Anda di halaman 1dari 88

2015

Studi Pengembangan Technopark di


Indonesia: Survey terhadap 10 Embrio
Technopark di Indonesia
LAPORAN PENELITIAN
STUDI PENGEMBANGAN TECHNOPARK DI
INDONESIA: SURVEY TERHADAP 10 EMBRIO
TECHNOPARK DI INDONESIA

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Tahun 2015
LAPORAN PENELITIAN

STUDI PENGEMBANGAN TECHNOPARK DI


INDONESIA: SURVEY TERHADAP 10 EMBRIO
TECHNOPARK DI INDONESIA
PENULIS : Tim Analis Kebijakan - BAPPENAS

COVER & LAYOUT : Ashep Ramdhan

Cetakan Pertama, Desember 2015

ISBN : 978-602-1154-52-6

Diterbitkan oleh :
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jalan Taman Suropati No.2 Jakarta 10310
Telp. 021 3193 6207 Fax 021 3145 374
http://bappenas.go.id

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya
penulisan Laporan Penelitian Studi Pengembangan Technopark
di Indonesia: Survey terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia
yang dilaksanakan Tim Analisa Kebijakan (TAK) Kementerian
PPN/Bappenas. Penerbitan buku ini bertujuan untuk
menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim
Pokja yang dibantu pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya.
Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
pokja dalam penyusunan buku Laporan Kegiatan TAK ini sampai
selesai.
Semoga buku kecil ini dapat memberikan manfaat dan sekiranya
masih terdapat kekurangan yang ditemukan oleh para pembaca,
mohon kiranya dapat memberikan masukan/tanggapan dalam
rangka penyempurnaan buku Laporan Kegiatan TAK ke depan.
Aamin.

v
Tim Analisa Kebijakan (TAK) - BAPPENAS

Laporan Penelitian Kebijakan


Studi Pengembangan Technopark di Indonesia: Survey
terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia

Tim Peneliti:
1. Noor Arifin Muhammad, ST, MSIE (Koordinator)
2. Muhyiddin, S.Sos, MSc, MSE
3. Dr. Ir. Taufik Bawazir, MSi
4. Istasius Angger Anindito, SE, MA

Anggota Kelompok Diskusi Terfokus Tim Analisa Kebijakan:


1. Dr. Ir. Dida Heryadi Salya, MA
2. Dr. Ir. Dedi M. Masykur Riyadi, MA
3. Indra Ni Tua, ST, M.Com
4. Dr. Ir. Herry Suhermanto, MCP
5. Ir. Hanan Nugroho, MSc
6. Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM
7. Dr. Bustang, Msi
8. Ir. Tommy Hermawan, MA
9. Dr. Ir. Budhi Santoso, MA
10. Ir. Martinus Heri Santoso, MM
11. Indra Sakti, SH, MA
12. Nurhalik, SH

vi
Nara Sumber Kelompok Diskusi Terfokus:
1. Prof. Dr. Tatacipta Dirgantara (ITB)
2. Dr. Sigit Puji Santoso (ITB)
3. Ir. Dirham (BPPT)
4. Rudi Purwo Wijayanto, ST, MT (BPPT)
5. Jangkung Raharjo (Bandung Techno Park)
6. Kiki (Bandung Techno Park)
7. Laurentius Sumadi (Solo Technopark)
8. Yansen Kamto (Yayasan KIBAR, Start Surabaya)
9. Dennis Adishwara (Aktor, Start Surabaya)
10. Drs. Paryono (BDI Denpasar Tohpati)
11. Mustafa M. Abdullah (IKITAS Semarang)
12. Rudi Sutedja (Cimahi Creative Association)
13. Taruli Aritonang (PPK Sampoerna)
14. Sri Widowati (PPK Sampoerna)
15. Wakil Bupati Kaur
16. Edi Suardi (Kepala Bappeda Kabupaten Kaur)
17. Nandar Iskandar (Sekda Kabupaten Kaur)

vii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 2
1. Latar Belakang 2
2. Tujuan 4
3. Metode 4

BAB II STUDI LITERATUR 6


1. Technopark, sinonim dan pengertiannya 6
2. Indikator Kinerja Technopark 8
3. Tsing Hua University Science Park (TusPark – China) 10
4. Daedeok Innopolis – Korea 16

BAB III SURVEY PROFIL EMBRIO TECHNOPARK 26


1. Puspiptek – Serpong 26
2. Pusinov LIPI – Cibinong 33
3. Bandung Techno Park 35
4. Solo Technopark 38
5. Ikitas Semarang 42
6. Balai Diklat Industri Tohpati – Denpasar 43
7. Start – Surabaya 45
8. Pondok Pusaka Technopark – Kaur Bengkulu 47
9. Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna –
Pasuruan 48
10. Bandung Innovation Park - ITB 49
11. TP kerjasama Pemerintah Daerah dengan LIPI 49

viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 54
I. Potensi Pengembangan Technopark 54
II. Model 1: Technopark dengan komponen lengkap 56
III. Model 2: Technopark dengan Inkubator Bisnis sebagai
titik berat pengembangan 62
IV. Model 3: Technopark dengan Pelatihan dan Workshop
sebagai titik berat pengembangan 63
V. Model 4: Technopark dengan Demoplot sebagai titik berat
pengembangan 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 70


I. Kesimpulan 70
II. Rekomendasi 71

DAFTAR PUSTAKA 76

ix
1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu prioritas pemerintahan presiden dan wakil presiden
terpilih periode 2014-2019 yang tertuang dalam Nawacita adalah
“Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya” (Nawacita keenam). Salah satu
penjabaran prioritas diatas adalah “Kami akan membangun sejumlah
Science dan TechnoPark di daerah-daerah, politeknik dan SMK-SMK
dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini”

Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) 2015-2019, program pembangunan dan
pengembangan technopark di seluruh Indonesia merupakan
prioritas dan akan dikembangkan pada tingkat Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten/kota. Sementara dalam Rancangan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) tahun 2016 pemerintah mencanangan untuk
dimulainya pembangunan dan pengembangan 100 technopark di
seluruh Indonesia.

Arah kebijakan dan strategi yang lebih detil tentang technopark


di RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: Pertama, Pembangunan
Taman Sains dan Teknologi Nasional (National Science and
Technology Park). Arah kebijakan ini berfungsi sebagai: (a) Pusat
pengembangan sains dan teknologi maju; (b) Pusat penumbuhan
wirausaha baru di bidang teknologi maju; (c) Pusat layanan teknologi
maju ke masyarakat.

2
Kedua, Pembangunan Taman Sains Provinsi. Arah kebijakan
ini berfungsi sebagai: (a) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen
universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah,
dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi;
(b) penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di
Technopark; (c) sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi
lanjut bagi perekonomian lokal.

Ketiga, Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota. Arah


kebijakan ini berfungsi sebagai: (a) pusat penerapan teknologi di
bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil
(pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa
lainnya yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan
tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi; (b) tempat pelatihan,
pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis
ke masyarakat luas;

Dengan arah kebijakan di atas, maka strategi untuk mencapai


sasaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Pertama, untuk pembangunan Taman Sains dan Teknologi Nasional
(National Science and Technology Park, N-STP) akan dilaksanakan
melalui: (a) revitalisasi kawasan Puspiptek-Serpong; (b) revitalisasi
Inkubator Teknologi-BPPT di Puspiptek; (c) revitalisasi Cibinong
Science Centre – LIPI serta pembangunan pusat Inovasi yang ada
di dalamnya; (d) pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di
Penajam – Kalimantan Timur; serta N-STP di lingkungan universitas.

Kedua, kemudian pembangunan Taman Sains di Provinsi akan


dilaksanakan oleh:(1) Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi
bagitaman sains yang berafiliasi ke universitas; dan (2) Kementerian/
Lembaga bagi taman sains yang sesuai dengan kompetensi yang
sudah terbangun.

3
Ketiga, Pembangunan Taman Tekno di kabupaten/kota oleh
kementerian/Lembaga sesuai dengan kompetensi, tugas pokok dan
fungsinya.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2016 salah satu


sasaran dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi disebutkan
bahwa pemerintah akan membangun 100 technopark/sciencepark
di kabupaten/kota dan di setiap provinsi. Sedangkan arah kebijakan
dan strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (1) untuk
N-STP adalah dengan melanjutkan revitalisasi Puspiptek menuju STP
maju dan modern, revitalisasi LIPI cibinong science centre, pusat
aplikasi tenaga nuklir BATAN, dan lanjutan pembangunan Pusat
Inovasi Teknologi Maritim – Pantai Penajam Kaltim; (2) lanjutan
perintisan pembangunan science center di provinsi; serta (3) lanjutan
pembangunan tekno park di kabupaten/kita yang diprakarsai
kementerian/lembaga.
2. Tujuan
Output utama dari kegiatan penelitian ini adalah policy paper
mengenai program pengembangan Technopark di Indonesia dalam
jangka menengah.

Sedangkan untuk outcome yang diharapkan dari kegiatan


ini adalah perbaikan dari perencanaan dan pelaksanaan program
pengembangan Technopark selama periode RPJMN 2015-2019..

3. Metode
Penelitian dilakukan melalui literature study, survei lapangan
dan stock-taking Technopark di beberapa daerah baik yang dibina
oleh Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah, maupun
swasta. Penelitian juga menghimpun pengetahuan dari Focus Group
Discussion (FGD), disertai workshop dan seminar nasional. Hasil yang
diharapkan adalah policy paper tentang pengembangan technopark
di Indonesia dalam jangka menengah.

4
5
BAB II
STUDI LITERATUR

1. Technopark, sinonim dan pengertiannya


Technopark memiliki banyak sinonim yang pada dasarnya
merujuk pada pengertian yang sama, seperti: business-park, cyber-
park, hi-tech park, innovation centre, science and technology center,
research park, research and technology park, science and technology
park, dan lain lain. Untuk berikutnya, sebagai simplifikasi kita akan
menyebutnya sebagai technopark.

Definisi Technopark menurut International Association of


Science Parks (IASP) adalah sebuah inisiatif/organisasi yang dikelola
secara profesional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan cara mendorong budaya inovasi dan daya saing
industri dan institusi berbasis pengetahuan didalamnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut sebuah technopark harus


dapat mengelola dan menumbuhkan arus pengetahuan dan
teknologi di universitas, lembaga litbang, dan industri yang berada di
lingkungannya. Selain itu technopark harus memfasilitasi penciptaan
dan pertumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui inkubasi
bisnis dan proses spin-off, dan menyediakan layanan peningkatan nilai
tambah lainnya, melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas
tinggi pendukung.

Technopark juga adalah kawasan bangunan yang diperuntukan


bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan
kepentingan bisnis. Technopark biasanya didorong oleh pemerintah
baik pemerintahan negara (pusat) atau daerah (region). Tujuannya

6
dalam rangka menumbuhkembangkan perusahaan baru negara
tersebut. Sementara pemerintah daerah bertujuan untuk mengundang
investor dan untuk memperluas basis kesempatan kerja dengan
cara menarik perusahaan-perusahaan untuk beroperasi di dalam
technopark.

Elemen-elemen kunci dalam technopark adalah: (1) Proses


penelitian dan pengembangan yang kontinyu, inovasi/penemuan
yang berasal dari universitas atau perusahaan, baik berbentuk
riset individu, riset kolaborasi ataupun riset kontrak; (2) Pengelola,
pengelola kawasan yang professional dan spesialis, mampu
menyediakan jaringan antar elemen, mampu menyediakan konsultasi
teknis-pemasaran-keuangan, mampu menjadi penyedia pelatihan dan
pemagangan, menyediakan sertifikasi, dan mengelola wilayah yang
independen secara finansial dalam jangka panjang; (3) Perusahaan,
mulai dari calon wirausaha baru (embrio/start-up/ventura),
perusahaan atau divisi R&D perusahaan sebagai penyewa lahan—
termasuk perusahaan jangkar, spin-offs atau alumni inkubator bisnis;
(4) Infrastruktur, lahan dan bangunan, fasilitas litbang, pelatihan,
inkubator, prototype center, link dengan lembaga keuangan.

Output yang diharapkan technopark adalah: jumlah produk


hasil inovasi baik yang dapat dijual sebagai produk akhir ataupun
digunakan sebagai komponen bagi industri hilirnya, jumlah wirausaha
baru hasil spin-offs, jumlah paten, jumlah alumni siap kerja, jumlah
jasa konsultasi teknologi-pemasaran-keuangan, dan jumlah capital
seed yang diberikan. Sedangkan dalam jangka menengah dan
panjang, outcome yang diharapkan STP adalah: meningkatnya jumlah
wirausaha, tren menjadi wirausaha dan peningkatan lapangan kerja,
meningkatnya kontribusi industri berbasis iptek yang berdayasaing
dalam PDB, meningkatnya jumlah dan nilai investasi di industri
berbasis iptek, meningkatnya nilai tambah produksi dalam negeri,
dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

7
2. Indikator Kinerja Technopark
Sebelum membahas indikator kinerja technopark perlu
disampaikan pengertian tahapan inovasi, yaitu tahapan yang
normal dilalui oleh seorang peneliti atau pengusaha dalam
mengembangkan sebuah ide hingga dapat menjadi sebuah produk
yang terkomersialisasi. Secara ringkas tahapannya adalah seperti
dibawah:

Sumber: “Innovation Readiness Level”, disarikan dari Pusinov LIPI, 2015


Permasalahan dalam tahapan inovasi adalah seorang peneliti
biasanya seringkali melakukan penelitian—baik penelitian dasar
maupun terapan—hanya seputar IRL 1 s.d. IRL 5 atau bahkan hanya
IRL 4. Kegiatan penelitian yang merupakan kegiatan utama seorang
peneliti hasil akhir hanya sebatas terpublikasinya laporan penelitian.
Proses iterasi secara kontinyu dari IRL 1 hingga IRL 5 tersebut
tersebut kemudian diulangi dengan topik berbeda. Jarang ditemukan
peneliti menghasilkan paten, apalagi menghasilkan produk yang
terkomersialisasi. Solusi dari permasalahan ini adalah peneliti
di universitas dan peneliti di lembaga penelitian perlu diberikan

8
indikator kinerja utama (IKU) yang diarahkan hingga ke IRL 10 hingga
produk dapat dikomersialisasi. Dengan IKU tersebut, diharapkan
proses inovasi dapat berlandaskan akan kebutuhan pasar dan dapat
menjawab kebutuhan pasar akan teknologi.
Terkait technopark yang memiliki elemen-elemennya yang
lengkap maka IKU sebuah teknopark ideal adalah:
a. Riset yang berkelanjutan (riset, join riset, dan kontrak riset)
b. Paten/HAKI yang didaftarkan (paten)
c. Jumlah inovasi baru yang dihasilkan (produk)
d. Jumlah tenaga kerja yang diserap (orang)
e. Start-up atau Spin-off (usaha)
f. Volume transaksi di dalam kawasan (omzet dalam rupiah)
Dalam gambar jelas terlihat bahwa kehadiran sebuah
technopark dapat membantu menciptakan tahapan inovasi secara
utuh, dimana apabila hanya menggantungkan pada universitas,
lembaga penelitian, dan inkubator bisnis akan tercipta proses inovasi
yang tidak komprehensif dan tidak sustain.

