Anda di halaman 1dari 32

Neuro Developmental

Diorders
Supra Wimbarti, M.Sc, Ph.D, Psikolog
Tim Pengajar Biopsikologi 2
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
2020/2021
Alur Materi
A. Mengapa Neuro Developmental Disorders?
B. (DSM-5 --APA, 2013)
C. ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorders)
D. ASD (Autism Spectrum Disorders)
E. LD (Learning Disability) (Disleksia & Diskalkulia)

Biopsikologi 1 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


A. Mengapa Neuro Developmental Disoders?
Global: kemajuan Psikologi dunia
• Penelitian pendidikan terutama anak berkebutuhan khusus sudah
mengarah ke neuropsikologi
• Selama ini Kesukaran Belajar atau ABK hanya ditilik dari sisi
Pendidikan
• Masalah pembelajaran banyak ditujukan ke luar diri anak, terutama
guru, sistem pendidikan, pemerintah
• Bagaimana dengan psikologi dan neuropsikologi (level sel) ?

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


Period of
dividing zygote, Embryonic period (in weeks) Fetal period (in weeks)—full term
implantation

1 2 3 4 5 6 7 8 9 16 20-36 38
Central
Usually not • Indicates common site of action of teratogen
nervous
susceptible to
teratogens
system
Eye Heart Eye teeth
ear
brain Gestational periods that
developing organs or structures
are most susceptible to
teratogenic
effects.
Arm External genital
ear palate
Heart Leg

Central nervous system

Heart

arms

eyes

legs

teeth

palate

External organs

ear

Physiological defects and minor


Prenatal death Major structural abnormalities
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada structural abnormalities
B. DSM-5 (APA, 2013)
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Edisi ke 5 : adalah alat taksonomi dan diagnostik,
memuat kriteria standar untuk klasifikasi gangguan
mental.

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


C. ADHD (Attention and Hyperactivity Disorders)
Karakteristik penting:
• Gangguan pada atensi, regulasi diri, level aktivitas dan control impuls.
• Kecerdasan normal atau di atas normal
• Prevalensi internasional 3 – 11%; di Sleman Yogyakarta: 8,09%
(Wimbarti, 2016)
• > 50% anak ADHD menetap sampai dewasa, bermasalah dg hukum,
pemakaian narkoba, mempertahankan pekerjaan, dan hubungan
interpersonal.
• > 30% punya gejala penyerta (komorbid) lebih dari 1

