Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Jumat: Bahaya Miras

Khutbah I

‫ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬،‫ان اأْل َ ْك َماَل ِن‬ ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم اأْل َتَ َّم‬َّ ‫ َوال‬،‫ان‬ ٍ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ ْال َم ْوج ُْو ِد أَ َزاًل َوأَبَدًا بِاَل َم َك‬
َ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَّل إِلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،‫ان‬
‫ك‬ ٍ ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،‫ان‬ َ َ‫َسيِّ ِد َولَ ِد َع ْدن‬
ِ ‫ فَإِنِّي أُ ْو‬،‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬
ِ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللا‬ َّ ِ‫ اَل نَب‬،ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،ُ‫لَه‬
ْ َ‫س َما َك َسب‬
‫ت‬ ٍ ‫ُون فِي ِه إِلَى هَّللا ِ ثُ َّم تُ َوفَّى ُكلُّ نَ ْف‬ َ ‫ َواتَّقُوا يَ ْو ًما تُرْ َجع‬:‫ْال َعلِ ِّي ْالقَ ِدي ِْر ْالقَائِ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه‬
  )٢٨١ :‫ون (البقرة‬ َ ‫ُظلَ ُم‬ْ ‫َوهُ ْم اَل ي‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa
berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara
melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.  
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah ta’ala berfirman:

َ ‫ َوتِ ْل‬ 
َ ‫ك ُح ُدو ُد هَّللا ِ َو َم ْن يَتَ َع َّد ُح ُدو َد هَّللا ِ فَقَ ْد‬
  )١ :‫ظلَ َم نَ ْف َسهُ (الطالق‬
Maknanya: “Itulah hukum-hukum Allah, dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” (QS ath-Thalaq: 1)   .
Diriwayatkan dari sahabat Abu Tsa’labah al-Khusyani, Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu ‘anhu dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:  

z ‫ضيِّع ُْوهَا َو َح َّد ُح ُد ْودًا فَاَل تَ ْعتَ ُد ْوهَا َو َح َّر َم أَ ْشيَا َء فَاَل تَ ْنتَ ِه ُك ْوهَا‬
َ ُ‫ض فَاَل ت‬ َ ‫إِ َّن هللاَ تَ َعالَى فَ َر‬
َ ِ‫ض فَ َرائ‬
ْ ُ‫ارق‬
)‫طنِ ُّي‬ َ ‫(ر َواهُ ال َّد‬
َ  
Maknanya: “Sesungguhnya Allah mewajibkan kewajiban-kewajiban, maka jangan dilalaikan, Allah
membuat batas-batas maka jangan dilanggar dan Allah mengharamkan beberapa perkara maka jangan
diterjang” (HR ad-Daraquthni)  
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Siapa pun yang ingin selamat dan meraih derajat tinggi di akhirat, maka ia wajib bertakwa kepada Allah
ta’ala. Karena takwa adalah jalan keberuntungan dan kebahagiaan. Orang yang cerdas adalah orang yang
mampu menundukkan nafsunya dan memaksanya untuk bertakwa. Lebih-lebih di masa kita sekarang ini.
Dari hari ke hari, kemungkaran semakin menyebar luas dan keburukan serta kemaksiatan di tengah-tengah
masyarakat terus meningkat. Setan menyesatkan banyak hamba Allah sehingga ia mengalihkan mereka dari
jalan takwa. Sebagian disesatkan oleh setan sampai pada batas kekufuran. Dan sebagian yang lain disesatkan
sampai pada batas melakukan dosa-dosa besar yang membinasakan. Mereka lalai dan terlena sehingga tidak
ingat mati dan kehidupan akhirat. Mereka terjerembab dalam perbuatan-perbuatan maksiat sehingga tidak
mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah meninggal sebelumnya. Uban yang menyerang kepala
mereka pun tidak membuat mereka meninggalkan dosa. Sampai kapankah kelalaian ini berlangsung?
Sampai kapan kita terus-menerus melakukan larangan-larangan Allah ta’ala?. Sungguh beruntung orang
yang memanfaatkan embusan-embusan nafasnya untuk berbuat taat yang akan menjadi bekal baginya kelak
di kehidupan akhirat.  
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kita persiapkan bekal untuk akhirat karena dunia ini hanyalah tempat tinggal sementara. Sedangkan akhirat
adalah rumah abadi kita. Marilah kita bertakwa kepada Allah ta’ala. Takwa adalah melaksanakan semua
kewajiban dan menjauhi segala yang diharamkan. Seorang hamba tidak tergolong bertakwa selama ia masih
meninggalkan satu saja dari apa yang Allah wajibkan kepadanya. Seorang hamba juga tidak tergolong
bertakwa selama ia masih melakukan salah satu perkara haram. Betapa banyak orang di masa kini yang
menjauh dari takwa, larut dan tenggelam dalam kemaksiatan. Dalam kesempatan khutbah siang hari ini,
kami ingin mengingatkan kepada kita semua tentang kemaksiatan yang begitu luas menyebar di tengah-
tengah masyarakat, yaitu minum khamar atau minum minuman keras (miras).   
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,
Tidak perlu penjelasan panjang lebar tentang bahaya miras dari sisi kesehatan dan dampak sosial yang
muncul di masyarakat. Dampak buruk dan bahaya yang ditimbulkannya telah sangat nyata di hadapan mata
kita. Selain merusak akal, miras juga menyebabkan timbulnya berbagai macam mudarat yang tak terhitung
jumlahnya. Sungguh benar Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bersabda:

