Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PELAYANAN GIZI

UPT PUSKESMAS BATURETNO I

2.2.1 Batasan dan Pengertian


Pojok Gizi (POZI) merupakan pelayanan gizi profesional yang diberikan di
puskesmas oleh tenaga gizi terdidik / terlatih kepada setiap pengunjung
puskesmas yang membutuhkan dan bertujuan untuk pencegahan,
penanggulangan, penyembuhan dan pemulihan penyakit yang berkaitan
dengan gizi. (Depkes RI, 2001)
Pelayanan profesional (menyeluruh) merupakan pelayanan gizi yang
diberikan di puskesmas oleh tenaga gizi terdidik / terlatih berupa konseling
dan anjuran dietetik, pemberian intervensi gizi berdasarkan hasil pengkajian
yang sesuai dengan kaidah ilmu gizi. Kajian gizi meliputi kajian status gizi,
kebiasaan makan, laboratorium dan klinis (sesuai dengan buku pedoman
puskesmas). (Depkes RI,2001)
a. Ciri-ciri pelayanan gizi menyeluruh :

Menurut Depkes RI, 2001 ciri-ciri pelayanan gizi menyeluruh adalah sebagai
berikut
1. Ketepatan / ketelitian dalam menghitung kebutuhan gizi individu /
pengunjung

2. Informasi dietetik yang diberikan bersifat akurat sesuai kebutuhan individu


(berdasarkan hasil pengkajian gizi) dan prosedur tetap (protap) yang
merupakan langkah-langkah pelayanan gizi yang harus dilaksanakan oleh
tenaga gizi puskesmas dalam memberikan pelayanan gizi kepada
pengunjung

3. Komunikasi bersifat dua arah dan menggunakan alat peraga/media


penyuluhan yang tepat
4. Data jenis pelayanan gizi/dietetik dan hasil yang dicapai dicatat secara
tertib pada kartu status gizi dan catatan harian pelayanan gizi

b. SDM (Ketenagaan)

Tenaga pelaksana gizi puskesmas merupakan tenaga gizi terdidik dan


terlatih yang telah dilatih dalam bidang pelayanan gizi menyeluruh (tenaga
berpendidikan gizi atau tenaga non gizi yang telah dilatih khusus dibidang
gizi/konseling dietetik). (Depkes RI,2001)
c. Sistem Rujukan
Sistem rujukan yang baik adalah alur pelayanan gizi yang jelas dan
terkoordinasi dengan baik bagi pengunjung puskesmas baik di dalam unit-
unit dalam yang berada di puskesmas itu sendiri maupun pengunjung yang
datang berdasarkan rujukan dari pustu, polindes, posyandu, atau unit lain di
luar puskesmas (Depkes RI,2001)
d. Sistem Pencatatan dan pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan standar merupakan salah satu cirri


pelayanan gizi menyeluruh yang harus dilaksanakan oleh petugas gizi
puskesmas dengan menggunakan formulir pencatatn dan pelaporan khusus
dan mekanisme pelaporan yang sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan
pelayanan gizi puskesmas. (Depkes RI,2001)
2.2.2 Pengorganisasian
a. Tingkat pusat
Penanggung jawab : Direktorat Gizi Masyarakat
Tugas dan Fungsi :
1. Mengkoordinir kegiatan yang bersifat kebijaksanaan, pembinaan,
pemantauan, dan penilaian

2. Menyiapkan pedoman pelaksanaan pelayanan gizi (POZI/klinik gizi),


pedoman pelatihan, menyelenggarakan pelatihan, menyusun pedoman diet
dan bahan-bahan penyuluhan, serta melaksanakan pembinaan serta
melaksanakan pembinaan, pemantauan dan penilaian pelaksanaan klinik gizi
di daerah

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dibentuk kelompok kerja


POZI/klinik gizi yang anggotanya terdiri dari Direktorat Gizi Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Khusus, Direktorat Kesehatan Keluarga, Unit Instalasi
Gizi Rumah Sakit dan Unit-unit lainnya yang terkait. (Depkes RI,2001) .
b. Tingkat Propinsi
Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Tugas dan Fungsi
1. Menjabarkan kebijaksanaan, pedoman pelaksanaan POZI dan bahan-
bahan penyuluhan, pedoman pembinaan, pemantauan dan penilaian yang
dikeluarkan oleh pusat sesuai situasi dan kndisi daerah

2. Menyusun perencanaan logistic dan ketenagaan POZI pada sskala propinsi


dan melakukan bimbingan teknis kepada pelaksana POZI di lapangan, baik
dalam bentuk pelatihan/orientasi maupun dalam kegiatan pemantauan dan
penilaian

