Anda di halaman 1dari 25

1

BAB X

MENERAPAKAN KONSEP TANGGAP DARURAT DI RS

Materi ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami dan mampu
menerapakan stategi tanggap darurat di rumah sakit.

Setelah membaca modul ini mahasiswa Stikes IMC Bintaro prodi Keperawatan mampu :
memahami dan menerapkan strategi tanggap darurat dirumah sakit.

Situasi darurat yang terjadi di masyarakat, kejadian epidemic, atau bencana alam yang
akan melibatkan rumah sakit seperti gempa bumi yang mengancurkan area rawat inap
pasien atau epidemic flu yang akan menghalangi staf masuk kerja. Penyusunan program
harus dimulai dengan identifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi di daerah rumah
sakit dan dampaknya terhadap rumah sakit

Setelah membaca dan mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menerapkan strategi tanggap darurat di rumah sakit yang mencakup :

 Pengertian tanggap darurat


 Strategi tanggap darurat

MENERAPKAN KONSEP TANGGAP DARURAT DI RUMAH


SAKIT

2
Ketika rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya hancur, perawatan untuk mereka
yang sakit menjadi terhambat. Kondisi Aman di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya dapat ditingkatkan setiap saat melalui upaya terpadu dan komitmen dari
seluruh pemangku kepentingan. Kondisi aman di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya harus ditingkatkan untuk menjawab meningkatknya resiko akibat perubahan
iklim dan bencana lainnya - baik bencana alam maupun yang disebabkan ulah manusia.
Dengan intensitas dan kompleksitas bencana yang meningkat di seluruh dunia dan
terjadinya perubahan iklim, maka sangat penting untuk mengurangi resiko bencana di
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.

Yang dikatakan Rumah Sakit Aman adalah menyediakan pelayanan kesehatan yang
efisien setiap waktu, bahkan setelah bencana terjadi atau pada masa tanggap darurat ,
tangguh dan terorganisir dengan tersedianya rencana kontijensi di rumah sakit tersebut
serta memiliki tenaga kerja yang terlatih untuk memastikan bahwa rumah sakit
tersebut tetap bisa menjalankan fungsinya pada saat krisis.Secara struktur bangunan,
tahan menghadapi ancaman bahaya bencana dan tidak akan rusak berat ataupun rubuh
jika ada kejadian ekstrem mengguncangnya, yang dapat mengakibatkan pasien dan staf
rumah sakit mengalami luka / cedera.

Sistem penanganan bencana secara keseluruhan seharusnya sudah ada sebelum


terjadi bencana. Dalam artian bahwa persiapan fasilitas di Rumah Sakit sangat
diutamakan demi kelangsungan jalannya penanggulangan bencana secara operasional,
misalnya :

 Siapa yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan di lapangan,


 Apakah tim evakuasi korban sudah siap, dan
 Rumah sakit mana saja yang siap menampung para korban bencana serta
kemana akan dirujuk para korban yang tidak dapat ditangani oleh Rumah
Sakit tersebut.
 Apakah fasilitas alat dan ruangan sudah siap. Dengan manajemen
penanganan bencana yang baik, para korban yang butuh penanganan bisa
dirujuk ke beberapa rumah sakit. Tujuannya agar rumah sakit tidak
kewalahan melayani para korban bencana. Bila terlalu banyak pasien,
kualitas pelayanan dikhawatirkan akan menurun sehingga malah merugikan
pasien.

Seringkali yang dianggap fasilitas dalam Rumah Sakit hanyalah alat-alat yang
dibutuhkan dalam penanganan korban. Disini akan dibahas mengenai fasilitas yang
dibutuhkan guna menunjang penanganan korban dalam bencana seperti ruangan-
ruangan serta alat-alat yang ada didalamnya.Penanganan Bencana di Rumah Sakit
mempunyai beberapa unsur, yaitu selain kebutuhan dalam bidang medis, juga dalam
bidang manajemen.

3
1. Fasilitas dan sarana prasarana utama/inti yang diperlukan dalam penanganan
bencana atau dalam situasi emergency yang terdiri dari tiga komponen utama:
1) UMUM, yang meliputi:
a) Pos komando;diharapkan dalam ruangan ini terdapat :
o Peta RS
o Peta kota tersebut dan propinsi
o Alat komunikasi ( telepon dan radio frekuensi )
o Komputer, printer dan internet
o Televisi
o Nomer-nomer telepon penting (karyawan dan RS terdekat)
o Peta bangunan sekitar untuk pelebaran ruangan
o Buku protap
o Alur sistem komando
b) humas atau pusat informasi;
o Papan tulis utk laporan data korban
o Meja
o Kursi
o Telepon
o Komputer , printer dan internet
o Humas yang mampu berbahasa inggris
c) Dapur umum ;
d) Gudan logistik untuk penerimaan bantuan; dibedakan dengan gudang
logistik yang sehari-hari ;
e) Tempat berkumpulnya relawan ; relawan disini adalah relawan yang
sudah siap untuk masuk tugas di rumah sakit. Yang sudah tercatat dengan
jelas oleh pihak pencatat relawan di rumah sakit tersebut
f) Tempat berkumpulnya keluarga pasien; penting dipikirkan agar tidak lalu
lalang tidak jelas sehingga membuat situasi rumah sakit tambah kacau
karena banyaknya keluarga pasien di lorong-lorong rumah sakit.
g) Surge in place atau persediaan bangsal yang ditutup ( tidak dipakai pada
saat operasional harian),
sebagai contoh : maksudnya adalah Rumah Sakit yang mempunyai tempat
tidur 200 buah, tetapi karena Rumah Sakit itu kebanjiran pasien
maka,pihak Rumah Sakit telah membuat keputusan dengan membuka
bangsal-bangsal yang tertutup untuk dibuka agar pasien dapat
ditempatkan kebangsal tertutup tadi ( bangsal tambahan) dengan
menggunakan strategi “surging in place” guna meningkatkan kapasitas
lonjakan di Rumah Sakit (the hospital’s surge capacity).
2) PENANGANAN KORBAN, yang meliputi:
a) Triage ; dengan menempatkan pasien sesuai dengan kondisinya, seperti
merah, kuning, hijau dan hitam.

4
b) Ruang tindakan;
o Ruang tindakan merah jika tidak mampu di terima di ruang gawat
darurat maka penting dicarikan dan disiapkan tempat lain yang
berdekatan dengan ruang gawat darurat, serta alur ke kamar operasi
juga disiapkan agar lebih gampang dan tidak berjauhan.
o Ruang tindakan kuning diharapkan juga bisa berdekatan dengan
ruang tindakan merah
o Ruang tindakan hijau jika tidak ada ruangan maka dapat dialokasikan
di lapangan parkir
o Sedangkan untuk yang hitam sedapat mungkin alurnya tidak melalui
ruangan dalam rumah sakit , jadi melalui luar yang langsung menuju
kamar jenazah
c) Kamar operasi; peralatan kamar operasi diharapkan selalu dalam keadaan
baik dan siap pakai
o Ruang isolasi;
o Ruang perawatan (intensive care, intermediate, bangsal); dan
o kamar jenazah.
2. FASILITAS PENUNJANG, yang meliputi:
a. Listrik (genset dan UPS);
b. Sistem supply air bersih;
c. Gas medis;
d. CSSD;
e. Penyimpanan bahan bakar;

5
f. Sistem komunikasi;
g. Pengolaha limbah;
h. Sistem tata udara di critical area.

Rencana Cadangan (atau Plan B) apabila terdapat kerusakan pada fa silitas dan
sarana prasarana yang sedianya disiapkan untuk penanganan bencana. Fasilitas
yang disiapkan diluar wilayah rumah sakit misalnya bangunan nonmedik seperti,
Rumah Sakit hewan, pusat konvension,aula,hangar, sekolah,area sport dan hotel.
Ini penting disiapkan bila Rumah Sakit itu sendiri yang mengalami bencana.

3. Alat–alat medis dan penunjang yang diperlukan dalam penanganan bencana atau
dalam situasi emergency. Fasilitas medik yang mobile/ bergerak, sebagai contoh
jika Rumah Sakit mempunyai mobil besar yang berisi peralatan operasi dan
tempat tidur bagi korban. Alat-alat medis portable atau alat yang dapat dibawa-
bawa kelapangan bila banyak korban yang diletakkan di halaman Rumah Sakit.
Keadaan diatas merupakan bencana yang terjadi diluar rumah sakit (external
disaster), sehingga kita hanya bertugas menyiapkan dan membantu koraban.
Tetapi penting disiapkan jika rumah sakit itu sendiri terkena bencana (internal
disaster)

Fasilitas yang perlu disiapkan jika rumah sakit itu sendiri yang terkena bencana
(internal disaster) adalah :

o Tanda evakuasi
o Jalur evakuasi cepat
o Tempat berkumpul
o Gudang logistik cadangan
o Pintu darurat
o Ramp
o Jejaring dengan gedung yang berdekatan dengan rumah sakit

Jika fasilitas telah disiapkan , yang harus diperhatikan lagi untuk dipertimbangkan
adalah :

o Harus diprioritaskan kebutuhan keadaan darurat


o Jangka waktu fasilitas tersebut akan digunakan
o Biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan fasilitas tersebut

Setelah semua fasilitas dipersiapkan maka penting di buat adanya prosedur tetap
terhadap ruangan maupun peralatan yang akan digunakan dalam penanggulangan
bencana. Semua prosedur tetap disiapkan agar ruangan maupun peralatan dapat selalu
trpelihara dana dapat digunakan sewaktu-waktu bila terjadi bencana. Seringkali terjadi
saat obat-obatan yang dibutuhkan maka pemegang kunci tidak berada ditempat . Ini
dapat terhindari bila tiap rumah sakit disediakan prosedur tetap terhadap ruangan
yang akan dipakai maupun peralatan yang akan digunakan. Termasuk juga peralatan

6
listrik maupun peralatan portable bila akan dipakai pihak tim evakuasi maupun tim
lapangan.

