Pengertian Technopark
Technology Park atau Science Park adalah kawasan bangunan yang diperuntukan bagi
penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis.
Berbeda dengan industrial park dan business park, kegiatan bisnis dan organisasi di
Techno Park lebih fokus kepada pengembangan produk dan inovasi sedangkan
industrial park focus kepada manufaktur dan business park focus kepada administrasi.
[1]
Sebuah ICT Techno Park harus dapat bekerja sama secara baik antara sektor swasta
dengan pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, serta sektor keuangan,
khususnya dalam merencanakan, mengembangkan, sekaligus mengintegrasikan
bangunan komersil yang ada dalam kawasan ICT Techno Park.
Sejarah Singkat Technopark
Sebagai bentuk pengembangan pusat inovasi dan implementasi, technopark mulai
muncul di Amerika Serikat pada awal 1950-an, ketika sebuah research park didirikan di
Stanford University, California. Universitas memanfaatkan lahan kosong miliknya.
Tanah dan ruangan disewakan kepada usaha kecil dan perusahaan milik negara, yang
berkembang mengerjakan pesanan kebutuhan militer pemerintah federal. Untuk itu
mereka menempatkan sumber daya ilmiah departemen berteknologi tinggi mereka di
wilayah research park. Perusahaan penyewa memiliki hubungan bisnis yang erat
dengan universitas.
Butuh waktu tiga puluh tahun untuk menyelesaikan pembangunan, untuk membentuk
infrastruktur dan menyewa semua tanah bebas dari research park. Proyek ini ternyata
menjadi berlarut-larut dan membutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan; Namun
sebagai hasilnya, research park ini memiliki kelebihan dari yang lain oleh prestasi yang
fenomenal dalam pengembangan industri berbasis ilmu pengetahuan. Research park ini
adalah tempat asal dari Hewlett Packard dan Polaroid, yang menjadi perusahaan
terkenal di dunia saat ini. Research park ini pula yang menumbuhkan Silicon Valley
yang terkenal.
Kontribusi technoparks terhadap ekonomi Amerika Serikat diperhatikan dan didukung
oleh pemerintah, yang mendorong pembangunan mereka. Pada 1980-an, technoparks
mulai muncul satu per satu di Amerika Serikat, dan pada akhir abad ke-20 jumlahnya
mencapai lebih dari 160 buah (sekitar 30 persen dari total jumlah technoparks di
seluruh dunia).
Fungsi technopark sebagai inkubator bisnis teknologi mulai didirikan di dalam
technoparks dengan jumlah yang semakin meningkat. Inkubator ini menawarkan
tempat produksi dan beberapa layanan yang menjanjikan bagi pengusaha, serta
membantu menjalin kontak dengan universitas lokal atau pusat penelitian, demikian
juga dengan bantuan keuangan.
[3]
Di Eropa, technoparks mulai muncul pada awal tahun 1960 dengan berdirinya Sophia
Antipolis (Perancis). Mereka menggunakan model awal technopark Amerika yang
memiliki pendiri tunggal dan terfokus pada menyewakan tanah dan ruangan untuk
perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Di Asia technopark diawali dengan berdirinya
Tsukuba Science City di Jepang di tahun 1970, dimana sekarang Jepang memiliki 111
Technopark. Disusul oleh Cina yang mulai di tahun1980 dan sekarang sudah memiliki
100 technopark.
[4]
Pada tahun 1990, Komite Pendidikan Masyarakat Negara Uni Soviet meluncurkan
program untuk menciptakan dan mengembangkan technoparks. Program ini kemudian
dikelola oleh Kementrian Pendidikan. Awal 1990-an terlihat gelombang awal pendirian
bangunan technoparks di Rusia. Sebagian besar dari mereka didirikan di perguruan
tinggi. Technoparks ini tidak memiliki infrastruktur yang sudah berkembang, property
tetap, atau tim manajer yang terampil. Sesuai aturan,yang ada mereka diciptakan dan
dipandang sebagai salah satu departemen pada perguruan tinggi. Dalam kebanyakan
kasus, mereka gagal untuk berfungsi sebagai sistem efektif yang memulai, membuat dan
mempromosikan bisnis inovasi kecil. Saat ini, dengan lebih dari 60 technopark yang
beroperasi di 35 daerah, Rusia menempati urutan kelima di dunia.
[3]
Di Malaysia, gagasan tentang sebuah kota bertema TI, Cyberjaya, muncul dari sebuah
studi oleh konsultan manajemen McKinsey untuk Multimedia Super Corridor yang
ditugaskan oleh Pemerintah Federal Malaysia pada tahun 1995. Sebagai katalisnya
adalah perjanjian dengan NTT pada tahun 1996 untuk menempatkan pusat R & D di
Malaysia. Peresmiannya dilakukan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad
pada tahun 1997.
[6]
bisnis memerlukan lokasi yang ideal dan lingkungan yang menunjang untuk
berkembang. Lingkungannya yang menyerupai kampus dan hijau sangat kondusif bagi
kreativitas dan inovasi. Selain dilengkapi dengan saran pendukung lain, Technopark
Chai Chee menyediakan e-biz hub yaitu suatu jaringan telekomunikasi maju yang
menyediakan layanan jasa broadband multimedia ke seluruh Singapura.
[7]
Technopark di Indonesia diawali dengan berdirinya Bandung High Tech Valley (BHTV)
pada tahun 2006 yang didirikan oleh ITB yang tujuannya terfokus kepada membantu
perusahan kecil di bidang teknologi untuk memulai usaha.
[8]
Pada tahun 2007 didirikan Solo Techno Park (STP) yang terdiri dari tiga zona yaitu
zona TI dan riset, zona pelatihan dan incubator bisnis, serta zona industry dan
perdagangan. STP ini adalah pengembangan dari SCTC (Surakarta Competency
Technology Centre) yang pada awalnya sebagai pusat pelatihan bidang teknologi yang
didirikan atas kerjasama Pemerintah kota Solo dan ATMI (Akademi Teknik Mesin
Industri) pada tahun 2002.
