ayat seperti. “Dan segala-galanya Kami
ciptakan serba berpasang-pasangan” (QS 51:49). Rasyid Al-Din Maybudi
dalam menjelaskan makna harfiah dari ayat ini, mengatakan bahwa
“pasangan” yang dimaksudkan adalah pria da wanitadi antara makhluk-
makhluk hidup dan jenis-jenis yang berbeda di antara benda-benda mati,
mislanya langit dan bumi, matahari dan bulan, malam dan siang, dll.
Pasangan yang paling sering disebut dalam Al-Qur’an  yang dapat
ditafsirkan sebagai gambaran keseluruhan kosmos adalah langit dan
bumi. Sejumlah ayat menyaranka bahwa segala sesuatu di alam raya
dicakup oleh keduanya ini. Dalam pandangan Muslim, tidak ada yang
netral atau kesia-siaan di langit dan bumi. Penciptaan mengandung suatu
tujuan dan tujuan ini berkaitan erat dengan peranan manusia. Slah satu
istilah Al-Quran yang tepat untuk  menrjemahkan kata Tao  ke dalam
bahasa Arab adalh haqq  yaitu berarti benar dan betul, nyata, layak tepat.
Para ahli kosmologi sering mengungkapkan kepelikan dan
kemenduaan makna dari hubungan-hubungan kualitatif melalui gagasan
tentang empat “pilar” atau “unsur”. Keempat unsur itu adlah  tanah, air,
udara dan api. Ahli kosmologi membahas pilar dalam pengertian sifat-
sifatnya. Tanah itu kering dan dingin, air basah dan dingin, udara basah
dan panas, api kering dan panas. Bumi sebagi suatu unsur mewakili sifat-
sifatyang paling jaubdari lagit. Maka keempat unsur itu mewkili empat
tahap kualitatif dan eksistensi bumi. Di antara keempat unsur, beberapa
ahli pasti kan menempatkan bumi pada urutan pertama yang  paling baik.
§  Perkawinan Makroskosmik
Bab ini menjelaskan sikap-sikap Islam terhadap hubungan , entah
yang menyangkut manusia atau tidak. Mitos dan pemikiran Islam sering
menggambarkan hubungan-hubungandalam pengertian pria dan wanita,,
langit dan bumi. Maka sangat  normal jika perkawinan harus digunakan
untuk menjelaskan hubungan yang membawakan hasil antara kedua
belah pihak.
Menurut Qunawi ada lima tingkat dasar perkawinan : tak terlihat,
ruhaniah, “alamiah” atau berkaitan dengan Dominion, elemental atau
rendah dan “manusiawi” dalam pengertian khusus. “Perkawinan” atau
proses untuk melahirkan entitas pertama berkaitan dengan tingkat esensi
Ilahi dalam pengertian nama-nama dasar tertentu yang disebut Qunawi
“kunci-kunci mneuju yant Tak terlihat sesuai dengan auat Al-Qur’an. “Dan
di sisi Tuhan tersimpankunci-kunci mneuju yang Tak Terlihat, tak seorang
pun yag mengetahuinya kecuali Dia” (QS 6:59).
Perkawinan yang pertama merupakan proses pengalihan perhatian
Esensi Ilahi kepada nama-nama asal yang pertama. Perkawinan terjadi
ketika ayah wujud paripurna menghamili ibu yaitu Kunci menuju yang Tak
terlihat. Perkawinan kedua “Ruhaniah” pertemuan antara makna-makna
aktif dan reseptif di dalam dunia maknauntuk melahirkan realitas Ruhani
yang berada di dunia ciptaan pertama. Perkawinan ketiga “alamiah”
berkaitan dengan Dominion yang mengacu pada suatu bidang perantara
antara dunia ruhani atau  “Kemahaperkasaan” dan dunia jasmani
“Perkawinan” tersebut ketika terjadi ketika ruh-ruh tinggi tertentu
berpaling pada tingkatan alam. Perkawinan keempat ialah dunia
elemental yang rendah. Ia merupakan penghubung yang ada di anatar
reaitas-realitas jasmaniah yag sederhana sebagai akibat dari pengaruh-
pengaruh langit dan realitas ruhaniah. Perkawinan kelima adalah tidak
dianggap mempunyai tingkat kecuali bagi realitas yang dapat dipahami
dari pertemuan seluruh tingkat dan ini berikaitan hanya dengan manusia.
§  Perkawinan Manusia
Pesan apa yang disampaikan oleh hubungan seksual manusia
kepada kits mengenai Tuhan dan makrokosmos? Untuk menjawab
pertanyaan semacam ini, kita perlu mempertimbangkan ajaran-ajaran
Islam yang ada kaitannya dengan hubungan pria dan wanita dan
kemudian melihat bagaimana semua itu ditempatkan dalam konteks
mengenai Tuhan, makrokosmos dan mikrokosmos. Tentu saja, Islam
secara umum mengandung banyak ketentuan tentang hubungan
perkawinan. Mengingat perkawinan merupakan pondasi masyarakat dan
merupakan salah satu kebaikan yang tertinggi, tentu saja Islam
mengharapkan baik suami maupun istri agar berperilaku dngan cara
sebaik-baiknya terhadap pasangan. Nabi berkata, Yang paling baik di
antara kalian adalah yang bersikap paling baik tehadap istrinya ,, dan aku
yang paling baik di antara kalian semua terhadap istriku. Hadis ini
ditunjukkan khusus kepada pria, tetapi jangan mengira bahwa Tuhan
hanya menunjukkan Firman-Nya hanya kepada kaum pria semata, Al-
Qur’an memasukkan kaum wanita dalam gambaran itu dengan
mengemukakakn poko-pokok yang sama ditampilkan di tempat lain
melalui ungkapan gramatikal bersifat maskulin. Ada juga ayat yang
bergramatikal feminin dan maskulin.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang paling terkenal dan dalam kalangan
tertentu  menyandang buruk, adalah ayat Al-Qur’an 2:228 “Kaum pria
satu derajat lebih tinggi daripada mereka (kaum wanita)” tetapi konteks
ayat ini hanya itu perceraian. Banyak penafsiran tentang ayat ini da
sebagian mmungkin menganggap sebagai bukti yang jelas bahwa Islam
bertujuan utnuk merendahkan kaum wanita dalam masyarakat,, tetapi
mereka yang mengkajinya cermat akan menganggapnya sebagai bukti
yang jelas dari kekuatan kaum wanita yang menguasai masyarakat islam.
Ibn Al-a’rabi dalam beberaa tulisannya menganggap derajat kaum
pria lebih tinggi dibandingkan kaum perempuan. Namun, bukan karena
Hawa tercipta dari Adam, sebab Yesus-ruh dan firman Tuhan dan salah
seorang manusia tercipta dari Maryam, tanpa ada perantaraan manusia
sama sekali. Sebaliknya tingkat pria ada hubungannya dengan
dominasi yang dalam kasus pria dan yin dalam kasus wanita. Setiap kali
Ibn Al-;Arabi mengambil sudut pandang menegnai sifat dalam diri kaum
pria atau kaum wanita, maka dicapai kesimpulan yang layak bagi sifat itu.
Namun dalam analisis terakhir, kita memasuki faktor-faktor yang tidak
diperhitungkan dalam bentuk Ilahi, yang mendorong pada
ketidakterbatasan. Di sini Tuhan melakukan apayang Dia inginkan, dan
dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara kaum pria dan wanita.
Tuhan menciptakan manusia dalam citraNya sendiri dan karenanya
merupakan bentuk yang paling sempurna di dalam kosmos, tujuan dari
penciptaan, puncak dari kosmos. Inilah alasannya sehingga Tuhan
membuat Nabi mencintai kaum wanita-melalui kaum wanita bentuk yang
sempurna muncul. Namun, itu bukan salah satu alasan, sebab
kegembiraan yang diperoleh melalui perkawinan itu sendiri sangat idah
dan memikat. Ini terbukti dengan adanya kenyataan bahwa penghuni
surga melakukan perkawinan semata-mata untuk mndapatkan
kesenangan, bukan untuk mendapatkan anak.
Inti pembahasan ini yaitu bahwa menyaksikan atau merenungkan
Tuhan dalam diri wanita merupakan jenis kesaksian yang paling
sempurna yang diberikan kepada manusia. Ada gunanya kita ingat di sini
bahwa wakil-wakil dari tradisi kearifan Muslim tidak menyetujui bahwa
Tuhan dapat diligat dalam diri-Nya sendiri yaitu dalam Esensi-Nya. Esensi
Tuhan berada di luar pembahasan, entifikasi dan hubungan.  Ibn Al-‘Arabi
kini beralih pada persepsi “Taois” dalam realitas. Sesungghnya, realitas
tertinggi itu bersifat yin atau feminin, sebab esensi Tuhan menerima
semua bentuk dengan carayang sama di mana Tuhan  sebagai yang
Mahatahu,
§  Rahim
Manusia berkembang di dalam rahim dengan cara yang sejajar
dengan tatananyang diatur  oleh Tuhan dalam menciptakan
makroskosmos. Di dalam rahim, bayi tumbuh menuju kesempurnaann
dan pembebasn dengan cara melepaskan diri dari rahim untuk dilahirkan
ke dunia. Di dunia manusia tumbuh menuju kesempurnaan ruhani, dan
mencapai pembebasan dengan meninggal duunia ini menuju lahir ke alam
akhirat.
“Rahim” adalah nama bagi realitas alam. Alam adalah realitas yang
menyatukan oanas, dingin, basah dan kering. Ini berarti bahwa alam
identik dengan masing-masing dari keempat unsur tersbut tanpa
pertentangan, tetapi tak satupun dari mereka yang identik dengan dalam
setiap hal, hanya beberapa hal saja. Manusia diciptakan dengan dua
tangan Tuhan dan dibuat dengan citra-Nya, maka dia memhami seluruh
dunia. Inilah definisi  dari apa yang dimaksudkannya sebagai manusia.
Adalah mustahil menjadi manusa tanpa pada saat yang sama
menjadi barzakh sebuah genting yang memisahkan dan menyatukan
semua dualitas, seluruh samudara yang ada dalam realitas : Tuhan dan
kosmos, zat dan kehampaan. Tangan kanan dan tangan kiri, ruh dan
badan, cahaya dan kegelpankeindahan dan kemegahan, belas kasih dan
kemurkahan. Sebagai lokus dari perwujudan bagi tanga kiri Tuhan, bdan
merupakan realitan yin yang mutlak peting yang tanpaitu yang menjadi
