Anda di halaman 1dari 2

Resume Mata Kuliah Pengelolaan Bencana PB-24

Judul : Hospital Disaster Plan

Nama : Pingky Shafiyah Ananda Riko

NPM : 1806204165
Sejak Desember 1957, Komite Bersama Akreditasi Rumah Sakit mengakui pentingnya
perencanaan bencana rumah sakit. Maka dari itu dalam penilaian akreditasi, setiap rumah sakit
harus memiliki Rencana Bencana. Sejak adanya hal tersebut ditambahkan sebagai penilaian
akreditasi telah terjadi peningkatan tajam pada sejumlah rencana bencana rumah sakit.
Fase Perencanaan Bencana
1. Fase Satu: untuk bencana dalam kebakaran rumah sakit, ledakan, kerusakan gempa bumi,
epidemi-dengan ketentuan untuk perawatan pasien, personel dan fasilitas.
2. Fase Dua: untuk bencana lokal berskala besar akibat salah satu dari yang disebutkan di
atas, tetapi di mana rumah sakit berfungsi untuk menerima sejumlah besar korban dari
komunitas atau area yang dilayaninya.
3. Fase Tiga: untuk total bencana karena meluas kekuatan destruktif nasional.
Tujuan Perencanaan Bencana Rumah Sakit pada bencana lokal atau total.
Di rumah sakit bencana lokal, baik perkotaan, pinggiran kota atau pedesaan, memiliki tujuan
yang akan berbeda dalam tingkat sesuai dengan lokasi rumah sakit-apakah di kota target atau
nontarget, karena faktor ini, perencanaan juga harus berbeda. Tujuan kota sasaran rumah sakit
akan menyediakan semua cara yang memungkinkan agar dapat melindungi pasien dan tenaga
kesehatan. Tujuan dari rumah sakit nontarget perifer harus mendukung rumah sakit target dan
penerimaan dan perawatan pasien dan tenaga kesehatannya jika itu harus dievakuasi.
 Wewenang (Rumah Sakit Pusat Bencana)
Wewenang dalam pengarahan rencana bencana diberikan kepada administrator asisten yang
ditunjuk, administrator menyadari setiap saat dari seluruh fungsi rumah sakitnya, personelnya
dan khususnya persediaannya.
 Peringatan
Perencanaan peringatan yang terencana dengan baik adalah syarat utama dalam penanganan
korban secara efisien. Perencanaan harus mendefinisikan otoritatif sumber dari mana
pemberitahuan bencana harus datang sebelum urutan peringatan dapat dimulai.
 Komunikasi
Komunikasi merupakan tulang punggung (hal pokok) dari setiap bencana rencana. Dalam
bencana nyata, gangguan komunikasi selalu dilaporkan sebagai yang paling mengganggu
faktor tunggal.
 Evakuasi, terdapat tiga metode evakuasi pasien:
1. Evakuasi pasien ke rumah atau direncanakan rumah sakit improvisasi untuk mengizinkan
penggunaan fasilitas untuk mengantisipasi banyak korban yang masuk.
2. Evakuasi pasien ke periferal nontarget area rumah sakit jika sudah ada peringatan dini
yang memadai.
3. Evakuasi pasien secara tertib jika perlu karena bencana internal dalam Rumah Sakit.
 Pola arus lalu lintas
Harus adanya memetaan medan yang jelas misalnya untuk menunjuk area yang harus dilalui
korban untuk masuk rumah sakit, daerah dekontaminasi, pertolongan pertama area, area
perawatan dan perawatan definitif, area penampungan, dan area evakuasi.
 Perawatan Korban
Saat perawatan korban harus tersedia: Catatan tentang korban yang masuk dalam rumah sakit,
penyotiran (triage), area dekontaminasi, pertolongan pertama, area perawatan definitive.
 Personil
Merencanakan personel di rumah sakit mana pun, apa pun ukuran - dan terutama dalam hal
bencana skala besar dengan korban massal - harus menyediakan tiga pekerjaan shift dan
layanan setiap 24 jam.
 Persediaan
Persediaan yang dibutuhkan antara lain persediaan medis, alat kesehatan, dan makanan.
 Teknik
Daya bantu untuk mendukung fasilitas kesehatan, teknik rencana harus menyediakan
peralatan yang cukup untuk diperbaiki kerusakan mekanis.
 Penampungan
Tempat penampungan harus efisien untuk meminimalisir dampak bencana.
 Tes pelatihan
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa segalanya berjalan sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai