TINJAUAN KHUSUS
A. Tinjauan Lokasi
1. Tinjauan Kota Makassar
54
Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan
baas-batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Maros
Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros
Sebelah Barat : Selat Makassar
Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 15 Kecamatan dan
153 Kelurahan. Bagian Utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya,
Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, Kecamatan Ujung Tanah, dan
Kecamatan Kepulauan Sangkarrang. Di bagian Selatan terdiri atas
Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini. Di bagian Timur terbagi
atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakukang. Bagian Barat
adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung
Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan
Mariso (Badan Pusat Statistik Makassar 2018; 60). Dapat dilihat
pembagian Kecamatan Kota Makassar pada gambar III.2.
55
2. Rencana Pola Ruang Kota Makassar
Berdasarkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPD)
tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar
tahun 2010-2030, Makassar terbagi atas 13 kawasan terpadu yang
merupakan kawasan dengan fungsi lebih dari satu, terdiri atas fungsi utama
dan penunjang, yang saling terkait dan bersinergi serta saling
mempengaruhi dan mendukung dalam satu sistem, dapat dilihat pada
gambar III.3
Gambar III.3 Peta Rencana Pola Ruang Kota Makassar Tahun 2010-2030
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPD), 2015
56
kawasan pergudangan yang mengganggu aktifitas kota dan menyebabkan
kesemrautan kota. Sehingga dari banyaknya permasalahan mengenai
bisnis pergudangan, maka ditetapkanlah aturan di Kota Makassar bahwa
bisnis pergudangan hanya dapat berlangsung di kawasan pergudangan dan
juga menetapkan misi kawasan ini menjadi pusat kawasan pergudangan
yang lengkap, terpadu dan tertata baik. (Peraturan Daerah Kota Makassar
2015-2034)
Dari kedua kawasan pengembangan bisnis ini, membutuhkan
banyaknya tenaga kerja didalamnya. Sehingga menyebabkan banyaknya
masyarakat yang berpindah dari desa ke kota dengan tujuan mencari kerja.
Dengan ini menyebabkan orang-orang pendatang yang bertujuan untuk
bekerja membutuhkan lahan untuk tempat tinggal. Namun karena lahan di
Kota Makassar semakin mahal, sehingga tidak semua orang dapat
memilikinya.
Dengan disediakannya Rumah Susun sebagai tempat tinggal
vertikal, sehingga mengurangi penggunaan lahan dan dapat memudahkan
kepemilikan tempat tinggal bagi masyarakat pekerja dengan pendapatan
rendah.
Pemilihan lokasi rumah susun akan di bangun di Kawasan
Pergudangan karena merupakan area pusat bisnis kedua setelah kawasan
industri yang telah mencapai batas lahan, dan juga karena pada kawasan
ini memiliki misi sebagai kawasan yang lengkap, terpadu dan tertata rapi.
Sehingga dengan adanya rumah susun di kawasan ini, dapat menunjang
kelengkapan kawasan sebagai tempat tinggal para pekerja yang
berpendapatan rendah.
3. Tinjauan Kawasan Pergudangan Terpadu
Kawasan Pergudangan Terpadu, berada pada bagian Utara Kota,
mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya. Namun
tidak semua kecamatan tersebut merupakan area pergudangan. Untuk
Kecamatan Tamalanrea hanya mencakup Kelurahan Parangloe dan
Kelurahan Bira, sedangkan pada Kecamatan Biringkanaya hanya
mencakup pada Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia (Peraturan
Daerah Kota Makassar 2015-2034).
57
Adapun misi penataan ruang kota pada kawasan pergudangan
terpadu adalah mengarahkan pengembangan kawasan sebagai pusat
pergudangan yang lengkap dan terpadu, memberhentikan pertumbuhan
pemanfaatan ruang pergudangan yang tidak tertata baik, dan mewujudkan
kawasan sebagai kawasan bebas banjir dengan merencanakan sistem
drainase terpadu serta mendorong tumbuhnya ruang-ruang pendukung
kawasan yang bisa mendukung kawasan dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal (Peraturan Daerah Kota Makassar 2015-2034). Pada
gambar III.4 yang menunjukan gambar peta kawasan pergudangan
terpadu.
58
perumahan mengikuti konsep rumah town house atau bisa dikatakan
kompleks kecil yang berisi rumah-rumah berderet dengan jumlah yang
terbatas di kawasan pergudangan, Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan
dalam rangka pemugaran, perbaikan dan peremajaan lingkungan
permukiman.
4. Tinjauan Data Kependudukan Masyarakat Berpendapatan Rendah
di Kawasan Pergudangan
Masyarakat berpendapatan rendah merupakan masyarakat yang
memiliki pendapatan dibawah dari ketentuan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK). UMK Makassar tahun 2018 ditetapkan sebesar
Rp 2.722.642. Angka itu diputuskan dalam Rapat Pleno Dinas Tenaga
Kerja (Disnaker) Makassar, bersama Dewan Pengupahan Kota Makassar
di Kantor Disnaker (Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan No.
2834/XI/Tahun 2017)
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Jumlah
masyarakat berpendapatan rendah di Kota Makassar pada tahun 2017
sebanyak 446.040 ribu jiwa. Adapun jumlah penduduk berpendapatan
rendah di kawasan pergudangan yakni:
Tabel III.1 Jumlah Penduduk Berpendapatan Rendah
Jumlah Jumlah Penduduk
Kecamatan Kelurahan
Penduduk Berpendapatan Rendah
Parangloe 10.395 5.217
Tamalanrea
Bira 18.626 8.927
Bulurokeng 16.163 7.669
Biringkanaya
Untia 6.927 2.679
Jumlah 52.111 24.492
Sumber: BPS Kota Makassar Tahun 2018
59
d. Sarana dan prasarana
e. Potensi tapak
Dari dasar pertimbangan di atas, maka diperoleh kriteria untuk
menentukan tapak, yaitu:
a. Luasan pada lahan mencukupi untuk bangunan rumah susun, dan
untuk pengembangan sarana kedepannya.
b. Tersedianya jaringan transportasi umum yang melalui tapak.
c. Akses ke tapak mudah di jangkau
d. Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai di
lingkungan tapak.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka diperoleh tapak yang
mendekati pertimbangan diatas dengan peruntukan rumah susun bagi
kalangan menengah kebawah, yakni pada gambar III.5.
60
Hambatan:
a. Tidak terdapat jalur pejalan kaki
b. Seringnya terjadi kepadatan kendaraan diwaktu-waktu tertentu
c. Jalan didepan tapak hanya 1 arah
1 2
3
7 2
7
3 3
3 6 3
3 3
5 4
3 3
3
3
6
3
5 4
3 3
Gambar III.6. Kondisi Eksisting Tapak
Sumber: Olah Data, 2019
61
Berdasarkan Eksisting Condition, dapat dilihat pada gambar III.6
kondisi tapak berada di area permukiman. Tapak merupakan lahan kosong
yang dipenuhi oleh rumput dan tanaman liar. Lokasi tapak yang terletak di
area pergudangan menjadikan tapak berada tidak jauh dari kantor-kantor
pergudangan. Adapun tersedianya sekolah tingkatan SMP dan SMA yang
terletak tidak jauh dari tapak menambah potensi dibangunnya rumah susun.