Gambar Positioning Technopark

Sumber: Disarikan dari Bandung Techno Park, 2015

9
3. Tsing Hua University Science Park (TusPark – China)
Publikasi Tsing Hua University Science Park -disingkat TusPark-
(2012) memberikan uraian singkat bagaimana China bertransformasi
dari negara produsen dengan basis teknologi rendah dan madya
untuk kemudian mencoba transformasi untuk menuju negara dengan
teknologi tinggi.

China mengalami booming perekonomian semenjak Deng Xiao


Ping mulai membuka perekonomian negeri tirai bambu pada tahun
1979. Perkembangan ekonomi yang didorong penuh pemerintahan
menghasilkan rata-rata pertumbuhan mencapai 9,8 persen dalam
kurun waktu 1979 sampai 2010. Akan tetapi China menemukan
beberapa kelemahan diri mereka sendiri pada akhir 1990-an dan
awal 2000-an dimana struktur prekonomian mereka dinilai tidak
efektif dan tidak efisien.

Ada beberapa catatan tentang efektivitas dan efisiensi dari


besaran perekonomian China. Pertama adalah penggunaan energi
untuk mendapatkan US$ 1 GDP mencapai 4-10 kali lipat dibandingkan
negara-negara maju lainnya.

Kedua adalah rendahnya pendapatan perkapita China


dibandingkan negara maju. Pada pada tahun 2014 GDP China adalah
nomor 2 di dunia, tetapi GDP perkapitanya hanya US$3566. Angka
ini kurang dari 10% dibanding GDP perkapita Jepang yang mencapai
US$3566.

Ketiga adalah rendahnya kepemilikan independent intelectual


property yang hanya dimiliki oleh 0,03 persen dari seluruh perusahaan
di China.

Keempat, pendapatan dari perusahaan-perusahaan China


signifikansinya sangat rendah dalam nilai tambah. Pada tahun 2008,
total pendapatan dari sekitar 20 ribu perusahaan teknologi tinggi

10
di kawasan industri Zhongguancun sekitar US$241 billions, setara
dengan dua perusahaan gabungan Korea yang diwakili Samsung
(US$134 billions) dan Jepang diwakili Hitachi (US$108 billions).
Perusahaan.

Kelima tentang rendahnya profit perusahaan manufaktur di


China. Perusahaan teknologi yang cukup terkenal, FoxConn yang
mempunyai jutaan pekerja di China. Setiap iPhone 4 yang mereka buat
bernilai antara US$500-800, tapi pabrik tersebut hanya mendapatkan
US$ 11 untuk setiap iPhone. Sekitar 25 persen komputer di dunia ini
diproduksi di China, tapi profit yang didapatkan seluruh perusahaan
manufaktur komputer China hanya sepersepuluh dari profit Apple
saja. Ongkos produksi sebuah sepatu Nike di China sekitar US$24,
kemudian dijual di luar menjadi US$79, lalu profit yang didapatkan
perusahaan hanya US$2,4.

Pada dasarnya banyak alasan tentang terjadinya


ketidakseimbangan pembangunan, tapi yang menjadi catatan penting
adalah bahwa China masih menjadi salah satu negara berkembang.
Dari berbagai macam latar belakang tentang ketidakseimbangan
perekonomian, solusi kritis yang bisa dikemukakan adalah penguatan
nasional secara keseluruhan dan itu hanya bisa dicapai melalui
reposisi China dari pabrikasi menjadi inovator.

University Technopark adalah bagian utama dalam Pembangunan


China

Reposisi dari “Made in China” menjadi “Create in China”


memunculkan beberapa telaah kritis:
—— Adakah cara untuk membuat China menjadi negara
inovatif?
—— Apakah memerlukan jalan yang sangat panjang untuk
mentansformasi masyarakat China, 50 – 100 tahun?
—— Atau banyak jalan untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

11
—— Technopark adalah salah satu jalan terpenting untuk
mencapainya.
Ada total 1637 technopark tersebar di China dengan rincian
sebagai berikut: dimiliki dan dibangun pemerintah pusat sebanyak
224 technopark, dimiliki oleh pemerintah provinsi sebanyak 1344,
dan dimiliki oleh universitas sebanyak 69.

Beberapa yang dapat dicatat tentang dampak pembangunan dan


pengembangan technopark sejak tahun 1990-an adalah: di akhir 2009
tercatat 53.692 perusahaan teknologi dengan produksi bernilai 6.100
triliun yuan atau sekitar 18,23% dari GDP China. Dari perusahaan-
perusahaan tersebut sebesar 2.979 perusahaan adalah start-up yang
lulus dari inkubator-inkubator technopark, 9 di antaranya masuk
bursa saham China.
TusPark dan perannya dalam Pembangunan Teknologi dan
Ekonomi
TusPark didirikan pada tahun 1994 dengan area mencapai
730 hektar dan 22 gedung yang diselesaikan secara bertahap hingga
tahun 2010. Ada sekitar 400 perusahaan besar dan kecil yang menjadi
penyewa di TusPark dan lebih dari 35.000 orang yang bekerja di
TusPark.

Beberapa perusahaan multinasional besar semacam Google,


Schlumberger, Toyota, NEC, Microsoft, adalah beberapa yang menjadi
tenant TusPark.

Pertumbuhan dalam skala besar pada perusahaan-perusahaan


produsen teknologi tinggi dengan kualitas yang terjamin
membutuhkan lingkungan sosial yang sempurna, termasuk konstruksi
sarana dan prasarana dan lingkungan inovasi. Contoh yang bagus
untuk lingkungan inovasi seperti Silicon Valley di Amerika Serikat
yang melahirkan berbagai perusahaan teknologi dan entepreneur
terkenal.

12
TusPark dibangun dengan mensinergikan 4 pilar technopark
yaitu tempat (space), sumber daya (resorce), jasa (service), dan
penyewa (tenant) bisa embrio usaha baru (start-up) dan perusahaan
yang sudah berjalan yang membutuhkan jasa TusPark. Keempat pilar
tersebut berhubungan satu sama lain dalam sebuah sistem jasa yang
sangat inovatif yang diterapkan di TusPark.

Pemilihan tempat (space) TusPark mempertimbangkan


beberapa hal yang menyangkut lokasi yang harus strategis dan
terjangkau oleh setiap kebutuhan, luas lahan yang cukup untuk
menampung setiap aktivitas, standard properti yang sesuai dengan
perkembangan teknologi, serta manajemen pengelola yang dapat
mengefisiensikan kebutuhan dan bisaya serta harus efektif dalam
memenuhi segala kebutuhan.

Pilar kedua yaitu pemanfaatan sumber daya (resource) harus


secara optimal. Sumber daya tersebut terdiri atas: (1) pemerintah
yang membuat kebijakan; (2) industri yang saling bekerja sama
untuk kemajuan; (3) lembaga sumber inovasi dan ilmu pengetahuan

13
yang dapat berbentuk lembaga penelitian atau akademi; (4) lembaga
finansial yang bekerja sama menyediakan dana untuk pengembangan
usaha; dan (5) sumber daya penunjang yang dapat berupa jasa
akuntan, pengacara hukum, media massa, jasa perdagangan, dan jasa
lainnya.

Pilar ketiga adalah jasa yang diberikan technopark. Technopark


harus dapat menyediakan jasa terbaik sebagai kebutuhan dasar
technopark. Sistem jasa yang inovatif mutlak diperlukan yang terdiri
atas perencanaan, konstruksi, manajemen, pemasaran yang dilelola
secara baik untuk menyediakan jasa terbaik. TusPark memberikan
perhatian lebih untuk hal ini, dan kunci yang menjadi keberhasilan
TusPark adalah menemukan CEO yang dapat melakukan itu semua.

Pilar keempat di TusPark adalah penyewa (tenant) yang terdiri


atas perusahaan besar, menengah, dan kecil. Perusahaan-perusahaan
tersebut ada yang berkarakter sebagai perusahaan produsen saja
juga ada yang perusahaan yang bergerak dalam penelitian dan
pengembangan (research and development – R&D), atau perusahaan
yang mempunyai R & D. Dilihat dari kepemilikan, tenant di Tuspark
ada yang perusahaan lokal, nasional, hingga multinasional. Start-up
juga mendapat tempat di TusPark karena keberhasilan melahirkan
usaha baru merupakan prestasi yang menjadi acuan bagi sebuah
technopark.

14
Berikut ini karakter Tsing Hua University (THU) sehingga
dapat mempunyai technopark yang dalam perannya merupakan
agen pembangunan ekonomi dan teknologi. THU kaya sumber daya
manusia, tempat berkumpulnya intelektual dan bakat tertinggi akan
ilmu pengetahuan dan teknologi. THU dapat menguhubungkan
dengan sangat baik antara sisi akademik dan komersil. THU walaupun
mendapatkan dorongan penuh dari pemerintah tetapi tetap dapat
mempertahankan independensi terhadap hak intelektual mereka.

Kemudian bagaimana TusPark berperan dalam pembangunan


ekonomi dan teknologi adalah dengan mentansfer penelitian-
penelitian yang telah ada untuk menjadi produk baru yang
dikreasikan di China. Ketika perusahaan kecil berbasis teknologi mulai
berkembang, paling tidak akan menghasilkan sebuah produk baru
yang dihasilkan dari sebuah penelitian. TusPark dapat membantu
secara maksimal konstruksi negara inovasi agar dapat melahirkan
lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi.

15
4. Daedeok Innopolis – Korea
Perjalanan tentang tebuah technopark moderen Daedeok
Innopolis ini ditulis Junseok So di World Technopolis Review
(2013) tentang bagimana Daedok Innopolis dan perannya dalam
pembangunan Korea. Di Republik Korea, pengembangan science
park mulai mendapatkan momentum pada 1970-an ketika Daedeok
Science Town (Daedeok Innopolis, sejak tahun 2005) didirikan
sebagai pusat R&D nasional. Secara khusus, Daedeok Science Town
sengaja diciptakan sebagai mesin meningkatkan daya saing nasional
teknologi tinggi dan kemakmuran ekonomi melalui aglomerasi
lembaga penelitian dan universitas di kota yang khusus direncanakan
untuk ilmu pengetahuan. Ini dilakukan bersama-sama sebagai upaya
kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang dalam 40 tahun
terakhir dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berbasis
teknologi dan inovasi daerah.

Di awal Tahun 2000-an, kebijakan inovasi daerah di Korea


Selatan telah menargetkan klaster yang inovatif sebagai salah satu
instrumen penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
melalui kerjasama jaringan antara HEI ini, lembaga penelitian,
industri dan pemerintah. Hal ini sangat dihargai dimana Daedeok
Innopolis (nama baru) memainkan peran penting sebagai platform
regional untuk pendekatan yang komprehensif untuk pembangunan
daerah berbasis teknologi dalam konteks berkelanjutan. Daedeok
Innopolis telah mengalami pengembangan internal terus menerus
selama empat puluh tahun terakhir untuk lebih merespon tuntutan
ekonomi bangsa. Saat ini, Daedeok Innopolis telah direorganisasi
sebagai klaster global yang menandakan komitmen baru untuk
menempatkan kecakapan teknologi tinggi Korsel dalam sorotan
global.

16
Pada tahun 1973, di situs yang meliputi 27,8 km2, pemerintah
Korsel memulai pembangunan Daedeok Science Town. Biaya
pembangunannya 1 Triliun Korea Won, yang disediakan oleh
pemerintah pusat dan sektor swasta. Daedeok Innopolis terletak di
tengah-tengah Korsel, sekitar 167 km dari Seoul, ibukota Korsel. Pada
jarak sekitar satu jam dari kota-kota besar termasuk Seoul, Daegu,
dan Gwangju, sehingga mobilitas para pejabat pemerintah daerah,
para pemimpin industri dan peneliti yang di daerah-daerah tersebut
dapat dilakukan dengan nyaman. Secara total, ada 30 lembaga yang
didanai pemerintah, 5 universitas, lebih dari 400 perusahaan R&D
pusat, dan lebih dari 1.200 perusahaan teknologi tinggi (UKM)
yang berada di situs ini, yang dianggap sebagai salah satu daerah
yang paling disukai untuk hidup dan bekerja di Korsel. Penduduk di
Daedeok Innopolis sekitar 11 persen dari semua peneliti tingkat PhD
mengkhususkan diri di bidang teknologi dan ilmu alam. Lembaga ini
didirikan sebagai lambang bersinar ilmu pengetahuan dan teknologi
Korsel, Daedeok Innopolis sekarang terus bergerak mengembangkan
ilmu pengetahuan Korsel sebagai pusat inovasi global.

Daedeok adalah tempat di mana orang, teknologi, dan alam


harmonis hidup berdampingan, serta menjadi tempat di mana kegiatan
usaha dan penelitian dilakukan secara efisien dan nyaman. Tapi lebih
dari itu, klaster ini adalah inovasi kelas dunia di mana kreativitas
terbuka bunga dan bernafas. Daedeok Innopolis sekarang menjadi
semacam klaster teknologi tinggi yang dinamis dan berkembang dari
produksi aplikasi kekayaan intelektual sangat didasarkan pada R&D.
Dengan lembaga penelitian dan universitas yang melakukan kegiatan
bersama-sama, Daedeok Innopolis mempunyai fasilitas yang sangat
nyaman untuk komersialisasi teknologi dalam sektor industri khusus
seperti teknologi informasi, bioteknologi, dan teknologi Nano.

17
Ada tiga proses yang berbeda dalam pengembangan Daedeok
Innopolis pada tahap awal, Daedeok Science Town (DST) didirikan pada
tahun 1973 adalah kota science di Korsel yang telah dikembangkan
sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tenaga kerja
penelitian yang kuat. Daedeok Science Town sengaja diciptakan
sebagai mesin meningkatkan daya saing nasional dalam teknologi
tinggi dan kemakmuran ekonomi melalui aglomerasi lembaga
penelitian menyatukan berbagai upaya kebijakan pembangunan
nasional dan regional selama 40 tahun terakhir. Kompleks penelitian
Daedeok Science Town dibangun dengan investasi $ 3.16 miliar
selama 3 dekade terakhir untuk lebih merespon tuntutan ekonomi
bangsa. Hal ini juga memiliki campuran yang dinamis dari teknologi
generasi berikutnya seperti Teknologi Informasi, Bio Teknologi, dan
Teknologi Nano. Seperti disebutkan sebelumnya, telah berkembang
dengan baik dan seimbang antara lembaga penelitian, lembaga
akademis, industri dan sektor publik, di mana mereka memiliki model
berikutnya sebagai “Silicon Valley” –nya Korea Selatan.

DST awalnya direncanakan sebagai kota satelit. Meskipun


DST dekat Daejeon Metropolitan City, hubungan antara DST dan
perekonomian daerah di Daejeon tidak positif. Lokasi DST hanya
penting dalam hal kepentingan nasional. Ketika itu DST hanyalah
pusat kota sekunder. DST mulai meningkat perannya dalam struktur
perkotaan ketika Daedeok Valley (DV) didirikan dan menjadi
jembatan antara kota ilmu murni dan Technopolis dalam strategi
inovasi daerah. DV dapat dipahami sebagai pendekatan kebijakan
yang komprehensif untuk mensinergikan fungsi R & D, komersialisasi
teknologi DTV dan produksi massal oleh industri lokal.

Sejak pertengahan 1990-an, upaya telah dilakukan untuk


memungkinkan perusahaan ventura berteknologi tinggi yang
didirikan di DST untuk mendukung komersialisasi hasil R & D.

18
Komponen utamanya adalah Inkubator bisnis teknologi, di mana
start-up perusahaan-perusahaan dapat membuat teknologi baru
mereka manjadi komersial. Dalam pertimbangan ini, Pemerintah Kota
Daejeon memetakan skema untuk mengembangkan sentra industri
teknologi tinggi, Daedeok Techno-Valley (selanjutnya DTV).
Daedeok Innopolis sekarang ini
Pada tahap pengembangan sekarang ini, Daedeok Innopolis
mengambil model klaster inovasi: pusat keunggulan bisnis pada
industri teknologi tinggi. Dalam rangka membangun klaster yang
inovatif, sistem kolaborasi antara perusahaan, HEIs, dan lembaga
penelitian ditingkatkan. Klaster inovasi daerah industri strategis
nasional atau lokal dibuat di Daedeok Innopolis. Ilmu pengetahuan
dan teknologi jaringan khusus didirikan untuk memaksimalkan
inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada akhirnya, strategi

19
pemasaran global ditingkatkan. Mereka berusaha untuk menarik
lembaga asing dan investasi asing ke dalam Science Park. Secara
khusus, sistem kerjasama antar perusahaan, HEIs, dan lembaga
penelitian ditingkatkan di bidang industri strategis seperti IT, BT, dan
NT. Sehingga, sebuah klaster inovatif dibangun dan kolaboratif R&D
dilakukan secara aktif untuk mendorong komersialisasi teknologi.
Banyak jaringan antara perusahaan dibuat dalam rangka mendukung
komersialisasi teknologi dan kegiatan usaha.

Dalam hal ini para ahli ilmu & teknologi dan program pelatihan
profesional secara terpadu digerakkan untuk membangun sebuah
klaster inovatif. Hal ini penting untuk membuat lembaga terkait untuk
mempromosikan pertumbuhan industri strategis. Bantuan keuangan
dan dukungan teknologi juga penting. Kerjasama internasional
dan strategi pemasaran global menyebabkan efek sinergi juga
ditingkatkan.

Dalam klaster inovasi, daerah perumahan yang menyenangkan


dan strategis industri teknologi tinggi harus diselaraskan dengan
satu sama lain. Selain itu, klaster dikembangkan menjadi klaster
yang inovatif, yang mengarah inovasi lokal. Penggunaan lahan harus
ditingkatkan untuk mengaktifkan kegiatan R&D berteknologi tinggi.
Struktur yang sistematis dan terintegrasi fasilitas R&D, fasilitas
bisnis, dan fasilitas manajemen yang diperlukan dalam rangka untuk
mempromosikan pengembangan industri strategis berteknologi
tinggi. Sebuah situs multi-tujuan didirikan pada Daedeok Innopolis
untuk menarik industri strategis, lembaga penelitian internasional,
dan R&D dari multinasional yang berpusat ke Daedeok Innopolis.
Infrastruktur yang mendukung kebutuhan internasional didirikan
untuk meningkatkan daya saing global.

Fitur utama dari technopark pada tahap dewasa adalah sebagai


berikut: (1) fungsi Penelitian & Pengembangan. Bidang ilmu utama

20
seperti IT, bidang BT, dan NT terus dikembangkan dalam rangka
meningkatkan daya saing nasional. Kerjasama dilakukan melalui

penelitian kolaboratif antara HEIs, lembaga penelitian, dan industri,


teknologi. Peran dan fungsi HEIs yang terdiversifikasi. Untuk
memaksimalkan efisiensi kegiatan komersialisasi teknologi, kegiatan
R & D didukung oleh lembaga penelitian publik. Dengan menciptakan
kelompok industri strategis, teknologi dapat diakumulasikan terus
menerus dan pembentukan klaster industri strategis yang diperlukan
untuk inovasi teknologi.
Dampak terhadap Pembangunan
Volume pekerjaan yang diciptakan di Daedeok Innopolis
relatif kecil dibandingkan dengan standar global. Namun, dengan
mempertimbangkan bahwa pekerja Daedeok Innopolis terdiri dari
tenaga profesional yang merupakan pusat teknologi tinggi, pekerjaan
di Daedeok Innopolis dianggap lebih bernilai dibandingkan pekerjaan
di tempat lain. Tenaga penelitian yang sangat terlatih di pusat R&D
publik dan swasta telah terkonsentrasi di Daedeok Innopolis selama
40 tahun terakhir. Sejumlah 129 lembaga saat ini berada di Daedeok
Innopolis. Lembaga penelitian swasta penghuni utama dan lembaga
penelitian pemerintah yang didanai mengikuti. Namun lembaga

21
pemerintah yang didanai adalah nomor satu penghuni taman sampai
tahun 1990, tetapi lembaga penelitian swasta mengambil alih
posisi dari waktu ke depan. Organisasi investasi mulai muncul dari
pertengahan 1990-an, sekitar 20 tahun setelah memulai Daedeok
Innopolis (Daedeok Science Park didirikan pada tahun 1973),
tetapi tumbuh sangat lambat dari tahun 2000 (Oh dan Kang 2009).
Daedeok adalah tempat yang baik untuk mentransfer teknologi dan
ilmu pengetahuan untuk perusahaan terdekat tetapi tidak memegang
populasi yang cukup besar. Oleh karena itu, tampaknya bahwa ambang
organisasi investasi di Daedeok Innopolis tidak melebihi jumlah
tertentu. Ada sekitar 24.000 peneliti termasuk 9.055 pemegang PhD
yang bekerja di, lembaga penelitian publik swasta dan universitas.

Dampak pada perekonomian regional cukup besar melalui bisnis


usaha yang berkembang pesat. Dari akhir 1990-an, perkembangan
lembaga penelitian dan universitas sangat pesar di Daedeok
Innopolis. Meskipun beberapa penilaian sebelumnya menunjukkan
bahwa konsentrasi pekerjaan hanya di lembaga penelitian publik
dan swasta, hal itu menjadi sumber yang signifikan akan adanya
perusahaan baru yang berorientasi teknologi.

Pertumbuhan bisnis terus menunjukkan peningkatan. Menurut


penelitian Daejeon Metropolitan City, jumlah omset oleh bisnis
usaha adalah $ 7.773 ribu pada tahun 2004. Ini kemajuan luar biasa
dalam 15 tahun terakhir, dimana perusahaan start-up di Daedeok

22
Innopolis baru berdiri. Laju pertumbuhan perusahaan ventura secara
eksponensial meningkat. Dampak ekonomi dari perusahaan ventura
untuk perekonomian daerah signifikan dan tingkat pertumbuhan
sangat tinggi. Volume penjualan dari perusahaan patungan yang
terletak di Daedeok Innopolis pada tahun 2004 hampir empat kali
lipat dari tahun 1999. Walaupun terkena krisis ekonomi tahun 1998-
1999, kerugian dapat segera tertutupi akibat kebijakan pemerintah
pusat yang tepat.

Inkubasi
bisnis yang
memainkan
peran yang
sangat
signifikan dalam
menghubungkan
ilmu
pengetahuan dan
teknologi untuk
pasar riil dan
pembangunan
ekonomi.
Fungsi inkubasi
bisnis yang
sukses adalah
perencanaan
yang tepat,
manajemen,
pemilihan
lokasi,
membuat
koneksi dengan
universitas,

23
pemasaran positif, membangun jaringan global, menyediakan
bantuan keuangan, dan dukungan lainnya. Dengan pembentukan
pusat inkubasi di KAIST (1994), 20 bisnis tentang organisasi
inkubasi ada di Daedeok Innopolis sekarang. Unit bisnis tersebut
dimiliki universitas, lembaga penelitian, lembaga pemerintah dan
perusahaan swasta. Saat ini sekitar 322 perusahaan ventura berada
di bawah inkubasi dan sekitar 3.000 karyawan yang bekerja dengan
dana dari pemerintah atau dari Daedeok Innopolis.

24
25
BAB III
SURVEY PROFIL EMBRIO TECHNOPARK

1. Puspiptek – Serpong
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek)
adalah kawasan penelitian yang berlokasi di Kelurahan Setu, Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan (sebelum pemekaran wilayah dahulu
disebut Serpong Kabupaten Tangerang Provinsi Banten).  Berdirinya
Puspiptek berawal dari gagasan Menteri Riset  Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, yang diwujudkan pelaksanaanya oleh Menteri
Negara Riset dan Teknologi yaitu Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Yang
selanjutnya melalui Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 43 tahun
1976  didirikanlah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang selanjutnya disingkat Puspiptek.

Puspiptek merupakan sarana terselenggaranya riset yang


terarah dan terintegrasi sebagai penentu kebutuhan masyarakat dan
peningkatan kesadaran pengetahuan tentang peranan penelitian,ilmu
pengetahuan, dan teknologi dalam pembangunan nasional.

Puspiptek dalam kurun waktu kurang lebih 35 tahun telah


memberikan pelayanan jasa teknis maupun hasil inovasi riset dari
laboratoria yang ada di dalam kawasan, akan tetapi belum banyak
termanfaatkan oleh industri terutama layanan teknis dan inovasi
yang telah teruji secara teknis dan ilmiah.  Jadi secara generik masih 
terdapat  kesenjangan antara kegiatan riset & pelayanan teknis
dengan kegiatan industri.  Sebagai upaya mengatasi kesenjangan
ini diperlukan upaya-upaya komersialisasi yang selama ini belum
ditangani dengan baik. Komersialisasi ini diantaranya meliputi

26
inkubasi bisnis, yang mematangkan suatu inovasi yang telah teruji
secara ilmiah, agar produk dari suatu inovasi tersebut mampu
bersaing di pasar bebas.

Semua sumberdaya laboratoria ini diarahkan agar secara


langsung dapat difungsikan untuk menghasilkan nilai tambah kepada
perekonomian Indonesia sesuai dengan mekanisme pasar yang nyata.
Nilai tambahini secara langsung dihasilkan dalam bentuk peningkatan
mutu dan produktivitas yang merupakan kontribusi pelayanan teknis
seperti pengujian, kalibrasi, rekayasa & rancang bangun serta proyek
percontohan pabrik dalam kerangka MSTQ (Measurement, Testing &
Quality Assurance). Sedangkan inovasi sebagai keluaran kegiatan riset
memberikan kontribusinya untuk diversifikasi produk, perintisan
industri baru, dan pengembangan untuk efisiensi yang lebih optimal.

Berbagai alternatif pengembangan kawasan telah dilakukan


dan diharapkan dapat berproses  menjadi Kawasan yang merupakan
kawasan industri teknologi tinggi baik industri perangkat lunak,
sensor  dan instrumentasi, industri bioteknologi, jasa pelayanan teknis
maupun industri pendidikan tinggi pasca sarjana dan pendidikan
professional, yang didukung oleh  jejaring cyber sebagai pendukung
utama penyelenggaraannya yang disebut dengan Science-tech Park,  

Sebagai upaya melakukan terobosan maka Revitalisasi


Puspiptek sebagai model sistem inovasi nasional dalam
format Science Techno Park (STP) segera direalisasikan. STP
adalah sebuah organisasi yang dikelola oleh profesional khusus,
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan menguatkan peran iptek dalam pembangunan
ekonomi dengan mempromosikan budaya inovasi dan daya saing
usaha terkait serta lembaga-lembaga berbasis pengetahuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut  STP merangsang dan mengatur arus
pengetahuan dan teknologi antar universitas, lembaga R&D, dan

27
industri;  memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan
berbasis  inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off; dan
menyediakan layanan nilai tambah lainnya melalui penyediaan ruang
dan fasilitas berkualitas tinggi”.

Semua upaya terobosan memerlukan permodalan yang tidak


sedikit,  SDM terdidik dan terlatih serta teknologi padat modal.  Dalam
upaya memperingan beban pemerintah maka selalu terbuka
kemungkinan masuknya pemodal lain, untuk memulai peran aktifnya
bersinergi dalam Kawasan Puspiptek.  Sinergi dan  pengayaan silang
antara pelaku riset dan teknologi dengan pelaku bisnis merupakan
kunci keberhasilan optimalisasi pemanfaatan dan pengusahaan
dari Puspiptek dengan semua sumberdaya baik asset fisik maupun
kekayaan intelektual didalamnya.

Peranan Puspiptek dalam upaya meningkatkan pertumbuhan


ekonomi daerah, pemerintah daerah bersama-sama dengan
pemerintah pusat, industri dan perguruan tinggi harus memberikan
suatu dukungan lingkungan yang kondusif, seperti mempermudah
perizinan/birokrasi, pembangunan sarana prasarana, subsidi
sewa tanah, dan lain lain.  Rancangan untuk menjadi kawasan yang
mensinergikan SDM terdidik dan terlatih, peralatan penelitian
dan pelayanan teknis yang paling lengkap di Indonesia.  Untuk hal
itu  perubahan mindset atau paradigma dan dengan pengelolaan
yang lebih baik dan profesional Puspiptek di bawah organisasi non
profit, STP adalah suatu terobosan wadah yang relatif sinkron dan
cocok bagi pertumbuhan ekonomi daerah berbasis iptek akan dapat
memperkuat jejaring dengan kelompok industri, sehingga Puspiptek
selain menjadi tempat untuk mempromosikan pembangunan
ekonomi dan daya saing dapat dijadikan sebagai ajang bisnis berbasis
IPTEK di Indonesia.

28
Keberhasilan dalam menjalankan STP sangat dipengaruhi
oleh implementasi, kesinambungan, kontinuitas dan konsistensi
dalam pelaksanaan program tersebut. Terutama untuk melakukan
perubahan sikap dan mindset dalam bekerja sama lintas sektoral
ABGC (Academic Business Government Community). Faktor tersebut
dapat meningkat kan efektivitas dan efisiensi kemajuan iptek
sekaligus perekonomian daerah. 

Jika semua pihak yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah,


lembaga litbang, perguruan tinggi, dan industri bersinergi untuk
melakukan pembangunan iptek dan ekonomi daerah ke arah
yang lebih baik.  Sarana dan prasarana yang ada di Kawasan sejak
perencanaannya telah diarahkan untuk kegiatan penelitian &
pelayanan teknis, kawasan industri teknologi tinggi dan pendidikan
tinggi strata pasca sarjana.

Pengembangan Puspiptek tahap pertama berupa


pengembangan area laboratoria telah dilaksanakan lebih dari 35
tahun untuk membangun sarana dan prasarana bagi 47 Laboratoria
dengan peralatan yang bernilai tidak kurang dari 500 juta dolar.

Keseluruhan 47 Laboratorium  telah beroperasi,  dan  merupakan


koordinasi teknis antara LIPI, BPPT, BATAN dan Kementerian
Ristekdikti serta dua laboratorium dibawah  Kementerian Lingkungan
Hidup yaitu Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Sarpedal),
dan Pusdiklat Lingkungan.

Dengan selesainya pembangunan dan pengoperasian dilanjutkan


dengan pengusahaan dan pemanfaatan semua sumberdaya Kawasan
Puspiptek, baik sumberdaya intelektual berupa SDM, inovasi riset
dan teknologi, sumberdaya teknologi berupa peralatan maupun
aset fisik yaitu lahan dan bangunan serta prasarana fisik lainnya.
Penguasaan dan pemanfaatan ini sudah selayaknya disertai dengan

29
transformasi tugas pokok dan fungsi Pengelola Kawasan agar kawasan
ini berkinerja ekonomis, berkinerja ilmiah dan sosial yang tinggi.
Aset yang ada di Puspiptek sangat luas dan beragam. SDM terdidik
dan terlatih. Aset teknologi berupa peralatan canggih  yang bahkan
beberapa diantaranya pada level tertinggi di negara ini misainya
Standar Nasional untuk Satuan Ukuran yang merupakan rujukan
semua pengukuran di Indonesia untuk satuan Panjang, Temperatur,
Kuat Cahaya, Waktu dan Tegangan listrik Reaktor Nukiir untuk
Reaktor Riset G.A.Siwabessy, Terowongan Angin kecepatan rendah,
Standard Reference Material untuk pencemaran. Sedangkan asset
fisik berupa lahan strategis seluas 460 hektar, gedung pertemuan
bertaraf internasional, Wisma Tamu dan perumahan.

Hasil-hasil penelitian dan pelayanan teknis dari berbagai


laboratoria  ini dapat diterapkan pada berbagai sektor misalnya  untuk
sektor Energi : pencarian sumber energi alternatif diantaranya energi
surya, hybrid, angin, bio-massa. Gasifikasi dan pencairan batubara,
fuel cell dengan efisiensi konversi 60 % dan tanpa pencemaran.
Demikian pula halnya dengan teknologi tenaga pedesaan misalnya
proyek percontohan desa surya, enersi dari etanol dan produk
pertanian lain. Pada sektor mekanik dan transportasi terdapat
fasilitas untuk pengujian berbagai jenis konstruksi dan bahan logam
maupun non-logam (polimer) pada aspek kekuatan, ketahanan, batas
kelelahan, korosi.

Selanjutnya untuk jaminan mutu pesawat terbang, kapal dan


kendaraan lain atau bangunan terhadap angin , tersedia terowongan
angin kecepatan rendah  yang telah digunakan misalnya untuk
menguji berbagai bentuk sayap pesawat terbang, kapal, ketahanan
bangunan tinggi serta anjungan minyak lepas pantai.

30
Pada sektor industri pengolahan terdapat laboratoria standar
nasional yang menjadi acuan dari semua pengukuran di Indonesia yang
telah ditugaskan Pemerintah kepada Puslit Kalibrasi Instrumentasi
dan Metrologi LIPI. Pada tingkat yang lebih rendah terdapat beberapa
laboratoria di Puspiptek yang telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) yang
memberikan pelayanan jasa kalibrasi ke industri. Instrumentasi dan
pengendalian mutu yang diteliti dan dikernbangkan diantaranya
adalah SCADA (supervisory control and data acquisition) untuk
distribusi daya listrik dan BBM.

Pada sektor bahan, tersedia teknologi pengolahan bahan logam,


bukan logam maupun bahan baru yang berasal dari hasil pertanian.
Untuk bahan logarn, telah dikembangkan teknologi pengolahan besi,
laterit, pelapisan anti korosi untuk berbagai bahan bentuk dan ukuran
yang disebabkan karena udara, air laut, dan zat kimia.

Khusus untuk bahan polimer misainya plastik, terdapat satu


laboratorium khusus untuk pengujian, pengolahan, pembentukan
dan pengembangan serta rekayasanya, sedangkan dari hasil pertanian
telah dikembangkan bahan bangunan berbentuk lembaran yang
berasal dari bambu komposit, bahan bangunan dari limbah kelapa
sawit dlsb.

Pada fasilitas nuklir BATAN terdapat Reaktor Nuklir Serbaguna


60 Megawatt Siwabessy, pusat produksi radio-isotop, produksi
elemen bakar nukiir, instalasi keselamatan nuklir, pengolahan lirnbah
nuklir serta produksi radio-imuno assay dan radio-farmasi. Semua
peralatan radiasi di Indonesia harus dikalibrasi ke laboratoria BATAN
untuk keselamatan Penggunaannya, demikian juga dengan operator
pesawat radiasi yang harus mendapatkan pelatihan dan sertifikasi
BATAN. Diantara laboratoria BATAN juga terdapat pusat penelitian
iptek bahan, pusat informatika serta pengembangan industri nuklir.

31
Pada sektor pangan, farmasi dan kedokteran dihasilkan 
teknologi pengolahan tempe menjadi susu, eskrim, ekstraksi minyak
atsiri, ekstraksi bahan-bahan berkhasiat untuk jarnu tradisional, paket
teknologi buah rnengkudu yang berkhasiat.  Telah dikembangkan
pula alat  penguji fungsi ginjal, kamera gamma dan aplikasi nuklir
untuk kedokteran.

Pada sektor agro-industri telah dikembangkan rekayasa genetika


untuk bibit pisang abaka untuk bahan uang kertas, jati, kelapa sawit,
lidah buaya, pupuk biologis, pestisida biologis, antibiotika, enzim,
eritromisin, vitamin B 12 dan penisilin, jasa teknik yang disediakan
diantaranya : sintesa DNA, Analisis pestisida, molecular marker.
Kemudahan yang dapat dimanfaatkan diantaranya : fermentator
skala laboratorium dan skala pilot,Recovery (pemisahan produk)
skala pilot, ruang inkubasi Plantlet, dan aklimatisasi tanaman.

Untuk pemantauan, dan pengendalian lingkungan Kementerian


lingkungan Hidup membangun kemudahan untuk pemantauan
kondisi lingkungan, pengukuran pencemaran, pembuatan standard
reference material serta penataran dan pelatihan lingkungan hidup. 
Selamat bermitra untuk memberdayakan, mengusahakan, dan
memanfaatkan asset  yang sangat bernilai di Puspiptek.

Perkembangan Puspiptek dalam kurun waktu 25 tahun


dirasakan belum optimal dalam pemanfaatan hasil riset dan layanan
jasa teknis dari laboratoria, untuk itu diperlukan strategi untuk
mengoptimalkan kawasan Puspiptek, sesuai amanat  Rakornas 2010
maka perlu dilakukan revitalisasi Puspiptek menjadi Indonesia-
Science and Technology Park (I-STP). 

Dalam rangka mendukung revitalisasi Puspiptek menuju


I-STP, telah dirumuskan konsepsi pengembangan kelembagaan
I-STP agar dapat digunakan sebagai sarana untuk menginisiasi dan

32
mengalirkan teknologi diantara lembaga litbang, univerasitas dan
industri, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang diakibatkan banyaknya industri yang tumbuh dengan berbasis
teknologi dan meningkatnya daya saing industri Indonesia karena
ditunjang oleh hasil-hasil riset baik dari lembaga Litbang, perguruan
tinggi maupun industri.

2. Pusinov LIPI – Cibinong


Pusat Inovasi (Pusinov) LIPI, berdiri pada bulan Juni 2001,
merupakan salah satu Pusat dari 22 Pusat Penelitian yang ada
di LIPI.  Semenjak Februari 2013, Pusinov berkantor di komplek
Cibinong Science Center-Botanical Garden (CSC-BG) di Cibinong,
Jawa Barat.

Pusinov mengemban misi untuk mendorong dan mempercepat


pemanfaatan hasil penelitian ke masyarakat luas atau transfer

33
teknologi hasil riset ke industri. Dalam kaitan tersebut Pusinov LIPI
dikenal sebagai:
a. Lembaga penghasil/pendaftar paten terbanyak se-Indonesia;
b. Lembaga/institusi yang menjadi rujukan pengelolaan paten dan
transfer teknologi nasional;
c. Lembaga/institusi yang memiliki sistem transfer teknologi yang
lengkap.

Unit di dalam Pusinov adalah unit inkubator bisnis dan transfer


teknologi serta unit pengelolaan paten. Fasilitas inkubator bisnis
meliputi ruang tenant, workshop, ruang pameran/display produk dan
ruang serbaguna yang bisa dipergunakan untuk pertemuan bisnis.

Hasil inovasi dari Pusinov LIPI antara lain adalah:


a. Radar Pengawas Pantai yang ditindaklanjuti dengan lisensi
kerjasama transfer teknologi dengan BUMN (PT.Inti dan PT.LEN).
b. Pupuk bio organik baik produk pupuk maupun metodanya.
Alat untuk memproduksi nano partikel berbasis herbal, lisensi
transfer teknologi dengan swasta. Produk brandnya antara lain Gizi
Super Cream.

Pembentukan Inkubator Teknologi LIPI merupakan langkah


efektif dalam menumbuhkembangkan wirausaha baru yang tangguh,
kreatif dan profesional, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya
saing nasional. Inkubator Teknologi LIPI merupakan suatu lembaga
intermediasi yang melakukan proses pembinaan, pendampingan,
dan pengembangan (inkubasi) terhadap peserta inkubasi (tenant).
Inkubator Teknologi LIPI berupaya untuk menciptakan dan
mengembangkan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan
berdaya saing tinggi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

34
Pengembangan inkubasi teknologi dan bisnis yang dilaksanakan
di LIPI mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2005, mengenai Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil
kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian dan pengembangan. Tujuan dari PP tersebut
adalah untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna kepentingan
masyarakat. Aturan ini diperkuat dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator
Wirausaha dalam usaha untuk meningkatkan daya saing nasional
melalui penumbuhkembangan wirausaha baru yang tangguh, kreatif
dan profesional dan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya manusia terdidik dalam menggerakan perekonomian dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peresmian Gedung Pusat Inovasi yang dilakukan oleh Kepala


LIPI tanggal 13 Februari 2013 merupakan dasar yang kuat dalam
usaha menjalankan fungsi inkubator teknologi khusunya untuk yang
dilakukan di LIPI. Melalui fasilitas gedung dan layanan manajemen ini
diharapkan terjadinya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang lebih luas melalui terbentuknya wirausaha muda. Dengan
berdasar pada kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya terkait
dengan pengembangan kerjasama pemanfaatan hasil penelitian
melalui wirausaha muda, maka Pusat Inovasi pada tahun 2013 sudah
terdapat 3 kontrak kerjasama tenant wirausaha yang memanfaatkan
teknologi dan 7 teknologi yang diinkubasi.

3. Bandung Techno Park


Berangkat dari mimpi ingin berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi Indonesia melalui pertumbuhan ekonomi di Kawasan
Bandung Selatan, diperlukan lembaga yang mensinergikan peran

35
Quadruple Helix (4 aktor utama inovasi, ABGC). Bandung Techno
Park yang didirikan atas kerjasama antara Institut Teknologi Telkom
dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia untuk menjawab
itu semua. Pendirian Bandung Techno Park diawali dengan pendirian
lembaga UPT Telematika dan Pusat Disain Telekomunikasi sebagai
wadah inovasi bagi dosen, mahasiswa dan masyarakat umum serta
Inkubator Bisnis sebagai ajang masyarakat untuk belajar berbisnis.

Pendirian Bandung Techno Park ini merupakan wujud mimpi


dari civitas akademika IT Telkom yang ingin mengembangkan
Teknopark sebagai jembatan antara Institusi pendidikan bidang
ICT dan energi dengan dunia Industri. IT Telkom sebagai salah satu
lembaga pendidikan tinggi dalam bidang Teknologi Informasi dan
Telekomunikasi nasional memiliki kemampuan dan jumlah Sumber
Daya Manusia yang cukup untuk mengembangkan Riset terapan yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

36
Sejak awal 2007, Institut Teknologi Telkom dipercaya
Kementerian Perindustrian RI untuk mengembangkan UPT
Telematika dalam rangka menumbuhkan dan membina Industri
Kecil dan Menengah (IKM) di bidang ICT (Teknologi Infomasi dan
Komunikasi). Sejak tahun 2007 sampai sekarang, Kementerian
Perindustrian memberikan sejumlah perangkat modern, sedangkan
kegiatan UPT Telematika didukung oleh Disperindag Jabar. Kegiatan
yang telah dilakukan antara lain adalah pelatihan bidang ICT dalam
rangka membina IKM, dengan maksud untuk mengangkat Industri
Nasional. Sejak tahun 2009, Institut Teknologi Telkom dipercaya
Kementerian Perindustrian RI untuk mengembangkan Pusat Disain
Telekomunikasi (PDT). PDT diresmikan oleh Menteri Perindustrian RI
pada tanggal 12 Januari 2010. Pada tanggal 12 Januari 2010 tersebut
juga akan dilakukan peletakan batu pertama kawasan Bandung
Techno Park di lingkungan Kampus Institut Teknologi Telkom.

Kedua lembaga tersebut sebagai cikal bakal dari Teknopark


dengan nama Bandung Techno Park yang diresmikan oleh Menteri
Perindustrian pada tanggal 19 Januari 2010. Dan pada tahun 2009
Kementerian Ristekdikti (d/h. Kementerian Diknas) mempercayakan
pengembangan Inkubator Bisnis di bawah Bandung Techno Park.

Seiring dengan perkembangan waktu dan kebutuhan akan


peran yang lebih besar lagi dari Bandung Techno Park serta berbagai
pertimbangan, maka mulai bulan November 2011 Bandung Techno
Park terpisah secara manajemen dari ITTelkom. Dengan demikian
diharapkan Bandung Techno Park lebih memberikan peran nyata dan
lebih luas kepada masyarakat baik Jawa Barat maupun Nasional.

Tujuan Dibangunnya Bandung Techno Park: (1) Produk


inovasi, menghasilkan produk inovasi berkelanjutan yang berbasis
teknologi; (2) Melahirkan start-up, melahirkan perusahaan-
perusahaan startup di bidang teknologi; (3) Komersialisasi hasil

37
riset, mengkomersialisasikan produk-produk hasil riset sehingga
berdampak ekonomi.

Peran Bandung Techno Park adalah: (1) R & D berkelanjutan,


melaksanakan Research & Business Development secara
berkelanjutan; (2) Pengembangan start-up, mengembangkan
startup-startup di bidang teknologi; (3) Menarik industri ke kawasan,
menarik industri/bisnis ke dalam kawasan Technopark.

Sejak dideklarasikan awal 2010, beberapa produk inovasi telah


komersial, beberapa start-up telah tumbuh, link kerjasama dengan
industri telah terbentuk, dan sinergi Quadruple Helix telah berjalan.
Pada 12 Januari 2015 Presiden RI Joko Widodo hadir di Bandung
Techno Park dengan didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno,
Menristekdikti M. Nasir, serta Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
serta sejumlah rombongan lainya, meninjau kawasan “Silicon Valey”-
nya Indonesia. Dan pada 23 Januari 2015, Menristekdikti menyebut
Bandung Techno Park sebagai role model pembangunan Technopark
di Indonesia.
4. Solo Technopark
Solo Technopark atau yang kemudian dikenal dengan STP
adalah sebuah pusat vokasi dan inovasi teknologi di Kota Surakarta,
yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antar dunia
pendidikan, bisnis dan pemerintah (Bapeda, 2009). Sebagai sebuah
kawasan iptek, STP dibangun untuk memberikan layanan produksi
serta pelatihan dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, meningkatkan daya saing dan kinerja
dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah, dan memperluas lapangain pekerjaan melalui pembangunai
ekonomi berkelanjutan.

38
Kehadiran STP tidak serta merta muncul begitu saja, berdasarkan
sebuah penelitian yang dilakukan Putera, dk (2010) dari Pusat
Penelitian Perkembangan Iptek - LIPI mengungkapkan bahwa proses
kemunculan STP bermula dari ide sekelompok masyarakat yang
merupakan akademisi di kota Surakarta pada periode 1995-1998,
yang melihat besarnya jumlah kebutuhan sektor industri di sekitar
wilayah Surakarta akan tenaga kerja terampil di bidang permesinan.
Sementara itu, pasar tenaga kerja lokal (dalam wilayah Surakarta)
tidak bisa memenuhi kebutuhan industri tersebut, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan, banyak diperoleh dari tenaga luar wilayah.
Tergerak untuk menyediakan sumber daya manusia terdidik dan
terlatih, maka sekumpulan pimpinan (kepala sekolah) dari Sekolah
Menengah Kejuruan di Surakarta bersepakat untuk menyediakan
SDM siap kerja.

Pada tahap-tahap awal, sekumpulan kepala sekolah tersebut


merintis dengan kerjasama diantara sekolah-sekolah yang ada dengan
mengadakan pelatihan di tiap laboratorium yang ada di sekolah. Ide
dan semangat untuk menghadirkan tenaga terampil yang siap bekerja
di perusahaan ataupun pabrik yang ada di wilayah Surakarta semakin
besar dengan adanya dukungan dari pimpinan Akademi Teknik
Mesin Industri (ATMI) Solo. Perguruan tinggi tersebut bersedia
untuk menyediakan tenaga mentor ataupun staf pengajarnya untuk
memberikan pelatihan terkait dengan teknik mesin bagi siswa-siswa
ataupun lulusan SMK untuk siap kerja.

Di sisi lain, sekelompok pendidik di ATMI mulai menyadari


bahwa penguatan jaringan di dalam wilayah Surakarta tidaklah
cukup, maka mulailah melakukan kerjasama dengan Institut
Teknologi Bandung (ITB). Kerjasama dengan ITB dibina dalam
rangka memberikan standar terhadap keahlian dimiliki oleh tiap
peserta pelatihan. Pada akhirnya dilakukan sertifikasi kemampuan

39
dan keterampilan permesinan untuk pertama di Indonesia terhadap
para siswa ataupun lulusan SMK di awali dari SMK di Surakarta.
Kerjasama tidak hanya dilakukan terhadap institusi di dalam negeri,
ATMI kemudian membuka peluang kerjasama dengan pihak-pihak
yang ada di luar negeri. Salah satunya dengan institusi di Jerman
melalui programa IGI (Indonesia German Institut). Proses ini
dilakukan sepanjang kurun waktu 1998-2001.

Keberhasilan membuka peluang kerjasama dengan pihak


institusi di Jerman melalui program IGI memberikan perubahan
besar dalam pola kerjasama antara ATMI dan SMK yang selama ini
telah terbina. Program kerjasama IGI menghendaki adanya pola
kerjasama yang terorganisir dengan wadah terlembaga. Proses inilah
awal dari masuknya pemerintah daerah di Surakarta berpartisipasi
dalam kerjasama. Masuknya IGI sebagi bentuk kerjasama antar
Indonesia dengan Jerman yang ditempatkan di beberapa wilayah di
Indonesia, dan Surakarta menjadi salah satu wilayah program, maka
keterlibatan pemerintah daerah Kota Surakarta menjadi penting
sebagai penguasa pemerintahan lokal di wilayah Surakarta.

Proses pelembagaan ini didasarkan pada lolosnya ATMI sebagai


salah satu dari 18 (delapan belas) institusi pendidikan di Indonesia
yang menerima bantuan IGI (Indonesia German Institut). Tujuan
kerjasama ini untuk pembangunan teknologi yang sudah dimiliki
dan bekerjasama dengan pemerintah setempat (Kota Surakarta)
membuat lembaga pendidikan baru yang dikembangkan sebagai
Institut Sister. Pendirian Institut Sister pun didirikan dengan nama
Surakarta Competency and Technology Center atau yang lebih dikenal
dengan SCTC.

Pesatnya perkembangan SCTC sebagai pusat pelatihan


mekanik di Surakarta mampu berkontribusi dalam melatih pemuda
pengangguran, mengupayakan tempat kerja, serta mewujudkan

40
terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Kesuksesan
ini mendapat sambutan dari Walikota Surakarta, Ir. Joko Widodo
untuk mengembangkan konsep SCTC menjadi lebih luas cakupan,
dan menambah bidang-bidang keterampilan yang diperlukan untuk
pemenuhan pengembangan teknologi masa depan yang dinamakan
Solo Technopark atau selanjutnya dikenal dengan STP. Konsep inipun
digagas sejak tahun 2006.

Pengembangan SCTC yang awalnya hanya melakukan diklat


untuk mekanik, kini ditambah dengan pelatihan Teknik Pengelasan
(welding) yang diperuntukan bagi penyediaan tenaga pengelasan
di industri-industri galangan kapal. Perluasan SCTC menjadi STP
berdampak dengan pengalihan lokasi, dengan pengembangan
menjadi institusi yang tidak hanya sebagai wahana diklat, tetapi juga
untuk mengembangkan riset dan teknologi, khususnya teknologi di
bidang ilmu-ilmu terapan (applied science).

Maka Solo Technopark diarahkan sebagai pusat pendidikan dan


teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk
baru, serta pusat industri dan perdagangan. Solo Technopar:k
dirancang untuk menjadi kawasan terpadu menggabungkan dunia
industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan,
perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan
teknologi, di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.
Bidang fokus yang diprioritaskan dalam proses inkubasi mencakup:
bioenergy, pengolahan rumput laut (karagenan), waste threatment,
serta industri kreatif (batik).

41
5. Ikitas Semarang
Inkubator Kreasi dan Inovasi Telematika Semarang
– “IKITAS” adalah inkubator bisnis untuk pembinaan dan
pengembangan usaha kreatif bidang TIK yang bertujuan membantu
wirausahawan tumbuh berkembang menjadi wirausahawan yang
tangguh, mandiri dan mampu bersaing secara GLOBAL di Semarang.

IKITAS didirikan pada akhir tahun 2010. Visinya menjadi


lembaga yang handal dan terpercaya dalam melakukan sosialisasi,
edukasi dan inkubasi industri kreatif Telematika. Sedangkan
misinya, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
tentang potensi industri kreatif Telematika. Kemudian, memberikan
pelatihan dan pendampingan technopreneurship industri kreatif
Telematika. Serta mengupayakan akses pasar dan permodalan bagi
pelaku industri kreatif Telematika.

Sebagai kawah candradimuka Industri Kreatif Digital, lembaga


ini menyediakan tempat bagi tenant untuk mengembangkan usaha
pada tahap awal untuk mewujudkan ide-ide kreatif menjadi produk-
produk inovatif yang memiliki daya saing unggul dan punya nilai jual.
Lembaga ini juga menyediakan fasilitas kantor yang bisa digunakan
secara bersama. Misalnya ruang konferensi, sistem telepon, faksimile,
komputer, internet, dan keamanan.

Tidak hanya itu, IKITAS juga memiliki program untuk


memberikan dana bergulir internal atau dengan membantu akses
usaha kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga keuangan.
Menjalin kerjasama tenant atau persaingan antar tenant dan jejaring
(network) dengan pihak universitas, lembaga riset, usaha swasta,
profesional maupun dengan masyarakat international.

42
Untuk program unggulan, lembaga yang bekerja sama dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah ini menggelar
seminar dan workshop technoprenuership, training center, start-up
boot camp, pameran dan kompetisi produk kreatif digital, focus and
discussion group bagi komunitas, riset dan inovasi, serta IKITAS goes
to campus atau community.
6. Balai Diklat Industri Tohpati – Denpasar
Balai Diklat Industri Reg. VI Denpasar secara de jure berdiri
27 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Nopember 1984. Hal ini
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 417/M/
SK/11/1984. BDI Reg. VI Denpasar yang pada awal terbentuknya
bernama Balai Latihan Industri ini, dibentuk pada saat Menteri
Perindustrian dijabat oleh Bapak Hartanto. Pembentukan BDI
Reg. VI Denpasar ini dilatar belakangi oleh sangat luasnya cakupan
wilayah kerja yang dimiliki oleh BDI Reg. V Surabaya dan BDI Reg. VII
Ujung pandang saat itu. Wilayah kerja dua Balai diklat yang berdiri
sesuai dengan SK Menteri Perindustrian No. 674/M/SK/11/1981
meliputi seluruh wilayah Indonesia bagian timur dirasa sudah tidak
effektif lagi. Selain wilayah kerja yang sangat luas, meningkatnya
perkembangan sektor industri dan kebutuhan tenaga kerja yang ahli
dan terampil juga berperan serta melatarbelakangi dibentuknya BDI
Reg. VI Denpasar ini. Pada awal berdirinya, cakupan wilayah kerja
BDI Reg. VI Denpasar meliputi provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur.

Pada tahun 2001, dalam upaya peningkatan kualitas aparatur


dan sumber daya manusia perindustrian dan perdagangan
diterbitkanlah SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
368/MPP/Kep/12/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pendidikan dan Pelatihan Industri dan Perdagangan. Melalui
penerbitan SK ini, selain dalam rangka peningkatan kualitas SDM,

43
penyempurnaan organisasi dan tata kerja Balai Latihan Industri juga
dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan industri dan perdagangan.

Sesuai dengan peraturan menteri perindustrian N0 50 tahun


2006, sebagai sebuah Unit pelaksana teknis bidang diklat SDM,
Aparatur dan dunia usaha yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Industri,
mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan, fungsional, teknis dan dunia usaha sektor
industri.

Secara struktur organisasi Balai Diklat Industri yang terletak


di jalan jenggala/ wanasegara Kuta ini tidak ada perubahan dengan
struktur organisasi yang ditetapkan dengan SK sebelumnya. Saat ini
Balai Diklat Industri regional VI Denpasar memiliki wilayah kerja
meliputi provinsi Bali, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.

Tugas BDI regional VI Denpasar adalah melaksanakan


pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, fungsional, teknis dan
dunia usaha sektor industri dengan fungsi yang dapat dijabarkan
dalam beberapa point sebagai berikut: (1) Menyusun rencana
program pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, fungsional,
teknis dan dunia usaha; (2) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan, fungsional, teknis dan dunia usaha; (3) Pelaksanaan
pengembangan dan kerjasama diklat; (4) Evaluasi dan pelaporan
kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Visi BDI adalah ”Menjadi Lembaga Diklat yang professional dan


berbasis kompetensi dan spesialisasi dalam pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) Industri 2020.” Sedangkan misinya adalah:
(1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya
manusia industri (pembina industri, tenaga kerja industri – wirausaha

44
industri kecil menengah dan konsultan industri) yang berbasis
spesialisasi dan kompetensi; (2)  Mengembangkan kerjasama
pendidikan dan pelatihan teknis dengan instansi dan lembaga
terkait dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional;
(3) Pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi dan penempatan tenaga
kerja industry, penyelenggaraan inkubator bisnis untuk wirasausaha
kecil dan menengah, pelakasanaan identifikasi kompetensi sumber
daya manusia yang dibutuhkan dunia usaha industry, evaluasi
dan pelaporan kegiatan pendidikan dan pelatihan industry serta
pelaksanaan urusan tata usaha Balai Diklat Industri Denpasar.
7. Start – Surabaya
Program Start Surabaya secara resmi dibuka oleh
Tri Rismaharini, Walikota Surabaya pada hari Selasa, 6 Januari
2015 ini di gedung Spazio lantai 7 yang merupakan lokasi Forward
Factory-nya. Pembukaan Start Surabaya ini juga dibarengi dengan
peresmian Forward Factory, coworking space terbaru Surabaya yang
dikhususkan untuk peserta Start Surabaya.

Dengan kondisi jumlah pengusaha kita yang masih di bawah


standar, langkah nyata membangun bangsa adalah mendorong
lebih banyak anak muda jadi pengusaha dengan misi mulia. Apalagi,
akhir tahun depan Masyarakat Ekonomi Asean akan diresmikan,
menuntut daya saing tinggi anak muda kita untuk bisa bersaing di
level internasional. Kita juga dituntut membentuk ekonomi baru
yang berbasis pengetahuan, berlandaskan modal intelektual dan
kreativitas manusia, knowledge-based economy.