[9]
Technopark lain yang mempunyai fungsi serupa dengan SCTC adalah Sragen
Technopark. Technopark ini menjalankan fungsi sebagai One Stop Service Labor
Market (OSSLM) dengan menyediakan pusat-pusat pelatihan teknologi.
[10]
Pada tahun 2007, Kawasan Industri Jababeka mendirikan Jababeka Research Centre
(JRC) atas prakarsa S.D. Darmono (Presdir Jababeka) dan Menteri Ristek Kusmayanto
Kadiman untuk mewujudkan Jababeka sebagai Kawasan Teknologi, dengan nama
sebelumnya President Research Center.
[11]
Technopark lain di Indonesia adalah Bogor Cyber Park (BCP) yang didirikan pada tahun
2006 dan Surabaya Technopark yang didirikan pada tahun 2007. Selanjutnya pada
tahun 2010 Institut Teknologi Telkom bekerja sama dengan Kementrian Perindustrian
memulai pendirian Bandung Techno Park (BTP) yang direncanakan akan selesai dalam
3 tahun.
[12]
memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan dari universitas ke perusahaanperusahaan pengembang teknologi, serta merangsang munculnya perusahaanperusahaan spin-off dari universitas/perguruan tinggi yang mendorong proses-proses
serta produk-produk yang berinovasi tinggi. Tujuan kedua adalah untuk berperan
sebagai katalis dalam peningkatan/revitalisasi pembangunan ekonomi regional dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebuah ICT Technopark adalah sumber entrepreneurship, talenta, dan keunggulan
kompetitif ekonomi yang merupakan elemen kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan
teknologi. Dengan tersedianya ICT Technopark, universitas (Academia), swasta
(Business), dan pemerintah (Government) dapat bekerja sama menciptakan sebuah
lingkungan yang membentuk kolaborasi dan inovasi sehingga memperkaya
pengembangan, transfer dan komersialisasi ICT.
Gambar 2.1 di bawah ini adalah peranan Bandung Technopark sebagai contoh
gambaran peranan kolaborasi A-B-G di dalam sebuah technopark.
[12]
2.
3.
4.
Perguruan Tinggi/Universitas
Semakin banyak universitas yang tersebar dalam suatu kawasan technopark akan
menambah banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga menjadi
pendorong untuk pertumbuhan kawasan tersebut. Selain itu banyaknya lembagalembaga riset di setiap universitas akan menjadi sumber inovasi teknologi dan produk
baru. Oleh karena itu Dep. R&D perusahaan mendapatkan keuntungan dari hubungan
yang unik dengan lembaga-lemabga riset ini untuk mengakses ketrampilan, kepakaran,
dan pengetahuan. Bahkan di beberapa negara untuk memberikan dukungan
sepenuhnya kepada pengembangan Kawasan Technopark beberapa universitas
membuka jurusan Kewirausahaan (entrepreneurship).
Klaster Perusahaan
Kelangsungan Technopark sangat ditentukan oleh keberadaan dari perusahaanperusahaan yang tersebar di kawasan tersebut. Perusahaan ini merupakan kepanjangan
dari pilot project atas penemuan-penemuan baru di bidang teknologi. Selain
perusahaan-perusahaan yang berbasis teknologi juga diperlukan perusahaanperusahaan pendukung seperti dibidang legal, logistik, transportasi, keuangan,
pelatihan sumber daya manusia, dan lain-lain. Klaster perusahaan ini terdiri dari
berbagai jenis usaha yang secara umum dapat dikelompokkan dalam bidang
telekomunikasi, instrumentasi, elektronik, process engineering, software dan
environmental sciences.
Bahkan pengembangan teknologi ini dapat difokuskan pada bidang-bidang yang baru
dan memiliki keunggulan komparatif yang memiliki prospek cerah di masa depan,
seperti bioteknology, obat alternatif, teknologi maritime dan lain-lain. Oleh karena itu
pembangunan suatu kawasan technopark dapat dilakukan secara alami dengan jalan
melengkapi dan menambahkan lembaga-lembaga pendukung pada suatu klaster
perusahaan yang telah terbangun secara mandiri dengan tujuan mempercepat proses
perkembangannya. Selain itu kawasan technopark dapat sepenuhnya didesain dengan
menghadirkan lahan yang sepenuhnya baru. Kebebasan pengaturan merupakan
kelebihan dari pendekatan ini.
Karakteristik technopark yang akan dibangun dapat ditentukan sesuai desain yang
diharapkan. Kemudian diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan penyewa. Hal ini
dilengkapi dengan berbagai lembaga dan sarana pendukung yang lengkap.
Lembaga Keuangan (Modal Ventura)
1.
Bangunan dan property yang dirancang terutama untuk fasilitas riset swasta/publik,
perusahaan berbasis TIK, dan jasa pendukung lainnya.
2.
Memiliki hubungan dengan satu atau lebih lembaga riset atau pendidikan tinggi secara
formal atau operational.
3.
4.
Berperan dalam membantu transfer teknologi dan keahlian bisnis antara universitas dan
industry yang menuju kepada pertumbuhan ekonomi berbasis TIK bagi masyarakat atau
daerah.
1.
2.
3.
4.
5.
Mampu memilih atau menolak perusahaan mana yang boleh masuk ICT Techno Park.
6.
Mempunyai identitas yang jelas yang dinyatakan dengan secara simbolis dengan
pemilihan nama, logo, atau komunikasi manajemen.
7.
Memiliki manajemen dengan keahlian yang diakui dalam bidang financial dan memiliki
rencana pengembangan ekonomi jangka panjang
8.
Memiliki dukungan pelaku ekonomi yang tangguh dan dinamis, seperti lembaga
pembiayaan, lembaga politik, atau universitas setempat.
9.
Melibatkan secara aktif di dalam manajemen seorang tokoh yang memiliki kekuatan
memutuskan, rencana jangka panjang dan manajement yang baik dan merupakan interface
antara akademia dan industri.
10.
