Dalam hal penanaman modal pada suatu bisnis, terdapat istilah strategi portofolio.
Strategi portofolio adalah strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk menambah keuntungan
dengan cara melakukan investasi di berbagai sektor bisnis. Teori portofolio pertama kali
dicetuskan oleh Harry M. Markowitz pada tahun 1952 dalam model investasinya yang
dinamakan sebagai Model Markowitz. Teori ini dicetuskan untuk menghasilkan portofolio
optimal yang memberikan keuntungan secara maksimal dengan tingkat risiko yang minim. Teori
portofolio yang diutarakan oleh Markowitz dapat diterapkan ke dalam banyak instrumen
investasi, salah satunya adalah instrumen investasi saham.
Portofolio saham adalah beberapa kombinasi jenis saham yang dimiliki oleh seorang
penanam modal. Berikut adalah portofolio saham berdasarkan komposisinya :
1. Portofolio saham konsentrasi
Portofolio konsentrasi merupakan strategi pembelian saham dengan cara memusatkan
beberapa saham dalam sektor yang sama yang pergerakan harga sahamnya serupa. Contoh
portofolio konsentrasi ini misalnya seseorang membeli beberapa saham yang sama-sama
berada di dalam sektor consumer goods.
2. Portofolio saham diversifikasi
Portofolio diversifikasi merupakan strategi pembelian saham dengan cara membeli saham
dengan komposisi yang berbeda dan biasanya terdiri dari beberapa saham yang berasal dari
sektor yang berbeda dan tidak saling berkaitan.
Contoh portofolio diversifikasi ini misalnya seseorang membeli saham PT Unilever Indonesia
Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT Indika Energy Tbk. Saham PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk berasal dari sektor perbankan, PT Indika Energy Tbk dari sektor
pertambangan, dan PT Unilever Indonesia Tbk dari sektor consumer goods. Saham-saham
tersebut berasal dari tiga sektor yang berbeda dan tidak berkaitan satu sama lain.
Kelebihan dari portofolio diversifikasi adalah jika ada sektor yang mengalami penurunan,
terdapat kemungkinan sektor lainnya mengalami kenaikan sehingga dapat menjadi
penyeimbang dalam portofolio saham.
Dalam penyusunan portofolio saham, ada dua strategi yang dapat kita aplikasikan dalam
bisnis yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif.
1. Strategi portofolio aktif
Strategi ini berarti investor secara aktif membeli saham berdasarkan informasi yang didapat
dan menganalisis perubahan harga saham secara real time. Pelaku pasar saham yang
menerapkan strategi ini umumnya lebih aktif dalam melakukan transaksi saham. Tujuan
strategi portofolio aktif adalah untuk memperoleh return ekspetasi di atas rata-rata return
pasar. Ada tiga cara yang dapat dipakai dalam strategi aktif, yaitu pemilihan saham,
momentum harga saham, dan rotasi sektor saham.
2. Strategi portofolio pasif
Sebaliknya, pelaku pasar saham akan lebih pasif dalam melakukan transaksi saham. Meskipun
demikian, mereka tetap menggunakan informasi dan analisis-analisis dalam memilih saham.
Pada strategi ini, penanam modal lebih melakukan analisis detail pada kinerja fundamental
dan keuangan perusahaan. Sebaliknya, mereka tidak melakukan banyak pemantauan pada
pergerakan harga saham yang sudah dibeli. Strategi portofolio pasif lebih fokus pada
pergerakan indeks pasar dan fundamental perusahaan yang bersangkutan. Dua strategi yang
dapat dilakukan pada strategi ini yaitu strategi buy & hold dan follow the trend.
Dalam menjalankan strategi portofolio, ada suatu “alat” yang dapat digunakan yaitu
matriks BCG. Matriks BCG adalah alat analisis bisnis yang digunakan oleh perusahaan untuk
menentukan apakah perusahaannya dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi,
mengembangkan atau menghentikan produknya. Matriks BCG dibuat oleh Bruce Henderson
pada tahun 1970-an yang merupakan pendiri perusahaan Boston Consulting Group (BCG).
Perusahaan ini merupakan perusahaan konsultan manajemen swasta yang bertempat di Boston.
Matriks ini dinamakan matriks BCG karena dibuat dan dikembangkan oleh pendiri BCG (Boston
Consulting Group). Nama-nama lain dari matriks BCG antara lain product portofolio matrix
(matriks portofolio produk), BCG growth-share matrix (Matriks pertumbuhan dan pangsa pasar
BCG), Boston Box, dan Portofolio diagram (Diagram portofolio). Ukuran matriks BCG adalah 2
baris × 2 kolom yang terdiri dari 4 kuadran. Klasifikasi yang mendasari pengkategorian dalam
matriks ini adalah relative market share (pangsa pasar relatif) dan market growth rate (tingkat
pertumbuhan pasar). 4 kategori tersebut diwakilkan dengan lambang bintang (star), sapi perah
(cash cows), anjing (dogs), dan tanda tanya (question marks).
Pertama, yang termasuk dalam kategori stars (bintang) adalah produk/unit bisnis yang
pangsa pasarnya mendominasi, pertumbuhannya cepat, dan mendapatkan pendapatan yang besar.
Perusahaan yang berada dalam kategori ini membutuhkan banyak investasi untuk
mempertahankan produk-produk unggulannya dan mendukung pertumbuhan lebih lanjut. Bisnis-
bisnis yang termasuk dalam kategori bintang dapat berubah menjadi sapi perah apabila
keberhasilan mereka dapat dipertahankan hingga tingkat pertumbuhannya menurun.
Kedua, yang termasuk dalam kategori cash cows (sapi perah) adalah produk/unit bisnis
yang memimpin pasar dan mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari biaya produksinya.
Bisnis yang tergolong dalam kategori ini memiliki pangsa pasar yang dominan namun prospek
pertumbuhannya sangat terbatas. Pendapatan yang didapat oleh unis bisnis dalam kategori ini
umumnya untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru yang masih berada dalam
kategori tanda tanya, membayar hutang-hutang perusahaan, dan membayar dividen kepada
investor. Perusahaan disarankan tetap menanamkan modal pada bisnis-bisnis dalam kategori sapi
perah.
Ketiga, yang termasuk dalam kategori dogs (anjing) adalah produk/unit bisnis yang
memiliki pangsa pasar rendah dan tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk atau bisnis yang
masuk dalam kategori ini memberikan keuntungan yang rendah bahkan terancam mengalami
kerugian. Produk dalam kategori dogs ini umumnya merupakan beban bagi perusahaan karena
tidak memberikan keuntungan yang seberapa namun menguras sebagian besar sumber daya
perusahaan.
Keempat, yang termasuk dalam kategori question marks (tanda tanya) adalah produk/unit
bisnis yang prospek pertumbuhannya tinggi namun pangsa pasarnya masih sangat rendah.
Umumnya, produk atau unit bisnis yang berada dalam kategori ini menghasilkan pendapatan
yang lebih sedikit daripada pengeluarannya. Namun, pertumbuhannya yang sangat pesat
membuatnya berpotensi untuk segera masuk ke dalam kategori stars (bintang). Perusahaan tetap
disarankan untuk berinvestasi pada produk/unit bisnis dalam kategori ini karena pertumbuhannya
yang sangat pesat.
Strategi yang dapat kita lakukan setelah melakukan analisis dengan matriks BCG yaitu :
1. Build atau membangun
Meningkatkan penanaman modal pada suatu produk/unit bisnis untuk meningkatkan pangsa
pasarnya. Strategi ini biasanya dilakukan pada produk-produk yang tergolong dalam kategori
question marks lalu berubah menjadi stars dan cash cows
2. Hold atau mempertahankan
Strategi untuk mempertahankan produk-produk agar tetap berada dalam kategori yang sama.
Strategi ini biasanya digunakan pada produk yang berada dalam kategori stars.
3. Harvest atau memanen
Strategi untuk mengurangi penanaman modal dan mencoba untuk mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin dari suatu produk. Strategi ini umumnya diaplikasikan pada produk/unit
bisnis dalam kategori cash cows (sapi perah).
4. Divest atau melakukan divestasi
Strategi perusahaan untuk melakukan penutupan usaha terhadap unit bisnis/produk yang
pangsa pasarnya rendah atau mengalami kerugian. Strategi ini umumnya diterapkan pada
produk/unit bisnis dalam kategori dogs.