Potensi tersebut harus didukung dan dikembangkan, dimulai


dengan menumbuhkan ekosistem industri yang terdiri dari
berbagai pihak yang saling berkolaborasi, terdiri dari enam elemen:
pemerintah, media, komunitas, industri, akademisi, serta teknologi.

45
Melihat masalah sebagai peluang, dan menginisiasi solusi
dengan teknologi sebagai tindakan. Anak muda adalah generasi
yang sanggup mengolah teknologi untuk menciptakan dampak yang
bermanfaat bagi orang lain. Generasi muda yang merupakan digital
native punya potensi besar untuk jadi pionir ekonomi berbasis
pengetahuan di Indonesia ke depannya.

Start Surabaya adalah sebuah program inkubasi dan akselerasi


perusahaan rintisan (startup) kreatif berbasis teknologi, yang memiliki
misi agar anak muda Surabaya dapat meluncurkan bisnis atau produk
berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai
tambah kepada masyarakat. Program yang diselenggarakan oleh Kibar
bersama dengan Pemerintah Kota Surabaya, Spazio, Suara Surabaya
FM, dan Enciety adalah inkubator di tingkat kota yang pertama
kalinya diadakan di Indonesia. Dengan mengusung kerjasama dan
kolaborasi antara berbagai elemen baik komunitas, akademisi, media,
pemerintah, maupun swasta, para stakeholder yang terlibat secara
bersama-sama ingin memajukan Surabaya menghadapi tantangan
ekonomi global di masa mendatang melalui pemberdayaan anak
muda yang kreatif dan inovatif.

Start Surabaya merupakan bisa dibilang adalah inkubator


instan yang melakukan programnya dalam jangka pendek, sekitar
3 bulan setiap programnya. Selama tiga bulan, para peserta akan
digembleng untuk menjalani aktivitas berupa kombinasi workshop,
seminar, konsultasi serta pelatihan yang dibantu mentor dan
fasilitator berpengalaman dari industri. Mereka akan menjalani
serangkaian proyek yang akan membantu mereka menciptakan
startup mulai dari ide hingga eksekusi. Mereka juga akan dibekali
dengan berbagai pelatihan soft skill  yang bisa membantu
mengembangkan kemampuan diri dan kepribadian mereka
sebagai calon pebisnis kreatif berbasis teknologi. Proses ini akan

46
terus berulang tiga bulan selanjutnya dalam batch kedua, ketiga
dan seterusnya. Semoga dengan hadirnya Start Surabaya ini akan
banyak hadir startup-startup baru yang bisa menghasilkan produk
berkualitas, sehingga berdampak positif dan memberikan nilai
tambah kepada masyarakat.

Dalam setiap program, ada 45 peserta yang terbagi menjadi


15 kelompok akan mulai mematangkan ide sampai mengeksekusi
startup masing-masing lewat program mentoring. Di bawah atap
Forward Factory, misi Start Surabaya agar anak muda Surabaya
meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak
positif dan memberikan nilai tambah pada masyarakat; rasanya bisa
segera jadi nyata.

8. Pondok Pusaka Technopark – Kaur Bengkulu


Pondok Pusaka Technopark adalah inisiatif Pemda Kabupaten
Kaur guna mengembangkan potensi sumberdaya lokal dan
sumberdaya manusia untuk peningkatan daya saing daerah. Aktivitas
utamanya adalah di bidang agroindustri. 

Diatas lahan seluas 70 ha saat ini baru terisi sekitar 7 ha fasilitas


yang berfungsi sebagai sarana pelatihan produksi dan pemasaran;
laboratorium penelitian; dan display hasil produk UKM.

Sebagian besar prasarana gedung dan fasilitas didalamnya


merupakan kerjasama Pemda dengan Pemerintah Pusat.
Kementerian/Lembaga pusat yang bekerjasama diantaranya LIPI,
Kementerian Desa (d/h. KPDT), Kementerian KUKM, Kementerian
Kesehatan, Kemenpora.

47
9. Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna –
Pasuruan
Pusat Pelatihan Kewirausahaan sampoerna (PPK Sampoerna)
merupakan pusat pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan
berbasis pertanian terpadu dan kejuruan tepat guna untuk mendorong
pertumbuhan dan pengembangan UMKM di masyarakat.

PPK Sampoerna diresmikan tanggal 1 Maret 2007 dan berdiri


di atas lahan seluas 27 hektar di Desa Ginting, Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.

Fasilitas PPK Sampoerna dirancang untuk: (1) mendukung


kegiatan riset terapan untuk mewujudkan inovasi demi penyediaan
alternatif jenis usaha, mendukung kegiatan pelatihan atau diseminasi
hasil riset serta mendukung kegiatan inkubasi bisnis guna mendukung
munculnya usaha baru; (2) mendukung pelaksanaan aktifitas
diseminasi lanjutan di masyarakat, mendukung pemenuhan kebutuhan
akan saran percontohan, mendukung kegiatan pendampingan bagi
usaha baru serta mendukung pemenuhan kebutuhan akan sarana
pembelajaran masyarakat; (3) mendukung aktifitas intermediasi
atau pengembangan jaringan usaha dan pasar bagi UMKM,
mendukung aktifitas pertemuan antar pemangku kepentingan dalam
mengembangkan keberlanjutan manfaat program, serta mendukung
aktifitas konsultasi wirausaha bagi masyarakat yang membutuhkan.

PPK Sampoerna dilengkapi beberapa fasilitas dan kelengkapan


penunjang, antara lain: (a) area pertanian terpadu (pertanian,
peternakan, perikanan, pengolahan pangan, dan pengolahan limbah);
(b) area konservasi dan pembibitan tanaman; (c) laboratorium tepat
guna (tata rias, bengkel, sablon, jahit, batik, kerajinan tangan, dan
bordir); (d) laboratorium kultur jaringan; (e) fasilitas penunjang
seperti asrama, kantor, musholla, dan lain-lain.

48
Sejak berdiri tahun 2007 PPK Sampoerna telah melatih lebih
dari 12.000 orang dari berbagai wilayah di Indonesia, menghasilkan
sekitar 3.000 usaha baru yang muncul dan berkembang.

10. Bandung Innovation Park - ITB


Bandung Innovation Park (BIP) merupakan salah satu gagasan
membangun sebuah Technopark berbasis perguruan tinggi dalam hal
ini ITB.

Untuk disebut sebagai sebuah Technopark yang operasional


maka BIP di tahun 2015 ini masih dalam taraf masterplan dan dalam
tahap awal pembangunan.

Namun demikian komponen-komponen utamanya sudah ada


dan beroperasi di ITB. Komponen yang dimaksud adalah adanya
institusi pendidikan tinggi yang mapan dan kuat sebagai sumber
inovasi, pusat riset yang menghasilkan produk aplikatif dan inkubator
industri dengan tenant yang tangguh. Adapun komponen lain yaitu
industri menengah dan besar akan berkembang sejalan dengan
pembangunan Teknopark. Fungsi industri menengah dan besar
adalah sebagai role model growth dan penampung produk hasil
inkubator/start-up.

Fokus utama inkubasi industri di BIP adalah di bidang


transportasi, energi, serta kesehatan, pangan, dan ilmu hayati.

11. TP kerjasama Pemerintah Daerah dengan LIPI


Dalam rangka pembangunan 100 Technopark di Kabupaten/
Kota dan Science and Technology Park (STP) di setiap provinsi yang
telah dicanangkan pemerintah, LIPI diamanatkan untuk membangun
satu STP di Cibinong, Kabupaten Bogor-Jawa Barat dan 7 technopark

49
yang tersebar di beberapa daerah, yaitu di wilayah Samosir-
Sumatera Utara, Enrekang-Sulawesi Selatan, Tasikmalaya-Jawa
Barat, Banyumulek-NTB, Mataram, Lombok Barat-NTB, Tual-Maluku
Tenggara, dan Ternate-Maluku Utara.

Pembangunan TP di wilayah Samosir meliputi kegiatan


pembenihan ikan, budi daya dan pembesaran ikan konsumsi,
aplikasi hybrid renewable energy untuk perikanan, dan aplikasi
mikroorganisme untuk pengolahan limbah perikanan. Pada tahun
2015 ditargetkan produksi benih ikan konsumsi di Balai Benih
Ikan (BBI) Kab Samosir bisa meningkat sampai 2.500.000 ekor dari
sebelumnya yang hanya mencapai 100.000 ekor.

TP di wilayah Enrekang, Tasikmalaya, dan Banyumulek


dibangun dengan berbasis pada bioresources, dan telah diawali
dengan melakukan berbagai macam pelatihan kepada masyarakat,
yang berupa tehnik inseminasi buatan, kultur jaringan, aplikasi
teknologi perbanyakan, dan teknologi pascapanen.

TP Enrekang dibagi dalam tiga klaster, yaitu Klaster I (Kebun


Raya) seluas 20 ha, Klaster II (Kawasan Industri Maiwa/KIWA) seluas
500 ha, dan Klaster III (Cendana): 2 ha. Fokus/produk unggulan
pada Klaster I adalah Demplot budi daya tanaman lokal (uwi ungu
dan talas), Demplot budi daya tanaman buah (durian, langsat,
rambutan), Demplot budi daya jati platinum, Pengembangan Taman
Bioresources sebagai pusat diklat, Demplot pupuk organik hayati,
Demplot perikanan darat (2016), dan Demplot pengolahan pasca
panen (2016). Pada Klaster II adalah Demplot peternakan sapi
potong berbasis GBP (Good Breeding Practice), sedangkan pada
Klaster III adalah Pengolahan produk susu sapi: dangke, yoghurt dan
susu pasteurisasi. TP Tasikmalaya, berlokasi di Desa Pamoyaman,
Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya dengan kegiatan
Pembangunan sarana pendukung, Pelatihan pembuatan pakan

50
ternak, Pelatihan pembuatan olahan produk susu. Poduk unggulannya
antara lain pakan ternak, olahan susu, lebah madu, sayuran organik,
agroforestri (jati, buah2an lokal, jamur pangan, dan Pupuk Organik
Hayati. TP Banyumulek, berlokasi di Kawasan Terpadu Banyumulek,
Lombok Barat NTB dengan fokus/produk unggulan Peternakan,
pertanian terpadu dan Pangan, dengan pemanfaatan Bioresources
berkelanjutan; Pengolahan pakan, Pembibitan dan Penggemukan
sapi potong, Pengolahan pasca panen, Pengolahan hasil samping
peternakan (limbah peternakan), Pertanian organik terintegrasi, dan
Kajian sosial ekonomi, marketing dan diseminasi produk TP.

Lombok Marine Technopark berlokasi di Mataram, Lombok


Barat dan Jerowaru, berperan sebagai ajang pengenalan, promosi,
pembenihan, pembesaran, pengolahan hasil, pelatihan dan
pendampingan penerapan budi daya kerang mutiara, abalon, dan
teripang pasir. Kegiatan ditujukan untuk mendorong diversifikasi
kegiatan budi daya guna memanfaatkan lahan tidak produktif
dalam rangka meningkatkan perekonoian masyarakat pesisir. Fokus
kegiatan meliputi pembenihan kerang dan teripang, pembesaran
kerang mutiara, budi daya sistem polikultur atau IMTA (Integrated
Multi Tropic Acuaculture) antara teripang, bandeng dan rumput laut.

TP Maluku Tenggara dan Maluku Utara Agro Marine Technopark,


akan berperan sebagai ajang promosi, pelatihan dan pendampingan
penerapan budi daya sumber daya hayati, terutama sumber daya
kelautan. Maluku Tenggara Agro Marine Technopark berlokasi di
Tual Maluku Tenggara, merupakan kegiatan pengembangan yang
dilakukan oleh UPT Loka Koservasi Biota Laut Tual. Fokus kegiatan/
produk unggulannya meliputi Budidaya dan pengolahan pasca panen
rumput laut dan ketela pohon berbeta karoten, Pasca panen olahan
ikan, dan Pengembangan pupuk organik hayati. Sedangkan fokus
kegiatan/produk unggulan Maluku Utara Agro Marine Technopark

51
di Ternate, adalah Teknologi budi daya dan pengolahan pascapanen
Pisang Bebek, Budi daya pembesaran benih kerang mutiara (Pinctada
maxima), dan Pengembangan teknologi pakan ikan air tawar.

Untuk pengembangan STP LIPI di Cibinong Science Center,


Kabupaten Bogor, salah satu target capaian pada periode tahun 2015-
2019 adalah penciptaan/pengembangan 25 perusahaan berbasis
teknologi. Fokus komoditasnya adalah Olahan Pangan, Pertanian
(Pupuk Organik Hayati), Lingkungan (Jati platinum, tumbuhan langka
prospektif), Peternakan (Straw sperma sapi unggul), Air (Instalasi
Pengolahan Air), Obat/Kesehatan (Bahan baku obat penurun
hipertensi), Energi (turbin angin dan konverter kit BBM-BBG).
Kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi penciptaan startup,
alih teknologi, dan pendampingan ISO UKM; penciptaan produk utk
UKM; Industri; fasilitasi lisensi teknologi; Site plan dan DED Zona
intermediasi dan industri.

52
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. Potensi Pengembangan Technopark


Sebagaimana telah diuraikan dalam studi pustaka bagaimana
pengalaman China dan Korea dalam pembangunan dan pengembangan
technopark, maka beberapa elemen utama technopark dapat
diuraikan sebagai berikut. Elemen prasyarat yang terdiri atas tempat
(space), yang merupakan sarana fisik tentang keberadaan sebuah
technopark. Kemudian komponen di dalam technopark sendiri ada 5
yaitu: : (1) pengelola yang profesional; (2) penyediaan jasa training/
workshop; (3) inkubator bisnis untuk mengelola start-up; (4) industri
sebagai tenant, baik sebagai pemanfaat R & D maupun sebagai ‘angel
investor’; dan (5) sumber inovasi berupa lembaga penelitian dan
hasil penelitiannya.