Tapak berada di jalan utama yakni Jl.Dr.Insinyur Sutami yang bersampingan
dengan Jl.tol Dr.Insinyur Sutami. Adapun lebar jalan utama yakni selebar
kurang lebih 5 m, dan tidak memiliki trotoar untuk pejalan kaki.
C. Analisis Tapak
1. Identifikasi dan Analisis Potensi Site
a. Potensi Fisik
1) Bentuk dan Ukuran Tapak
Lahan Kosong
Permukiman
T
A
P
A Jl Tol Dr.Ir
Jl Dr.Ir Sutami K Sutami
62
2) Topografi
Keadaan permukaan tapak tidak berkontur, namun ketinggian
dasar tapak dari jalan yaitu kurang dari 1,5 m kebawah, dapat dilihat
pada gambar III.8.
1,5 m T
A
P
A
K
3) Hidrologi
Pada tapak ini dilalui oleh sumber air bersih PDAM yang berada
di jalan raya, namun dari hasil survey lokasi ke area permukiman
sekitar tapak, seringnya terjadi aliran air yang tida lancar, sehingga
banyaknya warga yang menggunakan sumur bor sebagai alternatif
ke dua setelah PDAM.
4) Iklim
Iklim dibagi yakni matahari, dan arah angin. Analisis iklim
sangat diperlukan dalam merancang agar menghasilkan rancangan
yang sesuai dan nyaman digunakan. Dapat dilihat dari gambar III.9
dan III.10
12.00
TAPAK
18.00 06.00
Terbena Terbit
m
63
Angin Laut
Siang Hari
TAPAK
Angin Darat
Malam Hari
a) Potensi :
i. Kondisi tapak berada di sekitar lahan kosong dan di area
permukiman yang kebanyakan tidak berlantai yang
menyebabkan cahaya dan panas matahari dapat langsung
masuk ke tapak
ii. Tidak terdapat bangunan tinggi yang menjadi penghalang
masuknya angin ke dalam tapak, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai penghawaan alami didalam bangunan
b) Hambatan:
i. Panas matahari soreh hari yang memiliki suhu lebih tinggi
sulit untuk dihindari.
ii. Besarnya potensi akan polusi udara memasuki tapak, karena
berada di kawasan pergudangan dan tapak berada dipinggir
jalan yang padat akan kendaraan.
Dari kedua analisis diatas yaitu analisa orientasi matahari dan
orientasi angin dapat ditentukan penyelesaian asalah dan juga
pemanfaatan sumber daya alami yang ada pada tapak.
c) Tanggapan :
i. Pada bagian depan tapak yang berdekatan dengan jalan utama,
rencana pemberian vegetasi yang bukan hanya berfungsi
sebagai peredam kebisingan juga berfungsi untuk menyaring
64
polusi polusi udara yang memungkinkan masuk ke dalam
tapak. Dapat dilihat pada gambar III.11.
Tersaring
Polusi diluar dengan adanya
Tapak vegetasi
65
iii. Rencana pemberian kanopi di area sirkulasi pejalan kaki, dan
area taman untuk dapat berlindung dari panas cahaya matahari
maupun dari hujan seperti pada contoh gambar III.13.
5) Potensi Bencana
Potensi bencana merupakan identifikasi yang wajib dilakukan
untuk mengurangi dampak kerugian materi dan jiwa. Sebagi contoh
dengan meningkatnya akibat perubahan iklim maka potensi bencana
banjir merupakan hal yang akan sering terjadi. (Tauhid dkk, 2018).
Dari tapak yang terpilih, kemungkinan potensi banjir akan
terjadi, dikarenakan keadaan tapak yang lebih rendah kurang lebih
1,5 meter dari jalan, namun dari pendapat warga sekitar bahwa
jarangnya terjadi banjir kecuali saat musim hujan yang tidak ada
hentinya.
b. Potensi Vegetasi
Pada tapak yang terpilih hanya dipenuhi oleh tanaman-tanaman liar
yang tidak dapat menjadi potensi untuk rencana kawasan rumah susun
nantinya. Dapat dilihat pada gambar III.14.
66
TAPAK
Vegetasi dalam tapak hanya
terdapat tanaman liar yang tidak
memiliki potensi untuk
dipertahankan
a) Tanggapan:
i. Rencana pemberian pohon cemara kipas di sirkulasi jalan
masuk dan keluar tapak yang berfungsi sebagai pohon
pengarah jalan, karena tajuknya yang rapih, dan berbentuk
piramid yang ramping dengan menjulang keatas hingga tinggi
kurang lebih 20 m. Seperti pada contoh gambar III.15.
67
ii. Rencana pemberian pohon kiara payung yang akan diletakkan
pada bagian tapak yang berdekatan dengan jalan, area parkiran
sebagai batas tapak, karena pohon ini memiliki kemampuan
menyerap CO2 dengan baik. Pohon kiara payung ini dapat
mencapai tinggi 11 m dengan daun yang rimbun dan
merupakan pohon rindang dan bertajuk melebar yang dapat
meneduhkan tempat disekitarnya. Seperti pada contoh gambar
III.16.
68
c. Potensi Sosial dan Ekonomi
1) Kondisi Sosial dan Ekonomi
Di kawasan pergudangan, selain terdapat pusat pergudangan
juga terdapat area permukiman didalamnya untuk menunjang
kelengkapan hunian di kawasan tersebut. Namun karena
peruntukannya khusus untuk area pergudangan sehingga penduduk
yang dapat tinggal di kawasan ini dibatasi hingga 56.049 jiwa, agar
tidak mengganggu fungsi utama kawasan ( Peraturan Daerah
Makassar, 2015)
Permukiman dikawasan pergudangan ini cukup padat dan
terbagi bagi. Jarak antar permukiman di kawasan pergudangan
cukup jauh dan diantarai oleh beberapa gudang.
Dari data kependudukan yakni BPS, penduduk saat ini di
kawasan pergudangan sebanyak 52.111 jiwa, dan penduduk yang
berpendapatan rendah sebanyak 24.492 jiwa. Jumlah rata-rata
dalam 1 rumah tangga yakni 3 orang, dengan 1 kepala keluarga
yang bekerja.
d. Analisis Kultural Tapak
1). Analisis View dari Tapak
69
Pada gambar III.19. Hasil analisis view dari tapak ke luar
tapak ialah tidak terdapat hal yang menarik untuk dimasukkan ke
dalam tapak, karena di setiap sisi tapak yang hanya terlihat jalan
utama di bagian depan tapak, di samping tapak yang hanya
terlihat permukiman, dan disisi lain yang hanya terlihat lahan
kosong dengan kemungkinan akan adanya bangunan yang
dibangun di tempat tersebut. Sehingga dari analisa tersebut maka
tidak diperlukannya penyelesaian desain untuk dapat membuat
view keluar tapak masuk ke dalam tapak.
Hal yang hanya diperlukan yaitu dengan membuat desain
didalam tapak terlihat lebih menarik, sehingga pengguna tapak
lebih merasakan kenyamanan saat berada didalam tapak, tanpa
harus memasukkan view dari luar tapak.
2). Analisis View dari Luar Tapak
Pada proses analisis ini merupakan analisis yang
memperhatikan bagaimana agar tapak dapat terlihat bernilai
tambah dari luar tapak. Adapun titik-titik dari luar tapak melihat
view kedalam tapak yakni terdapat pada gambar III.20
3 2
70
manapun di sekitarnya dikarenakan bangunan yang bersifat
berlantai tinggi dan juga tidak terdapat bangunan berlantai banyak
yang ada disekitarnya. Sehingga diperlukan penyelesaian desain
terhadap bangunan rumah susun, yang nantinya akan menjadi
bangunan yang berpotensi untuk dilihat oleh orang-orang karena
merupakan bangunan yang memiliki tinggi berbeda dari bangunan
yang ada di sekitarnya.
Dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat luar telah
menanamkan di benaknya bahwa rumah susun adalah bagunan
tinggi yang selalu terlihat kumuh, salah satu alasannya yaitu
kebiasaan penghuni rusun yang mengeringkan pakaiannya dimana
saja karena kurangnya tempat yang tersedia untuk menjemur dan
juga sumber cahaya matahari yang tidak pas.
Dari masalah-masalah ini, maka dibutuhkannya penyelesaian
desain yang dapat membuat tampak rumah susun dari luar terlihat
lebih menarik, dan juga dengan cara menyusunnya arah sirkulasi
yang jelas, agar orang yang dari luar tapak ingin masuk kedalam
tidak merasa bingung.
Adapun tanggapan dalam penyelesaian desain yakni :
a) Menerapkan konsep material ekspos pada bangunan seperti
material bata, semen dan lain-lain , yang membuat tampak
bangunan lebih menarik dan juga hemat biaya pembangunan.
71
b) Rencana pemberian kisi-kisi pada balkon yang berfungsi
sebagai estetika bangunan juga untuk meminimalisir tampilan
dalam unit hunian dan masuknya cahaya berlebih.
Contoh
pengaplikasian kisi-
kisi fasad pada
balkon
72
sebagai tempat hunian yakni rumah susun sangat membutuhkan
kenyamanan dan kualitas hidup bagi penghuninya.
Adapun tapak yang berada di dekat jalan utama memiliki
kebisingan cukup tinggi yang disebabkan oleh padatnya kendaraan
yang melewati jalan tersebut, berbeda dengan di area belakang
tapak yang hanya dibatasi oleh lahan kosong, tingkat kebisingan
cukup rendah, namun diperlukan penyesuaian desain untuk
memungkinkan lahan kosong tersebut nantinya akan adanya
bangunan yang akan dibangun. Berbeda dengan tapak yang dekat
dengan area permukiman, pada area tersebut tingkat kebisinganya
sedang yang tidak terlalu membutuhkan penyesuaian desain karena
tidak memberikan dampak buruk ke dalam tapak. Adapun sumber
kebisingan pada tapak dapat dilihat pada gambar III.23
73
B
B
B
74
pergudangan ataukah area permukiman. Sehingga dengan
adanya kemungkinan tersebut, maka diperlukan penyesuaian
desain agar dapat menghindari dampak buruk dari
kemungkinan tersebut, seperti misalnya sumber suara yang
cukup bising ataukah faktor lainnya, dapat dilihat pada gambar
III. 26.
75
Adapun hasil dari analisis antar bangunan pada tapak dapat dilihat
pada gambar III.28.
76
4
1 2
77
(b). Keadaan saat minimnya kendaraan yang lewat
di jalanDr. Ir. Sutami
78
Adapun hasil dari analisis pencapaian berdasarkan kondisi
tapak dapat dilihat pada gambar III.30 yakni:
1
T
A
P
A
K
2
TAPAK
1. Side Entrance (Jalan
Masuk Samping)
79
b) Pada titik 2, pintu masuk dan keluar di buat sejajar di arah
tenggara yang menghadap langsung ke jalan utama, sehingga
pencapaian pada tapak mudah dijangkau, serta posisinya tidak
membingungkan pengguna tapak untuk masuk ke dalam tapak.
Sirkulasi masuk ataupun keluar di buat terpisah agar tidak
terjadinya penumpukan kendaraan yang masuk, dapat dilihat
pada gambar III.32.
Keluar
Masuk
80
Tanggapan :
a). Rencana pemberian sirkulasi jalur kendaraan umum di dalam
tapak, untuk memudahkan penghuni dapat langsung
mengakses unit hunian melalui jalur tersebut, terlihat pada
gambar III.34.
Jalur Kendaraan Umum
81
Jalur Pejalan kaki dan Jalur Kendaraan Khusus
Difabel
7). Utilitas
Jalur Drainase
Pada gambar III.37, Area pada tapak telah dilalui oleh sistem
utilitas seperti jaringan listrik, jalur drainase dan juga air bersih
(PDAM) yang terdapat di pinggir jalan. Diperlukannya analisis
utilitas untuk dapat memasukkan sistem utilitas tersebut ke dalam
tapak.
Tanggapan :
a). Sistem Penyediaan Air Bersih
Sumber air bersih yang akan digunakan yakni dari PDAM dan
dari sumur bor untuk dapat saling melengkapi diantara
keduanya. Perletakan meteran air di tapak yang berdekatan
82
dengan jalur sumber air PDAM yakni di area dekat jalan depan
tapak, dapat terlihat pada gambar III.38.
Meteran air
Tanki Titik-titik
Atas pendistribusian
air
Pompa
83
b). Sistem Drainase
Untuk sistem drainase, sumur resapan diletakkan di area dekat
dengan saluran kota dan juga tidak jauh dari area rumah susun,
agar dapat tersalurkan dengan baik. Sumur resapan juga
diletakkan jauh dari meteran air agar terpisah antara jalur air
bersih dan jalur pembuangan air kotor, dapat terlihat pada
gambar III. 40.
Meteran air
Sumur
Resapan
84
Gambar III.42 Skema Jalur Limbah Padat
Sumber: https:// Wordpress.com, 2019
Sumur
Resapan
85
d). Instalasi Pemadam kebakaran
Adapun pencegahan kebakaran yang akan digunakan yakni:
i. Pendeteksi Kebakaran (Fire Detector)
ii. Alarm atau Sirine Kebakaran
iii. Sprinkler
iv. Hidrant
Pendeteksi gejala kebakaran yang diperlukan adalah:
i. Detektor Asap
ii. Detektor Panas
iii. Detektor Api
Peletakan detektor berapa pada langit-langit pada setiap
ruangan di Rumah Susun dengan jarak tertentu. Detektor akan
mendeteksi adanya asap atau tanda-tanda lain kebakaran
kemudian secara otomatis mengaktifkan alarm atau sirine
kebakaran, namun jika alarm otomatis tidak berfungsi terdapat
tuas manual yang ditarik untuk mengaktifkan sirine kebakaran.
Kemudian sprinkler akan bekeja menyemprotkan air ketika
alarm berbunyi. Air yang digunakan sprinkler berasal dari roof
tank untuk pemadaman pada instalasi air bersih.
