ISBN : 978-602-1154-52-6
Diterbitkan oleh :
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jalan Taman Suropati No.2 Jakarta 10310
Telp. 021 3193 6207 Fax 021 3145 374
http://bappenas.go.id
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya
penulisan Laporan Penelitian Studi Pengembangan Technopark
di Indonesia: Survey terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia
yang dilaksanakan Tim Analisa Kebijakan (TAK) Kementerian
PPN/Bappenas. Penerbitan buku ini bertujuan untuk
menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim
Pokja yang dibantu pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya.
Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
pokja dalam penyusunan buku Laporan Kegiatan TAK ini sampai
selesai.
Semoga buku kecil ini dapat memberikan manfaat dan sekiranya
masih terdapat kekurangan yang ditemukan oleh para pembaca,
mohon kiranya dapat memberikan masukan/tanggapan dalam
rangka penyempurnaan buku Laporan Kegiatan TAK ke depan.
Aamin.
v
Tim Analisa Kebijakan (TAK) - BAPPENAS
Tim Peneliti:
1. Noor Arifin Muhammad, ST, MSIE (Koordinator)
2. Muhyiddin, S.Sos, MSc, MSE
3. Dr. Ir. Taufik Bawazir, MSi
4. Istasius Angger Anindito, SE, MA
vi
Nara Sumber Kelompok Diskusi Terfokus:
1. Prof. Dr. Tatacipta Dirgantara (ITB)
2. Dr. Sigit Puji Santoso (ITB)
3. Ir. Dirham (BPPT)
4. Rudi Purwo Wijayanto, ST, MT (BPPT)
5. Jangkung Raharjo (Bandung Techno Park)
6. Kiki (Bandung Techno Park)
7. Laurentius Sumadi (Solo Technopark)
8. Yansen Kamto (Yayasan KIBAR, Start Surabaya)
9. Dennis Adishwara (Aktor, Start Surabaya)
10. Drs. Paryono (BDI Denpasar Tohpati)
11. Mustafa M. Abdullah (IKITAS Semarang)
12. Rudi Sutedja (Cimahi Creative Association)
13. Taruli Aritonang (PPK Sampoerna)
14. Sri Widowati (PPK Sampoerna)
15. Wakil Bupati Kaur
16. Edi Suardi (Kepala Bappeda Kabupaten Kaur)
17. Nandar Iskandar (Sekda Kabupaten Kaur)
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 2
1. Latar Belakang 2
2. Tujuan 4
3. Metode 4
viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 54
I. Potensi Pengembangan Technopark 54
II. Model 1: Technopark dengan komponen lengkap 56
III. Model 2: Technopark dengan Inkubator Bisnis sebagai
titik berat pengembangan 62
IV. Model 3: Technopark dengan Pelatihan dan Workshop
sebagai titik berat pengembangan 63
V. Model 4: Technopark dengan Demoplot sebagai titik berat
pengembangan 67
DAFTAR PUSTAKA 76
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu prioritas pemerintahan presiden dan wakil presiden
terpilih periode 2014-2019 yang tertuang dalam Nawacita adalah
“Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya” (Nawacita keenam). Salah satu
penjabaran prioritas diatas adalah “Kami akan membangun sejumlah
Science dan TechnoPark di daerah-daerah, politeknik dan SMK-SMK
dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini”
2
Kedua, Pembangunan Taman Sains Provinsi. Arah kebijakan
ini berfungsi sebagai: (a) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen
universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah,
dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi;
(b) penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di
Technopark; (c) sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi
lanjut bagi perekonomian lokal.
3
Ketiga, Pembangunan Taman Tekno di kabupaten/kota oleh
kementerian/Lembaga sesuai dengan kompetensi, tugas pokok dan
fungsinya.
3. Metode
Penelitian dilakukan melalui literature study, survei lapangan
dan stock-taking Technopark di beberapa daerah baik yang dibina
oleh Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah, maupun
swasta. Penelitian juga menghimpun pengetahuan dari Focus Group
Discussion (FGD), disertai workshop dan seminar nasional. Hasil yang
diharapkan adalah policy paper tentang pengembangan technopark
di Indonesia dalam jangka menengah.
4
5
BAB II
STUDI LITERATUR
6
dalam rangka menumbuhkembangkan perusahaan baru negara
tersebut. Sementara pemerintah daerah bertujuan untuk mengundang
investor dan untuk memperluas basis kesempatan kerja dengan
cara menarik perusahaan-perusahaan untuk beroperasi di dalam
technopark.
7
2. Indikator Kinerja Technopark
Sebelum membahas indikator kinerja technopark perlu
disampaikan pengertian tahapan inovasi, yaitu tahapan yang
normal dilalui oleh seorang peneliti atau pengusaha dalam
mengembangkan sebuah ide hingga dapat menjadi sebuah produk
yang terkomersialisasi. Secara ringkas tahapannya adalah seperti
dibawah:
8
indikator kinerja utama (IKU) yang diarahkan hingga ke IRL 10 hingga
produk dapat dikomersialisasi. Dengan IKU tersebut, diharapkan
proses inovasi dapat berlandaskan akan kebutuhan pasar dan dapat
menjawab kebutuhan pasar akan teknologi.