َ ‫ب ْال َخ ْم َر فَإِنَّهَا ِم ْفتَا ُح ُكلِّ َش ٍّر‬


َ ‫(ر َواهُ اب ُْن َم‬
  )‫اجه‬ ِ ‫ اَل تَ ْش َر‬ 
Maknanya: “Janganlah kamu minum khamar (miras), karena sungguh khamar adalah kunci dari setiap
keburukan”  (HR Ibnu Majah)  
Betapa banyak orang saling bunuh ketika mereka dalam keadaan mabuk berat. Betapa banyak orang
kehilangan harta hasil jerih payah mereka sepanjang hidup dalam judi. Dan itu terjadi saat mereka berada di
bawah pengaruh miras. Betapa banyak orang merampas kehormatan kerabat dekat mereka sendiri akibat
miras yang telah menghilangkan akal sehat mereka.  
Amat miris ketika kita mendengar betapa banyak generasi muda mengira bahwa miras adalah lambang
kemajuan dan simbol modernitas. Padahal sebenarnya mereka hanyalah manusia-manusia kuno dan
ketinggalan zaman yang tidak mau berpikir dengan akal sehat mereka.  
Bahkan sebagian orang ada yang tersesat lebih jauh lagi. Selain menenggak miras, ia juga pemakai narkoba.
Kita semua mafhum akan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh narkoba. Kepada mereka, kita
katakan: Allah ta’ala berfirman:

ُ َ‫ضا َ’ء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر َوي‬


ِ ‫ص َّد ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر هَّللا‬ َ ‫اوةَ َو ْالبَ ْغ‬
َ ‫ان أَ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َع َد‬ُ َ‫ إِنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيط‬ 
  (٩١ :‫ُون (سورة المائدة‬ َ ‫صاَل ِة فَهَلْ أَ ْنتُ ْم ُم ْنتَه‬َّ ‫َو َع ِن ال‬
Maknanya: “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat,
maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (QS al-Ma’idah: 91)  

َ ‫ فَهَلْ أَ ْنتُ ْم ُم ْنتَه‬ adalah salah satu gaya bahasa yang paling  keras dalam melarang sesuatu.
Firman Allah ‫ُون‬
Seakan dikatakan: “Telah dijelaskan kepada kalian bahaya-bahaya khamar (minuman keras) dan berjudi
yang semestinya membuat kalian berpaling dan meninggalkannya, lalu apakah dengan sekian banyak
bahaya ini kalian berhenti melakukannya ataukah kalian tetap pada kondisi kalian sebelumnya seolah kalian
tidak mendengar nasihat dan larangan yang keras.”  
Imam Ahmad meriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ص َرهَا َوبَائِ َعهَا‬ ِ ‫ يَا ُم َح َّم ُد إِ َّن هللاَ لَ َع َن ْال َخ ْم َر َو َع‬:‫ال‬


ِ َ‫اص َرهَا َو ُم ْعت‬ َ َ‫ أَتَانِ ْي ِجب ِْر ْي ُل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم فَق‬ 
  )‫(ر َواهُ أَحْ َم ُد‬
َ ‫اربَهَا َوآ ِك َل ثَ َمنِهَا َو َحا ِملَهَا َو ْال َمحْ َم ْولَةَ إِلَ ْي ِه َو َساقِيَهَا َو ُم ْستَقِيَهَا‬ ِ ‫َو ُم ْبتَا َعهَا َو َش‬
‫‪Maknanya: “Aku didatangi oleh Jibril dan ia berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melaknat‬‬
‫‪khamar, melaknat orang yang membuatnya, orang yang meminta dibuatkan, penjualnya, pembelinya,‬‬
‫‪peminumnya, pengguna hasil penjualannya, pembawanya, orang yang dibawakan kepadanya,‬‬
‫‪penghidangnya dan orang yang dihidangkan kepadanya.” (HR Ahmad)  ‬‬
‫‪Abu Dawud juga meriwayatkan: ‬‬