Selain Sprinkler terdapat pula hidrant yang terdapat
masing-masing dua diletakkan di pojok lorong pada setiap
lantai, sumbernya dari roof tank pemadaman kebakaran pada
instalasi air bersih. Pada saat terjadi kebakaran para penghuni
menggunakan tangga darurat yang berada di sisi kanan dan kiri
bangunan untuk melakukan evakuasi.
e). Instalasi CCTV
Instalasi CCTV dalam bangunan rumah susun yang diperlukan
dalam mengawasi keadaan di kawasan rumah susun dan
didalam blok rumah susun. Adapun komponen CCTV dalam
rumah susun yakni:
86
i. Kamera pengawas, yang diletakkan di titik tertentu yang
dianggap strategis dan memiliki jangkauan jarak pandang
yang luas.
ii. Digital Video Recording (DVR), sebagai alat perekam
dari tiap – tiap kamera yang ada dan diletakkan pada
control room.
iii. Monitor CCTV, yaitu monitor yang menampilkan gambar
dari setiap kamera yang ada untuk diawasi oleh para
pengawas di control room
iv. Jaringan kabel, yang menjadi penghubung antara kamera,
DVR Unit, dan monitor CCTV.
f). Instalasi Penangkal Petir
Bangunan rumah susun merupakan bangunan yang menjulang
keatas, oleh sebab itu membutuhkan istalasi penangkal petir
pada tiap bangunan rumah susun. Penangkal petir yang akan
digunakan adalah tipe Sangkar Faraday dan terdiri dari :
i. Batang penangkal petir, berupa batang – batang logam
berujung runcing yang diletakkan pada bagian teratas atap
bangunan,
ii. Kabel konduktor, yang merupakan kabel penyalur petir
yang dipasang pada sisi luar bangunan dan diberi lapisan
pelindung / isolator,
iii. Tempat pembumian / grounding, berupa batang elektroda
tembaga yang ditanam di dalam tanah.
87
Gambar III.44 Sistem Penangkal Petir
Sumber: https:// Wordpress.com, 2019
88
Adapun skema pembuangan sampah tiap bangunan rumah
susun dapat dilihat pada gambar III.45, yakni:
89
8). Struktur dan Konstruksi
a. Struktur Bawah
i. Pondasi yang digunakan yakni pondasi Bore Pile. Pondasi
ini merupakan pondasi yang berbentuk tabung yang
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya
dari permukaan tanah sampai lapisan tanah keras
dibawahnya. Pondasi ini dapat menampung beban
bangunan kurang lebih hingga 3 sampai 4 lantai, sehingga
cocok untuk digunakan dalam struktur rumah susun,
adapun contoh pondasi dapat dilihat pada gambar III.47.
b. Struktur Tengah
i. Kolom dan Balok
Kolom dan balok merupakan struktur yang membentuk
bangunan. Untuk kolom dan balok akan menggunakan
sistem beton dengan besi tulangan. Adapun kelebihan
sistem beton ini yakni tahan terhadap suhu panas, resiko
kebakaran, dan juga tidak mudah berkarat. Selain itu
90
struktur beton relatif kokoh dan mampu menahan beban
berat, dapat dilihat pada gambar III.48.
ii. Dinding
91
5. Dapat menghemat penggunaan semen karena tidak
memerlukan perekat yang tebal.
6. Beban struktur lebih kecil karena berat bata ini lebih
ringan dari bata biasa.
7. Waktu pekerjaannya lebih cepat dari pemakaian bata
biasa.
8. Struktur kedap air, sehingga kecil kemungkinan
terjadinya rembesan air.
c. Struktur Atas
i. Atap
Untuk struktur pada atap, akan menerapkan sebagian
struktur atap plat dan sebagian atap rangka baja ringan.
Penerapan atap plat dapat digunakan untuk beraktifitas
seperti tempat berkumpul, tempat menjemur dan dalin-lain,
dapat dilihat pada gambar III.50.
92
D. Analisis Pendukung dan Kelengkapan Rumah Susun dengan
Pendekatan Arsitektur Perilaku
Dalam perancangan rumah susun, khususnya peruntukan masyarakat
berpendapatan rendah, diperlukan desain yang menyesuaikan dengan
perilaku calon penghuninya agar menghasilkan desain yang berguna dan
nyaman untuk digunakan.
Agar dapat mendesain rumah susun berdasarkan pendekatan Arsitektur
Perilaku, maka perlu dilakukan survey langsung ke rusun dan mengkaji
permasalahan-permasalahan yang penghuni rusun rasakan.
1. Permasalahan di Rumah Susun
Adapun hasil survey di Rumah Susun Mariso tahun 2019,
mengenai permasalahan-permasalahan yang dirasakan berdasarkan
pendapat-pendapat penghuni yakni:
a. Dalam Unit
1). Kurangnya cahaya dan penghawaan yang masuk ke dalam unit
hunian
2). Tidak tersedia ruang jemur yang cukup memadai seingga
menyebabkan penghuni menjemur di luar unit hunian tempat
yang terkena panas matahari langsung
3). Tidak nyamannya penghuni mencuci di dalam kamar mandi,
karena aktivitas sebelumnya biasa dilakukan di area terbuka.
4). Tidak tersedia balkon pada tiap unit hunian yang berfungsi untuk
menghubungkan area luar bangunan dengan unit hunian serta
sebagai tempat jemur
5). Dapur yang tidak berhubungan langsung dengan area luar unit
hunian, sehingga menyebabkan hawa panas saat memasak tidak
langsung keluar unit hunian.
b. Dalam Blok Bangunan
1). Area selasar yang digunakan untuk kepentingan pribadi
2). Karena keterbatasan luas unit, menyebabkan penyimpanan
barang yang tidak digunakan diletakkan dimana saja sehingga
mengganggu kenyamanan penghui lainnya
93
3). Tidak terdapat ruang berkumpul antar penghuni di tiap blok
bangunan untuk berinteraksi sesama penghuni rusun, sehingga
memanfaatkan tangga dan dianggap mengganggu sirkulasi di
area tersebut.
4). Penghuni yang berada di lantai 3 keatas merasa kesulitan dalam
membawa barang yang cukup berat
5). Anak-anak bermain dengan cara naik turun tangga sehingga
berbahaya bagi keselamatannya
6). Tidak terdapat sarana khusus disabilitas dan orang tua
94
Berdasarkan beberapa tanggapan dari masyarakat rusun
mengenai gambar III.51 yakni:
a). (-) Kamar yang tidak terlalu luas buat keluarga yang telah
memiliki anak
b). (+) Dapur yang berdekatan dengan balkon dan ventilasi,
sehingga maksimalnya cahaya dan udara yang masuk, serta
asap dari proses masak memasak dapat langsung keluar
unit.
c). (+) Ruang tamu yang berdekatan dengan dapur, yang
memudahkan kegiatan masak para ibu-ibu dalam membuat
acara bersama.
d). (+) Kamar yang dapat dimasuki langsung cahaya matahari
pagi.