Terkait technopark yang memiliki elemen-elemennya yang
lengkap maka IKU sebuah teknopark ideal adalah:
a. Riset yang berkelanjutan (riset, join riset, dan kontrak riset)
b. Paten/HAKI yang didaftarkan (paten)
c. Jumlah inovasi baru yang dihasilkan (produk)
d. Jumlah tenaga kerja yang diserap (orang)
e. Start-up atau Spin-off (usaha)
f. Volume transaksi di dalam kawasan (omzet dalam rupiah)
Dalam gambar jelas terlihat bahwa kehadiran sebuah
technopark dapat membantu menciptakan tahapan inovasi secara
utuh, dimana apabila hanya menggantungkan pada universitas,
lembaga penelitian, dan inkubator bisnis akan tercipta proses inovasi
yang tidak komprehensif dan tidak sustain.
9
3. Tsing Hua University Science Park (TusPark – China)
Publikasi Tsing Hua University Science Park -disingkat TusPark-
(2012) memberikan uraian singkat bagaimana China bertransformasi
dari negara produsen dengan basis teknologi rendah dan madya
untuk kemudian mencoba transformasi untuk menuju negara dengan
teknologi tinggi.
10
di kawasan industri Zhongguancun sekitar US$241 billions, setara
dengan dua perusahaan gabungan Korea yang diwakili Samsung
(US$134 billions) dan Jepang diwakili Hitachi (US$108 billions).
Perusahaan.
11
Technopark adalah salah satu jalan terpenting untuk
mencapainya.
Ada total 1637 technopark tersebar di China dengan rincian
sebagai berikut: dimiliki dan dibangun pemerintah pusat sebanyak
224 technopark, dimiliki oleh pemerintah provinsi sebanyak 1344,
dan dimiliki oleh universitas sebanyak 69.
12
TusPark dibangun dengan mensinergikan 4 pilar technopark
yaitu tempat (space), sumber daya (resorce), jasa (service), dan
penyewa (tenant) bisa embrio usaha baru (start-up) dan perusahaan
yang sudah berjalan yang membutuhkan jasa TusPark. Keempat pilar
tersebut berhubungan satu sama lain dalam sebuah sistem jasa yang
sangat inovatif yang diterapkan di TusPark.
13
yang dapat berbentuk lembaga penelitian atau akademi; (4) lembaga
finansial yang bekerja sama menyediakan dana untuk pengembangan
usaha; dan (5) sumber daya penunjang yang dapat berupa jasa
akuntan, pengacara hukum, media massa, jasa perdagangan, dan jasa
lainnya.
14
Berikut ini karakter Tsing Hua University (THU) sehingga
dapat mempunyai technopark yang dalam perannya merupakan
agen pembangunan ekonomi dan teknologi. THU kaya sumber daya
manusia, tempat berkumpulnya intelektual dan bakat tertinggi akan
ilmu pengetahuan dan teknologi. THU dapat menguhubungkan
dengan sangat baik antara sisi akademik dan komersil. THU walaupun
mendapatkan dorongan penuh dari pemerintah tetapi tetap dapat
mempertahankan independensi terhadap hak intelektual mereka.
15
4. Daedeok Innopolis – Korea
Perjalanan tentang tebuah technopark moderen Daedeok
Innopolis ini ditulis Junseok So di World Technopolis Review
(2013) tentang bagimana Daedok Innopolis dan perannya dalam
pembangunan Korea. Di Republik Korea, pengembangan science
park mulai mendapatkan momentum pada 1970-an ketika Daedeok
Science Town (Daedeok Innopolis, sejak tahun 2005) didirikan
sebagai pusat R&D nasional. Secara khusus, Daedeok Science Town
sengaja diciptakan sebagai mesin meningkatkan daya saing nasional
teknologi tinggi dan kemakmuran ekonomi melalui aglomerasi
lembaga penelitian dan universitas di kota yang khusus direncanakan
untuk ilmu pengetahuan. Ini dilakukan bersama-sama sebagai upaya
kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang dalam 40 tahun
terakhir dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berbasis
teknologi dan inovasi daerah.
16
Pada tahun 1973, di situs yang meliputi 27,8 km2, pemerintah
Korsel memulai pembangunan Daedeok Science Town. Biaya
pembangunannya 1 Triliun Korea Won, yang disediakan oleh
pemerintah pusat dan sektor swasta. Daedeok Innopolis terletak di
tengah-tengah Korsel, sekitar 167 km dari Seoul, ibukota Korsel. Pada
jarak sekitar satu jam dari kota-kota besar termasuk Seoul, Daegu,
dan Gwangju, sehingga mobilitas para pejabat pemerintah daerah,
para pemimpin industri dan peneliti yang di daerah-daerah tersebut
dapat dilakukan dengan nyaman. Secara total, ada 30 lembaga yang
didanai pemerintah, 5 universitas, lebih dari 400 perusahaan R&D
pusat, dan lebih dari 1.200 perusahaan teknologi tinggi (UKM)
yang berada di situs ini, yang dianggap sebagai salah satu daerah
yang paling disukai untuk hidup dan bekerja di Korsel. Penduduk di
Daedeok Innopolis sekitar 11 persen dari semua peneliti tingkat PhD
mengkhususkan diri di bidang teknologi dan ilmu alam. Lembaga ini
didirikan sebagai lambang bersinar ilmu pengetahuan dan teknologi
Korsel, Daedeok Innopolis sekarang terus bergerak mengembangkan
ilmu pengetahuan Korsel sebagai pusat inovasi global.