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


Diagnosis ADHD: DSM-5
A. Pola menetap dari inatensi dan/atau hiperaktivitas/impulsivitas yg mempengaruhi fungsi
perkembangan, dengan karakteristik (1) dan/atau (2):
1. Inattention: enam atau lebih gejala ini muncul paling tidak 6 bulan, yg tdk konsisten dgn tingkat
perkembangan dan berakibat langsung pada aktivitas social dan akademik/pekerjaan. Untuk remaja
dan dewasa paling tidak muncul 5 gejala:
a. Tidak bisa memberi perhatian pd detil atau ceroboh dlm tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain.
b. Sering kesulitan memusatkan perhatian pd tugas atau bermain (mis: konsentrasi selama kuliah,
mendengarkan di kelas, diskusi, atau membaca).
c. Sering tidak memperhatikan saat diajak bicara (pikiran seperti di tempat lain, meskipun sedang tidak
ada distraksi).
d. Sering tdk mengikuti perintah dan tdk selesai mengerjakan tugas sekolah, tugas rumah, atau tugas di
tempat kerja (bisa memulai tugas tp kmdn hilang focus).
e. Kesulitan dlm mengorganisasikan tugas dan kegiatan (mis: sulit mengerjakan tugas berurutan, sulit
menata barang2nya dg rapi, semrawut, kerja berantakan, pengelolaan waktu buruk, sering tdk
menepati waktu)
f. Menghindari, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yg membutuhkan usaha mental yg
berkelanjutan (mis: PR, tugas kantor, untu orang dewasa: menyiapkan laporan, menyelesaikan
formulir2, meriviu bacaan panjang).
Diagnosis: DSM-5
g. Sering kehilangan barang yg digunakan menyelesaikan tugas atau kegiatan (mis: alat2 sekolah, pensil,
bku, alat2, dompet, kunci, paper, kacamata, HP).
h. Mudah terganggu perhatian krn stimulus luar.
i. Sering kelupaan dlm mengerjakan aktiviats sehari-hari (mis: tugas rumah, utk dewasa: kalua harus
menelpon ulang, membayar tagihan, menepati janji bertemu)
2. Hiperaktivitas dan impulsivitas: 6 atau lebih gejala ini muncul 6 bulan terakhir, yg tdk konsisten dgn
tingkat perkembangan dan berakibat langsung pada aktivitas social dan akademik/pekerjaan.
a. Bergerak terus menerus (fidget) dengan mengetukkan tangan atau kaki, atau “ngulet2” (squirm)
b. Sering meninggalkan kursi manakala etap duduk diharuskan (meninggalkan kursinya di kelas, di
kantor atau tempat kerja lain, atau di situasi yg mengharuskan duduk).
c. Suka berlari, memanjat di saat yg tdk tepat, ( utk remaja dan dewasa bisa berupa perasaan tidak
bersemangat).
d. Sering tidak bisa bermain atau terlibat kegiatan yg membutuhkan diam (quiet)
e. Selalu bergerak, seperti ada mesin dlm tubuhnya (tdk bisa merasa nyaman dlm waktu panjang, mis:
di restoran, rapat, dan dilihat oranglain sbg tdk bersemangat atau sulit diikuti).
f. Tidak berhenti berbicara.
B. Beberapa gejala inattention atau hiperaktif-impulsive muncul sebelum umur 12 tahun.
Diagnosis: DSM-5
f. Tidak berhenti berbicara.
g. Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diucapkan (tdk bisa menunggu oranglain
selesai berbicara).
h. Sering kesulitan menunggu giliran (mis: urut membeli karcis).
i. Sering menginterupsi atau mendahului oranglain (misal dalam permainan, dalam diskusi,
menggunakan barang2 oranglain tanpa bertanya, remaja dan dewasa: mengambil alih
sesuatu yg sedang dikerjakan oranglain).
B. Beberapa gejala inattention atau hiperaktif-impulsive muncul sebelum umur 12 tahun.
C. Beberapa inattentive dan hiperaktivitas-impulsivitas muncul di dua atau lebih setting
(mis: rumah, sekolah, atau tempat kerja, dengan teman atau saudara, di berbagai
tempat).
D. Ada bukti nyata bahwa gejala2 tsb mempengaruhi dan mengurangi kualitas hubungan
social, akademik, atau fungsi okupasi (pekerjaan).
E. Gejala tidak muncul terpisah bila orangnya menderita szichoprenia, dan psikotis yg lain
dan bila tidak bisa masuk pada diagnosis mood disorder, kecemasan, dissociative
disorder, gangguan kepribadian, dan withdrawl.
Komorbiditas
Oppositional Defiant Disorder
Learning Disabilities (Disleksia dan/atau Diskalkulia)
Depresi

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


Studi neurologi ADHD
• Penelitian neuropsikologi ADHD banyak menggunakan MRI, fMRI,
MEG, cerebral blood flow, dan tes Executive Function
• Dgn Teknik Pencitraan Otak : untuk tugas pemusatan
perhatian/atensi, anak dan orang dewasa ADHD mempunyai
metabolisme yg lbh rendah di area prefrontal
• Abnormalitas pd area frontal cortex kanan, nucleus kaudatus, corpus
callosum, dan cerebellum
• Menggunakan MRI: pd anak ADHD terdpt volume lbh kecil pd
substansi putih di posterior parietal-occipital, dan cerebral kortex
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Table 9.4 Summary of specific deficits associated with ADHD
Biogenetic Factors Environmental Factors/Prenatal/Postnatal Birth
– 59 – 84% MZ - Multifactorial, polygenetic, cultural, and environmental Complications
– 33 – 29% DZ transmission seem unlikely – No known
– Independent genetic code differs from reading – Poverty, overcrowding, chaotic family style, pollution, correlates
– Familial ADD transmitted single gene food additives account for very little variance
– Single gene has not been isolated; probably – Common environmental factors: 0 – 30% variance
domapamine receptor gene
CNS Factors
Temperament
– Underactivated frontal lobe
– Genetic linkage
– Bilaterally smaller anterior cortex
• Activity level
– Reversed asymmetry of anterior cortex (right < left)
• Distractibility
– Reversed asymmetry of caudate nucleus (left < right)
• Psychomotor activity
– Reduced metabolic activity in right caudate region
• Attentional problems,
– Smaller left caudate nucleus
school competence, and
– Right-hemisphere deficits (disinhibition of left hemisphere)
behavioral problems
– Left-hemisphere underactivation
– Genu (corpus callosum) smaller
– Rostrum and rostral bodies smaller