Setelah melakukan survey lapangan terhadap 10 embrio


technopark yang tersebar di Indonesia, analisis dilakukan dengan
melakukan pengelompokkan terhadap beberapa kriteria, terutama
adanya komponen-komponen yang diperlukan dalam sebuah
technopark. Berikut ini adalah pemetaannya.
A B C D E F
Knowl-
Pengelola
No Nama Training/ edge
Owner/ Special- Inkuba- Industri
Work- Source
Inisiasi ist/ Pro- tor bisnis in-wall
shop (innova-
fessional
tion)
1 PUSPIPTEK – Pempus × √ √ × √
Serpong Pemerin- LIPI,
tah Pusat BPPT,
BATAN

54
2 Pusinov LIPI – Pempus √ × √ × √
Cibinong LIPI
3 Bandung PTS/ √ √ √ √ √
Techno Park Yayasan Uni-
Telkom versitas
Telkom
4 Solo Techno Pemkot √ √ × √ ×
Park Solo ESEMKA Rencana:
UNS dan
ATMI
5 IKITAS – Komu- √ √ × × ×
Semarang nitas/
Swasta
6 BDI Tohpati – Pempus √ √ √ × ×
Denpasar Embrio
7 START Swasta √ √ √ × ×
Surabaya
8 Technopark Pemkab × √ × × ×
Kaur Bengkulu dan LIPI
9 PPK Swasta √ √ √ × ×
Sampoerna

10 Bandung PTN √ (master- √ (master- √ (master- √ (mas- √ (master-


Innovation plan) plan) plan) terplan) plan)
Park - ITB

Pemetaan potensi dari embrio-embrio technopark ini dapat


kita bagi menjadi 3 kelompok model: (1) technopark yang dapat
dikembangkan menjadi technopark yang lengkap dengan 6 komponen
utama; (2) technopark yang bersepesialisasi dalam mengembangkan
start-up dengan inkubator sebagai komponen utama; dan (3)
technopark yang berfungsi sebagai tempat penerapan hasil research
(demoplot) yang dilengkapi dengan pelatihan dan workshop.

55
II. Model 1: Technopark dengan komponen lengkap
Sebagaimana disebutkan dalam desk study, sebuah technopark
dengan komponen yang lengkap dapat berupa sebuah universitas
sebagai basis atau lembaga riset yang menjadi basis. Pada kriteria ini
embrio technopark yang hampir lengkap dengan semua komponen
adalah: (a) Bandung Technopark (BTP) yang dimiliki oleh swasta
BUMN yaitu Universitas Telkom, (b) Bandung Innovation Park - ITB
(BIP-ITB) yang sebagian komponen lainnya baru dalam tahap awal
pembangunan; (3) Puspiptek Serpong yang dimiliki oleh Pemerintah
Pusat melalui Kementerian Ristekdikti; dan (4) Pusinov LIPI –
Cibinong yang dikelola Pemerintah Pusat melalui LIPI.

1. Bandung Technopark – Universitas Telkom


Dua technopark dengan basis universitas, BTP dan BIP-ITB,
dapat dikembangkan menjadi sebuah sistem university technopark
sebagaimana model TusPark yang dikembangkan di China.

BTP sudah mempunyai space (tempat) sebagai prasyarat


keberadaan fisik sebuah technopark. Sedangkan untuk komponennya
BTP mempunyai 4 komponen utama technopark yang terdiri atas
(1) pengelola yang profesional yang sebelumnya merupakan tenaga
peneliti dan pengajar di Universitas Telkom, namun telah dilakukan
pemisahan sehingga menjadi pengelola yang profesional bagi sebuah
technopark; (2) BTP mempunyai jasa training/workshop yang
berjalan cukup baik, terutama dalam melayani kebutuhan dalam
bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT); (3) inkubator
bisnis untuk mengelola start-up yang awalnya adalah calon lulusan
dan lulusan Universitas Telkom; dan (4) sumber inovasi berupa
lembaga penelitian dan hasil penelitiannya yang ditopang dengan
baik oleh lembaga penelitian Universitas Telkom. Satu komponen lagi

56
berupa industri besar yang menjadi tenant sehingga dapat bergabung
sebagai angel investor atau sebagai pemanfaat dari siklus R & D di
technopark masih dalam taraf negosiasi.

BTP sudah mempunyai pola dalam mensinergikan knowledge


resource, inkubator start-up, dengan pengelolaan yang profesional
dari sebuah model yang dikembangkan oleh Stevens and Burely
(1997). Dari 3000 ide kasar mahasiswa tingkat akhir di Universitas
Telkom untuk kemudian dikembangkan menjadi tugas akhir yang
dapat diaplikasikan sebagai sebuah pengetahuan yang bernilai (baik
uang maupun ilmunya). Kemudian 10 persennya atau sekir 300 ide
menjadi ide yang dikembangkan untuk dapat menjadi sebuah proyek.
Hasilnya ada 125 proyek kecil yang dapat dikembangkan untuk sebuah
start-up. Penggemblengan proyek-proyek kecil ini menghasilkan
9 proyek yang dapat ditingkatkan untuk dibangun sebagai sebuah
usaha baru berbasis ide. Namun pada akhirnya yang dapat bertahan
menjadi usaha baru adalah 1 start-up dari sekitar 3000 ide.

Pola ini merupakan sebuah tantangan bagi BTP yang diharapkan


dalam tiap tahun dapat meningkatkan rasio ide dibanding jumlah
lulusan terus berkembang dari 3000:1 menjadi 3000:10 dan
seterusnya seiring kemajuan BTP.

Sejalan dengan strategi Bandung Techno Park (BTP) untuk


tahun 2016 yakni untuk (1) penguatan komersialisasi, (2) penguatan
sinergi, dan (3) Pengembagan dan penguatan start-up, salah satu
capaian riil yang telah dicapai oleh BTP adalah masuknya usaha
atau perusahaan berbasis IT di dalam kawasan terpadu BTP. Hingga
periode tengah tahun 2015, BTP telah memiliki beberapa perusahaan
yang menjalankan usahanya di kawasan terpadu BTP, yakni: PT.
Tigariva Solusindo, PT. Tri Energy Humanika, PT. Solusi 247, PT.
Abyor International, PT. Elda Sarana Informatika, dan PT. Fusi Global
Internasional.

57
Selain perusahaan tersebut di atas, proyeksi pada triwulan IV
2015 beberapa perusahaan lain yang akan membuka usahanya di
BTP adalah: PT. Swamedia Informatika, Mir Valve SDN BHD, Agate
Studio, dan LG Indonesia (Divisi Riset).

Selain perusahaan tersebut di atas, ada start-up skala kecil


dan menengah yang akan menempati lokasi di BTP hasil program
inkubator di BTP. Hadirnya industri, baik besar-menengah dan
skala IKM di dalam BTP merupakan upaya untuk melengkapi
ekosistem inovasi di dalam kawasan. Industri di dalam kawasan akan
membantu proses inovasi dalam bentuk kerjasama joint research and
product development, contract research and product development,
pemagangan, coaching dan mentoring, dan interaksi dalam arti luas
antara industri dengan seluruh stakeholder di dalam BTP, termasuk
di dalamnya sharing resoures: peralatan dan alat laboratorium.

58
2. Bandung Innovation Park (BIP-ITB)
Bandung Innovation Park (BIP-ITB) mempunyai mempunya 5
komponen utama technopark, tetapi belum mempunyai tempat yang
menjadi prasyarat sebuah technopark. Pada tahun 2015 ini BIP-ITB
baru memulai perencanaan untuk pembangunan prasyarat fisik
sebuah technopark.

Rencana BIP-ITB untuk membangun technopark akan


dikombinasikan dengan komponen-komponen yang sudah ada
di ITB sendiri. Komponen-komponen tersebut terdiri atas: (1)
pengelola yang profesional yang saat ini tergabung dalam Lembaga
Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPiK); (2) penyediaan
jasa training/workshop dilakukan baik untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah maupun swasta dengan bidang yang cukup luas di ITB;
(3) inkubator bisnis untuk mengelola start-up juga sudah berjalan
secara mandiri dan juga dijalankan oleh Lembaga Pengembangan
Inovasi dan Kewirausahaan; (4) industri sebagai tenant, BIP-ITB
sudah mempunyai komitmen dengan beberapa industri besar yang
siap sebagai tenant maupun sebagai angel investor yang sekaligus
dibangun di kawasan fisik technopark; dan (5) sumber inovasi yang
melimpah berupa lembaga penelitian dan hasil penelitiannya dari
berbagai jurusan di ITB.

3. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


(Puspiptek) Serpong
Technopark berikutnya yang mempunyai komponen cukup
lengkap baik prasarat tempat dan 5 komponen utama adalah Pusat
Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong.
Prasyarat tempat merupakan keunggulan Puspiptek mengingat
kompleks yang luas di daerah Serpong mempunyai sarana dan
prasarana yang cukup representatif sebagai sebuah kawasan

59
technopark. Jika ditilik dari komponen-komponennya, berikut ini
uraiannya: (1) ada pengelola berupa unit kerja eselon 2 di bawah
Kemenristekdikti dengan seluruh jajaran struktural dan fungsional
yang mengelola seluruh kegitan Puspiptek; (2) penyediaan jasa
training/workshop dilakukan baik untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah maupun swasta dengan bidang-bidang yang cukup luas
dan didukung oleh lembaga-lembaga penelitian di lingkup koordinasi
Kemenristekdikti seperti Batan, Lapan, BBPT, dan LIPI; (3) Ada
inkubator bisnis untuk mengelola start-up yang belum optimal; (4)
tidak ada industri sebagai tenant, dan belum ada rencana untuk
mengundang industri besar yang nantinya dapat menjadi investor
pendukung; dan (5) sumber inovasi yang melimpah dengan dukungan
yang luas dari Batan, Lapan, BBPT, dan LIPI.

Lemahnya komponen inkubator dan tidak adanya pengembangan


untuk industry in wall di Puspiptek karena manajemen merupakan
sebuah unit birokrasi yang sangat kaku dan kurang luwes yang dapat
mendukung pengembangan technopark. Permasalahan manajemen
ini membuat perkembangan technopark yang sudah cukup tua
termasuk lambat (didirikan sejak 1976).
4. Pusat Inovasi (Pusinov) LIPI di Cibinong
Technopark terakhir yang yang mempunyai komponen cukup
lengkap adalah Pusat Inovasi (Pusinov) LIPI di Cibinong. (1) ada
pengelola berupa unit kerja eselon 2 di bawah LIPI dengan seluruh
jajaran struktural dan fungsional yang mengelola seluruh kegitan
Puspiptek; (2) penyediaan jasa training/workshop dilakukan baik
untuk memenuhi kebutuhan pemerintah maupun swasta dengan
bidang-bidang yang cukup luas dan didukung oleh LIPI; (3) Ada
inkubator bisnis untuk mengelola start-up yang mulai berkembang
pesat; (4) belum ada industri sebagai tenant, dan belum ada rencana
untuk mengundang industri besar yang nantinya dapat menjadi

60
investor pendukung; dan (5) sumber inovasi yang melimpah dengan
dukungan yang luas LIPI, sayangnya belum semua bidang cakupan
di LIPI yang memanfaatkan Pusinov LIPI untuk menjadi inkubator
bisnis.

Sementara Pusinov sendiri sudah mengembangkan inkubasi


sejak tahun 2005 dengan beberapa skema program pemerintah agar
lebih menukik. Program tersebut yang di antaranya adalah Program
Inkubator Teknologi LIPI yang dimaksudkan untuk memberikan
layanan bagi inventor dan/atau innovator baik dari internal LIPI
maupun dari masyarakat dan juga pengusaha baru berbasis inovasi
teknologi di Indonesia. Program bertujuan untuk melahirkan
pengusaha-pengusaha baru berbasis teknologi terutama generasi
muda warga negara Indonesia. Melalui program ini, berbagai kegiatan
penguatan kapasitas pengelolaan teknologi dan inovasi dilakukan
sehingga menciptakan iklim bagi tumbuh dan berkembangnya
pengusaha baru berbasis inovasi teknologi.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui program Inkubasi


teknologi LIPI adalah:
1. Meningkatkan alih teknologi hasil riset lembaga penelitian untuk
meningkatkan daya saing perusahaan baru berbasis inovasi
teknologi.
2. Mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda berbasis
teknologi dan Perusahaan Baru Berbasis Teknologi (PBBT/
NTBF).
3. Memperkuat daya saing industri dalam negeri menuju ekonomi
berbasis inovasi
4. Menciptakan lapangan pekerjaan baru berbasis inovasi teknologi
bagi warga masyarakat berpendidikan tinggi.
5. Meningkatkan kemandirian sumber pendanaan riset dari
komersialisasi HKI/hasil riset LIPI

61
III. Model 2: Technopark dengan Inkubator Bisnis sebagai
titik berat pengembangan.
Pada kriteria ini, technopark sebagai sebuah infrastruktur
yang akan melahirkan para wirausahawan baru maka yang perlu
dikedepankan adalah beberapa technopark yang cukup kuat dalam
penyediaan inkubator bisnis. Pada kelompok ini, dari embrio
technopark yang disurvei ada 3 yang masuk kriteria ini yaitu: (1)
STAR Surabaya; (2) Tohpati Bali Technopark.
1. START Surabaya
START Surabaya merupakan sebuah lembaga swasta probono
yang benar-benar memfokuskan diri untuk menjadi sebuah
inkubator bisnis pada bidang informasi dan teknologi komunikasi
(ICT). STAR mempunyai sebuah tempat yang khusus dipergunakan
untuk mementori calon pebisnis dengan fasilitas yang minimal dari
Pemkot Surabaya berupa sebuah space kantor yang nantinya akan
berbayar. Komponen yang ada di START Surabaya hanya inkubator.
Sarana workshop dan pelatihan dikhususkan untuk mendukung
terlaksananya proses inkubasi.

62
Berdiri di tahun 2015 ini juga, START sudah melakukan
mentoring dalam 2 angkatan yang masing-masing angkatan
berdurasi 3 bulan. Dalam kedua angkatan tersebut START memulai
dari 568 partisipan (periode 1) dan 206 partisipan (periode 2) yang
pada tahap akhir menjadi usaha ICT yang berjalan tinggal 3 dan 9 di
masing-masing angkatan.
2. Tohpati Bali Technopark
Tohpati Bali Technopark (TBT) mempunyai tempat (space) yang
memadai sebagai sebuah technopark yang khusus bergerak di bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Komponen yang dipunyai
TBT hanya terdiri atas: (1) unit pengelola yang merupakan unit
eselon 3 di Kementerian Perindustrian; (2) berpengalaman sebagai
penyelenggara diklat dan workshop yang mempunyai kualitas cukup
mumpuni; (3) dan sejak tahun 2013 TBT sedang mengembangkan
inkubator bisnis dengan beberapa start-up yang menjadi tenant di
TBT. Sementara komponen (4) dan (5) yaitu industry in wall serta
sumber inovasi belum ada di TBT.

Pengembangan TBT sebagai inkubator start-up mempunyai


peluang yang cukup besar mengingat Bali sebagai lokasi technopark
menyediakan kesempatan yang luas untuk berbagai bisnis teknologi
informasi dan komunikasi. Sementara itu calon start-up yang
membidik segmen anak muda Bali juga cukup melimpah.
IV. Model 3: Technopark dengan Pelatihan dan Workshop
sebagai titik berat pengembangan

Dari beberapa embrio technopark yang ada, pola lembaga technopark


sebagai tempat pelatihan cukup berkembang. Setidak nya ada 2 yang
cukup siap sebagai technopark dengan basis pelatihan, yaitu (1) PPK
Sampoerna (2) Solo Technopark (STP); dan (3) IKITAS Semarang.