17
Ada tiga proses yang berbeda dalam pengembangan Daedeok
Innopolis pada tahap awal, Daedeok Science Town (DST) didirikan pada
tahun 1973 adalah kota science di Korsel yang telah dikembangkan
sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tenaga kerja
penelitian yang kuat. Daedeok Science Town sengaja diciptakan
sebagai mesin meningkatkan daya saing nasional dalam teknologi
tinggi dan kemakmuran ekonomi melalui aglomerasi lembaga
penelitian menyatukan berbagai upaya kebijakan pembangunan
nasional dan regional selama 40 tahun terakhir. Kompleks penelitian
Daedeok Science Town dibangun dengan investasi $ 3.16 miliar
selama 3 dekade terakhir untuk lebih merespon tuntutan ekonomi
bangsa. Hal ini juga memiliki campuran yang dinamis dari teknologi
generasi berikutnya seperti Teknologi Informasi, Bio Teknologi, dan
Teknologi Nano. Seperti disebutkan sebelumnya, telah berkembang
dengan baik dan seimbang antara lembaga penelitian, lembaga
akademis, industri dan sektor publik, di mana mereka memiliki model
berikutnya sebagai “Silicon Valley” –nya Korea Selatan.
18
Komponen utamanya adalah Inkubator bisnis teknologi, di mana
start-up perusahaan-perusahaan dapat membuat teknologi baru
mereka manjadi komersial. Dalam pertimbangan ini, Pemerintah Kota
Daejeon memetakan skema untuk mengembangkan sentra industri
teknologi tinggi, Daedeok Techno-Valley (selanjutnya DTV).
Daedeok Innopolis sekarang ini
Pada tahap pengembangan sekarang ini, Daedeok Innopolis
mengambil model klaster inovasi: pusat keunggulan bisnis pada
industri teknologi tinggi. Dalam rangka membangun klaster yang
inovatif, sistem kolaborasi antara perusahaan, HEIs, dan lembaga
penelitian ditingkatkan. Klaster inovasi daerah industri strategis
nasional atau lokal dibuat di Daedeok Innopolis. Ilmu pengetahuan
dan teknologi jaringan khusus didirikan untuk memaksimalkan
inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada akhirnya, strategi
19
pemasaran global ditingkatkan. Mereka berusaha untuk menarik
lembaga asing dan investasi asing ke dalam Science Park. Secara
khusus, sistem kerjasama antar perusahaan, HEIs, dan lembaga
penelitian ditingkatkan di bidang industri strategis seperti IT, BT, dan
NT. Sehingga, sebuah klaster inovatif dibangun dan kolaboratif R&D
dilakukan secara aktif untuk mendorong komersialisasi teknologi.
Banyak jaringan antara perusahaan dibuat dalam rangka mendukung
komersialisasi teknologi dan kegiatan usaha.
Dalam hal ini para ahli ilmu & teknologi dan program pelatihan
profesional secara terpadu digerakkan untuk membangun sebuah
klaster inovatif. Hal ini penting untuk membuat lembaga terkait untuk
mempromosikan pertumbuhan industri strategis. Bantuan keuangan
dan dukungan teknologi juga penting. Kerjasama internasional
dan strategi pemasaran global menyebabkan efek sinergi juga
ditingkatkan.
20
seperti IT, bidang BT, dan NT terus dikembangkan dalam rangka
meningkatkan daya saing nasional. Kerjasama dilakukan melalui
21
pemerintah yang didanai adalah nomor satu penghuni taman sampai
tahun 1990, tetapi lembaga penelitian swasta mengambil alih
posisi dari waktu ke depan. Organisasi investasi mulai muncul dari
pertengahan 1990-an, sekitar 20 tahun setelah memulai Daedeok
Innopolis (Daedeok Science Park didirikan pada tahun 1973),
tetapi tumbuh sangat lambat dari tahun 2000 (Oh dan Kang 2009).
Daedeok adalah tempat yang baik untuk mentransfer teknologi dan
ilmu pengetahuan untuk perusahaan terdekat tetapi tidak memegang
populasi yang cukup besar. Oleh karena itu, tampaknya bahwa ambang
organisasi investasi di Daedeok Innopolis tidak melebihi jumlah
tertentu. Ada sekitar 24.000 peneliti termasuk 9.055 pemegang PhD
yang bekerja di, lembaga penelitian publik swasta dan universitas.
22
Innopolis baru berdiri. Laju pertumbuhan perusahaan ventura secara
eksponensial meningkat. Dampak ekonomi dari perusahaan ventura
untuk perekonomian daerah signifikan dan tingkat pertumbuhan
sangat tinggi. Volume penjualan dari perusahaan patungan yang
terletak di Daedeok Innopolis pada tahun 2004 hampir empat kali
lipat dari tahun 1999. Walaupun terkena krisis ekonomi tahun 1998-
1999, kerugian dapat segera tertutupi akibat kebijakan pemerintah
pusat yang tepat.
Inkubasi
bisnis yang
memainkan
peran yang
sangat
signifikan dalam
menghubungkan
ilmu
pengetahuan dan
teknologi untuk
pasar riil dan
pembangunan
ekonomi.
Fungsi inkubasi
bisnis yang
sukses adalah
perencanaan
yang tepat,
manajemen,
pemilihan
lokasi,
membuat
koneksi dengan
universitas,
23
pemasaran positif, membangun jaringan global, menyediakan
bantuan keuangan, dan dukungan lainnya. Dengan pembentukan
pusat inkubasi di KAIST (1994), 20 bisnis tentang organisasi
inkubasi ada di Daedeok Innopolis sekarang. Unit bisnis tersebut
dimiliki universitas, lembaga penelitian, lembaga pemerintah dan
perusahaan swasta. Saat ini sekitar 322 perusahaan ventura berada
di bawah inkubasi dan sekitar 3.000 karyawan yang bekerja dengan
dana dari pemerintah atau dari Daedeok Innopolis.