kering atau lebih tepat tanpa yin, yang tidak ada.
       IV.      Psikologi Ruhani
§  Hierarki Statis
Mikrokosmos adalah individu manusia. Segala seuatu dalam
makroskosmos tercermin di dalam mikrokosmos. Jika makrokosmos
adalah dunia di luar sana, mikrokosmos adalah dunia di sini. Para ahli
kosmologi Muslim melihat acuan pada ketiga realitas dan integrasinya ada
ayat Al-Qur’an, “Akan Kami perlihatkan kepada mereka dalil-dalil
kekuasaan Kami di segenap ppenjuru alam dan pada dirinya sendiri,
sehingga jelas bagi mereka bahwa yang Kami wahyukan itu adalah (QS
1:53). Realitas relatif dari tanda-tanda dalammakrokosmos dan
mikrokosmos itu menunjuk pada realitas mutlak dari yang Nyata, yakni
Metakosmos. Ketika seseorang pencari sunguh-sungguh menyadari
bahhwa “Tidak ada sesuatu yang nyata keculai yang Nyata,” berarti dia
telah mencapai tauhid.
Al-Qur’an meweujudakan metakosmos di dalam makrokosmos
dengan cara khusus sesuai kebutuhan mikrokosmos. Tuhan menciptakan
kosmos dan juga manusia melalui kata jadilah, maka bahasa itu berada
di pusat eksistensi. Al-Qur’an memungkinkan terjadinya gubungan dunia
Ilahi dn dunia manusia. Memang benar bahwa Tuhan tidak dapat
diketahui dan tidak dapat dibandingkan, tetapi Tuhsn ysng tidak dapat
diketahui ini adalah Tuhan sebagai Dia dan diri-Nya sendiri tanoa
mempertimbangkan hubungan-Nya dengan kosmos.
Prioritas hierarki dari ruh terkait dengan prioritas eksistensiaal,
dalam pengertian bahwa muncul setalh ruh dan dalam beberapa hal
kurang nyata dibanding ruh. Hubungan antara ruh dan berbagai indra itu
seperti hubungan seorang raja dan pelayan-pelayannya. Tetapi di sini
polaritas yang/yin menjadi lebihh halus, sebab segala di antara ruh
sebagaimana adanya dan badan sebagaimana adanya mempunyai dua
wajah, yang satu berpaling pada ruh dan yang satunya lagi pada badan.
Di sini kita melihat serangkaian hierarki yang berkisar objek-objek mati,
kata yin  dalam hubungannya dengan nafsu dan kemarahan hingga Tuhan
sendiri, yaitu yang  yang berhubungan dengan semuanya.
§  Dinamika Jiwa
Seorang manusia memiliki berbagai kecedrungan atau dimensi
batiniah yang diwakili oleh kata-kata seperti jiwa, ruh,  dan akal . tanpa
dimensi ini tidak mungkin ada masalah “perjuangan melawan diri sendiri”
jika perubahan jiwa dapat digambarkan dalam pengertian suatu
perjalanan atau pendakian dari ketidaksempurnaan menuju sempurna,
atau dari kelalaian menuju ingatan dan kesadaran, ia juga dapat
dipahami sebagai perpindahan dari penyebaran menuju kesatuan.
Realitas manusia, meskipun tunggal, mempunyai indra-indra dan
dimensi-dimensi jamak.
Ketiga tingkat jiwa—dlam beberapa teks diperluas hingga empat
atau lima – berasal  dari bagian-bagian Al-Qur;an yang mengacu pada
jiwanya dalam kaitannya dengan sifat-sifat yang berbeda : jahat,
meyalahkan dan berdamai dengan Tuhan. Tujuan hidup manusia adalah
menyucikan jiwa dan membiarkannya bergabung lagi dengan dunia dari
mana dia turun. Tema ini meresap ke dalam tradisi inteletual. Al-Qur’an
menggunakannya untuk meringkas seluruh kecenderungan negatif dari
jiwa. Pendeknya, mengikuti keimbnagna berarti berpaling dari yang Nyta.
Kita telah menemui istilah itu, dalam ayat-ayat Al-Qur’an  eperti 23:71
“Andaikata yang Nyata itu harus megikuti kembimbangan mereka, pasti
binsalah langit dan bumi beserta isinya.” Makna harfiah dari kata itu
adalah menetes, jatuh, tumbang. Jika diperluas beratyi terpesona, jatuh
cinta, cinta, hasrat.
Fungsi dasar syariat yang semua mengalihkan kekuatan jiwa ke
arah yang dapat membantu jiwa untuk meraih kebahagiaan. Razi
mengikat sifat negatif feminin dan maskulin dri jiwa pada dua pengertia
Al-Quran yang menganggap berasal dari manusia dalam ayat mengenai
amant, yang membicrakan tentang peranan unik yang dimainkan
manusia dalam penciptaan. Tuhan berfirman, “Kami telah menawarkan
Amanat kepada langit dan bumi serta gunug-gunung, tetapi mereka
menolak melaksanakannya dan takut. Dan manusia menerima amanat
itu, sesungghnya dia sangat bodoh dan zalim,” (QS 33 : 72).
§  Hati
Bagi banyak ahli Muslim, pengetahuan mengenai hati manusia
merupakan kunci menuju pengetahuna tentang Tuhan, makrokosmos dan
mikrokosmos. Hati, sebagai jiwa rasional ketika mencapai kesempurnaan
penuhnya, merupakan cita-cita dari penciptaan. Karena dibuat dalam citra
Tuhan, ia mencakup seluruh realitas. Hanya melalui hati manusialah
keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos dapat dicapai. Al-qur;an
menggambarkan hati (qalb) sebagai lokus dari apa yang membuat
manusia menjadi manusiawi, pusat dari kepribadian manusia. Dan karena
manusia terikat erat dengan Tuhan, pusat ini merupakan tempat mereka
bertemu dengan Tuhan. Pertemuan ini mempunyai dimensi kognitif dan
juga dimensi moral. Hati merupasakan pusat sejati, hati adalah tempat
yang dilihat Tuhan, ia menuju kemunafikan, watak yang palin buruk
dalam pandangan Muslim, hati adalah tempat di mana Tuhan
mengungkapkan diri-Nya sebndiri pada manusia, hati adalah pusat
pandangan, pemahaman dan ingatan (dzikir).
Jiwa ideal menerima limpahan ruh dan melahirkan hati. Inilah jiwa
yang damai. Kadang-kadang para pengarang membandingkan jiwa ini
dengan perawan Maryam, sementara Isa adalah hati yang dilahirkannya.
Rumi, dalam suatu variasi kecil mengenai tema ini, menggambarkan
badan manusia sebagai Maryam .
Jika kita menganggap akal dan jiwa telah disempurnakan dan hidup
bersama dalam keselarasan sepenuhnya, maka hati pasti telah dilahirkan.
Namun, jiwa “wanita” yang baik ini, tidak lain dari suaminya, sebab
penyatuannya dengan akal itu semourna dan menyeluruh. Dan
sesungghunya esensi manusi sejati itu adalah hatinya. Manusia-masnuai
yang telah  mencapai keadaan yang semourna ini berfungsi sebagai hati
makroskosmos, sebab hanya dalam diri merekalah  sifat-sifat langit dan
bumi atau dari seluruh sifat dua tangan Tuhan seoenuhnya terwujud.
Jiwa manusia terletak dalam suatu poros vertical, ia dapat naik
dengan jalan bergerak menuju ruh atau turun bergerak menjauh. Sifat
Tuhan, petunjuk yang menampilkan dirinya secara langsung dalam
makrokosmos melalui para nabi dan mikorksomos melalui akal,
menyerukan jiwa agar kembali pada asal usulnya. Namun, sifat
menyesatkan yang menjelam dalam diri-diri setan  dan jiwa ytang
menguasai kejahatan, menyerukan jiwa agar mengikuti sifat-sifat hewan
dan bergerak menjahi Tuhan.
B.     Manfaat Isi Buku
Adapun manfaat dari buku ini adalah sebagai berikut :
·            Kita dapat mendapatkan pemahaman terkait bagaimana hubungan
antara Tuhan, makroskosmos (segala hal selain Tuhan) dan
mikroskosmos (manusia).  Ketiga hal ini disebut tiga realitas.
·            Membaca buku ini, membuat kita tersadar bahwa Tuhan
menurunkan Al-Qur’an menjelaskan seluruh tata kehidupan yang ada di
makrokosmos (alam dan sebagainya) dan juga tata hubungan manusia
mulai dari perkawinan, hubungan manusia dsb.
·            Tiga realitas adalah hubungan kesatuan, jika inginmelihat
keberadaan Tuhan maka lihat lah tanda-tandanya dan ini bisa dilihat dari
makrokosmos dan dikuatkan dengan pengambilan ayat Al-Qur’an tentang
hal tersebut. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah
Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu[ QS: 41.53]
·            Pembahasan mengenai psikologi ruhani juga menyadarkan bahwa
kita mempunyai akl dan jiwa serat nafsu harus disertai dengan hati.
Karena manusia sejati itu bergantung pada hatinya. Hati manusia sebagai
jalan untuk untuk menuju pada kualitas-kualitas ilahi yang tinggi atau
kualitas duniawi yang rendah. Manusia pada posisinya sebagai hamba
memiliki derajat keterjauhan dengan Allah SWT namun juga memiliki
derajat yang dekat sebagai khalifah yaitu wakil Allah di bumi.
·            Manusia memiliki kualitas langit juga memiliki kualitas bumi
sehingga ia adalah makhluk yang sempurna karena satu-satunya makhluk
yang dibuat dari kedua tangan Allah. Manusia adalah representasi yin
(jamal) dan yang (jalal) yang menunjukkan kesempurnaan proses
penciptaan. Dalam hal ini jiwa maskulin adalah jiwa yang aktif untuk
menguasai kejahatan yang bisa merusak jiwanya dan jiwa feminim adalah
jiwa damai yang sepenuhnya tunduk pada Tuhannya.
C.    Manfaat Buku berkaitan dengan Gender
·            Membaca buku  ini, mendobrak pemaham feminis liberal tentang
kedudukan perempuan. Buku ini mengkupas relasi gender dari segi Al-
Qur’an dan dikaitkan dengan Tao ajaran Cina Yin dan Yang.
·            Tuhan menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan dan
tidak ada perbedaan derajat anatara satu sama lain, ini berdasarkan
kehendak Tuhan dalam menciptakan hambaNya