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


Table 9.4 Summary of specific deficits associated with ADHD

Intellectual Perceptual Memory Attentional


– Range of IQ – Low verbal – Sustained
– Low coding – Less efficient – Selective
– Alternatiting/divided

Reasoning
– Response inhibition
– Sustained effort
– Complex problem solving
– Executive functions
– Organizational skills
Academic/Behavioral Psychosocial Family
– Motivational problems – Rejected – Disorder exacerbates
– Underachievers – Ignored – Parental psychopathology
– Comorbid LD – Comorbid INT/EXT – Related to CD/ADHD
– Work completion – Comorbid aggression
Note: DZ ¼ dyzgotic; MZ ¼ monzygotic; INT ¼ internalized disorders; EXT ¼ externalized disorders; LD ¼ learning
disabilities; CD ¼ conduct disorders; ADHD ¼ attention deficit hyperactivity disorder.
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
D. ASD (Autistic Syndrome Disorders)
Autism & Asperger Clinical Presentation

• Identifikasi, konseptualisasi teori, • Impairment in the ability to relate


dan labelling gangguan autisme to others
pertama kali dikemukakan oleh Leo • deficits in communication
Kanner dan Hans Asperger
• unusual behavioral patterns:
• Autisme menyebabkan gangguan preoccupation with specific areas
yang parah dalam relasi sosial dan of interest, demands for
perkembangan bahasa environmental or behavioral
• Asperger diasosiasikan dengan sameness, steretypic body
higher functioning level atau sub- movements or abnormalities
tipe autisme posture
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
High Functioning Autism/Asperger's Syndrome?
Asperger Syndrome: a group of children, adolescents, or adults who exhibit
autistic-like symptoms but do not strictly fulfill the autism criteria.
Characteristic:
• desire for social contact and friendship
• willingness to participate in play with other children centered on their
special interest
• likelihood of normal onset of language development
• use of odd words of speech, pedantic speech, and one-sided, repetitive
conversations
• tendency to pursue narrow and limited areas of interest
• likelihood of being inattentive, impulsive, and overactive
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Sibling with autism

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Limbic system (Amygdala, Hippocampus)
• Sistem limbik terkait dengan pusat • Kerusakan spesifik pada hipokampus
pengendalian emosional di otak membawa seseorang dengan autis
• Seorang dengan autis memiliki kurang dapat menyerap informasi
kelemahan pada sistem ini sehingga baru, kurang dapat membuat skema
menjadikannya tidak tertarik dengan mengapa orang lain melakukan suatu
ekspresi wajah seseorang hal tertentu, dan kurang dapat
memberi “meaning” terhadap suatu
• Dibandingkan dengan orang normal kejadian
lainnya, seorang dengan autis juga • Amigdala terlibat dalam gairah
kurang mampu menyalurkan respon emosional, penilaian terhadap
emosionalnya ke dalam mimik wajah lingkungan, menghubungkan
• Hal ini dikarenakan terjadinya emosional terhadap rangsangan, dan
kekurangan pada daerah fusiform dan pembelajaran emosional. Kerusakan
inferior temporal gyri. Karena itu spesifik pada amygdala menyebabkan
kurangnya kemampuan ini disebut FFA seorang dengan autis tidak dapat
(fusiform face area) menyalurkan emosinya dengan baik
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
F. LD (Learning Disability)
Specific Learning Disabilities:
1. Disleksia
2. Diskalkulia

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


International Dyslexia Association (IDA):
Ketua: Angela Fawcet
• Dyslexia atau specific learning disability adalah gangguan
neurobiology. Ditandai dengan: gangguan atau tdk lancer mengenali
kata, buruk dlm mengeja, dan kemampuan decoding.
• Sebab: gangguan dlm komponen fonologi Bahasa yg tdk di”harapkan”,
dibandingkan dg kemampuan kognisi lain dan bukan masalah
pengajaran guru.
• Secondary consequences: buruk dalam pemahaman bacaan,
pengalaman membaca.. Semua ini mengganggu perkembangan
vokabulari dan pengetahuan.
• (Lyon, Shaywitz & Shaywitz, 2003)
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Disleksia Defisit dlm
Komponen Contoh-Contoh……
fonologis
Sering tdk
diharapkan

