Anda di halaman 1dari 4

APA ITU TECHNOPARK ?

Definisi Technopark*
Menurut BPPT ( Panduan Pendirian STP Nasional )
Science & Technology Park selanjutnya disebut STP adalah istilah yang digunakan bagi sebuah
sarana berupa kawasan yang disiapkan secara khusus, untuk menginisiasi dan mengalirkan
pengetahuan dan teknologi diantara lembaga litbang, universitas dan industri. STP memfasilitasi
tumbuh dan berkembangnya industri-industri, khususnya industri kecil menengah berbasis
inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off disamping menyediakan layanan bagi industri dalam
suatu kawasan yang disiapkan secara khusus. Istilah STP ini memiliki tidak kurang dari 16
sinonim, seperti: business-park, cyber-park, hi-tech park, innovation centre, science and
technology center, research park, research and technology parks, science and technology park,
technology incubator, technopolis (teknopolitan) dan lain-lain.Yang penting dipahami adalah
bahwa STP tidak identik dengan inkubator.Namun inkubator merupakan bagian penting dalam
sebuah STP.

Salah satu definisi formal tentang STP dikeluarkan oleh International Association of Science
Park (IASP). IASP (2002) mendefinisikan STP sebagai: “sebuah organisasi yang dikelola oleh
profesional khusus, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
menguatkan peran iptek dalam pembangunan ekonomi dengan mempromosikan budaya inovasi
dan daya saing usaha terkait, serta lembaga-lembaga berbasis pengetahuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut STP merangsang dan mengatur arus pengetahuan dan teknologi antar
universitas, lembaga R&D, dan industri; memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan
berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off; dan menyediakan layanan nilai tambah
lainnya melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi”.

Tujuan Technopark
Tujuan dari technopark adalah untuk membuat link yang permanen antara peguruan tinggi
(akademisi), pelaku industri / bisnis / finansial, dan pemerintah dan masyarakat. Technopark
mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia akademik dan kemampuan
finansial (dan marketing) dari dunia bisnis. Diharapkan penggabungan ini dapat meningkatkan
dan mempercepat pengembangan produk serta mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan inovasi ke produk yang dapat dipasarkan, dengan harapan untuk memperoleh
economic return yang tinggi.Adanya technopark membuat link yang permanen antara perguruan
tinggi dan industri, sehingga terjadi clustering dan critical mass dari peneliti dan perusahaan. Hal
ini membuat perusahaan menjadi lebih kuat.

Sejarah Technopark
Technopark dimulai di akhir tahun 1940-an, di Stanford University, California, Amerika Serikat.
Sebagai sebuah universitas swasta yang baru mulai tumbuh, Stanford University memiliki
kesulitan finansial untuk menarik minat dan menggaji staf (dosen) yang bagus-bagus. Meski
memiliki lahan yang luas, pengelola universitas tidak diperkenankan menjual lahan tersebut.
Akhirnya diputuskan untuk membuat sebuah “Stanford Research Park”, dimana industri dapat
menyewa tempat di lahan Stanford University tersebut. Varian Associates merupakan tenant
pertama di Stanford Research Park tersebut. Mulailah tercipta hubungan baik antara industri dan
perguruan tinggi.Perusahaan yang tumbuh di daerah seputar Stanford University inilah yang
mendorong tumbuhnya Silicon Valley di kemudian hari.Kesuksesan Silicon Valley membuat
berbagai tempat di dunia mempelajari cara-cara yang ditempuh oleh Stanford University. Di
Indonesia sendiri ada sebuah inisiatif yang disebut Bandung High Tech Valley (BHTV) [1].
Namun inisiatif ini masih pada tahap awal.