·            Dari ulasan tersebut Sachiko mengemukan bahwa bagaimana derjat


wanita itu sama dan tidak kalah dengan laki-laki. Bahwan lebih tinggi
karenanyalah terjadinya kelangsungan kosmos dan darinyalah anak-anak
lahir sebagai mikrokosmos, menurutnya bahwa perenungan yang
sempurna yaitu bagaiman kita merenungi ketak terbatasnya kekuasaan
ilahi yang menciptakan wanita dengan sifat dan kemulian yang hebat,
sehingga seorang laki-laki yang mulia saja yaitu Rasul mencintai wanita-
wanita yang mulia tersebut, hal ini mengambarkan bahwa tidak ada yang
lebih hebat dan tinggi dalam dataran kosmos semuanya memiliki nilai
drajat yang sama, hanya saja menurut Sachiko ada beberapa yang telah
menjadi aturan khusus (syar’i) seperti imam dalam shalat sebagaimana
yang ia kutipdari pernyataan Maybudi bahwa dalam hal-hal tertentu laki-
laki seperti dalam hal talaq, hak ini diberikan kepada suami. 

Guns, Germs, and Steel adalah buku karya Jared Diamond, profesor
geografi dan fisiologi dari Universitas California (UCLA), yang diterbitkan
pertama kali di tahun 1997, dan setahun kemudian memperoleh
penghargaan Pulitzer Prize untuk kategori Non-fiction.
…..
Kalimat pembuka di Kata Pengantar buku ini bisa menjadi penunjuk
maksud penulisnya, “Buku ini hendak menyajikan riwayat singkat umat
manusia 13.000 tahun terakhir”. Dan, kalimat tanya yang ditulis Diamond
untuk memotivasi pembacanya sehingga bersedia meluangkan waktunya
untuk membaca buku ini adalah: “Mengapa sejarah berkembang secara
berbeda di berbagai dunia?”. Provokatif..
…..
Di bab pertama, Diamond mengutip pertanyaan Yali, penduduk asli Papua
yang menemaninya saat melakukan penelitian biologi disana, yang juga
menjadi pemicu keingintahuan pembaca, menjadi awal isi buku kajian
sejarah perkembangan budaya bangsa-bangsa di dunia ini: “Kenapa
kalian orang kulit putih membuat begitu banyak barang berharga dan
membawanya ke Papua, tapi kami orang kulit hitam memiliki begitu
sedikit barang berharga sendiri?”. Keahlian Diamond tentang aspek-aspek
lain evolusi manusia, sejarah, dan bahasa, menjadi modal untuk
menjawab pertanyaan Yali tersebut.
…..
Bila Why Nations Fail, karya Daron Acemoglu dan James Robinson,
beranggapan bahwa faktor manusia adalah penyebab utama perbedaan
nasib suatu bangsa, walaupun secara geografis dan sejarah bangsa2 yang
diperbandingkan tersebut hampir sama namun bisa berbeda
kesejahteraan, maka Jared Diamond dalam bukunya yg memenangkan
Pulitzer 1998 ini, menjadi menarik untuk dipelajari karena kesimpulan
yang berbeda, juga mengingat banyaknya dukungan data sejarah bangsa
yang berasal dari ribuan tahun yll. Kedua buku di atas membahas hal yg
kurang-lebih sama, yaitu mempertanyakan penyebab perbedaan
kesejahteraan bangsa-bangsa dengan sudut pandang kajian yang 
berbeda. Faktor manusia, menurut Diamond hanyalah bagian
dari proximate factors (penyebab langsung), dan yang perlu digali lebih
lanjut adalah ultimate explanations (penyebab dasar). Kondisi fisik,
sosial, lingkungan seperti apakah yang bisa menyebabkan manusia bisa
menjadi proximate factor penentu kemakmuran?
…..
Perjalanan Diamond di Papua  sebagai ahli Biologi Evolusi, menjadi titik-
tolak bahasan dalam buku ini. Sejarah perkembangan kehidupan manusia
Papua, Aborigin Australia, Maori banyak mendapat perhatian, selain juga
bangsa Erasia “Bulan Sabit Subur” (the Fertile Crescent), Afrika, Indian,
China dan Jepang, sebagai pusat perkembangan peradaban.
…..
Banyak pertanyaan dan penjelasannya disajikan dalam buku ini untuk
memancing pikiran kritis pembaca, misalnya “Mengapa sebagian orang
Eurasia dan bukan orang Aborigin, Australia, Afrika Sub-Sahara atau
penduduk asli Amerika yg berekspansi ke seluruh dunia?” atau “Mengapa
Eropa, bukan China?“.
…..
Penulisan buku ini juga dimotivasi oleh ketidakpuasan atas banyaknya
artikel sejarah perkembangan bangsa-bangsa yang dianggap Diamond
kurang komprehensif, karena pembahasan yang lebih dominan hanya
pada masyarakat Erasia dan Afrika Utara saja, yang saat itu sudah
mempunyai kemampuan baca-tulis, sehingga menurutnya memiliki tiga
kekurangan, yaitu:
…..
Pertama, semakin banyak orang tertarik pada kondisi sosial masyarakat
di luar masyarakat Erasia barat, yang meliputi sebagian besar penduduk
bumi dan mayoritas kelompok etnis, budaya, dan linguistik dunia.
Beberapa diantaranya bahkan sudah menjadi kekuatan ekonomi dan
politik dunia, dan beberapa lagi berpeluang untuk menyusul.
…..
Kedua, bagi orang yang secara spesifik berminat pada terbentuknya dunia
modern, uraian sejarah yang terbatas hanya pada perkembangan sejak
kemunculan tulisan, tidak dapat memberikan pemahaman yang
mendalam, karena sebenarnya masa pra-tulisan sebelum 3.000 SM
adalah akar dominasi Erasia barat di dunia modern.
…..
Ketiga, suatu uraian sejarah yang terfokus pada masyarakat-masyarakat
Erasia barat, sepenuhnya mengabaikan pertanyaan besar yang sudah
seharusnya diajukan. Mengapa justru masyarakat-masyarakat itu yang
menjadi berkuasa dan inovatif melebihi takaran sewajarnya? Atau,
mengapa semua unsur pendukung penaklukan itu muncul di Erasia barat,
dan hanya secara terbatas atau bahkan tidak muncul sama sekali di
tempat-tempat lain? Perlu penjelasan dasar lebih lanjut (ultimate
explanations).
…..
Memahami masyarakat-masyarakat Erasia barat pun mustahil dilakukan
jika perhatian terfokus hanya kepada masyarakat-masyarakat tersebut.
Untuk itu, perlu juga dipahami semua masyarakat lain, sehingga
masyarakat-masyarakat Erasia barat bisa ditempatkan di dalam konteks
yang lebih luas.
…..
Menurut Diamond, buku-buku lain mengenai sejarah dunia juga
cenderung terfokus pada peradaban-peradaban maju dan melek huruf di
Erasia selama 5000 tahun terakhir; semuanya membahas peradaban
penduduk asli Amerika pra-Kolumbus hanya sepintas lalu, dan
memberikan perhatian yang lebih sedikit lagi kepada sisa dunia selain
interaksinya dengan peradaban Erasia baru-baru ini. Sintesis sebab-
akibat historis yang bersifat global telah dijauhi oleh sebagian besar ahli
sejarah, karena merupakan permasalahan yang tampaknya tak
terpecahkan.
…..
Jadi, belum ada jawaban yang diterima secara umum terhadap
pertanyaan Yali. Di satu sisi, berbagai penjelasan hampiran sudah jelas:
suku bangsa tertentu mengembangkan senapan, kuman, baja dan faktor-
faktor lain yang menghasilkan kekuatan politik dan ekonomi sebelum
suku bangsa lain, sementara ada pula suku bangsa yang sama sekali
tidak pernah mengembangkan faktor-faktor tersebut. Di sisi lain,
penjelasan-penjelasan mendasar -misalnya, mengapa perkakas perunggu
muncul lebih awal di beberapa bagian Erasia namun muncul baru
belakangan dan di beberapa tempat saja di Dunia Baru, dan sama sekali
tidak muncul di Australia pribumi- tetap tak jelas.
…..
Sistematika Pembahasan
Diamond menyajikan buah pikirannya dalam 4 Bagian besar, yang
rasanya tidak harus dibaca secara berurutan mulai dari bagian depan
buku. Bagian Pertama “From Eden to Cajamarca” berisikan 3 bab,
dimulai dengan Bab 1 tentang kehidupan sosial manusia dan
penyebarannya sejak dari Afrika 7 juta tahun yangblalu, hingga masa
13.000 tahun setelah Jaman Es. Bab 2 tentang berbagai perubahan
lingkungan di berbagai benua, termasuk penyebaran Polinesia 3.200
tahun yang lalu ke berbagai kepulauan Pasifik. Bab 3 mengenai
penguasaan benua Amerika oleh bangsa Eropa, dengan kasus penaklukan
kepala suku Inka di Peru oleh Pizzaro dari Spanyol. Penguasaan atas
senjata, teknologi dan penyebaran penyakit, juga kemampuan baca-tulis,
menjadi isu penting dalam penaklukan, yang dibahas dalam bab ini.
…..