Ada Secondary Tdk akurat atau


consequences Tdk lancer dlm
mengenali
kata

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


DISLEKSIA DALAM GAMBAR
(Tdk semua gejala terlihat pd semua penderita)

KEKUATAN

LEADERSHIP SKILLS THINKING “OUT OF THE BOX”

TH
(PH OMA
ON S E
TED TURNER OG DIS
RA ON
CHURCHILL JFK PH
)
SCIENTISTS
TON

ENTREPRENEURS
POLITICAL &
PAT

& INVENTORS
MILITARY
DISLEKSIA DALAM GAMBAR
(Tdk semua gejala terlihat pd semua penderita)

KEKUATAN

CREATIVITY

WRITERS ARTISTS MUSICIANS ACTORS / DIRECTORS

HANS CHRISTIAN LEONARDO MOZART HARRISON FORD &


ANDERSEN Da VINCI STEVEN SPEILBERG
DISLEKSIA DALAM GAMBAR
(Tdk semua gejala terlihat pd semua penderita)

KEKUATAN

VISUOSPATIAL / MOTOR SKILLS

SURGEONS ATHLETES

NEUROSURGERY MOHAMMAD ALI NOLAN RYAN


Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Perbedaan pola
aktivitas otak
Disleksia vs
non Disleksia

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Developed by and used with permission from Fumiko Hoeft, Ph.D.
Diskalkulia
• Merupakan kesulitan • Contoh-contoh
menggunakan angka berkaitan
dg abnormalitas pd struktur atau 124 Bilangan mana yang
97 - lebih besar?
intraparietal sulcus
• Infark pada intraparietal sulcus
177
3 atau 8 ?

kiri dapat menyebabkan Lebih dekat mana 37 dengan 50,


akalkulia atau 67 dengan 100?

• Kemampuan matematika
berhubungan langsung dg NUMBER SENSE
kemampuan umum spt executive
functions, verbal dan visuo-
spatial working memory
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Dehaene, Piazza, Pinel, & Cohen (2003) menyebutkan bahwa
Intraparietal sulcus (IPS), secara bilateral, dan Angular Gyrus sebelah kiri
merupakan bagian dalam otak yang terkait dalam memproses angka
(processing of number).

Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


• Aktivitas di Singulat korteks anterior terlihat saat individu
mengerjakan tugas StroopTest Angka.
• Individu dgn diskalkulia mengalami deficit pd Executive Function atau
Working Memory.
• Wimbarti, S; Purwantini, L; & Hasma, S. (2012) mendapatkan kaitan
antara kesulitan matematika dengan Stroop Test Kata (Word Stroop
Test)
• Ni’am dan Wimbarti (2016) menemukan adanya perubahan pada gain
score gelombang β di area parietal dan oksipital kiri pada proses
eksperimen metakognitif matematika masing2 sebesar 15,076 (μV)
dan 16,764 (μV).
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Rey Osterrieth Complex Figure

• Kemampuan matematika membutuhkan kemampuan membedakan


arah kanan – kiri.
• Melihat angka sebagai mirror image kiri-kanan atau atas bawah akan
menimbulkan masalah matematika.
• Kemampuan membedakan kanan-kiri berkaitan dengan area parietal.
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Referensi
• Askenazi, S; & Henik, A. 2010. Attentional networks in developmental dyscalculia. Behavioral and
Brain Functions, 6:2.
• Banich, M; & Compton, R. 2011. Cognitive Neuroscience. 3rd Ed. Belmont: Wadsworth.
• Dehaene, S; Piazza, M; Pinel, P; & Cohen, L. 2003. Three Parietal Circuits For Number Processing.
Cognitive Neuropsychology, 20 (3/4/5/6), 487–506.
• Hale, J; & Fiorello, C. 202004. School Neuropsychology: A Practitioner’s Handbook. New York:
Guilford.
• Kalat, J.W. (2019), Biological Psychology (13th edition), Boston, MA: Cengage Learning
• Ni’am, M; & Wimbarti, S. 2015. Pengaruh Pengajaran Strategi Metakognitif Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Atensi, dan Perubahan Gelombang Otak.
Laporan Penelitian.
• Wimbarti, S; Purwantini, L; & Hasma, S. (2012). Kemampuan atensi, spasial, dan
konservasi pada anak diskalkulia. Laporan Penelitian.
• Zilmer, E; Spiers, M; & Culbertson, W. 2008. Principles of Neuropsychology. Belmont:
Wadsworth.
Biopsikologi 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai