TESIS
NOVERA MEYLINDA
1706991624
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM MAGISTER
SALEMBA
2020
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik
NOVERA MEYLINDA
1706991624
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN PROYEK
SALEMBA
NOVEMBER 2020
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Submitted as a fulfillment of the requirement for the Magister Degree of
Engineering
NOVERA MEYLINDA
1706991624
FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING PROGRAM
SPECIALIST PROGRAM OF PROJECT MANAGEMENT
SALEMBA
NOVEMBER 2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
NPM : 1706991624
Tanda Tangan :
Tanggal :
iv
STATEMENT OF ORIGINALITY
I hereby declare this thesis is the result of my own individual work, and all the
NPM : 1706991624
Signature :
Date :
v
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : .....................................
Tanggal : .....................................
vi
STATEMENT OF LEGITIMATION
Has been successfully defended in front of the Board of Examiners and accepted
as part of the necessary requirement to obtain the Degree of Magister of
Engineering in Civil Engineering Program, Faculty of Engineering, University
of Indonesia.
BOARD OF EXAMINER
Stated in : .....................................
Date : .....................................
vii
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Manajemen
Proyek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh
karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ayomi Dita Rarasati, ST, MT, PhD, selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing tesis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;
2. Pimpinan, dosen, serta staf Fakultas Teknik Universitas Indonesia atas
bantuan, dukungan, ilmu, dan bimbingannya selama proses perkuliahan;
3. Orang tua, adik-adik, serta keluarga besar yang telah memberi dukungan dan
doa; dan
4. Teman-teman, rekan kerja, dan pihak-pihak lain yang telah membantu proses
penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Allah Subhanahu Wata’ala berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pembangunan ilmu.
Novera Meylinda
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Novera Meylinda
NPM : 1706991624
Program Studi : Manajemen Proyek
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Tesis
Beserta perangkat lainnya dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas
Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan
(Novera Meylinda)
ix
ABSTRAK
Persaingan yang semakin ketat dalam usaha konstruksi menuntut para pelaku usaha
jasa konstruksi untuk meningkatkan daya saing usaha mereka diantaranya dengan
peningkatan efisiensi, inovasi, dan juga peningkatan kejelian dalam melihat peluang
klaim. Secara rinci, perkara di sektor konstruksi yang ditangani BANI (Badan
Arbitrase Nasional Indonesia) saja mencapai 27,09% dari total kasus yang ditangani
lembaga tersebut sepanjang 2014 – 2018 (Dimas, 2019).
Penelitian tentang prediksi yang dilakukan pada penelitian sebelumnya lebih banyak
mengenai prediksi timbulnya klaim. Padahal kepentingan para pihak terhadap suatu
klaim yang timbul tidak berhenti sampai klaim tersebut diajukan saja tetapi sampai
klaim tersebut dapat diterima atau tidak diterima. Pada penelitian ini akan dicari apa
saja faktor yang mempengaruhi klaim tersebut dapat diterima atau tidak diterima dan
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan klaim. Penelitian
ini dibatasi pada klaim konstruksi yang disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian
pekerjaan.
x
ABSTRACT
Most of the previous research on prediction is more about predicting the emergence
of claims. In fact, the interests of the parties in a claim that arise do not stop until the
claim is submitted, but until the claim is accepted or not accepted. In this research, we
will look for what are the factors that influence the claim can be accepted or not
accepted and predict how these factors can affect the success of the claim. This
Research is limited to construction claims caused by delays in completion of work.
In this Research, to determine the probability of claim success factors due to delays in
completion of work, the Decision Tree C4.5 algorithm is used.
xi
DAFTAR ISI
xii
2.3.3. ALGORITMA C4.5 ......................................................................................... 48
BAB III.................................................................................................................................... 51
METODE PENELITIAN.........................................................................................................51
3.1. KERANGKA PENELITIAN...................................................................................51
3.2. TAHAPAN PENELITIAN...................................................................................... 55
3.3. VARIABEL PENELITIAN..................................................................................... 56
3.4. INSTRUMEN PENELITIAN..................................................................................59
3.4.1. SOFTWARE WEKA ....................................................................................... 65
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
konstruksi, maka akan membantu menyingkapkan masalah-masalah dalam
administrasi kontrak perusahaan (Kululanga, R., W., F., & Member, 2001). Para
pelaku proyek konstruksi diantaranya Pengguna Jasa, Konsultan dan Kontraktor
harus meningkatkan pemahaman terhadap klausul-klausul dalam sebuah kontrak
konstruksi. Selanjutnya dalam pelaksanaan proyek, para pelaku usaha jasa konstruksi
harus lebih responsif terhadap klaim yang muncul maupun terhadap peluang klaim
agar dapat bersaing dalam industri jasa konstruksi saat ini.
Klaim, konflik dan sengketa konstruksi adalah hal yang biasa terjadi pada suatu
proyek konstruksi. Klaim terjadi ketika permintaan dari satu pihak kepada pihak
lainnya tidak terfasilitasi. Hal ini dapat menimbulkan konflik hingga dapat berujung
sengketa (Alfansuri, Hamdi; Ramadan (ed), Bimastyaji Surya;, 2017). Suatu
pekerjaan Konstruksi yang semakin rumit maka akan semakin besar kemungkinan
timbulnya klaim, dan juga semakin besar terjadinya perbedaan pendapat yang dapat
menimbulkan sengketa. Dalam sebuah sengketa konstruksi, masing-masing pihak
akan mempertahankan agar pihaknya tidak merugi. Kontraktor adalah salah satu
pihak yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai kontrak dengan tujuan untuk mendapatkan hak berupa keuntungan dari harga
pekerjaan sesuai dengan perhitungannya, sedangkan pihak yang lainnya, yaitu
Pengguna Jasa, memiliki tujuan agar suatu pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan
kontrak dengan harga yang telah disepakati di awal, jika pun ada penyesuaian
pekerjaan sesuai kondisi lapangan, Pengguna Jasa akan berusaha bertahan agar harga
pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak tidak terlampaui.
Salah satu lembaga yang menangani sengketa konstruksi adalah Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI). Penyelesaian sengketa lewat badan arbitrase dinilai lebih
efektif ketimbang peradilan umum karena tidak memakan waktu lama sehingga
biayanya pun lebih efisien. Perkara terkait konstruksi merupakan perkara yang paling
banyak ditangani BANI karena seiring dengan gencarnya pembangunan Infrastruktur
di Indonesia. Secara persentase, perkara di sektor konstruksi yang ditangani BANI
2
mencapai 27,09% dari total kasus yang ditangani lembaga tersebut sepanjang 2014 –
2018 (Dimas, 2019).
3
mencegah dan menengahi sengketa yang terjadi di dalam pelaksanaan kontrak kerja
konstruksi. Dengan demikian, yang diutamakan dalam UU Jasa Konstruksi 2017
adalah mengutamakan penyelesaian sengketa di luar jalur pengadilan yaitu secara
musyawarah dan mufakat. Penyelesaian lewat mediasi atau alternatif lain diluar jalur
pengadilan dinilai lebih menekankan pada pendekatan kekeluargaan, dan dipercaya
dapat lebih menghasilkan win-win solution.
Namun, perlu diperhatikan ketentuan dalam Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi
2017, dimana salah satu klausul yang menjadi syarat dan tercantum dalam kontrak
kerja konstruksi adalah ketentuan mengenai : (a) penyelesaian perselisihan, yang
memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
dan (b) pilihan penyelesaian sengketa konstruksi. Dalam bagian penjelasan Pasal 47
ayat (1) mengenai penyelesaian perselisihan disebutkan : Penyelesaian perselisihan
memuat ketentuan tentang tatacara penyelesaian perselisihan yang diakibatkan antara
lain oleh ketidaksepakatan dalam hal pengertian, penafsiran, atau pelaksanaan
ketentuan kontrak kerja konstruksi serta ketentuan tentang tempat dan cara
penyelesaian perselisihan. Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain
musyawarah, mediasi, arbitrase, maupun litigasi atau pengadilan. Tidak ada
penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan “penyelesaian perselisihan” dan
“penyelesaian sengketa”. Jika dilihat pengertian “sengketa” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “sengketa” berarti pula “perselisihan”, dengan demikian, dalam
UU Jasa Konstruksi 2017 masih tercantum upaya hukum penyelesaian perselisihan
melalui pengadilan, walaupun dalam batang tubuh UU Jasa Konstruksi 2017 tidak
mencantumkan hal tersebut.