Prosedur tetap yang perlu ada dalam tiap rumah sakit seperti : External disaster :

o Protap musibah massal dan bencana alam


o Protap bencana kimia
o Protap KLB ( flu burung, flu babi, demam berdarah/DBD, covid 19)
o Protap kamar operasi
o Protap aktivasi bencana
o Protap pelimpahan wewenang
o Protap triase ( hijau, kuning, merah, biru , hitam )
o Protap critical care
o Protap isolasi
o Protap pengadaan dan penyediaan barang
o Protap manajemen bantuan
o Protap dapur umum
o Protap manajemen media
o Protap transportasi ( medis dan non medis )
o Protap pemulangan pasien
o Protap ambulans
o Protap keamanan
o Protap sistem komunikasi
o Protap pencatatan dan plaporan (rekam medik)
o Protap logistik
o Protap manajemen relawan
o Protap mobilisasi internal (SDM,sarana,rasarana)
o Protap administrasi dan keuangan
o Protap rujukan berdasarkan kasus dan kelebihan kapasitas
o Protap kamar jenazah o Protap extensi kapasitas ruangan o Protap jejaring utk
extensi kapasitas
o Protap pemakaman jenazah masal (infeksius dan non infeksius) termasuk
prosesi keyakinan
o Protap expatriot
o Protap mobilisasi SDM internal dan external RS

Interal Disaster :

o Protap jalur evakuasi


o Protap aktivasi
o Protap critical care

Protap–protap yang ada diatas semua disesuaikan dengan keadaan rumah sakit.
Karena pada rumah sakit tipe A akan berbeda kebutuhan dan persiapan yang harus

7
disediakan dengan rumah sakit tipe B,C ataupun D. Semua fasilitas yang akan disiapkan
oleh rumah sakit juga bertolak pada tipe masing-masing rumah sakit. Dan rumah sakit
menyiapkan fasilitas sesuai dengan kemampuan rumah sakit tersebut.

Rencana Penanggulangan Bencana


Perlu adanya suatu rencana sebagai upaya penanggulangan keadaan darurat atau
Emergency Response Plan (ERP). Emergency Response Plan (ERP) adalah keadaan
darurat yang disebabkan karena buatan manusia maupun oleh alam dapat terjadi
dimana saja, kapan saja serta rangkaian tindakan yang harus dilakukan oleh petugas
atau penghuni bagian/industri yang telah ditunjuk sebelumnya, baik dalam
penanggulangan awal maupun lanjut dalam upaya penyelamatan penghuni bangunan,
asset termasuk tindakan yang menyangkut komunikasi darurat, medical
evacuation/emergency dan sebagainya. Untuk itu perlu di semua unit kerja
mempersiapkan suatu cara penanggulangannya bila terjadi keadaan darurat.

I. Pengertian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah


sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Definisi bencana menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007 menyebutkan


bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Jika ditinjau dari sisi bencana, maka rumah
sakit akan dihadapkan pada sumber bencana internal dan eksternal. Sumber
bencana eksternal berupa bencana alam dan kondisi kegawatdaruratan di tengah -
tengah masyarakat, seperti kecelakaan atau wabah dan sumber bencana internal
berupa kebakaran, peledakan dan lain- lain.

8
 Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal yang
terjadi tiba-tiba dan mengganggu kegiatan/organisasi/kumunitas serta perlu
segera ditanggulangi.
 Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola
kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat
mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia.
 Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu
ditanggulangi secara terencana, sistematis, tepat, cepat dan selamat untuk
terlaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat
yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta
sistem dan prosedur yang jelas.
 Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek.
 Kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya
pelaksanaan penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk
mengurangi kerugian seminimal mungin baik harta benda atau korban
manusia akibat keadaan emergency dapat dicapai.

Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu;

1. Keadaan darurat tingkat I (Tier I)


Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta
benda (asset), yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu
instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah diperisapkan, tanpa
perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
2. Keadaan darurat tingkat II (Tier II)
Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu
dengan peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak
mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak/gas
dan lain¬lain, yang mengancaan nyawa manusia atau lingkungannya dan atau

9
asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas karyawan / daerah /
masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari industri sekita r,
pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.
3. Keadaan darurat tingkat III (Tier III)
Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/ bencana dahsyat dengan akibat
lebih besar dibandingkan dengan Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi
pada tingkat nasional

Hal – hal yang diperlukan dalam penanggulangan bencana :

a. Tim Respon Gawat Darurat


 Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki
pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat
darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain
sebagainya.