‫(ر َواهُ أَبُو َداود) ‪ ‬‬ ‫‪  ‬أَ َّن َرس ُْو َل هللاِ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَ ْى َع ْن ُكلِّ ُم ْس ِك ٍر َو ُمفَتِّ ٍر َ‬
‫‪Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang setiap sesuatu yang  memabukkan dan setiap‬‬
‫‪sesuatu yang menimbulkan pengaruh berbahaya terhadap badan dan mata (HR Abu Dawud)  ‬‬
‫‪Dalam hadits di atas terdapat dalil yang mengharamkan penyalahgunaan narkoba. Bahkan setiap sesuatu‬‬
‫‪yang mengantar manusia kepada kebinasaan, maka haram dikonsumsi. Allah ta’ala berfirman:‬‬
‫‪َ   Maknanya: “…Dan janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri…”  (QS an-‬واَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم (النساء‪  )٢٩ :‬‬
‫‪Nisa’: 29)   Jika narkoba dilarang, maka semestinya minuman keras juga dilarang. Keduanya adalah sama-‬‬
‫‪sama kunci pembuka berbagai keburukan.   Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah‬‬
‫‪singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita‬‬
‫‪semua. Amin.‬‬

‫‪.  ‬أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ‪ ،‬إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم ‪ ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫ك لَهُ‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد ‪ ‬‬ ‫صلِّ ْي َوأُ َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَ ْه ِل ْال َوفَا‪ .‬أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَّل إِلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َو َكفَى‪َ ،‬وأُ َ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪،‬‬ ‫ُ‬
‫أَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ‪           .‬أَ َّما بَ ْع ُد‪ ’،‬فَيَا أَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ ‪ ،‬أوْ ِ‬
‫ّ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬
‫ص ِّل‬ ‫ِّ‬
‫صلوا َعلَ ْي ِه َو َسل ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اَللهُ َّم َ‬ ‫ُّ‬ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا أيُّهَا ال ِذينَ آ َمنُوا َ‬
‫َّ‬ ‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَقَا َل‪ :‬إِ َّن هللاَ َو َماَل ئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫أَ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬ ‫َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫ٰ‬
‫وال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت‬ ‫ت ْ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ْال َعالَ ِم ْينَ إِنَّ َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫َك َما بَ َ‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَائِ َد َو ْال ِم َحنَ ‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬ ‫اأْل َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأْل َ ْم َوا ِ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫إْل‬
‫إن هللاَ يَأ ُم ُر بِال َع ْد ِل َوا حْ َسا ِن َوإِ ْيتَا ِء ِذي القرْ بَى ويَنهَى‬‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك َعلَى كلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫َّ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خَا َّ‬
‫َان ال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَا َّمة‪ ،‬إِن َ‬ ‫صة َو ِم ْن بُلد ِ‬
‫‪َ .  ‬ع ِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ ُر‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang‬‬
‫‪Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto‬‬

‫‪Khutbah Jumat: Soal Berlebih-lebihan dalam Beragama‬‬


‫‪Khutbah I‬‬

‫َص َرهُ َوتَ َوالَّهُ‬ ‫ص َرهُ َعلَى أَ ْعدَائِ ِه َو َح َس َدتِ ِه ن َ‬ ‫اع َش ِر ْي َعتِ ِه قَ َّربَهُ َوأَ ْدنَاهُ َو َم ِن ا ْستَ ْن َ‬
‫ق نِيَّ ٍة َكفَاهُ َو َم ْن تَ َو َّس َل إِلَ ْي ِه بِاتِّبَ ِ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َم ْن تَ َو َّك َل َعلَ ْي ِه بِ ِ‬
‫ص ْد ِ‬
‫ق تُقَاتِه‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوأصْ َحابِ ِه َو َم ْن َحافَظَ ِد ْينَهُ َو َجاهَ َد فِ ْي َسبِ ْي ِل هللاِ أ َّما بَ ْع ُد فَيَاأيُّهَا ال ُم ْسلِ ُموْ نَ اِتَّقوْ اهللاَ َح َّ‬ ‫َوال َّ‬
‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫اَّل‬ ‫هَّلل‬ ‫َ‬
‫ب تَغلوا فِى ِدينِك ْم َو تَقولوا َعلى ٱ ِ إِ ٱل َحق ۚ إِن َما ٱل َم ِسي ُح ِعي َسى‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫اَل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫اَل‬ ‫ٰ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٓ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫الى فِي ِكتَابِ ِه الك ِري ِْم‪ :‬يَأه َل ٱل ِكتَ ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫َوالَتَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َوأنـْت ْم ُم ْسلِ ُموْ نَ فقد ق َ‬
‫ال هللاُ تَ َع َ‬
‫ٰ‬ ‫ٰ‬
‫ٱبْنُ َمرْ يَ َم َرسُو ُل ٱهَّلل ِ َو َكلِ َمتُ ٓۥهُ أَ ْلقَ ٰىهَٓا إِلَ ٰى َمرْ يَ َم َورُو ٌح ِّم ْنهُ ۖ فَٔـََٔ’ا ِمنُوا بِٱهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِهۦ ۖ َواَل تَقُولُوا ثَلَثَةٌ ۚ ٱنتَهُوا خَ ْيرًا لَّ ُك ْم ۚ ِإنَّ َما ٱهَّلل ُ إِلَهٌ ٰ َو ِح ٌد ۖ ُسب ٰ َْحنَ ٓۥهُ أَن يَ ُكونَ‬
‫ض ۗ َو َكفَ ٰى بِٱهَّلل ِ َو ِكياًل‬ ‫ت َو َما فِى ٱأْل َرْ ِ‬ ‫لَهۥُ َولَ ٌد ۘ لَّ ۥهُ َما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ‬
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Pada kesempatan Jumat ini, marilah kita menata hati dan niat hadir
di majelis Jumat ini untuk beribadah kepada Allah SWT. Kita perlu ingat, keberadaan kita di dunia ini
memiliki tugas utama yakni beribadah kepada Allah SWT sebagaimana ditegaskan dalam QS Addzariyat:
َ ‫ت ْال ِج َّن َواإل ْن‬
ِ ‫س إِال لِيَ ْعبُد‬
56 ‫ُون‬ ُ ‫ َو َما خَ لَ ْق‬Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”.  Jangan sampai hadirnya kita di majelis yang mulia ini dengan motif atau niatan
lain seperti numpang istirahat, bermain handphone, atau malah ngobrol dengan orang lain saat khatib sedang
menyampaikan khutbahnya. Seharusnya kita ingat pesan para bilal melalui hadits nabi saat khatib akan naik
mimbar yang berbunyi: َ‫ت) َواإْل ِ َما ُم يَ ْخطُبُ فَقَ ْد لَ َغوْ ت‬ ِ ‫ (أَ ْن‬:‫ك يَوْ َم ْال ُج ْم َع ِة‬
ْ ‫ص‬ َ ِ‫احب‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫“ إِ َذا قُ ْلتَ ل‬Jika kamu berkata kepada
temanmu, “diamlah” sementara imam sedang berkhutbah di hari jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia.”
(Muttafaqun ‘alaihi) Dan sebagai sebuah salah satu rukun khutbah jumat, khatib juga berwasiat kepada
seluruh jamaah dan pada diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita
kepada Allah SWT dalam wujud menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang
oleh Allah SWT. Mudah-mudahan kita akan menjadi hambaNya yang dicintai dan mendapatkan keberkahan
serta keselamatan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Amin Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Allah SWT berfirman dalam QS An-Nisa ayat 171: ‫ق‬ ِ َ‫ۚ ٰيَٓأ َ ْه َل ْٱل ِك ٰت‬  Artinya:
َّ ‫ب اَل تَ ْغلُوا فِى ِدينِ ُك ْم َواَل تَقُولُوا َعلَى ٱهَّلل ِ إِاَّل ْٱل َح‬
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar”. Allah dalam firman-Nya ini mengingatkan kepada kita, dengan kata-
kata “laa tahgluw”, untuk senantiasa tidak berlebih-lebihan atau melampaui batas. Berlebih-lebihan disini
bukan mencakup hal yang sempit tapi mencakup pengertian yang luas termasuk tidak diperbolehkannya
melampaui batas dalam beragama. Berlebihan dalam agama ini kerap disebut dengan istilah “ghuluw”.
Rasulullah SAW juga pernah mengingatkan para sahabat melalui haditsnya dalam Kitab Shahih Bukhari
(Dâru Thûqin Najâh, 1422 H, juz 7, halaman 2) untuk tidak berlebihan dalam beragama. Hadits ini berisi
kisah yang bisa menjadi renungan kita semua untuk hidup dengan seimbang dan menghindari hal-hal yang
tidak disukai oleh Allah dan Rasulullah SAW. Suatu ketika para sahabat datang kepada Rasulullah SAW
untuk mengetahui bagaimana Rasulullah SAW beribadah. Mereka ingin menyampaikan dan melakukan
perbandingan, apakah ibadah yang mereka lakukan selama ini sudah sama dengan ibadah yang dilakukan
oleh Rasulullah. Salah satu di antara sahabat mengatakan bahwa ia telah melakukan ibadah puasa setiap
hari. Sahabat lain mengatakan bahwa ia sudah lama tidak tidur malam dan melakukan shalat sepanjang
malam. Sementara satu lagi mengatakan bahwa ia sudah tidak pernah lagi berhubungan suami-isteri untuk
mengekang hawa nafsu. Mengetahui cerita para sahabat ini, Rasulullah tidak memberikan sanjungan atas
semangat ibadah yang mereka lakukan. Para sahabat ini malah diingatkan oleh Rasulullah dengan sabdanya:
“Aku ini adalah orang yang paling takut kepada Allah jika dibanding dengan kalian. Aku juga orang yang
paling taat kepada Allah. Meski begitu, aku terkadang berpuasa, kadang juga tidak. Aku juga melaksanakan
ibadah, shalat malam, namun aku tidur juga. Aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci
sunnahku, ia bukan dari golonganku”. Dialog Rasulullah dengan para sahabatnya ini menunjukkan bahwa
ibadah yang dilakukan secara berlebihan dengan mengorbankan sisi-sisi lain dalam kehidupan termasuk hal
yang tidak baik. Rasulullah pun mengingatkan melalui haditsnya pula bahwa: “kahiral umur ausatuha” yang
bermakna sebaik-baik urusan ialah yang dilakukan dengan biasa-biasa atau sedang-sedang saja, sekalipun
itu sedikit.  Ini memiliki artian bahwa yang penting untuk diperhatikan dalam ibadah adalah konsistensi atau
keistiqamahan walaupun dilakukan dalam kuantitas yang sedikit. Sebab, yang dihitung pahala banyak dalam
ibadah adalah konsistensinya. Jika hanya sekali, kemudian berhenti, pahalanya juga akan berhenti. Berbeda
jika dilakukan terus-menerus, selama ibadah itu dilakukan, ibadahnya akan terus mengalirkan pahala.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Tidak berlebih-lebihan atau keseimbangan dalam kehidupan,
termasuk dalam beragama, merupakan bagian dari karakteristik ajaran Islam. Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk menjadikan kehidupan dunia dan akhirat saling melengkapi. Kita tidak boleh hanyut dalam
materialisme dan juga tidak tenggelam dan terlena dalam spritualisme. Ketika kehidupan seseorang dalam
kondisi seimbang, maka ia pun akan hidup dalam ketenangan. Selain keseimbangan vertikal yakni beribadah
kepada Allah, sebagai umat Islam, kita juga harus menanamkan keseimbangan horizontal yakni antarsesama
makhluk Allah SWT. Hal ini penting karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Bukan hanya terbatas pada sesama umat Islam
saja, keseimbangan hidup juga harus dibangun dengan baik oleh umat Islam bersama umat-umat pemeluk
agama lain. Di sinilah pentingnya umat Islam untuk senantiasa memegang prinsip moderasi dalam beragama
yakni mengaplikasikan cara beragama yang wasathiyah, moderat, toleran, dan memosisikan diri di tengah,
ٰ ٰ
ِ َّ‫َو َك َذلِكَ َج َع ْلنَ ُك ْم أُ َّمةً َو َسطًا لِّتَ ُكونُوا ُشهَدَٓا َء َعلَى ٱلن‬
tidak condong ke salah satu sisi. Allah SWT berfirman: ‫اس َويَ ُكونَ ٱل َّرسُو ُل‬
‫ َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا‬  Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu”.  (Al-Baqarah: 143) lslam merupakan agama yang Rahmatan lil 'Alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Islam bukan agama yang mengajarkan kekerasan. Jangan sampai kita menjadi oknum yang menjadikan
perwajahan Islam di mata umat Islam sendiri dan pemeluk agama lain menjadi agama yang kaku dan tidak
ada toleransi sama sekali. Saat ini kita pun perlu berhati-hati terhadap paham-paham radikal yang sering
membungkus aksinya atas nama tuhan dan membela agama. Banyak provokasi dilakukan melalui media
yang dilakukan dil uar nilai-nilai keislaman serta tidak menggambarkannya sebagai orang yang beragama.
Aksi oknum-oknum inilah yang kemudian menyebabkan munculnya persepsi buruk umat lain atau sering
disebut Islamofobia.  Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Sebagai umat yang baik, marilah kita
mengaplikasikan nilai-nilai Islam dengan menunjukkan bahwa Islam adalah agama damai, mari jauhi
perbuatan yang mengacu pada perpecahan. Jauhkanlah diri dari membenci sesama muslim dan juga non-
muslim karena menjadikan kita akan tidak berbuat adil kepada mereka. Untuk menghindari perpecahan ini,
ada tiga ukhuwah yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita yakni Ukhuwah Islamiyyah
(persaudaraan sesama umat Islam), Ukhuwah Wathaniyyah (persaudaraan sesama satu bangsa), dan
Ukhuwah Basyariyyah (persaudaraan sesama manusia). Hindari saling menuduh dan menyalahkan orang
lain karena ketika kita menunjuk orang lain dengan satu jari telunjuk kita, lalu berapa jari lainnya yang
menunjuk kepada kita sendiri? Ini menjadi contoh agar kita tidak merasa “paling” namun kita harus
“saling”. Jangan merasa paling benar, tapi mari kita harus saling bertoleransi dan menghormati. Jangan
merasa paling shaleh, tapi mari kita harus saling menasihati. Jangan merasa paling berkuasa, tapi mari kita
harus saling berbagi. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Demikian khutbah singkat ini, mudah-mudahan
dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita dan membawa kemaslahatan untuk sesama. Semoga kita
termasuk hamba yang dicintai oleh Allah SWT dengan menjalankan apa yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Amin.

ِ ‫ إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫ أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬ 
   ‫َّح ْي ُم‬
KHUTBAH II
ُ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ َّ ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.‫َلى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ ع‬
َ َ
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا أ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما أ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫اعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‬ ِ ‫ال َّد‬
‫صلوْ ا‬ ُّ ُ َّ َ
َ ‫صلوْ نَ عَل َى النبِى يآ ايُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمنوْ ا‬ َّ ُّ َ ُ‫ال تَعالى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ’ ي‬َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ
َ َ‫نَهَى َوا ْعل ُموْ ا أ َّن هللاَ أ َم َرك ْم بِأ ْم ٍر بَدَأ فِ ْي ِه بِنَف ِس ِه َوثـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِق ْد ِس ِه َوق‬
‫ض‬ َ ْ‫ار‬ ْ َّ َ ْ َ
‫ك َو ُر ُسلِكَ َو َمآلئِك ِة ال ُمقربِينَ َو‬ َ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلى آ ِل َسيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئ‬
ْ َ َ َ َ َ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬
‫ض َعنَّا‬ َ ْ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلَىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوار‬ َّ ‫اللّهُ َّم ع َِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال‬
ْ ْ
َ‫ت اللهُ َّم أ ِع َّز ا ِإل ْسالَ َم َوال ُم ْسلِ ِم ْين‬ َ ْ
ِ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َواالَ ْم َوا‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما‬
ْ ِ ‫ك يَا اَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َ’ْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬ َ ِ‫َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمت‬
‫ك إِلى يَوْ َم‬ َ ْ ْ َ ْ َ ْ
َ ِ‫َص َر ال ِّد ْينَ َواخذلْ َمن خَ ذ َل ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ أعدَا َءال ِّد ْي ِن َواع ِل َكلِ َمات‬ُ ْ ْ ْ َ
َ ‫ك ال ُم َو ِّح ِديَّة َوانصُرْ َمن ن‬ ْ َ ‫َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ كَ َوال ُمش ِر ِك ْينَ َوانصُرْ ِعبَا َد‬
ْ ْ ْ
‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْلدَا ِن‬ َّ ‫اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِي ِْسيَّا خآ‬  .‫ال ِّدي ِْن‬
‫َاواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن‬ َ ‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسن‬ َ ‫ َربَّنَا‬.‫ار‬ َ ‫ َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬. َ‫ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْين‬
ِ َّ‫اب الن‬
َ‫ ِعبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َسا ِن َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َوال ُمن َك ِر َوالبَغي يَ ِعظك ْم لَ َعلك ْم تَ َذكرُوْ نَ َواذكرُوا هللا‬. َ‫ِمنَ ْالخَ ا ِس ِر ْين‬
ُ ْ َّ ُ َّ ُ ُ ْ ْ ْ ْ
ْ‫ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَر‬
Muhammad Faizin, Sekretaris II MUI Provinsi Lampung *) Artikel ini terbit atas kerja sama dengan Biro
Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI
Khutbah Jumat: Kendalikan Diri di Tengah Banjir Informasi!
Khutbah I
  ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن‬،ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَّل إِلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه‬،ُ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َوااَل ه‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،ِ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َرسُوْ ِل هللا‬ َّ ‫ َوال‬، ‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل‬
ِ ْ‫ فَإِنِّي أُو‬،ُ‫ أَ َّما بَ ْعد‬،ُ‫ي بَ ْع َده‬
‫ َوتَ َز َّودُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد‬  :‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْالقَ ِدي ِْر ْالقَائِ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه‬ َّ ِ‫ اَل نَب‬،ُ‫َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬
‫ التَّ ْق َوى‬ 
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pada kesempatan mulia ini marilah kita bersama-sama lebih
memantapkan hati kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Marilah kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang
kuat dan teguh dalam pendirian serta mampu mengendalikan diri dalam berbagai masalah kehidupan yang
kita hadapi. Dengan ketakwaan atau rasa takut kepada Allah, kita akan senantiasa berhati-hati dalam
melakukan sesuatu agar tidak melanggar perintah-perintah Allah. Dengan takwa juga kita akan senantiasa
berusaha untuk tidak mengerjakan semua larangan Allah.  Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di era
perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat dewasa ini, kehidupan manusia sangat tergantung
pada teknologi. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia tidak lepas dari kemudahan-kemudahan yang
dihasilkan dari perkembangan teknologi. Sampai-sampai saat ini pun, berkat teknologi, kita sudah hidup di
dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya. Perubahan pola hidup manusia ini tentu membawa pengaruh,
baik positif maupun negatif, sehingga memerlukan kesiapan mental spiritual dari setiap individu kita. Tanpa
kesiapan dan pengendalian diri, kita akan terombang-ambing dengan berbagai informasi yang saat ini setiap
detik membanjiri dunia maya, khususnya di media sosial. Ketika terombang-ambing maka kita akan mudah
terjerumus dan jauh dari Allah subhanahu wata'ala. Dulu, akses informasi tak semudah di era digital
sekarang. Tapi, justru di sinilah tantangannya. Banjirnya informasi menuntut kita cermat memilih sumber
informasi yang benar-benar valid dan bisa menjadi rujukan dalam menentukan langkah kehidupan. Bisa
dikatakan, orang yang sukses saat ini bukanlah orang yang memiliki banyak informasi, melainkan orang
yang mampu menyaring informasi. Terkait dengan setiap informasi yang kita terima, Allah subhanahu
wata'ala sudah mengingatkan melalui firman-Nya dalam QS Al-Hujurat Ayat 6: ‫ق‬ ٌ ۢ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا إِن َجٓا َء ُك ْم فَا ِس‬
۟ ‫ُوا قَوْ ۢ ًما ب َج ٰهَلَ ٍة فَتُصْ بح‬
َ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰنَ ِد ِمين‬ ۟ ‫صيب‬
ِ ُ‫بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا أَن ت‬  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang
ِ ِ
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”  Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
dijelaskan bahwa kalimat:  ‫ُوا قَوْ ۢ ًما بِ َج ٰهلَ ٍة‬ ۟ ‫صيب‬ِ ُ‫( فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا أَن ت‬maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya) adalah memastikan
kebenaran dari berita yang kita terima. Dan termasuk dari memastikan ini adalah bersikap tenang tanpa
tergesa-gesa; mengendalikan diri, tidak mudah tersulut, dan memperhatikan apa yang sedang terjadi dari
berita yang ada sehingga dapat jelas kebenarannya.  Dari penjelasan ini jelaslah bahwa kita harus
mengendalikan diri, tidak boleh terburu-buru dengan langsung mempercayai segala informasi yang kita
terima. Kita harus menelusuri siapa, dari mana, dan atas motif apa berita tersebut muncul dengan langkah
klarifikasi, cek dan ricek, atau bertabayun. Terlebih di media sosial, banyak oknum yang menyebarkan
hoaks dan ujaran kebencian untuk kepentingan tertentu.  Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Saat ini kita
sudah memasuki era yang disebut sebagai era post-truth atau pasca-kebenaran, yakni saat kebenaran
semakin diabaikan karena masifnya berita-berita tidak benar. Kebenaran saat ini bisa dianggap tidak benar
dan ketidakbenaran bisa dianggap kebenaran akibat informasi tidak benar yang lebih banyak dari informasi
yang benar. Orang pun akan menampik kebenaran ketika banyak menerima ketidakbenaran walaupun ia
mendengar atau bahkan melihatnya. Tujuannya tidaklah lagi sekadar untuk membalikkan fakta namun untuk
menumbangkan kebenaran tersebut. Contoh nyata dari fenomena ini bisa kita lihat sekarang yakni terkait
pandemi Covid-19 yang melanda dunia di mana sudah ada satu juta lebih orang yang meninggal dunia
karenanya. Akibat pandemi ini berbagai sektor pun terdampak seperti sektor ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Namun karena masifnya propaganda dan berita tidak benar yang dikonsumsi,
‫‪masih saja ada masyarakat yang tidak percaya dengan pandemi Covid-19 ini. Hal ini tentu sangat‬‬
‫‪memprihatinkan karena tentu akan mengakibatkan masyarakat abai untuk bersama-sama memutus rantai‬‬
‫‪penyebaran virus Corona. Kondisi ini sudah pernah diingatkan oleh Ibnu Muqaffa, seorang pujangga‬‬
‫َل ‪kenamaan yang hidup pada zaman Dinasti Abbasiyah yang termaktub dalam kitab Adabud Dunyâ Waddîn: ‬‬
‫ع إلَى إ ْبطَا ِل ْال َح ِّ‬
‫ق‬ ‫ال ْال ِك ْذبَ ِة ِم ْن ْالهَ ْز ِل فَإِنَّهَا تُس ِ‬
‫ْر ُ‬ ‫‪  “Janganlah seseorang menganggap remeh mengirim berita‬ا تَتَهَا َو ْن بِإِرْ َس ِ‬
‫‪bohong meski sekadar guyon dan lucu-lucuan. Karena sesungguhnya kebohongan itu dapat dengan cepat‬‬
‫‪menenggelamkan informasi yang berisi kebenaran.” Oleh karena itu, ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Sudah saatnya kita untuk membekali diri dengan pengendalian diri agar kita tidak terseret informasi di era‬‬
‫‪post-truth yang penuh dengan berbagai informasi tipu daya yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Lalu‬‬
‫َوتَ َز َّودُوا فَإ ِ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى ‪apa bekal yang paling baik? Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 197.‬‬
‫”‪“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.‬‬
‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ ,‬وتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ إِنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪ .‬أَقُوْ ُل‬
‫ك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‪َ ,‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا ِ‬
‫ار َ‬
‫بَ َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫‪ ‬قَوْ لِ ْي هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ‪ِ ،‬إنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫اعى‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َعلَى إِحْ َسانِ ِه‪َ ،‬وال ُّش ْك ُر لَهُ َعلَى تَوْ فِ ْيقِ ِه َوا ْمتِنَانِ ِه‪ .‬أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّد ِ‬
‫ق تُقَاتِ ِه‪َ ،‬وا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هللاَ‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‪ .‬أَ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ ‪ ،‬اِتَّقُوا هللاَ َح َّ‬ ‫إِلَى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللَّهُ َّم َ‬
‫ِّ‬
‫صلوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسل ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪.‬‬ ‫ُّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫صلوْ نَ َعلَى النَّبِ ِّي يَآأيُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬ ‫ُّ‬ ‫أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَف ِس ِه َوثَـنَّى بِ َمآلئِ َكتِ ِه بِق ْد ِس ِه‪َ ،‬وقَا َل تَ َعالَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬
‫َّاش ِد ْينَ أَبِ ْي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َوع ُْث َمانَ َو َعلِ ٍّي َوع َْن‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫ك ْال ُمقَ َّربِ ْينَ ‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫ك َو َمآلئِ َكتِ َ‬‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أَ ْنبِيَآئِ َ‬ ‫اللَّهُ َّم َ‬
‫َّاح ِم ْينَ ‪ .‬اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ‬
‫ك يَاأَرْ َح َم الر ِ‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬ ‫بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ت‪ .‬اللهُ َّم أ ِع َّز ا ِإل ْسالَ َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأ ِذ َّل ال ِّشرْ كَ‬ ‫َّ‬ ‫ت‪ِ ،‬إنَّكَ َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ َم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ت األحْ يَآ ِء ِم ْنهُ ْم َواأل ْم َوا ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ت َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ و َد ِّمرْ أَ ْعدَآئَنَا َوأَ ْعدَآ َء ال ِّد ْي ِن وأَ ْع ِل َكلِ َماتِكَ إِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللَّهُ َّم ا ْدفَ ْع‬ ‫ص ْينَ َو ْ‬ ‫ك ْال ُم َو ِّح ِد ْينَ ْال ُم ْخلِ ِ‬
‫َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَآ َّمةً يَا َربَّ‬ ‫صةً َوع َْن َسائِ ِر ْالب ُْلد ِ‬ ‫َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنا إِ ْن ُدوْ نِي ِْسيَا خَآ َّ‬
‫ار‪ .‬‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ْال َعالَ ِم ْينَ اللهم أرنا الحق حقا ً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطالً وارزقنا اجتنابه‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬
‫ان َوإِ ْيتَآ ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪َ ،‬واذ ُكرُوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِعبَا َد هللاِ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوا ِإلحْ َس ِ‬
‫ْطكم‪َ ،‬ولَ ِذك ُر هللاِ أَ ْكبَ ُر‬ ‫‪ ‬يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َوا ْسئَلُوْ هُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُع ِ‬
‫‪Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung‬‬

Anda mungkin juga menyukai