Technopark di Indonesia saat ini terdiri dari berbagai jenis bidang kegiatan, 6 di
antaranya memiliki kegiatan di bidang TIK (tabel 5.1). Adapun komposisi perusahaan
tenan yang ada di dalam technopark tersebut bervariasi namun di semua technopark
porsi terbesar adalah perusahaan kecil-menengah (UKM), disusul oleh perusahaan
Nasional dan Multi Nasional (tabel 5.2). Kecuali Jababeka dan Batam Industrial Park
yang sebagian besar ditempati Perusahaan Asing.
Technopark yang disurvei terdiri dari Puspitek Serpong, Bandung High Tech Valley
(BHTV), Bandung Technopark (BTP), Solo Technopark (STP), Ganesha Sukowati
Technopark (GSTP, Sragen), Surabaya Technopark (Taman Bungkul dan Taman Flora),
Batam, dan Jababeka
Keunggulan Kompetitif Technopark di Indonesia
Dari seluruh Teknopark yang diobservasi, akan dilihat keunggulan kompetitif masingmasing berdasarkan kriteria model berlian Porter (Porters Diamond Model) yaitu
berdasarkan faktor-faktor Kondisi, Permintaan, Industri Pendukung dan yang
berkaitan, serta Strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Selain itu juga akan
dilihat faktor Kesempatan dan Pemerintah.
Sumber Daya
Faktor-faktor kondisi terdiri dari Sumberdaya, Infrastruktur, Layanan dan konsultasi,
serta Daya tarik technopark. STP, GSTP, dan Surabaya TP yang telah mendedikasikan
SDM untuk mengelola Technopark. Sedangkan yang menyediakan pelatihan bagi
karyawan technopark adalah Puspitek, BTP dan GSTP.
Bahan baku untuk kebutuhan kegiatan Technopark sebagian besar berasal dari luar
kota, hanya puspitek yang mengimpor sebagian besar bahan bakunya dari luar negeri.
Kerjasama dengan lembaga keuangan telah dilakukan oleh Puspitek, BTP, STP, dan
GSTP.
Technopark yang memiliki Lembaga penelitian sains dan teknologi serta laboratorium
dimiliki oleh Puspitek, BHTP, dan BTP. Dari semua technopark tidak ada satu pun yang
memilkiki unit fabrikasi /manufaktur sendiri.
Infrastruktur
Infrastruktur Technopark terdiri dari infrastruktur dasar, infrastruktur bisnis, dan non
bisnis. Untuk infrastuktur dasar Puspitek, BTP, STP, GSTP, dan Surabaya TP memiliki
infrastruktur yang memadai, namun untuk infrastruktur bisnis Puspitek, BTP dan GSTP
terlihat lebih siap. Meskipun demikian Puspitek adalah yang paling siap dari sisi
infrastruktur bisnis. Ketiga Technopark tersebut juga lebih siap dari segi infrastruktur
non bisnis.
Pusat Layanan dan Konsultasi
Pusat layanan dan konsultasi merupakan bagian yang tak kalah penting di dalam
sebuah Technopark. Di antara semua technopark, Puspitek, BTP dan GSTP memiliki
layanan telekomunikasi dan teknologi informasi. Dalam hal ini Puspitek adalah yang
terlengkap memiliki layanan-layanan tersebut (tabel 5.7). Sedangkan layanan
pendukung, bisnis, dan non bisnis Puspitek dan BTP memiliki keunggulan terutama
dalam layanan bisnis. Dari semua hal GSTP ternyata lebih siap dalam Layanan inkubasi
bisnis.
Daya Tarik technopark
Meskipun Puspitek, BTP, STP, dan GSTP sama-sama memiliki daya tarik bagi
perusahaan untuk masuk ke technopark, dari semua technopark ternyata Puspitek dan
BTP memiliki daya tarik yang lebih tinggi dengan diberikannya insentif pajak kepada
para tenan.
Faktor Permintaan
Dari semua technopark, hanya GSTP yang telah memproduksi barang dan menjualnya
di dalam negeri (70%) maupn ke luar negeri (30%). Tidak adanya pertumbuhan jumlah
tenan di dalam technopark mengindikasikan rendahnya permintaan dari kalangan
bisnis / industri terhadap adanya technopark. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal
antara lain kurangnya sosialisasi /promosi mengenai peran technopark atau kurangnya
komitmen dari technopark untuk mengembangkan diri.
Industri Pendukung dan Berkaitan
Disekitar Puspitek, Jababeka, BTP dan Surabaya TP terdapat industri-industri
pendukung dan industri lain yang terkait. Namun tidak adanya data mengenai
& D di bidang Sains & Teknologi, incubator Bisnis bidang teknologi dan juga sebagai
tempat kerjasama industridan universitas/lembaga penelitian.
Untuk rencana kedepan agar menarik minat para pelaku bisnis agar tertarik untuk
membuka usahanya di Bandung Technopark, ada beberapa fasilitas yang di berikan BTP
diantaranya : Fasilitas dan infrastrukur yang memadai, kemudahan usaha karena
berada dalam suatu klaster usaha yang sejenis, sewa ruangan lebih murah, insetif pajak,
memberi bantuan fasilitas dalam memasarkan produk yang dihasilkan, lingkungan yang
kondusif bagi pengembangan produk-produk inovatif, dan kemudahan birokrasi.
Sumber daya manusia saat ini yang bekerja di Bandung Technopark merupakan dosendosen dari STT Telkom, namun untuk kedepannya direncanakan akan merekrut para
peneliti dari luar Bandung Technoprak.
Saat ini Bandung Technoprak sudah melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga
pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan / keahlian diantaranya
yaitu dengan Training Center ZTE, CISCI, SAP, dan LSP. Bandung Technopark saat ini
baru mengembangkan software, sehingga masih belum mebutuhkan bahan-bahan baku
dari luar atau dalam Technopark. Namun apabila membutuhkan peralatan/bahan baku,
Bandung Technopark meminta support dari kementrian Perindustrian dan
Perdagangan.