10
 Kemudian ditentukan jumlah yang memadahi dari pekerja yang menjadi
anggota Tim Respon Gawat Darurat serta setiap tim diangkat seorang
pemimpin.
 Organisasi penanggulangan keadaan darurat yakni organisasi yang
bertugas sebagai pusat pengendalian keadaan darurat dengan tujuan
untuk menyelamatkan pasien, pegawai dan orang lain serta sebagian atau
seluruh harta benda dalam suatu lingkungan kerja pada saat terjadi
keadaan darurat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan cara
yang tepat sehingga dapat dihindari keparahan yang lebih besar atau
menekan sekecil mungkin kerugian. Kebanyakan organisasi akan
meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota
Tim Respon Gawat Darurat.
 Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka
kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. terlatih dan mempunyai
wawasan serta mampu memimpin timnya.
b. Sarana dan Fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
1) Sistem Komunikasi
 Anggota Tim Respon Gawat Darurat masing- masing harus memiliki
telepon genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya,
sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ketempat kejadian.
 Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan kepada Pos Keamana n,
Meja Resepsionis, Operator, perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja setempat. Nomor telepon intern untuk keadaan gawat
darurat harus ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor
telepon intern. Akan lebih baik jika nomor yang dipakai mudah diingat.
 Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi
Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulan). Dimana penentuan
nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi dengan
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi
yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator
kecelakan atau pemimpin Tim Gawat Darurat.
2) Peralatan Pemadam dan Penanggulangan Kebakaran

Alat – alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi dua jenis, yaitu :
a) Terpasang tetap di tempat
11
Perlengkapan yang terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan
menggunakan air seperti pemancar air otomatis, pompa air, pipa-pipa dan
selang-selang untuk aliran air, serta peralat pemadam dengan segenap pipa-
pipanya dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering, karbondioksida
atau busa. Jenis-jenis tersebut dipergunakan dalam keadaan-keadaan dengan
bahaya kebakaran relatif besar. Pancaran air otomatis merupakan insatalas i
paling efektif, namun perlu teknologi khusus untuk penerapannya.
b) Dapat bergerak atau dibawa
Alat-alat pemadam kebakaran yang tidak terpasang tetap harus tersedia
terutama untuk keadaan darurat. Alat-alat tersebut harus disesuaikan
dengan jenis kebakaran dan besarnya api. Alat-alat tersebut harus
disesuaikan dengan tempat-tempat yang paling mungkin terjadi kebakaran,
tetapi tidak terlalu dekat terhadap kemungkinan terkena kebakarannya
sendiri atau orang-orang terhadang ketika akan menggunakannya.

3) Fasilitas Evakuasi

a) Jalur Keluar Evakuasi


Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua jalan
penyelamat diri kepada dua arah yang bertentangan terhadap setiap
kebakaran yang terjadi pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut,
sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak kearah api untuk
menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian harus dipelihara
bersih, tidak terhalang oleh barang-barang, mudah terlihat dan diberi tanda-
tanda arah yang jelas. Bangunan- bangunan bertingkat banyak memerlukan
jalan-jalan, ruang- ruang dan tangga-tangga penyelamatan yang terlindung
oleh kontruksi-kontrukisi dengan ketahanan 30 menit terhadap api
kebakaran dan diperlengkapi dengan pintu-pintu penghalangasap serta
penerangan-penerangan darurat.

12
b) Peta Evakuasi

Peta terbaru evakuasi harus dipersiapkan dan ditempatkan dibeberapa lokasi


pada tiap fasilitas pabrik. Peta- peta ini harus menunjukkan pintu-pintu
keluar terdekat, pintu keluar cadangan dan titik pertemuan. Para pekerja
harus diberitahu untuk mengingatkan rute utama mereka dan rute cadangan
bilan jalan keluar utama tertutup.

c) Titik Pertemuan di Luar lokasi (Tempat Evakuasi)

13
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya
harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik
tersebut pada saat keadaan darurat
d) Peralatan Perlindungan Personil
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal Protective
Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di lokasi
tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan,
pelindung kepala, sepatu keselamtan, appron, sarung tangan dan sebagainya.
Sebelum digunakan peralat harus dilakukan pengujian sebelum keadaan
darurat yang sebenarnya .
e) Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan komunikasi, pemadam kebakaran dan peralatan
perlindungan Personil, peralatn P3K berikut Tim Kesehatan dan fasilitas
kesehatan juga harus dimiliki dalam menghadapi keadaan darurat (Kuhre,
1996).
c. Pelatihan
 Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana
menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan bahan kimia,
kebakaran, gempa bumi, dan masalah- masalah cuaca yang ekstrim.
 Penting bagi menejemen untuk mendukung pelatihan Tim Tanggap
Darurat.
 Penyedia harus mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan
menekannkan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih dalam fungsi
Tim Tanggap darurat.
 Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta
pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat
bawha pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
 Program pelatihan adalah suatu langkah agar pelaksanaan tanggap
darurat dapat dilaksanakan secara optimal.
d. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
kegiatan minimal yang harus dilakukaan saat keadaan darurat antara lain :
1) Pemberitahuan
Tim Respon Gawat Darurat diberi tahu akan terjadinya keadaan darurat
oleh Pusat Komando Penanganan atau sumber lain, kemudian berkumpul di
deket lokasi gawat darurat pada tempat yang aman. Pemberitahuan kepada
Tim Respon Gawat Darurat dapat dilakukan melalui radio panggil, radio
komunikasi, atau sistem pemberitahuan masyarakat
2) Evakuasi
 Tim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan
mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap
keselamatan jiwa.