….
Membaca sejarah manusia, dan penyebarannya, selalu menarik. Untuk itu
perlu saya ringkaskan sedikit tulisan Diamond tentang hal ini sebagai
pengingat. Dimulai di Afrika 7 juta tahun yang lalu, berbagai temuan fosil
mengisyaratkan adanya evolusi menuju manusia yang berdiri agak tegak
sekitar 4 juta tahun yll, dan bertambahnya ukuran volume otak pada 2,5
juta tahun yll. Makhluk-makhluk tersebut dikenal secara berurutan
sebagsi Australopithecus, Africanus, Homo habilis dan Homo erectus.
Meskipun Homo erectus berbadan mirip manusia jaman modern, namun
ukuran otaknya masih setengah lebih kecil. Sudah melebihi fisik kera,
namun masih jauh dari manusia modern. Manusia pertama yang
menyebar keluar dari Africa adalah Homo erectus, yang fosilnya
ditemukan di pulau Jawa dan dikenal sebagai Manusia Jawa, berumur 1
juta tahun silam (ada yang berpendapat 1,8 juta tahun yll). Di Eropa,
kehadiran manusia diperkirakan baru 500 ribu tahun setelahnya.
Tengkorak Africa dan Eropa 500 ribu tahun silam tersebut mirip
tengkorak manusia modern, sehingga masuk dalam kategori spesies
Homo sapiens, meskipun volume otak masih lebih kecil dan sangat
berbeda dalam hal artefak dan perilaku. Saat itu, Australia dan Amerika
masih belum ada manusia.
…..
Populasi Eropa dan Asia Barat antara 130.000 dan 40.000 tahun yang lalu
diwakili oleh peninggalan kerangka, sebagai manusia Neanderthal, yang
masuk dalam spesies Homo Neanderthalensis. Mereka berkemampuan
mengubur sesamanya bila meninggal dan merawat sesamanya bila sakit.
Seperti halnya dengan manusia Afrika di jaman yang sama, mereka
belum mampu berburu binatang buas, bahkan memancingpun belum
dilakukan. Belum sepenuhnya dapat digolongkan sebagai manusia.
…..
Sejarah manusia modern mulai dikenal ketika ditemukan situs-situs Africa
Timur berupa perkakas batu dan perhiasan dari telur burung pada 50.000
tahun yang lalu, juga di Timur Tengah dan Eropa Tenggara. Dan 10.000
tahun kemudian, ditemukan artefak yang lebih modern di Eropa Barat
Daya, yang disebut manusia Cro-Magnon. Manusia yang secara biologis
dan perilaku bisa dianggap sebagai manusia modern. Peninggalan produk
seni berupa lukisan gua, patung dan alat musik adalah karya manusia
Cro-Magnon yang sudah banyak dikenal. Senjata pelontar tombak, panah
dan busur juga peralatan berburu seperti tali jala, tali pancing dan jerat,
menjadi penanda kemajuan manusia Cro-Magnon.
…..
Bagian Kedua, “The Rise and Spread of Food Production“, terdiri dari
7 bab yang intinya mengenai kemampuan bercocoktanam dan berternak
melalui domestikasi dari daerah lain, dan berubah dari budaya pemburu
menjadi produsen makanan sendiri. Namun, kemampuan tersebut tidak
merata di semua wilayah, sehingga proses domestikasi tidak terjadi. 
Beberapa sentral produksi makanan mengalami kesulitan untuk menyebar
ke wilayah-wilayah lain. Penyebab utama perbedaan penyebaran tingkat
kemampuan berproduksi adalah orientasi “sumbu kontinen”. Sumbu
kontinen Eurasia adalah dominan barat-timur, sedangkan untuk Amerika
dan Afrika adalah utara-selatan. Bagian ini coba menjelaskan alasannya
secara rinci.
…..
Bagian Ketiga, “From Food to Guns, Germs, and Steel“, terdiri dari 4
Bab. Peran Kuman Penyakit dari Erasia lebih banyak membunuh
penduduk asli Amerika dan non-Erasia, daripada peran Senapan atau
senjata Baja. Ketidak-seimbangan penyebaran wabah mematikan ini
menjadi bahasan utama dalam Bagian Ketiga. Selain itu, kemampuan
memproduksi makanan dan baca-tulis ribuan tahun terakhir ini juga
menjadi penyebab kelebihan keberdayaan suatu kelompok di suatu
daerah dibanding kelompok di daerah lainnya.
…..
Bagian Keempat, “Around the World in Five Chapters“, terdiri dari 5
Bab yang membahas sejarah benua Australia, yang pada awalnya berada
dalam satu kawasan dengan pulau besar Papua. Perkembangan Aborigin
yang terlambat dan tetap menjadi pemburu pengumpul, dibanding orang
Papua yang sudah mulai berkebun, menjadi pokok bahasan dalam Bagian
4 ini. Masih dalam Bagian ini, juga dibahas tentang penaklukan Eropa
terhadap penduduk asli Amerika, yang disebabkan oleh faktor-faktor
perbedaan kemampuan domestikasi perkebunan dan peternakan, wabah
penyakit, lamanya pendudukan, orientasi sumbu kontinen, juga kesulitan-
kesulitan ekologis. Kelebihan besar dalam hal produksi makanan bangsa
Eurasia, dibanding penduduk asli Amerika, merupakan faktor dasar
(ultimate factor), sedangkan tingginya Kuman Penyakit, teknologi,
organisasi politik dan kemampuan baca-tulis bangsa Eurasia merupakan
faktor penyebab langsung (proximate factors) dalam penaklukan
penduduk asli Amerika oleh bangsa Eurasia.
…..
Menarik membaca bagian ini, mengingat saya sendiri pernah berada di
Papua selama 10 tahun, dan beberapa kali sempat mengunjungi berbagai
kota tambang di pedalaman Australia. Satu pertanyaan menggelitik dalam
bagian ini adalah “Bagaimana bisa ciri-ciri Papua itu tidak sampai ke
Australia?”. Selat Torres memisahkan daratan Papua dengan Australia 
dan pulau Mabuiag berada di antaranya. Air sudah memisahkan keduanya
10.000 tahun yll. Babi, busur dan anak panah yang sangat melekat
dengan panduduk Papua, justru tidak dikenal oleh bangsa Aborigin
Australia, melainkan tombak dan pelontarnya lah yang menjadi senjata
utamanya. Aborigin Semenanjung York tidak melakukan pertanian
intensif spt Papua pegunungan, melainkan hidup dari konsumsi ikan. Tak
ada budaya Papua yg menyebar ke pedalaman Australia, kecuali kail ikan
dari cangkang kerang, juga perahu bercadik ala Papua. Genderang,
topeng upacara, tiang pemakaman dan pipa Papua juga diadopsi di
Semenanjung York. Mereka tidak memanfaatkan babi (sedikit atau
bahkan tidak ada) mgk krn kesulitan utk menyediakan makanannya.
Diamond berkesimpulan bahwa dahulu, Aborigin tidak pernah melihat
Papua, atau komunikasi Australia – Papua berhenti di Pulau
Mabuiag. Portugislah yang menemukan Papua 1526, lalu Belanda klaim
bagian Barat 1828 dan selanjutnya Inggris/Jerman klaim bagian Timur
Papua tahun 1884.
…..
“The Future of Human History as a Science“, merupakan bagian
Penutup dan ringkasan buku ini, dari hasil kajian sejarah manusia di
berbagai benua berdasar perkembangan budaya, anthropologi, linguistik,
arkeologi bahkan geologi. Disini dia dengan tegas menyatakan bahwa
“the striking differences between the long-term histories of peoples of the
different continents have been due not to innate differences in the
peoples themselves but to differences in their environments“. Ada
empat hal penyebab utama dalam perbedaan kondisi lingkungan
dimaksud, yaitu:
1. Spesies tanaman dan binatang liar sebagai sumber domestikasi
2. Kondisi alam di dalam masing2 benua, yang mempengaruhi
tingkat penyebaran dan migrasi
3. Kondisi alam perbatasan antar benua, yang mempengaruhi
tingkat penyebaran dan migrasi
4. Luas area atau total populasi. Budaya kompetisi dalam wilayah
yang padat dengan organisasi politik terpusat akan memicu
tumbuhnya penemuan untuk meningkatkan kemampuan produksi
dan akumulasi kelebihan makanan.
…..
Meskipun pembahasan sudah dilakukan secara panjang-lebar dari
berbagai sudut pandang keilmuan dalam buku yang tebal ini, namun
Diamond masih merasa jauh dari cukup untuk dapat menjawab
pertanyaan Yali di awal tulisan ini. “Compressing 13,000 years of history
on all continents into a 400-page book works out to an average of about
one page per continent per 150 years, making brevity and simplification
inevitable“. Sangat rumit dan terlalu menyederhanakan masalah, untuk
dapat menjawab pertanyaan Yali.
…..
Rekomendasi
Buku yang sangat lengkap dan rinci untuk memahami sejarah
perkembangan kebudayaan bangsa-bangsa sejak 13.000 tahun yang lalu
berdasar aspek budaya, arkheologi, anthropologi, linguistik, biologi dan
geografi. Sangat berharga untuk dibaca, meskipun sedikit melelahkan.

Buku tulisan Professor Geografi dari 'University of California',Los Angeles,


Jared Diamond ini merupakan buku yang paripurna dalam menelisik
sejarah umat manusia sepanjang 13 ribu tahun terakhir. Buku yang
meraih hadiah Pulitzer pada tahun 1998 ini menyajikan jawaban
mengenai persoalan kemajuan peradaban manusia. Kejadian bermula
saat Prof Jared Diamond sedang menyusuri pantai di Papua Nugini dalam
rangka meneliti evolusi burung. Seorang teman lokal bernama Yali yang
seorang Politikus bertanya kepada sang Profesor ;"Kenapa kalian orang
kulit putih membuat begitu banyak barang berharga dan membawanya
ke Papua, sedangkan kami orang kulit hitam memiliki begitu sedikit
barang berharga sendiri?" Tidak mudah bagi Jared Diamond untuk bisa
menjawab pertanyaan itu, butuh sekitar  25 tahun!!! untuk menjawab
pertanyaan itu dalam buku ini. Secara ringkas,buku ini bicara tentang
"Sejarah berbagai suku bangsa mengikuti alur yang berbeda-beda
karena adanya perbedaan pada lingkungan berbagai suku bangsa
itu, bukan karena perbedaan biologis pada suku-suku bangsa itu
sendiri'. Pada bab 1 memberikan gambaran singkat mengenai evolusi
dan sejarah manusia,mulai dari nenek moyang manusia berpisah dari
garis evolusi kera, sekitar 7 juta tahun silam, sampai ke jaman es
terakhir sekitar 13 ribu tahun lalu. Kesimpulannya; ternyata
perkembangan manusia di beberapa benua memperoleh
kesempatan start lebih awal dibandingkan di benua lain. Penemuan
GERABAH ternyata mengubah pola konsumsi yang semakin luas
ragamnya dari sekedar memanggang dan membakar bahan pangan
menjadi dapat merebus, sehingga biji-bijian mulai dapat dikonsumsi. Dan
kemampuan menjinakkan binatang ternak mengubah masyarakat
pemburu-pengumpul yang nomaden menjadi masyarakat petani yang
menetap dan menumbuhkan peradaban. Pada bab 2 mempelajari efek-
efek lingkungan berskala benua terhadap sejarah selama 13 ribu tahun
terakhir, dengan meninjau efek lingkungan berskala pulau terhadap
sejarah untuk rentang waktu dan luas daerah yang lebih terbatas. Ketika
leluhur orang polinesia menyebar ke Samudera Pasifik sekitar 3200 tahun
lalu, mereka menemukan pulau-pulau dengan lingkungan yang sangat
berbeda-beda. Dalam kurun waktu beberapa ribu tahun, masyarakat
leluhur Polinesia yang semula homogen telah melahirkan bermacam-
macam jenis masyarakat pada beragam pulau, mulai dari suku Pemburu-
Pengumpul sampai Pra Kerajaan. Pada bab 3 memperkenalkan kita
dengan benturan antara suku-suku bangsa dari benua berbeda, dengan
menghadirkan kembali pertemuan dramatis dalam sejarah saat kaisar
Inka Atahualpa dengan pasukan sebanyak 80 ribu ditangkap oleh
Penjajah asal Spanyol Fransisco Pizzrro yang hanya memiliki pasukan 162
orang saja. Faktor-faktor yang memungkinkan peristiwa itu terjadi
mencakup kuman spanyol, kuda, kemampuan baca tulis, organisasi politik
dan teknologi senjata. Buku ini sangat menarik karena mampu
mengidentifikasi penyebab-penyebab mendasar yang mengakibatkan
penyebab-penyebab langsung  beserta hasil yang terjadi, bukan
sebaliknyalah yang terjadi. Analisis Penyebab-penyebab langsung sendiri
merupakan bagian yang mudah dalam buku ini. Silahkan membeli
buku ini di TB Gramedia dan selamat membacanya, karena
meminjam buku bagus adalah perbuatan bodoh sedangkan
meminjamkan buku bagus adalah perbuatan terbodoh!!!

Divine Matrix Gregg Barden


Penulis: Gregg Braden
Penerjemah: Aulia Ardista Wiradarmo
ISBN: 9786026799418
Halaman: 367
Cetakan: Pertama-Oktober 2019
Penerbit: Javanica
Harga: Rp 95.000
Rating: 3.25/5
  
Kunci untuk bertahan hidup di masa sekarang adalah dengan
menciptakan pola pikir baru pada saat kita masih hidup dalam kondisi
yang mengancam eksistensi kita
~The Divine Matrix, hal 34~

Membahas perihal alam semesta tak akan pernah selesai. Misalnya


tentang perdebatan  mengenai bentuk bumi, apakah bundar atau datar
masih saja terus berlangsung. Satu hal baru yang layak mendapat
perhatian adalah mengenai The Divine matrix.