Manfaat dari Technopark


Salah satu manfaat utama dari technopark dilihat dari kacamata industri adalah adanya akses ke
sumber daya manusia (SDM) di kampus. Industri dapat mengakses ide, inovasi, dan teknologi
yang dikembangkan oleh para peneliti di kampus. Mahasiswa (di luar negeri umumnya adalah
mahasisa S2, S3, dan post doctoral) merupakan “pasukan semut” peneliti yang sangat penting
karena jumlahnya yang banyak dan tidak terlalu mahal honornya. Industri lebih suka dengan
pendekatan ini karena mereka tidak perlu merekrut pegawai tetap yang membawa banyak
pertimbangan dan masalah (misalnya pengembangan karir, dsb.). Di sisi lain, dosen, peneliti,
dan mahasiswa senang dengan adanya technopark di kampus karena mereka dapat langsung
berhadapan dengan masalah nyata yang dihadapi oleh industri. Mahasiswa dapat menggunakan
pengalamannya ini sebagai referensi ketika dia mencari pekerjaan lain, jika dia tidak tertarik
untuk menjadi bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Program-program co-op dapat
dibuatkan untuk mendukung kegiatan ini.
Industri yang sarat dengan teknologi akan selalu membutuhkan penelitian dan pengembangan
(research & development, R&D), sehingga peran perguruan tinggi dan lembaga penelitian pasti
sangat diperlukan. Namun kelihatannya perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia
belum dapat menghargai industri sebagai client atau partner untuk jangka panjang. Biasanya
hubungan ini masih berupa proyek yang sering berhenti dan tidak berkelanjutan. Dengan kata
lain, technopark dapat menjadi penghubung yang permanen antara perguruan tinggi dan
industri.
Sebuah penelitian yang kemudian hasilnya ditampilkan di Wired Magazine mengatakan bahwa
keberhasilan sebuah daerah atau area dalam mengembangkan teknologi ditentukan oleh empat
(4) hal, yaitu
1. Adanya perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian
2. Adanya perusahaan (established companies) dimana fokusnya adalah perusahaan
multinasional yang menjadi jangkar di area tersebut
3. Adanya semangat untuk mendirikan perusahaan startup
4. Ketersediaan finansial, misalnya venture capital
5. Supporting Masyarakat sekitar
Majalah wired tersebut kemudian meranking tempat-tempat di dunia berdasarkan kriteria di atas.
Jelas bahwa peran perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian sangat esensial. Adanya
technopark juga membawa manfaat lain seperti menciptakan terjadinya clustering dan critical
mass dari peneliti (yang nantinya diasosiasikan dengan know how). Technopark juga dapat
mencegah atau mengurangi brain drain (meskipun ini tidak terlalu menjadi masalah).

Permasalahan Seputar Technopark


Jika memang technopark membawa banyak manfaat dan keuntungan, mengapa kita tidak
melihat adanya technopark yang berhasil di Indonesia? Ada beberapa kemungkinan alasan,
antara lain:
1. Tidak tahu. Perguruan tinggi dan industri tidak tahu bahwa ada model seperti technopark.
Perguruan tinggi masih terfokus pada program untuk menghasilkan SDM saja.
2. Tahu, tapi tidak mau berbuat. Pihak yang terkait tahu bahwa ada pendekatan technopark,
akan tetapi tidak mau berbuat sesuatu. Biasanya ini terkait dengan tidak adanya kepemimpinan
(lack of leadership) dan komitmen (lack of commitment).
3. Tahu, tapi tidak dapat berbuat. Ini merupakan alasan yang paling banyak digunakan. Ketidak-
mampuan finansial, atau alasan-alasan lain sering digunakan untuk mendukung ketidang-
mampuan ini. Padahal, technopark di Stanford University muncul karena kesulitan finansial
mereka, dan pada waktu itu mereka belum terkenal.
4. Technopark sudah dibangun, akan tetapi belum menghasilkan manfaat seperti yang
direncanakan karena belum adanya struktur organisasi pengelolaan technopark, anggaran
kegiatan dan nomenklaturnya.
5. Kebanyakan pelaku industri di Indonesia sebetulnya hanya pedagang (traders). Tidak ada
yang salah dengan menjadi pedagang. Namun perlu diingat bahwa sifat dan kegiatan yang
mereka lakukan berbeda dengan pelaku industri, dimana kita harus berinovasi.

* Budi Rahardjo

Pusat Penelitian & Pengembangan – Industri dan Teknologi Informasi

Institut Teknologi Bandung

2003

Untuk mendapatkan Panduan Lengkap Pendirian Science Park dan


Technopark Nasional silakan hubungi kami.

LINK ACADEMY - BUSINESS - GOVERMENT - SOCIETY DALAM TECHNOPARK


Skema peran STP dalam proses inovasi.
(sumber: Raharjo, 2014)
Pada intinya, keberadaan ”technopark” ingin mengokokohkan kembali hubungan
antara Intitusi. industri dengan dunia pendidikan tinggi. Memang, selama ini relasi itu
sudah terbangun melalui berbagai program seperti co-op (Co-operative education),
PKL (Praktek kerja lapangan), Kulap (kunjungan lapangan) hingga penelitian
bersama.

”Technopark” yang dibangun harus memiliki fasilitas seperti inkubator bisnis, angel
capital, seed capital dan venture capital. Stakeholeder yang berperan adalah
pemerintah, peneliti (akademis kampus), komunitas bisnis (industri). Mereka
bekerjasama untuk mengintegrasikan penggunaan dan pemanfaatan ”technopark”
sebagai bangunan komersial, fasilitas riset, conference center dan bahkan sampai
ke hotel.

ZONA PRIMER
- Research and Development
- Pelatihan
- Inkubator Bisnis

ZONA SEKUNDER
- Office dan Tenant
- Bisnis Show Case
- Guest House dll

Anda mungkin juga menyukai