24
25
BAB III
SURVEY PROFIL EMBRIO TECHNOPARK
1. Puspiptek – Serpong
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek)
adalah kawasan penelitian yang berlokasi di Kelurahan Setu, Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan (sebelum pemekaran wilayah dahulu
disebut Serpong Kabupaten Tangerang Provinsi Banten). Berdirinya
Puspiptek berawal dari gagasan Menteri Riset Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, yang diwujudkan pelaksanaanya oleh Menteri
Negara Riset dan Teknologi yaitu Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Yang
selanjutnya melalui Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 43 tahun
1976 didirikanlah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang selanjutnya disingkat Puspiptek.
26
inkubasi bisnis, yang mematangkan suatu inovasi yang telah teruji
secara ilmiah, agar produk dari suatu inovasi tersebut mampu
bersaing di pasar bebas.
27
industri; memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan
berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off; dan
menyediakan layanan nilai tambah lainnya melalui penyediaan ruang
dan fasilitas berkualitas tinggi”.
28
Keberhasilan dalam menjalankan STP sangat dipengaruhi
oleh implementasi, kesinambungan, kontinuitas dan konsistensi
dalam pelaksanaan program tersebut. Terutama untuk melakukan
perubahan sikap dan mindset dalam bekerja sama lintas sektoral
ABGC (Academic Business Government Community). Faktor tersebut
dapat meningkat kan efektivitas dan efisiensi kemajuan iptek
sekaligus perekonomian daerah.
29
transformasi tugas pokok dan fungsi Pengelola Kawasan agar kawasan
ini berkinerja ekonomis, berkinerja ilmiah dan sosial yang tinggi.
Aset yang ada di Puspiptek sangat luas dan beragam. SDM terdidik
dan terlatih. Aset teknologi berupa peralatan canggih yang bahkan
beberapa diantaranya pada level tertinggi di negara ini misainya
Standar Nasional untuk Satuan Ukuran yang merupakan rujukan
semua pengukuran di Indonesia untuk satuan Panjang, Temperatur,
Kuat Cahaya, Waktu dan Tegangan listrik Reaktor Nukiir untuk
Reaktor Riset G.A.Siwabessy, Terowongan Angin kecepatan rendah,
Standard Reference Material untuk pencemaran. Sedangkan asset
fisik berupa lahan strategis seluas 460 hektar, gedung pertemuan
bertaraf internasional, Wisma Tamu dan perumahan.
30
Pada sektor industri pengolahan terdapat laboratoria standar
nasional yang menjadi acuan dari semua pengukuran di Indonesia yang
telah ditugaskan Pemerintah kepada Puslit Kalibrasi Instrumentasi
dan Metrologi LIPI. Pada tingkat yang lebih rendah terdapat beberapa
laboratoria di Puspiptek yang telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) yang
memberikan pelayanan jasa kalibrasi ke industri. Instrumentasi dan
pengendalian mutu yang diteliti dan dikernbangkan diantaranya
adalah SCADA (supervisory control and data acquisition) untuk
distribusi daya listrik dan BBM.
31
Pada sektor pangan, farmasi dan kedokteran dihasilkan
teknologi pengolahan tempe menjadi susu, eskrim, ekstraksi minyak
atsiri, ekstraksi bahan-bahan berkhasiat untuk jarnu tradisional, paket
teknologi buah rnengkudu yang berkhasiat. Telah dikembangkan
pula alat penguji fungsi ginjal, kamera gamma dan aplikasi nuklir
untuk kedokteran.
32
mengalirkan teknologi diantara lembaga litbang, univerasitas dan
industri, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang diakibatkan banyaknya industri yang tumbuh dengan berbasis
teknologi dan meningkatnya daya saing industri Indonesia karena
ditunjang oleh hasil-hasil riset baik dari lembaga Litbang, perguruan
tinggi maupun industri.
33
teknologi hasil riset ke industri. Dalam kaitan tersebut Pusinov LIPI
dikenal sebagai:
a. Lembaga penghasil/pendaftar paten terbanyak se-Indonesia;
b. Lembaga/institusi yang menjadi rujukan pengelolaan paten dan
transfer teknologi nasional;
c. Lembaga/institusi yang memiliki sistem transfer teknologi yang
lengkap.
34
Pengembangan inkubasi teknologi dan bisnis yang dilaksanakan
di LIPI mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2005, mengenai Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil
kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian dan pengembangan. Tujuan dari PP tersebut
adalah untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna kepentingan
masyarakat. Aturan ini diperkuat dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator
Wirausaha dalam usaha untuk meningkatkan daya saing nasional
melalui penumbuhkembangan wirausaha baru yang tangguh, kreatif
dan profesional dan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya manusia terdidik dalam menggerakan perekonomian dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
35
Quadruple Helix (4 aktor utama inovasi, ABGC). Bandung Techno
Park yang didirikan atas kerjasama antara Institut Teknologi Telkom
dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia untuk menjawab
itu semua. Pendirian Bandung Techno Park diawali dengan pendirian
lembaga UPT Telematika dan Pusat Disain Telekomunikasi sebagai
wadah inovasi bagi dosen, mahasiswa dan masyarakat umum serta
Inkubator Bisnis sebagai ajang masyarakat untuk belajar berbisnis.
36
Sejak awal 2007, Institut Teknologi Telkom dipercaya
Kementerian Perindustrian RI untuk mengembangkan UPT
Telematika dalam rangka menumbuhkan dan membina Industri
Kecil dan Menengah (IKM) di bidang ICT (Teknologi Infomasi dan
Komunikasi). Sejak tahun 2007 sampai sekarang, Kementerian
Perindustrian memberikan sejumlah perangkat modern, sedangkan
kegiatan UPT Telematika didukung oleh Disperindag Jabar. Kegiatan
yang telah dilakukan antara lain adalah pelatihan bidang ICT dalam
rangka membina IKM, dengan maksud untuk mengangkat Industri
Nasional. Sejak tahun 2009, Institut Teknologi Telkom dipercaya
Kementerian Perindustrian RI untuk mengembangkan Pusat Disain
Telekomunikasi (PDT). PDT diresmikan oleh Menteri Perindustrian RI
pada tanggal 12 Januari 2010. Pada tanggal 12 Januari 2010 tersebut
juga akan dilakukan peletakan batu pertama kawasan Bandung
Techno Park di lingkungan Kampus Institut Teknologi Telkom.
37
riset, mengkomersialisasikan produk-produk hasil riset sehingga
berdampak ekonomi.
38
Kehadiran STP tidak serta merta muncul begitu saja, berdasarkan
sebuah penelitian yang dilakukan Putera, dk (2010) dari Pusat
Penelitian Perkembangan Iptek - LIPI mengungkapkan bahwa proses
kemunculan STP bermula dari ide sekelompok masyarakat yang
merupakan akademisi di kota Surakarta pada periode 1995-1998,
yang melihat besarnya jumlah kebutuhan sektor industri di sekitar
wilayah Surakarta akan tenaga kerja terampil di bidang permesinan.
Sementara itu, pasar tenaga kerja lokal (dalam wilayah Surakarta)
tidak bisa memenuhi kebutuhan industri tersebut, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan, banyak diperoleh dari tenaga luar wilayah.
Tergerak untuk menyediakan sumber daya manusia terdidik dan
terlatih, maka sekumpulan pimpinan (kepala sekolah) dari Sekolah
Menengah Kejuruan di Surakarta bersepakat untuk menyediakan
SDM siap kerja.
39
dan keterampilan permesinan untuk pertama di Indonesia terhadap
para siswa ataupun lulusan SMK di awali dari SMK di Surakarta.
Kerjasama tidak hanya dilakukan terhadap institusi di dalam negeri,
ATMI kemudian membuka peluang kerjasama dengan pihak-pihak
yang ada di luar negeri. Salah satunya dengan institusi di Jerman
melalui programa IGI (Indonesia German Institut). Proses ini
dilakukan sepanjang kurun waktu 1998-2001.
40
terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Kesuksesan
ini mendapat sambutan dari Walikota Surakarta, Ir. Joko Widodo
untuk mengembangkan konsep SCTC menjadi lebih luas cakupan,
dan menambah bidang-bidang keterampilan yang diperlukan untuk
pemenuhan pengembangan teknologi masa depan yang dinamakan
Solo Technopark atau selanjutnya dikenal dengan STP. Konsep inipun
digagas sejak tahun 2006.
41
5. Ikitas Semarang
Inkubator Kreasi dan Inovasi Telematika Semarang
– “IKITAS” adalah inkubator bisnis untuk pembinaan dan
pengembangan usaha kreatif bidang TIK yang bertujuan membantu
wirausahawan tumbuh berkembang menjadi wirausahawan yang
tangguh, mandiri dan mampu bersaing secara GLOBAL di Semarang.
42
Untuk program unggulan, lembaga yang bekerja sama dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah ini menggelar
seminar dan workshop technoprenuership, training center, start-up
boot camp, pameran dan kompetisi produk kreatif digital, focus and
discussion group bagi komunitas, riset dan inovasi, serta IKITAS goes
to campus atau community.
6. Balai Diklat Industri Tohpati – Denpasar
Balai Diklat Industri Reg. VI Denpasar secara de jure berdiri
27 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Nopember 1984. Hal ini
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 417/M/
SK/11/1984. BDI Reg. VI Denpasar yang pada awal terbentuknya
bernama Balai Latihan Industri ini, dibentuk pada saat Menteri
Perindustrian dijabat oleh Bapak Hartanto. Pembentukan BDI
Reg. VI Denpasar ini dilatar belakangi oleh sangat luasnya cakupan
wilayah kerja yang dimiliki oleh BDI Reg. V Surabaya dan BDI Reg. VII
Ujung pandang saat itu. Wilayah kerja dua Balai diklat yang berdiri
sesuai dengan SK Menteri Perindustrian No. 674/M/SK/11/1981
meliputi seluruh wilayah Indonesia bagian timur dirasa sudah tidak
effektif lagi. Selain wilayah kerja yang sangat luas, meningkatnya
perkembangan sektor industri dan kebutuhan tenaga kerja yang ahli
dan terampil juga berperan serta melatarbelakangi dibentuknya BDI
Reg. VI Denpasar ini. Pada awal berdirinya, cakupan wilayah kerja
BDI Reg. VI Denpasar meliputi provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur.
43
penyempurnaan organisasi dan tata kerja Balai Latihan Industri juga
dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan industri dan perdagangan.
44
industri kecil menengah dan konsultan industri) yang berbasis
spesialisasi dan kompetensi; (2) Mengembangkan kerjasama
pendidikan dan pelatihan teknis dengan instansi dan lembaga
terkait dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional;
(3) Pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi dan penempatan tenaga
kerja industry, penyelenggaraan inkubator bisnis untuk wirasausaha
kecil dan menengah, pelakasanaan identifikasi kompetensi sumber
daya manusia yang dibutuhkan dunia usaha industry, evaluasi
dan pelaporan kegiatan pendidikan dan pelatihan industry serta
pelaksanaan urusan tata usaha Balai Diklat Industri Denpasar.
7. Start – Surabaya
Program Start Surabaya secara resmi dibuka oleh
Tri Rismaharini, Walikota Surabaya pada hari Selasa, 6 Januari
2015 ini di gedung Spazio lantai 7 yang merupakan lokasi Forward
Factory-nya. Pembukaan Start Surabaya ini juga dibarengi dengan
peresmian Forward Factory, coworking space terbaru Surabaya yang
dikhususkan untuk peserta Start Surabaya.
45
Melihat masalah sebagai peluang, dan menginisiasi solusi
dengan teknologi sebagai tindakan. Anak muda adalah generasi
yang sanggup mengolah teknologi untuk menciptakan dampak yang
bermanfaat bagi orang lain. Generasi muda yang merupakan digital
native punya potensi besar untuk jadi pionir ekonomi berbasis
pengetahuan di Indonesia ke depannya.
46
terus berulang tiga bulan selanjutnya dalam batch kedua, ketiga
dan seterusnya. Semoga dengan hadirnya Start Surabaya ini akan
banyak hadir startup-startup baru yang bisa menghasilkan produk
berkualitas, sehingga berdampak positif dan memberikan nilai
tambah kepada masyarakat.
47
9. Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna –
Pasuruan
Pusat Pelatihan Kewirausahaan sampoerna (PPK Sampoerna)
merupakan pusat pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan
berbasis pertanian terpadu dan kejuruan tepat guna untuk mendorong
pertumbuhan dan pengembangan UMKM di masyarakat.
48
Sejak berdiri tahun 2007 PPK Sampoerna telah melatih lebih
dari 12.000 orang dari berbagai wilayah di Indonesia, menghasilkan
sekitar 3.000 usaha baru yang muncul dan berkembang.
49
yang tersebar di beberapa daerah, yaitu di wilayah Samosir-
Sumatera Utara, Enrekang-Sulawesi Selatan, Tasikmalaya-Jawa
Barat, Banyumulek-NTB, Mataram, Lombok Barat-NTB, Tual-Maluku
Tenggara, dan Ternate-Maluku Utara.
50
ternak, Pelatihan pembuatan olahan produk susu. Poduk unggulannya
antara lain pakan ternak, olahan susu, lebah madu, sayuran organik,
agroforestri (jati, buah2an lokal, jamur pangan, dan Pupuk Organik
Hayati. TP Banyumulek, berlokasi di Kawasan Terpadu Banyumulek,
Lombok Barat NTB dengan fokus/produk unggulan Peternakan,
pertanian terpadu dan Pangan, dengan pemanfaatan Bioresources
berkelanjutan; Pengolahan pakan, Pembibitan dan Penggemukan
sapi potong, Pengolahan pasca panen, Pengolahan hasil samping
peternakan (limbah peternakan), Pertanian organik terintegrasi, dan
Kajian sosial ekonomi, marketing dan diseminasi produk TP.
51
di Ternate, adalah Teknologi budi daya dan pengolahan pascapanen
Pisang Bebek, Budi daya pembesaran benih kerang mutiara (Pinctada
maxima), dan Pengembangan teknologi pakan ikan air tawar.
52
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
54
2 Pusinov LIPI – Pempus √ × √ × √
Cibinong LIPI
3 Bandung PTS/ √ √ √ √ √
Techno Park Yayasan Uni-
Telkom versitas
Telkom
4 Solo Techno Pemkot √ √ × √ ×
Park Solo ESEMKA Rencana:
UNS dan
ATMI
5 IKITAS – Komu- √ √ × × ×
Semarang nitas/
Swasta
6 BDI Tohpati – Pempus √ √ √ × ×
Denpasar Embrio
7 START Swasta √ √ √ × ×
Surabaya
8 Technopark Pemkab × √ × × ×
Kaur Bengkulu dan LIPI
9 PPK Swasta √ √ √ × ×
Sampoerna
55
II. Model 1: Technopark dengan komponen lengkap
Sebagaimana disebutkan dalam desk study, sebuah technopark
dengan komponen yang lengkap dapat berupa sebuah universitas
sebagai basis atau lembaga riset yang menjadi basis. Pada kriteria ini
embrio technopark yang hampir lengkap dengan semua komponen
adalah: (a) Bandung Technopark (BTP) yang dimiliki oleh swasta
BUMN yaitu Universitas Telkom, (b) Bandung Innovation Park - ITB
(BIP-ITB) yang sebagian komponen lainnya baru dalam tahap awal
pembangunan; (3) Puspiptek Serpong yang dimiliki oleh Pemerintah
Pusat melalui Kementerian Ristekdikti; dan (4) Pusinov LIPI –
Cibinong yang dikelola Pemerintah Pusat melalui LIPI.
56
berupa industri besar yang menjadi tenant sehingga dapat bergabung
sebagai angel investor atau sebagai pemanfaat dari siklus R & D di
technopark masih dalam taraf negosiasi.
57
Selain perusahaan tersebut di atas, proyeksi pada triwulan IV
2015 beberapa perusahaan lain yang akan membuka usahanya di
BTP adalah: PT. Swamedia Informatika, Mir Valve SDN BHD, Agate
Studio, dan LG Indonesia (Divisi Riset).
58
2. Bandung Innovation Park (BIP-ITB)
Bandung Innovation Park (BIP-ITB) mempunyai mempunya 5
komponen utama technopark, tetapi belum mempunyai tempat yang
menjadi prasyarat sebuah technopark. Pada tahun 2015 ini BIP-ITB
baru memulai perencanaan untuk pembangunan prasyarat fisik
sebuah technopark.
59
technopark. Jika ditilik dari komponen-komponennya, berikut ini
uraiannya: (1) ada pengelola berupa unit kerja eselon 2 di bawah
Kemenristekdikti dengan seluruh jajaran struktural dan fungsional
yang mengelola seluruh kegitan Puspiptek; (2) penyediaan jasa
training/workshop dilakukan baik untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah maupun swasta dengan bidang-bidang yang cukup luas
dan didukung oleh lembaga-lembaga penelitian di lingkup koordinasi
Kemenristekdikti seperti Batan, Lapan, BBPT, dan LIPI; (3) Ada
inkubator bisnis untuk mengelola start-up yang belum optimal; (4)
tidak ada industri sebagai tenant, dan belum ada rencana untuk
mengundang industri besar yang nantinya dapat menjadi investor
pendukung; dan (5) sumber inovasi yang melimpah dengan dukungan
yang luas dari Batan, Lapan, BBPT, dan LIPI.
60
investor pendukung; dan (5) sumber inovasi yang melimpah dengan
dukungan yang luas LIPI, sayangnya belum semua bidang cakupan
di LIPI yang memanfaatkan Pusinov LIPI untuk menjadi inkubator
bisnis.
61
III. Model 2: Technopark dengan Inkubator Bisnis sebagai
titik berat pengembangan.
Pada kriteria ini, technopark sebagai sebuah infrastruktur
yang akan melahirkan para wirausahawan baru maka yang perlu
dikedepankan adalah beberapa technopark yang cukup kuat dalam
penyediaan inkubator bisnis. Pada kelompok ini, dari embrio
technopark yang disurvei ada 3 yang masuk kriteria ini yaitu: (1)
STAR Surabaya; (2) Tohpati Bali Technopark.
1. START Surabaya
START Surabaya merupakan sebuah lembaga swasta probono
yang benar-benar memfokuskan diri untuk menjadi sebuah
inkubator bisnis pada bidang informasi dan teknologi komunikasi
(ICT). STAR mempunyai sebuah tempat yang khusus dipergunakan
untuk mementori calon pebisnis dengan fasilitas yang minimal dari
Pemkot Surabaya berupa sebuah space kantor yang nantinya akan
berbayar. Komponen yang ada di START Surabaya hanya inkubator.
Sarana workshop dan pelatihan dikhususkan untuk mendukung
terlaksananya proses inkubasi.
62
Berdiri di tahun 2015 ini juga, START sudah melakukan
mentoring dalam 2 angkatan yang masing-masing angkatan
berdurasi 3 bulan. Dalam kedua angkatan tersebut START memulai
dari 568 partisipan (periode 1) dan 206 partisipan (periode 2) yang
pada tahap akhir menjadi usaha ICT yang berjalan tinggal 3 dan 9 di
masing-masing angkatan.
2. Tohpati Bali Technopark
Tohpati Bali Technopark (TBT) mempunyai tempat (space) yang
memadai sebagai sebuah technopark yang khusus bergerak di bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Komponen yang dipunyai
TBT hanya terdiri atas: (1) unit pengelola yang merupakan unit
eselon 3 di Kementerian Perindustrian; (2) berpengalaman sebagai
penyelenggara diklat dan workshop yang mempunyai kualitas cukup
mumpuni; (3) dan sejak tahun 2013 TBT sedang mengembangkan
inkubator bisnis dengan beberapa start-up yang menjadi tenant di
TBT. Sementara komponen (4) dan (5) yaitu industry in wall serta
sumber inovasi belum ada di TBT.
63
1. PPK Sampoerna
64
I. Solo Technopark (STP)
STP sebagai technopark milik Pemerintah Kota Solo mempunyai
tempat (space) yang cukup ideal dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia yang membidik keahlian madya. STP merupakan
lembaga dengan bentuk Badan Layanan Umum (BLU) Daerah, sebuah
lembaga yang dirasakan cukup fleksibel untuk mengakomodir
bagaimana sebuah technopark dikembangkan.
65
I. IKITAS Semarang
IKITAS Semarang sebagai sebuah komunitas pegiat
teknologi dan informasi dan komunikasi sebenarnya perlu banyak
pembenahan di beberapa area agar dapat dikatagorikan sebagai
sebuah technopark. Sebagai prasyarat sebuah technopark, IKITAS
hanya mempunyai sebuah space, yang juga sebagai workshop, juga
tempat berkumpul komunitas, namun tidak cukup layak untuk
sebuah technopark. Kegiatan yang dilakukan terbatas pada pelatihan
yang dibiayai dari kegiatan-kegiatan pemerintah daerah di sekitar
Semarang.
66
kegiatan pelatihan yang ada baru berdasarkan project base. (3)
inkubator bisnis belum dikembangkan di IKITAS. Beberapa start-up
lebih banyak berlaku sebagai pegawai IKITAS yang mendapat proyek
pekerjaan.