Rencana yang akan datang, Bandung Technopark sendiri akan bekerjasama dengan
lembaga keuangan agar dapat membantu financial bagi para pengusaha-pengusaha
IKM. Bandung Technopark berperan dalam membantu meningkatkan keahlian bidang
teknologi dan ekonomi masyarakat sekitarnya dengan memberikan pengetahuan dan
pelatihan tentang teknologi TIK misalnya saja Internet.
Laboratorium yang digunakan saat ini merupakan laboratorium yang dimiliki oleh
yayasan STT Telkom, diantaranya :
4 Laboratorium Sistem Elektronika
3 Laboratorium Sistem Jaringan dan Multimedia
3 Laboratorium Pengolahan sinyal Informasi
4 Laboratorium Transmisi Komunikasi
Beberapa produk yang telah dihasikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bandung Technopark saat ini digunakan oleh kementrian perindustrian dan
perdagangan, kementrian kesehatan, dan kementrian komunikasi dan informasi.
Bandung Technopark merencanakan akan mendirikan unit layanan perizinan terpadu
sehingga memudahkan para tenan dalam mengurus perizinan usahanya. Sedangkan
lama waktu untuk mengurus perizian bagi para tenan untuk mendirikan diusahakan
secepat mungkin kira-kira antara 1 bulan-3 bulan.
Dengan adanya Bandung Technopark diharapkan dapat menghubungkan antara pihak
akademik, bisnis, dan pemerintah. Sehingga dengan adanya hubungan yang sinergis
diantaranya akan meningkatkan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), mencakup infrastruktur, aplikasi, konten, konteks dan regulasi. Hubungan
antara dunia akademik-bisnis pemerintah secara sinergi dalam mendukung
pertumbuhan industri lokal melalu transfer teknologi, joint research dan dukungan
regulasi. Pertumbuhan Industi Kecil-Menengah (IKM) berbasis Ilmu pengetahuan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai penguatan sendi IKM dari
persaingan dalam arus perdagangan bebas.
Profil Ganesha Sukowati Techno Park (GSTP) Sragen
Sragen Technopark yang diresmikan pada tanggal 30 Juni 2009 oleh Bapak Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono berdiri di Jl. Dr. Sutomo Sragen, di atas areal milik
pemerintah Kabupaten Sragen akan menjadi wadah kompetensi sumber daya manusia
(SDM), dengan menjalankan fungsi One Stop Service Labor Market (OSSLM).
Ganesha Sukowati Technopark, Sragen didirikan dengan tujuan menetapkan dan
mengimplementasikan R&D, pelatihan, mengembangkan, kemandirian maupun
kerjasama untuk meningkatkan keahlian, tenaga kerja, produk, dan pelayanan yang
mempunyai nilai jual dan nilai tambah bagi pemerintah dan masyarakat Sragen.Dengan
luas hampir 30 ha, selain diarahkan ke industri/teknik, nantinya juga ada ke arah
penyiapan sdm di bidang agro-industri.
A. Kejuruan Otomotif
1. Workshop Mobil Bensin
2. Workshop Mobil Diesel
3. Workshop Sepeda Motor
B. Kejuruan Teknik Mekanik
1. Workshop Mesin Computer Numerical
2. Workshop Mesin Produksi
3. Workshop Las/Welding
4. Workshop Plumbing
5. Workshop Pneumatic Hydroulic
6. Workshop Electro Platting
7. Workshop Cad / Cam
C. Kejuruan Listrik
1. Workshop Teknik Pendingin
2. Workshop Elektronika
3. Workshop Instalasi Tenaga
4. Workshop Motor Listrik
D. Kejuruan Konstruksi
1. Workshop Bangunan Kayu
2. Workshop Bangunan Batu
Dari bandara Sukarno Hatta perjalanan sekitar 1 jam ke arah Tangerang, melewati pintu
Tol Tangerang dari jalan tol Kebon Jeruk-Merak, ke arah Bumi Serpong Damai. Dari
Lapangan Terbang Pondok Cabe sekitar 30 menit ke arah PamulangMuncul
Puspiptek.
Kebijakan Pengembangan ICT Technopark di Beberapa Negara
Dari berbagai sumber yang dikumpulkan, berikut di bawah ini adalah komparasi
kebijakan pengembangan ICT Technopark di beberapa negara, antara lain: Malaysia,
Singapura, Korea, Turki, Rusia, India, dan Negara-negara teluk yang tergabung dalam
GCC (Gulf Cooperation Council).
Beberapa kebijakan penting yang perlu diperhatikan antara lain menyangkut :
komitmen dan dukungan pemerintah daerah serta lembaga pemerintah lainnya,
komitmen jangka panjang, insentif, memiliki karakteristik, best practice, dan lokasi
technopark.
Komitmen dan dukungan pemerintah daerah
Pada 1990-an pemerintah Korea Selatan menegaskan kembali komitmennya untuk
Daedeok Innopolis, sebuah distrik penelitian dan pengembangan yang pada awalnya
didirikan pada tahun 1973, dengan dukungan politik dan pendanaan. Korea Selatan
melakukannya karena, seperti negara-negara berkembang, tiba di suatu titik di dalam
perkembangan ekonomi yang mana di titik itu diperlukan industri teknologi yang lebih
matang agar lebih maju. Upaya dan investasi tersebut terbayar lunas; Korea Selatan
telah terdaftar sebagai peringkat pertama pada Digital Opportunity Index dari
International Telecommunication Union, antara tahun 2000 dan 2006, dan naik ke
tempat ke-6 di Readiness Indeks e-Government PBB pada tahun 2008, naik dari posisi
ke-13 tahun 2003.
Daedeok Innopolis, sebelumnya dikenal sebagai Daedeok Science City, adalah daerah
penelitian dan pengembangan di distrik Yuseong-gu di Daejeon, Korea Selatan.
