Anda di halaman 1dari 749

ISSN 2088-2645

PROSIDING FORUM TAHUNAN PENGEMBANGAN ILMU


PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN INOVASI
NASIONAL KE VI , TAHUN 2016

MEMBANGUN KAPASITAS IPTEK DAN INOVASI


UNTUK MEMPERKUAT POSISI INDUSTRI
NASIONAL DALAM RANTAI NILAI GLOBAL
DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

PUSAT PENELITIAN PERKEMBANGAN


ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
PROSIDING FORUM TAHUNAN PENGEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN INOVASI NASIONAL KE VI
TAHUN 2016
Tema:

“Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional
Dalam Rantai Nilai Global di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Sub tema:
1. Pengelolaan rantai nilai dan inovasi jejaring
2. Entrepreneurship dan daya saing IKM
3. Sistem inovasi sektoral dan kebijakan industri
4. Kolaborasi ABGC dalam memperkuat sistem inovasi daerah, nasional, dan internasional
5. Strategi teknologi: Dari imitasi kreatif sampai inovasi disruptif
6. Membangun budaya inovatif dan kompetitif
7. Penguatan kapasitas lembaga litbang publik dan industri
8. Mobilitas dan penguatan sumber daya manusia iptek
9. Kebijakan iptekin dalam meningkatkan daya saing

Semua makalah yang terdapat dalam Prosiding ini telah melalui proses seleksi dan penilaian oleh
Tim Komite Ilmiah dan telah diperbaiki oleh Penulis, termasuk masukan yang diusulkan pada saat
presentasi makalah.

Tim Penyunting:
1. Nur Laili, M.T
2. Dian Prihadyanti M.T
3. Dr. Ikbal Maulana, M.Ud.
4. Karlina Sari M.A
5. Sigit Setiawan, M.Psi.
6. Qinan Maulana Binu Soesanto, M.Si.

Tim Komite Ilmiah:


1. Prof. Dr. Erman Aminullah
2. Prof. Dr. Lukman Hakim
3. Dudi Hidayat, M.Sc.
4. Wati Hermawati, MBA
5. Dr. Marcellino Pandin

PUSAT PENELITIAN PERKEMBANGAN IPTEK


LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Jl. Jend. Gatot Subroto No.10, Gedung PDII Lt.4, Jakarta Selatan-12710
Telepon (021) 5201602, 5225206
Fax (021) 5201602
Email: pappiptek@pappiptek.lipi.go.id
Website: www.pappiptek.lipi.go.id
© 2017 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi Nasional
ke-VI Tahun 2016

ISSN 2088-2645

Desainer Sampul : Zarnita

Diterbitkan oleh:
PAPPIPTEK – LIPI
Jl. Jend. Gatot Subroto 10, Gedung A Lt.4, Jakarta 12710
Telp. (021) 5201602, 5225206, Fax (021) 5201602
e-mail: pappiptek@pappiptek.lipi.go.id
website: www.pappiptek.lipi.go.id
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENELITIAN PERKEMBANGAN IPTEK
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya atas seizinNya-lah
Prosiding seminar nasional FORUM IPTEKIN ke VI ini dapat diselesaikan. FORUM IPTEKIN
ke VI tahun 2016 telah diselenggarakan di Auditorium Utama LIPI, Jakarta pada tanggal 8-9
November 2016 dengan mengusung tema besar “Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi untuk
Memperkuat Posisi Industri Nasional dalam Rantai Nilai Global di Era MEA”.

FORUM IPTEKIN ke VI tahun 2016 ini dilaksanakan dengan di hadiri sejumlah pakar,
akademisi dan praktisi dari Kementerian/Lembaga, universitas, lembaga litbang dan industri.
Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang konkret, realistis,
bermanfaat dan mampu menjadi jalan keluar permasalahan bangsa dan regional ASIA.
Pembicara kunci yang kompeten dari dalam dan luar negeri telah diundang agar mampu
memberikan pemaparan yang sesuai dengan seminar kali ini, serta proses review para pemakalah
dilakukan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bervariatif dalam memberikan
ide-ide positif untuk dijadikan simpulan maupun rekomendasi yang akan disampaikan bagi para
pemangku kepentingan atau pengambil kebijakan, dalam hal ini kebijakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi.

Dalam prosiding ini dimuat 55 makalah presentasi oral. Semua makalah ini telah melalui proses
seleksi dan telah dikoreksi berdasarkan hasil diskusi yang kemudian dilakukan proses editing
oleh tim editor. Pada FORUM IPTEKIN VI tahun 2016 juga telah dipilih 2 (dua) makalah
terbaik, dimana salah satunya diterbitkan di STI Policy and Management Journal (STIPM
Journal). Prosiding ini turut memuat susunan panitia, jadwal acara dan jadwal presentasi paralel
makalah oral.

Pada kesempatan yang membahagiakan ini kami PAPPIPTEK-LIPI selaku penyelenggara


FORUM IPTEKIN VI tahun 2016 mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para
pembicara utama, moderator, pemakalah, serta para peserta seminar yang telah menyumbangkan
pemikiran-pemikiran melalui makalah-makalah yang ditulis dalam prosiding ini. Kami
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, oleh karena itu kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan seminar nasional ini. Untuk itu,
dengan tulus kami atas nama panitia dan penyelenggara menghaturkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga hadirnya buku prosiding ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan penulisnya

Akhir kata, selamat membaca dan teruslah berkarya


Jakarta, Mei 2017,
Kepala PAPPIPTEK-LIPI

Dr. Trina Fizzanty

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 i
SEKILAS PENYELENGGARAAN FORUM TAHUNAN PENGEMBANGAN IPTEK
DAN INOVASI NASIONAL KE VI

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional (FORUM IPTEKIN) merupakan
wadah yang diinisiasi oleh Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – LIPI, yang diperuntukkan
bagi para pelaku dan pemerhati iptek dan inovasi dari lembaga litbang pemerintah,
akademisi, dan industri. Forum ini merupakan ajang komunikasi dan knowledge sharing
seputar isu-isu kebijakan, manajemen dan pengukuran perkembangan iptek nasional dan
internasional. Hal inilah yang menjadikan bahasan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
sangat layak diperbincangkan.

Sejak tahun 2011, PAPPIPTEK – LIPI telah menyelenggarakan FORUM IPTEKIN sebanyak
enam kali. Pada tahun 2011 mengusung tema “Peran Jejaring dalam Meningkatkan Inovasi
dan Daya Saing Bisnis”. Pada tahun 2012 mengusung tema “Inovasi Frugal: Tantangan dan
Peluang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) serta Bisnis di Indonesia”. Pada tahun 2013
mengusung tema “Mengurai Stagnansi Inovasi Berbasis Litbang di Indonesia”. Pada tahun
2014 mengusung tema “Kapasitas Inovasi, Kapabilitas Teknologi, dan Kinerja Industri
Menuju Pasar Bebas ASEAN”. Pada tahun 2015 mengusung tema “Inovasi Industri Berbasis
Sumber Daya Alam”.

FORUM IPTEKIN VI Tahun 2016 mengangkat tema “Membangun Kapasitas Iptek dan
Inovasi untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional dalam Rantai Nilai Global di Era MEA”.
Tema besar tersebut dikerucutkan menjadi sepuluh sub tema, yaitu: 1) Pengelolaan rantai
nilai dan inovasi jejaring; 2) Entrepreneurship dan daya saing IKM; 3) Sistem inovasi
sektoral dan kebijakan industri; 4) Kolaborasi ABGC dalam memperkuat sistem inovasi
daerah, nasional dan internasional; 5) Strategi teknologi: dari imitasi kreatif sampai inovasi
disruptif; 6) Membangun budaya inovatif dan kompetitif; 7) Penguatan kapasitas lembaga
litbang publik dan industri; 8) Mobilitas dan penguatan sumber daya manusia iptek; 9)
Sistem mutu dalam memperkuat daya saing industri; 10) Kebijakan iptekin dalam
meningkatkan daya saing.

Acara FORUM IPTEKIN VI Tahun 2016 diselenggarakan selama dua hari yaitu pada
tanggal 8-9 November 2016, bertempat di Auditorium Utama LIPI, Jakarta. Selama dua hari,
FORUM IPTEKIN VI menghadirkan empat pembicara kunci, serta sesi seminar paralel
dimana telah dipresentasikan sebanyak 55 makalah ilmiah.

Jakarta, 3 Mei 2017

ii Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Kepala PAPPIPTEK-LIPI i
Sekilas Penyelenggaraan FORUM IPTEKIN VI ii
Daftar Isi iii
Susunan Panitia viii
Laporan Kepala PAPPIPTEK-LIPI ix
Pengarahan Kepala LIPI xii
Pengarahan dan Pembukaan Menristekdikti xv

Bagian I Pembicara Kunci


1 Dr. Jusman Syafii Djamal 1
2 Mr. Dietmar Lampert 16
3 Prof. Dr. Lukman Hakim 29
4 Dr. Chi-Ung Song 50

Bagian II Makalah Seminar


Sub Tema: Pengelolaan Rantai Nilai Dan Inovasi Jejaring
1 Kesiapan Ekspor Perusahaan Low Tech Di Indonesia Dalam Menghadapi 69
Masyarakat Ekonomi Asean 2015
Rizka Rahmaida Dan Lutfah Ariana
2 Manajemen Rantai Nilai Dalam Adopsi Teknologi Kentang Di Sentra Produksi 83
Kabupaten Kerinci
Adhitya Marendra Kiloes, Puspitasari Dan M. Jawal Anwarudin Syah
3 Analisis Pengembangan Rantai Pasok Tungku Sehat Hemat Energi Di 91
Yogyakarta
Wati Hermawati, Hartiningsih, Dan Ishelina Rosaira
4 Karakteristik Dan Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Krimer Berbahan 105
Baku Powder Ampas Tahu
Syarifah Aminah, Tezar Ramdhan, Dan Umming Sente
5 Teknologi Pengalengan Makanan Guna Meningkatkan Produktifitas Umkm 110
Berbasis Sumberdaya Alam Lokal Di Yogyakarta
Agnes Irwanti, Asep Nurhikmat , Dan L.T.Handoko
6 Kemampuan Pembiayaan Masyarakat Desa Pujon Kidul Dalam Menerapkan 119
Inovasi TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Desa
Ar. Rohman Taufiq H.*, Wawargita Permata W., Tiara Oktariana, Oktavia
Indah R., Aris Subagyo , Arina Hidayah
7 Kajian Sosial Ekonomi Inovasi Sistem Dual-Fuel Pada Kapal Nelayan 129
Ari Kuncoro, Mamuri, Salasi Wasis W, Dan Susilo Wisnugroho
8 MERAKIT INOVASI YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT: Praksis 153
Litbang Aneka Ubi dalam Wanatani.
Yudi Widodo dan Heny Kuntyastuti
9 Pengembangan Dynamic Capabilities Melalui Proses Pembelajaran 168
Teknologi: Studi Kasus Di PT. RTI
Nur Laili

Sub Tema: Entrepreneurship dan Daya Saing IKM


10 Membangun Bisnis Masyarakat Berbasis Inovasi Berorientasi Pasar 175
Armen Zulham, Freshty Yulia, Arthantiani

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 iii
11 Innovation Network Sebagai Basis Penguatan Daya Saing Usaha Kecil 185
Menengah (UKM) Di Jawa Timur
Edy Wahyudi
12 Peluang dan Tekanan Untuk Berinovasi Dalam Industri Jamu 198
Ikbal Maulana
13 Strategi Penguatan Entepreneurship Pada Industri Tenun Ikat Bandar Kidul 209
Kediri di Era Ekonomi Kreatif Indonesia dan Masyarakat Ekonomi Asean
Novi Haryati, Choiria Anggraini, Moch. Adi Surahman
14 Pemanfaatan Informasi Paten Teknologi Pengalengan Makanan Dalam 222
Menunjang Pengembangan Industri Kreatif
Tommy Hendrix, V. Susirani Kusumaputri

Sub Tema: Sistem Inovasi Sektoral dan Kebijakan Industri


15 Learning Region For Regional Economic Development: Peran Universitas dan 231
Lembaga Intermediasi Dalam Menciptakan Inovasi Pada Industri Low Tech
Dengan Pembelajaran Masyarakat
Nimas Maninggar, Delik Hudalah
16 Pengembangan Produk Pada Industri Pengolahan Makanan Berbasis Komoditi 243
Bandeng: Pendekatan Sistem Inovasi Sektoral
Hadi Kardoyo, Setiowiji Handoyo

Sub Tema: Kolaborasi ABGC Dalam Memperkuat Sistem Inovasi Daerah, Nasional
dan Internasional
17 Interaksi Industri Dengan Lembaga Litbang Pemerintah (Studi Kasus: Industri 263
Teknologi Pengolahan Air Bersih di Indonesia)
Rendi Febrianda, Nur Laili
18 Peran BPTBA LIPI Dalam Transfer Pengetahuan dan Teknologi Pada UMKM 271
Berbasis Sumber Daya Alam Lokal Binaannya Untuk Meningkatkan Daya
Saing di Era Pasar Bebas ASEAN
Agnes Irwanti, Hardi Julendra, Ema Damayanti
19 Potensi dan Peluang Limbah Bawang Merah Sebagai Campuran Media Semai 280
dan Media Tanam Pada Tanaman Cabai di Wilayah DKI Jakarta Dalam
Rangka Ikut Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat
Posisi Industri Nasional Dalam Rantai Nilai Global Di Era MEA
Emi Sugiartini
Sub Tema: Strategi Teknologi - Dari Imitasi Kreatif Sampai Inovasi Disruptif
20 Inisiatif Perbaikan Genetik Varietas Padi Lokal Melalui Pengembangan 291
Bersama Dan Transfer Teknologi
Puji Lestari, Dwinita Wikan Utami, Muhammad Sabran, Nurul Hidayatun,
Karden Mulya
21 Strategi Peningkatan Kualitas Aplikasi Teknologi Informasi Pelayanan 301
Pengujian Pusat Penelitian A Melalui Iso 20000
Muhammad Azwar Massijaya
22 Potensi Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Busa Pemadam Kebakaran 313
Di Lahan Gambut

iv Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Purwo Subekti
23 Peranan Inovasi Teknologi Untuk Mendukung Potensi Sumber Daya Genetik 319
Sapi Potong Lokal Indonesia
Aryogi, Y. Adinata
24 Evolusi Tungku Sehat Hemat Energi Di Indonesia 326
Ishelina Rosaira P., Wati Hermawati, Hartiningsih
25 Intervensi Model Pembibitan Sapi Jabres Untuk Peningkatan Sosial Ekonomi 338
Pedesaan
Yudi Adinata, L. Affandhy, D. Pamungkas
26 Karakteristik Organoleptik Cheese Stick Dengan Substitusi Tepung Sukun 352
Muflihani Yanis, Waryat, Kartika Mayasari
27 Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Upaya Peningkatan 357
Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sentra Ikan Bulak Kecamatan Bulak,
Surabaya
Irwantoro, Herrukmi Septa Rinawati

Sub Tema: Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif


28 Peran Modal Sosial Dalam Difusi Inovasi Tungku Sehat Hemat Energi 366
(TSHE): Studi Kasus di Kulon Progo
Hartiningsih, Wati Hermawati, Ishelina Rosaira P.
29 Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif Melalui Perancangan Perangkat 374
Lunak Teknologi Pemantauan Untuk Budidaya Laut
Salasi Wasis Widyanto, Muhammad Agus
30 Pengembangan Kemampuan Inovasi Berbasis Teknologi Web Semantik: 388
Suatu Harapan dan Tantangan
Mesnan Silalahi
31 Kompetensi Komunikasi Peneliti 396
Mia Rahma Romadona

Sub Tema: Penguatan Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri


32 Kajian Faktor Sukses Sistem Layanan Berbasis Elektronik (e-services) di 409
Indonesia
Baginda Darmawan Napitupulu
33 Akuisisi Pengetahuan pada Kerjasama Litbang sebagai Upaya Penguatan 425
Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri, Kajian Kasus di Balai Besar,
Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
(BPPI), Kementerian Perindustrian
Syakir Hasyimi
34 Komunikasi Humas Pemerintah Dalam Mengelola Informasi Iptek (Studi Pada 436
BATAN, BPPT, dan LAPAN)
Dyah Rachmawati Sugiyanto
35 Analisis Jejaring Kerja Pengetahuan di Organisasi Penelitian dan 453
Pengembangan
Rahmi Helmi Lestari
36 Kapabilitas Teknologi Industri PLTS dan Kebutuhan Energi Listrik di 468
Indonesia

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 v
Saut Siahaan
37 Model Keberhasilan Pengembangan e-Services (Sistem Layanan Berbasis 479
Elektronik) di Indonesia
Baginda Darmawan Napitupulu

Sub Tema: Mobilitas dan Penguatan Sumber Daya Manusia Iptek


38 Dukungan Kebijakan Dalam Mewujudkan Pemuda Kreatif Inovatif 488
Siti Wahyudini
39 Penguatan SDM Iptek Berdasarkan Soft Competency 495
Mia Rahma Romadona
40 Potensi Tenaga Pendidik dan Industri Pendidikan Dalam Mutual Recognition 511
Arrangement Masyarakat Ekonomi ASEAN
Indri Juwita Asmara
41 Gender Gap dan Partisipasi Pekerja Sains, Teknologi, Enjinering dan 528
Matematika (STEM) Wanita Dalam Angkatan Kerja Indonesia
Maulana Akbar, Nani Grace Simamora, Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia
42 Mobilitas Internasional SDM Iptek Indonesia Dalam Kerangka Free Flow Of 534
Skilled Labor AEC
Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia, Maulana Akbar, Nani Grace Simamora

Sub Tema: Sistem Mutu Dalam Memperkuat Daya Saing Industri


43 Penyusunan Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas Sistem Manajemen 549
Mutu (SMM) ISO 9001:2015
Tri Rakhmawati, Sih Damayanti
44 562
The Role of Entrepreneur in Reassembling Socio-Technical System
Ikbal Maulana
45 Analisis Efektivitas Implementasi Manajemen Mutu Pelayanan Pengujian 572
Pusat Penelitian A Berbasis ISO 9004:2009
Muhammad Azwar Massijaya
46 Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM Kota Magelang Melaui Pendekatan 584
Lembaga Sharing Price
Andjar Prasetyo
47 Pengembangan Model Pengukuran Kepuasan Pelanggan Untuk Instansi 598
Penelitian
I Gede Mahatma Yuda Bakti, Sik Sumaedi, Medi Yarmen
48 Framework Pengukuran Kinerja UKM: Integrasi Balanced Scorecard dan 614
Economic Value Added
Sih Damayanti, Tri Rakhmawati

Sub Tema: Kebijakan Iptekin Dalam Meningkatkan Daya Saing


49 Industri Kreatif dan Kebijakan HAKI di Indonesia: Tinjauan Konseptual 628
Anugerah Yuka Asmara, Setiowiji Handoyo
50 Kebijakan Insentif Fiskal Untuk UMKM Sebagai Motor Penggerak Iptek dan 642
Inovasi Nasional
Eddy Mayor Putra Sitepu

vi Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
51 Penguatan Kebijakan dan Inovasi Teknologi Dalam Pengarusutamaan Pemuda 660
di Sektor Kelautan dan Perikanan (Nawacita) Dalam Membangun Kultur
Wirausaha
M. Abubakar Sidik Effendi
52 Transisi Teknologi Dalam Perspektif Multi Level Perspective (MLP): Studi 663
Kasus Konversi Minyak Tanah Ke LPG
Qinan Maulana
53 The Effects of Government Policies on Entrepreneurship and Performance of 673
Small Scale Batik Industries in Pamekasan, East Java, Indonesia
Herrukmi Septa Rinawati, Irwantoro

Bagian III Abstrak Makalah Terbaik


1 Learning Region For Regional Economic Development: Peran Universitas dan 683
Lembaga Intermediasi Dalam Menciptakan Inovasi Pada Industri Low Tech
Dengan Pembelajaran Masyarakat
Nimas Maninggar, Delik Hudalah
2 Analisis Rantai Nilai Integrasi Sapi Sawit Dalam Mendukung Pengembangan 684
Klaster Industri Sapi Sawit di Kabupaten Pelalawan
Kristiana, Ramos Hutapea
Jadwal acara 685
Jadwal presentasi paralel makalah 686

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 vii
SUSUNAN PANITIA
FORUM IPTEKIN VI TAHUN 2016

Penanggung Jawab : Dr. Trina Fizzanty

Komite Ilmiah : Prof. Dr. Erman Aminullah (LIPI)


Ir. Dudi Hidayat MSc. (LIPI)
Dra. Wati Hermawati, MBA. (LIPI)
Dr. Togar Simatupang (ITB)
Dr. Marcelino Pandin (ITB)
Ketua Panitia : Anugerah Yuka Asmara

Sekretaris : Nur Laili

Anggota : Eni Noor (Sie keuangan)


Endang Mardiningsih (Sie persuratan dan konsumsi)
Zarnita (Sie persuratan)
Syifa Naufal Q (Sie publikasi)
Vetti Rina P (Sie publikasi)
Ontin Fatmakartika (Sie publikasi)
Sheffied (Sie Perlengkapan)
Sigit Setiawan (sie kerjasama dan akomodasi)
Grace Simamora (sie kerjasama dan keynote)
Muhammad Nur Kusbiantono (Sie perlengkapan)
Wiyono (Sie Perlengkapan)

Notulensi : Riska Rahmaida


Mia Amelia
Elmi Achelia
Radot Manalu
Purnama Alamsyah
Tri Handayani
Mia Rahma Romadona

Tim Prosiding : Nur Laili


Ikbal Maulana
Dian Prihadyanti
Karlina Sari
Qinan Maulana

viii Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
LAPORAN FORUM IPTEKIN VI

Oleh: Kepala Pappiptek LIPI

Tanggal 8-9 November 2016


Auditorium Utama LIPI
Jl. Gatot Subroto Kavling 10 Jakarta Selatan

Yang Terhormat:
Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak selaku Menteri Ristekdikti

Bapak Dr. Muhammad Dimyati, selaku Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Ristekdikti

Bapak Dr. Jumain Appe, selaku Dirjen Penguatan Inovasi, Kementerian Ristekdikti

Pembicara Kunci Forum Iptekin VI: Bapak Dr. Jusman Syafii Djamal (komisaris PT Garuda
Indonesia), Mr Dietmar Lampert (peneliti ZSI Austria), Dr. Chi-ung Song (research fellow
STEPI Korea), serta Bapak Prof. Dr Lukman Hakim (Profesor Riset LIPI)

Anggota Komisi VII DPR RI


Perwakilan dari kedutaan besar negara-negara ASEAN, Austria, dan Cina
Bapak plt. Wakil Kepala LIPI
Pimpinan Eselon I dan II di lingkungan LIPI
Pimpinan Eselon I dan II di lingkungan pemerintah pusat dan daerah
Para pelaku bisnis, akademisi, dan komunitas

Serta
Para tamu undangan baik pemakalah maupun peserta yang telah hadir disini

Assalamualaikum Wr Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua,

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena kita semua dapat menghadiri acara Forum Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (Forum Iptekin) VI yang diselenggarakan sejak hari Selasa
ini, tanggal 8 November 2016 hingga hari Rabu tanggal 9 November 2016 bertempat di
Auditorium Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) – Jakarta. Adapun Forum
Iptekin merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek), salah satu satker dibawah pimpinan LIPI. Forum
ini telah diselenggarakan sejak tahun 2011 di Gedung Widya Graha LIPI Jakarta yang
merupakan Forum Iptekin pertama kali. Tahun 2016 ini, Forum Iptekin memasuki kali keenam.
Forum Iptekin adalah wadah dan sarana bagi para pemangku kepentingan (stakeholders),
pelaku industri/bisnis, akademisi baik dari lembaga perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan
pengembangan (litbang), serta komunitas atau masyarakat umum yang tertarik berdiskusi seputar
permasalahan iptek dan inovasi.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 ix
Pimpinan dan para undangan yang kami hormati,
Di tahun ini ini, Forum Iptekin memberi warna dan nuansa baru dengan mengusung tema
“Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional
Dalam Rantai Nilai Global di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. Pemilihan tema ini
sejalan dengan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang saat ini sudah berjalan lebih
kurang setahun, menjadi momentum bagi semua pelaku Iptek di tanah air untuk lebih bersinergi
dan bersatu dalam menghadapi persaingan era MEA ini. Disisi lain, Indonesia diharapkan dapat
mengambil bagian penting mendorong kemajuan bangsa-bangsa ASEAN melalui penguatan
kemampuan dan kerjasama Iptek baik intra maupun dengan negara-negara mitra penting
ASEAN.
Bapak/Ibu dan seluruh undangan yang kami hormati,

Kebutuhan iptek dan sumber daya manusianya sebagai prasyarat utama untuk mendorong
munculnya inovasi menjadi alasan utama dalam memenangkan persaingan di era MEA. Akan
tetapi, hasil riset Pappiptek (Aminullah dan Fizzanty, 2015) menunjukkan bahwa sumber inovasi
di industri manufaktur utama berasal dari kegiatan tanpa litbang formal. Sebagian besar sumber
inovasi hanya bertumpu pada jejaring dengan pelanggan, pemasok, kegiatan pemasaran,
manajemen, dan internet. Sementara itu, kegiatan litbang yang bersumber dari interaksi dengan
litbang pemerintah dan perguruan tinggi masih minim. Menurut Aminullah dan Fizzanty (2016),
jika kondisi ini terus dibiarkan, maka dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan terancam atau tidak berkelanjutan (unsustainable). Lebih jauh lagi, akan sulit bagi
Indonesia untuk lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap),
ditunjukkan dari tingkat pendapatan per kapita yang cenderung tidak berubah selama beberapa
tahun.

Berpijak pada fakta diatas, maka sangat mendesak bagi Indonesia untuk mengurai
sumbatan-sumbatan yang menyebabkan minimnya interaksi dan kerjasama pelaku industri
nasional, dengan lembaga litbang dan perguruan tinggi dan pemerintah. Untuk itu, diperlukan
strategi yang mendorong kemitraan pemerintah dan swasta (Public Private Partnership), dimana
peran pemerintah ialah memberikan stimulus serta katalisator terhadap rantai nilai industri agar
dapat melakukan inovasi dan memenangkan persaingan di pasar. Mobilitas pelaku antar litbang
publik, perguruan tinggi dan industri atau swasta perlu dirancang dan diprogramkan Indonesia,
sebagaimana saat ini juga dilakukan di beberapa neagra ASEAN seperti Malaysia, Singapura,
dan kini di Thailand.

Bapak/Ibu Pimpinan dan para tamu udangan yang kami hormati,


Dapat pula kami laporkan bahwa selama 2 (dua) hari ini, Forum Iptekin ini dihadiri lebih
kurang 200 orang dari kalangan pemerintah, legislatif, perwakilan negara sahabat, akademisi dan
praktisi Iptek. Forum Iptekin VI menghadirkan 4 (empat) pembicara utama. Dua pembicara
nasional yaitu Bapak Dr. Jusman Syafii Jamal (Komisaris PT Garuda Indonesia) dan Prof. Dr.
Lukman Hakim MSc (Profesor Riset bidang Kebijakan Iptek dan Inovasi – LIPI). Kita juga
mendapat kehormatan dengan hadirnya dua expert asing yaitu Mr. Dietmar Lampert dari Zentrum
für Soziale Innovation (ZSI) - Austria dan Dr. Chi-ung Song dari Science and Technology Policy
Institute (STEPI) – Korea Selatan. Atas nama LIPI dan penyelenggara Forum Iptekin VI, kami
mengucapkan penghargaan setinggi-tingginya atas kesediaan para pembicara kunci meluangkan
waktu untuk berbagi pengetahuan dengan seluruh undangan yang hadir.
Forum Iptekin VI juga menghadirkan pemakalah-pemakalah terpilih dari seluruh
Indonesia yang akan memaparkan hasil-hasil riset di isu-isu seputar iptek, inovasi, teknologi,
sumber daya manusia, manajemen riset, kreativitas, rantai nilai serta isu-isu lain terkait upaya-
upaya memperkuat posisi Indonesia di era MEA. Pemakalah-pemakalah tersebut berasal dari
berbagai latar belakang seperti akademisi, industri, komunitas iptek, masyarakat, serta
pemerintah. Total makalah yang dipresentasikan selama dua hari ini sebanyak 60 makalah.

x Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Melalui Forum Iptekin VI, setiap peserta dapat memanfaatkan kesempatan untuk
membangun jejaring serta mendorong peran aktif industri dalam negeri, pemerintah, akademisi,
serta masyarakat dalam memperkuat daya saing Indonesia baik di level ASEAN maupun global.
Akhir kata, kami selaku penanngung jawab Forum Iptekin mengucapkan terima kasih atas
partisipasi dan kerjasama Bapak dan Ibu dalam mengikuti acara Forum Iptekin VI, semoga
Bapak dan Ibu yang hadir disini dapat mengikuti seluruh rangkaian Forum Iptekin VI dan
memberikan manfaat bagi kemajuan Bangsa Indonesia kedepan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pada penyelenggaraan forum Iptekin, dan
permohonan maaf jika dalam penyelenggaraan nanti, ada hal-hal yang kurang berkenan bagi
Bapak dan Ibu sekalian. Demikian sambutan dari kami, setelah ini kami mohon kesediaan Bapak
Plt Waka LIPI untuk memberikan pengarahan, dan selanjutnya permohonan kepada Bapak
Menteri Ristekdikti untuk memberikan sambutan sekaligus membuka Forum Iptekin VI.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Kepala Pappiptek LIPI

Dr Trina Fizzanty

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 xi
PENGARAHAN KEPALA LIPI

PADA ACARA

FORUM IPTEKIN VI TAHUN 2016

“MEMBANGUN KAPASITAS IPTEK DAN INOVASI UNTUK MEMPERKUAT POSISI


INDUSTRI NASIONAL DALAM RANTAI NILAI GLOBAL DI ERA MEA”

Yang saya hormati

Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak selaku Menteri Ristekdikti

Bapak Dr. Muhammad Dimyati, selaku Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Ristekdikti

Bapak Dr. Jumain Appe, selaku Dirjen Penguatan Inovasi, Kementerian Ristekdikti

Pembicara Kunci Forum Iptekin VI: Bapak Dr. Jusman Syafii Djamal (komisaris PT Garuda
Indonesia), Mr Dietmar Lampert (peneliti ZSI Austria), Dr. Chi-ung Song (research fellow
STEPI Korea), serta Bapak Prof. Dr Lukman Hakim (Profesor Riset LIPI)

Anggota Komisi VII DPR RI


Perwakilan dari kedutaan besar negara-negara ASEAN, Austria, dan Cina
Para Deputi dan Kepala Satuan Kerja di lingkungan LIPI
Pimpinan Eselon I dan II di lingkungan pemerintah pusat dan daerah
Ibu Dr. Trina Fizzanty, selaku Kepala Pappiptek-LIPI
Para pelaku bisnis, akademisi, dan komunitas

Serta
Para tamu undangan baik pemakalah maupun peserta yang telah hadir disini

Assalammualaikum Wr. Wb.

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita semua dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan
sehat wal’afiat. Kami sangat berbahagia kita dapat berpartisipasi untuk mengikuti acara Forum
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi VI di tahun 2016 ini yang bertema “Membangun
Kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional Dalam Rantai Nilai
Global di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”.

xii Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Bapak, Ibu serta Para Undangan yang saya hormati,

Dengan bonus demgrafi serta sumber daya alam yang kaya, Indonesia menjadi magnet
bagi berbagai pelaku industry baik dari dalam maupun luar negeri untuk memasarkan produknya
di sini. Masyarakat dengan mudah bisa menemukan produk-produk baru dengan sentuhan
teknologi modern dari berbagai penjuru dunia di pasar dalam negeri. Ini artinya, persaingan
bisnis tidak hanya menjadi dominasi pelaku industri dalam negeri.

Saat ini kita juga sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean atau MEA dimana
sudah tercipta sebuah pasar bersama di kawasan ASEAN yang mempermudah kegiatan jual beli
barang dan jasa diantara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Hal ini dilakukan agar daya
saing negara-negara ASEAN dapat meningkat baik itu melalui kegiatan ekspor maupun
penanaman investasi asing di dalam negeri. Namun demikian, era MEA ini mensyaratkan adanya
persaingan bisnis sangat kompetitif di setiap negara yang memberlakukan MEA.

Kondisi ini menimbulkan situasi yang mendorong beberapa negara untuk dapat bersaing
dan bahkan memenangkan persaingan antar negara di ASEAN. Persaingan bisnis yang sangat
kompetitif ini mengharuskan setiap negara untuk mampu menyesuaikan sektor produktif dengan
kebutuhan pasar yang ada. Kemampuan bersaing yang berkelanjutan di era kompetitif hanya
dapat diwujudkan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai bagian
dari strategi pemenangan persaingan bisnis. Melalui Iptek, berbagai inovasi diciptakan oleh para
pelaku industri agar kegiatan bisnis mereka dapat eksis dan berkelanjutan di tengah persaingan.

Bapak, Ibu serta Para Undangan yang saya banggakan,

Persaingan negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam MEA memberikan


dorongan positif bagi Bangsa Indonesia untuk terus berbenah dan meningkatkan perekonomian
nasional berbasis iptek. Kontribusi lembaga penelitian baik di tingkat nasional dan lokal
diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam pertumbuhan ekonomi nasional baik dari skala
produksi, distribusi, dan konsumsi. Rantai nilai industri harus berbasis pada iptek agar dapat
menghasilkan banyak inovasi yang produk akhirnya dapat didistribusikan mulai level nasional
hingga global.

Perkembangan iptek yang sangat pesat serta perekonomian yang dinamis di level global
mendorong para pelaku industri untuk melakukan inovasi. Untuk mewujudkan hal ini, beberapa
hal penting yangperlu diperhatikan adalah mobilitas sumber daya manusia Iptek, penguatan
lembaga litbang, dorongan kebijakan iptek dan inovasi, peningkatan dan penguatan jejaring,
kreatifitas dan daya inovatif pelaku industri, serta budaya Iptek

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) sebagai


salah satu satuan kerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang memiliki tugas
utama untuk melakukan penelitian di bidang kebijakan dan manajemen iptek dan inovasi, serta
sebagai wadah bagi para pelaku iptek baik di instansi pemerintah, lembaga litbang dan perguruan
tinggi, industri, serta komunitas pemerhati iptek, merasa perlu untuk turut berkontribusi
mendorong daya saing perekonomian nasional agar dapat bersaing di era MEA saat ini

Pappiptek LIPI telah banyak melakukan kegiatan penelitian terkait isu-isu di bidang iptek
dan industri yang mana keluarannya dapat berbentuk buku, jurnal ilmiah, prosiding, laporan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 xiii
seminar, ringkasan kebijakan, dan berbagai bentuk konsultasi di bidang kebijakan dan
manajemen iptek dan inovasi. Forum Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi atau disebut
Forum Iptekin ini merupakan forum tahunan yang diselenggarakan oleh Pappiptek LIPI yang
bertujuan untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif dari berbagai pelaku baik di kalangan
industri, akademisi, pemerintah, dan komunitas pemerhati iptek. Tahun 2016 ini merupakan
acara Forum Iptekin VI yang telah dimulai sejak tahun 2011 di Jakarta. Hasil dari forum ini
diaharapkan akan menjadi salah satu bagian penting untuk membuat rekomendasi kebijakan di
bidang iptek dan inovasi di Indonesia.

Bapak, Ibu serta para Undangan yang berbahagia,

Saya sangat berharap bahwa diskusi dalam dua hari di acara Forum Iptekin VI ini dapat
meningkatkan pengetahuan serta menghasilkan sebuah pemahaman atau bahkan kesepakatan
bersama bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal penting yang dapat menjadi
dasar bagi pengembangan industri di era kompetisi. Keberadaan MEA yang tidak bisa dihindari
justru menjadi momentum bagi kita bersama untuk lebih menyadari pentingnya inovasi sebagai
jantung dari keberlanjutan industri saat ini dan selanjutnya

Akhir kata saya ucapkan selamat berdiskusi di Forum Iptekin VI, semoga kita dapat
memetik manfaatnya serta mengimplementasikan hasilnya ke dunia praktis.

Billahitaufiqwalhidayah
WassalamualaikumWrWb.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain

xiv Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENGARAHAHAN DAN PEMBUKAAN MENTERI RISTEKDIKTI

PADA ACARA

FORUM IPTEKIN 2016

“MEMBANGUN KAPASITAS IPTEK DAN INOVASI UNTUK MEMPERKUAT POSISI


INDUSTRI NASIONAL DALAM RANTAI NILAI GLOBAL DI ERA MEA”

Yang saya hormati

Kepala LIPI yang diwakili Plt. Wakil Kepala LIPI Prof. Dr. Ir. Bambang Subiyanto
Bapak Dr. Muhammad Dimyati, selaku Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Ristekdikti
Bapak Dr. Jumain Appe, selaku Dirjen Penguatan Inovasi, Kementerian Ristekdikti
Anggota Komisi VII DPR RI yang saya muliakan
Perwakilan Kedutaan Besar Negara-Negara ASEAN dan Austria
Pembicara Kunci Dr Jusman Syafii Jamal, Prof Dr Lukman Hakim, Dr. Chi-ung Song
(STEPI Korea) dan Mr Dietmar Lampert (ZSI Austria)
Para Deputi LIPI beserta eselon II di Lingkungan LIPI
Bapak dan Ibu kepala lembaga pemerintah yang hadir
Ibu Trina Fizzanty, selaku Kepala PAPPIPTEK-LIPI
Bapak dan Ibu pemakalah dan peserta dari institusi pemerintah, lembaga litbang ,
universitas, pelaku bisnis dan semua undangan yang hadir.

AssalammualaikumWr. Wb.

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera

Pertama-tama kami ucapkan Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga acara ini dapat terlaksana dan kita
semua dapat berkumpul dalam acara ini. Kami sangat berbahagia dapat bersama-sama
berkumpul dan membahas masalah IPTEKIN dalam acara Forum IPTEKIN yang ke 6 tahun ini
yang bertema “Membangun kapasitas iptek dan inovasi untuk memperkuat posisi industri
nasional dalam rantai nilai global di era MEA”.

Bapak, Ibu serta Para Undangan yang saya hormati,

Dalam era global ini kita baik sebagai bangsa maupun sebagai individu dan organisasi
banyak mendapatkan persaingan di tingkat global. Apalagi pada saat ini kita sudah memasuki
Era pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean dimana satu negara dapat menjual barang dan
jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Keadaan ini memunculkan
sebuah dilema, selain adanya kesempatan unik untuk dapat bersaing secara bebas di wilayah
ASEAN, namun memberikan ancaman yang sama berupa masuknya pesaing-pesaing dari negara
di wilayah ASEAN.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 xv
Era pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean Namun dibutuhkan agar daya saing
ASEAN meningkat serta dapat menarik investasi asing. Sebuah pertanyaan besar timbul
mengenai bagaimana kesiapan Indonesia untuk menghadapi pasar bebas MEA ini?

Dengan jumlah penduduk yang besar dan sumber daya alam yang kaya, Indonesia
menjadi magnet bagi industri luar negeri untuk memasarkan produknya di sini. Masyarakat
dengan mudah bisa menemukan produk-produk dengan teknologi terbaru di pasar lokal. Hal ini
menyebabkan terjadinya arus yang luar biasa besar dimana produk-produk asing akan masuk
secara bebas di Indonesia. Seirama dengan pertanyaan di atas akan menimbulkan banyak
tantangan bagi tidak hanya pebisnis, juga lembaga litbang di Indonesia. Khusus untuk lembaga
litbang ini disebabkan kecilnya dana litbang dibandingkan dengan luar negeri menyebabkan
kesulitan bagi lembaga litbang Indonesia untuk dapat bersaing dalam menghasilkan invensi dan
inovasi baru.

Bapak, Ibu serta Para Undangan yang saya hormati,

Walaupun di tengah berbagai kekurangan, IPTEKIN di Indonesia harus berkembang,


karena hanya dengan IPTEKIN maka daya saing baik secara mikro pada tingkat bisnis dan
secara makro di tingkat nasional dapat terus ditingkatkan dalam rangka menghadapi segala
tantangan dalam era MEA yang saat ini sudah berjalan. Tetapi di pihak lain kekurangan-
kekurangan di pengembangan IPTEKIN di Indonesia masih sangat terasa. Oleh karena itu
diperlukan inovasi-inovasi yang brillian di bidang pengelolaan litbang sendiri dalam rangka
meningkatkan efisiensi litbang Indonesia dalam rangka meningkatkan pengembangan IPTEKIN
di Indonesia.

Pemerintah terus mendorong perkembangan Iptek di tanah air. Diantara inisiasi yang
sangat penting tersebut adalah disusunnya Rencana Induk Riset Nasional yang saat ini sedang
disiapkan Peraturan Presidennya. Dengan adanya RIRN, riset dan pengembangan diharapkan
lebih jelas dan terarah dan berkontribusi terhadap kemajuan pembangunan nasional. Selanjutnya
pemerintah juga terus mendorong riset dan menghilangkan kendala-kendala yang menghambat
riset berkembang diantaranya aturan administrasi dalam penganggaran dan pembelanjaan untuk
riset dengan dikeluarkannya instrumen berupa Peraturan Menteri Keuangan no. 106 tahun 2016.
Dengan PMK 106/2016 ini diharapkan akan meningkatkan kualitas hasil riset dan kuantitas
bidang riset yang berujung pada penciptaan inovasi, sehingga hasil dan jumlah riset bermanfaat
untuk untuk mendukung daya saing dalam pasar regional ASEAN.

Saat ini LIPI khususnya PAPPIPTEK-LIPI yang telah banyak melakukan berbagai
penelitian mengenai mengenai manajemen dan kebijakan IPTEK. Kami mengharapkan hasil
penelitian tersebut diperkaya dengan berbagai ide yang muncul dari forum ini untuk mendorong
kemajuan iptek di tanah air dalam menghadapi era MEA saat ini. Hasil diskusi ini penting
sebagai dasar untuk membuat kebijakan di bidang IPTEKIN di Indonesia.

Bapak, Ibu serta para Undangan sekalian,

Saya sangat berharap dari diskusi dalam dua hari ini dapat diperoleh sebuah pemahaman
yang hasilnya dapat memperdalam pengetahuan kita untuk mendapatkan terobosan-terobosan
baru dalam pengelolaan dan pengembangan IPTEKIN dalam rangka meningkatkan daya saing
bangsa untuk menjalani Masyarakat Ekonomi ASEAN. Juga diharapkan agar seluruh pegiat

xvi Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
IPTEKIN dapat menggunakan data-data yang didapat dari diskusi ini sebagai bahan kajian di
masa mendatang.

Akhir kata saya ucapkan selamat berdiskusi semoga akan didapat hasil yang baik dan
berguna bagi kita semua kedepannya.

Billahitaufiqwalhidayah
WassalamualaikumWrWb.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D. Ak

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 xvii
Pembicara Kunci
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 1
2 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 3
4 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 5
6 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 7
8 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 9
10 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 11
12 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 13
14 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 15
16 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 17
18 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 19
20 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 21
22 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 23
24 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 25
26 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 27
28 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 29
30 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 31
32 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 33
34 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 35
36 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 37
38 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 39
40 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 41
42 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 43
44 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 45
46 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 47
48 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 49
50 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 51
52 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 53
54 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 55
56 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 57
58 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 59
60 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 61
62 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 63
64 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 65
66 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 67
68 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Pengelolaan Rantai Nilai
Dan Inovasi Jejaring
KESIAPAN EKSPOR PERUSAHAAN LOW TECH DI INDONESIA
DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Readiness To Export Of Low Tech Companies In Indonesia In Facing The


Asean Economic Community
Rizka Rahmaida*) dan Lutfah Ariana
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek LIPI, Jl. GatotSubroto No.10, Jakarta, 12720

Keyword ABSTRACT
readiness to export innovation
Entering ASEAN Economic Community in 2015, government had declare the
low technology intensity commitment to prepare production, competitiveness, and economic in Indonesia
CORE equaly. Related to this, Ministry of Trade had prepared some important policy
regarding ASEAN single market. One of the policy is single market and production
base especially for export goods, such as: main products, potential products,
potential service products, and other new products. Therefore, in dealing with
MEA 2015, industry players are required to prepare their competitiveness together
in order to maximize the opportunities that arise while preparing the national
sector in facing the increasing high level of competition in the domestic market
environment. This paper is based on the research results of PAPPIPTEK-LIPI in
2014 that focuses on the readiness of companies in three sectors in conducting
their export activities through diagnostic tools and self-assessment at micro level
called "Company Readiness to Export (CORE)". An important finding of this study
is that some national companies are considered to be ready to deal with AEC 2015
and not affected by the applicable tariff policy. There are at least two factors that
can explain the company's readiness to deal with AEC 2015, namely the ability to
compete in the domestic market, and competitive ability of human resources,
expertise and knowledge. The company that is considered ready is a large food and
beverage company that has dominated the domestic market up to 75% and
superior textile and textile product companies due to their competitive advantage
in terms of quality (innovation) and increased value-added new products.

Kata Kunci SARI KARANGAN


Kesiapan ekspor Memasuki ASEAN Economic Community/AEC atau Masyarakat Ekonomi
Perusahaan low tech ASEAN/MEA tahun 2015 lalu, pemerintah telah menetapkan salah satu
CORE, inovasi komitmennya untuk mempersiapkan produksi, daya saing, dan ekonomi yang
merata di seluruh kawasan. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan telah
menyiapkan beberapa kebijakan penting terkait pasar tunggal ASEAN, antara lain
pasar tunggal dan basis produksi terutama untuk produk kategori ekspor, seperti
produk utama, produk potensial, produk jasa potensial dan produk baru lainnya.
Oleh karena itu,dalam menghadapi MEA 2015, pelaku industri dituntut perlu
menyiapkan daya saing secara bersama-sama agar dapat memanfaatkan secara
maksimal peluang yang timbul sekaligus menyiapkan sektor nasional dalam
menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi di lingkungan pasar domestik.
Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian PAPPIPTEK-LIPI pada tahun
2014 yang mengangkat fokus pada kesiapan perusahaan di tiga sektor dalam
melakukan aktivitas ekspornya melalui diagnostic tools dan self assessment di
level mikro yang disebut “Company Readiness to Export (CORE)”. Temuan
penting dari studi ini menjelaskan bahwa beberapa perusahaan nasional dinilai
sudah siap menghadapi AEC 2015 yang tidak terbatas oleh kebijakan tarif yang
diberlakukan. Setidaknya ada dua faktor yang bisa menjelaskan kesiapan
perusahaan dalam menghadapi AEC 2015, yaitu kemampuan bersaing di pasar
domestik yang sudah cukup tinggi, dan kemampuan SDM, keahlian dan
pengetahuan yang juga cukup kompetitif. Adapun perusahaan yang dinilai siap
adalah perusahaan makanan dan minuman berskala besar yang telah menguasai
pasar domestik hingga 75% dan perusahaan tekstil dan produk tekstil yang unggul
karena keunggulan kompetitifnya dari segi kualitas (inovasi) dan peningkatan nilai
tambah produk baru.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016


Corresponding author.
E-mail address: rizkarahmaida@gmail.com; juffrow@yahoo.com;

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 69
PENDAHULUAN perkembangan persiapan Indonesia menghadapi
AEC yang akan dimulai pada tahun 2015
Persaingan global yang semakin ketat, menuntut menggunakan data sekunder dan analisis isi
setiap perusahaan untuk mampu menghasilkan (content analysis). Hasil penelitiannya
kinerja terbaiknya. Perkembangan kebijakan menunjukkan bahwa langkah-langkah yang telah
perdagangan regional maupun internasional, juga dilakukan Indonesia untuk menghadapi AEC
menjadikan perusahaan harus semaksimal 2015 masih belum maksimal (Sholeh, 2013).
mungkin melakukan banyak terobosan agar Benny dan Abdullah (2011) melakukan
perusahaannya bisa bertahan dan berkelanjutan. penelitian untuk menganalisis mengenai
Salah satu tantangan baru bagi perusahaan lokal pemahaman masyarakat Indonesia mengenai
di Indonesia adalah adanya pemberlakukan konsep AEC.Hasil penelitian ini menunjukkan
ASEAN Economic Community (AEC) mulai bahwa masyarakat Indonesia memiliki
tahun2015. Penerapan cetak biru AEC yang pada pemahaman yang baik mengenai peran Indonesia
akhir tahun 2015 menjadi tantangan tersendiri dalam AEC. Meskipun demikian, pemahaman
bagi Indonesia.Tingkat persaingan yang terbuka masyarakat Indonesia akan konsep AEC masih
ini perlu dihadapi dengan persiapan yang sangat rendah (Benny & Abdullah, 2011).
optimal. Jika industri dalam negeri tidak
mempersiapkan dengan optimal, besarnya Akan tetapi, sejauh ini belum ada kebijakan
penduduk Indonesia justru berpotensi menjadi pemerintah yang memetakan kesiapan industri
pasar besar bagi negara ASEAN lainnya. nasional berdasarkan keunggulan bersaingnya di
pasar domestik maupun di pasar internasional.
AEC memiliki empat karakteristik utama: (a) Respon pemerintah masih terbatas pada indikator
pasar dan basis produksi tunggal, (b) kawasan makro yang belum menjelaskan keadaan riil yang
ekonomi yang sangat kompetitif, (c) wilayah dihadapi oleh para pelaku domestik. Hal ini
ekonomi yang merata dan (d) wilayah yang penting untuk dijadikan perhatian bagi
terintegrasi sepenuhnya ke dalam ekonomi global pemerintah terutama dalam mengintegrasikan
(ASEAN, 2011). Karakteristik pasar dan basis basis industri karena negara yang mempunyai
produksi tunggal akan mengakibatkan ASEAN comparative advantage tinggi untuk produk
menjadi lebih dinamis dan kompetitif karena tertentu akan menjadi basis industri barang
ASEAN akan terbuka untuk pedagangan barang, tersebut.
jasa, investasi, modal, dan pekerja. Pasar dan
basis produksi tunggal akan mendorong Dalam rangka memberikan rekomendasi
kemampuan ASEAN untuk menjadi pusat kebijakan berbasis bukti empiris, studi ini
produksi global dan menjadi bagian dari rantai memberikan dukungan berupa ketersediaan data
pasok global. yang menguraikan kesiapan ekspor di level
perusahaan. Dengan adanya bukti empiris
Beberapa kajian untuk melihat kesiapan industri tersebut, pemerintah bisa mengetahui kondisi
lokal dalam menyongsong AEC 2015 telah kesiapan perusahaan dalam menghadapi
dilakukan. Pemerintah melalui Kementerian tantangan AEC 2015 dalam berbagai respon,
Koordinator Bidang Perekonomian telah sehingga penyusunan kebijakan dan pengambilan
melakukan kajian mengenai kebijakan Inland keputusan dalam memperkuat ketahanan industri
FTA yang diterapkan dalam rangka peningkatan nasional berbasis pada hal-hal mikro yang
keunggulan daya saing Indonesia. Dengan mungkin selama ini belum tersedia informasinya
menggunakan perhitungan Revealed Competitive dengan baik bisa menjadi salah satu solusinya.
Advantage (RCA), kajian tersebut
memperlihatkan terdapat beberapa industri yang KERANGKA TEORITIS
masih kurang daya saing dan kapasitas
industrinya dalam negeri untuk memenuhi Internasionalisasi dan Inovasi
kebutuhan domestik (Kemenko Bidang Salah satu hal yang menjadi visi banyak
Perekonomian, 2013). Sholeh (2013) dalam perusahaan adalah keberhasilan produk atau
penelitiannya menganalisis bagaimana

70 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
jasanya untuk menembus pasar dan dijalankan secara berurutan. Pada umumnya,
internasional.Pasar internasional sendiri perusahaan multinasional mengawali aktivitasnya
merupakan sebuah peluang pasar yang sangat dari negara asalnya (home country) yang
terbuka dengan ukuran pasar yang sangat besar kemudian berkembang ke pasar luar negeri (host
dan memiliki potensi yang belum banyak country). Pandangan konvensional ini ditantang
dimanfaatkan oleh perusahaan. Sebagian besar oleh analisis seminal Oviatt dan McDougall pada
perusahaan-perusahaan multinasional yang saat tahun 1994, dimana mereka menganggap bahwa
ini menjadi barometer perekonomian global perusahaan-perusahaan ini memulai
merupakan perusahaan lokal yang karena internasionalisasi mereka di saat lahirnya, karena
pertumbuhan dan perkembangannya memasuki faktor kompetitif lokal sudah tidak memadai
pasar internasional. Untuk itu, perusahaan perlu untuk memulai operasi di dalam ekonomi
mengupayakan pertumbuhan dan perkembangan domestik mereka (Oviatt & McDougall, 1994).
signifikan agar dapat bersaing di pasar Mereka juga menambahkan bahwa perusahaan
internasional. Menurut Penrose pertumbuhan yang melakukan internasionalisasi berfokus pada
merupakan sebuah kondisi yang menjadi tujuan pengendalian sumber daya daripada kepemilikan
bagi banyak perusahaan (Jane, 2012). Salah satu sumber daya itu sendiri. Dalam pandangan
indikator perusahaan yang mengalami tradisional mengenai teori bisnis internasional
pertumbuhan adalah melakukan ekspansi ke juga dipertanyakan pendekatan model inovasi
pasar luar negeri atau international yang mengidentifikasi inovasi manajerial dalam
market(Dunning & Lundan, 2008), Ada beberapa perusahaan sebagai faktor pendorong dari
pendapat yang mengemukan faktor yang perluasan internasional.
mendorong terjadinya proses internasionalisasi
dari berbagai sudut pandang, diantaranya Untuk memahami proses internasionalisasi
globalisasi (Lassare, 2010) runtuhnya batas-batas perusahaan, sebelumnya perlu diketahui beberapa
antar negara (Jane, 2012), munculnya negara- pendapat yang menjelaskan proses tersebut.
negara industri baru atau newly industrials Johanson dan Vahlne menjelaskan proses
countries, Hadiwinata (1999, dalam Jane, 2012), internasionalisasi dilakukan perusahaan dengan
termasuk perkembangan teknologi maupun meningkatkan keterlibatan internasionalnya
inovasi di berbagai bidang. secara bertahap(Johanson & Vahlne, 1977).
Internasionalisasi dipahami sebagai produk dari
Dilihat secara mikro, Thompson, Scritland, dan serangkaian keputusan inkremental perusahaan.
Gamble (2010) mengungkapkan setidaknya ada Pandangan lain dikemukakan oleh Welch dan
lima alasan perusahaan melakukan ekspansi ke Luosterien (1990) dimana internasionalisasi
pasar internasional, yaitu untuk menjangkau merupakan sebuah konsep yang dinamis yaitu
pelanggan baru, memperoleh akses pada sumber proses meningkatkan operasi internasional, baik
daya alam yang tersedia, memperoleh modal pada keluar maupun ke dalam. Dilihat dari
untuk kompetensi inti perusahaan, menyebar tujuannya, Beamish menguraikan proses
resiko bisnis dan mencapai biaya yang lebih internasionalisasi sebagai proses dimana
rendah dan daya saing yang lebih besar. perusahaan meningkatkan kepeduliannya
terhadap pentingnya faktor langsung dan tidak
Banyak literatur menjelaskan perusahaan yang langsung dari kegiatan internasional di masa
terlahir untuk berorientasi global (born global yang akan datang dan manfaat dari membangun
firms) sebagai sebuah fenomena yang cukup kerjasama atau transaksi dengan negara lain
baru. Dilihat dari pandangan tradisional, (Blemish & Lu, 2001).
kalangan akademisi dari bisnis internasional
menganggap perusahaan berpetualang di luar Dari beberapa pandangan tersebut, konsep
negeri mengikuti rangkaian proses terhadap internasionalisasi mencakup sebuah
pengembangan sebelumnya, yaitu berawal dari proses yang melibatkan banyak keputusan-
produksi di negaranya sendiri, dengan tahapan keputusan inkremental dan strategis. Selain itu,
perkembangan yang didefinisikan secara jelas internasionalisasi melibatkan produk yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 71
bermacam-macam baik dari hulu dan hilir, jasa nasional (PMN). Dalam hal ini, Dunning
dan sumber daya lintas negara. Dalam hal ini, menjelaskan lebih lanjut bahwa aspek penting
konteks internasional sendiri dipengaruhi oleh yang menjadi alasan PMN melaksanakan
serangkaian faktor yang dari perusahaan sendiri internasionalisasi adalah bagaimana
maupun dari lingkungannya. mengeksploitasi kepemilikan dan keunggulan
lokasi melalui internasionalisasi pasar. Dengan
Berdasarkan tujuan penelitian ini, konsep kata lain, PMN akan membuka produksinya di
internasionalisasi dikaitkan dengan kesiapan negara tertentu dimana mereka dapat
perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar memperoleh kemanfaatan terbaik dari
bebas regional di tingkat negara-negara ASEAN. keunggulan kompetitif yang didefinisikan oleh
Pada tahun 2015, perusahaan-perusahaan parameter organization, location dan institution
domestik akan menghadapi persaingan yang lebih (OLI).
ketat dengan banyak pelaku, tidak hanya pelaku
lokal, melainkan pelaku asing yang memiliki Internasionalisasi dan Inovasi di Level
daya saing cukup tinggi. Oleh karena itu,
Perusahaan
pemahaman terhadap proses internasionalisasi di
perusahaan lokal menjadi penting untuk dikaji Secara umum, internasionalisasi merujuk pada
guna mengetahui sejauhmana motivasi go global pengembangan aktivitas komersiil perusahaan
dan upaya bersaing perusahaan di tingkat dengan pihak lain atau pasar di luar (Deresky,
regional ASEAN. Selanjutnya, kesiapan tersebut 1994). Menurut Kafourus dkk (2008), kinerja
akan dijelaskan melalui dimensi inovasi terbesar perusahaan tidak hanya dapat
internasionalisasi yang menjadi parameter dijelaskan dengan melakukan ekspansi pasar tapi
keunggulan bersaing perusahaan di tingkat juga kegiatan yang melibatkan keterhubungan
global. akses kepada sumber informasi dari luar, dan
tergantung sejauh mana perusahaan melakukan
Tahapan Internasionalisasi internasionalisasi (Sullivan, 1994). Menyikapi
hal ini, Johanson dan Vahlne (2009) merancang
Menurut Loustarinen dan Hellman (1993, dalam
sebuah model internasionalisasi perusahaan yang
Jane, 2012), proses internasionalisasi dapat
menjelaskan proses, tahapan akuisisi, integrasi
dijelaskan dalam empat tahap yang berbeda.
dan pemanfaatan pengetahuan tentang pasar
Pertama, tahap domestik dimana perusahaan
eksternal (Johanson & Vahlne, 2009). Menurut
belum memiliki aktivitas internasional sama
peneliti dari Sekolah Uppsala tersebut,
sekali. Kedua, tahap inward stage dimana
internasionalisasi merupakan proses bertahap
aktivitas internasional hanya terbatas pada
dimana perusahaan memutuskan untuk
transfer teknologi atau impor bahan-bahan baku
melakukan ekspor, mulai membangun anak
atau komponen. Tahap ketiga, outward stage
perusahaan di pasar luar negeri sampai
yaitu tahap dimana perusahaan sudah mulai
perusahaan mampu menjalankan proses produksi
melakukan ekspor, memiliki cabang atau pabrik
di luar negeri.
di luar negeri, subkontrak dan lisensi. Dalam
tahap ini muncul kegiatan kerjasama seperti Fenomena internasionalisasi di perusahaan telah
impor komponen-komponen yang disubkontrak, banyak dikaji sejak 30 tahun terakhir (Fletcher,
atau impor barang-barang cabang. Tahap terakhir 2001). Di tengah lingkungan bisnis internasional,
adalah tahap kerjasama, yaitu perusahaan upaya internasionalisasi seringkali digerakkan
melakukan perjanjian kerjasama seperti produksi, oleh keinginan seperti penurunan biaya transaksi
pembelian, atau litbang. akibat dari ekspansi pasar. Knight dan Cavusgil
mengungkapkan bahwa pelaku yang berhasil
Pandangan berbeda dikemukakan oleh Dunning
menjadi pemain di pasar global, akan semakin
(1988, 2008), dimana proses internasionalisasi
melibatkan banyak perusahaan terutama dalam
merupakan sebuah proses memanfaatkan peluang
aspek sumber daya, produksi, dan pemasaran
yang ada di pasar internasional di mana aspek
serta aliansi lintas negara untuk pengembangan
produksi luar negeri berada di perusahaan multi
produk dan distribusi (Knight & Cavusgil, 2004).

72 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Oleh karena itu, dalam memahami proses perusahaan yang giat melakukan ekspansi ke
internasionalisasi tidak hanya memahami aspek pasar internasional, maka akan memperoleh
pasar baru di luar negeri tapi perlu juga dipahami manfaat yang semakin besar dari aktivitas
proses pembelajaran perusahaan sebagai inovasi.
pendatang baru (entry’s mode), dimana proses
yang terkait dengan pengembangan dan produksi Kapabilitas inovasi dipahami dalam berbagai
pengetahuan baru untuk mendukung proses pemikiran sejak tahun 1980-an. Dosi menyebut
internasionalisasi sangat dibutuhkan untuk kapabilitas inovasi terkait dengan tingkat
menghasilkan inovasi. Dengan menggabungkan akumulasi teknologi dan efisiensi dari sebuah
pengetahuan baru tersebut, perusahaan harus proses inovasi (Dosi, 1988). Selanjutnya Lall
dipahami sebagai sebuah kumpulan sumber daya mengungkapkan kapabilitas inovasi adalah
dan kapabilitas yang dapat belajar dan bertukar kemampuan untuk berinovasi yang menekankan
pengetahuan (sharing), menyebarkan, dan pada keahlian dan pengetahuan untuk menyerap,
menciptakan pengetahuan baru melalui interaksi- menguasai dan meningkatkan teknologi yang ada
interaksi (Caloghiru, Kastelli, & Tsakanikas, secara lebih efektif sehingga bisa dihasikan
2004). Selanjutnya, kemampuan untuk produk inovasi baru(Lall, 1992).Cohen sendiri
mengeksploitasi pengetahuan dari luar menjadi mendeskripsikan kapabilitas inovasi perusahaan
komponen yang penting dalam meningkatkan sebagai faktor penting bagi perusahaan untuk
kapabilitas inovasi perusahaan (Fosfuri & Tribó, mengenali nilai-nilai dari informasi eksternal,
2008). mengasimilasi dan mengaplikasikannya menjadi
produk komersial (absorptive capacity)(Cohen &
Untuk menjadi perusahaan yang inovatif Levinthal, 1990). Saat ini pemahaman terhadap
(inovator) bukan merupakan sebuah kebetulan kapabilitas inovasi semakin meluas di mana
atau keberuntungan, ada hal mendasar yang harus kapabilitas inovasi banyak terkait dengan hasil
dipenuhi perusahaan untuk mengadopsi inovasi atau keluaran dari proses pembelajaran teknologi
secara internal sebagai bagian dari strategi (Rush, Bessant, & Hobday, 2007).
perusahaan, terutama akses ke pasar global dan
strategi untuk mengubah kapabilitas inovasi Dalam memahami kapabilitas inovasi
melalui peluang beragam untuk mendukung perusahaan, Lefebvre merujuk pada pentingnya
kreatifitas dan efisiensi perusahaan. Dalam hal pendorong teknologi (technology driver) sebagai
ini, Hitt dkk berargumen bahwa meningkatkan kemampuan perusahaan dan potensinya di masa
akumulasi pengetahuan dan bertambahnya depan untuk mengaplikasikan teknologi spesifik
pembelajaran organisasi yang terjadi selama terutama untuk memecahkan masalah dan
proses internasionalisasi akan memperkaya meningkatkan kemampuan teknis dalam proses
kapabilitas inovasi perusahaan (Hitt, Hoskinsson, produksi. Kemampuan ini tidak lepas dari
& Kim, 1997). Untuk memahami bagaimana kemampuan pengembangan (development
internasionalisasi berkaitan dengan inovasi, capability) dan kemampuan operasi (operations
diperlukan fokus terhadap faktor-faktor yang capability) (Lefebvre, 2005). Perusahaan yang
menjadi sebab dan akibatnya. Oleh karena itu, mampu mengembangkan kemampuan ini akan
penelitian ini akan menggunakan kerangka menjadi pemimpin teknologi dan kinerjanya akan
Zawislak, dkk (2012; 2013) yang membagi sangat bergantung pada teknologi yang
keterkaitan inovasi dan internasionalisasi ke dimanfaatkan (Zawislak, Alves, Gamarra,
dalam tiga kategori yaitu kapabilitas inovasi, Barbieux, & Reichert, 2013).
internasionalisasi, dan kinerja inovasi. Dari Selain pendorong teknologi, pendorong lain
kerangka ini akan terlihat kinerja inovasi sebuah berasal dari aspek bisnis perusahaan yang juga
perusahaan sebagai hasil dari kapabilitas memberikan fungsi penting. Fungsi pertama
perusahaan melalui kegiatan internasionalisasi. adalah untuk mengintegrasikan area-area yang
Selanjutnya Kafourus dkk (Kafourus, Buckley, berbeda dari perusahaan. Dalam hal ini Guan
Sharp, & Wang, 2008) dan Hitt dkk (Hitt, menyebutkan pentingnya kapasitas untuk
Hoskinsson, & Kim, 1997) menegaskan bahwa menggabungkan struktur organisasi agar

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 73
berkembang baik dengan mengkoordinasikan mereka. Oleh karena itu perlu potensialitas
keseluruhan aktivitas sehingga bisa mempercepat organisasi untuk bersaing dalam bisnis, yakni
proses inovasi (Guan, 2003). Sementara Zawislak berupa kemampuan yang terukur mengarah
dkk mengemukakan bahwa untuk kepada kinerja superior dengan pangsa pasar
mengintegrasikan berbagai area yang berbeda yang ada dan kompetensi yang menghasilkan
tersebut diperlukan kapabilitas manajemen keuntungan. Tingkat keuntungan adalah kekuatan
(management capability) (Zawislak, Alves, yang baik dalam mendukung manajemen bisnis
Gamarra, Barbieux, & Reichert, 2013).Fungsi internasionalisasi. Banyak akademisi seperti
kedua adalah kemampuan perusahaan untuk Burpitt dan Rondinelli (2000) meyakini bahwa
mengoptimalkan produk dan jasanya agar bisa penjualan, pendapatan, laba, pertumbuhan
dipasarkan ke pasar internasional. Guan organisasi, dan keberhasilan dalam pengelolaan
mengungkapkan perlu adanya fungsi yang pasar luar negeri adalah faktor penting yang
berperan sebagai pendorong pemasaran yaitu berkontribusi terhadap kesuksesan
kapasitas untuk mempublikasikan dan menjual internasionalisasi.
produk yang mengacu pada pemahaman
mengenai kebutuhan konsumen saat ini dan ke 2. Motivasi untuk Internasionalisasi
depan, pendekatan terhadap konsumen dan Hal ini terdiri atas faktor-faktor yang
pengetahuan mengenai pesaing (Guan, 2003). menstimulasi perusahaan untuk membutuhkan
Dalam konteks ini, Zawislak dkk mendefinisikan internasionalisasi, misalnya, keharusan untuk
fungsi dari kapabilitas transaksi yaitu aktivitas memanfaatkan kekuatan produksi yang tersisa
yang berkaitan dengan upaya perusahaan untuk sepenuhnya, perluasan siklus hidup produk, atau
berinteraksi dengan pasar, konsumen dan pengurangan risiko operasional dengan
pemasoknya(Zawislak, Alves, Gamarra, mengekspor barang ke negara lain. Bartlett dan
Barbieux, & Reichert, 2013). Ghoshal (2000) melakukan studi mengenai
motivasi untuk internasionalisasi dan
Dimensi Internasionalisasi Organisasi menemukan bahwa motivasi dilatarbelakangi
Keputusan untuk memasuki pasar dunia oleh pembaruan pola ekonomi dan teknologi
menyangkut banyak faktor risiko. Pengusaha yang terus berubah, serta pembangunan sosial,
harus melakukan studi terperinci untuk menilai budaya, dan lingkungan yang mengharuskan
potensi dan peluang dalam memperluas bisnis perusahaan untuk internasionalisasi demi
mereka di tingkat internasional. Strategi awal kelangsungan hidup dan mengurangi risiko
yang penting untuk memasuki bisnis operasional pada satu tempat.
internasional adalah menganalisis kesiapan
organisasi mereka sendiri untuk internasionalisasi 3. Komitmen Pemilik Perusahaan
dengan mengevaluasi kelemahan dan kekuatan Pengusaha harus membuktikan komitmen mereka
untuk memahami kompetensi kompetitif dalam melakukan internasionalisasi. Para
seseorang dan kesiapannya sebelum memasuki pengusaha UKM, khususnya, harus membuat
pasar global. Cavusgil dan Knight (2012) keputusan jika mereka ingin memasuki bisnis
menyatakan terdapat enam dimensi organisasi internasional. Studi pada masa lalu
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mengungkapkan bahwa kecenderungan
kesiapan organisasi untuk menuju internasionalisasi berkorelasi positif dengan
internasionalisasi. Keenam dimensi tersebut kemampuan dalam penerimaan risiko para
adalah: pengusaha terhadap pelaksanaan bisnis
internasional lebih cenderung berisiko daripada
1. Kemampuan bersaing di pasar perusahaan domestik (Wiedersheim dkk, 1978).
domestik Leonidou, Katsikeas dan Piercy (1998)
Kemampuan untuk melaksanakan bisnis secara melaporkan bahwa 8 dari 10 studi penelitian
efisien merupakan keunggulan bagi pengusaha mendukung hubungan positif antara tingkat
atas para pesaing asing dan akan mengalahkan ekspor dan kemampuan penerimaan risiko.

74 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Pengusaha yang dapat menerima resiko dengan penting untuk keberhasilan suatu perusahaan
baik cenderung untukmenginternasionalisasikan dalam internasionalisasi.
bisnis mereka dan memiliki lebih banyak
kesempatan untuk menjadi agen ekspor secara 6. Pengalaman dan pelatihan
keseluruhan daripada mereka yang tidak internasional
menerima resiko.Selain itu, sebuah studi oleh
Pengusaha harus memiliki pengalaman dan/atau
Manolova, Brush, Edelman dan Greene (2002)
mempunyai kecukupan yang terlatih secara
juga menunjukkan bahwa pengusaha yang
mendalam pada manajemen bisnis
memutuskan untuk internasionalisasi dengan
internasional.Mereka dapat memanfaatkan
penerimaan persepsi sekitarnya dengan lebih
pengetahuan untuk menyelenggarakan pelatihan
positif daripada para pengusaha pada perusahaan
bagi karyawan mereka untuk memperkuat
yang belum memasuki bisnis internasional.
kapasitas pengelolaan bisnis internasional.
Sebuah studi oleh Herrmann dan Datta (2002)
4. Standar Produk untuk Pasar Luar menunjukkan bahwa keahlian internasionalisasi
Negeri terjadi melalui manajemen pemasaran asing
Hal tersebut mengacu pada produk-produk yang seperti pekerjaan sebelumnya seorang karyawan
telah disertifikasi berdasarkan standar mereka pada sebuah perusahaan asing. Selain itu,
sesuai dengan prinsip-prinsip internasional, pengetahuan tentang pasar luar negeri akan
dengan ukuran berupa karakteristik utama, meningkatkan peluang untuk memperluas ekspor
penggunaan, dan informasi penting lainnya. Atau dan meningkatkan pemanfaatan strategis dalam
dengan kata lain, produk-produk tersebut telah penanaman modal internasional. Hal tersebut
secara khusus mendapatkan hak untuk dijual juga menghasilkan dampak positif pada
pada pasar luar negeri. Holm-Olsen (2008) internasionalisasi.
mengemukakan bahwa pengetahuan tentang
kelebihan dan kekurangan produk Industri Low-Tech
memungkinkan produsen untuk mengetahui hal- Kemampuan teknologi yang dimiliki perusahaan
hal yang harus dikembangkan dan ditingkatkan merupakan elemen penting yang menentukan
sehingga menjadi sebuah produk standar dan luar perumbuhan produksi dan daya saing perusahaan
biasa, yang mengarah kepada keberhasilan di tingkat internasional. Kemampuan ini tidak
sebagai produk ekspor. tersebar merata di seluruh sektor perekonomian.
Artinya, ada sebagian sektor yang memiliki
5. Kemampuan, pengetahuan, dan kemampuan teknologi yang lebih tinggi jika
sumber daya perusahaan dibandingkan dengan sektor lain. Dengan
Pengusaha harus memiliki pengetahuan dan demikian, analisis mengenai kemampuan
pemahaman dalam bertransaksi bisnis dengan teknologi dilakukan melalui suatu analisis yang
negara-negara asing. Mereka harus mengetahui disebut intensitas teknologi.
mengenai kesepakatan-kesepakatan tentang pajak
Pada tahun 2011, OECD melakukan pemetaan
dan hukum, serta sumber daya informasi yang
terhadap kemampuan teknologi industri di
baru dan lengkap berkaitan dengan pasar
berbagai sektor (OECD, 2011). Pengelompokan
domestik dan internasional. Mereka juga harus
sektor didasarkan pada International Standard
mampu mengelola sumber-sumber keuangan
Industrial Classification (ISIC) yang menjadi
yang cukup untuk mendukung bisnis
standar pengelompokan industri secara
internasional mereka.Sebuah studi yang
intenasional. ISIC yang digunakan dalam
dilakukan oleh Manolova dkk (2002),
pemetaan ini adalah ISIC Rev.3.
menyatakan bahwa keterampilan, pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman terakumulasi dari Selanjutnya, pemetaan ini menghasilkan
manajemen dengan organisasi bisnis gambaran intensitas teknologi yang dimiliki
internasional, bersama-sama dengan persepsi setiap sektor di industri manufaktur. Dalam
tentang kondisi sekitarnya merupakan pondasi melakukan pemetaan ini, OECD menggunakan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 75
tiga indikator yang menggambarkan intensitas Selanjutnya, pengelompokan tesebut diperiksa
teknologi, yaitu: i) belanja litbang dibagi nilai kembali dengan melihat intensitas litbang dari
tambah; ii) belanja litbang dibagi nilai produksi; setiap sektor. Intensitas litbang suatu sektor
iii) belanja litbang ditambah nilai teknologi yang dilihat dari pengeluaran litbang langsung dalam
terkandung dalam barang setangah jadi dan nilai bentuk persentase produksi. Perhitungan ini
investasi dibagi nilai produksi. Indikator- dilakukan setelah mengkonversi belanja litbang
indikator ini diterapkan di 12 negara anggota dan produksi masing-masing negara
OECD menggunakan data tahun 1991-1999. menggunakan Produk Domestik Bruto dalam
Dikarenakan keterbatasan data yang ada, hanya Purchasing Power Parity.
indikator i dan ii yang dapat digunakan dalam
pemetaan ini. Dari intensitas litbang, diperoleh empat kategori
dengan tingkat intensitas litbang yang berbeda
Setiap sektor memiliki skor untuk rasio i dan ii. tingkatannya. Industri yang termasuk dalam
Kedua skor ini digambarkan dalam diagram kategori yang lebih tinggi memiliki intensitas
pencar. Indikator i ditunjukkan oleh sumbu teknologi yang lebih tinggi daripada industri
horisontal sedangkan indikator ii ditunjukkan yang termasuk dalam kategori yang lebih rendah.
oleh sumbu vertikal. Dari diagram pencar yang Kategori yang dihasilkan dari pemetaan ini
dihasilkan, dapat dilihat posisi masing-masing adalah: teknologi tinggi (rata-rata intensitas
sektor. Sektor-sektor yang berada di posisi kanan litbang 9,3%), teknologi menengah-tinggi (rata-
atas (memiliki nilai variabel i dan ii yang relatif rata intensitas litbang 3,0%), teknologi
tinggi) dikelompokkan ke dalam intensitas menengah-rendah, (rata-rata intensitas litbang
teknologi tinggi. Demikian seterusnya hingga 0,8%) dan teknologi rendah (rata-rata intensitas
diperoleh empat kategori. Dengan kata lain, litbang 0,3%). Kelompok industri dalam setiap
intensitas teknologi adalah tingkat rasio belanja kategori intensitas teknologi diperlihatkan pada
litbang terhadap biaya produksi dan nilai tambah tabel 1.
suatu industri.

Tabel 1. Pengelompokan industri berdasarkan intensitas teknologi


Intensitas ISIC Rev.3 Kelompok Industri
Teknologi
Tinggi 353 Industri pesawat terbang
2423 Industri farmasi
30 Industri mesin kantor, akuntansi, dan komputasi
32 Industri radio, televisi dan peralatan komunikasi, serta
perlengkapannya
33 Industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur dan optic
Menengah 31 Industri mesin listrik dan perlengkapannya
Tinggi 34 Industri kendaraan bermotor
24 kecuali 2423 Industri kimia (kecuali farmasi)
352, 359 Industri rel kereta api dan perlengkapan transportasi
29 Industri mesin dan perlengkapannya
Menengah 351 Industri pembuatan dan perbaikan kapal dan perahu
Rendah 25 Industri karet dan barang dari karet
23 Industri batu bara, minyak bumi, gas alam, dan nuklir
26 Industri barang galian bukan logam
27 Industri logam dasar
28 Industri barang-barang dari logam kecuali mesin dan
perlengkapannya
Rendah 36 Industri furnitur dan pengolahan lainnya
37 Daur ulang
20 Industri kayu, serat kayu
21 Kertas, barang dari kertas

76 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Intensitas ISIC Rev.3 Kelompok Industri
Teknologi
22 Percetakan dan penerbitan
15 Industri makanan dan minuman
16 Industri tembakau
17 Industri tekstil,
18 Industri barang tekstil
19 Industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki
Sumber: OECD, 2011

METODOLOGI
Kajian ini dilandasi oleh hasil penelitian
kuantitatif yang memfokuskan pada analisis
mikro mengenai kesiapan perusahaan dalam
melakukan ekspor. Indikator yang dibangun
untuk mengukur tingkat kesiapan tersebut
diperoleh dari diagnostic tool yang disebut
CORETM atau Company Readiness to Export dari
Michigan State University. Pendekatan ini
merupakan perangkat self asessment yang dapat
mengestimasi kesiapan sebuah perusahaan untuk
memperluas operasinya secara internasional dan
memastikan kemampuannya untuk mengekspor
produk tertentu. Perusahaan yang dijadikan
sampel merupakan perusahaan berteknologi
rendah (low tech) yang menjadi prioritas
unggulan sektor manufaktur untuk menghadapi
AEC 2015, di antaranya sektor makanan dan
minuman, sektor tekstil dan produk tekstil (TPT),
dan sektor garmen. Selain dilihat dari jumlahnya
yang signifikan, kelompok perusahaan sektor ini
memiliki kontribusi yang signifikan dalam hal
ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Kontribusi
ekspor industri manufaktur teknologi rendah
dalam kurun 2000-2012 berkisar antara 43-54% Gambar 1.TahapanPenelitian
dari total ekspor industri manufaktur. Dalam hal
penyerapan tenaga kerja, kelompok industri ini Dalam melakukan penelitian ini, terdapat empat
memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga tahap yang dilakukan (gambar 1). Pertama,
kerja di atas 65% dari total tenaga kerja di menyusun kuesioner yang diadopsidari
TM
industri manufaktur Indonesia selama kurun diagnostic tools CORE . Kedua, menjaring data
2000-2012 (BPS, 2012). kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner ke
perusahaan terpilih. Ketiga, menghimpun hasil
kuesioner yang diperoleh dengan menggunakan
diagnostic tools CORETM. Sesuai dengan tujuan
utama dari penelitian ini adalah mengkaji
kesiapan perusahaan low tech untuk
melaksanakan internasionalisasi bisnisnya ke luar
negeri. Hasil keluaran CORE yang berupa posisi
kesiapan akan dipetakan berdasarkan tingkat
kesiapan produk dan kesiapan organisasi.
Keempat, menjaring dan mengolah data dan

78 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
informasi kualitatif dengan cara wawancara sumber daya perusahaan, serta (6) pengalaman
mendalam (in-depth interview) kebeberapa dan pelatihan internasional
perusahaan terpilih. Data sekunder juga
dikumpulkan dari Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perindustrian, asosiasi industri dan
Kadin.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 7
perusahaan sektor makanan dan minuman, 9
perusahaan TPT, dan 6 perusahaan sektor garmen
yang sudah teridentifikasi kesiapan ekspornya.
Kesiapan ekspor ini dapat dilihat dari dua
indikator yaitu kesiapan produk dan kesiapan
organisasional. Selanjutnya, tingkat kesiapan
ditentukan dalam rentang ukuran mulai dari
tingkatan rendah (0-49), menengah (50-79), dan
tinggi (81-100). Secara ringkas, tingkat kesiapan
ekspor perusahaan dari tiga sektor tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

Dilihat dari hasil pengukuran tingkat kesiapan


ekspor perusahaan, mayoritas perusahaan berada
pada tingkat kesiapan yang menengah, bahkan
beberapa perusahaan memiliki tingkat kesiapan
yang sangat rendah. Keberagaman hasil ini bisa Gambar 3. Dimensi kesiapan ekspor di tiga
dijelaskan lebih lanjut dengan menguraikan sector
faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
ekspornya yang disebut dengan dimensi Hasil penilaian berdasarkan dimensi kesiapan
internasionalisasi. Berdasarkan landasan teoritis ekspor ini bisa dipetakan seperti pada gambar 3.
yang telah dikemukakan sebelumnya, Perusahaan yang berasal dari sektor makanan dan
enamdimensi yang bisa menjelaskan kesiapan minuman memiliki skor yang cenderung tinggi
ekspor perusahaan diantaranya: (1) kemampuan untuk dimensi (1) kemampuan bersaing di pasar
bersaing di pasar domestik, (2) motivasi menuju domestik, (5) kemampuan, pengetahuan, dan
pasar internasional, (3) komitmen pemilik sumber daya perusahaan, dan (6) pengalaman dan
perusahaan, (4) standar produk untuk pasar luar pelatihan internasional. Sementara itu,
negeri, (5) kemampuan, pengetahuan, dan. perusahaan yang berasal dari sektor tekstil dan
produk tekstil memiliki skor yang cenderung

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 79
tinggi untuk dimensi (1) dan (5). Sedangkan Untuk menghadapi AEC 2015, pemangku
perusahaan yang berasal dari sektor pakaian jadi kepentingan dalam hal ini KADIN berharap
hanya memiliki skor yang tinggi untuk dimensi adanya keterlibatan integratif dalam pembuatan
(5). kebijakan pemerintah Indonesia seperti yang
sudah dilakukan negara-negara ASEAN lain, di
Sektor makanan dan minuman memiliki peluang antaranya Singapura, Malaysia, dan Thailand.
kesiapan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan Selain itu, Indonesia masih harus berbenah
dengan dua sektor lainnya dilihat dari jumlah karena sektor swasta masih jauh berada di luar
dimensi yang memiliki skor menengah-tinggi. lingkaran pengambilan keputusan oleh negara.
Namun tingginya peluang tersebut belum Industri dalam negeri juga perlu serius
mengindikasikan adanya motivasi yang tinggi mempersiapkan diri menghadapi AEC akhir 2015
menuju pasar internasional. Sementara itu, terutama setelah kita melihat hasil pemetaan
perusahaan dari sektor tekstil dan produk tekstil tingkat kesiapan perusahaan dalam melakukan
sudah memiliki kemampuan bersaing di pasar aktivitas ekspor sebagai sebuah indikator
domestik. Setelah mampu bersaing di pasar kemampuan bersaing di pasar global yang masih
domestik, perusahaan dari sektor tekstil dan belum cukup dikatakan siap.
produk tekstil lalu memperluas pasarnya ke luar
negeri dengan menghasilkan produk yang Dari 22 perusahaan sektor unggulan yang
memiliki kualitas yang lebih baik daripada tergolong memiliki daya saing cukup tinggi
produk yang dijual di pasar dalam negeri. Hal ini (CSIS, 2013), hanya satu perusahaan sektor
tentu saja bersesuaian dengan hasil penilaian makanan dan minuman yang memiliki tingkat
bahwa perusahaan tekstil dan produk tekstil kesiapan ekspor yang tinggi, dimana faktor utama
memiliki kemampuan, pengetahuan, dan sumber yang mendorong tingkat kesiapan ini adalah
daya perusahaan untuk memenuhi permintaan kemampuan bersaing di pasar domestik yang
pembeli dari luar negeri yang menginginkan cukup tinggi dan perusahaan menguasai pangsa
produk dengan kualitas yang lebih baik dari pada pasar yang cukup dominan dibanding pesaing
produk yang dijual di pasar dalam negeri. produk sejenisnya. Perusahaan ini memiliki
Selanjutnya, perusahaan sektor pakaian jadi aktivitas inovasi yang juga cukup tinggi
memiliki skor tinggi hanya untuk dimensi meskipun bersifat inkremental, tapi dilakukan
kemampuan, pengetahuan, dan sumber daya secara berkelanjutan dan dilakukan sesuai dengan
perusahaan. Perusahaan sektor pakaian jadi tidak tren permintaan konsumen dan perkembangan
menjual produknya ke pasar dalam negeri karena global dari pasar ekspornya. Selain itu,
hanya memenuhi pesanan dari luarnegeri. perusahaan mendapatkan dukungan komitmen
dari pemilik dan manajemen mengalokasikan
Hasil temuan penelitian ini mengindikasikan ada secara khusus pengembangan produk baik dalam
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap bentuk unit riset maupun keterlibatan dalam
kesiapan ekspor perusahaan berteknologi rendah. pelatihan atau pameran internasional.
Faktor pertama, kemampuan bersaing di pasar
domestik memberikan kemudahan untuk Perusahaan yang terkategori memiliki tingkat
membuka pasar di luar negeri karena kualitas kesiapan rendah utamanya adalah perusahaan
produknya sudah teruji di pasar. Faktor kedua, garmen dan sebagian perusahaan tekstil yang
keterampilan, pengetahuan, dan sumber daya memiliki karakteristik ekspor 100% untuk
yang tinggi pada perusahaan memberikan memenuhi pesanan pembeli dari luar negeri
keuntungan untuk memperkuat kapasitas dengan spesifikasi produk yang sudah ditentukan.
perusahaan dalam melakukan transaksi Kemungkinan perusahaan untuk melakukan
internasional. Faktor ketiga, pengalaman inovasi sangat kecil karena terbatas pada desain
perusahaan dan karyawan yang terlatih di tingkat produk yang sudah dipersyaratkan sebelumnya.
internasional yang memudahkan perusahaan Sehingga tingkat kesiapan produknya tergolong
untuk membuka jaringan dan strategi pasar luar pada level yang rendah.
negeri.

80 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Dengan melihat hasil pemetaan kesiapan ekspor DAFTAR PUSTAKA
di tingkat perusahaan, bisa dijadikan bahan dalam
melihat kondisi riil dari perusahaan di tiga sektor ASEAN. (2011). ASEAN Economic Community
berbeda seperti apa respon mereka terhadap Factbook. Jakarta: ASEAN Secretariat.
integrasi regional yang diberlakukan menjelang
Blemish, P. W., & Lu, W. J. (2001). The
AEC 2015. Pelaku industri dalam hal ini akan
Internationalization and Performance of
mendapat tantangan yang cukup besar terutama
SMEs. Startegic Management Journal, 565-
dari kompetisi untuk mendapatkan sumber-
586.
sumber input, SDM, teknologi sampai persaingan
mendapatkan pasar yang lebih besar. BPS. (2012). Badan Pusat Statistik. (Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia) Retrieved
KESIMPULAN Februari 10, 2014, from Website Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia:
Dalam menghadapi tantangan dan peluang atas
http://bps.go.idCaloghiru, Y., Kastelli, I., &
diberlakukannya AEC tahun 2015, ada tiga
Tsakanikas, A. (2004). Internal Capabilities
usulan kebijakan yang menjadi hasil analisis dari
and External Knowledge Sources:
studi yang telah dilakukan, diantaranya:
Complements or Substitutes for Innovative
1. Pemerintah perlu menciptakan iklim industri Performance? Technovation, 29-39.
yang kondusif bagi pelaku industri, tak Chia, S. (2013). The ASEAN Economic
terkecuali industri sektor low tech sehingga Community: Progress, Challenges, and
mampu menumbuhkan industri yang kuat Prospects. ADBI Working Paper 440.
yang pada akhirnya menjadi basis pasar
Cohen, W. M., & Levinthal, D. A. (1990).
dalam negeri sebagaimana yang sudah
Absorptive Capacity: A New Perspective on
dilakukan oleh Cina. Hal penting yang perlu
learning and innovation. Administrative
diperhatikan tidak hanya mencakup
Science Quarterly, 128-152.
pemanfaatan fasilitasi ekspor impor, tapi
juga mengenai penggunaan konten lokal CSIS. (2013). Impact of FTAs in Indonesia:
(Rule of Origin) dengan regulasi yang jelas Study and Business Perspective Survey
dan tepat sasaran sehingga dapat Results 2013.
menghindari penggunaan produk impor
Deresky, H. (1994). International Management.
yang berlebihan. Pada akhirnya, industri
New Jersey: Prentice Hall.
domestik masih tetap bisa tumbuh dan
bersaing dengan pemain dari negara Dosi, G. (1988). The nature of the innovative
kawasan ASEAN. process. In G. Dosi, C. Freeman, R. Nelson,
2. Penguatan aktivitas sistem inovasi mulai & L. Soete, Technical Change and
dari level nasional, industri sampai pada Economic Theory. London: Pinter.
level perusahaan sehingga dapat mendorong Dunning, J. H., & Lundan, S. M. (2008).
penguatan daya saing industri domestik. Multinational Enterprises and the Global
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah Economy, 2nd Edition. Cheltenham: Edward
adanya sinergi antara formulasi kebijakan Elgar.
pemerintah dengan kebutuhan industri yang
tidak hanya bersifat jangka pendek tapi juga Fletcher, R. (2001). A Holistic Approach of
menjangkau aspek jangka panjangnya. Internationalization. International Business
3. Memberikan stimulus berupa insentif bagi Review, 25-49.
perusahaan yang bisa memberikan kinerja Fosfuri, A., & Tribó, J. A. (2008). Exploring the
terbaik dalam meningkatkan daya saingnya antecedents of potential absorptive capacity
di tingkat global. and its impact on innovation performance.
Omega, 173-187.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 81
Guan, J. (2003). Innovative capability and export Lefebvre, É. (2005). Innovative capabilities as
performance of Chinese firms. Determinants of Export Performance and
Technovation, 737–747. Behaviour: A Longitudinal Study of
Manufacturing SMEs Élisabeth. In A. E.
Hitt, M. A., Hoskinsson, R., & Kim, H. (1997).
Kleinlenecht, Innovation and Firm
International Diversification: Effects on
Perfomance: Econometric Explorations of
Innovation and Firm Performance in Product
Survey Data. MacMillan Press.
Diversified Firms . Academy of Management
Journal, 767-798. OECD. (2011). ISIC REV.3 TECHNOLOGY
INTENSITY DEFINITION: Classification
Jane, O. (2012). Proses Internasionalisasi
of manufacturing industries into categories
Perusahaan: Desain Strategi dan Organisasi
based on R&D intensities.
(Studi KAsus UKM di Kota Bandung).
Bandung: LPPM, Universitas Katolik Oviatt, B. M., & McDougall, P. P. (1994).
Parahyangan. Towards a Theory of New International
Ventures. Journal of International Business
Johanson, J., & Vahlne, J. E. (1977). The
Studies, 45-64.
Internationalization Process of the Firm - A
Model of Knowledge Development and Rush, H., Bessant, J., & Hobday, M. (2007).
Increasing Foreign Market Commitments. Assessing the technological capabilities of
Journal of International Business Studies, firms: developing a policy tool. R&D
23-32. Management, 221-236.
Johanson, J., & Vahlne, J. E. (2009). The Sholeh. (2013). Persiapan Indonesia dalam
Uppsala internationalization process model Menghadapi AEC (ASEAN Economic
revisited: From liability of foreigness to Community) 2015. eJournal Ilmu Hubungan
liability outsidership. Journal of Internasional, 509-522.
international Business Studies, 1411 - 1434.
Sullivan, D. (1994). Measuring the Degree of
Kafourus, M. I., Buckley, P. J., Sharp, J. A., & Internationalization of A Firm. . Journal of
Wang, C. (2008). The role of International Business Studies, 325-342.
internationalization in explaining innovation
Thompson, A., Scritland, A., & Gamble, J.
performance. Technovation, 63-74.
(2010). Crafting and Executing Strategy:
Kemenko Bidang Perekonomian, K. B. (2013). The Quest for Competitive Advantage.
Kebijakan Inland FTA dalam Rangka McGraw Hill.
Penguatan Industri Domestik dan
Zawislak, P. A., Alves, A. C., Gamarra, J. T.,
Peningkatan Ekspor menghadapi ASEAN
Barbieux, D., & Reichert, F. M. (2012).
Economic Community (AEC) 2015. Jakarta:
Innovation Capability: from Technological
Kemenko Bidang Perekonomian.
to Transactional Capability. Journal of
Knight, G. A., & Cavusgil, S. T. (2004). Technology Management & Innovation, 14-
Innovation, Organisational Capabilities, and 27.
the Born-Global Firm Journal of
Zawislak, P. A., Alves, A. C., Gamarra, J. T.,
International Business Studies, 35 (2), 124-
Barbieux, D., & Reichert, F. M. (2013).
141. . Journal of International Business
Influences of the Internal Capabilities of
Studies, 124-141.
Firms on their Innovation Performance: A
Lall, S. (1992). Technological capabilities and Case Study Investigation in Brazil.
industrialization. . World Development, 165- International Journal of Management, 329-
186. 348.
Lassare, P. (2010). Global Business Strategy.
Insead Publisher.

82 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Manajemen Rantai Nilai dalam Adopsi Teknologi Kentang di
Sentra Produksi Kabupaten Kerinci
Value Chain Management in Potato Technology Adoption in Kerinci
Production Center
Adhitya Marendra Kiloes1*, Puspitasari1, M. Jawal Anwarudin Syah1
1Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura,
Jl. Tentara Pelajar No. 3C, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16111

Keyword ABSTRACT
Potato, Kerinci, Value chain,
Technology Kerinci district is one of the centers of potato production in Indonesia. IAARD
through Indonesian Center for Horticulture Research and Development and
Indonesia Vegetable Research Institute has produced some potato cultivation
technology that ready to disseminated in accordance with the needs of the
production centers including Kerinci. The aim of this paper to present the
results of the activities on the identification of value chain system that applies to
potato agribusiness in Kerinci district to determine the strategy of intervention
application of technological innovation to enhance the competitiveness of the
potato. The results show that the identification of the value chain in the
production process there are still many farmers who use uncertified seed, while
the use of certified seeds will increase production significantly. Also identified
technologies that use botanical pesticides in potatoes can give added value in
the form of leaves of the potato plant waste so it can be used as feed for rabbits.
In terms of harvest and post-harvest, in addition to fresh potatoes sold in the
form of ordinary peasant production is processed into refined products such as
dodol, perkedel, and potato chips. Therefore processed potato varieties IAARD
like Amabile and Maglia are potential to be developed in Kerinci regency as
raw materials for processing.

Kata Kunci SARI KARANGAN


Kentang, Kerinci, Kabupaten Kerinci merupakan salah satu sentra produksi kentang di
Rantai nilai, Teknologi Indonesia. Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah
menghasilkan beberapa teknologi budidaya kentang yang siap
didiseminasikan sesuai dengan kebutuhan di sentra produksi termasuk
Kabupaten Kerinci. Makalah ini bertujuan untuk menyampaikan hasil
kegiatan tentang identifikasi sistem rantai nilai yang berlaku pada agribisnis
kentang di Kabupaten Kerinci guna menentukan strategi intervensi
penerapan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing kentang. Hasil
identifikasi rantai nilai menunjukkan bahwa pada proses produksi masih
banyak petani yang menggunakan benih yang tidak bersertifikat, sementara
penggunaan benih bersertifikat dapat meningkatkan produksi secara
signifikan. Diidentifikasi juga bahwa penggunaan teknologi pestisida nabati
pada kentang dapat memeberikan nilai tambah pada limbah tanaman kentang
berupa daun sehingga dapat dijadikan pakan bagi ternak kelinci. Dari segi
panen dan pascapanen, selain dijual dalam bentuk segar kentang hasil
produksi petani biasa diolah menjadi beberapa produk olahan seperti dodol
kentang, perkedel, dan keripik kentang. Oleh karena itu varietas kentang
olahan Badan Litbang Pertanian seperti Amabile dan Maglia berpotensi
untuk dikembangkan di Kabupaten Kerinci sebagai bahan baku olahan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016


Corresponding author.
E-mail address: aditkilus@yahoo.com

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 83
PENDAHULUAN meningkatkan produksi dan daya saing komoditas
tersebut. Teknologi-teknologi tersebut mulai dari
Dalam era perdagangan bebas dimana hulu hingga ke hilir.
Indonesia terikat perjanjian baik itu secara regional
ataupun bilateral dengan negara-negara lain, Selama ini sentra produksi kentang terdapat
mengharuskan Indonesia untuk memiliki produk- di beberapa daerah di Indonesia diantaranya
produk yang harus dapat bersaing di pasar global. Kerinci di Jambi, Pangalengan di Jawa Barat,
Di dalam negeri sendiri, produk-produk lokal harus Dieng di Jawa Tengah, dan Curup di Bengkulu
bersaing dengan produk-produk impor yang akan (Suharjo et al 2010). Kabupaten Kerinci
mudah sekali masuk ke pasar Indonesia, sedangkan merupakan salah satu sentra produksi kentang yang
di luar negeri produk-produk Indonesia harus potensial untuk dikembangkan karena memiliki
mampu bersaing dengang produk-produk negara agroekosistem yang menunjang dan juga fasilitas
lain untuk mengisi pasar internasional. Untuk itu yang mendukung untuk agribisnis kentang seperti
posisi tawar dari berbagai komoditas pertanian adanya Balai Benih Induk Kentang (BBIK) di
harus ditingkatkan (Muslim dan Nurasa 2011). Kecamatan Kayu Aro, Kerinci (Puslitbang
Hortikultura 2015).
Kentang merupakan salah satu komdoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan survey pendahuluan yang
Menurut penelitian Kiloes (2015) komoditas dilakukan mengenai agribisnis komoditas kentang
kentang di sentra produksi Pangalengan memiliki di Kabupaten Kerinci masih terdapat beberapa
daya saing yaitu keunggulan kompetitif dan inefisiensi yang ditemui. Penggunaan benih yang
komparatif, begitu pula dengan yang terdaji di tidak bersertifikat merupakan salah satu contoh
Dieng (Saptana et al 2001). Selain digunakan inefisiensi yang dapat menyebabkan tidak
sebgai sayur, kentang juga merupakan salah satu optimalnya produksi kentang. Penelitian
alternatif pengganti bahan makanan pokok beras sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan
sehingga berpeluang untuk digunakan dalam upaya benih bersertifikat akan meningkatkan hasil
diversifikasi pangan (Haris 2010; Utami et al usahatani kentang (Ridwan et al 2010). Selain itu
2012). masih terdapat inefisiensi lain yang dapat
menimbulkan inefisiensi dalam rantai nilai
Adiyoga (2011) menyatakan bahwa komditas kentang tersebut.
konsumsi kentang meningkat 46,6% selama kurun
waktu lima tahun terakhir. Sementara produksi Badan Litbang Kementerian Pertanian
kentang yang berfluktuasi sedangkan konsumi melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan
kentang terus meningkat, kebutuhan kentang Hortikultura dalam beberapa tahun telah
nasional diperoleh melalui jalan impor. Untuk memperkenalkan beberapa teknologi dalam
memenuhi kebutuhan kentang nasional yang tidak agribisnis kentang di Kabupaten Kerinci. Kegiatan
bergantung kepada pasokan impor maka perlu ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dibangun suatu agribisnis kentang dari hulu hingga agribisnis kentang di Kabupaten Kerinci. Dengan
ke hilir yang efisien sehingga dapat mencukupi penerapan teknologi tersebut diharapkan akan
kebutuhan nasional. ditemui efisiensi dalam rantai nilai komoditas
kentang di Kabuapten Kerinci.
Salah satu upaya untuk meningkatkan
produksi dan daya saing komoditas pertanian Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
adalah dengan menggunakan teknologi yang telah untuk mengkaji adopsi teknologi dalam agribisnis
dihasilkan selama ini, terutama teknologi yang kentang di Kabupaten Kerinci serta pengembangan
ramah lingkungan dan berkelanjutan (Sumarno yang dapat dilakukan dilihat dari manajemen rantai
2006). Teknologi-teknologi tersebut perlu dirakit nilai produk komoditas kentang dan turunannya,
dalam bentuk SOP yang bersifat spesifik lokasi untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang
dengan memperhatikan keberlanjutan dan juga di sentra produksi.
kelestarian lingkungan. Pada komoditas kentang
telah dihasilkan beberapa teknologi yang dapat

84 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
KERANGKA TEORI Badan Litbang Pertanian telah menempuh
sembilan pendekatan sistem inovasi sesuai dengan
Konsep rantai nilai dipopulerkan oleh segmentasi sistem agribisnis yaitu pengelolaan
Michael E. Porter pada tahun 1985 dalam buku SDM, sistem produksi, pascapanen, logistik dan
‘Competitive Advantage, Creating and Sustaining distribusi, pengelolaan lingkungan, pemasaran,
Superior Performance’. Porter memberikan kelembagaan, dukungan manajemen, dan blok
pemahaman rantai nilai sebagai sebuah kombinasi program (Hilman, 2014). Tidak semua komponen
dari aktivitas-aktivitas operasi penambahan nilai dalam sistem inovasi agribisnis tersebut dapat
umum dalam sebuah perusahaan. Fokus utama diterapkan untuk meningkatkan daya saing dalam
dalam rantai nilai terletak pada keuntungan yang satu kawasan, tergantung bagaimana kondisi
ditambahkan kepada konsumen, proses saling faktor-faktor pembentuk daya saing kawasan
tergantung yang menghasilkan nilai, dan tersebut terhadap daya saingnya.
permintaan yang dihasilkan serta arus dana yang
dibuat (Feller, Shunk, dan Callarman, 2006). METODE

Dalam rantai nilai terdapat pelaku-pelaku Kajian ini merupakan kajian eksploratif
utama dalam bisnis, pelaku yang tidak terlibat yang bersamaan dengan dilakukannya kegiatan
langsung dalam bisnis namun dapat berperan pengembangan hortikultura terintegrasi ternak oleh
sebagai pendukung, dan juga faktor-faktor Puslitbang Hortikultura di Kabupeten Kerinci.
eksternal yang berpengaruh terhadap bisnis Pada kegiatan ini diujicobakan beberapa varietas
keseluruhan di dalam rantai nilai. unggul kentang Badan Litbang Pertanian di sentra
produksi kentang Kabupaten Kerinci.

Selain itu dilakukan pula diskusi kelompok


terfokus yang dilakukan bersama petani kentang,
pedagang, pembuat kebijakan tingkat Kabupaten
Kerinci dan juga penyuluh pertanian wilayah
Kecamatan Kayu Aro. Dalam diskusi ini
diidentifikasi rantai nilai yang berlaku untuk
komoditas kentang di Kabupaten Kerinci. Pada
diskusi juga dilakukan identifikasi permasalahan-
permasalahan yang ditemui di setiap mata rantai
Gambar 1. Konsep rantai nilai serta peluang penerapan inovasi teknologi untuk
meminimalisir permasalahan-permasalahan
Dari studi literatur mengenai daya saing
tersebut serta untuk meningkatkan efisiensi rantai
suatu kawasan di beberapa penelitian terdahulu,
nilai komoditas kentang.
diperoleh gambaran bahwa untuk mengukur daya
saing klaster atau suatu kawasan dapat digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
konsep yang dipaparkan oleh Porter (1990).
Menurut Porter, suatu kawasan merupakan Kondisi Daerah Penelitian
konsentrasi geografis perusahaan dan institusi yang
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di
saling berhubungan pada sektor tertentu, yang
Provinsi Jambi, Indonesia. Kerinci ditetapkan
saling berhubungan karena kebersamaan dan saling
sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi
melengkapi. Untuk mengukur dapat mengacu
Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai
kepada model daya saing industri yang
Penuh. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan
mengadopsi model diamond porter yaitu faktor
berpindah ke Siulak bersamaan dengan pemekaran
kondisi, kondisi permintaan, industri pendukung
Sungai Penuh manjadi Kotamadya. Kabupaten
dan terkait, strategi perusahaan dan persaingan,
Kerinci memiliki luas 3.355,27 km² terdiri atas 12
peran pemerintah, dan kesempatan. Model ini
kecamatan. Kecamatan Kayu Aro termasuk salah
dapat dikembangkan menjadi model konseptual.
satu daerah produksi kentang terbesar di
Kabupaten Kerinci. Kecamatan ini berada di

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 85
dataran tinggi di sekeliling kaki Gunung Kerinci.
Kondisi agroklimat daerah ini cocok untuk
ditanami berbagai tanaman sayuran, seperti
kentang, kubis, cabai, dan bunga kol.

Identifikasi rantai nilai dan permasalahannya Gambar 2. Rantai nilai komoditas kentang di
Proses inti dari rantai nilai komoditas Kabupaten Kerinci
kentang di Kabupaten Kerinci dimulai dari petani
yang memproduksi kentang konsumsi, kemudian
dijual ke pedagang pengumpul, pedagang antar Dari identifikasi rantai nilai tersebut terdapat
provinsi, dan kemudian pasar besar. Selain itu ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan
rantai lain yang menjadi alternatif usahatani untuk meningkatkan efisiensi rantai nilai komditas
kentang di Kabupaten Kerinci. Kentang konsumsi kentang di Kabupaten Kerinci. Beberapa
hasil panen petani sebagian besar dibeli oleh petani permasalahan tersebut antara lain ada pada rantai
lain untuk digunakan sebagai benih. Tentunya perbenihan, produksi, dan pascapanen. Intervensi
dengan harga lebih mudah dibandingkan benih penerapan teknologi dapat dijadikan alternatif
bersertifikat. Selanjutnya mata rantainya akan untuk meningkatkan efisiensi rantai nilai.
sama dengan mata rantai pertama.

Alternatif ketiga dalam rantai nilai Peluang adopsi teknologi pada rantai
komoditas kentang di Kabupaten Kerinci adalah perbenihan
hasil panen petani yang kemudian akan dibeli oleh Menurut survey yang dilakukan, terdapat
pedagang pengumpul atau langsung dibeli oleh beberapa permasalahan pada mata rantai
UKM pengolahan kentang. Biasanya kentang yang perbenihan kentang di Kabupaten Kerinci. Selama
digunakan adalah kentang yang kualitasnya kurang ini benih yang ada didatangkan dari luar daerah
baik. UKM pengolahan kentang ini akan mengolah terutama daerah Pangalengan di Jawa Barat,
kentang menjadi beberapa produks seperti dodol terutama untuk benih kentang kelas G0 berbentuk
kentang, keripik, perkedel, dan beberapa produk umbi. Seperti diketahui bahwa Pangalengan
olahan lain. merupakan salah satu sentra produksi kentang di
Selain proses inti terdapat pula pendukung Indonesia (Kiloes 2015; Suharjo et al 2010).
dari proses inti tersebut yang merupakan pelaku Walaupun di Kabupaten Kerinci tepatnya di
yang tidak terlibat langsung pada proses inti. Para Kecamatan Kayu Aro terdapat Balai Benih Induk
pelaku tersebut diantaranya penyedia benih yang Kentang, namun keberadaannya kurang
terdiri dari BBIK dan penangkar, penyedia input- dimanfaatkan. Hal tersebut mengakibatkan
input produksi, dan penyuluhan baik itu dari Kabupaten Kerinci masih terus bergantung kepada
pemerintah daerah ataupun dari Kementerian pasokan benih dari Pangalengan.
Pertanian yang dalam hal ini adalah BPTP Jambi. Dari segi geografis sentra produksi kentang
Meskipun para pelaku ini tidak terlibat langsung Kabupaten Kerinci terletak di tengah-tengah Pulau
pada proses inti tetapi ikut juga menentukan Sumatera dan posisinya tidak strategis. Dari kota
efisiensi dari rantai nilai komoditas kentang yang padang memakan waktu hingga tujuh jam
ada. perjalanan darat sedangkan dari Kota Jambi
memakan waktu hingga 10 jam perjalanan darat.
Jauhnya lokasi sentra produksi ini menyebabkan
tingginya biaya transportasi yang dibutuhkan
terutama untuk mendatangkan benih dari luar
daerah.

86 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tingginya biaya transportasi tersebut akan efisiensi pada rantai perbenihan yaitu dengan
mengakibatkan tingginya harga benih sehingga memproduksi benih bersertifikat yang akan
biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih tinggi. memberikan hasil lebih baik jika dibandingkan
Penelitian sebelumnya dikatakan bahwa komponen penggunaan benih kentang yang tidak bersertifikat.
biaya terbesar dalam usahatani kentang adalah
benih (Kiloes et al 2015; Ridwan et al 2010).
Karena tingginya harga benih terutama benih
bersertifikat yang diproduksi oleh BBIK dan
penangkar-penangkar bersertifikat maka petani
terpaksa menggunakan benih sisa hasil panen
kentang musim tanamn yang lalu, atau membeli
sisa hasil panen kentang petani lain. Hal ini
dilakukan karena kentang sisa hasil panen
memiliki harga yang lebih murah dibandingakan
benih kentang bersertifikat. Bahkan petani tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk benih apabila
menggunakan benih hasil panen sendiri.

Ridwan et al (2010) menyatakan bahwa


penggunaan benih kentang bersertifikat akan Gambar 3. Fasilitas yang dimiliki BBIK Kayu Aro
meningkatkan keuntungan usahatani kentang.
Namun karena harganya yang cukup mahal maka Selain fasilitas yang telah ada, beberapa
tidak banyak petani yang menggunakan benih teknologi dapat digunakan untuk mendukung
kentang bersertifikat. Untuk itu perlu diatur suatu BBIK Kayu Aro untuk dapat memproduksi benih
strategi yang dapat meningkatkan penggunaan sendiri. Teknologi aeroponik untuk memproduksi
benih bersertifikat agar pendapatan usahatani juga benih kentang merupakan teknologi yang potensial
meningkat. untuk diguankan. Menurut Gunawan dan Afrizal
(2009) teknologi aeroponik merupakan teknologi
Badan Litbang Pertanian melalui Puslitbang yang cukup murah dan hasilnya lebih tinggi
Hortikultura telah melakukan demplot dan kajian dibandingkan teknologi konvensional. Dengan
mengenai peningkatan efisiensi agribisnis menggunakan teknologi ini benih kentang
perbenihan kentang di Kabupaten Kerinci. bersertifikat akan lebih murah dan terjangkau oleh
Beberapa opsi yang dapat diambil adalah para penangkar dan petani.
memproduksi benih bersertifikat dengan harga
murah secara massal, dan selain itu opsi lainnya Peluang adopsi teknologi pada rantai produksi
adalah melakukan delegasi legalitas kepada Balai
Pada mata rantai produksi, terdapat juga
Penelitian Tanaman Sayuran agar BBIK Kayu Aro
beberapa permasalahan yang ditemui. Penggunaan
dapat memproduksi planlet benih kentang sendiri
pestisida seringkali ditemui sangat berlebihan dan
tanpa harus mendatangkan benih G0 berbentuk
tidak sesuai dosis. Hal ini akan menurunkan nilai
umbi dari daerah lain.
dari kentang yang diproduksi. Selain itu bahaya
BBIK Kayu Aro sebenarnya telah memiliki residu baik itu pada umbi maupun pada petani
fasilitas yang mencukupi untuk dapat yang melakukan penyemprotan juga perlu
memproduksi planlet benih kentang sendiri. BBIK diminimalisir.
Kayu Aro memiliki beberapa fasilitas screenhouse
Teknologi pestisida nabati dapat digunakan
dan laboratorium kultur jaringan yang dapat
untuk meminimalisasi penggunaan pestisida kimia
digunakan untuk memproduksi benih kentang.
yang membahayakan. Beberapa tanaman lokal
Selain itu gudang penyimpanan benih juga tersedia
dapat digunakan sebagai pestisida nabati pada
dengan kapasitas cukup memadai. Dengan fasilitas
tanaman kentang. Selain itu pupuk kandang juga
tersebut ditambah dengan adanya 13 orang
dapat diberikan untuk menggantikan pupuk kimia.
penangkar bersertifikat akan dapat meningkatkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 87
Pupuk kandang dapat diperoleh dari budidaya Tabel 1. Perbandingan produksi kentang antara
kelinci yang ada di sekitar Kayu Aro. perlakuan anorganik, semi organik, dan
organik

Berat Umbi (kg)


Varietas
Anorganik Semi Organik Organik

Maglia 144 114 111

Granola 235 242 168

Atlantik 105 86 31

Pakan kelinci berupa daun atau batang


kentang sebanyak 1 kg dapat dihabiskan oleh
seekor kelinci rata-rata selama ± 6 jam.
Berdasarkan pengamatan, peningkatan bobot
kelinci (umur 30 hari) selama 7 hari berkisar antara
140 gram sampai 260 gram. Peningkatan bobot
Sumber: pribadi (2012)
kelinci yang masih dalam taraf pertumbuhan
Gambar 4. Teknologi aeroponik untuk perbenihan berkisar antara 20 – 30 gram perhari. Dari Tabel 2.
kentang tampak bahwa selama 7 hari, rata-rata peningkatan
bobot kelinci (0,22 Kg) yang diberi pakan selingan
Jika dilihat dari hasil panen penggunaan daun atau batang kentang lebih tinggi
pupuk dan pestisida organik memiliki peluang dibandingkan dengan bobot kelinci yang hanya
untuk dikembangkan karena hasilnya yang tidak diberi pakan rumput saja (0,19 Kg), dan perbedaan
berbeda jauh dengan perlakuan kimia. Apalagi jika rata-rata peningkatan bobot tersebut sebesar 30
digunakan kombinasi perlakuan dimana pupuk gram per 7 hari. Hal ini mengidikasikan bahwa
yang digunakan adalah pupuk kimia dan pestisida daun-batang kentang mempunyai mutu lebih baik
yang digunakan adalah pestisida organik, maka dibandingkan rumput sebagai pakan ternak
hasilnya akan lebih besar jika dibandingkan Kelinci. Sebanyak 1 kg daun limbah kentang dapat
dengan perlakuan organik murni. Perbandingan diperoleh dari 1 m2 tanaman kentang yang ditanam
tersebut dapat dilihat pada tabel 1. dengan jarak tanam 10x10 cm atau sebanyak 10
Penggunaan input-input produksi organik tanaman dalam 1 m2.
juga dapat meningkatkan nilai tambah kentang Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pakan Daun kentang
baik itu di pasar ataupun sebagai input usahatani (1kg/hari, selama 7 hari) terhadap
lainnya. Kentang organik di pasar dihargai lebih Peningkatan Bobot kelinci berumur 30
mahal dibandingkan kentang yang dipelihara hari
secara konvensional. Hal ini disebabkan karena
Berat awal kelinci Berat akhir kelinci
rendahnya residu pestisida kimia yang dapat Peningkatan bobot
kelinci (Kg)
membahayakan kesehatan. Selain itu pemberian (Kg ) (Kg)

pestisida organik dapat menjadi input untuk NO


Rumput Rumput Rumput Rumput Rumput Rumput
usahatani kelinci yang berkembang di sekitar Kayu semua semua semua
+ Daun + Daun + Daun
Aro. kentang kentang kentang

1. 0,25 0,26 0,5 0,48 0,25 0,22

0,52
2. 0,30 0,30 0,55 0,25 0,22

3. 0,30 0,29 0,56 0,51 0,26 0,22

4 0,30 0,30 0,54 0,53 0,24 0,23

88 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
5. 0,25 0,27 0,46 0,47 0,21 0,20
maglia dan amabile berpeluang untuk dijadikan
6 0,25 0,24 0,5 0,45 0,25 0,21 produk olahan seperti keripik kentang dan kentang
7 0,25 0,25 0,46 0,39 0,21 0,14
goreng. Hal ini akan membuat agribisnis kentang
di Kabupaten Kerinci menjadi lebih memiliki nilai
8 0,27 0,28 0,48 0,49 0,21 0,21
tambah.
9 0,26 0,26 0,4 0,40 0,14 0,14

10 0,26 0,25 0,47 0,39 0,21 0,14


PENUTUP

Rata
-rata
0,269 0,27 0,492 0,463 0,22 0,19 Dari hasil kajian yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa adopsi teknologi dan
inovasi diperlukan untuk meningkatkan efisiensi
rantai nilai pada agribisnsi kentang di Kabupaten
Penggunaan beberapa teknologi seperti
Kerinci. Beberapa teknologi tersebut bisa untuk
mulsa plastik dan beberapa teknologi pemupukan
meningkatkan produksi, memberikan nilai tambah,
akan dapat berpeluang untuk meningkatkan
dan juga menghemat tenaga kerja sehingga biaya
produksi dan memperkecil biaya. Hal ini dapat
yang dikeluarkan jadi lebih sedikit.
terjadi karena efisiensi yang berpeluang untuk
dicapai dengan menggunakan beberapa teknologi DAFTAR PUSTAKA
tersebut, selain hasil yang berpeluang untuk lebih
Muslim, C dan Nurasa, T. 2011. ‘Daya Saing
tinggi.
Komoditas Promosi Ekspor Manggis, Sistem
Peluang adopsi teknologi pada rantai Pemasaran dan Kemantapannya di Dalam
pascapanen Negeri (Studi Kasus di Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat). Jurnal Agro
Pada rantai pascapanen peningkatan efisieni
Ekonomi, Vol. 29 (1): 87-111
rantai nilai juga dapat dilakukan dengan
menggunakan mekanisasi pertanian terutama untuk Kiloes, AM, Sayekti, AL, Jawal. M, Anwarudin
pengolahan kentang menjadi tepung kentang. Syah. 2015. ‘Evaluasi Daya Saing
Sebuah bantuan alat penepung kentang telah Komoditas Kentang di Sentra Produksi
diberikan kepada Kelompok Wanita Tani dan telah Pangalengan Kabupaten Bandung’. J-Hort.
digunakan untuk membuat perkedel dan dodol Vol. 25, no. 1, hlm. 88-96
kentang. Hal ini akan menghemat biaya untuk
tanaga kerja sehingga dapat meningkatkan efisiensi Saptana, Sumaryanto, dan S. Friyanto. 2001.
rantai nilai pada proses pascapanen. ‘Analisis Keunggulan Komparatif dan
Kompetitif Komoditas Kentang dan Kubis di
Wonosobo, Jawa Tengah’. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan
Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian

Haris. 2010. ‘Pertumbuhan dan Produksi Kentang


pada Berbagai Dosis Pemupukan’. Jurnal
Agrisistem (6) 1: 15-22

Utami, U., L. Hariani., dan R. Setyaningrum. 2012.


‘Pengujian Potensi Bakteri Endofit terhadap
Pertumbuhan Populasi Nematoda Sista
Kuning (Globodera rostochiensis) Pada
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)’.
Gambar 5. Penggunaan mulsa plastik
Sainstis Volume 1, Nomor 2: 104-114
Beberapa varietas kentang olahan juga
Sumarno. 2006. Peranan Teknologi dalam
berpeluang untuk meningkatkan efisiensi rantai
Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
nilai agribisnis kentang. Varietas kentang seperti
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 89
/Pros_Sumarno_06.pdf diunduh 5 Meningkatkan Pendapatan Usahatani Petani
September 2016 Kentang’. Jurnal Hortikultura Vol 20 (2):
196-206.
Suharjo, UKJ., Herison, C., dan Fahrurrozi. 2010.
‘Keragaan Tanaman Kentang Varietas Feller, A, Shunk, D, and Callarman, T. 2006.
Atlantik dan Granola di Dataran Medium Value Cahins Versus Supply Chains.
(600 m dpl) Bengkulu Pasca Irradiasi Sinar BPTrends, March 2006.
Gamma’. Akta Agrosia Vol. 13 (1): 82-88
Hilman, Y. 2014. Peningkatan Daya Saing
Puslitbang Hortikultura. 2015. Laporan Akhir Hortikultura Berbasis Inovasi Teknologi.
Kegiatan Pengembangan Hortikultura Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian,
Terintegrasi Ternak. Badan Litbang Editor: Dr. Haryono. IAARD Press, Jakarta.
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Gunawan, OS dan Afrizal, D. 2009. Teknologi
Ridwan, HK, Nurmalinda, Sabari, dan Hilman, Y. Aeroponik Terobosan Perbanyakan Cepat
2010. ‘Analisis Finansial Penggunaan Benih Benih Kentang. IPTEK Hortikultura, No. 5,
Kentang G4 Bersertifikat dalam September 2009.

90 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Analisis Pengembangan Rantai Pasok Tungku Sehat Hemat Energi Di
Yogyakarta
Analysis of Supply Chain Development of Clean and Efficient Stove in Yogyakarta
Wati Hermawati*, Hartiningsih*, dan Ishelina Rosaira*
*Peneliti, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (PAPPIPTEK), LIPI

Keyword ABSTRACT
supply chain, Development, This paper is based on thematic research results on renewable energy in Yogyakarta
TSHE, YDD, Yogyakarta province that were conducted by the researchers from the Centre for Science and
Technology Development, Indonesian Institute of Sciences (PAPPPIPTEK-LIPI). The focus
of this paper is on the biomass stoves that have been used by the rural community. The
traditional stoves that have been used by the rural community for several years have given
negative impact to the health of the users, especially women and children. This kind of cook
stove is inefficient and causing serious health factor such as pneumonia, cataracts, acute
lower respiratory infection (ALRI). In fulfil the need of clean biomass stove in Yogyakarta,
Yayasan Dian Desa (YDD) has made a huge contributions to the development of clean stove
(TSHE). At present YDD is appointed by Ministry of Energy and Mineral Resources
(MEMR) and the World Bank as an accreditation institution of clean stove (TSHE) for the
CSI (Clean Stove Initiative) Program in Indonesia. In order to increase the use of TSHE, a
TSHE supply chain should be developed. By using qualitative and descriptive methods, this
paper is analysing TSHE supply chain development in Yogyakarta areas, with the purpose
of providing recommendation how to optimize the use of TSHE in the community. Research
results show that the supply chain has not developed yet. The market target is very clear, but
there is a problem with the optimization of supply chain target, especially at the downstream
chain, between the users and biomass fuel supplier. Most of the stove users have not had
knowledge of the health risk and efficiency of the stove. Stove producers and its chains still
face barriers in producing good quality of the clean stove. Funding is a problem on the
entire clean stove supply chain, starting from producers, traders, where they are directly
facing the stove users. Description of the stove supply chain can be one of the
recommendation for improving the existing stove supply chain, in order to increase the
value chain of the stove at the users and other actors at the stove industrial ecology

Kata Kunci SARI KARANGAN


Rantai pasok, Pengembangan,
TSHE, YDD, Yogyakarta Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian tematik sektor energi terbarukan yang
dilakukan oleh kelompok peneliti PAPPIPTEK-LIPI di Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya.
Fokus utama penelitian ini tungku bimassa yang mayoritas digunakan oleh masyarakat
perdesaan. Tungku tradisional yang saat ini digunakan banyak memberikan dampak negatif
terhadap penggunanya, terutama perempuan dan anak-anak. Selain boros kayu bakar,
tungku jenis ini memberikan dampak buruk terhadap kesehatan pengguna, terutama dampak
asap terhadap kesehatan mata, paru-paru dan pernapasan (ISPA). Dalam pemenuhan
kebutuhan tungku yang sehat di wilayah Yogyakarta, Yayasan Dian Desa (YDD) memiliki
andil yang cukup besar. Selain terus melakukan inovasi tungku sampai muncul Tungku
Sehat Hemat Energi (TSHE), YDD saat ini ditetapkan oleh Kementerian ESDM dan Bank
Dunia sebagai lembaga akreditasi tungku untuk program CSI (Clean Stove Innitiative) di
Indonesia. Dalam rangka meningkatkan penggunaan TSHE, perlu dikembangkan rantai
pasok TSHE. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, tulisan ini menganalisis
pengembangan rantai pasok TSHE di Yogyakarta agar dapat dijadikan dasar untuk
memberikan rekomendasi bagaimana penerapan TSHE dapat dioptimalkan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kondisi rantai pasok TSHE belum terbangun dengan baik. Sasaran pasar
memiliki target yang jelas namun terdapat permasalahan dalam optimalisasi sasaran rantai
pasok, terutama pada sasaran akhir antara pengguna dan pemasok bahan bakar biomassa
untuk TSHE. Sebagian besar pengguna tungku belum ditunjang dengan pengetahuan tentang
kesehatan dan efisiensi tungku. Produsen tungku dan jaringannya masih memiliki kendala
dalam menghasilkan tungku berkualitas. Pada sumber daya rantai pasok ditemukan fakta
bahwa modal masih menjadi kendala bagi produsen, pedagang serta koperasi, padahal
mereka merupakan aktor yang berhubungan langsung dengan pengguna tungku. Gambaran
kondisi rantai pasok ini diharapkan dapat menjadi dasar rekomendasi perbaikan rantai pasok
sehingga dapat memberikan nilai tambah tungku yang lebih besar bagi pengguna dan pelaku
tungku lainnya dalam ekologi industry tungku.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 91
PENDAHULUAN Gambar 1. Distribusi rumah tangga yang
menggunakan kayu bakar sebagai
Sampai tahun 2013, dari 60 juta keluarga bahan bakar memasak utama, 2010
di Indonesia, sekitar 24,5 juta rumah tangga di
Indonesia memasak setiap hari dengan tungku Dalam skala komersial, produksi tungku
tradisional yang menggunakan kayu bakar di Indonesia saat ini belum berkembang dengan
(ASTAE, 2013). Penggunaan tungku tradisional baik. Mayoritas tungku yang banyak digunakan
ini banyak memberikan dampak negatif terhadap masyarakat di perdesaan adalah tungku
pelaku dan lingkungannya. Dampak negatif tradisional yang sederhana (biasa disebut tungku
terhadap pelakunya terutama berkaitan erat tiga batu) buatan mereka sendiri. Tungku ini
dengan faktor kesehatan. Selain asap tungku boros bahan bakar, menimbulkan asap, jelaga
berpotensi menjangkitkan penyakit infeksi dan debu di dalam dapur dan rumah mereka
saluran pernapasan akut (ISPA) dan sakit mata, (Maulana, Hermawati, Hartiningsih, dan
tungku tradisional juga mengakibatkan polusi Rosaira, 2016). Rata-rata tungku tradisional
udara di dalam rumah. WHO (2014) menyatakan yang dimiliki masyarakat perdesaan digunakan
di tingkat global, pada tahun 2012, sekitar 4,3 dengan bahan bakar biomassa seperti ranting
juta kematian disebabkan oleh polusi dalam kayu yang bisa diperoleh dengan mudah dan
ruang (termasuk di dalam rumah), yaitu gratis, diambil dari kebun dekat rumah dan jika
terjangkit penyakit ISPA, mata, sulit bernafas, harus membeli, harganya sangat murah. Oleh
terutama mereka yang berada di negara-negara karena itu, produsen tungku hampir tidak
kawasan Asia Tenggara (1,69 juta jiwa) dan berkembang, karena hampir tidak ada
Barat Daya Pasific (1,62 juta jiwa). Di permintaan dari konsumen. Disisi lain,
Indonesia, menurut ASTAE (2013) sekitar kesadaran akan kesehatan dan akibat yang
165.000 kematian dini terjadi setiap tahunnya ditimbulkan dari penggunaan tungku tradisional
disebabkan oleh polusi dalam ruang. Hampir belum terbangun dengan baik pada masyarakat
sebagian besar dari jumlah ini adalah perempuan pengguna tungku di perdesaan. Sehingga
dan anak-anak di bawah umur lima tahun, pembuatan tungku tradisional memiliki kendali
karena mereka lebih banyak menghabiskan mutu yang rendah (World Bank, 2014).
waktu di dapur untuk memasak dengan Penggunaan tungku bersih dan hemat energi
menggunakan tungku tradisional (WHO, 2002). atau yang biasa dikenal TSHE bisa mengurangi
Jumlah ini menempatkan Indonesia dalam posisi dampak buruk lingkungan dan kesehatan
kedua diantara Negara-negara kawasan Asia- penggunanya.
Pacific dalam hal kematian karena polusi dalam Disisi lain, program pemerintah tentang
ruang (ASTAE, 2013). Pengguna tungku konversi atau pengalihan pengguna minyak
tradisional berbahan bakar biomassa terbanyak tanah ke Gas Elpiji yang diinisiasi tahun 2007
ada di Pulau Jawa (Gambar 1). telah berjalan dengan baik terutama di daerah
perkotaan, seiring dengan mahal dan langkanya
minyak tanah. Program konversi ini belum
merambah seluruh wilayah perdesaan, kalaupun
beberapa desa sudah mendapatkan program ini,
permasalahan yang mereka hadapi antara lain
sulit dan jauhnya mendapatkan gas elpiji dan
takut menggunakan kompor gas. Pada akhirnya
banyak dari mereka kembali menggunakan
tungku tradisionil dan berhemat menggunakan
kompor minyak tanah, karena harga minyak
Sumber : BPS-Statistik Indonesia, 2012 tanah terus meningkat. Pemerintah berharap
masyarakat yang menghadapi keterbatasan
dalam memperoleh pasokan gas elpiji, terutama
di daerah terpencil, akan beralih menggunakan

92 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
TSHE, bukan tungku tradisionil dalam kegiatan wilayah percontohan di Jawa Tengah dan
rumah tangganya (World Bank 2014). Yogyakarta sampai akhir tahun 2016. Dalam
program ini YDD mendapatkan peran sebagai
Penelitian tentang TSHE sudah dimulai
institusi penguji tungku sehat, serta memberikan
sejak tahun 1950-an, yang dimulai dengan
sertifikasi atas tungku yang memenuhi
adanya program-program disain tungku yang
persyaratan untuk digunakan oleh masyarakat,
efisien di banyak negara berkembang, terutama
terutama dari sisi emisi (termasuk emisi dalam
di kawasan Asia dan Afrika. Selain itu, program
ruang), efisiensi, dan keamanan. Selain
selanjutnya yang juga banyak dilakukan oleh
meningkatkan kesadaran masyarakat akan
komunitas internasional adalah konteks sosial
pentingnya penggunaan TSHE, produksi dan
budaya dalam mengimplementasikan TSHE,
promosi penggunaan TSHE perlu digalakkan,
terutama dalam kaitannya dengan kesehatan dan
agar masyarakat mudah dalam mendapatkan
ekonomi keluarga dan masyarakat (World Bank,
TSHE. Untuk mewujudkan inisiatif dan program
2011). Padahal program produksi dan inovasi
TSHE ini diantaranya perlu dikembangkan
tungku sendiri dilakukan tidak segencar
rantai pasok terkait dengan TSHE. Tujuan dari
pengenalan konteks sosial budayanya. Oleh
makalah ini adalah untuk menjelaskan
karena itu implementasi TSHE di berbagai
bagaimana upaya mengembangkan rantai pasok
daerah ada yang berhasil dan ada yang gagal.
TSHE, terutama di daerah Yogyakarta, dan apa
Yayasan Dian Desa (YDD) telah yang menjadi kendala atau kelemahan dari
melakukan promosi penggunaan tungku bersih pembangunan rantai pasok ini.
sejak tahun 1980-an, baik untuk pengguna skala
rumah tangga maupun untuk skala usaha mikro,
kecil dan menengah. Dengan kerjasama KERANGKA TEORI/KERANGKA
masyarakat, yayasan ini mendorong peningkatan KONSEP
kesadaran publik mengenai dampak buruk
Rantai Pasok
tungku tradisional terhadap kesehatan. Program
TSHE diluncur tahun 2012. Program ini Wisner, Tan, & Leong, (2012)
merupakan kerjasama antara Bank Dunia dengan menjelaskan bahwa rantai pasok merupakan
Direktorat Bioenergi, Kementerian Energi dan proses yang di mulai dari pengumpulan sumber
Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan daya yang ada dilanjutkan dengan pengelolaan
implementor YDD. Tujuan program ini adalah menjadi produk jadi untuk didistribusikan dan
meningkatkan jumlah keluarga yang memasak dipasarkan sampai pelanggan akhir atau
tanpa polusi walaupun mereka terus konsumen dengan memperhatikan biaya,
menggunakan bahan bakar padat seperti kayu kualitas, ketersediaan, pelayanan purna jual, dan
bakar melewati tahun 2030 (World Bank, 2014). faktor reputasi. Dengan demikian rantai pasok
Pada tanggal 14 Agustus 2014, program terbaru melibatkan supplier, manufacturer, dan retailer
Clean Stove Initiative (CSI) diluncurkan oleh yang saling bersinergis dan bekerja sama satu
Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konversi sama lain secara langsung maupun tidak
Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan langsung, seperti gambar di bawah ini (Gambar
Sumber Daya Mineral (ESDM). Program ini 2). Sedangkan jejaring dari rantai pasok sendiri
merupakan kerjasama pemerintah Indonesia terbangun mulai dari penyediaan bahan baku
melalui Ditjen EBTKE dan World Bank untuk (raw material), proses produksi, sampai barang
tungku masak tanpa polusi. jadi dipasarkan dan digunakan oleh pembeli atau
pengguna akhir. Jejaring rantai pasok dapat
Baik Program TSHE maupun CSI
dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
mendapatkan pendanaan dari hibah Bank Dunia.
Hibah ini ditujukan untuk mengembangkan
kerangka pasar dan merancang program tungku
tanpa polusi untuk masa depan. Selain itu
subsidi penjualan tungku bersih disediakan di

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 93
manajemen logistik. Dalam manajemen logistik
pengaturan aliran perusahaan menjadi focus
utama perusahaan, sedangkan manajemen rantai
pasok menganggap bahwa integrasi perusahaan
dengan stakeholders lain harus diperhatikan.
Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai
pengadaan barang. Manajemen rantai pasok
terfokus pada pengaturan aliran tersebut
khususnya perusahaan yang terkait, dari proses
awal sampai pada konsumen akhir. Perbedaan
Sumber : Wisner, Tan, dan Leong, 2012, p. 6 antara manajemen logistik dengan manajemen
Gambar 2. Rantai pasok generik rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini.

Tabel 1. Perbedaan Manajemen Logistik dan


Manajemen Rantai Pasok

Manajemen Logistik Manajemen Rantai Pasok

Mengutamakan Mengutamakan arus


pengelolaan di dalam barang antara perusahaan
perusahaan, termasuk dengan pihak-pihak
arus barang dalam terkait, dari yang paling
perusahaan. hulu sampai yang paling
Sumber: Swaminathan, Smith, and Sadeh (1998) hilir

Gambar 3. Jejaring rantai pasok


Berorientasi pada Atas dasar kerangka kerja
Karena rantai pasok meliputi seluruh perencanaan dan ini, mengusahakan
rangkaian produk dari sebelum proses kerangka kerja yang hubungan dan koordinasi
menghasilkan rencana antara proses dari
pembuatan sampai menjadi produk dan sampai
tunggal arus barang dan perusahaan-perusahaan
di tangan konsumen atau pelanggan, maka
informasi di perusahaan lain dalam bussines
masing-masing proses akan terkait dengan pipeline, mulai dari
organisasi atau institusi yang terlibat dalam pemasok sampai kepada
produksi, pemasaran, distribusi, manajemen, pelanggan
sampai pada layanan purna jual (Chopra,
Meindl, 2010, p.20). Menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2002) konsep rantai pasok Sumber : Indrajit dan Djokopranoto (2002).
(supply chain) merupakan konsep baru dalam
Dalam kegiatan manajemen rantai pasok,
melihat persoalan logistik, karena di konsep
tidak tertutup kemungkinan adanya risiko yang
lama, pemecahan persoalan logistik merupakan
akan dihadapi, terutama adanya ketidakcocokan
persoalan intern perusahaan. Sedangkan dalam
antara permintaan dan demand dan supply.
konsep rantai pasok, masalah logistik dilihat
Sumber risiko bisa berasal dari lingkungan,
sebagai masalah yang lebih luas mulai dari
organisasi atau institusi lain yang terkait dengan
bahan baku sampai produk jadi dan digunakan
rantai pasok (Juttner, Peck, Christopher, 2003,
oleh konsumen akhir, atau mulai proses yang
p.7).
paling hulu sampai proses yang paling hilir.
Tungku Tradisional
Dalam pelaksanaan rantai pasok
Tungku tradisional umumnya berbentuk
memerlukan manajemen yang berbeda dengan
sederhana berupa batu atau bata yang disusun

94 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pada sisi samping kiri kanan dan belakang atau memasak di atasnya, ditambah cerobong asap
dibeberapa tempat dikenal dengan tungku tiga setinggi atap dapur, sehingga asap tungku
batu dengan bagian depan digunakan untuk langsung dikeluarkan ke udara luar rumah.
memasukkan kayu bakar. Tungku jenis ini hanya TSHE sederhana ini banyak mengurangi asap di
memiliki satu lubang sebagai tempat alat masak dalam dapur (The Apex Consulting Group,
dan lidah api akan keluar di sela-sela tungku. 2013).
Jenis tungku ini masih banyak digunakan baik
TSHE modern mengacu pada bentuk yang
untuk keperluan rumah tangga sehari-hari
lebih modern dari tungku sehat dan hemat energi
maupun untuk usaha rumah tangga seperti
dengan performa prima dan biasanya
mengolah air nira menjadi gula kelapa di
menggunakan bahan bakar biomassa yang sudah
kabupaten Kulonprogo (Hartiningsih, dkk. 2014;
diproses, seperti pellet kayu, serbuk gergaji,
Darmanto, Priangkoso, T., & Awami, S.N.,
potongan kayu, briket atau arang kelapa. TSHE
2016). Jenis tungku seperti ini sangat tidak
jenis ini mulai diteliti oleh para peneliti bari
efisien karena banyak panas yang terbuang ke
berbagai perguruan tinggi dan YDD. Tungku
udara terbuka.
UB 01,02 dan 03, adalah TSHE yang ditemukan
Robith (2004) menyatakan bahwa tungku oleh Dr. M. Nurhuda dari Universitas Brawijaya,
tradisional seperti ini memiliki efisiensi yang Malang. Hasil inovasi tungku ini memiliki
rendah antara 5-10%. Penggunaan tungku penampakan seperti kompor dengan
tradisional juga menjadikan ruangan tempat menggunakan bahan bakar granular, seperti
memasak dipenuhi asap pembakaran kayu. cangkang sawit kasar, kulit kemiri dan pellet
Lebih lanjut Robith (2004) menyatakan bahwa biomassa. Kompor biomassa UB merupakan
asap ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena kompor gasifikasi biomassa yang memadukan
mengandung partikel debu, carbon monoksida prinsip termodinamika untuk mengoptimalkan
(CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), pembakaran (Gambar 4). Dibandingkan dengan
ozone (O3) dan lead/timah hitam (Pb) yang tungku tiga batu, kompor biomassa UB mampu
menyebabkan timbulnya penyakit infeksi menghemat pemakaian bahan bakar hingga
saluran pernapasan akut (ISPA), radang sedikitnya 60% dan mengurangi emisi karbon
paruparu, TBC, katarak mata, gelisah, penyakit monoksida dan polutan padat secara signifikan.
persendian/otot, kanker kandungan dan Penggunaan pellet biomassa mampu
tingginya tingkat kematian balita. Oleh karena menampilkan pembakaran bebas asap, sehingga
itu, pengguna tungku tradisional perlu diberikan layak digunakan untuk memasak dalam ruangan.
pengetahuan tentang dampak buruk TSHE umumnya berbentuk kompor yang
penggunaannya dan segera beralih ke tungku portable sehingga mudah untuk dipindah-
bersih atau TSHE. pidahkan, memiliki efisensi tinggi atau memiliki
sistem pembakaran yang hamper sempurna serta
Tungku Sehat Hemat Energi memiliki emisi yang sangat rendah (Nurhuda,
2015; Jeter and Kariher, 2009
Menurut ASTAE (2013), TSHE mengacu
pada tungku biomassa baik yang diproduksi
secara massal atau dibangun di tempat, yang
didukung oleh penelitian laboratorium sehingga
lebih hemat energi, pembakaran yang lebih baik,
tahan lama, dan lebih aman jika dibandingkan
dengan pembakaran terbuka atau tungku
biomassa yang masih tradisional. TSHE bisa
merupakan inovasi dari tungku tradisional.
TSHE sederhana mengacu pada bentuk TSHE
yang sederhana, misalnya tungku tradisional Sumber: Nurhuda (2015)
yang diperbaharui dengan dibuat dari tanah liat
secara tertutup dengan dua lubang tempat Gambar 4: Skema dasar kompor Gasifikasi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 95
Dalam penyebarluasan TSHE ini kepada TSHE oleh pengguna sangat sensitif dan banyak
masyarakat. Diketahui bahwa sampai tahun dipengaruhi oleh hal-hal non-teknis, seperti
2016 tercatat 20 perusahaan sebagai produsen budaya menggunakan tungku, tradisi,
TSHE dalam negeri yang menjual produknya di kepercayaan, kebiasaan memasak, jumlah
Indonesia dan sekitar 10 perusahaan di wilayah anggota keluarga di dalam rumah, dan
Jawa Tengah dan Yogyakarta yang sudah sebagainya. Banyak dari pengguna tungku tidak
menjadi market aggregator untuk program CSI. memahami pentingnya tungku dalam kaitannya
Market aggregrator adalah badan usaha dengan kesehatan, emisi, efiensi, dan
berbadan hukum yang menjual tungku sesuai kepraktisan. YDD (2012) menggolongkan harga
standar teknis kepada konsumen. Di wilayah TSHE menurut tiga kategori berikut: (i) TSHE
Yogyakarta saja sampai tahun 2016 semester yang dibuat oleh pengrajin gerabah (dengan
kesatu telah terjual lebih dari 100 buah TSHE harga sekitar Rp. 10.000 – 50.000); (ii) TSHE
dalam rangka program CSI (Maulana, dkk., yang dibuat di pabrik (harga sekitar Rp.
2016). TSHE ini adalah salah satu program 100.000- 250.000); dan (iii) Tungku canggih
pemerintah (dimulai tahun 2012) untuk (harga sekitar Rp. 300.000- 750.000).
memberikan solusi bagi pengguna tungku
tradisional yang banyak menimbulkan dampak Program Clean Stove Initiative
negatif (terutama kesehatan) penggunanya. Program Clean Stove Initiative (CSI)
Kelanjutan dukungan terhadap penggunaan adalah program Pemerintah Indonesia melalui
TSHE ini adalah mendorong pihak-pihak yang Kementerian ESDM dengan kerjasama Bank
terkait untuk menyediakan/ memproduksi TSHE Dunia. Program ini juga sebagai sarana
dan memudahkan masyarakat mendapatkan diseminasi informasi TSHE kepada masyarakat
TSHE. luas khususnya, dan stakeholders TSHE pada
ARECOP (2008) mencatat beberapa umumnya. Program CSI secara bertahap, akan
pengembangan TSHE telah dilakukan oleh YDD memperkenalkan TSHE berbahan bakar
dan telah digunakan oleh rumah tangga biomassa kepada 24,5 juta keluarga atau 40
perdesaan di Yogyakarta dan sekitarnya. persen rumah tangga di Indonesia yang masih
Pengembangan TSHE tersebut antara lain dalam menggunakan tungku tradisional atau
bentuk tungku bercerobong, tungku dengan menggunakan kayu bakar, untuk memasak
bahan bakar pellet, tungku SAE, tungku Keren, (Kementerian ESDM, 2014). Selain itu, program
tungku Thai (pengembangan dari tungku di ini akan melengkapi usaha Pemerintah lainnya
Thailand). TSHE tersebut memiliki kelebihan yakni program konversi minyak tanah ke elpiji
antara lain: sebagai bahan bakar memasak utama. Namun,
banyak masyarakat perdesaan yang masih
• Ramah pengguna menggunakan kayu bakar karena keterbatasan
• Sesuai dengan budaya setempat jangkauan program konversi elpiji ini. Program
• Ketersediaan bahan bakar untuk tungku SCI juga dirancang untuk menggunakan
ada di lokasi setempat pendekatan Pendanaan Berbasis Hasil (PBH)
• Ketersediaan bhan baku untuk membuat untuk mempromosikan TSHE. Skema insentif
tungku atau potensi produsen lokal yang inovatif ini diharapkan mampu
tersedia mengembangkan pasar tungku sehat dan hemat
• Memiliki tingkat keamanan cukup tinggi energi secara berkelanjutan.
• Harga bahan bakar dan tungku Program ini mendapat dukungan dana dari
terjangkau oleh pengguna Australian for International Development
• Bisa digunakan untuk berbagai jenis alat (AusAid) dan Asia Sustainable and Alternative
masak dan dapat memasak berbagai Energy Program (ASTAE) dan dukungan teknis
jenis masakan. dari GERES, sebuah lembaga non-pemerintah
Dalam pelaksanaan sosialisasi dan dari Perancis yang bergerak di bidang energi
diseminasi TSHE, diketahui bahwa adopsi

96 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
baru dan terbarukan 1. Bantuan dalam bentuk diberikan oleh BRI untuk MA seluruhnya
Hibah dari Bank Dunia sebesar USD 490.000 berjumlah sebesar USD 190.000. Pemantauan
untuk menciptakan sistem yang menentukan kinerja dari MA dilakukan oleh LKY.
kriteria TSHE sebagai dasar pengembangan Pemberian subsidi untuk MA dalam program
pasar tungku. Dana ini dikelola pemerintah, CSI ini akan berakhir tahun 2016.
sebesar USD 200.000 untuk sarana prasana
(laboratorium, gedung, dan peralatan) dan USD METODE PENELITIAN
50.000 untuk gaji Operator Manajemen Metode kualitatif dengan pendekatan
Program (PMO) dan USD 50.000 untuk deskiptif analisis digunakan dalam studi ini.
penyelenggaraan program CSI dan 190.000 $ Rantai pasok TSHE diidentifikasi dengan
yang diserahkan ke Bank Rakyat Indonesia seksama termasuk faktor-faktor yang
(BRI) untuk insentif bagi MA 2. PT Bank Rakyat mempengaruhi rantai pasok tersebut. Brand
Indonesia Tbk (BRI) terpilih sebagai paying (2009) menekankan pentingnya metode
agent (agen pembayaran) dalam program CSI kualitatif dalam memahami “mengapa dan
untuk TSHE. bagaimana” persepsi responden yang tidak dapat
dijelaskan secara rinci dalam kuesioner atau
Program CSI dimulai dengan program
daftar pertanyaan yang diajukan. Metode ini
percontohan (pilot program) di wilayah Jawa
memungkinkan peneliti lebih dalam dan detil
Tengah dan Yogyakarta dan pelaksanaannya
memahami suatu isu (Daniels, J.D., and
ditangani oleh Direktorat Bioenergi,
Cannice, M.V. (2004).
Kementerian ESDM. Penanganan dilakukan
oleh Project Management Office (PMO) yang Data primer dan data sekunder
dibentuk oleh Direktorat Bioenergi. Direktorat dikumpulkan. Data sekunder diambil dari
Bioenergi bekerjasama dengan Yayasan Dian berbagai laporan, jurnal, buku, prosiding, serta
Desa di Yogyakarta juga diberi mandat sebagai informasi tertulis lainnya, terutama yang terkait
Pusat Pengujian Tungku untuk Program dengan informasi dan data tentang tungku,
Percontohan CSI. TSHE, dan institusi atau organisasi yang terkait
dengan kegiatan produksi, marketing dan
Racangan program pilot CSI ini meliputi
penggunaan TSHE, utamanya di wilayah
(i) pemilihan tungku berdasarkan hasil pengujian
Yogyakarta. Pengambilan data dan informasi
yang telah dilakukan oleh YDD; (ii)
terkait juga dilakukan dengan melalui database
mengalokasikan insentif berbasis kinerja; (iii)
yang berasal dari berbagai jurnal online seperti
menerapkan sistem pemantauan dan verifikasi
www.emeraldinsight.com,
yang dilakukan oleh Yayasan LKY (Lembaga
www.springerlink.com, www.sciencedirect.com.
Konsumen Yogyakarta). Pemberian subsidi
Meskipun informasi terkait dengan TSHE sangat
dilakukan kepada para Market Aggregator (MA)
minim, namun isu tentang rantai pasok di sector
yang menjual tungku terakreditasi yang
lain tersedia cukup banyak.
dihasilkan produsen kepada masyarakat luas.
Insentif ini sepenuhnya diberikan kepada MA Data primer didapatkan melalui riset dan
setelah melalui pemeriksaan kriteria tertentu kunjungan langsung ke berbagai institusi dan
oleh Yayasan Lembaga Konsumen Yogyakarta pakar tentang TSHE di wilayah Yogyakarta.
(LKY). Subsidi selanjutnya diserahkan oleh Wawancara dan diskusi dilakukan kepada 16
Bank Rakyat Indonesia (BRI). Subsidi yang institusi dan pakar TSHE, utamanya pada
produsen TSHE, pemasar TSHE, tempat
1
Informasi ini diambil dari pengujian TSHE di YDD, dan institusi yang
http://www.tungkuindonesia.org/id/page/56/Mitra- melakukan proses pemberian subsidi (LKY dan
Kami.html, akses tanggal 17 September 2016.
BRI), serta para agen pengubah dan pengguna
2
Informasi ini diam TSHE (rumah tangga dan usaha mikro gula
http://www.worldbank.org/in/news/press-
semut) di Kabupaten Kulon progo dan Kota
release/2014/08/14/indonesia-government-will-
provide-universal-access-to-clean-cooking- Yogyakarta. Identifikasi stakeholders ini
practices, akses tanggal 17 September 2016 kemudian dianalisis untuk mendapatkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 97
gambaran tentang rantai pasok TSHE dan factor- HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor yang mempengaruhinya, khususnya untuk
wilayah Yogyakarta. Untuk menentukan apakah Lokasi percontohan TSHE di Daerah
rantai pasok TSHE ini telah berjalan dengan Istimewa Yogyakarta
baik atau tidak, maka studi ini juga Dua lokasi percontohan dipilih untuk
menggunakan beberapa ukuran kinerja rantai implementasi TSHE melalui program CSI
pasok yang disampaikan oleh Ambe (2014). Indonesia, yaitu provinsi Jawa Tengah
Hasil data primer, sekunder serta analisisnya (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta) dan
dilakukan triangulasi untuk mendapatkan Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam tulisan ini
validitas dari hasil riset ini (Yin, 2013). Kinerja hanya akan dibahas lokasi percontohan di
rantai pasok antara lain ditentukan oleh beberapa Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbeda dengan
faktor seperti dalam Table 2 berikut ini. provinsi NTT, hampir seluruh wilayah
Tabel 2 : Indikator Kinerja Rantai Pasok Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah terhubung
ke jaringan listrik PLN dan transportasi serta
Keterangan Indikator Kinerja Utama
infrastruktur logistik relatif terbangun baik.
• Memenuhi standard mutu Namun demikian, survei di tingkat
Kualitas/Mutu yang diinginkan
kabupaten yang dilakukan oleh YDD tahun 2012
• Terdeteksinya barang rusak
yang diproduksi dan yang
menunjukkan bahwa pasar komersial tungku
dijual biomassa termasuk TSHE di wilayah
• Ada penghargaan atas Yogyakarta masih sangat terbatas, bahkan,
kualitas beberapa daerah perdesaan dan wilayah terpencil
• Jumlah produk terjual per
tidak terdapat pasar tungku biomassa (ASTAE,
unit
• Penggunaan yang sesuai
2015). Survei tersebut juga menunjukkan
Fleksibititas • Waktu untuk merespon perkiraan produksi tungku (berbahan bakar kayu
perubahan atas suatu dan arang) di Indonesia sebanyak 849,480 buah
pemintaan setiap tahunnya dan di provinsi Jawa Tengah
Biaya • Biaya produksi relatif dan Yogyakarta setiap tahunnya diproduksi
bersaing
sebanyak 273.960 buah. Produsen tungku di
Keandalan • Tingkat efektivitas kegiatan
Pemasok dengan pemasok memadai
Jawa Tengah dan Yogyakarta juga membuat
termasuk dapat produk lainnya seperti genteng, kerajinan
berkomunikasi dengan baik gerabah dan produk tanah liat lainnya.
• Pemasok dapat diidentifikasi
Inovasi • Investasi untuk Litbang di Hasil survei YDD (2012) juga
masing-masing rantai pasok menunjukkan bahwa sebagian besar rumah
• Ada Perubahan dalam tangga di perdesaan tidak membeli tungku yang
institusi masing-masing tersedia di pasaran, melainkan membuat tungku
rantai pasok
sederhana (misalnya, tungku 3 batu) dan
Kegiatan • Pemesanan sesuai dengan
pemesanan waktu yang ditentukan
memiliki tungku lebih dari satu. Di Dusun
• Pengiriman lengkap dan Bleder dan Nglambur, Desa Samiharjo,
bebas dari kecacatan Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo,
• Pengiriman sesuai dengan D.I. Yogyakarta, tungku utama, umumnya
permintaan pembeli terbuat dari tanah, semen, batu yang tidak hemat
Jumlah ragam • Seluruh proses produk
produk
energi dan menghasilkan asap yang mengandung
dilakukan dalam satu
lingkungan zat beracun. Perubahan dari tungku tradisional
• Ragam produk yang ke TSHE di desa ini memerlukan sosialisasi agar
ditawarkan banyak pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan
• Harga produksi bersaing efisensi penggunaan tungku lebih cepat,
Sumber: Ambe (2014) diolah oleh penulis. sehingga keputusan untuk merubah penggunaan
tungku ke TSHE dapat cepat dilakukan dan
berkesinambungan. Untuk tujuan ini YDD

98 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti ada), produsen, pedagang grosir dan pedagang
Kementerian ESDM, Bank Dunia, dan eceran. Dalam kasus tungku tradisional ini,
pemerintah daerah, serta komponen organisasi pedagang mayoritas tidak memberikan layanan
yang ada di masyarakat seperti kelompok tani, purna jual. Hanya permintaan akan pembuatan
koperasi, paguyuban untuk membangun program tungku permanen untuk kepentingan usaha
TSHE bagi masyarakat. Salah satu program (komersial) seperti rumah makan akan diberikan
adalah pelatihan membuat tungku TSHE bagi layanan purna jual untuk waktu tertentu. Dalam
mereka. Pengenalan TSHE akhirnya dilakukan pembuatan tungku tradisional yang portable
oleh mereka yang telah mendapatkan pelatihan seperti Anglo Supra, suku cadang yang
dari YDD, sedangkan pembuatan TSHE di digunakan antara lain sarangan yang dibuat
masyarakat dilakukan dengan bantuan teknis sendiri (data tahun 2014). Bisnis tungku ini
dari YDD, termasuk untuk pengusaha tungku. sangat tergantung kepada pembeli. Cepat atau
lambatnya perputaran tungku akan ditentukan
Rantai Pasok Tungku di Yogyakarta
oleh pembelinya, yaitu antara lain pedagang
Dalam menetapkan rantai pasok tungku grosir dan eceran, seperti terlihat pada Gambar
perlu diidentifikasi institusi atau organisasi yang 5.
terlibat dengan tungku itu sendiri. Rantai pasok
tungku digolongkan berdasarkan hubungan
bisnis antara produsen, pemasok, pedagang
grosir dan pengecer. Para pelaku ini biasanya
menjalin kerjasama untuk waktu yang cukup
lama melalui perjanjian bisnis formal maupun
nonformal dan saling percaya dalam seluruh
rangkaian bisnis tungku, seperti cara penjualan,
cara atau moda pengiriman, penetapan harga jual
dan margin yang akan diambil oleh masing- Gambar 5. Rantai pasok tungku tradisional
masing pelaku, dan sebagainya. Rantai pasok Gambar 5 memperlihatkan bahwa praktek
tungku TSHE berbeda dengan tungku pemasaran tungku dilakukan melalui jalur
tradisional. Oleh karena itu pembahasan akan pedagang grosir, pedangan grosir dan eceran,
dibedakan antara rantai pasok tungku tradisional pedagang eceran dan pembeli eceran yang
dan TSHE. melakukan penjualan. Produsen yang menjual
Rantai Pasok Tungku Tradisional langsung kepada pengguna atau konsumen akhir
harus menyediakan alat transportasi sendiri.
Sebenarnya, tungku tradisional yang Besar kemungkinan harga tungku menjadi lebih
dibuat dari tanah liat dan dibangun secara mahal. Untuk produsen kecil biasanya menjual
permanen mayoritas dibuat sendiri oleh langsung kepada konsumen, sedangkan
pengguna tungkunya. Untuk jenis tungku seperti produsen besar banyak melakukan penjualan
ini rantai pasok hampir tidak ada. Namun untuk tungku melalui pedagang grosir dan eceran serta
tungku tradisional yang portable (mudah konsumen langsung. Pedagang grosir akan
dipindahkan) seperti anglo dibuat oleh UKM membeli tungku dalam jumlah besar dan
gerabah. Pada umumnya UKM gerabah menyalurkannya ke toko-toko yang menjual
mengambil bahan baku dari daerah sekitar dan tungku Pedagang grosir biasanya menyediakan
memproduksi (mencetaknya) sendiri. Pada sarana transportasi sendiri.
proses produksi ini terdapat ongkos produksi
yang dikeluarkan, terutama untuk membayar Hambatan dalam rantai pasok tungku
tenaga pencetak dan pembakar tungku. tradisional diungkapkan oleh para pelaku,
Pemasaran tungku dilakukan oleh pengecer dan misalnya kurangnya modal dan akses terhadap
agen. Rantai pasok untuk tungku tradisional modal untuk tungku tradisional dialami oleh
sangat pendek karena pelaku yang terlibat hanya produsen dan pedagang grosir. Pedagang grosir
beberapa unit saja, yaitu pemilik tanah liat (jika juga menyatakan terbatasnya ruang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 99
penyimpanan yang mereka miliki. Sedangkan Penjual Pengecer Bertidak sebagai penjual eceran
kualitas tungku yang kurang baik jika disimpan TSHE
terlalu lama juga menjadi keluhan pedagang
Konsumen Merupakan pembeli dan atau
grosir.
individu pengguna TSHE
Rantai Pasok TSHE
Rantai pasok dalam proses pembuatan
dan penjualan TSHE jauh lebih panjang Tabel 3 menunjukkan aktivitas berbagai pelaku
dibandingkan dengan tungku tradisional. TSHE yang beragam, mulai dari proses
Beberapa pelaku yang terlibat dalam TSHE, mendapatkan bahan baku, produksi TSHE,
termasuk TSHE dalam program CSI dapat pengujian hasil produksi, pengesahan tanda lulus
dilihat pada Tabel 3. uji untuk mendapatkan subsidi, sampai pada
pemasaran skala agen dan pengecer (Gambar 6).
Tabel 3. Pelaku yang terlibat dalam pembuatan Masing-masing dari pelaku ini memiliki
dan penjualan TSHE dalam Program CSI kelebihan dan kekurangannya.

Pelaku Peran dalam


penyediaan/penjualan

Pemasok bahan Menjual/menyediakan bahan


baku baku TSHE seperti tanah liat,
semen, bata, seng, dll

Pemasok bahan Saringan, ember dari seng untuk


penunjang lapisan luar, liner.

Pemasok bahan Pelet, kayu, arang, cangkang


bakar kemiri, briket, dll
Rantai Pasok TSHE
LSM Teknis Bantuan Teknis Pembuatan
Tungku Gambar 6. Ekologi TSHE dalam Program CSI

Produsen TSHE Memproduksi keseluruhan


TSHE Gambar 6 memperlihatkan ekologi TSHE
Penguji Tungku Melakukan pengujian TSHE dalam program CSI. Aktivitas TSHE dalam
berdasarkan kriteria tertentu, program CSI ini meliputi elemen-elemen non
seperti tingkat emisi, efisiensi pasar yang mengintervensi rantai pasok TSHE.
bahan bakar, dan keamanan Rantai pasok TSHE sendiri meliputi: (i)
pemasok bahan baku seperti tanah liat, semen,
Verifikasi Tungku Mengecek dan memverifikasi bata dan seng untuk membuat TSHE; (ii)
tungku yang memenuhi standard
Pemasok bahan penunjang menyediakan liner
yang diuji oleh YDD dan
grabah, saringan, ember untuk penutup bagian
memberikan stiker TSHE
luar tungku dan liner; (iii) produsen tungku akan
Validasi Memfalidasi TSHE yang telah memproduksi TSHE; (iv) market aggregator
digunakan oleh pembeli bertindak sebagai agen pemasar sekaligus agen
promosi TSHE di masyarakat; (v) agen besar
Pemberi Subsidi Memberikan subsidi kepada
dan penjual eceran dari TSHE; (vi) konsumen
(CSI) Market Aggregrator TSHE
akhir adalah pembeli dan pengguna TSHE; (vii)
Market Bertindak sebagai agen pemasar pemasok bahan bakar, merupakan penyedia
Aggregator/Agen untuk TSHE bahan bakar TSHE antara lain produsen dan
Besar penjual pellet, arang atau briket, kayu, cangkang
kemiri, dan sebagainya.

100 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Jika dikaji dari kinerja rantai pasok c. Isu ketersediaan pasokan. Dua jenis pasokan
(Ambe, 2014), maka diketahui bahwa mutu yang yang perlu mendapatkan perhatian adalah
ditampilkan oleh seluruh pelaku cukup baik, pasokan bahan bakar biomassa dan pasokan
terutama mereka yang lulus uji dan verifikasi bahan penunjang liner. Liner adalah bagian
oleh YDD dan LKY. Sampai saat ini respon dari TSHE bercerobong yang digunakan
perubahan akan tungku relatif kecil, karena untuk menstandarisasikan tungku.
sosialisasi dan promosi TSHE belum segencar Penggunaan liner khusus dibuat untuk TSHE.
kompor gas dalam program konversi minyak Jika produksi tidak berkelanjutan,
tanah ke gas. Dari segi biaya, bagian terbesar kemungkinan produksi liner skala masal akan
yang sulit direalisasikan oleh produsen adalah terhambat. Jika liner hanya dipesan sewaktu-
biaya pengantaran tungku, jika pembeli waktu maka harganya akan mahal.
mensyaratkan harus diantar, kecuali ongkos
d. Isu pengetahuan. Kurangnya pengetahuan
antar atas tanggungan pembeli. Keandalan
tentang TSHE dalam kaitannya dengan
pemasok sangat rentan, terutama untuk pemasok
kemajuan teknologi tungku dan dampak
bahan bakar tungku (pellet, briket, arang, dll)
kesehatan yang ditimbulkan oleh tungku
dan pemasok liner (alat bagian dalam tungku
tradisional
yang sudah tercetak), mengingat liner hanya
dibuat untuk tungku. TSHE merupakan bisnis e. Isu finansial, Akses terhadap pembiayaan
relatif baru. Keadaan ini menyebabkan keraguan (modal) cukup sulit dan harga TSHE masih
bagi pembeli untuk menggunakan TSHE dianggap tinggi oleh pengguna tungku.
berbahan bakar tertentu, jika pasokan bahan f. Isu transportasi. Transportasi pengangkutan
bakarnya tidak dapat kontinu. Di sisi lain, tidak TSHE dari produsen atau market aggregator
terlihat adanya jumlah ragam TSHE pada satu ke konsumen akhir belum efisien dan masih
market aggregator. Hal ini juga menunjukkan dianggap mahal
bahwa inovasi TSHE relatif rendah. Proses
pemesanan dan penjualan TSHE relatif lebih g. Isu informasi. Kurang tersedianya atau
lambat dibandingkan kompor minyak atau gas. tersebarnya informasi, terutama tentang
TSHE merupakan produk yang relatif baru dan TSHE, harga, dan lokasi penjualan.
belum dikenal oleh masyarakat luas. Bagi Dengan berbagai isu dalam rantai pasok
pengguna tungku di wilayah Yogyakarta, TSHE ini, pemerintah diharapkan dapat memfasilitasi
relatif lebih mahal harganya dibandingkan pengembangan rantai pasok TSHE, agar TSHE
dengan tungku tradisional dan anglo. dapat berkembang dan berkelanjutan.
Hasil analisis untuk setiap rantai pasok Di dalam program CSI, rantai pasok
menunjukan adanya beberapa isu yang harus TSHE juga dipengaruhi oleh elemen-elemen non
mendapatkan perhatian, antara lain: pasar atau adanya pelaku yang mengintervensi
a. Isu integrasi antar aktor diperlihatkan dengan rantai pasok, antara lain lembaga penguji TSHE
rendahnya linkage atau keterhubungan antara yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM dan
industri tungku, pemerintah dan institusi Bank Dunia yaitu Yayasan Dian Desa (YDD).
riset. Selain itu hubungan antara produsen YDD melakukan uji emisi, efisiensi bahan bakar
dengan pemasok bahan baku juga belum dan isu keamananTSHE yang diproduksi oleh
terkait erat. Hal ini terjadi karena produksi produsen TSHE. Lembaga ini akan terkait erat
TSHE belum berjalan secara kontinu dengan kegiatan pemberian subsidi TSHE dalam
program CSI. LSM penyedian bantuan teknis
b. Isu infrastruktur. Kekurangan gudang sebagai seperti GERES (LSM Perancis yang berpusat di
tempat penyimpanan TSHE terjadi di Market Kamboja untuk wilayah ASEAN) membantu
Aggregator dan di tingkat produsen. Selain secara teknis dalam pembuatan TSHE. Lembaga
itu, fasilitas pengemasan belum baik dan yang melakukan verifikasi untuk TSHE yang
biaya pengemasan cukup mahal. sudah memenuhi hasil uji serta memvalidasi
tungku di masyarakat dilakukan oleh Lembaga

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 101
Konsumen Yogyakarta (LKY). Hasil validasi pemasok bahan bakar. Pembeli tungku tidak
dan verifikasi ini disampaikan kepada BRI untuk akan mengambil keputusan untuk membeli
pencairan subsidi yang berikan kepada market tungku, jika bahan bakarnya tidak tersedia,
aggregator. World Bank (2013) sebaliknya pemasok bahan bakar tidak akan
menggambarkan aktivitas pemberian subsidi memproduksi, jika pengguna tungku tidak
untuk TSHE seperti Gambar 7 berikut ini. memadai. Oleh karena itu, skema subsidi
diperkenalkan untuk mengurangi risiko market
aggregator ketika pasar masih lemah. Di sisi
lain, promosi dan sosialisasi penggunaan TSHE
harus lebih gencar dilakukan, agar permintaan
TSHE dan pasar TSHE serta pasokan bahan
bakarnya lebih berkembang. Oleh karena itu,
sosialisasi dan promosi harus disesuaikan
dengan kondisi lokal.
PENUTUP

Rantai pasok tungku tradisional relatif


lebih pendek karena pelaku tungku tradisional
Sumber: World Bank (2013) jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan
dengan tungku TSHE. Namun demikian,
Gambar 7. Kerangka pemberian subsidi untuk rangkaian yang perlu perhatian dari tungku
TSHE tradisional adalah pada rantai pasok pemasaran,
Untuk meningkatkan akses terhadap terutama dalam penyediaan tungku langsung
TSHE oleh masyarakat, pemerintah bekerjasama untuk konsumen. Biaya pengiriman tungku yang
dengan Bank Dunia menerapkan subsidi TSHE relatif mahal bagi penduduk desa dapat
(dalam program CSI). Subsidi (sebesar menyebabkan harga tungku menjadi mahal dan
maksimum Rp. 270.000) diberikan kepada tidak mendorong masyarakat untuk membeli
market aggregator TSHE. Kondisi ini tungku. Sebagai gantinya mereka tetap
diciptakan untuk mendukung peningkatan akses menggunakan tungku tradisional buatan mereka
TSHE oleh masyarakat. Pemberian subsidi sendiri, yang tidak sehat. Selain itu, rantai
dilakukan setelah standar tungku, pengetesan, pasokan tungku tradisional belum dibekali
dan sertifikasi dilakukan. dengan pengetahuan akan model tungku yang
lebih baik.
Perbedaan Rantai Pasok Tungku Tradisional
dan TSHE Rantai pasok TSHE lebih panjang.
Berbagai persoalan dapat timbul dalam rantai
Berdasarkan uraian di atas, maka
pasok ini, namun persoalan yang paling rentan
diketahui bahwa rantai pasok untuk tungku
adalah pada rantai pasok bahan bakar dan bahan
tradisional sangat sederhana dengan aktivitas
penunjang liner untuk TSHE. Oleh karena itu
cukup besar di hilir, yaitu di bagian pemasaran.
perlu diupayakan agar pemasaran TSHE dapat
Kekuatan rantai pasok di bagian pemasaran
berkelanjutan, di mana pengguna (masyarakat)
untuk tungku tradisional lebih banyak ditentukan
dapat segera beralih dari tungku tradisional ke
oleh agen pemasar, termasuk dalam pengadaan
TSHE. Untuk mensukseskan program TSHE,
transportasi tungku.
rantai pasok juga dipastikan harus berjalan
Pada rantai pasok TSHE, akivitas terkait dengan baik.
TSHE dimulai dari penyedia bahan baku dan
Penanganan berbagai isu yang muncul
bahan penunjang, produsen, market aggregator¸
dalam rantai pasok seperti isu integrasi,
pembeli skala agen dan penjual TSHE eceran,
infrastruktur, pasokan bahan bakar dan liner,
serta penyedia bahan baku. Rantai pasok paling
penyebaran pengetahuan, finansial atau
lemah disini terletak di paling hilir, yaitu
pendanaan, trasnportasi dan informasi harus

102 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
segera mendapat perhatian. Diperlukan penelitan operation (4th ed.). Upper Saddle River,
lanjutan dalam hal ini. Komitmen pemerintah New Jersey: Pearson Education, Inc.
yang kuat serta sosialisasi untuk meningkatkan
Daniels, J.D., and Cannice, M.V. (2004).
kesadaran publik akan pentingnya tungku yang
Interview studies in international business
sehat (TSHE) dan ketersediaan akan pasokan
research, in
bahan bakar TSHE yang lancar akan
Handbook of Qualitative Research
mempercepat adopsi TSHE oleh masyarakat.
Methods For International Business, R.
Marschan-Piekkari and C. Welch, Eds.,
ed Cheltenham, UK: Edward Elgar, 2004,
UCAPAN TERIMA KASIH pp. 185-206.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Darmanto, Priangkoso, T., & Awami, S.N.
PAPPIPTEK-LIPI yang telah menyediakan dana (2016). Modifikasi tungku untuk
penelitian tematik sektor energi tahun 2016. meningkatkan produktivitas industri
Penulis juga berterima kasih kepada semua nara rumah tangga gula aren. Momentum,
sumber, terutama Ibu Prianti Utami dan Ibu 12(1), April, 60-63
Christina dan Yayasan Dian Desa, Yogyakarta,
Dr. Ikbal Maulana, koordinator penelitian tahun Hartiningsih, Hermawati, W., Maulana, I., &
2016 atas kesediaan waktu untuk berdiskusi Rosaira, I. (2014). Peran jejaring dan
tentang tulisan ini dan sekaligus mendapatkan aktor dalam mempertahankan
data dan informasi tentang TSHE. kesinambungan energy di perdesaan.
PAPPIPTEK-LIPI, Jakarta. Seri Laporan
Penelitian No. 2014-01-01-04

DAFTAR PUSTAKA Indrajit, R.E., & Djokopranoto, R. (2002).


Konsep Manajemen Supply Chain: Cara
Ambe, I.M. (2014). Key indicators for Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan
optimising supply chain performance: the Barang. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana
case of light vehicle manufacturers in Indonesia, Jakarta, 2003
South Africa. The Journal of Applied
Jeter, J-J., & Kariher, P. (2009). Solid-fuel
Business Research : January/February ,
household cook stoves: Characterization of
30,(1)
performance and emissions. Biomassa and
ARECOP. (2008). Benchmarking Improved Bioenergy, 33, 294-305
Cook Stove. Glow Magazine. 41, June.5-8
Jüttner, U., Peck, H., & Christopher, M. (2003).
ASTAE. (2013). Indonesia Toward Universal Supply chain risk management: Outlining
Access to Clean Cooking. East Asia and an agenda, for future research. International
Pacific Clean Stove Initiative Series. Journal of Logistics: Research &
Washington, D.C. World Bank Applications.(4). 200. 197-210
ASTAE. (2015). Rencana pemasaran sosial Kementerian ESDM. (2014). Peluncuran
untuk inisiatif tungku sehat hemat energi Program “Clean Stove Initiative (CSI)”.
Indonesia: Program percontohan SIARAN PERS KESDM NOMOR:44
pembiayaan berbasis hasil. Asian /SJI/2014 Tanggal: 14 Agustus 2014.
Sustainable and Alternative Energy Tersedia dalam http://esdm.go.id/berita/55-
Program. Jakarta siaran-pers/6892-peluncuran-program-
Brand, V. (2009). Empirical business ethics clean-stove-initiative-csi.html
research and paradigm analysis. Journal Nurhuda, M. (2015). Kompor Biomassa untuk
of Business Ethics. 86. 429-449 mendukung kemandirian energy. Jurnal
Chopra,S.,& Meindl,P. (2010). Supply chain Mineral dan Energi, 13(1), Maret, 2015.
management: Strategy, planning, and

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 103
Maulana, I., Hermawati, W., Hartiningsih, dan The Environment Department (Climate
Rosaira, I. (2016). Peran LSM dalam Change), May, The World Bank
Mendukung Kemandirian Energi di Tingkat
World Bank. (2013). Menuju Akses Universal
Masyarakat. Laporan Penelitian
Memasak Bersih Tanpa Polusi. Program
PAPPIPTEK-LIPI, Jakarta
Bank Dunia Energi Alternatif dan
Robith. (2004). Tantangan dan Peluang Berkelanjutan di Asia. Jakarta,
Pengembangan Tungku di Indonesia. September.
JKTI. 6 Oktober 2004. Dapat dilihat pada
World Bank. (2014). Tungku Lebih Bersih untuk
http://www.tungku.or.id/ina/?pilih=lihatbe
Indonesia yang Lebih Sehat. The World
rita&beritaid=57&kategori=9 (diakses 17
Bank News. Tersedia dalam situs :
September 2016)
http://www.worldbank.org/in/news/featur
Swaminatan, J.M., Smith, S.F., & Sadeh, N.M. e/2014/11/03/cleaner-cook-stoves-for-a-
(1998). Modeling Supply Chain healthier-indonesia
Dynamics: A Multiagent Approach.
WHO. (2002). The World Health report 2002:
Decision Sciences, 29(3). Summer 1998.
reducing risks, promoting healthy life.
USA
Geneva, Switzerland: World Health
The Apex Consulting Group. (2013). Kasus Organization
Kompor Biomassa Bersih di Indonesia.
Yin, R.K. (2013). Case study research: design
Sebuah inisiatif Pemerintah Indonesia dan
and methods (applied social research
Bank Dunia. Agustus.
methods), 5th ed. Thousand Oaks,
Wisner, J.D, Tan, K-C.,& Leong, G.K. (2012). California: Sage Publications, 2013
Principles of supply chain management: a
YDD. (2012). Program Tungku Sehat Hemat
balanced Approach (3rd edition). Mason,
Energi Biomassa (TSHE)- Indonesia.
Ohio:South-Western Cengage Learning
Presentasi pada Lokakarya Konsultasi
World Bank. (2011). Household Cookstoves, untuk Inisiatif TSHE Indonesia,
Environment, Health, and Climate Yogyakarta, Indonesia, 7 Mei 2012.
Change: A New Look at an Old Problem.

104 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
KARAKTERISTIK DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN
TERHADAP KRIMER BERBAHAN BAKU POWDER AMPAS
TAHU

Caracteristic and Consumer Preference Level On Creamer Made From Tofu


Solid Waste

Syarifah Aminah, Tezar Ramdhan, Umming Sente


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, mifa71@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
characteristics, Solid waste of tofu still contains nutrients that are good to be used as raw materials for
solid waste of tofu, food products. The content of protein and fiber pulp is still high enough so that it can be
creamer, used as a raw material of creamer or coffee flavor enhancer. This study was aimed to
the level of preference, obtain characteristics and preferences of consumers towards creamer made from tofu solid
coffee waste (CTSW) on coffee drinks. This research used completely randomized design with
three replications. In order to reduce microbial contamination, prior to drying tofu was
sterilized (1210C for 15 minutes). Consumer preference test performed on instant mixed
coffee and black coffee with various concentrations of CTSW. Concentrations of CTSW
for instant mixed coffee were 1) 10%, 2) 20%, and 3) 30%, while for black coffee 1) 2.5%,
2) 5%, 3) 7.5% and, 4) 10%. The test was conducted to know the consumer preference for
color, aroma, taste, and appearance of coffee plus CTSW using five hedonic scale by semi-
trained panelists. In addition, parameter of observation also included the physical and
chemical characteristics of CTSW. The results showed that the physical characteristics of
CTSW was almost like a commercial creamer in terms of color, while its aroma had
typical of soybeans aroma. The CTSW had water contained 4.74% water, 17.60% protein,
and 5.07% fiber. Meanwhile, preference test showed that the addition of CTSW into
instant mixed coffee was acceptable in all concentration with the highest score of 4.83 (like
- really like) and the lowest score of 3.08 (a bit like). The same result also showed for the
addition of CTSW into black coffee with the highest score of 4.85 (like - really like) and
the lowest score of 3.92 (a bit like)

Kata Kunci SARI KARANGAN


karakteristik, Ampas tahu masih mengandung nutrisi yang baik utuk dimanfaatkan sebagai bahan produk
powder ampas tahu, pangan. Kandungan protein dan serat masih cukup tinggi sehingga dapat dijadikan salah
krimer, satu bahan baku krimer sebagai penambah cita rasa pada kopi. Penelitian ini bertujuan
tingkat kesukaan, untuk mendapatkan karakteristik dan uji preferensi konsumen terhadap krimer berbahan
kopi baku ampas tahu pada minuman kopi. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak
Lengkap dengan 3 ulangan. Untuk mengurangi cemaran mikroba sebelum pengeringan
ampas tahu dipanaskan dengan suhu sterilisasi komersil (121 0C) selama 15 menit. Uji
preferensi konsumen dilakukan terhadap kopi instan dan kopi tubruk dengan perlakuan
berbagai konsentrasi krimer powder ampas tahu. Kopi instan menggunakan 3 (tiga)
konsentrasi krimer powder ampas tahu, yaitu 1) 10%, 2) 20%, dan 3) 30%. Kopi tubruk
dengan 4 perlakuan konsentrasi, yaitu: 1) 2.5%, 2) 5%, 3) 7.5% dan, 4) 10%. Parameter
pengamatan meliputi pengamatan sifat fisik, kimia powder ampas tahu dan tingkat
preferensi konsumen terhadap warna, aroma, rasa, dan penampakan menggunakan skala
hedonik pada panelis semi terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
fisik powder ampas tahu berwarna putih kekuningan (krem) hanpir menyerupai warna
krimer komersial, aromanya khas kedelei. Kandungan kimia powder ampas tahu
menunjukkan kadar air 4,74%, kadar protein 17,60%, dan kadar serat 5,07%. Uji
preferensi menunjukkan bahwa penambahan krimer powder ampas tahu terhadap kopi
instan dapat diterima konsumen dari konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi,
yaitu 10% – 30% pada semua atribut mutu dengan skor tertinggi 4,83 (suka – sangat suka)
dan skor terendah 3,08 (agak suka). Demikian halnya dengan penambahan krimer powder
ampas tahu pada kopi tubruk masih dapat diterima konsumen pada konsentrasi tertinggi
(10%) pada semua atribut mutu dengan skor tertinggi 4,85 (suka – sangat suka) dan skor
terendah 3,92 (agak suka – suka).

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 105
PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Tahu merupakan salah satu jenis makanan Perlakuan pemanasan


yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia Proses pembuatan powder ampas tahu
diawali dengan proses pemanasan dengan beberapa
sehingga industri tahu yang pada umumnya perlakuan suhu pemanasan yang berbeda, yaitu 1)
merupakan industri kecil banyak tersebar di mana- suhu sterilisasi komersil (1210C selama 15 menit),
mana baik di kota besar maupun di kota kecil. 2) suhu air mendidih (95-1000C selama 15 menit),
Industri tahu masih terus bertahan karena konsumsi c) suhu pasteurisasi (80-85 0C selama 15 menit).
tahu masyarakat Indonesia masih tinggi, yaitu Selanjutnya dianalisis total mikroba, E. coli dan
mencapai 12,3 kg/kapita/tahun (Marlissa, 2013). Salmonella sp. Pengukuran mikroba dilakukan
Sekitar 80% atau hampir 2 juta ton per tahun dari dengan metode seperti yang tercantum pada SNI
total kebutuhan kedelai Indonesia pada tahun 2012 3751-2009 (seperti pada tahap karakterisasi ampas
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tahu). Acuan untuk penetapan perlakuan panas
tempe. Dari 2 juta ton tersebut, 60%-nya atau terbaik adalah Peraturan Kepala Badan POM No.
sekitar 1,2 juta ton kedelai per tahun dialokasikan HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang penetapan
sebagai bahan baku pembuatan tahu. industri tahu batas maksimum cemaran mikroba dan kimia
juga merupakan salah satu penyebab masalah dalam makanan dan SNI 3751-2009. Syarat batas
limbah. Industri tahu merupakan salah satu industri cemaran mikroba adalah : total mikroba
penghasil limbah yang besar karena dari setiap 1 maksimal 1 x 106 koloni/g, E. coli maksimal 10
kg kacang kedelai kering yang diolah menjadi tahu APM/g, Salmonella sp. harus negatif/25 g.
akan menghasilkan ampas basah sekitar 1.2 kg
(120%) (Lu et al., 2013). Namun ampas tahu Proses pengeringan dan pembuatan powder
masih dapat dijadikan sebagai bahan baku pangan. Pengeringan ampas tahu menggunakan
Hal tersebut juga selaras dengan kenyataan bahwa bahan baku terbaik berdasarkan perlakuan
ampas tahu masih memiliki kandungan gizi yang pemanasan. Proses pengeringan menggunakan
baik. Ampas tahu kering masih mengandung alat/mesin pengering kabinet dengan suhu
sekitar 25% protein dan 10% lemak (Mateos- pengeringan 50 0C selama 24 jam. Kemudian,
Aparicio, et al., 2010; Lu et al., 2013). Selain itu, sampel hasil pengeringan tersebut dijadikan serbuk
ampas tahu juga kaya akan kandungan zat non gizi dengan menggunakan mesin penepung dan atau
(zat bioaktif) yang baik untuk kesehatan, yaitu blender skala rumah tangga. Sampel powder yang
serat pangan. Kandungan serat dalam ampas tahu dihasilkan dari tiap perlakuan diayak sehingga
mencapai lebih dari 50% (Mateos-Aparicio, et al., memiliki ukuran partikel minimal 70 mesh.
2010; Lu et al., 2013). Sebagai sumber serat, Kemudian, sampel dianalisis untuk mengetahui a)
ampas tahu sangat baik untuk kesehatan karena kandungan kimia dan mikroba, dan b) karakteristik
dapat mencegah obesitas, hiperlipidemia dan fisik. Proses pembuatan powder ampas tahu
diabetes (Matsumoto et al., 2007; Villanueva et al., disajikan pada gambar 1.
2011; Xu et al., 2000; Lu et al., 2013). Kandungan
nutrisi yang masih cukup baik yang terdapat dalam
ampas tahu menyebabkan ampas tahu masih
berpotensi untuk diolah lebih lanjut sehingga
masih bias mempunyai nilai tambah. Oleh karena
itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
preferensi konsumen terhadap pengolahan ampas
tahu menjadi krimmer yang diaplikasikan dalam
kopi instan dan kopi tubruk.

106 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Ampas tahu Pengepresan mikroba. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya
kandungan mikroba pada ampas tahu baik pada
kondisi segar (0 jam) sampai penyimpanan selama
6 dan 12 jam (Table 1).
Pengukusan
Tabel 1. Kandungan mikroba ampas tahu pada jam
ke-0, 6 dan 12.
Pengeringa
Waktu
TPC E. coli Salmonella
pengamat-
(cfu/g) (apm/g) sp. (/25 g)
an (Jam)
Penggilingan
0 8,5 x 106 > 1100 Negatif
6 3,8 x 1012 > 1100 Negatif
Pengayakan 12 3,4 x 1015 > 1100 Negatif

Powder ampas tahu Oleh karena itu untuk menekan jumlah


kandungan mikrobanya dilakukan proses
Gambar 1. Proses pembuatan powder ampas tahu. pemanasan dengan beberapa beberapa suhu
pemanasan yang berbeda. Hasil analisis cemaran
mikroba terhadap bahan baku ampas tahu dengan
Formulasi krimer
perlakuan suhu disajikan pada table 2.
Formulasi krimmer berbahan baku powder
ampas tahu dilakukan terhadap kopi instan dan Tabel 2. Kandungan mikrobiologi ampas tahu
kopi tubruk. Rancangan percobaan menggunakan setelah perlakuan panas
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali Perlakuan TPC E. coli Salmonella
ulangan. Perlakuan penambahan powder ampas (cfu/g) (apm/g) sp. (/25 g)
tahu juga dilakukan pada kopi instan dengan
konsentrasi a) 0% ; b) 10% ; c) 20% dan d) 30%. 80 0C 1,4 x 105 512 Negatif
Perlakuan konsentrai penambahan powder ampas 100 0C 1,6 x 103 240 Negatif
tahu ke dalam produk kopi tubruk adalah: a) 2,5%
121 0C 1,3 x 102 9,2 Negatif
; b) 5% : c) 7.5%, d) 10%. Parameter pengamatan
meliputi uji organoleptik dengan preferensi
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2
konsumen menggunakan panelis semi terlatih
memperlihatkan bahwa perlakuan pemanasan
dengan 1 – 5 skala hedonic, yaitu (1)=sangat tidak dengan menggunakan suhu sterilisasi komersil,
suka, (2)=tidak suka, (3)=agak suka, (4)=suka, yaitu 1210C selama 15 menit mampu menekan
(5)=sangat suka. cemaran mikroba untuk memenuhi syarat
Analisis data keamanan pangan seperti yang sudah distandarkan,
Untuk mengetahui pengaruh jenis yaitu tidak melebihi batas maksimum total mikroba
perlakuan terhadap parameter yang diamati, data 1 x 106 koloni/g, E. coli 10 APM/g, dan
Salmonella sp. harus negatif/25 g (Badan POM,
hasil pengamatan akan dianalisis menggunakan
2009).
analisis varian dan dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan pada taraf kepercayaan 95% menggunakan Powder ampas tahu
SPSS 16.0.
Produksi powder ampas tahu dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan menggunakan mesin pengering kabinet
dengan suhu pengeringan 50 0C selama 24 menit.
Perlakuan pemanasan Karakteristik fisik dan analisa proksimat disajikan
pada tabel 3 dan 4.
Untuk memenuhi syarat pangan terhadap
batas maksimum kandungan mikroba pada
pembuatan powder ampas tahu dibutuhkan metode
pemanasan yang dapat menekan jumlah kandungan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 107
Tabel 3. Karakteristik fisik powder ampas tahu disajikan pada table 5 dan 6.
yang dikeringkan pada suhu 50 0C
Suhu Rende Densitas Tabel 5. Uji prefernsi konsumen terhadap kopi
Arom instan.
pengerin Warna men kamba
a
gan (0C) (%) (g/ml)
Konsentrasi
Penampa
putih Khas 13,5 + 0,49 powder
Warna Aroma Rasa
50 + 4 kekuni kedela 0,38 ampas tahu
kan
ngan i (%)

0 5.42a 5.17a 5.25a 5.17a


Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa
dengan pengeringan warna powder ampas tahu 10 4.67b 4.92a 3.75b 3.08b
tidak mengalami perubahan yang signifikan dari
20 4.83b 4.83a 3.67b 3.33b
warna ampas tahu segar, yaitu putih kekuningan.
Demikian halnya dengan aroma masih khas 30 4.42c 4.33a 3.00b 3.25b
kedelai. Rendemen yang dihasilkan sebesar 13,5
Keterangan: Huruf yang sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda
±0,38, sedangkan densitas kamba berkisar 0,49
nyata, metode Duncan, taraf nyata 95%
g/ml hampir sama dengan tepung terigu, tepung
beras dan tepung kedelai. Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa
penambahan powder ampas tahu sebagai krimmer
Powder ampas tahu masih memiliki kandungan pada kopi instan memperlihatkan respon konsumen
nutrisi yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari dengan skor nilai 3 (agak suka) sampai 5 (sangat
analisa proksimat yang disajikan pada table 4. suka). Hal ini menunjukkan bahwa powder ampas
tahu dapat diterima konsumen sebagai krimmer
Tabel 4. Kandungan proksimat powder ampas tahu pada kopi instan dengan berbagai konsentrasi.
Jenis analisis Hasil (%)
Berdasarkan konsentrasi yang diformulasi
Kadar air 4,74 menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10% sampai
30% penerimaan konsumen tidak berbeda nyata
Kadar abu 3,70
terhadap rasa, dengan skor nilai 3,08 – 3,25.
Kadar lemak 10,58 Adapun penilaian konsumen terhadap warna tidak
berbeda nyata terhadap semua konsentrasi
Kadar protein 17,60 termasuk control dengan skor nilai berkisar 4,33 –
5,17 (suka – sangat suka).
karbohidrat 63,38
Kadar serat 5,07 Penilaian preferensi konsumen juga
dilakukan terhadap kopi tubruk. Hasil uji
preferensi disajikan pada table 6.
Kandungan serat pangan dalam powder ampas tahu
adalah sekitar 5,07%. Ini berarti powder ampas
Tabel 6. Uji preferensi konsumen terhadap kopi
tahu dapat diklaim sebagai bahan pangan sumber
tubruk
serat menurut peraturan Badan POM nomor HK
03.1.23.11.11.09909 tahun 2011, yaitu bahwa Konsentrasi
tepung Penampa
suatu bahan pangan dapat dikatakan sebagai Warna Aroma Rasa
sumber serat apabila mengandung minimal 3 gram ampas tahu kan
per 100 gram dan dapat dikatakan sebagai bahan (%)
pangan tinggi serat apabila mengandung minimal 6
gram per 100 gram (Badan POM, 2011). Jika 0 4.92a 4.62a 4.46a 4.69a
dilihat syarat mutu krimer nabati bubuk dalam
SNI 3144:2009 maka syarat mutu cemaran 4.77a 4.77a 4.23a 4.23ab
2.5
mikroba tersebut sudah terpenuhi dari kriteria uji.
Uji preferensi terhadap kopi
5 4.85a 4.69a 3.92a 3.85b
Uji preferensi konsumen dilakukan terhadap kopi
instan dan kopi tubruk. Hasil preferensi konsumen

108 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
7.5 4.85a 4.85a 4.38a 3.69b

DAFTAR PUSTAKA
10 4.69a 4.38a 4.08a 3.46b
Lu Fei, Yang Liu, BoLi. 2013. Okara dietary fiber
Keterangan: Huruf yang sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda
nyata, metode Duncan, taraf nyata 95%
and hypoglycemic effect of okara foods.
Bioactive Carbohydrate and Dietary Fibre
Hasil uji preferensi (table 6) menunjukkan bahwa 2: 126 -132.
konsentrasi powder ampas tahu yang digunakan
dapat diterima konsumen mulai dari 2,5% sampai Mateos-Aparicio,I., Redondo-Cuenca,A.,
10%. Berdasarkan penilaian terhadap Villanueva-Suárez,M.J., Zapata-Revilla,
penampakan, warna dan aroma menunjukkan M.,&Tenorio-Sanz,M. 2010. Pea pod,
bahwa konsumen tidak membedakan adanya broad bean pod and okara ,potential
penambahan krimmer powder ampas tahu dengan sources of functional compounds. LWT—
kontrol. Artinya penggunaan krimmer powder Food Science andTechnology, 43(9),
ampas tahu sampai dengan 10% masih dapat 1467–1470.
diterima oleh konsumen. Skor penilaian warna
berkisar 4,33 – 4,92 (suka) sedangkan skor Marlissa, J. Entrepreneurship & Innovation:
penilaian konsumen terhadap aroma berkisar 3,92 Peluang Usaha Pembuatan Tahu Ditengah
– 4,08 (agak suka – suka). Demikian halnya Gejolak Harga Kedelai nasional.
dengan penampakan secara keseluruhan PascasarjanaUniversitas Mercu Buana.
memberikan skor nilai 4,69 – 4,92 (suka). Jakarta.
http://www.academia.edu/4021869/Usaha_
Berdasarkan penilaian konsumen terhadap Pembuatan_Tahu_Di_Tengah_Gejolak_Ha
rasa pada kopi tubruk menunjukkan bahwa rga_Kedelai_nasional#. Tanggal akses 20
penambahan krimmer berbahan baku ampas tahu Januari 2014.
mempunyai skor tertinggi pada konsentrasi 2,5%
dengan skor nilai 4,23 (suka) dan tidak berbeda Matsumoto, K., Watanabe,Y., and Yokoyama,S.
nyata dengan tanpa penambahan krimmer (kontrol) 2007. Prevents obesity in a diet-induced
dengan skor nilai 4,69 (suka). Hal ini menunjukkan murine obesity model. Bioscience,
bahwa dengan penambahan 2,5% powder ampas Biotechnology, and Biochemistry, 71(3),
tahu konsumen belum dapat memberikan 720–727.
perbedaan terhadap rasa.
Villanueva,M.J., Yokoyama,W., Hong,Y.J.,
Barttley, G.E., and Rupérez, P. 2011.
PENUTUP Effect of high-fat diets supplemented with
okara soy bean by-product on lipid profiles
Powder ampas tahu dapat diformulasi of plasma liver and faeces in Syrian
sebagai bahan baku krimmer untuk kopi instan dan
kopi tubruk. Berdasarkan preferensi konsumen hamsters. Food Chemistry, 124(1), 72–79.
terhadap kopi instan dan kopi tubruk dengan
Xu,H., Wang,Y., Liu,H., Zheng,J., and Xin,Y.
penambahan krimmer powder ampas tahu masih
dapat diterima secara organoleptik baik 2000. Influence of soybean fibers on blood
penampakan, warna, aroma maupun rasa dengan sugar and blood lipid metabolism and
konsentrasi sampai 30% dan 10% masing-masing hepatic-nephritichis to morphology of
untuk kopi instan dan kopi tubruk. Pembuatan mich with STZ-induced diabetes. Acta
krimmer powder ampas tahu diawali Nutrimenta Sinica, 22(2), 171–17
dengan perlakuan pemanasan 1210C (suhu
sterilisasi komersial) agar aman untuk dikonsumsi
karena kandungan total mikoroba, E. coli,
dan Salmonella sp. dalam powder telah memenuhi
syarat yang ditentukan (Badan POM).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 109
Teknologi Pengalengan Makanan Guna Meningkatkan
Produktifitas UMKM Berbasis Sumberdaya Alam Lokal di
Yogyakarta
(Studi Kasus Kerjasama BPTBA LIPI dengan Gudeg Bu Tjitro 1925)

Food Canning Technology in Order to Increase the Productivity of MSMEs


Based With Local Natural Resources in Yogyakarta
(Case Study of Collaboration between BPTBA LIPI with Gudeg Bu Tjitro 1925)

Agnes Irwanti1, Asep Nurhikmat2 , Handoko, L.T3


1) Agnes Irwanti, Mahasiswa S3 Sekolah Bisnis IPB Bogor Indonesia; Email: agnes.irwanti@gmail.com
2) Dr. Asep Nurhikmat , Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI, Jl. Jogja-Wonosari Km 31.5, Gading, Playen, Gunung Kidul
3) Dr. L.T. Handoko, Pusat Penelitian Fisika LIPI, Kompleks Puspitek Serpong, Tangerang 15310

Keyword ABSTRACT
Food Canning, Technology This study explain about LIPI Research Unit for Natural Product Technology
Transfer, Technology (BPTBA) in helping one of the micro, small and medium enterprises (MSMEs) in
Adoption, MSMEs, Local traditional food sector based on local natural resources with appliance of food
Natural Resources, Traditional canning technology on traditional food of Yogyakarta, with the business trademark
of Gudeg Bu Tjitro 1925. The objective of this study is to measure the number
Food, Productivity increased from the canning of traditional food “Gudeg Bu Tjitro 1925”, per year
2011 until 2015, and therefore the result of the increment that have been done by
BPTBA LIPI together with Gudeg Bu Tjitro will be known. The methodology used
is in-depth interviews and secondary data processing. With this methodology, the
authors analyze the raise within the production that occurs from year to year. It is
also known that food-canning technology can help increase the average
productivity per year by 160.08% and implicate for being followed by other
MSMEs that also produce traditional foods using ingredients from local natural
resources, as an effort to increase competitiveness. The limitation of this study is,
since this is part of a series of studies, it requires further-more research.

Kata Kunci SARI KARANGAN


Pengalengan Makanan, Alih Studi ini memaparkan mengenai usaha Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam
Teknologi, Adopsi Teknologi, (BPTBA) LIPI dalam membantu salah satu pelaku usaha mikro, kecil, dan
UMKM, Sumber Daya Alam menengah (UMKM) di bidang makanan tradisional berbasis sumber daya alam
Lokal, Makanan tradisional, lokal dengan menerapkan teknologi pengalengan makanan pada makanan
Produktifitas. tradisional, khas Yogyakarta, dengan merek dagang Gudeg bu Tjitro 1925. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengukur kenaikan jumlah pengalengan makanan
tradisional gudeg bu Tjitro 1925 per tahun dari tahun 2011 hingga 2015, sehingga
dapat diketahui peningkatan produksi pengalengan yang dilakukan oleh BPTBA
LIPI bersama dengan Gudeg bu Tjitro. Metodologi yang digunakan adalah
wawancara mendalam (in-depth interviews) dan pengolahan data sekunder.
Dengan metodologi ini, penulis menganalisa peningkatan produksi yang terjadi
dari tahun ke tahun. Dalam penelitian ini diketahui bahwa teknologi pengalengan
makanan mampu membantu meningkatkan produktifitas dan berimplikasi diikuti
oleh pelaku UMKM produksi makanan tradisional lainnya yang juga berbasis
sumberdaya alam lokal, sebagai usaha peningkatan daya saing. Limitasi dari
penelitian ini adalah bahwa studi ini merupakan bagian dari penelitian yang
bersifat serial sehingga diperlukan penelitian lanjutan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

110 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN daya alam lokal, sehingga pelaku UMKM dapat
bertahan dan berkelanjutan karena lebih berdaya
Globalisasi membawa perubahan di segala
saing. Multiplier effect-nya akan berimbas pula
bidang. Terjadinya pergeseran selera masyarakat
pada ketahanan pangan dan budaya suatu daerah
akan makanan adalah salah satunya. Hal ini
hingga daerah tersebut bisa dikenal melalui
dikarenakan masyarakat dapat dengan mudah
identitas makanan khas-nya.
menemukan makanan atau masakan yang berasal
dari luar daerah ataupun luar negeri. Terjadinya TUJUAN DAN PERTANYAAN
penurunan minat dan konsumsi akan makanan PENELITIAN
tradisional bisa mengakibatkan terjadinya Makanan tradisional gudeg memiliki bahan baku
degradasi terhadap kearifan lokal yang dimiliki dari sumberdaya alam lokal, dimana sumberdaya
oleh suatu bangsa. Selain itu menyebabkan alam lokal ini bisa jadi tidak dimiliki oleh daerah
menipisnya keinginan masyarakat dalam lain. Sehingga pembuatannya harus didaerah
memperkuat jati dirinya, karena makanan asalnya. Selain itu, karakteristik makanan ini
merupakan salah satu identitas bangsa. tidak tahan lama akibatnya sulit dimobilisasi
untuk dijual ke daerah lain. Keterbatasan tersebut
Fenomena ini patut dicermati secara serius,
berpengaruh pada produktifitas, sehingga
karena menurunnya minat masyarakat untuk
diperlukan solusi teknologi untuk mengatasi hal
mengkonsumsi makanan daerah akan
tersebut. Perkembangan terkini dari proses
berpengaruh pada penurunan permintaan produk
produksi makanan adalah ketersediaan makanan
dan berimbas pada penurunan pendapatan yang
siap saji yang aman dan memiliki daya simpan
akan mengancam pada kelangsungan hidup usaha
lama, salah satunya dengan pengalengan.
terkait. Makanan tradisional mempunyai
Sehingga pertanyaan penelitian dalam studi ini
kekhasan menggunakan bahan-bahan dari
adalah :
sumberdaya alam lokal, sehingga makanan
tradisional tersebut hanya bisa didapatkan di Apakah teknologi pengalengan bisa
daerah asalnya. LIPI melalui BPTBA yang ada meningkatkan produktifitas pada pelaku
di Yogyakarta terpanggil untuk membantu para UMKM makanan tradisional berbasis
pelaku UMKM dalam meningkatkan daya saing sumber daya alam lokal Gudeg bu Tjitro
dan mampu bertahan di era globalisasi ini. 1925?
Makanan tradisional harus ditangani secara hati-
hati dan teliti, sehingga kekhasan makanan Selanjutnya dilakukan penelitian untuk
tradisional dapat dipertahankan. Solusi teknologi menjawab pertanyaan penelitian di atas dengan
yang ditawarkan oleh BPTBA LIPI adalah mengukur kenaikan jumlah pengalengan
teknologi tepat guna pengalengan makanan. makanan tradisional gudeg bu Tjitro 1925 dari
Pengalengan pada makanan tradisional berbeda tahun pertama melakukan pengalengan, yaitu
dengan pengalengan bahan pangan lain karena tahun 2011 hingga tahun 2015, dan peningkatan
makanan tradisional yang dikalengkan harus pendapatannya.
memiliki rasa yang sama dengan makanan
tradisional yang disajikan secara langsung. METODOLOGI
Selanjutnya, hasil akhir makanan tradisional Guna menjawab pertanyaan penelitian, metode
dalam kaleng tersebut juga harus mempunyai yang digunakan pada studi ini adalah wawancara
kualitas dan aman bagi konsumen. Tuntutan ke lapangan dengan pelaku usaha pengalengan
konsumen akan keamanan dan kualitas produk gudeg bu Tjitro 1925 (in depth interview). Selain
menjadi dasar dalam meningkatkan kualitas dan itu juga dilakukan pengolahan data sekunder
jaminan keamanan produk pangan. yang ada di BPTBA LIPI dan CV Buana Citra
Sentosa pembawa merek dagang “Gudeg bu
Penelitian ini menjadi penting karena memiliki Tjitro 1925”. Data diolah untuk mengukur
dampak pelestarian dan peningkatan produktifitas kenaikan jumlah pengalengan makanan
pada makanan tradisional yang berbasis sumber tradisional gudeg bu Tjitro per tahun dari tahun

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 111
2011 hingga 2015, sehingga dapat diketahui Selain memiliki peranan penting dalam laju
peningkatan produksi ‘gudeg kaleng’ yang perekonomian masyarakat, UMKM juga
dilakukan. Selain itu juga pengolahan data membantu pemerintah dalam menciptakan
mengenai kenaikan pendapatan yang diperoreh lapangan pekerjaan. UMKM terbukti mampu
terkait dengan produksi gudeg kaleng yang bertahan pada kondisi krisis. Hal ini mendasari
dihasilkan. pendapat bahwa UMKM menjadi pilihan untuk
dikembangkan pada kondisi ekonomi yang
KAJIAN TEORI kurang baik. UMKM menjadi sektor yang
mampu bertahan dibandingkan dengan sektor-
1. Usaha Mikro Kecil Menengah sektor lain yang memiliki skala lebih besar (Saul,
UMKM merupakan salah satu bagian penting 2015).
dalam perekonomian suatu daerah maupun
Kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga
negara. Usaha mikro, kecil, dan menengah di
kerja perlu terus dikembangkan untuk
Indonesia telah terbukti menjadi tonggak penting
mengurangi pengangguran. Namun, masih
dalam menyokong perekonomian nasional di era
banyak permasalahan lain yang mesti dihadapi
pasca reformasi (Prasetyo dan Asmara, 2014).
UMKM di Indonesia, seperti kurangnya
Definisi UMKM menurut UU no. 20 tahun 2008
permodalan, kesulitan dalam pemasaran, struktur
adalah sebagai berikut : 1) Usaha Mikro,
organisasi masih sederhana dengan pembagian
merupakan usaha produktif milik orang per
kerja yang tidak baku, rendahnya kualitas
orangan dan/atau badan usaha perorangan yang
manajemen, SDM terbatas dan berkualitas
memenuhi kriteria usaha mikro. Memiliki hasil
rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan
penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
keuangan, lemahnya aspek legalitas, dan
(Tiga ratus juta rupiah), memiliki kekayaan
lemahnya kualitas teknologi. Permasalahan ini
bersih paling banyak 50 juta; 2). Usaha Kecil,
mengakibatkan lemahnya jaringan usaha,
merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri
keterbatasan kemampuan untuk penetrasi pasar
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
dan diversifikasi pasar, dan skala ekonomi yang
atau badan usaha yang bukan merupakan anak
terlalu kecil. Akibatnya, UMKM kesulitan
perusahaan atau cabang perusahaan yang
menekan biaya, memperoleh margin keuntungan
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
yang sangat kecil, dan lebih jauh lagi tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar
memiliki keunggulan bersaing (Rahmana, et al.,
yang memenuhi kriteria usaha kecil. Memiliki
2012). Dengan permasalahan diatas, tentu
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
menjadi tidak mudah jika UMKM harus
300.000.000 (Tiga ratus juta rupiah) sampai
memikirkan pendekatan teknologi dan inovasi.
dengan 2,5 M. Memiliki kekayaan bersih lebih
Karena teknologi dan inovasi membutuhkan
besar dari 50 juta s/d 500 juta. 3). Usaha
investasi.
Menengah, merupakan usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang 2. Teknologi Pengalengan Makanan
perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang BPTBA LIPI, Gunung Kidul, Yogyakarta,
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi berinisiatif untuk membantu pelaku UMKM
bagian baik langsung maupun tidak langsung berbasis SDA lokal tersebut dengan memberikan
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan solusi teknologi pengalengan makanan.Teknologi
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan pengalengan bukan merupakan teknologi baru.
tahunan : Memiliki hasil penjualan tahunan lebih Sejarahnya diawali tahun 1809 di Perancis oleh
dari Rp 2,5 M sampai dengan paling banyak 50 Nicolas Appert, kemudian tahun 1810 Peter
M; Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Durant berhasil mendisain dan mendapatkan hak
500 juta sampai dengan 10 milyar. paten atas kemasan logam yang dapat dipatri dan
dikomersialkan. Tahun 1960 kaleng jenis two
piece mulai dikembangkan, diikuti tutup ring pull

112 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
up untuk memudahkan membuka kaleng tanpa baku, dan kapasitas produksi. Permodalan
menggunakan alat (Page et al., 2003). UMKM terkait dengan kebutuhan kemasan
dengan minimal order yang apabila dirupiahkan
Perkembangan tersebut kebanyakan pada proses terlalu besar untuk skala UMKM dengan modal
pengalengan yang diproduksi secara masal. terbatas, UMKM akan berfikir bahwa menanam
Sedangkan untuk produk yang spesifik seperti modal dalam kemasan yang jumlahnya besar,
makanan tradisional hasil rumah tangga atau sementara pemasaran belum berjalan adalah hal
industri kecil belum banyak dibahas. Menurut yang beresiko. Proses persiapan bahan baku,
Lund (2003) berdasarkan pada studi tertentu UMKM dengan produksi terbatas skala rumah
bahwa produk yang berbeda dan spesifik (asli tangga, pada saat kapasitas dinaikkan perlu waktu
suatu daerah) akan memiliki karakterisasi yang untuk mengumpulkan dan preparasinya menjadi
berbeda. Mulai tahun 1980 konsumen lebih bahan jadi, biasanya UMKM dapat
memperhatikan produk yang berkualitas dan mengumpulkan bahan baku untuk kapasitas 1000
aman untuk dikonsumsi (Cayot, 2007; Tuorila kaleng perhari membutuhkan waktu 1 hari
dan Monteleone, 2009). Perkembangan terkini sebelumnya. Kapasitas produksi UMKM sampai
dari proses produksi makanan adalah saat ini baru mencapai 1000 kaleng perhari.
ketersediaan makanan siap saji yang aman dan
memiliki daya simpan lama (Awuah et al., 2007). Untuk mengalihkan teknologi dari LIPI ke
tingkat UMKM perlu mekanisme dan pendekatan
Pada pengalengan gudeg, proses pengalengan tertentu. Ada 2 (dua) skema alih teknologi yang
berbeda dengan pangan lain karena gudeg terdiri dapat dipakai yaitu in site technology dan out site
dari beberapa bahan penyusun yang spesifik technology. In site technology adalah proses
dimana penanganannya dilakukan secara pemanfaatan teknologi dilakukan dengan
berbeda. Hasil akhir berupa gudeg kaleng harus memakai fasilitas yang telah ada, tetapi dengan
mempunyai kualitas dan aman bagi konsumen sedikit perubahan skala, sedangkan out site
(Nurhikmat dkk., 2011). Tuntutan konsumen technology adalah penggunaan teknologi oleh
akan keamanan dan kualitas produk menjadi UMKM, dimana UMKM membeli fasilitas
dasar dalam meningkatkan kualitas dan jaminan peralatan disesuaikan dengan skala yang
keamanan produk pangan. Produk pangan yang dikehendaki (biasanya skala 1000 kaleng/hari).
diolah dengan teknik sterilisasi menjadi alternatif
karena sterilisasi menghasilkan produk yang Pada in site technology UMKM akan diberi
aman untuk konsumen (Xia dan Sun, 2002). waktu untuk menggunakan peralatan melalui
skema makloon biasanya UMKM dibina secara
Penelitian tentang proses pengalengan makanan langsung mulai dari karakterisasi produk,
tradisional telah dilakukan oleh LIPI sejak tahun fasilitasi ijin edar sampai UMKM dapat
2003. Makanan tradisional merupakan warisan memasarkan produknya. Waktu yang diberikan
budaya masa lampau dengan resep dan proses biasanya mencapai 3 tahun. Pada skema ini
pembuatannya selalu berkembang. Dengan UMKM tidak dituntut untuk memiliki alat
proses pengolahan tertentu dan penggunaan produksi sendiri, baru setelah masa pembinaan (3
rempah-rempah asli menghasilkan makanan tahun) UMKM diharapan dapat menyediakan
dengan cita rasa yang khas dan berbeda antara peralatan sendiri untuk produksi. Kelemahannya
satu daerah dengan daerah lainnya (Anonim, pada skema ini, biasanya UMKM terbuai dengan
2010; Nurhikmat dkk., 2011). Pada tahun 2010 fasilitas yang ada sehingga pada akhir tahun ke-3
BPTBA LIPI mulai menerapkan teknologi UMKM merasa berat untuk produksi sendiri
pengalengan pada beberapa UMKM. terkait dengan persyaratan yang harus dilengkapi.
LIPI berhasil mereduksi teknologi pengalengan Pada out site technology, UMKM mengadakan
skala besar (10.000 kaleng/hari) menjadi skala peralatan sendiri disesuaikan dengan skala yang
kecil dan menengah (1.000 kaleng/hari), dengan dikehendaki dibawah pembinaan LIPI. Untuk
pertimbangan beberapa hal diantaranya; skema ini UMKM harus mengeluarkan modal
permodalan UMKM, proses persiapan bahan yang cukup besar tetapi proses produksi dapat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 113
dilakukan sendiri dan menyesuaikan dengan varian rasa adalah agar konsumen bisa memilih,
kondisi lapangan. Sesuai dengan kapasitas yang dan tidak bosan. Secara pararel ternyata hal ini
berjalan unutuk UMKM biasanya 1000 juga bisa meningkatkan penjualan. Dengan
kaleng/hari. adanya inovasi varian rasa, diharapkan gudeg bu
Tjitro 1925 jadi lebih dikenal lagi. Gudeg kami
Konsep alih teknologi yang ditawarkan oleh tidak hanya gudeg blondo dan gudeg basah saja,
BPTBA LIPI tersebut diikuti dengan baik oleh namun ada gudeg rasa rendang dan pedas.
pelaku UMKM, CV Buana Citra Sentausa. Inovasi varian rasa dan pengalengan ini akan
Setelah memulai proses pengalengan pada tahun menunjukkan bahwa gudeg bu Tjitro memang
2011 sampai dengan tahun 2014 mengikuti in site ahlinya dalam bidang gudeg.” Pertanyaan 3 :
technology. Maka pada tahun 2015, pengusung Apakah ada peningkatan penjualan setelah
merk dagang Gudeg bu Tjitro 1925 ini berhasil dilakukan pengalengan? “Jika dihitung secara
melakukan adopsi teknologi dari BPTBA LIPI, omset, jelas terjadi peningkatan penjualan.
Gunung Kidul, Yogyakarta. Walaupun ada yang tergerus, penjualan gudeg
kendil menurun tapi gudeg kaleng meningkat.
PEMBAHASAN
Secara omset naik karena gudeg kaleng.”
1. Survei Wawancara Mendalam Pertanyaan ke 4 : Apakah ada
kerjasama/dukungan pemerintah yang lain dalam
Pengenalan pengalengan gudeg oleh BPTBA pendampingan inovasi dan teknologi guna
LIPI ke Gudeg bu Tjitro terjadi pada tahun 2010. meningkatkan produktifitas dan daya saing?
Kemudian oleh bu Jatu (generasi ke tiga dari “Selama ini baru kerjasama dengan LIPI, belum
Gudeg bu Tjitro), pengenalan pengalengan ini ada kerjasama dengan pihak lain, baik terkait
disambut dengan antusias sebagai salah satu dengan ekspor makanan, baru sebatas informasi
peluang untuk melakukan inovasi sehingga lebih tentang pameran dan seminar saja.” Pertanyaan
memiliki daya saing dari usaha serupa. ke 5 . Apa target ke depan yang ingin dicapai
oleh Gudeg bu Tjitro 1925? “Target yang ingin
Peneliti berkesempatan untuk mengunjungi
dicapai oleh gudeg bu Tjitro adalah ingin
rumah pengalengan milik CV. Buana Citra
memperkenalkan gudeg di seluruh dunia, baik
Sentausa, pada tanggal 21 Oktober 2016, dan
melalui gudeg kaleng maupun restauran. Dari
melakukan pengamatan serta wawancara dengan
gudeg kaleng jelas memudahkan mobilitas dan
direktur dan manajer operasional-produksi
tahan lama, kami ingin mendistribusikan gudeg
perusahaan tersebut. Berikut petikan wawancara
kaleng di pusat penjualan oleh-oleh di seluruh
dengan nara sumber dari wakil manajemen
dunia. Sedang dari restauran, kami ingin
Gudeg bu Tjitro :
membuka cabang di mana-mana bahkan sampa di
(1). Burhanul Akbar Pasa (31 tahun), generasi ke luar negeri.”
empat di gudeg bu Tjitro, direktur CV. Buana
(2) Jumirin (53 tahun) manajer operasional dan
Citra Sentausa, bu Tjitro 1925. Pertanyaan 1 :
produksi gudeg bu Tjitro. Pertanyaan 1.
Bagaimana ide awal untuk melakukan
Bagaimana Ide awal keinginan untuk melakukan
pengalengan gudeg? “Ide pengalengan muncul
pengalengan gudeg? “Ide pengalengan dan
dari konsumen. Konsumen mengeluhkan ketika
melakukan inovasi varian rasa, awal ceritanya
datang ke restoran ingin membeli untuk oleh-oleh
dari dr. Sutiman Sutiyono (generasi ke dua),
namun sayangnya gudeg tidak bisa tahan lama,
beliau menyatakan, bagaimana kita bisa bersaing
paling hanya bisa tahan 24 jam saja. Itu juga
kalau kita tidak memiliki produk kreatif.
yang gudeg kendil dan harus dihangatkan dahulu.
Kemudian tahun 2005, beliau menyuruh kami
Akhirnya timbul inisiatif bagaimana gudeg ini
untuk mencari peluang-peluang bagaimana
bisa menjadi oleh-oleh yang tahan lama”.
caranya gudeg ini bisa masuk ke pangsa pasar
Pertanyaan 2 : Apa tujuan dilakukannya inovasi
luar negeri. Sebagai manajer, saya menyatakan
pengalengan dan varian rasa gudeg? “Tujuan
ke beliau, bahwa gudeg bersifat tidak tahan lama,
melakukan inovasi baik pengalengan maupun
pengemasannya juga belum dengan teknologi

114 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
yang canggih. Pada tahun 2010, ibu Jatu Tahun Jumlah Pengalengan
(generasi ke 3) berkenalan dengan LIPI, dan
2011 21.876
dikenalkan gudeg kaleng. Ibu Jatu membeli
contoh gudeg kaleng dari LIPI, namun karena 2012 63.849
rasanya tidak seperti gudeg yang sudah kami
2013 79.897
resepkan, maka kami memperbaiki dan
menggunakan resep kami. Mulai tahun 2010 kita 2014 83.512
melakukan uji coba riset pasar, dan mulai 2015 101.613
memperkenalkan gudeg kaleng. Tahun 2011 kita
bekerja sama dengan LIPI untuk pengalengan
gudeg sampai dengan sekarang.” Pertanyaan 2 : Tabel. 1. Rekap Produksi Pengalengan Gudeg bu
Apa tujuan dilakukannya inovasi pengalengan Tjitro
dan varian rasa gudeg? “Untuk memiliki produk Dengan demikian kenaikan prosentase per tahun
kreatif seperti keinginan dari owner, generasi ke selama progam pengalengan Gudeg bu Tjitro
dua, dr. Sutiman Sutiyoso.” Pertanyaan 3 : adalah sebagai berikut :
Apakah ada peningkatan penjualan setelah
dilakukan pengalengan? “ Ini ada catatan Tahun Prosentase Kenaikan
kenaikan dari tahun ke tahun, silahkan boleh
dicatat.” (Peneliti memotret catatan kenaikan 2011 – 2012 192.87%
pendapatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 – 2013 25.13%
2015, yang akan ditabelkan dalam pembahasan
selanjutnya). 2013 – 2014 4.52%
2014 – 2015 21.67%
2. Adopsi Teknologi dan Pengolahan data
sekunder

Setelah dari tahun 2011 hingga 2014 Tabel.2. Tabel prosentase kenaikan produksi
mengikuti program in site technology di BPTBA
LIPI, Gunung Kidul. Pada tahun 2015, Gudeg bu Dari tabel 1 dan 2, dapat dilihat bahwa selalu
Tjitro 1925 (CV. Buana Citra Sentausa) terjadi peningkatan produksi dari tahun ke tahun
berinisiatif untuk melakukan investasi teknologi (2011-2015). Kenaikan produksi yang tajam
pengalengan sendiri dengan mengikuti program terjadi pada tahun 2012 dibandingkan dengan
out site technology. Dalam investasi ini, CV. produksi tahun 2011, prosentase kenaikannya
Buana Citra Sentausa menggandeng investor sebesar 192,87%. Hal ini menunjukan teknologi
pengadaan mesin pengalengan makanan untuk pengalengan dapat diterima oleh pasar dengan
UMKM, dengan penyertaan modal 50%, sangat baik. Prosentase kenaikan produksi yang
sehingga porsinya adalah 50%-50%. terkecil terjadi dalam produksi pada tahun 2014
dibanding dengan produksi pada tahun 2013,
Dari data sekunder produksi pengalengan per yaitu sebesar 4,52%. Informasi yang didapat pada
bulan yang dari BPTBA LIPI dan CV. Buana wawancara mendalam dengan pihak manajemen
Citra Sentausa didapatkan rekap kenaikan dijelaskan bahwa hal tersebut merupakan strategi
produksi per tahun seperti yang ditampilkan pada perusahaan untuk menghabiskan stok produk
tabel dibawah ini. gudeg kalengan yang baru terserap oleh pasar
sebesar 85% dari produksi tahun sebelumnya.

Sementara, hasil pengolahan data penerimaan


pendapatan per tahun dari gudeg kaleng bu Tjitro
1925 seperti yang disampakan oleh CV Buana
Citra Sentausa adalah sebagai berikut :

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 115
Tahun Omset dalam Rupiah Dengan keberhasilan teknologi pengalengan
Gudeg bu Tjitro 1925, telah menumbuhkan minat
2011 378.768.000
para pelaku UMKM makanan tradisional berbasis
2012 1.134.882.000 sumber daya alam lokal lainnya untuk melakukan
1.593.940.000 kerja-sama pengalengan dengan BPTBA LIPI,
2013
Gunung Kidul.
2014 1.753.754.000
Penelitian ini merupakan bagian dari serial
2015 2.491.585.750
penelitian besar, sehingga masih diperlukan
Tabel. 3. Omset Penjualan per Tahun dalam penelitian lanjutan, terutama dalam pemodelan
Rupiah transfer teknologi pengalengan makanan yang
bisa membantu UMKM meminimalisasi
Dalam tabel 3, dapat dilihat kenaikan omset yang kegagalan dalam proses adopsi teknologi.
cukup significant , terdapat peningkatan sebesar
Rp 2.112.817.750, dari awal produksi
pengalengan hingga produksi pengalengan pada
tahun 2015. Angka tersebut menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
inovasi teknologi dan varian rasa yang dilakukan Anonim. 2010. Jejak Kuliner Indonesia, Edisi
oleh Gudeg bu Tjitro 1925 (CV. Buana Citra
Pertama. PT. T TIKI Jalur Nugraha
Sentausa) berhasil dengan baik meningkatkan Ekakurir (JNE). Jakarta
produktifitas dan berimbas pada kenaikan omset
penjualan. Awuah, G.B., H.S. Ramaswamy and A.
Economides. 2007. Thermal Processing
Peran BPTBA LIPI, Gunung Kidul dalam
and Quality: Principles and Overview.
mencanangkan program in site technology dan Chemical Engineering and Processing 46 :
out side technology pengalengan makanan 584-602.
tradisional untuk UMKM, secara khusus pada
Gudeg bu Tjitro 1925 telah terlaksana (dan masih Cayot, N. 2007. Sensory Quality of Traditional
berlanjut) dengan tingkat keberhasilan yang Food. Food Chemistry 101: 154-162.
sangat baik. Secara keilmuan BPTBA LIPI,
Gunung Kidul juga memiliki tanggung jawab Lund, D. 2003. Predicting the Impact of Food
yang besar untuk menjaga mutu produk makanan Processing on Food Constituents. Journal
tradisional yang dikalengkan dengan teknologi of Food Engineering 56: 113-117.
pengalengan untuk UMKM. Produk-produk
Nurhikmat, A., B. Suratmo, N. Bintoro dan
makanan tradisional dengan kemasan kaleng
Suharwadji. 2011a. Pengalengan Makanan
telah melewati tahap penelitian, meliputi
Tradisional: Kajian Pengalengan Gudeg
optimasi kondisi proses pengalengan, pengujian
Wijilan Jogjakarta. Prosiding Seminar
fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptis
Nasional Perteta. Fakultas Teknologi
sehingga produk dapat diterima dan disukai
Industri Pertanian. Universitas Padjajaran.
konsumen.
Bandung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Page, B., M. Edwards and N. May. 2003. Metal
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Cans, In Food Packaging Technology.
teknologi pengalengan makanan tradisional untuk Chapter 5. Edited by Coles, R., D.
UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta, McDowell and M.J. Kirwan. Blackwell
khususnya kerjasama dengan CV. Buana Citra Publishing Asia Pty Ltd, Australia.
Sentausa, sebagai pelaku UMKM makanan
Tuorila, H and E. Monteleone. 2009. Sensory
tradisional berbasis sumber daya alam lokal,
Food Sience in Changing Society:
terbukti dapat membantu UMKM tersebut
Opportunities, Needs, and Challenges.
meningkatkan produktifitasnya.

116 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Trends in Food Science and Technology 20: Sa‟adah, M., Santoso, I., dan Mustaniroh, S.A.
54-62. (2015), “Analisis Efektivitas Kinerja dalam
Klaster Agroindustri Makanan Ringan di
Xia, B. and D.W. Sun. 2002. Applications of Kota Malang”, Habitat, Vol. 26 No. 3, pp.
Computational Fluid Dynamics (CFD) in 144-151.
the Food Industry: a Riview. Computer and
Electronics in Agriculture 34: 5-24. Saul, E.Y. (2015), “Strategi Bersaing dan Strategi
Bertahan pada Industri Mikro dan Kecil
Haryono, T. (1996), Wisata Boga Makanan Bakpia Pathok di Kecamatan Ngampilan
Tradisional, Majalah Ilmu-Ilmu Humaniora Yogyakarta Tahun 2015”, Program Studi
III, Yogyakarta: Gadjah Mada University Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,
Press. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Kurniawan, F. (2010), Potensi Wisata Kuliner Sidarta, K.L., Oktaviani, R., dan Kirbrandoko
dalam Pengambangan Pariwisata di (2016), “Strategi Peningkatan Daya saing
Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Sastra dan PT „ABCD‟ Tbk. di Industri Makanan
Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Olahan pada tahun 2015”, Jurnal Aplikasi
Surakarta. Bisnis dan Manajemen, Vol. 2 No. 1, pp. 73-
Prasetyo, A. dan Asmara, A.Y. (2014), 82. 

“Pengembangan Industri Kecil Menengah
UU no 20 Tahun 2008, UMKM 

Sektor Makanan Melalui Pendekatan Klaster
di Kota Magelang: Perspektif Kebijakan
Iptek”, Dinamika Tidar, Vol. 40 No. 1, pp.
194-235. 


Rahmana, A., Iriani, Y., dan Oktarina, R.,


(2012)., “Strategi Pengembangan Usaha
Kecil Menengah Sektor Industri
Pengolahan”, Jurnal Teknik Industri, Vol.
13 No. 1, pp. 14- 21.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 117
LAMPIRAN

Gambar proses pengalengan Gudeg BU Tjitro


dengan fasilitas BPTBA LIPI Gunung Kidul,
Yogyakarta.

Fig. 1.1. Pengisian gudeg ke dalam kaleng Gambar 4. Penutupan kaleng gudeg

Gambar 5. Sterilisasi dan pendinginan gudeg kaleng


Fig. 1.2 Penimbangan gudeg

Gambar 6. Produk gudeg kaleng bu Tjitro 192


Gambar 3. Proses vakum gudeg sebelum ditutup

118 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Kemampuan Pembiayaan Masyarakat Desa Pujon Kidul dalam
Menerapkan Inovasi TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu)
Desa

Financial capability of villagers of Pujon Kidul Village toward new innovation:


integrated waste management facility at village level

AR. Rohman Taufiq H.*, Wawargita Permata W., Tiara Oktariana, Oktavia Indah R., Aris
Subagyo , Arina Hidayah
Universitas Brawijaya. *a.r.taufiq.h@ub.ac.id

Keyword ABSTRACT
ability to pay, willingness to Most villagers in the rural areas are farmers. They produce solid waste from
pay, inovasi, TPST, retribution their activities which 80% of waste composition is organic waste. Generally,
villagers store up and burn the waste. If those waste do not manage well, it
can distrub the villager’s health and livelihoods. To face that problem,
integrated wasted management facility (TPST) becomes an alternative
solution which is commonly built in urban areas. It means that TPST likes a
new innovation for villagers, specifically in Malang Regency. However,
financial aspect still becomes a problem for constructing and managing
TPST. This paper aims to identify the villagers ability and willingness to pay
in managing that TPST. Method used ability to pay (ATP) dan willingness to
pay (WTP) approaches. This study was conducted in Pujon Kidul village,
Malang Regency. To collect data and information, we used a simple random
samping with 213 respondences from 4.076 villagers. Some variables
related to ATP, such as incomes, expenses, and their ability to pay, while for
WTP analysis, this research employed bidding game method. The result
showed that WTP values range from Rp. 6.000,00 to Rp. 11.500,00 and Rp
22.000,00 for ATP. These values indicates that TPST retribution should not
be higher than ATP value, so it means WTP value becomes an important
parameter to determine TPST retribution. Based on these results, we
concludes that the willingness to accept of a new innovation on rural waste
management is accordance with their financial capabilities. Thus, the
retibution of TSPT in Pujon Kidul villager should be applied, according to
the villagers ability to pay
Kata Kunci SARI KARANGAN
ability to pay, willingness to Masyarakat desa yang sebagian besar adalah petani menghasilkan 80% dari
pay, TPST, retribusi total sampah padat berupa sampah organic (Brown dan Root, 1997). Jika
sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat mengganggu
kesehatan (Jalili dan Noori, 2008). Oleh sebab, tempat pengelolaan sampah
terpadu (TPST) merupakan salah satu cara untuk mengolah sampah. Saat ini
TPST banyak dibangun di perkotaan. Hanya ada sebuat TPST di Desa Dau
Kabupaten Malang. Desa Pujon Kidul, Kab. Malang sedang membangun
TPST. TPST merupakan inovasi baru bagi masyarakat desa. Masyarakat
desa mengolah sampah domestik dengan menimbun dan membakar. TPST
membutuhkan biaya untuk menjalankan bisnis nya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kemampuan dan kemauan membayar masyarakat
desa dalam pengelolaan TPST tersebut. Penelitian ini menggunakan
pendekatan ability to pay dan willingness to pay. Kedua analisis tersebut
mampu mengidentifikasi kemampuan dan kemauan masyarakat dalam
membayar inovasi yang baru diperkenalkan. Lokasi studi adalah Desa Pujon
Kidul, Kabupaten Malang. Dengan menggunakan simple random sampling,
213 responden dari total 4,076 jiwa penduduk. Variable ATP yaitu
pendapatan penduduk, pengeluaran penduduk, dan kemampuan membayar.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 119
Variable WTP yaitu kemauan membayar dengan menggunakan metode
bidding game. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan WTP
masyarakat Rp. 6.000,00 – Rp. 11.500,00. Nilai ATP masyarakat adalah Rp.
22.000,00. Sehingga besar retribusi yang nanti diterapkan jangan sampai
melebih ATP dengan besaran yang diharapkan sebesar WTP. Berdasarkan
hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan kemauan masyarakat dalam
menerima inovasi baru tentang pengelolaan sampah desa sesuai dengan
kemampuan keuangan mereka. TPST pujon kidul yang akan dibangun
hendaknya menerapkan tarif retribusi sesuai dengan kemampuan
masyarakat.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN inovasi pengelolaan sampah rumah tangga di


desa yang bertempat di Desa Pujon Kidul.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Sampah, sampah Pengelolaan sampah pada lingkungan
merupakan salah satu masalah nasional yang perumahan dilakukan dengan konsep informal
dalam pengelolaannya perlu dilakukan secara secara individu. Kondisi ini mengakibatkan
komperhensif dan terpadu dari hulu ke hilir. kurang optimalnya pengelolaan sampah yang
Perencanaan pengelolaan sampah yang ada. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
terintegrasi membutuhkan kerjasama baik pemerintah sering terbentur oleh keterbatasan
pemerintah maupun masyarakat, dalam pembiayaan yang berasal dari dana alokasi desa
kerjasama dibutuhkan kontribusi langsung dari dan sumber pembiayaan lainnya, sehingga
masyarakat setempat. Kontribusi yang dapat dalam oprasionalisasinya dibutuhkan peran serta
dilakukan masyarakat yaitu dalam hal masyarakat. Bentuk peran serta masyarakat
pemilihan, pewadahan, pengumpulan, antara lain membayar retribusi. Retribusi dapat
pengolahan dan pengangkutan. Salah satu menjadi langkah awal dalam mengatasi
sumber pembiayaan dalam pengelolaan sampah permasalahan. Pembayaran retribusi ini juga
berasal dari retribusi oleh masyarakat. Besarnya harus disesuaikan dengan preferensi kemampuan
retribusi dipengaruhi oleh kemampuan dan dan kemauan masyarakat seperti jumlah nominal
kemauan membayar masyarkat. yang disepakati sehingga hasil pengelolaan
oprasionalisasi menjadi nyata.
Desa Pujon Kidul merupakan salah satu
desa yang berada di Kecamatan Pujon, Berdasarkan hal tersebut maka perlu
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat ini Desa diketahui ability to pay dan willingness to pay
Pujon Kidul mengarahkan pembangunannya masyarakat Desa Pujon Kidul dalam
menuju Desa Wisata. Akan tetapi terdapat mejalanakan inovasi TPST. Apabila program ini
permasalahan permasalahan yang terjadi di Desa dikembangkan dapat mengatasi permasalahan
Pujon Kidul, salah satunya adalah permasalahan lingkungan dan meningkatkan ekonomi
pengelolaan sampah. Banyaknya wisatawan masyarakat lokal di Desa Pujon Kidul
yang datang mengunjungi wisata di Desa Pujon Kabupaten Malang.
Kidul maka semakin banyak pula sampah yang
di hasilkan. Sampah yang dihasilkan dapat KERANGKA TEORI
menambah timbulan sampah yang dihasilkan di Sistem pengelolaan sampah terdiri atas 3
Desa Pujon Kidul. Oleh karena itu akan bagian, yaitu pewadahan, pengumpulan,
diadakan pembangunan TPST yang merupakan pemindahan, pengangkutan, pengolahan
Pewadahan Sampah adalah suatu cara

120 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
penampungan sampah sebelum dikumpulkan, terkait dengan valuasi tersebut adalah analisis
dipindahkan, diangkut, dan dibuang ke tempat ability to pay dan willingness to pay.
pembuangan akhir sampah. Menurut Undnag-
undang no 8 tahun 2008 tentang pengolalan Tamin (1999) mendefinisikan Ability To Pay
sampah, menekankan bahwa prioritas utama (ATP) sebagai kemampuan seorang untuk
yang harus dilakukan oleh semua fihak adalah membayar jasa pelayanan yang diterima
bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal berdasarkan penghasilan yang di anggap ideal.
mungkin. Pengolahan sampah dilakukan dengan faktor yang mempengaruhi ATP adalah
cara 3R yaitu: penghasilan, kebutuhan akan barang, total
biaya, lamanya penggunaan, pengeluaran, dan
a. Pembatasan (reduce), yaitu mengupayakan prosentase penghasilan yang digunakan untuk
agar limbah yang dihasilkan sesedikit barang tersebut.
mungkin Willingness to pay (WTP) atau ketersediaan
b. Guna-ulang (reuse), yaitu bila limbah untuk membayar adalah kesediaan individu
akhirnya terbentuk, maka upayakan untuk membayar terhadap suatu kondisi
memanfaatkan limbah tersebut secara lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya
langsung alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki
c. Daur-ulang (recycle), yaitu residu atau kualitas lingkungan (Henley dan spash, 1993).
limbah yang tersisa atau tidak dapat Dengan kata lain, besar nilai uang yang
dimanfaatkan secara langsung, kemudian masyarakat bersedia bayar untuk fasilitas akan
diproses atau diolah untuk dapat didapat.
dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku
maupun sebagai sumber energi METODE PENELITIAN
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
• Analisis Ability to Pay
(TPST) adalah salah satu bentuk pengelolaan
Analisis ability to pay digunakan untuk
sampah yang dianjurkan oleh kementerian
melihat kemampuan membayar masyarakat yang
pekerjaan umum. Berdasarkan Permen PU no 3
dipengaruhi oleh pendapatan dan pengeluaran.
tahun 2013 Penyelenggaraan Prasarana Dan
Besarnya kemapuan membayar disesuaikan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan
dengan tingkat kemampuan ekonomi. Penilaian
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
ATP dinilai dari seluruh aset yang dimiliki,
Sampah Rumah Tangga diajurkan memiliki
pendidikan, kemapuan untuk mengorganisisir
skala pelayan kota. Akan tetapi pada pedoman
sumberdaya secara efektif, investasi, tagihan
tersebut juga disebutkan bahwa skala pelayan
piutang. Semakin banyak aset dan pendapatan,
tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
semakin besar kemampuan membayar (russel,
Oleh sebab itu, TPST adalah hal baru yang
1996). Hasil perhitungan data yang berasal dari
penerapannya dilakukan di desa. Salah satu
responden akan bervariasi. Kemudian nilai sisa
penerapan inovasi TPST tingkat desa adalah
pendapatan responden akan dihitung dengan
TPST Mulyoangung yang terletak di Desa
menggunakan perhitungan nilai rata-rata.
Mulyoagung kecamatan Dau, Kab. Malang.
Pendekatan ini akan mampu mengidentifikasi
Inovasi TPST tersebut beroperasi dengan
ATP masyarakat secara komunal. Berikut rumus
biaya yang disetor oleh anggota yang menerima
untuk menghitung ATP per bulan:
manfaat TPST. Karena ada sistem retribusi,
maka besar nilai retribusi memiliki tingkat 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = 𝐼𝐼 − 𝐶𝐶 ··································· (1)
kepentingan yang tinggi setelah manfaat servis
yang diberikan oleh fasilitas publik tersebut. ATP = kemampuan untuk membayar
Abelson (1996) mengemukakan bahwa untuk
I = Pendapatan
menilai kemauan masyarakat untuk membayar
fasilitas umum menggunakan metode valuasi C = pengeluaran
kontigensi. Analisis yang dapat digunakan
• Analisis Willingness to Pay

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 121
Metode pengambilan data untuk analisis
willingness to pay adalah dengan menggunakan
pendekatan bidding game. Metode ini
dilaksanakan dengan menanyakan kepada
responden apakah bersedia membayar /
menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan
sebagai titik awal (starting point). Jika “ya”
maka besarnya nilai uang diturunkan/dinaikkan
sampai ke tingkat yang disepakati (Hanley dan
Spash, 1993). Terdapatnya empat katagori yang
akan di tanyakan pada masyarakat seperti
berikut: Gambar 1. Penentuan rentang harga optimal

a) Too Cheap, pertanyaan tentang biaya yang Sumber: Shoemaker, 2012


dikeluarkan dianggap warga terlalu murah,
Penentuan range harga optimal akan
namun warga merasa ragu akan kualitas
terjadi apabila dari garis too cheap berpotongan
barang. Harga maksimal yang ditawarkan
dengan not cheapserta not expensive
akan berhenti apabila total 0% responden
berpotongan dengan too expensive (Shoemaker,
mengatakan setuju apabila harga tersebut
2012) (Gambar 1.), berpotongan garis pada
terlalu murah
grafik menandakan bahwa harga yang nantinya
b) Not Cheap, pertanyaan tentang biaya yang
ditawarkan pada masyarakat merupakan harga
dianggap warga terlalu murah, namun
yang dapat di jangkau atau di terima oleh warga
warga tidak ragu akan kualitas barang.
dalam hal kualitas.
Harga yang ditawarkan akan berhenti
Data untuk analisis ini akan bervariasi
apabila 100% responden mengatakan setuju
karena responden akan memberikan jawaban
apabila harga yang ditawarkan terlalu
yang berbeda-beda. Untuk mempermudah
murah.
analisis, penelitian ini menghitung rata-rata nilai
c) Not Expensive, pertanyaan tentang biaya
yang diperoleh dari responden. Sehingga
yang dikeluarkan dianggap warga mahal
penelitian ini memperoleh data yang berlaku
sehingga secara kualitas masilayak unuk di
komunal terhadap responden.
beli. Harga maksimal yang ditawarkan akan
berhenti apabila total 0% mengatakan stuju
dengan harga tersebut dan secara kualitas • Pengumpulan data dan variabel
barang setara. Variable penelitian ini mencakup 5
d) Too Expensive, pertanyaan tentang biaya variabel yaitu pendapatan, pengeluaran, sisa
yang dikeluarkan dianggap warga mahal, pendapatan, kesediaan membayar, dan retribusi.
tetapi kuliatas barang tidak sesuai dengan Data dari variabel tersebut diperoleh melalui
harga yang mahal. Harga maksimal yang survey dengan menggunakan kuesioner terkait
ditawarkan akan berhenti apabila total ATP dan WTP. Pengumpulan data
100% menyetujui apabila harga yang telah menggunakan teknik sempel acak. Populasi
ditawarkan terlalu mahal dan secara kulitas untuk penentuan sampel tersebut adalah jumlah
barang tidak sesuai. rumah. Pemilihan tersebut berdasarkan retribusi
sampah dibebankan berdasarkan bangunan
rumah. Meskipun terdapat lebih dari satu
keluarga (KK) dalam satu rumah. Jumlah rumah
yang dihitung mencapai 1000 rumah. Penentuan
jumlah responden menggunakan tabel sampel
Isaac dan Michael (1995). Pada table tersebut,
jumlah populasi mencapai 1000 hingga 1050
dan derajat kesalahan 10%, maka diperoleh

122 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
responden sebanyak 213 responden. responden ternak. Sampah yang dihasilkan peternak dapat
mewakili pendapat keluarga yang ada pada mencapai 4 kali lipat dari timbulan sampah
rumah tersebut. Responden Responden tersebut rumah tangga setiap hari nya. Sampah tersebut
memperoleh satu set kuesioner. Kemudian antara lain berupa sisa pakan ternak dan kotoran
mengidentifikasi apakah responden bersedia ternak. Petani juga menghasilkan sampah
membayar retribusi untuk penerapan inovasi pertanian, akan tetapi jumlah nya relatif lebih
TPST. Hanya responden yang memilih bersedia rendah dari pada sampah ternak.
membayar retribusi lah yang dapat meneruskan
proses pengisian kuesioner. Timbulan sampah yang ada di Desa
Pujon Kidul tidak hanya berasal kegiatan bertani
• Lokasi Studi dan konsumsi masyarakat saja. Sampah juga
Lokasi studi penelitian ini adalah Desa muncul karena aktifitas masyarakat desa terkait
Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten pembangunan desa. Berdasarkan hasil
Malang. Desa Pujon Kidul memiliki corak desa wawancara dengan kepala desa, pemerintah desa
pertanian. Desa ini terdiri atas 3 dusun, yaitu mencanangkan kegiatan Jum’at bersih.
dusun Krajan, Maron, dan Tulung Rejo. Jumlah Masyarakat pada hari jum’at akan bergotong
keluarga yang tingal di desa berjumlah 1.343 royong untuk membersihkan lingkungan sekitar.
KK yang terdiri atas 4.076 jiwa. Ruang lingkup Kegiatan ini menimbulkan sampah terutama
wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Pujon sampah organik. Sebagian besar sampah tersebut
Kidul Kabupaten Malang. Secara administratif berupa daun, ranting, dan rumput.
Desa Pujon Kidul berbatasan dengan:
Masyarakat Desa Pujon Kidul mengolah
Sebelah Utara : Desa Ngroto dan Pujon sampah secara sederhana. Masyarakat hanya
Lor membakar dan menimbun sampah yang
dihasilkan. Sampah yang timbul dari kegiatan
Sebelah Barat : Desa Sukomulyo berternak memperoleh perlakuan yang sama.
Sampah sisa pakan ternak akan dibakar dan
Sebelah Selatan : Desa Pandesari
sebagian dikubur. Sampah kotoran ternak akan
Sebelah Timur : Desa Pujon Lor dibuang langsung ke saluaran drainase desa.
Cara tersebut menimbulkan bau tidak sedap
dilingkungan desa. Masyarakat dan pemerintah
desa menemui permasalahan terkait sampah
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berasal dari kegiatan Jum’at Bersih.
• Sampah di Desa Selama ini sampah tersebut hanya dibakar dan
ditimbun. Masyarakat dan pemerintah desa
Brown dan Root (1997)
kemudia sadar bahwa pengelolaan tersebut tidak
mengemukkakan bahwa komposisi sampah yang
baik.
dihasilkan oleh masyarakat desa sebagian besar
adalah sampah organik. Sama hal nya dengan Kemudian pemerintah desa memiliki ide
Desa Pujon Kidul, sampah yang paling banyak untuk membangun inovasi TPST seperti yang
berupa sampah organik. Sampah tersebut tidak ada di Mulyoagung Kec. Dau, Kab. Malang.
hanya sampah rumah tangga, tetapi juga sampah TPST tersebut memiliki tingkat keberhasilan
hasil kegiatan bertani. Bertani yang merupakan tinggi dari segi pengelolaan sampah dan
pekerjaan utama masyarakat Desa Pujon Kidul, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
ikut andil dalam menghasilkan sampah. Sampah organik yang timbul akan diolah di
TPST. Hal ini merupakan upaya pemerintah
Berdasarkan hasil wawancara dengan
desa untuk menjaga lingkungan dengan
masyarakat dan perangkat desa, sampah rumah
mengolah sampah dengan tepat.
tangga yang dihasilkan sangat rendah
dibandingkan dengan sampah hasil kegiatan Pemerintah desa menerapkan inovasi
bertani terutama masyarakat yang memiliki TPST bertujuan untuk memberdayakan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 123
masyarakat desa. Pengelolaan TPST akan Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Desa
dilakukan oleh masyarakat melalui BUMDes. Pujon Kidul
Pekerja dari TPST adalah masyarakat Desa
Jenis Jumlah Persentase
Pujon Kidul. Dengan demikian keberadaan No
Pekerjaan Responden
TPST tersebut dapat mengurangi pengangguran 1 Petani 151 71%
di desa. Produk TPST akan menjual produk hasil
pengolahan nya (e.g. pupuk kompos). Dengan 2 Buruh Tani 45 21%
demikian TPST dapat memperoleh pemasukan 3 PNS/Pegawai 12 6%
tidak hanya dari retribusi dari masyarakat. Dari Pemerintahan
segi masyarakat, tersedianya tempat 4 Usaha Sendiri 5 2%
pembuangan tersebut dapat membantu
Apabila dilihat dari jenis pekerjaan yang
pengolahan sampah yang mereka hasilkan.
ada di Desa Pujon Kidul maka dapat
Selain itu, masyarakat dapat membeli pupuk
disimpulkan bahwa mata pencaharian mayoritas
yang dihasilkan oleh produksi lokal desa.
masyarakat Desa Pujon Kidul adalah sebagai
Tantangan terbesar adalah retribusi petani dengan persentase 71% dan yang paling
sampah. TPST akan dikelola secara profesional. sedikit adalah wirausaha dengan persentase yaitu
Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat dalam 2%.
bentuk uang sangat penting. Selama ini,
pengelolaan sampah masih bersifat tradisional • Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran
dan tanpa membutuhkan biaya. Sehingga Berdasarkan mata pencaharian
meminta masyarakat untuk merubah kebiasaan masyarakat di Desa Pujon Kidul, dapat diketahui
dalam pengelolaan sampah dan dengan retribusi besaran pendapatan dan pengeluaran masyarakat
merupakan tantangan yang besar. Oleh sebab untuk kebutuhan sehari-hari. Berikut merupakan
itu, penelitian ini mencoba untuk mengambil data pendapatan dan pengeluaran masyarakat
jalan tengah agar retribusi yang akan masyarakat Desa Pujon Kidul.
bayar, sesuai dengan kemampuandan kemauan Tabel 2. Pendapatan Per Bulan Penduduk Desa
masyarakat. Pujon Kidul
• Karakteristik Ekonomi Masyarakat Desa Jumlah
Pendapatan
Karakteristik kegiatan ekonomi yang Responden
ada di desa Pujon Kidul cukup beragam yaitu Kurang dari Rp. 600.000,00 43
mulai dari petani, hingga PNS. Berdasarkan
survei yang telah dilakukan terhadap 213 sample Rp. 600.000,00 – Rp. 700.000,00 38
bangunan untuk hunian, dapat diketahui Rp. 700.001,00 – Rp. 800.000,00 24
prosentase jenis pekerjaan di desa Pujon Kidul.
Selain jenis pekerjaan, kegiatan ekonomi suatu Rp. 800.001,00 – Rp. 900.000,00 40
daerah juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan Rp. 900.001,00 – Rp. 1.000.000,00 28
yang ada di wilayah tersebut.
Rp. 1.000.001,00 – Rp. 1.100.000,00 5
• Mata Pencaharian Masyarakat Desa
Rp. 1.100.001,00 – Rp. 1.200.000,00 -
Karakteristik wilayah Desa Pujon Kidul
yang merupakan dataran tinggi juga Rp. 1.200.001,00 – Rp. 1.300.000,00 8
mempengaruhi mata pencaharian masyarakat
Rp. 1.300.001,00 – Rp. 1.400.000,00 7
yang ada di wilayah tersebut. Jenis mata
pencaharian yang ada di Desa Pujon Kidul Rp. 1.400.001,00 – Rp. 1.500.000,00 8
diantaranya:
Lebih dari Rp. 1.500.000,00 12

Total 213

124 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 3 Pengeluaran Per Bulan Penduduk Desa Diagram pada gambar di atas
Pujon Kidul menunjukkan bahwa Dusun Krajan memiliki
persentase sample hunian yang bersedia
Jumlah membayar retribusi TPST terbesar yaitu
Pengeluaran
Responden sebanyak 198 sample hunian atau 62%.
Kurang dari Rp. 600.000,00 52
Berdasarkan kesediaan membayar
Rp. 600.000,00 – Rp. 700.000,00 29 retribusi didapatkan harga yang harus dibayar
Rp. 700.001,00 – Rp. 800.000,00 28 oleh masyarakat Desa Pujon Kidul, Kecamatan
Rp. 800.001,00 – Rp. 900.000,00 38 Pujon dari jenis pelayanan yang akan didapatkan
oleh masyarakat.
Rp. 900.001,00 – Rp. 1.000.000,00 27

Rp. 1.000.001,00 – Rp. 1.100.000,00 12


Rp. 1.100.001,00 – Rp. 1.200.000,00 8
Rp. 1.200.001,00 – Rp. 1.300.000,00 3
Rp. 1.300.001,00 – Rp. 1.400.000,00 7
Rp. 1.400.001,00 – Rp. 1.500.000,00 5

Lebih dari Rp. 1.500.000,00 4 Gambar 3. Diagram Nilai Retribusi berdasarkan


Ketersediaan Masyarakat
Total 213
Besaran retribusi didasarkan pada jenis
pelayanan yang akan didapatkan oleh
• Analisis Willingness to Pay (WTP) masyarakat yaitu too cheap, not cheap, too
Berdasarkan survei yang telah dilakukan expensive, dan not expensive. Perpotongan
diketahui bahwa terdapat 198 sample yang keempat garis tersebut berada rentang Rp.
menyatakan bersedia untuk membayar retribusi 6.000,00 – Rp. 11.500,00 yang akan menjadi
pengelolaan TPST jumlah tersebut mencapai besaran retribusi TPST masyarakat Desa Pujon
92% dari total responden inisial untuk penelitian Kidul, Kecamatan Pujon.
ini. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
masyarakat menerima ada nya retribusi untuk • Analisis Abillity to Pay (ATP)
pengelolaan TPST. yang ada di Desa Pujon Kesediaan membayar retribusi
Kidul. Berikut merupakan diagram persetujuan pengelolaan TPST juga didasarkan pada besaran
pendapatan dan pengeluaran masyarakat yang
masyarakat berdasarkan dusun yang ada di Desa
Pujon Kidul: bersedia membayar retribusi, hal tersebut
dikarenakan perlu adanya keberlanjutan
pengelolaan sehingga diharapkan retribusi yang
dibayarkan oleh masyarajat juga dapat
12%
dilaksanakan berkala. Berikut merupakan tabel
pendapatan dan pengeluaran masyarakat yang
26% bersedia membayar retribusi pengelolaan TPST.
62%

Dusun Krajan Dusun Maroon Dusun Tulungrejo

Gambar 2. Diagram Ketersediaan Membayar


Retribusi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 125
Tabel 4. Pendapatan per bulan Masyarakat Desa 850.000,00 dan Rp. 828.000,00. Rata-rata
Pujon Kidul yang bersedia Membayar Retribusi pendapatan dan pengeluaran tersebut akan
menunjukkan sisa pendapatan yang didapatkan
Jumlah
Pendapatan
Responden
oleh masyarakat Desa Pujon Kidul, dengan
menggunakan rumus (1).
Kurang dari Rp. 600.000,00 39

Rp. 600.000,00 – Rp. 700.000,00 36 Berdasarkan rumus tersebut diketahui


Rp. 700.001,00 – Rp. 800.000,00 23
bahwa sisa pendapatan yang didapatkan
masyarakat Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Rp. 800.001,00 – Rp. 900.000,00 39
yaitu Rp. 22.000,00, besaran retribusi yang akan
Rp. 900.001,00 – Rp. 1.000.000,00 24
dibayarkan oleh masyarakat masih dapat
Rp. 1.000.001,00 – Rp. 1.100.000,00 5 dijangkau oleh sisa pendapatan yang didapatkan.
Rp. 1.100.001,00 – Rp. 1.200.000,00 -

Rp. 1.200.001,00 – Rp. 1.300.000,00 8 • WTP vs ATP


Tamin (2001) mengemukakan
Rp. 1.300.001,00 – Rp. 1.400.000,00 7
keterkaitan nilai tersebut dengan dengan
Rp. 1.400.001,00 – Rp. 1.500.000,00 8
preferensi masyarakat terhadap kepentingan
Lebih dari Rp. 1.500.000,00 9
produk atau servis yang ditawarkan. Terdapat 3
Total 198 kemungkinan yang muncul yaitu, nilai ATP
lebih besar dari pada WTP, nilai ATP sama
dengan nilai WTP, dan nilai ATP lebih kecil dari
pada nilai WTP.
Tabel 5. Pengeluaran per bulan Masyarakat
Hasil analisis WTP (Rp. 6.000,00 – Rp.
Desa Pujon Kidul yang bersedia Membayar
11.500,00 ) dan ATP (Rp. 22.000,00)
Retribusi
menunjukkan bahwa nilai ATP lebih besar dari
Jumlah pada nilai WTP. Kondisi seperti ini
Pengeluaran menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
Responden
penghasilan yang relatif tinggi dan mampu
Kurang dari Rp. 600.000,00 47 membayar retribusi TPST. Akan tetapi ditinjau
Rp. 600.000,00 – Rp. 700.000,00 26
dari segi kepentingan, perbandingan nilai ATP
yang lebih tinggi dari WTP menunjukkan bahwa
Rp. 700.001,00 – Rp. 800.000,00 28 kepentingan pembangunan TPST tidak terlalu
Rp. 800.001,00 – Rp. 900.000,00 34 tinggi. Kepentingan tersebut sejalan dengan
kondisi eksisting dimana masyarakat masih
Rp. 900.001,00 – Rp. 1.000.000,00 24
merasa nyaman untuk mengelola sampah rumah
Rp. 1.000.001,00 – Rp. 1.100.000,00 12 tangga dengan dibakar dan dikubur. Namun dari
segi ekologi, pengelolaan tersebut justru dapat
Rp. 1.100.001,00 – Rp. 1.200.000,00 8
mengganggu keberlanjutan lingkungan.
Rp. 1.200.001,00 – Rp. 1.300.000,00 3
Perbandingan nilai ATP dan WTP
Rp. 1.300.001,00 – Rp. 1.400.000,00 7
tersebut menunjukan nilai yang secara teoritis
Rp. 1.400.001,00 – Rp. 1.500.000,00 5 dapat diterima oleh masyarakat dalam menerima
Lebih dari Rp. 1.500.000,00 4
inovasi baru. Akan tetapi, kecenderungna
pengelolaan sampah yang tradisional tidak
Total 198 memerlukan biaya, maka nilai retribusi perlu
ditekan lebih rendah lagi sehingg dapat
mengantisipasi masyarakat yang akan berhenti
Berdasarkan tabel di atas dapat untuk membayar retribusi TPST. Selain itu,
diketahui bahwa pendapatan dan pengeluaran semakin rendah retribusi, memungkinkan
rata-rata penduduk Desa Pujon kidul yaitu Rp. masyarakat yang tidak setuju ada nya retribusi

126 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
TPST untuk ikut serta dalam retribusi TPST. Hal Interim report submitted to the
ini sesuai dengan hasil pembahasan diatas Government of Mauritius.
bahwa hanya 92% dari total responden yang
Handayani, Elmamy. (2012). ―Kemampuan
bersedia membayar retribusi TPST.
Membayar (Ability to Pay) Masyarakat
TPST tersebut juga akan menjadi untuk Iuran Jaminan
BUMDesa berdasarkan wawancara dengan Kesehatan‖.Skripsi.IKM Unpad (tidak
kepala desa. Dengan demikian, TPST tersebut dipublikasikan).
akan memiliki sumber pendapatan selain berasal Hanley, N. and C.L. Spash. (1993). Cost Benefit
dari retribusi masyarakat Desa Pujon Kidul. Analysis and The Environment.
Kesuksesan bisnis yang akan dijalankan oleh Departement of Economics University of
TPST tersebut akan dapat mempengaruhi Stirling Scotland.
retribusi yang dibayarkan oleh masyarakat.
Isaac, S. and Micheal, W.B. (1995). Handbook
KESIMPULAN in Research and Evaluation. In Hill, R.
1998). “What Sample Size is ‘Enough’ in
Kesadaran masyarakat terhadap
Internet Survey Research”? Interpersonal
permasalan sampah yang ada di Desa Pujon
Computing and Technology: An electronic
Kidul dapat terlihat dari kesediaan masyarakat
Journal for the 21st Century
dalam membayar biaya retribusi untuk
pengelolaan TPST sebesar Rp. 6.000,00 – Rp. Jalili Ghazi Zade, M. and Noori, R., (2008).
11.500,00. Besaran nominal pembayaran Prediction of Municipal Solid Waste
retribusi tersebut disesuaikan dengan Generation by Use of Artificial Neural
kemampuan masyarakat mulai dari pendapatan, Network: A Case Study of Mashhad.
banyaknya pengeluaran, dan biaya tabungan. International Journal of Environmental
Selain itu, pengelolaan TPST kedepannya yang Resources 2(1), 13-22.
akan dilaksanakan diharapkan dapat berjalan
Krejcie, Robert V. dan Daryle W. Morgan.
dengan baik. Permasalahan pembiayaan
(1970). “Determining Sample Size for
pengelolaan sudah dapat diselesaikan
Research .
berdasarkan kajian kemampuan masyarakat
dimana masyarakat mampu membayar inovasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 3 tahun
baru sebesar Rp. 22.000,00. 2013 Penyelenggaraan Prasarana Dan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan
UCAPAN TERIMA KASIH Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Penelitian ini merupakan luaraan dari
kegiatan penelitian yang didanai oleh Badan Russel Steven. Ability to Pay for Health Care:
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Concepts and Evidence. Health Policy and
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Shoemaker, Stowe. (2012). How To Measure
Customer’s Willingness to Pay for
Ancillary Products. Las Vegas October
DAFTAR PUSTAKA
2008 (c)
Abelson, P. (1996), Project Appraisal and SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara
Valuation Methods for the Environment Pengelolaan Sampah Permukiman
with Special eference to Developing
Countries.Macmillan, New York. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah
Brown & Root Environmental Consultancy Permukiman pengumpulan sampah
Group (1997). Environmental review of
national solid waste management plan. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Sampah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 127
LAMPIRAN
1. Peta Lokasi Studi

128 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Kajian Sosial Ekonomi Inovasi Sistem Dual-Fuel Pada Kapal
Nelayan
Social Ekonomic Study Of Dual-Fuel System Inovation In Fishing Vessel

Ari Kuncoro1, Mamuri2, Salasi Wasis W3, Susilo Wisnugroho4


1,2,3,4
Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan, Jl. Ir. Soekarno Km. 18 No : 03
Patuno, Wangi-Wangi, Wakatobi 93791

Keyword ABSTRACT
gas fuel, diesel fuel, diesel Ministry of Maritime and Fisheries Affairs which has the task of conducting to
engine, converter kit manage the field of maritime and fisheries, much of related with fisherman, it is
necessary to popularize use of gas fuel on the fishing boats, which is to make
the distribution of the free converter kit and socialization. It is intended to
reduce dependence on fuel oil, like as petrol and diesel oil. The fisherman
operation in the sea, most fisherman in Indonesia to put on a diesel engine for
the boat. The one of gas fuel is accessible and low cost is a Liquefied Petroleum
Gas (LPG), but the fishermen are less interested an innovation lay to using
LPG for their ship engines. For that reason, the assessment in terms of socio-
economic use a diesel and LPG in a dual-fuel, and then calculated the
economic value that can be obtained by scale field testing to use converter kit
so that the ship's engine diesel oil fuel 100% can be fired by dual-fuel (mixing
diesel oil and LPG), in the testing of fuel consumption results obtained dual-
fuel to be able to 59.95% of diesel fuel consumption and 40.05% LPG fuel.
Based on a comparison of dual-fuel consumption, note for the use of efficient
fuel and can increase economic value in the operations of fishing, so make a
effect to improvement of socio-economic life of fishermen, especially in the face
of scarcity and rising price of diesel.

Kata Kunci SARI KARANGAN


Bahan Bakar Gas, Solar, Mesin Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mempunyai tugas
Diesel, Konverter Kit menyelenggarakan urusan di bidang kelautan dan perikanan, banyak
berhubungan secara langsung dengan nelayan, perlu memasyarakatkan
pemakaian bahan bakar gas (BBG) pada kapal nelayan, salah satunya adalah
dengan membuat program pembagian konverter kit secara gratis dan
sosialisasi. Hal ini dimaksud mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
minyak (BBM) seperti bensin dan solar. Dalam melakukan operasional
penangkapan ikan di laut, kebanyakan nelayan di Indonesia memakai mesin
diesel sebagai penggerak kapalnya. Salah satu BBG yang mudah diperoleh dan
berharga murah adalah Liquefied Petroleum Gas (LPG), namun nelayan kurang
tertarik memakai LPG untuk mesin kapalnya karena inovasi yang awam bagi
nelayan. Untuk itu, dilakukan pengkajian dari segi sosial ekonomi pemakaian
solar dan LPG secara dual-fuel, dengan memperhitungkan nilai ekonomis yang
bisa didapat dengan melakukan ujicoba skala lapangan menggunakan alat
konverter kit sehingga mesin kapal bahan bakar solar 100 % bisa menjadi
berbahan bakar dual-fuel (pencampuran solar dan LPG). Dalam pengujian
pemakaian bahan bakar dual-fuel didapatkan hasil konsumsi bahan bakar solar
59.95 % dan bahan bakar LPG 40.05 %. Berdasarkan perbandingan pemakaian
bahan bakar dual-fuel, diketahui pemakaian bahan bakar lebih efisien dan dapat
meningkatkan nilai ekonomis dalam melakukan kegiatan operasional
penangkapan ikan, sehingga berpengaruh pada peningkatan kehidupan sosial
ekonomi nelayan, terutama dalam menghadapi kelangkaan dan naiknya harga
solar.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 129
PENDAHULUAN nelayan untuk melakukan konversi BBM ke
BBG adalah dengan mencanangkan program
A. Latar Belakang konversi bahan bakar nelayan dari solar ke gas
Indonesia adalah salah satu negara yang khususnya Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3
mengalami kenaikan harga bahan bakar minyak kg, karena salah satu BBG yang mudah
(BBM) karena naiknya harga minyak dunia, diperoleh, murah, efisiensi pembakaran gas
seiring makin bertambahnya populasi manusia yang tinggi dan ramah lingkungan adalah LPG.
dimuka bumi, maka semakin bertambah pula Rencananya program ini akan diberikan kepada
kebutuhan masyarakat akan BBM sehingga 600.000 nelayan dalam kurun waktu 2015-2019.
mempengaruhi sistem perekonomian Indonesia KKP akan menyediakan data nelayan yang akan
dan meresahkan masyarakat, tidak hanya menerima alat pengkonversi bahan bakar solar
meresahkan masyarakat secara umum saja, menjadi gas tersebut, serta menjamin kesiapan
namun secara khusus persoalan ini juga sumberdaya manusia termasuk kelembagaan
menganggu aktivitas melaut nelayan sehingga nelayan agar siap menerima dan menggunakan
bisa menimbulkan masalah sosial. alat tersebut.

Solusi alternatif harus disiapkan oleh Dapat diketahui bahwa nelayan dalam
pemerintah agar sistem perekonomian Indonesia melakukan operasional penangkapan ikan
tetap baik dan tidak menganggu aktivitas dari dengan kapal di laut, kebanyakan memakai
nelayan sehingga tidak terbebani dalam mesin diesel sebagai penggerak kapalnya.
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bukan hanya Permasalahan akan muncul saat KKP
bahan-bahan pokok saja yang mempengaruhi membagikan alat konversi BBM ke LPG untuk
ekonomi mereka, tetapi juga dalam operasional nelayan yang memiliki kapal dengan penggerak
melaut nelayan terpaksa dilakukan dengan mesin diesel, permasalahannya adalah perlunya
berhutang. Salah satu solusi dari Pemerintah modifikasi yang rumit pada mesin diesel kapal
adalah dengan mengembangkan bahan bakar gas nelayan agar bisa bahan bakarnya dikonversi
(BBG) sebagai bahan bakar alternative, sesuai bahan bakarnya dari solar menjadi LPG yang
dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 ketika permasalahan tersebut dikemukakan
tentang Energi dan Peraturan Presiden RI kepada nelayan, kebanyakan nelayan akan
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi berfikir dua kali untuk menggunakan alat
Nasional. Hal ini dimaksud mengurangi konversi tersebut. Namun hal ini dapat diatasi
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dengan memakai sistem bahan bakar ganda
(BBM) seperti bensin dan solar yang harganya (dual-fuel), dengan mencampur bahan bakar
semakin lama semakin tinggi dan solar dan LPG, sehingga tidak harus melakukan
ketersediaanya semakin menipis. Nelayan modifikasi yang rumit ketika bahan bakar hanya
menjadi target pemerintah untuk memakai menggunakan LPG. Namun kita juga harus
solusi ini. Tetapi rencana tersebut perlu diikuti memikirkan tentang pengelolaan LPG yang
oleh kesiapan pelaksanaan seperti ketersediaan mudah diperoleh oleh nelayan dalam
BBG, harga dan kualitas BBG, kesiapan penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya
infrastruktur dan sumberdaya manusia. harus dilaksanakan secara berkeadilan,
berkelanjutan, optimal, dan terpadu guna
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang meningkatkan kehidupan sosial ekonomi
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di nelayan, dan meningkatkan kesejahteraan
bidang kelautan dan perikanan, banyak nelayan yang dalam pelaksanaannya dapat
berhubungan secara langsung dengan nelayan selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi
perlu memasyarakatkan pemakaian bahan bakar lingkungan hidup.
gas (BBG) pada kapal nelayan dan juga perlu
memfasilitasi konversi BBM ke BBG bagi Harapan besar dengan adanya kajian sosial
kapal-kapal perikanan. Salah satu cara KKP ekonomi ini dapat mampu memberikan masukan
untuk memasyarakatkan dan memfasilitasi dan hasil yang lebih baik sebagai sebuah solusi

130 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
untuk nelayan, supaya nelayan mampu Pada dasarnya, ilmu ekonomi dan sosiologi
meningkatkan taraf hidupnya dengan menikmati memiliki kajian yang berbeda, namun seiring
kelebihan dan keuntungan dari penggunaan dengan perkembangan zaman dan dinamika
LPG dengan sistem dual-fuel. yang ada di tengah masyarakat, keduanya
disandingkan sehingga terwujud perpektif
B. Perumusan Masalah pemikiran baru. Kajian sosiologi ekonomi dapat
Berdasarkan latar belakang yang telah melihat sudut pandang yang dapat ditimbulkan
diuraikan sebelumnya maka masalah penelitian dari setiap proses perkembangan yang terjadi di
yang diajukan adalah pengaruh pemakaian LPG tengah masyarakat. Karena, semua tahapan
secara dual-fuel terhadap kehidupan sosial pembangunan ekonomi yang terjadi di tengah
ekonomi nelayan. masyarakat pasti ada dampak terhadap
C. Tujuan masyarakat, dan masyarakat sebagai pelaku
serta pencipta setiap kegiatan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Membuat masyarakat mengalami perubahan
mengetahui perbandingan jumlah konsumsi
bahan bakar solar 100 % dengan bahan bakar yang disebabkan keberhasilan proses ekonomi
dual-fuel pada mesin diesel untuk kapal akan berimbas secara langsung pada sistem
nelayan, mengetahui perbandingan biaya kehidupan masyarakat. Menurut Smelster dan
Swedberg, sosiologi ekonomi diartikan sebagai
operasional penangkapan ikan dengan
sebuah turunan ilmu dari bidang sosiologi yang
menggunakan bahan bakar solar 100% dengan
bahan bakar dual-fuel pada mesin diesel untuk fokus pada kajian tentang analisa pelaku
kapal nelayan, dan yang utama adalah untuk maupun kelompok masyarakat dalam upaya
mencukupi kebutuhan mereka. Dari sini terlihat,
mengetahui nilai ekonomis pemakaian bahan
bahwa bidang kajian ini akan mempelajari ilmu
bahar dual-fuel dan pengaruhnya untuk
kehidupan sosial ekonomi nelayan. ekonomi dari sudut pandang manusia sebagai
pusat kajian dari ilmu sosiologi. Ilmu ekonomi
akan memberi asumsi bahwa setiap orang
I. KERANGKA TEORI mempunyai pilihan atau prioritas tertentu. Di
tindakan seseorang yang tujuannya untuk
A. Teori Sosial Ekonomi mengoptimalkan kegunaan serta keuntungan
Sosial ekonomi merupakan salah satu yang selanjutnya dalam bahasa ekonomi disebut
cabang ilmu sosiologi. Sosial ekonomi yang sebagai rasionalitas. Namun, pandangan
merupakan pengembangan dari dua teori dasar tersebut berbeda dari apa yang ada dalam kajian
yaitu sosiologi dan ekonomi. Kedua teori ini sosiologi. Dimana dalam bidang sosiologi,
bergabung dan menciptakan sebuah kajian baru tindakan masyarakat tersebut dapat dibagi
di bidang ilmu pengetahuan dan menciptakan menjadi tindakan tindakan tradisional atau
tentang ilmu ekonomi yang berdasarkan sudut afektual.
pandang sosiologis atau perilaku manusia. Sosiologi ekonomi memiliki pasang surut
Sosiologi ekonomi menggunakan pendekatan perkembangan sebagaimana lazimnya sosiologi.
yang dilakukan yang mengacu pada gejala sosial Ini sesuai dengan kenyataan, bahwa sosiologi
yang berkaca pada masalah ekonomi. Seperti merupakan ilmu yang berpokok pikir pada
naiknya harga kebutuhan di pasar, produksi manusia yang selalu mengalami perubahan.
perusahaan, dan kekayaan. Tujuan dari sosiologi Kajian ekonomi klasik serta neoklasik, terdapat
ekonomi untuk menganalisa adanya keterkaitan sebuah pemikiran serta asumsi yang menjadi
masalah ekonomi serta sosial yang ada. Kajian landasan tersebut. Dimana tradisi tersebut
sosiologi memberikan beberapa asumsi dalam diyakini mengalami perubahan serta
mengkaji fenomena ekonomi. Salah satu dalam perkembangan yang luas. Menurut Knight
melihat tindakan ekonomi sebagai sebuah (1912), bahwa aliran neo klasik menganggap
aktivitas sosial, dimana kegiatan ekonomi setiap pelaku mempunyai informasi yang
diciptakan menjadi institusi ekonomi sebagai lengkap dan sifatnya rasional. Dimana informasi
konstruksi sosial. yang dimiliki para pelaku tersebut tidak

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 131
memiliki nilai. Namun, dalam perkembangan terutama yang berhubungan pada masalah
ekonomi modern, informasi-informasi yang informasi. Ada empat faktor utama yang
dimiliki dianggap penting, karena dari informasi mendasari pemikiran tentang hubungan jaringan
yang didapat dari setiap pelaku ekonomi, sosial dan manfaat ekonomi, faktor-faktor
mampu memberikan kemungkinan atas peluang tersebut adalah norma dan kepadatan jaringan,
dari transaksi ekonomi. Hal inilah yang nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dari
menunjukkan bahwa ekonomi memiliki jaringan yang lemah, peran dari lubang
perubahan, dimana kondisi tersebut ditolak oleh struktural yang berada di luar ikatan lemah atau
teori-teori ekonomi yang berkembang. ikatan kuat. Dimana lubang itu ada peran yang
Kajian sosiologi ekonomi, banyak didasari bermanfaat untuk menghubungkan antara
oleh pemikiran dasar sosiologi yang individu dengan pihak luar. Dan faktor aktivitas
dikemukakan oleh para tokoh ilmu tersebut. non ekonomi yang memberikan pengaruh pada
Tokoh klasik sosiologi yang banyak melakukan aktivitas ekonomi. Kemudian teori yang
pemikiran dalam kajian sosial ekonomi adalah dikemukakan oleh Nee pada tahun 2005, yaitu
Karl Marx, Emille Du Weber dan Simmel. Hal teori new institutinalism, teori ini menjelaskan
dasar yang dikemukakan oleh mereka inilah tentang sebuah lembaga berhubungan dengan
yang kemudian dikembangkan oleh sosiolog jaringan sosial serta norma sosial. khususnya
modern untuk menganalisa bidang ilmu lain dari untuk mengarah pada kegiatan yang bersifat
sudut pandang sosiologi. Beberapa teori baru ekonomi. Model penjelasan yang dikemukakan
dimunculkan oleh para sosiolog tersebut, oleh Nee ini dikenal dengan model baru dari
khususnya dalam mengkaji sosiologi ekonomi. perspektif sosial ekonomi. Nee melihat
Beberapa teori yang berkembang dalam mekanisme lembaga mempunyai faktor
pemikiran sosiologi ekonomi antara lain adalah penyebab yang dominan karena berpengaruh
yang diungkapkan oleh James S. Coleman yang pada insentif. Norma-norma yang timbul,
disebut teori pilihan rasional, Teori ini kemudian akan saling berhubungan dan pada
berlandaskan pada gagasan yang dikemukakan kepentingan individu.
oleh Max Weber melalui tindakan rasionalnya. B. Masyarakat Dalam Kajian Sosial Ekonomi
Coleman mengemukakan teori rasionalitas atau Kajian tentang masyarakat, dibahas dengan
pilihan rasional yan melahirkan kajian tentang kajian ilmu sosiologi. Dimana masyarakat
studi kapital sosial secara khusus serta dianggap sebagai faktor dan sistem sosial.
pewujudan kapital secara umum dengan Sedangkan kajian tentang ilmu ekonomi tidak
menggunakan sudut pandang sosiologi membahas faktor masyarakat karena tidak
ekonomi. Terutama berkaitan dengan proses dianggap sebagai sebuah faktor yang berdampak
pengambilan keputusan transaksi sosial langsung pada proses ekonomi. Sehingga
ekonomi. Dalam teori Coleman, setiap tindakan ekonomi menjadi bagian yang menyatu dengan
rasional yang dilakukan memiliki beberapa kata masyarakat itu sendiri. Kajian yang dilakukan
kunci yang harus saling berhubungan. Menurut pada sosial ekonomi menitikberatkan pada
Coleman, dirinya tidak menggunakan pemikiran beberapa hal, yang terdiri dari analisa sosiologis
Fungsionalisme sebagai acuan atas teori yang mengenai proses ekonomi yang terjadi di tengah
dikemukakannya tersebut. hal ini mengingat, masyarakat. Misalnya tentang pembentukan
adanya kritikan yang timbul pada aliran harga yang terjadi pada pelaku ekonomi.
sosiologi dan ekonomi. Dimana kedua aliran Kemudian analisa hubungan antara ekonomi
tersebut berusaha memberikan penjelasan serta lembaga lain yang ada di tengah
kapital sosial sampai tahun 1980an. Kemudian masyarakat. Dari analisa ini dikaji hubungan
teori yang dikemukakan oleh Granovetter, yaitu ekonomi dan ekonomi dengan lembaga sosial
teori jaringan sosial. Teori ini menjelaskan seperti lembaga agama, politik maupun lembaga
tentang pengaruh struktur sosial, khususnya lain yang ada. Yang terakhir adalah analisa
yang dibentuk dengan berdasar pada jaringan tentang dinamika kelembagaan serta parameter
sosial. Dimana jaringan sosial ini dilihat posisi budaya yang dijadikan dasar ekonomi dalam
yang diberikannya dalam manfaat ekonomis, masyarakat. Kajian sosial ekonomi membuat

132 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
masyarakat bisa belajar terhadap proses masyarakat yang memiliki keberanian untuk
pembangunan yang terjadi saat ini dan juga melakukan tindakan ekonomi serta mengambil
mampu melihat dampak pada masyarakat resiko untuk mendapatkan keuntungan.
tersebut. Sehingga, masyarakat di bisa
mengetahui dampak yang kemungkinan muncul II. METODOLOGI PENELITIAN
terhadap setiap proses pembangunan di dalam
lingkungan mereka. A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Ekonomi merupakan salah satu bagian yang Penelitian ini difokuskan pada kehidupan
ada dalam kehidupan masyarakat. Itulah sosial ekonomi nelayan sebelum memakai
mengapa sektor ekonomi, sangat penting untuk bahan bakar dual-fuel dan asumsi setelah
dilakukan oleh manusia itu sendiri. Tujuannya, memakai sistem dual-fuel, dengan lokasi
agar setiap masalah karena sektor ekonomi bisa penelitian di pulau Wangi-Wangi Kabupaten
diselesaikan dengan mudah. Juga untuk Wakatobi yang meliputi pengujian sistem dual-
menghubungkan sektor ekonomi beberapa fuel dan observasi kehidupan sosial ekonomi
sektor kehidupan lain yang ada di tengah nelayan. Ujicoba pengujian sistem dual-fuel
masyarakat. Misalnya sektor kebudayaan, skala lapangan dilakukan pada tanggal 23 – 28
solidaritas stratifikasi sosial. Setiap faktor di November 2015 dan kedua adalah observasi
luar ekonomi yang ada dalam masyarakat, kehidupan sosial ekonomi nelayan pada tanggal
memberikan pengaruh secara langsung 05 – 09 September 2016. Peta Kabupaten
perkembangan ekonomi. Misalnya saja, sektor Wakatobi tercantum pada gambar 7.
kebudayaan, yang mampu memberikan B. Cara Penelitian
dorongan pada pertumbuhan ekonomi. Namun Penelitian ini menggunakan metode
sebaliknya, kebudayaan mampu menghambat penelitian kualitatif, kuantitatif, dan melakukan
atas pertumbuhan ekonomi. Demikian pula, pengujian skala lapangan. Data yang diperoleh
terhadap faktor lain yang ada di tengah dari pengujian skala lapangan dan data hasil
masyarakat. Masing-masing memiliki peran wawancara dengan nelayan kemudian diolah
dalam atau menghambat perkembangan menjadi acuan dalam pembahasan. Data yang di
ekonomi yang ada. Dari sisi inilah, sosial peroleh terdiri dari data primer yang berasal dari
ekonomi muncul untuk pengkajian terhadap wawancara dan observasi terhadap nelayan di
kondisi-kondisi yang disebabkan oleh kondisi pulau Wangi-Wangi, sedangkan untuk data
masyarakat namun memiliki hubungan sektor pengujian dilakukan dengan menguji mesin
ekonomi. diesel kapal nelayan dengan daya mesin yang
Kajian sosiologi ekonomi membahas banyak digunakan oleh nelayan dengan
mengenai hubungan dari setiap variabel yang menggunakan bahan bakar solar 100 % dan
nampak dalam konteks non ekonomi dengan bahan bakar dual-fuel.
ekonomi. Selain itu dilakukan analisa mengenai C. Sumber Data
proses pembangunan yang berlangsung dalam
(1) Wawancara
masyarakat. Dimana proses ini akan bersifat Mencari informasi secara aktual langsung
linear, dari masyarakat terbelakang menuju pada dari nelayan sebagai data primer, dengan
masyarakat maju. Menurut Rostow, ada melakukan tanya jawab terhadap nelayan. Salah
beberapa tahapan pembangunan yang terjadi di satu nelayan yang diwawancari terlihat pada
tengah masyarakat. Yaitu kehidupan masyarakat gambar 8.
tradisional, prakondisi lepas landas, lepas
(2) Obsevasi
landas. Kemudian bergerak menuju kedewasaan Melakukan pengamatan dengan
dan terakhir adalah kondisi masyarakat yang menggunakan lembar pengamatan untuk
hidup dalam jumlah masalah tinggi. Rostow mencatat hal-hal yang di amatinya.
juga menjelaskan mengenai keberadaan
kelompok wiraswasta, yakni kelompok

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 133
(3) Ujicoba Dimana :
Melakukan ujicoba pemakaian bahan bakar Vp = Volume Penghematan Solar (Liter)
secara langsung pada mesin diesel kapal V1 = Volume Solar 100 % (Liter)
nelayan untuk memperoleh data jumlah V2 = Volume Solar Dual-Fuel (Liter)
konsumsi bahan bakar dengan pemakaian bahan
bakar solar 100 % dan dual-fuel
Nilai biaya operasional untuk pembelian solar saat
(4) Arsip dan Dokumentasi menggunakan bahan bakar solar 100 % maupun
Arsip dan dokumentasi merupakan sumber dual-fuel, dengan harga menurut pertamina, dengan
data yang di peroleh saat melakukan satuan rupiah.
wawancara, observasi dan ujicoba untuk
mendukung hasil penelitian. HSolar = HS VSolar

Dimana :
D. Perhitungan Nilai Ekonomis Pemakaian Sistem
Dual-Fuel HSolar = Biaya Pembelian Solar (Rp.)
Nilai ekonomis pemakaian sistem dual-fuel
adalah besarnya nilai penghematan pemakaian HS = Harga Solar Pertamina (Rp.
bahan bakar dual-fuel dibanding dengan 5.150,-/Liter)
menggunakan bahan bakar solar 100 %, untuk
menjadi acuan dalam pembahasan penelitian ini . VSolar = Volume Solar Terpakai (Liter)
Nilai ekonomis dipengaruhi oleh beberapa aspek,
yaitu :
Nilai biaya operasional untuk pembelian LPG saat
Kecepatan rata-rata kapal saat melakukan kegiatan
menggunakan bahan bakar dual-fuel, dengan harga
operasional menangkap ikan, dengan satuan knot.
menurut pertamina, dengan satuan rupiah.

HLPG = HL MLPG
V = (S/T)/1,15
Dimana :
Dimana :
V = Kecepatan (Mil/Jam) HLPG = Biaya Pembelian LPG (Rp.)
S = Jarak (Mil)
T = Waktu Tempuh (Jam) HL = Harga LPG Pertamina (Rp.
1,15 = Koefisien Knot 14.400,-/3 Kg)

MLPG = Massa LPG Terpakai (Kg)

Konsumsi LPG saat menggunakan bahan bakar Nilai penghematan biaya operasional antara
dual-fuel, dengan satuan liter. penggunaan bahan bakar solar 100 % dibanding
bahan bakar dual-fuel, dengan satuan rupiah.

VLPG = MLPG / 0.54 Kg/L HT = H1 - H2

Dimana :
Dimana :
VLPG = Volume LPG (Liter) HT = Nilai Penghematan Bahan Bakar
MLPG = Berat LPG (Kg) Dual-Fuel (Rp.)
0,54 Kg/L = Densitas LPG
H1 = Biaya Operasional Bahan Bakar
Solar 100 % (Rp.)
Nilai penghematan penggunaan solar 100 %
berbanding dengan penggunaan bahan bakar dual- H2 = Biaya Operasional Bahan Bakar
fuel, dengan satuan persen. Dual-Fuel (Rp.)

Nilai Pemakaian LPG secara dual-Fuel, untuk


Vp = (V1-V2)/V1 mendapatkan jumlah LPG yang bisa menggantikan

134 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
solar dalam system bahan bakar dual-fuel, dengan mesin yang sama dengan yang biasa digunakan
satuan liter. oleh nelayan, yaitu pada putaran mesin 1000
rpm, 1200 rpm, 1400 rpm dan 1600 rpm. Data
VL2 = (VS2VL1)/VS1
hasil wawancara kegiatan dan biaya operasional
Dimana : nelayan memakai bahan bakar solar 100 %,
dengan rincian pada tabel 2.
VS1 = Jumlah Solar Yang Digantikan
LPG Pada Bahan Bakar Dual-Fuel Saat Ujicoba B. Data Hasil Observasi Dan Kajian Daftar
Lapangan (Liter) Pustaka :
(1) Kapal Perikanan
VS2 = Jumlah Solar Yang Digantikan
LPG Pada Bahan Bakar Dual-Fuel Saat Nelayan Kapal perikanan adalah alat transportasi
Melakukan Operasional Menangkap Ikan (Liter) untuk menangkap ikan, sedangkan menurut
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 45
VL1 = Jumlah LPG Yang Tahun 2009, tentang perikanan meyatakan
Menggantikan Solar Pada Bahan Bakar Dual-Fuel bahwa kapal perikanan adalah kapal, perahu,
Saat Ujicoba Lapangan (Liter) atau alat apung lain yang digunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung
VS2 = Jumlah LPG Yang
operasi penangkapan ikan, pembudidayan ikan,
Menggantikan Solar Pada Bahan Bakar Dual-Fuel
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan
Saat Nelayan Melakukan Operasional Menangkap
Ikan (Liter)
perikanan, dan perekayasaan / eksplorasi
perikanan. (UU No.45,2009)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa foto kapal yang banyak digunakan
di Indonesia pada gambar 9, 10, 11, dan 12.
A. Data Hasil Wawancara Dengan Nelayan
Ukuran kapal yang didapatkan dari hasil
Berdasarkan data jumlah nelayan di
pengukuran kapal yang banyak digunakan oleh
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
nelayan adalah sebagai berikut :
Wakatobi tahun 2015 (sesuai table 1), jumlah
penduduk yang mempunyai mata pencaharian Panjang Keseluruhan (LOA) : 8 meter
nelayan tangkap adalah 1921, dengan perkiraan
nelayan yang menggunakan kapal penangkap Lebar (B) : 0,94 meter
ikan bermesin diesel ada 50 %. Jadi dapat
Tinggi (H) : 0,75 meter
diperkirakan berapa nelayan di Wakatobi yang
kapal penangkap ikannya memakai mesin Sarat (T) : 0,5 meter
diesel. Untuk melihat variabel operasional,
maka dilakukan wawancara dengan nelayan Jumlah Gading : 8 buah
yang kegiatan operasionalnya menggunakan
Jarak Gading : 0,7 meter
kapal penangkap ikan bermesin diesel. Didapat
data operasional penangkapan ikan oleh nelayan Tonase : 2 GT
banyak menggunakan kecepatan putaran mesin
pada kisaran 1000 rpm sampai dengan 1600
rpm, dengan dominasi pada putaran mesin 1400 (2) Motor Penggerak
rpm dengan rentang daya mesin 24 HP s/d 30 Motor penggerak adalah mesin yang
HP. Selain itu juga didapatkan data biaya menjadi sumber penggerak utama dari sistem
operasional nelayan untuk melakukan satu kali pendorong kapal perikanan, dalam hal ini
operasi penangkapan ikan. Untuk membahas berupa motor diesel stasioner (stationery diesel
aspek sosial ekonomi yang dipengaruhi oleh engine) yang menggunakan BBM Solar. Motor
pemakaian bahan bakar dual-fuel ini, maka diesel sering disebut motor penyalaan-kompresi
terhadap sampel mesin diesel yang digunakan (Compression-Ignition Engine) oleh karena cara
dalam ujicoba, juga dilakukan pada putaran penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan
menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 135
bertekanan dan bertemperatur tinggi, sebagai penggerak, kemudian dikompresi di ruang bakar
akibat dari proses kompresi. [Arismunandar, motor penggerak untuk selanjutnya terbakar
1993] bersama solar untuk menggerakkan torak. Untuk
sistem dual-fuel yang dipakai sesuai dengan
Motor penggerak itu sendiri terbagi menjadi gambar 13 dan 14. (Oktavian, 2011)
2 berdasarkan letak dari mesin di kapal, yang
terdiri dari inboard engine dan outboard
engine. Inboard engine adalah motor penggerak Solar (Diesel Fuel)
kapal yang terletak di dalam lambung kapal
(kasko) atau dibawah geladak atau di dalam Bahan bakar diesel (solar) adalah fraksi
kamar mesin, dan terpasang duduk pada pondasi minyak bumi yang mendidih pada suhu sekitar
mesin sehingga poros baling-baling (propelle 175° C sampai 3700 C dan digunakan sebagai
shaft) menembus dinding buritan kapal atau bahan bakar mesin diesel. Salah satu sifat bahan
linggi baling-baling, sedangkan outboard engine bakar solar yang terpenting adalah kualitas
adalah motor penggerak kapal yang terpasang penyalaan. Kualitas penyalaan bahan bakar
duduk pada transom buritan kapal atau pada solar berhubungan dengan kelambatan
salah satu sisi bulwark atau di atas sisi geladak penyalaan. Kualitas penyalaan bahan bakar
buritan kapal. solar dinyatakan dalam angka cetan. Angka
cetan bahan bakar solar untuk mesin diesel
Beberapa foto mesin kapal yang banyak dengan kecepatan tinggi mempunyai harga
digunakan di Indonesia pada gambar 9, 10, 11, antara 40 – 60. Solar mempunyai spesifikasi
dan 12. Mesin diesel yang digunakan pada umum sebagai berikut : (Hardjono, 2000)
ujicoba skala lapangan pada penelitian ini
adalah mesin diesel yang banyak digunakan Berat Jenis : 815 s/d 860 Kg/m3
oleh kapal nelayan pada rentang daya 24 HP s/d Viscositas : 2 s/d 4,5 mm2/s
30 HP, dengan spesifikasi mesin sebagai berikut
: Kandungan air : 500 mm/Kg

Merek/Tipe Mesin : Dong Feng / S-1115M Temperatur Penyalaan : 5200C

Tenaga Maksimum : 26 HP ≈ 19,24 kW (4) Liquefied Petroleum Gas (LPG)


LPG atau lebih dikenal dengan elpiji adalah
Putaran Maksimum : 2200 rpm
gas minyak bumi yang dicairkan pada suhu
Jenis Mesin : 4 langkah, pendingin biasa dalam tekanan sedang, sehingga elpiji
air, Stationary Diesel Engine, Inboard Engine dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair
dalam bejana dengan suatu tekanan. Komponen
Ukuran ( p x l x t ) : 90 cm x 50 cm x 70 utama elpiji adalah propane (C3H8), butane
cm (C4H10) dan pentane (C5H12). Dalam elpiji
juga terdapat sejumlah kecil belerang dalam
Berat Bersih : 200 kg bentuk senyawa merkaptan yang mempunyai
bau yang tidak sedap yang dapat digunakan
(3) Sistem Dual-Fuel (LPG-Solar)
Sistem dual-fuel adalah sistem bahan bakar untuk mengetahui adanya kebocoran gas. LPG
yang menggunakan dua jenis bahan bakar mempunyai spesifikasi umum sebagai berikut :
sekaligus di dalam pembakaran motor (Hardjono, 2000)
penggerak yaitu menggunakan bahan bakar Densitas : 0,54 Kg/l
solar dan LPG, melalui sedikit modifikasi pada
intake manifold dan menggunakan peralatan Titik Didih : 3000 C
konverter kit untuk memasukkan LPG dari
tabung LPG ke intake manifold, kemudian LPG Nilai Kalor Spesifik : 46,1 MJ/Kg
yang sudah bercampur dengan udara di intake Temperatur Penyalaan : 4000 C
manifold masuk ke dalam silinder motor

136 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
(5) Peralatan Konverter Kit Foto saat ujicoba skala lapangan
Peralatan konverter kit adalah peralatan menggunakan sampel mesin diesel dan kapal
yang digunakan untuk menyalurkan gas dari nelayan di laut dengan menggunakan bahan
tabung LPG ke dalam saluran udara mesin bakar solar 100 % terdapat pada gambar 16.
diesel untuk dicampur dengan solar di dalam
ruang bakar, pada ujicoba pada pnelitian ini (2) Ujicoba Skala Lapangan Menggunakan
digunakan konverter kit sesuai dengan gambar Bahan Bakar Dual-Fuel
15. Peralatan konversi ini terdiri dari : Hasil pengambilan data dari ujicoba skala
lapangan dengan menggunakan sampel mesin
Tabung LPG 3 Kg/12 Kg diesel dan kapal nelayan di laut dengan
Regulator LPG menggunakan bahan bakar dual-fuel pada
putaran mesin 1000 rpm, 1200 rpm, 1400 rpm
Alat ukur tekanan LPG dan 1600 rpm dengan mengambil data konsumsi
bahan bakar dan jarak tempuh dalam waktu 2
Selang LPG Tekanan Tinggi jam, dengan rincian pada tabel 6.
Selang LPG tekanan rendah Berdasarkan hasil ujicoba skala lapangan
dengan menggunakan sampel mesin diesel dan
Katup pengatur aliran (Power Valve)
kapal nelayan di laut dengan bahan bakar dual-
Katup utama (Main Valve) fuel didapatkan nilai variabel konsumsi bahan
bakar rata-rata selama dua jam dan kemudian
Flow Meter Gas dikonversi konsumsi per jam. Dan kemudian
membandingkan data pemakaian bahan bakar
Pencampur LPG dan udara (Gas-Air Mixer).
solar dual-fuel dengan bahan bakar solar 100 %,
(Oktavian, 2011)
maka didapatkan persentase penghematan
pemakaian bahan bakar solar, dengan rincian
C. Data Hasil Ujicoba Skala Lapangan pada tabel 7.
(1) Ujicoba Skala Lapangan Menggunakan
Nilai variabel konsumsi bahan bakar solar
Bahan Bakar Solar 100 %
100 % rata-rata selama dua jam dan nilai
Hasil pengambilan data dari ujicoba skala
variabel konsumsi bahan bakar dual-fuel,
lapangan menggunakan sampel mesin diesel dan
selanjutnya dibuatkan diagram pada gambar 1.
kapal nelayan di laut dengan menggunakan
bahan bakar solar 100 % pada putaran mesin Dari data penghematan konsumsi bahan
1000 rpm, 1200 rpm, 1400 rpm dan 1600 rpm bakar, dapat diketahui bahwa solar yang dapat
dengan mengambil data konsumsi bahan bakar digantikan LPG dalam penggunaannya adalah
dan jarak tempuh dalam waktu 2 jam, dengan sebesar 40,05 % dari keseluruhan pemakaian
rincian pada tabel 3. bahan bakar solar 100 %. Sehingga bisa
disajikan juga diagram prosentase penghematan
Berdasarkan hasil ujicoba skala lapangan
biaya operasional dengan pemakaian bahan
dengan menggunakan sampel mesin diesel dan
bakar dual-fuel pada gambar 2.
kapal nelayan di laut dengan bahan bakar solar
100 % didapatkan nilai variabel konsumsi bahan Penghematan biaya operasional kegiatan
bakar rata-rata selama dua jam dan kemudian menangkap ikan yang sesuai dengan hasil
konsumsi bahan bakar dikonversi konsumsi ujicoba skala lapangan, dengan membandingkan
bahan bakar per jam, dengan rincian pada tabel biaya yang digunakan saat ujicoba skala
4. lapangan dengan bahan bakar solar 100 %
dengan bahan bakar dual-fuel dapat dihitung,
Dari data jarak dan waktu tiap putaran
dengan rincian seperti pada tabel 8.
mesin maka didapatkan nilai rata-rata kecepatan
kapal dalam satuan knot, dengan rincian pada
tabel 5.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 137
Dari data jarak dan waktu tiap putaran dan LPG 3 Kg Rp. 14.400,-/tabung, sesuai harga
mesin maka didapatkan nilai kecepatan rata-rata resmi Pertamina per tanggal 01 Oktober 2016.
kapal dalam satuan knot, dengan rincian pada Sehingga didapat nilai konsumsi bahan bakar
tabel 9. dan biaya operasional dengan asumsi
menggunakan bahan bakar dual-fuel, dengan
Nilai variabel kecepatan rata-rata kapal pada rincian pada tabel 12.
operasional kegiatan menangkap ikan dengan Dari perhitungan tersebut , dihasilkan nilai
bahan bakar solar 100 % dan nilai variabel variabel konsumsi bahan bakar solar 100 %
kecepatan rata-rata kapal pada operasional dan nilai variabel konsumsi bahan bakar dual-
kegiatan menangkap ikan dengan bahan bakar fuel sehingga dapat dibuat diagram konsumsi
dual-fuel dapat dibuatkan diagram pada gambar bahan bakar pada gambar 4. Sedangkan nilai
3. variabel biaya operasional nelayan dengan
bahan bakar solar 100 % dan nilai variabel
Foto saat ujicoba skala lapangan
biaya operasional nelayan dengan bahan bakar
menggunakan sampel mesin diesel dan kapal
nelayan di laut dengan menggunakan bahan dual-fuel dapat dibuat diagram pada gambar 5.
bakar solar dual-fuel terdapat pada gambar 17. Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi
bahan bakar nelayan yang mengacu pada
penggunakan bahan bakar solar 100 %,
dibandingkan dengan asumsi biaya rata-rata
D. Data Perhitungan Ekonomis Penggunaan operasional dengan menggunakan bahan bakar
Bahan Bakar Solar 100 % Dan Dual-Fuel dual-fuel, maka didapat penghematan rata-rata
Berdasarkan hasil wawancara dengan biaya operasional sebesar Rp. 12.896,94,
nelayan, maka diperoleh data konsumsi bahan dengan rincian pada tabel 13.
bakar untuk mesin kapal nelayan saat kegiatan Nilai variabel biaya operasional nelayan
operasional menangkap ikan dengan dengan bahan bakar solar 100 % dan asumsi
menggunakan bahan bakar solar 100 % dan pemakaian bahan bakar dual-fuel dapat
diasumsikan harga solar Rp. 5.150,-/liter sesuai dibuatkan diagram pada gambar 6.
harga resmi Pertamina per tanggal 01 Oktober
2016. Putaran mesin bervariasi dan kontinyu E. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
tergantung kondisi nelayan di lapangan saat Nelayan
operasional menangkap ikan. Jarak yang Karakteristik nelayan di Indonesia
ditempuh para nelayan pada satu kali operasional digambarkan sebagai suatu mata pencaharian
penangkapan ikan dengan jarak yang berbeda- rumah tangga ekonomi sedang ke bawah,
beda, namun dengan waktu yang hampir sama. Dengan melihat sampel data statistik pendidikan
Didapatkan total jarak tempuh dan kecepatan di Kabupaten Wakatobi (sesuai table 14) dan
rata-rata dalam satuan knot, dengan rincian pada hasil wawancara, tingkat pendidikan KK dan
tabel 10. Nilai pendapatan bersih dan konsumsi istri umumnya hanya tamatan SD. Tingkat
bahan bakar nelayan mengacu pada biaya rata- pendidikan yang rendah menyebabkan nelayan
rata operasional dengan menggunakan bahan sulit untuk mendapatkan pekerjaan di sektor
bakar solar 100 %, dengan rincian pada tabel formal dan selain alasan bahwa mata
11. Perhitungan nilai ekonomis penggunaan pencaharian nelayan merupakan warisan dari
bahan bakar dual-fuel pada mesin diesel kapal orang tuanya, akhirnya harus bekerja di sektor
nelayan berdasarkan asumsi pemakaian bahan non formal, dimana dalam mendapatkan
bakar dual-fuel untuk kapal nelayan dengan penghasilan tidak menentu. Suami yang bekerja
menggunakan data hasil wawancara dengan sebagai nelayan kebanyakan istrinya hanya
nelayan dan data dari ujicoba skala lapangan sebagai ibu rumah tangga. Dengan jumlah
menggunakan bahan bakar dual-fuel, dan anggota keluarga rata-rata 5 orang.
membandingkan bahan bakar solar 100 % dan Pendapatan rata-rata dari nelayan dengan
dibandingkan jika menggunakan bahan bakar asumsi melakukan operasional penangkapan
dual-fuel, dengan harga solar Rp. 5.150,-/liter ikan 15 kali perbulan, adalah sebesar Rp.

138 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
1.872.375,- dan mayoritas nelayan memiliki 193.469,1,-setelah dilakukan perhitungan
pendapatan per kapita sedikit diatas garis dengan menggunakan bahan bakar dual-fuel.
kemiskinan BPS. Berdasarkan garis kemiskinan Hal ini terlihat adanya penurunan biaya
yang ditetapkan oleh BPS (garis kemiskinan operasional kegiatan menangkap ikan kapal
BPS untuk nasional pada tahun 2014 adalah Rp nelayan untuk menangkap ikan. Dari hasil
312.328,00 per bulan), maka nelayan tersebut wawancara dengan nelayan, mereka berharap
tergolong menengah kebawah. Pendapatan dengan adanya penurunan biaya operasional
nelayan hanya cukup untuk membeli kebutuhan sehingga selisih penghematan biaya operasional
pangan sehari-hari, tanpa mempertimbangkan bisa ditabung ataupun bisa untuk dijadikan uang
aspek kecukupan gizi dan sering ikan hasil saku anak-anaknya saat bersekolah.
tangkapan hanya cukup makan rumah tangga
nelayan itu sendiri. Karena keterbatasan Namun persepsi dari nelayan jika akan
ekonomi itulah banyak nelayan tidak mampu menggunakan sistem dual-fuel, sebenarnya
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih mereka menyatakan setuju bahwa sistem dual-
tinggi, banyak diantara anak-anak tersebut yang fuel mampu mengurangi pengeluaran untuk
hanya sampai SMP ataupun hanya mampu biaya operasional, karena mereka berpikir suatu
menamatkan hingga jenjang sekolah dasar. saat harga solar pasti akan melambung tinggi
Pendapatan nelayan sebagian besar dihabiskan seiring dengan menipisnya cadangan minyak
untuk mengkonsumsi bahan pangan, oleh karena bumi. Selain melakukan wawancara, juga
itu kenaikan harga pangan dan bahan bakar dilakukan pemberian informasi tentang
sekecil apapun sangat berdampak pada keuntungan dalam memakai sistem dual-fuel,
pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. yang mana pemakaian bahan bakar dual-fuel
Dikarenakan nelayan sulit untuk meningkatkan lebih ekonomis dibandingkan dengan memakai
pendapatannya, terutama jika kondisi sedang bahan bakar solar 100 %. Selain itu proses
mengalami cuaca buruk, maka satu-satunya cara pembakaran didalam silinder mesin juga
untuk mensiasatinya, maka pemakaian LPG menjadi lebih bersih dan cepat karena nilai kalor
yang memiliki nilai ekonomis yang lebih baik spesifik LPG mencapai 46,1 MJ/Kg. Nelayan
dari solar sangat dimungkinkan. yang diwawancarai cenderung menyatakan
Dari Tabel 12, terlihat asumsi setelah setuju untuk memakai bahan bakar dual-fuel
menggunakan bahan bakar dual-fuel, maka karena banyak keuntungan dan manfaat yang
pembelian solar untuk operasional penangkapan akan didapat. Namun, menurut kami perlu
ikan mengalami penurunan, karena selain diadakan sosialisasi penggunaan sistem dual-
membeli solar juga untuk membeli LPG, dan fuel, dikarenakan banyak nelayan telah
berdasarkan hasil perhitungan, penggunaan bertahun-tahun menggunakan bahan bakar solar
bahan bakar dual-fuel memang dapat dan telah nyaman menggunakannya.
mengurangi persentase pengeluaran nelayan Wawancara mengenai perbandingan
untuk membeli bahan bakar untuk operasional penggunaan solar dan LPG menunjukkan
kegiatan menangkap ikan, walaupun hanya beberapa hasil utama yaitu bahwa nelayan yang
sedikit. Minimnya penghematan biaya menggunakan solar ada yang tidak bersedia
operasional kegiatan menangkap ikan kapal beralih ke LPG dikarenakan alasan mahal,
nelayan, karena saat ini harga solar Rp. 5.150,- bahaya, serta tidak mudah dalam memperoleh.
/liter dan harga LPG Rp. 14.400,-/3 Kg. Namun Sebagai imensi sosial dan ekonomi, hendaknya
hal ini tentu akan berubah tergantung dengan hal ini mendapat perhatian pemerintah supaya
harga solar yang akan cenderung naik kebijakan dan program untuk konversi BBM
terpengaruh dengan menipisnya cadangan dan BBG bisa diterima dan diaplikasikan oleh
minyak bumi dan situasi politik di timur tengah. banyak nelayan, selain dengan sosialisasi,
Pada Tabel 13, dapat dilihat adanya pemberian peralatan konversi secara cuma-
penghematan pengeluaran nelayan per harinya Cuma, dan tidak lupa dalam penyedian LPG
untuk pembelian solar rata-rata sebesar Rp. yang murah dan mudah.
12.896,94,- atau per bulannya sebesar Rp.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 139
Bagi sebagian nelayan di Indonesia, LPG Pendekatan yang efisien mungkin bisa
merupakan hal baru, sehingga pemakaian LPG dilakukan melalui sosialisasi, di tingkat bawah
bisa dikategorikan sebagai inovasi. Berdasarkan perorangan, RT/RW, kelurahan dan didalam
perspektif komunikasi inovasi, kategori adopters kelompok nelayan. Sehingga nelayan mengerti
yang mengadopsi suatu inovasi didasari juga dan tahu manfaat dan keuntungan memakai
oleh waktu relatif yang dibutuhkan untuk bahan bakar dual-fuel untuk mesin diesel kapal
mengadopsi suatu inovasi. Rogers dan nelayannya. Sosialisasi yang dilakukan harus
Shoemaker (1981) mengatakan tidak setiap dilakukan terus-menerus dengan pendekatan
orang mengadopsi inovasi pada tingkat yang yang intensif sehingga akhirnya banyak nelayan
sama. Ada orang yang melakukannya dalam tertarik menggunakan bahan bakar dual-fuel.
waktu singkat tetapi ada yang melakukannya
setelah waktu bertahun-tahun. Berdasarkan Sebenarnya tingkat kepuasan nelayan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan terhadap biaya untuk membeli bahan bakar solar
seluruh proses adopsi, dari tahap kesadaran sudah baik kalau melihat saat ini harga solar
sampai tahap penerimaan/penerapan, maka yang hanya Rp. 5.150,-. Dilihat dari segi biaya,
dapat kita bagi sasaran dalam lima kategori menurut nelayan menyatakan bahwa harga solar
yaitu: pelopor atau inovator, penerap dini atau saat ini tidak terlalu memberatkan bagi mereka.
early adopter, penerap awal atau early majority, Namun untuk harga LPG sendiri masih dirasa
penerap akhir atau late majority, dan penolak memberatkan hal ini ditunjukkan oleh nilai
atau laggard. Karakteristik dari kelima kategori ekonomis rata-rata pemakaian bahan bakar
adopter tersebut berbeda-beda jika dilihat dari dual-fuel yang hanya sekitar Rp. 12896,94,-.
segi umur, pendidikan, status ekonomi, dan Nelayan berharap harga solar bisa tetap Rp.
status sosialnya. Di tengah daya adopsi nelayan 5.150,- dan LPG per tabung 3 kg yang mencapai
yang masih rendah, maka perlu disadari adalah Rp. 14.400,- bisa turun lagi. Selain itu LPG
tidak mudah untuk mengubah kebiasan nelayan tidak bisa dibeli dengan volume tertentu, hanya
yang sudah menggunakan solar sebagai bahan bisa dibeli minimal 3 kg. Nelayan juga
bakar selama bertahun-tahun untuk tiba-tiba memikirkan terhadap akses untuk membeli
direkomendasikan beralih menggunakan bahan LPG, Sebenarnya secara umum akses untuk
bakar dual-fuel. Hal ini akan menimbulkan membeli LPG di Indonesia menurut nelayan
perubahan di nelayan secara khusus maupun sudah mudah, namun sering tersendatnya
masyarakat secara umum, karena disebabkan distribusi membuat kadang kala persediaan LPG
tingkat penerimaan dan kemampuan beradaptasi terutama yang tabung 3 kg sulit didapat.
dari nelayan yang berbeda-beda terhadap Dengan menggunakan bahan bakar dual-
penggunaan bahan bakar dual-fuel. fuel, ada sedikit peningkatan kecepatan dari
Kebiasaan nelayan yang selama bertahun- kapal nelayan yang diujicoba, hal ini disebabkan
tahun menggunakan bahan bakar solar jelas karena nilai oktan dari LPG yang tinggi
bukan hal yang mudah untuk dirubah, namun sehingga ketika dicampur dengan solar maka
mengikuti tahapan adopsi inovasi yang telah akan menghasilkan daya ledak yang lebih baik
dijelaskan oleh Rogers (1983), bahwa tahap daripada solar 100 %. Ini membuat nelayan
awal yang paling penting adalah senang karena kecepatan akan semakin baik
membangkitkan awareness atau kesadaran untuk mengejar ikan. Tapi yang masih
nelayan tentang keuntungan menggunakan dipikirkan adalah keamanan ketika memakai
bahan bakar dual-fuel. Diharapkan adanya bahan bakar LPG. Nelayan menganggap resiko
pendekatan ke nelayan dengan tindakan rasional dalam menggunakan bahan bakar solar 100 %
dalam memberikan pengetahuan dan mengenai tidak terlalu berbahaya namun merasa khawatir
keuntungan bagi nelayan, karena mungkin akan sifat LPG yang mudah meledak, sehingga
sebagian besar nelayan berfikir tentang merasa kurang aman jika menggunakan LPG.
mengapa harus menggunakan bahan bakar dual- Hal ini karena banyaknya pemberitaan di media
fuel, mengapa tidak memakai solar 100 % saja?

140 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mengenai kejadian kebakaran karena kompor ini lebih murah Rp. 7.903,- atau 9,10 %
LPG yang meledak. dibanding dengan bahan bakar solar solar
100 %.
Kebersihan kapal nelayan ketika C. Jika semakin tinggi harga minyak solar dan
menggunakan bahan bakar dual-fuel dirasa lebih harga LPG tetap atau mengalami
baik. Ini bisa dibandingkan dengan kapal yang penurunan maka efisiensi dan penghematan
yang menggunakan mesin diesel yang dengan biaya operasional semakin besar. Asumsi
bahan bakar solar 100 %. Nelayan memang rata-rata pengeluaran nelayan untuk biaya
kurang puas ketika memakai bahan bakar solar operasional kapal untuk penangkapan ikan
100 % terhadap kebersihan kapalnya, karena dengan menggunakan bahan bakar dual-
mereka harus membawa persediaan solar dalam fuel per tiap sekali operasi mengalami
skala besar dikapal, sehingga resiko tumpahnya penurunan dengan nilai Rp.12.896,94.
solar di kapal semakin besar. Hal ini akan D. Saat operasional kapal untuk penangkapan
teratasi kebersihan kapalnya jika menggunakan ikan dengan menggunakan bahan bakar
bahan bakar dual-fuel, karena akan mengurangi solar 100 % untuk biaya membeli bahan
jumlah persediaan solar sehingga mengurangi bakar rata-rata adalah sebesar Rp.
resiko tumpahnya solar di kapal. Dan juga, 120.900,- per sekali operasional menangkap
apabila menggunakan bahan bakar dual-fuel, ikan, dan setelah dihitung jika
diharapkan nelayan cukup membersihkan menggunakan bahan bakar dual-fuel maka
kapalnya sekali dalam dua kali operasional menjadi Rp. 108.002,06 per sekali
menangkap ikan, sedangkan menggunakan operasional menangkap ikan atau terjadi
bahan bakar solar 100 % nelayan harus penghematan biaya sebesar Rp.12.896,94
membersihkannya setiap operasional per sekali operasional menangkap ikan.
menangkap ikan. Selain itu, nelayan E. Nelayan menyatakan setuju menggunakan
menyatakan kurang puas terhadap kepraktisan bahan bakar dual-fuel, karena dapat
dalam menggunakan bahan bakar solar, membantu mengurangi biaya operasional
sehingga jika menggunakan bahan bakar dual- menangkap ikan, penggunaan bahan bakar
fuel akan lebih praktis dalam membawa solar dual-fuel lebih menguntungkan
dan LPG, karena tempat yang lebih luas dan dibandingkan menggunakan bahan bakar
mudah penempatannya, sehingga dalam solar 100 %. namun mereka berharap untuk
membawa ikan bisa lebih banyak. diberikan sosialisasi dan pengetahuan
terutama menyangkut keamanannya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Saran yang perlu dijadikan perhatian dalam


Kesimpulan yang dapat diambil dari sini adalah
peningkatan kehidupan social ekonomi nelayan
sebagai berikut :
A. Pada ujicoba lapangan selama dua jam dengan menggunakan bahan bakar dual-fuel
menggunakan bahan bakar solar 100 % untuk kegiatan operasional menangkap, antara
didapatkan total konsumsi solar mencapai lain :
16,86 liter. Saat menggunakan bahan bakar A. Perlu adanya pengembangan terhadap
dual-fuel didapatkan total konsumsi solar peralatan sistem bahan bakar dual-fuel
sebanyak 9,64 liter ditambah LPG sebanyak yang aman dan mudah dalam pemasangan
10,52 liter. Penggunaan LPG secara dual sehingga nelayan antusias untuk
fuel mampu menggantikan konsumsi solar menggunakan.
rata-rata sebesar 40,05 %. Perbandingan B. Pembagian peralatan konverter kit secara
komposisi antara solar dengan LPG saat cuma-cuma yang di dukung dengan
menggunakan bahan bakar dua- fuel yaitu ketersediaan dan murahnya harga LPG,
59,95 % : 40,05 %. akan membuat nelayan sanggup memakai
B. Biaya operasional pada ujicoba alat konverter kit yang sudah dibagikan.
menggunakan bahan bakar dual-fuel saat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 141
C. Nelayan yang belum sepenuhnya menerima http://www.bimbie.com/ Ekonomi-
sistem dual-fuel, sebaiknya pemerintah Sosiologi.HTML
perlu lebih menggalakkan sosialisasi
mengenai cara penggunaan sistem ini agar Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
nelayan mendapat pengetahuan cara 2007. Blue print program pengalihan
penggunaan yang benar dan aman. minyak tanah ke LPG (dalam rangka
D. Nelayan tetap memiliki hak untuk memilih, pengurangan subsidi BBM) 2007-2012.
apakah tetap menggunakan bahan bakar Jakarta.
soalr 100 % atau bahan bakar dual-fuel.
Ekonomi Dalam Perspektif Sosiologi . Diambil
dari Bimbie.com website :
UCAPAN TERIMA KASIH http://www.bimbie.com/Pengertian-
Sosiologi-Ekonomi.HTML
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,
kami telah banyak mendapat bantuan dari Hardjono,A.2000.”Teknologi Minyak
beberapa pihak, oleh karena itu, pada Bumi”.Gadjah Mada University
kesempatan ini kami mengucapan banyak Press.Yogyakarta
terima kasih kepada semua pihak yang tidak
Muchtar A.Pi., M.Si. (2015). Program Konversi
dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah Energi BBM Ke BBG Bagi Nelayan,
membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Hambatan Dan Peluang?. Diambil dari
Lembaga Destructive Fishing Watch
(DFW)-Indonesia website :
DAFTAR PUSTAKA http://dfw.or.id/program-konversi-bbm-ke-
bbg-bagi-nelayan-hambatan-dan-peluang/
Adji, Suryo.2005.” Engine Propeller Matching”.
Kumpulan Jurnal Ilmiah FTK ITS, Oktavian Raharjo, Budiharjo, Zaenal Asikin,
Surabaya. Nanang Setyobudi, 2011. “Penggunaan
Bahan Bakar Gas Pada Motor Penggerak
Arismunandar, W, & Tsuda K.1993.”Motor Kapal Perikanan”. Balai Besar
Diesel Putaran Tinggi”. Pradaya Paramita. Pengembanganm Penangkapan Ikan :
Jakarta Semarang
Anonim. 2006. Kajian perbandingan Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006,
penggunaan minyak tanah dan elpiji. Tim Kebijakan Energi Nasional.
Pusat Kajian Energi dan Sumberdaya
Mineral. www.antara.co.id. [15 Desember Project Statement, 2012.”Ujicoba Konverter kits
2008]. Bahan Bakar Gas Untuk Kapal Penangkap
Ikan Tahap I”.Kementrian Kelautan dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi. Perikanan, BBPPI : Semarang.
2013. Kabupaten Wakatobi Dalam Angka
2013. Bappeda Kabupaten Wakatobi : Rahardjo, Oktavian,dkk.2011.”Bahan Bakar
Wakatobi Gas (CNG) Alternatif Pengganti BBM
Kapal Perikanan”.Balai Besar
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi. Pengembangan Penangkapan Ikan :
2015. Kompilasi Data Desa/Kelurahan. Semarang
Carlton,John.2007.”Marine Propellers And Rahardjo,Oktavian,dkk.2011.”Petunjuk Teknis :
Propulsion Second Edition”. Butterworth- Penggunaan Bahan Bakar Gas Pada Motor
Heinemann:Oxford Penggerak Kapal Perikanan”.Balai Besar
Definisi Sosiologi Ekonomi. Diambil dari Pengembangan Penangkapan Ikan :
Bimbie.com website : Semarang.

142 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Rogers EM, Shoemaker F. 1981. Sunarti E. 2007. Kajian aspek sosial budaya
Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: program konversi BBM. [laporan
Usaha Nasional. penelitian].

Rogers EM. 1983. Diffussion of Innovation. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
Canada: The Free Press of Macmillan Energi.
Publishing Co.

Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode


Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 143
LAMPIRAN

Gambar 1. Diagram konsumsi bahan bakar solar Gambar 2. Diagram prosentase penghematan
100 % dan dual-fuel pada ujicoba lapangan tiap konsumsi bahan bakar dual-fuel dengan solar
jam. 100 % pada ujicoba lapangan tiap jam.

Gambar 3. Diagram kecepatan tiap putaran Gambar 4. Diagram konsumsi bahan bakar solar
mesin dengan bahan bakar solar 100 % dan 100 % dan dual-fuel oleh nelayan pada setiap
dual-fuel pada ujicoba lapangan. operasional.

Gambar 5. Diagram biaya operasional Gambar 6. Diagram penghematan biaya


pemakaian bahan bakar solar 100 % dan operasional dengan bahan bakar dual-fuel tiap
sekali operasional nelayan menangkap ikan.
dual-fuel setiap operasional menangkap ikan.

144 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Gambar 7. Peta Kabupaten Wakatobi. Gambar 8. Salah satu nelayan yang
diwawancarai,yaitu bapak Himari.

Gambar 9. Kapal dan mesin yang biasa digunakan oleh nelayan di Indonesia.

Gambar 10. Kapal dan mesin yang biasa digunakan oleh nelayan di Indonesia.

Gambar 11. Kapal dan mesin yang biasa digunakan oleh nelayan di Indonesia.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 145
Gambar 12. Kapal dan mesin yang biasa digunakan oleh nelayan di Indonesia.

Gambar 13. Sistem dual-fuel.

Gambar 14. Skema kerja sistem dual-fuel.

146 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Gambar 15. Konverter kit dual-fuel

Gambar 16. Ujicoba dengan bahan bakar solar Gambar 17. Ujicoba dengan bahan bakar dual-
100 %. fuel.

KETERANGAN TABEL :

Tabel 1. Jumlah nelayan di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi tahun 2015

No Desa Nelayan Tangkap Nelayan Budidaya No Desa Nelayan Tangkap Nelayan Budidaya

1 Kapota 38 - 12 Mandati II 15 1

2 Kabita 35 6 13 Kapota Utara 40 25

3 Liyamawi 160 267 14 Kabita Togo 90 -

4 Liya Togo 180 320 15 Mandati III 29 -

5 Matahora 18 8 16 Liya One Melangka 35 10

6 Wungka - - 17 Wisata Kolo 75 -

7 Numana 84 72 18 Mola Samaturu 200 4

8 Mola Selatan 106 10 19 Mola Bahari 200 10

9 Mola Utara 142 20 20 Mola Nelayan Bakti 349 -

10 Mandati I 28 1 21 Liya Bahari Indah 37 20

11 Komala - -

Jumlah Total 1.921 774

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 147
Tabel 2. Data operasional nelayan per operasional memakai bahan bakar solar 100 %

No Nelayan Daya Rata-Rata Jarak Jarak Jarak Jarak Total Jarak Biaya/1 Biaya Rata- Pendapatan
Mesin Waktu/1 Tempuh Tempuh Tempuh Tempuh Tempuh Operasional Rata/1 Kotor/1
Operasional Berangkat Mencari Mengejar Pulang Ke Operasional Operasional
Ikan Ikan Rumah/TPI

Dengan Putaran Mesin 1000 rpm 1200 rpm 1600 rpm 1400 rpm

Orang HP Jam Mil Mil Mil Mil Mil Rp. Rp. Rp.

1 Purudu 28 8 10 10 10 10 40 122.600,00 120.900,00 234.100,00

2 Himari 30 8 12 12 12 12 48 125.300,00 328.700,00

3 Budi 24 8 10 7,5 7,5 10 35 115.500,00 177.500,00

4 Masidi 26 8 12 9 9 12 42 120.200,00 242.600,00

Jumlah Total 483.600,00

Tabel 3. Hasil ujicoba skala lapangan bahan bakar solar 100%

Rpm Waktu 100% Solar Jarak Tempuh


No
Rad/s Jam Liter Mil

1 1000 2 2,18 13,30

2 1200 2 3,48 17,37

3 1400 2 4,94 20,75

4 1600 2 6,26 20,97

Jumlah Total 8 16,86 72,38

Tabel 4. Konsumsi bahan bakar pada ujicoba skala lapangan dengan bahan bakar solar 100 %
per satu jam

Rpm Waktu 100% Solar Biaya Solar Konsumsi Solar/Jam


No
Rad/s Jam Liter Rp. Liter

1 1000 2 2,18 11.227,00 1,09

2 1200 2 3,48 17.925,00 1,74

3 1400 2 4,94 25.441,00 2,47

4 1600 2 6,26 32.239,00 3,13

Jumlah Total 8 16,86 86.832,00 8,43

148 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 5. Kecepatan rata-rata kapal pada ujicoba lapangan dengan bahan bakar solar 100 %

Rpm Waktu Jarak Tempuh Jarak Tempuh/Liter Kecepatan Total Kecepatan Rata-Rata
No
Rad/s Jam Mil Mil Knot Knot

1 1000 2 13,30 6,10 5,78

2 1200 2 17,37 4,99 7,55


7,87
3 1400 2 20,75 4,20 9,02

4 1600 2 20,97 3,35 9,12

Jumlah Total 8 72,38 18,64 31,47

Tabel 6. Hasil ujicoba skala lapangan bahan bakar dual-fuel

No Rpm Waktu Solar LPG Jarak Tempuh

Rad/s Jam Liter Kg Mil

1 1000 2 1,38 0,84 16,12

2 1200 2 2,56 1,26 24,61

3 1400 2 2,78 1,82 30,24

4 1600 2 2,92 2,18 28,72

Jumlah Total 8 9,64 6,10 99,69

Tabel 7. Konsumsi dan penghematan bahan bakar pada ujicoba skala lapangan dengan bahan bakar
dual-fuel

Persentase Persentase Rata-


Penghematan
Konsumsi Konsumsi Total Solar Penghematan Rata
No Rpm Waktu Solar LPG LPG Penggunaan
Solar/Jam LPG/Jam Dan LPG Penggunaan Penghematan
Solar
Solar Penggunaan Solar

Rad/s Jam Liter Liter/Jam Kg Liter Liter/Jam Liter Liter % %

1 1000 2 1,38 0,69 0,84 1,45 0,78 2,83 0,80 36,70

2 1200 2 2,56 1,28 1,26 2,17 1,17 4,73 0,92 26,44


40,05%
3 1400 2 2,78 1,39 1,82 3,14 1,69 5,92 2,16 43,72

4 1600 2 2,92 1,46 2,18 3,76 2,02 6,68 3,34 53,35

Jumlah
Total 8 9,64 4,82 6,10 10,52 5,65 20,16 7,22 160,21

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 149
Tabel 8. Penghematan biaya operasional pada ujicoba skala lapangan dengan bahan bakar dual-fuel

Penghematan
Biaya Total Solar Total Biaya
No Rpm Waktu Solar Biaya Solar LPG LPG Biaya
LPG Dan LPG Solar Dan LPG
Operasional

Rad/s Jam Liter Rp. Kg Liter Rp. Liter Rp. Rp.

1 1000 2 1,38 7.107,00 0,84 1,45 4.032,00 2,83 11.139,00 88,00

2 1200 2 2,56 13.184,00 1,26 2,17 6.048,00 4,73 19.232,00 -1.310,00

3 1400 2 2,78 14.317,00 1,82 3,14 8.736,00 5,92 23.053,00 2.388,00

4 1600 2 2,92 15.038,00 2,18 3,76 10.464,00 6,68 25.502,00 6.737,00

Jumlah Total 8 9,64 49.646,00 6,10 10,52 29.280,00 20,16 78.926,00 7.903,00

Tabel 9. Kecepatan rata-rata kapal pada ujicoba lapangan dengan bahan bakar dual-fuel

No Rpm Waktu Jarak Tempuh Jarak Tempuh/Liter Kecepatan Rata-Rata Total Kecepatan Rata-Rata

Rad/s Jam Mil Mil Knot Knot

1 1000 2 16,12 5,70 7,01

2 1200 2 24,61 5,20 10,70


10,83
3 1400 2 30,24 5,11 13,14

4 1600 2 28,72 4,30 14,45

Jumlah Total 8 99,69 20,31 43,30

Tabel 10. Jarak tempuh dan kecepatan rata-rata kapal nelayan menangkap ikan

No Nelayan Daya Rata-Rata Jarak Jarak Tempuh Jarak Tempuh Jarak Tempuh Total Kecepatan
Mesin Waktu Tempuh Mencari Ikan Mengejar Ikan Pulang Ke Jarak Rata-Rata
Operasional Berangkat Rumah/TPI Tempuh

Dengan Putaran Mesin 1000 rpm 1200 rpm 1600 rpm 1400 rpm

Orang HP Jam Mil Mil Mil Mil Mil Knot

1 Purudu 28 8 10 10 10 10 40 4,35

2 Himari 30 8 12 12 12 12 48 5,22

3 Budi 24 8 10 7,5 7,5 10 35 3,80

4 Masidi 26 8 12 9 9 12 42 4,57

150 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 11. Jumlah pendapatan bersih dan pemakaian solar tiap sekali operasional nelayan menangkap
ikan

No Nelayan Pendapatan Kotor/1 Biaya Rata-Rata/1 Operasional Pendapatan Bersih/1 Jumlah Pemakaian Solar
Operasional Operasional

Orang Rp. Rp. Rp. Liter

1 Purudu 234.100,00 122.600,00 111.500,00 23,81

2 Himari 328.700,00 125.300,00 203.400,00 24,33

3 Budi 177.500,00 115.500,00 62.000,00 22,42

4 Masidi 242.600,00 120.200,00 122.400,00 23,33

Tabel 12. Jumlah pemakaian bahan bakar dual-fuel tiap sekali operasional nelayan menangkap ikan
dan biaya operasionalnya

No Nelayan Jumlah Jumlah Biaya Jumlah Jumlah Jumlah Biaya Total Biaya
Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaian Solar Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaian
Solar 100 Solar Dual- Solar Dual- Yang LPG Dual- LPG Dual- LPG Dual- Dual-Fuel/1
% Fuel (59,95 Fuel Digantikan Oleh Fuel (40,05 Fuel (40,05 Fuel Operasional
%) LPG (40,05 %) %) %)

Orang Liter Liter Rp. Liter Liter Kg Rp. Rp.

1 Purudu 23,81 14,27 73.490 9,54 13,91 7,51 36.054,72 109.544,72

2 Himari 24,33 14,59 75.138 9,74 14,21 7,67 36.832,32 111.970,32

3 Budi 22,42 13,44 69.216 8,98 13,10 7,74 33.955,20 103.171,20

4 Masidi 23,33 13,97 71.945 9,36 13,65 7,37 35.376,00 107.322,00

Tabel 13. Penghematan biaya setiap operasional penangkapan ikan oleh nelayan

No Nelayan Biaya Pemakaian Biaya/1 Operasional Biaya Rata- Penghematan Rata-Rata Penghematan
Solar 100 % Pemakaian Dual-Fuel Rata/1 Biaya/1 Biaya/1 Operasional
Operasional Operasional
Pemakaian
Dual-Fuel

Orang Rp. Rp. Rp. Rp.

1 Purudu 122.600 109.544,72 108.002,00 13.055,28 12.896,94

2 Himari 125.300 111.970,32 13.329,68

3 Budi 115.500 103.171,20 12.328,80

4 Masidi 120.200 107.322,00 12.878,00

Jumlah Total 483.600 432.008,00 51.591,76

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 151
Tabel 14. Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Wakatobi tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Pernah Sekolah 6.630

2 Tidak Tamat SD 11.144

3 SD Sederajat 16.177

4 SMP Sederajat 13.755

5 SMA Sederajat 11.848

6 Diploma 1.814

7 Sarjana/S2/S3 2.975

Jumlah Total 64.343

152 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
MERAKIT INOVASI YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT:
Praksis Litbang Aneka Ubi dalam Wanatani
Formulating Innovation to Induce Community Welfare: Praxis of Root Crops
Research and Development under Agro-forestry
Yudi Widodo dan Heny Kuntyastuti
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi)
Jl. Raya Kendalpayak km 8 P.O. Box 66 Malang 65101 Email: yudi_atas@yahoo.com

Keyword ABSTRACT

innovation, root Innovation based on science and technology is considered as activating and
crops, agro-forestry, accelerating factors to the progress of business as well as industries including
R&D, society agricultural enterprise. Inertia of adopted innovation from the source to the
users is worried by many parties, especially from the source innovation
producing side due mainly to be funded by government. Evaluation tends to
asymmetrical pattern that focus more to user side than retrieving with
emphatically sense in the source face. The main quarrel is mainly the
requirement of innovation based on science and technology was not
comparable with the ability to provide, as consequence research and
development (R&D) activities as well as its funding increase gradually. In order
to robust R&D in preparing the appropriate innovation in line with its
implementation by the users, therefore an integrated participatory action is
urgently required for synergistic and mutuality accomplishment. Relevance
with this issue, praxis of root crops R&D for agro-forestry in order to anticipate
the need of food, feed and renewable energy under climatic change affected
by global warming is feasible to be discussed. Sharing experiences depart from
imagination, intuition and inspiration have to be formulated and argued into
collective idea by all parties as stakeholders. Furthermore, a collective idea is
extracted into planning of R&D by investigation to obtain a proper invention.
A proper and better invention is suggested to be published and disseminated
to get critical suggestion widely. Further step is to fund rising for larger
investment in order to transform invention into economic scale for tailoring
reliable innovation. Benefit and impact of the newly innovation needs to be
reviewed and evaluated with objective tool under impact assessment, for
implementation into actual and dynamic of larger domains. Thus, there are 10
I steps required for formulating the imagination to be transformed into
reliable innovation.Due to most of poor farmers around forest are under
poverty and fragile condition, therefore implementation of agroforestry
innovation has to be very careful.

Kata Kunci SARI KARANGAN

inovasi, wanatani, Inovasi yang berbasis atas ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dianggap
litbang, ubi, sebagai pemicu dan pemacu kemajuan suatu usaha industri maupun bisnis,
masyarakat termasuk di bidang pertanian. Kemacetan adopsi inovasi dari sumber ke pada
para pengguna jelas sangat merisaukan semua fihak, khususnya sumber
penyedia inovasi yang umumnya didanai oleh pemerintah. Penilaian
cenderung bersifat asimetri dengan titik berat di ranah pengguna daripada

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 153
menelusur untuk berempati di wilayah sumber inovasi. Argumentasi bahwa
kebutuhan terhadap inovasi teknologi tidak sebanding dengan penyediaan,
mendorong peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang)
maupun pendanaannya secara bertahap. Agar kegiatan litbang untuk
menyiapkan inovasi seiring dengan implementasi di tingkat pengguna, perlu
dipadukan secara partisipatif yang sinergistik dan mutualistik antar para fihak.
Guna mencapai maksud tersebut, praksis litbang ubi-ubian menuju wanatani
dalam antisipasi keperluan pangan, pakan dan energi terbarukan di tengah
perubahan iklim global layak dibahas. Berbagi (sharing) pengalaman
berangkat dari imaginasi, intuisi dan inspirasi harus diramu dan dibahas
menjadi ide kolektif oleh para pemangku kepentingan. Selanjutnya ide
kolektif tentang rencana kegiatan dilakukan investigasi agar mendapatkan
hasil invensi (temuan). Hasil invensi tersebut perlu disebar-luaskan melalui
publikasi guna mendapat masukan dan koreksi. Selanjutnya dilakukan
pendanaan (investasi) untuk skala usaha yang massif guna menjadikan inovasi
handal. Dampak dan manfaat dari inovasi perlu ditelaah dengan seksama
melalui impact assessment untuk selanjutnya memasuki tahap implementasi
yang aktual dan dinamis. Dengan demikian terdapat 10 langkah yang
diperlukan untuk membumikan imaginasi dan merakitnya menjadi inovasi
yang menyejahterakan rakyat. Mengingat bahwa masyarakat petani di sekitar
hutan tergolong miskin dan pada kondisi rapuh, maka tetap diperlukan
kehati-hatian dalam mengimpelemntasikan dan merekomendasikan inovasi
wanatani ini.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN perekonomian dengan azas koperasi yang secara


implisit menjadi sarana sekaligus wahana
Salus Populli Suprema Lex pernyataan
mencapai kesejahteraan. Faktanya meski
filsuf Romawi Marcus Tullius Cicero (106-43
Indonesia telah mencapai kemerdekaan selama
Sebelum Yesus /Masehi) yang menegaskan
71 tahun, tetapi rakyat yang hidup jauh dari
bahwa kesejahteraan rakyat merupakan hukum
sejahtera dan tetap pada lintasan garis
tertinggi. Justru karena itu, menuju kesejahteraan
kemiskinan masih sekitar 20%. Padahal di satu
umum merupakan hal penting dan mendesak
sisi kondisi geografis yang terletak di katulistiwa
untuk diwujudkan sebagai tujuan utama dari awal
dengan kekayaan ragam hayati (biodiversity)
pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebanding dengan Brazilia, maka tidak pantas
(NKRI). Tercantum dalam Pembukaan
bagi Rakyat Indonesia berpenghidupan tidak
(Preambul) Undang-undang Dasar 1945
sejahtera. Lebih tragis lagi, meski pada awal
(UUD45) alinea ke empat menyebutkan dengan
Pemerintah Indonesia era Sukarno (1945-1965)
jelas bahwa kesejahteraan menempati urutan
berusaha keras melaksanakan Trisakti yaitu
pertama dan utama sebagai tujuan kemerdekaan.
berdaulat politik, berdikari ekonomi dan
Tercapainya kesejahteraan menjadi syarat pokok
berkepribadian budaya, namun kejatuhan
untuk meraih kecerdasan bagi Bangsa Indonesia
Sukarno menjadikan perjuangan mewujudkan
guna turut serta secara aktif terlibat dalam
Trisakti melemah. Situasi tersebut, merupakan
menciptakan perdamaian dunia yang abadi. Ihwal
pintu masuk bagi faham neoliberal yang makin
mencapai kesejahteraan umum selanjutnya
menjauhkan kesejahteraan untuk digapai serta
disebutkan dalam Batang Tubuh UUD45 Pasal
dinikmati rakyat. Bermaksud menuntaskan krisis
27 tentang hak rakyat untuk mendapatkan
ekonomi pada awal alih kekuasaan Suharto
kehidupan layak maupun Pasal 33 tentang tata

154 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dengan Orde Baru, ternyata periode 32 tahun disebabkan orientasi jenis pangan serealia dan
menjadikan Indonesia terperangkap dalam krisis butiran (cereal and grain mentality) seperti beras,
multi dimensi yang parah, sehingga untuk jagung, terigu dan kacang-kacangan yang
memenuhi kebutuhan primer berupa pangan umumnya tidak menghendaki naungan.
harus impor dari pasar internasional. Era Sebenarnya pada pola anjuran lama telah
reformasi sejak 1998 hingga kini meski dari diperkenalkan tentang diversifikasi dari taraf
aspek demokratisasi banyak dicapai kemajuan, horisontal, vertikal hingga tata niaganya.
namun pencapaian kesejahteraan rakyat masih Sayangnya ketika program diversifikasi belum
jauh dari memuaskan. Bahwa dari sisi ontologi, dapat dilaksanakan secara optimal, tetapi sudah
epistemologi dan aksiologi kesejahteraan tidak diterpa deraan bencana pemanasan global.
dijelaskan secara rinci dalam UUD45, hal ini Dengan demikian para ahli di tingkat
bukanlah argumentasi untuk apologi maupun internasional menganjurkan pola produksi
ketertinggalan pencapaiannya. Intinya mengingat pangan diarahkan agar dapat menyesuiakan,
pentingnya kesejahteraan sebagai amanat melalui proses adaptasi maupun mitigasi terhadap
konstitusi, maka setiap usaha untuk mencapainya perubahan iklim.
harus didukung dengan cerdas.
KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP
Hingga Presiden ketujuh kesadaran hak
atas pangan terkait erat dengan mati hidupnya Arrhenius lebih seratus tahun lalu
bangsa merupakan prasyarat dasar dalam memprediksi akan terjadi pemanasan global,
mencapai kesejahteraan. Terpaan perubahan setelah Ia mencermati perjalanan revolusi industri
iklim sebagai dampak dari pemanasan global yang banyak menggunakan energi fosil. Atas
diperkirakan akan kian mempersulit pencapaian dasar kalkulasi Arrhenius yang disebut sebagai
kesejahteraan khususnya kecukupan pangan. konsep Panspermia jika kadar CO2 di atmosfer
FAO (2016) memperingatkan bahwa produksi meningkat sebanyak dua kali, maka suhu udara
pangan dunia kian mengkuatirkan dan upaya akan meningkat 50oC hingga mencapai waktu
peningkatan produksi mengalami stagnasi, 3000 tahun. Pemanasan global yang memicu
sehingga cadangan maupun bahan pangan yang perubahan iklim yang kemudian ditangani oleh
diperdagangkan di tingkat internasional juga PBB melalui IPCCC dapat mengantarkan Albert
terbatas. Hal tersebut mendorong kian Arnold Gore Jr Wakil Presiden Amerika Serikat
melambungnya harga pangan di pasar pada tahun 2007 memperoleh Nobel Perdamaian.
internasional sekaligus meningkatkan jumlah Keunikan Panitia Pemberi Hadiah Nobel
penduduk dan negara yang menderita kelaparan. biasanya diberikan bagi aktivis dan pegiat yang
Situasi ini dapat sebagai pemicu konflik mendorong terjadinya iklim perdamaian, namun
geopolitik kawasan yang menjauhkan dari upaya kali ini penerima nobel justru sosok yang bergiat
untuk mewujudkan perdamaian abadi. Praktek dalam kampanye perubahan iklim yang perlu
fragmentasi pertanian dari arti luas ke sempit ditangani semua penduduk di seluruh Negara di
menyebabkan kegiatan terpadu (integrated) sulit bumi. Dengan menjadikan pemanasan global
diimplementasikan secara optimal, sehingga sebagai masalah utama dunia, maka diharapkan
menumbuh-suburkan sektarian dari perencanaan, semua Negara akan bersatu secara damai untuk
penganggaran hingga kebijakan yang dipilih. menanganinya. Terdapat tiga pendekatan baku
Upaya peningkatan produksi pangan selalu guna menghadapi pemanasan global, yaitu
diarahkan melalui perluasan areal dengan cara mitigasi, adaptasi dan produksi yang sesuai di
konvesional yaitu mengkonversi hutan. Padahal tengah perubahan iklim.
UNEP (2013) maupun UNFCCC (2013)
Wanatani (agroforestry) menjadi agenda
menyarankan agar kawasan hutan tetap yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan
dipertahankan keutuhannya dalam rangka dalam skala massif dan luas, sehingga secara
meredam ganasnya perubahan iklim akibat ekonomi dapat menguntungkan dan secara
pemanasan global. Konversi hutan menjadi lahan
ekologis terlanjutkan.
pertanian untuk peningkatan produksi pangan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 155
METODE PENELITIAN sangat dominan dalam menentukan arah
kebijakan pangan nasional, sehingga diversifikasi
Kegiatan pengumpulan data dan informasi
pangan non beras seperti ubi-ubian dan lainnya
penting yang digunakan dalam penelitian ini
tidak mendapat perhatian yang memadai (Horton
berasal dari pengalaman dan catatan lapang dari
dan Rhoades, 1990). World Bank (1992) justru
aneka kegiatan yang dibiayai oleh lembaga
untuk diversifikasi pangan menyarankan untuk
pemerintah, khususnya Balitkabi maupun
mengimpor terigu, sehingga akibatnya kini
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perhutani
sekitar 7 juta terigu harus diimpor setiap
yang penulis banyak terlibat aktif mulai
tahunnya. Sementara itu, beras sebagai pangan
perencanaan hingga pelaksanaan sampai
pokok juga kedelai dan jagung masih harus
pelaporan. Kegiatan penelitian tentang wanatani
diimpor dalam jumlah besar. Dengan demikian
mulai aktif dilakukan dengan Perhutani KPH
jika menyimak seksama anatomi pangan
Blitar sejak 1996, yang kemudian meluas ke
Indonesia masih rawan, sehingga untuk
wilayah Perhutani Unit lain di Jawa maupun
membangun kedaulatan pangan guna menuju
Inhutani di luar pulau Jawa. Sebenarnya wanatani
kesejahteraan umum perlu ditata ulang
tidak hanya dilakukan di kawasan hutan negara
(reformation). Sebenarnya sejak lama para pakar
yang dikelola oleh Perhutani dengan Lembaga
memberikan saran bahwa kedaulatan pangan
Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan
pemberdayaan masyarakat yang tidak memiliki
diversifikasi, khususnya menyertakan potensi
lahan garapan, melainkan juga diterapkan oleh
hayati ubi-ubian maupun palawija lainnya
petani berlahan yang berminat mengusahakan
(Satjanata dan Partohadjono, 1985; Widodo,
kayu dan tanaman tahunan serta memanfaatkan
1986; 1989; 1995; 2008; 2011; 2012; 2013).
lahan di bawah tegakan untuk tanaman pangan.
Lebih lanjut Widodo (2011; 2012; 2013)
Aspek perundangan dan peraturan yang terkait
menyarankan dalam menghadapi perubahan
legalitas wanatani juga dilacak sebagai paying
iklim global produksi pangan tetap melimpah
hukum. Penelitian dan pengembangan lebih
dapat ditempuh, jika ubi-ubian disertakan dalam
intensif integrasi ubikayu ke bawah tegakan
wanatani maupun dikembangkan skala luas pada
hutan Jati dilaksanakan di KPH. Blitar dan KPH.
agroekologi sesuai habitat asli tanpa harus
Blora selama 2013-2014 (Widodo dkk., 2015).
merubah menjadi sawah atau ladang terbuka.
Bahkan sejak 2012 hingga saat ini masih
Dengan demikian perluasan areal tanam untuk
berlangsung penelitian partisipatif integrasi
peningkatan produksi pangan tidak menyebabkan
tanaman aneka ubi di bawah tegakan hutan pinus,
berkurangnya kawasan hutan. Upaya ketat dalam
mahoni dan jenis kayu lain di Desa
mempertahankan kawasan hutan ditujukan
Ampelgading, Kecamatan Selorejo Kabupaten
terutama dalam antisipasi pemanasan global
Blitar tepatnya di kaki Gunung Kawi lereng barat
melalui peningkatan penyerapan CO2 dari
daya. Oleh karena itu analisis dalam penelitian
atmosfer, sehingga lingkungan hijau juga perlu
ini lebih bersifat kualitatif diskriptif, dengan
diperluas.
menggali pengalaman petani maupun para fihak
yang terlibat dan bergerak aktif dalam bidang Menurut Widodo (2011; 2012) usaha
wanatani. Penggalian pengalaman para responden pertanian konvensional untuk menghasilkan 5 p
secara eksploratif pada masa lalu (memory yaitu: pangan, pakan, premium (bahan bakar),
banking) disilang-periksa (cross check) dalam pakaian dan papan (5 f namely: food, feed, fuel,
diskusi kelompok, agar tekoreksi sehingga fiber and funny-shelter) yang mengkonversi
kebenaran informasi tersebut terpercaya. hutan menjadi penyebab berkurangnya kawasan
hutan, sehingga pertanian menjadi sumber emisi
HASIL DAN PEMBAHASAN
carbon yang perlu diperhitungkan. Ini berarti
Aneka ubi berpotensi untuk hadapi pemanasan global yang memicu dan memacu
perubahan iklim perubahan iklim tidak hanya diakibatkan oleh
Selama sekitar 60 tahun terakhir proses industrialisasi, tetapi juga oleh pertanian
penganut faham cereal and grains mentality yang boros energi. Oleh karena itu, dalam

156 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
membangun peradaban manusia kini dan tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
mendatang maka usaha pertanian harus menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang
diperbaiki ke arah yang rendah emisi carbon serta menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-
ramah lingkungan. Conforti dan Sarris (2012) gas ini menyerap dan memantulkan kembali
mengingatkan bahwa negara-negara berkembang radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
di kawasan tropik, sub-tropis dan semi gurun akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
pasir akan sangat menderita akibat adanya permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-
pemanasan global, terutama disebabkan ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi
kelangkaan air dan peningkatan suhu udara. terus meningkat (Winarso, 2009). Usaha
Diperkirakan untuk kawasan Sub-Sahara di tahun pertanian juga berkontribusi besar dalam
2050 jumlah penduduk yang kelaparan akan menghasilkan gas rumah kaca yang berpengaruh
mencapai 400 juta jiwa, dan untuk penduduk terhadap pemanasan global. Menurut Nguyen
dunia 1 milyar di antaranya akan kekurangan (2008) maupun UNFCCC (2009) terdapat dua
pangan. Meskipun demikian, masih banyak macam gas rumah kaca, yaitu nitrous oxide dan
negara berkembang yang lalai atau abai terhadap methane yang dihasilkan dari kegiatan pertanian
gejala pemanasan global yang telah nyata yang setara dengan 8,5-16,5 milyar ton CO2.
mengancam penyediaan pangan. Usaha pertanian Artinya, kegiatan pertanian konvensional selama
termasuk penyediaan pangan sangat tergantung ini (termasuk konversi hutan ke pertanian)
pada potensi sumber daya alam, kenyataannya menimbulkan emisi carbon sebagai gas rumah
potensi sumber daya alam rusak akibat perubahan kaca sebesar 17-32% dari total aktifitas manusia.
iklim dampak dari pemanasan global. Perubahan Secara langsung kegiatan pertanian berkontribusi
iklim bagi daerah tropis ditandai dengan terhadap gas rumah kaca. Di antara gas rumah
peningkatan suhu dan penurunan curah hujan, kaca tersebut, methane (yang memiliki daya
sehingga menuntut strategi dan pendekatan baru pemanasan 20 kali lipat daripada CO2) sejumlah
dalam konservasi air dari presipitasi yang tidak 3,3 milyar ton setara CO2; sedangkan nitrous
teratur (eratic), variasi musim yang tinggi dan oxide (yang memiliki daya pemanasan 300 kali
peningkatan laju evapo-transpirasi dalam lipat daripada CO2) sebanyak 2,8 milyar ton
berbagai ekosistem. setara CO2 , dan emisi CO2 sebesar 40 juta ton
setiap tahunnya. Greenpeace (2008) menghitung
Secara umum pemanasan global besarnya emisi langsung gas rumah kaca yang
didefinisikan dengan meningkatnya suhu ditimbulkan oleh usaha pertanian, yaitu (1)
permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat nitrous oxide 2,128 milyar ton setara CO2,
aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah- sebagai akibat dari pemberian pupuk nitrogen
ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun sintetik yang berlebihan ke tanah yang
terakhir suhu global cenderung meningkat lebih sebenarnya hanya dimanfaatkan sebagian kecil
cepat dibandingkan data yang terekam oleh tanaman, sehingga sebagian besar menguap
sebelumnya. Situasi dan perkembangan yang ke atmosfer sebagai nitrous oxide; (2) fermentasi
terjadi dalam beberapa tahun terakhir khususnya internal dalam proses dekomposisi dan
dalam dekade di akhir abad 20 dan awal abad 21. mineralisasi kotoran ternak menimbulkan emisi
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber gas rumah kaca terutama methane sebesar 1,792
energi yang terdapat di Bumi berasal dari milyar ton setara CO2; (3) pembakaran biomass
Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam (tanaman maupun tumbuhan) dalam pembukaan
bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk lahan maupun sisa panen menghasilkan emisi gas
cahaya tampak (feasible light). Ketika energi ini sebesar 672 juta ton setara CO2; (4) sistem
mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari budidaya padi terutama sawah tergenang dan
cahaya menjadi panas yang menghangatkan padi ladang/huma (bakar semak belukar untuk
Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap pengolahan tanah) menghasilkan emisi gas
sebagian panas dan memantulkan kembali sebesar 616 juta ton setara CO2; (5) pengelolaan
sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang limbah pertanian menghasilkan gas sebesar 413
panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas juta ton setara CO2. Secara tidak langsung

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 157
aktifitas pertanian yang menghasilkan gas rumah demikian pembangunan infra-struktur harus
kaca, di antaranya adalah: (1) Proses produksi seiring dengan potensi dan fungsi ekologis hutan.
pupuk anorganik sintetik yang memerlukan Sejatinya HIR telah diterapkan secara tradisional
energi fosil (unrenewable) dalam jumlah besar oleh masyarakat suku terasing seperti Kubu dan
(boros), sehingga membebaskan CO2 ke atmosfer suku hutan lainnya, tetapi dalam pelaksanaan
sebanyak 300-600 juta ton/tahun atau setara seyogyanya lebih mendasarkan inovasi ilmu
dengan 1,2% dari total gas rumah kaca yang di pengetahuan dan teknologi (science and
atmosfer. Ini berarti bahwa intensifikasi pertanian technology innovation based) serta akses
dengan meningkatkan penggunaan pupuk sintetik terhadap kelembagaan modern untuk
akan memerlukan lebih banyak energi fosil yang permodalan, pengolahan dan pemasaran juga
dibakar dan menambah CO2 ke atmosfer, perlu disinergikan. Hal ini bukan mustahil,
sehingga efek rumah kaca yang ditimbulkan kian mengingat dewasa ini pengkerto-ajian terhadap
besar. (2) Kebutuhan input pertanian lainnya, fungsi hutan secara ekonomi terus diperjuangkan,
mulai dari mekanisasi pengolahan tanah, industri sehingga nantinya para pelaku dan praktisi HIR
perbenihan, penanaman, pengendalian gulma, dapat mendapat sebagian pendapatan tunai dari
yang menggunakan bahan kimiawi, hingga panen nilai potensi hutan dalam menyerap carbon (sink
memerlukan energi fosil sebagai bahan bakar dan reward under carbon trade). Wanatani dengan
menghasilkan emisi gas sebesar 60 hingga 260 mengintegrasikan tanaman pangan, jamur, paku-
juta ton setara CO2, irigasi juga berkontribusi pakuan, algae maupun ternak serta ikan
terhadap emisi gas sebesar 50 hingga 680 juta ton merupakan kearifan lokal yang sangat
setara CO2, sedangkan produksi pestisida untuk memungkinkan untuk mewujudkan kedaulatan
pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan (Widodo, 2011 &2012). Dalam laporan
menyumbangkan emisi gas sebesar 3 hingga 140 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak
juta ton setara CO2 setiap tahunnya. (3) Tata atas pangan yang disusun oleh Komisi Hak Asasi
kelola dan konversi lahan ke pertanian (termasuk Manusia PBB pada Bulan Februari 2004,
dari hutan) juga sebagai penyumbang besar emisi kedaulatan pangan didefinisikan sebagai hak
gas carbon sebesar 2,9 hingga 5,9 milyar ton rakyat, komunitas-komunitas, dan negara untuk
setara CO2 setiap tahunnya (atau 6-17% dari total menentukan sistem produksi pangan sendiri
gas rumah kaca). dalam berbagai jenis lapangan pertanian,
perikanan, jenis sumber pangan dan tanah, serta
Wanatani sebuah kompromi ekonomi dengan kebijakan-kebijakan lainnya yang secara ekologi,
ekologi sosial, ekonomi dan kebudayaan sesuai dengan
Belajar dari pengalaman program keadaan-keadaan khusus (specific) masing-
transmigrasi yang awalnya selalu mengkonversi masing. Kedaulatan pangan adalah hak
kawasan hutan menjadi lahan permukiman, individu dan kolektif yang memberikan
pertanian, perkebunan dan perikanan maka ke kebebasan dan kekuasaan rakyat serta
depan pendekatan dengan titik berat pengelolaan komunitasnya untuk menuntut dan
hutan lestari harus dapat diimplementasikan mewujudkan keinginan sosial politik ekonomi
secara nyata. Wacana ini diketengahkan bukan guna mendapatkan dan memproduksi pangan
hanya sekedar untuk memuaskan para pegiat sendiri, serta tindakan melawan terhadap
lingkungan yang lebih condong pada sisi ekologi, kekuasaan perusahaan-perusahaan serta
melainkan juga untuk para pelaku dan praktisi kekuatan lainnya yang merusak sistem
yang mengejar hasrat pertumbuhan ekonomi produksi pangan rakyat melalui perdagangan,
guna pemerataan sosial. Dalam investasi, serta alat dan kebijakan lainnya.
mengimplementasikan Hutan Inti Rakyat (HIR) Kedaulatan pangan menuntut hak rakyat
mirip dengan pelaksanaan Perkebunan Inti atas pangan, yang menurut Food and
Rakyat (PIR), namun perbedaan menyolok Agriculture Organization (FAO) merupakan
adalah tidak adanya konversi hutan menjadi hak untuk memiliki pangan secara teratur,
kebun maupun peruntukan lain. Dengan permanen dan bisa mendapatkannya secara
bebas, baik secara cuma-uma maupun

158 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
membeli dengan jumlah dan mutu yang Widodo (2011) mengingatkan kembali
mencukupi, serta cocok dengan tradisi-tadisi untuk menyimak pengalaman krisis multidimensi
kebudayaan rakyat yang mengkonsumsinya. 1997, sebagai bukti bahwa Indonesia telah
Menjamin pemenuhan hak rakyat untuk berhasil digerogoti oleh agensia Neolib yang
menjalani hidup yang bebas dari rasa takut dan sejak awal implementasi revolusi hijau
bermartabat, baik secara fisik maupun mental, mengarahkan rakyat untuk mengkonsumsi hanya
secara individu maupun kolektif. Dalam usaha beras dan serelia tertentu yaitu terigu yang harus
mengatasi masalah kelaparan dan akses pangan, diimpor. Energi pemerintah dan rakyat (Negara)
PBB melalui FAO memperkenalkan istilah seolah habis untuk mencapai swasembada beras,
“ketahanan pangan” dengan harapan adanya yang merapuhkan sendi kedaulatan pangan,
persediaan pangan setiap saat, semua orang akibat abai terhadap sumber pangan lokal berikut
dapat mengaksesnya dengan bebas dengan kearifan lokal dalam proses penyediaanya. Lima
jumlah, mutu dan jenis nutrisi yang mencukupi tahun sejak saran Bank Dunia akhirnya
serta dapat diterima secara budaya. Konsep kerapuhan akibat penggerogotan tersebut
tersebut sama sekali tidak mempertimbangkan menampakkan hasilnya, yaitu krisis multidimensi
kemampuan sebuah negara untuk memproduksi yang disertai krisis pangan, sehingga Indonesia
dan mendistribusi pangan utama secara adil terjebak (food trap) sebagai Negara yang harus
kepada rakyatnya. Juga mengabaikan kenyataan menjadi asuhan atau penerima bantuan pangan
di mana semakin meluas dan limpah ruahnya dari World Food Program. Ironisnya, Singapura
ekspor produk pertanian murah serta bersubsidi saat itu juga turut menyumbang beras, meski
tinggi ke negara-negara terbelakang. Praktek ini tidak memiliki lahan pertanian. Bantuan pangan
dibiarkan bahkan didorong atas nama yang diberikan melalui jaring pengaman sosial
perdagangan bebas yang disokong penuh oleh (social safety net) sejak 1998 berupa raskin
negara-negara maju. Hal ini tidaklah (beras untuk masyarakat miskin) menimbulkan
mengherankan sebab ketahanan pangan hanya masalah baru hingga sekarang. Oleh karena itu,
sebatas pernyataan lembaga-lembaga pemerintah guna mengatasi masalah dengan tuntas,
dan antar-pemerintah saja, sementara kedaulatan pangan harus diwujudkan, seiring
pelaksanaan dan tanggungjawab untuk dengan tuntutan untuk melestarikan hutan
mewujudkan ketahanan pangan telah sebagai fasilitas global. Perangkat hukum sebagai
didefinisikan kembali yaitu dialihkan dari urusan payung usaha wanatani (Tabel 1) telah termaktub
negara menjadi urusan pasar. Prinsip dan strategi dalam berbagai Undang-Undang Republik
neoliberal untuk mencapai tujuan ketahanan Indonesia (UURI). Wanatani merupakan
pangan ini dijalankan oleh institusi-institusi kompromi agar pangan dari hutan lestari dapat
multilateral seperti International Monetary fund terwujud, sehingga adaptasi, mitigasi terhadap
(IMF), World Bank (WB), dan World Trade perubahan iklim akibat pemanasan global serta
Organization (WTO). Rekonseptualisasi produksi pangan menjadi satu kesatuan langkah,
ketahanan pangan ini pada akhirnya hanya tidak terpisahkan (integrated, comprehensive,
menguntungkan negara-negara dan perusahaan- holistic and impartial).
perusahaan yang paling kuat yang terlibat dalam
perdagangan dan investasi pangan juga Implementasi imaginasi menjadi inovasi
agribisnis. Kebijakan perdagangan neoliberal ini Sejarah perabadan manusia dalam
menekankan bahwa mengimpor pangan murah membangun dan mengembangkan sistem
adalah jalan terbaik bagi negara-negara miskin pertanian terkait dengan industri, jasa dan sektor
untuk mencapai ketahanan pangan daripada lainnya, apabila rangkaian sistem tidak terpadu
memproduksi pangannya sendiri. Bank Dunia akan menimbulkan masalah serta mengancam
bahkan menegaskan bahwa perdagangan bebas kelangsungan peradaban manusia. Pengalaman
sangat penting bagi ketahanan pangan, yang panjang dalam berusaha tani konvesional
dengannya pemanfaatan sumber daya di dunia yang umumnya dengan mengkonversi hutan
lebih efisien (Malonzo, 2007). menjadi lahan pertanian terbuka (Grafik 1),

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 159
kemudian deraan perubahan iklim yang menuntut garapan, sehingga mereka memang benar-benar
dipertahankan hutan lestari memunculkan memerlukan lahan garapan di kawasan hutan
wanatani seyogyanya diterapkan secara luas. sebagai sumber matapencaharian ekonomi
Imaginasi, intuisi dan inspirasi kolektif dari (Gambar 1 & Gambar 2).
semua fihak sebagai pelaku dan pengamat
(stakeholders) perlu disinergikan sebagai ide
kolektif (idea of community) yang menjadi dasar
penyusunan agenda penelitian dan
pengembangan wanatani. Selanjutnya investigasi
(investigation) dengan ketelitian serta kecermatan
tinggi seyogyanya dilakukan untuk mendapatkan
invensi (invention) yang handal dan meyakinkan.
Invensi yang merupakan hasil temuan dari
aktivitas penelitian perlu dipublikasikan,
sehingga dapat diverifikasi dan dikaji ulang oleh
fihak lain. Dengan demikian invensi tersebut
akan menjadi lebih baik, sebab telah diverifikasi
dan diperbaiki sesuai sumbang saran para pelaku
dan pemerhati. Investasi atau pembiayaan yang
lebih besar justru diperlukan pada tahap
berikutnya, agar invensi yang telah diverifikasi
dapat diterapkan pada skala lebih luas pada
berbagai agroekologi dengan ragam sosial
ekonomi dan budaya yang berbeda. Dari kegiatan
tersebut diikuti dengan pengkajian dampak
(impact assesment) terhadap invensi yang telah
matang dan siap menjadi inovasi.

Oleh karena itu dalam merumuskan


imaginasi seyogyanya sudah mewadahi berbagai
Gambar 1. Wanatani sebagai kompromi aspek
wawasan yang inspiratif dan diperlukan
ekonomi dan ekologi (Sumber CGIAR, 2013).
ketajaman instuisi guna merakitnya menjadi hasil
penelitian yang inventif, sehingga layak untuk Sebenarnya bagi masyarakat di sekitar
dirakit menjadi inovasi yang dapat hutan yang menggarap lahan hutan juga
menyejahterakan masyarakat di sekitar hutan. menguntungkan dari sisi pelestarian hutan, sebab
Idealnya jika kegiatan tersebut dari awal atau pembalakan liar maupun terjadinya kebakaran
hulu hingga hilir dapat dilaksanakan secara hutan dapat dicegah. Hal tersebut berdasarkan
partisipatif, sehingga pengembangan dan atas pengalaman pihak Perhutani di kawasan
penyebarannya akan secara sadar dapat terus yang dikelola oleh LMDH untuk berbagai
dievaluasi dan diverifikasi oleh banyak fihak. keperluan mulai pemanfaatan lahan di bawah
Dengan demikian tatkala inovasi baru tersebut tegakan untuk tanaman pangan, obat serta
direkomendasikan dalam skala yang masif tidak pemeliharaan lebah madu hingga pengembangan
menimbulkan kerugian finansial bagi masyarakat wisata kondisi hutan relatif terjaga. Sebab fihak
desa hutan. Perlu difahami bahwa kondisi sosial LMDH juga turut bertanggung jawab dalam
ekonomi masyarakat desa sekitar hutan umumnya mengawasi dan menjaga keutuhan hutan, yang
tergolong dalam Program Desa Tertinggal pada gilirannya mendapat distribusi keuntungan
dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi. tatkala kayu ditebang. Kini di beberapa kawasan
Masyarakat di sekitar hutan yang mengelola atau wana wisata, justru hutan sangat dipertahankan
bertani di kawasan hutan umumnya hanya utuh, jika tanaman aneka ubi ditanam di sela
berlahan sempit atau bahkan tidak memiliki lahan pepohonan di bawah tegakan juga akan

160 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
menambah pendapatan masyarakat. Apalagi jika
hasil panen dapat diproses menjadi produk siap
saji yang dapat dijajakan ke pada para
pengunjung wana wisata, maka upaya tersebut
akan mendorong tercapainya kesejahteraan
masyarakat yang lebih mantap. Jika masyarakat
sekitar hutan telah mapan dan sejahtera, maka
mereka akan menjaga kelestarian hutan sebagai
sumber mata pencaharian yang lestari (lumintu).

Kebakaran hutan yang kini marak,


menuai protes dari beberapa negara tetangga
akibat kabut atau asap yang menganggu
pandangan serta memedihkan mata, sehingga
Gambar 2. Keladi (Xanthosoma sp) termasuk
memerlukan penanganan secepatnya. Integrasi
jenis tanaman ubi yang sesuai untuk
tanaman aneka ubi dengan ikan nila & gurami
ditanam di bawah tegakan hutan, sebab
dalam kolam atau parit di bawah tegakan hutan
pada taraf naungan 70% masih
dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan
memberikan hasil ubi memadai. Daun
ditinjau dari aspek pre-emptif, preventif dan
dan biomasa lain dapat sebagai bahan
represif. Pre-emptif, kehadiran tanaman aneka
pakan ikan gurami & nila.
ubi menggeser dominasi gulma jika kering rawan
terbakar; selain itu tersedianya kolam & parit Tabel 1. Landasan Undang-Undang Republik
juga menyediakan air untuk pemeliharaan ikan Indonesia sebagai paying hokum dalam
nila & gurami yang ransum dominan dapat Usaha Wanatani
berupa daun talas, keladi dan aneka ubi lain.
Preventif tersedianya air juga menjadikan kondisi UURI Nomor Tentang
lembah, sehingga dapat mencegah kebakaran
UURI No
hutan. Represif jika terjadi atau timbul kebakaran 12/1992
hutan, tersedianya air di kolam dan parit dapat Sistem Budidaya Tanaman
UURI No
Kehutanan
sebagai bahan untuk memadamkan api sebagai 41/1999
Perlindungan Varitas Tanaman
penyebab terjadinya kebakaran di kawasan hutan. UURI No
Inovasi yang kreatif dan produktif semacam ini 49/2000
perlu dikembangkan dalam rangka untuk Peraturan
Perlindungan Hutan
mempercepat pertumbuhan dan pemerataan Pemerintah No
pendapatan, sehingga masyarakat yang tinggal di 45/2004
sekitar hutan juga turut menikmati kesejahteraan. UURI No
Perlindungan dan Pengelolaan
32/2009
Guna merakit inovasi yang menyejahterakan Lingkungan Hidup
UURI No
rakyat, maka fihak inovator harus memiliki Perlindungan Lahan Pertanian
41/2009
empati dan rasa simpati terhadap pengguna. Hal Berkelanjutan
tersebut dapat dicapai dengan tata cara UURI No
Pangan
partisipatif yang tulus, sebagai perwujudan 18/2012
Perlindungan dan Pemberdayaan
anggota masyarakat yang membudayakan UURI No
Petani
kegotong-royongan (Gambar 3). Dalam sistem 19/2013
ekonomi gotong royong maka pertumbuhan dan
pemerataan akan saling mengisi sesuai prinsip
humanistik manusia saling menyanyangi (homo
homini socius) bukan saling bertikai dan
kanibalistik (homo homini lupus).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 161
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Atas dasar pemaparan hasil penelitian dan BPS. (1982-2015) Statistik Indonesia. Statistic
uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan Indonesia. Statistical Year Book of
bahwa potensi yang besar dari tanaman aneka ubi Indonesia 1981 to 2014. Badan Pusat
untuk diintegrasikan ke dalam sistem wanatani Statistik Jakarta Indonesia
memerlukan pemahaman prima, mengingat CGIAR. (2013). Hutan Pohon dan Wanatani:
masyarakat penggarap di sekitar hutan umumnya Penghidupan, bentang alam dan tata
dalam kelompok prasejahtera yang sangat kelola. Consultative Group for
memerlukan peningkatan kesejahteraan. Dengan International Agricultural Research
demikian perakitan inovasi yang berasal dari (CGIAR). 8p.
imaginasi harus riil dan membumi, sehingga Cock, J. H. (1985). Cassava New Potential for a
masyarakat penggarap lahan di bawah tegakan Neglected Crop. International
hutan terhindar dari resiko rugi dan mampu Agricultural Development Service.
memperoleh peningkatan kesejahteraan. Justru Westview Press Inc., Colorado USA. 191
karena itu inovasi yang diterapkan secara massif p.
oleh masyarakat harus disikapi dengan kesiapan Flach, M and Rumawas, F. (Eds.). (1996) Plant
mulai hulu hingga hilir, agar masyarakat tidak Resources of South-East Asia No 9.
kesulitan dalam mengkonversi produktivitasnya Plants yielding non-seed carbohydrate.
ke dalam bentuk finansial. Kepedulian dan Backhuys Publishers, Leiden. 237 p.
kerjasama partisipatif berbagai fihak sangat Howeler, R.H. (2012). The Cassava Handbook.
diperlukan agar evaluasi dan verifikasi dapat Centro Internacional de Agricultura
obyektif dan rasional. Insentif layak Tropical (CIAT) office for Asia.
dianugerahkan kepada masyarakat penggarap Chatuchak, Bangkok Thailand. 810 p.
lahan di bawah tegakan hutan yang terlibat aktif Pieli, K., S. Angel and L. Mansueti (2008).
dalam mengamankan dan melestarian hutan, Understanding Cost-Effectiveness of
sehingga pengurangan emisi CO2 dapat Energy Efficiency Programs: Best
berlangsung efektif. Fakta di lapangan Practices, Technical Methods, and
menunjukkan dengan jelas bahwa kawasan hutan Emerging Issues for Policy-Makers.
yang tergarap oleh masyarakat di sekitar akan Energy and Environmental Economics,
aman dari resiko perambahan dan penebangan Inc. and Regulatory Assistance Project.
liar maupun terjadinya kebakaran hutan (illegal National Action Plan for Energy
loging and forest on fire). Justru itulah insentif Efficiency. United State of Environmental
sebaiknya dalam bentuk finansial dihatrukan Protection Agency. 96 pages.
kepada petani maupun LMDH yang bergiat aktif Piyachomkwan, K., S. Walapatit, T. Vetthaisong,
dalam melestarikan hutan, bukan hanya sekedar S. Keawsompong, and K. Sriroth. (2005).
piagam atau surat penghargaan. Advanced technology in ethanol
production from cassava chips. In Second
International Symposium on Sweetpotato
and Cassava. Malaysian Agricultural
UCAPAN TERIMA KASIH
Research and Development Institute
Rasa terima kasih perlu penulis sampaikan (MARDI) in cooperation with
ke pada fihak Perhutani KPH. Blitar hingga International Society for Horticultural
Pusat, Yayasan ATAS dan masyarakat desa Science (ISHS). Kuala Lumpur, 14-17
Ampelgading kecamatan Selorejo kabupaten June 2005. pp211.
Blitar yang turut membantu dalam pelaksanaan
kegiatan ini. Juga ke pada Balitkabi yang Setiadi, S. (2005). Teknologi produksi bioetanol
dan pemanfaatannya sebagai bahan bakar
mengalokasikan anggaran pada periode 2013-
hayati. Makalah dalam Semiloka Nasional
2014 untuk ubikayu di bawah tegakan jati.
Pengembangan Energi Alternatif Berbasis

162 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Masyarakat. Jakarta, 19-30 November Widodo, Y. (2007). Anticipating food and energy
2005. supply from rootcrops under various
Simatupang, P. dan N. Syafaat. (2000). ecological complexity. Paper presented in
Industrialisasi berbasis pertanian sebagai the Eco Summit 2007. Jiuhua Beijing, 22-
grand strategy pembangunan ekonomi 27 May 2007. 14 pages.
nasional. Forum Penelitian Agroekonomi
(FAE) Volume 18(nomor 1 dan 2):1-15. Widodo, Y (2008). Recent progress of cassava
Simatupang, P. and E. Fleming. (2001). Food development in Indonesia and its
Security Conditions and Problems in transformation challenges from inferior
South Pacific Island Countries. Palawija food into various industrial and biofuel
News 18(2):5-16. usages. Paper presented in the Global
Sriroth, K and K. Sangseethong. (2005). Cassava Partnership I Scientific Meeting.
Biodegradable plastics from cassava University of Ghent, Belgium 20-26 July
starch. In Second International 2008. 26 pages.
Symposium on Sweetpotato and Cassava. Widodo, Y. (2009). Pengelolaan gulma dalam
Malaysian Agricultural Research and sistem tumpangsari terintegrasi tanaman
Development Institute (MARDI) in pangan-hutan-ternak menuju hutan lestari
cooperation with International Society for (Weed Management under Integrated
Horticultural Science (ISHS). Kuala Intercropping of Food crops-Forest-
Lumpur, 14-17 June 2005. pp209. Livestock for Forest Sustainability). In
Subandi, Y. Widodo, N. Saleh dan L.J. Santoso. Prosiding Konferensi dan Seminar
(2006). Inovasi teknologi produksi Nasional XVIII Himpunan Ilmu Gulma
ubikayu untuk agroindustri dan ketahanan Indonesia (HIGI) Komda Jawa Barat
pangan. Dalam D. Harnowo, Subandi dan dengan Fak Pertanian Universitas
N. Saleh (Eds.) Prospek Strategi dan Padjadjaran (UNPAD). Bandung 30-31
Teknologi Pengembangan Ubikayu untuk Oktober 2009. pp 221-230.
Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Widodo, Y. and N. Prasetiaswati. (2011).
Puslitbangtan Bogor. Pp 74-86. Agronomic and economic consequences
related to weed management in sweet
Widodo, Y. (1986). Pola pengembangan potato farming. Paper presented in Weed
agroindustri ubikayu di Indonesia. Jurnal Science Society of Indonesia (WSSI)
Litbang Pertanian V (3): 67-72. Congress at Padjadjaran University
Bandung 9-11 November, 2010. Jurnal
Widodo, Y. (1995). Ubi-ubian potensi dan
Gulma dan Tumbuhan Invasif Tropika
prospeknya untuk dimanfaatkan dalam
Juli 2011 Vol 2(2):70-79.
program diversifikasi. Majalah Pangan
Widodo, Y. (2011a). Peluang bisnis kerakyatan
Media Komunikasi dan Informasi Nomor
hasil industri agroforestry menuju hutan
22 (VI):46-55.
lestari. Makalah utama disampaikan pada
Widodo, Y. (2005). Managing canopy and space Rapat dan Pembahasan Agroforestry di
of cassava for inserting companion crops Perum Perhutani, Gedung Manggala
in a cropping system: an agronomic Wana Bhakti Jakarta 24 januari 2011. 15
strategy for improving poor farmers’ p.
income. In Second International Widodo, Y. (2011b). Strategi Sinergistik
Symposium on Sweetpotato and Cassava. Peningkatan Produksi Pangan dalam
Malaysian Agricultural Research and Hutan Lestari Melalui Wanatani.
Development Institute (MARDI) in PANGAN Media Informasi dan
cooperation with International Society for Komunikasi BULOG Vol 20(3):251-268.
Horticultural Science (ISHS). Kuala Widodo, Y. (2012a). Food from the forest of
Lumpur, 14-17 June 2005. pp135. Java: tropical agroforestry experiences in

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 163
feeding dwellers and keeping the aneka ubi sekaligus sebagai anggota International
environment greener. In C.A, Brebbia Society of Tropical Root & Tuber Crops
(Ed.) SUSTAINABILITY TODAY. (ISTRC). Sejak 2001 oleh Preisden Megawati
Wessex Institute of Technology (WIT) Sukarnoputri ditetapkan sebagai Ahli Peneliti
Press, Southampton, Boston. Printed in Utama (APU) bidang Budidaya dan Produksi
UK. Pp 281-393. Tanaman Pangan Balai Penelitian Tanaman
Widodo, Y. (2012b). Ubi-ubian dalam Wanatani: Aneka Kacang dan Umbi di litbang kementan
Sumbangsih Kearifan Lokal guna hingga sekarang.
Mewujudkan Kedaulatan Pangan. Dalam
Heny Kuntyastuti
Buku 2 Prosiding Seminar Nasional UNS.
Pp 332-353. Lahir di Pasuruan, 20 September 1962. Ia
Widodo, Y. dan Radjit, B.S. (2013) Kinerja menamatkan pendidikan S1 bidang Ilmu Tanah
Wanatani: Telaah Keunggulan dari Sisi (1985) dan S2 bidang Agroklimatologi (1993)
Ekonomi Kreatif (Agro-forestry keduanya di IPB. Beberapa pelatihan yang
Performance: Advantages Elaboration pernah diikuti adalah tentang Metode Analisis
from the Side of Creative Economy). Statistik di IPB; Statistical Soffware Training
Dalam Prosiding Seminar Nasional (2000); Apresiasi teknologi informasi (2002);
Perhepi-UNS. Pp 372-391. Workshop Pemahaman SNI 19-17025:2000
(2003); Audit Internal dan Pengelolaan
Laboratorium di Bogor (2003); Apresiasi
Tentang Penulis
Pengelolaan Laboratorium Penguji Mutu Pupuk,
Yudi Widodo Pestisida dan Penguji Efektivitas Pupuk (2003);
Validasi Metoda dan Estimasi Ketidakpastian
Lahir di Tulungagung, 14 Juni 1959. Penulis
Laboratorium Pengujian Berdasarkan SNI 19-
menamatkan pendidikan S1 di UNS, S2 di
17025-2000 (2005). Kini bekerja sebagai peneliti
Unibraw-UGM dengan pengajar dari Belanda &
bidang studi Kesuburan dan Biologi Tanah di
Australia. Sejak 1984 mengikuti pelatihan di
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
IITA (International Institute for Tropical
Umbi pada litbang kementan hingga sekarang.
Agriculture) Ibadan Nigeria, kemudian 1985
Jenjang fungsional Peneliti Muda diperoleh pada
berlatih di CIAT (Centro Internacional
tahun 2002 dan Peneliti Madya (2010).
Agricultura Tropical) Cali Columbia Amerika
Latin. Kemudian sejak 1988 aktif dalam forum
seminar, konferensi internasional pada tanaman

164 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 2. Rekapitulasi hasil kegiatan wanatani komoditas pangan & pakan di bawah tegakan hutan, Dusun
Babadan Desa Ampelgading Kecamatan SelorejoKabupaten Blitar 2011-2016.

Jenis Kegiatan Tujuan Waktu Pelaksanaan Pelaksana


Identifikasi masalah & Untuk mendriskripsikan September – November Petugas Kecamatan
pemahaman kelompok permasalahan 2011 Selorejo (Ibu Sunarsri
kekurangan pangan di pemberi saran awal),
desa tertinggal serta Desa Ampelgading,
menggali potensi guna LMDH, Balitkabi,
menyelesaikan masalah Perhutani & Yayasan
ATAS
Penyusunan rencana Untuk menyiapkan November- Desember LMDH Ampelgading,
aksi rencana beserta 2011 Penggarap Dusun
pendanaan Babadan & Yayasan
ATAS
Penyiapan lahan lokasi Untuk membersihkan November- Desember Penggarap Dusun
rintisan lokasi dari tunggul- 2011 Babadan & Yayasan
tunggul dan sisa batang ATAS
yang rebah-rusak akibat
bencana putting beliung
Penanaman Untuk memberikan Desember 2011 Penggarap Dusun
bukti bahwa aneka ubi Babadan & Yayasan
layak ditanam di bawah ATAS
tegakan hutan
Monitoring &Evaluasi Untuk memantau dan Januari – Desember Penggarap Dusun
mengevaluasi 2012 Babadan & Yayasan
pelaksanaan kegiatan & ATAS
kinerja serta tanggapan
para penggarap
Pengembangan & Untuk memperluas Desember 2012- saat ini Penggarap Dusun
perluasan pengusahaan tanaman hingga 2020 Babadan & Yayasan
aneka ubi di bawah ATAS
tegakan

Tabel 3. Kinerja ekonomi wanatani di Dususn Babadan Desa Ampelgading Kecamatan Selorejo
Kabupaten Blitar 2012-2016.

Jenis Komoditas Biaya awal buka Hasil (t/ha) Pendapatan (Rp)


lahan & penanaman
(Rp)
Rumput gajah & 7.500.000 60 t hijauan Tidak dijual untuk
Kaliandra di bawah pinus pakan ternak sendiri
& mahoni
Jagung di bawah pinus 12.000.000 4,8 t @ Rp 2500/kg Impas hanya kembali
modal untuk membuka
lahan awal
Ubikayu di bawah pinus 10.000.000 28 t @ Rp 900/kg 15.200.000
Ubijalar di bawah pinus 10.000.000 12 t @ Rp 1200/kg 4.400.000
Keladi/mbote di bawah 8.000.000 14 t @ Rp 700/kg 1.800.000
mahoni
Kacang tanah di bawah 11.000.000 2,5 t @ Rp 5000/kg 1.500.000
pinus

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 165
Tabel 4. Perkembangan wanatani di Dususn Babadan Desa Ampelgading Kecamatan Selorejo Kabupaten
Blitar 2012-2016.

Jenis komoditas awal Permasalahan dalam Pola usahatani yang Usaha lain yang
yang ditanam tahun 2012 usahatani tahun 2014 diminati & berkembang berkembang
Rumput gajah & Relatif tidak ada Rumput gajah & Usaha ternak kambing
Kaliandra gangguan Kaliandra dan domba serta sapi
Jagung Gangguan monyet, Jagung jika ditanam merupakan tabungan
landak & babi hutan monokultur, setelah hidup bagi pesanggem
panen lahan bero, (penggarap), sehingga
sehingga ditumpangsari rumput gajah dan
dengan ubikayu kaliandra di bawah
Ubikayu Kadangkala gangguan Upaya peningkatan tegakan di seluruh
babi hutan & landak produktivitas ubikayu kawasan dapat sebagai
dengan varietas baru sumber pakan utama.
maupun pupuk organic Hijauan dari biomasa
& anorganik terus tanaman ubikayu,
diupayakan ubijalar & kacang tanah
Ubijalar Gangguan monyet, Ubijalar setelah panen, sebagai pakan tambahan
landak, babi hutan & lahan bero. Ditanam bagi ternak.
hama boleng tumpangsari kurang Usaha perikanan air
baik tawar dapat dirintis,
Keladi/mbote Kadangkala gangguan Keladi kian meluas sebab sumber air cukup
babi hutan & landak ditanam di bawah memadai. Saat ini
tegakan dengan tingkat sedang diupayakan
nangan tinggi untuk menyalurkan air
Kacang tanah Gangguan monyet, Kacang tanah dengan pipa lebih besar,
landak & babi hutan tumpangsari dengan sehingga selain untuk
ubikayu mencukupi MCK juga
usaha ikan. Jenis ikan
gurami & nila lebih
cocok, sebab pakan
daun keladi tersedia
sepanjang tahun.
Usaha lebah madu perlu
dikembangkan,
mengingat bunga-bunga
dari vegetasi hutan juga
tersedia sepanjang tahun

166 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Imagination Inspiration Intuition

DISCOVERY
Collective Idea for Investigation

Invention
Illustration for gathering DEVELOPMENT TECHNOLOGY
Public Idea (Publication) PARTICIPATORY

Investment
Impact assessment

Implementation
Recommendable DISSEMINATION OF
INNOVATION INNOVATION

Gambar 3. Skema 10 langkah dari Imaginasi menjadi inovasi yang dapat diimplementasikan seiring
dengan konsepsi skema 3D (Widodo, 2014).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 167
Pengembangan Kapabilitas Dinamik Melalui Proses Pembelajaran
Teknologi: Studi Kasus PT.RTI
Developing Dynamic Capabilities Through Technological Learning: Case Study
of PT. RTI
Nur Laili
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PAPPIPTEK-LIPI)
nurl005@lipi.go.id; nurlaili.lipi@gmail.com

Keyword ABSTRACT
dynamic capabilities, In the market conditions that dynamic with changing needs, industry must
technological learning, water innovate to improve its competitiveness. In the context of Indonesian
technology, license, RO industry which is dominated by SMEs, limited R & D resources were
membrane
found, related to investment limitations. Technological learning on
external technology resources becomes one of the firm’s alternative in
innovating. This paper presents an empirical study that examines the
development of dynamic capability in firm through technological learning.
Qualitative approach is conducted through single case study at PT. RTI,
producer of water installation using RO membrane. The result of the case
study shows that technological learning through RO membrane license
from Hydranautics is continuous, resulting in accumulation of knowledge
and expertise of water installation using RO membrane. Technological
learning has become a media for firm’s dynamic capability development.
The development of dynamic capability occurs through enhancement of
learning capability, R & D capability and manufacturing capability.

Kata Kunci SARI KARANGAN


kapabilitas dinamik, Pada Kondisi pasar yang bersifat dinamis dengan kebutuhan yang selalu
pembelajaran teknologi, berubah, industri harus berinovasi untuk meningkatkan daya saingnya.
teknologi air, lisensi, membran Dalam konteks industri Indonesia yang didominasi oleh UKM, pada
RO
umumnya industri memiliki keterbatasan sumber daya R&D, terkait
keterbatasan investasi. Pembelajaran teknologi terhadap sumber-sumber
teknologi eksternal menjadi salah satu alternative perusahaan dalam
berinovasi. Makalah ini memaparkan studi empirik yang mengkaji
mengenai pengembangan dynamic capability di perusahaan melalui
pembelajaran teknologi. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui studi
kasus tunggal di PT. RTI, perusahaan penghasil IPAL membran RO. Hasil
studi kasus menunjukkan bahwa pembelajaran teknologi melalui lisensi
membrane RO dari Hydranautics terjadi secara kontinyu, sehingga terjadi
akumulasi knowledge dan kepakaran teknologi IPAL membrane RO.
Pembelajaran teknologi membran RO telah menjadi salah satu media
pengembangan dynamic capability perusahaan. Pengembangan dynamic
capability terjadi melalui peningkatan kapabilitas pembelajaran,
kapabilitas litbang dan kapabilitas manufaktur perusahaan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

168 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN baik yang bersifat tacit maupun eksplisit
(Carayannis, 2000). Bell (1984) mengemukakan
Dalam era globalisasi, industri tipe-tipe pembelajaran bagi perusahaan-
dihadapkan dengan pasar yang bersifat dinamis perusahaan di negara berkembang yakni learning
dan kebutuhan pasar yang selalu berubah. by doing, learning by operating, learning from
Industri dituntut untuk bisa menyesuaikan diri changing, learning by searching, learning by
dengan kondisi yang dinamis tersebut, salah hiring, learning by training, dan learning by
satunya dengan mengembangkan inovasi system performance feedback. Pengembangan
teknologi. Performansi suatu perusahaan akan dari tipe-tipe pembelajaran tersebut (Marcelle,
meningkat melalui inovasi teknologi, dimana 2004) adalah dengan menambahkan learning by
implikasinya adalah peningkatan daya saing sharing, learning by field experimentation,
industri (Gopalakhrisnan & Damanpour, 1996). serta learning by large-scale project
Perusahaan memerlukan sumber daya tertentu management.
dalam mengembangkan inovasi teknologi,
misalnya kompetensi teknologi inti perusahaan Kajian mengenai pembelajaran teknologi
(Kalmuk dan Acar, 2015). Pengembangan telah banyak ditemukan di literatur, dimana salah
inovasi sendiri biasanya dilakukan di unit litbang satu hal yang menjadi fokus adalah eksploitasi
perusahaan, dengan disertai oleh keputusan teknologi untuk meningkatkan kapabilitas
investasi perusahaan. spesifik di perusahaan. Pembelajaran teknologi
yang dilakukan secara intensif akan
Pengembangan inovasi teknologi memunculkan kapabilitas baru perusahaan dalam
dilakukan menggunakan sumber internal dan bentuk aktivitas, rutin, dan mental model yang
eksternal perusahaan. Secara internal, inovasi baru di perusahaan, yang memungkinkan
teknologi dikembangkan melalui aktivitas dan pembelajaran inter-organisasi yang lebih luas
fungsi litbang yang dibuat melalui proses (Teece dan Pisano, 1994). March (1991)
manufaktur (Kim dan Lee, 2002). Sedangkan berargumen bahwa pembelajaran teknologi
secara eksternal, pengembangan inovasi melalui melalui eksplorasi akuisisi teknologi baru akan
akuisisi knowledge eksternal (Hitt dkk, 2000). efektif dalam meningkatkan perfomansi
Dalam konteks industri Indonesia yang perusahaan jika dilakukan paralel dengan
didominasi oleh UKM, pada umumnya industri eksploitasi sumber daya dan kemampuan yang
memiliki keterbatasan sumber daya dan R&D, telah dimiliki perusahaan (existing resources and
terkait keterbatasan investasi. Kondisi ini skills). Kemampuan untuk eksplorasi teknologi
menjadi salah satu hambatan bagi industri eksternal dan eksplorasi sumber daya internal ini
terutama UKM untuk mengembangkan inovasi. termanifestasi sebagai kapabilitas dinamik
Pasokan teknologi diperoleh dari sumber-sumber (dynamic capability). Kapabilitas dinamik
eksternal, salah satunya melalu pembelajaran merupakan kemampuan perusahaan untuk
teknologi (technological learning). Pembelajaran mengintegrasikan, membangun, dan
teknologi memiliki peranan penting dalam mengkonfigurasi kompetensi internal dan
mendukung kemampuan perusahaan dalam eksternal untuk mengatasi lingkungan yang
mengembangkan, mempertahankan, dan berubah cepat.
mengeksploitasi kompetensi inti (Kocoglu dkk,
2012). Dalam jangka panjang, pembelajaran Makalah ini memaparkan studi empirik
teknologi juga akan meningkatkan kemampuan yang mengkaji mengenai pengembangan
perusahaan dalam menyusun strategi berbasis dynamic capability di perusahaan melalui
teknologi. pembelajaran teknologi. Studi empirik dilakukan
melalui studi kasus tunggal di perusahaan
Pembelajaran teknologi (technological teknologi pengolahan air bersih yaitu PT. RTI,
learning) didefinisikan sebagai proses dimana yang berlokasi di Jakarta. PT. RTI merupakan
suatu perusahaan mengkreasikan, memperbarui perusahaan dengan kompetensi inti
dan meningkatkan kapabilitas teknologinya mengembangkan instalasi pengolahan air bersih
dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 169
dengan air baku berupa air laut, dengan 3. Meningkatkan mekanisme umpan balik yang
menggunakan teknologi membran reverse memungkinkan perbaikan kontinyu yang
osmosis (RO). Pembelajaran teknologi dilakukan terjadi secara simultan dengan aktivitas
oleh perusahaan untuk teknologi membran RO pertama dan kedua.
melalui lisensi dari perusahaan Hydranautics,
AS. Peningkatan kapabilitas perusahaan dalam ketiga
aktivitas itu termanifestasi pada kapabilitas
pembelajaran, kapabilitas litbang dan kapabilitas
manufaktur perusahaan yang membentuk
1. METODOLOGI kapabilitas dinamik perusahaan. Kerangka
Makalah ini menggunakan pendekatan analisis tersebut digambarkan pada gambar 1
kualitatif dengan melakukan studi kasus tunggal berikut ini.
di PT. RTI. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh data primer
dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan
melalui serangkaian
wawancara dengan Pembelajaran Performansi Pengembangan
teknologi perusahaan dynamic
direktur, manager teknik capability
di PT. RTI, serta melalui
• Screening lingkungan • Kapabilitas pembelajaran
wawancara dengan eksternal. • Kapabilitas litbang
engineer asing yang • Beradaptasi dengan • Kapabilitas manufaktur
struktur,proses dan
merupakan adviser dari sumber daya internal
perusahaan membran RO • Meningkatkan
mekanisme umpan balik
Hydranautics, Amerika yang memungkinkan
perbaikan kontinyu
Serikat. Selain itu juga
dilakukan analisis konten
terhadap data
sekunder,antara lain
dokumen-dokumen teknis
proyek instalasi pengolahan air bersih dengan
teknologi membran RO yang dikembangkan oleh
Gambar 1. Kerangka Analisis
PT. RTI. Data primer dan data sekunder
Sumber: Modifikasi dari Kocoglu dkk (2012)
selanjutnya dianalisis secara naratif deskriptif
untuk memaparkan proses pembelajaran
2. HASIL DAN DISKUSI
teknologi yang terjadi di PT. RTI, serta
pengaruhnya terhadap pengembangan dynamic Studi kasus di PT.RTI dianalisis secara
capability di perusahaan. deskriptif meliputi proses pembelajaran teknologi
membran RO, dan pengembangan dynamic
Kerangka analisis yang digunakan di
capability di perusahaan. PT. RTI merupakan
makalah ini merupakan pengembangan dari
perusahaan lokal dengan struktur modal PMDN,
kerangka analisis yang dikemukakan oleh
yang berlokasi di Jakarta dan memiliki workshop
Kocoglu dkk (2012). Pembelajaran teknologi
di Tangerang. Kompetensi inti perusahaan pada
yang dilakukan oleh suatu perusahaan melatih
bidang pengembangan instalasi pengolahan air
dan meningkatkan kapabilitas perusahaan dalam
laut (IPAL) dengan menggunakan membran RO.
tiga aktivitas, sebagai berikut:
Sejak tahun 1990, membran RO yang digunakan
1. Screening lingkungan eksternal. oleh PT. RTI merupakan produksi dari
2. Beradaptasi dengan struktur,proses dan Hydranautics, produsen membran RO asal
sumber daya internal Amerika Serikat.

170 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Pembelajaran Teknologi Membran RO pengembangan desain merupakan proses utama
dalam pembelajaran teknologi di PT. RTI.
Pembelajaran teknologi di PT. RTI dimulai Perusahaan semula menggunakan teknologi
ketika pada tahun 1990 perusahaan memutuskan konvensional dalam membangun IPA dan hanya
strategi pada pengembangan instalasi memiliki kompetensi di bidang perpipaan dan
pengolahan air laut (IPAL)menggunakan infrastruktur. Setelah melakukan lisensi,
membran RO. Dimana sebelumnya perusahaan perusahaan harus beradaptasi untuk
juga mengembangkan instalasi pengolahan air mengembangkan IPAL dengan teknologi
(IPA) namun menggunakan teknologi membran RO. Secara teknis, perusahaan belajar
konvensional, dan kompetensi perusahaan desain penyusunan array membran RO, serta
hanya pada pengembangan infrastruktur efisiensi energy yang diperlukan oleh IPAL.
instalasi perpipaannya. Strategi ini dipilih IPAL membran RO memerlukan konsumsi
perusahaan mengingat banyaknya perusahaan energy yang tinggi untuk menghasilkan tekanan
sejenis di pasar teknologi air bersih di terhadap air laut sehingga bisa melewati
Indonesia. Perusahaan merasa perlunya membrane RO dan dihasilkan air bersih. Proses
pengembangan kompetensi inti khusus yang approval yang dilakukan oleh Hydranautics
bisa memunculkan daya saing perusahaan di menyebabkan perusahaan harus melakukan
persaingan pasar. Pada saat itu,membran RO revisi terhadap desain IPAL nya sebelum
merupakan teknologi yang relatif baru di pasar, disetujui. Dalam proses revisi ini terjadi
dimana untuk pengolahan air laut umumnya mekanisme umpan balik yang memungkinkan
masih menggunakan teknologi desalinasi air perbaikan kontinyu terhadap desain IPAL yang
laut yang memerlukan energi yang besar. Pada mereka kembangkan.
tahap inilah perusahaan melakukan proses
screening lingkungan eksternal, yang Pengembangan Dynamic Capability
merupakan tahapan pertama dalam
pembelajaran teknologi. Teece dan Pisano (1994) mengemukakan
bahwa dynamic capability merupakan
Di Indonesia, belum ada produsen kemampuan perusahaan untuk mengintegrasikan,
membran RO, sehingga perusahaan harus membangun, dan mengkonfigurasi kompetensi
mengimpor dari perusahaan asing. Perusahaan internal dan eksternal untuk mengatasi
memilih untuk menggunakan membran RO dari lingkungan yang berubah cepat. Dynamic
Hydranautics melalui lisensi. Pada proses lisensi capability berpengaruh meningkatkan
ini, Hydranautics menempatkan satu orang performansi perusahaan, dalam bentuk
engineering-nya, yang berperan sebagai kemampuan untuk mengeksploitasi asset
technical advisor di PT. RTI. Untuk IPAL yang teknologi dan knowledge perusahaan yang akan
menggunakan membran RO, desain memiliki membedakan perusahaan dengan kompetitornya
peranan penting dalam menentukan efisiensi di pasar (Diaz-Diaz dkk, 2008). Pada level
dan efektifitas kinerja IPAL. Maintenance dan empiris, makalah ini menganalisis dynamic
umur pakai membran RO juga sangat capability yang meliputi tiga hal, yaitu
dipengaruhi oleh desain IPAL yang tepat. kapabilitas pembelajaran, kapabilitas litbang dan
kapabilitas manufaktur (Kocoglu dkk, 2012).
Dalam proses lisensi membran RO Proses lisensi membran RO
Hydranautics, PT.RTI melakukan adaptasi Hydranautics berdampak positif terhadap
dengan sumber daya internal perusahaan. kapabilitas pembelajaran PT. RTI. Pergeseran
Hydranautics menerapkan standar kualitas yang kompetensi inti perusahaan terjadi dari yang
ketat untuk setiap desain IPAL yang semula membangun IPA dengan air baku berupa
menggunakan membran RO produksinya. Setiap air permukaan menggunakan teknologi
desain IPAL harus mendapat persetujuan dari konvensional, menjadi membangun IPAL dengan
Hydranautics melalui technical advisor yang air baku air laut/payau dengan teknologi
ditempatkan di perusahaan. Proses membran RO. Proses pembelajaran teknologi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 171
dilakukan oleh perusahaan melalui berbagai efisiensi biaya, fleksibilitas, dan kualitas
proyek pengembangan IPAL di berbagai wilayah (Mukerji dkk, 2010). IPAL merupakan produk
pesisir Indonesia. Lokasi pembangunan IPAL diproduksi untuk tiap proyek, bukan merupakan
terbanyak adalah di Kepulauan Seribu, misalnya produk modular yang diproduksi secara massal.
di Pulau Untung Jawa, Pulau Pramuka dan Pulau Kapabilitas manufaktur perusahaan dianalisis
Bidadari. Kapabilitas pembelajaran perusahaan dari kemampuan perusahaan untuk mendesain,
meningkat melalui pengembangan IPAL secara serta membangun IPAL di lokasi tertentu sesuai
tailor made. IPAL membran RO bukan dengan spesifikasi yang diinginkan oleh
merupakan instalasi yang dapat dibangun dengan konsumen. Perusahaan menggunakan membran
desain modular, meskipun memiliki kapasitas RO dengan beberapa ukuran yaitu 2 inchi, 2.5
yang sama. Kondisi lokasi IPAL, berupa air baku inchi, 4 inchi dan 8 inchi. Dalam mendesain
merupakan faktor utama yang berpengaruh IPAL, perusahaan menggunakan acuan Peraturan
terhadap desain IPAL, sehingga IPAL yang Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang
dibangun di tiap lokasi akan memiliki desain Persyaratan Kualitas Air Minum, serta SNI yang
yang berbeda satu sama lain walaupun memiliki berkaitan dengan standarisasi air bersih dan air
kapasitas yang sama, misalnya sama-sama minum. Kapabilitas manufaktur dibentuk oleh
berkapasitas 5 liter/detik. kemampuan perusahaan untuk membuat array
membran RO sehingga menghasilkan IPAL yang
Proses tailor made yang dilakukan efisien. Array membran RO dengan desain yang
perusahaan untuk tiap IPAL meningkatkan baik akan mampu memproduksi air bersih secara
kapabilitas pembelajaran, dalam hal desain efisien, artinya dengan kapasitas dan tekanan
kesesuaian IPAL terhadap air baku, termasuk pompa yang tepat. Kapabilitas manufaktur yang
proses pre-treatment yang paling efisien. Dalam terkandung dalam sistem teknologi perusahaan
mendesain IPAL, perusahaan melakukan sering dikenal sebagai kemampuan untuk
pembelajaran melalui serangkaian pengujian air mengubah hasil litbang menjadi produk atau
baku untuk mengetahui komposisinya, misalnya layanan komersil (Guan & Ma, 2003).
konsentrasi Fluor dan TDS nya, selanjutnya
mendesain pre-treatment yang tepat. Perusahaan Pembelajaran teknologi di perusahaan
beberapa kali melakukan kesalahan pada desain juga meningkatkan kapabilitas litbang dalam
IPAL, baik desain membran RO maupun desain menghasilkan inovasi untuk pengembangan
pre-treatment. Kesalahan desain ini IPAL. Kendala utama dalam pengembangan
menyebabkan IPAL memiliki biaya maintenance IPAL adalah konsumsi energi yang tinggi,
yang tinggi, dan juga umur pakai membran RO sehingga IPAL dengan teknologi membran RO
yang lebih pendek. Kontinuitas pembelajaran menjadi alternatif terakhir untuk penyediaan air
perusahaan dalam pengembangan desain bersih. Wilayah dengan sumber air utama berupa
membran RO maupun pre-treatment air laut dan air payau biasanya adalah wilayah
menumbuhkan kompetensi inti yang saat ini telah pesisir, dimana di sebagian besar wilayah pesisir
dikuasai perusahaan, yaitu teknologi Indonesia masih kekurangan pasokan energy.
pengembangan IPAL. Hal ini sesuai dengan Kondisi inilah yang menjadi permasalahan utama
temuan Ernst dkk (2011), dimana pembelajaran dalam implementasi IPAL di wilayah pesisir.
yang berulang dalam aktivitas litbang akan PT.RTI memandang kendala ini sebagai peluang
menghasilkan akumulasi penguasaan teknologi, untuk berinovasi melalui unit litbang perusahaan.
yang mengindikasikan peningkatan kepakaran
teknologi pada proses iterasi. Unit litbang di PT.RTI tergabung dengan
unit produksi, dimana biasanya tergabung dalam
Dynamic capability perusahaan juga tim penyelesaian proyek tertentu. Peningkatan
dilihat dari peningkatan kapabilitas manufaktur kapabilitas litbang melalui pembelajaran
perusahaan. Kapabilitas manufaktur adalah teknologi terlihat dari inovasi hasil litbang yang
kemampuan sistem produksi suatu perusahaan menghasilkan sistem Energy Recovery (ER).
untuk berkompetisi di pasar melalui peningkatan Sistem ER merupakan inovasi yang mampu

172 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
menurunkan kebutuhan energi IPAL hingga 40% knowledge assets on performance: The
lebih rendah konsumsi energinya. Pada proses innovative choice in Spanish firms.
produksi air bersih menggunakan IPAL membran Research Policy, 37: pp 1515-1529.
RO, output yang dihasilkan berupa air bersih dan
air reject buangan yang masih mengandung Ernst H., Lichtenthaler U., Vogt C. (2011). The
material yang tidak lolos dari penyaringan impact of accumulating and reactivating
membran RO. Air reject ini pada IPAL biasanya technological experiences on R&D alliance
akan dibuang keluar dari IPAL begitu saja. Air performance. Journal of Management
reject ini masih memiliki tekanan yang tinggi, hal Studies, 48 (6): pp 1194-1216.
inilah yang dimanfaatkan oleh perusahaan dan Gopalakrishnan S., Damanpour F. (1996). A
dikembangkan oleh unit litbang menjadi sistem review of innovation research in economics,
ER. Prinsip yang digunakan dalam sistem ER sociology, and technology management.
adalah memanfaatkan tekanan pada air reject ini International Journal of Management
untuk menggerakkan turbin yang selanjutnya Science, 25 (1): pp 15-28.
menghasilkan energi listrik. Melalui sistem ER
ini, konsumsi energi dapat menurun hingga 40%. Guan J., dan Ma, N. (2003). Innovative
Inovasi ini merupakan bukti peningkatan capability and export performance of
kapabilitas litbang PT. RTI karena inovasi ini Chinese firms. Technovation, 23: 737-747.
bisa menjadi solusi dari permasalahan tingginya
konsumsi energi IPAL membran RO. Lane dkk Hitt M., Ireland D., Lee H. (2000). Technological
(2006) mengemukakan bahwa kapasitas litbang learning, knowledge management, firm
suatu perusahaan akan menghasilkan kepakaran growth and performance. Journal of
di area iptek spesifik melalui serangkaian Engineering and Technology Management
eksperimen dan eksplorasi berbasis 17: pp 231-246.
pembelajaran.
Kalmuk G., Acar A.Z. (2015). The mediating
KESIMPULAN role of organizational learning capability on
the relationship between innovation and
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa firm’s performance: a conceptual
pembelajaran teknologi melalui lisensi framework. Procedia-Social and Behavioral
membrane RO dari Hydranautics terjadi secara Sciences 210: pp 164-169.
kontinyu, sehingga terjadi akumulasi knowledge
dan kepakaran teknologi IPAL membran RO. Kim Y., Lee B. (2002). Patterns of technological
Pembelajaran teknologi membran RO yang learning among the strategic groups in the
dilakukan oleh PT. RTI melalui lisensi dari Korean Electronic Parts Industry. Research
Hydranautics, telah menjadi salah satu media Policy 31: pp 543-567.
pengembangan dynamic capability perusahaan.
Kocoglu I., Imamoglu S.Z., Ince H., Keskin H.
Pengembangan dynamic capability terjadi
(2012). Learning, R&D and manufacturing
melalui peningkatan kapabilitas pembelajaran,
capabilities as determinants of technological
kapabilitas litbang dan kapabilitas manufaktur
learning: enhancing innovation and firm
perusahaan.
performance. Procedia-Social and
DAFTAR PUSTAKA Behavioral Sciences 58: pp 842-852.

Carayannis E. (2000). Investigation and Lane P.J., Koka B.R., Pathak S. (2006). The
validation of technological learning versus reification of absorptive capacity: a critical
market performance. Technovation, 20: pp review and rejuvenation of the construct.
389-400. Academy of Management Review, 31 (4):
833-863.
Diaz-Diaz,N.L., Aguiar-Diaz, I., dan De Saa-
Perez. (2008). The effect of technological

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 173
March J.G. (1991). Exploration and exploitation
in organizational learning. Organization
Science 2 (1): pp 71-87.

Mukerji B., Fantazy K., Kumar U., dan Kumar


V. (2010). The impact of various
dimensions of manufacturing capability on
commercialization performace: evidence
from Canadian manufacturing sector. Global
Journal of Flexible Systems Management,
11 (3): 1-10.

Teece D., Pisano G. (1994). The dynamic


capabilities of firms: an introduction.
Industrial and Corporate Change 3 (3): pp
537-556.

174 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Entrepreneurship dan
Daya Saing IKM
MEMBANGUN BISNIS MASYARAKAT BERBASIS INOVASI
BERORIENTASI PASAR
Pelajaran Bisnis Pengalengan Ikan Kayu Pada KIMBis
Cakradonya di Banda Aceh
DEVELOPING INNOVATION-BASED, MARKET-ORIENTED
COMMUNITY BUSINESS
A Lesson from Dried Bonito Canning Business in KIMBis Cakradonya, Banda
Aceh

Armen Zulham1*, Freshty Yulia Arthatiani 2


1Pusat Penelitan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, email: keude_bing@yahoo.co.id
2Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, email:freshty.arthatiani@gmail.com

Keyword ABSTRACT
dried bonito, market, Dried Bonito, also known as “Keumamah”, is a form of traditional processed fish
innovation, business scale in Acehnese Community. “Keumamah” was initially produced in household as a
subsistence product from coastal community in Banda Aceh and Aceh Besar. At
that time, those product was rare to find in traditional market in Banda Aceh due to
limited demand. During 1990s, “Keumamah” was explored by local business,
through packaging innovation. And thoses traditional processing product was
begun to sold in souvenir shops and supermarket in Banda Aceh. Packed
“Keumamah” still had to be processed, which again led to limited consumer.
Literature mentioned “Keumamah”, which is made from fresh fish of “Tongkol”
and “Cakalang” is almost similar to “Arabushi” and “Katsuobushi”. The last two
products were very dynamic on their innovation and became popular as the
culinary products in Japan. “Keumanah” with innovation in the process and
packaging is expected to become tradable Aceh culinary product. Some
entrepreneurs have started the effort towards it in Banda Aceh, with the support
from the researchers. This paper is a result from socioeconomic observation of
“Keumamah” business innovation development in Banda Aceh from 2012 to 2015.
Some breakthroughs are needed to make “Keumamah” become an instant product
fulfilling market standard. This is to make Keumanah able to grab market share
(especially for pilgrims from Aceh and as ransom for natural disaster casualties).
This paper recommends producer to apply food safety standard in processing,
change the business to commercial rather than household industry, and
improvement of processing technology to make “Keumamah” fit in the market and
able to compete with other instant product..

Kata Kunci SARI KARANGAN


Ikan kayu, pasar, inovasi, Di Aceh Ikan Kayu dikenal sebagai Keumamah, merupakan bentuk olahan ikan
skala usaha tradisional. Keumamah awalnya dihasilkan oleh rumah tangga sebagai produk
subsisten pada masyarakat pesisir di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh
Besar. Produk subsisten ini, saat itu, jarang ditemukan di pasar Kota Banda Aceh,
karena permintaannya terbatas. Pada periode 1990-an produk Keumamah mulai
dieksplorasi oleh pelaku bisnis, melalui inovasi kemasan, sehingga produk
Keumamah mulai diperdagangkan di toko souvenir dan pasar swalayan di Banda
Aceh. Keumamah kemasan yang diperdagangkan, masih harus diolah, sehingga
konsumennya tetap terbatas. Studi pustaka, menunjukkan Keumamah yang
berbahan baku Tongkol dan Cakalang hampir sama dengan produk Arabushi dan
Katsuobushi. Dua produk yang terakhir, inovasinya sangat dinamis dan menjadi
kuliner populer di Jepang. Keumamah dengan inovasi proses dan kemasan
diharapkan dapat menjadi kuliner Aceh yang diperdagangkan. Upaya kearah itu
tersebut telah dilakukan di Banda Aceh oleh beberapa enterpreneur yang didukung
dengan peneliti. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan aspek sosial ekonomi
terhadap pengembangan inovasi bisnis Keumamah di Banda Aceh dari tahun 2012
sampai dengan 2015. Namun, menjadikan Keumamah menjadi produk siap saji
yang memenuhi standar pasar perlu beberapa terobosan, agar dapat merebut
pangsa pasar (terutama para Jemaah Haji dan Umrah asal aceh serta sebagai salah
satu bahan ransum bantuan kepada korban bencana alam) di Aceh. Tulisan ini

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 175
merekomendasikan agar produk keumamah tersebut layak pasar maka: pengolah
harus menerapkan prosedur standar keamanan pangan dalam proses produksi,
manajemen pengolah Keumamah harus bergeser dari usaha yang dikelola keluaga
menjadi usaha yang dikelola profesional, teknologi proses pembuatan bahan baku
Keumamah siap saji harus kompetitif sehingga dapat bersaing dengan produk siap
saji lainnya.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN (tanpa fermentasi) dan Katsuobushi (dengan


fermentasi). Namun, artikel lain mengungkapkan
Ikan kayu (Keumamah) merupakan produk produk ikan kayu merupakan asli Jepang, karena
derivatif Tongkol dan Cakalang yang terkenal di irisan atau serbuk ikan kayu yang disebut dashi,
Aceh. Penelitian yang diilakukan Zuraidah, telah digunakan dalam masakan jepang (Ackroff,
(2014) tentang Keumamah ini, menunjukkan et al, 2013).
produk tersebut dihasilkan melalui proses
pembersihan, perebusan dan pengeringan. Proses Faktor pendukung pembuatan
ini berbeda dengan pembuatan Arabushi dengan Keumamah di Banda Aceh adalah tersedianya
cara pembersihan, pengukusan atau perebusan, suplai ikan Cakalang dan Tongkol di Banda
pengasapan dan penjemuran (Ardianto et al, Aceh. Terdapat berbagai jenis ikan yang
2014). Di Indonesia produksi Arabushi untuk didaratkan di Banda Aceh, seperti: Selar, Kuwe,
pasar Jepang sudah dilakukan oleh PT. Sari Tongkol, dan Cakalang. Suplai Tongkol per
Cakalang dan PT. Celebes Mina Pratama di tahun mencapai 12,8 % dan ikan Cakalang
Bitung (Utomo dan Dewi, 2010). Fermentasi mencapai 20,6 % dari total 6 ribuan Ton ikan
kapang pada produk Arabushi seperti yang yang didaratkan.
disampaikan Sunahwati (2000) menghasilkan
produk Katsuobushi. Bentuk fisik dari ketiga Usaha pengolahan ikan kayu di Banda
produk tersebut dapat dikatakan sama. Proses Aceh, saat ini berkembang sebagai industri kecil
pengasapan pada Arabushi dan Katsuobushi yang mampu menyerap pasokan ikan Tongkol
menimbulkan aroma yang khas yang tidak dan Cakalang yang didaratkan nelayan. Industri
terdapat pada Keumamah. kecil pengolahan ikan kayu ini lebih eksis
dibandingkan dengan usaha pengolahan ikan
Tulisan ini melihat, produk ikan kayu kayu skala besar dalam menghadapi fluktuasi
(Keumamah) adalah produk introduksi dari luar suplai dan harga Tongkol dan Cakalang.
Aceh. Informasi ini, diperoleh dalam hikayat
dagang dan perang Aceh yang ditulis Snouck Sebagai catatan, pada tahun 1980-an di
Hugronje (1906). Ketika itu, Kerajaan Aceh Banda Aceh terdapat 1 industri pengolahan ikan
Darussalam mengimpor Keumamah dari kayu skala besar untuk tujuan ekspor ke Jepang.
Maladewa. Interaksi perdagangan Aceh – Industri ini hanya beroperasi satu tahun karena
Maladewa melalui pedagang India dan Persia, suplai Tongkol dan Cakalang tidak stabil,
menyebabkan masyarakat pesisir Banda Aceh sementara kapasitas industri tersebut mencapai
mampu memproduksi Keumamah. Studi lain 100 Ton per bulan.
menunjukkan Keumamah merupakan produk Setelah bencana Tsunami, industri
olahan Aceh. Produk ini digunakan untuk pengolahan ikan kayu yang terletak pada
logistik perang, dan ketika tentara Jepang beberapa desa, di Kecamatan Meuraxa,
berada di Aceh 1942 – 1945 (membentuk Kecamatan Kuta Alam; dan Kecamatan Kutaraja
Batalyon 110 Seulawah), maka untuk menjamin mulai bangkit kembali, dengan adanya program
pasokan logistik, mereka mempelajari cara rekontruksi pasca tsunami dimulai Tahun 2005.
membuat ikan kayu di Pidie (Basral, 2013) dan Industi ini akhirnya menghasilkan produk
setelah kembali ke Jepang mereka memodifikasi derivatif dalam bentuk Keumamah yang diiris
dan mengembangkannya menjadi Arabushi

176 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
tipis dalam kemasan. Produk Keumamah irisan Agar inovasi yang ditargetkan tersebut dapat
ini belum siap saji, karena masih diperlukan berkembang maka dibentuk kelembagaan, yang
perlakuan tambahan agar produk tersebut siap disebut Klinik IPTEK Mina Bisnis. Klinik ini
dikonsumsi. memiliki peran yang besar untuk
mengembangkan inovasi produk, proses, inovasi
Peluang mengembangkan dan pasar dan inovasi organisasi. Keputusan untuk
menumbuhkan usaha baru dari produk ini cukup mengembangkan produk Keumamah, dilakukan
potensial. Saat ini, Keumamah telah dapat melalui assessment oleh wadah klinik tersebut.
dikemas sebagai produk layak pasar dan siap Asessment inilah yang mendorong bahwa pasar
konsumsi sesuai dengan inovasi produk (Reniati, Keumamah perlu inovasi. Tiga konsepsi yang
2013). Evolusi ini adalah hasil eksplorasi disebutkan diatas, ditelusuri melalui pendekatan
berbagai pihak dalam pengembangan produk, dan rantai manfaat (Vermeulen, et al, 2008).
memperluas serapan serta akses pasar produk.
Eksplorasi Keumamah siap saji telah membentuk METODE PENELITIAN
segmen pasar baru produk Keumamah di Banda
Aceh. Oleh sebab itu, saat ini usaha pengolahan Kegiatan ini merupakan kegiatan
Keumamah harus berorientasi pada demand penelitian aksi, yang dilakukan untuk
driven market, dan cerdas menangkap selera mempelajari transformasi produk kuliner
konsumen. keumamah masuk ke pasar (Anonim, 2007a).
Pengamatan telah dimulai pada tahun 2012,
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk namun kajian mendalam dilakukan pada Tahun
mempelajari aspek sosial ekonomi dinamika 2015.
bisnis produk Keumamah menjadi produk layak
pasar dan konsumsi. Pengamatan tentang Untuk memperoleh data yang terkait
dinamika bisnis produk ini di Banda Aceh terus dengan hal tersebut, maka dilakukan wawancara
diamati sejak 2012 sampai 2016. terhadap 10 pelaku pembuat ikan kayu yang
tersebar pada 3 Kecamatan, yaitu: Kecamatan
KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP Kecamatan Kuta Alam, Kuta Raja dan
Kecamatan Meuraksa.
Dalam pengembangan perekonomian dan
pemanfaatan potensi pasar, inovasi sangat Data yang dikumpulkan mencakup
diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh karakteristik usaha, kemampuan penguasaan aset
Schumpeter (1934), inovasi, entrepreneur dan serta input output usaha pembuatan ikan kayu.
kelembagaan merupakan kunci penting dalam
pengembangan ekonomi atau pengembangan Analisis data dilakukan dengan statistik
produk. sederhana, dipadukan dengan analisis rantai
manfaat, untuk mengetahui kekuatan dan
Secara teoritis, inovasi dilakukan untuk kelemahan dari simpul bahan baku sampai
mentransformasi produk Keumamah menjadi produk ikan kayu akhir. Sehingga diketahui
produk siap saji, dengan melakukan perubahan potensi pengembangan produk lanjutan (Anonim,
sajian produk, serta tampilan produk menjadi 2007b) dan (Anonim, 2007c).
produk modern yang siap konsumsi) dan bersaing
di pasar. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transformasi ini dilakukan dengan Keragaan Suplai Bahan Baku


melakukan pendampingan pada entrepreneur
Cakalang dan Tongkol merupakan bahan
tertentu yang siap mengembangkan produk
baku utama untuk membuat ikan kayu
Keumamah siap saji. Entrepreneur tersebut (Keumamah). Tongkol dan Cakalang yang
dipersiapkan untuk mengembangkan produk didaratkan di Banda Aceh ditangkap dengan
Keumamah, membangun akses terhadap pasar menggunakan alat tangkap Purse Seine. Alat
dan sumber pendanaan serta teknologi.
tangkap ini dioperasikan oleh Kapal Motor

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 177
ukuran 20 GT - 30 GT (jumlahnya sekitar 110 mendapat pasokan bahan baku ikan Tongkol dan
unit) dan 30 GT – 50 GT (jumlahnya sekitar 5 Cakalang sesuai yang dibutuhkan.
unit).
Keragaan ikan Cakalang yang dibeli
Produksi ikan yang didaratkan di Banda pengolah dapat diperhatikan pada Gambar 1.
Aceh pada Tahun 2012 dan 2013 adalah 6.849,2 Secara visual ikan cakalang tersebut terlihat
Ton dan 6.210,1 Ton. Pada Tahun 2012, Tongkol merupakan ikan yang masuk dalam katagori
mencapai 11,3%, dan Cakalang sekitar 34,9 % mutu 2. Hal ini terjadi, karena penangganan ikan
serta Tuna Mata Besar (18,8%). Pada Tahun sejak di kapal dan setelah di bongkar terlihat
2013 tercatat Tongkol 12,8%, Cakalang 20,6% kurang baik. Es yang seharusnya mrnjadi bahan
dan Tuna Mata Besar (5,6%). baku untuk mengawetkan ikan belum
membudaya penggunaannya saat transportasi dan
Tongkol, Tuna dan Cakalang tersebut
sebagian dipasarkan segar ke konsumen lokal,
dan pengolah ikan kayu, tetapi daya serap
pasarnya terbatas. Pasar utama ikan-ikan kualitas
premium termasuk Tongkol, Tuna dan Cakalang
adalah Belawan (Sumatera Utara), karena pada
lokasi itu, terdapat beberapa pedagang besar /
eksportir dan industri pengolahan ikan yang
membeli dengan harga yang lebih baik.

Harga ikan Cakalang dan Tongkol yang


sebelum pengolahan.
mampu di beli pengolah ikan kayu, saat musim
ikan rata-rata sekitar Rp. 9.000 per Kg dan pada
saat tidak musim ikan (paceklik) sekitar Rp.
15.000 per Kg. di Banda Aceh, hanya beberapa Sumber: Koleksi Pengurus KIMBis, Cakradonya (2015)

konsumen yang mau membeli ikan kualitas Gambar 1. Ikan Cakalang, Bahan Baku
premium dengan harga paling rendah Rp. 30.000 Pembuatan Ikan Kayu, 2015
per Kg dan maksimal Rp. 50.000 per Kg dan
untuk kasus yang terakhir ini diduga untuk hotel Harga, Pasokan bahan baku dan Evolusi
dan restoran. Bisnis Keumamah

Perkembangan harga Tongkol dan Cakalang Pembentukan harga ikan kayu pada tingkat
merupakan salah satu kendala pada industri yang pengolah tergantung pada harga bahan baku ikan.
memproduksi ikan kayu. Untuk mendapatkan Perkembangan kebutuhan bahan baku Tongkol
bahan baku ikan Tongkol atau Cakalang dan Cakalang, harga ikan kayu glondongan pada
pengolah harus bersaing memperoleh ikan tingkat pengolah, harga beli bahan baku ikan
dengan konsumen lokal dan bercermin pada pada tingkat pengolah serta seta margin harga
harga ikan di Belawan. Jika harga ikan Tongkol pada tingkat Pengolah dapat dipelajari pada
atau Cakalang di Belawan diatas Rp. 15.000 per Tabel 1.
Kg, maka Tongkol dan Cakalang akan sulit
diperoleh di Banda Aceh, semua ikan Tongkol Tabel 1 menunjukkan perkiraan kebutuhan
dan Cakalang tersebut akan dikirim ke Belawan. ikan Tongkol dan Cakalang untuk pembuatan
ikan kayu. Kebutuhan ikan tersebut berfluktuasi,
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan ikan pada musim paceklik (ikan Tongkol dan
Tongkol atau Cakalang sebagai bahan baku, Cakalang sulit ditemukan) sekitar bulan
maka pengolah harus membangun jaringan sosial November, Desember dan Januari suplai hanya
dengan nelayan – toke bangku (pemilik ikan yang tersedia sekitar 60 Ton sampai dengan 90 Ton
didaratkan nelayan) atau dengan perebus ikan. per Bulan. Pada Musim Paceklik tersebut, margin
Dengan relasi ini para pengolah akan terjamin harga pada pengolah cukup tinggi, namun

178 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
ketersediaan ikan sangat terbatas. Pada bulan Dengan demikian, usaha pengolahan ikan kayu di
Februari sampai dengan Bulan Oktober Banda Aceh harus berorientasi demand driven
kebutuhan bahan baku Tongkol dan Cakalang market. Demand driven market ini terbentuk
sekitar 250 Ton per bulan. setelah eksplorasi inovasi produk derivatif ikan
kayu yang dilakukan melalui kajian dan uji coba
Harga jual ikan kayu glondongan (ikan oleh berbagai pihak. Eksplorasi inovasi ini terus
kering utuh) pada tingkat pengolah pada musim dilakukan karena potensi pasar ikan kayu di Aceh
paceklik (Nopember, Desember dan Januari) cukup besar (terutama untuk pasokan jamaah haji
relatif tinggi, berkisar antara Rp. 50.833 sampai dan umrah asal Aceh serta sebagai bagian dari
Rp. 57.500 per Kg. Sementara itu, harga ikan pasokan logistik korban bencana alam di Aceh).
kayu glondongan pada bulan yang lain berkisar
antara Rp. 30 ribuan per Kg. Tabel 1. Perkembangan Harga dan Margin
Pengolah Ikan Kayu di Banda Aceh,
Margin harga ikan kayu pada tingkat 2015
pengolah yang ditunjukkan pada Tabel 2, dan
Gambar 1, memberi isyarat bahwa pada bisnis Harga
ikan kayu ini pengolah cenderung berperilaku Jual Ikan Harga
Bahan Margin
kayu Bahan
sebagai penjual ikan kayu gelondongan (tanpa Bulan Baku Pengolah
Glondong baku
inovasi) ke pasar, kepada pengolah yang lain (Ton) (Rp/kg)
an (Rp/Kg)
atau konsumen. Perilaku ini terjadi pada 75 % (Rp/Kg)
dari usaha pengolah. Hal ini terjadi karena
Januari 80,9 56.815 15.413 10.576
mereka belum memiliki perangkat untuk
mengembangkan inovasi dari bisnis produk Februari 255,0 34.167 11.000 1.167
olahan mereka.
Maret 255,0 31.667 9.000 4.667
Fakta ini ditunjukkan oleh beberapa pengolah
April 233,8 30.883 9.000 3.883
ikan kayu yang menjadi pemasok ikan kayu
untuk pengolah lain (terutama untuk UD Tuna – Mei 281,6 30.556 8.233 5.857
Kapal Tsunami dan UD Thunnus Saputra).
Juni 195,8 26.667 8.233 1.968
Pasokan ini diperlukan terutama oleh UD Tuna
untuk memenuhi permintaan pasar ikan kayu Juli 241,3 31.667 9.000 4.667
irisan. Sementara UD Thunnus Saputra saat ini
Agustus 268,7 29.000 8.333 4.001
sudah tidak lagi menerima pasokan tuna
glondongan dari pengolah lain untuk menjamin September 258,3 30.556 9.333 2.557
mutu produk yang dihasilkan, tetapi tetap
memproduksi ikan kayu irisan (dengan mutu Oktober 275,0 30.000 8.667 3.999

yang terjamin). Nopember 63,8 50.833 14.833 6.334

Ketergantungan pasokan ikan kayu Desember 64,7 57.500 18.163 3.011


gelondongan pada pengolah ikan kayu lain,
Rata-rata 206,2 36.692,6 10.767,3 4.390,6
memiliki beberapa kelemahan, seperti: kualitas
bahan baku tidak terkontrol, ikan kayu Sumber: Data diolah dari hasil Survey Desember 2015
gelondongan tidak bebas dari bahan pencemar
serta jamur, bahkan ukuran ikan kayu Perubahan orientasi pasar dengan inovasi
gelondongan tidak seragam. lanjutan, saat ini mulai terlihat pada dua pengolah
di Banda Aceh. Perubahan itu terlihat dari
Untuk memperbesar pangsa pasar dan transformasi produksi produk keumamah irisan
meningkatkan margin, pada bisnis Keumamah di menjadi produk keumamah siap saji. Perubahan
Banda Aceh diperlukan inovasi lanjutan agar ini dilakukan melalui pendekatan jaringan sosial
usaha tersebut menjadi sebuah industri yang antara pengolah di Banda Aceh – KIMBis (Balai
besar dan dapat memasok keperluan pasar. Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 179
Perikanan) – Balai Proses dan Kimia LIPI (a). Margin harga
Gunung Kidul. Produk siap saji ini telah dicoba
dikemas dalam kaleng agar dapat disimpan Margin harga Keumamah pada tingkat
dalam waktu lama. Namun, usaha ini terkendala Pengolah (selisih antara harga jual Keumamah
peralatan dan bahan baku kemasan (Zulham dan gelondongan dengan harga bahan baku Tongkol /
Arthatiani, 2015). Cakalang dalam satuan yang sama) pada Gambar
2, menunjukkan insentif bisnis pada usaha
Pada tahun 2015, produk Keumamah siap saji pengolahan Keumamah saat ini kurang menarik.
dalam kaleng dikemas di LIPI Gunung Kidul Hal ini ditunjukkan juga oleh tidak
Jogjakarta. Namun, proses ini tidak efisien berkembangnya usaha ini sebagai sebuah industri
karena biaya produksinya cukup besar dan harga menengah. Investasi skala besar belum melirik
ikan kayu siap saji untuk ukuran 200 gram usaha ini walaupun pasarnya cukup menjanjikan.
mencapai Rp. 35 ribu, sementara harga ikan
sarden kaleng di Banda Aceh sekitar Rp. 25 ribu Gambar 2, menunjukkan margin harga
untuk ukuran yang sama. Oleh sebab, itu inovasi pada pengolah Keumamah gelondongan relatif
kemasan lanjutan sedang dilakukan dengan kecil, rata-rata margin harga tersebut adalah Rp.
menggunakan kemasan plastik, yang dapat 4.390 per Kg. Pada margin tersebut masih
memenuhi kriteria keamanan pangan dengan terdapat upah tenaga kerja yang harus dibayarkan
harga berkisar Rp. 12 ribu sampai Rp. 15 ribu per untuk proses lanjutan, biaya penyimpanan dan
200 gram. susut, serta ongkos kirim. Kecilnya margin
tersebut ditunjukkan oleh perilaku pengolah
Namun untuk mengembangkan Keumamah dalam menentukan bentuk upah pekerja. Semua
siap saji dalam kemasan plastik ini, harus melalui upah pekerja yang terlibat dalam usaha pengolah
jaringan sosial baru. Jaringan sosial yang sedang ikan kayu ini dilakukan dengan sistim borongan.
dibangun adalah antara pengolah ikan kayu – Sistim ini berkembang pada masyarakat dengan
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan kelebihan suplai tenaga kerja dan tingkat
Perikanan dan pengusaha (yang memiliki modal produktivitas pekerja yang rendah. Sebagai
dan pasar) – travel haji dan umrah di Banda Aceh catatan upah buruh kasar laki-laki di Banda Aceh
dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah sekitar Rp. 75 ribu sampai Rp. 100 ribu
Aceh. per hari. Pada usaha pengolahan ikan kayu ini
tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja
Inovasi, Manfaat dan Kendala Bisnis perempuan, tenaga kerja ini kelebihan di Banda
Keumamah Aceh.
Lambatnya perkembangan bisnis Kecilnya margin harga tersebut membuat
Keumamah di Banda Aceh, diperkirakan terkait terjadinya segmentasi usaha, segmentasi ini
dengan terbatasnya informasi terkini tentang membangun jaringan sosial bisnis baru antar
berbagai bentuk inovasi dan produk olahan sesama pengolah. Segmentasi ini menyebabkan
Keumamah, termasuk peralatan untuk tumbuhnya usaha yang: (a). hanya melakukan
memproduksi Keumamah, serta produk turunan kegiatan perebusan dan penjemuran dan (b)
Keumamah sesuai dengan permintaan pasar. usaha pengolahan dengan produksi ikan kayu
Faktor utama dari lambatnya informasi irisan. Dan (c), sekarang sedang tumbuh usaha
pengolahan ikan kayu kuliner dalam kemasan
inovasi pada bisnis Keumamah di Banda Aceh
(dengan jaringan sosial seperti yang disebutkan
diduga terkait dengan: (a). margin harga
Keumamah pada tingkat pengolah, (b). profil diatas).
pengolah dalam mendapat teknologi dan
informasi pasar.

180 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
anggota keluarga, peralatan masih manual,
Harga Ikan Kayu Gelondongan (Rp/Kg)
pengembangan bisnis mengandalkan bantuan dan
Biaya Bahan baku Ikan (RP) asistensi dari pemerintah, pengelolaan bisnis
hanya mempertahankan pangsa pasar yang ada
60.000
RUPIAH

40.000 dan tidak mengembangkan pangsa pasar baru.


20.000
-
Permasalahan pengembangan inovasi
pada bisnis Keumamah di Banda Aceh tidak
hanya terletak pada aspek teknis semata tetapi
TAHUN 2015 terdapat aspek sosial ekonomi yang belum
diketahui dengan baik. Permasalahan
Gambar. 2. Perkembangan Harga Ikan Kayu dan pengembangan bisnis dan inovasi pada usaha
Bahan Baku Per Bulan di Banda Aceh, pengolahan Keumamah ini dapat dipelajari
2015 melalui analisis rantai manfaat bisnis
Keumamah pada Gambar 3.

Analisis rantai manfaat pada Gambar 3,


(b). Profil pengolah dalam mendapat teknologi menunjukkan, dalam bisnis ikan kayu di Banda
dan informasi pasar. Aceh terdapat beberapa manfaat yang diperoleh
dari keberadaan usaha tersebut. Namun manfaat
Profil pengolah terhadap teknologi dan tersebut sulit diwujudkan jika inovasi tidak
pasar punya peran penting dalam membangun dikembangkan mulai dari hulu sampai hilir. Hal
respon pengolah terhadap berbagai aspek dalam ini disebabkan margin harga pada setiap simpul
pengembangan bisnis Keumamah di Banda Aceh. bisnis tersebut sangat tipis (dari simpul bentuk
60% responden pengolah mendapat pengetahuan produk ke simpul kemasan misalnya, margin
pembuatan Keumamah secara turun temurun, dan harga per kg adalah sebesar Rp.3.229).
sisanya belajar secara otodidak dengan melihat
dan mencoba. Kesempatan untuk mengikuti Tabel 3. Rata- Rata Omzet Penjualan, Jumlah
pameran dan pelatihan bisnis yang lebih advance Tenaga Kerja dan Sistem Upah
sangat langka dan terbatas. Kesempatan tersebut padaPengolahan Ikan Kayu di Banda
hanya didapatkan oleh pengolah tertentu saja Aceh, 2015
(terutama pengolah yang telah membangun
jaringan sosial dengan instansi pemerintah. Rata-rata Omzet, Jumlah Pekerja dan Upah
pekerja per Bulan
Kecamatan
Padahal, jika dipelajari Tabel 3, Omzet (Rp)
Jumlah TK Sistem
(Org) Upah
pengusaha pengolahan ikan kayu di Banda Aceh
merupakan pengusaha dengan omzet yang cukup Rp. 30 Juta sd Rp.
Kuta Alam 2 sampai 5 Borongan
50 Juta
besar (Rp. 30 Juta sampai Rp. 60 Juta per Bulan).
Dengan omzet tersebut pengusaha dapat Rp. 30 Juta sd Rp.
Meuraksa 2 sampai 5 Borongan
50 Juta
mempelajari dan mengembangkan usaha
50 % (Rp. 5 Juta -
pengolahan kearah yang lebih maju serta 10 Juta)
2 sampai 5 Borongan
membangun sistem bisnis yang dikelola oleh Kuta Raja
50% (Rp. 30 Juta -
professional. 2 sampai 5 Borongan
50 Juta)
Sumber : diolah dari data hasil survey (Oktober
Sampai saat ini usaha pengolahan ikan
2015)
kayu yang maju dan dikelola oleh professional
belum terwujud di Banda Aceh. Pengelola bisnis Oleh sebab itu, inovasi bisnis yang harus
dilakukan konvensional. Ciri-ciri bisnis dikembangkan antara lain: inovasi kelembagaan
pengolahan ikan kayu konvensional adalah: dalam bentuk Asosiasi Pengolahan Keumamah.
lokasi usaha masih bergabung dengan tempat Asosiasi ini diperlukan untuk mempersiapkan
tinggal, pengelola usaha dilakukan sendiri atau pengembangan bisnis Keumamah menjadi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 181
industri skala menengah dan besar, menghimpun Selain itu inovasi produk harus terus
informasi tentang produk derivatif Keumamah dikembangkan, untuk mendapat produk turunan
lainnya, membantu penerapan standar keamanan baru dari Keumamah, sehingga terbentuk segmen
pangan keumamah memperbaiki proses pasar baru yang dapat memperbesar pangsa
pembuatan Keumamah agar mutunya premium, pasar Keumamah. Inovasi yang terakhir ini hanya
dengan . Inovasi kelembagaan dapat dapat dilakukan oleh entrepreneur yang
mempercepat pengolah, membangun dan mempunyai kemampuan intelijen pasar yang
memperluas jaringan pasar. baik.

Pasokan Harga Menyerap 2


Tersedia Beli sd 5 TK per
setiap masih Unit Usaha /
Bulan Realistis Bulan

Bahan Baku Proses Bentuk Produk Kemasan


P d k i

Mutu Bahan Ukuran Proses Mengabai Rupa kurang Kurang menarik,


Baku tidak ikan Tidak Produksi kan menarik dan dan tidak unik. daya
standar Standar Tidak Keamanan ukuran produk tahan terbatas,
Standar Pangan tidak standar berjamur

Kebutuha Harga ≈ Perebus sebagai


n pasokan ikan kayu / pemasok ikan
206 Ton Kg Rp kayu pengolah
per Bulan 32.302 lain

Gambar 3. Analisis Rantai Manfaat Inovasi pada Usaha Pembuatan Keumamah di Banda
Aceh, 2015

Gelondongan Kemasan Kotak


dan irisan, berjendela dan
bentuk kuliner kemasan plastic
baru muncul biasa

Harga ikan kayu Harga ikan kayu


glondongan Rp irisan Rp 150.000
36.692 /Kg per Kg

PENUTUP produk introduksi karena interaksi dagang


antara masyarakat aceh dengan dunia luar.
1. Ikan kayu atau Keumamah merupakan Namun kajian lain menunjukkan Keumamah
produk olahan tradisional yang terdapat merupakan produk asli aceh yang digunakan
dalam masyarakat aceh sejak lama. Kajian saat perang Aceh. Saat ini, produk
sejarah menunjukkan produk ini merupakan

182 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Keumamah di Banda Aceh menjadi bagian DAFTAR PUSTAKA
bisnis yang mulai berkembang, namun
perkembangnnya masih memerlukan Anonim. (2007)a. Value Chain Analysis of Free
terobosan perubahan. Range Chicken in Cambodia. Value Chain
2. Bisnis ikan kayu (keumamah) di Banda Aceh Analysis Report. Linking Small Farmers
belum menjadi sebuah industri skala To Market Project. Asean Fondation and
menengah. Industri ini masih dikatagorikan
Asia DHRRA
sebagai industri kecil skala rumah tangga,
karena pengelolaannya masih konvensional _______. (2007)b. Value Chain Analysis of
dan perkembangannya inovasinya berjalan Calamansi in The Philippines. Value Chain
sendiri tanpa dukungan penuh dari Analysis Report. Linking Small Farmers
pemerintah. Padahal potensi pasar lokalnya To Market Project. Asean Fondation and
cukup baik dan jika industri ini berkembang Asia DHRRA
dengan berbagai inovasi, akan dapat
_______. (2007)c. Value Chain Analysis of Tea
menyerap tenaga kerja sekitar 10 orang per
pengolah bahkan memberi multiplier efek in Thai Nguyen Province Vietnam. Value
pada tumbuhnya usaha baru lainnya. Chain Analysis Report. Linking Small
3. Dari analisis rantai manfaat, masih Farmers To Market Project. Asean
diperlukan aksi yang lebih kongrit terhadap Fondation and Asia DHRRA.
pengembangan bisnis ini terutama oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kota Banda Aceh Ardianto.C, F. Swastawati, P.H Riyadi. (2014).
dan Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM.
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Asap Cair
Kegiatan aksi yang harus dilakukan adalah
memperbaiki proses pembuatan ikan kayu Terhadap Karakteristik Arabushi Ikan
pada tingkat perebus, agar proses tersebut Tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal
mengikuti standar keamanan pangan. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Membuat regulasi supaya industri Perikanan. Vol.3 No, 4 2014. UNDIP. http:
pengolahan ikan kayu mempunyai prosedur //www.e-journal-
standar operasi baku sehingga produk s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp/
tersebut konsisten dan dapat masuk dalam
Arkroff, K. T. Kondoh and A. Scalafani. (2013).
sistem pasar global.
4. Memperbaiki kemasan dan branding produk Dried Bonito Dashi: A Prefered Fish Broth
kemasan disertai dengan etiket dalam multi Without Pastoral Reward Action in Mice.
bahasa, sehingga produk tersebut dapat Download from: http://chemse. Oxford
dipasarkan keberbagai segmen pasar dan di .journal.org. January 13, 2016.
ekspor. Basral, AN. (2013). Napoleon dari Tanah
5. Membentuk asosiasi pengolah ikan kayu,
Rencong. Gramedia Pustaka Utama.
untuk mempercepat inovasi dalam
menghasilkan produk derivatif Keumamah Jakarta
dalam kemasan siap saji, dengan pendekatan Hugronje. S (1906). The Achehnes. Dalam
membangun relasi jaringan sosial antara Hikayat dagang dan Perang dalam Kari
pengusaha yang punya pasar dengan Aceh
pengolah. Asosiasi ini diharapkan dapat http://properti.kompas.com/read/2013/04/0
mempercepat transfer teknologi tentang cara 3/08291935/hikayat.dagang. dan .
membuat produk baru.
perang.dalam. kari.aceh diunduh. 15 juni
2016.
UCAPAN TERIMA KASIH Renniati. (2013). Kreativitas Organisasi dan
Inovasi Bisnis. Inplementasi Pada IKM
Terima kasih kepada Kepala Pusat Berbasis Kreativitas dan Budaya Menuju
Penelitian Sosial Sosial Ekonomi Kelautan dan Keunggulan Bersaing Global. Alfabeta.
Perikanan yang telah mengalokasikan anggaran Bandung.
sehngga kegiatan ini dapat dilaksanakan. Data
Schumpeter, J.A. (1934). The Fundamental
untuk mendukung kegiatan penelitian ini
dikumpulkan atas bantuan pengurus Klinik Fenomenon of Economic Development, in
IPTEK Cakradonya Banda Aceh. Mc. Spechler Perspective in Economic

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 183
Thought. Mc. Graw-Hill International Zuraidah, S. (2014).Strategi Pemasaran Produk
Edition, Ikan Kayu (Arabushi) di Kota Banda Aceh.
Sunahwati, E (2000). Studi Karakteristik Thesis Master Univ. Hasanudin. (tidak di
Arabushi Ikan Cakalang (Kashuwonus Publikasi).
pelamis) setelah Fermentasi Kapang. Vermeulen, S. Woodhill, J. Froctor, FJ and
Skripsi Fakultas Kelautan dan Perikanan, Delnoye, R. (2008). Chain-Wide Learning
IPB. (tidak dipublikasi). for Inclusive agrifood market development:
Utomo, BSB dan FR, Dewi. (2010). Kondisi dan a guide to multi-stakeholder processes for
Permasalahan Industri Pengolahan linking small scale producers with modern
Cakalang di Bitung (Kasus Pengembangan markets. Iied – Wageningen Univ.
Unit Pengolah Ikan di Bitung). Analisis Research Center.
Kebijakan Pengembangan Industri Zulham, A dan FY. Arthatiani. (2015). Laporan
Pengolah Hasil Perikanan dan Kelautan, Akhir. Kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis
Balai Besar Pengolahan Produk dan Cakradonya. BBPSEKP. (tidak
Bioteknologi KP. Jakarta. dipublikasi).

184 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Innovation Network sebagai Basis Penguatan Daya Saing
Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jawa Timur

Innovation Network as A Competitiveness Strengthening


Basis of Small and Medium Enterprises (SMEs) in East Java 1

Edy Wahyudi

Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, Jl.
Kalimantan 37, Jember, 68121

Keyword ABSTRACT
Innovation Network, Small businesses Medium Enterprises (SMEs) often get weak when
competitiveness, small and demanded to perform continuous innovation. The innovation process often
medium enterprises gains obstacles because of the absence of studies of various aspects, the
low market response to the results of innovation, limited funds, and low
motivation of business actors to innovate. Product differentiation and
marketing innovation requires a process of cooperation either with local
governments, larger businesses, or with other similar businesses. This
study aimed to determine a competitiveness model of SMEs by
emphasizing on aspects of innovation Network. The study focused on
elaborating the perspective of the mechanism in the networking process,
elements of strength and networking dependence, and some unique
characteristics accompanying them. The research used descriptive
qualitative approach to see the real conditions of how SMEs actors did
networking and increased their competitiveness. The research locations
were in East Java with four regencies, namely Trenggalek, Tulungagung,
Blitar and Banyuwangi. Based on the study, the innovation network was
still limited to the efficiency of production and market access and had not
reached the stage of networking that generated continuous innovation. The
mechanism of the process of networking was mostly influenced by trust,
profit sharing and product quality assurance. Levels of business strength,
partner resources and levels of market uncertainty also influenced
networking strength and dependence made.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Innovation Network, daya saing, Usaha kecil Menengah (UKM) seringkali lemah ketika dituntut untuk
usaha kecil menengah melakukan inovasi berkelanjutan. Proses inovasi seringkali terhambat
karena tidak disertai dengan penelitian dari berbagai aspek, respon pasar
yang rendah terhadap hasil inovasi, keterbatasan dana, dan motivasi pelaku
usaha yang rendah dalam berinovasi. Diferensiasi produk dan inovasi
pemasaran membutuhkan suatu proses kerjasama baik dengan pemerintah
daerah, pelaku usaha yang lebih besar, ataupun dengan sesama pelaku usaha
sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model daya saing UKM
dengan menekankan pada aspek innovation Network. Penelitian ini akan
fokus mengurai dari perspektif mekanisme dalam proses networking,
elemen kekuatan dan ketergantungan networking, dan beberapa karakteristik
unik yang menyertainya. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif untuk dapat melihat kondisi nyata bagaimana pelaku
UKM melakukan networking dan meningkatkan daya saingnya. Lokasi
Penelitian di Jawa Timur di empat Kabupaten yaitu di Trenggalek,
Tulungagung, Blitar dan Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hasil
penelitian, innovation network masih terbatas pada efisiensi produksi dan
akses pasar, belum sampai pada tahap networking yang menghasilkan
inovasi berkelanjutan. Mekanisme proses networking lebih dipengaruhi
faktor kepercayaan, berbagi keuntungan dan jaminan kualitas produk.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 185
Kekuatan skala besarnya usaha, sumberdaya mitra dan tingkat
ketidakpastian pasar juga memberikan pengaruh kekuataan ketergantungan
networking yang dilakukan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

LATAR BELAKANG ukuran produk, kualitas rasa (jika itu terkait


dengan mamin), dan juga dari produktivitas
Merujuk penelitian World Bank pada (kecepatan) produksi. Berdasarkan hal tersebut,
tahun 2010, nilai potensi ekonomi sektor peneliti menemukan bahwa pelaku usaha yang
informal di Indonesia sekitar Rp. 2000 trilliun menggunakan teknologi tinggi adalah perusahaan
sampai dengan Rp. 2.500 trilliun. Hal ini yang mampu secara kontinyu melakukan
menggambarkan betapa pentingnya peran produksi dan melayani permintaan pasar
UMKM bagi perekonomian (Jawa Pos, 3 Oktober
2016). Akhir tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Berdasarkan hasil penelitian yang
di Jawa Timur mengalami peningkatan 6,67%. dilakukan Wahyudi (2015) faktor market pull dan
Besarnya pertumbuhan ini melebihi nasional technology push masih menjadi faktor kunci
yang hanya 6,10% pada 2010. Jawa Timur saat dalam mengembangkan pasar dan melakukan
ini menduduki posisi kedua penyumbang Produk inovasi. Pelaku usaha tidak gegabah melakukan
Domestik Regional Bruto sebesar 15,41% pada market created tanpa melakukan penelitian pasar.
2010 setelah DKI Jakarta sebesar 17,81%. Penelitian pasar tersebut bukan seperti yang
dilakukan perusahaan besar, namun setidaknya
Jatim juga memiliki jumlah industri kecil pelaku usaha melakukan inovasi dengan
yang sangat dominan 97,80%, sementara industri melakukan produk baru, harus dilandasi dengan
menengah 2,09 dan usaha besar 0,10%. pertimbangan yang matang, seperti kestabilan
Dominasi industri kecil ini ternyata juga mampu permintaan produk yang sudah ada secara
menyerap tenaga kerja 60,12%, sementara kontinyu. Artinya, inovasi produk yang dilakukan
industri menengah 31,73% dan industri besar tidak akan berdampak terhadap pesanan yang
hanya 8,15%. Data terbaru 2016 menunjukan sudah ada, sehingga kalaupun inovasi produk
bahwa UMKM di Jatim sebesar 6.825.931 baru tersebut gagal, tidak berdampak pada
dengan menyerap lapangan kerja sebesar pesanan produk yang sudah berjalan sebelumnya.
11.117.439 jiwa. (diskopumkm.jatimprov.go.id)
Beberapa penelitian yang sudah
Meskipun usaha kecil tersebut dilakukan menunjukkan bahwa karakteristik
menggunakan teknologi rendah, namun kunci usaha kecil yang unik membuat penelitian terkait
kesuksesan usaha kecil tersebut adalah pemberdayaan dan daya saing tiada habisnya
kreativitas, baik dalam hal menghasilkan kreasi untuk di eksplorasi. Problematika peningkatan
produk, teknologi tepat guna yang sederhana, daya saing ini akan terus ada, ketika preferensi
citarasa dan packaging yang khas (mamin khas), keinginan konsumen senantiasa berubah dan
dan kreativitas dalam memasarkan produk berkembang, peta persaingan yang terus
mereka (Wahyudi, 2014) meningkat, dan berkembangnya teknologi
informasi. Berangkat dari fakta inilah, penelitian
Wahyudi (2014) menambahkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian, beberapa pelaku ini menjadi penting untuk dilakukan, karena
usaha menggunakan teknologi tinggi dalam berupaya meneliti usaha kecil dalam melakukan
proses produksi dan pemasaran produk mereka. innovation network dan meningkatkan daya
saingnya.
Penggunaan teknologi tinggi itu ditandai dengan
menggunakan mesin otomatis, yang mampu
mengontrol kualitas mulai dari tingkat presisi

186 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Penelitian ini difokuskan di empat innovation) dengan menjalin networking
Kabupaten yaitu di Banyuwangi, Tulungagung, dengan universitas terkait riset dan
Trenggalek dan Blitar dengan pertimbangan pengembangan, perusahaan besar terkait
memiliki potensi produk unggulan bervariasi dan dengan partnership produk dan standardisasi
karakteristik kepariwisataan yang masih kualitas produk, antar usaha kecil sendiri dalam
memungkinkan untuk dilakukan akselerasi. berkolaborasi untuk dapat mereduksi biaya
Kabupaten Banyuwangi memiliki produk pengadaan bahan baku atau melayani
unggulan barupa batik, tari gandrung, kaos, permintaan yang lebih luas, dan juga Lembaga
olahan buah dan wisata pantai yang ada di Swadaya Masyarakat atau kelompok-kelompok
berbagai tempat di Banyuwangi. Kabupaten pemberdayaan masyarakat lainnya. Networking
Tulungagung memiliki produk unggulan yang dilakukan harus disertai dengan strategi
konveksi, onyx, logam, makanan dan minuman pengembangan kapabilitas yang jelas, sehingga
khas dan wisata pantai popoh. Kabupaten Blitar networking yang dilakukan dapat lebih
memiliki produk unggulan emping blinjo, batik, sustainable dan meningkatkan daya saing
pisau komando skala nasional, asesoris india usaha kecil itu sendiri (Wahyudi, 2014).
berorientasi ekspor, kerajinan batok kelapa, gula
kelapa, gendang dan usaha sapi perah. Kabupaten METODE PENELITIAN
Trenggalek memiliki produk unggulan meubel Penelitian yang dilakukan menggunakan
kayu, genteng, batik dan kripik tempe. metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan
Berdasarkan hasil penelitian Wahyudi dan deskriptif, untuk dapat mendiskripsikan proses
Julianto (2013) berhasil mengungkap bahwa innovation network dan menemukan model
usaha kecil yang menggunakan teknologi rendah peningkatan daya saing yang dilakukan usaha
(non High tech) dapat melakukan inovasi dan kecil di Jawa Timur. Objek penelitian ini adalah
kreatifitas berdasarkan keunikan produk yang usaha kecil dan menengah yang memproduksi
mereka buat, dan mampu meredusir biaya berbagai jenis produk yang sudah melakukan
produksi dengan menggunakan alat-alat kerjasama kemitraan (partnership) atau membuat
sederhana yang digunakan. Akses pasar juga jaringan (network) dan kolaborasi dengan
menjadi faktor kunci dalam kelancaran produksi, berbagai sektor, baik dengan sesama pengusaha,
meskipun pelaku usaha mengakui bahwa dengan perusahaan yang lebih besar, perusahaan yang
adanya teknologi yang lebih canggih akan lebih kecil, buyer, pemerintah, saluran distribusi
mampu mempercepat kapasitas produksi dan ataupun pemasaran. Varian produk UKM
mampu melayani pasar yang lebih luas. tersebut meliputi makanan dan minuman khas
Meskipun berdasarkan data data yang (mamin khas), logam, konveksi, batik dan
ada peran UMKM dalam meningkatkan APBN kerajinan (craft). Lokasi penelitian ini adalah di
cukup tinggi, beberapa kendala terkait dengan Jawa Timur yaitu di Kabupaten Trenggalek,
kemampuan daya saing UMKM senantiasa Tulungagung, Blitar dan Kabupaten Banyuwangi.
menjadi permasalahan. Banyak pelaku usaha Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model
yang merasa tidak didampingi, tidak difasilitasi, daya saing UKM dengan menekankan pada aspek
dan kurang didekati pemerintah dalam innovation Network. Penelitian ini akan fokus
menjalankan usahanya. Penelitian ini akan mengurai dari perspektif mekanisme dalam
mengidentifikasi proses networking, dan elemen proses networking, elemen kekuatan dan
kekuatan dan kelemahan networking. ketergantungan networking, dan beberapa
karakteristik unik yang menyertainya. Proses
Harapan dari penelitian ini adalah dapat kedalaman informasi didapatkan peneliti melalui
mengurai model daya saing usaha kecil dengan indepth interview dengan key informan kepala
menekankan pada aspek innovation network agar dinas UMKM atau yang relevan di instansi
dapat menciptakan inovasi berkelanjutan. pemerintahan terkait dan pemilik perusahaan
Sebenarnya, networking usaha kecil dapat untuk mendapatkan data primer. Peneliti juga
dilakukan lebih terbuka terhadap inovasi (open melakukan observasi dan penelitian dilapangan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 187
Fierro et all. 2011. Value creation dalam kerjasama bisnis

dengan melakukan pengamatan langsung proses Networking usaha kecil dapat dilakukan
inovasi yang dilakukan, kerjasama kerjasama dengan melakukan interaksi antara perusahaan,
yang dilakukan, inovasi teknologi yang kerjsama bisnis, vendors, supplier dan
digunakan, dan mencermati akses pasar dan konsumen, atau dalam bahasa lain
pemasaran di lapangan. stakeholders. Melalui network ini, perusahaan
dapat bertukar, berkolaborasi berbagi
KERANGKA TEORITIK pengetahuan, informasi dan komunikasi.
Absorptive Capacity dan Network Wahyudi (2013) mengatakan bahwa
Kemampuan usaha kecil menyerap networking juga berbagi risiko, mendapatkan
teknologi dan pasar baru, produk lebih cepat
(absorptive capacity) penting untuk
sampai ketangan konsumen, dan saling
memperoleh nilai dari informasi baru,
berproses (assimilate) dan mengaplikasikan melengkapi keahlian. Networking membuka
untuk di komersialisasikan. Pembelajaran akses pengetahuan eksternal yang lebih luas
meliputi vendors, partner, pesaing dan
teknologi menjadi hal penting dalam
teknologi.
keberhasilan inovasi, namun tidak mudah
ditengah keterbatasan usaha kecil. Sumber Fierro (2011) mengatakan bahwa
pembelajaran teknologi adalah dengan proses kerjasama bisnis ataupun inovasi
meningkatkan networking. Networking memungkinkan munculnya innovation network,
memungkinkan usaha kecil berinteraksi dengan baik berupa inovasi produk, inovasi pemasaran
perusahaan lain yang lebih bervariasi dan ataupun meningkatnya proses kerjasama antar
berkelanjutan. Interaksi dengan supplier pengusaha sendiri sehingga meningkatkan
ataupun konsumen, dan juga infrakstruktur skala produksi. Networking dan kolaborasi juga
teknologi adalah kunci mengelola inovasi memungkinkan pengembangan investasi,
sebagai proses pembelajaran sosial. Networking fleksibilitas organisasi dan meningkatnya
dalam konteks ini adalah adanya hubungan kinerja secara keseluruhan.
kerjasama yang saling menguntungkan secara
kelembagaan, dan bukan secara individu. Co Innovation Model
Tingkatan dari kerjasama ini dapat secara non
formal ataupun formal. Penguatan network Co Innovation merupakan konsep dari
dapat mengembangkan market linkage yang Bitzer and Bijman (2015) yang meneliti rantai
lebih luas, diantaranya jumlah pelanggan dan nilai inovasi usaha pangan di Afrika. Konsep ini
supplier. dinilai sebagai upaya koordinatif strategis dimana
Co innovation ini di urai menjadi 3 proses yaitu
collaboration, complementary dan coordination.

188 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Collaboration meliputi multi aktor yang terlibat implementasi proses inovasi. Dalam hal ini
dalam proses inovasi. Kolaborasi yang dimaksud terdapat transfer pengatahuan dan kapabilitas inti
adalah bagaimana kerjasama public privat dari sumberdaya yang ada. Pertukaran informasi
partnership dalam promosi, pelatihan, inovasi juga dimungkinkan dalam proses ini sehingga
produk dan pemasaran dapat dilakukan. Sinergi menjaring peluang peluang melakukan efektivitas
ini secara teoritik sudah banyak di analisis distribusi ataupun pemasaran. Tahap koordinasi
keberhasilannya, namun lemah dalam
keberlanjutan kerjasamanya. Hal ini terjadi
karena seringkali terjadi perbedaan pandangan
soal kerjasama tersebut, perbedaan visi dan
orientasi pengembangan, permasalahan politis di
level birokrasi dan berbagai macam
permasalahan lainnya. Kolaborasi tidak hanya
dengan sektor pemerintah, melainkan dapat
dilakukan kerjasama dengan mitra atau kelompok
usaha yang memungkinkan dilakukan dengan
orientasi keberdayaan. Adanya kolaborasi ini
akan memungkinkan terjadi peningkatan
kekuatan daya saing, mulai dari pengadaan bahan
baku, pengadaan alat produksi yang digunakan
bersama, penguatan akses pasar, dan pemasaran
bersama ataupun bundling strategy.

Complementary atau komplementer


adalah bagaimana perusahaan yang dalam hal ini ini juga membuat mekanisme kelembagaan yang
usaha kecil mampu mengkombinasikan dengan sudah dibentuk menjadi semakin kuat.
cerdas antara kondisi faktor faktor produksi yang
dimiliki perusahaan dengan keberanian
pemimpin perusahaan yang dalam hal ini pelaku Kesuksesan dalam networking tidak
usaha kecil untuk mengadopsi teknologi, baik itu cukup hanya karena dua organisasi melakukan
teknologi tinggi (high tech) ataupun teknologi pekerjaan yang sama. Burdon (2015)
sederhana (non high tech). Makna komplementer menekankan beberapa tahapan dalam proses
disini adalah inovasi membutuhkan perubahan networking dan kolaborasi usaha kecil, yaitu fase
mendasar tidak hanya dalam pengembangan tradisional, dimana proses kerjasama yang
produk, namun juga mindset, sehingga ketika dilakukan hanya pada menjalankan aktivitas
inovasi dilakukan, ia akan membawa potensi bersama atau secara outsourcing, kemudian
ikutan perubahan lain yaitu teknologi, saluran berlanjut kepada kepercayaan melakukan
distribusi, strategi pemasaran dan akses pasar. kolaborasi dan kerjasama, dan terakhir pada
Imbasnya adalah adanya perubahan dalam desain peningkatan kerjasama strategik. Belajar dari
kemasan, inovasi kelembagaan yang lebih efektif beberapa kasus, Burdon (2015) mencatat bahwa
dan efisien sehingga dapat meningkatkan daya 1) kesuksesan networking dalam meningkatkan
saing usaha kecil itu sendiri. inovasi tidak semudah yang dibayangkan karena
melibatkan kerjasama dua organisasi. Harus ada
Coordination dimaknai sebagai upaya
dukungan visi dan proses dan meningkatkan
internal untuk mempersiapkan mulai tahap
keunggulan inter organisasional dalam
operasional produksi hingga proses pemasaran.
kolaborasi. 2) responden mengatakan
Koordinasi dibutuhkan sebagai upaya
berdasarkan innovating experience environment
memudahkan langkah implementasi program
bahwa proses detail kontrak justru membuat
yang sudah ada. Koordinasi ini juga dimaknai
mereka merasa terhambat dalam melakukan
sebagai fungsi kontrol pada penahapan dalam
inovasi. 3) pelaku usaha mengingatkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 189
perubahan radikal ketika inovasi dilakukan dari produk, sehingga inovasi harus dikelola dengan
staf, sumberdaya perusahaan, perencanaan, lebih baik daripada pesaingnya (Kotler dan
sistem manajemen untuk menghadapi tantangan. Armstrong, 2009). Menurut Drucker (1991)
4) symmetric partnership dimana dukungan inovasi adalah cara-cara yang digunakan
informasi dibutuhkan untuk menyamakan pengusaha untuk menciptakan sumber daya baru
orientasi pengembangan inovasi yang sama. yang memproduksi kekayaan atau
mendayagunakan sumber daya yang sudah ada
Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil dan merupakan sumber kompetitif dalam
perekonomian global, dan daya saing strategis
Liu and Zhang (2012) mengatakan
perusahaan. Menurut Gilbert, 2003 (dalam Elitan
bahwa lingkungan yang bergejolak atau dikenal
dengan istilah hyper competitive environment dan Anatan, 2009) inovasi adalah perubahan
digambarkan sebagai kondisi dimana tingkat yang dilakukan dalam organisasi yang
didalamnya mencangkup kreatifitas dalam
persaingan semakin pesat yaitu suatu kondisi
menciptakan produk baru, jasa, ide, atau proses
yang mencakup pertarungan posisi antara harga
dan kualitas, penciptaan ilmu baru, dan baru. Menurut Ellitan dan Anatan (2009) produk
pengembangan manfaat sebagai pioner (first baru sering dilihat sebagai cutting edge of
mover advantage). Stabilitas pasar akan terancam innovation di pasar, proses inovasi berperan
sebagai strategic role. Sehingga keberhasilan
dengan kehadiran produk baru, teknologi baru
membuat sesuatu lebih baik dari pesaingnya, hal
dan pesaing baru secara konstan (Humphreys,
2005). Desain organisasi pada usaha kecil yang tersebut merupakan sumber keunggulan yang
fleksibel memungkinkan usaha kecil beradaptasi penting.
terhadap perubahan orientasi pasar (Feigenbaum Peningkatan daya saing usaha kecil
and Karnani, 1991). Apabila diperbandingkan sering menemui kendala karena skala ekonomi
dengan usaha besar, usaha kecil mampu dan sumberdaya mereka yang kecil dibandingkan
mengimplementasikan secara baik manajemen dengan perusahaan besar. Kompensasi dari
praktis seperti fleksibilitas promosi, contohnya kelemahan tersebut, usaha kecil mampu
mendapatkan subkontrak kerja, menggunakan menerapkan fleksibilitas karena organisasi
tenaga kerja paruh waktu, dan pembuatan internal mereka yang sederhana, yang
regulasi pekerja sesuai dengan kemampuan usaha memungkinkan mereka merespon dan
kecil tersebut (Ruigrok et al., 1999) beradaptasi dengan perubahan (Sanchez and
Marin, 2005).
Persaingan yang semakin ketat
mendorong perusahaan untuk meningkatkan daya Tidd (2000) mengatakan bahwa ada tiga
saingnya. Daya saing strategis dicapai ketika kompetensi dasar yang harus dimiliki usaha kecil
perusahaan berhasil memformulasikan dan yaitu kompetensi teknologi, organisasi dan pasar.
menerapkan strategi penciptaan nilai (a value Sedikit berbeda dari hasil riset yang
creating strategy). Perusahaan yang berhasil dikemukakan Ritter (2006) yang mengatakan
mengimplementasikan suatu strategi yang tidak bahwa kompetensi harus mencakup kompetensi
dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu produk, proses, pasar dan kompetensi
mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki komunikasi.
keunggulan bersaing berkelanjutan (sustainable
competitive advantage)(Hitt et al., 2001). Hill and Jones (1998) menjelaskan
langkah-langkah sistematis menuju keunggulan
Inovasi merupakan faktor penting kompetitif (the roots of competitive advantage)
sebagai upaya perusahaan untuk mendiferensikan yang dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

190 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Resources

Superior Differentiation

Distinctive Efficiency Value Higher


Competencies Creation Profits
Quality
Low cost
Innovation

Capabilitas

Sumber : Hill and Jones (1998) The Roots of Competitive Advantage


Suatu perusahaan dapat saja memiliki pelaku usaha yang mampu melakukan
banyak kekuatan dan kelemahan dibandingkan diferensiasi produk, mampu menekan ongkos
dengan para pesaingnya, tetapi ada dua tipe dasar produksi dan menguasai pasar secara
keunggulan bersaing yang dapat dimilikinya: berkelanjutan. Hal ini menarik karena tidak
biaya rendah (low cost) atau diferensiasi semua UKM menggunakan teknologi tinggi
(defferentiation) (Porter, 1985). seperti mesin otomatis yang bisa mengerjakan
beberapa pekerjaan dalam waktu singkat dan
Perusahaan memilih satu atau beberapa dengan tingkat presisi yang tinggi. Beberapa
atribut yang oleh banyak pembeli dalam industri hal terkait dengan deferensiasi produk nampak
ini dipandang penting, dan menempatkan dirinya pada usaha makanan dan minuman khas
secara unik untuk memenuhi kebutuhan ini. (mamin khas) yang mampu membuat jajanan
Karena posisi yang unik (khas) itu, perusahaan khas daerah masing masing, yang tidak saja
yang layak untuk menetapkan harga premium unggul dalam rasa, namun juga dikemas
(premium price). dengan desain yang menarik. Beberapa mamin
Menekan biaya tidak harus selalu khas dari masing masing daerah memiliki
mengorbankan diferensiasi. Banyak perusahaan kesamaaan nama namun berbeda dalam
berhasil menemukan cara menekan biaya tanpa kemasan dan rasanya. Seperti madumongso,
geti, kripik tempe, sale pisang, krupuk rambak
mengorbankan diferensiasi, bahkan
tidak hanya di produksi di satu daerah saja,
meningkatkan diferensiasi dengan menggunakan
teknologi yang berbeda. Perusahaan yang dapat namun bisa di beberapa daerah. Menyadari hal
mencapai keunggulan biaya dan diferensiasi tersebut, pembeda dari produk itu adalah dari
rasa dan kemasan yang mudah dilihat oleh
secara simultan, imbalan yang akan dinikmati
konsumen. Wahyudi (2014) mengatakan,
akan sangat besar karena manfaat kedua strategi
ini saling melengkapi. Diferensiasi meskipun usaha kecil tersebut menggunakan
memungkinkan harga premium dan pada saat teknologi rendah, namun kunci kesuksesan usaha
yang sama keunggulan biaya berarti biaya yang kecil tersebut adalah kreativitas, baik dalam hal
menghasilkan kreasi produk, teknologi tepat guna
lebih rendah.
yang sederhana, citarasa dan packaging yang
HASIL PENELITIAN khas (mamin khas), dan kreativitas dalam
memasarkan produk mereka. Zuhal (2010)
Karakteristik Unik Usaha Kecil di Jawa menandaskan bahwa usaha kecil seringkali harus
Timur melalui proses mencari (searching), memutuskan
(decision) dan mencoba (trial). Kemampuan
Berdasarkan hasil penelitian di lokasi
bertahan usaha kecil di Trenggalek,
penelitian, keunikan UKM yang ada adalah
Tulungagung, Blitar, dan Banyuwangi juga
pada kemampuan mereka bertahan hidup.
didasari dengan tahapan mencari (search), tidak
Survei yang dilakukan pada empat Kabupaten
serta merta produk produk mereka bisa diterima
di berbagai varian usaha menunjukkan bahwa
dengan mudah di pasar. Meskipun search yang
kemampuan rata rata UKM yang hidup adalah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 191
dilakukan dilakukan secara tradisional hanya karena proses mencari batu fossil yang cukup
dengan melihat produk pesaing, perbandingan sulit yaitu harus di gunung gunung purba dengan
harga, dan melihat daya beli, ternyata dapat menggali hingga kedalaman empat meter. Proses
memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi mulai dari penggalian, pemindahan
luaran produk yang mereka hasilkan. Beberapa batu, pemotongan hingga finishing membutuhkan
pengusaha alat alat dapur di Kabupaten waktu lama dan proses yang sulit. Tidak heran
Tulungagung menuturkan bahwa proses jika produk batu fossil memiliki harga premium
searching mereka adalah dengan bekerja ikut karena tingkat keunikan yang tinggi.
orang sebagai pegawai biasa di perusahaan besar,
kemudian memberanikan diri membuka usaha Inisiasi Innovation Network
sendiri dengan teknologi sederhana yang dimiliki Proses innovation network masih dalam
dengan kapasitas produksi yang juga terbatas. tahapan inisiasi. Tidak semua pelaku usaha
Kebanyakan pelaku usaha kerajinan alat dapur menganggap penting melakukan innovation
yang sekarang sukses adalah pernah menjadi network. Innovation network dalam proses yang
pegawai. Mereka mengatakan bahwa pangsa paling mendasar seperti melakukan kolaborasi
pasar yang masih terbuka luas membuat mereka saja, masih banyak pelaku usaha yang enggan
berani membuka usaha sendiri. Proses melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian,
pengambilan keputusan ini beriringan dengan banyak UKM yang tidak melakukan kolaborasi.
proses trial tergolong unik. Proses eksekusi Ada banyak alasan mengapa pelaku usaha
bentuk produk, cara mengemas (packaging), enggan untuk melakukan kolaborasi dengan
hingga penentuan harga yang mereka lakukan pelaku usaha lain. 1) perusahaan menganggap
menunjukkan proses trial yang mengandung tidak ada alasan mendesak melakukan kolaborasi
risiko kegagalan yang tinggi. Ketiga hal inilah dengan perusahaan lain, karena merasa telah
yang membuat daya saing mereka teruji, memiliki semua kapabilitas dan semua
sehingga produk mereka sukses. sumberdaya untuk melakukan pengembangan
Diferensiasi yang dilakukan UKM sangat atau inovasi. 2) perusahaan khawatir lepasnya
beragam, tergantung dari produk yang mereka pengusaan teknologi mereka, jika mereka
hasilkan. Pak Suwarni yang memproduksi melakukan kolaborasi. Penggunaan teknologi
gamelan di Trenggalek mengatakan bahwa usaha yang digunakan ingin dikuasai secara eklusif,
yang dia lakukan cukup jarang yang sehingga dengan berkolaborasi, teknologi yang
memproduksi sejenis. Pak suwarni melengkapi digunakan akan dengan mudah di tiru. 3)
dengan memproduksi wayang, jaranan, pakaian keengganan melakukan kolaborasi juga
tari, blankon dan pernik pernik pertunjukan disebabkan mereka yakin bahwa inovasi yang
lainnya. Tidak semua pengusaha gamelan yang dihasilkan dari kekuatan sendiri adalah bagian
melengkapi produknya dengan beragam pilihan dari proses perusahaan dalam mengembangkan
pendukung, sehingga sering mendapat pesanan dirinya. Beberapa pelaku usaha dilokasi
dari berbagai daerah dan sekolah sekolah yang penelitian menunjukkan hal tersebut. Banyak
mengembangkan kesenian tradisional. Kerajinan pelaku usaha yang menggunakan teknologi hasil
batik dari berbagai daerah penelitian juga rekayasa mereka sendiri, sehingga tidak semua
melakukan deferensiasi dengan mengembangkan orang dapat masuk kelokasi perusahaan, karena
desain produk yang unik berdasarkan kekhasan itu merupakan kunci efisiensi proses produksi
daerah dan juga ikon ikon daerah. Usaha batu yang mereka lakukan. Ada juga perusahaan yang
fossil juga memiliki tingkat diferensiasi yang dengan prinsipnya memandang bahwa lebih baik
tinggi, dimana Pak Nanang selaku pengusaha berjalan dengan kekuatan sendiri. Hal ini senada
batu fossil mengatakan bahwa usaha ini dengan temuan dari Wahyudi (2013) dan
berorientasi ekspor karena peminat dalam negeri Wahyudi dan Djulianto (2013) yang mengatakan
justru rendah. Berorientasi ekspor karena buyer bahwa usaha kecil tidak mau ribet dengan urusan
luar negeri berani mematok harga lebih mahal yang mengganggu proses keseharian produksi
dari pada pasar domestik. Produk tersebut unik, mereka, jangankan melakukan kolaborasi,

192 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mengikuti program pelatihan dari pemerintah saja bersama atau secara outsourcing, kemudian
mereka enggan karena akan mengganggu berlanjut kepada kepercayaan melakukan
produktifitas mereka dalam bekerja. kolaborasi dan kerjasama. Orientasi kearah
kerjasama strategik dengan menghasilkan inovasi
Fakta bahwa berkolaborasi masih belum dilakukan. Konsep Gardet and
menguntungkan dari berbagai sisi, Schilling Mothe (2012) mengatakan bahwa koordinasi
(2015) mengatakan keuntungan berkolaborasi inter organisational relationship dapat dilakukan
diantaranya: 1) berkolaborasi dapat dengan mekanisme 1) type of exchange, 2) trust,
memampukan sebuah perusahaan memperoleh 3) sharing of benefits, 4) guarantees, 5) conflict
keahlian atau sumber daya yang diperlukan resolution tidak mudah dilakukan karena
secara lebih cepat dibanding dengan melakukan karakteristik UKM yang ada masih dikelola
pengembangan sendirian. 2) memperoleh dengan manajerial tradisional. Mekanisme proses
sebagian dari kapabilitas dan sumberdaya yang networking lebih didasari faktor kepercayaan,
diperlukan dari mitra, sehingga dapat menghemat berbagi keuntungan dan jaminan kualitas produk.
penggunaan aset dan meningkatkan Survey kebeberapa pelaku usaha di lokasi
fleksibiltasnya. 3) menjadi sumber pembelajaran penelitian menemukan hal tersebut. Pak Narto
penting bagi perusahaan, transfer pengetahuan, pelaku usaha kripik kentang dari Tulungagung
dan mengembangkan sumberdaya dan kapabilitas (UD. Graha Food) yang produknya dikirim ke
secara lebih cepat, 4) berbagi biaya Malaysia dan Singapura mengatakan bahwa
pengembangan, 5) menciptakan standar bersama proses networking yang dilakukannya dengan
terkait produk baru. Fakta dilapangan memberikan sampel produknya ke TKI yang
menunjukan bahwa kolaborasi yang dilakukan kebetulan juga menjadi pengusaha di sana. Even
pelaku usaha masih sebatas pengadaan bahan dalam negeri di ikuti Pak Narto dengan
baku agar lebih murah, hal itu dilakukan mengikuti pameran ataupun kegiatan kegiatan
perusahaan alat dapur di Tulungagung yang yang dilakukan pemerintah daerah. Proses
mendatangkan bahan baku logam secara mendapatkan buyer dari luar negeri melalui
berkelompok. Kendala lain dalam berkolaborasi sistem maklon, dimana proses pengiriman produk
adalah karena para pelaku usaha sejenis memiliki tanpa label merek. Jadi proses pelabelan di
orientasi individu yang berbeda dalam melihat Malaysia dan Singapura menggunakan merek
pasar dan mengembangkan usahanya. Hal itu lain. Network seperti ini hanya didasarkan atas
dirasakan pelaku usaha genteng Uye kayen yang kepercayaan (trust) dan melalui mekanisme jual
menggunakan teknologi press dan melapisi beli seperti biasa. Kontrol kualitas memang
genteng dengan lapisan keramik sehingga dilakukan, namun hanya diawal ketika proses
kualitas keramik lebih bagus, tahan lama, dan transaksi akan dilakukan, sehingga lebih
anti lumut. Ajakan berkolaborasi dengan didasarkan atas kepercayaan. Hal yang sama juga
pengusaha genteng di sekitar wilayah Trenggalek terjadi di beberapa pelaku usaha kripik singkong
tidak mendapat respon positif, sehingga di Trenggalek mengirim kripik singkong dan
perusahaan Uye Kayen seakan menjadi produsen kripik pisang ke Lumajang dengan sistem
tunggal genteng berlapis porselen. Keengganan maklon. Perusahaan kelas menengah seperti
tersebut dapat disebabkan beberapa faktor, kacang shanghai Gangsar di Tulungagung juga
diantaranya adalah 1) harga genteng menjadi bekerjasama dengan retail modern indomaret
lebih mahal, sehingga ada kekhawatiran dengan sistem maklon. Pelaku usaha menuturkan
berdampak terhadap respon pasar, 2) keengganan bahwa sistem maklon menjadi pilihan karena
mencoba hal hal baru yang belum pasti, 3) tidak pelaku usaha tidak memiliki akses pasar/ jaringan
suka mengambil risiko (take a risk). pemasaran sehingga dengan sistem ini mereka
dapat secara kontinyu berproduksi. Sistem ini
Koordinasi innovation network yang
dilakukan UKM di Jawa Timur masih tradisional juga memberikan keuntungan bagi buyer karena
dimana proses kerjasama yang dilakukan masih mereka dapat berhemat tempat produksi dan
tidak berfikir tentang pengelolaan tenaga kerja
sebatas bekerja bersama menjalankan aktivitas
(think as a trader).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 193
Networking yang ada cukup bervariasi, bahkan sebelum barangnya di produksi. Network
meskipun masih tradisional dan seringkali akan terbentuk sesuai dengan karakter produk
informal, sudah ada kerjasama antar pengusaha dengan segala keunikan dalam proses
sejenis, perusahaan yang lebih besar, perusahaan kerjasamanya.
yang lebih kecil, buyer, pemerintah, jaringan
distribusi dan pemasaran. Berbeda dengan Networking dan partnership yang
networking level dalam negeri, untuk produk dilakukan usaha kecil menciptakan
orientasi ekspor, UKM tetap harus sesuai ketergantungan di beberapa aspek. Gardet and
prosedur ekspor. Pak Narto pengusaha kripik dan Mothe (2012) mengatakan bahwa ketergantungan
Pak Nanang pengusaha batu fossil mengatakan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, 1) partner
bahwa prosedur ekspor mulai kelengkapan surat size, biasanya semakin besar partner mempunyai
perijinan, packaging, hingga quality control kecenderungan kekuatan negosiasi yang lebih
menjadi syarat yang harus dipenuhi, meskipun besar. 2) partner resources, kerjasama dilakukan
demikian terkait dengan innovation network, dengan penyedia sumberdaya, baik dari aspek
mereka mengatakan bahwa seharusnya tangible seperti finance, keahlian dan kepakaran
pemerintah supporting dengan fasilitasi alat maupun dari aspek intangible seperti reputasi dan
produksi atau akses pasar, tidak hanya sekedar network relation. 3) kepentingan strategis proyek,
melakukan pelatihan manajemen, keuangan dimana semakin tinggi proses bisnis yang
ataupun teori teori tentang pemasaran. melibatkan innovation network, semakin tinggi
ketergantungan dengan anggota lain. Hal ini
Kekuatan dan Ketergantungan Networking merupakan kelemahan karena tingkat
dan Kolaborasi ketergantungan yang semakin tinggi membuat
kekuatan kemandirian usaha kecil semakin
Networking pelaku usaha meskipun rendah. 4) ketidakpastian, kekuatan kerjasama
masih dalam level tradisional memberikan jangan diliputi ketidapastian. Hal ini sering
kekuatan bertahan hidup bahkan dapat terjadi pada pola networking ketika perilaku
meningkatkan daya saing usaha kecil mereka. partner sulit diketahui perilakunya. 5) urgensi
Kelancaran dalam proses produksi dan efisiensi dari kerjasama, dimana faktor waktu kehadiran
bahan baku membuat pelaku usaha dapat menjadi faktor penting dalam keberlanjutan
menciptakan inovasi produk baru. Pak Narto kerjasama. Kehadiran saat proses produksi
yang awalnya hanya membuat kripik kentang, ataupun hal lain sangat penting untuk mengatasi
juga membuat inovasi produk baru dengan permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga
membuat kripik singkong dan sukun. Inovasi dapat dikomunikasikan secara langsung. Fakta
proses juga dilakukan dengan membuat wajan dilapangan menunjukkan bahwa ketergantungan
yang lebih efektif dan efisien dalam yang timbul dari proses networking itu adalah
penggorengan. Kekuatan networking dalam skala dari sisi partner resources dan ketidakpastian
ini seringkali juga memaksa pelaku usaha (uncertainty).
melakukan inovasi berdasarkan pesanan
(innovation by order). Proses imitation dengan Keterbatasan finansial seringkali
menerima pesanan sesuai contoh yang dibawa membuat kemampuan berproduksi mereka
buyer sering dilakukan oleh pengusaha alat alat terbatas, karena keterbatasan modal yang
dapur. Pak Haji Ilyas dan Pak Yoyon sering dimiliki, juga gagal memberikan kepercayaan
menerima pesanan melalui sampel produk yang kepada bank untuk memberikan kredit lebih
dibawa buyer, mereka dituntut untuk segera besar. Pola kerjasama outsourcing biasanya
memutuskan apakah produk pesanan tersebut dilakukan dengan memberikan pekerjaan kepada
dapat dikerjakan atau tidak, termasuk dengan karyawan untuk dapat dikerjakan dirumah.
harga grosirnya pada hari itu juga. Hal ini jarang Outsourching ini sebenarnya lebih tepat dengan
dapat dilakukan oleh pelaku usaha lain, bahwa istilah karyawan yang bekerja borongan.
proses pengambilan keputusan berinovasi dan Karyawan model ini dapat mengerjakan tugas
memutuskan harga grosir dapat dilakukan, perusahaan di rumah dan menyetorkan kepada

194 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
perusahaan disaat tertentu dan mendapatkan gaji kesempatan mengikuti even tersebut, disamping
setiap minggu berdasarkan hasil kerjanya. Pola even tersebut juga hanya dilaksanakan sesekali
kerja sistem ini sebenarnya menciptakan saja selama setahun. Berdasarkan hasil penelitian,
sinergisitas produktivitas dan efisiensi disaat Kabupaten yang intensif mengajak pelaku usaha
yang bersamaan, karena pelaku usaha tidak perlu kecil mempromosikan produknya adalah
menyediakan tempat usaha yang luas. Risiko Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi
ketergantungannya adalah dengan sistem ini sudah memiliki kalender kegiatan selama setahun
kontrol terhadap kualitas harus dilakukan, karena yang berkaitan dengan kepariwisataan dan selalu
tentu lebih sulit mengawasi kualitas kerja melibatkan usaha kecil dalam even tersebut.
karyawan karena mereka mengerjakannya diluar Network yang sudah dilakukan menjadi inisiasi
areal perusahaan. Risiko lainnya adalah proses innovation network yang potensial,
ketergantungan yang tinggi terhadap karyawan meskipun saat ini proses tersebut belum
apabila mereka keluar dari perusahaan karena memberikan hasil, upaya pemerintah Kabupaten
alasan pindah keperusahaan pesaing ataupun Banyuwangi dalam mempromosikan daerah dan
mendirikan usaha sendiri. Hal tersebut rentan melibatkan UKM menjadi trigger proses
terjadi karena rata rata pelaku usaha yang sukses innovation network.
saat ini juga berawal dari karyawan biasa.
Berdasarkan hasil penelitian, sebenarnya
Risiko ketidakpastian juga sering terjadi peran pemerintah diharapkan dapat mendorong
karena pelaku usaha tidak memiliki kekuatan dari adanya innovation network. Pemerintah dapat
aspek legal formal berupa kesepakatan tertulis. mendorong berbagai elemen mulai dari pelaku
Kesepak atan kerjasama sering terjadi usaha, perbankan, perguruan tinggi, dan
secara informal karena didasari rasa saling perusahaan besar untuk bersinergi membuat pilot
percaya. Pelaku usaha mengatakan bahwa project innovation network. Peran pemerintah
mereka tidak terlalu mempermasalahkan proses Daerah dalam hal ini Bupati perlu memberikan
kerjasama informal seperti ini, meskipun dorongan di setiap Satuan Kerja Perangkat
beberapa pelaku usaha pernah di tipu atau Daerah (SKPD) terkait untuk membuat program
kemudian order dibatalkan sepihak, namun sinergi agar ada UKM unggulan sebagai contoh
mereka hanya menyadari bahwa itu bagian dari membentuk innovation network. Stimulasi ini
risiko bisnis yang mereka jalankan. penting karena seringkali masukan dari pelaku
usaha adalah peran pemerintah yang minim dan
Innovation Network sebagai Basis Penguatan terkesan bahwa program program pemberdayaan
Daya Saing dan pelatihan hanya bernuansa proyek semata.
Innovation network yang ada pada usaha Networking yang ada seringkali dilakukan secara
informal dan mengandalkan kepercayaan saja.
kecil di Jawa Timur masih terbatas pada efisiensi
produksi dan akses pasar. Network yang Adanya teknologi informasi yang
dilakukan masih belum pada taraf kolaborasi berkembang pesat saat ini sebenarnya
menghasilkan inovasi baru baik inovasi produk, memudahkan dalam mempromosikan dan
proses maupun inovasi teknologi. Dinas/ instansi meningkatkan akses pasar. Peran pemerintah
terkait sebenarnya sudah mengalokasikan dalam memfasilitasi promosi dan akses pasar
anggaran pemberdayaan melalui pelatihan harus dilakukan, karena tidak semua pelaku
pelatihan dan fasilitasi, namun dirasakan pelaku usaha memiliki kemampuan mengadopsi
usaha belum mampu membuat innovation teknologi internet dalam pemasaran mereka.
network. Pelaku usaha seringkali merasakan Setiap pemerintahan daerah setiap tahun
bahwa kehadiran pemerintah masih sebatas seharusnya memiliki UKM unggulan yang benar
membantu urusan perijinan usaha ataupun benar dikelola dan di support penuh untuk
sesekali memberikan fasilitasi ruang pameran. memiliki daya saing yang tinggi, sehingga akan
Even even seperti pameran memang memberikan ada beberapa UKM unggulan dalam beberapa
manfaat promosi dan akses pasar yang efektif, tahun berikutnya. Keseriusan pemerintah daerah
namun tidak semua pelaku usaha mendapat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 195
dapat terlihat dari UKM unggulan tersebut DAFTAR PUSTAKA
apakah mempunyai kontinyuitas produksi,
kualitas produk, jaminan akses pasar dan Bitzer, V and Bijman, J. 2015. From innovation
berorientasi ekport. Diferensiasi yang tinggi to co-innovation? An exploration of
UKM yang ada di daerah, akan mampu African agrifood chains. British Food
bersinergi dengan kepariwisataan daerah. Journal Vol. 117 No. 8. pp. 2182-
2199.©Emerald Group Publishing
KESIMPULAN Limited
Karakteristik unik usaha kecil di Jawa Burdon, S., Grant Richard, M and Kilidar, H.
Timur adalah upaya melakukan diferensiasi 2015. Navigating service sector
produk, menekan ongkos produksi meskipun innovation using co-creation
tidak menggunakan teknologi tinggi. Proses partnerships Journal of Service Theory
search, decision dan trial yang panjang and Practice Vol. 25 No. 3. pp. 285-
membuat banyak pelaku usaha dapat bertahan 303. Emerald Group Publishing
hidup. Proses innovation network masih dalam Limited
tahapanan inisiasi. Tidak semua pelaku usaha
menganggap penting melakukan innovation Drucker, P. F. 1991. Inovasi dan
network, dalam proses yang paling mendasar Kewiraswastaan, Praktek dan dasar-
seperti melakukan kolaborasi saja, masih banyak dasar. Penerbit Erlangga
pelaku usaha yang enggan melakukannya.
Mekanisme proses networking lebih didasari Ellitan, L. dan Anatan, L. 2009. Manajemen
faktor kepercayaan, berbagi keuntungan dan Inovasi. Bandung : Alfabeta
jaminan kualitas produk. Pelaku usaha Feigenbaum, A. and A. Karnani. 1991. Output
mengatakan bahwa seharusnya pemerintah Flexibility. A Competitive Advantage
supporting dengan fasilitasi alat produksi atau for Small Firms. Strategic Management
akses pasar, tidak hanya sekedar melakukan Journal. Vol 12, pp. 101-114
pelatihan manajemen, keuangan ataupun teori
teori tentang pemasaran. Networking pelaku Fierro, J.C., Florin J., Perez L., Whitelock J.
usaha meskipun masih dalam level tradisional 2011. Inter-firm market orientation as
memberikan kekuatan bertahan hidup bahkan antecedent of knowledge transfer,
dapat meningkatkan daya saing usaha kecil innovation and value creation in
mereka. Kelancaran dalam proses produksi dan networks. Management Decision. Vol.
efisiensi bahan baku membuat pelaku usaha 49 No. 3, pp. 444-467. Emerald Group
dapat menciptakan inovasi produk baru. Publishing Limited 0025-1747
Kekuatan networking dalam skala ini seringkali
juga memaksa pelaku usaha melakukan inovasi
berdasarkan pesanan (innovation by order).
Gardet, E. and Mothe, C. 2012. SME
Berdasarkan hasil penelitian, Kabupaten yang
dependence and coordination in
intensif mengajak pelaku usaha kecil
innovation networks. Journal of Small
mempromosikan produknya adalah Kabupaten
Business and Enterprise Development.
Banyuwangi. Network yang sudah dilakukan
Vol. 19 No. 2. pp. 263-280. Emerald
menjadi inisiasi proses innovation network yang
Group Publishing Limited
potensial, meskipun saat ini proses tersebut
belum memberikan hasil, upaya pemerintah Hill, C.W. and Jones, G.L. 1998. Strategic
Kabupaten Banyuwangi dalam mempromosikan Management: an Integrated Approach.
daerah dan melibatkan UKM menjadi trigger New York: Houghton Miffhn
proses innovation network. Company.

Hitt, M.A., Ireland. R.D. and Hoskisson, R.E.


2001. Strategic Management:

196 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Competitiveness and Globalization 4th Innovation. Imperial College Press,
Edition; Concepts. Thompson Learning, London.
United States of America
Wahyudi, E Dan Julianto, D. E. 2013. Model
Humphreys, P., McAdam, R., and Leckey, J. Sistemik Inovasi Berkelanjutan Dan
2005. Longitudinal evaluation of Kapabilitas Daya Saing Usaha Kecil
innovation implementation in SMEs. Teknologi Rendah (Non high tech) Di
European Journal of Innovation Jawa Timur. Tahun ke dua. Hibah
Management. Vol. 8 No. 3. pp. 283-304 Strategis Nasional. Dikti, DP2M

Kotler, P. & Armstrong, G. 2009. Prinsip Prinsip Wahyudi, Edy. 2013. Model akselerasi Inovasi
Pemasaran Jilid 1. Indonesia : PT Dian dan Daya Saing Usaha Kecil Non high
Rakyat. tech (Kajian Empiris Usaha Kecil di
Jawa Timur). Seminar Nasional
Liu, M., Li, M., And Zhang, T. 2012. Empirical “Networking dan Peningkatan Daya
Research On China Smes Technology Saing Usaha Kecil Mikro Berbasis
Innovation Engineering Strategy. Kreativitas”. FISIP, Universitas
System Engineering Procedia 5, Pp. Jember
372-378
Wahyudi, Edy. 2014. Improving Competitiveness
Porter, M. E. 1985. Keunggulan Bersaing, And Innovation Capability Of Small
Menciptakan dan Mempertahankan Businesses On The Basis Of High Tech
Kinerja Unggul. Penerbit Erlangga, Versus Non-High Tech. Forum
Jakarta. Tahunan Pengembangan Iptek Dan
Inovasi Nasional Iv, Tahun 2014.
Ritter, T. 2006. Communicating firm
Prosiding. Jakarta.
competencies: marketing as different
levels of translation. Industrial Wahyudi, Edy. 2015. Innovation Acceleration
Marketing Management. Vol. 35 No. 8, Model For Creative Industries In East
pp. 1032- 1036. Java. Forum Tahunan Pengembangan
Ruigrok, W.A. Pettigrew, S. Peck and R. Iptek Dan Inovasi Nasional V, Tahun
Whittington. 1999. Corporate 2015. Prosiding. Jogjakarta
Restructuring and New Forms Europe. Zuhal, M. 2010. Knowledge Management and
Management International Review. Innovation. Gramedia, Jakarta
Vol. 39, pp. 41-46.

Sanchez, A.M. and Marin, G.S. 2005. Strategic


Orientation, Management
Characteristics and Performance: A
study of Spanish SMEs. Journal of
Small Business Management. Vol. 43.
No. 43, pp. 287-308

Schilling, M. A., 2015. Manajemen Strategis


Inovasi Teknologi. Pustaka Pelajar,
Yogjakarta

Tidd, J. 2000. Measuring Strategic


Competencies: Technological Market
and Organizational Indicators of

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 197
Peluang dan Tekanan untuk Berinovasi dalam Industri Jamu
Opportunities and Pressures to Innovate in Herbal Medicine Industry
Ikbal Maulana
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (PAPPIPTEK – LIPI)
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10
Telp. 021- 5225206, Fax: 021-5201602
Email: ikbal_maulana@hotmail.com

Keyword ABSTRACT
Indonesian jamu industries, Industry of herbal medicines has high growth potential in Indonesia,
testing, innovation, because Indonesian biodiversity provides a huge amount of raw materials
traditional claim for the industry, and a large market which believe in the efficacy and safety
of herbal medicine. The lack of requirement of proving the efficacy of herbal
medicine, simply relying on the claims of the community, eases the industry
to generate new products. But on the other hand, it is also easier for
competitors from other industries (e.g. industry of conventional medicine) to
enter herbal medicine industry, and in the long run unproven claims will
reduce public confidence in the herbal medicine industry. New regulations
have been enacted to increase public confidence in herbal medicine. The
first regulation expects herbal medicine companies to implement good
manufacturing practice. The second one introduces additional categories of
preclinically and clinically tested herbal medicines: standardized herbal
medicine and phytopharmaca. However, most of herbal medicine companies
cannot implement good manufacturing practice. Even producers of
conventional medicines are more ready to take advantages of both
regulations due to their long experience in fulfilling the requirements of
standardized production and testing. While the government's initiative of
scientification of herbal medicine, which is expected to improve the
reputation of herbal medicine among health practitioners does not attract
herbal medicine industry because it only promote herbal medicines in the
form of dried plant (simplisia)
Kata Kunci SARI KARANGAN
industri jamu Indonesia, klaim Industri jamu memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di Indonesia,
turun-temurun, pengujian, karena keanekaragaman hayati Indonesia menyediakan sumber bahan baku
inovasi. yang berlimpah bagi industri, serta besarnya pasar yang mempercayai
khasiat dan keamanan jamu. Tiadanya persyaratan bagi pembuktian khasiat
jamu, cukup hanya mengandalkan klaim dari masyarakat, memudahkan
industri menghasilkan produk-produk baru. Namun di pihak lain, hal ini
juga memudahkan pesaing dari industri lain (industri obat konvensional)
untuk memasuki industri jamu, dan dalam jangka panjang klaim yang tidak
terbukti akan menurunkan kepercayaan masyarakat pada industri jamu.
Regulasi-regulasi baru sudah ditetapkan untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat pada jamu. Regulasi pertama menghendaki perusahaan jamu
untuk menerapkan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB).
Regulasi kedua memperkenalkan kategori baru dari obat herbal yang sudah
diuji secara praklinis dan klinis, yakni obat herbal terstandar (OHT) dan
fitofarmaka. Namun, mayoritas industri jamu tidak bisa menerapkan
CPOTB. Bahkan produsen obat konvensional lebih siap mengambil manfaat
dari kedua regulasi tersebut dikarenakan pengalaman panjang mereka
dalam memenuhi persyaratan produksi baku dan pengujian. Sementara
inisiatif pemerintah dalam saintifikasi jamu, yang diharapkan bisa
menaikkan citra jamu di kalangan praktisi kesehatan, tidak menarik industri
jamu karena ini hanya mempromosikan jamu dalam bentuk bahan tanaman
yang dikeringkan (simplisia).

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

198 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
yang sudah diregistrasi di BPOM pada 23 April
1. PENDAHULUAN
2012 sebesar 10.526 yang jauh melampaui obat
Berbagai jenis tanaman telah dimanfaatkan konvensional yang berjumlah 1.663 (Laporan
masyarakat di berbagai belahan dunia untuk Tahunan Badan POM 2011), walaupun pada
pengobatan jauh sebelum obat kimia dikenal. tahun 2013 jumlah obat yang teregistrasi sebesar
Menurut Ramawat et al. (2009), sistem 2596 melebihi obat herbal yang berjumlah 1756 2.
pengobatan Ayurveda dari India diduga Dilihat dari pertimbangan ekonomi, obat
dikembangkan antara 2500 dan 500 SM. konvensional merupakan tiruan dari obat Barat
Sementara sistem pengobatan tradisional Cina yang patennya sudah kadaluarsa namun masih
seperti Yellow Emperor’s Inner Classic (Hung Di menggantungkan bahan baku impor. Sementara
Nei Jing) dikembangkan antara 200 SM sampai obat obat herbal lebih mengandalkan pada bahan
100 M; sedangkan Divine Husband-man’s baku lokal.
Classic of Materia Medica (Shen Nong Ben Cao
Pertumbuhan pasar internasional dari obat herbal
Jing) dikembangkan antara 25-220 M. Di
tidak diimbangi dengan pengembangan standar
Indonesia sendiri, obat herbal yang kini lebih
yang diterima secara internasional dan metoda
dikenal sebagai jamu telah digunakan secara luas
yang sesuai untuk mengevaluasinya, padahal isu
oleh berbagai suku di Indonesia. Meskipun
keamanan dan manfaat obat herbal, termasuk
pendokumentasiannya masih lemah, sehingga
masalah pengendalian kualitas menjadi perhatian
asal-usulnya sulit dilacak secara pasti, tapi sudah
baik otoritas kesehatan maupun masyarakat
dikenal naskah-naskah kuno mengenai jamu,
(WHO, 2005, hal. iii).
antara lain di Jawa disebut husodo, dan di Bali
disebut Usada. Tidak adanya standar yang diterima secara
internasional, membuat pasar obat herbal lebih
Selain pasar dalam negeri yang besar, dan relatif
mengandalkan pertumbuhannya di negara
tidak terganggu persaingan dari pemain asing,
asalnya masing-masing. Di satu sisi, pasar
ekspor industri jamu juga meningkat. Pada tahun
masing-masing jadi terlindungi dari persaingan
2002 ekspor jamu Indonesia telah mencapai AS$
dengan obat tradisional pihak luar. Namun, di sisi
29 juta (Indonesian Commercial Newsletter;
lain perluasan pasar juga sulit dilakukan. Tanpa
November 5, 2002 dikutip dalam ITC, 2005).
standar internasional dan metoda pengujian obat
Sedangkan menurut Sampurno (2007)
herbal, persaingan terbesar bukan antar-obat
pertumbuhan obat herbal selama 5 tahun terakhir
herbal, tetapi antara obat herbal dengan obat
rata-rata 15 persen dan sebagian besar dipasarkan
konvensional atau kimia. Jika masalah standar
di dalam negeri. Ini dikarenakan ketersediaan
dan metoda evaluasi ini tidak diselesaikan, cepat
bahan baku lokal yang melimpah. Secara
atau lambat masalah ini akan merugikan industri
internasional peningkatan ekspor jamu atau obat
obat herbal, karena ketiadaan legitimasi dan
herbal makin terbuka seiring dengan makin
pembuktian ilmiahnya.
populernya di banyak masyarakat, termasuk di
negara maju, untuk “kembali ke alam”. Ini bisa Setiap industri harus bisa bertahan, dan satu cara
dibandingkan dengan ekspor obat moderen yang terpenting dalam bertahan adalah dengan
juga sudah lama dilakukan Indonesia, namun melakukan inovasi. Industri jamu memiliki
karena persaingan dengan Cina yang merupakan tantangan besar, yakni belum diterima oleh
pemasok penting bahan baku obat, dan India sistem pelayanan kesehatan nasional. Selain itu,
yang unggul dalam produksi obat generik, ekspor industri jamu tidak akan bisa terus-menerus
obat dari Indonesia tidak begitu berarti sehingga tumbuh jika hanya mengandalkan formulasi
BPS memasukkannya ke dalam lain-lain (others) lama. Karena itu inovasi di berbagai aspek
dalam data statistik nasional (ITC, 2005). industri perlu dilakukan dalam industri ini.
Tekanan terhadap industri jamu untuk melakukan
Persyaratan yang lebih longgar untuk
mendapatkan ijin edar bagi jamu atau obat herbal
membuat pengembangan obat herbal lebih mudah
dilakukan. Ini bisa dilihat dari jumlah obat herbal 2 Dilihat dari yang ditayangkan di situs Badan POM
(www.pom.go.id) pada 11 Desember 2013.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 199
inovasi datang dari pasar, pesaing, baik intra- konvensional yang bersasaran tunggal.
maupun antar-industri, serta regulator. Pendekatan obat herbal yang holistik ini di mata
pendukungnya dianggap tepat karena sistem
Makalah ini akan mengupas peluang serta
biologi dari tubuh manusia juga bersifat holistik.
tekanan terhadap industri jamu untuk melakukan
Karena itu pendekatan yang tepat adalah dengan
inovasi. Kondisi industri, persaingan di dalam
melakukan pengamatan, pengukuran sebanyak
maupun antar-industri, dan regulasi bisa memberi
mungkin parameter dalam sistem biologi dan
ruang sekaligus ancaman bagi pelaku-pelaku
sesudah itu menggunakan chemometrics untuk
industri jamu. Peluang bagi satu perusahaan, bisa
mengungkapkan makna dari data. Pendekatan ini
menjadi ancaman bagi perusahaan lain. Peluang
telah berhasil digunakan untuk mempelajari
yang terjadi saat ini bisa menjadi ancaman di
tanaman obat-obatan dan obat-obatan berbasis
masa mendatang.
alam klasik (Verpoorte , 2009).
Pendekatan yang multi-sasaran inilah yang
2. STUDI PUSTAKA membuat sistem pengobatan Ayurveda menarik
2.1 Perkembangan Jamu di Beberapa Negara perhatian untuk mengobati penyakit yang tidak
ada obat moderen yang memadai untuk
Jamu telah digunakan cukup lama oleh mengatasinya seperti penyakit yang disebabkan
masyarakat. Cara pembuatan dan apa khasiatnya penyimpangan metabolik atau penyakit
umumnya diajarkan secara lisan dari generasi ke degeneratif. Penyakit-penyakit seperti ini
generasi. Banyak masyarakat yang memiliki penyebab multi-faktor. Dalam kondisi
menyimpulkan dari sepanjang pengalaman seperti ini kombinasi dari sejumlah obat yang
mereka menggunakannya, jamu tidak memiliki bereaksi secara serentak dianggap lebih efektif
efek samping. Kepercayaan ini lebih kuat lagi daripada obat yang hanya mengarah pada satu
pada obat herbal yang pendokumentasiannya sasaran (Ramawat dkk, 2009, hal. 10). Obat
lengkap, seperti sistem pengobatan herbal India tradisional baik Ayurveda, TCM maupun jamu
dan Cina, yang sudah dikembangkan dan menggunakan pendekatan multi-sasaran, karena
dimanfaatkan sejak sebelum Masehi. Ciri utama setiap tanaman obat memiliki kandungan yang
dari obat herbal ini dibandingkan dengan obat beragam.
konvensional Barat adalah efek multi-sasaran
dari obat herbal ini (pendekatan holistik) yang Selain karena filosofinya yang berbeda, cara
merupakan basis mendasar dari penggunaannya evaluasi yang reduksionis dari metoda
(Ramawat, 2009, hal. vii). Hal ini dikarenakan pengobatan Barat jika diterapkan pada jamu
“Satu tanaman obat bisa mengandung ratusan akan memakan waktu dan biaya yang sangat
penyusun alami, dan produk obat herbal besar, karena cara pengobatan moderen ini
campuran bisa mengandung beberapa kali dari dilakukan dengan mengisolasi senyawa dalam
jumlah tersebut. Jika setiap kandungan aktif keadaan paling murni dan mengevaluasi sifat-
harus diisolasi dari setiap bahan tanaman, waktu sifat farmakologinya. Cara ini sudah diterapkan
dan sumberdaya yang dibutuhkannya akan sangat pada penemuan obat moderen dari bahan alami,
besar. Analisis seperti itu dalam praktik adalah termasuk herbal, yang diperkirakan bisa
tidak mungkin, terutama dalam hal obat herbal membutuhkan biaya sampai AS$500 juta, dan
campuran” 3 (WHO, 2005, hal. iii). sangat memakan waktu 5 sampai 6 tahun pada
tahun 1980-an dan menjadi 15 sampai 22 tahun
Pengobatan obat herbal yang multi-sasaran di abad 21 ini (Ramawat et al., 2009, hal. 13).
menuntut metoda evaluasi yang berbeda dari obat
Ketiadaan standar pengujian internasional
membuat obat herbal memiliki beragam status
3 “A single medicinal plant may contain hundreds of regulatory dan istilah. Ada negara yang bersedia
natural constituents, and a mixed herbal medicinal product
may contain several times that number. If every active menganggapnya sebagai obat untuk diresepkan
ingredient were to be isolated from every herb, the time and (prescriptive medicine), ataupun obat yang dijual
resources required would be tremendous. Such an analysis
may actually be impossible in practice, particularly in the
bebas atau over-the-counter (OTC), namun ada
case of mixed herbal medicines.”

200 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
yang hanya menganggapnya sebagai makanan 2.2 Perkembangan Jamu di Indonesia
pelengkap (supplement), makanan kesehatan,
Jamu memiliki sejarah panjang di Indonesia. Di
makanan fungsional, phytoprotectant, atau istilah
Bali penulisan tentang jamu di daun lontar sudah
lain. Tidak ada konsistensi dalam penggunaan
dilakukan sejak abad 11, dan pada abad 14 dan
istilah ini dari satu negara ke negara lain
15 sudah tersebar luas di masyarakat (Connor,
(Robinson & Zhang, 2011, hal. 1). Beragamnya
2008). Penulisan di daun lontar in rentan
pengistilahan ini, menunjukkan beragamnya
termakan waktu, karena itu setiap 30 tahun sekali
penerimaan obat herbal oleh otoritas kesehatan di
dilakukan penulisan ulang di daun lontar yang
berbagai negara (WHO, 2002):
baru. Di Jawa, buku yang berisi racikan jamu
(1) Ada negara yang memberlakukan sistem pertama kali muncul pada tahun 1831, yakni
integratif, di mana obat herbal dan obat Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi. Buku ini
tradisional lainnya, terintegrasi dalam sistem memuat 1700 jenis ramuan pengobatan
pelayanan kesehatan nasional, yang tersedia (Jumarani, 2009). Namun, masyarakat Jawa
di rumah sakit dan bisa dibiayai perusahaan sudah mengenal jamu jauh sebelum ditulisnya
asuransi. Juga ada kegiatan litbang maupun buku ini. Namun, meskipun masyarakat telah
pendidikan formal di bidang pengobatan terlebih dahulu mengenal jamu, reputasinya
tradisional ini. Negara yang menganut sebagai sesuatu yang bisa diandalkan untuk
sistem ini adalah Cina, Korsel, Korut dan mengatasi masalah kesehatan, akhirnya
Vietnam. dilampaui oleh cara pengobatan barat yang
diperkenalkan Belanda yang mengandalkan obat
(2) Ada negara yang memberlakukan sistem
kimia.
inklusif, yakni mengakui sistem pengobatan
tradisional, namun belum Indonesia awalnya adalah negara yang menganut
mengintegrasikannya secara penuh ke dalam sistem toleran, namun kini mulai mengupayakan
semua aspek pelayanan kesehatan, untuk menggunakan sistem inklusif. Ini
pendidikan maupun pelatihan. Asuransi ditunjukkan dengan diakomodasinya fitofarmaka
kesehatan masih belum mengganti dalam sistem kesehatan moderen, serta adanya
perawatan dengan pengobatan tradisional, upaya saintifikasi jamu. Dari segi bahan baku
pendidikan pengobatan tradisional juga obat herbal, Indonesia memiliki keanekaragaman
belum tersedia sampai tingkat universitas, hayati yang lebih kaya dari Cina atau India;
dan tidak ada regulasi ataupun regulasinya secara tradisi penggunaan jamu sudah meluas di
masih parsial. Jadi, berbagai aspek ini masih masyarakat, sehingga pasar dan industrinya tidak
dalam fase transisi, dan bisa mengarah bisa diabaikan oleh pemerintah. Karena itulah,
menjadi sistem integratif. Negara baik dari perspektif pelayanan kesehatan maupun
berkembang yang menganut sistem inklusif ekonomi, Indonesia harus mengembangkan
adalah Equatorial Guinea, Nigeria dan Mali kebijakan dan strategi untuk mengoptimalkan
yang memiliki kebijakan pengobatan pemanfaatan jamu. Dari 191 negara anggota
tradisional nasional namun tidak atau sedikit WHO hanya 25 anggota yang mengembangkan
memiliki regulasinya. Sedangkan negara kebijakan mengenai pengobatan tradisional
maju seperti Kanda dan Inggris tidak (WHO, 2002). Manfaat dari kebijakan ini
memiliki pendidikan tingkat universitas di adalah:
bidang ini, namun membuat upaya terpadu
“... memberikan dasar yang kuat untuk
untuk menjamin kualitas dan keamanan
mendefinisikan peran pengobatan tradisional
pengobatan tradisional.
dalam pelayanan perawatan kesehatan
(3) Ada negara yang menganut sistem toleran, nasional, memastikan agar mekanisme
yang sistem pelayanan kesehatannya peraturan dan legal diciptakan untuk
didasarkan sistem kedokteran moderen, mempromosikan dan memelihara praktik
namun tidak melarang penggunaan obat baik, bahwa akses diperoleh dengan cara
tradisional di masyarakat. yang sama/adil, dan keotentikan, keamanan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 201
dan manfaat dari terapi bisa dipastikan. Ini berkembang untuk tumbuh menjadi industri yang
juga bisa membantu meyakinkan penyediaan penting.
sumberdaya finansial yang cukup bagi
Kedua, perlindungan hak kekayaan intelektual
penelitian, pendidikan dan pelatihan”
dalam pengembangan jamu. Upaya untuk
(WHO, 2002, hal.3).
meningkatkan legitimasi ilmiah jamu dilakukan
Hal lain yang lebih menekan industri jamu dengan upaya uji pra-klinis, sehingga jamu bisa
dibandingkan pada industri obat konvensional mendapatkan status sebagai obat herbal
adalah persoalan kelembagaan. Industri jamu dan terstandar (OHT), dan bisa ditingkatkan lagi
obat konvensional ada di dalam lingkup dengan uji klinis, sehingga meningkat menjadi
Kementerian Kesehatan, bukan Kementerian fitofarmaka. Namun, biaya uji pra-klinis dan
Perindustrian. Kementerian Kesehatan lebih klinis ini cukup mahal, sementara bentuk
berfokus pada penyediaan sistem pelayanan perlindungan intelektual hanya berupa pemberian
kesehatan – termasuk di dalamnya adalah obat- label OHT atau fitofarmaka pada kemasan.
obatan – yang bisa diandalkan sekaligus Padahal pengujian ini memberikan bukti pada
terjangkau, bukan pada menumbuhkan industri. ramuan jamu yang ada, sehingga menguntungkan
Pernyataan “bisa diandalkan” mengimplikasikan perusahaan lain yang memproduksi jamu yang
adanya cara pengujian yang dianggap sahih, sama walaupun tidak mendapatkan label OHT
ataupun diterima secara internasional. Cara atau fitofarmaka. Bahkan, kalaupun perusahaan
pengujian seperti ini tidak dimiliki industri jamu, lain melakukan pengujian pada ramuan jamu
oleh karena itu industri jamu saat ini masih sejenis, maka ia bisa melakukannya dengan
belum menjadi bagian dari sistem pelayanan mudah, dengan hasil yang bisa diduga, karena
kesehatan yang menjadi bagian dari kebijakan ramuan ini sudah terbukti berhasil diuji oleh
pemerintah. perusahaan sebelumnya. Persoalan ini terjadi
dikarenakan “UU paten saat ini menuntut
penemuan yang inovatif dan tak terduga,
2.3 Masalah-Masalah dalam Pengembangan pengembangan pengetahuan lama tidak
Jamu memenuhi tuntutan ini. Oleh karena itu, untuk
Ulasan pustaka menunjukkan bahwa dalam mendukung pengembangan obat tradisional
pengembangan industri jamu terdapat masalah- berbasis-bukti, akan sangat menarik jika
masalah sebagai berikut: perlindungan bisa didapat perusahaan yang
mengembangkan obat-obatan tersebut sehingga
Pertama, tidak adanya standar internasional mereka bisa mendapatkan keuntungan dari
menyebabkan pengembangan obat tradisional investasi litbang yang besar yang telah mereka
sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi dan bukti keluarkan” 4 (Verpoorte, 2009, hal. 1).
empiris yang dikenali masyarakat pengguna,
sementara untuk menjadikannya bagian dari Ketiga, tingginya biaya, keahlian dan teknologi
sistem pengobatan moderen diperlukan yang dibutuhkan. Saat ini industri jamu lebih
eksperimen dan studi klinis. Sejauh ini obat mengandalkan pada formula yang sudah dikenali
moderen menjadi fokus utama kebijakan dan khasiatnya sejak lama secara turun-temurun.
regulasi yang menuntut pengembangannya Keanekaragaman hayati di Indonesia mestinya
didasarkan pada metoda evidence-based medicine memungkinkan penemuan jamu yang baru,
(EBM) (Melzer & Saller, 2009, hal. 116). Bagi namun ini membutuhkan kombinasi upaya dari
negara berkembang fokus pada pengobatan banyak ilmuwan dengan berbagai latar belakang,
moderen ini tidak menjadi masalah karena obat seperti biologi, biologi molekuler, farmasi, kimia,
moderen telah banyak diteliti dan dikembangkan dan lainnya untuk men-screening produk.
di negara-negara maju dan sebagian besar obat
4 ...present-day patent laws require innovative and
konvensional yang dibutuhkan telah habis masa unexpected findings, the development of old knowledge does not fit
this requirement. Therefore, to support the development of
patennya sehingga negara berkembang tinggal evidence-based traditional medicines, it would be of great interest if
menirunya. Namun, hal ini akan menyisihkan some sort of protection could be obtained for companies developing
such medicines so that they could earn back their huge R&D
industri obat tradisional atau herbal di negara investments.

202 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Teknik-teknik yang perlu dikembangkan adalah WHO Regional Office dan negara-negara
teknik isolasi untuk analisa farmakologi, anggota, telah menghasilkan seri dokumen teknis
bagaimana menghasilkan sampel yang cukup dalam bidang ini, termasuk penerbitan Good
banyak dari tanaman yang diidentifikasi secara Agricultural and Collection Practices (GACP)
benar untuk keperluan high-throughput screening dan Good Manufacturing Practices (GMP),
(HTS), pengaturan untuk uji pra-klinis bersama dengan dukungan teknis lainnya, untuk
(farmakologi, toksikologi, pharmacokinectics dan membantu dengan penetapan standar dan
drug delivery) dan, terakhir, pengaturan untuk uji penciptaan produk berkualitas tinggi” (Robinson
klinis, dan keseluruhan proses ini bisa & Zhang, 2011, hal. 1)
membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun
(Ramawat et al., 2009, hal. 13). Lamanya waktu
dan juga prosesnya yang lebih rumit dari metoda 3. METODE PENELITIAN
penemuan obat lainnya membuat banyak Penelitian tentang kegiatan inovasi di industri
perusahaan farmasi yang menurunkan upaya dan jamu masih jarang dilakukan. Tulisan berkenaan
pendanaan mereka untuk kegiatan penelitian dengan jamu kebanyakan membahas jamu dari
produk alami. segi teknis, seperti mengenai khasiat atau
Keempat, pengembangan industri jamu tidak bisa berbagai pengujian lainnya. Ini yang, antara lain,
dilakukan oleh industri jamu sendiri yang terlihat pada tulisan-tulisan di Majalah Obat
kebanyakan industri kecil dan menengah. Apa Tradisional yang diterbitkan Fakultas Farmasi
lagi banyak teknologi canggih yang diperlukan, UGM. Kalaupun ada yang membahas aspek
antara lain teknologi untuk mengisolasi senyawa bisnis dari industri jamu, yang dibahas adalah
aktif secara cepat dalam jumlah besar untuk mengenai daya saing bisnis dan kegiatan
keperluan evaluasi ilmiah serta pengetahuan pemasaran jamu. Ini bisa dimaklumi, karena di
untuk mempertahankan keanekaragaman hayati Indonesia kajian mengenai inovasi – tidak hanya
(Ramawat dkk., 2009, hal. 30). Karena hal ini di industri jamu, tetapi juga industri lainnya –
tidak bisa dipenuhi oleh industri maka Ramawat relatif jarang dilakukan.
dkk. menyarankan untuk membentuk kerja sama Unit analisis dari kajian ini adalah industri jamu,
dengan kesepakatan bagi-keuntungan (profit- bukan perusahaan jamu. Topik yang hendak
sharing agreements) antara lembaga utama dieksplorasi adalah peluang dan tekanan untuk
(leading institute), perusahaan farmasi di negara berinovasi yang harus dihadapi keseluruhan
maju, organisasi di negara berkembang di mana industri yang disebabkan oleh kondisi pasar,
banyak tanaman obatnya masih belum internal ataupun antar-industri, dan regulasi.
dieksplorasi.
Terbatasnya pustaka dan data yang bisa diakses
Masalah-masalah di atas membuat banyak negara publik membuat studi ini harus mengandalkan
kesulitan mendorong pengembangan jamu atau informasi melalui wawancara dengan para pelaku
obat tradisionalnya. Walaupun jamu atau obat industri maupun pihak lain – akademisi atau
tradisionalnya telah digunakan secara luas di peneliti – yang berhubungan dengan
masyarakatnya masing-masing, sifatnya yang jamu/farmasi, yakni satu pengusaha jamu, dua
khas, membuatnya membutuhkan sistem manajer litbang dari dua perusahaan jamu yang
pengujian sendiri yang sekaligus tidak berbeda, dua pengajar dari UGM di mana salah
melemahkan basis industri tradisionalnya yang satunya banyak terlibat dalam proses harmonisasi
umumnya UKM. Rumitnya pengembangan peraturan jamu tingkat ASEAN.
maupun evaluasi jamu membuat perhatian
kemudian dialihkan pada pengendalian kualitas Pengumpulan data dan analisis dilakukan secara
di rantai pasoknya. Namun, karena banyak iteratif. Isu penting yang diangkat satu
penggiat jamu adalah industri kecil dan narasumber akan digali lebih lanjut dari
tradisional, pengendalian kualitas, keamanan dan narasumber lainnya, sehingga bisa dibandingkan
manfaat dalam produksi ini cukup sulit dilakukan dengan konfirmasi dan kontra-argumennya.
juga. Untuk itu “... WHO, bekerja sama dengan Dalam melakukan analisa akan dilihat peluang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 203
dan tekanan terhadap industri, dan bagaimana oleh perusahaan-perusahaan yang sebelumnya
para pelaku industri merespon peluang dan dikenal sebagai produsen obat konvensional.
tekanan tersebut melalui inovasi. Misalnya Soho Group, Kalbe, Dexa Medica yang
bisnis utamanya adalah obat konvensional, juga
masuk dalam sektor industri jamu dan ternyata
4. DATA DAN ANALISIS sukses dalam memasarkan produk mereka.
4.1 Inovasi Produk Peraturan Kepala BPOM Nomor:
Secara tradisional jamu dijual dalam bentuk HK.00.05.41.1384 memungkinkan industri untuk
simplisia, yakni bahan tanaman yang telah mendaftarkan jamu dengan klaim baru dengan
dikeringkan, ataupun dijual dalam bentuk cair cara menyerahkan “dokumen yang mendukung
oleh bakul jamu gendong. Cara pengolahan yang klaim indikasi sesuai jenis dan tingkat
sederhana ini membatasi ekspansi bisnis jamu, pembuktian” (Pasal 16 Ayat (1) hurud b). Karena
karena jamu menjadi cepat kadaluarsa ataupun persyaratan pembuktian ini tidak ketat, maka
ataupun mudah rusak pada saat jamu dengan khasiat baru tetap bermunculan.
pendistribusiannya. Bisnis jamu bisa tumbuh Menurut Bapak Dr. L.B. Kardono dari LIPI,
besar setelah jamu bisa diolah dalam bentuk terjadi siklus 5 tahunan untuk jamu/obat herbal
serbuk dan dijual dalam kemasan-kemasan kecil. baru. Misalnya di masyarakatnya kita pernah
populer virgin coconut oil (VCO), jamu dari buah
Di sebagian masyarakatnya awalnya jamu lebih mengkudu yang diubah dalam berbagai bentuk
dikenal dibandingkan dengan obat konvensional sediaan, lalu buah merah, dan lain-lain. Apa yang
(kimia), namun dalam perkembangannya, karena sempat dianggap berkhasiat dan memberikan
program kesehatan dari pemerintah hanya harapan oleh masyarakatnya setelah sekian
mengandalkan pada obat konvensional ini, periode kehilangan daya tariknya lagi. Namun,
penggunaan obat menjadi lebih dominan kemudian muncul obat herbal baru lagi yang
dibandingkan jamu. Ini yang kemudian walaupun pembuktiannya belum jelas, tetapi
mendorong industri untuk melakukan inovasi disambut pasar dengan penuh antusias. Misalnya,
untuk menghasilkan jamu dalam berbagai bentuk saat ini berbagai produk herbal yang berasal dari
sediaan, sebagaimana bentuk sediaan obat kulit buah manggis beredar di pasaran. Hal ini
konvensional, seperti tablet, kapsul dan sirup. merupakan mitos yang untuk sementara bisa
Selain itu, jamu yang awalnya dikenal memiliki dianggap sebagai peluang, namun dalam jangka
rasa pahit, oleh industri juga telah diubah panjang mitos-mitos yang tak terbukti ini bisa
menjadi memiliki berbagai rasa, terutama untuk menggerus reputasi industri jamu itu sendiri.
produk anak-anak. Dalam perkembangannya,
pelaku-pelaku industri obat konvensional yang
telah memiliki kemampuan teknologinya, lebih 4.2 Dari Jamu ke OHT ke Fitofarmaka
bisa memanfaatkan peluang inovasi produk ini
Khasiat jamu didasarkan atas klaim masyarakat
dibandingkan dengan pelaku industri jamu.
luas secara turun-temurun yang oleh pelaku
Misalnya produk andalan Soho Group berasal
industri jamu disebut sebagai bukti empiris.
dari temulawak yang diturunkan menjadi
Karena itulah pelaku industri tidak merasa perlu
beberapa produk, yaitu Curcuma® & Curvit®
untuk melakukan pengujian pada jamu yang
(untuk penambah nafsu makan), Curcuma® plus
khasiatnya sudah dipercaya masyarakat sejak
Emulsion & Curvit® CL Emulsion® (untuk
lama. Namun, dalam praktiknya industri juga
pertumbuhan anak), Curmax® & Curliv®
menghasilkan jamu-jamu baru dengan klaim-
(hepato protector), Curcuma Plus Milk (produk
klaim manfaat yang baru, yang sebelumnya tidak
susu untuk anak-anak), dan Curcuma plus Imuns
dikenal masyarakat. Ini berarti masyarakat secara
(untuk meningkatkan imunitas tubuh).
turun-temurun belum membuktikannya. Tiadanya
Persyaratan regulatori yang rendah dalam industri keharus pembuktian terhadap jamu yang baru ini
jamu, membuat peluang untuk melakukan inovasi bisa merugikan masyarakat, walaupun tidak
produk lebih terbuka. Kesempatan ini juga dilihat pernah ada gugatan dari masyarakat terhadap

204 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
industri jamu. Dalam jangka panjang, hal ini juga Frontier Consulting Group pada Stimuno,
bisa menurunkan kepercayaan masyarakat fitofarmaka yang diproduksi Dexa Medica,
terhadap industri jamu. menunjukkan obat tradisional yang teruji bisa
lebih mudah mendapatkan kepercayaan
Untuk mengakomodasi kedua kepentingan, yakni 6
masyarakat . Stimuno ini bahkan telah diekspor
masyarakat dan industri jamu, telah ditetapkan
ke sejumlah negara di Asia.
Peraturan Kepala BPOM Nomor:
Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Namun, kemampuan mengakses pasar bisa lebih
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat penting dari pada khasiat suatu obat tradisional.
Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka. Masyarakat PT Nyonya Meneer sudah mengembangkan
bisa mengetahui obat herbal dengan berbagai fitofarmaka, yakni Rheumaneer, yang
tingkat pengujiannya, mulai dari jamu yang mendapatkan izin edar pada Februari 1999.
berdasarkan klaim, dan OHT dan fitofarmaka Menurut Dr. Charles Saerang, CEO dari PT Jamu
yang sudah dilakukan pengujian. Bagi pelaku Nyonya Meneer, perusahaannya membutuhkan
industri jamu, hal ini relatif meringankan, jika biaya sampai 2 miliar untuk menghasilkan
mereka mampu melakukan pengujian mereka fitofarmaka ini. Biaya besar ini diperlukan untuk
bisa memproduksi OHT dan fitofarmaka, namun, membiayai uji klinis yang harus dilakukan
jika tidak, mereka bisa memproduksi jamu yang dokter/rumah sakit terhadap pasien. Yang
berdasarkan klaim masyarakat. menjadi masalah, pada akhirnya, adalah
pasarnya. “Belum tentu pasarnya ada,” kata
Dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Kepala BPOM
Saerang. Dan apa yang diinvestasikannya belum
tersebut dinyatakan ”Jamu adalah obat tradisional
kembali modalnya.
Indonesia”. Sedangkan “Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan Menurut Saerang, PT Nyonya Meneer satu-
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan satunya perusahaan jamu yang membuat
sarian (galenik) atau campuran dari bahan fitofarmaka, lainnya adalah perusahaan obat. Ini
tersebut, yang secara turun-temurun telah bukan karena secara teknologi lainnya tidak
digunakan untuk pengobatan berdasarkan mampu, tetapi karena pasarnya tidak ada. Dokter
pengalaman” (ayat 1). Sementara “Obat herbal juga tidak meresepkan fitofarmakanya meskipun
terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang sudah lulus uji klinis.
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
Jadi, pertama, perlu dilihat apakah produk
ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya
tersebut memiliki potensi pasar yang besar,
telah di standarisasi” (ayat 3), dan “Fitofarmaka
misalnya potensi pasar Rheumaneer yang
adalah sediaan obat bahan alam yang telah
digunakan untuk mengobat rematik adalah di
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
bawah potensi pasar dari Stimuno yang
ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan
digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh,
baku dan produk jadinya telah di standarisasi”
khususnya anak-anak. Kedua, pemasaran sangat
(ayat 4).
penting untuk mempromosikan bahwa
Saat ini telah ada 6 produk fitofarmaka. fitofarmaka ini telah teruji secara klinis, tidak
Sedangkan jumlah obat herbal terstandar (OHT), semata-mata berdasarkan klaim sekelompok
menurut Direktur Bina Pelayanan Kesehatan masyarakat. Jaringan pemasaran, lebih-lebih
Tradisional, Alternatif, dan Komplementer untuk masuk ke lingkungan medis, sangat
Kementerian Kesehatan, Abidinsyah Siregar, ada berperanan penting. Dexa Medica yang sudah
38 dari sekitar 19.736 jamu 5. Masyarakat berpengalaman memproduksi dan
memang belum banyak mengetahui perbedaan mendistribusikan obat konvensional relatif cukup
antara jamu, OHT dan fitofarmaka. Namun, mudah dalam mengupayakan agar
penghargaan Top Brand for Kids 2010 dari fitofarmakanya diresepkan dokter.

5 6
http://health.kompas.com/read/2012/07/31/205253 http://health.kompas.com/read/2010/04/29/18362196/Fitofarmaka.
18/Obat.Herbal.Terstandar.Masih.Sangat.Minim. Semakin.Diakui

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 205
Ketiadaan jaringan pemasaran yang menjangkau Kalangan dokter sudah dilibatkan dalam program
para dokter ini yang membuat Rheumaneer tidak saintifikasi jamu ini, dan mereka telah
pernah diresepkan dokter. Secara bisnis tidak membentuk Perhimpunan Dokter Herbal Medik
akan menguntungkan bagi PT Nyonya Meneer Indonesia (PDHMI) yang dideklarasikan pada
untuk membangun jaringan pemasaran tersebut tanggal 10 Juni 2009 dan bernaung di bawah
karena perusahaan ini hanya memiliki satu Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
produk fitofarmaka, sedangkan yang lainnya
adalah jamu. Ini berbeda dengan Dexa Medica
yang memang memiliki banyak obat yang bisa 4.4 Inovasi Proses
diresepkan dokter. Inovasi proses perlu dilakukan karena
pengolahan bahan herbal menuntut perlakuan
yang lebih rumit daripada bahan obat kimia.
4.3 Saintifikasi Jamu
Bahan herbal gampang sekali tercemari mikroba.
Secara resmi Indonesia masih belum meregulasi Jika pengendalian mutu pada proses pembuatan
pengintegrasian jamu dalam sistem pelayanan jamu ini lemah, maka dampaknya tidak hanya
kesehatan nasional. Namun, dalam skala terbatas merugikan perusahaan tersebut, tetapi juga
program saintifikasi jamu yang dilakukan industri secara keseluruhan yang diakibatkan oleh
Kementerian Kesehatan bisa dilihat sebagai menurunnya kepercayaan masyarakat pada
upaya ke arah tersebut. Sebagaimana disebutkan industri. Untuk melindungi kepentingan
dalam Permenkes Nomor: masyarakat inilah industri jamu diwajibkan
003/MENKES/PER/I/2010 Tentang Saintifikasi melaksanakan cara pembuatan obat tradisional
Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan yang baik (CPOTB) sebagaimana tertera dalam
Kesehatan Pasal 2, saintifikasi jamu ini ditujukan Peraturan Kepala BPOM Nomor:
untuk “Memberikan landasan ilmiah (evidence HK.00.05.41.1384. Menurut Dr. Charles Saerang,
based) penggunaan jamu secara empiris melalui kewajiban penerapan CPOTB ini diturunkan dari
penelitian berbasis pelayanan kesehatan” dan CPOB untuk industri farmasi. Ini sangat
“Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau memberatkan industri jamu yang mayoritas
dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai adalah industri kecil. CPOTB ini memaksa
peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, industri memperbaiki fasilitas produksi mereka.
rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan Sementara ini bentuk keringanan terhadap
jamu”. industri jamu hanya berupa penundaan penerapan
CPOTB. Namun, cepat atau lambat industri jamu
Namun, upaya ini tidak melibatkan industri jamu
harus menerapkannya, karena ini demi
karena yang digunakan adalah simplisia. Pelaku
kelangsungan hidup mereka sendiri juga.
utama dalam kegiatan ini adalah Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Menurut R&D Manager PT Sidomuncul Wahyu
Obat Tradisional (B2P2TOOT) yang ada di Widayani industri farmasi konvensional lebih
Tawang Mangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Dr. mampu menerapkan CPOTB. Ini dikarenakan
Charles Saerang menginginkan agar yang CPOTB memang diturunkan dari CPOB. Namun,
digunakan produk dari industri jamu, walaupun saat ini Sidomuncul sudah menerapkan CPOB,
tetap harus melalui proses pengujian. Jika dan menjadi satu-satunya perusahaan jamu yang
saintifikasi jamu tidak melibatkan industri jamu, mendapatkan sertifikat CPOB.
maka upaya ini tidak akan berkontribusi
mendorong pertumbuhan industri jamu. Jika
simplisia yang digunakan, maka – menurut 5. SIMPULAN
Prof.Dr. Suwidjiyo Pramono dari Fakultas Peluang inovasi pada jamu cukup tinggi, karena
Farmasi UGM – marjin keuntungan sangat tingginya keanekaragaman hayati Indonesia, dan
rendah, sehingga tidak menarik bagi industri masih banyak obat tradisional dari suku-suku
jamu. terpencil yang belum dipopulerkan secara
nasional. Dari pembahasan sebelumnya bisa

206 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
disimpulkan beberapa hal yang menjadi peluang obat konvensional daripada produsen jamu. Ini
sekaligus tekanan untuk berinovasi bagi industri dikarenakan produsen obat konvensional lebih
jamu, namun juga bisa menjadi ancaman bagi memiliki kemampuan produksi dan pengujian
kelangsungan bisnis industri ini jika mereka tidak dibandingkan produsen jamu. Selain itu
bisa memenuhinya. pengklasifikasian ini juga menempatkan "jamu"
pada ketegori paling rendah - yakni di bawah
Pertama, rendahnya atau tiadanya persyaratan
OHT dan fitofarmaka - dari pengklasifikasian ini.
bagi pembuktian khasiat jamu. Di satu pihak hal
ini memberi peluang bagi industri jamu untuk Selain itu yang membuat produsen jamu kurang
menghasilkan produk-produk baru hanya terdorong untuk meningkatkan produk jamunya
berdasarkan klaim masyarakat saja, ataupun menjadi OHT dan fitofarmaka adalah karena
klaimnya sendiri tanpa bukti yang kuat. Namun kebanyakan masyarakat masih belum mengetahui
di sisi lain, hal ini juga menjadikan rintangan perbedaan pembuktian dari ketiga jenis produk
memasuki (barrier to entry) industri jamu herbal tersebut. Pengujian yang dipersyaratkan
menjadi rendah, sehingga bisa dengan mudah untuk membuat OHT dan fitofarmaka juga tidak
dimasuki oleh produsen obat konvensional yang bisa dilakukan oleh kebanyakan produsen jamu.
memiliki kemampuan produksi maupun Selain itu, meskipun fitofarmaka bisa diresepkan
pemasaran yang lebih unggul dibandingkan oleh dokter dan telah masuk dalam cakupan
perusahaan-perusahaan yang bisnis intinya asuransi namun untuk mendorong dokter
adalah jamu. Kerugian lain dari rendahnya meresepkannya bukanlah hal mudah bagi industri
persyaratan ini adalah kepercayaan masyarakat jamu. Hal ini lebih bisa dilakukan oleh produsen
yang semakin kritis juga menjadi rendah, obat konvensional yang sudah memiliki jaringan
khususnya terhadap jamu baru dengan klaim luas dan hubungan yang dekat dengan para
yang baru. dokter.
Kedua, dalam rangka meningkatkan kepercayaan Kebijakan lain berkenaan dengan peningkatan
masyarakat terhadap obat herbal pemerintah kepercayaan terhadap jamu namun belum
membuat dua kebijakan utama: (i) penerapan diimplementasi secara luas adalah saintifikasi
CPOTB, dan (ii) pengklasifikasian obat herbal jamu. Namun, karena sediaan yang digunakan
menjadi jamu, OHT dan fitofarmaka. Serta dalam saintifikasi jamu adalah simplisia, maka
inisiatif saintifikasi jamu yang masih belum hal ini tidak menarik bagi industri jamu karena
dilakukan dalam skala luas. Dengan penerapan keuntungan dari simplisia adalah sangat kecil,
CPOTB maka masyarakat bisa mendapatkan dan simplisia bukanlah produk andalah dari
produk yang kualitas produksinya terjaga, industri jamu, tetapi merupakan bahan baku yang
walaupun khasiatnya belum bisa dibuktikan. dipasok oleh perusahaan lain.
Namun, saat ini peraturan yang mengharuskan
CPOTB belum dilakukan dengan tegas ke
seluruh industri jamu, karena sebagian besar UCAPAN TERIMAKASIH
industri jamu berbentuk UKM yang tidak mampu Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
mengadakan fasilitas produksi yang memenuhi Trina Fizzanty yang telah menyampaikan
persyaratan CPOTB. koreksi, memberi masukan dan saran yang sangat
Pengklasifikasian dengan peningkatan berarti bagi perbaikan makalah ini. Makalah ini
persyaratan dari jamu ke OHT kemudian didasarkan atas penelitian yang mendapatkan
meningkat ke fitofarmaka diakui bisa dana DIPA Pappiptek - LIPI.
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
obat herbal. Fitofarmaka, obat herbal yang sudah
menjalani uji praklinis dan uji klinis, bahkan bisa
diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan PUSTAKA
nasional. Namun, peluang dari peningkatan citra
Connor, N., 2008. Shamans of the World:
obat herbal ini lebih bisa diambil oleh produsen
Extraordinary First-Person Accounts of

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 207
Healings, Mysteries, and Miracles. Boulder, edicine and regulation of herbal medicines:
CO: Sounds True, Inc. Report of a WHO global survey. Geneva:
World Health Organization.
ITC, 2005. Indonesia - Supply And Demand
Survey On Pharmaceuticals And Natural
Products. International Trade Center,
UNCTAD/WTO.
Jumarani, L., 2009. The Essence of Indonesian
Spa: Spa Indonesia Gaya Jawa dan Bali.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Melzer, J. & Saller, R., 2009. Proprietary Herbal
Medicines in Circulatory Disorders:
Hawthorn, Ginkgo, Padma 28. Dalam K.G.
Ramawat (Ed.), Herbal Drugs:
Ethnomedicine to Modern Medicine.
Heidelberg: Springer.
Ramawat, K.G. (Ed.), Herbal Drugs:
Ethnomedicine to Modern Medicine .
Heidelberg : Springer.
Ramawat, K.G. & Goyal, S., 2009. Natural
Products in Cancer Chemoprevention and
Chemotherapy. Dalam K.G. Ramawat (Ed.),
Herbal Drugs: Ethnomedicine to Modern
Medicine. Heidelberg: Springer.
Ramawat, K.G., Dass, S. & Mathur, M., 2009.
The Chemical Diversity of Bioactive
Molecules and Therapeutic Potential of
Medicinal Plants. Dalam K.G. Ramawat
(Ed.), Herbal Drugs: Ethnomedicine to
Modern Medicine. Heidelberg : Springer.
Robinson, M.M. & Zhang, X., 2011. The World
Medicines Situation 2011 Traditional
Medicines: Global Situation, Issues And
Challenges. Geneva: World Health
Organization.
Sampurno, 2007. Obat Herbal Dalam Prespektif
Medik Dan Bisnis. MOT, Vol 12, No. 42.
Verpoorte, R., 2009. Medicinal Plants: A
Renewable Resource for Novel Leads and
Drugs . Dalam K.G. Ramawat (Ed.), Herbal
Drugs: Ethnomedicine to Modern
Medicine . Heidelberg : Springer.
WHO, 2002. WHO Traditional Medicine Strategy
2002 – 2005. Geneva: World Health
Organization.
WHO, 2005. National policy on traditional m

208 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
STRATEGI PENGUATAN ENTREPRENEURSHIP PADA
INDUSTRI TENUN IKAT BANDAR KIDUL KEDIRI DI ERA
EKONOMI KREATIF INDONESIA DAN MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN
Strategy of Entrepreneurship Strengthening at Ikat Weaving Bandar Kidul
Kediri Industry in the Era of Indonesia Creative Economiy and Asean
Economic Community
Novi Haryati1*, Choiria Anggraini 2, Adi Surahman 3
1
Universitas Brawijaya, noviharyati@ub.ac.id
2
Universitas Brawijaya,
choiria_anggraini@yahoo.com 3Universitas
Brawijaya, adisurahman18@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Entrepreneurship, Enterpreneural The purpose of this study was to determine the application of Entrepreneur
Marketing, SWOT, Aggressive Marketing (EM) and strategies to strengthen the entrepreneurship in Bandar Kidul
Strategies, Ikat Weaving Industry Ikat Weaving (Tenun Ikat) Industry Kediri. The method used in the research is
of Bandar Kidul Kediri descriptive qualitative by using primary data, semi- structured interviews and
observation. The sampling technique used is total sampling of seven entrepreneurs.
Data analysis using 7-dimensional approach of Entreprenenural Marketing and
SWOT analysis. The results showed that entrepreneurs tend to do traditional
business activities. Employers have been quite proactive in utilizing the Internet,
and has created some innovations. Market analysis, competitors, and consumers
have been becoming the main focus in the business, although some entrepreneurs
were not yet take advantage of opportunities well. Resource leveraging shows that
all employers have noticed the importance of human resources in the business and
the support of government and private parties. Some of them have been able to
manage the risks satisfactorily and managing loyal customers in a simple way
although they have not yet paid good attention to value creation of the weaving.
SWOT analysis indicates that the industry is in Strength-Opportunity quadrant. To
Increase marketing strategies, capabilities of entrepreneur and optimalization of
cooperative performance is a form of aggressive strategies that must be done

Kata Kunci SARI KARANGAN


Entrepreneurship, Enterpreneural Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi Entrepreneur Marketing
Marketing, SWOT, Strategi Agresif, (EM) dan strategi penguatan entrepreneurship pada Industri Tenun Ikat Bandar
Industri Tenun Ikat, Bandar Kidul Kidul Kediri. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
Kediri menggunakan data primer hasil wawancara semiterstruktur dan observasi. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling terhadap 7 pengusaha. Analisis
data menggunakan pendekatan 7 dimensi Entreprenenural Marketing dan Analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha cenderung melakukan
kegiatan usaha secara tradisional. Pengusaha telah cukup proaktif dengan
memanfaatkan jaringan internet, dan telah menciptakan beberapa inovasi. Analisis
pasar, kompetitor, dan konsumen telah dilakukan oleh pengusaha, walaupun belum
memanfaatkan peluang dengan baik. Resource leveraging menunjukkan bahwa
keseluruhan pengusaha telah memperhatikan karyawan mereka dan pentingnya
dukungan pihak pemerintah maupun swasta. Sebagian pengusaha telah mampu
memanajemen risiko dengan memuaskan dan melakukan pengelolaan konsumen
loyal secara sederhana meskipun belum memperhatikan value creation dengan
baik. Analisis SWOT menunjukkan bahwa Industri berada di kuadran Strength-
Opportunity sehingga peningkatan strategi pemasaran, kapabilitas pengusaha dan
pengoptimalan kinerja koperasi merupakan bentuk Strategi Agresif yang harus
dilakukan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 209
menitik beratkan pada inovasi dan perhitungan
PENDAHULUAN
resiko serta pemanfaatan kesempatan yang
Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi biasanya diterjemahkan dalam bentuk guerilla
Asia, Industri kreatif merupakan salah satu marketing atau buzz marketing (American
industry yang diharapkan mampu menopang Marketing Association, dalam Krauss, Harm, dan
perekonomian Indonesia. Berdasarkan Inpres Fink, 2009). Definisi tersebut juga dapat
Nomor 6 Tahun 2007, tentang dipahami bahwa EM merupakan sebuah bentuk
pengembangan industri kreatif nasional tahun proses pemasaran yang segara atau penuh dengan
2025, pemerintah Republik Indonesia konsep-konsep kreatif. Mereka menambahkan
memaparkan tujuh kategori produk yang masuk bahwa EM merupakan sebuah gaya pemasaran
dalam industri kreatif. Tujuh kategori produk yang dibentuk secara personal oleh pemilik usaha
tersebut diantaranya: arsitektur, pakaian (dalam Krauss, Harm, dan Fink, 2009).
(fashion), kerajinan, pengembangan sofware dan
Akan tetapi yang perlu diingat dengan
hadware komputer, periklanan, permainan
sifat EM yang sangat touhdown pada
interaktif, penelitian, dan pengembangan (Afiff,
konsumennya maka EM tidak bisa menjangkau
2012).
konsumen secara luas. Hal ini dikarenakan,
Industri Tenun Ikat merupakan salah satu EM merupakan sebuah adaptasi dari teori-teori
kerajinan berbentuk kain untuk kebutuhan traditional marketing yang ada yang digunakan
pakaian yang berada di Kota Kediri. Industri ini hanya untuk usaha yang kecil (Beverland dan
merupakan bagian dari tradisi Kota Kediri yang Lockshin, 2004, dalam Rezvani dan Khazei,
sangat bernilai. Meskipun demikian, terkendala 2013). Sifat EM yang touchdown ini oleh Morris
oleh beberapa permasalahan, misalnya ketidak dkk (2002) diterjemahkan kedalam tujuan
mampuan para pengusaha untuk menyediakan dimensi sebagai berikut :
jumlah kain yang disesuaikan dengan jumlah
1. Proactivness, sebuah cara yang ditujukan
permintaan karena penggunaan mesin berbahan
untuk mendominasi kompetitor dengan
baku kayu (ATBM), selain itu pula harga tenun
cara mengombinasikan pergerakan yang
ikat lebih mahal jika dibandingkan dengan batik
aktif dan progresif untuk mengantisipasi
(Andriani dan Fahminnansih, 2013).
kebutuhan mendatang dengan menciptakan
Keberhasilan suatu usaha atau industri dan mengubah lingkungan (pasar).
adalah tergantung dari pemilik usahanya. Segala Opportunity focus, didefisikan sebagai
keputusan akan berguna demi perkembangan dan kemampuan perusahaan untuk dapat
bahkan bisa jadi penurunan suatu usaha demikian menentukan kesempatan yang akan
pula untuk Industri Kreatif Tenun Ikat Bandar diambil serta dapat memprediksikan
Kidul. tingkat keberhasilannya.
Dengan demikian, penelitian ini 2. Calculated risk taking, perusahaan dituntut
difokuskan pada pengembangan dan strategi untuk dapat memperhitungkan segala
penguatan jiwa kewirausahaan melalui 7 dimensi resiko yang mungkin terjadi atas pilihan-
entrepreneurial marketing. Tulisan ini bertujuan pilihan baik dari segi teknologi atau hal
menghasilkan suatu Strategi berdasarkan kondisi lain yang digunakan dalam membantu
yang didapat dari pengaplikasian Entrepreneurial proses pemasaran.
Marketing yang berguna untuk mengatasi
3. Innovativness, adalah sebuah
persoalan terkait bagi pengusaha Tenun Ikat
pengombinasian proses kreatif, penguji
Bandar Kidul
cobaan ide-ide baru baik kepada konsumen
yang telah ada maupun konsumen baru.
KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP 4. Costumer intensity, pada bagian ini
Entreprenueral marketing (EM) perusahaan dituntut untuk dapat
merupakan sebuah fungsi pemasaran yang membangun hubungan baik dan kedekatan
yang intensif kepada konsumen guna dapat

210 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
terus mengembangkan pemasaran yang Analisis SWOT untuk merumuskan strategi
ada. atau model penguatan Entrepreneurship
5. Resource leveraging, merupakan Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri.
kemampuan perusahaan untuk dapat
melihat potensi-potensi yang ada serta cara
menggunakan dan mengontrol potensi atau HASIL DAN PEMBAHASAN
sumber daya yang ada agar dapat Penerapan Entrepreneur Marketing pada
membantu proses pemasaran perusahaan. Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri
6. Value creation, kata kunci utama dalam Jiwa kewirausahaan memiliki peranan
EM adalah value creation yang didaptkan
penting dalam keberhasilan usaha. Salah satu
dari transaksi dan hubungan antara
pendekatan untuk memahami konsep jiwa
perusahaan dan konsumen. Tugas utama
dari seorang pemasar adalah dapat kewirausahaan adalah konsep Enterpreneur
mengenali nilai-nilai yang adapa pada Marketing (EM) yang meliputi (1)
konsumen yang kemudian diadopsi dan innovativeness, (2) proactiveness, (3)
digunakan untuk menciptakan produk yang opportunity, (4) resource leveraging, (5)
akan atau sedang dipasarkan. calculating risk, (6) consumer intensity, dan
Konsep strategi diistilahkan (7) value creation.
sebagai sebuah alat untuk mencapai Analisis pertama dimulai dari dimensi
tujuan. Dalam perkembangannya, konsep proactiveness. Berdasarkan hasil wawancara
mengenai strategi terus berkembang. terlihat bahwa pemerintah melalui Dinas
Analisis SWOT merupakan salah satu Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
analisis untuk menentukan strategi dalam dan Dinas UMKM dan Koperasi memberikan
sebuah perusahaan atau industri. Analisis dukungan untuk turut mempromosikan
ini mengkombinasikan faktor strategi produk TIB Kediri melalui berbagai
eksternal dan juga faktor strategi internal pameran. Meski telah difasilitasi oleh
untuk pengambilan keputusan strategi pemerintah, para pengrajin membuat
terbaik yang dapat digunakan (Rangkuti, berbagai cara promosi lain seeprti yang
1997). dilakukan oleh Pengarjain TIB AAM Putra,
yang menggelar pameran sendiri di acara
car free day setiap hari minggu di ruas Jalan
METODE PENELITIAN
Dhoho Kediri dan melakukan kerjasama
Penelitian ini dilakukan di Kota dengan perancang busana dari Jakarta untuk
Kediri yang berlokasi di Sentra Tenun Ikat membuat variasi produk.
Bandar Kidul Kediri dengan menggunakan
Berbeda halnya dengan yang
metode deskriptif. data yang digunakan
dilakukan oleh Pengrajin TIB Sempurna 2
adalah data primer berupa hasil wawancara
yang melakukan promosi produknya dengan
semi terstruktur dengan responden sejumlah
melakukan kerjasama dengan beberapa toko
7 (tujuh) orang yang merupakan pengusaha
busana di daerah Tulungagung, Jawa Timur.
Tenun Ikat Bandar Kidul Kediri. Teknik
Lebih dari Pengrajin TIB Sampurna 2,
pengambilan sample menggunakan total
Pengrajin TIB Sinar Barokah 1 dan 2 telah
sampling dimana sample yang diambil
melakukan promosi sampai Pulau Sulawesi
adalah keseluruhan total populasi. Hal ini
dan Timur Tengah, akan tetapi teknik
dikarenakan jumlah sampel sama dengan
promosi yang digunakan masih berupa word
populasi. Analysis data menggunakan
of mouth (WOM). WOM ini dilakukan
pendekatan Entreprenenural Marketing dan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 211
dengan cara, semisal ada pelanggang yang pengimplementasian direct marketing ini
membeli produk TIB Sinar Barokah 1 hanya menggunakan saluran telephone biasa.
dan 2 kemudian dibawa ke tempat lain dan Selain pemanfaatan teknologi,
kemudian ada beberapa orang tertarik yang personal selling, direct marketing, dan event
selanjutnya melakukan proses pemesanan. marketing, salah satu pengrajin juga
Selain itu TIB Sinar Barokah juga membuka menfaatkan iklan televisi, seperti yang
agen penjualan produk TIB Sinar Barokah di dilakukan oleh TIB Sinar Barokah 1 dan 2.
kota besar lain seperti Solo dan Surabaya. TIB Sinar Barokah 1 dan 2 memasang iklan
Pada dasarnya cara promosi yang di stasiun televisi lokal JTV. Selain televisis
dilakukan oleh beberapa pengrajin di atas TIB Sinar Barokah juga memasang iklan
masuk dalam konsep personal selling yang yang disponsori oleh Koperasi Jatim.
bertujuan pemasar langsung dapat menyasar Berdasarkan beberapa analisis di atas
kepada calon pelanggang. Hal ini juga pada dasarnya para pengrajin belum
dilakukan oleh pengrajin TIB Kodok Ngorek sepenuhnya menggunakan inovasi-inovasi
2, yang melakukan personal selling dengan dengan mengadopsi hal-hal baru untuk
mempromosikan produk mereka melalui mempromosikan produknya, meski beberapa
berbagai acara arisan dan pengajian. Akan pengrajin telah menggunakan teknologi
tetapi selain personal selling seperti internet. Penggunaan teknologi internet ini
membuka showroom pribadi di temapt usaha hanya pada sebatas personal selling dan
mereka atau usaha bersama dan event direct marketing. Sehingga dapat ditarik
marketing seperti pameran, beberapa kesimpulan bahwa para pengrajin telah
pengarajin juga telah memanfaatkan mengadopsi teknologi baru berupa internet
teknologi untuk mempromosikan produk untuk membantu mempromosikan produk
mereka. mereka akan tetapi para pengrajin belum
Pada umumnya hampir seluruh mengadopsi cara-cara baru yang dapat
pengrajin telah memanfaatkan teknologi diimplementasikan melalui pemanfaatan
untuk membantu mempromosikan produk internet atau dengan kata lain beberapa
mereka, akan tetapi tidak semua pengrajin pengrajin belum mengoptimalkan
memanfaatkannya secara optimal, seperti pemanfaatan internet. Hal ini berdasarkan
TIB Medali Mas. TIB Medali Mas, meski definisi proactivness yang memaparkan
juga menggunakan teknologi seperti blog dan bahwa dimensi proactiveness terpenuhi
website akan tetapi TIB Medali Mas tidak ketika individu secara utuh
merasa penggunaan teknologi ini cukap mengimplementasikan suatu hal yang baru
penting karena nama dan showroom TIB untuk dapat memanfaatkan kesempatan guna
Medali Mas sudah cukup dikenal. Berbeda memberikan dampak positif bagi usahanya.
dengan beberapa pengrajian lainnya seperti Analisis entreprenurial marketing
AAM Putra, Sinar Barokah 1 dan 2, dan berikutnya adalah pada dimensi (2)
Sempurna 2, yang menggunakan teknologi inovactivness. Pada dimensi ini individu
untuk mempromosikan produknya melalui dikategorikan telah memenuhi aspek pada
konsep direct marketing dengan langsung dimensi ini ketika individu mampu
menghubungi calon konsumen melalui menemukan ide kreatif dan menguji ide
whatsup, blackbery massanger (bbm), dan tersebut juga menambah alur informasi serta
email. TIB Medali Mas juga menggunakan kebaruan perkembangan produk. Pada
konsep direct marketing untuk analisis ini peneliti hanya melihat pada aspek
mempromosikan produk mereka, akan tetapi

212 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
promosi. Peneliti menganalisis inovasi- aplikasi seperti whatsup dan email. Meski
inovasi yang digunakan oleh pengrajin untuk demikian semua pengrajin memiliki blog
mempromosikan produk mereka. untuk membantu promosi produk mereka.
Berdasarkan hasil wawancara yang Berdasarkan analisis pada
telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan inovactivness, dapat disimpulkan bahwa
beberapa hasil bahwa adaptasi inovasi hanya ada tiga pengrajin yang memanfaatkan
pengrajin terhadap penggunaan media baru teknologi dengan beberapa inovasi promosi
seperti internet masih rendah. Hal tersebut dengan menggunakan youtube dan media
terbukti dari delapan pengrajin yang sosial seperti instagram dan facebook.
diwawancarai oleh peneliti hanya satu Pengrajin lainnya belum dapat
pengrajin yang mengoptimalkan penggunaan memanfaatkan teknologi internet dengan
internet dengan aplikasi youtube. TIB AAM berbagai inovasi untuk dapat membantu
Putra secara mandari membuat vidio mempromosikan produk mereka.
dokumentasi tentang proses pembuatan tenun Analisis berikutnya adalah analisis
ikat. Pengrajin menjelaskan bahwa dengan EM dimensi (3) opportunity. Pada dimensi
menunjukkan proses pembuatan tenun ikat ini, individu dikategorikan telah memenuhi
akan tercipta sebuah citra bahwa produk EM ketika individu mampu melakukan
yang dihasilkan oleh TIB AAM Putra analisis seperti analisis, pasar, konsumen,
merupakan produk budaya home made yang dan segmenting, targeting, and positioning
berkualitas. Selain itu dengan menggunakan (STP) untuk usahanya. Pada dimensi ini
youtube pengrajin berasumsi dapat peneliti menganalisis kemampuanpara
memberikan gambaran secara audiovidual pengrajin TIB untuk melakukan analisis
kepada calon konsumennya secara utuh serta terhadap usaha mereka. Analisis pertama
dapat menjangkau lebih banyak calon dimulai dari TIB Kodok Ngorek 2.
konsumen. Hal tersebut terbukti, ada salah Berdasarkan hasil wawancara dan tabulasi
satu konsumen TIB AAM Putra yang berasal hasil wawancara didaptkan bahwa TIB
dari Zimbabwe. Selain youtube TIB AAM Kodok Ngorek dua belum mampu melakukan
Putra juga memanfaatkan media sosial analisis pasar dengan baik terbukti dengan
seperti instagram dan facebook. pemahaman pengrajin TIB Kodok Ngorek 2
Meski demikian beberapa pengrajin yang menganggap bahwa tenun ikat akan
lainnya seperti TIB Sempurna 2 juga selalu memiliki pangsa pasar. Pengrajin TIB
menggunakan facebook untuk Kodok Ngorek 2 juga belum mampu
mempromosikan produk TIB Sempurna. TIB melakukan analisis kompetitor dengan
Sempurna memaparkan alasan penggunaan beranggapan bahwa sesama pengrajin TIB
facebook untuk mempermudah memberikan bukanlah pesaing. Pada analisis konsumen
visualiasi kepada calon konsumen atas TIB Kodok Ngorek 2 juga tidak sepenuhnya
produk TIB Sempurna 2. Akan tetapi mampu melakukan analisis konsumen hal ini
selain TIB terbukti bahwa TIB hanya bekerja
berdasarkan permintaan dan kebutuhan
AAM Putra pengrajin lain yang memanfaat
konsumen bukan menawarkan dan membuat
intagram untuk mempromosikan produknya
pilihan bagi konsumen. Oleh karena hal
adalah TIB Sinar Barokah 1 dan 2 meski
tersebut maka TIB Kodok Ngorek 2 juga
tidak begitu aktif. TIB Sinar Barokah 1 dan 2
tidak mampu melakukan analisis STP.
lebih memilih memanfaatkan teknologi
internet untuk personal selling melalui

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 213
Samhalnya dengan TIB Kodok Tidak jauh berbeda kemampuan
Ngorek 2, TIB Sempurna juga tidak mampu analisis yang dilakukan oleh TIB Medali Mas
melakukan analisis pada dimensi dengan TIB Sinar Barokah 1 dan 2. Sinar
oppurtunity dengan baik. Hal tersebut Barokah 1 dan 2 merupakan satu group akan
terbukti pada analisis kompetitor yang tetapi memiliki analisis pasar yang berbeda.
dilakukan oleh TIB Sempurna yang Sinar Barokah 1 fokus pada produk sarung
memaparkan bahwa pengrajin lain bukanlah goyor dengan tujuan mempertahankan
kompetitor akan tetapi pelengkap. Pada warisan budaya dan Sinar Barokah 2 fokus
analisis konsumen, TIB Sampurna juga tidak pada produksi kain dan variasinya. Akan
memaprkan secara rinci karakter konsumen tetapi untuk analisis kompetitor kedua TIB
yang disasar, TIB Sampurna hanya ini memiliki pandangan yang sama bahwa
memaparkan bahwa TIB Sempurna telah karena kedua TIB ini merupankan perintis
memiliki konsumen yang loyal. Meski TIB di Kediri maka menganggap para
demikian pada analisis pasar TIB pengrajin lain hanya sebagai pelengkap dna
Sempurna cukup mampu menjelaskan bukan kompetitor. Analisis kompetitor ini
bahwa perkembangan produksi TIB mereka mencerminkan bahwa Sinar Barokah 1 dan 2
akan terus menyesuaikan dengan permintaa tidak dapat melakukan analisis kompetitor.
pasar misal tentang warna dan motif. Akan Meski demikian Sinar Barokah 1 dan 2 telah
tetapi untuk memberi ciri khas pengrajin TIB memetakan konsumen yang loyal terhadap
Sampurna akan tetap memperhatikan motif Sinar Barokah 1 dan 2. Oleh karena hal
dan warna dari generasi kegenerasi yang tersebut Sinar Barokah 1 dan 2 sangat
telah ada. memperhatikan kualitas produk, warna, dan
kualitas jahitan untuk barang jadi.
Berbeda dengan TIB Kodok Ngorek 2
dan TIB Sampurna, TIB Medali Mas yang TIB AAM Putra juga cukup baik
telah cukup mampu melakukan analisis pada melakukan analisis dalam dimensi
dimensi oppurtunity. Hal tersebut dapat opportunity. Hal tersebut dapat dilihat dari
dilihat pada analisis pasar yang dilakukan analisis Pasar yang dilakukan oleh TIB AAM
oleh TIB Medali Mas yang memaparkan Putra yang menjelaskan bahwa pasar yang
bahwa pengrajin telah memperhatikan pasar dituju oleh TIB AAM Putra merupakan pasar
dengan cara memproduksi motif dan warna dalam negeri dan luar negeri untuk itu TIB
yang diminati oleh konsumen serta AAM Putra gencar melakukan promosi
melakukan pencatatan tersendiri bagi melalui berbagai event internasional.
segmen-segmen pasar tertentu seperti Selanjutnya, pada analisis kompetitor TIB
instansi. Selanjutnya, pada analisis AAM Putra menjelaskan bahwa, kompetitor
konsumen, analisis yang dilakukan oleh TIB yang dianggap berpotensi adalah produsen
Medali Mas menjelaskan bahwa pengrajin kain sejenis yang menggunakan mesin dan
selalu berusaha memberikan pelayan seperti memproduksi secara masal. Akan tetapi
memberikan diskon, fasilitas seperti meski demikian, TIB AAM Putra
pembungkusan kado , dan kemudahan akses mengantisipasi hal tersebut dengan
seperti penjahitan baju dengan mendatangkan mempertahankan kualitas produk bagi
penjahit khusus kain tenun. Oleh karena hal konsumen.
tersebut, TIB Medali Mas dapat Berdasarkan, hasil analisis di atas
memmosisikan diri sebagai market leader dapat disimpulkan bahwa hanya ada
TIB di Kediri. beberapa pengrajin seperti TIB Sinar
Barokah 1 dan 2, TIB Medali Mas, dan TIB

214 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
AAM Putra sudah cukup mampu melakukan dari berbagai pihak seperti pemerintah, bank,
analisis pasar dan konsumen. Akan tetapi dan beerapa pihak swasta lainnya. Akan
hampir semua pengrajin kecuali TIB AMM tetapi, pada analisis dimensi ini pengrajin
Putra belum mampu melakukan analisis tidak menjelaskan secara rinci cara mereka
kompetitor secara spesifik. Selain itu, hampir menjalin dan mengelola hubungan dengan
seluruh pengrajin tidak dapat melakukan para pihak eksternal. Sehingga tidak dapat
analisis STP, oleh karena hal tersebut tidak dianalisis secara lebih dalam pola
terlihat dengan jelas pembeda antara satu pemanfaatan sumberdaya eksternal oleh para
penrajin dengan pengrajin lainnya. Analisis pengrajin.
STP tidak hanya berdarkan harga jual produk Analisis dimensi selanjutnya dalam
atau segmentasi konsumen saja. Saat ini STP entreprenurial marketing adalah calculating
yang dilakukan oleh tiap pengrajin hanya risk. Analisis pada dimensi ini hampir sama
pada harga jual produk dan segmentasi dengan analisis pada opportunity. Analisis
konsumen. pada calculating risk merupakan analisis
Analisis ke-empat dalam pengimplementasian analisis pada dimensi
entreprenurial marketing adalah dimensi (4) opportunity. Hal tersebut seperti yang
resource leveraging. Dimensi resource ditunjukkan oleh TIB Sempurna 2. TIB
leveraging didefinisikan sebagai pengolahan Sempurna memilih mempertahnkan produk
dan pendayagunaan sumberdaya- sarung goyor dengan calculating risk bahwa
sumberdaya internal dan eksternal untuk sarung goyor memiliki keuntungan tidak
turut mengembangkan usaha. Pada dimensi sambung tengah. Selanjutnya TIB AAM
ini peneliti menganalsis cara para pengrajin Putra juga melakukan calculating risk
memanfaatkan sumberdaya internal dan dengan pertimbangan opportunity yang
eksternal yang ada. Setiap pengrajin sebelum dimiliki dengan melakukan variasi produk
mempekerjakan karyawna baru maka para seperti sepatu, baju, dan tas. TIB AAM Putra
pengrajin akan memberikan pelatihan melihat bahwa ada peluang pasar yang baik
terlebih dalu sekitar satu sampai dua belas terhadap variasi yang dilakukan. Demikian
minggu. Selanjutnya, setelah masa pelatihan juga dengan TIB Kodok Ngorek 2 yang telah
selesai, karyawan akan ditempatkan bada melakukan calculating risk dengan
bidang keahlian tertentu. Secara keseluruhan mengambil inovasi memadukan teknik
para pengrajin memperhatikan karyawan pembuatan produk dengan songket.
mulai dari sistem penggajian sampai Tidak jauh berbeda dengan AAM
memberikan fleksibilitas pekerjaan. Sistem Putra TIB Medali Mas juga melihat peluang
penggajian yang digunakan oleh para dengan menyediakan faslitas dan variasi
pengrajin adalah sistem gaji mingguan. produk yang hampir sama dengan AAM
Fleksibilitas kerja yang diberikan kepada Putra dengan telah melakukan calculating
pengrajin adalah dengan memperbolehkan risk bahwa dengan menyediakan fasilitas dan
karyawan membawa beberapa pekerjaan kemudahan bagi konsumen maka konsumen
kerumah. Hampir semua pengrajin sangat akan merasa lebih nyaman untuk bertransaksi
memperhatikan hubungan baik dengan di TIB Medali Mas. TIB Sinar Barokah
karyawan. memiliki calculating risk yang berbeda
Selanjutnya, dimensi kedua dalam dengan pengrajin lainnya karena TIB Sinar
resource leveraging adalah pemanfaatan Barokah membaca peluang lain sehingga TIB
potensi eksternal. Secara umum semua Sinar Barokah membuat kain yang instan
pengrajin mendapatkan dukungan eksternal (tanpa harus dikombinasi dengan kain selain

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 215
tenun) atau siap untuk baju dengan model- berusaha memberikan pelayanan dan
model terkini dan terutama untuk kaula kemudahan fasilitas bagi para konsumennya.
muda. TIB Medali Mas juga menjadi pelopor TIB
good service. TIB AAM Putra juga tidak
Pada analisis calculating risk, secara
melakukan pendataan konsumen secara
umum pengrajin telah mampu
terperinci, akan tetapi TIB AAM Putra
menghubungkan antara dimensi opportunity
melakukan followup secara berkala kepada
yang dimiliki dengan dimensi calculating
konsumen melalui berbagai lini komunikasi
risk. Hal tersebut akan membantu pengrajin
seperti whatsup, email, dan bbm. TIB AAM
untuk dapat meminimalisir resiko terhadap
Putra juga membangun hubungan dengan
pilihan-pilihan peluang yang diambil.
konsumen dengan cara memberikan
Selanjutnya dimensi ke-enam dalam kemudahan dan fasilitas bagi para
entrepenurial marketing adalah consumer konsumen. Selain itu AAM Putra juga
intensity. Consumer intensity didefinisikan dengan terbuka memberikan ruang pada
sebagai sebuah cara perusahaan membangun konsumen untuk dapat memberikan kritik
dan menjaga hubungan dengan konsumen. dan saran.
Pada dimensi ini peneliti menganalisis cara
TIB Sempurna 2 juga melakukan
pengrajin membangun dan menjaga
pendataan kepada konsumen dan melakukan
hubungan dengan konsumen. Analisis
followup. Followup yang dilakukan biasanya
dimulai dari TIB Kodok Ngorek 2, secara
menggunakan media online seperti whatsup,
umum TIB Kodok Ngorek 2 tidak melakukan
bbm, dan media offline seperti telephone.
pendataan konsumen secara terperinci,
Akan tetapi TIB Sempurna 2 tidak
pengrajin hanya menyimpan data nomor
menyediakan tempat untuk konsumen dapat
telephon konsumen sehingga TIB Kodok
memberikan kritik dan saran dengan alasan
Ngorek 2 akan kesulitan untuk melakukan
telah melakukan quality control.
follow up pada konsumen terlebih TIB
Kodok Ngorek 2 tidak menyediakan tempat Berbeda halnya yang dilakukan oleh
untuk konsumen dapat memberikan kritik TIB Medali Mas, Kodok Ngorek 2, dan TIB
dan saran. Akan tetapi untuk membangun AAM Putra, dengan yang dilakukan oleh TIB
hubungan baik TIB Kodok Ngorek 2 Sinar Barokah 1 dan 2. Sinar Barokah 1 dan
berusaha memberikan pelayanan dengan 2 tidak melakukan pendataan konsumen
menyediakan jasa penjahitan dengan secara terperinci, tidak melakukan followup,
berbagai variasi model dan menjaga kualitas dan tidak memmberikan ruang pada
produk. konsumen untuk memberikan kritik dan
saran.
Tidak jauh berbeda dengan TIB
Kodok Ngorek 2, TIB Medali Mas juga tidak Berdasarkan paparan di atas pada
melakukan pendataan dan followup terhadap dimensi consumer intensity dapat ditarik
konsumen secara terperinci karena kesimpulan bahwa secara umum para
bernaggapan brand TIB Medali Mas sudah pengrajin belum mampu melakukan
terkenal. Akan tetapi TIB Medali Mas consumer intensity dengan baik. Hal tersebut
menyediakan ruang untuk konsumen dapat terbukti bahwa tidak semua sistem pendataan
memberikan kritik dan saran karena bagi dan followup yang dilakukan oleh para
TIB Medali Mas hubungan baik dengan pengrajin terorganisir dengan baik. Selian itu
konsumen adalah priotitas utama. Oleh tidak semua pengrajin menyediakan ruang
karena hal tersebut TIB Medali Mas kritik dna saran secara terbuka dengan

216 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
berbagai alasan. Oleh karena hal tersebut tidak dibentuk bahkan dengan cara yang
maka secara umum para pengrajin belum paling sederhana dengan melakukan labeling
dapat memenuhi dimensi consumer intensity. pada produk. Para pengrajin hanya
Berikutnya, adalah analisis dimensi value menggunakan totebag atau kantong plastik
yang bertuliskan nama dan logo pengrajin
creation pada entrepenurial marketing. Value
pada produk.
creation didefiniskan sebagai pemaduan
anatar nilai-nilai pada konsumen dan produk
untuk menciptakan keterkaitan antara Strategi Penguatan Entrepreneural Marketing
konsumen dengan produk. Pada dimensi pada TIB
terakhir hampir seluruh pengrajin kecuali,
TIB AAM Putra dan TIB Sampurna 2 tidak
melakukan value creation pada konsumen. Analisis SWOT digunakan untuk memetakan
Pada dasarnya value creation dapat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
dilakukan dengan cara memberikan yang dihadapi oleh Industri TIB berdasarkan
penjelasan terhadap makna budaya dalam permasalahan yang telah didefinisikan
produk tenun ikat. Selain itu peneliti juga terlebih dahulu di dalam Entrepreneurial
menemukan bahwa value creation juga Marketing.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 217
Tabel 1. Matriks Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) pada SWOT

No Keterangan Bobot Rating Skor


Strength (Kekuatan) = 0,60
1. Usaha Tenun Ikat Bandar Kidul merupakan usaha turun menurun 0,1 4 0,4
(warisan) yang dilestarikan secara terus menerus
2. Industri Tenun Ikat menggunakan ATBM untuk menghasilkan kain, 0,1 4 0,4
sehingga memiliki nilai hand made otentik hasil karya bernilai tinggi
3. Pengrajin Industri TIB selalu berusaha memacu kreativitas dan inovasi 0,1 3 0,3
4. Pengusaha Tenun Ikat telah memberikan akses kemudahan dalam 0,05 4 0,2
pelayanan kepada konsumen
5. Produksi yang dilakukan sudah berorientasi pasar dan konsumen 0,025 3 0,075
6. Adanya bentuk inovasi yang beragam dari penggunaan Tenun Ikat selain 0,05 4 0,2
produk kain, yaitu untuk dasi, shawl, sepatu, sarung goyor panjang tanpa
sambung tengah, dan tas memberikan pilihan beragam pada konsumen
7. Para pedagang tenun ikat di sentra Tenun Ikat Bandar Kidul telah 0,025 4 0,1
memiliki koperasi sebagai bentuk ikatan kebersamaan untuk memajukan
usaha dengan simbiosis mutualisme
8. Pengusaha telah memperhatikan kesejahteraan karyawannya dengan baik 0,05 4 0,2
9. Secara umum pengusaha telah mampu mengkalkulasikan resiko dalam 0,05 4 0,2
usahanya
10. Pengusaha Tenun Ikat telah melakukan analisis, pasar, konsumen, dan 0,025 4 0,1
segmenting, targeting, and positioning (STP) untuk usahanya
11. Teknik marketing yang digunakan pengusaha tenun ikat sudah beragam, 0,025 3 0,075
seperti personal selling, direct marketing, dan event marketing
2,25
Weakness (Kelemahan) = 0,40
1. Pengusaha Tenun Ikat menggunakan ATBM yaitu mesin yang terbuat 0,1 3 0,3
dari kayu sehingga tidak bisa digunakan untuk produksi massal
2. Tidak semua pengusaha melakukan pendataan motif produk tenun ikat 0,1 3 0,3
yang dibuat
3. Pengusaha belum melakukan value creation pada produk tenun ikat yang 0,05 4 0,2
dibuat.
4. Pengusaha belum berani mengunakan merek sendiri saat produksi untuk 0,05 2 0,1
memenuhi kebutuhan pesanan, misalnya untuk produk sarung goyor
5. Kurang optimalnya pemanfaatan teknologi internet sebagai salah satu 0,05 4 0,2
cara pemasaran produk tenun ikat
6. Para pengusaha belum mengelola konsumen dengan baik misalnya 0,05 4 0,2
melalui pendataan dan follow up pelanggan
1,3
Kekuatan – Kelemahan = 0,95

218 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 2. Matriks Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) pada SWOT

No Keterangan Bobot Rating Skor


Peluang = 0,60
1. Adanya dukungan dari Pemerintah Kota Kediri berupa diterbitkannya 0,1 4 0,4
Peraturan Daerah yang mewajibkan para pejabat PNS untuk
menggunakan kain tenun ikat sebagai seragam kerja di kantor
pemerintahan.
2. Adanya dukungan dari pihak swasta, berupa kemudahan akses 0,05 4 0,2
permodalan kepada para pengusaha tenun Ikat Bandar Kidul
3. Adanya Permintaan ekspor kain tenun yang semakin tinggi di luar negeri 0,1 3 0,3
(khususnya di Eropa dan Timur Tengah)
4. Adanya potensi tinggi terhadap penjualan Industri Fashion terutama 0,05 3 0,15
berbasis Tenun Ikat yang diminati oleh kalangan menengah ke atas.
5. Adanya potensi tinggi terhadap permintaan produk sovenir (Tenun Ikat 0,05 3 0,15
Bandar Kidul) yang semakin tinggi.
6. Adanya dukungan pemerintah dalam hal peningkatan kapasitas Industri 0,1 4 0,4
Tenun Ikat, baik itu dari segi peningkatan skill pengusahanya maupun
dukungan modal dan peralatan ( pemberian ATBM)
7. Adanya permintaan yang tinggi terhadap produk Sarung Goyor dalam 0,05 3 0,15
negeri khususnya saat bulan-bulan Ramadhan
8. Adanya dukungan pemerintah dalam hal pemasaran, misalnya dengan 0,1 3 0,3
memfasilitasi adanya ekspo dan pameran, melakukan training untuk
menghasilkan produk baru dengan teknik pemasaran baru
2,05
Ancaman = 0,40
1. Penetapan harga jual yang cukup tinggi produk Tenun Ikat Bandar Kidul 0,05 3 0,15
sehingga tidak dapat dijangkau oleh setiap orang
2. Bentuk dan sistem usaha yang masih tradisional sehingga sulit untuk 0,1 4 0,4
bersaing di pasar internasional.
3. Adanya persaingan produk tenun ikat di pasaran dengan kain tenun ikat 0,05 3 0,15
yang berasal dari luar pulau (Bali).
4. Adanya sistem produksi yang lebih canggih dengan berbasis pada mesin 0,1 4 0,4
cetak (printing) pada usaha tenun ikat luar Kota Kediri (Lombok dan
Bali) sehingga mampu memproduksi massal.
5. Adanya pesaing dalam usaha tenun ikat, yaitu misalnya pengusaha dari 0,05 3 0,15
Bandung, Bali dan Lombok
6. Produk kain tenun ikat belum memiliki hak paten, sehingga rentan 0,05 4 0,2
terhadap penjiplakan.
1,45

Peluang – Ancaman : 0,6

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 219
Strategi penguatan Entrepreneurship di EKSTERNAL
Industri Kreatif Tenun Ikat Bandar Kidul
1. Pengoptimalan fungsi koperasi dengan
untuk Menyongsong Indonesia Kreatif dan
manajemen yang baik.
MEA.
2. Dukungan dari Pemerintah dan Swasta yang
sudah baik perlu lebih dioptimalkan terhadap
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui industri ini dari hulu maupun hilir.
bahwa nilai matriks SWOT terdapat pada
kuadran SO (Strength-Opportunity 1, sehingga
strategi yang sesuai untuk diaplikasikan untuk KESIMPULAN
penguatan Industri Tenun Ikat Bandar Kidul Secara umum para pengrajin pada industri Tenun
adalah Strategi Comparative Advantages. Ini Ikat Bandar Kidul belum memenuhi seluruh
merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan dimensi dalam Entreprenurial Marketing, namun
untuk memperoleh peluang. Adapun langkah- demikian dari Analisis SWOT dapat dilihat
langkah yang harus ditempuh adalah sebagai bahwa Industri Tenun ini memiliki kekuatan
berikut: karena produk kain yang dihasilkan merupakan
produk otentik yang merupakan ciri khas Kota
Kediri dan merupakan salah satu bentuk industri
INTERNAL
kreatif yang menjanjikan dalam Ekonomi Kreatif
1. Peningkatan Sumberdaya Manusia, selain Indonesia dan juga Masyarakat Ekonomi Kreatif.
pelatihan pembuatan desain dan motif Berbagai upaya perlu dilakukan secara internal
tenun, pelatihan kemampuan berbahasa adalah dengan pengoptimalan kapasitas
asing, dan kemampuan bernegosiasi sangat sumberdaya, sedangkan eksternal adalah adanya
diperlukan agar dapat menguasai pasar dukungan dari pemerintah, swasta, akademisi dan
nasional dan internasional. seluruh pihak untuk mempromosikan tenun ikat
ini di masa yang akan datang.
2. Peningkatan dan pengembangan kreativitas
dan inovasi para pengusaha industry TIB
harus dilakukan misalnya dengan mengajukan UCAPAN TERIMA KASIH
hak paten motif khas Kota Kediri.
3. Pelestarian Industri Tenun Ikat perlu
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada
dilakukan dengan pembentukan nilai (value
para pengusaha tenun ikat:
creation) yang juga merupakan daya tarik
dari industri tenun ikat tersebut. 1. Bapak Eko Haryanto, TIB AAM Putra
4. Peningkatkan strategi pemasaran dapat 2. Bapak Sulkhan, TIB Kodok Ngorek I
dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh
3. Bapak Sholehudin & Ibu Hanafiyah, TIB
teknik pemasaran. Penetrasi pasar perlu
Kodok Ngorek II
dilakukan di tempat baru, seperti Membuka
Gerai di Pare (kampung Inggris) dan di kota 4. Ibu Siti Rukhayah, TIB Medali Mas
lainnya seperti Surabaya, Mojokerto dan 5. Bapak M. Asharul Ma’arif, TIB Sempurna II
Jombang dan juga membuka koneksi di luar
negeri. 6. Bapak Sudarman, TIB Sinar Barokah 2

5. Pengoptimalan penggunaan teknologi 7. Bapak Erwin Wahyu N, TIB Sinar Barokah I


pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan
dan mengoptimalkan penggunaan internet
marketing (e-commerce), dengan demikian
pemahaman terkait dengan hal tersebut perlu
dilakukan dalam bentuk pelatihan.