Terjadinya sengketa menurut (Soekirno & dkk, 2007) dapat dibagi dalam beberapa
kategori aspek kasus, yaitu :
1. Kegagalan mewujudkan aspek teknis/mutu
• Pengguna jasa melakukan klaim terhadap Kontraktor karena hasil pekerjaannya
tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
4
• Kontraktor melakukan klaim terhadap pengguna jasa karena melakukan
perubahan desain, sehingga menimbulkan rework. Atau pengguna jasa
mewajibkan Kontraktor memanfaatkan jasa supplier atau sub-Kontraktor tertentu
yang merugikan Kontraktor.
5
penyelesaian pekerjaan
3 Aspek biaya Faktor penambahan biaya pengadaan
sumber daya proyek
Faktor penambahan biaya atas hilangnya
produktivitas
Faktor penambahan biaya atas overhead
dan keuntungan
Tabel 1. Faktor potensial penyebab persengketaan Konstruksi
Sumber : (Soekirno & dkk, 2007)
Sedangkan faktor-faktor penyebab klaim menurut (Fisk & P.E., 1997) adalah :
1. Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pengguna Jasa, dimana
kejadian yang menyebabkan keterlambatan tidak tertulis dalam kontrak,
sehingga Pengguna Jasa bangunan harus memberikan tambahan waktu atau
tambahan biaya pada Kontraktor (compensable delay).
2. Perintah perubahan jadwal oleh Pengguna Jasa. Perintah perubahan jadwal ini
dapat berupa percepatan pekerjaan atau penundaan pekerjaan.
3. Adanya perubahan atau modifikasi isi kontrak yang bersifat informal yang
berasal dari perencana atau Pengguna Jasa.
4. Perbedaan kondisi lapangan yang disebabkan karena terjadinya perubahan
kondisi di lapangan, yang sebelumnya tidak diperkirakan akan terjadi,
misalnya kondisi fisik di bawah permukaan tanah.
5. Perubahan kondisi cuaca di luar musim yang biasa terjadi dan terdokumentasi
dalam data Badan Meteorologi yang menyebabkan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan tepat waktu.
6. Kegagalan dalam membuat kesepakatan harga atas permintaan perubahan
pekerjaan.
7. Konflik dalam perancangan dan spesifikasi produk yang sudah tidak
diproduksi lagi.
8. Kontrak yang tersendat-sendat, perubahan penting, pekerjaan di luar lingkup
kontrak, penggunaan proyek sebelum penyerahan total, dan kegagalan
pembayaran dari pihak Pengguna Jasa bangunan
6
Sedangkan dalam penelitian (Chandra & dkk, 2005) mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab tuntutan yang dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) faktor, yaitu :
1. Keterlambatan akibat pengguna jasa;
2. Perubahan oleh pengguna jasa;
3. Perbedaan kondisi lapangan;
4. Kondisi cuaca yang tidak biasa;
5. Percepatan kerja atas perintah pengguna jasa;
6. Penghentian kerja oleh pengguna jasa;
7. Masalah pada spesifikasi;
8. Masalah keuangan; dan
9. Keterlambatan pengadaan material.
Target
No. Proyek Strategis Nasional Kendala
Operasional
Jalan Tol Pandaan - Malang Keterlambatan 20 Feb 2020
1
37,62 KM Seksi V pembebasan lahan
2 Pelabuhan Kawasan Ekonomi Penyediaan jalan akses Kuartal II
Khusus Maloy 2020
3 Tangki Penyimpanan BBM Pendanaan Kuartal I 2020
Bula dan Saumlaki
4 SPAM Umbulan Izin pekerjaan Maret 2020
5 Kawasan Industri Wilmar Izin Usaha Kuartal I 2020
Serang
6 Kereta Api Tebing Kuala- Teknis Pekerjaan Juni 2020
Kuala Tanjung
7 Makasar Newport Jalan akses diluar Kuartal III
pelabuhan 2020
7
8 SPAM Bandar Lampung Kasus KPK jeratan APBN Agustus 2020
9 Bendungan Passeloreng Perizinan lahan Kuartal III 2020
Sulawesi Selatan
10 Kawasan Industri Ketapang Izin lokasi usaha (target awal
2019)
11 Kawasan Industri Konawe Izin Usaha Kawasan (target awal
Industri 2019)
12 LRT Sumatera Selatan Lelang konsultasi Kuartal II 2020
supervisi dalam verifikasi
dokumen pekerjaan
Kontraktor
Dalam hal faktor yang mempengaruhi keterlambatan, (Kurniawan, Wulandari, & Ayu,
2018) mendapatkan bahwa pada lingkup proyek Pemerintah, terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi yaitu cuaca, tenaga kerja dan desain.
Sedangkan pada proyek swasta, 3 faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan
penyelesaian proyek adalah cuaca, material, dan keuangan.
8
Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada proyek swasta
Keterlambatan pelaksanaan proyek seringkali menimbulkan kerugian bagi Kontraktor
dan juga bagi Pengguna Jasa. Dampak dari keterlambatan adalah konflik dan
perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga menimbulkan
tuntutan waktu, dan biaya tambah (Praboyo, 1999). Adanya hubungan antara
keterlambatan dengan tuntutan yang mungkin ditimbulkan ataupun sebaliknya dapat
dilihat juga dari hasil penelitian (Pasaribu, 2009) dimana didapatkan bahwa klaim
memiliki korelasi 81,2 % terhadap kinerja waktu.
9
menimbulkan tidak proaktifnya staff dan pekerja proyek dalam menanggulangi
faktor-faktor penyebab timbulnya klaim maupun dalam mendeteksi potensial klaim
yang mungkin terjadi.
Untuk mengetahui dan memastikan bahwa klaim perlu diajukan oleh Kontraktor,
adalah salah satu alasan penelitian ini dilakukan. Penelitian tentang prediksi
keberhasilan klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan dianalisis
dengan teknologi Data Mining. Data mining merupakan analisis data untuk
menemukan hubungan yang tidak terduga dan mengumpulkan dan meringkas data
dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya, sehingga dapat dipahami dan
bermanfaat bagi Pengguna Jasa (Larose, 2005). agar data terebut dapat digunakan
sebagai prediksi untuk memperkirakan nilai maupun data masa mendatang. Salah
satu teknik dalam Data mining adalah Klasifikasi. Dalam Penelitian (Bhaskar N.
Patel, dkk, 2012) berjudul Efficient Classification of Data Using Decision Tree
dibandingkan 4 (empat) teknik klasifikasi dan disajikan dalam sebuah tabel sebagai
berikut :
10
menjelaskan/ transparansi pengetahuan/
klasifikasi)
Model parameter handling (Penanganan *** * ***
parameter model)
Decision Tree atau Pohon keputusan adalah salah satu teknik kasifikasi yang mudah
diinterpretasi oleh manusia. Pohon Keputusan adalah salah satu model prediksi
dengan menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki. Dengan mengubah data
menjadi aturan-aturan keputusan, pohon keputusan ini dapat mem-breakdown proses
pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga solusi
permasalahan akan dapat lebih mudah didapat dan diinterpretasikan.
11
Algoritma Pohon Keputusan Frekuensi
C4.5 54,55 %
CART 40,9 %
SPRINT 31,84 %
SLIQ 27,27 %
PUBLIC 13,6 %
C5.0 9%
CL S 9%
RANDOM FOREST 9%
RANDOM TREE 4,5 %
ID3+ 4,5 %
OCI 4,5 %
CLOUDS 4,5 %
Penelitian tentang klaim konstruksi sendiri sudah sangat banyak dibahas. Penelitian
yang menjadi referensi untuk mengetahui prediksi keberhasilan klaim diantaranya
adalah berkaitan dengan faktor penyebab klaim, faktor diterimanya klaim, prediksi
12
perubahan dan prediksi timbulnya klaim itu sendiri. Beberapa penelitian diantaranya
yaitu : (1) A Database Management System to Document and Analyse Construction
Claims (Al-Sabah, Fereig, & Hoare, 2003); (2) Issue Associated with Extension of
Time (EoT) Claim in Malaysian Construction Industry (Yusuwan & Adnan, 2013); (3)
Prediction of Outcome of Construction Dispute Claims Using Multilayer Perceptron
Neural Network Model (Chaphalkar, Lyer, & Patil, 2015); (4) Predicting Change by
Evaluating the Change Implementation Process in Construction Projects Using Event
Tree Analysis (Heravi, M.ASCE & Charkhakan, 2015); (5) Predicting Outcome of
Construction Litigation Using Boosted Decision Trees (Arditi, M.ASCE & Pulket,
2005); (6) Studi Persepsi Faktor-Faktor Penyebab Klaim Pada Pelaksanaan Proyek
Konstruksi Bangunan Gedung (Handayani, Adianto, & Wibowo, 2010); (7) Studi
Tentang Pengajuan Klaim Konstruksi dari Kontraktor Ke Pengguna Jasa Bangunan
(Chandra, Soetiono, & Tunardih, 2005); (8) Avoiding and Minimizing Construction
Delay Claim Disputes in Relational Contracting (Yates, M.ASCE & Epstein,
M.ASCE, 2006); Construction Contractors’ Claim Process Framework (Kululanga,
R., W., F., & Member, 2001).
Prediksi yang dilakukan pada penelitian sebelumnya lebih banyak mengenai prediksi
timbulnya klaim. Padahal permasalahan ataupun pembahasanan mengenai klaim yang
timbul atau yang diprediksi akan timbul nanti, tidak berhenti pada pengajuannya saja
tetapi sampai klaim tersebut dapat diterima atau tidak diterima. Pada penelitian ini
akan dicari apa saja faktor yang mempengaruhi klaim tersebut dapat diterima atau
tidak diterima dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
keberhasilan klaim. Berikut dokumentasi ringkasan penelitian terdahulu yang dapat
mendukung penelitian ini :
13
Tabel 5. Tabel Dokumentasi Ringkasan Penelitian Terdahulu Yang Relevan
14
15
16
Tabel 6. State of the art penelitian prediksi keberhasilan klaim konstruksi
17
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang mendasari penelitian ini, yaitu :
Belum adanya penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengajuan klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh
Penggguna Jasa. Sebagai pengetahuan bagi Pengguna Jasa dan khususnya
Kontraktor untuk dapat mengajukan klaim dengan efektif dan efisien.
Belum adanya penelitian yang memprediksi keberhasilan pengajuan klaim yang
diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa dalam hal klaim akibat
keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Dimana kemampuan untuk memprediksi
keberhasilan klaim dibutuhkan untuk meningkatkan sensitifitas dan kesadaran
para pelaku konstruksi terhadap potensi klaim.
Bagaimana algoritma C4.5 dapat dimanfaatkan untuk memprediksi keberhasilan
klaim konstruksi oleh Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan
dari model data berdasarkan data potensial klaim konstruksi yang diajukan
Kontraktor.
18
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengajuan klaim
konstruksi oleh Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
2. Menganalisis prediksi tingkat keberhasilan klaim konstruksi oleh Kontraktor
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan menggunakan metode algoritma
C4.5.
19
1.7. MODEL OPERASIONAL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama adalah dengan
mengumpulkan teori-teori dari buku referensi dan jurnal ilmiah, selanjutnya tahap
kedua adalah dengan mengumpulkan data terkait klaim yang pernah diajukan oleh
Kontraktor. Data Klaim didapat dari data pengajuan klaim proyek dan dari hasil
pengumpulan data angket staf proyek.
Analisis data
Pada tahap ini dilakukan analisis data-data dan mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk membangun sistem dalam pembuatan model penelitian. Pemodelan
sistem akan dilakukan dengan menggunakan metode Decision Tree algoritma C4.5.
Penulisan Laporan
Laporan yang ditulis berupa laporan tesis dan dibuat berdasarkan KEPUTUSAN
REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2143/SK/R/UI/2017 TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA
UNIVERSITAS INDONESIA.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia saat ini fenomena tentang klaim sudah mulai dikenal oleh para pelaku
usaha konstruksi dan tidak lagi dianggap tabu, namun implementasinya masih banyak
pihak yang tidak siap dalam menerima ataupun melakukan pengajuan klaim,
beberapa pihak, khususnya pemerintah, merasa alergi dengan istilah klaim sementara
Kontraktor merasa segan untuk mengajukan klaim karena takut dicatat sebagai
Kontraktor yang rewel atau menuntut macam-macam (Nazarkhan, 2004).
21
tersebut. Dengan kata lain, perusahaan jasa konstruksi yang paling efisienlah yang
dapat menekan harga suatu pekerjaan sehingga menjadi murah yang
memungkinkannya memenangkan tender, bukan karena perbedaan mutu pekerjaan
itu. Beberapa perusahaan jasa konstruksi mencari keuntungan bukan lagi dari
efisiensi pekerjaan tetapi dari kejeliannya melihat peluang klaim yang besar pada
waktu tender.
Perkembangan usaha jasa konstruksi di Indonesia saat ini yang semakin luas dan
terbuka, menuntut daya saing yang tinggi bagi setiap pengusaha jasa konstruksi.
Persaingan dalam memenangkan sebuah tender tidak lagi sebatas persaingan harga
material, upah, dan mutu pekerjaan, namun lebih dari itu. Efisiensi pekerjaan jelas
merupakan salah satu usaha yang dituntut untuk memenangkan persaingan tersebut,
namun ada pula hal lain yang saat ini perlu juga diperhatikan dalam persaingan
pemenangan tender kontrak konstruksi, yaitu peluang pengajuan klaim. Peluang
pengajuan klaim saat tender, salah satunya muncul dari ambiguitas bahasa kontrak,
lingkup pekerjaan yang tidak jelas atau kurang merinci sehingga terdapat pekerjaan
yang tidak tercantum dan menimbulkan klaim dikemudian hari, tidak hanya pada
lingkup pekerjaan, perselisihan kontrak konstruksi dapat timbul dalam hal waktu
mulai dan penyelesaian pekerjaan, ketentuan pembayaran, syarat umum, maupun
yang lainnnya. Sehingga sebaiknya dalam pembuatan kontrak konstruksi perlu juga
diketahui faktor-faktor timbulnya klaim, dan mempertimbangkan peluang pengajuan
klaim yang mungkin timbul sebagai salah satu hal yang mempengaruhi pemenangan
tender hingga mempengaruhi sukses proyek nantinya. Selanjutnya dalam pelaksanaan
proyek, pengusaha jasa konstruksi harus lebih responsif terhadap klaim yang muncul
maupun terhadap peluang klaim yang dapat muncul agar dapat bersaing dalam
industri jasa konstruksi saat ini. Keberanian menghadapi resiko penilaian buruk dari
klien sebagai “penuntut” dan resiko klaim tidak diterima adalah hal dasar yang perlu
ditumbuhkan dalam mengajukan klaim, Seiring berjalannya proses pembuktian klaim,
akan terlihat apakah klaim yang diajukan adalah sebuah tuntutan yang tidak mendasar
ataukah sebuah usaha wajar untuk memperjuangkan hak. Maka saat itulah seharusnya
klien dapat mengkonfirmasi penilaiannya terhadap pihak yang mengajukan klaim,
22
apakah pihak tersebut adalah “penuntut” atau tidak. Resiko klaim tidak diterima itu
ada, namun ketakutan atau rasa pesimis akan hal tersebut tidak seharusnya ada,
kalaupun klaim yang diajukan ditolak padahal itu merupakan haknya maka perlu di
evaluasi kembali faktor penyebab klaim tersebut ditolak, sehingga kedepannya dapat
berhasil mengajukan klaim dan mendapatkan haknya.
1. Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seorang berhak (untuk
memiliki atau mempunyai) atas sesuatu (Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
2. Klaim adalah tuntutan atas sesuatu yang dianggap menjadi hak; tuntutan atas
sesuatu yang dianggap menyalahi perjanjian atau kontrak (Badudu & Zain, 1994).
23
1. Klaim dari pengguna jasa terhadap Kontraktor, diantaranya : pengurangan nilai
kontrak, percepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kompensasi atas kelalaian
Kontraktor.
2. Klaim dari Kontraktor terhadap pengguna jasa, diantaranya : tambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan, tambahan kompensasi, tambahan konsesi atas
pengurangan spesifikasi teknis atau bahan.
3. Klaim dari sub-Kontraktor atau pemasok bahan terhadap Kontraktor utama.
Bentuk klaim yang diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa bangunan pada
umumnya adalah klaim biaya dan waktu (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid,
2002). Klaim tersebut biasanya timbul karena adanya perubahan pekerjaan,
disamping itu juga dampak terhadap pekerjaan yang tidak berubah, misalnya waktu
pelaksaan pekerjaan yang tidak berubah tersebut mundur. Misalnya pekerjaan yang
tidak berubah tersebut seharusnya dikerjakan pada musim kemarau, namun karena
adanya penundaan pekerjaan, maka terpaksa dilakukan pada musim hujan yang
mengakibatkan penurunan produktifitas dan perlu tambahan biaya untuk melindungi
pekerjaan tersebut dari pengaruh hujan. Ditambah lagi dengan kemungkinan kenaikan
upah pekerja karena musim hujan, tambahan tenaga pengamanan, biaya administrasi
dan overhead.
Ketika timbul klaim maka berlanjut dengan pembuatan dokumen klaim formal yang
diajukan oleh Kontraktor kepada Pengguna Jasa, dimana dokumen tersebut akan
menjadi dasar kebijakan Pengguna Jasa dalam mempertimbangkan potensial klaim
sedini mungkin. Setiap potensi klaim hendaknya didiskusikan dan ditinjau bersama
oleh Pengguna Jasa dan Kontraktor atau pihak lain yang terkait lainnya seperti
konsultan pengawas atau pimpinan proyek.
24
Pengulangan pekerjaan (bongkar/pasang)
Penurunan prestasi kerja
Pengaruh iklim
Demobilisasi dan Remobilisasi
Salah penempatan peralatan
Penumpukan bahan
De-efisiensi jenis pekerjaan
1. Perubahan desain
2. Perbedaan interpretasi atas dokumen kontrak
3. Perubahan lingkup pekerjaan
4. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh Kontraktor
5. Permintaan perubahan volume pekerjaan
6. Lambatnya pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak
25
Sedangkan penyebab klaim dari sudut pandang Kontraktor (Hardjomuljadi, 2014),
adalah :
26
Sedangkan menurut (Gillbreath, 1992) penyebab terjadinya klaim adalah :
Pengguna barang dan jasa yang tidak puas dengan yang pekerjaan telah dihasilkan
Kontraktor dapat mengajukan klaim atas kerugian termasuk biaya perubahan,
penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang cacat. Ketidakpuasan Pengguna Jasa
biasanya terjadi karena pekerjaan yang dikerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disebut dalam kontrak atau hal lain yang tidak cocok dengan maksud yang
ditetapkan. Kadang-kadang barang dan jasa yang diminta tidak sesuai dengan
garansi/jaminan yang diberikan oleh Kontraktor atau pemasok.
Jika Kontraktor berjanji melaksanakan pekerjaan tersebut dalam waktu yang telah
ditetapkan, pengguna barang dan jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian bila
keterlambatan tersebut disebabkan oleh kontraktor atau dalam kejadian lain, bahkan
jika keterlambatan tersebut diluar kendali dari Kontraktor. Jenis klaim kerugian
dalam hal ini adalah kehilangan kesempatan penggunaan dari fasilitas tersebut,
pengaruh reaksi terhadap penyedia barang dan jasa lain dan kenaikan biaya dari
pekerjaan lain yang terlambat.
27
(Fisk & P.E., 1997) menyebut secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan
klaim dari Kontraktor kepada Pengguna Jasa bangunan, yaitu :
Faktor-faktor penyebab timbulnya klaim konstruksi yang beragam, dan terlebih lagi
dengan perbedaan pandangan antara pengguna jasa dan Kontraktor maka diperlukan
adanya kerjasama dan kebersamaan para stakeholder konstruksi untuk benar-benar
memahami permasalahan yang dihadapi bersama.
Sedangkan faktor keberhasilan sebuah klaim diantaranya dibahas oleh (Hewitt, 2016)
dalam bukunya Construction Claims and Responses yang menyimpulkan elemen
esensial dalam kesuksesan klaim adalah :
28
1. Klaim diajukan untuk menunjukan bahwa penggugat memiliki hak atas
kompensasi dan juga untuk membuktikan jumlah dari klaim tersebut.
2. Tanggapan dokumen klaim adalah untuk menjabarkan temuan-temuan dari
penentuan klaim.
3. Penyebab adalah peristiwa yang menimbulkan klaim dan harus dibuktikan dalam
pengajuan klaim.
4. Efeknya adalah bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi penuntut dengan
menghubungkan penyebab dengan efeknya. Ini bisa dari segi waktu atau uang dan
harus dibuktikan dalam klaim.
5. Hak adalah hak penuntut berdasarkan kontrak atau berdasarkan hukum kepada
kompensasi yang diklaim dan juga harus ditetapkan dan dibuktikan dalam klaim.
6. Persyaratan sebelum pemberian hak harus diperiksa dalam klaim dan harus
ditunjukan bahwa penuntut telah memenuhi persyaratan, atau jika tidak maka
harus dijelaskan alasannya mengapa kondisinya saat ini yang tidak memenuhi
syarat tidak mempengaruhi klaim yang diajukan.
7. Semua pernyataan dan perhitungan harus dibuktikan dengan mengacu pada
catatan proyek, kontrak dan dokumen pendukung lainnya.
8. Sangat penting untuk membangun sistem administrasi kontrak yang kuat,
sehingga melindungi hak kontraktual penggugat dan memberikan pembuktian
sebab akibat, dan hak yang memadai.
9. Elemen-elemen penting untuk dimasukkan dalam klaim atau tekad adalah CEES,
yaitu :
Cause (Sebab)
Effect (Efek)
Entitlement (Hak)
Substantiation (Pembuktian)
29
2.1.4. PENYELESAIAN KLAIM
Dalam hal penyelesaian klaim dapat dilakukan dengan beberapa metode yang
disepakati bersama dan dicantumkan dalam kontrak, antara lain :
30
Menerapkan sistem informasi manajemen untuk mengenali permasalahan
yang potensial
31
3. Keterlambatan-keterlambatan yang berbenturan, maksudnya adalah keterlambatan
yang sebagian terjadi karena kesalahan pengguna jasa dan sebagian lagi karena
kesalahan Kontraktor. Perpanjangan waktunya pun berbenturan, sehingga
diperlukan analisis yang detail untuk menguraikannya.
a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak
tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari
penyusunan jadwal proyek. Identifikasi yang tidak lengkap akan
mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan
kerja.
b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek
berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang
tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoalan karena
tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali
harganya.
c. Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya keterampilan dan keahlihan pekerja dapat mengakibatkan
produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan
waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek
d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian Kontraktor
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung
adalah tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan.
Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan
keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan
32
kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat dan material yang tidak
sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan, akan membuat
produktivitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur/ tidak
produktif sehingga menghambat laju pekerjaan.
e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung
didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus disesuaikan
dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan
proyek dapat tercapai.
f. Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi
proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi
proyek.Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu
pengiriman alat ataupun material.
g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/ diperbaiki karena cacat/salah
Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan,
baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek,
penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua
perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu.
h. Kesulitan finansial.
Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus direncanakan
dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek
itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh Kontraktor ini, terutama yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran ke pemasok material dan
pembayaran upah tenaga kerja. Hal ini akan menyebabkan tersendatnya
dukungan sumber daya yang ada dan membuat pelaksanaan pekerjaan
menjadi terhambat
i. Kurangnya pengalaman Kontraktor
Pengalaman Kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah dalam
bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor yang sudah
33
berpengalaman dengan mudah mengatasi permasalahan yang timbul, lain
halnya dengan Kontraktor yang kurang pengalaman, akan membutuhkan
waktu yang lebih banyak.
j. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi Kontraktor
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik
agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih
k. Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi, walaupun
mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan penyelesaian stuktur,
seringkali berdampak lebih lamanya waktu penyelesaian yang diperlukan.
l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini dapat
berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma
akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya
produktivitas kerja.
2. Excusable Delays
a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanah
longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas
pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang
berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan
tidak sesuai dengan yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya
jadwal proyek. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat
menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.
b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk
dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan
pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang
akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.
34
c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek
Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda-beda, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari
masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada
berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal
pelaksanaan proyek.
3. Compensable Delays
Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah :
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan
pemakaian yang mendesak. Kesalahan- kesalahan akan timbul karena adanya
tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan- perbaikan. Akibatnya jadwal
yang telah direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.
b. Persetujuan ijin kerja yang lama
Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu
aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan. Proses persetujuan ijin
ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan
pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang
cukup lama untuk mengambil keputusan.
c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek
sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal
yang telah dibuat Kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan
proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
d. Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau
penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung
berakibat pada mundurnya jadwal proyek.
35
e. Keterlambatan penyediaan material
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang
disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat
menyediakan material kepada Kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan.
Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena
menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.
f. Dana dari Pengguna Jasa yang tidak mencukupi
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari
Pengguna Jasa yang tidak cukup.
g. Sistim pembayaran pemilik ke Kontraktor yang tidak sesuai kontrak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus
menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut Kontraktor
sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap
terjaga. Pembayaran termin dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat
merugikan pihak Kontraktor karena akan mengacaukan semua sistim
pendanaan proyek tersebut dan mempengaruhi kelancaran pekerjaan
Kontraktor.
h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan
Kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang
pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan
lambat.
Klaim-klaim keterlambatan hampir selalu mengarah pada permintaan waktu dan uang.
Beberapa unsur biaya yang dipengaruhi oleh waktu adalah :
1. Bunga bank
2. Asuransi
3. Overhead kantor pusat
4. Biaya umum
5. Penyewaan
36
6. Pemeliharaan alat
7. Pemasokan material
8. Dukungan teknik
9. Administrasi kontrak
10. Mutu program administrasi
11. Pengamanan
12. Pengawasan
13. Perpanjangan atau kehilangan masa jaminan
14. Ganti rugi
15. Penyimpanan dan perlindungan material.
Stokes dalam (Wibowo, 2009) merumuskan empat strategi bagi Kontraktor supaya
klaim berhasil yaitu mengenali klaim, memberikan notifikasi dengan tepat,
mengumpulkan dokumentasi yang diperlukan, dan mempresentasikan klaim dengan
cara persuasif supaya Pengguna Jasa mengabulkan klaim.
37
(Wibowo, 2009) sendiri mempresentasikan hasil survei terhadap pelaku jasa
konstruksi tentang praktik klaim Kontraktor kepada Pengguna Jasa karena
keterlambatan yang menjadi tanggungjawab Pengguna Jasa konstruksi pemerintah.
Berdasarkan frekuensi, terdapat tiga alasan utama mengapa klaim tidak diajukan oleh
Kontraktor adalah (1) klaim tidak signifikan, (2) ketidaksiapan dokumen pendukung
klaim, (3) perlunya menjaga hubungan baik dengan pengguna jasa.
Sementara itu alasan Pengguna Jasa menolak klaim Kontraktor adalah (1) klaim tidak
diatur dalam kontrak, (2) ketidaklengkapan dokumen pendukung klaim, (3) tidak
tersedianya anggaran
Sedangkan menurut (Malak, Asem, El-Saadi, & Abou-Zeid, 2002) jika Kontraktor
ingin mengajukan klaim maka beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :
38
Dengan analisis submodel notice requirement ditetapkan suatu kondisi dimana
Kontraktor akan kehilangan haknya jika terjadi hal-hal sebagai berikut :
Engineer tidak memberitahukan secara formal peristiwa penyebab klaim
Kontraktor tidak mengajukan pemberitahuan yang disertai durasi terjadinya
peristiwa
Kontraktor tidak merinci biaya dan waktu yang diklaim
Pemilik bangunan memiliki prasangka di balik pemberitahuan tersebut
3. Penyebab Kegagalan Klaim
Klaim yang sudah siap untuk diajukan bisa saja mengalami kegagalan,
diantaranya karena :
Permohonan pengajuan klaim terlambat
Kontraktor tidak mengikuti prosedur kontrak
Kurang akuratnya rekaman data yang dibutuhkan
Klaim yang diajukan tidak mempunyai dasar yang kuat
Informasi yang dibutuhkan untuk menguji kebenaran klaim tidak tersedia
Dalam sebuah kontrak konstruksi mencakup ketentuan khusus yang berkaitan dengan
perpanjangan waktu, tidak terkecuali (FIDIC, 2008) yang juga memiliki prosedur ini.
39
c. Kelainan keadaan cuaca yang sangat buruk,
d. Kekurangan yang tak dapat diperkirakan sebelumnya dalam ketersediaan
personil atau barang-barang akibat wabah atau kebijakan pemerintah, atau
e. Keterlambatan, kesulitan atau hambatan yang disebabkan atau diakibatkan
oleh Pengguna Jasa, personil Pengguna Jasa atau Kontraktor lain yang
dipekerjakan Pengguna Jasa.
Sub Klausul 20.1; Jika Kontraktor menganggap dirinya berhak atas perpanjangan
waktu penyelesaian dan/atau pembayaran tambahan, menurut Klausula manapun dari
persyaratan ini atau yang lainnya dalam kaitannya dengan Kontrak, Kontraktor harus
menyampaikan pemberitahuan kepada Konsultan, menyebutkan kejadian atau
keadaan yang menimbulkan klaim. Pemberitahuan harus disampaikan sesegera
mungkin, dan tidak lebih dari jangka waktu 28 hari setelah Kontraktor menyadari,
atau seharusnya telah menyadari, akan kejadian atau keadaan tersebut. Jika
Kontraktor gagal menyampaikan pemberitahuan suatu klaim dalam jangka waktu 28
hari, waktu penyelesaian tidak akan diperpanjang, Kontraktor tidak berhak atas
pembayaran tambahan, dan Pengguna Jasa akan dibebaskan dari semua kewajiban
yang berkaitan dengan klaim. Sebaliknya, ketentuan Klausula berikut ini akan
berlaku.
40
Kontraktor juga harus menyampaikan pemberitahuan lain yang disyaratkan dalam
Kontrak dan data pendukung klaim, yang berkaitan dengan kejadian atau keadaan
tersebut. Kontraktor harus menyimpan catatan lengkap (sesuai dengan waktunya)
yang mungkin diperlukan untuk mendukung klaim, baik di lapangan maupun di
lokasi lain yang dapat diterima oleh Konsultan. Tidak dibatasi kewajiban, Pengguna
Jasa, Konsultan dapat, setelah menerima pemberitahuan menurut Sub-Klausula ini,
memantau penyimpanan catatan dan/atau memerintahkan Kontraktor untuk
menyimpan catatan kontemporer lebih lanjut. Kontraktor harus mengizinkan
Konsultan untuk menginspeksi seluruh catatan, dan akan (bila diperintahkan)
menyampaikan salinan kepada Pengguna Jasa. Dalam jangka waktu 42 hari setelah
Kontraktor menyadari (atau seharusnya telah menyadari) akan kejadian atau keadaan
yang menimbulkan klaim, atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh
Kontraktor dan disetujui oleh Pengguna Jasa, Kontraktor harus menyampaikan
kepada Pengguna Jasa suatu klaim secara detail disertai oleh data pendukung
mengenai dasar klaim dan perpanjangan waktu dan/atau pembayaran tambahan yang
diklaim. Jika kejadian atau keadaan yang menimbulkan klaim memiliki suatu efek
berkelanjutan :
41
Pengguna Jasa juga dapat meminta data pendukung lebih lanjut yang diperlukan,
namun tetap memberikan tanggapannya atas prinsip klaim dalam jangka waktu yang
ditetapkan di atas. Dalam jangka waktu 42 hari yang ditetapkan di atas, Pengguna
Jasa harus menindaklanjuti sesuai dengan Sub-Klausula 3.5 (Penetapan) untuk
menyetujui dan menetapkan:
i. Perpanjangan (jika ada) Waktu Penyelesaian (sebelum atau sesudah
berakhir) sesuai dengan Sub-Klausula 8.4 (Perpanjangan Waktu
Penyelesaian), dan/atau
ii. Pembayaran tambahan (jika ada) yang berhak diterima Kontraktor
menurut Kontrak. Setiap Berita Acara Pembayaran harus memasukkan
pembayaran tambahan untuk klaim dengan data pendukung yang dapat
diterima menurut ketentuan dalam Kontrak. Kecuali dan hingga data
pendukung yang disampaikan dianggap cukup untuk mendukung
keseluruhan klaim, Kontraktor hanya berhak menerima pembayaran atas
bagian klaim yang mampu dibuktikan, jika Pengguna Jasa tidak
menanggapi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Klausula ini,
salah satu Pihak dapat menganggap bahwa klaim ditolak dan Pihak
tersebut dapat merujuk pada Dewan Sengketa sesuai dengan Sub-Klausula
20.4 (Memperoleh Keputusan Dewan Sengketa).
Selama Kontraktor mengajukan klaim perpanjangan waktu, Pengguna Jasa bisa jadi
telah menentukan waktu yang lebih pendek yang telah dipastikan untuk dimasukkan
42
dalam revisi kontrak, jika ini masalahnya, klaim perpanjangan waktu Kontraktor
harus direvisi dan dikirim kembali sesuai dengan revisi Pengguna Jasa.
Jika klaim yang diajukan hanya perpanjangan waktu, seringkali dapat ditangani
dengan relatif cepat, sedangkan tambahan klaim pembayaran biasanya berlarut-larut.
Diantaranya karena ada pertimbangan moneter untuk perpanjangan yang perlu
dibahas dan dinegosiasikan, sehingga pengajuan klaim perpanjangan waktu dan biaya,
lebih baik dilakukan secara terpisah namun pada saat yang sama.
43
Teori pengambilan keputusan adalah teknik yang digunakan untuk membantu dalam
proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan guna memecahkan
masalah dengan cara yang terbaik.
Dasar-dasar pengambilan keputusan menurut George R Terry dan Brinckloe adalah
(Syamsi, Ibnu, 2000) :
a) Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif
yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif
dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat
untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan
keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi,
pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari
pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif
hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
b) Pengalaman
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaiakan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuai praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
c) Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
d) Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat
rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan
44
wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang
seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
e) Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat,
keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat
terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang diakui saat itu.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, menurut
Arroba, antara lain (Arroba, T. 1998) :
a) Informasi yang diketahui perihal masalah yang dihadapi
b) Tingkat pendidikan
c) Personality
d) Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan
pengalaman (proses adaptasi)
e) Culture
Selanjutnya proses pengambilan keputusan menurut Kotler, antara lain (Kotler, Philip,
2000) :
a) Identifikasi masalah
Dalam hal ini diharapkan mampu mengidentifikasikan masalah yang ada di dalam
suatu keadaan.
b) Pengumpulan dan penganalisis data
Pengambil keputusan diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang
dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
c) Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-
cara pemecahannya.
d) Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah
tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam
45
pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan
alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
e) Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pengambil keputusan harus mampu
menerima dampak positif atau negatif, dan juga harus mempunyai alternatif yang lain.
f) Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari
keputusan yang telah dibuat.
Sehingga keputusan terbaik atas suatu permasalahan dapat diambil dengan
dipengaruhi berbagai macam faktor dan melalui suatu proses pengambilan keputusan.
Dalam pengambilan keputusan ini dapat dengan menggunakan suatu metode analisa
data yang terprogram dengan mendefinisikan dan menyatakannya dengan jelas. Bila
hal ini dapat dilaksanakan, langkah selanjutnya yaitu mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
2.3.2. DECISION TREE ATAU POHON KEPUTUSAN
Dalam penelitian ini Analisa Pohon Keputusan digunakan untuk dapat mengetahui
keputusan terbaik dalam hal perlu tidaknya pengajuan klaim. Dengan menggunakan
analisis pohon keputusan akan didapat keputusan terbaik berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi diterima atau tidak diterimanya pengajuan klaim yang diajukan
Kontraktor akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan dengan data yang berhirarki,
lebih tertata sehingga dapat diprediksi keberhasilan klaim tersebut.
46
dan simpul daun (leaf node), sehingga disimpulkan bahwa Pohon Keputusan
merupakan representasi sederhana dari teknik klasifikasi untuk sejumlah kelas
berhingga, dimana simpul internal maupun simpul akar ditandai dengan nama atribut,
rusuk-rusuknya diberi label nilai atribut yang mungkin dan simpul daun ditandai
dengan kelas-kelas yang berbeda.
Menurut Trisan (A, Tjahyono, dan A.M., Anggara, 2010), pohon keputusan ini
memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan, yaitu :
• Kelebihan Pohon Keputusan
‒ Daerah pengambilan keputusan yang rumit dapat diubah menjadi sederhana
‒ Dapat menghilangkan perhitungan yang tidak penting karena proses pengujian
hanya berdasarkan kriteria yang diperlukan saja
47
‒ Proses pemilihan fitur dari internal node yang berbeda lebih fleksibel. Fitur yang
telah dipilih ini akan menjadi pembeda antara kriteria yang satu dengan kriteria
lainnya.
‒ Metode ini dapat menghindari munculnya permasalahan dengan cara
menggunakan kriteria dengan jumlah yang sedikit pada node internal tanpa
mengurangi kualitas keputusan yang dihasilkan.
• Kekurangan Pohon Keputusan
‒ Dapat terjadi overlap apabila hasil keputusan dan kriteria yang digunakan
jumlahnya sangat banyak. Hal ini juga dapat berakibat bertambahnya waktu yang
digunakan untuk pengambilan keputusan dan jumlah memori yang dibutuhkan
semakin tinggi.
‒ Akumulasi jumlah error dari setiap tingkat pohon keputusan besar
‒ Mendesain pohon keputusan yang optimal sulit
‒ Kualitas keputusan yang didapatkan sangat tergantung dengan bagaimana pohon
tersebut didesain.
48
Algoritma C4.5 memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dapat mengolah data
numerik (kontinyu) dan diskret, dapat menangani nilai atribut yang hilang,
menghasilkan aturan-aturan yang mudah diinterpretasikan dan tercepat diantara
algoritma-algoritma yang lain (Latifah, Khoiriyah, 2018).
Ide dasar dari algoritma ini adalah pembuatan pohon keputusan berdasarkan
pemilihan atribut yang memiliki prioritas tertinggi atau dapat disebut memiliki nilai
gain tertinggi berdasarkan nilai entropy atribut tersebut sebagai poros atribut
klasifikasi (Marwana, 2014). Kemudian secara rekursif cabang-cabang pohon
diperluas sehingga seluruh pohon terbentuk. Menurut kamus IGI Global
(International Publisher of Progressive Academic), entropy adalah jumlah data yang
tidak relevan terhadap informasi dari suatu kumpulan data (Triisant, 2015). Gain
adalah informasi yang didapatkan dari perubahan entropy pada suatu kumpulan data,
baik melalui observasi atau bisa juga disimpulkan dengan cara melakukan partisipasi
terhadap suatu set data (Marwana, 2014). Pada tahapannya algoritma C4.5 memiliki 2
prinsip kerja (Widayu, H., S. Darma., N. Silalahi, dan Mesran, 2017), yaitu :
Membuat pohon keputusan dan membuat aturan-aturan. Aturan yang terbentuk dari
pohon keputusan akan membentuk suatu kondisi dalam bentuk if then.
Berdasarkan apa yang ditulis Jefri (A. Slamet, 2007), terdapat empat langkah dalam
proses pembuatan pohon keputusan pada algoritma C4.5, yaitu :
1. Memilih atribut sebagai akar, didasarkan pada nilai gain tertinggi dari atribut-
atribut yang ada.
2. Membuat cabang untuk masing-masing nilai, artinya membuat cabang sesuai
dengan jumlah nilai variabel gain tertinggi
3. Membagi setiap kasus dalam cabang, berdasarkan perhitungan nilai gain tertinggi
dan perhitungan dilakukan setelah perhitungan nilai gain tertinggi awal dan kemudian
dilakukan proses perhitungan gain tertinggi kembali tanpa menyertakan nilai variabel
gain awal.
4. Mengulangi proses dalam setiap cabang sehingga semua kasus dalam cabang
memiliki kelas yang sama. Mengulangi semua proses perhitungan gain tertinggi
49
untuk masing-masing cabang kasus sampai tidak bisa lagi dilakukan proses
perhitungan.
Menurut Jiandi (Marwana, 2014) data yang dimiliki harus disusun menjadi sebuah
tabel berdasarkan kasus dan jumlah responden sebelum dilakukan perhitungan untuk
mencari nilai entropy dan gain.
n
Entropy (S) = i 0
pi log 2 pi (1)
Rumus (1) merupakan rumus yang digunakan dalam perhitungan entropy yang
digunakan untuk menentukan seberapa informatif atribut tersebut. Berikut
keterangannya (A. Slamet, 2007) :
S : Himpunan Kasus
n : Jumlah partisi S
pi : jumlah kasus pada partisi ke-i
Si
Gain (S,A) = Entropy (S) i 1
n
Entropy ( Si ) (2)
S
Rumus (2) merupakan rumus yang digunakan dalam perhitungan gain setelah
melakukan perhitungan entropy. Berikut keterangannya (A. Slamet, 2007) :
S : Himpunan Kasus
n : Jumlah partisi atribut A
|Si| : jumlah kasus pada partisi ke-i
|S| : Jumlah kasus dalam S
Dengan mengetahui rumus-rumus diatas, data yang telah diperoleh dapat dimasukkan
dan di proses dengan algoritma C4.5 untuk proses pembuatan pohon keputusan.
Perhitungan dimulai dari menghitung banyaknya jumlah atribut dan menentukan
atribut mana yang akan digunakan sebagai akar dari pohon keputusan. Selanjutnya
akan dilakukan perhitungan entropy dan gain untuk menentukan leaf dari pohon
keputusan tersebut. Setelah semua perhitungan selesai, pohon keputusan dapat dibuat
berdasarkan nilai gain yang telah dihitung sebelumnya. Atribut dengan nilai gain
tertinggi akan terletak pada prioritas yang lebih tinggi dan memiliki kedudukan yang
lebih tinggi juga pada pohon keputusan.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
51
dengan lebih efektif dan efisien, bahkan hal ini juga dapat meminimalisir timbulnya
klaim.
Jika digambarkan dalam sebuah kerangka konsep penelitian, dapat dilihat pada
Gambar 4. Sebagaimana permasalahan dan tujuan penelitian telah diuraikan dalam
Bab I.
Menurut (Hills & Gibson, 1992) ada empat komponen dasar dalam mengaplikasikan
kerangka konsep dalam menjawab pertanyaan mengenai fenomena empiris atau
situasi sebagai contoh tertentu dari suatu konsep umum, yaitu :
1. Komponen nilai terdiri atas konsepsi yang terpola secara alamiah, relevan dengan
sistem yang diinginkan untuk aktualisasi komitmen berupa tindakan yang
terlegitimasi pada tingkat paling umum.
2. Komponen norma, diantaranya adalah standar atau regulasi yang mengatur
ketetapan, legalitas, dan tindakan koordinasi serta menjaga sistem bebas dari
benturan.
3. Komponen goal-selection dan motivation-mobilization, terdiri atas peran dan
organisasi melalui tujuan (goal) yang terpilih serta pelaku yang termotivasi yang
termobilisasi dalam ketertarikan pada komitmen nilai yang teraktualisasi
4. Komponen fasilitas terdiri atas ketersediaan fasilitas untuk ikut aktif dalam
pencapaian tujuan bersama.
52
Fenomena
Variabel Norma
Keterlambatan penyelesaian
pekerjaan konstruksi yang Landasan Permasalahan
diakibatkan pengguna jasa klaim konstruksi
Kurangnya kesadaran
Keterbatasan pengajuan dan kurang responsifnya Prediksi keberhasilan klaim
klaim kontraktor kepada Kontraktor terhadap konstruksi
pengguna jasa, karena status
potensi Klaim
pengguna jasa yang dianggap
Keterlambatan yang
lebih superior
disebabkan oleh
pengguna jasa Klaim konstruksi akibat
keterlambatan penyelesaian
Para pelaku konstruksi tidak pekerjaan oleh Penguna Jasa
memahami kontrak
konstruksinya
Variabel Kontrol
Kinerja
Meningkatkan kesadaran
para pelaku konstruksi
terhadap potensi klaim dan
pengajuan klaim, khususnya
klaim keterlambatan
penyelesaian pekerjaan
53
Identifikasi Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Masalah
Kajian Faktor
penyebab Klaim
Klaim akibat
Kajian Faktor keterlambatan
Keberhasilan penyelesaian pekerjaan
Klaim
Kajian Literatur dan analisa metode Decision tree algoritma C4.5
Pengajuan Klaim
agar klaim Faktor keberhasilan pengajuan Klaim
diterima akibat keterlambatan oleh Pengguna Jasa
Validasi
Algoritma C4.5
Validasi
54
3.2.TAHAPAN PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian, secara garis besar penelitian dilakukan dengan
mengikuti kerangka berpikir dan alur penelitian seperti pada Gambar 5.
55
sudah berjalan. Adapun variabel prediktor yaitu klaim akibat keterlambatan
penyelesaian proyek.
b. Analisa data mining dengan mengunakan Pohon Keputusan Algoritma C4.5,
dengan mengidentifikasi dan memprediksi keberhasilan pengajuan klaim
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan dari faktor-faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya klaim tersebut. Data awal numeric ataupun
nonnumeric akan dibagi perkelas untuk memudahkan analisa berikutnya.
Setelah semua data yang akan dimasukkan dibagi per kelas, maka dilakukan
proses klasifikasi dengan membuat pohon keputusan sebagai output. Proses
pengambilan keputusan untuk memprediksi keberhasilan klaim konstruksi
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Penyebab timbulnya klaim
2. Klaim yang diajukan
3. Efek yang ditimbulkan dari diterima atau tidak diterimanya klaim
4. Hak berdasarkan kontrak atau kesepakatan tertulis yang sah
5. Bukti-bukti yang menunjukan kejadian yang di klaim
6. Administrasi dan dokumentasi Proyek
7. Analisis dan perhitungan klaim
8. Presentasi pengajuan klaim
9. Hubungan Pengguna Jasa dan Kontraktor
10. Waktu dan situasi pengajuan klaim
Variabel yang akan menjadi keputusan adalah baik dan tidak baik.
56
Variabel Moderator, variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen.
Variabel Intervening, variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak
langsung dan tidak dapat diamati atau diukur.
Variabel Kontrol, variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti.
57
8.9 Consequences of Suspension EOT & cost
Consequences of employer’s EOT, Cost & Profit EOT, cost & profit (in
17.4
Risks some cases)
58
8.7 Delay Damages Cost
3.4.INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian ini dibagi dalam dua bagian sesuai dengan permasalahan
penelitian. Untuk menjawab permasalah penelitian nomor 1, instrument penelitian
yang digunakan adalah kusioner untuk mendapatkan faktor-faktor keberhasilan klaim
keterlambatan pekerjaan akibat pengguna jasa. Jawaban hasil kuesioner responden
akan dikumpulkan dan divalidasi. Pertanyaaan yang diajukan juga berisi tentang data
klaim yang pernah diajukan dan pengalaman responden terkait peristiwa pengajuan
klaim konstruksi akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sasaran responden
dalam penelitian ini adalah para Kontraktor konstruksi, pengguna jasa konstruksi dan
konsultan konstruksi. Responden yang dipilih mempunyai latar belakang pendidikan
minimal Sarjana (S1) dan memiliki pengalaman kerja konstruksi bagian quantity
surveyor, administrasi kontrak, maupun ke-engineering-an.
59
Tabel 8. Contoh Kuesioner 1
A. Berdasarkan FIDIC 99 Red Book Sub-klausa perpanjangan waktu dan tambahan
biaya dideskripsikan item kejadian yang berhak diklaim oleh Kontraktor, namun
tidak semua hak dapat diterima Kontraktor. Hak yang seharusnya didapat oleh
kontraktor diantaranya adalah EOT atau hak tambahan waktu pekerjaan, biaya, dan
keuntungan.
Berikut ini adalah item kejadian yang dapat diklaim. Menurut anda hak apa saja yang
dapat diterima oleh Kontraktor atas klaim akibat kejadian tersebut :
5 Fosil
6 Tes
60
14 Evaluasi
15 Kelalaian
20 Employer’s Risks
22 Limitation of Liability
26 Performance Security
29 Rejection
30 Remedial work
31 Rate of Progress
32 Delay Damages
36 Clearance of Site
37 Indemnities
61
39 Limitation of Liability
62
Seberapa besar pengaruh pekerjaan tambah
atau kurang terhadap timbulnya klaim
keterlambatan ?
63
oleh owner ?
64
terhadap keberhasilan klaim ?
Instrumen yang digunakan untuk analisa data adalah software WEKA. WEKA adalah
aplikasi data mining open source berbasis Java. WEKA terdiri dari koleksi algoritma
machine learning yang dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atau formulasi
dari sekumpulan data sampling. Beberapa fitur yang digunakan untuk analisis data
mining dalam WEKA adalah :
A. Classification
Data penelitian dapat dimasukan melalui load dataset untuk diklasifikasi dengan
sebelumnya melakukan pemilihan algoritma yang akan digunakan. Kemudian WEKA
akan memberikan beberapa representasi data yang mewakili hasil akurasi, tingkat
kesalahan dari proses klasifikasi.
B. Regression
Pola yang sudah terbentuk sebelumnya dijadikan model data untuk menciptakan
suatu variabel baru yang merepresentasikan perkembangan data pada masa yang akan
datang atau disebut juga prediksi.
C. Clustering
Clustering merupakan salah satu cabang konsep dari unsupervised method dari
machine learning yang bertujuan untuk melakukan pengelompokan data dan juga
menjelaskan hubungan yang ada di antara data tersebut dan memaksimalkan
kesamaan antar satu kelas/cluster tetapi meminimumkan kesamaan antar kelas/cluster.
Clustering digunakan untuk analisa suatu data dan diharapkan menghasilkan suatu
representasi data yang mewakili suatu pola yang terbentuk akibat relasi yang ada
antar data.
65
3.5.METODE PENGUMPULAN DATA
Didapatkan dari data aktual dan data historis kasus klaim, baik dari proyek, maupun
pengadilan negeri. Data-data yang dikumpulkan terdiri dari informasi proyek,
informasi klaim dan informasi pihak-pihak yang terlibat.
1. Data Sekunder
Data Sekunder adalah berdasarkan literatur teori yang diambil dari buku-buku,
referensi, jurnal-jurnal serta penelitian yang lalu. Dalam penelitian ini data sekunder
termasuk juga data yang diperoleh dari proyek, yaitu monitoring dan data klaim
perpanjangan waktu yang diajukan oleh kontraktor kepada owner.
2. Data Primer
Pengumpulan data terhadap para pakar/ ahli dibidang klaim konstruksi yang
dilakukan secara penilaian kolektif melalui interview langsung terhadap pakar dan
atau penanggung jawab lapangan dianggap penting karena inti masalah dari
penelitian ini adalah pada analisa faktor keberhasilan pengajuan klaim konstruksi
yang berkaitan dengan pengalaman mereka pada saat pengajuan klaim dan juga
berkaitan dengan pengambilan keputusan terkait dengan diterima atau tidaknya klaim.
Analisa data dilakukan secara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuesioner dan
wawancara dan studi kasus diolah sesuai dengan metodenya dibantu dengan program
komputer.
66
3.6.1. POHON KEPUTUSAN ALGORITMA C4.5
Metode Analisis data dengan algoritma C4.5 pada penelitian ini digambarkan
pada Gambar 6. berikut :
Pohon keputusan adalah hasil dari proses perhitungan entropy dan information
gain, setelah perhitungan berulang-ulang sampai semua atribut pohon memiliki
kelas dan tidak bisa lagi dilakukan proses perhitungan. Uraian penjelasan yang
merepresentasikan sebuah pohon keputusan disebut juga Rule model atau aturan-
aturan.
67
Validation adalah validasi yang dilakukan dengan cara membagi suatu set data
menjadi sepuluh segmen yang berukuran sama besar dengan cara melakukan
pengacakan data. Validasi dan pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat
akurasi, presisi dan recall dari hasil prediksi klasifikasi. Akurasi adalah
persentase dari catatan yang diklasifikasikan dengan benar dalam pengujian set
data atau dapat juga didefinisikan sebagai tingkat kedekatan antara nilai prediksi
dengan nilai aktual. Presisi adalah tingkat ketepatan antara informasi yang
diminta oleh pengguna dengan jawaban yang diberikan oleh sistem, dan
didefinisikan juga sebagai persentase data yang diklasifikasikan sebagai model
baik yang sebenarnya juga baik. Recall adalah tingkat keberhasilan sistem dalam
menemukan kembali sebuah informasi atau dapat juga didefinisikan sebagai
pengukuran tingkat pengenalan positif sebenarnya (Y.Altujjar, W.Altamimi, I.
Al-turaiki dan M. Al razgan, 2016).
68