14
 Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus dilakukan oleh
Pemimpin Tim Respon Tanggap Darurat dengan masukan dari
individu yang mengerti tentang keadaan yang terjadi.
 Para pekerja harus diberi tahu untuk keluar dari area secara teratur
melalui rute yang ditentukan dalam peta evakuasi.
 Para pekerja tidak boleh panik, tidak boleh memakai elevator, dan
tidak membawa barang-barang pribadi
3) Perhitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
 Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung pekerjanya pada
titik pertemuan termasuk yang sakit atau yang cuti. Bila ada pekerja
yang hilang,
 Pemimpin Tim Respon Tanggap Darurat harus diberitahu tentang
nama dan lokasi terakhirnya.
 Para pekerja harus diberitahu untuk tidak masuk ke dalam area
pabrik lagi sampai ada tanda yang diberikan oleh Pemimpin Tim
Resepon Tanggap Darurat.
4) Penilaian Keadaan Darurat
 Tim Respon Tanggap Darurat akan mengenakan PPE (Personal
Protective Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua
pekerja sudah keluar dan membuat penilaian tentang keadaan darurat
tersebut.
 Sistem pengenalan harus harus dilakukan dalam penilaian ini,
misalnya dengan mengidentivikasi penyebab kejadian
5) Memindahakan Pekerja yang Cidera
 Bila ditemukan pekerja yang cidera, harus dipindahkan dari lokasi
gawat darurat hanya oleh Tim Respon Tanggap Darurat yang
memakai mengenakan PPE (Personal Protective Equipment ) lengkap.
6) Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar
 Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera, Pimpinan Tim Respon
Tanggap Darurat akan menginstruksikan siapa yang harus dihubungi
dari daftar yang ada.
7) Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu
 Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu penghentian saluran
gas, listrik, air atau sarana lainnya.pimpinan Tim Respon Tanggap
Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya., seperti
bagian prasarana. Harus diperhatikan untuk tidak menghentikan
terlalu banyak yang menghalangi usaha penyelesaian gawat darurat
dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis.
8) Mendirikan Penghalang
 Penghalang menandakan bahwa sustu zona isolasi yang melarang
siapapun kecuali Tim Respon Tanggap Darurat untuk masuk.
9) Menyebarkan Informasi kepada Para Pekerja

15
 Pengawas harus menyebarkan informasi kepada para pekerja untuk
meredakan ketegangan mereka. Bila terpakasa harus dipulangkan,
maka nama dan tujuan dari pekerja harus dicatat oleh pengawas.
10)Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan
 Bila keadaan sudah memungkinkan artinya dapat dilakukan dengan
aman, untuk pembersihan sisa-sisa bahan kimia berbahaya, maka
harus segera dibersihkan.
11)Pekerja Memasuki Gedung Kembali
 Pimpinan Tim Respon Tanggap Darurat akan menentukan (dengan
bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung / area mana
yang cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali
boleh mengizinkan orang-orang kembali ke area.
12)Pertemuan Penutup
 Tim Respon Tanggap Darurat, Perwakilan Menajemen, Perwakilan
Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta badan-badan
yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan darurat
yng terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan terhadap
keadaan darurat dan melakukan perebaikan untuk masa mendatang.
Hasil pertemuan harus disebarkan pada para pekerja untuk
mengurangi ketegangan.
e. Pelaksanaan Keadaan Darurat
Pelaksanaan tanggap darurat adalah suatu tindakan untuk mencapai tujuan atau
sasaran sesuai dengan pedoman prosedur keadaan darurat yang harus
dipedomani. Secara umum jenis prosedur keadaan darurat dapat dibagi menjadi
2 kategori (Qauliyah Asta, 2010):
1) Prosedur keadaan darurat intern (local standing procedure), pedoman
pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat untuk masing- masing
fungsi/unit. Pedoman ini hanya digunakan untuk unit/fungsi bersangkutan
untuk menanggulangi keadaan darurat yang terjadi diunitnya dalam batasan
masih mampu ditanggulangi
2) Prosedur keadaan darurat umum (utama), Pedoman perusahaan secara
menyeluruh didalam menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar atau
dapat membahayakan unit kerja lain.
f. Pemulihan
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Segera setelah kritis
ditanggulangi, rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional
tidak berjalan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan
produksi organisasi.

16
Tanggap darurat
Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan rujukan, khususnya bagi kasus -
kasus emergensi, dituntut harus lebih siap dalam menghadapi dampak bencana.
Rumah sakit selain harus mampu melakukan dan mengelola pelayanan sehari-
hari, sekaligus harus mampu untuk melayani korban akibat bencana serta secara
aktif mampu untuk membantu dalam penyelamatan nyawa korban bencana.
Pada saat pasca bencana, masyarakat melihat rumah sakit tidak hanya sebagai
fasilitas kesehatan kuratif dan rehabilitatif bagi korban bencana, tetapi juga
sebagai pemasok makanan dan tempat tinggal serta sebagai fasilitas yang
membantu mengkoordinasikan pemulihan pasca bencana.

Pasca keadaan darurat bencana, rumah sakit diharapkan menjadi tempat


yang aman bagi petugas kesehatan untuk melakukan perawatan medis darurat
bagi korban bencana dengan mengingat lonjakan pasien korban bencana.
Keadaan inilah yang menuntut rumah sakit untuk melakukan peran aktif
mengingat posisinya yang merupakan bagian dari Sistem Penanggulanga n Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). Hal yang sangat penting bagi seluruh rumah sakit
untuk memiliki bangunan rumah sakit yang kokoh sehingga mampu menahan
segala bentuk bahaya pada saat terjadinya bencana, peralatan medis dalam
keadaan baik serta terlindung dari kerusakan, fasilitas darurat umum seperti air,
listrik, dan lain-lain tersedia untuk mendukung pelayanan kesehatan, serta
tenaga kesehatan yang terlindung dari bahaya dan selalu siap apabila
dibutuhkan pada saat darurat.

1. Rencana Tanggap Darurat


Emergency respons plan adalah rangkaian tindakan yang harus dilakukan oleh
petugas atau penghuni bagian/industri yang telah ditunjuk sebelumnya, baik
dalam penanggulangan awal maupun lanjut dalam upaya penyelamatan
penghuni bangunan, asset termasuk tindakan yang menyangkut komunikasi
darurat, medical evacuation/emergency dan sebagainya. Rangkaian tindakan

17
yang mencakup tindakan dalam berbagai situasi keadaan darurat baik yang
mudah ditangani sampai pada situasi yang rumit, termasuk pelaksanaan operasi
pemadaman tingkat lanjut oleh pasukan Dinas Kebakaran untuk darurat
kebakaran atau penyelamatan korban dari pihak luar Team Rescue.
Keadaan darurat dapat disebabkan karena perbuatan manusia maupun oleh
alam dapat teijadi setiup saat dan dimana saja, untuk itu disemua unit kerja perlu
mempersiapkan suatu cara penanggulangannya bila terjadi keadaan darurat.
Bilamana terjadi bencana (disaster), maka perusahaan perlu memikirkan
kemungkinan terjadinya dampak kerugian. Setiap aktifitas dalam suatu industri
dapat dipastikan akan melibatkan risiko kecelakaan maupun kesakitan dari
pekerjanya. Terlebih lagi aktifitas penambangan yang berada didaerah yang
terpencil (remote) dengan faktor risiko yang tinggi, maka keberadaan program
tanggap darurat medikal (medical emergency response plan (MERP)) merupakan
bagian dari standar kesehatan minimum yang harus diterapkan. Keberadaan
program ini disetiap tempat kerja yang berisiko tinggi, merupakan keharusan
dalam rangka mengantisipasi terjadinya gawat daruratan dibidang medis.
Penanganan ini tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak kesehatan, namun
perlu ditangani secara terpadu dengan melibatkan semua departemen yang ada
di perusahaan.
2. Target Penanggulangan Keadaan Darurat
Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, memiliki target yang ingin
dicapai. Hal tersebut antara lain:
a. Memastikan adanya suatu organisasi keadaan darurat yang lengkap dengan
semua sasarannya.
b. Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan atau dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
c. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan top manajemen.