63
1. PPK Sampoerna

PPK Sampoerna merupakan unit corporate social responsibility


dari grup perusahaan Sampoerna. PPK Sampoerna mempunyai
tempat (space) yang cukup ideal sebagai technopark yang bertitik
berat pada pelatihan dan workshop. Komponen yang ada di PPK
Sampoerna adalah: (1) pengelola technopark yang cukup profesional
dari segi kapasitas dan manajemen secara keseluruhan; (2) program
pelatihan dan workshop yang terintegrasi dengan pembinaan setelah
pelatihan membuat outcome dan impact dari apa yang dilakukan di
PPK Samporna sangat positif; (3) Inkubator bisnis PPK Sampoerna
diarahkan pada usaha skala kecil dengan terus melakukan
pendampingan; (4) Industry in wall di PPK Sampoerna disiasati
dengan menyelenggarakan expo agar usaha besar dapat berpartner
dengan usaha kecil binaan PPK Sampoerna; dan (5) PPK Sampoerna
memanfaatkan lahan yang luas di lokasi technopark sebagai demoplot
hasil penelitian dari lembaga riset yang kredibel, diantaranya dari
Institut Pertanian Bogor dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang.

64
I. Solo Technopark (STP)
STP sebagai technopark milik Pemerintah Kota Solo mempunyai
tempat (space) yang cukup ideal dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia yang membidik keahlian madya. STP merupakan
lembaga dengan bentuk Badan Layanan Umum (BLU) Daerah, sebuah
lembaga yang dirasakan cukup fleksibel untuk mengakomodir
bagaimana sebuah technopark dikembangkan.

Komponen-komponen STP cukup lengkap. (1) Unit pengelola


berupa ‘campuran’ antara pengelolaan pemda yang diwakili sebuah
unit kerja eselon 3 dan pengelola swasta; (2) Diklat dan workshop
keahlian madya yang cukup intens dilaksanakan dan outputnya
seluruhnya selalu terserap pasar; (3) Inkubator bisnis belum
berkembang di STP. Perlu pengelolaan yang lebih profesional
dalam hal ini. Dimulai dari melakukan rekruitmen calon start-up,
melakukan kegiatan mentor dan pelatihan terhadap start-up, hingga
membentuk sebuah usaha baru; (4) industry in wall yang bergabung
dengan STP cukup banyak dalam rangka menyerap hasil pelatihan.
STP cukup baik dalam melakukan kerjasama dengan industri dalam
rangka menghubungkan pelatihan yang dilaksanakan di STP dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja ahli madya; (5) Sumber inovasi di
STP perlu lebih dioptimalkan mengingat hanya kerjasama dengan
lembaga riset atau perguruan tinggi belum terjalin dengan baik.

65
I. IKITAS Semarang
IKITAS Semarang sebagai sebuah komunitas pegiat
teknologi dan informasi dan komunikasi sebenarnya perlu banyak
pembenahan di beberapa area agar dapat dikatagorikan sebagai
sebuah technopark. Sebagai prasyarat sebuah technopark, IKITAS
hanya mempunyai sebuah space, yang juga sebagai workshop, juga
tempat berkumpul komunitas, namun tidak cukup layak untuk
sebuah technopark. Kegiatan yang dilakukan terbatas pada pelatihan
yang dibiayai dari kegiatan-kegiatan pemerintah daerah di sekitar
Semarang.

Untuk komponen-komponenya, berikut ini uraiannya: (1)


pengelolanya walaupun swasta hanya terdiri dari 1 orang yang
mempunyai banyak jabatan dan fungsi, seperti sebagai direktur, ketua
komunitas, dan beberapa jabatan lainnya. Sedangkan unit pengelola
lainnya tidak terlihat perannya; (2) kegiatan pelatihan cukup banyak
dan intens di IKITAS Semarang, namun pelembagaan sebagai sebuah
technopark pelatihan harus disusun perencanaannya, mengingat

66
kegiatan pelatihan yang ada baru berdasarkan project base. (3)
inkubator bisnis belum dikembangkan di IKITAS. Beberapa start-up
lebih banyak berlaku sebagai pegawai IKITAS yang mendapat proyek
pekerjaan.

Komponen industry in wall dan juga sumber inovasi tidak ada


dan sama sekali belum ada road map dalam memenuhi komponen ini.

V. Model 4: Technopark dengan Demoplot sebagai titik berat


pengembangan.
Technopark dengan titik berat sebagai tempat dalam
mensosialisasikan hasil riset terapan merupakan pola ideal yang
dapat dikembangkan untuk beberapa technopark yang diinisiasi oleh
pemerintah daerah.

Untuk technopark ini setidaknya yang sudah mempunyai tempat


adalah technopark milik Pemda Kabupaten Kaur-Provinsi Bengkulu
dan Pemda Enrekang. Technopark Pemda Kaur bekerjasama dengan
beberapa lembaga litbang di kementerian pusat untuk menjadi
demoplot dan baru berjalan pada tahun 2015 ini. Begitu pula Pemda
Enrekang yang bekerjasama dengan LIPI untuk mengembangkan
technopark sebagai demoplot hasil riset yang kebanyakan di bidang
pertanian.

Di samping itu ada 7 technopark di tahun 2015 ini yang mulai


diinisiasi dengan bekerjasama dengan LIPI di berbagai wilayah, yaitu
di Samosir-Sumatera Utara, Enrekang-Sulawesi Selatan, Tasikmalaya-
Jawa Barat, Banyumulek-NTB, Mataram, Lombok Barat-NTB, Tual-
Maluku Tenggara, dan Ternate-Maluku Utara.

67
68
69
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. Kesimpulan
1. Komponen dalam sebuah technopark meliputi elemen
prasyarat berupa tersedianya tempat (space), dan 5
komponen di dalam technopark yaitu: : (1) pengelola yang
profesional; (2) penyediaan jasa training/workshop; (3)
inkubator bisnis untuk mengelola start-up; (4) industri
sebagai tenant, baik sebagai pemanfaat R&D maupun
sebagai “role model” dan/atau “angel investor” untuk start
up; dan (5) sumber inovasi berupa lembaga penelitian
dan hasil penelitiannya.

2. Dalam studi ini, dari survey yang dilakukan maka embrio


technopark yang ada dapat dikelompokkan menjadi 4
model, yaitu: (1) technopark ideal dengan komponen
lengkap. Technopark yang masuk kelompok ini terdiri atas
Bandung Technopark (BTP), Puspiptek Serpong, Bandung
Technopolis Park – ITB, dan Pusinov LIPI; (2) technopark
dengan inkubator bisnis sebagai titik pengembangan.
Technopark yang masuk kelompok ini adalah START
Surabaya dan Tohpati Bali Technopark; (3) technopark
dengan penekanan pelatihan dan workshop sebagai
titik pengembangan. Technopark yang dalam kelompok
ini adalah PPK Sampoerna, Solo Technopark, dan IKITAS
Semarang; dan (4) technopark dengan penekanan sebagai
demoplot dari hasil riset. Technopark dalam kelompok
ini adalah technopark milik Pemda KAUR, dan beberapa

70
Pemda yang mengembangkan technopark untuk sosialisasi
hasil riset terapan yang bekerjasama dengan LIPI.
II. Rekomendasi
1. Jika Pemerintah memang ingin mewujudkan technopark
dengan komponen lengkap maka dalam kurun waktu 5
tahun (jangka menengah) setidaknya pemerintah harus
dapat mewujudkan 10 technopark model 1. Dalam hal ini
pemerintah akan dinilai sangat berhasil.
2. Program pengembangan technopark di Indonesia
mempunyai alokasi yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
untuk membangun 100 Techno Park di daerah-daerah
kabupaten/kota dan 34 science park di provinsi. Alokasi
anggaran ditempatkan di Kemenristekdikti, LIPI, BATAN,
BPPT, Kementerian Pertanian serta Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Kebijakan ini dapat disesuaikan
dengan melakukan reassesment dan relokasi untuk
digunakan sesuai dengan karakteristik calon technopark
sebagaimana disampaikan dalam studi ini..
3. Pembangunan technopark dapat dibagi kedalam
beberapa tahap. Pertama, dilakukan piloting untuk
mencari bentuk technopark yang ideal. Kedua, dilakukan
replikasi technopark di daerah lain dengan menggunakan
percontohan dan metode nurturing dari para stakeholders
technopark yang berhasil. Ketiga, Pada tahap berikutnya
ditargetkan sejumlah technopark dapat menjadi penghela
pertumbuhan industri baru dan pusat tumbuhnya
wirausaha-wirausaha baru di bidang sesuai tehnopark
tersebut dibangun.

71
4. Proses piloting, dapat dilakukan melalui 3 cara:
a. Membangun dan mengembangkan technopark yang
sudah ada, seperti: Bandung Techno Park, Solo Techno
Park, dan Pusat Inovasi LIPI
b. Membangun technopark baru dengan kerjasama dengan
universitas yang sudah “siap”. Yaitu kerjasama dengan
universitas yang memiliki program/jurusan/ mata
kuliah kewirausahaan, pengajar, lahan dan bagunan,
laboratorium, inkubator, tempat magang. Contoh:
Bandung Innovation Park yang dirintis oleh ITB.
c. Membangun technopark baru dengan kerjasama dengan
universitas. Kerjasama dengan universitas yang belum
memiliki program/jurusan/mata kuliah dan sarana dan
prasarana technopark.

4. Setelah proses piloting dilakukan tahapan replikasi dalam


jumlah yang lebih banyak, misalnya beberapa role model
technopark melakukan nurturing masing-masing 2-3
embrio technopark sehingga terbentuk total 10 technopark
di tahun kelima. Proses nurturing pembanguan technopark
baru dapat dilakukan di universitas-universitas yang
sudah “siap” maupun yang belum.
5. Program Pengembangan technopark harus
memperhatikan karakteristik technopark yang terbagi
atas 4 model sebagaimana disampaikan di bab 4. Model
2, 3,dan 4 sebenarnya bukanlah sebuah technopark per-
definisi, namun bisa dianggap sebagai sebuah embrio
technopark. Untuk itu rekomendasi lebih spesifik adalah
sebagai berikut:

72
a. Program Pengembangan Technopark ideal berbasis
universitas dan lembaga riset nasional. Program ini
dilakukan secara jangka menengah dan panjang.
Beberapa embrio yang menuju ekosistem technopark
ideal ini seperti Bandung Techno Park, Bandung
Technopolis Park ITB, Puspiptek-Serpong, dan Pusinov
LIPI harus diberlakukan sebuah program jangka
menengah yang matang.
b. Program pengembangan technopark dengan embrio
inkubator bisnis. Program ini dapat didorong melalui
replikasi model START Surabaya yang cukup berhasil
dengan biaya yang cukup minimal. Selanjutnya adalah
menyusun masterplan menuju sebuah technopark
dengan komponen yang lebih lengkap.
c. Program pengembangan technopark dengan embrio
pelatihan dan workshop. Program ini dapat mereplikasi
model PPK Sampoerna yang dapat memaksimalkan
pelaksanaan pelatihan sehingga peserta pelatihan
mendapatkan manfaat yang besar. Langkah selanjutnya
adalah menyusun rencana jangka menengah dan
panjang untuk melengkapi komponen dasar technopark.
Dalam kasus PPK Sampoerna, lembaga ini telah
memiliki komponen pelatihan, workshop, demoplot,
dan inkubator bisnis. Komponen yang perlu dibangun/
dilengkapi adalah adanya litbang yang berkelanjutan
dan adanya industri di dalam kawasan.
d. Program pengembangan technopark dengan embrio
demoplot hasil riset di bidang pertanian. Program ini
dapat diperluas pada sektor kelautan dan perikanan.
Program pengembangan technopark ini dapat
bekerjasama dengan LIPI, BATAN, dan BPPT yang

73
sudah siap dengan berbagai produk riset terapannya.
Sebagaimana embrio technopark pada poin b dan
c diatas maka dalam kasus ini perlu ditindaklanjuti
dengan menyusun rencana pengembangan menuju
sebuah technopark dengan komponen lengkap.

74
75
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mustafa, 2015, IKITAS Semarang, Unpublished Paper,


Jakarta

Aritonang, Taruli; Widowati, Sri, 2015, PPK Sampoerna: Kebijakan,


Kontribusi, dan CSR, Unpublished paper, Jakarta

Chen, Herbert, 2007, TusPark: “5-Win” Science Park A successful


model of commercial University Science Park in Beijing – China,
Unpublished Paper, Beijing

Jung, Sang Chul, 2014, The Model of Korean University


Enterpreneurship Ecosystem in the Case of Chungnam National
University, Unpublished Paper, Seoul

Kamto, Yansen, 2015, START Surabaya, Unpublished Paper, Jakarta

Oh, Deog-Seong; and Yeom, Insup, 2013, Daedeok Innopolis in Korea:


From Science Park to Innovation Cluster, World Technopolis
Association

Parry, Malcolm, 2013, Innovation Clusters in the Creative Economy,


Preparatory Conference for Daejeon Global Innovation Forum,
Daejeon

Raharjo, Jangkung, 2015, Bandung Technopark, Unpublished Paper,


Jakarta

Santosa, Sigit Puji, 2015, Menuju ecosystem startups dalam


lingkungan teknopark yang berkelanjutan, Unpublished Paper,
Jakarta

76
Seo, Junseok, 2013, Creating Start-ups through Technology Transfer
in Science Technology Park: A Case Study of Daedeok Innopolis,
World Technopolis Association

Soenarso, Wisnu S; Nugraha, Dadan; Listyaningrum, Eryda, 2013,


Development of Science and Technology Park (STP) in Indonesia
to Support Innovation-Based Regional Economy: Concept and
Early Stage Development, World Technopolis Association

Suardi, Edi, 2015, Pondok Pusaka Technopark, Kabupaten Kaur,


Bengkulu

Sumadi, Laurentius, 2015, Solo Technopark, Unpublished Paper,


Jakarta

Taufiqurrahman, Nurul, 2015, Pusat Inovasi LIPI, Unpublished Paper,


Jakarta

Wijayanto, Rudi P, 2015, Pengembangan Teknopreneur dan Inkubasi


Teknologi di Balai Inkubator Teknologi, Unpublished Paper,
Jakarta

77
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
TIM Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
ANALISA Jalan Taman Suropati No.2 Jakarta 10310
Telp. 021 3193 6207 Fax 021 3145 374
KEBIJAKAN http://bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai