Anda di halaman 1dari 83

UNIVERSITAS INDONESIA

PREDIKSI KEBERHASILAN KLAIM KONSTRUKSI OLEH


KONTRAKTOR AKIBAT KETERLAMBATAN PENYELESAIAN
PEKERJAAN

TESIS

NOVERA MEYLINDA
1706991624

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM MAGISTER
SALEMBA
2020
UNIVERSITAS INDONESIA

PREDIKSI KEBERHASILAN KLAIM KONSTRUKSI OLEH


KONTRAKTOR AKIBAT KETERLAMBATAN PENYELESAIAN
PEKERJAAN

TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

NOVERA MEYLINDA
1706991624

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
SALEMBA
NOVEMBER 2020
UNIVERSITAS INDONESIA

PREDICTION OF SUCCESS CONSTRUCTION CLAIMS BY


CONTRACTORS DUE TO DELAY IN COMPLETION OF WORK

TESIS
Submitted as a fulfillment of the requirement for the Magister Degree of
Engineering

NOVERA MEYLINDA
1706991624

FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING PROGRAM
SPECIALIST PROGRAM OF PROJECT MANAGEMENT
SALEMBA
NOVEMBER 2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Novera Meylinda

NPM : 1706991624

Tanda Tangan :

Tanggal :

iv
STATEMENT OF ORIGINALITY

I hereby declare this thesis is the result of my own individual work, and all the

sources quoted or referred have been stated correctly.

Name : Novera Meylinda

NPM : 1706991624

Signature :

Date :

v
HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :


Nama : Novera Meylinda
NPM : 1706991624
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Tesis : Prediksi Keberhasilan Klaim Konstruksi Oleh
Kontraktor Akibat Keterlambatan Penyelesaian
Pekerjaan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknik
pada Program Studi Manajemen Proyek Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : ........................................................... (……........................)

Pembimbing 2 : ........................................................... (……........................)

Penguji 1 : ........................................................... (……........................)

Penguji 2 : ........................................................... (……........................)

Penguji 3 : ........................................................... (……........................)

Ditetapkan di : .....................................

Tanggal : .....................................

vi
STATEMENT OF LEGITIMATION

This thesis submitted by :


Name : Novera Meylinda
Student ID : 1706991624
Study Program : Civil Engineering
Title : Prediction of Success Construction Claims by
Contractors Due To Delay in Completion of Work

Has been successfully defended in front of the Board of Examiners and accepted
as part of the necessary requirement to obtain the Degree of Magister of
Engineering in Civil Engineering Program, Faculty of Engineering, University
of Indonesia.
BOARD OF EXAMINER

Advisor 1 : ........................................................... (……........................)

Advisor 2 : ........................................................... (……........................)

Examiner 1 : ........................................................... (……........................)

Examiner 2 : ........................................................... (……........................)

Examiner 3 : ........................................................... (……........................)

Stated in : .....................................

Date : .....................................

vii
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Manajemen
Proyek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh
karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ayomi Dita Rarasati, ST, MT, PhD, selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing tesis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;
2. Pimpinan, dosen, serta staf Fakultas Teknik Universitas Indonesia atas
bantuan, dukungan, ilmu, dan bimbingannya selama proses perkuliahan;
3. Orang tua, adik-adik, serta keluarga besar yang telah memberi dukungan dan
doa; dan
4. Teman-teman, rekan kerja, dan pihak-pihak lain yang telah membantu proses
penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Allah Subhanahu Wata’ala berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pembangunan ilmu.

Jakarta, …..,………… 2020

Novera Meylinda

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Novera Meylinda
NPM : 1706991624
Program Studi : Manajemen Proyek
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Prediksi Keberhasilan Klaim Konstruksi Oleh Kontraktor Akibat


Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan

Beserta perangkat lainnya dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas
Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Novera Meylinda)

ix
ABSTRAK

Nama : Novera Meylinda


Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Prediksi Keberhasilan Klaim Konstruksi oleh Kontraktor Akibat
Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan

Persaingan yang semakin ketat dalam usaha konstruksi menuntut para pelaku usaha
jasa konstruksi untuk meningkatkan daya saing usaha mereka diantaranya dengan
peningkatan efisiensi, inovasi, dan juga peningkatan kejelian dalam melihat peluang
klaim. Secara rinci, perkara di sektor konstruksi yang ditangani BANI (Badan
Arbitrase Nasional Indonesia) saja mencapai 27,09% dari total kasus yang ditangani
lembaga tersebut sepanjang 2014 – 2018 (Dimas, 2019).

Penelitian tentang prediksi yang dilakukan pada penelitian sebelumnya lebih banyak
mengenai prediksi timbulnya klaim. Padahal kepentingan para pihak terhadap suatu
klaim yang timbul tidak berhenti sampai klaim tersebut diajukan saja tetapi sampai
klaim tersebut dapat diterima atau tidak diterima. Pada penelitian ini akan dicari apa
saja faktor yang mempengaruhi klaim tersebut dapat diterima atau tidak diterima dan
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan klaim. Penelitian
ini dibatasi pada klaim konstruksi yang disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian
pekerjaan.

Dalam Penelitian ini, untuk mengetahui kemungkinan faktor keberhasilan klaim


akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan digunakan teknik klasifikasi Pohon
Keputusan dengan algoritma C4.5.

Kata kunci : Klaim, Prediksi, Faktor keberhasilan, Algoritma C4.5.

x
ABSTRACT

Name : Novera Meylinda


Study Program : Civil Engineering
Title : Prediction of Success Construction Claims by Contractors Due to
Delays in Completion of Work

Competition in the construction business is increasingly tighter so requires


construction business actors to improve their business competitiveness, including by
increasing efficiency, innovation, and also increasing carefulness in seeing of claim
opportunities. In detail, cases in the construction sector handled by BANI (the
Indonesian National Arbitration Board) reached 27.09% of the total cases handled by
this institution during 2014 - 2018 (Dimas, 2019).

Most of the previous research on prediction is more about predicting the emergence
of claims. In fact, the interests of the parties in a claim that arise do not stop until the
claim is submitted, but until the claim is accepted or not accepted. In this research, we
will look for what are the factors that influence the claim can be accepted or not
accepted and predict how these factors can affect the success of the claim. This
Research is limited to construction claims caused by delays in completion of work.

In this Research, to determine the probability of claim success factors due to delays in
completion of work, the Decision Tree C4.5 algorithm is used.

Key words : Claim, Prediction, Success factors, C4.5 algorithm.

xi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................viii


ABSTRAK................................................................................................................................. x
ABSTRACT.............................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... xiv
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN............................................................. 1
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH...................................................................................18
1.3. PERUMUSAN MASALAH.................................................................................... 18
1.4. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................19
1.5. MANFAAT PENELITIAN..................................................................................... 19
1.6. BATASAN PENELITIAN...................................................................................... 19
1.7. MODEL OPERASIONAL PENELITIAN.............................................................. 20
BAB II......................................................................................................................................21
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................... 21
2.1. KEBERHASILAN PENGAJUAN KLAIM KONTRAK KONSTRUKSI............. 21
2.1.1. KLAIM KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA .................................. 21

2.1.2. PENGERTIAN KLAIM KONSTRUKSI ........................................................ 23

2.1.3. FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR KEBERHASILAN KLAIM ........... 25

2.1.4. PENYELESAIAN KLAIM ............................................................................. 30

2.2. KLAIM AKIBAT KETERLAMBATAN................................................................31


2.2.1. PENGAJUAN KLAIM AKIBAT KETERLAMBATAN .............................. 37

2.3. DECISION TREE ATAU POHON KEPUTUSAN ALGORITMA C4.5 UNTUK


PREDIKSI KEBERHASILAN KLAIM ............................................................................ 43

2.3.1. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ....................................................... 43

2.3.2. DECISION TREE ATAU POHON KEPUTUSAN ......................................... 46

xii
2.3.3. ALGORITMA C4.5 ......................................................................................... 48

BAB III.................................................................................................................................... 51
METODE PENELITIAN.........................................................................................................51
3.1. KERANGKA PENELITIAN...................................................................................51
3.2. TAHAPAN PENELITIAN...................................................................................... 55
3.3. VARIABEL PENELITIAN..................................................................................... 56
3.4. INSTRUMEN PENELITIAN..................................................................................59
3.4.1. SOFTWARE WEKA ....................................................................................... 65

3.5. METODE PENGUMPULAN DATA......................................................................66


3.6. METODE ANALISIS DATA..................................................................................66
3.6.1. POHON KEPUTUSAN ALGORITMA C4.5 ................................................ 66

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Faktor potensial penyebab persengketaan Konstruksi.................................................6


Tabel 2. Penyelesaian 12 Proyek Strategis Nasional................................................................. 8
Tabel 3. Perbandingan Teknik Klasifikasi...............................................................................11
Tabel 4. Frekuensi Penggunaan Algoritma Pohon Keputusan................................................ 12
Tabel 5. Tabel Dokumentasi Ringkasan Penelitian Terdahulu Yang Relevan........................ 14
Tabel 6. State of the art penelitian prediksi keberhasilan klaim konstruksi............................ 17
Tabel 7. Identifikasi Variabel Independent..............................................................................59
Tabel 8. Contoh Kuesioner 1 ................................................................................................. 60

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada proyek pemerintah...................... 8


Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada proyek swasta.............................9
Gambar 3. Konsep Dasar pohon Keputusan............................................................................ 47
Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................................ 53
Gambar 5. Kerangka Berpikir dan Alur Penelitian ................................................................ 54
Gambar 6. Flowchart Rancangan Proses Penelitian .............................................................. 67

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Perkembangan infrastruktur di Indonesia yang semakin meningkat tidak terlepas dari
semakin pesatnya pembangunan Negara. Banyaknya proyek-proyek konstruksi yang
sedang dikerjakan dan juga rencana pengerjaan proyek-proyek konstruksi lainnya di
masa yang akan datang akan meningkatkan persaingan diantara para pelaku usaha
jasa konstruksi. Persaingan yang semakin ketat menuntut para pelaku usaha jasa
konstruksi untuk meningkatkan daya saing usaha mereka diantaranya dengan
peningkatan efisiensi, inovasi, dan kejelian dalam melihat peluang klaim. Kejelian
dalam melihat peluang klaim menjadi sebuah keahlian yang perlu dimiliki oleh para
pelaku usaha jasa konstruksi karena persaingan untuk mendapatkan tender proyek
konstruksi saat ini tidak hanya melihat dari perbedaan harga suatu pekerjaan. Peluang
pengajuan klaim saat tender salah satunya muncul dari ambiguitas bahasa kontrak,
dimana lingkup pekerjaan dalam kontrak tidak jelas sehingga terdapat pekerjaan yang
tidak tercantum dalam kontrak dan menimbulkan klaim dikemudian hari. Klaim juga
dapat terjadi seiring berjalannya pekerjaan proyek konstruksi yang disebabkan oleh
banyak faktor, tidak hanya dalam lingkup pekerjaan namun juga dapat timbul dalam
hal waktu mulai dan penyelesaian pekerjaan, ketentuan pembayaran, syarat umum
maupun yang lainnya. Dalam sebuah penelitian didapat bahwa penyebab klaim dalam
sudut pandang pihak Kontraktor dan pihak Pengguna Jasa ternyata berbeda, hal
tersebut menunjukan adanya perbedaan interpretasi atas kontrak (Hardjomuljadi,
2014). Adanya kendala dalam pelaksanaan proyek itu sendiri, seperti faktor pekerjaan
tambah, perlu diwaspadai karena berpotensi besar menimbulkan klaim waktu dan
biaya, kendala waktu yang terbatas dalam penyusunan dokumen kontrak serta
kurangnya kesadaran para pekerja konstruksi terhadap kontrak (Handayani, Adianto,
& Wibowo, 2010) juga berpotensi menimbulkan klaim. Kesadaran terhadap kendala
dalam faktor pekerjaan, seperti klaim kontrak konstruksi, adalah keterampilan yang
harus dimiliki secara khusus. Dengan melatih sensitifitas terhadap klaim kontrak

1
konstruksi, maka akan membantu menyingkapkan masalah-masalah dalam
administrasi kontrak perusahaan (Kululanga, R., W., F., & Member, 2001). Para
pelaku proyek konstruksi diantaranya Pengguna Jasa, Konsultan dan Kontraktor
harus meningkatkan pemahaman terhadap klausul-klausul dalam sebuah kontrak
konstruksi. Selanjutnya dalam pelaksanaan proyek, para pelaku usaha jasa konstruksi
harus lebih responsif terhadap klaim yang muncul maupun terhadap peluang klaim
agar dapat bersaing dalam industri jasa konstruksi saat ini.

Klaim, konflik dan sengketa konstruksi adalah hal yang biasa terjadi pada suatu
proyek konstruksi. Klaim terjadi ketika permintaan dari satu pihak kepada pihak
lainnya tidak terfasilitasi. Hal ini dapat menimbulkan konflik hingga dapat berujung
sengketa (Alfansuri, Hamdi; Ramadan (ed), Bimastyaji Surya;, 2017). Suatu
pekerjaan Konstruksi yang semakin rumit maka akan semakin besar kemungkinan
timbulnya klaim, dan juga semakin besar terjadinya perbedaan pendapat yang dapat
menimbulkan sengketa. Dalam sebuah sengketa konstruksi, masing-masing pihak
akan mempertahankan agar pihaknya tidak merugi. Kontraktor adalah salah satu
pihak yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai kontrak dengan tujuan untuk mendapatkan hak berupa keuntungan dari harga
pekerjaan sesuai dengan perhitungannya, sedangkan pihak yang lainnya, yaitu
Pengguna Jasa, memiliki tujuan agar suatu pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan
kontrak dengan harga yang telah disepakati di awal, jika pun ada penyesuaian
pekerjaan sesuai kondisi lapangan, Pengguna Jasa akan berusaha bertahan agar harga
pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak tidak terlampaui.

Salah satu lembaga yang menangani sengketa konstruksi adalah Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI). Penyelesaian sengketa lewat badan arbitrase dinilai lebih
efektif ketimbang peradilan umum karena tidak memakan waktu lama sehingga
biayanya pun lebih efisien. Perkara terkait konstruksi merupakan perkara yang paling
banyak ditangani BANI karena seiring dengan gencarnya pembangunan Infrastruktur
di Indonesia. Secara persentase, perkara di sektor konstruksi yang ditangani BANI

2
mencapai 27,09% dari total kasus yang ditangani lembaga tersebut sepanjang 2014 –
2018 (Dimas, 2019).

Sedangkan Penyelesaian sengketa melalui peradilan atau litigasi, sekalipun dinilai


tidak efektif namun masih banyak digunakan sebagai salah satu solusi penyelesaian
sengketa (Hidayat & Gunawan, 2013), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
pihak yang paling banyak bersengketa adalah antara BUMN dan Swasta dengan jenis
proyek komersil. Pada umumnya, faktor penyebab sengketa yang ditempuh melalui
jalur litigasi sampai ke tingkat Mahmakah Agung adalah faktor pekerjaan. Jangka
waktu penyelesaian sengketa dari dibuatnya perjanjian hingga menghasilkan putusan
Mahkamah Agung biasanya membutuhkan waktu tiga sampai dengan enam tahun,
sedangkan jangka waktu dari putusan Pengadilan Negeri sampai dengan putusan
Mahkamah Agung adalah sekitar 18 (delapan belas) bulan. Selanjutnya biaya yang
digugat dalam sengketa pada umumnya mencapai lebih dari 20 (dua puluh) milyar.

Dalam Jasa Konstruksi mengenal alternative dispute resolution. Undang-undang No.


18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mengatur dalam satu bab mekanisme
penyelesaian sengketa konstruksi, dimana para pihak yang bersengketa boleh
memilih salah satu, antara pengadilan atau diluar pengadilan, tergantung pada
kesepakatan kedua belah pihak. Dalam Undang-undang No.2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi, sebagai penganti UU Jasa Konstruksi 1999, penyelesaian sengketa
yang timbul dari kontrak kerja konstruksi diselesaikan melalui musyawarah untuk
mufakat. jika para pihak yang bersengketa tidak menemukan kesepakatan, maka
penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui tahapan upaya penyelesaian sengketa
yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau jika tidak tercantum dalam
kontrak kerja konstruksi, maka para pihak yang bersengketa perlu membuat suatu
persetujuan tertulis mengenai tata acara penyelesaian sengketa yang akan dipilih.
Adapun tahapan penyelesaian sengketa yang diatur dalam UU Jasa Konstruksi 2017
adalah sebagai berikut : 1. Mediasi; 2. Konsiliasi; dan 3. Arbitrase. Serta dibentuk tim
berdasarkan kesepakatan para pihak sejak pengikatan jasa konstruksi, yaitu dewan
sengketa yang dijelaskan dalam bagian Penjelasan UU Jasa Konstruksi 2017, untuk

3
mencegah dan menengahi sengketa yang terjadi di dalam pelaksanaan kontrak kerja
konstruksi. Dengan demikian, yang diutamakan dalam UU Jasa Konstruksi 2017
adalah mengutamakan penyelesaian sengketa di luar jalur pengadilan yaitu secara
musyawarah dan mufakat. Penyelesaian lewat mediasi atau alternatif lain diluar jalur
pengadilan dinilai lebih menekankan pada pendekatan kekeluargaan, dan dipercaya
dapat lebih menghasilkan win-win solution.

Namun, perlu diperhatikan ketentuan dalam Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi
2017, dimana salah satu klausul yang menjadi syarat dan tercantum dalam kontrak
kerja konstruksi adalah ketentuan mengenai : (a) penyelesaian perselisihan, yang
memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
dan (b) pilihan penyelesaian sengketa konstruksi. Dalam bagian penjelasan Pasal 47
ayat (1) mengenai penyelesaian perselisihan disebutkan : Penyelesaian perselisihan
memuat ketentuan tentang tatacara penyelesaian perselisihan yang diakibatkan antara
lain oleh ketidaksepakatan dalam hal pengertian, penafsiran, atau pelaksanaan
ketentuan kontrak kerja konstruksi serta ketentuan tentang tempat dan cara
penyelesaian perselisihan. Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain
musyawarah, mediasi, arbitrase, maupun litigasi atau pengadilan. Tidak ada
penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan “penyelesaian perselisihan” dan
“penyelesaian sengketa”. Jika dilihat pengertian “sengketa” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “sengketa” berarti pula “perselisihan”, dengan demikian, dalam
UU Jasa Konstruksi 2017 masih tercantum upaya hukum penyelesaian perselisihan
melalui pengadilan, walaupun dalam batang tubuh UU Jasa Konstruksi 2017 tidak
mencantumkan hal tersebut.

Terjadinya sengketa menurut (Soekirno & dkk, 2007) dapat dibagi dalam beberapa
kategori aspek kasus, yaitu :
1. Kegagalan mewujudkan aspek teknis/mutu
• Pengguna jasa melakukan klaim terhadap Kontraktor karena hasil pekerjaannya
tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

4
• Kontraktor melakukan klaim terhadap pengguna jasa karena melakukan
perubahan desain, sehingga menimbulkan rework. Atau pengguna jasa
mewajibkan Kontraktor memanfaatkan jasa supplier atau sub-Kontraktor tertentu
yang merugikan Kontraktor.

2. Kegagalan mewujudkan aspek waktu


• Pengguna jasa melakukan klaim terhadap Kontraktor karena terlambat
menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Keterlambatan
tersebut berimbas pada keterlambatan pemanfaatan konstruksi sehingga potensi
keuntungan pengguna jasa menjadi terhambat.
• Jika keterlambatan tersebut karena sebab yang ditimbulkan oleh pengguna jasa,
maka Kontraktor dapat pula melakukan klaim
3. Kegagalan mewujudkan aspek biaya
• Kontraktor melakukan klaim terhadap perubahan desain yang dilakukan
pengguna jasa yang menyebabkan terjadinya change order.
• Jika produktivitas Kontraktor menurun akibat kebijakan yang ditetapkan
pengguna jasa sehingga Kontraktor harus menambah jam kerja, maka Kontraktor
dapat melakukan klaim.

No Kategori Aspek Penyebab Faktor-Faktor Penyebab


1 Aspek teknis atau aspek  Faktor perubahan lingkup pekerjaan
mutu  Faktor perbedaan kondisi lapangan
 Faktor kekurangan material yang sesuai
dengan spesifikasi teknis
 Faktor keterbatasan peralatan
 Faktor kurang jelas atau kurang
lengkapnya gambar rencana dan/ atau
spesifikasi teknis
2 Aspek waktu  Faktor penundaan waktu pelaksanaan
pekerjaan
 Faktor percepatan waktu penyelesaian
pekerjaan
 Faktor keterlambatan waktu

5
penyelesaian pekerjaan
3 Aspek biaya  Faktor penambahan biaya pengadaan
sumber daya proyek
 Faktor penambahan biaya atas hilangnya
produktivitas
 Faktor penambahan biaya atas overhead
dan keuntungan
Tabel 1. Faktor potensial penyebab persengketaan Konstruksi
Sumber : (Soekirno & dkk, 2007)

Sedangkan faktor-faktor penyebab klaim menurut (Fisk & P.E., 1997) adalah :
1. Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pengguna Jasa, dimana
kejadian yang menyebabkan keterlambatan tidak tertulis dalam kontrak,
sehingga Pengguna Jasa bangunan harus memberikan tambahan waktu atau
tambahan biaya pada Kontraktor (compensable delay).
2. Perintah perubahan jadwal oleh Pengguna Jasa. Perintah perubahan jadwal ini
dapat berupa percepatan pekerjaan atau penundaan pekerjaan.
3. Adanya perubahan atau modifikasi isi kontrak yang bersifat informal yang
berasal dari perencana atau Pengguna Jasa.
4. Perbedaan kondisi lapangan yang disebabkan karena terjadinya perubahan
kondisi di lapangan, yang sebelumnya tidak diperkirakan akan terjadi,
misalnya kondisi fisik di bawah permukaan tanah.
5. Perubahan kondisi cuaca di luar musim yang biasa terjadi dan terdokumentasi
dalam data Badan Meteorologi yang menyebabkan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan tepat waktu.
6. Kegagalan dalam membuat kesepakatan harga atas permintaan perubahan
pekerjaan.
7. Konflik dalam perancangan dan spesifikasi produk yang sudah tidak
diproduksi lagi.
8. Kontrak yang tersendat-sendat, perubahan penting, pekerjaan di luar lingkup
kontrak, penggunaan proyek sebelum penyerahan total, dan kegagalan
pembayaran dari pihak Pengguna Jasa bangunan

6
Sedangkan dalam penelitian (Chandra & dkk, 2005) mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab tuntutan yang dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) faktor, yaitu :
1. Keterlambatan akibat pengguna jasa;
2. Perubahan oleh pengguna jasa;
3. Perbedaan kondisi lapangan;
4. Kondisi cuaca yang tidak biasa;
5. Percepatan kerja atas perintah pengguna jasa;
6. Penghentian kerja oleh pengguna jasa;
7. Masalah pada spesifikasi;
8. Masalah keuangan; dan
9. Keterlambatan pengadaan material.

Keterlambatan penyelesaian pekerjaan merupakan salah satu penyebab timbulnya


klaim dan sengketa. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan merupakan hal yang
hampir biasa terjadi pada suatu proyek konstruksi, baik pada proyek swasta maupun
proyek pemerintah. Seperti misalnya keterlambatan yang terjadi pada Proyek
Strategis Nasional (PSN) Pemerintah. Komite Percepatan Infrastruktur Prioritas
(KPPIP) menyampaikan 12 (dua belas) proyek PSN yang seharusnya selesai di akhir
tahun 2019 namun mundur ke 2020.

Target
No. Proyek Strategis Nasional Kendala
Operasional
Jalan Tol Pandaan - Malang Keterlambatan 20 Feb 2020
1
37,62 KM Seksi V pembebasan lahan
2 Pelabuhan Kawasan Ekonomi Penyediaan jalan akses Kuartal II
Khusus Maloy 2020
3 Tangki Penyimpanan BBM Pendanaan Kuartal I 2020
Bula dan Saumlaki
4 SPAM Umbulan Izin pekerjaan Maret 2020
5 Kawasan Industri Wilmar Izin Usaha Kuartal I 2020
Serang
6 Kereta Api Tebing Kuala- Teknis Pekerjaan Juni 2020
Kuala Tanjung
7 Makasar Newport Jalan akses diluar Kuartal III
pelabuhan 2020

7
8 SPAM Bandar Lampung Kasus KPK jeratan APBN Agustus 2020
9 Bendungan Passeloreng Perizinan lahan Kuartal III 2020
Sulawesi Selatan
10 Kawasan Industri Ketapang Izin lokasi usaha (target awal
2019)
11 Kawasan Industri Konawe Izin Usaha Kawasan (target awal
Industri 2019)
12 LRT Sumatera Selatan Lelang konsultasi Kuartal II 2020
supervisi dalam verifikasi
dokumen pekerjaan
Kontraktor

Tabel 2. Penyelesaian 12 Proyek Strategis Nasional


Sumber : (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi, 2019)

Dalam hal faktor yang mempengaruhi keterlambatan, (Kurniawan, Wulandari, & Ayu,
2018) mendapatkan bahwa pada lingkup proyek Pemerintah, terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi yaitu cuaca, tenaga kerja dan desain.
Sedangkan pada proyek swasta, 3 faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan
penyelesaian proyek adalah cuaca, material, dan keuangan.

Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada proyek pemerintah

8
Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada proyek swasta
Keterlambatan pelaksanaan proyek seringkali menimbulkan kerugian bagi Kontraktor
dan juga bagi Pengguna Jasa. Dampak dari keterlambatan adalah konflik dan
perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga menimbulkan
tuntutan waktu, dan biaya tambah (Praboyo, 1999). Adanya hubungan antara
keterlambatan dengan tuntutan yang mungkin ditimbulkan ataupun sebaliknya dapat
dilihat juga dari hasil penelitian (Pasaribu, 2009) dimana didapatkan bahwa klaim
memiliki korelasi 81,2 % terhadap kinerja waktu.

Penting bagi Kontraktor untuk mengajukan klaim sesuai dengan langkah-langkah


yang ditentukan dalam ketentuan kontrak, rincian biaya dan waktu yang diperlukan,
dan bukti-bukti yang memuaskan. Selain itu, Pengguna Jasa proyek harus mengikuti
prosedur komprehensif untuk melacak dan mengelola klaim yang diajukan oleh
Kontraktor (Bakhary, Adnan, & Ibrahim, 2015). Dalam sudut pandang Kontraktor,
masalah utama dalam identifikasi klaim adalah kurangnya kesadaran staf proyek
terhadap klaim konstruksi, pengetahuan yang kurang terhadap kontrak konstruksi dan
waktu yang tidak memadai karena beban kerja yang tinggi, sedangkan dari sudut
pandang Konsultan, tidak tersedianya tenaga ahli yang cukup untuk mendeteksi klaim
dan komunikasi yang buruk antara staf proyek dan kantor pusat, dianggap sebagai
masalah utama dalam identifikasi klaim (Bakhary, Adnan, & Ibrahim, 2015).
Kurangnya kesadaran para pekerja dan staff proyek terhadap kekritisan klaim,

9
menimbulkan tidak proaktifnya staff dan pekerja proyek dalam menanggulangi
faktor-faktor penyebab timbulnya klaim maupun dalam mendeteksi potensial klaim
yang mungkin terjadi.

Untuk mengetahui dan memastikan bahwa klaim perlu diajukan oleh Kontraktor,
adalah salah satu alasan penelitian ini dilakukan. Penelitian tentang prediksi
keberhasilan klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan dianalisis
dengan teknologi Data Mining. Data mining merupakan analisis data untuk
menemukan hubungan yang tidak terduga dan mengumpulkan dan meringkas data
dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya, sehingga dapat dipahami dan
bermanfaat bagi Pengguna Jasa (Larose, 2005). agar data terebut dapat digunakan
sebagai prediksi untuk memperkirakan nilai maupun data masa mendatang. Salah
satu teknik dalam Data mining adalah Klasifikasi. Dalam Penelitian (Bhaskar N.
Patel, dkk, 2012) berjudul Efficient Classification of Data Using Decision Tree
dibandingkan 4 (empat) teknik klasifikasi dan disajikan dalam sebuah tabel sebagai
berikut :

Facto Affecting (Faktor yang Mempengaruhi) Decision Neural KNN SVM


Trees Network

Accuracy in general (Akurasi secara umum) ** *** ** ****


Speed of learning with respect to number of *** * **** *
attributes and the number of instances
(Kecepatan belajar sehubungan dengan
jumlah atribut dan jumlah contoh)
Speed of classification **** **** * ****
Tolerance to missing values (Kecepatan *** * * **
klasifikasi toleransi terhadap nilai yang
hilang)
Tolerance to irrelevant attributes (Toleransi *** * ** ****
terhadap atribut yang tidak relevan)
Dealing withdanger of overfitting (Berurusan ** * *** **
dengan bahaya overfitting)
Explanation ability/ transparency of **** * **
knowledge/ classifications (Kemampuan

10
menjelaskan/ transparansi pengetahuan/
klasifikasi)
Model parameter handling (Penanganan *** * ***
parameter model)

Tabel 3. Perbandingan Teknik Klasifikasi (Bhaskar N. Patel, dkk, 2012)

Decision Tree atau Pohon keputusan adalah salah satu teknik kasifikasi yang mudah
diinterpretasi oleh manusia. Pohon Keputusan adalah salah satu model prediksi
dengan menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki. Dengan mengubah data
menjadi aturan-aturan keputusan, pohon keputusan ini dapat mem-breakdown proses
pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga solusi
permasalahan akan dapat lebih mudah didapat dan diinterpretasikan.

Dalam Penelitian ini, untuk mengetahui kemungkinan faktor keberhasilan klaim


akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan digunakan teknik klasifikasi Pohon
Keputusan dengan algoritma C4.5. Algoritma C4.5 merupakan salah satu algoritma
yang digunakan untuk melakukan klasifikasi data dan bersifat prediktif. Algoritma
C4.5 adalah pengembangan dari algoritma ID3. Dimana Algoritma ID3 (Iterative
Dechotomizer 3) merupakan algoritma pembelajaran pohon keputusan dengan
prosedur pencarian secara menyeluruh pada semua kemungkinan pohon keputusan.
Ide dasarnya dengan membangun pohon keputusan dan menguji masing-masing
atribut pada setiap simpul pohon (Ture et al., 2009). Algoritma C4.5 mempunyai
prinsip dasar kerja yang sama dengan algoritma ID3, Perbedaan utamanya adalah :
C4.5 dapat menangani atribut kontinyu dan diskrit, C4.5 dapat menangani data
dengan missing value, Hasil pohon keputusan C4.5 akan dipangkas setelah dibentuk,
dan Pemilihan atribut yang dilakukan dengan menggunakan Gain Ratio. Perbedaan
tersebut sekaligus menjadi kelebihan algoritma C4.5 yang membuat algoritma C4.5
ini dapat menghasilkan aturan-aturan yang mudah diinterpretasikan dan tercepat
diantara algoritma-algoritma yang lain. Sehingga dalam penggunaannyapun,
algoritma C4.5 ini adalah algoritma yang paling sering digunakan dalam teknik
klasifikasi Pohon Keputusan (Han,J. Kamber., 2001).

11
Algoritma Pohon Keputusan Frekuensi

C4.5 54,55 %
CART 40,9 %
SPRINT 31,84 %
SLIQ 27,27 %
PUBLIC 13,6 %
C5.0 9%
CL S 9%
RANDOM FOREST 9%
RANDOM TREE 4,5 %
ID3+ 4,5 %
OCI 4,5 %
CLOUDS 4,5 %

Tabel 4. Frekuensi Penggunaan Algoritma Pohon Keputusan


(Latifah, Khoiriya, dkk, 2018)

Penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan algoritma C4.5 untuk menghitung


prediksi diantaranya adalah : (1) Penerapan Algoritma C4.5 Untuk Memprediksi
Nilai Kelulusan Siswa Sekolah Menengah Berdasarkan Faktor Eksternal (Pambudi,
Setiawan, & Indriati, 2018); (2) Analisa dan Penerapan Algoritma C4.5 Dalam Data
Mining Untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Konstruksi PT Arupadhatu Adisesanti (Elisa, 2017); (3) Analisis Kinerja Decision
Tree C4.5 dalam Prediksi Potensi Pelunasan Kredit Calon Debitur (Hermanto, SN, &
Putra, 2017); (4) Komparasi 5 Metode Algoritma Klasifikasi Data Mining Pada
Prediksi Keberhasilan Pemasaran Produk Layanan Perbankan (Dewi, 2016); (5)
Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Kriteria Nasabah Kredit (Mabrur &
Lubis, 2012).

Penelitian tentang klaim konstruksi sendiri sudah sangat banyak dibahas. Penelitian
yang menjadi referensi untuk mengetahui prediksi keberhasilan klaim diantaranya
adalah berkaitan dengan faktor penyebab klaim, faktor diterimanya klaim, prediksi

12
perubahan dan prediksi timbulnya klaim itu sendiri. Beberapa penelitian diantaranya
yaitu : (1) A Database Management System to Document and Analyse Construction
Claims (Al-Sabah, Fereig, & Hoare, 2003); (2) Issue Associated with Extension of
Time (EoT) Claim in Malaysian Construction Industry (Yusuwan & Adnan, 2013); (3)
Prediction of Outcome of Construction Dispute Claims Using Multilayer Perceptron
Neural Network Model (Chaphalkar, Lyer, & Patil, 2015); (4) Predicting Change by
Evaluating the Change Implementation Process in Construction Projects Using Event
Tree Analysis (Heravi, M.ASCE & Charkhakan, 2015); (5) Predicting Outcome of
Construction Litigation Using Boosted Decision Trees (Arditi, M.ASCE & Pulket,
2005); (6) Studi Persepsi Faktor-Faktor Penyebab Klaim Pada Pelaksanaan Proyek
Konstruksi Bangunan Gedung (Handayani, Adianto, & Wibowo, 2010); (7) Studi
Tentang Pengajuan Klaim Konstruksi dari Kontraktor Ke Pengguna Jasa Bangunan
(Chandra, Soetiono, & Tunardih, 2005); (8) Avoiding and Minimizing Construction
Delay Claim Disputes in Relational Contracting (Yates, M.ASCE & Epstein,
M.ASCE, 2006); Construction Contractors’ Claim Process Framework (Kululanga,
R., W., F., & Member, 2001).

Prediksi yang dilakukan pada penelitian sebelumnya lebih banyak mengenai prediksi
timbulnya klaim. Padahal permasalahan ataupun pembahasanan mengenai klaim yang
timbul atau yang diprediksi akan timbul nanti, tidak berhenti pada pengajuannya saja
tetapi sampai klaim tersebut dapat diterima atau tidak diterima. Pada penelitian ini
akan dicari apa saja faktor yang mempengaruhi klaim tersebut dapat diterima atau
tidak diterima dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
keberhasilan klaim. Berikut dokumentasi ringkasan penelitian terdahulu yang dapat
mendukung penelitian ini :

13
Tabel 5. Tabel Dokumentasi Ringkasan Penelitian Terdahulu Yang Relevan

14
15
16
Tabel 6. State of the art penelitian prediksi keberhasilan klaim konstruksi

17
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang mendasari penelitian ini, yaitu :
 Belum adanya penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengajuan klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh
Penggguna Jasa. Sebagai pengetahuan bagi Pengguna Jasa dan khususnya
Kontraktor untuk dapat mengajukan klaim dengan efektif dan efisien.
 Belum adanya penelitian yang memprediksi keberhasilan pengajuan klaim yang
diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa dalam hal klaim akibat
keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Dimana kemampuan untuk memprediksi
keberhasilan klaim dibutuhkan untuk meningkatkan sensitifitas dan kesadaran
para pelaku konstruksi terhadap potensi klaim.
 Bagaimana algoritma C4.5 dapat dimanfaatkan untuk memprediksi keberhasilan
klaim konstruksi oleh Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan
dari model data berdasarkan data potensial klaim konstruksi yang diajukan
Kontraktor.

1.3. PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya terkait prediksi keberhasilan klaim konstruksi akibat keterlambatan
penyelesaian pekerjaan, maka rumusan-rumusan permasalahan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengajuan klaim
konstruksi oleh Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan ?
2. Bagaimana prediksi tingkat keberhasilan klaim konstruksi oleh Kontraktor akibat
keterlambatan penyelesaian pekerjaan menggunakan metode algoritma C4.5 ?

18
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengajuan klaim
konstruksi oleh Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
2. Menganalisis prediksi tingkat keberhasilan klaim konstruksi oleh Kontraktor
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan menggunakan metode algoritma
C4.5.

1.5. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Memberi masukan dasar untuk pengajuan klaim konstruksi oleh Kontraktor
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan agar pengajuan klaimnya lebih
efektif.
2. Meningkatkan kekritisan pekerja ketika menemukan potensi klaim,
menumbuhkan kepedulian Kontraktor dalam hal menyiapkan dokumentasi
maupun administrasi pekerjaan, dan menumbuhkan keyakinan Kontraktor dalam
hal pengajuan klaim konstruksi kepada Pengguna Jasa.
3. Memberi dorongan bagi penelitian lanjutan yang berkaitan langsung atau tidak
langsung dengan prediksi keberhasilan pengajuan klaim konstruksi.

1.6. BATASAN PENELITIAN


Penelitian ini dibatasi pada data pengajuan klaim konstruksi sebagai berikut :
1. Klaim konstruksi yang diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa akibat
dari keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
2. Penelitian difokuskan pada pengajuan klaim konstruksi pada proyek
pembangunan di wilayah Indonesia.
3. Sebagai studi kasus, penelitian difokuskan pada pembangunan yang dikelola oleh
pihak swasta maupun pemerintah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

19
1.7. MODEL OPERASIONAL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama adalah dengan
mengumpulkan teori-teori dari buku referensi dan jurnal ilmiah, selanjutnya tahap
kedua adalah dengan mengumpulkan data terkait klaim yang pernah diajukan oleh
Kontraktor. Data Klaim didapat dari data pengajuan klaim proyek dan dari hasil
pengumpulan data angket staf proyek.
 Analisis data
Pada tahap ini dilakukan analisis data-data dan mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk membangun sistem dalam pembuatan model penelitian. Pemodelan
sistem akan dilakukan dengan menggunakan metode Decision Tree algoritma C4.5.
 Penulisan Laporan
Laporan yang ditulis berupa laporan tesis dan dibuat berdasarkan KEPUTUSAN
REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2143/SK/R/UI/2017 TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA
UNIVERSITAS INDONESIA.

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEBERHASILAN PENGAJUAN KLAIM KONTRAK KONSTRUKSI


2.1.1. KLAIM KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA

Di Indonesia saat ini fenomena tentang klaim sudah mulai dikenal oleh para pelaku
usaha konstruksi dan tidak lagi dianggap tabu, namun implementasinya masih banyak
pihak yang tidak siap dalam menerima ataupun melakukan pengajuan klaim,
beberapa pihak, khususnya pemerintah, merasa alergi dengan istilah klaim sementara
Kontraktor merasa segan untuk mengajukan klaim karena takut dicatat sebagai
Kontraktor yang rewel atau menuntut macam-macam (Nazarkhan, 2004).

Di tahun-tahun delapan puluhan sampai awal tahun sembilan puluhan, Kontraktor


atau Kontraktor Konstruksi di Indonesia “takut” mengajukan klaim. Hingga awal
tahun 2000-an, klaim konstruksi masih dianggap sebagai suatu tuntutan yang lebih ke
arah negatif, karena memberi kesan memaksa, atau dianggap sebagai sebuah
permintaan terhadap hal-hal diluar haknya sebagai pelaku usaha konstruksi.
Kenyataannya dalam sebuah kontrak konstruksi, dispute atau perselisihan kontrak
sering terjadi dan dapat memunculkan sebuah klaim, sehingga dapat dikatakan bahwa
klaim yang muncul tersebut merupakan bagian dari proses penyelesaian perselisihan
dalam kontrak, dimulai dari munculnya perselisihan kontrak sebagai faktor penyebab
timbulnya klaim hingga klaim tersebut dapat diterima atau ditolak.

Di negara-negara barat dimana industri jasa konstruksi sudah berkembang dengan


pesat dan menggunakan teknologi yang serba canggih, masalah klaim sudah lama
dikenal dan merupakan masalah yang biasa terjadi antara pengguna jasa dan
Kontraktor. Kontraktor di negara-negara tersebut bersaing dengan sangat ketat satu
sama lain dalam usaha memenangkan tender untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
Hampir semua Kontraktor menguasai teknologi dan seluk beluk jasa konstruksi
sehingga perbedaan harga penawaran pada waktu tender bukan lagi karena perbedaan
harga suatu pekerjaan tetapi karena persaingan dalam efisiensi pengerjaan pekerjaan

21
tersebut. Dengan kata lain, perusahaan jasa konstruksi yang paling efisienlah yang
dapat menekan harga suatu pekerjaan sehingga menjadi murah yang
memungkinkannya memenangkan tender, bukan karena perbedaan mutu pekerjaan
itu. Beberapa perusahaan jasa konstruksi mencari keuntungan bukan lagi dari
efisiensi pekerjaan tetapi dari kejeliannya melihat peluang klaim yang besar pada
waktu tender.

Perkembangan usaha jasa konstruksi di Indonesia saat ini yang semakin luas dan
terbuka, menuntut daya saing yang tinggi bagi setiap pengusaha jasa konstruksi.
Persaingan dalam memenangkan sebuah tender tidak lagi sebatas persaingan harga
material, upah, dan mutu pekerjaan, namun lebih dari itu. Efisiensi pekerjaan jelas
merupakan salah satu usaha yang dituntut untuk memenangkan persaingan tersebut,
namun ada pula hal lain yang saat ini perlu juga diperhatikan dalam persaingan
pemenangan tender kontrak konstruksi, yaitu peluang pengajuan klaim. Peluang
pengajuan klaim saat tender, salah satunya muncul dari ambiguitas bahasa kontrak,
lingkup pekerjaan yang tidak jelas atau kurang merinci sehingga terdapat pekerjaan
yang tidak tercantum dan menimbulkan klaim dikemudian hari, tidak hanya pada
lingkup pekerjaan, perselisihan kontrak konstruksi dapat timbul dalam hal waktu
mulai dan penyelesaian pekerjaan, ketentuan pembayaran, syarat umum, maupun
yang lainnnya. Sehingga sebaiknya dalam pembuatan kontrak konstruksi perlu juga
diketahui faktor-faktor timbulnya klaim, dan mempertimbangkan peluang pengajuan
klaim yang mungkin timbul sebagai salah satu hal yang mempengaruhi pemenangan
tender hingga mempengaruhi sukses proyek nantinya. Selanjutnya dalam pelaksanaan
proyek, pengusaha jasa konstruksi harus lebih responsif terhadap klaim yang muncul
maupun terhadap peluang klaim yang dapat muncul agar dapat bersaing dalam
industri jasa konstruksi saat ini. Keberanian menghadapi resiko penilaian buruk dari
klien sebagai “penuntut” dan resiko klaim tidak diterima adalah hal dasar yang perlu
ditumbuhkan dalam mengajukan klaim, Seiring berjalannya proses pembuktian klaim,
akan terlihat apakah klaim yang diajukan adalah sebuah tuntutan yang tidak mendasar
ataukah sebuah usaha wajar untuk memperjuangkan hak. Maka saat itulah seharusnya
klien dapat mengkonfirmasi penilaiannya terhadap pihak yang mengajukan klaim,

22
apakah pihak tersebut adalah “penuntut” atau tidak. Resiko klaim tidak diterima itu
ada, namun ketakutan atau rasa pesimis akan hal tersebut tidak seharusnya ada,
kalaupun klaim yang diajukan ditolak padahal itu merupakan haknya maka perlu di
evaluasi kembali faktor penyebab klaim tersebut ditolak, sehingga kedepannya dapat
berhasil mengajukan klaim dan mendapatkan haknya.

Dalam menghadapi klaim perlu mengikutsertakan pihak-pihak yang terlibat


kemudian dilakukan evaluasi hasil analisis pekerjaan, dilanjutkan dengan perintah
perubahan jika ada, sampai kepada penyelesaian klaim. Dalam proses tersebut
administrasi kontrak memegang peranan yang sangat penting, bahkan dapat dikatakan
berhasil atau tidaknya penyelesaian suatu klaim sangat tergantung dari kerapian dan
kecermatan dalam mengelola administrasi kontrak dari sejak kontrak ditandatangani.
Kurang terpeliharanya arsip dan data kontrak lainnya termasuk surat menyurat antara
Pengguna Jasa dan Kontraktor akan sangat melemahkan tingkat keberhasilan klaim
yang diajukan.

2.1.2. PENGERTIAN KLAIM KONSTRUKSI


Pengertian klaim menurut beberapa kepustakaan Indonesia (Nazarkhan, 2004) :

1. Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seorang berhak (untuk
memiliki atau mempunyai) atas sesuatu (Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
2. Klaim adalah tuntutan atas sesuatu yang dianggap menjadi hak; tuntutan atas
sesuatu yang dianggap menyalahi perjanjian atau kontrak (Badudu & Zain, 1994).

Berdasarkan pengertian diatas, maka klaim konstruksi dapat diartikan sebagai


permohonan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa
konstruksi antara Kontraktor dan Pengguna Jasa atau antara Kontraktor utama dengan
Sub-Kontraktor atau pemasok bahan atau pihak luar dengan Pengguna Jasa/
Kontraktor. Sehingga jika dibagi menjadi 3 kategori klaim berdasarkan pihak yang
terlibat maka sebagai berikut :

23
1. Klaim dari pengguna jasa terhadap Kontraktor, diantaranya : pengurangan nilai
kontrak, percepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kompensasi atas kelalaian
Kontraktor.
2. Klaim dari Kontraktor terhadap pengguna jasa, diantaranya : tambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan, tambahan kompensasi, tambahan konsesi atas
pengurangan spesifikasi teknis atau bahan.
3. Klaim dari sub-Kontraktor atau pemasok bahan terhadap Kontraktor utama.

Bentuk klaim yang diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa bangunan pada
umumnya adalah klaim biaya dan waktu (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid,
2002). Klaim tersebut biasanya timbul karena adanya perubahan pekerjaan,
disamping itu juga dampak terhadap pekerjaan yang tidak berubah, misalnya waktu
pelaksaan pekerjaan yang tidak berubah tersebut mundur. Misalnya pekerjaan yang
tidak berubah tersebut seharusnya dikerjakan pada musim kemarau, namun karena
adanya penundaan pekerjaan, maka terpaksa dilakukan pada musim hujan yang
mengakibatkan penurunan produktifitas dan perlu tambahan biaya untuk melindungi
pekerjaan tersebut dari pengaruh hujan. Ditambah lagi dengan kemungkinan kenaikan
upah pekerja karena musim hujan, tambahan tenaga pengamanan, biaya administrasi
dan overhead.

Ketika timbul klaim maka berlanjut dengan pembuatan dokumen klaim formal yang
diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa, dimana dokumen tersebut akan
menjadi dasar kebijakan Pengguna Jasa dalam mempertimbangkan potensial klaim
sedini mungkin. Setiap potensi klaim hendaknya didiskusikan dan ditinjau bersama
oleh Pengguna Jasa dan Kontraktor atau pihak lain yang terkait lainnya seperti
konsultan pengawas atau pimpinan proyek.

Sedangkan menurut (Gillbreath, 1992), klaim terdiri dari unsur-unsur pembentuk


klaim, yaitu :

 Tambahan upah, material, peralatan, pengawasan, administrasi, overhead dan


waktu.

24
 Pengulangan pekerjaan (bongkar/pasang)
 Penurunan prestasi kerja
 Pengaruh iklim
 Demobilisasi dan Remobilisasi
 Salah penempatan peralatan
 Penumpukan bahan
 De-efisiensi jenis pekerjaan

Pengajuan klaim konstruksi biasanya berdasar pada syarat-syarat kontrak yang


merupakan kesepakatan antara pengguna jasa dan Kontraktor. Hal-hal yang sering
dikaitkan dengan klaim adalah fluktuasi harga, pekerjaan tambah kurang,
perpanjangan waktu, dan tagihan atas kerugian atau pengeluaran tambahan karena
terganggunya pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan buruknya cuaca, buruknya
organisasi Kontraktor dan pengelolaan lapangan tidak dapat dikompensasikan dalam
klaim ini.

2.1.3. FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR KEBERHASILAN KLAIM


Keberhasilan klaim dapat dilihat dari bagaimana faktor-faktor penyebab timbulnya
klaim dapat diatasi. Penyebab klaim dapat berbeda menurut sudut pandang pengguna
jasa dan Kontraktor. Menurut (Hardjomuljadi, 2014) Penyebab klaim dari sudut
pandang Pengguna Jasa adalah :

1. Perubahan desain
2. Perbedaan interpretasi atas dokumen kontrak
3. Perubahan lingkup pekerjaan
4. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh Kontraktor
5. Permintaan perubahan volume pekerjaan
6. Lambatnya pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak

25
Sedangkan penyebab klaim dari sudut pandang Kontraktor (Hardjomuljadi, 2014),
adalah :

1. Serah terima lahan dan kesiapan lahan


2. Perubahan desain
3. Keterlambatan pembayaran
4. Perubahan pekerjaan konstruksi
5. Kurangnya supervisi dan kapasitas manajemen
6. Perubahan lingkup pekerjaan
7. Kondisi yang tidak terlihat secara fisik (cuaca, fosil, dll)
8. Perencanaan proyek dan interfacing
9. Kebijakan Pemerintah
10. Perbedaan interpretasi atas dokumen kontrak
11. Lambatnya pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak
12. Permintaan perubahan melalui lisan oleh penguna jasa

Dalam (Nazarkhan, 2004) terdapat penjelasan mengenai penyebab utama timbulnya


klaim konstruksi menurut Prof. H. Priyatna Abdurrasyid, yaitu :

1. Informasi design tidak tepat


2. Informasi design tidak sempurna
3. Investigasi lokasi yang tidak sempurna
4. Reaksi/respon klien yang lambat
5. Komunikasi yang buruk
6. Sasaran waktu yang tidak realisasi
7. Administrasi yang tidak sempurna
8. Kejadian eksternal yang tidak terkendali
9. Informasi tender yang tidak lengkap
10. Alokasi resiko yang tidak jelas
11. Keterlambatan atau ingkar membayar

26
Sedangkan menurut (Gillbreath, 1992) penyebab terjadinya klaim adalah :

1. Pekerjaan yang cacat

Pengguna barang dan jasa yang tidak puas dengan yang pekerjaan telah dihasilkan
Kontraktor dapat mengajukan klaim atas kerugian termasuk biaya perubahan,
penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang cacat. Ketidakpuasan Pengguna Jasa
biasanya terjadi karena pekerjaan yang dikerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disebut dalam kontrak atau hal lain yang tidak cocok dengan maksud yang
ditetapkan. Kadang-kadang barang dan jasa yang diminta tidak sesuai dengan
garansi/jaminan yang diberikan oleh Kontraktor atau pemasok.

2. Keterlambatan yang disebabkan Kontraktor

Jika Kontraktor berjanji melaksanakan pekerjaan tersebut dalam waktu yang telah
ditetapkan, pengguna barang dan jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian bila
keterlambatan tersebut disebabkan oleh kontraktor atau dalam kejadian lain, bahkan
jika keterlambatan tersebut diluar kendali dari Kontraktor. Jenis klaim kerugian
dalam hal ini adalah kehilangan kesempatan penggunaan dari fasilitas tersebut,
pengaruh reaksi terhadap penyedia barang dan jasa lain dan kenaikan biaya dari
pekerjaan lain yang terlambat.

3) Sebagai klaim tandingan

Para pengguna jasa yang menghadapi klaim-klaim para Kontraktor dapat


membalasnya dengan klaim tandingan. Klaim tandingan biasanya menyerang atau
berusaha memojokan/mendiskreditkan pengajuan klaim dari Kontraktor, dengan
membuka hal-hal yang tumpang tindih atau penyebab kerugian biaya atau
menyebutkan ketidaksesuaian pasal-pasal kontrak dengan tindakan-tindakan
Kontraktor dalam hal timbulnya pengajuan klaim dan terjadinya sengketa.
Kebanyakan klaim yang ditemukan dalam proyek konstruksi datang dari Kontraktor
terhadap pengguna jasa karena satu dan lain sebab.

27
(Fisk & P.E., 1997) menyebut secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan
klaim dari Kontraktor kepada Pengguna Jasa bangunan, yaitu :

 Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pengguna Jasa bangunan.


Keterlambatan ini disebut compensable delay yang terjadi karena alasan
keterlambatan tidak tertulis dalam kontrak, sehingga Pengguna Jasa bangunan
harus memberikan tambahan waktu atau uang pada Kontraktor.
 Perubahan jadwal yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa bangunan. Perubahan
jadwal ini bisa berupa percepatan pekerjaan atau penundaan pekerjaan.
 Perubahan atau modifikasi isi kontrak yang bersifat informal yang berasal dari
perencana atau Pengguna Jasa bangunan.
 Perbedaan kondisi lapangan, yang disebabkan karena perubahan kondisi di
lapangan yang tidak diramalkan terjadi, misalnya kondisi fisik di bawah
permukaan tanah.
 Perubahan kondisi cuaca di luar musim yang terdokumentasi dan menyebabkan
pekerjaan tidak dapat diselesaikan.
 Kegagalan dalam membuat kesepakatan harga akibat perubahan order pekerjaan.
 Konflik dalam perancangan dan spesifikasi produk yang sudah tidak diproduksi
lagi.
 Kontrak yang tersendat-sendat, perubahan penting, pekerjaan di luar lingkup
kontrak, penggunaan proyek sebelum penyerahan total, dan kegagalan
pembayaran dari pihak Pengguna Jasa bangunan.

Faktor-faktor penyebab timbulnya klaim konstruksi yang beragam, dan terlebih lagi
dengan perbedaan pandangan antara pengguna jasa dan Kontraktor maka diperlukan
adanya kerjasama dan kebersamaan para stakeholder konstruksi untuk benar-benar
memahami permasalahan yang dihadapi bersama.

Sedangkan faktor keberhasilan sebuah klaim diantaranya dibahas oleh (Hewitt, 2016)
dalam bukunya Construction Claims and Responses yang menyimpulkan elemen
esensial dalam kesuksesan klaim adalah :

28
1. Klaim diajukan untuk menunjukan bahwa penggugat memiliki hak atas
kompensasi dan juga untuk membuktikan jumlah dari klaim tersebut.
2. Tanggapan dokumen klaim adalah untuk menjabarkan temuan-temuan dari
penentuan klaim.
3. Penyebab adalah peristiwa yang menimbulkan klaim dan harus dibuktikan dalam
pengajuan klaim.
4. Efeknya adalah bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi penuntut dengan
menghubungkan penyebab dengan efeknya. Ini bisa dari segi waktu atau uang dan
harus dibuktikan dalam klaim.
5. Hak adalah hak penuntut berdasarkan kontrak atau berdasarkan hukum kepada
kompensasi yang diklaim dan juga harus ditetapkan dan dibuktikan dalam klaim.
6. Persyaratan sebelum pemberian hak harus diperiksa dalam klaim dan harus
ditunjukan bahwa penuntut telah memenuhi persyaratan, atau jika tidak maka
harus dijelaskan alasannya mengapa kondisinya saat ini yang tidak memenuhi
syarat tidak mempengaruhi klaim yang diajukan.
7. Semua pernyataan dan perhitungan harus dibuktikan dengan mengacu pada
catatan proyek, kontrak dan dokumen pendukung lainnya.
8. Sangat penting untuk membangun sistem administrasi kontrak yang kuat,
sehingga melindungi hak kontraktual penggugat dan memberikan pembuktian
sebab akibat, dan hak yang memadai.
9. Elemen-elemen penting untuk dimasukkan dalam klaim atau tekad adalah CEES,
yaitu :
 Cause (Sebab)
 Effect (Efek)
 Entitlement (Hak)
 Substantiation (Pembuktian)

29
2.1.4. PENYELESAIAN KLAIM
Dalam hal penyelesaian klaim dapat dilakukan dengan beberapa metode yang
disepakati bersama dan dicantumkan dalam kontrak, antara lain :

 Engineering Judgement, di mana konsultan desain yang ditunjuk pemilik


bangunan bertanggung jawab untuk mengambil keputusan akhir penyelesaian
klaim dan mengikat semua pihak (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid,
2002).
 Negosiasi, di mana pihak yang berselisih mencari penyelesaian tanpa campur
tangan pihak lain (Barrie & Paulson, 1992).
 Mediasi, di mana pihak yang berselisih menggunakan mediator yang bersifat
netral dan keputusannya bersifat tidak mengikat (Barrie & Paulson, 1992).
 Arbitrasi, di mana pihak yang berselisih menunjuk arbitrator dari badan
arbitrase dan keputusannya bersifat mengikat (Fisk & P.E., 1997).
 Litigasi, di mana perselisihan dibawa ke pengadilan dan masing-masing pihak
diwakili pengacaranya (Barrie & Paulson, 1992).
 Mini-trial, di mana pihak yang berselisih diwakili oleh masing-masing
manajer proyek dan adanya pihak ketiga sebagai penasehat. (Malak, Asem,
El-Saadi, & Abou-Zeid, 2002).
 Dispute review board, di mana masing-masing pihak yang berselisih memilih
satu perwakilan untuk menunjuk pihak ketiga dan keputusannya bersifat tidak
mengikat (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid, 2002).

Selanjutnya untuk mengendalikan resiko dan menghindari klaim, dapat dilakukan


beberapa cara, yaitu (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid, 2002) :

 Pihak yang terkait mempelajari kontrak sebaik-baiknya


 Asuransi
 Memeriksa program kerja pelaksanaan konstruksi sebelum masa penawaran
 Memilih tim konstruksi yang kompeten

30
 Menerapkan sistem informasi manajemen untuk mengenali permasalahan
yang potensial

2.2. KLAIM AKIBAT KETERLAMBATAN


Jenis klaim yang paling sering terjadi yaitu klaim yang timbul akibat keterlambatan
penyelesaian pekerjaan. Klaim jenis ini biasanya mengenai permintaan tambahan
waktu dan tambahan biaya untuk mengurangi ganti rugi atau menghindari denda
keterlambatan. Pemberian perpanjangan waktu dapat diikuti juga dengan hak atas
biaya tak langsung atau overhead. Kontraktor akan meminta penggantian tambahan
biaya overhead jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang disebabkan
oleh pengguna jasa dengan alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum
selesai.

Pada pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan proyek seringkali terjadi, yang


dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian bagi Kontraktor dan Pengguna Jasa.
Bagi Kontraktor, keterlambatan selain dapat menyebabkan pembengkakan biaya
proyek akibat bertambahnya waktu pelaksanaan proyek, dapat pula mengakibatkan
menurunnya kredibilitas Kontraktor untuk waktu yang akan datang. Sedangkan bagi
pemilik, keterlambatan penggunaan atau pengoperasian hasil proyek konstruksi dan
seringkali berpotensi menyebabkan timbulnya perselisihan dan klaim antara pemilik
dan Kontraktor (Soeharto, 1995).

Jenis-jenis klaim akibat keterlambatan (Nazarkhan, Klaim Konstruksi, Pengenalan,


teknik, kiat memanfaatkan peluang klaim, 2010) diantaranya adalah :

1. Keterlambatan yang dapat diterima (execusable delay)


Dalam hal ini Kontraktor hanya diberikan perpanjangan waktu, tapi tidak
tambahan biaya atau pembebasan lainnya.
2. Keterlambatan dengan kompensasi (ganti kerugian)
Pada keterlambatan ini, Kontraktor dapat diberikan perpanjangan waktu dan juga
tambahan ganti rugi/ kompensasi

31
3. Keterlambatan-keterlambatan yang berbenturan, maksudnya adalah keterlambatan
yang sebagian terjadi karena kesalahan pengguna jasa dan sebagian lagi karena
kesalahan Kontraktor. Perpanjangan waktunya pun berbenturan, sehingga
diperlukan analisis yang detail untuk menguraikannya.

Secara detail, (Messah, Widodo, & Adoe, 2013) mengelompokan jenis-jenis


keterlambatan proyek sebagai berikut :

1. Non Excusable Delays

Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:

a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak
tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari
penyusunan jadwal proyek. Identifikasi yang tidak lengkap akan
mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan
kerja.
b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek
berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang
tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoalan karena
tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali
harganya.
c. Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya keterampilan dan keahlihan pekerja dapat mengakibatkan
produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan
waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek
d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian Kontraktor
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung
adalah tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan.
Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan
keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan

32
kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat dan material yang tidak
sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan, akan membuat
produktivitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur/ tidak
produktif sehingga menghambat laju pekerjaan.
e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung
didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus disesuaikan
dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan
proyek dapat tercapai.
f. Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi
proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi
proyek.Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu
pengiriman alat ataupun material.
g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/ diperbaiki karena cacat/salah
Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan,
baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek,
penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua
perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu.
h. Kesulitan finansial.
Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus direncanakan
dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek
itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh Kontraktor ini, terutama yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran ke pemasok material dan
pembayaran upah tenaga kerja. Hal ini akan menyebabkan tersendatnya
dukungan sumber daya yang ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan
menjadi terhambat
i. Kurangnya pengalaman Kontraktor
Pengalaman Kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah dalam
bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor yang sudah

33
berpengalaman dengan mudah mengatasi permasalahan yang timbul, lain
halnya dengan Kontraktor yang kurang pengalaman, akan membutuhkan
waktu yang lebih banyak.
j. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi Kontraktor
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik
agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih
k. Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi, walaupun
mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan penyelesaian stuktur,
seringkali berdampak lebih lamanya waktu penyelesaian yang diperlukan.
l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini dapat
berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma
akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya
produktivitas kerja.
2. Excusable Delays
a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanah
longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas
pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang
berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan
tidak sesuai dengan yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya
jadwal proyek. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat
menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.
b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk
dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan
pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang
akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.

34
c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek
Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda-beda, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari
masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada
berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal
pelaksanaan proyek.
3. Compensable Delays
Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah :
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan
pemakaian yang mendesak. Kesalahan- kesalahan akan timbul karena adanya
tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan- perbaikan. Akibatnya jadwal
yang telah direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.
b. Persetujuan ijin kerja yang lama
Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu
aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan. Proses persetujuan ijin
ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan
pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang
cukup lama untuk mengambil keputusan.
c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek
sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal
yang telah dibuat Kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan
proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
d. Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau
penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung
berakibat pada mundurnya jadwal proyek.

35
e. Keterlambatan penyediaan material
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang
disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat
menyediakan material kepada Kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan.
Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena
menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.
f. Dana dari Pengguna Jasa yang tidak mencukupi
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari
Pengguna Jasa yang tidak cukup.
g. Sistim pembayaran pemilik ke Kontraktor yang tidak sesuai kontrak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus
menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut Kontraktor
sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap
terjaga. Pembayaran termin dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat
merugikan pihak Kontraktor karena akan mengacaukan semua sistim
pendanaan proyek tersebut dan mempengaruhi kelancaran pekerjaan
Kontraktor.
h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan
Kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang
pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan
lambat.

Klaim-klaim keterlambatan hampir selalu mengarah pada permintaan waktu dan uang.
Beberapa unsur biaya yang dipengaruhi oleh waktu adalah :

1. Bunga bank
2. Asuransi
3. Overhead kantor pusat
4. Biaya umum
5. Penyewaan

36
6. Pemeliharaan alat
7. Pemasokan material
8. Dukungan teknik
9. Administrasi kontrak
10. Mutu program administrasi
11. Pengamanan
12. Pengawasan
13. Perpanjangan atau kehilangan masa jaminan
14. Ganti rugi
15. Penyimpanan dan perlindungan material.

Dalam satu kasus, pengadilan mengijinkan biaya overhead dalam situasi


keterlambatan dengan nilai yang tidak tentu, tergantung pada unsur apa yang
termasuk dalam overhead menurut dokumen kontrak, apakah biaya overhead ini
sudah termasuk dalam biaya kontrak lain. dan bagaimana biaya perusahaan ini
dialokasikan keseluruh kontrak.

2.2.1. PENGAJUAN KLAIM AKIBAT KETERLAMBATAN


Studi terdahulu oleh (Wibowo, 2009) membahas tentang persepsi pengajuan klaim
atas keterlambatan akibat pihak Pengguna Jasa pada proyek konstruksi pemerintah.
Hasil survei persepsi tentang praktik klaim dari Kontraktor kepada Pengguna Jasa
akibat keterlambatan yang disebabkan Pengguna Jasa tentang alasan-alasan klaim
tidak diajukan oleh Kontraktor dan alasan ditolak oleh Pengguna Jasa. Tiga alasan
utama meliputi, klaim tidak cukup signifikan, ketidaksiapan dokumen klaim dan
prosedur administratif yang berbelit.

Stokes dalam (Wibowo, 2009) merumuskan empat strategi bagi Kontraktor supaya
klaim berhasil yaitu mengenali klaim, memberikan notifikasi dengan tepat,
mengumpulkan dokumentasi yang diperlukan, dan mempresentasikan klaim dengan
cara persuasif supaya Pengguna Jasa mengabulkan klaim.

37
(Wibowo, 2009) sendiri mempresentasikan hasil survei terhadap pelaku jasa
konstruksi tentang praktik klaim Kontraktor kepada Pengguna Jasa karena
keterlambatan yang menjadi tanggungjawab Pengguna Jasa konstruksi pemerintah.
Berdasarkan frekuensi, terdapat tiga alasan utama mengapa klaim tidak diajukan oleh
Kontraktor adalah (1) klaim tidak signifikan, (2) ketidaksiapan dokumen pendukung
klaim, (3) perlunya menjaga hubungan baik dengan pengguna jasa.

Sementara itu alasan Pengguna Jasa menolak klaim Kontraktor adalah (1) klaim tidak
diatur dalam kontrak, (2) ketidaklengkapan dokumen pendukung klaim, (3) tidak
tersedianya anggaran

Sedangkan menurut (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid, 2002) jika Kontraktor
ingin mengajukan klaim maka beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Persiapan Pengajuan Klaim


Klaim yang diajukan harus logis dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Pada bagian awal ditetapkan secara detail, pihak-pihak yang terkait, tanggal
terjadinya, peristiwa dan informasi yang sesuai.
 Penjelasan peristiwa penyebab klaim dan akibatnya
 Analisa fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang menjadi dasar klaim,
disertai dengan referensi dan pasal-pasal yang tercantum dalam kontrak.
 Perhitungan dampak biaya berdasarkan rincian biaya aktual langsung dan
tidak langsung
 Penentuan klaim yang menuntut tambahan waktu berdasarkan analisis lintasan
waktu kritis dan non kritis
2. Metode Analisis Klaim
Dalam kontrak sebaiknya mencantumkan pihak yang bertanggung jawab terhadap
klaim dan pihak yang menyelesaikan/ memberikan keputusan akhir. Misalnya,
apakah konsultan desain juga bertanggung jawab atas peristiwa penyebab klaim,
seperti kecurangan dan ketidaksempurnaan desain yang disebabkan oleh
konsultan desain tersebut.

38
Dengan analisis submodel notice requirement ditetapkan suatu kondisi dimana
Kontraktor akan kehilangan haknya jika terjadi hal-hal sebagai berikut :
 Engineer tidak memberitahukan secara formal peristiwa penyebab klaim
 Kontraktor tidak mengajukan pemberitahuan yang disertai durasi terjadinya
peristiwa
 Kontraktor tidak merinci biaya dan waktu yang diklaim
 Pemilik bangunan memiliki prasangka di balik pemberitahuan tersebut
3. Penyebab Kegagalan Klaim
Klaim yang sudah siap untuk diajukan bisa saja mengalami kegagalan,
diantaranya karena :
 Permohonan pengajuan klaim terlambat
 Kontraktor tidak mengikuti prosedur kontrak
 Kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan
 Klaim yang diajukan tidak mempunyai dasar yang kuat
 Informasi yang dibutuhkan untuk menguji kebenaran klaim tidak tersedia

Dalam sebuah kontrak konstruksi mencakup ketentuan khusus yang berkaitan dengan
perpanjangan waktu, tidak terkecuali (FIDIC, 2008) yang juga memiliki prosedur ini.

Dalam FIDIC Sub-Klausa 8.4 Perpanjangan Waktu Penyelesaian ;

Kontraktor berhak berdasarkan Sub-Klausa 20.1 (Klaim oleh Kontraktor) atas


perpanjangan waktu penyelesaian jika dan sebatas bila penyelesaian berdasarkan
Sub-Klausula 10.1 (Serah Terima Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan) terlambat atau
menjadi terlambat oleh sebab-sebab berikut ini :

a. Suatu Perubahan, kecuali apabila penyesuaian waktu penyelesaian telah


disepakati berdasarkan Sub-Klausula 13.3 (Prosedur Variasi) atau perubahan
mendasar dalam kuantitas suatu jenis pekerjaan yang termasuk dalam
Kontrak.
b. Suatu penyebab keterlambatan yang memberikan hak perpanjangan waktu
berdasarkan suatu Sub-Klausula dari persyaratan ini,

39
c. Kelainan keadaan cuaca yang sangat buruk,
d. Kekurangan yang tak dapat diperkirakan sebelumnya dalam ketersediaan
personil atau barang-barang akibat wabah atau kebijakan pemerintah, atau
e. Keterlambatan, kesulitan atau hambatan yang disebabkan atau diakibatkan
oleh Pengguna Jasa, personil Pengguna Jasa atau Kontraktor lain yang
dipekerjakan Pengguna Jasa.

Apabila Kontraktor menganggap dirinya berhak atas perpanjangan waktu


penyelesaian, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Konsultan/
Pengguna Jasa berdasarkan Sub-Klausula 20.1 (Klaim oleh Kontraktor). Ketika
menentukan perpanjangan waktu berdasarkan Sub-Klausula 20.1, Konsultan/
Pengguna Jasa harus meninjau penetapan sebelumnya dan boleh menambah tetapi
tidak boleh mengurangi perpanjangan waktu secara keseluruhan.

Dengan demikian ketentuan di atas sebenarnya mengharuskan Kontraktor untuk


menyerahkan klaim agar prosedur klaim perpanjangan waktu dapat dipenuhi. Dimana
(FIDIC, 2008) pun menjelaskan tentang prosedur pengajuan dan diterimanya klaim
sebagai berikut :

Sub Klausul 20.1; Jika Kontraktor menganggap dirinya berhak atas perpanjangan
waktu penyelesaian dan/atau pembayaran tambahan, menurut Klausula manapun dari
persyaratan ini atau yang lainnya dalam kaitannya dengan Kontrak, Kontraktor harus
menyampaikan pemberitahuan kepada Konsultan, menyebutkan kejadian atau
keadaan yang menimbulkan klaim. Pemberitahuan harus disampaikan sesegera
mungkin, dan tidak lebih dari jangka waktu 28 hari setelah Kontraktor menyadari,
atau seharusnya telah menyadari, akan kejadian atau keadaan tersebut. Jika
Kontraktor gagal menyampaikan pemberitahuan suatu klaim dalam jangka waktu 28
hari, waktu penyelesaian tidak akan diperpanjang, Kontraktor tidak berhak atas
pembayaran tambahan, dan Pengguna Jasa akan dibebaskan dari semua kewajiban
yang berkaitan dengan klaim. Sebaliknya, ketentuan Klausula berikut ini akan
berlaku.

40
Kontraktor juga harus menyampaikan pemberitahuan lain yang disyaratkan dalam
Kontrak dan data pendukung klaim, yang berkaitan dengan kejadian atau keadaan
tersebut. Kontraktor harus menyimpan catatan lengkap (sesuai dengan waktunya)
yang mungkin diperlukan untuk mendukung klaim, baik di lapangan maupun di
lokasi lain yang dapat diterima oleh Konsultan. Tidak dibatasi kewajiban, Pengguna
Jasa, Konsultan dapat, setelah menerima pemberitahuan menurut Sub-Klausula ini,
memantau penyimpanan catatan dan/atau memerintahkan Kontraktor untuk
menyimpan catatan kontemporer lebih lanjut. Kontraktor harus mengizinkan
Konsultan untuk menginspeksi seluruh catatan, dan akan (bila diperintahkan)
menyampaikan salinan kepada Pengguna Jasa. Dalam jangka waktu 42 hari setelah
Kontraktor menyadari (atau seharusnya telah menyadari) akan kejadian atau keadaan
yang menimbulkan klaim, atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh
Kontraktor dan disetujui oleh Pengguna Jasa, Kontraktor harus menyampaikan
kepada Pengguna Jasa suatu klaim secara detail disertai oleh data pendukung
mengenai dasar klaim dan perpanjangan waktu dan/atau pembayaran tambahan yang
diklaim. Jika kejadian atau keadaan yang menimbulkan klaim memiliki suatu efek
berkelanjutan :

a. Klaim yang terinci ini harus dianggap bersifat sementara,


b. Kontraktor harus menyampaikan klaim sementara lebih lanjut secara berkala
setiap bulan, menyatakan akumulasi keterlambatan dan/atau jumlah yang
diklaim, dan data pendukung lebih lanjut yang mungkin diperlukan Konsultan;
dan
c. Kontraktor harus mengirimkan klaim final dalam jangka waktu 28 hari setelah
efek yang diakibatkan oleh kejadian atau keadaan tersebut berakhir, atau
dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Pengguna Jasa.
Dalam jangka waktu 42 hari setelah menerima suatu klaim atau data pendukung lebih
lanjut untuk mendukung klaim sebelumnya, atau dalam waktu lain yang mungkin
diusulkan oleh Pengguna Jasa dan disetujui oleh Kontraktor, Pengguna Jasa harus
menanggapi dengan persetujuan, atau penolakan dengan komentar secara rinci.

41
Pengguna Jasa juga dapat meminta data pendukung lebih lanjut yang diperlukan,
namun tetap memberikan tanggapannya atas prinsip klaim dalam jangka waktu yang
ditetapkan di atas. Dalam jangka waktu 42 hari yang ditetapkan di atas, Pengguna
Jasa harus menindaklanjuti sesuai dengan Sub-Klausula 3.5 (Penetapan) untuk
menyetujui dan menetapkan:
i. Perpanjangan (jika ada) Waktu Penyelesaian (sebelum atau sesudah
berakhir) sesuai dengan Sub-Klausula 8.4 (Perpanjangan Waktu
Penyelesaian), dan/atau
ii. Pembayaran tambahan (jika ada) yang berhak diterima Kontraktor
menurut Kontrak. Setiap Berita Acara Pembayaran harus memasukkan
pembayaran tambahan untuk klaim dengan data pendukung yang dapat
diterima menurut ketentuan dalam Kontrak. Kecuali dan hingga data
pendukung yang disampaikan dianggap cukup untuk mendukung
keseluruhan klaim, Kontraktor hanya berhak menerima pembayaran atas
bagian klaim yang mampu dibuktikan, jika Pengguna Jasa tidak
menanggapi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Klausula ini,
salah satu Pihak dapat menganggap bahwa klaim ditolak dan Pihak
tersebut dapat merujuk pada Dewan Sengketa sesuai dengan Sub-Klausula
20.4 (Memperoleh Keputusan Dewan Sengketa).

Ketentuan Sub-Klausula ini merupakan tambahan atas ketentuan Sub-Klusula lain


yang mungkin digunakan untuk suatu klaim. Jika Kontraktor gagal memenuhi Sub-
Klausula ini atau Sub-Klausula lain dalam kaitannya dengan klaim perpanjangan
waktu dan/atau pembayaran tambahan harus memperhitungkan sejauh mana (jika ada)
kegagalan telah menghambat atau merugikan penyelidikan klaim secara layak,
kecuali bila klaim tidak termasuk menurut paragraf kedua Sub-Klausula ini, bahwa
pemberian perpanjangan waktu selalu lebih mudah disetujui karena tidak membebani
biaya tambahan bagi pengguna jasa.

Selama Kontraktor mengajukan klaim perpanjangan waktu, Pengguna Jasa bisa jadi
telah menentukan waktu yang lebih pendek yang telah dipastikan untuk dimasukkan

42
dalam revisi kontrak, jika ini masalahnya, klaim perpanjangan waktu Kontraktor
harus direvisi dan dikirim kembali sesuai dengan revisi Pengguna Jasa.

Jika klaim yang diajukan hanya perpanjangan waktu, seringkali dapat ditangani
dengan relatif cepat, sedangkan tambahan klaim pembayaran biasanya berlarut-larut.
Diantaranya karena ada pertimbangan moneter untuk perpanjangan yang perlu
dibahas dan dinegosiasikan, sehingga pengajuan klaim perpanjangan waktu dan biaya,
lebih baik dilakukan secara terpisah namun pada saat yang sama.

2.3. DECISION TREE ATAU POHON KEPUTUSAN ALGORITMA C4.5


UNTUK PREDIKSI KEBERHASILAN KLAIM
2.3.1. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Definisi pengambilan keputusan menurut para ahli :
• Menurut George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
• Menurut Sondang P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
• Menurut James A. F. Stoner, pengambilan keputusan adalah proses yang
digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Pembuat keputusan (decision making) ialah proses memilih atau menentukan
berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuat keputusan
terjadi di dalam situasi yang meminta seseorang harus : (Suharnan, 2005)
a. Membuat prediksi atau gambaran ke depan,
b. Memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih,
c. Membuat perkiraan tentang banyaknya kejadian berdasarkan bukti-bukti
terbatas.
Keputusan adalah pemilihan suatu pilihan dari alternatif lain yang dianggap paling
baik untuk dilakukan. Sedangkan pengambilan keputusan adalah proses kita memilih
keputusan mana yang lebih baik untuk kita ambil. Dalam menentukan keputusan kita
harus memperhatikan logika, realita, rasional dan pragmatis.

43
Teori pengambilan keputusan adalah teknik yang digunakan untuk membantu dalam
proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan guna memecahkan
masalah dengan cara yang terbaik.
Dasar-dasar pengambilan keputusan menurut George R Terry dan Brinckloe adalah
(Syamsi, Ibnu, 2000) :
a) Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif
yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif
dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat
untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan
keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi,
pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari
pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif
hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
b) Pengalaman
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaiakan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuai praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
c) Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
d) Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat
rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan

44
wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang
seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
e) Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat,
keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat
terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang diakui saat itu.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, menurut
Arroba, antara lain (Arroba, T. 1998) :
a) Informasi yang diketahui perihal masalah yang dihadapi
b) Tingkat pendidikan
c) Personality
d) Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan
pengalaman (proses adaptasi)
e) Culture
Selanjutnya proses pengambilan keputusan menurut Kotler, antara lain (Kotler, Philip,
2000) :
a) Identifikasi masalah
Dalam hal ini diharapkan mampu mengidentifikasikan masalah yang ada di dalam
suatu keadaan.
b) Pengumpulan dan penganalisis data
Pengambil keputusan diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang
dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
c) Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-
cara pemecahannya.
d) Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah
tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam

45
pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan
alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
e) Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pengambil keputusan harus mampu
menerima dampak positif atau negatif, dan juga harus mempunyai alternatif yang lain.
f) Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari
keputusan yang telah dibuat.
Sehingga keputusan terbaik atas suatu permasalahan dapat diambil dengan
dipengaruhi berbagai macam faktor dan melalui suatu proses pengambilan keputusan.
Dalam pengambilan keputusan ini dapat dengan menggunakan suatu metode analisa
data yang terprogram dengan mendefinisikan dan menyatakannya dengan jelas. Bila
hal ini dapat dilaksanakan, langkah selanjutnya yaitu mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
2.3.2. DECISION TREE ATAU POHON KEPUTUSAN
Dalam penelitian ini Analisa Pohon Keputusan digunakan untuk dapat mengetahui
keputusan terbaik dalam hal perlu tidaknya pengajuan klaim. Dengan menggunakan
analisis pohon keputusan akan didapat keputusan terbaik berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi diterima atau tidak diterimanya pengajuan klaim yang diajukan
Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan dengan data yang berhirarki,
lebih tertata sehingga dapat diprediksi keberhasilan klaim tersebut.

Pohon Keputusan digunakan untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan tiap


simpul adalah keputusan dan daun adalah solusi untuk masalah tersebut (Ghozali, M.
Ferdi, 2017). Menurut (Hermawati, F.A, 2013) Pohon merupakan sebuah struktur
data yang terdiri dari simpul (node) dan rusuk (edge). Simpul pada sebuah pohon
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Simpul akar (root node),


merupakan simpul teratas yang tidak ada input dan tidak bisa mempunyai output atau
mempunyai output lebih dari satusimpul percabangan/ internal (branch/ internal node)

46
dan simpul daun (leaf node), sehingga disimpulkan bahwa Pohon Keputusan
merupakan representasi sederhana dari teknik klasifikasi untuk sejumlah kelas
berhingga, dimana simpul internal maupun simpul akar ditandai dengan nama atribut,
rusuk-rusuknya diberi label nilai atribut yang mungkin dan simpul daun ditandai
dengan kelas-kelas yang berbeda.

Gambar 3. Konsep Dasar Pohon keputusan

Konsep dari pohon keputusan adalah mengubah data menjadi aturan-aturan


keputusan. Manfaat utama dari penggunaan decision tree adalah kemampuannya
untuk mem-breakdown proses pengambilan keputusan yang rumit menjadi lebih
sederhana, sehingga pengambilan keputusan akan lebih menginterpretasikan solusi
dari permasalahan. Decision Tree juga berguna untuk mengeksplorasi data,
menemukan hubungan tersembunyi antara sejumlah calon variabel input dengan
sebuah variabel target. Decision Tree memadukan antara eksplorasi data dan
pemodelan, sehingga sangat bagus sebagai langkah awal dalam proses pemodelan
bahkan ketika dijadikan sebagai model akhir dari beberapa teknik lain.

Menurut Trisan (A, Tjahyono, dan A.M., Anggara, 2010), pohon keputusan ini
memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan, yaitu :
• Kelebihan Pohon Keputusan
‒ Daerah pengambilan keputusan yang rumit dapat diubah menjadi sederhana
‒ Dapat menghilangkan perhitungan yang tidak penting karena proses pengujian
hanya berdasarkan kriteria yang diperlukan saja

47
‒ Proses pemilihan fitur dari internal node yang berbeda lebih fleksibel. Fitur yang
telah dipilih ini akan menjadi pembeda antara kriteria yang satu dengan kriteria
lainnya.
‒ Metode ini dapat menghindari munculnya permasalahan dengan cara
menggunakan kriteria dengan jumlah yang sedikit pada node internal tanpa
mengurangi kualitas keputusan yang dihasilkan.
• Kekurangan Pohon Keputusan
‒ Dapat terjadi overlap apabila hasil keputusan dan kriteria yang digunakan
jumlahnya sangat banyak. Hal ini juga dapat berakibat bertambahnya waktu yang
digunakan untuk pengambilan keputusan dan jumlah memori yang dibutuhkan
semakin tinggi.
‒ Akumulasi jumlah error dari setiap tingkat pohon keputusan besar
‒ Mendesain pohon keputusan yang optimal sulit
‒ Kualitas keputusan yang didapatkan sangat tergantung dengan bagaimana pohon
tersebut didesain.

2.3.3. ALGORITMA C4.5


Pada penelitian ini algoritma yang digunakan untuk pembuatan pohon keputusan
adalah algoritma C4.5. Pohon keputusan merupakan metode klasifikasi dan prediksi.
Klasifikasi adalah suatu fungsi yang akan menghasilkan model untuk memprediksi
kelas atau kategori dari objek-objek di dalam basis data, yang terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap pembelajaran dan tahap pengklasifikasian.

Pada tahap pembelajaran, sebuah algoritma klasifikasi akan membangun sebuah


model klasifikasi dengan cara menganalisis training data. Tahap pembelajaran dapat
juga dipandang sebagai tahap pembentukan fungsi atau pemetaan Y=F(X) dimana Y
adalah kelas hasil prediksi X adalah tuple yang ingin diprediksi kelasnya. Selanjutnya
pada tahap pengklasifikasian, model yang telah dihasilkan akan digunakan untuk
melakukan klasifikasi.

48
Algoritma C4.5 memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dapat mengolah data
numerik (kontinyu) dan diskret, dapat menangani nilai atribut yang hilang,
menghasilkan aturan-aturan yang mudah diinterpretasikan dan tercepat diantara
algoritma-algoritma yang lain (Latifah, Khoiriyah, 2018).

Ide dasar dari algoritma ini adalah pembuatan pohon keputusan berdasarkan
pemilihan atribut yang memiliki prioritas tertinggi atau dapat disebut memiliki nilai
gain tertinggi berdasarkan nilai entropy atribut tersebut sebagai poros atribut
klasifikasi (Marwana, 2014). Kemudian secara rekursif cabang-cabang pohon
diperluas sehingga seluruh pohon terbentuk. Menurut kamus IGI Global
(International Publisher of Progressive Academic), entropy adalah jumlah data yang
tidak relevan terhadap informasi dari suatu kumpulan data (Triisant, 2015). Gain
adalah informasi yang didapatkan dari perubahan entropy pada suatu kumpulan data,
baik melalui observasi atau bisa juga disimpulkan dengan cara melakukan partisipasi
terhadap suatu set data (Marwana, 2014). Pada tahapannya algoritma C4.5 memiliki 2
prinsip kerja (Widayu, H., S. Darma., N. Silalahi, dan Mesran, 2017), yaitu :
Membuat pohon keputusan dan membuat aturan-aturan. Aturan yang terbentuk dari
pohon keputusan akan membentuk suatu kondisi dalam bentuk if then.

Berdasarkan apa yang ditulis Jefri (A. Slamet, 2007), terdapat empat langkah dalam
proses pembuatan pohon keputusan pada algoritma C4.5, yaitu :
1. Memilih atribut sebagai akar, didasarkan pada nilai gain tertinggi dari atribut-
atribut yang ada.
2. Membuat cabang untuk masing-masing nilai, artinya membuat cabang sesuai
dengan jumlah nilai variabel gain tertinggi
3. Membagi setiap kasus dalam cabang, berdasarkan perhitungan nilai gain tertinggi
dan perhitungan dilakukan setelah perhitungan nilai gain tertinggi awal dan kemudian
dilakukan proses perhitungan gain tertinggi kembali tanpa menyertakan nilai variabel
gain awal.
4. Mengulangi proses dalam setiap cabang sehingga semua kasus dalam cabang
memiliki kelas yang sama. Mengulangi semua proses perhitungan gain tertinggi

49
untuk masing-masing cabang kasus sampai tidak bisa lagi dilakukan proses
perhitungan.
Menurut Jiandi (Marwana, 2014) data yang dimiliki harus disusun menjadi sebuah
tabel berdasarkan kasus dan jumlah responden sebelum dilakukan perhitungan untuk
mencari nilai entropy dan gain.


n
Entropy (S) = i 0
 pi  log 2 pi (1)

Rumus (1) merupakan rumus yang digunakan dalam perhitungan entropy yang
digunakan untuk menentukan seberapa informatif atribut tersebut. Berikut
keterangannya (A. Slamet, 2007) :
S : Himpunan Kasus
n : Jumlah partisi S
pi : jumlah kasus pada partisi ke-i
Si
Gain (S,A) = Entropy (S)  i 1
n
 Entropy ( Si ) (2)
S

Rumus (2) merupakan rumus yang digunakan dalam perhitungan gain setelah
melakukan perhitungan entropy. Berikut keterangannya (A. Slamet, 2007) :
S : Himpunan Kasus
n : Jumlah partisi atribut A
|Si| : jumlah kasus pada partisi ke-i
|S| : Jumlah kasus dalam S

Dengan mengetahui rumus-rumus diatas, data yang telah diperoleh dapat dimasukkan
dan di proses dengan algoritma C4.5 untuk proses pembuatan pohon keputusan.
Perhitungan dimulai dari menghitung banyaknya jumlah atribut dan menentukan
atribut mana yang akan digunakan sebagai akar dari pohon keputusan. Selanjutnya
akan dilakukan perhitungan entropy dan gain untuk menentukan leaf dari pohon
keputusan tersebut. Setelah semua perhitungan selesai, pohon keputusan dapat dibuat
berdasarkan nilai gain yang telah dihitung sebelumnya. Atribut dengan nilai gain
tertinggi akan terletak pada prioritas yang lebih tinggi dan memiliki kedudukan yang
lebih tinggi juga pada pohon keputusan.

50
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. KERANGKA PENELITIAN


Identifikasi masalah seperti yang telah diuraikan pada Bab I adalah sebagai berikut :

 Bagaimana algoritma C4.5 dapat dimanfaatkan untuk memprediksi keberhasilan


klaim konstruksi oleh Kontraktor dari model data berdasarkan data klaim
konstruksi yang dapat diajukan Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian
pekerjaan.
 Belum adanya penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengajuan klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sebagai
pengetahuan bagi Pengguna Jasa dan khususnya Kontraktor untuk dapat
mengajukan klaim dengan efektif dan efisien.
 Belum adanya penelitian yang memprediksi keberhasilan pengajuan klaim yang
diajukan oleh Kontraktor kepada owner dalam hal klaim akibat keterlambatan
penyelesaian pekerjaan. Dimana kemampuan untuk memprediksi keberhasilan
klaim dibutuhkan untuk meningkatkan sensitifitas dan kesadaran para pelaku
konstruksi terhadap potensi klaim.

Sementara tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kekritisan, sensitifitas,


dan kesadaran para pelaku konstruksi terhadap klaim konstruksi khususnya klaim
karena keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang disebabkan oleh Pengguna Jasa,
dimana secara luas hal ini dapat memberi banyak manfaat dalam hal pengajuan klaim.
Dengan meningkatnya kekritisan, sensitifitas, dan kesadaran para pelaku konstruksi
terhadap klaim maka akan meningkatkan juga kepedulian mereka dalam hal
pemenuhan administrasi dan dokumentasi pekerjaan yang merupakan salah satu
syarat pengajuan klaim, meningkatkan juga kepedulian mereka terhadap kontrak
kontruksi yang mana mereka akan mempelajari dan lebih memahami kontrak
konstruksi yang sedang dikerjakan. Sehingga pengajuan klaim dapat dilakukan

51
dengan lebih efektif dan efisien, bahkan hal ini juga dapat meminimalisir timbulnya
klaim.

Jika digambarkan dalam sebuah kerangka konsep penelitian, dapat dilihat pada
Gambar 4. Sebagaimana permasalahan dan tujuan penelitian telah diuraikan dalam
Bab I.

Kerangka Konsep penelitian dapat dipandang berdasarkan pada tiga perspektif.


Pertama, sebagai visualisasi yang merepresentasikan struktur penelitian, dan selaras
dengan pondasi teori yang relevan. Kedua sebagai kerangka konseptual suatu
fenomena, yaitu semata-mata tergantung pada pemahaman peneliti dalam
membangun teori. Ketiga, sebagai kerangka konseptual suatu cara untuk
menyelaraskan semua komponen proses penelitian (disposisi peneliti, literature, teori,
metode, dan interpretasi temuan) agar dapat menciptakan suatu argument yang
menarik kenapa topil penelitian penting (Antonenko, 2015).

Menurut (Hills & Gibson, 1992) ada empat komponen dasar dalam mengaplikasikan
kerangka konsep dalam menjawab pertanyaan mengenai fenomena empiris atau
situasi sebagai contoh tertentu dari suatu konsep umum, yaitu :

1. Komponen nilai terdiri atas konsepsi yang terpola secara alamiah, relevan dengan
sistem yang diinginkan untuk aktualisasi komitmen berupa tindakan yang
terlegitimasi pada tingkat paling umum.
2. Komponen norma, diantaranya adalah standar atau regulasi yang mengatur
ketetapan, legalitas, dan tindakan koordinasi serta menjaga sistem bebas dari
benturan.
3. Komponen goal-selection dan motivation-mobilization, terdiri atas peran dan
organisasi melalui tujuan (goal) yang terpilih serta pelaku yang termotivasi yang
termobilisasi dalam ketertarikan pada komitmen nilai yang teraktualisasi
4. Komponen fasilitas terdiri atas ketersediaan fasilitas untuk ikut aktif dalam
pencapaian tujuan bersama.

52
Fenomena
Variabel Norma
Keterlambatan penyelesaian
pekerjaan konstruksi yang Landasan Permasalahan
diakibatkan pengguna jasa klaim konstruksi
Kurangnya kesadaran
Keterbatasan pengajuan dan kurang responsifnya Prediksi keberhasilan klaim
klaim kontraktor kepada Kontraktor terhadap konstruksi
pengguna jasa, karena status
potensi Klaim
pengguna jasa yang dianggap
Keterlambatan yang
lebih superior
disebabkan oleh
pengguna jasa Klaim konstruksi akibat
keterlambatan penyelesaian
Para pelaku konstruksi tidak pekerjaan oleh Penguna Jasa
memahami kontrak
konstruksinya
Variabel Kontrol
Kinerja

Meningkatkan kesadaran
para pelaku konstruksi
terhadap potensi klaim dan
pengajuan klaim, khususnya
klaim keterlambatan
penyelesaian pekerjaan

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

53
Identifikasi Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Masalah

Kajian Faktor
penyebab Klaim
Klaim akibat
Kajian Faktor keterlambatan
Keberhasilan penyelesaian pekerjaan
Klaim
Kajian Literatur dan analisa metode Decision tree algoritma C4.5

karena Penguna Jasa

Pengajuan Klaim
agar klaim Faktor keberhasilan pengajuan Klaim
diterima akibat keterlambatan oleh Pengguna Jasa

Data Angket & Data History kasus klaim Jawaban


wawancara keterlambatan Penelitian 1

Validasi

Algoritma C4.5

Prediksi keberhasilan Klaim


akibat keterlambatan konstruksi Jawaban Penelitian 2
oleh Pengguna Jasa

Validasi

Kesimpulan : Prediksi Keberhasilan Klaim Keterlambatan


Penyelesaian Pekerjaan Konstruksi akibat Pengguna Jasa

Gambar 5. Kerangka Berpikir dan Alur Penelitian

54
3.2.TAHAPAN PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian, secara garis besar penelitian dilakukan dengan
mengikuti kerangka berpikir dan alur penelitian seperti pada Gambar 5.

Tahapan penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penelitian dimulai dengan memperhatikan fenomena tidak efektifnya pengajuan


klaim oleh kontraktor kepada pengguna jasa, khususnya dalam hal pengajuan
klaim keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang disebabkan oleh pengguna jasa.
Hal tersebut terjadi karena beberapa hal, diantaranya kurangnya sensitifitas dan
kesadaran para pelaku konstruksi terhadap potensi klaim. Untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi diperlukan identifikasi masalah, rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Maka dilakukan kajian literatur mengenai faktor-faktor
penyebab klaim keterlambatan penyelesaian pekerjaan konstruksi dan penyebab
diterimanya klaim oleh Kontraktor sehingga rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian dapat dijabarkan.
2. Untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian 1, yaitu dengan menggunakan
kajian literatur dan untuk mendapatkan jawaban yang tepat dan valid maka teori-
teori yang merupakan simpulan dari kajian literatur tersebut akan divalidasi
dengan survey terhadap koresponden pakar, Instrumen survey berupa kuesioner
dan wawancara secara langsung dengan para pakar. Sehingga didapat faktor-
faktor keberhasilan klaim keterlambatan penyelesaian pekerjaan konstruksi yang
disebabkan oleh pengguna jasa .
3. Setelah didapat faktor-faktor penyebab keberhasilan pengajuan klaim
keterlambatan oleh Pengguna Jasa, maka dapat dilanjutkan pada proses
berikutnya untuk menjawab permasalahan penelitian 2 sebagai berikut :
a. Pengumpulan data kasus klaim keterlambatan penyelesaian proyek oleh
kontraktor, sebagai input data pada model Algoritma C4.5 untuk mendapatkan
nilai akurasi yang baik dan dapat digunakan sebagai rules dalam memprediksi
keberhasilan klaim. Data kasus didapat dari data proyek yang sedang atau

55
sudah berjalan. Adapun variabel prediktor yaitu klaim akibat keterlambatan
penyelesaian proyek.
b. Analisa data mining dengan mengunakan Pohon Keputusan Algoritma C4.5,
dengan mengidentifikasi dan memprediksi keberhasilan pengajuan klaim
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan dari faktor-faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya klaim tersebut. Data awal numeric ataupun
nonnumeric akan dibagi perkelas untuk memudahkan analisa berikutnya.
Setelah semua data yang akan dimasukkan dibagi per kelas, maka dilakukan
proses klasifikasi dengan membuat pohon keputusan sebagai output. Proses
pengambilan keputusan untuk memprediksi keberhasilan klaim konstruksi
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Penyebab timbulnya klaim
2. Klaim yang diajukan
3. Efek yang ditimbulkan dari diterima atau tidak diterimanya klaim
4. Hak berdasarkan kontrak atau kesepakatan tertulis yang sah
5. Bukti-bukti yang menunjukan kejadian yang di klaim
6. Administrasi dan dokumentasi Proyek
7. Analisis dan perhitungan klaim
8. Presentasi pengajuan klaim
9. Hubungan Pengguna Jasa dan Kontraktor
10. Waktu dan situasi pengajuan klaim

Variabel yang akan menjadi keputusan adalah baik dan tidak baik.

3.3. VARIABEL PENELITIAN


Menurut fungsinya variabel penelitian dikelompokan menjadi lima kategori (Nasir,
1983) yaitu :

 Variabel Independent (bebas), variable yang mempengaruhi atau yang


menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
 Variabel Dependent (terikat), variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.

56
 Variabel Moderator, variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen.
 Variabel Intervening, variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak
langsung dan tidak dapat diamati atau diukur.
 Variabel Kontrol, variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Selanjutnya variabel pada penelitian ini, adalah :

Varabel Independent (X) : Klaim Konstruksi

Variabel Dependent (Y) : Prediksi Keberhasilan Klaim

Varabel Kontrol : Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan yang disebabkan oleh


pengguna jasa

Identifikasi Variabel Independent berdasarkan FIDIC 99 Red Book Sub-klausa


perpanjangan waktu dan tambahan biaya mengenai hak yang didapat kontraktor,
dapat dilihat pada tabel berikut :

Hak yang didapat


Sub-klausa Klaim Konstruksi
Kontraktor
1.9 Delayed drawings or instructions EOT, cost & profit

2.1 Right of accsess to the site EOT, cost & profit

4.7 Setting out EOT, cost & profit

4.12 Unforseeable Physical Conditions EOT & cost

4.24 Fossils EOT & cost

7.4 Testing EOT, cost & profit

8.4 Extension of Time for Completion EOT

8.5 Delays Caused by Authorities EOT

57
8.9 Consequences of Suspension EOT & cost

Payment for Plant and Materials in event of


8.10 Cost
Suspension

10.2 Taking over parts of the works Cost & Profit

10.3 Interference with test on completion Cost & Profit

11.8 Contractor to search Cost

12.3 Evaluation EOT & Cost

12.4 Omissions Cost

13.7 Adjustments for changes in legislation EOT & Cost

13.8 Adjustments for changes in cost Cost

16.1 Contractor’s entitlement to suspend work EOT, cost & profit

16.4 Payment on termination (by Contractor) Cost

17.3 Employer’s Risks EOT, cost & profit

Consequences of employer’s EOT, Cost & Profit EOT, cost & profit (in
17.4
Risks some cases)

17.6 Limitation of Liability Cost

EOT & in some cases


19.4 Consequences of Forces Majeure
cost

19.6 Optional Termination and release Cost

4.2 Performance Security Cost

4.19 Electricity, water & gas Cost

4.20 Employer’s Equipment and Free Issue Material Cost

7.5 Rejection Cost

7.6 Remedial work Cost

8.6 Rate of Progress Cost

58
8.7 Delay Damages Cost

9.4 Failure to Pass Tests on Completion Cost

11.3 Extension of Defects Notification Period Time

11.4 Failure to Remedy Defects Cost

11.11 Clearance of Site Cost

17.1 Indemnities Cost

17.2 Contractor’s Care of the Works Cost

17.6 Limitation of Liability Cost

Insurance for Works and Contractor’s


18.2 Cost
Equipment

Tabel 7. Identifikasi Variabel Independent (FIDIC 99 Red Book)

3.4.INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian ini dibagi dalam dua bagian sesuai dengan permasalahan
penelitian. Untuk menjawab permasalah penelitian nomor 1, instrument penelitian
yang digunakan adalah kusioner untuk mendapatkan faktor-faktor keberhasilan klaim
keterlambatan pekerjaan akibat pengguna jasa. Jawaban hasil kuesioner responden
akan dikumpulkan dan divalidasi. Pertanyaaan yang diajukan juga berisi tentang data
klaim yang pernah diajukan dan pengalaman responden terkait peristiwa pengajuan
klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sasaran responden
dalam penelitian ini adalah para Kontraktor konstruksi, pengguna jasa konstruksi dan
konsultan konstruksi. Responden yang dipilih mempunyai latar belakang pendidikan
minimal Sarjana (S1) dan memiliki pengalaman kerja konstruksi bagian quantity
surveyor, administrasi kontrak, maupun ke-engineering-an.

Selanjutnya Instrumen Penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan


penelitian nomor 2 adalah dengan menganalisa data yang telah didapat dengan
software aplikasi data mining dengan algoritma C4.5.

59
Tabel 8. Contoh Kuesioner 1
A. Berdasarkan FIDIC 99 Red Book Sub-klausa perpanjangan waktu dan tambahan
biaya dideskripsikan item kejadian yang berhak diklaim oleh Kontraktor, namun
tidak semua hak dapat diterima Kontraktor. Hak yang seharusnya didapat oleh
kontraktor diantaranya adalah EOT atau hak tambahan waktu pekerjaan, biaya, dan
keuntungan.

Berikut ini adalah item kejadian yang dapat diklaim. Menurut anda hak apa saja yang
dapat diterima oleh Kontraktor atas klaim akibat kejadian tersebut :

Hak yang seharusnya di


No Deskripsi Kejadian/ Permasalahan dapat kontraktor
EOT Cost Profit

1 Terlambatnya gambar dan instruksi

2 Hak akses ke lapangan

3 Setting out lapangan

4 Kondisi lapangan yang tidak terduga

5 Fosil

6 Tes

7 Perpanjangan waktu penyelesaian

8 Keterlambatan akibat pemerintah

9 Konsekuensi atas penangguhan

Pembayaran untuk Pabrik/ Peralatan dan Material


10
akibat penangguhan

11 Serah terima sebagian pekerjaan

12 Gangguan saat tes untuk penyelesaian

13 Kontraktor untuk mencari

60
14 Evaluasi

15 Kelalaian

16 Penyesuaian jika ada perubahan undang-undang

17 Penyesuaian jika ada perubahan biaya

18 Hak kontraktor untuk penangguhan pekerjaan

19 Pembayaran pengakhiran (oleh Kontraktor)

20 Employer’s Risks

21 Consequences of employer’s EOT, Cost & Profit Risks

22 Limitation of Liability

23 Consequences of Forces Majeure

24 Optional Termination and release

26 Performance Security

27 Electricity, water & gas

28 Employer’s Equipment and Free Issue Material

29 Rejection

30 Remedial work

31 Rate of Progress

32 Delay Damages

33 Failure to Pass Tests on Completion

34 Extension of Defects Notification Period

35 Failure to Remedy Defects

36 Clearance of Site

37 Indemnities

38 Contractor’s Care of the Works

61
39 Limitation of Liability

40 Insurance for Works and Contractor’s Equipment

B. Kuesioner mengenai dasar-dasar Klaim


No Variabel Sub Indikator Pertanyaan Nilai
1 2 3 4 5
1. Identifikasi Deskripsi 1 : sangat tidak setuju 4 : setuju
Klaim Kontraktual 2 : tidak setuju 5 : sangat setuju
3 : tidak tahu
Apakah bahasa kontrak yang ambigu dapat
menimbulkan klaim keterlambatan ?

Apakah gambar yang tidak lengkap pada


sebuah kontrak konstruksi juga
mempengaruhi klaim keterlambatan ?

Apakah tidak lengkapnya informasi material


dan spesifikasi dalam sebuah kontrak
konstruksi menyebabkan timbulnya klaim
keterlambatan ?

Apakah jenis kontrak konstruksi yang tidak


tepat dapat menimbulkan klaim
keterlambatan ?

Apakah tata cara pengajuan klaim perlu


dijelaskan dalam sebuah kontrak
konstruksi ?

Apakah pasal-pasal yang berhubungan


dengan pengajuan klaim perlu dimasukkan
dalam kontrak ?

Deskripsi 1 : sangat tidak berpengaruh 4 : berpengaruh


penyebab 2 : tidak berpengaruh 5 : sangat berpengaruh
klaim 3 : tidak tahu
keterlambatan

Seberapa besar pengaruh penundaan


pekerjaan dapat menyebabkan klaim
keterlambatan ?

Seberapa besar pengaruh gangguan yang


terjadi dalam pekerjaan konstruksi menjadi
penyebab timbulnya klaim keterlambatan ?

Seberapa besar pengaruh perubahan kondisi


menyebabkan klaim keterlambatan ?

62
Seberapa besar pengaruh pekerjaan tambah
atau kurang terhadap timbulnya klaim
keterlambatan ?

Seberapa besar pengaruh perubahan lingkup


pekerjaan menyebabkan lingkup pekerjaan ?

Cara 1 : sangat tidak penting 4 : penting


Pengajuan 2 : tidak penting 5 : sangat penting
Klaim 3 : tidak tahu

Seberapa pentingkah kontraktor


menyampaikan pemberitahuan kejadian
sebelum pengajuan klaim ?

Seberapa pentingkah dokumentasi dan


administrasi proyek untuk keperluan
pengajuan klaim ?

Seberapa pentingkah bukti-bukti kejadian di


lampirkan pada saat pengajuan klaim ?

Seberapa pentingkah klaim yang diajukan


logis, signifikan dan memenuhi syarat ?

Apakah analisa fakta-fakta penting


dilakukan dan dilampirkan sebagai dasar
pengajuan klaim ?

Apakah perhitungan dampak klaim penting


dilampirkan dalam pengajuan klaim ?

Apakah menjaga hubungan baik antara


Pengguna Jasa dan Kontraktor penting
dalam pengaruhnya ketika pengajuan
klaim ?

2. Klaim yang diterima oleh


YA TIDAK
pengguna Jasa
Nilai dan Apakah kontraktor berhak atas klaim
Pengaruh perpanjangan waktu karena kejadian
keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang
disebabkan oleh owner ?

Apakah kontraktor berhak atas klaim biaya


ganti rugi karena kejadian keterlambatan
penyelesaian pekerjaan yang disebabkan
oleh owner ?

Apakah kontraktor berhak atas klaim biaya


ganti rugi karena kejadian keterlambatan
penyelesaian pekerjaan yang disebabkan

63
oleh owner ?

3. Penyelesaian Kesesuaian 1 : sangat tidak penting 4 : penting


Klaim fakta dan data 2 : tidak penting 5 : sangat penting
3 : tidak tahu

Apakah dalam analisa penyebab klaim, data


dan fakta penting untuk dipastikan
kesesuaiannya sehingga klaim yang diajukan
berhasil ?

Apakah dalam analisa perhitungan klaim,


data dan fakta yang ada penting untuk
dipastikan kesesuaiannya sehingga klaim
yang diajukan berhasil ?

Seberapa penting kesesuaian fakta dan data


dalam pembuatan laporan administrasi
proyek dalam hal penyelesaian klaim ?

Seberapa pentingkah kesesuaian fakta dan


data bukti-bukti penyebab klaim untuk
penyelesaian klaim ?

Logis, 1 : sangat tidak penting 4 : penting


signifikan dan 2 : tidak penting 5 : sangat penting
memenuhi 3 : tidak tahu
syarat

Seberapa pentingkah nilai yang di klaim


oleh kontraktor bersifat logis, signifikan dan
memenuhi syarat agar klaim yang diajukan
berhasil ?

Seberapa pentingkah acuan hukum dipahami


agar klaim yang diajukan berhasil ?

Dampak Klaim YA TIDAK

Apakah pengajuan klaim berdampak pada


keterlambatan pekerjaan diluar dari klaim
yang diajukan ?

Apakah pengajuan klaim berdampak pada


tambahan biaya diluar dari klaim yang
diajukan?

Hubungan 1 : sangat tidak penting 4 : penting


antara 2 : tidak penting 5 : sangat penting
stakeholder 3 : tidak tahu

Seberapa pentingkah hubungan pengguna


jasa dan Kontraktor dalam pengaruhnya

64
terhadap keberhasilan klaim ?

Seberapa pentingkah hubungan Kontraktor


dan Konsultan dalam pengaruhnya terhadap
keberhasilan klaim ?

3.4.1. SOFTWARE WEKA

Instrumen yang digunakan untuk analisa data adalah software WEKA. WEKA adalah
aplikasi data mining open source berbasis Java. WEKA terdiri dari koleksi algoritma
machine learning yang dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atau formulasi
dari sekumpulan data sampling. Beberapa fitur yang digunakan untuk analisis data
mining dalam WEKA adalah :

A. Classification

Data penelitian dapat dimasukan melalui load dataset untuk diklasifikasi dengan
sebelumnya melakukan pemilihan algoritma yang akan digunakan. Kemudian WEKA
akan memberikan beberapa representasi data yang mewakili hasil akurasi, tingkat
kesalahan dari proses klasifikasi.

B. Regression

Pola yang sudah terbentuk sebelumnya dijadikan model data untuk menciptakan
suatu variabel baru yang merepresentasikan perkembangan data pada masa yang akan
datang atau disebut juga prediksi.

C. Clustering

Clustering merupakan salah satu cabang konsep dari unsupervised method dari
machine learning yang bertujuan untuk melakukan pengelompokan data dan juga
menjelaskan hubungan yang ada di antara data tersebut dan memaksimalkan
kesamaan antar satu kelas/cluster tetapi meminimumkan kesamaan antar kelas/cluster.
Clustering digunakan untuk analisa suatu data dan diharapkan menghasilkan suatu
representasi data yang mewakili suatu pola yang terbentuk akibat relasi yang ada
antar data.

65
3.5.METODE PENGUMPULAN DATA
Didapatkan dari data aktual dan data historis kasus klaim, baik dari proyek, maupun
pengadilan negeri. Data-data yang dikumpulkan terdiri dari informasi proyek,
informasi klaim dan informasi pihak-pihak yang terlibat.

Teknik Pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan cara :

1. Data Sekunder

Data Sekunder adalah berdasarkan literatur teori yang diambil dari buku-buku,
referensi, jurnal-jurnal serta penelitian yang lalu. Dalam penelitian ini data sekunder
termasuk juga data yang diperoleh dari proyek, yaitu monitoring dan data klaim
perpanjangan waktu yang diajukan oleh kontraktor kepada owner.

2. Data Primer

Pengumpulan data terhadap para pakar/ ahli dibidang klaim konstruksi yang
dilakukan secara penilaian kolektif melalui interview langsung terhadap pakar dan
atau penanggung jawab lapangan dianggap penting karena inti masalah dari
penelitian ini adalah pada analisa faktor keberhasilan pengajuan klaim konstruksi
yang berkaitan dengan pengalaman mereka pada saat pengajuan klaim dan juga
berkaitan dengan pengambilan keputusan terkait dengan diterima atau tidaknya klaim.

3.6. METODE ANALISIS DATA


Data dan analisa yang dikumpulkan dari kuesioner diharapkan dapat menghasilkan
suatu rekomendasi tindakan pencegahan dan tindakan koreksi terhadap permasalahan
klaim terhadap biaya dan waktu.

Analisa data dilakukan secara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuesioner dan
wawancara dan studi kasus diolah sesuai dengan metodenya dibantu dengan program
komputer.

66
3.6.1. POHON KEPUTUSAN ALGORITMA C4.5

Metode Analisis data dengan algoritma C4.5 pada penelitian ini digambarkan
pada Gambar 6. berikut :

Pengumpulan Data Seleksi Data Transformasi Data

Pohon Keputusan Perhitungan Entropy


algoritma C4.5 dan Information gain

Aturan-aturan/ Rule Validasi dan Analisis Hasil


model pengujian Pengujian

Gambar 6. Flowchart Rancangan Proses Penelitian

Setelah pengumpulan data, maka dilakukan seleksi data untuk menciptakan


himpunan data target, pemilihan himpunan data atau memfokuskan pada subset
variabel atau sampel data, dimana penemuan (discovery) akan dilakukan (N.
Iriadi dan N. Nuraeni, 2016). Selanjutnya adalah proses transformasi atau
penggabungan data menjadi bentuk yang sesuai untuk penggalian lewat operasi
summary atau aggregation agar dapat diproses dengan algoritma C4.5 (N. Iriadi
dan N. Nuraeni, 2016). Perhitungan semua atribut/ variabel menggunakan rumus
(1) dan information gain menggunakan rumus (2) untuk mengetahui information
gain tertinggi yang akan dijadikan simpul akar pada pembuatan pohon keputusan.

Pohon keputusan adalah hasil dari proses perhitungan entropy dan information
gain, setelah perhitungan berulang-ulang sampai semua atribut pohon memiliki
kelas dan tidak bisa lagi dilakukan proses perhitungan. Uraian penjelasan yang
merepresentasikan sebuah pohon keputusan disebut juga Rule model atau aturan-
aturan.

Validasi dan pengujian dilakukan dengan Ten-fold Cross Validation untuk


mengetahui semua fungsi bekerja dengan baik atau tidak. Ten-fold Cross

67
Validation adalah validasi yang dilakukan dengan cara membagi suatu set data
menjadi sepuluh segmen yang berukuran sama besar dengan cara melakukan
pengacakan data. Validasi dan pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat
akurasi, presisi dan recall dari hasil prediksi klasifikasi. Akurasi adalah
persentase dari catatan yang diklasifikasikan dengan benar dalam pengujian set
data atau dapat juga didefinisikan sebagai tingkat kedekatan antara nilai prediksi
dengan nilai aktual. Presisi adalah tingkat ketepatan antara informasi yang
diminta oleh pengguna dengan jawaban yang diberikan oleh sistem, dan
didefinisikan juga sebagai persentase data yang diklasifikasikan sebagai model
baik yang sebenarnya juga baik. Recall adalah tingkat keberhasilan sistem dalam
menemukan kembali sebuah informasi atau dapat juga didefinisikan sebagai
pengukuran tingkat pengenalan positif sebenarnya (Y.Altujjar, W.Altamimi, I.
Al-turaiki dan M. Al razgan, 2016).

Analisa hasil pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa hasil pengujian


benar-benar sesuai dengan pembahasan. Analisa dilakukan dengan melakukan
perhitungan kembali hasil validasi dan pengujian (akurasi, presisi, dan recall)
secara manual. Apakah perhitungan yang dilakukan akan menghasilkan nilai yang
sama atau tidak, dibantu dengan Confusion Matrix. Confusion Matrix adalah
model yang akan membentuk matrix yang terdiri dari true positif atau tupel
positif dan true negatif atau tupel negatif (N. Iriadi dan N. Nuraeni, 2016).
Confusion matrix berisi informasi aktual dan prediksi pada sistem klasifikasi
(Abdussomad dan W.Gata, 2014). Confusion matrix dapat memvisualisasi kinerja
algoritma klasifikasi (A. Wijaya dan A.S.Girsang, 2016).

68

Anda mungkin juga menyukai