67
68
69
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
I. Kesimpulan
1. Komponen dalam sebuah technopark meliputi elemen
prasyarat berupa tersedianya tempat (space), dan 5
komponen di dalam technopark yaitu: : (1) pengelola yang
profesional; (2) penyediaan jasa training/workshop; (3)
inkubator bisnis untuk mengelola start-up; (4) industri
sebagai tenant, baik sebagai pemanfaat R&D maupun
sebagai “role model” dan/atau “angel investor” untuk start
up; dan (5) sumber inovasi berupa lembaga penelitian
dan hasil penelitiannya.
70
Pemda yang mengembangkan technopark untuk sosialisasi
hasil riset terapan yang bekerjasama dengan LIPI.
II. Rekomendasi
1. Jika Pemerintah memang ingin mewujudkan technopark
dengan komponen lengkap maka dalam kurun waktu 5
tahun (jangka menengah) setidaknya pemerintah harus
dapat mewujudkan 10 technopark model 1. Dalam hal ini
pemerintah akan dinilai sangat berhasil.
2. Program pengembangan technopark di Indonesia
mempunyai alokasi yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
untuk membangun 100 Techno Park di daerah-daerah
kabupaten/kota dan 34 science park di provinsi. Alokasi
anggaran ditempatkan di Kemenristekdikti, LIPI, BATAN,
BPPT, Kementerian Pertanian serta Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Kebijakan ini dapat disesuaikan
dengan melakukan reassesment dan relokasi untuk
digunakan sesuai dengan karakteristik calon technopark
sebagaimana disampaikan dalam studi ini..
3. Pembangunan technopark dapat dibagi kedalam
beberapa tahap. Pertama, dilakukan piloting untuk
mencari bentuk technopark yang ideal. Kedua, dilakukan
replikasi technopark di daerah lain dengan menggunakan
percontohan dan metode nurturing dari para stakeholders
technopark yang berhasil. Ketiga, Pada tahap berikutnya
ditargetkan sejumlah technopark dapat menjadi penghela
pertumbuhan industri baru dan pusat tumbuhnya
wirausaha-wirausaha baru di bidang sesuai tehnopark
tersebut dibangun.
71
4. Proses piloting, dapat dilakukan melalui 3 cara:
a. Membangun dan mengembangkan technopark yang
sudah ada, seperti: Bandung Techno Park, Solo Techno
Park, dan Pusat Inovasi LIPI
b. Membangun technopark baru dengan kerjasama dengan
universitas yang sudah “siap”. Yaitu kerjasama dengan
universitas yang memiliki program/jurusan/ mata
kuliah kewirausahaan, pengajar, lahan dan bagunan,
laboratorium, inkubator, tempat magang. Contoh:
Bandung Innovation Park yang dirintis oleh ITB.
c. Membangun technopark baru dengan kerjasama dengan
universitas. Kerjasama dengan universitas yang belum
memiliki program/jurusan/mata kuliah dan sarana dan
prasarana technopark.
72
a. Program Pengembangan Technopark ideal berbasis
universitas dan lembaga riset nasional. Program ini
dilakukan secara jangka menengah dan panjang.
Beberapa embrio yang menuju ekosistem technopark
ideal ini seperti Bandung Techno Park, Bandung
Technopolis Park ITB, Puspiptek-Serpong, dan Pusinov
LIPI harus diberlakukan sebuah program jangka
menengah yang matang.
b. Program pengembangan technopark dengan embrio
inkubator bisnis. Program ini dapat didorong melalui
replikasi model START Surabaya yang cukup berhasil
dengan biaya yang cukup minimal. Selanjutnya adalah
menyusun masterplan menuju sebuah technopark
dengan komponen yang lebih lengkap.
c. Program pengembangan technopark dengan embrio
pelatihan dan workshop. Program ini dapat mereplikasi
model PPK Sampoerna yang dapat memaksimalkan
pelaksanaan pelatihan sehingga peserta pelatihan
mendapatkan manfaat yang besar. Langkah selanjutnya
adalah menyusun rencana jangka menengah dan
panjang untuk melengkapi komponen dasar technopark.
Dalam kasus PPK Sampoerna, lembaga ini telah
memiliki komponen pelatihan, workshop, demoplot,
dan inkubator bisnis. Komponen yang perlu dibangun/
dilengkapi adalah adanya litbang yang berkelanjutan
dan adanya industri di dalam kawasan.
d. Program pengembangan technopark dengan embrio
demoplot hasil riset di bidang pertanian. Program ini
dapat diperluas pada sektor kelautan dan perikanan.
Program pengembangan technopark ini dapat
bekerjasama dengan LIPI, BATAN, dan BPPT yang
73
sudah siap dengan berbagai produk riset terapannya.
Sebagaimana embrio technopark pada poin b dan
c diatas maka dalam kasus ini perlu ditindaklanjuti
dengan menyusun rencana pengembangan menuju
sebuah technopark dengan komponen lengkap.
74
75
DAFTAR PUSTAKA
76
Seo, Junseok, 2013, Creating Start-ups through Technology Transfer
in Science Technology Park: A Case Study of Daedeok Innopolis,
World Technopolis Association
77
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
TIM Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
ANALISA Jalan Taman Suropati No.2 Jakarta 10310
Telp. 021 3193 6207 Fax 021 3145 374
KEBIJAKAN http://bappenas.go.id