220 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategis untuk Menghadapi
Afiff, F. 2012. Strategi Kombinasi Bauran Abad
Pemasaran (Marketing Mix). Jatinangor:
21. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Universitas Padjajaran.
Rezvani dan Khazei. 2013. Prioritization of
Andriani, N dan F. Fahminnansih. 2013.
Entrepreneurial Marketing Dimensions a case
Branding Sentra Kerajinan Tenun Ikat
of in higher education institutions by using
Bandar Kidul. Jurnal Createvitas Vol. 2 No.
entropy. International Journal of Informations,
2, Juli 2013.
Business Management, 5(3), 30, 2013.
Krauss, Harm, dan Fink, 2009. Entrepreneurial Educational Reserach and Multimedia and
Marketing: Moving Beyond Marketing in Publications
New Ventures. Netherland: University of
Liechtenstein.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 221
Pemanfaatan Informasi Paten Teknologi Pengalengan
Makanan dalam Menunjang Pengembangan Industri Kreatif
The Ulization of Patent Information for Food Canning Technology to Enhance
Development Creative Industries
Tommy Hendrix1*, V. Susirani Kusumaputri1
1Pusat Inovasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
*Email: tommy.hendrix@gmail.com

Keyword ABSTRACT
patent information, food Business diversification, especially in the era of globalization is an important
canning technology, requirement in the development of national economy. Optimal development of
creative industry, technology can create new forms of output products are unstable and provide
development a loophole entry of a competitor in the form of a more superior. The use of
technology in fostering the technology transfer process is done through the
use of patent information which contains technologies that can be used as
input material derived from the results of research and development. Food
canning technology has enough potential to be developed as a production
process that is appropriate, increased market share, attractive packaging that
consumers preferred and an affordable price. This paper aimed to find
relevant information through a database of international patent especially
with regard to the results of research and technology development canning
food. This paper analyzed using software Total Patent aimed to determine the
orientation of technological development to the market through a portfolio of
patents, licenses, status, competitors, innovation and market monitoring are
derived from the patent database. The results showed very important
information that most of the inventions and patent applicants and
beneficiaries are from the Asian region, it was because the captive market and
the potential for abundant natural resources can be used as the reasons
Kata Kunci SARI KARANGAN
informasi paten, teknologi Diversifikasi usaha terutama dalam era globalisasi menjadi syarat mutlak
pengalengan makanan, dalam upaya pengembangan perekonomian nasional. Belum optimalnya
industri kreatif, pengembangan teknologi dapat menciptakan bentuk-bentuk luaran produk
pengembangan yang tidak stabil dan menjadi celah masuknya pesaing dalam bentuk yang
lebih unggul. Pemanfaatan teknologi dalam upaya menciptakan proses alih
teknologi dilakukan melalui pemanfaatan informasi paten yang berisikan
teknologi-teknologi yang dapat dipergunakan sebagai bahan input berasal dari
hasil penelitian dan pengembangan. Teknologi pengalengan makanan cukup
potensial untuk dikembangkan karena merupakan proses produksi yang
bersifat tepat guna, peningkatan pangsa pasar, kemasan menarik yang disukai
konsumen dan harga yang terjangkau. Tujuan dari makalah ini adalah mencari
informasi yang terkait melalui database paten internasional khususnya yang
berkaitan dengan hasil penelitian dan pengembangan teknologi pengalengan
makanan. Makalah ini dianalisa dengan menggunakan software Total Patent
yang ditujukan untuk mengetahui pengembangan teknologi untuk orientasi
pasar melalui portofolio paten, lisensi, status, pesaing, inovasi dan monitoring
pasar yang berasal dari database paten. Hasil menunjukkan informasi yang
sangat penting bahwa hampir sebagian besar invensi dan pendaftar serta
pemanfaat paten berasal dari wilayah Asia, hal tersebut disebabkan captive
market dan potensi sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alasan
selain masih murahnya harga yang ditawarkan didalam sistem perdagangan
internasional..

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

222 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN mengakomodir perkembangan trend produk
sangatlah perlu diteliti guna mengambil perhatian
Hilirisasi dari pengembangan suatu produk pembeli dalam upaya menembus pasar yang ada.
saat ini tidak dapat dilepaskan dari banyaknya
permintaan pasar yang timbul, hal ini tidak Adanya permintaan produk yang
terlepas dari dominasi perusahaan-perusahaan mencirikan lokasi geografis perlu dilihat dari segi
besar dalam mendisversifikasikan produknya komoditas yang dihasilkan, diantaranya kekayaan
untuk mengisi celah pasar yang ada. Untuk sumber daya alam yang melimpah dapat di
melengkapi fungsi dari diversifikasi produk jadikan sumber tolok ukur dalam pengembangan
tersebut, sangatlah dibutuhkan peran dan ekonomi kreatif yang ada disuatu daerah.
pemahaman tentang Kekayaan Intelektual (KI). Penerapan teknologi merupakan proses untuk
mempercepat pemanfaatan teknologi dari
Pemahaman KI yang ada saat ini pencipta kepada pengguna. Menerapkan
cenderung sebagai “cost center” bukan sebagai teknologi berarti menjadikan teknologi itu
“asset center” (McDonald, 2013). Pemahaman sebagai bagian dari pengoperasian fungsi-fungsi
ini tidak menilai KI sebagai aset yang dimiliki kehidupan pengguna teknologi, menjadikan
negara untuk berkembang dan wujud dari tingkat teknologi diketahui, dapat dijangkau dan di
kemajuan teknologi. Pemanfaatan informasi fungsikan di lingkungan yang membutuhkan.
paten dapat dijadikan upaya untuk menggantikan Manfaat aplikasi teknologi adalah menyadarkan
pemahaman tersebut. Pemanfaatan informasi msyarakat akan pentingnya dukungan teknologi
paten merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas usahanya;
lebih ditekankan kepada peningkatan daya saing memberikan sentuhan teknologi dengan harapan
dalam rangka membuka akses menuju pasar baik akan meningkatkan produktifitas dan
nasional maupun internasional. menyebarluaskan hasil teknologi akan
Sejalan dengan persaingan yang makin berdampak pada banyak usaha/produksi dapat
memanfaatkan teknologi tersebut sehingga
ketat antar industri melalui perkembangan
diharapkan dapat memberikan nilai tambah
teknologi tersebut ternyata sistem perekonomian
dunia pun mengalami pergeseran menuju ke arah (Stock, 2000).
terbentuknya sistem ekonomi global. Pemanfaatan teknologi dalam upaya
Pengembangan teknologi saat ini bukan menciptakan proses alih teknologi dilakukan
merupakan sesuatu yang baru, dalam upaya melalui pemanfaatan informasi paten yang
meningkatkan daya saing nasional. Dinamika berisikan teknologi-teknologi yang dapat
percepatan terbentuk melalui proses alih dipergunakan sebagai bahan input berasal dari
teknologi yang bersifat on site technology hasil penelitian dan pengembangan. Penerapan
sehingga dapat membantu pengguna dalam terhadap hasil penelitian dan pengembangan
mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan. teknologi saat ini cenderung banyak mengarah ke
Belum optimalnya pengembangan teknologi tahap komersial, tentu saja diperlukan
dapat menciptakan bentuk-bentuk luaran produk perlindungan kekayaan intelektual berupa paten
yang tidak stabil dan menjadi celah masuknya melalui proses Know How (ketrampilan) yang
pesaing dalam bentuk yang lebih unggul. Proses merupakan cara atau bentuk lain dari perwujudan
hilirisasi dari pengembangan produk merupakan teknologi dalam kehidupan manusia diartikan
jalan alternatif dalam menyeimbangkan tingginya sebagai informasi teknik, data atau pengetahuan
permintaan pasar dari produk sejenis yang hasil dari pengalaman atau kecakapan yang dapat
mempunyai nilai ekonomi tinggi. dipakai dalam praktek, khususnya di industri.
Melalui diversifikasi usaha terutama dalam Pengembangan teknologi pengalengan
era globalisasi menjadi syarat mutlak dalam makanan merupakan salah satu dari banyaknya
upaya pengembangan perekonomian nasional. hasil penelitian dan pengembangan yang
Tingginya permintaan akan produk yang diaplikasikan oleh industri, hal ini menjadi sangat
mempunyai nilai jual ekonomis serta yang penting karena alih teknologi memerlukan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 223
beberapa perbaikan dalam proses produksinya berbagai sisi terutama pemanfaatan yang telah
terutama dalam mengejar permintaan pelanggan. dilakukan oleh pengguna teknologi serta prospek
Teknologi Pengalengan didefinsikan sebagai alih teknologi melalui proses komersialisasi.
suatu metode pengawetan bahan pangan dalam Diluar hal yang disifatnya teknis, luaran
suatu wadah tertutup dan kedap terhadap udara, penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi dalam
yang dipanaskan sedemikian rupa, sehingga mengambil arah kabijakan pemanfaatan
bahan pangan tersebut tahan lama dan tidak teknologi yang saat ini sangat dibutuhkan guna
mengalami kerusakan secara fisik, kimia, meningkatkan perekonomian nasional.
maupun biologis (Hendrix, 2011).
PERAN INFORMASI PATEN DALAM
Pengalengan makanan cukup potensial PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
untuk dikembangkan karena teknologi proses PENGALENGAN MAKANAN
produksi yang bersifat tepat guna, peningkatan
pangsa pasar, kemasan menarik yang disukai Tren teknologi yang berkembang saat ini
konsumen dan harga yang terjangkau. Tingginya membawa banyak perubahan pada tataran
nilai tambah yang diperoleh para pelaku usaha pengelolaan alih teknologi yang berbasis IPTEK.
agroindustri memicu persaingan yang makin Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam upaya
meningkat baik dalam memperoleh bahan baku menciptakan daya saing nasional, terutama dalam
maupun dalam pemasaran produk hasil olahan pemanfaatan industri berskala nasional.
(Zulkarnain, 2013). Sinergitas terhadap interaksi yang terjadi
membuat dinamisnya arus globalisasi terhadap
Tujuan dari tulisan ini dimaksudkan untuk produk terutama dalam bentuk inovasi produk
memberikan informasi terkait teknologi- yang dapat memenuhi permintaan pasar. Peran
teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh inovasi dalam pemanfaatan teknologi dapat
pengguna serta implementasi melalui proses alih dijadikan alternatif dalam penciptaan ruang
teknologi pengalengan makanan, dengan dalam berkreativitas sehingga Iptek melalui hasil
pengembangan potensi lokal daerah khususnya di penelitian dan pengembangan dapat
sektor pengalengan makanan sehingga mampu dipergunakan oleh pengguna secara optimal.
bersaing dipasar yang berbasis pada paten-paten Dimana fungsi inovasi dapat terus berkembang
yang telah terdaftar. Berkenaan dengan tujuan apabila dilakukan perubahan secara terus
kajian tersebut di atas, maka perlu dilakukan menerus, hadir dalam ritme kehidupan modern,
usaha-usaha untuk menggali potensi industri dan mutakhir. Seiring perubahan zaman dan
kreatif yang berbasis budaya lokal berbasis selera pasar yang terus berkembang, pelanggan
teknologi pengalengan makanan. Budaya lokal lebih peka dalam menentukan produk apa yang
yang ada perlu dikembangkan sebagai salah satu sekiranya dapat memberikan kepuasan baginya
kekuatan untuk menumbuhkan budaya lokal dan (Kotler dan Keller, 2012).
meningkatkan kreatifitas masyarakat yang dapat
bernilai ekonomi. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
merupakan suatu perlindungan kekayaan
Makalah ini dianalisa dengan intelektual yang di atur jelas dalam perundangan
menggunakan software Total Patent yang di Indonesia. Salah satu bentuk perlindungan
ditujukan untuk mengetahui pengembangan tersebut adalah paten. Dokumen paten memuat
teknologi untuk orientasi pasar melalui portofolio informasi mengenai cara menerapkan suatu
paten, lisensi, status, pesaing, inovasi dan teknologi serta teknologi-teknologi
monitoring pasar yang berasal dari database pendahulunya. Melalui dokumen paten,
Paten. Selain itu juga dapat dijadikan perkembangan teknologi dalam suatu bidang
rekomendasi bagi pengguna dalam memilih mudah untuk ditelusur darena setiap dokumen
alternatif teknologi yang bersifat tepat guna paten memiliki unsur kebaruan dari teknologi-
berorientasi pasar. Terkait dengan informasi teknologi pendahulunya.
paten teknologi pengalengan makanan, arah
pengembangan teknologi dapat dilihat dari

224 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Paten mempunyai peran yang kuat untuk yang bersifat fleksibel guna memperoleh hasil
melindungi teknologi yang dihasilkan oleh yang optimal, melalui;
inventor, memberikan hak monopoli kepada
pemegang paten untuk menentukan harga 1. Konsep “from idea to invention” dan “from
invention to innovation” perlu dilaksanakan
disamping hak-hak lain (Adhiyati, 2009). Namun
secara utuh;
bagi inventor atau peneliti paten juga merupakan 2. Menghasilkan “pemecahan baru atas suatu
alat diseminasi ilmu pengetahuan yang dapat masalah teknis” (new solution to a technical
membuka akses teknologi untuk masyarakat problem);
umum dan industri. 3. Berorientasi komersial;
4. Mengikuti mekanisme standar dalam
Era globalisasi, transfer teknologi dan melaksanakan gagasan hingga masuk ke
informasi akan semakin mudah dan fleksibel bila pasar.
dilakukan dengan pemanfaatan yang lebih Hubungan antara pemanfaatan paten
optimal, salah satunya melalui penerapan HKI teknologi pengalengan makanan dan industri
dalam meningkatkan inovasi teknologi yang kreatif memiliki nilai yang strategis dalam
akhirnya dapat berdampak positif terhadap penciptaan daya saing usaha terutama pada
peningkatan ekonomi suatu negara. Inovasi percepatan pembangunan ekonomi. Munculnya
teknologi merupakan stimulus untuk industri kreatif diartikan sebagai kelompok
meningkatkan total factor productivity dan industri yang terdiri dari berbagai jenis industri
standar kehidupan masyarakat melalui produksi yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam
produk dan jasa yang memiliki kualitas yang proses pengeksploitasian ide atau KI menjadi
lebih baik. Kemajuan teknologi juga nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan
meningkatkan efektivitas dalam hal teknik kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Sehingga
pengolahan sehingga dapat meningkatkan peran industri kreatif dalam sektor kuliner
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi (Sattar melalui pemanfaatan teknologi pengalengan
dan Mahmood, 2011). Gambar 1. makanan dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut.
Memperlihatkan bagaimana fungsi pemanfaatan
HKI dalam perkembangan teknologi pengalengan
makanan.

Gambar 2. Dampak dan Peranan Industri Kreatif

Gambar 1. Fungsi HKI dalam Teknologi

Pengalengan Makanan
Peran teknologi dalam pengemasan produk
saat ini memperlihatkan tren positif dalam
perdagangan produk, hal tersebut dikarenakan
Fungsi paten dalam konsep pemanfaatan mempunyai keunggalan dalam fungsi preservasi
penelitian dan pengembangan dapat diterapkan produk diantaranya untuk :
dalam makalah ini dengan melakukan interaksi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 225
1. Melindungi bahan pangan yang dikemas dari (Klappera, 2006). Penggunaan alat penelusuran
kerusakan selama distribusi; didasarkan pada subjek kata kunci dari sebuah
2. Melindungi produk dari kerusakan fisik, teknologi berguna untuk meningkatkan daya
kimia, biologis;
saing, mempromosikan dan mengamankan modal
3. Mencegah terjadinya kontaminasi (cemaran);
4. Menjaga mutu selama penyimpanan; serta know how, menghadapi kompetisi global.
5. Pengawetan pangan. Secara rinci teknik penelusuran (searching)
Penggunaan kemasan dalam kaleng dipilih dokumen/teknologi terdahulu dalam bidang yang
untuk makanan karena sifatnya kedap udara, sama, yang berdekatan (prior art) dengan
athogen ringan, mudah dibentuk, dan tidak menggunakan semua informasi, baik dalam
mudah pecah. Kelebihan menonjol khususnya bentuk paten atau dokumen permintaan paten
dari kemasan kaleng bisa dilakukannya proses yang dipublikasikan maupun yang bukan paten
sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di seperti jurnal, tabloid, majalah dan sebagainya.
dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan Kaitannya dengan makalah penelitian dan
awet. Sedangkan faktor yang sering kali menjadi pengembangan teknologi pengalengan makanan
permasalahan dalam pengemasan kaleng adalah sangatlah penting dalam melihat tingkat
terjadi pada bahan makanan (mikroba), dimana keusangan dari teknologi yang dihasilkan.
jasad renik itulah yang menyebabkan makanan Banyak cara dan metode yang dipergunakan
jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi beracun. dalam melihat sisi perkembangan teknologi yang
Selain itu juga perlu diperhatikan dalam proses sedang populer dalam pasar global, sehingga
alih teknologinya dikarenakan karakteristik dari keterlibatan dari sektor industri memerlukan
setiap produk yang dikalengkan berbeda dalam perhatian yang sangat besar dalam pemanfaatan
penanganan dan perlakuan didalam proses hasil litbang yang ditawarkan
produksinya. Pengalengan merupakan cara (dikomersialisasikan).
pengawetan bahan pangan dalam wadah yang
METODE PENELITIAN
tertutup rapat (hermentis) dan distelirkan dengan
panas. Cara pengawetan ini merupakan cara yang
Makalah ini menggunakan metodologi
paling umum dilakukan karena bebas dari
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kebusukan, serta dapat mempertahankan nilai
literatur melalui penelusuran informasi paten,
gizi, cita rasa dan daya tarik. Secara umum,
analisis database dokumen paten dengan
proses pengalengan meliputi tahap-tahap
menggali data dan informasi yang terkait dengan
persiapan bahan mentah, blansir, pengisian bahan
topik penelitian dengan memfokuskan pada
kedalam kemasan, pengisian larutan media,
pencarian jawaban atas masalah penelitian.
penghampaan udara, proses sterilisasi,
Penggalian data dan informasi tersebut dilakukan
pendinginan dan pengimpanan (Winarno, 1994).
dengan dua pendekatan yaitu:
Informasi paten terkait dengan teknologi
pengalengan makanan dapat dimanfaatkan untuk 1 Studi Literatur
membantu dalam melihat prospek perkembangan Menelusuri informasi yang terkait dengan
(trend technology) suatu potensi teknologi topik dan permasalahan dari berbagai sumber
pengalengan makanan dapat diaplikasikan tertulis, berupa buku, jurnal, artikel atau
kedalam penelitian dan pengembangan yang tulisan-tulisan ahli lainnya dengan
bersifat menghilirisasikan proses komersialisasi penggalian data (data mining) dimana
dari produk yang akan dihasilkan. Cakupan dari merupakan salah satu metode atau proses
sumber informasi paten tersebut sangat berguna untuk mengekstrak pola tersembunyi dari
dalam membangun networking diantara koleksi data tertentu yang menekankan
pengguna dan penghasil teknologi yang nantinya tahapan penggalian data yang paling penting
diskemakan dalam bentuk proses alih teknologi. untuk mengubah data menjadi informasi
Upaya tersebut dapat dijadikan sebagai bahan paten (Yanhong dan Runhua, 2013);
rujukan dalam mengetahui probabilitas dari hasil 2 Analisis database dokumen paten tentang
penelusuran memakai software Total Patent potensi paten teknologi pengalengan

226 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
makanan melalui software Total Patent yang (Publication Date) yang dapat dijabarkan sebagai
didalamnya bersumber pada database WIPO. berikut :

Tujuan dari makalah ini adalah mencari 1. Tempat dan negara dimana paten didaftarkan
informasi yang terkait melalui database paten (Authority). Dari data yang diperoleh
internasional khususnya yang berkaitan dengan menunjukkan bahwa China mempunyai
hasil penelitian dan pengembangan teknologi sebanyak 433 paten terdaftar (50,6 %) yang
pengalengan makanan. Sedangkan sasarannya dikuti oleh Jepang sejumlah 110 paten
pencarian dan analisis data ini adalah untuk terdaftar (12,9 %) serta Korea sebanyak 74
mengetahui sejauhmana penelitian yang sudah paten terdaftar (8,7 %). Kesimpulan yang
dan sedang berlangsung di bidang teknologi didapat menunjukkan bahwa pemanfaatan
pengalengan makanan sehingga dapat paten terdaftar banyak didaftarkan diwilayah
mengetahui tren teknologi dan penelitian yang Asia, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya
saat ini berlangsung. potensi-potensi lokal dimulai dari penciptaan
produk-produk dengan inovasi teknologi
Makalah ini dapat bersifat terkait dengan pengalengan makanan
implementatif/aplikatif, dimana hasilnya diproduksi mengikuti permintaan pasar.
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Sebaran Paten yang didaftarkan disetiap
Lebih khusus lagi, makalah ini merupakan proses negara seperti pada Gambar 3.
diseminasi paten dan perekayasaan ulang
(reverse engineering) dari suatu teknologi yang
bersumber dari informasi paten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelusuran paten yang


dilakukan dengan mengacu pada database yang
berasal dari World Intelectual Property
Organization (WIPO) melalui potensi paten
menggunakan software Total Patent didapatkan
286 patent terdaftar dan tersertifikasi.
Penelusuran dilakukan dengan menggunakan
kata kunci “food and canning” yang mengacu
pada masa minimal perlindungan paten sederhana Gambar 3. Paten Authority Teknologi Pengalengan
selama 10 tahun, untuk penelusuran data dimulai Makanan

dari tanggal 20 Oktober 2006 – 20 Oktober 2016.


Data yang dipergunakan berasal dari USPTO, 2. Penemu Paten (Inventor), adalah orang yang
EPO, WIPO, CPTO, JPO, KIPO, INPI, GPTO, membuat kontribusi yang inventif melalui
IPO dan CIPO. Dengan memperimbangkan penemuan sebagaimana didefinisikan dengan
jumlah paten terbesar sebanyak 10 judul dengan klaim dari aplikasi paten. Dari data yang
jangka waktu termasuk masa pendaftaran dan didapat, menunjukkan data blank (inventor
sertifikasi selama 10 tahun (20 Oktober 2006 – yang mendaftarkan patennya dengan
20 Oktober 2016) dengan mempergunakan minimum 1 paten) sebanyak 20 invensi (23,6
bentuk gambar pie chart. %), Prof. Luo Xiao-Dong dari Kunming
Institute of Botany, Chinese Academic
Uraian penelusuran diambil 3 data terbesar Sciences (CAS) sebanyak 13 invensi (15,3
yang terdiri dari tempat dan negara dimana paten %) dan Yongkang Visita Appliance Co. Ltd.
didaftarkan (Authority), Penemu Paten Merupakan perusahaan Manufaktur,
(Inventor), Pengguna Paten (Assignee), distribusi dan ekspor berbagai macam
Klasifikasi Paten (IPC) dan Tanggal Publikasi makanan olahan kaleng, dan saus. Sebaran

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 227
data dari inventor menunjukkan wilayah Asia paten dan utility model sesuai dengan
masih menjadi unggulan dalam komoditi berbagai area teknologi. Dari hasil
pada pengalengan makanan dan dapat dilihat penelusuran paten diperoleh data meliputi
dari Gambar 4. berikut. B32B15/09 sebanyak 21dengan area
klasifikasi paten B (Performing Operations)
B32 (Layered Products) B32B (Layered
Products, i.e. Products Built-Up of Strata of
Flat or Non-Flat, e.g. Cellular or
Honeycomb, Form) B32B15/00 (Layered
Products Essentially Comprising Metal).
B32B15/09 (Comprising Polyesters),
A22C13/00 sebanyak 19 dengan area
klasifikasi paten A (Human Necessities) A22
(Butchering; Meat Treatment; Processing
Poultry) A22 (or Fish) A22C (Processing
Meat, Poultry, or Fish) A22C13/00 (Sausage
Gambar 4. Nama Inventor Teknologi Pengalengan Casings). C09D133/06 sebanyak 16 dengan
Makanan
area klasifikasi paten C (Chemistry;
Metallurgy) C09 (Dyes; Paints; Polishes;
3. Pengguna Paten (Assignee Name) adalah
Natural Resins; Adhesives; Compositions not
seseorang, sekelompok orang atau organisasi
otherwise provided for; applications of
yang menerima hak-hak kepemilikan
materials not otherwise provided for) C09d
intelektual. Dari data penelusuran paten
(Coating Compositions, e.g. Paints,
didapatkan untuk pemanfaatan oleh industri
Varnishes, Lcquers; Filling Pastes; Chemical
diperoleh hasil diantaranya Tetra Laval
Paint or Ink Removers; Inks; Correcting
Holdings & Finance S.A. memproduksi
Fluids; Woodstains; Pastes or Solids for
bahan kemasan minuman ringan sebanyak 27
Colouring or Pinting; use of Materials
paten (18,7 %), Blank (pendaftar yang
Therefor) C09D133 (Coating Compositions
mendaftarkan paten dengan minimum 5
based on Homopolymers or Copolymers of
paten) sebanyak 24 paten (16,6%) dan PPG
Compounds having one or more Unsaturated
Industries Ohio, Inc. perusahaan
Aiphatic Radicals, each having only one
multinasional dibidang pelapisan kaleng
Carbon-to-Carbon Double Bond, and at least
sebanyak 18 paten (12,5 %). Sebaran
one being terminated by only one Carboxyl
pengguna paten dapat dilihat pada Gambar 5.
Radical, or of Salts, Anhydrides, Esters,
Amides, Imides, or Nitriles thereof; Coating
Compositions based on Derivatives of such
Polymers) C09D133/06 (of Esters
Containing only Carbon, Hydrogen, and
Oxygen, the Oxygen Atom being present
only as part of the Carboxyl
Radical). Sebaran untuk data klasifikasi paten
berdasarkan hasil penelusuran dapat dilihat
pada Gambar 6.

Gambar 5. Pengguna Paten Teknologi Pengalengan


Makanan

4. Klasifikasi Paten (IPC), adalah sistem


hierarki simbol independen untuk klasifikasi

228 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Gambar 6. Klasifikasi Paten Teknologi Pengalengan Gambar 7. Tanggal Publikasi Paten Teknologi Pengalengan
Makanan Makanan
5. Tanggal Publikasi (Publication Date), adalah
tanggal dimana paten didaftarkan, Dari rekapitulasi penelusuran data paten
dipublikasikan dan mendapatkan nomor teknologi pengalengan makanan, didapatkan
registrasi patent. Dari hasil penelusuran informasi yang sangat penting bahwa hampir
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sebagian besar invensi dan pendaftar serta
didapatkan data terbaru dari teknologi pemanfaat paten berasal dari wilayah Asia, hal
pengalengan makanan pada tanggal 14 tersebut disebabkan captive market dan potensi
Desember 2006 dengan judul Coating sumber daya alam yang melimpah dapat
Composition For Outside Surface Of Food dijadikan alasan selain masih murahnya harga
Can And Coated Food Can dan Inventornya yang ditawarkan didalam sistem perdagangan
Tahashi shoji dan Kubo Mamiko serta internasional.
Assignee dari Dainippon Ink and Chemichal,
tanggal 30 November 2006 dengan judul A PENUTUP
Cooling Or Heating System For Cans And
Bottles Of Drink Or Food Has A Deep Inovasi produk tidak selalu memberikan
Cylindrical Insulated Vessel And A Thermal inspirasi bagi generasi muda untuk tetap
Transfer System, inventor blank serta berkreasi, tetapi hanya sebatas motif yang lebih
assignee dari Mayr Hassler Rainer Dominik, dulu ada, sedangkan selera pasar mengalami
Republic of Austria. Serta tanggal 29 perkembangan demikian pesat mengingat trend
November 2006 dengan judul Compositions mode yang cepat berubah.
And Methods For Coating Food Cans,
Inventor Ambrose Ronald R Ziegler Micha, Potensi pemanfaatan paten yang sifatnya
M. J. Ziegler, J. M. du Dick, dengan assignee kadaluarsa (freedom to operate) saat ini menjadi
PPG INDUSTRIES OHIO INC, United peluang yang sangat strategis dalam upaya
States of America. Sedangkan sebaran pengembangan diversifikasi produk turunan yang
tanggal publikasi paten dari teknologi bersifat siap dipasarkan. Untuk mengetahui hasil
pengalengan makanan dapat dilihat pada analisis paten yang tepat, memerlukan beberapa
Gambar 7. informasi dasar yang berhubungan dengan kata
kunci (subjek) yang akan di cari. Hasil analisis
paten dapat digunakan, baik manajemen strategis
dan aplikasi, terutama dalam penyebaran
teknologi yang bersifat tepat guna (Hendrix,
2016). Hasil data dapat diasumsikan sebagai;

1. Konten visual data paten dengan keterangan


teknologi database utama.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 229
2. Pengelolaan menilai penilaian paten, yang Management 18, 719-737. Elsivier Science
menghasilkan kebutuhan teknologi untuk B.V.
menentukan analisis seperangkat selektif Hendrix, T dan A. Nurhikmat. (2011). Inovasi
berpengaruh paten yang pantas lebih intensif Produk Pada Industri Kecil Menengah
kontrol dalam manajemen pengetahuan. (IKM) Gudeg Wijilan Melalui Pengemasan
3. Mengidentifikasi analisis pengembangan Produk Dalam Kaleng, Seminar dan
produk dan tren teknologi Workshop Indonesian Life Cycle Assesment
4. Mengelola portofolio paten dan peramalan on Food Product. Fakultas Teknologi
riset pasar untuk aplikasi industri. Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Hasil dari penelusuran data yang diperoleh Zulkarnain; Lamusa, A. dan Tangkesalu, D.
terkait dengan pemanfaatan informasi paten (2013). Analisis Nilai Tambah Kopi Jahe
teknologi pengalengan makanan menunjukkan Pada Industri Sal-Han di Kota Palu. e-
bahwa tren publikasi dari pendaftaran dan Journal Agrotekbis. Vol. 1 (5) : 493-499.
sertifikasi paten cenderung masih sedikit Adlhiyati Z. (2009). Produk Rekayasa Genetika
dimanfaatkan oleh pengguna. Dari jumlah (GMO/Genetically Modified Organism)
keseluruhan 286 paten, tidak semuanya dapat Sebagai Subjek Perlindungan Paten dan
jelas ditelusur pada database paten, hal tersebut Perlindungan Varietas Tanaman. [Tesis].
dikarenakan ada beberapa yang ditarik atau Universitas Diponegoro, Semarang.
cukup didaftarkan saja sebagai penemuan baru Yanhong L., Runhua T. (2007). Text Mining
belum termanfaatkan oleh pengguna. Mayoritas Based Patent Analysis in Product Innovative
paten yang banyak dipergunakan 21 paten Process “, Boston: Springer Verlag.
dengan area klasifikasi paten B (Performing Sattar, Abdul & Tahir Mahmood. (2011).
Operations), hal ini diartikan bahwa teknologi Intellectual Property Rights and Economic
yang diperkenalkan berbasis pada keadaan fisik, Growth. Pakistan Economic and Social
prinsip proses yang digunakan dan jenis Review. Vol 49, No. 2. Pp 163 – 186.
peralatan, khususnya pada sektor teknologi Kotler & Keller. (2012). A Famework for
pengemasan makanan. Marketing Management. Prentice Hall
International Inc: New Jersey.
Hal lain yang perlu di perhatikan adalah Winarno. (1994). Commercial Sterilization of
belum membudayanya pemanfaatan dari Product Food, PT. Gramedia Pustaka
penelusuran data paten, sehingga informasi Utama, Jakarta.
teknologi belum dapat diterapkan secara optimal. Klappera, Leora; Laevena, Luc; Rajan,
Raghuram. (2006). Entry regulation as a
UCAPAN TERIMA KASIH barrier to entrepreneurship. Journal of
Financial Economics, Vol. 82 (3), pp. 591–
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 629.
Bidang Inkubasi dan Alih Teknologi Pusat McDonald, Robert. (2013). Contingent Capital
Inovasi LIPI yang telah memfasilitasi selesainya with a Dual Price Trigger. Journal of
penulisan makalah ini dan membantu selama Financial Stability, vol.9 (2), pp. 230-241.
pengambilan data. Serta ketersediaan Software Hendrix, T. (2016). Implementation of Research
Total Patent sebagai sarana penelusuran database and Development Based on Patent Natural
paten terkait hasil penelitian dan pengembangan Ingredient and Potential Ulization of
sektor teknologi pengalengan makanan. Tradition Medicine, The Asian Journal of
technology Management, Vol. 9 No. 1, 8-
DAFTAR PUSTAKA 20.

Stock, G.N., and M.V. Tatikonda. (2000). A


Typology of Project-level Technology
Transfer Processes, Journal of Operations

230 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sistem Inovasi Sektoral
dan Kebijakan Industri
Learning region for Regional Development:

Menciptakan learning region melalui Industri batik di Kota Pekalongan


Nimas Maninggar ab
Delik Hudalah b
a Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT)
b Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

Keyword ABSTRACT
Learning; Batik; Regional Learning region, recently, has become a new phenomenon in regional
Development development. It provides a conducive environment and infrastructure to
facilitate the flow of knowledge and ideas that, in turn, create qualified
human resources to support innovation and production. In its development,
the regional policy became a strategy. It produces regulation and
institution to drive the activation of learning process in a region. Besides,
history, culture and social communities are also the important factors to
drive learning process in a region.
The Pekalongan City has become a learning region due to the hereditary
batik industry. Non-governmental actors such as industry and university
are capable to transfer the ideas both inter and intra-industry. The inter-
and intra-industry learning process creates the accumulation of ideas that
led to innovation. These Innovations lead to create new entrepreneurs that
could make the batik industry in Pekalongan survive and develop. At the
same time, the regional policy serves to support the ongoing batik learning
through obligating the batik curriculum and optimizing the function of the
batik museum for practicing the batik making. As a result, the learning
process of batik has become a culture. It can also improve the local and
regional economy.
Kata Kunci SARI KARANGAN
pembelajaran, batik, Learning region menjadi fenomena baru dalam perkembanagn wilayah
pembangunan regional dewasa ini. Region dengan learning menyediakan lingkungan dan
infrastrutur untuk mengalirnya knowledge dan ide sehingga mampu
menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk
mendukung inovasi dan produksi. Dalam proses pembentukannya,
kebijakan wilayah menjadi strategi dengan membentuk aturan dan institusi
yang berperan dalam learning. Namun yang tak kalah pentingnya adalah
faktor sejarah, budaya dan sosial masyarakat.
Kota Pekalongan telah menjadi learning region melalui indusri batik yang
turun temurun. Aktor non pemerintah seperti industri dan universitas
mampu mentransfer ide baik didalam maupun antar industri. Proses
learning didalam dan antar industri mengakibatkan akumulasi ide yang
berujung pada inovasi. Inovasi inilah yang membuat industri batik
bertahan dan berkembang dengan mencetak entrepreneur baru.
Sedangkan kebijakan wilayah, berfungsi menunjang learning batik yang
telah berjalan dengan menerbitkan kebijakan kurikulum wajib untuk batik
dan mengoptimalkan fungsi museum untuk praktek batik. Hasinya
learning batik telah menjadi budaya dan mampu meningkatkan
perekonomian lokal dan regional.
.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 231
PENDAHULUAN menciptakan lenring region. Kebijakan hanya
mendukung dari kondisi yang telah berkembang
Learning adalah kendaraan dari teralirnya
di wilayah tersebut. Faktor sejarah dan sosial
informasi dan ilmu pengetahuan. Lundvall (2000)
budaya dapat menjadi memicu terbentuknya
lebih memilih menggunakan istilah learning
leanring antar masyarkat. Seperti yang
economy daripada knowledge-based economy
diungkapkan Asheim (2007) pentingnya sosial
untuk menyebut pergeseran basis ekonomi yang
budaya dan sejarah dalam pembangunan ekonomi
sekarang lebih mengarah pada pentingnya ilmu
masyarakat untuk mencapai daerah yang
pengetahuan, teknologi dan inovasi. Alasannya
kompetitif dan inovatif.
karena tidak akan berguna jika knowledge hanya
menjadi stock dan tidak dialirkan (Cappellin, Dengan menggunakan studi kasus industri batik
2007). Knowledge akan dapat menciptakan dan di Kota Pekalongan makalah ini bertujuan untuk
merubah sesuatu jika terdapat pembelajaran mengidentifikasi transfer pengetahuan yang
didalamnya. terjadi antar aktor-aktor non pemerintah dan
kebijakan wilayah yang menjadi rangsangan
Dalam learning economy terdapat istilah learning
dalam berkembangnya learning region serta
region. Learning region masih menjadi
dampaknya pada pengembangan ekonomi lokal
perdebatan hangat dikalangan akademisi, policy
dan regional. Hasil studi mengungkapkan bahwa
maker dan planner terkait definisi dan
hubungan yang terjadi antar aktornya serta
kemanfaatannya dalam pengembangan wilayah.
dukungan kebijakan wilayah, secara sadar atau
Beberapa akademisi seperti Florida (1995);
tidak kota Pekalongan telah menjadi learning
Moulaert & Sekia (2003) berpendapat bahwa
region yang mampu mengiring pada peningkatan
learning region merupakan konsep untuk
ekonomi lokal dan regional.
menciptakan inovasi dengan difusi ilmu
pengetahuan. inovasi dan difusi pengetahun yang
terjadi dalam satu wilayah mengakibatkan region
juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ide Learning region: Antara kekuatan kebijakan
dan knowledge yang mampu mensupply tenaga atau sosial.
kerja berkualitas yang dibutuhkan untuk
Learning region menurut Moulaert & Sekia
mendukung inovasi dan produksi (Florida, 1995).
(2003) masuk dalam kelompok Territorial
Kondisi tersebutlah yang memicu terciptanya
Innovation Model (TIM ) bersama konsep
learning region yang didalamnya juga
lainnya seperti Milieu innovateur, Industrial
menyediakan lingkungan dan infrastrutur untuk
district, new Industrial space, Local Production
mengalirnya knowledge dan ide (Florida, 1995)
system dan Regional Innovation system.
Dalam proses pembentukannya learning region Learning region bergema bersama Regional
menekannya peran regional (Asheim, 2001). Innovation System (RIS). Keduanya bersumber
Dengan kata lain learning region seharusnya dari teori inovasi Scumpeter dan memiliki cara
dilihat sebagai kerangka kebijakan dalam kerja yang hampir sama yaitu mendasarkan
pengembangan inovasi berbasis learning kerjasama institusi untuk mewujudkan inovasi
(Asheim, 2001). Pendapat ini sejalan dengan yang mampu diadopsi oleh seluruh masyarakat di
Hassink (2001) menggungkapkan bahwa learning wilayah tersebut (Moulaert & Sekia, 2003).
region mampu menjadi sebuah strategi inovasi Perbedaan keduanya dapat dilihat dari fokus
wilayah dengan menghubungkan serangkaian implementasi, pada RIS memberatkan inovasi
aktor inovasi. Dengan demikian kekuatan sedangkan pada learning region berfokus pada
kebijakan wilayah mampu menciptakan sebuah learning (Hassink, 2001).
learning region dengan menghubungkan
Perbedaan fokus implementasi tersebut memicu
serangkaian aktor untuk saling bertukar ide.
dua pendapat berbeda terkait dengan keterlibatan
Di dalam makalah ini akan dihadirkan bahwa aktor. RIS yang dalam implementasinya tidak
kebijakan bukan satusatunya alat untuk dapat dipisahkan dengan kebijakan inovasi

232 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
seringkali dipandang lebih luas daripada learning mampu mengiring wilayah menjadi sebuah
region. RIS akan lebih banyak melibatkan aktor learning region. Sedangkan kebijakan pemerintah
regional (agen inovasi) yang memiliki peran mendukung learning yang telah ada sebelumnya
penting dalam menumbuhkan inovasi wilayah
dan berfokus pada dukungan kebijakan inovasi Institusi dan learning region
(Hassink, 2001; Morgan, 2007). Kebijakan Kelembagaan inovasi memainkan peran vital
inovasi pada suatu wilayah akan mampu dalam learning region. Kelembagaan inovasi ini
mengiring aktor-aktor pemerintahan yang terlibat dianggap mampu mempromosikan kerjasama
untuk mewujudkan terciptanya inovasi . Inovasi terutama melalui kedinamisan learning dalam
tercipta dengan adanya learning. Hassink (2001) suatu lembaga, antar lembaga dan lembaga
menyebutkan bahwa learning region adalah dengan masyarakat (Asheim, 2007). Lembaga
bagian dari Kebijakan inovasi. inovasi yang umumnya berperan dalam
Boekema & Rutten (2003) menyangkal pembangunan wilayah melalui learning antara
keterkaitan learning region dengan kebijakan lain policy maker, industri dan perdagangan,
inovasi. Menurut Rutten pemerintah bukan satu- institusi pendidikan dan lembaga penelitian
satunya aktor yang mampu menciptakan (Hassink, 2001).
innovation network. Banyak aktor regional Peran dan kerjasama antar intitusi dalam learning
(bukan dari pemerintah) dapat menjadi agen region tidak lepas dari kebijakan inovasi yang
penting dalam learning seperti perusahaan, pusat diterapkan di suatu wilayah. Menurut Rutten,
penelitian, dan lembaga intermediasi. Jika agen Boekema, & others (2007) kebijakan inovasi
tersebut saling berinteraksi akan mampu daerah akan mempengaruhi institutional setting.
mencapai sebuah learning region. Learning Hal serupa juga diungkapkan oleh Morgan
region yang tercipta akan banyak melakukan (2007) bahwa pemerintah sebagai policy maker
strategi inovasi diantaranya dengan memfasilitasi memiliki dampak penting dalam kolaborasi dan
pertukaran knowledge antar aktor dibandingkan koordinasi inovasi dalam suatu wilayah.
dengan yang dilakukan oleh kebijakan inovasi. Selanjutnya Hassink (2001) menjelaskan bahwa
Dari kedua pendapat tersebut menyiratkan learning region sebagai strategi inovasi wilayah
adanya kekuatan top down dan bottom up dalam akan mendasarkan strateginya pada kebijakan
learning region. Pendapat pertama yang berlaku di wilayah tersebut. Dengan
menggambarkan bahwa terdapat kekuatan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
pemerintah (top down) pada implementasi learning region, pengaturan peran dan kerjasama
kebijakan inovasi yang mempengaruhi learning antar aktor akan sangat dipengaruhi oleh
disuatu wilayah. Kebijakan inovasi dapat pemerintahan dan kebijakan inovasi yang
mengatur kembali organisasi yang berperan diterapkan di wilayah tersebut.
dalam learning dan inovasi untuk mencapai visi Selain pemerintah sebagai policy maker,
wilayah. Sedangkan pendapat kedua mendukung keberadaan lembaga non pemerintah seperti
kekuatan bottom up pada learning region. universitas, lembaga penelitian dan sekolah
Kekuatan aktor-aktor non pemerintah mampu sebagai learning organization juga memegang
membangun budaya learning. Pada akhirnya peran penting dalam learning region. Peran
pertukaran knowledge dan ide yang terjadi pada utama yang dimainkan oleh universitas dalam
aktar aktor tersebut mampu membentuk suatu learning region adalah sebagai hub bagi transfer
learning region. pengetahuan bagi masyarakat. Dalam prakteknya
Dalam learning region yang terjadi di Kota universitas ini membantu dalam menciptakan
Pekalongan kekuatan pemerintah melalui tenaga kerja yang terampil dan professional serta
kebijakan inovasi dan masyarakat menjadi faktor beberapa diantaranya menjelma menjadi
pembentuk inovasi. Tidak bisa dipungkiri entrepreneur organization yang menghasilkan
gerakan masyarakat dan institusi non pemerintah entrepreneur (Ho, 2014). Hal ini sejalan dengan
yang telah bergelut dengan batik sejak lama yang diungkapkan Castells & Hall (1994) yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 233
membagi peran universitas menjadi 3 yaitu Pentingnya Social Capital dalam learning
sebagai research universities, training region
universities dan entrepreneur universities. lebih
jauh lagi Simha (2005) membuktikan adanya Dalam learning region terdapat penekanan pada
hubungan antara universitas dengan pentingnya sosial budaya dan sejarah dalam
perkembangan ekonomi wilayah yang pembangunan ekonomi masyarakat untuk
menjadikan wilayah tersebut magnet bagi mencapai daerah yang kompetitif dan inovatif
penelitian, inovasi dan paten teknologi sehingga (Asheim, 2007). Selain itu faktor trust juga
menjadi daya tarik bagi investor, industri dan menjadi salah satu kunci penting dalam transfer
ilmuwan untuk bekerjsama dan berada dalam pengetahuan. Hal ini wajar karena interaktif antar
lingkup wilayah dimana universitas didirikan. aktor merupakan proses terbaik dalam learning,
sehingga faktor-faktor sosial dan trust tidak dapat
Jika dilihat dari hubungan perkembangan dilepaskan dalam proses learning di suatu
ekonomi wilayah, transfer pengetahuan dan wilayah (Asheim & Isaksen, 2003).
univesitas, umumnya akan terkait dengan high-
tech industri. High-tech industri sendiri dinilai Localised learning juga disebut-sebut sebagai
sebagai sektor paling potensial dalam variabel yang efektif dalam mentransfer
pengembangan inovasi yang mampu menjawab pengetahuan (Perry, 2014). Kedekatan spasial
tantangan globalisasi dan modernisme dunia. tak akan mempermudah dalam melakukan pertemuan
heran jika high tech region yang banyak didirikan face to face untuk saling bertukar ide dan
oleh negara maju memasukan universitas ke practical. Selain itu efisiensi biaya juga menjadi
dalam kawasan yang dibangun. Sebut saja Silicon isu penting dalam localised learning.
Valley ,Research Triangle Park kemudian Namun seiring dengan berkembangnya teknologi
Boston’s highway 128 yang tak lepas dari ICT (information, communication technology),
universitas pada awal dan perjalanan transfer pengetahuan dapat dilakukan pada jarak
pengembangannya (Castells & Hall, 1994; Link yang berjauhan antar negara dan antar benua.
& Scott, 2003; Simha, 2005). Kecanggihan teknologi mengurangi biaya
Namun sepertinya hal tersebut tidak berlaku pada perjalanan untuk saling bertatap muka. Bagi ilmu
industri low tech. Universitas pada industri low- pengetahuan yang telah dikodifikasi ICT akan
tech tidak memiliki peran yang signifikan dalam sangat membantu untuk pengembangan inovasi
pengembangan inovasi (Kaufmann & Tödtling, dengan jarak jauh. Tetapi bagi pengetahuan yang
2003). Peran univeritas terbatas pada sebagai bersifat tacit kedekatan spasial masih menjadi hal
tempat laboratorium uji kelayakan dan sertifikasi utama dalam keteraliran dengan sesama.
(Kaufmann & Tödtling, 2003). Hal ini
Learning Region di Pekalongan
disebabkan oleh jenis pengetahuan yang
umumnya digunakan pada industri low tech Kota Pekalongan dikenal sebagai kota Batik. di
adalah practical knowledge dimana praktek Indoensia sendiri 3 Kota besar yang penghasil
(learning by doing) dan interaksi dengan Batik di sematkan pada Solo, Jogja dan
konsumen dan supplier menjadi hal utama dalam Pekalongan (Sindonews, 2014). Namun dari
penciptaan inovasi sedangkan universitas akan ketiga wilayah tersebut Pekalongan menjadi
sangat Kental dengan basic science dan bukan produsen batik terbesar dan yang paling
applied science(Asheim & Coenen, 2005; berkembang dengan marketshare sebesar 30%
Kaufmann & Tödtling, 2003). dari seluruh pasar batik di Indoensia (Noviani,
2010; Nurainun, 2008; Pratiwi, 2013).
Hal berbeda ditunjukan oleh universitas di Kota
Pekalongan. dengan basis low-tech industri yaitu Saat ini batik Pekalongan berkembang menjadi
batik universitas pekalongan memiliki peran bisnis yang mampu menggerakkan perekonomian
penting bagi leanring, training dan penciptaan dan telah menjadi soko guru ekonomi
entrepreneur baru. masyarakat. Data yang didapat dalam lima tahun
terakhir ini beberapa variabel ekonomi seperti

234 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
jumlah industri, jumlah tenaga kerja, investasi batik dan selanjutnya inovasi batik akan
dan omset mengalami peningakatn setiap terwujud. Pembelajaran masyarakat secara
tahunnya. Jumlah industri terus meningkat dan simultan dan berkembang tersebut secara sadar
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 8.7% atau tidak akan mewujudkan sebuah learning
pertahunnya, sedangkan tenaga kerja meningkat region
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5.08%.
Hal serupa juga terjadi pada jumlah investasi dan (1) Industri
omset yang meningkat masing-masing 12.9% dan Pembahasan mengenai transfer pengetahuan dan
31.39% (BPS Kota Pekalongan, 2015) ide dalam industri akan dibagi menjadi dua yaitu
transfer secara didalam industri dan antar
Salah satu faktor yang diklaim dalam industri. Pembagian ini bertujuan untuk
meningkatkan dan membuat usaha batik tetap mengetaahui secara rinci transfer pengetahuan
bertahan di kota Pekalongan adalah Inovasi yang dilakukan secara individu dan kelompok
produk (Bakhtiar, Sriyanto, & Amalia, 2009; baik dalam satu industri atau antar industri.
Christiana, Pradhanawati, & Hidayat, 2014). (a) Transfer pengetahuan dalam satu
Dalam berinovasi pengusaha dan pekerja batik industri
tidak akan lepas dari learning baik learning yang Dalam transfer pengetahuan dalam satu industri,
dilakukan secara indivudu maupun berkelompok. perlu diketahui sebelumnya terdapat 4 aktor
Transfer pengetahuan dan learning yang utama yang berperan dalam aliran pengetahuan
dilakukan dalam satu kelompok akan lebih dan ide. Aktor tersebut adalah pengusaha atau
berpeluang untuk menghasilkan ide-ide baru. Hal yang umumnya disebut juragan batik, pekerja,
ini tak lepas dari sifat inovasi yang terbuka dan tukang mbabar dan makelar. Juragan batik adalah
membutuhkan ide dari berbagai kepakaran yang orang yang memiliki modal sedangkan pekerja
berbeda. adalah sebutkan untuk orang yang bekerja pada
juragan batik. Tukang mbabar juga bekerja untuk
Selain inovasi produk, Kebijakan dan dukungan juragan batik namun bedanya dengan pekerja
dari Pemerintah dalam pengembangan industri adalah tukang mbabar ini umumnya bekerja
Batik juga turut andil dalam mempertahankan dirumah masing-masing. Juragan batik hanya
industri batik (Astuty, 2014; Bakhtiar et al., memberikan kain mori pada tukang mbabar,
2009; Christiana et al., 2014; Susanty, material selebihnya seperti pewarna dan malam
Handayani, & Jati, 2013). Kebijakan inovasi disediakan sendiri oleh tukang mbabar.
yang diterapkan oleh pemerintah Pekalongan Sedangkan makelar adalah penghubung antara
mampu memfasilitasi terciptanya learning region juragan dan tukang mbabar.
yang diduga telah berkembang sebelumya. Hubungan transfer knowledge dan penciptaan ide
Dukungan kebijakan inovasi adalah berupa keempat aktor tersebut akan sangat tergantung
inisiasi pembentukan lembaga dan kebijakan dari type juragan dalam memproduksi batik.
yang meudahkan pembelajaran batik bagi Terdapat 3 type juragan yaitu (1) Juragan yang
masyarakat Pekalongan khususnya. memiliki rumah produksi dengan seluruh pekerja
bekerja dirumah produksi (2) Juragan yang
Proses Transfer Pengetahuan di Kota
memiliki rumah produksi dengan tenaga kerja
Pekalongan
sebagain dirumah dan sebagian mbabar (3)
Dalam transfer pengetahuan dan ide pada Juragan yang membabarkan seluruh pekerjaan
pengembangan industri batik terdapat 2 node produksinya.
yang mampu menjadi pusat penyebaran Untuk juragan tipe 1, pengusaha batik yang
pengetahuan yaitu industri dan universitas. Peran memiliki rumah produksi sendiri umumnya
kedua aktor tersebut diduga mampu menjadi memilki sejumlah pekerja yang kemudian
kekuatan bottom up untuk menggerakkan mengerjakan proses membatik dari awal sampai
pembelajaran masyarakat. Dengan pembelajaran akhir di rumah produksi pengusaha tersebut.
masyarakat akan mampu menghasilkan ide-ide Dalam kasus ini ide desain dan resep malam serta
baru yang memberikan nilai tambah bagi produk resep pewarna semuanya dipegang oleh

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 235
pengusaha. Pengusaha memberikan instruksi Gambar Aliran ide Type Juragan/Pengusaha yang
kepada pekerja untuk mengerjakan motif yang memiliki pekerja yang bekerja dirumah produksi
telah dibuat oleh pengusaha. dalam pencarian dan sebagian menyerahkan pekerjaan
idenya tak jarang pengusaha terinspirasi dari membatiknya pada tukang mbabar
konsumen.

jika pengusaha berminat maka akan dilakukan


Ide motif, resep pemesanan. Jika tidak maka tukang mbabar akan
warna dan malam
mengerjakan pesanan pengusaha dengan ide dari
Pengusaha Pekerja pengusaha.
Tak jarang dalam type ini pengusaha mengorder
Pengguna pesanan melalui makelar. kemudian makelar
Ide motif, warna akan menunjuk tukang mbabar dan menyerahkan
Pasar/ pesanan juragan kepadanya. Tukang mbabar
konsumen sendiri umumnya telah memiliki pelanggan baik
pengusaha maupun tukang mbabar. Jika hal ini
Gambar Aliran ide Type Juragan/Pengusaha terjadi dimungkinkan saluran gagasan ide juga
pengusaha batik yang memiliki rumah produksi muncul melalui makelar
sendiri
Sedangkan Juragan type 3, Pengusaha dengan
Juragan type 2, Pengusaha ini memiliki pekerja tipe ini tidak memiliki rumah produksi. Meraka
yang bekerja dirumah produksi dan sebagian hanya memiliki modal. Seluruh proses
menyerahkan pekerjaan membatiknya pada pembatikan diserahkan pada tukang mbabar.
tukang mbabar untuk memenuhi produksi. Pengusaha hanya perlu membeli mori dan
Pengusaha jenis ini memiliki 2 saluran gagasan. menyalurkannya pada pengrajin. Umumnya ide
Gagasan pertama adalah dari pengusaha itu motif dan warna adalah dari tukang mbabar.
sendiri. Pengusaha menciptakan ide motif, resep Pengusaha hanya memilih motif yang akan
warna dan malam untuk produksi dirumah diproduksi.
sendiri. Sedangkan gagasan kedua berasal dari
tukang mbabar. Tukang mbabar akan Type ketiga ini juga ada yang melibatkan
menawarkan sejumlah desain motif kreasi makelar sebagai perantara. Jika hal ini terjadi
sendiri. Selanjutnya maka penciptaan ide juga dapat datang dari
makelar. Makelar akan menyarankan tukang
Ide motif, resep
warna dan malam
mbabar untuk menciptakan motof sesuai
Pekerja dengan masukannya, kemudian contoh motif
tersebut akan di tawarkan kepada juragan.
Pengusaha Ide motif, resep Jika juragan berminat akn dilanjutkan dengan
warna dan malam
pemesanan namun tak jarang juragang akan
Ide motif, warna Makelar
mengimprovisasi desain yang telah
Ide motif, resep
Tukang
Pengguna ditawarkan oleh makelar sebelum dipesan.
warna dan malam Mbabar
Pasar/
konsumen

Ide motif, warna

236 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
warna baru yang sedang booming saat itu akan
menjadi topik pembicaraan.
Pertemuan informal ini di inisiasi oleh
Ide motif, resep pengusaha di Kota pekalongan. Tujuannya
warna dan malam adalah untuk saling membagi ilmu tentang batik.
Anggota pertemuan ini tidak terbatas dari Kota
Tukang
Pengusaha Pekalongan banyak diantaranya yang berasal dari
Mbabar
kabupaten Pekalongan, Batang dan Pemalang.
Ide motif, warna
produk Makelar Profesi pada anggota pun tidak terbatas ada
Pengguna
pengusaha dan praktisi batik, tak jarang para
akademisi dan seniman ikut bergabung dalam
Pasar/ Ide motif, warna
forum.
konsumen
Dari pertemuan informal tesebut para
anggotanya mendapatkan feedback yang berguna
bagi pengembangan industri batik dan keilmuan.
Gambar Aliran ide Type Juragan/Pengusaha yang Keuntungan tersebut yang membuat forum ini
tidak memiliki rumah produksi tetap berjalan hingga sekarang walau tanpa
susunan organisasi yang baku. Keuntungan-
Dari ketiga type tersebut dapat diketahui juragan keuntungan yang didapatkan anggotanya antara
dan tukang mbabar adalah titik simpul dalam lain:
proses learning. Tukang mbabar seringkali 1. Mendapatkan wawasan baik seputar warna,
memiliki pekerja dalam pengerjakan batik teknik dan desain batik yang banyak
pesanan Juragan. Jadi secara tidak langsung diminati konsumen untuk saat ini dan
tukang mbabar ini juga bisa disebut juragan, prediksi di masa akan datang
namun untuk supply kain dan jenis pesanan 2. Masukan terhadap permasalahan batik saat
masih ditentukan oleh juragan besar batik. Bagi ini terutama untuk mengatasi mewabahnya
pekerja, rumah juragan batik dan juragan mbabar kain bermotif batik (batik printing) yang
menjadi lokasi yang tepat bagi transfer sempat menghancurkan pasar batik.
pengetahuan. dalam rumah juragan pekerja akan 3. Berbagi ilmu terbaru khususnya terkait
diberikan instruksi mulai dari peracikan malam, warna alam.
warna dan detail motif yang harus diaplikasikan
ke kain. Dari hal tersebut pekerja akan belajar (2) Universitas dan vokasi (Politeknik)
cara menghasilkan bahan dan produk sesuai dengan fokus pada batik
instruksi. Tak jarang sesama pekerja akan saling Peran universitas dan politeknik di Kota
berbagi ilmu tentang cara yang efektif dalam Pekalongan dalam pengembangan batik tidak
membatik. bisa dianggap remeh. Ketika batik telah menjadi
icon dan pondasi ekonomi bagi masyarakat
(b) Transfer pengetahuan antar industri ketika itu pula dibutuhkan dukungan pendidikan
Transfer pengetahuan antar industri batik untuk memberikan nilai lebih pada industri batik.
umumnya dilakukan oleh juragan, baik juragan Pendidikan yang bukan hanya menkankan pada
batik maupun juragan mbabar. Media yang teori namun lebih pada praktek-praktek dan
digunakan adalah berupa pertemuan informal pengaplikasian teori tentang batik.
yang dijadwalnya sebulan sekali. Tempat
pertemuan digilir oleh sesama pengusaha Terdapat dua universitas dan politeknik yang
berdasarkan asas kesukarelaan. Materi pertemuan memberikan pengaruh besar pada pembelajaran
umumnya tidak dijadwalankan dan hanya masyarakat di Kota pekalongan yaitu universitas
mengalir begitu saja namun jika ada isu dan Pekalongan dan Politeknik Batik Pusmanu
permasalaah terkait desain, teknik, dan racikan (Perguruan Tinggi Usaha Sosial Bersama
Nahdatul Ulama). Kedua lembaga pendidikan ini

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 237
memiliki keunggulan dalam menawarkan Kebijakan Wilayah terkait Learning
program studi khusus untuk batik. universitas
Pekalongan unggul pada filososfi batik dan Terdapat beberapa perubahan yang dilakukan
teknik membatik sedangkan Politeknik Batik oleh Kota Pekalongan untuk mencapai visi
fokus pada pewarna alam. menjadikan kota batik dunia yaitu menyusun
kurikulum batik untuk sekolah dan berdampak
Jika ditilik secara fungsi, universitas Pekalongan pada pengoptimalan fungsi museum.
dan Polteknik batik memilik dua kemanfaatan
bagi terwujudnya leanring region yaitu sebagai (1) Batik menjadi Kurikulum Wajib untuk
training dan Entrepreneur University. Sebagai Sekolah Dasar
training university, universitas pekalongan dan Kebijakan yang berpengaruh pada pembelajaran
batik adalah masukan ‘batik’ ke dalam kurikulum
Politeknik batik mendidik mahasiswa untuk
muatan lokal untuk sekolah dasar. Disdikpora
menjadi lulusan yang memiliki skill dan menjadi salah satu aktor penting dalam
keilmuan tentang batik. sedangkan sebagai peningkatan pengetahuan dan pembelajaran batik
entrepreneur university, universitas menjadi jalan di Kota Pekalongan. Sebagai policy maker,
pembuka bagi terciptanya entrepreneur baru di produk kebijakan disdikpora akan mempengaruhi
bidang batik. berjalannya proses dan bahan ajar yang
digunakan oleh sekolah mulai dari tingkat dasar
Ketrampilan dan keilmuan batik ini diperlukan sampai menengah.
untuk memperbaiki dan mengimprovisasi tacit
Pemilihan batik sebagai muatan lokal wajib Kota
knowledge yang berkembang di industri batik.
Pekalongan tidak lepas dari intervensi Bupati
Seperti diketahui, industri batik di Kota pada masa itu (Bashir 2005-2010 dan 2010-
Pekalongan adalah industri turun temurun dengan 2015). Bupati mengusulkan kepada disdispora
ilmu yang tururn temurun pula. Teori dan praktek untuk mengkaji batik sebagai muatan lokal
yang diajarkan di Universitas terkadang berbeda sekolah. Alasannya jelas karena besarnya potensi
dengan ilmu turun temurun yang mereka batik di Kota Pekalongan sebagai mata
pelajarai sebelumnya.Tak jarang permasalahan pencaharian utama penduduk serta sebagai salah
satu jalan melestarikan budaya bangsa.
yang berkembang seputar batik baik warna dan
teknik tidak memenemui jalan dan hanya disikapi
dengan kegagalan produk. Dengan ilmu batik dan (2)Pengoptimalan fungsi museum
proses learning by doing yang dilakukan
mahsiswa bersama pengajar di universitas Dengan dicanangkannya kurikulum wajib untuk
seringkali memberikan masukan bagi mahasiswa muatan lokal batik, pemerintah kota melalui
untuk menyelesaikan permasalahan dan mencari didiskpora memprogramkan untuk memberikan
solusi terbaik bagi pengembangan usaha batik. praktek membatik pada siswa-siswa sekolah
dasar. Praktek membatik ini dilakukan di
Namun bagaimanapun juga Ilmu batik adalah Museum Kota Pekalongan. Setiap akhir tahun
ilmu terapan yang membutuhkan praktisi yaitu bulan November dan Desember sekolah-
dibidang batik untuk pengaplikasian ilmu. sekolah (Sekolah Dasar) di Kota Pekalongan
Praktisi memiliki pengalaman lapangan yang secara bergilir mengirimkan siswa-siswa untuk
terkadang lebih dalam dibanding akdemisi. Oleh berlatih membatik di museum. Bukan hanya
karena itu banyak dari praktisi batik, siswa sebelum pembukaan pelatihan untuk siswa-
pengusaha/juragan batik seringkali diundang siswa Sekolah dasar tersebut, Museum juga
untuk menjadi dosen tamu di universitas. Selain mengadakan TOT (Training of Trainer) kepada
itu beberapa dosen juga banyak yang guru-guru seni dan guru batik SD seluruh Kota
mempraktekkan ilmu mereka dengan membuka Pekalongan.
usaha batik.
Jika ditilik dari fungsinya, museum Kota
Pekalongan selain berfungsi sebagai tempat
pamer dan peyimpanan sejarah batik, museum
juga membuka workshop yang menawarkan kelas

238 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
membatik untuk seluruh kalangan. Pembukaan Jenis Peserta Daerah
workshop ini untuk mewujudkan salah satu
tujuan utama didirikannya museum yaitu sebagai Pekalongan,Purwokerto
pusat edukasi dan pelestarian batik. (dahrmawanita unsoed),
Seatrack (mancanegara),
Kelas workshop telah memberikan kontribusi Tegal (ibuibulanal), yogja
yang besar pada pendidikan dan pelatihan (Dharmawanita PLN)
membatik bagi masyarakat luas. Kelas ini tidak
hanya menerima siswa dari Kota Pekalongan, Sumber: Museum Batik Pekalongan 2016
namun juga banyak yang datang dari luar
Peran yang besar dari museum batik dalam hal
Pekalongan bahkan sampai luar negeri baik yang
edukasi, learning dan training batik ditunjukan
datang secara individu maupun secara
dengan peningkatan jumlah permintaan pelatihan
berkelompok. Tidak jarang sekolah-sekolah baik
batik. Dari tahun 2012 sampai 2015 tercatat
dari Pekalongan dan luar Pekalongan
jumlah pelatihan secara berturut-turut adalah
mengadakan kerjasama berupa pelatihan
sebesar 1239 kali ditahun 2012, 4330 dan 5373
membatik di museum. Untuk meningkatkan
kali ditahun 2013 dan 2014, dan 5835 kali
pelayanan terhadap pengunjung yang ingin
pelatihan di tahun 2015
berlatih membatik maka museum juga memiliki
tenaga pengajar dalam membatik. Terdapat 6 Berbagai usaha dilakukan museum untuk
tenaga pengajar batik di museum yang telah menarik minat masyarakat untuk terlibat dalam
dibekali ilmu membatik sebelumnya. beberapa pelatihan dan pembelajaran batik baik di dalam
pengajar masih menempuh pendidikan teknik Kota pekalonagn maupun di luar Kota
batik di PUSMANU salah satu universitas yang Pekalongan. Museum melakukan promosi
membuka jurusan batik di Kota Pekalongan. melalui penyebaran leaflet dan pameran. Tak
jarang untuk memperlancar promosinya museum
Tabel Sebaran Peserta Pelatihan Batik di
batik juga melakukan workshop di sekolah, mall
Museum batik Pekalongan
dan yang sedang dikaji adalah workshop di dalam
Jenis Peserta Daerah lembaga pemasyarakatan.

Sekolah (siswa Kota Pekalongan, Kab. Learning region untuk pengembangan


dan guru) Pekalongan, Kab. Batang, ekonomi regional
Kab. Pemalang, Kab.
Proses transfer pengetahuan dan learning yang
Kendal, Kab. Cirebon,
terjadi di Pekalongan menggiring pada
Semarang,Kab. Tegal,
perkembangan ekonomi yang bukan hanya lokal
Karanganyar, Jakarta,
namun juga regional. Inovasi yang menjadi visi
Bandung
daerah menstimulasi wilayah untuk melakukan
Individu Thailand, Belanda, Jepang, learning. Hal ini disebabkan sifat penciptaan
Jakarta, bandung, Depok, inovasi yang tak lepas dari sistem, saling
Semarang, Sragen, Bogor, ketergantungan dalam bertukar ide dari berbagai
Bali, Batam, Kalimantan, macam keilmuan. sistem dan saling
Lampung, Malang, Polandia, ketergantungan dalam pertukaran ide ini
Kendal, Surabaya kemudian yang memunculkan hubungan
kerjasama antar aktornya.
Lembaga selain Bogor (Alumni IPB),
sekolah Sumatera, Semarang Hubungan antar aktor pemerintah dan non
(dharmawanita, (PKK,BKM Pelalangan pemerintah membuat transfer pengetahuan terus
komunitas, Makmur), Jakarta(majalah berjalan. Industri, universitas dan museum adalah
instansi Asri), Salatiga (PPA aktor-aktor penting dalam penciptaan leanirng
pemerintahan) YOhanes), region di kota pekalongan. Tiap-tiap aktor

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 239
memainkan peran masing-masing dan saling terkait satu dengan lainnya.

Tabel Peran aktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal/regional

Aktor peran Pengaruh pada ekonomi lokal/regional

Industri • Akumulasi ide-ide teknik batik Enterprenur baru (lapangan pekerjaan baru)
dan pewarnaan (invovasi baru) yang sekarang untuk pekerja batik sudah
• Pengajar bagi universitas merambah ke Kabupaten
pekalongan,Batang dan Pmealang

Universitas •Menciptakan tenaga kerja yang Enterprenur baru


terampil dalam membatik
•Mendidik pengajar untuk
museum
Museum batik Menjadi tempat praktek batik bagi Meningkatkan pemasukan daerah dengan
siswa SD Kota pekalongan dan wisatawan, mahasiswa, siswa sekolah dan
masyarakt luas pada umumnya masyarakat umum yang datang dan belajar
di Museum batik Kota Pekalongan

Sumber: Hasil Identifikasi, 2016

Industri dan universitas berperan


untuk menciptakan entrepreneur
batik, yang manfaat ekonominya
tidak hanya dapat dirasakan oleh
Kota Pekalongan namun daerah-
daerah sekitarnya. Universitas pun
demikian, keberadaaannya
membantu menghasilkan pekerja
batik yang terampil. Mahasiswa
universitas di Pekalongan tidak
hanya terbatas di Kota Pekalongan
namun juga Kabupaten Pekalongan,
Batang, Pemalang dan Jakarta.

Gambar: Proses aliran kerjasama


aktor di Kota Pekalongan dalam
membentuk learning region

Sedangkan museum batik adalah


aktor yang dibentuk oleh
pemerintah untuk turut memperkuat
pembelajaran batik di Kota Pekalongan. Namun Kesimpulan
dampak dari kebijakan ini meluas, dengan kelas
Learning region tidak selalu dirangsang oleh
workshop yang dibuka oleh Museum batik
kebijakan wilayah, namun kebijakan wilayah
banyak dari masyarakat luar Pekalongan yang
dapat memberikan dukungan pada terciptanya
mengikuti kelas tersebut. Tak terbatas dalam
learning region. Sejarah dan budaya serta
negeri bahkan sampai turis mancanegara baik
industri yang turun temurun disuatu wilayah
Asia dan Eropa banyak yang mengikuti
dapat menjadi kekuatan besar bagi learning di
workshop batik.

240 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
masyarakat. Social trust menjadi kunci region berfungsi sebagai kolektor dan gudang
pertukaran ide dan collective learning. penyimpanan dari knowledge dan ide dan
menyediakan lingkungan dan infrastruktur untuk
Kota Pekalongan secara sadar atau tidak telah mengalirnya knowledge, ide dan learning.
menjadi learning region dengan dukungan besar Learning region di Kota Pekalongan juga
dari learning yang terjadi pada industri batik. mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Transfer pengetahuan yang terjadi didalam yang tidak hanya pada Kota Pekalongan sendiri
industri maupun antar industri batik tapi daerah-daerah sekitarnya.
terakumulasi menjadi collective learning yang
mampu memunculkan inovasi-inovasi pada Acknowledgement
batik. Selain itu collective learning yang terjadi
memicu banyaknya individu yang tadinya Penulis menyampaikan terima kasih kepada
berprofesi sebagai pekerja untuk membuka Prof. Tommy Firman dan Dr. Ridwan Sutriadi
usaha batik baru. Pembukaan usaha baru atas masukan dan input yang diberikan selama
membuka juga peluang individu lain untuk proses penulisan
menjadi pekerja yang akhirnya transfer
Daftar Pustaka
pengetahuan dan collective learning terus
berjalan. Learning ini meluas tidak hanya di Asheim, B. T. (2001). Learning regions as
Kota Pekalongan. Banyak pekerja akhirnya yang development coalitions: Partnership as
datang dari daerah sekitarnya sepeti Kabupaten governance in European workfare states?
Pekalongan, Batang dan Pemalang. Concepts and Transformation, 6(1), 73–
101.
selain itu peran universitas tidak dapat
Asheim, B. T. (2007). Industrial districts as
dikesampingkan dalam usaha transfer “learning region”: a condition for
knowledge, learning yang berujung pada prosperity. In The Learning Region
inovasi. Universitas ini menghadirkan cara baru Foundations, State of the art, Future (pp.
belajar batik. Sebagai training dan entrepreneur 71–100). Cheltehnham: Edwar Elgar.
University, universitas ini menjadi tempat untuk
Asheim, B. T., & Coenen, L. (2005). Knowledge
menghasilkan pekerja yang terampil serta bases and regional innovation systems:
memunculkan banyak entrepreneur baru. Comparing Nordic clusters. Research
Mahasiswa di universitas ini tidak hanya dari Policy, 34(8), 1173–1190.
Kota Pekalongan namun juga Kabupaten
Asheim, B. T., & Isaksen, A. (2003). SMEs and
Pekalongan, Batang, Pemalang, Jakarta bahkan
the regional dimension of innovation. In
Jepang. B. T. Asheim, A. Isaksen, C. Nauwelaers,
& F. Todtling (Eds.), Regional Policy For
Selanjutnya perkembangan industri batik yang
Small-Medium Enterprises (pp. 21–48).
kemudian memunculkan image sebagai pusat Northampton: Edward Elgar Publishing
batik membuat pemerintah memberikan Inc.
dukungan kebijakan. Salah satu kebijakan yang
membuat wilayah terus belajar adalah kurikulum Astuty, E. D. (2014). Conditions and the
Existence of Cluster Development
wajib batik untuk sekolah dasar dan
Business Batik Pekalongan City, Central
mengoptimalkan fungsi museum. Museum, Java, Indoensia. European Journal of
kemudian menjadi pusat pembelajaran batik Business and Management.
tidak hanya di Kota Pekalongan namun di
Indonesia bahkan dunia. Bakhtiar, A., Sriyanto, & Amalia. (2009).
Analisa Faktor-Faktor Yang
Dengan demikian Kota Pekalongan mampu Mempengaruhi Pengembangan
menyediakan tenaga-tenaga terampil, fasilitas Kreativitas Industri Kerajinan Batik. J@
TI UNDIP, 4(1), 27–41.
pendidikan, industri dan kebijakan yang
mendukung pembelajaran pada batik. Seperti Boekema, F., & Rutten, R. (2003). Economic
yang diungkapkan oleh Florida (1995) learning geography of higher education:

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 241
Knowledge, infrastructure and learning Moulaert, F., & Sekia, F. (2003). Territorial
regions. Routledge. innovation models: a critical survey.
Regional Studies, 37(3), 289–302.
Cappellin, R. (2007). The Territorial Dimension
of the Knowledge Economy Collective National Bureau of Statictics. (2015).
Learning, Spatial Changes, and Regional Pekalongan Dalam Angka 2015.
and Urban Policies. American Behavioral Pekalongan: National Bureau of Statistics.
Scientist, 50(7), 897–921.
Noviani, I. R. (2010). Pengaruh Design Produk
Castells, M., & Hall, P. (1994). Technopoles of dan Penetapan Harga terhadap Pangsa
the world: The making of 21st century pasar Batik Trusmi Cirebon survei pada
industrial complexes. New York: pengrajin batik trusmi Kecamatan Plered
Routledge. kabupaten Cirebon. Universitas
Pendidikan Indonesia, Jakarta.
Christiana, Y., Pradhanawati, A., & Hidayat, W.
(2014). Pengaruh Kompetensi, Pembinaan Nurainun, N. (2008). Analisis industri batik di
Usaha dan Inovasi Produk terhadap Indonesia. Fokus Ekonomi, 7(3).
perkembangan Usaha (Studi pada Usaha
Kecil dan Menengah batik di Sentra Perry, M. (2014). Learning regions as a
Pesindon Kota Pekalongan). Diponegoro framework for innovation policy: A
Journal of Social and Politic, 1–10. review of the issues. Innovation, 16(3),
286–302.
Florida, R. (1995). Toward the learning region.
Futures, 27(5), 527–536. Pratiwi, E. (2013). Perkembangan batik
Pekalongan tahun 1950–1970. Unnes.
Hassink, R. (2001). The learning region: A
fuzzy concept or a sound theoretical basis Rutten, R., Boekema, F., & others. (2007). The
for modern regional innovation policies? learning region: Foundations, state of the
Zeitschrift Für Wirtschaftsgeographie, art, future. Chapters.
45(1), 219–230.
Simha, O. R. (2005). The economic impact of
Ho, K. C. (2014). The university’s place in eight research universities on the Boston
Asian cities. Asia Pacific Viewpoint, region. Tertiary Education and
55(2), 156–168. Management, 11(3), 269–278.

Kaufmann, A., & Tödtling, F. (2003). Sindonews. (2014, November 13). 10 Daerah
Innovation Patterns of SMEs. In Regional produsen batik terpopuler
Innovation Policy for Small-Medium [sindonews.com]. Retrieved September
Enterprises (pp. 78–118). Northampton: 16, 2016, from nasional.sindonews.com:
Edward Elgar Publishing Inc. nasional.sindonews.com/read/923771/163
/10-daerah-penghasil-batik-terpopuler-
Link, A. N., & Scott, J. T. (2003). The growth of 1415863079
research triangle park. Small Business
Economics, 20(2), 167–175. Susanty, A., Handayani, N. U., & Jati, P. A.
(2013). Analisis faktor-faktor yang
Lundvall, B.-\AAke. (2000). The Learning mempengaruhi pertumbuhan klaster batik
Economy: Some Implications for the pekalongan (studi kasus pada klaster batik
Knowledge Base of Health and Education kauman, pesindon dan jenggot). J@ TI
Systems. In Knowledge Management in UNDIP: JURNAL TEKNIK INDUSTRI,
The Learning Society (pp. 125–140). 8(1), 1–14.
France: Organisation For Economic Co-
operation and DevelopmentD.

Morgan, K. (2007). The learning region:


institutions, innovation and regional
renewal. Regional Studies, 41(S1), S147–
S159.

242 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENGEMBANGAN PRODUK PADA INDUSTRI PENGOLAHAN
MAKANAN BERBASIS KOMODITI BANDENG: PENDEKATAN
SISTEM INOVASI SEKTORAL
PRODUCT DEVELOPMENT IN MILK FISH PROCESSING INDUSTRY: AN
ANALYSIS OF SECTORAL INNOVATION SYSTEM
Hadi Kardoyo dan Setiowiji Handoyo
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (PAPPIPTEK)-LIPI, Gedung A PDII-LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto, No.10, Jakarta
Selatan, 12710, hadikardoyo@gmail.com

Keyword ABSTRACT
sectoral innovation system, This article aims to examine the activity aquaculture-based processing industry by
milk-fish based food using the analytical framework of sectoral innovation system. Analyses were
processing industry, performed using the framework Malerba and Mani (2009), which emphasizes the
technology capability, food importance of understanding the process of interaction, cooperation, and other forms
of competition in the analysis of sectoral innovation systems. The findings of case
canning technology studies show that the activity of milk-fish based food processing industry is still
dominated by small and medium-sized businesses that are spread in several processed
milkfish production centers. Activities in milkfish-based food industries generally uses
low technology and is done for generations. Evolution of processed milkfish products
grown in harmony with the development of learning capabilities and technological
capabilities of businesses in response to market and demand. Activities of efforts in
using high technology such as canning processed milkfish is still undeveloped. This is
due to the mastery of technology businesses still limited. The role of innovation system
elements, such as R & D institutions, associations, technical ministries need to be
actualized. Thus, the potential for large milkfish aquaculture can be utilized by
businesses through product differentiation using canning technology.

Kata Kunci SARI KARANGAN


sistem inovasi sektoral, industri Artikel ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas industri pengolahan produk unggulan
pengolahan bandeng, berbasis perikanan bandeng dengan menggunakan kerangka analisis sistem inovasi
kapabilitas teknologi, teknologi sektoral pada beberapa pelaku industri pengolahan makanan berbasis bandeng.
pengalengan makanan Analisis dilakukan dengan menggunakan kerangka Malerba dan Mani (2009) yang
menekankan pentingnya pemahaman terhadap proses interaksi, kerjasama, dan
bentuk-bentuk kompetisi dalam analisis sistem inovasi sektoral. Hasil studi kasus
menunjukkan bahwa aktivitas industri pengolahan makanan berbasis bandeng saat ini
masih didominasi pelaku usaha kecil dan menengah yang tersebar pada beberapa
sentra produksi bandeng olahan. Aktivitas pengolahan bandeng pada umumnya
menggunakan teknologi sederhana/rendah dan dilakukan secara turun temurun.
Evolusi produk olahan bandeng berkembang selaras dengan perkembangan
kapabilitas learning dan kapabilitas teknologi pelaku usaha dalam merespon
permintaan pasar. Aktivitas pelaku usaha dalam menggunakan teknologi tinggi seperti
untuk pengalengan bandeng olahan masih belum berkembang. Hal ini disebabkan
penguasaan teknologi pelaku usaha masih terbatas. Peran elemen sistem inovasi,
seperti lembaga litbang, asosiasi, kementerian teknis perlu diaktualisasikan. Sehingga,
potensi budidaya bandeng yang besar dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha melalui
diferensiasi produk bandeng olahan dengan teknologi pengalengan.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 243
I. PENDAHULUAN industri pengolahan berbasis perikanan
Indonesia memiliki potensi yang besar bandeng”.
pada sektor industri perikanan. Namun, potensi
II. KERANGKA TEORI/KERANGKA
sumber daya perikanan Indonesia belum KONSEP
dimanfaatkan secara optimal. Kontribusi industri
Freman (1987) dalam bukunya
hulu dan hilir produksi perikanan tangkap dan
“Technology Policy and Economic Perfor-
budidaya masih sangat rendah dibandingkan
mance: Lessons from Japan” mengidentifikasi
dengan negara-negara lain. Selama periode 2006-
munculnya istilah sistem inovasi nasional dengan
—2010 kontribusi industri hulu dan hilir
menyebutkan beberapa elemen utama dalam
perikanan tangkap dan budidaya masih dibawah
sistem inovasi di Jepang. Elemen-elemen tersebut
4% dari PDB (menurut harga berlaku). Tahun
mampu menciptakan keberhasilan Jepang yang
2006 kontribusi sektor perikanan laut 2,53%
didukung kemampuan inovasi mereka.
terhadap PDB, tahun 2007 (2,75%), tahun 2008
Selanjutnya, Freeman (1995) melihat
(3,05%), tahun 2009 (3,45%), dan tahun 2010
keberhasilan ekonomi Jepang tersebut
(3,38%) atau selama periode 2006—2010
berdasarkan faktor spesialisasi dan intensifikasi
pertumbuhan sektor perikanan ini hanya
aktivitas litbang. Hal ini selanjutnya banyak
mencapai 7,66%.
dipahami bagaimana faktor-faktor yang bersifat
Kebijakan dan program Kementerian kualitatif berpengaruh terhadap bekerjanya
Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk sistem sebagaimana peran faktor-faktor yang
mengembangkan kontribusi sektor kelautan dan bersifat kuantitatif yang telah ada.
perikanan berupa kebijakan minapolitan dan
Pemikiran sistem inovasi sektoral menurut
selanjutnya berkembang menjadi kebijakan
Malerba (1995) menegaskan bahwa sistem
industrialisasi. Kebijakan industrialisasi kelautan
inovasi lebih tepat dilihat dalam skala sektoral
dan perikanan ini dimaksudkan untuk
dengan memperhatikan beberapa aspek seperti
mengembangkan aktivitas ekonomi berbasis
struktur dan batasan sektoral, stakelholder yang
kelautan dan perikanan. Peningkatan nilai tambah
ada didalamnya dan interaksi-interaksi yang
ekonomi diharapkan mampu berkembangnya
terjadi, aktivitas pembelajaran, inovasi dan proses
aktivitas lanjutan dari aktivitas kelautan dan
produksi yang ada, dan transformasi sektoral
perikanan. Aktivitas perikanan berupa perikanan
beserta faktor yang mempengaruhi. Malerba dan
tangkap dan perikanan budidaya diharapkan tidak
Mani (2009) selanjutnya menekankan aspek
hanya menghasilkan produk ikan yang
penting dalam analisis sistem inovasi sektoral
dipasarkan dalam kondisi segar atau beku, tetapi
yaitu: (a). Knowledge dan proses pembelajaran,
mampu mendukung aktivitas pengolahan industri
(b). Teknologi yang berkembang, (c). Faktor
lanjutan yang memberikan nilai tambah ekonomi.
input dan permintaan (demand), (d). Jenis dan
Terkait dengan paparan industri pengolahan ikan
struktur interaksi antara pelaku yang beragam
dalam negeri tersebut, kemampuan penguasaan
(firms and non-firms organizations), (e). Institusi
teknologi dan inovasi industri pengolahan ikan
dan proses perkembangannya.
dalam negeri menjadi kunci penting dalam
meningkatkan kontribusi sektor perikanan dalam Dari beberapa aspek sistem inovasi
pertumbuhan GDP Indonesia. Pengembangan sektoral tersebut di atas, Malerba dan Mani
produk industri olahan makanan menjadi peluang (2009) secara tegas menyebutkan tujuh elemen
bagi berkembangnya aktivitas perikanan dasar dalam analisis sistem inovasi yaitu:
budidaya di Indonesia.
(1) Firms in the sector, perusahaan-perusahaan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, merupakan pelaku ekonomi yang terkait
artikel ini bertujuan mengkaji: “Bagaimanakah langsung dengan aktivitas produksi dan
peran sistem inovasi sektoral dalam inovasi. Malerba dan Mani (2009)
mendukung pengembangan produk pada menyebutkan bahwa pelaku usaha ini
memiliki karakteristik berupa aktivitas
learning yang dilakukan, stuktur organisasi

244 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dan kapabilitas yang dimiliki, norma-norma, teknologi, maupun berbagai input tertentu.
dan tujuan-tujuan yang dimiliki (Nelson dan Knowledge berperan dalam mendukung
Winter, 1982; Teece dan Pisano, 1994; Dosi aktivitas learning, aktivitas inovasi dan
et al., 2000). kapabilitas dari perusahaan.
(7) The main processes and coevolution;
(2) Other actors, menggambarkan bahwa
Malerba dan Mani (2009) menekankan
sebuah sektor memiliki bentuk pelaku lain
pentingnya pemahaman terhadap proses
seperti organisasi (supplier, user, perguruan
interaksi, kerjasama, dan bentuk-bentuk
tinggi, lembaga keuangan, institusi
kompetisi dalam analisis sistem inovasi
pemerintah, asosiasi, dan bentuk organisasi-
sektoral. Aktivitas inovasi dipahami sebagai
organisasi yang lain) atau individu-individu
sebuah proses sistemik yang terjadi dan
(kustomer. wirausahawan, ilmuwan, dan
melibatkan seluruh stake holder di dalamnya
lain-lain). Bentuk interaksi dan komunikasi
dan memberikan implikasi pada penciptaan
antar pelaku menjadi bagian dari proses
dan pertukaran pengetahuan terkait dengan
berjalannya aktivitas dan sistem sektoral.
aktivitas inovasi dan komersialisasi. Sebuah
(3) Network, menggambarkan jalinan sistem sektoral mengalami proses
keterkaitan antara masing-masing pelaku perubahaan dan transformasi sepanjang
baik dalam kerangka pasar maupun waktu dengan melibatkan elemen yang
hubungan non-pasar. Lebih lanjut (Malerba beragam (melibatkan aspek teknologi,
dan Mani, 2009) menekankan jenis dan demand, knowledge base, bentuk-bentuk
struktur hubungan dan jejaring berbeda proses pembelajaran, berbagai bentuk
antara satu sektor ke sektor lainnya. Hal ini organisasi dan institusi.
disebabkan perbedaan knowledge base,
Pendekatan metode deskriptif secara
proses learning yang dilakukan, teknologi
yang berkembang pada masing-masing kualitatif dilakukan dengan studi kasus beberapa
sektor, karakteristik permintaan dan sistem pelaku industri pengolahan makanan berbasis
pasar, dan kunci hubungan dan dinamika komoditi perikanan budidaya bandeng. Data dan
komplementariti yang dimiliki. informasi yang dibutuhkan bagi studi akan digali
(4) Demand, menggambarkan kondisi pasar dan dengan melakukan indepth interview pada
pentingnya faktor permintaan di dalamnya. pelaku industri yang menjadi objek studi kasus.
Malerba dan Mani (2009) menggambarkan
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup sub sektor
bahwa permintaan lebih dilihat dari kesatuan
pengguna yang beragam yang melakukan industri pengolahan makanan dengan bahan baku
interaksi dengan pelaku produsen. Dalam komoditi Perikanan Hasil Perikanan Budidaya
hal ini permintaan dibentuk dari individu- Ikan Bandeng.
individu kostumer, berbagai bentuk
perusahaan dan institusi-institusi publik,
yang dimungkinkan berasal dari pasar
domestik dan internasional yang memiliki
karakteristik keberagaman besaran,
perbedaan knowledge, learning process dan
kompetensinya, serta perbedaan faktor sosial
dan institusi-institusi yang ada di dalamnya.
(5) Institutions, menggambarkan pemahaman-
pemahaman, aksi dan interaksi yang
dibentuk dengan pengaruh dari institusi yang
melibatkan norma-norma, kebiasaan-
kebiasaan, peraturan dan perundangan, dan
lain-lain. Lebih lanjut, Malerba dan Mani
(2009), elemen institusi berperan dalam
mempengaruhi aktivitas pengembangan
teknologi, aktivitas inovasi, dan hal-hal
sejenis yang berpengaruh terhadap kinerja
sebuah sektor.
(6) The knowledge base; Malerba dan Mani Gambar 2.1 Kerangka Analisis Penelitian
(2009) menegaskan bahwa setiap sektor Sumber: Malerba dan Mani (2009)
memiliki karakteristik kowledge-base,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 245
Studi kasus dilakukan pada beberapa Sidoarjo, merupakan usaha yang dikembangkan
responden yang dipilih mewakili pelaku dari dari aktivitas turun-temurun dan menghasilkan
lembaga litbang, pelaku usaha (industri dan produk olahan bandeng tradisional. Pelaku usaha
asosiasi), pemerintah/pemerintah daerah, bandeng olahan seperti Ratu Bandeng dan Rojal
diantaranya adalah: Bandeng – Kendal, berkembang dari latar
belakang pemilik pelaku budidaya tambak, dan
(1) Balai Besar Pengendalian dan berkembang dari akumulasi knowledge yang
Pengembangan Hasil Perikanan (BB2HP) –
dimiliki. Pelaku usaha bandeng olahan, yaitu
Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan – Kementerian Bandeng Bekasi-Jati Mulya, berkembang dari
Kelautan dan Perikanan, terkait dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh dari
teknologi proses pengolahan perikanan hasil Sekolah Tinggi Pariwisata-Jogyakarta. Sementara
budidaya tambak yang meliputi metode pemilik usaha bandeng Bangsomat: Knowledge
pengeringan dan fermentasi pasca panen yang berkembang dari kemampuan membangun
produksi perikanan budidaya tambak; network. Aktivitas usaha dimulai dari knowledge
(2) Produsen (petambak/usaha perikanan
budidaya komoditi bandeng), di sentra yang berkembang dari kemampuan network dan
pengembangan Provinsi Jawa Tengah: learning yang dilakukan.
Kabupaten Kendal, dan produsen di sentra
pengembangan Provinsi Jawa Timur: Sementara itu, PT. Sentra Pangan Mandiri
Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik, Provisi (Madani Food) pemilik merek dagang “Enjoy
Jawa Barat: Kabupaten Bekasi; Seafood”, dibangun oleh pendiri perusahaan yang
(3) Pelaku industri pengolahan berbasis memiliki latar belakang pendidikan STP,
komoditi bandeng; berpengalaman dalam manajemen pemasaran dan
(4) Asosiasi Penguasaha Industri pengolahan pengalaman bekerja pada beberapa perusahaan
berbasis perikanan bandeng, yang
makanan dan minuman berskala nasional.
melakukan aktivitas pemasaran hasil produk
olahan komoditi bandeng; dan Aktivitas usaha diawali dan berkembang dari
(5) Lembaga Litbang: BP2TK-LIPI Yogyakarta. usaha dagang. Madani Food menjadi representasi
bentuk perusahaan modern dalam industri
Studi kasus akan dilakukan pada sentra-
pengolahan makanan dari komoditi bandeng.
sentra UKMK pengolahan berbasis komoditi
Aktivitas perusahaan dijalankan dengan SOP
bandeng di dua provinsi tersebut. Sentra industri
sebuah perusahaan pengolahan makanan,
bandeng di Jawa Tengah berkembang di pantai
didukung dengan sistem pemasaran yang baik,
utara Jawa meliputi Semarang, Kendal, Pati,
dan strategi pengembangan dilakukan dengan
Brebes, Jepara, dan beberapa daerah lainnya.
konsep daya saing dan inovasi.
Aktivitas industri pengolahan makanan di Pantai
Utara Jawa Tengah tersebut didukung dari Aspek knowledge base, aktivitas pembelajaran,
berkembangnya aktivitas hulu budidaya tambak dan aktivitas inovasi dalam mendukung
di wilayah-wilayah tersebut. Sementara itu, aktivitas usaha
sentra industri pengolahan makanan berbasis
bandeng di Jawa Timur berada di Sidoarjo, Faktor pendukung dalam pengembangan
Lamongan, dan Gresik. Seperti halnya di Jawa aktivitas pelaku usaha di empat daerah studi
Tengah, aktivitas budidaya perikanan tambak (Sidoarjo, Gresik, Kendal, Bekasi, dan Banten),
bandeng telah berkembang dengan baik di berupa kemampuan dalam mengelola knowledge
beberapa daerah di Jawa Timur. sebagai sebuah pemahaman untuk menggerakkan
aktivitas usahanya. Bentuk pengembangan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN knowledge yang terbangun salah satu contoh
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
(1) Latar belakang berkembangnya
pasokan bahan baku, dilakukan dengan
aktivitas usaha
keragaman aktivitas, misalnya pelaku usaha
Latar belakang berkembangnya aktivitas bandeng olahan di Sidoarjo lebih memilih
pelaku usaha memiliki karakteristik yang bermitra dengan suplier ketimbang bermitra
berbeda. Pelaku usaha di Gresik maupun dengan para produsen bandeng (petani tambak).

246 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Alasannya, karena pada umumnya para petani pasokan bandeng diperoleh dari suplier dari
tambak dalam menjual hasil produksinya Provinsi Sulawesi Selatan, Kendal, Indramayu,
menerapkan sistem borongan. Bagi para pelaku dan dari sentra bandeng lainnya.
usaha bandeng olahan Sidoarjo tentu tidak
menguntungkan, karena dengan sistem borongan Kemampuan dan pengembangan
tersebut, produk ikan yang dikehendaki sesuai knowledge yang terbangun pada pelaku usaha
ukuran dan beratnya belum tentu sesuai dengan bandeng olahan dari Kabupaten Kendal, maupun
produksi yang diinginkan. Oleh karena itu pelaku Sidoarjo, terjalin dengan baik sebagai hasil
usaha kemitraan dengan suplier dapat interaksi antara para petani petambak sebagai
terpenuhinya kebutuhan bandeng sesuai ukuran pemasok bandeng dengan mitra pelaku usaha
dan berat timbangnya. bandeng. Proses pembelajaran (learning) pelaku
usaha bandeng olahan dengan pemasok bandeng
Para pelaku usaha bandeng olahan Bekasi, terjadi baik formal maupun informal melalui
kebutuhan suplai bandeng lebih memilih bermitra berbagai bentuk interaksi, begitu juga pelaku
dengan pedagang pasar yang menyediakan usaha produk olahan bandeng dengan pasar,
keanekagaraman ukuran bandeng. Pelaku usaha maupun peran eksternal terkait peran institusi-
lebih memungkinkan terpenuhinya bahan baku institusi (pemerintah, unit-unit litbang) menjadi
yang sesuai dengan pesanan. Hal ini menjadi bagian terwujudnya dalam progran-program
pilihan, karena belum terbentuk/terjalinnya pengembangan industrialiasi hasil perikanan
kemitraan dengan pemasok bandeng dari para budidaya.
petambak.
Knowledge base merupakan aspek penting
Selain itu, hasil produksi bandeng dari bagi pelaku usaha bandeng olahan. Knowledge
Bekasi, sebagian besar dipasarkan kepada para yang melekat berperan dalam mendukung
pedagang/tengkulak di Muara Baru - Jakarta. aktivitas pengembangan usaha yang dilakukan.
Pelaku usaha bandeng olahan di Kabupaten Pengembangan produk-produk baru bandeng
Bekasi memperoleh pasokan bahan diperoleh dari olahan yang tumbuh dan berkembang
para pedagang pasar di daerahnya. dilatarbelakangi oleh kemampuan pelaku usaha
dalam mengelola knowledge base dan aktivitas
Tabel 5.1. Matrik Sumber Pasokan Bahan Baku learning yang dilakukan. Knowledge base dan
Bandeng learning yang dilakukan diperlukan dalam
pengembangan dan variasi produk untuk
Pelaku Sumber Pasokan Bahan Baku menjawab permintaan pasar. Berkembangnya
Usaha aktivitas kegiatan produksi bandeng olahan yang
Milik Suplier
Pemilik Suplier Pedagang berkembang di empat daerah studi, dapat
Bandeng Tambak Luar
Tambak Lokal Pasar ditunjukan banyaknya varian produk baik dari
Olahan Sendiri Daerah
jenis produk olahan, maupun bentuk penyajian
Sidoarjo X dalam kemasannya. Hal ini merepresentasikan
Gresik X X X terjadinya proses pembelajaran dalam aktivitas
usahanya. Pengembangan produk olahan dalam
Kendal X X keanekaragam varians, adalah salah satu
keunggulan/keunikan dalam mewujudkan
Bekasi X
produk-produk yang dihasilkannya dan menjadi
Banten X “brand” dari masing-masing pelaku usaha.

Madani Food yang berlokasi di Banten Dengan demikian, dapat diasumsikan,


mendapatkan sumber pasokan bahan baku bahwa kemampuan para pelaku usaha dalam
bandeng cabut duri dari suplier luar daerah. Hal mengakumulasikan pengetahuannya mencermati
ini dilakukan karena produksi bandeng dari bahwa produk olahan berbahan baku ikan
Propinsi Banten masih sangat erbatas. Sumber bandeng menurut pendapat mereka dapat
diproduksi sebagai subtitusi produk-produk

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 247
makanan dari daging dan ayam yang telah ada. terbangunnya kapabilitas teknologi yang dimiliki
Selain itu produk bandeng olahan juga sebagai oleh pelaku usaha bandeng olahan. Kapabilitas
sumber nilai kecukupan gizi bagi masyarakat teknologi ini merupakan hasil dari technological
Indonesia, selain dapat menjawab potensi learning atau pembelajaran teknologi. Sebuah
peluang pasar dalam negeri yang menjadikan entitas bisnis di bidang industri pengolahan
produk bandeng olahan memberikan pengaruh makanan berbasis perikanan misalnya, knowledge
besar dalam aktivitas terutama membangkitkan terkait perikanan dan penguasaan jenis-jenis
peran sub sektor hulu dalam mendorong teknologi produksi dan pengolahan makanan
ketersediaan bahan baku bandeng. Interaksi diperlukan dalam mendukung aktivitas produksi
antara petambak sebagai pensuplai bahan baku yang dilakukan.
dengan pelaku usaha bandeng olahan, dan
interaksi dengan pelaku usaha yang berusaha di Pelaku usaha bandeng olahan di empat
pemasaran, kedepannya berharap terbangunnya daerah studi dalam prosesnya memiliki
komunitas pelaku usaaha untuk memiliki kemampuan knowledge yang berbeda, hal ini
‘branding’ produk olahan bandeng yang dapat tercermin dari produk olahan yang dihasilkan
dijangkau oleh masyarakat. merepresntasikan kemampuan bagaimana
mengelola knowledge. Sumberdaya yang dimiliki
Secara umum, aktivitas learning dilakukan menjadikannya sebagai kemampuan internal
oleh pelaku usaha bandeng di beberapa daerah yang tidak dapat dipisahkan dalam
studi. Knowledge base baik di area budidaya dan mengakumulasikan pemahaman-pemahaman
aktivitas pengolahan menjadi faktor penting melalui pembelajaran dari perilaku pasar yang
dalam mendukung aktivitas learning. Aktivitas memberikan umpan-balik berkembangnya
budidaya dan aktivitas pengolahan komoditi yang aktivitas mereka dalam penguasaan teknologi
telah berkembang pada masyarakat di beberapa produk terkait penciptaan jenis-jenis produk
sentra industri menggambarkan knowledge base olahan makanan berbahan dasar bandeng.
yang dimiliki oleh pelaku usaha bandeng di Teknologi produk berupa packaging misalnya
beberapa daerah studi. Knowledge base pada terkait dengan aktivitas, jenis pasar, maupun
aktivitas budidaya dan pengolahan makanan dari karakteristik konsumen.
bandeng ini menjadi dasar dalam mendukung
aktivitas learning yang dilakukan. Secara umum, penguasaan teknologi oleh
pelaku usaha bandeng masih terbatas pada
Aktivitas learning terjadi pada pelaku teknologi tepat guna yang telah berkembang pada
usaha bandeng dengan meningkatnya aktivitas masyarakat. Teknologi tepat guna ini
dan interaksi antara pelaku usaha bandeng menyesuaikan dengan jenis produk yang
dengan beberapa stakeholder terkait. Pemerintah dihasilkan dari aktivitas pengolahan. Jenis olahan
baik pusat dan pemerintah daerah, asosiasi presto misalnya tidak memerlukan teknologi
industri, institusi-institusi pengembangan tinggi dan hanya cukup menggunakan teknologi
teknologi baik untuk budidaya maupun autoclave. Teknologi ini menggunakan sistem
pengolahan hasil, institusi-institusi pasar dan pengolahan makanan dengan panas dan tekanan.
stakeholder lain menjadi bagian dari aktivitas Teknologi pengalengan makanan mulai
pelaku usaha bandeng dalam mengembangkan berkembang dalam mendukung inovasi
pasar. Evolusi produk bandeng dari bandeng pengolahan menuju produk bandeng dalam
pindang sampai dengan bandeng kaleng kaleng. Teknologi pengolahan bandeng kaleng
menggambarkan hasil dari aktivitas pembelajaran tersebut menggunakan prinsip pemanasan,
yang dilakukan oleh pelaku usaha bandeng tekanan, dan sterilisasi sehingga produk makanan
dengan melibatkan stakeholer terkait. bandeng mampu bertahan lama dalam kemasan
kaleng. Teknologi ini berkembang dan
Kapabilitas teknologi dan inovasi didifusikan pada pelaku-pelaku usaha bandeng
dan dilakukan oleh UPT BP2TK-LIPI.
Aspek penting dalam aktivitas inovasi
sebuah entitas bisnis bandeng olahan adalah

248 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Orientasi dan ekspektasi-ekspetasi yang Pasar dan permintaan produk-produk
dilakukan oleh pelaku usaha bandeng terus berkembang. Sampai saat ini
seluruh varian produk bandeng yang telah
Berkembangnya aktivitas kreatif yang berkembang sepenuhnya terserap pasar. Arah
dibangun oleh pelaku usaha bandeng olahan di pengembangan produk untuk mendapatkan nilai
daerah studi tidak terlepas dari beberapa asumsi- ekonomi tinggi terus dilakukan. Produk bandeng
asumsi pelaku, yaitu bertahan/berkembangnya dalam kaleng misalnya akan menjawab
aktivitas usaha yang berkembang sejak tahun bagaimana aktivitas industri pengolahan bandeng
2010 −sekarang, bahkan beberapa pelaku usaha mampu menghasilkan nilai ekonomi lebih tinggi.
memulai kegiatan usahanya sejak tahun 2006 Aplikasi teknologi dalam pengembangan produk
(UD Hikmah Artha Makmur-Gresik), maupun bandeng kaleng akan berdampak pada
Bandeng Bekasi (2006), walaupun pada meningkatnya daya saing produk-produk
umumnya pelaku usaha bandeng olahan tersebut bandeng Indonesia di pasar lokal maupun
usaha mereka masih skala rumahan (home internasioal. Arah pengembangan produk sudah
industry), tetapi usaha ini telah mampu menyerap diarahkan menuju skala ekonomi lebih tinggi
tenaga kerja, maupun mampu menjembatani seperti halnya industri bandeng dalam kaleng.
sebagai produk substitusi produk konsumsi Kerjasama antara BBP2HP dan UPT BP2TK
olahan daging yang bersumber dari protein dalam mengembangkan bandeng kaleng
hewani. merupakan salah satu gambaran arah
Berkembangnya produk-produk olahan pengembangan industri bandeng ke depan.
bandeng, memiliki peluang masih terbuka, serta Ujicoba mengembangkan beberapa varian
bandeng dalam kaleng yang dilakukan oleh
harganya terjangkau. Produk olahan bandeng
asosiasi ASPUBI dengan UPT BP2TK LIPI
juga mudah diperoleh dipertimbangkan oleh
ketersediaan pasokan bahan baku. Adanya berhasil menghasilkan aneka produk bandeng
tarikan pasar bahwa bandeng menjadi salah satu yang berpotensi menjadi produk-produk
produk konsumsi makanan yang terjangkau dari unggulan industri pengolahan ikan di Indonesia.
Realisasi investasi dalam mengembangkan
sisi harga dibandengkan dengan produk pangan
produk-produk bandeng oleh pelaku usaha
olahan lainnya seperti daging hewani, maupun
hasil perikanan tangkap laut seperti ikan salmon, bandeng maupun investor perlu dilakukan untuk
maupun tuna. Selain itu, potensi bandeng sebagai mengembangkan aktivitas ekonomi usaha
bandeng dari sektor hulu sampai hilir.
salah satu produk makanan olahan berbasis ikan
memiliki keunggulan jika ditinjau dari komposisi Bentuk-bentuk interaksi yang dilakukan
kandungan nilai gizi yang ada, bandeng memiliki pelaku usaha dengan faktor eksternal
kandungan nilai gizi yang sama dengan ikan
salmon. Studi kasus pada beberapa pelaku usaha
bandeng olahan menunjukkan keberhasilan
Pelaku usaha bandeng memandang interaksi antara pemasok bandeng dengan
pengembangan aktivitas budidaya dan industri kustomer (suplier, pemilik tambak atau pedagang
pengolahan perlu terus dilakukan. Potensi pasar. Bentuk interaksi ini menunjukkan untuk
produksi perlu terus ditingkatkan seiring dengan memberikan stabilitas dan kontiunitas pasokan
meningkatnya peran sektor perikanan budidaya bandeng sebagai salah satu bentuk jaminan untuk
dalam mengantisipasi penurunan hasil produksi menjawab permintaan pasar.
dari aktivitas perikanan tangkap. Ancaman
terbesar aktivitas budidaya bandeng berupa Interaksi antara pelaku usaha bandeng
perubahan tata guna lahan dari areal produktif dengan seluruh stakeholeder berperan penting
budidaya bandeng menjadi area industri seperti dalam mendukung keberlangsungan dan
yang terjadi di Sidoarjo, Gresik, dan Kendal. kapabilitas industri pengolahan berbasis komoditi
Pengembangan aktivitas budidaya dengan bandeng. Aspek pasar selama ini berperan besar
didukung teknologi pada budidaya intensif dalam mengarahkan perkembangan produk
dengan media-media buatan perlu dikembangkan. bandeng. Stakeholder dari pelaku pasar seperti

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 249
pelaku-pelaku dari pasar modern selama ini telah berbahan dasar bandeng. Pasar membutuhkan
menciptakan peluang bagi pelaku-pelaku usaha pengembangan jenis-jenis produk bandeng dari
bandeng untuk menciptakan variasi produk dan produk-produk yang telah ada dan berkembang di
memasarkannya melalui gerai-gerai mereka. masyarakat. Pengembangan berbagai jenis
Standar, kuantitas, dan kualitas yang ditetapkan produk bandeng ini terkait dengan aktivitas
mampu mendorong proses learning pada pelaku inovasi yang diperlukan dalam pengembangan
usaha bandeng. Kasus pengembangan produk industri pengolahan makanan berbahan dasar
bandeng oleh Madani Food dan pola kerjasama bandeng. Aspek produk tersebut meliputi jenis
pemasaran dengan beberapa bentuk pasar modern dan diferensiasi produk, aspek standar dan mutu,
misalnya menggambarkan bentuk interaksi dan maupun strategi pengembangan produk baru.
mekanisme umpan-balik dalam aktivitas
pengembangan produk. Keanekaragaman produk olahan bandeng
berkembang dari para pelaku usaha di empat
Aspek institusional berperan dalam daerah studi, dan telah memiliki pasar yang
mendukung aktivitas pengembangan kemampuan cukup baik. Hal ini dapat diidentifikasi dari
pelaku usaha bandeng di Indonesia. Kebijakan kemampuan pemasarannya selain dapat
dan program pemerintah dalam meningkatkan memenuhi permintaan pasar lokal, maupun telah
kemampuan pelaku usaha berperan penting mampu memenuhi permintaan pasar luar daerah,
dalam mempersiapkan pelaku usaha bandeng khususnya kota-kota besar. Sebagai gambaran,
dalam menghadapi pasar. Kemampuan tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten
penguasaan teknologi pada pelaku usaha bandeng Sidoarjo sudah mencapai 19,28 kg/kapita, atau
akan berpengaruh pada kemampuan dengan preferensi konsumsi bandeng berada
pengembangan produk-produk baru dan pada peringkat ke-2, setelah ikan hasil budidaya
kemampuan inovasi. Kebijakan pengembangan lainnya, seperti ikan nila maupun mujahir. Begitu
industrialisasi bandeng di Kabupaten Kendal juga, produk bandeng olahan yang dihasilkan di
misalnya menjadi gambaran bagaimana peran daerah lain, Gresik, Kendal, dan Bekasi produk
intitusi pemerintah dalam mengembangkan bandeng sudah diterima oleh masyarakatnya.
kemampuan pelaku usaha bandeng. Program Bahkan untuk penyebarluasannya pemerintah
pelatihan dan pengembangan pelaku usaha daerah memfasilitasi, mempromosikan produk
bandeng mampu menghasilkan pelaku-pelaku bandeng olahan yang dihasilkan oleh para pelaku
usaha yang unggul dan mampu mengembangkan usahanya, termasuk identitas daerah dalam
produk dan pasar. Selain itu, interaksi pelaku memperkenalkan komoditi bandeng.
usaha bandeng dengan asosiasi menggambarkan
bagaimana peran ASPUBI dalam menciptakan Produk-produk olahan bandeng tersebut
peluang kepada pelaku usaha bandeng lokal dan merupakan produk yang telah ada di masyarakat
mendorong kemampuan pelaku usaha lokal seperti bandeng cabut duri, pepes bandeng, dan
dalam memanfaatkan peluang. ASPUBI otak-otak bandeng yang dikemas dalam kemasan
memberikan pelatihan kepada pelaku usaha plastik maupun karton. Produk olahan bandeng
bandeng lokal dan menghubungkan pelaku yang dikemas tersebut sesuai dengan anjuran dan
dengan kustomer. Interaksi ini mampu saran pemerintah, untuk keamanan konsumsi
mendorong aktivitas learning pada pelaku usaha tidak ditambahkan bahan pengawet makanan.
bandeng lokal untuk berdaya saing dalam Daya tahan produk tersebut bergantung dari
memenuhi permintaan pasar dari produk-produk proses bagaimana produk-produk itu dapat
yang dihasilkan. disimpan dalam jangka waktu yang lama, maka
pemilik usaha melakukannya dengan media
Aspek produk dalam perusahaan (jenis, penyimpanan dalam cool storage. Terkait dengan
diferensiasi, standar dan mutu, strategi standar dan mutu, proses pengolahan bandeng
pengembangan produk baru, dll.) dari mulai pembudidaya dan pengolah dilakukan
dengan kaidah pengolahan berstandar GMP dan
Produk menjadi bagian penting dalam HACCP Food Processing.
pengembangan industri pengolahan makanan

250 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Hasil dari studi yang dilakukan pada Kunci utama dalam meningkatkan permintaan
pelaku usaha bandeng di beberapa sentra industri konsumen dengan menstrukturkan kaidah-kaidah
bandeng terdapat perbedaan karakteristik antara normatif dalam proses pengolahan makanan yang
pelaku usaha bandeng dengan skala kecil/ higienis dan memenuhi standard.
menengah dengan pelaku usaha bandeng dengan
skala besar. Pelaku usaha bandeng seperti Perbedaan karakteristik produk antara
Bandeng Rozal dan Ratu Bandeng di Kendal, pelaku usaha skala mikro dan skala besar sebagai
Tani Bina Sejahtera (TBS) di Gresik, UD konsekuensi kapabilitas penguasaan teknologi
Hikmah Artha Makmur di Sidoarjo, Bekasi dan jenis pasar bagi masing-masing pelaku. Pada
Presto dan Izzan Food di Bekasi, jenis aneka pelaku usaha mikro, kapabilitas teknologi relatif
olahan bandeng merupakan jenis aneka makanan rendah dibanding kapabilitas teknologi pelaku
yang telah berkembang dan dikenal di berbentuk perusahaan. Pelaku usaha bandeng
masyarakat. Diferensiasi produk dilakukan skala mikro pada umumnya berkembang dari
dengan strategi pengemasan dan branding. Aneka aktivitas budidaya bandeng yang dilakukan.
olahan bandeng seperti bandeng presto, otak-otak Pengolahan bandeng menjadi aneka olahan
bandeng, ekado, bandeng crispy, bandeng asap, makanan berkembang secara perlahan dengan
bandeng cabut duri, dan lain-lainnya merupakan dorongan faktor eksternal. Kapabilitas teknologi
produk yang telah dikenal luas di pasar. Masing- melekat dengan cakupan aktivitas yang mampu
masing pelaku melakukan pengembangan produk dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha.
dengan strategi pengemasan dan membangun Ratu Bandeng di Kendal misalnya berkembang
merek produk yang berbeda satu sama lain. dari aktivitas budidaya bandeng. Program dan
bimbingan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
Madani Food dengan merek dagang Enjoy mampu mendorong pemilik Ratu Bandeng untuk
Seafood merupakan perusahaan pengolahan mengembangkan aktivitas lanjutan berupa
makanan dari ikan laut dengan karakteristik pengolahan aneka makanan dari bandeng.
perusahaan modern. Produk menjadi salah satu
aspek penting dalam berjalannya aktivitas usaha. Jenis pasar juga berpengaruh terhadap
Peningkatan diferensiasi produk dilakukan kapabilitas teknologi pada pelaku-pelaku
dengan standar produksi yang baik dengan bandeng. Aktivitas produksi untuk memenuhi
mengikuti kaidah GMP dan HACCP. permintaan pada jenis pasar tertentu berpengaruh
Pengembangan produk dilakukan dengan terhadap penguasaan jenis teknologi pengolahan
mengikuti kebutuhan, standar, dan kualitas untuk makanan yang dikuasai. Permintaan produk
pasar modern. Inovasi terus dilakukan dengan bandeng untuk pasar tradisional misalnya berupa
arah pengembangan produk menuju bandeng bandeng pindang dan bandeng asap. Pelaku usaha
dalam kaleng. Bandeng dalam kaleng merupakan bandeng hanya memerlukan teknologi
jenis produk baru bagi pasar dalam negeri. pengkukusan dan teknologi pengasapan. Hal ini
Selama ini produk-produk olahan ikan dalam berbeda dengan aktivitas di Madani Food yang
kaleng didominasi oleh produsen luar dengan memiliki segmen pasar modern. Untuk
jenis ikan sardines, tuna, dan mackarel. memenangkan pasar, Madani Food dituntut untuk
menghasilkan produk dengan kualitas dan standar
Nilai strategis aspek produk bagi daya saing seperti yang diperyaratkan oleh kustomer. Terkait
dan keberlanjutan perusahaan di pasar. dengan hal tersebut, operasi perusahaan
dijalankan dengan kaidah GMP dan HACCP.
Standar dan kualitas produk menjadi
ukuran bagi kemampuan aktivitas usaha. Produk Aspek produk menjadi bagian penting bagi
olahan yang dihasilkan oleh pelaku usaha (di produsen dalam menghadapi persaingan pasar.
empat daerah studi) ditinjau dari aspek-aspek Strategi diferensiasi produk sesuai dengan
produk telah memenuhi standard dan kualitas permintaan pasar perlu dilakukan oleh produsen.
produk bandeng yang dilakukan sebagai strategi Hal ini dilakukan oleh produsen seperti halnya
“branding”. Aspek standard dan kualitas produk Madani Food untuk terus melakukan inovasi
menjadi fokus strategi pemasaran ke depannya. produk. Terkait dengan daya saing perusahaan,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 251
kedepannya Madani Food memiliki arah Kabupaten Kendal - Jawa Tengah, mereka pada
pengembangan aneka makan dari bandeng ke umumnya interaksi dan komunikasi dengan para
dalam bentuk aneka makanan kaleng. Aktivitas produsen petani tambak bandeng dalam
industri pengalengan ini akan meningkatkan nilai memenuhi kebutuhan pasokan bandeng.
ekonomi dan meningkatkan kompetitivenes bagi Sedangkan bagi pelaku pemasaran, secara
perusahaan pada masa yang akan datang. intensif interkasi dan komunikasi dilakukan
dengan penyedia pasokan bahan baku, baik
(2) Keterkaitan Pelaku Lainnya dengan petambak, suplier, maupun dengan
dalam Pengembangan Olahan Bandeng (other pelaku usaha bandeng olahan, dalam kerangka
actors) menjembatani permintaan pasar.
Dalam kerangka sistem inovasi sektoral, Aktivitas pertukaran pengetahuan antara
Malerba, (2009) memaparkan, bahwa elemen para pelaku usaha selain dilakukan melalui
kedua sistem inovasi sektoral peran aktor-aktor aktivitas penyelenggaraan pameran, juga melalui
lainnya menjadi bagian dari proses berjalannya program-program pelatihan. Begitu juga
aktivitas pelaku-pelaku industri. Elemen-elemen kerjasama dalam program pembinaan yang
tersebut antara lain peran pemasok, pengguna dilakukan oleh lembaga litbang, atau institusi
merupakan elemen kunci bekerjanya sebuah pemerintah dilakukannya dalam upaya
sistem inovasi sektoral, sedangkan elemen- meningkatkan aktivitas usaha yang berkelanjutan.
elemen pendukung seperti asosiasi-asosiasi,
lembaga litbang, institusi keuangan, maupun Aktivitas sektoral dalam pengembangan
institusi pemerintahan menjadi bagian yang tidak industri pengolahan makanan dari bandeng
dapat dilepaskan dari aktivitas pelaku-pelaku melibatkan banyak aktor. Elemen inovasi
industri. berperan dalam mengarahkan kemampuan
teknologi dan inovasi pada pelaku usaha bandeng
Keterkaitan pelaku lain dalam sistem di Indonesia. Elemen perguruan tinggi, lembaga
inovasi sektoral, dapat dianologikan sebagai litbang, dan elemen-elemen industri berperan
bentuk-bentuk keterhubungan pelaku industri dalam mengembangkan kemampuan inovasi pada
dengan pelaku industri lain, yang implementasi industri pengolahan bandeng. Dari elemen
berupa: (a) interaksi dan komunikasi antar perguruan tinggi, Sekolah Tinggi Perikanan
pelaku industri, interaksi industri dengan (STP) misalnya selama ini berperan dalam
pemasok, maupun interaksi dan komunikasi menghasilkan ketersediaan sumber daya manusia
pelaku industri dengan pelaku pemasaran; (b) bagi sektor perikanan. Selain ini, STP juga
aktivitas pertukaran misalnya pertukaran melakukan pengembangan-pengembangan
pengetahuan secara pararel (dua arah) antara produk dari komoditi bandeng. Bandeng tanpa
pelaku industri; (c) kerjasama, misalnya duri (Batari) misalnya dikembangkan oleh STP
terkaitkan permintaan bahan baku dari industri Sidoarjo dan didesiminasi kepada pelaku-pelaku
kepada produsen, dan; (d) bentuk-bentuk usaha bandeng. Peran lembaga Litbang di area ini
kompetisi yang dilakukan. terlihat dari aktivitas pengembangan industri
pengolahan dari bandeng sebagai komoditi
Mengacu pendapat di atas, para pelaku
usaha bandeng olahan di empat daerah studi unggulan. BBP2HP dan LIPI misalnya telah
menunjukkan bahwa dalam membangun aktivitas mengembangkan bandeng dalam kaleng yang
usahanya tidak terlepas dari peran pelaku-pelaku siap untuk diadopsi oleh pelaku usaha bandeng di
Indonesia. Dari lingkungan industri, Aspubi
lainnya. Bentuk interaksi dan komunikasi pelaku
sebagai wadah pelaku usaha juga memainkan
usaha bandeng olahan dalam hal penyediaan
pasokan bahan baku (ikan bandeng) seperti yang peranan penting dalam menghubungkan pelaku
dijumpai di Sidoarjo – Jawa Timur, melakukan usaha pada aktivitas budidaya, pelaku usaha
pengolahan, dan aktivitas pada sektor pemasaran.
interkasi komunikasi dengan para suplier sebagai
Aspubi selama ini melakukan koordinasi dengan
penyedia pasokan bandeng. Demikian juga
interaksi pelaku usaha bandeng olahan di pelaku pada level budidaya dan

252 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
menghubungkannya dengan perusahaan informasi yang dapat diperoleh dari produsen
pengolahan makanan berbahan dasar ikan.Hal ini bandeng (para petambak). Begitu juga dengan
terlihat dari aktivitas yang dilakukan oleh Madani para pelaku usaha bandeng olahan di Kabupaten
Food dengan melibatkan pelaku-pelaku IKM Bekasi, belum terjalin kemitraan dengan para
untuk memberikan pasokan bagi aktivitas petambak dari daerah tersebut.
produksi Madani Food.
Mengacu pemahaman sistem inovasi
(3) Jejaring (Network) sektoral di atas aktivitas pengembangan komoditi
bandeng harus dilakukan secara bersamaan
Instrumen ketiga dalam sistem inovasi antara aktivitas budidaya di hulu, aktivitas
sektoral menurut Malerba dan Mani (2009), industri pengolahan, dan aktivitas pemasaran.
adalah bentuk keterhubungan antara pelaku Kondisi ini menunjukan bahwa peran pelaku
industri dengan pelaku lainnya, yang dapat lainnya (cq. Pemerintah) belum optimal dalam
diartikan sesuai dengan peran dan fungsi pada melakukan pengembangan industri bandeng.
masing-masing pelaku. Keterhubungan ini, Kebijakan pemerintah yang dijalankan melalui
menggambarkan pelaku-pelaku industri program pengembangan di KKP belum memiliki
melakukan interaksi dengan melakukan fokus yang sama. Pada sisi lain, jejaring
hubungan baik yang bersifat hubungan pasar (networking), terkait lembaga litbang dan
maupun hubungan non-pasar. Keterhubungan perguruan tinggi dalam upaya adopsi
antara pelaku industri dengan elemen utama pengetahuan untuk memastikan pelaung-peluang
sistem inovasi seperti perguruan tinggi dan pengembangan produk telah terjadi interaksi
lembaga-lembaga litbang disebutkan telah dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan
menjadi sumber penting bagi peningkatan kemampuan pelaku usaha dalam melakukan
kemampuan inovasi dan transformasi- diversifikasi produk olahan, seperti crispy
transformasi industri. Perguruan tinggi dan bandeng, naget bandeng, otak-otak bandeng,
lembaga litbang publik pada beberapa kasus ikado bandeng termasuk abon bandeng dengan
memiliki perhatian yang sama dengan pelaku bahan baku utamanya adalah duri bandeng,
terkait dengan pengembangan produk-produk merupakan produk inovasi yang memberikan
tertentu. Perguruan tinggi dan lembaga litbang nilai tambah.
menghasilkan ide-ide, metode-metode, dan
peluang-peluang pengembangan produk yang Secara umum, jejaring inovasi berkembang
selanjutnya akan diwujudkan melalui proses di industri pengolahan makanan berbahan dasar
industrialisasi. bandeng. Selain pelaku usaha, elemen sistem
inovasi saling berinteraksi dalam mendukung
Mengacu gagasan tersebut, pelaku usaha aktivitas industri pengolahan bandeng.
bandeng olahan rumahan (home industry) di Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki
daerah studi (Sidoarjo, Gresik, Kendal, Bekasi), program dan kebijakan pengembangan industri
dan termasuk pelaku usaha pemasaran hasil bandeng dalam negeri. Elemen perguruan seperti
produksi bandeng olahan (Madani Food, STP secara langsung difokuskan dalam
Tangerang – Banten), tidak saja menjalin menghasilkan SDM perikanan yang dibutuhkan
komunikasi dengan para pemasok, maupun dalam pengembangan industri. Asosiasi industri
konsumen. Peran besar dalam mendukung proses yang dibentuk dimaksudkan untuk mewadahi
pengembangan aktivitas bandeng olahan pelaku-pelaku usaha dan sebagai sarana dalam
sebagaimana dijumpai dari daerah studi tersebut, pengembangan kemampuan pelaku usaha
menunjukkan masih adanya insinkronasi bandeng di Indonesia.
keterkaitan antara aktivitas di hulu sampai di hilir
belum sepenuhnya terbangun komunikasi dengan Konsep pengembangan industri bandeng
baik. Misalnya, pelaku usaha bandeng olahan di dengan menggunakan konsep klaster oleh
Sidoarjo lebih memilih berkolabarasi dengan ASPUBI menjadi gambaran bagaimana
suplier, sementara di Gresik dijumpai beberapa pentingnya keterhubungan antar pelaku usaha
permasalahan, terkait dengan keterbatasan bandeng. Industri diarahkan tumbuh dan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 253
berkembang di sentra-sentra budidaya bandeng. bandeng di pasar dalam negeri. Tetapi menjadi
Sebuah perusahaan penghasil aneka makanan tantangan apabila potensi pasar dalam negeri
bandeng misalnya akan dikembangkan dengan tersebut dibanjiri oleh produk impor olahan
melibatkan pelaku-pelaku usaha mikro dengan dalam kemasan keleng yang saat ini teknologinya
memberikan pasokan produk ke produsen. sudah dikuasai oleh beberapa negera produsen
Pelaku-pelaku usaha mikro ini didukung dari bandeng seperti Filipina.
pelaku-pelaku budidaya di sektor hulu. Produk
dari sebuah perusahaan selanjutnya masuk ke Produk makanan kaleng berbahan dasar
pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar ikan di pasar domestik sampai saat ini masih
ekspor. Konsep pengembangan industri bandeng dikuasai oleh produsen-produsen asing dengan
dengan konsep klaster ini diharapkan mampu jenis ikan seperti sardines dan mackarel. Produk
menciptakan tumbuhnya ekonomi kerakyatan makanan bandeng di pasar sampai saat ini masih
yang akan memberikan kemanfaatan ekonomi didominasi produk-produk bandeng yang telah
bagi masyarakat. berkembang di masyarakat seperti bandeng
presto, bandeng pindang, dan variasi makanan
(4) Peluang dan Permintan Pasar (Demand) olahan berbahan bandeng seperti bakso, otak-
otak, maupun nugget bandeng. Produk aneka
Aspek pasar dan demand, dalam sistem bandeng dalam kaleng belum berkembang di
inovasi sektoral, menurut Malerba dan Mani pasar dalam negeri.
(2009), memiliki peran dalam membangun
keterhubungan antara produsen dan konsumen. (5) Aspek Institusional
Keterhubungan pelaku industri dan pasar
menunjukkan adanya kebutuhan akan produk Elemen institusi dalam sistem inovasi
melalui aktivitas pasar. Pemenuhan kebutuhan sektoral, berperan dalam mempengaruhi aktivitas
(demand) pasar melibatkan banyak aktivitas pengembangan teknologi, aktivitas inovasi, dan
pada lingkup industri. Permintaan lebih dilihat hal-hal sejenis yang berpengaruh terhadap kinerja
dari kesatuan pengguna yang melakukan interaksi kelembagaan (Malerba dan Mani, 2009).
dengan pelaku produsen. Adanya tarikan pasar Pemahaman-pemahaman, aksi dan interaksi yang
terhadap permintaan suatu produk dari konsumen dibentuk memberikan pengaruh bekerjanya
menunjukkan produk-produk inovatif mampu sebuah sistem inovasi sektoral, yang melibatkan
diterima pasar. norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, peraturan
dan perundangan dalam aktivitasnya.
Sejalan dengan pendapat Malerba dan
Mani (2009), diatas berkembangnya aktivitas Aspek institusional yang berkembang di
produk bandeng olahan yang dikembangkan pelaku usaha bandeng (Sidoarjo, Gresik, Kendal,
pelaku usaha di daerah studi menunjukan bahwa Bekasi dan Banten), dalam meningkatkan
struktur pasar yang terbangun memiliki pengetahuan mendapatkan pelatihan-pelatihan
implikasi bagi para pelaku usaha. Selain itu, yang diinisiasi oleh pemdakab: (Dinas Kelautan
adanya peluang pasar, menunjukkan peningkatan dan Perikanan, Dinas Koperasi, Perindustrian,
kapabilitas dan aktivitas inovasi yang dilakukan Kepariwisataan, Perdagangan dan pemerintah
oleh pelaku usaha bandeng olahan di empat pusat (KKP), terkait dengan kebutuhan
daerah studi memiliki nilai strategis bagi permodalan, penyediaan peralatan/perlengkapan
berkembangkan aktivitas usaha. Hal ini produksi /mesin, bantuan pemasaran hasil dalam
menunjukkan bahwa pelaku usaha telah mampu bentuk bangunan restorasi, storage pendingin,
mengoptimalkan sumberdayanya dalam dan bantuan peralatan-peralatan lainnya.
menghasilkan produk-produk inovatif bandeng Khususnya Madani Food melakukan koordinasi
olahan. dengan pembudidaya – pelaku usaha daerah dan
pemasaran.
Pasar produk aneka olahan bandeng
memiliki peluang pasar masih terbuka lebar Ketersediaan pasokan bahan baku
untuk pelaku ekonomi dalam pengembangan bandeng, strategi kedepan yang dapat dilakukan

254 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
untuk pelaku usaha yang saat ini masih skala pertumbuhan aktivitas ekonomi lanjutan di hilir.
industri rumah tangga (home industry), di daerah Industri pengolahan bandeng ini berkembang
studi (Gresik, Sidoarjo, Kendal, dan Bekasi) mengikuti dinamika pasar. Kebijakan
dapat melakukan peningkatan pengetahuan pengembangan aktivitas budidaya bandeng dan
diversifikasi produk. Sementara Madani Food, beserta industri pengolahannya didasari pada
hal-hal yang dapat dilakukan terkait dengan potensi ekonomi yang besar dari komoditi
pemasaran hasil olahan bandeng, dapat dilakukan bandeng. Beberapa daerah pesisir menjadi areal
dengan melakukan inovasi produk dan pasar. yang cocok untuk aktivitas budidaya bandeng.
Selain itu strategi menciptaan daya saing produk Kebijakan pemerintah daerah di wilayah-wilayah
dan daya saing perusahaan dengan arah menjadi ini dilakukan melalui kebijakan dan program
salah satu perusahaan penghasil produk ikan untuk membangun aktivitas budidaya bandeng.
bandeng dalam kemasan kaleng. Pemerintah Kendal, Sidoarjo, dan Gresik
misalnya menempatkan bandeng sebagai
Berkembangnya aktivitas pelaku usaha komoditi unggulan dan menetapkan program-
bandeng olahan dalam pengembangan bisnis program pengembangan.
dipengaruh oleh kemampuan pelaku usaha yang
menempatkan pentingnya aspek institusional Melihat tingginya potensi produksi
dalam mendukung perkembangan kemampuan bandeng di wilayahnya, Pemerintah Kabupaten
mengelola usaha. Aspek institutional yang Kendal misalnya memiliki program
berkembang, dengan menyikapi program industrialisasi bandeng. Pengembangan
kebijakan industrialiasi kelautan dan perikanan industrialisasi bandeng bahkan menjadi salah satu
secara umum menjadi rujukannya, dan telah program pembangunan yang dilakukan oleh
memotivasi pelaku usaha dalam mendorong Kabupaten Kendal. Implementasi kebijakan
keberlanjutan usahanya. Pentingnya terbangun dilakukan dengan melakukan pengembangan
kelembagaan terkait dengan pengembangan aktivitas budidaya pada sektor hulu. Di sektor
industrialiasi hasil produksi dan pemasaran hilir, melalui Dinas KKP, program
produk kelautan dan perikanan. Program pengembangan industrialisasi bandeng dilakukan
peningkatan kemampuan SDM dilakukan oleh dengan melakukan pembinaan pelaku usaha
institusi terkait (KKP) dalam memfasilitasi bandeng di Kendal dalam membangun kapasitas
pelaku usaha melalui kelembagaanya, ditujukkan pelaku usaha bandeng dalam memasuki dan
untuk meningkatkan kemampuan pelaku usaha bersaing di pasar.
dalam pengembangan produk melalui
penguasaan teknologi, dan aktivitas inovasi Pemerintah pusat berperan dalam
produk dalam rangka menjawab permintaan mendukung perkembangan industri bandeng di
pasar. Melalui peran dan inisitatif KKP telah Indonesia. Bandeng menjadi salah satu komoditi
dibentuk himpunan pelaku usaha perikanan unggulan dari sektor perikanan budidaya. KKP
budidaya payau dengan para pelaku usaha yang melalui beberapa insituai seperti BBP2HP
berusaha di pengolahan serta melibatkan pelaku memiliki program dan kebijakan dalam
usaha pemasaran, yaitu ASPUBI. Keberadaan mendorong pertumbuhan industri pengolahan
ASPUBI ke depannya diharapkan mampu bandeng. Kapabilitas industri bandeng diarahkan
menjembati antara pelaku usaha di subsektor untuk menuju industri aneka makanan dari
hulu dengan pelaku usaha subsektor hilir, bandeng dalam kaleng. Kerjasama antara
sehingga aspek institusional ini mampu BBP2HP dengan UPT BPPTK LIPI dalam
menselaraskan program-programnya. mengembangkan bandeng dalam kaleng serta
diseminasi-desiminasi yang dilakukan merupakan
Aspek institusional berperan penting dalam gambaran peran pemerintah dalam
mendukung perkembangan industri pengolahan pengembangan industri bandeng dalam negeri.
bandeng di beberapa daerah studi. Aktivitas
budidaya bandeng yang bersifat turun temurun
selanjutnya berkembang dalam mendorong

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 255
Tabel 5.2: Matrik Knowledge Base yang dibangun pelaku usaha bandeng olahan
Diskripsi Knowledge base yang dibangun pelaku usaha bandeng olahan

Kendal Gresik Sidoarjo Bekasi Banten

Latar belakang Sebagai pemilik Sebagai pemilik Sebagai pemilik Bekerja di salah Pengalaman bekerja
berdirinya tambak, dan tambak tambak, dan satu perusahaan di perusahaan
usaha memiliki latarbelakang di Jakarta dan makanan dan
pengalaman pendidikan Alumni Sekolah miniman industri
bekerja pada Alumni UNISMA Tinggi Perhotelan pengalengan, dan
perusahaan Malang Jogjakarta, dan latar belakang
Unilever Jakarta Pedagang pasar pendidikan STP Pasar
Minggu, dan
Mangister Pemasaran

Kemampuan internal:

Teknologi Peralatan proses Peralatan proses Peralatan proses Peralatan proses Peralatan proses
produksi produksi produksi produksi produksi

SDM Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja tetap Tenaga kerja tetap -
tetap - terlatih tetap (terlatih) tetap – terlatih terlatih terlatih

Modal Modal sendiri Modal sendiri Modal sendiri Modal sendiri Modal sendiri

Kemampuan Berkembangnya Berkembangnya Berkembangnya Berkembangnya Berkembangnya


Inovasi aneka produk aneka produk aneka produk aneka produk aneka produk olahan
olahan olahan olahan olahan

Aktivitas Mengkolektif Mengkolektif Mengkolektif Mengkolektif Mengkolektif


inovasi sumber-sumber sumber-sumber sumber-sumber sumber-sumber sumber-sumber
inovasi baik inovasi baik inovasi baik inovasi baik inovasi baik internal/
internal/ internal/ internal/ internal/ eksternal eksternal
eksternal eksternal eksternal

Pengembangan network (jejaring)

Pemasok Menjalin Menjalin Menjalin Menjalin Menjalin


kemitraan kemitraan kemitraan kemitraan kemitraan dengan
dengan pemilik dengan dengan suplier dengan suplier luar daerah
tambak koperasi pedagang
petambak bandeng
bandek

Institusi Perguruan Pergurian tinggi Perguruan - -


litbang tinggi tinggi

Pemerintah P2HP dan Dinas P2HP dan Dinas P2HP dan Dinas P2HP dan Dinas P2HP dan Dinas
terkait terkait terkait terkait terkait

Sumber: Diolah dari hasil studi lapangan, Tim peneliti (2014)

(6) The Knowledge Base Knowledge base juga merupakan elemen dalam
aktivitas sistem inovasi sektoral dan memiliki
Malerba dan Mani (2009) menegaskan bahwa karakteristik specific knowledge. Terkait dengan
setiap sektor memiliki karakteristik kowledge- aktivitas pelaku industri, knowledge menjadi
base, teknologi, maupun berbagai input, dan bagian dalam mendukung proses penciptaan
berperan dalam mendukung aktivitas learning, aktivitas usaha. Oleh karena itu, pentingnya
aktivitas inovasi dan kapabilitas dari perusahaan. knowledge bagi tumbuh dan berkembangnya

256 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
perusahaan, dimensi-dimensi knowledge menjadi Selanjutnya dalam membangun jejaring
penting untuk diperhatikan. Malerba dan (network), khususnya dalam penyediaan bahan
Orsenigo, (2000) menyebutkan beberapa dimensi baku, pelaku-usaha dilakukannya dengan
knowledge, yaitu Pertama, knowledge berkolaboarasi dengan pemasok bahan baku.
dimungkinkan memiliki perbedaan derajat Begitu juga dengan pemasaran saluran distrubusi
aksesibilitas. Derajat aksesibilitas ini memiliki pemasarannya melalui pasar lokal antara lain
implikasi pada derajat perlindungan (pedagang pasar, pusat perbelanjaan pasar
appropriability. Kedua, tingkat akumulasi modern, maupun pusat oleh-oleh, dan lain-lain).
knowledge memiliki perbedaan pada kasus-kasus
tertentu, yaitu mengacu pada pengembangan Secara umum, pelaku usaha bandeng di
knowledge dengan didasarkan pada beberapa wilayah studi memiliki keunggulan
existing/current knowledge. berupa knowledge base yang dimiliki.
Knowledge base tersebut berkembang dari
Pelaku usaha bandeng olahan di daerah aktivitas turun temurun pada aktivitas budidaya
studi, yang telah tumbuh dan berkembang sejak maupun usaha bandeng. Aspek knowledge base
berdirinya usaha sampai sekarang telah mampu dalam aktivitas usaha bandeng ini menjadi dasar
mengembangkan produk-produk olahan bandeng bagi aktivitas learning pelaku usaha dalam
yang diproduksi. Keberhasilan tersebut terkait mengembangkan aktivitas-aktivitas lanjutan dari
dengan kemampaun dalam inovasi proses usaha bandeng yang dilakukan. Aktivitas
produksi maupun inovasi pemasaran yang learning yang terjadi pada masing-masing pelaku
dikembangkan. Knowledge base, aktivitas usaha bandeng tersebut melibatkan banyak aktor-
learning, dan aktivitas inovasi yang ditunjukan aktor lainnya. Aspek pasar berpengaruh besar
oleh pelaku usaha tidak terlepas dari kepiawaian dalam mendorong aktivitas pelaku usaha untuk
pelaku usaha dalam membangun aktivitas mampu mengembangkan aktivitas pembelajaran
learning. teknologi dan pengembangan produk. Elemen
sistem inovasi pada area sektor perikanan juga
Dari sudut pandang latar belakang pelaku berkontribusi dalam mendorong aktivitas
usaha mereka mampu menciptakan produk- learning pada pelaku usaha/industri bandeng di
produk berbasis bahan dasar bandeng. beberapa wilayah studi Perkembangan penguasan
Keberhasilan dalam meng-akumulasikan aplikasi-aplikasi teknologi pengolahan makanan
pengetahuan melalui proses pembelajaran yang dikuasasi oleh pelaku-pelaku usaha bandeng
(learning) berkelanjutan telah merealisasikannya tidak terlepas dari kontribusi dan aktivitas elemen
dalam mendukung aktivitas inovasi. Aktivitas sistem inovasi dalam mendorong perkembangan
pembelajaran secara berkesinambungkan telah pelaku usaha bandeng di lokasi studi.
mampu berinovasi dalam menghasilkan bandeng
olahan berbagai varian produk, dan telah mampu (7) The Main Processes and Coevolution
diproduksi dan dapat memenuhi permintaan
pasar. (lihat Tabel 5.2). Proses dan koevolusi, menurut Malerba
dan Mani (2009) menjadi bagian aktivitas sistem
Ketersediaan infrastruktur teknologi yang inovasi sektoral. Inovasi dapat diartikan sebagai
ada, serta dukungan sumber permodalan, dan proses interaksi sistemik mengakomodir atau
SDM yang dikelola, memberikan implikasi melibatkan elemen utama dan elemen-elemen
berupa potensi dan kemampuan berinovasi lainnya dan menghasilkan knowledge dalam
dalam proses produksi. Aktivitas inovasi upaya melakukan inovasi dan komersialisasi.
dilakukan dengan melibatkan sumber-sumber Dalam proses perubahan dan transformasi ini
inovasi internal maupun sumber inovasi eksternal berjalan sepanjang waktu menuju proses
yang diperoleh melalui program yang coevolution dari masing-masing elemen. Terkait
diadopsikan oleh perguruan tinggi, maupun peran dengan proses transformasi dan koevolusi,
fasilitator dari institusi terkait tentang pendalan Nelson (1994) dan Metcalfe (1998)
produk-produk baru. merepresentasikan keterhubungan antara aspek
teknologi, struktur industri, institusi-institusi,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 257
dan aspek pasar/demand. Terkait dengan peran di beberapa wilayah pesisir. Aktivitas industri
iptek dan inovasi, proses transformasi dan lanjutan dari aktivitas budidaya pun merupakan
koevolusi pada pelaku industri merelefleksikan bentuk-bentuk sederhana dari industri
proses pertumbuhan dan perkembangan pelaku pengolahan ikan. Komoditi dari petani tambak
industri dengan menempatkan elemen iptek dan langsung dibawa ke pasar-pasar dalam bentuk
inovasi sebagai elemen strategis. Motivasi, komoditi segar. Aktivitas pengolahan ikan.
strategi, dan aktivitas learning dan meningkatkan Industri pengolahan menghasilkan produk
kapabilitas teknologi pelaku industri dengan dengan kandungan teknologi rendah yaitu dengan
tujuan meningkatkan daya saing produk dan teknik perebusan dan pengasapan.
berkembangnya aktivitas dengan pertambahan
nilai ekonomi tinggi menjadi bagian penting dari Perkembangan teknologi dan pasar
pelaku ekonomi modern. berpengaruh pada perkembangan industri
bandeng. Teknologi autoclave untuk
Proses koevolusi yang terjadi pada menghasilkan produk berupa bandeng duri lunak
pelaku usaha bandeng olahan di empat daerah atau bandeng presto mendorong perkembangan
studi, dapat dicermati dengan tumbuh dan diferensiasi produk dan aktivitas industri
berkembangnya aktivitas kegiatan usaha pengolahan bandeng. Produk dan pasar
dibangun melalui kemampuan knowledge base selanjutnya berkembangsesuai dengan
dan aktivitas learning yang dilakukan. karakteristik dan dinamika perekonomian
Berkembangnya aktivitas usaha yang terbangun masyarakat lokal. Produk bandeng presto
dapat ditunjukkan dari kemampuan dalam misalnya identik dengan produk unggulan
mengembangkan keanekaragaman produk industri bandeng di wilayah semarang dan
badeng olahan. Hal ini, menunjukkan terjadinya sekitarnya. Perkembangan teknologi dan pasar
aktivitas pembelajaran dalam meningkatkan terus berkembang dan berpengaruh bagi
kapabilitas inovasi dan teknologi. Peningkatan perkembangan aktivitas industri dan salah
kapasitas teknologi dan aktivitas pembelajaran satunya pada industri bandeng. Perkembangan
diperlukan dalam mendukung perkembangan teknologi pengolahan makanan dalam kaleng
usaha dan seiring dengan kebutuhan dalam memberikan potensi pertambahan nilai ekonomi
melakukan perkembangan usaha. yang relatif dibanding aktivitas dengan
keterlibatan teknologi rendah. Aktivitas industri
Langkah dan upaya penting yang dapat pengolahan makanan kaleng dari perikanan
disikapi pemerintah daerah dalam mendorong misalnya menghasilkan diferensiasi aktivitas dari
tumbuh dan berkembangnya industrialiasi hasil hulu sampai dengan hilir. Produk yang dihasilkan
perikanan tangkapan laut dan perikanan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan pasar
budidaya, dengan menjembati memperkenalkan yang lebih luas.
proses-proses inovasi pengolahan, guna
menghasilkan produk-produk olahan yang Pasar dan teknologi pengolahan makanan
bernilai ekonomi. Adapun mendorong sistem dalam kaleng ini mulai mengarahkan pelaku
inovasi sektoral di industri pengolahan bandeng usaha bandeng untuk menuju ke aktivitas industri
beberapa langkah yang ditempuh dapat dilakukan pengalengan bandeng. Beberapa pelaku usaha
dengan peningkatan kemampuan pelaku usaha, sudah memulai melakukan aktivitas menuju skala
dilakukan melalui pembinaan/pelatihan. industri pengalengan bandeng. Elemen sistem
Kebijakan melalui program pembinaan/ inovasi berperan dalam mendorong
pelatihan, bantuan teknis promosi dan pemasaran, perkembangan pelaku-pelaku usaha bandeng ini
bantuan peralatan untuk peningkatan dan untuk masuk pada industri dengan skala industri
efisiensi produksi. Sektor budidayadan industri dengan keunggulan teknologi. BBP2HP dan UPT
pengolahan bandeng berkembang dari pola BPPTK LIPI melakukan kerjasama dalam
tradisioonal menuju ke industri moderen. Pada mengembangkan produk bandeng dalam kaleng.
awalnya budidaya bandeng merupakan aktivitas Diseminasi teknologi proses dilakukan pada
perikanan budidaya yang bersifat turun temurun pelaku-pelaku usaha bandeng.

258 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Proses perkembangan aktivitas industri Evolusi produk olahan bandeng selaras
pada produk-produk makanan dari ikan dengan perkembangan kapabilitas learning dan
tergambar dari aktivitas Madani Food yang kapabilitas teknologi pelaku usaha dalam
mengembangkan produk aneka makanan dari merespons permintaan pasar. Produk olahan
ikan laut.Perusahaan berkembang dari UD bandeng bervariasi dari produk dengan teknologi
produk-produk ikan laut. Perusahaan selanjutnya sederhana sampai dengan teknologi tinggi seperti
berkembang menjadi sebuah perusahaan yang halnya produk bandeng dalam kaleng. Aktivitas
memproduksi aneka makanan dari ikan laut. industri dengan melibatkan teknologi tinggi
Infrastruktur yang dimiliki oleh Madani Food seperti bandeng dalam kaleng perlu
menggambarkan bentuk perusahaan modern dikembangkan untuk memanfaatkan potensi
dalam industri pengolahan makanan. Khusus bandeng yang ada dan mempu menggerakkan
untuk komoditi bandeng, Madani Food memiliki diferensiasi aktivitas dengan pertambahan nilai
target dalam memproduksi bandeng kaleng. Pola ekonomi lebih tinggi.
kerjasama antara Madani Food dengan pelaku
usaha lokal menggambarkan bagaimana Elemen sistem inovasi selama ini
pentingnya network dalam mendukung aktivitas berkontribusi dalam proses evolusi produk dari
industri. Kerjasama antara Madani Food dengan bandeng dari produk dengan teknologi sederhana
pelaku usaha lokal ini dilakukan dengan menuju aktivitas pengembangan produk dengan
pembimbingan, pendampingan, dan bahkan muatan teknologi maju. Diseminasi produk
melakukan difusi-difusi teknologi kepada pelaku bandeng dalam kaleng dengan teknologi
usaha lokal. Saat ini Madani Food memiliki sterilisasi seperti yang dikembangkan oleh UPT
kemampuan dalam menyediakan beberapa sarana BP2TK LIPI menjadi gambaran peran elemen
(boiler, autoclave, dan seamer) produksi yang sistem inovasi dalam mendukung perkembangan
diperlukan oleh pelaku usaha kecil dalam industri pengolahan bandeng kaleng. Aspubi
aktivitas pengalengan makanan. Kasus sebagai wadah pelaku usaha bandeng berperan
perkembangan PT MF sebagai salah satu penting dalam mendukung perkembangan
produsen makanan olahan dari ikan laut menjadi industri bandeng di Indonesia. Lingkup aktivitas
gambaran pentingnya aktivitas learning dan ASPUBI meliputi aktivitas di di tingkat budidaya
aktivitas peningkatan kapabilitas teknologi dalam bandeng, aktivitas di lingkungan industri, dan
membangun daya saing dan keberlanjutan aktivitas terkait dengan pemasaran. Dari studi
aktivitas indsutri yang dilakukan. kasus yang telah dilakukan oleh studi ini,
beberapa pelaku usaha bandeng di beberapa
IV. PENUTUP sentra industri mampu berkembang dengan peran
Aktivitas industri pengolahan makanan serta ASPUBI di dalamnya. Pengembangan
berbasis bandeng saat ini masih didominasi industri bandeng dengan konsep klaster yang
aktivitas turun temurun dengan produk yang telah dikembangkan ASPUBI memberikan peluang
umum dan berkembang di pasar. Pelaku usaha keterlibatan aktivitas pelaku industri dengan
pengolahan makanan pada umumnya masih elemen- sistem inovasi terkait. Pelaku indusri
berbentuk pelaku usaha kecil dan menengah pengolahan akan berinteraksi dengan pelaku
seperti beberapa pelaku pada beberapa sentra budidaya di hulu, antar pelaku industri, pelaku
yang menjadi obyek studi. Penguasaan teknologi industri dengan pasar, dan pelaku industri dengan
pada pelaku UKMK ini terbatas pada jenis elemen sistem inovasi.
teknologi sederhana dan tepat guna. Hal ini juga
Terkait dengan perlunya kemampuan
tercermin dari jenis-jenis produk yang dihasilkan
inovasi pada pelaku usaha bandeng di Indonesia,
berupa aneka olahan bandeng yang telah dikenal
beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:
secara luas seperti bandeng presto, otak-otak
bandeng, bandeng asap, bandeng cabut duri, 1) Meningkatkan peran ASPUBI dalam
rolade bandeng, sate bandeng, pepes bandeng, melakukan koordinasi antara pelaku
kerupuk bandeng, dan beberapa produk lainnya. budidaya, produsen, dan sektor pasar.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 259
2) Meningkatkan peran elemen sistem inovasi kedalam aktivitas ekonomi yang mampu
dalam melakukan diseminasi produk dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
teknologi proses produksi kepada pelaku
usaha bandeng dan investor untuk DAFTAR PUSTAKA
mendorong pertumbuhan industri
pengolahan makanan berbasis bandeng
Malerba, F dan Sunil Mani. 2009. Sectoral
dengan teknologi modern.
Systems of Innovation and Production in
3) Terkait dengan penguasaan teknologi pada Developing Countries. Actors, Structure
pelaku usaha bandeng, pemerintah perlu and Evolution. Edward Elgar.
melakukan investasi teknologi proses
Masterplan Percepatan dan Perluasan
pengolahan makanan modern yang dapat
Pembangunan Ekonomi Indonesia
diakses oleh pelaku usaha bandeng.
(MP3EI) 2011-2025.
4) Program-program pemerintah terkait dengan
Nelson, R.R. 1993. National Innovation Systems:
peningkatan kapabilitas teknologi dan
A Comparative Analysis. New York, NY:
inovasi perlu dilakukan kepada pelaku usaha
Oxford University Press.
bandeng di Indonesia.Program-program
tersebut meliputi program peningkatan Statistik Ekspor Hasil perikanan 2011,
penguasaan teknologi proses pengolahan Kementerian Keluatan dan Perikanan.
makanan modern dan program peningkatan http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c
pengetahuan dan kemampuan pelaku /50/Statistik-Ekspor-Hasil-Perikanan-
industri dalam sertifikasi produk. 2011-Buku-2/
5) Dukungan promosi dan informasi untuk Statistik Impor Hasil Perikanan Tahun 2011 -
menggerakkan permintaan pasar bandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan,
perlu dilakukan oleh pemerintah. Program http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c
ini ditujukan untuk memberikan /51/Statistik-Impor-Hasil-Perikanan-
pengetahuan kepada konsumen bahwa 2011/?category_id=3
bandeng memiliki keunggulan nutrisi dan
setara dengan produk aneka makanan ikan Statistik Perikanan Budidaya Tambak Tahun
impor yang telah berkembang di pasar. 2011, Ditjen Perikanan Budidaya (Ditjen
PB) –
Lima butir tersebut di atas dipandang perlu KKP.http://statistik.kkp.go.id/index.php/s
untuk mendorong pertumbuhan pelaku industri tatistik/c/9/0/0/0/0/Statistik-Perikanan-
bandeng di Indonesia. Peningkatan kapabilitas Budidaya-Tambak/
teknologi perlu terus dilakukan oleh pelaku usaha
bandeng untuk mendukung kemampuan inovasi Statistik Pemasaran Hasil Perikanan Budidaya
dan mampu bersaing dalam memenuhi tuntutan Tahun 2011, Ditjen P2HP.
pasar. Dukungan pemerintah dan elemen sistem www.statistik.kkp.go.id/index.php/statisti
inovasi terkait berperan dalam mempersiapkan k/c/78/0/0/0/0/Statistik-Pemasaran-Hasil-
kemampuan pelaku-pelaku industri bandeng Perikanan/
dalam menguasai teknologi modern proses
pengolahan makanan dan inovasi produk sebagai Sugiyono. 2006.Metode Penelitian Pendidikan
aspek penting dalam menjaga daya saing dan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
keberlangsungan aktivitas usaha mereka di pasar. R&D). Bandung: ALFABETA.
Berkembangnya aktivitas industri pengolahan Winarsih, W. H., Priyambodo, Rahardjo, T. dan
bandeng di Indonesia menjadi perwujudan Husein, A. 2011. Pengembangan
pemanfaatan potensi Indonesia sebagai salah satu Budidaya dan Teknologi Pengolahan
produsen komoditi bandeng terbesar di dunia Bandeng Serta Distribusinya Sebagai

260 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sumber Ekonomi Masyarakat Di Jawa
Timur. Jurnal Cakrawala Vol. 5: 1-14

World Review of Fisheries and Aquaculture,


FAO, 2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapakan terima kasih kepada


Kepala Balai Besar Pengendalian dan
Pengembangan Hasil Perikanan (BB2HP)-
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan-Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Pelaku usaha dan produsen
(petambak/usaha perikanan budidaya komoditi
bandeng), sentra Kabupaten Kendal, Gresik,
Sidoarjo, yang telah bersedia sebagai narasumber
pada penelitian ini. Bapak Faiz Munfaizin, selaku
Ketua Asosiasi Pengusaha Usaha Bandeng
Indonesia (ASPUBI), UPT BP2TK-LIPI
Yogyakarta, dan Bapak Sayim Dolant yang
berkontribusi dalam melakukan penelitian terkait
dengan aktivitas industri pengolahan makanan
berbahan dasar komoditi bandeng pada tahun
2014.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 261
Lampiran:

1. Persiapan pengolahan (pemotongan 2. Pengisian kaleng dengan bumbu dan


bandeng dan peracikan bumbu) bandeng bandeng pada kemasan kaleng 200 ml
sebelum pengalengan

3. Proses pemanasan pada mesin autoclave 4. Proses penghampaan udara dengan mesin
seamer

5. Proses pendinginan (cooling) dan 6. Hasil dari produk olahan bandeng dalam
pengemasan (packing) dalam kemasan kaleng dan pemeriksaan tekstur dan
karton kekentalan bumbu

262 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Kolaborasi ABGC Dalam
Memperkuat Sistem
Inovasi Daerah, Nasional
dan Internasional
Interaksi Industri dengan Lembaga Litbang Pemerintah
Analisis Perspektif Industri
(Studi Kasus: Industri Teknologi Pengolahan Air Bersih di
Indonesia)

The Interaction of Industry and Government’s R&D Institutions


Industry Perspective Analysis
(Case Study: Clean Water Treatment Technology Industry in Indonesia)

Rendi Febrianda dan Nur Laili


1Pusat Penelitian Perkembangan IPTEK (PAPPIPTEK)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Keyword ABSTRACT
Industry, Research and Weak intension and interaction between industry and R&D institutions
Development, Interaction, Science become one of constraint factors for the application of science and
and Technology technology. This paper aims to provide an overview about the phenomenon
of interaction between industry and R&D institutions specialized in the
sector of clean water treatment technology. Data and information were
collected by questionnaire to 45 water treatment technology companies in
Indonesia which are then analyzed descriptively. The results showed that
the preferred form of communication between companies and R&D
institutions is informal or personal communication. The publications of
R&D institutions are considered have no commercial value and only appear
on limited form such as journals. The companies wish for the guidelines of
technology application that have been adapted to the local conditions of
Indonesia.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Industri, Litbang, Interaksi, Iptek Interaksi yang lemah antara industri dengan lembaga litbang menjadi salah
satu faktor penghambat penerapan iptek. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan gambaran (preview) bagaimana fenomena interaksi yang
terjadi antara industri dengan lembaga litbang dalam kegiatan alih ilmu
pengetahuan dan teknologi khusus dalam bidang teknologi pengolahan air
bersih. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner terhadap 45
perusahaan teknologi pengolahan air bersih di Indonesia yang kemudian
dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa bentuk komunikasi
yang disukai antara perusahaan dan lembaga litbang adalah komunikasi
informal. Hasil riset lembaga litbang dianggap belum memiliki nilai jual
dan publikasi riset juga masih terbatas dalam bentuk jurnal. Perusahaan
sangat menginginkan pedoman-pedoman teknologi dan instalasi yang telah
disesuaikan dengan kondisi dalam negeri.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 263
PENDAHULUAN teknologi pada industri teknologi pengolahan air
bersih di Indonesia, salah satunya adalah kendala
Saat ini, tidak sedikit persepsi masyarakat
pengetahuan.
yang mengatakan bahwa air adalah barang sosial
(public goods) yang tersedia dan bisa didapatkan Sudah menjadi informasi umum bagi
secara gratis, padahal umumnya sumber daya air kalangan komunitas ilmiah bahwa jejaring dan
masih dalam kondisi belum layak konsumsi interaksi yang lemah antara peneliti dan lembaga
bahkan tercemar disebabkan oleh berbagai hal litbang sebagai penghasil dan pengembang iptek
terutama di wilayah perkotaan. Disatu sisi upaya dengan industri sebagai pengguna iptek
konservasi terus digalakkan untuk pengelolaan merupakan salah satu faktor penghambat
sumber daya air yang berkelanjutan, namun disisi penerapan iptek di Indonesia. Dewan Riset
lain kebutuhan akan air bersih terus meningkat dan Nasional (DRN) telah menaruh perhatian terhadap
tidak bisa menunggu dalam waktu yang lama masalah ini melalui hasil penelitian yang
sehingga solusi pengolahan air berbasis teknologi dilakukan oleh Amalia et al (2011) mengenai
sangat diperlukan dan menjadi pilihan untuk “Interaksi Peneliti dan Industri Dalam Rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat. Implementasi Hasil Riset” yang mengkaji
berbagai model dan dinamika interaksi antara
Indonesia memiliki cukup banyak perusahaan
industri dan lembaga litbang dengan beberapa
yang bermain di dunia industri teknologi
studi kasus yaitu industri barang konsumsi,
pengolahan air bersih. Setiap perusahaan memiliki
industri energi terbarukan, dan industri kreatif.
karakter pasar tersendiri, mulai untuk daerah
Namun dalam penelitian tersebut belum
terpencil (marginal), daerah perkotaan, industri,
membahas kasus pada industri teknologi
pusat niaga, daerah pariwisata termasuk juga
pengolahan air bersih. Teknologi pengolahan air
PDAM. Disamping pihak swasta, pemerintah
bersih memang masih belum merupakan objek
memiliki lembaga litbang seperti Lembaga Ilmu
industri yang memiliki nilai komersial yang tinggi
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian
sementara kebutuhan dan permintaan (demand)
dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Pusat
air bersih sangat tinggi. Maka dari itu dalam
Penelitian dan Pengembangan Permukiman
konteks penerapan dan pengembangan iptek di
(Puslitbangkim) Kementerian Pekerjaan Umum
industri teknologi pengolahan air bersih, makalah
yang memiliki kemampuan didalam penelitian
ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran
dan pengembangan teknologi pengolahan air
(preview) bagaimana kondisi interaksi antara
bersih (Fizzanty et al, 2014). Sebagai lembaga
industri teknologi pengolahan air bersih dengan
litbang pemerintah yang akan menuju World Class
lembaga litbang pemerintah. Batasan dari studi ini
Research and Development (R&D) Institutions,
adalah analisis yang hanya dibangun dari cara
alih pengetahuan dan teknologi, kontrak
pandang dan persepsi industri dengan maksud
kerjasama dengan industri, dan kemampuan
untuk memperluas pemahaman dari sisi industri.
mengoptimalkan unit industri adalah tugas dan
Sementara itu, dasar atas pemilihan persepsi
kriteria yang harus dicapai. Undang-undang
industri terhadap lembaga litbang pemerintah
nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Inovasi
karena lembaga litbang milik pemerintah
Nasional (SINas) juga memberikan landasan
memiliki nilai produktifitas teknologi yang lebih
hukum yang bertujuan untuk memperkuat daya
tinggi bila dibandingkan dengan lembaga litbang
dukung iptek bagi keperluan mempercepat
non-pemerintah atau swasta (Mulyanto, 2014).
pencapaian tujuan negara melalui strategi
pengembangan teknologi yang mampu KERANGKA KERJA
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
OECD (2007) menyatakan bahwa Sistem
industri dan masyarakat (Lakitan, 2009).
Inovasi Nasional (SINas) berpusat pada 4 aliran
Kenyataannya tugas dan kriteria serta tujuan dari
informasi dan pengetahuan, salah satunya adalah
SINas tersebut belum terlaksana dan tercapai
interaksi industri dengan lembaga penelitian dan
dengan baik. Febrianda et al (2014) menarik
pengembangan. Bentuk dari interaksi tersebut
kesimpulan bahwa masih banyak kendala yang
terjadi didalam pengembangan dan inovasi

264 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
adalah melakukan kolaborasi riset, akses terhadap melakukan kegiatan R&D sendiri dalam rangka
publikasi, serta komunikasi formal dan informal. meningkatkan dan mempertahankan daya saing
(McGahan & Porter, 1997). Tetapi, tidak semua
perusahaan memiliki kapasitas dan kapabilitas
untuk melakukan R&D secara internal. Untuk
dapat melakukan kegiatan R&D, suatu perusahaan
harus memiliki sumber daya yang cukup baik dari
segi kemampuan SDM, finansial, maupun fasilitas
teknis lainnya. Keterbatasan sumber daya inilah
yang idealnya bisa dibantu oleh lembaga litbang
pemerintah untuk menunjang kebutuhan R&D
perusahaan.

Data hasil survei (lihat gambar 2)


Gambar 1. Kerangka Kerja Bentuk Interaksi Industri
menunjukkan sekitar 17% dari total perusahaan
dengan Lembaga Litbang (OECD, 2007).
memiliki interaksi dengan lembaga litbang
pemerintah, namun lebih kecil bila dibandingkan
dengan pihak lainnya. Sebagian besar perusahaan
METODE PENELITIAN
melakukan kegiatan R&D dengan kemampuan
Makalah ini ditulis berdasarkan data hasil pembelajaran sendiri berdasarkan masukan dari
kegiatan penelitian kompetitif Lembaga Ilmu pelanggan dan perusahaan pemasok teknologi itu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2014 yang sendiri (pihak lainnya 21%). Hal ini dapat dilihat
berjudul “Model Pengembangan Kemampuan dari pernyataan salah satu responden berikut ini.
Inovasi Teknologi Untuk Penciptaan Industri Air “Tidak ada, karena langsung di engineering.
Bersih Di Indonesia”. Pengumpulan data Kalau litbang, kita kerjasama dengan mereka
dilakukan pada tahun 2014 dengan metode yang jualan produk, jadi dari barang ini
kuesioner terhadap 45 perusahaan teknologi hasilnya begini”
pengolahan air bersih di Indonesia. Populasi
perusahaan berasal dari database sertifikasi
Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum
sebagai institusi yang berwenang dalam
memberikan lisensi teknologi pengolahan air serta
Penelusuran Website. Responden yang berasal
dari perusahaan-perusahaan yang memiliki
interaksi dengan lembaga litbang pemerintah
terdiri dari direktur utama, direktur teknik dan
konstruksi, manajer teknik dan manajer proyek.
Pendalaman data didapat melalui interview
dengan responden dari masing-masing perusahaan
yang memiliki hubungan atau interaksi dengan
lembaga litbang pemerintah. Data tersebut
merupakan pemikiran, atau persepsi atau
pengalaman perusahaan terhadap lembaga litbang Gambar 2. Pihak-pihak yang berinteraksi dengan industri
dalam aktifitas R&D
pemerintah. Analisis dilakukan secara deskriptif
yang kemudian dibahas dengan hasil studi-studi Data yang berasal dari perusahaan yang
lainnya. memiliki interaksi dengan lembaga litbang (17%)
akan dijabarkan lebih lanjut dengan menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
beberapa kutipan asli untuk memperlihatkan
Perusahaan sebenarnya dapat memutuskan persepsi atau pengalaman langsung dari
untuk berinvestasi dan berinovasi dengan responden.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 265
1. Komunikasi Formal dan Informal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bila dilihat dari studi-studi yang pernah dilakukan
Interaksi seyogyanya merupakan suatu
sebelumnya mengenai komunikasi antara industri
tindakan untuk saling mempengaruhi dengan
dengan lembaga litbang, salah satu faktor yang
tujuan menghasilkan hubungan tetap dan pada
menyebabkan ketidakpuasan industri dan
akhirnya membentuk struktur sosial
ketidakmulusan komunikasi dalam melakukan
(Murdiyatmoko & Handayani, 2004). Interaksi
konsultasi dengan lembaga litbang adalah akses
dan komunikasi yang terjalin antara perusahaan
yang sulit (Gulbrandsen & Smeby, 2005; Fontana
dengan lembaga litbang pemerintah ternyata
et al, 2006). Industri merasa rumitnya akses ke
terjalin secara informal dan biasanya hanya
peneliti disebabkan karena birokrasi lembaga
berbentuk komunikasi antar individu
litbang yang dirasa cukup sulit. Namun demikian,
(interpersonal) seperti pernyataan salah satu
disisi lain komunikasi informal antara praktisi
responden berikut ini:
industri dan peneliti menurut beberapa ahli justru
“Secara formal tidak ada, namun kalau merupakan bibit terciptanya kemitraan, kerjasama
langsung ke personalnya ada, biasanya dan kontrak (Price, 1963; Edge, 1979; Katz &
dengan universitas. Kalau BPPT biasanya Martin, 1997). Liew et al (2012) juga menyatakan
karena teman secara personal, bukan karena bahwa salah satu faktor yang juga menjadi kunci
institusinya. Maksudnya sih biar cepat. kesuksesan didalam interaksi dan kolaborasi
Alasannya sebetulnya karena biar cepat saja, antara industri dengan lembaga litbang adalah
untuk konsultasi, bisa via telepon” strategi dan taktik pendekatan komersial dari
lembaga litbang sebagai tempat media bimbingan.
Komunikasi adalah proses seorang Oleh karena itu, tingkat komunikasi interpersonal
komunikator menyampaikan stimulus dalam yang telah terjalin antara perusahaan dengan
bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau lembaga litbang seharusnya telah memiliki
membentuk perilaku orang lainya atau khalayak potensi yang baik terhadap bentuk kemitraan lebih
(Hovland et al, 1982). Sehubungan dengan lanjut yang mungkin bisa melahirkan inovasi dan
interaksi industri dengan lembaga litbang, pengembangan teknologi dalam negeri.
komunikasi yang efektif berperan penting dalam
terciptanya aliran dan perkembangan informasi 2. Publikasi
dan pengetahuan sehingga muncul inovasi-inovasi
“Sulit mendapat informasi teknologi dalam
baru yang kemudian bisa berkontribusi terhadap
negeri, peneliti tidak memperhatikan
daya saing industri serta pembentukan dan
manfaat hasil riset”
penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas)
(Freeman, 1987; Lundvall, 1992 ; Nelson, 1993; “Pengetahuan yang dimiliki terbatas hanya
OECD, 1997). Komunikasi itu sendiri bisa berdasarkan jurnal”
diklasifikasikan menjadi lima tingkat yaitu
“Pedoman di Indonesia masih jarang,
komunikasi intrapersonal, komunikasi
banyak mengacu pada luar negeri dimana
interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi
ada produk yang tidak sama, sehingga
organisasi, komunikasi massa (publik) atau
kesulitan mengikuti yang mana”
komunikasi internasional (Ruben & Stewart,
1998). Pernyataan diatas merupakan tiga kutipan
persepsi dan pandangan perusahaan mengenai
Tingkat komunikasi antara perusahaan-
publikasi ilmiah dari dalam negeri khususnya dari
perusahaan teknologi pengolahan air dan lembaga
lembaga litbang pemerintah. Berdasarkan
litbang pemerintah masih berada pada tingkat
pernyataan responden, konten persepsi pertama
komunikasi interpersonal. Komunikasi informal
yang muncul adalah manfaat hasil riset.
yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk
Penggunaan istilah “manfaat” dalam pernyataan
mencari partner yang bisa diajak untuk diskusi dan
diatas memiliki arti yang luas dan berbeda. Bagi
berkonsultasi dalam kegiatan pengembangan atau
industri istilah tersebut memiliki makna
juga sekedar melihat dan mencari tahu
applicable atau implementable dan bermanfaat

266 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
bagi industri karena memiliki nilai jual, sedangkan (Rast et al, 2012). Kontrak kerjasama dalam
bagi peneliti istilah itu cenderung memiliki arti kegiatan R&D antara industri dengan lembaga
sebagai kontribusi terhadap perkembangan dunia litbang terbukti mampu meningkatkan kapabilitas
ilmu pengetahuan. Kementerian Riset dan teknologi industri di negara-negara berkembang
Teknologi dan Dewan Riset Nasional (2010) (Sobankea et al, 2014). Lembaga litbang
membagi empat kategori penelitian berdasarkan pemerintah yang telah memiliki kolaborasi riset
jenis penelitian dan hasil yang didapatkannya, dengan swasta adalah Puslitbangkim Kementerian
yaitu Riset Dasar (Basic Research), Riset Terapan Pekerjaan Umum seperti salah satu kutipan
(Applied Research), Peningkatan Kapasitas responden berikut ini:
Produksi (Production Capacity Enhancement),
“Kita kerjasama dengan puslitbangkim.
Difusi dan Pemanfaatan (Diffusion and
Desainnya dari puslitbangkim. Kami itu
Utilization). Menurut Lee (1996), riset dasar
perusahaan yang mau bikin contoh dan
berpotensi terhadap terciptanya paten-paten baru
mengutak atik. Seperti dulu kita disuruh
yang lebih tinggi dibanding riset terapan.
mengutak atik masalah rafing, coba bisa
Banyaknya paten baru dapat menaikkan akreditasi
jalan atau tidak. Akhirnya dari hasil tadi kita
suatu lembaga penelitian. Oleh karena itu, hasil
tulis kemudian kita tunjukkan hasilnya.
publikasi ilmiah dari lembaga litbang seringkali
Mereka nilai itu berhasil, akhirnya disuruh
belum sesuai dengan kebutuhan industri. Bahkan
bikin yang skalanya besar”
seringkali substansi dari publikasi ilmiah lembaga
litbang dianggap masih terlalu prematur dan masih Disisi lain perusahaan yang tidak memiliki
harus melewati pengembangan-pengembangan, kerjasama dengan lembaga litbang pemerintah
modifikasi dan desain lebih lanjut agar memiliki mengatakan bahwa mereka lebih percaya
nilai komersialitas dan daya jual. melakukan kerjasama dengan pihak dari luar
negeri yang sudah terbukti sisi komersialisasinya
Konten persepsi kedua yang muncul
seperti pernyataan responden dibawah ini:
selanjutnya adalah bentuk publikasi terbatas
hanya berbentuk jurnal. Publikasi pada suatu “Kita sering undang vendor, jadi pertama
penerbitan jurnal merupakan salah satu pilihan jujur kita ambil dari luar, artinya teknologi
diseminasi hasil penelitian dan menjadi hal yang itu kita ambil dari yang sudah mapan, ketika
umum di kalangan peneliti atau akademisi kita beli ke mereka yah itu ada transfer
(Jensen, 2002). Hanya saja, industri sebagai teknologi. Kita banyak kerjasama, untuk
pengguna tidak membaca publikasi dalam bentuk membrane kita kerjasama dengan dari
jurnal (Ball & Rigby, 2006). Bahasa ilmiah yang Belanda, untuk UF kita dengan Jepang,
digunakan dalam penerbitan jurnal juga sedikit untuk RO kita ada dari Amerika”
sulit untuk dipahami dan hanya menarik bagi
kalangan akademisi. Pihak peneliti terutama “Sebetulnya kami sama juga dengan
lembaga litbang harus berinovasi dalam perusahaan lain, kami tidak menciptakan,
penyusunan strategi diseminasi riset (Carpenter, misalnya ada nih sekarang kami belum
2007). Perusahaan juga terlihat mengalami launching namun sudah ada pembicaraan
kesulitan dalam menemukan pedoman dengan pihak luar. Dan nah sekarang kami
penggunaan teknologi yang sesuai dengan kondisi sedang mencoba. Kerjasama dengan luar,
Indonesia. Salah satu istilah yang mungkin bisa dengan Belanda. Secara teknologi di
dipakai adalah localization, yaitu penyesuaian Indonesia kan agak kurang cepat. Dan
produk atau teknologi dengan kondisi dalam memang kita itu kalah support, kalau mulai
negeri. dari nol yah sulit. Kenapa China bisa cepat?
Karena mereka tidak dari nol, yang penting
3. Kolaborasi Riset disana ada nilai ekonomis yang bisa
dimunculkan. China mana ada dia
Kerjasama dan kolaborasi R&D adalah
menciptakan sendiri, yang ada kan
kegiatan untuk berbagi pengetahuan dengan
melakukan riset dan pengembangan bersama

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 267
mengambil dari luar, tapi sekarang apa-apa Syarat utama untuk mendapatkan lisensi tersebut
bisa dibuat di China” adalah konsep dan prototipe teknologi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Liew et al (2013) menyatakan bahwa hanya 20
% dari kegiatan kerja sama/kontrak R&D antara Hasil penelitian dari Mirabent et al (2015) dan
industri dan lembaga litbang yang sukses Isabel et al (2013) menunjukkan pentingnya peran
menghasilkan produk dengan nilai komersial dari lembaga transfer (Technology Transfer
yang tinggi. Hal ini terjadi disebabkan masih ada Office/TTO) yang bertanggung jawab sebagai
perbedaan harapan (expectation) dan kebutuhan penggerak (driver), intermediator, dan
(requirement) antara kedua belah pihak. Industri administrator untuk menghasilkan kerja
menginginkan produk yang memiliki nilai sama/kontrak R&D/proyek yang sukses sehingga
ekonomi tinggi serta komersil (siap pakai) perbedaan kebutuhan dan harapan tersebut dapat
sedangkan produk litbang lokal biasanya masih dihindari. Lembaga ini juga bisa disebut sebagai
dalam bentuk protipe (skala kecil). Tidak heran lembaga intermediasi. Lembaga intermediasi
jika kerjasama dengan perusahaan lain atau merupakan organisasi yang menurut Howells
kerjasama dengan pihak dari luar negeri lebih (1999) menitik-beratkan pada jasa yang berperan
diminati. Hasil survei memperlihatkan bahwa, dalam proses intermediasi riset, inovasi dan
seluruh perusahaan dalam negeri hanya pengembangan teknologi. Lembaga intermediasi
merancang, membuat desain dan merakit ini turut berperan dalam proses manajemen
(assembly) unit-unit teknologi menjadi instalasi inovasi dalam suatu perusahaan (Czarnitski &
pengolahan air bersih (IPA), hampir seluruh Spielkamp, 2000; Howells, 2006). Lembaga
bagian teknologi diimpor dari luar kecuali bagian- intermediasi dapat memberikan fasilitasi terhadap
bagian sederhana seperti perpipaan (Fizzanty et al, industri dan lembaga litbang dalam pencarian
2014). Nilai jual perusahaan terdapat pada peluang serta identifikasi ancaman terhadap
rancangan desain instalasi, layanan servis dan kegiatan atau aktifitas kedua belah pihak. Salah
untuk beberapa kasus seperti unit PDAM di satu cara, misalnya, adalah dengan diskusi atau
wilayah terpencil, perusahaan juga melakukan berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui
pendampingan serta transfer pengetahuan suatu forum yang diinisiasi oleh lembaga
terhadap para personil teknis PDAM. Keputusan intermediasi sebelum berlanjut kedalam
perusahaan dalam memilih sektor hilir dengan implementasi kontrak/proyek.
dukungan para pemasok ternama merupakan
KESIMPULAN
keputusan rasional bila dibandingkan dengan
resiko perusahaan untuk melakukan riset-riset Hasil survei menunjukkan 17 % dari total
teknologi baru. populasi perusahaan yang bergerak dalam bidang
teknologi pengolahan air bersih di indonesia sudah
Bentuk kerjasama lain yang saat ini sudah
memiliki interaksi dengan lembaga litbang
dilakukan oleh industri teknologi pengolahan air
pemerintah Sebagian besar perusahaan lainnya
bersih di Indonesia dengan lembaga litbang
melakukan kegiatan pengembangan (R&D) secara
pemerintah adalah lisensi atau sertifikasi
mandiri dengan masukan dari pelanggan dan
teknologi unit instalasi pengolahan air (IPA).
pemasok. Berdasarkan persepsi responden yang
Lisensi dan sertifikasi ini dilakukan oleh
disusun didalam kerangka studi, tiga poin utama
pemerintah melalui Puslitbangkim Kementerian
sebagai gambaran (overview) interaksi industri
PU. Izin resmi untuk mengomersialisasikan dan
teknologi air bersih dengan lembaga litbang
standardisasi sebuah produk adalah target dari
pemerintah adalah sebagai berikut:
sebuah lisensi. Data hasil survei yang dilakukan
tahun 2014 menyebutkan ada 35 perusahaan a) Bentuk komunikasi yang disukai antara
teknologi pengolahan air di Indonesia yang sudah perusahaan dan lembaga litbang adalah
memiliki lisensi dari pemerintah melalui komunikasi informal dan personal yang
Puslitbangkim Kementerian PU (Fizzanty dkk, dianggap lebih mudah.
2014). Lisensi ini penting bagi perusahaan untuk b) Hasil riset lembaga litbang belum
mengikuti proyek atau tender dari pemerintah. memiliki nilai jual dan publikasi riset juga

268 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
masih terbatas dalam bentuk jurnal. Edge, D. (1979). Quantitative Measures of
Perusahaan juga menginginkan pedoman- Communication in Science: A Critical
pedoman teknologi dan instalasi yang Review. History of Science, 17: 102-134.
telah disesuaikan dengan kondisi dalam
negeri (localization). Febrianda, R. (2014). Kendala Inovasi Industri
c) Lembaga litbang yang telah memiliki Teknologi Air Bersih di Indonesia.
kerja sama riset dengan perusahaan dalam Prosiding Forum Tahunan Pengembangan
negeri adalah Puslitbangkim Kementerian Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan
Pekerjaan Umum, namun sebagian besar Inovasi Nasional (IV).
perusahaan hanya melakukan modifikasi
berdasarkan kemampuan sendiri dan Fizzanty, T dkk. (2014). Laporan Penelitian
masukan dari pemasok dari luar negeri. Proyek Kompetitif ‘Model
Salah satu saran dan upaya yang bisa Pengembangan Kemampuan Inovasi
dilakukan adalah menjalin komunikasi dan kerja Teknologi Untuk Penciptaan Industri Air
sama yang lebih aktif dengan melibatkan industri Bersih Di Indonesia’, PAPPIPTEK LIPI,
secara langsung dalam perencanaan kegiatan Jakarta.
R&D untuk mempertemukan celah antara
Fontana, R., A. Geuna, Matt, M. (2006). Factors
pemasok pengetahuan dengan industri.
affecting university-industri R&D
UCAPAN TERIMA KASIH projects: The importance of searching,
screening and signalling. Research Policy,
Ucapan terima kasih diberikan kepada Dr. 35, 309-323.
Trina Fizzanty selaku koordinator dan seluruh
anggota tim kegiatan penelitian kompetitif LIPI Freeman, C. (1987). Technology and Economic
tahun 2014 dengan judul “Model Pengembangan Performance: Lessons from Japan,
Kemampuan Inovasi Teknologi Untuk Penciptaan London: Pinter.
Industri Air Bersih Di Indonesia” atas izin Gulbrandsen, M. & J.C. Smeby. (2005). industri
penggunaan data dan dukungannya dalam funding and university professors
penyelesaian penulisan makalah ini. research performance. Research Policy,
DAFTAR PUSTAKA 34, 932-950.

Hovland, C.I. Janis dan Kelley, H. (1982).


Amalia, M, Pawennei, I.A, Anggara,R.A, Tanaya,
Communication and persuasion:
J, Nugroho, Y. (2011). Interaksi Peneliti
psychological studies of opinion change,
Dan Industri Dalam Rangka Implementasi
Connecticut: Greenwood Press.
Hasil Riset. Jakarta: Penerbit Dewan Riset
Nasional. 180 hlm. Howells, J. (1999). Research and technology
outsourcing and innovation systems: an
Ball, D.F. & J. Rigby. (2006) Disseminating
exploratory analysis. ndustri and
research in management of technology:
Innovation, 6, 111-129.
journals and authors. R&D Management,
36,205-215. Howells, J. (2006). Intermediation and the role of
intermediaries in innovation. Research
Carpenter, J. (2007) Communicating Research in
Policy, 35, 715-728.
Developing Countries. In M. Claessens
(Ed.) Communicating European Isabel, M.B.F, Geuna, A, Rossi, F. (2013). Finding
Research. Brussels. The Right Partners: Institutional and
Personal Modes of Governance of
Czarnitski, D. & A. Spielkamp. (2000). Business
University-Industry Interactions.
services in Germany: bridges for
Research Policy, 42(1), 50-62.
innovation. ZEW Discussion Paper.
ZEW, Mannheim, 00-52. Jensen, K.B. (2002) A Handbook of Media and
Communication Research: Qualitative

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 269
and Quantitative Methodologies, London: Nelson, R.R.. (1993). National Innovation
Routledge. Systems: A Comparative Analysis,
Oxford: Oxford University Press.
Katz, J.S dan B.R. Martin. (1997). What is
Research Coolaboration? Research OECD. (1997). National Innovation Systems.
Policy, 26, 1-18. Report. Paris: Paris Cedex.

Kementerian Riset dan Teknologi dan Dewan OECD. (2007). National Innovation Systems.
Riset Nasional. (2010). Pedoman Insentif Organization for Economic Co-operation
Riset. Jakarta: Kementerian Riset dan and Development, Paris.
Teknologi dan Dewan Riset Nasional.
Price, D.J.d.S. (1963). Little Science, Big Science,
Lakitan, B. (2009). Sistem Inovasi Nasional dan New York: Columbia University Press.
Standar Nasional Indonesia. Makalah
Rast, S., Khabiri, N., Senin, A.A. (2012).
Lokakarya Nasional Standardisasi.
Evaluation Framework for Assessing
Lee, Y.S. (1996) Technological transfer and the University-Industry Collaborative
research university: a search for the Research and Technological Initiative.
boundaries of university-industri Procedia - Social and Behavioral
collaboration. Research Policy, 25, 843- Sciences, 40, 410-416.
863.
Ruben, B and L. Stewart. (1998). Communication
Liew, M.S, Tengku Shahdan, T.N, Lim, E.S. and Human Behavior, Needham Height:
(2012). Strategic and Tactical Approaches Allyn & Bacon.
on University-Industry Collaboration.
Sobankea, V, Adegbite, S, Matthew I.A.E. (2014).
Procedi Social and Behavioral Science,
Determinants of Technological Capability
56, 405-409.
of Firms in a Developing Country.
Liew, M.S, Tengku Shahdan, T.N, Lim, E.S. Procedia Engineering: 69, 991–1000.
(2013). Enablers in Enhancing the
Relevancy of University-Industry
Collaboration. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 93, 1889-1896.

Lundvall, B.Å. (1992). National Innovation


Systems: Towards a Theory of Innovation
and Interactive Learning, London.

McGahan, A.M. & M.E. Porter. (1997) How much


does industri matter, really? Strategic
Management Journal, 18,15-30.

Mirabent, J.B, Jose L.S.G, D. Enrique, R.S.


(2015). University-Industry Partnerships
for Provison of R&D Services. E-Journal
of Business Research.

Mulyanto. (2014). Performance of Indonesian


R&D Institutions: Influence of Type of
Institutions and Their Funding Source on
R&D Productivity, Journal of Technology
Society, 38, 148-160.

Murdiyatmoko dan Handayani. (2004). Sosiologi


1. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

270 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Peran BPTBA LIPI dalam Transfer Pengetahuan dan Teknologi
pada UMKM Berbasis Sumber Daya Alam Lokal untuk
Meningkatkan Daya Saing di Era Perdagangan Bebas ASEAN

The Role of BPTBA LIPI in Transfer of Knowledge and Technology towards


MSMEs Based on Local Natural Resources to Increase Competitiveness on the
ASEAN Free Trade Era
Agnes Irwanti1, Hardi Julendra2 , Ema Damayanti2
1
Doctoral Student, Business School, Bogor Agricultural University
Gedung SB IPB - Kampus IPB Gunung Gede, Jl. Raya Pajajaran, Bogor - Indonesia 16151
Email : agnes.irwanti@gmail.com
2
Research Unit for Natural Product Technology, Jl. Jogja - Wonosari km 31,5, Gading, Playen, Gunungkidul – Yogyakarta, Indonesia

Keyword ABSTRACT
Transfer of technology , Triple As the beginning era of the ASEAN free trade, business actors in Indonesia
helix, competitiveness, ASEAN were driven to be ready and able to compete. This also applies to Micro, Small
free trade, MSME, Local natural and Medium Enterprises (MSME). The question now is how MSMEs that have
resources limited scale of business capital and human resources could make innovations
in order to improve their productivity and competitiveness? The Research
Unit for Natural Product Technology (BPTBA), Indonesian Institute of
Sciences (LIPI) is the extension of government initiative, aimed for
collaboration between local government, academicians, and banks, to
transfer knowledge and technology and help the MSMEs performers in
innovating. The objective of this article is to analyze the role of BPTBA LIPI,
which has the mission to implement their research upon natural resources
technology, to compose a strategic collaboration among stakeholders and
improving the MSMEs with the base of local natural resources in the Special
Region of Yogyakarta and other regions. The methodology that is being used
here is secondary data processing from the results of cooperation between
BPTBA and MSMEs since 2012 to 2016. In this study, the authors found the
results of the performance in the collaboration between BPTBA and its
targeted MSMEs with the based of natural resources, its success rate, and the
obstacles that will be faced.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Transfer Teknologi, Triple Helix, Terbukanya perdagangan bebas ASEAN, memacu para pelaku usaha di
Daya Saing, Perdagangan Bebas Indonesia untuk siap dan mampu bersaing dalam era ini, hal ini juga berlaku
ASEAN, UMKM, Sumber Daya bagi Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM). Namun bagaimana
Alam Lokal. UMKM yang memiliki skala usaha, modal dan sumber daya manusia terbatas
dapat melakukan inovasi guna meningkatkan produktifitas dan daya
saingnya? Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) LIPI sebagai
perpanjangan tangan pemerintah berinisiatif melakukan kolaborasi antara
pemerintah daerah, akademisi hingga perbankan untuk melakukan transfer
pengetahuan dan teknologi guna membantu para pelaku UMKM tersebut
melakukan inovasi. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menganalisa
peran BPTBA LIPI yang mempunyai tugas fungsi mengimplementasikan
hasil riset berbasis teknologi proses bahan alam, dalam usahanya menjalin
kolaborasi strategis antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan
produktifitas dan daya saing UMKM berbasis sumber daya alam lokal di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Metodologi yang digunakan adalah pengolahan
data sekunder dari hasil kerjasama BPTBA dengan UMKM binaannya dari
tahun 2012 hingga 2016. Dalam penelitian ini dapat dilihat performa
kerjasama BPTBA LIPI dengan UMKM berbasis sumber daya alam lokal
binaannya, tingkat keberhasilan dan kendala yang dihadapi.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 271
PENDAHULUAN pembelanjaan pengembangan riset UKM
Negara-negara di ASEAN telah bersepakat meningkat sepuluh kali lipat lebih cepat dari pada
untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, perusahaan besar. Selain itu, Small Business
dan mengambil keputusan untuk mengadakan Administration (2010), merilis usaha kecil
perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia menengah juga diindikasi melakukan pencatatan
Tenggara yang dimulai tahun 2015. Dengan paten tiga belas kali lipat dari perusahaan besar.
diberlakukannya perjanjian ini, konsekuensi Namun disamping terjadi peningkatan
logisnya adalah produk dari negara lain di Asia pembelanjaan riset dan pengembangan di usaha
Tenggara dapat masuk bahkan membanjiri pasar kecil menengah, UKM juga menghadapi
Indonesia, begitu juga sebaliknya, produk hambatan dalam menghasilkan keuntungan dari
Indonesia dapat dipasarkan ke negara lain di investasi atas inovasi yang dilakukan karena
kawasan Asia Tenggara dengan lebih mudah. terkait ukuran (size) usaha mereka yang relatif
kecil ditinjau dari sumber daya dan kemampuan,
Dibukanya pasar bebas ASEAN, berdampak (Bianchi et al., 2010; Enkel, Gassmann, &
pada kenyataan bahwa UMKM dituntut untuk Chesbrough, 2009; Habaradas, 2009, dalam
mampu berdaya saing. Dengan kata lain, jika ingin Cornel, Brent T (2012)). Jika investasi atas inovasi
usahanya berkelanjutan, maka pelaku UMKM dan teknologi tersebut kurang atau tidak sepadan
harus mempersiapkan produk-produknya siap dengan keuntungan yang didapat, dikawatirkan
bersaing dengan produk serupa maupun produk hal ini justru bisa menurunkan produktifitas dan
substitusinya di pasar bebas ASEAN. kinerja UKM.

Namun pada beberapa penelitian terdahulu Dari hasil penelitian terdahulu tersebut,
ditemukan bahwa UMKM memiliki beberapa menjadi sangat relevan jika dibutuhkan campur
permasalahan, seperti keterbatasan modal kerja, tangan pemerintah, untuk mengorganisir
sumber daya manusia yang rendah, dan kurang akademisi/peneliti dan lembaga-lembaga terkait
cakapnya penguasaan ilmu pengetahuan dan guna membantu UMKM sehingga dapat
teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). meringankan biaya investasi atas teknologi dan
Sehingga diperlukan campur tangan pemerintah inovasi yang dilakukan.
untuk membantu UMKM tersebut agar mampu
berinovasi untuk meningkatkan kualitas Inovasi pada produk UMKM salah satunya
produknya. adalah penambahan nilai (value added) sehingga
bisa lebih kompetitif dengan produk lainnya.
Inovasi diyakini menjadi hal penting bagi Sumber daya manusia yang rendah, dan kurang
UMKM. Chesbrough (2010), dalam Cornell, cakapnya penguasaan ilmu pengetahuan dan
Brent T (2012), menyatakan bahwa pada dua teknologi mendorong BPTBA LIPI, sebagai
puluh empat tahun terakhir, ditengarai perpanjang-tanganan pemerintah untuk
memfasilitasi kendala ini dengan beberapa
_________________________________________
program pendampingan.
1). Agnes Irwanti , Mahasiswa S3 Sekolah Bisnis IPB, Bogor,
Indonesia METODOLOGI
Email : agnes.irwanti@gmail.com
Studi kasus pada kegiatan transer
pengetahuan dan teknologi yang dilakukan
2). Hardi Julendra, Peneliti Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam BPTBA, LIPI, Gunung Kidul pada UMKM
LIPI, Jl. Jogja - Wonosari km 31,5, Gading, Playen, Gunungkidul –
Yogyakarta, Indonesia binaannya, dari tahun 2008 hingga 2016 telah
menghasilkan laporan tahunan. Selanjutnya dari
3) Ema Damayanti, Peneliti Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam
LIPI, Jl. Jogja - Wonosari km 31,5, Gading, Playen, Gunungkidul –
laporan/data sekunder tersebut dilakukan
Yogyakarta, Indonesia pengolahan data dan penginterpretasian,
kemudian diukur peningkatan, keberhasilan dan
kegagalan dari program-program transfer
pengetahuan dan alih teknologi tersebut.

272 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sehingga studi ini akan bisa menemukan dan Daya Saing
menjawab beberapa poin berikut:
Daya saing internasional saat ini dibedakan
1) Jenis program yang dilakukan BPTBA LIPI menurut dua perspektif, yaitu dari perspektif
dalam melakukan transfer pengetahuan dan mikro (perusahaan) dan perspektif makro
teknologi pada UMKM berbasis SDA lokal di (negara), (Waheeduzzaman & John K. Ryans,
wilayah D.I. Yogyakarta dan sekitarnya yang 1996). Dimensi dari daya saing pada perspektif
paling tinggi tingkat keberhasilannya. mikro merujuk pada daya saing antar
usah/perusahaan sementara pada perspektif makro
2) Tren pertumbuhan kegiatan transfer hal ini disebabkan karena adanya pengaruh pasar
pengetahuan dan teknologi dari tahun 2008 hingga internasional, sehingga hal ini mengarah pada
2016, yang dilakukan oleh BPTBA LIPI dengan persaingan antar Negara, Scott dan Lodge (1985);
UMKM binaannya baik dari dana APBN/DIPA Porter (1990) dalam (Waheeduzzaman & John K.
maupun non APBN. Ryans, 1996).
3) Persentase keberhasilan transfer pengetahuan Guna memahami arti daya saing dari
dan teknologi dari tahun 2008 hungga tahun 2016. perspektif nasional (makro), definisi yang
diberikan oleh Komisi Presiden (President’s
KAJIAN PUSTAKA
Commision), pada Industrial Competitiveness
Transfer Pengetahuan dan Teknologi (1985) dalam (Waheeduzzaman & John K. Ryans,
1996), adalah : daya saing memiliki arti sejauh
Peran pemerintah dalam memfasilitasi
mana suatu bangsa bisa/mampu, di bawah kondisi
transfer pengetahuan sangat penting dilakukan
pasar yang bebas dan adil, memproduksi barang
dimasa transisi ekonomi (Barlett and Bukvic,
dan jasa yang memenuhi uji pasar internasional
2006). Dengan dibukanya pasar bebas, maka
sekaligus mempertahankan atau memperluas
sangat diperlukan campur tangan pemerintah
pendapatan riil warganya.
untuk turut membantu para pelaku UMKM
melakukan inovasi guna peningkatan kualitas dan Triple Helix
added value terhadap produk-produknya
sehingga memiliki daya saing di pasar ASEAN. Mendorong tumbuhnya inovasi di UMKM
merupakan inisiatif kebijakan pemerintah guna
Transfer teknologi menurut (Biro, Orheian, merangsang pembangunan ekonomi di tingkat
& Grigorescu, 2014), dalam arti luas adalah proses lokal, regional dan bahkan nasional (Jones dan
komunikasi yang mengarah ke pengenalan pada Tilley 2003, dalam Hemert, Nijkamp, & Masurel,
praktek dari hasil penelitian atau informasi baru, (2012)). Meskipun banyak yang belum jelas
baik transfer pengetahuan dari penelitian dasar tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
untuk teknologi terapan atau dari satu perusahaan keberhasilan atau kegagalan upaya inovasi
ke perusahaan lain. Transfer teknologi adalah UMKM, kebanyakan studi setuju bahwa
masalah aliran pengetahuan dari beberapa orang kolaborasi ini sangat penting bagi pelaku usaha di
kepada orang lain. Transfer ini dapat terjadi tingkat ini karena aset mereka terbatas sehingga
melalui proses pendidikan, literatur ilmiah atau diperlukan pihak eksternal untuk meningkatkan
melalui kontak langsung antara manusia. Definisi inovasi dan teknologi.
secara kongkret, menjelaskan secara singkat
istilah transfer teknologi yang dirumuskan Triple helix merupakan penggerak lahirnya
sebagai berikut : semua kegiatan yang mengarah kreativitas, ide, dan ketrampilan, Etzkowitz
pada adopsi produk baru atau prosedur baru oleh (2008), dalam (Asyhari & Wasitowati, 2015).
kelompok pengguna alih teknologi yang bersifat UMKM yang tidak melakukan inovasi tidak akan
aktif, yaitu melibatkan interaksi antara yang mampu bersaing dan bertahan di era MEA yang
menawarkan teknologi dengan pengguna membuka pasar bebas ASEAN. Model pertama
teknologi baru dan menghasilkan inovasi nyata. disebut dari Model Triple Helix I sebagaimana
ditunjukkan Gambar dibawah ini.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 273
State State

Industry Academia

Industry
Academia

Gambar 1. An Etatistic Model of University–Industry– Gambar 2. Laissez-faire Model


Government Relations (Sumber: Etzkowitz dan Loet
Leydesdorff, 2000:111)

Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pada model ini pemerintah memiliki fungsi Konferensi Tingkat Tinggi ke-12, di Cebu,
kendali sangat kuat terhadap akademi dan industri Pilipina , menghasilkan kesepakatan untuk
dan pemerintah secara langsung dapat menginstruksikan pada Sekretariat ASEAN untuk
mengendalikan keduanya. Pemerintah juga menyusun ”Cetak Biru ASEAN Economic
memiliki kendali kuat untuk mengatur hubungan Community (AEC)”, Declaration on the
antara perguruan tinggi dengan industri. Kondisi Acceleration of the Establishment of an ASEAN
demikian dahulu telah diterapkan di beberepa Community by 2015. Cetak Biru AEC tersebut
negara seperti Uni Soviet dan negara-negara berisi rencana kerja strategis dalam jangka
sosialis lainnya. Selain itu model demikian juga pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015
diterapkan di beberapa negara yang peranan menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN,
pemerintahannya sangat tinggi untuk yaitu:
mengendalikan hubungan perguruan tinggi
dengan industri yang masih lemah sebagaimana di 1. Menuju single market dan production base
(arus perdagangan bebas untuk sektor barang,
negara-negara Amerika Latin, serta di negara-
jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal);
negara lain di Eropa misal Norwegia (Etzkowitz 2. Menuju penciptaaan kawasan regional
dan Loet Leydesdorff, 2000:111). ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional
competition policy, IPRs action plan,
Pada model kebijakan kedua yang disebut infrastructure development, ICT, energy
“laissez-faire’’ model atau Triple Helix II cooperation, taxation, dan pengembangan
mencerminkan adanya institusi yang terpisah UMKM);
dengan jelas antara perguruan tinggi, industri 3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan
dengan pemerintah. Masing-masing institusi ekonomi yang merata (region of equitable
economic development) melalui
dipisahkan oleh kerangka tegas sehingga memiliki
pengembangan UKM dan program-program
pemisah yang sangat kuat dan tegas di antara Initiative for ASEAN Integration (IAI); dan
institusi bersangkutan sebagaimana dicerminkan 4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global
pada gambar 2 (pendekatan yang koheren dalam hubungan
ekonomi eksternal serta mendorong
keikutsertaan dalam global supply network).
Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut
dijabarkan lebih lanjut melalui priority actions
yang pencapaiannya dievaluasi dan dimonitor
dengan menggunakan score card. Disamping itu,
diperlukan dukungan berupa kemauan politik,
koordinasi dan mobilisasi sumber daya,
pengaturan pelaksanaan, peningkatan kemampuan
(capacity building) dan penguatan institusi, serta

274 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
peningkatan konsultasi antara pemerintah dan pengalengan/canning line production, pembuat
sektor swasta. Pelaksanaan rencana kerja strategis pellet/pelletizer, pengemas pouch, penepungan
tersebut juga akan didukung dengan program dan pengeringan (milling dryer), serta Rotary
pengembangan sumber daya manusia dan evaporator. Beberapa sarana penelitian yang
kegiatan penelitian serta pengembangan di tersedia juga dimanfaatkan dalam rangka kegiatan
masing-masing negara, (Indratno, 2009). layanan kepada masyarakat dan kegiatan
diseminasi hasil riset.
PEMBAHASAN
Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam, Kegiatatan penelitian dan pengembangan di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia disingkat BPTBA LIPI terbagi dalam 3 kelompok penelitian
BPTBA LIPI, dibentuk berdasarkan Surat (keltian) yaitu Keltian Teknologi Pangan Lokal,
Keputusan Kepala LIPI nomor 6 tahun 2016 Keltian Teknologi Bioaditif Pakan dan Keltian
tanggal 25 Februari 2016 tentang organisasi dan Proses dan Teknologi Kimia Bahan Alam, yang
tata kerja Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam. masing – masing keltian dipimpin oleh Kepala
Sebelumnya, nama balai ini adalah Unit Pelaksana Keltian mengkoordinasi kelompok peneliti dan
Teknis Balai Pengembangan Proses dan teknisi.
Teknologi Kimia (UPT BPPTK), yang memiliki Kegiatan Transfer Pengetahuan dan Teknologi
tugas dalam melaksanakan pengembangan, oleh BPTBA LIPI Gunung Kidul kepada
pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di UMKM Binaan
bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan
pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Dalam Jenis program diseminasi yang dilakukan
perkembangan organisasinya, BPTBA LIPI sudah BPTBA LIPI dalam melakukan transfer
mengalami beberapa kali reorganisasi dan pengetahuan dan teknologi pada UMKM berbasis
perubahan nama balai. SDA lokal di wilayah D.I .Yogyakarta dan
sekitarnya melalui dua mekanisme yaitu (a)
Dilihat dari sarana dan prasarana, BPTBA program yang menggunakan dana APBN (DIPA
LIPI memiliki komplek perkantoran yang terdiri seperti program penerapan ilmu pengetahuan di
dari gedung untuk perkantoran juga gedung untuk daerah / IPTEKDA LIPI); (b) program yang
ruang laboratorium serta gedung untuk menggunakan dana APBN dan Non APBN dan (c)
implementasi hasil riset. Saat ini BPTBA LIPI program yang murni menggunakan dana pihak
memiliki beberapa gedung, yaitu : 1) Gedung swasta (UMKM) dan dukungan BPTBA LIPI
untuk proses pengalengan terstandar BPOM; 2) dalam bentuk sharing in kind dan konsultasi.
Gedung proses obat tradisional terstandar BPOM; Secara garis besar, sesuai dengan tupoksinya,
3) Gedung pengemasan; 4) Gedung laboratorium kegiatan transfer teknologi terbagi dalam 4
mikrobiologi dan pangan, uji sensoris, kimia, kategori kegiatan yaitu diseminasi bidang pakan
pakan; 4) Area Percontohan integrated farming dan budidaya ternak, integrated farming system
system yang terdiri dari kandang ternak percobaan (sistem pertanian terpadu), bahan alam dan
ruminansia/ungas dan Unit Biogas serta lahan teknologi olahan pangan.
hijauan.
Secara umum kegiatan transfer teknologi
Beberapa peralatan yang dimiliki oleh meliputi kegiatan sosialisasi, pelatihan, instalasi
BPTBA LIPI dibedakan menjadi peralatan untuk sarana prasarana teknologi, pendampingan
diseminasi/proses produksi serta peralatan lapangan, monitoring evaluasi dan pendampingan
laboratorium untuk kegiatan riset. Alat–alat berkala serta upaya penyebarluasan informasi
laboratorium yang dimiliki diantaranya: HPLC profil UMKM agar lebih dikenal dan
amino acid analyzer, spray driyer, autoclave, mendapatkan akses finansial lebih luas lagi.
elisa reader multiscan, feed gas test production,
Scanning Electron Microscope , kjehdal dan a) Teknologi Pakan dan Budidaya Ternak
proximate analysis. Beberapa alat produksi yang Alih teknologi yang diimplementasikan adalah
dimiliki BPTBA LIPI yaitu alat teknologi pengolahan pakan dan aditif pakan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 275
organic serta budidaya ternak baik unggas Jawa Tengah, Kaur Bengkulu, Tanah Datar
maupun ruminansia. Teknologi pakan yang Sumatera Barat dan wilayah lainnnya seperti
dialihteknologikan antara lain pembuatan Temanggung dan Wonosobo Jawa Tengah.
pakan awetan dengan teknologi silase, jerami Konsep yang diterapkan mengintegrasikan
amoniasi dengan teknik simpoc (simple open peternakan sapi potong dan sapi bibit dengan
clip) dan pembuatan pakan organik berupa pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan
pakan pellet. Selain itu dalam kegiatan pupuk organik. Suplai pakan didapatkan dari
diseminasi juga diperkenalkan produk aditif limbah pertanian yang ditingkatkan nilai
ogranik HerbaloMix dan Imunnochick yang nutrisinya dengan proses silase. Kajian ini
mampu meningkatkan performa dan status bertujuan untuk mengevaluasi penerapan system
kesehatan ternak unggas dan produk pertanian terpadu yang telah diterapkan di
Biomixpro dan Lemofit untuk meningkatkan wilayah – wilayah tersebut dengan
performa pertumbuhan ternak ruminansia memperhatikan faktor – faktor yang mungkin
berpengaruh pada keberhasilan maupun
Kegiatan pendampingan budidaya ternak
kegagalan penerapan sistem pertanian
meliputi kegiatan transfer pengetahuan tentang
terpadu (Julendra dkk, 2013).
kesehatan hewan, teknik penggemukan dan
perawatan ternak. Jenis ternak unggas yang Teknik IFS terbaru yang diterapkan salah
pernah dilakukan pendampingan di kelompok satunya pengolahan limbah organic proses
ternak antara lain budidaya ayam kampung di pangan menjadi biogas melalui proses
wilayah Gunungkidul dan budidaya ternak anaerobic, (Prasetyo, 2013). Salah satu dari
puyuh di Boyolali, Jawa Tengah. Sedangkan industri rumah tangga olahan pangan adalah
untuk jenis ternak ruminansia yang telah UMKM yang bergerak di bidang produksi tahu.
dilakukan pendampingan antara lain ternak Limbah organik dari pemrosesan tahu jika tidak
sapi potong dan sapi bibit baik peranakan lokal diolah lebih lanjut akan menjadi masalah untuk
maupun campuran, dan ternak kambing PE lingkungan sekitar. Sebagai limbah organik,
serta domba. Khusus untuk ternak kambing PE limbah tahu ini jika diolah lebih lanjut akan
juga dilakukan upaya pendampingan dalam dapat menghasilkan energi dalam bentuk biogás.
olahan susu kambing PE. Berdasarkan hasil Selain limbah tahu, beberapa UMKM tahu di
kajian, dari 7 kelompok ternak yang Gunungkidul mendiversifikasikan usaha mereka
didampingi, baru 2 UMKM yang dikategorikan dengan memelihara ternak sapi. Ternak sapi
berhasil dengan indikator mampu menjalankan setiap harinya akan menghasilkan kotoran sapi
bisnis ternak dan produk olahannya secara yang saat ini hanya diolah menjadi pupuk,
mandiri dan mampu melakukan diversifikasi padahal sangat berpotensi untuk dimanfaatkan
produk dan memiliki pasar. menjadi biogás.

BPTBA LIPI mengembangkan sistem teknologi


b) Integrated Farming System (sistem pertanian – biogás dan dilanjutkan dengan sistem pertanian
peternakan terpadu) terpadu (integrated farming system) untuk bisa
Beberapa petani di Negara tropis dan sub tropis diterapkan di UMKM yang ada di Gunung Kidul
telah menerapkan manajemen terpadu budidaya guna meningkatkan efisiensi pembakaran biogás
tanaman dan ternak. Pada system ini limbah dan akan mampu mengurangi biaya bahan bakar
tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak dan di UMKM. Selain memproduksi tahu, UMKM
kotoran ternak digunakan sebagai pupuk ini juga mempunyai diversifikasi usaha dengan
tanaman (van Keulen and Schiere, 2004). memelihara ternak sapi dengan jumlah ternak
Konsep pertanian terpadu di Indonesia sudah terpelihara sebanyak ±20 ekor sapi. Dalam
mulai banyak diterapkan. UPT BPPTK LIPI prosesnya, kotoran sapi yang dihasilkan belum
Yogyakarta sudah menginisiasi kegiatan IFS diolah menjadi biogas dan hanya diolah menjadi
sejak tahun 2006 di beberapa wilayah yaitu Belu pupuk yang harganya relatif murah.
NTT, Gunungkidul D.I.Yogyakarta, Banyumas

276 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berdasarkan hasil kajian dari 6 kegiatan transfer dana kegiatan transfer teknologi bidang olahan
teknologi UMKM berbasis sistem pertanian – pangan selain dari dana APBN juga sebagian
peternakan terpadu, baru 1 UMKM yang berhasil besar bersumber dari dana pihak UMKM /
dari 6 kelompok yang didampingi. UMKM yang swasta dan pihak ketiga seperti lembaga
berhasil diindikasikan dengan terjadinya keuangan (bank).
peningkatan kapasitas usaha produk pupuk organik
dari limbah ternak yang dihasilkan dan menjadi Berdasarkan hasil kajian, dari 33 UMKM
penopang utama perekonomian. bidang olahan pangan, 6 UMKM
dikategorikan berhasil yang diindikasikan
dengan semakin
Bahan Bakar Kayu
meningkatnya kapasitas
produksi, adanya
Ternak Bahan Baku Proses Produksi Produk diversifikasi produk dan
inovasi, adanya investasi
Limbah Tahu
Kotoran Sapi Biogas Proses Purifikasi sarana produksi, dan
semakin luasnya akses pasar.
Biodigester Floating Drum Biodigester Fixed Dome Fokus Alih

Gambar 4. Konsep Teknologi pada kegiatan integrated farming


system (laporan IPTEKDA, Prasetyo (2015)
Peningkatan Kerjasama Transfer Teknologi
c) Teknologi Bahan Alam BPTBA LIPI
Kegiatan pendampingan dalam bidang bahan
alam antara lain meliputi penerapan teknologi
pembuatan bibit jamur baik pangan (jamur
tiram putih) maupun jamur obat (Ganoderma), 35
29
30
teknologi pembuatan minuman herbal berbasis
25 20
bahan lokal seperti Ganoderma, Manggis, 20 17
15
Cincau dan teknologi pengolahan rumput laut, 15 12 12
10
8 8 8
budidaya lobster hingga pemanfaatan pewarna 10 6 7
4 4
alam untuk batik dan instalasi pengolahan 5
0
limbah batik. Dari 8 UMKM yang dilakukan
Kerjasama Kerjasama non Tota
pembinaan, 4 diantaranya sudah pada fase Industri/UKM industri kerjasama
berhasil yang diindikasikan dengan terus
2012 2013 2014 2015 2016
meningkatnya kapasitas produksi, adanya
inovasi dan diversifikasi produk serta Gambar 5. Grafik Jumlah Kerjasama BPTBA LIPI sejak tahun
terjadinya perluasan pasar. 2012 – Oktober 2016

Tren peningkatan kerjasama BPTBA LIPI


d) Teknologi Olahan Pangan
Kegiatan transfer teknologi bidang olahan sejak tahun 2012 hingga 2016 ini menandakan
pangan merupakan kegiatan yang paling
bahwa BPTBA LIPI dalam rangka kegiatan
transfer teknologi semakin mendapatkan
dominan di antara kegiatan lainnya. Kegiatan
dukungan. Kerjasama industri / UMKM ini
olahan pangan meliputi pengemasan makanan
adalah kerjasama yang bersumber dari dana
tradisional, olahan pangan lokal berbasis umbi
swasta (murni) yang pengelolaannya
– umbian, hasil perikanan, buah – buahan, dimasukkan sebagai dana Penerimaan Negera
kakao dan lainnya. Introduksi teknologi dalam Bukan Pajak (PNBP). Sedangkan kerjasama
kegiatan olahan pangan sangat penting non industri adalah kerjasama dengan lembaga
dilakukan dalam rangka efisiensi produksi dan pendidikan (Universitas, Perguruan Tinggi,
peningkatan kualiatas produk pangan. Sumber

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 277
Sekolah Menengah dll), pemerintah daerah, terjadi peningkatan significant, hal ini
Dinas terkait dan CSR lembaga keuangan. memperlihatkan kepercayaan pimpinan
pada BPTBA dalam kegiatan transfer
Selanjutnya dilakukan pengamatan pengetahuan & teknologi.
mengenai tingkat keberhasilan program
transfer pengetahuan dan teknologi yang 3. Tren Peran BPTBA LIPI dalam transfer
dilakukan oleh BPTBA, LIPI terhadap UMKM pengetahuan & teknologi pada UMKM
benaannya. Pengolahan data mengenai tingkat berbasis SDA lokal kepada binaannya
keberhasilan ini dapat dilihat pada Tabel 1. dengan dana APBN dan non APBN terjadi
peningkatan yang significant dari tahun
Tabel 1. Jenis Kegiatan dan Prosentase Tingkat 2008 sd 2016.
Keberhasilan Program Transfer Pengetahuan dan Teknologi BPTBA
LIPI
tahun 2012 – Oktober 2016

DAFTAR PUSTAKA
Asyhari, & Wasitowati. (2015). HubunganTriple
Helix, Inovasi, Keunggulan Bersaing dan
Kinerja . 2nd Conference in Business &
Accounting , 2 (1), 320-334.

Barlett, W., & Bukvic, V. (2006). Knowledge


Transfer in Slovenia : Supporting Inovative
SMES Through Spin-OFFs, Technology
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat dari total
Parks, Clusters & Network. Economic &
54 UMKM yang dibina, dana terbesar untuk
Business Review , 8 (4), 337-358.
program pembinaan dialokasikan dari APBN untuk
kegiatan IFS, bahan alam dan teknologi pakan Biro, D. (., Orheian, O. M., & Grigorescu, I. G.
sedangkan untuk kegiatan olahan pangan sebagian (2014). Technology Transfer in SME's
besar dialokasikan dari dana swasta melalui Vision. Calitatea (15.S2), 116-121.
kerjasama. Persentase keberhasilan untuk seluruh
kegiatan binaan adalah 22,2 % berdasarkan evaluasi Cornel, B. T. (2012, December). Open Innovation
keberlanjutan usaha. Nilai ini bisa meningkat Strategies for overcoming Competitive
seiring dengan perkembangan usaha khususnya Challenges Facing Small & Mid Size
bagi UMKM pemula bisnis. Enterprising. Thesis .

KESIMPULAN Hemert, P. V., Nijkamp, P., & Masurel, E.


(2012). From innovation to
Dari studi yang dilakukan dapat commercialization through networks and
disimpulkan sebagai berikut :
agglomerations: analysis of sources of
1. Terdapat temuan dalam penelitian ini, innovation, innovation capabilities and
transfer pengetahuan & Teknologi pada performance of Dutch SMEs . 425-452.
UMKM berbasis SDA Lokal dengan dana
gabungan (APBN + Non APBN) Indratno, B. (2009). ANALISIS LINGKUNGAN
peningkatannya lebih significant, Hal ini EKSTERNAL: KERJASAMA EKONOMI
menunjukkan adanya kesadaran dari MASYARAKAT ASEAN . Majalah Ilmiah
UMKM dalam melakukan inovasi dan Ekonomika , 12, 180-230.
teknologi bekerjasama dengan
pemerintah/akademisi, guna meningkatkan Julendra, H., A. Febrisiantosa, E. Damayanti, S. K.
produktifitas dan daya saing di era MEA. Wahono, M. Faiz Karimy, L. Istiqomah, H.
2. Tren Peran BPTBA LIPI dalam transfer Herdian. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem
pengetahuan & teknologi pada UMKM Pertanian Terpadu Berbasis Sapi Potong di
berbasis SDA lokal kepada binaannya dari Delapan Lokasi dengan Letak Geografis
tahun 2008 sd 2012 (dana APBN) belum yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional
mengalami peningkatan. Dari 2012 sd 2016
dan Workshop Peningkatan Inovasi dalam

278 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Menggulangi Kemiskinan. P2TTG LIPI,
Bandung, 30 September – 1 Oktober 2013.

Prasetyo. D.P. 2015. Peningkatan Efisiensi Proses


Produksi Tahu melalui Pemanfaatan Biogas
Terpurifikasi dari Limbah Tahu dan Kotoran
Sapi sebagai Subtitusi Bahan Bakar . Laporan
Akhir IPTEKDA 2015.

Sudaryanto, & Hanim, A. (2002). UKM


Menyongsong Pasar Bebas Asean (AFTA) :
Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis .
Ekonomi Akuntansi dan Manajemen , 1 (2).

Waheeduzzaman, A., & John K. Ryans, J. (1996).


Definition, Perspective, And Understanding
of International Competitiveness : A Quest
for a Common Ground. ABI/INFORM
accessed from proquest , 6 (2), 7-26.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 279
Potensi dan Peluang Limbah Bawang Merah Sebagai Campuran
Media Semai dan Media Tanam Pada Tanaman Cabai di
Wilayah DKI Jakarta dalam Rangka Ikut Membangun kapasitas
Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional
dalam Rantai Nilai Global di Era MEA

Potential and Opportunity Waste Shallots As Mixed Media and Media


Seedling Planting For Vegetable Crops in Jakarta area in the Framework
Come Build the capacity Science and Innovation for Strengthening National
Industries Position in the Global Value Chain in the Era of MEA

Emi Sugiartini
BPTP - Jakarta, Jln Raya Ragunan No 30 Pasar Minggu
Alamat Email: e. sugiartini @yahoo.co.id dan sugiartini.emi@gmail.com

Keyword ABSTRACT
*********
One of the most important vegetable crops seed and the potential for development in
Indonesia is onion (Allium ascalonicum). Besides this onion has greatly contributed to the
economy, as a source of income and employment for the community. This is shown by the
increasing needs of onion in the country are increasing. Onion production in 2008 amounted
to 853 615 tonnes and the demand for onions in 2010 reached 976 284 tonnes. Several
provinces onion producing sizeable in 2008, among others, namely: Central Java (379 903
tonnes), East Java (181.517 tons), West Java (116 929 tonnes) (Agricultural Statistics,
2009). Red onion products circulating in the markets in Jakarta. One atu largest market in
East Jakarta is Kramatjati market. In addition to the products of onion, also produce waste.
Average organic waste generated from trading activities amounted to 3778.97 tons / day.
The total average volume of organic waste generated in 2009 were 3778.97 tons / month,
occupies 25% of the 90% of the total waste of existing components. To solve the waste
problem, an attempt is made to the management of organic waste into organic fertilizer, to
then be used as a mixture of seedling media as well as the planting media. The presence of
substances and compounds that are present in your skin turns red onion helpful give fertility
and accelerate the growth of fruits and flowers of the plant are quite high. With this
background, there was activity assessment, which aims to assess tehknologi use onion waste
as a media mix for seedlings and planting media on growth and yield in some horticultural
crops in Jakarta, among others at the plant Pakcoy and Chili. Assessment activities carried
out at farmers' groups Cempaka, Rorotan village, district Cilincing, North Jakarta. The
activities carried out from January to December 2015. There are 2 study implementation
activities. Activity 1, namely: Study tehknologi use of compost as a mixture of onion seedling
media on chili plants. This activity, carried out using a randomized block design (RAK) to 5
seedling media composition, namely: 1). 100% compost Onions. 2). 75% compost + husk
grilled red onion 25%. 3). 50% compost + husk grilled red onion 50%. 4). 25% compost +
husk fuel B.M 75% and composition to 5). Husk ie 100% fuel. Activity assessment into two,
namely the study tehknologi use of compost as a mixture of onion seedling media on chili
plants. Activity 2, implemented using a randomized block design (RAK). There are 10
composition of the growing medium, namely: 1). 100% old compost soil Onion + 0%, 2).
75% of the old compost soil Onion + 25%, 3). 50% of the old compost soil Onion + 50%,
4). 25% of the old compost Onions + Land 75%, 5). 0% old compost soil Onion + 100%, 6).
100% new compost soil Onion + 0%, 7). 75% of new compost soil Onion + 25%, 8). 50%
of new compost soil Onion + 50%, 9). 25% of new compost soil Onion + 25% and treatment
10). 0% new compost soil Onion + 100%. From the results of the first study, shows that the
growth of plant height and number of leaves optimal seedbed nursery chili was obtained in
treatment number 2 (75% compost + husk fuel B.M 25%), with the percentage growth of
93.60%. While the results of the study into two, Generally indicates that the treatment of 6

280 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
(100% new compost Onions + 0% of the land) gives the growth and yield of pepper plants
to the 9 highest compared with other treatments. At high observation pepper plants (Week
11), has reached 65.5 cm. Likewise with the highest total amount of interest (week 13) gained
122.5 flowers. The total amount of the highest green chilies obtained in the treatment 9
(69.8) and the treatment of 6 (68.4), as well as the number of red chilies obtained at 6
treatments (117) pieces. The total weight of the red chili highest obtained at 6 treatments
(173.5). For the lowest plant height was obtained in treatment 3 (50% compost long Shallots
+ 50% of the land) is 46.2 cm. The amount of the lowest interest earned on treatment 2
(41.9). while the lowest number of green fruit was obtained in treatment 2 (18.2 g). While
the lowest number of fruits obtained in treatment 2 (5) pieces. The total weight of the lowest
chilies obtained in treatment 2 (75% compost long Shallots + 25% of the land) is 24,7gr.

Kata Kunci SARI KARANGAN


*********
Salah satu komoditas sayuran unggulan terpenting dan sangat potensial untuk
dikembangkan di Indonesia adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Selain itu
bawang merah ini sangat berkontribusi terhadap kondisi perekonomian, sebagai sumber
pendapatan dan membuka lapangan kerja bagi masyrakat. Hal ini ditunjukkan dengan
terus meningkatnya kebutuhan bawang merah di dalam negri juga terus meningkat.
Produksi bawang merah pada tahun 2008 sebesar 853.615 ton dan permintaan bawang
merah pada tahun 2010 mencapai 976.284 ton. Beberapa propinsi penghasil bawang
merah yang cukup besar tahun 2008, antara lain yaitu : Jawa tengah (379.903 ton ), Jawa
timur (181,517 ton), Jawa barat (116.929 ton) (Statistik pertanian, 2009). Produk bawang
merah ini beredar di pasar-pasar yang ada di jakarta. Salah atu pasar terbesar yang ada
di Jakarta Timur adalah pasar Kramatjati. Selain produk dari bawang merah, juga
menghasilkan limbah. Rata-rata limbah organik yang dihasilkan dari aktivitas
perdagangan sebesar 3.778,97 ton/hari. Total volume rata-rata dari limbah organik yang
dihasilkan pada tahun 2009 sebanyak 3.778,97 ton/bulan, menempati 25% dari 90% dari
komponen total sampah yang ada. Untuk mengatasi masalah limbah tersebut, dilakukan
usaha untuk pengelolaan limbah organik menjadi pupuk organik, untuk selanjutnya dapat
digunakan sebagai campuran media semai maupun sebagai campuran media tanam.
Adanya zat dan senyawa yang terdapat pada kulit bawang merah ternyata bermanfaat
memberikan kesuburan dan mempercepat pertumbuhan buah dan bunga pada tumbuhan
yang cukup tinggi. Dengan latar belakang tersebut, muncullah kegitan pengkajian, yang
bertujuan untuk mengkaji tehknologi penggunaan limbah bawang merah sebagai campuran
media semai dan campuran media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil pada beberapa
komoditas tanaman hortikultura di DKI Jakarta, antara lain pada tanaman Pakcoy dan
Cabai. Kegiatan pengkajian dilaksanakan di kelompok tani Cempaka, kelurahan Rorotan,
kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, . mulai bulan Januari sampai Desember 2015.
Kegiatan kajian ini terdapat 2 tahap pelaksanaan kegiatan. Kegiatan 1, yaitu: Kajian
tehknologi penggunaan kompos bawang merah sebagai campuran media semai pada
tanaman Cabe. Kegiatan ini, dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 5 komposisi media semai, yaitu: 1). 100% Kompos Bawang
merah. 2). 75 % Kompos Bawang merah + Sekam bakar 25%. 3). 50% kompos Bawang
merah + Sekam bakar 50%. 4). 25% kompos B.M + Sekam bakar 75% dan komposisi ke
5). Yaitu Sekam bakar 100%. Kegiatan kajian ke 2, yaitu kajian tehknologi penggunaan
kompos bawang merah sebagai campuran media semai pada tanaman Cabe. Kegiatan 2,
dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan
menggunakan 10 komposisi media tanam, yaitu: 1). 100% kompos lama Bawang merah
+ tanah 0%, 2). 75% kompos lama Bawang merah + tanah 25%, 3). 50% kompos
lama Bawang merah + tanah 50%, 4). 25% kompos lama Bawang merah + Tanah 75%,
5). 0% kompos lama Bawang merah + tanah 100%, 6). 100% kompos baru Bawang
merah + tanah 0%, 7). 75% kompos baru Bawang merah + tanah 25%, 8). 50%
kompos baru Bawang merah + tanah 50%, 9). 25% kompos baru Bawang merah +
tanah 25% dan perlakuan 10). 0% kompos baru Bawang merah + tanah 100%. Dari
hasil percobaan 1, menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun
yang optimal pada persemaian cabai diperoleh pada perlakuan persemaian nomer 2 (75 %
Kompos B.M + Sekam bakar 25%), dengan persentase pertumbuhan sebesar 93,60%.
Sedangkan pada hasil percobaan ke 2, Secara umum menunjukkan bahwa pada perlakuan
6 (100% kompos baru Bawang .Merah + 0% tanah) memberikan pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai tertinggi dibandingkan dengan ke 9 perlakuan yang lain. Pada
pengamatan tinggi tanaman cabai (minggu ke 11), telah mencapai 65.5 cm. Begitu juga
dengan jumlah total bunga tertinggi (minggu ke 13) diperoleh 122.5 bunga. Jumlah total
buah cabai hijau tertinggi diperoleh pada perlakuan 9 (69,8) dan perlakuan 6 (68,4),
begitu juga dengan jumlah buah cabai merah diperoleh pada perlakuan 6 (117) buah.
Berat total cabai merah tertinggi diperoleh pada perlakuan 6 (173,5). Untuk tinggi tanaman
terendah diperoleh pada perlakuan 3 (50% kompos lama Bawang Merah + 50% tanah)

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 281
yaitu 46.2 cm. Jumlah bunga terendah diperoleh pada perlakuan 2 (41,9). sedangkan
jumlah buah hijau terendah diperoleh pada perlakuan 2 (18,2). sedangkan jumlah buah
terendah diperoleh pada perlakuan 2 (5) buah. berat buah total terendah diperoleh pada
perlakuan 2 (24,7).
.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN bermanfaat jika dapat digunakan sebagai


campuran untuk pembuatan media semai maupun
Salah satu komoditas tanaman sayuran yang sebagai campuran media tanam.
mempunyai prospek yang cukup penting adalah
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum). Media tanam merupakan salah satu faktor
Setiap tahun kebutuhan masyarakat terhadap yang terpenting pada kegiatan bercocok tanam,
komoditas bawang merah terus meningkat, dan berpengaruh terhadap baik buruknya
sehingga potensi serapan pasar di dalam negri juga pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis
terus meningkat. Produksi bawang merah pada media tanam sangat banyak dan beragam. Setiap
tahun 2008 sebesar 853.615 ton dan pada tahun jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik
2010 terjadi peningkatan permintaan, yang media tanam yang berbeda. Pada tanaman buah
mencapai 976.284 ton. Tercatat bahwa pada tahun membutuhkan struktur media tanam yang berbeda
2008, terdapat beberapa propinsi penghasil bawang dengan struktur media tanam untuk tanaman
merah yang cukup besar antara lain yaitu : Jawa sayuran, karena tanaman buah memerlukan media
tengah (379.903 ton ), Jawa timur (181,517 ton), tanam yang solid untuk menopang pertumbuhan
Jawa barat (116.929 ton) (Statistik Pertanian, tanaman yang lebih besar, sementara jenis tanaman
2009). sayuran daun lebih memerlukan media tanam yang
gembur dan mudah ditembus akar.
Dari usaha untuk budidaya bawang merah, http://www.tipsberkebun.com/jenis-jenis-media-
tentunya akan menghasilkan produksi umbi tanam.html.
bawang merah dan menghasilkan limbah.
Pengelolaan limbah menjadi masalah yang sangat Limbah bawang merah mengandung unsur
penting dan mendesak, jika tidak dilakukan dengan hara mikro, makro dan mengandung ZPT, yang
baik berakibat penumpukan sampah dan berfungsi sebagai pembenah tanah karena
pencemaran lingkungan, biaya pengelolaan mengandung senyawa organik dan mikroba yang
operasional yang cukup tinggi dan semakin dapat memperbaiki sifat kimia dan fisika Dengan
sempitnya tempat yang pantas untuk pembuangan adanya kandungan zat kimia tersebut, tentunya
sampah. Selain itu pula dengan melimpahnya sangat baik dan cocok jika digunakan sebagai
limbah bawang merah merupakan salah satu campuran media semai maupun media tanam. Zat
sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan dan senyawa yang terdapat pada kulit bawang
menjadi barang yang bernilai ekonomis yang merah dapat mempercepat tumbuhnya buah dan
cukup tinggi. bunga pada tumbuhan (E.Hayati, et al. 2004).

Salah satu usaha yang dilakukan untuk Menurut Plantus (2000), bawang merah
mengatasi kondisi dan masalah tersebut adalah banyak sekali manfaatnya antara lain: untuk
dengan melakukan pengolahan menjadi kompos membunuh hama tanaman, karena mengandung
organik. Adanya zat tertentu yang terdapat pada senyawa acetogenin, sebagai anti-feeden (pada
kulit bawang merah yang berkasiat meningkatkan konsentrasi tinggi) menyebabkan serangga tidak
kesuburan bagi tanaman, tentunya sangat bergairah dan menurunkan nafsu makan, sehingga

282 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
serangga enggan memakan tanaman, pada KERANGKA TEORI
konsentrasi rendah, acetogenin bersifat racun perut
yang mengakibatkan serangga mati, karena Bawang merah
terganggunya proses pencernaan dan rusaknya Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk
organ-organ pencernaan, yang mengakibatkan pada famili Liliaceae. Bagian yang paling banyak
kematian pada serangga. dimanfaatkan adalah bagian umbi, meskipun
Menurut Rizal (2008), zat dan senyawa yang tangkai bunganya dapat digunakan sebagai bumbu
terdapat pada kulit bawang merah bermanfaat, penyedap masakan. Bawang merah cocok untuk
memberikan kesuburan tanaman sehingga dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai tinggi (0 -
mempercepat tumbuhnya buah dan bunga pada 100 m dpl), dan membutuhkan penyinaran cahaya
tumbuhan, mengandung efek antiseptik dan matahari minimal 70%. Tanaman bawang merah
senyawa alliin, sebagai anti mikoba yang bersifat memerlukan tanah yang berstruksur remah,
bakterisida, sebagai pupuk organik, berperan sedang, sampai liat dan mengandung bahan
dalam menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, organik yang cukup, dan pH netral (5,6 - 6,5).
magnesium dan sulfur bagi tanaman. Waktu tanam yang terbaik adalah musim kemarau
dengan ketersediaan pengairan yang cukup, yaitu
Walaupun teknologi ini sederhana dan belum pada bulan April/Mei dan Juli/Agustus.
menyelesaikan masalah sampah secara tuntas, Penanaman bawang merah dimusim kemarau
tetapi paling tidak sudah mengurangi biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi
permasalahan sampah, khususnya sampah sawah atau tebu. Sedangkan pada musim hujan
organik. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada lahan tegalan dan dapat dilakukan
dilakukan pada tanaman Pakcoy, menunjukkan secara tumpang sari. Kebutuhan benih bawang
bahwa dengan komposisi 75% arang sekam + 25% merah/ha berkisar 800 - 1500 kg (Petunjuk teknis
kompos bawang merah memberikan pertumbuhan budidaya aneka sayuran, 2011).
bibit tanaman hasil yang optimal dengan
persentase pertumbuhan 71,80%. Kandungan kimia bawang merah

telah memanfaatkan limbah bawang merah Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
sebagai pupuk organik, secara visual memberikan berbagai senyawa organik yang dibentuk dan
pertumbuhan dan hasil yang menggembirakan, disimpan oleh tumbuhan, antara lain adalah
usaha ini perlu ditindak lanjuti untuk membina struktur kimia,biosintetis, perubaha dan
usaha tani dikelompok tani di wilayah tersebut. metabolisme, serta penyebaran secara alami dan
Aktivitas warga tersebut menjadi lebih fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia
bersemangat dengan adanya kemitraan antara sulfida yang banyak terdapat pada bawang merah
Dinas, Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Jakarta yaitu dialil sulfida (allicin), merupakan obat
dan BPTP yang tercakup dalam kegiatan KRPL anti kanker, anti oksidan, anti mikroba,
untuk membina dan mendampingi kelompok tani. meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur
tekanan darah dan menurunkan kolesterol (Tasbih,
Dengan permasalahan tersebut diatas, untuk 2011). Selain itu juga mengandung vitamin C,
pengembangan pertanian di perkotaan, khususnya kalium, serat, asam folat, kalsium, zat besi, dan
di wilayah DKI Jakarta, dilakukan kegiatan kajian juga mengandung zat pengatur tumbuh alami
teknologi pengelolaan limbah bawang merah, baik berupa hormon auksin dan giberelin. Auksin
sebagai media tanam dan media semai pada adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada
beberapa komoditas tanaman hortikultura di DKI ujung batang, akar yang berfungsi untuk
Jakarta. mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan
akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat
perkecambahan, membantu dalam proses
pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. Sedangkan
hormon Giberelin (GA) merupakan hormon yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 283
ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanah yaitu yang harus diperhatikan yakni
tanaman. Hormon ini mempengaruhi tanah pasir dan tanah lempung. Tanah yang
perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi berpasir memiliki kemampuan drainase yang
bunga, pengembangan anter, perkembangan biji baik. Pada tanah lempung lebih sulit ditembus
dan pertumbuhan pericarp. Selain itu juga berperan oleh air sehingga akan membuat air tergenang
dalam menanggapi rangsang dari melalui regulasi dalam media tanam. Tanah yang baik yang
fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis bisa digunakan untuk media tanam adalah
GA. Auksin yang di kombinasikan dengan tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu
Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan lempung dan berstruktur gembur.
pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada
b. Kompos atau humus
kambium pembuluh sehingga mendukung
pertumbuhan diameter batang (http://www.plant- Kompos/pupuk organik merupakan bahan
hormones.info/auxins.htm, 2013) organik yang berfungsi sebagai penyedia
unsur hara bagi tanaman. Kompos yang baik
A. Syarat media tanam yang baik digunakan sebagai media tanam adalah
Media tanam berfungsi untuk menopang kompos padat, karena hampir semua jenis
tanaman, memberikan nutrisi dan kompos padat bisa digunakan sebagai bahan
menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk baku media tanam. Dengan penambahan
tumbuh dan berkembang. Dengan media bahan-bahan organik seperti kompos atau
tanam, tumbuh - tumbuhan mendapatkan humus pada media tanam, maka akan
sebagian besar nutrisinya. Media tanam yang memperbaiki struktur fisik tanah dan
baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kompos
biologi yang sesuai dengan kebutuhan yang ditambahkan sebaiknya berupa kompos
tanaman. Syarat media tanam yaitu: a). yang telah matang. Kompos yang belum
Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar matang berpotensi mendatangkan hama dan
tanaman, dan menopang tanaman agar tidak penyakit. Selain itu unsur haranya sulit
roboh. Jika media terlalu gembur, tanaman diserap tanaman karena belum terurai secara
mudah tercabut. Tetapi jika terlalu padat, penuh. Salah satu bahan organik adalah
tanaman kesulitan tumbuh karena akar limbah dari kulit bawang merah maupun dari
tanaman kekurangan oksigen. b). Memiliki limbah sampah rumah tangga sangat bagus
porositas yang baik, bisa menyimpan air, digunakan sebagai bahan pembuatan kompos.
sekaligus juga mempunyai c. Arang sekam
drainase/kemampuan mengalirkan air dan
aerasi/kemampuan mengalirkan oksigen yang Arang sekam merupakan hasil pembakaran tak
baik. c). Mampu menyediakan unsur hara sempurna dari sekam padi. Arang sekam
yang cukup, baik unsur hara makro dan mikro. berguna untuk meningkatkan kapasitas
Unsur hara ini bisa disediakan dari pupuk atau porositas tanah. Penambahan arang sekam pada
dari aktifitas organisme yang terdapat dalam media tanam akan memperbaiki struktur media
media tanam. d). Tidak membawa dan tidak tanam karena mempunyai partikel-partikel
mengandung bibit penyakit. Hama dan yang berpengaruh pada pergerakan air, udara
penyakit yang terkandung dalam media tanam dan menjaga kelembaban. Manfaat arang
akan menyerang tanaman sehingga tanaman sekam adalah bisa menetralisir keasaman tanah,
akan mati. menetralisir racun, meningkatkan daya ikat
tanah terhadap air, merangsang pertumbuhan
B. Bahan-bahan campuran untuk pembuatan mikroba yang menguntungkan bagi tanaman,
media tanam menjadikan tanah gembur sehingga
a. Tanah memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Selain
arang sekam, bisa juga digunakan sisa-sisa
Tanah yang baik untuk pembuatan media
sabut kelapa (coco peat). Sabut kelapa
tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian
mempunyai sifat seperti arang sekam.
(top soil). Secara umum terdapat dua tipe
284 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Limbah bawang merah sebagai campuran METODE PENELITIAN
media semai
Waktu dan Tempat Pengkajian
Limbah bawang merah dapat digunakan
sebagai pupuk organik. Zat dan senyawa yang Kegiatan kajian dilaksanakan di wilayah di DKI
terdapat pada kulit bawang merah dapat Jakarta, mulai bulan Januari sampai Desember
memberikan kesuburan bagi tanaman sehingga 2015.
dapat mempercepat tumbuhnya buah dan bunga Bahan Penelitian
pada tanaman. Selain itu limbah bawang merah
sebagai pupuk organik berperan dalam Kegiatan kajian dilakukan pada beberapa unit
menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium percobaan, dengan menggunakan bahan penelitian
dan sulfur bagi tanaman. Sumbangan bahan yaitu Cabe varietas Kopay, kompos limbah
organik ini akan memberikan pengaruh fisik dan bawang merah, tanah, sekam, tray, polybag, pupuk
kimia serta biologi tanah. Limbah organik ini NPK, pestisida
didaur ulang dan dirombak dengan bantuan
Percobaan 1.
mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan
cendawan menjadi unsur-unsur hara yang dapat Kajian beberapa komposisi kompos bawang
diserap oleh tanaman (E.Hayati, et al. 2004). Dari merah sebagai campuran media semai pada
keterangan tersebut diatas menunjukkan bahwa tanaman cabai.
limbah dari bawang merah ini sangat sesuai
digunakan sebagai campuran pada pembuatan Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan dengan
media semai maupun sebagai media tanam. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Tujuan dilakukan persemaian pada dengan 5 komposisi media semai, yaitu: 1). 100%
pembibitan tanaman adalah untuk mengurangi Kompos Bawang Merah. 2). 75 % Kompos
kematian pertumbuhan bibit tanaman pada saat Bawang Merah + 25% Sekam bakar. 3). 50%
tanaman belum siap di tanam di lapang. Tanaman kompos B.M + 50% Sekam bakar. 4). 25%
yang memerlukan tahap penyemaian biasanya kompos B.M + 75% Sekam bakar 75%. 5).
yang mempunyai siklus panen menengah hingga 100% Sekam bakar.
panjang dan memiliki benih yang kecil-kecil.
Perlakuan ini diulang sebanyak 5 kali, masing
Pada tanaman yang berumur pendek (bayam,
- masing perlakuan menggunakan 25 sampel benih
kangkung) tidak memerlukan tahap
tanaman. Parameter yang diamati antara lain,
persemaian. Sedangkan untuk tanaman yang
kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, sebagai
memiliki biji besar, sebaiknya ditanam dengan
tambahan data dukung juga diamati tinggi bibit
ditugal, karena lebih tahan terhadap kondisi
tanaman dan jumlah daun bibit tanaman.
lingkungan. Beberapa jenis hortikultura yang
memerlukan persemaian antara lain tomat, cabe, Percobaan 2.
sawi, selada , terong, kol dan masih banyak
komoditas yang lain. Kajian beberapa komposisi limbah bawang
Proses penyemaian memerlukan tempat dan merah sebagai campuran media tanam pada
perlakuan khusus yang berbeda dengan kondisi tanaman cabai.
lapangan. Untuk itu diperlukan tempat persemaian
yang terpisah dengan areal tanam. Tempat Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan dengan
persemaian/wadah persemaian yang bisa menggunakan Rancangan Acak Kelompok
diguanakan yaitu tray, tercetak, polybag atau (RAK), dengan 10 komposisi perlakuan yaitu:
bedengan biasa. (1). 100% kompos lama B.M + 0% tanah

(2). 75% kompos lama B.M + 25% tanah

(3). 50% kompos lama B.M + 50% tanah

(4). 25% kompos lama B.M + 75% tanah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 285
(5). 0% kompos lama B.M + 100% tanah 6 0 0 0 0 0

7 1,6 1,6 2,2 2 3,6


(6). 100% kompos baru B.M + 0% tanah
8 10 10,4 11,4 14,8 8,6
(7). 75% kompos baru B.M + 25% tanah
9 3,4 3,6 2,2 2 4
(8). 50% kompos baru B.M + 50% tanah
10 7 5,6 7,6 3,2 5,8

(9). 25% kompos baru B.M + 25% tanah 11 0,4 1,6 1 0,4 1,8

(10). 0% kompos baru B.M + 100% tanah 12 1,4 0 0,2 0 0,2

13 0 0,2 0 0,2 0,6


Kegiatan pengkajian ini di ulang sebanyak 4 kali.
Kegiatan pengkajian ini dilakukan dengan 14 0 0,2 0 0 0
menggunakan polibag, masing - masing perlakuan
15 0 0,2 0 0 0
menggunakan 5 sampel tanaman. Parameter yang
diamati antara lain adalah: tinggi tanaman, jumlah 16 0 0 0 0 0

bunga, jumlah cabe hijau dan jumlah cabe Total 23,80 23,40 24,60 22,60 24,60
merah/tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada Tabel 1, terlihat bahwa benih cabai mulai
Percobaan 1. tumbuh pada hari ke 7 sampai ke 15. Pada
perlakuan 1, menunjukkan bahwa pertumbuhan
Kajian beberapa komposisi kompos bawang
persemaian tanaman cabe, sampai pada 12 hari
merah sebagai campuran media semai pada
telah mencapai 23,80 ( 95,20%). Pada perlakuan
tanaman cabai.
2, pertumbuhan persemaian pada tanaman cabai
Pelaksanaan percobaan 1 ini dilakukan dengan untuk mencapai 23,40 (93,60%) memerlukan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), waktu sampai 15 hari. Sedangkan pada perlakuan
Kegiatan percabaan 1 ini dilakukan pada tray-tray 3, untuk mencapai 24,60 atau 98,40% bibit
persemaian, dengan menggunakan 5 komposisi tanaman cabai yang tumbuh memerlukan waktu
media semai. Kecepatan pertumbuhan benih cabai selama 12 hari.
pada 5 komposisi perlakuan media semai
ditampilkan pada Tabel 1.

Persemaian Benih Cabai

Tabel 1. Kecepatan dan keserempakan


pertumbuhan bibit tanaman Cabai
pada 5 komposisi media semai.

Lima Komposisi Media Semai


Pengamatan
Grafik 1. Persentase pertumbuhan bibit tanaman cabe
(hari ke)
1 2 3 4 5
Secara umum komposisi media semai tidak
1 0 0 0 0 0
mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan
2 0 0 0 0 0 benih tanaman Cabai. Rata - rata benih Cabai
3 0 0 0 0 0
tumbuh pada hari ke tujuh dan akan terhenti pada
hari ke 15. Pada perlakuan 5 (100% arang sekam),
4 0 0 0 0 0 menunjukan pertumbuhan bibit tanaman yang
5 0 0 0 0 0 lebih banyak dan lebih serempak yaitu 98,40%
(Grafik 1), tetapi dari hasil pengamatan tidak

286 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman pada waktu yang lebih lama (perlakuan 1 sampai dengan
bibit tanaman dan jumlah daun tanaman cabai. 4). Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa
Tinggi tanaman yang diperoleh pada perlakuan 5 dengan penggunaan kompos yang baru,
pada hari ke 14, rata-rata 50,8 mm dengan jumlah kandungan zat - zat hara yang terdapat di dalam
daun 2,16. Sedangkan persentase pertumbuhan kompos yang baru tersebut masih cukup tinggi,
bibit tanaman yang terendah adalah pada perlakuan sehingga sangat berpengaruh terhadap untuk
4 (75% Kompos B.M + Sekam bakar 25%), yaitu pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pada
sebesar 90,4 %. Sedangkan rata - rata persentase peningkatan tinggi tanaman. Sedangkan pada
pertumbuhan bibit tanaman Cabai yang tertinggi perlakuan dengan menggunakan kompos yang
diperoleh pada perlakuan 2 (75 % Kompos B.M + terlalu lama di simpan, kemungkinan disebabkan
Sekam bakar 25%) yaitu 93.6% dengan rata- rata kandungan zat hara yang terkandung dalam
tinggi bibit tanaman yang diperoleh adalah 122,72 kompos tersebut sudah banyak mengalami
mm dengan rata- rata jumlah daun yang diperoleh penguapan maupun pencucian unsur hara, baik
sebesar 6,08. yang melalui penguapan maupun terbuang saat
dilakukan penyiraman. Hal ini terbukti, pada saat
Percobaan 2. dilakukan penyiraman, warna dari air yang keluar
dari air siraman warnanya sangat berbeda. Pada
Kajian beberapa komposisi kompos bawang
kompos yang lama, setelah digunakan untuk
merah sebagai campuran media tanam pada
menyiram, warna air yang terlihat agak bening
tanaman cabai.
kecoklatan. Sedangkan pada kompos bawang
Kegiatan pengkajian ini, dilaksanakan dengan merah yang masih baru, air yang keluar dari bekas
menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK). siraman menunjukkan warna coklat yang kental
Parameter yang diamati pada tanaman cabai yaitu: seperti warna minuman kopi.
tinggi tanaman, jumlah bunga, jumlah cabe hijau,

berat cabe merah. Grafik pertumbuhan dan hasil


pada tanaman cabai di tampilkan pada Grafik
dibawah ini.

Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman pada tanaman


cabai dilakukan 2 minggu setelah pindah tanam
(umur 6). Grafik tinggi tanaman cabai di tampilkan Grafik 2. Tinggi Tanaman Cabe
pada Grafik 2. Secara umum pertumbuhan tinggi
tanaman cabai, meningkat seiring dengan Jumlah Bunga/Tanaman
bertambahnya waktu pengamatan. Dari data Secara umum jumlah bunga cabe yang
tersebut, secara umum menunjukkan bahwa pada dihasilkan meningkat seiring dengan pertumbuhan
perlakuan 6 memberikan peningkatan tinggi tinggi tanaman cabe. Jumlah bunga cabe terus
tanaman yang lebih baik jika dibandingkan meningkat seiring dengan bertambahnya waktu
dengan ke 9 perlakuan yang lain. Pengamatan pengamatan. Jumlah bunga cabe mulai minggu
tanaman cabe pada minggu ke 11, pada perlakuan pertama pengamatan, sampai minggu ke sebelas
6 telah mencapai 65.5 cm. Sedangkan tinggi pengamatan, secara konsisten menunjukkan
tanaman terendah diperoleh pada perlakuan 3 bahwa pada perlakuan 6 memberikan jumlah
yaitu 46.2 cm. Selain itu terlihat pula bahwa bunga cabe yang lebih tinggi dibanding dengan ke
terdapat kecenderungan bahwa dengan 9 perlakuan yang lain. Pada minggu pertama
penggunaan kompos bawang merah dari kompos pengamatan, masing-masing perlakuan rata
baru (pada perlakuan 6 sampai dengan 9) menghasilkan 1 buah bunga. Adapun jumlah
menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang bunga sampai pada pengamatan minggu ke 13,
lebih tinggi dibanding dengan penggunaan kompos dari masing - masing perlakuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
yang sudah mengalami proses penyimpanan dalam
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 287
8, 9 dan 10 menghasilkan jumlah bunga 64.4, 41.9,
62.4, 80.8, 67.9, 122.5, 86, 80.5, 106.6, 67.9. Jumlah Cabe Hijau
15
Disini terlihat bahwa, jumlah total bunga tertinggi
pada minggu ke 13 diperoleh pada perlakuan 6

Jumlah buah
(122.5 bunga), sedangkan jumlah bunga terendah 10

diperoleh pada perlakuan 2 (41,9). Jumlah bunga


yang dihasilkan optimal adalah pada saat minggu 5

ke tujuh pengamatan. Jumlah bunga


cabe/tanaman disajikan pada Grafik 3. 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Saat pengamatan
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Perlakuan 4 Perlakuan 5 Perlakuan 6
Jumlah Bunga Cabe/Tanaman
25
Perlakuan 1 Grafik 4. Jumlah cabai hijau
20
jumlah bunga

Perlakuan 2
15
Perlakuan 3
10 Jumlah cabai merah/tanaman
Perlakuan 4
5
Perlakuan 5 Secara umum, rata-rata jumlah buah cabai
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13Perlakuan 6
merah/tanaman mulai dihasilkan pada minggu ke 7
Pengamatan ke: Perlakuan 7 dan minggu ke 8 pengamatan. Jumlah total cabai
merah mulai minggu pertama pengamatan, sampai
minggu ke tiga belas pengamatan, secara
Grafik 3. Jumlah bunga cabe/tanaman
konsisten, pada perlakuan 6 dan perlakuan 4
memberikan jumlah buah cabe merah yang lebih
tinggi dibanding dengan ke 8 perlakuan yang lain.
Jumlah Cabe Hijau Adapun total jumlah buah merah mulai minggu ke
Secara umum jumlah buah cabai hijau yang 8 sampai pada pengamatan minggu ke 13, pada
dihasilkan meningkat seiring dengan masing - masing perlakuan adalah: perlakuan 1
bertambahnya waktu pengamatan. Jumlah cabai adalah (13 buah), 2 (5 buah), 3 (12 buah), 4(104
hijau mulai minggu pertama pengamatan, sampai buah), 5(46 buah), 6(117), 7(38 buah ), 8(57 buah),
minggu ke tiga belas pengamatan, secara 9(30 buah) dan pada perlakuan 10 (46) buah cabai
konsisten, pada perlakuan 9 dan perlakuan 6 hijau. Terlihat bahwa, jumlah buah merah
memberikan jumlah buah cabai hijau yang lebih tertinggi diperoleh pada perlakuan 6 (117) buah,
tinggi dibanding dengan ke 8 perlakuan yang lain. sedangkan jumlah buah terendah diperoleh pada
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa, buah perlakuan 2 (5) buah. Jumlah cabai
cabai hijau pada minggu pertama dan ke dua merah/tanaman pada saat pengamatan minggu ke
pengamatan, masing-masing perlakuan masih 7 disajikan pada Grafik 5.
belum menghasilkan cabe hijau. Adapun jumlah
buah hijau/tanaman sampai pada pengamatan 200 Jumlah Total Cabe Merah
Jumlah total (gr)

minggu ke 13, pada masing - masing perlakuan 1


adalah (39,9), 2( 18,2), 3(36,3), 4(43,7), 5(44,8),
6(68,4), 7(60), 8(55,9), 9(69,8) dan 10 (44,8).
Terlihat bahwa, jumlah buah hijau total tertinggi
diperoleh pada perlakuan 9 (69,8) dan perlakuan 6 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah

(68,4), sedangkan jumlah buah hijau terendah


Minggu Saat Pengamatan
diperoleh pada perlakuan 2 (18,2). Jumlah cabai
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
hijau disajikan pada Grafik 4.
Grafik 5. Jumlah cabai merah

288 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berat total cabai merah/tanaman rata jumlah daun 2,16. Sedangkan rata - rata
pertumbuhan bibit tanaman Cabai yang
Secara umum, rata - rata berat buah cabe tertinggi diperoleh pada perlakuan 2 (75 %
merah/tanaman mulai minggu ke 8 pengamatan, Kompos B.M + Sekam bakar 25%), dengan
sampai minggu ke tiga belas pengamatan, secara persentase persentase pertumbuhan 93.6%
konsisten, pada perlakuan 6 memberikan berat dan tinggi bibit tanaman yang diperoleh
cabe merah yang lebih tinggi dibanding dengan ke adalah 122,72 mm dengan rata- rata jumlah
9 perlakuan yang lain. Adapun berat cabe merah daun yang diperoleh sebesar 6,08 daun.
sampai pada pengamatan minggu ke 13, pada 2. Secara umum menunjukkan bahwa pada
masing - masing perlakuan adalah: 1 (33,25), 2 perlakuan 6 (100% kompos baru Bawang
(24,7), 3 (63,8), 4 (113), 5 (76,78), 6 (173,5), 6 .Merah + 0% tanah) memberikan
(110,3), 7 (116,1), 8 (76,95), 9(76,78) dan 10 pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
(76,78) gram. Terlihat bahwa, berat cabe merah tertinggi dibandingkan dengan ke 9 perlakuan
total tertinggi diperoleh pada perlakuan 6 (173,5), yang lain. Pada pengamatan tinggi tanaman
sedangkan berat buah total terendah diperoleh cabai (minggu ke 11), telah mencapai 65.5
pada perlakuan 2 (24,7). Berat total cabai cm. Begitu juga dengan jumlah total bunga
merah/tanaman yang dihasilkan sampai pada tertinggi (minggu ke 13) diperoleh 122.5
pengamatan minggu ke 13 disajikan pada Grafik bunga. Jumlah total buah cabai hijau tertinggi
6. diperoleh pada perlakuan 9 (69,8) dan
perlakuan 6 (68,4), begitu juga dengan jumlah
Berat Cabe Merah/Tanaman buah cabai merah diperoleh pada perlakuan 6
(117) buah. Berat total cabai merah tertinggi
180 diperoleh pada perlakuan 6 (173,5).
160 3. Untuk tinggi tanaman terendah diperoleh pada
140
Berat (gr)

120 perlakuan 3 (50% kompos lama Bawang


100 Merah + 50% tanah) yaitu 46.2 cm. Jumlah
80
60 bunga terendah diperoleh pada perlakuan 2
40 (41,9). sedangkan jumlah buah hijau terendah
20
0 diperoleh pada perlakuan 2 (18,2). sedangkan
Rata2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah

jumlah buah terendah diperoleh pada


perlakuan 2 (5) buah. berat buah total terendah
Minggu saat pengamatan diperoleh pada perlakuan 2 (24,7).
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Perlakuan 4 Perlakuan 5 Perlakuan 6
UCAPAN TERIMA KASIH
Perlakuan 7 Perlakuan 8 Perlakuan 9
Perlakuan 10 Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan
Litbang Pertanian dan Kepada Kepala Balai
Grafik 6. Berat total cabai merah/tanaman Pengkajian Tehknologi Pertanian Jakarta yang
telah berkenan memberikan pembiayaan hingga
PENUTUP terselesaikannya kegiatan pengkajian ini.

1. Secara umum komposisi media semai tidak


mempengaruhi terhadap kecepatan DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan benih tanaman Cabai. Rata -
rata benih Cabai tumbuh pada hari ke tujuh
Agro Media Pustaka, 2001. Memanfaatkan Rumah
dan akan terhenti pada hari ke 15. Pada
dan Pekarangan. Menanam Sayuran di
perlakuan 5 (100% arang sekam), menunjukan
Pekarangan Rumah. Cetakan pertama. PT
pertumbuhan bibit tanaman yang lebih
AgroMedia Pustaka. 45 hal.
serempak yaitu 98,40%, tetapi tinggi tanaman
yang diperoleh rata-rata 50,8 mm dengan rata-

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 289
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura.
2011. Petunjuk Teknis Budidaya Aneka
Sayuran. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Hortikultura, Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Kementerian Pertanian. 5 hal

Rizal 2008. Insektisida alami atau pestisida nabati.


6 Mei 2008. Rizal blog.wordpress.com

Statistik pertanian, 2009. Pusat data dan Informasi


Pertanian. Departemen Pertanian Republik
Indonesia. Hal: 107 – 119

Suwandi and R. Rosliani. 2004. Pengaruh kompos,


pupuk nitrogen, dan kalium pada cabai yang
ditanam tumpanggilir dengan bawang
merah Vol, 14, No. 1:41 –

Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2000 .


Pengantar Oseanografi.

Ilahude, A.G.1999. Pengantar Ke Oseanografi


Fisika. Pusat dan Pengembangan

Nontji, A . 1993. Laut Nusantara. Djambatan.


Jakarta

290 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Strategi Teknologi - Dari
Imitasi Kreatif Sampai
Inovasi Disruptif
Initiative for Genetic Improvement of Local Rice Through
Co-development and Transfer of Technologies

Inisiatif Perbaikan Genetik Varietas Padi Lokal Melalui


Pengembangan Bersama dan Transfer Teknologi

Puji Lestari*, Dwinita W. Utami, Muhamad Sabran, Nurul Hidayatun, dan Karden Mulya
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 3A Bogor 16111
*Korespondensi: plestari129@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
**********
Local rice (Oryza sativa L.) varieties scattered in Asian countries have consumer preferences
and adaptation to specific agro-ecosystem but low productivity. To genetically improve their
productivity and wider adaptability, a supported platform "Co-development and technology
transfer" from The International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture
(ITPGRFA, The Treaty) is necessary. This review describes rice preference and its prioritized
characters, the potential of local rice, a platform of co-development and transfer of
technology as benefit sharing under (ITPGRFA). This paper also addressees how to improve
local rice varieties through multi country BSF project entitled co-development and transfer of
rice technology proposed by the ICABIOGRAD-IAARD, Indonesia. A globally integrated
mechanism to encourage the transfer of technology related to plant genetic resources offers
an effective approach to benefit-sharing. Research activities under the regional cooperation
framework of Window 3 on BSF-ITPGRFA facilitate collaboration between institutions in
developing countries in the sustainable use of local rice varieties. The outputs of “co-
development and transfer of rice technologies” research project focusing on local varieties
are to develop a gene-pool of locally adapted varieties which have been evaluated
phenotypically and genetically, and to share breeding lines of local varieties already
introgressed the desired traits and molecular markers. Transfer of technologies/information
and rice materials among participating countries refers the Treaty’s Multilateral System of
Access and Benefit Sharing as well as governmental regulation in the country. All local rice
indirectly can still be utilized without worrying about the displacement by new high yielding
varieties and their gene pool remains conserved in the future.

Kata Kunci SARI KARANGAN


*******
Varietas padi ((Oryza sativa L.) lokal yang tersebar di berbagai negara di Asia memiliki
preferensi konsumen dan adaptasi dengan agroekosistem spesifik namun produktivitasnya
rendah. Untuk memperbaiki secara genetik produktivitas dan kemampuan adaptasinya yang
lebih luas, maka direalisasikan melalui dukungan platform “Co-development and technology
transfer” dari The International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture
(ITPGRFA). Riviu ini menerangkan tentang preferensi beras dan prioritas karakaternya,
potensi padi lokal, dan platform “pengembangan bersama dan transfer teknologi sebagai
benefit sharing dibawah ITPGRFA. Tulisan ini juga menitik beratkan bagaimana
mengembankan padi lokal melalui proyek BSF “co-development and transfer of rice
technology” yang diajukan Balai Besar Biogen-Badan Litbang Pertanian Indonesia.
Mekanisme secara global terpadu yang mendorong transfer teknologi terkait sumber daya
genetik (SDG) menawarkan pendekatan efektif benefit- sharing. Kegiatan penelitian
kerjasama regional di bawah kerangka Window 3 benefit sharing fund (BSF)-ITPGRFA
memfasilitasi kolaborasi antara institusi di negara berkembang dalam penggunaan
berkelanjutan varietas padi lokal. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan pengembangan
bersama dan transfer teknologi terkait pengembangan varietas lokal adalah pembuatan “gene-
pool” variatas lokal adaptif yang terkarakterisasi fenotip dan genotipiknya, dan membagi galur
persilangan berbasis varietas lokal yang sudah terintrogresi karakter targetnya dan marka
molekuler. Transfer teknologi/informasi dan materi padi antar negara mitra merujuk pada
Multilateral System of Access and Benefit Sharing-ITPGRFA dan peraturan negara setempat.
Kedepannya secara tidak langsung padi lokal tetap dapat dimanfaatkan tanpa khawatir tergeser
oleh adanya varietas unggul baru (VUB) dan gene pool-nya tetap terkonservasi.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 291
INTRODUCTION diseases/pests incidence, decreased agricultural
Rice (Oryza sativa L.) is a staple food for area and the change of consumer’s preference on
more than half of the world’s population and food. A number of programs addressing in
influences the economics of billion people. Asian management, breeding and evaluation of rice
people are the greatest consumers of rice (90%). germplasm has been evolved to pioneer the
In 2013 approximately 560 million people in increased rice production (Redfern et al., 2013).
Asia were hungry/undernourished (Mohanty, Accumulation of knowledge and advanced
2013), while growing population reached 44 technology involving local plant genetic
billion or 59.78% of total world’s populations resources have been acquired in the quest for
with growth rate above 1%. In 2010, the progress in this region. Landraces/local rice
harvested area of paddy in Asia accounted 137 varieties in every country are potential genetic
million ha (88%) out of total world area (154 materials that should be improved their genetic in
million) and around 48 million (31%) was parallel with preservation.
located in Southeast Asia solely (FAOSTAT,
2012). The highest productivity is found on Table 1. Prevalence of under nourishment in
irrigated rice which is the most intensive Southeast Asia countries*
production system with high yield of 12.5
tons/ha/year in comparison with only 2.5 Countries Prevalence of
tons/ha/year for rainfed rice. Around 45% of the undernourishment (%)
area of rice cultivation in Southeast Asia 2010 2015
countries is irrigated with the largest areas found Cambodia 17.0 14.2
in Indonesia followed by Viet Nam and Indonesia 13.5 7.6
Philippine in contrast to Lao PDR, Cambodia and
Lao PDR 22.8 18.5
Malaysia being found the lowest (Mutert and
Malaysia No record
Fairhust, 2002). Therefore, rice production
Myanmar 20.2 14.2
should be increased along with growing
population. Philippine 13.4 13.5
FAO (2011) estimates that the irrigated area Thailand 9.3 7.4
will be increased around 0.2% in Asia, of which Viet Nam 14.5 11.0
211 million ha in 2006 raise to 227 million ha in *FAOSTAT (2016)
2050. Rice feeds people in this region for
thousand years with the average annual A large number of landrace/local varieties
consumption per capita was around 197 kg in belonging to three major varietal groups or
2007 (FAOSTAT, 2012). Food security in subspecies exist as a result of long period
Southeast Asia countries gets stronger in 2015 cultivation and selection. Around 80,000
than that of previous years (Table 1). This could accessions are collected in International Rice
be seen on the prevalence of undernourishment Research Institute (IRRI), 40,000 accessions in
2015 in Southeast Asia countries like Lao PDR, China gene bank, and 25,000 accessions in India
Cambodia, Myanmar were still higher (ranging gene bank (Gupta, 2011). More than 2000 local
from 14.2 to 18.5%) than that in Thailand, rice accessions out of around 3000 rice
Malaysia and Indonesia. Thailand proves more accessions are preserved and collected in
stable its national food security of which Indonesian Agency for Agricultural Research and
prevalence of undernourishment in 2010 and Development (IAARD) (ICABIOGRAD, 2015,
2015 has been decreased 9.3 and 7.4%, http://biogen.litbang.pertanian.go.id/plasmanutfa
respectively. Notably, the prevalence of h/dokumentasi/).
undernourishment in Indonesia in 2015 (7.6%) These local rice accessions are diverse according
was relatively comparable with that in Thailand. to their phenotypic properties which also show
With the large area, Indonesia was the greatest glutinous, non-glutinous, aromatic and non-
rice production in 2014 (70.8 million tons), aromatic etc. (Khus, 1997) and in different rice
whereas Lao PDR produced the lowest (4 million growing areas in Asia. Protection of the diversity
tons) (Fig. 1) (FAOSTAT, 2016). of local accessions and threatened landraces is
Rice production system in Southeast Asia, necessary in the context of conservation and
however, has over recent years become traditional cultural practices on the tribal farmers
increasingly challenged by climate change in many regions. Therefore, these local rice
impacting to the environmental stresses and accessions are important in providing food and

292 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
linked with cultural functions of many people project of “Co-development and Transfer of Rice
(Phillips and Stolton, 2008). Technology in 2015. Indonesia, as a leader,
which involved three participating countries
(Malaysia, Philippine and Lao PDR) commits to
improve adaptation to climate change and
enhance the food security of resource-poor
farmers in Southeast Asian countries, by
strengthening the conservation and sustainable
use of rice genetic resources including local
varieties. Local rice varieties from each
participating country are important genetic
resources would be prioritized as part scheme of
breeding and conservation. This review describe
the potency of landrace/local rice accessions to
be improved their genetic and provide food
security, platform “Co-development and
technology transfer” ITPGRFA and on-going
research project focusing on “Co-development
Figure 1. Rice production in Southeast Asian and transfer of rice technologies” among
countries in 2014 (FAOSTAT, 2016). participating countries with the leader of
Indonesia.
Genetic improvement using local rice
accessions involving participation of farmers has RICE PREFERENCE AND ITS
been proposed to conserve rice diversity. PRIORITIZED CHARACTERS IN ASIA
Participatory plant breeding convinces to be
possible method to reduce the conflict between Consumer preferences for food is
introduced program and traditional small farmer. determined by the perception of biology and
Locally adapted local rice with satisfying eating economics, including taste, value, purity, and
quality is preferred to ensure food security under ease of processing (Smith et al., 2006).
specific weather. Additionally, a well adapted Consumer preferences often change, as
local rice is relevant with the scenario of climate demonstrated in Asia. Rice consumption per
change (Gupta, 2011). Currently, governments, capita in this region has decreased significantly,
national and international scientific organizations in line with the increase in the consumption of
have addressed to reduce genetic erosion in rice wheat and other grains. Whereas, the number of
landraces accompanied harnessing their potential rice consumers increase in the USA and Europe
characters which are beneficial for consumers (Suwannaporn et al., 2008), with differing rice
using integrated approaches. preference in both regions. Malay community
prefers aspects of healthy, natural, weight
The International Treaty on Plant Genetic control, and easiness (convenient), while
Resources for Food and Agriculture (Called as Japanese society preferentially considers the
the Treaty, ITPGRFA), a legally binding issue price and the Australian community is more
international framework for the conservation and to have expensive appeal (sensory appeal)
sustainable use of plant genetic resources (PGR) (Prescott et al., 2001). People in Indonesia,
for food and agriculture, emphasizes the fair and Thailand and the Philippines chose on the basis
equitable sharing of the benefits. As a priority, of quality of milled rice and aroma (Unnevehr,
such benefits flow to farmers in developing 1986). Particularly in Indonesia, since rice
countries including Southeast Asian who production is mainly concentrated in Java, the
conserve and sustainably utilize PGR. A Platform most densely populated island in the world,
for the Co-development and Transfer of therefore, Java is home of rice research and
Technology has been established by the Treaty, progressive efforts for the next breakthrough.
within the context of non-monetary benefit- Consequently, the improved rice varieties are
sharing (The International Treaty, 2013). designed mostly to meet Java consumers
Through third call of Window 3, Indonesia with preference (Sabran and Mulya, 2013).
the national focal point of FAO ( Food and Rice taste and aroma are determinants of
Agriculture Organization), ICABIOGRAD under rice quality in almost all consumer groups. These
IAARD, has been awarded of BSF/ITPGRGA- two properties are genetically controlled as
FAO for the proposed a multi country research complex traits and varied between varieties.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 293
Total 49,121 profiles of metabolites were found consumers and farmers. In addition, available
in rice grain of 51 japonica and indica cultivars, =biotechnology approach which involves local
indicating a correlation between metabolite rice resource. It may be different the technologies
phenotype and origin of seeds (Hu et al., 2014). at the national and international levels that could
Therefore, the future breeding program will speed up for co-development. An example, most
require sources of diversity associated with cases of produced new rice varieties having high
superior properties of rice. The superior yield, and resistance to biotic/abiotic stress such
properties of rice quality are found in many local as blast and stem borer resistance matched with
varieties. However, the local rice varieties farmers’ specific need in Indonesia (Table 2)
generally have low potential yield and some of (Sabran and Mulya, 2013). Farmers usually need
them are sensitive to environmental stress, as a rice varieties that complement to high yielding
result, the existence is increasingly pressured by are resistant to superior diseases. Local varieties
developed new varieties with high yielding. In majorly are cultivated in upland and tidal
addition to rice eating quality, prioritized swampland, even though in particular area some
characters are also targeted in high-yielding local rice varieties are suitable in both irrigated
varieties along with resistance/tolerance to and rainfed lowland (Arasmanjaya et al., 2006).
abiotic stress or pest/disease. Therefore, the local varieties need to be
To provide more food in the future, rice conserved and explored their potential with the
improvement should be addressed to not only advantages of supported technologies.
productivity but also the preferences of

Table 2. Example available technologies needed by farmers for conservation and sustainable use of rice
varieties in different agro-ecosystem in Indonesia*.

Agro-ecosystem Technologies Technologies Technologies Technologies


available from available from used by farmers needed by farmers
national source international
source
Irrigated lowland Conventional and Resistance Improved inbred Brown plant-
irradiation to certain pest & varieties, medium hopper, stem
breeding for high disease duration, borer, tungro,
yielding, short to susceptible to blast, bacterial
medium duration stem borer blight resistance,
and resistant to
biotic/abiotic
stress
Hybrid rice
Rainfed lowland Short to medium Resistant to Improved inbred Stem borer
duration certain pest and varieties resistance
diseases

Upland Short to medium Blast resistance Purified local Blast resistance


duration varieties
Tidal swampland Short to medium Short duration Local varieties, Submergence
duration, low yielding, tolerance
relatively high tolerance to biotic
yield stress, long
duration
*Sabran & Mulya (2013)

DISTRIBUTION AND POTENCY OF subspecies have distinctive grain


LOCAL RICE IN ASIA: EXAMPLE IN morphology,stickiness, and their own preference
INDONESIA of consumers in Asia. Tropical regions of South
Rice (Oryza sativa L.) is the result of Asia are dominated by indica, while Central
domestication of its wild relative, O. rufipogon China and South China were centered of
(Londo et al., 2006) which produced two major japonica varieties (Civáň et al., 2015). A third
subspecies, japonica and indica. These two subspecies, called tropical japonica, possess

294 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
broad-grained and thrives under tropics (CECAP, Becker, 2004; García Montecinos et al., 2011) as
PhilRice and IIRR, 2000). While, additional well as black rice (Chang et al., 2010) etc.
groups sorted O. sativa into more specific Local rice varieties with good grain quality
characters, i.e. temperate japonica, tropical and unique are still cultivated by farmers in
japonica and aromatic which consisted of the certain areas as the market are still available.
japonica varieties, and indica and aus People in South Kalimantan and Central
comprising the indica varieties (Garris et al., Kalimantan are still cultivated varieties Siam
2004). Unus, Si Anak Daro in Pariaman, or Adan from
Domesticated rice that has developed over Nunukan. In addition to the eating quality, some
time results a landrace being as regional ecotype, local varieties Indonesia having important
locally adapted or traditional variety. These local properties for improving varieties tolerant to
rice varieties, with their historical origin in environmental stress. An examples, local variety
specific geographic area, spread across countries of Silewah possess an unfavorable agronomic
producing rice including those in Southeast Asia. properties, but is strong tolerant to cold weather,
Therefore, local varieties often are genetically thus beneficial for rice improvement in Japan
diverse and associated with traditional farming (Nakagahara et al., 1997). To bust the
system (Camacho Villa et al., 2005; Jones et al., productivity and late maturity of local varieties,
2008). Local rice varieties in Indonesia is their improvement began to get attention.
majorly (68%) indica cultivar and the rest is Resistance to Bacterial Leaf Blight (BLB) on
(32%) tropical japonica (Thomson et al., 2007). Siputeh (Luo et al., 2014) was increased by
Meanwhile, most of new varieties released and crossing with hybrid rice WH421 which possess
circulated in Indonesia, also belong to indica BLB resistance (genes of sd1, Wxb, Xa4 and
with average genetic diversity of 0.46. It is Xa21). The other specific agronomic traits, are
presumed as a result of the breeding program in found in several local varieties resistant to
Indonesia that targeted to high yielding varieties pest/disease, biotic stress and good grain quality
in the irrigated lowland. Only few local rice (Silitonga, 2004; Sutoro, 2010; Sitaresmi et al.,
intended to upland. Generally, rice cultivated in 2013). A number of local varieties suitable for
rainfed are local varieties which have close or irrigated lowland, upland and swampland were
belonging to tropical japonica cultivars. In fact, used for crossing parents with improved varieties
rice which has good eating quality, such as to develop new varieties (Puslitbangtan, 2009;
Rojolele and Jambu, are tropical japonica BB padi, 2013). It should be noted that at least 10
cultivars. Thus, the rice varieties improvement in local varieties (Pandanwangi, Rojolele, Anak
the future requires local varieties especially Daro, Kuriek Kusuik, Junjung, Caredek Merah,
tropical japonica (Panuju et al., 2013). Siam Mutiara,Siam Saba, Cekow, Karya) have
At present, area of the wild progenitor of been purified and released since 2004 to 2012
rice extends from the Eastern India to Southeast (Sitaresmi et al., 2013). Given the high genetic
Asia countries, particularly Myanmar, Thailand, heterogeneity, local rice varieties have convinced
Malaysia and Indonesia. Local varieties, to be highly adapted to various environments and
therefore, adapted to their native and cultivated could harbor valuable genetic resources for crop
environments across various agro-ecological improvement (Karmakar et al., 2012; Ganie et
environments. A number of local rice with al., 2014).
valuable genetic potentiality in Asia benefit the
adaptation to broad agro-climatic regions. PLATFORM “CO-DEVELOPMENT AND
Selected local rice varieties have been identified TECHNOLOGY TRANSFER” ITPGRFA
tolerant to abiotic stress like drought, salinity,
submergence, flooding and non-lodging (Singh et The International Treaty on Plant Genetic
al., 2012; Biswas & Bhattacharya, 2013). Some Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA)
landraces/local varieties are useful as source for facilitates access and technology tranfer as one of
resistance to pests and fungal diseases (Taguchi- mechanism of a non-monetary benefit sharing
Shiobara et al., 2013), good qualitative traits and from the access of genetic resources in a
medicinal properties (Lai, 1995), high nutrient multilateral system (MLS). It is stated at Article
content, and high complex carbohydrates. Some 13-2 that allows for access and technology
of the landraces are good for health because of transfer including any form of research and
very low in fat, salt and having vitamins Development (http://www.planttreaty.org/).
(thiamine, niacin, riboflavin, vitamin D), The Governing Body of ITPGRFA calls the
minerals (iron and calcium) and fibre (Frei and Treaty Secretary to urge the realization of
technology transfer in order to response to

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 295
obstacle faced by countries in implementing countries allowed to get funding are from
Article 6 of the Treaty. In 2012, EMBRAPA developing countries (Table 3).
(Brazil) and IAARD (Indonesia) initiate the Co- Some certain commodities are prioritized for
Development and Transfer of Technologies, as a this BSF proposed research activities such as
form of a non-monetary benefit sharing from legume crops, food crops, fruit under utilized
ITPGRFA. This initiative appreciated by crops. Rice seems to show greater chances for
Governing Body of ITPGRFA by involving this wider aspects compared to other commodities. A
platform initiative in the Program of Work on research activities entitled “Co-development and
Sustainable Use in the group of “supporting transfer of rice technologies” proposed by
activities”. Thus, starting at 2014, ITPGRFA ICABIOGRAD-IAARD was selected to get grant
open a new scheme on co-development and in 2015. But this research is proceeded for the
transfer technology in the frame of competitive legally documents and agreements in 2016.
grant funded by third cycle ITPGRFA-Benefit Being as multi country project, the project will be
Sharing Funda. implemented by a consortium which consists of
the Indonesian Agency for Agriculture Research
This 3rd round of projects encourages and Development (IAARD) as the leading
regional and inter-regional ventures especially organization, and the Malaysian Agriculture
for projects for the ‘Co-development and Research and Development Institute (MARDI),
Transfer of Technology. The new type of the National Agriculture and Forestry Research
projects on ‘Co-Development and Transfer of Instititute (NAFRI) of Lao PDR, the PhilRice of
Technology’ will promote international the Phillippine This research is addressed to
cooperation through innovative partnerships, aspects such as exploration, characterization,
focusing on capacity-building, information database development and improving local rice
exchange and technology transfer. An eligible varieties.

Table 3. Example of activities funded by BSF-FAO on the sub activities of Platform of “Co-development
and Transfer of Rice Technologies”

Commodities Aspect Countries


Potato Marker-assisted breeding for Peru, Ekuador, Venezuela, and
adaptation against environmental Spanyol
stress
Maize, cassava, red bean, cowpea Conservation and characterization Brasil, Paraguay, dan Peru
of PGR
Cassava Marker-assisted breeding for Tanzania, Kenya, and Spain
adaptation against environmental
stress
Banana Genetic characterization Madagaskar, Komoro
Banana, peanut, cowpea, millet, rice, Information system of en situ and Uganda, Rwanda, and Zambia
dan sorghum on farm
Rice Exploration of phenotypic and Uganda, Burundi, Tanzania, and
genotypic profiles of cultivated rice Rwanda
and the wild type for tolerance to
environmental stress
Banana dan Bradfruit In vitro regeneration Mauritius dan Seychelles
Rice Gene pool management for local Indonesia, Laos, Filipina, dan
rice, characterization and Malaysia
improvement of local rice
Rice Management of global database Indonesia, Brasil, Rwanda, and IRRI
Kacang Bangbara Characterization and development Malaysia, Ghana, Afrika Selatan,
of line tolerant to drought and Indonesia
Maize Database management Indonesia, Rwanda, Kenya, Kosta
Rika, Honduras, and Nikaragua

296 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
APPROVED RESEARCH ACTIVITIES: chosen varieties from IRRI are prioritized local
“CO-DEVELOPMENT AND TRANSFER OF accessions originating from each participating
RICE TECHNOLOGY country that have been re-sequenced their
genomes. The sequenced gene pool in IRRI are
Local varieties or landraces are vary among used as control varieties. This sharing
countries or within a country, even in the same information was conducted based on the
agro-ecosystem. These landraces may contain available genome re-sequences of 3000 rice lines
important alleles that control the tolerance to acquired from 89 countries generated by IRRI.
certain abiotic stress such as drought or flooding The seeds of all of the rice lines re-sequenced,
and/or biotic stress such as blast or brown are collected in The International Rice Genebank
planthopper infestation. Particular grain/eating Collection housed at IRRI.
quality are also preferred by local consumers or
certain agronomic characteristic favored by local The second activity, field evaluation will be
farmers. Since most landraces and local varieties conducted for selected pure (homogenous) local
which are well adapted and tolerance to certain varieties. Evaluation will be conducted in the
biotic and/or abiotic stresses, have lower first and second year of the project. in the field at
productivity (3-5 ton/ha) compared to local environment condition by participating
improved/modern varieties (8-10 ton/ha), countries following IRRI standard evaluation.
improving their productivity, therefore, will This phenotypic evaluation will include
contibute significantly to rice production. approximately 12 lines (3 from each participating
country) out of 3000 lines which have been re-
The advanced breeding materials improved sequenced and chosen from IRRI as control
by molecular markers application such as Near varieties. For this rice material transfer, legal
Isogenic Lines (NIL), and back crossed lines procedure is needed based on sMTA. The third
which tolerance to biotic stres are progressively activity is molecular characterization that will be
achieved. Lines/local varieties with improved done by participating countries that have the
yield components at the International Rice capacity to do such a task or organization/service.
Research Institute (IRRI) or in participating The markers used for the characterization
countries, will be helpful in improving local comprise universal primers for DNA
varieties. Genomic information and functional fingerprinting analysis important for variety
molecular markers or related to genes associated identity, and markers associated with yield
with many important agricultural traits are also components and desired traits such nutritional
reveal as significant ‘treasure’ for breeding values, drought and/or diseases. This activity will
program. This BSF project expectedly initiate co- be done in the second year. The genome
development and technology transfer in resequencing (fourth activity) will be performed
Indonesia to improve local rice as part of MLS. based on the results of the three previous
activities. A number of local varieties with
Focusing on the local rice varieties unique and broad adaption to the environment of
improvement, this research project entitled Co- each participating country will be re-sequenced
development and transfer of rice technologies” for their whole genome for enriching of
has two activities for targeted outputs. The first development of molecular markers.
output, that is to get gene-pool of locally adapted
varieties which have been evaluated their To reach the second output, i.e. the breeding
phenotypic (productivity, tolerant to biotic and lines of local varieties that was introgressed with
abiotic stresses, and eating quality) and genotypic desired traits, ready for further testing in order to
profiles, Accordingly, four activities will be improve the productivity and the adaptability to
acted: 1). sharing information and data base climate change, three activities are planed, i.e: 1).
from each participating institutions, 2). field Development of breeding lines, field evaluation
evaluation , 3). molecular characterization, and of targeted traits, and molecular identification of
4). whole genome resequencing. targeted allelles. The breeding lines will be
developed from the crossing between NILs and
The activity of sharing information and data local varieties in each participating country. NILs
base from each participating institutions are collection of IAARD resistant for specific
focused to the gene-pool consists of local disease (BLB and blast0 are available to transfer.
varieties that already exist in the ex situ Selected NILs, as donor parent will be crossed
collection of participating countries or with local varieties chosen in each participating
International Rice Research Institute (IRRI). The country. The local rice varieties can be selected

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 297
from the collection of gene-pool developed from Civáň, P., Craig, H., Cox, C.J., and Brown, T.A.
this project, other designated countries or IRRI. (2015).Three geographically separate
Further testing of these lines is conducted in the domestications of Asian rice Nat Plants.
field. To complement phenotypic evaluation, 1, 15164.
application of molecular markers will be
FAO. (2011). Save and grow-a policymaker’s
performed to identify target alleles in segregated
guide to the sustainable intensification of
populations. A number of molecular markers
smallholder crop production. Rome.
such as simple sequence repeat (SSR) and single
nucleotide polymorphism SNP corresponding to FAOSTAT. (2012). (available at:
productivity, biotic and abiotic stress, and eating www.faostat.fao.org/)
quality. In addition, the NILs will be used as FAOSTAT. (2016). (available at:
control in the phenotypic and molecular www.faostat.fao.org/)
characterization of breeding lines derived from
the crosses of selected NILs and local varieties. Frei, M. and Becker, K. (2004). Agro-
biodiversity in subsistence-oriented
ACKNOWLEDGEMENT farming systems in a Philippine upland
region: nutritional considerations.
This review was written based on the approved Biodiversity and Conservation, 13 (8),
research project funded by BSF-ITPGRFA/FAO. 1591- 1610.
Ganie, S.A., Karmakar, J., Roychowdhury, R.,
REFERENCES Mondal, T.K., and Dey, N. (2014).
Assessment of genetic diversity in salt-
Arasmanjaya, Awang, A.R., Masduki, S., and tolerant rice and its wild relatives for ten
Arvianti, E.Y. (2006). Usahatani padi SSR loci and one allele mining primer of
sawah dan pemasaran benih padi sawah salT gene located on 1st chromosome,
varietas unggul di Kabupaten Barito Plant Systematics and Evolution (DOI
Timur. Buana Sains, 6, 11–20. 10.1007/s00606-014-0999-7, Published
online).
BB Padi. (2013). Deskripsi varietas padi.
Dikompilasi oleh Suharna. BB Padi. García Montecinos, K.L., Godoy Godoy, J.A.;
Sukamandi. Carrillo Centeno, P.M. and Pachón, H.
(2011). Sensory evaluation of the
Biswas, T. and Bhattacharya, S. 2013. Azucena rice (Oryza sativa) variety in
Microsatellite marker based diversity Nicaragua's Región Autónoma del
analysis for drought tolerance in some Atlántico Norte. Perspectivas en
Bengal landraces of rice (Oryza sativa Nutrición Humana, 13 (2), 135-146.
L.). Indian Journal of Agricultural
Research, 47 (5), 431-435. Garris; Tai, TH; Coburn, J; Kresovich, S;
McCouch, S; et al. (2004). "Genetic
Camacho Villa, T.C.,Maxted, N., Scholten, M., structure and diversity in Oryza
and Ford-Lloyd, B. (2005). Defining and sativa L.". Genetics, 169 (3): 1631–8
identifying crop landraces. Plant Genetic
Resources, 3, 373-384. Gupta, A. (2011). Ethical and policy concerns
pertaining to rice landraces in Asia.
CECAP, PhilRice and IIRR. (2000). "Highland Bangladesh J. Bioethics., 2, 7–12.
Rice Production in the Philippine
Cordillera. Hu, C., Shi, J., Quan, S., Cui, B., Kleensen, S.,
Nikoloski, Z., Tohge, T., Alexander, D.,
Chang, T.T. (2003). Origin, domestication and Guoa, L., Lin, H., Wang, J., Cui, X., Rao,
diversification. In Rice: origin, History, J., Luo, Q., Zhao, X., Fernie, A.R., and
Technology and Production. Smith, C.W. Zhang, D. (2014). Metabolic variation
and Dilday, R.H. (eds), John Wiley and between jappnica and indica rice cultivars
Sons. Inc., NJ, USA. pp. 3- 25. as revealed by non-targeted
Chang, H., Yu, B., Yu, X., Yi, L., Chen, C., Mi, metabolomics. Scientific Report, 4, 5067.
M. et al. (2010). Anticancer activities of Jones, H., Lister, D.L., Bower, M.A., Leigh, F.J.,
an anthocyanin-rich extract from black Smith, L.M., Jones, M. K.
rice against breast cancer cells in vitro (2008). "Approaches and Constraints of
and in vivo. Nutrition and Cancer, 62 (8), Using Existing Landrace Material to
1128-1136.

298 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Understand Agricultural Spread in Zealand. Food Quality and Preference,
Prehistory". Plant Genetic Resources. 13, 489–495.
pp. 98–112.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Karmakar, J., Roychowdhury, R., Kar, R.K., Pangan. (2009). Deskripsi varietas unggul
Deb, D., Dey, N. and Srivastava, H.S. padi 1943-2009.Dikompilasi oleh
(2012). Profiling of selected indigenous Hermanto, Dedik S.W, E. Hikmat.
rice (Oryza sativa L.) landraces of Rarh Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Bengal in relation to osmotic stress
Redfern, S.K., Azzu, N., and Binamira, J.S.
tolerance. Physiology and Molecular
(2013). Rice in Southeast Asia : facing
Biology of Plants, 18 (2), 125–132.
risk and vulnerabilities to respond to
Kush, G.S. (1997). Origin, dispersal, cultivation climate change. Building resilience for
and variation of rice. Plant Molecular adaptation to climate change in the
Biology, 35, 25–34. Agriculture sector. pp 295-314.
Lai, J.H. (1995). Rare black glutinous rice Sabran, M. & Mulya, K. (2013). Technologies
germplasm in eastern Guizhou province. needed by smallholder farmers in
Crop Genetic Resources 2, 53-54 Indonesia for conservation and
sustainable use of plant genetic resources
Londo, J.P., Chiang, Y.C., Hung, K.H., Chiang,
for food and agriculture. The International
T.Y., and Schaal, B.A. (2006).
Treaty. pp.22-31.
Phylogeography of Asian wild rice, Oryza
rufipogon, reveals multiple independent Silitonga, T.S. (2004). Pengelolaan dan
domestications of cultivated rice, Oryza pemanfaatan plasma nutfah padi di
sativa. PNAS, 103, 9578–9583. Indonesia. Buletin Plasma Nutfah, 10(2),
56-71.
I. Luo, Y., Zakaria, S, Bsyah, B., Ma, T., Li,
Z., Yang, J., and Yin, Z. (2014). Marker- Singh, S.P., Goel, R.K., Hunjan, M.S., Vikal, Y.
assisted breeding of Indonesia local rice and Lore, J.S. (2012). Screening of land
variety Siputeh for semi-dwarf phonetype, races of rice (Oryza sativa) for bacterial
good grain quality and disease resistance blight resistance and marker assisted
to bacterial blight. Rice, 7:33 surveying of known Xa/xa gene(s). Plant
Disease Research (Ludhiana) 27 (2), 209-
Mohanty, S. (2013) Trends in Global Rice
215.
Consumption. Rice Today January-
March, 44–45. Siteresmi, T., Wening, R.H., Rakhmi, A.T.,
Yunani, N., and Susanto U. (2013).
Nakagahara, M., Okuno, K., and Vaughan, D.
Pemanfaatan plsma nutfah padi varietas
(1997). Rice genetic resources: history,
lokal dalam perakitan varietas unggul.
conservation, investigative
IPTEK Tanaman Pangan. 8, 22-30.
characterization and use in Japan. Plant
Mol. Biol., 35, 69–77. Smith, M L. (2006). The Archaeology of Food
Preference. American Anthropologist,
Panuju, D.R., Mizuno, K., and Trisasongko, B.H.
108, 480–493.
(2013). The dynamics of rice production
in Indonesia 1961-2009. J. Saud. Soc. Sutoro, Somantri, I.H., Silitonga, T.S., Budiarti,
Agric., 12, 27–37. S.G., Hadiatmi, Asadi, Minantyorini,
Zuraida, N., Suhartini, T., Dewi, N.,
Phillips, A. & Stolton, S. (2008). Protected
Setyowati, M., Tri Zulchi P.H., Diantina,
landscapes and biodiversity values: an
S., Risliawati, A., dan Juliantini, E.
overview. In: Amend, T., Brown, J.,
(2010). Katalog data paspor plasma
Kothari, A., Phillips, A. and Stolton, S.
nutfah tanaman. BB Biogen. Bogor.
(Eds.): Protected Landscapes and
Agrobiodiversity Values. Vol.I. Protected Suwannaporn, P., Linnemann, A.A., and
Landscapes and Seascapes. IUCN & Chaveesuk, R. (2008). Consumer
GTZ, Kasparek Verlag, Heidelberg. preference mapping for rice product
concepts. British Food Journal, 110, 595-
Prescott, J., Young, O., O’Neill, L., Yau, N.J.N.,
606.
and Stevens, R. (2002). Motives for food
choice: a comparison of consumers from Taguchi-Shiobara, F., Ozaki, H., Sato, H.,
Japan, Taiwan, Malaysia and New Maeda, H., Kojima, Y., Ebitani, T. et al.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 299
(2013). Mapping and validation of QTLs Unnevehr, L.J. (1986). Consumer Demands for
for rice sheath blight resistance. Breeding Rice Grain Quality and Returns to
Science, 63 (3), 301- 308 Research for Quality Improvement in
Southeast Asia. Amer. J. Agr. Econ., 68,
Thomson, M.J., Septiningsih, E.M., Suwardjo,
634–641.
F., Santoso, T.J., Silitonga, T.S., and
·McCouch, S.R. (2007). Genetic diversity Yanchang, L.Y., Zakaria, S., Basyah, B., Ma, T.,
analysis of traditional and improved Li, Z., Yang, J., and Yin, Z. (2014).
Indonesian rice (Oryza sativa L.) Marker-assisted breeding of Indonesia
germplasm using microsatellite markers. local rice variety Siputeh for semi-dwarf
Theor. Appl. Genet., 114, 559–568. phenotype, good grain quality and disease
resistance to bacterial blight. Rice, 7, 33.

300 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS APLIKASI
TEKNOLOGI INFORMASI PELAYANAN PENGUJIAN PUSAT
PENELITIAN A
MELALUI ISO 20000
Strategy For Improving The Quality Of Information Technology Application Of
Testing Service In Research Center A
Through ISO 20000
Muh. Azwar Massijaya
Kelompok Penelitian Manajemen Mutu
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan Puspitek, Gedung 417 Tangerang Selatan 15314, Banten
Korespondensi : AzMassijaya@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
ISO 20000, SILAT, Information In order to support the testing process is a form of transparency and
Management System support for the implementation of quality management system
requirements of ISO 9001, A Research Center launched a program called
SILAT information technology application in 2015. With SILAT
application, the customer is expected to recognize the progress of their
product, which are being tested. However, as the new software, SILAT
have never received any supporting regarding analysis of information
management systems, makes wider opportunity to improving the service to
customers. In the ISO standard, a standard that can be used as a guideline
is ISO 20000. On the other hand, research that discussed the ISO 20000,
especially in the context of government institutions, is still scarce.
Therefore, research on improving the quality of application of information
technology for service testing of Research Centre A through ISO 20000
becomes important. This study aims to find the weaknesses and strengths
of SILAT management software to purposed recommendations for
improving the quality of testing services to its customers. This study used a
qualitative approach. Data obtained through observations and interviews
with experts whose responsible for the development of SILAT. The results
of the analysis is presented in this paper as recommendations for
improving the information of testing services of research center A.
Kata Kunci SARI KARANGAN
ISO 20000, SILAT, Sistem Dalam rangka mendukung bentuk transparansi proses pengujian dan
Manajemen Informasi. dukungan terhadap implementasi persyaratan sistem manajemen mutu ISO
9001, Pusat Penelitian A meluncurkan program aplikasi teknologi
informasi bernama SILAT pada tahun 2015. Dengan aplikasi SILAT,
maka para pelanggan diharapkan dapat mengetahui perkembangan dari
barang mereka yang sedang diuji. Namun, sebagai software yang baru,
SILAT belum pernah mendapat dukungan berupa analisis sistem
manajemen informasi, sehingga masih membuka peluang untuk
peningkatan layanan yang lebih baik terhadap pelanggan. Dalam standar
ISO, standar yang dapat digunakan sebagai pedoman adalah ISO 20000.
Di satu sisi, penelitian yang membahas mengenai ISO 20000, terutama
dalam konteks kelembagaan pemerintah, masih ditemukan dalam jumlah
yang sedikit. Oleh karena itu, penelitian mengenai upaya peningkatan
kualitas aplikasi teknologi informasi pelayanan pengujian Pusat Penelitian
A melalui ISO 20000 menjadi penting. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan kelemahan dan kekuatan manajemen software SILAT
sehingga dapat disusun rekomendasi untuk peningkatan kualitas pelayanan
pengujian kepada para pelanggan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 301
kualitatif. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan pakar
yang bertanggung jawab terhadap pengembangan SILAT. Hasil analisis
dipaparkan di dalam makalah ini sebagai rekomendasi untuk peningkatan
informasi pelayanan pengujian pusat penelitian A..

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN Meninjau penelitian terdahulu yang telah


dilakukan, ISO 2000 dapat memberikan
Pada saat ini, tingkat persaingan yang berbagai manfaat positif berupa kendali dan
tinggi membuat berbagai jenis organisasi terus manajemen pelayanan berbasis teknologi
berupaya untuk meningkatkan kepuasan informasi (Steel 2007). Lebih lanjut, Steel
pelangga dengan mengidentifikasi, dan (2007) juga menjelaskan bahwa ISO 20000
berusaha untuk melampaui kebutuhan dan menyediakan kerangka kerja bagi manajer
harapan para pelanggannya. Dalam mengejar untuk mendokumentasikan, mengaudit, dan
hal tersebut, berbagai bentuk sistem manajemen meningkatkan manajemen pelayanan TI. Park
mutu menjadi populer, dan kerangka sistem dan Kim (2012) menyebutkan bahwa ISO
manajemen mutu ISO 9001 menjadi kerangka 20000 telah diterapkan oleh Korea Institue of
sistem manajemen mutu yang paling banyak Science and Technology Information (KISTI)
digunakan diseluruh dunia (ISO 2015) karena untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
persyaratan yang dimilkinya dirancang untuk Meskipun demikian, penelitian tentang
dapat diterapkan pada berbagai tipe organisasi kerangka manajemen layanan teknologi
tanpa memandang ukuran maupun jenis usaha Informasi berbasis ISO 20000, terutama fokus
yang dijalankan oleh organisasi tersebut untuk upaya peningkatan kualitas aplikasi
(ISO,2015). menurut Hoyle (2009), ISO 9001 pelayanan pengujian milik pemerintah,
memiliki berbagai turunan untuk menyesuaikan jumlahnya masih sedikit. Umumnya penelitian
standar dengan bidang – bidang tertentu seperti yang ada membahas mengenai kerangka
industri pesawat terbang, otomotif, produsen manajemen layanan yang tidak berbasiskan
alat kesehatan, telekomunikasi serta juga untuk standar ISO, misalnya penelitian yang
industri makanan dan minuman. Untuk dilakukan oleh Aazadnia dan Fasanghari
manajemen sistem layanan berbasis teknologi (2008); AlShamy dkk (2012); dan Kolarovszka
informasi, ISO telah menerbitkan dokumen ISO (2013).
20000. Oleh karena itu penelitian ini penting
SILAT adalah layanan berbasis teknologi untuk menjawab pertanyaan: “seperti apa
informasi yang dibangun oleh pusat penelitian kekuatan dan kelemahan SILAT menurut
A untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang kerangka manajemen layanan informasi
dimilikinya kepada para pelanggan pengujian. teknologi ISO 20000?”. Dengan menjawab
Dengan SILAT, pelanggan pengujian dapat pertanyaan tersebut, dapat disusun rekomendasi
melakukan monitoring order, tracking dan perbaikan manajemen layanan SILAT, dan
searching order, dan komunikasi. Namun, diharapkan dapat meingkatkan kepuasan
SILAT adalah sistem layanan teknologi pelangga pengujian pusat penelitian A.
informasi yang baru, dan kerangka sistem
manajemen untuk menjamin kualitas
pengelolannya belum sepenuhnya KERANGKA TEORI
dikembangkan. Salah satu bentuk kerangka 2.1 Sistem Manajemen Mutu
sistem manajemen pelayanan berbasis
teknologi informasi yang dapat digunakan Tague (2005) menjelaskan sistem manajemen
adalah ISO 20000. mutu sebagai sistem dibangun oleh suatu
organisasi untuk mengorganisasikan atau

302 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mengelola peningkatan semua tingkat internal di atas rata – rata dengan bukti adanya
organisasi tersebut dengan melibatkan konsep kinerja luar biasa pada aspek kualitas, mutu,
filosofis tertentu dan metode tertentu. produktifitas, kepuasan pelanggan, dan
Sedangkan di dalam dokumen ISO 9000 : 2015 kesuksesan pasar. Evan (2005) menjelaskan
(ISO, 2015) mejelaskan bahwa sistem bahwa MBNQA pertama kali disusun oleh
manajemen mutu merupakan suatu sistem yang Amerika Serikat untuk membangkitkan
mendukung : kembali industri dalam negari AS yang
mulai goyah oleh produk milik Jepang.
1. Kegiatan organisasi untuk menetapkan
sasaran, proses dan sumberdaya yang 2.2 Persyaratan ISO 20000 – 1 secara umum
diperlukan
Menurut dokumen ISO 20000 (ISO,2009),
2. Mengorganisasikan proses yang saling
standar ISO 20000 versi 2011 terdiri dari 5
berinteraksi, dengan mempertimbangkan
bagian, yaitu :
sumberdaya
3. Meningkatkan penggunaan sumber daya 1) Bagian 1 : persyaratan sistem manajemen
secara optimal dengan mempertibangkan layanan
risiko yang mungkin muncul dari aktifitas 2) Bagian 2 : pedoman penerapan sistem
tersebut manajemen layanan
4. Membantu identifikasi cara dalam 3) Bagian 3 : pedoman pendefinisian lingkup
penanganan resiko dalam penyediaan dan kesesuaian dari ISO/IEC 20000-1
produk dan jasa. 4) Bagian 4 : Model referensi proses
5) Bagian 5 : contoh acuan perencanaan
Berikut ini adalah contoh kerangka sistem
implementasi ISO/IEC 20000-1
manajemen mutu yang banyak digunakan
secara umum :
Dokumen ISO 20000 yang menjadi acuan di
1. Total Quality Management. Tague (2004) dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
menjelaskan bahwa TQM adalah “semua dokumen ISO/IEC 20000 bagian 1 :teknologi
sistem manajemen mutu yang melingkupi informasi - persyaratan sistem manajemen
semua bidang sebuah organisasi, layanan. ISO (2009) juga menjelaskan bahwa
menekankan kepuasan pelanggan dan ISO/IEC 20000 bagian 1 dapat digunakan
menggunakan metode dan alat untuk untuk :
peningkatan berkelanjutan” 1) organisasi yang mencari pelayanan dari
2. ISO 9000. Tague (2004) menjelaskan penyedia layanan dan membutuhkan
bahwa ISO 9000 merupakan set standar jaminan bahwa persyaratan mereka atas
yang digunakan secara internasional, layanan tersebut dipenuhi
dimana pada prakteknya organisasi diaudit 2) organisasi yang merasa harus untuk
oleh auditor berdasarkan persyaratan – menyediakan layanan secara konsisten
persyaratan yang terdapat di dalam 3) penyedia layanan yang ingin menunjukkan
dokumen ISO 9000. Set standar ISO 9000 kemampuannya dalam merancang,
terdiri dari tiga dokumen, yaitu ISO 9000 mengimplementasikan dan meningkatkan
tentang dasar dan kosa kata; ISO 9001 pelayanan yang dpaat memenuhi
persyaratan; dan ISO 9004 panduan untuk persyaratan pelayanan
peningkatan kinerja (Evan, 2005). 4) penyedia layanan yang ingin memonitor,
3. Malcom Baldrige National Quality Award mengukur dan mengkaji proses manajemen
(MBNQA). Tague (2004) menjelaskan layanan dan pelayanannya
bahwa MBNQA adalah penghargaan secara 5) penyedia layanan yang ingin meningkatkan
nasional yang diberikan kepada organisasi rancangannya, perubahan, dan pemberian
atau bagian dari organisasi yang berkinerja

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 303
layanan melaui implementasi yang efefktif Persyaratan ini berisi tentang persyaratan yang
dan operasi dari sistem manajemen layanan harus dipenuhi oleh organisasi apabila terdapat
6) penilai atau auditor kriteria kesesuaian dari pelayanan yang baru atau berubah dan
pihak penyedia layanan untuk persyaratan perubahan tersebut berdampak bagi pelayanan
ISO/IEC 20000 bagian 1. kepada pelanggan. Klausul ini terbagi lagi
menjadi subklausul :
Secara umum, ISO/IEC 20000 – 1 berisikan
enam klausul persyaratan, yaitu :
A. Umum
1. Persyaratan Sistem Manajemen Layanan B. Rencana pelayanan yang baru atau
Persyaratan sistem manajemen layanan secara pelayanan yang berubah
umum berisi tentang persyaratan yang harus C. Perancangan atau pengembangan dari
dilakukan oleh manajemen puncak dan hal pelayanan yang baru atau berubah
utama lainnya seperti masalah dokumentasi dan D. Transisi dari pelayanan yang baru atau
pengawasan sistem manajemen layanan dalam berubah
rangka mendukung pendirian sistem
manajemen layanan. Klausul ini terbagi lagi 3. Proses layanan
menjadi :
klausul proses layanan berisi tentang teknis
A. tanggung jawab manajemen, yang berisi umum dalam melakukan layanan kepada
mengenai persyaratan : pelanggan, mulai dari pengelolaan cakupan
• kebijakan manajemen layanan pelayanan, monitoring pelayanan hingga
• wewenang, tanggung jawab dan komunikasi masalah kemanan informasi layanan.
• perwakilan manajemen Klausul ini terbagi menjadi :
B. manajemen dokumentasi, yang berisi A. pengelolaan cakupan layanan
persyaratan : B. pelaporan layanan
• pembuatan dan mempertahankan dokumen C. pengelolaan keberlanjutan pelayanan dan
• pengendalian dokumen ketersediaan, yang terbagi lagi menjadi
• pengendalian rekaman • persyaratan keberlangsungan dan
C. manajemen sumberdaya, yang bersi ketersediaan pelayanan
persyaratan : • perencanaan keberlangsungan dan
• penyediaan sumberdaya ketersediaan pelayanan
• sumber daya manusia • monitoring kerbelangsungan dan
D. pembangunan dan peningkatan sistem ketersediaan pelayanan
manajemen layanan, yang berisi persyaratan D. alokasi anggaran dan akuntansi pelayanan
: E. pengelolaan kapasitas
• pendefinisian lingkup F. pengelolaan keamanan informasi, yang
• perencanaan sistem manajemen layanan terbagi menjadi
• implementasi dan mengoperasikan sistem • Kebijakan keamanan informasi
manajemen layanan • Kendali keamanan informasi
• monitoring dan mengkaji sistem • Perubahan dan insiden keamanan informasi
manajemen layanan (termasuk di dalamnya
audit internal dan tinjauan manajemen) 4. Proses hubungan

2. Perancangan dan transisi kedalam Klausul ini berisi tentang persyaratan yang
layanan baru atau perubahan layanan harus dipenuhi oleh pihak penyedia layanan
ketika ingin mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hubungan yang

304 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dimilkinya dengan pelanggan, pemasok dan pelayanan kepada pelanggan. Klausul ini
pihak berkepentingan lainnya. Klausul ini terbagi menjadi subklausul :
terbagi menjadi dua sub klausul, yaitu :
A. pengeloaan konfigurasi
A. pengelolaan hubungan bisnis B. pengelolaan perubahan
B. pengelolaan pemasok C. pengelolaan realisasi dan pengembangan
METODE PENELITIAN
5. Proses pemecahan masalah
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Klausul ini berisi tentang penjelasan isi dari kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan
dokumen prosedur yang menjelaskan jalan observasi langsung dan wawancara
penanganan insiden dan masalah oleh pihak dengan para pakar yang bertanggung jawab
pengelola pelayanan. Klausul ini terbagi dalam pengembangan aplikasi layanan SILAT.
menjadi subklausul : Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Pertama,
A. Pengelolaan insiden dan permintaan layanan analisis interpretasi standar dilakukan untuk
B. Pengelolaan masalah menyesuaikan persyaratan standar ISO 20000
dengan konteks aplikasi layanan SILAT.
6. proses pengendalian Kedua, dilakukan observasi dan wawancara
untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan
klausul ini berisi tentang penekanan kepada manajemen layanan SILAT dari pusat
keharusan pihak penyedia layanan penelitian A, dan ketiga adalah penyusunan
mengendalikan semua elemen penting yang rekomendasi. Kerangka penelitian ini dapat
berperan pentinga dalam kjelangsungan dilihat pada gambar 1.

Interpretasi Observasi dan Penyusunan


Standar wawancara Rekomendasi

Gambar 1. Kerangka Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 SILAT

SILAT (Sistem Informasi Layanan Terpadu)


didirikan sebagai bagian dari program Quick
wins Reformasi Birokrasi. Dengan demikian,
salah satu luaran yang diharapkan dari
pelaksanaan program tersebut adalah adanya
perbaikan sistem dan mekanisme pelyanan
sekaligus memberikan dampak positif bagi para
pelanggan. Tampilan SILAT dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Tampilan depan dan Menu
SILAT

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 305
d. pihak pengendalian mutu dan teknis
laboratorium dapat menggunakan SILAT untuk
melakukan :
• perencanaan jadwal pengerjaan order
• monitoring status job order
• monitoring status pencapaian standar pelayanan
minimal dan ketidaksesuaiannya
• menelusuri data order apabila diperlukan
e. pihak administrasi keuangan dapat
menggunakan SILAT untuk melakukan :
• pemantauan status job order yang sudah bisa
ditagih
• pembuatan invoice
• memperbaharui dan monitoring status
penagihan job order

Selain untuk membantu proses monitoring kepada 4.2 Analisis Internal Manajemen Pelayanan
pelanggan ekternal, SILAT juga digunakan oleh SILAT berbasis ISO 20000
berbagai pihak berkepentingan di dalam internal
organisasi, yaitu : 1. tanggung jawab manajemen
a. pihak manajemen dapat menggunakan SILAT • komitmen manajemen
untuk melakukan kegiatan monitoring atas : bukti komitmen manajaemen puncak untuk
• pelanggan perencanaan, pembangunan, implementasi dan
peningkatan sistem manajemen layanan dapat
• pencapaian kuantitas dan nominal rupiah order
dilihat pada laporan Reformasi dan Birokrasi
• status order pengujian
pusat penelitian yang mencantumkan berbagai
• status penagihan
informasi mengenai pengembangan aplikasi
• status pencapaian standar pelayanan minimal
SILAT. Untuk aspek komitmen yang lain :
dan ketidaksesuaiannya
• membangun dan mengkomunikasikan lingkup,
• status kepuasan pelanggan
kebijakan dan tujuan untuk manajemen jasa
• status penggunaan laboratorium untuk
(tertuang dalam laporan perkembangan dan
pelayanan
rencana pengembangan quick wins )
b. pihak pemasaran pelayanan pengujian dapat
• menjamin bahwa rencana manajemen jasa
menggunakan SILAT untuk melakukan :
diciptakan, diimplementasikan dan dijaga,
• pembuatan job order pengujian
dengan mengalokasikan dana tahunan.
• updating status job order pemasaran
• mengkomunikasikan untuk pentingnya
• menetapkan sasaran waktu denan mengacu memenuhi peraturan perudang – undangan
kepada standar pelayanan minimal yang berlaku, dmana SILAT dibuat untuk
• monitoring status job order memenuhi peraturan pemerintah tentang e-
• pengolahan data kepuasan pelanggan Government.
• menelusuri data order apabila diperlukan • menjamin ketersediaan sumberdaya, dengan
c. pihak administrasi laboratorium dapat cara menyediakan dana tetap setiap tahun,
menggunakan SILAT untuk melakukan : menunjuk programmer yang kompeten dan
• pembuatan dokumen untuk memenuhi perintah menyediakan fasilitas layanan
kerja pengujian • tinjauan manajemen secara berkala telah
• updating status job order dilakukan meskipun tidak dalam forum yang
• menelusuri data order apabila diperlukan formal untuk menangani maslaah SILAT

306 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
• Manajemen risiko terkait SILAT belum 3. manajemen sumberdaya
dikelola secara optimal, terutama jumlah manajemen sumber daya yang disiapkan untuk
personel yang sanggup melakukan perbaikan mendukung SILAT dijelakan sebagai berikut :
SILAT yang masih belum memadai • penyedia layanan sudah menentukan dan
• kebijakan manajemen layanan menyediakan personil yang memiliki
manajemen puncak telah berusaha menjamin kompetensi di bidang teknikal informasi dan
kebijakan manajemen layanan telah sesuai dengan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk
tujuan lingkup manajemen pelayanan, mendirikan, mengimplementasikan, menjaga
mengkomunikasikaannya, dan melakukan tinjaun dan meningkatkan sistem manajemen layanan.
secara berkala meskipun dalam bentuk yang tidak • personil penyedia layanan yang mempengaruhi
formal, dan tidak berkala. kesesuaian untuk persyaratan pelayanan sudah
• wewenang, tanggung jawab dan kompeten berdasarkan pendidikan, training,
komunikasi kemampuan dan pengalaman. Namun,
sayangnya jumlah personil yang dapat
manajemen puncak telah mengeluarkan surat menjaga apabila terdapat kerusakan pada
ketetapan (SK) yang menjamin bahwa : sistem hanya berjumlah satu orang
wewenang manajemen layanan SILAT dan
tanggung jawabnya didefinisikan dan dijaga. 4. pembangunan dan peningkatan sistem
Namun, dokumen formal untuk prosedur manajemen layanan
komunikasi belum dibangun dan • penyedia layanan sudah menentukan lingkup
diimplementasikan. Komunikasi hanya dari penerapan manajemen layanan di
berlangsung secara informal. perencanaan manajemen pelayanan.
Lingkupnya sudah dijelaskan oleh nama dari
• perwakilan manajemen
unit organisasi yang menyediakan layanan dan
manajemen puncak telah menunjuk personil
jasa yang dihantarkan. Keterangan mengenai
penyedia manajemen layanan untuk bertanggung
ini dapat ditemukan pada laporan reformasi
jawab untuk pemenuhan persyaratan yang
birokrasi milik pusat penelitian A.
diperlukan, menjamin bahwa manajemen layanan
• penyedia jasa untuk proses yang spesifik sudah
dirancang, diimplementasikan dan ditingkatkan
sesuai dengan tujuan manajemen layanan, searah dengan rencana manajemen pelayanan.
Namun, rencana manajemen pelayanan beserta
menjamin bahwa Sistem manajemen layanan
rencana yang dibuat belum dikaji secara rutin
memenuhi peraturan perundang – undangan, dan
melaporkan kinerja manajemen layanan kepada meskipun apabila diperlukan, rencana akan
pejabat yang bertanggung ajwab untuk menangani diperbaharui.
pelayanan pengujian • pihak penyedia layanan sudah menciptakan,
mengimplementasikan dan menjaga rencana
2. manajemen dokumentasi manajemen pelayanan, termasuk : alokasi
sumberdaya keuangan (melalui alokasi DIPA
manajemen dokumentasi untuk SILAT dijelaskan dan pembiayanaan rutin), tanggung jawab,
sebagai berikut : manajemen personil (ada SK yang
• penyedia layanan telah membuat dan menjaga menugaskan). Sedangkan identifikasi risiko
terkait dengan aplikasi SILAT belum
dokumentasi, termasuk rekaman, untuk proses
dilakukan secara optimal.
operasi dan pengendalian manajemen layanan
dengan membuat daftar induk rekaman. • penyedia layanan belum menggunakan metode
• Dokumen kebijakan dan tujuan manajemen tertentu untuk melakukan monitoring dan
layanan, rencana layanan telah tercantum di mengukur sistem manajemen layanan dan jasa
dalam dokumen reformasi birokrasi, yang diberikannya, dan belum
didokumentasikan
• Dokumen perencanaan sistem manajemen
• belum kebijakan untuk peningkatan
perencanaan masih belum terkendali
berkelanjutan terhadap SMS dan jasa yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 307
diberikannya, kebijakan harus meliputi kriteria • belum ada pelaporan pelayanan harus
evaluasi untuk peluang peningkatan. selama menyertakan : kinerja , informasi yang
ini peluang peningkatan kualitas layanan relevan, kepuasan pelanggan dan sebagainya
aplikasi SILAt diperoleh dari masukan • penyedia layanan belum melakukan penilaian
pelanggan internal. dan pendokumentasian risiko yang
mempengaruhi keberlangsungan dan
5. perancangan dan transisi kedalam layanan ketersediaan pelayanan
baru atau perubahan layanan • pihak peneydia layanan sudah
mengidentifikasi dan sepakat dengan
• penyedia layanan telah menggunakan proses pelanggan dan pihak berkepentingan megenai
desain dan perancangan bila ada perubahan persyaratan yang dibutuhkan, dan dibawa
jasa yang berpotensi besar terhadap jasa yang sebagai bahan masukan untuk membuat
diberikan kepada pelanggan. Penyedia layanan perencanaan bisnis, persyatan layanan.
telah mengidentifikasikan persayaratan • Penyedia layanan telah menciptakan,
layanan apabila harus ada ada layanan yang mengimplementasikan, dan menjaga rencana
berubah. Pelayanan yang baru atau perubaan keberlanjutan pelayanan dan rencana
telah direncanakan untuk memenuhi ketersediaan. Rencana keberlanjutan
persyaratan pelanggan, dimana pelanggan pelayanan meliputi :
yang paling banyka meminta tambahan o Prosedur yang diimplementasikan (tidak
layanan aplikasi adalah pelanggan internal. formal)
• Perencanaan yang baru atau berubah sudah o Tujuan ( tertuang di laporan reformasi
disetujui oleh pelanggan (umumnya pelanggan birokrasi, namun tidak tersedia keterangan
internal, melalui komunikasi nonformal) dan waktu untuk menjelaskan tujuan jangka
pihak berkepentingan yang terlibat panjang dan menengahnya)
• Penyedia layanan sudah melakukan kegiatan o Persyaratan pemulihan (melekat pada
identifikasi persyaratan layanan untuk jasa kompetensi programmer)
yang baru atau berubah, dan disetujui pihak o Pendekatan untuk kembali kepada kondisi
berkepentingan kerja yang normal (melekat pada kompetensi
• Pelayanan yang baru atau berubah belum programmer)
pernah didokumentasikan secara formal • Penyedia layanan telah menilai dampak dari
• Pelayanan yang baru atau berubah selalu diuji permintaan untuk perubahan atas rencana
bahwa palayanan tersebut telah memenuhi keberlanjutan dan ketersediaan. Namun,
persyaratan pelayanan dan rancangan yang penilaian ini dilakukan dengan dasar justifikasi
telah didokumentasikan, dan hasilnya personal dari pejabat, dan belum ada kriteria
dilaporkan kepada pihak berkepentingan yang disusun untuk menilai dampak dari
permintaan pelanggan. Justifikasi itu sendiri
6. proses penghantaran layanan didasarkan kepada “apakah manfaat yang
proses penghantaran layanan aplikasi SILAT diperoleh apabila dilakukan penambhana
dijelaskan sebagai berikut fitur?” dan “apakah permintaan yang baru ini
• penyedia layanan sepakat dengan pelanggan sudah atau belum tersedia di dalam aplikasi
(umumnya internal) mengenai kelengkapan SILAT ?”
pelayanan SILAT • Ketersediaan pelayanan sudah dimonitor untuk
• deskripsi untuk setiap laporan pelayanan, dibandingkan dengan tujuan yang disepakati,
termasuk identifikasi, tujuan, audiensi, namun tidak direkam. Ketidak tersediaan yang
frekuensi dan rincian untuk sumber daya data tidak terencana diantisipasi dengan
sudah didokumentsikan dalam laporan terpisah menyediakan kontak personil yang
dan disetujui oleh penyedia layanan dan pihak bertanggung jawab atas ketersediaan aplikasi
berkepentingan SILAT.

308 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
• Sudah terdapat kebijakan dan prosedur pelayanan dan peraturan perundang –
terdokumentasi untuk undangan, dalam hal ini pengelolaan SILAT :
o Alokasi anggaran untuk komponen pelayanan o Telah dilakukan komunikasi kebijakan
seperti : keamanan informasi dan pentingnya
 Aset, termasuk lisensi memenuhi kebijakan tersebut kepada personil
 Sumberdaya yang dibagikan yang berwenang (programmer SILAT)
 Overhead o tujuan manajemen keamanan informasi belum
 Modal dan pengeluaran operasi dibangun
 Pelayanan pemasok eksternal o penilaian resiko keamanan informasi belum
 Personil dilakukan secara berkala
 Fasilitas o audit internal keamanan informasi belum
o Pembagian biaya tidak langsung dan alokasi dijalankan
biaya langsung kepada pelayanan, untuk o audit belum melakukan reviu untuk
menyediakan (informasi) mengenai mengidentifikasikan peluang untuk
keseluruhan biaya peningkatan
o Kendali keuangan dan persetujuannya • Penyedia layanan telah mengimplementasikan
• Penyedia layanan mengidentifikasi dan dan mengoperasikan kendali keamanan atas
menyeetujui persyaratan kapasitas dan kinerja informasi fisik, administrasi, dan teknis,
pelanggan dan pihak berkepentingan secara namunpersonil yang bertanggung ajwab atas
informal. hal tersebut baru berjumlah satu orang
• Penyedia layanan telah menciptakan, sehingga memunculkan resiko gangguan
mengimplementasikan dan menjaga rencana sistem apabila personil tersebut tidak tersedia.
kapasitas dengan mempertimbangkan aspek
manusia, teknis, sumberdaya informasi dan 7. Proses hubungan
keuangan. • penyedia layanan telah mengidentifikasikan
• Rencana kapasitas telah melingkupi : dan mendokumentasikan pelanggan, pengguna
o Permintaan pelayanan untuk saat ini dan yang dan pihak berkepentingan pelayanan (tersedia
akan datang (tidak tertulis secara formal) dalam bentuk laporan reformasi birokrasi)
o Dampak yang diperkirakan terhadap • untuk setiap pelanggan, pihak penyedia
persyaratan ketersediaan yang disetujui, pelayanan harus menetapkan personil yang
keberlanjutan pelayanan dan tingkatan bertanggung jawab untuk mengelola hubungan
pelayanan pelanggan dan kepuasan pelanggan (sudah
o Waktu, ambang batas dan biaya untuk tersedia dengan penunjukan langsung melalui
peningkatan kapasitas pelayanan SK)
o Dampak potensial yang mungkin akan • pihak penyedia layanan haruslah membangun
ditimbulkan dari perundang – undangan mekanisme komunikasi dengan pelanggan
(sudah dikaji dan menjadi salah satu alasan (mekanisme dilakukan secara informal)
munculnya aplikasi SILAT) • pihak penyedia layanan mereview kinerja
o Dampak potensial yang mungkin timbul dari layanan berdasarkan jangka waktu yang acak,
teknologi yang baru dan teknik yang baru (saat dengan pelanggan
ini SILAT sedang dipersiapkan untuk hadir • perubahan persyaratan layanan sudah
dalam teknologi android, sehingga dapat dikendalikan dalam proses manajemen
dibuka dari telepon genggam) perubahan.
o Tidak ada Prosedur yang memungkinkan • Perubahan atas perjanjian dengan pelanggan
untuk melakukan analisis prediksi atau tidak dikoordinasikan dengan proses
mengacu terhadapnya manajemen layanan. Namun, perjanjian
• Manajemen dengan posisi yang layak haruslah layanan yang tertuang di dalam bentuk
menyetujui pertimbangan kebijakan keamanan dokumen dianggap tidak relevan untuk kasus
informasi dengan pertimbangan persyaratan ini.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 309
• Semua keluhan pelanggan harus disepakati o Sudah ada Hubungan antara CI dan CI lainnya
dengan pelanggan; sudah terdapat prosedur o Sudah ada Hubungan antara CI dan komponen
dokumentasi untuk mengelola keluhan pelayanan lainnya
pelayanan dari pelanggan melalui SOP o Tidak ada deskripsi tentang Status aplikasi
pengaduan pelanggan ISO 9001. o Tidak ada deskripsi tentang Versi
• Penyedia layanan telah menginvestigasikan, o Tidak ada deskripsi tentang Lokasi
bereaksi atas, melaporkan dan menutup o Tidak ada deskripsi tentang Permintaan terkait
keluhan pelayanan, namun belum direkaman untuk berubah
• Pihak penyedia layanan baru mengukur o Tidak ada deskripsi tentang topik terkait dan
kepuasan pelanggan secara umum melalui masalah yang diketahui
indeks kepuasan masyarakat, namun yang • Semua CI sudah diidentifikasi secara unik dan
khusus mengukur kepuasan terkait kinerja direkam di dalam CMDB. CMDB harus
SILAT tidak ada. dikelola untuk menjamin reliabilitas dan
akurasinya, termasuk kendali atas akses yang
8. Proses penyelesaian masalah diperbaharui
• Belum ada prosedur yang terdokumentasi • Tidak ada prosedur terdokumentasi untuk
mengenai semua insiden untuk menjelaskan : merekam, mengendalikan dan menelusuri
o Rekaman versi dari CI.
o Prioritas alokasi • Belum ada tingkat kendali harus menjaga
o Klasifikasi integritas pelayanan dan komponen pelayanan
o Pembaharuan rekaman diambil sebagai pertimbangan untuk
o Penetapan persyaratan pelayanan dan resiko yang
o Penghentian berhubungan dengan CI
• Belum terdapat dokumen prosedur untuk • Pihak penyedia layanan belum mengaudit
mengelola pemenuhan permintaan pelayanan rekaman yang disimpan didalam CMDB
dari rekaman untuk menyelesaiakan masalah secara berkala
• Insiden pada pelayanan belum dikelola sesuai • Informasi dari CMDB belum pernah
dengan prosedur (belum ada prosedur) disediakan untuk proses manajemen perubahan
• Belum ada dokumentasi prosedur untuk • Perubahan terhadap CI dapat ditelusuri dan
mengidentifikasikan masalah dan diaudit untuk menjamin integritas CI dan data
meminimalisir dampak dari insiden dan di dalam CMDB
masalah. Prosedur untuk masalah harus • Master copy dari CI yang direkam telah
menjelaskan disimpan di dalam fisik ang aman atau
o Identifikasi perpustakaan elektronik. Hal yang disimpan
o Rekaman meliputi informasi lisensi, software, dan
o Prioritas alokasi konfigurasi hardware
o Klasifikasi
o Pemnaharuan rekaman Rekomendasi Strategi Peningkatan
o Perkembangan
o Resolusi Melihat analisis diatas, kita dapat melihat bahwa
o Penutupan terdapat hal utama yang harus diperbaiki
segera, yaitu :
9. proses pengendalian
• dokumen yang menjelaskan mengenai CI a. Jumlah personil programmer yang belum
(configuration Item) masih berbentuk memadai. jumlah personil yang memiliki
dokumen yang sifatnya tidak formal. kompetensi dalam mendirikan, menjaga dan
• Informasi yang yang direkam untuk setiap CI memperbaiki kinerja aplikasi yang belum
pada aplikasi SILAT : memadai. Sejauh ini pusat penelitian A hanya
o Sudah ada Deskripsi CI menyediakan satu orang yang bertugas untuk

310 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
memperbaiki layanan aplikasi apabila terjadi mengalami masalah dan programmer tersebut
masalah atau kerusakan. Hal ini mengandung sudah mengundurkan diri namun tidak
resiko yang sangat besar, terlebih apabila meninggalkan bahan tertulis yang dapat
personil yang bersangkutan tidak tersedia atau dipelajari oleh programmer selanjutnya.
mengundurkan diri karena alasan tertentu.
Secara garis besar, aplikasi SILAT dibangun PENUTUP
melalui tiga tahap, yaitu a) mengidentifikasi
keinginan dan kebutuhan pelanggan, b) Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat kita
merancang blue print sistem aplikasi SILAT simpulakn bahwa menurut ISO 20000, manajemen
(oleh personil yang berpendidikan teknik layanan aplikasi SILAT sebaikanya berfokus
industri), c) dan pengkodean program oleh kepada perbaikan pada empat area, yaitu
personil yang memilki pendidikan di bidang pemenuhan jumlah personil yang berkompeten di
teknologi informasi. Pusat penelitian dapat bidang programming, pengendalian dokumen
mengalokasikan anggaran kepada personil lain penting, pembangunan metode monitoring dan
untuk mengikuti pelatihan mengenai audit, dan membangun prosedur penyelesaian
programming aplikasi. masalah dan mendokumentasikannya dalam bentuk
prosedur yang tertulis.
b. Beberapa dokumen penting yang tidak Penelitian ini diharapkan dapat menjadi model
dikendalikan. Berbagai dokumen penting penelitian bagi aplikasi layanan pemerintah sejenis.
seperti blue print pembangunan aplikasi Dengan demikian, akan mendorong peningkatan
SILAT dan rekaman perbaikan belum terekam kualitas layanan kepada masyarakat maupun
dengan baik. Hal ini dapat memunculkan kepada instansi pemerintah lainnya yang
resiko terjadinya keterlambatan proses membutuhkan. Model penelitian ini dapat
perbaikan di masa yang akan datang ketika digunakan untuk memperkuat implementasi
datang permintaan untuk memperbaiki aplikasi penataan tatalaksana instansi pemerintah. Hal ini
SILAT di masa yang akan datang. sesuai dengan program reformasi birokrasi yang
mensyaratkan adanya pembangunan atau
c. Metode monitoring kinerja SILAT, termasuk pengembangan e-government.
di dalamnya pengukuran kepuasan pelanggan
dan analisisnya terkait peluncuran aplikasi
SILAT, demikian juga dengan audit internal UCAPAN TERIMA KASIH
yang belum pernah mengaudit keberhasilan
penerapan aplikasi SILAT. Belum adanya Terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya
metode monitoring yang efektif untuk saya haturkan kepada saudara Sik Sumaedi, ST,
mengukur kinerja dapat memunculkan adanya M.SM untuk kesediannya dalam menyumbang
resiko pelanggan yang tidak puas atas saran yang penting dalam proses penelitian ini.
pelayanan yang diberikan oleh aplikasi
SILAT, namun tidak melaporkan keluhan
tersebut. DAFTAR PUSTAKA

d. Tidak adanya prosedur penyelesaian masalah Aazadnia, M and Fasanghari, M. (2008).


secara tertulis. Hal ini terkait dengan poin a, Improving the information technology
yaitu ketersediaan personil yang service management with six sigma. IJCSN
berkompetensi di bidang programming international journal of computer science
aplikasi. Selama ini, prosedur penyelesaian and network security, vol. 8, no. 3.
aplikasi SILAT melekat kepada programmer
yang bertugas membangun program SILAT Al Shamy, dkk. (2012). Information Technology
melalui aplikasi programming (tidak tertulis). Service Management (ITSM)
Resiko pada aplikasi mungkin akan muncul implementation methodelogy based
apabila dikemudian hari aplikasi SILAT ininformation technology infrastructure

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 311
library ver.3 (ITIL V3) International Journal
of Business Research and Management Kolarovszka, Z (2013). Application of Information
(IJBRM), Vol.3 Issue 3. Technology service management within
selected logistics and transport services. The
Evans, J. (2005). Total Quality. Management, 13th International Conference “Reliability”
Organization, and Strategy. 4th Editon. and Statistics in Transportation and
Thomson South Western, canada. Communication. Pp. 363 – 369

Hoyle, 2009. ISO 9000. Quality Systems Steel, C dkk (2007). Education for IT Service
Handbook. Sixth Edition. Management Standards. International
Journal of IT Stndards and Standardization
ISO, (2015). ISO 9000 : 2015. Quality Research, 5(2), 27 – 42.
management systems – Fundamentals and
Vaocabulary. Tague, N. (2004). The Quality toolbox. Quality
press, 600N milwaukee, wisconsin.
ISO, 2015. ISO Survey, 2015.
http://www.iso.org/iso/iso-survey [ diaskses
26 september 2016 ]

312 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Potensi Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku
Busa Pemadam Kebakaran Lahan Gambut di Indonesia:
Suatu Tijauan Pustaka
Potential Palm Oil As Raw Material Firefighting foam
Peatland in Indonesi:
A Literature Review
Purwo Subekti
Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu Riau
e-mail: purwos73@gmail.com

Keyword ABSTRACT
firefighting, palm oil, peat, This researchs aims to to find out about the potential of palm oil as a raw
foam material of foam firefighting peat fires in Indonesia. By using the method of
literature approach to previous researchers, can be in the know that the
vegetable raw materials with the potential to be developed in Indonesia as a
raw material of foam extinguishing peat fires is palm oil. In addition to the
availability of environmentally friendly palm oil is also guaranteed and
sustained since 2015, Indonesia produced palm oil and its derivatives
amounted to 32.5 million tons, to meet the domestic demand of 18.77%
while exports amounted to 81.23%.. Utilization of palm oil as a raw material
foam fire extinguisher is one form of support to the Indonesian government
in order to increase the downstream and value-added palm oil products as
well as reduce the level of risk of peat fires
Kata Kunci SARI KARANGAN
pemadam kebakaran, minyak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang potensi minyak sawit
sawit, gambut, busa
sebagai bahan baku busa pemadam kebakaran lahan gambut di Indonesia.
Dengan menggunakan metode pendekatan literatur terhadap peneliti
terdahulu, dapat di ketahui bahwa bahan baku nabati yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai bahan baku busa pemadam kebakaran
lahan gambut adalah minyak sawit. Selain ramah lingkungan ketersediaan
minyak sawit juga terjamin dan berkelanjutan karena pada tahun 2015
Indonesia memproduksi minyak sawit dan turunannya sebesar 32,5 juta ton,
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 18,77% sedangkan untuk
ekspor sebesar 81,23%. Pemanfaatan minyak sawit sebagai salah satu bahan
baku busa pemadam kebakaran merupakan salah satu bentuk dukungan
terhadap pemerintah Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan hilirisasi
dan nilai tambah dari produk minyak sawit serta menurunkan tingkat
resiko dari kebakaran lahan gambut.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 313
PENDAHULUAN gambut berbeda dengan kebakaran di area
mineral, kebakaran tidak hanya terjadi di
Di Indonesia kebakaran hutan dan lahan permukaan gambut dan jika terlambat
gambut sudah terjadi cukup lama, di pulau penangannya kebakaran akan terus menjalar ke
Kalimantan kebakaran hutan sudah terjadi sejak bagian bawah permukaan. Kedalaman lapisan
abad 17 (Barber dan Schwiehelm, 2000; Bowen gambut terbakar rata-rata 22, 03 cm (variasi
et al, 2001). Kemudian pada tahun 1980 antara 0 – 42, 3 cm) namun pada titik tertentu
mengalami peningkatan luas dan intensitas lapisan dapat terbakar mencapai 100 cm. Oleh
terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut, karena itu pemadaman kebakaran pada lahan
khususnya di pulau Sumatera dan Kalimantan. gambut sangat sulit dan memerlukan banyak air,
Kebakaran hutan yang cukup besar terjadi di untuk memadamkan lahan gambut seluas 1 m2
tahun 1982/1983, 1987, 1991, 1994, 1997/1998, diperlukan air sebanyak 200 – 400 Liter (Limin
2002, 2006 dan 2015 (Dennis, 1999: Bowen et et al, 2003). Pemadaman kebakaran di lahan
al, 2001; Tacconi, 2003; Wibowo, 2003; gambut dilakukan tidak hanya pada area
Adinugroho et al, 2004; Akbar, 2008; Suryadi permukaan tetapi juga pemadaman di bagian
dan Hadipriyanto, 2016). bawah permukaan. Sebagai gambaran biaya
Asap kebakaran hutan dan lahan gambut untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan
berdampak pada berbagai sektor kehidupan, gambut pada tahun 2014 sekitar Rp. 620 Milyar
seperti gangguan kesehatan, kehidupan sehari- (Nugroho, 2015). Lebih lanjut Nugroho (2015)
hari masyarakat, transportasi, kerusakan menyatakan untuk biaya pemadaman kebakaran
ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, hutan dan lahan gambut tahun 2015 sekitar Rp.
dan ekonomi (Pusdatin Kemenkes, 2015). Selain 1,3 Trilyun.
itu, kebakaran lahan gambut lebih berbahaya Upaya alternatif untuk mempercepat
dibandingkan kebakaran pada lahan kering (tanah durasi terjadinya bencana asap dan mengurangi
mineral), selain kebakaran vegetasi di biaya proses pengendalian kebakaran di lahan
permukaan, lapisan gambut juga terbakar dan gambut. Upaya alternatif tersebut antara lain
bertahan lama, sehingga menghasilkan asap tebal adalah dengan menggunakan busa pemadam
akibat terjadi pembakaran kurang sempurna kebakaran. Dalam pemadaman kebakaran lahan
(Limin, 2006). gambut, busa berfungsi untuk memadamkan api,
Menurut Adinugroho (2005), kebakaran menyelimuti dan mendinginkan lahan yang
hutan dan lahan gambut di Indonesia umumnya terbakar sehingga api tidak kembali nyala.
(99,9%) disebabkan oleh manusia, baik disengaja Dengan menggunakan busa pemadam kebakaran
maupun akibat kelalaiannya. Sedangkan sisanya diharapkan akan mempercepat proses
(0,1%) adalah karena alam (petir, larva gunung pemadaman kebakaran lahan gambut.
berapi). Penyebab kebakaran oleh manusia Busa terdiri dari gelembung yang
adalah: konversi lahan, pembakaran vegetasi, terbentuk secara mekanis atau kimia dari cairan
aktivitas dalam pemanfaatan sumber daya alam, yang digunakan untuk memadamkan api kelas B
pembuatan kanal-kanal/saluran-saluran di lahan (bahan cair atau gas seperti bensin, solar, bensol
gambut dan penguasaan lahan. Kebakaran lahan dan butane) dan untuk kondisi tertentu dapat
gambut menyumbangkan 90% dari bencana asap digunakan untuk memadamkan api kelas A
yang terjadi, hal ini karena asap dari kebakaran (bahan-bahan padat yang mudah terbakar seperti
lahan gambut memproduksi tiga sampai enam kayu, kertas, plastik, kain) (Sekken, 2007).
kali lebih banyak partikel dibanding kebakaran Pemadaman kebakaran dengan menggunakan
dari jenis tanah lain (Word Bank, 2015). busa berbasis sabun memungkinkan pemadaman
Untuk memadamkan kebakaran di lahan lebih cepat dibanding dengan menggunakan air,
gambut yang cukup luas akan memerlukan waktu karena busa menyelimuti material yang terbakar
yang cukup lama sehingga membutuhkan biaya sehingga udara tidak masuk kedalamnya
yang cukup besar karena kebakaran di lahan (Onuchukwu et al, 2000).

314 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Beberapa bahan yang digunakan untuk dihasilkan life time busa yang terbentuk lebih
membuat busa pemadam kebakaran diantaranya pendek dibanding dengan busa dari sintesis.
adalah: Halon mampu mematikan api yang Selain sebagai pengganti dari bahan kimia yang
sangat panas, namun sejak tahun 2000 dilarang cendrung merusak lingkungan, busa pemadam
pemakaiannya karena menghasilkan gas fosgen tersebut juga ramah lingkungan karena mudah
yang berbahaya bagi kesehatan (WMO, 2006; terurai dengan air dan tanah. Selain itu Mizuki et
Permen. Perindustrian RI, 2007); Halotron al (2010) mengembangkan agent ramah
memberikan hasil yang baik tetapi memancarkan lingkungan dengan memformulasikan agent
gas yang dapat mengurangi lapisan ozon dan pemadam kebakaran dengan long chain fatty
mulai tahun 2015 penggunaannya untuk acid (LCFA), chelating agent yang
dihentikan (Wuebbles A, 2009); Dan sebagai biodegradable dan bahan aditif yang
alternatif Film-Forming Fluoro Protein (FFFP) menghasilkan agent pemadam kebakaran yang
juga mampu menghasilkan busa yang baik untuk bersifat biodegradable. Masih dari negara
memadamkan api dan lebih ramah lingkungan. Jepang, Iwamoto et al. (2013) mengembangkan
Selama ini bahan untuk membuat busa pemadam agent pemadam kebakaran dari biji gur gum.
kebakaran yang di gunakan di Indonsia berasal Busa yang dihasilkan dari bahan tersebut
dari luar negeri, sehingga diperlukan upaya untuk menghasilkan busa dengan konsentrasi
memanfaatkan bahan-bahan yang ada di penggunaan air lebih sedikit jika dibandingkan
Indonesia yang potensial dan ramah lingkungan. dengan penggunaan bahan sintetis non nabati,
Bahan-bahan tersebut bersumber dari asam selain itu juga mampu menjangkau daerah
lemak hewani dan nabati. Di Indonesia bahan pemadaman lebih luas. Peneliti dari Nigeria
yang paling potensial untuk dikembangkan Oguike (2013) mengembangkan agent
menjadi bahan baku busa pemadam kebakaran pemadam kebakaran dari etil ester minyak sawit
diantaranya adalah asam lemak yang bersumber merah. Di hasilkan perbandingan antara agent
dari minyak sawit. dengan air sebesar 1: 8 dengan menghasilkan life
time busa 345 jam. Busa yang dihasilkan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mampu terdistribusi merata menutupi permukaan
mengetahui potensi minyak sawit sebagai bahan cairan yang terbakar. Kemudian peneliti dari
bakau busa pemadam kebakaran lahan gambut. Inggris Joseph et al (2014) mengembangkan
Dengan dikembangkan bahan busa pemadam bahan pemadam kebakaran dari pati kentang,
kebakaran di Indonesia sebagai alternatif untuk dimana bahan uji yang dilapisi dengan ekstrak
mempercepat proses pemadaman kebakaran pati kentang yang di formulasikan dengan air
lahan gambut dan untuk meminimalisir resiko mampu bertahan lebih lama untuk habis terbakar
akibat asap yang ditimbulkannya. dibanding dengan bahan uji yang tidak dilapisi.
Pada tahun 2015 peneliti China Yue dan Dong
KERANGKA TEORI
mengembangkan agent pemadam kebakaran dari
Di beberapa negara pemadaman protein nabati berbasis protein beras, kacang dan
kebakaran hutan dan lahan sudah menggunakan biji kapas. Busa yang dihasilkan dari formulasi
teknologi yang lebih maju dengan memanfaatkan tersebut mampu disimpan lebih lama, viskositas
bahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, rendah dan daya ekspansi busa tinggi. Peneliti
diantaranya di Amerika Serikat, Timpson, Vinogradov et al (2015) dari Rusia
L.G.M, (1938) mengembangkan produksi busa mengembangkan agent pemadam kebakaran
pemadam kebakaran berbahan baku minyak berbasis silika yang mampu memadamkan api
kelapa dan minyak inti sawit. Busa yang pada suhu 800oC. Hasil uji menemukan bahwa
dihasilkan stabil dan tahan kelembaban. busa pemadam meningkatkan efisiensi hampir 50
Kemudian di Jepang pemadaman untuk area kali lebih tinggi dari air biasa, dan 15 kali lebih
yang luas menggunakan Mizuki et al, (2007) baik dari bahan pemadam kebakaran sintesis
cairan agent pemadam kebakaran yang ramah yang ada. Kemudian peneliti Jepang, Kawahara
lingkungan berbasis sabun. Konsentrasi et al, (2016) mengembangkan agent pemadam
penggunaan agent 1% dan sisanya air, kebakaran hutan berbasis sabun dari minyak

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 315
sawit dan bahan adetif lainnya. agent yang karena bahan busa pemadam kebakaran yang
dihasilkan mampu menghasilkan busa yang stabil ada di Indonesia masih di impor dari luar negeri.
bertahan pada suhu -10oC, busa yang dihasilkan
ramah lingkungan dan biodegradable. Komitmen pemerintah Indonesi secara
serius untuk melakukan pengendalain kebakaran
METODE PENELITIAN hutan dan lahan gambut perlu di dukung dalam
rangkan mempersingkat waktu terjadinya becana
Artikel ini merupakan kajian pustaka dari asap, sehingga resiko yang di timbulkan bisa
hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan lebih kecil.
pemanfaatan bahan nabati untuk busa pemadam
kebakaran. Melalui kajian secara deskriptif PENUTUP
pustaka yang terkait, diharapkan akan diketahui
sejauh mana potensi minyak sawit sebagai bahan Dari tinjauan literatur menunjukan bahwa
baku busa pemadam kebakaran untuk minyak sawit berpotensi untuk di kembangkan
dikembangkan di Indonesia. sebagai bahan baku untuk membuat busa
pemadam kebakaran lahan gambut di Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selain untuk mempercepat distribusi
pemadaman kebakaran dan meminimalisir resiko
Sumber minyak dari nabati yang bencana asap juga sebagai alternatif untuk
potensial di Indonesia diantaranya adalah: meningkatkan nilai tambah dari produk minyak
jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen, kelapa sawit. Pemadaman kebakaran lahan
kedelai, bunga matahari, kelapa dan kelapa sawit gambut dengan menggunakan busa berbasis
(Ketaren, 2012). Pemanfaatan bahan nabati sabun dari minyak sawit memungkinkan
sebagai bahan pembuat busa pemadam kebakaran pemadaman lebih cepat dibanding dengan
semuanya berpotensi untuk dikembangkan di menggunakan air, karena busa menyelimuti
Indonesia, namun demikian harus material yang terbakar sehingga udara tidak
dipertimbangkan bahan baku yang berpotensi masuk kedalamnya. Perlu adanya peneltian untuk
akan menggaggu suplai kebutuhan pangan. memformulasikan bahan-bahan lokal sebagai
Pemilihan minyak sawit sebagai bahan baku bahan baku busa pemadam kebakaran yang
untuk busa pemadam kebakaran merupakan ramah lingkungan dan murah harganya.
pilihan yang tepat, karena selain ketersediaanya
melimpah juga ramah lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH

Peluang untuk mengembangkan bahan Ucapan terimakasih di sampaikan kepada


baku busa pemadam kebakaran berbasis minyak panitia Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan
sawit di Indonesia cukup besar dibanding dengan Inovasi Nasional VI Tahun 2016, atas di
bahan nabati lainnya, selain ramah lingkungan terimanya artikel ini. Kemudian ucapan
juga karena mudah didegradasi dan terimakasih di sampaiakn kepada Prof. Erliza
keberadaannya akan sustainable karena bahan Hambali, Prf. Ani Suryani, Dr. Prayoga
baku minyak sawit di Indonesia yang melimpah. Suryadarma dan Dr. Tofik Djatna selaku dosen di
Produksi CPO tahun 2015 Indonesia sebagian Program Studi Teknologi Industri Pertanian
besar untuk ekspor sebesar 81,23% sedangkan Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan
sisanya untuk konsumsi dalam negeri sebesar pencerahan ilmu pengetahuan tentang Teknologi
18,77% (GAPKI 2016). Industri Pertanian.

Dengan pemanfaatan minyak sawit


sebagai salah satu bahan baku busa pemadam DAFTAR PUSTAKA
kebakaran, diharapkan akan memberikan
kontribusi dalam rangka peningkatan nilai Adinugroho WC, Suryadiputra, INN, Saharjo
tambah dan pengembangan industi hilir minyak BH, Sibro L. 2005 Panduan Pengendalian
sawit. Selain ketersediaan bahan baku yang Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut.
melimpah, potensi pasar yang menjanjikan

316 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Wetlands International Indonesia Program, Kalampangan Zone and the Natural
Indonesia. Laboratory of Peat Swamp Forest (NLPSF)
in Central Kalimantan. Presented in
Akbar, A. 2008. Pengendalian kebakaran Hokkaido University, Sapporo-Japan. 20
hutan berbasis masyarakat sebagai suatu March.
upaya mengatasi resiko dalam REDD. Limin SH, Jaya A, Dohong S, dan Jagau Y.
Tekno Hutan Tanaman, 1 (1): 11--22. 2003. Some Important Considerations on
Barber, C.V dan Schweithelm, J. 2000. Trial the Restoration of the Ex-Mega Rice Project
in Central Kalimantan. Presented in the
by fire: forest fires and forestry policy
Meeting on the Integrated Plan on the
inIndonesias era of crisis and reform. World
Resources Institute. Washington. hal 76. Restoration of the Ex-Mega Rice Project at
the BAPPENAS Jakarta, September, 8th –
Bowen, M.R., Bompard, J.M., Anderson, I.P., 10th .
Guizol, P., Gouyon, A. 2001. Mizuki H, Ueza K, Kawano T, Kadono T,
Anthropogenic fires in Indonesia: a view Kobayashi M, Hatae S, Oba Y, Iwamoto S,
from Sumatra. Dalam Peter, E., Radojevic, Mitumune S, Nagatomo Y, Owari M, Umeki
M. (Eds.), Forest fires and regional haze in H, Yamaga K. 2007. Novel Environmental
Southeast Asia. Nova Science Publishers, Friendly Soap-Based Fire-Fighting Agent.
Huntington, New York, pp. 41–66. J.Environ. Eng. Manage. 17(6) : 403-408.
Mizuki H, Uezu K, Toyomura M, Yasui H,
Dennis, R. 1999. A review of fire projects in Kawano T, Akiba I, dan Mizota C. 2010.
Indonesia (1982—1998). Cifor. Bogor. hal Microbial Degradation of a Shoap-Based
105. Fire-Fighting Agent in Activated Sludge. J.
J.Environ. Eng. Manage. 20 109-113.
GAPKI. 2016. Refleksi Industri Kelapa Sawit
2015 Dan Prospek 2016, Jakarta. Nugroho. 2015. Analisis Luas Hutan dan Lahan
Terbakar di Indonesia 2015. Badan Nasional
Iwamoto S, Ohba Y, Miki E, Mochigase H,
Penanggulangan Bencana (BNPB). Jakarta.
Suzuki Y, Kurita K dan Okuzaki H.
Penemu: Furukawa Techno Material Co., Oguike R S. 2013. Study of Fire Fighting Foam
Ltd, Furukawa Electric Co., Ltd. National Agent from Palm Oil for Extinguishing of
University Corporation University Of Petrol Fires. Material Science Research
Yamanashi,. 2013 Sep 26. Fire- Laboratory, Department of Chemistry
Extinguishing Agent. Paten Jepang Abubakar Tafawa Balewa University
WO2013141367 A1. Bauchi, PMB 0248, Bauchi – Nigeria.
Kawahara T, Hatae S, Kanyama T, Ishizaka I dan Onuchukwu AI dan Ihekire IU. 2000. Kero
Uezu K. 2016. Development of Eco-Frindly Explosion. Journal of Chemical Society of
Soap-based Firefighting From for Forest Nigeria. Vol. 25, Nigeria. pp 34-39.
Fire. Evironmental Materials and Protocols
Section: Short Communication, 54 (1). 75- Peraturan Mentri perindustrian RI, 2007.
78. Tentang: Larangan Memproduksi Bahan.
Limin SH. 2006. Pemanfaatan Lahan Gambut Perusak Lapisan Ozon Serta Memproduksi
dan Permasalahannya. Makalah Workshop Barang yang Menggunakan Bahan Perusak
Gambut dengan Tema : Pemanfaatan Lahan Ozon. no 33. Jakarta.
Gambut Untuk Pertanian, Tepatkah? .
Pusdatin Kemenkes. 2015. Masalah Kesehatan
BPPT- Kementrian Kordinator
akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan dan
Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 22
November 2006. Lahan. Pusat Data dan Informasi
Limin SH, Saman TN. Dan Alim S. 2003. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sekken KK.2007. Eco-Friendly Foam
Forest Fires Suppression Activities in

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 317
Extinguishing Agents for Class A Fires. Wuebbles A. (2009), Three-Dimensional
Furukawa Review, No. 32 pp. 72-74. Modeling of HCFC-123 in the
Atmosphere: Assessing Its Potential
Suryadi, S dan Hadipriyanto, A. 2016. Environmental Impacts and Rationale for
Pemulihan Lahan Gambut Berbasis Continued Use, Journal of Environmental
Masyarakat. Lestari Brief: 03. USAID Science & Technology, 43, pp 3208-3213.
Lestari . (internet). (diakses tanggal 30
Agustus 2016). Tersedia dari: WMO. 2006, Scientific Assessment of Ozone
http://www.lestari-indonesia.org/id/lestari- Depletion, Report No. 50.
brief-pemulihan-lahan-gambut-berbasis-
masyarakat/. Word Bank. 2015. Indonesia’s Forest Fire Crisis
(internet). (diakses tanggal 10 Juni 2016).
Tacconi, L. 2003. Fires in Indonesia: causes, Tersedia dari:
costs and policy implications. CIFOR
Occasional Paper No. 38. CIFOR, Bogor, http://www.worldbank.org/in/news/feature/2
Indonesia. 015/12/01/indonesias-fire-and-haze-crisis.

Timpson LGM. Penemu: Pyrene Minimax Corp. Yue H, Dong PL, Penemu; Fire Anhui Tianyuan
1938 Nov 01. Method of and agent for Technology Co., Ltd. 2015 Okt
producing fire extinguishing foam. Paten 21.Vegetable Protein Foam Extinguishing
United States US2135365A. Agent. Patent China CN104984508A Civil
Aviation Organization (ICAO).
Vinogradov A V., Kuprin D, Abduragimov L,
Kuprin G, Serebriyakov E, Vinogradov VV.
Silica foams for fire prevention and
firefighting. 2015. ACS Applied Materials
& Interfaces, University Of Winnipeg,
Rusia.

Wibowo, A. 2003. Permasalahan dan


pengendalian kebakaran hutan di Indonesia.
Review Hasil Litbang. Pusat Litbang Hutan
dan Konservasi Alam. Bogor.

318 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PERANAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG POTENSI
SUMBER DAYA GENETIK SAPI POTONG LOKAL INDONESIA

(Role of Innovation Technological to Support


Genetic Resources Potential of Indonesia Local Beef Cattle)
Aryogi dan Y. Adinata Loka Penelitian Sapi Potong
aryogia@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Technological innovation, Genetic resources diversity of Indonesia local beef cattle, is incredible
genetic resources, Indonesia potential that has not been optimally utilized as one of a food source. The
local beef cattle aim of study to determine phenotypic diversity genetic resources of
Indonesia local beef cattle, then find out role of biomolecular
technological innovation in an effort to harness genotypic the potential of
local beef cattle as a source of food. The research included directly
observations of phenotypic through measurement, documentation and
interviews, also observations of genotypic through DNA mapping and
relationships of gene similarity between local beef cattle in each of its
development centers areas. The results of the study obtained 11 Indonesia
local beef cattle (Aceh, Pesisir, Jabres, Mandras, Ongole Crossing,
Galekan, Rambon, Madura, Bali, Hissar and SO) with its data phenotypic
(morphology, size and specific characteristics of body, and productivity);
also data genotypic (DNA mapping and relationships of gene similarity
between local cattle). Concluded, the pattern and direction of conservation,
development and utilization of Indonesia local beef cattle as a source of
food, should attention to potential of its dominant genetic.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Inovasi teknologi, sumber daya Keanekaragaman sumber daya genetik sapi potong lokal Indonesia,
genetik, sapi potong lokal merupakan potensi luar biasa yang belum optimal dimanfaatkan sebagai
Indonesia salah satu sumber pangan. Penelitian bertujuan mengetahui
keanekaragaman penotipik sumber daya genetik sapi potong lokal di
Indonesia, kemudian mengetahui peran inovasi teknologi biomolekuler
dalam upaya memanfaatkan potensi genotipik sapi potong lokal tersebut
sebagai salah satu sumber pangan. Penelitian meliputi pengamatan
penotipik secara langsung melalui pengukuran, dokumentasi dan
wawancara, serta pengamatan genotipik berupa pemetaan DNA dan
hubungan kemiripan gen antar sapi lokal di masing-masing sentra wilayah
pengembangan-nya. Hasil penelitian memperoleh 11 sapi potong lokal di
Indonesia (sapi Aceh, Pesisir, Jabres, Mandras, PO, Galekan, Rambon,
Madura, Bali, Hissar dan SO) dengan data penotipik (morfologi, ukuran
dan ciri spesifik tubuh, serta produktivitas) ; serta data genotipiknya
(pemetaan DNA dan hubungan kemiripan gen antar sapi lokal).
Disimpulkan, pola dan arah pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan
sapi potong lokal Indonesia sebagai sumber pangan, harus memperhatikan
potensi genetik dominannya.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 319
PENDAHULUAN (produksi dan repro-duksi) sapi, serta (b)
pengambilan sampel darah untuk identifikasi
Kekayaan keanekaragaman sumber daya genotipik sapi menggunakan inovasi teknologi
genetik sapi potong lokal yang dimiliki PCR dan RFLP. Ternak yang diamati adalah sapi
Indonesia, mempunyai arti yang sangat penting potong lokal yang mempunyai performans dan
dalam pembangunan peternakan, karena nilai spesifik bagi masyarakat sekitar, serta telah
merupakan bahan dasar genetik yang lama dibudidayakan peternak setempat.
keragamannya sangat dibutuhkan dalam Alat yang diperlukan : alat tulis kantor,
perakitan untuk membentuk rumpun sapi unggul camera, timbangan dan alat ukur badan ternak,
(Diwyanto, 2005) sebagai salah satu sumber seperangkat analisis pemetaan genetik sapi
pangan. (menurut Sambrook and Russel, 2001). Bahan
Pemanfaatan sapi potong lokal Indonesia yang diperlukan : sampel darah sapi dan
masih terfokus pada sapi PO,Bali dan Madura, khemikalia untuk PCR dan RFLP.
karena belum banyak tersedia informasi tentang
potensi produktivi-tas, serta kendala dan peluang Parameter yang diamati :
pengembangan dari sapi-sapi potong lokal yang a. penotipik : berat, tinggi dan panjang badan;
terdapat di berbagai provinsi di Indonesia. lingkar dada; ciri spesifik; umur per
Beberapa informasi menyatakan bahwa sapi pertama birahi dan beranak; siklus estrus;
potong lokal ada di hampir seluruh wilayah jarak hari antara estrus pertama setelah
Indonesia, serta mempunyai keunggulan beranak
produksi, reproduksi dan ketahanan penyakit b. genotipik : pemetaan DNA dan hubungan
pada kondisi alam dan tatalaksana pemeliharaan kemiripan gen antar sapi local Data yang
peternak rakyat. diperoleh, ditabulasikan, diolah dan disajikan
secara deskriptif
Penelitian ini bertujuan mengetahui
keanekaragaman penotipik sumber daya genetik
sapi potong lokal di Indonesia, kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui peran inovasi teknologi biomolekuler
dalam upaya memanfaatkan potensi genotipik Penelitian ini dapat mengeksplorasi 11
sapi potong lokal tersebut sebagai salah satu sapi potong lokal Indonesia, yaitu :
sumber pangan 1. sapi Peranakan Ongole (PO) di kab.
Situbondo, Jatim
2. sapi Bali di kab. Tabanan, Bali
BAHAN DAN METODE 3. sapi Madura di kab. Pamekasan dan Sumenep,
Jatim
Penelitian ini mengeksplorasi 4. sapi Aceh di kab. Aceh Besar, Nangro Aceh
karakteristik penotipik dan genotipik sapi-sapi Darussalam
potong lokal yang ada di berbagai provinsi di 5. sapi Pesisir di kab. Painan, Sumatera Barat
Indonesia, melalui metode pengamat an dan 6. sapi Jabres di kab. Brebes, Jateng
pengukuran langsung ke ternak di in situ, serta 7. sapi Mojopahitan/PO Kebumen/Mandras di
metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan kab. Kebumen, Jateng
Restriction Fragment Length Polymorphism 8. sapi Galekan di kab. Trenggalek, Jatim
(RFLP) sebagai inovasi teknologi untuk 9. sapi Rambon di kab. Bondowoso, Situbondo
menganalisis genetik sapi. Berdasar data yang dan Banyuwangi, Jatim
diperoleh, ditentukan konsep pengembangan 10. sapi Hissar di kab. Sumbawa Besar, Nusa
sapinya untuk mengoptimalisasikan potensi Tenggara Barat
sumber daya genetik. 11. sapi Sumba Ongole (SO) di kab. Waingapu,
Kegiatan meliputi : (a) pengamatan Nusa Tenggara Timur
secara langsung terhadap eksterior (pengukuran
dimensi tubuh, foto/morfologi) dan produktivitas

320 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berdasarkan sejarah dan populasinya, Ciri penotipik
sapi potong lokal Indonesia yang utama adalah Data hasil pengamatan penotipik masing-
sapi PO, sapi Bali dan sapi Madura. Respon masing sapi potong lokal Indonesia, tercantum di
terhadap pakan dan kondisi alam dari ketiga sapi Tabel 1a dan 1b.
ini ternyata berbeda-beda.

Tabel 1a. Penotipik sapi potong lokal di Indonesia


Sapi
Penotip
PO Bali Madura Aceh Pesisir
1.Panj. badan (cm) 86 – 102 (I0) 112 – 121 (I0) Sonok : 111 – 137 102 – 91 – 99 (I0)
(I0) 118 (I2)
Karapan : 138 –
146 (I0)
2.Tinggi gumba 104 – 112 (I0) 111 – 116 (I0) Sonok: 117-126 100 – 90 – 101 (I0)
(cm) (I0) 110 (I2)
Karapan: 127-138
(I0)
3.Berat badan (kg) 111 – 210 (I0) 199 – 224 (I0) Sonok : 140 – 291 122 – 119-148 (I0)
232 – 244 (I1) 242 – 345 (I1) (I0) 246 (I2) 141 – 157 (I1)
: 375 –
526 (I1)
Karapan : 213 –
246 (I0)
: 446 –
553 (I1)
4.Berat lahir (kg) 12 – 18 10 – 13 12 – 16 12 – 15 9 – 11
5.Warna bulu Putih polos Betina: merah Coklat tua/hitam Coklat Coklat
badan Hitam di : ujung bata Warna putih, tua tua/hitam
ekor, ujung Jantan muda: batas tidak jelas di Coklat Coklat
kaki, lingkar mata, merah bata ujung kaki & hitam Coklat
moncong Jantan dewasa: pantat Merah muda/kuning
Abu-abu di : gumba, hitam bata Putih
gelambir Putih di pantat, Coklat Hitam
kaki bawah kuning
Garis hitam di
punggung
6.Gumba, ukuran Ada, sedang – Tidak ada Ada, sedang – Ada, Ada, kecil
besar besar sedang
7.Gelambir, ukuran Ada, Lebar, panjang Tidak ada Tidak ada Ada, Ada,
kecil sempit/pendek
8.Tanduk, ukuran, Ada, Besar Ada, Kecil, Ada, Ada, Ada,
Arah tumbuh Melengkung Melengkung ke Kecil/pendek, sedang, kecil/pendek
samping/atas belakang Melengkung ke Samping Melengkung
atas atas ke atas
9.Birahi I (bln) 16 – 20 16 – 20 Sonok : Lebih 24 12 – 15 12 – 15
10.Beranak I (bln) 24 – 28 24 – 28 Sonok : Lebih 48 30 – 36 28 – 36
11.Siklus estrus 21 – 28 21 – 30 Sonok : Tidak 21 – 35 18 – 24
(hari) jelas
12.APP (minggu) 8 – 12 14 – 28 Sonok : Tidak 8 – 12 6 – 12
jelas

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 321
Tabel 1b. Penotipik sapi potong lokal di Indonesia
Sapi
Penotip
Jabres Mandras Galekan Rambon Hissar SO
1.Panj. badan 94 – 100 (I0) 102 – 108 (I0) 103 – 109 (I0) 84 – 109 88 – 91 114 – 116 (I0)
(cm) (I0) (I0)
2.Tinggi 96 – 99 (I0) 107 – 112 (I0) 98 – 101 (I0) 96 – 102 97 – 99 105 – 120 (I0)
gumba (cm) (I0) (I0)
3.Berat badan 125 – 188 (I0) 154 – 223 (I0) 74 – 128 (J, I0) 148 – 276 106 – 158 202 – 256 (I0)
(kg) 230 – 325 (I1) 246 – 274 (I1) 226 – 304 (J, I1) (I0) (I0) 378 – 480 (I1)
329 – 374 193 – 215
(I1) (I1)
4.Berat lahir 10 – 15 14 – 18 10 – 12 10 –13 -- 10 – 15
(kg)
5.Warna bulu Merah Putih polos Coklat tua, Merah Putih polos Putih polos
badan tua/hitam Hitam di : ujung cream tua/hitam Putih Hitam di :
Hitam ekor, ujung Warna muda di Coklat belang ujung
Coklat kaki, lingkar mata, kaki tua/muda ekor & kaki,
tua/hitam moncong bawah/dada Cream, hitam/coklat lingkar
Coklat Abu-abu di : Hitam, Putih mata,
muda/cream gumba, gelambir kuning moncong
Abu-abu di :
gumba
gelambir
6.Gumba, Ada, kecil Ada, Besar Ada, sangat Ada, Kecil Ada, Ada, Sedang
ukuran kecil sedang
7.Gelambir, Ada, Ada, Ada, Ada, Ada, Ada, Sedang
ukuran sempit/pendek Lebar,panjang sempit,pendek sempit,pendek sedang
8.Tanduk, Ada, kecil Ada, Besar, Ada, kecil, Ada, Kecil, Ada, Ada, Sedang,
ukuran, Melengkung Melengkung Kesamping Melengkung sedang, Melengkung
Arah belakang, samping/atas keatas Melengkung ke
tumbuh Melingkar ke
keatas samping/atas samping/atas
9.Birahi I (bln) 18 – 24 18 – 20 15 – 18 18 – 24 18-28 18 – 24
10.Beranak I 30 – 36 28 – 30 24 – 28 30 – 36 28-36 30 – 36
(bln)
11.Siklus 21 – 28 14 – 18 15 – 20 21 – 35 -- 14 – 21
estrus
(hari)
12.APP 21 – 35 8 – 12 21 – 28 21 – 35 -- 12 – 16
(minggu)

Sapi PO Sapi Bali Betina dan Jantan Sapi Madura

Sapi Aceh Sapi Pesisir Sapi Jabres Sapi Mandras

322 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sapi Galekan Sapi Rambon Sapi Hissar Sapi SO
Gambar 1. Penotipik sapi potong lokal di Indonesia
Ciri genotipik diketahui, bagaimana peta DNA kaitannya
Data di Tabel 1a dan 1b serta Gambar 1 dengan hubungan kemiripan gen masing-masing
menunjukkan, ada persamaan ciri penotip sapi lokal tersebut terhadap sapi PO, Bali dan
(warna, bentuk dan ukuran tubuh, bentuk kepala, Madura.
arah daun telinga) antara masing-masing sapi Hasil RFLP menggunakan enzim
potong lokal dengan sapi PO, sapi Bali dan atau restriksi HaeIII, diperoleh pemetaan DNA seperti
sapi Madura. Oleh karena itu sangat perlu di Tabel 2.
Tabel 2. Posisi pita DNA yang terpotong oleh enzim restriksi HaeIII
Posisi pita Sapi
DNA PO Bali Madu Ace Pesis Jabre Mandr Galek Ram Hissa SO
(bp) ra h ir s as an bon r
8.000 √ √ √
6.500 √ √
6.000 √ √
5.000 √ √ √ √
4.000 √ √ √
3.600 √
3.500 √ √ √ √
3.000 √ √ √ √
2.700 √
2.500 √ √ √
2.300 √ √ √
2.000 √ √ √
1.900
1.800
1.700 √ √
1.600 √ √ √
1.500 √ √ √
1.400 √
1.300 √ √ √ √ √ √
1.200 √ √ √ √ √ √ √ √
1.100 √ √ √
1.000 √ √ √ √ √ √
950 √ √
900 √ √
850 √
800 √ √
750 √
700 √ √ √ √
650 √
600 √ √ √ √
550 √
500 √ √ √ √
450 √ √
400 √ √
350 √ √ √ √ √
300 √ √ √ √ √
250 √

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 323
Data hasil pemotongan DNA oleh enzim restriksi Berdasarkan data di Tabel 2 tersebut,
HaeIII ini, tampak bahwa memang dapat diduga dapat diketahui (melalui perhitungan) seberapa
terdapat kemiripan susunan dan posisi asam besar tingkat dugaan kemiripan genetik antar sapi
nukleotida tertentu di DNA dari antar sapi-sapi tersebut (Tabel 3).
potong lokal di Indonesia dan antara satu sapi Tabel 3. Tingkat kemiripan DNA antar sapi
potong lokal Indonesia dengan sapi PO, Bali dan potong lokal dengan sapi PO, sapi Bali dan sapi
atau Madura. Madura (%)

Sapi PO Bali Madura


Aceh 13,2 72,2 38,7
Pesisir 17,1 16,3 35,2
Jabres 20,2 57,8 51,1
Mandras 69,0 -- --
Galekan 68,0 51,7 53,3
Rambon   --
Hissar  -- --
SO 73,0 -- --
Keterangan : V = berdasarkan penotipnya

Tingkat kemiripan genetik pertumbuhan badannya cukup cepat, tenaga kerja


Berdasarkan data kemiripan penotipik yang kuat, konsumsi pakannya tidak terlalu sulit
(melalui pengukuran dan pengamat-an langsung tingkat dengan efisiensi pemanfaatan nutrien
ke sapinya, serta informasi langsung dari pihak pakan cukup tinggi, tahan terhadap beberapa
terkait) dan genotipik (melalui inovasi teknologi penyakit, serta dapat hidup di hampir semua
biomolekuler) ini, dapat diketahui bahwa sapi- kondisi agroekosistem. Sapi Bali mempunyai
sapi potong lokal yang ada di berbagai provinsi ukuran tubuh yang agak pendek tetapi panjang
di Indonesia, diduga dahulunya berasal dari hasil dan lebar, pertumbuhan badannya agak lambat,
persilangan yang sudah tidak beraturan antara tenaga kerja yang kuat, konsumsi pakannya
dua dan atau tiga sapi potong lokal utama gampang dengan efisiensi pemanfaat an nutrien
Indonesia (sapi PO, Bali dan atau Madura). pakan yang tinggi (badannya mudah gemuk),
Besarnya persentase kemiripan genetik masing- tetapi agak peka ter-hadap beberapa penyakit,
masing sapi potong lokal Indonesia dengan sapi serta lebih mudah hidup di daerah yang cukup air
PO, sapi Bali dan atau sapi Madura adalah dan suhu udaranya tidak terlalu panas. Sapi
berbeda-beda, sehingga penotipik yang dominan Madura mempunyai ukuran tubuh yang sedang
tampak/muncul adalah lebih ditentukan oleh (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu panjang),
proporsi kemiripan genetik sapi mana (PO, Bali pertumbuhan badannya cukup lambat, tenaga
atau Madura) yang paling besar. Informasi hasil kerja yang kuat, konsumsi pakannya sangat
penelitian ini sangat penting kaitannya dengan gampang dengan efisiensi pemanfaatan nutrien
upaya mementukan model pelestarian, pakan yang tinggi (badan tidak cepat kurus pada
pengembangan dan pemanfaatan potensi sapi kondisi kualitas dan kuantitas pakan yang
potong lokal Indonesia sebagai salah satu sumber rendah), cukup tahan terhadap beberapa penyakit,
penghasil pangan daging. serta mampu hidup baik di daerah yang sangat
kering dan suhu udaranya sangat panas.
Karakteristik produktivitas sapi PO, Bali dan
Madura Karakteristik produktivitas sapi potong lokal
Beberapa informasi menyebutkan, Indonesia
karakteristik produktivitas antara sapi PO, Bali Berdasarkan tingkat kemiripan genotipik
dan Madura adalah tidak sama. Sapi PO dan penotipik sapi potong lokal Indonesia serta
mempunyai ukuran tubuh yang tinggi dan besar, karakteristik produktivitas sapi PO, Bali dan

324 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Madura tersebut, maka secara genetik
karakteristik produktivitas antar sapi potong lokal
Indonesia akan berbeda-beda dan akan maksimal
apabila sapi tersebut dipelihara dengan
tatalaksana dan kondisi agroekosistem yang
sesuai dengan genetik dominannya.
Potensi produktivitas sebagai penghasil
pangan daging akan maksimal, apabila
tatalaksana dan agroekosistem budidaya : sapi
Aceh mirip sapi Bali, sapi Pesisir mirip sapi
Madura, sapi Jabres mirip kombinasi sapi Bali
dan sapi Madura, sapi Mandras mirip sapi PO,
sapi Galekan mirip sapi PO atau sapi
Madura/Bali, serta sapi SO mirip sapi PO.

KESIMPULAN

Melalui pengamatan morfologi dan


inovasi teknologi biomolekuler, dapat diduga
bahwa sapi potong lokal Indonesia berasal dari
hasil persilangan tidak beraturan dari sapi PO,
Bali dan atau Madura. Upaya untuk melestarikan,
meman-faatkan dan mengembangkan secara
optimal sesuai potensi produktivitas sapinya,
harus memperhatikan tatalaksana pemeliharaan
dan agroekosistem yang cocok sesuai dengan
masing-masing genetik dominannya

DAFTAR PUSTAKA

Diwyanto, K., 2005. Pokok-pokok Pemikiran


Pengelolaan Berkelanjutan Plasma Nutfah
Peternakan. Makalah dalam Lokakarya
Plasma Nutfah Peternakan. Puslitbangnak
dan Balitnak. Bogor, 29 Desember 2005.

Sambrook, J. And D.W. Russel. 2001.


Molleculair Clonning : A laboratorium
manual. Vol. II. CSHL Press 3rd. New
York, USA.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 325
EVOLUSI TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI
DI INDONESIA

Evolution of Healthy Energy Efficient Furnace in Indonesia

Ishelina Rosaira, Hartiningsih, Wati Hermawati


Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI
Jl. Gatot Subroto no. 10 Jakarta 12710

Keyword ABSTRACT
evolution, furnace, village, Healthy Energy Efficient Furnace (TSHE) is an important tool that is needed
TSHE in rural areas. Since the first furnace has been used by rural communities for
household cooking needs as well as be used to produce brown sugar and
sugar ants for household business. The furnace continues to evolve in line
with the progress of human thinking about health and technology. Traditional
furnace, used since time immemorial has now developed into a furnace
Healthy Energy Efficient (TSHE). In addition, the energy crisis which greatly
influence change furnace models used by households and business
households. By using a qualitative approach, this paper describes the changes
or evolution of furnaces that are widely used in Indonesian society.
Information about the evolution of the furnace was taken from the literature
on the stove in a variety of publications from 1998 to 2015. An account of the
development of this furnace will provide information for the public and
academia to find out how evolution occurs on the furnace innovations that are
traditional to the labeled Healthy Energy Efficient Furnaces.
Kata Kunci SARI KARANGAN
evolusi, tungku, perdesaan, Tungku merupakan alat yang sangat dibutuhkan di perdesaan. Sejak dahulu
TSHE tungku telah digunakan oleh masyarakat perdesaan baik untuk memasak
kebutuhan rumah tangga maupun digunakan untuk memproduksi gula merah
dan gula semut bagi usaha rumah tangga. Tungku terus berevolusi seiring
dengan adanya kemajuan cara berpikir manusia tentang kesehatan dan
teknologi. Tungku tradisional yang digunakan sejak jaman dahulu kala kini
berkembang menjadi Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE). Selain itu juga
adanya krisis energi yang sangat mempengaruhi terjadinya perubahan model
tungku yang digunakan oleh rumah tangga dan usaha rumah tangga. Dengan
menggunakan metode pendekatan kualitatif, tulisan ini menggambarkan
perubahan atau evolusi tungku yang banyak digunakan masyarakat di
Indonesia. Informasi tentang evolusi tungku diambil dari literatur tentang
tungku di berbagai publikasi sejak tahun 1998 sampai 2015. Tulisan tentang
perkembangan tungku ini akan memberikan informasi bagi masyarakat umum
maupun akademis untuk mengetahui bagaimana evolusi inovasi tungku terjadi
dari yang yang tradisional sampai kepada yang berlabel Tungku Sehat Hemat
Energi. .

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

326 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN mengurangi dampak buruk ini maka
dikembangkan tungku bersih dan hemat energi
Tungku merupakan salah satu komponen dalam
(ASTAE, 2013).
proses pengolahan makanan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik Masalah kesehatan masyarakat ini juga dibahas
dalam skala institusional, industri kecil maupun dalam Peraturan No. 1077/Menkes/PER/5/2011
rumah tangga (Aristanti, 2001). Tungku masak di yang mengakui tentang masalah polusi di dalam
Indonesia dibuat dari berbagai jenis material ruang rumah,
seperti: tanah liat, batu cadas, batu bata, semen namun perhatiannya hanya terbatas pada
serta tungku cetak dengan sistem cor. Desain kebutuhan akan kualitas udara dalam ruang,
tungku berbentuk persegi panjang dengan menghirup asap dari kegiatan memasak sebagai
ketinggian 30 cm dari permukaan lantai. salah satu faktor yang menyebabkan penyakit
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pernapasan pada anggota keluarga. Sayangnya,
tahun 2010, dari 60 juta keluarga di Indonesia, saran untuk meningkatkan kualitas udara dalam
40% atau sekitar 24,5 juta rumah tangga Indonesia ruang hanya mengacu pada peralihan bahan bakar
masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan (dari minyak tanah ke liquefied petroleum gas
bakar utama memasak. Sebanyak empat juta [LPG]). Pada kenyataannya, pilihan ini tidak
diantaranya tersebar di DI Yogyakarta dan Jawa praktis karena ada sekitar 40 persen rumah tangga
Tengah. Sebagian besar masih banyak masyarakat di negara ini yang masih bergantung pada bahan
yang tidak menyadari bahwa asap dari tungku bakar biomassa untuk memasak, terutama di
tradisional yang mereka gunakan, mereka hirup daerah perdesaan (BPS, 2010).
setiap hari dan memberikan dampak buruk pada Tetapi dalam aplikasinya, tidak mudah mengganti
kesehatan mereka. Di perdesaan, banyak keluarga perangkat kerja tradisional dengan peralatan
tetap menggunakan tungku tradisional untuk canggih dengan memasukkan unsur teknologi di
memasak karena dianggap lebih murah dalam dalamnya. Aspek kebiasaan, budaya, kondisi sosial
pembuatannya dan operasionalnya. Paparan asap ekonomi, serta kualitas sumber daya manusia
dari tungku tradisional lebih banyak berdampak sangat berpengaruh terhadap peningkatan taraf
pada perempuan dan anak-anak. Mereka lebih hidup masyarakat (Mulyono, 2009).
rentan terkena dampak ini karena mereka adalah
pelaku memasak di dapur setiap harinya. Anak- Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan
anak terpapar asap, karena mereka selalu berada perkembangan tungku, mulai dari awal
dekat dengan ibunya, termasuk ketika ibunya perkembangan tungku tradisioanal hingga kini
memasak dengan tungku tradisional yang banyak menjadi tungku sehat hemat energi (TSHE), serta
mengeluarkan asap. menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada
perkembangan tungku TSHE ini, utamanya di
Dampak buruk tungku tradisional mengakibatkan daerah Yogyakarta.
polusi udara di dalam rumah dan menyebabkan
kira-kira 165.000 kematian dini setiap tahunnya STUDI PUSTAKA
(ASTAE, 2013). Diperkirakan penduduk Indonesia Sejarah munculnya tungku
mengalami kematian dini akibat penyakit yang
Saat peradaban manusia dimulai, manusia sudah
timbul dari polusi dalam rumah, yaitu infeksi
banyak yang mengenal api untuk mengolah
saluran pernafasan seperti asma, tuberculosis paru,
makanan mentah menjadi makanan yang matang.
dan infeksi pernapasan akut (ISPA). Sejumlah
Bangsa Timur (China, Korea, dan Jepang), sudah
studi menunjukkan bahwa penggunaan bahan
lebih dulu mengenal kompor (lebih tepatnya
bakar padat, khususnya di kalangan rumah tangga
tungku) daripada bangsa barat. Tungku adalah alat
di wilayah perdesaan, sangat berkaitan erat dengan
atau istalasi yang dirancang sebagai
tingginya angka penyakit pernapasan. Sehingga
tempat pembakaran sehingga bahan bakar dapat
jutaan keluarga membutuhkan solusi agar bisa
digunakan untuk memanaskan sesuatu. Tungku
memasak bersih tanpa polusi yang mengakibatkan
dapat sederhana, tersusun dari batu yang diatur
timbulnya berbagai penyakit. Untuk bisa
sehingga bahan bakar terlindungi dan panas dapat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 327
diarahkan. Namun, kebanyakan tungku dibuat yang keluar dari tungku ini mengandung berbagai
sedemikian rupa sehingga api atau panas yang zat beracun yang berbahaya sehingga akan terasa
terbentuk tidak terlalu membahayakan pengguna. pedih jika terkena mata, dan lama–kelamaan akan
membahayakan kesehatan terutama pernafasan
Tungku api sudah ada di China sejak jaman Dinasti
bagi para ibu dan anak yang hampir sebagian besar
Qin (221-206/207 SM) dan terbuat dari tanah liat
waktunya berada di dapur setiap harinya. Selain
(Supriyono, 2011). Desainnya mirip dengan
itu, menyalakan tungku kayu ini tidak mudah, cara
kamado di Jepang pada periode Kerajaan Kofun di
memperbesar nyala api di tungku ditiup dengan
abad 3 sampai 6. Kamado sendiri mempunyai
menggunakan bambu oleh mulut, dan alat masak
bentuk kotak persegi yang mengurung api dengan
menjadi hitam bagian luarnya yang sulit
lubang di atasnya untuk menaruh panci, dan
dihilangkan. Asap ini lama kelamaan juga akan
mempunyai tinggi sekitar lutut orang dewasa.
menempel pada langit-langit dapur atau pada
Bahan bakarnya kayu atau batubara yang
dinding dapur. Dan, akibat lainnya dapat
dimasukkan dari lubang di bagian depan.
berpengaruh pada kesenjangan gender, karena para
Kamado berkembang dan terus digunakan hingga
ibu akan menghabiskan waktu dan energi di dapur,
periode Kerajaan Edo (1603-1867).
sehingga dapat menghambat mereka melakukan
Kelebihan tungku api dapat dilihat dari segi biaya. kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan,
Tungku merupakan alternatif yang ekonomis. mendapatkan tambahan ilmu/ pendidikan, maupun
Akan tetapi kekurangnya masih sangat banyak, waktu beristirahat dan santai.
seperti tidak bisa mengontrol frekuensi api, api
Dengan melihat hal seperti ini, maka Yayasan Dian
tidak menyebar dengan rata, asap yang
Desa (YDD) memproduksi tungku tradisional yang
ditimbulkan lebih banyak, dan mengakibatkan
lebih bersih. YDD bekerja sama dengan
polusi udara. Asapnya juga bisa menyebabkan
masyarakat meningkatkan kesadaran publik
dapur menjadi pengap, kotor, dan menghitam.
mengenai dampak buruk tungku tradisional
Tungku Tradisional terhadap kesehatan, sehingga perlu memiliki
tungku yang sehat di dapur. Tungku yang sehat
Tungku tradisional adalah tungku yang biasa
biasanya disebut tungku sehat hemat energi
digunakan di perdesaan, kemungkinan hampir
(TSHE). Dengan menggantikan tungku tradisional
seluruh perdesaan di Indonesia. Tungku tradisional
dengan TSHE akan membantu meningkatkan
mempunyai bentuk sederhana, yang berupa
kesehatan keluarga, menyelamatkan kehidupan,
tumpukan batu atau bata, yang disusun pada sisi
dan juga akan menghemat bahan bakar sehingga
kanan, kiri, dan belakang (Darmanto, Priangkoso,
akan menghemat waktu untuk mencari bahan
dan Awami, 2016). Sedangkan bagian depan
bakar.
digunakan untuk memasukkan kayu, ranting,
maupun bahan lain pengganti kayu yang tersedia, Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE)
mudah didapat dan murah kalaupun membeli, ASTAE (2013) menyebutkan bahwa TSHE
seperti batok kelapa, sabut kelapa, bonggol jagung, mengacu pada tungku biomassa baik yang
daun-daun kering dll. Dan, alat masak diproduksi secara massal atau dibangun di tempat,
ditempatkan di atas tungku. Tungku tradisional yang didukung oleh penelitian laboratorium
yang seperti ini tidak tahan lama, kemudian tungku sehingga lebih hemat energi, pembakaran yang
ini berubah menjadi tungku yang yang dibuat dari lebih baik, tahan lama, dan lebih aman jika
tanah liat dan akhirnya menggunakan semen untuk dibandingkan dengan pembakaran terbuka atau
membuat tungku tradisional. tungku biomassa yang masih dasar. Untuk TSHE
Tungku tradisional ini tidak memiliki alat sederhana mengacu pada bentuk sederhana dari
pengeluaran asap (cerobong) sehingga cukup tungku sehat dan hemat energi. Sedangkan TSHE
banyak menimbulkan asap dan akan mengepul di modern mengacu pada pada bentuk yang lebih
ruangan dapur dan masih memiliki celah di lubang modern dari tungku sehat dan hemat energi dengan
kuali sehingga panas api tungku dapat keluar dan performa prima dan biasanya menggunakan bahan
proses pemasakan memakan banyak waktu. Asap bakar biomassa yang sudah diproses..

328 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Definisi lainnya mengatakan TSHE adalah tungku bahan bakar biomassa dan arang yang disusun
yang sudah dimodifikasi dari tungku tradisional sedemikian rupa agar pembakaran dapat
(Hartiningsih, Hermawati, Maulana, dan Rosaira, menghasilkan energi lebih banyak. Tungku-tungku
2013). TSHE adalah istilah yang digunakan untuk yang saat ini digunakan masyarakat sebagian besar
tungku berbahan bakar biomassa padat yang telah menggunakan tungku yang tergolong dalam
ditingkatkan dari sisi teknologi dan desainnya tungku biomassa, terutama yang menggunakan
sehingga dapat berfungsi lebih baik dalam arti kayu bakar.
pembakaran lebih sempurna, sehingga asap yang
ditimbulkan lebih sedikit ataupun tidak ada asap di METODOLOGI
dapur, karena menggunakan cerobong asap.
Penelitian ini menganalisis perkembangan
Cerobong asap ini langsung dihubungkan keluar
tungku secara historis. Perkembangan tungku ini
ruangan sehingga asap hasil pemasakan tidak
akan dibagi menjadi 4 periode, mulai 1950 an
mengotori ruangan dapur dan dapur menjadi lebih
sampai tahun 2015. Dari masing-masing
bersih, dan yang pasti dapat terhindar dari penyakit
perkembangan periode tersebut akan dianalisis
yang disebabkan oleh asap dari memasak dengan
faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahahan
bahan bakar biomassa padat, seperti infeksi saluran
dan perkembangan tungku serta hambatan-
pernafasan bawah, penyakit paru obstruktif kronis,
hambatan yang terjadi. Dan lembaga mana saja
kanker paru, penyakit hati, katarak, asma, TBC,
yang terlibat dalam perkembangan TSHE tersebut.
hasil kehamilan yang merugikan, depresi,
meningitis bakterialis atau peradangan pada Dalam hal ini penulis membatasi bahwa tungku
selaput otak, iritasi mata, dan sakit kepala serta yang akan dibahas adalah hasil pengembangan dan
penyakit kardiovaskular atau penyakit yang pengujian dari Yayasan Dian Desa (YDD) sebagai
berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah. agen utama pengembangan tungku sehat.
Dengan TSHE yang canggih akan dapat
mengurangi tingkat polusi udara ruang sampai
lebih dari 50% (Aliansi Tungku Indonesia, 2013). HASIL DAN PEMBAHASAN
Selain itu, TSHE ini juga memiliki penutup celah Perkembangan tungku akan dijelaskan berdasarkan
pada lubang kuali, sehingga akan lebih hemat periode-periode sebagai berikut:
energi karena panas tidak akan keluar dari tungku
Periode Tahun 1950 – 1960 (sampai 1970)
dan proses pemasakan lebih cepat, dan lebih
sedikit menghabiskan kayu bakar Awalnya pada periode ini masyarakat
(www.tungku.or.id/ina/). TSHE ini akan menggunakan tungku tradisional. Tungku
menghemat penggunaan kayu bakar 30% tradisional adalah tungku yang umumnya yang
(Hartiningsih, 2015). Dampak positif lainnya, yaitu dibuat dari bahan tahan liat, semen dan pasir atau
dapat mengurangi kemiskinan, meningkatkan bahan lain yang ada di sekitar rumah pengguna
persamaan gender, dan meningkatkan lingkungan tungku. Bahan bakar yang digunakan pada
yang baik. Dengan menggunakan TSHE, dapat umumnya berbentuk biomassa seperti kayu bakar
mengurangi waktu yang digunakan para ibu untuk atau ranting–ranting kayu, dan arang. Tungku jenis
memasak, sehingga para ibu mempunyai waktu ini banyak digunakan masyarakat desa atau
untuk, antara lain membantu suami di kebun, pedagang-pedagang makanan tradisional. Contoh
melakukan kegiatan yang menambah pendapatan, tungku tradisional adalah anglo dan tungku tiga
bermain atau mengurusi anak, menambah batu, seperti tampak pada Gambar 1 berikut ini.
pendidikan/pengetahuan, istirahat.
Menurut Johannes (1984), diacu dalam Utami
(2007) tungku ada beberapa bentuk dan jenisnya,
yaitu: (1) Tungku biomassa, dimana bahan bakar
langsung dibakar, misalnya tungku lorena, singer,
tungku sekam, dan lain-lain. (2) Tungku bioarang,
menggunakan bahan bakar arang, misalnya anglo
dan keren. (3) Tungku hibrida, menggunakan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 329
Tungku tradisional lainnya yang banyak digunakan
masyarakat adalah tungku yang tiga lubang kuali
dan tidak memiliki alat pengeluaran asap
(cerobong) sehingga asap hanya mengepul di
ruangan dapur dan masih memiliki celah di lubang
kuali sehingga panas api tungku dapat keluar dan
proses pemasakan kurang sempurna karena
memakan banyak waktu untuk memasak. Tungku
tradisional adalah tungku yang umumnya
menggunakan bahan bakar kayu atau arang kayu.
A. Tungku Tiga Batu Tungku tradisional umumnya banyak digunakan
masyarakat desa atau pedagang-pedagang makanan
tradisional (Maulana, 2016). Tetapi ternyata
menggunakan tungku tradisional mempunyai
dampak negatif, seperti boros kayu bakar, waktu
yang digunakan masak lama, dan dampak yang
paling penting yaitu adanya asap yang mengepul di
ruangan dapur. Asap ini sangat berbahaya bagi
kesehatan para ibu dan anak-anak yang sering
B. Anglo berada di dapur. Partikel-partikel asap akan
mengganggu pernafasan, berupa batuk-batuk
Gambar 1 Tungku tradisionil (A. Tungku tiga sampai terjadinya radang paru-paru (ISPA) dan
batu; B. Anglo) juga asap akan merangsang kulit dan mata 1. Selain
itu, dimensi ketinggian alat kerja yang jauh di
Anglo pada umumnya menggunakan bahan bakar bawah posisi siku, memaksa pengguna beraktivitas
arang kayu. Untuk mempertahankan panas (nyala), dengan posisi duduk atau berdiri sambil
anglo ini harus selalu dikipasi dan setiap kali membungkuk.
ditambahkan arang yang baru. Dengan demikian,
Tungku masak tradisional didesain dengan sistem
panas yang ditimbulkan tidak terfokus dengan baik
yang sangat sederhana, dan diletakkan secara
sehingga cukup banyak energi panas yang
permanen pada area dapur. Sistem pembakaran
terbuang.
manual dari tungku berbahan bakar kayu,
Dan tungku tiga batu umumnya menggunakan menyebabkan proses memasak membutuhkan
bahan bakar kayu. Banyak rumah tangga perdesaan waktu yang lebih lama. Selain itu, efisiensi
yang membuat tungku tiga batu. Dalam pembakaran dan penggunaan panas pada tungku
pemakaiannya, tungku ini harus selalu ditunggu tradisional pada dasarnya sangat rendah, yaitu
agar nyala apinya dapat dipertahankan (tidak sekitar 5-15% (ARC, 2010).
padam). Tungku seperti ini sangat boros, dan
Pada periode ini juga merupakan periode awal bagi
menghasilkan sejumlah besar asap yang
India dan Indonesia, tungku yang dikembangkan
mengandung zat beracun. Pilihan tungku ini
yaitu jenis Magan Chula dan Tungku Singer.
berhubungan erat dengan pendapatan masyarakat
Pendekatan yang dilakukan dalam
(YDD, 2012)
mengembangkan tungku jenis ini berdasarkan pada
Pada dasarnya kedua jenis tungku ini kurang issue sosio ekonomi dan kesehatan. Tetapi hal ini
efisien dan banyak energi panas yang dihasilkan tidak berhasil dilaksanakan karena tidak klop
terbuang percuma, karena bentuk tungku yang dengan kebutuhan masyarakat, R&D untuk
terbuka. Selain itu, asap yang dihasilkan cukup pengembangan model sesuai kebutuhan sangat
banyak dan membuat terjadinya polusi dalam kurang, dan strategi penyebarannya masih kurang
ruang yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Soedjarwo, 2001).
penghuni rumah tersebut (Wisafri, Apwiddhal,
Liliwart, 2010). 1
Majalah Asap, Edisi pertama, 2000

330 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Periode Tahun 1976 seorang sukarelawan yang bekerja di Yayasan
Dian Desa. Tungku ini kemudian diberi nama
Pada tahun ini, tungku yang dikembangkan adalah Lorena, seperti Gambar 2 berikut ini (Kaufman,
tungku Lorena yaitu pada tahun 1976 di Guatemala 1993)
dan mulai diperkenalkan di Asia (Indonesia dan
Srilanka) tahun 1978 (Soedjarwo, 2001). Jenis
tungku ini statis seperti tungku tasir/lowon/katesan
mencong.

Tungku Tasir
Tungku tasir merupakan tungku yang dibuat dari
tanah dan pasir. Tungku ini banyak dijumpai di
beberapa desa di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Secara teknis tungku tasir mempunyai dua
sampai tiga lubang masak. Bentuk tungku
memanjang dari depan meninggi kebelakang Gambar 2 Tungku Tasir
sesuai kebutuhan dan lubang utama lebih besar
dibanding lubang kedua dan ketiga sesuai alat Kaufman (1983) menyebutkan bahwa pengenalan
masak yang digunakan. Disain awal tungku tasir tungku Lorena pertama kali dilakukan kepada
tidak menggunakan cerobong asap sehingga dapur masyarakat Desa Ngestirejo, Kecamatan Tepus,
masih penuh dengan asap. Gunung Kidul pada tahun 1979. Pengenalan
tungku Lorena di Desa ini telah membawa inovasi
Tungku Tasir yang diperbaiki (improved): atau perubahan tungku sesuai dengan kebutuhan
Lorena lokal, termasuk mengganti bahan baku pasir
Tungku Bagian lorong tungku dibuat bavel atau dengan bahan lainnya yang ada dilokasi setempat,
sekatan untuk mengatur jalanya api yaitu bagian seperti tanah liat, jerami padi, dan sebagainya.
depan datar kemudian untuk menuju lubang kedua Tungku Lorena ini memiliki tingkat efisiensi yang
dibuat meninggi tetapi langsam dan tepat di tengah lebih baik dibandingkan dengan tungku tradisional.
atas lubang kedua menurun langsam menuju Pada tahun 1979 itu pula YDD dengan penduduk
lubang ketiga dan tepat di tengah lubang ketiga setempat memotori membuat ratusan tungku
menurun, kemudian ada cerobong asap di bagian Lorena dengan berbagai bentuknya seperti Gambar
belakang. berikut ini.
Bahan baku tungku tersebut berupa tanah liat dan
pasir ditambah bahan lainnya seperti abu dan
sekam. Lubangnya sesuai kebutuhan yaitu dapat
satu, dua, tiga dan empat lubang. Sedangkan
bentuknya dapat persegi, bulat, empat persegi
panjang dan dapat pula disesuaikan dengan
keinginan pemiliknya. Tungku tersebut juga dapat
dibuat skala besar untuk kebutuhan industri kecil.
Untuk restoran bentuknya sama dengan tungku
tasir tetapi komponennya dari cor besi, bata merah,
dan semen. Hal ini dikarenakan masakan yang
akan dimasak membutuhkan panas yang tinggi
sehingga bahan yang digunakan harus dapat
menahan panas yang tinggi dan kuat untuk
menahan beban berat (Sunarno, 2001). Gambar 3 Berbagai bentuk Tungku Lorena
Penyebaran tungku Lorena terus dilakukan sampai
Tungku Tasir yang diperbaiki penampilan dan
ke beberapa desa di Kabupaten Wonosobo dan
dibuat pertama kali dibuat tahun 1978 oleh
kabupaten lainnya di Jawa Tengah dan DI

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 331
Yogyakarta. Tungku Lorena dapat menghasilkan Sejak awal tahun 1980 berbagai organisasi di
panas yang diinginkan sehingga panas yang Indonesia telah bergerak dalam pengembangan dan
dihasilkan dapat secara maksimal dapat kita penyebaran Tungku Sehat Hemat Energi
manfaatkan dan pembakaran sempurna. Tungku (TSHE). TSHE merupakan penyempurnaan dari
tersebut menurut pemakainya sangat menghemat tungku tradisional. Tungku ini memiliki penutup
kayu dan panasnya dapat bertahan lama sampai celah pada lubang kuali, sehingga panas tidak akan
bara api benar-benar menjadi abu, tidak keluar, proses pemasakan lebih cepat, dan lebih
menimbulkan panas bagi yang memasak dan asap sedikit menghabiskan kayu bakar. TSHE lebih
dapat keluar melalui cerobong sehingga dapur bersih karena memiliki cerobong asap, yang
menjadi bersih dan tidak menimbulkan sesak napas langsung dihubungkan keluar ruangan, sehingga
maupun pedih mengenai mata. asap hasil pemasakan tidak mengotori ruangan
Sejak itu teknologi tungku mulai berkembang
sampai saat ini, dan dalam perkembangannya
selalu memperhatikan beberapa kaidah yaitu
efisiensi energi, material yang digunakan, bahan
bakar dipakai dan penggunaan spesifik tungku. Di
samping kaidah-kaidah pokok di atas, terdapat
beberapa faktor penting yang sangat menentukan
baik atau tidaknya model tungku yang dibuat, dan dapur (Gambar 4 di bawah).
faktor inilah yang mempengaruhi diterima atau
ditolaknya model tersebut. Faktor–faktor tersebut
adalah faktor sosio–kultura (kebiasaan, cara Sumber: Yayasan Dian Desa
emasak, jenis masakan), ekonomi, kondisi dapur, Gambar 4 Tungku Hemat Energi
keamanan, kenyamanan, alat memasak, Dampak positif lain yang akan dirasakan jangka
penghematan waktu, dan kesehatan pemakai. panjang adalah terhindarnya proses penggundulan
Di tahun ‘70an ini merupakan tahun–tahun hutan serta terjaminnya kesehatan masyarakat.
booming program tungku karena disebabkan Proses penebangan pohon di hutan untuk
adanya krisis minyak dan issue lingkungan. Dan di memenuhi kebutuhan kayu akan dapat dikurangi
Asia merupakan wilayah perkembangan tungku karena kayu sebagai bahan bakar tungku yang
terpenting di dunia, hal ini ditunjukkan dengan dibutuhkan akan lebih sedikit. Selain itu, penyakit
adanya lebih dari 170 program tungku terdapat di paru–paru dan saluran pernafasan, yang banyak
Asia (Soedjarwo, 2001). menjangkiti masyarakat desa dapat terhindarkan,
dengan adanya dapur yang lebih bersih dan bebas
Selain perkembangan dan penyebaran tungku yang asap. Gambar 5a dan 5b menunjukkan
dilakukan, ada pula hambatan–hambatan yang perbandingan antara dapur yang menggunakan
dialami diantaranya adalah membutuhkan waktu tungku tradisional dan TSHE.
relatif panjang untuk dapat menguasai teknik
pembuatan tungku statis, dan membutuhkan waktu
cukup lama untuk membuat sebuah tungku, karena
masyarakat yang kurang memiliki kesabaran.

Periode Tahun 1980 -1990

Di tahun ’80 – ‘90an jenis tungku portable atau


transportable mulai banyak dikembangkan.
Tujuannya adalah terbentuknya standar kualitas
dan produksi massal, melalui pendekatan dengan Sumber : Suprapti (2014)
menggunakan jalur komersial. Gambar 5a Dapur dengan Tungku
Tradisional

332 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dari gerabah, seperti keren satu lubang dengan
bahan bakar kayu, anglo dengan bakar arang, dan
tungku apolo dengan bahan bakar sekam padi dan
sebagainya. Tungku–tungku tersebut banyak
dijumpai baik pada masyarakat perdesaan maupun
kota, karena bentuknya yang kecil dan mudah
dipindah–pindah (Sunarno, 2001).

Menjelang akhir tahun 1981, YDD bersama–sama


dengan penggiat tungku internasional melakukan
percobaan membuat liner tungku yang terbuat dari
Sumber : Suprapti (2014) bahan keramik sebagai cikal bakalnya tungku SAE
Gambar 5b Dapur dengan Tungku dengan TSHE
saat ini. Liner tungku adalah bagian atau
Dalam menangani berbagai kegiatan untuk komponen penting tungku, yang akan digunakan
meningkatkan kehidupan rumah tangga di sebagai ‘cetakan’ untuk membuat tungku. Hasil
Indonesia melalui program TSHE, sejarah dari liner tungku ini menjelma menjadi Tungku
menunjukkan bahwa sudah terjalin kerja sama SAE (Gambar 6). Tungku SAE memiliki
antara Lembaga Swadaya Masyarakat, Pemerintah, penampakan lebih kecil dan mudah dipindah–
dan Perguruan Tinggi. pindah (kaufman, 1983).

Contohnya TSHE ini telah dikembangkan oleh Tungku SAE yang berarti baik atau bagus (dalam
Yayasan Dian Desa (YDD), yang merupakan bahasa Jawa) merupakan penyempurnaan dari
organisasi non pemerintah atau Lembaga Swadaya tungku tradisional atau keren yang mempunyai
Masyarakat (LSM), yang aktif dalam kegiatan satu lubang. Pada umumnya masyarakat
pengembangan masyarakat pada umumnya dan menggunakan 2 buah keren secara bersamaan pada
mempunyai fokus khusus untuk mengembangkan waktu memasak, sehingga sisa panas yang
teknologi tepat guna, terutama bagi masyarakat dihasilkan tidak dimanfaatkan semaksimal
yang berpenghasilan rendah, supaya dapat mungkin, untuk itu lahirlah tungku SAE. Tungku
meningkatkan taraf hidup mereka melalui proses SAE adalah tungku yang memiliki dua lubang
partisipasi dan swadaya. Dalam mengembangkan masak, yang fungsinya untuk memanfaatkan sisa
TSHE ini, YDD dan para penggiat tungku lainnya panas dari lubang pertama. Guna mendukung
membangun satu organisasi nasional, yang kinerja tungku ini, maka ditambahkan baffle untuk
bernama Jaringan Kerja Tungku Indonesia (JKTI), mengarahkan jalannya dan tekanan api ke lubang
dimana YDD dipercaya menjadi koordinator. Di masak nomor dua.
tingkat internasional, YDD bersama dengan
komunitas tungku internasional membentuk
ARECOP (Asian Regional Cookstove Program),
dimana YDD ditunjuk sebagai koordinator untuk
Indonesia. ARECOP dan JKTI adalah jaringan
yang memfasilitasi pengembangan TSHE, serta
program energi biomassa di tingkat rumah tangga
dan industri kecil. YDD dengan JKTI dan
ARECOP mengembangkan TSHE dengan cara
mengadopsi berbagai tungku. Gambar 6 Tungku SAE : Liner tungku

Tungku yang pertama kali dikembangkan oleh Pada tahun 1990, YDD mengembangkan TSHE di
YDD adalah tungku SAE yaitu tungku dua lubang desa–desa yang masih menggunakan tungku
yang terbuat dari tanah liat yang dibakar (gerabah). tradisional sebagai alat memasak. Ternyata tidak
Tungku ini dikembangkan karena masyarakat pada mudah mengembangkan TSHE tersebut, banyak
waktu itu lebih suka menggunakan tungku yang hambatan–hambatan yang dialami, diantaranya

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 333
adalah: kurangnya sarana transportasi, sehingga makan “Ny. Suharti” di Yogyakarta dan seluruh
jangkauan pemasaran terbatas hanya di sekitar cabangnya. (Hartiningsih, 2013)
wilayah yang berdekatan dengan produsen tungku;
kurangnya tenaga penyuluh lapangan dalam hal Sejak tahun 2005, YDD mengajak produsen
pertungkuan sehingga banyak masyarakat yang tungku tradisional (bernama Sutras), untuk
belum tahu adanya tungku yang dapat menghemat membuat liner gerabah yang akan digunakan
kayu bakar; kurang adanya dukungan publikasi dalam pembuatan TSHE. Produsen Sutras
dalam hal pertungkuan ke masyarakat luas; kurang mendapat pelatihan, membuat cetakan, dan
adanya dukungan finansial khususnya untuk konsultasi dari YDD. Produksi Sutras kurang lebih
mendukung kelanjutan produksi dan pemasaran 300 buah tungku per bulan. Saat ini, YDD sudah
tungku; dan kurang adanya keterampilan lain untuk menyediakan alat ukur kalori untuk mengukur
mendukung pendekatan pada masyarakat dalam efektivitas tungku dan uji laboratorium untuk
rangka memperkenalkan tungku (Sunarno, 2001). pengembangan atau inovasi teknologi TSHE.
Periode Tahun 2000 – sekarang Tungku tradisional yang telah di improved
oleh YDD dan menjadi TSHE serta telah
Mulai tahun 2000 an, YDD memberi percontohan diterapkan di berbagai desa antara lain (Majalah
TSHE bagi penduduk yang memproduksi gula Tungku Indonesia, 2009)
merah atau gula semut. Kegiatan difusi awal TSHE
dilakukan di Pedukuhan Gunungrejo, Kelurahan a. Tungku Arang (Anglo Supra dan Anglo
Hargorejo, Kecamatan Kokap. Kemudian, Bangkok)
dilakukan pelatihan kepada masyarakat dan Tungku arang berasal dari Thailand dan di
produsen gerabah untuk membuat tungku sehat Indonesia terkenal dengan nama anglo supra
tersebut. Pada awalnya, tungku yang diciptakan yang berember dan anglo bangkok yang tidak
adalah tungku yang terbuat dari tanah liat berember. Tungku ini sudah mengalami
(gerabah). Namun, karena membutuhkan waktu perubahan, baik ukuran badan tungku secara
yang banyak dalam pembuatannya (proses keseluruhan maupun pada sarangan yang
mencetak dilakukan dengan tangan sehingga semula berjumlah 61 lubang dan sekarang
memakan banyak waktu), bahan yang digunakan hanya 37 lubang. Hasil pengamatan maupun
mudah pecah, dan tungku tidak dapat bertahan test di laboratorium bahwa tungku aglo supra
lama, maka bahan baku tanah liat diganti dengan dan bangkok mampu menghemat bahan bakar
semen. Bahan baku semen lebih tahan lama, serta sampai 50% dan juga waktu memasak lebih
pembuatannya lebih mudah dan cepat, karena cepat dibandingkan dengan anglo tradisional
dapat dicetak dengan menggunakan cetakan. Pada (Maulana, 2015) . Seperti terlihat pada gambar
akhirnya, TSHE yang dibuat dari semen lah yang 7.
dikembangkan.

YDD menyebarluaskan TSHE dengan cara:


1. Sosialisasi dan promosi kegiatan tungku sehat
hemat energi serta kegiatan dapur sehat melalui
poster dan pembagian kaos
2. Mengadakan pelatihan pembuatan tungku
hemat energi bagi warga masyarakat
3. Pembuatan contoh tungku hemat energi (1
contoh).

Pada tahun 2001, YDD sudah merintis tungku NG


Gambar 7 Anglo Supra
II Composite Fuel Eficient Stove yang berasal dari
tungku di Cina. Tungku ini digunakan oleh rumah

334 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
b. Tungku Tasir Satu Lubang atau Tungku Tasir
Improved
Tungku ini dibuat dari tanah dan pasir (tasir)
dengan tiga lubang berjajar, tidak bercerobong,
tanpa sarangan dan baffle/lidah. Tungku ini
merupakan penyempurnaan dari tungku tasir
tradisional. Penyempurnaannya meliputi
pembuatan ruang bakar, pemberian lubang
sekunder serta sarangan supaya abu sisa
pembakaran tidak menganggu dan juga
Gambar 8 Tungku Jolentho
menggunakan cerobong asap. Pada umumnya
tungku ini berukuran besar karena digunakan
untuk kebutuhan seperti asrama, pesantren, dan e. Tungku Gasifikasi “Makunda’ atau EIGAS 2
industri rumah tangga skala kecil menengah
seperti pembuatan gula merah atau gula semut. Badan tungku ini berbahan stainless steel
Tungku ini tidak dapat dipindahkan tempatnya dengan model satu lubang memasak. Prinsip
karena berat. kerja tungku ini tentu saja lebih maju
dibandingkan dengan tungku biomassa yang
c. TSHE Multi Pot/lebih dari satu lubang masak pernah dikembangkan oleh JKTI. Keunggulan
Tungku ini merupakan penyempurnaan dari tungku ini adalah pembakaran lebih sempurna
tungku tanah liat multi pot/lubang yang sudah karena dalam ruangan bakar ditambahkan
ada sejak dahulu. Perubahan ini mengacu pada blower untuk mengurai gas yang terlepas dari
prinsip pembakaran sempurna dan transfer kayu
panas, sehingga hasil kinerja tungku menjadi Dan di awal tahun 2012, ada upaya kolaboratif
lebih baik, hemat, dan juga sehat karena polusi dari pemerintah Indonesia dan Bank Dunia yang
dari proses pembakaran bisa ditekan. Tungku diberi nama Inisiatif TSHE Indonesia (Clean Stove
ini ada dua macam, yaitu TSHE Tasir rumah Initiative/CSI), dengan menggunakan pendekatan
tangga dua lubang dan TSHE tasir masak gula terpadu untuk menciptakan kondisi yang kondusif
merah tiga lubang. untuk mengembangkan pasar TSHE. Program
d. Tungku Liner Gerabah (Tungku Jolentho) inisiatif TSHE Indonesia (CSI) terdiri dari empat
tahapan program: (1) inventerisasi awal dan
Pembuatan tungku ini untuk mencoba
pengembangan strategi implementasi, (2)
memperbaiki kinerja tungku tasir improved
penguatan institusi, pembangunan kapasitas, dan
(TSHE) yang selama ini sudah dikembangkan.
melaksanakan pilot program dengan strategi yang
Secara substansi prinsipnya tetap mengacu pada
dikembangkan, (3) memperluas jangkauan
cetakan tungku gula merah yang telah ada.
implementasi program, dan (4) evaluasi program
Dengan adanya liner gerabah maka dimensi yang dan penyebaran hasil pembelajaran2.
dihasilkan ternyata lebih baik, dengan ditambahkan
isolator berupa abu dapur atau abu arang sekam Untuk mendukung program inisiatif TSHE
diantara liner dan lapisan luar. Tungku Jolentho Indonesia, dibentuk Aliansi Tungku Indonesia
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan TSHE (ATI), yang bekerja sama dengan Departemen
yaitu dimensi tungku ini terbuat dari gerabah dan Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya
terpisah (knock-down) dalam tiga bagian yang Mineral dan Bank dunia, dengan dukungan dana
disambungkan dengan dua buah pipa/tunel/lorong. dari Australian for International Development
Dengan kontruksi yang terpisah, akan (AusAid) dan Asia Sustainable and Alternative
mempermudah saat membawa ke lokasi. Seperti Energy Program (ASTAE). ATI merupakan wadah
pada gambar 8. untuk semua yang memiliki perhatian pada polusi

2
...........2013. Indonesia Menuju Akses Universal Memasak Bersih
Tanpa Polusi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 335
udara di rumah tangga untuk bisa berjaringan, Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa
berkomunikasi, dan berbagi pengetahuan, perkembangan tungku sangat dipengaruhi oleh
pengalaman, teknologi, dan isu-isu terkait lainnya adanya lembaga pemerintah dan non pemerintah.
dalam rangka meningkatkan akses masyarakat di Seperti adanya program–program TSHE yang
Indonesia untuk bisa memasak dengan TSHE dan sudah dilakukan oleh pemerintah yang bekerja
mewujudkan memasak bersih tanpa polusi 3. sama dengan YDD dalam menyadarkan
(Hartiningsih, 2013) masyarakat tentang pentingnya kesehatan..

PENUTUP
UCAPAN TERIMA KASIH
Awal periode perkembangan tungku, tungku
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
tradisional didesain dengan sistem yang sangat
PAPPIPTEK-LIPI yang telah menyediakan dana
sederhana, dan diletakkan secara permanen pada
penelitian tematik sektor energi sejak tahun 2013 -
area dapur. Sistem pembakaran manual dari tungku
2016. Penulis juga berterima kasih kepada semua
berbahan bakar kayu, menyebabkan proses
nara sumber, terutama Ibu Prianti Utami, Ibu
memasak membutuhkan waktu yang lebih lama.
Christina, dan Yayasan Dian Desa - Yogyakarta,
Selain itu, efisiensi pembakaran dan penggunaan
dan Dr. Ikbal Maulana atas kesediaan waktu untuk
panas pada tungku tradisional pada dasarnya
berdiskusi tentang tulisan ini dan sekaligus
sangat rendah.. Kemudian tungku tasir ini
mendapatkan data dan informasi tentang TSHE.
dimodifikasi (menjadi Lorena) menjadi tungku
yang hemat bahan bakar, ditambah cerobong asap
di bagian belakang agar dapur menjadi bersih dan
DAFTAR PUSTAKA
sehat bagi penggunanya. Selain itu, tungku Lorena
dapat menghasilkan panas yang diinginkan Aliansi Tungku Indonesia. (2013). Dampak Polusi
sehingga panas yang dihasilkan dapat secara Udara Dalam Ruang Pada Kesehatan.
maksimal dimanfaatkan dan pembakaran V_7oNvTW-1s. Yogyakarta.
sempurna. Sejalan dengan perkembangan tungku,
maka dibuatlah TSHE yang merupakan Aristanti, C. (2001). Asia Industrial and
penyempurnaan dari tungku tradisional.. Institutional Stove Compendium. ARECOP.
Yogyakarta
Dalam perkembangan tungku tradisional menjadi
TSHE, semua ini tidak terlepas dari peran YDD Aprovecho Research Centre (ARC). (2010). Test
dan para penggiat tungku lainnya. Ada juga Result of Cook Stove Performance,
lembaga, seperti ARECOP dan JKTI yang Partnership for Clean Indoor Air.
merupakan jaringan yang memfasilitasi Aprovecho Research Centre. Shell
pengembangan TSHE, serta program energi Foundation. United State Enviromental
biomassa di tingkat rumah tangga dan industri Protection Agency.
kecil yang mempunyai peran penting dalam
Asia Sustainable and Alternative Energy Program
perkembangan tungku tersebut. YDD dengan JKTI
(ASTAE). (2013). Indonesia: Menuju Akses
dan ARECOP sendiri mengembangkan TSHE Universal Memasak Bersih Tanpa Polusi.
dengan cara mengadopsi berbagai tungku. Di Rangkaian Pertukaran Pengetahuan Inisiatif
samping itu, ada pula upaya kolaboratif dari Tungku Sehat Hemat Energi di Asia Timur
pemerintah Indonesia dan Bank Dunia yang diberi dan Pasifik. Washington, DC: Bank Dunia.
nama Inisiatif TSHE Indonesia (CSI), dengan Badan Pusat Statistik (BPS). (2010). “Survei Sosial
menggunakan pendekatan terpadu untuk Ekonomi Nasional 2010”
menciptakan kondisi yang kondusif untuk (http://dds.bps.go.id/eng//)
mengembangkan pasar TSHE.
Darmanto, Priangkoso, T., dan Awami, S.N.
3
Aliansi Tungku Indonesia, (2016). Modifikasi Tungku untuk
www.tungkuindonesia.org/id/page/60/laporandan publikasi.html, 2013
Meningkatkan Produktivitas Industri Rumah
Tangga Gula Aren. Momentum, Vol. 12,

336 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
No. 1, April 2016, Hal. 60-63. ISSN 0216- Soedjarwo, A. (2001). Penyebaran Tungku di Asia.
7395, e-ISSN 2406-9329. Prosiding Pertemuan Lembaga Jaringan
http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.p Kerja Tungku Indonesia September 2000.
hp/MOMENTUM/article/viewFile/1460/154 Jaringan Kerja Tungku Indonesia (JKTI).
4. Diakses 13 Oktober 2016.
Sunarno. (2001). Pengembangan dan
Hartiningsih, (2015). Jejaring dalam Difusi Inovasi Penyebarluasan Tungku Hemat Bahan
Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE). Kasus: Bakar. Prosiding Pertemuan Lembaga
Kulon Progo D.I. Yogyakarta. Jurnal Jaringan Kerja Tungku Indonesia September
Pekomas Vo. 18 no. 2 (73 – 150). Makasar, 2000. Jaringan Kerja Tungku Indonesia
Agustus 2015. (JKTI).
Hartiningsih, Hermawati, W., Maulana I., Rosaira, Utami Y. (2008). Desain dan Uji Unjuk Kerja
I. (2013). Peran Jejaring dan Aktor dalam Tungku Briket Biomassa [skripsi]. Bogor:
Mempertahankan Kesinambungan Energi di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Perdesaan. Laporan Hasil Penelitian Pertanian Bogor.
Pappiptek-LIPI. Katalog Perpustakaan
Pappiptek-LIPI No. 333.7/Per/H, Seri YDD (Yayasan Dian Desa). (2012). “Penggunaan
Laporan Penelitian No. 2014-01-01-04. Bahan Bakar Bio-massa di Yogyakarta dan
Jawa Tengah, Indonesia: Suatu Studi Kasus”.
Kaufman, M. (1983). From Lorena to a Mountain
Draft prepared for the Indonesia Clean Stove
of Fire: A case study of Yayasan Dian
Initiative, World Bank, Washington, DC.
Desa’s fuel efficient stove program (1978-
1983). Yayasan Dian Desa. Yogyakarta Supriyono, W. (2011). Perkembangan Teknologi
Kebutuhan Manusia (kompor).
Maulana, I., Hermawati, W., Hartiningsih, dan
https://www.scribd.com/doc/31kurang
Rosaira, I. (2016). Peran LSM dalam
3044330/Perkembangan-Teknologi-
Mendukung Kemandirian Energi di Tingkat
Kebutuhan-Manusia
Masyarakat. Laporan Penelitian PAPPIPTEK-
LIPI, Jakarta Wisafri, Apwiddhal, dan Liliwarti (2010).
Mulyono, G. (2009). Kajian Ergonomi Pada Pembuatan Tungku Lorena Pada Usaha
Tungku Masak Dapur Tradisional Kacang Goreng. Rekayasa Sipil, 6 (2). pp. 71-
Masyarakat Desa Sukorejo Kediri. Makalah 78. ISSN 1858-3695
pada National Conference on Applied
Ergonomics,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 337
INTERVENSI MODEL PERBIBITAN SAPI JABRES UNTUK
PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI PEDESAAN

Intervention of Breeding Scheme of Jabres Cattle to Enhance


Socio Economics at Village’s
Yudi Adinata, L. Affandhy dan D. Pamungkas
Loka Penelitian Sapi Potong
Jalan Pahlawan No. 2 Grati, Pasuruan, Jawa Timur
No Hp: 085228836849; email: yudiku98@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Jabres cattle, breeding scheme, Jabres cattle had important role for smallholder and government at
increase of village economics Brebes District. This was by developing and resulting income for
smallholders, creating jobs, contributing at national yield of meat, and
also improving natural income of District. This paper aimed to enhance
the zoning program of feeder cattle of Jabres cattle, as follows: 1) To
increase population and production of Brebes cattle via boosting the
genetic value by Selection and mating management. 2) To develop the
integration management, and 3) To create program enhancing Zoning
program of jabres raising including technical feasibility economics, social
and cultural. The common problems were: 1) The exploitation of unlimited
mating which caused inbreeding depression by lowering the performance
at all physiological state of animals. 2) proven bull was limited or
critical/endangered, 3) Feed availibility wasnt optimal to enhance Jabres
cattle conservation. 4) The farmer organization were not develop yet
regardless Jabres conservation and development. The strategy for
developing was including farmers and farmers group by intervention of
the village breeding system as of open nucleus system. The participation of
farmers were grouped into some layers of structure of Jabres cattle
management, as follows: the first, was the Nucleus as the area which
producing proven feeder stock, (2) The second layer, was the propagation
area receiving from Nucleus, (3) The third layer, was the farmers mass or
commercial stock. All layers were also consider to conduct waste
management regardless value added in continuing improvement of
agribussines system
Kata Kunci SARI KARANGAN
Sapi Jabres , Potensi Perbibitan Sapi Jabres mempunyai peranan sosial ekonomi yang penting bagi
dan Peningkatan ekonomi masyarakat petani peternak maupun pemerintah kabupaten Brebes, karena
pedessaan sapi Jabres bisa dikembangkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan
petani peternak, menciptakan lapangan kerja, berkontribusi dalam
produksi daging nasional, dan mampu meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah. Sebuah review disampaikan bertujuan untuk memberikan opsi
strategi dalam mendukung Program Pewilayahan Sumber Bibit sapi
Jabres, antara lain: (1) Meningkatkan populasi dan produktivitas sapi
Jabres melalui peningkatan mutu genetik dengan cara melakukan seleksi
dan pengaturan perkawinan, (2) Mengembangkan usaha integrasi
peternakan sapi Jabres, dan (3) Menyusun Program Pendukung
Pengembangan Kawasan Usaha Peternakan sapi Jabres yang mempunyai
kelayakan teknis, ekonomis, sosial dan budaya. Problematika yang sering
muncul di lapang antara lain : 1) telah banyak eksploitasi melalui
persilangan tidak terbatas, menyebabkan inbreeding yang dapat
menurunkan performans Jabres baik pada semua status fisiologis ternak. 2)
semakin langkanya pejantan unggul, 3) Ketersediaan pakan belum
dioptimalkan untuk mendukung peningkatan produktivitas sapi Jabres, dan

338 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
4) Masyarakat petani peternak belum mengembangkan organisasi yang
mendukung pelestarian sapi Jabres. Peluang pengembangan sebagai upaya
peningkatan ekonomi pedesaan adalah melalui pengembangan sapi Jabres
dengan melibatkan masyarakat petani peternak (village breeding system)
dengan pola inti terbuka (open nucleus breeding system). Adanya
keterlibatan masyarakat petani peternak maka harus ada tiga lapisan
struktur peternakan sapi Jabres di wilayah tersebut, yaitu: 1). Lapisan inti
adalah tempat menghasilkan bibit unggul; 2). Lapisan kedua adalah lapisan
tempat para peternak menggandakan bibit unggul yang diterima dari inti;
3). Lapisan ketiga adalah massa petani peternak atau peternak komersial.
Semua lapisan ini juga mempertimbangkan waste menagament yang
tentunya akan menjadi nilai tambah dalam kesinambungan sistem
agribisnis
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN potensi ekonomi yang besar sehingga


keberadaannya perlu dilestarikan dan
Sapi Jabres adalah salah satu sapi lokal
ditingkatkan populasi serta produktivitasnya.
Indonesia yang telah ditetapkan sebagai rumpun
oleh Keputusan Menteri Pertanian Nomor Perkembangan sapi Jabres yang sudah
2842/Kpts/LB.430/8/2012. Berdasarkan beradaptasi dengan kondisi lingkungan di
penetapan tersebut sapi Jabres merupakan salah Kabupaten Brebes yang terletak disepanjang
satu rumpun sapi lokal, dan kekayaan sumber pantai utara Laut Jawa, memanjang keselatan
daya genetik ternak lokal Indonesia, harus berbatasan dengan wilayah Karesidenan
dilindungi dan dilestarikan. Sapi Jabres Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan
merupakan persilangan antara sapi Peranakan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, serta sebelah
Ongole, sapi Madura, dan sapi Bali yang sudah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat.
terjadi sejak zaman penjajahan Hindia Belanda, Letaknya antara 6044’56,5” – 7021’51,8” Lintang
mempunyai sebaran asli geografis di Kabupaten Selatan dan antara 108041’37,7” – 109011’28,92”
Brebes, Provinsi Jawa Tengah dan telah BT. Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah
dibudidayakan secara turun-temurun. Sapi Jabres sebesar 1.662,96 km2, terdiri dari 17 Kecamatan
mempunyai keseragaman bentuk fisik, dan 297 desa/kelurahan. Pada tahun 2012luas
kemampuan adaptasi dengan baik pada tanah sawah sebesar 627,03 km2 (37,70%) dan
keterbatasan lingkungan; ciri khas yang berbeda luas tanah bukan sawah sebesar 1.035,93 km2
dengan rumpun sapi asli atau sapi lokal lainnya. (62,30%). Sebagian besar luas tanah sawah
merupakan sawah berpengairan 46.087 Ha
Perkembangan sapi Jabres sekarang ini
(73,50%), baik merupakan irigasi terknis, irigasi
cukup terhambat karena banyak peternak yang
setengah teknis, irigasi sederhana maupun irigasi
memiliki sapi Brebes menginginkan sapi ini
desa, sedangkan sisanya (26,50%) merupakan
untuk dikembangkan ke arah sapi silangan
sawah tadah hujan. Jumlah curah hujan rata-rata
dikarenakan mempunyai penampilan sapi yang
di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebesar
besar. Namun kondisi terakhir untuk sapi Jabres
1.877 mm, rata-rata jumlah curah hujan per bulan
adalah ada keinginan dari petani peternak untuk
156 mm sedangkan jumlah rata-rata hari hujan
tetap memelihara sapi Jabres dengan menjaga
per bulan pada tahun 2012adalah9 hari. Curah
kemurnian sapi Jabres. Hal ini juga didukung
hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Paguyangan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes untuk
sebesar 3.831 mm, sedangkan jumlah hari hujan
mengembangkan sapi Jabres sebagai suatu
terbanyak adalah 173 hari terjadi di Kecamatan
komoditas peternakan unggulan dan mempunyai
Bumiayu (Anonimous, 2013)

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 339
Pelestarian, pengembangan populasi dan TUJUAN
peningkatan produktivitas sapi Jabres di
Mendukung Program Pewilayahan
Kabupaten Brebes dapat dilaksanakan secara
Sumber Bibit sapi Jabres dengan cara:
terintegrasi dengan peningkatan mutu genetik,
yaitu dengan cara melakukan seleksi dan 1. Meningkatkan populasi dan produktivitas
pengaturan perkawinan serta membuat sapi Jabres melalui peningkatan mutu genetik
managemen pemeliharaan yang standar atau dengan cara melakukan seleksi dan
sesuai kebutuhan sapi berdasarkan kondisi pengaturan perkawinan.
spesifik lokasi dan kearifan lokal petani peternak
2. Mengembangkan usaha integrasi peternakan
sapi Jabres.
sapi Jabres.
Selanjutnya untuk membuat kebijakan
3. Menyusun Program Pendukung
peningkatan produktivitas sapi Jabres dengan
Pengembangan Kawasan Usaha Peternakan
melibatkan petani peternak sebagai bagian utama
sapi Jabres yang mempunyai kelayakan
dalam pengembangan kawasan di Kabupaten
teknis, ekonomis, sosial dan budaya.
Brebes, maka diperlukan suatu Kegiatan
Perbibitan Sapi Jabres Sebagai Model dalam
Pengembangan Ekonomi Perdesaan di Kabupaten KELUARAN
Brebes.
Keluaran yang diharapkan setelah
PERMASALAHAN pelaksanaan kegiatan adalah menghasilkan:
1. Sapi Jabres telah banyak di eksploitasi 1. Pejantan unggul untuk memperbaiki mutu
melalui persilangan yang luas dan tidak sapi Jabres, sapi dara bibit unggul untuk
terkontrol dengan sapi eksotik yang replacement (pengganti) sapi Jabres,
memberikan dampak yang kurang baik peningkatan populasi dan produktivitas sapi
terhadap performan sapiJabres yang telah Jabres secara umum di masa mendatang.
teradaptasi dengan lingkungan setempat. 2. Kelompok-kelompok pembibitan sapi Jabres
2. Sistem perkawinan sapi Jabres yang tidak yang tergabung dalam organisasi atau
dikontrol dapat menyebabkan terjadinya asosiasi perbibitan sapi Jabres.
perkawinan sedarah (inbreeding) yang dapat 3. Usaha-usaha pendukung kegiatan perbibitan
menurunkan performans Jabres. Persilangan dalam penyediaan pakan, sarana produksi,
yang tidak terkontrol maupun inbreeding pengolahan hasil sisa, suplay dan distribusi
pada sapi Jabres dapat menyebabkan hasil produk perbibitan sapi Jabres.
pertumbuhan sapi keturunannya menjadi
lambat serta dapat menurunkan kemampuan
bereproduksi pada sapi betina. PEMBAHASAN
3. Penurunan produktivitas sapi sapi Jabres
Sapi Jabres
tampaknya lebih banyak disebabkan oleh
penurunan terus menerus terjadi pada mutu Performan, deskripsi dan karakteristik
genetik ternaknya (semakin langkanya sapi Sapi Jabres berdasarkan Keputusan Menteri
pejantan unggul dan induk dikawinkan Pertanian Nomor 2842/Kpts/LB.430/8/2012
dengan pejantan seadanya, bahkan besar adalah sebagai berikut:
kemungkinannya terjadi inbreeding).
4. Ketersediaan pakan yang ada belum dapat
dioptimalkan untuk mendukung peningkatan
produktivitas sapi Jabres.
5. Masyarakat petani peternak belum
mengembangkan organisasi yang mendukung
pelestarian sapi Jabres.
1. Sifat kualitatif (dewasa)

340 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
a. Warna
a.1. Bulu : Jantan dan betina berwarna coklat
a.2. Kaki : Putih
a.3. Pantat : Putih tidak kompak sampai kaki
a.4. Bibir atas : Putih
a.5. Bibir bawah : Putih
a.6. Kepala : Putih sebagian kecil dikepala
b. Bentuk tanduk : Jantan melengkung ke atas, betina melengkung ke bawah
c. Punggung : Terdapat garis hitam
d. Punuk : Tidak ada
e. Ekor : Bagian ujung berwarna hitam
2. Sifat kuantitatif (dewasa)
a. Ukuran permukaan tubuh
a.1. Tinggi gumba : Jantan : 121,8 ± 10 cm
Betina : 111,1 ± 10 cm
a.2. Panjang badan : Jantan : 125,8 ± 5 cm
Betina : 119,2 ± 5 cm
a.3. Lingkar dada : Jantan : 171 ± 30 cm
Betina : 162 ± 20 cm
a.4. Bobot badan : Jantan : 350 ± 25 kg
Betina : 286 ± 20 kg
b. Sifat reproduksi
b.1. Kesuburan induk : 82 - 85%
b.2. Angka kelahiran : 40 - 85%
b.3. Siklus birahi : 18 - 24 hari
b.4. Berahi pertama : 21 - 28 bulan
b.5. Umur beranak pertama : 30 - 36 bulan
c. Sifat produksi
c.1. Daya adaptasi : Baik
c.2. Kemapuan kerja : Baik
c.3. Daya tahan penyakit : Cukup baik

Berdasarkan pendataan terhadap sapi Jabres 1. Sifat kualitatif.


betina dewasa yang dipelihara oleh petani Ciri-ciri Sapi Jabres yang disukai oleh
peternak mempunyai tampilan Performan, petani peternak yang mempunyai sifat unik
deskripsi dan karakteristik sapi Jabres sebagai dan ada kecenderungan berbeda dengan
berikut: sapi lokal lainnya adalah sebagai berikut.

Sapi jantan Jabres


a. Kepala : Moncong papag besar warna hitam, Keterangan tambahan:
bentuk tanduk arah lurus atau samping Bregud artinya kepala
atas, ukuran tidak terlalu besar dan berbentuk bulat besar,
berwarna hitam, telinga berbentuk lebar gumarang artinya kepala
sedang, telinga dapat bergerah bebas berwarna merah muda
tidak menggantung, lingkar mata hitam,
bentuk kelopak mata agak sipit. Warna
bagian kepala sesuai warna tubuh,
ukuran kepala terlihat pendek dibanding
betina
b. Leher : Bentuk pendek dan tipis, gelambir kecil
dimulai dari bagian tengah dagu sampai
dengan dada, warna merah coklat
keputihan.
c. Badan : Bentuk badan segitiga, warna badan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 341
merah coklat, badan berotot dan kompak.
d. Kaki : Bentuk kecil sedang, bagian kaki atas
besar berotot. Bentuk kuku kaki besar
(bathok mengkurep)
e. Alat kelamin luar : Penis (prepotitium) menempel diperut
dengan ujung prepotitium agak jatuh,
bentuk scrotum kecil sempai sedang dan
menggantung.
f. Ekor : Bentuk besar panjang dengan bagian
ujung kecil, bulu lebat dan berwarna
hitam.
Secara umum bentuk tubuh sapi jabres jantan berbentuk sedang
Sapi betina Jabres
a. Kepala : Moncong papag warna hitam, ukuran Keternagan tambahan:
tanduk lebih kecil dari jantan, bentuk Ranggah adalah bentuk
tanduk arah depan (atas depan), tanduk tanduk atas depan yang
berwarna hitam, telinga dapat bergerah artinya ciri sapi galak
bebas tidak menggantung, ukuran telinga (ditakuti peternak).
tidak sebesar jantan, kelopak mata tidak
terlalu sipit terlihat lebih besar
dibandingkan jantan. Lingkar mata
hitam. Warna keseluruhan bagian kepala
adalah merah coklat dan merah putih,
bentuk kepala lonjong.
b. Leher : Bentuk lebih panjang dan lebih tipis
dibanging jantan, hampir tidak
bergelambir, warna merah coklat
keputihan.
c. Badan : Bentuk badang kotak, warna badan
merah coklat, perototan sedang. Bentuk
ambing jatuh krepes tidak besar.
d. Kaki : Bentuk kecil, bentuk kuku kaki besar
(bathok mengkurep)
e. Alat kelamin luar : Bagian anus dan vulva berwana hitam,
ukuran besar (kembung) kalau sudah
beranak. Ukuran vulva untuk dara kecil.
f. Ekor : Kecil gilig tidak terlau lebar, bulu ekor
hitam dan bentuk nyebrak.
.

Secara umum bentuk tubuh sapi jabres betina b. Warna tubuh yang disukai adalah warna
berbentuk sedang dan lebih kecil dari jantan coklat hitam yang jarang mempunyai
Tambahan sifat atau karakter sapi jabres karakter (manut).
a. Sifat atau karakter yang tidak disukai dari c. Karakter lain yang tidak disukai adalah
sapi Jabres adalah tipe sapi gembala dimana adanya warna belang putih dipunggung
mempunyai karakter kalau jalan terus tidak (tembus ekor maupaun tidak tembus ekor).
mau tenang suka nyepak, kalau dituntun suka d. Warna tubuh belang hitam tidak disukai.
duduk (mogok), cirinya pada warna tubuh
merah agak muda (gumaran). Ciri tambahan 2. Sifat kuantitatif.
pada kencingnya jadi sumber hama. a. Bobot badan (kg) : 261,32 ± 33,06

342 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
b. Skor kondisi tubuh : 2,51 ± 0,23 breeding system). Adanya keterlibatan
c. Panjang badan (cm) : 101,6 ± 11,03 masyarakat petani peternak maka harus ada tiga
d. Tinggi gumba (cm) : 113,83 ± 5,32 lapisan struktur peternakan sapi Jabres di wilayah
e. Tinggi belakang (cm) : 119,17 ± 5,91 tersebut, yaitu: 1). Lapisan inti adalah tempat
menghasilkan bibit unggul; 2). Lapisan kedua
f. Lingkar dada (cm) : 147,28 ± 7,87
adalah lapisan tempat para peternak
g. Lebar dada (cm) : 30,62 ± 3,35
menggandakan bibit unggul yang diterima dari
h. Dalam dada (cm) : 54,35 ± 4,05
inti; 3). Lapisan ketiga adalah massa petani
i. Panjang kepala (cm) : 39,76 ± 2,04 peternak atau peternak komersial.
j. Lebar kepala (cm) : 16,92 ± 1,2
Fungsi utama lapisan inti adalah malaksanakan
k. Panjang telinga (cm) : 20,72 ± 2,7
seleksi sapi bibit untuk menghasilkan bibit
l. Lebar telinga (cm) : 13,05 ± 1,02
berkualitas tinggi. Uji performan dan seleksi
Kemampuan koefisien teknis reproduksi sapi calon pejantan dilaksanakan pada lapisan inti ini.
Jabres dengan nilai jarak beranak sapi Jabres Pejantan terbaik digunakan untuk pejantan
adalah 13,09 ± 2,14 bulan. Nilai teknis pengganti (replacement). Pejantan terpilih urutan
reproduksi sapi Jabres ini sangat baik. Catatan dibawahnya dari hasil seleksi disalurkan ke
terbaik untuk jumlah kelahiran adalah 20 kali. lapisan kedua dan lapisan ketiga. Pengaturan
Hal ini menunjukkan suatu hubungan yang baik manajemen pemuliaan induk, sapi betina
antara peternak, sapi dan kondisi lingkungan, pengganti (replacement) diambilkan dari anak
dimana nilai koefisien teknis untuk skor kondisi keturunan yang dikembangbiakkan di inti dan
tubuh 2,51 ± 0,23. Hal ini mempunyai pengertian juga ada proporsi tertentu yang diambilkan dari
bahwa sapi Jabres telah mampu beradaptasi lapisan kedua dan atau ketiga.
dengan baik dengan tetap menjaga kondisi tubuh,
Fungsi lapisan kedua adalah menggandakan bibit
peternak yang mampu memanfaatkan daya
yang dihasilkan dari lapisan inti. Pejantan yang
dukung lingkungan dalam memelihara sapi
dihasilkan pada lapisan inti digunakan untuk
Jabres tersebut.
pengembangbiakan di lapisan kedua, hasil
Nilai-nilai ukuran dimensi tubuh berasal dari sapi turunannya diseleksi berdasarkan bobot sapih
Jabres Betina Dewasa yang telah berumur untuk dimasukkan ke stasiun uji performan.
berdasarkan perubahan gigi mencapai I4. Sapi Pelaksanaan teknisnya pada petani peternak
Jabres jantan sangat sedikit jumlahnya karena dilapisan kedua setiap periode tertentu diadakan
banyak yang belum mencapai umur 2 tahun penimbangan pedet-pedet yang ada, pedet jantan
sudah dikeluarkan (dijual). Berdasarkan data yang terbaik dimasukkan ke dalam stasiun uji
tersebut diatas, terdapat perbedaan nilai pada performan. Pada lapisan kedua diambil 2%
ukuran dimensi tubuh, oleh karena itu potensi sampai 5% betina terbaik untuk dijadikan betina
sapi Jabres yang ada dapat digunakan sebagai pengganti.
materi untuk mendapatkan sapi Jabres yang
Fungsi lapisan ketiga adalah wilayah penghasil
mempunyai Persyaratan Teknis Minimal (PTM)
sapi bakalan yaitu sapi yang siap digemukkan
yang dapat digunakan untuk sertifikasi sapi bibit
untuk dipotong atau dikirim ke luar wilayah.
dan juga digunakan untuk pengajuan Standar
Pada lapisan ketiga diambil 1% sampai 2% betina
Nasional (SNI).
terbaiknya.
Pada sistem ini ada sedikit aliran gen yang
POLA PERBIBITAN SAPI JABRES
berasal dari lapisan kedua dan ketiga ke lapisan
inti. Kebaikan sistem inti terbuka adalah adanya
Model Perbibitan sapi Jabres
pemasukan gen baru ke dlaam inti sehingga dapat
mencegah terjadinya depresi silang dalam.
Pengembangan sapi dengan melibatkan Masuknya betina dari kalangan rakyat yang
masyarakat petani peternak (village breeding dipelihara secara sederhana dalam lingkungan
system) menggunakan inti terbuka (open nucleus yang kemungkinan sangat berbeda dengan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 343
lingkungan inti dapat mengurangi kemungkinan tested bull yang berasal dari breeding center yang
adanya interaksi antara genetik dengan digunakan untuk melaksanakan pemilihan
lingkungan. Kriteria seleksi adalah berat pejantan sendiri dengan metode tes performan.
sapihnya atau berat pada umur tertentu.
Pengembangbiakan sapi Jabres dalam kegiatan
Seleksi Sapi Jantan berdasarkan Penampilannya
pemuliaan sapi Jabres membutuhkan data
produksi dan reproduksi. Data yang dibutuhkan Pemilihan calon pejantan maupun calon induk
adalah sebagai berikut: pengganti yang berasal dari peternakan rakyat
atau wilayah pengembangan ternak digunakan uji
1. Data bobot badan performan yang dilaksanakan di suatu Stasiun Uji
a. Bobot lahir. Performan dengan tujuan untuk memilih calon
b. Bobot sapih (dikoreksi terhadap bobot
pejantan dan calon induk atas dasar performan
umur 205 hari).
c. Bobot badan umur setahun (bobot badan dirinya sendiri selama jangka waktu tertentu.
umur 365 hari). Calon pejantan yang terpilih dapat dijadikan
d. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)
pejantan dalam program kawin alam dan
sapi mulai umur satu tahun (12 bulan)
sampai 1,5 tahun (18 bulan). dikembalikan ke asalnya atau ke suatu wilayah
e. Kemurnian bangsa. pengembangan lain, atau dijadikan sumber mani
f. Bobot badan sapi pada umur 2 tahun (24 untuk semen cair atau beku. Pejantan demikian
bulan). ini yang disebut sebagai performance tested bull.
g. Libido dan kualitas sperma untuk calon Demikian pula halnya dengan calon induk
pejantan. terpilih, dapat dikembalikan atau dimasukkan ke
2. Data reproduksi
asal atau wilayah pengembangan lain. Uji
a. Umur kawin pertama.
b. Service/conseption. Performan sangat tepat untuk meningkatkan mutu
c. Umur beranak pertama. genetik ternak.
d. Kawin sesudah beranak.
Usaha meningkatkan produksi, seleksi untuk
e. Jarak beranak.
f. Umur penyapihan. memilih calon pejantan jauh lebih penting artinya
g. Jumlah sapi beranak dalam satu tahun. daripada seleksi untuk memilih calon induk
pengganti. Hal ini disebabkan karena seekor
Pelaksanaan perkawinan dengan menggunakan pejantan akan mempunyai anak jauh lebih
inseminasi buatan banyak daripada seekor induk, adanya teknik
semen beku pada inseminasi buatan, dalam waktu
yang sama semen dari seekor pejantan dapat
Perbaikan dan peningkatan mutu genetik sapi
disebarluaskan ke berbagai wilayah, meskipun
dapat dilaksanakan dengan cepat melalui teknik
pejantan tersebut mungkin sudah mati.
inseminasi buatan. Namun pelaksanaan
inseminasi buatan tidak boleh melakukan Pemilihan calon bibit jantan dapat dibedakan atas
kesalahan sedikitpun karena dampaknya akan 3 tahapan sebagai berikut :
meluas dengan cepat.
1. Pemilihan pedhet calon peserta Uji
Syarat yang harus diperhatikan supaya Performan.
dalam pelaksanaan inseminasi buatan tidak Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
terjadi kekeliruan. memilih pedhet jantan yang akan dipersiapkan
menjadi calon pejantan adalah sebagai berikut
1. Pejantan yang digunakan harus diketahui
:
silsilahnya dan merupakan pejantan yang
telah teruji. a. Mutu genetik tetuanya
2. Pengaturan perkawinan harus mampu b. Performan pra-tes
mencegah terjadinya silang dalam. Pemilihan calon pejantan harus
didasarkan pada kemampuan genetiknya.
Mutu seekor pejantan harus dijaga karena
Hal ini diambil dengan asumsi bahwa
digunakan sebagai sumber semen, pejantan yang
apabila mutu genetik bapak maupun
digunakan setidaknya berasal dari performance

344 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
induknya baik, anaknya akan mewarisi 3. Pemilihan calon pejantan di akhir pengujian.
kemampuan genetik yang baik pula. Evaluasi akhir pada Uji Performans dapat
Penilaian mutu genetik yang paling meliputi sebagai berikut :
sederhana untuk pejantannya, adalah a. Bentuk eksterior meliputi bentuk
Nilai Pemuliaan (Breeding Value) dari eksterior secara umum dan persyaratan
pejantan tersebut. Mutu genetiknya dapat bentuk luar (atau warna, kalau ada)
b. Penampilan reproduksinya meliputi
ditaksir dengan menggunakan MPPA
kualitas dan kuantitas sperma setelah
(Most Probable Producing Ability), umur 18-20 bulan dan Kualitas alat
namun nampaknya dalam genitalnya, termasuk libidonya
pelaksanaannya agak sulit. Adapun yang Pejantan yang terpilih inilah yang disebut
dimaksud dengan performans pra-tes, sebagai Performance Tested Bull.
meliputi antara lain pemenuhan standar
berat serta bentuk luar. Pola Operasional Perbibitan
2. Penilaian pertumbuhan selama Uji Pola operasional perbibitan ini bertujuan
Performan. untuk meberikan gambaran kerja mengenai
Pertumbuhan yang baik melambangkan kegiatan perbibitan untuk seleksi pejantan yang
kesehatan yang prima pula. Sebab itu akan dilaksanakan dari tingkat kelompok ternak
evaluasi terhadap pertumbuhan pedhet/sapi sampai dengan stasiun uji performan dan sentra
muda selama dalam pengujian perlu inseminasi buatan. Tabel berikut adalah seleksi
dilakukan. Adapun kriteria terhadap evaluasi calon pejantan.
pertumbuhan dapat bermacam-macam, antara
lain :
a. Pertambahan Bobot Badan Harian pada
periode tertentu selama pengujian. Pad
awal pengujian, sapi ditimbang,
demikian pula pada akhir pengujian.
PBBH dapat dicari pada data tersebut.
Jangka waktu pengujian tidak tentu,
sebaiknya sejak sapi beradaptasi di
lingkungan pengujian, sampai umur 16
atau 18 bulan.
b. Berat badan terkoreksi pada umur
tertentu
Berat badan yang sering digunakan untuk
seleksi adalah berat badan pada umur
205 hari (sebagai “Berat Sapih”) serta
berat pada umur 365 hari (sebagai “Berat
Setahun/yearling weight”).
c. Pertambahan berat badan harian (adg)
Pertambahan berat badan harian atau
average daily gain (adg) merupakan
kriteria yang paling sering digunakan.
Kriteria lain adalah Berat/Umur atau
weight/age.
Butir b dan c dapat tidak dilakukan,
apabila sudah dikerjakan pengujian
tersebut dalam butir a.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 345
Tabel 1. Alur seleksi calon pejantan
Umur Macam seleksi Dasar seleksi Tempat Kegunaan
Sapih Bobot sapih 205 Berat badan Peternak Kriteria pemilihan
Eksterior Kemurnian bangsa induk
12 Bobot badan 365 hari Bobot badan Peternak Pemilihan pedet
bulan jantan yang akan
dikirim ke SUP
16 Bobot badan akhir Kecepatan pertumbuhan SUP Pemilihan calon
bulan Eksterior Kemurnian bangsa pejantan
24 Warna Hormonal SUP Tes akhir sebagai
bulan Libido Hormonal, tingkah laku pejantan
Kualitas sperma Abnormalitas
% sperma hidup/mati
gerak maju
Kesehatan Penyakit reproduksi

Gambar berikut adalah kegiatan operasional pengeluaran dan pemasukan pejantan.

Gambar 1. Flowchart operasional pemasukan dan pengeluaran pejantan

dimana kedua hal ini dapat diterima. Faktor


Seleksi dan Pengaturan Perkawinan
kedua adalah pertimbangan antara bentuk tubuh
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dengan ketersediaan pakan. Bentuk tubuh yang
dalam menentukan kebijakan program besar menuntut pemberian pakan yang lebih
perbibitan sapi Jabres. Faktor pertama adalah baik, apalagi disamping bentuk tubuh yang besar
kompromi antara produksi dan adaptasi. Sapi di dituntut produktivitas yang tinggi. apabila
daerah tropis mempunyai daya adaptasi yang ketersediaan pakan masih bersifat tradisional
baik terhadap iklim panas dan basah maupun maka bentuk tubuh yang sedang adalah bentuk
terhadap beberapa parasit. Kondisi yang ada tubuh yang ideal. Faktor ketiga adalah apakah
untuk seleksi ke arah produksi dan adaptasi akan kebijakan program perbibitan bersifat jangka
mendapatkan hasil yang bertentangan, oleh panjang atau jangka pendek.
sebab itu harus ada kompromi terlebih dahulu

346 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Organisasi Perbibitan Sapi Jabres reproduksi, produksi dan kesehatan ternak
merupakan indikator keberhasilan proses
Kelompok tani ternak yang memelihara sapi
produksi untuk sapi Jabres.
Jabres di wilayah sumber bibit sapi Jabres harus
diorganisir menjadi kelompok-kelompok Kontribusi usaha ternak dalam pendapatan
pembibit. Kelompok pembibit ini diarahkan petani peternak dalam kegiatan usaha integrasi
untuk membentuk organisasi perbibitan yang ternak dengan tanaman perkebunan-kehutanan,
dapat berbentuk asosiasi atau bentuk lain yang holtikultura, tanaman pangan adalah sebagai
sesuai dengan kondisi sosial budaya petani berikut: 18-28% (Utomo dan Widjaya, 2015),
peternak tersebut. Organisasi perbibitan sapi 17,78% (Olii et al., 2013), 11,3% (Widjaya dan
Jabres ini akan berdaya guna apabila mendapat Firmansyah, 2002), 13-14% - 19,31% (Priyanto
dukungan dari pemerintah daerah/dinas dari et al., 2001), 15,0% - 48,0% (Paat et al., 1992).
tingkat kabupaten dan provinsi, dukungan
lembaga penyuluhan, penelitian dan pendidikan, Sumber Daya Manusia Petani Peternak
sehingga semua bagian tersebut merupakan satu
organisasi yang mendukung pelaksanaan sistem
Tantangan terbesar dalam peningkatan populasi
perbibitan.
sapi Jabres dalam kegiatan perbibitan sapi Jabres
Kelompok-kelompok pembibit yang tergabung di Kabupaten Brebes adalah petani peternak
dalam usaha pembibitan sapi Jabres merupakan sebagai pelaku utama usaha peternakan. Usaha
bagian inti dari pengembangan pewilayahan pertama yang dilakukan untuk meningkatkan
sumber bibit sapi Jabres. Kelompok pembibit ini kemampuan petani peternak dalam memelihara
harus berperan sebagai organisasi perbibitan di ternak sapi adalah pendekatan metode
tingkat perdesaan. Oleh karena itu semua bagian penyediaan pakan, penanganan feses dan urine.
yang mendukung pelaksanaan perbibitan harus
Penyediaan pakan merupakan bagian tersulit dan
mampu berperan dan saling mengisi sehingga
terlama yang dihadapi oleh peternak dalam
organisasi perbibitan dapat berjalan semakin
memelihara ternak sapi. Alokasi waktu 2-3 jam
kuat dan berkelanjutan.
per hari, minimal 50% dialokasikan untuk
Pengembangan ekonomi pedesaan penyediaan pakan, sekitar 30% dialokasikan
untuk membersihkan kandang, mengumpulkan
IntegrasiSapi Jabres dengan Pertanian
feses dan membuang feses. Sisa waktu 20%
Integrasi sapi Jabres dengan pertanian adalah digunakan untuk kepentingan lainnya seperti
sebuah sistem kombinasi dua komoditas yaitu penanganan kesehatan ternak, penyediaan air
sapi Jabres dengan sektor pertanian yang dapat minum, penanganan reproduksi dan pemasaran.
disinergikan untuk mengoptimalkan penggunaan
Penanganan tanaman pakan ternak oleh petani
lahan pertanian yang sama, dua komoditas ini
peternak terkendala faktor pembatas. Jika petani
ketika diintegrasikan dengan baik untuk saling
peternak harus menangani rumput atau
mengisi dan mengoptimalkan proses produksi
mengambil rumput lapangan maka lahan
maka akan terbentuk sistem produksi pangan
merupakan faktor pembatas utama. Jika petani
yang berkelanjutan. Kondisi ini akan diperoleh
peternak memanfaatkan hasil samping dan sisa
gambaran daya dukung lingkungan (carrying
pertanian maka kontinuitas suplai menjadi faktor
capacity) pertanian terhadap jumlah populasi
pembatas utama karena belum tersedianya
sapi Jabres maksimum yang dapat didukung.
tempat penampungan dan penerapan teknologi.
Kemampuan lingkungan pertanian untuk
Potensi sapi Jabres sebagai sapi pedaging
menyediakan pakan yang dibutuhkan oleh sapi
potensial untuk penghasil daging tergantung
Jabres meliputi produksi tanaman pakan ternak,
salah satunya adalah kemampuan untuk
hasil samping dan sisa pertanian pertanian.
penyediaan pakan. Solusi yang murah dan
Pemberian pakan dalam sistem ini harus mampu
mudah yang dapat dilaksanakan oleh petani
mendukung pertumbuhan, produksi, dan
peternak adalah:
reproduksi untuk sapi Jabres. Tolok ukur aspek

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 347
1. Prinsip pemberian pakan dengan kandungan produksinya terbatas sehingga tidak mampu
protein rendah (8-9%) dengan energi tinggi memenuhi permintaan pasar.
yang berbasis serat. Penguatan Kelompok Petani Peternak
2. Pemanfaatan potensi tanaman pakan ternak Keberhasilan usaha pengembangan sapi Jabres
yang ada (spesifik lokasi). di Kabupaten Brebes sangat tergantung pada tiga
3. Pemanfaatan potensi hasil samping dan hasil faktor utama yaitu 1). Kondisi fisik alami daerah
sisa industri pertanian yang belum meliputi tanah, iklim dan ketersedian sumber
termanfaatkan untuk pakan ternak. pakan (local natural resources), 2). Kondisi
sosial masyarakat petani peternak terutama
4. Pendekatan paket teknologi untuk pengetahuan dan keterampilan peternak (human
pemberian pakan dengan menggunakan
resources), 3). Kondisi ekonomi meliputi harga
pakan komplit.
komoditas peternakan, keadaan sarana prasarana
Oleh karena itu metode untuk peningkatan dan harga pasar (economic factor) (Soekartawi,
alokasi waktu dan penanganan pakan untuk 1986; Sands, 1987).
memudahkan petani peternak sehingga batasan
Kondisi yang ada untuk alokasi modal dari
kemampuan peternak dalam memelihara ternak
petani peternak untuk usaha peternakan yang
dapat ditingkatkan. Secara nasional, kemampuan
kecil sehingga petani peternak tidak akan
memelihara sapi oleh petani peternak hanya mampu untuk membiayai penerapan teknologi
berkisar 2-3 ekor sehingga jumlah sapi yang untuk usaha peternakan sapi. Keadaan ini tidak
dipelihara oleh total petani peternak sekitar 15-
akan berubah karena modal yang dimiliki
16 juta. Jika kapasitas pemeliharaan
peternak sangat terbatas. Pendekatannya adalah
ditingkatkan menjadi 5 ekor maka jumlah sapi
petani peternak menerapkan teknologi tanpa
akan meningkat menjadi 27-28 juta ekor (Hasan harus mengeluarkan uang dan tanpa harus
dan Baba, 2014). Pemeliharaan sapi Jabres pada
melakukannya sendiri. Teknologi yang
umumnya dilaksanakan secara semi ektensif,
diterapkan dengan dibantu tenaga profesional.
pagi sampai sore digembalakan di hutan dengan
tanaman pakan ternak seadanya sedangkan Penguatan kelompok petani peternak menuju
malam hari dikandangkan. Skala pemeliharaan kemandirian adalah dengan mengarahkan
sapi Jabres pada kisaran 10-30 ekor lebih tinggi menjadi wirausaha pada proses produksi dan
dibandingkan dengan pemeliharaan intensif 2-3 pemasaran hasil produksi sebagai pemilik usaha
ekor. Berdasarkan kondisi tersebut potensi untuk pengelolaan sapi, pengolahan feses, urine,
pengembangan populasi sapi Jabres cukup tinggi bahan pakan menjadi pakan komplit. Usaha ini
namun kondisi terkini cenderung terjadi cenderung lebih menguntungkan karena
penurunan populasi dan bobot badan, informasi membutuhkan modal yang cukup kecil.
terdahulu (20-30 tahun yang lalu) masih banyak Pengolahan feses diarahkan menjadi manure dan
sapi Jabres jantan dewasa dengan bobot badan pengolaha urine menjadi pupuk cair. Pembuatan
lebih dari 500kg kondisi sekarang kisaran 250- pakan komplit dengan menggunakan pakan lokal
350kg, sapi betina dengan bobot badan lebih yang berasal dari hasil samping dan sisa
dari 400kg kondisi sekarang kisaran 200-300kg. pertanian. Apabila usaha pembuatan pakan
komplit ini dapat diwujudkan maka akan
Penanganan feses dan urine merupakan faktor
mendukung ketangguhan agribisnis peternakan
pembatas utama bagi petani peternak dalam dengan menggunakan bahan baku lokal tidak
peningkatan usaha. Jika peternak yang harus
ada komponen impor (Saragih, 2000).
mengolah feses menjadi pupuk organik
(manure) dan uirne menjadi pupuk cair maka Oleh karena itu model perbibitan yang tepat
kendala utamanya adalah feses, urine dan waktu untuk petani peternak harus meningkatkan
untuk mengolah yang tidak mencukupi, tidak kemampuan dalam memelihara ternak sapi dan
ada tempat penampungan yang membuat proses kemampuan wirausaha. Model yang ada harus
mampu mengeliminir faktor pembatas dalam
peningkatan kapasitas pemeliharaan sapi. Faktor

348 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pembatas tersebut antara lain usaha peternakan pengembangan institusi dan industri pendukung
sapi sebagai usaha sampingan, keterbatasan meliputipabrik pakan sapi (konsentrat dan pakan
waktu dalam mengelola usaha sapinya, komplit), Rumah Potong Hewan (RPH) dan
keterbatasan sumber daya lahan, keterbatan industri pengolahan daging, Industri pupuk
akses teknologi, keterbatasan akses permodalan. organik, instalasi teknologi reproduksi dan
kesehatan hewan, tata niaga ternak sapi dan
hasilnya serta pasar ternak, Lembaga Keuangan
Diagram alir Suplai dalam Usaha Perbibitan
Mikro (LKM) dan pengembangan infrastruktur
Sapi Jabres
dan sarana transportasi.Berikut ini adalah
Sapi Jabres dalam perspektifnya adalah gambaryang menunjukkan Flowchart Suplai
penghasil pangan berkualitas yaitu daging yang dalam Usaha Perbibitan Sapi Jabres.
juga menjadi sumber bahan baku industri
pengolahan pangan (abon, dendeng, bakso, sosis Business Plan
Berdasarkan kondisi
wilayah, sumber daya
dan potensi yang ada di
wilayah sumber bibit
sapi Jabres yang
pengembangannya
menerapkan perbibitan
untuk mengembangkan
ekonomi perdesaan
maka diharapkan akan
dihasilkan produk
utama berupa bibit sapi
Jabres, bakalan sapi
Jabres namun juga
mendukung
pengembangan wilayah
sumber bibit sapi Jabres
menjadi:
1. Kawasan
penerapan inovasi
perbibitan sapi Jabres
berbasis potensi lokal
danintegrasi sapi
dengan tanaman
perkebunan-kehutanan,
holtikultura, tanaman
Gambar 2. Flowchart Suplai dalam Usaha Perbibitan Sapi Jabres pangan.
2. Laboratorium
dan olahan asal daging sapi lainnya) dan
lapang/percontohan penerapan inovasi
kerajinan (kulit, tanduk, dan tulang) serta
perbibitan dan aplikasi pemuliabiakan sapi
menciptakan lapangan kerja. Sistem perbibitan
potong di masyarakat petani peternak.
sapi Jabres berkaitan dengan konteks otonomi
3. Model Pengembangan Ekonomi Perdesaan
daerah dan globalisasimempunyai potensi
dengan inovasi perbibitan sapi potong.
keberhasilan yang tinggi dengan tetap
4. Model Kerjasama dengan melibatkan
memperhatikan aspek ekosistem pertanian dan
pemerintah daerah/dinas dari tingkat
sosial budaya masyarakat. Dukungan untuk
kabupaten dan provinsi, dukungan lembaga
perbibitan sapi Jabres salah satunya adalah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 349
penyuluhan, penelitian dan pendidikan, Pros. Seminar Nasional Kongres Ketiga
perbankan, masyarakat petani peternak, serta Komisi Daerah Sumber Genetik Se
swasta dalam pengembangan agribisnis Indonesia Tahun 2010. Komnas Sumber
Genetik, Komda Sumber Genetik Prov.
peternakan.
Jatim dan Balitbangda Provi.Jawa Timur.
5. PenghasilPejantan unggul, sapi dara bibit Surabaya, 3 Agustus 2010. (Publikasi
unggul dan bakalan untuk industri Oktober, 2010): ISBN: 978-979-682-775-
penggemukan sapi (feedloter), pakan 6: 118-126.
komplit, manure dan pupuk cair. Anonimous. 2013. Kabupaten Brebes dalam
Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
KESIMPULAN Brebes.
Aryogi dan L. Affandhy. 2013. Keragaman dan
Peningkatan populasi sapi Jabres dapat dicapai Potensi Sumber Daya Genetik, serta
dengan peningkatan kapasitas masyarakat petani Sistem Konservasi yang Dibutuhkan
peternak dalam memelihara sapi Jabres melalui untuk Permanfaatan Sapi Potong Lokal
inovasi perbibitan dalam peningkatan Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
kemampuan pengelolaan budidaya sapi Jabres, Pendidikan Biologi dan Biologi. Jurdik
Biologi FMIPA. Univ. Negeri
pengelolaan dan penyedian pakan sapi Jabres,
Yogyakarta, 19 November 2013.
pengelolaan feses dan urine dalam bentuk (Publikasi 2012) ISBN 978-602-95166-2-
wirausaha untuk mendukung kemandirian 3: 49-50.
agribisnis peternakan sapi Jabres
Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing
Pelestarian sumberdaya genetik sapi Jabres Industri Peternakan. IPB Press. Bogor.
merupakan upaya pelestarian yang dilakukan
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi
terhadap ternak pada habitatnya dan sifat-sifat
Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT
khasnya dimana cara pelestarian ini relatif lebih
Gramedia Widiasarana. Jakarta.
efisien dan berdampak langsung terhadap
masyarakat luas. Tingkat pemanfaatan sapi Hardjosubroto, W. 2004. Alternatif Kebijakan
dapat tak terbatas selama tidak berdampak Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya
mengganggu atau mengancam usaha Genetik Sapi Potong Lokal dalam Sistem
pelestariannya. Perbibitan Ternak Nasional. Wartazoa 14
3: 93-97.
Keanekaragaman sumberdaya genetik sapi
Jabres ditingkatkan potensinya untuk Hasan, S. dan S, Baba. 2014. Model
dimanfaatkan secara berkelanjutan dalam rangka Pengembangan Sapi Potong Berbasis
mewujudkan kesejahteraan masyarakat petani Peternakan Rakyat dalam Mendukung
peternak, ketersediaan bahan pangan, Program Swasembada Daging Nasional.
terciptanya lapangan kerja, dan peningkatan Prosiding Seminar Nasional Teknologi
pendapatan daerah. dan Agribisnis Peternakan untuk
Akselerasi Pemenuhan Pangan Hewani
(Seri 3). Universitas Jenderal Soedirman.
Hal: 1-7.
DAFTAR BACAAN
M. A. Ayob and M.A. Hj Kabul. 2009. Cattle
Integration in Oil Palm Plantation through
Adinata, Y., L. Affandhy, A. Rasyid. 2016. Systematic Management. Proceeding The
Model Perbibitan Sapi Bali di Kabupaten 1st International Seminar on Animal
Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Industry. Faculty of Animal Science,
Maduranch 1 1: 79-86. Bogor Agricultural University.

Affandhy, L., Aryogi dan D.M. Dikman, 2010. Olii, Y., M. A. V. Manese, J. Pandey, dan I. D.
Reproduktivitas Plasma Nutfah Sapi R. Lumenta. 2013. Kontribusi Usaha
Potong Lokal Turunan Ongole Ternak terhadap Pendapatan Petani di
(Bosindicus) di Empat Provinsi Indonesia.

350 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa
Utara. Jurna Zootek 33 (1): 27-34.
Paat, P. C., B. Sudaryanto, M. Sariubang, dan B.
Setiadi. 1992. Peranan Usaha Ternak
Kambing Lokal sebagai Penunjang
Perekonomian Petani di Pedesaan.
Prosiding Sarasehan Usaha Ternak
kambing dan Domba Menjelang Era PJPT
II. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor.
Rasali, H.M. dan S. Rusdiana. 2013. Langkah-
langkah Strategis dalam Mencapai
Swasembada Daging Sapi/Kerbau 2014. J.
Litbang Pert. 32 2: 131-139.
Setiadi, B. dan K. Diwyanto. 1997. Karakteristik
Morfologis Sapi Madura JITV 2: 218-224.
Siswijono, S.B., V.M. A. Nurgiartiningsih,
Hermanto. 2014. Pengembangan Model
Kelembagaan Konservasi Sapi Madura. J.
Ilmu-Ilmu Petern. 24 1: 33-38.
Sumadi, 2011. Model Pembibitan Sapi Aceh di
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU)
Indrapuri Nanggroe Aceh Darussalam.
Fakulltas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Utomo, B. N. dan E. Widjaya. 2015. Kontribusi
Sapi Katingan serta Strategi Pelestarian
dan Pengembangannya di Kalimantan
Tengah. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Sumber Daya Genetik
Pertanian Potensi Sumber Daya Genetik
Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan
dan Swasembada Pangan Nasional. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian. Hal. 506-514.
Warwick, E.J., J. M. Astuti, dan W.
Hardjosubroto. 1983. Pemuliaan Ternak.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 351
Karakteristik Organoleptik Cheese Stick dengan
Substitusi Tepung Sukun

Utilization Of Breadfruit Flour As A Substitute Material


In Making Cheese Stick
Muflihani Yanis.1*, Waryat1, Kartika Mayasari1
1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
*e-mail : mh_yanis@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
breadfruit flour, cheese Breadfruit is a commodity that has enough potential to be developed. Breadfruit
stick, substitution can be made of various kinds of processed products, both semi-processed
(intermediate product), as well as the final product (final product). One of the
intermediate product of breadfruit is breadfruit flour, which can be used to
substitute the flour in a wide range of processed products, such as cheese sticks.
Breadfruit flour contains 84% carbohydrate, 9.9% water, 2.8% ash, 3.6%
protein and 0.4% fat (BB Pascapanen, 2009). Cheese sticks are snacks which is
generally made from flour. Cheese sticks are made by frying so as to have a
crunchy texture with a bright yellow color. The research objective is to
determine the percentage of substitution of wheat flour by flour breadfruit to the
organoleptic characteristics of cheese sticks. The experimental design using a
completely randomized design with five treatments, which is the ratio of
substitution of wheat flour breadfruit to manufacture cheese stick is 100: 0 (as a
control); 90:10; 85:15; 80:20; and 75:25. Organoleptic parameters tested
were: color, flavor, texture and aroma. To determine the nutrient content, then
the best treatment results of organoleptic tests carried proximate analysis. The
results showed that the substitution of breadfruit flour up to 15% can still be
received well by the panelists, which means panelists still love the product.
Kata Kunci SARI KARANGAN
tepung sukun, cheese Buah sukun merupakan komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan.
stick, substitusi Buah sukun dapat dijadikan berbagai macam produk olahan, baik olahan
setengah jadi (intermediate product), maupun produk akhir (Final product).
Salah satu intermediate product dari buah sukun adalah tepung sukun, yang
dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung terigu pada berbagai macam
produk olahan, seperti cheese stick. Tepung sukun mengandung 84%
karbohidrat, 9,9% air, 2,8% abu, 3,6% protein dan 0,4 % lemak (BB
Pascapanen, 2009). Cheese stick adalah makanan ringan (camilan) rasa keju
yang berbentuk stick (batang panjang) yang pada umumnya terbuat dari terigu.
Cheese stick dibuat dengan cara digoreng sehingga mempunyai tekstur yang
renyah dengan warna kuning cerah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh persentase substitusi tepung terigu oleh tepung sukun terhadap
karakteristik organoleptik cheese stick. Rancangan percobaan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan, yaitu perbandingan
substitusi terigu dengan tepung sukun untuk pembuatan cheese stick adalah
100:0 (sebagai kontrol); 90:10; 85:15; 80:20; dan 75:25. Parameter organoleptik
yang diuji adalah : warna, rasa, tektur dan aroma. Untuk mengetahui kandungan
nutrisi, maka perlakuan terbaik hasil uji organoleptik dilakukan analisis
proksimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi tepung sukun hingga
15% masih dapat diterima dengan baik oleh panelis. Hal ini berarti tepung
sukun dapat menggantikan tepung terigu pada pembutan cheese stick sebanyak
15% menghasilkan produk yang disukai oleh konsumen.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

352 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN menggunakan tepung sukun adalah cheese stick.
Cheese stick adalah makanan ringan (camilan)
Sukun merupakan salah satu buah yang rasa keju yang berbentuk stick (batang panjang)
potensial untuk dikembangkan karena memilliki yang pada umumnya terbuat dari terigu. Cheese
kompoisi nutrisi yang baik. Buah sukun dapat stick dibuat dengan cara digoreng sehingga
mensubstitusi beras dan terigu karena mempunyai tekstur yang renyah dengan warna
mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. kuning cerah. Untuk mengurangi penggunaan
Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung terigu, sekaligus untuk meningkatkan
karbohidrat 35.5%, protein 0.1%, lemak 0.2%, penggunaan pangan local maka pembuatan
abu 1.21%, fosfor 0.048%, cheese stick disubstitusi dengan tepung sukun.
kalsium 0.21%, besi 0.0026%, dan serat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
atau fiber 2%, kadar air 61.8 % (Koswara, kesukaan konsumen terhadap produk cheese stick
2006), vitamin B1, B2, dan vitamin C, mineral yang disubstitusi dengan tepung sukun.
kalsium, fosfor, dan zat besi (Ragone dan
Cavaletto, 2006). KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP

Buah sukun termasuk dalam golongan Tepung sukun mengandung sekitar 80%
buah klimaterik, puncak klimaterik dicapai dalam karbohidrat dan energi 302 kalori/100 gram.
waktu singkat karena proses respirasinya Buah sukun kaya akan vitamin dan mineral, oleh
berlangsung cepat. Buah Sukun umumnya karena itu produk setengah jadi yang disarankan
dikonsumsi dalam keadaan matang, namun adalah tepung bukan pati. Bentuk tepung dipilih,
karena pola respirasinya demikian cepat, maka karena sebagian besar komponen zat gizi masih
dalam waktu 2 (dua) hari apabila tidak segera bisa dipertahankan, awet, mudah diformulasi dan
dikonsumsi atau diproses lanjut buah sukun akan diolah menjadi anekaragam makanan (Widowati,
menjadi lunak/busuk. Oleh karena itu sebaiknya S, 2009). Tepung merupakan salah satu bentuk
buah sukun segera dikonsumsi atau diolah segera alterntif produk setengah jadi yang dianjurkan
setelah panen. karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur
(dibuat komposit), diperkaya zat gizi
Buah sukun dapat diolah menjadi (difortifikasi) dibentuk dan lebih cepat dimasak
berbagai macam produk olahan, baik olahan sesuai denngan tuntutan kehidupan modern
setengah jadi (intermediate product), maupun (Winarno, F.G., 2000). Pemanfaatan tepung
produk akhir (Final product). Namun saat ini sukun menjadi makanan olahan dapat
pemanfaatan buah sukun biasanya hanya sebatas mensubtitusi penggunaan terigu sampai 50
direbus, digoreng, dibuat keripik, atau dijadikan hingga 100% tergantung jenis produknya
sayur terutama untuk buah sukun yang masih (Widowati, S, 2009).
muda. Pengolahan sukun menjadi tepung
merupakan salah satu cara pengolahan setengah METODE PENELITIAN
jadi (intermediate product) sedangkan berbagai
produk hasil olahan merupakan produk akhir Pembuatan Tepung Sukun
(final product). Pembuatan tepung sukun dilakukan
Pembuatan tepung sukun bertujuan berdasarkan teknologi Balai Besar Pascapanen
untuk meningkatkan daya simpan, memudahkan dengan cara sebagai berikut : sukun yang
penyimpanan dan transportasi dan memudahkan digunakan adalah sukun dengan tingkat
pengolahan selanjutnya. Tepung sukun selain kematangan yang optimum. Sukun yang sudah
mudah diolah menjadi produk lain juga dipanen langsung diolah menjadi tepung, agar
kandungan gizi relative tak berubah. Oleh karena menghasilkan tepung dengan kualitas yang baik.
itu tepung sukun dapat dimanfaatkan sebagai Sukun dikupas dan dicuci bersih, kemudian
bahan diversifikasi pangan yang dapat diolah dipotong bentuk juring kemudian di blansir di
menjadi berbagai macam makanan. Salah satu dalam dandang selama 5 menit. Selanjutnya
makanan yang dapat diolah dengan bahan baku dilakukan penyawutan dan perendaman di dalam

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 353
larutan sodium bisulfit 0,03% selama 30 menit, HASIL DAN PEMBAHASAN
pencucian, pengepresan dan pengeringan sawut
hingga kadar air maksimum 12% (Widowati, et Buah sukun memiliki kandungan
al., 2009) karbohidrat yang tinggi, karenanya buah sukun
cocok dijadikan tepung. Hal ini merupakan salah
Pembuatan Cheese stick satu usaha untuk mengantisipasi melimpahnya
sukun saat panen raya dan memperpanjang umur
Bahan yang digunakan untuk pembuatan simpannya, maka produk setengah jadi yang
cheese stick adalah, tepung sukun, tepung terigu, sesuai adalah diproses menjadi tepung.
telur, margarine, santan, keju, bawang putih,
garam dan minyak untuk menggoreng. Proses Analisa Proksimat
pembuatan cheese stick diawali menghaluskan
bawang putih bersma dengan santan. Selanjutnya Hasil analisa proksimat cheese stick
dilakukan pencampuran tepung terigu dan tepung dengan substitusi tepung sukun memberikan
sukun sesuai dengan perlakuan masing-masing, pengaruh yang nyata terhadap kadar air, abu,
kemudian semua bahan ditambahkan ke dalam lemak, protein dan karbohidrat. Hal ini dapat
adonan. Adonan diaduk sampai kalis, kemudian dilihat pada Tabel 1.
digiling dan dicetak dengan menggunakan mesin Tabel 1. Hasil analis proksimat cheese stick
penggiling mie agar menjadi stick, lalu stick dengan substitusi tepung sukun
digoreng hingga matang lalu didinginkan dan
disimpan pada wadah tertutup. Komponen
Perlakua
Kd. air abu Lemak Prot KH
Metodologi n
(%)
(%) (%) (%) (%)
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL) 100 : 0 1,67 c 2,13 c 36,65 a 5,46 a 54,09 d
dengan 5 perlakuan variasi konsentrasi subsitusi
90 : 10 2,06 e 2,18 d 37,77 b 6,51 c 51,49 b
tepung sukun yang berbeda, yaitu:
1. ST1 : Perbandingan tepung sukun : 85 : 15 2,01 d 1,26 b 38,64 d 7,49 d 50,62 a
tepung terigu = 10 : 90
2. ST2 : Perbandingan tepung sukun : 80 : 20 1,27 b 2,24 d 37,78 b 6,42 c 52,29 c
tepung terigu = 15 : 85
75 : 25 1,19a 1,19 a 38,35 c 5,85 b 52,39 c
3. ST3 : Perbandingan tepung sukun :
tepung terigu = 20 : 80 Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom yang sama
4. ST4 : Perbandingan tepung sukun : menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05).
tepung terigu = 25 : 75
5. ST5: pembuatan cheese stick dengan 100 Kadar Air
% terigu Hasil sidik ragam kadar air cheese stick
dengan persentase komposit tepung sukun
Analisa menunjukkan bahwa persentase komposit tepung
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini sukun berpengaruh nyata terhadap kadar air
adalah analisa organoleptik. Analisa organoleptik cheese stick. Setelah dilakukan uji DMRT pada
dilakukan di BB Pascapanen Bogor dengan
melibatkan 15 panelis semi terlatih dengan 5 taraf 5% diperoleh hasil seperti tertera pada
parameter hedonic, yaitu warna, aroma, rasa, Tabel 1, bahwa kadar air cheese stick kontrol
tekstur dan penampakan secara umum. Uji lebih kecil jika dibandingkan dengan cheese stick
organoleptik pada penelitian ini menggunakan 5 yang dikomposit dengan tepung sukun 10 dan
skala hedonic, yaitu 1 (sangat suka), 2 (suka), 3 15%, hal ini diduga karena WHC terigu lebih
(agak suka), 4 (agak tidak suka, 5 (tidak suka), kecil daripada tepung sukun, sehingga saat
dann 6 (sangat tidak suka). Untuk mengetahui
pemasakan sebagian besar air menguap dan
pengaruhnya terhadap komposisi nutrisinya,
maka dilakukan analisa proksimat yang meliputi membentuk tekstur yang porous pada cheese
kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat stick.
dan kadar serat. Kadar abu

354 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Hasil sidik ragam kadar abu cheese stick Hasil sidik ragam kadar protein cheese
dengan persentase komposit tepung sukun stick dengan persentase komposit tepung sukun
menunjukkan bahwa konsentrasi tepung sukun menunjukkan bahwa persentase komposit tepung
berpengaruh nyata terhadap kadar abu cheese sukun berpengaruh tidak nyata terhadap kadar
stick. Setelah dilakukan uji DMRT pada taraf 5% protein cheese stick. Setelah dilakukan uji DMRT
diperoleh hasil seperti tertera pada Tabel 1. Hasil pada taraf 5% diperoleh hasil seperti tertera pada
menunjukkan bahwa kadar abu cheese stick Tabel 1, bahwa kadar protein cheese stick kontrol
kontrol lebih besar jika dibandingkan dengan lebih rendah jika dibandingkan dengan cheese
cheese stick yang dikomposit dengan tepung stick yang dikomposit tepung sukun.
sukun.
Kadar karbohidrat
Kadar lemak
Hasil sidik ragam kadar karbohidrat cheese
Lemak merupakan salah satu sumber stick persentase komposit tepung sukun
energi yang efektif bagi tubuh kita selain menunjukkan bahwa persentase komposit tepung
karbohidrat dan protein. Lemak terdapat pada sukun berpengaruh nyata terhadap kadar
hampir semua bahan pangan dengan kandungan karbohidrat cheese stick. Setelah dilakukan uji
yang berbeda-beda. Tetapi lemak sering DMRT pada taraf 5% diperoleh hasil seperti
ditambahkan dengan sengaja ke dalam bahan tertera pada Tabel 1, bahwa kadar karbohidrat
pangan, lemak berfungsi sebagai media kontrol lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penghantara panas, memperbaiki tekstur, cheese stick yang dikomposit tepung sukun. Hal
penambah kalori, serta sebagai penambah ini diduga disebabkan oleh lebih rendahnya kadar
citarasa dan sebagai sumber serta pelarut vitamin air cheese stick kontrol jika dibandingkan dengan
A, D, E dan K. Standar Nasional Indonesia kadar air cheese stick yang dikomposit tepung
mencantumkan bahwa kadar lemak minimum sukun.
untuk makanan ringan adalah 9,5% dan hasil
analisis kadar lemak untuk cheese stick berbahan Menurunnya kadar karbohidrat juga dapat
baku tepung sukun adalah 36,65-38,64%. Cheese dipengaruhi oleh kandungan lainnya seperti
stick dengan berbahan baku tepung sukun telah kadar abu, protein, dan lemak. Semakin banyak
memenuhi syarat Standar nasional Indonesia persentase komposit tepung sukun, kadar
yang telah ditetapkan. Tingginya kandungan karbohidrat cheese stick cenderung semakin
lemak pada cheese stick karena bahan baku yang menurun. Kandungan karbohidrat pada uji
digunakan memiliki kadar lemak tinggi seperti proksimat sangat dipengaruhi oleh kandungan
keju, margarine, telur dan santan. Menurut Sun- nutrisi lainnya.
Waterhouse et al., 2010), kadar lemak akan
berkorelasi positif dengan penambahan mentega Warna
dari minyak ke dalam adonan. Warna merupakan salah satu faktor yang
Hasil sidik ragam kadar lemak cheese stick menentukan mutu dan secara visual warna tampil
dengan persentase komposit tepung sukun lebih dahulu dan kadang – kadang sangat
menunjukkan bahwa persentase komposit tepung menentukan, sehingga warna dijadikan atribut
sukun berpengaruh nyata terhadap kadar lemak organoleptik yang penting dalam satu bahan
cheese stick. Setelah dilakukan uji DMRT pada pangan (Winarno, 2004). Berdasarkan hasil yang
taraf 5% diperoleh hasil seperti tertera pada didapat warna paling disukai pada cheese stick
Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar dengan subtitusi tepung sukun ialah pada
lemak kontrol lebih rendah jika dibandingkan subtitusi 10%. Secara keseluruhan cheese stick
dengan cheese stick yang dikomposit tepung dengan subtitusi tepung sukun memiliki warna
sukun. hampir sama dengan control (0%) dan dapat
diterima oleh panelis. Hasil nilai rata-rata
Kadar protein penilaian panelis dengan menggunakan metode
hedonik melalui pengujian organoleptik, panelis

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 355
memberikan nilai skor terhadap warna yaitu sukun yang tertinggi disukai ialah subtitusi 10%
4,36-4,86 (agak suka sampai suka). Warna (4,86). Pada cheese stick dengan subtitusi tepung
cheese stick tanpa dan dengan subtitusi tepung sukun 15% dan 25% nilai rasanya agak suka,
sukun ialah putih kekuning-kuningan. sedangkan cheese stick dengan subtitusi tepung
sukun 20% nilai rasanya agak tidak suka Hal ini
Aroma dikarenakan pada subtitusi 20% rasa sukun
Aroma merupakan faktor yang sangat penting semakin mendominasi.
untuk menentukan tingkat penerimaan konsumen PENUTUP
terhadap suatu produk, sebab sebelum dimakan
biasanya konsumen terlebih dahulu mencium Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
aroma dari produk tersebut untuk menilai layak subtitusi tepung sukun pada pembuatan hingga
tidaknya produk tersebut dimakan. Aroma yang 15% masih bisa diterima dengan baik oleh
enak dapat menarik perhatian, konsumen lebih panelis, yang berarti panelis masih menyukai
cenderung menyukai makanan dari aroma produk tersebut.
(Winarno, 2004). Berdasarkan uji organoleptik
hasil tingkat kesukaan terhadap aroma cheese
stick dengan subtitusi tepung sukun 0% ialah
DAFTAR PUSTAKA
yang paling disukai panelis. Sedangkan cheese
stick dengan subtitusi tepung sukun 15%, 30% Widowati, S. (2009). Prospek Sukun (Artocarpus
dan 45% agak disukai panelis.Hal ini karena communis) sebagai Pangan sumber
cheese stick dengan subtitusi tepung sukun telah Karbohidrat dalam Mendukung Diversifikasi
beraroma khas buah sukun. Konsumsi Pangan. Majalah PANGAN. XVIII
(56):67-75.
Rasa Winarno, F.G. (2000). Potensi dan Peran tepung-
tepungan bagi Industri Pangan dan Program
Rasa merupakan salah satu cara yang dapat
Perbaikan Gizi. Makalah pada Sem Nas
digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan
Interaktif: Penganekaragaman Makanan untuk
konsumen terhadap suatu produk makanan yang
Memantapkan ketersediaan pangan.
belum pernah dirasakan. Menurut Winarno
Suismono, S. Widowati, S. Nugraha, Suyanti,
(2004), rasa atau cita rasa sangat sulit dimengerti
Rahmawati, Kuntati,T. Jafar, Suarni dan
secara ilmiah karena selera manusia yang sangat
Suhardjo. (2003). Penelitian Teknologi
beragam. Secara umum rasa dapat dibedakan
Pengolahan Tepung Sukun. Balai Penelitian
menjadi asin, manis, pahit dan pedas. Rasa
Pascapanen Pertanian. Badan Litbang
merupakan salah satu dalam menentukan mutu
Pertanian).
bahan makanan Selain itu, ada rasa kelima yang
Winarno, F.G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi.PT
telah teridentifikasi yakni umami yang dominan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ditemukan pada L-glutamat (terdapat pada
Sun-Waterhouse D, R. Wibisono, S. Wadhwa
ekstrak daging dan keju).
(2010). Comparative analysis snack bars.
Hasil nilai rata-rata penilaian panelis Food Chemistry,119, 1369-1379.
dengan menggunakan metode hedonik melalui Ragone, D. and C.G. Cavaletto (2006). Sensory
pengujian organoleptik, panelis memberikan nilai evaluation of fruit quality and nutritional
skor terhadap rasayaitu 3,57-5,21 (agak tidak composition of 20 breadfruit (Artocarpus,
suka sampai suka). Berdasarkan hasil yang Moraceae) cultivars. Economic Botany, 60(4),
diperoleh rasa yang disukai oleh panelis ialah 335-346.
cheese stick tanpa subtitusi tepung sukun (5,21),
sedangkan cheese stick dengan subtitusi tepung

356 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Upaya
Peningkatan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Sentra Ikan
Bulak Di Kecamatan Bulak Surabaya

Irwantoro1, Herrukmi Septa Rinawati2


Peneliti Balitbang Provinsi Jawa Timur
Septa27@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
strategy, creative economic PKL phenomenon found in many major cities in Indonesia. One of them in
development, income the city of Surabaya. As a metropolitan city, the street vendors had
implications for rural communities or citizens around Surabaya to
urbanization, the goal is to try to find fortune in Surabaya to open a
business or finding a job. Not many of those who managed to get a steady
job after moving in Surabaya. One way that they then take is open to
venture into the street vendors (PKL), albeit with minimal capital and
skills. Fish Sentra Bulak is a form of building modern building built in the
Village Kedung Cowek, District Bulak.
The method used in this research is the PAR (Participatory Action
Research) descriptive to obtain information about the economic
development strategy of creative products produced by street vendors in
the Market Center Bulak. Researchers conducted in-depth interviews with
key informants that street vendors in the Market Center Bulak active trade
to make ends meet.
The purpose of the development strategy for the creative economy of street
vendors (PKL) in Bulak Market Center is for them to become more
productive and able to take advantage of the natural resources that exist
around the area. It also can increase their income. Utilization of available
natural potential of the street vendors (PKL) in the Bulak Market Center
can meet everyday needs. For that program the development of creative
economy strategy also aims to improve the quality and quantity of
production, involving also people and communities around Bulak Market
Center. They were given a briefing and guidance in order to have the skills
and expertise to process the results of the traded items of trade that are
highly competitive in the global market. This can be achieved with the
support of the surrounding community.
Kata Kunci SARI KARANGAN
strategi, pengembangan Fenomena PKL banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia. Salah
ekonomi kreatif, pendapatan satunya di Kota Surabaya. Di kota Metropolitan, keberadaan PKL
membawa dampak bagi masyarakat pedesaan atau warga disekitar
Surabaya untuk melakukan urbanisasi, tujuannya adalah untuk mencoba
mencari rejeki di Surabaya dengan membuka usaha atau mencari
pekerjaan. Tidak banyak diantara mereka yang berhasil mendapatkan
pekerjaan yang mapan setelah pindah di Surabaya. Salah satu jalan yang
kemudian mereka tempuh adalah membuka usaha menjadi Pedagang Kaki
Lima (PKL), meskipun dengan modal dan keterampilan yang minim.
Sentra Ikan Bulak merupakan bangunan berupa gedung modern yang
dibangun di wilayah Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PAR
(Participatory Action Research) yang bersifat deskriptif untuk
memperoleh informasi tentang strategi pengembangan ekonomi kreatif
produk yang dihasilkan oleh pedagang kaki lima di Sentra Pasar Bulak.
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci yaitu
pedagang kaki lima di Sentra Pasar Bulak yang aktif melakukan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tujuan dari pengembangan strategi ekonomi kreatif bagi pedagang kaki
lima (PKL) di Sentra Pasar Bulak adalah agar mereka menjadi lebih

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 357
produktif dan bisa memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar
daerah tersebut. Selain itu juga bisa meningkatkan pendapatan mereka.
Dari pemanfaatan potensi alam yang tersedia maka para pedagang kaki
lima (PKL) di Sentra Pasar Bulak tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Untuk itu program pengembangan strategi ekonomi kreatif ini
juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi
dengan melibatkan juga penduduk dan kelompok masyarakat di sekitar
Sentra Pasar Bulak. Mereka diberikan pembekalan dan pengarahan agar
mempunyai ketrampilan dan keahlian mengolah hasil yang mereka
perdagangkan hasil-hasil perdagangan yang berdaya saing tinggi di pasar
global. Hal tersebut dapat dicapai dengan dukungan dari masyarakat
sekitar

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN minim. Keberadaan mereka semakin menjamur


terutama di obyek-obyek vital perkotaan. Pada
Keberadaaan Pedagang Kaki Lima tahun 2007 jumlah PKL di Surabaya meningkat
(PKL) di Indonesia sering menjadi sorotan hingga 20% menjadi 18.000 PKL (Wispandono,
publik, khususnya dalam bidang tata kelola ruang 2011). Sementara menurut data dari bagian
kota. Hal ini dikarenakan, keberadaan para PKL perekonomian Pemerintah kota Surabaya, bahwa
merusak estetika kota dengan kesemrawutan dan pada tahun 2009-2010 jumlah pedagang kaki
kekumuhannya. Menurut pengertiannya dalam lima kurang lebih sebanyak 75.000 PKL,
Perda Kota Surabaya No. 17 tahun 2003, tentang sementara itu daya tampung kota Surabaya hanya
Penataan dan Pemberdayaan PKL, Pedagang sekitar 10.000 PKL. Hal ini dapat diartikan
Kaki Lima adalah pedagang yang menjalankan bahwa di Surabaya telah terjadi kelebihan PKL
kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu tujuh kali lipat. Jumlah PKL tersebut akan jauh
dengan mempergunakan sarana atau lebih banyak lagi apabila ditambah dengan PKL
perlengkapan yang mudah dipindahkan, yang tersebar disetiap gang di masing masing
dibongkar pasang dan mempergunakan lahan kampung serta PKL yang menjajakan
fasilitas umum sebagai tempat usahanya. Karena dagangannya secara keliling dari satu tempat
berjualan di tempat-tempat yang merupakan ketempat yang lain.
fasilitas umum, adanya Pedagang Kaki Lima
dapat menghambat lalu lintas dan merampas hak- Wisata rekreasi merupakan tempat yang
hak pejalan kaki. mempunyai potensi berkumpulnya PKL. Salah
satu tempat wisata rekreasi yang cukup ramai,
Fenomena PKL banyak dijumpai di kota- murah dan meriah di Kota Surabaya adalah
kota besar di Indonesia, termasuk diantaranya Pantai Ria Kenjeran, di Kecamatan Bulak. Pantai
kota Surabaya. Sebagai kota metropolitan, kota Ria Kenjeran adalah salah satu destinasi
Surabaya menjadi daya tarik bagi masyarakat wisatawan lokal maupun regional ketika
pedesaan atau warga disekitar Surabaya untuk berwisata di Surabaya. Berada dibagian timur
melakukan urbanisasi, tujuannya adalah untuk Surabaya, Pantai Ria Kenjeran ini merupakan
mencoba mencari rejeki di Surabaya dengan pantainya arek-arek Suroboyo dengan beberapa
membuka usaha atau mencari pekerjaan. Tidak fasilitas yang beraneka ragam mulai dari olah
banyak diantara mereka yang berhasil raga hingga cinderamata khas Surabaya
mendapatkan pekerjaan yang mapan di Surabaya. (www.surabaya.go.id, 2011).
Jalan yang kemudian mereka tempuh adalah
membuka usaha menjadi Pedagang Kaki Lima Data dari Dinas Kebudayaan dan
(PKL), salah satunya karena mereka hanya Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya
mempunyai modal dan keterampilan yang menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang
datang ke kawasan Kenjeran menunjukkan tren

358 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
peningkatan. Kunjungan wisatawan mancanegara tempat ilegal dan telah diatur dalam Perda Kota
(wisman) ke kawasan Kenjeran, dari jumlah 200 Surabaya No. 2 Tahun 2014.
wisman yang berkunjung pada tahun 2013,
Sentra Ikan Bulak merupakan bangunan
meningkat menjadi 300 pada tahun 2014. Jumlah
berupa gedung modern yang dibangun di wilayah
wisatawan yang cukup banyak tersebut menarik
Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak.
minat masyrakat sekitar kawasan wisata Pantai
Pembangunan gedung Sentra Ikan Bulak
Ria Kenjeran untuk beralih profesi menjadi PKL.
menghabiskan dana APBD Kota Surabaya senilai
Semakin hari jumlah PKL yang ada wisata pantai
Rp 20.960.320.666. Didalamnya terdapat 96 kios
kenjeran semakin banyak. Hal ini baik secara
yang menjual kerupuk dan ikan kering, 40 kios
langsung dan tidak langsung mengganggu
ikan asap, 16 kios ikan segar, 20 kios kerajinan,
kenyamanan para pengguna jalan. Seperti para
dan 40 kios makanan dan minuman. Jadi total
Pedagang Kaki Lima yang ada di sepanjang jalan
semua ada 212 kios (Prasetya, 2012).
menuju Taman Hiburan Pantai Kenjeran, di jalan
Berdasarkan Buku Profil Perikanan Dinas
Kenjeran Lama, Kecamatan Bulak. Banyak
Pertanian Kota Surabaya, pembangunan Sentra
pedagang yang membangun kios usaha ditepi-
Ikan Bulak (SIB) sendiri merupakan salah satu
tepi jalan. Menurut data yang diperoleh dari
kegiatan yang ada dalam masterplan atau
Kantor Kecamatan Bulak, jumlah PKL yang ada
rencana Pemkot Surabaya, melalui Program
dan tercatat di kecamatan adalah sebanyak 184
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir oleh
orang. Jumlah pedagang bisa bertambah banyak,
Dinas Pertanian pada tahun 2007. Keberadaan
mengingat masih ada beberapa pedagang yang
SIB sengaja disediakan sebagai solusi untuk
belum tercatat di kelurahan maupun kecamatan.
menertibkan PKL-PKL liar yang ada di wilayah
Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mereka
Kecamatan Kenjeran dan sekitarnya, termasuk
adalah pedagang asongan liar yang berasal dari
para pedagang di Kecamatan Bulak. Gedung ini
daerah luar Kecamatan Bulak.
kemudian di kelola oleh Dinas Petanian Kota
Di Kecamatan Bulak ini banyak Surabaya.
pedagang yang membangun kios makanan dan
Ditunjang dengan fasilitas yang lengkap
minuman maupun kios ikan asap, bahkan ada
seperti tempat khusus untuk mengasap ikan, stan
puluhan pedagang makanan-minuman yang
atau kios yang tertata rapi sesuai dengan barang
membangun kios semi permanen di atas bantaran
yang dijual pedagang, saluran air dan
sungai Kejawan. Hal ini menimbulkan
pembuangan yang baik, dan kamar mandi atau
pencemaran sungai maupun pantai, karena
toilet. Hal ini dikarenakan Pemkot Surabaya
sampah yang dihasilkan dari sisa-sisa
berharap selain ditujukan untuk menata PKL agar
pembuangan makanan dan minuman. Selain itu
lebih tertib, tapi juga sebagai tempat yang
juga menganggu keindahan dan tata kelola Kota
mampu memberikan kenyamanan bagi para
Surabaya, karena menempati wilayah-wilayah
Pedagang maupun Pembeli dalam aktifitas jual
yang dilarang oleh Pemerintah.
beli. Seiring waktu berjalan, fakta di lapangan
Relokasi PKL di Sentra Ikan Bulak menunjukkan bahwa relokasi yang dilakukan
dilakukan pada pertengahan Bulan Desember oleh Pemkot Surabaya ditinjau dari segi
2011 sampai Januari 2012. Tujuan dari kegiatan pedagang yang berjualan disana belum berjalan
relokasi ini untuk menciptakan lingkungan maksimal..
perkotaan yang lebih bersih, tertib dan aman,
Setelah empat tahun pasca relokasi
khususnya di wilayah Kecamatan Bulak, karena
dilakukan SIB terlihat sepi, tidak banyak
diwilayah ini banyak pedagang yang berjualan di
pedagang yang menempati kios yang sudah
tempat-tempat yang dilarang oleh Pemerintah
disediakan oleh Pemerintah. Banyak dari mereka
Kota Surabaya. Target sasarannya adalah semua
memilih untuk kembali berjualan di dekat area
Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Bulak yang
wisata Pantai Ria Kenjeran maupun di sekitar
berjualan atau membangun usaha di tempat-
Pantai Watu-Watu. Pedagang ikan asap hanya
tersisa 4 orang pedagang yang masih bertahan.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 359
Kondisi sedikit berbeda terdapat di lantai 2 TINJAUAN TEORI
gedung SIB yakni di sentra makanan-minuman, Keberadaan ekonomi kreatif mampu
tercatat ada sekitar 20 stan yang masih berjualan. menopang kehidupan masyarakat dengan
Walaupun fasilitas dan paguyuban pedagang berlandaskan kemandirian, artinya orang tak lagi
sudah di bentuk, mulai dari paguyuban ikan asap, bergantung pada terbukanya lapangan kerja.
ikan segar, kerupuk dan ikan asin, makanan dan Dengan mereka paham akan konsep ekonomi
minuman sampai kerajinan kerang, tetapi kondisi kreatif maka industri kreatif bisa berkembang
pasar tetap sepi. Ada beberapa masalah yang seperti di luar negeri. Di Indonesia Industri
melatarbelakangi kondisi SIB yang sepi, antara kreatif masih belum maksimal
lain yaitu adanya ketakutan dari pedagang perkembangannya, hal itu dikarenakan masih
apabila barang dagangannya tidak laku, sehingga banyak masyarakat yang pola pikirnya masih
hal ini berdampak pada penghasilan para berbasiskan kolonial. Artinya sudah terbiasa
pedgang yang akan menurun drastis jika masih untuk bekerja pada orang lain, ketergantungan
bertahan untuk berjualan di SIB. Penyebab inilah yang membuat orang tidak mampu
lainnya adalah pengaruh budaya dan etos kerja menciptakan ide-ide baru untuk memandirikan
yang rendah sehingga tidak ada inovasi dan diri sendiri.
pengembangan ekonomi kreatif dalam kegiatan Howkins (2001) dalam bukunya “The
para pedagang kaki lima (PKL) di Sentra Pasar Creative Economy” menemukan kehadiran
Bulak. Padahal dalam era globalisasi dan gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari
perdagangan bebas, perhatian terhadap kepuasan pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak
konsumen semakin meningkat. cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan
sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui
Semakin majunya teknologi dan
ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian,
informatika menyebabkan produk – produk yang
dan pesawat. Menurut Howkins ekonomi baru
ditawarkan menjadi lebih bervariasi baik produk
telah muncul seputar industri kreatif yang
dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini tentu
dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual
saja bermanfaat bagi konsumen karena
seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan
kebutuhannya dapat dipenuhi dengan jumlah dan
desain. Ekonomi kreatif merupakan
jenis barang yang dinginkan. Namun, dapat pula
pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif
mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan
yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan
konsumen tidak seimbang, misalnya pola
ekonomi.
konsumsi masyarakat Indonesia justru banyak
ditentukan oleh pelaku usaha, dan bukan oleh Pendapatan dijelaskan sebagai suatu
konsumen sendiri. Melalui kekuatan promosi, penghasilan akan diakui sebagai penghasilan
pelaku usaha mampu menciptakan pemahaman pada periode kapan kegiatan utama yang perlu
kepada konsumen akan kehebatan suatu produk, untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa
bahkan menjadikan konsumen sangat bergantung itu telah selesai (Harahap, 2004). Waktu yang
pada produk tersebut dimaksud disini ada empat alternatif : 1). Selama
produksi; 2). Pada saat proses produksi selesai;
Berdasarkan uraian diatas, maka
3). Pada saat penjualan dan 4).Pada saat
masalah yang menjadi fokus perhartian dalam
penagihan kas
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Menurut Warfield dan Weygantd (2011),
dalam pengembangan ekonomi kreatif PKL pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
Sentara Ikan Bulak? ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
2. Langkah-langkah apa saja yang harus entitas selama suatu periode, jika arus masuk
dilakukan dalam pengembangan ekonomi tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
kreatif terhadap pedagang kaki lima (PKL) di tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Sentra Pasar Bulak?
Sedangkan menurut Skousen, Stice dan
Stice (2010), Pendapatan adalah arus masuk atau

360 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
penyelesaian (atau kombinasi keduanya) dari lima di Sentra Pasar Bulak . Dengan
pengiriman atau produksi barang, memberikan melihat akar permasalahan yang ada,
jasa atau melakukan aktivitas lain yang akan memudahkan penelitian secara
merupakan aktivitas utama atau aktivitas centra obyektif dan dibantu dengan pedagang
yang sedang berlangsung. kaki lima
Menurut M. Munandar (2006), 2. Setelah mengetahui akar permasalahan
pengertian pendapatan adalah suatu pertambahan yang ada, maka peneliti melakukan
aset yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s inkulturasi dan membangun kepercayaan
Equity, tetapi bukan karena penambahan modal dengan pedagang kaki lima (PKL),
dari pemiliknya dan bukan pula merupakan misalnya dengan mengikuti kegiatan-
pertambahan aset yang disebabkan karena kegiatan yang diadakan oleh PKL. Agar
bertambahnya liabilities. bisa saling memahami antara satu dengan
yang lain dan juga saling mendukung
Pedagang kaki lima ialah orang-
maka perlu menyatu dengan dalam pola
orang dengan modal relatif kecil/sedikit
hidup persoalan yang di ada di pedagang
berusaha (produksi-penjualan barang-
kaki lima di Sentra Pasar Bulak .
barang/jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan
kelompok konsumen tertentu dalam 3. Pemetaan Partisipatif yang terdiri dari
masyarakat”. Usaha itu dilakukan pada tempat- pemetaan wilayah dan pemetaan
tempat yang dianggap strategis dalam suasana persoalan masyarakat dilakukan bersama
informal. (Sudaryanti : 2000). komunitas pedagang kaki lima .
Pedagang kaki lima ialah pedagang 4. Merumuskan permasalahan bersama
golongan ekonomi lemah yang berjualan k komunitas pedagang kaki lima, terutama
ebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa relatif permasalahan yang dihadapi pedagang
kecil, modal sendiri atau modal lain, baik kaki lima sehari-hari.
mempunyai tempat berdagang tetap atau tidak
5. Menyusun strategi pengembangan
tetap (berpindah-pindah) di tempat-tempat yang
ekonomi kreatif yang lebih terarah.
terlarang berjualan
6. Pengorganisasian masyarakat melalui
pembentukan kelompok kerja dan
METODE PENELITIAN membentuk jaringan antara lembaga-
lembaga yang terkait dengan program
Metode yang digunakan dalam penelitian
tersebut.
ini adalah metode PAR (Participatory Action
Research) yang bersifat deskriptif untuk 7. Membangun tempat-tempat pelatihan
memperoleh informasi tentang strategi dan pembelajaran masyarakat,
pengembangan ekonomi kreatif produk yang berdasarkan kebutuhan kelompok-
dihasilkan oleh pedagang kaki lima di Sentra kelompok komunitas yang merupakan
Pasar Bulak. Peneliti melakukan wawancara media komunikasi, riset, diskusi dan
mendalam dengan informan kunci yaitu segala aspek untuk merencanakan,
pedagang kaki lima di Sentra Pasar Bulak yang mengorganisir, dan memecahkan
aktif melakukan perdagangan untuk memenuhi problem sosial.
kebutuhan hidup.
Keberhasilan program PAR
Agar tidak terjadi kesalahan dan (Participatory Action Research) tidak hanya
penyimpangan, maka dilakukan pendekatan diukur dari hasil kegiatan, tetapi juga diukur dari
permasalahan dan pembahasan melalui tahapan- keberlanjutan program yang sudah berjalan dan
tahapan sebagai berikut : munculnya pengorganisir serta pemimpin lokal
yang melanjutkan program untuk melakukan
1. Pemetaan awal sebagai alat untuk
gerakan perubahan.
memahami komunitas pedagang kaki

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 361
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan ekonomi masyarakat,
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya yang
Pada konteks pengembangan ekonomi
ada di lingkungan sekitar, meningkatkan mutu,
kreatif di kota-kota Indonesia, industri kreatif
kualitas dan daya saing, meningkatkan
lebih berpotensi untuk berkembang pada kota-
ketersediaan konsumsi masyarakat.
kota besar atau kota-kota yang telah “dikenal”.
Pendayagunaan sumberdaya yang ada dan
Hal ini terkait dengan ketersediaan sumber daya
kemampuan masyarakat untuk bertindak
manusia (SDM) yang handal dan juga
selayaknya harus mampu memberikan kontribusi
tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik
yang bermakna terhadap pembangunan ekonomi
dibanding kota-kota sedang dan kecil. Namun
masyarakat. Oleh karena itu masyarakat berharap
demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan
pengelolaan sumberdaya yang ada dan
kota-kota sedang dan kecil di Indonesia untuk
kemampuan mereka untuk meningkatkan hasil
mengembangkan ekonomi kreatif. Bagi kota-kota
perdagangan bisa mengatasi rendahnya ekonomi.
sedang dan kecil, strategi pengembangan
ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan Setelah dibentuk tempat-tempat pelatihan
memanfaatkan landmark kota atau kegiatan dan pembelajaran, pedagang kaki lima (PKL) di
sosial, seperti festival sebagai venue untuk Sentra Pasar Bulak dapat lebih mengembangkan
mengenalkan produk khas daerah. Jadi, manfaat ketrampilan dan keahlian yang mereka miliki.
dari pengembangan ekonomi kreatif yang Hasil perdagangan yang mungkin kurang
berdampak pada positif diantaranya yaitu mampu menarik, dapat diolah menjadi produk yang dapat
meningkatkan kemampuan teknologi tepat guna berdaya saing tinggi di pasar global.
dan merupakan produk berbasis pro-green
Pengembangan aksesibilitas masyarakat
economy namun tetap bisa melestarikan warisan
pantai terhadap sumber daya ekonomi
budaya dan kreativitas bangsa Indonesia yang
dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi
khas dan unik.
sumber penghasilan masyarakat dan sekaligus
Tujuan dari pengembangan strategi meningkatkan kesejahteraannya. Langkah ini
ekonomi kreatif bagi pedagang kaki lima (PKL) mencakup perluasan pilihan sumber daya
di Sentra Pasar Bulak adalah agar mereka ekonomi, seperti perluasan usaha dan
menjadi lebih produktif dan bisa memanfaatkan perkreditan. Peluang usaha selain sektor
sumber daya alam yang ada disekitar daerah perikanan yang perlu dibuka lebih luas adalah
tersebut serta untuk meningkatkan pendapatan dibidang pertanian, kerajinan, peternakan dan
mereka. Dari pemanfaatan potensi alam yang jasa angkutan. Hal ini penting dalam rangka
tersedia maka para pedagang kaki lima (PKL) di membuka kesempatan masyarakat untuk tidak
Sentra Pasar Bulak tersebut dapat memenuhi hanya bergantung secara langsung pada sumber
kebutuhannya sehari-hari. Untuk itu program daya alam, tetapi juga sekaligus mengurangi
pengembangan strategi ekonomi kreatif ini juga beban alam. Guna mendukung langkah tersebut,
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan maka perlu dikembangkan aksesibilitas
kuantitas hasil produksi dengan melibatkan juga masyarakat terhadap perkreditan.
penduduk dan kelompok masyarakat di sekitar
Keberhasilan pedagang kaki lima (PKL)
Sentra Pasar Bulak. Mereka diberikan
di Sentra Pasar Bulak sebagai bagian dari
pembekalan dan pengarahan agar mempunyai
pengelolaan pesisir dan laut sangat tergantung
ketrampilan dan keahlian mengolah hasil yang
pada ketepatan kebijakan yang diambil.
mereka perdagangkan hasil-hasil perdagangan
Kebijakan yang dikembangkan dengan
yang berdaya saing tinggi di pasar global. Hal
melibatkan dan memperhatikan kepentingan
tersebut dapat dicapai dengan dukungan dari
masyarakat dan menjamin keberhasilan
masyarakat sekitar.
pengelolaan sumber daya alam dan wilayah.
Selain tujuan di atas, pengembangan Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan
strategi ekonomi kreatif bagi pedagang kaki lima karena akan menghasilkan kebijakan yang
(PKL) di Sentra Pasar Bulak bertujuan juga disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan

362 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
kepentingan masyarakat. Kebijakan yang berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan
berbasis pada potensi masyarakat akan sumberdaya alam secara efisien, dan
mendorong keterlibatan masyarakat dalam keterampilan tentang upaya penanggulangan
pemanfaatan dan perlindungan sumber daya permasalahan. Penguasaan keterampilan tersebut
alam. Selain itu juga memberikan keuntungan akan meningkatkan efektifitas peran serta
ganda : pertama, dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat.
masyarakat maka pengelolaan pesisir dan laut
c. Pengembangan kapasitas masyarakat.
akan menarik masyarakat sehingga akan
mempermudah proses penataan. Kedua, Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan
memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut untuk dapat ikut serta dalam proses pengambilan
bertanggung jawab atas keamanan pesisir dan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan,
laut. Selain itu yang lebih penting lagi adalah pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan
adanya upaya untuk meningkatkan kepentingan kapasitas masyarakat sebenarnya merupakan
hakiki masyarakat yaitu kesejahteraan dalam serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan
rangka membekali masyarakat dengan usaha sebelumnya, namun dalam program ini perlu
ekonomi alternatif sehingga tidak merusak ditekankan pentingnya kemampuan dan peluang
lingkungan, antara lain yaitu : masyarakat untuk dapat mengartikulasikan
kepentingannya melalui kelompok atau lembaga
a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan
sosial. Sasaran utama program ini adalah
lingkungan.
meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan
Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu kemampuan berinisiatif.
dimasyarakatkan untuk memberikan konsep dan
d. Pengembangan kualitas diri.
pandangan yang sama dan benar kepada
masyarakat tentang lingkungan dan peranannya Kualitas masyarakat pantai perlu ditingkatkan
terhadap kehidupan masyarakat secara untuk menjawab dua tantangan. Tantangan
keseluruhan. Jenis pengetahuan dan wawasan pertama adalah, upaya mengatasi masalah
yang diberikan berbeda menurut lokasi perekonomian, baik untuk mengatasi masalah
pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat pemenuhan kebutuhan pokok, maupun dalam
yang berlokasi di zona inti tentu lebih spesifik rangka meningkatkan kesejahteraan yang lebih
dan lebih menekankan pada pengetahuan dan luas. Tantangan kedua adalah, upaya mengatasi
wawasan yang berkaitan dengan hubungan masalah kerusakan alam, yaitu untuk mengurangi
langsung antara masyarakat setempat dengan tekanan terhadap sumberdaya alam lokal sebagai
pemanfaatan sumberdaya alam dan akibat makin meningkatnya aktifitas manusia
pengawasannya dibanding dengan masyarakat diwilayah tersebut. Pengembangan diri tersebut
diluar wilayah. Peningkatan pengetahuan dan termasuk pengembangan kualitas manusia, baik
wawasan juga perlu melibatkan aparatur secara perorangan maupun kelompok untuk
kelurahan dan kecamatan serta masyarakat luas mengisi kebutuhan tenaga kerja yang kian
dalam rangka membekali masyarakat dengan beragam.
usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak e. Peningkatan kualitas manusia diharapkan dapat
lingkungan, antara lain yaitu : mendorong terjadinya diversifikasi lapangan
b. Pengembangan keterampilan masyarakat. kerja dan sumber penghasilan penduduk setempat
sehingga mampu mengurangi kecenderungan
Peningkatan keterampilan praktis pengelolaan
usaha yang bertumpu pada pengelolaan sumber
lingkungan bagi masyarakat dan jajaran
daya alam yang tidak efisien. Program
pemerintah ditingkat kelurahan dan kecamatan
pengembangan kualitas manusia ini selain dapat
sangat penting untuk mendorong peran serta
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan juga
unsur-unsur tersebut secara aktif dalam
dengan cara membentuk kerjasama antar
menanggulangi masalah-masalah lingkungan
lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, baik di
yang secara ekologis dan ekonomis akan
lingkungan desa pantai maupun di luar, bahkan
merugikan. Keterampilan tersebut terutama

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 363
antar wilayah. Penyiapan tenaga kerja untuk daya alam; c). Peningkatan kemampuan dan
mengantisipasi perkembangan kegiatan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian
pembangunan dan wilayah lain disekitarnya perlu lingkungan; dan d). Peningkatan pendidikan,
dilakukan secara proaktif dengan dilandasi oleh latihan, riset dan pengembangan.
pandangan jauh ke depan.
Untuk menghadapi persaingan di pasar
f. Peningkatan motivasi masyarakat untuk global tentu perlu mulai berbenah dalam berbagai
berperanserta. hal. Pertama, kondisi pasar internasional. Semua
pihak harus memahami kondisi pasar
Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk
internasional. Pemahaman tersebut meliputi
mendorong peran serta mereka secara aktif dalam
harga, pesaing, aturan perdagangan dan perilaku
pengelolaan sumberdaya alam. Untuk itu, upaya
konsumen. Bagi negara dengan konsumsi ikan
pelibatan masyarakat dan pengembangan
perkapita yang tinggi tentu membutuhkan
kegiatan yang dilandasi oleh kepentingan
diversifikasi produk perikanan yang tinggi.
masyarakat perlu ditingkatkan terus.
Karena itu inovasi diversifikasi pangan kelautan
Pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan
nasional mulai saat ini perlu dikembangkan.
aspek-aspek yang secara langsung menyentuh
kepentingan masyarakat. Penyeimbangan Kedua, tuntutan diversifikasi produk
kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi otomatis memposisikan industri pengolahan
mempunyai arti yang strategis untuk mendorong perikanan menjadi sangat vital dalam
masyarakat melibatkan diri dalam upaya pembangunan ekonomi. Untuk bersaing di pasar
perlindungan sumberdaya alam. global maupun Internasional perlu memahami
cara berpikir dan perilaku konsumen. Kualitas
g. Penggalian & pengembangan nilai tradisional
mutu produk olahan perikanan mutlak diterapkan
masyarakat.
karena terkait erat dengan keamanan mutu
Upaya penggalian nilai-nilai tradisional adalah produk melahirkan upaya pemenuhan standar
penting untuk dijadikan bahan pengembangan mutu yang berbasis moral dan bukan sekadar
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat mengikuti tuntutan pasar.
menjadi norma-norma yang dapat
Ketiga, mutu produk. Kesadaran
dioperasionalkan menjadi landasan dan rambu-
pentingnya menjaga mutu tidak hanya menjadi
rambu pengamanan sumberdaya alam di wilayah
kewajiban produsen olahan, tetapi juga produsen
pesisir dan laut. Pengembangan nilai-nilai dan
tingkat hulu yaitu nelayan tangkap dan pembudi
norma-norma arif lingkungan masyarakat akan
daya ikan sehingga dibutuhkan tenaga penyuluh
mendorong penggunaan aturan-aturan atau cara-
mutu. Untuk nelayan sesuai dengan kebutuhan
cara mereka sendiri dalam mengelola
wilayah di Indonesia.
sumberdaya alam berdasarkan pada nilai-nilai
yang mereka yakini.
Dengan demikian, strategi KESIMPULAN DAN SARAN
pengembangan ekonomi kreatif, sesungguhnya
dapat dibagi dua yaitu, pertama merupakan
strategi jangka pendek yang bertujuan untuk 1. Hambatan yang dihadapi dalam
mengatasi berbagai masalah pengembangan pengembangan ekonomi kreatif PKL Sentara
masyarakat dengan menyesuaikan urgensi Ikan Bulak antara lain karena masalah sosial
kebutuhan melalui pendekatan struktural dan non dan budaya (etos kerja),. Oleh karena itu,
struktural. Kedua adalah strategi jangka panjang penyelesaiannya perlu dilakukan melalui
dengan tujuan yang menitikberatkan pada : a). strategi yang komprehensif dengan
Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui menempatkan sistem sosial-ekonomi dan nilai
perluasan kesempatan kerja dan kesempatan budaya yang sudah melekat didalam
berusaha; b). Pengembangan program dan masyarakat sebagai faktor pendorong
kegiatan yang mengarah kepada peningkatan, perubahan. Peningkatan produktivitas
pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber pedagang kaki lima lebih diutamakan sebagai

364 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
sasaran dalam proses pembangunan guna DAFTAR PUSTAKA
memajukan kesejahteraan serta menyongsong
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva
kemandirian daerah secara berkelanjutan.
Tetap. Edisi Ketiga, Jakarta : Penerbit
Perkembangan ini pada muaranya akan
PT. Raja Grafindo
meningkatkan harkat sumber daya manusia,
kualitas dan sistem atau pranata sosial Howkins J (2001). The Creative Economy.
masyarakat. London, Penguin

2. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Kottler, Philip et al. 1998. Marketing Places:
upaya pengembangan ekonomi kreatif PKL Attracting Investment, Industry and
Sentara Ikan Bulak, antara lain : Tourism to Cities, State and Nations.
New York: The Free Press Division of
a) Pemerintah Kota Surabaya hendaknya
Macmillan Inc.
lebih meningkatkan pengembangan
strategi ekonomi kreatif kedepannya, Kottler, Philip and Gary Amstrong. 2001.
memprogramkan untuk peningkatan Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
pengolahan hasil-hasil perikanan, dan Oktaviana, Hetty. 2006. Konsep Penataan
mengutamakan para nelayan agar Pedagang Kaki Lima (PKL) Berdasarkan
memudahkan meningkatkan ketrampilan Karakteristik Kegiatan Dan Fisik Studi
serta memberi lebih banyak wawasan Kasus: Kawasan Ampel Surabaya.
kepada setiap masyarakat sehingga Surabaya: ITS Library.
sumber daya bangsa akan lebih
berkembang. Munandar. 2006. Pokok-pokok Intermadiate
Accounting. Gadjah Mada University
b) Pemerintah perlu meninjau dan Press; Yogyakarta
mengawai dengan ketat jalannya
program-program meningkatkan Stice, Earl K., James D. Stice dan K. Fred
pengembangan strategi ekonomi kreatif Skousen. 2004. Akuntansi Intermediate,.
agar lebih tepat sasaran sehingga Edisi Lima Belas, Buku 1, Alih Bahasa
pemerintah akan lebih mengetahui oleh Salemba Empat, Salemba.
kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi Sudaryanti. (2000). “Pengaruh Modal Usaha,
oleh masyarakat. Motivasi Kerja, dan Strategi Pemasaran
c) Pedagang kaki lima sekitar Sentra Pasar terhadap Laba Usaha Pedagang Kaki
Ikan Bulak perlu aktif berperan dalam Lima Makanan dan Minuman (Studi
program-program yang di jalankan Kasus di Lingkungan Universitas
pemerintah. sehingga akan muncul Wangsa Manggala ” Skripsi Tidak
keseimbangan antara upaya pemerintah Diterbitkan. FIS UNY.
dalam pemberdayaan masyaarakat dan Weygandt, J. J., & Warfield, T. D (2011).
juga masyarakat dalam upaya Intermediate Accounting Volume 1 IFRS
pembangunan Edition. United States of America
d) Masyarakat perlu ikut mengawasi :Wiley.
jalannnya berbagai upaya pemerintah Prasetya, Catur. 2012. Walikota Tri Rismaharini
dalam program-program meningkatkan Resmikan Sentra Ikan Bulak (SIB).
pengembangan strategi ekonomi kreatif (Online). Surabaya:
agar lebih terjalin komunikasi yang baik www.lensaindonesia. com, diakses
antara pemerintah dan juga masyarakat tanggal 4 Mei 2015.
sendiri.
http://focusomarketresearch.blogspot.co.id/2014/
03/tulisan.html

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 365
Membangun Budaya
Inovatif dan Kompetitif
PERAN MODAL SOSIAL DALAM DIFUSI INOVASI
TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI (TSHE):
Studi Kasus Di Dusun Bleder, Desa Sidoharjo,
Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta
Ishelina Rosaira, Hartiningsih, Wati Hermawati
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI
Jl. Gatot Subroto no. 10 Jakarta 12710

Keyword ABSTRACT
social capital, diffusion, Healthy Energy Efficient Furnace (TSHE) is a substitute for a furnace that has
cooperation, TSHE been used in the village but are healthier, more fuel efficient, and more efficient
use of time to cook. TSHE is an innovation of traditional stoves developed by
the NGO Yayasan Dian Desa. This needs to be diffused TSHE to rural
communities so that the villagers want to change the use of traditional stoves to
TSHE. In diffuse TSHE much needed social capital support. The purpose of this
paper wants to study the factors that influence the social capital in the
successful diffusion of innovation TSHE chimneys at the community level with a
focus of study in the hamlet Bleder, Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo. The
method used is qualitative method with case study approach to identify aspects
of social capital in the community in the hamlet Bleder. The analysis was done
descriptively to explain the situation or the actual situation on the existence of
social capital in the diffusion of innovation TSHE at selected locations. The
data used is data from the research that has been done in 2013, 2014 and 2016.
The results show that social capital in the diffusion of innovation TSHE showed
positive results, such as the emergence of community participation in the use
TSHE, the amount of trust in an agent of change and TSHE use of technology, a
culture of mutual aid in the repair if problems occur in the use TSHE, the
emergence of a sense of togetherness and cooperation in the purchase TSHE, by
way of a social gathering. We have already succeeded in diffusing TSHE
chimneys that initially only Bleder hamlet, village Sidoharjo, Kulon Progo
Yogyakarta and now in the village Sidoharjo already 14 hamlets of 18 hamlets
using TSHE chimneys. In addition, diffusion TSHE chimneys also been to
Magelang district, Kebumen, and Purworejoterms of quality (innovation) and
increased value-added new products.
Kata Kunci SARI KARANGAN
modal sosial, difusi, Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) merupakan pengganti tungku yang sudah biasa
TSHE, Kulon Progo digunakan di desa tetapi lebih sehat, lebih hemat bahan bakar, dan lebih hemat waktu
yang digunakan untuk memasak. TSHE ini merupakan inovasi dari tungku tradisional
yang dikembangkan oleh LSM Yayasan Dian Desa. TSHE ini perlu didifusikan ke
masyarakat perdesaan supaya masyarakat desa mau merubah penggunaan tungku
tradisional ke TSHE. Dalam mendifusikan TSHE sangat dibutuhkan modal sosial yang
mendukung. Modal sosial menurut hasil temuan BPS 2009, diidentifikasikan sebagai
jejaring sosial (social network). Tulisan ini mengidentifikasi peran modal sosial dalam
difusi inovasi tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) di tingkat masyarakat dengan fokus
studi di wilayah Kulon Progo. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
untuk mengidentifikasi aspek modal sosial di dalam masyarakat, terdiri dari adanya
partisipasi, kerja sama, saling peduli, hubungan timbal balik, kepercayaan, dan norma
kepercayaan timbal balik, serta keterikatan hubungan sosial masyarakat yang terlibat
yang dapat dilihat dalam tiga tipologinya, yaitu modal sosial sebagai perekat warga
komunitas, penyambung/jembatan, dan koneksi/akses. Analisis dilakukan secara
deskriptif untuk menjelaskan kondisi atau situasi aktual terhadap keberadaan modal
sosial dalam difusi inovasi TSHE di lokasi terpilih. Hasil analisis memperlihatkan bahwa
modal sosial dalam difusi inovasi TSHE menunjukkan hasil positif, antara lain seperti
munculnya partisipasi masyarakat dalam penggunaan TSHE, besarnya kepercayaan pada
agen perubahan dan penggunaan teknologi TSHE, munculnya budaya gotong royong
dalam memperbaiki jika terjadi masalah dalam penggunaan TSHE, munculnya rasa
kebersamaan dan kerja sama dalam pembelian TSHE dengan cara arisan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

366 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN tungku. Dan juga ada dampak sosialnya, yaitu
dapat meningkatkan keterampilan penduduk
Tungku sudah biasa digunakan di
khususnya dalam pembuatan tungku serta
Indonesia, khususnya di perdesaan. Tungku
meningkatkan perilaku sehat masyarakat dengan
tradisional ini biasanya menggunakan bahan
minimalisir interaksi dengan asap. Dengan
bakar padat seperti kayu, arang, dan biomassa
adanya dampak ekonomi dan sosial dalam
padat lainnya. Bahan bakar ini menghasilkan
penggunaan TSHE akan dapat membantu
asap yang mengandung racun sehingga dapat
masyarakat pengguna untuk keluar dari
pencemari udara di dalam dan di luar rumah
kemiskinan.
mereka (ASTAE, 2013). Asap yang dikeluarkan
mempunyai dampak negatif pada kesehatan, Untuk mengubah penggunaan tungku tradisional
antara lain berbagai penyakit yang berkaitan ke TSHE bercerobong sangatlah perlu dilakukan
dengan pernapasan (ISPA), katarak, dan bahkan difusi inovasi TSHE kepada masyarakat. Tujuan
kanker paru-paru (WHO, 2012). Dampak negatif utama dalam melakukan difusi inovasi TSHE
ini terutama lebih banyak menimpa pada kepada masyarakat adalah untuk
perempuan dan anak-anak yang paling banyak mengkomunikasikan dan menyebarluaskan
menghabiskan waktu di dapur setiap kelebihan mengggunakan TSHE serta kelemahan
harinya, karena pada umumnya, kaum wanita lah dalam penggunaan tungku tradisional. Proses
yang bertanggung jawab pada urusan memasak difusi merupakan bagian dari proses perubahan
makanan bagi keluarga setiap harinya maupun sosial (Rogers dan Shoemaker, 1971; Mulyana,
dalam industri kecil (industri rumah tangga). 2009; Hartiningsih, 2015). Dan, difusi inovasi
Selain itu, tungku tradisional pada umumnya merupakan proses dimana ide/gagasan
tidak efisien karena tungku ini masih memiliki baru dikomunikasikan kepada anggota sistem
celah lubang, sehingga api tungku dapat keluar, sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu
dan proses pemasakan kurang sempurna. perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari
Akibatnya, waktu yang digunakan untuk masak adopsi atau penolakan inovasi. Sedang menurut
lebih lama. Roger (1961, dalam Hartiningsih, 2015), bahwa
difusi inovasi pada dasarnya menjelaskan proses
Dengan adanya beberapa dampak negatif
bagaimana suatu inovasi dikomunikasikan
tersebut, perlulah menggantikan tungku
melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu
tradisional dengan Tungku Sehat Hemat Energi
kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
(TSHE) bercerobong. TSHE ini merupakan
Sehingga dalam difusi inovasi, saluran
tungku yang sudah dimodifikasi dari tungku
komunikasi memegang peranan yang penting.
tradisional, yang memiliki penutup celah pada
Dalam mendifusikan TSHE, dengan adanya
lubang kuali serta mempunyai cerobong yang
komunikasi yang baik dan jelas akan mengubah
digunakan untuk membuang asap keluar dapur.
sikap atau perilaku penerima secara personal.
Dan, akibatnya asap tidak mengepul di dapur dan
Selain komunikasi langsung dan jelas dalam
ruang lain sehingga dapur menjadi bersih dan
mendifusikan TSHE kepada masyarakat
sehat. Selain itu, waktu yang digunakan untuk
perdesaan, diperlukan komunikasi langsung
masak lebih sedikit sehingga ibu-ibu dapat
kepada masyarakat dengan menggunakan bahasa
menggunakan waktu untuk mengurus anak-
yang mudah dimengerti masyarakat desa.
anaknya atau melakukan pekerjaan yang lain.
Di Dusun Nglambur, Kulon Progo yang menjadi
Selain dampak kesehatan dari hasil
daerah penelitian kami, untuk mempermudahkan
penelitian Rifan Hardian (2013) bahwa
komunikasi tersebut dipergunakan cara visual
implementasi program TSHE mempunyai
dengan gambar serta praktek membuat tungku
dampak ekonomi, yaitu adanya penghematan
oleh agen perubahan. Difusi inovasi ini dilakukan
penggunaan kayu bakar, peningkatan stok kayu
kepada masyarakat melalui ibu-ibu kelompok
bakar untuk dijual kepada pengepul, juga
wanita tani, kelompok pengajian, dan pertemuan
memberikan alternatif pekerjaan bagi sebagian
rukun desa. Kulon Progo merupakan salah satu
orang yang bekerja sebagai teknisi pembuat
Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 367
Yogyakarta yang terletak di bagian barat, dan laporan yang dikeluarkan oleh institusi terkait
terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan, dengan tungku, laporan penelitian. Data primer
dan 917 dukuh. Salah satu kecamatan di Kulon didapat dari hasil wawancara dengan responden
Progo adalah kecamatan Samigaluh dengan 7 yang terkait dalam pemanfaatan dan inovasi
desa dan salah satunya desa Sidoharjo (Data tungku, baik yang dilakukan oleh pengguna, agen
Kependudukan Kulon Progo, 2013). Dusun perubahan, maupun agen pengembang
Bleder mempunyai penduduk sebanyak 48 KK. masyarakat seperti LSM Yayasan Dian Desa
Sebagian besar penduduk Sidoharjo, Kulon (YDD). Selain itu juga dilakukan observasi
Progo sebagai produsen gula merah dan gula dengan melakukan pengamatan langsung di
semut yang menggunakan tungku tradisional lapangan terkait sosialisasi, promosi,
dengan bahan bakar kayu yang diambil dari penggunaan, dan inovasi tungku, baik yang
kebun milik sendiri atau dari hutan sekitar. Di dilakukan oleh pengguna, maupun yang
dusun Bleder, mempunyai Kelompok Wanita dilakukan oleh produsen tungku. Analisis
Tani (KWT) Nusa Indah, yang terdiri dari 15 dilakukan secara deskriptif untuk menjelaskan
orang. KWT ini melakukan pertemuan anggota kondisi atau situasi aktual terhadap keberadaan
sebulan sekali, setiap tanggal 20 (Hartiningsih, modal sosial dalam difusi inovasi TSHE
2014). cerobong di lokasi terpilih.
Supaya mendifusikan TSHE berhasil dengan baik
sangat dibutuhkan modal sosial yang
STUDI PUSTAKA
mendukung. Modal sosial menurut hasil temuan
BPS 2009, diidentifikasikan sebagai jejaring Difusi Inovasi dan Agen Perubahan
sosial (social network). Jejaring sosial ini dapat Difusi inovasi merupakan proses sosial yang
terbentuk di dalam kelompok yang formal mengkomunikasikan informasi tentang ide baru
maupun tidak formal yang mendorong setiap yang dipandang secara subyektif (Roger, 1961
anggota untuk bekerja sama berdasarkan dalam Mulyana, 2009). Dan menurut Roger
kepercayaan (trust). Menurut Mawardi (2007 (1983), dimana suatu inovasi yang
dalam Wahyudi, 2013) dalam jejaring sosial ini dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam
dipengaruhi oleh lima unsur pokok dalam modal jangka waktu tertentu diantara para anggota
sosial berdasarkan pengertian modal sosial yang dalam suatu sistem sosial. Sedangkan menurut
telah ada yaitu: 1). Partisipasi dalam suatu Parker (1974 dalam Mulyana, 2009), bahwa
jaringan, 2). Saling tukar kebaikan, 3). Rasa difusi sebagai suatu proses yang berperan
percaya, 4). Norma sosial, dan 5). Nilai kerja memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau
sama. Modal sosial terutama yang berkaitan proses ekonomi dan juga merupakan suatu
dengan nilai-nilai dari suatu jaringan kerja tahapan dalam proses perubahan teknis. Lebih
(network) yang mengikat orang-orang tertentu lanjut Roger mengatakan bahwa difusi adalah
(yang biasanya memiliki kesamaan tertentu, suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus
seperti kesamaan pekerjaan, kesamaan tempat berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan
tinggal, kesamaan suku, agama, dan sebagainya), yang berupa gagasan baru.
serta bersifat menjembatani (bridging) antar
orang-orang yang berbeda, dengan suatu norma Proses difusi inovasi menurut pemikiran Rogers
pertukaran timbal balik (reciprocity). Tujuan terdapat empat elemen pokok, yaitu (1) Inovasi;
tulisan ini ingin mengkaji faktor-faktor modal gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap
sosial yang mempengaruhi dalam keberhasilan baru oleh seseorang; (2) Saluran komunikasi;
difusi inovasi TSHE Cerobong. (3) Jangka waktu dalam proses keputusan untuk
menerima atau menolak inovasi, dari mulai
Tulisan ini menggunakan data dari hasil seseorang mengetahui sampai memutuskan; dan
penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2013, (4) Sistem sosial yang merupakan kumpulan
2014, dan 2016. Data yang digunakan adalah data unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
sekunder dan data primer. Data sekunder antara dalam kerja sama untuk memecahkan masalah
lain berasal dari data majalah ilmiah, jurnal, dalam rangka mencapai tujuan bersama.

368 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Faktor penting keberhasilan dalam difusi Masyarakat akan mendapat manfaat umum dari
inovasi adalah faktor komunikasi. Karena modal sosial, antara lain (a) modal sosial
komunikasi sebagai ’alat’ untuk menyampaikan memungkinkan masyarakat memecahkan
pesan-pesan inovasi dari sumber kepada masalah-masalah bersama dengan lebih mudah,
masyarakat sebagai penerima inovasi tersebut. (b) modal sosial menumbuhkan rasa saling
Sedang aktor yang menjadi pemandu proses percaya dalam hubungan sosial untuk
berjalannya difusi inovasi adalah seseorang atau mewujudkan kepentingan bersama, dan (c) modal
sekelompok yang berasal dari lokal dan biasa sosial memungkinkan terciptanya jaringan kerja
disebut agen perubahan lokal (local change sehingga mudah mendapat informasi Putman
agent). Agen perubahan adalah individu atau (2000; Yulizar, 2007; Kusbiantono, 2009;
seseorang yang mempunyai tugas untuk Hartiningsih, 2011) mengatakan bahwa dengan
mempengaruhi target atau sasaran perubahan adanya. Hasil sintesa dari Kusumawati (2016)
supaya difusi inovasi dpat berjalan sesuai yang berdasarkan definisi modal sosial dari beberapa
diharapkan (Roger, 2003). Menurut Soekanto ahli bahwa modal sosial di dalam masyarakat
(1992), bahwa agen perubahan adalah seseorang akan dibentuk oleh beberapa komponen, yaitu
atau sekelompok orang yang mendapat adanya partisipasi, kerja sama, saling peduli,
kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih adanya hubungan timbal balik, kepercayaan,dan
dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agen norma kepercayaan timbal balik. Menurut
perubahan menurut Rogers dan Shoemaker, 1971 Michael Woolcock (dalam Narulita, 2013) modal
(dalam Mulyono, 2009), adalah sejumlah orang- sosial dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu 1)
orang yang mempelopori, menggerakkan, dan pengikat, perekat (bonding social capital), 2)
menyebarluaskan proses dalam usaha-usaha penyambung atau menjabatani (bridging social
pembangunan suatu masyarakat. Tujuan tugas capital), dan 3) pengait/koneksi/jaringan
utama agen perubahan dalam melaksanakan (lingking social capital). Ketiga modal ini
difusi inovasi, antara lain 1) Menumbuhkan merupakan kekuatan dari modal sosial.
keinginan masyarakat untuk melakukan
Salah satu faktor yang dapat menentukan
perubahan; 2) Membina suatu hubungan dalam
keberhasilan difusi inovasi TSHE ini adalah
rangka perubahan (change relationship); 3)
modal sosial, menurut Cohen dan Prusak L.
Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh
(2001 dalam Kusbiantono, 2009; Widjajanti,
masyarakat; 4) Menciptakan keinginan
2016) mengatakan bahwa modal sosial pada
perubahan di kalangan klien; 5) Menterjemahkan
setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh rasa
keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan
kepercayaan, saling pengertian, kesamaan nilai
yang nyata; 6) Menjaga kestabilan perubahan dan
dan perilaku yang mengikat anggota dalam
mencegah terjadinya drop-out; dan 7) Mencapai
sebuah jaringan kerja atau kelompok yang
suatu terminal hubungan.
memungkinkan adanya kerja sama secara efisien
dan efektif. Modal sosial akan lebih menekankan
Modal Sosial pada potensi kelompok dan pola hubungan antar
individu dalam suatu kelompok. Inti dari modal
Modal sosial adalah serangkaian nilai dan norma
sosial adalah bagaimana anggota kelompok
informal yang dimiliki bersama di antara para
saling bekerja sama, percaya untuk membangun
anggota suatu kelompok yang memungkinkan
suatu jaringan guna mencapai tujuan yang
terjalinnya kerja sama di antara mereka
diinginkan. Selain kerja sama juga dibutuhkan
(Fukuyama, 1995 dalam Kusbiantono, 2009).
kemampuan berkomunikasi yang dapat
Modal sosial sebagai suatu rangkaian proses
membangun jaringan informasi inovasi dan
hubungan antar manusia yang ditopang oleh
pengambilan keputusan dalam menerima inovasi
jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial
tersebut. Dengan adanya modal sosial dapat
yang memungkinkan efisien dan efektifnya
meningkatkan interaksi, komunikasi, dan
koordinasi dan kerja sama untuk keuntungan dan
jaringan kerja sama yang baik sehingga dapat
kebajikan bersama (Eva Cox dalam Hasbullah,
mempengaruhi keberhasilan difusi inovasi TSHE.
2006; Supono, 2011; Abdullah, 2013).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 369
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Partisipasi
Penggantian tungku tradisional ke TSHE Pada awalnya tungku yang digunakan
bercerobong untuk masyarakat yang tinggal di masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga
pedesaan terutama di dusun Nglambur, Sidorejo, maupun untuk membuat gula merah atau gula
Kulon Progo telah diupayakan. Dengan semut di dusun Bleder Kulon Progo adalah
penggunaan TSHE masyarakat bisa tungku tradisional yang masih banyak asap
meminimumkan dampak terkenanya penyakit yang mengepul di dapur. TSHE ini
diperkenalkan dalam kelompok wanita tani
ISPA dan kotornya dapur bagi masyarakat yang
(KWT) oleh ketua KWT sebagai agen
menggunakan tungku tradisional. Selain itu, juga perubahan dan dibantu oleh LSM Yayasan
dapat mengurangi waktu yang digunakan untuk Dian Desa. Dengan adanya kesamaan tujuan,
memasak bagi rumah tangga maupun industri yaitu demi kesehatan, kebersihan dapur,
gula merah atau gula semut. waktu yang digunakan untuk memasak lebih
singkat, serta lebih irit penggunaan kayu
Untuk meningkatkan penggunaan TSHE bakar, sehingga masyarakat terutama yang
diperlukan adanya difusi inovasi ke masyarakat. ikut KWT telah mengganti tungku tradisional
Menurut Kusumawati (2016) bahwa peran modal dengan menggunakan TSHE bercerobong.
sosial diprediksi akan mempercepat terjadinya Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh
proses difusi inovasi dalam masyarakat. Dengan kelompok ini adalah melakukan arisan untuk
pembelian TSHE ini yang dilakukan setiap
adanya difusi inovasi akan terjadi knowledge
pertemuan rutin bulanan. Dengan cara begini
transfer dengan melalui keberadaan modal sosial supaya semua anggota kelompok bisa
masyarakat perdesaan dan keberadaan modal menggunakan TSHE bercerobong.
sosial akan menumbuhkan inovasi dan difusi
inovasi. Dengan melihat keuntungan dalam
Difusi inovasi TSHE cerobong dusun menggunakan TSHE yang dikomunikasikan
Bleder dilakukan secara informal, karena pengguna kepada tetangga lainnya atau ke
pada awalnya agen perubahan mempunyai sanak saudaranya semakin banyak masyarakat
inisiatif sendiri yang dibantu oleh yang ikut menggunakan tungku tersebut.
kelompok bapak-bapak dan ibu-ibu untuk Keberhasilan difusi ini TSHE bercerobong ini
melakukan kegiatan perbaikan dapur tidak lepas dari peranan agen perubahan yang
bersih bagi masyarakat dusun tersebut. memberikan penyuluhan di tempat pertemuan
Untuk mencapai tujuan tersebut, salah petani baik yang formal maupun tidak formal
satu perubahan yang dilakukan agen serta adanya bantuan LSM Yayasan Dian
perubahan adalah penggantikan Desa yang membantu memberi pengetahuan
penggunaan tungku tradisional dengan tentang kelebihan TSHE ini dan pemberian
TSHE cerobong pada masyarakat setelah dana bergulir dalam pembelian tungku
diskusi dengan YDD. Alasan agen tersebut. Pada awalnya peran agen perubahan
perubahan menggunakan TSHE cerobong, dan YDD sangat besar dalam mendifusikan
yaitu akan membuat dapur bersih tanpa TSHE ini, tetapi setelah anggota kelompok
adanya asap yang keluar dari tungku. dianggap bisa menularkan ke orang lain
Selain itu, kegiatan yang dilakukan di terutama anggota kelompok dan tetangga,
Bleder juga bukan merupakan program maka agen perubahan tersebut dan bersama-
dari YDD. sama dengan YDD mendifusikan TSHE
Modal sosial dalam tulisan ini dilihat dari unsur cerobong ke dusun lain bahkan ke kabupaten
pokok yang terdapat pada modal sosial lainnya. Hal ini terbukti bahwa saat ini sudah
(Mawardi, 2007 dalam Wahyudi, 2013; berhasil mendifusikan TSHE cerobong yang
Kusumawati, 2016; Widjajanti, 2016), yang awalnya hanya dusun Bleder, desa Sidoharjo
menyatakan terdapat beberapa unsur pokok dan sekarang sudah sampai ke Kabupaten
dalam modal sosial berdasarkan pengertian Magelang, Kebumen, dan Purworejo. Dan, di
modal sosial yang telah ada yaitu: Desa Sidoharjo sudah 14 dusun dari 18 dusun
yang menggunakan TSHE cerobong (hasil

370 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
wawancara per telepon dengan agen menggunakan TSHE ini terjadi karena adanya
perubahan ibu P tanggal 19/09/2016). komunikasi yang dilakukan oleh anggota
kelompok dalam pertemuan rutin bulanan
b. Hubungan Timbal balik secara formal ataupun secara informal.

Dalam hubungan timbal balik di dusun d. Norma Sosial


Bleder, anggota kelompok mempunyai rasa
saling membantu antar kelompok, contohnya TSHE cerobong digunakan secara mandiri di
dengan mengadakan arisan oleh anggota setiap keluarga. Kelompok pengguna TSHE
kelompok KWT dalam pembelian TSHE adalah petani gula merah/gula semut,
bercerobong. Dalam hubungan timbal balik, sehingga pendapatan mereka tidak banyak dan
semangat untuk membantu dan mereka tidak bisa membeli TSHE
mementingkan kepentingan orang lain sudah bercerobong tanpa dilakukan arisan ataupun
biasa dilakukan dalam masyarakat perdesaan. mendapatkan dana bergulir. Norma sosial
Dan semangat membantu orang lain ini tidak dalam pembelian TSHE ini diatur dan dibuat
mengharapkan imbalan. bersama serta telah disepakati bersama oleh
kelompok, sehingga diharapkan semua
Setelah masyarakat pengguna TSHE cerobong anggota kelompok mentaati norna tersebut.
merasakan manfaat dan keuntungannya, Supaya semua anggota kelompok dapat
dengan semangat membantu orang lain menggunakan TSHE ini, maka dibutuhkan
supaya orang lain juga ikut merasakan kebersamaan dan kerja sama antar kelompok
kebaikan yang mereka rasakan, maka mereka yang harmonis.
mengkomunikasikannya ke tetangga ataupun
saudaranya yang masih menggunakan tungku Dalam menjaga rasa keharmonisan antar
tradisional. Proses penyebaran informasi anggota biasanya sudah tertanam pada
tentang keuntungan dalam penggunaan TSHE kehidupan bermasyarakat di perdesaan,
ini lebih sering dilakukan secara tidak resmi, misalnya rasa kerja sama. Norma-norma ini
yaitu dari mulut ke mulut tetapi ada juga yang masih terjaga di dusun Bleder pada waktu
dilakukan secara lebih resmi, yaitu waktu penelitian, hal ini diperlihatkan dengan
arisan bulanan, pertemuan RT, pengajian, atau kehadiran anggota kelompok pada waktu
atas permintaan dari dusun lain. adanya pertemuan kelompok dan adanya
saling membantu dalam pembelian TSHE di
c. Kepercayaan dalam KWT Petani.

Kepercayaan atau rasa percaya merupakan e. Nilai Kerja Sama


salah satu faktor yang penting dalam
mendifusikan suatu inovasi. Kepercayaan Budaya dan kerja sama sudah biasa dan
dapat diklasifikasikan menjadi dua hal yaitu tertanam dalam kehidupan masyarakat
rasa percaya terhadap manfaat penggunaan Indonesia. Apalagi masyarakat yang
teknologi dan rasa percaya terhadap sesama mempunyai kehidupan di perdesaan, yang
anggota kelompok (Wahyudi, 2013). dalam kesehariannya memiliki nilai hidup
Kepercayaan terhadap TSHE bercerobong
seperti gotong royong dan kebersamaan.
oleh masyarakat desa setelah merasakan
keuntungan dan manfaatnya dalam Apalagi semangat gotong royong dan
penggunaan TSHE tersebut, karena hampir kebersamaan juga sudah dicantumkan dalam
semua orang terutama yang di perdesaan kehidupan masyarakat Indonesia yang
bahwa mereka tidak akan percaya sebelum dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar
merasakan sendiri. Hal seperti ini di dalam 1945.
difusi inovasi disebut ..... Dan, proses
mengkomunikasikan informasi tentang Nilai kerja sama atau gotong royong tampak
keunggulan TSHE ini diberikan langsung oleh dari kebersamaan muncul saat membantu
anggota kelompok yang telah menggunakan anggota kelompok KWK petani di dusun
TSHE sehingga membuat anggota kelompok Bleder dalam bentuk arisan dalam pembelian
lain lebih yakin dan percaya sehingga TSHE TSHE cerobong supaya setiap anggota
cerobong mudah dan cepat diterima.
Kepercayaan antar anggota kelompok dalam kelompok dapat merasakan manfaat dari
penggunaan TSHE.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 371
PENUTUP rutin bulanan oleh kelompok secara formal
ataupun secara informal; d) Norma sosial. Dalam
Berdasarkan pada temuan dari penelitian ini
pembelian TSHE di dusun Bleder dilakukan
dapat disimpulkan bahwa modal sosial pada
dengan cara arisan bulanan. Supaya semua
dusun Bleder, desa Sukoharjo, Samigaluh, Kulon
anggota kelompok dapat menggunakan TSHE
Progo dalam mendifusikan inovasi TSHE
ini, maka dibutuhkan kebersamaan dan kerja
cerobong pada awalnya hanya merupakan
sama antar kelompok yang harmonis, yang diatur
kegiatan informal yang dilakukan oleh agen
dalam norma-norma sosial yang telah dibuat,
perubahan yang dibantu oleh kelompok baik
diatur, dan disepakati bersama ; dan e) Nilai kerja
bapak-bapak maupun ibu-ibu dusun untuk
sama. Budaya dan kerja sama sudah biasa dan
mensukseskan inisiatifnya dalam melakukan
tertanam dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
kegiatan perbaikan dapur supaya dapurnya
terutama masyarakat yang mempunyai kehidupan
menjadi bersih.
di perdesaan. Hidup bergotong royong dan
Untuk keberhasilan kegiatan ini, agen perubahan kebersamaan di dusun Bleder muncul dalam
mendiskusikan dengan YDD dan salah satu yang pembelian TSHE, yaitu dengan cara arisan yang
menjadi faktor perubahan dapur bersih ini dengan dilakukan setiap bulan.
menggantikan tungku tradisional dengan TSHE
cerobong. Setelah melihat keuntungan dan
manfaat penggunaan TSHE cerobong, agen PUSTAKA
perubahan dan dibantu oleh kelompok wanita
Amalia, Rika dan Dewi Sawitri, 2016. Modal
tani Nusa Indah melakukan difusi inovasi TSHE Sosial Dalam Mendukung Difusi Inovasi
cerobong kepada tetangga yang tidak ikut Pemasaran Hortikultura Sebagai Basis
kelompok maupun saudaranya atau orang lain Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi
dusun. kasus: Desa Cisondari, Pasir Jambu,
Kabupaten Bandung dan Desa Cibodas,
Keberhasilan dalam mendifusikan inovasi TSHE Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
cerobong dipengaruhi oleh lima faktor modal Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
sosial yang ada di masyarakat dusun Bleder, Bandung, 20 Januari 2016.
yaitu a) Partisipasi. Bentuk partisipasi yang Sappk.itb.ac.id/jkwk 2/wp.../artikel....
dilakukan oleh kelompok ini adalah melakukan Diakses 19/07/2016
arisan untuk pembelian TSHE ini yang dilakukan Abdullah, Suparman, 2013. Potensi dan
setiap pertemuan rutin bulanan. Tujuan dari Kekuatan Modal Sosial Dalam Suatu
partisipasi ini adalah untuk merealisasikan tujuan Komunitas. Jurnal Sosiologi Vo. 12
Number 1, Januari 2013. Journal.unhas.
bersama yaitu menggunakan TSHE bercerobong
ac.id/index.php/socius/article..... Diakses
untuk semua anggota kelompok KWT di dusun 15/07/2016
Bleder; b) Hubungan timbal balik. Hubungan
Asia Sustainable and Alternative Energy Program
timbal balik yang dilakukan di dusun Bleder
(ASTAE), 2013. Indonesia: Menuju Akses
adalah adanya rasa saling membantu antar Universal Memasak Bersih Tanpa Polusi.
kelompok, contohnya dengan mengadakan arisan Rangkaian Pertukaran Pengetahuan
oleh anggota kelompok KWT dalam pembelian Inisiatif Tungku Sehat Hemat Energi di
TSHE bercerobong; c) Kepercayaan, dapat Asia Timur dan Pasifik. Washington, DC:
dilihat dalam dua hal, pertama rasa percaya Bank Dunia.
terhadap manfaat penggunaan TSHE Hasbullah, Jousairi, 2006. Sosial Capital (Menuju
bercerobong oleh masyarakat desa setelah Keunggulan Budaya Manusia Indonesia).
merasakan keuntungan dan manfaatnya dalam Jakarta: MR United Press.
penggunaan TSHE tersebut. Kalau dalam difusi Hartiningsih, 2015. Jejaring dalam Difusi Inovasi
inovasi disebut...... Kedua, adanya rasa Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE).
kepercayaan antar anggota kelompok dalam Kasus: Kulon Progo D.I. Yogyakarta.
menggunakan TSHE bercerobong karena Jurnal Pekomas Vo. 18 no. 2 (73 – 150).
Makasar, Agustus 2015.
komunikasi yang dilakukan dalam pertemuan

372 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Hartiningsih dan Wati Hermawati, 2014. Life”. The American Prospect, Vol. 4. No.
Tantangan Keberlanjutan Difusi dan 13.
Adopsi Tungku Sehat Hemat Energi
Rogers, Everett M, 1961, 1983, 2003. Diffusions
(TSHE): Studi Kasus Kabupaten Kulon
of Innovation. New York: Tree Press. A
Progo, Yogyakarta. Prosiding Forum
Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Rifan Hardian, 2013. Kajian Implementasi
Teknologi dan Inovasi (IPTEKIN) 2013. Program Jolentho - Tungku Sehat Hemat
PAPPIPTEK LIPI. Energi (TSHE) di Desa Sidoharjo
Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon
Hartiningsih dan Sigit Setiawan, 2011. Pengaruh
Progo –Yogyakarta. Tesis.
Modal Sosial Dalam Membangun
pustaka.unpad.ac.id/.../2013/.../tesis_rifan-
Kemandirian Desa Mandiri Energi.
_kajian_imp.
Prosiding Forum Tahunan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi Soekanto, S., 1992. Teori Sosiologi tentang
(IPTEKIN) 10 Oktober 2011. PAPPIPTEK Perubahan Sosial. Rajawali. Jakarta.
LIPI Supono, Boedyo, 2011. Peranan Modal Sosial
Kusbiantono, Hartiningsih, Ishelina R., 2009. Dalam Implementasi Manajemen dan
Pengaruh Modal Sosial Terhadap Bisnis. Jurnal Ekonomi dan
Kreativitas Kelompok Proyek Penelitian Kewirausahaan Vo. 11, No. 1, April 2011:
dan Pengembangan. Pappiptek LIPI. LIPI 10 – 16. Dowload.portalgaruda.org/
Press. article.php.... Diakses 14/07/2016.
Kusumawati, Shinta, dan Dewi Sawitri, 2016. Supratiwi, S, 2012. Peranan Modal Sosial Dalam
Hubungan Antara Modal Sosial dengan Miningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Difusi Inovasi Sebagai Basis Desa Bendar, Kecamatan Juwana,
Pengembangan Ekonomi Lokal di desa Kabupaten Pati. E-journal Undip vol. 3,
Penghasil Hortikultura Kabupaten no. 1 April 2012.
Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Ejournal.undip.sc.id/index.php/politika/arti
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota cle..... Diakses 30 Juli 2016.
Bandung, 20 Januari 2016. World Health Organization (WHO), 2012.
Sappk.itb.ac.id/jkwk 2/wp.../artikel.... Burden of Disease from Household Air
Diakses 19/07/2016 Pollution for 2012. Summary of Results.
Muslimah, Maratul; Roza Yulida, Eri Sayamar, Wahyudi, Jatmiko, 2013. Peranan Modal Sosial
2015. Analisis Modal Sosial Dalam Dalam Mengembangkan Teknologi Biogas
Program Pemberdayaan Masyarakat Di di Kabupaten Pati.
Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang litbang.patikab.go.id/.../160-peranan-
Kabupaten Kampar. Jom Faperta Vol. 2 modal-sosial... Diakses 05 Juli 2016.
No. 1 Februari 2015,
jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/... Widjajanti Mulyono Santoso, 2016. Ilmu Sosial
/5254. Diakses 12 Agustus 2016. di Indonesia. Perkembangan dan
Tantangan.
Mulyana, Slamet, 2009. Komunikasi https://books.google.co.id/books?isbn=979
Pembangunan. 4619361. Diakses 19/09/2016
Wsmulyana.wordpress.com/.../teori-difusi-
inovasi/ ...........2008. Pemetaan dan Pemanfaatan Modal
Sosial dalam Penanggungan Kemiskinan di
Narulita, Sari, 2013. Peran Modal Sosial Dalam Jawa Barat”. Lembaga Penelitian
Penguatan Kelembagaan Koperasi Universitas Padjadjaran. Bandung.
Nelayan. Proceeding Seminar Nasional pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../
“Pengembangan Masyarakat Berbasis pemetaan_dan_pemanfaatan.
Modal Sosial”. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Negeri
Yogyakarta. 4 Mei 2013.
Putnam, R. D., 2000. The Prosperous
Community: Social Capital and Public

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 373
Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif Melalui Perancangan
Perangkat Lunak Teknologi Pemantauan untuk Budidaya Laut
Developing Innovative and Competitive Culture Through Mariculture
Monitoring Software Design
Salasi Wasis Widyanto1*, Muhammad Agus2
1Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan, Puslitbang Sumber Daya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Ir. Soekarno No. 3 Patuno, Wangi-Wangi, Wakatobi, 93791
2Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan, Puslitbang Sumber Daya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Ir. Soekarno No. 3 Patuno, Wangi-Wangi, Wakatobi, 93791

Keyword ABSTRACT
numerical data, visual The software is a crucial part of running an electronic system. Its contribution to
data, software, syntax, the work of a hardware operation is very significant especially in support wireless
wireless telemetry telemetry technology design and visual numeric data integrated in an aquatic
environment that has never been implemented before. Responding to the challenge,
the software was designed for wireless telemetry technology to monitor marine
aquaculture output in the form of a mix of numerical data display and visual as one
variety of competitive technological innovations applied in the field of maritime
affairs and fisheries. The main software design consists of Bascom AVR, Arduino
Integrated Development Environment (IDE Arduino), and viewing software Visual
Basic. Design stage includes the installation of the main software on the PC, set up
electronic hardware, connectivity settings and jumper pin, initialization and
manipulation syntax of programming languages, performance testing and
synchronization. The results achieved are sightings of data of temperature, acidity,
turbidity levels, conductivity, salinity, amount of dissolved oxygen in seawater
measured, and visual display by underwater cameras placed below sea level.
Software for wireless technology and built-in visual numeric data that has been
designed and successfully created an innovation in the field of technology which is
expected to be competitive and entrenched that can trigger innovative sustainable
competitiveness
Kata Kunci SARI KARANGAN
data numeric, data visual, Perangkat lunak merupakan bagian yang amat krusial untuk menjalankan sebuah
perangkat lunak, sintaks, sistem elektronis. Kontribusinya terhadap operasional kerja sebuah perangkat keras
telemetri nirkabel sangatlah signifikan terutama dalam mendukung perancangan teknologi telemetri
nirkabel data numerik dan visual terintegrasi di lingkungan perairan yang belum
pernah diimplementasikan sebelumnya. Menjawab tantangan tersebut, dirancanglah
perangkat lunak teknologi telemetri nirkabel untuk memantau budidaya laut dengan
output tampilan berupa perpaduan data numerik dan visual sebagai salah satu
ragam inovasi teknologi kompetitif yang diterapkan di bidang kelautan dan
perikanan. Piranti lunak utama perancangan terdiri dari Bascom AVR, Arduino
Integrated Development Environment (Arduino IDE), dan perangkat lunak tampilan
Visual Basic. Tahapan perancangan meliputi instalasi perangkat lunak utama pada
PC, penyiapan perangkat keras elektronis, pengaturan konektivitas pin dan jumper,
inisialisasi dan manipulasi sintaks bahasa pemrograman, pengujian kinerja dan
sinkronisasi. Hasil yang dicapai yaitu tertampilnya data suhu, tingkat keasaman,
tingkat kekeruhan, konduktivitas, kadar garam, jumlah oksigen terlarut dalam air
laut yang diukur, dan data visual situasi bawah laut hasil baca kamera yang
ditempatkan di bawah permukaan laut. Perangkat lunak teknologi nirkabel data
numerik dan visual terintegrasi yang telah dirancang dan berhasil dibuat merupakan
inovasi di bidang teknologi yang diharapkan bersifat kompetitif dan membudaya
sehingga dapat memacu inovasi-inovasi kompetitif yang berkelanjutan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

374 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN dari peran perangkat lunak yang bekerja dan
Perangkat lunak merupakan bagian yang berperan penting di dalamnya. Serangkaian
amat krusial untuk menjalankan sebuah sistem teknologi yang saling terkait satu sama lain dan
elektronis. Kontribusinya terhadap operasional saling menyempurnakan ini menunjukkan bahwa
kerja sebuah perangkat keras sangatlah signifikan budaya inovasi berusaha ditumbuhkan menuju
terutama dalam mendukung perancangan inovasi yang kompetitif yang diharapkan semakin
teknologi telemetri nirkabel data numerik dan mudah dan terjangkau dalam aplikasinya.
visual terintegrasi di lingkungan perairan yang
belum pernah diimplementasikan sebelumnya. KERANGKA TEORI
Teknologi pemantauan perairan yang
A. Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif
dikembangkan mengacu pada kenyataan bahwa
Membangun berasal dari kata dasar
teknologi serupa yang telah ada hanyalah berupa
“bangun” yang merupakan kata kerja dari kata
pengukuran parameter yang masih bersifat
benda “pembangunan”. Shoemaker
parsial, baik data numerik saja atau hanya visual.
mengungkapkan pengertian pembangunan
Selain itu, teknologi nirkabel untuk transfer data
merupakan suatu jenis perubahan sosial dimana
video juga belum pernah diuji tingkat kualitas
ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem
visualisasi yang dihasilkan.
sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita
Menjawab tantangan tersebut, maka
dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui
dirancanglah perangkat lunak teknologi telemetri
metode produksi yang lebih modernisasi pada
nirkabel untuk memantau budidaya laut dengan
tingkat sistem sosial. Sedangkan Kleinjans
output tampilan berupa perpaduan data numerik
mendefinisikan pembangunan sebagai suatu
dan visual sebagai salah satu ragam inovasi
proses pencapaian pengetahuan dan keterampilan
teknologi kompetitif yang diterapkan di bidang
baru, perluasan wawasan manusia, tumbuhnya
kelautan dan perikanan. Inovasi yang menjadi
suatu kesadaran baru, meningkatnya semangat
acuan sebelumnya adalah sistem pemantauan
kemanusiaan, dan suntikan kepercayaan diri. Dari
lingkungan berbasis telemetri menggunakan
pengertian pembangunan di atas, dapat
mekanisme sistem microcontroller sebagai pusat
disimpulkan bahwa pengertian pembangunan
kendali dan teknologi GSM (Global System for
adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih
Mobile Communication) untuk transfer data
baik dalam lingkungan masyarakat (Nasution,
parameter fisik dan kimia oleh Dendy Mahabror.
2007), sehingga membangun berarti proses
Pengembangan selanjutnya dilakukan oleh
mengubah ke arah yang lebih baik dalam tatanan
Handy Chandra melalui desain buoy dan
komunitas tertentu.
perluasan daerah pemantauan. Teknologi serupa
Budaya atau “culture” adalah suatu sistem
yang menjadi acuan pula adalah teknologi ROV
terintegrasi perilaku yang dipelajari yang
(Remotely Operated Vehicles) menggunakan
merupakan karakteristik suatu kelompok
kamera pemantau berbasis kabel oleh Budhi
masyarakat (Hoebel, 1996). Budaya bukan
Gunadharma. Ketiga teknologi ini dikembangkan
produk yang diwariskan secara genetik atau
di Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi
biologis; budaya adalah sesuatu yang dipelajari
Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
atau ditiru. Budaya meresap ke seluruh lapisan
Hasil inovasi teknologi pemantuan untuk
masyarakat. Budaya mempengaruhi perilaku,
budidaya laut yang dikembangkan penulis berupa
pola pikir, aspirasi dan harapan, serta
integrasi tampilan output data numerik dan visual
mempengaruhi cara bagaimana seseorang
sekaligus dalam satu alat pun menginspirasi
mempersiapkan sikap untuk memulai sesuatu,
teknologi serupa dengan mengganti level nirkabel
atau untuk tidak melakukan sesuatu. Budaya
berbasis komunikasi point to point antenna
memandu kehidupan sehari-hari dalam cara yang
dengan level nirkabel berbasis android yang
tidak dicurigai.
tengah dikembangkan pula di Kementerian
Menurut Trenholm dan Jensen, pengertian
Kelautan dan Perikanan. Kesemuanya itu
budaya adalah seperangkat nilai, norma,
merupakan inovasi teknologi yang tak terlepas
kepercayaan dan adat-istiadat, aturan dan kode,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 375
yang secara sosial mendefinisikan kelompok- elektronika, khususnya transistor yang ditemukan
kelompok orang, mengikat mereka satu sama lain oleh tim insinyur dari AT & T’s Bell
dan memberi mereka kesadaran bersama. Dalam Laboratories; John Bardeen, Walter Brattain, dan
pandangan Trenholm dan Jensen, pemahaman William Shockley pada tahun 1947 dimana
budaya ini memandu kita untuk mempersepsi sebelumnya berupa tabung hampa udara (vacuum
dunia, bagaimana kita berpikir mengenai diri kita tube) dengan ukuran sekian puluh kali lipat lebih
sendiri dan hubungan kita dengan orang lain, besar. Kehadiran transistor yang memiliki
serta bagaimana kita menetapkan dan mencapai kesamaan fungsi dengan tabung hampa udara,
tujuan kita, dan bagaimana kita mempertukarkan tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil, lebih
pesan. Pengertian Budaya Menurut Geert ringan, konsumsi daya lebih kecil, lebih kuat, dan
Hofstede adalah pemrograman kolektif atas lebih murah untuk diproduksi, menjadikan
pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu penemuan ini sebagai inovasi yang bersifat amat
kategori orang dengan kategori lainnya. kompetitif. Bahkan menginspirasi lahirnya
(Mulyana, 2005) inovasi-inovasi lain sehingga dihasilkanlah
Berbicara tentang inovasi tentunya tidak sirkuit terpadu (Integrated Circuit/IC) yang
terlepas dari istilah invensi. Menurut Jewkes, merupakan kompilasi piranti elektronik yang
Sawer, dan Stillerman (1969), invensi saling berhubungan, terdiri dari komponen aktif
didefinisikan sebagai “the first confidence that yang bertugas memasok energi (tabung vakum
something should work, and the first rough test it dan transistor) dan komponen pasif yang bekerja
will, in fact, work” yang mempersyaratkan untuk menyerap energi seperti resistor, kapasitor,
adanya konsep awal, pembuktian, dan kegunaan dan induktor. Sirkuit terpadu terdiri dari puluhan
dari suatu invensi pada titik kulminasinya. ribu transistor dan elemen sirkuit lain yang dibuat
Adapun menurut Greer (1984), pengertian dalam substrat dari bahan inert. Bahan bisa
inovasi adalah “the first commercial application terbuat dari keramik atau kaca untuk film-
of invention” yang meliputi pematangan ide integrated circuit atau berupa silikon/ gallium-
dasar, uji prototipe, debugging, pengembangan, arsenide untuk Semiconductor Integrated Circuit
perekayasaan, produksi dan pemasaran awal. (SIC). Sirkuit ini berupa chips berbentuk kotak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi kecil dengan luasan sekitar 2-4 milimeter persegi
mengandung makna penemuan baru yang yang berisi ribuan komponen yang ditempatkan
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dengan pola yang tepat dan tujuan masing-
dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). masing jenis sirkuit menggunakan fotolitografi.
(Haryono, 2013). Penemuan baru yang Chips, microprosessor, dan microcontroller
berorientasi pada pasar atau publik akan merupakan inovasi lanjutan yang membudaya
menghasilkan inovasi yang bersifat kompetitif. setelah ditemukannya sirkuit terpadu ini.
Ide-ide kompetitif yang berbasis inovasi ini Pengertian kompetitif menjadi lebih mudah
memiliki peran yang amat besar dalam menjawab dipahami jika didefinisikan sebagai keunggulan
setiap permasalahan yang muncul dalam berbagai bersaing. Menurut Kotler (2001), pengertian
bidang kehidupan, tak terkecuali pula perannya keunggulan bersaing adalah keunggulan atas
amat signifikan dalam memacu perkembangan pesaing yang didapat dengan menyampaikan nilai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Budaya inovasi pelanggan yang lebih besar, melalui harga yang
kompetitif bidang teknologi yang dibangun telah lebih murah atau dengan menyediakan lebih
banyak melahirkan berbagai produk handal dan banyak manfaat yang sesuai dengan penetapan
multiguna bagi kemanfaatan umat manusia. harga yang lebih tinggi. Senada dengan itu Porter
Salah satu contoh fenomenal dari inovasi dalam Jatmiko (2004), menyatakan bahwa ada
adalah perkembangan teknologi di bidang tiga pilihan strategi generik yang dapat dilakukan
elektronika yang berjalan dengan cepat setelah untuk memperoleh keunggulan bersaing, yaitu:
ditemukannya bahan semikonduktor dari jenis strategi kepemimpinan biaya rendah (produk atau
Germanium (Ge) dan Silikon (Si). Bahan-bahan jasa dengan kualitas standar, tetapi biaya jauh
ini menjembatani inovasi besar-besaran dalam lebih rendah), strategi differensiasi (berbeda
efisiensi dan efektivitas komponen-komponen dalam hal-hal penting dan unik), dan strategi

376 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
fokus (special product for special segment, or for yang dapat diartikan bahwa software tidak dapat
special market). terlihat secara fisik, namun demikian, fungsi dan
juga keberadaan dari software ini dapat dirasakan
Oleh karena itu dapat dikonklusikan bahwa
dan sangat bermanfaat terutama bagi usernya.
yang dimaksud dengan membangun budaya
Wiwit Siswoutomo berpendapat bahwa yang
inovatif dan kompetitif adalah proses mengubah
dimaksud dengan software adalah sebuah nyawa
ke arah yang lebih baik dalam tatanan komunitas
dari komputer atau hardware. Tanpa adanya
tertentu melalui sesuatu yang dipelajari atau
software atau perangkat lunak ini, maka
ditiru sehingga menghasilkan penemuan bersifat
komputer hanyalah sebuah perangkat keras atau
baru berupa pematangan ide dasar, uji prototipe,
hardware yang mati dan sama sekali tidak
debugging, pengembangan, perekayasaan,
berguna untuk apapun dan siapapun. Fauziah
produksi dan pemasaran awal untuk memperoleh
juga menambahkan mengenai pengertian dari
keunggulan bersaing, baik unggul dalam cost
sebuah software. Menurutnya, software
biaya yang jauh lebih rendah dengan kualitas
merupakan sebuah program yang digunakan
standar, memiliki sisi berbeda dalam hal-hal
untuk memasukkan data, mengecek data,
penting dan unik, atau fokus pada segmen dan
menyimpan data, memperoleh hasil data,
pasar tertentu.
melakukan presentasi data, dan juga melakukan
B. Perangkat Lunak sebagai Bagian Krusial proses manipulasi pada data, yang dilakukan
dalam Sistem pada sebuah perangkat hardware. Wahana
Software atau perangkat lunak merupakan komputer merupakan sebuah kelompok yang
bagian tak terpisahkan dari hardware dan memiliki passion pada bidang komputer, dan
brainware. Setiap elemen tersebut secara parsial sering menerbitkan artikel-artikel mengenai
memiliki peran tersendiri yang secara signifikan komputer, mengatakan bahwa yang dimaksud
mendukung kinerja terintegrasi dari sebuah dengan software merupakan sebuah perangkat
sistem. Roger mengatakan bahwa yang dimaksud lunak yang berfungsi untuk melakukan control
dengan software atau perangkat lunak adalah dan juga manajemen hardware. Jadi, dengan
suatu perintah program dalam sebuah komputer, menggunakan software ini, user dapat melakukan
yang apabila dieksekusi oleh usernya dapat proses manajemen hardware, dan juga
memberikan fungsi dan juga unjuk kerja yang mengoperasikan hardware yang tersedia.
diinginkan oleh usernya. Melwin mengatakan Menurut ITL Education Solutions Limited,
bahwa perangkat lunak atau software itu sendiri software atau perangkat lunak merupakan sebuah
merupakan sebuah perangkat yang berfungsi istilah umum untuk menunjukkan sebuah koleksi
sebagai pengatur aktivitas kerja komputer dan data komputer dan instruksi yang terorganisir.
semua instruksi yang mengarah kepada sebuah Dalam hal ini, software atau perangkat lunak ini
sistem komputer. Lebih lanjut disebutkan pula bertugas untuk bertanggung jawab dalam
bahwa sebuah perangkat lunak merupakan mengendalikan, mengintegrasikan, dan juga
sebuah perangkat yang menjembatani interaksi mengelola komponen hardware dari sebuah
user dengan komputer yang menggunakan bahasa sistem komputer yang ada, lalu menyelesaikan
mesin. Jadi, apabila kita hubungkan dengan tugas tertentu di dalam komputer tersebut.
elemen atau komponen komputer yang telah Organisasi lainya, Juntak Teamwork juga
dibahas, kedudukan software adalah berada di mendefinisikan tentang software. Menurut
tengah-tengah, diantara hardware dan juga organisasi ini, yang dimaksud dengan software
brainware, yang bertugas untuk membantu atau perangkat lunak adalah sebuah konstruksi
usernya (sebagai brainware) dalam melakukan atau bangunan dari sebuah program yang disusun
interaksi dengan komputer (hardware). Menurut sedemikian rupa serta diatur untuk sebuah sistem
Wilman & Riyan, software atau perangkat lunak kerja yang dijalankannya. Pengertian-pengertian
adalah sebuah perangkat operasi kerja untuk diatas, maka bisa disimpulkan bahwa yang
menjalankan sebuah komponen pada hardware. dimaksud dengan software atau perangkat lunak
Lebih lanjut, disebutkan pula oleh Wilman dan adalah sebuah sistem program yang sudah diatur
juga Riyan, bahwa software memiliki sifat maya, dan juga disusun sedemikian rupa, yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 377
ditujukan untuk memberikan perintah ke dalam dalamnya, kode ditulis dalam berbagai bahasa
komputer atau hardware dalam rangka pemrograman, diantaranya adalah pemrograman
menyelesaikan sebuah tugas, pekerjaan, dan juga BASCOM-AVR. BASCOM-AVR adalah salah satu
tuntutan tertentu, yang membantu peralatan untuk pengembangan/pembuatan
menghubungkan atau menjembatani user sebagai program yang kemudian ditanamkan dan
brainware dengan komputer sebagai dijalankan pada mikrokontroler keluarga AVR
hardwarenya. Software juga berfungsi sebagai (Alf and Vegard’s Risc processor). Bahasa
pelengkap dari tiga komponen atau elemen pemrograman ini juga bisa disebut sebagai IDE
penting pada sebuah sistem komputer. Dengan (Integrated Development Environment) yaitu
demikian, bisa disimpulkan bahwa peran dari lingkungan kerja yang terintegrasi, karena
sebuah software atau perangkat lunak memang disamping tugas utamanya meng-compile kode
sangatlah penting dan benar-benar dibutuhkan. program menjadi file HEX/bahasa mesin,
Hal ini terutama karena software dapat BASCOM-AVR juga memiliki kemampuan/fitur
membantu manusia sebagai user dan brainware lain yang sangat krusial, misalnya; terminal yang
dalam memberikan perintah kepada komputer berfungsi untuk monitoring komunikasi serial
dengan menggunakan bahasa mesin. Secara dan programmer yang berperan dalam
teknis, tidak semua user atau brainware memiliki penanaman program yang sudah di-compile ke
kemampuan yang baik dalam mendefinisikan mikrokontroler. Sesuai dengan penamaannya,
sebuah bahasa mesin. Karena itulah, dengan pemrograman BASCOM (Basic Compiler)
adanya software, perangkat ini akan sangat baik merupakan bahasa yang masih serumpun dengan
dan sangat membantu kebutuhan setiap usernya bahasa pemrograman BASIC, sehingga untuk
dalam melakukan sesuatu, dan menyelesaikan mempelajarinya pun tidak jauh berbeda dengan
tugas-tugas tertentu dengan menggunakan bahasa BASIC (Visual Basic, Turbo Basic, dll).
computer (Dini, 2015). Struktur pemrogramannya juga nyaris sama,
Perangkat lunak yang digunakan dalam tetapi pendalaman terhadap bahasa pemrograman
hubungannya dengan perangkat teknologi BASCOM ini tentunya tak dapat diremehkan
pemantauan untuk budidaya laut yang dibuat begitu saja.
merupakan gabungan dari piranti lunak Menurut Setiawan (2015), BASCOM AVR
pemrograman BASCOM AVR, Arduino IDE, dan tergolong bahasa pemprograman tingkat tinggi
piranti lunak display akhir Visual Basic. yang mendukung hampir semua jenis
Sementara perangkat lunak untuk aplikasi data mikrokontroler keluarga AVR. BASCOM-AVR
visual merupakan paket buatan pabrik dari disebut sebagai software IDE (integrated
produk IP Camera. Manipulasi hanya dilakukan development environment), karena dalam
ketika mengintegrasikan tampilan visual video software tersebut telah dilengkapi dengan text
dengan data numerik hasil baca sensor dalam satu (source code) editor dan compiler. BASCOM-
tampilan monitor melalui setting IP Adress. AVR adalah windows compiler yang
Manipulasi syntax dalam ketiga piranti menggunakan bahasa BASIC untuk
pemrograman di atas merupakan salah satu mikrokontroler keluarga AVR. BASCOM-AVR
bentuk kreativitas dan inovasi dari konfigurasi dirancang untuk berjalan pada sistem operasi
dasar menjadi bentuk paket kompilasi yang bisa windows, baik W95, W98, NT, W2000, XP,
didaulat untuk menjalankan alat baru yang maupun Vista. Keunggulan fitur-fitur pada
mengintegrasikan tampilan data numerik dengan software BASCOM AVR meliputi; bahasa BASIC
data visual menggunakan teknologi nirkabel yang yang terstruktur, kode mesin cepat (bukan kode
belum pernah diimplementasikan sebelumnya. diinterpretasikan), variabel dan label dapat
mencapai panjang 32 karakter, mendukung untuk
(1) Pemrograman BASCOM AVR format double (8 byte Floating Point) yang tidak
Menurut Pratama dan Subali (2012), ditemukan oleh compiler AVR lain, dapat diatur
pemrograman adalah proses menulis, menguji, besar trig floating point functions, terdapat fungsi
memperbaiki (debug), dan memelihara kode yang perhitungan tanggal dan waktu, program
membangun sebuah program komputer. Di dikompilasi sehingga bekerja pada semua jenis

378 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
microkontroller keluarga AVR yang memiliki pemrograman. Namun, semenjak kehadiran
memori internal, statment kompatibel dengan Arduino dan keluarganya, pandangan seperti itu
Microsoft VB/QB, sudah terdapat perintah khusus berbalik 1800. Kini banyak orang bergelut dan
untuk LCD-display, chip I2C dan chip 1WIRE, akrab dengan pelibatan komponen-komponen
PC keyboard, matriks keyboard, penerimaan elektronika untuk membuat berbagai proyek
RC5, software UART, SPI, LCD grafis, kirim IR elektronika menggunakan Arduino (Kadir, 2014).
RC5, RC6 atau kode Sony, sehingga programmer Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa
tidak kesulitan untuk membuat fungsi-fungsi kelebihan Arduino antara lain; harganya
tersebut, TCP/IP dengan chip W3100A, terjangkau (murah), dapat dijalankan pada
mendukung variable local, fungsi user dan berbagai sistem operasi (Windows, Linux, Max,
mendukung library, terdapat emulator terminal dan sebagainya), sederhana (bahasa
terpadu dengan pilihan download, terdapat pemogramannya mudah dan bisa dipelajari orang
simulasi untuk menguji code, terdapat ISP awam, bukan untuk orang teknik saja), dan open
Programmer terpadu (aplikasi catatan source baik hardware maupun softwarenya. Dari
AVR910.ASM), terdapat ISP Programmer sudut pandang inilah, penulis memilih perangkat
STK200 dan STK300, didukung contoh-contoh Arduino sebagai elemen dasar perekayasaan yang
program elektronik, editor dengan statement dibuat karena produknya itu sendiri merupakan
highlighting, terdapat datasheet dengan format bentuk inovasi dimana pemanfaatan dan
pdf, terdapat TCP Khusus / library IP, AT modifikasi inovasi itu sendiri merupakan bagian
simulator mouse, keyboard dan AT simulator lain dari membangun budaya inovasi. Selain itu,
tersedia sebagai add on. kelebihan-kelebihan yang dimiliki perangkat
Keunggulan-keunggulan inilah yang Arduino bersifat kompetitif karena mencakup
dipertimbangkan penulis untuk hampir semua poin dalam definisi keunggulan
mengimplementasikan BASCOM AVR sebagai bersaing yang telah dipaparkan. Harapannya, jika
salah satu bahasa pemrograman terpilih. Jika perangkat yang digunakan bersifat kompetitif,
pemrograman yang dipilih bersifat kompetitif maka hasil perkayasaan alat yang dibuatpun bisa
karena memiliki beberapa sisi keunggulan, maka bernilai unggul.
alat perekayasaan terintegrasi yang dibuat Arduino adalah nama keluarga papan
nantinya juga secara ekspektasi dapat memiliki mikrokontroler yang awalnya dibuat oleh
sifat keunggulan bersaing yang linier dengan perusahaan Smart Projects. Salah satu tokoh
bagian penyusunnya. penemunya adalah Massimo Banzi. Papan ini
merupakan perangkat keras yang bersifat “open
sourch” sehingga boleh dibuat oleh siapa saja.
Arduino dibuat dengan tujuan untuk
memudahkan eksperimen atau perwujudan
pelbagai peralatan yang berbasis mikrokontroler,
misalnya pemantauan ketinggian air di waduk,
pelacakan lokasi mobil, penyiraman tanaman
secara otomatis, otomasi akses pintu ruangan,
dan pendeteksi keberadaan orang untuk
pengambilan keputusan. Berbagai jenis kartu
Arduino tersedia, antara lain Arduino Uno,
Gambar 1. Tampilan Aplikasi Pemrograman BASCOM Arduino Diecimila, Arduino Duemilanove,
AVR Arduino Leonardo, Arduino Mega, dan Arduino
Nano. Walaupun ada pelbagai jenis kartu
(2) Pemrograman Arduino Integrated
Arduino, secara prinsip pemrograman yang
Development Environment (Arduino IDE)
diperlukan tidak jauh berbeda. Hal yang
Sering kali para pemula berpikir keliru
membedakan adalah kelengkapan fasilitas dan
bahwa membuat proyek-proyek elektronika itu
pin-pin yang perlu digunakan (Kadir, 2014).
sulit. Apalagi kalau harus melibatkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 379
Dalam kegiatan perekayasaan ini, papan
Arduino yang dipilih adalah Arduino Leonardo
Ethernet Shield yang difungsikan sebagai
webserver controller yakni menjembatani
koneksi Arduino agar terhubung ke jaringan
internet. Arduino Leonardo adalah suatu board
microcontroller berdasar pada ATMega32u4,
memiliki 20 pin I/O digital yang 12 pin sebagai
masukan analog dengan ADC (analog to Digital
Converter) sepanjang 10 bit dan 7 pin digunakan
sebagai keluaran PWM (Pulse Width
Modulatioan). Leonardo menjadi unik dan
berbeda dari board pengembang dasar kelas
Gambar 3. Arduino Ethernet Shield Board
Arduino Uno karena board yang menggunakan
Atmel ATMega32u4 ini memiliki komunikasi
USB secara terpadu tanpa perlu bantuan dari Perangkat lunak yang sering digunakan
processor sekunder. Fitur USB ini untuk membuat program Arduino dinamakan
memungkinkan Leonardo untuk berperan sebagai Arduino Integrated Development Environment
USB HID (USB Human Interface Device), (Arduino IDE). Ditulis dengan menggunakan
misalnya sebagai USB mouse atau keyboard. bahasa Java, Arduino Integrated Development
Arduino ethernet shield dirancang berdasarkan Environment - atau Arduino Software (IDE) -
pada Wiznet W5100 ethernet chip. Wiznet berisi editor teks untuk menulis kode, area pesan,
W5100 menyediakan network (IP) baik untuk konsol teks, toolbar dengan tombol untuk fungsi-
TCP maupun UDP. Untuk menggunakannya fungsi umum dan serangkaian menu,
membutuhkan Library Ethernet dan SPI. menghubungkan ke perangkat keras Arduino dan
Ethernet Shield menggunakan standar RJ-45, Genuino untuk meng-upload program dan
dengan integrated line transformer dan juga berkomunikasi dengan piranti tersebut. Secara
Power Over Ethernet. Terdapat sebuah onboard garis besar, bagian-bagian dalam Arduino IDE
micro SD card slot, yang dapat digunakan untuk terdiri dari editor program yaitu sebuah window
menyimpan berkas. yang memungkinkan pengguna menulis dan
mengedit program dalam bahasa processing,
compiler yakni sebuah modul yang mengubah
kode program (bahasa processing) menjadi kode
biner, dan uploader yaitu sebuah modul yang
memuat kode biner dari komputer ke dalam
memory di dalam papan Arduino (Djuandi,
2011). Tugas dari “Arduino Software” ini adalah
menghasilkan sebuah file berformat hex dari
Gambar 2. Arduino Leonardo Board baris kode yang dinamakan sketch yang akan di-
download pada papan Arduino atau papan sistem
mikrokontroler lainnya.

380 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Basic ini menarik penulis untuk
mengimplementasikannya sebagai perangkat
lunak penampil hasil baca sensor dan kamera
pada perekayasaan teknologi pemantauan untuk
budidaya laut. Hasilnya juga diharapkan
memiliki keunggulan yang menjadi simbol
inovasi yang bersifat kompetitif sebagaimana
perangkat lunak yang dipilih.

Gambar 4. Tampilan Arduino Software (IDE)

(3) Pemrograman Visual Basic


Visual Basic (VB) adalah perangkat lunak
untuk menyusun program aplikasi yang bekerja
dalam lingkungan sistem operasi Windows.
Dengan Visual Basic, kita bisa memanfaatkan
kemampuan Windows secara optimal. Gambar 5. Tampilan Pemrograman Visual Basic

Kecanggihan yang ditawarkan oleh Visual Basic


membuat kita merasakan begitu mudahnya
menyusun program aplikasi dengan tampilan C. Teknologi Pemantauan Lingkungan Perairan
grafis yang menawan dalam waktu yang relatif Laut
singkat (Prasetia dan Widodo, 2013). Pada Secara umum, teknologi pemantauan yang
kegiatan perekayasaan teknologi pemantauan banyak diaplikasikan di lingkungan perairan laut
untuk budidaya laut, program Visual Basic yang mengacu pada dua kategori yaitu pemantauan
dipilih adalah Microsoft Visual Basic 6.0. langsung dalam mode jarak dekat dan
Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan pemantauan mode jarak jauh (telemetri). Koneksi
bahasa pemrograman yang cukup populer dan yang biasa digunakan pada pemantauan langsung
mudah untuk dipelajari. Program ini dapat dibuat adalah wireline, sedangkan pada teknologi
dengan aplikasi Graphical User Interface (GUI) telemetri biasanya berbasis wireless. Teknologi
atau program yang memungkinkan pemakai telemetri di lingkungan perairan laut melazimkan
komputer berkomunikasi dengan komputer adanya stasiun pemantau atau kendali dan stasiun
tersebut menggunakan modus grafik dan gambar. induk yang keduanya terpisah oleh besaran jarak
Microsoft Visual Basic 6.0 menyediakan fasilitas dan material air laut.
yang memungkinkan untuk menyusun sebuah Menurut Purwanta (2002), teknologi
program dengan memasang objek-objek grafis pemantauan lingkungan perairan laut yang
dalam sebuah form. Selain itu, Visual Basic juga mengarah pada aplikasi telemetri disebut sebagai
menawarkan berbagai kemudahan dalam sistem seawatch yakni suatu sistem pemantauan,
mengelola sebuah database. Kemudahan ini pemodelan, dan peramalan (prediksi) lingkungan
masih ditambah lagi dengan tersedianya sarana kelautan. Sistem ini diharapkan dapat
dan piranti yang lengkap (Tim MADCOMS, menghasilkan data dan informasi yang akurat dan
2005) meyeluruh tentang situasi dan kondisi lingkungan
Sisi kemudahan, kepraktisan, dan fitur kelautan. Sebagai sebuah upaya pengembangan
lengkap yang dimiliki oleh Microsoft Visual infrastruktur pembangunan kelautan, manfaat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 381
keberadaannya tidak akan langsung terasa, tetapi masalah adalah ketidak-standaran format data
saat komunitas pengguna telah mengenal dan yang dipergunakan.
menilai tingkat kepentingan dari adanya data Empat poin penting yang menjadi kunci
dan/atau informasi yang dapat disediakan oleh sukses dari pengoperasian sistem pemantauan
sistem ini, barulah manfaatnya bisa dinikmati. lingkungan perairan laut yang disinyalir banyak
Contoh konkretnya antara lain untuk menentukan menemukan kendala terletak pada stasiun
suatu aksi tertentu, menentukan kebijakan, pengukuran yang memiliki kriteria; murah (untuk
melakukan penelitian dan lain-lain. Oleh karena menekan biaya investasi), handal (agar dapat
itu, ketersediaan, kelengkapan dan keakuratan dioperasikan pada harshly environment,
data dan informasi merupakan aspek yang kemudahan pengoperasian (untuk mengurangi
penting dari sistem ini. Data dan/atau informasi kesalahan operasi), serta kemudahan dan umur
yang tidak akurat cenderung akan menghasilkan jeda perawatan yang panjang dalam rangka
kesimpulan yang salah, aksi yang kurang tepat, memenuhi asas low cost (Mangun, 1996).
dan hal-hal lain yang dalam kondisi ekstrim akan Teknologi pemantauan lingkungan
merugikan penggunanya. Untuk meminimalisir perairan laut yang dikembangkan oleh penulis
hal tersebut, maka diperlukan langkah-langkah diarahkan pada pemanfaatan hasil baca numerik
antisipasi seperti; penentuan cara pengukuran dan visual untuk memantau budidaya laut yang
parameter kelautan dan lokasi pengukuran, dikembangkan, sehingga nilai-nilai parameter
perawatan sistem terutama pada stasiun yang dimunculkan terkait erat dengan
pemantau, penentuan cara pengolahan data yang keberlangsungan hidup budidaya laut di perairan
berorientasi manfaat, dan cara peningkatan nilai tersebut. Parameter tingkat keasaman, kandungan
kemanfaatannnya. oksigen terlarut, temperatur, salinitas,
Masih menurut Purwanta (2002), usaha konduktivitas, dan turbiditas menjadi tolok ukur
tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang yang wajib ada. Sedangkan display visual video
mudah dan murah, namun akan muncul kendala streaming situasi bawah laut hasil baca IP
yang biasanya terkait dengan keterbatasan dana, Camera yang mengadopsi sistem kerja Close
luasnya perairan laut, faktor alam yang tidak Circuit Television (CCTV) menjadi sisi opsional
akrab bagi perangkat elektronik, faktor karat dan yang menarik untuk bisa memantau kondisi
stabilitas struktur, adanya kemungkinan budidaya laut secara live. Kesatuan kinerja sistem
vandalisme, kepadatan lalu lintas, penumpukkan keduanya diharapkan dapat membantu
organisme laut (biofouling), ketepatan metoda kemudahan pemantauan budidaya laut baik
untuk mengurangi kandungan kadar kimia dan melalui data numerik yang valid maupun via data
biologis, masalah catu daya, dan pemilihan visual yang jernih dan delay minimum. Prinsip
metoda dan lokasi penempatan. Di stasiun induk murah, handal, kemudahan pengoperasian, dan
atau kendali aspek yang kerap menjadi kendala kemudahan perawatan, serta umur jeda
adalah aspek keandalan (reliability) sistem dan perawatan yang panjang diharapkan bisa
aspek penyebaran dan pengaturan akses, namun diwujudkan melalui piranti hasil inovasi ini,
berbagai pilihan solusi pada masalah ini, sudah sehingga menjadi aset yang kompetitif dan
banyak tersedia di pasaran. Masalah keandalan berorientasi pada asas kemanfaatan.
dapat diselesaikan dengan melakukan
penggandaan (redudancy) perangkat-perangkat I. METODE PENELITIAN
yang dianggap kritis. Sedangkan masalah Metode penelitian dari kegiatan
penyebaran, dapat diselesaikan dengan berbagai perekayasaan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
pilihan seperti pemanfaatan jaringan internet, metode teknis dan metode non teknis. Metode
pembuatan jaringan berarea luas secara khusus teknis berkaitan dengan alat, bahan, dan tahapan
(dedicated WAN – Wide Area Network), maupun kegiatan perancangan perangkat lunak teknologi
dengan cara sederhana yaitu penyebaran melalui pemantauan untuk budidaya laut, sedangkan
media penyimpan seperti disket atau CD-ROOM. metode non teknis berkaitan dengan tahapan
Namun demikian, yang justru berpotensi menjadi penelitian kualitatif dalam rangka membangun

382 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
budaya inovatif dan kompetitif dari kegiatan stasiun penerima dengan memanfaatkan jaringan
perancangan perangkat lunak yang dilakukan. GPRS. Sistem pemantauan ini mencakup
Alat dan bahan utama perancangan pengukuran mechanical float, wind speed, wind
perangkat lunak teknologi pemantauan untuk direction, dissolved oxygen, dan temperature.
budidaya laut yang diperlukan dalam bagian Inovasi ini diprakarsai oleh Dendy Mahabror dan
teknis meliputi; Microcontroller board (AVR dimanfaatkan di kawasan aquaculture. Sisi
ATMega 32), Arduino Board (Arduino Leonardo kompetitif dari alat yang menggunakan jaringan
AtMega 32u4, Flash memory 32 Kb, SRAM 2.5 GPRS ini adalah dapat melakukan pengiriman
Kb, NVRAM/EEPROM 1 Kb), Arduino Ethernet data yang lebih singkat daripada pengiriman data
Shield and Controller (Chip Wiznet W5100 menggunakan SMS. Selain itu, biaya komunikasi
dengan internal buffer 16 Kb, Kecepatan koneksi yang diperlukan relatif jauh lebih murah.
10/100 Mb), Program Bascom AVR-1[1].11.9.0, Teknologi ini cenderung lebih cocok digunakan
Program Arduino 1.0.3-Windows, dan Program di kawasan permukaan air.
Microsoft Visual Basic 6.0. Sedangkan tahapan-
tahapan yang dilakukan pada bagian metodologi Mechanical
Float Signal and External
teknis ini meliputi; pembuatan diagram alir Interface Memory
(flowchart) dari program yang akan dibuat, Wind Speed
menulis program berdasarkan referensi diagram
Wind Main Board GSM/GPRS
alir, mengkompilasi program yang telah dibuat Direction (Logger)

sampai tidak terjadi kesalahan, pengisian Display


Dessolved
program pada perangkat board, dan pengujian Oxygen Power and Radio
program. Back Up Frequency
Adapun metode non teknis yang digunakan Temperature

adalah metode kualitatif deskriptif. Data yang


diperoleh berupa hasil pengamatan, hasil
wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, Gambar 6 . Skema Alur Sistem Pemantau Lingkungan
catatan lapangan, disusun di lokasi penelitian,
tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.
Lalu dilakukan analisis data dengan memperkaya Sebagai bentuk inovasi berkelanjutan
informasi, mencari hubungan, membandingkan, dalam pemantauan kawasan aquaculture, Handy
menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak Chandra mengimplementasikan buoy pantai yang
ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil dilengkapi sensor pemantau kualitas perairan
analisis data berupa pemaparan mengenai situasi untuk budidaya rumput laut. Hasilnya adalah
yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian sistem pemantauan menggunakan sensor yang
naratif. bisa diimplementasikan di bawah permukaan
perairan yaitu tipe YSI 600R berupa sensor suhu,
II. HASIL DAN PEMBAHASAN oksigen terlarut (DO), dan Turbidity (kekeruhan).
Hasil yang diperoleh dari kegiatan inovasi Teknologi telemetri yang diimplementasikan
serupa pada level sebelumnya adalah alat yang pada inovasi ini mengacu pada level sebelumnya
mencerminkan sistem pemantauan terpusat yaitu masih menggunakan teknologi GSM yang
menggunakan sistem telemetri berbasis jaringan memanfaatkan jaringan GPRS. Sisi inovasi yang
General Packet Radio Service (GPRS). Sistem ditonjolkan adalah desain buoy dan perluasan
pemantauan real time ini menggunakan daerah pemantauan hingga mencakup area bawah
mekanisme sistem mikrokontroler (datalogger permukaan perairan. Dipilihnya sensor tipe YSI
menggunakan ATMega 32L smd) sebagai pusat 600R dalam rangka meraih sisi kompetitif alat
kendali dan teknologi Global System for Mobile karena sensor tersebut memiliki suku cadang
Communication (GSM) untuk transfer data yang cukup banyak di pasaran, sudah familier di
parameter fisik dan kimia yang dikehendaki. kalangan peneliti, kualitasnya telah teruji, dan
Adapun fasilitas GSM yang digunakan sebagai harganya bersaing.
komunikasi data dari stasiun pemantau menuju

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 383
Gambar 8. Perangkat mini ROV

Perancangan perangkat lunak teknologi


Gambar 7. Buoy-sensor terintegrasi pemantauan untuk budidaya laut yang dibuat oleh
penulis merupakan penggabungan ide-ide inovasi
sebelumnya yang kemudian diterapkan pada
Pengembangan inovasi selanjutnya platform Tuna Pakan Mandiri-Keramba Jaring
dimotori oleh Budhi Gunadharma dengan idenya Apung (TPM-KJA) dan Sarana Budidaya
membuat wahana benam nirawak untuk riset Rumput Laut (SARLAN). Hasil dari perancangan
perikanan budidaya di perairan waduk. Hasilnya tersebut adalah sebuah perangkat lunak sistem
adalah sebuah mini ROV (Remotely Operated pemantauan untuk budidaya laut yang
Vericle) yaiu wahana yang digerakkan oleh menampilkan hasil baca sensor suhu, salinitas,
seorang pilot menggunakan sebuah sistem konduktivitas, turbiditas, oksigen terlarut, pH,
kontrol di permukaan yang dihubungkan dengan dan visualisasi video bawah laut di stasiun induk.
kabel. Bagian terpenting pada alat ini adalah Kesemuanya itu merupakan hasil kinerji sinergi
kamera dan alat navigator yang secara opsional dan terpadu dari perangkat lunak BASCOM-AVR,
bisa ditambahkan sensor dan alat bantu lain Arduino IDE, dan Visual Basic.
sesuai dengan kebutuhan. Sisi inovasi dari
teknologi ini adalah peningkatan kemampuan dan
jaya jelajah teknologi pemantauan di kawasan
budidaya perairan dari segi diperolehnya hasil
pantau secara visual dan kemampuan alat untuk
bergerak dinamis sesuai dengan keinginan pilot.
Sisi kompetitif dari alat ini adalah bentuknya
yang kecil dengan dimensi panjang 490.95 mm,
lebar 417.10 mm, dan tinggi 328.75 mm,
sehingga memungkinkan alat bisa bergerak
secara lincah di bawah permukaan air, mudah
dibawa (portable), serta gampang dioperasikan Gambar 9. Visualisasi video hasil baca kamera
karena tidak membutuhkan kapal khusus dan
tenaga operasional yang banyak. Sistem kontrol
yang diimplementasikan dalam teknologi ini
adalah sistem kontrol ROV Falcon Seaeye.

Gambar 10. Hasil perancangan tampilan visual basic sensor


dan kompas

384 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
sifat yang kompetitif sangat dikedepankan dalam
proses-proses tersebut, sehingga didapatkan
produk perangkat lunak baru yang merupakan
hasil integrasi berbagai inovasi yang unggul dan
siap berkompetisi dalam pasar nasional maupun
internasional. Ide-ide kreatif sangat diperlukan
untuk melestarikan budaya inovatif. Pun
demikian, pemahaman atas aspek-aspek
mendasar tentang keunggulan bersaing amat
dibutuhkan guna mendapatkan output produk
yang menghasilkan outcome, benefit, dan dampak
yang positif.
Gambar 11. Hasil penyimpanan data dalam format csv
III. PENUTUP
Sisi inovasi perancangan perangkat lunak Budaya inovasi yang menjiwai
teknologi pemantauan untuk budidaya laut adalah perancangan perangkat lunak teknologi
integrasi data numerik parameter kualitas air laut pemantauan untuk budidaya laut berupa integrasi
hasil baca sensor dengan data visual hasil baca data numerik dan visual menggunakan teknologi
kamera, teknologi telemetri nirkabel untuk telemetri nirkabel diwarisi oleh perancangan-
transfer data keduanya, dan penggunaannya pada perancangan teknologi pemantauan budidaya
platform perairan laut, dimana pada inovasi perairan sebelumnya, sekaligus menjadi inspirasi
sebelumnya belum diimplementasikan perpaduan bagi inovasi selanjutnya. Melakukan inovasi
data numerik dan visual sekaligus dengan nyata yang berkiblat pada pengembangan
teknologi nirkabel. Sedangkan sisi kompetitif penemuan-penemuan sebelumnya merupakan
dari produk ini adalah memiliki sisi berbeda langkah konkret dalam membangun budaya
dalam hal-hal penting dan unik yakni inovatif. Inovasi pada perangkat lunak teknologi
pemanfaatan teknologi nirkabel untuk transfer pemantauan untuk budidaya laut akan menjadi
data video yang cukup beresiko dengan besarnya budaya kompetitif jika produk video streaming
file dan kendala delay. Selain itu, sisi kompetitif yang dihasilkan memiliki kualitas gambar yang
lainnya adalah fokus pada segmen dan pasar jernih dan minim delay, hasil baca sensor tehadap
tertentu yakni fokus pada segmen budidaya laut parameter kualitas air laut valid dan handal, dan
lepas pantai menggunakan Keramba Jaring kemanfaatan pada platform Keramba Jaring
Apung (KJA) yang dipadukan dengan Sarana Apung-Sarana Budidaya Rumput Laut (KJA-
Budidaya Rumput Laut (SARLAN) di dalamnya. SARLAN) berjalan optimal.
Namun hal ini juga menjadi sisi kelemahan jika
sistem akan diterapkan di multi lokasi yang UCAPAN TERIMA KASIH
bebas. Dalam hal ini, diperlukan desain buoy
mandiri (tidak tergantung pada buoy SARLAN) Ungkapan dan ucapan terima kasih kepada
yang ringan dan portable untuk bisa Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan beserta
merealisasikannya. segenap jajaran pejabat dan pegawainya, orang
Semua perangkat yang dibuat di atas tua dan keluarga, dan semua pihak yang telah
merupakan proses pengembangan berkelanjutan andil membantu terselesaikannya makalah ini.
dari inovasi satu ke inovasi lainnya yang
DAFTAR PUSTAKA
mencerminkan adanya sesuatu yang ditiru dan
dipelajari sebagai bagian dari definisi budaya. Ali, U. (2016). Pengertian budaya unsur dan ciri-
Budaya inovasi yang menjiwai setiap cirinya: Electronic references. Retrieved
perancangan tersebut tidak terlepas dari peran September 1, 2016, from http://www.
penting perangkat lunak yang menjadi nyawa pengertianpakar.com/2015/09/ pengertian-
bagi piranti-piranti tersebut. Oleh karena itu, budaya-unsur-dan-ciri-cirinya. html
pemilihan perangkat lunak yang memiliki sifat-

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 385
Ali, U. (2016). Pengertian pembanguan menurut perikanan 2010, (pp 67–75). Jakarta:
para pakar: Electronic references. P3TKP.
Retrieved September 1, 2016, from http://
www.pengertianpakar.com/2014/10/penger Hariyanto. (2012). Metode penelitian kualitatif:
tian - pembangunan - menurut - para - Electronic references. Retrieved
pakar. html October 6, 2016, from
http://belajarpsikologi.com/ metode-
Arduino Board Leonardo (2016). Electronic penelitian-kualitatif/
references. Retrieved October 6, 2016,
from https://www. arduino.cc/en/Main/ Haryono, D. (Ed.). (2013). Kamus besar bahasa
Indonesia (edisi baru). Jakarta: Tim
Arduino Ethernet Shield (2016). Electronic Pustaka Phoenix.
references. Retrieved October 6, 2016,
from https://www.arduino.cc/en/Main/ Hoebel, A. (1966). Anthropology: Study of Man.
Chandra, H. (2010). Implementasi buoy pantai McGraw-Hill (3rd edition). ASIN:
untuk budidaya rumput laut di Wakatobi. B0006BNDU2.
Prosiding seminar hasil riset teknologi
kelautan dan perikanan 2010, (pp 21–42). Istiyanto, J.E. (2014). Pengantar elektronika dan
Jakarta: P3TKP. instrumentasi pendekatan project Arduino
dan android. Yogyakarta: Andi.
Dini. (2015). Pengertian software: Electronic
references. Retrieved September 1, 2016, Jatmiko, R.D. (2004), Manajemen Strategi (Edisi
from http://dosenit.com/ilmu-komputer/ Satu). Jakarta: Salemba Empat.
komputer-dasar/pengertian-software
Jewkes, J., Sawers, D., & Stillerman, R. (1969).
Djuandi, F. (2011). Pengenalan arduino: The sources of inventions. New York:
Electronic references. Retrieved Norton.
September 1, 2016, from http://
tobuku.com/ docs/Arduino-Pengenalan.pdf Kadir, A. (2015). From zero to a pro arduino
panduan mempelajari aneka
Electronics Electronic Components. (n.d.) Net proyek
Industries: Electronic reference. Retrieved berbasis mikrokontroler. Yogyakarta: Andi.
September 1, 2016, from http://science.
jrank.org/pages/2377/Electronics- Kotler, P., & Amstrong, G. (2001). Prinsip-
Electronic -components.html prinsip pemasaran. (jilid satu-edisi
kedelapan). Jakarta: Erlangga
Electronics History. (n.d.) Net Industries:
Electronic reference. Retrieved September Kotler, P. (2000). Manajemen pemasaran
1, 2016, from http:// science.jrank.org/ dengan pemasaran efektikf dan
pages/2376/Electronics- profitable (cetakan Kedua). Jakarta:
History.html#ixzzH vJ4eWgD&C Gramedia Pusat Utama

Electronics Integrated Circuits. (n.d.) Net Madcoms. (2005). Mahir dalam 7 hari
Industries: Electronic reference. Retrieved pemrograman visual basic 6.0. Yogyakarta
September 1, 2016, from http://science. : Andi.
jrank.org/pages/2378/Electronics- Mahabror, D. (2010). Sistem pemantauan
Integrated -circuits.html lingkungan berbasis telemetri di
kawasan budidaya. Prosiding seminar
Greer, D.F. (1984). Industrial organization and hasil riset teknologi kelautan dan
public policy. New York: Macmillan perikanan 2010, (pp 1–11). Jakarta:
Publishing Company. P3TKP.

Gunadharma, B. (2010). Pembuatan wahana Mulyana, D. (2005). Komunikasi efektif : suatu


benam nirawak untuk riset perikanan pendekatan lintas budaya. Bandung: PT
budidaya di perairan waduk. Prosiding Remaja Rosdakarya
seminar hasil riset teknologi kelautan dan

386 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Nasution, Z. (2007). Komunikasi pembangunan Setiawan, B. (2015). Pengetahuan tentang
(pengenalan teori dan penerapannya). microcontroller: Electronic references.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Retrieved October 6, 2016, from
http://bahararief.blogspot.co.id/2015/07/be
Prasetia, & Widodo, C. E.. (2013). Tips lajar-bascom-avr.html
coding interfacing port USB & port
serial menggunakan VB. Yogyakarta: Sproul, M. (2015). Environment: Electronic
Andi. references. Retrieved October 6, 2016,
from https://www. Arduino.cc/en/Guide/
Pratama, D., & Subali. (2012). Pemrograman Environment
sistem pengaman rumah otomatis yang
terhubung dengan telepon seluler berbasis Suradisastra, K., Suherman, & Dariah, A. (n.d.)
mikrokontroler atmega8 dan atmega162. Inovasi kreatif untuk membangun daya
Semarang: Gema Teknologi. saing komoditas pertanian: Electronic
references. Retrieved September 1, 2016,
Purwanta, W. (2002). Pengembangan dan from http://www.litbang.pertanian.go.id/
pemberlanjutan teknologi pemantauan buku/memperkuat_dayasaing_produk_pe/
lingkungan perairan laut (seawatch BAB-II-2.pdf
indonesia). Jurnal Teknologi Lingkungan,
3(3), (237-241). Jakarta: Pusat Pengkajian Winoto, A. (2003). Mikrokontroler avr
dan Penerapan Teknologi Lingkungan- atmega8/32/16/8535 winavr. Bandung:
BPPT. Informatika.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 387
Pengembangan Kemampuan Inovasi berbasis Teknologi Web
Semantik
Suatu Harapan dan Tantangan
Mesnan Silalahi
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PAPPIPTEK LIPI)

Keyword ABSTRACT

web semantik, inovasi, The rapid development of Internet technology provides opportunities for
ontologi the development of capabilities in various fields, including in improving
the capability of innovation. Semantic web-based applications start
widely used in the world of research and industry that facilitate the
development of knowledge through increased integration and
interoperability of various information systems. The semantic web gives
a better way of searching, sharing and creating new knowledge from
various information sources for innovation capability improvement. This
paper attempts to provide a conceptual overview of the development of
semantic web-based knowledge for enhancement of innovation
capabilities.

Kata Kunci SARI KARANGAN

web, semantic, innovation, Perkembangan teknologi internet yang semakin cepat memberikan
ontology kesempatan untuk pengembangan kemampuan dalam berbagai bidang,
termasuk dalam peningkatan kemampuan inovasi. Aplikasi berbasis web
semantik mulai banyak digunakan dalam dunia riset maupun industri
yang memudahkan pengembangan dan berbagi pengetahuan melalui
peningkatan integrasi dan interoperabilitas berbagai sistem informasi.
Dengan mengaplikasikan web semantik memungkinkan untuk
kemudahan mencari, berbagi dan menciptakan pengetahuan baru dari
berbagai sumber informasi untuk peningkatan kemampuan inovasi.
Paper ini mencoba untuk memberikan uraian konseptual dari
pengembangan pengetahuan berbasis web semantik untuk peningkatan
kemampuan inovasi

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Pendahuluan web 2.0 yaitu semakin tingginya kemampuan


berinovasi melalui interaksi dalam komunitas
Dampak pengaruh perkembangan (crowd sourcing). Peran web 2.0 dalam
teknologi internet yang semakin besar adalah komunitas bisnis sebagai enabler adalah
semakin tingginya kesadaran bahwa industri membawa kolaborasi ke tingkat berikutnya
dan lembaga riset pemerintah semakin dengan memanfaatkan konteks sosial dan
terhubung satu dengan lainnya. Mereka tidak reputasi teknologi web 2.0, seperti blog,
lagi dapat bergantung hanya pada riset wiki, podcast, informasi tagging. Jaringan
internal untuk berinovasi. Internet telah sosial telah menciptakan paradigma bisnis
menjadi kendaraan utama untuk baru dengan memaksimalkan inovasi,
berkomunikasi, mencari informasi dan manajemen pengetahuan, dan data sosial
membangun bisnis dalam paradigma inovasi (Nayar et al., 2013). Dalam
terbuka (open innovation). Kita telah melihat perkembangannya teknologi web 3.0 (web
dampak dari perkembangan dalam teknologi

388 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
semantik) muncul yang semakin infrastruktur teknologi web semantik.
meningkatkan kemampuan ini dengan Gerakan ini telah menyebabkan peningkatan
terbangunnya informasi yang spesifik dalam kesadaran dan penerapan teknologi ini di
konteks dengan metadata, yang divalidasi sektor komersial. Lebih dari itu di internet
oleh komunitas secara konsensus. Web telah banyak dibangun layanan yang
semantik dapat dibayangkan sebagai diimplementasikan melalui cara baru dengan
perpanjangan dari web saat ini, yang adanya standar dalam web semantik.
membuat web lebih dimengerti oleh program Ontologi adalah backbone dalam teknologi
komputer sehingga dapat melakukan web semantik dan didefinisikan sebagai “a
pekerjaan secara lebih istimewa, dan formal explicit specification of a shared
kemudian memungkinkan data dibagi dan conceptualization of a domain of interest”
digunakan kembali lintas aplikasi, (Studer et.al, 1998).
perusahaan, dan batas-batas komunitas
dengan mudah (Berners-Lee et al. 2001). Banyak perusahaan besar telah merespon
Untuk tujuan tersebut Berners-Lee dkk. perkembangan ini dengan memikirkan ulang
Mengusulkun suatu arsitektur baru dalam model bisnis online mereka, dan melakukan
pengembangan teknologi internet yang uji-coba dalam mengkombinasikan
berbasis web semantik seperti pada kemampuan web 2.0 seperti personalisasi
Gambar.1 berikut di bawah ini. dan agregasi informasi dengan kemampuan
web 3.0. Untuk itu dibutuhkan informasi
yang berbasis komunitas dan kontekstual
dengan input dari akar rumput. Maka
kemudian banyak penelitian dilakukan dalam
area web semantik untuk meningkatkan
inovasi. Lundstrom (2005) menyarankan agar
perusahaan biofarmasi dan biotek bergerak
agresif untuk penggunaan teknologi semantik
dalam penemuan, pengembangan, dan
keamanan obat karena eksperimen dalam R
& D telah menghasilkan data senyawa
dengan volume besar yang akhirnya menjadi
silo-silo informasi. Banyak dari informasi ini
mungkin merupakan sinyal potensi toksisitas
senyawa lebih lanjut atas rantai nilai, tapi alat
analitik tradisional gagal mengidentifikasi
potensi efek samping klinisnya. Ning dan
O'Sullivan (2006) telah menunjukkan potensi
teknologi web semantik untuk meningkatkan
manajemen inovasi di perusahaan.
Menurutnya web 3.0 memungkinkan lebih
banyak inovasi dengan adanya
kontekstualitas pencarian, seperti clustering
Gambar 1. Arsitektur dalam Web Semantik semantik yang memungkinkan seseorang
(Berners-Lee et al., 2001) untuk mencari konsep dan ide-ide serta
Web 3.0 memungkinkan komputer keterkaitannya. Ini menjanjikan inovasi
menggunakan layanan dan informasi di berbasis semantik yang akan meningkatkan
internet untuk otomasi suatu tugas. Dunia efektivitas dan efisiensi manajemen inovasi
industri telah mulai merangkul teknologi ini dalam jejaring organisasi besar. Joo (2011)
dengan membangun ontologi dalam berbagai mengidentifikasi tiga faktor yang
domain serta mengembangkan perangkat mempengaruhi adopsi web semantik. Faktor
untuk konstruksi dan manajemen ontologi pertama adalah demand pull termasuk
yang merupakan komponen utama dalam persyaratan terhadap pemecahan masalah
dalam pencarian dan integrasi sistem dan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 389
dalam menciptakan layanan baru. Kedua dari Web Consortium Semantic Web
perspektif technology push, yaitu (http://www.w3.org/2001/sw/):
kondusifitas lingkungan, potensi nilai bisnis,
program dukungan pemerintah, dan peran ''The Semantic Web is about two
aktif pemasok. Yang ketiga adalah things. It is about common formats for
absorptive capacity. interchange of data, where on the
original Web we only had interchange
1) Integrasi pengetahuan of documents. Also it is about
language for recording how the data
Manfaat web semantik dapat dibangun
relates to real world objects. That
dengan integrasi pengetahuan, penciptaan
allows a person, or a machine, to start
dan penyimpanan pengetahuan, serta
off in one database, and then move
inferensi pengetahuan. Agar integrasi
through an unending set of databases
pengetahuan dapat terjadi, mekanisme
which are connected not by wires but
integrasi harus mempunyai sifat yang
by being about the same thing. "
terdistribusi. Hanya integrasi secara
terdistribusi yang sesuai untuk sifat Beberapa tantangan yang dihadapi dalam
distributif internet. Suatu integrasi informasi integrasi informasi dari berbagai sumber
harus memiliki mekanisme yang membantu data:
pengguna industri tahu dimana letak
dokumen dan pengguna dapat mencapainya.  Interaksi skala besar dalam internet telah
Teknologi web semantik telah menciptakan banyak masalah salah
memperhatikan hal ini dengan mengusulkan satunya adalah menyatukan aspek
suatu cara baru yang menggunakan Uniform semantik formal dalam ilmu komputer
Resource Identifier (URI). Untuk dapat (misalnya logika, ontologi, dll) yang
berinteraksi harus ada suatu protokol yang merupakan basis arsitektur web
memberikan layanan sebagai bahasa semantik, dengan aspek sosial semantik
pertukaran. Web semantik menggunakan (misalnya posting, tag, status, dll)
protokol web standar HTTP, yang dimana konten web dibangun. Salah satu
merupakan bahasa protokol web dalam masalah utama adalah kesenjangan
pertukaran berbasis pada permintaan dan antara cara yang informal konten
jawaban. Dalam konteks format data, web dihasilkan (misalnya teks biasa, pesan
semantik menggunakan OWL sebagai bahasa singkat, kata kunci) dan kebutuhan data
ontologi web, yang merupakan suatu standar terstruktur dan semantik formal untuk
format data berbasis pada Resource mengotomatisasi fungsi ini (misalnya
Description Framework (RDF) dan XML. indeks yang efisien dan tesaurus
RDF sangat komprehensif dan memenuhi domain). Dalam prakteknya struktur
persyaratan integrasi terdistribusi yang campuran mulai muncul (misalnya
komprehensif dan dapat ditranslasikan. folksonomi terstruktur, hash tag, dll),
Pendekatan federasi seperti ini menawarkan sehingga pada akhirnya upaya
akses langsung ke sumber data yang mengotomatisasi dukungan di ruang
menyajikan data untuk permintaan secara kerjasama tersebut memerlukan metode
serempak, online, dan berbasis semantik. yang efisien dan lengkap untuk
Kunci paradigma ini adalah suatu aplikasi sepenuhnya menjembatani kesenjangan
terintegrasi yang dirancang agar tersebut.
memungkinkan pengguna dapat melakukan  Sumberdaya dalam web sebagian besar
queri isi dokumen dan database berbasis disediakan dalam format data yang
XML, di mana pengambilan informasi heterogen. Heterogenitas dalam format
didistribusikan dalam sumber data RDF. data tersebut menyebabkan
Integrasi database merupakan kunci masalah interoperabilitas yang sifatnya universal
dimana web semantik bertujuan untuk dapat menjadi sulit. Oleh sebab itu, kita perlu
menyelesaikannnya. Seperti dinyatakan menyediakan metode untuk mengubah
dalam, halaman utama situs World Wide format tersebut ke dalam format web

390 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
semantik (misalnya, RDF atau OWL). Keuntungan menggunakan RDF adalah:
Konversi tersebut dapat dilakukan dalam RDF dan RDFS adalah standar, dan
bagian sintaks dan semantik. Sementara untuk yang lebih ekspresif menggunakan
keduanya penting, konversi semantik Web Ontology Language (OWL) yang
biasanya membutuhkan waktu lebih dibangun pada RDF dan RDFS dan
lama untuk diselesaikan, karena menawarkan kelas dan properti
diperlukan upaya untuk menentukan pemodelan yang kaya dan kemampuan
konsep ontologis yang tepat. Hal ini inferensi. RDF dan inferensi RDFS
dapat diatasi dengan membangun menciptakan informasi baru secara
ontologi secara berkelanjutan dimana otomatis tentang hal-hal seperti
peningkatan ontologi dilakukan oleh keanggotaan kelas. Inferensi didukung
komunitas ontologi. Dari sudut pandang oleh beberapa logika yang berbeda.
praktis, mungkin lebih mudah dengan Dataset format RDF saat ini tidak
pertama-tama melakukan konversi mendukung penalaran OWL, meskipun
sintaksis dan diikuti dengan proses dapat digunakan sebagai repositori data
konversi semantik secara bertahap. OWL. Kemampuan database RDF ini
Berdasarkan sintaks umum, integrasi perlu diperluas untuk mendukung queri
data dan konversi semantik dapat dan penalaran dalam OWL. Salah satu
dilanjutkan secara paralel. Selain cara untuk melakukan ini adalah dengan
konversi data terstruktur ke dalam menciptakan lapisan penalaran di atas
format web semantik, upaya lain juga database RDF.
sedang dilakukan untuk mengambil data
dari web ke teks terstruktur dalam format
web semantik. Data korpus dalam format 2) Penciptaan, Penyimpanan dan
RDF yang berkembang di internet yang Inferensi Pengetahuan
dapat digunakan atau digabung dengan Web semantik dapat merangkum
data eksklusif untuk meningkatkan nilai pengetahuan sehingga menjadi mudah untuk
data store yang dimiliki. Ontologi berbagi, juga dapat mengubah atau
bersama dapat memfasilitasi mengembangkan pengetahuan apakah itu
penggabungan data dari sumber yang pengetahuan anda atau orang lain yang
berbeda. berbagi pengetahuan. Perkembangan
 Standardisasi RDF/OWL bahasa queri. teknologi semantik web telah mendorong
Salah satu alasan untuk penerimaan luas dikembangkannya ontologi untuk berbagi
dari teknologi database relasional karena pengetahuan. Pengembangan ontologi sangat
SQL merupakan bahasa queri database diperlukan agar data yang tersebar dalam
yang baku dan ekspresif. Database RDF berbagai situs web dapat dimanfaatkan secara
menyediakan versi bahasa queri RDF. maksimal. Namun dalam perkembangannya
Varian bahasa queri ini memberikan fitur ontologi yang selama ini telah dibangun
yang berbeda. Untuk sangat minim untuk mengoptimalkan daya
mengintegrasikan/mengkonsolidasikan guna yang diharapkan dengan kemajuan
fitur ini, SPARQL adalah standar bahasa dalam bidang teknologi web semantik.
queri RDF. Resouces Description Dalam hal ini tantangan yang dihadapi
Framework (RDF) adalah kerangka kerja adalah perlunya konsensus dan komitmen
yang diusulkan W3C untuk ontologis dalam implementasinya. Menurut
merepresentasikan informasi, khususnya Berners-Lee (1999) web semantik
metadata tentang sumberdaya World merupakan pengembangan dari web yang
Wide Web. RDF dapat dipertukarkan sekarang ada dimana informasi yang
dengan mudah antara aplikasi tanpa disajikan mempunyai arti yang terdefinisi
kehilangan makna dan ini menjadi dengan baik, sehingga dapat dikomputasi dan
penting karena informasi yang harus digunakan dalam kolaborasi maupun
diproses dan bukan hanya ditampilkan digunakan ulang untuk kepentingan lainnya
seperti dalam format sederhana HTML. (reuse). Kolaborasi ini dapat dicapai dengan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 391
adanya komponen pengetahuan bersama digunakan dalam dataset atau karena warisan
(shared knowledge), sehingga ontologi umum (secara historis) penamaan yang
menjadi kunci penting dalam pengembangan sewenang-wenang diberikan kepada suatu
web semantik. Ontologi merepresentasikan entitas sebelum database berskala besar
struktur pengetahuan dalam suatu domain diciptakan. Selain sinonim, ada juga hal
yang dapat digunakan lebih lanjut sebagai dimana istilah yang sama digunakan untuk
layanan web semantik (Semantic Web mewakili konsep yang berbeda. Konsep yang
Services) dalam pemodelan proses bisnis. paling penting dalam hal ini adalah sebagai
Teknologi semantik menawarkan solusi atas berikut. Misalkan A dan B adalah istilah
berbagai masalah yang ada dalam teknologi yang berbeda. A dan B adalah sinonim jika
web pada saat ini, dengan memberikan akses mereka menunjukkan sumber yang sama.
pengetahuan berbasis metadata yang dapat Homonim adalah jika itu menandakan
dikomputasi lanjut oleh suatu mesin setidaknya dua sumber yang berbeda. A
(machine processable). Hal ini akan adalah sebuah hipernim B jika sumber A
memfasilitasi terjadinya berbagi pengetahuan dilambangkan lebih umum daripada sumber
(knowledge sharing) dan pengunaan ulang yang dinotasikan dengan B. Jika A adalah
pengetahuan (knowledge reuse). Teknologi hipernim B, maka B adalah hiponim dari A.
ini juga menawarkan kemampuan komputasi A adalah sebuah meronim B jika sumber
yang intelijen (computational intelligence) dilambangkan oleh A merupakan bagian dari
dengan semakin berkembangnya lapisan sumberdaya dinotasikan dengan A. Jika A
penalaran (rules) dalam arsitekturnya. Dalam adalah meronim B, maka B adalah holonim
web semantik pengetahuan dapat tumbuh dari A. Selanjutnya ada banyak jenis relasi
secara horisontal dengan menambahkan antara basis data termasuk relasi satu-ke-satu
atribut baru atau menambah relasi. Misalnya dan satu-ke-banyak. Lainnya adalah seperti
menambahkan atribut "latar belakang relasi transitif dalam relasi entitas dalam
pendidikan" ke "orang" atau menambahkan beberapa tingkat, yang dapat
relasi antara entitas seperti relasi “manajer" mengidentifikasi hubungan dengan sejumlah
antara dua "karyawan" adalah contoh besar entitas lain. Suatu database yang
pertumbuhan horisontal pengetahuan. berbeda dapat memberikan informasi pada
berbagai tingkat granularitas. Sebagai
Pertumbuhan juga terjadi secara vertikal contoh, informasi tentang sumberdaya
melalui konsep inheritance. Sebagai contoh, genetik dapat dimodelkan pada tingkat
konsep "karyawan" adalah jenis "orang". granularitas yang berbeda. Dalam salah satu
Konsep "orang" memiliki beberapa atribut database, sumberdaya genetik dapat menjadi
seperti "nama", "tingkat pendidikan", dan taksonomi sumberdaya genetik untuk tujuan
konsep "karyawan" memiliki atribut-atribut konservasi species, database lain dapat
juga karena merupakan tipe orang. Dengan menyimpan informasi tentang berbagai jenis
menambahkan atribut baru untuk "orang", tanaman obat dan manfaatnya. Untuk tingkat
seperti "latar belakang pendidikan", maka granularitas lebih tinggi, database dapat
atribut yang sama akan ditambahkan ke menyimpan data seperti misalnya data
"karyawan" oleh warisan. Ini adalah senyawa molekuler dan zat aktif dalam
pertumbuhan horisontal untuk konsep tanaman obat endemik di Indonesia, atau
"orang" dan pertumbuhan vertikal untuk database simplisia tanaman obat.
konsep "karyawan". Selain itu pengetahuan
juga dapat tumbuh dengan menambahkan Tujuan dari membangun pengetahuan
beberapa constraint untuk menentukan apapun adalah untuk mendapatkan hasil yang
konteks. Misalnya "orang" dapat berguna dalam operasi pencarian apakah itu
didefinisikan dalam properti "tinggi" di mana dalam sebuah queri yang sederhana atau
"tinggi" adalah orang yang postur badannya queri yang kompleks. Saat ini, ada dua cara
lebih tinggi dari 170 cm. Selain itu ada utama untuk pencarian: queri database dan
banyak sinonim untuk entitas yang sama pencocokan kata kunci. Queri database
sebagai konsekuensi dari penamaan entitas sangat kuat dalam pencarian dalam
yang dilakukan secara independen untuk lingkungan terstruktur dalam database

392 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
individual yang dikenal. Pencocokan kata ditawarkan oleh arsitektur teknologi web
kunci di sisi lain tidak dikaitkan dengan semantik dalam membangun kecerdasan. Ini
struktur tetapi dapat menyebabkan terlalu memperhitungkan hubungan subsumption
banyak hits dalam suatu pencarian dan sangat antara konsep-konsep dan antara relasi ketika
lemah dalam menjawab pertanyaan- mencocokkan queri dengan anotasi.
pertanyaan spesifik. Web semantik Hubungan ini mendukung kemampuan
membawa kompromi antara kedua metode inferensi yang meningkatkan efisiensi proses
dengan menggunakan struktur yang pencocokan. Bahasa representasi ontologi
mencukupi untuk mendukung menjawab juga memungkinkan untuk mewakili aksioma
pertanyaan-pertanyaan spesifik dan juga domain yang diperhitungkan ketika
memiliki fleksibilitas yang cukup sehingga pencocokan queri dengan anotasi. Selain
tidak terlalu banyak pasangan untuk hirarki konsep dan hirarki relasi, ontologi
mendasari struktur. Akibatnya, orang tidak menjadi kaya dengan disediakannya aksioma
perlu tahu struktur bawah pengetahuan, domain (rules) yang memungkinkan
untuk bisa mendapatkan hasil yang baik kemampuan menyimpulkan pengetahuan
dalam pencarian dari suatu queri. Oleh baru dalam upaya membangun kecerdasan.
karena itu, jawaban dapat tetap diberikan Kecerdasan juga dapat dibangun dengan
dengan tingkat granulitas yang sama bahkan menggunakan penalaran approximate dalam
jika struktur pengetahuan yang mendasarinya pencarian yang menggunakan prinsip
terus berubah. Web semantik memiliki semantic distance. Semantic distance
kemampuan untuk mengisi bagian yang menentukan jarak antara kelas suatu konsep
hilang dengan melakukan deduksi dari data dan kelas super langsung darinya yang oleh
yang terkait. Misalnya, diketahui bahwa panjang jalan 1/2d, di mana d adalah
seseorang yang bernama "Ani" mengacu (maksimum) kedalaman kelas atas. Prinsip
pada orang lain "Budi" sebagai ayahnya, kedekatan semantik adalah untuk
maka sistem dapat menyimpulkan bahwa mengevaluasi jarak semantik antara kelas
"Budi" memiliki anak perempuan "Ani". ontologis. Atas dasar jarak ontologis ini,
Teknik ini dapat membawa kesimpulan yang suatu queri mengambil tidak hanya
sangat berguna karena berkaitan dengan sumberdaya web yang dianotasi spesialisasi
makna dan semantik daripada data. Ini adalah queri tetapi juga yang dianotasi semantik
karakteristik yang unik dan memberikan dekat. Dalam ontologi, kelas tingkat bawah
keuntungan besar atas sistem database secara semantik lebih dekat dari kelas tingkat
tradisional. atas. Kemampuan perkiraan (approximate)
kedua yaitu dengan cara properti standar
rdfs:seeAlso. Efek dari properti rdfs:seeAlso
antara dua kelas adalah untuk memperpendek
Memberdayakan web semantik dengan jarak semantik sebenarnya antara dua kelas
kecerdasan dalam pemrosesan queri perkiraan
Memberdayakan web semantik dengan (approximate query processing). OWL
kecerdasan komputasi dalam inovasi dalam menyediakan ekspresi semantik yang
perpektif manajemen pengetahuan dapat memungkinkan inferensi mesin pada
dibangun dengan tiga sudut pandang yang ontologi atau data individual yang dipetakan
berbeda: pertama dari sisi pengembang ke ontologi, biasa disebut dengan
ontologi yang berfokus pada representasi knowledgebase. Inferensi mungkin
pengetahuan dalam domain, kedua dari sisi didasarkan pada hal-hal seperti relasi antara
aktor yang membuat anotasi semantik konsep-konsep (ekuivalen, disjoint, dll),
sumberdaya web berdasarkan ontologi, dan karakteristik properti (inversif, transitif,
ketiga pengguna akhir yang menulis queri simetrik, dll) atau kardinalitas (misalnya ibu-
berbasis ontologi untuk mencari Web. biologis memiliki tepat satu nilai dalam
Sedangkan dari perspektif teknologi relasi). Relasi 'subclass' adalah properti
kemampuan ini dibangun dengan transitif dan pewarisan sifat dari superclass
memaksimalkan kemampuan yang ke subclass. Konstrain dan kemampuan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 393
menggabungkan fakta memungkinkan mesin konsep. Suatu dokumen yang relevan bisa
membuat kesimpulan dalam memecahkan saja tidak mengandung kata kunci ekplisit,
masalah yang membosankan, sinonim yang menurunkan tingkat recall,
menggabungkan fakta dalam menemukan homonim yang menurunkan tingkat presisi,
informasi baru, dan membantu mencegah dan relasi semantik seperti hiponim,
kesalahpahaman tertentu. meronim dan antonim yang tidak
diperhitungkan. Solusi yang terbaik untuk
B. Aplikasi Web Semantik masalah ini adalah menggunakan
pemanggilan informasi menggunakan
Semantic search adalah aplikasi dari web ontologi. Kedua metode pencarian berbasis
semantik untuk pencarian data yang berbasis keyword tidak mudah digunakan untuk
semantik. Semantic search mempunyai upaya pengguna yang tidak tahu terminologi yang
untuk meningkatkan dan memperbaiki hasil harus digunakan untuk menganotasi konten
pencarian tradisional (berbasis teknologi atau tidak tahu pencarian secara eksplisit
information retrieval) dengan menggunakan yang ada dipikirannya.
data dari web semantik. Karena banyaknya
kosa kata, ketersediaan penjelasan semantik Jumlah data warisan digital tumbuh pada
yang ada dalam pengetahuan tradisional, dan tingkat yang eksponensial, dan teknologi
fakta bahwa hal ini terutama merupakan aplikasi Linked Open Data (LOD) telah
informasi yang dapat diakses publik, warisan muncul sebagai pendekatan yang
pengetahuan tradisional tampaknya menjadi menjanjikan untuk meningkatkan penemuan,
suatu yang ideal untuk aplikasi teknologi interpretasi, dan penggunaannya. LOD
web semantik. Dengan pertumbuhan internet adalah praktek terbaik yang
yang sekarang semakin tinggi, pemegang direkomendasikan untuk menghubungkan
koleksi data telah semakin tertarik untuk data terdistribusi di web (Heath & Bizer,
membuat koleksi mereka tersedia secara 2011). Dikembangkan sebagai proyek W3C
online. Tujuan dari mesin pencari adalah dan didorong oleh Tim Berners-Lee, LOD
untuk memaksimalkan presisi dan recall. lepas landas sebagai teknologi baru untuk
Salah satu cara untuk meningkatkan presisi memperluas web tradisional. LOD
dan recall dari queri adalah dengan menjanjikan fungsi konkret seperti:
mengeksploitasi konteks semantik dalam menyediakan pemersatu dan kerangka
istilah queri. Pencarian koleksi terdistribusi penerbitan terbuka yang memungkinkan data
dapat dicapai dengan biaya yang relatif interlinking dan memfasilitasi
rendah dengan teknologi web semantik. interoperabilitas data, integrasi, berbagi, dan
Pendekatan yang diambil kira-kira terdiri dari penggunaan kembali. Dalam konteks
unsur: menyediakan fasilitas untuk pengetahuan tradisional, LOD memiliki
memanggil, memperkaya dan menyelaraskan potensi untuk membuka peluang yang belum
koleksi metadata dan kosakata, menyediakan pernah terjadi sebelumnya untuk penemuan
fasilitas untuk pencarian semantik, dan informasi dan pendekatan baru untuk
menyediakan fasilitas bagi pengguna untuk pemanfaatannya.
menambahkan metadata dan konten. Sebuah analisis yang lebih rinci tentang
Pencarian dapat dilakukan dengan cara: bagaimana data bibliografi dapat
algoritma pencarian triple dan inferensi OWL dipublikasikan sebagai linked data dijelaskan
menggunakan ontologi. OWL reasoning dalam Bizer, et al. (2007), bagaimana untuk
dapat dibatasi pada hal yang lebih spesifik mempublikasikan linked data di web. Data
seperti: bersifat simetrik (owl:inverseOf, yang terkait diterbitkan di web biasanya
owl:SymmetricProperty), bersifat transitif diwakili dengan menggunakan Resource
(owl:Transitive-Property), dan bersifat Description Framework (RDF). Kerangka
ekuivalen (owl:sameAs). Masalah yang kerja ini menyediakan model data sederhana,
sering ditemukan dalam menggunakan tetapi merupakan komponen kunci
pencarian dengan keyword yaitu presisi dan disesuaikan terhadap pertukaran informasi
recall menjadi menurun karena pencarian dalam web semantik. Menurut W3C, "RDF
yang berbasis kata bukan yang berbasis provides interoperability between

394 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
applications that exchange machine- memberikan format standar untuk publikasi
understandable information on the Web". dan interkoneksi data terstruktur, linked data
Walaupun web semantik masih jauh dari mengubah web ke dalam database raksasa.
harapan sebagai platform utama di web, Namun, bahkan jika data mentah yang ada,
namun kerangka RDF sudah mencapai bahkan jika teknologi publikasi dan teknologi
banyak perhatian dan memberikan standar interlinking ada, transisi dari data mentah
yang berguna dan diterima untuk pengelolaan yang dipublikasi menuju pada data semantik
data dan informasi. Meskipun penerbitan yang terhubung masih perlu dilakukan. Oleh
dataset RDF sebagai file dump dengan lisensi sebab itu diperlukan sebuah platform open
data yang terbuka adalah penting, namun hal source membantu untuk mengangkat sumber
itu hanya satu langkah lagi menuju visi dari data mentah menjadi sumber data semantik
"jejaring data", yang hanya nama lain untuk yang saling terkait.
web semantik. Dengan SPARQL, W3C telah
memperkenalkan bahasa queri RDF yang
mendukung queri beberapa grafik RDF. DAFTAR PUSTAKA
SPARQL tidak hanya bahasa queri untuk
RDF, standar menetapkan pelaksanaan queri Joo, J. (2011). Adoption of Semantic Web from
didistribusikan melalui SPARQL endpoint the perspective of technology innovation:
yang berbeda, sehingga SPARQL dapat A grounded theory approach. International
disebut bahasa federasi queri. Selain itu, journal of human-computer studies, 69(3),
protokol ini mendefinisikan bagaimana
139-154.
mengirim permintaan dan hasil queri di
seluruh web. Dengan cara ini, SPARQL Ning, K., O'Sullivan, D., Zhu, Q., & Decker, S.
memungkinkan untuk mempublikasikan data (2006). Semantic innovation management
RDF melalui antarmuka standar. Beberapa across the extended enterprise.
situs komunitas riset besar sudah International Journal of Industrial and
menyediakan metadata mereka melalui Systems Engineering, 1(1-2), 109-128.
SPARQL endpoint. Penerbitan LOD
memerlukan beberapa komponen penting, Nayar, R., Venugopalan, K., Narendran, R., &
yang pertama adalah bahwa setiap entitas Nayar, S. (2013). Semantic web as an
harus memiliki identifier sumberdaya yang innovation enabler. In Driving the
unik (URI) (Berners-Lee, 2006). Langkah Economy through Innovation and
pertama ini dilakukan dengan menciptakan Entrepreneurship (pp. 475-486). Springer
Linked Direktori Name. Karena banyak India.reput
inisiatif yang berkembang di seluruh dunia
Scott Lundstrom (2005) Semantic Web: Safety
menyediakan akses ke data publik mentah
and Innovation, http://www.bio-
dalam gerakan data terbuka (Linked Open
itworld.com/issues/2005/oct/insights-
Data), banyak pertanyaan timbul mengenai
validitas dan aksesibilitas data tersebut. outlook/
Berbagai format data, duplikat Berners-Lee T, Hendler J, Lassila O (2001) The
pengidentifikasi, deskripsi skema metadata semantic web. Sci Am Mag 284(5):34–43
yang heterogen, dan beragam cara untuk
mengakses atau queri data yang ada. Faktor- Berners-Lee, T. (2006). Design issues: Linked
faktor ini membuat sulit untuk menggunakan data.
kembali dan mengintegrasikan sumber data Heath, T., & Bizer, C. (2011). Linked data:
untuk mengembangkan aplikasi yang Evolving the web into a global data space.
inovatif. Data terstruktur sudah ada dalam Synthesis lectures on the semantic web:
database, dalam metadata yang melekat pada theory and technology, 1(1), 1-136.
media, dan dalam jutaan file pengolah data
yang dibuat sehari-hari. Munculnya linked Bizer, C., Cyganiak, R., & Heath, T. (2007). How
data telah secara radikal mengubah cara data to publish linked data on the web.
terstruktur dipertimbangkan. Dengan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 395
Kompetensi Komunikasi Peneliti

Communication Competencie of Researcher


Mia Rahma Romadona
Pusat Penelitian Perkembangan IPTEK LIPI
Email: romadona.mia@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Competencie, Communication, Low publications Indonesian researchers can describe the lack of skills of
Researcher, Indicators researchers in communicating ideas or research results scientifically and
informative to the public. The lack of specific to the skills of researchers in
communicating the results of thought or research will be one of the
obstacles the government's effort to help the welfare of society. This study
aims to discuss the importance of communication skills in research as a
must-have competency standards and indicators reveal that became the
standard of behavior that shows the communication skills of researchers.
This study uses content analysis of the literature on communication
competency of researchers based on the government's policy regarding the
competency standard functional positions of researchers based on Rule
head LIPI No. 4 of 2009 and the Regulation of the Minister PAN No. 128 of
2004 regarding Position fungional Researcher and credit figures, as well as
a source of other literature , Researchers should have excellent
communication skills, so that the process of delivering a message or
information can be easily understood by the public. As an indicator of
communication competence is the researcher has the knowledge and
awareness and the courage to use traditional media or technology to deliver
critical information to perkambangan science and technology issues to the
public. Moreover stressed that good communication skills will facilitate the
transfer of knowledge between researchers, stakeholders, or society.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Kompetensi, Komunikasi, Rendahnya publikasi peneliti Indonesia dapat menggambarkan kurangnya
Peneliti, Indikator keterampilan peneliti dalam mengkomunikasikan gagasan atau hasil
penelitiannya secara ilmiah dan informatif terhadap publik. Kurangnya
keterampilam peneliti dalam mengkomunikasikan hasil pemikiran ataupun
penelitiannya akan menjadi salah satu penghambat upaya membantu
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kajian ini bertujuan
membahas mengenai pentingnya kemampuan komunikasi pada peneliti
sebagai standar kompetensi yang harus dimiliki serta mengungkap
indikator yang menjadi standar perilaku yang menunjukkan kemampuan
komunikasi peneliti. Kajian ini menggunakan analisis konten terhadap
beberapa literatur mengenai kompetensi komunikasi peneliti berdasarkan
kebijakan pemerintah mengenai standar kompetensi Jabatan fungsional
peneliti berdasarkan pada Peraturan kepala LIPI no 4 tahun 2009 dan
Peraturan menteri PAN no 128 tahun 2004 mengenai Jabatan Fungional
Peneliti dan Angka Kreditnya, serta sumber literature lainnya. Peneliti
seharusnya memiliki keterampilan komunikasi yang baik, sehingga proses
penyampaian pesan atau informasi dapat secara mudah dipahami oleh
publik. Adapun indiktor dari kompetensi komunikasi adalah peneliti
memiliki pengetahuan dan kesadaran serta keberanian untuk menggunakan
media tradisional ataupun teknologi untuk menyampaikan informasi isu
penting untuk perkambangan iptek pada publik. Selain itu menekankan
bahwa kemampuan komunikasi yang baik akan mempermudah proses
transfer knowledge antar peneliti, stakeholders, ataupun masyarakat.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

396 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN yaitu berada di urutan 57 tahun 2014 sebelumnya
pada urutan 61 tahun 2013. Sedangkan publikasi
Kegiatan penelitian merupakan salah satu
internasional peneliti Indonesia per tahun 2014
kegiatan utama dalam pengembangan ilmu
berada di urutan ke empat di negara ASEAN
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk
dengan jumlah 5.499 publikasi setelah Malaysia
membantu meningkatkan kesejahteraan manusia.
25.330 publikasi, Singapura 17.198 publikasi,
Sebagaimana kegiatan penelitian di suatu
dan Thailand 12.061 publikasi (SCImagoJR,
lembanga litbang atau di kalangan akademik
2014).
yang dilakukan oleh peneliti memiliki tujuan
serupa. Jabatan fungsional peneliti bertujuan
untuk melakukan kegiatan penelitian yang dapat
membantu pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peneliti merupakan salah satu dari jabatan
fungsional yang memiliki tugas pokok
melakukan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan
KEPMENPAN No 128 tahun 2004.
Merujuk pada data tahun 2012 jumlah Gambar 1. Jumlah Publikasi Internasional
perkembangan penelitia di Indonesia sebanyak dikawasan ASEAN tahun 1996-2014
23.639 peneliti berada di sektor Perguruan (sumber: SCImagoJR, 2014)
Tinggi, sedangkan di litbang pemerintah
sebanyak 9.011 peneliti; jumlah peneliti pada
sektor industri manufaktur paling sedikit dengan Beberapa kajian terdahulu telah banyak
jumlah 7.298 peneliti. Jumlah peneliti Indonesia dilakukan yang terkait dengan keterampilan dan
jika dibandingkan terhadap angkatan kerja dan pentingnya kompetensi komunikasi pada sektor
populasi di tahun 2012 akan mendapatkan rasio pendidikan dan sosial terutama untuk
peneliti yaitu rasio peneliti per angkatan kerja pengembangan ilmu pengetahuan. Abdul, Mohd,
yaitu 7,25% per 10.000 angkatan kerja dan Azman, dan Rahman (2010) menjelaskan bahwa
3,57% peneliti per 10.000 populasi (Tim tanpa kemampuan komunikasi yang baik maka
Indikator IPTEK, 2014). Dibandingkan negara fungsi dari pengajaran dan pembelajaran akan
ASEAN maka jumlah peneliti perpopulasi dan tidak efektif. Kemampuan komunikasi yang baik
angaktan kerja masih jauh dibandingkan negara merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
Malaysia, Singapura, dan Thailand. oleh setiap orang terutama yang bekerja dalam
area sosial (Staniforth, 2015), pengembangan
Adapun peneliti memiliki tugas pokok
iptek, dan pendidikan (Haji, Zakaria, Subahan, &
yaitu melakukan kegiatan penelitian, menulis
Meerah, 2012; Abdul et al., 2010). Klaim secara
laporan, menulis Karya Tulis Ilmiah,
empirik tersebut menjelaskan mengenai
menyebarluaskan hasil kajian pengembangan
pentingnya kemampuan komunikasi pada aspek
iptek, melakukan bimbingan atau pengajaran
pengembangan ilmu pengetahuan tidak hanya
untuk share knowledge, dan aktif melakukan
untuk kalangan akademik dan sosial namun juga
perkembangan ilmiah. Luaran peneliti dari
bagi peneliti secara umum.
kegiatan penelitian yang diharapkan adalah
publikasi ilmiah atau paten, bahkan bisa kedua- Rendahnya publikasi ilmiah di Indonesia
duanya tergantung dari jenis kegiatan penelitian dapat menggambarkan mengenai kecenderungan
yang dilakukan. Salah satu luaran berupa kemampuan komunikasi peneliti Indonesia masih
publikasi internasional secara global berdasarkan rendah. Hal itu terkait dengan kompetensi
ScCImagoJR tahun 2014, Indonesia naik komunikasi peneliti salah satunya adalah
peringkat dibandingkan pada tahun sebelumnya kemampuan dalam mendiseminasikan hasil

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 397
penelitian atau kajiaannya dalam bentuk karya (yang berbicara, penulis) ke penerima
tulis ilmiah, buku, atau presentasi oral secara (pendengar, atau pembaca) dengan menggunakan
langsung secara ilmiah. Merujuk pada standar alat atau media serta adanya umpan balik sebagai
kompetensi dasar yang harus dimiliki peneliti pengkodean atau interpretasi dari informasi yang
yang tertuang pada Perka Kepala LIPI No 4 tersampaikan. Hal itu menjelaskan bahwa dalam
tahun 2009 mengenai standar kompetensi jabatan proses komunikasi membutuhkan elemen dari
fungsional peneliti yaitu Kompetensi informasi, umpan balik, pemberi informasi,
Komunikasi. Kompetensi komunikasi pada penerima informasi, dan proses yang berulang
peneliti erat kaitannya dengan keterampilan dalam proses menciptakan knowledge baru atau
komunikasi dan keterampilan tersebut tidak dapat mengembangkan knowledge.
datang begitu saja, namun perlu untuk diasah
Komunikasi terbagi menjadi komunikasi
secara terus menerus. Maka dari itu perlunya
verbal dan non-verbal, sedangkan dalam
manajemen sumber daya peneliti untuk
komunikasi verbal terbagi menjadi komunikasi
merancang strategi peningkatakan kompetensi
oral dan tulis. Komunikasi non-verbal lebih
terutama pada kompetensi komunikasi untuk
banyak macamnya dengan menggunakan
peneliti secara terpadu beserta dengan penentuan
perantaraan media traditional ataupun dengan
indikator keberhasilannya.
media teknologi. Selain itu keterampilan
Adapun pertanyaan dalam kajian ini komunikasi yang baik adalah seseorang mampu
adalah mengenai seberapa penting keterampilan menggunkan komunikasi interpesonal,
komunikasi peneliti dapat menentukan kinerja komunikasi manajemen, dan komunikasi public.
individu dan organisasi?, Indikator apa saja yang Komunikasi interpersonal merupakan
dapat menjelaskan mengenai kemampuan atau keterampilan individu dengan menggunakan
keterampilan komunikasi peneliti?. Kajian ini melibatkan emapti sehingga terjalin komunikasi
bertujuan untuk membahas mengenai pentingnya dua arah antara pemberi dan penerima pesan.
kemampuan komunikasi pada peneliti sebagai
Komunikasi manajemen merukan
standar kompetensi yang harus dimiliki. Hal
keterampilan komunikasi individu dalam
tersebut berdampak pada kinerja mereka dalam
menyampaikan pesan secara formal atau informal
melakukan diseminasi dari kegiatan penelitian
pada beberapa orang pada suatu kelompok
ataupun kajian yang telah dilakukan. Serta dalam
tertentu yang memeliki karakteristik tertentu.
kajian ini mengungkap indikator yang menjadi
Sedangkan komunikasi public merupakan
standar perilaku yang menunjukkan kemampuan
keterampilan individu dalam menyampaikan pesa
komunikasi peneliti. Manfaat kajian ini adalah
atau informasi secara umum di khalayak umum,
untuk memberikan informasi lebih dalam
dan kemampuan ini cukup sulit karena
mengenai kompetensi komunikasi peneliti secara
membutuhkan pengalaman dan metode yang
individu dan untuk organisasi dapat
membantu pesan tersebut dipahami oleh semua
memanfaatkan indikator kompetensi komunikasi
orang. Komunikasi secara umum merupakan
sebagai masukan dalam kriteria perekrutan
keterampilan sekaligus pengatahuan yang penting
peneliti dan salaha satu aspek dalam penilaian
bagi individu untuk membangun interaksi sosial
kinerja.
serta yang terpenting adalah dalam berbagai dan
Komunikasi membangun pengetahuan lama atau baru pada
komunitas atau masyarakat umum.
Komunikasi secara umum merupakan
suatu proses perpindahan informasi dari Kompetensi
seseorang kepada orang lain atau komunitas
Kompetensi secara umum merupakan
secara verbal atau non-verbal. Proses komunikasi
karakteristik individu yang berhubungan dengan
merupakan pertukaran ide-ide, opini, dan
kriteria-referensi efektif dan atau kinerja superior
informasi dengan objek yang spesifik.
dalam pekerjaan atau berbagai situasi (Spencer &
komunikasi juga merupakan suatu awal dari
Spencer, 1993). Adapu n pendapat lain adalah
pesan atau informasi di transfer dari pengirim
karakteristik individu yang dapat diukur dan

398 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
terukur keakuratnnya dan dapat dilihat perbedaan Noe, 2010). Knowledge seeking berfungsi untuk
yang signifikan antara kinerja yang superior dan memperluas pengetahuan peneliti secara actual
biasa saja atau antara kinerja yang efektif dan dan menggunakan tacit knowledge untuk
tidak efektif (Vathanophas & Thai-ngam, 2007). menyelasaikan permasalahan dalam pekerjaan
Kompetensi merupakan serangkaian knowledge, mereka. Kemampuan dalam knowledge sharing
keterampilan, konsep diri, sifat, dan motivasi dan seeking membutuhkan kemampuan dalam
yang terkait pada diri seorang individu yang komunikasi secara langsung, atau tidak langsung
terealisasi dalam perilaku yang tampak untuk seperti tulisan, email, laporan, dan lain-lain
mendukung kinerja dalam kerja berdasarkan (Garavan, O’Brien, & Murphy, 2014).
tugas pokok setiap jabatan tertentu (Vazirani,
2010). Kompetensi (Guelph, 2010) merupakan
jenis perilaku yang menunjukan kinerja superior METODOLOGI
yang terpisah dari perilaku yang biasa. Artikel ini merupakan kajian kualitatif
Kompetensi secara umum merupakan dengan menggunakan analisis konten terhadap
istilah umum menjelaskan mengenai sesuatu beberapa literatur mengenai kompetensi
yang seharusnya dapat ditampakkan oleh komunikasi peneliti. Literatur kompetensi
individu secara efektif dalam pekerjaan, peran, komunikasi berdasarkan kebijakan pemerintah
fungsi, tugas, dan kewajiban dengan perilaku mengenai standar kompetensi Jabfung peneliti
yang televan dengan pekerjaan, motivasi, dan berdasarkan pada Perka LIPI no 4 tahun 2009
pengetahuan/keterampilan teknik (Harvard Peneliti dan Permen PAN no 128 tahun 2004
University, 2011). Kompetensi secara merupakan mengenai Jabatan Fungional Peneliti dan Angka
suatu perilaku kerja individu terukur yang Kreditnya. Selain itu literature lain didasarkan
mencerminkan kapasitasnya penegetahuan, dengan dari kajian empirik yang telah dilakukan
keterampilan, konsep diri, sifat dan motivasinya dan berdasakan kamus kompetensi secara umum
sebagai karakteristik dan kriteria suatu jabatan yang digunakan dalam manajemen
kerja, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2. pengembangan sumber daya manusia. Adapun
sistematika dapat dilihat pada gambar 3.
Mengenai bingkai analitik.
KEPMENPAN no
128 tahun 2004

Perka LIPI No 4 tahun


2009

Standar Kompentensi
Peneliti
Gambar 2. Model The Iceberg dan Centra and
Surface Competencies
Kompetensi Komunikasi
(Sumber: Spencer & Spencer, 1993)
Kompetensi Kajian Kompetensi
komunikasi umum Komunikasi

Salah satu kompetensi yang harus Kompetensi


Komunikasi peneliti
dimiliki oleh peneliti adalah kemampuan dalam
melakukan knowledge sharing secara konseptual
yang merupakan cara dalam menyebarkan
Indikator Kompetensi
informasi dan tahu bagaimana menolong dan Komunikasi Peneliti

berkolaborasi dengan orang lain dalam


menyelesaikan masalah, pengembangan ide-ide
Gambar 3. Bingkai Analitik
baru dan implementasi kebijakan serta prosedur
(Garavan, O’Brien, & Murphy, 2014; Wang &

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 399
HASIL dan PEMBAHASAN yang merujuk pada KEPMENPAN No 128 tahun
2004 mengenai Jabatan Fungsional Penelitia dan
Angka Kreditnya. Adapun standar kompetensi
1. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional peneliti menurut Perka LIPI no 4 tahun 2009
Peneliti Berdasarkan Perka LIPI No 04 menetapkan tiga kompetensi utama peneliti yaitu
tahun 2009 melipti pengetahuan (knowledge), kecakapan
Jabatan fungsional peneliti berdasarkan (skill), dan Sikap kerja (attitude). Keterampilan
Peraturan Kepala LIPI No 04/E/2009 mengenai berkomunikasi ynag baik pada peneliti masuk
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti dalam ranah kompetensi utama kecakapan (skill).
menjelaskan bahwa, pada pasal 1 menyebutkan Berdasarkan hal tersebut kecakapan peneliti
bahwa standar kompetensi jabatan fungsional dalam berkomunikasi merupakan keterampilan
peneliti bersifat kompetensi minimal yang perlu yang penting dan harus selalu dikembangkan
dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil untuk dapat membantu meningkatkan kinerjanya
(PNS) yang memangku jabatan fungsiona peneliti dan kinerja lembaga litbang.
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Adapun pada berdasarkan pada Peraturan
2. Kompetensi Peneliti
Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 2002 pada Pasal
6 ayat 1 huruf (e) menyebutkan bahwa Syarat Adapun kompetensi menurut perka LIPI
yang harus dipenuhi oleh pelamar adalah No 04 tahun 2009 yaitu kemampuan dan
mempunyai pendidikan, keahlian, kecakapan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS
keterampilan yag diperlukan. Pada PP no 11 berupa gabungan antara pengetahuan
tahun 2002 pada pasal 6 ayat 1 huruf (e) (knowledge) kecakapan atau kemahiran (skill)
menjelaskan mengenai rumusan kompetensi yang dan skap perilaku (attitude) yang diperlukan
diperlukan bagi calon PNS yang berfungsi untuk dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga
dapat menunjang pengembangan iptek dan PNS tersebut dapat melakasnakan tugas secara
membantu keberhasilan pelaksanaan kinerja profesional, efektif, dan efisien. Kata lain
sesuai dengan jabatan fungsionalnya. Peneliti kompetensi sebagai seperangkat pengetahuan,
sebagai bagian dari jabatan fungsional PNS juga keterampilan, dan sikap yang saling terkait
memiliki kompetensi yang terstandar untuk mempengaruhi sebagian besar peran dan
menunjang kinerjanya dan kinerja litbang. tanggung jawab jabatan, berkorelasi dengan
kinerja pada jabatan tersebut dan dapat diukur
dengan standar yang dapat diterima serta dapat
ditingkatkan melalui upaya-upaya pelatihan dan
pengembangan. Terkait dengan kecakapan atau
kemahiran merupakan kemampuan pengunaan
fisik dan/atau mental (daya nalar/daya pikir) yang
diaktualisaskan dalam praktik. Sikap atau
kualitas pribadi merupakan perpaduan antara
penampilan (performance) dan perilaku
(behavior) berbentuk penguasaan atau
pengendalian diri atau pemikiran sifat interaktif
dalam beraktivitas.
Setiap jabatan fungsional peneliti dari
Gambar 4. Diagram Alur Penyusunan kandidat peneliti, peneliti pertama , muda,
Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti madya, sampai utama harus memiliki
(sumber: Perka LIPI No 4 tahun 2009) kompetensi dalam yang dapat menunjang tugas
dan fungsinya sesuai bidang penelitian atau
Gambar 4. Menjelaskan mengenai alur
kepakarannya. Output yang sebagai kegiatan
penyusunan kompetensi jabatan fungsional
peneliti berdasarkan Perka LIPI No 4 tahun 2009

400 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
3. Pentingnya Komunikasi dalam IPTEK
KTI/karya ilmiah/makalah/komunikasi pendek
dari hasil penelitian atau Standar kompetensi Pentingnya keterampilan komunikasi
jabatan fungsional peneliti adalah mampu individu yang bekerja pada berbagai bidang dapat
berkomunikasi dengan baik baik verbal dan non- dilihat pada beberapa kajian empirik yang telah
verbal, komunikasi langsung ataupu tidak dilakukan oleh beberapa penelti terdahulu (lihat
langung. tabel 1).

Tabel 1. Kajian Kompetensi Komunikasi Dalam Proses Pengembangan IPTEK


No Penulis Tahun Judul dan Hasil Kesimpulan
Jurnal
1 Staniforth, B. 2015 Communication Pekerja sosial membutuhkan Kemampuan komunikasi
skills in social work. kemampuan komunikasi yang sebagai keterampilan dasara
baik karena sebagi dasara untuk yang harus dimiliki oleh
dapat berkomunikasi dengan pekerja sosial untuk dapat
International komunitas sosial, klien, dan mennggali dan
Encyclopedia of the masyarakat pada situasi yang menginterpretasi informasi
Social & Behavioral berbeda. Tanpa kemampuan yang didapatkan. Kemampuan
Sciences, 2nd komunikasi yang baik maka komunikasi dengan
edition, 4. 284-290 akan menyulitkan mereka memgembangkan rasa empati,
untuk dapat mendapatkan kritis, dan memberikan
informasi dan data yang akurat feedback positif.
dan mendalam. Lingkup umum
di lingkungan sosial terdapat
isu-isu yang perlu digali
mengenaiinformasi, kesadaran,
dan budaya yang berkembang.
Kemampuan komunikasi perlu
ditingkatkan dengan
mengembangkan rasa empati,
kritis, dan mampu
merefleksikan informasi untuk
menginterpretasikan informasi
yang dibtuhkan sebagai bagian
dari proses belajar.
2 Abdul et al., 2010 Communication Keterampilan komunikasi dan Keterampilan komunikasi
skill and work motivasi bekerja merupakan yang baik pada guru akan
motivation amongs dua hal yang penting untuk memberikan iklim belajar
expert teachers dapat meningkatkan yang positif terhadap perilaku
profesionalisme guru dalam dan kemampuan belajar siswa.
proses pembelajaran untuk Hal itu dikerenakan
Social and proses knowledge sharing pada keterampilan komunikasi
behavioral sciences, siswanya. Komunikasi yang tidak hanya penting untuk
7. 565-567 baik merupakan keterampilan proses komunikasi namun
yang sangat penting untuk juga faktor yang dapat
dimiliki oleh guru/pendidik membantu keberhasilan siswa
untuk dapat mneingkatkan dalam mengelola emosi dan
kinerja belajar para siswa.. sosial mereka.
Selain itu dengan komunikasi
yang baik para guru akan
memberikan dampak positif
perilaku siswa terkait dengan
pengelolaan emosi dan
keterampilan sosial.
3 Haji et al., 2011 Communication Keterampilan komunikasi Keterampilan komunikasi
skill among merupakan elemen penting dari perlu dikembangkan karena
university students keterampilan yang harus faktor penting untuk
dimiliki oleh mahasiswa. membantu keberhasilan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 401
Terdapat tiga jenis komunikasi mahasiswa dalam proses
Social and
verbal, tertulis, dan sosial yang belejar dengan
Behavioral
penting untuk dikembangkan mengembangkan komunikasi
Sciences, 59. 71-76
yaitu dengan kegiatan verbal, menulis, dan sosial.
presentasi, diskusi, menulis,
dan sikap empati serta
negosiasi.
4 Fatima, 2015 Assensment skill of Pengetahuan dan komunikasi Adanya NTIC sebagai suatu
Islama, & doctoral students in terintergrasi dalam teknologi sistem teknologi yang dapat
Mohamed, ICT and yang mencerminkan evoluasi membantu dan menambah
communication eith dalam dunia akademik dan pengetahuan dan komunikasi
doctoral training in profesional di area ekonomi, pada mahasiswa doctoral
Moroccan teknologi, dan politik. untuk menyelesaikan penelitia
University Mahasisawa doctoral dan tesis, sehingga dapat
seharusnya dapat meningkatkan produkstivitas
Social and
mengembangkan berbagai mereka.
Behavioral
keterampilan yang berdampak
Sciences. 197.1591-
pada pengembangan ilmu
1596
pengetahuan, mengenai
bagaimana seharusnya dan
bagaimana sebaiknya untuk
meningkatkan
produktivitasnya. Keterampilan
NITC pada mahasiswa doctoral
membantu dalam
mengembangkan tesis dan
membantu mempermudah
dalam kegiatan penelitian, dan
dapat membantu dalam
medapatkan data atau literature
ilmiah dan teknik.
5 Timofti & 2013 Communicative Peran keterampilan dan Kemampuan komunikasi guru
Dumitriu, skill and/or kompetensi komunikasi dalam proses belajar mengajar
communication membuat proses pendidikan meerupakan keterampilan dan
competence? menjadi semakin efektif. Guru kompetensi yang penting serta
sebagai fasilitator dalam proses harus dimiliki untuk
Social and
belajar siswa seharusnya membangun proses
Behavioral Sciences
memiliki keterampilan dan pembelajaran yang efektif
141, 489-493
kompetensi komunikasi yang bagi para siswa.
efektif dengan kemampuan
dyadic komunikasi dengan tiga
pendekatan secara toeritik,
metodologim dan praxiological.
6 Suciu, 2014 Developing the PR Siswa PR harus Adanya panduan komunikasi
Simona, & students’ written mengembangkan kemampuan menulis membarikan
Kilyeni, communication komunikasi tertulis untuk perubahan signifikan terhadap
skills membantu mereka kemampuan mahasiswa PR
memperbaiki kesalahan dalam dalam menuliskan ide,
Social and
spelling, tanda baca serta analisis, dan mengurangi
Behavioral
mengenai keterhubungan antara kesalahan mereka dalam
Sciences, 191. 709-
bahasa dan norma sosial. menulis.
712
Penting adanya pedoman
komunikasi tulis
memperlihatkan mengenai
peningkatan kemampuan
komunikasi terutlis pada sista
RR, karena elemen penting dari
komunikasi untuk dapat
menggambarkan diri serta
dalam mengirimkan pesan atau
informasi.

402 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
7 Zlati, Bjeki, 2014 Development of Kompetensi komunikasi Tidak adanya dampak yang
& Bojovi, teacher sebagai sistem pengetahuan, signifikan terhadap
communication keterampilan, kemampuan, kekemampuan guru yang telah
competence motivasi, skap, dan dan tidak melakukan training
perlengkapan yang penting bagi komunikasi menjelaskan
Social and
guru. Program pelatihan bahwa sebenarnya ada
Behavioral Sciences
pengembangan kompetensi perbedaan kemampuan
116, 606-610
guru di Sebia telah dilakukan komunikasi guru adanya
sejak tahun 2006 sampai tahun faktor sosio-komunikasi yaitu
2011 yang hasilnya berbeda- sensitivitas sosial, komunikasi
beda. Hasilnya adalah tidak ada verbal non-kekerasan, tipe
perbedaan kemampuan integrasi dalam menejemen
kompetensi komunikasi antara konflik, dan saling
guru dan non-guru dilihat dari keterikaitan. Faktor tersebut
indikator. Adanya yang seharusnya perlu untuk
kemungkinan praktik kegiatan diperhatikan dalam
training komunikasi tidak pelaksanaan training
cukup mampu mendukung komunikasi guru.
kemampuan dari keterampilan
komunikasi guru.
8 Al-bogami, 2015 The relationship Kemampuan komunikasi yang Kemampuan komunikasi yang
between tinggi pada atasan dalam baik memberikan dampak
transformational organisasi sanagt signifikan yang signifikan terhadap
management and berhubungan langsung antara keberhasilan transformasi
communication kesediaan transformasi manajemen perlu untuk di
skills among heads manajemen dan mampu perhatikan. Perlunya
of departments of melakukan secara praktis dikembangkan standarisasi
KAU berkomunikasi efektif. Hal pengukuran dalam seleksi
yang terpenting dari penentuan kepala/pemimpin
mengadopsi jenis transformasi disetiap departemen karena
Computer Sciences, manajemen dalam bekerja terkati dengan kemampuan
65. 1160-1164 karena akan sangat dan tipe kepemimpinan untuk
berhubungan dengan mendukung keberhasilan
keterampilan komunikasi dan transformasi manajemen. Pada
kriteria khusus untuk kajian selanjutnya perlu
menyeleksi kepala suatu memperhatikan atribut tipe
departemen dalam transformasional pada
memperlihatkan kesediaan tipe pendidikan seorang
transformasionalnya. pemimpin, dan pemimpin
transformasional dan metode
management modern seperti
knowledge management.
9 Lesenciuc, & 2012 Interpersonal Memahami konsep mengenai Konsep kompetensi
Condreanu communication kompetensi komunikasi komunikasi terbentuk dari
competence: interpersonal, kompetensi budaya dan komunikasi
Cultural komunikasi intercultural, dan berdasarkan tiga perspektif
underpinnings kompetensi intercultural keilimuaan antropologi,
berdasarkan disiplin ilmu psikologi, dan sosiologi.
antropologi,psikologi , dan
Journal of Defense sosiologi. Kompetensi
Resources komunikasi merupakan
Management, 3 (4). melibatkan intercultural
127-138 kompetensi dan kemampuan
kebahasaan, kemampuan dalam
melakukan strategi
sebagaimana komunikasi
interpersonal.
(sumber: diolah dari penelitian)

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 403
menjadi media untuk mempengaruhi publik
Berdasarkan pemetaan mengenai kajian
secara umum.
terdahulu mengenai peran pentingnya
keterampilan komunikasi menjelaskan bahwa 4. Kompetensi dan Komunikasi Peneliti
kemampuan komunikasi yang baik dapat
Merujuk pada KEPMENPAN No 128
membantu dalam proses transfer knowledge, dan
tahun 2004 dan perka LIP no 4 tahun 2009 maka
dapat memotivasi orang lain untuk mau bekerja
rician mengenai tugas dan kegitan yang
atau belajar menjadi lebih baik. Hal itu
mengarah pada kompetensi komunikasi peneliti
menjelaskan bahwa selain komunikasi berperan
dapat dilibhat pada tabel 2.
penting dalam proses penyampaian pesan atau
informasi pada orang lain, namun juga dapat

Tabel 2. Keterkaitan Kompetensi Komunikasi Peneliti dengan Rincian Tugas dan Rincian Kegiatan
Jabatan Rincian Tugas Rincian kegiatan Kompetensi Jenis Media
fungsiona Menpan no komunik
Menpan no
l peneliti KEP/128/M.PAN// asi
KEP/128/M.PAN/9/200
9/2004 pasal 7
4 pasal 4
Pertama a. Menyusun KTI dan Membuat KTI terbit Mampu Verbal Langsung
menerbitkan serta dalam bentuk buku, berkomunikasi (presentasi,
menyebarluaskan hasil jurnal ilmiah, dengan baik diskusi,
penelitian dan/atau prosiding, yaitu mampu pembimbingan/
pengembangan iptek makalah/komunikasi menyampaikan konsultasi
yang mendukung pendek hasil penelitian ide, pemikiran, teknis/ilmiah)
pelaksanaan atau hasil pemikiran pesan, dan
pembangunan ilmiah, Memberikan informasi pada
berkelanjutan; bimbingan/konsultasi orang lain
Muda teknis/ ilmiah kepada dengan
b. Mengarahkan,
peneliti lain konvergen
membimbing dan
(jelas dan dapat
membina pejabat Non - Tidak langsung
dipahami)
Peneliti lain dalam verbal baik secara tidak
dengan bahasa
pengembangan iptek online ataupun
yang sederhana
Madya c. Menyebarluaskan hasil dan tetap ilmiah online (makalah,
penelitiannya sehingga jurnal,
dapat bermanfaat prosiding, buku,
langsung maupun tidak poster, dll)
langsung dengan tugas
dan fungsinya;
d. Mengikuti diskusi
Utama
mencari informasi,
menghadiri seminar,
pelatihan dan
lokakarya;
(sumber: diolah dan diadaptasi dari Perka LIPI No 2 tahun 2004 tentang standar kompetensi jabatan
fungsional peneliti)
komunikasi yang baik secara verbal ataupun non-
Adapun berdasarkan uraian pada tabel 2
verbal.
dapat menjelaskan bahwa seluruh tugas dan
kegiatan penelitian dari peneliti didominasi pada 5. Kompetensi Komunikasi Peneliti
kapasitas peneliti pada mengkomunikasikanide
Beberapa tokoh telah mengdefinisikan
atau gagasannya secara ilmiah. Maka dapat
kompetensi komunikasi, yaitu:
disimpulkan peneliti sosial ataupun non-sosial
harus memiliki kapasitas kemampuan

404 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Table 3. Tabel Definisi Kompetensi Komunikasi
No Tokoh Definisi
1 Habermas (1979) Kemampuan untuk membuat seseorang paham tanpa ragu-ragu dan hambatan,
dengan cara bahasa yang mudah dipahami dan memiliki efek, serta merupakan
kemampuan untuk memahami secara komunikatif.
2 Hymes (1972) Pengetahuan partisipan mengenai apa yang dibutuhkan ketika berbicara ketika
berinteraksi dengan sosial sehingga mampu berhasil untuk menjelaskan secara
konret.
3 Widdowson (2007) Kompetensi komunikasi tidak hanya menyamakan perbedaan bentuk
pengetahuan namun juga pada kompleksitas pada negosiasi dari kerangkakerja
pengetahuan umum dengan kemampuan bahasa.
4 McInner Cooper Komunikasi efektif merupakan kemampuan untuk mendengarkan dan berbagi
informasi yang relevan untuk mengantisipasi atau menyelesaika permasalahan
secara efektif bagi organisasi.
5 Harvard University Kemampuan individu dalam menyampaikan informasi dan ide-ide secara jelas
melalui berbagai media dengan cara yang melibatkan penonton dan membantu
mereka memahami dan mempertahankan pesan.
8 Perka LIPI No 4 Kecakapan menyampaikan pesan dan menerima umpan balik dari pesan yang
tahun 2009 disampaikan menuju tingkat konvergensi
(Sumber: diolah dalam kajian)
verbal dan non verbal serta secara tatap muka
Berdasarkan penjabaran definisi dari
ataupun menggunakan media. Keterampilan
kompetensi komunikasi secara umum ataupun
komunikasi berhubungan dengan metode
khusus terkait pada peneliti adalah karakteristik
komunikasi, media komunikasi, dan publikasi.
dan kriteria yang hampir sama. Perlunya untuk
Pada proses transfer knowledge pada individu
lebih memperjelas mengenai perilaku yang dapat
melalui kotak pribadi dengan ditunjang oleh
menjelaskan mengenai kemampuan komunikasi
kemampuan dalam kerjasama/kolaborasi dan
peneliti pada tingkat konvergensi, sehingga dapat
komunikasi untuk menyampaikan tacit
diukur secara objekttif. Kompetensi komunikasi
knowledge.
pada peneliti merujuk pada kemampuan peneliti
dalam proses menyampaikan pesan atau Persaingan diera global adalah fokus
informasi, sehingga dapat dipahami oleh pada kualitas dan kuantitas perkembangan
penerima pesan dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang ada pada organisasi sesuai
media. dengan tuntutan dan dinamika global.
Kemampuan komunikasi masuk ke dalam
6. Pentingnya Kompetensi Komunikasi Bagi domain ke empat mengenai Standar kompetensi
Peniliti peneliti di UK (Framework, n.d.), yaitu domain
engagement influence and impact mengenai
Pengembangan profesional peneliti knowledge dan keterampilan untuk bekerja
terkait pada kesadaran peneliti untuk mampu dengan orang lain dan memberikan dampak
mengevaluasi dan merencanakan karir nyata dari hasil penelitian. Kompetensi utamanya
profesional sebagai peneliti berdasarkan adalah Komunikasi Metode, Komunikasi Media,
pengembangan kompetensi peneliti. Terkait dan Publikasi. Proses kegiatan dalam mentransfer
dengan pengembangan knowledge dan pengetahuan merupakan proses yang penting
keterampilan kerja yang dapat memberikan untuk membangun pengetahuan untuk tetap
dampak bagi peneliti dan orang lain. Peneliti berada ada di organisasi. Pentingnya adanya
membutuhkan keterampilan komunikasi secara

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 405
penguatan kompetensi peneliti untuk dapat 7. Indikator Kompetensi Komunikasi
meningkatkan kinerjanya dalam perspektif Peneliti
kemampuan komunikasi dalam pengembangan
Kompetensi komunikasi secara konsep
IPTEK. Peneliti yang memiliki kompetensi yaitu
tidak hanya sebagai kapasitas adaptasi dengan
mampu berkomunikasi dengan baik merupakan
lingkungan sekitar namun juga merupakan secara
kecakapan menyampaikan pesan dan menerima
bagian dari fisik dan psikologis individu dalam
umpan balik dari pesan yang disampaikan
berkomunikasi yang dibutuhkan oleh lingkungan
menuju tingkat konvergensi (dapat dimengerti)
(Lesencuc & Condreanu, 2012). Secara umum
baik secara lisan, tulisan, ataupun bahasa tubuh
kompetensi komunikasi lebih mengarah pada
dalam tatap muka ataupun dengan menggunakan
kinerja komunikator dalam melakukan proses
media.
penyampaian pesan atau informasi mengenai isu
Kompetensi komunikasi pada peneliti terdiri dari atau pengetahuan terhadap orang lain yang
Komunikasi verbal, keterampilan komunikasi menerimanya atau dalam lingkungan sosial.
verbal dapat dikembangkan dan ditingkatkan Berdasarkan teroi dari Habermas mengenai
dengan kegiatan presentasi, kolpmpok-kelompok konsep komunikasi adalah kapasitas pembicara
diskusi terbuka baik secara formal dan informal. menjelaskan kebenaran formula mengenai
Kegiatan presentasi merupakan kegiatan yang kesesuaian antara realita dan orientasi pesan yang
dapat melatih peneliti untuk dapat mudah dipahami.
mengemukakan idea tau gagasan, mendengarkan,
Berdasakan jabaran konsep dan
dan memberikan umpan balik. Komunikasi
kompetensi komunikasi peneliti maka perilaku
tertulis, keterampilan menulis sebagai bentuk
yang dapat menggambarkan kapasitasnya dapat
dari komunikasi yang dapat dikembangkan
dijelaskan dalam indikator. Indikator ini
dengan melatih kemampuan mengemukakan ide,
merupakan perilaku yang menggambarkan
gagasan, pendapat, atau informasi secara tertulis.
mengenai kompetensi komunikasi peneliti,
Tulisan yang bagus merupakan keterampilan
sehingga dapat diukur secara objektif.
komunikasi yang diharapkan dari peneliti karena
Kompetensi komunikasi yang baik pada peneliti
dengan tulisan sebagai bentuk luaran yang dapat
mencakup kemampuan komunikasi berdasarkan
dipertanggung jawabkan dalam bentuk karya
metode dan media yang digunakan. Merujuk
tulis ilmuah seprti jurnal, artikel, buku ataupun
pada kompetensi komunikasi peneliti dari United
poster. Keterampilan menulis pada peneliti juga
Kingdom dan beberapa kamus kompetensi
bukan hanya kemampuan menuangkan ide secara
seperti Harvard University competences
iomiah namun juga kemampuan penggunaan
dictionary, McInnes Dictionary, dan Spencer &
bahasa sesuai dengan standar baku seperi KBBI
Spencer (1993) indikator dari kemampuan
dan penggunaan grammar dalam bahasa Inggris.
komunikasi adalah individu peneliti kurang
Komunikasi sosial, keterampilan komunikasi
berani unntuk mengemukakan ide atau
sosial membutuhkan kemampuan komunikasi
gagasannya pada orang lain dan kurang mampu
interpersonal terutama saat berhadapan langsung
memanfaatkan media secara maksimal, individu
serta membutuhkan kemampuan untuk
memiliki pengetahuan dan mampu
bernegosiaasi dengan berbagai orang dari latar
berkomunikasi secara tatap muka dengan
belakang berbeda sebagai kemampuan
langsung atau menggunakan media teknologi,
komunikasi management (Haji, dkk, 2012).
dapat menyampaikan gagasan atau hasil
Sikap juga merupakan faktor dari kemampuan
penelitiannya secara efektif dan empatik pada
komunikasi yang akan mempengaruhi aktivitas
publik, mampu menjelaskan mengenai
dari penyampaian pesan yang terjadi.
perubahan/perkembangan IPTEK kepada public,
Keterampilan komunikasi di kalangan akademik
mitra bisnis, profesional dan peneliti lain atau
maka membutuhkan keterampilan komunikasi
komunitas di area nasional ataupun internasional,
dalam bidang presentasi, diskusi dan komunikasi
memiliki kesadaran untuk memanfaatkan media
sosial terutama untuk menggali data dari sebagai
dan teknologi untuk menyampaikan persan hasil
informan.
penelitian atau perkembanan iptek pada

406 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
masyarakat, dan mampu memimpin institusi atau maka akan mempermudah proses transfer
peneliti lain dalam menjelaskan suatu isu dengan knowledge, karena akan mudah saling memahami
argument yang logis dan ilmiah. Indikator informasi yang bertukar. Keterampilan
tersebut meliputi kemampuan komunikasi verbal komunikasi verbal dan non-verbal yang perlu
dan non-verbal; kemampuan komunikasi dikuasai oleh peneliti adalah komunikasi
interpersonal, menejement, dan public. Ketika interpersonal, komunikasi manajemen
peneliti memiliki keenam indikator tersebut maka (komunikasi dalam kelompok), dan komunikasi
mejelaskan bahwa kemampuan komunikasinya publik.
semakin baik dan memenuhi salah satu standar
Untuk kajian yang akan datang pelu
kompetensi jabatan fungsional peneliti.
untuk membahas faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan komunikasi peneliti
atau dapat juga mengukur secara statistic
KESIMPULAN
kemampuan komunikasi peneliti. Selain itu perlu
Kemampuan komunikasi dalam ranah mengaitkan kemampuan komunikasi peneliti
kegiatan penelitian menjadi keterampilan yang secara langsung dengan upaya meningkatakan
penting untuk dimiliki oleh peneliti. kegiatan diseminasi hasil penelitian, hal itu
Keterampilan komunikasi pada peneliti sangat terkait mengenai dampak langsung hasil
membantu dalam proses kegiatan penelitian, penelitian ke ranah public.
karena terkait dengan kemampuannya untuk
mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan dalam
bentuk oral ataupun tertulis. Peneliti seharusnya DAFTAR PUSTAKA
memiliki keterampilan komunikasi yang baik,
Abdul, N., Mohd, Z., Azman, N., & Rahman, S.
sehingga proses penyampaian pesan atau (2010). Communication Skills and Work
informasi dapat secara mudah dipahami oleh Motivation Amongst Expert Teachers,
orang lain yang dituju. Proses penyampaian 7(2), 565–567. http://doi.org/10.1016/
pesan tersebut dengan cara langsung seperti j.sbspro.2010.10.075
presentasi,diskus, atau interview ataupun melalui Al-bogami, H. M. Z. (2015). The Relationship
media tertulis seperti jurnal ilmiah, poster ilmiah, between Transformational Mana-gement
buku ilmiah, atau artikel. Kemapapuan and Communication Skills among Heads
komunikasi yang baik pada peneliti diharapkan of Departments of KAU. Procedia -
dapat meningkatkan kinerja individu ataupun Procedia Computer Science, 65(Iccmit),
1160–1164.
lembaga litbang sehingga membantu proses
http://doi.org/10.1016/j.procs.2015.09.026
diseminasi penelitian menjadi semakin
meningkat. Fatima, K., Islama, O., & Mohamed, R. (2015).
Assensment skills of doctoral students in
Perlunya kompetensi komunikasi di ICT and communication with doctoral
jabatan peneliti menjadi perhatian yang penting training in Moroccan university. Procedia
untuk terus tingkatkan mengacu pada Perka LIPI - Social and Behavioral Sciences,
197(February), 1591–1596. http://doi.org/
No 4 tahun 2009. Perlunya kompetensi
10.1016/j.sbspro.2015.07.116
komunikasi dimasukkan dalam strategi
pengembangan SDM peneliti sebagai kompetensi Framework, R. D. (n.d.). Development The
utama dalam seleksi penerimaan dan pendidikan Framework is designed for : Development.
fungsional calon peneliti. Perlunya keterampilan Guelph, U. of. (2010). Behavioural Competency
komunikasi untuk dilatih dan dikembangkan Dictionary, 1–27. Retrieved from
dengan cara formal ataupun tidak formal di https://www.uoguelph.ca/cio/sites/uoguelp
h.ca.cio/files/HR’s Competency
lingkungan kerja peneliti. Lingkungan
Dictionary.pdf
komunikasi yang positif dapat mendukung
kesempatan bagi peneliti untuk belajar mengenai Haji, Z., Zakaria, E., Subahan, T., & Meerah, M.
(2012). Communication skills among
keterampilan dan bagaimana berkomunikasi
university students, 59, 71–76.
lebih baik. Kemampuan komunikasi yang baik http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.24

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 407
7
Lesenciuc, A. (2012). Interpersonal
Communication Competence: Cultural
Underpinnings. Journal of Defence
Resource Management, 3(1), 127–138.
Staniforth, B., Services, H., Work, S., &
Education, F. (2015). Communication
Skills in Social Work. International
Encyclopedia of Social & Behavioral
Sciences (Second Edition, Vol. 4).
Elsevier. http://doi.org/10.1016/B978-0-
08-097086-8.28119-1
Suciu, L., Simona, Ş., & Kilyeni, A. (2015).
Developing T he PR Students ’ Written
Communication Skills, 191, 709–712.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.48
9
Timofti, I. C., & Dumitriu, G. (2014).
Communicative Skill And / Or
Communication Competence ?, 141, 489–
493.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.05.08
5
University, H. (2011). Harvard University:
Competency Dictionary, 1–21.
Vathanophas, Vichita; Thai-ngam, J. (2007).
Competency Requirements for Effective
Job Performance in The Thai Public
Sector. Contemporary Management
Research, 3(1), 45–70.
Vazirani, N. (2010). Review paper competencies
and competency model-A brief overview
of its development and application self-
concepts. SIES Journal of Management,
7(1), 121–131.
http://doi.org/10.1016/j.jvs.2013.03.003
Zlati, L., Bjeki, D., & Bojovi, M. (2014).
Development of teacher communication
competence, 116, 606–610.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.26
5

Kebijakan:
Perka LIPI No 4 tahun 2009 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti.
KEPMENPAN No 128 tahun 2004 tentang
Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka
Kreditnya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 2002

408 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Penguatan Kapasitas
Lembaga Litbang Publik
dan Industri
Kajian Faktor Sukses Sistem Layanan Berbasis Elektronik
(E-Services) di Lembaga Pemerintah
Darmawan Napitupulu
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Email : darwan.na70@gmail.com

Keyword ABSTRACT
E-Services, Good Governance, The development of electronic-based services (e-services) in the domain of
Factors, Success, Meta- government to meet the public demand for service quality, effective and
Synthesis, Indonesia efficient in order to realize good governance, would require huge
resources such as infrastructure, tbs, finance, regulation, etc. Utilization
of Information and Communication Technology (ICT) is suppose to
increase the transparency and accountability of public institutions, reduce
corruption, simplifying bureaucracy to become more efficient to provide a
space for people to participate actively in the formulation of state policy.
Based on Presidential Decree 3 of 2003, there are four stages in the
development of e-Government the preparatory phase (information),
maturation (interaction), stabilization (transaction) and utilization
(integration). E-Services is a measure of the phase 3 development of e-
Government are characterized by their online transaction services. But
according to some sources (Communications, 2009; Safitri, 2013), the
majority of government agencies in Indonesia is still in the 2nd stage is the
stabilization (interaction). Thus we can say in particular the development
of e-Government e-Services in Indonesia is running very slow since Inpres
3, 2003. Departing from the problems above, this study aims to find the
factors that influence the success (success factors) in the development of e-
Services Indonesia. The method used is the method of qualitative meta-
synthesis approach used to integrate various studies related to the
successful implementation of e-Services. The resulting success factors can
be accommodated by various stakeholders, especially government
agencies to encourage the development of e-Services in Indonesia.
Kata Kunci SARI KARANGAN
E-Services, Good Governance, Berkembangnya layanan berbasis elektronik (e-Services) di domain
Faktor, Keberhasilan, Meta- pemerintah untuk memenuhi kebutuhan publik akan layanan yang
Sintesis, Indonesia berkualitas, efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan good
governance, tentunya membutuhkan sumber daya yang besar seperti
infrastruktur, sdm, keuangan, regulasi, dll. Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) disinyalir dapat meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas lembaga publik, mengurangi korupsi,
menyederhanakan birokrasi menjadi lebih efisien hingga menyediakan
ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam perumusan
kebijakan negara. Berdasarkan Inpres 3 tahun 2003, ada 4 tahapan dalam
mengembangkan e-Government yakni tahap persiapan (informasi),
pematangan (interaksi), pemantapan (transaksi) dan pemanfaatan
(integrasi). E-Services merupakan tolak ukur dari tahap ke-3
pengembangan e-Government yang ditandai dengan adanya transaksi
layanan secara online. Namun menurut beberapa sumber (Kominfo, 2009;
Safitri, 2013), mayoritas lembaga pemerintah di Indonesia masih berada
pada tahap ke-2 yaitu pemantapan (interaksi). Dengan demikian dapat
dikatakan pengembangan e-Government khususnya e-Services
di Indonesia berjalan sangat lambat sejak digulirkannya Inpres 3 Tahun
2003. Berangkat dari permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan mencari
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan (faktor sukses)
pengembangan e-Services di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan pendekatan meta-sintesis yang digunakan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 409
untuk mengintegrasikan berbagai studi yang terkait dengan keberhasilan
implementasi e-Services. Faktor sukses yang dihasilkan dapat diakomodasi
oleh berbagai pihak terkait khususnya lembaga pemerintah untuk
mendorong pengembangan e-Services di Indonesia.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

I. PENDAHULUAN masih membutuhkan proses penggalian yang


secara terus-menerus sehingga memperkaya
Di abad 20 ini, ledakan teknologi informasi pengetahuan dalam bidang tersebut mulai
yang terjadi secara global telah dari definisi, metode, teknik serta pendekatan
mempengaruhi dan mengubah gaya hidup lainnya yang dapat digunakan sebagai suatu
manusia di dunia. Hal ini termasuk disipilin ilmu (Mesnan, 2015; Assar, 2011).
perubahan di berbagai sektor kehidupan Secara definisi, banyak lembaga maupun
seperti pendidikan, perdagangan, kesehatan peneliti yang telah merumuskan berbagai
hingga pemerintahan khususnya layanan macam definisi dari e-Government namun
kepada publik. Masuknya Teknologi belum ada kesepakatan khususnya definisi
Informasi dan Komunikasi (TIK) ke domain mana yang dianggap paling tepat (Mesnan,
pemerintah menjadi titik awal yang penting 2015). Misalnya saja World Bank (2001)
dalam mendukung ketersediaan layanan mendefinisikan e-Government sebagai
publik. Selain itu perkembangan TIK Penggunaan Teknologi Informasi seperti
tentunya membuka peluang bagi lembaga Wide Area Network, Internet dan Mobile
pemerintah untuk menyediakan layanan yang memiliki kemampuan untuk
secara lebih luas tidak hanya untuk mentransformasi hubungan dengan
masyarakat yang dikenal dengan G2C masyarakat, bisnis dan lembaga pemerintah
(Government to Citizen) namun juga lintas lainnya. UN (2005) mendefinisikan e-
lembaga pemerintah (G2G) maupun sektor Government sebagai pemanfaatan Teknologi
swasta (G2B). Hadirnya TIK khususnya Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
Internet telah merevolusi bagaimana aplikasinya oleh Pemerintah untuk
penyampaian layanan publik yang dilakukan, menyediakan informasi dan pelayanan
dari metode tradisional ke bentuk elektronik publik. Berdasarkan Palvia & Sharma (2007),
(Siddiquee, 2006). Teknologi Internet telah e-Government mengacu pada penyediaan
memperkenalkan berbagai cara yang inovatif informasi dan layanan publik oleh insitusi
dengan menyediakan media interaktif yang pemerintah baik tingkat lokal atau nasional
baru kepada publik untuk dapat berinteraksi kepada masyarakat, dunia bisnis maupun
dengan pemerintah. Media baru yang institusi pemerintah yang lain melalui
menyediakan dan menyampaikan informasi Internet atau teknologi digital lainnya.
dan layanan secara elektronik kepada publik Walaupun definisi tersebut berbeda-beda
dikenal dengan Electronic Government (E- namun jika dicermati terdapat beberapa
Government). E-Government telah membuat kesamaan karakteristik terkait makna e-
layanan publik menjadi lebih efektif dan Government (Fatah, 2009) yaitu :
efisien (Gichoya, 2005).

E-Government merupakan bidang penelitian • Merupakan suatu mekanisme interaksi


yang relatif baru (Al-Shehry, 2006) yang baru (modern) antara pemerintah dengan

410 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
masyarakat dan kalangan lain yang berjalan sangat lambat sejak digulirkannya
berkepentingan (stakeholder). Inpres 3 Tahun 2003. Berdasarkan beberapa
• Melibatkan penggunaan TIK (terutama literature, ada banyak faktor yang menjadi
Internet). penghambat diterapkannya e-Services seperti
• Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan
belum adanya standarisasi yang jelas,
yang selama berjalan
infrastruktur yang belum merata, rendahnya
E-Government merupakan media yang literasi masyarakat hingga budaya
penting sebagai inisiatif untuk memperbaiki masyarakat dan organisasi yang kurang
aliran proses serta informasi pada lembaga mendukung terhadap perubahan (Mesnan,
pemerintah. E-Government juga dapat 2015). Jika dilihat implementasinya di negara
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, tetangga seperti Malaysia, e-Services sudah
mengurangi korupsi, meningkatkan diterapkan secara menyeluruh oleh lembaga
kepercayaan publik, keterlibatan masyarakat, pemerintah yang menyediakan berbagai
efisiensi yang lebih tinggi dan mengurangi layanan atau transaksi online mulai dari
biaya (Dalila, 2007; Zulridah, 2011). Sebagai pembayaran pajak, lamaran kerja,
tambahan, e-Government telah memberikan perpanjangan ijin hingga e-commerce
manfaat yang signifikan terhadap berbagai (Othman & Yasin, 2015). Berangkat dari
pihak yang terkait. Manfaat yang dapat permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan
diperoleh dari penerapan e-Government mencari faktor-faktor apa saja yang
adalah pengurangan biaya, usaha dan waktu mempengaruhi keberhasilan (faktor sukses)
dari organisasi dan penggunanya, pengembangan e-Services khususnya pada
peningkatan kualitas layanan publik dan lembaga pemerintah di Indonesia. Penelitian
tingkat kepuasannya, peningkatan literasi ini tidak menyasar secara spefisik pada
komputer bagi pengguna serta penciptaan layanan tertentu namun e-Service secara
model bisnis yang baru, Keseluruhan umum di instansi pemerintah. Dengan
manfaat diterima oleh semua lapisan demikian diharapkan faktor sukses yang
masyakarat yang secara tidak langsung diperoleh dapat diakomodasi oleh berbagai
mendorong proses adopsi pengguna terhadap pihak terkait khususnya lembaga pemerintah
sistem layanan berbasis elektronik (e- untuk mendorong pengembangan e-Services
Services) di lembaga pemerintah. di Indonesia.

Berdasarkan Inpres 3 tahun 2003, ada 4 II. TINJAUAN PUSTAKA


tahapan dalam pengembangan e-Government
II.1 KONSEP E-SERVICES
yakni tahap persiapan (informasi),
pematangan (interaksi), pemantapan Saat ini produk dan jasa secara radikal telah
(transaksi) dan pemanfaatan (integrasi). E- bergeser ke bentuk digital dan disampaikan
Services merupakan tolak ukur dari tahap ke- atau dikirimkan melalui media Internet, alat
3 pengembangan e-Government yang teknologi informasi yang paling nyata dan
ditandai dengan adanya transaksi layanan eksplosif. Selain itu, Internet menawarkan
secara online. Namun menurut beberapa fungsi interaktif dengan pelanggan (Santos,
sumber (Kominfo, 2009; Safitri, 2013), 2003) dan memungkinkan layanan berbasis
kebanyakan lembaga pemerintah di elektronik (e-Services) menjadi unggulan
Indonesia masih berada pada tahap ke-2 yaitu (Voss, 2003). E-Services
pemantapan (interaksi) yang ditandai dengan dipandang sebagai konten yang bersifat
adanya situs web yang interaktif. Artinya interaktif, terpusat dan merupakan layanan
penerapan e-Services di lembaga pemerintah pelanggan berbasis Internet. E-Services

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 411
didorong oleh pengguna dan teknologi G2B atau G2G. Jenis interaksi dapat meliputi
dengan tujuan meningkatkan sinergi antara semua atau beberapa hal berikut seperti
pengguna dan penyedia layanan (Karat & pertukaran interaktif berbasis informasi,
interaksi negosiasi,
aliran promosi dan
produk/layanan (Rust &
Kannan, 2002). Dengan
demikian, e-Services
telah menciptakan daya
tarik yang signifikan
khususnya bagi
akademisi dan praktisi
dalam memahami
bagaimana lingkungan
Internet dapat
dimanfaatkan untuk
Kannan, 2003). Domain dari e-Services menyediakan sistem e-
menunjukkan saluran elektronik dari suatu Services yang efektif untuk penggunanya
organisasi khususnya lembaga pemerintah, (Rust & Kannan, 2003).
yang berinteraksi dengan masyarakat dan
Berdasarkan penjabaran di atas, e-Services
dunia bisnis seperti yang disajikan pada
dapat dikatakan meliputi tiga komponen
Gambar 1 di bawah ini :
utama yaitu penyedia layanan, penerima
Gambar 1. Domain E-Services (Sumber : layanan dan saluran pelayanan (yaitu
Rust & Kannan, 2003) teknologi). Sebagai contoh untuk layanan
publik berbasis elektronik, maka lembaga
Konsep e-Services pada Gambar 1 adalah publik disebut sebagai penyedia layanan,
paradigma baru dari e-Service dalam masyarakat dan dunia bisnis merupakan
lingkungan berbasis elektronik baik untuk penerima layanan sedangkan saluran
dunia bisnis (business) maupun pemerintah pelayanan adalah menggunakan Internet.
(government) yang terdiri dari tiga bagian. Adapun saluran pelayanan alternatif lainnya
Bagian pertama pada domain bisnis, seperti sms, telfon, kios, televisi, radio, dll.
organisasi berinteraksi dengan pelanggan
(customer) yang disebut dengan B2C
(Business to Customer) sedangkan pada II.2 PENELITIAN TERKAIT
domain pemerintah, interaksi dengan
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa
masyarakat dikenal dengan G2C
penerapan e-Services di lembaga pemerintah
(Government to Citizen). Bagian kedua
berjalan sangat lambat sejak digulirkannya
adalah di lingkungan internal organisasi itu
Inpres 3 Tahun 2003. Hal ini dapat dilihat
sendiri (internal e-Service). Lalu bagian ke
berdasarkan beberapa survei (Kominfo,
tiga pada domain bisnis, hubungan dengan
2009; Safitri, 2013) bahwa kebanyakan
pihak luar seperti supplier atau dengan
lembaga pemerintah masih berada pada
pemerintah yang dikenal dengan B2B atau
tingkat interaksi dari empat tingkat
B2G sedangkan pada domain pemerintah,
kematangan yang ada. Walaupun tidak
interaksi dengan dunia bisnis dan antar
dipungkiri sudah ada beberapa lembaga
lembaga pemerintah yang disebut dengan
pemerintah yang berinisiatif menyediakan

412 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
layanan berbasis elektronik (e-Services) sudah ada beberapa penelitian CSF terkait
namun secara umum dapat dikatakan layanan penerapan e-Services di lembaga pemerintah
baru bersifat parsial. Beberapa pemerintah namun penelitian yang ada masih tersebar di
daerah juga telah menunjukkan inisiatif dan berbagai jurnal dan conference sehingga
kinerja e-Government yang cukup baik belum terdapat gambaran yang utuh. Othman
namun beberapa daerah lain baru memahami & Yasin (2015) menyatakan ada 4 faktor
penerapan e-Government hanyalah sebatas sukses penerapan e-Service di Malaysia yaitu
membangun website. Bahkan website yang kualitas informasi, kehandalan sistem,
ada pun jauh dari kesan informatif. Akibat keamanan sistem dan kualitas penyampaian
kesalahan pemahaman tersebut, membuat layanan. Selain itu, penelitian yang dilakukan
penerapan e-Government di Indonesia Zericka (2013) terkait penerapan e-
mengalami kegagalan (Junaidi, 2011; Service di kabupaten kutai kartanegara juga
Supangkat, 2006). Disamping itu masih menyebutkan 4 faktor sukses yakni
sedikitnya publikasi, informasi ataupun hasil pemimpin, tingginya minat masyarakat
penelitian dari edaerah yang dianggap terhadap teknologi informasi, infrastruktur
berhasil dalam menerapkan e-Government di dan sumber daya manusia. Penelitian yang
Indonesia khususnya tentang gambaran lain oleh Kalvet (2011) menjelaskan faktor
keberhasilan daerah tersebut sehingga dapat sukses (CSF) e-Service di Estonia dari sudut
dijadikan pembelajaran dan rujukan bagi pandang inovasi. Pada penelitian ini, penulis
daerah lainnya dalam menerapkan e- melakukan studi literatur dan
Government. Penelitian terkait faktor sukses mengidentifikasi sedikitnya 15 studi CSF
(CSF) tentang penerapan e-Services masih terkait penerapan e-Service yang bersumber
belum banyak dilakukan. Padahal studi CSF dari jurnal maupun conference dari dalam
merupakan isu yang sangat penting untuk dan luar negeri. Keseluruh konsep CSF yang
mendukung keberhasilan penerapan e- ditemukan disajikan pada Tabel 1 sebagai
Services (Harper et.al, 2004). Sebenarnya berikut :
Tabel 1. Faktor Sukses (CSF) Penerapan E-Service
No Konsep CSF Jumlah Sumber
Konsep CSF (Referensi)
1. Kualitas informasi, kehandalan sistem, 4 Othman & Yasin
keamanan sistem dan kualitas (2015)
penyampaian layanan
2. Pemimpin, Tingginya minat masyarakat, 4 Zericka (2013)
Infrastruktur dan Sumber daya manusia
3. Inovasi 1 Kalvet (2011)
4. Regulasi, Sumber daya manusia, Sarana 4 Sosiawan (2008)
dan prasarana dan Literasi masyarakat
5. Konsistensi metodologi, Ketersediaan 5 Sutanta & Mustofa
tim, Kepemimpinan, Kelembagaan dan (2012)
Peningkatan berkesinambungan
6. Political environment, Socio cultural, ICT 12 Elseikh & Azzeh
Infrastructure, Socio economic, Legal, (2014)
Organization loyalty, Characteristics of
citizen, Trust, Quality of e-Government
Services, Security dan Website design
7. Organisasi, Alokasi sumber daya, Potensi 8 Angelopoulos (2009)
pasar, Sinergi pasar, Profil organisasi,
Layanan inovatif, Ide dan Kegiatan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 413
pengembangan
8. Citizen Satisfaction, E-Service Quality, 3 Saha et. al (2014)
Actual Usage
9. New technology adopter characteristic, 13 Al-Ghaith et. al
Trust, Security, Privacy issue, e-Service (2010)
quality, Loyalty, Diffusion of innovation,
Innovation Characteristic, Relative
advantage, Compatibility, Complexity,
Trialability dan Observability
10. Teknologi infrastruktur, Keamanan, 8 Hambali (2015)
Layanan aplikasi, Kebijakan, Manajemen
pengetahuan, Organisasi, Privasi dan
Kebutuhan pengguna
11. Transparansi, Ketepatan waktu, Efisien 4 Pratiwi et.al (2010)
dan Kesamaan hak
12. Kegunaan, Kemudahan, Reformasi 7 AlAwadhi & Anne
birokrasi, Budaya dan sosial, Isu Teknis, Moris (2009)
Kepercayaan dan Kurang kesadaran,
13. Citizen satisfaction, System quality, 7 Saha (2008)
Information quality, e-Service quality,
Perceived usefulness, Perceived ease of
use dan Citizen trust
14. System quality, information quality, 6 Pourkiani et. al (2013)
e-Service quality, Trust, Usefulnes dan
Ease of use of the system
15. Perceived usefulness, Image, 7 Carter & Belanger
Compatibility, Relative advantage, (2005)
Perceived ease of use, Trust of e-
Government dan Trust of Internet
16. Tingginya keinginan politis internal, 3 Chowdury (2008)
Infrastruktur teknologi yang memadai dan
Visi/strategi
17. Manajemen perubahan, Kapasitas 7 Vir & Bansal (2008)
departemen, Institusionalisasi,
Manajemen proyek, Inisiatif e-Gov, Dana
yang berkelanjutan dan Strategi
18. Ketersediaan infrastruktur teknologi yg 6 Prananto (2007)
memadai, Koordinasi antar
departemen/unit, Dukungan politik, Visi
dan strategi pemerintah & perundang-
undangan, Tata kelola pemerintahan yang
baik dan Manajemen perubahan
19. Visi dan strategi, Perbaikan proses bisnis, 5 Soh Bong Yu (2009)
Teknologi informasi, Struktur organisasi
dan Hukum peraturan yang berlaku
20. Visi, Kepemimpinan, Dukungan top 6 Al-Azri et. al (2010)
manajemen, Kultur organisasi, Pelatihan
dan Kesadaran

414 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
III. METODE PENELITIAN merupakan sebuah sintesis dari studi-studi
penelitian primer yang menyajikan suatu
Metode yang digunakan dalam penelitian ini topik tertentu dengan formulasi pertanyaan
adalah metode systematic review dengan yang spesifik dan jelas, metode pencarian
pendekatan kualitatif meta-sintesis. yang eksplisit dan reprodusibel, melibatkan
Systematic review adalah suatu metode proses telaah kritis dalam pemilihan studi,
penelitian untuk melakukan identifikasi, serta mengkomunikasikan hasil dan
evaluasi dan interpretasi terhadap semua implikasinya (Green, 2005). Dengan
hasil penelitian yang relevan terkait demikian Systematic review akan sangat
pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, bermanfaat untuk mengintegrasikan berbagai
atau fenomena yang menjadi perhatian hasil penelitian yang relevan, sehingga fakta
(Kitchenham, 2004). Studi individu yang disajikan kepada penentu kebijakan
(individual study) merupakan bentuk studi menjadi lebih komprehensif dan berimbang.
primer (primary study), sedangkan
systematic review adalah studi sekunder
(secondary study). Systematic review
Tabel 2. Perbedaan Systematic Review dan Traditional Review
(Perry & Hammond, 2002)

Berdasarkan pada Tabel 2 di atas dapat pengumpulan faktanya dan teknik sintesisnya
dikatakan bahwa systematic review tidak mengikuti metode baku dan
merupakan metode penelitian yang sebagaimana systematic review. Analogi
merangkum hasil-hasil penelitian primer dengan metodologi penelitian secara umum,
dengan cara yang baku dan sistematis dimana terdapat metode kuantatif dan
sedangkan traditional review, cara kualitatif maka dalam Systematic review juga

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 415
terdapat metode kuantitatif dan metode negeri. Studi CSF ini masih tersebar dalam
kualitatif (Siswanto, 2010). Metode berbagai artikel jurnal maupun conference
kuantitatif Systematic review adalah sehingga belum memberikan gambaran yang
digunakan untuk mensintesis hasil-hasil utuh. Sebagai contoh, Soh Bong Yu (2009)
penelitian dengan pendekatan kuantitatif. telah mengidentifikasi ada 5 faktor sukses
Pendekatan kuantitatif dalam systematic dalam penerapan e-Services yaitu Visi dan
review disebut dengan meta-analisis. strategi, Perbaikan proses bisnis, Teknologi
Sementara itu metode kualitatif dalam informasi, Struktur organisasi dan Hukum
systematic review digunakan untuk peraturan yang berlaku. Sosiawan (2008)
mensintesis hasil-hasil penelitian yang merumuskan 4 faktor sukses terkait e-
bersifat deskripsi kualitatif yang disebut Services yakni Regulasi, Sumber daya
dengan meta-sintesis. Secara definisi, meta- manusia, Sarana dan prasarana dan Literasi
sintesis adalah teknik melakukan integrasi masyarakat. Prananto (2007) juga telah
data untuk mendapatkan teori maupun mengidentifikasi 6 faktor sukses e-Services
konsep baru atau tingkatan pemahaman yang yang terdiri dari Ketersediaan infrastruktur
lebih mendalam dan menyeluruh (Perry & teknologi yg memadai, Koordinasi antar
Hammond, 2002). Pada penelitian ini akan departemen/unit, Dukungan politik, Visi dan
digunakan teknik meta-sintesis khususnya strategi pemerintah & perundang-undangan,
pendekatan meta-agregasi dimana Tata kelola pemerintahan yang baik dan
pendekatan ini bertujuan untuk menjawab Manajemen perubahan. Ketiga penelitian
pertanyaan penelitian dengan cara tersebut dilakukan di waktu yang berbeda
merangkum berbagai hasil penelitian yakni Prananto (2007), Sosiawan (2008) dan
(summarizing). Secara garis besar, Soh Bong Yu (2009).
pendekatan meta-agregasi mencakup
beberapa langkah sebagai berikut (Francis & Jika dicermati lebih lanjut, ada beberapa
Baldesari, 2006) : faktor sukses (CSF) terkait e-Services yang
telah dirumuskan oleh Prananto (2007),
Sosiawan (2008) dan Soh Bong Yu (2009)
• Memformulasikan pertanyaan penelitian
memiliki makna yang sama meskipun
(formulating the review question)
namanya berbeda-beda. Sebagai contoh,
• Melakukan pencarian hasil penelitian dan
studi yang dilakukan oleh Prananto (2007)
literature systematic review (conducting
mengidentifikasi salah satu faktor sukses
a systematic literature search)
yakni “Ketersediaan infrastruktur teknologi
• Melakukan seleksi artikel penelitian yang
yang memadai”, namun dalam penelitian
cocok (screening & selecting appropriate
yang dilakukan Sosiawan (2008) terdapat
research articles)
faktor sukses yang disebut dengan “Sarana
• Melakukan analisis dan sintesa temuan-
dan prasarana”. Sementara penelitian Soh
temuan kualitatif (analyzing &
Bong Yu (2009) menyebutkan “Teknologi
synthesizing qualitative findings)
informasi” sebagai salah satu faktor sukses
dalam penerapan e-Service. Meskipun ketiga
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN faktor sukses (CSF) tersebut memiliki nama
yang berbeda namun pada dasarnya makna
Pada bagian tinjauan pustaka khususnya dari ketiganya adalah sama adalah
penelitian yang terkait, telah diperoleh “Infrastruktur TIK yang mendukung”.
sejumlah studi CSF penerapan e-Service di
lembaga pemerintah baik dalam maupun luar

416 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Selain itu, masih ada beberapa faktor sukses penerapan e-Services melalui proses
terkait e-Service dari ketiga penelitian identifikasi dan sintesis faktor sukses (CSF)
tersebut yang memiliki makna sama terkait penerapan e-Services di Indonesia
walaupun namanya berbeda. Faktor sukses khususnya pada domain lembaga pemerintah.
“Hukum peraturan yang berlaku”
diformulasikan oleh Soh Bong Yu (2009), 4.2 Melakukan pencarian hasil penelitian
Sosiawan (2008) menyebut faktor sukses dan literature systematic review
tersebut dengan “Regulasi” sedangkan faktor (conducting a systematic literature
sukses “perundangan-undangan“ dirumuskan search)
oleh Prananto (2007). Ketiga faktor sukses
(CSF) tersebut dapat dikatakan memiliki Studi yang relevan dengan fokus penelitian
makna yang sama yakni “Regulasi adalah hanya yang terkait secara signifikan
pemerintah sebagai payung hukum”. Oleh dengan studi faktor sukses (CSF) dari
karena itu dapat dilakukan sintesa dari ketiga penerapan e-Services di lembaga pemerintah.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, seluruh
artikel tersebut untuk memperoleh faktor
sukses (CSF) yang generik dari ketiganya.. artikel dalam penelitian ini sebagian besar
diambil dari berbagai artikel jurnal dan
Contoh di atas adalah hanya berasal dari tiga conference baik Scopus, IEEE Xplorer
artikel jurnal. Setelah ditelusuri, ternyata maupun sumber lainnya untuk memperkaya
masih banyak artikel jurnal atau conference penelitian sehingga penjelasan yang lebih
lainnya yang juga telah mengidentifikasi besar (greater explanatory) dapat diperoleh
faktor sukses terkait penerapan e-Services. dari berbagai kasus atau studi faktor sukses
Dengan kata lain, pada penelitian ini yang ada. Ketika melakukan pencarian, ada
dilakukan proses sintesa dari beberapa artikel beberapa kata kunci (keywords) yang
jurnal atau conference yang telah digunakan yakni “e-Service”, “Success
merumuskan faktor sukses penerapan Factor” dan “Faktor Sukses”.
e-Services. 4.3 Melakukan seleksi artikel penelitian
yang cocok (screening & selecting
Proses Sintesa : Faktor Sukses Penerapan appropriate research articles)
Kemudian keseluruhan studi dilakukan
E-Services di Lembaga Pemerintah
Proses sintesa berikut ini mengacu pada proses filter (penyaringan) berdasarkan
bagian sebelumnya yaitu empat langkah adanya duplikasi judul, abstrak, bodi dan
Meta-Agregasi yang dapat diuraikan berikut kesimpulan dari artikel baik jurnal maupun
ini : conference. Proses penyaringan pertama
adalah filter duplikasi yakni melihat apakah
ada artikel yang sama ditemukan dari hasil
4.1 Memformulasikan pertanyaan
penelitian (formulating the review pencarian. Artikel yang sama tersebut
dikeluarkan agar tidak terjadi duplikasi.
question)
Selanjutnya ada filter judul dan abstrak yakni
Pertanyaan penelitian yang diusulkan dan melihat sejauh mana keterkaitan artikel
menjadi fokus penelitian ini adalah “faktor- tersebut dengan faktor sukses e-Government.
faktor apa saja yang mempengaruhi Artikel yang tidak terkait secara signifikan
keberhasilan penerapan e-Services di dengan faktor sukses e-Government maka
Indonesia”. Dengan kata lain penelitian ini dikeluarkan. Proses filter berikutnya adalah
ingin mencari gambaran keberhasilan filter bodi dan kesimpulan yakni melihat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 417
relevansi isi, hasil dan kesimpulan artikel terdiri dari 12 artikel jurnal dan 8 conference
dengan fokus penelitian yakni faktor sukses paper. Total keseluruhan 20 studi yang
implementasi e-Government. Sebagai hasil dihasilkan dari proses filter (penyaringan)
akhir dari proses filter (penyaringan) digunakan pada langkah selanjutnya.
diperoleh hanya 20 artikel yang signifikan Gambaran dari proses filter (penyaringan)
dan relevan dengan fokus penelitian yang dapat disajikan pada Gambar 1 berikut ini:

Proses Pencarian Pada Proses Pencarian Pada


Database Elektronik
Database Elektronik

Artikel teridentifikasi
Artikel teridentifikasi
(n=78) (n=330)

Filter Duplikasi
Filter Duplikasi
(n=23 artikel dikeluarkan) (n=57 artikel dikeluarkan)
Filter Judul & Abstak
(n=25 artikel dikeluarkan) Filter Judul & Abstak
Filter Bodi dan Kesimpulan
(n=125 artikel dikeluarkan)
(n=10 artikel dikeluarkan)

Artikel Proses Sintesa


Artikel Proses Sintesa
(n=20) (n=94)

12 artikel 8 conference 48 artikel 46 conference


j l

Gambar 1 Proses Pencarian dan Penyaringan (Filter) Artikel

4.4 Melakukan analisis dan sintesa sintesa. Misalnya konsep kunci dari studi
temuan-temuan kualitatif (analyzing Othman & Yasin (2015) yakni Kualitas
& synthesizing qualitative findings) informasi (1.1), Kehandalan sistem (1.2),
Keamanan sistem (1.3) dan Kualitas
Pada fase ini, peneliti membuat tabel yang penyampaian layanan (1.4). Demikian juga
mengandung konsep kunci dari seluruh 20 konsep dari studi Zericka (2013) yaitu
studi yang ada. Daftar seluruh konsep dari 20 Pemimpin (2.1), Tingginya minat masyarakat
studi dapat dilihat pada Tabel 1 namun setiap (2.2), Infrastruktur (2.3) dan Sumber daya
konsep kunci dari studi diberikan identitas manusia (2.4) Pemberian identitas angka ini
berupa angka untuk memudahkan proses

418 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
berlaku untuk seluruh konsep dari studi yang yang membicarakan ide yang sama yakni
ada berdasarkan nomor urut pada Tabel 1. “Pemimpin yang memberikan dukungan
penuh terhadap penerapan e-Service
Pada tahap ini peneliti juga tetap (E-Leadership)”. Hal ini juga berlaku pada
mempertimbangkan penjelasan dari setiap studi lainnya yang mendeskripsikan ide yang
studi maturity model berbasis portal e- serupa. Pada kasus ini dengan
Government terutama tentang tahapannya mempertimbangkan penjelasan dari setiap
(stages). Sebagai contoh Sosiawan (2008) konsep faktor sukses (CSF) yang terdapat
menyatakan salah satu faktor sukses pada studi maka peneliti melakukan sintesa
penerapan e-Service adalah “Pemimpin” ke dalam konsep yang baru yakni
dimana penjelasan konsep ini adalah “Kepemimpinan TIK yang kuat (Strong E-
Pemimpin yang menyadari pentingnya Leardership)”. Peneliti memasukkan konsep
Teknologi Informasi dalam mendorong hasil sintesa ini menjadi salah satu faktor
pengembangan e-Services. Sementara itu, sukses terkait penerapan e-Service. Dengan
Sutanta & Mustofa (2012)) cara yang sama dengan contoh di atas,
memformulasikan faktor suksesnya yakni peneliti melakukan proses sintesa kepada
“Kepemimpinan” dimana penjelasan konsep seluruh konsep yang ada. Sebagai hasilnya
ini adalah Pemimpin yang mempunyai dari proses ini menghasilkan 28 konsep yang
komitmen dalam proses implementasi e- disintesa seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4
Government. Dari contoh di atas dapat dilihat sebagai berikut :
bahwa kedua konsep berasal dari dua studi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 419
Tabel 3. Hasil Sintesis Faktor Sukses
Kode Faktor Sukses

No A B C D E F G H I J K L M N

1. - - - - - - - 1.2 - - - - - -
1.3
2. 2.1 2.3 - 2.4 - - - - - - - - 2.2 -
3. - - - - 3.1 - - - - - - - - -
4. - 4.3 4.1 4.2 - - 4.4 - - - - - - -
5. 5.3 - - 5.2 - 5.4 - - - - - - - -
5.5
6. - 6.3 6.5 - - 6.6 6.5 6.10 6.2 6.4 - - - -
6.11
No A B C D E F G H I J K L M N

7. - - - - 7.6 7.1 - - - 7.2 - - - -


7.7 7.5
8. - - - - - - - - - - - - - -
9. 9.1 - - - 9.7 - - 9.3 - - - - - -
9.8 9.4
9.10
10. - 10.1 - - - 10.6 - 10.2 - - - - - -
10.3 10.7
11. - - - - - - - - - - - - - -
12. 12.3 12.5 - - - - - - 12.4 - - - 12.7 -
13. - - - - - - - - - - - - - -
14. - - - - - - - - - - - - - -
15. - - - - - - - 15.3 - - - - - -
16. 16.3 16.2 - - - - - - - - - - - -
17. 17.5 17.2 - - - 17.2 - - - 17.6 - - - 17.1
17.7 17.3 17.4
18. 18.4 18.1 18.4 - - 18.3 - - - - 18.2 - - 18.6
19. 19.1 19.3 19.5 - - 19.4 - - - - - - - -
20. 20.1 20.3 20.4 - - - 20.6 - 20.4 - - 20.5 20.6 -
20.2
20.3

420 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 4. Hasil Sintesa Faktor Sukses (lanjutan)
Kode Faktor Sukses

No O P Q R S T U V W X Y Z AA AB

1. - - - - - - - - 1.1 1.4 - - - -
2. - - - - - - - - - - - - - -
3. - - - - - - - - - - - - - -
4. - - - - - - - - - - - - - -
5. - - - - - 5.1 - - - - - - - -
6. 6.7 - - 6.1 - - - - - 6.8 - - - -
6.9
7. - - - - - 7.8 - - - - - - 7.3 -
7.4
8. - 8.1 - - - - 8.3 8.3 - - - - - 8.2
9. 9.2 9.6 9.3 - - 9.4 9.9 9.11 - - - - - 9.5
9.12
9.13
10. - 10.8 10.4 - 10.5 - - - - - - - - -
11. - 11.4 - - - - - - 11.1 11.2 - - - -
11.3
12. 12.6 - - - - - 12.1 12.2 - - - - - -
No O P Q R S T U V W X Y Z AA AB

13. 13.7 13.1 - - - 13.4 13.5 13.6 13.3 13.2 - - - 13.4


13.5
14. 14.4 - - - - - 14.5 14.6 14.2 14.1 - - - 14.3
15. 15.6 - - - - - 15.1 15.5 - 15.2 - - - -
15.7 15.4
16. - - - 16.3 - - - - - - - - - -
17. - - - - - - - - - - - - - -
18. - - - - - - - - - - 18.5 - - -
19. - - - - - - - - - - - 19.2 - -
20. - - - - - - - - - - - - - -

Berdasarkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 proses faktor sukses yang disintesa. Keseluruhan 28
sintesa yang telah dilakukan selanjutnya faktor sukses penerapan e-Services yang
dinyatakan bentuk ekspresi dari hasil sintesa dihasilkan dari proses sintesa diekspresikan
tersebut. Pada Tabel 3 dan Tabel 4 tersebut, dapat disajikan seperti pada Tabel 5 di bawah
baris pada tabel menunjukkan studi ini :
sedangkan kolom pada tabel menunjukkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 421
Tabel 5. Ekspresi Hasil Sintesa
Kode Tahapan Maturity (Maturity Stages)
A Kepemimpinan TIK yang kuat (Strong E-Leadership)
B Infrastruktur TIK yang mendukung (Supported ICT
Insftrastructure)
C Regulasi Pemerintah (Government Regulation)
D Sumber Daya Manusia yang Terampil (Skillful Human Resources)
E Inovasi dan Kreativitas (Creativity & Innovation)
F Keberadaan organisasi TIK (Existing ICT Organization)
G Literasi TIK masyarakat (ICT Literacy)
H Keamanan dan kehandalan (Security & Reliability)
I Budaya Organisasi (Organization Culture)
J Budget yang memadai (Enough Budget)
K Koordinasi antar lembaga/unit (Vertical/Horizontal Coordination)
L Pelatihan yang berkala (Reguler Training)
M Kesadaran (Awareness)
N Manajemen Perubahan & Proyek (Change & Project Management)
O Kepercayaan (Trust)
P Kepuasan Masyarakat (Citizen Satisfaction)
Q Kebijakan Pemerintah (Government Policy)
R Dukungan Politik (Political Support)
S Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
T Metodologi pengembangan (Development Methodology)
U Kegunaan (Perceived of Usefullness
V Kemudahan (Perceived Ease of Use)
W Kualitas Informasi (Quality of Service)
X Kualitas Sistem (Quality of System)
Y Tata Kelola TIK (IT Governance)
Z Perbaikan Proses Bisnis (Business Proses Reengineering)
AA Sinergi Pasar (Market Synergy)
AB Kualitas layanan elektronik (E-Service Quality)

Keseluruhan faktor sukses (CSF) yang V. KESIMPULAN DAN SARAN


diperoleh pada Tabel 5 memiliki tingkat
kepentingan yang sama. Artinya tidak ada Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang lebih penting dan kurang penting, dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
semua faktor sukses (CSF) bersifat setara dan saran sebagai berikut :
(equal). Ke 28 faktor sukses yang telah 1. Terdapat 28 faktor sukses (CSF)
dihasilkan perlu menjadi perhatian penerapan e-Service di lembaga pemerintah
pemerintah dan pihak lainnya yang terkait yang merupakan kontribusi dari penelitian
untuk mendukung keberhasilan penerapan e- ini terkait area kunci (key area) apa saja yang
Service pada lembaga pemerintah di perlu diakomodasi oleh pemerintah untuk
Indonesia. mendukung keberhasilan e-Service di
Indonesia.

422 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
2. Keseluruhan 28 faktor sukses yang http://ieeexplore.ieee.org/xpls/abs_all.jsp
diperoleh merupakan hasil proses sintesa ?arnumber=6092643.
dengan pendekatan kualitatif Meta-Sintesis
Cisco, IBSG. 2007. E-Government best
dari 20 studi faktor sukses (CSF) terkait
practices learning from success,
penerapan e-Services . avoiding the pitfalls. Retrieved from:
3. Penelitian ini memberikan informasi dan http://siteresources.worldbank.org/EXTE
rekomendasi kepada pemerintah untuk DEVELOPMENT/Resources/20080222_
memberikan perhatian dan fokus kepada Phil_eGov_workshop.pdf?resourceurlna
me=20080222_Phil_eGov_workshop.pdf
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap .
keberhasilan penerapan e-Services. Deloitte & Touche. 2000. At the dawn of
4. Penelitian lebih lanjut adalah studi empiris e-Government: the citizen as
faktor sukses yang telah diperoleh di customer. New York: Deloitte
lapangan khususnya di lembaga pemerintah Research. Retrieved from:
http://www.egov.vic.gov.au/pdfs/egovern
untuk menguji validitas dan kesesuaian
ment.pdf.
faktor sukses (CSF) terkait penerapan e-
Services. Depkominfo. 2009. Kondisi situs web
pemerintah daerah. Retrieved from:
http://www.depkominfo.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Furuholt, B. & Wahid, F., 2008.
Al-Shehry, A.S., Rogerson, N.B., & Prior, EGovernment Challenges and The
M. (2006). The motivations for Role of Political Leadership in
change towards e- Indonesia : the case of Sragen,
Government adoption: case studies Proceeding of the 41th International
from saudi arabia. Proceeding Of The Conference on System Sciences.
eGovernment Workshop (pp: 1-21).
Brunel University, West London. Gichoya, D. (2005). Factors affecting the
successful implementation of ict
Assar, S., Boughzala, I., and Boydens, I. projects in government. Elec. J. e-
(2011). Back to practice: a decade of Government, 3(4), 175-184.
research in e-Government.
In: Assar, S., I. Boughzala and I. Green, S. 2005. Systematic reviews and
Boydens (Eds.). Practical Studies in meta-analysis. Singapore Med, 46(6),
E-Government: Best Practices from 270-274.
Around the World. Springer, New
York. Greenwood, N., & Mackenzie, A. 2010.
Informal caring for stroke survivors:
Chen, H. 2002. Digital government: meta-ethnographic review of
technologies and practices. Decision qualitative literature. Maturitas, 66,
Support Systems, 34, 223-227. 268-276.
Chen, J., Yan, Y., & Mingins, C. 2011. A Hendriawan. 2008. Content analysis situs
three-dimensional model for e- web pemerintah daerah, Tesis
Government development with cases Fakultas Ilmu Komputer Universitas
in china’s regional e-Government Indonesia.
practice and experience. In
Management of e-Commerce and e- Hiller, J. S., & Belanger, F. 2001. Privacy
Government (ICMeCG) Fifth strategies for electronic government.
International Conference (pp: 113- E-Government, 200,162-198.
120). Retrieved from:

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 423
Howard, M. 2001. E-Government across the Indonesia. Jurnal Informatika
globe: how will ’e’ change Multimedia, 2(1), 37-52.
government. E-Government, 90, 80.
United-Nations. 2014. UN e-Government
Ifinedo, P., & Singh, M. 2011. Determinants survey 2014: e-Government for the
of egovernment maturity in the future we want. Retrieved from:
transition economies of central and https://publicadministration.un.org.
eastern europe. Electronic Journal of
e-Government, 9(2), 166–182. Waseda e-Government Ranking, 2015.
Waseda university. Retrieved from:
Istiyanto, E., & Sutanta, http://www.e-
E. 2012. Model Interoperabilitas Ant gov.waseda.ac.jp/pdf/Press_Released_on
ar Aplikasi E-Government”. _e-Gov_ranking_2015.pdf
Jurnal Teknologi Techno-
scientia, 4(2), 137-148

Kim, D.Y., & Grant, G. 2010. E-Government


maturity model using the capability
maturity model integration. Journal
Of Systems And Information
Technology, 12(3), 230-244.

Kitchenham, B. 2004. Procedures for


Performing Systematic Reviews.
Eversleigh: Keele University.

Layne, K., & Lee, J. 2001. Developing fully


functional e-Government: a four stage
model. Government Information
Quarterly, 18(2), 122-136.

Lewin, S. 2008. Methods to Synthesise


Qualitative Evidence Alongside a
Cochrane Intervention Review.
London: London School of Hygiene
and Tropical Medicine.

Mark C., Paulk, Charles, V., Weber, Bill C.,


& Mary, B.C. (1996). The capability
maturity model: guidelines for
improving the software process.
Addison Wesley.

Pemeringkatan e-Government di indonesia


(PeGI). 2014. Retrieved from:
http://pegi.layanan.go.id/download/tabel_
pegi_2014/HASIL%20PROVINSI%2020
14.bmp.

Safitri. 2013. Implementasi dan


Perkembangan e-Government di

424 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Akuisisi Pengetahuan pada Kerjasama Litbang sebagai Upaya
Penguatan Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri,
Kajian Kasus di Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP),
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI),
Kementerian Perindustrian

Knowledge Acquisition on The Research Cooperation as an Effort


Strenghtening Capacity Of The Public Reseach Institution And Industry, Case
Study at Centre for Leather, Rubber and Plastics,
Research and Development Body, Ministry Of Industry

Syakir Hasyimi
Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, syakirhasyimi@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
reseach cooperation, learning, Reseach cooperation currently has a very important role in the
knowledge aquisition, implementation functions of the organization amid lack of resources,
innovation, institutional especially human resources.
capacity building The purposes of this study are to find out the enfluence of the acquisition
of knowledge, the spirit of reseach cooperation, and the impact on public
services system and reseach system.
Methodology used in this study is a descriptive approach, the perception
of respondents in the services section and the reseach section are
obtained by questionnaires. Questionnaires related to the acquisition of
knowledge is reserved for those who are members of the reseach
cooperation. Data processing was performed by descriptive statistics.
The study show that the reseach cooperation that based on the spirit ,
willingness to change will be able to foster the innovation, and innovation
can be seen as a strategic tool for building capacity.
Optimizing the reseach cooperation is an effort to provide more values
beside to fulfilling the achievement of organizational performance. This
capacity expansion of knowledge occurs because of exploitation and
exploration. The opportunity to develop public service system and the
reseach system proved to be enhanced by optimizing the reseach
cooperation, and for BBKKP these two systems are the main support in the
implementation of the functions.
Kata Kunci SARI KARANGAN
kerjasama litbang, Kerjasama litbang saat ini mempunyai peran sangat penting dalam
pembelajaran, akuisisi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi ditengah tengah
pengetahuan, inovasi, keterbatasan sumberdaya terutama sumberdaya manusia baik dalam
pengembangan kapasitas kualitas maupun kuantitas. Kerjasama litbang diharapkan mampu
lembaga memberdayakan sumberdaya dan mengatasi ketimpangan kemampuan
sumberdaya dengan cara sinergi lintas fungsional, sinergi lintas
institusional.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh akuisisi pengetahuan
pada kerjasama litbang, faktor yang melatarbelakangi serta dampak
terhadap sistem layanan publik dan kelitbangan.
Metodologi penelitian menggunakan pendekatan deskriptif, persepsi
pegawai di bagian layanan dan kelitbangan terkait tujuan penelitian
diperoleh dengan kuesioner. Kuesioener terkait akuisisi pengetahuan
hanya diperuntukkan bagi mereka yang tergabung dalam kelompok kerja
kerjasama litbang. Pengolahan data dilakukan dengan statistik deskriptif.
Kerjasama litbang yang berakar pada semangat, kesediaan untuk berubah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 425
akan dapat mendorong tumbuh kembang inovasi, dan inovasi merupakan
instrumen stratejik dalam pengembangan kapasitas.
Optimalisasi kerjasama litbang dimaksudkan sebagai upaya memberikan
nilai lebih selain memenuhi capaian kinerja organisasi. Penambahan
kapasitas pengetahuan dalam kerjasama litbang terjadi karena eksploitasi
dan eksplorasi. Peluang pengembangan sistem layanan publik dan sistem
kelitbangan terbukti bisa terdorong dengan mengoptimalkan proses
kerjasama litbang, dan bagi BBKKP kedua sistem ini menjadi penopang
utama dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN bentuk pelayanan publik ataupun teknologi


industri. Dengan cara tersebut hasil riset akan
Kerjasama litbang saat ini dirasakan
lebih terlihat nilai kemanfaatannya baik dari sisi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengembangan teknologi maupun dari
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi
penyelesaian masalah teknologi industri.
litbang ditengah tengah keterbatasan sumberdaya,
terutama sumberdaya manusia baik dalam Penelitian ini juga bertujuan mengetahui
kualitas maupun kuantitas. Kerjasama litbang manfaat KL terhadap pengembangan
diharapkan mampu memberdayakan sumberdaya, pengetahuan melalui analisa terjadinya proses
dengan cara sinergi lintas fungsional, sinergi transfer pengetahuan. Sedangkan dinamika
lintas institusional dalam mensiasati akuisisi pengetahuan dalam proses penyelesaian
penanggulangan celah-celah kemampuan KL didekati dengan terjadi tidaknya proses
sumberdaya, kreasi cara menghadapi situasi eksploitasi dan eksplorasi pengetahuan. Faktor
merupakan suatu bentuk inovasi, dan yang mendasari pendorong semangat kerjasama
pengembangan sinergi merupakan suatu yang dan perubahan merupakan hal lain yang ingin
penting guna meningkatkan daya saing suatu diketahui disamping dampak kerjasama litbang
organisasi (Hasyimi, 2000; Xiomi, 2014). terhadap pengelolaan sistem layanan dan
kelitbangan.
Kerjasama Litbang (KL) didefinisikan
sebagai suatu kesepakatan bersama KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP
mengkoordinasikan aktifitas riset dua atau lebih
Kapasitas lembaga dalam menjalankan
organisasi dalam suatu proyek kerjasama dan
peran, tugas dan fungsi erat kaitan dengan
mengatur pengetahuan yang timbul dari kegiatan
kompetensi lembaga dalam mengelola
kerjasama riset tersebut (Elena Revilla, 2008).
sumberdaya. Sumberdaya manusia dan
KL merupakan sarana fasilitasi dalam
sumberdaya teknologi merupakan dua hal yang
pengintegrasian pengetahuan (Frost & Zhou,
erat kaitannya dalam proses pembelajaran. KL
2005).
dalam konteks pembelajaran merupakan proses
KL merupakan suatu proses penyelesaian pengembangan pengetahuan guna mencari solusi
suatu masalah, proses pembelajaran, bentuk atas masalah teknologi yang hendak diselesaikan.
adaptif terhadap tantangan peluang dan Pembelajaran informal yang berlangsung pada
perubahan. Oleh karena itu semangat yang KL berlangsung dari sumber internal maupun
menjiwai adalah semangat perjuangan. KL eksternal, dan melibatkan kelompok personal.
merupakan salah satu ukuran kinerja organisasi
1. KL dan Semangat
di BBKKP yang ditetapkan oleh BPPI. Hal
tersebut merupakan upaya memperluas jaringan Faktor sumberdaya manusia memegang
kerjasama dengan industri, lembaga riset, peran utama dalam pelaksanaan KL. Upaya
perguruan tinggi, pemerintah daerah sebagai memberi nilai dalam pelaksanaan KL

426 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
membutuhkan semangat, energi penggerak, agar Aktifitas pembelajaran berkaitan erat dengan
inovasi bisa tumbuh berkembang seiring capaian kinerja organisasi, daya tahan bahkan
pelaksanaan KL. Perubahan kapasitas organisasi keberlangsungan organisasi (Emmons, 2013).
dipengaruhi kesediaan akan terjadinya
Kunci sukses menggapai keberhasilan dan
keberlangsungan perubahan. Semangat yang
pembelajaran yang berkelanjutan adalah
menjiwai tumbuh kembang inovasi sebagai
kemauan untuk mempertahankan pembelajaran
dampak dalam tata kelola pelaksanaan KL
dari pengalaman. Pengembangan berkelanjutan
adalah: keingintahuan, keberanian, komunikasi,
tidak dapat dicapai tanpa inovasi, dan inovasi
komitmen, keterkaitan (Danseco, 2013).
hanya dapat dicapai didalam suatu organisasi
Semangat akan mempengaruhi orientasi, orientasi
yang mengedepankan pentingnya budaya
sumberdaya manusia, orientasi teknologi dan
menumbuh kembangkan pembelajaran (Senge,
orientasi manajemen proses disebut-sebut sebagai
1999).
penggerak utama bagi kinerja inovasi (Inkinen,
2016). Penerimaan KL berarti membuka diri Dalam mengembangkan gagasan produk
atas kendala, tantangan dan peluang baru atau layanan baru, suatu organisasi yang
meningkatkan kapasitas individual maupun telah memiliki pengetahuan relevan sebelumnya
organisasi, maka organisasi perlu perangkat yang akan mempunyai pemahamam yang lebih baik
memungkinkannya mengeksploitasi kesempatan (Elena Revilla, 2008). Proses pembelajaran pada
agar dapat mengakses semua prospek inovasi, KL melibatkan terjadinya mekanisme transfer
(Gene Slowinski & Matthew W. Sagal,2010). pengetahuan, diantaranya dikarenakan aktifitas
Dibalik kolaborasi ada pemberdayaan, secara ekperimentasi, dan pentransferan dapat terjadi
teoritis pemberdayaan dapat didefinisikan melalui pergerakan sumberdaya manusia,
sebagai keyakinan kemampuan seseorang untuk perangkat, teknologi (Andrew, 2008).
bertindak efektif (Damon, Timothy, Matthew, & Kemampuan nyata mengaplikasikan pengetahuan
Kenneth J. Chapman, 2016 ). merupakan kemampuan memahami pengetahuan
eksternal dan kemampuan mengasimilasikannya
Dalam menggali semangat KL perlu
serta memobilisasi pengetahuan tersebut dalam
melibatkan partisipan untuk berbagi cerita dan
KL akan dapat mendorong penciptaan nilai
opini ketika mereka mengamati pengembangan
(Lane et al, 2001; Charles, 2006).
kinerja organisasi, faktor pendukung
pengembangan kinerja organisasi, tantangan dan 3. KL dan Akuisisi Pengetahuan
adaptasi terhadap tantangan (Emmons, 2013). Proses pembelajaran pada penyelesaian
Kebersamaan dalam KL memerlukan individu- masalah pada kerjasama litbang merupakan
individu yang memiliki kemampuan dan kegiatan “learning by doing” dan dapat
kecenderungan berfikir bersama selaras dengan berdampak pada akuisisi pengetahuan (Darr,
peluang arah pengembangan kinerja organisasi 1995). Inovasi pada dasarnya adalah perubahan.
( Lee, 2016). Perubahan dalam tata kelola layanan publik akan
2. KL dan Proses Pembelajaran melahirkan inovasi pada proses, prosedur, jasa.
Demikian pula, inovasi sangat diperlukan dalam
Kerjasama litbang diharapkan mampu
proses peningkatan penguasaan teknologi.
memicu proses pembelajaran, tacit knowledge
Lembaga litbang sebagai organisasi pencipta
dan pembelajaran informal merupakan hal
pengetahuan perlu upaya untuk memperbesar
penting dalam menciptakan dan mepertahankan
kemampuan penciptaan pengetahuan dan
keunggulan kompetitif serta kemampuan inovasi
mengkristalkannya dalam suatu sistem organisasi
organisasi (Alonderiene, 2006). Perubahan
(Nonaka & Krogh 2009).
kondisi lingkungan menuntut lembaga penelitian
dan pengembangan berperan lebih inovatif Kolaborasi, aliansi ataupun joint venture
dalam proses menciptakan pengetahuan baru merupakan contoh bentuk lain KL. Hasil riset
atau mengembangkan pengetahuan yang telah terkait aliansi dan transfer pengetahuan pada
dimiliki selama ini (Elena Revilla, 2008). kerjasama Toyota dan General Motor oleh
NUMMI, memperlihatkan bahwa implementasi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 427
mekanisme transfer pengetahuan yang sistematik Y = Individual peningkatan pengetahuan
dapat mengatasi stickiness dan ambiquity KL, variable independen
pengetahuan baru. Transfer pengetahuan yang
a = konstanta bila tidak ada kerjasama
berhasil harus dipandang dari perspektif
manajemen perubahan, dimana pengalaman trial α = konstanta pertambahan internal
and error dan eksperimentasi membantu hasil β = konstanta pertambahan eksternal
transfer dan memegang peran kunci utama
keberhasilan (Inkipen, 2008). Proses Variabel dependen :
pembelajaran terhadap teknologi baru dalam KL X = eksploitasi pengetahuan KL
ditentukan oleh kapasitas absortif yang berkaitan
Z = eksplorasi pengetahuan KL
dengan struktur dan proses pembelajaran,
kemampuan untuk penerapan dan pemahaman Besaran α dan β sangat dipengaruhi efektifitas
masing-masing anggotanya (Lane et al, 2001). proses pembelajaran KL .

Eksploitasi pengetahuan mengacu pada Hipotesis 1: KL terbukti efektif mendorong


pengetahuan yang dimiliki saat ini, sementara itu proses pembelajaran yang berpengaruh pada
eksplorasi mengacu pada pengembangan peningkatan pengetahuan sebagai akibat proses
pengetahuan baru terkait dengan produk, eksploitasi dan eksplorasi
prosedur, dan solusi inovatif dalam penyelesaian 4. Kerjasama Litbang dan Pengembangan
masalah (Durcikova, 2011). Akuisisi Kapasitas Organiasi
pengetahuan pada KL berperan dalam
peningkatan jejaring kerjasama dan esploitasi Kerjasama litbang mempunyai andil
pengetahuan (Yli-Renko, 2001). dalam mendorong inovasi berkelanjutan dan
proses ini pada saatnya secara kumulatif dan
Bilamana KL sudah ditetapkan sebagai bertahap akan mampu memperbesar kapasitas
suatu program, maka diperlukan inovasi dalam organisasi dalam memberikan layanan publik
pelaksanaan kegiatannya. Inovasi mengacu pada termasuk teknologi industri. Inovasi dianggap
kebaruan dalam gagasan, pendekatan, metoda, sebagai instrumen stratejik dalam pengembangan
proses, struktur, perilaku, sikap dan budaya, dan peningkatan kapasitas administrasi publik
teknologi, serta ketrampilan. Ketika suatu tidak hanya untuk hari ini tapi juga di masa
organisasi dihadapkan pada keterbatasan mendatang, sementara itu cakupan
sumberdaya maka KL bisa merupakan solusi pengembangan kapasitas meliputi organisasi,
untuk mengatasi kendala tersebut (Xiomi An, managerial, teknologi, budaya, kemampuan
2014). Proses penyelesaian masalah melalui KL individu (Ali Farazmand, 2004).
dapat berdampak meningkatkan potensi inovasi
organisasi (Elena Revilla, 2008). Kombinasi KL diharapkan menjadi reaksi efektif
kemampuan litbang internal dan eksternal dalam dalam mengatasi kesenjangan antara tingkat
KL memungkinkan lahirnya inovasi produk atau kinerja yang diharapkan dengan tingkat kinerja
layanan baru, inovasi dapat ditemukan di tingkat saat ini (B. Volkov, 2008). Pengembangan
individual maupun organisasi, dan inovasi kapasitas organisasi, dimana kapasitas
merupakan solusi utama untuk menghadapi mempunyai kaitan positif dengan inovasi,
permasalahan dan daya saing organisasi, (Kim & mencerminkan pada tiga kriteria yaitu: perubahan
Park, 2010; Rothaermel & Hess, 2007; terkait proses, pendukung perubahan, budaya
Lee,2016). organisasi yang memfasilitasi pembelajaran, dan
salah satu tujuan pengembangan kapasitas adalah
KL berpotensi meningkatkan pengetahuan peningkatan kemauan dan kemampuan untuk
melalui eksplorasi dan eksploitasi berubah (Anthony & Keneth, 2010; Manuel
pengembangan pengetahuan. Penulis Expósito-Langa, 2015)
menggambarkan peningkatan pengetahuan atas
kerjasama litbang sebagai berikut: Karakteristik kepemimpinan dan tata
kelola organisasi merupakan dua hal pendukung
Y = a + αX + βZ kinerja perusahaan melalui pelaksanaan

428 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
manajemen sumberdaya pengetahuan yang lebih Metodologi penelitian menggunakan
efektif dan efesien (Inkinen, 2016). Pelaksanaan pendekatan deskriptif. Data primer diperoleh
KL memungkinkan adanya kerjasama teknik melalui kuesioner terhadap responden yang
antar mitra dan pada gilirannya akan dapat secara tugas pokok dan fungsi terlibat dalam
meningkatkan kapasitas absortif organisasi pelaksanaan KL dan kuesioner khusus terkait
(Frost & Zhou, 2005). Upaya berbagi akuisisi pengetahuan bagi mereka yang secara
sumberdaya dan fasilitas riset diantara mitra KL, teknis melaksanakan KL. Kepada responden
dapat dipandang sebagai instrumen statejik dalam ditanyakan ada tidaknya penambahan
meningkatkan kapasitas daya saing (Kitagawa, pengetahuan dengan memberi nilai antara 0 dan
2010). Strategi eksploratif dan eksploitatif dalam 1.
kaitan pendekatan inovasi teknologi berkaitan
Guna mengetahui terjadi atau tidaknya
erat dengan kinerja organisasi (He, 2004 ).
atau pengaruh KL terhadap sistem yang
Salah satu tujuan administrasi publik di era mendukung pelayanan dan kelitbangan, maka
keterbatasan pendanaan adalah mencari cara guna kepada responden diminta menjawab pertanyaan
meningkatkan kapasitas organisasi yaitu KL, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan
kapasitas fungsional dan kapasitas memberikan berlangsung. Pilihan jawaban adalah : kurang
layanan (Michell Brown, 2012). Para pembuat sesuai, agak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Dalam
kebijakan semakin dituntut agar tidak hanya analisis data jawaban tersebut diubah menjadi
mendorong dan mendukung inovasi di sektor kuntitatif ke angka berturut-turut 1, 2, 3, dan 4.
swasta, akan tetapi juga menghasilkan kebijakan Semangat yang melatar belakangi pelaksanaan
publik dan pelayanan yang inovatif (Sørensen, KL diuji dengan menggunakan Lima Kunci
2012 ). menumbuh kembangkan inovasi: keingintahuan,
keberanian, komunikasi, komitmen dan
Hipotesis 2: KL berdampak positif terhadap
keterkaitan (Danseco, 2013). Analisis proses
perbaikan sistem layanan dan sistem kelitbangan
pembelajaran pada KL dilakukan dengan
kuesioner terhadap informan kunci terkait tiga
KL yang telah
dilakukan BBKKP. Analisis bertujuan untuk
mengetahui tingkat pertambahan pengetahuan
atau akuisisi pengetahuan selama proses
pelaksanaan kerjasama.
Gambar 1. Alur Pikir Optimalisasi KL untuk
Pengembanagan Kapasitas HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu tujuan pengembangan
kapasitas organisasi adalah peningkatan kemauan
METODE PENELITIAN
dan kemampuan untuk berubah (Buono &
Sampel dalam penelitian ini adalah Keeber, 2010). Sebaliknya kemauan dan
pegawai BBKKP yang secara administratif dan kemampuan berubah dapat meningkatkan
teknis terlibat dalam pelaksanaan KL. Sementara kapasitas organisasi. Berikut modifikasi
itu khusus untuk akuisisi pengetahuan, sampel penjabaran kemampuan dan kemauan berubah.
adalah individu yang secara teknis terlibat dalam
tiga KL antara BBKKP dengan: Balai Konservasi
Borobudur, PT. PJB Paiton Unit 1 – 2, CV.
Goedang Engineering. Pertanyaan kuesioner
mengarah pada pertanyaan benarkah kerjasama
litbang BBKKP yang sudah, sedang dan akan
berlangsung memberikan pengaruh pada
perubahan pada tata kelola layanan publik dan
sistem kelitbangan.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 429
Tabel 1. Aspek Kemauan dan Kemampuan yang menarik ternyata kelompok responden
Berubah (KKB) pelayanan dan kelitbangan dalam memberikan
penilaian terhadap faktor keberanian kedua-
Kelompok Kelompok duanya menunjukkan simpangan terbesar. Hal
Aspek Kemauan Pelayanan Kelitbangan ini dimungkinkan karena unsur–unsur keberanian
& kemampuan
Berubah Rata- Simpa Rata- Simpa dalam proses KL sangat beragam, mulai kehati-
rata -ngan rata -ngan hatian sampai dengan pengambil risiko.

Tabel 2. Faktor Tumbuh Kembang Inovasi


Tantangan 3,39 0,50 3,50 0,61 (TKI)

Inovasi & 3,50 0,62 3,40 0,60


Kelompok Kelompok
kreatifitas Pelayanan Kelitbangan
5 K tumbuh
kembang
Nilai-nilai 3,39 0,61 3,15 0,49 Rata- Simpangan Rata- Simpangan
inovasi
rata rata
Kredibilitas 3,33 0,77 3,20 0,67

Mendengar 3,22 0,65 3,25 0,64


Komitmen 3,56 0,51 3,45 0,51
persoalan
Keberanian 3,22 1,00 3.20 0,83
Kepercayaan 3,39 0,50 3,35 0,49
Keingintahuan 3,22 0,65 3,05 0,51
Kejujuran 3,11 0,96 3,15 0,59
Komunikasi 3,67 0,49 3,60 0,50
Keterbukaan 3,44 0,62 3,10 0,55
Kerjasama 3,72 0,46 3,75 0,44

KL akan terlaksana sebagaimana biasa


bila tidak didasari kemauan dan kemampuan
Tabel 3. Kerjasama Litbang BBKKP dengan
berubah. Aspek kemauan dan kemampuan
Balai Konservasi Borobudur (KL-1)
berubah menjadi energi penyemangat terjadinya
perubahan ataupun inovasi. Tabel 1. Akuisisi α β
menunjukkan kelompok responden pelayanan
Pengetahuan Rata Simpa- Rata Simpa- Rasio
memandang inovasi & kreatifitas merupakan hal
rata rata β/α
yang utama sebagai penyemangat perubahan, ngan ngan
sedangkan kelompok kelitbangan melihat adanya
Metodologi 0,42 0,22 0,50 0,30 1,19
tantangan dalam proses pelaksanaan KL
merupakan suatu yang utama. Kedua kelompok Material 0,60 0,22 0,54 0,25 0,90
responden memberikan penilaian lebih besar dari
Proses 0,52 0,15 0,60 0,22 1,15
3 untuk semua aspek kemauan dan kemampuan
berubah. Pengujian 0,64 0,29 0,52 0,33 0,81

Dalam pelaksanaan proses pelaksanaan Analisa data 0,56 0,25 0,42 0,25 0,75
KL diharapkan memunculkan berbagai inovasi.
Penyajian*) 0,56 0,29 0,36 0,30 0,64
Faktor kerjasama sebagaimana terlihat pada
Tabel 2. merupakan unsur tumbuh kembang *) Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah
inovasi yang utama dalam pelaksanaan KL, baik
dari kelompok responden pelayanan maupun Akuisisi pengetahuan pada KL-1
responden kelitbangan, disusul faktor komunikasi menghasilkan nilai rata-rata total eksploitasi α =
dan komitmen. Namun demikian kelima faktor 0,55 dan rata-rata total eksplorasi β sebesar 0,49.
tumbuh kembang inovasi dianggap penting dan Hal ini memperlihatkan bahwa KL-1
perlu dalam pelaksanaan KL, hal ini ditunjukan memberikan pengaruh yang hampir sama antara
dengan nilai rata-rata yang lebih besar dari 3. Hal penggalian dan pengembangan optimal

430 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pengetahuan yang dimiliki saat ini dengan upaya dinamika proses pembelajaran individual maupun
pengembangan pengetahuan sebagai akibat kelompok yang lebih intens.
interaksi dengan pihak luar yang terkait.
Simpangan baku sebagaimana data Tabel 3 KL-2 menghasilkan persamaan pertambahan
cukup besar, hal ini dikarenakan jumlah sampel pengetahuan sebagai berikut:
yang sedikit, variasi tingkat pengetahuan yang Y = a + 0,54X + 0,63Z
dimiliki cukup besar, kemampuan pembelajaran
yang berbeda beda. Karakteristik KL-2 berbeda dengan KL-1 dimana
semua akuisisi pada semua sub pengetahuan
KL-1 menghasilkan persamaan pertambahan memiliki rasio β/α lebih besar dari satu. Hal ini
pengetahuan sebagai berikut: dapat dikatakan bahwa energi yang diperlukan
Y = a + 0,55X + 0,49Z untuk melaksanakan KL-2 sangat besar,
khususnya pada sub pengetahuan proses dan
Dengan mengasumsikan bahwa energi yang pengujian. Energi tersebut diperlukan selain
diperlukan untuk melakukan eksplorasi lebih untuk menjalankannya, juga untuk mengatasi
besar dari eksploitasi, maka akuisisi pada sub hambatan dan untuk meraih peluang serta
pengetahuan metodologi dan proses pada mengelola semangat.
KL-1 dimana rasio β/α lebih besar dari satu,
maka kedua sub pengetahuan tersebut
membutuhkan semangat kemampuan dan Tabel 5. Kerjasama Litbang BBKKP dengan
kemauan yang relatif lebih besar. CV. Goedang Engineering (KL-3)
Tabel 4. Kerjasama Litbang BBKKP dengan Akuisisi α β Rasio
PJB Paiton (KL-2) β/α
Pengetahuan Rata- Simpa- Rata- Simpa-
Akuisisi α β rata rata
ngan ngan
Rasio
Pengetahuan Rata- Simpa- Rata- Simp-
β/α
rata rata Metodologi 0,54 0,20 0,57 0,27 1,06
ngan angan
Material 0,57 0,16 0,60 0,24 1,05
Metodologi 0,66 0,15 0,76 0,11 1,15
Proses 0,57 0,14 0,63 0,23 1,11
Material 0,40 0,25 0,44 0,23 1,10
Pengujian 0,53 0,20 0,66 0,22 1,25
Proses 0,36 0,30 0,54 0,30 1,50 Analisa data 0,49 0,24 0,46 0,24 0,94

Pengujian 0,58 0,13 0,72 0,25 1,24 Penyajian*) 0,51 0,23 0,39 0,27 0,76

Analisa data 0,68 0,23 0,70 0,29 1,03 *) Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah

Penyajian*) 0,58 0,28 0,62 0,33 1,07


Akuisisi pengetahuan pada KL-3 menghasilkan
nilai rata-rata total eksploitasi α = 0,54 dan rata-
*) Pelaporan, Presentasi, Karya Tulis Ilmiah rata total eksplorasi β sebesar 0,55 Hal ini
memperlihatkan bahwa upaya pengembangan
Berdasarkan data pada Tabel 4, akuisisi
pengetahuan sebagai akibat interaksi dengan
pengetahuan pada KL-2 menghasilkan nilai rata-
pihak luar yang terkait pada KL-3 memberikan
rata total eksploitasi α = 0,54 dan rata-rata total
pengaruh hampir sama dibanding upaya
eksplorasi β sebesar 0,63 Hal ini
penggalian dan pengembangan pengetahuan yang
memperlihatkan bahwa KL-2 memberikan
dimiliki saat ini. Simpangan baku sebagaimana
pengaruh penggalian dan pengembangan
data Tabel 5 cukup besar hampir sama dengan
pengetahuan yang lebih besar dari pada yang
Tabel 3, kemungkinan penyebabnya hampir
dimiliki saat ini. Rasio β/α lebih besar 1, sangat
sama.
diharapkan pada pelaksanaan KL, dimana terjadi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 431
KL-3 menghasilkan persamaan pertambahan Tabel 8. Nilai Probabilitas Eksplorasi
pengetahuan sebagai berikut: pengetahuan antar KL

Y = a + 0,54X + 0,55Z KL - 1 KL - 2 Kl - 3

Karakteristik KL-3 hampir mirip dengan KL-2 KL - 1 0.001585 0.106695


dimana hanya akuisisi pada sub pengetahuan
analisis data dan penyajian yang memiliki rasio KL - 2 0.042144
β/α lebih kecil dari satu. Akuisisi sub
Kl - 3
pengetahuan proses dan pengujian pada KL-3
relatif sama menonjol dengan KL-2, namun
mempunyai konteks eksternalitas pelaksanaan
yang berbeda. Tabel 7 menunjukkan semua nilai P > α,
hal ini bearti tidak ada perbedaan dalam
Tabel 6. Eksploitasi dan Eksplorasi pelaksanaan akuisisi pengetahuan melalui
Pengetahuan eksploitasi antar KL. Sementara pada akuisisi
pengetahuan melalui eksplorasi sebagaimana
terlihat pada Tabel 8. menunjukkan bahwa
Rata-Rata Rata-rata Rasio antara KL – 1 dengan KL – 2 dan KL - 2
KL dengan KL – 3 menghasilkan nilai P < α, maka
α β β/α dapat disimpukan adanya perbedaan dalam
KL-1 0,55 0,49 0,89
pelaksanaan cara akuisisi tersebut atau dengan
kata lain KL - 2 mempunyai karakteriktik yang
KL-2 0,54 0,63 1,17 berbeda pada eksplorasi pengetahuan.
KL-3 0,54 0,55 1,02
Akuisisi pengetahuan merupakan salah
satu upaya dalam mengoptimalkan KL terkait
dengan pengelolaan sumberdaya, manajemen
Akuisisi pengetahuan secara keseluruhan pengetahuan, proses pembelajaran. Pembelajaran
berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan individu atau kelompok kerja Kl akan berdampak
bahwa KL – 2 mempunyai nilai rasio β/α yang pada penguatan kemampuan organisasi
paling besar. Dan guna menilai pengaruh bilamana hal itu mendorong terjadinya
akuisisi pengetahuan terhadap KL yang berbeda peninjauan kembali, perubahan, perbaikan,
beda karakteristiknya dilakukan analisa statistik penyempurnaan terkait prosedur proses
parametrik dengan menggunakan uji t. Masing pelaksanaan KL, baik dari sisi pelayanan maupun
masing KL diantara eksploitasi dan eksplorasi keilmuan. Tata kelola atau sistem atau pranata
diperbandingkan dan dengan menggunakan yang ada di BBKKP dalam mendukung KL
tingkat kepercayaan α = 0.05, hasilnya yaitu sistem layanan dan sistem kelitbangan.
sebagimana terlihat pada Table 7 dan Tabel 8.
Tabel 9. Dampak KL terhadap Sistem
Tabel 7. Nilai Probabilitas (P) Eksploitasi
pengetahuan antar KL
Dampak KL Rata-rata Simpangan
KL - 1 KL - 2 Kl - 3
Sistem layanan 2,90 0,79
KL - 1 0.414359 0.422934
Sistem Kelitbangan 3,15 0,49
KL - 2 0.448295

Kl - 3
Sebanyak 38 responden, baik yang tugas
utamanya di pelayanan maupun di kelitbangan,

432 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
meyakini bahwa KL mempunyai dampak UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap sistem layanan maupun sistem
kelitbangan, namun dampak KL terhadap sistem Tulisan ini diinspirasi pelaksanaan KL tiga tahun
terakhir di BBKKP, terima kasih atas dedikasi
kelitbangan lebih besar. Penelitian ini
para kelompok kerja KL atas semangat
mempunyai keterbatasan dalam mengukur
Desperatly Optimizing KL dalam perburuan
seberapa besar dampak tersebut dalam kaitan pengetahuan.
dengan implementasi sistem pelayanan dan
kelitbangan. Dikarenakan pertanyaan pada
kuesioner mengacu kondisi KL yang sudah, DAFTAR PUSTAKA
sedang, dan akan datang, maka ada peluang
perbaikan pengembangan sistem, baik sistem Ali Farazmand (2004), Public Organization
layanan maupun sistem kelitbangan. Pemahaman Review: A Global Journal 4: 3-24
KL sebagai salah satu layanan publik, masih Innovation in Strategic Human Resource
perlu dioptimalkan Management: Building Capacity in the
Age of Globalization
PENUTUP Andrew C. Inkpen (2008), Knowledge Transfer
Langkah-langkah inovatif optimalisasi And International Joint Ventures: The
KL di suatu lembaga litbang perlu terus menerus Case Of Nummi And General Motors,
dikembangkan, hal ini dikarenakan KL terbukti Strategic Management Journal . J., 29:
efektif mendorong proses pembelajaran yang 447 -453
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan Anthony F. Buono, Keneth w. Kerber (2010),
sebagai akibat proses eksploitasi dan eksplorasi. Creating a Sustainable Aproach to Change:
Untuk itu faktor yang mendasari pendorong Building Organizational Change Capacity,
semangat kerjasama perlu juga diperhatikan. SAM Advaned Management Journal –
spring, 75,2
Persepsi kelompok pelayanan publik dan
kelitbangan memperlihatkan bahwa KL Boris B. Volkov (2008), Toward continuous
mempunyai dampak positif terhadap perbaikan improvement in organizations: a case
sistem layanan dan sistem kelitbangan. Namun study of evaluation capacity building In
demikian dampak positif tersebut masih perlu the northwest area foundation. A
dibuktikan lebih lanjut akan kualitas dan dissertation Submitted to the faculty of the
kuantitas perbaikan terhadap tatacara proses graduate school of the university of
pengelolaan layanan publik dan kelitbangan. Minnesota
Changsu Kim and Jong-Hun Park (2010),The
Kerjasama Litbang selain memenuhi
Global Research-and-Development
capaian kinerja organisasi, harus berdampak
Network and Its Effect on Innovation,
dalam dua hal yaitu: manfaat dan dinamika
Journal of International Marketing, Vol.
sistem. Manfaat yang bisa dirasakan oleh para
18, No. 4 pp. 43-57
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan KL,
sementara dinamika sistem diperlukan untuk Charles Dhanasai and Arvind Parkhe (2006),
menjamin terjadinya inovasi berkelanjutan. Orchestrating Innovation Networks ,The
Perubahan kapasitas organisasi dipengaruhi Academy of Management Review, Vol.
kesediaan akan terjadinya keberlangsungan 31, No. 3, pp. 659-669
perubahan. Perubahan kapasitas organisasi, pada Chris B. Emmons (2013), Improving
saatnya, secara gradual akan mendongkrak Organizational Performance: Building
penguatan kapasitas lembaga litbang. KL Organizational Resilience and
merupakan implementasi efektif bentuk riset Sustainability through Knowledge-Sharing
terapan oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan Relationships , Walden University
dan dukungan pemangku kepentingan dalam Minneapolis,
perencanaan yang lebih komprehensif.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 433
Darr, Eric D;Argote, Linda;Epple, Dennis (1995), Hasyimi, S (2000), Analisis Learning
The Acquisition, Transfer, and Organization & Core Capability (Kajian
Depreciation of Knowledge in Service Kasus di Lembaga Litbang Deprindag –
Organizations: Productivity in Franchises , BBKKP), Universitas Indonesia
Management science 41
He, Zi-Lin ; Wong, Poh-Kam (2004 ),
Damon Aiken, Timothy C. Heinze, Matthew L. Exploration vs. Exploitation: An
Meuter, and Kenneth J. Chapman (2016), Empirical Test of the Ambidexterity
Innovation Through Collaborative Course Hypothesis, Organization Science Vol. 15,
Development: Theory And Practice, No. 4, July-August 2004, pp. 481-494
Marketing Education Review, vol. 26, no.
Henri Inkinen (2016), Review of empirical
1, pp. 57–62
research on knowledge management
Danseco, E (2013), The Five CS For Innovating practices and firm performance, Journal of
in Evaluation capacity Building : Lessons Knowledge Management, Vol. 20 Iss 2 pp.
From The Field, The Canadian Journal of 230 – 257
Program Evaluation Vo. 28 No. 2 Pages
Lane, Jane E. Salk and Marjorie A. Lyles
107 – 117
(2001), Absorptive Capacity, Learning,
Durcikova, Alexandra; Kelly J. Fadel, Brian S. and Performance in International Joint
Butler, Dennis F. (2011), Knowledge Ventures , Management Journal, Vol. 22,
Exploration and Exploitation: The Impacts No. 12 pp. 1139-1161
of Psychological Climate and Knowledge
Manuel Expósito-Langa (2015), Innovation in
Management System Access, Inf onnation
clusters: exploration capacity, networking
Systems Research Vol. 22, No. 4, pp.
intensity and external resources, Journal
855-866
of Organizational Change Management vol
Fumi Kitagawa (2010), Pooling Resources for 28 No 1 pp 26-42
Excellence and Relevance: An Evolution
Ming-Chang Lee (2016), Knowledge
of Universities as Multi- Scalar Network
Management and innovation management:
Organisations , Minerva, Vol. 48, No. 2
best practices in knowledge sharing and
pp. 169-187
knowledge value chain, Journal of
Elena Revilla (2008), Knowledge Management in Innovation and Learning Vol 19, N0.2 pp
Research Joint Ventures, Strategic 206-226
Knowledge Management in Multinational
Mitchell Brown (2012), Enhancing and
Organizations. p207-226
Measuring Organizational Capacity:
Eva Sørensen (2012), Measuring the Assesing the Results of the U.S.
accountability of collaborative innovation, Department of Justice Rural Pilot Program
The Innovation Journal: The Public Sector Evaluation, Public Adninistration Review,
Innovation Journal Vol 17 (1) article 9 Juli-August 2012 Blackwell Publishing Ltd
Frank T. Rothaermel and Andrew M. Hess Nonaka Ikujiro and Georg von Krogh (2009)
(Nov. - Dec., 2007), Building Dynamic Tacit Knowledge and Knowledge
Capabilities: Innovation Driven by Conversion: Controversy and
Individual-, Firm-, and Network-Level, Advancement in Organizational
Organization Science, Vol. 18, No. 6, Knowledge Creation Theory, Organization
pp. 898-921 Science, Vol. 20, No. 3, pp. 635-652
Gene Slowinski and Matthew W. Sagal (2010), Senge, Peer, Leinder, Anet, Robert, Charlote,
Good practices in open innovation, Ross, Richard Roth, George, Smith, Bryan
Industrial Research Institute Inc. (1999) The Dance of Change: The
Challence of Sustaining Momentum in

434 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Learning Organization, Dourbledary, New innovation community capacity building,
York Journal of Knowledge Management Vol 18
Yli-Renko, Helena;Autio, Erkko;Sapienza, Harry
Tony S. Frost and Changhui Zhou (2005),
J (2001), Social capital, knowledge
R&D Co-practice and 'Reverse'
acquisitions, and knowledge exploitation
Knowledge Integration in Multinational
in young technology-based firms, Strategic
Firms, Journal of International Business
Management Journal; Jun/Jul; 22, 6/7; pg.
Studies, Vol. 36, No. 6 pp. 676-687
587
Xiomi An, Hepu Deng, Lemen Chao nad Wenlin
Bai (2014), No. 3, Knowledge
management in supporting collaborative

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 435
KOMUNIKASI PEJABAT HUMAS PEMERINTAH DALAM
MENGELOLA INFORMASI IPTEK
(STUDI FENOMENOLOGI PADA BATAN, BPPT, DAN LAPAN)
Dyah Rachmawati Sugiyanto1, Dr. Suwandi Sumartias2, Prof. Dr. Neni Yulianita3, Dr. Lukiati Komala4
1 Pranata Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Mahasiswi Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Bandung. dyah.humas@gmail.com
2 Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. wandi_sumartias@yahoo.com
3 Dosen Universitas Islam Bandung, Bandung. yulianita_neni@gmail.com
4 Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. lukiatikomala@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Government Public Relations, Managing the information of science and technology to be accepted by the
S&T Information, public was not easy for the public relations officers in government
Communication Experience research institutions. This study aims to explore the Government Public
Relations Officer experiences related to the management of information of
science and technology. The communication experience, furthermore as
contribution in the development strategy of strengthening the human
resources capacity of Government Public Relations. Phenomenology
method in this research tries to explore experiences of 9 informants in
BATAN, BPPT, and LAPAN on manage information of science and
technology, through in-depth interviews. This study suggests that in a
communication on managing of information of science and technology,
Government Public Relations Officers in BATAN, BPPT, and LAPAN gain
pleasant and unpleasant experiences. This study confirmed that the
experience is the construction of knowledge and awareness of Government
Public Relations' Officers in managing science and technology
information.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Humas Pemerintah, Informasi Mengelola informasi Iptek untuk dapat diterima dan dipahami oleh publik
Iptek, Pengalaman Komunikasi ternyata bukan hal mudah bagi para personil Humas di lembaga riset
pemerintah. Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pejabat
struktural maupun fungsional terkait pengelolaan informasi Iptek.
Pengalaman komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi kontribusi dalam
menentukan pengembangan strategi penguatan kapasitas SDM Humas
Pemerintah. Metode Fenomenologi dalam penelitian ini mengeksplorasi
pengalaman 9 informan di BATAN, BPPT, dan LAPAN dalam mengelola
informasi Iptek, dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini
menyebutkan, dalam melakukan pengelolaan informasi Iptek, para pejabat
Humas Pemerintah di BATAN, BPPT, dan LAPAN mendapatkan
pengalaman komunikasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Penelitian ini juga mempertegas bahwa pengalaman tersebut merupakan
konstruksi dari pengetahuan dan kesadaran personil Humas Pemerintah
dalam mengelola informasi Iptek.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

436 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
LATAR BELAKANG MASALAH Humas di dalamnya memiliki jumlah dan
kualitas pejabat Humas yang berbeda. BATAN
Pengelolaan informasi Iptek yang
memiliki 40 Pejabat Fungsional Pranata Humas,
dilakukan pemerintah sejatinya bukan hanya
6 di antaranya ditempatkan di Bagian Humas.
sekedar aktivitas biasa, rutin, dan sebagai bentuk
BPPT memiliki 30 Pejabat Fungsional Pranata
pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi
Humas, hampir setengah di antaranya
sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat.
ditempatkan di Bagian Humas. LAPAN memiliki
Lebih dari itu, ada tanggungjawab lebih besar di
32 Pejabat Fungsional Pranata Humas, 8 di
balik tujuannya, yaitu membangun kesadaran
antaranya ditempatkan di Bagian Humas. 2
publik terhadap Iptek, baik sebagai pengguna
maupun pemantau kebijakan Iptek yang dibuat Humas Pemerintah, menurut Eko Madi
oleh pemerintah. Oleh sebab itu, tenaga ahli Parmanto 3, pekerjaannya ‘tidak jelas’, target juga
komunikasi, dalam penelitian ini adalah Pejabat ‘tidak jelas’, produknya mungkin orang tidak
Humas Pemerintah, perlu mendapatkan perhatian tahu, produknya juga kemungkinan bukan
secara khusus. menjadi kebutuhan mereka. Di situlah beratnya
Humas Pemerintah di lembaga riset untuk bisa
Pemilihan tiga lembaga dilatarbelakangi
menjelaskan juga mengenai substansi secara
beberapa hal. Pertama, peneliti tertarik untuk
umum.
mengetahui bagaimana komunikasi Humas
Kepala Bagian Humas BATAN tersebut
Pemerintah di lembaga riset. Karena itu, langkah
menambahkan, survey yang dilakukan di
pertama dalam memilih lokasi penelitian adalah
lembaga swasta lebih fokus kepada misi atau
memilih lembaga pemerintah yang berkoordinasi
posisi khusus dan lebih banyak kemanfaatannya
dengan kementerian yang menangani urusan riset
secara ekonomi. Sedang lembaga riset
dan pendidikan tinggi di Indonesia. Selanjutnya,
pemerintah itu juga berfungsi mengembangkan
peneliti menelusuri lembaga riset pemerintah
teknologi, ada tugas-tugas yang mendukung
yang di dalamnya terdapat Pejabat Struktural
kegiatan pemerintah, kemudian ada juga tugas-
Humas dan di dalamnya terdapat Pejabat
tugas sosial. Menurutnya, beban tersebut menjadi
Fungsional Pranata Humas. Hal terpenting, jika
jauh lebih banyak dibanding dengan beban para
dilakukan riset pada instansi tersebut akan
Humas di lembaga riset yang mandiri (swasta).
berdampak besar, signifikan, dan nyata,
“Di lembaga riset pemerintah tidak boleh bisnis.
khususnya bagi Humas Pemerintah lainnya.
Jadi tujuannya melakukan riset, menghasilkan,
Di antara Lembaga Pemerintah Non kemudian diberikan secara cuma-cuma kepada
Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan masyarakat yang membutuhkan. Di perusahaan
Tinggi (LPNK Ristekdikti), diketahui bahwa industri hanya menjelaskan saja bentuk tulisan-
yang memiliki sumber daya manusia (SDM) tulisan dalam kemasan produk, mem-branding
Pranata Humas adalah Badan Tenaga Nuklir produk melalui info keunggulan produk tersebut.
Nasional (BATAN), Badan Pengkajian dan Humas Pemerintah di lembaga risetlah yang
Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga mengedukasi masyarakat bahwa radiasi itu aman.
Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), “Radiasi itu apa ? Itu kita mengedukasi. Itu kan
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan tidak berbiaya, apa dan bagaimana manfaatnya
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 1. apa”.
Selanjutnya, peneliti membatasi jumlah Menyampaikan pengetahuan tentang
lokasi yang akan diteliti, yaitu sebanyak tiga. Nuklir dan pembangunan Reaktor Daya
Peneliti kemudian menetapkan BATAN, BPPT, Eksperimental (RDE) bukanlah hal yang mudah.
dan LAPAN sebagai lokasi penelitian. Dari Publik sudah terlanjur memaknai Nuklir adalah
ketiga lokasi penelitian yang dituju, setiap unit
2 Rangkuman wawancara dengan Yustantia (BATAN),

1 Rangkuman wawancara dengan Pejabat Humas dari Sherly (BPPT), dan Adhi (LAPAN).
3 Kepala Bagian Humas BPPT, wawancara pada 13 Maret
delapan LPNK Kemristekdikti yang dianggap dapat
mewakili lembaganya masing-masing 2016 di Kantor BATAN

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 437
sesuatu yang sangat berbahaya bahkan dapat dikeluarkan oleh LAPAN belum tentu penting
mematikan. Mengubah pemahaman publik untuk bagi publik, sekalipun informasi itu adalah
bisa menerima fakta bahwa ada manfaat Nuklir informasi penting. Kemampuan Pejabat Humas
di balik isu tersebut membutuhkan metode yang LAPAN diuji dalam hal ini, untuk menarik minat
tepat dan profesional dan disampaikan oleh dan mengedukasi publik terhadap kemampuan
Pejabat Humas sebagai juru bicara yang handal. LAPAN dalam bidang keantariksaan dan
penerbangan nasional.
Fenomena berikutnya terkait pengelolaan
Iptek di BPPT yang dilakukan oleh para pejabat Pekerjaan Humas Pemerintah tidak
Humas di BPPT dapat diketahui dari pernyataan selesai hanya dengan mengundang wartawan
berikut: dalam konferensi pers, melakukan publikasi,
“BPPT memandang bahwa informasi Iptek mendiseminasikan informasi melalui media
khususnya informasi mengenai hasil kerja sosial. Dalam melakukan tugasnya, para petugas
kerekayasaan BPPT perlu dipadukan dengan Humas Pemerintah juga harus berfikir strategis,
sistem informasi yang terintegrasi dengan baik. berdasarkan pengalaman-pengalaman
Dalam hal ini Humas BPPT bekerjasama dengan komunikasi yang pernah dihadapi. Karena itu,
unit kerja Pusat Data Informasi dan Standardisasi penelitian ini bertujuan menggali pengalaman
BPPT terkait pengelolaan informasi melalui pejabat struktural maupun fungsional terkait
Website bppt.go.id. Pada website tersebut pengelolaan informasi Iptek. Pengalaman
disajikan pemberitaan mengenai kinerja BPPT komunikasi tersebut, selanjutnya menjadi
beserta galeri foto kegiatannya. Selain itu juga kontribusi dalam menentukan pengembangan
kami tampilkan profil unit kerja di BPPT beserta strategi penguatan kapasitas SDM Humas
layanan dan jasa yang menjadi andalan tiap unit Pemerintah.
kerja. Selain mengelola informasi melalui
website, Humas BPPT juga secara aktif
TEORI DAN METODOLOGI
menyebarluaskan informasi Iptek melalui media
sosial twitter, facebook dan youtube. Tidak
Humas Pemerintah
ketinggalan juga BPPT mengelola penerbitan
cetak melalui Majalah Informasi Teknologi,
Berkembangnya profesi Humas
Newsletter BPPT, dan Jurnal Sains dan
memunculkan bidang-bidang kekhususan di
Teknologi Indonesia.” 4
dalamnya. Morissan (2010:32)
Selanjutnya, Salah satu hasil penelitian mengklasifikasikannya menjadi lima bidang,
yang digunakan saat krisis akibat kebakaran yaitu Publisitas, Public Affairs, Pemasaran,
lahan gambut di Riau beberapa waktu lalu adalah Manajemen Isu, dan Lobi. Selanjutnya, Public
pesawat hujan buatan, yang merupakan hasil Affairs melahirkan tiga bidang kekhususan, yaitu
penelitian BPPT. Dalam sebuah wawancara community relations, government relations, dan
awal, peneliti tertarik untuk mengetahui industrial relations. Dalam perkembangannya,
bagaimana Pejabat Humas BPPT mengambil Profesi Humas Pemerintah mengalami dinamika
langkah dalam mengelola informasi terkait aksi perubahan yang cukup signifikan, khususnya di
humas terhadap pemberitaan tersebut. Humas Indonesia, mulai era 1990an. Penyebutan
BPPT memanfaatkan Forum Wartawan individu yang berprofesi sebagai Humas
Teknologi guna menyebarluaskan isu kegiatan Pemerintah bahkan belum disadari harus dengan
terkini dari pelaksanaan Operasi Teknologi istilah yang mana. Pakar Ilmu Komunikasi,
Modifikasi Cuaca BPPT. Frank Jefkins menyebutkan:
“Public Relations (dalam bahasa Indonesia
Lokasi penelitian berikutnya adalah
diterjemahkan menjadi ‘Hubungan Masyarakat’,
LAPAN. Informasi mengenai keantariksaan yang
disingkat ‘PR’). Istilah ‘seorang PR’ (a PR) yang
4Wawancara dengan Surya Pratama, S.Sos, M.Si, Kepala terlanjur populer itu harus dihindari karena pada
Sub Bagian Hubungan Media dan Pengaduan Masyarakat, dasarnya memang keliru. Seorang praktisi PR
Bagian Humas BPPT, 21 Nopember 2015
tidak sama dengan PR yang merupakan suatu

438 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
bidang kegiatan (bukan orang) yang sangat luas. dialami, dirasakan, atau dihadapi selama mereka
Praktisi PR sering disebut sebagai PR Officer melakukan komunikasi, khususnya kehumasan.
(PRO)” (Jefkins, 2003:426) Melalui pengalaman tersebut Pejabat Humas
Pemerintah memiliki pengetahuan, dan
Selanjutnya, pernyataan berikut ini juga mencoba pengalaman yang berkaitan dengan fenomena
menjelaskan sebutan bagi individu Humas profesinya saat ini. Hal ini sesuai dengan
Pemerintah: pernyataan bahwa: “... all objects of knowledge
“Spesialis PR pemerintah (biasanya disebut must conform to experience” dan “... all
Pejabat Public Affairs di Amerika Serikat dan knowledge and experience are connected to
pejabat informasi atau penerangan, atau pejabat phenomena”. Selanjutnya, Moustakas juga
humas di negara lain) adalah penghubung menjelaskan bahwa sebuah proses sistemik
penting antara rakyat dan pemerintah. Diversitas berlangsung ketika individu berinteraksi dengan
kehlian teknis, tujuan organisasional dan dan melalui simbol-simbol untuk
aktivitas publik dari fungsi public affairs mengintepretasikan sebuah makna tertentu: “... a
pemerintah adalah lebih besar ketimbang praktik systemic process in which individuals interact
PR tradisional dan/ atau khusus. Puncak with and through symbols to create and interpret
perbedaannya adalah pada peran advokasi publik meanings” (Moustakas, 1994: 44).
yang dimainkan oleh komunikator pemerintah Pengalaman merupakan interaksi alat
untuk pembuat keputusan pemerintah. Praktisi inderawi dengan cara melihat, merasakan,
Public Affairs dewasa ini harus menguasai seni mendengar, menghirup, mengecap, melibatkan
dan keahlian berkomunikasi yang baik dan harus proses intepretasi individu dalam hal pertukaran
memahami secara menyeluruh kultur, kebijakan, makna dalam bentuk simbol, kata-kata, dan
praktik, dan konstituen organisasi.” (Cutlip, bahasa, yang menghasilkan sebuah pengetahuan,
Center, & Broom, 2006: 465) dan dapat dipanggil ulang. Kemampuan individu
Pemahaman PR diartikan sebagai fungsi dalam memaknai fenomena dan
manajemen yang memiliki kekhasan dan sarat mengintepretasikan makna simbol, tanda,
dengan aktivitas komunikasi. Hal tersebut gambar, kata-kata, dan bahasa tidaklah sama.
dijelaskan dalam pernyataan berikut: Komala (2012) menjelaskan:
“PR adalah fungsi manajemen yang khas dan “… setiap pengalaman memiliki karakteristik
mendukung publiknya, menyangkut aktivitas yang berbeda, meliputi apa dan bagaimana
komunikasi, pengertian penerimaan dan pengalaman tersebut membedakan suatu
kerjasama; melibatkan manajemen dalam pengalaman tertentu dengan pengalaman yang
menghadapi persoalan/ permasalahan, membantu lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka
manajemen untuk mau menanggapi opini publik; berkaitan dengan penelitian ini, pengalaman-
mendukung manajemen dalam mengikuti dan pengalaman komunikasi yang dimiliki oleh
memanfaatkan perubahan secara efektif, praktisi PR akan dikategorisasikan menjadi jenis-
bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam jenis pengalaman tertentu”. (Komala, 2012:95)
mengantisipasi kecenderungan penggunaan
penelitian serta teknik komunikasi yang sehat Pengalaman setiap Pejabat Humas Pemerintah
dan etis sebagai sarana utama.” (Ruslan, yang dipilih menjadi informan penelitian ini
2007:16) berbeda satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan
latar belakang mereka yang berbeda satu sama
Pengalaman Komunikasi lain. Latar belakang yang dimaksud adalah
budaya, pendidikan, jenis kelamin, usia, dan
Terminologi “pengalaman” merujuk lingkungan tempat tinggalnya selama ini.
pada kumpulan peristiwa yang dilewati atau Dengan demikian, informan penelitian dalam
dilakukan secara sadar dan terekam dalam benak kajian fenomenologi dengan paradigma
seseorang. Pengalaman komunikasi Pejabat konstruktivis dipandang unik dengan
Humas Pemerintah yang dimaksudkan dalam pengalaman mereka yang tidak selalu kondusif,
penelitian ini adalah rangkaian peristiwa yang seperti dalam pendapat berikut:

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 439
“… apabila merujuk pada paradigma Pemerintah dalam mengumpulkan,
konstruktivisme yang menganggap bahwa mengkonstruksi, memproduksi, mengemas, dan
individu bersifat unik dan humanistik, maka menyajikan informasi Iptek kepada publik
anggapan individu yang memproses pesan dalam melalui media/ saluran resmi (official channel).
komunikasi bergerak secara mekanistik dapat Informasi Iptek merupakan bagian dari informasi
dipatahkan. Sebagai contoh praktisi PR yang publik. Informasi iptek berisi informasi berbagai
telah menjadi PR Profesional, diketahui memiliki hasil penelitian, berbasis ilmu pengetahuan, dan
beragam pengalaman komunikasi yang diperoleh memiliki manfaat di masyarakat. Informasi
melalui interaksi dengan lingkungannya. Pada mengenai pengetahuan dan teknologi hasil
pengalaman-pengalaman komunikasi yang penelitian bukan hanya sebagai bentuk layanan
mereka peroleh, terdapat pengalaman Humas Pemerintah di lembaga riset untuk
komunikasi yang kondusif dan pengalaman mencitrakan institusinya. Informasi tersebut,
komunikasi yang tidak kondusif. Adapun secara lebih luas merupakan tanggungjawab
pengkategorisasian ini dilakukan berdasarkan lembaga yang bertujuan mendidik dan
kesadaran dan pemaknaan praktisi PR terhadap mencerdaskan publik.
pengalaman tersebut”. (Komala, 2012: 96) Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Dalam penelitian ini pengalaman Publik telah resmi diberlakukan pada 2008.
komunikasi yang akan dieksplorasi lebih khusus Adanya ketentuan menyediakan informasi wajib
adalah pada sikap, pernyataan dan langkah- dan menjaga informasi yang dikecualikan diatur
langkah yang dicerminkan dalam kata-kata, dalam salah satu pasal dalam UU KIP No.14
tindakan, dan bahasa para informan penelitian, tahun 2008. Peraturan lain, yaitu Peraturan
dalam melakukan pengelolaan informasi Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan Standar Layanan Informasi Publik. Peraturan
tipikasi terhadap jenis-jenis pengalaman tersebut mengarahkan Pejabat Humas
informan dalam mengelola informasi Iptek. Pemerintah menjadi lebih berhati-hati dalam
Informasi adalah hasil pengolahan data melakukan aktivitas layanan kepada publik.
yang memberikan arti dan manfaat, yang telah Dalam pelaksanaannya, Pejabat Humas dituntut
diproses sedemikian rupa sehingga untuk menyediakan, mengolah, dan
meningkatkan pengetahuan seseorang yang menyampaikan, serta menganalisis pemberitaan
menggunakan data tersebut, yang disajikan informasi secara cepat dan akurat kepada publik.
dalam bentuk yang lebih berguna dan lebih Penyebarluasan informasi Iptek dipercepat dan
berarti bagi penerimanya yang menggambarkan diperluas oleh dukungan media massa, seperti
suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata pernyataan berikut:
(fact) yang digunakan untuk pengambilan “… media massa wajib menyebarluaskan
keputusan. 5 Informasi Iptek merupakan informasi dari instansi pemerintah secepatnya
informasi tentang ilmu pengetahuan dan dan seluas-luasnya. Ketergantungan masyarakat
teknologi. Konsep informasi Iptek dalam terhadap informasi yang dikeluarkan instansi
penelitian ini adalah informasi yang dikelola oleh pemerintah akan sangat tinggi manakala terjadi
Pejabat Humas Pemerintah yang disajikan dalam keadaan kondisional, ...” (Komala, 2012: 133)
berbagai bentuk, yang meningkatkan Dalam praktik sehari-hari, keterbatasan
pengetahuan publik penerima tentang proses, masyarakat untuk memperoleh informasi yang
hasil, lokasi penelitian, dan profil peneliti, serta minimal standar sekalipun sering banyak terjadi,
isu terkait bidang penelitian yang diberitakan dan ini semua terjadi karena secara konstruksi
oleh pejabat humas melalui media resmi. sosial, negara melalui perangkat birokrasinya
Selanjutnya, konsep pengelolaan kadang-kadang masih menganggap itu adalah
informasi Iptek yang dimaksud dalam penelitian upaya maksimal yang telah dilakukannya karena
ini adalah terkait konsep diri Pejabat Humas dominasi pola pikir yang dimilikinya. (Bungin,
2009: 196 dalam Dewabroto, 2014:146). Dalam
5 disarikan dari http://www.definisi- era keterbukaan informasi publik yang juga era
pengertian.com/2015/03/definisi-dan-pengertian-
informasi.html, 6 Februari 2016 digital ini masyarakat lebih leluasa mengakses

440 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
informasi. Kemasan informasi selanjutnya yang dipersepsikan individu, dalam penelitian ini
menjadi penting untuk menjadi perhatian adalah para Pejabat Struktural Humas dan
khususnya bagi Pejabat Humas di lembaga riset Fungsional Pranata Humas. Dalam
pemerintah seperti BATAN, BPPT, dan LAPAN. Fenomenologi dikenal istilah Noesis. Noesis
merupakan bahan dasar pikiran dan roh (mind
Metode and spirit) manusia. Penelitian ini menggali
pengalaman dan kesadaran yang di dalamnya
Penelitian fenomenologis fokus pada juga terkait dengan emosional para informan.
sesuatu yang dialami dalam kesadaran individu, Deskripsi noesis adalah deskripsi subjektif,
yang disebut sebagai intensionalitas. karena sudah ada pemberian makna padanya.
Intensionalitas (intentionality), menggambarkan Lawan noesis adalah noema, yakni sesuatu yang
hubungan antara proses yang terjadi dalam diterima oleh panca indera manusia” (Kuswarno,
kesadaran dengan obyek yang menjadi perhatian 2009: 43-44). Pengalaman dan pikiran yang
pada proses itu. Dalam term fenomenologi, dialami Pejabat Humas Pemerintah seperti
pengalaman atau kesadaran selalu kesadaran individu pada umumnya, pada dasarnya bersifat
pada sesuatu, melihat adalah melihat sesuatu, subjektif. Panca indera atau indera yang secara
mengingat adalah mengingat sesuatu, menilai sadar dan objektif menangkap stimulus
adalah menilai sesuatu. Sesuatu itu adalah obyek kemudian mengintepretasikan secara subjektif
dari kesadaran yang telah distimulasi oleh dan menyimpannya dalam memori. Isi memori
persepsi dari sebuah obyek yang “real” atau dipanggil kembali sebagai pengalaman kesadaran
melalui tindakan mengingat atau daya cipta mereka yang selanjutnya memunculkan
(Smith, et al., 2009: 12). intepretasi dan terjadi proses pemaknaan Humas
Penelitian fenomenologi adalah Pemerintah. Selanjutnya Husserl berasumsi
penelitian yang mencoba memahami persepsi bahwa:
masyarakat, perspektif, dan pemahaman dari “Sebuah pengalaman (tindakan sadar) mengacu
situasi tertentu (atau fenomena). Metode kepada suatu objek dalam pengertian noema atau
Fenomenologi tidak peneliti gunakan untuk neomatic. Teori kesengajaan (kesadaran) adalah
menghitung atau mengukur persepsi informan generalisasi dari teori referensi bahasa. Ketika
secara kuantitatif. Persepsi informan terhadap referensi bahasa dimediasi oleh pengertian, maka
suatu fenomena yang difokuskan dalam referensi perhatian dimediasi oleh pengertian
penelitian ini digali melalui wawancara Pejabat noematic”. (Kuswarno, 2009: 8)
Struktural Humas dan Fungsional Pranata Humas Penjelasan neomatic ialah suatu kesadaran
secara mendalam mengenai pengalaman dan tentang konstruksi suatu pengalaman seseorang
kenyataan yang diceritakannya secara sadar. tentang realitas empiris yang membangun
Dengan kata lain, sebuah penelitian konsepsi kesadaran orang tersebut untuk bisa
fenomenologis mencoba untuk menjawab mewujudkan hasil pengalaman yang
pertanyaan “Bagaimana rasanya mengalami hal dihasilkannya sebagai suatu kebenaran yang
ini dan itu?” Dengan melihat berbagai perspektif terdeskripsikan di alam memori. Artinya,
dari situasi yang sama, peneliti dapat memulai pengalaman tentang yang dideskripsikan bukan
membuat beberapa generalisasi. Penelitian ini, pada kondisi fisik realitas yang dimaksudkan
berupaya mengungkap pengalaman Pejabat akan tetapi deskripsi yang bisa terlukiskan di
Struktural Humas dan Fungsional Pranata Humas dalam imajinasi, memori mereka secara sadar.
yang menjalani Profesi Humas Pemerintah,
khususnya dalam mengelola informasi Iptek. HASIL PENELITIAN
Dengan demikian, fenomenologi sesuai dipilih
sebagai metode dalam penelitian kualitatif ini. Uraian berikut ini merupakan data hasil
Fenomenologi mengandung esensi wawancara peneliti dengan 9 informan. Peneliti
mengenai kesengajaan pemberian makna. membaginya dalam dua sub, yaitu pengalaman
Makna merupakan bagian kesengajaan yang komunikasi pejabat struktural dan fungsional
berhubungan dengan kesadaran akan kenyataan dalam konteks mengelola informasi iptek.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 441
Pengalaman Komunikasi Pejabat Struktural saya, di sini adalah orang-orang humas, …”
Humas di BATAN, BPPT, dan LAPAN jelasnya.
Peneliti mengawali pertanyaan dengan Menrut Totti, Humas Pemerintah tidak
menyinggung pemikiran informan tentang makna beda dengan humas di lembaga riset swasta,
Humas. Menurut Totti Tjiptosumirat 6, Humas kalau subjeknya adalah riset. Dengan ada kata
Pemerintah harus menyuarakan apa program ‘perintah’ di situ, setelahnya tidak ada bedanya
pemerintah yang menjadi fungsi utamanya karna Huams Pemerintah sudah diatur dengan
lembaga di program itu. BATAN adalah lembaga KIP yang sebetulnya mengamankan dengan
pemerintah, yang berkenaan dengan masalah keterbukaan yang ada di swasta. Selama ini
teknologi nuklir. “… Humas BATAN adalah pemerintah tidak terlalu open, tapi kemudian
Humas pemerintah yang mempunyai spesialisasi muncul UU KIP. Itu membawa posisi bahwa
bidang tertentu. Apapun yang berkenaan dengan Humas is a PR. “Kebetulan di sini, pimpinan
masalah kenukliran, they’ve to go to PR BATAN Alhamdulillah selalu terbuka dengan masukan
bukan ke PR LIPI/ LAN,” tegasnya. dari bawahannya. Selama kita memberikan
informasi yang benar, pimpinan akan terima,”
Totti mengaku bahwa dirinya dulu
terang Totti. Menyampaikan masukan bukan
termasuk orang yang seperti memakai kacamata
dalam arti kata menyalahkan pimpinan, tapi
kuda, tapi setelah ia mempelajari kelitbangan,
memberikan feeding. Totti yakin, pimpinan akan
bahwa ternyata apa yang dikatakan Litbang itu
komit sesuatu apabila dia sudah paham, dia tahu
membutuhkan pelaksanaan hasil output untuk
bagaimana kondisi lapangan tapi tetap butuh
lebih berguna di masyarakat. “Saya mempelajari
feeding dari pelaksananya. Caranya bisa melalui
manajemen, saya mempelajari komunikasi,
regular meeting yang formal, informal meeting,
selain daripada dunia litbang yang memang
atau bisa juga saat upacara. Ini semua,
kompetensi saya jauh lebih baik dibanding
menurutnya, harus merupakan suatu kewajiban
dengan hanya saya sebagai peniliti thok,”
bagi semua pejabat di BATAN untuk
jelasnya. Hal ini menurutnya sama jika
memberikan informasi kepada atasannya.
dianalogikan dengan Humas. Kalau diperkaya
“Nggak mungkin atasan tahu semua, kalau
dengan ilmu yang lain, komunikasinya tentu
atasan tahu semua, nggak perlu ada pejabat di
akan lebih hidup, kalau hanya orang Humas saja,
bawahnya. Jadi kalau misalnya kepala BATAN
terlalu teoritik. “…yang paling mudah adalah
tahu semuanya buat apa ada saya, dan
kalau anda mempelajari komunikasi pada saat
seterusnya,” ungkapnya.
terjadinya insiden Fukushima,” sebutnya.
Menurut Totti, berita terkait BATAN itu
Menurutnya, di situlah terbukti bahwa Humas itu
sensitif, tapi tidak berbahaya. Sensitif karena
mempunyai sesuatu kondisi yang harus
nuklir itu tidak semua orang/ karena orang
mengetahui ilmu lain selain kehumasan. Selain
tertentu yang tahu. Ia tampak menyayangkan
dengan teknik bagaimana menyediakan
pemerintah yang seringkali lupa bahwa punya
informasi, teknik berbicara dengan media,
‘saudara’ BATAN. Masih ada saja orang-orang
khalayak, dan lain sebagainya. Humas harus tahu
di pemerintah yang masih bertanya BATAN itu
masalah apa itu “Fukushima Daichi Reactor
apa? Tugas Humas memperkenalkan BATAN
Plan” (FDRP). Di sisi lain, orang-orang
setiap ketemu dengan mitra, kawan baik dari
penguasa FDRP harus tahu bagaimana
LPNK, maupun kementrian. Sensitifnya, karena
mengekspresikan yang terjadi disitu. “Jadi harus
tidak tahu itu, begitu menyebutkan nuklir,
ada cross. Ini yang saya katakan dengan kawan-
persepsi lawan bicara seragam, misalnya
kawan di Humas. Anda itu di tengah, harusnya
“Waduh, bahaya dong?!”, “Kamu bawa radiasi”,
anda itu menjadi bridge teknologi, informasi dan
“Waduh bahaya, kamu akan menyebabkan
komunikasi, penyampaian komunikasi. Siapa
kecelakaan nuklir di Indonesia”, “kamu
yang bisa menyampaikan ini? Menurut hemat
menyebabkan saingan terhadap dunia energy
6 Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BATAN, yang ada sekarang ini”, semua menganggap
wawancara pada 20 Mei 2016 di Kantor BATAN bahaya. “Kami berusaha membuat sesuatu yang

442 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
sensitive menjadi mudah dipahami, sehingga tim Humas BATAN adalah saat melakukan
menjadi tidak ada ketakutan lagi,” pungkas Totti. survey terkait pembangunan RDE. Survey
Caranya, ia menjelaskan, dengan selalu sederhana yang diisi oleh responden dari
mengadakan suatu pertemuan rutin dengan kalangan peneliti LIPI di Serpong itu sangat
media, memelihara, sehingga mereka mengejutkan hasilnya. Hampir 85% responden
mendapatkan feeding informasi-informasi atau menyatakan bahwa mereka tidak mendukung
seandainya ada kejadian yang penting. “Jadi, adanya pembangunan RDE. Ada 10 item dari
dengan komunikasi yang intens, kawan-kawan yang sangat mengejutkan “Mungkin
yang memang menyebarluaskan informasi, dulu kesalahannya ada di Humas artinya sosialisasi itu
pusatnya di PDK (menyebarkan informasi untuk belum terlalu intensif kita sudah memulai
publik). Kalau Humas ini kan komunikasi, jika pembangunan, kemungkinan itu dugaan saya,”
terjadi sesuatu yang dipertanyakan, tapi kalau ungkapnya. Kemudian, ia melanjutkan,
memang untuk public understanding responden dari LIPI juga merupakan kumpulan
memberikan pembelajaran untuk publik melalui orang-orang intelektual yang disitu juga peneliti.
selebaran, iklan, konferensi itu PDK (Pusat Mereka tahu juga tentang fisika tentang kimia
Diseminasi dan Komunikasi). Data-data ada di atau tentang resiko, radiasi, dan sebagainya
sana, Humas berhak menyebarkan. “Ekstrimnya, sehingga mungkin substansi penolakannya lebih
mereka aktif, diminta atau tidak, mereka substantif dibandingkan dengan masyarakat.
membuat program kerjasama, kunjungan siswa. “Nah, itu kita survey kemudian apa kira-kira
Itu kan bukan Humas, istilahnya tridarma strategi yang mau kita jalankan untuk orang-
litbang. Humas memberikan pemahaman kepada orang LIPI ini supaya nanti tidak ada resistensi
masyarakat untuk masukkan materi nuklir. Kita itu. Kalau saya begini strateginya, pertanyaan-
(BHHK) pasif, kalau diminta baru menyediakan. pertanyaan yang dari mereka itu ya harus kita
Menyediakan informasi yang menjadi jawab dulu secara ilmiah. Katakanlah misalnya
“permasalahan” masyarakat. Humas boleh begini resiko radiasi itu sampai kemana? Sampai
melakukan riset, sebagai peningkatan gini, kok orang LIPI tidak dapat tunjangan
kompetensi dari Pranata Humas, itu kegiatan bahaya nuklir kalau memang resiko radiasinya
utama Pranata Humas untuk menyediakan ada, nah itu yang harus kita jawab nanti. Nah,
informasi,” paparnya. kemudian resiko radiasi itu ada atau tidak? itu
Pengalaman menyenangkan bagi Totti yang harus kita jawab. Kemudian juga apakah
sebagai Humas adalah bahwa saat dirinya bisa irradiator itu bisa digunakan secara bersama-
memberi pemahaman kepada orang lain. sama oleh lembaga-lembaga yang ada di
Sedangkan hal yang tidak menyenangkan Puspitek itu untuk penelitian bersama, kemudian
baginya adalah ketika menghadapi orang yang apa kemanfaatannya bagi masyarakat,” urainya.
keras kepala, yang walaupun diberikan Hasil survei mempresentasikan keinginan
pemahaman apa pun tetap saja berpegang teguh responden, itulah yang harus dimanfaatkan lebih
pada asumsinya. “Selama saya menjabat diluar dulu. Selanjutnya, yang harus dijelaskan adalah
kepenelitian saya, pimpinan saya adalah orang- bagaimana mendatangkan rasa aman kepada
orang yang concern dengan Humas dan saya responden, kalau di dekat lokasi tempat tinggal/
merasa didukung sekali. Apapaun yang kita bekerja mereka ada bangunan baru yang disebut
lakukan selama kaitannya adalah untuk RDE. “… kita jelaskan juga bahwa kemanfaatan
pengembangan/ pengamatan/ komunikasi untuk jangka panjang apa, itu yang harus kita
kehumasan dia oke, ...,” ungkap Totti. “… jelaskan. Ini harus ada strategi khusus juga,”
kebetulan beliau senang sekali dengan sosmed,” tegas Eko. “Kemudian, kemarin juga tercetus
tambahnya. siapa yang harus bicara. Karena kalau yang
bicara Humas mungkin tidak akan dipercaya oleh
Selanjutnya, salah satu pengalaman yang
orang-orang intelektual. Itu yang harus bicara
belum lama dihadapi Eko Madi Parmanto, 7 dan
minimal kalau disitu disebut profesor doktor
7
Kepala Bagian Humas BATAN, Wawancara pada misalnya, paling tidak sudah appreciated dulu,
13 Maret 2016, di Kantor BATAN …” jelasnya. Selanjutnya, minimal secara tehnis,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 443
narahubung harus bisa menjelaskan dengan baik. tamu di sana. Usai berdialog dengan para
Secara ilmiah juga harus menjelaskan dengan mahasiswa tersebut, kemudian Eko mengikuti
baik. “Nah, orang Humas harus memberikan rombongan mahasiswa pengunjuk rasa sampai ke
masukan-masukan seperti itu. Jadi jangan sampai halaman. Ia mengkhawatirkan mereka bubar tapi
nanti si pembicara itu sudah ngomong sesukanya di sana demo lagi. Akhirnya, hingga kami
sendiri yang sebetulnya juga tidak diperlukan nongkrong-nongkrong dibawah pohon cukup
oleh audiens,” gagasnya. “…, kemudian cara lama. Menurut Eko, itu pengalamannya yang
dialog, jangan sampai kemudian kita tidak sangat menarik sebagai Humas.
menjawab kebutuhan informasi mereka sehingga
Pengalaman lain yang dimiliki Eko
dengan cara-cara dipancing pertanyaan atau
adalah terkait program rencana pembangunan
diskusi atau apa yang menjadi imajinasi mereka
reaktor daya eksperimental, yang sebetulnya
terhadap rencana pembangunan BATAN,
mirip-mirip dengan PLTN. “Betapa sulitnya kita
sehingga nanti kita jadi tahu apa. Itu orang
waktu itu menjelaskan tentang PLTN,” ungkap
Humas yang harus menggali, mencari informasi
Eko. “Nah ini kan isu baru, dengan isu baru ini
kemudian memberikan masukan kepada
‘kan, perlu dari tim kehumasan ini juga bergerak
pembicara nanti” kata Eko dengan tegasnya. “…
lebih dulu supaya kebijakan BATAN untuk
saya selalu mencintai pekerjaan saya. Itu juga
membangun RDE itu nanti bisa dipahami oleh
pekerjaan menariknya disitu. Jadi ketemu dengan
masyarakat paling tidak masyarakat
orang banyak dengan berbagai peringai. Saya
dilingkungan pekerja yang ada di Kawawan
pernah didemo jadi kita ada seminar gitu di
Puspitek, karena lokasi itu akan ada disana,”
ruangan yang di pasca sarjana UNDIP. Di
terangnya. Masyarakat yang ada di sekitar
UNDIP kan perguruan tinggi yang lumayanlah di
Kawasan Puspitek (sekitar radius 5 km atau 10
Jawa Tengah,” kata Eko membuka kisah
km) terdampak isu tersebut harus disurvei
pengalamannya. Saat itu, dirinya dan tim sedang
dahulu, sejauh mana mereka memahami tentang
mensosialisasikan PLTN di Jepara. Di sana ada
fasilitas nuklir yang ada di Serpong. Kemudian,
sekitar 50 orang masuk ruangan, kemudian
perlu juga mengetahui sejauh mana mereka
berdiri diatas meja, kemudian mereka menuntut
mengenal produk nuklir yang dihasilkan dari
supaya juga diikutsertakan di seminar itu karena
BATAN di Puspitek, apakah mereka merasakan
mereka merasa bayar pajak. “Anggaran yang
ada manfaatnya atau tidak, apakah mereka
digunakan oleh bapak-bapak ini adalah pajak
memahami tentang resikonya atau tidak. Dari
dari kami, kenapa kami tidak diundang, kami
eksistensi ini nanti, tim Humas akan memotret
tidak dilibatkan,” kata pendemo. “Saya orang
atau memetakan sebetulnya masalah mana yang
Humas harus berfikir bagaimana cara saya
pemahamannya kurang masih rendah,
melakukan pendekatan-pendekatan. Nah, karena
pemahaman nya sudah cukup baik, dan
saya disitu wilayah Jawa Tengah, saya orang
pemahamannya cukup tinggi. Inilah yang
Yogja, saya mengambil pendekatan dengan cara
nantinya bisa dijadikan sebagai dasar untuk
kejawaan secara ethnis. Itu mungkin akan lebih
menyusun teknik dalam bentuk kegiatan-
kena,” terangnya. Berdasarkan pengalamannya
kegiatan sosial, cara edukasinya, materi apa yang
menghadapi orang yang berunjuk rasa, ada dua
harus disampaikan, mana yang harus menjadi
kelompok berkomunikasi itu akan baik kalau
fokus.
salah satu diam, kemudian partnernya bicara
silahkan bicara sampai tuntas. Eko juga Selanjutnya, Eko mengatakan, “… yang
kemudian menyampaikan bahwa dirinya sebagai saya alami selama 2 tahun ini memang saya
tamu di sana, sudah sangat mempercayakan mendorong kepala BATAN untuk bisa
kepada tuan rumah sebagai mitra kerja. Eko menyuarakan ditingkat lini atas dalam bentuk
sangat menyayangkan sikap mereka yang audiensi-audiensi,” ujarnya. “Pak, bagaimana
notabenenya mahasiswa dari perguruan tinggi mereka tahu para penentu kebijakan itu tentang
yang sangat ternama, kemudian menggunakan hasil kita seperti apa, nah sudah selayaknya ini
cara-cara yang kemudian juga tidak etis untuk harus kita tulis seperti excecutive summary
menerima tamu, karena Eko merasa sebagai supaya lebih ringan dibaca oleh para penentu

444 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
kebijakan kemudian nanti kita tunggu responnya bisa menguasai media, maka hasil-hasil bisa
seperti apa”. Menurutnya, itulah langkah yang dekat masyarakat,” tandasnya. “Kita sedang
harus dijalankan oleh pimpinan BATAN supaya mendidik kawan-kawan kru, dan mengangkat
pekerjaan itu diketahui pemerintah, dalam hal ini sebagai Director/ Manager supaya belajar.
presiden dan menteri terkait. Background mereka otodidak, bukan lulusan
sekolah penyiar. Saat ini IPTV belum
Peneliti juga menanyakan makna Humas
diperkenalkan/ditawarkan ke kementerian/
kepada informan eselon II berikutnya. Ardi
lembaga lain,” jelas Ardi menjelaskan kondisi
Matutu Pongtularan 8, informan ke tiga dalam
tim produksi tayangan di IPTV.
penelitian ini, sebelumnya adalah seorang Kepala
Bagian Perlengkapan. “Di pelengkapan itu harus Lebih lanjut, Ardi mengungkapkan
kerjasama dengan orang luar. Saya nggak pernah bahwa agar image korporat meningkat, dirinya
kepikir untuk menjadi pejabat di biro ini. Biro ini mulai memilah, pelajari kehumasan, dan
bukan hanya untuk komunikasi, tapi juga kerja fungsinya. “Saya mengambil kesimpulan bahwa
sama, Humas, dan Hukum. Di bidang Humas itu masalah utama kita adalah corporate image.
tidak hanya untuk komunikasi, tapi juga Sehingga semua organisasi mendukung beliau
membangun IPTV. (Internet protokol). sebagai kecuali image yang melekat di dirinya. Kalau
hasil riset bisa diketahui oleh dunia luar, saya sekarang engga ada lagi figure yang seperti
salah satu anggota tim yang membangun Habibie. Saat ini yang dibutuhkan adalah karya
infrastruktur. Itu sempat mangkrak setahun,” nyata dan penyebarluasan informasi,” ulasnya.
paparnya. Kepala BPPT sendiri pernah menyampaikan
langsung kepada Ardi, bahwa tugas Kepala
Menurutnya, hasil-hasil riset itu tidak
BHKH tidak hanya memajukan Humas, tapi juga
terlalu dikenal di luar, pemasarannya kurang.
harus memajukkan 2 bagian lain secara
Biasanya tayang di TV itu butuh modal, padahal
keseluruhan. Menindaklanjuti amanah dari
pemerintah tidak mengalokasikan dana untuk
Kepala BPPT, Ardi menganggap langkah-
promosi. “Kalau ini mau diketahui masyarakat,
langkah yang sudah ditempuh sudah berjalan
panggil orang untuk tampil di TV. Paling cepat
dengan baik. Misalnya tulisan/ artikel tentang
sekarang itu melalui TV, mereka harus lihat
BPPT tiap minggu harus ada, diusahakan setiap
contohnya. Siaran yang paling cepat ditangkap
minggunya ada.
adalah TV. buat apa bikin riset tapi engga dekat
masyarakat? Itu namanya hobi,” pungkasnya. Mengenai penyebaran informasi melalui
Mengenai teknis pekerjaan, Ardi merasa dirinya teknologi, para peneliti merasa tertantang untuk
didukung oleh staf-staf dan Humas yang menyampaikan produk-produknya. Jadi biarkan
professional, jadi ia merasa tidak perlu terlalu mereka sendiri yang berusaha membuat suatu
incharge ke bawah. Karena apa yang ia system sehingga nantinya mereka mempunyai
sampaikan itu dilaksanakan oleh para kesempatan untuk ditayangkan melalui IPTV
bawahannya. “Kita punya program, Konten TV BPPT. Menurutnya itu bagus itu bagus, apalagi
bisa dari satker internal BPPT mengenai SDM, jika ada respon dari luar, misalnya meminta
source, pengembangan, layanan. Konsep IPTV supaya topik itu dimunculkan di TV nasional.
BPPT, dengan hasil kajian inovasi BPPT
Humas BPPT ada kerjasama dengan
diketahui secara luas oleh masyarakat,” tuturnya.
wartawan teknologi, yaitu dengan mengajak
Saat ini IPTV dimanfaatkan oleh internal BPPT
jurnalis dalam kegiatan yang layak untuk
saja. Namun demikian, IPTV juga merupakan
dipublish oleh media. “Kita tidak memaksa
sarana untuk menjadi persaingan untuk
mereka, tapi mereka melihat itu bagus untuk
meningkatkan diri masing-masing, minimal
ditulis. Targetnya adalah berita, nantinya itu juga
tampil di TV itu menjadi suatu kebanggaan.
akan menjadi feedback yang akan menghasilkan
“Belum punya kesempatan muncul di TV
opini tambahan tentang BPPT,” jelas Ardi.
nasional, muncul dulu di TV BPPT. Kalau kita
8 Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Humas BPPT,

wawancara pada 20 Juni 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 445
Selain itu, peneliti diimbau untuk lebih banyak sibuknya itu wajar karena kita melayani
menulis di website BPPT, setiap hari di usahakan pimpinan,” sebutnya. Semenjak dirinya menjadi
ada tulisan tentang teknologi yang diharuskan Kepala Bagian Humas, BPPT TV (IPTV) mulai
dari para peneliti, perekayasa yang sifatnya diaktifkan/ difungsikan. Saat dirinya bekerja di
ulasan/berita. Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi, jika
salah nulis tanggal, kaitannya dengan gaji
Tim IT BPPT diharapkan bisa membuat
pegawai, yang bisa saja tidak menerimanya tepat
link website BPPT muncul pertama / teratas
waktu. “Pokoknya sebelum tanggal 1 April, SK
ketika organisasi mencari informasi “teknologi”.
sudah siap,” demikian ia menginstruksikan
Untuk produk publikasi, Majalah Informasi
timnya saat menangani urusan kepegawaian. “Itu
Teknologi, sudah terbit 1 bulan, tayangan untuk
sudah berjalan selama saya disana. Tapi gak
rubrik teknologi juga sudah jalan.
pernah ada yang bilang analisis SK sudah
Peneliti selanjutnya menggali data dari diterima karena itu sudah seharusnya, tapi kalau
pejabat struktural eselon III yang menangani salah? … kalau salah kelihatan, bagus jangan
urusan Humas, yaitu Wiwi Syafarhadiati. 9 harap di puji,” ungkapnya. Selama di Humas,
“Rasanya menjadi Kepala Bagian Humas, beban, Wiwi mulai membuka semua orang di Humas
tanggung jawabnya lebih,” ungkap Wiwi. Saat harus bisa menulis dan memotret, selain
menyusun sebuah majalah, misalnya saya meningkatkan kemampuan diri sendiri. “Secara
arahkan layoutnya. “Kita bikin majalah ya tahun struktur mereka ada dibawah saya, tapi bukan
ini, ya udah apa yang mau dibahas, kita ambil berarti mereka kurang dari saya, mereka punya
dari web saja trus diperdalam, …,” katanya kemampuan yang saya nggak punya. Kita tim,
menirukan saat ia memberi arahan kepada saya punya bolong disini, mereka bisa isi. Jadi
timnya. Ternyata setelah majalah tersebut jadi, sebagai tim kita bisa sempurna. Sudah banyak
banyak rekan-rekannya yang memuji. Saat itu yang lama bekerja jadi memang agak susah,
Wiwi merasa bukan dirinyalah yang tepat untuk sudah di comfort zone,” tuturnya. “Mba wiwiek
dipuji. Karena itulah, ia merasa kegiatan- banyak maunya,” katanya menirukan anak buah
kegiatan Humas cukup diapresiasi. yang menganggap dirinya senang memberi tugas
Di BPPT ada Leadership Academy dan pekerjaan kepada para staf. Menurutnya itu
Internal untuk eselon 2, mereka di sosialisasikan dilakukannya karena pimpinan memposisikan
lagi tentang kepegawaian, asset, dan kehumasan dirinya di Humas dengan menaruh harapan yang
termasuk teknik komunikasi dengan media. tinggi. “Kalau misalnya sama aja, udah yang
Walaupun diperuntukkan bagi kalangan eselon 2, dulu aja,” ujarnya sambil tersenyum. Ia
ada juga eselon 3 yang ikut. Wiwi mendapat berpendapat, paling tidak, ada kebanggaan
tugas memberikan materi tentang kehumasan. bahwa dirinya masih suka mempelajari sesuatu
“Saya kalau bicara kehumasan di depan eselon 2 untuk dapat masukan dan ketika dilihat oleh staf
nanti khawatir dikira menggurui. Saya perlu itu akan menjadi contoh yang baik bagi mereka.
pihak ke 3, saya undang Ibu Dian Anggraini “… nulis, berkomunikasi dengan anak-anak juga
yang menyampaikan Teknik Komunikasi dengan menjadi kebanggaan. Kalau kita mau segini-gini
Media. Saya jelaskan seperti apa kondisinya, aja mau bilang apa coba, tiap hari pergi, segitu-
mereka ada yang takut bicara sama media. gitu aja, ditanya nggak tau, kerjanya itu saja,
Kondisi Humas di sini, …,” jelasnya. Melalui …yang ingin saya tekankan adalah skill untuk
kegiatan tersebut, para pejabat tersebut mereka,” paparnya.
dibukakan wawasan kehumasan khususnya Pengalaman informan berikutnya,
hubungan dengan media. Menjadi seorang Christianus Ratrias Dewanto 10
saat dirinya
Kepala Bagian Humas juga menuai komentar mendaftar ke LAPAN disampaikannya dengan
dari orang-orang di sekitarnya. “Orang-orang serius, “aku dari awal bukan JFT, di awal aku
bilang saya tambah sibuk, tapi bagi saya nggak tertarik. Aku merasa, JFT apa sih? Aku
9 Kepala Bagian Humas BPPT, wawancara pada 1 Juni 10 Kepala Biro Kerja Sama, Humas, dan Umum LAPAN,
2016 di kantor BPPT wawancara pada 2 Juni 2016 di kantor LAPAN

446 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
kerja ya kerja saja. Aku nggak punya passion orang, belajar juga bagaimana mempengaruhi
menulis juga. Ya sudah, aku kerja saja. Nah orang untuk bernegosiasi, mendampingi
setelah lama begini terus ditanya, kamu JFTnya pemeriksa, berkoordinasi dengan keuangan,”
apa?, Lalu ada inprassing perekayasaan,” urai ungkapnya. Menurut Jasyanto, modal-modal itu
Chris. Menurut atasannya saat itu, pada bisa dimanfaatkan dalam melakukan pekerjaan di
kenyataannya ia lebih banyak melakukan Bagian Humas. “Saya kumpulkan kasubag. Kami
aktivitas perekayasa, “oh ya sudah saya terbuka, antara atasan dan bawahan tidak ada
inpassing perekayasa, Tapi belum pernah jurang. Silakan mereka menyampaikan kritik,”
melakukan istilahnya cari cum. Kebetulan tuturnya kepada peneliti. Jasyanto juga
setelah itu aku diangkat menjadi struktural,” menyebutkan kondisi kehumasan LAPAN waktu
jawab Chris pada atasannya waktu itu. ia mulai menjabat sebagai Kepala Bagian
Humas. “Waktu itu kita belum punya PPID
“Teman-teman biasa saja ketika saya
(Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi),
diangkat menjadi kepala biro, paling-paling
kehumasan di sini juga melayani LPSE (Layanan
berkata: Ooohh kamu sekarang sudah menjadi
Pengadaan Secara Elektronik). Situasi harus
kepala biro. Saya baru 6 bulan di biro ini, pikiran
dirubah. Keterbatasan dan kemampuan SDM
mereka ya wajar lah, dari kabag kerma jadi
sangat terbatas, menghadapi pimpinan yang juga
Kabiro KSHU. Betul saya lebih enjoy di
baru, di samping ada keterbatasan anggaran, …
kerjasama tapi saya berusaha enjoy di sini,” kata
yang namanya Humas itu harus ada anggaran,
Chris saat menjawab pertanyaan peneliti terkait
tidak ada komunikasi yang gratisan,” ujarnya.
makna Humas bagi dirinya selaku Pejabat
Struktural Humas. Pengalaman menyenangkan bagi
Jasyanto selama menjadi Humas adalah banyak
“Dulu saya ditempatkan sebagai
teman, relasi, bertemu orang penting, bisa
sekretaris Kepala LAPAN, saya tidak tahu
berdiskusi, membawa nama baik institusi, dan
maksudnya apa. Tapi dulu, kepala waktu itu di
menyampaikan pesan. Pengalaman tidak
sodorin beberapa orang merasa nggak cocok.
menyenangkan adalah Target pekerjaan luar
Saya juga enggak terlalu dekat dengan Kepala
biasa, kemampuan terbatas, sehingga banyak
LAPAN pada waktu itu. Cuma ketika di
tekanan (underpressure). Pimpinan maunya
sodorkan nama pada waktu itu, Kepala LAPAN
cepat. Dengan kondisi kita tersebut, kita tertekan,
bilang: itu, ya orang itu. Kita pernah
untuk itu harus punya kekuatan. Kalo nggak
mengerjakan bareng-bareng satelit. Jadi, Ooh, …
sukses dimarahi, kena tegur. Perencanaan banyak
Iya betul dia. Dia bisa bahasa inggris, mengerti
yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
teknis, saya perlu orang seperti itu” kata Chris
“Hidup segan, mati tak mau,” kata Jasyanto
menirukan ucapan Kepala LAPAN waktu itu.
ketika peneliti memintanya untuk mengibaratkan
Saat itu beberapa nama yang di sodorkan adalah
kondisi Humas pemerintah. “Sekarang sudah
orang-orang yang benar-benar berpengalaman di
berubah walaupun tidak seberapa, butuh waktu
bidang administrasi.
dan pembinaan. Humas sebagai Front office dan
Selanjutnya, peneliti juga mewawancarai back office, bukan hanya di depannya saja yang
pejabat struktural eselon III yang menangani baik, tetapi dapur kerjanya juga baik, mestinya
bidang kehumasan di LAPAN. Menurut cari orang yang pas backgroundnya, kalo nggak
Jasyanto 11, tantangan terbesar adalah bagaimana pas harus ada cost untuk mendidik, selama orang
informasi, dalam hal ini adalah informasi iptek, tersebut mau dididik,” ungkapnya.
dapat diketahui orang banyak. “Kita masih di
rimba belantara, saya dari perlengkapan, tapi
saya punya management publik. Komunikasi di Pengalaman Komunikasi Pejabat Fungsional
perlengkapan juga banyak penanganan orang Pranata Humas di BATAN, BPPT, dan
luar, jadi kami banyak berkomunikasi dengan LAPAN

11 Fakta-fakta yang diuraikan para


Kepala Bagian Humas LAPAN, Wawancara pada 2 Mei
2016 di Kantor LAPAN informan berikut ini terkait kendala selama

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 447
menjalankan tugas sebagai Humas Pemerintah. Humas dibutuhkan. … harus belajar strategi
“Kendalanya ada di budaya komunikasi, di sini juga, harus tau di luar ada apa,” tegasnya.
alurnya lambat. Kita dah ngerjain satu terus Selanjutnya, Mega menggambarkan kondisi ideal
alurnya berjenjang, dan approvalnya banyak. hubungan antara Pimpinan dengan Pejabat
Selama menunggu approval, itu juga kita hanya Fungsional Pranata Humas. “Idealnya, pimpinan
bisa menunggu,” jelas Mega Mardita 12. menginginkan adanya sebuah strategi
Berdasarkan pengalaman Mega, menjadi Humas komunikasi, dan Pranata Humas yang
Pemerintah dirasa susah untuk berkomunikasi menyusunnya. Namun kenyataannya bukan
langsung ke pimpinan. “Kalo di swasta Humas strategi yang dikerjakan oleh Pranata Humas,
itu ada di bottle neck organisasi,” ujarnya. melainkan hal teknis seperti penyelenggaraan
Walaupun demikian, menurut Mega, ada konferensi pers,” urainya.
keuntungan menjadi pejabat Humas Pemerintah.
Fakta menarik yang diungkapkan Sherly
“Kita adalah sumber informasi yang paling
Julianti 13 adalah bahwa Pejabat Struktural di
terpercaya, legitimate, dan tidak perlu takut
Biro Humas BPPT banyak yang juga yang
menghadapi media,” sebutnya.
sebelumnya adalah Pejabat Fungsional Pranata
Informan lain, Sherly juga Humas. “Kepala bagian Humas di sini juga
mengungkapkan pernyataan yang senada tentang sebelumnya adalah fungsional pranata humas.
perbedaan Humas Pemerintah dan Swasta. “Jika Namun sekarang sudah bukan lagi,” jelasnya.
disandingkan dengan Humas swasta ya beda lah, “Lembaga riset sekarang, di sini (BPPT),
mereka promo ke mana-mana. Sedangkan kita sekarang ada Humasnya aja melempem gimana
kerjaannya nonton TV, baca Koran, analisis kalo gak ada Humasnya,” ungkap Sherly.
media, dikerjakan di kantor,” paparnya. Menurutnya, Humas BPPT harus lebih sering
“Orientasi Humas swasta hanya satu aspek, yaitu mempromosikan Iptek. “Sebenernya banyak hal
produk, kalo Humas Pemerintah orientasinya yang bisa diblow up di sini, namun kembali lagi
untuk kepentingan nasional dan citra pemerintah ke birokrasi,” tuturnya. Lebih lanjut Sherly
ada di belakangnya,” tambah Sherly. mengatakan, “Di sini kita diwajibkan untuk tahu
semua informasi, termasuk informasi mengenai
Kendala lain, Mega menyebutkan,
kegiatan apa yang akan dilakukan oleh bagian
adalah masalah administrasi. “Waktu kita habis
lain. Agar jika ditanya oleh pimpinan, semua
untuk mengurus masalah administrasi sehingga
personil Humas tahu dan bisa menjawab,” terang
substansinya ketinggalan. Humas itu harus cepat,
Sherly.
jika ada isu tertentu harus cepat. Harus revisi
dulu, revisi butuh waktu, dan isunya dah keburu Jawaban yang serupa dilontarkan Mega
ilang,” katanya seraya tertawa. kepada peneliti terkait keberadaan Humas di
lembaga riset pemerintah. “Semua lembaga perlu
Jawaban Sherly berikut ini seolah
Humas, termasuk lembaga riset, karena riset
mendukung jawaban Mega. “Aku belum bisa
berhubungan dengan masyarakat dan kita
bersahabat dengan yang namanya birokrasi, tapi
menggunakan uang masyarakat,” terang Mega.
itu semua proses. Apa yang kita pelajari di dunia
“Masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk
pendidikan dengan realitanya lain,” terangnya.
memberikan dorongan kepada penentu
“Saat ini Humas Pemerintah harus lebih aware.
kebijakan. Humas juga perlu mencari dukungan
Baik atau tidaknya suatu institusi tergantung dari
dari masyarakat,” jelas Mega.
humasnya. Intinya komitmen,” tutur Sherly
optimis. “Harusnya hanya orang-orang pilihan
yang berada di Humas. Komunikasi itu softskill.
Menurut Mega, Terobosan yang bisa
Nggak semua bisa paham ilmu dan prakteknya,”
dilakukan oleh fungsional Pranata Humas adalah
tandas Yustantiana (Tanti) 14. “Selama aku
dengan memperbaiki skill. “Bagaimana tulisan
ilmiah bisa dikunyah oleh masyarakat? Pranata 13 Pranata Humas Ahli Pertama, wawancara pada 7 April
2016, di kantor BPPT
12 Pranata Humas Ahli Pertama, wawancara pada 12 Mei 14 Pranata Humas Ahli Pertama, wawancara pada 19 Maret

2016, di kantor LAPAN 2016, di Plaza Semanggi Jakarta

448 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mempelajari Humas, aku nggak melihat ilmu referensi perhatian dimediasi oleh pengertian
komunikasi adalah ilmu yang harus banyak noematic. Noematic dalam penelitian ini
ngomong, melainkan harus banyak diketahui sebagai suatu kesadaran tentang
mendengarkan. Tetapi di Humas BATAN, konstruksi pengalaman para pejabat struktural
komunikasi atau Humas itu adalah harus banyak dan fungsional Humas tentang kenyataan yang
bicara,” sambung Tanti. Tanti mengakui ada satu membangun konsepsi kesadaran mereka untuk
hal yang membuat dirinya belum percaya diri bisa mewujudkan pengalaman yang dihasilkan,
menjadi Humas BATAN. “Saya merasa belum sebagai suatu kebenaran yang tergambarkan
menguasai ilmunya, tidak dibekali, dan belajar diingatan mereka masing-masing. Pengalaman
sendiri,” akunya. “Misalnya mbak nanya tentang tentang yang ditunjukkan untuk bisa dilihat yang
radiasi, aku merasa belum bisa menjelaskan dimaksudkan akan tetapi suatu deskripsi yang
dengan baik,” kata Tanti mencontohkan. bisa terlukiskan di dalam imajinasi dan ingatan
mereka secara sadar.
Dalam penelitian ini, peneliti
DISKUSI mengkategorisasikan pengalaman informan
Pengalaman komunikasi para pejabat dalam mengelola informasi Iptek menjadi dua,
struktural Humas di BATAN, BPPT, dan yaitu pengalaman menyenangkan dan tidak
LAPAN, yang dalam penelitian ini adalah eselon menyenangkan. Kategorisasi tersebut ditetapkan
III dan II, terbentuk karena adanya pengetahuan karena menurut Komala (2012:95) setiap
dan kesadaran. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman memiliki karakteristik yang berbeda,
pendapat “... all objects of knowledge must meliputi apa dan bagaimana pengalaman tersebut
conform to experience” dan “... all knowledge membedakan suatu pengalaman tertentu dengan
and experience are connected to phenomena” pengalaman yang lain. Berikut ini adalah bagan
(Moustakas, 1994: 44). yang menunjukkan hasil penelitian, yang
Sesuai apa yang disebutkan Kuswarno selanjutnya dikonstruksi dan digeneralisasi untuk
(2009:8), teori kesengajaan (kesadaran) adalah menghasilkan konstruk derajat ke dua.
generalisasi dari teori referensi bahasa. Ketika
referensi bahasa dimediasi oleh pengertian, maka

Pejabat Humas Pengalaman Menyenangkan Pengalaman Tidak


Pemerintah menyenangkan

Kepercayaan Pimpinan Budaya Birokrasi


Pejabat Struktural • Mempelajari manajemen, Menyayangkan pemerintah sering
Humas (Eselon II dan III) komunikasi melupakan BATAN
• Kompetensi diri jadi lebih baik Menggunakan kacamata kuda
dari pada hanya menjadi (berfikir linear)
peneliti saja
• Memiliki pimpinan yang Dianggap berbahaya/ membawa
terbuka bahaya
• Bisa memberi pemahaman Menghadapi hal sensitive
kepada orang lain
• Mencintai pekerjaan Menghadapi orang keras kepala
• Bertemu banyak orang Melakukan survey dengan hasil
yang mengejutkan
• Berdialog dengan demonstran Merasa Humas tidak dipercaya oleh
orang intelek
• Didukung staf Menghadapi demonstran
• Berkesempatan Merintis IPTV Kesulitan menjelaskan PLTN
• Memilah, mempelajari Tidak ada figure seperti Habibie
kehumasan dan fungsinya
• Menempuh langkah dan Kalau salah kelihatan, bagus jangan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 449
berjalan dengan baik harap dipuji
• Mengimbau peneliti untuk Menghadapi staf senior
menulis
• Mengajak jurnalis meliput Dianggap banyak maunya
• Menjalankan publikasi Tidak punya passion menulis
• Sibuk melayani pimpinan Belum pernah cari cum
• Memenuhi harapan tinggi Kondisi lembaga yang belum pnya
pimpinan PPID
• Bangga mempelajari sesuatu Menangani LPSE
• Menjadi contoh yang baik bagi Menemui kemampuan SDM
staf terbatas
• Diangkat sebagai struktural Pimpinan baru
• Lebih enjoy di kerja sama Keterbatasan anggaran
• Dipilih langsung oleh pimpinan Target pekerjaan luar biasa
• Punya manajemen publik Kemampuan terbatas
sebagai modal melakukan
pekerjaan humas
• Banyak teman, relasi, berteman Banyak tekanan
dengan orang penting,
berdiskusi
• Membawa nama baik institusi Pimpinan maunya cepat
• Menyampaikan pesan Perencanaan tidak sesuai di
lapangan
Ada cost untuk mendidik
background yang tidak sesuai
Pejabat Fungsional Sebagai sumber informasi Budaya komunikasi
Pranata Humas terpercaya (legitimate)
Sebagai sumber terpercaya Alur kerja lambat
Tidak perlu takut menghadapi Alur berjenjang
media
Memiliki banyak relasi Aproval banyak, saat proses
approval hanya bisa menunggu
Susah berkomunikasi langsung
dengan pimpinan
Bekerja di kantor, nonton TV, tidak
ke mana-mana
Belum bisa bersahabat dengan
birokrasi
Apa yang dipelajari lain dengan
realita
Tidak mengerjakan hal strategis
Dalam meblow up informasi iptek,
kembali ke birokrasi
Merasa belum menguasai ilmu/
sunstansi
Tidak dibekali, belajar sendiri

Berdasarkan jawaban-jawaban informan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi


yang telah dikategorisasikan oleh peneliti, dapat sebagian besar informan. Adanya kepercayaan
diketahui bahwa dalam mengelola informasi pimpinan kepada pejabat Humas Pemerintah
Iptek, para pejabat Humas Pemerintah menjadi hal penting bagi mereka dalam
menghadapi dua lingkup, yaitu lingkup internal menjalankan pekerjaan sebagai Humas, dalam
dan eksternal. Birokrasi menjadi hal yang tidak hal ini mengelola informasi Iptek.
bisa dihindari, hal tersebut menjadi bagian dari

450 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Dilihat dari pengalaman menyenangkan dilakukan Humas Pemerintah dalam mengelola
dan tidak menyenangkan, tampak pengalaman informasi Iptek masih ditempuh dengan cara-
pejabat struktural yang menyenangkan hampir cara yang konvensional. Selain itu, dalam
seimbang dengan pengalamannya yang tidak mengelola informasi iptek, para personil Humas
menyenangkan. Sedangkan pada pengalaman cenderung menemui kendala ketika menghadapi
pejabat fungsional Pranata Humas tampak lingkungan internal lembaga.
pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman pejabat struktural dan fungsional
mendominasi pekerjaan mereka sebagai Humas Humas di BATAN, BPPT, dan LAPAN
Pemerintah yang bertugas mengelola informasi terbentuk dari pengetahuan dan kesadaran.
Iptek. Pengalaman yang mereka miliki terdiri dari dua
Pejabat Humas tidak lagi sekedar tipe, yaitu pengalaman yang menyenangkan dan
melaksanakan keputusan/ perintah dari pimpinan pengalaman yang tidak menyenangkan.
lembaga, tetapi bagian ini juga ikut berperan Birokrasi diketahui sebagai pengalaman yang
serta dalam penentuan pengambilan keputusan tidak menyenangkan, sedangkan kepercayaan
yang akan dilaksanakan tersebut. Seperti yang pimpinan kepada personil Humas Pemerintah
telah disampaikan informan, bahwa idealnya, menjadi pengalaman yang menyenangkan.
pimpinan menginginkan adanya sebuah strategi
komunikasi, dan Pranata Humas yang REKOMENDASI
menyusunnya. Juga seperti yang ditegaskan
seorang pakar dalam pernyataan berikut: Tim Komunikasi Humas Pemerintah di lembaga
“Dalam perkembangannya, tugas, peran riset dalam mengelola informasi iptek perlu
atau fungsi Pejabat Humas kini memang didukung oleh SDM yang berpengalaman dalam
menjadi lebih luas dari sekedar fungsi bidang kehumasan. SDM Humas Pemerintah
taktis, yaitu fungsi strategis. Jika yang berkompeten perlu didukung kepercayaan
sebelumnya tugas taktisnya adalah pimpinan.
memberikan informasi, memberikan
motivasi, menjalankan komunikasi timbal DAFTAR PUSTAKA
balik, dan membuat citra yang baik.
Widjaya menyebutkan, tugas strategis PR
Dewabroto, Gatot S. 2014. The PR 2 Profesi
adalah ikut serta dalam decision making
Penuh Tantangan tapi Bisa Dinikmati.
process.” (Widjaja, 2008: 63-64).
Jakarta: Media Bisnis Telematika.
Terkait jawaban para informan, dapat diketahui
Cutlip, Scott M., Center & Broom, 2006
bahwa kewenangan pimpinan dalam
Effective Public Relations edisi ke
memberikan kepercayaan kepada petugas
sembilan. Jakarta: Kencana Prenada
Humas Pemerintah menambah kepercayaan diri
Media
dalam melakukan pekerjaan kehumasan,
khususnya menghadapi media dan publik. Jefkins, Frank, 2003. Public Relations Edisi ke
lima. Jakarta: Erlangga

KESIMPULAN Kuswarno, Engkus, 2009, Metodologi Penelitian


Komunikasi: Fenomenologi, Kosepsi,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pedoman dan Contoh Penelitiannya.
komunikasi Humas Pemerintah dalam Bandung: Widya Pajajaran
mengelola informasi Iptek dilakukan Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological
berdasarkan pengalaman para pelaku Research Methods. SAGE Publications.
kehumasannya. Penelitian ini berfokus pada USA
komunikasi yang dilakukan oleh para pejabat Morissan. 2010. Manajemen Public Relations
struktural dan fungsional pada BATAN, BPPT, Strategi Menjadi Humas Profesional.
dan LAPAN. Berdasarkan hasil dan analisis, Jakarta: Kencana Prenada Media
peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 451
Ruslan, Rosady, 2007. Manajemen Public Widjaja, H.A.W., 2008. Komunikasi:
Relations dan Media Komunikasi. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers Jakarta: Bumi Aksara
Smith, Jonathan A., Flowers, Paul., and Larkin.
Michael. 2009. Interpretative Disertasi:
Phenomenological Analysis: Theory, Komala, Lukiati. 2012. Konstruksi Makna PR
Method and Research. Los Angeles, Profesional oleh Praktisi PR. Universitas
London, New Delhi, Singapore, Padjdjaran. Bandung
Washington: Sage.

452 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Analisis Jejaring Kerja Pengetahuan
di Organisasi Penelitian dan Pengembangan
Rahmi Lestari Helmi
UPT Balai Media dan Reproduksi (LIPI Press)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Jl R.P. Suroso no 39 Gondangdia Lama
Jakarta Pusat
email:lestari.rahmi349@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Social Network Analysis The purpose of this study is to map the current conditions to review
(SNA), organization, network patterns of interaction and knowledge flow among members of the
organization in two divisions in a research and development institution
(hereinafter referred to as research institution). The interconnect pattern
can be visualized to view the pattern of information and knowledge flows
in a network within the intra-organizational context. More specifically, the
mapping is emphasized on aspects of communication, information flow,
problem solving, and innovation. This study also aims to optimize
knowledge-based efforts to individuals in the organization so as to further
optimize the role of individuals in networking and improvement of
organizational performance. Mapping results are also required in
identifying of key persons and talent pool. The network research within
the organizational scope apply a case study approach using Social
Network Analysis (SNA) in organization under research institute.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Tujuan penelitian ini adalah memetakan kondisi saat ini untuk melihat pola
Social Network Analysis
interaksi dan aliran pengetahuan antar anggota organisasi dalam lingkup
(SNA), organisasi, jejaring
dua divisi di lembaga penelitian dan pengembangan (selanjutnya disebut
kerja
lembaga penelitian). Pola interkoneksi ini dapat divisualisasikan untuk
melihat pola aliran informasi dan pengetahuan dalam suatu jejaring kerja
dalam kontek intra organisasi. Lebih khususnya, pemetaan ini ditekankan
pada aspek komunikasi, aliran informasi, problem solving, dan inovasi.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengoptimalkan upaya intervensi
berbasis pengetahuan terhadap individu dalam organisasi sehingga dapat
lebih jauh mengoptimalkan peran-peran individu dalam jejaring kerja dan
meningkatkan kinerja organisasi. Hasil pemetaan juga dibutuhkan dalam
rangka mengindentifikasikan individu kunci yang berbakat untuk tugas
dan jabatan tertentu (talent pool). Penelitian jejaring kerja dalam lingkup
organisasi ini menggunakan pendekatan studi kasus pengaplikasian Social
Network Analysis (SNA) pada suatu organisasi di bawah lembaga
penelitian.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 453
PENDAHULUAN lembaga penelitian publik yang
berkedudukan di Jakarta. Dari hasil
A. Jejaring Kerja dalam Organisasi
identifikasi awal diketahui masih rendahnya
(Organizational Network)
tingkat kolaborasi antar individu dalam
Dalam suatu konsep struktur organisasi formal, organisasi yang diindikasikan dari terdapat
tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misinya kesenjangan penguasaan pengetahuan kunci
menjadi pertimbangan utama dalam mengelola di organisasi.
organisasi. Pada organisasi berbasis pengetahuan
(knowledge based organization)--seperti lembaga B. Tujuan Penelitian
penelitian, kemapanan organisasi sangat Tujuan penelitian ini adalah memetakan
ditentukan,utamanya, pada aspek pengelolaan kondisi saat ini untuk melihat pola hubungan dan
aset tak berwujud (integible assets). Menurut aliran pengetahuan antar anggota organisasi
Sveiby (1997), sedikitnya terdapat tiga dalam lingkup dua divisi dalam organisasi
komponen utama aset tak berwujud dalam penelitian dan pengembangan. Pola interkoneksi
organisasi berbasis pengetahuan yanga perlu ini dapat divisualisasikan untuk melihat pola
dikelola, yaitu pengelolaan kompetensi, aliran informasi dan pengetahuan dalam suatu
pengelolaan struktur internal dan struktur jejaring kerja dalam kontek intra organisasi.
eksternal. Pengelolaan kompetensi personal pada Lebih khususnya, pemetaan ini ditekankan pada
prinsipnya mengelola pengetahuan yang dimiliki aspek komunikasi, aliran informasi, problem
oleh individu-individu dalam organisasi. solving, dan inovasi. Penelitian ini juga bertujuan
Pengelolaan struktur internal adalah pada untuk mengoptimalkan upaya intervensi berbasis
prinsipnya mencakup aset tak berwujud dalam pengetahuan terhadap individu dalam organisasi
bentuk berbagai macam sistem kerja dan proses untuk meningkatkan kinerja organisasi, sehingga
bisnis untuk menunjang kinerja organisasi, juga dapat lebih jauh mengindentifikasik peran dan
dapat berupa model, konsep, dan paten. status individu dalam jejaring kerja. Hasil
Pengelolaan struktur eksternal pada prinsipnya pemetaan juga dibutuhkan dalam rangka
mencakup jejaring dengan pelanggan dan mengindentifikasikan individu kunci yang
pemangku kepentingan lainnya, termasuk di berbakat untuk tugas dan jabatan tertentu (talent
dalamnya adalah reputasi atau citra organisasi. pool).
Sebagai bagian dari aset tak berwujud Dengan dipetakannya kondisi-kondisi
yang dimiliki oleh organisasi, mengelola organisasi dalam suatu jejaring kerja ini, maka
kompetensi personal menjadi salah satu hal yang akan lebih mudah untuk menentukan rencana
paling strategis untuk mendorong peningkatan intervensi yang tepat bagi organisasi yang
kinerja organisasi. Namun, yang menjadi berkaitan dengan jejaring kerja kolaboratif untuk
persoalan utama, adalah bagaimana meningkatkan tujuan-tujuan strategis organisasi.
menyelaraskan (alignment) kompetensi individu
dalam organisasi dengan kompetensi organisasi KERANGKA KERJA ANALITIK
untuk menunjang kinerja organisasi (Parker & Salah satu metoda untuk memetakan status
Cross, 2004;Cross & Thomas, 2009). Salah satu interkoneksi dan keselarasan individu dalam
aspek yang penting dalam pengelolaan lingkup organisasi adalah menggunakan
kompetensi tersebut adalah bagaimana aliran pendekatan Analisis Jejaring Kerja Sosial
pengetahuan sebagai output dari kegiatan (Social Network Analysis-SNA). SNA adalah
transfer pengetahuan (knowledge transfer) dari suatu kumpulan teori, perangkat, dan proses
satu individu-individu dalam organisasi, yang untuk mengerti hubungan dan struktur dari suatu
tidak terbatas pada struktur organisasi formal. jejaring kerja. Dalam suatu jejaring terdapat
Penelitian jejaring kerja dalam lingkup terminologi ‘nodus’ atau ‘simpul’ yang
merupakan individu-individu serta ‘keterkaitan’
organisasi ini menggunakan pendekatan studi
yang dapat divisualisasikan dalam bentuk garis
kasus pada suatu organisasi di bawah
penghubung--yang menggambarkan interkoneksi

454 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dan keterkaitan--antar individu dalam organisasi. kekuatan atau derajat kedekatan hubungan.
Intepretasi visualisasi SNA sangat tergantung Sebagaimana peta konvensional yang
pada tujuan penelitiannya sendiri. Teknik menggambarkan jarak geografis antar kota, jarak
visualisasi peta koneksi dalam SNA dan ketebalan grafis dalam SNA ini
menggunakan perhitungan matematika, dalam menggambarkan kondisi spasial antar objek atau
bentuk grafik, dibantu oleh suatu perangkat lunak individu, baik secara spasial maupun intensitas.
program komputer (Wasserman & Fauzt, 1994
Pola intekoneksi antar individu dalam
dalam Hoppe & Reinelt, 2010).
SNA dapat dikategorikan sesuai tipe-tipe
Denooy., Andrej & Batagelj (2005) individu sebagaimana Tabel 1. berikut ini.
menyatakan bahwa tujuan utama dari SNA
adalah mendeteksi dan mengintepretasikan pola
hubungan sosial diantara pelaku. Lebih jauh
diuraikan pula menyatakan bahwa prinsip- .
prinsip penting yang menyatakan jarak antara
individu (nodus, atau vertex) menggambarkan

Tabel 1. Tipe-Tipe Individu dalam Jejaring Kerja Kerja Suatu Organisasi

No Tipe individu Penjelasan

1 Central connector Orang yang memiliki koneksi yang paling tinggi dan adakalanya memiliki
beban kerja berlebihan.

2 Boundary spanner Orang yang menghubungkan suatu divisi/departemen dengan


divisi/departemen lainnya dalam suatu organisasi atau dengan dengan
jejaring kerja yang sama di organisasi lain

3 Information broker Mengomunikasikan antar subgrup dalam suatu jejaring kerja informal
sehingga grup secara utuh tidak terpecah-pecah dalam grup yang lebih kecil,
atau menjadi segmen yang kurang efektif

4 Perpheral players Orang yang berada di pinggiran suatu jejaring kerja dan membutuhkan
bantuan agar memiliki koneksi lebih baik atau membutuhkan ruang untuk
beraktivitas di posisinya saat ini.

sumber diadaptasi dari : Cross, et. al., 2002, Cross & Parker, 2004 dan Cross & Thomas.2009,

Lebih detilnya akan ditentukan ukuran


(metrik) dalam jejaring kerja sebagaimana
Tabel 2 berikut ini

Tabel 2. Ukuran/Metrik dari Jejaring Kerja dalam Suatu Organisasi


No Metrik Penjelasan

1 Degree of Centrality • Derajat individu atau vertex didalam jejaring kerja yang dianalisis,
yang merupakan jumlah titik lain (edge) yang berkoneksi dengannya
• Dapat terbagi menjadi jumlah individu lain yang dihubungi (out-
degree) dan jumlah individu lain yang menghubungi (in-degree)

2 Betweenness centrality Derajat dimana seseorang menjadi perantara atau yang menjembatani
orang lain untuk saling berkomunikasi dengan pihak lainnya, makin
tinggi nilainya akan menunjukkan semakin penting orang tersebut
yang menyebabkan orang lain berkoneksi dengan pihak lainnya dalam
suatu jejaring kerja

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 455
3 Closeness centrality Nilai/derajat yang menunjukkan seberapa dekat seseorang terhadap
orang lain dalam suatu jejaring kerja. Jika informasi mengalir melalui
beberapa titik dalam suatu jejaring kerja, untuk sebagian orang
memerlukan hanya beberapa tahapan untuk untuk menghubungi orang
lain, sedangkan orang lainnya membutuhkan tahapan lebih banyak

4 Eigenvector centrality • suatu ukuran yang mempertimbangkan, tidak hanya banyaknya


koneksi yang dimiliki oleh individu, tapi juga dipengaruhi oleh derajat
dari individu yang terhubung
• Menggambarkan individu yang ‘populer’ di antara jejaring

5 Clustering coefficient • Jumlah individu yang terkoneksi dengan orang-orang disekitar


individu dibagi dengan jumlah kemungkinan koneksi diantara orang-
orang disekitar individu.

sumber diadaptasi dari: Hansen, Shneiderman, & Smith (2009)

METODOLOGI frekuensi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan


dalam kuesioner ini diantaranya (a) seberapa
A. Teknik Pengumpulan Data banyak anda memperoleh informasi dari orang
yang bersangkutan yang berkaitan dan
Untuk melakukan analisis menggunakan
mendukung pekerjaan anda (tidak memandang
SNA, responden pengumpulan data adalah
batas organisasi secara struktural), (b) seberapa
total sebanyak sering anda berbicara, berdiskusi, dan
22 karyawan di suatu pusat di bawah berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan
lembaga penelitian. Ke-22 karyawan tersebut berkaitan dan mendukung pekerjaan anda (tidak
terdiri dari 1 kepala pusat, 2 kepala memandang batas organisasi secara struktural),
(c) seberapa banyak anda melakukan aktivitas
divisi/bidang, serta 19 karyawan di bawah 2
penyelesaian masalah (problem solving) dan
bidang yang berbeda. Pengumpulan data
inovasi dengan orang yang bersangkutan, dan (d)
dilakukan pada awal tahun 2013. seberapa banyak anda melakukan aktivitas
Pemilihan pusat/organisasi ini sebagai mendiskusikan ide-ide dan rencana-rencana baru
objek penelitan karena posisinya yang dengan orang yang bersangkutan.
strategis sebagai pusat intermediasi dalam Untuk mendukung analisis SNA,
mengelola hasil-hasil penelitian. Pusat ini reponden diberi pertanyaan terkait (a) daftar
mengelola dan mengoordinasikan sedikitnya nama 5 orang yang paling berpengaruh sebagai
20 pusat penelitian teknis lain untuk sumber informasi dan dan pengetahuan, (b)
menjamin kesiapan serta meningkatkan penilaian aspek lokasi ruang kerja,(c) penilaian
kesiapan produk hasil penelitian untuk aspek fungsi dalam divisi, (d) penilaian aspek
lama masa kenal/berteman, (e) penilaian aspek
diadopsi oleh pengguna.
posisi jabatan,(f) penilaian aspek frekuensi
B. Penyebaran Kuesioner komunikasi, dan (g) penilaian aspek frekuensi
Pengumpulan data dilakukan menggunakan informasi.
teknik survei melalui penyebaran kuesioner. C. Pengolahan dan Analisis Data
Kuesioner diadaptasikan dari Hansen,
Pemetaan SNA dilakukan dengan bantuan
Shneiderman, & Smith (2009) dan Cross &
perangkat lunak komersial NodeXL (Hansen,
Parker (2004). Melalui metoda SNA ini
Shneiderman, & Smith, 2009). Analisis
ditentukan ukuran-ukuran (metrik) tertentu
kuantitatif dan kualitatif dalam rangka intepretasi
dalam jejaring kerja. Metrik ini menyatakan
dilakukan menggunakan kerangka konsep tipe-
frekuensi relasi antar anggota yang dinyatakan
tipe individu dan matrik dalam jejaring kerja
dengan angka 0-5 sesuai tinggi rendahnya

456 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
yang diadaptasikan dari Hansen, Shneiderman, & anggota organisasi (individu) memiliki koneksi
Smith (2009) serta Cross & Parker (2004). yang tidak searah, sehingga total koneksi
sejumlah 175. Secara umum mengindikasikan
individu (dalam SNA ini dianggap sebagai
HASIL DAN DISKUSI vertex) memiliki koneksi dua arah, baik yang
A. Tinjauan umum jejaring kerja dalam ‘dihubungi’ oleh lebih dari satu individu lain
organisasi dari organisasi, baik dari dalam divisi, maupaun
lintas divisi. Jumlah koneksi total juga secara
Menurut Cross & Parker (2004), pola relasi antar umum menggambarkan seorang
anggota sangat dipengaruhi oleh (1) hirarki, (2) individu/pegawai dapat ‘menghubungi’ lebih dari
pengalaman kerja, (3) di dalam atau lintas divisi, 1 individu lainnya dalam organisasi. Dari sudut
(4) lokasi kerja, dan (5) frekuensi relasi dan pandang jejaring kerja, kondisi total koneksi di
komunikasi. Berdsarkan Output SNA organisasi objek penelitian ini sepenuhnya
menggunakan perangkat lunak NodeXL dapat menyatu (fully meshed).
dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 1. Dari data-
data tersebut dapat disebutkan dari keseluruhan

Tabel 3. Output aplikasi Social Network Analysis (SNA)a


Metrik Grafik Nilai

Tipe Grafik Terarah (directed)

Simpul (vertices) 22

Tepi unik (uniqe edges) 175

Tepi dengan duplikat (edges with duplicates) 0

Total Tepi 175

Self loops 0

Komponen terkoneksi (connected components) 1

Komponen terkoneksi secara individual (single vertex) 0

Maksimum simpul dalam komponen terkoneksi 22

Maksimum tepi dalam komponen terkoneksi 175

Maksimum jarak geodesi (geodesic distance) 3

Rata-rata jarak geodesi 1.47

Kepadatan Grafik (Graph Density) 0.38

a menggunakan NodeXL versi 1.0.1.161

(geodesic distance) bernilai 3. Secara kuantitatif


Dalam hasil SNA ini dapat diketahui organisasi
dapat diartikan, secara umum, suatu informasi
yang menjadi objek penelitian tidak
dapat segera menyebar dalam jejaring kerja
terindentifikasi self loop, yaitu suatu kondisi
melewati 3 individu atau vertex. Dapat
dimana suatu koneksitasi yang datang dari
dimengerti jarak geodesi dalam koneksi jejaring
seorang individu, akan kembali kepada individu
kerja ini saat ini kurang relevan, karena
tersebut. Berdasarkan analisis jarak geodesi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 457
penyebarluasan informasi saat ini lebih mudah dalam organisasi, tidak akan merespon baik
dengan bantuan teknologi informasi dan informasi yang diterima sehingga tujuan transfer
teknologi, sehingga memungkinkan informasi pengetahuan dalam organisasi sulit dilakukan.
secara masif dapat disampaikan kepada jumlah Szulanky (1996) dan Yeh, Lai & Ho (2006)
penerima informasi lebih banyak dalam satu menegaskan bahwa faktor utama terjadinya aliran
waktu tertentu. Meskipun demikian, dapat pengetahuan antar individu adalah tidak adanya
dipahami, dari sudut pandang konsep manajemen hambatan berbagi pengetahuan, baik dari dimensi
pengetahuan, individu yang kurang memiliki personal, dimensi organisasi maupun dimensi
keterikatan dan kedekatan dengan individu lain teknologi komunikasi dan informasi.

Kepala Pusat

Bidang 1

Bidang 2

Gambar 1 Output relasi menggunakan aplikasi SNA untuk organisasi litbang

Pertama, ukuran organisasi ini, dari sudut


Jika memperhatikan output aplikasi SNA pada
jumlah pengawai inti, masih relatif kecil,
Tabel 3 dan Gambar 1 dapat dikatakan bahwa
sehingga secara teknis realtif lebih mudah untuk
dua bidang dalam organisasi yang diteliti relatif
dikelola dan diberikan intervensi. Organisasi
terkoneksi satu sama lain. Jejaring ini dapat
yang relatif kecil, dan dibentuk dengan
disebutkan relatif ‘sehat’ karena tidak
komitmen yang baik diantara para karyawannya
mengandalkan 1 atau 2 orang saja sebagai
pada saat awal pendiriannya sehingga pada saat
penghubung antar bidang (dalam bahasan
penelitian ini dilakukan, karyawan kunci (key
berikutnya disebut sebagai boundary spanner
persons) berperan dalam menegakkan dan
dalam jejaring kerja). Dalam hal ini, masih
menjaga komitmen organisasi. Kedua, selain
terdapat aliran pengetahuan dari dan ke bidang-
jumlah anggota organisasi yang masih relatif
bidang dalam organisasi. Kondisi ini sangat
kecil, kesenjangan antar karyawan juga relatif
dibutuhkan untuk menghindari hambatan transfer
kecil sehingga menyebabkan komunikasi
pengetahuan lintas bidang dalam organisasi.
internal didalam dan lintas bidang menjadi relatif
Saling terkoneksinya individu didalam mudah dan banyak memanfaatkan jalur-jalur
dan lintas bidang dalam organisasi ini komunikasi informal. Ketiga, Karakteristik
dimungkinkan karena beberapa alasan berikut ini. organisasi dan anggota organisasi yang relatif

458 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
unik, yaitu memiliki latar belakang disiplin ilmu misalnya sebagai ketua tim atau kepala
yang sangat variatif. Di lain pihak, latar belakang divisi/bidang. Potensi kelemahan berikutnya
berdasarkan pendidikan saja tidak cukup untuk adalah terjadinya fenomena ‘pahlawan tanpa
memenuhi kebutuhan standar kompentensi untuk tanda jasa’ (unsung hero) yang mengakibatkan
memberikan layanan eksternal. Karyawan yang tugas-tugas utama karyawan yang bersangkutan
bekerja di garda depan layanan eksternal, masih tidak dapat terlaksana dengan baik.
perlu belajar dan membekali diri dengan berbagai
Intervensi yang perlu dilakukan untuk
macam pengetahuan dasar, pengalaman,
mengatasi dampak negatif dari sentralitas ini
keterampilan—yang membuka peluang kepada
adalah pendelegasian sebagian wewenang dan
masing-masing karyawan untuk berbagi
pembentukan tim projek untuk menangani
pengetahuan (Zarraga & Bonache, 2003; Whelan,
tugas-tugas yang kompleks. Intervensi lainnya
Collings, & Donnellan, 2010). Keempat, secara
adalah mengadakan forum informal
geografis dan spasial lokasi kerja berada pada
(brainstorming, diskusi teknis, briefing,
lokasi (gedung dan lantai) yang sama saat ini,
pembimbingan kerja, coaching, mentoring)
sehingga peluang berbagi informasi dan
secara regular untuk meningkatkan kompetensi,
pengetahuan relatif lebih besar. Rice & Rice
keahlian dan keterampilan karyawan lain.
(2005) menegaskan pula walaupun transfer
pengetahuan dapat berlangsung dalam kondisi
jarak jauh menggunakan alat telekomuniaksi dan
(2) Boundary spanner
informasi, bahwa transfer pengetahuan dalam
bentuk tacit akan lebih optimal bila secara fisik Sesuai dengan karakteristiknya, individu yang
saling berdekatan (proximity). Hasil penelitian memiliki peran sebagai boundary spanner adalah
oleh Boutellier,Uhllman, Schreiber & Naef orang yang menghubungkan suatu divisi dengan
(2008) menegaskan pula bahwa tata letak divisi lainnya dalam suatu organisasi atau
ruangan kerja pegawai dapat mempengaruhi dengan dengan jejearing kerja yang sama di
kegiatan berbagi pengetahuan dalam organisasi. organisasi lain. Peran individu ini sangatlah
penting karena bersifat sebagai perantara
B. Tipe Individu dalam Jejearing Kerja
komunikasi dan berbagi pengetahuan antar
Organisasi
subsistem dalam organisasi (yang diwakilkan
Untuk lebih mendalami hasil pemetaan koneksi oleh 2 divisi di organisasi). Di lain pihak,
dan status koneksi antar karyawan di dua divisi keberadaan individu (tunggal) sebagai boundary
ini dapat di jelaskan pada poin-poin berikut ini. spanner dinilai rawan, karena jika terjadi mutasi,
atau yang bersangkutan keluar dari organisasi,
(1) Central connector
akan terjadi hambatan kinerja organisasi. Namun
Sesuai karakteristiknya, fungsi penghubung demikian, merujuk kepada peta koneksi antar
sentral ini adalah menjadi titik sentral organisasi individu yang bersifat fully meshed, potensi
sehingga karyawan kunci yang memiliki nilai gangguan dan hambatan koneksi relatif minimal,
koneksi paling tinggi adalah dua karyawan kunci, karena jika individu (tunggal) sudah tidak ada,
yaitu kode MS dan RG. Namun demikian, masih ada individu lain yang memainkan peran
terdapat satu kendala teknis terkait dengan sebagai perantara atau konektor dalam berbagi
sentralitas ini, yaitu adanya bukti-bukti kelebihan pengetahuan.
beban kerja (overloaded) atas karyawan
Internvensi yang perlu dilakukan adalah
bersangkutan. Akibat kelebihan beban kerja
mendorong lebih banyak individu yang
berlebih tersebut mengakibatkan fenomena
ditugaskan sebagai perantara melalui penugasan-
bottlenecking dalam organisasi sehingga dapat
penguasan tim kerja lintas divisi dan lintas
terjadi keterlambatan terhadap respon suatu
organisasi. Pendelegasian tugas dan wewenang
masalah dan pengambilan keputusan (Cross &
tertentu juga dapat dilakukan untuk mengurangi
Parker, 2004). Fenomena bottlenecking ini
ketergantungan pada fungsi individu (tunggal).
menjadi bumerang jika yang bersangkutan
sekaligus pada posisi pengambil keputusan, (3) Information broker

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 459
Tugas sebagai information broker relatif mirip mata mengandalkan inisiatif personal. Inisiasi
dengan boundary spanner, hanya saja dalam tersebut mutlak untuk mendorong aliran
lingkup subgrup (dalam lingkup divisi). pengetahuan dan koneksitas yang lebih baik.
Berdasarkan peta jejaring dan hasil wawancara Penugasan FE dalam tim kerja melibatkan
dengan responden, tidak ditemukan peran khusus pegawai-pegawai yang lebih senior di lingkup
untuk information broker dalam lingkup subgrup. divisi sangat direkomendasikan untuk
Faktor ukuran organisasi menjadi alasan tidak mengurangi kesenjangan keahlian dan
ditemukan peran individu ini, yang dibuktikan keterampilan di bidang teknis yang menjadi
dari tiap individu dalam subgrup juga memiliki lingkup tanggungjawabnya.
koneksi sedikitnya adalah tiga individu (yang
C. Ukuran-ukuran (metrik) dari
ditunjukkan dengan 3 nodus dalam output
jejaring SNA).
koneksitas
Selain peran-peran individu dalam jejaring kerja,
(4) Peripheral player
ukuran-ukuran kinerja individu dalam suatu
Tipe individu ke-4 dalam jejaring kerja ini adalah jejaring kerja pengetahuan dapat dipetakan
tipe orang yang berada di pinggiran suatu jejaring berdasarkan 1) derajat sentralitas (degree of
dan membutuhkan bantuan agar memiliki centrality) , 2) sentralitas antara (betweeness
koneksi lebih baik, atau membutuhkan ruang centrality), 3) sentralitas eigenvector
lebih untuk beraktivitas dibandingkan yang (eigenvector centrality), 4) koefisiensi
dimilikinya saat ini. Dalam peta jejaring kerja pengklasteran (clustering cooeficient).
organisasi objek penelitian diketahui bahwa salah
(1) Derajat sentralitas (degree of centrality)
satu pegawai baru (kode FE) menempati posisi
Ukuran ini menunjukkan posisi sentralitas
ini dengan masa kerja kurang dari setahun.
inidvidu di dalam jejaring kerja, dibandingkan
Sebagaimana uraian umum tentang kondisi
posisi individu-individu lainnya. Semakina
jejaring kerja di organisasi ini, kemungkinan
tinggi nilai derajat sentralitas, semakin sentral
masih terdapat kesenjangan keahlian dan
posisi individu tersebut di dalam jejaring kerja,
keterampilan yang bersangkutan dalam
atau semakin rendah derajat sentralitas seseorang,
melaksanakan tugas di salah satu divisi. Latar
semakin jauh posisi yang bersangkutan dalam
belakang yang bersangkutan tidak sepenuhnya
posisi sentral. Dalam studi kasus di lembaga
‘siap kerja’ sebagai pembuatan draf paten, oleh
litbang ini, hasil pengelolahan data menggunakan
karenanya kesiapan kerja yang bersangkutan
aplikasi terdapat beberapa hal menarik sebagai
sangat tergantung dari proses pembelajaran dan
berikut:
pembimbingan dari karyawan senior di divisi
tersebut. Semakin cepat proses transfer • Urutan tertinggi sentralitas tidak semata-mata
pengetahuan dalam jejaring kerja tersebut, akan pegawai yang memiliki posisi jabatan
semakin siap yang bersangkutan menerima tugas- struktural di kedua bidang/divisi (Gambar 2
tugas baru tersebut. Namun, pada masa-masa dan Gambar 3). Di lain pihak, posisi tertinggi
mendatang perlu diantisipasi, apakah posisi jabatan struktural manajerial tidak
individu tersebut (FE) pada peta jejaring terjadi menghasilkan urutan sentralitas yang
pergeseran (ke posisi yang lebih sentral) atau semakin tinggi. Sebagai contoh, dari
semakin terpinggirkan (stuck on peripheral) sentralitas berdasarkan urutan 3 posisi
dengan koneksitas rendah. jabatan struktural tertinggi, adalah BS-
MS/DD-RG/DI, namun pada kenyataannya 3
Intervensi organisasi perlu mendorong urutan sentralitas tertinggi dalam jejaring
proses pembelajaran formal dan non formal. kerja ini adalah MS-RG-DD. Hal ini
Pembelajaran formal ditempuh melalui menunjukkan, sentralitas yang tinggi dalam
keikutsertaan pelatihan teknis khusus. jejaring ini tidak semata-mata koneksitas
Pembelajaran nonformal, berupa inisiasi atasan-bawahan, namun lebih kepada aliran
pembimbingan dan pendampingan penyusunan pengetahuan dari dan ke individu tersebut.
dokumen kerja secara terprogram, tidak semata-

460 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
15

degree of centrality
10

NI

TR

TU
NT

HA
IR

PR
FI

AD

DI

AT
MS
RG
DD

RA
RI
SU
BS

SY
SB
FE
RO
Kode Individu

Gambar 2 Hasil pemetaan aplikasi SNA dari sesuai urutan nilai derajat sentralitas (degree of centrality) tertinggi
individu sentral terlalu tinggi. Fenomena ini
• Urutan sentralitas individu di dalam jejaring menyebabkan terlambatnya respon terhadap
kerja menunjukkan tingginya koneksitas dari informasi dan pengambilan keputusan di
invidu-individu. Sentralitas tersebut dapat divisi ini. Secara akumulatif, keterlambatan
mencerminkan superioritas dalam respon ini mengakibatkan terganggunya
penguasaan pengetahuan tertentu. Dapat kinerja organisasi. Oleh karenanya,
dimengerti, MS, pegawai yang paling sentral implementasi SNA diperlukan untuk
dalam jejaring kerja ini—juga sekaligus memantau tingkat kesehatan organisasi, yang
pimpinan tertinggi divisi merupakan salah pada prinsipnya untuk menjaga dan
satu tim inti yang menginisiasi pendirian meningkatkan daya saing organisasi (Allen &
pusat ini sehingga seperti yang ada saat ini. Cohen 1999, dalam Whelan, Teiglan,
MS, dalam hal ini dapat dianggap sebagai Donnelan & Golden, 2010).
individu yang paling knowledgeable.
• Jumlah koneksitas didalam jejaring dapat Intervensi yang layak dilakukan adalah
berdasarkan individu lain yang melakukan pendampingan, penugasan tim kerja
menghubungi (in degree) dan yang untuk anggota lain di bidang. Hal yang penting
dihubungi (out-degree) oleh individu sentral pula adalah memberikan ruang gerak dalam
(MS) adalah relatif seimbang. Namun pengambilan keputusan anggota divisi yanga
demikian, tingginya koneksitas di dalam bersifat otonomi terbatas (autopoietic) dalam
jejaring harus diantisipasi untuk mencegah melaksanakan tugas-tugas berbasis kompetensi
terjadinya fenomena leher botol teknis dan pendelegasian wewenang.
(bottlenecking) yang diakibatkan beban kerja

Gambar 3. Grafik analisis radial dari aspek sentralitas menggunakan NodeXL yang menunjukkan
makin ketengah dari radial/spiral layout, maka makin sentral tokoh dimaksud

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 461
(1) Sentralitas antara (betweeness centrality) berkomunikasi dengan pihak lainnya, makin
tinggi nilainya akan menunjukkan semakin
Betweeness centrality adalah derajat dimana
penting orang tersebut yang menyebabkan orang
seseorang menjadi perantara atau yang
lain berkoneksi dalam suatu jejaring kerja.
menjembatani orang lain untuk saling

25
betweeness centrality

20

15

10

0
NI

TR

TU

NT

HA
IR

PR
FI

DI

AT
MS
RG
DD
SU

RA

RI

AD

BS

FE

SY
SB
RO
Kode Indivdu

Gambar 4 Hasil pemetaan aplikasi SNA dari sesuai urutan nilai sentralitas antara (betweeness
centrality) tertinggi

Berdasarkan pemetaan SNA pada Gambar 4 memiliki kemampuan untuk menangkap dan
fungsi perantara individu antar divisi dalam menyeleksi informasi dan pengetahuan yang
organisasi pengetahuan dalam organisasi berada diperoleh dari luar organisasinya, sekaligus
pada MS dan RG. Kemungkinan besar karena meneruskan informasi dan aliran pengetahuan
kedua individu tersebut sekaligus pada posisi dari dalam organisasi ke pihak eksternal.
jabatan struktural manajerial di kedua divisi. Berdasarkan temuan di atas, penting
Sentralitas perantara ini bukan saja berlaku di dilakukan internvensi penguatan kompetensi inti
dalam lingkup organisasi, namun dapat bagi seluruh anggota organisasi di dua bidang di
berkembang sebagai perantara koneksitas dengan organisasi yang diteliti. Hal ini akan mengurangi
jejaring kerja di luar organisasi litbang yang kesenjangan kompetensi dan pengetahuan jika
diteliti. Peran perantara ini menjadi sangat suatu saat MS dan RG tidak lagi di dalam
strategis, karena pengetahuan kunci organisasi organisasi ini.
dikuasai oleh kedua individu tersebut. Fungsi
menjebatani suatu jejaring kerja dengan jejaring (2) Kedekatan dengan sentral (closeness
lainnya, yang hampir serupa dengan konsep centrality)
penjaga gawang teknologi (technological Gambar 5 menunjukkan kedekatan seseorang
gatekeepers) sebagaimana diungkapkan oleh dalam sentralitas. Ukuran ini menunjukkan pula
Allen & Cohen (1999, dalam Whelan, Teiglan, seberapa dekat seseorang terhadap orang lain
Donnelan & Golden, 2010) dalam suatu jejaring kerja (Cross & Parker,
Menurut Whelan, Teiglan, Donnelan & 2004). Jika informasi mengalir melalui beberapa
Golden, konsep technological gatekeeper titik dalam suatu jejaring kerja, untuk sebagian
adalah konsep yang menggambarkan individu orang memerlukan hanya beberapa tahapan
yang menjadi perantara atau mediator antara untuk menghubungi orang lain, sedangkan orang
profesional di luar organisasi litbang dengan lainnya membutuhkan tahapan lebih banyak.
organisasi litbang itu sendiri, untuk Dapat semakin rendah nilai kedekatan dengan
meningkatkan kinerja organisasi litbang dan sentral ini berarti semakin dekat seseorang ke
inovasi. Strategisnya peran penjaga gawang dan sentral jejaring kerja dalam organisasi tersebut,
sentralitas antara ini karena individu tersebut dan semakin penting peran yang bersangkutan

462 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dalam jejaring kerja. Secara umum, grafik individu berinteraksi satu dengan lainnya.
sentralitas tidak menunjukkan perbedaan Dengan kata lain keunikan tugas dan fungsi tiap
sentralitas yang ekstrim untuk masing-masing individu mendorong tiap orang untuk saling
individu dalam organisasi. Dalam studi kasus ini, terkoneksi dan saling melengkapi. Ketiga, di
dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini. dalam organisasi belum banyak ditemukan
Pertama, koneksitas antar individu dalam hambatan (barrier) dalam berbagi pengetahuan
organisasi ini masih relatif masif, sehingga setiap sehingga kedekatan dengan sentralitas relatif
individu memiliki kedekatan ke sentral jejaring baik, tanpa dibatasi struktur dan hirarki formal
yang relatif hampir mirip satu sama lain. Kedua, organisasi. Rendahnya hambatan dalam
tugas dan fungsi tertentu yang dijalankan berkomunikasi dan berbagi pengetahuan pada
seseorang dalam organisasi ini adalah unik dan prinsipnya didasarkan pada adanya sikap percaya
berbeda satu sama lain dan saling melengkapi antar individu dalam organisasi (Ling, San &
sehingga terdapat kecenderungan dalam Hock, 2009).
menyelesaikan suatu tugas akan mendorong tiap

0,04
0,035
closeness centrality

0,03
0,025
0,02
0,015
0,01
0,005
0
HA RO FE SY NI AT NT SB TR TU PR AD DI IR SU RA RI BS RG DD FI MS
Kode individu

Gambar 5. Hasil pemetaan aplikasi SNA dari sesuai urutan nilai kedekatan dengan sentral (closeness centrality) terendah

(3) Nilai sentralitas eigenvector (eigenvector sehingga intensitas koneksi timbal balik dengan
centrality) individu lainnya relatif tinggi. Ada
Untuk ukuran sentralitas eigenvector kemungkinan, dalam kasus ini, nilai tertinggi
menunjukkan tidak semata-mata banyaknya sentralitas jenis ini dimiliki dimiliki oleh
(kuantitas) jumlah koneksi individu dalam individu adalah individu MS, FI, DD, dan RG,
berkomunikasi dan berbagi pengetahuan, namun yang memiliki posisi struktur manajerial dalam
juga dari kualitas (ditunjukkan dengan derajat organisasi ini sekaligus menguasai aspek teknis
dari koneksi dengan masing-masing individu). pekerjaan yang relatif baik dibandingkan
Dapat disebutkan bahwa pegawai yang memiliki individu/pegawai lain.
nilai sentralitas eigenvector tertinggi (Gambar 6)
merupakan individu yang knowledgeable,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 463
0,07

eigenevector centrality
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
MS FI DD RG BS RI SU RA IR AD DI NI PR TU NT SB TR AT SY FE RO HA
Kode Individu

Gambar 6. Hasil pemetaan aplikasi SNA dari sesuai urutan nilai sentralitas eiginvector (eigincvector centrality) tertinggi

Namun demikian, ada kelemahan bagi individu sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang
yang memiliki tingkat sentralitas eigenvector, dimilikinya. Ketergantungan dan kesenjangan
terutama bagi individu yang memiliki posisi pengetahuan dapat juga dikurangi membuat
manajerial dalam subsistem organisasi, ada pendelegasian dan penugasan tim kerja per
berpotensi penundaan atau hambatan dalam portofolio/proyek dengan tuntutan output dan
pengambilan keputusan karena sifat sentralitas waktu yang jelas serta penugasan sebagai
dari individu. Hal ini disebabkan karena banyak pemimpin proyek di luar struktur formal lintas
karyawan sangat mengandalkan individu ini divisi/subdivisi. Kesenjangan pengetahuan dapat
untuk pengambilan keputusan masalah teknis pula diatasi dengan membuat forum-forum
pekerjaan maupun manajerial. Tingginya beban pembelajaran, berbagi pengetahuan dan
kerja manajerial dan teknis pemilik sentralitas coaching, yang melibatkan pegawai senior dan
tertinggi menyebabkan rendahnya respons yunior.
informasi dari anggota subsistem, dalam studi
kasus ini, subsistem adalah tingkat eselonasi
(4) Koefisiensi pengklasteran (clustering
(eselon 3/divisi dan eselon 4/subdivisi) di bawah
cooeficient)
pimpinan organisasi tertinggi objek penelitian.
Kondisi ‘ketergantungan’ ini dapat pula Hasil perhitungan untuk membuat peringkat
disebabkan terdapat kesenjangan pengetahuan kooefisiensi pengklasteran (clustering cooficient)
antara pegawai senior dan pegawai yunior sebagaimana Gambar 7 menunjukkan kondisi
sehingga proses pembelajaran melalui berbagi koneksitas individu-individu di sekitar individu,
pengetahuan antara yunior dan senior. atau secara spesifik disebutkan bahwa orang-
orang yang terkoneksi dengan orang-orang di
Intervensi yang dapat dilakukan untuk
sekitar individu (vertex) dibagi dengan jumlah
mengurangi ‘ketergantungan’ ini adalah
kemungkinan koneksi diantara orang-orang di
organisasi menciptakan sistem, karyawan di
sekitar individu tersebut.
bawah divisi atau subdivisi diberi keleluasaan
yang bersifat otonomi terbatas (autopoietic)

464 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
0,7
0,6
clustering cooeficent
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
SB HA DI RO SY NI AT PR FE BS IR RA RG RI FI DD SU TU MS NT AD TR
Kode individu

Gambar 7. Hasil pemetaan aplikasi SNA dari sesuai urutan nilai kooefisiensi pengklasteran (clustering cooficient) tertinggi

kooefisien pengaklasteran tinggi sangat tepat jika


Berbeda dengan temuan penelitian ini
diberi tugas-tugas teknis tertentu dalam tim-tim
pada aspek-aspek koneksi pada individu yang
kecil. Dalam kondisi ekstrim, jika individu ini
menjadi sentralitas, individu pada kategori yang
tidak dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan
memiliki kategori peringkat nilai koefisiensi
kompetensi teknis dan pengetahuan yang
klastering tertinggi bukanlah yang memiliki
dimilikinya, terdapat kemungkinan subgroup
posisi struktur manajerial, namun memiliki
informal yang terbentuk bersifat kontraproduktif,
pengetahuan teknis (dalam konteks pengalaman,
dan secara perlahan menjadikan yang
keahlian dan keterampilan) yang mumpuni.
bersangkutan bersifat apatis.
Individu/pegawai yang menduduki posisi
tertinggi kategori nilai koofisiensi klastering Intervensi yang dapat dilakukan adalah
dalam studi kasus ini, pernah menduduki jabatan melibatkan individu tersebut sebagai pemimpin
struktural formal sebelumnya, namun karena tim teknis untuk tugas-tugas tertentu yang
akumulasi pengetahuan yang dimilikinya, yang bersifat ad-hoc sesuai dengan kompetensi dan
bersangkutan memiliki potensi untuk membentuk pengetahuan yang dimilikinya yang merujuk
klik (qlique), yaitu berpotensi membentuk kepada tujuan organisasi.
subgrup baru dalam subsistem formal (divisi atau
Berdasarkan hasil-hasil di atas atas dapat
subdivisi). Untuk kasus ini, potensi pembentukan
dijelaskan satu hal penting. Dalam beberapa studi
subgrup baru ini bukan karena interaksi jalur
kasus dalam organisasi, interaksi berbagi
instruksi atasan-bawahan sebagaimana potensi
pengetahuan dalam jejaring pengetahuan terjadi
koneksi yang bersifat sentralitas seperti pada
dalam pola relasi yang lebih informal. Penemuan
poin-poin sebelumnya. Individu ini memiliki
yang hamper mirip juga terjadi dalam penelitian
kepribadian yang memungkinkan orang-orang
ini, dimana interaksi lintas disiplin, divisi dan
dalam lingkungan organisasi (baik dalam divisi
subdivisi dalam organisasi objek penelitian ini
atau lintas divisi) berkomunikasi dan berbagi
lebih disebabkan karena kedekatan personal antar
pengetahuan, tanpa ada penghalang (knowledge
individu. Hal serupa ditemukan pada penelitian
sharing barrier). Individu-individu dalam
SNA di lingkungan perguruan tinggi lintas
kategori koefisien pengaklasteran tertinggi
institusi pendidikan di Amerika Serikat
memiliki sifat rela berbagi pengetahuannya
(Neumeyer et al.,2014). Dalam penelitian
sehingga memiliki kecenderungan mudah
tersebut ditemukan peningkatan interaksi dan
membentuk subgrup informal. Organisasi
peran dalam jejaring pengetahuan untuk studi
selayaknya dapat menjaga dan mempertahankan
kasus suatu program pembelajaran Scale-up,
individu-individu seperti ini karena dapat
terjadi pada responden yang memiliki kedekatan
mengefektifkan pelaksanaan tugas-tugas
diantara para pihak. Lebih jauh, ditemukan pula
organisasi melalui pembentukan tim-tim
bahwa atribut personal seperti gender,
informal. Individu-individu dengan kategori

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 465
pengalaman profesional di bidang pengajaran, individu-inidvidu dalam posisi struktural adalah
status akademis, serta disiplin afiliasi juga tidak sekaligus sumber pengetahuan bagi individu-
perpengaruh pada status atau peran individu individu lainnya. Namun demikian, sifat
dalam jejaring kerja yang terpetakan dalam SNA. sentralitas individu-inidvidu yang memiliki
pengetahuan kunci sekaligus memiliki
Pada objek penelitian ini, interaksi yang
pengetahuan kunci dalam jejaring kerja ini
terpetakan dengan SNA masih bersifat interaksi
berpotensi menciptakan kondisi ‘terlalu
tatap muka karena seluruh responden masih
mengandalkan’(overrealiance) pada satu atau
dalam lingkup satu organisasi/satuan kerja
dua individu. Pada penelitian ini, kondisi ‘terlalu
dengan jumlah anggota yang masih relatif kecil.
mengandalkan’ ini ditemukan pada individu MS
Kondisi ini menyebabkan kompleksitas interaksi
(paling tinggi) dan RG, yang sekaligus sedang
antar individu tidak serumit yang ditemukan pada
dalam posisi struktural manajerial. Kelemahan
organisasi/satuan kerja yang tersebar secara
yang harus diantisipasi lainnya adalah ada
geografis. Dalam kasus tertentu, individu dengan
potensi penundaan (bottlenecking) dalam
profesi yang sama (komunitas praktisi), akan
pengambilan keputusan organisasi maupun
mengalami kendala dalam berinteraksi jika
subsistem organisasi (divisi dan subdivisi).
terpisah secara geografis (lintas kota, lintas
Individu-inidvidu kunci ini memiliki intensitas
pulau, lintas negara) sehingga tujuan berbagi
yang tinggi dalam interaksi dan berbagi
pengetahuan kurang optimal, walaupun sudah
pengetahuan dalam organisasi, oleh karenanya
menggunakan perangkat berbasis internet yang
perlu dilakukan intervensi untuk mengantisipasi
memadai (Kothari et.al., 2015).
keterlambatan pengambilan keputusan dalam
KESIMPULAN organisasi dan berdampak kepada kinerja
Melalui peta jejaring kerja satu organisasi dapat organisasi itu sendiri. Salah satunya adalah
diketahui urutan iindividu yang memiliki menciptakan sistem kerja berbasis tim, dimana
superioritas dalam pengetahuan kunci. Dalam hal setiap tim diberikan kewenangan terbatas dan
ini, pengetahuan kunci merujuk kepada pendelegasian sebagian wewenang pengambilan
kompetensi, pengalaman, keterampilan dan keputusan pada tingkas teknis. Organisasi juga
keahlian individu yang sesuai dengan kompetensi perlu menugaskan individu-individu yang
dan strategi pencapaian tujuan organisasi. memiliki setralitas tinggi--di luar struktur
manajerial untuk memimpin tim-tim kecil
Secara umum, peta jejaring organisasi tersebut sehingga proses berbagi pengetahuan
salah satu satuan kerja pengelola hasil-hasil dalam lingkup tim akan lebih efektif.
penelitian di suatu lembaga riset di Indonesia
memiliki koneksitasi antar individu yanga relatif Namun demikian, SNA sebagai salah
baik, dimana koneksitas antar divisi dan subdivisi satu metoda pemetaan jejaring dalam lingkup
tidak hanya mengandalkan penghubung organisasi perlu dilengkapi dengan evaluasi dan
‘perantara’ oleh satu atau dua orang saja. Dapat perangkat penilaian (assessment) lain untuk lebih
diketahui pula individu-inidvidu yang dianggap mendorong kinerja organisasi, misalnya dengan
memiliki nilai sentralitas yang relatif tinggi membuat profil keahlian (profiling skill) dan peta
karena memiliki interaksi yang tinggi dengan kompetensi (competency map) tiap individu.
individu-individu lainnya dalam aliran Hasil pemetaan SNA juga perlu ditindaklanjuti
pengetahuan. Dalam penelitian ini, diketahui melalui evaluasi beban kerja, evaluasi lingkup
individu-individu yang memiliki posisi jabatan kewenangan (scope of authority) dari masing-
struktural, baik lingkup divisi dan subdivisi, masing posisi jabatan individu, serta
memiliki intensitas berbagi pengetahuan mengaktifkan forum-forum berbagi pengetahuan
pengetahuan yang tinggi, baik dalam konteks yang dilakukan secara berkala. Forum tersebut
manajerial atasan-bawahan, mitra kerja, atau juga mencakup sistem mentoring, jejaring
bantuan teknis—yang terkait dengan kompetensi kerjasama dengan pihak-pihak di luar organisasi,
inti organisasi (divisi dan subdivisi objek reviu pakar (peer-to-peer reviews) serta forum
penelitian). Dalam kasus ini, organisasi memiliki tatap muka, pelatihan, seminar, serta studi lanjut

466 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan Ling, T.N, San, L.Y., Hock, N.T.(2009).
organisasi. Trust:fasilitator of knowledge-sharing
culture. Communications of the IBIMA,
REFERENSI
7,137-142.
Boutellier, R.,Uhllman, F., Schreiber, J. & Naef,
Neumeyer1, X, Kathleen F., Robert B., Melissa
R. (2008). Impact of office lay out on
D., and Charles H.(2014). Examining the
communication in science-driven business.
diffusion of research-based instructional
R&D Management, 38(4),372-391.
strategies using social network analysis: A
Cross, B. and Parker, A.,(2004). The Hidden case-study of SCALE-UP. Proceeding of
Power of Social Network Understanding 121th ASEE Annual Comnference and
How Work Really Gets Done in Exposition, Indianapolis 15-18 June, 2014,
Organization . Harvard Business School Paper ID#8865.
Press, Boston.
Rice, J.I & Rice B.S. (2005). The applicability of
Cross, R., T. Laseter, A. Parker, & G. Velasquez. the SECI model to multiple-organizational
2006.Using social network Analysis to endevours:an integrated review.
Improve Communities of Practice. International Journal of Organizational
California Management Review, 49 (1). Behaviour, 9(8),671-682.
Cross, R., A. Parker & .S. P. Borgatti. 2002. A Sveiby, K.E. (1997). The New Organizational
bird’s-eye view: Using social network Wealth Managing & Measuring
analysis to improve knowledge creation Knoweldge-Based Assets. Berret-Koehler
and sharing. IBM Institute for Knowledge- Publisher, Inc., San Fransisco.
Based Organizations
Szulanski, G. (1996). Exploring internal
Cross, B. and Tjomas, R.J.(2009). Driving stickiness: impediments to the transfer of
Results Through Social Networks How to best practice within the firm. Strategic
Organizations Leverange Networks for Management Journal, 17, 27−43.
Performance and Growth. John Wiley and
Whelan, E.,. Collings, D.G. & Donnellan, B.
Sons, San Fransisco.
(2010). Managing talent in knowledge-
Hansen, D., Shneiderman, B., Smith, M. (2009) intensive setting.Journal of Knowledge
Analyzing Social Media Networks: Management, 14(3),486-504.
Learning by Doing with NodeXL. NodeXL
Yeh, Y., Lai, S. &. Ho, C.( 2006). Knowledge
– Network Overview, Discovery and
management enablers: A case study.
Exploration for Excel Univ. Maryland and
Industr.
Telligent Systems, Maryland.
Manag. Data Syst., 106, 793-810.
Hoppe, B. and Reinelt, C. (2010). Social network
analysis and evaluation of leadership Zarraga, C. &Bonache, J. (2003). Assessing the
networks. The Leadership Quarterly, 21 team environment for knowledge
(2010), pp 600-6019. sharing:an empirical analysis.International
DOI:10.1016/j.leagua2010.06.004 Journal of Human Resources
Management, 14,1227-1245.
Denooy, E.W., Andrej,M., & V. Batagelj.
(2005).Exploratory Network Analysis with
Pajek. Cambridge University Press, New
York.
Kothari, A. , Jennifer, A.B., James C., Paul S.&
Shannon L. S.(2015). Communities of
practice for supporting health systems
change: a missed opportunity. Health
Research Policy and Systems, 13,33,3-9.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 467
KAPABILITAS TEKNOLOGI INDUSTRI PLTS DAN
KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI INDONESIA

SAUT H. SIAHAAN
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (PAPIPTEK)LIPI
Gedung A PDII-LIPI Lt. 4, Jl.Jend. Gaot Subroto No.10, Jakarta 12710
email: sautsiahan@yahoo.com; Telp: 08129382338

Keyword ABSTRACT
The potential of renewable energy resources in Indonesia is relatively
capability, technology, plant,
large, especially solar energy related geographically to the intensity of
energy, solar, electricity
solar radiation on average 4.8 kWh / m2 per day. On the other hand, some
areas in eastern Indonesia (recorded 6926 villages) that have the potential
of solar energy is quite large, up to now has not been have electricity PLN.
The villages are located in the provinces of Maluku, North Maluku,
Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) and Nusa Tenggara
Barat (NTB) (ESDM. 2016). In this condition, the utilization of solar
energy into electrical energy through the installation of solar power plants
(PLTS) be a promising alternative if PLTS technology available in the
country. In this regard, the role of industry to promote the development of
solar power installations through the availability of technology at
relatively competitive prices becomes important. Meanwhile, government
support is quite in line with the government's commitment to increase the
electrification ratio (target this year to reach 90%) and utilization of
renewable energy technologies to meet the electricity needs of society,
particularly in the provinces of Papua and NTT are still low electrification
ratio. The purpose of this study was to assess the capabilities of the PLTS
industrial technology to support the utilization of electrical energy from
solar energy in a sustainable manner.The method of study used a
explorative qualitative approach with the analytical framework is built
from the concept of technology capability according to Lall (1992) and the
measurement model of technological capabilities Khamseh (2014).
The study show several important issues like the technological capabilities
solar power industry in Indonesia is still relatively low due to the
development and innovation of components but the design of the system is
more developed. Where it relates to low market demand and willingness of
governments to take advantage of renewable energy technologies
Kata Kunci SARI KARANGAN
kapabilitas, teknologi, Potensi sumberdaya energi terbarukan di Indonesia relatif besar,
pembangkit, energi, surya, khususnya energi surya terkait letak geografisnya dengan intensitas radiasi
listrik. surya rata-rata 4,8 kWh/m2 per hari. Pada sisi yang lain, sebagian wilayah
di Indonesia Timur (tercatat 6.926 desa) yang memiliki potensi energi
surya yang cukup besar, sampai saat ini belum teraliri listrik PLN. Desa-
desa tersebut terdapat di provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat, Nusa Tengggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggra Barat (NTB)
(ESDM. 2016). Pada kondisi seperti ini, maka pemanfaatan energi surya
menjadi energi listrik melalui instalasi pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS) menjadi alternatif yang menjanjikan jika teknologi PLTS tersedia
di negeri ini. Dalam hal ini, peran industri untuk mendorong terbangunnya
instalasi PLTS melalui ketersediaan teknologi dengan harga yang relatif
bersaing menjadi penting. Sementara itu, dukungan pemerintah cukup
besar sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan rasio
elektrifikasi (target tahun ini mencapai 90%) dan pemanfaatan teknologi
energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat,
khususnya di provinsi Papua dan NTT yang rasio elektrifikasinya masih
rendah. Tujuan penelitian ini menilai kapabilitas teknologi industri PLTS
untuk mendukung pemanfaatan energi listrik dari energi surya secara

468 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
berkelanjutan. Adapun metode penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif exploratif dengan kerangka analisis yang dibangun dari konsep
kapabilitas teknologi menurut Lall (1992) dan model pengukuran
kapabilitas teknologi dari Khamseh (2014). Hasil studi menunjukkan
beberapa hal penting diantaranya kapabilitas teknologi industri PLTS di
Indonesia masih relatif rendah terkait pada pengembangan dan inovasi
komponen akan tetapi pada desain sistem sudah lebih berkembang. Hal
mana terkait pada tuntutan pasar yang masih rendah serta keseriusan
pemerintah untuk memanfaatkan teknologi energi terbarukan.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

(provinsi Maluku utara/Ternate) Dalam hal ini


PENDAHULUAN
tercatat bahwa 65% desa yang belum berlistrik
Kebutuhan energi listrik di Indonesia terletak di 6 provinsi kawasan Timur Indonesia.
semakin meningkat seiring dengan Sementara itu, potensi sumber daya energi
berkembangnya kebutuhan masyarakat. Faktor metahari terbesar ada di Indonesia Timur seperti
ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan sebagian Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT),
pertumbuhan daerah merupakan faktor penting Maluku, Papua, dan Papua Barat dengan lama
yang mempengaruhi tingkat kebutuhan penyinaran perhari 4,5 s.d 4,8 jam/hari.
masyarakat terhadap energi listrik (Chandra P.
Putra dkk. 2014). Faktor ekonomi terkait pada Berkenaan dengan itu maka peluang
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto pemanfaatan energi surya menjadi energi listrik
(PDRB), baik untuk sektor komersial melalui instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
(perdagangan, transportasi, komunikasi, dll), Surya (PLTS) relatif besar jika teknologi, biaya
industri (migas dan manufaktur), dan publik (jasa investasi, dan pengoperasian instalasinya relatif
dan perbankan). Data BPS (BPS. 2016) lebih menguntungkan terkait potensi sumberdaya
memperlihatkan PDRB untuk setiap provinsi di yang tersedia. Peran pemerintah sangat penting
Indonesia cenderung meningkat, demikian juga dalam pemanfaatan energi surya menjadi energi
halnya dengan pertumbuhan daerah yang listrik sejalan dengan komitmennya untuk
cenderung meningkat sejalan dengan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT).
pertumbuhan penduduk. Secara lebih spesifik, Lall (1992) menunjukkan
bahwa pengaruh intervensi pemerintah dalam
Kementerian ESDM (2016) menunjukkan memperkuat teknologi pada kegiatan teknologi
bahwa sampai tahun 2015 kapasitas pembangkit untuk pengembangan industri sangat kuat.
listrik yang terpasang adalah 55.53 MW, baru Kegiatan ini mememerlukan modal untuk
dapat memenuhi kebutuhan listrik sekitar 88,3% investasi dan produksi yang perlu dukungan
rumah tangga dengan prakiraan penerima listrik pemerintah, seperti insentif untuk mendorong
perkapita sebesar 910 kWh. Kapasitas pemanfaatan PLTS sehingga membuka peluang
pembangkit listrik ini terdiri dari Pembangkit pasar dan kebijakan investasi teknologi industri
Listrik Negara (PLN) sebesar 38.310 MW, PLTS yang pada gilirannya akan menarik minat
Private Production Utility (PPU) sebesar 12.477 investor dalam dan luar negeri.
MW, dan Ijin Operasional (IO) non Bahan bakar
minyak sebesar 2.392 MW. Data ESDM ini juga Industri PLTS di Indonesia dapat
menunjukkan terdapat kekuarangan energi listrik dibedakan sebagai: industri komponen dan
pada bulan April 2016 di beberapa provinsi perakitan panel PLTS, industri sistem integrator,
Indonesia seperti: pulau Sumatera (provinsi dan industri jasa untuk pengoperasian
Sumsel, Bengkulu, dan Lampung); pulau pembangkit listrik serta distribusinya (jaringan).
Sulawesi (provinsi Sulawesi Tengah/Palu dan Industri komponen dan perakitan panel PLTS
Sulawesi Tenggara/Kendari); pulau Maluku tersebar di Jakarta dan sekitarnya serta di
(provinsi Maluku/Ambon); pulau Halmahera Bandung. Saat ini terdapat delapan pabrik

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 469
perakitan modul surya, enam diantaranya komponenya sebagian besar dari industri dalam
tergabung dalam Asosiasi Pabrikan Modul Surya negeri.
(APAMSI) dengan produksi rata rata 25 s.d 30
KERANGKA TEORI
% dari total kapasitas produksi sebesar 110
megaWatt per tahun (Zaenudin. 2015). Industri Kapabilitas teknologi menurut Lall (1992)
sistem integrator relatif terbatas jumlahnya, meliputi kapabilitas pada level organisasi/industri
mereka umumnya memiliki kemampuan dan pada level nasional. Pada level industri,
engineering yang cukup baik dan sudah mampu kapabilitas teknologi dinyatakan berdasarkan
untuk bekerjasama dengan perusahaan pemasok. tingkat kompleksitas, yaitu pada tingkat dasar:
Adapaun industri jasa terkait pengoperasian teknologi untuk mendapatkan efisiensi dan proses
pembangkit dan jaringannya didominasi oleh PT produksi, pada tingkat menengah: teknologi
Perusahaan Listrik Negara. Pada beberapa lokasi, untuk mendapatkan sistem operasi produksi yang
Lembaga Swadaya Masyarakat atau Pemda berfungsi dengan baik, dan pada tingkat lanjut:
(terbatas jumlahnya) sudah mengoperasikan teknologi juga meliputi kegiatan penelitian dan
PLTS dan mendistribusikan (membuat jaringan) inovasi produk. Pada tiap tingkatan kompleksitas
ke masyarakat. tersebut, Lall menyatakannya dengan fungsi
investasi dan produksi yang meliputi: investasi
Pasar dari industri PLTS pada umumnya
awal, pelaksanaan proyek, teknik proses, teknik
adalah PLN sebagai operator PLTS, akan tetapi
produksi, teknik industri, dan interaksi dengan
dalam perkembangannya operator PLTS ini tidak
kelembagaan.
sepenuhnya dikuasai oleh PLN. Beberapa
instalasi PLTS yang sudah terbangun dikelola Adapun pada level nasional menurut Lall,
oleh swasta seperti PLTS Bangli dan PLTS kapabilitas teknologi bukan merupakan jumlah
Kupang. Selanjutnya melalui Peraturan Menteri dari kapabilitas industri yang ada, akan tetapi
ESDM No: 19 tahun 2016 tentang pembelian sinergi kapabilitas dari industri yang ada serta
tenaga listrik dari pembangkit listrik fotovoltaik dorongan atau hambatan faktor eksternal seperti
oleh PT Perusahaan Listrik Negara mengatur kebijakan pemerintah dan dinamika pasar. Pada
pembelian dan pembangunan instalasi PLTS level ini, kapabilitas teknologi industri nasional
terkait juga dengan kuota PLTS untuk satu dapat dikelompokkan menurut investasi fisik,
wilayah. Dalam hal ini maka pemerintah Sumberdaya manusia (SDM), dan upaya
memberikan ruang bagi swasta untuk teknologi. Ketiga kelompok ini saling terkait
pengelolaan pembangkit listrik sistem PLTS. dengan erat sehingga sulit dibedakan, walaupun
demikian investasi fisik sangat mempengaruhi
Industri perakitan dan sistem integrator
kapabilitas teknologinya karena industri sangat
yang ada masih memerlukan sumber daya
memerlukan alat dan mesin untuk mendukung
manusia dan modal investasi yang lebih besar.
teknik dan proses produksi.
Industri ini memerlukan dukungan (pasokan)
komponen dari industri komponen untuk Pada sisi yang lain, Khaleghi (2014)
pembangunan sistem PLTS. Pada kenyataannya, menunjukkan bahwa model penilaian kapabilitas
komponen untuk sistem PLTS ini masih banyak teknologi umumnya berdasarkan kesenjangan
yang mereka peroleh dari luar negeri karena teknologi antar industri (menemukan,
belum tersedia di dalam negeri meskipun sudah menentukan, dan menyelesaikan kesenjangan
ada Peraturan Menteri Perindustrian RI No: teknologi). Berdasarkan konsep ini, Khaleghi
54/M-Ind/PER/3/2012 yang mengatur Tingkat kemudian membangun model penilaian
Komponen Dalam Negeri (TKDN) barang dan kebutuhan teknologi terkait penilaian kapabilitas
jasa untuk sistem PLTS Solar Home System teknologi. Selanjutnya Khamseh (2014)
(SHS) dan PLTS terpusat atau komunal. Oleh menunjukkan bahwa penilaian kapabilitas
karena itu peningkatan kapabilitas teknologi teknologi merupakan proses menentukan level
industri PLTS di Indonesia menjadi menarik kapabilitas teknolgi saat ini dengan
sejalan dengan harapan pemerintah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
menyediakan listrik dari sistem PLTS yang organisasi dan kesenjangan teknologi. Kebutuhan

470 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
untuk memilih teknologi yang tepat untuk Technology); (6) Mampu mengakuisisi teknologi,
kepentingan masyarakat dan institusi. Teknologi sehingga teknologi yang dipilih bermanfaat untuk
ini berada di lingkungan manusia, termasuk meningkatkan daya saing (technology
sistem ekonomi, sosial, budaya dan politik serta acquisition) ; (7) Mampu menerapkan dan
interaksi antar mereka sehingga teknologi yang mengembangkan teknologi yang mereka peroleh
berbeda mempengaruhi sistem yang berbeda. (implementing and absorbing technology) ; (8)
Kapabilitas perusahaan diukur dari 9 dimensi Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi
kapabilitas teknologi. Masing-masing adalah: (1) teknologi (Learning); (9) Mengeksploitasi
Kemampuan mengenali peran teknologi dalam hubungan eksternal dan incentives di setiap
daya saing di lingkungan yang sangat kompetitif kegiatan teknologi (exploiting external lingkages
(awareness); (2) Kemampuan memindai & incentives) .
teknologi eksternal dan kecenderungan
Mengacu konsep kapabilitas teknologi
pertumbuhan dan daya saing (search); (3)
seperti disebutkan diatas, baik dari Lall dan
Membangun kompetensi inti atau kekuatan
Khamseh maka kerangka analitik dari penelitian
teknologi yang khas berbeda dari pesaingnya,
ini menmeliputi investasi, produksi, dan interaksi
keunggulan yang unik (Core technological
ekonomi. Hal mana sejalan dengan konsep
competence); (4) Mampu merumuskan strategi
Khamseh terkait kapabilitas teknologi di
teknologi, menetapkan prioritas dan
perusahaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel
mengkomunikasikan dalam perusahaan
1.
(technology strategy); (5) Menilai dan memilih
teknologi yang tersedia (Accesing & Selecting
Tabel 1 Kerangka Analitik Kapabilitas Teknologi
Kapabilitas Teknologi
Konsep Lall Konsep Khamseh
Investasi: • AWARENESS
• Investasi awal Kemampuan mengenali peran teknologi instalasi PLTS dalam daya saing di
• Pelaksanaan proyek lingkungan yang sangat kompetitif
• SEARCH
Kemampuan memindai teknologi instalasi PLTS eksternal dan
kecenderungan pertumbuhan dan daya saing
• ACCESING & SELECTING TECHNOLOGY
Menilai dan memilih teknologi peralatan/komponen yang tersedia untuk
kemudian mengintegrasikannya menjadi sistem PLTS.
Produksi: • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
• Pengembangan Proses produksi Membangun kompetensi inti atau kekuatan teknologi sistem PLTS yang khas
• Pengembangan produk berbeda dari pesaingnya, keunggulan yang unik
• Peningkatan Sistem Produksi
• LEARNING
Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi teknologi, terutama untuk
memperoleh teknologi baru dari sistem PLTS.
• TECHNOLOGY STRATEGY
Mampu merumuskan strategi teknologi, menetapkan prioritas pengembangan
teknologi sistem PLTS dan mengkomunikasikan dalam perusahaan
• TECHNOLOGY ACQUISITION
Mampu mengakuisisi teknologi, sehingga teknologi yang dipilih bermanfaat
untuk meningkatkan daya saing sistem PLTS
• IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY
Mampu menerapkan dan mengembangkan teknologi sistem PLTS yang
mereka peroleh

Ekonomi lingkage: • EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES & INCENTIVES


• Hubungan dengan Mengeksploitasi hubungan eksternal, baik dengan pemasok maupun lembaga
perusahaan/institusi lain dan ilmiah dan incentives pada bisnis di setiap kegiatan teknologi
pemerintah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 471
nasional dan internasional, online journal,
METODOLOGI prosedings dan lainnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan HASIL dan PEMBAHASAN
kualitatif atau metode kualitatif exploratif dan
unit analisisnya adalah industri PLTS. Nara a. Pemanfaatan Energi Surya di Indonesia
sumber penelitian adalah manajemen dari dan di Dunia
perusahaan terpilih (purposive sampling) untuk Industri PLTS di Indonesia secara umum
memperoleh data primer terkait dengan investasi, dibedakan menurut bidang usahanya (Tabel 2),
produksi, dan interaksi ekonomi dengan yaitu: (1) industri komponen dan perakitan, yaitu
kelembagaan lain maupun pemerintah. Hasil industri yang memproduksi komponen
pengumpulan data indept interview di narasikan photovoltaic (PV) dan merakitnya menjadi modul
dan dikelompokkan sesuai dengan kerangka PV dan industri komponen lainnya; (2) industri
analitik agar dapat dianalis. Analisis data sistem PLTS, yaitu industri yang
menggunakan teknik matriks dari industri terpilih mengintegrasikan komponen menjadi sistem
sehingga dapat memberikan gambaran PLTS; (3) industri komponen, perakitan, dan
kapabilitas teknologi dari perusahaan/industri sistem PLTS, yaitu industri yang memproduksi
PLTS tersebut di Indonesia. Selanjutnya untuk komponen PV, merakitnya dan mengintegrasikan
mendukung analisis digunakan juga data menjadi sistem PLTS; dan (4) industri jasa, yaitu
sekunder dari hasil penelusuran data melalui perusahaan dagang sistem PLTS. (Sigit, dkk
kepustakaan seperti publikasi buku, jurnal 2014)

Tabel 2 Industri PLTS Menurut Bidang Usaha di Indonesia

BIDANG USAHA
NO KEGIATAN PERUSAHAAN
(INDUSTRI)
1. Industri komponen dan memproduksi Tergabung dalam APAMSI, Asosiasi pabrikan modul surya
perakitan komponen dan (Nurrachman. 2013) yaitu : PT Len Industri (Persero), PT Adyawinsa
perakitan Electrical & Power, PT Surya Utama Putra, PT Swadaya Prima Utama,
photovoltaic (PV) PT Azet Surya Lestari, dan PT Wijaya Karya Intrade Energi.
2 Industri PLTS memproduksi Diantaranya: PT. SEI, dan PT Len Industri, PT INTI
sistem PLTS
3 Industri Komponen, memproduksi Diantaranya: PT Len Industri dan PT SEI
Perakitan, dan Sistem komponen PV,
PLTS merakitnya dan
mengintegrasikan
menjadi sistem
PLTS
4 Industri Jasa perusahaan Perusahaan dagang (inportir) diantaranya : PT. Sunergi Internusa
dagang sistem Pratama, PT Royal PV.
PLTS

kebijakan yang pelaksanaannya terkait dengan


Dari tabel tersebut dapat ditunjukkan
kebijakan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
bahwa industri PLTS di Indonesia sudah tersedia,
Pemanfaatan energi surya untuk energi listrik di
baik untuk produksi komponen maupun industri
Indonesia relatif kecil, tercatat pada tahun 2014
PLTS sehingga jika memerlukan pembangunan
kapasitas terpasang energi listrik dari sistem
instalasi PLTS dapat terlayani. Industri PLTS ini
PLTS baru mencapai 9,02 MW dari total
berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan
kapasitas terpasang dari keseluruhan pembangkit
pasar energi listrik dari energi surya, oleh karena
listrik nasional di Indonesia sebesar 53.065,5
itu lambatnya perkembangan industri PLTS
MW (Kementerian ESDM. 2014). Adapun PLN
karena tuntutan atau peluang pasar PLTS saat ini
sendiri mengelola instalasi PLTS dengan
masih relatif kecil. Pasar dominan dari industri
kapasitas total sebesar 8,96 MW, baik milik
PLTS adalah pemerintah yang menyediakan dana
sendiri atau yang disewa.
untuk pembangunan instalasi PLTS melaui

472 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berlainan halnya dengan negara di Eropa Pertumbuhan pemanfaatan energi surya
seperti Jerman yang sudah mengandalkan menjadi energi listrik tentunya tidak dapat
pemanfaatan energi surya untuk pembangkit dilepaskan dari ketersediaan dana untuk investasi
listriknya. Negara Eropa lainnya juga turut andil dan teknologinya. Perkembangan teknologi
dalam pemanfaatan energi surya, seperti Itali, PLTS di dunia menunjukkan bahwa investasi
Inggris, Prancis, dan Spanyol. Saat ini negara teknologi PLTS cenderung terus meningkat (Ren
Cina merupakan negara terbesar dalam 21. 2016). Pada tahun 2015 investasi teknologi
pemanfaatan energi surya untuk pembangkit energi surya sebesar US$16,1 miliar dan pada
energi listrik. Pertumbuhan pemanfaatan energi tahun 2015 menjadi US$161,0 miliar atau 10 kali
surya sangat signifikan. Pada tahun 2014 negara lipat dalam kurun waktu 10 tahun.
terbesar dalam pemanfaatan energi surya adalah
Demikian juga investasi pada penelitian
Jerman, akan tetapi pada tahun 2015 negar Cina
teknologi maupun pengembangan dan
merupakan negara terbesar yang kapasitas PLTS
komersialisasinya. Tercatat bahwa untuk
bertumbuh sebesar 15,2 GW. Demikian juga
penelitian teknologi energi terbarukan pada skala
dengan negara Jepang, Amerika, India dan
dunia, sudah terserap dana sebesar US$5.1 miliar
Australia juga sudah memanfaatkan energi surya
pada tahun 2005 dan pada tahun 2015 menjadi
ini untuk menghasilkan energi listrik
US$11,7 miliar, atau meningkat dua kali lipat.
menggunakan teknologi PV. (Gambar 1).
Adapun untuk pengembangan dan komersialisasi
teknologi energi terbarukan sudah mencapai
US$0,6 miliar pada tahun 2005 dan pada tahun
2015 sudah mencapai US$1,3 miliar.
b. Kapabilitas Teknologi Perusahaan
Sumber: REN Industri Sistem PLTS di Indonesia
21. 2016
Tiga perusahaan besar sistem PLTS sudah
dipilih sebagai responden pada penilaian
kapabilitas teknologi industri PLTS. Dua
diantaranya adalah industri yang membangun
Gambar 1 Pemanfaatan Energi Listrik dari sistem PLTS dan memproduksi sebagian
Energi Surya pada beberapa negara komponen PLTS, adapun satu perusahaan
Dunia lainnya merupakan inportir komponen sistem
Adapun pemanfaatan energi listrik untuk PLTS dan membangun sistem PLTS. Profil dan
pembangkit listrik di dunia ditunjukkan pada kapabilitas dari ke tiga perusahaan ini adalah
Gambar 2. Peningkatan pemanfaatan energi surya sebagai berikut:
untuk PLTS relatif cepat, hampir mencapai 45 1. Perusahaan X
kali dalam kurun waktu 10 tahun.
Perusahaan ini berlokasi di Bandung dan
sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia
bisnis sistem PLTS seperti: membangun sistem
hibrid PV-diesel, yaitu sistem pembangkit tenaga
listrik yang menggabungkan energi surya dan
diesel diantaranya di Sulawesi; sistem hibrid PV-
Wind-Desel, yaitu sistem pembangkit tenaga
listrik yang menggabungkan energi surya, angin,
dan bahan bakar solar diantaranya di Jawa dan
Nusa Tenggara ; sistem PLTS untuk kebutuhan
industri dan kantor, yaitu sistem pembangkit
Sumber: REN 21. 2016
energi listrik dari tenaga surya diantaranya di
Gambar 2 Statistik Pemanfaatan Energi Surya jawa dan Kalimantan; Lampu penerangan jalan
Menjadi Energi Listrik diantaranya di Jawa; sistem PLTS yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 473
terhubung dengan jaringan PLN diantaranya di PLTS untuk memasok PLN serta sistem PLTS
Bali dan Nusa Tenggara. yang menggabungkan beberapa sumber energi
untuk menghasilkan listrik (sistem hibrid). Lebih
Hasil penilaian kapabilitas teknologi
jauh kapabilitas teknologi dari perusahaan ini
perusahaan X ini menunjukkan bahwa
ditunjukkan pada Tabel 3.
perusahaan sudah mampu untuk membangun
sistem PLTS yang berdiri sendiri atau sistem

Tabel 3 Kapabilitas Teknologi Perusahaan X


Kapabilitas Teknologi
INVESTASI • AWARENESS:
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan industri komponen di dalam dan luar negeri
untuk membangun sistem PLTS, diantaranya dengan perusahaan di Cina dan Jerman
sehingga mutu dan harganya relatif dapat bersaing.
• SEARCH
Perkembangan teknologi di dunia selalu diikuti oleh perusahaan agar sistem PLTS yang
dibangun berkualitas. Perusahaan komponen dari beberapa negara menjadi mitra mereka
untuk memperoleh informasi perkembangan teknologi ini.
• ACCESING & SELECTING TECHNOLOGY
Untuk mengintegrasikan suatu sistem PLTS dari beberapa komponen seperti PV array, trafo
dan komponen lainnya tidaklah mudah, hal tersebut dapat dilakukan jika spesifikasi
komponen-komponen tersebut sudah sesuai terkait kapasitas luaran energi listrik yang
diharapkan dan potensi sumber daya surya di daerah tersebut. Oleh karena itu perusahaan X
sudah memiliki kemampuan untuk menilai dan memilih teknologi komponen PLTS yang
akan digunakan. Hal mana pada sisi yang lain menuntut adanya kerjasama dengan
perusahaan komponen PLTS di dalam dan luar negeri.
PRODUKSI • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
Perusahaan bekerjasama dengan perusahaan pemasok mesin produksi di Jerman, dan
mengembangkan sendiri sistem PLTS sesuan kondisi lingkungan yang ada, walaupun
demikian sampai saat ini konsep dari pengembangan sistem PLTS belum dijual ke
perusahaan sejenis untuk menjaga nilai keunggulannya.
Pada sisi yang lain perusahaan juga mengoperasikan sistem PLTS on grid, aatau daya
luarannya (listrik) di jual ke PLN. Pengalaman mengelola sistem PLTS merupakan salah
satu kompetensi yang dibangun terkait manajemen perawatan untuk sistem PLTS.
• LEARNING
Mereka (perusahaan) melakukan peningkatan kualitas produksi melalui pembelian mesin
mesin produksi (kebijakan impor) sehingga perusahaan memiliki teknologi baru untuk
sistem PLTS. SDM (karyawan) memperoleh peningkatan kompetensi melalui pembelajaran
di lapangan serta didukung oleh program training dan pelatihan di dalam dan luar negeri.
• TECHNOLOGY STRATEGY
Sampai saat ini strategi teknologi perusahaan berorientasi pasar, sehingga pengembangan
teknologi sistem PLTS sesuai dengan kebutuhan pasar.
• TECHNOLOGY ACQUISITION
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakuisisi teknologi karena sudah membangun
jejaring kerjasama dengan beberapa perusahaan komponen di dalam dan luar negeri. Jadi
perusahaan tidak sekedar membeli komponen, akan tetapi juga mendapatkan teknologinya
agar pada saat integrasi sesuai dengan komponen lainnya.
• IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY
Pengembangan teknologi sistem PLTS disesuaikan dengan permintaan konsumen dan
potensi energi surya yang tersedia.
EKONOMI LINGKAGE • EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES & INCENTIVES
Perusahaan sudah membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan pemasok di dalam
dan luiar negeri. Perusahaan juga membangun kerjasama dengan lembaga penelitian dan
perguruan tinggi, terutama pada kegiatan seminar dan pelatihan. Pada sisi yang lain,
perusahaan juga memberikan /menyediakan jasa pelatihan bagi pelanggannya terutama
untuk manajemen perawatan dan jasa perbaikan (penggantian komponen) jika perlu.
Sumber: diolah dari Sigit, dkk. 2014

474 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
2. Perusahaan Y sistem PLTS terpusat, sistem PLTS Solar Home
Perusahaan ini berlokasi di Jawa Barat System, Lampu penerangan jalan, KWH meter
dan merupakan salah satu badan usaha milik pra bayar. Untuk mengembangkan kapabilitas
negara. Perusahaan ini selain memproduksi teknologinya mereka juga sudah bekerjasama
sistem PLTS dan sebagain komponennya, juga dengan lembaga litbang di dalam negeri serta
membangun sistem elektronika untuk pertahanan, perusahaan industri komponen PLTS di luar
pemancar TV dan radio, serta jaringan negeri, diantaranya perusahaan dari negara
infrastruktur telekomunikasi, dan bidang Jerman, Cina, Jepang, Inggris, dan Canada.
elektronika untuk industri lainnya. Perusahaan ini Seperti halnya dengan PT X, hasil
memasok komponen Sistem PLTS untuk penilaian kapabilitas teknologi perusahaan Y ini
perusahaan integrator di Indonesia, mereka menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu
memiliki pabrik komponen yang sampai saat ini untuk membangun sistem PLTS yang berdiri
terus berkembang. Perusahaan Y sudah sendiri dan sistem hybrid. Tabel 4 menunjukkan
memproduksi beberapa sistem PLTS untuk hasil penilaian kapabilitas teknologi dari
konsumen, diantaranya adalah panel surya, perusahaan Y tersebut

Tabel 4 Kapabilitas Teknologi Perusahaan Y


Kapabilitas Teknologi
INVESTASI • AWARENESS:
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan lembaga litbang dan perguruan tinggi di
Indonesia, seperti kerjasama dengan perguruan tinggi untuk menghasilkan modul PV (salah
satu bagian penting dalam sistem PLTS) yang lebih efisien. Mereka juga mengembangkan
sistem PLTS dengan perusahaan komponen/ modul di luar negeri. Lebih jauh perusahaan
membangun kerjasama dengan perusahaan internasional untuk memproduksi komponen
PLTS seperti dengan negara Taiwan dan Singapura. Kerjasama ini umumnya untuk produksi
modul PV.
• SEARCH
Perusahaan selalu mengikuti perkembangan teknologi di dunia, terutama untuk modul PV
yang lebih efisien. Beberapa perusahaan luar negeri yang menjadi mitra mereka umumnya
dari negara Jerman dan Cina, akan tetapi mereka juga membangun kerjasama dengan negara
eropa lainnya serta negara Singapura dan Taiwan.
• ACCESING & SELECTING TECHNOLOGY
Saat ini perusahaan juga membangun pasar luar negeri untuk produk komponen dan sistem
PLTS, baik pasar di negara Eropa atau Amerika agar industri ini dapat tumbuh lebih baik.
Untuk kebutuhan tersebut, maka pertimbangan kualitas dan efisiensi produksi menjadi
perhatian agar tercapainya daya saing yang tinggi disamping investasi yang cukup tinggi
untuk membangun pabrik. Perkembangan teknologi sel surya dan modul surya saat ini
sangat cepat, oleh karena itu pemilihan teknologi mana yang akan dipilih menjadi penting
agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk sejenis. Kesepakatan dengan
industri dari luar negeri untuk membangun pabrik dengan modal bersama menjadi pilihan
agar pengembangan teknologi serta pasar dapat berjalan seiring.
PRODUKSI • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
Perusahaan bekerjasama dengan perusahaan pemasok mesin produksi di luar negeri, dan
mengembangkan sendiri sistem PLTS sesuai kondisi lingkungan yang ada, walaupun
demikian sampai saat ini konsep dari pengembangan sistem PLTS belum dijual ke
perusahaan sejenis untuk menjaga nilai keunggulannya. Selanjutnya perusahaan juga
membangun pabrik komponen yang bekerjasama dengan industri luar negeri untuk
peningkatan kapabilitas teknologi dan perluasan pangsda pasarnya.
• LEARNING
Perusahaan melakukan peningkatan kualitas produksi melalui kerjama dengan lembaga
litbang dan perguruan tinggi. Pada kegiatan ini karyawan melakukan kegiatan penelitian
bersama dengan peneliti Perguruan tinggi untuk membangun modul /komponen PLTS yang
baru. Peningkatan kompetensi teknologi juga dilakukan melalui jejaring kerjasama antar
perusahaan di luar negeri terkait pemilihan teknologi untuk integrasi dari sistem PLTS.
• TECHNOLOGY STRATEGY
Sampai saat ini strategi teknologi perusahaan berorientasi pasar, oleh karena itu investasi
pada pabrik komponen dilakukan sangat hati-hati terkait perkembangan teknologinya yang
relatif cepat dan persaingan pasar. Salah satu solusi untuk mengurangi resiko kegagalan
investasi teknologi tersebut adalah membangun pabrik bermitra dengan industri dari luar

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 475
negeri baik investasi modal maupun teknologinya sehingga teknologi dapat diandalkan serta
pangsa pasarnya juga dapat diperluas.
• TECHNOLOGY ACQUISITION
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakuisisi teknologi karena sudah membangun
jejaring kerjasama dengan beberapa perusahaan komponen di dalam dan luar negeri. Jadi
perusahaan tidak sekedar membeli komponen, akan tetapi juga mendapatkan teknologinya
agar pada saat integrasi sesuai dengan komponen lainnya.
• IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY
Pengembangan teknologi sistem PLTS disesuaikan dengan permintaan konsumen dan
potensi energi surya yang tersedia.
EKONOMI LINGKAGE • EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES & INCENTIVES
Perusahaan sudah membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan pemasok di dalam
dan luar negeri. Perusahaan juga membangun kerjasama dengan lembaga penelitian
terutama pada kegiatan seminar dan pelatihan. Perusahaan juga membangun kerjasama
penelitian dengan lembaga litbang dan Perguruan Tinggi untuk mendapatkan teknologi baru
sistem PLTS.
Sumber: diolah dari Sigit, dkk. 2014

meter. Perusahaan sudah memiliki pengalaman


3. Perusahaan Z
membangun sistem PLTS, baik di pulau
Perusahaan Z adalah industri yang Sumatera atau Kalimantan.
mengembangkan sistem PLTS dari
Secara lebih rinci kapabilitas teknologi
modul/komponen yang tersedia. Perusahaan ini
perusahaan ini dinilai berdasarkan konsep
sendiri tidak memiliki pabrik untuk
kapabilitas dari Lall dan Khamseh diperlihatkan
pengembangan PLTS, akan tetapi pengembangan
pada Tabel 5
sistem PLTS mereka lakukan melalui kerjasama
dengan industri komponen PLTS/modul PV.
Salah satu produk andalan mereka adalah kWH
Tabel 5 Kapabilitas Teknologi Perusahaan Z
Kapabilitas Teknologi
INVESTASI • AWARENESS:
Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan industri komponen di dalam dan luar negeri
untuk membangun sistem PLTS. Kemampuan untuk mengintegrasikan komponen/modul
PV menjadi andalan mereka sebagai perusahaan sistem integrator.
• SEARCH
Perusahaan mengikuti perkembangan teknologi PLTS di dunia, sehingga sistem PLTS yang
dibangun relatif berkualitas dan sesuai dengan permintaan konsumen. Perusahaan
komponen di dalam negeri dan luar negeri menjadi mitra mereka untuk pasokan
komponen/modul PV.
• ACCESING & SELECTING TECHNOLOGY
Perusahaan Z memproduksi sistem PLTS dengan mengintegrasikan beberapa komponen
seperti PV array, Inverter, trafo dan komponen lainnya. Untuk itu mereka memiliki
kemampuan untuk menilai dan memilih produk dari industri komponen yang yang akan
digunakan. Hal mana menuntut adanya kerjasama dengan perusahaan komponen tersebut.
PRODUKSI • CORE TECHNOLOGICAL COMPETENCE
Kompetensi perusahaan adalah keteknikan, sistem integrator dan pengembangan produk
sendiri. Salah satu produknya adalah kWH meter. Perusahaan mengembangkan sendiri
sistem PLTS sesuai permintaan konsumen.
• LEARNING
Peningkatan kualitas produksi (sistem PLTS) melalui pembelajaran di lapangan serta
didukung oleh program training dan pelatihan di dalam dan luar negeri.
• TECHNOLOGY STRATEGY
Sampai saat ini strategi teknologi perusahaan berorientasi pasar, sehingga pengembangan
teknologi sistem PLTS sesuai dengan kebutuhan pasar.
• TECHNOLOGY ACQUISITION
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakuisisi teknologi karena sudah membangun
jejaring kerjasama dengan beberapa perusahaan komponen di dalam dan luar negeri. Jadi
perusahaan tidak sekedar membeli komponen, akan tetapi juga mendapatkan teknologinya

476 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
agar pada saat integrasi sesuai dengan komponen lainnya.
• IMPLEMENTING AND ABSORBING TECHNOLOGY
Pengembangan teknologi sistem PLTS disesuaikan dengan permintaan konsumen dan
potensi energi surya yang tersedia.
EKONOMI LINGKAGE • EXPLOITING EXTERNAL LINGKAGES & INCENTIVES
Perusahaan sudah membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan pemasok di dalam
dan luar negeri. Perusahaan juga membangun kerjasama dengan lembaga penelitian dan
Perguruan Tinggi, terutama pada kegiatan seminar dan pelatihan. Dalam penyediaan sistem
PLTS, perusahaan juga memberikan pelatihan bagi pelanggannya terutama pelatihan
manajemen perawatan dan jasa perbaikan (penggantian komponen) jika perlu.
Sumber: diolah dari Sigit, dkk. 2014

Berdasarkan Tabel 3, 4, dan 5 yang lama, itupun dengan kapasitas terpasang yang
memuat penilaian kapabilitas teknologi industri terpenuhi.
PLTS menunjukkan beberapa hal penting. Pada sisi yang lain industri integrasi
Industri komponen/modul PV di Indonterian PLTS (sistem PLTS) lebih dapat berkembang
Desa teringgal dan esia masih relatif belum karena mereka dapat membangun jaringan
berkembang. Pengembangan industri modul PV kerjasama dengan industri komponen di dalam
lebih banyak dilakukan oleh badan usaha milik dan luar negeri untuk membangun
pemerintah. Pihak swasta masih enggan kompetensinya dan memenuhi kebutuhan
membangun pabrik modul PV, demikian pula produksi sistem PLTS sesuai tuntutan
investor asing masih belum berminat untuk pelanggannya. Demikian juga dengan proses
membangun pabrik komponen/modul PV di pembelajaran dapat terlaksana melalui dukungan
Indonesia karena pasar PLTS masih relatif kecil. pelatihan dan pengalaman dalam membangun
Walaupun demikian, beberapa perusahaan di sistem PLTS. Pilihan untuk kerjasama juga relatif
Indonesia masih berusaha untuk meningkatkan banyak, akan tetapi pada saat ini teknologi dari
kapabilitas teknologinya dengan cara Cina dan Eropa lebih menarik terkait pada
bekerjasama dengan perusahaan asing untuk pertimbangan kualitas dan harga. Sementara
membangun industri komponen PLTS di strategi teknologi terkait pengembangan
Indonesia (investasi/modal bersama) dengan teknologi sistem PLTS adalah kerjasama lebih
harapan dapat juga memperluas pasarnya ke intens dengan industri komponen dalam negeri
Eropa dan Amerika. karena pembangunan sistem PLTS dari
industri komponen lainnya membangun pemerintah mensyaratkan komponen produksi
kapabilitas teknologinya melalui pembelian dalam negeri (dalam persentasi).
mesin produksi, akan tetapi karena keterbatasan
dana yang tersedia serta pasar dalam negeri yang
KESIMPULAN DAN SARAN
kurang baik maka mereka membatasi pembelian
mesin produksi ini. Hasil diskusi dengan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis
dan pembahasan diatas adalah sebagai berikut;
narasumber dari beberapa perusahaan
menunjukkan bahwa pasar PLTS sampai saat ini 1. Pengembangan industri komponen PLTS
adalah pemerintah. Dalam hal ini pemerintah (modul PV dan komponen lainnya) masih
sangat bergantung pada potensi pasar di dalam
menggunakan dana dari Angaran Pendapatan dan
negeri. Dalam hal ini mereka tetap
Belanja Negara (APBN) yang dikeluarkan membangun kompetensinya melalui sinergi
melalui Kementerian ESDM dan Kementerian dengan industri integrasi PLTS sebagai
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan pemasok, akan tetapi karena pasarnya masih
Transmigrasi. Pada kasus ini ada kekhawatiran rendah maka investasi di industri ini masih
industri komponen/modul PV untuk investasi relatif kecil dan tidak semua komponen dapat
terkait konsistensi kebijakan pemerintah dan PLN dipasok oleh industri komponen dalam negeri.
sebagai operator terbesar pembangkit dan 2. Beberapa industri komponen PLTS
distribusi energi listrik ke masyarakat. Hal yang meningkatkan kompetensinya dengan cara
dapat dipahami karena jangka waktu mendirikan industri komponen di Indonesia
pengembalian investasi di industri ini relatif

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 477
melalui penyertaan modal dari industri and Aplied Life Sciences, Vol 4 (SI) April-
komponen luar negeri June.
3. Industri komponen PLTS yang menyertakan Khamseh, Abbas and Noori, Ali. 2014.
modal asing pada gilirannya juga mempunyai Measurement and Analysis of
peluang yang lebih baik untuk memperluas technologycal Capabilities in Steel
pasar ke luar negeri seperti negara negara di Industry in Iran: Case Study: Khuzestan
Eropa dan Amerika. Oxin Steel. Indian Journal of Fundamental
and Aplied Life Sciences, Vol 4 (SI) April-
4. Industri sistem PLTS (integrator sistem)
June.
sampai saat ini masih dapat memenuhi
kebutuhan konsumen walaupun ada Lall, Sanjaya. 1992. Technological Capabilities
keterbatasan pasokan komponen dari industri and Industrialization. World Development,
komponen dalam negeri. Vol. 20, No. 2, pp. 165-186,1. Pergamon
Press plc. Great Britain.
5. Kerjasama dengan industri komponen di luar
negeri meningkatkan kapabilitas industri Peraturan Menteri ESDM No: 19 tahun 2016.
PLTS di Indonesia, walaupun demikian perlu 2016. Pembelian Tenaga Listrik Dari
dicermati bahwa untuk pasar dari pemerintah Pembangkit Listrik Fotovoltaik Oleh PT
terdapat kebijakan persentase minimal Perusahaan Listrik Negara. Kementerian
kandungan komponen lokal. Energi Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia.
Peraturan Menteri Perindustrian RI No: 54/M-
PUSTAKA
Ind/PER/3/2012. 2012. Pedoman
BPS. 2016. Produk Domestik Regional Bruto penggunaan produk dalam negeri untuk
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut pembangunan infrastruktur
Provinsi, 2000 – 2013. Badan Pusat ketenagalistrikan. Kementerian
Statistik (https://www.bps.go.id/, diakses Perindustrian Republik Indonesia.
Juni 2016)
REN21. 2016. Renewables 2016 Global Status
Chandra P. Putra, dkk. 2014. Analisa Report. http://www.ren21.net/wp-
Pertumbuhan Beban Terhadap content/uploads/2016/06/GSR_2016_Full_
Ketersediaan Energi Listrik di Sistem Report.pdf (diakses September 2016)
Kelistrikan Sulawesi Selatan. E-Journal
Sigit Setiawan, dkk. 2014. Studi Model Bisnis
Teknik Elektro dan Komputer (2014),
Dan Kemampuan Teknologi Industri Plts
ISSN : 2301-8402
Menuju Kemandirian Energi. Seri Laporan
I. Kementerian ESDM. 2016. 12.659 Desa Teknis Penelitian No. : 2015-01-01-08.
Belum Berlistrik, Sudirman Said: Tahun 2016 pappiptek.lipi.go.id/
Program Indonesia Terang Harus Berjalan. web/download.php?id...234594761...(diaks
Kementerian Energi Dan Sumber Daya es September 2016)
Mineral Republik Indonesia. SIARAN
Zaenudin, Lutfi. 2015. Industri Panel Surya:
PERS NOMOR: 00017.Pers/04/SJI/2016
Apamsi Nantikan Beleid Rooftop Listrik.
Tanggal: 8 Maret 2016.
Industri bisnis. (http://industri.bisnis.com/.
Khaleghi, Mohammad Saleh. 2014. Assesment Of Diakses Juni 2016)
Technological Capabilities in Casting
Industry Case Study: Behreezfooladan
Company. Indian Journal of Fundamental

478 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Model Keberhasilan Implementasi E-Services
(Sistem Layanan Berbasis Elektronik) di Indonesia
Studi Kasus : Pemerintah Kota X
Darmawan Napitupulu
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Email : darwan.na70@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Model, Conceptual, Utilization of information technology in various sectors including the
Development, E-Services, government has changed the paradigm of existing services during this
Systematic Review time. Procedures convoluted and very long queues as well as their illegal
fees just to get a simple service is a series of portraits of e-Government in
Indonesia. Transformation of the traditional services into an electronic-
based service called e-Services is an innovative step to achieve public
service system that is clean, easily accessible, quick and straightforward.
In other words, the demands of public service quality, effective and
efficient can be reached via e-Services, which is part of the e-Government.
If traced further, various survey results show in Asia, Indonesia is far
behind in the adoption of e-Government especially compared with
developed countries (UNDESA, 2014; Waseda, 2015). So is the case at the
national level, the implementation of e-Government is not yet optimal
(PEGI, 2015). Various factors inhibiting such e-Government e-Leadership
low, minimal human resources, to inadequate infrastructure. Therefore, in
this study developed a model of the successful development of e-Services in
Indonesia. The method used is descriptive qualitative systematic review
and questioner-based survey. The model generated from this study can be
a guide (guidelines) to support the success of electronic based services (e-
services) in the country.

Kata Kunci SARI KARANGAN


Pemanfaatan Teknologi Informasi di berbagai sektor termasuk sektor
Model, Konseptual,
pemerintah telah mengubah paradigma layanan yang ada selama ini.
Pengembangan, E-Services,
Prosedur yang berbelit-belit dan antrian yang sangat panjang serta adanya
Systematic Review
pungutan liar hanya untuk memperoleh layanan yang sederhana
merupakan serangkaian potret e-Government di Indonesia. Tranformasi
layanan tradisional menjadi layanan berbasis elektronik yang disebut e-
Services merupakan langkah inovasi untuk mewujudkan sistem layanan
publik yang bersih, mudah diakses, cepat dan tidak bertele-tele. Dengan
kata lain tuntutan kebutuhan publik akan layanan yang berkualitas, efektif
dan efisien dapat tercapai melalui e-Services yang merupakan bagian dari
e-Government. Jika ditilik lebih lanjut, berbagai hasil survey menunjukkan
di tingkat Asia, Indonesia jauh tertinggal dalam hal adopsi e-Government
apalagi dibandingkan dengan negara maju (UNDESA, 2014 ; Waseda,
2015). Begitu juga halnya di level nasional, implementasi e-Government
belumlah optimal (PeGI, 2015). Berbagai faktor penghambat e-
Government seperti e-Leadership yang rendah, sumber daya manusia yang
minim, hingga infrastruktur yang kurang memadai. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dikembangkan model keberhasilan pengembangan e-
Services di Indonesia. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan pedekatan systematic review dan survey berbasis kuesioner. Model
yang dihasilkan dari penelitian ini dapat menjadi panduan (guidelines)
untuk mendukung keberhasilan layanan berbasis elektronik (e-Services) di
tanah air.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 479
terlihat dari data yang diambil setahun setelah
PENDAHULUAN
kebijakan Inpres 3 tahun 2003 yaitu dari 530
Pemanfaatan Teknologi Informasi di berbagai lembaga pemerintah yang ada, 53,61%
sektor termasuk sektor pemerintah telah diantaranya telah memiliki situs web sendiri.
mengubah paradigma layanan yang ada selama Namun tidak dipungkiri disparitas juga terjadi
ini. Prosedur yang berbelit-belit dan antrian yang antar propinsi/kabupaten/kota/lembaga di
sangat panjang serta adanya pungutan liar hanya Indonesia dengan berbagai alasan, seperti faktor
untuk memperoleh layanan yang sederhana manajemen, infrastruktur, dan sumber daya
merupakan serangkaian potret e-Government di manusia yang berbeda-beda. Hasil survey
Indonesia. Tranformasi layanan tradisional pemeringkatan e-Government di Indonesia tahun
menjadi layanan berbasis elektronik yang disebut 2014 menunjukkan hasil yang kurang
e-Services merupakan langkah inovasi untuk memuaskan dimana dari total 22 propinsi yang
mewujudkan sistem layanan publik yang bersih, dinilai lebih dari 50 % (13) propinsi termasuk
mudah diakses, cepat dan tidak bertele-tele. dalam kategori kurang dan bahkan rata-rata
Dengan kata lain tuntutan kebutuhan publik akan seluruh propinsi juga mendapat penilaian kurang.
layanan yang berkualitas, efektif dan efisien (PeGI, 2014).
dapat tercapai melalui e-Services yang
Ditambah lagi berdasarkan laporan Kemendagri
merupakan bagian dari e-Government. Namun
(2012) bahwa dari 530 pemerintah daerah baik
jika ditilik lebih lanjut, berbagai hasil survey di
tingkat propinsi, kabupaten dan kota di Indonesia
tingkat internasional menunjukkan Indonesia
ternyata belum semua pemerintah daerah
jauh tertinggal dalam hal adopsi e-Government
memiliki website, dari jumlah tersebut terdapat
apalagi dibandingkan dengan negara maju.
470 (88.68%) pemerintah daerah yang telah
Berdasarkan e-Government survey
memiliki situs website, dan sisanya sebanyak 60
yang dilaporkan oleh UNDESA (2014) bahwa di
(11.32%) pemerintah daerah masih belum
tingkat Asia tenggara, Indonesia berada pada
memiliki situs website. Dan dari jumlah
peringkat 110 jauh di bawah Vietnam yang
pemerintah daerah yang sudah memiliki situs
berada pada peringkat 65 apalagi jika
website tersebut ternyata yang aktif atau yang
dibandingkan dengan Malaysia (59) dan
bisa dibuka sebanyak 430 situs website
Singapura (10). Senada dengan hal tersebut, e-
pemerintah daerah, kemudian sisanya 40 (9%)
Government ranking dari Waseda (2015)
situs website dalam keadaan rusak, masih dalam
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada
pengembangan (offline) dan/atau terkena sanksi
peringkat 29 dari 38 negara yang disurvey.
(suspended). Jika mengacu pada tahapan
Indonesia juga jauh berada di bawah Malaysia
pengembangan e-Government yang
(25), Thailand (22) dan Singapura (1).
mengacu pada Inpres 3 tahun 2003, dari 4 fase
Berdasarkan sumber data di atas, Indonesia dapat
implementasi e-Government, kebanyakan masih
dikatakan termasuk salah satu negara yang
berada pada fase ke-2 (Pematangan) yakni berupa
perkembangan e-Government-nya lambat.
pengembangan situs web informasi publik yang
Bahkan berdasarkan informasi yang dimuat di
bersifat interaktif dan pembuatan antar muka
http://en.wikipedia.org/wiki/E-Government,
keterhubungan dengan lembaga lain (Safitri,
Indonesia bahkan belum bisa masuk ke dalam
2013).
urutan 50 besar dalam adopsi e-Government
berdasarkan survei e-Government (UNDESA, Berdasarkan berbagai fakta di atas berupa hasil
2014). penelitian dan survey dari berbagai sumber dapat
dikatakan bahwa berbagai upaya dan inisiatif
Begitu juga di tingkat nasional, implementasi e-
telah dilakukan pemerintah dalam
Government belumlah optimal. Jika ditilik
mengembangkan e-Government di
kondisi pemanfaatan e-Government di tingkat
Indonesia belumlah optimal dimana kondisi e-
nasional, memang sudah banyak daerah,
Government khususnya e-Services
departemen atau lembaga pemerintah yang telah
masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu
mengimplementasikan e-Government. Hal ini
dalam penelitian akan dikembangkan model

480 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
keberhasilan implementasi e-Services yang pengaruh signifikan tersebut merupakan CSFs,
diharapkan dapat menjadi panduan (guidance) sedangkan lulus ujian seleksi merupakan goal
dalam mengembangkan sistem e-Services di bagi siswa tersebut.
Indonesia khususnya pada domain pemerintah.
Model keberhasilan implementasi e-Services ini
dikembangkan berdasarkan Critical Success
Factor (faktor sukses) yang telah diidentifikasi
dari hasil penelitian sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA
1 KONSEP CRITICAL SUCCESS FACTORS
(CSFs)
Dewasa ini pendekatan Critical Success Factors
(CFSs) banyak digunakan oleh peneliti dan
konsultan di bidang sistem informasi terutama
mendukung perencanaan strategis sistem Gambar 1. Hubungan antara CSFs dan Goal
informasi (Esteves, 2004). Terhitung sejak Sumber: Caralli (2004)
penelitian Rockard pada dekade 70-an,
setidaknya sudah lebih dari empat puluh tahun Gambar 1 menjelaskan bagaimana kaitan antara
penelitian tentang CSFs telah dilakukan dan CSFs dengan Goal. Misi (mission) dari suatu
dikembangkan. CSFs merupakan sejumlah area organisasi, perusahaan atau proyek yang
terbatas yang apabila hasilnya memuaskan, maka terkandung dalam target-target strategis
akan menjamin daya saing yang sukses bagi (strategic goals/objectives) yang harus dicapai.
organisasi (Amberg, 2005). Menurut Pinto, CSFs Target strategis umumnya berupa target-target
adalah faktor-faktor yang apabila ditangani akan jangka panjang sehingga perlu diturunkan ke
berpengaruh signifikan pada kesuksesan suatu beberapa target operasional (operational goals)
proyek (Pinto, 1987). Sekilas definisi-definisi yang lebih spesifik dan bersifat short term.
tersebut tidak jauh berbeda dengan konsep Key Selanjutnya berbagai aktivitas operasional
Success Factor (KSF). Pada beberapa literatur, (operationalactivities) diarahkan demi
istilah CSFs dan KSF dipandang sama dan sering merealisasikan target operasional tersebut.
digunakan bergantian (Amberg, 2005). Bagaimanapun pencapaian misi bukanlah hal
CSFs berkaitan erat dengan suatu goal. Keduanya yang mudah. Strategis operational harus
memiliki makna yang berbeda meskipun sering ditentukan dengan tepat dan jelas. Target (goal)
dianggap sama. Goal adalah target yang terutama operational goals yang ingin dicapai
diciptakan untuk mencapai misi organisasi, harus memenuhi kriteria SMART (specific,
perusahaan, atau proyek sedangkan CSFs measurable, achievable, realistic, dan tangible).
merupakan faktor-faktor yang harus dikendalikan Pendekatan CSFs dibangun untuk
dengan baik agar goal tersebut berhasil dicapai. memungkinkan dan membantu organisasi,
Sebagai analogi, seorang siswa SMA ingin perusahaan atau proyek yang bersangkutan dalam
meneruskan pendidikan jenjang S1 di Universitas penentuan dan pencapaian strategic goals yang
X. Agar keinginnya terwujud, siswa tersebut tepat dan jelas.
harus lulus ujian ujian seleksi masuk Universitas
X. Dia menargetkan untuk lulus ujian seleksi. Berdasarkan penjelasan di atas, konsep dan
Tentunya dia harus mengetahui faktor-faktor apa pendekatan CSFs masih sangat kuat hingga saat
saja yang sangat berpengaruh pada kelulusannya. ini dan dapat diterapkan untuk mengatasi
Faktor tersebut mungkin saja adalah frekuensi berbagai tantangan khususnya dalam bidang
belajar, cara belajar, dukungan keluarga, Sistem Informasi termasuk e-Services yang
lingkungan, dll. Faktor-faktor yang membawa merupakan bagian e-Government karena e-
Services juga merupakan Sistem Informasi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 481
(Heeks, 2006). Elmeziane et al (2011) faktor sukses terkait e-Services. Saha (2014) juga
menekankan perlunya CSFs untuk proyek Sistem telah memformulasikan 3 (tiga) faktor sukses e-
Informasi. CSFs juga dipertimbangkan sebagai Services yang meliputi kepuasan masyarakat,
faktor dimana kehadirannya akan menentukan kualitas e-Services dan penggunaan saat ini.
kesuskesan proyek TIK (Gichoya, 2005). Penelitian-penelitian tersebut telah berhasil
mengidentifikasi faktor sukses penerapan e-
2 PENELITIAN TERKAIT Service berbeda satu sama lain namun masih
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa model tersebar di berbagai artikel jurnal maupun
keberhasilan implementasi e-Services pada conference sehingga belum ada gambaran secara
penelitian ini akan dikembangkan berdasarkan utuh. Pada penelitian ini, akan digunakan
Critical Success Factor (faktor sukses) yang penelitian sebelumnya yang telah merumuskan
terkait dengan implementasi e-Services. 28 faktor sukses terkait implementasi e-Services
Sebenarnya sudah banyak peneliti yang telah dengan menggunakan pendekatan kualitatif
mengidentifikasi atau merumuskan faktor sukses Meta-sintesis. Keseluruhan faktor sukses tersebut
terkait implementasi e-Services. Sebagai contoh, merupakan hasil proses sintesa terhadap 20 studi
Vir & Bansal (2008) telah merumuskan 7 (tujuh) CSF terkait implementasi e-Services khususnya
faktor sukses penerapan e-Services sedangkan di domain pemerintah yakni sebagai berikut :
Hambali (2015) mengidentifikasi ada 8 (delapan)

Tabel 1. Faktor Sukses Penerapan e-Services


No Faktor Sukses
1. Kepemimpinan TIK yang kuat (Strong E-Leadership)
2. Infrastruktur TIK yang mendukung (Supported ICT Insftrastructure)
3. Regulasi Pemerintah (Government Regulation)
4. Sumber Daya Manusia yang Terampil (Skillful Human Resources)
5. Inovasi dan Kreativitas (Creativity & Innovation)
6. Keberadaan organisasi TIK (Existing ICT Organization)
7. Literasi TIK masyarakat (ICT Literacy)
8. Keamanan dan kehandalan (Security & Reliability)
9. Budaya Organisasi (Organization Culture)
10. Budget yang memadai (Enough Budget)
11. Koordinasi antar lembaga/unit (Vertical/Horizontal Coordination)
12. Pelatihan yang berkala (Reguler Training)
13. Kesadaran (Awareness)
14. Manajemen Perubahan & Proyek (Change & Project Management)
15. Kepercayaan (Trust)
16. Kepuasan Masyarakat (Citizen Satisfaction)
17. Kebijakan Pemerintah (Government Policy)
18. Dukungan Politik (Political Support)
19. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
20. Metodologi pengembangan (Development Methodology)
21. Kegunaan (Perceived of Usefullness
22. Kemudahan (Perceived Ease of Use)
23. Kualitas Informasi (Quality of Service)
24. Kualitas Sistem (Quality of System)
25. Tata Kelola TIK (IT Governance)
26. Perbaikan Proses Bisnis (Business Proses Reengineering)
27. Sinergi Pasar (Market Synergy)
28. Kualitas layanan elektronik (E-Service Quality)

482 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Pada Tabel 1 di atas disajikan daftar faktor (Napitupulu, 2015). Berdasarkan kuesioner yang
sukses penerapan e-Services melalui metode disebarkan kepada total responden sebanyak 35
systematic review menggunakan pendekatan orang dimana hanya 31 kuesioner yang dapat
kualitatif Meta-sintesis. Keseluruhan faktor diolah datanya dan dilakukan analisis. Responden
sukses yang diperoleh akan dilakukan validasi yang dipilih secara purposive sampling adalah
atau pengujian secara empiris untuk melihat pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap
apakah faktor sukses yang telah diidentifikasi pengembangan sistem e-Services di lembaga
dapat diaplikasikan di lapangan. pemerintah. Responden diminta persetujuannya
terhadap setiap faktor sukses terkait penerapan e-
METODE PENELITIAN Services.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif dengan pendekatan Meta-sintesis Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, hasil
digunakan untuk mengidentifikasi dan pengukuran kuesioner dilihat reliabilitasnya
mengintegrasikan berbagai faktor sukses terkait melalui perhitungan koefisen reliabilitas
penerapan e-Service sedangkan metode Cronbach Alpha dimana setiap faktor (item) yang
kuantitatif yaitu survey berbasis kuesioner berada di atas 0.6 (>0.6) dianggap reliabel
digunakan untuk mengetahui kesesuaian faktor (Brandt, 2000). Hasil pengujian reliabilitas yang
sukses yang diperoleh secara empiris di lapangan, dilakukan adalah sebagai berikut :
Dengan kata lain pada penelitian ini akan diuji
validitas dari setiap faktor sukses yang dihasilkan Tabel 2. Hasil uji reliabilitas faktor sukses
dari penelitian sebelumnya dan berdasarkan Cronbach's Alpha N of items
faktor sukses tersebut akan dikembangkan model .852 31
keberhasilan implementasi e-Service. Untuk
melakukan penelitian secara empiris dilakukan
studi kasus pada pemerintah kota (Pemkot) X Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat
dimana Pemkot X merupakan salah satu daerah koefisien Cronbach Alpha yang diperoleh adalah
yang telah diasumsikan berhasil 0.852 (>0.6), artinya kuesioner dianggap telah
mengimplementasikan e-Government khususnya reliabel karena memenuhi persyaratan minimum.
e-Services. Pemilihan Pemkot X sebagai obyek Selanjutnya adalah analisis untuk mengetahui
penelitian berdasarkan penghargaan yang telah faktor sukses mana yang dapat diaplikasikan di
diperoleh Pemkot X melalui ajang seperti PeGI, lapangan dari keseluruhan 28 faktor sukses yang
Warta Ekonomi bahkan ICT Pura. Kuesioner diidentifikasi yakni sebagai berikut :
yang digunakan dalam penelitian ini didesain
dengan skala likert yang terdiri dari 4 (empat)
skala mulai dari 1=sangat tidak setuju hingga
4=sangat setuju. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pernyataan netral yang bersifat
ambigu. Disamping itu, skala likert mudah untuk
digunakan, dipersiapkan dan sangat reliabel
(Bass & Barret, 1981). Data yang diperoleh dari
hasil kuesioner akan diolah dengan bantuan SPSS
untuk menguji validitas berdasarkan nilai rata-
ratanya (Mean). Apabila nilai rata-ratanya
(Mean) lebih besar atau sama dengan 4 (empat)
maka faktor sukses tersebut dapat dianggap valid

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 483
Tabel 3. Respon Rata-rata (Average Response) Item Pengukuran
No Faktor Sukses Nilai Rata-rata
Implementasi E-Services (Mean)
1. Kepemimpinan TIK yang kuat (Strong E-Leadership) 4.12
2. Infrastruktur TIK yang mendukung (Supported ICT Insftrastructure) 4.15
3. Regulasi Pemerintah (Government Regulation) 4.05
4. Sumber Daya Manusia yang Terampil (Skillful Human Resources) 4.08
5. Inovasi dan Kreativitas (Creativity & Innovation) 4.03
6. Keberadaan organisasi TIK (Existing ICT Organization) 4.12
7. Literasi TIK masyarakat (ICT Literacy) 3.95
8. Keamanan dan kehandalan (Security & Reliability) 4.13
9. Budaya Organisasi (Organization Culture) 4.03
10. Budget yang memadai (Enough Budget) 4.09
11. Koordinasi antar lembaga/unit (Vertical/Horizontal Coordination) 4.08
12. Pelatihan yang berkala (Regularly Training) 4.04
13. Kesadaran (Awareness) 4.07
14. Manajemen Perubahan & Proyek (Change & Project Management) 3.92
15. Kepercayaan (Trust) 4.13
16. Kepuasan Masyarakat (Citizen Satisfaction) 4.11
17. Kebijakan Pemerintah (Government Policy) 4.10
18. Dukungan Politik (Political Support) 3.95
19. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) 3.94
20. Metodologi pengembangan (Development Methodology) 3.98
21. Kegunaan (Perceived of Usefulness) 4.12
22. Kemudahan (Perceived Ease of Use) 4.08
23. Kualitas Informasi (Quality of Service) 4.12
24. Kualitas Sistem (Quality of System) 4.07
25. Tata Kelola TIK (IT Governance) 3.94
26. Perbaikan Proses Bisnis (Business Proses Reengineering) 3.95
27. Sinergi Pasar (Market Synergy) 3.97
28. Kualitas layanan elektronik (E-Service Quality) 4.14

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa bisnis, sinergi pasar, Oleh karena itu ke tiga item
dari keseluruhan 28 item (faktor sukses) yang ada tersebut harus dikeluarkan dari daftar faktor
terdapat 8 item yang mempunyai nilai rata-rata sukses karena tidak memenuhi persyaratan yang
(Mean) kurang dari 4 (empat) yaitu literasi TIK telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu
masyarakat, manajemen perubahan, dukungan hanya terdapat 20 item (faktor sukses) yang valid
politik, manajemen pengetahuan, metodologi dan dapat dianggap menjadi faktor sukses
pengembangan, tata kelola TIK, perbaikan proses penerapan e-Services.

484 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Kepemimpinan Pelatihan Kesadaran Kualitas Kepercayaan Kepuasan
TIK Reguler Sistem Masyarakat

Infrastruktur Kebijakan
TIK Pemerintah

Kegunaan
Regulasi
Pemerintah Model
Keberhasilan Kemudahan
SDM
E-Services
Terampil

Kualitas
Inovasi &
Informasi
Kreativitas

Organisasi Kualitas Keamanan & Budaya Budget Koordinasi


TIK E-Service Kehandalan Organisasi Memadai Lembaga

Gambar 2. Model Keberhasilan Implementasi e-Services

Dari 20 daftar faktor sukses yang diperoleh dapat sehingga dapat menjadi informasi dan
dilihat ada 3 faktor sukses (CSF) yang diakomodasi oleh lembaga pemerintah lainnya
memperoleh nilai rata-rata (Mean) tertinggi yakni untuk mendukung keberhasilan e-Services di
infrastruktur TIK yang mendukung, keamanan & Indonesia.
kehandalan serta kepercayaan. Hal ini 2. Model keberhasilan implementasi e-Services
menunjukkan bahwa penerapan e-Services hanya dikembangkan berdasarkan faktor sukses (CSF)
dapat berjalan jika ada infrastruktur TIK yang yang diidentifikasi dengan pertimbangan bahwa
memadai serta didukung oleh keamanan dan studi CSF merupakan kegiatan penting dalam
kehandalan sistemnya. Tentunya kepercayaan proses pengembangan e-Services.
dari pengguna khususnya masyarakat sangat 3. Kegiatan penelitian selanjutnya sebagai saran
diperlukan untuk mendukung keberterimaan yakni perlu diujicoba model yang dihasilkan ke
sistem e-Services di Indonesia. Dengan demikian lebih banyak lembaga pemerintah untuk
berdasarkan faktor sukses yang diperoleh, pada mendukung keberterimaan model secara luas.
Gambar 2 di atas diusulkan model keberhasilan
implementasi e-Service yang terdiri atas 20 DAFTAR PUSTAKA
elemen (faktor) yang berpengaruh terhadap
keberhasilan e-Services. Diyakini bahwa
Al-Shehry, A.S., Rogerson, N.B., & Prior, M.
keseluruhan elemen tersebut diakomodasi ke
(2006). The motivations for change
dalam desain atau rancangan e-Services akan
towards e-Government adoption:
mendukung keberhasilan sistem e-Services.
case studies from saudi arabia. Proceeding
Keseluruhan elemen yang ada juga bersifat
Of The eGovernment Workshop (pp: 1-
universal dan dapat diterapkan di berbagai
21). Brunel University, West London.
macam e-Services untuk domain pemerintah.
Assar, S., Boughzala, I., and Boydens, I. (2011).
KESIMPULAN DAN SARAN Back to practice: a decade of research in
e-Government. In: Assar, S., I. Boughzala
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat and I. Boydens (Eds.). Practical Studies in
diambil beberapa kesimpulan yaitu : E-Government: Best Practices from
1. Telah dihasilkan model keberhasilan Around the World. Springer, New York.
implementasi e-Services yang terdiri dari 20
elemen (faktor sukses) yang valid terkait
penerapan e-Services di lembaga pemerintah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 485
Chen, H. 2002. Digital government: technologies Hendriawan. 2008. Content analysis situs web
and practices. Decision Support Systems, pemerintah daerah, Tesis Fakultas Ilmu
34, 223-227. Komputer Universitas Indonesia.
Chen, J., Yan, Y., & Mingins, C. 2011. A three- Hiller, J. S., & Belanger, F. 2001. Privacy
dimensional model for e-Government strategies for electronic government. E-
development with cases in china’s regional Government, 200,162-198.
e-Government practice and experience. In
Howard, M. 2001. E-Government across the
Management of e-Commerce and e-
globe: how will ’e’ change government.
Government (ICMeCG) Fifth International
E-Government, 90, 80.
Conference (pp: 113-120). Retrieved
from: Ifinedo, P., & Singh, M. 2011. Determinants of
http://ieeexplore.ieee.org/xpls/abs_all.jsp?a egovernment maturity in the transition
rnumber=6092643. economies of central and eastern europe.
Electronic Journal of e-Government, 9(2),
Cisco, IBSG. 2007. E-Government best practices
166–182.
learning from success, avoiding the
pitfalls. Retrieved from: Istiyanto, E., & Sutanta,
http://siteresources.worldbank.org/EXTED E. 2012. Model Interoperabilitas Antar A
EVELOPMENT/Resources/20080222_Phi plikasi E-Government”. Jurnal Teknologi
l_eGov_workshop.pdf?resourceurlname=2 Techno-scientia, 4(2), 137-148
0080222_Phil_eGov_workshop.pdf. Kim, D.Y., & Grant, G. 2010. E-Government
Deloitte & Touche. 2000. At the dawn of maturity model using the capability
e-Government: the citizen as customer. maturity model integration. Journal Of
New York: Deloitte Research. Retrieved Systems And Information Technology,
from: 12(3), 230-244.
http://www.egov.vic.gov.au/pdfs/egovern Kitchenham, B. 2004. Procedures for Performing
ment.pdf. Systematic Reviews. Eversleigh: Keele
Depkominfo. 2009. Kondisi situs web University.
pemerintah daerah. Retrieved from: Layne, K., & Lee, J. 2001. Developing fully
http://www.depkominfo.go.id functional e-Government: a four stage
Furuholt, B. & Wahid, F., 2008. EGovernment model. Government Information Quarterly,
Challenges and The Role of Political 18(2), 122-136.
Leadership in Indonesia : the case of Lewin, S. 2008. Methods to Synthesise
Sragen, Proceeding of the 41th Qualitative Evidence Alongside a
International Conference on System Cochrane Intervention Review. London:
Sciences. London School of Hygiene and Tropical
Gichoya, D. (2005). Factors affecting the Medicine.
successful implementation of ict projects Mark C., Paulk, Charles, V., Weber, Bill C., &
in government. Elec. J. e-Government, Mary, B.C. (1996). The capability maturity
3(4), 175-184. model: guidelines for improving the
Green, S. 2005. Systematic reviews and meta- software process. Addison Wesley.
analysis. Singapore Med, 46(6), 270-274. Pemeringkatan e-Government di indonesia
Greenwood, N., & Mackenzie, A. 2010. Informal (PeGI). 2014. Retrieved from:
caring for stroke survivors: meta- http://pegi.layanan.go.id/download/tabel_p
ethnographic review of qualitative egi_2014/HASIL%20PROVINSI%202014
literature. Maturitas, 66, 268-276. .bmp.

486 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Safitri. 2013. Implementasi dan Perkembangan e- want. Retrieved from:
Government di Indonesia. Jurnal https://publicadministration.un.org.
Informatika Multimedia, 2(1), 37-52.
Waseda e-Government Ranking, 2015. Waseda
United-Nations. 2014. UN e-Government survey university. Retrieved from: http://www.e-
2014: e-Government for the future we gov.waseda.ac.jp/pdf/Press_Released_on_
e-Gov_ranking_2015.pdf

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 487
Mobilitas dan Penguatan
Sumber Daya Manusia
Iptek
DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MEWUJUDKAN PEMUDA
KREATIF DAN INOVATIF
Siti Wahyudini
Konsultan Independen Kemenpora RI

Kata Kunci SARI KARANGAN


pemuda, kebijakan, kreatif, Pemuda kreatif dan inovatif merupakan salah satu modal pembangunan
inovatif dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin pesat dan
persaingan global. Indonesia merupakan negara yang memiliki
sumberdaya pemuda yang melimpah. Oleh sebab itu dukungan kebijakan
pemerintah sangat dibutuhkan agar pemuda dapat berkreasi dan
melakukan inovasi semaksimal mungkin dalam menggerakkan roda
perekonomian. Makalah ini akan membahas tentang kebijakan pemerintah
yang sedang berjalan dalam mewujudkan pemuda yang memiliki kreativitas
dan daya inovasi serta mampu berkontribusi dalam perekonomian,
khususnya ekonomi kreatif. Selain itu bagaimana strategi ke depan agar
kebijakan tersebut dapat berjalan dengan efektif sehingga pemuda mampu
berperan nyata sebagai agen perubahan menuju kemandirian ekonomi
serta berdaya saing

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN Kreativitas dan inovasi pemuda saat ini semakin


tumbuh ditandai dengan semakin maraknya
Pemuda merupakan segmen penting dalam suatu bidang-bidang industri kreatif yang ditekuni oleh
negara. Di Indonesia, jumlah pemuda, yaitu pemuda. Industri kreatif merupakan penggerak
mereka yang berada diantara usia 16-30 tahun, utama bagi berkembangnya ekonomi kreatif.
mencapai lebih dari 25 persen total penduduk. Industri kreatif terdiri atas 16 sektor meliputi
Jumlah ini merupakan modal besar bagi Aplikasi dan Game Developer, Arsitektur, Desain
pembangunan. Karakter pemuda yang aktif dan Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain
berenergi, memiliki inisiatif tinggi, rela Produk, Fesyen, Film, Animasi dan Video,
berkorban, memiliki idealisme, solidaritas Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan,
kelompok yang tinggi, menjadi pendorong bagi Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, Televisi
mereka untuk menghasilkan karya-karya yang dan Radio. Data dari Kementerian Kementerian
memberikan dampak luas bagi sekelilingnya. Koordinator Bidang Perekonomian menyebutkan
Menghadapi dunia yang semakin terbuka dan bahwa pada tahun 2013 ekonomi kreatif mampu
persaingan global, pemuda diharapkan menjadi berkontribusi 7,05 persen terhadap PDB Nasional,
garda terdepan yang mampu menjadikan negara menyerap 11,91 juta tenaga kerja atau 11 persen
kuat dan berdaya. Terlebih lagi saat ini Indonesia dari total tenaga kerja nasional, serta menciptakan
menyongsong Bonus Demografi, dimana populasi 5,4 juta usaha kreatif yang sebagian besar adalah
usia produktif mencapai puncaknya hingga 70 Usaha Kecil Menengah (UKM). Sampai saat ini
persen dari total penduduk, yaitu di tahun 2020 terdapat tiga sektor yang sudah memberikan
hingga 2030. Tentunya peran pemuda menjadi kontribusi hampir 70 persen dari total ekonomi
signifikan, terutama di bidang perekonomian nasional, yaitu Kuliner, Kriya dan Fesyen.
dimana mereka diharapkan turut memberikan
sumbangsih bagi perputaran roda perekonomian Pesatnya jumlah pemuda yang menggeluti industri
serta menciptakan nilai ekonomi bagi negara. kreatif sepertinya sejalan dengan karakteristik

488 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
generasi millenial yang cocok dengan Peran pemerintah dalam mendukung generasi
perkembangan dunia yang semakin kreatif. Yorris baru yang berbondong-bondong memasuki
Sebastian (2016) mengungkapkan bahwa dari industri kreatif ini tentunya sangat diharapkan.
survey yang dilakukan oleh Youthlab, generasi Walaupun memiliki karakter berani dalam
millenial (mereka yang berusia 16 hingga 36 berinovasi, pemuda tetap memerlukan skill,
tahun) memiliki karakteristik collective, fasilitator, mentor, dan kebijakan yang berpihak.
customisation, community, close to family, change Kebijakan pemerintah diharapkan dapat
over generation, chasing inspiration, connected mendorong dan memberikan jalan bagi pemuda
dan confidence. Karakter ini sejalan dengan ciri- untuk terus berkreasi dan berinovasi sehingga
ciri industri kreatif yang unsur utamanya adalah mampu menghidupkan sektor ekonomi kreatif.
kreativitas, keahlian dan talenta yang berpotensi
meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran
kreasi intelektual, menyediakan produk kreatif KONDISI KEKINIAN INDONESIA
langsung kepada pelanggan dan pendukung Ekonomi kreatif berjalan didasarkan pada
penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang kreativitas sumber daya manusia. Menurut Indeks
secara tidak langsung berhubungan dengan Kreativitas Global (Global Creativity Index/GCI)
pelanggan, serta produknya mempunyai ciri siklus 2015, Indonesia menempati urutan 115 dari 139
hidup singkat, margin tinggi, keanekaragaman negara seperti terlihat dari tabel berikut.
tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru.

Tabel 1. Global Creativity Index 2015

Global
Rank Country Technology Talent Tolerance Creativity
Index
1 Australia 7 1 4 0.970
2 United Sstates 4 3 11 0.950
3 New Zealand 7 8 3 0.949
9 Singapore 7 5 23 0.896
12 United Kingdom 15 20 5 0.881
52 Philippines 54 65 53 0.487
63 Malaysia 24 69 101 0.455
80 Vietnam 45 104 73 0.377
82 Thailand 38 84 105 0.365
99 India 52 92 108 0.292
115 Indonesia 67 108 115 0.202
139 Iraq 110 - 130 0.032

GCI diukur berdasarkan 3T yaitu technology, profesional per satu juta orang penduduk, dan (3)
talent dan tolerance. Data dikumpulkan dari 139 global innovation atau jumlah paten per kapita.
negara di dunia. Aspek teknologi diukur dengan
Aspek talent diukur dengan dua variabel, yaitu (1)
menggunakan variabel (1) global R&D
human capital atau ukuran persentase warga
investment, yaitu belanja R&D sebagai persentase
negara yang masuk perguruan tinggi (PT) sesuai
dari PDB; (2) global research atau peneliti

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 489
dengan data UNESCO; dan (2) creative class Dari sisi daya saing, laporan World Economic
population atau porsi tenaga kerja beberapa Forum dalam Global Competitiveness Report
profesi dengan tuntutan penyelesaian masalah 2016-2017 menyebutkan bahwa Indeks Daya
yang tinggi. Sedangkan aspek tolerance diukur Saing Global Indonesia berada pada urutan ke 42.
berdasarkan survei yang dilakukan Gallup Posisi ini menunjukkan kemerosotan dari tahun
Organization's World Poll terkait dengan derajat lalu dimana Indonesia menduduki ranking 37 dari
toleransi sebuah negara terhadap kaum minoritas. 138 negara. Tiga besar masih diduduki oleh
Switzerland, Singapura dan Amerika. Posisi
Di samping itu GCI sangat erat hubungannya Indonesia ini juga masih berada di bawah
dengan pertumbuhan ekonomi, daya saing dan Malaysia, Thailand dan India.
kemakmuran suatu negara. Negara-negara yang
menunjukkan nilai GCI yang tinggi memiliki Daya saing didefinisikan sebagai seperangkat
tingkat produktivitas (diukur berdasarkan output institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang
ekonomi per orang), daya saing, entrepreneurship, menentukan tingkat produktivitas ekonomi, yang
dan pembangunan sumber daya manusia yang pada gilirannya menetapkan tingkat kemakmuran
tinggi pula. Kreativitas juga berhubungan erat yang dicapai oleh suatu negara. Rendahnya daya
dengan urbanisasi, dimana negara-negara yang saing Indonesia salah satunya disumbangkan oleh
lebih urban memiliki skor GCI yang lebih tinggi. rendahnya posisi kesiapan teknologi (rangking
91), dimana hanya seperlima dari populasi yang
Dari indeks tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia menggunakan internet dan tersedia hanya satu
masih berada di posisi jauh di bawah negara koneksi broadband bagi setiap 100 orang. Tabel
tetangga seperti Filipina, Malaysia, Vietnam, di bawah menunjukkan komponen-komponen
Thailand, terlebih lagi Singapura. Hal ini perlu subindeks yang menyumbang terhadap Indeks
menjadi perhatian mengingat kreativitas dan Daya Saing Global.
inovasi merupakan kunci daya saing dan
kemajuan sebuah bangsa.

Tabel 2. Komponen Indeks Daya Saing Global Indonesia


beserta Subindeksnya

490 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Dibalik itu, perkembangan industri kreatif di melakukan kontrol ATM yang bermasalah. Adya
Indonesia ternyata cukup menjanjikan. Pada berhasil membuat sistem untuk mengurai
tahun 2013, pertumbuhan ekonomi kreatif permasalahan tersebut. Ia tidak mengeluarkan
mencapai 5,76%, yaitu berada diatas rata-rata modal sedikit pun untuk membuat sistem tersebut.
pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,74%. Inovasi ini membuatnya memenangkan Juara 2
Ekonomi kreatif menyumbangkan 7,05% kepada Mandiri Innovation Award 2013. Adapula
total PDB Indonesia (sekitar Rp. 642 trilyun). Adharis Kuswidiarto dan Gita yang berhasil
Kontribusi terbesar terhadap PDB berasal dari menjuarai Adira Innocamp 2016 dengan membuat
usaha kuliner sebanyak 32,4 persen, fesyen 27,9 konsep www.operkredit.com yang sangat
persen, dan kerajinan/kriya 14,88 persen. Industri sederhana namun berdampak besar. Masih
kreatif juga menyerap 10,7% dari total tenaga banyak contoh inovasi anak-anak muda lainnya
kerja atau 11,8 juta orang (RAJM Ekonomi seperti Tokopedia, Bukalapak, Keripik Mak Icih,
Kreatif 2015 – 2019). Rata-rata konstribusi Gojek, dan lainnya. Bahkan tokoh selebritis muda
terbesar penyerapan tenaga kerja berasal dari juga turut meramaikan industri kreatif Indonesia
bidang fesyen sebanyak 32,3 persen, kuliner 31,5 seperti Dian Sastrowardoyo, Andien, Teuku
persen, dan kriya 25,8 persen. Wisnu, Oki Setianadewi, Zaskia Adya Mecca dan
masih banyak lagi.
Sayangnya belum terdapat data pasti berapa
jumlah pemuda yang terjun ke dalam industri Berkembangnya industri kreatif tentunya
kreatif ini. Namun dari berbagai kompetisi memberikan dampak positif bagi laju peningkatan
maupun publikasi tentang wirausaha muda dapat ekonomi. Peluang untuk mengembangkan industri
dilihat bahwa segmen pemuda merupakan kreatif masih terbuka luas dan didukung oleh
mayoritas pelaku industri kreatif. Kreativitas kekayaan alam dan budaya Indonesia. Namun
pemuda merupakan salah satu kontributor bagi pemuda pelaku industri kreatif masih memerlukan
berkembangnya industri kreatif di tanah air. banyak bimbingan mengenai keberlanjutan
Ditambah lagi kemajuan teknologi, kemudahan usahanya di masa depan dan bagaimana
akses komunikasi dan penggunaan media sosial meningkatkan daya saing. Selain itu iklim kreatif
yang semakin luas. Walaupun demikian, juga harus ditumbuhkan agar selalu muncul ide
berdasarkan survey yang dilakukan oleh dan gagasan untuk memulai suatu usaha kreatif.
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di
sejumlah perguruan tinggi, animo dan minat TANTANGAN DAN INISIATIF KEBIJAKAN
lulusan Strata 1 untuk menjadi pengusaha
Perputaran ekonomi kreatif secara langsung
(entrepreneur) masih minim, yaitu hanya sebesar maupun tidak bergantung pada sejauh mana
4%. Sebanyak 83% mahasiswa Indonesia masih manusia mampu berpikir kreatif. Namun apakah
ingin menjadi karyawan dan 13 % ingin bekerja di
ada sistem yang dapat mendorong orang untuk
birokrasi (Sebastian, 2016). Padahal idealnya,
berpikir kreatif dan inovatif? Pemerintah sebagai
sebanyak 2 persen penduduk suatu negara adalah pemegang mandat pembangunan
wirausaha. bertanggungjawab untuk menciptakan iklim
Beberapa, bahkan banyak anak muda merupakan kreatif agar semakin banyak pelaku industri
inovator pada bidang-bidang yang sebelumnya kreatif yang muncul. Pemerintah harus campur
tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang. tangan dalam memunculkan inovasi dan kreasi di
Inovasi dan kreativitas muncul dari permasalahan dalam masyarakat karena hasilnya akan dinikmati
yang ditemui sehari-hari. Inovasi mereka bahkan sebagai hasil pembangunan. Dalam hal ini
awalnya tidak memerlukan modal besar tapi dukungan kebijakan seperti apa yang dapat
memiliki dampak yang luas. Seperti pengalaman dimintakan kepada Pemerintah untuk
Adya Zizwan Putra (kelahiran 1992) dari Medan mewujudkan sumberdaya manusia yang kreatif
yang menciptakan inovasi ATM & EDC Care dan inovatif dalam rangka menumbuhkan iklim
pada tahun 2003. Awalnya ia hanya mengobrol ekonomi kreatif yang produktif.
dengan teman-teman sekantornya tentang sulitnya

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 491
Mewujudkan manusia kreatif dan inovatif berarti Keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi kreatif
bergerak pada ranah hulu/input daripada ekonomi mencakup segala sesuatu yang diketahui dan dapat
kreatif. Hal ini membutuhkan pendekatan berbeda dilakukan oleh seseorang, yaitu pengetahuan dan
karena manusia tidak dapat disamakan dengan kapasitas teknis. Berpikir kreatif mengerahkan
infrastruktur yang dapat dengan mudah seseorang dalam melakukan pendekatan terhadap
dikondisikan melalui suatu kebijakan. Pada suatu masalah dan menemukan solusinya. Hal ini
dasarnya sumberdaya manusia yang kreatif dan memerlukan keterampilan khusus yang sifatnya
inovatif merupakan salah satu output yang lebih personal meliputi bagaimana seseorang
diharapkan dalam pembangunan nasional. berpikir dan mengambil keputusan dalam bekerja.
Kedua hal ini (keahlian dan keterampilan berpikir
Dalam Undang-Undang No. 17 Tentang Rencana kreatif) merupakan modal dasar untuk memulai
Pembangunan Jangka Panjang Nasional wirausaha. Sementara motivasi adalah dorongan
disebutkan bahwa visi pembangunan ekonomi untuk melakukan sesuatu yang berasal dari
nasional sampai dengan 2025 adalah passion dan ketertarikan. Kebanyakan orang akan
”mewujudkan masyarakat Indonesia yang menjadi sangat kreatif apabila mereka merasa
mandiri, maju, adil dan makmur.” Untuk itu termotivasi oleh keterterikan, kepuasan, maupun
diperlukan penguatan dan pengembangan tantangan dari pekerjaan itu sendiri.
ekonomi di segala bidang berdasarkan keunggulan
kompetitif. Perwujudan menjadi ” Indonesia yang Iklim yang mendukung tumbuhnya kreativitas
mandiri, maju, adil dan makmur” membutuhkan dapat dibangun melalui penguatan sistem
Percepatan Transformasi Ekonomi Nasional, pendidikan. Adapun pendidikan sangat
dimana dibutuhkan pola pikir yang tidak biasa. berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
Untuk itu diperlukan ciri-ciri masyarakat yang manusia sebagai pelaku industri kreatif. Lembaga
bekerja keras dan tidak cepat puas, berinisiatif, pendidkan dan pelatihan memegang peranan
berdaya saing tinggi, menyadari pentingnya penting dalam menciptakan pelaku-pelaku yang
teknologi, kreatif dan inovatif. memiliki keahlian dan keterampilan. Sistem
pendidikan termasuk di dalamnya penganggaran
Dalam UU No. 40 Tahun 2009 tentang
penyusunan dan pengkajian kurikulum,
Kepemudaan Pasal (3) jelas disebutkan bahwa
penyebarluasan informasi, penelitian,
tujuan pembangunan kepemudaan adalah
infrastruktur, hubungan dengan dunia industri dan
terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa
insentif.
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, Sebagai contoh, Massachusette Institute of
demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, Technology (MIT), salah satu perguruan tinggi
serta memiliki jiwa kepemimpinan, bergengsi di Amerika Serikat, pada kurun waktu
kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan 1980-1996 dimana kondisi sosial ekonomi yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar kurang stabil dan semakin meluasnya
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pengangguran terdidik, merubah arah kebijakan
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. perguruan tingginya dari High Learning Institute
Mempertimbangkan tujuan tersebut di atas maka and Research University menjadi Entrepreneurial
Pemerintah harus memfasilitasi University. Pro dan kontra harus dihadapi oleh
penumbuhkembangan kreativitas dan inovasi MIT pada waktu itu namun dalam kurun waktu
dengan menciptakan ekosistem yang mendukung. tersebut (16 tahun) terbukti MIT mampu
Kreativitas merupakan fungsi dari tiga komponen melahirkan 4.000 perusahaan dari tangan alumni-
yaitu keahlian (expertisea), keterampilan berpikir alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja
kreatif dan motivasi. Sementara inovasi dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun.
merupakan implementasi dari suatu ide kreatif Kebijakan ini yang kemudian ditiru oleh banyak
yang diadopsi oleh masyarakat dan diterapkan perguruan tinggi pada saat ini.
dalam kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia, perguruan tinggi sudah banyak
melakukan usaha untuk merangsang para

492 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mahasiswanya berpikir kreatif dan inovatif. Beberapa pemerintah daerah di Indonesia
Progam-program tersebut diantaranya pendirian menerbitkan peraturan/kebijakan yang
Pusat Kewirausahaan Kampus, adanya mata mendukung warganya untuk berinovasi.
kuliah kewirausahaan, program-program Contohnya di Kota Bandung, mulai Februari
wirausaha mandiri untuk mahasiswa, sampai 2016 Pemerintah Kota membebaskan izin Usaha
kepada pemberian modal usaha bagi mahasiswa. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Para
pelaku usaha kecil cukup melaporkan jenis usaha
Dari sisi internal perguruan tinggi berbagai mereka dalam sebuah formulir yang telah
program untuk menumbuhkan semangat berkreasi disediakan Pemkot melalui Badan Pelayanan
dan motivasi berwirausaha dapat dilakukan. Salah Perizinan Terpadu. Tujuannya kemudahan
satunya adalah penyusunan kurikulum berbisnis ini sebagai langkah konkret
kewirausahaan dengan sungguh-sungguh, dengan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
melibatkan praktisi/pelaku usaha serta motivator (MEA) sekaligus menggenjot minat masyarakat
entrepreneurship agar mampu melahirkan konsep untuk berwirausaha.
kurikulum yang tepat. Selain itu peningkatan
kualitas SDM dosen juga harus terus dilakukan, Dalam berinvestasi demi munculnya inovasi di
bisa melalui program entrepreneurship shortcouse bidang teknologi, pemerintah telah meresmikan
bagi dosen, pemagangan dosen di dunia usaha, program pembangunan Science & 100 Techno
maupun melalui seminar/vworkshop/lokakarya. Park (STP). Pembangunan STP ini bertujuan
sebagai pusat pengembangan sains dan teknologi,
Kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia sekaligus pusat wirausaha baru di bidang
usaha harus dirintis mengingat dunia usaha teknologi. Bandung Techno Park (BTP) telah
merupakan jembatan bagi penerapan inovasi dan dibangun yang bertujuan menghasilkan produk
peluang bagi mahasiswa untuk memasuki dunia inovasi berbasis teknologi dan berkelanjutan,
usaha. Selain itu dunia usaha merupakan sumber melahirkan start up company berbasis teknologi,
informasi bagi ide-ide riset di perguruan tinggi mengkomersialisasikan hasil riset sampai ke
untuk melahirkan inovasi-inovasi baru. pasar. BTP merupakan kolaborasi Tekom
Perguruan tinggi juga dapat menjadi fasilitator dan University, Kementerian Perindustrian dan Dinas
mediator bagi mahasiswa untuk mengakses Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa
sumber-sumber permodalan mengingat Barat. Bandung Techno Park sudah menghasilkan
mahasiswa masih minim informasi dan akses aplikasi yang dikomersialisasikan, seperti Traffic
untuk memperoleh modal dalam memulai Grab. Traffic Grab adalah aplikasi berbasis video
berwirausaha, Kerjasama perguruan tinggi untuk mengambil data kuantitatif kondisi lalu
dengan lembaga keuangan diharapkan dapat lintas di jalan raya dan jalan tol. U Kit, aplikasi alat
membuka akses tersebut. praktikum untuk media pembelajaran hardware
elektronika khususnya mikrokontroler. Aplikasi
Diadakannya perlombaan kreativitas dan inovasi lainnya ada Postur Check, pemeriksa postur tubuh
mahasiswa merupakan salah satu pemacu bagi yang digunakan pada seleksi calon anggota TNI
mahasiswa untuk menghasilkan karya-karya AD. Di Bandung telah didirikan pula Bandung
kreatif. Selain itu penghargaan yang diberikan Digital Valley yang tujuannya nyaris sama yakni
dapat menambah semangat dan modal bagi menciptakan para technopreneur terutama yang
mahasiswa dalam menemukan ide-ide baru. bergelut dalam bisnis aplikasi.

Dalam mendukung munculnya inovasi, suatu KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


negara harus melakukan tiga hal mendasar yaitu
berinvestasi, memiliki intelektual dan kompetensi Dukungan kebijakan untuk meningkatkan
yang mendukung, dan adanya budaya yang kreativitas dan inovasi generasi muda sangat
mendukung inovasi, yaitu masyarakat yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah menumbuhkan
mendorong warganya untuk berani mencoba dan iklim kreatif melalui penguatan sistem pendidikan
mengambil resiko. dan kebijakan publik yang mendorong ke arah
sana. Dibutuhkan dukungan investasi pemerintah

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 493
sebagai modal untuk menciptakan berbagai https://www.weforum.org/agenda/2014/1
inovasi di masyarakat serta adanya kolaborasi 2/6-ways-governments-can-encourage-
dengan berbagai pihak, terutama antara entrepreneurship/
pemerintah dengan dunia pendidikan dan dunia
DeGraff, Jeff. This Is How America Can Become the
usaha.
World's Most Creative Country. Diakses dari
Kreativitas dan inovasi merupakan modal dasar http://www.inc.com/jeff-degraff/what-s-wrong-
untuk memulai wirausaha. Keduanya terhubung with-america-s-business-model-for-innovation-
oleh sistem yang ada di dalam lingkungan and-entrepreneurship.html
sekitarnya dan oleh karenanya melibatkan Kuswara, Heri. Strategi Perguruan Tinggi
masyarakat luas, pemerintah, dan dunia Mewujudkan Entrepreneurial Campus.
pendidikan serta dunia usaha. Harapannya dengan 2012. Diakses dari
melibatkan semua pihak tersebut dapat http://www.dikti.go.id/strategi-perguruan-
mendorong tumbuhnya iklim kreatif dan pada tinggi-mewujudkan-entrepreneurial-
akhirnya ekosistem kewirausahaan dalam industri campus/
kreatif dan mendorong tumbuhnya ekonomi
kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

The Global Competitiveness Report 2015–2016:


The World Economic Forum.

The Global Creativity Index 2015.


Floridacharlotta, Richard &
Mellanderkaren King. The Martin
Prosperity Institute, Toronto.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025. Republik
Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan.
Republik Indonesia.
Okpara, Friday O. Dr. The Value Of Creativity
and Innovation In Entrepreneurship.
University Of Gondar, Ethiopia. Journal of
Asia Entrepreneurship and
Sustainability. Volume III, Issue 2,
September 2007.
Departemen Perdagangan. Rencana
Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2009-2015.
I. Mazzarol, Tim. 6 Ways Governments
Can Encourage Entrepreneurship. 2014.
Diakses dari

494 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENGUATAN SDM PENELITI BERDASARKAN SOFT
COMPETENCY
Mia Rahma Romadona
Manajemen IPTEK, Pappiptetek LIPI
Email: romadona.mia@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Core competency, Job Indonesia has entered the free market in the ASEAN Economic Community
performance, Soft marked since 2015. Various strategies have done one of which is
compentency, HR Researcher strengthening science and technology human resources as one of the cogs
MEA. HRM of science and technology plays an important role especially
those researchers to advance the nation's economy with the development of
science, technology and innovation. The number of researchers are still
small compared to other ASEAN countries to be a challenge in
strengthening its competence. Referring to the competency standards
functional positions of researchers based on Rule head LIPI No. 4 of 2009
and the Regulation of the Minister PAN No. 128 of 2004 regarding Position
fungional Researcher and credit figures and references other this study
descriptively described the importance of strengthening human resources of
science and technology that is researcher of the soft competency based. Soft
competency as one of the competencies that are important for improving the
quality of human resources that researchers of intellectual capacity,
personality and attitude as well as the specific skills required in each of
brackish functional position. Researchers as part of the HR Researchers do
not have a core competency that needs to be used as a foothold to determine
the selection criteria and human resources development researchers, so as
to strengthen the performance of litbang institutions.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Core competency, Job Indonesia telah memasuki pasar bebas dengan ditandai Masyarakat
performance, Soft Ekonomi ASEAN sejak tahun 2015. Berbagai strategi telah dilakukan salah
compentency, SDM Peneliti satunya adalah penguatan SDM IPTEK sebagai salah satu roda penggerak
MEA. SDM IPTEK terkhusus peneliti berperan penting untuk memajukan
ekonomi bangsa dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
inovasi. Jumlah SDM peneliti yang masih kecil dibanding negara ASEAN
lainnya menjadi tantangan dalam penguatan kompetensinya. Mengacu
pada standar kompetensi Jabatan fungsional peneliti berdasarkan pada
Peraturan kepala LIPI no 4 tahun 2009 dan Peraturan menteri PAN no 128
tahun 2004 mengenai Jabatan Fungional Peneliti dan Angka Kreditnya dan
refrensi lainya kajian ini secara deskriptif menjelaskan mengenai
pentingnya penguatan SDM IPTEK yaitu peneliti dari sisi soft competency
berdasarkan. Soft competency sebagai salah satu kompetensi yang
berperan penting untuk meningkatkan kualitas SDM Peneliti yaitu dari
kapasitas intelektual, kepribadian dan sikap serta keterampilan tertentu
yang dibutuhkan pada masing-masin jabatan fungsional. Peneliti sebagai
salah satu bagian dari SDM Peneliti belum memiliki core competency yang
perlu untuk dijadikan pijakan untuk menentukan kriteria seleksi dan
pengembangan SDM Peneliti, sehingga dapat menguatkan kinerja lembaga
litbang.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

sumber yang baik untuk membantu perkembangan


PENDAHULUAN
perokonomian nasional terutama dalam
Indonesia sebagai negara berkembang di menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).
salah satu negara ASEAN memiliki sumber-

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 495
Pengembangan ekonomi suatu bangsa tidak akan diamanahi oleh pemerintah untuk melakukan
terlepas dari peran perkembangan dari ilmu proses kegiatan pengembangan IPTEK Indonesia
pengetahuan dan teknologi serta inovasinya. seperti yang tertuang pada Keppres No.128 Tahun
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 1967. Kegiatan pengembangan IPTEK ituterkati
serta inovasi sendiri merupakan suatu output dari pada ilmu pengetahuan dasar ataupun teknologi
proses kerja dari sumber daya manusia yang terapan yang bertujuan untuk meningkatkan
bekerja dalam bidang tersebut. Sumber Daya kesejahteraan masyarakat Indonesia berbasis
Manusia yang bekerja di dalam organisasi IPTEK.
merupakan aset yang penting secara intangible.
Adapun LIPI dalam kegiatan riset
SDM memiliki peran penting sebagai penggerak
didukung oleh 1.541 orang peneliti yang terdiri
proses kegiatan organisasi dalam upaya mencapai
dari 423 peneliti pertama, 494 peneliti muda, 377
tujuan organisasi tersebut.
peneliti madya, dan 247 peneliti utama yang
Salah satu dari output iptek yang yang tersebar di 45 pusat penelitaian dan Unit Pelaksana
dihasilkan oleh lembaga riset ataupun akademik Teknis berdasarkan data internal LIPI tahun 2014
perguruan tinggi adalah publikasi hasil riset yang (LIPI, 2016). Pada kenyataannya jumlah publikasi
telah dilakukan di level nasional ataupun tidak sebanding dengan jumlah peneliti, yaitu
internasional. Merujuk pada data dari SCImago jumlah publikasi Indonesia masih rendah
tahun 2016 bahwa sampai tahun 2015 publikasi dibanding negara ASEAN seperti Malaysia,
internasional dari lembaga riset dan perguruan Singapura, dan Thailand. Hal itu menggambarkan
tinggi di Indonesia di level ASEAN berada di bahwa perilaku kinerja SDM yang bergerak dalam
urutan ke empat setelah Thailand, Malaysia, dan bidang pengembangan IPTEK masih kurang
Singapura. Adapun jumlah peneliti ataupun produktif dibandingkan dengan nagara Thailand,
akademisi yang bekerja dalam bidang Malaysia, dan Singapura. Rendahnya
pengembangan IPTEK di Indonesia di sektor produktivitas SDM IPTEK di lembaga litbang
pemerintah didominasi oleh tingkat pendidikan terutama dalam kasus ini adalah LIPI menjadi
Srata satu (S-1). Data lainnnya juga menunjukkan suatu kajian yang menarik untuk dikaji lebih
bahwa sebaran jabatan fungsional peneliti di mendalam mengenai faktor yang
lembaga litbang atau riset pemerintah banyak mempengaruhinya. Pada ranah pengelolaan SDM
didominasi oleh peneliti madya, kemudian terutama SDM IPTEK perlu untuk menjelaskan
pertama, dan muda, sedangkan peneliti utama jauh mengenai kemampuan individu IPTEK yang idea
lebih sedikit (Tim Indikator Iptek, 2014). Selain untuk dapat mendukung perkembangan IPTEK di
itu sebaran topic penelitian di Indonesia banyak Indonesia.
didominasi oleh bidang ilmua science, teknik dan
Merujuk pada penelitian terdahulu yang
terakhir paling sedikit adalah sosial (Tim Indikator
telah dilakukan oleh Holtkamp (2015) yang
Iptek, 2014).
menjelaskan dan memperkuat pentingnya soft
Lembaga riset pemerintah memiliki kompetensi sebagai kompetensi yang penting
peranan penting untuk mengembangkan IPTEK dibutuhkan dalam peran individu dalam bekerja
untuk membantu pemerintah untuk secara maksimal terutama merunut pada
mensejahterakan masyarakat dengan IPTEK. kompetensi internasional. Ia mengindentifikasi
Peran IPTEK sendiri tidak lepas dari penerapan pengembangan software self-assess
perkembangan perekonomian suatu bangsa, dalam konteks soft kompetensi yang diukur dalam
karena bangsa yang maju tidak akan terlepas dari pekerjaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa
proses pengembangan dan penguasaan IPTEK di Soft dan hard kompetensi terbukti saling
segala aspek. Maka hal tersebut juga berlaku berhubungan untuk memperkuat peran dari
untuk Indonesia sebagai negara berkembang dampak negative dari kompetensi intercultural
untuk meningkatkan IPTEK dengan luaran yang dalam pengembangan software kompetensi dalam
dapat mendukung pemerintah mensejahterakan penilaian kinerja.
masyarakat. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia sebagai salah satu lembaga riset yang

496 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Berdasarkan uraian di atas maka kajian ini pengembangan IPTEK nasional sehingga
bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang dibutuhkan di LIPI dan pengaruhnya pada dengan bebasis pada IPTEK.
kinerja individu dan kinerja organisasi. Adapun
LIPI sebagai lembaga litbang yaitu
manfaat kajian ini secara umum adalah untuk
memiliki visi “menjadi lembaga ilmu pengetahuan
mengembangkan ilmu pengetahuab dalam bidang
berkelas dunia dalam penelitian, pengembangan
pengelolaan SDM IPTEK terutama peneliti.
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk
Manfaat khusus adalah untuk menentukan soft
meningkatkan daya saing bangsa”. Adapun Misi
kompetensi peneliti yang dibutuhkan LIPI untuk
LIPI memiliki empat point utama untuk
mendapatkan dan mengembangkannya sehingga
mengembangkan IPTEK yaitu
berkompeten dan berdaya saing tinggi.
1. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan yang
dapat mendorong inovasi dalam
TINJAUN TEORI rangka meningkatkan daya saing ekonomi
bangsa;
LIPI sebagai lembaga litbang pemerintah
terbesar di Indonesia dan menjadi rujukan atau 2. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang
induk dari pengembangan IPTEK serta SDM bermanfaat untuk konservasi dan pemanfaatan
Peneliti bagi seluruh lembaga litbang yang ada di Sumber Daya berkelanjutan;
Indonesia. Merujuk pada sejarah LIPI yang
3. Meningkatkan pengakuan internasional dalam
dibentuk berdasarkan Keppres No.128 Tahun
bidang ilmu pengetahuan;
1967 tanggal 23 Agustus 1967 diubah dengan
Keppres No.43 Tahun 1985 masih disempurnakan 4. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia
lebih lanjut dengan Keppres No. 1 Tahun 1986 melalui aktivitas Ilmiah.
tanggal 13 Januari 1986 tentang Lembaga Ilmu Merujuk pada visi dan misi maka LIPI sebagai
Pengetahuan Indonesia dan terakhir lembaga litbang nasional memiliki empat tujuan
penyempurnaan dilakukan dengan penetapan utama adalah
Keppres No. 103 Tahun 2001 (LIPI, 2016).
Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001, LIPI 1. Peningkatan temuan, terobosan dan
memiliki fungsi: pertama, Pengkajian dan pembaharuan ilmu pengetahuan serta
penyusunan kebijakan nasional di bidang pemanfaatannya dalam mewujudkan daya
penelitian ilmu pengetahuan; kedua, saing bangsa
Penyelenggaraan riset keilmuan yang bersifat 2. Peningkatan nilai tambah dan kelestarian
dasar; ketiga, Penyelenggaraan riset inter dan Sumber Daya Indonesia
multi disiplin terfokus; keempat, Pemantauan,
3. Peningkatan posisi dan citra Indonesia di
evaluasi kemajuan, dan penelaahan
komunitas global dalam bidang ilmu
kecenderungan iptek; kelima, Koordinasi kegiatan
pengetahuan
fungsional dalam pelaksanaan tugas LIPI;
keenam, Fasilitasi dan pembinaan terhadap 4. Peningkatan budaya ilmiah masyarakat
kegiatan instansi pemerintah di bidang penelitian Indonesia
ilmu pengetahuan; dan ketujuh, Penyelenggaraan LIPI sebagai lembaga riset nasional
pembinaan dan pelayanan administrasi umum. sebagaimana organsisasi lainnya memiliki
sumber-sumber sebagai aset yang tangible
Berdasarkan pijakan secara legal
ataupun intangible. Perkembangan dalam
pembentukan LIPI sebagai lembaga pemerintah
pengelolaan organisasi banyak yang telah melihat
yang memiliki core business sebagai lembaga riset
pentingnya pengelolaan aset intangible unruk
yang melakukan pengembangan ilmu
dimasukkan dalam strategi pengembangan
pengetahuan dan teknologi yang besita mendasar
organisasi. Salah satu aset intangible adalah
ataupun terapan. Hasil yang diharapkan dari riset
Sumber Daya Manusia, untuk kasus ini adalah
IPTEK dapat membarikan masukan kebijakan
adalah peneliti di LIPI sebagai SDM yang
bagi pemerintah untuk meningkatkan
menjalankan proses core business sebagai

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 497
lembaga riset dengan aktivitas riset dan sistem implementasi strategi organisasi, sehingga
pengembangan IPTEK. SDM merupakan penting peranannya untuk keberlangsungan suatu
intangible asset maka perlu diselaraskan dengan organisasi.

Tabel 1. Perbedaan aset tangible dan intangible

Tangible Intangible
• mudah terlihat • tidak terlihat
• dihitung setepat-tepatnya • sulit untuk dihitung
• bagian dari nerasa keungan • tidak terlacak melalui akuntasni
• investasi menghasilkan pendapatan yang • penilaian didasarkan atas asumsi
diketahui • tidak dapat dibeli datau diimitasi
• dapat dengan mudah diduplikasi • apresiasi bila dipakai
• terdepresiasi bila digunakan • memiliki aplikasi jamak tanpa pengurangan
• mempunya aplikasi terbatas nilai dikelola sangat baik dengan memfasilitasi
• dikelola sangat baik dangan mentalitas “kelimphanan”
“kelangkaan” • daya ungkit terbaik melalui penyelarasan
• daya ungkit terbaik melalui pengendalian • bila tidak digunakan usianya pendek
• dapat diakumulasikan dan disimpan
Sumber Hubert Saint-Onge, 1996 dalam Becker, Huselid, & Ulrich, 2009

menjelaskan pada KSA (Cheney, dkk, 1990).


KOMPETENSI ORGANISASI DAN
Pada konteks knowledge menggambarkan konten
INDIVIDU
atau informasi teknis yang masuk dalam
Kompetensi merupakan gambaran pendidikan atau informasi dari berbagai media dan
mengenai kemampuan utama organisasi yang kebutuhan untuk berkinerja pada pekerjaan
dikaitkan dengan sifat, keterampilan dan tersebut (Renck, dkk, 1969). Skill atau
pengetahuan individunya (Holtkamp & keterampilan merupakan proses psikomotor
Pawlowski, 2015). Berdasarkan perspektif sebagai manifestasi dari perilaku termasuk
organisasi kompetensi penting dibedakan antara didalamnya aktivitas tepat guna yang sesuai
kompetensi dan keterhubungan dengan konsep dengan proses pada situasai tertentu (Cheney, dkk,
kemampuan. Kemampuan/kapabilitas 1990). Berbeda dengan ability atau kemampuan
digambarkan sebagai keterampilan atau proses merujuk pada faktor kognitif (Renck, dkk, 1969)
(Wade & Hulland, 2004) untuk merubah input atau perilaku yang tidak berkaitan dengan
menjadi output yang bernilai tinggi. Sanches, dkk pendidikan tetapi dapat menjelaskan mengenai
(1996) membedakan kompetensi dan kapabilitas sifat dari kepribadian seseorang. Maka antara skill
berdasarkan pada posisi pasar suatu organisasi. dan ablity merupakan aspek yang cukup ambigu,
Perbedaan antara kemampuan dan kompetensi karena masih sulit untuk dipahami. Hal itu
berdasarkan pada nilai tambah dari suatu proses dikarenakan beberapa peneliti lebih memeiliki
(Sanchez, dkk, 1996) dan dari penerapan strategi KSA sebagai knowledge, skill, dan attitudes
mereka (Kangas, 1999) dari perspektif (Peppard & Ward, 2004; Winterton dkk, 2006).
perusahaan. Jenis perbedaan bagian yang Maka berdasarkan penjelasan tersebut kompetensi
digunakan untuk menjelaskan beberapa konsep dapat dijelaskan secara jelas sebagai serangkaian
yang sama, karena ada perbedaan secara knowledge, skill, dan attitudes pada individu yang
terminology. dibutuhkan untuk dapat mencapai kinerja yang
Pada level individu kompetensi pada superior (Holtkamp, 2015).
umumnya merujuk pada karakteristik kinerja
superior pada individu (Boyatzis, 1982;
Winterton, 2009). Karakteristik secara umum

498 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
HARD DAN SOFT KOMPETENSI dikembangkan untuk meningkatkan kinerja SDM
IPTEK, dan aspek soft kompetensi apasaja yang
Perbedaan antara hard dan soft
menjadi core competency untuk mendapatkan
kompetensi secara umum dibedakan berdasarkan
SDM IPTEK yang unggul dan berdaya saing.
perbedaan hard dan soft skill. Menurut Jacob
(1989) membedakan berdasarkan kompetensi
analitis dan kreativitas lain, interpersonal, dan
METODE PENELITIAN
kompetensi perilaku. Menurut Woodruffe (1993)
perbedaan keduanya sebagaimana perbedaan Penelitian ini menggunakan metode
mengenai perilaku yang dapat digambarkan dan kualitatif dengan pendekatan case study.
perilaku yang tidak dapat dijelaskan. Sedangkan Penelitian ini mengumpulkan data-data primer
menurut Rainsbury dkk (2002) adapun perbedaan dan sekunder dari dokumen kebijakan, dokumen
di antara keduanya sebagaimana perilaku yang terkait dengan pengembangan SDM, dan artikel
digunakan dalam penelitian dan praktis. Adapun yang membahas mengenai SDM dan kompetensi.
Holtkamp (2015) menggambarkan perbedaan Setelah itu seluruh data di analisis secara
diantara keduanya sebagaimana klasifikasi deskriptif untuk dapat menjelaskan mengenai
kompetensi berdasarkan perbedaan tujuannya. kompetensi SDM IPTEK kasus di LIPI. Kajian
Hard kompetensi merujuk pada kemampuan dilakukan secara ekplorasi untuk meneliti secara
teknis atau kemampuan yang mencukupi konteks berdasarkan teori dengan melakukan
mengenai kompetensi pengembangan software klasifikasi dari kompetensi yang dibutuhkan.
dalam menyelesaikan tugas pokoknya. Berbeda Creswell (2004) penelitian exploratory merupakan
dengan soft kompetensi menjelaskan mengenai penelitian dengan menggunakan pendekatan
kompetensi yang berhubungan dengan perilaku, kualitataif yang bertujuan untuk mengeksplor
kreativitas, dan keinovativas setiap individu. (menggali), menginsvestigasi, dan memahami
konsep baru dan isu-isu. Adapun kerangka pikir
Merujuk pada uraian permasalahan dan
pada kajian berikut untuk menjelaskan mengenai
teori mengenai peranan penting SDM IPTEK
pentingnya soft kompetensi SDM peneliti di
untuk mencapai dan meningkatkan kinerja LIPI
lingkungan LIPI.
sebagai lembaga riset nasional menjadi dasar
kajian ini lakukan. Adapun pertanyaan kajian ini Kerangka pikir kajian ini adalah
adalah seberapa penting kompetensi dimiliki dan

Peraturan kepala LIPI no 4


tahun 2009 dan Peraturan
menteri PAN no 128 tahun
2004 mengenai Jabatan
Rendahnya Output SDM IPTEK Kepres no 103 Fungional Peneliti dan
IPTEK Litbang LIPI tahun 2001 (LIPI) Angka Kreditnya

Hard Kompetnsi Core Kompetensi


Individu Kompetensi LIPI Visi dan MIsi LIPI

Soft Kompetensi

Gambar 1. Kerangka pikir kajian soft kompetensi


SDM Peneliti

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 499
1. Penyusunan rencana nasional makro
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibidangnya
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk
Asas Legalitas LIPI dan Pentingnya mendukung pem bangunan secara makro
Kompetensi Peneliti
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya
Keputusan Presiden No 103 tahun 2001
4. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan
dan diperbaharui terkahir No 64 tahun 2005
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
mengenai Kedudukan, Tugas, Fungsi,
yaitu:
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non-Departemen mengatur a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan
mengenai legalitas pembentukan Lembaga Ilmu tertentu di bidang penelitian ilmu
Pengetahuan Indonesia. Berdasarkan pasal 55 pengetahuan;
bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
b. Penetapan pedoman dan penyelenggaraan
mempunyai tugas melaksanakan tugas
riset ilmu pengetahuan dasar;
pemerintahan di bidang penelitian ilmu
pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan c. Penetapan pedoman etika ilmiah,
perundang-undangan yang berlaku. Maka peranan kedudukan dan kriteria kelembagaan
LIPI sebagai lembaga pemeritnah yang khusus ilmiah;
berkegiatan untuk melakukan pengembangan ilmu d. Pemberian izin peneliti asing;
pengetahuan dan teknologi dengan penelitian.
Adapun tugas LIPI sendiri tertuang pada pasal 56, e. Pemegang kewenangan ilmiah dalam
yaitu: keanekaragaman hayati.

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional Berdasarkan Keputusan Menteri


di bidang penelitian ilmu pengetahuan; Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) No
Kep/128/M.PAN/9/2004 mengenai Jabatan
2. Penyelenggaraan riset keilmuan yang bersifat Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya. Pada
dasar; pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa peneliti adalah
3. Penyelenggaraan riset inter dan multi disiplin Pegawa Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
terfokus; jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan
4. Pemantauan, evaluasi emajuan dan penelaahan
penelitian dan/atau pengembangan ilmu
kecenerungan ilmu pengetahuan dan
pengetahuan dan teknologi pada satuan organisasi
teknologi;
penelitian dan pengembangan (litbang) instansi
5. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pemerintah. Sedangkan pada ayat 2 menjelaskan
pelaksanaan tugas LIPI; penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
menurut kaidah dan metode ilmiah secara
6. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan
instansi pemerintah di bidang penelitian ilmu
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman
pengetahuan;
dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran
7. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu
administrasi umum di bidang perencanaan pengetahuan dan teknologi serta menarik
umum, ketatausahaan, organisasi dan kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, pengetahuan dan teknologi. Selain itu pada ayat 26
kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, juga menjelaskan mengenai unit organsiasi litbang
dan rumah tangga. adalah instansi pemerintah yang secara fungsional
memiliki tugas pokok dan fungsi penelitian dan
pengembangan. Adapun pada pasal 4 menjelaskan
Adapun kewenangan LIPI sebagai lembaga bahwa tugas pokok peneliti adalah melakukan
riset nasional tertuang pada pasal 57, yaitu: penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

500 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dan teknologi. Selain itu juga menjelaskan bahwa seorang PNS berupa gabungan antara
jabatan fungsional peneliti terdiri dari peneliti pengetahuan (knowledge) kecakapan atau
pertama, muda, madya, dan utama. kemahiran (skill) dan sikap perilaku (attitude)
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Kompetensi peneliti berdasarkan
jabatannya, sehingga PNS tersebut dapat
Peraturan Kepala LIPI No 04 tahun 2009 yaitu
melaksanakan tugas secara profesional, efektif,
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
dan efisien.

(Sumber: Spencer & Spencer, 1993)


Gambar 2. Model The Iceberg dan Centra and
Surface Competencies
terlalu banyak di pandang penting karena belum
Merujuk pada gambar mengenai gunung
terlalu diidentifikasi penting dalam meningkatan
es di atas maka fungsi dari penentuan kompetensi
produktivitas pekerjaan.
individu setiap jabatan tertentu adalah untuk
memudahkan manajemen mengukur,
memprediksi, dan mengembangkan faktor-faktor
HUBUNGAN ANTAR KONSEP
internal individu dalam bekerja. Hal itu
menjelaskan mengenai aspek skill dan knowledge Sebelum merujuk pada soft kompetensi
dapat diungkap dengan tangible karena dapat individu maka terlebih dahulu kita menganalisis
dilihat secara observable. Adapun terdapat aspek keterhubungan anatar konsep yang melatar
yang tidak mudah diungkap pada tataran self belakanginya. Kajian ini mengikuti Peppard &
individu yang menjelaskan mengenai personality Ward (2004) menganalisis hubungan level
dan attitude individu dalam bekerja yaitu terkait perusahaan dan individu berdasarkan review
dengan self-concept, trait, dan motiv dalam secara mendalam pada literature yang
bekerja di suatu organisasi. Merujuk pada Spencer berhubungan dengan kapabilitas organisasi sistem
& Spencer (1993) knowledge merupakan informasi. Pada level perusahaan, kapabilitas
kemampuan individu mengenai kapasitas digambarkan pada proses value-added
informasi yang dibutuhkan pada area kerjanya berdasarkan pada strategi perusahaan, kompetensi
secara spesifik; Skill merujuka pada kemampuan spesifik berdasarkan kebutuhan level individu
individu dalam menunjukkan kinerjanya secara pada pekerjaan tertentu. Serangkaian soft
fisik dan mental; dan Attitude merupakan bagian kompetensi sesuai dengan international dan
dari konsep diri individu dalam mengelola dirinya virtual work. Keterhubungan hard dan soft
ketika bekerja. Soft kompetensi dalam kompetensi kompetensi pada level individu, organisasi, dan
yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan belum perusahaan dapat di lihat pada gambar berikut.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 501
Gambar 3. Hubungan antar konsep (sumber: Peppard & Ward, 2004)

PASTI yaitu Professional: melaksanakan tugas


Strategi LIPI sebagai lembaga riset nasional terbesar
dengan sungguh-sungguh dan dengan kemampuan
di Indonesia adalah tertuang dalam VISI dan
maksimal; Adaptive: mampu beradaptasi dan
Misinya. Visi sebagai lembaga ilmu pengetahuan
merespons segala bentuk perubahan untuk
berkelas dunia dalam riset, pengembangan, dan
memberikan manfaat maksimal; Scientific
pemanfaatannya, sehingga dapat meningkatkan
Integrity: memiliki tekad dan tanggung jawab
daya saing bangsa. Misi LIPI untuk dapat mencapai
ilmiah yang tinggi; Teamwork: mengutamakan
strategiknya adalah dengan menciptakan invensi
bekerja secara kelompok untuk hasil terbaik; dan
iptek, mengembangkang iptek yang bermafaat
Innovative: selalu berupaya untuk melahirkan
untuk konservasi dan pemanfaatan sumber daya
pemikiran-pemikiran yang bersifat terobosan.
berkelanjutan, meningkatkan perkembangan iptek
pada level internasional, dan meningkatkan kualitas Berdasarkan jabaran strategi LIPI
SDM Indonesia dengan iptek. Maka LIPI berupaya berdasarkan visi, misi, tujuan dan tata nilai, maka
untuk meningkatkan temuan, terobosan iptek yang kompetensi LIPI dapat dijabarkan sebagai berikut:
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat 1. Memiliki SDM peneliti yang berkualitas dengan
dan meningkatkan daya saing bangsa dengan disiplin ilmu yang beragam.
peningkatan nilai tambah dan kelestarian sumber
daya, meningkatkan posisi di dunia iptek 2. Menjaga kelestarian Sumber Daya IPTEK
interanasional, dan terutama meningkatkan budaya Indonesia.
ilmiah. 3. Melakukan kerjasama riset ilmiah di dalam
Berdasarkan keputusan presiden No 103 ataupun di luar negeri
tahun 2001 mengenai fungsi LIPI yang utama 4. Meningkatkan pengakuan IPTEK pada level
adalah melakukan pengkajian dan penyusunan internasional
kebijakan nasional dalam bidang IPTEK dengan
5. Memiliki kompetensi dalam pengembangan
penelitian dasar serta melibatkan multidisiplin
teknologi untuk menyediakan solusi terhadap
keilmuwan, serta melakukan pembinaan bagi
berbagai kebutuhan bangsa.
lembaga riset lainnya dalam iptek. Adapun tata nilai
yang di adapsi LIPI sebagai lembaga riset adalah

502 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
6. Memiliki peran untuk kelahiran berbagai Aspek besaran kompetensi kerja atau
regulasi dan kebijakan pemerintah. kompetensi inti adalah menggambarkan mengenai
kapasitas dan kemampuan knowledge, keterampilan
Kompetensi dan kemampuan secara luas
kerja, dan
digunakan sebagai konsep dari perspektif
kemampuan/sikap individu dalam bekerja
perusahaan dan individu. Sedangkan secara umum
(Holtkamp, 2015; Rivera, Ibarra, dkk, 2010).
dengan perspektif multi konsep komptensi Pekerjaan dalam bidang penelitian dan pekerjaan
digambarkan sebagai aspek yang umum, praktis menjelaskan aspek yang berbeda dari
kemampuan dari perspektif perusahaan atau kompetensi individu seperti kompetensi komunikasi
individu dan knowledge, skill, abilities/attitudes atau kompetensi bisnis, seperti halnya pekerjaan
yang berfokus pada penelitian dalam pengembangan
(KSA) dari perspektif individu. Perspektif IPTEK membutuhkan kompetensi teknis yang
perusahaan biasanya dikaitkan dengan publikasi berfokus pada pekerjaan seara praktis, namun juga
dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan ada kebutuhan secara soft kompetensi. Adapun
tersebut (Wernerfelt, 1984). Perspektif individu dari uraian jabatan fungsional peneliti berdasarkan
kompetensi terkait dengan wilayah pendidikan levelnya menjelaskan mengenai kompetensi apa
saja yang dibutuhkan (lihat tabel berikut).
(Grant & Young, 2010; Winterton,dkk, 2006;
Winterton, 2009) dan managemen SDM (Boyatzis,
1982).

Tabel 2. Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti

Peneliti Peneliti Muda Peneliti Madya Peneliti Utama Keterangan


Pertama
• Melaksanakan • Menyiapkan bahan • Membuat program • Membuat program Kapasitas intelktual
kegiatan dan program rencana rencana kegiatan rencana kegiatan (Kognitive/Knowledge)
membuat kegiatan litbang litbang litbang • Analitical Thinking
laporan • Melaksanakan • Melaksanakan kegiatan • Melaksanakan • Conceptual Thinking
penelitian dan kegiatan dan penelitian dan/atau kegiatan penelitian • Berpikir Sintesis
pengembangan membuat laporan pengembangan dari dan/atau
iptek sesuai penelitian dan/atau penelitian dan/atau pengembangan dari Attitude/Sikap/personality
dengan bidang pengembangan iptek, pengembangan, penelitian dan/atau • Achievement Orientation
penelitian sesuai bidang mengevaluasi hasil pemikiran ilmiah • Integity
dan/atau penelitian dan/atau pengembangan • Mengevaluasi hasil • Initiative
kepakarannya kepakarannya penelitian pengembangan • Information Seeking
di bawah dengan dan/ataupengembangan penelitian dan/atau • Self confidence
bimbingan dan memperhatikan isu- dan/atau hasil pengembangan • Flexibility
pembunaan isu pemikiran ilmiah dan/atau pemikiran
• menyusun nasional/internasonal • Merumuskan konsep ilmiah Skill
karya tulis dan kebutuhan pasar usulan kebijakan • Merumuskan konsep • Interpersonal
ilmiah hasil yang mendukung nasional yang akan usulan kebijakan Communication
penelitian dan pelaksanakan diterapkan nasional yang akan
• Team Leadership
pengembangan pembangunan • Menyusun karya tulis diterapkan
• Developing other
dan/atau hasil berkelanjutan ilmiah, dan • Menyusun karya tulis
pemikiran • Menyusun karya • Decasion Making
menerbitkan serta ilmiah, dan
ilmiah tulis ilmiah hasil menyebarluaskan hasil menerbitkan serta
• Mengikuti penelitian dan penelitian dan/atau menyebarluaskan
secara aktif pengembangannya pengembangan iptek hasil penelitian
perkembangan dan/atau hasil sesuai bidang dan/atau
ilmiah pada pemikiran ilmiah penelitian dan/atau pengembangan iptek
taraf nasional • Menyebarluaskan kepakarannya dengan sesuai bidang
dan hasil penelitiannya memperhatikan issue- penelitian dan/atau
internasional dengan sasaran agar issue kepakarannya dengan
sesuai dengan menghsilkan nasional/internasional memperhatikan issue-
bidang manfaat langsung dan kebutuhan pasar issue
penelitian maupun tidak yang mendukung nasional/internasional
pelaksanaan dan kebutuhan pasar

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 503
dan/atau langsung dengan pembangunan • yang mendukung
keparannya tugas dan fungsinya berkelanjutan pelaksanaan
• Meningkatkan • Mengikuti secara • Mengarahkan, pembangunan
pengetahuan, aktif perkembangan membimbing dan berkelanjutan
keterampilan, ilmiah pada taraf membina pejabat • Mengarahkan,
dan keahlian nasional dan Peneliti dibawahnya membimbing dan
yang internasional sesuai dalam pelaksanaan membina pejabat
berhubungan dengan bidang kegiatan penelitian Peneliti dibawahnya
dengan tugas penelitian atau dan/atau dalam pelaksanaan
dan fungsinya kapakaran dengan pengembangan iptek kegiatan penelitian
sesuai dengan diskusi mencari sesuai bidang dan/atau
bidang informasi, penelitian dan/atau pengembangan iptek
penelitian menghadiri seminar, kepakarannya dengan sesuai bidang
dan/atau pelatihan, dan memperhatikan issue- penelitian dan/atau
keparakarannya lokakarya. issue kepakarannya dengan
• Meningkatkan nasional/internasional memperhatikan issue-
pengetahuan, dan kebutuhan pasar issue
keterampilan, dan yang mendukung nasional/internasional
keahlian yang pelaksanaan dan kebutuhan pasar
berhubungan dengan pembangunan yang mendukung
tugas dan fungsinya berkelanjutan pelaksanaan
sesuai dengan bidang • Menyebarluaskan hasil pembangunan
penelitian dan/atau penelitiannya dengan berkelanjutan
kepakarannya sasaran agar • Memupuk
menghasilkan manfaat perkembangan
langsung maupun tidak kehidupan ilmiah
langsung dengan tugas pada taraf nasional
dan fungsinya; dan internasional
• Mengikuti secara aktif • Menyebarluaskan
perkembangan ilmiah hasil penelitiannya
pada taraf nasional dan dengan sasaran agar
internasional sesuai menghasilkan
dengan bidang manfaat langsung
penelitian dan/atau maupun tidak
kepakarannya dengan langsung dengan
diskusi mencari tugas dan fungsinya
informasi, menghadiri • Mengikuti secara
seminar, pelatihan, dan aktif perkembangan
lokakarya; ilmiah pada taraf
• Meningkatkan nasional dan
pengetahuan, internasional sesuai
keterampilan, dan dengan bidang
keahlian yang penelitian dan/atau
berhubungan dengan kepakarannya dengan
tugas dan fungsinya diskusi mencari
sesuai dengan bidang informasi,
penelitian dan/atau menghadiri seminar,
kepakarannya pelatihan, dan
lokakarya
• Meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan, dan
keahlian yang
berhubungan dengan
tugas dan fungsinya
sesuai dengan bidang
penelitian dan/atau
kepakarannya
(sumber: diolah dari Kemenpan no 128 tahun 2004 dan Spencer & Spencer, 1993)

504 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Jabaran mengenai definisi ataupun uaraian dari memuat pada tiga aspek besaran yaitu knowledge,
jabatan fungsional peneliti berdasarkan levelnya di Skill, dan Attitude dan kemudian dijabarkan ke
atasa dapat di tarik benang merah kompetensinya. dalam sub kompetensi, dapat dilihat pada tabel
Kompetensi inti pada setiap jenjang jabatan peneliti berikut.

Tabel 3. Jabaran Soft Kompetensi Inti dan definisinya

Aspek Kompetensi Sub Kompetensi Definisi


Kapasitas intelktual Analitical Thinking Kemampuan individu dalam memahami situasi secara sistematis
(Kognitive/Knowledge) sebagai satu kesatuan sebab akibat yang logis
Conceptual Thinking Kemampuan individu dalam memahami situasi atau permasalahan
dengan sudut pandang atau kerangka secara besar, sebagai
kemampuan untuk mengenarilisasikan permasalahan secara teoritik
Berpikir Sintesis Kemampuan Individu untuk mengitergrasikan informasi yang ada
menjadi struktur sistem pemikiran yang orisinal untuk membangun
pengetahuan baru dalam ranah IPTEK
Attitude/Sikap/person Achievement Kemampuan individu secara internal untuk fokus pada pencapain
ality Orientation target sesuai dengan standar dan meningkatkan kemampuan berdaya
saing
Integrity Kemampuan Individu dalam membangun kepercayaan dengan
keterbukaan, kehandalan dan konsistensi antara pemikiran dan
perilaku kerja berdasarkan nilai-nilai moral dan etika peneliti
Initiative Kemampuan individu untuk dapat bekerja melebihi harapan
organisasi dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja dan
menyelesaikan masalah secara kreatif
Information Seeking kesediaan dan kemampuan indivdiu dalam mencari tahu mengenai
isu yang dapat membantunya dalam mencapatkan akar permasalahan
yang dihadapi
Self Confidance Kemampuan dan keyakinan individu dalam mengenal potensi atau
kapasitas dirinya untuk bekerja secara percaya diri
Flexibility Kemampuan individu dalam beradaptasi pada situasi kerja yang
kurang mendukung namun tetap dapat berkinerja secara efektif untuk
mencapai tujuan organisasi
Leadership Skill Interpersonal kemampuan individu untuk berkomunikasi secara empatik, penuh
Communication kesadaran dan memahami infromasi serta kesediaan untuk
mendengarkan saran atau informasi dari orang lain
Team Leaderhip Kemampuan individu dalam mengelola dan memimpin orang lain
sehingga dapat mencapai tujuan bersama
Developing Other Kemampuan dan kesedian individu untuk memiliki dampak yan
positif terhadap orang lain dengan memberikan pengajaran dan
mendorong rekannya untuk berkembang bersama
Decasion Making Kemampuan individu dalam mengambil suatu alternative pilihan
berupa tindakan untuk pemecahan masalan masalah secara cepat dan
tepat
(sumber: kamus Spencer & Spencer, 1993)

intelektual yang menjadi modal kemampuan peneliti


Tabel uraian mengenai core kompetensi
untuk dapat berpikir kritis, logis, dan menciptakan
atau kompetensi utama yang harus dimiliki oleh
knowledge baru, yaitu analitical thinking,
peneliti untuk seluruh jenjang jabatan dari pertama
conceptual thinking, dan berpikir sintesis. Aspek
sampai utama terdiri dari Knowledge, Skill, dan
Attitude terkait bagaimana karakter personal peneliti
Attitude. Kompetensi inti pada jabatan fungsional
yang dapat mendukun produktivitasnya adalah
peneliti dikembangkan pada aspek soft
achievement orientation, integrity, initiative,
kompetensinya untuk dapat meningkatkan
information seeking, self confidance, dan flexibility.
produktivitas individu peneliti dan secara team
Selain itu pada aspek Skill dititik beratkan pada
peneliti. Soft kompetensi peneliti terdiri dari aspek
kemampuan dalam pengelolaan atau leadership skill
knowledge yang menjelaskan mengenai kapasitas

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 505
yaitu interpersonal communication, team performance-perilaku individu yang secara
leadership, developing other, dan kemampuan langsung dapat menjelaskan mengenai respon atau
dalam decasion making. mengantisipasi perubahan yang relevan dengan
tugas dan pekerjaannya. Pencapaian kemampuan
KINERJA INDIVIDU (INDIVIDUAL JOB
individu untuk mampu berdaya saing dalam
PERFORMANCE)
organisasi sebagai solusi eksternal yang dapat
Kinerja individu secara keumuman mendukung distribusi di lingkungan kerja
dipahami sebagai model yang multi dimensi (Prikaldnicki, 2006) sebagai karakteristik yang
mencakup perbedaan aspek seperti kinerja teknikal, membedakan antara individu dengan
kontekstual/pro-sosial, kinerja manajemen, dan lingkungannya. Adanya kemampuan komunikasi
dimensi expatriate-spesifik (Caligiuri, 2000). interpersonal yang baik dapat meminimalkan dan
Kinerja individu merujuk pada bagaimana individu menyeberangi batasan secara procedural ataupun
dapat menghandle tugas dari pekerjaannya. manajemen, sehingga menjalin keterhubungan
Motowidlo (2003) menemukan job performance dengan berbagi pengetahuan, rasional distribusi
sebagai total nilai pengharapan dari organisasi tugas, dan sebagian lainnya.
memiliki ciri-ciri serangkaian perilaku individu
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI DAN
sebagai standar. Berdasarkan hal tersebut Schmitt,
INDIVIDUAL JOB PERFORMANCE
dkk (2003) membedakan antara task performance,
contextual performance, dan adaptive performance. Berdasarkan uraian sebelumnnya mengai
Task performance digambarkan sebagai perilaku kompetensi inti yang merujuk pada soft kompetensi
yang secara langsung berkontribusi pada individu peneliti dan job performance, maka perlu
transformasi value-added pada material untuk kita memastikan bagaimana kinerja individu peneliti
produk (Borman & Motowidlo, 1993). Kontekstual yang superior. Kinerja individu peneliti yang tinggi
performance (Mac Kenzie dkk, 1991) dilihat dan memiliki kontribusi yang tinggi untuk
sebagai perilaku pada pekerja yang meyakini secara pencapaian tujuan organisasi sebagai kunci aspek
langsung mengarah pada efektifitas organisasi tanpa manejemen SDM berdasarkan competence
secara langsung mempengaruhi produktifitas performance theory (CPT). CPT berdasarkan pada
karyawan. lingkup knowledge dan menciptakan struktur antara
ruang lingkup kompetensi dan performance (Ley &
Adaptive performance melekat pada
Albert, 2003). Jika hubungan kompetensi dan tugas
kecerdasan dan toleransi pada kebutuhan yang
dapat diidentifikasi, strukturnya dapat menjelaskan
ambigu pada banyak pekerjaan (Schmitt, dkk,
mengenai prasayarat hubungan atau jalan belajar
2003). Pulakos dkk (2000) mengantarkan pada
(Ley & Albert, 2003). Berdasarkan struktur ini
delapan faktor yang menggambarkan kinerja yang
kemungkinan dapat dianalisis dengan kompetensi
adaptif, menangani situasi yang gawat dan krisis,
yang sesuai dengan kebutuhan untuk tugas yang
menangani stress kerja, menyelesaikan masalah
berbeda dan kegagalan dapat dijelaskan keseluruhan
secara kreatif, learning work task, teknologi dan
kompetensi yang hilang. Maka untuk mendapatakan
prosedur, demonstrating interpersonal adaptability,
kinerja peneliti yang tinggi dan memberikan
demonstrating cultural adaptability, dan
kontribusi pada organisasi terutama di LIPI secara
demonstrating physically oriented adaptability.
maksimal, perlu untuk bagi Biro Organisasi dan
Adaptive performance menjelaskan mengenai
SDM (BOSDM LIPI) yang diturunkan pada setiap
bagaimana individu meletakkan perbedaan struktur,
kepegawian masing-masing kedeputian dan satuan
teknologi dan job assignment atau bagaimana
kerja untuk memetakan dan mengidentifikasi
individu dapat beradaptasi dengan peran baru secara
kompetensi setiap jabatan fungsional penelitinya
baik dan dapat memperlihatkan kompentensinya
yang berhasil ataupun gagal. Keseluruhan peta dan
(Jundt, dkk, 2014). Jundt dkk (2014) menjelaskan
identifikasi tersebut dapat menjadi bahan dasar
bahwa adaptive performance sebagai task-

506 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
penentuan kompetensi inti peneliti yang disesuaikan mengembangkan karyawan yang luar biasa;
dengan kompetensi LIPI secara strategis. Perspektif kompensasi yaitu organisasi
Keseluruhan pendekatan, kompetensi yang menggunakan bonus, insentif gaji, dan pembedaan
dibutuhkan dapat menggambarkan kemampuan gaji yang relative besar guna menghargai mereka
yang dibutuhkan organisasi terhadap SDM peneliti yang berkinerja tinggi dibanding yang berkinerja
untuk dapat mencapai tujuan LIPI sebagai lembaga rendah. Hal tersebut sebagai langkah pertama
riset yang berperan mengembangkan riset untuk menuju kesadaran bahwa manusia merupakan
menjesahterakan masayarakat. sumber keunggulan kompetitif walaupun tidak akan
mengeksploitasi sepenuhnya manfaat-manfaat SDM
sebagai aset strategis; Perspektif keselarasan
KESIMPULAN menjelaskan mengenai pandangan
Pencapaian kinerja organsiasi tidak dapat manajer/manajemen senior bahwa karyawan
terlepas dari upaya manajemen SDM yaitu BOSDM sebagai alat aset strategis, namun tidak secara detil
ataupun kepegawaian di setiap pusat penelitian di diperiksa kapabilitas-kapabilitas SDM karena
LIPI untuk membenahi SDM penelitinya. Perbaikan kurang mampu mendongkrak perspektif
kinerja karyawan secara individu akan secara manajemen. Perspektif tersebut seharusnya lebh
otomatis akan memberikan dampak pada dapat dibangun untuk menyelaraskan peran dan
peningkatan kinerja organisasi (Moorhead dan fungsi SDM peneliti untuk dapat menjalankan
Griffin, 2013). SDM peneliti merupakan asat peranannya untuk mencapai tujuan lembaga LIPI
intangible bagi LIPI yang sangat berharga dan sebagai lembag riset.
sebagai sumber daya utama yang menjalankan Berdasarkan perspektif kinerja-tinggi maka
proses bisnis sebagai lembaga pengembangan dan dapat menjelaskan mengenai pandangan eksekutif
riset IPTEK di Indonesia. Merujuk pada kebijakan- SDM dan yang lain memandang SDM sebagai
kebijakan yang telah ada mengenai pengelolaan sistem yang melekat di dalam sistem yang lebih
SDM peneliti perlu adanya keseriusan bagi besar, yaitu implementasi strategi organisasi dengan
manajemen terutama BOSDM ataupun pengelolaan dan mengukur hubungan di antara dua
kepegawaian untuk mengelola SDM penelitinya. sistem serta kinerja organisasi. Saatnya LIPI untuk
Kompetensi SDM peneliti tidak hanya bertumpu meletakkan SDM peneliti sebagai bagian penting
pada kompetensi secara hard namun ada kompetensi dari perencanaan strategis organisasi dengan tidak
secara soft yang lebih memberikan dorongan secara hanya berfokus pada pengembangan hard
individu untuk meningkatkan kualitas peneliti. kompetensi namun juga soft kompetensinya. Salah
Sebagaimana nilai-nilai LIPI dengan PASTI tidak satu sarannya adalah memasukkan soft kompetensi
dapat terwujud tanpa kompetnsi SDM peneliti yang sebagai kompetensi inti dalam pemilihan kandidat
tidak memenuhi standar Knowlegde , Skill, dan peneliti baru (CPNS), memasukkan soft kompetensi
Attitude yang testandar. Maka dengan penentuan sof dalam penilaian kinerja peneliti, dan memasukkan
kompetensi secara inti bagi SDM peneliti soft kompetensi sebagai bagian penting dalam
diharapkan dapat membantu LIPI untuk pengembangan SDM dengan berbagai pelatihan dll.
mendapatkan peneliti yang unggul, berattitude , dan
memberikan kontribusi yang nyata bagi LIPI secara
organisasi. ACKNOWLEDGMENT
Penting pula bagi kita untuk mengenali Kajian ini mendapatkan dukungan penuh dari pusat
berbagai perspektif mengenai SDM sebagai aset penelitian perkembanan IPTEK terutama dari
penting organisasi (Moorhead & Griffin, 2013), kelompok penelitian manajemen IPTEK.
yaitu: Perspektif personel yaitu organisasi
merekrut dan menggaji orang tetapi tidak berfokus
untuk mengambil yang terbaik atau

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 507
DAFTAR PUSTAKA implementation and testing. Journal of
Systems and Software, 101. 136-146. DOI:
Boyatzis, R.E. (1983). The competent manager: A
10.1016/j.jss.2014.12.010
model for effective performance. Strategic
Management Journal, 4(4). 385-387. DOI: Holtkamp, P. (2015). Competency requirements of
10.1002/sml.4250040413 global software development:
Conceptualization, contextualization, and
Creswell, J.W. (2004). Research Design:
consequences. Disertasi Jyvaskyla Studies In
Qualitative, Quantitative, and Mixed
Computing.
Methods Approaches (2nd ed.). Thousand
Oaks, CA, USA: Sage Publications. Holtkamp, P., Jokinen, J., Qiao, Z. & Pawlowski,
J.M. (2015). Moderation effect pf
Cheney, P. H., Hale, D. P. & Kasper, G. M. (1990).
intercultural competency on the influence of
Knowledge, skills and abilities of information
software development competency on the in-
systems professionals: past, present, and
role job performance. Journal of Management
future. Information & Management, 19(4),
Information Systems (under review).
237-247.
Jacobs, R. (1989). Getting the measure of
Grant,S., & Young, R. (2010). Concepts and
managerial competences. Personne;
tandardization in areas relating to
Management, 21 (6). 32-37. DOI:
competence. International Journal of IT for
10.4135/9781452274942
Graduate Programs’ In Information Systems,
Communications of AIS, 171 (1), 121-196. Jundt, D.K., Shoss, M.K., & Huan,J.L. (2014).
Individual adaptive performance in
Hubert, S. (1996). Aset Tangible dan Intangible
organizations: A review. Journal of
dalam Becker, B.E., Huselind, M.A., &
Orgnizational of Behavior, 36. S1, S53-S71.
Ulrich, D. (2006). HR Scorecard: Mengaitkan
Manuisa, Strategi, dan Kinerja. Esensi Kangas, K. (1999). Competency and Capabilities-
Erlangga Group: Indonesia. Based Competition and the Role of
Information Technology: The Case of
Hoel, T. & Holtkamp, P. (2010). Requirement
Trading by a Finland based Firm to Russia.
modeling in international information system
Journal of Information Technology Cases and
design-what competencies are needed and
Applications, 1(2), 4-22.
how to manage them?. Proceedings of the
European Conference on Knowledge Ley, T. & Albert, D. (2003). Identifying employee
management 2010, Cartagena, Spain. competencies in dynamic work domains:
Methodological considerations and a case
Holtkamp, P. & Pawlowski, J.M. (2015). A
study. Journal of Universal Computer
competence-based view on the global
Science, 9 (12).1500-1518.
software development process. Journal of
Universal Computer Science (Fortcoming). LIPI. (2016). Sumber Daya dan Kompetensi.
Diakses di web:
Holtkamp, P., Lau, I. & Pawlowski, J.M. (2014).
http://lipi.go.id/tentang/sumber-daya-dan-
How do software development competences
kompetensi
change in global settings-an explorative
study. Journal of Software: Evolution and LIPI. (2016). Sejarah LIPI. Diakses di Web:
Process, 27 (1). 50-72. DOI: http://lipi.go.id/tentang/sejarahlipi
10.1002/smr.1701
MacKenzie, S.B., Podsakoff, P.M. & Fetter, R.
Holtkamp, P., Jokinen, J., & Pawlowski, J.M. (1991). Organizational citizenship behavior
(2015). Soft competency requirement in and objective productivity as determinants of
requirements engineering, software design, managerial evaluations of salespersons'

508 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
performance. Organizational Behavior and Renck, R., Kahn, E.L. & Gardner, B.B. (1969).
Human Decision Processes, 50, 123-150. Continuing Education in R&D Careers. DSF
Report 69-20, Prepared by the Social
Moorhead, G., & Griffin, R.W.(2013). Perilaku
Research, Inc.
Organisasi: Manajemen Sumber Daya
Manusia dan Organisasi, Edisi 9. Penerbit Rivera-Ibarra, J.G., Rodríguez-Jacobo, J. &
Salemba Empat: Jakarta. Serrano-Vargas, M.A. (2010). Competency
framework for software engineers. In
Motowidlo, S.J. (2003). Job Performance. Dalam
CSEE&T 2010: Proceedings of the 23rd
Borman, W.C., Ilgen, D.R., & Klimoski, R.J.
IEEE Conference on Software Engineering
(2003). Handbook of psychology-Volume 12
Education and Training, 33-40. Pittsburgh,
Industrial and Organizational Psychology,
PA, USA: IEEE.
Hoboken, Nj: John Wiley & Sons. 39-53.
Sanchez, R., Heene, A. & Thomas, H. (1996).
Peppard, J., & Ward, J.M. (2004). Beyond strategic
Introduction: Towards the Theory and
information systems: Toward an IS
Practice of Competence-Based Competition.
capability. The Journal of Strategic
Oxford, UK: Pergamon Press.
Information Systems, 13 (2). 167-194. DOI:
10.1016/j.jsis.2004.02.002 Schmitt, N., Cortina, J.M., Ingerick, M.J., and
Wiechmann, D. Personnel Selection and
Pawlowski, J.M. & Holtkamp, P. (2012). Towards
employee Performance, In, Borman, W.C.,
an internationalization of the information
Ilgen, D.R. and Klimoski, R.J. (eds),
systems curriculum. Proceedings of the
Handbook of psychology – Volume 12
Multikonferenz Wirtschaftsinformatik
Industrial and Organizational Psychology,
(MKWI) 2012, Braunschweig, Germany.
Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, 2003, 77-
Pawlowski, J.M., Holtkamp, P. & Kalb, H. (2010). 106.
Globalization competences in information
Spencer, L.M., & Spencer, S.M. (1993).
systems and E-learning. Proceeding in
Competence at Work: Model for Superior
knowledge Intensive Settings, International
Performance. New York: John Wilwy &
Conference o Software Business, Jyvaskla,
Sons, Inc.
Finland
Tim Indikator Iptek. (2014). Indikator Iptek
Prikladnicki R., Audy, J.L.N. & Evaristo, R. (2006).
Indonesia Tahun 2013. Pappiptek LIPI:
A Reference Model for Global Software
Jakarta
Development: Findings from a Case Study. In
ICGSE 2006: International Conference on Wade, M. & Hulland, J. (2004). Review The
Global Software Engineering, 18-28. Resource-Based Review: View and
Florianopolis, Brazil: IEEE. information systems and Suggestions
Review, Extension, Suggestions for Future
Pulakos, E.D., Arad, S., Donovan, M.A. &
Research. Management Information Systems,
Plamondon, K.E. (2000). Adaptability in the
28(1), 107-142.
workplace: Development of a taxonomy of
adaptive performance. Journal of Applied Winterton, J., Delamare-Le Deist, F. &
Psychology, 85, 612–624. Stringfellow, E. (2006). Typology of
knowledge, skills and competences:
Rainsbury, E., Hodges, D., Burchell, N. & Lay, M.
clarification of the concept and prototype.
(2002). Ranking Workplace Competencies:
Luxembourg: Office for Official Publications
Student and Graduate Perceptions. Asia
of the European Communities.
Pacific Journal of Cooperative Education,
3(2), 8-18.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 509
Woodruffe, C. (1993). What is meant by a Kebijakan
competency? Leadership & organization
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor
development journal, 14(1), 29-36.
103 Tahun 2001 dan dirubah terakhir menjadi
Wernerfelt, B. (1984). A resource-based view of the Peraturan Presiden Republik Indonesia
firm. Strategic Management Journal, 5. 171- Nomor 64 Tahun 2005, Tentang Kedudukan,
180. DOI: 10.1002/smj.4250050207 Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Winterton, J. (2009). Competence across Europe:
Pemertintah Non Departemen
Highest common factor or lowest common
denominator. Journal of European Industrial Peraturan Kepala LIPI No 4 tahun 2009 tentang
Training, 33 (8/9). 618-700. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional
Peneliti.
KEPMENPAN No 128 tahun 2004 tentang Jabatan
Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya.

510 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Potensi Tenaga Pendidik dan Industri Pendidikan dalam Mutual
Recognition Arrangement Masyarakat Ekonomi ASEAN
Indri Juwita Asmara
Pusat Penelitian Perkembangan Iptek-LIPI

Keyword ABSTRACT
AEC, teaching professional, ASEAN initiated the ASEAN Economic Community (AEC) with a blue print
education industry, Mutual grand design declaring the exchange of skilled workers from and to the
Recognition Arrangement ASEAN region through the free flow of skilled labor pillar. In this pillar
there is arrangement on the profession that can be exchanged in ASEAN
countries or Mutual Recognition Arrangement (MRA). Meanwhile, based
on research on human resources devoted to science and technology (HRST)
in 2015 it is known that workers who include HRST is teaching professional,
and this profession has a proportion of more than 50% of total HRST
throughout Indonesia. However, the teaching professional has not been part
of the eight professions recognized in the MRA. So the quantity of teaching
professional could be potential for labor exchange recognized by the MRA.
On the other hand, free flow of skilled labor opens opportunities for human
resource exchanges abroad but also provides opportunities for workers
from ASEAN countries to work domestically.. This will affect the education
industry in Indonesia which in recent years has been growing. This paper
describes the description of Indonesian teaching professional and education
industry and its potential to be part of the MRA.
Kata Kunci SARI KARANGAN
MEA, tenaga pendidik, industri ASEAN menggagas Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan blue print grand
pendidikan, free flow of skilled design menyatakan pertukaran orang dari dan ke wilayah ASEAN melalui
labor pilar free flow of skilled labor. Tenaga profesional pendidik yang
merupakan salah satu profesi SDM Iptek Indonesia dengan proporsi
terhadap total SDM Iptek lebih dari 50%. Namun dalam pilar free flow of
skilled labor tersebut profesi tenaga pendidik belum menjadi bagian dari
delapan profesi yang diakomodasi untuk dipertukarkan antar negara
ASEAN. Free flow selain membuka kesempatan untuk melakukan
pertukaran SDM ke luar negeri namun juga harus disadari membukan jalan
bagi tenaga kerja negara ASEAN untuk bekerja di dalam negeri. Industri
pendidikan di Indonesia saat ini sedang berkembang dalam beberapa tahun
belakangan. Makalah ini memaparkan deskripsi tenaga didik dan industri
pendidikan Indonesia serta potensinya menjadi bagian dalam kerangka free
flow of skilled labor.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

1. LATAR BELAKANG (mengisi gap).Meningkatkan pendapatannya serta


memperoleh pengalaman baru. Kondisi mobilitas
1.1 Masyarakat Ekonomi Asean
tenaga kerja ASEAN pada periode 1990 - 2013
Pemberlakuan pasar bebas tenaga kerja migrasi intra ASEAN meningkat dari 1,5 juta
akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya menjadi 6,5 juta migran. Sebagian besar yaitu
bagi angkatan kerja di seluruh kawasan ASEAN. sekitar 87 %, migrasi tenaga kerja intra ASEAN
Tenaga kerja di ASEAN berkesempatan untuk merupakan teanga kerja berketrampilan rendah &
mengisi kebutuhan tenaga kerja di host country sedang. Migrasi didorong oleh adanya kesenjangan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 511
ekonomi dan demografi diantara negara-negara kualifikasi telah ditandangani: 1. jasa teknik
ASEAN. rekayasa (Desembar 2005), 2. jasa keperawatan
(Desember 2006), 3. jasa arsitektur dan 4. jasa
Aliran mobilitas pekerja ASEAN
pemetaan (November 2007), 5. jasa akuntansi
terkonsentrasi dalam 5 koridor utama yaitu
(November 2014), 6. jasa medis dan 7. jasa dokter
Myanmar ke Thailand, Indonesia ke Malaysia,
gigi (Februari 2009) serta 8. jasa profesi pariwisata
Malaysia ke Singapura, Laos ke Thailand, Kamboja
(November 2012).
ke Thailand. Migrasi ini merepresentasikan 88%
MRA didefinisikan sebagai kesepakatan
dari intra-ASEAN migrant stock (UN, 2013 dan
negara-negara ASEAN untuk mengakui atau
Sugiyarto dan Agunias, 2014).
menerima beberapa atau semua aspek hasil
1.2 Mutual Recognition Arrangement penilaian atau sertifikat dari kualifikasi jasa
professional yang disepakati. MRA bertujuan untuk
Meski dominasi migrasi pekerja adalah
memfasilitasi mobilitas para profesional
yang berketrampilan rendah dan sedang, namun
negaranegara ASEAN berdasarkan pada
upaya mendukung liberalisasi sektor jasa untuk
kualifikasi/sertifikasi berbasis kompetensi. ASEAN
tenaga kerja profesional ASEAN yang telah
membentuk ASEAN Qualification Reference
menandatangani MRA (Mutual Recognition
Framework (AQRF) pada 2014 sbg penyedia
Agreement) bagi 8 jenis kualifikasi professional
referensi kualifikasi yang menjadi benchmark bagi
yaitu :(1) jasa teknik rekayasa, (2) jasa keperawatan,
negara ASEAN. Standar AQRF dimulai pada 2016
(3) jasa arsitektur, (4) jasa pemetaan, (5) jasa profesi
dan pada 2018 semua kualifikasi sudah memenuhi
pariwisata, (6) jasa akuntansi, (7) jasa medis dan (8)
standar AQRF (Menon and Melendez, 2015). MRA
jasa dokter gigi. MRA merupakan kesepakatan
ini menyediakan mekanisme untuk kesepakatan
untuk mengakui atau menerima beberapa atau
tentang kesetaraan prosedur sertifikasi kompetensi
semua hasil penilaian atau sertifikasi dari kualifikasi
dan kualifikasi di ASEAN untuk 8 jasa yang
jasa professional yang disepakati. MRA untuk 8 jasa
disepakati.

Tabel 1. Kualifikasi 8 Profesional yang diakui dalam MRA

Bidang Jasa Kualifikasi Lembaga


Jasa Insinyur Lulusan pendidikan teknik Setiap negara harus memiliki
Memiliki izin praktik mandiri kelembagaan: PRA (Professional
Pengalaman min. 7 tahun dan 2 tahun Regulatory Authority) dan MC
bertanggung jawab dalam significant project (Monitoring Committee)
Memiliki sertifikat kompetensi dari PRA
Jasa Arsitek Lulus pendidikan arsitektur dengan lama masa PRA, MC dan AAC (ASEAN
studi tidak kurang dari 5 tahun Architect Council)
Memiliki izin praktek
Memiliki sertifikat kompetensi dari PRA
Pengalaman min. 10 tahun, 5 tahun di antaranya
setelah lisensi/registrasi, dan 2 tahun bertanggung
jawab dalam significant project
Jasa Perawat Lulus pendidikan perawat NRA (Nursing Regulatory
Memiliki izin praktek Authority)
Memiliki sertifikat kompetensi
Pengalaman min. 3 tahun
Mengikuti tes kesehatan/program persiapan/tes
kompetensi

512 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Lulus pendidikan dokter PMRA (Professional Medical
Memiliki pengakuan kualifikasi kompetensi Regulatory Authority)
Memiliki izin praktik
Pengalaman sebagai praktisi medis/spesialis min.
5 tahun
Jasa Kedokteran Lulus pendidikan dokter gigi PDRA (Professional Dental
Gigi MEmiliki pengakuan kualifikasi kompetensi Regulatory Authority)
Memiliki izin praktik
Pengalaman sebagai dokter gigi/spesialis min. 5
tahun
Jasa Pariwisata Memiliki sertifikat kompetensi ASEAN (untuk NTPB (National Tourism
jasa perhotelan dan travel service) Professional Board), TPCB
(Tourism Professional
Certification Board), dan CACT
(Common ASEAN Tourism
Curriculum)
Jasa Akuntan Lulus pendidikan akuntansi PRA
Memiliki izin praktik
Pengalaman praktik min 3 tahun selama periode 5
tahun setelah lulus pendidikan
Mengikuti CPD negara asal
Jasa Surveyor Memenuhi persyaratan pendidikan surveyor Competent Authority
Memiliki lisensi
Memiliki pengakuan kualifikasi kompetensi
Pengalaman sesuai dengan yang ditetapkan
masing-masing negara ASEAN

analisis mengenai aliran migrasi tenaga kerja


1.3 Permasalahan Tenaga Pendidik
Indonesia intra ASEAN dan aliran tenaga kerja
Besarnya jumlah tenaga profesional asing terlatih di industri pendidikan .
pengajar dibandingkan dengan profesional lainnya
merupakan potensi besar bagi Indonesia. Namun 2. Data dan metodologi
potensi ini belum dimasukan ke dalam kesepakatan Analisis deskriptif melalui pengumpulan
MRA MEA. Tenaga pendidik yang dianggap data dan informasi dari literature dan laporan hasil
sebagai potensi untuk dipertukarkan dengan negara survei. Wawancara mengenai potensi profesional
ASEAN, maka harus disadari pula akan membukan pendidikan di Indonesia. Menggunakan analisis
peluang tenaga pendidik dari negara lain untuk SWOT yang memetakan kelemahan, kekuatan,
masuk kea Indonesia, sehingga perlu diketahui peluang dan ancaman. Pekerja asing mencapai 35%
industri pendidikan di Indonesia dalam emnerima dari populasi penduduk (2010 ) dan pekerja terampil
tenaga pendidik asing dari ASEAN. < 1/4 dari total angkatan kerja non residennya yang
Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui mencapai 1,3 juta pekerja tahun 2012 (Yeoh and
potensi tenaga pendidik Indonesia dalam pasar Lin, 2012 dan ADB and ILO, 2014). Malaysia, total
bebas tenaga kerja ASEAN, penelitian ini bertujuan pekerja asing di Malaysia kurang dari 2% & mereka
: 1. Memperoleh gambaran mapping tenaga pekerja berketrampilan tinggi (Yue, 2011).
pendidikan saat ini, regulasi di Indonesia dan Thailand, pekerja terampil di Thailand masuk
kebijakan ketenagakerjaan yang berlaku untuk melalui Undang-Undang Investasi diberi izin
tenaga kerja migran. 2. Mengetahui kondisi supply tinggal di Thailand yaitu 6 bulan pada satu waktu
dan deman tenaga pendidik Indonesia di sektor jasa
yang diliberalisasi dalam MEA dan melakukan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 513
Tabel 2. ASEAN Labour Migration 2010 (Capnelli, Geovani (2013))

Population Labor Outward Inward Net


(000) Force (000) Migration Migration Migration
(000) (000) Flow (000
Singapore 5.184 2.632 297 1.967 1.670 Net
Malaysia 28.251 12.250 1.481 2.358 876 Import
Thailand 63.878 38.977 811 1.157 346
Brunei 414 202 24 148 124
Darusalam
Cambodia 14.953 8.050 350 336 (15) Net
Laos 6.437 3.179 367 19 (348) Export
Myanmar 61.187 27.337 515 98 (417)
Indonesia 237.641 117.578 2.504 397 (2.107)
Vietnam 88.257 47.936 2.226 69 (2.157)
Philippines 94.010 39.639 4.276 435 (3.840)
ASEAN 600.212 297.780 10.626 6.915 (3.710)

3. GAMBARAN TENAGA PENDIDIK DI INDONESIA

Sakernas 2001-2015 tenaga profesional pengajar -> besarnya proposi tenaga pengajar

100% Other Professional


90%
80%
70% Teaching Professional
60%
50%
40% Life Science and Health
30% Professional
20%
10% Physical, Mathematical, and
0% Engineering Science
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Professionasional

Gambar 1. Proporsi Tenaga Profesional Pendidikan dibandingkan tenaga profesional lainnya 2000-2014
(SAKERNAS BPS 2000-2014)

514 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 515
Profesional Pendidikan
5000000
4500000
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 2. Perkembangan tenaga profesional pendidikan dari tahun 2000 hingga 2014 (SAKERNA BPS,
2000-2014)

pendidikan yang diemban cukup mulia dan berat,


Kompetensi Tenaga Pendidik
karena dari limpahan tugas masyarakat dan orang
Profesionalisme profesional pendidikan murid tersebut, antara lain adalah kemampuan
dibangun melalui penguasaan kompetensi- profesional pendidikan mentransfer pengetahuan
kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam dan kebudayaan dalam arti luas, keterampilan
menyelesaikan pekerjaannya sebagai profesional menjalani kehidupan [life skills], nilai-nilai [value]
pendidikan. ”Kompetensikompetensi penting dan beliefs [baca:Purwanto,
jabatan profesional pendidikan tersebut adalah http://www.pustekkom..., Ibid]. Dari life skills ini,
kompetensi bidang substansi atau bidang studi, profesional pendidikan diharapkan dapat
kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi menciptakan suatu kondisi proses pembelajaran
bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta yang didasarkan pada leaning competency, sehingga
kompetensi bidang hubungan dan outputnya jelas. Dari sini, profesional pendidikan
pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan dengan kemampuannya diharapkan dapat
profesionalisme profesional pendidikan meliputi mengembangkan dan membangun tiga pilar
peningkatan kompetensi, peningkatan kinerja keterampilan, yaitu : [1] Learning skills, yaitu
[performance] dan kesejahteraannya. Profesional keterampilan mengembangkan dan mengola
pendidikan sebagai profesional dituntut untuk pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan
senatiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan dalam menjalani belajar sepanjang hayat. [2]
kreativitasnya” [Purwanto, Thinking skills, yaitu keterampilan berpikir kritis,
http://www.pustekkom...,Ibid] masing-masing yang kreatif dan inovatif untuk menghasilkan keputusan
saling mempengaruhi. Depdiknas, 2001, dan pemecahan masalah secara optimal. [3] Living
merumuskan beberapa kompetensi atau kemampuan skills, yaitu keterampilan hidup yang mencakup
yang sesuai seperti kompetensi kepribadian, bidang kematangan emosi dan sosial yang bermuara pada
studi, dan pendidikan dan pengajaran [Paul daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil yang
Suparno, 2004:47]. Masyarakat dan orang tua murid tinggi [Sudjarwadi, KR, 5 -1-2003, dalan Hujair,
telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada 2003: 199]. : Pertama, kompetensi pada bidang
profesional pendidikan. Tugas profesional studi dan pendidikan/pengajaran, yaitu

516 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mengharuskan profesional pendidikan untuk 4. GAMBARAN LEMBAGA PENDIDIKAN
menguasai kurikulum, menguasai materi pelajaran, DI INDONESIA
menguasai teknik dan metode mengajar.
Perkembangan Lembaga Pendidikan Dari
Kemampuan pada bidang studi, yaitu ”menuntut
Tahun Ke Tahun
pemahaman pada karakteristik dan isi bahan ajar,
menguasai konsepnya, mengenal betul metologi Data statistik Direktorat Jenderal
ilmu tersebut, memahami konteks ilmu tersebut Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu Nasional (Depdiknas) mencatat bahwa secara
lain. Jadi, profesional pendidikan tidak cukup hanya kuantitas perkembang perprofesional pendidikanan
mendalami ilmuny sendiri tetapi bagaimana dampak tinggi (akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut
dan relasi ilmu tersebut dalam kehidupan dan universitas) di Indonesia meningkat tajam, jika
masyarakat dan dengan ilmu yang lain [Paul pada bulan September 1999 jumlah lembaga
Suparno, 2004: 51]. pendidikan tinggi di Indonesia berjumlah 1.634
Dengan demikian, profesional pendidikan perprofesional pendidikanan tinggi, kemudian
diharpkan memiliki pengetahuan dan wawasan yang jumlahnya naik menjadi 2.428 atau naik sebesar
luas. Sedangkan kemampuan profesional 49% selama lima tahun terakhir (1999-2004).
pendidikan dalam bidang pembelajaran/pendidikan, Apabila jumlah lembaga pendidikan tinggi itu
yaitu profesional pendidikan harus memiliki dibedakan menurut statusnya, maka jumlah
”pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan Perprofesional pendidikanan Tinggi Negeri (PTN)
perkembangannya, mengerti beberapa konsep naik dari 77 menjadi 81 (atau naik sebesar 5,2%)
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, PTN, tahun 2006 menjadi 82 PTN dan
menguasai beberapa metode mengajar yang sesuai Perprofesional pendidikanan Tinggi Swasta (PTS)
dengan materi pelajaran dan perkembangan siswa, naik dari 1.557 menjadi 2.347 (atau naik sebesar
menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik 51,4%) dalam periode waktu tersebut, bahkan Data
”[Paul Suparno, 2004: 52]. Kedua, kompetensi statistik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
sosial, yaitu kompetensi pada bidang hubungan dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
pelayanan, dapat berkomunikasi dengan orang lain, mencatat bahwa secara kuantitas perkembang
mampu menyelesaikan masalah, pengabdian pada perprofesional pendidikanan tinggi (akademi,
masyarakat. Ketiga, kompetensi persolan atau politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas)
kepribadian ”mencakup aktualisasi diri, kepribadian di Indonesia meningkat tajam, jika pada bulan
yang utuh, berbudi luhur, jujur, dewasa, beriman, September 1999 jumlah lembaga pendidikan tinggi
bermoral, peka, objektif, luwes, berwawasan luas, di Indonesia berjumlah 1.634 perprofesional
berpikir kreatif, kritis, refletif, mau belajar pendidikanan tinggi, kemudian jumlahnya naik
sepanjang hayat”. [Depdiknas, 2001, dalam Paul menjadi 2.428 atau naik sebesar 49% selama lima
Suparno, 2004: 47], mengikuti perubahan, tahun terakhir (1999-2004). Apabila jumlah
komitmen pada tugas, berdisiplin tinggi, memiliki lembaga pendidikan tinggi itu dibedakan menurut
pribadi dan penampilan yang menarik, statusnya, maka jumlah Perprofesional
mengesankan serta profesional pendidikan yang pendidikanan Tinggi Negeri (PTN) naik dari 77
gaul dan ”funky” sehingga menjadi dambaan setiap menjadi 81 (atau naik sebesar 5,2%) PTN, tahun
orang, sosok profesional pendidikan yang menjadi 2006 menjadi 82 PTN dan Perprofesional
tauladan bagi siswa dan panutan masyarakat. pendidikanan Tinggi Swasta (PTS) naik dari 1.557
menjadi 2.347 (atau naik sebesar 51,4%) dalam
periode waktu tersebut, bahkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 517
Tabel 2. Jumlah Perguruan Tinggi 1, Mahasiswa, dan Tenaga Edukatif (Negeri dan Swasta) di Bawah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (BPS, 2016)

Jumlah Perprofesional
Jumlah Mahasiswa Jumlah Tenaga Edukatif
pendidikanan Tinggi

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta


99 3,181 1,827,240 4,012,347 87,533 143,382

Lembaga Pendidikan Memiliki Otoritas melaksanakan amanat konstitusi itulah, maka pada
Tersendiri saat ini pemerintah pusat maupun daerah tengah
Bidang pendidikan merupakan salah satu berkonsentrasi secara penuh terhadap kemajuan
faktor yang sangat fundamental dalam upaya dalam pembangunan pendidikan, dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan, di samping juga meningkatkan sumber daya manusia yang diyakini
merupakan faktor penentu bagi perkembangan sebagai faktor penunjang akselerator kemajuan
sosial dan ekonomi ke arah kondisi yang lebih baik. daerah. Peningkatan sumber daya manusia melalui
Pendidikan juga dipandang sebagai sarana paling bidang pendidikan hanya dapat dicapai, jika
strategis untuk mengangkat harkat dan martabat profesional pendidikan yang berfungsi sebagai
suatu bangsa. Mengingat begitu pentingnya peran pendidik generasi bangsa juga memiliki kualitas
pendidikan bagi kehidupan masayarakat, maka yang tinggi. Pembangunan bidang pendidikan di
pemerintah dewasa ini sangat memperhatikan segala setiap daerah bertumpu kepada tiga pilar Kebijakan
aspek pendidikan yang ada untuk ditingkatkan, Strategis Departemen Pendidikan Nasional, yaitu:
termasuk peningkatan mutu produktivitas (1) Perluasan dan pemerataan akses pendidikan; (2)
profesional pendidikan. Harapannya adalah agar Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan
pendidikan di Indonesia bangkit dari keterpurukan (3) Tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik
dan menjadi garda terdepan dalam pembangunan (Depdiknas, 2008:5). Ketiga pilar itulah yang
bangsa. Bentuk perhatian ini, secara khusus menjadi dasar pengembangan sektor pendidikan
tercermin dalam kebijakan pemerintah, antara lain: yang menyeluruh di Indonesia dewasa ini.
berupa pemenuhan sarana perundang-undangan,
peningkatan anggaran pendidikan, sampai pada
Daya Saing Bangsa Dalam Pendidikan
upaya penyempurnaan berbagai regulasi yang
berlaku untuk memajukan pendidikan nasional. Pemahaman mengenai pentingnya daya
(Subandowo, 2009:109-110). Hal tersebut saing bangsa, muncul dan berkembang seiring
merupakan sebuah upaya yang dilandasi adanya dengan semakin berkembangnya globalisasi dan
kesadaran untuk mewujudkan amanat konstitusi perdagangan dunia. Berkaitan dengan itu, Hatten
yang diletakkan para founding father negara ini, dan Resenthal (2000:5) menyatakan bahwa
yaitu dalam Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Dasar penguasan bidang ilmu dan teknologi dalam kadar
1945 yang mengisyaratkan, bahwa: “Setiap warga yang memadai sangat diperlukan agar masyarakat
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas,
pemerintah wajib membiayainya”. Dan Pasal 31 pengembangan, dan penerapan iptek (ilmu
ayat (3) yang menyatakan, bahwa: “Pemerintah pengetahuan dan teknologi) sebagai tuntutan yang
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem mutlak dalam kehidupan global. Menurut Harrison
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan Huntington (Subandowo, 2009:109). Era
dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka globalisasi telah merubah paradigma yang sangat
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur besar dalam sektor produktivitas yang menyangkut
dengan undang-undang”. Sebagai upaya kekayaan suatu negara. Pada masa lampau kekayaan
suatu negara dipandang berkait erat dengan sumber-

518 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
sumber kekayaan alam yang dimiliki. Akan tetapi Industri Pendidikan
untuk ukuran sekarang, kekayaan suatu negara
Tentu berbeda antara pengertian industri,
sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya
pendidikan, industri pendidikan, dan industrialisasi
manusia yang mampu mengubah sumber-sumber
pendidikan. Ketika pengelola TK, SD, SMP, dan
daya alam itu menjadi produk atau jasa yang
SMA plus menerapkan tarif yang membumbung
berharga berdasarkan ilmu pengetahuan, investasi,
tinggi, maka pertanyaannya, di mana pemerintah?
gagasan, dan inovasi. Banyak sumber daya alam
Ketika wacana sekolah gratis digulirkan timbul
atau eksternal yang dulu menguntungkan suatu
sinisme bahwa segala sesuatu yangberbau gratis
negara kini telah hilang karena arus perkembangan
maka kualitasnya rendah, sehingga muncul
globalisasi. Konteks baru dalam peningkatan daya
industrialisasi pendidikan di sektor swasta.
saing antarbangsa dewasa ini adalah kebutuhan
Sebenarnya fenomena tersebut merupakan tamparan
untuk mengetahui segala perubahan. Hal ini dapat
telak bagi pemerintah sebab penyelenggaraan
dilakukan dengan jalan penguasaan yang memadai
pendidikan oleh pemerintah, khususnya di tingkat
bidang ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, tidak
dasar, bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban
heran jika berbagai bangsa dapat kita saksikan
pemerintah. Semestinya secara inheren harus ada
sangat antusias berlomba dalam hal penguasaan
tanggungjawab pemerintah menjaga dan
ilmu pengetahuan, termasuk menciptakan,
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah negeri.
mengembangkan, dan menggunakannya dalam
rangka mencapai kesuksesan yang kompetitif. Bagi Beberapa ahli menyatakan bahwa
suatu bangsa maupun organisasi bisnis, penguasaan pendidikan tinggi bersifat elitis tetapi tidak harus
ilmu pengetahuan baru sangat penting artinya untuk identik dengan biaya mahal. Untuk kalangan yang
dapat berpartisipasi dalam era global. Pihak yang belum beruntung secara ekonomi, PTN/PTS
pantas menjadi pemenang dalam persaingan global menyediakan beasiswa dengan salah satu syaratnya
adalah mereka yang mengetahui (knowing) adalah kecerdasan. Persoalannya adalah kalau siswa
bagaimana cara bertahan hidup dan mengetahui cerdas tetapi kurang mampu secara ekonomi
bagaimana mengembangkan kemampuan disediakan beasiswa, namun akan berbeda nasibnya
berorganisasi (Hatten dan Rosenthtal, 2000:7). pada orang yang tidak cerdas lagi kurang beruntung
Dalam kaitan ini, pendidikan merupakan unsur secara ekonomi. Padahal sama-sama memiliki hak
penting yang harus mendapat prioritas utama. yang sama untuk memperoleh pendidikan. Pada
Dalam kerangka itulah, pendidikan diharapkan persoalan tersebutlah dirasa penting mendekatkan
dapat memberi sumbangan bagi perkembangan kepentingan industri dengan kepentingan
seutuhnya setiap orang, baik jiwa, raga, intelijensi, pemerintah di sektor pendidikan. Tentu bisa
kepekaan, estetika, tangung jawab, dan nilai-nilai dibangun sebuah jembatan sinergitas yang kokoh
spiritual. Melalui pendidikan, setiap orang antara industri dan pendidikan. Sekurangnya, karena
hendaknya dapat diberdayakan untuk berpikir dunia industri membutuhkan SDM yang berkualitas
mandiri dan kritis. Dalam dunia yang terus berubah dan pemerintah pun membutuhkan rakyat yang
dan diwarnai oleh inovasi sosial dan ekonomi, berkualitas, maka pendidikan bisa menjadi orientasi
pendidikan tampak sebagai salah satu kekuatan bersama bagi semua pihak yang bergerak di sektor
pendorong untuk meningkatkan kualitas imajinasi industri dan pemerintahyang bertanggungjawab di
dan kreativitas sebagai ungkapan dari kebebasan sektor pendidikan.
manusia dan standarisasi tingkah laku perorangan. Kendati hak tersebut harus dilakukan secara
Kesempatan atau peluang perlu diberikan kepada hati-hati di tengah budaya korupsi yang masih
generasi muda untuk melakukan percobaan dan merajalela, sebab jika tidak dilakukan secara hati-
menemukan sesuatu yang baru (UNESCO, 1996:94) hati, alih-alih yang terjadi adalah industrialisasi
pendidikan. Bila tidak hati-hati dan cermat
mengelolanya, industrialisasi pendidikan dapat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 519
memunculkan terjadinya proses eksploitasi oleh perkembangan signifikan dengan diserbunya
kaum kapital dan kaum berkuasa terhadap rakyat. tempat-tempat pendidikan di kota-kota besar. Orang
Kehadiran UU BHP sejatinya hanya penegasan tua rela antri dan bahkan sampai menginap di depan
belaka atas kenyataan bahwa pendidikan tinggi di sekolah untuk membeli formulir pendaftaran
Indonesia telah berkembang menjadi industri. Di sekolah TK, SD dan SMP. Demi anak, orang tua rela
negara-negara maju, seperti AS, Kanada, Inggris, pindah ke lokasi perumahan tempat sekolah berada
atau Australia, pendidikan tinggi memang karena sekolah lain sudah penuh. Tidak jarang
merupakan lahan industri strategis yang menjadi mereka menghabiskan waktu 1 – 2 jam dari subuh
bagian dari dan berkontribusi pada pertumbuhan mengantar anaknya ke sekolah. Perkembangan ini
ekonomi negara bersangkutan. Pada negara-negara bisa dicermati khususnya pada sekolah-sekolah
tersebut, industri pendidikan tinggi tumbuh pesat yang memiliki jaringan mulai dari TK hingga SMU.
seperti industri jasa dan perdagangan yang lain. Sekolah yang memiliki jaringan luas dari hulu ke
Lihat sentra- sentra industri pendidikan tinggi dunia hilir, TK hingga SMU, banyak diminati karena
yang sungguh memikat, seperti Boston, New York, orang tua seakan membeli jaminan anaknya bisa
California; Toronto, British Columbia; London, meneruskan pendidikan di institusi tersebut,
Manchester, Cambridge; atau Sydney, Melbourne, meskipun di setiap tingkat masih harus melakukan
Canberra. Perkembangan industri pendidikan tinggi investasi tidak sedikit untuk sumbangan sekolah.
menuju komersialisasi pun tak terbendung, ditandai Pada pendidikan anak, saat ini yang sedang
proses kapitalisasi ilmu pengetahuan terutama mengalami perkembangan pesat adalah Montessori,
ketika pertumbuhan ekonomi digerakkan iptek— yang merupakan metoda pendidikan dari Maria
knowledge-and technology-driven economic Montessori. Sekolah berlabel ini bisa mematok
growth. harga tinggi karena metode pendidikan yang
berbeda, perangkat pendidikan khusus dan pengajar
Komersialisasi pendidikan tinggi umumnya
Montessorian yang bersertifikasi. Sekolah-sekolah
didorong tiga motif utama. Pertama, keinginan
national plus juga bermunculan seperti High Scope,
untuk mencari dukungan finansial serta keinginan
Global Jaya dan Sekolah Pelita Harapan. Banyak di
menggali sumber-sumber pembiayaan alternatif,
antaranyanya menggunakan standar luar negeri.
yang dalam kalangan universitas-universitas
Amerika/ Eropa disebut an offer of generous Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
research funding in exchange for exclusive patent yang sudah mapan seperti UI, UGM dan Binus tidak
licensing rights. Kedua, peluang mengembangkan mau kalah dengan menggandeng perprofesional
atau menjual program pendidikan jarak jauh untuk pendidikanan tinggi luar sehingga siswa bisa
memperoleh keuntungan finansial sebagaimana mendapat double degree dari dalam dan luar negeri.
yang sudah lazim dilakukan di perprofesional
Sebagai paradoks, pemerintah kini menutup
pendidikanan tinggi di Indonesia. Dan Ketiga,
izin Perprofesional pendidikanan Tinggi baru
mendapatkan aneka kontrak yang menguntungkan
karena Indonesia memiliki jumlah perprofesional
dengan perusahaan/industri melalui pemberian
pendidikanan tinggi salah satu terbanyak di dunia
dana, fasilitas, peralatan, bahkan seragam olahraga
dan sangat banyak di antaranya yang tidak bisa
sebagai imbalan mendapatkan atlet-atlet bertalenta,
mempertanggung jawabkan fungsinya sebagai
yang mensyaratkan mereka mengenakan logo
pendidik dengan menurunnya jumlah siswa serta
perusahaan pemasok dana bagi perprofesional
banyaknya kasus perprofesional pendidikanan
pendidikanan tinggi.
tinggi bodong. Sekolah yang tidak memiliki brand
Arah Perkembangan Industri Pendidikan Di kuat banyak yang terengah mencari murid. Kota
Indonesia pendidikan seperti Jogja yang dulu diserbu
mahasiswa luar daerah kini mengalami penurunan
Beberapa tahun terakhir ini, pendidikan
jumlah siswa secara signifikan. Hanya sekolah
dengan standar global mengalami masa

520 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dengan brand saja yang bertahan dan malah mampu teknik komputer), sekolah tinggi dan akhirnya
menambah kursi. universitas dalam waktu relatif singkat. Kini Binus
menjadi salah satu universitas paling bergengsi
dengan gedung di mana-mana, dan menambah
Pendidikan Sebagai Industri
portofolionya dengan Binus High dan Binus
Australia mampu menjadikan pendidikan Training. Di Surabaya, UK Petra berkembang pesat
sebagai salah satu industri terbesar penyumbang dengan setiap jurusan favorit seperti Komunikasi,
devisa, di mana pemerintahnya menciptakan standar Desain Komunikasi Visual dan Ekonomi. Pada
yang jelas, infrastruktur dan kemudahan bagi tingkat akademik, Bina Sarana Informatika dan
sekolah berupa network dan endorsement. Jika kita Interstudi di Jakarta diikuti ribuan mahasiswa
berkunjung ke sekolah-sekolah di Singapore dan karena mematok harga sangat terjangkau, seperti
Malaysia, sangat banyak mahasiswa dari Indonesia halnya Wearness di kota Malang dan Denpasar serta
dan tidak sedikit yang berprestasi sangat baik. SOB (School of Business) juga di Malang.
Pelajar-pelajar terbaik dari negara tersebut malah
Model pengembangan lain dalam bentuk
menuntut ilmu di negara-negara lain yang lebih
franchise seperti yang diterapkan oleh Englisih
berkembang, misalnya Amerika dan Australia.
First, ILP, LP3I dan Primagama sukses membuat
Untuk lebih mendekatkan diri kepada customer,
cabang di mana-mana. Pemain lain yang juga
banyak sekolah dari luar negeri masuk ke Indonesia
banyak dikenal di dunia IT adalah Inixindo. Digital
seperti Australia dengan Monash dan RMIT,
Studio yang berkonsentrasi di dunia multimedia dan
Malaysia dengan Inti College, India dengan NIIT,
komputer grafik berkembang menjadi 10 cabang di
Singapore dengan Informatics dan Canada dengan
berbagai kota hanya dalam kurun waktu 4 tahun dan
LaSalle College. Model yang digunakan adalah
menggandeng partner Metrodata.
tahun awal belajar di Indonesia dan dilanjutkan di
luar negeri, sering disebut sebagai pre-university
ataupun kemudahan transfer ke luar negeri. Kelemahan Industri Pendidikan Tinggi
Maraknya media dengan pameran Industri pendidikan di Indonesia yang
pendidikan luar negeri menunjukkan kesadaran mengarah ke komersialisasi ini mengandung bahaya
negara berkembang seperti Amerika, Australia, bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Derek
Inggris, Jepang dan Malaysia mendatangkan siswa Bok dalam Universities in the Marketplace: The
dari Indonesia yang banyak mendatangkan devisa. Commercialization of Higher Education (2005)
Ada sekolah yang bagus, ada pula yang tidak beres, mencatat sejumlah bahaya yang patut diwaspadai.
sekedar memberikan kesempatan mendapat izin Yaitu yang Pertama, adalah bila godaan mencari
tinggal untuk kerja atau menjual sertifikat. keuntungan finansial melalui aneka kontrak dari
Sekembalinya siswa ke Indonesia bisa mengatakan perusahaan/ industri tak terkendali dan tak dikelola
bahwa mereka pernah belajar di luar negeri, sebagai dengan baik, hal itu akan menggiring perprofesional
gengsi, strategi positioning personal dan modal pendidikanan tinggi melupakan misi suci (sacred
untuk mencari kerja tentunya. President University mission) yang harus diemban, yakni melahirkan
yang berada di Cikarang mungkin satu-satunya insan-insan terdidik dan berkeahlian, yang menjadi
sekolah yang mendapatkan siswa dari China dan basis bagi ikhtiar membangun masyarakat beradab
Vietnam berkat dukungan beasiswa dari pemain- dan pilar utama upaya pencapaian kemajuan bangsa.
pemain industri besar. Ini adalah salah satu langkah
Kedua, bila sekadar terobsesi oleh motif
awal bagi Indonesia untuk bisa masuk ke pasar
ekonomi semata, perprofesional pendidikanan
pendidikan secara internasional.
tinggi akan cenderung mengabaikan fungsi utama
Beberapa sekolah yang pantas disimak sebagai lembaga produsen ilmu pengetahuan,
perkembangannya adalah Binus dan Gunadarma. pelopor inovasi teknologi, serta pusat
Sekolah ini berkembang dari kursus, ATK (akademi eksperimentasi dan observatorium bagi penemuan-

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 521
penemuan baru. Padahal, peran hakiki program full-time students dengan bobot mata
perprofesional pendidikanan tinggi adalah the kuliah yang padat SKS. Pendidikan tinggi seperti ini
center of knowledge inquiries and technology sangat membebani mahasiswa terutama yang sudah
innovations, yang bukan saja penting untuk bekerja karena mereka terbebani oleh bobot SKS
memperkuat institusi perprofesional pendidikanan yang padat (overloading) ditambah dengan tugas-
tinggi sendiri sebagai pusat keunggulan dan tugas pokok mereka di instansi pemerintah atau
penelitian, tetapi juga akan memberi kontribusi pada swasta. Seharusnya ada alternatif untuk
ikhtiar membangun peradaban umat manusia. menawarkan program part-time students yang dapat
meringankan beban mahasiswa yang sudah bekerja
Ketiga, konflik kepentingan antara dua
walaupun program pendidikannya relatif lebih lama
hal—menggali sumber pembiayaan dan
tapi pasti.
mengembangkan iptek melalui riset ilmiah—
berpotensi mengorbankan core academic values Keempat, kebanyakan perprofesional
karena perprofesional pendidikanan tinggi pendidikanan tinggi hanya menawarkan on-campus
cenderung berkompromi antara pilihan menjaga program dan belum menawarkan off-campus
standar mutu program akademik dan tuntutan progam. Akibatnya, banyak mahasiswa yang
mendapatkan dukungan finansial dari kebenaran harus pindah ke kota lain oleh karena
perusahaan/industri. Selain itu, ada beberapa tuntutan ekonomi atau tugas kantor terpaksa harus
kelemahan atau kekurangan lainnya yang perlu bolos atau berhenti kuliah. Padahal program off-
dibenahi karena kebijakan pendidikan tinggi yang campus (distant learning) mungkin dapat menjadi
kurang efektif dan sangat sentralistik. Antara lain solusi bagi mereka yang ingin meningkatkan
adalah: Pertama, pelayanan jasa pendidikan tinggi kemampuannya dengan melanjutkan kuliah ke
baru dinikmati oleh mayoritas kalangan keluarga jenjang yang lebih tinggi namun tidak harus selalu
kelas menengah ke atas atau hanya segelintir ke kanmpus, seperti yang ditawarkan oleh
kalangan kelas menegah ke bawah yang dapat Universitas Terbuka.
menikmati jasa pendidikan tinggi. Idealnya,
Kelima, stratafikasi pendidikan tinggi
pelayanan jasa pendidikan tinggi tidak menciptakan
belum banyak menghargai prestasi akademik yang
dikotomi dan disparitas terutama berakaitan dengan
gemilang, misalnya untuk melanjutkan pendidikan
akses rekrutmen mahasiswa baru. Pejabat
S3 seorang mahasiswa harus menyelesaikan
perprofesional pendidikanan tinggi harus dapat
pendidikan S2 dulu walaupun mahasiswa yang
memfasilitasi mahasiswa yang kurang mampu tapi
bersangkutan mendapat nilai Cum-laude. Dengan
berprestasi untuk memperoleh susbsidi atau
kata lain pendidikan tinggi kita belum menawarkan
beasiswa yang dapat menunjang studi mahasiswa
program honours seperti kebanyakan perprofesional
dari kalangan ekonomi lemah tersebut.
pendidikanan tinggi di luar negeri, yaitu bagi
Kedua, kurikulum pendidikan tinggi terlalu mahasiswa S1 yang mendapat nilai Cum-laude bisa
padat dengan bobot kredit yang kecil (antara 2 langsung mengambil program S3 (leading to PhD)
sampai 4 sks permata kuliah). Kemudian, penelitian tanpa melalui pendidikan Magister (S2).
yang memakan waktu satu sampai dua semester
Keenam, Program akademik di
ironisnya hanya dinilai dengan bobot sks yang
perprofesional pendidikanan tinggi tidak fleksibel
sangat kecil (sekitar 4 sampai 6 sks) jika
karena hanya menawarkan program kuliah dan
dibandingkan bobot sks penelitian mahasiswa di
penelitian (combined course work dan research),
luar negeri. Sehingga seharusnya mahasiswa belajar
idealnya perprofesional pendidikanan tinggi juga
sedikit mata kuliah tapi mendalam (in-depth) seperti
menawarkan beberapa pilihan program pendidikan
yang terjadi di negara-negara maju.
misalnya, program research student (mahasiswa
Ketiga, kebijakan pendidikan tinggi yang peneliti melalui bimbingan), Combined course work
kaku yaitu pendidikan tinggi hanya menawarkan (seperti di Indonesia) dan pure course work (jalur

522 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
mata kuliah tanpa penelitian) yang mungkin cocok pertama materi program orientasi mahasiswa baru
untuk praktisi atau pekerja profesional. Melalui harus bersifat informatif yakni pemberian informasi
program seperti ini mahasiswa diberi kebebasan yang cukup komprehensif dan lugas mengenai
untuk memilih salah satu jenis jalur pendidikan fasilitas pembelajaran yang tersedia dan cara
tinggi yang diinginkan sesuai dengan minat dan pemamfaatannya serta beberapa informasi penting
kemampuannya. Program seperti ini sebenarnya dan relevan mengenai statuta perprofesional
sangat fleksibel dan mungkin sangat pendidikanan tinggi. kedua, program orientasi
menguntungkan mahasiswa. haruslah bersifat mendidik (edukatif), misalnya
memberikan pengenalan materi kepada mahasiswa
Selanjutnya, untuk program combined
baru mengenai mekanisme pebelajaran di
course work atau kuliah dan setelah itu diikuti
perprofesional pendidikanan tinggi yang jauh
dengan tugas akhir kegiatan penelitian, misalnya
beberbeda dengan model pebelajaran di sekolah
seperti versi di Indonesia. Program ini sebaiknya
menengah.
direvisi menjadi program yang lebih fleksibel yaitu
mahasiswa ditawarkan salah satu dari beberapa
Model Pendidikan Di Indonesia Pada Masa
alternatif program pendidikan tinggi, pertama "
Depan
program yang bobot sks mata kuliah lebih banyak
Kategorisasi pendidikan tidak lagi hanya
misalnya 80 % dan bobot penelitian lebih kecil atau
terbatas dari sisi fasilitas yang tangible, terobosan-
sekitar 20 % atau sebaliknya mata kuliah 20 % dan
terobosan model pembelajaran akan terus
bobot penelitian 80 % dan atau fifty-fity yaitu 50 %
bermunculan dan banyak akan muncul dalam
bobot mata kuliah dan 50% penelitian.
bentuk intangible. Contohnya seperti home
Dalam melakukan evaluasi program
schooling, yang populer di kalangan gereja, atau e-
pendidikan seharusnya bersifat fair dan tidak
learning yang meskipun saat inipun di negara maju
diskriminatif. Selama ini evaluasi dan assessment
tingkat keberhasilan masih di bawah 30%, masih
pendidikan baru diterapkan secara sepihak. Dengan
terus mengalami evolusi sehingga bisa diterima
kata lain, setiap semester hanya mahasiswa yang
publik.
dievaluasi hasil belajarnya misalnya, melalui tengah
Moore’s Law mengatakan bahwa prosesor
semester dan akhir semester. Seharusnya
akan memiliki kecepatan 2 kali lipat setiap 18 bulan
perprofesional pendidikanan tinggi juga melakukan
dengan harga sama. Hal sama terjadi pada GPU
evaluasi kinerja staf dosen (academic performance)
(graphical processing unit) atau kemampuan kartu
misalnya melalui penyebaran angket kepada
grafik komputer menampilkan gambar, hanya di sini
mahasiswa setiap akhir semester. Angket tersebut
nilai tersebut dikuadratkan. Artinya, dalam waktu
harus diisi oleh mahasiswa dengan tujuan untuk
beberapa tahun, kita akan memiliki kemampuan
memberikan umpan balik atau penilaian mengenai
tampilan seperti gambar bioskop dengan hampir real
kemampuan mengajar dosen yang bersangkutan.
time untuk game. Saat ini di dunia industri game
Di samping itu, perprofesional
sudah lebih besar dari industri film. Model
pendidikanan tinggi haruslah merancang program
pembelajaran masa depan akan menggunakan game
orientasi mahasiswa baru yang menekankan pada
sebabagai simulator, mulai dari pelajaran
program orientasi yang bersifat informatif dan
kreativitas, strategi hingga pembentukan karakter
edukatif karena beberapa waktu yang lalu program
bisa dilakukan dengan game.
orientasi mahasiswa banyak diwarnai oleh kegiatn
Macromedia membuat model computer-
perpeloncoan yang bersifat kurang mendidik dan
based training menggunakan Director,
mungkin membuka peluang terjadinya tindakan
Dreamweaver, Flash, dan Breeze untuk membuat
kekerasan dan aksi balas dendam sesama mahasiswa
online interactive learning atau webinar (web
yang berbeda angkatan. Saya kira kini sudah saatnya
seminar). Adobe dengan produk Acrobat mencoba
perprofesional pendidikanan tinggi merubah
menciptakan standar archival untuk digital library
paradigma program orientasi mahasiswa baru, yaitu

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 523
yang bisa disearch dengan mudah. Infrastruktur ini Kedua terkait kurikulum,pemerintah
akan dimanfaatkan sebagai knowledge database mengeluarkan Peraturan Pemerintah, PP No. 17
system yang bisa diakses di mana saja, kapan saja Tahun 2010 Pasal 97 yang menyatakan bahwa
dan oleh siapa saja. Standarisasi melalui tes tidak kurikulum perprofesional pendidikanan tinggi
lagi dilakukan dengan kertas, tetapi online seperti dikembangkan dan dilaksanakan berbasis
yang sudah ditunjukkan oleh brainbench.com kompetensi (KBK), sebenarnya merupakan
Mea Dan Pendidikan penegasan kembali Kepmendiknas No. 232/U/2000
Terkait AEC ada 4 hal utama yang harus tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
diperhatikan penyelenggara PT yaitu terkait: 1) Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
peningkatan aksesibilitas, 2)Kurikulum, 3) Sistem Mahasiswa, serta No.045/U/2002 tentang
Penjaminan Mutu dan 4) Akreditasi. Pertama, Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Target
berkaitan peningkatan aksesibilitas. Tingginya implementasi KBK seharusnya telah terlaksana di
angka usia kuliah 19-24tahunyang hampir 45 juta, seluruh perprofesional pendidikanan tinggi (PT)
menuntut pemerintah menyediakan PTN-PTN baru. mulai akhir tahun 2002. Belum juga seluruh PT
Saat ini hanya ada 100 an PTN yang menampung 5 menerapkan KBK, menjelang AEC, pemerintah
jutaan mahasiswa dan 5000an PTS yang menerbitkan Perpres No. 08 Tahun 2012 tentang
menampung 15.000an mahasiswa. Namun kondisi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
ini sulit untuk segera diwujudkan mengingat (KKNI)dengan alasan menjaga kualifikasi, mutu
membuka PTN baru memerlukan perencanaan dan dan eksistensi lulusan agar dapat berkompetisi
biaya yang mahal. Solusi pragmatisnya adalah dalam persaingan global. KKNI atau National
dengan meningkatkan daya tampung, pembukaan Qualification Framework (NQF) adalah kerangka
program studi vokasi, mengubah status swasta PTS penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
tertentu menjadi PTN dan menjalin kerjasama menyandingkan, menyetarakan, dan
dengan pemerintah daerah untuk dapat mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan
menyelenggarakan perkuliahan di daerah. bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerjadalam
Meningkatnya daya tampung dan pembukaan prodi rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
vokasi (sekolah Vokasi) yang tidak diikuti dengan sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
penambahan tenaga dosen dan sarana prasarana PT harus membenahi kurikulumnya menjadi
memadai menimbulkan persoalan yang sebenarnya kurikulum KKNI menyesuaikan mata kuliah
tidak sederhana. Beban dosen bertambah, fasilitas dengan acuan dalam penyusunan capaian
terbatas pasti berdampak pada penurunan mutu, satu pembelajaran (learning outcomes, LO) lulusan.
hal yang kontra produktif dengan tujuan pendidikan KKNI merupakan isu besar yang menyeret
dalam mewujudkan SDM berkualitas pemimpin dan secara bersama-sama elemen dunia pendidikan,
pembangun peradaban bangsa.Dengan demikian ketenagakerjaan, dan dunia kerja. Tahun 2012
peningkatan aksesibitas PT semakin pragmatis KKNI telah diimplementasikan dan penyetaraannya
dengan standard out put semata-mata hanya akan mulai dilakukan tahun 2016. Penyetaraan
memenuhi tuntutan pasar kerja.Demikian juga melalui KKNI yang terdiri dari Sembilan level
dengan penyelenggaran perkuliahan di daerah kualifikasi akademik, yang dapat dicapai tidak
seperti yang baru saja di-launching Unair dengan hanya melalui jalur pendidikan formal tetapi dapat
pemerintah Daerah Banyuwangi, pasti juga disetarakan dengan yang melalui jalur informal, non
menimbulkan masalah jika penyelenggaraannya formal dan pengalaman kerja semata-mata hanya
tidak dengan fasilitas yang memadai, selain agar siapa pun dapat distandarisasi kemampuannya
persoalan dosen yang harus pulang balik karena di dunia kerja sehingga tidak hanya berdasarkan
harus mengajar di 2 tempat sejauh Surabaya- ijasah tapi dapat melalui sertifikat oleh lembaga
Banyuwangi. tertentu. Di satu sisi hal ini akan meningkatkan
persaingan tenaga kerja yang luar biasa di mana para

524 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
lulusan PT tidak hanya bersaing berdasarkan ijasah pendanaan yang harus dianggarkan sesuai tahun
dan nilai IPKnya, di sisi lain akan memunculkan ajuan, realisasinya jauh panggang dari api dan
banyak sekali lembaga independen yang seringkali membuat proses ini tidak dijalankan
berkepentingan membuat sertifikat. Hal ini pun optimal baik unit kerja maupun badan penjaminan
tidak menjamin para pencari kerja Indonesia dapat mutunya.
bersaing dengan tenaga kerja asing saat Keempat terkait kewajiban Akreditasi.
pemberlakuanAEC 2015 yang tinggal 3 bulan lagi. Dalam penyelenggaraan PT harus berdasarkan
Pemeringkatan hingga level 9 sekali (baca prinsip: a. Akuntabilitas; b. Transparansi; c. Nirlaba;
sosialisasi KKNI) pun tidak menjamin mereka yang d. Penjaminan mutu; dan e. Efektivitas dan efisiensi,
lolos KKNI menjadi sosok yang siap menjadi sehingga ada KEWAJIBAN AKREDITASI .
pemimpin dan siap menyelesaikan persoalan umat, Kewajiban akreditasi institusi sebenarnya sudah
karena target kurikulum KKNI hanya untuk ditetapkan sejak UU No. 20 Thn 2003 tentang SPN.
menghadapi persaingan global tenaga kerja. Ada BAN PT yang berwenang memberikan
Ketiga,berkaitan sistem penjaminan kreditasi. Menjelang pemberlakuan AEC 2015
mutuIndonesiamensyahkankan UU No. 12 tahun pemerintah mengeluarkan UU No. 12/2012 Pasal 61
2012 tentang Pendidikan Tinggi dalam upaya (2 dan 3) yang menekankan kembali kewajiban
mendorong penyelenggaraan dan pengelolaan PT AKREDITASI pada PROGRAM STUDI dan
bermutu tinggi menghadapi tantangan persaingan AKREDITASI INSTITUSI, dimana 10 Agustus
global. Sebelumnya juga telah ditetapkanlah PP No. 2014 adalah batas akhir masa transisi UU No. 12 dan
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 11 Agustus 2014 seluruh diktum UU No.12 efektif
(SNP), Pasal 2 Lingkup Standar Nasional berlaku, termasuk kewajiban akreditasi institusi.
Pendidikan meliputi: a. standar isi; b. Standar Prodi atau institusi yang tidak terakreditasi tidak
proses; c. Standar kompetensi kelulusan; d. Standar diijinkan mengeluarkan Ijazah. Pada faktanya BAN
pendidik dan tenaga kependidikan; e. Standar sarana PT sendiri memiliki keterbatasan SDM karena para
dan prasarana; f. Standar pengelolaan; g. Standar reviewernya juga para dosen yang telah terbebani
pembiayaan; dan h. Standar penilaian pendidikan. dengan ketiga persoalan di atas. Selain itu juga
Untuk penjaminan dan pengendalian mutu terkait pendanaan karena institusi harus
pendidikan sesuai dengan SNP dilakukan evaluasi, menyediakan dana akreditasi. Penyediaan borang
akreditasi, dan sertifikasi, disempurnakan secara akreditasinya pun bukan persoalan yang mudah
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan karena terkait up date data. Padahal jika tidak
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan terakreditasi ijasahnya tidak bisa untuk mencari
global. Selain itu Proses ini sungguh menuntut kerja pekerjaan, sehingga para lulusan akan terus
praktis yang terus menerus yang sebenarnya menuntut proses akreditasi prodinya bukan hanya
diperlukan tenaga khusus dengan ketrampilan dan sekedar terakreditasi tapi akreditasi terbaik A yang
akses data yang memadai. Namun ketika yang mereka tuntut! Bagi Para lulusan wajar mereka
menjadi pelakunya adalah para dosen yang menuntut karena mereka telah membayar mahal
sebenarnya tupoksinya Tri dharma PT, yang juga kuliahnya sehingga mereka berharap lulus dengan
telah terbebani dengan peningkatan daya tampung, ijasah yang memungkinkan untuk mencari kerja.
pembukaan sekolah vokasi dan penelenggaraan Siapa yang dituntut? Sekali lagi yang dituntut adalah
perkuliahan di daerah, hal ini menjadi beban para dosen yang harus mengisi borang dan
tambahan dan membajak potensi dosen yang menyelesaikan persoalan administrasi yang
harusnya mendidik dan mengembangkan ilmu justru sebenarnya di luar tupoksi dalam tri dharma PT.
lebih sibuk pada urusan-uriusan administrasi. Terkait tuntutan, hal ini memungkinkan terjadi delik
Belum lagi ketika dalam proses evaluasi atas hukum ketika PT telah berstatus PTN BH yang satu-
tindakan temuan, seringkali solusinya tidak satunya baru UNAIR yang statusnya PTN BH.
mungkin bisa segera karena harus melibatkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 525
5. KESIMPULAN DAN DISKUSI harmonisasi ketentuan antar negara ASEAN yang
cukup rumit.
MRA ini menjadi sebuah hal mutlak yang
dilakukan untuk mendukung liberalisasi sektor jasa Pada pasar regional, sumber daya manusia
yang berasaskan keadilan/fairness. Terdapat berasal dari individu dan negara untuk pemenuhan
sejumlah hakikat dari MRA. Negara tujuan atau ekonomi dan demografi daerah. Dalam konteks
negara penerima mengakui kualifikasi profesional pasar tenaga kerja, bagi negara yang mengirimkan
dan muatan latihan yang diperoleh dari negara SDM, keadaan negara tersebut adalah kelebihan
pengirim atau negara asal tenaga kerja terampil. pasokan tenaga kerja, sedangkan bagi negara
Kedua, negara asal diberikan otoritas untuk penerima, kelebihan permintaan tenaga kerja.
mengesahkan kualifikasi dan pelatihan dengan cara
Untuk pemenuhan ketentuan atau aturan
memberikan diploma atau sertifikat. Ketiga,
dalam MRA secara umum Indonesia sudah
pengakuan tidak bersifat otomatis.
memiliki aturan meski belum optimal. Untuk
Mobilitas tenaga kerja intra ASEAN terus pemenuhan standar/kualifikasi Indonesia baru
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, memiliki standar untuk jasa pariwisata saja. Dari sisi
migrasi tenaga kerja yang bergerak di dalam intra- SDM pada beberapa jasa masih membutuhkan SDM
ASEAN mencapai sekitar 70% (6,5 juta orang) dari mengingat rendahnya beberapa rasio target yang
total migrasi dari kawasan ASEAN sebesar 9,5 juta masih rendah seperti tenaga dokter, dokter gigi,
orang. Kelima koridor utama : Myanmar ke surveyor Selain itu SDM yang ada kualitasnya
Thailand, dari Indonesia ke Malaysia, dari Malaysia masih dibawah kualitas SDM negara tetangga
ke Singapura, dari Laos ke Thailand, Kamboja ke seperti perawat, surveyor dan umumnya belum
Thailand. Dari berbagai koridor pergerakan migrasi memiliki sertifikasi. • Bagi Indonesia, meskipun
intra-ASEAN, Thailand, Malaysia, dan Singapura memerlukan usaha keras dengan melibatkan
menjadi tiga tujuan utama arus migrasi. Sementara koordinasi lintas lembaga, kesepakatan MRA tetap
Myanmar, Indonesia, dan Malaysia menjadi tiga perlu dijalankan karena telah merupakan komitmen
besar negara asal. Dari sisi kualitas sumber bersama yang telah ditandatangani. MRA
daya manusia, sebagian besar pergerakan tenaga diharapkan dapat mendorong adanya perbaikan
kerja intraASEAN masih bersifat low-skilled standar dan ketentuan tenaga profesional yang lebih
worker. Hanya 1 dari 10 migasi intra- ASEAN baik, perbaikan sistem pendidikan, mendorong
merupakan tenaga kerja skilled worker. Singapura peningkatan kompetensi tenaga profesional, serta
menjadi negara tujuan dengan proporsi tenaga kerja sebagai usaha diverifikasi dan penguatan sektor jasa
asing profesional tertinggi (25%), disusul oleh yang dapat berdaya saing di level regional sehingga
Malaysia (10%), Thailand hanya 3%. • Profil dapat mendorong perekonomian nasional. • Dalam
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri jangka pendek dan menengah, pelaksanaan MRA
umumnya bersifat low-skilled worker. Tingkat tidak serta merta menjamin adanya peningkatan
pendidikan TKI yang diberangkatkan pada tahun mobilitas tenaga kerja secara signifikan. Perbedaan
2015 sebagian besar dibawah atau sampai dengan kondisi standar kompetensi bagi perusahaan di
tingkat SMU mencapai 97,6%. Profil jabatan dan berbagai negara sangat bervariasi. Perlu kesiapan
bidang pekerjaan TKI juga masih mencerminkan lembaga atau otoritas terkait di masing-masing
bidang dengan tingkat upah yang relatif rendah. • negara dalam persiapan implementasi MRA juga
Mutual Recognition Agreement (MRA), yang berbeda-beda. Dengan pemahaman bahwa
disepakati bertahap sejak tahun 2005 hingga tahun pelaksanaan persiapan implementasi MRA kedepan
2012. Proses implementasi masih berjalan lambat masih menghadapi tantangan yang cukup besar bagi
karena beberapa hal yakni 1). Harus memenuhi semua negara anggota ASEAN, Indonesia
ketentuan domestik yang cukup ketat, 2). Proses hendaknya dapat lebih mempersiapkan diri dengan
lebih baik, termasuk diantaranya memahami dan

526 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
memetakan kekuatan pengelolaan tenaga kerja di profesional Indonesia untuk berkontribusi secara
negara lain. global, misalnya melalui forum ikatan profesi di
APEC seperti APEC Architects dan APEC
Dari beberapa kesimpulan di atas, terdapat
Engineers. Dengan registrasi tenaga profesional
beberapa lesson learnt dari penetapan kualifikasi
Indonesia di ikatan profesi regional/internasional,
tenaga profesional berikut: 1. Berbagai otoritas
tenaga profesional Indonesia mendapatkan
terkait di Indonesia diharapkan dapat lebih berperan
pengakuan kompetensi untuk dapat memberikan
aktif, antara lain dengan menetapkan kewajiban
jasa di wilayah regional/internasional.
registrasi profesi dalam suatu ketentuan yang
mengikat bagi tenaga professional yang DAFTAR PUSTAKA
mensyaratkan kualifikasi pendidikan tertentu yang
diakui, pengalaman kerja yang relevan, serta kursus ERIA Discussion Paper Series, Values and
dan ujian profesi apabila diperlukan. Hal ini Limitations of the ASEAN Agreement on the
didasarkan pada pentingnya upaya menjaga Movement of Natural Persons, Yoshifumi
kompetensi tenaga profesional di tengah persaingan FUKUNAGA Hikari ISHIDO , March 2015
global. Dalam hal ini SKKNI perlu diperluas pada Labour Mobility in ASEAN, Sineenat Sermcheep,
cakupan atas jasa-jasa dalam MRA. Ph.D. Faculty of Economics, and ASEAN
Diperlukan dukungan Pemerintah dalam Studies Center Chulalongkorn University ,
proses sertifikasi karena membutuhkan dana yang Hands-on Training Designing and
cukup besar. Dalam rangka menyelaraskan Implementing Unemployment Benefits
kebutuhan industri dengan kompetensi tenaga Linking with Active Labour Market
profesional yang tersedia serta meningkatkan daya Programmes 7 October 2013
saing tenaga profesional Indonesia di Kesiapan Tenaga Kerja Terampil Indonesia di
regional/internasional, otoritas pendidikan tinggi Sektor Jasa Dalam Menghadapi ASEAN
perlu mempertimbangkan kompetensi yang Economic Community (AEC) 2015,
dibutuhkan industri dan kualifikasi profesi di Nurhemi, Ibrahim,Feby Widyatantri Andang
regional/internasional dalam penyusunan kurikulum Setyobudi (advisor), Triono Widodo
pendidikan tinggi dan meningkatkan mutu
Perprofesional pendidikanan Tinggi untuk SERTIFIKASI DAN PROFESIONALISME
memenuhi SDM yang berkualitas. Otoritas dan PROFESIONAL PENDIDIKAN DI ERA
asosiasi profesi di Indonesia diharapkan dapat lebih REFORMASI PENDIDIKAN, Hujair AH.
aktif dalam kerjasama dengan ikatan profesi Sanaky, Jurnal Pendidikan Islam, Jurusan
regional/internasional dalam rangka membuka Tarbiyah, 2 Mei 2005
kesempatan yang lebih besar bagi tenaga

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 527
GENDER GAP DAN PARTISIPASI PEKERJA SAINS, TEKNOLOGI,
ENJINERING, DAN MATEMATIKA (STEM) WANITA DALAM
ANGKATAN KERJA INDONESIA
GENDER GAP AND PARTICIPATION OF WOMEN WORKERS OF SCIENCE,
TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATH (STEM) AT WORK FORCE OF
INDONESIA
Maulana Akbar, Grace Simamora, Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia
Kandidat Peneliti - Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
e-mail: maulana.akbar@live.com

Keyword ABSTRACT
Gender Gap, Labor Force, This study will mapping the gender gap and to assess the potential labor
Women, Skilled-Labor force participation of women in Indonesia, particularly in STEM, by sector
and job titles in light of the employment and unemployment side. The
mapping process will be carried out from the post of national job
classification (KBJI) to the post of international job classification (ISCO).
On the side of STEM, labor is dominated by male workers with diverse
variance. Skilled workforce women excel in the business sectors Public,
Social and Personal Services (occupations Legislators, senior Officials and
managers) and Trade, Restaurant and Accommodation Services
(Professional, Technicians and associate professionals). Besides the
potential of women is still weak in the field of less skill. Given this research,
policy makers can do the development of human resources, especially
skilled labor, with the right target in the field of employment and specific
business field.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Gender Gap, Angkatan Kerja, Penelitian ini akan memetakan gender gap serta mengukur potensi
Wanita, STEM partisipasi wanita dalam angkatan kerja Indonesia dalam bidang sains,
teknologi, enijering, dan matematika, berdasarkan sektor dan jabatan
pekerjaan menggunakan sudut pandang employment dan unemployment
side. Proses pemetaan akan dilakukan dari klasifikasi jabatan kerja nasional
(KBJI) ke klasifikasi jabatan kerja internasional (ISCO), melalui standar
yang telah ditetapkan oleh Cencus Berau (US). Pada sisi tenaga kerja
STEM didominasi oleh pekerja pria dengan variansi yang beragam. STEM
wanita menonjol pada bidang jasa, seperti usaha jasa kemasyarakatan,
sosial, dan perorangan ( bidang pekerjaan Legislators, senior officials and
managers) dan Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
(Professional, Technicians and associate professionals). Selain itu potensi
wanita juga masih lemah di keahlian less skill. Dengan adanya penelitian
ini, pengambil kebijakan dapat melakukan pengembangan SDM, terutama
tenaga kerja terampil, dengan tepat sasaran pada bidang pekerjaan dan
lapangan usaha yang spesifik.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

528 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pengembangan iptek. Tenaga kerja terampil
PENDAHULUAN
merupakan tenaga kerja yang dapat dikategorikan
Penyebab utama dari ketidaksetaraan wanita dalam International Standard Classification of
ditemukan dalam tradisi sosio-budaya dari suatu Occupation versi 1988 (ISCO-88), dengan
negara (International Labour Office 2010), klasifikasi submajor Legislators, senior officials
sehingga partisipasi wanita dalam kegiatan and managers (Group 1), Professionals (Group
ekonomi cenderung rendah. Namun terdapat 2), Technicians and associate professionals
perubahan yang signifikan terhadap partisipasi (Group 3) (Colecchia & Papaconstantinou, 1996).
wanita dalam angkatan kerja setelah Konfrensi Sedangkan STEM dalam bidang pekerjaan
Perempuan Dunia ke-4 di Beijing, 1995 yang diklasifikasikan dalam Standard Classification
memutuskan platform global untuk tindakan Occupation, yang dikembangkan oleh Berau of
terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan Labour Statistics Amerika Serikat (Beede et al.
wanita (Nations 1995). Walaupun angka kenaikan 2011)
partisipasi global tidak terlalu besar, tapi
Jumlah potensi tenaga kerja terampil di Indonesia
kecenderungan memperkecil kesenjangan gender
sangatlah kecil, terlihat dari jumlah tenaga kerja
yang terus meningkat pada setiap tahunnya. Disisi
Indonesia sebanyak 112,76 juta pada tahun 2013,
lain, kenaikan partisipasi wanita dalam angkatan
43,42 juta diantaranya merupakan tenaga kerja
kerja di dunia pun disertai dalam meningkatnya
wanita. Sayangnya hanya 6,94%2 dari umur
partisipasi wanita STEM di Amerika Serikat
angkatan kerja yang menamatkan pendidikan
(Gambar 1).
hingga perguruan tinggi.

45,00% Penelitian tentang gander gap pada tenaga


kerja telah dibahas pada beberapa
40,00% penelitian, dari segi etnik (Browne, 1997)
35,00% dan karen (Christopher, 1996) meneliti
tentang kesenjangan pekerja kulit berwarna
30,00%
dalam angkatan kerja. Dari sudut pandang
25,00% geografis, (Fitzenberger et al., 2004)
melakukan penelitian gender gap di Jerman
20,00%
Timur. Dari sudut pandang penghasilan
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014

dalam gender gap, dikaji oleh (Even &


Macpherson, 2004). Sayangnya, penelitian
Partisipasi Wanita (Global)
gender gap pekerja terampil, terutama
Partisipiasi Wanita STEM (US) STEM, angkatan kerja per sektoral dan
dibatasi dalam geografis, terutama
Indonesia, masih minim dikaji. Sehingga
Gambar 1. Partisipasi Wanita dan STEM dalam penelitian ini mengisi kesenjangan tersebut
Angkatan Kerja Global dan di Amerika Serikat dengan memetakan gender gap serta mengukur
(International Labour Office) potensi pratisapisi wanita dalam angkatan kerja
Indonesia, terutama pada pekerja terampil,
Kesenjangan gender yang kecil akan berpengaruh
berdasarkan sektor dan jabatan pekerjaan. Tujuan
terhadap kontribusi ekonomi, partisipasi wanita
utama penelitian ini adalah untuk
terhadap angkatan kerja, seperti adanya pengaruh
mengklasifikasikan dengan jelas potensi dan
kesenjangan gender berpengaruh terhadap
gender gap dengan memecah berdasarkan
menurunya PDB perkapita (Cuberes & Teignier
lapangan usaha dan jabatan.
2013). Namun kontribusi terbesar berada pada
tenaga kerja wanita terampil (high-skilled worker)
terutama Sains, Teknologi, Enjinering, dan METODE DAN DATA
Matematika (STEM), karena berperan secara Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
langsung dalam pembangunan eknomi dan diadaptasi dengan kerangka pikir yang disusun

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 529
oleh ILO (Gambar 2) disesuaikan dengan A. Research, Development, Design, or
kesediaan data dan kondisi dan situasi tenaga Practitioner Occupations
kerja di Indonesia. Populasi penelitian ini adalah
B.Technologist and Technician Occupations
angkatan kerja yang bekerja di seluruh wilayah
Indonesia. Sumber data merupakan pengolahan C.Postsecondary Teaching Occupations
dari data sekunder dari Survei Angkatan Kerja D.Managerial Occupations E.Sales Occupations
(Sakernas), Badan Pusat Statistik (BPS) (2000-
2013), Bappenas, dan International Labor Setelah pengklasifikasian STEM, data akan
Organization (ILO). dianalisa menggunakan statistika deskriptif
dengan melihat proporsi gender gap, merupakan
hasil pengurangan perkembangan pria dan wanita
dalam angkatan kerja Indonesia.
Secara umum ada dua sudut pandang yang akan
dilihat, yaitu employment side angkatan kerja yang
bekerja dan unemployment side untuk angkatan
kerja yang tidak bekerja. Berdasarkan gambar 2.
Ada tiga pengukuran yang akan diambil, yaitu
labor utilization mengukur potensi partisipasi
wanita Indonesia saat ini, labor underutilization
berfokus pada gender gap pada pengangguran
Gambar 2. Proses konversi dan angkatan kerja, dan female employment mengukur
klasifikasi tenaga kerja terampil dimana dan bagaimana wanita bekerja
Indonesia (Diadopsi dari ILO, 2010) (International Labour Office, 2010).

Data Sakernas merupakan raw data berdasarkan


beberapa klasifikasi baku, yaitu Klasifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN
Baku Jabatan Indonesia 2000 (KBJI 2000),
Unemploymment Side - Labor Underutilization
Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia 2002 (KBJI
2002), Klasifikasi Jabatan Indonesia 1982 (KJI- Wanita cenderung lebih banyak yang menganggur
82), dan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha dibandingkan pria. Tabel 1 menunjukan hanya
Indonesia 1990 (KBLUI 1990). pada jenjang umur tua (55-64 tahun) saja wanita
memiliki jumlah pengangguran lebih sedikit dari
Karena hubungan yang erat antara klasifikasi pada pria, selebihnya wanita lebih banyak
tenaga kerja terampil dan STEM, maka proses menganggur dibandingkan dengan pria . Pada
awal dalam penelitian ini adalah adalah tahun 2012, terdapat sebanyak 7,3 juta angkatan
memetakan klasifikasi jabatan Indonesia (KBJI kerja yang menganggur dan hanya 434 ribu yang
2000, KBJI 2002, KJI 82) tersebut ke klasifikasi memiliki pendidikan tertinggi universitas. Artinya
internasional (ISCO-88) berdasarkan klasifikasi kontribusi terbanyak dari angka pengangguran di
STEM yang disusun SCO. Tenaga terampil Indonesia berasal dari tenaga kerja tidak terampil.
diklasifikasikan berdasarkan tiga major Rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam
utamayang terdiri dari sub major dan minor angkatan kerja di Indonesia bisa jadi disebabkan
groups yang diklasifikasikan dengan jabatan oleh tingkat pengangguran karena diskriminasi
pekerjaan yang lebih spesifik. Sedangkan STEM, upah antara pria-wanita, jumlah wanita yang lebih
menurut Bereau of Labour Statistics (Berau Labor mengurus rumah tangga, dan tingginya angkatan
of Statistics 2012), adalah bagian dari tenaga kerja kerja yang masih sekolah (Setyowati 2009)
terampil yang diklasifikasikan berdasarkan :

530 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 2. Proporsi Gender gap dalam tingkat
pengangguran terbuka penduduk berumur 15 tahun keatas berdasarkan tingkatan umur (%)

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 Jumlah
2011 -0,15 -0, 18 -0,16 -0,21 -0,24 -0,16 -0,12 -0,02 -0,05 -0,09 -0,17
2012 -0,04 -0,04 -0,08 -0,18 -0,19 -0,12 -0,04 -0,03 0,06 0,02 -0,10

Employment Side - Labor utilization


Dalam kurun waktu 2000-2013, terdapat Meningkatnya keterlibatan wanita dalam kegiatan
peningkatan 8 juta angkatan kerja yang bekerja. ekonomi dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial,
Walaupun pada dasarnya pertumbuhan selama ekonomi maupun faktor demografi. Beberapa
kurun waktu tersebut, proporsi tenaga kerja pria faktor demografi yang dianggap penting
(26,89%) lebih besar daripada tenaga kerja wanita pengaruhnya adalah tingkat pendidikan, jenis
(23,3%), namun ada pola yang unik dalam kelamin, umur, dan status perkawinan (Setyowati,
partisipasi wanita dalam angkatan kerja Indonesia, 2009). Pada tahun 2006, sebagai titik
yaitu penurunan partisipasi wanita dalam meningkatnya jumlah apresiasi wanita setelah
angkatan kerja dari tahun 2000 ke 2006 dan depresi, dikarenakan kondisi ekonomi Indonesia
kenaikan kembali secara signifikan hingga tahun berada pada saat-saat membaik, stabilitas ekonomi
2013 (Gambar 3). sepanjang tahun 2006 membaik, nilai tukar rupiah
stabil sejak pertengahan tahun 2006, suku
45.000.000 bunga salam negeri menurun secara
40.000.000
bertahap, kinerja pasar modal meningkat,
Penyaluran kredit perbankan meningkat
35.000.000
cukup tinggi sejak bulan Agustus 2006,
30.000.000 dan pertumbuhan ekonomi hampir di
25.000.000 semua sektor mengalami percepatan
pertumbuhan (Bappenas 2007)
20.000.000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Selain itu pertumbuhan ekonomi pada


tahun 2006 mendukung perluasan
kesempatan kerja sehingga menurunya jumlah
pengangguran terbuka, meningkatnya
80.000.000
jumlah angkatan kerja yang bekerja,
60.000.000 bertambahnya lapangan pekerjaan
40.000.000 sebanyak 1,5 juta lapangan pekerjaan
20.000.000 selama kurun waktu November 2005 -
Agustus 2006 (Sakernas, BPS).
-
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Proporsi tenaga kerja terampil dan STEM


masih sangat sedikit dibandingkan tenaga
STEM - Pria STEM - Wanita kerja tidak terampil. Dalam kurun waktu
Bukan STEM - Pria Bukan STEM - Wanita 2000-2013, tenaga kerja terampil dan
STEM memiliki proporsi 5%-13% dari
tenaga kerja terampil. Namun secara konsisten
pekerja terampil memiliki jumlah yang meningkat
Gambar 3. Perkembangan partisipasi wanita
dalam angkatan kerja Indonesia (orang) pada tiap tahunya dan turut memperbesar proporsi
dan angkatan kerja berdasarkan skill dan terhadap tenaga kerja tidak terampil.
gender 2000-2013 (Sakernas, BP
Dari sisi gender gap, baik tenaga kerja terampil
maupun tidak terampil, tenaga kerja pria lebih
dominan dibandingkan dengan wanita. Walaupun

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 531
jumlah pria dan wanita di Indonesia memiliki terampil (gambar 5) menunjukan jarak yang
jumlah yang hampir sama, namun angkatan kerja senggang. Selama tiga belas tahun, rata-rata
wanita lebih banyak dialokasikan pada gender gap sebesar 25,3%.
unemployment side. Gender gap pada tenaga kerja

0,70
0,65
0,60
0,55
0,50
0,45
0,40
0,35
0,30
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Presentase Pria (STEM) 0,60 0,64 0,64 0,64 0,64 0,63 0,61 0,64 0,62 0,61 0,59 0,58 0,57 0,62
Presentase Wanita (STEM) 0,40 0,36 0,36 0,36 0,36 0,37 0,39 0,36 0,38 0,39 0,41 0,42 0,43 0,38

Gambar 4. Proporsi Gender Gap STEM di angkatan kerja Indonesia 2000-2013

usaha dan klasifikasi jabatan. Tabel tersebut


Employment Side - Female Enployment
menjelaskan seberapa besar perbedaan wanita dan
Permasalahan yang dijawab dalam indikator pria dalam kontribusi jumlah tenaga STEM. Nilai
Female Enployment adalah dimana dan positif merupakan proporsi pria yang lebih besar
bagaimana wanita berkontribusi dalam angkatan dibandingkan dengan wanita, nilai negatif
kerja, terutama STEM. Kontribusi wanita menjelaskan proporsi wanita yang lebih banyak
berdasarkan jabatan dan lapangan usaha. Tabel 3 dibandingkan pria. Semakin mendekati nol nilai
merupakan hasil pemetaan gender gap angkatan dari tabel tersebut, maka semakin kecil juga jarak
kerja STEM Indonesia berdasarkan lapangan proporsi antar gender.

Tabel 3. Gender Gap STEM Wanita Indonesia berdasarkan Lapangan Usaha dan ISCO 2012-2013

Lapangan Usaha Legislators, Professionals Technicians Less-Skilled


senior officials and associate
and managers professionals
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &
Perikanan 0,91 0,84 0,80 0,81 0,45 0,44 0,26 0,28
2 Pertambangan dan Penggalian 0,90 0,97 0,87 0,93 0,69 0,65 0,83 0,86
3 Industri 0,63 0,73 0,81 0,68 0,28 0,23 0,15 0,17
4 Listrik, Gas dan Air Minum 0,96 0,88 0,99 0,55 0,62 0,53 0,93 0,88
5 Konstruksi 0,70 0,61 0,91 0,89 0,52 0,39 0,97 0,96
6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 0,40 0,42 0,45 0,25 -0,04 -0,04 -0,01 -0,02
7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 0,58 0,64 0,77 0,70 0,45 0,39 0,95 0,94
8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa 0,34 0,37 0,56 0,66 0,19 0,20 0,64 0,69
Perusahaan
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan -0,14 -0,12 0,62 0,65 0,22 0,24 0,10 0,10

profesional. Tenaga Profesional teridiri dari


Gender Gap yang disajikan dalam tabel 1
peneliti iptek, peneliti ilmu hayati dan kesehatan,
menunjukan bahwa dominasi tenaga kerja laki-
peneliti ilmu sosial, pengajar profesional, dan
laki masih sangat tinggi, terutatama dalam tenaga

532 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
tenaga profesional lainya. Sub klasifikasi ini pada transportasi, tenaga kerja STEMl pria jauh lebih
dasarnya memerlukan jenjang pendidikan yang dominan. Selain itu potensi wanita juga masih
tinggi. Pada tahun 2013 jumlah tenaga profesional lemah di bidang less skill hampil di seluruh
pria memiliki jumlah 1.104.121 sedangkan wanita lapangan usaha dan jabatan.
sebanyak 228.430, gap gender turun dari 70,1%
Pemerintah dapan meningkatkan partisipasi
ke 65,7%. Hal ini didukung dengan tingkat
wanita dengan mendorong jumlah angkatan kerja
pendidikan wanita yang relatif masih rendah
terdidik (universitas) untuk meningktkan potensi
dibandingkan dengan wanita. Pada periode waktu
tenaga kerja terlatih wanita di indonesia.
2012-2013, angkatan kerja wanita yang tidak
Selanjutnya, dengan adanya pemetaan ini,
bersekolah sebesar 8,3% dan 8,15%, jauh
pengambil kebijakan dapat melakukan
dibandingkan dengan pria, sebesar 3,45% dan
pengembangan SDM, terutama tenaga kerja
3,36%. Selain itu, partisipasi wanita di jenjang
terampil, dengan tepat sasaran pada bidang
universitas masih rendah dibandingkan pria di
pekerjaan dan lapangan usaha yang spesifik.
tahun 2012, yaitu wanita sebesar 6,96%, dan pria
sebesar 7,37 %.
Partisipasi wanita dalam klasifikasi jabatan di DAFTAR PUSTAKA
angkatan kerja Indonesia yang lebih unggul Bappenas, 2007. KONDISI EKONOMI MAKRO
dibandingkan pria berada pada klasifikasi pejabat TAHUN 2006. In KONDISI EKONOMI
dan manajer, tenaga tata usaha, tenaga tata usaha, MAKRO TAHUN 2006. Bappenas. Available
dan tenaga pengolahan dan pengerajinan. Hampir at:
keseluruhan lapangan usaha hampir didominasi http://www.bappenas.go.id/files/4113/5228/
oleh tenaga kerja pria. Partisipasi wanita hanya 3386/bab__20081122141425__775__2.pdf
nampak pada lapangan usaha perdagangan, rumah [Accessed March 30, 2016].
makan, dan jasa akomodasi dan jasa
kemasyarakatan, sosial, dan perorangan. Beede, D. et al., 2011. Women in STEM: A
Gender Gap to Innovation.
Dari uraian di atas bisa digeneralisir bahwa tenaga
kerja wanita, baik terampil maupun tidak, di Berau Labor of Statistics, 2012. Options for
Indonesia belum berkembang pada kegiatan defining STEM (Science, Technology,
ekonomi non-jasa, seperti pengelolaan dan Engineering, and Mathematics) occupations
eksplorasi sumber daya alam, industri, lembaga under the 2010 Standard Occupational
keuangan, dan transportasi. Hanya dalam kegiatan Classification (SOC) system,
jasa potensi wanita dapat berkembang, seperti jasa Cuberes, D. & Teignier, M., 2013. Gender Gaps in
akomodasi, jasa kemasyarakatan, perdagangan, the Labor Market and Aggregate
dan sosial. Productivity *.
International Labour Office, 2010. Women in
KESIMPULAN DAN SARAN labour markets: Measuring progress and
identifying challenges. In ILO, p. 109.
Tenaga kerja wanita berkontribusi banyak pada
unemploymet. Pada sisi tenaga kerja terampil, Nations, U., 1995. Report of the Fourth World
terutama STEM, tenaga kerja didominasi oleh Conference on Women,
pekerja pria dengan variansi yang beragam. Tenga Setyowati, E., 2009. Analisis Tingkat Partisipasi
kerja STEM wanita menonjol pada bidang usaha Wanita Dalam Angkatan. Jurnal Ekonomi
jasa, seperti jasa akomodasi, jasa kemasyarakatan, Pembangunan Vol. 10, No.2, Desember
perdagangan, dan sosial. Pada bidang non-jasa, 2009, hlm. 215 - 233 ANALISIS, 10(2).
seperti pengelolaan dan eksplorasi sumber daya
alam, industri, lembaga keuangan, dan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 533
Mobilitas Internasional SDM Iptek Indonesia Dalam Kerangka Free
Flow of Skilled Labor AEC

Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia, Maulana Akbar, Nani Grace B


Center For Science and Technology Development Studies, Indonesian Institute of Sciences
indri.asmara@gmail.com, elmiachelia@gmail.com,maulanaakbar@gmail.com,
nanigrace@gmail.com

Keyword ABSTRACT
HRST, free flow of skilled labor, Indonesia’s Human Resource devoted to Science and Technology (HRST) is
international mobility, AEC a human resource that contributes and is involved in the utilization,
development and creation of science and technology. Indonesia's Long
Term Development Plan 2025 has determined that development leads to
economic development by increasing the quantity, quality and mobility of
human resources aimed at science and technology. The mobility of human
resources, especially between countries, is regulated in an international
arrangement, one of which is an agreement in the ASEAN Economic
Community (AEC) which has been enacted in 2015. Special international
mobility has been arranged in the pillar of free flow of skilled labor. This
paper aims to provide an overview of the mobility of Indonesia's HRST in
MEA, especially Malaysia and Singapore. Both countries are the main
destination countries of human resource mobility of Indonesian Science and
Technology in ASEAN. This paper also describes how the mobility of human
resources in the implementation of science pillar free flow of skilled labor
and the factors that affect the mobility of human resources science and
technology Indonesia.
Kata Kunci SARI KARANGAN
SDM Iptek, free flow of skilled SDM Iptek Indonesia merupakan SDM yang berkontribusi dan terlibat
labor, mobilitas internasional, dalam pemanfaatan, pengembangan dan penciptaan ilmu pengetahuan dan
AEC teknologi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Indonesia 2025 telah
menetapkan bahwa pembangunan mengarah ke pembangunan ekonomi
dengan meningkatkan kuantitas, kualitas dan mobilitas SDM yang ditujukan
pada Sains dan Teknologi (SDM IPTEK). Sementara itu dalam ASEAN
Economic Community, mobilitas internasional diatur dalam pilar free flow
of skilled labor. Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai mobilitas SDM Iptek Indonesia di Malaysia dan Singapura.
Kedua negara tersebut merupakan negara tujuan utama mobilitas SDM
Iptek Indonesia. Dan bagaimana mobilitas SDM Iptek dalam implementasi
pilar free flow of skilled labor serta faktor-faktor yang mempengaruhi
mobilitas SDM Iptek Indonesia.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

ekonomi. Pembangunan tersebut dapat terwujud


LATAR BELAKANG
jika pemerintah mampu menyiapkan
Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi infrastruktur, mengoptimalkan belanja negara dan
(iptek) diarahkan untuk penguasaan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
pemanfaatan Iptek bagi kesejahteraan masyarakat, (SDM). Indonesia memiliki SDM yang sangat
kemandirian dan daya saing bangsa melalui potensial, jika dilihat dari jumlah penduduk dan
peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek. angka produktivitas penduduk. Sejak tahun 2012
Pembangunan iptek dalam Rencana Pembangunan yang lalu, Indonesia telah memiliki bonus
Jangka Panjang mengarah pada pembangunan demografi. Bonus demografi merupakan cerminan

534 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dari angka ketergantungan, pada kurun waktu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam
2020-2030 terjadi penurunan angka rasio blue print MEA 2015 terdapat pilar “Single
ketergantungan yaitu dibawah 1. Kondisi tersebut Market and Production Base” . Karakteristik MEA
perlu dimanfaatkan secara optimal, bonus adalah aliran bebas barang, jasa, investasi, dan
demografi dapat bermanfaat apabila jika usia tenaga kerja terlatih serta aliran modal yang lebih
produktif merupakan tenaga kerja yang sudah bebas antar negara ASEAN. Flow SDM dalam
bekerja, namun akan menjadi beban negara atau pilar tersebut dinyatakan dalam moda “Free Flow
liabilitas jika usia produktif ini tidak dipersiapkan of Skilled Labor”, dimana pemberlakukan pasar
dengan benar. bebas tenaga kerja akan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi angkatan kerja di
Pembangunan ekonomi difokuskan untuk
seluruh kawasan ASEAN. Tenaga kerja di
mempercepat kemampuan SDM dan iptek
ASEAN berkesempatan untuk mengisi kebutuhan
nasional. Di dalam RPJP, dukungan terhadap
tenaga kerja di negara penerima untuk mengisi
pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan
kekurangan tenaga kerja. Bagi SDM yang
dilakukan melalui peningkatan kuantitas,
melakukan pergerakan akan meningkatkan
kualitas, dan mobilitas SDM iptek dan
pendapatan serta memperoleh pengetahuan dan
penguatan sistem inovasi [RPJP]. SDM yang
pengalaman baru. Kondisi mobilitas tenaga kerja
berkualitas dan meningkatnya usia produktif pada
ASEAN, dari tahun 1990-2013 migrasi intra
periode ini merupakan suatu hal yang harus
ASEAN meningkat dari 1,5 juta menjadi 6,5 juta
dicermati sebagai potensi dalam pembangunan
migrant (Nurhemi et al, 2015). Sebagain besar
ekonomi berbasis iptek demi mencapai posisi
87% migrasi tenaga kerja intra ASEAN
negara dengan perekonomian yang kuat pada
merupakan tenaga kerja berketrampilan rendah
tahun 2025. Di beberapa negara, adanya bonus
dan sedang (Nurhemi et al, 2015). Aliran
demografi ini berpengaruh terhadap pertumbuhan
mobilitas tenaga kerja ASEAN terkonsentrasi
ekonomi. Hal ini dapat terlaksana karena bonus
dalam 5 koridor utama yaitu: Myanmar ke
demografi disikapi dengan kebijakan yang
Thailand, Indonesia ke Malaysia, Malaysia ke
mendukung peningkatan kualitas SDM Iptek.
Singapura, Laos ke Thailand, Kamboja ke
SDM iptek dibutuhkan untuk mencapai
Thailand . Migrasi ini merepresentasikan 88% dari
pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
intra ASEAN stok migrant (UN, 2013 dan
Mobilitas SDM Iptek penting untuk menjadi fokus Sugiyarto dan Agunias, 2014).
perhatian karena pada beberapa studi di negara
Untuk mendukung komponen Free Flow of
OECD dan non-OECD terlihat bahwa
Skilled Labor dalam blue print MEA, ASEAN
mobilitasSDM Iptek berdampak pada ekonomi.
membuat kesepatan berupa Mutual Recognition
Terjadinya mobilitas internasional berdampak
Agreement (MRA). Seluruh negara ASEAN telah
positif bagi negara penerima migran ditunjukkan
menandatangani MRA yang menyepakati
dengan stimulasi kapasitas inovasi, peningkatan
kualifikasi pergerakan tenaga kerja terampil dari
human capital, dan diseminasi ilmu pengetahuan
delapan sektor yaitu: (1) Jasa teknik rekayasa, (2)
(D. Guellec dan M.Cervantes, 2002). Selain itu,
Jasa keperawatan, (3) Jasa arsitektur, (4) Jasa
dari migran yang memperoleh pendidikan di
pemetaan, (5) Jasa profesi pariwisata, (6) Jasa
negara penerima, maka negara tersebut akan
akuntansi, (7) Jasa Medis, (8) Jasa dokter gigi.
memiliki tambahan potensi cadangan SDM Iptek
MRA merupakan kesepakatan untuk mengakui
(K. Tremblay, 2002). Sedangkan bagi negara asal
atau menerima beberapa atau semua hasil
migran, hilangnya human capital secara tidak
penilaian atau sertifikasi dari kualifikasi jasa
langsung diimbangi dengan migran yang kembali
profesional yang disepakati.
dan jaringan yang terbangun untuk memfasilitasi
mobilitasantara negara asal dan negara penerima Oleh karena itu, adanya free flow of skilled labor
migran (J. B. Meyer, 2002). dalam kesepakatan MEA akan berpengaruh
terhadap perkembangan SDM Iptek Indonesia,
Isu mobilitas internasional SDM yang sudah
terutama SDM Iptek dalam perspektif pekerjaan.
diimplementasikan di Indonesia adalah
Bagaimana pengaruh kesepakatan dalam MEA

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 535
mempengaruhi pasar tenaga kerja Indonesia dan Dalam konteks SDM Iptek, mobilitas
sebaliknya. internasional menjadi penting karena merupakan
saluran difusi pengetahuan. Dimana SDM iptek
Sementara untuk SDM Iptek dalam dimensi
berperan sebagai kunci inovasi dan pertumbuhan
persediaan yaitu SDM yang memiliki latar
ekonomi serta berpengaruh pada pengenalan
belakang pendidikan dengan tingkat pendidikan di
produk atau inovasi baru, yang dengan
atas D3, mobilitas juga terjadi pada pergerakan
mobilitasnya SDM iptek mendorong terjadinya
mahasiswa baik mahasiswa Indonesia yang
transfer teknologi. Dari sisi pasar tenaga kerja,
mengenyam pendidikan di luar negeri maupun
mobilitas akan memberikan efisiensi alokasi
mahasiswa asing yang datang ke Indonesia.
tenaga kerja dan meningkatkan fleksibilitas.
Selama tahun 2013, setidaknya sebanyak 28,372
mahasiswa mengenyam pendidikan di luar negeri. Hal lain yang perlu diperhatikan terkait
Australia menjadi tujuan mahasiswa Indonesia mobilitas SDM iptek yaitu mobilitas mahasiswa
terbanyak, yaitu sebanyak 9453 orang, diikuti antar negara. Mahasiswa yang belajar di luar
Amerika Serikat 7340 orang, dan Uni Eropa negeri menjadi salah satu pendorong terjadinya
siswa. Terjadinya mobilitas SDM Iptek dalam migrasi SDM iptek. Hal ini terjadi karena
perspektif pendidikan juga mempengaruhi mahasiswa yang terdaftar pada program
kapasitas pendidikan di Indonesia yang pada pendidikan berdasarkan riset harus melakukan
akhirnya mempengaruhi potensial persediaan aktivitas riset dengan output yang setara dengan
SDM Iptek di Indonesia. pekerja professional seperti publikasi ilmiah.
Selain itu mahasiswa juga berkewajiban kerja
praktek di negara tempatnya belajar untuk
TINJAUAN LITERATUR mengaplikasikan teori yang dipelajari. Dengan
Mobilitas internasional atau migrasi internasional demikian secara tidak langsung mahasiswa
yaitu perpindahan orang melalui batas-batas tersebut telah memenuhi syarat dasar untuk
internasional (negara). Definisi tersebut melakukan migrasi karena telah memiliki
ditetapkan untuk menjadi standar pengukuran penguasaan bahasa dan pengetahuan spesifik
migrasi internasional. Migrasi internasional negara tujuan, dapat lebih adaptif pada budaya
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu negara tujuan, dan gelar akademiknya lebih diakui
migrant jangka panjang dan migrant jangka di pasar tenaga kerja negara tujuan.
pendek. Migran jangka panjang yaitu seseorang a. Free Flow of Skilled Labor
berpindah ke negara lain untuk jangka waktu
Pencapaian ASEAN Economic
minimal satu tahun. Migran jangka pendek yaitu
Community semakin kuat dengan
seseorang berpindah ke negara lain untuk jangka
ditandatanganinya “Cebu Declaration on the
waktu minimal tiga bulan sampai dengan satu
Acceleration of the Establishment of an ASEAN
tahun. Dalam pengukuran migran, yang dihitung
Community by 2015”pada KTT ke-12 ASEAN di
tidak hanya orang yang menjadi tujuan utama
Cebu, Filipina tanggal 13 Januari 2007. Dalam
perpindahan, melainkan menghitung sejumlah
pertemuan itu disepakati percepatan pembentukan
orang yang menjadi tanggungannya yang ikut
ASEAN Economic Community (AEC) dari tahun
berpindah. Pengukuran inflow statistic migrant
2020 menjadi tahun 2015 dalam rangka
dilakukan dengan menggunakan sumber data dari
memperkuat daya saing ASEAN dalam
sistem kependudukan nasional, sistem
menghadapi kompetisi global seperti India dan
administrasi pengurusan izin tinggal sementara
China. Dalam konfrensi tersebut, para Menteri
atau izin kerja bagi warga negara asing, sensus
Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan
penduduk, survey tenaga kerja, dan data dari
Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”ASEAN
sumber lain untuk kasus tertentu. Sedangkan
Economic Community (AEC) Blue print”. Cetak
pengukuran outflow lebih sulit untuk dilakukan.
Biru AEC tersebut berisi rencana kerja strategis
Beberapa negara mengukur dengan estimasi
dalam jangka pendek, menengah dan panjang
agregat dari survey tenaga kerja.

536 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi Untuk menunjang tercapainya Free Flow
ekonomi ASEAN. of Skilled Labour di ASEAN, telah disepakati
beberapa perjanjian yang bertujuan memfasilitasi
Pada KTT ASEAN Ke-13 di Singapura,
pekerja terampil dengan tujuan tertentu agar
bulan Nopember 2007, telah disepakati Blueprint
dengan mudah bergerak. Diantaranya ASEAN
for the ASEAN Economic Community(AEC)
Agreement on the Movement of Natural Person
Blueprint, dimana terdapat empat pilar utama
yang disepakati di Kamboja pada Tahun 2012 dan
(Gambar 1) yang dijadikan roadmap bagi tiap
ASEAN Declaration on the Protection and
anggota negara untuk mentransformasikan
Promotion of the Rights of Migrant Workers yang
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi,
ditandatangani di Filipina pada tahun 2007.
kawasan yang kompetitif dan terintegrasi dengan
ekonomi global. 2. Karakteristik Movement Natural Person
General Agreement on
Trade in Services (GATS) yang
diterbitkan olah World Trade
Organization (WTO)
mengelompokan supply a service
berdasarkan empat mode, salah
satu mode, yaitu mode 4 (natural
person) adalah orang yang
mengacu pada mobilitas dari satu
tempat (anggota WTO)ke wilayah
lain untuk tujuan memberikan
layanan. Namun bukan untuk
mencari pekerjaan,
Gambar 1. Empat Pilar utama MEA 2015
kewarganegaraaan, atau tinggal secara permanen.
(ASEAN Secretariat)
Natural person tertuang pula dalam
Salah satu pilar utama yang menjadi prioritas
ASEAN Agreement on the Movement of Natural
adalah ‘menuju single market dan production
Persondengan kategori yang lebih spesifik, yaitu
base’ dengan salah satu komponen prioritasnya
business visitor, intr-corporate transferees, dan
‘Free flow of skilled labour’ (Gambar 2).
contractual service supplier. Natural Person dapat
Pergerakan pekerja terampil (skilled labour)
pula dikategorikan dengan profesi jabatan yaitu
menjadi agenda prioritas yang sangat penting
eksekutif, manajer, dan spesialis (skilled labour).
karena menunjang dalam pergerakan (free flow)
investasi, kapital, jasa, dan barang. Dalam pengukuran natural person, WTO
telah mengkategorikan berdasarkan International
Standard Classification of Occupation (ISCO) 88.
Natural person merupakan skilled labour dengan
klasifikasi dari digit satu hingga empat dengan
minmal pendidikan undergraduate. Pengukuran
SDM Iptek berdasarkan Canberra Manual
menggunakan klasifikasi dan digit yang sama.
Dengan kata lain, natural person yang
didefinisikan oleh WTO dan ASEAN adalah
pergerakan SDM Iptek.
b. Outflow SDM Iptek Indonesia
Gambar 2. Pilar Single Market and Production Yap (2009) menyatakan Singapura
Base dalam AEC Blueprint 2015 merupakan salah satu negara yang memiliki
proporsi warga negara asing terhadap pribumi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 537
tertinggi dibandingkan dengan negara lain, Tahiland. Terdapat lima koridor utama migrasi
demikian pula dengan tenaga kerja asingnya. Satu pekerja ASEAN, diantaranya Myanmar ke
pertiga dari total tenaga kerja Singapura adalah Thailand, Indonesia ke Malaysia, Malaysia ke
tenaga kerja asing. Hampir separuh dari total Singapura, Laos ke Thailand, dan Kamboja ke
tenaga kerja asing tersebut bekerja di sektor jasa, Thailand (UN 2013). Migrasi dari lima koridor
seperempatnya bekerja di sektor manufaktur dan ini merepresentasikan 88% dari intra-ASEAN
konstruksi. Dominasi tenaga kerja asing terbanyak migrant stock (UN, 2013 dan Sugiyarto dan
terdapat di sektor konstruksi. Enam dari sepuluh Agunias, 2014).
pekerja konstruksi (60%) adalah tenaga kerja
asing. Bila dibandingkan dengan sektor lain yaitu 2. Mobilitas SDM Indonesia di ASEAN
hanya separuh dari total tenaga kerja manufaktur Mobilitas tenaga kerja ASEAN mengarah pada
dan hanya seperempatnya di sektor jasa (Yap. tiga negara, yaitu Singapura, Malaysia, dan
2009). Tahiland. Terdapat lima koridor utama migrasi
pekerja ASEAN, diantaranya Myanmar ke
Tidak jauh berbeda dengan Singapura, Thailand, Indonesia ke Malaysia, Malaysia ke
Malaysia juga merupakan importer tenaga kerja, Singapura, Laos ke Thailand, dan Kamboja ke
selain juga ekportir. Namun dalam pertengahan Thailand (UN 2013). Migrasi dari lima koridor
tahun 1980 migran tenaga kerja menjadi perhatian ini merepresentasikan 88% dari intra-ASEAN
migrant stock (UN, 2013 dan Sugiyarto dan
besar karena pertumbuhan tenaga kerja asing yang
Agunias, 2014).
memiliki keahlian rendah semakin tinggi. Padahal
bidang pekerjaan domestik seperti pertanian dan
perkebunan beralih ke bidang manufaktur dan jasa
(Kanapathy, 2001). Untuk meningkat
perekonomian, pada akhir 1980, Malaysia
menerapkan ekonomi liberal, dengan
mengundang investor asing untuk berinvestasi di
negaranya. Seiring dengan itu, tenaga kerja asing
yang berpendidikan tinggi dan memiliki
keterampilan semakin banyak dan dibutuhkan di
Malaysia.
Didasarkan pada kedekatan
wilayah/geografi, sejarah dan budaya, tenaga
kerja yang berasal dari Malaysia paling banyak Gambar 3. Pergerakan Tenaga Kerja Asal
bekerja di Singapura, walaupun saat ini tenaga Indonesia
kerja berkewarganegaraan lainnya seperti
Indonesia, Philipina atau negara lain di kawasan Indonesia memiliki alur pergerakan
Asia tenggara, Asia utara, Asia selatan bahkan natural person ke semua negara anggota ASEAN,
Eropa telah banyak di Singapura. Lebih dari itu, namun hanya alur dari Indonesia ke Singapura dan
Malaysia saja yang memiliki jumlah terbesar
hasil wawancara terhadap peneliti Malaysia (Gambar 3). Pergerakan tenaga kerja Indonesia
menunjukkan bahwa tidak hanya kedekatan dipengaruhi banyak hal, seperti kedekatan bahasa,
wilayah/geografis, tetapi juga kekerabatan budaya, dan demografi. Tapi lebih dari itu, ada
menjadi faktor utama banyaknya tenaga kerja beberapa indikator yang bisa dijadikan dasar
asing Indonesia memilih dua negara tersebut mengapa Singapura dan Malaysia sangat penting
sebagai tujuan bekerja. bagi mobilitas Tenaga Kerja dari Indonesia.
Gambar 2 menunjukan mobilitas SDM Iptek
1. Mobilitas SDM Indonesia di ASEAN Indonesia meningkat dari tahun 2011 dan 2012.
Mobilitas tenaga kerja ASEAN mengarah pada Begitu pula dari segi kuantitas, pada tahun 2012
tiga negara, yaitu Singapura, Malaysia, dan Singapura dan Malaysia merupakan negara tujuan
SDM Iptek Indonesia tertinggi di ASEAN.

538 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Outflow SDM IPTEK 2011 dan 2012

1.286
2011 2012

1.055 1.046
973 957
924
887

721

607 589

478

363
343
301 283
243 239 236
173
151

Malaysia Singapura Saudi Arabia United Emirate Amerika Serikat Qatar Kuwait Brunei Korea Selatan Jepang
Arab (UEA) Darussalam

Sumber: Pusat Litbang dan Informasi, BNP2TKI, 2015

Gambar 4. Outflow SDM Iptek 2011 dan 2012

Singapura menjadi negara dengan tenaga kerja Malaysia adalah koridor utama migrasi dari
net export tertinggi pada tahun 2010. Jumlah Indonesia. Pergerakan pekerja asing dari
pekerja asing datang lebih banyak dibandingkan Indonesia ke Malaysia adalah terbesar ke dua di
dengan jumlah pekerja lokal yang bekerja di ASEAN setelah pergerakan dari Myanmar ke
negara lain. Besarnya tenaga kerja asing Thailand. Angkatan kerja Malaysia dibandingkan
mempengaruhi terhadap proporsi angkatan kerja dengan pekerja asing cukup besar, sebesar 19.23%
dan jumlah populasi penduduk singapura. Tercatat angkatan kerja Malaysia pada tahun 2010
73% dari angkatan kerja di Singapura merupakan merupakan pekesrja asing. Malaysia merupakan
angkatan kerja asing (sumber: Geovani, 2013) dan negara net export, yaitu jumlah tenaga kerja asing
pekerja asing mencapai 35% dari populasi masuk lebih tinggi dibangingkan tenaga kerja
penduduk (2010) (Yeoh and Lin, 2012 dan ADB lokal keluar ke negara lain. Pada tahun 2011 dan
and ILO, 2014). Pada tahun 2010 Singapura 2012 Malaysia merupakan negara tujuan tenaga
menjadi negara tujuan ke-1 di ASEAN. Daya kerja asing, yang merupakan SDM Iptek, ke 1 di
darik Singapura terutama di negara-negara antara negara ASEAN. Daya tarik Malaysia
anggota ASEAN dipengaruhi pula oleh daya tarik didukung pula oleh financial tertinggi ke-2 setelah
finansial tertinggi di ASEAN, dengan rata-rata Singapura.
gaji diatas 3500 USD. Selain itu, Singapura negara
yang memiliki regulasi yang baik dalam Dari dimensi flow SDM Iptek dari segi
pengelolaan tenaga kerja asing (BNP2TKI, 2016). pendidikan, jumlah pelajar Indonesia ke Malaysia
maupun Malaysia ke Indonesia mengalami
peningkatan yang signifikan tiap tahunya.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 539
9.000
8.000
7.000
6.000
From Malaysia to
5.000
Indonesia
4.000
From Indonesia to
3.000 Malaysia
2.000
1.000
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar 5. Jumlah Mobilitas Mahasiswa Indonesia dan Malaysia


Gambaran Outflow SDM Iptek Indonesia dengan 90% lebih tenaga kerja Indonesia
Mobilitas tenaga kerja Indonesia ke bekerja di sektor domestik. Negara tujuan
kerja terlihat pada Gambar 4.1.2.1. Dalam
luar negeri atau disebut sebagai outflow
Gambar tersebut diketahui bahwa TKI telah
tenaga kerja dimulai secara resmi pada tahun
menyebar hampir diseluruh Negara dunia.
1905. Saat itu pasar terbanyak adalah sebagai
Negara tujuan kerja yang paling banyak
pekerja perkebunan dan ditempatkan di
adalah di kawasan Asia Timur dan Tenggara
perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh
yaitu sekitar 69%. Selanjutnya adalah
Belanda seperti Suriname, Kaledonia (Subadi,
Negara-negara timur tengah dengan
2010)1. Sampai saat ini pun, outflow tenaga
persentase sebesar 23%.
kerja Indonesia terjadi dan semakin banyak

0% 1% 1% 2% 0%
3% Asia Timur dan Tenggara
1% Asia Selatan dan Tengah
Timur Tengah
Afrika
23%
Amerika Utara dan Tengah
Amerika Selatan

0% 69% Eropa Barat


Eropa Tengah dan Timur
Ocenia
Karibia

Sumber: diolah dari Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, 2015


Gambar 4.1.2.1 Sebaran TKI berdasar Negara tujuan Kerja

1
Subadi. 2010. “The Indonesian Workers in Malaysia
A Case Study: The Female Workers From Central
Java With a Fenomenology Approach”. Forum
Geografi, Vol. 24, No. 2, Desember 2010: 155 - 172

540 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Walaupun lebih dari 90% TKI bekerja di berbagai negara. Negara Terbanyak
sektor domestik, namun terdapat pula TKI dikunjungi adalah Malaysia, dan Singapura.
dengan pendidikan tinggi dan keahlian khusus Pada tahun 2012, bahkan negara Amerika
(SDM Iptek) bekerja di luar negeri. Outflow Serikat merupakan negara tujuan yang paling
SDM Iptek tersebut terlihat pada Gambar diminati oleh SDM Iptek Indonesia.
4.1.2.2. SDM Iptek Indonesia menyebar di

1.286

1.055 1.046
973 957
887 924

721
607 589
478
343 363
301 283
243239 236
173 151

Malaysia Singapura Saudi Arabia United Amerika Qatar Kuwait Brunei Korea Selatan Jepang
Emirate Arab Serikat Darussalam
(UEA)

Sumber: diolah dari Puslitbangfo, BNP2TKI


Gambar 4.1.2.2 Outflow SDM Iptek Indonesia, 2011-2012

Gambaran outflow SDM Iptek sesuai dengan tujuan kerja SDM Iptek profesional adalah
klasifikasi ISCO terlihat pada Gambar 4.1.2.3. Malaysia, Singapura, Saudi Arabia.
Dalam Gambar tersebut diketahui bahwa Selanjutnya SDM Iptek Indonesia dengan
SDM Iptek profesional Indonesia bekerja di klasifikasi teknisi banyak bekerja di Amerika
hampir seluruh negara tujuan. Tiga negara Serikat.

Manajer Profesional Teknisi

690 684
644
612

421

295 280
245 221
198 188 205 212
150 171 141 162 174
79 90 97
41 46 31 56 38
9 12 15 24

Malaysia Singapura Amerika Saudi Arabia United Emirate Qatar Kuwait Brunei Korea Selatan Jepang
Serikat Arab (UEA) Darussalam

Sumber: diolah dari Puslitbangfo, BNP2TKI


Gambar 4.1.2.3 Outflow SDM Iptek Indonesia, 2011-2012

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 541
Berdasarkan gambaran di atas institusi Indonesia seperti Imigrasi, kantor
diketahui bahwa negara Malaysia dan kedutaan atau Kementerian ketenagakerjaan.
Singapura merupakan negara tujuan SDM Global market merupakan salah satu faktor
Iptek Indonesia terbanyak. Karenanya, tidak terdeteksinya mobilitas SDM Iptek.
penelitian ini mengkaji lebih mendalam Tipis batas wilayah dan negara dan
tentang outflow SDM Ipek Indonesia di canggihnya teknologi informasi
negara tersebut. Pada dasarnya data dan menyebabkan semakin leluasanya pergerakan
informasi rinci tentang tenaga kerja asing baik SDM Iptek Indonesia.
Singapura maupun Malaysia bukan
merupakan domain publik. Publik hanya Hal-hal yang menyebabkan tidak
mendapat informasi terbatas pada kualifikasi terdatanya SDM Iptek Indonesia adalah
tenaga kerja asing yang didasarkan pada upah, sebagai berikut: adanya kegiatan “Direct
dan distribusi pekerjaan mereka. Karenanya Hiring” yaitu perusahaan secara langsung
data kualitatif menjadi hal yang penting dalam mendapat tenaga kerja yang berasal dari luar
kajian ini. Singapura atau Malaysia melalui jasa
Data dan informasi diperoleh dari perusahaan outsourcing atau perusahaan
wawancara mendalam dengan peneliti yang pencari tenaga kerja di situs tenaga kerja. Bila
melakukan penelitian tentang mobilitas SDM sesuai kualifikasi dan telah mendapatkan ijin
Iptek, pejabat kedutaan besar Indonesia dan kerja, maka tenaga kerja Indonesia akan
SDM Iptek Indonesia di Negara Singapura langsung menuju ke negara tersebut. Keadaan
dan Malaysia. Kajian ini menghasilkan ini memungkinkan tenaga kerja Indonesia
gambaran nyata tentang outflow SDM Iptek tersebut tidak melaporkan keberadaannya di
Indonesia. kedutaan besar masing-masing negara.
Gambar 4.1.2.4 menunjukkan contoh isu
Mobilitas SDM Iptek di Singapura dan global market pada outflow SDM Iptek.
Malaysia Sepanjang tahun 2000-2012 rasio SDM Iptek
Indonesi yang berhasil bekerja dibandingkan
Pada dasarnya tenaga kerja Indonesia
dengan banyaknya pekerjaan yang ditawarkan
yang bekerja di Singapura dan Malaysia tidak
oleh jasa pencari kerja (job vacancy) adalah
selalu tercatat dengan baik terutama di
antara 0.14 – 0.33.

25,0 0,35
Loweongan kerja dan SDM Iptek

0,30
20,0 Lowongan kerja pada Job
Outflow (dalam ribuan)

0,25 vacancy sebagai Professional,


15,0 Managers, Eksekutif dan Teknisi
0,20
SDM Iptek outflow
10,0 0,15

0,10
5,0 rasio SDM iptek outflow
0,05
terhadap job vacancy
0,0 0,00
2000*
2001*
2002*
2003*
2004*
2005*
2006*
2007*
2008*
2009*
2010*
2011*
2012*
2013*

Sumber: diolah dari Job Vancay 2000-2013, Ministry of Manpower Singapore


Gambar 4.1.2.4 Jumlah lowongan kerja dan Outflow SDM Iptek serta Rasionya, 2000-2012

Tawaran beasiswa kepada siswa dan juga merupakan salah satu penyebab tidak
atau mahasiswa Indonesia yang berprestasi terdatanya SDM Iptek Indonesia yang bekerja

542 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
di Singapura dan Malaysia. Hal ini yang tidak memiliki status bekerja namun
dikarenakan setelah mereka selesai pada kenyataannya melakukan kontrak kerja
menjalankan pendidikannya, mereka diberi dengan perusahaan di luar Indonesia dan
keleluasan dan kemudahan untuk mendapatkan insentif sesuai kontrak atau
mendapatkan pekerjaan. Masuknya lulusan biasa disebut dengan “virtual job”. Keadaan
SDM Iptek Indonesia ke dunia kerja tidak ini berdampak pada tidak tercatatnya sebagai
terdata lengkap di Kedutaan Besar baik tenaga kerja asing.
Singapura dan Malaysia. Dengan kondisi seperti di uraikan di
Kenyataan lainnya adalah yang juga atas, Gambar 4.1.2.4 memperlihatkan
dipengaruhi oleh global market adalah dengan kecenderungan SDM Iptek yang bekerja di
kemudahan akses internet dan kualifikasi Singapura yang semakin meningkat selama
tenaga kerja yang mampu memenuhi pasar kurun dua belas tahun
global. Tidak sedikit tenaga kerja Indonesia

3,0

2,5
Jumlah SDM Iptek (juta)

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0
1991
1992
1993
1994
1996
1997
1998
1999
2001
2002
2003
2004
2006
2007

2008
2009
2010
2011
2012
2013
2007a

Sumber: diolah dari BNP2TKI,1991-2013


Gambar 4.1.2.4 Jumlah SDM Iptek Indonesia yang bekerja di Singapura, 1991-2013

Remitansi signifikan. Hal ini seiring dengan bertambah


Selain memperolah alih teknologi dan banyaknya SDM Iptek yang bekerja di
budaya kerja yang efektif dan efisiensi, Singapura dari tahun ke tahun (lihat Gambar
Outflow SDM Iptek Indonesia juga 4.1.2.4)
memberikan manfaat ekonomis dan Dengan gambaran tersebut,
mempengaruhi sektor konsumsi nasional selayaknya menjadi pertimbangan pemerintah
dengan adanya remitansi. untuk meningkatkan outflow tidak hanya
Gambar 4.1.2.5 memperlihatkan pekerja dengan pendidikan rendah tetapi
remitansi SDM Iptek Indonesia yang bekerja SDM Iptek terutama dengan kualifikasi
di Singapura mulai dari tahun 2001-2014. profesional yang dapat meningkatkan
Data tersebut menunjukkan bahwa selama 13 ekonomi negara.
tahun, remitansi cenderung meningkat secara

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 543
180.000.000
160.000.000
Remitansi ($US) 140.000.000
120.000.000
100.000.000
80.000.000
60.000.000
40.000.000
20.000.000
-
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: diolah dari Data Tenaga Kerja Indonesia, Pusdatinaker BNPTKI


Gambar 4.1.2.5 Remitansi SDM Iptek Indonesia, 2001-2014 (US$)

Daya tarik nilai tukar rupiah). Terlihat bahwa selama 12


Hasil wawancara mendalam terhadap tahun terakhir, rata-rata perbedaan upah
responden di Singapura maupun Malaysia pekerja dengan bidang pekerjaan yang sama
menunjukkan bahwa daya tarik utama SDM antara Jakarta dan Singapura adalah lebih dari
Iptek Indonesia bekerja luar Indonesia adalah 10 kali. Pergerakan kenaikan upah setiap
upah. Responden bahkan menyatakan bahwa tahunnya bagi singapura cukup signifikan
mereka lebih mementingkan upah dibandingkan dengan Jakarta.
dibandingkan dengan karir, karena sebagai Walaupun biaya hidup di Singapura
tenaga kerja professional yang diutamakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
adalah keahliannya. Contoh perbandingan Jakarta, yaitu rata-rata 104% dibandingkan
besarnya upah antara Jakarta dan Singapura dengan Jakarta 2, namun kehidupan yang lebih
adalah seperti Gambar 4.1.2.5. Bila nyaman, seperti transportasi, keamanan,
diasumsikan Jakarta adalah Ibukota dengan pendidikan yang lebih baik menjadikan
upah tertinggi dari seluruh wilayah Indonesia, tenaga kerja terampil Indonesia memilih
maka Gambar tersebut menunjukkan untuk bekerja di Singapura.Faktor-faktor
perbedaan upah yang cukup menyolok antara tersebut juga merupakan daya tarik untuk
Jakarta dan Singapura (dengan menggunakan bekerja di Singapura dan Malaysia.

60.000.000

50.000.000

40.000.000

30.000.000 Singapura (Rp)


20.000.000 Indonesia (Rp)

10.000.000

Gambar 4.1.2.5. Perbandingan Jumlah upah SDM Iptek Indonesia Singapura , 2001-2014

2 https://www.expatistan.com › ... › Singapore ›


Cost of living in Singapore is 104% more
expensive than in Jakarta Indonesia › Singapore ›

544 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sumber:http://tekno.kompas.com/read/2016/04/14/09062057/Ini.Dia.Daftar.Gaji.Pekerja.TI.di.In
donesia

Walaupun biaya hidup di Singapura menunjukkan perbandingan indeks biaya


jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hidup antara Singapura, Malaysia dan
Jakarta, yaitu rata-rata 104% lebih tinggi 3, Indonesia. Dengan mengambil patokan 100%
namun kehidupan yang lebih nyaman, seperti dari index biaya hidup kota New York,
transportasi, keamanan, pendidikan yang Singapura pada tahun 2013 pernah mencapai
lebih baik menjadikan tenaga kerja terampil indeks biaya hidup di atas kota New York
Indonesia memilih untuk bekerja di terlihat bahwa Walaupun terdapat
Singapura. Faktor-faktor tersebut juga penurunan pada tahun 2013 namun terlihat
merupakan daya tarik untuk bekerja di kesenjangan yang cukup tajam antara
Singapura dan Malaysia. Gambar 4.1.2.6 Indonesia dan Singapura.

110

90
Index Biaya Hidup

70
Singapura
50
Indonesia
Malaysia
30

10

-10 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.1.2.5. Perbandingan Index Biaya Hidup di Indonesia, Malaysia dan Singapura , 2009-2015
Sumber:http://tekno.kompas.com/read/2016/04/14/09062057/Ini.Dia.Daftar.Gaji.Pekerja.TI.di.Indonesia

Secara khusus, SDM Iptek yang berprofesi pekerja asing memilih pulang karena selain
sebagai peneliti sangat tertarik untuk bekerja biaya hidup yang tinggi, budaya kerja keras
di Singapura karena Singapura memberikan dan selalu bersaing serta kehidupan
dana penelitian yang besar, selain materialistisyang menyebabkan
infrastruktur penelitian seperti laboratorium ketidaktertarikan bekerja di negara Singapura
yang memadai disamping pengurusan Hak dan Malaysia.
Atas Kekayaan Intelektual (HKI) yang sangat
mudah dan menguntungkan peneliti, Kebijakan bagi Tenaga Kerja Asing
walaupun peneliti asing. Sistem liberalism merupakan sistem
Khusus pemerintah memberi yang dianut kebijakan ketenagakerjaan baik
kesempatantinggal selama enam bulan untuk Singapura dan Malaysia.Kebijakan tersebut
tenaga professional yang telah habis masa kemudian bersifat dinamis tergantung pada
kontrak kerjanya. Kesempatan tersebut perubahan global dan menganut kesamaan
diberikan agar pekerja asing tersebut dapat hak dan kewajiban antara tenaga kerja
mencaripekerjaan baru.Namun beberapa domestik dan tenaga kerja asing.Pajak yang

3 https://www.expatistan.com › ... › Singapore ›


Cost of living in Singapore is 104% more
expensive than in Jakarta Indonesia › Singapore ›

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 545
dibayarkan oleh tenaga kerja domestik adalah investasi, Singapura menerapkan kebijakan
sama dengan tenaga kerja asing. Untuk terbuka bagi tenaga kerja asing.Namun, saat
jaminan kesejahteraan, tenaga kerja asing resesi ekonomi yaitu tahun 2007-2008,
menyisihkan upahnya untuk membayar uang pemerintah Singapura menerapkan kebijakan
pension. “citizen first”.Kebijakan “citizen first” adalah
Pada dasarnya baik Singapura maupun kebijakan yang mengharuskan perusahaan
Malaysia mengadopsi dua arah kebijakan atau investor memberi peluang bekerja
tenaga kerja asing dengan terlebih dahulu kepada tenaga kerja domestik
mempertimbangkan tingkat keahlian pekerja untuk bekerja di perusahaannya.Bila tidak ada
asing.Kedua arah kebijakan tersebut adalah tenaga kerja domestik yang melamar atau
kebijakan yang ditujukan kepada pekerja memiliki kualifikasi yang sesuai maka baru
asing dengan keahlian rendah seperti pekerja dibuka peluang bagi tenaga kerja asing.Pada
di sektor domestik, pekerja kebun dan pekerja kenyataannya tenaga kerja asing tetap
sejenisnya, sedangkan yang lainnya adalah mendominasi sektor pekerjaan tertentu.Hal ini
yang memiliki keahlian tinggi seperti pekerja dikarenakan sebagian besar tenaga kerja
professional, wiraswasta atau investor. domestik cenderung memilih pekerjaan di
Singapura dan Malaysia sangat terbuka bagi sektor bisnis, keuangan atau perbankan.Untuk
tenaga kerja asing yang memiliki keahlian profesi-profesi yang memiliki keahlian yang
tinggi. Hal ini disebabkan pekerja asing yang sangat spesifik Singapura masih
memiliki keahlian tinggi tersebut diyakini membutuhkan tenaga kerja asing.Kebijakan
dapat berkontribusi dalam peningkatan tenaga kerja lainnya adalah dengan
perekonomian mereka.Tidak hanya diterima mempertahankan jumlah tenaga kerja asing
dengan baik, para pekerja asing tersebut yaitu hanya sepertiga dari total tenaga kerja.
didorong untuk menjadi warganegara tetap Untuk itu selain kebijakan “citizen first”,
(permanent citizen).Hak yang diperoleh pemerintah Singapura mengembangkan
sebagai warganegara tetap adalah dengan regulasi yang mewajibkan penyedia kerja
memperbolehkan membawa keluarga, mengiklankan lowongan pekerjaan pada situs
mendapatkan rumah yang layak dengan yang pada rentang waktu tertentu hanya bisa
lingkungan yang baik serta diberi jaminan diakses oleh tenaga kerja domestik.Setelah
kesehatan dan kesejahteraan sebagaimana rentang waktu tersebut terlewati, penyedia
layaknya tenaga kerja domestic. kerja dapat menginformasikan pekerjaan
Sebaliknya, kebijakan tenaga kerja tersebut kepada tenaga kerja asing.
asing dengan keahlian yang lebih rendah Hampir sama dengan Singapura, saat
dikenakan kebijakan yang lebih ketat dalam resesi ekonomi Malaysia juga
hal ijin bekerja. Pekerja asing dengan keahlian memberlakukan pengetatan masuknya tenaga
rendah tersebut diharapkan akan pulang kerja asing terutama yang berkualifikasi
setelah pekerjaannya selesai, dan tidak rendah. Malaysia menetapkan kualifikasi
diperkenankan membawa keluarga. Namun yang lebih tinggi bagi tenaga kerja asing pada
pekerja dengan keahlian lebih rendah tersebut sektor-sektor tertentu seperti manufaktur dan
dapat meningkatkan keahliannya sampai pada jasa. Walaupun demikian, Malaysia masing
tingkat yang memenuhi syarat sebagai sangat membutuhkan tenaga kerja asing,
penduduk tetap (permanent residence) karena sebagian besar tenaga kerja domestik
Adanya hubungan antara tenaga kerja memilih bekerja di luar negeri karena
asing dengan pertumbuhan ekonomi memberi upah yang lebih besar di bandingkan
menyebabkan Singapura dan Malaysia dengan Malaysia.
merupakan negara yang sangat reaktif dalam
mengembangkan kebijakan tenaga Kebijakan Imigrasi
kerja.Kebijakan tersebut pada dasarnya Kerangka regulasi dalam mengelola
menyesuaikan dengan perubahan rekruitmen dan penggunaan tenaga asing
ekonomi.Misalnya, pada tahun 1990an saat terbagi atas tiga bagian yaitu regulasi
populasi penduduk bertumbuh dengan lambat imigrasi, regulasi bagi penyedia tenaga kerja
sedangkan investor asing banyak melakukan asing dan agen penyedia. Regulasi imigrasi

546 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
merupakan aturan yang mengontrol keluar untuk tetap bekerja di Singapura.
dan masuknya tenaga kerja asing.Hal ini Work Permit (WP) adalah ijin kerja
termasuk mengontrol kesesuaian kualifikasi yang dikeluarkan untuk tenaga kerja asing
pekerjaan yang ditetapkan oleh kementerian yang memiliki keterampilan rendah. Biasanya
tenaga kerja.Karenanya Imigrasi selalu jenis pekerjaan mereka terbatas pada sektor-
bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor yang mengalami kesulitan merekrut
Kementerian Tenaga Kerja. Apabila tenaga kerja domestic seperti konstruksi,
Kementerian Tenaga Kerja telah manufaktur, kelautan dan sektor jasa.
mengeluarkan ijin kerja bagi tenaga kerja, Mengingat kesediaan pekerja asing untuk
maka akan diteruskan ke kantor imigrasi menerima upah yang lebih rendah, pemerintah
untuk dilakukan pemantauan terhadap tenaga mengeluarkan kebijakan berupa restribusi
kerja asing tersebut bersama dengan kepada pengusaha.Restribusi yang
Kementerian Dalam Negeri. dibayarkan pengusaha kepada pemerintah
Regulasi bagi penyedia tenaga kerja tergantung pada tingkat keterampilan
dibangun oleh kementerian tenaga kerja. pekerja.Tujuan dari restribusi tersebut adalah
Regulasi tersebut termasuk mengatur hak dan sebagai penyeimbang upah atau mengatur
kewajiban bagi penyedia kerja, perantara dan mekanisme harga (mengingat upah tenaga
pekerja migran itu sendiri.Regulasi agen kerja domestik jauh lebih tinggi daripada
tenaga kerja asing mengatur keterlibatan agen tenaga kerja asing).Restribusi tersebut
tenaga kerja dalam merekrut tenaga kerja mengalami peningkatan secara bertahap.Hal
asing.Kementerian Tenaga kerja juga ini sebagai upaya agar pengusaha mengurangi
bekerjasama dengan institusi terkait yang ketergantungan tenaga kerja asing yang
berhubungan dengan perumahan, kurang terampil, tetapi meningkatkan
perencanaan fisik dan otoritas lingkungan, investasinya untuk memperkerjakan tenaga
gerakan buruh, organisasi kesejahteraan non- kerja yang terampil.
pemerintah, dan kedutaan dari negara S Pass adalah ijin kerja untuk tenaga
pengirim. kerja asing dengan kualifikasi pekerja
terampil tingkat menengah. Berdasarkan
Kualifikasi Tenaga Kerja Asing sistem penilaian, pelamar dinilai berdasarkan
Singapura maupun Malaysia kualifikasi, keterampilan, jenis pekerjaan,
mempunyai kebijakan kualifikasi tenaga kerja pengalaman bekerja dan gaji pokok.Sejalan
yang hampir sama yang terbagi atas jenis dengan kebijakan pemerintah untuk
yaitu Employment Pass (EP), Work Permit meningkatkan kualitas tenaga kerja asing,
(WP) dan S pass. Employment Pass (EP) maka kualifikasi tingkat pendidikan pekerja
dikeluarkan untuk tenaga kerja asing yang asing dengan kriteria S Pass pun ditingkatkan
professional, spesialis, manajemen yaitu dari tingkat sekolah menengah atas
menengah. Mereka, kemudian terbagi atas P1, menjadi tingkat diploma. Dalam hal
P2 atau Q1, sesuai dengan gaji pokok bulanan, restribusi, perusahaan tetap membayarkan
kualifikasi, keterampilan dan restribusi terhadap semua pekerja asing
pengalaman.Pemberi kerja (pengusaha) dengan kualifikasi S pass, walaupun tidak
memiliki kewajiban untuk mengajukan sebesar pekerja asing dengan kualifikasi WP.
permohon EP terhadap tenaga kerja asing Selain itu pemerintah menetapkan kuota bagi
yang bekerja di perusahaannya.Bila telah perusahaan yang memperkerjakan S Pass dan
habis masa kontraknya, pemberi kerja dapat WP.
mengeluarkan Personalised Employment Berdasarkan hasil sensus tenaga kerja
Pass (PEP) yang memungkinkan bagi tahun 2000, Singapura memiliki tenaga kerja
pemegang PEP untuk mencari pekerjaan baru asing dengan kualifikasi WP sebesar 81% dari
selama 6(enam) bulan di Singapura.Masa total tenaga kerja asing. Selanjutnya, 19%
berlaku PEP adalah 5 (lima) tahun dan tidak adalah EP dan S-Pass. Estimasi berdasarkan
dapat diperbaharui kembali. Tujuan dari PEP hasil sensus tersebut diketahui bahwa 75%
ini adalah untuk mempertahankan tenaga tenaga kerja asing yang memiliki keahlian
kerja asing yang memiliki keahlian khusus rendah dan menengah terbanyak bekerja di

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 547
bidang pekerjaan seperti pramu wisma, tenaga UIS. (2009, September 28-30). Definitions of
laboratorium, petani, operator mesin dan R&D, innovation and S&T activities.
kontraktor. Sebanyak 12% tenaga kerja asing Retrieved April 14, 2014, from
bekerja sebagai manajer, professional, pejabat www.uis.unesco.org- www.uis.uneso.or
senior. Kemudian 5% adalah asosiasi
ean-Baptiste Meyer, 2002, Migration of skilled
professional, selebihnya adalah teknisi. and highly skilled workers south africa- a
case study, OECD Proceedings
Kesimpulan “International Mobility of the Highly
Malaysia dan Singapura menjadi Skilled”, OECD Publication.
tujuan utama ke dua dan keempat mobilitas Dominique Guellec and Mario Cervanttes,
internasional SDM Iptek untuk bekerja ke International mobility of highly skilled
Luar negeri. Hal yang utama dalam workers- from stistical analysis to policy
menjadikan daya tarik kedua negara tersebut formulation
adalah kondisi perekonomian dan kualitas Karine tremblay,Student mobility between and
hidup yang lebih baik dari Indonesia. Selain toward OECD countries- a comparative
itu letak geografis memberi kemudahan bagi analysis.
SDM Iptek untuk mengakses kebutuhan SDM Aburawi, I, Hafeez, K. 2009, Managing dynamics
Iptek negara tersebut. Dalam kerangka MEA of human resource and knowledge
terutama implementasi pilar free flow of management in organizations through
skilled labor belum memberikan hal yang system dynamics modeling. International
baru bagi mobilitas SDM Iptek Indonesia. Hal Journal of Sciences and Techniques of
ini dikarenakan mobilitas internasional sudah Automatic Control & Computer
menjadi hal yang lumrah bagi kedua negara engineering IJ-STA, Volume 3, No 2, pp
Malaysia dan Singapura. Kedua negara 1108-1125
tersebut menganut open market dalam UNESCO .2013.“the international mobility of
konteks tenaga kerja asing. Sehingga SDM students in asia and pacific”, bangkok
Iptek yang masuk ke Malaysia dan Singapura Auriol and Sexton, 2001. Human resources in
hingga saat ini masih dipengaruhi faktor- science and technology: measurement
faktor dominan seperti rasio upah luar negeri issues and international mobility, OECD)
terhadap luar negeri, regulasi tenaga kerja
________2000.Mobilising Human Resources for
asing, kebijakan imigrasi dan terutama adalah
Innovation.OECD
kualifikasi SDM Iptek yang dapat memenuhi
tuntutan di global market. Trembley,2001.Student mobility between and
towards OECD countries: a comparative
Daftar Pustaka analysis. OECD
Yap, Mui Teng. 2009. “Singapore’s System for
Managing Foreign Manpower”, Managing
Bappenas, M. P. (2014). RANCANGAN
International Migration for Development in
TEKNOKRATIK RENCANA
East Asia. Research Paper 240215.
PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL (RPJMN) Kanapathy. V. 2001. International Migration and
2015-2019. Jakarta- Kementrian PPN Labor Market Adjustments in Malaysia:
The Role of Foreign Labor Management
Inbound internationally mobile students by
Policies. Asian and Pacific Migration
country of origin, Institute od Statistics
Journal, Vol. 10, No. 3-4, 2001
UNESCO
OECD-Migration-Outlook-2015
OECD, Eurostat (1995) Measurement of
Scientific and Technological Activities
Manual on the Measurement of Human
Resources Devoted to S&T - Canberra
Manual”

548 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Sistem Mutu Dalam
Memperkuat Daya Saing
Industri
Penyusunan Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas Sistem
Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001: 2015

Developing Performance and Effectiveness Measurement Framework of Quality


Management System (QMS) ISO 9001: 2015

Tri Rakhmawati1*, Sih Damayanti2


1Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) - LIPI , rakhma_tri@yahoo.com
2Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) - LIPI, sihdamayanti@gmail.com

Keyword ABSTRACT
quality management system ISO 9001: 2015 contains requirements that must be met by organization
(QMS), ISO 9001: 2015, which will implement and which is implementing a Quality Management
measurement, performance, System (QMS). This standard adopts a process approach in implementing
effectiveness, framework
and improving the effectiveness of QMS. All activities in the organization
must be organized into an interrelated processes and serves as a coherent
system to obtain effective and efficient result. The final objectives of the
QMS implementation based on ISO 9001: 201 are to ensure the fulfillment
of customer requirements, continuous improvement, and to prevent
product and service nonconfirmity, which in turn ensure customer
satisfaction. To find out how effective the QMS implementation, the
measurement of its performance and effectiveness needs to be done. The
process also required in ISO 9001: 2015. This study aims to propose a
framework to measure the performance and effectiveness of the QMS
based on ISO 9001: 2015. The method used in this study is the literatur and
standards study. The framework resulted from this study consists of
measures and their indicators for measuring performance and
effectiveness of the QMS based on ISO 9001: 2015. The number of
measures are 12 and the number of indicators are 61. This study
contributes to both theoretically and practically. Theoretically, this study fill
the gap in the literatur related to performance and effectiveness
measurement framework of QMS ISO 9001: 2015. In practical terms, the
study provides a measurement framework that can be applied by
organizations to measure the performance and effectiveness of QMS.
Kata Kunci SARI KARANGAN
sistem manajemen mutu (SMM), ISO 9001: 2015 merupakan standar internasional yang berisi persyaratan-
ISO 9001: 2015, pengukuran, persyaratan yang sebaiknya dipenuhi organisasi yang akan dan sedang
kinerja, efektivitas, kerangka menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM). Standar ini mengadopsi
pendekatan proses dalam mengimplementasikan dan meningkatkan
efektivitas SMM. Semua kegiatan yang ada di dalam organisasi harus
dikelola menjadi suatu proses yang saling terkait dan berfungsi sebagai
sistem yang koheren agar hasil yang diperoleh efektif dan efisien. Tujuan
akhir diterapkannya SMM berbasis ISO 9001: 2015 adalah untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan pelanggan, perbaikan
berkesinambungan, dan mencegah ketidaksesuaian produk dan jasa yang
pada akhirnya menjamin kepuasan pelanggan. Untuk mengetahui
seberapa efektif implementasi SMM, pengukuran kinerja dan efektivitas
perlu untuk dilakukan. Proses tersebut juga dipersyaratkan dalam ISO
9001: 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun sebuah kerangka
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan standar. Kerangka
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015 yang dihasilkan
dari penelitian ini terdiri dari ukuran-ukuran kinerja dan efektivitas SMM

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 549
dan indikator-indikatornya. Jumlah ukuran yang digunakan sebanyak 12
buah dan jumlah indikator sebanyak 61 buah. Penelitian ini memberikan
kontribusi baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian
ini menutup kesenjangan dalam literatur terkait kerangka pengukuran
kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015. Secara praktis, penelitian
memberikan sebuah kerangka pengukuran yang dapat diterapkan oleh
organisasi untuk mengukur kinerja dan efektivitas dari SMM di
organisasinya.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN konsekuensi adanya perubahan standar, maka


organisasi yang telah tersertifikasi ISO 9001:
ISO 9001 merupakan sebuah standar yang
2008 harus menyesuaikan sistemnya dengan
berisi persyaratan-persyaratan sistem manajemen
persyaratan-persyaratan ISO 9001: 2015,
mutu (SMM). ISO 9001 bertujuan untuk
termasuk dalam hal pengukuran kinerja dan
menciptakan kepuasan pelanggan dengan
efektivitas SMM.
menjamin produk atau jasa yang dihasilkan
memenuhi persyaratan pelanggan, perbaikan Dalam SMM berbasis ISO 9001,
berkesinambungan, dan mencegah pengukuran kinerja dan efektivitas SMM
ketidaksesuaian pada produk atau jasa merupakan salah satu hal yang harus dilakukan.
(Kafetzopoulos, Psomas, & Gotzamani, 2015). Persyaratan ini tertuang dalam klausul 9.1.1. ISO
Namun, ISO 9001 bukanlah sebuah standar 9001: 2015 yang berbunyi: “Organisasi harus
produk. ISO 9001 lebih merupakan standar proses mengevaluasi kinerja dan efektivitas sistem
yang melalui proses tersebut produk atau jasa manajemen mutu”. Oleh karena itu, setiap
dihasilkan. Dengan kata lain, ISO 9001 organisasi yang mendeklarasikan penerapan
memberikan pedoman dalam mengelola proses. SMM berbasis ISO 9001 wajib melakukannya.
Pengukuran kinerja dan efektivitas SMM
SMM berbasis ISO 9001 telah banyak
bermanfaat untuk kepentingan perbaikan
diterapkan di beragam organisasi baik besar
berkelanjutan. Hasil pengukuran ini membantu
maupun kecil, manufaktur maupun jasa, profit
organisasi dalam proses pengambilan keputusan
maunpun nonprofit, dan swasta maupun publik.
dengan memberikan analisis atau dasar yang lebih
Menurut survei dari ISO tahun 2014, jumlah
ilmiah (Phusavat, Anussornnitisarn, Helo, &
sertifikat ISO 9001 yang dikeluarkan selama
Dwight, 2009).
tahun 2014 sebanyak 1.138.155 (ISO, 2015a).
Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun 2013 Meskipun mewajibkan untuk melakukan
yang hanya mencapai 1.126.460. Peningkatan pengukuran kinerja dan efektivitas SMM, ISO
jumlah sertifikasi menunjukkan semakin banyak 9001: 2015 tidak mensyaratkan pemakaian
organisasi yang menerapkan ISO 9001 sebagai metode tertentu. Meskipun demikian, apapun
alat untuk manajemen mutu. metode yang digunakan, ISO 9001: 2015
menghendaki informasi kinerja dan efektivitas
Versi terbaru dari ISO 9001 adalah ISO
SMM meliputi tren dalam: (1) kepuasan
9001: 2015. Perbedaan-perbedaan utama dalam
pelanggan dan umpan balik dari pihak terkait yang
versi terbaru ini dibandingkan dengan versi ISO
relevan, (2) pencapaian sasaran mutu, (3) kinerja
9001: 2008 antara lain persyaratan terkait
proses dan kesesuaian produk dan jasa, (4)
pemahaman kebutuhan dan harapan pihak yang
ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan, (5) hasil
berkepentingan (stakeholder), pemikiran berbasis
pemantauan dan pengukuran, (6) hasil audit, dan
risiko, dan pengukuran kinerja penyedia eksternal
(7) kinerja dari penyedia eksternal (ISO, 2015b).
(ISO, 2015b). Meskipun mengalami beberapa
Selain itu, (Chaudhuri & Acharya, 2000)
perubahan dari versi sebelumnya, tujuan dari ISO
memberikan panduan bahwa penilaian efektivitas
9001 tetap sama (Murray, 2016). Sebagai

550 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
SMM harus dikaitkan dengan kebijakan dan 9001: 2015 penting untuk dilakukan. Berdasarkan
sasaran organisasi dalam hal mutu dan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan
perencanaan mutu yang merupakan “tulang menyusun kerangka pengukuran kinerja dan
punggung” untuk peningkatan mutu. Pengukuran efektivitas SMM ISO 9001: 2015. Penelitian ini
kinerja dan efektivitas SMM dapat dilakukan diharapkan dapat memenuhi kesenjangan dalam
minimal melalui audit internal dan rapat tinjauan literatur sekaligus memberikan kerangka yang
manajemen (ISO, 2015b). Jumlah dapat digunakan oleh organisasi penerap SMM
ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat audit berbasis ISO 9001: 2015 untuk mengukur kinerja
internal merupakan salah satu indikator yang dan efektivitas sistemnya.
mencerminkan efektivitas dari sistem mutu
(Chaudhuri & Acharya, 2000). KERANGKA TEORI

Saat ini, selain merupakan kewajiban, Kinerja dan Efektivitas Sistem Manajemen
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO Mutu (SMM) ISO 9001: 2015
9001 telah menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini Dalam literatur, kita dapat menemukan
disebabkan oleh perubahan lingkungan operasi banyak definisi tentang kinerja. Neely, Gregory,
yang semakin dinamis dan tingginya tuntutan & Platts (2005) mengartikan kinerja sebagai
pelanggan. Kebutuhan ini juga didorong oleh ukuran yang merepresentasikan efektivitas dan
kondisi dimana hasil audit dan rapat tinjuan efisiensi tindakan yang telah dilakukan di masa
manajemen terkadang tidak cukup lalu. Senada dengan definisi tersebut, Ozcan
merepresentasikan kinerja dan efektivitas SMM (2014) menyatakan kinerja sebagai kombinasi
secara riil dan aktual. Selain itu, terdapat keraguan yang tepat antara efektivitas dan efisiensi. Kinerja
dari manajemen tentang kontribusi SMM terhadap merujuk pada perolehan, kualitas, dan kuantitas
pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini, dari sebuah karya individu atau kelompok (Ho,
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM 2008). Adapun definisi kinerja dalam ISO 9000:
bermanfaat untuk membantu menjawab keraguan 2015 adalah hasil yang dapat diukur.
tersebut. Sebaliknya, tidak adanya pengukuran
efektivitas SMM menyebabkan keraguan tentang Sama halnya dengan kinerja, definisi
kinerja sistem (Early, 1991 dalam Oztas, efektivitas juga banyak terdapat dalam literatur.
Guzelsoy, & Mehmet, 2007). Konsep efektivitas terkait erat dengan tujuan.
Efektivitas mengacu pada “pencapaian tujuan dan
Untuk melakukan pengukuran kinerja dan sasaran menggunakan ukuran-ukuran faktor yang
efektivitas SMM, organisasi perlu menetapkan disediakan untuk menentukan pencapaian
kerangka pengukuran yang akan digunakan. tersebut” (Dittenhofer, 2001). Lebih lanjut, ISO
Sayangnya, kerangka maupun instrumen khusus (2015c) menyatakan efektivitas menunjukkan
yang diperuntukan untuk mengukur kinerja dan sejauh mana kegiatan yang direncanakan
efektivitas SMM ISO 9001 masih terbatas, terealisasi dan hasil yang direncanakan tercapai.
terlebih lagi untuk SMM berbasis ISO 9001: 2015.
Selain itu, literatur yang membahas hal ini juga Untuk konteks SMM, SMM dikatakan
masih sangat terbatas (Sumaedi & Yarmen, efektif jika memenuhi sasaran mutu dan
2015). Dari literatur yang ada, kebanyakan persyaratan SMM yang ditentukan (Kam & Tang,
mengangkat kerangka pengukuran kinerja dan 1997). Lebih lanjut, Al-Nakeeb, Williams,
efektivitas SMM ISO 9001 versi lama, baik versi Hibberd, & Gronow (1998) mendefinisikan
2000 maupun 2008 (seperti Oztas, Guzelsoy, & “efektivitas sistem sebagai pemenuhan
Mehmet, 2007; Jang & Lin, 2008; Psomas, persyaratan perusahaan dan sasaran mutu yang
Kafetzopoulos, & Fotopoulos, 2013; Prajogo, telah ditetapkan”. Adapun efektivitas SMM
2011; Singh, 2008; Lewis, Pun, & Lalla, 2006; To, menurut Oztas, Guzelsoy, & Mehmet (2007)
Lee, & Yu, 2011; Sumaedi & Yarmen, 2015). adalah “pemenuhan sasaran mutu perusahaan dan
Oleh karena itu, penelitian terkait kerangka persyaratan yang ditentukan oleh ISO 9001:
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO 2000”. Psomas, Kafetzopoulos, & Fotopoulos
(2013) menambahkan efektivitas ISO 9001

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 551
sebagai sejauh mana sasaran ISO 9001 tercapai. tidak dikhususkan untuk manajemen mutu yang
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dalam berbasis standar. Sedangkan untuk delapan
penelitian ini, kinerja dan efektivitas SMM ISO kerangka (instrumen) selanjutnya dikembangkan
9001: 2015 kami definisikan sebagai nilai yang untuk mengukur efektivitas sistem manajemen
menunjukkan sejauh mana sistem manajemen mutu berbasis standar ISO 9001. Tabel 1
mutu ISO 9001: 2015 dijalankan dan mencapai memberikan informasi lebih lanjut tentang
sasaran yang ditetapkan. delapan kerangka (instrumen) pengukuran sistem
manajemen mutu berbasis ISO 9001 yang terdapat
Pengukuran dan Kerangka Pengukuran dalam literatur.
Kinerja dan Efektivitas Sistem Manajemen
Mutu (SMM) ISO 9001: 2015 Kerangka (instrumen) pengukuran SMM
pada tabel 1 dikembangkan berbasis ISO 9001
Menurut Neely, Gregory, & Platts (2005),
versi 2000 maupun 2008. Berdasarkan
pengukuran kinerja merupakan “proses untuk
penelusuran ke basis data jurnal seperti
mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari
Emeraldinsight, Proquest, Sciencedirect, dan
tindakan masa lampau”. Pengukuran kinerja
Taylor & Francis, penulis tidak menemukan
terdiri dari serangkaian aktivitas yang meliputi
literatur yang memperkenalkan kerangka
pengumpulan, pemeriksaan, penyortiran, analisis,
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO
dan interpretasi data untuk menghasilkan
9001: 2015. Oleh karena itu, penelitian ini
informasi kinerja. Berdasarkan definisi tersebut
menjadi penting untuk pemenuhan kesenjangan
dapat dipahami bahwa pengukuran efektivitas
literatur sekaligus kebutuhan kerangka
merupakan bagian dari pengukuran kinerja. Lebih
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM berbasis
lanjut, Moullin (2002 dalam Moullin, 2007)
ISO 9001: 2015 mengingat versi terbaru ini
mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai
mengalami beberapa perubahan dari versi
“proses evaluasi tentang seberapa baik organisasi
sebelumnya seperti dalam hal pemahaman
dikelola dan seberapa baik nilai yang organisasi
kebutuhan dan harapan pihak yang
berikan kepada pelanggan dan stakeholder
berkepentingan (stakeholder), pemikiran berbasis
lainnya”. Berdasarkan definisi tersebut,
risiko, dan kinerja penyedia eksternal (ISO,
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO
2015b). ISO 9001: 2015 menetapkan bahwa
9001: 2015 kami artikan sebagai serangkaian
organisasi wajib mengidentifikasi pihak-pihak
aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan
yang berkepentingan terhadap SMM dan
informasi yang menunjukkan sejauh mana sistem
persyaratan dari pihak-pihak yang berkepentingan
manajemen mutu ISO 9001: 2015 dijalankan dan
tersebut. Selanjutnya, dalam perencanaan SMM,
mencapai sasaran yang ditetapkan.
organisasi harus mempertimbangkan risiko.
Berdasarkan studi literatur, ditemukan lima Organisasi harus mengidentifikasi risiko yang
belas kerangka atau instrumen untuk mengukur mungkin terjadi, merencanakan tindakan
implementasi manajemen mutu. Kelima belas penanganan risiko, dan mengevaluasi efektivitas
kerangka tersebut dikembangkan oleh Saraph, dari tindakan tersebut. Selain itu, ISO 9001: 2015
Benson, & Schroeder (1989); Flynn, Schroeder, & juga mewajibkan organisasi untuk memantau
Sakakibara (1994); Ahire, Golhar, & Waller kinerja penyedia eksternal berdasarkan
(1996); Grandzol & Gershon (1998); van der kemampuan mereka dalam menyediakan produk
Spiegel, Luning, Ziggers, & Jongen (2005); van dan jasa sesuai dengan persyaratan yang
der Spiegel, de Boer, Luning, Ziggers, & Jongen ditentukan.
(2007); De Toni, Nassimbeni, & Tonchia (1995);
METODE PENELITIAN
Psomas, Kafetzopoulos, & Fotopoulos (2013);
Jang & Lin (2008); Oztas, Guzelsoy, & Mehmet Penelitian ini merupakan jenis penelitian
(2007); Lewis, Pun, & Lalla (2006); To, Lee, & kualitatif. Metode yang digunakan adalah desk
Yu (2011); Prajogo (2011); Singh (2008); dan research. Tahapan-tahapan penelitian ini adalah
Sumaedi & Yarmen (2015). Ketujuh kerangka sebagai berikut:
atau instrumen yang pertama bersifat umum yaitu

552 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
1. Studi literatur dan standar 9001, ketersediaan kerangka pengukuran
kinerja dan efektivitas SMM 9001, dan
Studi literatur dilakukan untuk ukuran serta indikator apa saja yang
mengidentifikasi penelitian terdahulu terkait digunakan.
pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO

Tabel 1. Perbandingan Kerangka (Instrumen) Pengukuran Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

Penulis Domain Ukuran yang Digunakan


Psomas, Industri Tujuan ISO 9001: perbaikan berkelanjutan, pencegahan ketidaksesuaian,
Kafetzopoulos, & manufaktur fokus kepuasan pelanggan
Fotopoulos (2013) makanan
Jang & Lin (2008) Perusahaan Identiikasi aspek kualitas, pendefinisian prosedur standar, dokumentasi,
manufaktur dan pelatihan, dukungan manajemen puncak, keterlibatan pegawai, audit
nonmanufaktur periodik, tindakan korektif
Oztas, Guzelsoy, & Industri Persyaratan SMM ISO 9001, sasaran mutu perusahaan
Mehmet (2007) konstruksi
Lewis, Pun, & Lalla Industri kecil dan Fokus pelanggan, keterlibatan orang, pendekatan proses, pendekatan sistem
(2006) menengah untuk manajemen, perbaikan berkelanjutan, pendekatan fakta untuk
pengambilan keputusan, hubungan pelanggan yang saling menguntungkan
To, Lee, & Yu Organisasi publik Fokus pelanggan, keterlibatan orang, pendekatan proses, pendekatan sistem
(2011) untuk manajemen, pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan,
hubungan pelanggan yang saling menguntungkan
Prajogo (2011) Industri Proses implementasi
manufaktur dan
nonmanufaktur
Singh (2008) Industri Kebijakan-kebijakan manajemen, perencanaan dan aksi, fokus pelanggan,
manufaktur pegawai yang cakap, pemasok terpercaya, sistem komunikasi suara,
kestabilan proses
Sumaedi & Yarmen Perusahaan Fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan proses,
(2015) manufaktur pendekatan sistem untuk manajemen, pendekatan fakta untuk pengambilan
makanan keputusan, hubungan pelanggan yang saling menguntungkan, perbaikan
berkelanjutan, kinerja produk, kinerja proses, kinerja proses, kinerja berbasis
sistem dan pelanggan, kinerja keuangan

Selain itu, studi terhadap standar yaitu ISO hasil yang diharapkan dari implementasi
9001: 2015 dan ISO 9000: 2015 dilakukan SMM ISO 9001: 2015 dapat tercapai jika
untuk mengetahui tujuan standar, prinsip- prinsip-prinsip manajemen mutu yang
prinsip manajemen mutu, persyaratan SMM dijabarkan dalam persyaratan-persyaratan
ISO 9001: 2015, dan perubahan-perubahan ISO 9001: 2015 dipenuhi dan
dari versi ISO 9001: 2008. diimplementasikan dengan benar. Oleh
karena itu, faktor pengungkit dari
2. Penyusunan kerangka pengukuran kinerja tercapainya sasaran (hasil) yang diharapkan
dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015
adalah implementasi prinsip-prinsip
Penyusunan kerangka pengukuran
manajemen mutu yaitu fokus pelanggan,
kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001:
kepemimpinan, keterlibatan orang,
2015 terdiri dari penentuan ukuran-ukuran
pendekatan proses, perbaikan, pengambilan
kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001:
keputusan berdasarkan bukti, dan
2015 dan indikator-indikatornya. Ukuran
manajemen hubungan (ISO, 2015c).
kinerja dan efektivitas yang ditetapkan
harus mengukur baik hasil (lagging factors) Selanjutnya, faktor hasil adalah sasaran
maupun faktor pengungkitnya (leading yang ingin dicapai dari implementasi SMM
factors) (Kennerley & Neely, 2002). ISO 9001: 2015. Dasar pertimbangan yang
Penelitian ini memegang asumsi bahwa digunakan dalam menentukan faktor hasil

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 553
adalah tujuan standar, karakteristik ISO pemikiran penelitian seperti yang ditampilkan
9001: 2015 dibandingkan versi sebelumnya, pada gambar 1.
dan informasi kinerja dan efektivitas SMM
yang menjadi input dalam rapat tinjauan HASIL DAN PEMBAHASAN
manajemen sebagaimana yang
Kerangka Pengukuran Kinerja dan
dipersyaratkan oleh ISO 9001: 2015.
Efektivitas Sistem Manajemen Mutu (SMM)
Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka
ISO 9001: 2015
ditetapkan faktor hasil terdiri dari kepuasan
pihak-pihak berkepentingan (stakeholder), Setelah melalui tahapan-tahapan
kinerja penyedia eksternal, kesesuaian penelitian seperti yang terdapat dalam
produk dan jasa, kinerja proses, dan Metodologi Penelitian, dihasilkan kerangka
efektivitas tindakan penanganan risiko pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO
Selanjutnya, indikator-indikator untuk tiap 9001: 2015 seperti tabel 2. Kerangka
ukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO pengukuran kinerja dan efektivitas SMM ISO
9001: 2015 diidentifikasi dan ditetapkan 9001: 2015 yang disusun dalam penelitian ini
berdasarkan studi literatur terkait ukuran terdiri dari 12 ukuran kinerja dan efektivitas
kinerja dan efektivitas SMM yang telah SMM ISO 9001: 2015 serta 61 indikator.
ditetapkan tersebut.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas


tentang penelitian ini, telah disusun kerangka

Fokus pelanggan

Kepuasan
Kepemimpinan Tujuan Standar
stakeholder
ISO 9001: 2015
Keseuaian produk &
Pendekatan proses
jasa
Prinsip-prinsip Karakteristik ISO
manajemen mutu Keterlibatan orang Kinerja proses 9001: 2015

Kinerja penyedia
Perbaikan Informasi kinerja dan
eksternal
efektivitas SMM yang
Pengambilan Efektivitas tindakan menjadi input rapat
keputusan penanganan risiko tinjauan manajemen
berdasarkan bukti

Manajemen
hubungan

Implementasi SMM ISO 9001: Hasil (Lagging factors)


2015 (Leading factors)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

554 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 2. Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas SMM ISO 9001: 2015

Ukuran No. Indikator Sumber

To, Lee, & Yu (2011), Lewis, Pun, & Lalla (2006),


ISO (2015c), Psomas, Kafetzopoulos, &
Identifikasi pelanggan serta kebutuhan Fotopoulos (2013), Kafetzopoulos, Psomas, &
1
dan persyaratan mereka Gotzamani (2015), Sumaedi & Yarmen (2015),
Kuo, Chang, Hung, & Lin (2009), Psomas &
Antony (2015)

Komunikasi kebutuhan dan persyaratan


2 To, Lee, & Yu (2011), ISO (2015c)
pelanggan ke seluruh bagian organisasi
Fokus pada
pelanggan Pemenuhan kebutuhan dan persyaratan ISO (2015c), Kafetzopoulos, Psomas, & Gotzamani
3
pelanggan (2015)

To, Lee, & Yu (2011), Psomas, Kafetzopoulos, &


4 Penanganan komplain pelanggan
Fotopoulos (2013), Sumaedi & Yarmen (2015)

To, Lee, & Yu (2011), ISO (2015c), Psomas,


Pengukuran dan peningkatan kepuasan Kafetzopoulos, & Fotopoulos (2013), Sumaedi &
5
pelanggan Yarmen (2015), Kuo, Chang, Hung, & Lin (2009),
Psomas & Antony (2015)

Kebijakan dan sasaran mutu yang jelas


1 dan selaras dengan konteks dan arah ISO (2015b)
strategis organisasi

Komunikasi kebijakan dan sasaran mutu


2 ISO (2015c)
ke seluruh bagian organisasi

Integrasi persyaratan SMM ke dalam


3 ISO (2015b)
proses bisnis organisasi
Kepemimpinan
Demonstrasi kepemimpinan, komitmen,
Lewis, Pun, & Lalla (2006), Sumaedi & Yarmen
4 dan keterlibatan manajemen puncak
(2015)
dalam SMM

Penyediaan sumber daya yang To, Lee, & Yu (2011), Lewis, Pun, & Lalla (2006),
5
dibutuhkan ISO (2015c), Sumaedi & Yarmen (2015)

Penyediaan pelatihan yang dibutuhkan


6 To, Lee, & Yu (2011), ISO (2015c)
pegawai

Lewis, Pun, & Lalla (2006), Sumaedi & Yarmen


1 Kejelasan tanggung jawab orang-orang
(2015)

Sasaran untuk setiap tingkatan


2 manajemen untuk memastikan kontribusi Lewis, Pun, & Lalla (2006)
individu

Penciptaan lingkungan kerja yang


mendorong motivasi, kepuasan,
3 Lewis, Pun, & Lalla (2006)
pengembangan, dan kinerja orang-orang
Keterlibatan
dalam organisasi
orang
Penghargaan terhadap kontribusi,
4 ISO (2015c)
pembelajaran, dan perbaikan orang-orang

5 Evaluasi kinerja individu/pegawai ISO (2015c)

Penilaian kepuasan pegawai dan tindak


6 ISO (2015c), Sumaedi & Yarmen (2015)
lanjutnya

Pengukuran kepedulian pegawai terhadap


7 ISO (2015b)
SMM dan tindak lanjutnya

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 555
Identifikasi dan penetapan proses-proses
1 terkait pelanggan dan pihak lain yang Lewis, Pun, & Lalla (2006),
berkepentingan

Identifikasi kebutuhan dan persyaratan


2 pelanggan dan pihak lain yang Lewis, Pun, & Lalla (2006)
berkepentingan terkait proses

3 Penetapan sasaran sistem dan proses ISO (2015c)

Pendekatan Penetapan proses desain dan


proses pengembangan untuk memastikan respon
4 Lewis, Pun, & Lalla (2006)
kebutuhan dan persyaratan pelanggan dan
pihak berkepentingan lainnya

Identifikasi keterkaitan antarproses dan


5 efek yang terjadi jika terjadi modifikasi ISO (2015c)
proses

Identifikasi risiko dan penyusunan


6 rencana respon/tindak untuk menangani ISO (2015c); Viswanathan (2011)
risiko terkait proses

Tabel 2. Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas SMM ISO 9001: 2015 (lanjutan)

Ukuran No. Indikator Sumber

Pengukuran dan analisis


7 To, Lee, & Yu (2011), Sumaedi & Yarmen (2015)
kemampuan/kinerja proses

Kontrol ketidaksesuaian proses, produk, Lewis, Pun, & Lalla (2006), Psomas & Antony
8
dan jasa (2015)

Penetapan area perbaikan dan Psomas, Kafetzopoulos, & Fotopoulos (2013),


1 penyusunan rencana perbaikan mutu Kafetzopoulos, Psomas, & Gotzamani (2015),
berkelanjutan Psomas (2013)

Analisis ketidaksesuaian proses, produk, Lewis, Pun, & Lalla (2006), Psomas,
2 dan jasa serta perbaikan berkelanjutan Kafetzopoulos, & Fotopoulos (2013),
terhadap proses, produk, dan jasa Kafetzopoulos, Psomas, & Gotzamani (2015)

ISO (2015c), Psomas, Kafetzopoulos, &


Perbaikan Fotopoulos (2013), Kafetzopoulos, Psomas, &
3 Perbaikan/peningkatan kinerja pegawai
Gotzamani (2015), Psomas & Antony (2015),
Psomas (2013)

Lewis, Pun, & Lalla (2006), ISO (2015c), Sumaedi


4 Penilaian SMM dan perbaikan
& Yarmen (2015)

Penggunaan metode-metode dan alat-alat


5 Lewis, Pun, & Lalla (2006), ISO (2015c)
perbaikan

6 Sistem reviu manajemen Sumaedi & Yarmen (2015)

Penentuan, pengukuran, dan pemantauan


1 indikator kunci untuk menunjukkan ISO (2015c)
kinerja organisasi

Pengambilan Ketersediaan data dan informasi yang


keputusan 2 dibutuhkan dalam pengambilan ISO (2015c)
berdasarkan keputusan
bukti Akurasi, kehandalan, dan keamanan data
3 ISO (2015c)
serta informasi

Ketepatan metode analisis dan evaluasi


4 ISO (2015c)
data dan infomasi

556 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Kompetensi personil yang menganalisis
5 ISO (2015c)
dan mengevaluasi data

Pengambilan keputusan berdasarkan


6 ISO (2015c)
bukti

Sistem untuk pengelolaan hubungan baik


dengan pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap organisasi (seperti penyedia
1 ISO (2015c), To, Lee, & Yu (2011)
eksternal, mitra, pelanggan, penyandang
dana, pegawai, dan masyarakat secara
keseluruhan)
Manajemen Pengukuran kinerja dan umpan balik
hubungan 2 ISO (2015c)
kinerja penyedia eksternal

Kegiatan pengembangan dan perbaikan


3 kolaboratif dengan penyedia eksternal, ISO (2015c)
mitra dan pihak berkepentingan lainnya

Penghargaan terhadap perbaikan dan


4 ISO (2015c)
prestasi penyedia eksternal dan mitra

Kepuasan stakeholder (pelanggan,


1 pegawai, penyedia eksternal, masyarakat, To, Lee, & Yu (2011)
mitra, penyandang dana)

Komplain stakeholder (pelanggan,


2 pegawai, penyedia eksternal, masyarakat, To, Lee, & Yu (2011)
mitra, penyandang dana)
Kepuasan
stakeholder Citra organisasi di mata stakeholder
3 (pelanggan, pegawai, penyedia eksternal, To, Lee, & Yu (2011)
masyarakat, mitra, penyandang dana)

Persepsi stakeholder (pelanggan,


pegawai, penyedia eksternal, masyarakat,
4 To, Lee, & Yu (2011)
mitra, penyandang dana) terhadap
kualitas produk atau jasa organisasi

Kesesuaian produk atau jasa dengan


Kesesuaian 1 Psomas & Antony (2015), Psomas (2013)
spesifikasi
produk dan
jasa van der Spiegel M. , Luning, Ziggers, & Jongen
2 Prosentase produk atau jasa ditolak
(2005)

Tabel 2. Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas SMM ISO 9001: 2015 (lanjutan)

Ukuran No. Indikator Sumber

1 Level biaya terkait proses Sumaedi & Yarmen (2015), Nenadál (2008)

2 Waktu siklus proses Sumaedi & Yarmen (2015), Nenadál (2008)

Kinerja proses 3 Waktu respon Nenadál (2008)

4 Rasio ketidaksesuaian Nenadál (2008), Kuo, Chang, Hung, & Lin (2009)

5 Besarnya input (input yield) Nenadál (2008)

Kualitas produk atau jasa dengan Widianti (2016); Viswanathan (2011); Kuo, Chang,
Kinerja 1
spesifikasi yang diharapkan Hung, & Lin (2009)
penyedia
eksternal Widianti (2016); Viswanathan (2011); Kuo, Chang,
2 Kinerja pengiriman
Hung, & Lin (2009)

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 557
Kesesuaian kuantitas produk atau jasa
3 Widianti (2016)
yang diberikan dengan yang dipesan

4 Tingkat respon terhadap permintaan Widianti (2016); Viswanathan (2011)

5 Penjualan, layanan, dan dukungan teknis Viswanathan (2011)

Efektivitas penanganan risiko dalam


1 mencegah masalah yang timbul dari Viswanathan (2011)
risiko tersebut
Efektivitas
tindakan Efektivitas penanganan risiko dalam
menangani 2 mengurangi konsekuensi masalah yang Viswanathan (2011)
risiko timbul dari risiko tersebut

Keberhasilan eksekusi rencana respon


3 Viswanathan (2011)
risiko

Pembahasan persyaratan SMM. Jika ketujuh prinsip tersebut


diterapkan dengan benar, maka akan dicapai
ISO 9001: 2015 mewajibkan setiap
faktor hasil (lagging factors) seperti kepuasan
organisasi yang menerapkan sistem manajemen
pihak-pihak berkepentingan (stakeholder),
mutu berbasis standar tersebut untuk melakukan
peningkatan kesesuaian produk dan jasa,
pengukuran kinerja dan efektivitas sistem
peningkatan kinerja proses, peningkatan kinerja
manajemen mutu yang dijalankan. Namun
penyedia eksternal, dan efektifnya tindakan
demikian, ISO 9001: 2015 tidak memberikan
penanganan risiko.
kerangka untuk melakukan pengukuran tersebut.
Demikian pula dengan literatur yang ada. Kelebihan dari kerangka ini adalah
Berdasarkan penelusuran sejumlah basis data pertama, kerangka pengukuran disusun
jurnal, penulis tidak menemukan literatur yang berdasarkan standar ISO 9001 versi terbaru yang
memperkenalkan kerangka pengukuran kinerja mana kerangka pengukuran yang demikian
dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015. masih sangat terbatas dalam literatur. Selain
mengisi kekosongan dalam literatur, kerangka
Penelitian ini telah menyusun kerangka
pengukuran ini memberikan kontribusi praktis
pengukuran yang dapat digunakan untuk
yaitu mendukung implementasi tujuh prinsip
mengukur kinerja dan efektivitas SMM ISO
manajemen mutu dan persyaratan-persyaratan
9001: 2015. Dengan menggunakan kerangka ini,
SMM yang baru terkait pemikiran bebasis
kinerja dan efektivitas SMM ISO 9001: 2015
risiko, kepuasan stakeholder, dan kinerja
dilihat dari sejauh mana implementasi SMM dan
penyedia eksternal dengan memasukkan ukuran
ketercapaian sasaran yang diharapkan. Oleh
kinerja dan efektivitas yang berhubungan
karena itu, ukuran kinerja dan efektivitas SMM
dengan hal tersebut. Kelebihan yang ketiga,
ISO 9001: 2015 meliputi ukuran-ukuran yang
kerangka pengukuran terdiri dari ukuran kinerja
mewakili implementasi prinsip-prinsip
dan efektivitas faktor pengungkit dan faktor
manajemen mutu yang merupakan leading
hasil. Adanya ukuran tentang faktor pengungkit
factors (faktor pengungkit) tercapainya sasaran
memungkinkan organisasi untuk
SMM dan ukuran yang mewakili sasaran SMM
mengidentifikasi kelemahan sistem dan area
itu sendiri (lagging factors/faktor hasil).
yang memerlukan (Sumaedi & Yarmen, 2015).
Ketujuh prinsip manajemen mutu yang
Tambahan lagi, adanya ukuran tentang faktor
dimaksud yaitu fokus pelanggan,
hasil memungkinkan organisasi untuk
kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan
mengetahui kontribusi penerapan SMM bagi
proses, perbaikan, pengambilan keputusan
organisasi (Sumaedi & Yarmen, 2015).
berdasarkan bukti, dan manajemen hubungan.
Prinsip-prinsip inilah yang dijabarkan oleh ISO
9001: 2015 ke dalam klausul-klausul

558 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Penelitian ini telah menghasilkan Ahire, S. L., Golhar, D. Y., & Waller, M. A.
kerangka pengukuran kinerja dan efektivitas (1996). Development and validation of
sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001: TQM implementation constructs. Decision
2015. Kerangka tersebut disusun berdasarkan Sciences, 27(1), 23-56.
studi literatur, ISO 9001: 2015, dan ISO 9000:
Al-Nakeeb, A. A., Williams, T., Hibberd, P., &
2015. Kerangka ini terdiri ukuran-ukuran yang
Gronow, S. (1998). Measuring the
sebaiknya digunakan untuk mengukur kinerja
effectiveness of quality assurance systems
dan efektivitas SMM dan indikator-
in the construction industry. Property
indikatornya. Ukuran-ukuran kinerja dan
Management, 16(4), 222-228.
efektivitas SMM terdiri dari ukuran terkait
faktor pengungkit yang merupakan tujuh prinsip Chaudhuri, A. K., & Acharya, U. H. (2000).
manajemen mutu (fokus pelanggan, Measuring eþ ectiveness and suitability of
kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan a quality system. Total Quality
proses, perbaikan, pengambilan keputusan Management, 11(2), 149-153.
berdasarkan bukti, dan manajemen hubungan)
dan ukuran terkait faktor hasil (kepuasan De Toni, A., Nassimbeni, G., & Tonchia, S.
stakeholder, kinerja penyedia eksternal, (1995). An instrument for quality
kesesuaian produk dan jasa, kinerja proses, dan performance measurement. International
efektivitas tindakan penanganan risiko dan Journal of Production Economics, 38(3),
peluang). Total ukuran kinerja dan efektivitas 199-207.
SMM ISO 9001: 2015 dalam kerangka ini
Dittenhofer, M. (2001). Internal auditing
adalah 12 buah dengan total indikator sebanyak
effectiveness: an expansion of present
61 buah.
methods. Managerial Auditing Journal,
Selain kelebihan, kerangka ini juga 16(8), 443-450.
memiliki keterbatasan terkait validitas.
Early, J. F. (1991). Strategies for measurement
Kerangka ini belum divalidasi. Oleh karena itu,
of service quality. West Publishing
penelitian untuk memvalidasi kerangka
Company. Dalam Oztas, A., Guzelsoy, S.
pengukuran dan menilai kemamputerapan
S., & Mehmet, T. (2007). Development of
kerangka ini sangat dibutuhkan. Selain itu,
quality matrix to measure the effectiveness
penelitian untuk menentukan metode
of quality management systems in Turkish
pengolahan dan analisis data pengukuran yang
construction industry. Building and
tepat juga diperlukan.
Environment, 42, 1219-1228.
UCAPAN TERIMA KASIH Flynn, B. B., Schroeder, R. G., & Sakakibara, S.
Penulis mengucapkan terima kasih yang (1994). A framework for quality
setulus-tulusnya kepada Bapak Sik Sumaedi management research and an associated
yang telah memberikan banyak masukan untuk measurement instrument. Journal of
penyusunan makalah ini. Selain itu, penulis Operations Management, 11, 339-366.
ucapkan terima kasih pula kepada Ibu Nidya J.
Astrini atas referensi yang diberikan. Semoga Grandzol, J. R., & Gershon, M. (1998). A survey
Allah membalas kebaikan Bapak dan Ibu instrument for standardizing TQM
dengan sebaik-baiknya balasan. modeling research. International Journal
of Quality Science, 3(1), 80-105.

Ho, L.-A. (2008). What affects organizational


performance?: The linking of learning and

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 559
knowledge management. Industrial Total Quality Management framework.
Management & Data Systems, 108(9), Total Quality Management, 20(12), 1321-
1234-1254. 1335.

ISO. (2015a). The ISO Survey of Management Lewis, W. G., Pun, K. F., & Lalla, T. R. (2006).
System Standard Certifications – 2014. An Empirical Analysis of ISO 9004:2000
Retrieved Maret 10, 2016, from Maturity in ISO 9001 Certified SMEs.
www.iso.org: Asian Journal on Quality, 6(3), 190-203.
www.iso.org/iso/iso_survey_executive-
summary.pdf Moullin, M. (2002). Delivering Excellence in
Health and Social Care. Buckingham:
ISO. (2015b). ISO 9001: 2015 Quality Open University Press. Dalam Moullin, M.
management systems - Requirements. (2007). Performance measurement
Geneva: ISO. definitions: Linking performance
measurement and organisational
ISO. (2015c). ISO 9000: 2015 Quality excellence. International Journal of Health
management systems - Fundamentals and Care Quality Assurance, 20(3), 181-183.
vocabulary. Geneva: ISO.
Murray, W. (2016). Risk and ISO 9001: 2015:
Jang, W.-Y., & Lin, C.-I. (2008). An integrated Risk-Based Thinking and The Process
framework for ISO 9000 motivation, depth Approach. Dalam Quality (pp. 17-18).
of ISO implementation and firm
performance: The case of Taiwan. Journal Nenadál, J. (2008). Process performance
of Manufacturing Technology measurement in manufacturing
Management, 19(2), 194-216. organizations. International Journal of
Productivity and Performance
Kafetzopoulos, D. P., Psomas, E. L., & Management, 57(6), 460-467.
Gotzamani, K. D. (2015). The impact of
quality management systems on the Neely, A., Gregory, M., & Platts, K. (2005).
performance of manufacturing firms. Performance measurement system design:
International Journal of Quality & A literature review and research agenda.
Reliability Management, 32(4), 381-399. International Journal of Operations &
Production Management, 25(12), 1228-
Kam, C. W., & Tang, S. L. (1997). Development 1263.
and implementation of quality assurance in
public construction works in Singapore and Ozcan, Y. A. (2014). Health Care
Hong Kong. International Journal of Benchmarking and Performance
Quality & Reliability Management, 14(9), Evaluation: An Assessment using Data
909-928. Envelopment Analysis (DEA) (Second
Edition ed.). New York: Springer.
Kennerley, M., & Neely, A. (2002). A
framework of the factors affecting the Oztas, A., Guzelsoy, S. S., & Mehmet, T.
evolution of performance measurement (2007). Development of quality matrix to
systems. International Journal of measure the effectiveness of quality
Operations & Production Management, management systems in Turkish
22(11), 1222-1245. construction industry. Building and
Environment, 42, 1219-1228.
Kuo, T., Chang, T.-J., Hung, K.-c., & Lin, M.-y.
(2009). Employees’ perspective on the Phusavat, K., Anussornnitisarn, P., Helo, P., &
effectiveness of ISO 9000 certification: A Dwight, R. (2009). Performance

560 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
measurement: roles and challenges. Proposed Measurement Instrument.
Industrial Management & Data Systems, International Symposium on Food and
109(5), 646-664. Agro-biodiversity (ISFA 2014). 3, pp. 436-
444. Semarang: Procedia Food Science.
Prajogo, D. I. (2011). The roles of firms’
motives in affecting the outcomes of ISO To, W. M., Lee, P. K., & Yu, B. T. (2011). ISO
9000 adoption. International Journal of 9001:2000 implementation in the public
Operations & Production Management, sector: A survey in Macao SAR, the
31(1), 78-100. People's Republic of China. The TQM
Journal, 23(1), 59-72.
Psomas, E. L. (2013). The effectiveness of the
ISO 9001 quality management system in van der Spiegel, M., Boer, W. J., Luning, P. A.,
service companies. Total Quality Ziggers, G. W., & Jongen, W. M. (2007).
Management, 24(7), 769-781. Validation of the instrument IMAQE-Food
to measure effectiveness of food quality
Psomas, E., & Antony, J. (2015). The management. International Journal of
effectiveness of the ISO 9001 quality Quality & Reliability Management, 24(4),
management system and its influential 386-403.
critical factors in Greek manufacturing
companies. International Journal of van der Spiegel, M., Luning, P. A., Ziggers, G.
Production Research, 53(7), 2089-2099. W., & Jongen, W. M. (2005). Development
of the instrument IMAQE-Food to measure
Psomas, E. L., Kafetzopoulos, D. P., & effectiveness of quality management.
Fotopoulos, C. V. (2013). Developing and International Journal of Quality &
validating a measurement instrument of Reliability Management, 22(3), 234-255.
ISO 9001 effectiveness in food
manufacturing SMEs. Journal of Viswanathan, S. (2011). The practice of risk
Manufacturing Technology Management, management in outsourcing and its
24(1), 52-77. impacts: An empirical investigation.
Michigan: Michigan State University.
Saraph, J. V., Benson, P. G., & Schroeder, R. G.
(1989). An Instrument for Measuring the Widianti, T. (2016). Analytic Network Process
Critical factors of Quality Management. (ANP) dan TOPSIS: Kerangka Penilaian
Decision Sciences, 20, 810-829. Pemasok pada Institusi Penelitian sebagai
Pemenuhan terhadap ISO 9001: 2015.
Singh, P. J. (2008). Empirical assessment of ISO Annual Meeting on Testing and Quality
9000 related management practices and (AMTeQ). Tangerang Selatan: P2SMTP
performance relationships. Int. J. LIPI.
Production Economics, 113, 40-59.

Sumaedi, S., & Yarmen, M. (2015). The


Effectiveness of ISO 9001 Implementation
in Food Manufacturing Companies: A

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 561
The Role of Entrepreneur in Reassembling Socio-Technical System

Ikbal Maulana
Pusat Penelitian Perkembangan IPTEK – LIPI

Keyword ABSTRACT
This paper will explore how to assess the sustainability of socio-technical
system of a micro hydro power generator. It starts with discussing the
application of actor network theory (ANT) which is commonly used to
explain socio-technical system in which both human and nonhuman are
equally regarded as having agency. However, this paper opposes the flat
ontological assumption of ANT, because the idea of sustainability requires
us to accept that history of social system has momentum that forces a
network of actors to move to particular directions and that any social
network has inertia as well. The notions of social momentum and of inertia
are accommodated in the concept of structure. Therefore, while this paper
adopt the sociology of translation from ANT, it also uses structuration
theory to explain the process of stabilization, which occurs in a sustainable
system

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

Introduction scarce availability of infrastructure in rural areas,


which make the equitable distribution of
Energy is crucial for the development of any
electricity via a national grid is difficult to achieve.
country or even small community. The level of
Therefore many communities in remote area can
energy consumption more or less reflects the level
only fulfill their electricity by the use of
of their development. In many developing
decentralized rural electrification systems which
countries people, especially those living in remote
mostly use a micro hydro power system (MPS) or
area, have limited access of energy only to sustain
solar cells.
their basic life. While they cannot live without
energy at all, some forms of energy, especially The maturity of microhydro technology has been
electricity, is a luxury for many of them. The widely recognized, which is therefore there have
importance of electricity is indicated by the fact been many microhydro projects or programs being
that “once an area has reached a certain level of implemented either by government institutions or
development, further progress in raising standards development organizations. At the end of the
of living to socially and politically acceptable projects, the technological systems can usually be
levels will depend on the availability of a public proven to work technically, but the continuation of
electricity supply” (Barnes & Foley, 2004, p. 7). their operation are not guaranteed (Drinkwaard,
Kirkels, & Romijn, 2010).
Expanding national electric grid seems to be a
reasonable strategy to increase the electrification Often the organizations of a central government
in developing countries (Tenenbaum, Greacen, with the very large and dispersed area, such as
Siyambalapitiya, & Knuckles, 2014), however, Indonesia, have no time and capacity to identify
this strategy is most often constrained by the the specificities of each areas and to interact
limited financial resources and dispersed and intensively with local people which is necessary to

562 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
find the best fit between technology and local surrounding. Its operation depends on its relation
context. Implementing a well-proven and working to and support from either people, nature or other
technology seems sufficient for a project to be technology. It is the role of an entrepreneur who
successful. A more sophisticated effort is to seeks to fit technology in its natural, social and
evaluate the prospect of success using a standard technical environment.
framework and when some factors are found to be
Literature Review
weak some measures or intervention are taken in
advance. The assumption behind this effort is that The complexity of the sustainability of adoption of
the implementation of energy is only problematic a socio-technical system needs to be analyzed
in advance. If every important factor is settled in using a theoretical framework synthesizing a
advance, then the continuity of adoption is number of theories. For the case of this paper,
perceived to be guaranteed. “Obviously, there are Actor Network Theory, structuration theory, and
factors that have a bearing on how well rural theories of entrepreneurship are major theory that
electrification projects and programs can and will will be synthesized to explain the socio-technical
rise to the challenge of overcoming problems that system in question.
confront them in a given situation. However, these Indonesia is a large country consisting thousands
factors remain largely hidden in static barrier- of islands many of which are inhabited by
focused analyses” (Drinkwaard et al., 2010, p. different unique ethnic groups having different
232) . Rather than finding dynamic factors, many traditions and other local contexts. National
studies reveals lists of barriers to successful electric grid cannot reach many remote area and
implementation of energy projects which can be the development of decentralized autonomous
measured in advance. Among those barriers are energy system is not always easy due to the lack
financial constraints, organizational and of national technology supplier network. Besides
managerial weaknesses, lack of technological that there is lack of standards and knowledge
capabilities, and adverse political and economic transfer on best practices (Schmidt, Blum, &
contextual factors (Drinkwaard et al., 2010) . Wakeling, 2013) . Even though, as a result of
However, the simplicity of measuring a variable political reform Indonesian central government
does not surely indicate that the variable refers to has to create space for local autonomy or
key success factor of the energy projects. decentralization, its local governments as well as
It is often difficult to ascertain the sustainability of society in general are not always ready to take
renewable energy project in rural area. The advantage from the autonomy. The position of the
introduction of new technology into a community state owned electricity company (PLN) as the sole
also affects them as well, which gives different body responsible for the provision of electricity
dynamics to the community (Kaiserfeld, 2015) . has never been seriously questioned. But, many
There are obvious challenges to a community people are still disappointed with its performance
when they adopt an energy system that needs to be which is unable to keep up with the growth of
managed and operated collectively, such as lack of electricity demand. While opportunities have been
technical skills, managerial skills, and financial opened for others, from other governments bodies
support. But, these challenges are faced by any to NGOs, to participate in the provision of
community, and they do not inevitably cause a electricity in remote area unreachable by national
project to fail. These skills and support cannot be grid, there is local problems which is yet to
developed only once and in advance, but they need overcome, such as lack of local skilled human
to be continuously developed over the operating resources and lack of local financial resources
period of the energy system. (Schmidt et al., 2013) .

The aim of this paper is to investigate the role of Local problems, with uniqueness of their contexts,
an entrepreneur in sustaining the adoption of a demand special treatments. And only those who
MPS by assembling and reassembling elements of are familiar with the local contexts and have the
a socio-technical system. Technology, especially commitment to realize the benefits of the projects
MPS, does not operate in isolation from its for local community have a greater possibility of

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 563
successes. Therefore, this chapter incorporates the that has evolved somewhere else” (Van Assche &
theory of the role of entrepreneurship in diffusing Hornidge, 2015, p. 18) . Not all members of a
innovation in social environment who is not community have equal opportunity to raise their
familiar with that innovation. The diffusion will view or interest. Governance is socially
likely be accomplished by people who have the constructed by the dynamics of power relation. Its
strong will and necessary skill to integrate social- path is not merely directed by logical
technical resources, to overcome resistance, and to consideration, “not simply when one or another
push the whole thing through to the end side in an institution wins an argument, but when
(Swedberg, 2009) . Those people are whom such an opportunity is used to change the style of
Schumpeter calls as entrepreneurs (Schumpeter, future argumentation that is, the permitted forms
1934) . of talk within that institution” (Shotter, 1993, p.
18) . The path of governance is not deterministic,
Operating a MPS business in rural area cannot
however it is driven by internal dynamics, since
always be treated as a normal business even
“new ideas, new players, new rules, new values,
though money is being collected from the users of
can come in from elsewhere, but they will be
its service. Government bodies or development
reinterpreted, in the context of governance, while
organizations usually set an operating
others are almost entirely created in the
organization and an governance system to
governance process.” (Van Assche & Hornidge,
guarantee the continuation of the operation of the
2015, p. 120).
implemented MPS. When the MPS is formally
given to the local community, the issue of Society evolves, its structure is neither fixed nor
governance is more critical than the establishment can be altered at will (Giddens, 1984) . The
of the operating organization, since governance is constraints imposed by social structure is not only
“the taking of collectively binding decisions in a considered negatively limiting. Most of the time
community, by governmental and non- people prefer the stability of their social life so that
governmental actors” (Van Assche & Hornidge, they can predict and expect from each other.
2015, p. 18) . Governance is the soul of the Without the existence of relatively stable patterns
operating organization. of human activity they will not be able to manage
their collective life which requires either explicit
Local factors, especially power relation, will
or tacit consensus. Institutions are established to
affect what problems will be addressed or ignored
manage social life, to make it more predictable and
and how they will be discussed and solved by
manageable. In more popular terms, institutions
whom (Foucault, 1978). This power relations do
are simply social norms or conventions which
not only manifest in organizational or social
demand the members of society to conforms. So,
hierarchy, but also in the dominant discourse, that
institutions, according to Douglas North (1990, p.
is in the understanding of the community about
3) , “are the rules of the game in a society, or more
what is good for them, what can be achieved, and
formally, are the humanely devised constraints
who can legitimately represent their interests. This
that shape human interaction”.
dominant discourse even though may direct
people to particular direction, it is also not People often need more than themselves to impose
something fixed. People can renegotiate with each agreed rules or consensus on each other. They may
other within this discourse. Even though not any use artifacts to remind each other about what is
community has the capability to effectively allowed and what is not. For example, traffic lights
negotiate with one another. In the case of the used to regulate people driving cars. They may
adoption of an energy system, each community even use technology to forcibly constraint others.
will likely go through their own development of Road bumps can better limit the speed of cars than
governance, which is, therefore, that “Governance do traffic officers. Latour is among the first who
evolves; its structures, procedures, participants, suggest that human can delegate norms to
content changes, as well as the tools it counts on. technology (Latour, 1992) , so that either
Development cannot be a matter of implementing technology can force other human being to
a form of organization or institutional structure comply with accepted norms or institutions, or

564 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
technology itself takes over the responsibility of a business venture against the resistance of others or
human being. Therefore there is a close lack of support (Swedberg, 2009) .
relationship between institutions and technology.
Entrepreneur plays transformative role in the
While institutions may affect the kind of
sustainability of the MPS in this study. He even
technology to be used, technology also enables the
transforms his own role over time. From the
kinds of institutions to be developed. Panopticon
beginning, market had not really worked, he could
is one example of how technology can effectively
not make purely economic considerations in his
regulate human behavior (Foucault, 1995) . On the
venture. Therefore, he must play the role of a
contrary, institutions also influence the technology
social entrepreneur in order to make it sustainable
which is to be developed and how it is used. “The
and even independent of himself. However,
way we organize our lives to a large extent decides
regardless of the economic considerations which
the way technologies are conceived and used
distinguish economic from social entrepreneurs,
while rules and regulations as well as silent
both types of entrepreneur share the same
agreements and practices are influenced,
characteristics. Swedberg (2009) identifies there
sometimes even determined, by hard-wired
five elements in Schumpeter’s full model of
technologies” (Kaiserfeld, 2015, p. 12) . The
entrepreneur:
intertwining between technology and institution in
increasingly complex socio-technical system 1. The motivation of an entrepreneur.
makes “The dividing line between what is According to Schumpeter, an entrepreneur
considered social and what is considered technical has three characteristics. “First of all, there is
is constantly renegotiated” (Callon, 1981, p. 198) the dream and the will to found a private
. In addition to the scholars who seek to integrate kingdom, usually, though not necessarily,
institutions and technology in their analysis, there also a dynasty . . . Then there is the will to
are the proponents of Actor Network Theory who conquer: the impulse to fight, to prove
take radical approach by totally eradicating the oneself superior to others, to succeed for the
division between human and nonhuman. sake, not of the fruits, but of success itself . .
Technology is regarded as having agency as is a . Finally, there is the joy of creating, of
human being. getting things done, or simply of exercising
one’s energy and ingenuity” (Schumpeter,
When a new and unprecedented technology, such
1934, p. 93) .
as a MPS, is introduced into a community, the
necessary institution to make it sustainable is not 2. Innovation is the characteristics of
yet in place. Creating formal organization and entrepreneur. There are five types of
defining the necessary roles that should be taken innovation: the introduction of a new good,
are relatively easy, however, establishing method of production, market, organization,
institution is much more than just communicating and source of raw material or half-
institutional ideas. Drawing from Rogers’ (1995) manufactured goods. The innovation is
theory of diffusion of innovation is not sufficient accomplished through carrying out new
to explain the sustainability of the MPS, because combinations.
his theory emphasizes the explanation on the 3. Overcoming resistance to innovations.
innovation at the client/user side. “Economists typically ignore this element,
When the required institution is still nonexistent, which is central to Schumpeter’s theory of
and market and business still need to be entrepreneurship. One reason they do so may
developed, the role of entrepreneur is necessary. well be that resistance is social and not
An entrepreneur is more than just an innovator. economic in nature. In the current division of
She or he does not only create something new, but labour in the social sciences, it falls in
introduce and convince others to accept it sociology and not in economics” (Swedberg,
(Schumpeter, 1934) . She or he is the one who 2009, p. 80) . In social entrepreneurship, or
pushes the establishment of institution and any case when the market does not fully
work, overcoming resistance is very

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 565
important to sustain the adoption of entrepreneur. Evaluation or research should be
innovation. Resistance is due to the directed to understand her or his skills, that is the
established norms or traditions or gets even skills “to make new combinations, to overcome
strengthened when it is linked to vested resistance and to push the whole thing through to
interests. However, it does not only reside in the end. Once more, in short: skill and will; the
the social environment, but can reside in the entrepreneur as a recombinateur.” (Swedberg,
entrepreneur’s own mind as well. 2009, p. 104)
4. Entrepreneurial profit. In economic An entrepreneur, in terms of Actor Network
entrepreneurship, making profit is decisive Theory, can be viewed as someone who does the
and marks off a successful from a failed translation. She or he may raise a problem which
innovation. For social entrepreneurship, the has not been recognized before by the community
profit may not be fully financial, but the which she or he wants to transform. In doing the
increase of financial independence (or the translation, she or he seeks to translate “a
decrease of subsidy given to a community) determination to incorporate interests, and to
can be seen as entrepreneurial achievement as interest those who are still only potential partners”
well. (Callon, 1981, p. 210) in an attempt to mobilize a
social group to achieve particular goals. It is called
5. The link to a business cycle. Innovation may
translation, because it links one thing to another
trigger creative destruction to the economy at
which cannot be proved for certain that it is
large.
causally related. When an entrepreneur claims that
Based on Schumpeter theory of entrepreneurship, a particular condition is a problem that needs to be
which is applied in capitalist system, Swedberg tackled by the community, what she or he claims
extends it to cover social entrepreneurship. Rather is a translation to move the community to change
than to develop a private kingdom, social their condition. Someone else may have different
entrepreneur is motivated by the will to create opinion about their condition. Therefore the
social change. The social change is caused by the translation is an interpretation, which has to be
introduction of innovations in the following negotiated, and even, according to Callon (1986)
elements ”(1) the conception of the way of doing can never be a completed accomplishment.
things; (2) financing the venture; (3) its legal
The establishment of socio-technical system and
forms; (4) its organisation; (5) acquiring resources
sustaining its operation can be perceived as a
for its production; (6) method of production; and
process of translation which consist of the
(7) to turn it into the accepted way of doing
following actions. A problem should be defined
things.” (Swedberg, 2009, p. 102) . A social
and made as collective problem and that it is for
entrepreneur, without immediate prospect of
their best interest that the problem is to be solved.
financial profit for himself, has to cope with
The translation is accomplished when the
resistance in the forms of habits, customs,
committed people can be enrolled to take the
traditions, routines which many not linked to
necessary roles in solving the problems, and the
economic or noneconomic interests. To get
rest of the people agree to be represented by those
support for his venture, to be able to create social
who solve the problem (Callon, 1986) .
change, social entrepreneur has to create profit or
value for others, which is not necessarily financial. Callon’s theory of translation belong to the
Finally, just like economic entrepreneurship, sociological school of the so-called actor network
social entrepreneurship may also lead to creative theory (ANT), which treats human and nonhuman
destruction and contribute to the evolution of as equal, both having agency which can affect
society. social network. While ANT might effectively
explain the assemblage of humans, technological
For the purpose of evaluating the role of
artifacts and nature, this paper seeks to overcome
entrepreneur in maintaining the sustainability of
its limits in explaining sustainability of socio-
the MPS, it is unreasonable to unconceal the heart
technical system. “The main reason is that ANT
and motivation behind the effort of an

566 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
has a flat (or folded) ontology, which denies the unique and has its own structure, and we do not try
analytical usefulness of ‘levels” (Geels, 2010, p. to make them homogeneous.
507) , whereas this paper seeks to investigate how
The data of the case study were collected in three
technology, institutions and social structure affect
times of field visits between 2013 and 2014.
each other by the intermediation of the
Interviewed were conducted to the
entrepreneur. This paper argues that the
engineer/entrepreneur who developed the MPS,
stabilization of socio-technical system occurs
some operators and villagers in each of their
when formal or nonformal institutions have been
house. We also came to see an electric water mill
established and complied by the majority of the
which did not work anymore and interviewed the
members of a community. In terms of Giddens’
owner about how and what for it was used. Field
structuration theory (1984) , structuration has
visit and interview in the location of the MPS was
more or less stabilized when the routines which
also conducted with the engineer/entrepreneur and
support socio-technical system persist over time.
a representative of a company who would give
I. Methodology him CSR fund for the improvement of the MPS.
An interview also conducted with the owner of
This paper studies the case of a socio-technical
workshop who several years ago produced a lot of
system of a community living around Gunung
water mills when they were widely used prior to
Sawur (Mountain Sawur), which is actually a
the installation of MPS and the expansion of the
small hill, in Lumajang Regency, East Java. The
electric grid of state-owned electric company.
data is collected based on the approach of Actor
Network Theory (ANT) in which the subjects of II. Data and Analysis
research are encouraged to tell their own story and
Prior to 1990s, Gunung Sawur was an area beyond
the story is allowed to flow as it has happened
the reach of national electric grid of PLN, the
without having to follow any conceptual structure.
Indonesian state-owned electric company. People
It is in line with the view of Latour, one of the
who lived there must rely on kerosene lamps for
founders of ANT that ANT is “a theory, and a
their lighting needs and enjoyed some electric
strong one I think, but about how to study things,
technologies, such as radio and television, using
or rather how not to study them – or rather, how to
battery or rechargeable accu. When the electricity
let the actors have some room to express
of the battery ran out, they tried to extend its life
themselves” (Latour, 2005, p. 142) . Only after
by drying it under the sun. But, after a number of
collecting the data, and we seek to retell the story
uses they must replace it with a new battery. For
within the limit of the allowed number of pages of
the accu, they must take it to those who had
a paper, we put them in conceptual framework
electric charging bussiness in other village and
which is expected to make the summarized data
therefore they had to take it by motorcycle.
more digestible. The expectation to better explain
the data also leads us to incorporate theories of Some rich villagers installed small electric water
institutions and structuration theory. Otherwise we mills in the small river running in front of their
cannot maximally explain the stabilization of houses. It could provide electricity for their lamps
socio-technical system. and even televisions. The simple power generators
were produced by a workshop just a few
We do not impose a theoretical structure on the
kilometers from Gunung Sawur. The generators
data unidirectionally in which a theoretical
uses secondhand dynamo of a motorcycle. Even
framework determines how the data would be
though the system provided free electricity, but the
structured in advance. The selection and use of
owners were not satisfied because the electricity
theories and the structuring of data is conducted
was not stable that they thought it might have
iteratively. The data demand particular theories
damaged their electric appliances.
and the theories, in turn, determine how the data
are selected and structured. However, the case People of Gunung Sawur knew that some villages
study consists of several episodes each of which is in Lumajang Regency had used electricity from
MPS which were developed and installed by
Sucipto, an engineer originated from Gunung

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 567
Sawur but lived in Malang, the neighboring an accident that some people threw a Molotov
regency of Lumajang, after graduated from bomb on his MPS which damages some parts of it.
University of Brawijaya. From 1985 to 1990
Sucipto improved his approach to the community.
Sucipto had developed 7 MPS each of which
He felt that he made mistakes by disconnecting
generated electricity for tens of households, and
electricity when people were busy preparing to
one MPS even provided electricity for more than
celebrate Lebaran, Islamic Holliday. However, he
a hundred households. Once in a while he went to
continued the plan, but also lighten the cost burden
his home village where his family were still living
on the people by pricing the installation of MCB
there, especially after working on his projects in
and kWh Meter about half of the cost of that of the
the neighboring villages. Some neighbors
state-owned electric company, and even they
approached him, asked him to develop a MPS for
could pay by installments over two years. By the
his own village. He agreed to do it, and the
end of 2010 all households already installed MCB
villagers help him with the development. In 1990s
and kWh Meter, except a very small number of
he developed his MPS by his own funding and the
households which did not want them and switched
villagers helped with their labor work. Since at the
their electricity to PLN. Total there were 92
time Sucipto still lived in Malang and also had to
households remained to be the consumers of
do other jobs, the development went slowly and
Sucipto’s MPS.
could be finished after two years, in 1992.
Even with such limitation which made people pay
The system was quite simple. Everyone was
according to their use of electricity, the revenue
allowed to use electricity for lighting needs for a
could not cover the operational and maintenance
fixed amount of fee. The electricity used by each
cost of the MPS. The cost of the electricity of
home was not limited. Initially, there was no
Sucipto’s MPS was cheaper than that of PLN.
problem with it. But, later many people did not
With the existing economic condition of the
seem to use the electricity wisely, for example
people, and also because he knew them
they did not switch off their lamps in the day.
personally, it would be difficult for him to increase
Sucipto expected that his MPS might not sustain if
the price of the electricity. He already had a
the use of electricity was not limited, because
business for manufacturing and implementing
increasingly more people bought various new
MPS. He decided to move his business to Gunung
electric appliances.
Sawur, and set up a workshop to manufacture
To avoid the above problem Sucipto turbines which used the electricity during the day
communicated his plan to the community that he when people used it less. Part of the revenues he
would install MCB to limit the use of electricity got from the business was used to subsidize the
and kWh meter which enables customers to pay operation and maintenance of the MPS business.
according to their use of electricity. He asked them
The chain of the energy utilization in Gunung
to register for the installation of those instruments.
Sawur is summarized in the following table. From
However, after three months, only about 40
top to the bottom row the table shows the
households came to register. He was very
development of technology being used, but it does
disappointed with those who did not come to
not necessarily indicate that the newer technology
register, and took harsh action by disconnecting
replace the older ones.
the electricity to them. He did not expect that it
would make people mad at him. There was even

568 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Table 1. The development of energy system in Gunung Sawur
Energy Electrical Constraints of Problems Solution
Generator Appliances Diffusion/
Sustainability
Battery Radio, The battery needed to be Temporal solution: the
flashlight replaced by a new one after battery can be
its electricity run out. prolonged by being
dried under the sun.
Accu TV People needed to The charging station of
have a television, an accu was far that people
accu, and a must go there by
motorcycle. motorcycle.
Electric mill Any The system was The lack of stabilizer of
electrical relatively expensive electric current was
appliance for most people perceived as damaging the
electric goods.
MPS Initially it It was affordable for The system could not afford Their used must be
was intended all people. when more people used limited by technology
only for more electric goods other (MCB), and they must
lighting. than lamps. pay electricity
according to their use
(using kWh Meter).
MPS + people Any More people were They showed their The instruments were
were asked to electrical unwilling to install resistance the priced below the normal
instal MCB appliance MCB and kWh implementaion of the price and could be paid
and kWh Meter. additional instruments. in credit for two years.
Meter
MPS + MCB Any The revenue could The price of the electricity Workshop for turbine
+ kWh Meter electrical not fully cover the could not be increased. business was
appliance cost of operation plus established to subsidize
maintenance the operation and
maintenance of MPS.

III. Discussion of electric mill, the following elements of the


system were available: water mill, dynamo, cable,
Equipment Whole lamp, radio, television and river. Electricity could
be generated, and some appliances were there to
Any equipment, or technology in this case, cannot
use it. One important element was missing, that is
be seen as a single entity separated from the rest.
electricity stabilizer. Without this instrument the
It always belongs to, in Heideggerian term (1962)
electric current fluctuates in accord with the river
, equipmental whole, that is a network of other
flow, which could damage the electrical
equipments. For example, when people adopted
appliances.
radio to entertain themselves, they also have to
provide the battery for the radio. And when they Another case, when the electricity of the MPS was
change their entertainment instrument to only used for lighting, the MCB and kWh Meter
television, they also have to adopt not only accu were not needed. But when new appliances such
but also motorcycle which at first sight seems as television and electric cooker introduced into
unrelated to television. the system, then the system could not sustain if
MCB and kWh Meter were not used. Therefore,
Sometimes, the needed element in the
the sustainability of a technological system will be
equipmental whole is not always there. In the use

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 569
affected when new elements are introduced and system of a bicycle. However, he did not have the
may require other elements to stabilize itself. knowledge to complement his technology with
electricity stabilizer.
Delegating Norms to Technology
Sucipto, the developer and owner of the MPS, had
Sometimes some people just cannot be trusted.
had a lot of experiences with implementing and
When the work of the system relies on people
maintaining MPS in many places. More then a
there must be rules that can govern their behavior.
hundred of his MPS had been implemented in
However, often social norms are not enough to
many parts of Indonesia, from his village to the
govern them. When people were asked to use
farthest island of Indonesia, Papua. He knew when
electricity wisely, they easily promised to do so. It
some instruments were needed to be used for his
is also possible that in the beginning people saw
system. The difficult part is how to deal with
that their needs of electricity was only for lighting.
community which sometimes behave beyond his
But, then, they saw their neighbors used it for
expectations. He was the type of person who did
entertainment appliances, such as radio or
not like to confront a conflict. He felt that he had
television, their desire for the appliances emerged
made mistake when he disconnected the electricity
as well. When they saw that the others did not limit
to the people who did not register to install MCB
the use of electricity, they thought they could do
and kWh Meter, even though he did not know the
that too. The entrepreneur who owned the MPS
better way to make them accept such installation.
could no longer just tell people about how they
He tried to keep the price of the electricity of his
should use the electricity. He must use technology
MPS lower than that of the state-owned electric
to control people’s behavior. While MCB set the
company so that people did not quit as his
limit of the amount of the electricity they could
customers. But to compensate the deficit of
use, the kWh Meter was, in Foucauldian term, the
revenue, he run a workshop that manufactured
Panopticon that make people control their own
microhydro turbines.
behavior.
IV. Conclusions
The Role of the Entrepreneurs
Socio-technical system changes dynamically. The
The role of an entrepreneur is to introduce any introduction of new elements and exit of existing
kind of innovation, either something totally new, elements may change or threaten the stability of
or a new combination of existing elements. Simple the system. The function of an entrepreneur, or
water electric mills were introduced to people by anyone who wants to make the system sustainable,
a local workshop owner. The logic of technology is to reassemble a new configuration of socio-
is quite simple. People already knew the work of technical system which can support its stability. In
the lamp of a bicycle which receives the electricity the reassembling often new technology, rules or
from a dynamo which is mounted to a bicycle’s organization are implemented. So the
fork and turned by the tire or rim as it moved past. reassembling of the socio-technical system is a
The workshop had a lot of experiences with fixing never ending process. There is temporal stability
and creating various mechanics from bicycle and when the necessary institutions can be established,
simple agricultural machineries. So, the water often using hard-wired technologies.
electric mill was just a translation of electric

V. References

Barnes, D., & Foley, G. (2004). Rural Not: The Sociologic Translation. In The
electrification in the developing world: a Social process of scientific investigation.
summary of lessons from successful Dordrecht, Holland: D. Reidel Publishing
programs. Washington, DC: World Bank. Company.

Callon, M. (1981). Struggles and Negotiations to Callon, M. (1986). Some elements of a


Define What is Problematic and What is sociology of translation: domestication of

570 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
the scallops and the fishermen of St Brieuc Latour, B. (2005). Reassembling the Social: An
Bay. In John Law (Ed.), Power, action and Introduction to Actor-Network-Theory.
belief: a new sociology of knowledge? (pp. Oxford, UK: Oxford University Press.
196–223). London: Routledge.
North, D. (1990). Institutions, Institutional
Drinkwaard, W., Kirkels, A., & Romijn, H. Change and Economic Performance.
(2010). A learning-based approach to Cambridge, MA: Cambridge University
understanding success in rural Press.
electrification: Insights from Micro Hydro
Rogers, E. M. (1995). Diffusion of Innovations
projects in Bolivia. Energy for Sustainable
(4th ed.). New York, NY: The Free Press.
Development, 14(3), 232–237.
http://doi.org/10.1016/j.esd.2010.07.006 Schmidt, T. S., Blum, N. U., & Wakeling, R. S.
(2013). Attracting private investments into
Foucault, M. (1978). The History of Sexuality
rural electrification — A case study on
Volume 1: An Introduction [Hurley R,
renewable energy based village grids in
Trans.]. New York, NY: Pantheon Books.
Indonesia. Energy for Sustainable
Foucault, M. (1995). Discipline and Punish. Development, 17(6), 581–595.
New York, NY: Vintage Books. http://doi.org/10.1016/j.esd.2013.10.001

Geels, F. W. (2010). Ontologies, socio-technical Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of


transitions (to sustainability), and the Economic Development. Cambridge, MA:
multi-level perspective. Research Policy, Harvard University Press.
39(4), 495–510.
Shotter, J. (1993). Conversational Realities:
http://doi.org/10.1016/j.respol.2010.01.02
Constructing Life Through Language
2
Inquiries in Social Construction. London:
Giddens, A. (1984). The Constitution of Society Sage Publications.
- Outline of the Theory of Structuration.
Swedberg, R. (2009). Schumpeter’s full model
Cambridge: Polity Press.
of entrepreneurship: economic, non-
Heidegger, M. (1962). Being and Time. Oxford, economic and social entrepreneurship. In
UK: Blackwell. R. Ziegler (Ed.), An Introduction to Social
Entrepreneurship. Cheltenham, UK:
Kaiserfeld, T. (2015). Beyond Innovation:
Edward Elgar.
Technology, Institution and Change as
Categories for Social Analysis. Tenenbaum, B., Greacen, C., Siyambalapitiya,
Hampshire, UK: Palgrave Macmillan. T., & Knuckles, J. (2014). From the bottom
http://doi.org/10.1057/9781137547125.00 up — how small power producers and
01 micro-grids can deliver electrification and
renewable energy in Africa. Washington,
Latour, B. (1992). Where Are the Missing
DC: The World Bank.
Masses? The Sociology of a Few Mundane
Artifacts. In W. Bijker & J. Law (Eds.), Van Assche, K., & Hornidge, A.-K. (2015).
Shaping Technology/Building Society: Rural development: Knowledge & expertise in
Studies in Sociotechnical Change. governance. The Netherlands: Wageningen
Cambridge, MA: MIT Press. Academic Publishers.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 571
Analisis Efektifitas Implementasi Manajemen Mutu Pemasaran
Pelayanan Pengujian Pusat Penelitian A Berbasis ISO 9004 : 2009

(Effectiveness Analysis of Quality Management Implementation of Testing


Services Marketing of Research Center A - Based of ISO 9004 : 2009)
Muh. Azwar Massijaya1
Kelompok Penelitian Manajemen Mutu
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan Puspitek, Gedung 417 Tangerang Selatan 15314, Banten
Korespondensi : AzMassijaya@yahoo.com

Keyword ABSTRACT
ISO 9004, quality ISO 9001 is a quality management system implementation framework that
management, testing services has been widely used around the world. Marketing of testing services unit
marketing is one area in research center A that has been practicing ISO 9001 quality
management system to maintain the customer satisfaction. However, at the
present, the effectiveness of the management system implementation has
never been measured. In the another hand, research that discussed the
analysis of the effectiveness of the quality management based on ISO 9004,
particularly in the context of marketing of testing services unit in Indonesia,
is remain rare. Therefore, research in analyzing the effectiveness of the
quality management system practice of marketing testing service unit in
research center A is important do. Therefore, can be obtained
recommendations to improve the quality management. This study used a
qualitative approach. Data obtained through observations and interviews
with an expert who has experience in leading the marketing of the testing
service unit. The results of the effectiveness analysis presented in this paper
as recommendations for improving the quality management performance.
Kata Kunci SARI KARANGAN
ISO 9004, Manajemen Mutu, ISO 9001 merupakan kerangka implementasi sistem manajemen mutu yang
Pemasaran pelayanan pengujian telah banyak digunakan diseluruh dunia. Bagian pemasaran pelayanan
pengujian adalah salah satu lingkup kegiatan di pasat penelitian A yang
telah menjalankan praktek sistem manajemen mutu ISO 9001 untuk
mempertahankan kepuasan pelanggan.Namun, selama ini tingkat efektifitas
dari penerapan sistem manajemen tersebut belum pernah diukur. Di satu
sisi, penelitian yang membahas mengenai analisis efektifitas manajemen
mutu berbasis ISO 9004, terutama dalam konteks pemasaran pelayanan
pengujian di Indonesia, masih sedikit. Oleh karena itu, penelitian mengenai
analisis efektifitas praktek sistemmanajemen mutu bagian pemasaran
pelayanan pengujian penelitian A menjadi penting untuk dilakukan.Dengan
demikian, dapat diperoleh rekomendasi untuk perbaikan kinerja berbasis
manajemen mutu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data
diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan pakar yang
berpangalaman dalam memimpin bagian pemasaran pelayanan pengujian.
Hasil analisis efektifitas dipaparkan di dalam makalah ini sebagai
rekomendasi untuk peningkatan kinerja manajemen mutu

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

572 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN

Dalam rangka usaha meningkatkan dan perbaikan pemasaran pelayanan kepada


mempertahankan kepuasan pelanggan, masyarakat menjadi tidak optimal.
penerapan sistem manajemen mutu berbasis ISO
9001untuk segala jenis organisasi, tanpa Salah satu alat yang dapat digunakan untuk
memandang ukuran dan jenis usaha yang mengevaluasi seberapa baik implementasi suatu
dilakukannya menjadi penting untuk sistem manajemen mutu yang telah berjalan
diusahakan. adalah self assessment tool ISO 9004. ISO 9004
dapat digunakan untuk menganalisis seefektif
Dalam penerapan tersebut, Singh(2008), vitner apa sistem manajemen mutu yang telah berjalan
(2011), serta Singh dan Feng (2006) telah dengan menilai maturitas prinsip manajemen
menyebutkan bahwa implementasi sistem mutu, yaitu : fokus pelanggan, kepemimpinan,
manajemen berbasis ISO 9001 telah keterlibatan personil, pendekatan proses,
meningkatkan kepuasan pelanggan dan kinerja pendekatan sistem untuk mengelola,
bisnis. Selain itu, sistem manajemen mutu peningkatan berkelanjutan, keputusan
berbasis ISO 9001 juga secara positif telah berdasarkan fakta, dan hubungan
terbukti untuk menciptakan kondisi pekerja menguntungkan dengan pemasok.
yang lebih baik (Karitun, 1998; serta Casadesus
dan Karapetrovic 2005) Penelitian – penelitian yang bertema ISO 9004
telah banyak dilakukan di luar Indonesia seperti
ISO 9001diterbitkan oleh International penelitian yang dilakukan oleh Krivokapic
Organization for Standardization pertama kali (2014), Boys dkk (2003), dan Wilcock (2006).
dalam bentuk seri ISO 9000 yang mengadopsi Kripokavic telah melakukan penelitian
standar BS 5750 dan telah mengalami mengenai maturitas sistem manajemen mutu
perubahan beberapa kali (Hoyle 2009). Sejak terhadap perusahaan yang berhasil
diterbitkan, kerangka sistem manajemen mutu memenangkan penghargaan kualitas nasional di
ini telah diadopsi oleh jutaan organisasi di Srpska, Bosnia; sedangkan penelitian yang
seluruh dunia (ISO, 2015). dilakukan oleh Boys dkk (2003) maupun
Wilcock (2006) membahas mengenai
Salah satu instansi pemerintah yang menerapkan implementasi 9004 di negara Kanada. Begitu
pola kerja sistem manajemen mutu berbasis ISO juga dengan penelitian yang terkait dengan ISO
9001 untuk menjamin kualitas pelayanan 9001telah umum dilakukanseperti Benezech
pemasaran pengujiannya adalah pelayanan dkk (2001), dan Escanciano dkk (2001) yang
pengujian pusat penelitian A. Pemasaran melakukan penelitian manfaat implementasi
pelayanan pengujian yang dimiliki oleh pusat ISO 9001dan Sumaedi dan Yarmen (2015) serta
penelitian A mencakup pemasaran pelayanan Javier dkk (2014) yang mengembangkan
pengujian keamanan produk untuk produk kerangka implementasi ISO 9001.
rumah tangga listrik, pemasaran pengujian EMC
dan pemasaran pengujian untuk alat kesehatan Namun, penelitian mengenai ISO 9004 dalam
yang belum diedarkan. konteks pengukuran efektifitas penerapan
sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001di
Meskipun pola kerja berbasis sistem manajemen dalam sebuah Instansi pelayanan pengujian
ISO 9001 telah dilakukan, pusat penelitian A milik pemerintah di Indonesia, masih sedikit
belum pernah mengukur seberapa baik dilakukan.
efektifitas penerapan praktik sistem manajemen
mutu yang ada. Sehingga, menemukan peluang Oleh karena itu, dibutuhkan analisis efektifitas
peningkatan praktik sistem manajemen mutu di berbasis ISO 9004. Pertanyaan yang ingin
dalam internal bagian pemasaran sekaligus dijawab di dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Efektifitas Implementasi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 573
Manajemen Mutu Pelayanan Pengujian Pusat • Pemanfaatan sumberdaya secara efektif
Penelitian A menurut ISO 9004 : 2009 ?” dan efisien
• Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
Dengan demikian, dapat diketahui sebagi • Fokus kepada kepuasan pelanggan dan
apakah tingkat kematangan penerapan ISO 9001 pihak berkepentingan yang terkait dengan
cara memenuhi kebutuhan mereka dan
pada pelayanan pengujian pusat penelitian harapan yang mereka miliki
A.Diharapkan penelitian ini dapat menjadi
masukan untuk peningkatan kinerja bagian 2. Strategi dan kebijakan
pelayanan pengujian pusat penelitian A
sekaligus mengisi gap penelitian yang ada. Aspek ini melihat sebaik apa usaha yang
dilakukan oleh manajemen puncak dalam
merumuskan, menetapkan,
mengimplementasikan, menjaga dan meninjau
KERANGKA TEORI
misi, visi dan nilai yang dimiliki oleh organisasi.
Praktik ini haruslah diketahui, dimengerti,
2.1 ISO 9001 secara umum
diterima dan didukung oleh personil lain yang
bekerja untuk organisasi tersebut.
Secara umum, dokumen ISO 9001 memiliki 7
klausul persyaratan, yaitu klausul konteks
3. Menajemen sumberdaya
organisasi, kepemimpinan, perencanaan,
dukungan, operasi, evaluasi kinerja, dan
Aspek ini melihat sebaik apa organisasi
peningkatan (ISO,2015). ISO 9001 merupakan
mengidentifikasi sumber daya internal maupun
standar sistem manajemen mutu yang umum,
eksternal yang dimilikinya, dan bagaimana
dan didesain untuk berbagai jenis tipe organisasi
organisasi mengalokasikan sumber daya
tanpa memandang jenis usaha dan ukuran
tersebut untuk mencapai tujuan jangka pendek
organisasi tersebut. Sesuai dengan dokumen
dan jangka panjang yang dimilikinya. Dalam
ISO 9001 : 2015, ISO 9001 menerapkan
rangka menjamin sumberdaya digunakan secara
pendekatan proses, dengan melalui “rencana –
efektif dan efisien, haruslah terdapat proses yang
lakukan – periksa – tindaki” (PDCA) dan
menyediakan, mengalokasikan, mengawasi,
melibatkan pemikiran berbasis risiko, yaitu
mengevaluasi, mengoptimalisasi, menjaga dan
identifikasi risiko dan penyusunan strategi untuk
melindungi sumber daya tersebut ( sumber daya
mengatasi resiko.
dapat berupa peralatan, fasilitas, bahan baku,
energi, pengetahuan, uang, dan personil).
2.2 ISO 9004 secara umum
Organisasi juga harus menganalisis resiko
Berdasarkan standar ISO 9004 : 2009
terjadinya kelangkaan sumber daya di masa
(ISO,2009), aspek – aspek yang dinilai menjadi
yang akan datang dengan mengkaji tingkat
dasar self assessment ISO 9004 dijelaskan
penggunaan sumberdaya di masa kini secara
sebagai berikut
rutin. Usaha untuk mendapatkan sumber
penerimaan sumber daya yang baru atau proses
1. Mengelola sukses secara berlanjut sebuah
yang lebih baik maupun teknologi yang dapat
organisasi
menghemat sumber daya harus dicari dan
dipertimbangkan.
Aspek ini melihat apakah manajemen puncak
mengadopsi sebuah pendekatan sistem
4. Manajemen proses
manajemen mutu dengan efektif. Efektif
tidaknya sistem manajemen mutu sangat
Karakteristik organisasi, ukuran dan tingkat
berpengaruh kepada kelangsungan sebuah
kematangan sistem manajemen mutu organisasi
organisasi di masa yang akan datang. Sebuah
sangat mempengaruhi bentuk proses – proses
organisasi haruslah mengembangkan sistem
yang terlibat di dalam internal organisasi
manajemen mutu yang dimilkinya dengan
tersebut. Aktifitas proses yang terdapat di dalam
memperhatikan :
internal organisasi harus disesuaikan dengan
ketiga hal tersebut.

574 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Aspek ini juga melihat bagaimana organisasi organisasi untuk mempertahakan kelangsungan
mengimplementasikan “pendekatan proses” hidupnya. Proses pembelajaran menjadi sumber
untuk menjamin efektifitas dan efisiensi semua rujukan dalam melakukan proses peningkatan
proses yang berjalan di dalam internal dan inovasi yang efektif dan efisien.
organisasi. Proses – proses tersebut haruslah
dikaji secara rutin dan tindakan yang layak harus Dimana peningkatan, inovasi dan pembelajaran
diambil untuk menciptakan peningkatan dapat diterapkan kepada :
berkelanjutan bagi proses – proses tersebut.
• Produk
Proses- proses yang ada harus dipandang • Proses dan interaksinya
sebagai satu kesatuan sistem dengan memetakan • Struktur organisasi
interaksi yang ada diantara proses – proses • Sistem manajemen
tersebut (pendekatan sistem pada manajemen). • Aspek manusia dan budaya
• Infrastruktur, lingkungan kerja dan
5. Monitoring, pengukuran, analisis dan teknologi
tinjauan • Hubungan dengan pihak berkepentingan
yang relevan
Aspek ini melihat bagaimana organisasi
mempertahankan kesuksesannya pada 2.2 Model Maturitas Self Assessment ISO 9004
lingkungan yang terus menerus mengalami
perubahan. Dalam menyikapi lingkungan yang Mengacu kepada penjelasan dokumen ISO
sangat dinamis, maka penting bagi organisasi 9004, model maturitas self assessment ini dibuat
untuk melakukan monitoring, mengukur, untuk membantu organisasi dalam melakukan
menganalisis dan mengkaji kinerja yang kajian terhadap aktifitas di dalam internal
dimilikinya. organisasi dan hasil yang berhasil dicapai oleh
organisasi. Model ini berbentuk tabel (Tabel 1)
6. Peningkatan, inovasi dan pembelajaran dan dapat disesuaikan dengan konteks
organisasi dan lingkup bisnis yang ingin dinilai
Aspek ini melihat sebaik apa organisasi maturitas sistem manajemen mutunya.
peningkatan dan inovasi yang dilakukan oleh

Elemen Tingkat Maturitas Kearah Sukeses yang Berkelanjutan


kunci
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5
Elemen 1 A B C D E
Elemen 2
Elemen 3

*Untuk setiap kotak abjad diatas (A, B, C, D, dan E) berisi kriteria yang telah ditetapkan oleh
dokumen standar ISO 9004.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 575
METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Pertama,
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis interpretasi standar dilakukan untuk
kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan jalan menyesuaikan persyaratan standar ISO 9004
observasi langsung dan wawancara dengan dengan konteks pelayanan pengujian dari pusat
pejabat pemasaran pelayanan pengujian yang penelitian A. Kedua, dilakukan observasi dan
telah menjabat untuk periode tahun 2014 sampai wawancara untuk menganalisis kelemahan dan
dengan tahun 2015. Dengan demikian, analisa kekuatan pemasaran pelayanan pengujian dari
efektifitas sistem manajemen mutu yang pusat penelitian A, dan ketiga adalah penyusunan
dilakukan ini didasarkan pada kondisi pada rekomendasi. Kerangka penelitian ini dapat
periode tersebut. dilihat pada Gambar 1.

Interpretasi Observasi dan Rekomendasi


Standar wawancara

Gambar 1. Kerangka Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN pengujian pusat penelitian A dapat dilihat pada


tabel 1.
Hasil analisis evaluasi implementasi sistem
manajemen mutu bagian pemasaran pelayanan

Tabel 1. Hasil analisis maturitas berbasis ISO 9004 (warna merah menunjukkan titik level maturitas)
no elemen kunci Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
1 apa fokus manajemen ?
apa pendekatan
2
manajemen ?
bagaimana memutuskan
3
apa yang terpenting ?
apa yang diperlukan
4
untuk mencapai hasil ?
bagaimana aktifitas -
5 aktifitas diorganisasikan
?
bagaimana hasil dicapai
6 ? (monitoring dan
pengukuran )
bagaimana hasil
7 dimonitoring (monitorng
dan pengukuran)

bagaimana prioritas
"peningkatan"
8 diputuskan ?
(peningkatan, inovasi
dan pembelajaran)

576 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
bagaimana proses
pembelajaran terjadi ?
9
(peningkatan, inovasi
dan pembelajaran )
(pengelolaan untuk
10 sukses keberlajutan
organisasi) umum
11 sukses keberlanjutan
12 lingkungan organisasi
pihak berkepentingan,
13 kebutuhan dan
ekspektasi
5.1 (strategi dan
kebijakan) umum : 5.2
14
strategi dan formulasi
kebijakan

5.3 Strategi dan


15
pengembangan kebijakan

5.4 komunikasi strategi


16
dan kebijakan
6.1 manajemen
17
sumberdaya ; umum
6.2 sumberdaya
18
keuangan
19 6.3 personil di organisasi
20 6.4 rekan dan pemasok
21 6.5 infrastruktur
22 6.6 lingkungan kerja
6.7 pengetahuan,
23
informasi dan teknologi
24 6.8 sumberdaya alam
7.1 (manajemen proses)
25 umum; 7.2 perencanaan
dan kendali proses
8.1 (monitoring,
pengukuran, analisis dan
26
kajian) umum ; 8.2
monitoring
8.3.1 (pengukuran)
27 umum, 8.3.2 indikator
kunci kinerja
8.3.3 audit internal, 8.3.4
28
penilaian diri
29 8.3.5 benchmarking
30 8.4 analisis

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 577
8.5 review informasi dari
31 monitoring, pengukuran
dan analisis
9.1 (peningkatan, inovasi
32 dan pembelajaran); 9.2
peningkatan
33 9.3 inovasi
34 9.4 pembelajaran

Berdasarkan tabel 1, ternyata level yang dominan umumnya dilihat berdasarkan prosedur,
pada bagian pemasaran pelayanan pengujian peraturan perundang – undangan, kebutuhan
masih berkisar diantara level 1 dan level 2. Hal ini dari perspektif pelaggan dan pegawai.
menunjukkan bahwa implementasi sistem • Cara pencapaian hasil terkait monitoring dan
manajemen mutu masih berkisar dalam pengukuran. Hasil yang direncanakan secara
pemenuhan prinsip dasar manajemen mutu saja. umum dapat dicapai, terutama untuk pihak
Dengan kata lain, Manajemen mutu yang ada yang berkepentingan. Terdapat penggunaan
masih membutuhkan peningkatan, dan secara secara konsisten untuk monitoring,
umum sistem yang ada belum secara konsisten pengukuran dan peningkatan. Pada bagian
membawa peningkatan kinerja secara signifikan. pemasaran pelayanan pengujian, proses
monitoring dilakukan melalui 1) aplikasi
Kekuatan sistem manajemen mutu bagian khusus bernama Silat, 2) monitoring tri wulan
pemasaran pelayanan pengujian oleh pihak manajemen
• Teknik pemilihan prioritas “peningkatan”.
Menurut data yang diperoleh diatas (tabel1) Prioritas peningkatan telah didasarkan kepada
tingkat maturitas berdasarkan satuan aspek paling kebutuhan dan ekspektasi pihak yang
tinggi hanya mencapai level 3 (sedang). Artinya, berkepentingan, termasuk didalamnya
aspek yang berada pada tingkatan tersebut mulai pemasok dan pegawai organisasi
mendukung proses peningkatan kinerja organisasi
meskipun belum optimal. Dengan kata lain, hasil
positif secara konsisten dari aspek tersebut Kelemahan sistem manajemen mutu bagian
belumlah diperoleh secara signifikan. Aspek – pemasaran pelayanan pengujian
aspek yang dapat digolongkan kedalam kekuatan
• Pendekatan manajemen. Pendekatan kerja
dari praktek sistem manajemen mutu yang dimilki
yang dilakukan umumnya bersifat reaktif
oleh bagian pemasaran pelayanan pengujian pusat
(tidak berbasis prinsip manajemen resiko) dan
penelitian A adalah sebagai berikut
umumnya suatu tindakan atas masalah tertentu
didasarkan kepada keputusan oleh manajer
• Fokus manajemen. Fokus manajemen telah pada tingkatan yang berbeda.
diarahkan untuk memenuhi harapan dan • Pengelolaan sumberdaya. Sumberdaya yang
kebutuhan pegawai dan beberapa pihak ada baru dikelola secara efektif (mengerjakan
berkepentingan. Proses untuk ini telah hal yang benar) belum sampai pada tahap
didefinisikan serta diimplemen-tasikan dalam pengelolaan sumberdaya secara efisien.
bentuk pemberian kewenangan tertentu dalam Sumber daya yang ada dikelola berdasarkan
strukur organisasi. uraian jabatan, standar baku yang telah
• Teknik pemilihan perioritas strategi ditetapkan sebelumnya, dan tim tertentu yang
pemecahan masalah. Keputusan telah bersifat ad hoc. Namun, dalam pengelolaannya
didasarkan pada strategi dan terhubung dengan belum pernah dilakukan ABK (analisis beban
kebutuhan dan ekspektasi dari pihak yang kerja)
berkepentingan. Kepetusan manajemen

578 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
• Pengorganisasian aktifitas – aktifitas. berkepentingan selain pelanggan masih belum
Aktifitas – aktifitas didalam internal bagian ada.
pemasaran pelayanan pengujian telah • Strategi dan formulasi kebijakan. Proses
diorganisasikan berdasarkan fungsinya dengan perencanaan baru dikelola secara ad hoc,
dasar sistem manajemen mutu di tempatnya strategi dan kebijakan ditentukan secara
masing – masing. Aktifitas – aktifitas itu terpisah, input untuk kebijakan dan formulasi
sendiri disusun berdasarkan tugas dan aksi dan kebijakan bersifat ad hoc, dan hanya aspek
perjanjian kerja tahunan (PKT) produk dan keuangan yang diformulasikan.
• Monitoring hasil. Kepuasan pelanggan, kunci • Strategi dan pengembangan kebijakan.
proses dan kinerja pemasok telah Strategi dan kebijakan diartikan kedalam
dimonitoring. Proses monitoring dilakukan berbagai tingkatan yang berbeda dalam
melalui pemeriksaan kesesuaian surat tingkatan yang berbeda dalam tingkatan
permintaan menguji, instruksi kerja maupun organisasi (PKT dibuat berjenjang); rencana
PKT. Namun, kepuasan dari para pegawai telah dikembangkan dalam kesesuaiannya
belum pernah dilakukan monitoring, demikian dengan kebutuhan dan harapan pihak
juga dengan pihak berkepentingan (kecuali berkepentingan; kebutuhan pelanggan
pelanggan). diturunkan ke dalam proses dan tujuan yang
• Proses pembelajaran. Pembelajaran terjadi jelas; dan hal ini menjadi dasar untuk kajian
secara acak, di level individual. Tidak ada dan audit. Namun, pengukuran dari progress
mekanisme khusus untuk peningkatan proses pencapaian tujuan strategi organisasi belum
kerja. dilakukan. Aspek positif dan negatif yang
• Pengelolaan untuk sukses keberlanjutan mempengaruhi rencana belum dilakukan
organisasi. telah terdapat sistem manajemen analisis dan ditindaki.
yang berbasis proses, hal ini ditandai dengan • Komunikasi strategi dan kebijakan.
adanya prosedur, telah terdapat input dan Komunikasi baru dilakukan dengan cara yang
output yang distandarkan melalui baku mutu. reaktif (sesuai kebutuhan)
Namun, sistem manajemen organisasi belum • Manajemen sumberdaya. Proses perencanaan
didirikan untuk diintegrasikan dengan disiplin sumberdaya, termasuk identifikasinya,
yang lain seperti manajemen lingkungan, pengawasan dan monitoringnya, telah
manajemen keamanan, atau bentuk manajemen diimplemetasikan. Namun, kajian secara
lainnya. berkala terhadap ketersediaan terhadap
• Sukses keberlanjutan. Telah terdapat review sumberdaya dengan mempertimbangkan
kinerja secara periodik terhadap rencana bisnis. tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Namun, belum terdapat hasil yang belum dilakukan
menunjukkan peningkatan yang konsisten • Manajemen sumberdaya keuangan. Proses
selama beberapa tahun terakhir untuk mempraktekan, memonitoring, dan
• Lingkungan organisasi. organisasi telah oengendalian sumberdaya keuangan
bereaksi terhadap perubahan yang diimplementasikan, kebijakan keuangan
mempengaruhinya, terutama dalam masalah terstruktur secara sistematis karena telah
penetapan tariff sesuai peraturan negara. dilakukan sesuai dengan perturan perundang –
Namun, belum ditemukan adanya rencana undangan negara. Namun, belum ada tinjauan
yang yang terstruktur untuk mengatasi masalah secara priodik mengenai efektifitas
yang terjadi secara berulang. penggunaan sumber daya keuangan dan begitu
• Pemenuhan kebutuhan dan harapan pihak juga dengan risiko keuangan belum
berkepentingan. Organisasi telah didorong diidentifikasi.
oleh kebutuhan pelanggan dan harapannya. • Personil di organisasi. personil dipandang
Namun, mekanisme untuk memenuhi sebagai sumber daya, tetapi hanya sedikit
kebutuhan dan harapan dari pihak tujuan yang berhubungan dengan strategi
organisasi, pelatihan disediakan secara ad hoc

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 579
(belum ada gap kompetensi secara formal) • Benchmarking. Tidak ada best practice terkait
pelatihan dirumuskan, namun kebanyakan benchmarking yang jelas di dalam intra bagian
berasal dari permintaan personil. pemasaran pelayanan pengujian, beberapa
• Rekan dan pemasok. Komunikasi pemasok perbandingan hanya terbatas kepada masalah
dilakukan secara terbatas untuk proses tender, produk.
namun belum ada bentuk kegiatan untuk • Analisis data. Analisis data yang digunakan
melakukan evaluasi dan memeringkat tidak jelas, hanya tujuan yang bersifat ekonomi
pemasok dan finansial saja yang telah didefinisikan
• Infrastruktur. Infrastruktur dasar telah tersedia, sebagai referansi analisis data. Hanya terdapat
namun perencanaan dan pengelolaan analisis yang terbatas untuk keluhan
infrastruktur masih membutuhkan peningkatan pelanggan.
Lingkungan kerja. ketentuan dasar untuk • Review informasi dari monitoring, pengukuran
lingkungan kerja telah tersedia, namun kajian dan analisis. Review secara periodik (triwulan
secara berkala pada lingkungan kerja belum capaian PKT) dilakukan untuk menilai
pernah dilakukan progress capaian sasaran mutu dan untuk
menilai kinerja sistem manajemen mutu;
• Pengembangan, informasi, dan teknologi. semua proyek yang aktif dan tindakan
Belum pernah dilakukan implementasi proses peningkatannya dinilai selama review, dengan
untuk mengidentifikasi, memperoleh, tujuan mengevaluasi progress rencana
melindungi, menggunakan dan mengevaluasi tujuannya. Namun, analisis tren yang mungkin
informasi, pengetahuan dan teknolog; sistem merugikan belum pernah dilakukan
komunikasi dasar untuk berbagi informasi. • Inovasi dan peningkatan secara umum.
• Sumberdaya. Penggunaan sumberdaya Aktifitas peningkatan baru bersifat ad hoc dan
dikelola dengan cara yang terbatas, belum ada hanya didasarkan kepada keluhan pelanggan.
proses untuk mendefinisikan, mengontrol • Inovasi. aktifitas inovasi didasarkan pada data
penggunaan dari sumber daya yang dibutuhkan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan
oleh organisasi. (dengan memunculkan aplikasi layanan
• Perencanaan dan kendali proses. Sudah ada pelanggan bernama Silat), proses identifikasi
SOP proses kunci, seperti proses yang perubahan di dalam lingkup bisnis dengan
berhubungan dengan kepuasan pelanggan dan tujuan perencanaan inovasi belum pernah
realisasi pemasaran, namun perencanaan dilakukan
proses belum diintegrasikan dengan strategi, • Pembelajaran. Pembelajaran baru dilakukan
kebutuhan dan harapan dari pihak melalui cara yang reaktif, acara dan forum
berkepentingan. untuk sharing informasi belum optimal
• Indikator kunci kinerja. PKT telah tersedia digunakan dan pembelajaran belum tampak
sebagai panduan formal untuk indikator kunci secara konsisten dalam penyusunan strategi.
yang berhubungan dengan strategi organisasi Rekomendasi Perbaikan
dan proses utama. Indikator kebanyakan
didasarkan pada data internal. Keputusan Berdasarkan hasil analisis berbasis dokumen ISO
manajemen telah didukung oleh output dari 9004 menunjukkan bahwa terdapat berbagai aspek
tinjauan sistem manajemen mutu dan yang masih membutuhkan peningkatan agar
tambahan indikator kinerja kunci. Namun, sistem manajemen mutu pemasaran pelayanan
belum ada data yang menunjukkan bagaimana dapat berjalan dengan maksimal. Namun, secara
kinerja pemasaran dibandingkan dengan unit garis besar dapat dilihat bahwa terdapat aspek
lainnya. utama yang harus diperbaiki karena aspek tersebut
• Audit internal. Beberapa data telah berada pada level terbawah dari tingkat maturitas
dikumpulkan, tetapi tidak ada pendekatan sistem manajemen mutu, yaitu :
formal yang telah digunakan , dan belum ada
audit internal yang secara khusus dilakukan
untuk lingkup pemasaran pelayanan pengujian

580 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
a. Proses pembelajaran personil. Harus disusun telah melaksanakan sistem manajemen mutu
sistem yang memungkinkan terjadinya tertentu dalam rangka usaha untuk meningkatkan
pembelajaran organisasi secara sistematis. kepuasan pelanggan.
Analisis kebutuhan kompetensi personil yang Untuk mencegah adanya kondisi demikian,
terlibat di dalam bagian pemasaran pelayanan maka sudah seharusnya instansi pemerintah
pengujian harus dilakukan, dinyatakan dan melakukan analisis maturitas sistem manajemen
dipastikan untuk dipenuhi berdasarkan sistem mutu yang dimilikinya. Dalam lingkup yang lebih
yang terstruktur. Analisis kompetensi dan luas, praktek manajemen mutu yang baik oleh
pemenuhannya harus mempertimbangkan instansi negara akan mendorong indeks
sasaran strategis dalam jangka panjang dan pengelolaan negara yang lebih baik, dan secara
pendek. tidak langsung akan memparbaiki citra Indonesia.
b. Lingkungan kerja. analsis risiko terkait Dengan hal tersebut, maka diharapakan akan
lingkungan kerja harus dilakukan dan hasil mendorong peningkatan arus pemasukan dari
analisis tersebut haruslah ditindak. Efektifitas sektor pariwisata maupun sektor bisnis.
dan efisiensi lingungan kerja haruslah Untuk penelitian ini, pelanggan yang dilayani
c. Proses komunikasi. Sistem komunikasi yang oleh bagian pemasaran pengujian umumnya
telah ada haruslah dirancang agar dapat merupakan MNC (multi national company), dan
menjadi sarana untuk mengkomunikasikan dengan adanya perbaikan pemasaran pelayanan
perubahan strategi dan perencanaan kepada merupakan salah satu dukungan instansi
pihak yang relevan di dalamm organisasi. pemerintah dalam rangka peningkatan
efektifitas komunikasi juga perlu dikaji secara kenyamanan investasi di dalam negeri, sekaligus
periodic pengadaan lapangan kerja bagi masyarakat
d. Pengelolaan sumber daya. Proses – proses Indonesia.
untuk mengukur seefisien apakah sumber
daya penggunaan sumber daya haruslah PENUTUP
dikembangkan. Begitu juga dengan analsis
risiko akan kelangkaan sumber daya harus Berdasarkan hasil analsis yang telah dijelaskan
dievaluasi diatas, tingkat maturitas sistem manajemen mutu
e. Benchmarking. Harus dilakukan tinjauan yang dimiliki oleh bagian pemasaran pelayanan
kinerja kepada unit pelayanan sejenis yang pengujian masih membutuhkan peningkatan.
layak untuk mendapatkan pengetahuan baru. Terdapat beberapa aspek yang memiliki nilai
maturitas sangat rendah, yaitu aspek proses
Peluang peningkatan kinerja secara nasional pembelajaran untuk personil, lingkungan kerja,
proses komunikasi, pengelolaan sumber daya, dan
Telah terdapat banyak unit kerja pemerintah proses benchmarking.
yang sudah menjalankan kerjanya berbasiskan Telah terdapat banyak unit kerja pemerintah
sistem manajemen mutu ISO 9001. Namun, yang sudah menjalankan kerjanya berbasiskan
terkadang tidak dilakukan analisis maturitas sistem manajemen mutu ISO 9001. Namun,
sistem sehingga tidak dapat dipastikan secara jelas terkadang tidak dilakukan analisis maturitas
bagaiamana sistem menajemen mutu yang ada sistem sehingga tidak dapat dipastikan secara jelas
dapat membawa kepada peningkatan layanan bagaiamana sistem menajemen mutu yang ada
secara signifikan. Disamping berbagai manfaat dapat membawa kepada peningkatan layanan
yang mungkin dapat diperoleh, telah terdapat secara signifikan. Disamping berbagai manfaat
beberapa penelitian yang menunjukkan manfaat yang mungkin dapat diperoleh, telah terdapat
dari implementasi sistem manajemen mutu beberapa penelitian yang menunjukkan manfaat
berbasis ISO 9001, dimana kinerja yang diperoleh dari implementasi sistem manajemen mutu
tidak meningkat secara signifikan. Akibatnya, berbasis ISO 9001, dimana kinerja yang diperoleh
untuk kasus instansi pemerintah, dimungkinkan tidak meningkat secara signifikan. Akibatnya,
tidak adanya peningkatan kepuasan masyarakat untuk kasus instansi pemerintah, dimungkinkan
meskipun instansi pemerintah yang bersangkutan tidak adanya peningkatan kepuasan masyarakat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 581
meskipun instansi pemerintah yang bersangkutan impact study. International journal of
telah melaksanakan sistem manajemen mutu operations and productions management.
tertentu dalam rangka usaha untuk meningkatkan Vol. 25 no.6. pp. 580 – 596.
kepuasan pelanggan.
Escanciano, C dkk. (2002). Linking the firm’s
Untuk mencegah adanya kondisi demikian,
technological status and ISO 9000
maka sudah seharusnya instansi pemerintah
certification : results of an empirical
melakukan analisis maturitas sistem manajemen
research. Technovation 22, pp. 509 – 515.
mutu yang dimilikinya. Dalam lingkup yang lebih
luas, praktek manajemen mutu yang baik oleh ISO, (2009). ISO 9004 : 2009, Managing for the
instansi negara akan mendorong indeks Sustained success of an organization – A
pengelolaan negara yang lebih baik, dan secara Quality Management Approach
tidak langsung akan memparbaiki citra Indonesia. ISO, (2015). ISO Survey,
Dengan hal tersebut, maka diharapakan akan http://www.iso.org/iso/iso-survey
mendorong peningkatan arus pemasukan dari
sektor pariwisata maupun sektor bisnis. Javier, dkk. (2014). The Relationship between
Untuk penelitian ini, pelanggan yang dilayani oleh exploration and explotation strategies,
bagian pemasaran pengujian umumnya manufacturing flexibility and
merupakan MNC (multi national company), dan organizational learning : an empirical
dengan adanya perbaikan pemasaran pelayanan cmparison between non-ISO and ISO
merupakan salah satu dukungan instansi certified firms. European Journal of
pemerintah dalam rangka peningkatan Operational Research 232.pp. 72 – 86
kenyamanan investasi di dalam negeri, sekaligus Karltun, (1998). Working conditions and effects
pengadaan lapangan kerja bagi masyarakat of ISO 9000 in six furniture – making
Indonesia companies : implementation and processes.
Applied ergonomics, Vol. 29, no.4. pp. 225
UCAPAN TERIMA KASIH – 232.
Krivokapic, Z dkk, (2014). Organizations That
Terima kasih dan penghargaan setinggi –
Won the Award for Innovativeness Have a
tingginya saya haturkan kepada saudara Sik
Higher Maturity Level. 8th Intenational
Sumaedi, ST, M.SM untuk kesediannya dalam
Quality Conference, May 23rd 2014. Center
menyumbang saran yang penting dalam proses
for Quality, Facility of Engineering,
penelitian ini.
University of Kragujevac.
Singh, P dkk. (2006). ISO 9000 series of Standards
DAFTAR PUSTAKA : comparison of manufacturing and service
organisations. International Journal of
Quality and Reliability Management.
Benezech, B dkk. (2001). Completion of
Vol.23, no.2 pp. 122 – 142.
knowledge codification : an illustration
through the ISO 9000 standards Singh, P. (2008). Empirical assessment of ISO
implementation process. Research policy 9000 related management practices and
30 pp. 1395 – 1407. performance relationship. International
journal productiion economics 113. Pp. 40
Boys, K dkk. (2004). Is ISO 9004 a path to
– 59.
business excellence ? opinion of canadian
standards experts. International Journal of Sumaedi, S dan Yarmen, M. (2015). The
Quality & Reliability Management. Vol. 21 effectiveness of ISO 9001 implementation
No.8. pp. 841 – 860. in Food Manufacturing Comapines : A
Casadesus, M dan karapetrivic, S. (2005). Has Proposed Measurement Instrument.
ISO 9000 lost of its lustre? A longitudinal International symposium on food and

582 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
agro-biodiversity (ISFA2014). Procedia Wilcock, dkk. (2006). Use of ISO 9004 : 2000
food science 3 pp. 436 – 444. and other business excellence tools in
Canada. International Journal of Quality
Vitner, G. (2011). ISO 9001 in a neonatal
ntensive care unit (NICU). International & Reliability Management Vol 23 No.7,
pp. 828 – 846.
journal of health care quality assurance.
Vol. 24, no. 8, pp. 644 – 653.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 583
Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM Kota Magelang melalui
Pendekatan Lembaga Sharing Price
Andjar Prasetyo
Kantor Penelitian Pengembangan dan Statistik Kota Magelang
Andjar.prasetyo@gmail.com

Kata Kunci SARI KARANGAN


lembaga sharing price, Tujuan dari kajian ini adalah untuk menciptakan model industri keuangan
UMKM, Kota Magelang non bank yang sederhana, efektif dan efisien yang dilaksanakan oleh pelaku
UMKM. Model Lembaga Sharing Price dalam kajian ini adalah upaya
UMKM melalui suatu lembaga dalam meningkatkan pendapatan yang
bertumpu pada asas kekeluargaan dan kearifan lokal. Gagasan ini
merupakan model yang bisa diterapkan dengan syarat sudah ada kelompok
atau organisasi yang menaungi para pelaku UMKM secara heterogen.
Dukungan data observasi dan simulasi berasal dari pelaku Industri Formal
dan Non Formal di Kota Magelang yang dipublikasikan tahun 2015 dan
hasil survey secara random terhadap pelaku UMKM kuliner dengan sampel
sebanyak 65 responden. Hasil simulasi sampel dalam satu tahun dengan
sharing price 5% mampu meningkatkan pendapatan mencapai
Rp.532.417.800,- dan dengan sharing price 10% mampu meningkatkan
pendapatan mencapai Rp. 1.064.835.600,-.
Dampak inovasi bagi UMKM adalah meningkatkan aspek kemandirian
dalam akses keuangan yang muaranya UMKM menjadi mampu
menyelesaikan masalah-masalah lainnya yang selama ini dihadapi mereka.
Pelaku UMKM memiliki kesempatan untuk meningkatkan derajat
kesejahteraannya, melalui tabungan, asuransi, investasi maupun hal-hal
yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas produksi. Perbankan
menjadi memiliki potensi nasabah baru dari pelaku UMKM yang telah
melalui proses penguatan dari Lembaga Sharing Price. Pemerintah menjadi
lebih ringan dalam melaksanakan pembinaan baik yang bersifat fisik
(bantuan) maupun non fisik (keahlian).
Titik fokus dari Model Lembaga Sharing Price adalah adanya kesepakatan
dari pelaku UMKM di suatu wilayah untuk membentuk lembaga tersebut.
Peluang replikasi sangat mudah dilakukan ketika pelaku UMKM bersepakat
dalam membentuk lembaga tersebut, karena teknis sharing price yang
cukup sederhana, efisien dan efektif sehingga memberikan kemudahan
dalam mereplikasikan di berbagai wilayah di mana pelaku UMKM berada
walaupun memiliki karakteristik yang berbeda. Komitmen untuk maju dan
berkembang masing-masing pelaku UMKM juga akan menentukan
berjalannya model sharing price ini.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

A. Latar Belakang Pembiayaan, Dana Pensiun, Badan Penyelenggara


Akses keuangan di Indonesia sampai Jaminan Sosial, Lembaga Jasa Keuangan Khusus,
tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang cukup Jasa Penunjang dan Lembaga Keuangan Mikro.
signifikan, hal ini ditunjukan pada Total aset Upaya dalam meningkatkan peran IKNB
Industri Keuangan Non Bank (IKNB) pada bulan dilakukan melalui berbagai cara, seperti
Desember 2015 (Unaudited) sebesar Rp1.664,24 peningkatan infrastuktur, penguatan Usaha Mikro
triliun dan mengalami pertumbuhan sebesar Kecil dan Menengah (UMKM) dan Ketahanan
8,67% meskipun kondisi perekonomian di tahun Pangan. Berbagai konsep diciptakan dalam rangka
2015 sedang mengalami perlambatan. IKNB memperkaya alternative IKNB, termasuk
tersebut antara lain Asuransi, Lembaga didalamnya adalah sektor UMKM. Statistik

584 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Perbankan Indonesia tahun 2016, diketahui bahwa usaha. Padahal masih dari sumber yang sama
dari total kredit perbankan tercatat hanya sebesar dijelaskan pula bahwa nilai usaha yang ada
19,73% yang disalurkan pada sektor UMKM. mencapai Rp. 28.986.659.000,- dengan distribusi
Sebagaimana diketahui bahwa sektor UMKM di Kecamatan Magelang Utara sebesar
memegang peranan penting dalam mendorong Rp.2.791.066.000,-; Kecamatan Magelang
perekonomian nasional/daerah mengingat sebesar Tengah sebesar Rp.4.656.519.000,- dan
97% tenaga kerja berada di sektor ini dan Kecamatan Magelang Selatan sebesar
memberikan kontribusinya sebesar 60% dari PDB. Rp.21.539.075.000,- , secara umum sumber modal
Perkembangan tersebut memang cukup untuk mengembangkan usaha berasal dari modal
membanggakan, namun masalah klasik para sendiri, pinjaman dan bantuan pemerintah.
pelaku UMKM masih tetap ada, salah satunya Apabila dilihat dari nilai usaha tersebut masih
adalah rendahnya akses keuangan. memiliki potensi yang sangat bisa dikembangkan,
Kondisi ini terjadi karena UMKM sebagai gambaran saja apabila total nilai usaha
kebanyakan tidak mau melengkapi atau tidak dibagi dengan jumlah banyaknya usaha baru
memiliki persyaratan dalam mengakses keuangan, mencapai nilai sebesar kurang lebih
sementara dari produk keuangan mensyaratkan Rp.21.345.000,-.
tertentu sesuai dengan system yang telah Pelaku usaha sebanyak 1358 tersebut
ditetapkan. Contohnya di Kota Magelang dalam didominasi oleh pelaku usaha dibidang kuliner,
data tahun 2015 dari industri formal dan non dari hasil pemetaan terdapat sebanyak 938 pelaku
formal dimana UMKM berada di dalamnya hanya usaha atau sekitar 69% dari total pelaku usaha,
sebanyak 12% atau sebanyak 285 pelaku usaha seperti dalam tabel berikut.
dari 1358 pelaku usaha, yang memiliki legalitas

Tabel 1. Kelompok Lapangan Usaha Pangan


No. KLBI Lapangan Usaha TOTAL
1 10130 Pengolahan & Pengawetan Produk Daging & Unggas 24
2 10214 Pemindangan Ikan 3
3 10219 Pengolahan dan Pengawetan Lainnya Untuk ikan 6
4 10311 Pengasinan/ Pemanisan Buah-buahan dan sayuran 2
5 10391 Tempe dan Tahu 21
6 10392 Tahu Kedelai 119
7 10423 Minyak Goreng Dari Minyak Kelapa 1
8 10531 Es Krim 5
9 10532 Es 4
10 10611 Penggilingan dan Pembersihan Padi-padian lainnya 1
11 10617 Tepung Terigu 3
12 10710 Roti dan Sejenisnya 187
13 10732 Makanan Dari Cokelat Dan Kembang Gula 3
14 10733 Pengasinan/ Pemanisan Buah-buahan & sayuran 1
15 10739 Makanan Dari Coklat dan Kembang Gula 1
16 10740 Makaroni, Mie, Spagheti, Bihun, So'un & Sejenisnya 8
17 10750 Makanan dan Masakan Olahan 2
18 10761 Pengolahan Kopi dan Teh 3
19 10771 Kecap 2
20 10779 Produk Makanan Lainnya 3
21 10791 Makanan Dari Susu 2
22 10792 Kue-kue Basah 330
23 10793 Makanan Dari Kedele dan Kacang-kacangan Lainnya 41
24 10794 Kerupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya 116
25 10799 Produk Makanan Lainnya 27
26 11050 Air Minum Dalam Kemasan 5
27 11090 Minuman Lainnya (jamu) 11
28 15201 Susu 4
29 15494 Tempe Kedelai 1
30 21022 Jamu 2
Total 938
Sumber : Diskoperindag Kota Magelang, 2015,diolah.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 585
Data tersebut menjelaskan bahwa Kota Lembaga Sharing Price UMKM Kuliner sebagai
Magelang merupakan wilayah yang memiliki alternative Penguatan IKNB. Model inovatif ini
produk unggulan di bidang kuliner dan berpotensi bisa dilaksanakan karena pengelolanya
selanjutnya oleh Pemerintah Provinsi Jawa adalah para pelaku UMKM itu sendiri, sehingga
Tengah dijadikan sebagai cluster makanan. Sektor secara moral dan etika akan berusaha untuk
UMKM memang mendapatkan perhatian oleh bersama-sama menjaga dan melaksanakannya.
Pemerintah Kota Magelang karena tidak Tujuan dari kajian ini adalah untuk menciptakan
tersedianya potensi sumber daya alam, di mana model industri keuangan non bank yang
luas wilayahnya terkecil di Provinsi Jawa Tengah, sederhana, efektif dan efisien yang dilaksanakan
wilayahnya seluas 18,12 km2, dalam Kota oleh pelaku UMKM, di samping itu juga sebagai
Magelang Angka tahun 2016 jumlah salah satu altenatif inovasi dalam menyelesaikan
penduduknya mencapai 132.261 jiwa dan masalah akses keuangan yang bisa dilakukan oleh
kepadatan penduduk sebesar 7.299 jiwa per km2. UMKM.
Dari jumlah tersebut 71,23% merupakan B. Manfaat
penduduk usia produktif dengan rentang usia Lembaga Sharing Price UMKM Kuliner
antara 15 tahun – 64 tahun. Aspek kewilayahan sebagai alternative Penguatan IKNB, memiliki
terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan, yaitu manfaat :
Kecamatan Magelang Utara, Kecamatan a. Sebagai salah satu alternative solusi inovasi
Magelang Tengah dan Kecamatan Magelang IKNB di Indonesia yang sangat mudah
Selatan dengan total kelurahan sebanyak 17 diterapkan.
kelurahan. Usaha yang cukup banyak dilakukan b. Sebagai lembaga yang memiliki peran dalam
masyarakat di Kota Magelang adalah usaha olahan penguatan akses keuangan baik secara
pangan. internal maupun eksternal.
Upaya Pemerintah Kota Magelang untuk c. Sebagai lembaga yang mampu memberikan
memberikan berbagai kemudahan juga sudah multiplier efek bagi sektor UMKM,
dilakukan mulai dari pendaftaran gratis untuk Pemerintah dan Perbankan.
perijinan, pelatihan proses produksi, pameran Keberadaan Lembaga Sharing Price ini
produk unggulan, hibah modal usaha namun memiliki manfaat yang beragam dilihat dari aspek
belum menunjukan hasil yang direncanakan. pelaku, diantaranya sebagai berikut :
Salah satu masalahnya adalah rendahnya akses a. Penguatan UMKM, adanya tambahan
keuangan para pelaku UMKM, bahkan pendapatan dari aktivitas yang dilakukan
menyebabkan masalah keuangan secara internal pada saat sharing price, pendapatan ini bisa
karena mengakses saluran keuangan yang dinikmati sesuai kesepakatan, apakah untuk
merugikan (rentenir). Kondisi ini secara ilmiah aktivitas asuransi, investasi, peningkatan
disebut sebagai credit rationing yang kapasitas dan kebutuhan UMKM Lainnya.
dikemukakan oleh Stiglitz dan Weiss (1981) yang b. Penguatan Lembaga Sharing Price, menjadi
diartikan bahwa suatu kondisi dimana pelaku bisa beraktifitas dalam menjalankan
UMKM tidak mampu mendapatkan akses organisasinya karena dukungan pemasukan
keuangan (kredit) walaupun mereka mau dari kegiatan Sharing Price. Kekuatan
membayar suku bungan pinjaman yang lebih lembaga menjadi lebih baik, pelaksanaan
tinggi. program-program penguatan pelaku UMKM
Kemudian dari latar belakang tersebut lebih bisa direalisasikan. Masalah Perijinan
perlu dilakukan upaya dalam mengembangkan yang belum banyak dilakukan bisa
dan menciptakan agency sebagai jembatan atau diselesaikan oleh Lembaga..
alternatif dalam menyelesaikan masalah di atas c. Perbankan menjadi mudah menyalurkan
yang sederhana, mudah diterapkan dalam bentuk dananya dalam peningkatan usaha UMKM,
model, di samping itu memiliki nilai manfaat lain hal ini terjadi karena beberapa masalah yang
yang bisa diperoleh bersama, baik UMKM, menyebabkan pelaku UMKM enggan untuk
Pemerintah maupun IKNB. Model yang bisa mengajukan tambahan modal usaha bisa
dijadikan solusi alternative tersebut adalah diminimalisir karena peran lembaga yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 587
memfasilitasi UMKM yang menjadi syarat sudah ada kelompok atau organisasi yang
anggotanya utamanya dalam perijinan usaha menaungi para pelaku UMKM secara heterogen.
pelaku UMKM. Kemudian setelah terbentuk disusunlah struktur
d. Pemerintah bisa mengalihkan agenda organisasi tersebut mulai dari nama organisasi
pameran ke prioritas kegiatan lain. sampai dengan pengurusnya dan hal-hal yang
Percepatan aspek pemasaran karena salah terkait lainnya sesuai pada umumnya menyusun
satu kendala utama dalam aspek pemasaran organisasi.
yang dialami UMKM adalah kecilnya Model yang dilakukan sebagai inovasi
kesempatan untuk mengikuti pameran- IKNB cukup sederhana, dengan mengetahui
pameran yang ada baik dilingkup lokal, kapasitas produksi terjual pada masing-masing
regional maupun nasional. Keterbatasan pelaku UMKM Kuliner kemudian pada setiap
akses pemasaran ini terjadi karena dominasi harga produk yang dijual kemudian dinaikan
kesempatan mengikuti pameran akan terjadi sampai pada batas harga pasar masih bisa
apabila pemerintah mempunyai agenda meterima. Selisih harga pasar dengan harga jual
kegiatan tersebut. Apabila lembaga tersebut dari pelaku UMKM itulah yang dimaksudkan
sudah berjalan dengan baik maka aspek dengan Sharing Price. Sharing Price dibebankan
pemasaran bisa dilakukan secara mandiri. kepada konsumen sehingga tidak mengganggu
para pelaku UMKM dalam beraktifitas dan
C. Target berproduksi. Selisih inilah yang kemudian
Lembaga ini memiliki target pada para dikelola oleh Lembaga untuk peningkatan dan
pelaku UMKM Kuliner walaupun pada dasarnya penguatan usaha bagi pada pelaku UMKM yang
semua pelaku UMKM memiliki kesempatan yang tergabung dalam organisasi tersebut.
sama. Tahap awal dilakukan di Kota Magelang Adapun mekanisme Lembaga Sharing
namun dalam pelaksanaannya bisa Price secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar
diimplementasikan di daerah lain. Dalam kajian berikut :
ini sebagai responden
digunakan sebanyak 65
sampel dengan teknik
cluster sampling sebagai
model dalam
implementasi Lembaga
Sharing Price UMKM
Kuliner dari total
populasi yang ada di
wilayah Kota Magelang
yaitu sebanyak 938
UMKM.
Sampel tersebut
di atas hanya digunakan
sebagai simulasi berapa
besar hasil yang bisa
dikembangkan melalui
konsep Lembaga
Sharing Price.
D. Deskripsi ide
Pengertian Model Sharing Price dalam Gambar 1. Mekanisme Lembaga Sharing Price
kajian ini adalah upaya UMKM Kuliner dalam Sumber : Ilustrasi peneliti
meningkatkan pendapatan yang bertumpu pada
asas kekeluargaan dan kearifan lokal. Gagasan ini Makna secara terpisah sharing artinya
merupakan model yang bisa diterapkan dengan pembangian, yang dimaksud di sini adalah adanya

588 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pembagian untuk lembaga dan pelaku UMKM langsung maupun tidak langsung dengan
dari selisih harga yang dipasarkan. Mekanisme Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
pembagian bisa dilakukan sesuai dengan jumlah kekayaan bersih atauhasil penjualan
kesepakatan dari lembaga dan pelaku UMKM. tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Pembagian inilah yang memberikan manfaat, Undang ini.
lembaga memiliki kemampuan keuangan dan Pasal 2
pelaku UMKM memiliki kapasitas akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan: a.
keuangan. kekeluargaan; b.demokrasi ekonomi; c.
Price artinya harga, yang dimaksud disini kebersamaan; d. efisiensi berkeadilan;
adalah harga yang diperoleh dari selisih menaikan e.berkelanjutan; f. berwawasan lingkungan; g.
harga jual yang biasanya dari pelaku UMKM. kemandirian; h.keseimbangan kemajuan; i.
Secara berurutan deskripsi mekanisme seperti kesatuan ekonomi nasional.
dalam penjelasan berikut : Pasal 3
1. UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan
Para pelaku UMKM bersepakat untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya
mendirikan lembaga yang mewadahi mereka dalam rangka membangun perekonomian
tanpa melihat homogenitas produk atau produk nasional berdasarkan demokrasi ekonomi
yang dibuat oleh masing-masing pelaku. Konsep yangberkeadilan.
ini memberikan kemudahan bagi mereka karena Pasal 6
pelaku membentuk jaringan yang lebih besar, (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai
sehingga berbagai informasi untuk kemajuan berikut: (a) memiliki kekayaan bersih
pelaku UMKM bisa dengan mudah diperoleh paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima
mereka. puluh juta rupiah) tidaktermasuk tanah dan
Dalam tinjauan literatur, UMKM bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki
memiliki beberapa definisi, menurut Undang- hasil penjualan tahunan paling banyak
Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Mikro, Kecil, dan Menengah ialah: (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai
Pasal 1: berikut: (a) memiliki kekayaan bersih lebih
(1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
orang perorangan dan/atau badan usaha rupiah) sampai dengan paling
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha banyakRp.500.000.000,00 (lima ratus juta
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang- rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
Undang ini. tempat usaha; atau (b) memiliki hasil
(2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi penjualan tahunan lebih dari
produktif yang berdiri sendiri, yang Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dilakukan oleh orang perorangan atau sampai dengan paling banyak
badan usaha yang bukan merupakan anak Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
perusahaan atau bukan cabang perusahaan juta rupiah).
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai
bagian baik langsung maupun tidak berikut: (a) memiliki kekayaan bersih lebih
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha dari Rp.500.000.000,00(lima ratus juta
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil rupiah) sampai dengan paling
sebagaimana dimaksud dalam Undang- banyakRp.10.000.000.000,00 (sepuluh
Undang ini. milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
(3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki
produktif yangberdiri sendiri, yang hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
dilakukan oleh orang perorangan atau 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
badan usaha yang bukan merupakan anak juta rupiah)sampai dengan paling banyak
perusahaan atau cabang perusahaan yang Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik rupiah).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 589
Hasil riset Lembaga Management pasokan, tetapi pemberi pinjaman tidak bersedia
Fakultas Ekonomi (FE) – Universitas Indonesia untuk dana baik pinjaman lebih, atau menaikkan
(UI) tahun 1987 merumuskan profil usaha kecil di suku bunga yang dibebankan, karena mereka
Indonesia sebagai berikut (Partomo, 2004): sudah memaksimalkan keuntungan 1.
1. Hampir setengahnya dari perusahaan kecil Stiglitz dan Weiss (1981),
hanya mempergunakan kapasitas 60% atau mengembangkan model untuk menggambarkan
kurang. Lebih dari setengah perusahaan kecil bagaimana Credit Rationing bisa menjadi fitur
didirikan sebagai pengembangan dari usaha keseimbangan pasar, dalam arti bahwa peminjam
kecil-kecilan. Masalah-masalah utama yang dijatah akan bersedia untuk mendapatkan dana
dihadapi: pada tingkat bunga yang lebih tinggi daripada
a. Sebelum investasi masalah : permodalan, yang dibebankan oleh pemberi pinjaman, yang
kemudahan usaha (lokasi, izin). tidak akan bersedia untuk meminjamkan dana
b. Pengenalan usaha : pemasaran, tambahan, seperti tingkat yang lebih tinggi akan
permodalan, hubungan usaha. berarti keuntungan yang diharapkan lebih rendah.
c. Peningkatan usaha : pengadaan Penyelesaian dari kondisi tersebut adalah adanya
bahan/barang. Agency yang membawa pada pergeseran menuju
2. Usaha menurun karena : kurang modal, kurang keseimbangan pasar.
mampu memasarkan, kurang keterampilan Agency didalam kajian ini dilihat dalam
teknis dan administrasi. perspektif lembaga yang mengelola para Pelaku
3. Mengharapkan bantuan pemerintah berupa UMKM, sehingga dalam kondisi ini dibentuklah
modal, pemasaran dan pengadaan barang. lembaga, model, proses dan bentuk dari lembaga
4. 60% menggunakan teknologi tradisional. ditentukan secara mandiri dan kemudian oleh
5. 70% melakukan pemasaran langsung ke pemerintah sebagai regulator memberikan
konsumen. legitimasi keberadaan lembaga tersebut.
6. Untuk memperoleh bantuan perbankan, 2. Lembaga Sharing Price
dipandang terlalu rumit dan dokumen- Dalam pelaksanaan pembentukan
dokumen yang harus disiapkan. lembaga sharing price ini di Kota Magelang
dibentuklah “Mega Tidar”. Pembentukan ini
Kondisi UMKM dalam hasil riset tersebut semata-mata tidak dalam fokus untuk menjadi
di atas secara tidak langsung sejalan dengan credit lembaga sharing price. Pengukuhan Lembaga ini
rationing. Credit Rationing mengacu pada situasi dilaksanakan dengan Surat Keputusan Kepala
di mana pemberi pinjaman membatasi pasokan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan
kredit tambahan untuk peminjam yang menuntut Kota Magelang Nomor : 518.3/62/250/2016
dana, bahkan jika yang terakhir bersedia tentang Pembentukan Forum UMKM Kota
membayar suku bunga yang lebih tinggi. Ini Magelang tahun 2016-2019, yang mewadahi
adalah contoh dari ketidaksempurnaan pasar, semua pelaku UMKM yang ada di Kota
atau kegagalan pasar, sebagai mekanisme harga Magelang.
gagal untuk membawa keseimbangan Pembentukan Forum ini bertujuan untuk
pasar. Seharusnya tidak bingung dengan kasus di memudahkan koordinasi dan pembinaan UMKM
mana kredit "terlalu mahal" untuk beberapa di Kota Magelang serta dalam rangka
peminjam, yaitu, situasi di mana suku meningkatkan peran serta UMKM dalam kegiatan
bunga dianggap terlalu tinggi. Sebaliknya, perekonomian di Kota Magelang. Lembaga ini
peminjam ingin memperoleh dana pada tarif saat lebih berbentuk organisasi kemasyarakatan namun
ini walaupun tarifnya tinggi, dan sejalan dengan agency yang terdapat dalam credit
ketidaksempurnaan mengacu pada tidak adanya rationing.
keseimbangan. Dengan kata lain, pada tingkat
bunga pasar yang berlaku, permintaan melebihi

1
Definisi untuk seluruh artikel didasarkan pada catatan
kelas oleh Anton Korinek, University of Maryland

590 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pelayanan sosial; f. partisipasi masyarakat untuk
memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa; dan/atau g. pemelihara dan
pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Struktur Lembaga Sharing Price
Pembentukan Mega Tidar kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan struktur
organisasi yang berfungsi menggerakan lembaga,
dengan susunan pengurus sesuai dengan
kebutuhan dari lembaga dan anggotanya.
Struktur yang berada dalam Mega Tidar
Gambar 2. Logo Forum Mega Tidar.
meliputi : a. Ketua; b.Sekretaris; c. Bendahara; d.
Sumber : Forum Mega Tidar, 2016.
Koordinator Konveksi; e. Koordinator Kuliner; f.
Koordinator Batik. Dalam pengurus tersebut
Pembentukan Mega Tidar ini sesuai dibawah pembinaan Pemerintah Kota Magelang
dengan peraturan yang ada di Indonesia. Menurut dengan struktur meliputi : a.Pelindung;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 b.Pengarah; c.Pembina; d.Koordinator; e.
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Pendamping.
dijelaskan bahwa : Struktur tersebut sudah memenuhi aturan
Pasal 1 yang ada, merujuk pada Undang-Undang
Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013
disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dijelaskan
dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela bahwa :
berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, Pasal 29
kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan (1) Kepengurusan Ormas di setiap tingkatan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi dipilih secara musyawarah dan mufakat.
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik (2) Kepengurusan Ormas di setiap tingkatan
Indonesia yang berdasarkan Pancasila. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
Pasal 5 sedikit terdiri atas: a. 1 (satu) orang ketua atau
Ormas bertujuan untuk: a. meningkatkan sebutan lain; b. 1 (satu) orang sekretaris atau
partisipasi dan keberdayaan masyarakat; b. sebutan lain; dan c. 1 (satu) orang bendahara
memberikan pelayanan kepada masyarakat; c. atau sebutan lain.
menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap (3) Kepengurusan Ormas di setiap tingkatan
Tuhan Yang Maha Esa; d. melestarikan dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya bertugas dan bertanggung jawab atas
yang hidup dalam masyarakat; e. melestarikan pengelolaan Ormas.
sumber daya alam dan lingkungan hidup; f. Pasal 30
mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong (1) Struktur kepengurusan, sistem pergantian,
royong, dan toleransi dalam kehidupan hak dan kewajiban pengurus, wewenang,
bermasyarakat; g. menjaga, memelihara, dan pembagian tugas, dan hal lainnya yang
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan berkaitan dengan kepengurusan diatur dalam
h. mewujudkan tujuan negara. AD dan/atau ART.
Pasal 6 (2) Dalam hal terjadi perubahan kepengurusan,
Ormas berfungsi sebagai sarana: a. penyalur susunan kepengurusan yang baru
kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota diberitahukan kepada kementerian, gubernur,
dan/atau tujuan organisasi; b. pembinaan dan atau bupati/walikota sesuai dengan
pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan kewenangannya dalam jangka waktu paling
organisasi; c. penyalur aspirasi masyarakat; d. lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
pemberdayaan masyarakat; e. pemenuhan terjadinya perubahan kepengurusan.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 591
4. Identifikasi UMKM indicator yang sudah ditentukan dalam tahap
Identifikasi UMKM dilakukan dengan sebelumnya atau tahap identifikasi. Pemetaan
tujuan untuk mengetahui informasi yang berkaitan dilakukan difokuskan pada UMKM Kuliner yang
dengan UMKM dibatasi pada indikator-indikator nantinya digunakan sebagai simulasi untuk
tertentu yang mengarah pada berbagai hal yang mengetahui besarnya dana yang berpotensi digali
menjelaskan pelaku UMKM. Indikator yang dalam model sharing price. seperti terlihat dalam
dibutuhkan meliputi : Nama Pemilik, Alamat, tabel berikut dibawah ini.
Kelurahan, Kecamatan, Nomor Telepon, Produk, Tabel 2 menjelaskan bahwa dominasi
Nama Usaha, Jumlah Karyawan, Lama Usaha, usaha kuliner dalam sampel terbanyak berasal
Perijinan, Pelatihan Cara Penjualan, Kendala, dari Kecamatan Magelang Utara sebanyak
Omset. Proses identifikasi UMKM sangat 52%, disusul oleh Kecamatan Magelang
dibutuhkan karena ini yang menjadi dasar untuk
Tengah sebanyak 34% dan terakhir di
pengembangan UMKM dalam berbagai aspek.
Kecamatan Magelang Selatan sebanyak 14%.
Dalam referensi imliah, identifikasi UMKM
ini memiliki karakter yang hampir sama dengan
Setelah dilakukan identifikasi maka diperoleh
identifikasi masalah. Identifikasi masalah dalam jumlah sampel, kemudian dilakukan
penelitian adalah merupakan suatu tahap pemetaan usahanya pada bidang kuliner,
permulaan dari penguasaan masalah di mana usaha yang teridentifikasi meliputi produk-
objek dalam suatu jalinan tertentu dapat kita kenali produk sebagai berikut : Aneka Cake Tart Dan
sebagai suatu masalah (Suriasumantri, 2001: 309), Bakery, Aneka Snack, Ayam Goreng Dan
selanjutnya dijelaskan pula bahwa, identifikasi Panggang, Bakpao, Bakpia, Bandeng Presto,
masalah artinya usaha mendaftar sebanyak- Bolu Kering, Brambang Goreng, Brownies
banyaknya pertanyaan terhadap masalah yang Panggang, Carica, Catering Dan Snack,
terjadi yang sekiranya dapat dicari jawaban
Ekstrak Jahe Merah, Geprek Daun Singkong,
melalui penelitian (Amien, 2003: 21).
Getuk, Jamu, Jelly, Aneka Keripik, Kerupuk
Pelaksanaan identifikasi bertujuan sebagai
responden untuk simulasi dalam sharing price,
Kulit Ikan, Krupuk Stick, Aneka Kue Basah
dilakukan dengan sampel sebanyak 99 responden, Dan Kering, Makanan Tradisional, Makaroni
tidak terbatas pada pelaku UMKM Kuliner namun Goreng, Masakan Ikan Dan Makanan Ringan,
pelaku UMKM Heterogen yang ada di wilayah Mie, Minuman Jus Buah, Nasi Bakar, Peyek,
Kota Magelang. Pemilihan responden ini tidak Snack, Sale Pisang, Sirup Jahe, Telatelo,
menggunakan parameter statistik karena Wingko Babat. Produk tersebut tersebar di
fungsinya hanya menghitung modal sharing price, tiga kecamatan yang ada di wilayah Kota
di samping itu karakter produk yang bervariasi. Magelang
5. Pemetaan UMKM
Tahap kelima melakukan pemetaan
UMKM, pemetaan ini dibuat berdasarkan

592 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 2. Distribusi Produk-produk Kuliner menurut kelurahan
Magelang Magelang Magelang
No. Kelurahan Grand Total
Selatan Tengah Utara
1 Cacaban - 1 - 1
2 Gelangan - 5 - 5
3 Jurangombo Selatan 1 - - 1
4 Kedungsari - - 8 8
5 Kramat Selatan - - 12 12
6 Kramat Utara - - 2 2
7 Magelang - 9 - 9
8 Magersari 2 - - 2
9 Panjang - 2 - 2
10 Potrobangsan - - 6 6
11 Rejowinangun Selatan 1 - - 1
12 Rejowinangun Utara 1 4 - 5
13 Samban Kidul - 1 - 1
14 Tidar Utara 4 - - 4
15 Wates - - 6 6
Grand Total 9 22 34 65
Sumber : Data primer, diolah.

Selanjutnya indikator yang perlu menjadi penting karena hal itu menjadi salah
diketahui adalah kepemilikan ijin usaha yang satu persyaratan utama dalam mengakses
sudah ada pada para responden. Perijinan ini keuangan, seperti dalam tabel berikut :
Tabel 3. Kepemilikan Perijinan Sampel
Magelang Magelang Magelang Grand
Perijinan
Selatan Tengah Utara Total
Memiliki Ijin 9 12 26 47
Tidak / belum memiliki ijin - 10 8 18
Grand Total 9 22 34 65
Sumber : Data primer, diolah.

Sampel tersebut menunjukan bahwa peta. Itulah pengertian umum pemetaan,


sebagian besar responden (72%) sudah namun arti lain dari pemetaan adalah
memiliki ijin usaha yang meliputi : Sertifikat melakukan pengumpulan berbagai hal yang
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SP- ada di suatu wilayah/ daerah yang dibatasi.
PIRT), Halal, Surat Ijin Usaha Perdagangan Pengumpulan berbagai data ini untuk
(SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), mempermudah dilakukan pengelompokan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Tanda sesuai yang diperlukan untuk pemetaan
Daftar Industri (TDI). tersebut (Hadi, 2009).
Secara ilmiah pemetaan terdapat Dalam dokumen petunjuk teknis
beberapa penjelasan seperti disadur dalam operasional program pemberdayaan
laman situs LPMP Provinsi Jawa Tengah yang masyarakat mandiri perdesaan 2008 yang
ditulis oleh Pujiadi sebagai berikut: Pemetaan dikeluarkan oleh Depdagri, istilah pemetaan
data dapat menggambarkan sekumpulan data digunakan dalam satu istilah yaitu Pemetaan
dalam suatu klasifikasi yang terbentuk, RTM (Rumah Tangga Miskin) Partisipatif
sehingga diketahui posisi data itu di dalam yang mempunyai arti merumuskan kriteria
klasifikasi. Data-data yang dipetakan harus dan mengidentifikasi nama kepala keluarga,
diolah secara khusus dalam sebuah area jumlah, dan lokasi RTM dan sangat miskin di
pemetaan. Inilah arti penting dari suatu dusun (Depdagri, 2008). Suatu pemetaan
pemetaan data. Barangkali orang awam harus didasarkan pada pengamatan,
memahami istilah pemetaan sebatas pada pengalaman, dan pemikiran ilmiah.
melakukan atau membuat denah semacam

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 593
Tabel 4. Serapan Tenaga Kerja Sampel
Magelang Magelang Magelang Grand
No. Kelurahan
Selatan Tengah Utara Total
1 Cacaban - 30 - 30
2 Gelangan - 25 - 25
3 Jurangombo Selatan 1 - - 1
4 Kedungsari - - 19 19
5 Kramat Selatan - - 28 28
6 Kramat Utara - - 6 6
7 Magelang - 20 - 20
8 Magersari 5 - - 5
9 Panjang - 7 - 7
10 Potrobangsan - - 24 24
11 Rejowinangun Selatan 2 - - 2
12 Rejowinangun Utara 1 9 - 10
13 Samban Kidul - 1 - 1
14 Tidar Utara 18 - - 18
15 Wates - - 27 27
Grand Total 27 92 104 223
Sumber : Data primer, diolah.

Tabel 4 menjelaskan bahwa serapan tenaga yang memiliki korelasi terhadap sharing price.
kerja dalam sampel terbanyak berasal dari Fokus sharing price adalah pada berapa besar nilai
Kecamatan Magelang Utara sebanyak 47%, transaksi (omset) yang dilakukan oleh sampel
disusul oleh Kecamatan Magelang Tengah dalam satu bulan (26 hari). Perhitungan ini
sebanyak 46% dan terakhir di Kecamatan didasari dari hasil penjualan per hari masing-
Magelang Selatan sebanyak 12%. Tenaga kerja masing produk kemudian dikalikan dengan
yang ada di dalamnya dari semua responden, banyaknya hari dalam satu bulan, diasumsikan
pemiliknya juga merupakan tenaga kerja yang sebanyak 26 hari, artinya apabila model ini
mengikuti proses produksi dari hulu hingga hilir diterapkan maka para pelaku UMKM akan bekerja
(pembelian bahan baku, produksi, penjualan selama 26 hari dalam satu bulan, sehingga ada
produk). waktu untuk aktivitas lainnya selain berproduksi.
6. Sampel Hasil besar nilai transaksi (omset) yang dilakukan
Pemetaan sudah dijabarkan beberapa hal oleh sampel dalam satu bulan (26 hari) dapat
yang terkait dengan sampel sebagai penjelasan dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 5. Besar Nilai Transaksi (Omset) dalam satu bulan (26 hari)
Magelang Magelang Magelang
No Kelurahan Grand Total
Selatan Tengah Utara
1 Cacaban - 7.800.000 - 7.800.000
2 Gelangan - 79.190.000 - 79.190.000
3 Jurangombo Selatan 3.900.000 - - 3.900.000
4 Kedungsari - - 130.780.000 130.780.000
5 Kramat Selatan - - 242.825.000 242.825.000
6 Kramat Utara - - 16.822.000 16.822.000
7 Magelang - 105.540.000 - 105.540.000
8 Magersari 49.140.000 - - 49.140.000
9 Panjang - 22.230.000 - 22.230.000
10 Potrobangsan - - 58.214.000 58.214.000
11 Rejowinangun Selatan 7.800.000 - - 7.800.000
12 Rejowinangun Utara 6.500.000 31.798.000 - 38.298.000
13 Samban Kidul - 11.440.000 - 11.440.000
14 Tidar Utara 57.460.000 - - 57.460.000
15 Wates - - 55.924.000 55.924.000
Grand Total 124.800.000 257.998.000 504.565.000 887.363.000
Sumber : Data primer, diolah.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 593
Tabel 5 menjelaskan bahwa serapan tenaga jumlah pelaku usaha (65 sampel) maka dalam satu
kerja dalam sampel terbanyak berasal dari bulan mencapai Rp.13.651.738,-.
Kecamatan Magelang Utara sebanyak 57%, Perhitungan omset dilakukan dengan
disusul oleh Kecamatan Magelang Tengah formula jumlah kapasitas produksi per hari
sebanyak 29% dan terakhir di Kecamatan dikalikan harga jual setiap produk dikalikan
Magelang Selatan sebanyak 14%. Apabila jumlah hari dalam satu bulan atau secara
dilakukan rata-rata besar nilai transaksi terhadap matematis sebagai berikut :

Omset = ∑kapasitas produksi x harga jual x ∑hari dalam 1 bulan . . . . . . . . . . . . . . . . [1]

Nilai tersebut akan menjadi sangat potensial tersebut estimasinya masih bisa diterima oleh
apabila dikalikan dengan jumlah banyaknya pasar. Contohnya harga jual Kripik Pare kemasan
pelaku usaha UMKM Kuliner (Populasi) yang 150 gram adalah Rp.13.000,- dari harga tersebut
mencapai 938 UMKM atau bisa diasumsikan apabila dilakukan sharing price sebesar 5% maka
jumlah nilai transaksi populasi mencapai menjadi Rp.13.650,- dan apabila sharing price
Rp.12.805.330.677,- dalam satu bulan yang sebesar 10% menjadi Rp.14.300,-. Kenaikan
dihitung selama 26 hari. Jumlah yang sangat harga tersebut mampu dinikmati bersama baik
potensial untuk menggerakan perekonomian di oleh produsen maupun konsumen. Produksen
wilayah Kota Magelang dari sektor UMKM. (Pelaku UMKM) mendapatkan penguatan usaha
7. Implementasi dengan adanya perbaikan produksi baik dari sisi
Apabila tahap pemetaan sudah diketahui permodalan, pemasaran, perijinan, teknologi,
dan kemudian sampel sudah ditentukan, dalam manajemen dan tenaga kerja melalui kinerja
tahapan selanjutnya adalah implementasi dari lembaga. Konsumen tetap mampu menjangkau
sharing price. Dalam implementasi diasumsikan untuk harga tersebut dan akan merasa puas karena
nilai transaksi tersebut ditambah dengan menaikan standar produksi yang telah ditetapkan secara
harga jual produksi yang besarannya disesuaikan bertahap dapat dilalui oleh pelaku UMKM
dengan masing-masing produk. Implementasi sehingga berdampak pada peningkatan daya saing
secara nyata dapat dilakukan apabila model ini produk UMKM tersebut. Asumsi untuk
diterapkan, namun sebagai deskripsi dari fokus mempermudah dinaikan harga jual produk kisaran
sharing price maka dilakukan simulasi 5-10%, maka estimasi dari sharing price dalam
implementasi. sampel dapat dilihat dalam tabel berikut :
Asumsi antara 5% dan 10% ini digunakan
karena kenaikan harga jual diantara dua asumsi
Tabel 6. Estimasi Sharing Price Produk (5% dan 10%)
Sharing Price Sharing Price
No Kelurahan Grand Total
5% 10%
1 Cacaban 7.800.000 390.000 780.000
2 Gelangan 79.190.000 3.959.500 7.919.000
3 Jurangombo Selatan 3.900.000 195.000 390.000
4 Kedungsari 130.780.000 6.539.000 13.078.000
5 Kramat Selatan 242.825.000 12.141.250 24.282.500
6 Kramat Utara 16.822.000 841.100 1.682.200
7 Magelang 105.540.000 5.277.000 10.554.000
8 Magersari 49.140.000 2.457.000 4.914.000
9 Panjang 22.230.000 1.111.500 2.223.000
10 Potrobangsan 58.214.000 2.910.700 5.821.400
11 Rejowinangun Selatan 7.800.000 390.000 780.000
12 Rejowinangun Utara 38.298.000 1.914.900 3.829.800
13 Samban Kidul 11.440.000 572.000 1.144.000
14 Tidar Utara 57.460.000 2.873.000 5.746.000
15 Wates 55.924.000 2.796.200 5.592.400
Grand Total 887.363.000 44.368.150 88.736.300
Dalam 1 tahun (x12bulan) 10.648.356.000 532.417.800 1.064.835.600
Sumber : Tabel 5, diolah.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 571
Hasil dalam tabel 6 dapat dilihat bahwa 9. Sharing UMKM
sebanyak 65 sampel dengan simulasi sharing price Sharing UMKM seperti halnya sharing
5% mampu meningkatkan pendapatan sebesar lembaga digunakan untuk pelaku UMKM namun
Rp.532.417.800,- kemudian apabila dengan pengelolaan dilaksanakan oleh Lembaga.
sharing price 10% maka akan mendapatkan Contoh dengan asumsi 5% maka dalam satu
peningkatan pendapatan sebesar tahun akan diperoleh nilai sebesar Rp.
Rp.1.064.835.600,-. Jumlah tersebut mampu 532.417.800,-. Nilai ini apabila diasumsikan
menyelesaikan masalah akses keuangan yang kesepakatan antara lembaga dan pelaku UMKM-
selama ini dihadapi pelaku UMKM. nya dengan skema pembagian 40% untuk
A. Kesepakatan Lembaga dan 60% kembali kepada pelaku
Kepakatan yang ditentukan antara lembaga UMKM akan memperoleh potensi dana sebesar
dengan pelaku UMKM, dalam proses ini Rp.319.450.680,-. Sharing ini tidak dikembalikan
dibutuhkan komitmen bersama antara keduanya. secara langsung namun diberikan dalam bentuk
Lembaga tidak mengintervensi proses lain dan secara pereodik tertentu sesuai
penjualannya dan pelaku usaha dituntut untuk kesepakatan. Distribusi pemanfaatan sharing
transparan dalam melaksanakan penjualannya. UMKM akan dijelaskan berikutnya.
Besar kecilnya sharing price tergantung dari besar B. Manfaat
kecilnya nilai transaksi. Manfaat dalam mekanisme ini adalah
Asumsi yang mudah diterapkan dalam penggunaan hasil sharing price yang sudah
kesepakatan dengan ukuran pembagian disepakati antara lembaga dan anggotanya.
prosentase. Kesepakatan antara lembaga dan Namun sebagai gambaran manfaat bagi lembaga
pelaku UMKM-nya misalnya dengan skema meliputi :
pembagian 40% untuk Lembaga dan 60% kembali a. Kinerja Lembaga berjalan dengan baik,
kepada Lembaga, atau prosentase pembagian yang karena tersedianya dukungan keuangan yang
sama (50% untuk lembaga dan 50% untuk bersumber dari sharing price.
UMKM), di samping itu juga kesepakatan waktu b. Tujuan Lembaga bisa tercapai baik secara
atau periode pembagian kepada pelaku UMKM internal maupun eksternal.
yang ditentukan dalam bentuk lain yang Pelaku UMKM dalam mekanisme ini akan
bermanfaat, seperti asuransi, investasi, tabungan, mendapatkan manfaat yang lebih dibandingkan
penggunaan teknologi, pemasaran dan lainnya. dengan usaha yang dilakukan secara parsial,
Waktu pembagian akan lebih terlihat nilai diantaranya :
manfaatnya apabila disepakati dalam jangka 1. Permodalan, hasil yang diperoleh dari
waktu tertentu, misalnya 3 (tiga) bulan, 6 (enam) Sharing Price memiliki manfaat sebagai
bulan, 9 (Sembilan) bulan atau 12 (duabelas) sumber permodalan, tanpa menggunakan
bulan. 2. Asuransi, dengan penentuan nilai tertentu
8. Sharing Lembaga hasil sharing price juga bisa digunakan
Kesepakatan yang sudah dilakukan sebagai asuransi bagi para pelaku UMKM-
kemudian mendapatkan hasil, dari hasil tersebut nya, model, jenis, bentuk, tipe asuransi yang
digunakan untuk pelaksanaan lembaga baik akan diperoleh tergantung pada kesepakatan.
operasional maupun non operasional. 3. Tabungan, bisa diperoleh juga dari selisih
Contoh dengan asumsi kesepakatan 5% hasil yang diperoleh dari Sharing Price
maka dalam satu tahun akan diperoleh nilai dengan menggunakan model secara internal
sebesar Rp. 532.417.800,-. Nilai ini apabila yaitu dikelola oleh lembaga maupun
diasumsikan kesepakatan antara lembaga dan eksternal, dimasukan dalam bank.
pelaku UMKM-nya dengan skema pembagian 4. Investasi, bisa diperoleh juga dari selisih
40% untuk Lembaga dan 60% maka Lembaga hasil yang diperoleh dari Sharing Price
akan diperoleh potensi dana dan mengelolanya dengan memperluas kegiatan usaha baik dari
sebesar Rp.212.967.120,-. Distribusi pemanfaatan tempat usaha, pameran, perijinan dan
sharing lembaga akan dijelaskan berikutnya. lainnya.

562 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
5. Peningkatan Teknologi Produksi, F. Kesimpulan
pemanfaatan untuk meningkatkan teknologi Lembaga Sharing Price merupakan inovasi
menjadi bagian dari manfaat yang diperoleh sederhana IKNB yang berpotensi dikembangkan
pelaku UMKM. dalam rangka penguatan akses keuangan pelaku
Untuk besaran pembagian manfaat atau UMKM Kuliner, hal ini dilihat dari hasil simulasi
prosentase tersebut bisa ditentukan melalui proses memberikan gambaran besaran potensi
kesepakatan yang sudah dilakukan pada tahapan peningkatan pendapatan yang bisa diperoleh
implementasi. melalui model Lembaga Sharing Price.
Pelaku UMKM memiliki kesempatan untuk
E. Dampak Inovasi meningkatkan derajat kesejahteraannya, melalui
Sharing Price ini merupakan model tabungan, asuransi, investasi maupun hal-hal yang
sederhana namun memiliki inovasi karena berhubungan dengan peningkatan kapasitas
pelaksanaannya menjadi salah satu alternative produksi.
IKNB, lembaga yang mengelola bisa Dampak manfaat yang diperoleh tidak
beroperasional dengan baik dan tidak membebani hanya bagi pelaku UMKM, namun juga
anggotanya dengan berbagai macam iuran atau bermanfaat bagi Perbankan dan Pemerintah.
sejenisnya. Perbankan menjadi memiliki potensi nasabah baru
Dalam ranah IKNB merupakan inovasi dari pelaku UMKM yang telah melalui proses
yang sangat mungkin dikembangkan walaupun penguatan dari Lembaga Sharing Price.
model yang diciptakan cukup sederhana, namun Pemerintah menjadi lebih ringan dalam
dampak inovasinya mengarah kepada berbagai melaksanakan pembinaan baik yang bersifat fisik
lembaga yang berhubungan dengan UMKM, (bantuan) maupun non fisik (keahlian).
utamanya lembaga perbankan. Pelaksanaan Karakter yang sederhana, efektif dan efisien
Lembaga Sharing Price ini memberikan dari model Lembaga Sharing Price ini memiliki
pembelajaran dan praktik kepada pelaku UMKM kemudahan untuk diterapkan bagi para pelaku
untuk mampu meningkatkan akses keuangan yang UMKM yang lain, komitmen para pelaku UMKM
mudah, efisien dan efektif. menjadi kunci dalam keberhasilan model ini.
Dampak inovasi bagi UMKM adalah
meningkatkan aspek kemandirian dalam akses Daftar Pustaka
keuangan yang muaranya UMKM menjadi Amin Silalahi, Gabriel, (2003) Metodologi dan
mampu menyelesaikan masalah-masalah lainnya Studi Kasus, cetakan pertama, CV.
yang selama ini dihadapi mereka. Masalah Citramedia
Permodalan adalah masalah yang paling jelas bisa Depdagri. (2008). Petunjuk Teknis Operasional
diselesaikan, karena akses keuangan yang Program Pemberdayaan Masyarakat
diperoleh tidak menggunakan perangkat kredit Mandiri Pedesaan 2008. Jakarta:
Direktorat Jendral Pemberdayaan
perbankan, karena sumber modal pada dasarnya
Masyarakat dan Desa Depdagri
diperoleh dari milik UMKM sendiri. Masalah Diskoperindag, 2015, Industri Formal dan Non
kepastian pendapatan yang dipergunakan untuk Formal Kota Magelang Tahun 2014,
kebutuhan yang sifatnya jangka menengah dan Dinas Koperasi Perindustrian dan
jangka panjang, seperti juga mampu diselesaikan. Perdagangan Kota Magelang. Unpublish
Masalah perijinan, rendahnya pemahaman paper.
tentang pentingnya perijinan dalam usaha yang Hadi, S. (2009). Pemetaan Swadaya. Retrieved
September 3, 2009, from BKM
dilakukan oleh pelaku UMKM, dengan model ini
Paguyuban Amanah.
mampu ditekan, karena lembaga berupaya untuk Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang,
memfasilitasi perolehan perijinannya. Masalah 2016, Kota Magelang Dalam Angka
Pemasaran menjadi mudah dilakukan karena Tahun 2016, Magelang.
lembaga akan berusaha memfasilitasi pelaksanaan Partomo, dkk.2004. Ekonomi Skala
pameran dan sejenisnya dengan sumber Kecil/Menengah dan Koperasi. Galia
Indonesia : Bogor
pembiayaan yang berasal dari sharing price.

596 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Pujiadi, Model Pemetaan Data Berbasis Kota Magelang tahun 2016-2019.
Metode Artificial Neural Network Unpublish paper.
dengan Algoritma Self Organizing Suriasumantri. Jujun S., 2001, Filsafat Ilmu:
Maps, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka
http://www.lpmpjateng.go.id/web/index sinar Harapan, Jakarta
.php/arsip/karya-tulisilmiah/835- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
model-pemetaan-data, diakses tanggal 2 Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
September 2016. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Stiglitz, Joseph and Weiss, Andrew, Credit Tahun 2013 Tentang Organisasi
Rationing in Markets with Imperfect Kemasyarakatan.
Information, The American Economic
Review, Vol 71, No. 3 (June 1981), pp.
393-410
Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Kota
Magelang Nomor : 518.3/62/250/2016
tentang Pembentukan Forum UMKM

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 597
Pengembangan Model Pengukuran Kepuasan Pelanggan Untuk
Instansi Penelitian di Indonesia

Developing Customer Satisfaction Measurement Model for Research


Institution in Indonesia

I Gede Mahatma Yuda Bakti1, Sik Sumaedi2, Medi Yarmen3


1Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI, iged010@lipi.go.id
2 Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI, sik.sumaedi@lipi.go.id
3 Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI, medi.yarmen@lipi.go.id

Keyword ABSTRACT
Currently, government institutions still conduct the program of bureaucratic
reform that refers to the Government Act No 81 year 2010 on the 2010 –
2025 bureaucratic reform grand design. One of the aspects that must
considered by goverment institutions is customer satisfaction (citizen).
Based on these conditions, government institutions must measure the level
of customer satisfaction (citizen). Customer satisfaction measurement must
also be performed by the government institution that has main duty on
research, such as LIPI, BPPT, BATAN, etc. In practice several research
institutions measure customer satisfaction index with general service
indicators, such as administrative services, licensing, payment, etc. In fact,
research have different characteristic to the general service. Therefore, the
authors view the need for developing the customer satisfaction measurement
model on research in Indonesia. This study aims to develop a customer
satisfaction measurement model on the research that is performed by the
government institution. The results of this study are expected to assist
research institution in measuring customer satisfaction for the research that
is perfeormed, so that the measurement results obtained to be more accurate.
In addition, the measurement results are expected to contribute in the quality
improvement process of research service. This research was conducted by
desk research. Specifically, the study was conducted in four phases, namely:
(1) the analysis on research organization, (2) the analysis on the context of
customer satisfaction measurement in Indonesia, (3) the analysis on
customer satisfaction models, (4) the formulation on customer satisfaction
model for research institution in Indonesia.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Saat ini, instansi pemerintah masih menjalankan program reformasi
birokrasi yang mengacu pada Peraturan Presiden No 81 tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025. Salah satu aspek yang
harus diperhatikan oleh instansi pemerintah adalah kepuasan pelanggan
(masyarakat). Atas dasar kondisi tersebut, setiap instansi pemerintah harus
melakukan pengukuran terkait dengan tingkat kepuasan pelanggan
(masyarakat). Pengukuran kepuasan pelanggan (masyarakat) juga harus
dilakukan oleh instansi pemerintah yang memiliki tugas di bidang
penelitian, seperti LIPI, BPPT, BATAN, dll. Dalam prakteknya, beberapa
instansi penelitian mengukur indeks kepuasan masyarakat dengan indikator
pelayanan pada umumnya, seperti pelayanan adminsitrasi, perijinan,
pembayaran dan lainnya. Padahal penelitian mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan pelayanan pada umumnya. Oleh karena itu, penulis
memandang perlunya pengembangan model pengukuran kepuasan
masyarakat untuk instansi penelitian di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan model pengukuran kepuasan masyarakat terkait
penelitian yang dilaksanakannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu instansi penelitian dalam melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan untuk konteks penelitian yang dijalankan oleh instansi
pemerintah, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh menjadi lebih akurat.

598 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Selain itu, hasil pengukuran diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
proses perbaikan dan peningkatan kualitas penelitian. Penelitian ini
dilakukan dengan desk research. Secara spesifik, penelitian ini dilakukan
dengan empat tahapan, yaitu (1) analisis organisasi penelitian, (2) analisis
konteks pengukuran kepuasan pelanggan di Indonesia, (3) analisis terhadap
model-model pengukuran kepuasan, dan (4) perumusan model kepuasan
pelanggan untuk instansi penelitian di Indonesia

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN penelitian, seperti LIPI, BPPT, BATAN, dan


lainnya. Dalam konteks instansi pelayanan public
Di era globalisasi saat ini, salah satu tujuan di Indonesia, kepuasan pelanggan disebut juga
yang tidak boleh diabaikan oleh setiap organisasi dengan kepuasan masyarakat. Secara umum,
adalah kepuasan pelanggan (Kotler dan Keller, tujuan dari pengukuran kepuasan masyarakat bagi
2012). Fokus kepuasan pelanggan tidak hanya instansi penelitian adalah untuk mendukung
diperlukan bagi organisasi profit saja, melainkan program reformasi birokrasi yang sedang
organisasi non-profit juga wajib berfokus pada dijalankan pemerintah Indonesia (Peraturan
kepuasan pelanggan. Selain dapat meningkatkan Presiden No 81 tahun 2010). Lebih sepesifik,
penjualan dan keuntungan organisasi, kepuasan pengukuran kepuasan masyarakat diharapkan
pelanggan juga dapat memberikan banyak dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
manfaat, seperti kepercayaan, komitmen, loyalitas dari pelayanan publik (Permenpan RB No. 16
pelanggan, word of mouth, dan lainnya (Moreira tahun 2014). Pentingnya instansi penelitian
dkk., 2015; Caceres dan Paparoidamis, 2007; melakukan pengukuran kepuasan masyarakat juga
Kim, 2008; Teo dan Soutar, 2012; Bakti dan telah dituangkan dalam berbagai peraturan, seperti
Sumaedi, 2013; Kitapci dkk., 2014). Oleh karena (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
itu, beberapa ahli menyatakan bahwa kepuasan Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun
pelanggan merupakan salah satu indikator penting 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015
dari kinerja organisasi (Kaplan, 2010). Bahkan, – 2019, (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan
dalam standar internasional ISO 9001:2015, fokus Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor
pada kepuasan pelanggan menjadi salah satu 16 tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan
persyaratan wajib untuk mengimplementasikan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan
sistem manajemen mutu dalam suatu organisasi Publik, (3) Peraturan Menteri Pendayagunaan
(ISO, 2015). Aparatur Negara Nomor 38 Tahun 2012 tentang
Atas dasar kondisi tersebut, setiap Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan
organisasi sangat disarankan untuk melakukan Public, (4) Peraturan Menteri Pendayagunaan
pengukuran kepuasan pelanggan. Hal ini Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
1 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja
dikarenakan pengukuran kepuasan pelanggan
Penyelenggaraan Pelayanan Publik, (5) dan
bertujuan untuk memantau tingkat kepuasan para
pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
ditawarkan oleh organisasi. Selain itu, hasil dari Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun
2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi
pengukuran kepuasan pelanggan juga diharapkan
Birokrasi Instansi Pemerintah.
dapat memberikan masukan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kinerja organisasi. Sejak tahun 2014, peraturan untuk pedoman
pengukuran kepuasan masyarkat telah dituangkan
Pengukuran kepuasan juga penting bagi
pada Peraturan Menpan RB No. 16 Tahun 2014
instansi pelayanan publik, termasuk instansi
pelayanan public yang memiliki tugas di bidang tentang pedoman survei kepuasan masyarakat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 599
terhadap penyelenggaraan pelayanan public. Index) (Johnson dkk., 2001), dan lainnya.
Peraturan tersebut telah mengganti peraturan Beberapa peneliti juga memandang bahwa model
sebelumnya, yaitu Keputusan Kepmenpan Nomor ACSI juga perlu disesuai dengan konteks dari
: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum produk atau layanan yang ditawarkan (Hsu, 2008)
penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit Bahkan, untuk konteks organisasi penelitian,
pelayanan instansi pemerintah. Meskipun secara Mukherjee (2003) berpendapat bahwa model
prinsip penggunaan peraturan yang lama tidak ACSI perlu disesuaikan dengan karakteristik dari
melanggar peraturan yang terbaru, penggunaan organisasi penelitian itu sendiri.
peraturan yang lama memiliki permasalahan
pengukuran pada unsur-unsur pelayanan, dimana Di Indonesia, Triyono dan Putra (2013)
unsur-unsur tersebut terlalu umum (generik) dan sudah melakukan pengukuran kepuasan
kurang cocok untuk organisasi penelitian, pelanggan instansi penelitian dengan pendekatan
sehingga hasil dari pengukuran tersebut menjadi ACSI. Mereka telah melakukan penelitian
tidak relevan bagi organisasi penelitian. kepuasan masyarakat untuk instansi penelitian
Sayangnya, dalam prakteknya, banyak instansi dengan mengadopsi model yang dikembangkan
penelitian masih mengacu pada peraturan yang oleh Pusat Riset Mutu Nasional - University of
lama. Michigan Business School (the National Quality
Research Center of the University of Michigan
Selanjutnya, pada peraturan yang terbaru Business School). Meskipun model tersebut sudah
juga terlihat jelas bahwa panduan pengukuran disesuaikan dengan konteks organisasi penelitan,
kepuasan masyarakat saat ini dibuat ini lebih penelitan mereka belum menyesuaiakan dengan
umum (generik) dan fleksibel. Dengan kata lain, konteks yang ada di Indonesia, dimana penelitian
instansi pelayanan public diberikan kebebasan mereka tidak menyesuaikan dengan peraturan di
untuk menentukan metode dan teknik yang tepat Indonesia, Misalnya Peraturan Menteri
dalam pengukuran kepuasan masyarakat. Lebih Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
lanjut, dalam peraturan tersebut juga tidak ada Birokrasi Nomor 16 tahun 2014 tentang Pedoman
cara spesifik untuk menghitung tingkat kepuasan Survei Kepuasan Masyarakat terhadap
pelanggan. Setiap instansi pelayanan public dapat Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Padahal,
memilih berbagai teknik, seperti (1) kuesioner dalam pengkuran kepuasan masyarakat, setiap
dengan wawancara tatap muka, (2) kuesioner instansi pelayanan publik, termasuk instansi
melalui pengisian sendiri, termasuk yang penelitian, wajib mengacu pada peraturan
dikirimkan melalui surat; (3) kuesioner elektronik tersebut.
(internet/e-survey), (4) diskusi kelompok terfokus,
dan (5) wawancara tidak berstruktur melalui Berdasarkan kondisi diatas, penulis
wawancara mendalam. Lebih lanjut, tahapan memandang bahwa penting untuk melakukan
spesifik dari masing-masing teknik tersebut tidak penelitian terkait dengan pengembangan model
disebutkan dalam peraturan tersebut (Permenpan kepuasan pelanggan yang sesuai dengan
RB No. 16 tahun 2014). karakteristik instansi penelitian dan konteks
negara Indonesia. Oleh karena itu, perumusan
Berbagai metode pengukuran kepuasan masalah penelitian ini adalah model pengukuran
telah dikembangkan sebelumnya. Salah satu kepuasan pelanggan apa yang sesuai dengan
metode pengukuran kepuasan yang paling populer karakteristik instansi penelitian dan konteks di
adalah ACSI (American Customer Satisfaction Indonesia ?. Tujuannya adalah untuk memperoleh
Index) (Fornell dkk. 1992). Model ACSI model pengukuran kepuasan pelanggan baru yang
kemudian menjadi acuan berbagai negara dalam cocok dengan karakteristik instansi penelitian di
mengembangkan model kepuasan pelanggan yang Indonesia.
sesuai dengan karakteristik masyarakat di setiap
negarannya masing-masing, Contohnya ECSI
(Europan Customer Satisfaction Index) (Eklof,
2000, NCSB (Norwegian Customer Satisfaction

600 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP diukur dengan cara menilai pengalaman
pelanggan dalam menggunakan/ mengkonsumsi
Konsep kepuasan merupakan salah satu suatu produk/pelayanan secara menyeluruh
konsep penting yang telah diakui secara teori (total). Dengan kata lain, teknik ini adalah
maupun praktek (Kotler dan Keller, 2012). kebalikan dari teknik transaksi-spesifik. Pada
Kurang lebih selama 5 dekade para peneliti telah teknik ini, kepuasan dipandang sebagai satu
mempelajari mengenai konsep kepuasan variabel (unidimensional), sehingga untuk
pelanggan. Konsep kepuasan pelanggan juga mengukurnya hanya meminta pelanggan
banyak dipelajari di bidang ilmu, seperti ekonomi, memberikan penilaian kepuasan secara
pemasaran, bisnis, psikologi, perilaku konsumen, menyeluruh. Umumnya, variabel kepuasan pada
manajemen, kualitas, dan lainnya. teknik ini dianggap sebagai kepuasan keseluruhan
Secara etimologi, kepuasan (satisfaction) (overall satisfaction).
berasal dari bahasa latin yaitu satis yang artinya METODE PENELITIAN
cukup dan facere yang artinya
melakukan/membuat. Dengan demikian, Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kepuasan pelanggan dapat dimaknai sebagai desk research. Dalam penelitian ini, desk research
kemampuan suatu produk/ pelayanan dalam dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan
membuat pelanggan merasa tercukupi model kepuasan pelanggan baru yang sesuai
kebutuhannya. Dalam perkembangnnya, sampai dengan karakteristik instansi penelitian dan
saat ini, pengertian kepuasan telah memiliki konteks negara Indonesia. Untuk mencapai tujuan
beragam definisi. Perkembangan definisi tersebut proses penelitian ini terdiri dari empat
kepuasan pelanggan secara komperhensif dilihat tahap, yaitu (1) analisis organisasi penelitian, (2)
pada studi Giese dan Cote tahun 2002. Dari analisis konteks pengukuran kepuasan pelanggan
berbagai definisi yang sudah ada, secara umum, di Indonesia, (3) analisis terhadap model-model
kepuasan pelanggan diartikan perasaan pelanggan pengukuran kepuasan, dan (4) perumusan model
terhadap suatu produk yang diperoleh dari hasil kepuasan pelanggan untuk instansi penelitian di
perbandingan antara harapannya dengan kinerja Indonesia
dari produk tersebut (Kotler dan Keller, 2012).
Definisi tersebut menjelaskan bahwa pelanggan Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada
merasa puas, ketika kinerja produk/pelayanan Gambar 1. Tahap pertama penelitian ini adalah
telah memenuhi atau melebihi harapannya. analisis terhadap karakterisitik organisasi
Sedangkan, pelanggan merasa tidak puas, ketika penelitian. Tahap ini dilakukan dengan cara
harapannya belum dipenuhi kinerja menganalisis karakterisik apa saja yang menjadi
produk/pelayanan tersebut. penting dalam mengukur kepuasan pelanggan
untuk organisasi penelitian. Output dari tahap ini
Dalam melakukan pengukuran kepuasan adalah diperoleh faktor-faktor yang menjadi
pelanggan, Johnson dkk. (2001) mengemukakan penting dalam menentukan tingkat kepuasan
bahwa terdapat dua teknik pengukuran kepuasan pelanggan untuk organisasi penelitian.
pelanggan, yaitu kepuasan transaksi-spesifik
(transaction-spesifik satisfaction) dan kepuasan
kumulatif (cumulative satisfaction). Dalam teknik
kepuasan transaksi-spesifik, kepuasan diukur
dengan cara menilai pengalaman pelanggan dalam
mengkonsumsi/ menggunakan suatu produk/
pelayanan secara spesifik. Pada teknik ini,
kepuasan pelanggan dipandang memiliki banyak
dimensi (multi-dimensional), sehingga
pengukurannya berdasarkan pada dimensi -
dimensi produk/ pelayanan tersebut. Disisi lain,
dalam teknik kepuasan kumulatif, kepuasan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 601
Tahap 1 dilakukan dengan cara mengintegrasikan output
dari tahap pertama sampai dengan ketiga. Lebih
Analisis Organisasi Penelitian spesifik, tahap ini mengintegrasikan faktor-faktor
yang dianggap penting dalam kepuasan pelanggan
sesuai dengan karakteristik instansi penelitian dan
konteks negara Indonesia.
Tahap 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Konteks Pengukuran
Kepuasan Pelanggan di Indonesia Analisis Organisasi Penelitian

Kepuasan pelanggan adalah salah satu


tujuan yang harus dicapai oleh semua organisasi.
Tahap 3 Pentingnya proses pengukuran kepuasan
pelanggan juga wajib dilakukan oleh organisasi
Analisis Terhadap Model-Model penelitian. Mengingat kegiatan utama organisasi
Pengukuran Kepuasan tersebut adalah melakukan suatu penelitian, dalam
proses pengukuran tersebut, aspek yang tidak
boleh dilupakan adalah pengukuran terhadap
kualitas dari suatu penelitian (European Science
Tahap 4 Foundation, 2012). Dalam model makro kepuasan
Perumusan Model Kepuasan pelanggan, kualitas suatu penelitian memiliki
Pelanggan untuk Instansi Penelitian di peran sebagai pengungkit kepuasan pelanggan.
Indonesia Sayangnya, dalam pengukuran tersebut,
organisasi penelitian tidak dapat mengadopsi
model kualitas produk/ pelayanan pada organisasi
Gambar 1. Rancangan Penelitian umumnya, contohnya model SERVQUAL
(Parasuraman dkk., 1988). Hal tersebut
Tahap kedua adalah analisis terhadap dikarenakan organisasi penelitian memiliki
konteks pengukuran kepuasan pelanggan di karakteristik proses kegiatan yang berbeda dengan
Indonesia. Tujuan tahap kedua adalah untuk organisasi pada umumnya. Selain itu,
mengetahui hal-hal apa saja yang yang menjadi menggunakan model kualitas pelayanan generik
penting untuk diketahui dalam kaitannya dengan seperti SERVQUAL menjadi tidak relevan bagi
pengukuran kepuasan pelanggan dengan konteks organisasi penelitian. Oleh kerana itu, dalam
di Indonesia. Output dari tahap kedua adalah pengukuran kualitas penelitian, organisasi yang
diperoleh faktor-faktor yang dianggap penting bergerak dibidang penelitian perlu mengadopsi
dalam pengukuran kepuasan pelanggan yang model pengukuran yang sesuai dengan
sesuai dengan konteks Indonesia. karakteristik organisasi penelitian.
Adapun untuk tahap ketiga penelitian ini Berdasarkan analisis terhadap berbagai
adalah analisis terhadap model-model pengukuran literatur, penulis memandang bahwa model
kepuasan. Tahap ketiga dilakukan dengan kualitas penelitian yang dapat diadopsi oleh setiap
mengidentifikasi model-model pengukuran organisasi penelitian adalah model kualitas yang
pengukuran pelanggan yang sudah ada dikembangkan oleh Martensen dkk. (2016).
sebelumnya. Output dari penelitian ini adalah Kelebihan dari model tersebut adalah model yang
diperoleh jenis model kepuasan pelanggan yang dikembangkan bersifat generik untuk sumua jenis
tepat untuk instansi penelitian. organisasi penelitian. Ini artinya model tersebut
dapat diimplementasikan pada semua bidang
Terakhir, tahap keempat adalah perumusan
seperti penelitian sosial, perilaku, alam, teknik,
model baru kepuasan pelanggan instansi
medis, bisnis, ekonomi, dan lainnya. Selain itu,
penelitian di Indoneisa. Tahap ketiga penelitian ini

602 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
model tersebut juga dibangun secara menggunakan 23 konsep yang terkait dengan
komperhensif, karena model tersebut kualitas penelitian.

Gambar 2. Konsep Hirarki Kualitas Penelitian


Sumber : Martensen dkk. (2016)

Hirarki kualitas penelitian yang dikembangkan diakses (acessable), dan dapat dicari (searchable).
oleh Martensen dkk. (2016) memiliki empat Terakhir, dimensi kepatuhan berkaitan dengan
dimensi, yaitu kredibel (credible), kontribusi aspek ketaatan terhadap peraturan terkait,
(contributory), kemampuan komunikasi menjalankan praktek penelitian secara etis
(communicable), dan kepatuhan (conforming). (ethical), dan penelitian tersebut berkelanjutan
Martensen dkk. (2016) menjelaskan bahwa (sustainable). Lebih spesifik, hirarki kualitas
dimensi kredibel artinya penelitian tersebut harus penelitian tersebut menggunakan 23 konsep
koheren, konsisten, ketat dan transparan. terkait dengan kualitas penelitian. Konsep hirarki
Sedangkan, dimensi kontribusi memandang suatu kualitas penelitian Martensen dkk. (2016) dapat
penelitian harus original, relevan dan dapat dilihat pada gambar 2. Adapun untuk penelasan
digeneralisasi. Adapun, dimensi kemampuan masing-masing dimensi dari hirarki kualitas
komunikasi mengukur penelitian pada aspek penelitian dapat pada tabel 1.
kemampuan dapat digunakan (consumable), dapat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 603
Tabel 1. Penjelasan konsep terkait dengan dimensi kualitas pada suatu penelitian

No Dimensi Konsep Terkait Penjelasan

1 Kredibel Internally valid Penggunaan metode ilmiah yang benar dalam memecahkan
(credible) masalah penelitian, dan pengetahuan baru dapat dibuktikan.

Reliable Metode ilmiah yang digunakan tepat untuk permasalahan


penelitian, serta didokumentasikan dengan baik agar orang
lain dapat dapat menggunakannya untuk mencapai hasil yang
sama pada konteks yang sama

Contextual Pengetahuan yang sudah ada (existing knowledge) releven


untuk konteks yang diteliti, dan disajikan sesuai dengan
aturan yang ditetapkan (rules for description).

Consistent Pengetahuan baru secara logis terkait dengan pengetahuan


yang sudah ada dan sesuai dengan metode ilmiah dan
pertanyaan penelitian yang sedang dibahas saat ini.

Coherent Pertimbangan yang memadai (cukup) diberikan pada


pengetahuan yang sudah ada dalam konteks yang dipilih

Transparent Pengetahuan baru yang relevan dalam pelaporan hasil


penelitian disertakan, dan prosesnya dijelaskan dalam
kaitannya dengan permasalahan saat ini (question at hand),
metode ilmiah, pengetahuan yang sudah ada.

2 Kontribusi Original idea Pertanyaan penelitian yang belum ditanyakan sebelumnya


(contributory) dalam konteks sekarang atau ditafsirkan dalam cara baru.

Original Prosedur deskripsi (described procedure) originaldalam


procedure kaitannya degngan pertanyaan penelitian.

Original result Pengetahuan baru yang dapat dibuktikan dalam kaitannya


dengan pengetahuan yang sudah ada.

Relevant research Pertanyaan penelitian relevan untuk kelompok sasaran saat


idea ini

Applicable result pengetahuan baru bermanfaat untuk kelompok sasaran saat


ini

Current idea Pertanyaan penelitian sesuai dengan konteks saat ini

Generalizable Pengetahuan baru yang berguna secara praktis atau teoritis


dalam konteks lain dari yang dipelajari.

3 Kemampuan Structured Dokumentasi penelitian mengikuti aturan yang ditetapkan


Komunikasi (rules for description)
(communicable)
Understandable Bahasa yang digunakan dalam dokumentasi penelitian dapat
dimengerti oleh kelompok targetnya

Readable Bahasan yang benar dalam dokumentasi penelitian untuk


kelompok targetnya

604 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Accessible Pengetahuan terbaru dari hasil penelitian dapat dengan
mudah diakses oleh

Searchable Pengetahuan baru yang sudah didokumentasikan disusun


sesuai dengan aturan yang ditetapkan (rules for description),
dan mudah ditemukan oleh kelompok targetnya.

4 Kepatuhan Aligned with Penelitian sesuai dengan aspek hukum yang berlaku saat ini
(conforming) regulations

Morally justifiable Penelitian sesuai dengan standar etika yang berlaku saat ini

Open Penelitian menunjukkan tansparansi dengan standar etika yang


berlaku saat ini

Equal Penelitian konsisten dengan perlakuan yang sama (equal


opportunities treatment) sesuai dengan sistem aturan yang ada

Sustainable Penelitian sesuai dengan aspek pengembangan berkelanjutan


(sustainable development aspects)

Sumber : Martensen dkk. (2016)

Analisis Konteks Pengukuran Kepuasan tinggi yang mampu menyelenggarakan pelayanan


Pelanggan di Indonesia prima kepada masyarakat dan manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu
Dalam peraturan disebutkan bahwa salah menghadapi tantangan pada abad ke-21 melalui
satu kegiatan instansi pelayanan public adalah tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025
melakukan pengukuran kepuasan masyarakat. (Perpres No 81 tahun 2010). Lebih lanjut, tujuan
Pada konteks pelayanan publik di Indonesia, dari reformasi birokrasi instansi pemerintah
kepuasan pelanggan juga disebut sebagai adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah
kepuasan masyarakat. Instansi penelitan yang yang profesional dengan karakteristik adaptif,
merupakan bagian dari instansi pelayanan publik berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas
di Indoensia juga perlu melakukan pengukuran korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu melayani
kepuasan masyarakat. publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik
Secara umum, pentingnya pengukuran
aparatur negara. Untuk itu. sasaran reformasi
kepuasan masyarakat bagi instansi penelitian
adalah untuk mendukung program reformasi birokrasi yang harus dicapai, yaitu : (a)
birokrasi yang sedang dicanangkan pemerintah terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas
Indonesia. Visi dari reformasi birokrasi adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme; (b) meningkatnya
kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; (c)
menjadi pemerintahan kelas dunia, yaitu
meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
pemerintahan yang profesional dan berintegritas
birokrasi (Perpres No 81 tahun 2010).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 605
Tabel 2. Penjelasan ruang lingkup pelayanan publik menurut Permenpan RB No 16 tahun 2014

No Ruang Lingkup Penjelasan

1 Persyaratan Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan


suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun
administratif.

2 Prosedur Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi
dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan

3 Waktu pelayanan Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis
pelayanan.

4 Biaya/Tarif Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima


layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari
penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara penyelenggara dan masyarakat.

5 Produk Spesifikasi Jenis Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang
Pelayanan diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Produk pelayanan ini merupakan hasil dari setiap
spesifikasi jenis pelayanan.

6 Kompetensi Pelaksana Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki


oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan
pengalaman.

7 Perilaku Pelaksana Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan


pelayanan.

8 Maklumat Pelayanan Maklumat Pelayanan adalah merupakan pernyataan kesanggupan


dan kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan.

9 Penanganan Pengaduan, Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara
Saran dan Masukan pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

Sumber : Permenpan RB No 16 tahun 2014

Untuk mencapai visi, tujuan dan sasaran Dalam Permenpan RB No 16 tahun 2014
tersebut, pemerintah melalui Kementrian disebutkan bahwa survei kepuasan kasyarakat
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi adalah pengukuran secara komprehensif kegiatan
Birokrasi telah menetapkan pedoman pengukuran tentang tingkat kepuasan masyarakat yang
survei kepuasan pelangggan yang dituangkan diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat
dalam Peraturan Menpan RB No 16 tahun 2014 masyarakat. Secara umum, tujuan dari survai
tentang pedoman survei kepuasan masyarakat kepuasan masyarakat adalah untuk mengukur
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan
Pedoman tersebut merupakan landasan setiap dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan
instansi pelayanan public dalam melakukan pelayanan public. Peraturan tersebut juga
pengukuran kepuasan masyarakat, termasuk juga menyatakan bahwa survei kepuasan masyarakat
instansi penelitian.

606 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dilakukan secara berkala minimal 1 (satu) kali teknik yang dipilih juga harus dapat memberikan
setahun (Permenpan RB No 16 tahun 2014). saran perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan public.
Selanjutnya, pelaksanaan survei kepuasan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan Meskipun setiap instansi diberikan
publik dapat dilaksanakan melalui tahapan kebebasan dalam menentukan metode dan teknik
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengolahan pengukuran kepuasan masyarakat, pedoman
dan penyajian hasil survei, yang mencakup tersebut menyatakan bahwa terdapat sembilan
langkah-langkah, sebagai berikut : (1) menyusun ruang lingkup wajib yang harus diukur dalam
instrumen survei; (2) menentukan besaran dan survai kepuasan masyarakat. Dengan kata lain,
teknik penarikan sampel; (3) menentukan hasil survai tersebut juga harus dapat memberikan
responden; (4) melaksanakan survei; (5) penilian masyarakat terhadap sembilan ruang
mengolah hasil survei; (6) menyajikan dan lingkup tersebut. Penjelasan sembilan ruang
melaporkan hasil (Permenpan RB No 16 tahun lingkup survai kepuasan masyarakat dapat dilihat
2014). pada tabel 2.

Berdasarkan analisis terhadap Permenpan Analisis Terhadap Model-Model Pengukuran


RB No 16 tahun 2014, penulis mamandang bahwa Kepuasan
pengukuran kepuasan merupakan bagian penting
dalam program reformasi birokrasi setiap instansi Saat ini berbagai model pengukuran
pelayanan public, termasuk instansi penelitian. kepuasan pelanggan telah dikemukakan
Mengacu pada Permenpan RB No 16 tahun 2014, diberbagai literatur. Menurut Hom (2000), model-
penulis memandang bahwa dalam melakukan model kepuasan pelangga dapat dikelompokan
survei kepuasan masyarakat setiap instansi menjadi 2 jenis, yaitu model mikro dan makro
diberikan kebebasan dalam menggunakan metode (Tjiptono dan Diana, 2015). Model mikro adalah
atau teknik sesuai dengan kebutuhan setiap model kepuasan pelanggan yang berfokus pada
instansi pelayanan public. Hal tersebut dapat pembentukan kepuasan pelanggan itu sendiri.
dilihat pada pasal 4 Permenpan RB No 16 tahun Dengan kata lain, model kepuasan pelanggan
2014 bahwa “survei kepuasan masyarakat yang mikro sebenarnya lebih mencakup pada komposisi
dilakukan terhadap setiap jenis penyelenggaraan atau elemen-elemen yang membentuk kepuasan
pelayanan publik menggunakan indikator dan pelanggan. Menurut Erevelles dan Leavitt (1992),
metodologi survei sesuai kebutuhan”. beberapa model kepuasan pelanggan mikro, antara
lain: (1) the expectation disconfirmation model;
Selanjutnya, dalam pedoman tersebut juga (2) the perceived performance model; (3) norms
disebutkan bahwa setiap instansi pelayanan public in models of consumer satisfaction, (4) multiple
dapat memilih salah satu dari lima teknik process models; (5) attribution models; (6)
pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu : 1) affective models; (7) equity models.
kuesioner dengan wawancara tatap muka; (2)
kuesioner melalui pengisian sendiri, termasuk Disisi lain, model makro adalah model yang
yang dikirimkan melalui surat; (3) kuesioner menjelaskan kepuasan pelanggan dengan cara
elektronik (internet/e-survey); (4) diskusi menghubungkannya dengan konsep-konsep lain
kelompok terfokus; (5) wawancara tidak baik secara anteseden maupun konsekuen. Dengan
berstruktur melalui wawancara mendalam. kata lain, model makro memandang bahwa
Sayangnya, pedoman tersebut tidak memberikan organisasi jangan hanya berfokus pada
penjelasan spesifik dari masing-masing teknik. pengukuran kepuasan pelanggan saja, melainkan
Dengan kata lain, setiap instansi pemerintah organisasi juga perlu mengukur konsep lainnya
diberikan kebebasan dalam menentukan secara yang mempunyai korelasi kuat dengan kepuasan
spesifik pada setiap teknik tersebut. Meskipun pelanggan. Beberapa konsep lain yang sering
begitu, salah satu catatan pentingnya adalah setiap dipakai dalam model makro, antara lain harapan
teknik atan metode yang dipilih harus dapat pelanggan, kualitas produk/pelayanan, keluhan
dipertanggungjawabkan. Selain itu, metode dan pelanggan, nilai pelanggan, loyalitas pelanggan,

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 607
dll. Beberapa National Customer Satisfaction model kepuasan masyarakat untuk instansi
Index (NCSI) mengadopsi kepuasan pelanggan penelitian lebih baik mengadopsi model makro.
berbasis model makro, seperti NCSB (Norwegian
Customer Satisfaction Barometer), SCSB Perumusan Model Kepuasan Pelanggan
(Swedish Customer Satisfaction Barometer), ACSI Instansi Penelitian
(American Customer Satisfaction Index),dan Beradasarkan hasil analisis sebelumnya,
ESCI (European Customer Satisfaction Index) model kepuasan pelanggan untuk instansi
(Jhonson dkk. 2001). penelitian dan konteks negara Indonesia dapat
Perbedaan mendasar antara model makro dilihat dari gambar 2. Pada gambar tersebut dapat
dan model mikro adalah pada perspektif dilihat bahwa kepuasan dipengaruhi oleh dua
pengukuran kepuasan yang dipakai. Model mikro faktor penting, yaitu (1) kualitas penelitian
adalah model kepuasan pelanggan yang (quality of research), dan (2) kualitas pelayanan
didasarkan pada perspektif kepuasan pelanggan (quality of service). Selain itu, penulis juga telah
sebaga proses (process). Sedangkan, model makro mengembangkan indikator pengukuran model
adalah model kepuasan pelanggan yang berfokus kepuasan pelanggan institusi penelitian di
pada hasil (outcome). Konsekuesi dari model Indonesia. Indikator pengukuran tersebut dapat
mikro adalah pengukuran kepuasan pelanggan dilihat pada tabel 3.
dilakukan dengan cara mengukur elemen-elemen Model kepuasan tersebut telah sesuai
yang membentuk kepuasan pelanggan. Umumnya, dengan karakteristik organisasi penelitian karena
model ini mengukur kepuasan pelanggan dengan pada model tersebut juga mengukur aspek kualitas
mengukur kualitas dari berbagai atribut penelitian (quality of research). Aspek tersebut
pelayanan/produk. Permasalahannya adalah merupakan aspek yang menggambarkan kinerja
berbagai peneliti menyatakan bahwa konsep dari suatu penelitian yang dilakukan oleh
kualitas pelayanan/ produk tidak sama dengan organisasi penelitian. Pada aspek tersebut terdapat
konsep kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, 4 faktor yang berperan penting dalam
menjadi tidak tepat ketika kepuasan pelanggan mempengaruhi kepuasan masyarakat yaitu
diukur dengan kinerja pelayanan. kredibel, kontribusi, komunikasi, dan kepatuhan.
Sebagai alternatif, pengukuran kepuasan Lebih lanjut, empat faktor tersebut diukur dengan
pelanggan dapat juga dilakukan dengan model 23 indikator yang merefleksikan kinerja suatu
makro. Pada model makro kepuasan pelanggan penelitian. Penjelasan empat faktor tersebut dapat
diukur dengan melihat pernyataan akhir (the end- dilihat pada tabel 1.
state resulting) dari pengalaman mengkonsumsi Tabel 3. Indikator pengukuran model kepuasan
produk. Oleh karena itu, variabel kepuasan pelanggan institusi riset di Indonesia
pelanggan pada model makro diukur sebagai
kepuasan secara menyeluruh (overall Variabel Indikator Pengukuran
satisfaction). Implikasinya adalah hasil
pengukuran model tersebut benar-benar Kredibel QR1 : Rigorous
mencerminkan tingkat kepuasan pelanggan. QR2 : Consistent
Selain itu, model makro juga dapat memberikan
informasi yang komperhensif bagi setiap QR3 : Coherent
organisasi, karena model makro tidak hanya
QR4 : Transparant
mengukur tingkat kepuasan pelanggan saja,
melainkan juga dapat memberikan hasil Kontribusi QR5 : Original
pengukuran variabel lainnya, seperti kualitas
pelayanan/produk, harapan pelanggan, keluhan QR6 : Relevan (relevant)
pelanggan, loyalitas pelangan, dll. Berdasarkan
QR7 : Generalizable
penjelasan diatas, penulis memandang bahwa

608 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Komunikasi QR8 : Consumable Penjelasan ruang lingkup tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.
QR9 : Accessible
Secara konseptual, sembilan faktor tersebut
QR10 : Searchable
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
Kepatuhan QR11 : Aligned with regulation tingkat kepuasan masyarakat. Oleh karena itu,
dalam pengembangan model kepuasan pelanggan
QR12 : Ethical ini, penulis menambahkan sembilan indikator
penting yang dicerminkan dengan faktor kualitas
QR13 : Sustainable
pelayanan (quality of service), dimana sembilan
Pelayanan QS1 : Persyaratan indikator tersebut dikelompokan menjadi empat
dimensi penting dalam mempengaruhi kepuasan
QS2 : Prosedur masyarakat, yaitu pelayanan, pelaksana, biaya,
QS3 : Waktu dan pengaduan.

QS4 : Produk spesifikasi jenis PENUTUP


pelayanan
Penelitian ini telah mengembangkan model
QS5 : Maklumat pelayanan pengukuran kepuasan masyarakat baru untuk
instansi penelitian di Indoensia. Model yang
Pelaksana QS6 : Kompetensi pelayanan dikembangan penelitian ini menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh dua faktor
QS7 : Perilaku pelayanan
penting yaitu faktor kualitas penelitian (quality of
Biaya/taif QS8 : Biaya/tarif research) dan kualitas pelayanan (quality of
service). Adapun, kualitas penelitan terdiri dari
Penaganan QS9 : Penanganan pengaduan, empat dimensi, yaitu kredibel, kontribusi,
Pengaduan saran, dan masukan
komunikasi, dan kepatuhan. Sedangkan, faktor
Kepuasan KP1 : Kepuasan secara kualitas pelayanan juga memiliki empat dimensi,
Pelanggan menyeluruh yaitu pelayanan, pelaksana, biaya, dan pengaduan.
Dari keseluruhan dimensi tersebut, pengukuran
KP2 : Kinerja dibandingkan terhadap kualitas penelitian dan kualitas
dengan pelayanan ideal
pelayanan instansi penelitian dapat diukur dengan
menurut pelanggan
24 indikator pengukuran.
KP3 : Diskonformasi harapan
Model kepuasan pelanggan penelitian ini
(expectancy
disconfirmation) merupakan model kepuasan yang mengadopsi
pendekatan model makro. Implikasinya adalah
kepuasan pelangan diukur sebagai kepuasan
keseluruhan (overall satisfaction). Dengan kata
Selain itu, untuk memenuhi konteks di lain, model penelitian ini memiliki keunggulan
Indonesia, model kepuasan pelanggan yang baru dalam memberikan hasil akurat dalam mengukur
ini juga perlu menambahkan sembilan faktor tingkat kepuasan pelanggan. Untuk mengukur
penting yang harus diukur dalam pengukuran tingkat kepuasan pelanggan, model tersebut
kepuasan masyarakat. Dalam Permenpan RB No menggunakan tiga indikator pengukuran.
16 tahun 2014 disebutkan bahwa sembilan faktor Indikator-indikator tersebut juga telah digunakan
tersebut wajib diukur dalam survei kepuasan diberbagai model pengukuran pengukuran
masyarakat. Dengan kata lain, setiap instansi kepuasan, seperti ACSI, ECSI, NCSB, SCSB.
penelitian yang merupakan bagian dari instansi
pelayanan publik juga perlu mengukur sembilan Dalam pengembangannya, model tersebut
unsur tersebut dalam survei kepuasan masyarakat. juga telah sesuai dengan karakteristik organisasi
penelitian. Pemenuhan terhadap karakterstik

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 609
organisasi penelitian dapat dilihat pada faktor Selain itu, pengukuran kepuasan
kualitas penelitian, dimana empat dimensi yang masyarakat dengan dengan cara mengukur
ada pada faktor tersebut merupakan aspek penting kepuasan sebagai kepuasan secara keseluruhan
dalam mengevaluasi kinerja suatu penelitian. (overall satisfaction) juga tidak melanggar
Pengukuran dengan empat dimensi kualitas Permenpan RB No 16 tahun 2014, karena dalam
penelitian tersebut diharapkan setiap instansi peraturan tersebut disebutkan bahwa setiap
penelitian benar-benar dapat memperbaiki dan instansi pelayanan publik diberikan kebebasan
meningkatkan kualitas dari penelitiannya. dalam menentukan metode atau teknik untuk
mengukur kepuasan masyarakat, asalkan metode
Model kepuasan yang dikembangkan dan teknik tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
penulis juga telah memenuhi konteks Indonesia,
dimana model tersebut telah disesuaikan dengan Penelitian ini telah mengembangkan model
peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlunya pengukuran kepuasan pelanggan untuk instansi
penyesuaian dengan peraturan yang berlaku di penelitian yang ada di Indonesia. Sayangnya
Indonesia dikarenakan instansi penelitian yang model tersebut dikembangkan baru hanya sebatas
merupakan bagian dari instansi pelayanan publik pengembangan model secara konseptual. Dengan
dalam penyelenggaraannya wajib patuh terhadap kata lain, keterbatasan penelitian ini adalah model
peraturan yang ditetapakan oleh pemerintah tersebut belum dapat dibuktikan secara empiris,
Indonesia, termasuk dalam urusan survai sehingga penelitian ini belum dapat menjawab
kepuasan masyarakat. Dalam model kepuasan apakah model tersebut termasuk dalam kategori
pelanggan yang baru ini, pemenuhan terhadap model yang baik (goodness of fit) secara statistik.
konteks di Indonesia dapat dilihat pada faktor Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya perlu
kualitas pelayanan, dimana sembilan indikator melakukan suatu penelitian yang tujuannya adalah
yang ada pada empat dimensi kualitas pelayanan untuk menguji apakah model tersebut benar-benar
tersebut merupakan aspek yang yang harus diukur signifikan terbukti secara empiris.
dalam survei kepuasan masyarakt menurut
Permenpan RB No 16 tahun 2014.

610 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
QR1
QR2
QR3
Kredibel
QR4
QR5
QR6
QR7
QR8
QR9

QR10 Kontribusi
QR11
QR12
QR13
QR14
QR15
Kemampuan
QR16
Komunikasi
QR17

QR18
QR19

QR20 IKP1
QR21 Kepatuhan Kepuasan
Pelanggan IKP2
QR22
QR23 IKP2

QS1
QS3
QS3 Pelayanan
QS4
QS5

QS6
Pelaksana
QS7

QS8 Biaya

QS9 Pengaduan

Gambar 3. Model Kepuasan Pelanggan untuk Institusi Penelitian di Indonesia

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 611
DAFTAR PUSTAKA Satisfaction Index Models, Journal of
economic Psychology, 22 (2), 217 – 245.
Bakti, IGMY., dan Sumaedi, S (2013). An
analysis of library customer loyalty The Kaplan, Robert S., (2012). Conceptual
role of service quality and customer Foundations of the Balanced Scorecard,
satisfaction, a case study in Indonesia, Working paper, Harvad Business School.
Library Management, 34 (6/7) , 397-414 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Caceres, R.C, dan Paparoidamis, N.G., (2007). Negara Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004
Service quality, relationship satisfaction, tentang Pedoman Umum Penyusunan
trust, commitment and business-to-business Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
loyalty, European Journal of Marketing, 41 Pelayanan Instansi Pemerintah.
(7), 836 – 867 Kim, Schangsu, (2008). An Emperical Study on
Erevelles, S. dan Leavitt, C. (1992), A the Integrated Framework of e-CRM in
Comparison of Current Models of Online Shopping : Evaluating the
Consumer Satisfaction/ Dissatisfaction, Relationships Among Perceived Value,
Journal of Consumer Satisfaction, Satisfaction, and Trust Based on
Dissatisfaction and Complaining Behavior, Customers’ Perspectives, Journal of
5, 194-114 Electronic Commerce in Organization, 6
(3), 1 – 19.
European Science Foundation, 2012. Evaluation
in research and research Kitapci, O., Akdogan, C., dan Dortyol, I.T.
fundingorganisations: European practices. (2014). The Impact of Service Quality
In: A report by the ESF Member Dimensions on Patient Satisfaction,
Organisation Forum on Evaluation of Repurchase Intentions and Word-of-Mouth
Publicly Funded Research., ISBN978-2- Communication in the Public Healthcare
918428-83-1.External Research Industry, Procedia - Social and Behavioral
Assessment Sciences, 148 ( 2014 ), 161 – 169.

Fornell, Claes, Michael D. Johnson, Eugene W. Kotler, P., dan Keller, K. L. (2012). Marketing
Anderson, Jaesung Cha, dan Barbara management (14th ed.). Upper Saddle
Everitt Bryant (1996). The American River, Prentice Hall: New Jersey.
Customer Satisfaction Index: nature, Mårtensson, P., Fors, U., Wallin, S.-B., dan
purpose, and findings, Journal of Zander, U. (2016). Evaluating research: A
Marketing, 60, 124-134 multidisciplinary approach to assessing
Giese, J.L. dan Cote, J.A. (2002). Defining research practice and quality, Research
Consumer Satisfaction, Academy of Policy, 45 (3), 593 – 603.
Marketing Science Review, 2000 (1). Moreira , A.C., dan Silva , P.M., (2015). The
Hsu, S.-H. (2008), Developing an index for online trust-commitment challenge in service
customer satisfaction: Adaptation of quality-loyalty relationships, International
American Customer Satisfaction Index. Journal of Health Care Quality Assurance,
Expert System with Application, 34, 3033 – 28 (3), 253 – 266.
3042. Parasuraman, A., Valarie A. Zeithaml, and
ISO (2015), ISO 9001, International Standard, Leonard L. Berry. (1988). SERVQUAL: A
Quality Management Systems Multiple-Item Scale for Measuring
Requirements, Geneva. Consumer Perceptions of Service Quality,
Journal of Retailing, 64 (Spring), 12–37.
Johnson, M., Gustafsson, Andreasson, T.W.,
Lervik, L., dan Cha, J. (2001). The Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
evolution and future of National Customer Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14

612 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi
Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
tahun 2014 tentang Pedoman Survei
Kepuasan Pelanggan Masyarakat Terhadap
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1
tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi
Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2015 –
2019
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81
tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010 - 2025.
Teo, R, dan Soutar, G.N. (2012). Word of mouth
antecedents in an educational context: a
Singaporean study. International Journal of
Educational Management, Vol. 26 (7), 678
– 695.
Triyono, B. dan Putera, P.B. (2013). Indeks
Kepuasan Masyarakat Spesifik Lembaga
Penelitian dan Pengembangan :
Implementasi Mode ACSI. Jurnal Borneo
Administrator, 9 (1), 53 – 74.
Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP)
– LIPI dengan kepakaran Manajemen
Kualitas.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 613
Framework Pengukuran Kinerja UKM: Integrasi Balanced
Scorecard dan Economic Value Added

SME Performance Measurement Framework: Integration of Balanced


Scorecard and Economic Value Added
Sih Damayanti(1), Tri Rakhmawati(2)
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan PUSPIPTEK Gedung 417, Setu, Tangerang Selatan, Banten 15314
sihdamayanti@gmail.com(1), rakhma_tri@yahoo.com(2)

Keyword ABSTRACT
performance measurement,
Nowadays, Small and Medium Enterprises (SME) have an important role in
SME, framework, Balanced
encouraging Indonesian economy. However, the increasing of fiercer global
Scorecard, Economic Value
competition makes the existence of SME is threatened. To deal with this, it
Added
is needed a strategy that can improve the competitiveness of SME. One of
strategies which can be applied to support the competitiveness improvement
of SME is an SME performance measurement system. The SME
Performance measurement system implementation aims to determine the
SME performance level, how the effectiveness and efficiency of the SME
business processes based on the targets that have been defined before.
Based on the performance measurement results, SME can evaluate and re-
planning policies to be applied to achieve better performance. This study
aims to develop an SME performance measurement framework. This study
will employ a desk research approach. Framework developed by integrating
Balanced Scorecard and Economic Value Added. The results of this study
indicate that the integration between Balanced Scorecard and Economic
Value Added can be used as a SME performance measurement tools. EVA
components that must be considered and be lagging indicators of SME
performance consisting of Net Operating Profit After Tax (NOPAT),
revenue from sales, operating costs and capital costs
Kata Kunci SARI KARANGAN
Saat ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peranan penting
Pengukuran Kinerja, UKM,
framework, Balanced Scorecard, dalam mendorong perekonomian Indonesia. Namun, persaingan global
Economic Value Added yang semakin ketat membuat eksistensi UKM menjadi terancam. Untuk
menghadapi hal tersebut, diperlukan suatu strategi yang dapat
meningkatkan daya saing UKM. Salah satu strategi yang dapat dilakukan
untuk mendukung peningkatan daya saing UKM adalah penerapan sistem
pengukuran kinerja UKM. Penerapan sistem pengukuran kinerja UKM
bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja UKM, seberapa efektif dan
efisien proses bisnis yang dilakukan UKM yang didasarkan pada target yang
telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja
tersebut, UKM dapat melakukan evaluasi dan perencanaan kembali terkait
kebijakan yang akan diterapkan untuk mencapai kinerja yang lebih baik.
Makalah ini bertujuan untuk mengembangkan framework pengukuran
kinerja UKM. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan desk research. Framework yang dikembangkan merupakan
intergrasi antara Balanced Scorecard dan Economic Value Added. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi antara Balanced Scorecard dan
Economic Value Added dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja
UKM. Komponen-komponen EVA yang harus diperhatikan dan menjadi
lagging indicator kinerja UKM terdiri atas Net Operating Profit After Tax
(NOPAT), jumlah pendapatan dari penjualan, biaya operasional dan biaya
modal.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

614 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN mengalir (free flow) antar negara-negara anggota
Saat ini UKM mempunyai peranan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam MEA tersebut
penting dalam mendorong perekonomian menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku
Indonesia. Beberapa peranan penting UKM usaha nasional terutama UKM. Integrasi kawasan
tersebut antara lain: UKM memberi kontribusi atau regionalisasi antar negara-negara anggota
terhadap GDP sebesar 56%, UKM menyerap ASEAN akan memberikan peluang usaha dan
tenaga kerja lebih dari 100 juta pekerja Indonesia pasar yang lebih besar bagi UKM. Namun jika
(BPS, 2014), UKM ikut membantu dalam tidak disertai dengan kesiapan UKM, peluang
mengentaskan kemiskinan di Indonesia dan juga tersebut akan menjadi ancaman bagi UKM. Jika
dengan sifatnya yang mandiri dan tidak tergantung UKM tidak mampu bersaing dengan produk-
terhadap ekonomi makro, UKM berperan dalam produk dari negara anggota ASEAN lainnya,
menjaga stabilitas ekonomi domestik . Peran besar kemungkinan jika banyak UKM di
penting UKM juga telah banyak disampaikan Indonesia yang akan gulung tikar.
dalam beberapa penelitian. Kristiyanti (2012) Dalam rangka untuk menghadapi
menyebutkan bahwa UKM mempunyai beberapa berbagai tantangan tersebut, UKM harus
peran strategis terhadap perekonomian nasional, senantiasa meningkatkan daya saingnya. Salah
diantaranya adalah UKM berperan dalam satu cara yang dapat dilakukan untuk
peningkatan perekonomian, penyerapan tenaga meningkatkan daya saing UKM adalah penerapan
kerja dan juga UKM berperan dalam sistem pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja
pendistribusian hasil-hasil pembangunan ke telah menjadi komponen penting dari strategi
daerah-daerah. Hal tersebut mengingat bahwa pembangunan UKM agar tumbuh secara
UKM tidak hanya perpusat di kota-kota besar berkelanjutan dalam pasar global yang sangat
tetapi tersebar di seluruh daerah. Hal senada juga kompetitif (singh, et al, 2008). Seperti yang
disampaikan oleh Gunasekaran et, al (2000) yang diungkapkan Garengo (2005), untuk mengahadapi
mengatakan bahwa UKM mempunyai peranan perubahan-perubahan yang terjadi, seperti
yang signifikan, terutama dalam pertumbuhan meningkatnya lingkungan yang kompetitif,
perekonomian nasional, peningkatan daya saing, munculnya hal-hal baru yang rawan memberikan
inovasi dan penyerapan tenaga kerja. Lebih lanjut ancaman, konsep kualitas yang selalu berevolusi,
Gunasekaran, et al (2000) juga menyebutkan meningkatnya kesadaran untuk fokus pada
bahwa peran besar UKM tersebut didukung oleh perbaikan yang terus menerus, dan perkembangan
kemampuan UKM untuk cepat berinovasi serta teknologi informasi dan komunikasi yang
tingkat fleksibilatas UKM yang tinggi. signifikan, mengharuskan UKM untuk
Namun meskipun UKM sangat berperan menerapkan sistem pengukuran kinerja yang
dalam perekonomian nasional, UKM Indonesia sesuai dengan konteks organisasi, terutama untuk
masih harus mengahadapi beberapa tantangan, UKM industri manufaktur (Garengo et al., 2005).
terutama yang berkaitan dengan persaingan. Sistem pengukuran kinerja dipercayai sebagai
Liberalisme perdagangan memungkinkan produk sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan
dari perusahaan besar dan bahkan produk dari luar keunggulan organisasi dalam era kompetisi dan
negeri mencapai ke pelosok daerah di tanah air juga sebagai sarana pendukung yang dapat
(singh, et al, 2010). Hal tersebut menyebabkan digunakan untuk membuat suatu perubahan pada
kesulitan UKM lokal untuk mempertahankan organisasi sebagai bentuk adaptasi tehadap
posisi bisnis mereka di pasar masing-masing perubahan-perubahan yang ada (cocca dan
(singh, et al, 2010). Terlebih lagi pemberlakukan Alberti, 2010). Sistem pengukuran kinerja juga
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Indonesia merupakan elemen penting yang diperlukan
mulai tahun 2015menjadi tantangan terbesar organisasi untuk dapat mencapai kinerja yang
UKM Indonesia saat ini. tinggi, terutama terkait kemampuan dalam
Tujuan MEA adalah menciptakan mengukur serta memonitor kinerja organisasi
ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan secara efektif (cocca dan Alberti, 2010, Sharma,
kesatuan basis industri. Semua barang, jasa, 2005). Hal yang sama juga disampaikan oleh
investasi, modal, bahkan tenaga kerja akan bebas Sousa dan Aspinal (2010), bahwa dengan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 615
mengukur kinerja dapat digunakan sebagai alat 2005). Selain itu, kondisi finansial UKM yang
monitor, kontrol, strategi komunikasi, belum kuat menyebabkan belum UKM belum
memastikan bahwa keputusan yang dibuat mampu melakukan berbagai upaya perbaikan
merupakan keputusan yang terbaik yang juga (Hudson, et al, 2001; Yusof dan Aspinwall, 2000).
dilengkapi dengan rencana tindakan untuk Kondisi finansial UKM sangat menentukan
mengatasi konsekuensi dari pengambilan keberlangsungan kegiatan yang ada di UKM. Hal
keputusan, dan untuk mengecek apakah kegiatan tersebut menyebabkan segi finansial menjadi tolak
yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. ukur utama kinerja UKM. Namun demikian,
Berdasarkan hal tersebut penting bagi setiap UKM pengukuran kinerja yang hanya dilakukan dalam
untuk menerapkan sistem pengukuran kinerja. jangka pendek ditambah ketidakpastian dan
Sistem pengukuran kinerja yang cepatnya perubahan lingkungan menyebabkan
diterapkan dalam UKM saat ini kebanyakan kesulitan dalam mengontrol dan mengarahkan
adalah sistem pengukuran kinerja tradisional UKM pada peningkatan kinerja yang
dimana kinerja diukur hanya dari aspek keuangan. berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut perlu
Sementara aspek diluar keuangan tidak begitu dikembangkan suatu framework pengukuran
dipertimbangkan. Sistem pengukuran kinerja kinerja yang sesuai dengan karakteristik UKM.
tradisional tersebut memiliki beberapa kelemahan. Dalam sistem pengukuran kinerja, sangat
Neely, et al (2000) menyebutkan bahwa sistem penting untuk mengidentifikasi cara mengukur
pengukuran kinerja tradisional hanya berfokus yang sesuai yang dapat mengevaluasi tujuan
pada satu dimensi sehingga dapat dikatakan global UKM (sharma, 2005). Lebih lanjut,
bahwa pengukuran kinerja tersebut masih sangat karakteristik organisasi harus diperhitungkan
sempit. Kueng (2000) juga menyebutkan bahwa dalam implementasi sistem yang ada di UKM dan
perspektif yang sempit pada pengukuran kinerja juga menentukan tipe pengukuran kinerja yang
tradisional dapat mengarahkan pada penilaian akan diimplementasikan yang pastinya berbeda
yang tidak seimbang dan juga membatasi dengan organisasi lainnya (Sousa dan Aspinwal,
kekuatan organisasi untuk melakukan perbaikan 2010). Selain itu, pemilihan pendekatan yang
terus menerus. Hal tersebut disebabkan karena digunakan untuk mengukur dan meningkatkan
aspek non finansial yang tidak menjadi salah satu kinerja merupakan masalah utama organisasi yang
dimensi dalam pengukuran kinerja tersebut harus diselesaikan (Sousa dan Aspinwal, 2010).
merupakan kunci peningkatan kinerja organisasi Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini
di masa depan (Kueng, 2000). Selain itu, adalah untuk mengembangkan framework
pengukuran secara tradisional biasanya hanya pengukuran kinerja UKM. Framework
berfokus pada tujuan jangka pendek tidak dikembangkan dengan mengintergrasikan model
dilakukan untuk tujuan jangka panjang (Sharma, pengukuran kinerja Balanced Scorecard (BSC)
2005). Mengacu pada Kaplan (1992), kelemahan- dan Economic Value Added (EVA).
kelemahan pengukuran kinerja tradisional tersebut Pemilihan BSC dan EVA dalam
dapat diatasi apabila organisasi menerapkan penelitian ini dengan mempertimbangkan
pengukuran yang seimbang (balanced of beberapa pertimbangan. Pertama, BSC merupakan
measures) (Neely, et al, 2000). Konsep alat pengukuran kinerja yang telah banyak
“seimbang” tersebut diartikan sebagai pentingnya digunakan dan berhasil berkontribusi
melakukan pengukuran kinerja dengan cara yang meningkatkan kinerja perusahaan. BSC tidak
berbeda yang mempertimbangkan beberapa hanya dapat diimplementasikan dalam manajemen
perspektif secara bersama-sama dan dapat strategis UKM tetapi juga dapat digunakan dalam
menggambarkan organisasi secara keseluruhan pengukuran kinerja UKM (Scarborough and
(Taticchi, et al, 2010). Zimmerer, 2000 dalam Tennant dan Tanoren,
Belum diterapkannya sistem pengukuran 2005). Kedua, keterbatasan modal dan sumber
kinerja yang baik di UKM disebabkan oleh daya lainnya membuat UKM cenderung untuk
beberapa hal, diantaranya adalah UKM biasanya melihat perspektif finansial terutama profitabilitas
memiliki sumberdaya terbatas dan kurangnya sebagai ukuran kinerja UKM. Berdasarkan hal
keahlian dari segi manajerial (Garengo et al, tersebut, EVA sesuai jika digunakan dalam

616 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
pengukuran kinerja UKM karena mengukur Tidak hanya berdasarkan ukurannya,
kinerja dari sisi finansial. EVA dapat dijadikan karakteristik UKM terkait manajerial juga berbeda
pertimbangan UKM dalam membuat keputusan dengan perusahaan besar. Kristiyanti (2012)
penambahan modal melalui hutang. Disamping menyebutkan bahwa ciri-ciri UKM ada 4,
itu, kebutuhan UKM akan adanya investor untuk diantaranya adalah manajemen UKM berdiri
meningkatkan skala perusahaan sangat tepat jika sendiri tidak ada pemisahan yang tegas antara
menggunakan EVA dalam pengukuran kinerja, pemilik dengan pengelola perusahaan, modal
dimana EVA mencerminkan nilai tambah disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok
perusahaan dari segi ekonomi yang dapat kecil pemilik modal, daearah operasinya
digunakan sebagai alat analisis investor dalam umumnya local, dan ukuran perusahaan, baik dari
membuat keputusan investasi. Ketiga, integrasi segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana
kedua model tersebut akan menghasilkan prasarana yang kecil. Berdasarkan hasil penelitian
pengukuran kinerja yang sesuai dengan visi UKM. Hudson, et al (2001), karakteristik UKM terdiri
Kelebihan dari masing-masing akan saling dari: 1). manajemen personal, dengan sedikit
melengkapi, dimana EVA berfokus pada devolusi kewenangan; 2). keterbatasan sumber
pencapaian visi UKM untuk menciptakan nilai daya yang parah dalam hal manajemen dan tenaga
sedangkan BSC memfokuskan manajemen pada kerja, serta keuangan; 3). ketergantungan terhadap
cara kunci untuk mendapatkan nilai tersebut sejumlah kecil pelanggan, dan operasi di pasar
(Stankeviciene dan sviderske, 2010). Selain itu, terbatas; 4). datar, struktur yang fleksibel; 5).
EVA memiliki keunggulan dalam mengukur Potensi inovasi tinggi; 6). reaktif, mentalitas
kinerja keuangan namun memiliki keterbatasan pemadam kebakaran; 7). Informal, strategi
dalam implementasi terutama dalam penyelarasan dinamis. Senada dengan Hudson, et al, 2001,
strategi. Kekurangan tersebut dapat diisi dengan Robinson dan Pearce (1984) dalam Tennant dan
penggabungan BSC dalam pengukuran kinerja. Tanoren (2005) menyebutkan bahwa terdapat
Keempat, penelitian terkait integrasi antara BSC beberapa karakteristik kunci UKM yang
dan EVA sebagai model pengukuran kinerja membedakan UKM dari perusahaan besar.
belum banyak dilakukan, sehingga penelitian ini Karakteristik-karakteristik UKM tersebut antara
dapat mengisi kesenjangan penelitian tersebut. lain: 1). Manajemen bersifat personal dimana
KERANGKA TEORI manajer dilarang untuk mengungkapkan strategi
UKM dan Karakteristiknya bisnis; 2). Memiliki sumber daya terbatas dalam
Pengkategorian UKM pada setiap negara hal manajemen, termasuk tenaga kerja dan
berbeda-beda. Di Indonesia, pengertian UKM keuangan; 3). Bergantung pada basis pelanggan
terdapat di UU No 20 Tahun 2008, dimana kriteria terbatas sehingga peluang pasar juga terbatas; 4).
UKM ditentukan berdasarkan jumlah kekayaan Memiliki struktur organisasi datar dan lebih
dan omsetnya. Pada usaha kecil kekayaan bersih fleksibel, karena ukuran yang lebih kecil; 5).
yang dimiliki berkisar antara Rp. 50 juta sampai Memiliki potensi tinggi untuk inovasi; 6). Strategi
dengan Rp. 500 juta (tidak termasuk tanaha dan yang dimiliki informal dan dinamis juga reaktif.
bangunan tempat usaha) dan memiliki omset
penjualan tahunan Rp. 300 juta sampai dengan Rp. Sistem Pengukuran kinerja UKM
2,5 Milyar. sedangkan pada usaha menengah Pengukuran kinerja didefinisikan proses
kekayaan bersih yang dimiliki berkisar antara Rp. pengukuran efisiensi dan efektivitas suatu aksi
500 juta sampai dengan Rp. 10 Milyar (tidak (Neely, 1995). Sedangkan sistem pengukuran
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan kinerja didefinisikan sekumpulan metrik yang
memiliki omset penjualan tahunan Rp. 2,5 M digunakan untuk mengukur efisiensi dan
sampai dengan Rp. 50 M. Berdasarkan pada efektivitas tindakan (Neely, 1995). Pengukuran
European Commission, kriteria UKM ditentukan kinerja dapat memberikan pengaruh terhadap
berdasarkan jumlah pekerjanya, untuk usaha kecil organisasi (Neely, et al ,2000). Hal tersebut
jumlah pekerja berkisar antara 10 – 50 orang dan berkaitan dengan bagaimana keadaan awal
untuk usaha menengah jumlah pekerjanya antara pengukuran, keputusan mengenai apa yang akan
50 – 250 orang. diukur, bagaimana mengukurnya, dan apa yang

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 617
menjadi target dari proses yang diukur yang secara digunakan, 5). Memberikan feedback yang cepat
langsung akan berpengaruh terhadap pegawai baik dan akurat, 6). Hubungan antar operasi ke tujuan
secara individu atau kelompok dalam organisasi strategis, 7). Merangsang perbaikan terus-
(Neely, et al ,2000). menerus. Berdasarkan hal tersebut, penting bagu
Dalam melakukan pengukuran terhadap UKM untuk memperhatikan karakteristik
organisasi, yang pertama harus dilakukan adalah pengukuran kinerja dalam pembuatan sistem
memahami tujuan organisasi (Varcoe, 1996). pengukuran kinerja bagi perusahaannya.
Tujuan organisasi tersebut kemudian didefinisikan
dan dikonversi menjadi angka yang kemudian Balanced Scorecard
dijadikan pembanding atau target pengukuran Balanced Scorecard (BSC) merupakan
kinerja organisasi (Varcoe, 1996). Selain itu, alat pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh
sebelum melakukan pengukuran kinerja, Kaplan dan Norton (1992). Dalam
organisasi harus memahami karakteristik pengukurannya, BSC menggunakan seperangkat
organisasinya. Karakteristik organisasi dan pengukuran kuantitatif yang diperoleh
perubahannya harus diperhitungkan dan akan berdasarkan strategi perusahaan (Niven, 2006).
menentukan keberhasilan implementasi suatu BSC “menerjemahkan misi dan strategi
inisiatif perbaikan yang baru (Sousa dan organisasi ke dalam seperangkat ukuran kinerja
Aspinwal, 2010). Dimana, setiap organisasi yang menyediakan kerangka kerja untuk
memiliki karakteristik masing-masing tergantung pengukuran dan sistem manajemen strategis”
pada produk atau servis yang dihasilkan, (Kaplan dan Norton, 1996). Pada setiap area BSC,
konsumen, pekerja, strategi yang diterapkan, nilai organisasi menetapkan tujuan keseluruhan dan
yang dimiliki, keputusan-keputusan yang dibuat, tujuan strategis organisasi yang didasarkan pada
dan lain sebagainya (Sousa dan Aspinwal, 2010). visi organisasi (Kaplan dan Norton, 1996).
Lebih lanjut, karakteristik organisasi menentukan Dengan menggunakan BSC akan mendorong
tipe pengukuran kinerja yang diimplementasikan organisasi untuk lebih eksplisit dalam
yang pastinya berbeda dengan organisasi lainnya menghubungkan variabel finansial dan
(Sousa dan Aspinwal, 2010). nonfinansial (Rickards, 2007). Kinerja organisasi
Dalam upaya peningkatan kinerja UKM, tidak lagi hanya dilihat dari segi financial tetapi
tidak dipungkiri bahwa UKM membutuhkan suatu juga nonfinansial. Disamping itu, BSC tidak
sistem pengukuran kinerja. Namun karena hanya mempertimbangkan isu-isu internal saja
karakteristiknya yang berbeda, UKM tetapi juga isu eksternal.
membutuhkan suatu sistem pengukuran kinerja Dalam pengukuran kinerja, BSC
yang sesuai dengan karakteristiknya. Berdasarkan menggunakan 4 perspektif, yaitu perspektif
hasil penelitian Sousa dan Aspinwal (2010), pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran
beberapa karakteristik sistem pengukuran kinerja dan pertumbuhan dan perspektif finansial (Kaplan
yang dapat diterapkan oleh UKM antara lain: 1). dan Norton, 1996). Dalam perspektif pelanggan,
sederhana, mudah dipahami dan mudah organisasi harus menentukan siapa pelanggan
digunakan, 2). mudah diimplementasikan dan mereka, proposisi nilai apa yang dimiliki
efektif, 3). generik, 4). Sistematik dan lengkap, 5). organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
Valid dan jelas antar elemennya, 6). Kuat dan pelanggan, dan apa yang diekspektasikan
merepresentasikan roadmap dan perencanaan alat pelanggan terhadap organisasi (Niven, 2006).
untuk implementasi, dan 7). Berkelanjutan. Indikator kinerja berdasarkan prespektif ini
Senada dengan Sousa dan Aspinwal (2010), biasanya terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi
Hudson, et al (2001) juga mengidentifikasi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas
karakteristik sistem pengukuran kinerja yang pelanggan dan pangsa pasar di segmen sasaran
dapat diterapkan oleh UKM, antara lain: 1). (Niven, 2006). Dalam perspektif proses bisnis
Berasal dari strategi, 2). Diturunkan secara jelas internal, organisasi mengidentifikasi proses-
dan kemudian didefinisikan dengan tujuan proses kunci yang ada dalam organisasi yang
eksplisit, 3). Relevan dan mudah untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan terhadap
dipertahankan, 4). Mudah untuk dimengerti dan pelanggan (Niven, 2006). Pada proses ini

618 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
berfokus pada upaya peningkatan kepuasan value). EVA positif juga menandakan bahwa
pelanggan sebagai bentuk cara mempertahankan manajemen telah menjalankan tugasnya dengan
pelanggan dan mengoptimalkan pencapaian baik. EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai
tujuan finansial perusahaan (Sipayung, 2009). perusahaan berkurang, tingkat pengembalian yang
Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, dihasilkan lebih rendah daripada tingkat
perspektif ini bertujuan untuk menghilangkan gap pengembalian yang dituntut investor. Sedangkan
antara infrastruktur yang dimiliki perusahaan nilai EVA = 0 menunjukkan bahwa perusahaan
dengan infrastruktur yang dibutuhkan untuk berada pada posisi break even point karena semua
menjadi perusahaan yang unggul (Niven, 2006). laba digunakan untuk membayar kewajiban
Pada proses ini diidentifikasi infrastruktur yang kepada investor.
harus dibangun untuk menciptakan pertumbuhan Menurut Stewart (1993) dalam Utomo
dan peningkatan kinerja perusahaan dalam jangka (1999), peningkatan kinerja keuangan dengan
panjang (Sipayung, 2009). Perspektif EVA dapat dilakukan dengan 3 cara. Pertama,
pertumbuhan dan pembelajaran merupakan dengan meningkatkan laba operasi perusahaan
pondasi BSC (Niven, 2006). Dan yang terakhir tanpa adanya tambahan modal. EVA akan
adalah perspektif finansial, perspektif ini meningkat jika dengan menggunakan modal yang
merupakan komponen kritis dalam BSC (Niven, sama perusahaan dapat menghasilkan profit yang
2006). Perspektif finansial menunjukkan apakah lebih besar. Kedua, meningkatkan modal untuk
strategi perusahaan, implementasi dan mendapatkan profit yang lebih besar. Peningkatan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak modal yang akan menstimulasi mendapatkan
terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. profit yang lebih besar juga akan meningkatkan
Tujuan pencapaian kinerja pada perspektif EVA, dengan catatan peningkatan profit yang
finansial merupakan fokus dari tujuan-tujuan dari diperoleh lebih besar dari modal yang
perspektif lainnya (Niven, 2006). ditambahkan. Ketiga, menarik modal dari
aktivitas-aktivitas yang tidak perlu. Penarikan
Economic Value Added modal pada aktivitas-aktivitas yang tidak perlu
Economic Value Added (EVA) terutama aktivitas yang tidak memberikan
merupakan ukuran kinerja keuangan yang tambahan nilai perusahan akan mengurangi
menggambarkan keuntungan ekonomis dari suatu penggunaan modal perusahaan sehingga dapat
perusahaan (Chandra Shil, 2009). EVA mengukur meningkatkan EVA.
berapa banyak nilai ekonomi yang ditambahkan Ukuran kinerja dari EVA sangat erat
berdasarkan modal yang digunakan (Chandra Shil, kaitannya dengan pemegang modal perusahaan
2009). Keunggulan EVA digunakan dalam (Chandra Shil, 2009). EVA dapat digunakan
pengukuran kinerja adalah fokus terhadap usaha sebagai alat analisis oleh pemegang modal untuk
dalam menciptakan nilai bagi perusahaan mengukur keberhasilan manajemen yang mereka
(Stankeviciene dan sviderske, 2010). Nilai EVA telah mereka percaya dan juga membantu mereka
didapatkan berdasarkan hasil pengurangan antara dalam menganalisis keberlanjutan kerjasama
keuntungan operasi setelah pajak dengan dengan dengan perusahaan (Chandra Shil, 2009). Lebih
biaya modal dari seluruh modal yang digunakan lanjut, EVA juga dapat dijadikan pertimbangan
untuk menghasilkan laba tersebut (Bahri, et al, pemilik modal apakah akan menginvestasikan
2011). Laba operasional setelah pajak uangnya untuk suatu perusahaan atau tidak.
menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) di
dalam perusahaan, sedangkan biaya modal METODE PENELITIAN
menggambarkan pengorbanan yang dikeluarkan Tujuan dari penelitian ini adalah
dalam mengahsilkan nilai tersebut. EVA yang mengembangkan framework pengukuran kinerja
positif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian UKM dengan menggunakan integrasi Balanced
yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi daripada Scorecard (BSC) dengan Economic Value Added
tingkat biaya atau tingkat pengembalian yang (EVA). Penelitian ini menggunakan pendekatan
dituntut investor, dalam hal ini diartikan bahwa desk research. Pendekatan desk research
perusahaan berhasil menciptakan nilai (create merupakan metodologi penelitian dengan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 619
menggunakan data sekunder sebagai data Penelitian ini berusaha untuk melengkapi
penelitiannya. Data yang digunakan dalam penelitian Bahri, et al (2011) dimana untuk
penelitian ini adalah literatur hasil penelitian mencapai tujuan strategis UKM yaitu pencapaian
terkait UKM dan sistem pengukuran kinerja. EVA diperlukan suatu sistem manajemen strategi
Kerangka integrasi antara BSC dan EVA yang akan mengarahkan pada pencapaian tujuan
didasarkan pada kerangka pemikiran strategis UKM yaitu Balanced Scorecard.
pengembangan framework pengukuran kinerja Kerangka integrasi antara EVA dan BSC dapat
UKM dengan menggunakan EVA yang dilakukan dilihat pada gambar 2. Dalam gambar tersebut
oleh Bahri, et al (2011). Framework tersebut dapat menunjukkan bahwa dalam upaya pencapaian
dilihat gambar 1. Dalam framework tersebut sasaran strategis UKM yaitu pencapaian EVA,
kinerja UKM diukur berdasarkan EVA dan diperlukan suatu perumusan strategi yang dapat
menekankan adanya keselarasan antara strategi, mengarahkan perusahaan dalam pencapaian EVA
praktek bisnis dan EVA yang akan memberikan tersebut. Strategi UKM tersebut kemudian
feedback satu sama lain untuk perbaikan terus diterjemahkan ke dalam 4 pespektif BSC, yaitu
menerus. Lebih lanjut, Bahri, et al (2011) juga perspektif finansial, perspektif pelanggan,
membreakdown EVA ke dalam praktek-praktek perspektif proses bisnis internal dan perspektif
bisnis yang menjadi kunci pencapaian kinerja. pertumbuhan dan pembelajaran. Penggunaan BSC
Namun, dalam membreakdown EVA ke dalam dapat membantu mewujudkan tujuan strategis
praktek-praktek bisnis UKM, Bahri, et al (2011) UKM dan mengembangkan manajemen strategis
tidak menggunakan metode tertentu. Breakdown yang lebih efektif dengan memberikan arah yang
EVA kedalam praktek-praktek bisnis UKM jelas, pemahaman bisnis yang lebih baik, fokus
dilakukan dengan mengidentifikasi hubungan dan keselarasan antara kegiatan dengan strategi
potensial antara komponen utama EVA dengan UKM (Tennant dan Tanoren, 2005).
praktek bisnis yang ada dalam perusahaan yang
relevan dengan tujuan pencapaian EVA.

Objektif/Tujuan Faktor penentu Hasil

Tujuan strategis yang


diterjemahkan dalam
Praktek Bisnis EVA
istilah finansial
(EVA)

Feedback

Gambar 1. Hubungan antara Strategi, praktek bisnis dan EVA


(Sumber: Bahri, et al, 2011)

Tujuan strategis UKM


yang diterjemahkan
Strategi UKM EVA
dalam istilah finansial
(EVA)

Perspektif Finansial

Perspektif Pelanggan

Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif Pertumbuhan dan


Pembelajaran

Balanced Scorecard

Gambar 2. Kerangka Integrasi BSC dan EVA

620 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN pajak (net operating profit after tax (NOPAT))
Identifikasi komponen yang mempengaruhi dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal
nilai EVA yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
EVA seperti yang didefinisikan oleh Stern (Bahri, et al, 2011). Dimana biaya modal
Stewart & Co mengukur kekayaan yang merupakan hasil kali antara tingkat biaya modal
diciptakan oleh suatu perusahaan dalam periode (cost capital rate (K)) dengan total modal yang
tertentu (Bahri, et al, 2011). EVA mengukur diinvestasikan (invested capital (IC)).
pendapatan sisa (residual income) yang
mengurangkan biaya-biaya modal terhadap laba EVA = NOPAT – K x IC
operasi (Martusa, et al). Besarnya nilai EVA
didapatkan dari keuntungan operasi bersih setelah

Gambar 3. Komponen EVA dalam pengukuran kinerja


(Sumber: Bahri, et al, 2011)

Peningkatan nilai EVA merupakan salah (sales) dan biaya operasional (operating expenses)
satu tujuan kinerja keuangan perusahaan. yang menentukan nilai NOPAT, beban keuangan
Penetapan EVA sebagai ukuran kinerja yang menentukan besarnya biaya modal (cost of
perusahaan dapat mendorong manajemen untuk capital), dan modal yang diinvestasikan yang
berfokus pada proses yang memberikan nilai terdiri dari aset saat ini maupun aset jangka
tambah dan mengeliminasi aktivitas atau proses panjang. Nilai EVA berbanding lurus dengan nilai
yang tidak memberikan nilai tambah (Utomo, NOPAT dan berbanding terbalik dengan nilai
1999). EVA membantu manajemen dalam biaya modal, yang berarti bahwa nilai EVA akan
menetapkan tujuan internal (internal goal setting) besar jika NOPAT yang dihasilkan besar, begitu
perusahaan yang berpedoman bukan hanya juga sebaliknya dan nilai EVA kecil jika biaya
implikasi pada jangka pendek tetapi pada modalnya besar, begitu juga sebaliknya.
implikasi jangka panjang. Dimana fokus sebuah Berdasarkan hal tersebut, untuk mendapatkan nilai
perusahaan untuk mendapatkan profit sebesar- EVA yang tinggi, langkah yang dapat dilakukan
besarnya merupakan tujuan jangka pendek adalah memaksimalkan nilai NOPAT dan
sedangkan maksimasi EVA merupakan tujuan meminimalkan nilai biaya modal.
jangka panjang perusahaan. NOPAT adalah keuntungan operasi bersih
Berdasarkan bahri, et al (2011), seperti perusahaan setelah dikurangi dengan pajak.
yang terdapat pada gambar 3, nilai EVA NOPAT merupakan komponen terpenting dalam
dipengaruhi oleh 5 komponen, yaitu penjualan EVA dimana besarnya EVA sangat tergantung

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 621
pada nilai NOPAT. Besarnya nilai NOPAT sasaran 4 perspektif BSC. Sasaran ditentukan
ditentukan oleh 2 komponen, yaitu besarnya berdasarkan pada proses-proses yang secara
pendapatan dari hasil penjualan dan biaya langsung maupun tidak langsung dapat
operasional. Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi perusahaan
mendapatkan nilai NOPAT yang besar, yang mengacu pada perspektif finansial,
perusahaan harus meningkatkan pendapatan dari perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
penjualan dan menekan biaya operasional internal dan perspektif pertumbuhan dan
perusahaan. pembelajaran. Komponen EVA yaitu sales, biaya
Biaya modal merupakan resiko yang operasional dan biaya modal dapat dijadikan
harus ditanggung oleh perusahaan terhadap modal tujuan dalam perspektif finansial BSC, sedangkan
yang digunakan. Biaya modal adalah semua biaya 3 perspektif BSC lainnya ditentukan sasaran yang
yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan akan mempengaruhi komponen EVA. Dengan
dalam rangka mendapatkan sumber dana. Biaya penerapan BSC dalam penyusunan strategi
modal dapat berupa biaya bunga dan juga biaya- pencapaian EVA, dapat diketahui proses-proses
biaya lain terkait dengan jenis investasi yang mana saja yang memberikan nilai tambah dan
digunakan seperti saham dan obligasi. Besarnya mana yang tidak. Lebih lanjut, pencapaian kinerja
biaya dipengaruhi oleh beberpa faktor diantaranya EVA menjadi tanggung jawab semua bagian
adalah keadaan perekonomian makro, kondisi dalam perusahaan, bukan hanya bagian keuangan
pasar (daya jual saham suatu perusahaan), saja.
kebijakan operasi dan pembiayaan manajemen, Selain sasaran pada masing-masing
dan besarnya pembiayaan yang diperlukan perspektif, juga ditentukan indikator kinerja pada
(Warsono, 2002). Secara umum, besarnya biaya setiap perspektif yang dapat digunakan untuk
modal dipengaruhi oleh pihak eksternal dan juga menilai keberhasilan pencapaian sasaran yang
kebijakan manajemen keuangan perusahaan. telah ditentukan. Sasaran dan indikator kinerja
Kebijakan manajemen keuangan perusahaan BSC ditentukan berdasarkan karakteristik dan
sangat menentukan besarnya biaya modal, kondisi UKM. Hal tersebut memungkinkan
terutama terkait pertimbangan sumber pendanaan adanya perbedaan antara perusahaan satu dengan
apa saja yang digunakan sebagai modal. Lebih perusahaan lainnya. Sebagai contoh, sasaran dan
lanjut, dalam upaya maksimasi nilai perusahaan ukuran kinerja hasil integrasi antara BSC dan
biaya modal harus diminimasi. EVA pada UKM bidang manufaktur dapat dilihat
pada tabel 2. Lebih lanjut, hubungan antara
masing-masing sasaran dapat dilihat pada gambar
Identifikasi Sasaran Strategis dan Indikator 5.
Kinerja UKM berdasarkan integrasi EVA dan
BSC
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap
komponen EVA di atas, dapat disimpulkan
langkah yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan nilai EVA adalah 1). Meningkatkan
pendapatan dari penjualan, 2). Minimasi biaya
operasional perusahaan dan 3). Minimasi biaya
modal. Sasaran strategis perusahaan terkait
peningkatan EVA kemudian diterjemahkan
kedalam terminologi operasional berdasarkan 4
perspektif BSC. Seperti yang digambarkan pada
gambar 4, sasaran strategis UKM yaitu
Gambar 4. Komponen EVA dalam pengukuran kinerja
peningkatan nilai EVA dibreakdown kedalam

622 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tabel 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja UKM berdasarkan EVA dan BSC

Perspektif Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sumber Referensi


Finansial Peningkatan EVA EVA Bahri, et al, 2011
(Lagging Factor) Peningkatan profit Jumlah profit yang dihasilkan Bahri, et al, 2011
(NOPAT) perusahaan setelah dikurangi
pajak
Peningkatan pendapatan Jumlah pendapatan dari Bahri, et al, 2011
penjualan
Minimasi biaya Jumlah biaya operasional Bahri, et al, 2011, singh, et al,
operasional yang dikeluarkan oleh 2010
perusahaan
Minimasi biaya modal Jumlah biaya modal Bahri, et al, 2011
Pelanggan Peningkatan pangsa pasar Presentase pasar yang dimiliki Kiumarsi & Jayaraman, 2014,
(Leading factor) perusahaan knight, 2000
Peningkatan volume Jumlah produk yang terjual Kiumarsi & Jayaraman, 2014
penjualan
Peningkatan jumlah Jumlah pelanggan yang Kiumarsi & Jayaraman, 2014
pelanggan dimiliki perusahaan
Peningkatan kepuasan Tingkat kepuasan pelanggan Gumbus dan Lussier, 2006,
pelanggan Singh et, al, 2010, Kiumarsi &
Jayaraman, 2014
Penentuan harga yang Perbandingan antara harga Kiumarsi & Jayaraman, 2014
kompetitif produk dengan harga produk
sejenis dari perusahaan lain
On-time delivery Jumlah keterlambatan Gumbus dan Lussier, 2006
pengiriman
Proses Bisnis Peningkatan produktivitas Tingkat produktivitas pegawai Singh, et al, 2010, Gilbraith, et
Internal pegawai al, 2008, Phusavat, 2007
(Leading factor) Peningkatan efisiensi Tingkat efisiensi produksi
produksi
Peningkatan efektivitas Tingkat efektivitas produksi
produksi
Peningkatan kualitas Perbandingan antara jumlah Singh, et al, 2010, Gumbus
produksi produk cacat dengan total dan Lussier, 2006
produksi
Pembangunan hubungan Kinerja supplier Singh, et al, 2010
dengan supplier untuk
meningkatkan kinerja
supplier
Pertumbuhan dan Peningkatan kompetensi Tingkat kompetensi pegawai Singh, et al, 2010
pembelajaran pegawai
(Leading factor) Peningkatan efektivitas Tingkat efektifitas training Singh, et al, 2010
training terhadap peningkatan
kompetensi pegawai
Implementasi teknologi Efektifitas penerapan Singh, et al, 2010
informasi teknologi informasi
Budaya organisasi Tingkat budaya organisasi Singh, et al, 2010

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 623
Peningkatan EVA
Perspektif Financial
Minimasi Biaya Peningkatan
Modal NOPAT

Peningkatan Minimasi Biaya


pendapatan penjualan Operasional
Perspektif Customer

Peningkatan Peningkatan Peningkatan


pangsa pasar jumlah pelanggan penjualan

Peningkatan
Harga kompetitif On-time delivery
kepuasan pelanggan
Perspektif Bisnis Proses
Internal

Peningkatan Peningkatan Kualitas Peningkatan efisiensi Peningkatan efektivitas


produktivitas pegawai produksi produksi produksi
Pembangunan
hubungan dengan
supplier
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran

Implementasi teknologi Budaya organisasi Peningkatan kompetensi


informasi pegawai

Peningkatan efektivitas
training

Gambar 5. hubungan pada setiap sasaran

Pembahasan EVA yang optimal menjadi sasaran strategis


Tujuan dari penelitian ini adalah UKM. Semakin tinggi nilai EVA yang dihasilkan
mengembangkan framework pengukuran kinerja semakin baik kinerja UKM. Untuk mencapai EVA
UKM. Framework dikembangkan dengan yang ditargetkan kemudian disusun strategi UKM
mengintergrasikan Balanced Scorecard (BSC) yang diterjemahkan dalam 4 perspektif BSC.
dan Economic Value Added (EVA). Integrasi Strategi yang disusun mencerminkan respon
antara dua model dilakukan agar kelebihan dan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun
kekurangan pada masing-masing model saling jangka panjang terhadap tantangan dan peluang
melengkapi satu sama lain. EVA memiliki yang ada (Knight, 2000). EVA dan komponen-
keunggulan dalam mengukur kinerja keuangan komponen yang mempengaruhinya menjadi
namun memiliki keterbatasan dalam implementasi ukuran kinerja pada perspektif finansial BSC.
terutama dalam penyelarasan strategi. Sedangkan Komponen-komponen EVA tersebut yaitu
BSC merupakan model pengukuran kinerja yang NOPAT, pendapatan dari penjualan, biaya
komprehensif dalam menyelaraskan strategi operasional dan biaya modal. Sasaran strategis
perusahaan kedalam perspektif finansial dan yang ingin dicapai berdasarkan perspektif
nonfinansial. Berdasarkan hal tersebut, BSC dapat finansial adalah peningkatan NOPAT,
diintegrasikan dengan EVA yang akan peningkatan pendapatan dari penjualan, minimasi
menerjemahkan strategi perusahaan terkait biaya operasional dan minimasi biaya modal.
pencapaian EVA ke dalam strategi-strategi nyata Lebih lanjut, kemudian disusun strategi untuk
perusahaan yang melibatkan seluruh bagian dalam mencapai sasaran pada perspektif finansial
perusahaan. (lagging factor) berdasarkan 3 perspektif BSC
Dalam framework pengukuran kinerja lainnya yaitu perspektif pelanggan, perspektif
UKM yang dikembangkan, EVA menjadi lagging bisnis proses internal dan perspektif pertumbuhan
indicator pencapaian kinerja UKM. Pencapaian dan pembelajaran (leading factor).

624 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Pada perspektif pelanggan disusun Disamping itu, hubungan dengan suplier tersebut
startegi yang dapat menjadi pemicu pencapaian dibuktikan dengan kinerja suplier yang baik,
sasaran strategis pada perspektif finansial dimana kinerja supplier sangat berpengaruh
terutama pada pencapaian sasaran peningkatan terhadap proses bisnis perusahaan terutama jika
pendapatan dari penjualan. Dalam pencapaian berkaitan dengan proses produksi. Kinerja
kinerja pada perspektif ini, bagian pemasaran supplier yang baik akan meningkatkan efektivitas
memegang peranan besar. Beberapa sasaran kegiatan produksi.
strategi yang dapat diterapkan untuk mengukur Pada perspektif pertumbuhan dan
kinerja pada perspektif pelanggan antara lain pembelajaran diidentifikasi faktor sumber daya
peningkatan pangsa pasar, peningkatan volume manusia, sistem, dan prosedur organisasi terkait
penjualan, peningkatan jumlah pelanggan, peningkatan kemampuan perusahaan. Beberapa
peningkatan kepuasan pelanggan dan pengiriman sasaran strategi yang dapat diterapkan untuk
yang tepat waktu. Berdasarkan Kiumarsi dan mengukur kinerja pada perspektif pertumbuhan
Jayaraman (2014), beberapa strategi yang dapat dan pembelajaran antara lain peningkatan
diterapkan untuk meningkatkan penjualan pada kompetensi pegawai, efektifitas pemberian
UKM antara lain meningkatkan pemasaran training kepada pegawai, peningkatan budaya
produk dan mengembangkan pasar baru dengan organisasi dan implementasi IT. Kompetensi
menjalin hubungan dengan mitra pemasaran, pegawai harus selalu ditingkatkan karena akan
meningkatkan jumlah agen, mengembangkan tim berefek pada seluruh proses bisnis perusahaan,
penjualan yang profesional, meningkatkan baik itu proses produksi, marketing, dan proses
volume produk terlaris dengan margin keuntungan administrasi. Peningkatan kompetensi pegawai
yang wajar, melaksanakan kegiatan promosi tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
dengan mengidentifikasi sumber iklan yang training, sehingga dalam perspektif ini juga harus
potensial, mengembangkan pusat-pusat distribusi diketahui efektivitas pemberian training terhadap
dengan kemungkinan pusat distribusi baru, dan peningkatan kompetensi pegawi. Selain itu
mengumpulkan feedback dari pengecer terkait budaya organisasi juga harus diperhatikan dimana
permasalahan dan penyelesaiannya. Selain terkait budaya organisasi akan berefek pada produktivitas
penjualan, juga perlu diperhatikan terkait pegawai dalam menjalankan tugasnya. Lebih
penentuan harga yang kompetitif. Harga yang lanjut, dukungan terkait implementasi IT dalam
kompetitif merupakan salah satu kesempatan yang perusahaan akan meningkatkan efektivitas
sangat bagus yang dapat dimanfaatkan UKM komunikasi antar pegawai dan akan mendorong
untuk dapat bersaing (Kiumarsi dan kelancaran proses bisnis organisasi.
Jayaraman,2014). Lebih lanjut Kim, et al, (2008)
juga mengungkapkan bahwa jika ingin bertahan,
UKM harus menghasilkan produk yang PENUTUP
berkualitas dengan umur produk yang panjang dan Dalam penelitian ini telah dikembangkan
juga harga yang kompetitif. framework pengukuran kinerja yang
Pada perspektif proses bisnis internal mengintergrasikan Balanced Scorecard dan
dilakukan identifikasi terkait proses bisnis yang Economic Value Added yang dapat diaplikasikan
kritis yang harus diperhatikan oleh perusahaan. UKM dalam rangka untuk meningkatkan daya
Beberapa sasaran strategi yang dapat diterapkan saingnya. Dalam framework ini, Balanced
untuk mengukur kinerja pada perspektif bisnis Scorecard digunakan untuk mengidentifikasi hal-
proses internal antara lain peningkatan hal yang dapat mendorong penambahan nilai
produktivitas pegawai, peningkatan kualitas perusahaan. Sedangkan EVA digunakan untuk
produksi, peningkatan efektivitas produksi, mengukur pencapaian nilai tambah perusahaan
peningkatan efisiensi produksi dan pembangunan dari segi ekonomi. Dengan kata lain, balanced
hubungan dengan supplier. UKM harus respek scorecard menerjemahkan strategi yang dapat
terhadap inovasi yang dapat memberikan diterapkan oleh perusahaan dalam upaya
peningkatan baik peningkatan terkait kualitas pencapaian EVA.
produk maupun proses yang dilakukan.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 625
Komponen-komponen EVA yang Gunasekaran, A., et, al. (2000). Improving
mempengaruhi pencapaian nilai EVA terdiri atas operations performance in a small
NOPAT, pendapatan dari penjualan, biaya company: a case study. International
operasional dan biaya modal. Berdasarkan hal Journal of Operations & Production
tersebut sasaran yang dapat digunakan dalam Management, 20, 3, 316-335.
perspektif finansial adalah peningkatan NOPAT, Hudson, M., et al. (2001). Theory and practice in
peningkatan pendapatan dari penjualan, minimasi SME performance measurement systems
biaya operasional dan minimasi biaya modal. International Journal of Operations &
Sedangkan sasaran pada 3 perspektif BSC lainnya Production Management, 21, 8, 1096-
yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses 1115.
bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan Kaplan, R. S, & Norton, D. P. (1992). The
pembelajaran dapat diarahkan pada pencapaian balanced scorecard ± measures that drive
sasaran perspektif finansial dan disesuaikan performance. Harvard Business Review.
dengan konteks dan karakteristik perusahaan. Kaplan, R. S, & Norton, D. P. (1996). Strategic
learning & the balanced scorecard.,
UCAPAN TERIMA KASIH Strategy & Leadership, 24, 5, 18-24.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kim, K. S., et al. (2008). Characterizing viability
seluruh tim kelompok penelitian manajemen mutu of small manufacturing enterprises (SME)
yaitu Nidya Judhi Astrini, Sik Sumaedi, Tri in the market. Expert Systems with
Widianti, M. Azwar Massijaya, I Gede Yuda Applications 34, 128–134.
Mahatma Bakti, dan Medi Yarmen, atas Kiumarsi, S., et al. (2014). Marketing strategies to
kerjasama, dukungan dan bantuannya dalam improve the sales of bakery products of
proses penelitian ini. small-medium enterprise (SMEs) in
Malaysia. International Food Research
DAFTAR PUSTAKA Journal, 21, 6, 2101-2107.
Bahri, M., et al. (2011). Economic value added: a Knight, G. (2000). Entrepreneurship and
useful tool for SME performance Marketing Strategy: The SME Under
management. International Journal of Globalization. Journal of International
Productivity and Performance Marketing,8, 2, 12–32.
Management, 60, 6, 603-621. Kristiyanti, M. (2012). Peran Strategis Usaha
Chandra Shil, N. (2009). Performance Measures: Kecil Menengah (UKM) Dalam
An Application of Economic Value Pembangunan Nasional. Majalah Ilmiah
Added. International Journal of Business Informatika, 3, 1, 63-89.
and Management, 4, 3, 169-177. Kueng, P. (2000). Process performance
Cocca, P., & Alberti, M. (2010). framework to measurement system: Atool to support
assess performance measurement systems process-based organizations. Total
in SMEs. International Journal of Quality Management, 11, 1, 67-85.
Productivity and Performance Neely, A., et al. (1995). Performance
Management, 59, 2, 186-200. measurement system design A literature
Galbraith, C. S., et, al. (2008). SME Competitive review and research agenda. International
Strategy and Location Behavior: An Journal of Operations & Production
Exploratory Study of High-Technology Management, 15, 4, 80-116.
Manufacturing. Journal of Small Business Neely, A., et al. (2000). Performance
Management, 46, 2, 183–202. measurement system design: developing
Garengo, P., et al. (2005). Performance and testing a process-based approach.
measurement systems in SMEs: A review International Journal of Operations &
for a research agenda. International Production Management, 20, 10, 1119 –
Journal of Management Reviews, 7, 25– 1145.
47. Niven, P. R. (2006). Balanced Scorecard Step by
step: Maximizing Performance and

626 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Maintaining Result (2nd Ed). New Jersey: manajemen Perusahaan. Jurnal Akuntansi
John Wiley & Sons. dan Keuangan, 1, 1, 28–42.
Phusavat, K. (2007). Roles of performance Varcoe, B. J. (1996). Facilities performance
measurement in SMEs’ management measurement. Facilities, 14, 10/11, 46-51.
processes. Int. J. Management and Warsono. (2002). Manajemen Keuangan
Enterprise Development, 4, 4, 441-458. Perusahaan. Malang: UMM Press.
Rickards, R. C. (2007). BSC and benchmark Yusof, S. M., & Aspinal, E. (2000). A conceptual
development for an e‐commerce SME. framework for TQM implementation for
International Journal of Benchmarking, SMEs. The TQM Magazine, 12, 1, 31-36.
14, 2, 222-250.
Sharma, M. K., et al. (2005). Practice of
performance measurement: experience
from Indian SMEs. Int. J. Globalisation
and Small Business, 1, 2, 183-213.
Singh, R. K., et al,. (2010). The competitiveness
of SMEs in a globalized economy
Observations from China and India.
Management Research Review, 33, 1, 54-
65.
Singh, R.K., et al. (2008). Strategy development
by SMEs for competitiveness: a review.
International Journal of
Benchmarking,15, 5, 525-547.
Sipayung, 2009). Balanced Scorecard:
Pengukuran Kinerja Perusahaan dan
Sistem Manajemen Strategis. Jurnal
Manajemen Bisnis, 2, 7–14.
Sousa, S., & Aspinal, E. (2010). Development of
a performance measurement framework
for SMEs. Total Quality Management &
Business Excellence, 21, 5, 475-501.
Stankeviciene, J., & Sviderske, T. (2010).
Developing A Performance Measurement
System Integrating Economic Value
Added And The Balanced Scorecard In
Pharmaceutical Company. Proceeding of
6th International Scientific Conference,
Lithuania.
Taticchi, P., et al. (2010). Performance
measurement and management: a
literature review and a research agenda.
Measuring Business Excellence, 14, 1, 4–
18.
Tennant, C., & Tanoren, M. (2005). Performance
management in SMEs: a Balanced
Scorecard perspective. Internationa
Journal of Business Performance
Management, 7, 2, 123-143.
Utomo, L.L. (1999). Economic value added
sebagai ukuran Keberhasilan kinerja

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 627
Kebijakan Iptekin Dalam
Meningkatkan Daya
Saing
INDUSTRI KREATIF DAN KEBIJAKAN KEKAYAAN
INTELETUAL DI INDONESIA: TINJAUAN KONSEPTUAL
Creative Industry and Intellectual Property Rights Policy in Indonesia:
Conceptual Review
Anugerah Yuka Asmara 1 dan Setiowiji Handoyo 2
Pappiptek LIPI-Jakarta

Keyword ABSTRACT
Creative Economy, Creative Creative economy has been considered by many actors like academicians,
Industry, Policy, Intellectual government, and society when President Susilo Bambang Yudhoyono
Property Rights launched Ministry of Tourism and Creative Economy (Kemenparekraf) in
2011. This is real condition by which creative economy is accounted as
much 5,76% in 2013 or it preceeded national economy growth as accounted
as much 5,74%. Even, creative industry has absorbed many human workers
in leveraging success of industry. Creative economy spirit has significantly
reinforced since President of Joko Widodo (Jokowi) formed Creative
Economy Agency (Bekraf) as part of working departments that he leads in
2015. According to its role, Bekraf is assigned to address creative economy
in sIndonesia. Creative economy matters are plentiful and various, they are
new things to be managed in Indonesia. In 2016 year, Bekraf has prioritized
6 (six) sub-sector of cretive economy i.e: films, animation-design, music,
fashion, craft, and culinary (FAM FKK). Materialization of sixth sub sectors
is real in creative economy world. As a newly national economy source,
development of creative industry faces many challenges. The challenges are
not only derived from the creative economy actors, but also how government
supports creative economy potentials. One of serious problems of creative
economy actors is Intellectual Property Rights (IPRs). They are confused in
many asspects of IPRs for example: classification of creative products into
IPRs, management of creative products related to IPRS, and IPRs
protection policy of creative products. Whereas, government is challenged
to increase perception and knowledge society concerning with IPRs on
creative products and its protection policy. This study is qualitative
research that is limited on conceptual review related to IPRs policy can
stimulate creative economy in Indonesia. This finding study is that
government intervention on creative economy sector especially on IPRs
policy is adjustment with industry need and kind of creative industry
products.
Kata Kunci SARI KARANGAN
Ekonomi kreatif, Industri Ekonomi kreatif menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi,
kreatif, Kebijakan, Kekayaan praktisi, pemerintah, dan masyarakat ketika Presiden Susilo Bambang
Intelektual, Indonesia Yudhoyono membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) di tahun 2011. Hal ini menjadi kontribusi nyata tatkala
ekonomi kreatif memberi sumbangsih kepada perekonomian nasional
sebesar 5,76% di tahun 2013 mengungguli rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 5,74%. Bahkan industri kreatif juga menyerap banyak
jutaan tenaga kerja manusia dalam menopang keberhasilan industrinya.
Gaung ekonomi kreatif semakin menguat ketika Presiden Joko Widodo
membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai bagian dari kabinet
kerja yang dipimpinnya di tahun 2015. Sesuai namanya, Bekraf merupakan
agen pemerintah yang diberi kewenangan dalam mengurus segala hal terkait
dengan ekonomi kreatif di Indonesia. Tugas baru yang diemban Bekraf ini

1 Corresponding author: a.yuka.asmara@gmail.com


2 Correesponng author: setio_wh@yahoo.com

628 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
memang memiliki cakupan kerja sangat luas karena beragamnya sub-sektor
ekonomi kreatif yang ada di Indonesia. Di tahun 2016 ini, Bekraf memberi
prioritas pada pengembangan 6 (enam) sub sektor ekonomi kreatif yaitu:
film, animasi-desain, musik, fesyen, kerajinan, dan kuliner (FAM FKK).
Perwujudan keenam sub sektor ekonomi kreatif tersebut menjadi riil dalam
istilah industri kreatif. Sebagai sumber ekonomi nasional baru,
pengembangan industri kreatif banyak menghadapai persoalan. Tantangan
industri kreatif bukan hanya dari pelaku industri itu sendiri, melainkan juga
bagaimana peran pemerintah dalam mendorong industri kreatif tersebut.
Salah satu hal yang dihadapi para pelaku industri kreatif dan pemerintah
ialah terkait dengan kekayaan intelektual (KI). Pelaku industri kreatif
menghadapi banyak isu KI mulai dari produk apa yang bisa memiliki KI,
bagaimana cara pengurusannya, dan sejauh mana proteksi yang mereka
dapat dengan adanya KI. Sementara pemerintah masih ditantang dengan
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang KI dan implementasinya dalam
melindungi produk-produk kreatif yang telah memiliki KI. Studi ini
merupakan penelitian kualitatif yang merupakan tinjauan konseptual terkait
bagaimana kebijakan KI dapat mendorong pertumbuhan industri kreatif di
Indonesia. Temuan studi ini bahwa kebijakan KI pada sektor ekonomi
kreatif merupakan bentuk intervensi pemerintah yang mana praktiknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis dari produk-produk industri kreatif
tersebut.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

subsektor fesyen, 167.000 orang bekerja di


PENDAHULUAN
subsektor desain, dan sebanyak 43.000 orang
Ekonomi kreatif menjadi perbincangan bekerja di subsektor arsitektur.
hangat di kalangan akademisi, praktisi,
Gaung ekonomi kreatif semakin menguat
pemerintah, dan masyarakat ketika Presiden
ketika Presiden Joko Widodo membentuk Badan
Susilo Bambang Yudhoyono membentuk
Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai bagian dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
kabinet kerja yang dipimpinnya di tahun 2015
(Kemenparekraf) di tahun 2011. Sejak tahun
melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia
tersebut, banyak pelaku ekonomi kreatif menjadi
Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
kelompok sasaran kebijakan pemerintah mulai
Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang
dari sektor kuliner, kerajinan, animasi, desain,
Badan Ekonomi Kreatif. Dengan adanya Bekraf,
fesyen, dan lainnya. Hal inilah yang kemudian
berarti fungsi ekonomi kreatif yang semula
menjadi salah satu fokus dari pemerintah untuk
menempel dalam Kementerian Pariwisata dan
menggali sumber pendapatan ekonomi baru yang
Ekonomi Kreatif sudah dihilangkan. Dengan kata
sebelumnya kurang diperhitungkan.
lain, urusan ekonomi kreatif telah dilimpahkan ke
Para pelaku ekonomi kreatif memberikan Bekraf, sementara Kementerian Pariwisata fokus
kontribusi nyata tatkala sektor ini memberi pada isu-isu kepariwisataan.
sumbangsih kepada perekonomian nasional
Sesuai namanya, Bekraf merupakan
sebesar 5,76% di tahun 2013 mengungguli rata-
badan pemerintah yang diberi kewenangan dalam
rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
mengurus segala hal terkait dengan ekonomi
5,74% (Pusat Komunikasi Kemenperin, 2015).
kreatif di Indonesia. Dari sekian sub sektor
Bahkan industri kreatif juga menyerap banyak
ekonomi kreatif yang ada, di tahun 2016 ini Bekraf
jutaan tenaga kerja manusia dalam menopang
memberi prioritas pada pengembangan 6 (enam)
keberhasilan industrinya. Studi Siagian (2014)
sub sektor ekonomi kreatif yaitu: film, animasi-
mengungkap bahwa ada 11,8 juta orang yang
desain, musik, fesyen, kerajinan, dan kuliner
bekerja di subsektor ekonomi kreatif di tahu 2013
(FAM FKK). Keenam sub sektor tersebut
dengan rincian ialah 3,1 juta orang bekerja di
diwujudkan dalam bentuk program
subsektor kerajinan, 3,8 juta orang bekerja di
pengembangan “industri kreatif” sebagai bagian

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 629
implementatif dari pengembangan sektor ekonomi Untuk itu, istilah industri kreatif muncul sekaligus
kreatif di Indonesia. menggandeng konsep KI sebagai bagian dari
entitas kreatif yang harus dilindungi.
Sebagai agen pemerintah baru, tantangan
Pertanyaannya ialah mengapa KI menjadi elemen
industri kreatif bukan hanya dari pelaku industri
penting bagi industri kreatif saat ini ? serta
itu sendiri, melainkan juga bagaimana peran
bagaimana cara pemerintah meilindungi pelaku
pemerintah dalam mendorong industri kreatif
industri kreatif melalui kebijakan HAKI ?
tersebut. Salah satu hal yang dihadapi para pelaku
industri kreatif dan pemerintah ialah terkait TUJUAN
dengan kekayaan intelektual (KI). KI menjadi
1. Menjabarkan pentingnya KI sebagai elemen
salah satu perhatian Pemerintah Indonesia saat ini
dari perkembangan industri kreatif.
guna mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif
nasional. 2. Mendeskripsikan cara pemerintah melindungi
pelaku industri kreatif melalui kebijakan KI.
Ada 3 (tiga) fokus yang minimal
diperhatikan yaitu: 1) lapangan usaha kreatif dan
budaya (creative cultural industry); 2) lapangan TINJAUAN PUSTAKA
usaha kreatif (creative industry); dan 3) hak
kekayaan intelektual seperti hak cipta (copyright Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif
industry) (Departemen Perdagangan Republik Konsep ekonomi kreatif telah
Indonesia, 2008). Terkait KI, pelaku industri diperkenalkan oleh John Howkins sekitar tahun
kreatif menghadapi banyak isu KI mulai dari 2000-an dimana menurut dia ekonomi kreatif
produk apa yang bisa memiliki KI, bagaimana muncul sebagai bagian dari dinamika ekonomi
cara pengurusannya, dan sejauh mana proteksi yang berkembang saat ini. Menurut Howkins
yang mereka dapat dengan adanya KI. (2007), kreativitas bukanlah aktivitas milik
Isu KI juga dirasakan oleh pemerintah pribadi atau kepemilikian personal, justru
terkait rendahnya pengetahuan masyarakat kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat
tentang KI, turunan program-program spiritual tetapi hal ini juga eksplisit dan dapat
implementatif dalam melindungi produk-produk dinikmati oleh publik. Kreativitas bukan hanya
kreatif baik yang telah memiliki HKI dan ekspresi personal, lebih dari itu kreativitas dapat
berpotensi mendapatkan HKI, serta sumber daya meningkatkan kesuksesan sosial dan bisnis.
internal yang dimiliki pemerintah untuk Riilnya, ekonomi kreatif merupakan
menjalankan kebijakan KI terhadap produk- kegiatan ekonomi yang mengandalkan ide-ide
produk kreatif yang bernilai ekonomi. Hal ini baru sebagai modal utama dalam mengembangkan
tentu saja bukan hanya menjadi pekerjaan rumah produk dan jasa sehingga terlihat unik daripada
bagi Bekraf dan Direktorat Jenderal Kekayaan yang lain. Beberapa contoh ekonomi kreatif yang
Intelektual – Kementerian Hukum dan Hak Asasi terlihat dari sub sektornya antara lain: fesyen,
Manusia (Ditjen KI – Kemenhum dan HAM), animasi, kuliner, kerajinan (kriya), arsitektur,
tetapi juga bagi kementerian lain seperti musik, dan lainnya. Mereka yang bergerak di
Kementerian Perindustrian, Kementerian ekonomi kreatif pada umumnya tidak dibatasi
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah pada seniman semata, namun juga siapapun yang
(UMKM), Kementerian Riset, Teknologi, dan dapat menghasilkan ide-ide baru yang bisa
Pendidikan Tinggi, serta pemerintah daerah diterima dan bernilai ekoonomi di pasar.
terkait.
Ekonomi kreatif masih memiliki konsep
RUMUSAN MASALAH umum, kegiatan ekonomi ini dapat berjalan
Isu KI di produk-produk kreatif memang melalui serangkaian usaha yang dapat
bukanlah hal baru, akan tetapi hal ini menjadi menghasilkan barang dan jasa serta dapat dijual ke
penting ketika produk-produk tersebut telah pasar. Hal inilah yang kemudian disebut dengan
memberikan nilai ekonomi serta tumbuh sebagai istilah industri, Di Indonesia sendiri pengertian
salah satu penopang perekonomian nasional. industri menurut Undang-undang RI No.3 Tahun

630 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
2014 tentang Perindustrian pasal 1 huruf 2 yaitu: kebijakan yang lebih pro industri kreatif menjadi
”industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi penting untuk dikembangkan dalam hal ini
yang mengolah bahan baku dan/atau
memanfaatkan sumber daya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI
tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk juga KREATIF
jasa industri.” Kebijakan atau policy merupakan suatu
Industri kreatif memiliki makna yang upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
kurang lebih sama dengan definisi ekonomi menyelesaikan suatu persoalan di masyarakat.
kreatif. Menurut UNDP and UNCTAD (2008), Kebijakan pun juga dapat berarti upaya yang
industri kreatif mencakup lingkaran/siklus kreasi, dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan serta
produksi, dan distribusi barang-barang dan jasa meningkatkan suatu kegiatan yang ada dalam
yang menggunakan modal/aset intelektual sebagai masyarakat agar dapat dimanfaatkan bersama di
input utama, mengedepankan aktivitas-aktivitas lingkungan masyarakat tertentu. Ini artinya,
berbasis pengetahuan (knowledge-based kebijakan tidak selalu identik dengan persoalan
activities), yang fokus dan tidak terbatas pada seni yang ada di masyarakat, melainkan juga suatu hal
(arts). Industri kreatif berpotensi menghasilkan yang dapat mendorong keberlangsungan aktivitas
pendapatan dari gagasan intelektual yang abstrak masyarakat yang sudah dibentuk sejak lama.
(intangible intellectual) atau jasa artistik dengan Pada dasarnya kebijakan merupakan suatu
konten kreatif, nilai ekonomis, dan tujuan pasar. keputusan (decision). Smith (2008) mengartikan
Di satu sisi industri ini mencakup lintas sub-sektor kebijakan sebagai sebagai sebuah pilihan atau
industri, jasa, dan artisan, dan merupakan sebuah keputusan yang dibuat oleh pemerintah yang
sektor dinamika baru di dunia perdagangan. mengarahkan tindakan di dalam keadaan yang
Industri kreatif merupakan bagian tak serupa/sama. Hal ini juga ditekankan oleh
terpisahkan dari ekonomi kreatif yang merupakan Wibawa (2011) bahwa kebijakan merupakan
program ekonomi yang digagas oleh Kementerian serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan
Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI) kepada para pelaksana, yang menjelaskan cara-
yang meliputi industri periklanan, TV dan radio, cara mencapai suatu tujuan apapun.
film, video dan fotografi, desain, musik, seni Dalam konteks ekonomi kreatif,
pertunjukan, fashion, penerbitan dan percetakan, kebijakan diarahkan pada suatu pengambilan
kerajinan, layanan komputer dan piranti lunak, keputusan yang ditujukan untuk mendorong
permainan inetrkatif, pasar barang seni, dan pengembangan kewirausahaan dan ekonomi
kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) berbasis pengetahuan (knowledge-based
yang masuk dalam 14 kategori industri kreatif economy) yang keduanya merupakan bagian dari
yang ditetapkan oleh Kemendag RI tahun 2009- materialisasi industri kreatif. Keputusan disini
2015. bisa dilakukan secara langsung maupun tidak
Di Indonesia sendiri, industri kreatif langsung namun memiliki tujuan sama, yaitu
merupakan hal yang menjadi wacana dan istilah munculnya ekonomi-ekonomi baru dan kreatif di
baru di era 2010-an, namun pada dasarnya lingkungan masyarakat.
kegiatan ekonomi ini telah tumbuh dan Menurut UNCTAD dalam Nurse and
berkembang di tahun-tahun sebelumnya meskipun Nicholis (2011), upaya pemerintah perlu
intervensi pemerintah tidak dirasakan secara dilakukan dalam mendorong industri kreatif di
langsung. Namun demikian, hadirnya industri negaranya. Pemerintah dapat melakukan
kreatif merupakan salah satu sektor yang dapat penguatan lingkungan industri kreatif mulai dari
meningkatkan sumber perekonomian baru baik perihal kreasi, produksi, dan distribusi barang dan
bagi masyarakat maupun pemerintah. Perluasan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal
lapangan kerja, capaian kinerja pemerintah, serta intelektual; seperangkat aktivitas berbasis
pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pengetahuan, produk-produk berwujud (tangible)

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 631
dan tak berwujud (intangible) dengan konten  Peforma/kinerja dari kegiatan
kreatif, nilai tambah, dan target pasar; seniman/artis, phonograms, dan
memerlukan lintas keahlian baik di sektor jasa penyiaran,
maupun industri; serta merupakan sektor ekonomi
 Penemuan-penemuan di berbagai bidang
dinamis dalam perdagangan dunia.
yang melibatkan upaya manusia,
 Penemuan ilmiah,
KEKAYAAN INTELEKTUAL
 Desain industri,
Kekayaan Intelektual (KI) merupakan
 Merek dagang (trademark), merek jasa
salah satu bentuk kebijakan yang dilakukan oleh
(service mark), nama-nama
pemerintah untuk melindungi hak-hak intelektual
dagang/komersial, dan lambang atau
seseorang/kelompok ataupun produk-produk
singkatan,
(barang/jasa) baru yang dihasilkan oleh
seseorang/kelompok di pasaran. Lingkup KI  Perlindungan terhadap persaingan yang
terbatas pada koridor hukum yang ada di masing- tidak sehat,
masing negara, meskipun demikian KI memiliki  dan seluruh hak lainnya yang berasal dari
dampak luas hingga ke berbagai negara. aktivitas intelektual di dalam industri,
Menurut The World Intellectual Property saintifik, literasi, dan bidang-bidang
Organization (WIPO) (2008), kekayaan artistik.
intelektual (intellectual property) merupakan hak-
hak secara legal yang dihasilkan dari aktivitas-
aktivitas intelektual di sektor industri, saintifik, Sebagaimana yang disebutkan oleh WIPO
literasi, dna bidang-bidang artistik. Tiap negara di atas terkait kriteria hak perlindungan kekayaan
memiliki peraturan untuk melindungi kekayaan intelektual, maka kekayaan intelektual menjadi
intelektual dengan dua alasan utama. Pertama, bagian penting dari pengembangan ekonomi
memberikan pernyataan hukum (statutory) pada kreatif di negara manapun. Produk-produk kreatif
hak-hak moral dan ekonomi dari para kreator yang diciptakan di dunia tidak terlepas dari ide-ide
dalam hal kreasi yang mereka ciptakan dan gak baru penemunya. Hal inilah yang kemudian
publik untuk mengakses hasil-hasil kreasi mereka. menjadi aset intelektual sehingga perlu dilindungi.
Kedua, mendorong, sebagai tindakan penghubung Howkins (2013) menyebutkan bahwa “in a
(deliberate act) dari kebijakan pemerintah, crative economy, a person’s imgination is their
aktivitas, dan diseminasi dan aplikasi dari hasil- most valuable asset. In total, it is likely the value
hasilnya dan untuk mendorong perdagangan jujur of the world’s intellectual capital exceeds the
dan adil (fair trading) yang akan berkontribusi value of its financial and physical capital. It is
pada pengembangan sosial dan ekonomi. clearly greater part of arts, culture, design, media,
and innovation.
Tujuan perlindungan yang diberikan oleh
negara terhadap kekayaan intelektual individu Di Indonesia sendiri, KI disesuaikan
atau kelompok sebagaimana yang dijelaskan oleh dengan koridor wilayah hukum yang ada. Menurut
WIPO memang berkenaan dengan asas buku panduan tentang KI yang disusun oleh Ditjen
menghargai jerih payah mereka dan juga memberi KI-Kemenhunham (2013), Hak Kekayaan
kesempatan kepada penggunanya tanpa harus Intelektual, disingkat "HKI", adalah padanan kata
merusak hasil karyanya. Pada Konvensi yang yang biasa digunakan untuk Intellectual Property
diselenggarakan di Stockholm pada 14 Juli 1967 Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil
(artikel 2: viii) memberi pernyataan bahwa: hak- olah pikir yang menghasikan suatu produk atau
hak kekayaan intelektual meliputi berbagai hal proses yang berguna untuk manusia pada intinya
yang antara lain (WIPO, 2008): HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis
hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang
 Literasi, artisitik, dan karya-karya ilmiah, diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul
atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

632 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Hampir serupa dengan pembagian HKI pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk
versi WIPO, ada beberapa hal yang diberikan meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
perlindungan HKI oleh pemerintah Indonesia dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
antara lain (Ditjen HKI-Kemenhunham, 2013): pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
Secara garis besar HKI dibagi dalam 2
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
(dua) bagian, yaitu:
makna.
1) Hak Cipta (copyright);
Sumber Data
Hak Cipta Hak cipta adalah hak eksklusif
Sumber data dilakukan dengan mengumpulkan
bagi pencipta atau penerima hak untuk
berbagai dokumen seperti buku, artikel, jurnal
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
ilmiah, working papers, peraturan perundangan,
atau memberi izin untuk itu dengan tidak
media massa, dan berbagai dokumen lain terkait.
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
Inilah kemudian yang menjadi dasar bahwa studi
peraturan perundang-undangan yang berlaku
ini merupakan tinjauan literatur. Dalam studi
2) Hak kekayaan industri (industrial property literatur, data yang digunakan harus benar-benar
rights), yang mencakup: mendukung riset dan akurasinya dapat
a) Paten (patent); - dipertanggungjawabkan serta memiliki kebaruan
informasi.
b) Desain industri (industrial design); -
Teknik Analisis
c) Merek (trademark) : merek dagang, merek jasa,
dan merek kolektif Sebagai studi literatur, penekanan konseptual
terhadap isu-isu industri kreatif dan kebijakan
d) Penanggulangan praktek persaingan curang Kekayaan Intelektual (KI) menjadi hal utama yang
(repression ofunfair competition); menjadi concern pada bahasan studi ini. Meskipun
e) Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design demikian, kebaruan informasi yang diperoleh oleh
ofintegrated circuit); penulis baik dari informasi eksternal maupun
keterlibatan penulis dari kegiatan penelitian
f) Rahasia dagang (trade secret).
sebelumnya terkait dengan ekonomi kreatif,
g) Indikasi geografis kebijakan, dan KI memberikan penguatan
terhadap analisis studi ini. Kekuatan studi literatur
ialah terletak pada kemampuan penulis dalam
Dalam ekonomi kreatif di Indonesia, KI mewujudkan gagasan konsep ke dalam kondisi riil
memiliki berbagai bentuk yang berbeda di lapangan.
tergantung dari produk barang/jasa apa yang harus
diberikan perlindungan. Bervariasinya produk- Kerangka Pikir Analisis
produk kreatif juga akan membedakan unsur jenis Di ilmu kebijakan, model sistem menjadi
KI yang diberikan. Namun demikian, KI tidak salah satu model yang umum dikembangkan
terbatas pada satu produk/jasa saja, melainkan dalam model analisis kebijakan. Di dalam model
juga hal-hal yang bersifat rahasia yang itu dapat ini ada 3 (tiga) hal pokok yang perlu dimiliki agar
dipublikasikan atas persetujuan pemilik/ suatu kebijakan dapat dipahami sebagai suatu
penemunya. sistem yaitu: inputs (masukan-masukan),
processes (proses-proses), dan outputs (keluaran-
keluaran). Dari berbagai masukan kemudian
METODE PENELITIAN dikonversi ke dalam proses. Dalam tahap “proses”
Jenis Penelitian banyak diliputi serangkakan pengambilan
keputusan yang mana oleh Smith (2008) dan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
Wibawa (2011) disebut sebagai inti dari kebijakan
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
yang melibatkan kekuatan dan pengaruh politik di
secara utuh terhadap suatu fenomena. Penelitian
kualitatif Menurut Simatupang (2016) dilandasi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 633
dalamnya. Dari tahap “proses” kemudian keluar KI juga diulas sebagai bagian dari proses konversi
berbagai bentuk kebijakan riilnya. dalam pengambilan kebijakan.
Wahab (2008) mengatakan bahwa input
dapat meliputi kekayaan alam, harta benda,
DISKUSI
pengetahuan dan teknologi yang kemudian
disalurkan melalui “kotak hitam pengambilan 4.1 Pengaruh Politik dan Kebijakan Ekonomi
keputusan” atau yang dikenal juga dengan “proses Kreatif
konversi”, untuk kemudian menghasilkan Lingkungan politik yang ada di Indonesia
keluaran-keluaran (outputs), berupa keputusan- khususnya setelah era reformasi di tahun 2000-an
keputusan dan kebijakan-kebijakan pemerintah. telah memberi banyak perubahan. Rezim
Model yang dikembangkan oleh Jenkins dalam pemerintah yang sebelumnya tersentral di
Wahab (2008) yang memuat model sistem ini pemerintah pusat (zaman orde baru) telah berubah
dapat pula digunakan dalam analisis studi ini berada di tangan pemerintah daerah. Bahkan
(Gambar 1). beberapa hal terkait dengan keterbukaan pendapat
dan tuntutan publik terhadap kinerja pemerintah

Lingkungan

Input: Lingkungan Proses: Sistem Output: Keluaran Hasil akhir


masukan-masukan politik kebijakan kebijakan

Tuntutan-tuntuan Proses-proses konversi Keluran-keluaran Hasil akhir


Dukungan-dukungan pengambilan keputusan kebijakan yang kebijakan berupa
Sumber-sumber untuk mengakomoditr merupakan bentuk regulasi, program,
-isu-isu di ekonomi berbagai masukan terkait intervensi pemerintah rencana teknis, atau
kreatif dan perlindungan dengan ekonomi kreatif dalam melindungi aset lainnya sebagai
aset intelektualnya- dan perlindungan aset intelektual pada pelaku bagian dari
intelektualnya ekonomi kreatif kebijakan KI
(kebijakan KI)

Lingkungan Lingkungan

Lingkungan: mencakup sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi masukan-masukan,


variabel-variabel sistem, keluaran-keluaran kebijakan dan hasil-hasil akhir
kebijakan

menjadi hal wajar di era saat ini.


Sumber: Dikutip dari Jenkins dalam Wahab
(2008) dengan penambahan konten sub Era keterbukaan serta munculnya
sektor ekonomi kreatif dan kebijakan KI gagasan-gagasan baru dari tiap individu serta
di dalamnya. adanya komunitas-komunitas sosial menjadikan
era reformasi penuh dengan gejolak sosial-budaya
Terkait dengan kebijakan KI pada sektor
dan politik-ekonomi. Berbagai individu maupun
industri kreatif, model sistem ini dipandang perlu
komunitas menuntut hak mereka serta
dalam menentukan pentingnya KI bagi industri
menginginkan pemerintah mengakui ide serta
kreatif sebagai bagian dari “input” kebijakan serta
hasil karya mereka yang sebelumnya tidak diakui
upaya pemerintah dalam memberikan
oleh pemerintah di era orde baru. Tidak hanya
perlindungan terhadap pelaku industri kreatif
terbatas pada keinginan reformasi di bidang
sebagai “output” kebijakan. Antara input dan
hukum, partisipasi politik yang luas, serta
output tersebut tentunya ada “proses”
perekonomian yang menguat dan mengakar,
pengambilan keputusan yang melibatkan sistem
namun juga adanya perubahan sosial-budaya juga
politik di dalamnya. Berbagai kepentingan politik
terjadi di dalam struktur masyarakat.
yang bersinggungan dengan industri kreatif dan

634 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Tidak hanya politisi atau pemilik modal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
yang ingin mengambil dampak dari era reformasi (Kemenparekraf) di bawah Menteri Ibu Marie
ini, melainkan juga para seniman (musisi, tari, Elka Pangestu berdasar pada Peraturan Presiden
teater), artis, arsitektur, photografer, animator, dan (Perpres) Nomor 92 Tahun 2011 tentang
lainnya juga ingin mengambil kesempatan agar Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
apa yang mereka inginkan dan butuhkan dapat 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
direspon oleh pemerintah melalui suatu kebijakan. Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan
Baik individu maupun komunitas yang memiliki Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
ide-ide atau gagasan-gagasan baru serta rencana- Kementerian Negara.
rencana tertentu mendorong pemerintah agar
Munculnya Kemenparekraf
mendukung hal tersebut.
mengindikasikan bahwa antara sektor pariwisata
Lantas siapa yang mendorong pemerintah dan ekonomi kreatif memiliki kedekatan dari
untuk merespon kebijakan ekonomi kreatif saat pendekatan nilai ekonomi. Memang banyak sektor
ini? Di era penuh keterbukaan ini pendorong atau ekonomi kreatif yang menempel pada sektor
pencetus kebijakan ekonomi kreatif bukan hanya pariwisata seperti kuliner, kriya (kerajinan),
domain pemerintah semata, bukan pula keinginan fesyen. Kuliner misalnya merupakan sektor
dari seseorang atau komunitas tertentu. Kebijakan ekonomi kreatif yang melekat di sektor pariwisata
ekonomi kreatif justru muncul dari fenomena sebagaimana yang dicontohkan di Kota Muskoka
sosial-budaya yang diperkuat oleh aspek di negara Kanada (Shyllit and Spencer, 2011; Lee
kepentingan politik-ekonomi yang ada di et al., 2015). Namun demikian, tidak semua sektor
Indonesia. Artinya, kebijakan ekonomi kreatif di ekonomi kreatif melekat pada sektor pariwisata
Indonesia merupakan hasil berbagai kepentingan seperti arsitektur, musik, desain-animasi, dan
yang menginginkan munculnya ekonomi kreatif lainnya.
sebagai bagian dari sumber pendapatan ekonomi
Seiring waktu, perhitungan sektor
baru bagi pemerintah dan masyarakatnya.
ekonomi kreatif mengalami peningkatan
Dorongan para pelaku ekonomi kreatif khususnya kontribusinya terhadap Produk
serta hasil karya mereka yang dapat diterima oleh Domestik Bruto (PDB). Di tahun 2002-2006, rata-
masyarakat dalam dan luar negeri mendorong para rata Kontribusi Sektor Industri pada PDB ialah Rp
elit politik untuk membawa isu “ekonomi kreatif” 104,6 Triliun, yaitu 6,3% dari total nilai PDB
ke dalam agenda politik pemerintah yang Nasional. PDB Industri Kreatif banyak
kemudian diteruskan kepada agenda perumusan disumbangkan oleh Kelompok Fesyen, Kerajinan,
kebijakan. Tarik ulur kepentingan politik untuk Periklanan & Desain dengan rata-rata nilai PDB
mendorong ekonomi kreatif didukung oleh kelompok industri kreatif tersebut tahun 2002-
pemangku kepentingan di luar sektor ekonomi 2006 secara berturut-turut adalah Rp 46 triliun
kreatif karena jumlah pelaku ekonomi kreatif (44,18%), Rp 29 triliun (27,72%), Rp 7 triliun
secara visual bertambah dan tersebar di berbagai (7,03%), dan Rp. 7 triliun (6,82%) (Berbagai
tempat. Disinilah momentum ekonomi kreatif sumber yang dirangkum oleh Pangestu, 2008). Di
muncul saat era kepemimpinan Susilo Bambang tahun 2013, ekonomi kreatif memberikan
Yudhoyono (SBY) mulai tahun 2004-2009 kontribusi signifikan terhadap perekonomian
(Periode I) hingga tahun 2009-2014 (Periode II). nasional sebesar 5,76% yang mengungguli tingkat
rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sekitar
Di era Presiden Susilo Bambang
5,74% (Pusat Komunikasi Kemenperin, 2015).
Yudhoyono, isu ekonomi kreatif diperkuat secara
kebijakan dan kelembagaan. Secara legal formal, Meningkatnya kontribusi industri kreatif
ekonomi kreatif telah menjadi pertimbangan terhadap PDB nasional didorong juga banyaknya
khusus Pemerintah Indonesia dengan dikeluarkan permintaan dari pelaku industri kreatif yang
Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 pada tahun 2009 mendorong elit politik untuk memberikan ruang
tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. lingkup lebih luas untuk meng-address isu-isu
Selanjutnya di tahun 2011, Presiden membentuk ekonomi kreatif. Pergantian rezim kepemimpinan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 635
dari SBY ke Joko Widodo di periode 2014-2019 Perlindungan suatu produk baru baik
menjadi momentum ketika pendukung Presiden barang maupun jasa melalui KI pada umumnya
Joko Widodo tidak terlepas dari pelaku ekonomi ialah produk-produk yang berasal dari ide dan
kreatif dan juga netizen 3. gagasan dari kreatornya. Produk-produk tersebut
identik dengan kreativitas yang berasal dari
Di era Presiden Joko Widodo ini ekonomi
individu atau komunitas sebagai kreatornya. Pada
kreatif menjadi sektor unggulan dengan
dasarnya kreator-kreator kreatif tersebut
pernyataan presiden yang ditantandatangani
membutuhkan perlindungan terhadap produk-
langsung bahwa: ekonomi kreatif merupakan
produk yang dihasilkan baik dari sisi pengakuan
tulang punggung perekonomian nasional. Secara
hak cipta maupun ekonominya. Hal ini kemudian
kelembagaan dan legal, Joko Widodo melahirkan
akan melahirkan sektor industri kreatif yang
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai agen
mampu berkontribusi pada perekonomian
pemerintah yang paling baru dan bertugas
nasional dan berkompetisi di level global.
mengurusi segala hal di bidang ekonomi kreatif di
Indonesia. Bekraf merupakan agen baru yang Pangestu (2008) menyatakan bahwa
secara kelembagaan mengambil alih wewenang industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia
Kementerian Pariwisata yang di era sebelumnya karena beberapa hal antara lain: 1) Memberikan
melekat sebagai Kementerian Pariwisata dan kontribusi ekonomi yang signifikan; 2)
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Menciptakan iklim bisnis yang positif; 3)
Membangun citra dan identitas Bangsa; 4)
Bekraf didasarkan pada Peraturan
Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan; 5)
Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan
Menciptakan inovasi dan kreativitas yang
Ekonomi Kreatif yang saat ini diubah dengan
merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72
dan 6) Memberikan dampak sosial yang positif.
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pernyataan ini tentunya bukan hanya dukungan
Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan
secara politis saja, namun implementasi KI
Ekonomi Kreatif. Praktiknya, Bekraf dipimpin
sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif
oleh Bapak Triawan Munaf 4 dan mulai melakukan
diwujudkan untuk mendorong perkembangan
tugas pertama sebagai kepala badan dan mulai
industri kreatif.
mendapatkan dukungan anggaran rutin
pemerintah melalui APBN pada tahun 2016. Industri kreatif, yang tidak lepas dari
pentingnya penghargaan dan perlindungan hasil
karya yang diciptakan melalui ide dan gagasan
4.2 Pentingnya KI Sebagai Elemen Industri kreatif juga diperkuat oleh Howkins (2013).
Kreatif Beliau mengemukakan bahwa these ideas about
KI telah menjadi bagian dari human and structural capital were brought
pengembangan ekonomi dan inovasi di Indonesia. together into the single concept of intellectual
Keberadaan KI yang dikelola oleh Direktorat capital”. Pernyataan Howkins ini jelas-jelas
Jenderal Kekayaan Intelektual (KI) Kementerian menganggap bahwa ide dari pelaku industri kreatif
Hukum dan HAM Republik Indonesia menjadi merupakan aset dan modal yang hal itu dapat
salah satu hal yang dibutuhkan oleh pelaku menghasilkan uang bagi kreatornya dan bahkan
industri saat ini. Studi Kardoyo dkk (2010) imitatornya. Untuk itulah peran HKI muncul
menyatakan bahwa pengakuan KI mendapat sebagai salah satu intervensi pemerintah untuk
perhatian besar selaras dengan proses melindungi hasil-hasil karya kreatif tersebut.
perdagangan bebas. Pentingnya pengakuan KI ini Salah satu contoh pentingnya KI dalam
terkait dengan perlindungan terhadap produk- produk ekonomi kreatif disampaikan oleh Bapak
produk perdagangan dari berbagai pola imitasi, Ahmad M. Ramli:
pemalsuan produk, dan sebagainya.

3 4
Netizen ialah sebutan bagi pengguna/pemanfaat teknologi Triawan Munaf ialah seorang pelaku ekonomi kreatif
informasi, khususnya di sektor media sosial. di bidang musik (musisi).

636 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
“.........suatu kreatifitas maka akan Kekayaan Intelektual di bidang ekonomi
memiliki nilai yang tinggi dibandingkan kreatif.
jika hanya melakukan pengolahan saja,
• Koordinasi, sinkronisasi perencanaan,
misalnya seorang berdagang pisang
pelaksanaan kebijakan dan program
goreng mempunyai nilai ekonomi lebih
fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual di
yang biasa saja dan mudah memiliki
bidang ekonomi kreatif.
saingan dibandingkan apabila
ditambahkan suatu kreasi Kekayaan • Koordinasi, sinkronisasi perencanaan,
Intelektual yang salah satunya adalah pelaksanaan regulasi di bidang ekonomi
dengan memberikan kemasan pada pisang kreatif.
goreng tersebut dan terlebih apabila • Pengawasan atas pelaksanaan kebijakan
diberikan suatu merek, maka harga pisang dan program fasilitasi hak kekayaan
1 (satu) tandan dapat memiliki besaran intelektual di bidang ekonomi kreatif.
harga yang sama jika dibandingkan
• Pemberian bimbingan teknis dan
dengan 1 (satu) pisang yang telah
diberikan kreasi dan/atau merek (Humas supervisi atas pelaksanaan kebijakan dan
DJKI, 2016)”. program fasilitasi Hak Kekayaan
Intelektual di bidang ekonomi kreatif.
• Pelaksanaan pembinaan dan pemberian
4.3 Upaya-upaya Pemerintah Di Bidang KI dukungan kepada semua pemangku
Pada Sektor Industri Kreatif di Indonesia kepentingan dalam memfasilitasi Hak
4.3.1 Struktur organisasi bekraf dengan Kekayaan Intelektual di bidang ekonomi
adanya direktorat harmonisasi regulasi dan kreatif.
HKI • Pelaksanaan fungsi lain yang ditugaskan
Salah satu bentuk keluaran kebijakan Kepala.
yang diperlukan dalam mendorong kebijakan HKI
di sektor ekonomi kreatif ialah adanya Deputi
Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi. Sebagai model ekonomi yang bertumpu
Melalui struktur organisasi ini, kelembagaan pada kekuatan sumber daya manusia, Ekonomi
Bekraf sangat mendukung adanya HKI sebagai kreatif membangun fondasinya di atas Hak
bagian pengembangan industri kreatif di kekayaan intelektual (HKI). Ekonomi kreatif bisa
Indonesia. Bahkan HKI memiliki fungsi sentral tumbuh dengan pesat jika ide dan karya para
dalam upaya perlindungan hasil-hasil kreativitas pelakunya dilindungi.
dan bernilai ekonomi.
Menurut Peraturan Kepala Badan 4.3.2 Sosialisasi HKI Pada Pelaku Industri
Ekonomi Kreatif No.1 /2015 Pasal 106 Kreatif
menjelaskan bahwa Deputi Fasilitasi Hak
Sosialisasi HKI pada para pelaku industri
Kekayaan Intelektual dan Regulasi mempunyai
kreatif terus diupayakan secara masif oleh
tugas merumuskan, menetapkan,
pemerintah setelah dibentuknya Bekraf. Hal yang
mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan dan
dilakukan oleh pemerintah meliputi tata cara
program fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan
mengurus, royalti, memanfaatkan produk yang
sinkronisasi regulasi di bidang ekonomi kreatif.
berlabel HKI, dan jenis-jenis produk yang bisa di
Dalam menjalankan tugasnya, deputi ini
HKI-kan.
mempunyai berbagai fungsi, yaitu
(www.bekraf.go.id) : Guna menjalankan fungsinya, Bekraf
melalui kedeputian yang mengurusi HKI
• Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
menjalankan beberapa program dengan fokus
kebijakan dan program fasilitasi Hak
pada sosialisasi dan perlindungan terhadap HKI

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 637
para pelaku ekonomi kreatif. Beberapa program Program fasilitasi HKI ini antara lain
unggulan yang dijalankan, yaitu: terkait pembiayaan pendaftaran HKI, seperti
merek, dimana biaya yang dikeluarkan berkisar
1. Perancangan dan peluncuran Mobile App
Rp 600.000,00. Walaupun biaya yang dikeluarkan
Informasi HKI (BIIMA), yang
untuk memperoleh HKI tersebut memang tidak
menyediakan semua informasi tentang
begitu mahal tetapi sangat berarti bagi pelaku
hak kekayaan intelektual secara lengkap.
ekraf mikro dan kecil. Di tambah lagi, biaya untuk
2. Mengadakan konsultasi HKI secara pengurusan pendaftaran HKI umumnya harus
massal dan gratis kepada para pelaku dibawa ke Jakarta, meskipun bisa dilakukan
ekonomi kreatif. melalui Kanwil Kemenkumham Provinsi. Adanya
3. Desain ulang kemasan produk indikasi program ini merupakan salah satu bentuk inisiatif
geografis. Bekraf dengan mendatangi para pelaku ekraf
diberbagai kota di Indonesia agar semakin
4. Menyediakan fasilitasi 5000 Sertifikat dimudahkan dalam pengurusan HKI. Hal ini tidak
Profesi untuk pelaku ekonomi kreatif. terlepas dari permintaan produk ekraf di pasaran
5. Menyediakan fasilitasi 1000 Pendaftaran yang cukup tinggi sehingga Bekraf memberikan
HKI untuk pelaku ekonomi kreatif. perhatian yang sangat instensif dan khusus
terhadap pelaku ekraf di daerah-daerah.
6. Mendirikan Satgas Anti Pembajakan
untuk memerangi pelanggaran HKI. Di samping itu, Bekraf juga membuka
konsultasi HKI secara massal dan gratis kepada
Untuk mendukung upaya implementasi
para pelaku ekonomi kreatif berkaitan dengan
HKI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
jenis HKI apa yang cocok buat karya atau produk
kreatif, kedeputian Fasilitasi Hak Kekayaan
mereka karena HKI itu ada beberapa jenis, seperti
Intelektual dan Regulasi meluncurkan program
hak cipta, merek, paten, dan indikasi geografis.
dalam bentuk software yang bisa diakses dalam
Hal ini sebagai bentuk penyadaran pelaku ekraf
dunia digital sekalipun menggunakan android.
terhadap pentingnya perlindungan industri ekraf
Nama aplikasi tersebut ialah BIIMA yang
melalui proteksi HKI. Permasalahan yang kerap
menyediakan info HKI dalam genggaman secara
ditemui para pelaku ekraf adalah mereka baru
ringkas dan straight to the point. BIIMA
menganggap HKI itu penting ketika timbul
merupakan kependekan dari Bekraf’s IPR
masalah gugatan pihak lain berkaitan dengan
(Intellectual Property Rights) Info in Mobile
produk ekraf yang dihasilkan/diproduksi oleh
Applications. Melalui aplikasi ini, masyarakat
salah satu pelaku usaha. Oleh sebab itu, program
dapat mengetahui tentang KI dalam produk-
ini diharapkan dapat meminimalkan pelanggaran
produk ekonomi kreatif, bagaimana cara
atas hasil kreatifitas pelaku ekraf. Adanya
mendaftarkannya, memberi perlindungan, serta
kepemilikan HKI ini, para pelaku ekraf akan
manfaat ekonomi yang diperoleh dari produk
mendapatkan kepastian hukum perlindungan hasil
kreatif yang ber-HKI.
kreatifitas mereka.
Bekraf juga menyediakan fasilitasi
Bekraf juga menjalankan program
pendaftaran HKI untuk pelaku ekonomi kreatif.
berkaitan dengan desain ulang kemasan produk
Setidaknya 1.000 hingga 1.500 pendaftaran Hak
indikasi geografis. Kondisi ini tidak terlepas dari
Kekayaan Intelektual (HKI) gratis bagi para
Indonesia yang potensi keragaman produk khas
pelaku ekraf tahun 2016 diupayakan difasilitasi
daerah atau produk indikasi geografis, yang
oleh Bekraf. Program fasilitasi ini dilakukan
terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai
antara Bekraf bekerjasama dengan Universitas
conoth seperti Ubi Cilembu yang merupakan
Indonesia (UI), dengan memfasilitasi para pelaku
produk khas Jawa Barat dan Buah Carica
ekraf di 15 kota se-Indonesia. Bahkan, pada tahun
yang merupakan produk khas daerah Dieng, Jawa
2017, Bekraf memperluas fasilitasi gratis HKI
Tengah. Produk Indikasi Geografis apabila
tidak kurang dari 2.500 pendaftaran HKI bagi para
dikembangkan dapat memberi dampak
pelaku ekraf.
peningkatan perekonomian, khususnya di daerah.

638 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Oleh karena itu, Kedeputian Fasilitasi HKI dan Bekraf juga memandang penting untuk
Regulasi Bekraf mengadakan program Desain memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi profesi. Hal
Ulang Kemasan Produk Indikasi Geografis. ini dilakukan dengan menyediakan fasilitasi 5000
Program ini merupakan kerjasama antara Bekraf Sertifikat Profesi untuk pelaku ekonomi kreatif.
dengan Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) Sertifikasi kompetensi kerja yang dilakukan
guna membantu para pelaku ekonomi kreatif secara sistematis dan obyektif dilakukan melalui
dalam bidang produk Indikasi Geografis (IG) uji kompetensi dan mengacu kepada standar
untuk mendesain ulang kemasan produk mereka kompetensi kerja nasional Indonesia, standar
agar menarik dan dapat meningkatkan nilai jual. internasional dan/atau standar khusus, perlu
Program yang dijalankan tersebut dilakukan diterapkan bagi para pelaku ekonomi krearif.
melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama Tahun 2016, Bekraf telah memfasilitasi sertifikasi
adalah pertemuan dengan seluruh asosiasi pemilik profesi di 11 kota meliputi Jakarta, Bandung,
IG terdaftar. Tahapan pertama ini telah dilakukan Surabaya, Palembang, Padang, Cirebon, Tegal,
di 4 kota menurut wilayahnya, yaitu Manado Kendal, Temanggung, Lasem, dan Medan dengan
(untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi), jumlah peserta sebanyak 1.130 orang.
Mataram (untuk wilayah Bali dan Nusa
Program fasilitasi 5000 Sertifikat Profesi
Tenggara), Medan (untuk wilayah Sumatera), dan
perlu segera dilakukan mengingat telah
Surabaya (untuk wilayah Jawa). Dari tahapan ini,
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Bekraf memilih sejumlah produk IG terdaftar
sehingga pelaku-pelaku ekonomi kreatif mampu
untuk didesain ulang kemasan dan/atau logonya.
bersaing baik di level nasional, regional maupun
Tahapan kedua adalah survei lapangan produk IG
internasional. Diterapkannya Masyarakat
yang terpilih untuk berdiskusi dan mendapatkan
Ekonomi ASEAN (MEA) tidak hanya membuka
masukan dari kelompok masyarakat pemilik
bebas aliran barang, jasa dan investasi, melainkan
produk IG terdaftar serta instansi daerah pembina.
juga tenaga kerja profesional yang berstandar
Hal ini dilakukan agar teman-teman desainer
internasional. Oleh karena itu, para pelaku ekraf
dapat menyimpulkan dari data yang didapat desain
harus menyiapkan diri dengan cara meningkatkan
kemasan atau logo seperti apa yang tepat untuk
keahlian dan keterampilan tenaga kerja dalam
produk tersebut. Tahapan berikutnya adalah
negeri, ini merupakan faktor penentu keberhasilan
asosiasi pemilik IG dengan tim ADGI membahas
untuk memenangkan persaingan, termasuk
mengenai alternatif-alternatif desain kemasan atau
mengisi lowongan pekerjaan pada sektor-sektor
logo yang telah dibuat oleh tim ADGI untuk
industri ekonomi kreatif.
produk dari asosiasi yang terpilih. Selanjutntya,
Asosiasi pemilik IG dapat memilih satu desain Dalam program ini, Bekraf bekerjasama
yang dirasa paling tepat untuk produk IG mereka. dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bidang
Selanjutnya tahapan terakhir adalah penyerahan Telematika, yaitu untuk kompeten Junior Digital
kemasan baru produk IG sesuai dengan pilihan Artist, LSP Batik, dan LSP Fotografi. Bimbingan
masing-masing asosiasi pemilik IG terdaftar. Teknis/Pendidikan dan pelatihan bagi pelaku
Beberapa produk IG yang terpilih dan telah Ekonomi Kreatif ini sesuai dengan Standar
disurvei pihak Bekraf dan ADGI adalah Kopi Kinerja Kompetensi Nasional Indonesia
Arabika Simalungun, Sumatera Utara, Pala Siau, (SKKNI). Dalam pelaksanaannya, pelaku ekraf
Sulawesi Utara, Kacang Mete Karang Asem, Bali, dapat mengikuti kegiatan ini tanpa dipungut biaya,
Kopi Enrekang, Sulawesi Selatan, Kopi Bajawa, karena difasilitasi oleh BEKRAF. Setiap Asosiasi
Nusa Tenggara Timur, Kopi Java Ijen-Raung, dalam 16 Subsektor Ekonomi Kreatif akan
Jawa Timur, Teh Java Preanger, Jawa Barat, Ubi difasilitasi oleh BEKRAF jika telah memiliki LSP
Cilembu, Sumedang, dan Beras Adan Krayan, dan SKKNI serta lisensi dan BNSP.
Kalimantan Utara. Adanya program desain ulang Kebijakan dan program yang dilakukan
kemasan produk indikasi geografis tentunya dapat oleh Bekraf, melalui aplikasi BIIMA, konsultasi
meningkatkan daya saing produk IG di pasar HKI secara massal dan gratis, desain ulang
domestik dan internasional. kemasan produk indikasi geografis, fasilitasi 1000

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 639
Pendaftaran HKI, dan fasilitasi 5000 Sertifikat sisi pemerintah masih dihadapkan dengan
Profesi untuk pelaku ekonomi kreatif tidak akan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang KI
berjalan secara efektif jika masih banyak ditemui dan implementasinya dalam melindungi produk-
pelanggaran/pemalsuan terhadap produk yang produk kreatif yang telah memiliki KI.
dihasilkan para pelaku ekraf. Untuk itu, Bekraf
menginisiasi berdirinya Satgas Anti Pembajakan
untuk memerangi pelanggaran HKI. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi Pusat Komunikasi Kemenperin. 2015. Menperin:
pembajakan hak kekayaan intelektual (intellectual Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif
property right). Satgas ini bakal menerima Ditargetkan 7,5%. Diakses dari
pengaduan segala macam jenis pembajakan, baik http://www.kemenperin.go.id/artikel/13182
secara offline maupun online dari para pemegang /Menperin:-Kontribusi-PDB-Ekonomi-
hak karya cipta. Pembentukan Satgas Pengaduan Kreatif-Ditargetkan-7,5 (21 Januari 2016).
konten bajakan ini perlu dibuat oleh Bekraf karena Siagian, Riduan. 2014. Industri Kreatif Berbasis
kasus pembajakan merupakan delik aduan, Budaya Lokal. Diakses dari
sehingga adanya pelanggaran HKI tidak akan http://www.medanbisnisdaily.com/news/re
ad/2014/08/07/110038/industri-kreatif-
diproses oleh aparat penegak hukum jika tidak ada
berbasis-budaya-lokal/#.VqBOXlK1XLU
laporan. Pemberantasan pembajakan HKI (21 januari 2016).
merupakan salah satu fokus Bekraf dikarenakan
untuk mengembangkan ekraf agar menjadi motor Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
penggerak perekonomian diperlukan jaminan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015
perlindungan atas hasil karya inetelektual. Di Tentang Badan Ekonomi Kreatif
samping juga, adanya ekosistem yang kondusif
Howkins, John, 2007. Enhancing Creativity.
bagi para pelaku ekraf untuk meningkatkan nilai
http://www.india-
tambah ekonomi atas aktivitas usaha yang seminar.com/2005/553/553%20john%20h
dilakukan. owkins.htm.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
2008. Rencana Pengembangan Ekonomi
BAB V KESIMPULAN Kreatif Indonesia 2009-2015. Studi Industri
Ekonomi kreatif (ekraf) merupakan salah Kreatif Indonesia.
satu sektor yang memberikan kontribusi pada Undang-undang RI No.3 Tahun 2014 tentang
perekonomian nasional sebesar 5,76% di tahun Perindustrian.
2013 mengungguli rata-rata pertumbuhan UNDP & UNCTAD. 2008. The Challenge of
ekonomi nasional sebesar 5,74%. Bahkan industri Assesing the Creative Economy: Towards
kreatif juga menyerap tenaga kerja hingga 11,8 Informed Policy--Making Creative
juta orang. Kebijakan pengembangan ekraf Economy Report.
semakin nyata dilakukan pemerintah dengan Nurse, Keith and Alicia, Nicholis. 2011.
membentuk lembaga tersendiri, yang diberi Enhancing Data Collection in the Creative
kewenangan dalam mengurus segala hal terkait Industries Sector in CARIFORUM.
dengan ekraf di Indonesia, yaitu Badan Ekonomi Prepared for Inter-Agency Presentation,
ITC, UNCTAD, WTO, and WIPO
Kreatif (Bekraf).
contribution 32nd COTED Meeting in
Tantangan industri kreatif bukan hanya Georgetown, Guyana, May 16-17th, 2011.
dari pelaku industri itu sendiri, melainkan juga Wibawa, Samodra. 2011. Politik Perumusan
bagaimana peran pemerintah dalam mendorong Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
industri kreatif tersebut. Pelaku industri kreatif Smith, Bruce L. 2003. Public Policy and Public
menghadapi banyak isu KI mulai dari produk apa Participation Engaging Citizens and
yang bisa memiliki KI, bagaimana cara Community in the Development of Public
pengurusannya, dan sejauh mana proteksi yang Policy. Population and Public Health
mereka dapat dengan adanya KI. Sementara dari Branch. Atlantic Region. Canada.

640 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Howkins, John. 2013. The Creative Economy: Muskoka, Ontario, Canada. Journal of
How People Make Money From Ideas. Rural Studies 39: 133-144.
London: Penguin Books.
Shyllit, Robyn and Spencer, Gregory M. 2011.
WIPO. 2008. WIPO Intellectual Property Book. Water, Rocks and Trees. Building Upon our
WIPO Publication No. 489 (E) Rich Resources: THE CREATIVE
ECONOMY IN MUSKOKA. Published by
Dirjen HKI-Kemenhunham. 2013. Buku Panduan
collaboration with The District of Muskoka,
Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat
Muskoka Futures, Creative Muskoka.
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual –
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Pangestu, Marie Elka. 2008. Pengembangan
Manusia – Republik Indonesia. Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Hasil
Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif
Simatupang, Togar M. 2016. Metode Penelitian
2009-2015 yang diselenggarakan pada
Kualitatif. Materi disampaikan dalam
Pekan produk Budaya Indonesia 2008 di
pelatihan metode kualitatif di Pappiptek-
Jakarta Convention Centre (JCC), 4-8 Juni
LIPI pada tanggal 5 Februari 2016.
2008.
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Pengantar Analisis
Kardoyo, Hadi; Handoyo, Setiowiji; Triyno, Budi;
Kebijakan Publik. Malang: Universitas
Laksana, Chichi Shintia. 2010. Kebijakan
Muhammadiyah Malang (UMM) Press.
Paten Dalam Mendorong Aktivitas Inovasi
Instruksi Presiden No. 6 pada tahun 2009 tentang di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Humas DJKI. 2016. Ekonomi Kreatif Sebagai
Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Modal dan Jati Diri Bangsa Indonesia.
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Diakses dari
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, http://www.dgip.go.id/humas/162-
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara ekonomi-kreatif-sebagai-modal-dan-jati-
Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan diri-bangsa-indonesia.
Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
Bekraf. Tugas Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan
Lee, Anne H.J; Geoffrey, Wall; Jason F. Kovacs. Intelektual dan Regulasi. Diakses dari
2015. Creative food clusters and rural http://www.bekraf.go.id/profil/tugas/deputi
development through place branding: -fasilitasi-hak-kekayaan-intelektual-dan-
Culinary tourism initiatives in Stratford and regulasi.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 641
Kebijakan Insentif Fiskal untuk UMKM sebagai Motor Penggerak Iptek
dan Inovasi Nasional

Fiscal Incentive Policy for SMEs as the Driver of National Science, Technology
and Innovation
Eddy Mayor Putra Sitepu1*
1Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Ged. R.M. Notohamiprodjo Lt. 6, Jl. Dr. Wahidin No. 1, Jakarta 10710

Keyword ABSTRACT
Micro, small and medium enterprises (MSMEs) are the backbone of the
economy according to the principle stated by Indonesia’s legislation.
Information and technology sector is one of Indonesia’s competitive
advantage which are contributed mostly by MSMEs. According to the
Statistics Indonesia data (2014), in the period of 2010-2013, MSMEs in the
subsectors related to the information and communication technology field
encountered decrease in terms of the number of the business units, output
values, and added values in market price. Government has provided
supports from the institutional and capital aspects towards MSMEs, but the
assistance are insufficient. An effective policy initiative is required in order
that the incentive given may promote growth of enterpreneurship as well as
provide relieve for the MSMEs. This research is aimed to formulate the
effective tax incentive policy for MSMEs. The methodology used is literature
study by using descriptive analysis. The result of this research is that the
effective incentive policy is one that can minimalize tax distortion and at the
same time provide freedom to offset losses as well as simplify the tax
administration. By implementing the correct tax incentive scheme, MSMEs
will continue to grow sustainably, contribute to the revenue collection from
taxation, and become the driver of national science, technology and
innovation

Kata Kunci SARI KARANGAN


Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung
perekonomian yang berasaskan kerakyatan. Sektor teknologi informasi
sebagai salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Indonesia banyak
diisi oleh pelaku usaha yang tergolong UMKM. Berdasarkan data BPS (2014),
dalam periode 2010-2013 industri mikro di subsektor yang terkait dengan
bidang TIK mengalami penurunan dalam hal jumlah perusahaan, nilai output,
serta nilai tambah berdasarkan harga pasar. Pemerintah telah memberikan
dukungan dari sisi kelembagaan dan permodalan terhadap pelaku UMKM,
tetapi dukungan terhadap calon pelaku industri tersebut belum memadai.
Inisiatif kebijakan yang efektif diperlukan agar insentif yang diberikan dapat
mendorong pertumbuhan kewirausahaan sekaligus mengurangi beban bagi
pelaku UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kebijakan insentif
pajak yang efektif bagi UMKM. Metodologi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi literatur dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan insentif yang efektif adalah yang
dapat meminimalisasi distorsi pajak sekaligus memberikan keleluasaan untuk
meng-offset kerugian serta menyederhanakan administrasi perpajakan.
Dengan skema insentif pajak yang tepat, UMKM akan dapat terus tumbuh
dengan sehat, berkontribusi terhadap penerimaan negara dari perpajakan, dan
menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

642 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
PENDAHULUAN menunjukkan pemihakan sungguh– sungguh pada
ekonomi rakyat Dalam praktiknya, ekonomi
Pemulihan dari krisis keuangan global yang kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai ekonomi
terjadi pada 2008-2009 masih berlangsung dengan jejaring (network) yang menghubung– hubungkan
tidak merata dan cenderung lambat, sehingga sentra–sentra inovasi, produksi dan kemandirian
meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi usaha masyarakat ke dalam suatu jaringan
global akan terperangkap dalam era pertumbuhan berbasis teknologi informasi, untuk
medioker. Pertumbuhan total factor productivity terbentuknya jejaring pasar domestik diantara
(TFP) pada khususnya mengkhawatirkan; kondisi sentara dan pelaku usaha masyarakat (Succesary
tersebut merupakan penyumbang yang signifikan 2008). Ekonomi kerakyatan berbasis pada
terhadap penurunan pertumbuhan potensial secara kekuatan ekonomi rakyat, yaitu kegiatan ekonomi
keseluruhan sejak awal 2000-an di negara-negara atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan
maju, dan dalam periode yang lebih akhir di (popular) secara swadaya untuk mengelola
negara-negara emerging market (mengacu pada sumber daya ekonomi yang dapat diusahakan dan
World Economic Outlook April 2015). Hal ini dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai
telah memicu meningkatnya ketertarikan terhadap UMKM. Pada umumnya UMKM meliputi sektor
bagaimana pemerintah dapat secara efektif pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dan
mendorong pertumbuhan TFP. Reformasi sebagainya, yang ditujukan terutama untuk
struktural terhadap pasar tenaga kerja dan barang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara
tentu saja merupakan salah satu cara yang utama umum.
(lihat World Economic Outlook April 2016). 5
Di era globalisasi dewasa ini, sektor
Inovasi merupakan motor penggerak teknologi informasi sebagai salah satu keunggulan
pertumbuhan produktivitas dalam jangka panjang. kompetitif yang dimiliki oleh Indonesia banyak
Penemuan-penemuan di akhir abad ke-19, seperti diisi oleh pelaku usaha yang tergolong UMKM.
listrik dan mesin pembakaran, menjadi landasan Hal ini mengingat bahwa industri di bidang TIK
bagi era keemasan pertumbuhan produktivitas di mengandalkan inovasi dari satu atau sekelompok
pertengahan abad ke-20. Terobosan dalam kecil orang seperti yang saat ini menjadi tren
teknologi informasi telah mendorong peningkatan dalam industri pengembangan aplikasi berbasis
produktivitas di dekade-dekade terakhir. komputer atau ponsel.
Teknologi yang dinantikan seperti pencetakan 3
dimensi, big data, mobil otonom, dan kecerdasan Pelaku usaha yang tergolong UMKM
buatan mungkin akan merangsang melesatnya mempunyai karakteristik yang berbeda
pertumbuhan dramatis di tahun-tahun mendatang, dibandingkan dengan kelompok pelaku usaha
sebagaimana diyakini oleh beberapa pengamat lainnya. Dari sisi skala, sebagian besar UMKM
(Brynjolfsson and McAfee 2014). Namun merupakan usaha perorangan dan yang
demikian, di pihak lain ada yang berpendapat mempunyai karyawan kurang dari 10 orang.
bahwa dorongan terhadap pertumbuhan TFP dari Modal perusahaan umumnya relatif kecil dan
inovasi-inovasi tersebut diprediksi tidak akan biasanya berasal dari tabungan pribadi
signifikan (Gordon 2016). pemiliknya, sehingga layanan lembaga keuangan
(bank maupun non-bank) belum banyak
Usaha mikro, kecil dan menengah dimanfaatkan. Namun demikian, dari total seluruh
(UMKM) merupakan tulang punggung unit usaha, proprosi UMKM mencapai 90 persen,
perekonomian yang berasaskan kerakyatan. dan ini menjadi fenomena yang lazim di berbagai
Menurut Prof. Dr. Mubyarto, sistem ekonomi negara. Semua karakteristik tersebut di atas
kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasas menjadikan UMKM layak untuk mendapatkan
kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan perhatian yang serius terutama sebagai upaya

5
Reformasi struktural atas kebijakan penerimaan dan panjang sebesar ¾ persen di negara-negara maju dan
belanja negara dapat mengangkat pertumbuhan lebih besar lagi di negara-negara emerging market dan
tahunan dalam jangka menengah hingga jangka berkembang (IMF 2015).

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 643
untuk mendorong agar UMKM menjadi motor kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
penggerak iptek dan inovasi nasional. dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
Berdasarkan data BPS (2014), dalam produktif yang berdiri sendiri, yang
periode 2010-2013 industri mikro di subsektor dilakukan oleh orang perorangan atau badan
yang terkait dengan bidang TIK mengalami usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang
penurunan dalam hal jumlah perusahaan, nilai
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
output, serta nilai tambah berdasarkan harga pasar. langsung maupun tidak langsung dengan
Data tersebut di atas mengindikasikan bahwa Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kebijakan terkait UMKM masih belum tepat. kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
Salah satu elemen kebijakan yang perlu menjadi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
fokus perhatian adalah kebijakan insentif fiskal, ini.
Selanjutnya, dalam Pasal 2 Undang-
mengingat pemerintah, khususnya Pemerintah
Undang Nomor 20 Tahun 2008 juga diatur bahwa
Pusat, mempunyai kapasitas untuk menjangkau
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan
UMKM secara nasional dalam upaya untuk
kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan,
mendorong keunggulan kompetitif Indonesia.
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan lingkungan, kemandirian, keseimbangan
kebijakan insentif pajak yang efektif bagi UMKM. kemajuan; dan kesatuan ekonomi nasional.
Hingga saat ini, insentif yang diberikan kepada
Tujuan dari UMKM sebagaimana diatur
UMKM masing kurang atau tidak tepat sehingga
dalam Pasal 3 Undang-Undang dimaksud yaitu
hasilnya kurang efektif. Penelitian ini akan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan
memfokuskan pada skema insentif pajak serta
usahanya dalam rangka membangun
dukungan fiskal yang sesuai dengan potensi serta
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
tantangan yang dihadapi oleh UMKM.
ekonomi yang berkeadilan.

Lebih jauh, kriteria dari masing-masing


KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP usaha mikro, kecil dan menengah adalah sebagai
berikut:
Terminologi UMKM sudah tidak asing lagi
di masyarakat secara umum. Namun demikian, • Usaha Mikro:
definisi UMKM secara resmi baru dirumuskan o memiliki kekayaan bersih paling banyak
seiring dengan terbitnya Undang-Undang Nomor Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
bangunan tempat usaha; atau
Menengah. Berdasarkan Undang-Undang o memiliki hasil penjualan tahunan paling
tersebut, definisi usaha mikro, usaha kecil dan banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
usaha menengah adalah sebagai berikut: juta rupiah).
• Usaha Kecil:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik o memiliki kekayaan bersih lebih dari
orang perorangan dan/atau badan usaha Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha rupiah) sampai dengan paling banyak
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang- Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
Undang ini. rupiah) tidak termasuk tanah dan
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif bangunan tempat usaha; atau
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh o memiliki hasil penjualan tahunan lebih
orang perorangan atau badan usaha yang dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
bukan merupakan anak perusahaan atau rupiah) sampai dengan paling banyak
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung ratus juta rupiah).
maupun tidak langsung dari Usaha • Usaha Menengah:
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi o memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

644 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
rupiah) sampai dengan paling banyak menjadi insentif fiskal (merupakan insentif pajak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak
rupiah) tidak termasuk tanah dan investor), insentif keuangan, dan jenis insentif
bangunan tempat usaha; atau
lainnya.
o memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar Fletcher (2002) mengkategorikan insentif
lima ratus juta rupiah) sampai dengan
pajak menjadi 6 jenis yaitu: (i) tarif pajak yang
paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah). lebih rendah (reduced corporate income tax
Setelah menguraikan kerangka konsep rates); (ii) tax holiday; (iii) investasi yang dapat
terkait UMKM, berikutnya akan dijelaskan dibiayakan dan pemberian kredit pajak
mengenai konsep insentif. Dewi (2012) (investment allowances and tax credits); (iv)
menguraikan berbagai definisi insentif pajak. penyusutan dipercepat (accelerated depreciation);
UNCTAD (United Nations Conference on Trade (v) pembebasan pajak tidak langsung (exemptions
and Development) mendefinisikan insentif pajak from indirect taxes); dan (vi) zona produksi ekspor
sebagai segala bentuk insentif yang mengurangi (export processing zones).
beban pajak perusahaan dengan tujuan untuk
Prasetyo (2008) menjelaskan bahwa
mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk
UNCTAD melaporkan beberapa tujuan yang ingin
berinvestasi di proyek atau sektor tertentu
dicapai dari pemberian insentif pajak oleh suatu
(Prasetyo, 2008).
negara, yaitu:
Selain itu, Zee, Stotsky, dan Ley (2002)
a. Investasi regional; biasanya meliputi
mendefinisikan insentif pajak dari sudut pandang
pemberian dukungan untuk kawasan luar
yang berbeda, yaitu dari sudut pandang hukum kota, pembangunan kawasan industri yang
(statutory term) dan dari sudut pandang efektivitas agak jauh dari pusat kota dan karenanya dapat
(effective term). Dari sudut pandang statutory mengurangi pencemaran lingkungan,
term, insentif pajak diartikan sebagai, “a special urbanisasi, dan kepadatan penduduk di
tax provision granted to qualified investment perkotaan.
projects that represents a statutorily favourable b. investasi sektoral; insentif pajak bisa
diberikan untuk bidang-bidang usaha yang
deviation from a corresponding provision dipandang penting bagi pembangunan.
applicable to investment projects in general”. Dari Pemberian insentif ditujukan untuk
pengertian tersebut dinyatakan bahwa insentif merangsang perkembangan industri,
pajak merupakan perlakuan khusus yang manufaktur, pariwisata, atau eksplorasi
diberikan terhadap proyek investasi tertentu saja. sumber daya alam.
Pengertian ini akan berguna untuk c. peningkatan kualitas; peningkatan kualitas
biasanya diusahakan dengan membuat
mengklasifikasi insentif pajak. Sedangkan dari
kawasan berikat untuk industri-industri yang
sudut pandang effective term, insentif pajak berorientasi ekspor.
diartikan sebagai, “a special tax provision granted d. alih teknologi; pemberian insentif untuk
to qualified investment projects that has the effect industri-industri yang sifatnya pionir dengan
of lowering the effective tax burden—measured in menyediakan insentif khusus untuk kegiatan-
some way—on these projects, relative to the kegiatan yang sifatnya penelitian dan
effective tax burden that would be borne by the pengembangan guna merangsang transfer
teknologi.
investors in the absence of the special tax
Banyak negara berkembang menawarkan
provision. Under this definition, all the incentives
insentif pajak dengan tujuan untuk meningkatkan
are, therefore, necessarily effective”. Dari
investasi atau penanaman modal. Insentif tersebut
pengertian tersebut, insentif pajak merupakan
sebagian besar ditujukan untuk menarik investasi
dampak efektif terhadap pengurangan beban pajak
asing dalam bentuk aktivitas produksi dan bukan
yang ditanggung oleh wajib pajak.
investasi dalam bentuk aset keuangan.
Gergerly (2003) menjelaskan bahwa Terciptanya investasi diharapkan akan
terdapat beberapa jenis insentif untuk menarik menyebabkan adanya transfer teknologi dan
investasi. Jenis-jenis insentif tersebut dapat dibagi manajemen yang akan meningkatkan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 645
pembangunan ekonomi negara tersebut. Insentif kebijakan insentif fiskal yang tepat bagi UMKM,
pajak yang banyak ditawarkan oleh negara yaitu: memajukan kewirausahaan, iklim dan
berkembang untuk meningkatkan investasi atmosfir yang mendukung, serta keterkaitan antara
tersebut memiliki berbagai alasan, antara lain UMKM dengan sumber inovasi teknologi. Dari
sebagai penyeimbang adanya kelemahan dalam hasil analisis tersebut, dapat disusun rekomendasi
sistem pajak yang berlaku di negara tersebut, kebijakan insentif fiskal untuk sektor UMKM di
untuk mengurangi kerugian yang mungkin akan Indonesia.
dialami oleh investor (dapat dikarenakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
infrastruktur yang tidak mendukung), adanya
hukum yang berbelit-belit dan sudah tidak sesuai UMKM merupakan tulang punggung
dengan kondisi saat ini, birokrasi yang berlebihan perekonomian yang berasaskan kerakyatan.
dan administrasi yang lemah baik di sektor pajak Terbukti bahwa UMKM dapat bertahan dalam
maupun sektor lainnya di negara tersebut (Holland terpaan krisis keuangan global yang terjadi pada
dan Vann, 1998). 2007-2008 yang lalu. Bahkan dalam periode
2006-2010 jumlah UMKM di Indonesia terus
Holland dan Vann (1998) menyatakan
tumbuh mencapai 9,8 persen atau rata-rata 2,45
bahwa bagi investor sebenarnya sistem pajak
persen per tahun. Seiring dengan pertumbuhan
tidaklah terlalu penting dibandingkan dengan
jumlah unit usaha, kapitalisasi UMKM juga
pertimbangan-pertimbangan yang lain.
mengalami pertumbuhan yang pesat mencapai
Pertimbangan pertama bagi investor adalah
23,85 persen dalam periode yang sama. Dari
mengenai kondisi perekonomian dasar dan situasi
jumlah tersebut, UMKM memberikan kontribusi
kelembagaan terlebih dahulu. Adanya kestabilan
terhadap total ekspor non-migas sebesar rata-rata
politik, kepastian kebijakan pemerintah, dan
17,03 persen per tahun. Porsi ini masih tergolong
perangkat hukum yang baik merupakan hal-hal
kecil mengingat UMKM menguasai lebih dari 99
yang lebih dipertimbangkan oleh investor. Adanya
persen dari total unit usaha di Indonesia. Ke depan
insentif pajak semata tidak dapat menggantikan
kontribusi UMKM terhadap ekspor diharapkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut, justru yang
akan meningkat melalui peningkatan kapasitas
lebih penting adalah sistem pajak secara
dan daya saing barang dan jasa yang dihasilkan
keseluruhan. Pemberian insentif pajak akan
oleh sektor UMKM (Sitepu 2013a).
bermanfaat apabila faktor-faktor selain pajak juga
mendukung untuk berinvestasi, seperti adanya Sektor teknologi informasi merupakan
tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, energi, dan salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki
biaya modal. Easson (1992) menjelaskan bahwa oleh Indonesia. Berdasarkan data industri mikro
insentif pajak akan bermanfaat dan kecil periode 2010-2013 (BPS 2014), sektor
menguntungkan bagi negara yang menerapkannya industri dikelompokkan ke dalam 23 subsektor.
apabila dengan adanya insentif pajak tersebut, Subsektor yang terkait dengan bidang teknologi
terdapat keputusan investasi yang dibuat akibat informasi dan komunikasi (TIK) yaitu subsektor
adanya insentif tersebut dan tidak akan terjadi industri komputer, barang elektronika dan optik
investasi apabila tidak ada insentif pajak yang serta subsektor industri mesin dan perlengkapan
diberikan. yang tidak termasuk lainnya. Dari data tersebut,
dapat diketahui bahwa industri mikro di kedua
METODE PENELITIAN subsektor tersebut mengalami kecenderungan
penurunan dalam hal jumlah perusahaan, nilai
Metodologi yang digunakan dalam
output, serta nilai tambah berdasarkan harga pasar.
penelitian ini adalah studi literatur dengan
Di pihak lain, industri kecil justru menunjukkan
menggunakan analisis deskriptif. Penelitian ini
peningkatan dalam ketiga indikator tersebut dalam
dilakukan dengan melakukan eksplorasi terhadap
periode yang sama. Fakta ini menarik untuk
penerapan kebijakan insentif fiskal untuk UMKM
dicermati. Data yang menunjukkan peningkatan
di beberapa negara yang dijadikan referensi.
pada industri kecil patut diapresiasi, karena salah
Secara garis besar terdapat 3 enabling factors yang
satu faktor pendorong peningkatan tersebut adalah
perlu dianalisis untuk dapat merumuskan

646 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
industri mikro yang naik kelas menjadi industri Selain hal tersebut di atas, masalah yang
kecil. Namun, mengingat sebagian besar pelaku paling sulit yang dihadapi oleh UMKM adalah
usaha di bidang TIK adalah industri mikro yang mengakses teknologi dan mempertahankan daya
berawal dari kreativitas satu atau sekelompok saing. Ketidakmampuan UMKM untuk
kecil orang, penurunan yang terjadi di kelompok mengidentifikasi kebutuhannya terhadap
industri mikro perlu mendapat perhatian serius. teknologi antara lain karena:
Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah
menurunnya minat pelaku usaha industri mikro • buruknya kondisi keuangan dan rendahnya
tingkat R&D;
untuk terjun ke industri di bidang TIK. Hal ini bisa
• rendahnya kemampuan untuk menyesuaikan
disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah diri dengan tren perdagangan yang berubah;
iklim usaha yang tidak mendukung. Seperti bayi • keinginan untuk menghindari risiko;
yang belajar merangkak atau berjalan, pelaku • tidak tersedianya sumber daya manusia yang
usaha di sektor TIK yang baru memulai usahanya terlatih secara teknis;
perlu bantuan dan dukungan. Salah satunya yang • penekanan pada produksi dan bukan pada
dapat dilakukan adalah dengan insentif pajak dan ongkos produksi;
• kurangnya keahlian manajerial;
dukungan fiskal dari pemerintah. • kurangnya akses terhadap layanan informasi
UMKM menempati tempat yang penting teknologi dan konsultansi;
dan strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan • terputusnya akses dengan penghubung
teknologi.
pemerataan pembangunan di semua negara.
Arah dan kecepatan kemajuan teknologi
Mencakup 90% dari total jumlah perusahaan di
bergantung pada langkah-langkah penting dalam
sebagian besar negara di seluruh dunia, UMKM
kebijakan yang dibuat oleh institusi dan
adalah kekuatan pendorong di belakang sejumlah
pemerintah. Banyak negara maju dan negara
besar inovasi dan memberikan kontribusi pada
berkembang serta negara berpendapatan
pertumbuhan ekonomi nasional melalui
menengah telah mengadopsi kerangka kebijakan
penciptaan lapangan kerja, investasi dan ekspor.
yang komprehensif untuk menstimulasi proses
Kontribusi UMKM terhadap pengurangan
inovasi dan difusi pengetahuan melalui berbagai
kemiskinan dan distribusi kemakmuran yang lebih
saluran.
luas di negara berkembang tidak dapat diabaikan.
Pertama, inovasi dibangun dengan basis
Faktor-faktor yang merupakan keunggulan
sumber daya manusia yang kuat untuk mendorong
ditambah dengan peluang-peluang yang dimiliki
penemuan-penemuan baru. Persyaratan yang
oleh UMKM antara lain kontribusi yang tinggi
mewajibkan adanya pondasi sumber daya manusia
terhadap produksi dalam negeri, pendapatan
yang kuat tersebut membutuhkan investasi yang
ekspor yang signifikan, persyaratan investasi yang
tepat di sektor pendidikan tinggi, penelitian ilmiah
rendah, fleksibilitas operasional, mobilitas lokasi,
dasar, dan kemitraan antara perguruan tinggi
intensitas impor yang rendah, kapasitas untuk
dengan perusahaan swasta. Kedua, lingkungan
mengembangkan teknologi asli yang sesuai,
bisnis harus menyediakan insentif yang memadai
substitusi impor, kontribusi terhadap industri
bagi tumbuhnya inovasi. Kebijakan untuk
pertahanan serta daya saing di pasar domestik dan
memfasilitasi lingkungan yang mendukung
ekspor.
tersebut meliputi juga perlindungan terhadap
Seiring dengan upaya melihat keunggulan kekayaan intelektual, insentif fiskal, dan
UMKM dengan pendekatan baru, perlu juga kebijakan yang lebih luas terkait dengan
memahami keterbatasan UMKM, yang meliputi perdagangan, kompetisi, ketentuan terkait pasar
rendahnya basis modal, konsentrasi fungsi tenaga kerja, dan undang-undang kepailitan.
manajemen dalam satu / dua orang, paparan Ketiga, kebijakan makroekonomi yang
lingkungan internasional yang terbatas, mempercepat pertumbuhan yang tinggi dan
ketidakmampuan untuk menghadapi dampak berkelanjutan penting karena pertumbuhan
rezim WTO, rendahnya R&D dan kurangnya memampukan perusahaan untuk dapat
profesionalisme. memperoleh kembali biaya-biaya yang tertanam

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 647
(sunk costs) dengan cepat dan pada gilirannya Kewirausahaan umumnya terkait dengan gagasan
akan mendorong investasi pada kegiatan R&D. destruksi kreatif, sebagaimana dijelaskan oleh
ekonom Joseph Schumpeter, dimana perusahaan
Kebijakan fiskal terkait inovasi harus baru memasuki pasar dan mendorong persaingan
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan dan inovasi yang lebih besar (Schumpeter 1911).
kebijakan-kebijakan dan tujuan lainnya. Misalnya, Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa
dengan menyediakan insentif bagi inovasi, masuknya perusahaan baru penting untuk
kebutuhan paten terhadap insentif fiskal dapat pertumbuhan inovasi dan produktivitas.
berkurang. Namun demikian, paten dapat Perusahaan baru sangat relevan untuk memperluas
mengganggu difusi teknologi; karenanya kemajuan teknologi karena mereka cenderung
kebijakan insentif tersebut harus pula dibarengi untuk terlibat dalam inovasi yang lebih radikal,
dengan subsidi dan insentif pajak terhadap R&D. sedangkan perusahaan yang sudah lama berdiri
Secara lebih umum, suatu penilaian atas insentif cenderung lebih fokus pada inovasi inkremental
fiskal perlu mempertimbangkan tidak hanya untuk meningkatkan produk dan proses yang
dampaknya terhadap inovasi, tetapi juga sudah ada (Akcigit dan Kerr 2010). Lebih dari
implikasinya terhadap tujuan lainnya, seperti setengah dari pertumbuhan total faktor-faktor
anggaran pemerintah dan distribusi pendapatan. produktivitas (TFP) di tingkat industri dihasilkan
Karena itu, tantangan bagi pemerintah adalah oleh pendatang baru, dan sisanya berasal dari
untuk mendapatkan bauran kebijakan yang tepat perbaikan produktivitas oleh pemain lama (Lentz
yang menyeimbangkan berbagai tujuan dan Mortensen 2008). Kompetisi dari pendatang
pemerintah. baru juga memicu inovasi pada sebagian dari
perusahaan yang sudah lama berdiri, terutama di
Kebijakan fiskal mempengaruhi ketiga pilar
industri yang berteknologi tinggi (Aghion et al.
inovasi berikut ini; (i) penelitian dan
pengembangan (R&D), yang mencakup baik 2009).
penelitian dasar maupun terapan; (ii) transfer Tren kewirausahaan bervariasi antara sat
teknologi, yang meliputi difusi teknologi dan negara dengan yang lainnya. Di 14 negara Eropa,
pengetahuan lintas Negara; dan (iii) inovasi laju bisnis baru yang memasuki pasar (sebagai
kewirausahaan, yang melibatkan eksperimen ukuran kewirausahaan) menurun sejak terjadinya
dengan produk dan proses baru oleh unit bisnis krisis keuangan, sementara di 11 lainnya
yang baru. mengalami peningkatan. Di Amerika Serikat,
dimana data yang tersedia mencakup periode yang
Untuk dapat merumuskan kebijakan
insentif fiskal yang tepat bagi UMKM, perlu lebih lama, tingkat arus masuk bisnis baru
dianalisis kondisi-kondisi yang memampukan menurun secara bertahap sejak akhir 1970-an.
Penurunan ini sangat besar khususnya di sektor
(enabling factors) agar UMKM dapat tumbuh dan
ritel dan layanan, menandakan pergeseran di
berkembang. Dalam konteks kondisi-kondisi
tersebut kebijakan insentif fiskal disusun sehingga sektor ini terhadap perusahaan-perusahaan besar
akan efektif dampaknya. Secara prinsip, insentif (Decker et al. 2015).
fiskal seharusnya fleksibel dan dapat berubah Tingkat arus masuk bisnis baru biasanya
sesuai kebutuhan, serta menyesuaikan dengan lebih tinggi di negara emerging markets dan
karakteristik industri yang ingin dikembangkan. negara berkembang daripada di negara maju,
tetapi sifat kewirausahaan juga berbeda. Sebagian
Memajukan kewirausahaan
besar dari bisnis baru di negara emerging markets
Inovasi dan hasil pertumbuhan dan negara berkembang adalah karena "dorongan
produktivitas tidak hanya berasal dari investasi kebutuhan"—terjadi sebagai akibat dari dorongan
pada R&D oleh perusahaan besar dan sudah kebutuhan ekonomi ketika pilihan lain untuk
mapan, tetapi juga dari perusahaan-perusahaan bekerja tidak ada atau tidak memuaskan.
start-up kecil yang terlibat dalam eksperimen dan Sebaliknya, kewirausahaan karena "dorongan
pengambilan risiko (kewirausahaan). kesempatan", yang lebih terkait erat dengan

648 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
inovasi, relatif lebih lazim di negara maju. Oleh bisnis bertahan hidup dan tumbuh, mereka
karena itu tujuan pembangunan yang penting di seringkali berubah menjadi perusahaan yang
banyak negara emerging markets dan negara menawarkan perlindungan dalam bentuk
berkembang tidak terlalu menekankan pada kewajiban yang terbatas kepada pengusahanya.
tingginya arus masuk bisnis, melainkan untuk Penghasilan kemudian menjadi tunduk pada pajak
meningkatkan pangsa kewirausahaan yang penghasilan badan (PPh Badan)—dan, ketika
didorong oleh kesempatan. didistribusikan kepada pemilik, menjadi pajak atas
dividen atau capital gain. Jenis pajak juga dapat
Eksperimen kewirausahaan yang efisien mempengaruhi tingkat arus masuk dan
memerlukan pengaturan kelembagaan yang pertumbuhan kewirausahaan dengan mengubah
memudahkan arus masuk, tumbuh, serta risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan.
keluarnya bisnis. Berbagai kendala dapat Efek dari pajak penghasilan pada penciptaan
menghambat proses ini. Salah satu kendala umum bisnis di negara maju telah dieksplorasi oleh
adalah akses keuangan. Program pemerintah di beberapa penelitian empiris. Temuan-temuannya
beberapa negara mendukung penyediaan modal dapat diringkas sebagai berikut:
awal, pembiayaan tahap awal, dan modal usaha
melalui pinjaman bersubsidi atau hibah— •• PPh OP. Efek dari tarif PPh OP
meskipun tingkat keberhasilannya bervariasi terhadap penciptaan bisnis bervariasi. Untuk
(Lerner 2009). Kendala lain adalah beban usaha Amerika Serikat, beberapa bukti menunjukkan
sebagai akibat dari kebijakan nonfiskal, seperti hubungan negatif antara progresivitas pajak dan
izin dan lisensi, undang-undang kepailitan, dan arus masuk bisnis (Gentry dan Hubbard 2000),
peraturan terkait pasar tenaga kerja. Terakhir, sedangkan penelitian lain menemukan bahwa tarif
perpajakan juga dapat mendistorsi kewirausahaan. PPh OP yang tinggi mendorong pengambilan
risiko kewirausahaan (Cullen dan Gordon 2007).
Kebijakan perpajakan untuk mendorong Hasil penelitian lain dengan menggunakan sampel
munculnya unit-unit usaha baru dari 25 negara maju dan emerging market
Keputusan untuk memulai bisnis sering menemukan bahwa tarif progresif PPh OP
melibatkan pilihan antara bekerja di bawah berdampak tidak signifikan pada arus masuk
kontrak kerja yang aman dengan upah tertentu bisnis.
atau mengambil risiko untuk mengejar tingkat •• PPh Badan. Studi yang paling empiris
pengembalian yang tidak pasti tetapi berpotensi menemukan bahwa tingkat PPh Badan yang tinggi
besar. Sistem pajak dapat mempengaruhi biaya, memiliki efek negatif pada aktivitas
manfaat, dan resiko yang terlibat dalam kewirausahaan (Baliamoune-Lutz 2015). Hasil
menentukan pilihan ini. Pajak penghasilan orang penelitian lainnya juga menunjukkan adanya
pribadi (PPh OP) penting bagi para wirausaha hubungan tersebut. Namun demikian, dampaknya
yang perusahaannya bermula sebagai usaha bisnis tidak terlalu besar. Menurunkan tarif pajak efektif
nonkorporasi. Ketika sistem PPh OP atas penghasilan badan rata-rata sebesar 1 persen
memperbolehkan pengkreditan penuh kerugian (misalnya, 20 persen dari rata-rata saat ini 21
terhadap pendapatan lainnya, sistem tersebut persen) akan meningkatkan jumlah unit usaha
secara efektif memberikan jaminan terhadap sebesar antara 0,1 dan 0,3 persen (misalnya, dari
risiko dengan mengurangi variabilitas tingkat rata-rata saat ini 10 persen dari jumlah unit bisnis
pengembalian, baik tingkat pengembalian yang menjadi antara 10,1 dan 10,3 persen).
positif maupun negatif. Sistem ini dapat
mendorong pengambilan risiko oleh para •• Pajak Penghasilan atas Capital Gain.
wirausaha. Namun, sebagian besar sistem PPh OP Karena pengusaha dapat menghasilkan sebagian
membatasi besarnya kerugian yang dapat besar pendapatan mereka dalam bentuk capital
dikreditkan. Tingginya tarif PPh OP marginal gain, pajak penghasilan atas modal yang rendah
yang mengurangi tingkat pengembalian yang dapat mendorong usaha kewirausahaan. Namun,
potensial selanjutnya menjadi disinsentif untuk mengurangi tarif pajak pada semua capital gain
kegiatan kewirausahaan. Sementara itu, ketika merupakan instrumen yang tumpul untuk

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 649
mencapai hasil tersebut. Selain itu, pajak yang peningkatan inovasi kewirausahaan (kecuali yang
rendah atas capital gain bisa memicu arbitrase berkaitan dengan pengeluaran R&D, yang
pajak dengan mendorong pengusaha untuk memang ditujukan untuk inovasi). Bukti
merealisasikan capital gain dan bukan menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan
membagikan dividen. Oleh karena itu perlakuan perusahaan, penciptaan lapangan kerja, dan
perpajakan yang netral atas sumber pendapatan kegiatan ekspor lebih terkait langsung dengan usia
yang berbeda mutlak diperlukan. bisnis daripada ukurannya (Haltiwanger, Jarmin,
dan Miranda 2013). Selain itu, preferensi pajak
Secara keseluruhan, meskipun pajak berdasarkan ukuran dapat menciptakan disinsentif
penghasilan dapat menimbulkan efek negatif pada bagi perusahaan untuk tumbuh lebih besar,
arus peningkatan kewirausahaan, ada kekuatan menciptakan apa yang disebut perangkap usaha
imbalan yang penting. Untuk memastikan bahwa kecil. Salah satu ilustrasi ini, ditemukan dalam
kebijakan ini efektif, ketentuan cukup beberapa penelitian ekonomi mikro, yaitu
memberikan kemudahan dalam sistem pajak "bunching": kepadatan perusahaan yang sangat
diperlukan untuk mengimbangi kerugian. tinggi dengan pendapatan di bawah tingkat di
Beberapa negara memiliki langkah-langkah untuk mana preferensi pajak berdasarkan ukuran
memberikan keringanan pajak khusus yang dihapus. Pola ini mungkin mencerminkan
diterapkan untuk secara aktif mendorong sebagian dari pendapatan yang tidak dilaporkan,
kewirausahaan. Misalnya, tunjangan pajak (tax tetapi hal tersebut juga dapat mencerminkan
allowances) untuk modal usaha yang ditawarkan perubahan dalam aktivitas yang dilakukan oleh
sebagai cara untuk merangsang pasokan dana. perusahaan, seperti mengurangi investasi atau
Namun demikian, instrumen ini tidak efektif pemecahan (fragmenting) bisnis (dengan cara
dalam keadaan di mana sebagian besar modal tidak efisien) untuk tetap bertahan di bawah
usaha berasal dari investor lembaga yang bebas ambang batas. Dengan menghalangi perusahaan-
pajak. Dukungan fiskal secara langsung ditujukan perusahaan untuk tumbuh lebih besar, preferensi
untuk start-up dapat lebih efektif, terutama jika pajak berdasarkan ukuran karenanya mungkin saja
dukungan tersebut memperbolehkan pemberian lebih bersifat membahayakan pertumbuhan
pengembalian pajak ketika pendapatan negatif. produktivitas daripada mendukungnya.
Mendorong terciptanya atau tumbuhnya
Yang menjadi kunci kemajuan UMKM
perusahaan akan tercapai secara lebih efisien
bukanlah skalanya yang kecil, melainkan
dengan mengarahkan dukungan kepada
kemampuannya mengembangkan kebaruan
perusahaan-perusahaan baru. Insentif demikian
Sistem pajak juga dapat mempengaruhi akan memerlukan aturan-aturan yang membatasi
pertumbuhan perusahaan. Secara khusus, potensi penyalahgunaan (misalnya, badan hukum
perlakuan pajak preferensial berdasarkan pada baru yang dibuat hanya untuk memperbaharui
ukuran bisnis, dan perpajakan diferensial atas unit preferensi pajak atas kegiatan yang sebenarnya
usaha dengan berbagai bentuk hukum dapat sudah lama berlangsung) dan administrasi pajak
mempengaruhi insentif perusahaan untuk tumbuh. yang kuat untuk menegakkan aturan-aturan.

•• perlakuan pajak preferensial berbasis •• perlakuan perpajakan yang berbeda


ukuran bisnis. Berbagai negara menawarkan atas unit usaha dengan berbagai bentuk hukum.
perlakuan pajak preferensial untuk perusahaan Banyak sistem pajak tidak memberikan perlakuan
kecil. Misalnya, 10 negara maju dari anggota pajak yang netral atas pendapatan usaha yang
Organisation for Economic Co-operation and diperoleh dalam berbagai struktur hukum
Development (OECD) memiliki tarif PPh Badan (korporasi vs nonkorporasi). Akibatnya,
atas laba yang lebih rendah di bawah tingkat pengusaha dipicu untuk menjalankan bisnis
tertentu. Namun, mengingat bahwa sebagian besar mereka dengan cara yang meminimalkan
perusahaan kecil yang tidak baru atau tidak kewajiban pajaknya, yang dapat merusak efisiensi
inovatif, insentif pajak tersebut tidak tepat sasaran organisasi dan menghambat pertumbuhan,
untuk menghilangkan hambatan pajak untuk terutama jika perusahaan dikenakan pajak pada

650 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
tingkat yang lebih tinggi dari bisnis nonkorporasi memberikan beban pajak yang lebih rendah;
(mengingat bahwa wirausahawan cenderung sebaliknya, beban pajak rata-rata di rezim yang
berpindah menjadi bentuk hukum korporasi ketika disederhanakan harus ditetapkan cukup tinggi
mereka tumbuh melampaui ukuran tertentu). untuk mendorong perusahaan-perusahaan untuk
Beban pajak yang sedikit lebih rendah dari membuat transisi ke rezim PPh biasa setelah
korporasi dibandingkan dengan bisnis mereka tumbuh di atas ambang batas.
nonkorporasi dapat memberikan dorongan untuk
mengambil risiko kewirausahaan. UMKM butuh iklim dan atmosfir yang
mendukung
Perlunya administrasi pajak sesederhana
mungkin Untuk memampukan agar UMKM dapat
meningkatkan akses mereka terhadap teknologi
Kompleksitas sistem pajak dapat baru untuk meningkatkan daya saing mereka di
menghambat kewirausahaan. Biaya kepatuhan pasar internasional, sangat penting untuk
pajak di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Timur menciptakan lingkungan yang kondusif, yang
Tengah diperkirakan sebesar hampir 15 persen meliputi perumusan kebijakan dan program
dari omset untuk perusahaan kecil (Coolidge nasional yang tepat, membangun kapasitas
2012). Beban kepatuhan pajak yang tinggi ini bisa teknologi, transfer pengetahuan dan database
menjadi hambatan yang signifikan bagi teknologi, serta R&D dan hubungan
kewirausahaan. karena itu, beberapa negara telah antarperusahaan.
menyederhanakan rezim pajak untuk usaha
dengan omzet di bawah ambang batas tertentu. Membuat jaringan dapat menjadi solusi
Rezim ini biasanya membebaskan bisnis tersebut bagi UMKM individu untuk mengatasi masalah
dari kewajiban pengukuhan sebagai Pengusaha mereka serta untuk meningkatkan posisi
Kena Pajak untuk pemungutan pajak pertambahan kompetitifnya. Bukti dari negara-negara
nilai (PPN)—meskipun pendaftaran secara berkembang dan negara-negara maju
sukarela biasanya tetap dimungkinkan. Semakin menunjukkan bahwa jaringan lebih
tinggi ambang wajib pendaftaran PPN, semakin memungkinkan ketika perusahaan beroperasi di
tinggi arus masuk bisnis baru. Di berbagai negara, lokasi yang berdekatan dan saling berbagi
ambang pendaftaran PPN yang meningkat bisa kepentingan bisnis seperti pasar untuk produknya,
memberikan dampak positif. Di beberapa negara, kebutuhan infrastruktur yang sama atau
rezim yang disederhanakan juga memungkinkan persaingan eksternal yang dihadapi bersama.
perusahaan kecil untuk menggunakan akuntansi Dalam kelompok atau cluster seperti itu, inisiatif
sederhana untuk menghitung pajak (berdasarkan bersama perusahaan-perusahaan menjadi lebih
omset, misalnya), membayar satu pajak terpadu kuat, karena pihak-pihak berkumpul mempunyai
dan bukannya berbagai jenis pajak, dan kepentingan yang sama, lebih hemat biaya karena
melaksanakan kewajiban perpajakan dengan lebih biaya tetap dapat ditanggung bersama dan
jarang. Penyederhanaan ini sangat relevan di memudahkan koordinasi sehingga akan
negara berkembang dan emerging markets untuk meningkatkan pengetahuan dan saling percaya.
mendorong usaha informal untuk memformalkan Pengalaman banyak negara menunjukkan
status usahanya. Di Brasil, misalnya, pelaksanaan bahwa UMKM dapat memberikan kontribusi yang
skema penyederhanaan untuk usaha mikro dan besar untuk pengembangan industri dan ekonomi.
kecil berdampak secara signifikan dalam Sayangnya, statistik Iran terkait UMKM tersebar
meningkatkan tingkat arus masuk secara formal, dan tidak lengkap. Jumlah industri kecil dan
omzet, dan penyerapan tenaga kerja (Fajnzylber, menengah di Iran sekitar 345.000 yang terdaftar
Maloney, dan Montes-Rojas 2011). Negara- secara formal, dimana 96,1% termasuk dalam
negara lain yang telah menyederhanakan rezim kategori usaha mikro (dengan tenaga kerja 1-9
pajak diantaranya Chili, Georgia, India, Meksiko, karyawan), 3,3% untuk kategori perusahaan kecil
dan Afrika Selatan. Tujuan dari rezim yang (dengan 10 -49 karyawan), 0,3% untuk
disederhanakan untuk usaha kecil bukan untuk perusahaan menengah (dengan 50-99 karyawan),

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 651
dan 0,4% untuk bisnis yang lebih besar dari 100 di Iran. Techno parks memberikan layanan yang
karyawan. Industri kecil dan menengah tersebut berbeda-beda bagi UMKM sesuai kebutuhannya
menyediakan sekitar 1,3 juta lapangan kerja, dari seperti informasi teknis, penelitian dan
total 15,6 juta angkatan kerja. laboratorium uji serta jasa lainnya.

UMKM menghadapi hambatan yang sama Pertumbuhan ekonomi yang intensif di


seperti di negara-negara berkembang lainnya. berbagai negara mensyaratkan pentingnya
Permasalahan tersebut diantaranya: lingkungan mempertahankan keunggulan kompetitif agar
ekonomi makro yang buruk akibat inflasi yang tetap tinggi, yang tentu akan sulit untuk dilakukan
tinggi (sekitar 20 persen, dengan fluktuasi 9-10 tanpa pemanfaatan inovasi.
persen) dan suku bunga yang tinggi; birokrasi
yang memberatkan; aturan tenaga kerja dan pajak Di banyak negara, ada kawasan khusus
yang merugikan; prosedur yang panjang dan (techno parks, science parks, dan lain-lain), yang
sewenang-wenang untuk mendapatkan pinjaman menyediakan berbagai hal yang diperlukan oleh
bank; kurang tersedianya mata uang asing; pemangku kepentingan (start-up, usaha kecil,
kurangnya layanan pengembangan usaha yang pengusaha swasta) untuk penciptaan solusi yang
kompeten; dan nuansa diskriminasi terhadap efisien dan inovatif di berbagai sektor ekonomi
usaha kecil. Hambatan utama untuk (Dahlstrand & Lawton 2013).
pengembangan UMKM di Iran adalah kurangnya Di Rusia upaya untuk membuat techno
akses terhadap berbagai informasi, termasuk: parks mulai dari tingkat terendah pada akhir
• informasi pemasaran (di pasar domestik dekade 90-an, namun dukungan hukum dalam
maupun asing, struktur harga, persyaratan bentuk undang-undang baru muncul pada tahun
pengemasan, dan lain-lain); 2005-2006 (Bagrinovsky et al. 2003). Sebuah
• informasi tentang alternatif-alternatif organisasi sosial informal yang disebut Asosiasi
pembiayaan dan teknologi yang tersedia bagi Kawasan Industri Rusia, dirancang untuk
UMKM untuk memampukan investor dalam memberikan dukungan untuk penciptaan,
memilih bisnis yang sehat untuk keberadaan dan pengembangan kawasan industri.
investasinya;
Namun, hingga saat ini tidak ada mekanisme yang
• informasi yang bersifat teknis dan ilmiah; dan
• informasi terkait pemasok dan pembeli bahan terarah dan efektif untuk mendukung
baku. berfungsinya sistem kawasan industri tersebut,
Iran Small Industries Organization (ISIO) dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi
sebagai organisasi yang mewadahi UMKM di Iran negara [(Shukhshunov 2013); (Association of
didirikan pada tahun 2003 dengan Russian Industrial Parks 2013)].
menggabungkan 2 organisasi yang sudah ada
Investasi di techno parks, sebagaimana
sebelumnya sebagai upaya untuk membentuk
halnya dalam infrastruktur industri yang
kawasan industri dan menyediakan infrastruktur
mengandalkan inovasi, di banyak negara
dan layanan yang dibutuhkan oleh investor. Selain
dilaksanakan oleh pemerintah, dan dalam
itu, ISIO juga dimaksudkan sebagai lembaga yang
beberapa kasus, dengan menggunakan modal
merumuskan kebijakan dan panduan bagi
swasta (Comins & Rowe 2013).
pengembangan UMKM dan memberikan
dukungan untuk meningkatkan penyerapan tenaga Penciptaan techno parks seringkali
kerja di sektor industri tersebut. merupakan proyek bisnis, karena hampir selalu
sulit untuk memperkirakan apakah investasi akan
Peran penting kawasan industri serta techno
bermuara pada penciptaan produk inovatif. Dalam
parks
beberapa kasus, sebelum memulai pembangunan
Di Iran, sebagian besar pabrik-pabrik kecil techno parks, investor proyek melakukan
dan menengah berlokasi di kota-kota industri. perkiraan awal terkait dampak ekonomi yang
Berdasarkan informasi dapat diketahui bahwa diharapkan dari techno parks, tapi dalam banyak
techno parks belum dibentuk dan dikembangkan kasus, perhitungan ini tidak dilakukan karena

652 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
kurangnya alat metodologis yang tepat (Eliseev diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan
2013). diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Insentif diintegrasikan dengan konsep
pengembangan kawasan Selain KEK, kebijakan pengembangan
kawasan lainnya yang telah diimplementasikan
Penentuan fokus pengembangan industri adalah: (i) Kawasan Berikat; (ii) Kawasan
berdasarkan wilayah perlu ditunjang dengan Industri; (iii) Kawasan Pengembangan Ekonomi
pemberian insentif pajak dan dukungan fiskal. Terpadu; dan (iv) Free Trade Zone atau Kawasan
Daerah-daerah yang mempunyai keunggulan di Perdagangan Bebas Pulau Batam, Bintan, dan
sektor tertentu dikembangkan menjadi kawasan Karimun (Kementerian Keuangan 2013). Secara
industri yang terintegrasi. Di Indonesia, konsep garis besar, setiap kebijakan perpajakan pada
pengembangan kawasan tersebut telah disusun kawasan tertentu tersebut memberikan perlakuan
dalam bentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). khusus yang merelaksasi ketentuan perpajakan
Pengembangan KEK dimaksudkan untuk berupa pemberian tax allowance pada pajak
meningkatkan penanaman modal melalui penghasilan, pembebasan/penangguhan bea
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan masuk dan pembebasan/tidak dipungut PPN yang
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan
dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri-industri baru yang mampu mendorong
industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain pertumbuhan ekonomi daerah. Kecuali untuk
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Konsep yang kawasan perdagangan bebas dan kawasan berikat,
diusung dalam pengembangan KEK merupakan fasilitas perpajakan belum dimanfaatkan dengan
model terobosan pengembangan kawasan untuk baik. Hal ini terjadi karena beberapa faktor
pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, mendasar yang belum tersedia seperti
pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat infrastruktur dan konektivitas yang belum baik
menciptakan lapangan pekerjaan (Sitepu 2013b). dengan pusat-pusat pertumbuhan yang sudah ada.
KEK merupakan kawasan dengan batas Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan menerapkan kebijakan insentif fiskal dengan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk desain khusus bagi techno parks yang terintegrasi
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan dengan konsep pengembangan kawasan.
memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah Keterkaitan antara UMKM dengan sumber
untuk melakukan dan mengembangkan usaha di inovasi teknologi berkontribusi pada tingkat
bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan inovasi
dan energi, transportasi, maritim dan perikanan,
pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang UMKM di sektor manufaktur dalam
lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas perekonomian global saat ini menghadapi
satu atau beberapa Zona, antara lain Zona persaingan yang ketat dan meningkatnya tuntutan
pengolahan ekspor, logistik, industri, untuk produk dan layanan berkualitas tinggi yang
pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi ditandai dengan waktu respon yang cepat,
yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor pengiriman yang handal dan fungsi produk baru.
dan untuk dalam negeri. Dalam lingkungan yang dinamis, inovasi
dianggap sebagai faktor strategis utama untuk
Fasilitas yang diberikan pada KEK
peningkatan daya saing UMKM manufaktur.
ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar
Namun, inovasi teknologi telah terbukti mampu
lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas
membuka banyak jalan yang mencerminkan
tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa
berbagai sumber pengetahuan yang menghasilkan
perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah
inovasi tersebut (Belotti & Tunälv, 1999).
dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang
Artinya, salah satu gagasan kunci dari teori
berupa fasilitas pertanahan, perizinan,
inovasi modern adalah bahwa perusahaan jarang
keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan,
berinovasi dengan menggunakan sumber daya
serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 653
internal saja, tetapi juga menarik sumber daya dari eksternal yang diperlukan perusahaan untuk
luar perusahaan seperti pengetahuan, belajar secara internal dan menumbuhkan inovasi
keterampilan, solusi teknis, metode dan peralatan berasal dari bantuan dari instansi pemerintah.
(Sandven, 1996). Sebagian besar perusahaan yang
aktif berinovasi memiliki jaringan hubungan yang Inovasi dipandang berperan dalam
kompleks dengan pelanggan, pemasok, lembaga meningkatkan daya saing negara dan UMKM
penelitian, asosiasi industri dan sebagainya, yang merupakan inti dari daya saing nasional. Tapi
digunakan untuk memecahkan banyak masalah perusahaan-perusahaan kecil dan menengah
teknis, organisasi dan keuangan yang timbul jarang terlibat dalam R&D, dan perbaikan produk
dalam upaya untuk berinovasi. Proses saling serta proses perbaikan yang sangat minor sifatnya.
ketergantungan ini telah menciptakan satu set Oleh karena itu, beberapa implikasi kebijakan dari
model inovasi berdasarkan 'pembelajaran penelitian tersebut diuraikan pada bagian berikut
interaktif' antara perusahaan dan lingkungan yang ini.
lebih luas (Sandven, 1996). Pertama, ada kebutuhan mendesak bagi
Akibatnya, proses inovasi, sebagaimana unit yang menangani transfer teknologi dalam
dicatat oleh Dosi (1988), adalah proses yang perusahaan untuk menghubungkan sistem ilmu
kompleks yang memerlukan mobilisasi berbagai pengetahuan dan teknologi dengan sistem
jenis pengetahuan ilmiah dan teknologi serta produksi. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan
adaptasi kontekstualnya dengan karakteristik proses re-tooling dan re-engineering yang terus
khusus dari kegiatan perusahaan dan bisnis menerus terhadap lembaga pengembangan
perusahaan. Hal ini menuntut pengembangan UMKM nasional untuk dapat merancang dan
teknis, penelitian dan pengembangan (R & D), mengimplementasikan mekanisme yang efektif
kompetensi organisasi, dan kompetensi strategis untuk memperkuat hubungan arus informasi dari
dan kemampuan belajar (Carlsson & Eliasson, sistem inovasi nasional ke pelaku UMKM.
1991). Karena faktor-faktor di atas, proses inovasi Kedua, asosiasi UMKM harus diperkuat
mungkin tidak mudah bagi sebagian besar UKM untuk memberikan kesempatan bagi anggotanya
manufaktur karena kelangkaan sumber daya untuk terus belajar tentang perkembangan
keuangan dan personil yang mereka miliki. teknologi baru dan peluang dari sumber eksternal.
Karena hal tersebut, dapat diduga bahwa Oleh karena itu, kolaborasi yang lebih erat antara
penguasaan pengetahuan eksternal sangat penting asosiasi dan negara perlu didorong. Hal ini sangat
untuk inovasi di perusahaan-perusahaan kecil dan penting dalam penyediaan sumber informasi
menengah. teknis yang tepat waktu dan penciptaan peluang
Sebuah penelitian mengkaji berbagai bagi pengembangan, pertukaran, dan
sumber inovasi teknologi yang tersedia untuk penyebarluasan informasi.
UMKM manufaktur di Nigeria barat daya dan Pemerintah India mendorong peningkatan
relevansi dari masing-masing sumber untuk kerjasama antara UMKM dengan sumber inovasi
inovasi mereka. Hasil penelitian menunjukkan teknologi melalui pengembangan Technology
bahwa sumber informasi utama bagi inovasi di Business Incubator (TBI) atau inkubator bisnis
antara perusahaan-perusahaan ini adalah berbasis teknologi. Terdapat sekitar 20 inkubator
pelanggan; pemasok peralatan dan mesin; di India saat ini, masih jauh tertinggal dari
seminar, pelatihan dan konferensi; riset pasar yang Amerika Serikat yang mempunyai lebih dari 1000,
dilakukan dalam perusahaan; dan asosiasi bisnis. Korea yang sudah membentuk sebanyak 300 dan
Namun, interaksi dengan hasil penelitian dan Finlandia sebanyak 100. TBI harus dipromosikan
pengembangan (R&D) oleh universitas dan secara besar-besaran tidak hanya dalam hal
lembaga penelitian yang dilakukan oleh sebagian jumlah, tetapi juga dalam hal skalanya.
kecil (7,9%) dari perusahaan-perusahaan ini, Universitas, Sekolah Tinggi Teknik dan Sekolah
memiliki hubungan yang signifikan dengan Tinggi Bisnis harus menjadi lokasi pilihan untuk
inovasi mereka. Namun, tidak satupun dari input TBI.

654 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Selain TBI, terdapat pula Technology pendanaan Riset Pembangunan Indonesia. Salah
Innovation Center (TIC) sebagai bentuk lembaga satu bentuk pendanaan Riset Pembangunan
lain dalam upaya untuk meningkatkan kerjasama Indonesia adalah Bantuan Dana Riset Inovatif
antara UMKM dengan sumber inovasi. TBI Produktif (RISPRO). Bantuan Dana RISPRO
berada di lembaga pendidikan dan bertujuan dibagi ke dalam 2 kategori berdasarkan bidang
mengubah hasil dari R&D untuk industri. yang menjadi fokus penelitian dan
Sementara itu, TIC berada di cluster UMKM dan pengembangannya, yaitu Bantuan Dana RISPRO
menyediakan layanan teknis yang diperlukan Komersial untuk bidang ketahanan pangan,
untuk peningkatan teknologi dan pengembangan energi, dan kesehatan, serta Bantuan Dana
produk baru. Contoh terbaik implementasi TIC RISPRO Implementatif untuk bidang eco-growth,
adalah Jerman di mana saat ini ada 500 yang sudah tata kelola, sosial keagamaan, dan budaya.
dibentuk, memberikan dukungan penuh kepada
Persyaratan Bantuan Dana RISPRO Komersial
UMKM.
Bantuan Dana RISPRO dalam rangka
Inovasi dan kewirausahaan memegang komersialisasi produk/teknologi akan diberikan
kunci untuk meningkatkan peran UMKM dalam bagi riset-riset yang memenuhi persyaratan
meningkatkan perekonomian India. Karena nilai sebagai berikut:
pentingnya belum disadari sepenuhnya, program
a. Riset harus melibatkan mitra sehingga hasil
kewirausahaan dan inovasi harus diluncurkan
riset langsung dapat diterapkan /
dalam bentuk gerakan nasional. Kewirausahaan dikomersialisasikan oleh pihak mitra yang
harus dipromosikan sebagai pilihan karir yang didukung oleh perjanjian kerja sama;
disukai dan bukan sebagai karir alternatif.
b. Mitra adalah industri yang mayoritas
Kewirausahaan / inkubasi harus menjadi bagian modalnya dimiliki oleh
dari kurikulum rekayasa. Untuk menuju ke arah Pemerintah/Pemerintah Daerah dan/atau
tersebut, langkah yang diperlukan antara lain yaitu perusahaan/Warga Negara Indonesia;
pelatihan guru / pelatih serta langkah-langkah c. Mitra harus memiliki komitmen untuk
khusus penunjang lainnya. Pengakuan / insentif berkontribusi dalam riset dapat berupa
untuk inovasi dan kewirausahaan di cluster dan penyertaan dana (cash) ataupun bentuk lain
lembaga pendidikan harus diperkenalkan. yang dapat diukur dengan uang (in-kind);
Anggaran di semua skema yang mempromosikan d. Kontribusi mitra berupa penyertaan dana
inovasi dan kewirausahaan perlu ditingkatkan. (cash) sekurang-kurangnya sebesar 10%
(sepuluh persen) dari usulan bantuan dana
Untuk meningkatkan kapasitas dari riset;
perguruan tinggi dan lembaga pendidikan tinggi
e. Riset harus memiliki kelayakan bisnis.
yang menjadi sumber inovasi, perlu dukungan
penuh dari pemerintah, salah satunya dalam Persyaratan Bantuan Dana RISPRO
bentuk insentif dana pengembangan R&D. Di Implementatif
Indonesia, skema insentif tersebut telah dijalankan Bantuan Dana RISPRO dalam rangka
melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan implementasi kebijakan/model akan diberikan
(LPDP). Lembaga ini berbentuk Badan Layanan bagi riset-riset yang memenuhi persyaratan
Umum dan bertanggung jawab mengelola dana sebagai berikut:
abadi (endowment fund) yang berasal dari alokasi
a. Riset pada tahun pertama dapat melibatkan
dana pendidikan.
mitra (opsional) dan harus melibatkan mitra
pada tahun kedua sehingga hasil riset
Salah satu misi LPDP adalah mendorong
langsung dapat diimplementasikan;
riset strategis dan/atau inovatif yang
implementatif dan menciptakan nilai tambah b. Mitra adalah lembaga sektor publik (lembaga
pemerintah dan pemerintah daerah) atau
melalui pendanaan riset, bertanggung jawab untuk
korporasi yang dapat bertindak sebagai
berpartisipasi pada pengembangan dan penerapan regulator implementasi hasil riset atau
riset di Indonesia. Sebagai bentuk tanggung jawab kelompok masyarakat yang dapat bertindak
dan partisipasi tersebut, LPDP mengelola sebagai pengguna hasil riset;

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 655
c. Riset harus memiliki kelayakan implementasi PENUTUP
kebijakan/model.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
Kriteria Bantuan Dana RISPRO
disimpulkan bahwa UMKM merupakan kelompok
Bantuan Dana RISPRO diperuntukkan usaha yang menguasai sebagian besar dari total
kepada periset yang memenuhi kriteria sebagai unit usaha dalam hal jumlah dan tenaga kerja.
berikut: Dalam upaya mendorong peran penting UMKM
1. Riset dilakukan oleh kelompok periset yang sebagai motor penggerak inovasi dan iptek
bernaung di bawah badan penelitian nasional, perlu dirumuskan kebijakan insentif
kementerian/lembaga pemerintah dan fiskal yang tepat dan dijalankan secara konsisten.
pemerintah daerah, lembaga-lembaga riset
swasta, perguruan tinggi, atau lembaga Melihat karakteristik bisnis UMKM,
lainnya yang berkompeten untuk melakukan terdapat 3 kondisi yang memampukan (enabling
riset. Khusus kelompok periset yang factors) yang menjadi titik tolak dalam
bernaung di bawah badan penelitian merumuskan kebijakan insentif fiskal bagi
kementerian/lembaga pemerintah harus
UMKM. Pertama, UMKM harus didorong untuk
bekerjasama dengan perguruan tinggi,
pemerintah daerah, lembaga-lembaga riset memajukan kewirausahaan. Dalam konteks ini,
swasta, perguruan tinggi, atau lembaga masuknya perusahaan baru penting untuk
lainnya yang berkompeten untuk melakukan pertumbuhan inovasi dan produktivitas.
riset; Perusahaan baru akan memperluas kemajuan
2. Kelompok periset memiliki integritas dan teknologi karena mereka cenderung untuk terlibat
komitmen untuk menyelesaikan riset sesuai dalam inovasi yang lebih radikal. Kebijakan
dengan target hasil dan waktu yang perpajakan untuk mendorong munculnya unit-unit
dinyatakan dalam pakta integritas; usaha baru yang dapat dirumuskan terutama
3. Kelompok periset diketuai oleh periset berkaitan dengan perlakuan pajak penghasilan.
bergelar minimal doktor atau berkualifikasi Untuk PPh OP, berdasarkan penelitian ditemukan
setara (sesuai dengan standard Kerangka bahwa tarif PPh OP yang tinggi cenderung akan
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)) dan mendorong kewirausahaan. Sebaliknya, tarif PPh
memiliki rekam jejak riset sesuai dengan
Badan yang tinggi akan berdampak negatif
bidang yang diusulkan dan ditunjukkan
dalam biodata; terhadap kewirausahaan. Terkait dengan pajak
atas capital gain, perlu diatur secara hati-hati agar
4. Kelompok periset memiliki roadmap riset
tetap bersifat netral.
yang mendukung bidang yang diusulkan;
5. Kelompok periset tidak sedang menempuh Kebijakan insentif pajak juga harus
studi lanjut dan/atau akan mengikuti kegiatan diarahkan untuk mendukung unit-unit usaha baru,
akademik lain yang dapat mengganggu bukan berdasarkan ukuran, karena usaha yang
jalannya riset (Program Academic kecil belum tentu akan memberikan dorongan bagi
Recharging, Postdoc, dan lain-lain);
pertumbuhan ekonomi apabila bisnis tersebut
6. Kelompok periset berjumlah minimal 3 (tiga) tidak mengembangkan kebaruan. Hal lain yang
orang (termasuk ketua), yang berasal dari perlu diperhatian adalah bahwa administrasi pajak
badan penelitian kementerian/lembaga,
harus dibuat sesederhana mungkin untuk
lembaga riset pemerintah dan/atau swasta,
perguruan tinggi, serta mitra, dan/atau mengurangi beban bagi pelaku UMKM dalam
lembaga lainnya yang berkompeten untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
melakukan riset;
Kedua, UMKM butuh iklim dan atmosfir
7. Usulan riset yang diajukan oleh kelompok
yang mendukung. Untuk memampukan agar
periset sudah mendapat persetujuan pimpinan
lembaga pengusul dan pimpinan lembaga UMKM dapat meningkatkan akses terhadap
mitra yang dibuktikan dengan tanda tangan di teknologi baru dalam upaya meningkatkan daya
lembar pengesahan. saing, penting untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif. Membuat jaringan dapat menjadi
solusi bagi UMKM individu untuk meningkatkan

656 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
posisi kompetitifnya. Lingkungan yang Association of Russian Industrial Parks. (2013).
mendukung tersebut dapat diwujudkan dalam Date Views 25.07.2013.
bentuk techno parks, yaitu kawasan khusus yang http://nptechnopark.ru/upload/buklet.pdf
dibangun untuk mewadahi berbagai UMKM yang
Badan Pusat Statistik. (2014). Data industri mikro
bergerak dalam pemanfaatan teknologi.
kecil periode 2010-2013.
Pemberian insentif dapat diintegrasikan dengan
konsep pengembangan kawasan. Pengembangan Baliamoune-Lutz, M. (2015). “Taxes and
Kawasan Ekonomi Khusus serta kawasan industri Entrepreneurship in OECD Countries.”
yang sudah berjalan saat ini harus mengakomodir Contemporary Economic Policy 33 (2): 369–
juga pengembangan techno parks dengan fasilitas 80.
insentif fiskal yang terintegrasi. Bagrinovsky, K.A., M.A. Benediktov, Ye. Yu.
Khrustalev. (2003). Mechanisms of
Ketiga, keterkaitan antara UMKM dengan
technological development of Russian
sumber inovasi teknologi berkontribusi pada
economy: Macroeconomic and
tingkat inovasi. Ada kebutuhan mendesak bagi
Mesoeconomic Aspects. Science, pp: 376.
unit yang menangani transfer teknologi dalam
perusahaan untuk menghubungkan sistem ilmu Belotti, C. & Tunalv, C. (1999). Acquisition of
pengetahuan dan teknologi dengan sistem technological knowledge in small and
produksi. Selain itu, asosiasi UMKM perlu medium-sized manufacturing companies in
diperkuat untuk memberikan kesempatan kepada Sweden. International Journal of Technology
anggotanya untuk terus belajar tentang Management, 18(3/4), 353-371.
perkembangan teknologi baru. Kerjasama antara
Brynjolfsson, E., and A. McAfee. (2014). The
UMKM dengan perguruan tinggi sebagai sumber
Second Machine Age—Work, Progress, and
inovasi teknologi mutlak diperlukan. Dukungan Prosperity in a Time of Brilliant
pemerintah diberikan dalam bentuk insentif dana Technologies. New York: W. W. Norton &
pengembangan R&D melalui Bantuan Dana Riset
Company.
Inovatif Produktif (RISPRO) oleh LPDP.
Carlsson, B. & Eliasson, G. (1991). The nature and
importance of economic competence. Mimeo,
Cleveland & Stockholm, Case Western
DAFTAR PUSTAKA
University and IUI. As quoted by Belotti and
Abereijo, I. O., Adegbite, S. A., Ilori, M. O., Tunalv (1999), op. cit.
Adeniyi, A. A., & Aderemi, H. A. (2009). Comins, N., Rowe D. (2013). Success Factors for
Technological innovation sources and Science Parks in the Developed World and
institutional supports for manufacturing Emerging Economies. Date Views
small and medium enterprises in 21.08.2013.
Nigeria. Journal of technology management http://www.warwicksciencepark.co.uk/wp-
& innovation, 4(2), 82-89. content/uploads/2011/03/SuccessFactorsforS
Aghion, P., R. Blundell, R. Griffith, P. Howitt, and cienceParks.pdf
S. Prantl. (2009). “The Effects of Entry on Coolidge, J. (2012). “Findings of Tax Compliance
Incumbent Innovation and Productivity.” Cost Surveys in Developing Countries.”
Review of Economics and Statistics 91 (1): eJournal of Tax Research 10 (2): 250–87.
20–32.
Cullen, J.B., and R.H. Gordon. (2007). “Taxes and
Akcigit, U., and W. R. Kerr. (2010). “Growth Entrepreneurial Risk Taking: Theory and
through Heterogeneous Innovations.” Evidence for the US.” Journal of Public
Working Paper. Philadelphia: University of Economics 91 (7/8): 1479–505.
Pennsylvania.
Dahlstrand, Lindholm A., Lawton Smith H.
(2013). Science Parks and Economic
Development. Date Views 21.08.2013.

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 657
http://www.eolss.net/Sample- Living Since the Civil War. Princeton, New
Chapters/C15/E1-31-02-03.pdf Jersey: Princeton University Press.
Decker, R., J. Haltiwanger, R. Jarmin, and J. Haltiwanger, J., R. S. Jarmin, and J. Miranda.
Miranda. (2015). “Where Has All the (2013). “Who Creates Jobs? Small vs. Large
Skewness Gone? The Decline in High- vs. Young.” Review of Economics and
Growth (Young) Firms in the U.S.” NBER Statistics 95 (2): 347–61.
Working Paper No. 21776. Massachusetts:
Holland, D. & Vann, R.J. (1998). Tax Law Design
National Bureau of Economic Research,
and Drafting. In V. Thuronyi. Income Tax
Cambridge.
Incentives for Investment (Vol.2, Chapter
Department of Science & Technology, India. 23). Washington D.C.: International
(2012). Report of the Working Group on Monetary Fund.
Science & Technology for Small & Medium
International Monetary Fund (IMF). (2016).
Enterprises (SMEs), for the Eleventh Five
Fiscal Monitor: Acting Now, Acting
Year Plan (2007-2012). New Delhi:
Together. Washington: IMF.
Department of Science & Technology.
International Monetary Fund. (2015). World
Dewi, A.C. (2012). Analisis Efektivitas
Economic Outlook: Uneven Growth—Short-
Pemberian Insentif Pajak Berupa Fasilitas
and Long-Term Factors. Washington: IMF.
Tax Holiday di Indonesia untuk Menarik
Investasi. Tesis. Jakarta: Universitas International Monetary Fund. (2016). World
Indonesia. Economic Outlook: Too Slow for Too Long.
Washington: IMF.
Dosi, E. (ed.) (1988). Technological change and
economic theory. London: Printer Publishers. Lentz, R., and D. T. Mortensen. (2008). “On the
Size Distribution of Business Firms.”
Easson, A. (1992). Tax Incentives for Foreign
Econometrica 76 (6): 1317–73.
Direct Investment in Developing Countries.
Australian Tax Forum, 9(4), 387-414. Lerner, J. (2009). Boulevard of Broken Dreams:
Why Public Efforts to Boost
Eliseev, M.S. (2013). UNIDO’s method of science
Entrepreneurship and Venture Capital Have
parks’ research. Date Views 21.08.2013.
Failed—And What to Do about It. Princeton:
http://www.unido-
Princeton University Press.
russia.ru/archive/num8/art8_8/
LPDP. (n.d.). Buku Pedoman Riset Pembangunan
Fajnzylber, P., W. F. Maloney, and G. V. Montes-
Indonesia. Jakarta: Kementerian Keuangan.
Rojas. (2011). “Does Formality Improve
Micro-Firm Performance? Evidence from the Molanezhad, M. (2010). A Brief Review of
Brazilian SIMPLES Program.” Journal of Science and Technology and SMEs
Development Economics 94 (2): 262–76. Development in I.R Iran. The Inter-Sessional
Panel of the United Nations Commission on
Fletcher, K. (2002). Tax Incentives in Cambodia,
Science and Technology for Development.
Lao PDR and Vietnam. Washington D.C.:
Geneva: UNCTAD.
International Monetary Fund.
Oyelaran-Oyeyinka, Banji (2001). Networks and
Gentry, W., and R. G. Hubbard. (2000). “Tax
linkages in African manufacturing cluster: a
Policy and Entrepreneurial Entry.” American
Nigerian case study”. Discussion Paper
Economic Review 90 (2): 283–87.
Series No. 2001-5 of the United Nations
Gergerly, J. (2003). Trends in Foreign Direct University, Institute for New Technologies
Investment Incentives. Italy: Associazione (UNU/INTECH) The Netherlands.
Universitaria di Studi Europei. http://www.intech.unu.edu (accessed in
05/10/2006)
Gordon, R. J. (2016). The Rise and Fall of
American Growth: The U.S. Standard of

658 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Prasetyo, K.A. (2008). Benarkah Pemberian https://succesary.wordpress.com/2008/12/10
Insentif Pajak dapat Meningkatkan Investasi /sistem-ekonomi-kerakyatan/
Asing di Indonesia? Inside Headline, 6-19.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Sandven, T. (1996). Technology acquisition by Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
SMEs in Norway. STEP Report R-10. Oslo:
United Nations Conference on Trade and
STEP Group.
Development (UNCTAD). (2000). Tax
Schumpeter, J. A. (1911). Theorie der Incentives and Foreign Direct Investment: A
wirtschaftlichen Entwicklung. Eine Global Survey. New York: United Nations.
Untersuchung über Unternehmergewinn,
UNIDO. (2003). Strategy Document to Enhance
Kapital, Kredit, Zins und den
the Contribution of an Efficient and
Konjunkturzyklus. Berlin: Duncker und
Competitive Small and Medium-Sized
Humbolt.
Enterprise Sector to Industrial and Economic
Shukhshunov, V. (2013). Technopark movement Development in the Islamic Republic of Iran,
in Russia is the movement towards its February 2003
innovation economy. Date Views
Vilisova, A. V., & Fu, Q. (2014). Technology
15.08.2013.
Parks Potential for Small and Medium
http://rostov.mk.ru/article/2011/01/18/55861
Enterprises. arXiv preprint arXiv:1402.5373.
6-tehnoparkovoe-dvizhenie-v-rossii-eto-
vizhenie-k-ee-innovatsionnoy- Zee, H., Stotsky, J., & Ley, E. (2002). Tax
ekonomike.html Incentives for Business Investment: A Primer
for Policy Makers in Developing Countries.
Sitepu, E. (2013a). Peningkatan Akses UMKM
Journal of World Development, 30(9), 1497-
terhadap KUR dalam Rangka Scaling-Up.
1516.
Tidak dipublikasikan.
Succesary. (2008). Sistem Ekonomi Kerakyatan.
Retrieved October 6, 2016, from

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 659
Penguatan Kebijakan dan Inovasi Teknologi dalam
Pengarusutamaan Pemuda Sektor Kelautan dan Perikanan untuk
Membangun Budaya Wirausaha
M. Abubakar Sidik Effendi, Msi

Kata Kunci SARI KARANGAN


kebijakan, pembangunan, Dengan jumlah pemuda Indonesia saat ini yang berjumlah sekitar 62 juta
pemuda, inovasi teknologi, jiwa dan potensi kelautan berupa 17 ribu pulau, ZEE dan wilayah teritorial
kelautan dan perikanan, Indonesia 5,8 juta kilometer persegi ZEE bersama wilayah teritorial menjadi
ekonomi biru, berkelanjutan fakta betapa besar dua sumber daya yang dapat digunakan bagi
pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi kebijakan
yang dapat memberikan penguatan bagi kedua sumberdaya tersebut
sehingga menjadi faktor pengungkit dalam pembangunan.
Selain itu, tahun 2020 Indonesia akan menghadapai bonus demografi.
Bonus Demografi menjadi anugerah ketika Indonesia menyiapkan sumber
daya manusia, pendidikan serta penyiapan lapangan kerja. Dengan jumlah
yang sangat besar angkatan produktif pada saat bonus demografi maka
pengarusutamaan pemuda dalam kebijakan pembangunan menjadi
kemestiaan. Disektor kelautan dan perikanan, diseminasi inovasi teknologi
dibidang kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan mendukung
pembangunan yang berkelanjutan yang bebasis ekonomi biru yang dapat
diterapkan bagi pemuda dibutuhkan untuk membangun dan menyiapkan
lapangan kerja yang mereka butuhkan.
Oleh karena itu, intervensi kebijakan yang memiliki substansi
pengarusutamaan pemuda dalam setiap kebijakan di bagian hulu yang
dibuat serta inovasi teknologi bagian hilir menjadi salah satu faktor kunci
dalam pembangunan pemuda di sektor kelautan dan perikanan dalam
menghadapi bonus demografi di tahun 2020-2030.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

PENDAHULUAN usaha di sektor kelautan dan perikanan beralih


profesi ke sektor lain. Hal ini menjadi berbanding
Produksi perikanan budidaya Indonesia cenderung terbalik dengan kenyataan Indonesia adalah
meningkat pertahunnya dari tahun 2000 sekitar 5 negara maritim yang memiliki potensi kelautan
juta ton menjadi 14 juta ton di tahun 2014. Hal ini
berupa 17 ribu pulau, ZEE dan wilayah teritorial
juga terjadi di sektor perikanan tangkap dari 4 juta Indonesia 5,8 juta kilometer persegi. ZEE bersama
ton ditahun 2000 menjadi sekitar 6,8 juta ton wilayah teritorial menjadi fakta betapa besar
ditahun 2014. Akan tetapi terjadi sebaliknya pada sumber daya kelautan Indonesia yang dapat
sumberdaya manusia yang menekuni profesi
digunakan bagi pembangunan Indonesia. Oleh
sebagai nelayan dan pembudidaya di sektor karena itu, semestinya sektor kelautan dan
kelautan dan perikanan. Jumlah pembudidaya dari perikanan menjadi sektor primadona yang dapat
tahun 2000 ke tahun 2013 mengalami penurunan menggerakan roda ekonomi bangsa.
sebesar 12,28% berkurang dari sekitar 2 juta RTP
menjadi sekitar 1,6 juta RTP. Angka yang lebih Jumlah tenaga kerja yang menggeluti bidang
besar terjadi pada sektor perikanan tangkap yaitu kelautan dan perikanan berbanding terbalik
sekitar 212% dari 2 juta RTP menjadi sekita 960 dengan potensi besar kekayaan kelautan dan
ribu RTP atau sekitar 212% (BPS, 2013). Dari perikanan Indonesia adalah sebuah ironi.
jumlah tersebut dapat kita simpulkan bahwa Sedangkan, nawacita dari pemerintahan Joko
terjadi pengurangan yang signifikan penduduk Widodo menjadikan maritim sebagai salah satu
yang berprofesi sebagai pelaku utama dan pelaku fokus besar dalam pemerintahnnya. Tentu saja

660 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dengan kondisi ini menjadi sebuah tantangan yang perikanan. Regenerasi nelayan dan pembudidaya
perlu diperhatikan. akan mengalami hambatan. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya perpindahan
Bonus Demografi profesi dari nelayan atau pembudidaya ke sektor
Di pihak lain, diperkirakan oleh Badan Pusat lain. Akan tetapi, secara jangka panjang hal ini
Statistik (BPS) pada tahun 2020-2030 jumlah usia dapat mengakibatkan stagnasi atau penurunan
produktif/kerja (15-64) mencapai 70% . Kondisi bagi produksi perikanan dan kelautan Indonesia
ini yang kemudian dikenal dengan bonus yang dapat mengancam ketahanan nasional.
demografi. Jumlah penduduk yang sebagian besar Dengan demikian penguatan kebijakan yang
berada pada usia produktif ini membuka peluang ditujukan kepada pemuda agar terlibat menjadi
untuk menunjang pembangunan nasional yang salah satu pelaku utama atau pelaku usaha di
berkesinambungan. bidang kelautan dan perikanan menjadi
kemestiaan untuk menjaga sektor kelautan dan

perikanan Indonesia.

Bonus Demografi (Lubis, 2016)

Artinya pemuda akan memiliki peranan penting Pengarusutamaan Pemuda di Sektor Kelautan
dalam pembangunan ekonomi bangsa. Oleh dan dan Perikanan
karena itu, eksistensi pemuda Indonesia dalam
Oleh karena itu, pemuda memerlukan kebijakan
kehidupan berbangsa-bernegara sangat signifikan.
yang memberikan porsi yang signifikan baik dari
Merekalah yang nantinya akan menjadi generasi
sisi kualitas maupun kualitas.. Penguatan dan
penerus bangsa ini di semua sektor kehidupan.
fokus kebijakan agar semakin banyak pemuda
Merawat pemuda ini sama saja dengan merawat
yang memastikan dirinya untuk terjun di sektor
keberlangsungan Indonesia. (Imam Nahrawi,
kelautan dan perikanan. Kebijak tersebut yang
2016) Akan tetapi, bonus demografi ini bisa
berbasis penyadaran, pemberdayaan, dan
seperti pisau bermata dua yang bisa menjadi
pengembangan pemuda di sektor kelautan dan
keuntungan atau kerugian bagi bangsa Indonesia.
perikanan. Pembangunan kapasitas dan
Bonus demografi ini menjadi keuntungan jika para
kompetensi bagi pemuda untuk berkecimpung dan
pemuda Indonesia benar-benar berkualitas
andil dalam mengembangkan sektor kelautan dan
sehingga mampu mewujudkan kelompok
perikanan menjadi prioritas. Pendampingan bagi
produktif yang berdaya saing tinggi. Hal ini
pemuda yang bergerak di sektor kelautan dan
berlaku pula pada sektor kelautan dan perikanan.
perikanan melalui penyuluhan atau fasilitasi wajib
Ketika jumlah SDM yang begelut di sektor menjadi perhatian sehingga memastikan
kelautan dan perikanan semakin mengecil maka keberlanjutan usaha. Perluasan kesempatan untuk
akan terbuka ancaman bagi sektor kelautan dan mendapatkan akses pemodalan, kemitraan dan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 661
promosi merupakan hal penting lain yang Kesimpulan
diperlukan oleh pemuda. Akhirnya, penguatan
pengarusutamaan pemuda ini menjadikan pemuda Penguatan kebijakan dan inovasi teknologi dalam
sebagai subyek bagi pembangunan. pengarusutamaan pemuda di sektor kelautan dan
perikanan penting untuk memberikan stimulan
INOVASI TEKNOLOGI bagi pemuda untuk berkecimpung di sektor
kelautan dan perikanan sehingga meningkatkan
Di samping itu, perlunya diseminasi inovasi
jumlah pemuda yang menjadikan profesi nelayan
teknologi oleh peneliti dan praktisi baik di bidang
dan pembudidaya sebagai profesi utamanya.
budidaya, pengolahan, dan penangkapan yang
Dengan demikian akan meningkatkan jumlah
ramah lingkungan dan berbasis ekonomi biru
wirausaha yang tentunya serta memberikan
sehingga dapat dipraktikkan oleh pemuda di
kontribusi positif dalam menghadapi bonus
sektor kelautan dan perikanan. Akses teknologi ini
demografi di tahun 2020 sehingga berkontribusi
menjadi penting karena penguasaan teknologi
pada pembangunan kelautan dan perikanan.
kelautan dan perikanan menjadi faktor yang dapat
mendukung kesuksesan usaha di bidang kelautan DAFTAR PUSTAKA
dan perikanan. Jejaring informasi antara pemuda
bersama dengan peneliti, pemyuluh atau praktisi Lubis, Rusliawan. Draft Rencana Aksi Pemuda
di bidang kelautan dan perikanan menjadi 2016-2019. 2016
kemestian. Hal ini penting dilakukan agar mudah
Nahrawi, Imam. Pengarusutamaan Pemuda.
mendapatkan informasi terbaru terkait teknologi.
Kompas 29 Oktober 2009
Selain itu, pemuda yang berkecimpung di sektor
kelautan dan perikanan dapat melakukan proses Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya
konsultasi untuk mengatasi masalah yang mereka Menurut Provinsi dan Jenis Budidayanya
hadapi. Harapannya konsep ekonomi biru yang 2000-2013( diakses di
meniadakan sisaan limbah di setiap teknologi https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vie
yang digunakan dan diterapkan. w/id/1707 tanggal 5 November 2016)
Kontribusi Besar Pemuda pada Pembangunan Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap
Melalui penguatan kebijakan serta inovasi Menurut Provinsi dan Jenis Tangkpannya
teknologi yang diberikan bagi pemuda maka 2000-2013 ( diakses di
diharapkan terjadi peningkatan pemuda yang https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vie
memilih profesi nelayan dan pembudidaya w/id/1709 tanggal 5 November 2016)
sebagai profesi utamanya. Dengan demikian, Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (diakses di
maka tingkat produksi di bidang budidaya dan https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vie
perikanan tangkap diharapkan dapat lebih w/id/1711 tanggal 5 November 2016)
meningkat dan dapat memberikan kontribusi yang
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa. jumlah Produksi Perikanan Tangkap ( di akses di
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vie
Selain itu, semakin banyak pemuda yang
w/id/1705 tanggal 5 november 2015)
berkecimpung dalam profesi pembudidaya dan
nelayan diharapkan dapat membangun budaya
wirausaha dikalangan pemuda khususnya di
sektor kelautan dan perikanan. Semakin banyak
wirausaha muda di Indonesia tentunya memiliki
dampak dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

662 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
TRANSISI TEKNOLOGI DALAM PERSPEKTIF MULTI LEVEL
PERSPECTIVE (MLP) : STUDI KASUS KONVERSI MINYAK TANAH KE
LPG

Qinan Maulana Binu Soesantoa


a
Pappiptek LIPI, Indonesia
qinan.maulana@gmail.com

Keyword ABSTRACT
Multi Level Perspective, Existence of technology in the society cannot be determine with the single
transition, LPG, Kerosene, artefact of technology, but it determine with socio-technical system such
Sociotechnical System interaction and koevolution between social aspect and technical aspect of
technology. With that concept, technological transition can be viewed as a
fundamental changing dynamic with in interaction between social aspect and
technical aspect of technology, thus can make sociotechnical transition happen.
To analyze technological transition, Multi Level Perspective (MLP) framework
devide empirical fact become 3 analytical level : Niche (a place where radical
innvoation emerge), Regime ( a place where dominant technology exist) and
Landscape ( an external factor of sociotechnical system that influencing regime
and niche). This papper will discuss about technological transition using MLP
framework with case study about kerosen convertion to LPG. The result of case
study show that with the existence of user base of LPG before transition happen,
can make transition easier. This is due to already developed LPG infrastructure
especially LPG filling and supply chain eventhough with small scale compare
to the demand when the conversion process happen. Because the existence of
user base also make knowledge and experience are relatively well developed
Kata Kunci SARI KARANGAN
Multi Level Perspective, Eksistensi teknologi di dalam masyarakat tidak ditentukan oleh artifak
Transisi, LPG, Minyak tunggal teknologi, namun ditentukan oleh sistem sosio-teknis yang berupa
Tanah, Sistem sosioteknis interaksi dan koevolusi antara aspek sosial dan aspek teknis dari teknologi
tersebut. Dengan adanya konsep tersebut, maka suatu transisi teknologi dapat
dipandang sebagai dinamika perubahan fundamental di dalam interaksi antara
aspek sosial dan teknis dari suatu teknologi, sehingga menyebabkan transisi
sistem sosioteknis dari suatu teknologi ke sistem sosioteknis teknologi yang
lain. Didalam mengkaji transisi suatu teknologi, pendekatan Multi Level
Perspective (MLP) membagi fakta empiris menjadi 3 level analitis : niche
(tempat dimana inovasi radikal muncul), regime (tempat teknologi dominan
berada dengan sistem sosioteknis yang mapan) dan Landscape (merupakan
faktor eksternal dari sistem sosioteknis yang mempengaruhi regime dan niche).
Tulisan ini membahas tentang transisi teknologi dalam pendekatan MLP serta
mengambil studi kasus konversi minyak tanah ke LPG. Hasil dari studi kasus
didapatkan bahwa dengan adanya basis pengguna LPG sebelum adanya proses
konversi, mempermudah terjadinya proses transisi minyak tanah ke LPG. Hal
ini disebabkan karena telah terbangunya infrastruktur LPG terutama pengisian
dan rantai pasoknya, meskipun dengan skala yang relatif kecil bila dibanding
kebutuhan yang ada ketika proses konversi terjadi. Adanya basis pengguna
yang sudah mapan juga menyebabkan sudah terbangunya pengetahuan,
pengalaman, serta teknologi yang relatif bisa berkompetisi dengan regime yang
ada yaitu minyak tanah.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

* Corresponding Author. Tel: +12-3456789

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 663
Keberhasilan mengubah kebiasaan masyarakat
I. Pendahuluan
dari generasi ke generasi menggunakan minyak
Keberadaan suatu teknologi di dalam tanah beralih ke LPG tidak hanya menyangkut
masyarakat tidak hanya ditentukan oleh artifak persoalan teknis, namun juga menyangkut
tunggal teknologi itu sendiri, namun ditentukan persoalan sosial dan budaya di masyarakat.
oleh berbagai aspek lain baik aspek sosial, Oleh karena itu, proses transisi teknologi dari
budaya dan ekonomi dimana teknologi tersebut minyak tanah ke LPG layak untuk di kaji.
berada. Asepk-aspek tersebut akan saling Tujuan tulisan ini akan mengkaji konsep transisi
berpengaruh, saling berinteraksi dan ber ko- teknologi di dalam perspektif MLP, dengan
evolusi membentuk sistem sosioteknis yang mengambil studi kasus konversi mitan ke LPG
saling interdependen dan mempertahankan di Indonesia. Studi yang berkaitan dengan
keberadaan teknologi tersebut. Karena sifatnya transisi teknologi dengan menggunakan
yang saling bergantung tersebut, maka suatu perspektif MLP telah banyak dilakukan. Salah
transisi teknologi tidak semata-mata melibatkan satunya adalah Geels (2005) yang melakukan
perubahan teknologi saja, namun transisi analisis transisi transportasi kereta kuda ke
teknologi juga melibatkan perubahan pada aspek Automobile, Nykvist dan Witmarsh (2008)
kebiasaan pengguna teknologi, regulasi, jejaring melakukan analisa tentang dinamika transisi
industri (suplai, produksi dan distribusi), transportasi keberlanjutan dengan mengambil
infrastruktur serta arti simbolis/budaya (Geels, studi kasus di UK dan Sweden. Sedangkan studi
2001). tentang transisi dengan menggunakan perspektif
Didalam mengkaji tentang transisi teknologi, MLP khususnya konversi mitan ke LPG belum
salah satu kerangka kerja yang telah pernah dilakukan, sehingga melalui tulisan ini
dikembangkan adalah Multi Level Perspektif diharapkan dapat memberikan gambaran dan
(MLP). MLP membagi fakta empiris menjadi 3 pembelajaran bagaimana suatu transisi
level analitis yaitu niche, regime dan landscape teknologi dapat berhasil dilakukan di Indonesia.
(Geels, 2002). Niche merupakan tempat dimana
inovasi teknologi ataupun institusi yang bersifat
II. kerangka konseptual : multi level
radikal muncul; Regime merupakan tempat
perspective
teknologi yang dominan berada dengan sistem
sosioteknis yang mapan dan landscape Keberadaan teknologi dipengaruhi oleh sistem
merupakan faktor eksternal makro yang dapat sosioteknis yang mendukung teknologi tersebut.
mempengaruhi niche dan regime (Geels & Teknologi itu sendiri hanyalah suatu artifak
Schot, 2007). MLP memandang terjadinya yang tidak memiliki apapun, jika dan hanya jika
transisi teknologi melalui interaksi antara ketiga teknologi tersebut berhubungan dengan suatu
level tersebut, dimana transisi terjadi ketika agensi manusia ataupun organisasi dan struktur
terdapat perubahan pada landscape yang bersifat sosial maka teknologi tersebut akan memiliki
menekan regime, sehingga teknologi pada niche keberfungsian yang memenuhi fungsi sosialnya
memanfaatkan kesempatan tersebut dan berhasil (Geels, 2001).
menggantikan teknologi regime yang ada.
Transisi teknologi dapat dikatakan merupakan
Salah satu contoh transisi teknologi yang terjadi
transisi sosioteknis, karena tidak hanya
di Indonesia adalah konversi minyak tanah
melibatkan artefak teknologi tersebut, tetapi
(mitan) ke LPG. Konversi mitan ke LPG
juga melibatkan aspek ekonomi, sosial dan
merupakan salah satu bentuk transisi teknologi,
budaya yang berhubungan dengan teknologi
yang tidak hanya menyangkut transisi artefak
tersebut. Geels (2001) mendefinisikan transisi
teknologi mitan ke LPG saja, tetapi juga
teknologi sebagai perubahan utama suatu
melibatkan keseluruhan aspek sosial, budaya,
teknologi sehingga dapat dipenuhinya fungsi
infrastruktur dan artefak teknologi itu sendiri
sosial. Untuk menjelaskan transisi teknologi ini,
yang berhubungan dengan mitan dan LPG.

664 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
MLP membagi 3 level analitis yaitu niche, niche tidak menekankan pada artefak teknologi
regime dan Landscape dengan penjelasan saja, namun teknologilah yang berada di
sebagai berikut (Geels dan Schot, 2007). dalamnya (regime dan niche). Dengan adanya
teknologi tertentu, maka akan ada struktur yang
1. Regime merupakan ruang dimana teknologi
mendukung teknologi tersebut sehingga
dominan berada dengan di dukung sistem
membentuk kebiasaan, aturan dan asumsi
sosioteknis yang sudah mapan. Aktor-aktor
bersama terkait dengan teknologi tersebut baik
seperti ilmuwan, pengambil kebijakan,
di dalam niche maupun regime (Geels dan
pengguna dan kelompok berkepentingan
Schot, 2007).
yang ada di dalam regime berkontribusi
dalam membentuk arah pengembangan Secara umum, transisi teknologi terjadi ketika
teknologi. Regime memiliki struktur yang niche membangun kemampuan internalnya
relatif bersifat stabil karena memiliki hal-hal melalui proses pembelajaran seperti
sebagai berikut : rutinitas kognitif yang peningkatan rasio harga dan performa serta
mengalihkan pengembangan teknologi dukungan dari kelompok yang kuat. Ketika hal
diluar kompetensi regime, standar dan tersebut terjadi, landscape mengalami
regulasi, adaptasi gaya hidup yang perubahan dan menciptakan tekanan pada
bergantung pada teknologi regime, investasi regime sehingga regime mengalami
pada teknologi regime, infrasturktur serta ketidakstabilan dan membuka jendela
kompetensi yang ada di dalam ragime. kesempatan sehingga niche yang sudah
terbangun tersebut dapat masuk menggantikan
2. Niche merupakan ruang dimana inovasi
regime (Geels dan Schot, 2007). Namun
radikal muncul. inovasi tersebut
demikian, waktu masuk dan kesiapan niche,
dikembangkan oleh jaringan kecil dari aktor
hubungan niche dan regime serta jenis
yang berada di pinggiran regime dan
perubahan pada landscape sangat berpengaruh
berdedikasi di dalam pengembangan inovasi
pada jenis transisi teknologi. Geels dan Schot
ini. Teknologi yang ada pada niche biasanya
(2007) mengembangkan 4 jenis transisi
bersifat tidak stabil terutama pada aspek
teknologi sebagai berikut.
konfigurasi struktur sosioteknisnya dimana
masih terdapat keterbatasan baik dalam hal 1. Proses reproduksi (reproduction process).
infrastruktur, banyaknya pengguna Dimana tidak terjadi tekanan landscape
teknologi, dukungan dari aktor-aktor pada regime dan niche belum begitu
berpengaruh dan belum terartikulasinya berkembang, sehingga regime akan tetap
struktur kognitif dalam niche. stabil.
3. Landscape membentuk lingkungan 2. Jalur transformasi (transformation path).
(backdrop) dimana niche dan regime berada Adanya perubahan pada landscape yang
dan berinteraksi di dalamnya. Landscape menekan regime di artikulasikan oleh aktor
memiliki kekuatan yang tidak dapat di luar regime, sehingga aktor di luar regime
dihindari dalam mempengaruhi niche dan ini memberikan desakan pada aktor dalam
regime dalam konteks kesempatan, regime untuk mengambil suatu tindakan. hal
tantangan dan permasalahan yang dihadapi. tersebut membuat aktor di dalam regime
Oleh karena itu, landscape dapat menekan mengubah arah pengembangan regime
maupun mendukung regime dan niche. seperti tujuan, pengembangan teknologi dan
wacana heuristik.
Pada hakikatnya, regime dan niche merupakan
sesuatu hal yang sama (Geels dan Schot, 2007). 3. Pen-tidak sejajaran dan Penye – jajaran
Yang membedakan keduanya adalah dalam hal (dealignment and realignment path).
kemapanan struktur sosioteknis keduanya. Hal Adanya tekanan landscape membuat regime
yang perlu ditekankan adalah, baik regime atau runtuh (ketidak sejajaran arah regime)

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 665
sehingga terdapat kekosongan di dalamnya Landscape yang kemudian diamati bagaimana
karena tidak ada solusi akibat tekanan mekanisme dan proses transisi bekerja.
landscape. Di satu sisi, banyak solusi-solusi
dari niche saling berkompetisi, yang pada
akhirnya memunculkan satu niche III. metodologi
pemenang dan dapat menggantikan regime Data dalam tulisan ini di dapatkan melalui studi
karena memiliki solusi untuk mengatasi literatur yang berkaitan dengan informasi
tekanan dari landscape. Regime baru (niche tentang konversi mitan ke LPG. Sedangkan
pemenang yang menggantikan regime lama) untuk menjawab tujuan penelitian, maka data
akan membentuk dan melakukan reorientasi akan dianalisis dan disajikan secara deskriptif
terhadap pengembangan strukturnya dengan dikelompokan berdasarkan level analitis
(penyejajaran). MLP yaitu Niche, Regime dan Landscape.
4. Subtitusi teknologi (Technological
Subtitution). Terdapat tekanan pada regime
akibat perubahan landscape sehingga IV. konversi minyak tanah ke lpg
tercipta jendela kesempatan untuk niche. Mitan merupakan bahan bakar primer
Namun demikian, regime masih relatif stabil masyarakat karena banyak digunakan untuk
dalam menghadapi tekanan landscape memenuhi kebutuhan energi masyarakat seperti
tersebut yang ditunjukan dengan munculnya untuk memasak, penerangan dan yang lainya.
dukungan aktor berkuasa ataupun inovasi Mitan merupakan bahan bakar yang mendapat
incremental yang terjadi dalam regime. Di subsidi terbesar karena lebih dari 50% anggaran
satu sisi, niche sudah cukup berkembang subsidi Bbm digunakan untuk subsidi minyak
sehingga terjadi persaingan antara niche dan tanah. Pada tahun 2006, subsidi BBM mencapai
regime. Niche pada akhirnya mengalami Rp 64,212 triliyun, dengan minyak tanah
akumulasi melalui peningkatan pangsa mengambil porsi hampir sebesar 50% yaitu
pasar dan akhirnya dapat menggantikan sebesar Rp 31,58 triliyun (DJ Migas, 2007).
regime yang ada. Seiring dengan meningkatnya harga minyak
5. Jalur rekonfigurasi (Reconfiguration mentah dunia yang cenderung tidak stabil (Tabel
Pathway). Terdapat inovasi komponen 1), serta pertumbuhan konsumsi energi yang
niche yang diadopsi oleh regime, karena terus meningkat, maka hal tersebut akan
inovasi tersebut mungkin lebih unggul dari berdampak pada meningkatnya anggaran
komponen yang ditawarkan oleh regime. Subsidi pemerintah khususnya untuk minyak
Akibat adanya adopsi tersebut, terjadi tanah.
persaingan antara suplier komponen lama
(regime) dan baru (niche). Karena
Tabel 1. Trend Harga Minyak
perubahan tetap berlangsung, dan tetap
diadopsinya inovasi komponen niche yang Tahun Rata – rata harga
lain, sehingga terjadi perubahan kumulatif. minyak dunia (US$ per
Akibat perubahan kumulatif dari adopsi Barrel)
komponen-komponen niche akan
2000 28.39
menghasilkan arsitektur baru yang nantinya
akan merubah arsitektur regime secara 2001 21.94
perlahan dengan cakupan lebih luas. 2002 22.46
Dari penjelasan diatas, maka MLP menekankan 26.34
2003
pentingnya identifikasi dari Niche, Regime dan
2004 36.39

666 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Dengan adanya permasalahan seperti
2005 53.66
peningkatan harga minyak mentah dunia
2006 64.27 sehingga menyebabkan membengkaknya
2007 72.31 subsidi, defisit neraca mitan, penyalahgunaan
mitan dan regulasi tentang bauran energi, maka
2008 96.13 pemerintah menerapkan program konversi
2009 61.58 mitan ke LPG sejak tahun 2007. Program ini
bertujuan untuk (DJ Migas, 2007).
2010 79.40 1. “Melakukan diversifikasi pasokan energi
2011 111.55 untuk mengurangi ketergantungan terhadap
BBM”
2012 112.73
2. “Mengurangi penyalahgunaan minyak tanah
Sumber : ESDM (2014) bersubsidi karena LPG lebih aman dari
penyalahgunaan”
3. “Melakukan efisiensi anggaran pemerintah
Jika dilihat dari neraca minyak tanah, karena penggunaan LPG lebih efisien dan
dengan kecenderungan menurunya produksi subsidinya relatif lebih kecil bila
minyak dalam negeri, maka untuk memenuhi dibandingkan minyak tanah bersubsidi”
kebutuhan dalam negeri pemerintah melakukan 4. “Menyediakan bahan bakar yang praktis dan
impor minyak tanah. Sebagai contoh pada tahun ramah lingkungan untuk usaha mikro dan
2006 produksi minyak tanah dalam negeri rumah tangga”
mencapai 8,545 juta kilo liter. Namun demikian,
Pada mulanya pemerintah akan
kebutuhan mitan dalam negeri sebesar 10,023
mengganti mitan dengan briket batubara, karena
juta kilo liter ditambah cadangan sebesar 2,111
batubara relatif berlimpah di Indonesia dan
juta kilo liter membuat pemerintah mengalami
harganya relatif kompetitif bila dibandingkan
defisit mencapai 633,881 ribu kilo liter yang
dengan energi lain (harga minyak tanah per liter
ditutupi dengan melakukan impor (DJ Migas,
pada tahun 2005 adalah Rp. 2500 sedangkan
2007).
Batu bara per kilo adalah Rp. 1500). Namun hal
Sedangkan dari aspek distribusi mitan, tersebut tidak terlaksana, karena disadari bahwa
terdapat beberapa peluang terjadinya praktik briket batubara memiliki dampak negatif
kecurangan seperti pengoplosan minyak tanah terutama pada aspek lingkungan dan tidak
bersubsidi ataupun penyelewengan penggunaan mudah digunakan terutama di dalam ruang
mitan kepada industri atau pihak yang tidak tertutup. Pemerintah sempat mengirim tim ke
berhak atas subsidi tersebut. Hal tersebut Cina dan ternyata Cina telah lama meninggalkan
disebabkan karena titik serahnya tidak langsung briket batubara karena dampak negatifnya
pada konsumen akhir, namun melalui depo. terhadap kesehatan dan lingkungan (“Cerita
Kasus penyelewengan ini mencapai 30 – 40% sukses JK konversi minyak tanah ke elpiji,”
dari produk minyak tanah yang didistribusikan, 2015). Akibat tidak terealisasikanya kebijakan
sehingga menyebabkan negara mengalami ini, terdapat beberapa permasalahan salah
kerugian (DJ Migas, 2014). satunya adalah kerugian yang diderita pengrajin
Disamping isu isu diatas, aspek regulasi kompor briket batubara yang sudah terlanjur
melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 berinvestasi pada produksi kompor tersebut
juga mengatur tentang target bauran energi (“Perajin kompor briket batubara tekor”, 2007).
nasional yang menyatakan bahwa bauran energi Penggunaan LPG diketahui lebih efisien
primer berasal dari Gas di tahun 2025 harus bila dibandingkan batubara dalam aspek
mengambil porsi sebesar 30%. lingkungan dan mitan dalam aspek efisiensi
dengan kesetaraan 1 liter mitan setara 0.4 Kg

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 667
LPG. Dengan memanfaatkan LPG, per kepala penggunaan LPG tabung 3 kg, termasuk
keluarga dapat melakukan penghematan sebesar memperbanyak titik-titik penjualan”.
Rp 25.000 per bulan per KK (DJ Migas, 2014). o “Memberikan secara cuma-Cuma tabung
LPG 3 kg serta gas perdana, kompor LPG
Pada awalnya, program konversi mitan
dan aksesorisnya kepada masyarakat yang
ke LPG ini menuai banyak kontroversi karena
beralih dari penggunaan minyak tanah ke
yang terkena dampak langsung dari program ini
LPG tabung 3 kg berdasarkan skala prioritas
adalah rakyat kecil. Disamping itu, merubah
yang telah ditetapkan”.
pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan
o “Mengikutsertakan potensi badan usaha
mitan adalah sesuatu yang sangat sulit karena
nasional dalam Program Pengalihan –
selama puluhan tahun masyarakat telah
khususnya pertamina”.
tergantung dan terbiasa menggunakan mitan.
o “Penarikan/pengurangan jatah minyak tanah
Mitan selama ini berfungsi sebagai pemenuhan
secara prudent (bijaksana) setara dengan
kebutuhan energi rumah tangga seperti untuk
energi yang dialihkan di wilayah yang sudah
memasak, penerangan dan lainya. Harga mitan
mendapat tabung LPG 3 kg serta gas
yang murah yaitu sebesar Rp 2500/liter, serta
perdana, kompor LPG dan aksesorisnya”.
flexibilitas dalam hal pengemasan, transportasi
o “Sosialisasi intensif kepada masyarakat
dan kemudahan dalam membeli eceran
pengguna dalam rangka memberi
merupakan salah satu nilai lebih mitan
pemahaman dan cara penggunaan LPG
dibanding LPG (DJ Migas, 2014).
tabung 3 kg yang benar sesuai kaidah
Sebelum dilakukannya konversi, LPG keamanan dan keselamatan”.
sudah banyak digunakan oleh masyarakat o “Meningkatkan peran pemerintah daerah
Indonesia terutama kalangan menengah ke atas. sampai pada tingkat kelurahan/desa dalam
LPG yang beredar adalah LPG 12 kg tanpa hal melakukan pengawasan terhadap
subsidi pemerintah, sehingga harga relatif mahal pemberian tabung LPG 3 kg serta gas
untuk konsumen masyarakat menengah ke perdana, kompor LPG dan aksesorisnya
bawah. Share konsumsi energi di sektor rumah kepada masyarakat sesuai skala prioritas”.
tangga menunjukan bahwa sebelum o “Dilanjutkan pengalihan di Propinsi lain di
dilakukannya konversi, LPG mengambil porsi Jawa, Bali (2007), Sumatra (2008) dan
hampir mencapai 9% (lihat Tabel 2). Dengan wilayah lain secara bertahap”.
porsi 9% tersebut, pemerintah pada hakikatnya
Untuk menggantikan mitan, pemerintah
telah memiliki infrastruktur LPG di beberapa
menyalurkan LPG 3 kg bersubsidi. Pemerintah
daerah yang telah mapan seperti Jawa dan Bali.
membagikan paket LPG gratis yang berisikan
Oleh karena itu, pada awal program konversi
tabung LPG 3kg beserta dengan kompornya
tahun 2007, wilayah dengan infrastruktur LPG
kepada masyarakat yang kurang mampu (kelas
yang telah siap tersebut menjadi daerah yang
sosial C1 dengan pengeluaran < 1.5 juta/bulan)
pertama kali mendapat program konversi
dan usaha mikro.
tersebut. Tahun – tahun berikutnya, program
konversi berlanjut pada daerah-daerah lain. Untuk meningkatkan adopsi LPG di
Untuk melakukan program konversi, pemerintah masyarakat, ditempat yang dilaksanakan
melakukan rencana aksi sebagai berikut (DJ program konversi, harga mitan akan dinaikan
Migas, 2007). dan pasokanya dikurangi secara perlahan.
o “Penghapusan subsidi minyak tanah secara Diluar wilayah konversi, yaitu wilayah yang
bertahap, penggunaan LPG tabung 3 kg masih belum terkena konversi, harga minyak
pada daerah percontohan yaitu DKI tanah tetap dan dijual dengan harga subsidi (DJ
Jakarta”. Migas, 2014). Disamping itu, pemerintah juga
o “Pembangunan infrastruktur penyediaan menggunakan jalur distribusi mitan, yaitu agen
dan pendistribusian LPG dalam rangka

668 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
dan pangkalan mitan, untuk melakukan menangani permasalahan pengoplosan,
penjualan/distribusi LPG 3kg. pemerintah memninta pihak kepolisian untuk
melakukan investigasi dan identifikasi terhadap
para pelaku untuk dikenai tindakan hukum,
Tabel 2. Prosentase konsumsi energi di sektor disamping itu pemerintah juga menaikan harga
rumah tangga gas 3 kg untuk mengurangi disparitas harga
Tahun LPG (%) Mitan (%) namun tetap melakukan upaya untuk
memberikan subsidi (ESDM, 2014).
2000 6.74 71.87
V. Pembahasan
2001 6.93 70.01
Berdasarkan hasil paparan dari bagian
2002 7.36 68.46 sebelumnya, dalam kasus konversi mitan ke
2003 7.91 67.26 LPG, maka dapat di identifikasi ketiga level
analitis MLP sebagai berikut.
2004 7.50 66.28
1. Landscape. Yang termasuk dalam kategori
2005 6.73 64.78 landscape adalah fluktuasi harga minyak
2006 7.95 60.17 mentah dunia yang cenderung meningkat
dan menurunya produksi minyak mentah
2007 9.51 57.26 dalam negeri sehingga menyebabkan
2008 16.05 47.42 beratnya subsidi energi; adanya
penyelewengan mitan bersubsidi dan
2009 28.17 30.01
adanya Perpres No 5/2006 tentang bauran
2010 37.22 17.69 energi nasional.
2. Regime. Yang termasuk dalam kategori
2011 41.35 11.79
regime adalah mitan, dengan aktor, institusi
2012 44.46 7.58 dan teknologi yang menyokong eksistensi
Sumber : ESDM (2014) mitan tersebut. Aktor disini dapat
diidentifikasi sebagai pemerintah yang
Di dalam proses konversi, terdapat membuat regulasi dan dukungan sepeti
beberapa kendala dan kejadian-kejadian yang subsidi kepada masyarakat serta penyediaan
tidak diharapkan salah satunya adalah terjadinya sarana infrastruktur; masyarakat sebagai
ledakan tabung lpg 3 kg. Ledakan tersebut pengguna mitan dan produsen baik dari hulu
dipicu oleh beberapa faktor yaitu kesalahan seperti produesen mitan, kompor serta
manusia, adanya kerusakan tabung dan aksesorisnya sampai distributoer mitan.
asesorisnya dan adanya faktor yang disebabkan 3. Niche. Yang termasuk dalam kategori ini
oleh tindakan kriminal yaitu pengoplosan adalah LPG, dengan aktor, institusi dan
tabung 12 kg dengan tabung 3kg (DJ Migas, teknologi yang menyokong eksistensi LPG
2014). Dalam mengatasi masalah tersebut, tersebut. Aktor disini dapat diidentifikasi
pemerintah telah melakukan beberapa tindakan. sebagai pemerintah yang membuat regulasi
Untuk mengatasi permasalahan kesalahan dan dukungan seperti subsidi kepada
manusia, pemerintah melakukan program masyarakat serta penyedia sarana
penyuluhan mulai dari tingkat nasional sampai infrastruktur; masyarakat pengguna LPG
membentuk tenaga penyuluh lapangan dan dan Produsen LPG beserta aksesorisnya.
pelibatan unsur masyarakat seperti ketua RT dan Disamping LPG, yang masuk kategori niche
RW. Permasalahan kualitas produk ditangani adalah batubara
dengan dikeluarkanya SNI (standar nasional
Indonesia) dan mewajibkan produsesn LPG dan Di dalam kasus transisi teknologi mitan ke
asesorisnya mengikuti standar tersebut. Untuk LPG, landscape memiliki sifat yang menekan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 669
regime, yaitu mitan. Adanya target sasaran relatif sudah terbangun di daerah tertentu,
dalam Perpres No 5/2006 tentang bauran energi meskipun tidak sebanyak infrastruktur mitan.
dan fluktuasi harga minyak mentah yang Kondisi semacam itu membuat pemerintah
menyebabkan besarnya belanja APBN untuk melakukan proses konversi terlebih dahulu pada
subsidi tidak dapat dengan mudah ditangani oleh daerah yang memiliki infrastruktur LPG.
regime yang ada yaitu mitan. Tentu saja dengan
Hubungan antara niche dengan regime
adanya kondisi tersebut, harus ada solusi untuk
(mitan dengan LPG) pada hakikatnya tidak
menghadapi tekanan dari landscape.
saling berkompetisi satu sama lain. Tidak ada
Di sisi lain, mitan telah mendominasi dan tendensi bahwa LPG berusaha untuk
banyak digunakan di masyarakat untuk menggantikan mitan sebelum proses konversi
memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Pola terjadi. LPG dan mitan memiliki pangsa
kebiasaan dalam menggunakan mitan untuk pasarnya sendiri dengan pangsa pasar yang
memasak dan penerangan serta kebiasaan paling banyak adalah mitan.
masyarakat dalam membeli mitan dengan harga
Ketika terjadi tekanan dari landscape,
murah dan dapat disesuaikan dengan uang yang
pemerintah mencari solusi alternatif pengganti
dimiliki membuat mitan sangat flexible dan
mitan, karena mitan tidak dapat memberikan
mudah digunakan. Dengan banyaaknya
solusi akibat tekanan dari landscape. Terdapat
penggunaan mitan, infrastruktur mitan seperti
dua alternatif yaitu batubara dan LPG.
infrasturktur jaringan suplai, depot pengisian
Keduanya sebenarnya dapat dikategorikan
dan banyaknya agen mitan telah berkembang
dalam niche dan keduanya tidak saling
dengan pesat mengikuti permintaan akan mitan
berkompetisi satu sama lain. Yang terjadi adalah
di seluruh Indonesia. Dukungan masyarakat luas
pemerintah hanya memilih salah satunya
dalam bentuk penggunaan mitan, dukungan
sebagai pemenang, dalam hal ini LPG dengan
pemerintah dalam bentuk pemberian subsidi dan
beberapa alasan tertentu seperti kemudahan
investasi pada infrastruktur mitan dan dukungan
digunakan, dampak terhadap lingkungan, aspek
industri dalam bentuk pengembangan dan
keekonomian, kesiapan infrastruktur dan lain
produksi teknologi mitan seperti kompor dan
sebagainya.
asesorisnya membentuk sistem sosioteknis yang
kuat dan mapan. Kemampanan sistem Dipilihnya LPG menjadikannya momen
sosioteknis mitan tersebut ditunjukan dengan kesempatan untuk LPG menggantikan regime
tingginya dominasi mitan dalam hal prosentase mitan dengan segala dukungan yang ada dari
konsumsi energi sektor rumah tangga sebelum pemerintah. Dengan dipilihnya LPG tersebut,
dilakukanya konversi pada tahun 2007 (lihat pengembangan tentu saja akan terorientasi ke
Tabel 2). arah pengembangan infrastruktur yang
mendukung LPG sehingga LPG dapat terdifusi
LPG merupakan bahan bakar rumah
ke masyarakat. Adanya basis pengguna LPG dan
tangga namun tidak disubsidi pemerintah dan
infrastruktur LPG yang sudah terbangun
kalah populer bila dibandingkan dengan mitan.
memberikan kemudahaan untuk proses difusi
LPG saat itu yang beredar adalah 12 kg dengan
LPG ke masyarakat yang lebih luas.
konsumen rumah tangga sebagian besar kelas
menengah ke atas. Ketika terjadi konversi dari Dari penjelasan diatas, maka secara
mitan ke LPG, LPG bukanlah barang baru umum konseptualisasi transisi terjadi akibat
sebagai sumber energi khususnya untuk rumah adanya kejadian sebagai berikut : 1) adanya
tangga. Hal tersebut ditunjukan dengan rata-rata tekanan landscape yang menekan regime mitan;
prosentase penggunaan LPG di sektor rumah 2) regime yang ada tidak dapat memberikan
tangga dari tahun 2000 – 2006 adalah sebesar solusi atas tekanan landscape dan aktor di dalam
7.3%. Dengan adanya hal tersebut, infrastruktur regime yaitu pemerintah mengartikulasi tekanan
LPG baik untuk pengisian dan distribusi LPG landscape tersebut dengan mencari solusi lain

670 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
yaitu pemanfaatan LPG dan melakukan berikut : 1) proses pembelajaran telah mapan
reorientasi pengembangan kedepan dengan dengan munculnya dominan desain, atau dengan
memanfaatkan LPG sebagai pengganti mitan kata lain niche telah memiliki desain dominan
dan 3) Niche yang berupa LPG pada kondisi teknologinya, 2) aktor yang berkuasa/kuat telah
awalnya sudah memiliki basis pengguna di bergabung dalam mendukung teknologi niche,
sektor rumah tangga dengan rata-rata sebesar 3) perbandingan harga/kinerja telah meningkat
7,3% antara tahun 2000 – 2007 dan infrastruktur dan terdapat ekspektasi yang besar terhadap
LPG sudah relatif terbangun; 4) hubungan pengembangan lebih lanjut dan 4) pangsa pasar
antara niche (LPG) dan regime (mitan) tidak teknologi niche secara kumulatif telah melebihi
pada posisi saling berkompetisi. Dengan melihat 5% dari total pangsa pasar. Jika melihat
hal tersebut, maka proses transisi mitan ke LPG indikator tersebut, maka posisi LPG sebelum
merupakan transisi “jalur transformasi” atau dilakukanya program konversi telah memiliki
“transformation path”. potensi untuk bersaing dengan regime mitan.
Dengan adanya pangsa pasar lebih dari 5%,
Seperti yang telah dijelaskan secara
dukungan pemerintah, yang memiliki pengaruh
singkat pada bagian Kerangka Konseptual,
kuat dalam pemanfaatan LPG 3 kg baik dalam
“Jalur transformasi” menekankan pada
bentuk subsidi dan pengembangan infrastruktur,
artikulasi tekanan landscape oleh aktor,
memberikan potensi terhadap niche untuk
sehingga terjadi reorientasi pengembangan
menggantikan regime, meskipun dengan
dalam regime. “Jalur transformasi” juga
pengertian tidak serta merta menggantikan
menekankan bahwa regime dan niche tidak
namun perlu usaha untuk melakukan transisi.
harus saling berkompetisi satu sama lain
Pada proses transisi tersebut, dengan adanya
(Haxeltine; Whitmarsh; Bergman; Rotmans;
basis pengguna mempermudah proses transisi
Schilperoord and Kohler, 2008). Perlu di garis
mitan ke LPG jika dibandingkan transisi mitan
bawahi bahwa konsep “Jalur Transformasi”
ke batubara, karena batubara tidak memiliki
yang di usulkan Geels dan Schot (2007)
basis pengguna yang kuat.
menekankan artikulasi tekanan dari landscape
dilakukan oleh aktor di “luar regime” :
“Outsiders are important in this respect,
VI. Kesimpulan
because they translate landscape pressures and
draw attention to negative exter- nalities, which Program konversi mitan ke LPG merupakan
regime insiders tend to neglect” (Geels dan salah satu bentuk transisi teknologi dengan jenis
Schot, 2007). Aktor di luar regime tersebut dapat “Jalur Transformasi”. Di dalam proses transisi
berupa sekelompok masyarakat, gerakan sosial, tersebut, pemerintah memiliki peranan besar
ilmuwan, perusahaan dan aktivis yang meminta didalam mewujudkan proses transisi, yang pada
solusi atas adanya tekanan dari landscape, mulanya mengartikulasikan tekanan landscape
sedangkan aktor di dalam regime pada saat dan akhirnya memberikan dukungan baik dalam
terjadinya tekanan landscape tidak menyadari bentuk subsidi dan pengembangan infrastruktur.
tekanan tersebut (Geels dan Schot, 2007). Di Telah terbangunya infrastruktur LPG terutama
dalam kasus transisi mitan ke LPG, justru aktor pengisian dan rantai pasoknya, meskipun
regime – pemerintah, telah mengartikulasi dengan skala yang relatif kecil bila dibanding
tekanan landscape yaitu dengan langsung kebutuhan yang ada ketika proses konversi
melakukan reorientasi pengembangan dari terjadi dan adanya basis pengguna yang sudah
regime dengan menggantikan regime lama ke mapan menyebabkan sudah terbangunya
baru dengan menggunakan LPG. pengetahuan, pengalaman, serta teknologi yang
relatif bisa berkompetisi dengan regime yang
Geels dan Schot (2007) mengajukan
ada yaitu minyak tanah dan hal tersebut
indikator bahwa niche berpotensi untuk
mempermudah proses transisi.
berkompetisi dengan regime, yaitu sebagai

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 671
VII. Daftar Pustaka Nykvist, B., & Whitmarsh, L. (2008). A multi
level analysis of sustainable mobility
Cerita sukses JK konversi minyak tanah ke
transitions: Niche development in the UK
elpiji. (2015). Diunduh dari
and Sweden. Technological Forecasting
http://bisnis.liputan6.com/read/2213399/
& Social Change, 75(2008), 1373–1387.
cerita-sukses-jk-konversi-minyak-tanah-
(http://dx.doi.
ke-elpiji.
org/10.1016/j.techfore.2008.05.006).
DJ Migas. (2007). Program Pengalihan Minyak
Perajin kompor briket batubara tekor. (2007).
Tanah Ke LPG (Dalam Rangka
Diunduh dari
Pengurangan Subsidi BBM) 2007 – 2012.
http://news.liputan6.com/read/182284/pe
Blueprint. Departemen Energi dan
rajin-kompor-briket-batu-bara-tekor
Sumber Daya Mineral. Diunduh dari
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar
/file?file=digital/112681-
%5B_Konten_%5D-Konten+C7509.pdf
DJ Migas. (2014). Konversi mitan ke Gas. Buku
Pencapaian Migas. Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Jakarta.
Diunduh dari
http://www.migas.esdm.go.id/post/read/b
uku-pencapaian-migas
ESDM. (2014). Handbook of Energy &
Economic Statistics of Indonesia.
Pusdatin ESDM. Jakarta.
Geels, F. W. (2002). Technological transitions
as evolutionary reconfiguration
processes: A multilevel perspective and a
case study. Research Policy, 31(2002),
1257–1274.
(http://dx.doi.org/10.1016/S0048-
7333(02)00062-8).
Geels, F. W. (2005). Technological transitions
and system innovations: A co-
evolutionary and socio-technical
analysis. Cheltenham: Edward Elgar.
Geels, F.W., Schot J. (2007). Typology of
Sociotechnical transition pathways.
Research Policy 36 (2007) 399 – 417.
Haxeltine, A., Whitmarsh, L., Bergman, N.,
Rotmans, J., Schilperoord, M., & Kohler,
J. (2008). A Conceptual Framework for
Transition Modelling. Int.J. Innovation
and Sustainable Development, Vol.3,
Nos. ½,(2008), 93 – 114.

672 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
THE EFFECTS OF GOVERNMENT POLICIES ON
ENTREPRENEURSHIP AND PERFORMANCE OF SMALL SCALE
BATIK INDUSTRIES IN PAMEKASAN, EAST JAVA, INDONESIA
Herrukmi Septa Rinawati, Irwantoro
Septa27@yahoo.com
Researcher in East Java Reseach and Development Board

Keyword ABSTRACT
training support, marketing, One of the effort on increasing the society welfare is through national
capitalizing, ilucidating, economic development. The development sector of the industry and trade
entrepreneurship, have been done by implementing sustainable development and optimizing
performance. existing resources. The policy objective of government establishment is
forwarded to cope constraint faced by small scale industry. The constraints
including lack of technical and managerial skills, limited capital, limited
ability on promoting and marketing, minimum industrial and trade
elucidation.
The purpose of this research is to analyze the effects of government policies
including : training, marketing, capital support, and industry and trade
elucidation; on entrepreneurship and the performance of small scale batik
industries in the rural region of Pamekasan, East Java. Sample of 46 small
scale industries were taken with stratified proportional purposive sampling
method. The analysis of government policies in this research is identified
more through Partial Least Square (PLS) method.
Research result showed that only 2 of 4 government policies influence
significantly dan directly toward entrepreneurship of the respondents. Two
aforementioned government policies are training support and industry and
trade elucidation but only industry and trade elucidating policy influence to
performance of small scale batik industries. Inspected in more detail, it
turns out that training support can be easily applied by entrepreneurs in
managing their own business. Whereas, industry and trade elucidation was
very useful in improving the knowledge and skills of entrepreneurs.
According this research, the two other policies have no significant influence
against entrepreneurship spirit and performance of small scale batik
industries in the region of Pamekasan, East Java. Marketing and capital
support are seemed to be urgent in their business and in need of proactive
action from the government.

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

INTRODUCTION medium scaled industries contribution in economic


development both in Indonesia and developed
Small and medium-scaled industries play a countries. Therefore, the existence of this business
significant role in economic development, namely needs attention in supporting them. Based on
by increasing employment, supplying low-cost Central Bureau Statistics of Indonesia (Badan Pusat
goods and providing low-cost services, reducing Statistik) in 2012, industrial sector is capable of
poverty, and most important solving more complex absorbing labor as much as 15,37 million out of 118
social problems. There is no doubt about small and

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 673
million labor available. From the total labor company has already been consistent, right, and can
absorption by industrial sector, around 61,57% of it also run well or not.
done by small and medium scaled enterprises
(SMEs). Tambunan (2009) mentioned that the
characteristic or common features of small scaled
Likewise in East Java, the role of SMEs is industries as follows: a) Small companies run in
significant enough for the economy. Beside the informal sector, unregistered and do not pay tax, b)
economy doer is local community, the activity of Simple organization structure, c) Limited labor with
micro scaled industry also uses local raw material loose performance division, d) They don’t separate
and labor. And the product is consumed by local their own wealth and the company wealth, e) bad
community. Based on the census of Central Bureau accounting system, or even they don’t have one at
Statistics of Indonesia 2012, the number of micro, all, f) A too small economy scale so that it is hard
small and medium scaled industries in East Java for them to cut cost, g) Limited marketing and
reached 6,825,931 units of industries. And 6.8 diversification skills, h) A light benefit margin.
million of it are micro-scaled industries dominated Even though with some limitation mentioned, small,
by informal industries which have limited access, medium scaled industries have been successful to
assets and productivity. In Pamekasan regency, stand facing economy crisis, whereas some big
there are 28 centre of small scale industry that have industries have been collapsed.
been successful to stand facing economy crisis
Joseph Schumpeter (1883-1950) as cited at
Based on data of the success of small and Idrus (1999) viewed that community who could
medium scaled industries, therefore comes a defend from depression in 1920ish is small business,
question whether micro, small and medium-scaled small sellers and blue labor. It gave him ideas that
industries will always continue to grow and economy had to be built from the very small
develop? Whether training policies done by the community. It is called an entrepreneurship.
government will always contribute to the According to him, entrepreneurship doesn’t appear
performance of small, medium-scaled industries? only in certain social status, but it is also able to be
There are two different opinion, the first opinion done by every one. On the other hand,
said that the government policies contribute to the entrepreneurship that can make a country compete
performance of small, medium-scaled industries with the others is sense of creativity and inovation.
(Dana, 1999) while the second opinion said that not Through their policies, government can support
all government policies affect on the performance of their community with capital giving.
small, medium-scaled industries (Premerratne,
1999; Moeljadi, 1999).

The performance of company which was


mentioned by Jauch and Glueck (2003), quatitative
and qualitative aspects. Quantitative aspect is the
performance of a company viewed by comparing
past results and present results in case of nett
benefit, the result of capital return, market segment,
selling growth, production cost and its efficience,
rate of in and out of labor and satisfaction index of
labor. On the other hand, qualitative value is a
question to know whether integrated and
comprehensive goal, strategy , and plan from a

674 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Training support
(X1)

Capitalization
support (X2)

Entrepreneurship (Y1)

Marketing support
(x3)

Performance
(Y2)
Industrial and Trade
Elucidation (X4)

Figure 1. Conseptual Frame Performanc


According to Michelmoore and Rowley
(2010), it has a connection with entrepreneurial 1. Training support significantly affects
competencies and business performance. Based on entrepreneurship.
some research, entrepreneurial competencies are 2. Capital support significantly affects
determined by several factors, such as: first, entrepreneurship.
personal and experience back ground, such as 3. Marketing support significantly affects
trading experience, history of innovation, entrepreneurship.
production and marketing experiences, status, 4. Industrial and trade elucidation significantly
entrepreneurial experience, and some contact with affects entrepreneurship
other companies. Barreira (2010: 16) mentioned 5. Training support significantly affects
that characteristics of entrepreneurs are, confident, performance.
optimistic, original, tough, result oriented, dare to 6. Capital support significantly affects
take risks moderately, tolerant to ambiguities and performance.
uncertainties, and having high Need of 7. Marketing support significantly affects
Achievement (N-Ach). performance.
8. Industrial and trade elucidation significantly
Based on theoretical descriptions and review affects performance
of related studies above, the research hypothesis 9. Entrepreneurship significantly affects
proposed in this research are: performance

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 675
METODOLOGY All of these variables were measured based
on Likert’s scale which scores ranged from 1 (one)
Research Samples and Procedures
to 5 (five).
The objects of this research were batik
entrepreneurs in Pamekasan Regency. The
population of the research was all entrepreneurs run FINDING AND ANALYSIS
batik business in Pamekasan Regency. Preliminary
In this research, the researcher utilized Partial
data indicated there were 150 batik entrepreneurs in
Least Square (PLS) analysis technique due to
Pamekasan Regency. The 46 respondent withdrawl
several advantages PLS was a powerful analysis
stratified proportional purposive sampling method.
tool because it did not assume data based on
The primary data collection method utilized in this
particular measurement scale and particular amount.
research was conducted by distributing research
PLS was also applicable to prove some theories
questionnaires onto batik entrepreneurship in
(Hair et al., 2010).
Pamekasan Regency as the respondents.
Respondents’ perceptions were measured using The respondents of this research can be
self-rating process. grouped into several categories. Based on their ages,
24 of them (52.17%) aged between 20 and 35 years
VIII. Measurement
old; 14 of them (30.43%) aged between 36 and 50
In this research, the research measured years old; and 8 of them (17.39%) were older than
several variables. First, Government policy on 50 years old (51-62 years old). Based on their sex,
SMEs as state in the Law No. 20/2008 Chapter 5 19 respondents (41.30%) were male and 27
Article 7, a) Training Support (X1), b). respondents (58.70%) were female. Based on their
Capitalization Support (X2), c). Marketing Support educational background, most of respondents had
(X3) and d). Industrial and Trade Elucidation (X4). lower education. 12 respondents (26.09%) were
Second, Entrepreneurship referred to several graduated elementary school (SD), 16 (34.48%)
characteristics served as driving factors of business from junior high school (SMP) and 18 (39.13%)
development was based on entrepreneurs’ skills to were graduated from high school (SMA). Based on
conduct innovations such as introducing new the year the respondents started their business, 5
products and production functions, expanding new respondents (10.87%) said they started their
material sources, accumulating capital sources, and business between 1976 and 1989. The majority of
organizing and developing new industries. the respondents (25 respondents or about 54.35%)
Entrepreneurship was measured by adopting 6 said they started their business and joined
measurement items proposed by Meredith (1996). Pamekasan batik industries center between 1990
Third, performance measured qualitatively and 2002 while 16 respondents (34.78%) just started
according to Jauch dan Glueck (2003) such as; their business after 2003.
whether the integrated and comprehensive goal,
IX. Testing the Hypothesis
strategy, and plan of a company has already been
consistent, accurate and is able to run well or not.
X.

676 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Table 1: Results of Path Coefficient Test

original
Inter-variables Relationship mean of Standard T-
sample p-value
subsamples deviation Statistic
estimate
Training Support (x1) ->
0.326 0.379 0.160 2.034 0.024
Entrepreneurship (y1)
Capitalization Suppot (x2) ->
0.044 0.065 0.183 0.241 0.405
Entrepreneurship (y1)
Marketing Support (x3) ->
-0.153 -0.136 0.122 1.253 0.109
Entrepreneurship (y1)
Industrial and Trade
Elucidation (x4) -> 0.557 0.483 0.166 3.356 0.001
Entrepreneurship (y1)
Training Support (x1)
0.333 0.240 0.278 1.196 0.119
-> Performance (y2)
Capitalization Suppot
-0.221 -0.214 0.229 0.965 0.170
-> Performance (y2)
Marketing Support (x3) ->
-0.196 -0.178 0.178 1.100 0.139
Performance (y2)
Industrial and Trade
Elucidation (x4) -> 0.438 0.527 0.223 1.966 0.028
Performance (y2)
Entrepreneurship (y1)y1 ->
0.067 0.100 0.157 0.425 0.337
Performance (y2)

The path coefficient score of training The relationship between capitalization


support to entrepreneurship indicated 0.326 and support and entrepreneurship turned out to be
its t-statistic and p-value scores were 2.034 and insignificant. It was indicated by t-statistic score
0.024 respectively. Its t-statistic score was higher 0.241 lower than its critical value 1.96. This made
than its critical value 1.96 and p-value was lower Hypothesis 2 was rejected. Meanwhile, the path
than error standard 0.05. Hence, hypothesis 1 was coefficient of marketing support to
accepted implying significant relationship enterpreneurship indicated score -0.153 with t-
between training support and entrepreneurship. statistic score 1.253 which was lower than critical
The relationship between Industrial and trade value 1.96 and p-value score measured 0.109
elucidation and entrepreneurship was proven to be which was higher than error standard 0.05.
significant which was indicated by its t-statistic Therefore, it seemed that Hypothesis 3 was also
score 3.356 which was higher than critical value rejected.
1.96 indicating that hypothesis 4 was accepted. As
The relationship between training support
displayed on the table above, the path coefficient
and performance was proven to be insignificant as
value, t-statistic, and p-value for Industrial and
showed by its t-statistic score 1.196 which was
trade elucidation to performance were 0.438,
lower than critical value 1.96 and its p-value
1.966, and 0.028 respectively. The t-statistics
measured 0.119 which is higher than its error
score was higher than its critical value 1.96 while
standard 0.05 while path coefficient of training
the p-value was lower than its error standard 0.05.
support to performance was 0.333. This made
Thus, it implied that Hypothesis 8 was also
Hypothesis 5 was rejected. The path coefficient
accepted.
value, t-statistic, and p-value for capitalization
support to performance were -0.221, 0.965, and

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 677
0.170 respectively. The t-statistics score was sense, training provides employees with
lower than its critical value 1.96 while the p-value knowledge and skill for use on their present jobs.
was higher than its error standard 0.05. Thus, it
An entrepreneur who often attended some
implied that Hypothesis 6 was also rejected. Path
trainings will have wider thoughts and ideas in
coefficient value for marketing support to
planning, running, and evaluiting his business.
performance indicated the score -0.196 with t-
Enterpreneurship, by Drucker (1994), defined as
statistic score 1.100 and p-value 0.139. Its t-
the capability to create something new and
statistic was lower than critical value 1.96 and its
different. In this research, the concept of
p-value was lower than error standard 0.05.
entrepreneurship indicator refered to the theory
Hence, it can be said that Hypothesis 7 was
said by Meredith (1996) about entrepreneurship
rejected.
characteristics which explained that there are 6
Path coefficient value for entrepreneurship personality traits of an entrepreneur, i.e. confident
to performance indicated the score 0.067 with t- and optimistic, duty and result oriented,
statistic score 0.425 and p-value 0.337. Its t- courageous to take risks, has sense of leadership,
statistic was lower than critical value 1.96 and its originality, and has future oriented. A suitable
p-value was higher than error standard 0.05. training is succesful to lead and build mindset as
Hence, it can be said that Hypothesis 9 was an entrepreneur in daily basis of small medium
accepted. scaled industries entrepreneurs of batik.
Path Diagram of Hypothesis testing was In this research, hypothesis 1 was
presented by Figure 2 accepted implying significant relationship
below: between training support and entrepreneurship.
Refering to the result
Training
of respondent
0.326Sig.
Support (X1) (0.024) Entreprepeurship characteristic
(Y1) analysis, those can
be explained as
follows: based on the
0.557Sig. description of
(0.001)
respondents, it is
known that 24 of
Performance
(Y2) respondents
0.438Sig.
Industrial &
(0.028)
(52.17%) aged
Trade between 20 and 35
Elucidation
years old. The
involvement of young aged entrepreneurs shows
that mostly respondents with young age have high
Figure 2: Path Diagram of Hypothesis Testing
school qualification, so that the are able to absorb
all training material given by instructors. The
DISCUSSIONS training material given is able to inspire
entrepreneurship spirit growth of small medium-
Effects Training Support on Entrepreneurship
scaled industries entrepreneurs of batik.
Training is the process of improving Following the theory of culture capital by
people’s knowledge and skills. It may also involve Bordieu (1986), there is a type of knowlegde
changing their attitude so that they can do their inheritance and the awareness of entrepreneurship
jobs more effectively. Training is a process from previous generation. Parents directly or
whereby people improve capabilities to achieve indirecly teach their kids to develop their business.
organization goal. Because this process is tied to a Besides, these young-aged entrepreneurs are
variety organizational purpose, training can be capable to observe things around them. They can
viewed either narrowly or broadly. In a limited

678 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
see that the only way to live independently is to be marketing support provided by the government so
entrepreneur. far has not been able to enhance the
entrepreneurial spirit of small scale batik
XI. Effects Capitalizing Support on entrepreneur to expanding new business.
Entrepreneurship
XIII. Effects Industrial and Trade elucidation
One of government policies in developing
on Entrepreneurship
small, medium-scaled industries is capital support
such as facility to get capital access, proposal Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) or
making guidance, and provide capital support. Field Assistant is The Government employee who
Through the National Program for Community gives guidance and counseling industry and
Empowerment, local government capital support commerce to SMEs to : 1) analyzing the situation
disbursed to the Micro, Small and Medium and formulate future action, 2). increase
Enterprises. This funding is expected to raise the knowledge about globally oriented businesses, 3).
potential of small scale batik industries in Assistance in monitoring, evaluating and
Pamekasan regency. analyzing to choose the correct action to the
business. Ismail (2002) more detail explain the
Result of hypotheses test indicated counseling are about : a) management and
hypothesis 2 was rejected implying that administration, b). preparation of financial
capitalizing support could not help increase their statements and making feasibility proposal, c).
entrepreneurship particularly in terms of improve product quality, c). development of
confidence and optimism required in developing business networks, d). social relation, culture and
their businesses. This can be explained that in humanity in the local environment, e). delivering
reality, a big capital is capable to push someone to information about capital access, raw material,
develop his/her business. Whereas capitalizing marketing access, f). mentality, morality and work
support given by government was limited. ethic and g). strategic development and
infrastructure expansion.
XII. Effects Marketing Support on
Entrepreneurship Result of hypotheses test indicated
Kottler (1997) states that marketing is a Hypothesis 4 was accepted implying that
social and managerial process in which counseling assistance given by Field Assistant
individuals and groups obtains the level of need (TPL) is very helpful to improve the knowledge
by creating, offering and exchanging products and skills of entrepreneurs. As revealed by Masu
with others. The company knows how to adapt to and Goswani (1999), entrepreneurial competence
a changing market by making strategic planning. is a socio-economic factors, such as educational
Government policies in developing small, attainment, business experience, including family
medium-scaled industries in terms of marketing background in business and how long experienced
support based on Indonesian laws no 9/1995 are, in the business world, and know the sources of
1) realization on promotion support, 2) Budgeting informal finance.
support for exhibition, 3) Leaflet and brochures
XIV. Effects Training Support on
making support, 4) Giving information in
performance
marketing chance.
Human capital theory mentioned that
Market share began to open when someone is able to increase his/her income
Pamekasan’s batik become the winner batik through training. Training will increase working
design competition in East Java Province. Local ability, skill and income levels and at the end, it
government promotes batik and participates in will also improve business perfomance
regional and national exhibition. The 28 centre of (Simanjuntak, 2008). In this research, government
batik small scale industries has not increased in policies through training support did not
number. This is corresponding with the results of significantly affect on the company performance
this research. Result of hypotheses test indicated of Small, medium-scaled industries of batik in
Hypothesis 3 was rejected implying that Pamekasan. The result of this research is contrary

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 679
to its theory. It happened because the amount of XVII. Effect Industrial and Trade elucidation
trainings done was not enough for all small scale on performance
batik industries in Pamekasan regency. In The research show that industrial and
Pamekasan Medium Term Development Plan, the trade elucidation affect significantly on
district government budgeted only 375 million performance. The existence of Field Assistant
rupiah for development of small scale business. had has improve performance of small scale batik
XV. Effects Capitalizing Support on industry in Pamekasan. There are six Field
performance Assistants /Tenaga Penyululuh Lapangan (TPL)
in Pamekasan Industrial and Trade Agency.
Every company needs capital to operate
the business. In the short term, capital needed for The consultant is able to look at the
working capital or operational capital. It used to : problem a more appropriate angle and his or her
1). Materials production; 2). Cost of production services should be more widely used. The
process and 3). Distribution. Government policy consulting is the planned intervention in the
in capital support was to facilitate to get capital company by indentifying problems that may occur
access, proposal making guidance, and provide in its organizations and implementing those
capital support. This research results was capital considered suitable and fitting in order to resolve
support insignificantly affects on performance of the problems (Saphiro, Eccles and Soske, 1993).
small scale industries in East Java. This is because
Hermosilla (1997) says that the
of limited budget. This research result is different
development of the industry in Spain is strongly
from the results of previous research by Manan
supported by the consulting services of expert.
(1999). The results of Manan study in East Java
They assist management skills, how to enhance
show that capital support affects significantly on
competitiveness, marketing and the development
small scale industries performance.
of quality products.
XVI. Effects Marketing Support on
performance
XVIII. Effects of Entrepreneurship on
Performance
Government policies in developing small,
In this research, entrepreneurship referred
medium-scaled industries in terms of marketing
to theory proposed by Meredith (1996) regarding
support based on Indonesian laws no 9/1995 are,
personal characteristics of an entrepreneur which
1) realization on promotion support, 2) Budgeting
consisted of confident and optimistic, result and
support for exhibition, 3) Leaflet and brochures
task-oriented, eager to take risks, owning
making support, 4) Giving information in
leadership characteristic, originality, and future-
marketing chance.
oriented. Meanwhile, performance measured
Marketing problems such as: market
qualitatively according to Jauch dan Glueck
segmentation, product planning accuracy based on
(2003) such as; whether the integrated and
market needs, pricing, promotion and
comprehensive goal, strategy, and plan of a
distributions are important things for companies
company has already been consistent, accurate
so that they can compete. These are also
and is able to run well or not.
influencing the performance of a company. The
success of small, medium-scaled industries to The research results show that
reach the expected goal will be supported by the entrepreneurship insignificantly affects on
ability of a company to do promotation and performance. As Lumpkin and Dess (1996) state
marketing. In this research, government policy in that entrepreneurship orientation may be strongly
terms of marketing support is not significant on associated with performance when it is combined
the performance of small, medium scaled with both the appropriate strategy and the proper
industries because of limited support. environmental condition.
XIX. Limitations
1. The indicators used in this research was
adopted from the western country which is

680 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
different from Indonesian culture, and the Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson,
result may vary. R.E. 2010. Multivariate Data Analysis. 7th
2. This research applied self-rating concept Edition. Pearson Education Inc. New
enabling subjective assessment based only on Jersey.
entrepreneurs’ point of view.
Hermosilla, A. 1997. El Consumo de Sevicios ,
XX. Recommendations por la Industria Espanola La de Cervicis a
la Industria. The Use of Services by Spain
Industry. The Service to The industry.
1. In this research, capitalizing support and Survey (ESI). “ Economic Industrial” Vol
marketing support did not significantly affect 33. Pp 77-92
entrepreneurship and performance of small
scale batik industries in Pamekasan. This Idrus, M. 1999. Entreprepeurship Development
could be due to a limited budget. The Strategy and the Role of Higher education
government policies to develop small scale in the Framework to Build Indonesia’s
batik industries should be better planned and Competitive Advantage in the Third
budgeted more. Millennium . The Speech in The
2. In this research entrepreneurship of small Inauguration as Professor at Brawijaya
scale batik industries in Pamekasan University Malang. Un Published
insignificantly affects on performance. The Ismail, R. 2002. Efforts of Economic Recovery
next researches should be view the other and Poverty through Development of Small
variable such as strategic planning and and Medium Enterprises. Forum Kampus
business environment. Kuning Press. Jakarta.
3. Due to homogenous characteristics of center
of batik small scaled industries, the findings Jauch, L R. and Glueck, W F. 2003. Strategic
Management and Company Policy. Third
of this research can be applied to other centers
of small scaled industries. Edition. Erlangga Press. Jakarta.
Lumpkin, G.T. and Dess, G.G. 1996. Clarifying
The Entrepreneur Orientation Construct
References and Linking it to Performance. The
Academy of Management Review. Vol 21.
Barreira J, 2010. Early Thinking and Emergence
No. 1. Pp : 135-172.
of Entrepreneurship. Di dalam Boris Urban,
Frontiers in Entrepreneurship. (Ed). Masu E, Goswani U, 1999. Factors for Success in
Springer. Heidelberg. Small Manufacturing Firms. Journal of
Small Bussiness Management. 26 (1) : 61-
Bourdieu, P. (1986), ``The production of belief:
68.
contribution to an economy of symbolic
goods'', in Collins, R., Curran J., Garnham, Mitchelmoore, S. and Rowley, J, 2010.
N., Scannell, P., Schlesinger, P. and Sparks, Entrepreneurial Competencies : A
C. (Eds). Literature Review and Development
Agenda. International journal of
Dana, L. P. 1999. Preserving Culture Through
Entreprenerurial Behaviour and Research.
Small Business : Government Support for
16 ( 2) : 92 -111.
Artisan and Craftsmen in Greece. Journal
of Small Business Management. Vol 37 No. Meredith, G.G., 1996. Entrepreneurship: Theory
1. Januari. Pp 68 – 77. and Practice. Pustaka Binaman Presindo
Press. Jakarta
Drucker, P.F. 1994. Innovation and
Entrepreneurship : Practices and Moeljadi, 1999. The Effects Internal factors and
Principles. Translated by Rusdi Naib. Government Assistance Programs on The
Gelora Akasara Pratama. Jakarta. Performance of Small Scale Industry in

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 681
East Java. Un Published. Dissertation.
Airlangga University Surabaya.
Premeratne, S.P., 1999. Network, Resources and
Small Business Growth : The Experience in
Sri Lanka. Journal of Small Business
Management, Vol 37. No.11 Januari. P .
121-127
Shapiro, E.C., Eccles R.G., and Sosce T.I. 1993.
Consultaria : Es La Solucion Parte del
Problem : Consultant is The Solution Part
of The Problem. Harpard DeustoBusiness
Review. Vol 8. No. 6. Pp 38-45
Simanjuntak, P.J. 1998. Introductory Economics
of Human Resources. Second Edition. UI
University Pree. Jakarta
Tambunan, Tulus. 2009. The Development of
Small Scale Industry in Indonesia. Second
Edition. Ghalia Indonesia Press. Jakarta.

682 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Abstrak Makalah Terbaik
Pada FORUM IPTEKIN VI Tahun 2016, telah dilakukan pemilihan makalah terbaik, dimana
ditetapkan dua pemenang dengan abstrak sebagai berikut:

Learning region for Regional Development:


Menciptakan learning region melalui Industri batik di Kota
Pekalongan
Nimas Maninggar ab
Delik Hudalah b
a Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT)
b Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Learning region menjadi fenomena baru dalam perkembanagn wilayah dewasa ini. Region
dengan learning menyediakan lingkungan dan infrastrutur untuk mengalirnya knowledge dan
ide sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk
mendukung inovasi dan produksi. Dalam proses pembentukannya, kebijakan wilayah menjadi
strategi dengan membentuk aturan dan institusi yang berperan dalam learning. Namun yang
tak kalah pentingnya adalah faktor sejarah, budaya dan sosial masyarakat. Kota Pekalongan
telah menjadi learning region melalui indusri batik yang turun temurun. Aktor non pemerintah
seperti industri dan universitas mampu mentransfer ide baik didalam maupun antar industri.
Proses learning didalam dan antar industri mengakibatkan akumulasi ide yang berujung pada
inovasi. Inovasi inilah yang membuat industri batik bertahan dan berkembang dengan
mencetak entrepreneur baru. Sedangkan kebijakan wilayah, berfungsi menunjang learning
batik yang telah berjalan dengan menerbitkan kebijakan kurikulum wajib untuk batik dan
mengoptimalkan fungsi museum untuk praktek batik. Hasinya learning batik telah menjadi
budaya dan mampu meningkatkan perekonomian lokal dan regional.
Kata kunci: pembelajaran, batik, pembangunan regional

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 683
Analisis Rantai Nilai Integrasi Sapi Sawit dalam Mendukung
Pengembangan Klaster Industri Integrasi Sapi-Sawit Di
Kabupaten Pelalawan

Kristiana 1, Zulfika S. Kusharsanto 2, Ramos Hutapea 3


1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, kristiana@bppt.go.id 2 Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, zulfika.satria@bppt.go.id 3 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
ramos.hutapea@bppt.go.id

Sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia,
Kabupaten Pelalawan sangat potensial untuk mengembangkan program integrasi sapi sawit.
Kabupaten Pelalawan mengimplementasikan program tersebut melalui Keputusan Bupati
Pelalawan No: KPTS./524/DISNAK/2012/472 tentang Penetapan Kawasan Pengembangan
Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Pelalawan. Program integrasi
usaha sapi sawit sendiri saat ini telah memiliki dasar hukum dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 105 Tahun 2014, tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong. Sistem integrasi sapi sawit memiliki manfaat tersendiri
bagi peternak dan petani. Beberapa manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat pekebun
kelapa sawit yang menerapkannya, antara lain tersedianya tenaga kerja ternak untuk
mengangkut tandan buah segar (TBS) dari dalam kebun ke tempat penampungan, tersedianya
pupuk kandang yang dapat menekan biaya pupuk kimia, selain berorientasi ramah lingkungan
dengan semakin berkurangnya penggunaan pupuk kimia dan herbisida, dan ternak sapi dapat
menjadi tabungan hidup. Beberapa produk yang dihasilkan dari sistem integrasi sapi sawit
diantaranya adalah pupuk kompos, pupuk organic cair, pakan ternak, biogas dan sapi bibit.
Untuk meningkatkan daya saing dari sebuah kegiatan usaha, perlu dilakukan analisis terhadap
kegiatan tersebut dengan cara melihat rantai nilai yang mencakup perancangan produk,
pengadaan input atau sarana produksi, logistik eksternal, pemasaran, penjualan, purna jual dan
layanan pendukung. Melalui kajian analisis rantai nilai kegiatan usaha integrasi sapi sawit
diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan program perkuatan yang dapat
diimplementasikan untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan, juga
memberikan dampak yang signifikan bagi pendapatan masyarakat dan petani di sekitarnya.
Selain itu, rekomendasi dan program perkuatan tersebut dapat dijadikan masukan dalam
perumusan rencana aksi pengembangan klaster industri integrasi sapi sawit di Kabupaten
Pelalawan.

Kata Kunci : integrasi sapi sawit, rantai nilai, nilai tambah, klaster industri

684 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
JADWAL ACARA FORUM IPTEKIN KE VI TAHUN 2016

Hari Pertama, Selasa, 8 November 2016

Hari Kedua, Rabu, 9 November 2016

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 685
JADWAL PEMAKALAH DI SESI PRESENTASI PARALEL

Koordinator Utama: Nur Laili


Nama Penanggung Jawab Persidangan Setiap Ruang

No. Nama Notulen Penanggung Jawab Ruang


1 Riska Rahmaida Dian Prihadyanti Ruang Rapat
2 Mia Amelia Pappiptek LIPI
3 Elmi Achelia
4 Radot Manalu Dr. Ikbal Maulana Ruang Rapat 1
5 Purnama Alamsyah Lantai 5 Gedung
6 Tri Handayani Widya Graha
LIPI
7 Mia Rahma Romadona Karlina Sari Ruang Rapat 2
8 Qinan Maulana Lantai 5 Gedung
Widya Graha
LIPI
.

Hari Pertama, Selasa, 8 November 2016


Presentasi Paralel I
Waktu : Pukul 13.00-14.30 WIB
Ruang : Ruang Rapat Pappiptek LIPI
Tema : Pengelolaan Rantai Nilai dan Inovasi Jejaring
Notulen : Riska Rahmaida, Mia Amelia, Elmi
Moderator : Sigit Setiawan

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 13.00-13.15 Riska Rahmaida Kesiapan Ekspor Perusahaan Pappiptek LIPI
Lutfah Ariana Low Tech di Indonesia dalam
Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015
2 13.15-13.30 Adhitya Marendra Manajemen Rantai Nilai Pusat Penelitian
Kiloes, Puspitasari dalam Adopsi Teknologi dan Pengembangan
Puspitasari, M. Kentang di Sentra Produksi Hortikultura
Jawal Anwarudin Kabupaten Kerinci
Syah
3 13.30-13.45 Wati Hermawati Analisis Pengembangan Pappiptek LIPI
Hartiningsih Rantai Pasok Tungku Sehat
Ishelina Rosaira P. Hemat Energi di Yogyakarta

4 13.45-14.00 Kristiana Analisis Rantai Nilai Integrasi Badan Pengkajian


Sapi Sawit Dalam dan Penerapan

686 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Mendukung Pengembangan Teknologi (BPPT)
Klaster Industri Sapi Sawit Di
Kabupaten Pelalawan
5 14.00-14.15 Sigit Setiawan Network Sosial pada Industri Pappiptek LIPI
Pembangkit Listrik Energi
Surya di Indonesia

Waktu : Pukul 13.00-14.30 WIB


Ruang : Ruang Rapat 1 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Entrepreneurship dan Daya Saing IKM
(termasuk industri kreatif, industri jasa, dan industri pariwisata)
Notulen : Radot Manalu, Purnama Alamsyah, Tri Handayani
Moderator : Ikbal Maulana

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 13.00-13.15 Armen Zulham Membangun Bisnis Pusat Penelitian Sosial
Freshty Yulia Masyarakat Berbasis Ekonomi Kelautan dan
Arthatiani Inovasi Berorientasi Pasar Perikanan –
Kementerian Kelautan
dan Perikanan
2 13.15-13.30 Edy Wahyudi Innovation Network Program Studi
sebagai Basis Penguatan Administrasi Bisnis,
Daya Saing Usaha Kecil Fakultas Ilmu Sosial dan
Menengah (UKM) di Ilmu Politik, Universitas
Jawa Timur Jember
Strategi Penguatan Hak
3 13.30-13.45 Adi Ankafia Pusat Inovasi, LIPI
Cipta Pada Umkm Batik
Di Kota Pekalongan
Dalam Rangka
Mendorong Umkm Yang
Kreatif Dan Inovatif
4 13.45-14.00 Ikbal Maulana Peluang dan Tekanan Pappiptek LIPI
untuk Berinovasi dalam
Industri Jamu

5 14.00-14.15 Novi Haryati Strategi Penguatan Jurusan Sosek Pertanian,


Choiria Anggraini Entepreneurship pada Fakultas Pertanian
Moch. Adi Industri Tenun Ikat Universitas Brawijaya
Surahman Bandar Kidul Kediri di
Era Ekonomi Kreatif
Indonesia dan Masyarakat
Ekonomi ASEAN

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 687
6 14.15-14.30 Tommy Hendrix Pemanfaatan Informasi Pusat Inovasi, LIPI
V Susirani Paten Teknologi
Kusumaputri Pengalengan Makanan
dalam Menunjang
Pengembangan Industri
Kreatif

Waktu : Pukul 13.00-14.30 WIB


Ruang : Ruang Rapat 2 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Sistem Inovasi Sektoral dan Kebijakan Industri
Notulen : Mia Rahma Romadona, Qinan Maulana
Moderator : Budi Wardono

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
Learning region for
1 13.00-13.15 Nimas Maninggar Urban and Regional
Regional Economic
Delik Hudalah Planning, School of
Developmet: Peran
Architecture, Planning
universitas dan lembaga
and Policy Development,
intermediasi dalam
ITB
menciptakan inovasi pada
Industri low tech dengan
pembelajaran masyarakat
2 13.15-13.30 Budi Wardono Belajar Dari Desa: Puslit Sosek Kelautan
Inovasi Teknologi dan Perikanan –
Terapan Balitbang Kementerian
Untuk Industri Pakan Kelautan dan Perikanan
Ikan Mandiri
3 13.30-13.45 Hadi Kardoyo Analisis Sistem Inovasi Pappiptek LIPI
Sayim Dolant dalam Mendukung
Setiowiji Handoyo Industri Unggulan
Berbasis Perikanan
Budidaya (Studi Kasus:
Komoditi Bandung)

688 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Coffee Break : 14.30-14.45
Presentasi Paralel II
Waktu : Pukul 14.45-16.00 WIB
Ruang : Ruang Rapat Pappiptek LIPI
Tema : Kolaborasi ABGC dalam memperkuat sistem inovasi daerah, nasional,
dan internasional
Notulen : Riska Rahmaida, Mia Amelia, Elmi
Moderator : Nur Laili

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 14.45-15.00 Rendi Febrianda Interaksi Industri Dengan Pappiptek LIPI
Nur Laili Lembaga Litbang Pemerintah.
Qinan Maulana Analisis Perspektif Industri.
B.S. (Studi Kasus: Industri Teknologi
Pengolahan Air Bersih Di
Indonesia)

2 15.00-15.15 Agnes Irwanti Peran BPTBA LIPI dalam Mahasiswa S3


Hardi Julendra Transfer Pengetahuan dan Sekolah Bisnis
Ema Damayanti Teknologi pada UMKM Berbasis
IPB
Sumber daya Alam Lokal
BPTBA LIPI
Binaannya untuk Meningkatkan
Daya Saing di Era Pasar Bebas
ASEAN

3 15.15-15.30 Emi Sugiartini Potensi dan Peluang Limbah Balai Pengkajian


Bawang Merah Sebagai Teknologi
Campuran Media Semai dan Pertanian, DKI
Media Tanam Pada Tanaman Jakarta
Cabai di Wilayah DKI Jakarta
dalam Rangka Ikut Membangun
kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk
Memperkuat Posisi Industri
Nasional dalam Rantai Nilai
Global di Era MEA
4 15.30-15.45 Dini Oktaviyanti Relasi antara Science Techno Pappiptek LIPI
Parks dengan Universitas:
Kolaborasi Teknologi dalam
Ruang untuk Inovasi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 689
Waktu : Pukul 14.45-16.00 WIB
Ruang : Ruang Rapat 1 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Strategi Teknologi: Dari Imitasi Kreatif sampai Inovasi Disruptif
Notulen : Radot Manalu, Purnama Alamsyah, Tri Handayani
Moderator : Muhammad Azwar

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 14.45-15.00 Puji Lestari Dwinita Inisiatif Perbaikan Genetik Balai Besar Penelitian
Wikan Utami, Varietas Padi Lokal dan Pengembangan
Muhamad Sabran, Melalui Pengembangan Bioteknologi dan
Nurul Hidayatun, Bersama dan Transfer Sumber Daya Genetik
Karden Mulya Teknologi Pertanian
2 15.00-15.15 Muhammad Azwar Strategi Peningkatan P2SMTP LIPI
Kualitas Aplikasi
Teknologi Informasi
Pelayanan Pengujian Pusat
Penelitian A Melalui Iso
20000

3 15.15-15.30 Purwo Subekti Potensi Minyak Kelapa Program Studi Teknik


Sawit Sebagai Bahan Mesin Universitas Pasir
Baku Busa Pemadam Pengaraian, Kab.
Kebakaran di Lahan Rokan Hulu Riau
Gambut
4 15.30-15.45 Aryogi Peranan Inovasi Teknologi Loka Penelitian Sapi
Untuk Mendukung Potensi Potong, JawaTimur
Sumber Daya Genetik
Sapi Potong Lokal
Indonesia
5 15.45-16.00 Ishelina Rosaira P. Evolusi Tungku Sehat Pappiptek LIPI
Wati Hermawati Hemat Energi di Indonesia
Hartiningsih

690 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Waktu : Pukul 14.45-16.00 WIB
Ruang : Ruang Rapat 2 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif
Notulen : Mia Rahma Romadona, Qinan Maulana
Moderator : Mesnan Silalahi

Waktu
Nama
No. Presentasi Judul Makalah Instansi
Pemakalah
(WIB)
1 14.45-15.00 Hartiningsih Peran Modal Sosial Dalam Pappiptek LIPI
Wati Difusi Inovasi Tungku Sehat
Hermawati Hemat Energi (TSHE): Studi
Ishelina Kasus Di Kulon Progo
Rosaira P.
2 15.00-15.15 Salasi Wasis Membangun Budaya Inovatif Puslitbang Sumber Daya
Widyanto Dan Kompetitif Melalui Laut dan Pesisir,
Muhammad Perancangan Perangkat Lunak Balitbang Kelautan dan
Agus Teknologi Pemantauan Untuk Perikanan, Kementerian
Budidaya Laut Kelautan dan Perikanan
3 15.15-15.30 Mesnan Pengembangan Kemampuan Pappiptek LIPI
Silalahi Inovasi berbasis Teknologi
Web Semantik
Suatu Harapan dan Tantangan
4 15.30-15.45 Mia Rahma Kompetensi Komunikasi Pappiptek LIPI
Romadona Peneliti

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 691
Hari Kedua, Rabu, 9 November 2016

Presentasi Paralel III


Waktu : Pukul 10.30-12.00
Ruang : Ruang Rapat Pappiptek LIPI
Tema : Pengelolaan Rantai Nilai dan Inovasi Jejaring
Notulen : Riska Rahmaida, Mia Amelia, Elmi
Moderator : A.R Rohman Taufiq

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 10.45-11.00 Sigit Setiawan Analisa Bisnis Model Pappiptek LIPI
pada Industri
Pembangkit Tenaga
Surya di Indonesia
2 10.30-10.45 Agnes Irwanti Teknologi Pengalengan Mahasiswa S3, Sekolah
Asep Nurhikmat Makanan Guna Bisnis IPB
Handoko, L.T Meningkatkan
Produktifitas UMKM BPTBA LIPI
Berbasis Sumber Daya Pusat Penelitian Fisika
Alam Lokal di LIPI
Yogyakarta (Studi Kasus
Kerjasama BPTBA LIPI
dengan Gudeg bu
Tjitro)
3 11.00-11.15 AR. Rohman Taufiq Kemampuan Jurusan Perencanaan
H. Wawargita Pembiayaan Masyarakat Wilayah dan Tata Kota,
Permata W. Desa Pujon Kidul dalam Fakultas Teknik,
Tiara Oktariana Menerapkan Inovasi Universitas Brawijaya
Oktavia Indah R. TPST (Tempat
Aris Subagyo Pengolahan Sampah
Arina Hidayah Terpadu) Desa

4 11.15-11.30 Riska Rahmaida Kesiapan Ekspor Pappiptek LIPI


Lutfah Ariana Perusahaan Low Tech di
Indonesia dalam
Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015
5 11.30-11.45 Ari Kuncoro Inovasi Sistem Dual- Puslitbang Sumber Daya
Fuel Untuk Laut dan Pesisir,

692 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Penghematan Solar Balitbang Kelautan dan
Kapal Nelayan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan

6 11.45-12.00 Nur Laili Pengembangan dynamic Pappiptek LIPI


capabilities melalui proses
pembelajaran teknologi:
Studi kasus di PT. RTI

Waktu : Pukul 10.30-12.00


Ruang : Ruang Rapat 1 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Penguatan Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri
Notulen : Radot Manalu, Purnama Alamsyah, Tri Handayani
Moderator : Dyah Rachmawati S

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 10.30-10.45 Baginda Kajian Faktor Sukses P2SMTP LIPI
Darmawan Sistem Layanan
Napitupulu Berbasis Elektronik (E-
Services) di Indonesia

2 10.45-11.00 Syakir Hasyimi Optimalisasi Kerjasama Balai Besar Kulit, Karet &
Litbang Sebagai Upaya Plastik, BPPI,
Penguatan Kapasitas Kementerian Perindustrian
Lembaga Litbang
Publik Dan Industri,
Kajian Kasus di Balai
Besar, Kulit, Karet dan
Plastik (BBKKP),
Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri,
Kementerian
Perindustrian

3 11.00-11.15 Dyah Rachmawati Komunikasi Humas BKHH LIPI


Sugiyanto Pemerintah Dalam
Mengelola Informasi
Iptek (Studi Pada
Batan, Bppt, Dan
Lapan)

4 11.15-11.30 Rahmi Helmi Analisis Jejaring Kerja LIPI Press


Lestari Pengetahuan di
Organisasi Penelitian
dan Pengembangan

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 693
5 11.30-11.45 Saut Siahaan Kapabilitas Teknologi Pappiptek LIPI
Industri Plts Dan
Kebutuhan Energi
Listrik Di Indonesia

6 11.45-12.00 Baginda Model Keberhasilan P2SMTP LIPI


Darmawan Pengembangan E-
Napitupulu Services (Sistem
Layanan Berbasis
Elektronik) di Indonesia

Waktu : Pukul 10.30-12.00


Ruang : Ruang Rapat 2 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Mobilitas dan Penguatan Sumber Daya Manusia Iptek
Notulen : Mia Rahma Romadona, Qinan Maulana
Moderator : Siti Wahyudini
Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 10.30-10.45 Siti Wahyudini Dukungan Kebijakan Dalam Konsultan
Mewujudkan Pemuda Independen di
Kreatif Inovatif Kemenpora

2 10.45-11.00 Mia Rahma Penguatan SDM IPTEK Pappiptek LIPI


Romadona berdasarkan soft
competency

3 11.00-11.15 Indri Juwita Potensi Tenaga Pendidik Pappiptek LIPI


Asmara dan Industri Pendidikan
dalam Mutual Recognition
Arrangement Masyarakat
Ekonomi ASEAN

4 11.15-11.30 Dwi Agus Susilo Kreativitas Pemuda Dalam Direktorat


Mendukung Pengembangan Peningkatan
Ekonomi Kreatif Indonesia Kreativitas Pemuda
- Kemenpora
5 11.30-11.45 Maulana Akbar Gender Gap Dan Pappiptek LIPI
Grace Simamora Partisipasi Pekerja Sains,
Indri Juwita Teknologi, Enjinering, Dan
Asmara Matematika(Stem)
ElmiAchelia Wanitadalam Angkatan
Kerja Indonesia

694 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
6 11.45-12.00 Indri Juwita Asmara, Mobilitas Internasional Pappiptek LIPI
Elmi Achelia, SDM Iptek Indonesia
Maulana Akbar, Nani Dalam Kerangka Free
Grace B Flow of Skilled Labor AEC

Setelah Istirahat Shalat dan Makan Siang

Presentasi Paralel IV
Waktu : Pukul 13.00-14.30 WIB
Ruang : Ruang Rapat Pappiptek LIPI
Tema : Strategi Teknologi: Dari Imitasi Kreatif sampai Inovasi Disruptif
Notulen : Riska Rahmaida, Mia Amelia, Elmi
Moderator : Yudi Adinata

Waktu
Nama
No. Presentasi Judul Makalah Instansi
Pemakalah
(WIB)
1 13.00-13.15 Nur Laili Strategi Imitasi Kreatif dalam Pappiptek LIPI
Menghasilkan Inovasi
Pengolahan Air Bersih: Studi
Kasus di PT.MTI
2 13.15-13.30 Yudi Adinata Intervensi Model Perbibitan Sapi Loka Penelitian
L. Affandhy Jabres Untuk Peningkatan Sosial Sapi Potong,
D. Pamungkas Ekonomi Pedesaan JawaTimur
Balai Pengkajian
3 13.30-13.45 Muflihani Yanis Karakteristik Organoleptik
Teknologi
Waryat Cheese Stick dengan Substitusi
Pertanian, DKI
Kartika Tepung Sukun
Jakarta
Mayasari
4 13.45-14.00 Herrukmi Septa Strategi pengembangan ekonomi Balitbang Provinsi
Rinawati, kreatif sebagai upaya Jawa Timur
Irwantoro peningkatan pendapatan
pedagang kaki lima di sentra
ikan bulak kecamatan Bulak,
Surabaya

Waktu : Pukul 13.00-14.30


Ruang : Ruang Rapat 1 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Sistem Mutu Dalam Memperkuat Daya Saing Industri
Notulen : Radot Manalu, Purnama Alamsyah, Tri Handayani
Moderator : I Gede Mahatma Yuda Bakti

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 695
(WIB)
1 13.00-13.15 Tri Rakhmawati Penyusunan Kerangka P2SMTP LIPI
Sih Damayanti Pengukuran Kinerja dan
Efektivitas Sistem
Manajemen Mutu (SMM)
ISO 9001: 2015

2 13.15-13.30 Ikbal Maulana Assessing the Sustainability Pappiptek LIPI


of Eco-Technical System
3 13.30-13.45 Muhammad Azwar Analisis Efektifitas P2SMTP LIPI
Massijaya Implementasi Manajemen
Mutu Pelayanan Pengujian
Pusat Penelitian A Berbasis
ISO 9004 : 2009

4 13.45-14.00 Andjar Prasetyo Strategi Peningkatan Daya Kantor Penelitian


Saing UMKM Kota Pengembangan
Magelang melalui dan Statistik Kota
Pendekatan Lembaga Magelang
Sharing Price

5 14.00-14.15 I Gede Mahatma Pengembangan Model P2SMTP LIPI


Yuda Bakti, Sik Pengukuran Kepuasan
Sumaedi, Medi Pelanggan Untuk Instansi
Yarmen Penelitian

6 14.15-14.30 Sih Damayanti Framework Pengukuran P2SMTP LIPI


Kinerja UKM: Integrasi
Balanced Scorecard dan
Economic Value Added

Waktu : Pukul 13.00-14.30 WIB


Ruang : Ruang Rapat 2 Lantai 5 Gedung Widya Graha LIPI
Tema : Kebijakan Iptekin Dalam Meningkatkan Daya Saing
Notulen : Mia Rahma Romadona, Qinan Maulana
Moderator : Sidik Effendi

Waktu
No. Presentasi Nama Pemakalah Judul Makalah Instansi
(WIB)
1 13.00-13.15 Herrukmi Septa Strategi Pengembangan Balitbangda
Rinawati Ekonomi Kreatif sebagai upaya Provinsi Jawa
Irwantoro peningkatan pendapatan Timur
pedaganag kaki lima di sentra
ikan bulak kecamatan Bulak

696 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016
Surabaya

2 13.15-13.30 Anugerah Yuka Industri Kreatif dan Kebijakan Papapiptek


Asmara dan HAKI di Indonesia: Tinjauan LIPI
Setiowiji Handoyo Konseptual

3 13.30-13.45 Eddy Mayor Putra Kebijakan Insentif Fiskal untuk Badan


Sitepu UMKM sebagai Motor Kebijakan
Penggerak Iptek dan Inovasi Fiskal,
Nasional Kementerian
Keuangan

4 13.45-14.00 Sidik Effendi Penguatan Kebijakan dan


Konsultan
Inovasi Teknologi dalam
Independen
Pengarusutamaan Pemuda di
Kemenpora
Sektor Kelautan dan Perikanan
(Nawacita) dalam Membangun
Kultur Wirausaha
5 14.00-14.15 Qinan Maulana Transisi teknologi dalam Pappiptek LIPI
perspektif Multi Level
Perspective (MLP) : studi
kasus konversi minyak
tanah ke LPG

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016 697

Anda mungkin juga menyukai