3. Menyusun laporan pelaksanaan POZI tingkat propinsi setahun sekali

c. Tingkat Kabupaten / kotamadya

Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota


Tugas dan Fungsi
1. Membuat petunjuk pelaksanaan sesuai dengan arahan propinsi

2. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pemantauan, dan penilaian


pelaksanaan POZI di lapangan
3. Melakukan pertemuan dan koordinasi secara periodik untuk membahas
masalah–masalah yang ditemui dalam pelaksanaan POZI di puskesmas

4. Menyusun laporan pelaksanaan POZI tingkat kabupaten setiap 6 bulan


sekali

5. Menyusun perencanaan pelaksanaan POZI selanjutnya, meliputi


kebutuhan logistik, ketenagaan, pelatihan tenaga, perlengkapan, bahan
penyuluhan

d. Tingkat Kecamatan / Puskesmas dan Unit Sarana Kesehatan Lainnya

Penangung Jawa : Kepala Puskesmas


Tugas dan Fungsi
1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan POZI di puskesmas wilayahnya

2. Kepala puskesmas menugaskan tenaga gizi terlatih sebagai tenaga POZI

3. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) bertugas melaksanakan pelayanan gizi POZI,


melaksanakan pelayanan gizi POZI, melakukan pencatatan dan pelaporan
serta membuat visualisasi cakupan POZI dan jenis pelayanan gizi yang
diberikan, mendiskusikan permasalahan dengan pemimpin, menyusun
kebutuhan sarana dan dana penyelenggaraan POZI
2.2.3 Tenaga

Untuk dapat melaksanakan pelayanan gizi secara menyeluruh dan


berkualitas maka diperlukan tenaga gizi terdidik D3, S1 gizi. Bagi puskesmas
yang belum memiliki tenaga gizi terdidik, maka tenaga para medis
puskesmas (bidan dan perawat) yang diberi tugas melaksanakan pelayanan
gizi dengan syarat telah mengikuti pelatihan gizi POZI terlebih dahulu.
(Depkes RI, 2001)
Pelatihan difokuskan kepada komponen-komponen pelayanan gizi yaitu
pengkajian gizi meliputi pengkajian status gizi (antropometri, klinis, lab) dan
kebiasaan makan/pola makan, konseling gizi, dan anjuran dietetik. Settelah
mengikuti pelatihan ini diharapkan tenaga tersebut dapat melaksanakan
pelayanan gizi sesuai standar yang telah ditentukan. (Depkes RI, 2001)
2.2.4 Mekanisme Kerja POZI / Klinik Gizi
2.2.4.1 Alur Pelayanan Pozi / Klinik Gizi

Pengunjung puskesmas engunjung puskesmas pada umumnya datang


secara langsung ke puskesmas atau berdasarkan rujukan dari Pustu,
Polindes, Posyandu, Kelurahan / Desa. Sebelum memperoleh pelayanan gizi,
pengunjung puskesmas mendaftar di loket dan selanjutnya memperoleh
pelayanan kesehatan di BKIA, balai pengobatan (BP), dan lain-lain.
Pengunjung puskesmas datang ke POZI berdasarkan dari rujukan unit-unit
tersebut, dari dokter ataupun datang langsung ke POZI untuk kunjungan
sesuai JADWAL yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengunjung POZI
dapat (Depkes RI,2001)
1. Dirujuk dari balai pengobatan (BP) oleh pimpinan puskesmas

2. Dirujuk dari unit pelayanan lain di puskesmas (BKIA)

3. Datang langsung ke POZI untuk kunjungan ulang

2.2.4.2 Sistem Rujukan

Rujukan POZI mengikuti standar rujukan yang berlaku. Pengunjung POZI


dapat dirujuk ke rumah sakit bila memerlukan pelayanan kesehatan yang
belum mampu diberikan oleh puskesmas yang bersangkutan. Pengunjung
tersebut dapat pulang dirujuk kembali ke pustu, polindes ataupun posyandu
bila permasalahannya sudah dapat diatasi di puskesmas dan tindak
lanjutnya dapat dilayani oleh unit-unit pelayanan tersebut (Depkes RI,2001)
2.2.4.3 Komponen Pelayanan Gizi

Pengunjung yang datang ke POZI akan memperoleh pelayanan gizi


menyeluruh melalui langkah-langkah sebagai berikut : (Depkes RI,2001)
 Pengkajian gizi yang meliputi : kajian status gizi, kajian klinis, kajian hasil
laboratorium, kajian kebiasaan makan/pola makan dan asupan makanan
sehari

 Konseling gizi
Konseling gizi adalah kegiatan pemberian informasi/nasehat tentang gizi dan
dietetk yang erat kaitannya dengan gizi dan kesehatan seseorang. Konseling
gizi diawali dengan pengkajian gizi