Bisa dikatakan buku ini merupakan hasil penelitian penulis selama lebih
dari 20 tahun. Termasuk juga perjalanan pencarian jati diri dalam
memaknai rahasia besar yang terdapat dalam tradisi-tradisi paling kuno,
mistis serta kaya.   Tentunya wajar jika penulis mampu  menghasilkan
sebuah karya  luar biasa, hingga diganjar  Nautilius Book Awards. Info
lengkap tentang perhargaan tersebut ada di sini.

Pembaca akan menemukan  penjelasan mengenai eksistensi medan


energi-Matriks Ilahi (the Divine Matrik) yang berfungsi sebagai wadah,
jembatan, juga cermin dari segala hal yang terjadi di antara manusia,
dunia di dalam diri kita, serta dunia di luar tubuh kita.

Pada dasarnya, buku ini bisa dianggap sebagai panduan, alat bantu, yang
dapat diapliaksikan guna menguak misteri kehidupan sehari-hari. Menjadi
jembatan antara misteri dunia quantum dengan pengalaman hidup
sehari-hari. Kita akan dibawa lebih jauh untuk memahami makna
bagaimana penemuan-penemuan saintifik bisa membantu kita menjadi
sosok yang lebih baik dan bersama membangun dunia menjadi lebih
indah.

Menurut penulis,  seperti kehidupan  yang dibentuk dari empat bagian


dasar yang menciptakan DNA, alam semesta pun terdiri dari empat
karakteristik matriks Ilahi yang membuat segala sesuatu bsia bekerja
dengan seharusnya. Kunci memahaminya adalah kemapuan kita dalam
merengkuh 4 penemuan penting yang terkoneksi dengan kehidupan kita
melalui cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. 
 Cara paling sederhana untuk
memberikan definisi bagi Matrik Ilahi, seperti yang diuraikan pada
halaman 119, adalah dengan membayangkannya sebagai tiga hal dasar.
Pertama merupakan wadah bagi alam semesta. Kedua, jembatan antara
dunia di dalam serta di luar diri kita. Terakhir, bayangkan sebagai cermin
yang memantulkan pikiran, rasa, emosi dan keuakinan kita.

Terdiri dari 3 bagian dan 8 bab, dimana dalam tiap bab terdapat uraian
mengenai 20 Kunci Penciptaan Berkesadaran dalam tata letak yang
sengaja dibuat berbeda sehingga tak mungkin luput dari bacaan.  Guna
memudahkan memahami,  pada halaman belakang, membaca bisa
menemukan daftar 20 Kunci Penciptaan Berkesadaran  dalam satu
halaman langsung.

Oh ya, pada halaman belakangan juga disediakan bagian untuk


mencatata hal-hal  yang dirasa penting dari isi buku ini. Pembaca tidak
perlu repot-repot mencari kertas untuk mencatat, atau merasa khawatir
catatannya tersebut hilang. Silakan tulis pada bagian yang disediakan,
dan dibaca kapan pun dirasa perlu.

Saya percaya setiap buku memiliki pembacanya masing-masing, begitu


juga buku ini. Butuh sedikit lama bagi saya untuk memuntaskannya. Isi
buku ini membutuhkan pemahaman mendalam, bukan tipe buku yang
bisa dibabat habis dalam waktu singkat. Apa yang diuraikan penulis,
layak untuk dijadikan bahan perenungan diri.

Guna bisa menyerap inti buku ini, saya sangat menyarankan pembaca
meluangkan waktu khusus. Cari waktu yang tepat, carilah me time Anda.
Siapkan secangkir teh, kopi atau minuman hangat lainnya. Baca tiap
lembar dengan niat untuk mendapat tambahan pengetahuan dan rasa
bersyukur pada karuniaNYA selama ini. Bukan sekedar untuk menambah
jumlah buku yang sudah dibaca semata.

Kesalahan saya ketika membaca buku ini adalah waktu dan tempat yang
tidak tepat. Awalnya ketikaberada dalam kondisi kurang nyaman,
menyambar buku ini untuk dibaca. Butuh hiburan. Ternyata buku ini
adalah buku yang sebaiknya dibaca ketika hati  dan pikiran tenang. Jika
tidak, saya harus mengulang halaman yang saya baca beberapa kali
untuk paham apa maksud penulis.

Keras kepala saya masih juga ada. Sudah tahu isi buku ini spesial, saya
tetap nekat membaca dengan seenaknya. Saya membacanya dalam
perjalanan ke dan dari kantor, di kereta api misalnya. Hasilnya sama,
saya harus mengulang bacaan untuk bisa mendapatkan intinya. karena
ketika bacaan terputus secara tiba-tiba, dan konsentrasi terganggu,
menjadi susah untuk menemukan dan memahami apa yang menjadi inti
uraian. 

Sebenarnya akan lebih membantu jika penerbit berinisiatif membuatkan


semacam alur atau ilustrasi bagaimana sebaiknya cara yang ditempuh
guna memahami isi buku ini. Kadang, gambar lebih mudah dipahami dari
pada rangkaian kata.

Walau demikian tak perlu khawatir, waktu yang Anda luangkan untuk
membaca dan memahami isi buku ini teramat sangat sebanding dengan
makna yang Anda temukan.  

Bagi Anda yang ingin menjembatani realitas masa lalu dengan harapan
masa depan, maka buku ini sangat tepat untuk Anda baca.

Medan energi yang sanagt besar Jembatan, cermin


Seorang ilmuwan kondang bernama GREGG BRADEN menulis sebuah
buku yang best seller berjudul “THE DIVINE MATRIX ; BRIDGING TIME,
SPACE, MIRACLES AND BELIEF”. Dari buku itu saya menyimpulkan bahwa
RUANG KOSONG itu sesungguhnya BUKAN RUANG KOSONG. Ada sesuatu
di situ yang MENJEMBATANI (bridging) segala sesuatu sehingga bisa
terjadi  komunikasi secara INSTANT yang MELAMPAUI KECEPATAN
CAHAYA. Saya kira ini sangat nyambung dengan ungkapan BIKSU TONG
SAM CHONG DALAM SERIAL KERA SAKTI SUN GO KONG, “KOSONG
ADALAH ISI, ISI ADALAH KOSONG”. Itu bukan omong kosong, kalimat itu
adalah benar adanya dan merupakan rahasia hidup yang harus kita
renungkan baik-baik. Jadi, soal JEDA ini sangat sangat mbahnya serius.
Sekarang hayo cek ke masing-masing. Apa yang terus menerus kita
pikirkan dan belum kita beri jeda? Dan saya pastikan sesuatu yang anda
“pegang terus menerus” itu semakin hari semakin membebani jiwa
namun  tak kunjung hadir solusinya. STOP dulu bung !!! Lupakan
sejenak. Beri JEDA !!! Hening !!!
 

Atlas Wali Songo (AWS).


Banyak yang ingin saya ungkapkan mengenai buku ini. Buku ini termasuk text book.
Bukan novel. Bukan pula bacaan ringan. Buku ini padat. Berat. Penuh dengan ilmu
sejarah. Jika Anda penasaran bagaimana bisa agama Islam menjadi dominan di
negeri ini, buku ini jawabannya.

AWS berusaha menjawab keraguan banyak orang mengenai kebenaran adanya Wali
Songo. Karena sesuai dengan apa yang ditulis KH Agus Sunyoto dalam buku ini,
sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia berusaha dipelintir oleh oknum
tertentu untuk seakan menghilangkan jejak para Wali Songo. Salah satu bukti adalah
tidak dicantumkannya sedikit saja perihal Wali Songo di dalam buku Ensiklopedia
Islam terbitan Ikhtiar Baru Van Hoeve. Kalau Wali Songo tidak pernah ada,
bagaimana mungkin berbagai tempat yang diyakini sebagai makam mereka masih
ramai diziarahi oleh umat muslim Indonesia hingga saat ini?

Dalam buku ini penulis menjelaskan dengan sangat detail bagaimana agama Islam
disebarkan dengan cara yang amat sangat rapi, terstruktur, sistematis, merasuk ke
dalam budaya masyarakat nusantara saat itu yang dikenal memiliki karakter yang
cenderung kaku. Dibahas di beberapa bab awal buku ini bagaimana kondisi
masyarakat nusantara sebelum masuknya Islam. Ada satu fakta yang akan
membuat Anda terkejut.

Saya masih sangat ingat isi pelajaran sejarah ketika kecil dulu yang menyebutkan
bahwa agama penduduk pribumi nusantara sebelum masuknya agama Hindu
maupun Budha adalah dinamisme dan animisme. Sebuah aliran kepercayaan yang
seperti menuhankan benda-benda (dinamisme), atau kepercayaan terhadap para
leluhur (animisme). Namun ternyata kepercayaan animisme dinamisme tersebut
pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan kuno asli nusantara yang belum pernah
saya dengar hingga saya membaca buku AWS. Kepercayaan tersebut bernama
kapitayan. Dan tahukah Anda bagaimana para pengikut kapitayan ini
bersembahyang. Bersiaplah untuk terkejut.

Tata cara sembahyang agama kuno kapitayan mengikuti aturan-aturan khusus.


Pertama-tama, ruhaniwan yang sembahyang melakukan Tu-lajeg, berdiri tegak,
menghadap Tutu-k (lubang ceruk) dengan kedua tangan diangkat ke atas
menghadirkan Sanghyang Taya (simbol tuhan dalam kapitayan) di dalam Tutu-
d (hati). Setelah merasa Sanghyang Taya bersemayam di hati, kedua tangan
diturunkan dan didekapkan di dada tepat pada hati. Posisi ini disebut dengan Swa-
dikep, yang bermakna memegang ke-aku-an diri pribadi. Proses Tu-lajeg ini dilakukan
dalam tempo relatif lama. Setelah Tu-lajeg selesai, sembahyang dilanjutkan dengan
posisi Tu-ngkul (membungkuk memandang ke bawah) yang juga dilakukan dalam
tempo relatif lama. Lalu dilanjutkan lagi dengan posisi Tu-lumpak (bersimpuh
dengan kedua tumit diduduki). Yang terakhir melakukan gerakan To-
ndhem (bersujud seperti bayi dalam perut ibunya). Dalam melakukan semua gerakan
sembahyang yang dilakukan selama sekitar satu jam itu, para ruhaniwan kapitayan
berusaha selalu menjaga keberadaan Sanghyang Taya (Yang Hampa) yang sudah
disemayamkan di dalam Tutu-d (hati).

Apakah mulut Anda sedikit terbuka karena terkejut mengingat sesuatu?

