Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Oleh

I Gede Mahatma Yuda Bakti


NRP. I361184052

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Desain dan Metode Penelitian

Prolog
Setelah peneliti merumuskan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, melakukan kajian
pustaka, serta mengembangkan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Tahap selanjutnya
adalah peneliti perlu mengembangkan desain dan metode penelitian. Tujuan tulisan ini adalah
untuk : (1) menjelaskan hubungan masalah, tujuan, kerangka berpikir, dan metode penelitian,
(2) menjelaskan pengertian desain penelitian, (3) menjelaskan pengertian populasi dan
sample, (4) menjelaskan jenis-jenis skala, (5) menjelaskan sumber dan jenis data.

Hubungan Masalah, Tujuan, Kerangka Berpikir, dan Metode Penelitian


Dalam perkuliahan sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian dimulai dari adanya
permasalah. Permasalahan tersebut bisa muncul dari berbagai sumber, seperti masalah yang
dialami masyarakat, hasil pengamatan peneliti, ide dari peneliti, pengalaman peneliti terhadap
seseuatu, dan lainnya. Setelah peneliti mengidentifikasi berbagai masalah penelitian yang
ada. Peneliti perlu menetapkan masalah penelitian apa yang ingin dikerjakan. Untuk itu,
penting bagi seorang peneliti untuk mempelajari berbagai pustaka untuk menetapkan masalah
apa yang ingin dijawab oleh peneliti. Telaah pustaka tersebut dapat berupa : hasil penelitian
terdahulu, teori konsep yang sudah ada, perkembangan Iptek, dan data-data sekunder terkait
dengan topik penelitian.
Tahap selanjutnya adalah peneliti menetapkan tujuan. Tahap penelitian ini adalah
menetapkan sasaran yang ingin dicapai dari suatu permasalahan yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Setelah peneliti menetapkan tujuan penelitian, tahap selanjutnya adalah peneliti
membuat kerangka berpikir penelitian. Tahap ini adalah mengurai model konseptual yang
diyakini oleh peneliti dalam menyelidiki masalah penelitian. Pada tahap ini, hasil telaah
pustaka menentukan peneliti dalam mengembangkan kerangka berpikir penelitian. Telaah
pustaka dapat berasal hasil penelitian terdahulu, perkembangan iptek, data sekunder, serta
teori dan konsep yang sudah ada.
Setelah kerangka berpikir dibuat oleh peneliti, langkah selanjutnya adalah peneliti perlu
membuat metode penelitian. Menurut Creswell (2003), metode penelitian adalah upaya
peneliti terkait dengan pengambilan data dan penggunaan analisis yang digunakan peneliti
untuk mencapai tujuan penelitian. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tahap ini
berkaitan dengan pendekatan yang akan digunakan, jenis data yang dipakai, cara mengambil
data, teknik analisis yang akan digunakan, dan lainnya. Hubungan antara masalah, tujuan,
kerangka berpikir, dan metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Adaptasi dari Materi Presentasi Pak Prabowo


Gambar 1. Hubungan antara masalah, tujuan, kerangka berpikir, dan metode penelitian

Desain Penelitian
Menurut Malhotra dan Birks (2006), desain penelitian adalah “sebuah kerangka kerja
(framework) atau cetak biru (blueprint) untuk melakukan proyek penelitian”. Mengacu pada
definisi tersebut, desain penelitian dapat dikatakan memilki fungsi sebagai pemandu proses
kerja penelitian. Dengan kata lain, desain penelitian menjelaskan bagaimana penelitian
tersebut harus dikerjakan. Ini artinya jika penelitian tidak dilakukan sesuai dengan desain
penelitian, maka maka kemungkinan besar hasil penelitian tersebut adalah salah, karena
proeses penelitiannya tidak dikerjakan sesuai desain penelitian yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu, de Vaus (2001) menambahkan bahwa tujuan desain penelitian
adalah untuk : (1) menjawab pertanyaan penelitian. (2) menguji teori, (3) mengevaluasi suatu
program, dan (4) menggambarkan suatu fenomena.
Selanjutnya, Creswell (2003) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis desain
penelitian, yaitu (1) pendekatan kualitatif, (2) pendekatan kuantitatif, dan (3) pendekatan
campuran (mix). Lebih lanjut, Creswell (2003) menjelaskan bahwa pendentuan pendekatan
desain penelitian tersebut tergantung pada tiga hal, yaitu (1) paradigma penelitian (knowledge
claims), (2) strategi penelitian (strategy of research), dan (3) metode penelitian (research
method). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa desain penelitian tidak
sama dengan dengan metode penelitian, melainkan metode penelitian menjadi salah satu
unsur yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan desain penelitian. Perbandingan
antara pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan campuran (mix) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan campuran (mix) dalam desain
penelitian.
Aspek Pendekatan Pendekatan Pendekatan
Kualitatif Kuantitatif Campuran
Paradigma Constructivist/ Post-positivist Pragmatic
(knowledge claims) Advocacy/
Participatory

Strategi Penelitian Phenomenology, Surveys & Sequential,


grounded theory, experiments concurrent, &
ethnography, case transformative
study, & narrative

Metode Penelitian Pertanyaan terbuka, Pertanyaan tertutup; Bisa Pertanyaan


pendekatan yang pendekatan yang terbuka & tertutup;
muncul (emerging telah ditentukan bisa pendekatan
approaches), focus sebelumnya (pre- yang muncul
pada data teks atau determined (emerging
gambar, approaches); focus approaches) dan
pada data numerik pendekatan yang
telah ditentukan
sebelumnya (pre-
determined
approaches); bisa
data kualitatif dan
kuantitiatif.

Praktek penelitian  Memposisikan  Tes teori atau  Mengumpulkan


dirinya sendiri penjelasan yang data kuantitatif
 Mengumpulkan diverifikasi dan kualitatif
makna peserta  Identifikasi  Mengembangkan
 Berfokus pada variabel yang dasar pemikiran
konsep atau akan dipelajari untuk
fenomena tunggal  Mengaitkan pencampuran
 Membawa nilai- variabel dalam  Mengintegrasikan
nilai pribadi ke pertanyaan atau data pada
dalam penelitian hipotesis berbagai tahap
 Mempelajari  Menggunakan penyelidikan
konteks atau standar validitas  Menampilkan
pengaturan dan reliabilitas gambar visual
peserta  Mengamati dan dari prosedur
 Memvalidasi mengukur dalam penelitian
keakuratan informasi secara ini
temuan numerik  Menggunakan
 Membuat  Menggunakan praktik-praktik
interpretasi data pendekatan yang penelitian
 Membuat agenda tidak bias kualitatif dan
untuk perubahan  Menggunakan kuantitatif
atau reformasi prosedur statistik
 Berkolaborasi
dengan para
peserta

Sumber : Creswell (2003)

Populasi & Sampling


Dalam penelitian survei salah satu aspek yang harus dipertimbangankan oleh seorang
peneliti adalah populasi. Berdasasrkan pengertiannya, populasi adalah “an entire group about
which some information is required to be ascertained” (Banerjee dan Chaudhury, 2010).
Mengacu definisi tersebut, populasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang memiliki informasi
dari keseluruhan kelompok yang sedang diteliti. Jika total populasi yang akan diteliti terlalu
besar atau peneliti memiliki keterbatasan sumber daya untuk meneliti seluruh populasi, upaya
yang dapat dilakukan peneliti adalah mengambil sebagaian kecil yang dapat mewakili
populasi. Konsep ini dikenal dengan sebagai sampel. Secara umum, sampel adalah “any part
of the fully defined population” (Banerjee dan Chaudhury, 2010). Dengan kata lain, sampel
merupakan beberapa bagian dari keseluruhan anggota kelompok yang sedang diteliti yang
tujuannya adalah untuk mewakili populasi penelitian. Keterkaitan antara populasi dan sampel
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Keterkaitan antara populasi dan sampel

Menurut Malhotra dan Birks (2006), beberapa hal yang harus dipertimbangan peneliti
ketika mengambil data penelitian dengan sampel, yaitu : (1) ketika peneliti memiliki
terbatasan anggaran yang kecil; (2) ketika peneliti memiliki keterbatasan waktu yang singkat
dalam pengambilan data; (3) populasi yang sangat besar dan tidak mungkin mengambil
seluruh anggota populasi; (4) varian karakteristik dari data yang diteliti adalah kecil; (5)
biaya dari sampling errors rendah dan non-sampling errors tinggi; (6) ketika sifat
pengukurannya adalah untuk destructive; dan (7) ketika peneliti berfokus pada kasus
induvidual. Kebalikan dari semua itu, peneliti dapat mengambil data secara sensus
(keseluruhan populasi).
Selanjutnya, berkaitan dengan proses desain sampel penelitian, Malhotra dan Birks
(2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan oleh peneliti. Tahap
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Definisikan populasi penelitian
Tahap ini adalah peneliti harus menentukan unit analisis yang akan ditelti. Dengan
mengetahui unit analisis maka peneliti akan dapat mengetahui total populasi yang akan
ditelti.
2) Tentukan kerangka sampel (sampling frame)
Setelah peneliti mengetahui pupulasi yang akan diteliti, penting bagi peneliti untuk
menetapkan apakah populasi tersebut memiliki kerangka sampel atau tidak. Proses ini
menjadi penting karena hasil dari proses ini akan menentukan teknik sample yang akan
dipilih ole peneliti. Kerangka sampel adalah data keseluruhan anggota populasi.
3) Tentukan teknik sampel penelitian
Tahap ini adalah peneliti menentukan bagaimana sampel diambil. Secara umum, terdapat
dua cara yang dapat dilakukan oleh peneliti, yaitu teknik probability sampling dan non-
probability sampling. Ketika peneliti memiliki kerangka sampel populasi, peneliti dapat
menggunakan teknik probability sampling. Jika peneliti tidak memiliki kerangka sampel
populasi, peneliti harus menggunakan non- probability sampling.
4) Tentukan jumlah sampel
Setelah teknik sampel ditetapkan, tahap selanjutnnya adalah peneliti harus menetapkan
jumlah sample penelitian. Tahap ini menjadi penting karena proses ini menjadi dasar
dalam menentukan berapa jumlah sampel yang dapat mewakili keseluruhan anggota
populasi yang ditelti.
5) Eksekusi sampel penelitian
Setelah semua tahapan sebelumnya ditetapakan, tahap terakhir adalah peneliti
mengambil data sample berdasarkan tahapah yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Dalam proses penentian teknik sampel, peneliti dapat menggunakan dua pendekatan,
yaitu teknik probability sampling dan non- probability sampling (Singh, 2007). Penentukan
pendekatan teknik tersebut ditentukan oleh kerangka sampel penelitian. Ketika peneliti
memiliki kerangka sampel populasi, peneliti dapat menggunakan teknik probability
sampling. Sebaliknya, jika peneliti tidak memiliki kerangka sampel populasi, peneliti harus
menggunakan non- probability sampling.
Dalam pengertiannya, teknik probability sampling adalah penentuan sampel yang mana
semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel penelitian (Neuman
2013). Oleh karena itu, unsur penting dalam teknik ini adalah sampel ditentukan secara
random (acak). Sebaliknya, teknik non-probability sampling adalah dalam penentukan
sample semua anggota populasi tidak memiliki sesempatan yang sama sebagai sampel
penelitian (Neuman 2013). Dalam penentuan sampel penelitian,terdapat beberapa teknik
probability sampling dan non-probability sampling. Teknik probability sampling dapat
menggunakan simple random, systematic, stratified, cluster, dan multistage. Sedangkan,
teknik non-probability sampling dapat menggunakan convenience, judgment (purposive),
quota, snowball, dan lainnya (Singh, 2007). Penjelasan dan contoh masing-masing teknik
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3
.
Tabel 2. Definisi dan contoh untuk setiap teknik probability sampling
Jenis Sampling Definisi & Contoh
Simple Random Pengertian :
Adalah prosedur pengambilan sampel secara mudah tetapi masih
menjamin bahwa semua anggota populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel.
Misalnya:
Dari 1000 peserta pelatihan, pengambilan sampel dilakukan secara
acak, yaitu dengan sistem undian atau arisan. Setiap nomor yang keluar
maka akan menjadi sampel survei.

Systematic Pengertian :
Adalah prosedur pengambilan sample secara sistematis, dimana kita
menentukan sample pertama secara acak, kemudian sample berikutnya
diambil berdasarkan jumlah tertentu yang selalu sama.
Misalnya :
Dari 2000 peserta penyuluhan, akan diambil sebanyak 100 responden.
Berdasarkan pengacakan (random) terhadap sampling frame tersebut
(dari 1 – 2000), yang dijadikan sample pertama adalah sample no. 17.
Maka sample selanjutnya yang diambil berdasarkan pola 20 (diperoleh
dari 2000/100), seperti 37, 57, 77, 97, …. Dst.

Stratified Pengertian :
Adalah prosedur pengumpulan sample secara random berdasarkan
strata (tingkatan) dari populasi. Pada teknik ini, sample dapat diambil
dengan secara proporsi atau tidak secara proporsi.
Misalnya :
10% 10%
30%
40% 40%
30% S1/S2
S1
Tingkat SD,SMP &
50% 50% SMA
40%

Presentase proporsi Tidak proporsi


Populasi

Cluster Pengertian :
Adalah prosedur pengumpulan sample dimana sistem random
dilakukan berdasarkan cluster, umumnya cluster tersebut mengacu
tempat, lokasi, atau wilayah.
Misalnya :
Dari 33 provinisi dipilih secara acak satu provinisi untuk pengambilan
sample yaitu Provinsi Bali.

Multistage Pengertian :
Adalah prosedur pengambilan sample dengan mengkombinasikan 2
atau lebih teknik probability sampling.
Misalnya:
Pertama, sampling diambil berdasarkan teknik cluster sampling.
setelah mengetahui cluster mana saja yang akan menjadi objek
pengambilan sample, selanjutnya sampel diambil berdasarkan teknik
proportional stratified.
Sumber : Singh (2007); Bakti dan Sumaedi (2017)

Dalam penentuan jumlah sampel penelitian, terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh peneliti (Israel, 1992). Pertama, peneliti dapat menentukan jumlah sampel
dengan cara sensus. Ini artinya peneliti mengambil keselurhan anggota populasi. Cara ini
dapat dilakukan ketika jumlah populasinya tidak terlalu besar dan peneliti memiliki sumber
daya untuk menjangkau semua populasi tersebut. Kedua, peneliti dapat menentukan jumlah
sampel berdasarkan penelitian sebelumnya. Dengan kata lain, jika terdapat penelitian
sebelumnya dengan konteks yang sama, peneliti bisa menetapkan jumlah polulasi yang sama
dengan penelitian sebelumnya tersebut. Ketiga, peneliti bisa mengacu pada tabel jumlah
sample yang sudah diakui oleh banyak ahli. Tabel terebut dapat menunjukan berapa jumlah
sampel yang tepat untuk mewakili sejumlah populasi. Contoh tabel yang populer dipakai oleh
banyak peneliti adalah tabel Krejie & Morgan (1970). Terakhir, peneliti dapat menetapkan
jumlah sampel berdasarkan suatu formula tertentu. Beberapa formula yang populer antara
lain rumus Cochran, Yamane, Slovin, dll.

Tabel 3. Definisi dan contoh untuk setiap teknik non-probability sampling


Jenis Sampling Definisi & Contoh
Convenience Pengertian :
Adalah prosedur pengambilan sampel atas dasar kemudahan. Teknik
ini adalah teknik dimana peneliti bebas mengambil anggota sample
yang akan disurvei atas dasar kemudahan peneliti.
Misalnya :
Atas dasar kemudahan peneliti, sample diambil hanya dilokasi tempat
pelayanan saya.

Judgment Pengertian :
(purposive) Adalah prosedur pengambilan sample dengan kriteria tertentu. Kiteria
tersebut ditentukan berdasarkan keputusan dari peneliti itu sendiri.
Misalnya :
Sampel yang boleh diambil adalah konsumen yang pernah
menggunakan layanan dalam 3 bulan terakhir.

Quota Pengertian :
Adalah prosedur pengambilan sampel dengan memastikan semua sub
kelompok sudah terwakili.
Misalnya :
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi sampel yang dijadikan sampel
adalah 50 % wanita dan 50% pria. Atau, berdasrkan lamanya menjadi
pelanggan, lebih dari satu tahun adalah 70% dan kurang dari 1 tahun
30 tahun
Snowball Pengertian :
Adalah prosedur pengambilan sample dimana sample yang dipilih
berdasarkan informasi dari sample sebelumnya.
Misalnya :
Sample B, C, dan D diambil berdasarkan informasi dari sampel A.
Sample E,F,G dan H diambil berdasarkan informasi dari sampel B.
Sample I,J,K,L,M, dan N diambil berdasarkan informasi dari sampel
C.
Sumber : Singh (2007); Bakti & Sumaedi (2017)

Skala pengukuran
Dalam menjalankan proses pengambilan data, kadang kala peneliti harus melakukan
suatu pengukuran. Menurut Maholtra (2006), pengukuran adalah suatu kegiatan dengan
menetapkan angka atau simbol lain pada karakteristik objek sesuai dengan aturan tertentu
yang ditentukan sebelumnya. Dalam penelitan perilaku, pengukuran bukan menilai suatu
objek tetapi mengukur karakteristik dari objek tersebut. Lebih spesifik, karakteristik tersebut
dapat berupa persepsi, sikap, perilaku, preferensi, dan lainnya.
Selanjutnya, dalam pengukuran perilaku manusia peneliti dapat menggunakan skala
pengukuran. Skala pengukuran adalah upaya peneliti untuk menciptkan pengkategorian,
pemeringkatan, atau penilaian secara kontinum terhadap kharakteristik objek yang sedang
diamati. Secara umum, skala pengukuran dapat dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu
nominal, ordinal, interval, dan rasio (Singh 2007). Penjelasan detail untuk setiap skala
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Definisi dan contoh dari skala pengukuran


No Skala Definisi Contoh
1 Nominal Skala yang bertujuan hanya sebagai Jenis kelamin (pria dan
identitas nomor atau pengklasifikasian wanita), status (nikah,
objek duda/janda, atau belum
menikah)
2. Ordinal Skala yang menunjukkan posisi relatif Peringkat juara , tingkat
dari objek tetapi tidak melihat pendidikan,
besarnya perbedaan di antara mereka
3 Interval Skala yang menunjukkan posisi objek Temperatur (Fahrenheit,
dengan mempertimbangkan Celcius)
perbedaan antar objek tersebut tetapi
tidak memiliki nilai nol
4 Rasio Skala yang menunjukan jarak antar Tinggi badan, berat badan ,
objek dan memiliki nilai nol mutlak Panjang
Sumber : Singh (2006)

Dalam penelitian perilaku, teknik skala pengukuran yang dapat digunakan penelitian
adalah teknik skala perbandingan (comparative scale) dan bukan perbandingan (non-
comparative scale) (Malhotra dan Birks 2006). Teknik skala perbandingan adalah teknik
pengukuran suatu karakteristik objek melalui perbandingan. Sebaliknya, teknik bukan
perbandingan adalah teknik pengukuran suatu karakteristik objek tidak dengan perbandingan
melainkan dengan pemeringkatan, kecenderungan, atau lainnya. Dalam melakukan teknik
skala perbandingan, peneliti dapat menggunakan beberapa cara, seperti paired comparasion,
rank order, constant sum, dan lainnya. Disis lain, teknik skala bukan perbandingan dapat
dilakukan dengan cara continous rating scales dan itemized rating scales. Pada teknik
itemized rating scales, peneliti dapat mengplikasikan teknik likert, semantif differential atau
stapel. Penjelasan detail untuk setiap teknik tersebut dapat dilihat pada tulisan (Malhotra dan
Birks 2006). Beberapa bentuk skala pengukuran yang lain, antara lain Mokken Scales,
Guttman Scaling, dan Thurstone Scales (Singh 2007)
Dalam penelitian perilaku, skala pengukuran harus memenuhi kriteria pengukuran
yang valid dan reliabel. Pengukuran yang valid artinya indikator- indikator pengukuran yang
dipakai sudah tepat untuk mengukur suatu subpeubah yang sedang diteliti (Neuman, 2013).
Sedangkan, pengukuran yang reliabel diartikan sebagai indikator- indikator pengukuran yang
digunakan sudah konsisiten (handal) dari waktu ke waktu dalam mengukur suatu peubah
(Neuman, 2013). Untuk menguji validitas suatu instrumen pengukuran, peneliti dapat
melakukan analisis face validity, konten (isi), kriteria, dan konstruk (Singh, 2007). Lebih
lanjut, dalam analisis validitas konstruk peneliti dapat menggunakan analisis konvergen,
diskriminan, dan nomologikal (Malhotra dan Birks 2006). Disisi lain, uji reliabilitas dapat
dilakukan dengan cara teknik test-retest, multiple form, inter-rater, dan split-half reliability.
Penjelasan detail untuk setiap analisis validitas dan reliablitas pengukuran dapat dilihat pada
tulisan (Singh 2007; Malhotra dan Birks 2006).

Jenis Data Penelitian (Primer /Sekunder & Kuantitatif/Kualitatif)


Dalam pengambilan data penelitian, peneliti dapat memperoleh data dari berbasegai
sumber. Secara umum, sumber data dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni data primer dan
data sekunder (Hox dan Boeije 2015). Dua sumber data tersebut dapat digunakan dalam
penelitian dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Data primer adalah data original
yang diperoleh untuk tujuan penelitian secara spesifik (Hox dan Boeije 2015). Dari definisi
tersebut dapat dipahami bahwa data primer adalah data yang diperoleh peneliti yang diambil
sendiri dengan suatu prosedur pengambilan data dari objek penelitian. Disisi lain, data
sekunder adalah data oroginal yang diperoleh untuk tujuan penelitian dan digunakan kembali
untuk tujuan penelitian lain (Hox dan Boeije 2015).
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa data sekunder adalah data yang dimiliki
pihak lain yang kemudian digunakan oleh peneliti untuk tujuan penelitian yang lain. Dari
pengertian dua jenis data tersebut dapat dilihat bahwa perbedaannya data sekunder dan data
primer terletak pada kepemilikan data, dimana peneliti sebagai pemiliki dari data primer
sedangkan pada data sekunder dimiliki oleh pihak lain (bukan peneliti itu sendiri). Meskipun
begitu, secara umum, untuk mendapat data primer, peneliti harus memiliki anggara yang
lebih besar dibandingkan dengan data sekunder. Beberapa jenis data primer untuk penelitian
dapat diperoleh dengan cara eksperimen, survei, wawancara, focus group disscussion (FGD),
pengamatan, ,dan lainnya (Hox dan Boeije 2015). Sedangkan, data primer dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti internet, media cetak, laporan perusahaan, Badan Pusat,
Statistik. Adapun contoh data sekunder antara lain, laporan keuangan perusahaan, data
ekonomi penduduk, laporan kinerja pemerintah, dan lainnya.
Selain data penelitan dibagi berdasarkan sumbernya, data juga dapat dibagi berdasarkan
sifarnya. Dua jenis data tersebut yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
adalah data yang dapat digambarkan secara numerik dalam bentuk objek, variabel, dan
nilainya (Hox dan Boeije 2015). Dalam pengertian tersebut terlihat jelas bahwa data
kuantitatif tidak selalu berkaitan dengan numerik asli, seperti tingkat penjualan, keuntungan,
lama kerja, dan lainnya, melainkan data dalam bentuk kualitatif juga dapat digolongkan
menjadi data kuantitatif ketika data tersebut dikelompokan menjadi identitas numerik. Disisi
lain, data kulitatif adalah data yang melibatkan pemahaman terhadap kompleksitas, detail,
dan kontek dari objek yang sedang diteliti (Hox dan Boeije 2015). Mengacu pada definisi
tersebut dapat dipahami bahwa data kualitatif berkaitan dengan data selain angka. Data
tersebut dapat berupa transkip wawancara, catatan lapangan, bahan dalam audio atau visual,
dan lainnya. Lebih lanjut, data kuantitatif dan data kualitatif dapat bersumber dari data
sekunder dan data primer.

Epilog
Dalam suatu penelitian, penting bagi peneliti mengembangkan desain penelitian. tahap
tersebut merukapan upaya peneliti membuat kerangka kerja tentang bagaimana melakukan
suatu penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai. Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan oleh peneliti dalam mendesain penelitian adalah menetapkan metode penelitian.
Berkaitan dengan metode penelitian, banyak hal yang harus menjadi perhatian peneliti.
Pertama, penting bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan pengambilan data secara
sample atau populasi. Pengambilan dara secara sampel dan populasi memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Untuk, itu penting bagi peneliti untuk mempelajarinya agar
penelitian dapat diselenggarakan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki peneliti. (2)
penting bagi peneliti untuk menetapkan bagimana melakukan pengukuran data penelitian.
untuk itu, peneliti harus tahu jenis data yang akan dipakai, teknik pengukuran, serta validitas
dan reliabilitas pengukuran. Ketiga, penting bagi peneliti untuk menggunakan berbagai
sumber data baik pada data kuantitatif dan kualitatif. Tujuaanya adalah hasil penelitian yang
diperoleh dapat mencapai tujuan penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Daftar Pusataka
Banerjee A. Chaudhury S. 2010. Statistics without tears: Populations and samples. Industrial
Psychiatry journal. 19 (1) : 60 - 65
Creswell JW. 2003. Research Design – Qualitative, Quantitative, and Mixed Method
Approaches. Second Edition. California : Sage Publication
de Vaus DA. 2001. Research Design in Social Research. London : Sage publication
Hox JJ. Boeije HR. 2015. Data Collection, Primary vs. Secondary. Encyclopedia of Social
Measurement. 1 : 593 – 599.
Malhotra NK. Birks DF. 2006. Marketing Research – An Applied Approach. Essex : Pearson
Educatiion Limited
Neuman WL. 2013. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches.
Essex : Pearson Educatiion Limited
Singh K.. 2007. Quantitative Social Research Methods. New Delhi : Sage Publication India

Anda mungkin juga menyukai