Anda di halaman 1dari 2

Hikayat Kebo: Sebuah Pembacaan

Jurnalisme Sastrawi?
Apa yang menyebabkan “Hikayat Kebo” bisa kita kategorikan sebagai Jurnalisme Sastrawi?
1. Penulisan melakukan tahapan-tahapan kerja jurnalistik (merancang, liputan, meliput,
termasuk melakukan wawancara, melakukan riset pustaka, dan menuliskan hasil liputan itu
dalam jurnalisme yang memikat).
2. Penulis meminjam “sastra”, antara lain memunculkan tokoh, mencantumkan latar (tempat,
waktu, sosial-budaya, dll), memunculkan konflik, sudut pandang, pendakian ke arah konflik,
antiklimaks, dan penyelesaian, serta alur.
Tak sekedar penulis mewujudkan “berita serupa cerita” dengan mendayagunakan feature (berita
tutur).

Memandang dengan Persfektif Robert Vare


7 (tujuh) Elemen Robert Vare yang terdiri atas fakta, konflik, karakter, akses, emosi, perjalanan
waktu (series of time), dan kebaruan. Plus satu: tepat waktu.
1. Fakta
 Fakta bisa berupa fakta benda, aktivitas, pikiran-pikiran, dan serangkaian “peristiwa”
tersembunyi yang sedang diliput. Fakta adalah “agama” jurnalisme. Tanpa fakta, media
akan keberatan merepresentasikan segala hal yang secanggih apapun.
 Apakah semua yang ditulis di dalam “Hikayat Kebo” fakta?
 Adakah yang tak Anda anggap fakta? Apa saja?
2. Konflik
 Konflik: peristiwa-peristiwa yang masih menjinjing konflik dalam dirinya sendiri atau
bersengketa dengan norma-norma atau kelaziman sosial, hegemoni penguasa, dan
kekuatan lain cenderung memikat pembaca.
 Konflik terdiri atas: tokoh dengan diri sendiri, tokoh dengan orang lain, tokoh dengan
lingkungan, tokoh dengan Tuhan.
 Konflik apa saja yang muncul dalam Hikayat Kebo? Siapa dengan siapa? Bagaimana
konflik berlangsung?
3. Karakter
 Karakter, peristiwa-peristiwa yang memiliki karakter memudahkan jurnalis merangkum
tulisan. Jurnalis yang baik akan senantiasa bertanya karakter siapakah yang
menggerakkan peristiwa. Karakter sebuah peristiwa janganlah dianggap sebagai karakter
dalam pengertian sempit sebagaimana kita memahami karakter dalam ketoprak atau
wayang.
 Siapa karakter dalam berita ini?
 Bagaimana deskripsi karakter dalam tulisan ini?
4. Akses
 Akses: jika Anda ingin membedah sebuah persoalan, hendaknya memiliki akses yang
banyak. Untuk menghasilkan naskah Hiroshima, John Hersey berusaha mendapatkan
banyak akses. Karena itu, pada akhirnya ia harus mewawancarai orang-orang biasa,
dokter, sekretaris, pendeta, penjahit, apoteker, dan pastor. Hasilnya, sebuah reportase
yang kompleks dan berdarah daging tercipta.
 Siapa akses dalam Hikayat Kebo? Di luar Kebo, siapa yang diwawancarai?
5. Emosi
Emosi: peristiwa-peristiwa yang memiliki emosi akan membawa pembaca ke situasi-situasi
dan suasana yang diinginkan. Dalam situasi yang butuh “sentuhan lain” teks-teks yang tidak
membangkitkan emosi tentu akan ditinggalkan publik.
6. Perjalanan Waktu
Perjalanan waktu: peristiwa senantiasa memiliki perjalanan kehidupan dari masa ke masa.
Karena itu, para jurnalis sebaiknya senantiasa mencatat perkembangan peristiwa dan
gagasan. Pembaca tak akan tertarik terhadap sesuatu yang mandek.
7. Kebaruan
 Sebuah reportase hendaknya senantiasa melahirkan sesuatu yang baru. News yang new
cenderung akan menyedot ketimbang berita-berita yang jadul yang diungkapkan dengan
reportase yang ketinggalan zaman dan beku.
 Apakah Hikayat Kebo baru?
 Apa yang membuat baru?
(8) Tepat Waktu
 Tepat waktu: peristiwa yang disajikan tak tepat waktu bisa ditinggalkan pembaca. Tepat
waktu juga mengakibatkan daya sodok keterbacaan menjadi lebih tinggi. Misalnya,
jangan merepresentasikan peristiwa penting ketika peristiwa penting lain yang menjadi
saingan tengah berlangsung. Kematian Soeharto, misalnya, tentu lebih penting ketika
sekedar presentasi Rano Karno kehilangan telepon genggam.
 Apakah Hikayat Kebo muncul tepat waktu? Seharusnya tulisan Jurnalisme Sastrawi tepat
waktu karena ia bisa digunakan untuk menyindir. Bisa dikontekstualisasikan.
 Bisa digunakan untuk “bilang begini, maksudnya begitu”.

Anda mungkin juga menyukai