Oke… Buku ini memang tidak serta merta langsung membahas mengenai Wali
Songo. Penulis berusaha dengan detail membahas bagaimana kondisi geografis
nusantara saat itu. Bagaimana kondisi penduduk kuno kepulauan nusantara, hingga
darimana nenek moyang kita berasal. Hal ini penting diketahui, untuk menjawab
pertanyaan mengapa para penyebar agama Islam saat itu harus menyusun strategi
khusus. Bagaimana kondisi penduduk nusantara sebelum memeluk agama Hindu,
Budha, hingga Islam, menurut saya dibahas dengan sangat lengkap oleh penulis.
Bahkan, menurut hemat saya, nampak lebih lengkap daripada deskripsi bab lain.

Setelah membahas asal muasal penduduk nusantara, bagaimana kondisi budaya


dan agama kepercayaan saat itu, barulah KH Agus Sunyoto membahas dengan
detail bagaimana Islam masuk ke nusantara. Berawal dengan dijabarkannya para
penyebar-penyebar agama Islam sebelum masa Wali Songo termasuk seperti
Fatimah binti Maimun, Syaikh Syamsuddin al-Wasil, Sultan Malik ash-Shalih, Syaikh
Maulana Malik Ibrahim, Syaikh Jumadil Kubro, Syaikh Ibrahim Samarkandi, Syaikh
Hasanuddin “Quro” Karawang, Syaikh Datuk Kahfi, dan Ario Abdillah Palembang.
Semua tokoh tersebut dibahas dengan amat detail, lengkap dengan penjelasan dari
berbagai versi sumber.

Bab ketiga buku ini membahas kondisi kerajaan nusantara terbesar di masa itu,
Majapahit, sebelum masa-masa intens penyebaran agama Islam oleh Wali Songo.
Penyebaran agama Islam di nusantara bertepatan dengan semakin kendornya
kekuasaan Majapahit. Di awal agama Islam mulai tersebar, banyak pejabat kerajaan
Majapahit yang sudah memeluk agama Islam. Mereka tidak dilarang oleh kerajaan,
dan justru diberi daerah kekuasaan tersendiri. Kebijakan inilah yang akhirnya menjadi
bumerang bagi Majapahit, disamping juga perang perebutan kekuasaan yang tak
kunjung usai.

Melalui buku ini pula, KH Agus Sunyoto berusaha meluruskan fakta sejarah penting.
Benarkah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa adalah Demak? Ternyata salah!

Kerajaan Islam pertama di pulau Jawa adalah kerajaan Lumajang. Jika Demak
berdiri di abad 15, kerajaan Lumajang berdiri di kisaran abad 12. Justru berdasarkan
sisa-sisa artefak dan ideofak yang ada, Demak adalah kerajaan Islam kelima di Jawa
setelah Lumajang, Surabaya, Tuban, dan Giri. Dijelaskan pada bab ketiga buku ini,
saat itu kerajaan Lumajang berada di bawah kerajaan Tumapel (Singhasari).
Bab keempat hingga ketujuh Atlas Wali Songo ini membahas dengan cukup lengkap
bagaimana para Wali Songo menyebarkan ajaran agama Islam, dan berhasil
mengislamisasi penduduk nusantara. Berbagai metode dakwah para wali dibahas
dengan lengkap, termasuk melalui jalur politik, pendidikan, budaya, hingga
pernikahan. Karakter masing-masing wali dan cara mereka menyebarkan ajaran
Islam dibahas mendetail di masing-masing sub-bab. Tak hanya itu, buku ini juga
mengungkap bagaimana asal-usul, nazab, serta gerakan dakwah masing-masing
wali.

Disebutkan pula pada bab akhir buku ini bahwa pola pendidikan ala pesantren
merupakan hasil asimilasi budaya pendidikan Hindu-Budha dengan Islam. Ini adalah
salah satu fakta yang membuka mata saya juga. Sebab, budaya pesantren tidak
dikenal di negara-negara lain selain Indonesia. Diyakini juga, pola pendidikan
pesantren memiliki efek besar terhadap proses Islamisasi penduduk nusantara di
samping dakwah melalui jalur kesenian.

Buku ini juga mengungkap bagaimana penyebaran Islam melalui jalur budaya tidak
bisa kita lupakan begitu saja. Berbagai adat istiadat yang dikembangkan di jaman
kerajaan Demak, banyak yang syarat makna religius, dan oleh karena itulah masih
dilestarikan hingga saat ini.

Secara umum menurut saya buku ini sangat bagus. Detail sejarah yang disajikan
sangat lengkap. Namun bagi saya, atau Anda, yang menikmati cerita sejarah hanya
sebagai sesuatu yang “nice to know” saja, mungkin akan sedikit bosan membaca
buku ini. Hal ini tidak lepas dari tujuan utama ditulisnya buku ini yang ingin dibuat
sebagai “text book“, untuk meluruskan beberapa sejarah yang sedikit melenceng.
Banyak dari buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah, harus direvisi karena
beberapa fakta baru yang diungkap oleh KH Agus Sanyoto melalui Atlas Wali Songo.

Buku ini lebih cocok sebagai rujukan bagi para guru sejarah, mahasiswa sejarah,
praktisi, serta para sejarawan lain. Namun demikian, siapapun Anda yang menikmati
sejarah, memiliki rasa penasaran dengan bagaimana Islam menjadi dominan di
Indonesia, bagaimana beberapa adat budaya bisa bernafaskan Islam, ataupun ingin
tahu bagaimana sepak terjang para Wali Songo, saya yakin Anda akan menikmati
keterkejutan fakta-fakta baru yang menarik di dalam buku ini.
Selama ini, terdapat sebagian kalangan yang meragukan kiprah Walisongo dalam menyebarkan
Islam di Nusantara. Mereka bahkan beranggapan bahwa kisah tentang Walisongo sekadar mitos
atau legenda. Alasannya, tidak mungkin Islam menyebar begitu meluas hanya dapat tempo yang
sebentar. Padahal, berabad-abad sebelumnya, Islam mengalami banyak kesulitan untuk
menyebar di Nusantara, khususnya di Jawa.

Memang diakui, pada awalnya tidak mudah bagi Islam untuk masuk dan berkembang di
Nusantara. Bahkan dalam catatan sejarah, dalam rentang waktu sekitar 800 tahun, Islam belum
bisa berkembang secara massif. Catatan Dinasti Tan dari China menulis, saudagar-saudagar
dari Timur Tengah sudah datang ke kerajaan Kalingga di Jawa pada tahun 674 M, yakni dalam
masa peralihan Khalifah Ali bin Abi Thalib ke Muawiyah. Pada abad ke-10, sejumlah rombongan
dari suku Lor Persia datang ke Jawa. Mereka tinggal di suatu daerah di Ngudung (Kudus),
sehingga dikenal sebagai Loram (dari kata Lor). Mereka juga membentuk komunitas-komunitas
di daerah lain, seperti di Gresik yang dikenal dengan daerah Leran. Tapi tidak ada cerita
perkembangan Islam selanjutnya.

Selain itu, berdasarkan catatan Jawa ditulis, Sultan Algabah dari Rum, mengirim 20.000
keluarga ke Jawa, namun semuanya mati terbunuh, dan hanya menyisakan 200 keluarga. Sang
Sultan pun murka. Agar Islam tetap berkembang di Jawa, Sultan pun mengirim orang-orang
yang dianggap wali dan memiliki karomah, salah satu tokohnya adalah Syeikh Subakir yang
terkenal numbali tanah Jawa agar bisa ditempati. Pada abad ke-10 tersebut, Syeikh Subakir
mengelilingi Jawa dan kemudian kembali lagi ke Rum. Setelah itu, tidak diketahui Islam
berkembang atau tidak.

Dalam catatannya, Marcopolo menulis, ketika kembali dari China ke Italia tahun 1292 M, ia tidak
melewati Jalur Sutera, tetapi melewati laut menuju Teluk Persia. Ia singgah di kota pelabuhan
Perlak Aceh yang terletak di selatan Malaka. Menurutnya, di Perlak, ada tiga kelompok
masyarakat, yaitu (1) China, yang seluruhnya beragama Islam; (2) Barat (Persia), yang
seluruhnya beragama Islam; dan (3) pribumi, yang menyembah pohon, batu, dan roh, bahkan di
pedalaman masih memakan manusia.

Seratus tahun setelah Marcopolo, datanglah Laksamana Cheng Ho ke Jawa tahun 1405. Ia
mencatat, ketika singgah di Tuban, ia menemukan ada 1000 keluarga China beragama muslim.
Di Gresik juga ada 1000 keluarga China beragama muslim, demikian juga di Surabaya ada 1000
keluarga China beragama muslim. Pada kunjungan Cheng Ho yang ketujuh (terakhir) ke Jawa
pada tahun 1433, ia mengajak juru tulisnya yang bernama Ma Huan. Menurut catatan Ma Huan,
kota-kota di pantai-pantai utara Jawa, penduduknya yang China dan Arab beragama muslim,
sedangkan penduduk pribumi rata-rata kafir sebab menyembah pohon, batu, dan roh.

Tujuh tahun setelah itu, yakni tahun 1440, datanglah seorang wali dari negeri Campa (Vietnam
Selatan) ke Jawa beserta keluarganya, yaitu Syeikh Ibrahim Samarqandi dan dua putranya, Ali
Murtadho dan Ali Rahmat. Mereka tinggal di daerah Tuban, tepatnya di Desa Gisikharjo Kec.
Palang. Namun belum sempat berkembang, Syeikh Ibrahim meninggal dan dimakamkan di
sana. Kedua putranya pun menuju Majapahit, sebab bibinya dinikahi raja Majapahit. Oleh raja,
keduanya diangkat sebagai pejabat. Ali Murtadho sebagai raja pendeta (menteri agama) untuk
orang-orang Islam, sedangkan Ali Rahmat sebagai imam di Surabaya. Ali Rahmat inilah yang
kemudian dikenal sebagai Raden Rahmat Sunan Ampel.

Dari Sunan Ampel, lahirlah Sunan Bonang dan Sunan Drajat, serta putri-putrinya, kemudian
murid-muridnya, seperti Sunan Giri dan Raden Fatah. Dari sini kemudian terbentuklah
Walisongo. Ketika pertama datang tahun 1440, Sunan Ampel waktu itu belum menikah. Dan
pada tahun 1470 atau butuh waktu sekitar 30 tahun inilah, Sunan Ampel mengembangkan Islam
di tanah Jawa, sembari putra-putri dan murid-muridnya tumbuh dewasa. Inilah dimulainya era
Walisongo, yakni pada tahun 1470.

Sekitar 40 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1513, seorang Portugis bernama Tome Pires
datang ke Jawa. Ia mencatat, sepanjang pantai utara Jawa, penguasanya adalah para adipati
muslim. Padahal sebelumnya, menurut Ma Huan pada tahun 1433, sepanjang pantai utara Jawa
adalah kafir. Ini mengindikasikan bahwa Islam berkembang secara massal baru sejak era
Walisongo.

Kesaksian lainnya, pada tahun 1522, Antonio Pigafetta, seorang pengelana dari Italia yang
menumpang kapal Portugis datang ke Jawa, ia menyaksikan penduduk pribumi di sepanjang
utara Jawa seluruhnya muslim. Di pedalaman masih ada kerajaan majapahit, rajanya Raden
Wijaya, namun sudah tidak berkembang. Sekali lagi, inilah bukti Islam berkembang luas baru
pada era Walisongo.
Pertanyaannya: mengapa hanya dalam kurun waktu 40-50 tahun Islam diterima begitu meluas di
Jawa, padahal sebelumnya sangat sulit berkembang? Faktor kesuksesan dakwah Walisongo
salah satunya adalah dengan mengembangkan peradaban yang ditinggalkan Majapahit menjadi
sebuah peradaban baru yang akarnya Majapahit tapi cirinya Islam. Contohnya, sampai era
Demak awal, masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, seperti era majapahit.
Pertama, Golongan Gusti, yakni orang-orang yang tinggal di dalam keraton. Kedua, Golongan
Kawula, orang yang tinggal di luar keraton.Gusti artinya tuan, kawula artinya budak, yang tidak
mempunyai apa-apa, hanya memiliki hak sewa, bukan hak milik, sebab yang punya adalah
tuannya (gusti). Jadi, pada era Majapahit, semua hak milik adalah milik keraton. Jika raja ingin
memberi seorang kawula yang berjasa, ia diberi tanah simah/perdikan.
Yang dirintis Walisongo, terutama Syekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga, adalah mengubah
struktur masyarakat gusti dan kawula yang tidak relevan dan tidak manusiawi tersebut.
Digunakanlah struktur komunitas baru yang disebut “masyarakat”, berasal dari istilah
Arab,musyarakah, yang berarti komunitas yang sederajat dan saling bekerjasama.
Salah satu metode Walisongo adalah dengan mengubah mindset masyarakat.
Golongangusti menyebut kata ganti dirinya: intahulun, kulun atau ingsun. Sedangkan
golongankawula menyebut kata ganti dirinya: kulo atau kawula. Orang Sunda
menyebutnya: abdi; orang Sumatera: saya atau sahaya; orang Minang: hamba atau ambo.
Walisongo mengubah semua sebutan yang berarti budak tersebut, dan diganti dengan ingsun,
aku, kulun, atau awak, dan sebutan lain yang tidak mewakili identitas budak. Itulah konsep
masyarakat yang tidak membedakan panggilan antara golongan gusti dan kawula. Bahkan
dalam bahasa Kawi, tidak ada istilah “masyarakat”, “rakyat”, dan sebagainya.
Pada zaman Majapahit, selain golongan gusti, orang tidak mempunyai hak milik, seperti rumah,
ternak, dan seterusnya, sebab semuanya milik keraton. Kalau keraton punya hajat, seperti ingin
membangun jembatan atau candi dan membutuhkan tumbal, maka anak dari
golongan kawula yang diambil dan dijadikan korban. Dengan mengubah struktur masyarakat,
golongan kawula akhirnya bisa menolak karena merasa sederajat.
Orang Jawa era Majapahit terkenal arogan. Prinsip hidupnya adalah adigang adigung adiguna.
Mereka bangga jika sudah bisa menundukkan dan merendahkan orang lain. Menurut kesaksian
Antonio Pigafetta, pada waktu itu, tidak ada orang yang sombong melebihi orang Jawa. Kalau ia
sedang berjalan, dan ada orang dari bangsa lain juga berjalan tetapi di tempat yang lebih tinggi,
maka akan disuruh turun. Jika menolak, akan dibunuh. Itulah watak orang Jawa. Sehingga
dalam bahasa Jawa asli (Kawi), tidak dikenal istilah “kalah”. Kalau seseorang berselisih dengan
orang lain, maka yang ada adalah “menang” atau “mati”. Walisongo kemudian mengembangkan
istilah ngalah, bukan dari asal kata kalah, tetapi bermakna
seperti ngalas (menuju alas) ngawang (menuju awang-awang), maka ngalah berarti menuju
Gusti Alah, yakni tawakkal.
Sebagai bukti kesombongan orang Jawa adalah ketika utusan dari China mengirimkan pesan
dari rajanya kepada ke Raja Kertanegara, karena tersinggung, utusan tersebut dilukai.
Istilah carok di Madura juga berasal dari tradisi Jawa Kuno. Carok dalam bahasa Kawi berarti
berkelahi; warok berarti tukang berkelahi; dan Ken Arok disebut sebagai pemimpin tukang
berkelahi. Oleh Walisongo, dikenalkan istilah baru, seperti sabar, adil, tawadhu’, dan
sebagainya.
Walisongo melihat sebetulnya agama Hindu dan Buddha hanya dipeluk oleh kalangan Gusti di
keraton-keraton. Masyarakat umumnya beragama Kapitayan, yakni pemuja Sang Hyang
Taya. Taya artinya suwung, kosong. Tuhannya orang Kapitayan bersifat abstrak, tidak bisa
digambarkan. Taya didefinisikan secara sederhana dengan “tan keno kinaya ngapa”, tidak bisa
diapa-apakan, dilihat, dipikir, dibayangkan.  Kekuatan Sang Hyang Taya inilah yang kemudian
ada di berbagai tempat, seperti di batu, tugu, pohon, dan disitulah mereka melakukan sesaji.
Agama Kapitayan inilah agama kuno yang dalam arkeologi, sisa-sisa peninggalannya dikenal
dalam istilah Barat dengan dorman, menhir, sarkofagus, dan lainnya yang menunjukkan ada
agama kuno di tempat itu. Oleh sejarawan Belanda, hal ini disebut sebagai animisme dan
dinamisme, karena memuja pohon-pohon, batu, dan ruh. Sedangkan menurut istilah Ma Huan,
praktik seperti ini disebut kafir.
Nilai-nilai agama Kapitayan ini diambil alih oleh Walisongo, dalam menyebarkan Islam. Sebab
konsep tauhid Kapitayan sama dengan Islam. Tan keno kinaya ngapa sama artinya dengan laisa
kamitslihi syai’un. Istilah-istilah yang digunakan Walisongo pun masih istilah Kapitayan, seperti
menyembah tuhan disebut sembahyang (sembah hyang taya). Tempat ibadah Kapitayan disebut
sanggar, yakni bangunan empat persegi yang pada dindingnya ada lubang kosong (simbol dari
Sang Hyang Taya, bukan patung atau arca seperti Hindu Buddha). Walisongo menyebutnya
langgar.
Dalam Kapitayan, ada juga ritual berupa tidak makan dari pagi sampai malam. Walisongo tidak
menggunakan istilah shaum atau siyam, tapi upawasa (puasa, poso). Poso dino pituberarti yaitu
puasa padi hari kedua dan kelima. Nilainya sama dengan puasa tujuh hari. Dalam Islam, dikenal
dengan Puasa Senin Kamis. Tumpeng dalam sesaji juga tetap dijalankan. Inilah yang dalam
istilah Gus Dur disebut “mempribumikan Islam”.
Pada zaman Majapahit, ada upacara “sraddha”, yakni upacara setelah 12 tahun kematian
seseorang. Ketika terjadi peringatan sraddha seorang raja Majapahit, Bhre Pamotan Sang
Sinagara, seorang pujangga, Mpu Tanakung, membuat kidung “Banawa Sekar” (Perahu Bunga),
untuk menunjukkan betapa upacara itu dilaksanakan dengan penuh kemewahan dan
kemegahan. Masyarakat pantai atau sekitar telaga menyebut tradisi tersebut dengan
istilah sadran atau nyadran (dari kata sraddha).

Walisongo yang berasal dari Campa juga membawa tradisi keagamaan, seperti peringatan 3
hari, 7 hari, 40 hari, 10 hari, 1000 hari kematian seseorang. Tradisi ini adalah tradisi Campa,
bukan tradisi asli Jawa, bukan juga tradisi Hindu. Sebab tradisi tersebut juga ada di sebagian
Asia Tengah, seperti Uzbekistan dan Kazakhstan. Dalam buku-buku tentang Tradisi di Campa,
akan diketahui bahwa peringatan tersebut sudah ada sejak dulu.

Dalam tahayul Majapahit, hanya dikenal Yaksa, Pisaca, Wiwil, Raksasa, Gandharwa, Bhuta,
Khinnara, Widyadhara, Ilu-Ilu, Dewayoni, Banaspati, dan arwah leluhur. Orang Majapahit
terkenal sebagai orang yang rasional. Mereka pelaut dan mengenal orang-orang dari China,
India, Arab, dan sebagainya. Dalam zaman Islam yang terpengaruh dari Campa, muncul banyak
tahayul, seperti pocong. Ini jelas berasal dari keyakinan Islam, sebab orang Majapahit matinya
dibakar dan tidak dipocong. Ada juga kuntilanak, tuyul, hingga Nyai Roro Kidul atau Ratu Laut
Selatan yang muncul belakangan, sebab laut mana saja, oleh orang Majapahit, akan dilewati.

Era Walisongo, tidak ada penyebaran Islam dengan kekerasan senjata. Baru zaman Belanda,
terutama pasca Perang Diponegoro, Belanda betul-betul kehabisan dana, sehingga berhutang
jutaan gulden. Setelah Diponegoro ditangkap, ternyata pengikutnya tetap tidak pernah tunduk.
Belanda akhirnya melakukan dekonstruksi cerita-cerita tentang Walisongo, seperti pada Babab
Kediri. Dari babad inilah muncul kitab Darmo Gandul dan Suluk Gatholoco. Yang mengarang
kitab ini bernama Ngabdullah, orang Pati, yang karena kemiskinan, membuatnya murtad menjadi
Nasrani. Ia kemudian berganti nama menjadi Ki Tunggul Wulung dan menetap di Kediri.

Dalam serat karangannya, terdapat banyak cerita yang bertolak belakang dengan kenyataan
sejarah, seperti Demak menyerang Majapahit tahun 1478 dan munculnya tokoh fiktif Sabdo
Palon Naya Genggong yang bersumpah bahwa 500 tahun setelah penyerangan itu, Majapahit
akan bangkit kembali. Padahal menurut naskah yang lebih otentik dan lebih kuno, pada tahun itu
yang menyerang Majapahit adalah Raja Girindrawardhana, raja Hindu dari Kediri. Saking
kuatnya dongeng itu, membuat Presiden Soeharto begitu percaya sehingga menetapkan
disahkannya Aliran Kepercayaan pada tahun 1978 (500 tahun setelah 1478) sebagai simbol
kebenaran sumpah Sabdo Palon akan kebangkitan Majapahit.

Diam-diam, ternyata Belanda membuat sejarah karangan sendiri untuk mengacaukan


perjuangan umat Islam, terutama pengikut Diponegoro. Bahkan Belanda juga membuat Babad
Tanah Jawi sendiri, yang berbeda dengan Babad Tanah Jawi yang asli. Contohnya, naskah
tentang Kidung Sunda, digambarkan adanya peristiwa bubad, yakni ketika Gajahmada
membunuh Raja Sunda dan seluruh keluarganya. Hal inilah yang membuat orang-orang Sunda
memendam dendam pada orang-orang Jawa. Naskah itu sendiri muncul tahun 1860, yang
membuatnya adalah orang Bali atas suruhan Belanda. Itu adalah peristiwa besar, mana mungkin
tidak ditulis dalam Babad Sunda, termasuk dalam naskah Majapahit? Sekali lagi, inilah taktik
Belanda dalam memecah masyarakat dengan membuat cerita-cerita palsu. Dari seluruh
pendistorsian sejarah, semua pasti berawal dari naskah karangan Belanda pasca Perang
Diponegoro.
Umat Islam adalah orang yang tidak mudah ditundukkan Belanda. Mereka merasa lebih tinggi
derajatnya dari orang-orang Belanda yang kafir. Buktinya, sejak tahun 1800-1900, terjadi 112
kali pemberontrakan yang dipimpin oleh para guru tarekat dan orang-orang dari pesantren.
Akhirnya, Belanda membuat cara yang lebih sistematis, ketika tahun 1848 (pasca Perang
Diponegoro), mereka membuat peraturan perundang-undangan, dimana orang kulit putih
(Eropa) ditempatkan pada kelas tertinggi sebagai warga negara kelas satu; orang-orang
Tionghoa dan Timur Asing sebagai warga negara kelas dua; dan warga pribumi (inlander)
sebagai warga negara kelas tiga.  KUHP pun dibagi menjadi dua, yakni KUHP untuk warga
negara kelas satu yang disebut Raad van Justitie, serta KUHP khusus untuk warga negara kelas
dua dan tiga yang disebut Landraad. Dalam perkara perdata, orang-orang Tionghoa dan Timur
Jauh dapat berperkara di Raad van Justitie, tetapi tidak demikian dengan orang pribumi.

Demikian juga diskriminasi melalui lembaga sekolah. Menurut taktik Belanda ini, umat Islam bisa
ditundukkan kalau anak-anak muslim dijadikan sebagai manusia modern dengan mengirim
mereka ke sekolah, sebab pesantren resistensinya sangat tinggi. Dari sekolah inilah umat Islam
menjadi modern, sehingga muncul Serikat Dagang Islam yang kemudian menjadi Serikat Islam
(1912), Muhammadiyyah (1912), Al-Irsyad (1914), Persis (1923), dan sebagainya. Mereka
adalah golongan orang-orang yang berpikiran modern. Dengan cara inilah Belanda
menundukkan umat Islam. Buktinya, PKI lahir dari orang-orang sekolah, yakni dari SI Merah. SI
pecah menjadi dua: SI Merah dan SI Hijau. SI Merah kemudian menjadi Serikat Rakyat yang
pada Mei 1920 menjadi PKI. Sedangkan mereka yang di pesantren dituduh tradisional, primitif,
dan tempatnya TBC (Tahayul Bid’ah, Churafat). Orang-orang pesantren ini akhirnya bertahan
dengan mendirikan NU pada tahun 1926.

Warisan Walisongo terputus ketika pesantren meninggalkan tulisan Jawa. Pada abad ke-17
hingga 18, terutama setelah Terusan Suez dibuka, orang banyak pergi haji ke Tanah Suci.
Pengaruh Timur Tengah pun mulai muncul. Salah satunya, munculnya tulisan pegon yang tanpa
diduga akhirnya menjadi mainstream di pesantren. Dampaknya, pesantren tidak mewarisi
warisan Walisongo yang tertulis dalam tulisan Jawa. Padahal peradaban baru pasca Majapahit
adalah peradaban warisan Walisongo sangat tinggi nilainya, dan ditulis dalam tulisan Jawa.

Dalam teknologi metalurgi peleburan besi dan baja, misalnya, orang-orang Majapahit bisa
membuat pusaka, keris, tombak, panah, bahkan barunastra, yakni panah yang berfungsi seperti
torpedo air yang jika ditembakkan bisa membuat kapal jebol. Bahkan kerajaan Demak mampu
membuat meriam-meriam ukuran besar dan diekspor ke Malaka, Pasai, bahkan Jepang. Fakta
Jepang pernah membeli meriam dari Demak bersumber dari catatan bahwa ketika Portugis
menaklukkan pelabuhan Malaka, benteng Malaka dilengkapi oleh meriam-meriam ukuran besar
yang didatangkan dari Jawa. Portugis yang baru datang dari Eropa, kapal-kapal mereka dijebol
meriam ketika mendekati pelabuhan Malaka. Buktinya saat ini bisa dilihat di Benteng Surosowan
Banten, dimana di depannya ada meriam bernama “Ki Amuk” yang besar. Orang bisa masuk ke
lubang meriam menggambarkan besarnya meriam yang ditembakkan. Bahkan capnya pun
masih ada, yakni buatan Jepara. Istilah “bedil besar” dan “juru mudining bedil besar”
menggambarkan meriam dan operator meriam. Itulah teknologi militer era Walisongo.

Bahkan dalam peradaban berbuasana, pada era Walisongo muncul pakaian kemben, surjan,
dan sebagainya. Padahal zaman Majapahit, orang-orang tidak berpakaian sempurna. Ini bisa
dilihat pada relief-relief candi, dimana laki-laki dan perempuan bertelanjang dada.

Zaman Majapahit, keseniannya adalah “wayang beber”, sedangkan era Walisongo adalah
“wayang kulit”. Ceritanya tentang Mahabharata, oleh Walisongo dibuat versinya sendiri yang
berbeda dengan versi asli India. Dalam versi India, Pandawa Lima memiliki satu istri, Drupadi. Ini
berarti konsep poliandri. Walisongo mengubah konsep tersebut dengan menceritakan bahwa
Drupadi adalah istri Yudhistira, saudara tertua. Werkudara atau Bima istrinya Arimbi, yang
kemudian kawin lagi dengan Dewi Nagagini yang memiliki anak Ontorejo dan Ontoseno, dan
seterusnya. Digambarkan bahwa semua Pandawa berpoligami. Padahal versi aslinya, Drupadi
berpoliandri dengan lima pandawa.

Demikian halnya dalam cerita Ramayana. Hanuman memiliki dua ayah, yakni Kesari Raja
Maliawan dan Dewa Bayu. Oleh Walisongo, Hanuman disebut sebagai anak dari Dewa Bayu.
Walisongo bahkan membuat silsilah bahwa dewa-dewa itu keturunan Nabi Adam. Hal ini bisa
dilihat dari pakem pewayangan Ringgit Purwa di Pustaka Raja Purwa Solo, yakni suatu pakem
untuk para dalang. Jadi pakem yang dipakai para dalang itu adalah pakem Walisongo, bukan
pakem India. Wayang inilah tontonan sekaligus tuntunan dalam dakwah Islam Walisongo.

Dalam dunia sastra, Majapahit mengenal kakawin dan kidung. Oleh Walisongo, ditambah
dengan berbagai tembang, seperti tembang gedhe, tembang tengahan, dan tembang alit.
Berkembang pula tembang macapat di daerah pesisir. Kakawin dan kidung hanya bisa dipahami
oleh pujangga. Tetapi untuk tembang, masyarakat buta huruf pun bisa. Inilah metode Dakwah
Walisongo melalui jalur kesenian dan kebudayaan.

Contoh lain, slametan yang dikembangkan Sunan Bonang dan kemudian sunan-sunan yang
lain. Dalam agama Tantrayana yang dianut oleh raja-raja di Nusantara, salah satu sektenya
adalah Bhairawa Tantra yang memuja Dewi Pertiwi, Dewi Durga, Dewi Kali, dan lainnya. Ritual
mereka dengan membuat lingkaran yang disebut ksetra. Yang terbesar di Majapahit
adalah ksetra laya, sehingga sekarang disebut daerah Troloyo.
Ritual tersebut dikenal dengan upacara Panca Makara (lima ma, malima),
yaitu mamsa(daging), matsya (ikan), madya (arak), maithuna (seksual), dan mudra (semedi).
Laki-laki dan perempuan membentuk lingkaran dan semuanya telanjang. Di tengahnya
disediakan daging, ikan, dan arak. Setelah makan dan minum, mereka bersetubuh (maituna)
beramai-ramai. Setelah memuaskan berbagai nafsunya tersebut, baru mereka bersemedi. Untuk
tingkatan yang lebih tinggi, mamsa diganti daging manusia, matsa diganti ikan sura (hiu),
dan madya diganti darah manusia.
Di Musem Nasional Jakarta, ada patung tokoh bernama Adityawarman yang tingginya tiga meter
dan berdiri di atas tumpukan tengkorak. Dialah pendeta Bhairawa Tantra, pengamal
ajaran malima. Dia dilantik menjadi pendeta Bhairawa dengan gelar Wisesa Dharani, penguasa
bumi. Digambarkan, ia duduk di atas tumpukan ratusan mayat dan minum darah sambil tertawa
terbahak-bahak.
Melihat hal tersebut, akhirnya Sunan Bonang membuat acara yang mirip. Ia masuk ke Kediri
sebagai pusatnya Bhairawa Tantra. Tidak heran jika semboyan Kediri sekarang adalah Canda
Bhirawa. Sunan Bonang berdakwah ke Kediri tapi tinggal di baratnya sungai, yakni di Desa
Singkal Nganjuk. Di situ ia mengadakan upacara serupa, membuat lingkaran, tetapi pesertanya
laki-laki semua, dan di tengahnya ada makanan, lalu berdoa. Inilah yang disebut tradisi kenduri
atau slametan. Dikembangkan dari kampung ke kampung untuk menandingi
upacara malima (Panca Makara). Oleh karenanya Sunan Bonang juga dikenal sebagai Sunan
Wadat Cakrawati, sebab menjadi pimpinan atau imam Cakra Iswara (Cakreswara).
Jadi di daerah pedalaman dulu, orang disebut Islam jika sudah baca syahadat, khitan, dan
slametan. Jadi malima itu aslinya bukan maling, main, madon, madat, dan mabuk, tapi lima
unsur Panca Makara. Islam pun berkembang karena masyarakat tidak mau anaknya dijadikan
korban seperti dalam Bhairawa Tantra. Mereka lebih memilih ikut slametan dengan tujuan
biar slamet. Inilah cara Walisongo menyebarkan Islam tanpa kekerasan.

Kesimpulannya, sekitar 800 tahun Islam masuk ke Nusantara, sejak tahun 674 hingga era
Walisongo tahun 1470, namun belum bisa diterima masyarakat secara massal. Dan baru sejak
era Walisongo, Islam berkembang begitu meluas di Nusantara. Dan hingga kini, ajaran
Walisongo pun masih dijalankan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.

(Disarikan dari uraian Agus Sunyoto dalam acara Suluk Maleman dan Bedah Buku “Atlas
Walisongo: Buku Pertama yang Menguak Walisongo sebagai Fakta Sejarah”, 15 Maret 2013 di
Pati Jawa Tengah)

Anda mungkin juga menyukai