18
Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana

19
1. Pengertian
Suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan dampak
kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat oleh
karena kegagalan tehnologi, ulah manusia atau bencana yang dapat terjadi setiap
saat dimana saja (internal dan eksternal). Keadaan darurat adalah suatu keadaan
tidak normal atau tidak diinginkan yang terjadi pada suatu tempat / kegiatan
yang senderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan / harta benda
atau merusak lingkungan sekitarnya.
2. Tujuan
Meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana
yang dapat menimbulkan kerugian fisik, mental, material, jiwa, bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien dan pengunjung yang dapat
mengganggu operasional serta menyebabkan kerusakan lingkungan ataupun
mengancam finansial dan citra rumah sakit.
3. Langkah – langkah
a. Identifikasi kondisi darurat atau bencana .
Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari
aktivitas (proses, operasiona, peralatan), produk dan jasa.
b. Penilaian analisa risiko kerentanan bencana.
Menilai keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses,
operasiona, peralatan), produk dan jasa.
Analisa kerentanan bencana terkait dengan bencana alam, teknologi,
manusia, penyakit / wabah dan hazard material.
c. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana.
Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana untuk menentukan skala
prioritas.
d. Pengendalian kondisi darurat atau bencana.
1) Menyusun pedoman tanggap darurat atau bencana.
2) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau bencana.
3) Menyusun SPO tanggap darurat atau bencana antara lain:
a) Kedaruratan keamanan.
b) Kedaruratan keselamatan.
c) Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
d) Kegagalan pearalatan medik dan non medik
e) Kelistrikan
f) Ketersediaan air
g) Sistem tata udara
h) Menghadapi bencana internal dan eksternal
4) Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan
hasil identifikasi.
5) Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan
alat keadaan darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.

20
6) Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu
darurat sesuai dengan standard an pedoman teknis.
e. Simulasi kondisi darurat atau bencana
1) Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa
risiko kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan antara lain :
a) Darurat air
b) Darurat listrik
c) Penculikan bayi
d) Ancaman bom
e) Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
f) Kebocoran radiasi
g) Gangguan keamanan
h) Banjir
i) Gempa bumi
2) Memberikan pelatihan tanggap darurat atau bencana
3) Melakukan uji coba (simulasi)kesiapan petugas yang bertanggung
jawab menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun
sekali pada setiap gedung.

Unsur kunci pengembangan menuju rumah sakit yang aman adalah


pengemangan dan penerapan indeks keamanan rumah sakit (hospitasl safety indeks)
alat diagnostic cepat serta murah untuk menilai kemungkinan bahwa rumah sakit akan
tetap beroperasi dalam keadaan darurat dan bencana. Evaluasi tersebut menghasilkan
informasi yang berguna mengenai kekuatan dan kelemahan rumah sakit serta akan
menunjukkan tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kapasitas manajemen dan
keamanan kerja dalam keadaan darurat serta bencana di rumah sakit.

Untuk mengukur kesiap siagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana maka
rumah sakit agar melakukan self assesmenet dengan menggunakan instrument hospital
safety index dari WHO tersebut. Dengan melakukan self assessment tersebut maka
rumah sakit diharapkan dapat mengetahui kekurangan yang harus dipenuhi untuk
menghadapi bencana. Untuk menyiapkan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dalam
menghadapi bencana eksternal maka di Instalasi Gawat Darurat perlu ada ruang
dekontaminasi sesuai dengan peraturan perundang – undangan sebagai berikut :

1) Ruangan ditempatkan di sisi depan / luar ruang gawat darurat terpisah dengan
ruang gawat darurat;
2) Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka kea rah dalam dan
dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis;
3) Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan – benturan brankar;
4) Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air;
5) Kontruksi dinding tahan terhadap air sampai ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai;

21
6) Ruangan di lengkapi dengan sink dan pancuran air (shower)

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

I. Soal pilihan ganda


1. Bencana adalah peristiwa yang disebabkan oleh alam atau perbiuatan manusia
yang menyebabkan kerusakan, terjadinya banyak Korban yang tidak dapat
dilayani oleh unit kesehatan seperti biasa serta terdapat kerugiatan material dan
terjadinya kerusakan infrastruktur fisik serta terganggunya kegiatan normal
dalam masyarakat.
Yang tidak termasuk natural distarter adalah….
A. Gelombang sunatmi
B. Banjir
C. Longsong
D. Terorisme
E. Meletusnya gunung berapi
2. Bencana adalah peristiwa yang disebabkan oleh alam atau perbiuatan ma nusia
yang menyebabkan kerusakan, terjadinya banyak Korban yang tidak dapat
dilayani oleh unit kesehatan seperti biasa serta terdapat kerugiatan material dan
terjadinya kerusakan infrastruktur fisik serta terganggunya kegiatan normal
dalam masyarakat.
Yang tidak termasuk man made distarter adalah….
A. Konflik social
B. Longsor
C. Pesawat terbang jatuh
D. Terorisme
E. Meledaknya pabrik di tengah pemukinan penduduk
3. Kalau dilihat sistem penanggulangan bencana adalah berbentuk suatu siklus atau
putaran ada 6 langkah urutan siklus kejadian bencana yang benar.
Pilihlah jawaban yang tepat!
A. Tanggap darurat; pemulihan; pembangunan; pencegahan; mitigasi dan
kesiapsiagaan.
B. Mitigasi; tanggap darurat; pencegahan; pemulihan; pembangunan dan
kesiapsiagaan.
C. Kesiapsiagaan; pemulihan; pencegahan; tanggap darurat; pembangunan dan
mitigasi.
D. Pencegahan; kesiapsiagaan; pemulihan; tanggap darurat; pembangunan dan
mitigasi.
E. Tanggap darurat; pencegahan; pembangunan; pemulihan; kesiapsiagaan;
mitigasi.

22
4. Kalau dilihat sistem penanggulangan bencana adalah berbentuk suatu siklus atau
putaran ada 6 langkah urutan siklus kejadian bencana yang benar.
Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang merupakan tindakan pertama pada
waktu terjadi bencana adalah….
A. Tanggap darurat
B. Mitigasi
C. Kesipasiagaan
D. Pencegahan
E. Pemulihan
5. Kalau dilihat sistem penanggulangan bencana adalah berbentuk suatu siklus atau
putaran ada 6 langkah urutan siklus kejadian bencana yang benar.
Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang merupakan kegiatan saat aman
tidak terjadi bencana!
A. Tanggap darurat
B. Kesiapsiagaan
C. Pemulihan
D. Pembangunan
E. Penanggulangan pengungsi
6. Pada seorang korban bencana yang mengalami perdarahan eksternal dan trauma
pada kepala dengan pupil anisoko, korban harus segera distabilisasi, untuk itu
korban diberi tanda bendera warna..
A. Kuning
B. Hitam
C. Merah
D. Hijau
E. Biru
7. Pada kejadian bencana masal ada korban yang memerlukan pengawasan ketat
tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Muka korban diberi penanda
(bendera) warna….
A. Kuning
B. Hitam
C. Merah
D. Hijau
E. Biru

23
II. Soal Essay
8. Gambar dibawah ini merupakan code emergency di rumah sakit. Berikan
penjelasan mengenai gambar tersebut sesuai dengan warna.

9. Saat anda sedang dinas pagi di unit IGD rumah sakit X tiba – tiba datang korban
kebakaran dari desa mawar sebanyak 20 orang. Apakah tindakan yang akan
anda lakukan supaya semua korban tertangani dengan tepat. Rumah X sudah
melakukan pelatihan kesiapsiagaan dalam bencana dan rs tersebut sudah
melakukan simulasi.
10. Saat anda sedang jaga sore di ruang rawat inap RS B terjadi gempa bumi. Apakah
tindakan yang akan anda lakukan supaya pasien, penunggu pasien dan
pengunjung dapat tertolong dan selamat

Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan rujukan, khususnya bagi kasus - kasus
emergensi, dituntut harus lebih siap dalam menghadapi dampak bencana. Rumah sakit
selain harus mampu melakukan dan mengelola pelayanan sehari-hari, sekaligus harus
mampu untuk melayani korban akibat bencana serta secara aktif mampu untuk
membantu dalam penyelamatan nyawa korban bencana. Pada saat pasca bencan a,
masyarakat melihat rumah sakit tidak hanya sebagai fasilitas kesehatan kuratif dan
rehabilitatif bagi korban bencana, tetapi juga sebagai pemasok makanan dan tempat
tinggal serta sebagai fasilitas yang membantu mengkoordinasikan pemulihan pasca
bencana.

Pasca keadaan darurat bencana, rumah sakit diharapkan menjadi tempat yang aman
bagi petugas kesehatan untuk melakukan perawatan medis darurat bagi korban
bencana dengan mengingat lonjakan pasien korban bencana. Keadaan inilah yang
menuntut rumah sakit untuk melakukan peran aktif mengingat posisinya yang
merupakan bagian dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Hal
yang sangat penting bagi seluruh rumah sakit untuk memiliki bangunan rumah sakit
yang kokoh sehingga mampu menahan segala bentuk bahaya pada saat terjadinya
bencana, peralatan medis dalam keadaan baik serta terlindung dari kerusakan, fasilitas

24
darurat umum seperti air, listrik, dan lain-lain tersedia untuk mendukung pelayanan
kesehatan, serta tenaga kesehatan yang terlindung dari bahaya dan selalu siap apabila
dibutuhkan pada saat darurat.

1. Hospital Incident Command System Guidebook, 2006


2. Kesehatan D. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan; 2009.
3. Wismu Alga Mahendra HDA, Kriyo Sambodho. Studi Analisa Ketahanan
Masyarakat Pesisir Cilacap Terhadap Bencana Tsunami. JURNAL TEKNIK
POMITS. 2013;2(1):1-12.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman
Umum Mitigasi Bencana, (2006).
5. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Edisi
Revisi). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
6. Kesehatan D. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/Menkes/SK/2007 Tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
8. Surge Hospital: Providing Safe Care in Emergencies, Joint Commission, resources
9. Standar Sistem Manajemen Keadaan Darurat, 2010
10. The Hospital Emergency Incident Command System, Third Edition, 1998
11. Wartatmo H. Prinsip Hospital Disaster Plan. Modul Peningkatan Kapasitas SDM
dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana.

25

Anda mungkin juga menyukai