 Dietetik

Dietetik yaitu anjuran pemberian makanan khusus atau diet yang sesuai
dengan penyakit seseorang termasuk pemberian suplementasi gizi
Konseling gizi dan dietetik adalah teknik dan prinsip penerapan gizi dan
dietetik komunikasi dan nasehat gizi kepada pasien berkaitan dengan
penyakit. Anamnesa diet dan terapi diet (Depkes RI,2006).
Adapun yang dimaksud dengan :
1. Pengkajian gizi adalah kegiatan mengkaji hasil pengukuran antropometri
yaitu pengukuran TB, BB terhadap setiap pengunjung POZI di puskesmas,
berdasarkan standar yang telah ditentukan (KMS, IMT, LILA)

2. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakana untuk menentukan


status gizi pasien, mengidentifikasi gizi (kurang atau lebih, untuk
menentukan rencana diet, dan menu makanan yang harus diberikan kepada
pasien)
3. Pengkajian klinis adalah kegiatan mengkaji dan mengamati tanda-tanda
klinis atau kelainan secara fisik yang dapat dilihat dari pengunjung (pucat,
lesu, bercak pada mata, rambut kusam, kult kasar, oedem/pembengkakan).

4. Pengkajian laboratorium adalah kegiatan mengkaji hasil pemeriksaan


kadar gula darah, kadar Hb, urin, cacing, sputum.

5. Pengkajian kebiasaan makan adalah kegiatan pengumpulan informasi


tentang kebiasaan makan, pola makan, asupan makanan dalam sehari
(anamnesis).

2.2.4.4 Prosedur Kerja Tetap (Protap) POZI/ Klinik Gizi


Pengunjung yang datang ke Pozi atau klinik gizi akan memperoleh pelayanan
gizi menyeluruh sesuai dengan protap gizi sebagai standar pelayanan gizi.
Protap yang telah disusun untuk memperoleh pelayanan gizi POZI adalah
protap diet tinggi energi tinggi protein (ETPT) untuk penderita KEP, protap
diet rendah energi (RE), untuk penderita kegemukan (obesitas), protap diet
rendah garam (RG) untuk penderita hipertensi, dan protap diabetes mellitus
(DM) untuk penderita kencing manis, protap diet penyakit degeneratif
lainnya yaitu: protap diet penyakit lambung, diet rendah protein, diet rendah
kolesterol,dan lemak terbatas, diet penyakit hati, dan diet penyakit urin.
(Depkes RI,2001)
Sejalan dengan perkembangan ilmu penyakit maka rumah sakit sudah dapat
mendeteksi dan menyembuhkan penyakit degeneratif lainnya seperti
penyakit hati, jantung, ginjal, lambung, asam urat dll. Oeh karena itu, POZI di
puskesmas sudah dapat menerima rujukan diet penyakit tersebut dari rumah
sakit untuk kesembuhan penderita setelah diperbolehkan pulang ke rumah.
Setelah dilakukan pengkajiann gizi maka pengunjung dapat dikategorikan
dalam gizi baik, gizi salah (kelainan gizi dan obesitas), dan pengunjung yang
menderita penyakit terkait gizi.(Depkes RI,2001)
Masing-masing kategori tersebut dikelompokkan menurut sasaran penderita
menurut jenis penyakitnya: (Depkes RI, 2001)
a. Gizi baik

Pengunjung puskesmas yang tergolong ke dalam gizi baik (bayi, balita, usia
sekolah, remaja, dewasa, ibu hamil, ibu menyusui dan usia lanjut) diberikan
pelayanan berupa penyuluhan tentang gizi seimbang dan pemberian paket
pertolongan gizi ini sudah terintegrasi dalam pelayanan gizi di posyandu
berupa kapsul vitamin A, tablet Fe dan kapsul yudium. Dosis pemberinnya
disesuaikan dengan pedoman yang sudah ada. Untuk pencegahan
kekurangan vitamin A pada bayi usia 6-12 bulan diberikan 1 kapsul vitamin A
dosis 100.000 IU, dan anak balita diatas 1 tahun dosisnya 200.000 IU
diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kalisetahun pada bulan Februari dan
Agustus. Untuk ibu nifas diberikan 1 kapsul Vitamin A setelah melahirkan.
Untuk pencegahanterjadinya anemia gizi ibu hamil diberikan tablet Fe
sebanyak 1 tablet setiap hari selama 3 bulan berturut-turut, sedangkan
untuk remaja putri diberikan tablet Fe sebanyak 1 tablet sehari selama masa
haid / menstruasi (7-10 hari). (Depkes RI,2001)
b. Gizi salah

Gizi salah atau gangguan gizi adalah keadaan patologis akibat kekurangan
atau kelebihan secara relatif maupun absolute satu atau lebih zat gizi
(Supariasa, 2001).
Gizi salah satu gangguan gizi adalah suatu kondisi dimana seseorang
menderita kekurangan atau kelebihan gizi. Penyakit yang termasuk dalam
gizi salah adalah penyakit kelainan gizi dan kegemukan (obesitas). Penyakit
kelainan gizi merupakan masalah gizi utama di Indonesia yaitu KEP, KVA,
GAKY, dan AGB. (Depkes RI,2001)

2.2.4.5 Penyakit Terkait Gizi Lainnya


1. Hipertensi
Hipertensi berkaitan erat dengan terjadinya penyakit jantung, stroke dan
penyakit ginjal. Seseorang dikatakan hipertensi apabila nilai tekanan darah
diatas normal yaitu =>140/90.mmHg, sedangkan nilai normal bagi orang
dewasa adalah < 140/90mmHg. (Depkes RI,2001)
2. Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik, gula dalam tubuh


akan diubah menjadi energi oleh insulin yaitu suatu zat atau hormon penting
yang dibentuk pada kelenjar pankreas. Bila produksi insulin tidak mencukupi
maka gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh sehingga kadar
gula darah meningkat dan kelebihannya terbuang melalui urin. (Depkes RI,
2001)
2.2.5 JADWAL POZI

JADWAL kerja pelayanan POZI disesuaikan dengan kemampuan puskesmas


masing-masing. Bila kemampuan puskesmas terbatas maka POZI
dilaksanakan minimal 1 kali seminggu, bila tenaga pelaksana POZI cukup
banyak, maka JADWAL pelayanannya dapat mengikuti pola kerja puskesmas.
Hal ini sepenuhnya diserahkan kepada kemampuan dan kebijaksanaan
dalam pengelolaan puskesmas. (Depkes RI, 2001)
2.2.6 Perlengkapan Standar POZI

Perlengkapan standar pelayanan gizi di puskesmas terdiri dari 3 golongan


yaitu: (Depkes RI, 2001)
a. Bahan penyuluhan / konseling gizi terdiri dari :

1. prosedur Tetap (PROTAP)

2. brosur/ Leaflet Diet

3. pedoman pemanfaatan ASI


4. pedoman MP-ASI
5. pedoman makanan ibu hamil dan menyusui

6. pedoman makanan usia lanjut

7. KMS balita, anak sekolah, ibu hamil dan usila

8. Poster grafik IMT dan buku Pedoman IMT

9. PUGS

10. Pedoman penanggulangan kelainan gizi (KVA, Anemia, GAKI, KEP)

11. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

12. Daftar bahan makanan penukar

13. Daftar komposisi bahan makanan

14. Formulir kajian kebasaan makan dan asupan makanan sehari

15. Kartu status / formulir registrasi dan formulir rekapitulasi

b. Bahan paket pertolongan gizi terdiri dari :

1. Kapsul iodium

2. Kapsul vitamin A

3. Tablet/sirup Fe

4. Obat cacing

5. Oralit
6. Layanan dietetik

7. Pemberian makanan tambahan pemulihan

c. Alat – alat :

Alat-alat yang digunakan di POZI / Klinik Gizi puskesmas adalah sebagai


berikut :
1. Hb meter

2. Tensi meter

3. Timbangan

4. Mikrotoa

5. LILA

6. Reagen reduksi urin

7. Mikroskop

8. Filling kabinet

2.2.7 Pencatatan dan Pelaporan


Setiap pengunjung POZI di daftar pada kartu status. Pada kartu status
tersebut berisi informasi tentang identitas responden, keluhan/diagnosa,
hasil spesimen (BB, TB, LILA, lab, klinik, diagnosa gizi ) anamnesis (konsumsi
energi, frekuensi makan dan pantangan) dan nasehat gizi (diet dan
suplementasi). Kartu status ini disimpan oleh pelaksana POZI di puskesmas.
Data pada kartu status dicatat dalam formulir catatan harian POZI. Sebagai
laporan pelayanan POZI di tingkat puskesmas catatan harian perbulan
dipindahkan ke formulir rekapitulasi triwulan. Baik catatan harian maupun
formulir laporan triwulan diparaf oleh petugas puskesmas. Setiap 3 bulan
sekali tim Pembina POZI tingkat kabupaten / kota mengambil hasil
rekapitulasi data POZI. Setiap 6 bulan sekali koordinator gizi kabupaten / kota
membuat rekapitulasi pelayanan POZI di tingkat kabupaten / kota dan
mengirimkan ke tingkat propinsi. Tim Pembina POZI tingkat propinsi
melaporkan cakupan dan hasil kunjungan POZI pada kadinkes propinsi
dengan tembusan ke pusat 1 kali setahun. Disamping itu pihak penerima
laporan (kab/prop/pusat) diharapkan memberikan umpan balik kepada
pengelola POZI ditingkat bawah. Rekapitulasi tim Pembina POZI tingkat
kabupaten pada saat yang bersangkutan berkunjung ke puskesmas. (Depkes
RI, 2001)

Anda mungkin juga menyukai