Daedeok Innopolis tumbuh dari klaster penelitian yang didirikan oleh Presiden Park
Chunghee pada tahun 1973 dengan pembukaan KAIST (Korea Advanced Institute of
Science and technology). Lebih dari 20 lembaga penelitian besar dan lebih dari 40 pusat
penelitian perusahaan membentuk klaster ilmu pengetahuan ini. Selama beberapa
tahun terakhir, sejumlah perusahaan IT ventura bermunculan di daerah ini, yang
memiliki konsentrasi tinggi dalam ilmu terapan. Ada 232 lembaga penelitian dan
pendidikan dapat ditemukan di Daejeon, sebagian besar di daerah Daedeok, di
antaranya Elektronics dan Telecomunication Research Institute dan Korea Aerospace
Research Institute.
Di Rusia, Sarov Open Technopark mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah
dan lembaga pemerintah lainnya :
Badan Energi Atom Federal untuk Senjata Nuklir di bawah Kompleks Program
Restrukturisasi dan Program RFNC-VNIIEF Restrukturisasi FSUE;
RFNC-VNIIEF bawah VNIIEF Inovasi Program Pengembangan yang disetujui oleh
utusan berkuasa penuh Presiden Rusia ke Distrik Federal Volga.
Konsep Sarov Open Technopark terletak pada konsentrasi
layanan khusus di satu tempat dan menyediakan infrastruktur yang menawarkan
segalanya untuk menjalankan bisnis di bidang komersialisasi teknologi.
Sedangkan di India, Technopark Kerala didedikasikan untuk usaha TI. Ini adalah
technopark pertama dan terbesar di India. Diluncurkan pada tahun 1990, Technopark
ini pada 2010 telahmemiliki 450.000 meter persegi ruang built-up, dan merupakan
rumah bagi lebih dari 185 perusahaan, yang mempekerjakan lebih dari 30.000
profesional. Kebijakan liberalisasi ekonomi yang diprakarsai oleh pemerintah India
pada tahun 1991 dan pesatnya pertumbuhan industri perangkat lunak global selama
tahun 1990-an secara substansial memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan.
Technopark ini dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Kerala dan dipimpin oleh seorang
Chief Executive Officer. Selain ini, ia memiliki Dewan Pengurus dan Dewan
Pelaksanaan Program, yang keduanya termasuk pejabat tinggi pemerintah [3] kantor.
Administratif, termasuk dari CEO, yang bertempat di gedung Centre Park. Technopark
juga menjadi tuan rumah Teknologi Inkubasi Bisnis Cell dan Software Kompetensi
Centre, terletak di Centre Park.
Unit-unit di Technopark termasuk perusahaan domestik, usaha patungan dan anak
perusahaan asing terlibat dalam berbagai kegiatan, yang meliputi tertanam
pengembangan perangkat lunak, teknologi kartu pintar (Smart card), perencanaan
sumber daya perusahaan (ERP), proses desain kontrol perangkat lunak, rekayasa dan
komputer-aided desain pengembangan perangkat lunak, IT Enabled Services (ITES),
proses re-engineering, animasi dan e-bisnis.
Komitmen jangka panjang untuk pengembangan ICT
Sebagai Technopark komersial, ICT Technopark sebagian kegiatannya adalah dalam
bisnis penyewaan real estat. Namun itu tidak boleh menjadi satu-satunya fokus mereka.
Fokus mereka harus berada pada kemitraan jangka panjang yang menarik dan
mempertahankan penyewa strategis. Faktor-faktor yang membantu hal ini meliputi
beberapa hal, antara lain ketersediaan modal dan promosi budaya inovasi. Faktorfaktor lain yang berpengaruh termasuk menghormati kekayaan intelektual dan undangundang perlindungan hak cipta, dan proses yang benar untuk menarik perusahaan ICT
yang berkualitas dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk staf mereka.
Sebagai contoh, MSC Malaysia, operator ICT technopark di Malaysia, memiliki
beberapa karakteristik tersebut. ICT Technopark melakukan saringan ketat untuk
memastikan manfaatnya, seperti hibah penelitian yang hanya berlaku untuk calon
penyewa yang paling strategis. Demikian juga Singapore Science Park menggunakan
link ke universitas dan institusi bisnis terdekat untuk mengidentifikasi pekerja terampil
dan membantu tenan untuk merekrut mereka.
Selain itu, Dubai Technopark telah menjanjikan untuk mendanai proyek-proyek R & D
yang menjawab tantangan utama sosial-ekonomi di wilayah tersebut. IBM adalah salah
satu 50 perusahaan terkemuka dalam diskusi rinci dengan Dubai Technopark untuk
mendirikan sebuah pusat penelitian dan pengembangan (R & D) dalam inisiatif penting
yang bisa membantu mengubah emirat menjadi ekonomi berbasis pengetahuan
IBM, bersama dengan perusahaan teknologi terkemuka seperti Microsoft dan Cisco
Systems, mengoperasikan kantor di daerah zona bebas Dubai Internet City, meskipun
Visi
Klaster TIK
Target Pasar
1. Visi: ini mengacu pada maksud, tujuan keseluruhan, dan fokus dari taman ICT.
Sebuah visi taman ICT biasanya sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan aspirasi
ekonomi negara tuan rumah
2. Klaster TIK: Perusahaan-perusahaan berbeda yang tertarik pada sebuah ICT
Technopark dapat dikelompokkan dalam klaster tergantung pada pelanggan yang
mereka layani atau solusi teknologi yang mereka sediakan. Sebagai contoh, sebuah
klaster ICT bisa melayani kebutuhan industri energi, atau mungkin melayani kebutuhan
sektor pemerintah. Klaster ICT mungkin juga melayani industri seperti keuangan,
penerbangan, kedirgantaraan dan pertahanan. Perusahaan di klaster biasanya termasuk
pemasok khusus, penyedia R & D yang berhubungan secara geografis atau yang
memiliki pelanggan yang sama. Koneksi ini membuat ekosistem yang memperkuat diri
di mana secara kelompok klaster ini lebih kuat daripada sendirian.
3. Infrastruktur & Layanan: Untuk menarik perusahaan berbakat terbaik dan paling
menarik, sebuah ICT Technopark harus menyediakan lingkungan bisnis yang terbaik.
Ini termasuk infrastruktur dan layanan dari berbagai jenis, dari fasilitas parkir yang
baik dan ruang kantor dirancang dengan baik sampai layanan yang lebih maju seperti
pemesanan perjalanan dan akses ke dokter.
4. Enabler & Stakeholder: Tidak ada ICT Technopark yang dapat berkembang sendiri,
tetapi perlu terhubung ke organisasi-organisasi luar yang mendukung
perkembangannya. Tergantung pada fokus sebuah ICT Technopark, para stakeholder
dapat mencakup pemerintah daerah dan nasional, regulator, lembaga pendidikan,
inkubator, penyedia layanan, dan perdagangan dan asosiasi ICT Technopark. Seberapa
besar saham suatu organisasi ini ICT Technopark dapat menentukan jenis akses
penyewa ICT Technopark terhadap bakat, pembiayaan, pasar, layanan nilai tambah dan
keahlian.
5. Regulasi dan Tata pamong: ICT Technopark biasanya ditetapkan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus. Penunjukan ini memungkinkan mereka untuk membuat aturan
khusus dan menawarkan insentif regulasi, fiskal, dan administratif untuk penyewa
mereka. Ini termasuk fasilitas dari setup bisnis, kepatuhan terhadap undang-undang
tenaga kerja internasional, kepemilikan asing penuh dan repatriasi keuntungan, dan
tarif pajak yang lebih rendah, peraturan telekomunikasi yang lebih longgar, dan
kepatuhan terhadap hukum kekayaan intelektual. Adalah penting bahwa insentif ini
diberikan dengan cara yang mencerminkan kepekaan ekonomi dan budaya dari negara
tuan rumah
6. Target Pasar: Sebuah ICT Technopark biasanya melayani pasar tertentu, apakah di
sekitarnya langsung, daerah, atau global. Akses pasar didasarkan pada hubungan
perdagangan negara tuan rumah, aksesibilitas geografis pasar, ukuran dan
pertumbuhan pasar TIK, dan kompetisi di pasar ini. Sebuah identifikasi yang jelas dari
target pasar membantu penyewa dan administrasi ICT Technopark untuk mengerti nilai
proposisi dan peluang bisnis yang ada.
Best Practice
ICT Technopark di Australia dan technopark internasional lainnya memiliki best
practice yang menunjukkan baik kekuatan dan kelemahan dalam pemerintahan,
manajemen dan operasi. Namun, semua secara umum mereka memiliki sejumlah tema
yang sama:
kepatuhan yang kuat terhadap pengembangan visi-ekonomi jangka panjang selama
periode 15 tahun atau lebih
Sekarang mari kita lihat jarak antara Technopark dan universitas. Faktor ini penting,
karena kedekatan memfasilitasi kerja sama antara Technopark dan universitas dan, apa
yang lebih penting, antara universitas dan penyewa Technopark.
Data menunjukkan bahwa Technopark cenderung berada sedekat mungkin ke
universitas (48% dari Technopark terletak di dalam kampus universitas, 28% terletak
dalam jarak 5-km, 11% dari Technopark terletak dalam jarak 5 sampai 20 km dari
universitas). Hal ini terutama terlihat di Eropa Tengah, di mana 83% dari Technopark
berlokasi baik di dalam universitas kampus atau sangat dekat dengan universitas.
Kebijakan penting untuk keberhasilan sebuah ICT Technopark di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Komitmen dan dukungan pemerintah daerah. Bantuan politis dan pendanaan dari
pemerintah sangat dibutuhkan pada saat awal pendirian sebuah ICT Technopark,
untuk selanjutnya pemerintah berperan dalam pemeliharaan fasilitas-fasilitas utama
seperti laboratorium dan infrastruktur.
2. Adanya komitmen jangka panjang untuk pengembangan ICT Technopark dengan
membangun kemitraan jangka panjang dengan para tenan, antara lain hibah untuk
tenan strategis, dana bantuan untuk R&D bagi perusahaan yang melakukan penelitian
dan pengembangan bidang-bidang yang strategis.
3. Adanya insentif bagi para penyewa di ICT Technopark, seperti insentif pajak,
keringanan sewa, bantuan pembayaran gaji pegawai bagi perusahaan pemula (statup
company), dan insentif R&D
4. Memiliki karakter : Visi, Klaster TIK , Infrastruktur & Layanan, Enabler &
Stakeholder, Regulasi & Tata pamong, Target Pasar
5. Beberapa negara memiliki best practice untuk pendirian dan pengembangan
Technopark: Visi ekonomi jangka panjang, Dukungan pemerintah, Peran pemerintah
memelihara aset inti: universitas, lembaga R&D, infrastruktur publik, Bantuan dana
dan infrastruktur di awal pendirian technopark
6. Lokasi Technopark di dunia tidak hanya di kota-kota besar, 44% ternyata berlokasi
di kota-kota kecil.
Keberhasilan sebuah ICT Technopark sangat dtentukan oleh kolaborasi A-B-G yang
optimum. Pola kolaborasi ini dapat dirumuskan dengan pendekatan Triple Helix, yang
dikembangkan oleh Henry Etzkowitz dan Loet Leydesdorff, yang didasarkan pada
perspektif Universitas sebagai pemimpin hubungan dengan Industri dan Pemerintah,
untuk menghasilkan pengetahuan baru, inovasi dan pembangunan ekonomi. Lebih jauh
Etzkowitz mengemukakan implikasi kebijakan dari model triple helix ini, yang
menggambarkan sinergi perkembangan ketiga unsur A-B-G yang mengarah kepada
suatu kondisi pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan .
Berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa, dimana ketiga unsur
A-B-G berdiri secara terpisah karena masing-masing pihak memiliki inisiatif dan
kebutuhan untuk berkolaborasi dalam hal ini pendekatan bottom-up dan topdown berjalan seiring model triple helix yang sesuai untuk Indonesia adalah suatu
model dimana peran pemerintahnya dominan, mengingat secara sosial-budaya dan
ekonomi membutuhkan suatu patern yang kuat dan berpengaruh yang dapat
menyatukan semua unsur A-B-G untuk menuju pertumbuhan masyarakat berbasis
pengetahuan. Selanjutnya secara bertahap peran pemerintah berkurang seiring dengan
berkembangnya ICT Technopark tersebut sehingga akhirnya pola kolaborasi A-B-G
berubah menjadi model dengan ketiga unsur terpisah seperti di negara-negara maju.
Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan adanya ICT Technopark
di Indonesia sudah sangat mendesak untuk memacu pertumbuhan industri TIK agar
dapat memenuhi kebutuhan pasar TIK di dalam negeri yang terus meningkat.
Dari beberapa technopark yang disurvei, Puspitek Serpong memiliki potensi yang lebih
unggul dari segi sumberdaya, infrastruktur, dan industri penunjang di sekitarnya
sehingga layak untuk dikembangkan menjadi ICT Technopark.
Mengingat Indonesia belum memiliki pola kebijakan pengembangan Technopark,
maka diperlukan adanya suatu framework yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan sebuah technopark. Framework technopark tersebut secara umum
terdiri dari : Outcome, Tujuan, Strategi, dan Pengukuran Kinerja.
Adapun pola kolaborasi A-B-G (Akademia-Bisnis-Pemerintah) yang optimum untuk
Indonesia pada tahap awal adalah model triple helix yang menempatkan pemerintah
sebagai unsur yang memiliki peran dominan. Pada model ini insiatif dari para ilmuwan
dan peneliti (bottom-up) mendapat dukungan dari pemerintah (top-down) untuk
berada pada posisi yang sama. Begitu juga dengan daya tarik, Puspitek dan BTP lebih
unggul dari STP dan GSTP karena adanya insentif pajak.
Faktor Permintaan
Dari semua technopark, hanya GSTP yang telah memproduksi barang dan menjualnya
di dalam negeri (70%) maupn ke luar negeri (30%). Tidak adanya pertumbuhan jumlah
tenan di dalam technopark mengindikasikan rendahnya permintaan dari kalangan
bisnis / industri terhadap adanya technopark. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal
antara lain kurangnya sosialisasi /promosi mengenai peran technopark atau kurangnya
komitmen dari technopark untuk mengembangkan diri.
Faktor Industri Pendukung
Disekitar Puspitek, Jababeka, BTP dan Surabaya TP terdapat industri-industri
pendukung dan industri lain yang terkait. Namun tidak adanya data mengenai
pertumbuhan industri pendukung mengindikasikan tidak adanya perkembangan dari
technopark-technopark tersebut karena industri pendukung akan tumbuh jika adanya
permintaan dari industri di dalam technopark.
Faktor Strategi perusahaan, Struktur, dan Persaingan.
Dukungan pemerintah terhadap technopark dapat berupa diberikannya beberapa
kemudahan dalam mengurus berbagai perijinan, pendirian perusahaan baru,
perlindungan terhadap perusahaan kecil, dan sebagainya. Hampir semua pemerintah
daerah di tempat berdirinya technopark memberikan kemudahan dalam pengurusan
perijian denngan menyediakan layanan perijinan terpadu (tabel 5.10). Untuk
mendirikan perusahaan baru saat ini di semua tempat membutuhkan waktu sekitar 1-3
bulan. Namun hanya di Puspitek dan BTP pemerintah daerah memberikan kemudahan
dalam pendirian perusahaan baru serta perlindungan terhadap perusahaan kecil (UKM)
yang ada di technopark sebagai usaha technopark untuk berperan sebagai inkubator
bisnis.
Faktor yang berpengaruh
Faktor kesempatan dan Pemerintah adalah faktor yang berpengaruh terhadap
keunggulan kompetitif suatu technopark. Puspitek memiliki dukungan pemerintah yang
mendorong re-industrialisasi
3. ICT Technopark akan memberikan dasar untuk membuat dan pertumbuhan baru
yang inovatif industri yang akan:
Tujuan
Pemerintah memiliki empat tujuan yang luas untuk ICT Technopark di
Indonesia:
menyediakan alat yang efektif untuk merangsang inovasi komersial, khususnya
inovasi didorong oleh kemajuan dalam teknologi baru
Mendukung dan mendorong pengembangan industri kreatif dengan potensi
pertumbuhan yang tinggi
Strategi
Pemerintah akan mencapai hasil dan tujuan untuk ICT Technopark dengan
memberikan dukungan dan bantuan kepada fasilitas yang memenuhi praktek terbaik
internasional dalam bidang berikut:
kualitas input
Orang dan keterampilan
Infrastruktur
kekokohan Keuangan
Pemerintah akan memberikan dukungan dan bantuan untuk ICT Technopark melalui
lima tahap perencanaan strategis dan proses operasional yang meliputi:
berlangsung dukungan dan bantuan untuk pengembangan lebih lanjut dari ICT
Technopark
Pemerintah juga akan memberikan dukungan yang sedang berlangsung untuk ICT
Technopark dengan :
Pengukuran Kinerja
Pemerintah akan mengembangkan target kuantitatif dan alat untuk mengukur kinerja
ICT Technopark di Indonesia. Pemerintah akan melakukan terus menerus analisis dan
review tata ICT Technopark, manajemen, operasi dan kinerja.Informasi ini akan
digunakan untuk memperbarui dan memodifikasi kerangka kerja untuk ICT
Technopark untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan bisnis umum.
Kesimpulan
Di Indonesia telah berdiri beberapa Technopark, akan tetapi dalam perkembangannya
masih jauh dari yang ideal untuk disebut sebagai Technopark yang memiliki
kemampuan untuk bertahan hidup dengan usaha sendiri (self sustained). Sebagian
Technopark lebih berperan sebagai tempat berusaha dan pelatihan sedangkan sebagian
yang lain merupakan tempat penelitian, belum ada yang merupakan tempat inkubasi
bisnis teknologi TIK yang inovatif.