2). Alternatif 2 :
Rencana perletakan
KM di area yang dapat
Rencana pemberian balkon di masuki cahaya
sebagai tempat jemur, matahari langsung
dengan perletakan balkon dengan pemberian
Rencana pembuatan di area tengah, agar bersifat ventilasi, karena
kamar tidur yang lebih lebih prifasi dan tidak kebiasaan masyarakat
luas, untuk dapat dibagi terganggu oleh unit sebelah pada umumnya lebih
dengan area tidur anak suka mencuci dan
mandi di area yang
terbuka, tidak pengap.
95
Berdasarkan beberapa tanggapan dari masyarakat rusun
mengenai gambar III.52 yakni:
a). (+) Kamar tidur yang cukup luas bagi keluarga yang telah
memiliki anak
b). (-) Dapur yang tidak berdekatan dengan ventilasi sehingga
menyebabkan asap saat memasak sesuatu, tidak langsung
keluar rumah.
c). (-) Ruang Tamu yang tidak begitu luas dan sangat
berdekatan dengan dapur yang mengurangi kenyamanan
karena dapur merupakan area basah
d). (-) Pintu Kamar tidur yang searah dengan pintu masuk unit
hunian, mengakibatkan kurangnya rasa privasi dan
keamanan
e). (-) Area jemur yang tidak memadai dalam satu unit hunian.
3). Alternatif 3
96
Berdasarkan beberapa tanggapan dari masyarakat rusun
mengenai gambar III.53 yakni:
a). (+) Kamar tidur yang cukup luas bagi keluarga yang telah
memiliki anak
b). (-) Dapur yang tidak berdekatan dengan ventilasi sehingga
menyebabkan asap saat memasak sesuatu, tidak langsung
keluar rumah.
c). (+) Ruang Tamu yang cukup luas untuk melakukan
berbagai macam kegiatan
d). (-) Kurangnya cahaya yang dapat masuk ke dalam ruang
tengah karena tertutup oleh berbagai ruang.
e). (-) Area jemur yang cukup sempit untuk satu unit bangunan
Adapun kesimpulan tanggapan dari masyarakat yang sedang
tinggal di rumah susun mengenai beberapa alternatif denah, yakni
terpilih pada denah alternatif 1, dengan alasan susunan ruang pada
denah alternatif 1 diusahakan dapat langsung berhubungan dengan
area luar, seperti kamar mandi, dapur, kamar tidur, sehingga rumah
tidak bersifat pengap dan gelap.
b. Rencana pembuatan Ruang Komunal di tiap Blok Bangunan
Ruang Komunal merupakan ruang yang dapat menampung
beberapa aktivitas didalam blok bangunan, seperti ruang berkumpul
tiap penghuni untuk saling bersosialisasi, sebagai tempat
berkumpulnya anak-anak yang ingin bermain di dalam bangunan,
sebagai tempat pertemuan, dan lain-lain dapat dilihat pada gambar
III. 54 dan III. 55.
97
Ruang Komunal
diletakkan di
lantai 2 di tiap
blok bangunan
agar berada di
tengah-tengah.
Pertemuan Bermain
Ruang Komunal
Nonton Bersama
Belajar Bersama
Berkumpul Bersama
98
c. Rencana pemberian ramp
Rencana
Penggunaan Ramp
untuk memudahkan
dalam memindahkan
barang dari tiap
lantai dan juga
untuk penghuni
disabilitas
99
E. Pendekatan Jumlah Unit Hunian
Berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan pada Bab VIII KPR Sejahtera Susun Pasal 8 ayat (3)
Satuan Rumah Sejahtera Susun yang dapat difasilitasi KPR Sejahtera Susun
memiliki ukuran luas lantai satuan rumah susun paling sedikit 21 m2 dan tidak
melebihi 36 m2.
Dari data Peraturan Daerah Makassar tahun 2015 adapun jumlah
penduduk di kawasan pergudangan dibatasi hingga sekitar 56.094 jiwa.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2018, jumlah penduduk di
area pergudangan telah mencapai 52.111 jiwa. Jumlah rumah tangga di area
pergudangan yakni sekitar 17.370 dengan jumlah rata-rata 3 orang dalam satu
rumah tangga. Untuk mengetahui jumlah unit yang akan ditampung, adapun
perhitungannya yakni :
1. Berapa persen jumlah penduduk berpendapatan rendah dari jumlah
penduduk aslinya.
Keterangan:
a: Jumlah penduduk saat ini
b: Jumlah penduduk berpendapatan rendah
c: Persentasi jumlah penduduk berpendapatan rendah dari jum;ah
penduduk saat ini
𝑏
c= x 100%
𝑎
24.492
c= x 100%
52.111
c = 47%
Jadi terdapat 47% jumlah penduduk berpendapatan rendah dari jumlah
penduduk saat ini di kawasan pergudangan.
2. Jumlah penduduk yang masih dapat ditampung di kawasan pergudangan
100
Keterangan:
n: Sisa jumlah penduduk yang dapat ditampung
v: Batasan jumlah penduduk
a: Jumlah penduduk saat ini
n =v - a
=56.094 jiwa – 52.111 jiwa
= 3.983 jiwa
Jadi jumlah penduduk yang masih dapat ditampung di kawasan pergudangan
sekitar 3.983 jiwa. Adapun ketersediaan jumlah unit rumah susun akan
mengacu pada jumlah penduduk yang masih dapat ditampung, setelah itu di
ambil dari 47% dari rata-rata jumlah penduduk berpendapatan rendah. setelah
itu membagi dengan rata-rata jumlah orang dalam 1 rumah tangga. Adapun
analisis perhitungan untuk menentukan jumlah unit rumah susun yang akan
dibangun yakni:
101
Untuk pembangunan awal, dari 624 unit yang dibutuhkan di Rumah
Susun, akan dibangun setengahnya sebanyak 312 unit. Untuk kelanjutan
pembangunannya akan dilakukan setelah pembangunan awal telah selesai.
G. Analisis Ruang
1. Kebutuhan Ruang
a. Pelaku pada rumah susun
Adapun pelaku yang ada pada rumah susun yaitu:
1). Penghuni
Masyarakat berpendapatan rendah, khususnya yang bekerja di area
pergudangan.
2). Pengelola
Merupakan pemerintah kota yang mempunyai tugas untuk
melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan, kebersihan, dan
perbaikan rumah susun serta lingkungannya.
102
3). Pengunjung
Merupakan orang yang berkunjung ke dalam area rumah susun yang
memiliki tujuan tertentu seperti bertamu dan lain-lain.
b. Aktifitas pelaku
1). Adapun beberapa aktifitas yang dapat dilihat pada tabel III.1:
Tabel III.2 Aktifitas pelaku rumah susun
Komunal:
Penyuluhan
Pertemuan Warga
Rapat
Olahraga
Kerjabakti
Bermain
Mengobrol
Parkir kendaraan
Mencuci kendaraan
Beribadah
Pengajian
Berobat
Berdagang
dan berbelanja
Berposyandu
103
Bekerja
Parkir
Memelihara
Mengawasi
Memeriksa
Penyuluhan
2. Pengelola
Makan dan minum
Buang Air K/B
Istirahat
Berdiskusi dengan penghuni
Membuat program kegiatan
Mengatur kegiatan
Duduk
Mengobrol
Silaturahmi
3. Pengunjung Parkir
Buang Air B/K
Sholat
Mengobrol
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Penghuni Rusun
104
b). Pengelola :
Pengelola
Parkiran Kantor
Pengelola
Kantor Pengelola:
Bekerja
c). Tamu :
Penghuni Rusun
105
c. Analisis Kebutuhan Ruang
Dari analisis aktifitas pelaku dan analisis aktifitas serupa, dapat
ditentukan kebutuhan ruang yang akan digunakan.
1). Kebutuhan ruang tiap unit hunian
Tabel III.3 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Aktifitas
Pelaku pada Tiap Unit Hunian
Kebutuha Karakter
No Pelaku Kegiatan
n Ruang Ruang
1. Keluarga -Mandi WC/KM Privat
dengan -Buang air Tersembunyi
minimal 2 K/B +Pencahayaan
anak: -Penghawaan
Makan dan Dapur Semi prifat
Ayah minum tenang,
+pencahayaan
alami
+penghawaan
alami.
-Istirahat Ruang Semi Privat
-Kumpul Keluarga +pencahayaan
keluarga alami
-Menonton +penghawaan
TV alami.
-Bersantai
-Mengobrol
-Tidur Ruang Privat
-Bersantai tidur Tenang
-Istirahat Tersembunyi
+Pencahayaan
alami
+Penghawaan
alami
Ibu -Memasak, Dapur Semi Privat
-Makan dan Tenang
minum, +pencahayaan
-Menyimpan alami
bahan +penghawaan
makanan alami.
-Mencuci Ruang Privat
Pakaian cuci dan Tersembunyi
-Menjemur jemur +Pencahayaan
Pakaian alami
+Penghawaan
Alami
106
-Menerima Ruang Semi publik
tamu tamu +pencahayaan
-Menyajikan alami
sajian untuk +penghawaan
tamu alami
-Mengobrol
-Mandi WC/KM Privat
-Buang air Tersembunyi
K/B +Pencahayaan
-Penghawaan
-Mengobrol Selasar Publik
dengan +pencahayaan
tetangga alami
+penghawaan
alami.
-Istirahat Ruang Semi Privat
-Kumpul Keluarga +pencahayaan
keluarga alami
-Menonton +penghawaan
TV alami.
-Bersantai
-Mengobrol
-Mengajari
anak
-Tidur Ruang Privat
-Bersantai tidur Tenang
-Istirahat +Pencahayaan
alami
+Penghawaan
alami
Anak -Makan Dapur Semi privat,
tenang,
+pencahayaan
alami,
+penghawaan
alami.
-Mandi WC/KM Privat
-Buang air Tersembunyi
K/B +Pencahayaan
-Penghawaan
107
-Istirahat Ruang Semi Privat
-Kumpul Keluarga +pencahayaan
keluarga alami
-Menonton +penghawaan
TV alami.
-Bersantai
-Mengobrol
-Tidur Siang
-Belajar
Mengerjakan
tugas
-Tidur Ruang Privat
-Bersantai tidur Tenang
-Istirahat +Pencahayaan
alami
+Penghawaan
alami
Sumber: Hasil Analisis, 2019
108
+Luas
Sirkulasi Tangga Semi publik
Selasar +Pencahayaan
+Penghawaan
2 Anak- Bermain Area Aman
anak bermain Luas
Sejuk
Mudah
dijangkau
Penghawaan
baik
Tidak silau
3 Pengelol Bekerja Ruang Semi Privat
a: Kepala +pencahayaan
Rusun alami
+penghawaan
alami.
Ruang Semi Publik
tamu +pencahayaan
kepala alami
rusun +penghawaan
alami.
Ruang Semi Publik
administra +pencahayaan
si alami
+penghawaan
alami.
Loket Semi Publik
pembayara +pencahayaan
n alami
+penghawaan
alami.
Ruang Publik
pemasaran +pencahayaan
alami
+penghawaan
alami.
Ruang Semi Privat
bendahara +pencahayaan
dan alami
sekertaris +penghawaan
alami.
Ruang Semi Privat
Kepala +pencahayaan
bidang alami
sarana +penghawaan
prasarana alami.
dan
109
cleaning
service
Ruang Semi Privat
kepala +pencahayaan
cleaning alami
service +penghawaan
alami.
Ruang Privat
pegawai +pencahayaan
ME alami
(Mekanikal +penghawaan
Elektrikal) alami.
Ruang Privat
Genset -pencahayaan
alami -
penghawaan
alami.
Pos Publik
Satpam +pencahayaan
alami
+penghawaan
alami.
Sumber: Hasil Analisis, 2019
110
iii). Ruang Komunal
iv). Parkiran Tiap Blok
b). Luar Blok Rumah Susun
i). Mesjid
ii). Gedung Serbaguna
iii). Klinik
iv). Taman dan Area Olahraga
v). Area Parkir
vi). Area Bermain
c). Kantor Pengelola
i). Ruang kepala rusun
ii). Ruang tamu kepala rusun
iii). Ruang administrasi
iv). Loket pembayaran
v). Ruang pemasaran
vi). Ruang bendahara dan sekertaris
vii). Ruang Kepala bidang sarana prasarana dan cleaning
service
viii). Ruang pegawai ME (Mekanikal Elektrikal)
ix). Ruang Genset
x). Pos Satpam
2. Besaran Ruang
Besaran ruang merupakan besaran yang merujuk pada ukuran
kebutuhan ruang, aktovitas, dan perabot didalamnya. Untuk
memudahkan perhitungan, dapat digunakan standar besaran ruang dan
perabot yang telah distandarisasikan. Standar besaran ini dapat
mengacu pada buku Data Arsitek (Standar Eropa), Time Saver Standar
(Standar Amerika), dan Human Dimention.
Kebutuhan ruang yang terdapat pada rumah susun berdasarkan
oleh aturan rumah susun secara umum serta menyesuaikan dengan
111
perilaku dan kebaisaan penghuni. Adapun besaran ruang pada rumah
susun yakni:
a. Unit Hunian Rumah Susun
Tabel III.4 Besaran Ruang Unit Rumah Susun
Tipe Jumlah
Jumlah luasan Ket
Ruang ruang
Tipe 30 312 unit Unit Hunian Terbagi atas
2
30 m x 312 unit = 12 blok
9.360 m2 bangunan
yang di
jadikan 6
Twin Blok,
dan terdiri
dari 4 lantai
setiap
bloknya.
Jumlah 9.360 m2
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Nama Sum
Keterangan Luasan
Ruang ber
Mihrab
Jumlah ruang : 1
Kapasitas : 1 orang A
Luas ruang : 2 x 1,5= 3 m2
Ruang Sholat
Jumlah ruang : 1
Kapasitas : 200 orang
Standar: 0.8 m2/org HD
Sirkulasi: 30%
Mesjid Luas ruang : 200 x 0,8 + 30%= 208
m2
Serambi
Jumlah ruang : 1
Kapasitas : 100 orang HD
Standar: 0.8 m2/org
Sirkulasi: 30%
Luas ruang : 100 x 0,8 + 30%= 104
m2
Tempat Wudhu
112
Jumlah ruang : 2
Kapasitas : 20 orang
Standar: 0.8 m2/org
Sirkulasi: 20% DA
Luas ruang : 2 x 20 x 0,8 + 20% =
38 m2
KM/WC
Jumlah ruang : 4 DA
Kapasitas : 1 orang
Sirkulasi: 30%
Standar ruang : 4 x 0,9 x 1,15 +
30% = 5,4 m2
Gudang
Jumlah ruang : 1
Luas ruang : 1,2 x 1,5 = 1,8 m2
360,2
Jadi Jumlah luas: m2
Hall
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: 300 orang DA
Standar: 1,05 m2/org
Sirkulasi: 30%
Jumlah luas ruang: 409,05 m2
Gedung Ruang Persiapan
Serbag Jumlah ruang: 1
una Kapasitas: 15 orang
Standar: 1,5 m2/org DA
Sirkulasi: 30%
Jumlah luas ruang: 29,25 m2
113
Sirkulasi: 30%
Luas ruang: 3 x 4 + 30% = 15,6 m2 SL
Ruang Dokter
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: 3 orang
Sirkulasi: 30%
Luas ruang: 3 x 4+ 30% = 15,6 m2 SL
Apotik
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: 4 orang
Sirkulasi: 30%
Luas ruang: 3 x 3 + 30%= 11,7 m2 SL
Toilet
Jumlah ruang: 2
Kapasitas: 1 orang
Sirkulasi: 30%
Luas ruang: 2 x 1,35 x 1,15 + 30% DA
= 4,03 m2
77,48
Jadi Jumlah luas:
m2
Taman Bermain
Berdasarkan SNI 03-1733 2004
tentang tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di
perkotaan penduduk dengan
kepadatan 2500 jiwa,
membutuhkan sebuah taman
Taman dengan luas minimal 1250 m2
dan Standar luas = 1250 m2 SNI
Area Lapangan Badminton
Olahrag Jumlah ruang: 1
a Kapasitas: 4 orang DA
Standar luas = 81,74 m2
Lapangan Volly
Jumlah ruang: 1 DA
Kapasitas: 22 orang
Standar luas = 162 m2 162 m2
Jadi Jumlah luas:
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2007 mengenai Pedoman
Area Teknis Pembangunan Rumah Susun
parkir Sederhana bertingkat tinggi PMP
menyatakan setiap bangunan rusun U
bertingkat tinggi diwajibkan
menyediakan area parkir dengan
114
rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan
untuk 5 unit hunian yang di bangun.
Rencana unit hunian = 312 unit
Jumlah lot parkir = 312 / 5 = 63 lot
Parkir Mobil
Jumlah: 63 lot
Standar luas = 12 m2/mobil DA
Jumlah luas = 756 m2
Parkir Motor
Luas parkir motor 10% dari luas
parkir mobil
Jumlah Luas = 75,6 m2 DA
BAGIAN KEUANGAN
Ruang Kabag
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: 1 orang DA
115
Sirkulasi: 20%
Standar : 9,3 m2/org
Jumlah Luas : 11,16 m2
Ruang Staf
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: 6 orang DA
Standar : 4 m2/org
Sirkulasi: 30%
Jumlah Luas : 31,2 m2
BAGIAN UMUM
Ruang Kabag
Jumlah ruang: 1 DA
Kapasitas: 1 orang
Sirkulasi: 20%
Standar : 9,3 m2/org
Jumlah Luas : 11,16 m2
Ruang Staf
Jumlah ruang: 1 DA
Kapasitas: 6 orang
Standar : 4 m2/org
Sirkulasi: 30%
Jumlah Luas : 31,2 m2
BAGIAN TEKNIS
Ruang Kabag
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: 1 orang DA
Sirkulasi: 20%
Standar : 9,3 m2/org
Jumlah Luas : 11,16 m2
Ruang Staf
Jumlah ruang: 1 DA
Kapasitas: 6 orang
Standar : 4 m2/org
Sirkulasi: 30%
Jumlah Luas : 31,2 m2
Gudang
Jumlah ruang: 1
Kapasitas: - orang A
Jumlah Luas : 6 m2
Ruang Arsip
Jumlah ruang: 2
Kapasitas: 1 orang
Standar : 3,5 m2/org DA
Sirkulasi: 20%
Jumlah Luas : 8,4 m2
KM/WC
116
Jumlah ruang: 2 223,06
Kapasitas: 1 orang m2
Standar : 3 m2/org DA
Sirkulasi: 30%
Jumlah Luas : 7,8 m2
Jadi jumlah luas seluruh unit hunian dengan jumlah luas luar unit
hunian yakni : 9.828 m2 + 2.135 m2 = 11.963 m2
Adapun kelebihan dari lahan yang tersedia merupakan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) pada teminal ini dengan menciptakan suatu area
pedestrian dan fasilitas – fasilitas penunjang yang nyaman.
KETERANGAN SUMBER :
1). DA = Data Arsitek, Jilid 1 dan 2
2). TS = Time Saver
3). HD = Human Dimension and Interior
117
4). SL = Studi Literatur
5). A = Asumsi
Area
Jemur
Area Unit
Berkumpul Koridor
Hunian
Tangga
118
b. Mesjid
Mihrab Gudang
Ruang
Sholat
R.
KM/WC
Wudhu
Serambi
c. Klinik
R. Dokter R.Periksa
R. Administrasi
R.Tunggu Toilet
Apotik
Teras
119
d. Taman dan Area Olahraga
Lapangan Lapangan
Badminton Volly
Taman
Bermain
Bagian Bagian
Pengelola Umum
Bagian Bagian
Lobby
Teknis Keuangan
Teras
Parkiran
Kantor
Pengelola
120
2. Hubungan Ruang Makro Blok Hunian Rumah Susun
Blok
Rusun
R.Pengelola Klinik
Taman &
Area
Olahraga
Mesjid
Gedung
Serbaguna
Parkir
Entrance
I. Konsep Bentuk
1. Analisis Bentuk Tapak
Dalam analisis bentuk tapak, merupakan proses dalam menganalisis
bentuk dalam tapak dalam menentukan letak-letak bangunan rumah
susun dan lainnya. Dalam menganalisis bentuk tapak yang diterapkan
akan berdasarkan pada aturan aturan dalam mendesain kawasan,
memperhatikan kenyamanan pengguna tapak, serta dari analisis kultural
tapak yang telah dilakukan.
Pola tata massa yang akan digunakan yakni memusat, dengan
tujuan agar adanya area yang menghubungkan antara unit rumah susun
yang satu ke rumah susun lainnya. Adapun area yang dijadikan sebagai
pusat pada kawasan yakni area yang dapat digunakan sebagai tempat
bersosialisasi antara sesama penghuni rumah susun seperti taman,
ataupun area lapangan olahraga. Seperti pada gambar III.67.
121
Gambar III.67. Pola Tata Massa Terpusat
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019.
Adapun analisis konsep bentuk tatanan massa pada kawasan rumah susun
dapat dilihat pada gambar III.68. yakni:
Rencana sebagai
pusat kawasan rumah
susun yakni taman
maupun area olahraga
yang merupakan
Rencana sebagai tempat untuk saling
deretan rumah susun bersosialisasi dan
yang mengelilingi melakukan aktivitas
area pusat. luar
122
BAB IV
PENDEKATAN DESAIN
123
Gambar IV.2. Desain Hasil Analisis Tapak
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019.
Berdasarkan penzoningan dan hasil analisi pada tapak penataan pada site
di lakukan berdasarkan zona publik, semi publik dan privat pada tapak, pada
zona publik berada di area depan setelah pintu masuk ketapak, adapun area
yang masuk dalam zona publik yakni parkiran, mesjid, dan gedung
serbaguna. Sedangkan pada area semi publik yakni taman dan lapangan.
Untuk bagian prifat, diletakkan setelah zona semi publik, bangunan yang
masuk dalam zona prifat yakni rumah susun dan kantor pengelola karena
terbatasnya orang yang dapat mengakses ruang tersebut.
B. Hasil Analisis Bentuk Bangunan
Pada pengolahan bentuk bangunan rumah susun yang memiliki jumlah
lantai sebanyak 4 lantai, dengan jumlah 312 unit. Dari banyaknya unit yang
akan dibangun, maka dibagi dalam 12 Twin-Block bangunan. Adapun bentuk
bangunan Rumah Susun dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar IV.3.
124
Penggunaan atap
Area Jemur plat
Ramp pada
bangunan
Penerapan bentuk
Area parkir tiap
tangga pada
bangunan
bangunan
Gambar IV.3. Hasil Analisis Bentuk
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019.
125
Gambar IV.5. Tampak Belakang Twin Block Rusun
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019
126
C. Hasil Analisis Susunan Ruang Unit Hunian
Adapun hasil dari analisis denah susunan ruang pada unit hunian terpilih
pada denah alternatif 1, dengan beberapa kelebihan dapat dilihat pada
gambar IV. 7
KM Balkon
Dapur
Kamar
R.Tamu
Teras
Selasar
Gambar IV.7. Susunan Ruang pada Unit Rusun
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019
127
Gambar IV.8. Area Dapur
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019
128
Gambar IV.10. Kamar
Sumber : Hasil Olah Desain, 2019
129
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Makassar dalam Angka 2017. Makassar : Badan
Pusat Statistik Kota Makassar
Badan Pusat Statistik Makassar. 2018. Makassar Dalam Angka 2018. 1102001.73
ed. eds. Robby Aishak and Musdalipah. Makassar: Badan Pusat Statistik Kota
Makassar.
BPPD. 2015. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun 2010-2030.
Pemerintah Kota Makassar
De Chiara, Joseph and John Calender. 1973. Time Saver Standard for Building
Types. Singapura: National Printers Ltd.
DPPPA. 2018. Profil Gender Dan Anak Kota Makassar 2018. Pemerintah Kota
Makasssar.
130
Hadits riwayat Ibnu Hibban No. 17/68
Hanata, YR. 2010. Tinjauan Teori Bangunan Rumah Susun dan Teori Hemat
Energi. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT.
Garsindo
Mustafa, Abdul Fattaah. 2013. Komparasi Perilaku Penghuni Rumah Susun dengan
Penghuni Permukiman Kumuh. . Tesis tidak diterbitkan. Makassar :
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.
131
Pemerintah Kota Makassar. 2014. Peraturan Daerah Kota Makassar 2015-2034.
Walikota Makassar: Kota Makassar.
132
Ratriana. 2003. Perancangan Rumah Susun dengan Pertimbangan Perubahan
Ruang Akibat Perilaku Penghuni. Tesis Tidak diterbiitkan. Bandung :
Program Magister Arsitektur Institut Teknologi Bandung.
Republik Indonesia. 1988. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah
Susun. Lembaran Negara RI Tahun 1988, No.3372. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Subagijo, Wisnu dan Johny Siregar. 1995. Proses dan Strategi Adaptasi Sosial
Masyarakat Rumah Susun (Rumah Susun Ilir Barat, Palembang dan
Rumah Susun Kebon Kacang, Jakarta).Jakarta : CV. Eka Putra.
Suhaeni, Heni dkk. 1993. Studi Profil Sosial Budaya Masyarakat di Lingkungan
Pemukiman Padat. Bandung : Separtemen Pekerjaan Umum.
Tauhid, Fahmyddin & Zawani, Hoferdy. 2018. Mitigating Climate Change Related
Floods in Urban Poor Areas: Green Infrastructure Approach. Journal of Regional
and City Planning, 29(2), 98-112.)
133
Tobing, Rumiarti R. 2007. Perkembangan Bentuk Arsitektur Rumah Susun di
Indonesia. Bandung : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
134
RUMAH SUSUN UNTUK MASYARAKAT BERPENDAPATAN
RENDAH DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
PERILAKU
DI MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat Penyelesaian Studi S1
pada Program Studi S1 Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Oleh :
AYU LARASATI ANWAR
60100114065
TIM PEMBIMBING:
DR.Eng.Ratriana, ST, MT.
Zulkarnain AS,S.T.,M.T.
2018
135
DAFTAR ISI
A. Pengertian Judul......................................................................................... 6
B. Tinjauan Terhadap Rumah Susun bagi Masyarakat Berpendapatan
Rendah...................................................................................................... 7
....... 1. Kepemilikan Unit Rumah Susun........................................................ 7
.................................................................................
2. Kriteria Penghuni................................................................................ 10
3. Persyaratan Teknis Rumah Susun..................................................... 11
C. Tinjauan Umum Arsitektur Perilaku........................................................... 20
1. Pendekatan Arsitektur Perilaku pada Proses Perancangan Rumah
Susun.................................................................................................. 20
2. Perilaku Penghuni Rumah Susun Secara Umum............................... 22
C. Studi Preseden .......................................................................................... 39
1. Rumah Susun Klender-Jakarta Timur................................................ 39
2. Rumah Susun Sarijadi - Bandung....................................................... 44
3. Rumah Susun Mariso – Makassar....................................................... 46
136
D. Resume Studi Preseden .............................................................................. 48
G. Integrasi Keislaman .................................................................................. 51
A. Tinjauan Lokasi.......................................................................................... 54
1. Tinjauan Kota Makassar......................................................................... 54
2. Rencana Pola Ruang Kota Makassar...................................................... 56
3. Tinjauan Kawasan Pergudangan Terpadu.............................................. 57
a. Potensi Fisik................................................................................... 62
1) Bentuk dan Ukuran Tapak....................................................... 62
2) Topografi............................................................................... 63
3) Hidrrologi............................................................................... 63
4) Iklim....................................................................................... 63
5) Potensi Bencana...................................................................... 66
b. Potensi vegetasi.............................................................................. 66
c. Potensi Sosial dan ekonomi............................................................. 69
d. Analisis Kultural Tapak .................................................................. 69
1) Analisis View dari Tapak.............................................................. 69
3) Analisis Kebisingan....................................................................... 72
5) Analisis Pencapaian...................................................................... 76
7) Utilitas........................................................................................... 82
137
D. Analisis Pendukung dan kelengkapan Rumah Susun dengan Pendekatan
Perilaku............................................................................................................ 93
............................
1. Permasalahan di Rumah Susun............................................................ 93
2. Konsep Desain Berdasarkan Permasalahan di Rumah Susun............. 94
138