Dari berbagai respon masyarakat di daerah-daerah yang ada technoparknya, mereka
lebih cenderung untuk mengharapkan Technopark yang ada dikembangkan daripada
membuat sebuah Technopark yang terpusat di daerah tertentu. Untuk ICT Technopark,
saat ini secara konseptual Bandung Technopark lebih siap untuk dikembangkan,
terutama untuk teknologi Komunikasi. Namun jika ditinjau dari segi kedekatan wilayah
industry TIK terhadap Technopark maka Jababeka dan Puspitek Serpong menjadi lebih
potensial. Perbedaan mencolok antara Jababeka dan Puspitek Serpong adalah dari sisi
pengelolanya, di Jababeka sepenuhnya dikelola oleh swasta sehingga kemungkinan
lebih berorientasi kepada kepentingan bisnis yang mengakibatkan harga sewa gedung
menjadi lebih mahal. Sebaliknya Puspitek Serpong adalah kawasan milik pemerintah
sehingga berbagai kemudahan seperti harga sewa lebih rendah, insentif perpajakan, dan
lain-lain menjadi lebih menarik untuk para calon tenan. Satu kendala yang sangat
menggajal di Puspitek Serpong adalah akses ke lokasinya lebih jauh .
Rekomendasi
Framework Untuk ICT Technopark di Indonesia
OUTCOME
ICT Technopark di Indonesia diharapkan akan memberikan tiga Outcome secara
umum:
1. ICT Technopark akan memainkan peran penting dalam meningkatkan daya saing
internasional dengan cara:
memperluas dan mengembangkan keterampilan dasar komersialisasi dan
pengalaman, khususnya sehubungan dengan penerapan teknologi baru di industri dan
pengembangan baru industri berbasis teknologi informasi dan platform bioteknologi
merangsang perubahan budaya yang mengarah pada pengembangan yang lebih
entrepreneurial usaha budidaya berdasarkan penerapan teknologi baru di industry
membantu dalam pengembangan lingkungan investasi yang menerima teknologi
bisnis investasi dan keuangan, khususnya berkaitan dengan penerapan teknologi baru
di industri.
3. ICT Technopark akan memberikan dasar untuk membuat dan pertumbuhan baru
yang inovatif industri yang akan:
TUJUAN
Pemerintah memiliki empat tujuan yang luas untuk ICT Technopark di Indonesia:
menyediakan alat yang efektif untuk merangsang inovasi komersial, khususnya
inovasi didorong oleh kemajuan dalam teknologi baru
Mendukung dan mendorong pengembangan industri kreatif dengan potensi
pertumbuhan yang tinggi
STRATEGI
Pemerintah akan mencapai hasil dan tujuan untuk ICT Technopark dengan
memberikan dukungan dan bantuan kepada fasilitas yang memenuhi praktek terbaik
internasional dalam bidang berikut:
Posisi pasar
Manajemen dan operasi
Pemerintah akan memberikan dukungan dan bantuan untuk ICT Technopark melalui
lima tahap perencanaan strategis dan proses operasional yang meliputi:
pengembangan proposal ICT Technopark
penyelesaian studi kelayakan ICT Technopark
pembentukan sebuah ICT Technopark yang mengatur badan
penyelesaian sebuah ICT Technopark rencana pengembangan strategis
berlangsung dukungan dan bantuan untuk pengembangan lebih lanjut dari ICT
Technopark
Pemerintah juga akan memberikan dukungan yang sedang berlangsung untuk ICT
Technopark oleh:
memberikan pelatihan dan pendidikan kepada tim manajemen teknologi taman
menyediakan sarana ICT Technopark akreditasi manajemen
PENGUKURAN KINERJA
Pemerintah akan mengembangkan target kuantitatif dan alat untuk mengukur kinerja
ICT Technopark di Indonesia. Pemerintah akan melakukan terus menerus analisis dan
review tata ICT Technopark, manajemen, operasi dan kinerja.Informasi ini akan
digunakan untuk memperbarui dan memodifikasi kerangka kerja untuk ICT
Technopark untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan bisnis umum.
Daftar Pustaka
[1]
[2]
Budi Raharjo, Kerangka Technopark di Perguruan Tinggi , PAU Bidang
Mikroelektronika ITB, 2002
[3]
Analytical Center for Non-Proliferation, A Feasibility Study of Sarov Open
Technopark Project, Sarov 2005
[4]
Agus Haryadi, Penentuan Lokasi Solo Technopark http://agusharyadi.blogspot.com/2008/08/i.html 17/7/2010
[5]
[6]
[7]
http://www.technoparkchaichee.com/ 18/7/2010
[8]
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Bandung_High_Tech_Valley
17/7/2010
[9]
http://www.surakarta.go.id/news/solo.techno.park.stp.html 17/7/2010
[10]
http://www.sragenkab.go.id/berita/berita.php?id=7436 17/7/2010
[11]
http://www.ristek.go.id/index.php?module=News%20News&id=3530
17/7/2010
[12]
http://ittelkomtoday.blogspot.com/2010/01/bandung-techno-park-siapwujudkan.html 23/6/2010
[13]
Bappenas, Tata Cara Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan
Pembangunan Daerah , 2004
[14]
[15]
Regis Cabral, Refining the Cabral-Dahab Science Park Management
Paradigm, International Journal of Technology Management Issue: Volume 16,
Number 8 / 1998 Pages: 813 818
[16]
Myer, Michael D., Qualitative Research in Information
Systems,http://www.qual.auckland.ac.nz 5/4/2010 7:35 AM
[17]
Satria Anandita, Konsep Dasar Berlian Porter, http://satria.anandita.net
18/7/2010
[18]
csreview-online, Business Outlook: Profil Industri Telematika (ICT)
Indonesia, http://www.csrreview-online.com/lihatartikel.php?id=46 7/17/2010 1:40
PM
[19]
Akmam Amir, Analisis Pemilihan ICT Technopark di Jawa Barat dan Banten
dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP), 2009.
Sumber :
Kajian Pembangunan ICT Technopark di Indonesia, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Telematika, Sarana Komunkasi dan Diseminasi Informasi
(Puslitbang APTEL, SKDI), Badan Litbang SDM, Kemnterian Kominfo 2010