Anda di halaman 1dari 19

Ragam Hias Arsitektur Tradisional Bali

NAMA :

KOMANG ANGGA SATRIA GRAHA 1219251054

IDA BAGUS DHARMA ANANDA KUSUMA 1219251057

MADE RAMA CANDRA 1219251045

GEDE ARI DHARMA SETYAWAN 1219251042

DEWA MADE TEGUH SURACDIPA 1219251044

WAYAN IVAN WAHYU PRADITYA 1219251022

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI 1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Arsitektur Tradisional Bali merupakan perwujudan keindahan


manusia dan alamnya yang mengeras ke dalam bentuk-bentuk penggunaan dengan
ragam hias yang dikenakannya. Benda-benda alam yang diterjemahkan ke dalam
bentuk - bentuk ragam hias, tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur alam, nilai-nilai
agama dan kepercayaan disarikan ke dalam suatu perwujudan keindahan yang
harmonis.
Bentuk-bentuk hiasan, tata warna, cara membuat dan
p e n e m p a t a n n y a mengandung arti dan maksud-maksud tertentu.
Hiasan bentuk dalam pola-pola yang memungkinkan penempatannya di
beberapa bagian tertentu dari bangunan atau elemen-elemen yang
memerlukan hiasan.
Ciri-ciri hakiki dari benda-benda alam yang dijadikan
b e n t u k - b e n t u k hiasan masih menampahkan identitas walaupun diolah dalam
usaha penonjolan nilai-nilai keindahannya. Dalam pengertian tradisional, bumi
terbentuk dari lima unsur yang disebut Panca Mahabuta, apah (air/zat cair),
teja (sinar), akasa (udara), pertiwi (tanah , bebatuan/zat padat), unsur-unsur
tersebut melatar belakangi perwujudan bentuk- bentuk hiasan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Ornamen apa sajakah yang di gunakan dalam Arsitektur
Tradisional Bali?
2. Bagaimana penempatan ornamennya pada Arsitektur Tradisional
Bali?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk lebih


mengetahui dalam mengenal ornament-ornamen yang biasa
digunakan pada Arsitektur Tradisional Bali. Karena ragam hias tersebut
memiliki makna-makna tertentu dan menmbah nilai estetika pada bangunan
Tradidional Bali itu sendiri.
I.4 MANFAAT

Manfaat di buatnya makalah ini adalah dapat di gunakan sebagai acuan dalam
merencanakan Arsitektur Tradisional Bali.

I.5 BATASAN MASALAH

Pada laporan penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah Ragam Hias
Arsitektur Tradidional Bali.
BAB II
ISI

2.1 FLORA
Bentuknya yang mendekati keadaan sebenarnya ditampilkan sebagai
latar belakang hiasan-hiasan bidang dalam bentuk hiasan atau pahatan relief. Ceritera
- ceritera pewayangan,legenda dan kepercayaan, yang dituangkan ke dalam lukisan
atau pahatan relief umumnya dilengkapi dengan latar belakang berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang menunjang penampilannya.
Berbagai macam flora yang ditampilkan sebagai hiasan
dalam bentuk simbolis atau pendekatan bentuk-bentuk
t u m b u h - t u m b u h a n d i p o l a k a n d a l a m  bentuk-bentuk pepatraan dengan
macam-macam ungkapan masing-masing.
Ragam hias yang dikenakan pada bagian-bagian bangunan atau
peralatan d a n p e r l e n g k a p a n b a n g u n a n d a r i j e n i s - j e n i s f l o r a
d i n a m a k a n s e s u a i j e n i s d a n keadaannya.

1. Keketusan
Mengambil sebagian terpenting dari suatu tumbuh-tumbuhan
yang dipolakan berulang dengan pengolahan untuk
m e m p e r i n d a h  penonjolannya. Keketusan wangga melukiskan bunga-
bunga besar y a n g m e k a r d a r i j e n i s b e r d a u n l e b a r d e n g a n
lengkung-lengkung keindahan. Keketusan wangga umumnya
ditatahkan pada bidang - bidang luas atau peperadaan lukisan
c a t p e r a d a w a r n a e m a s p a d a lembar-lembar kain hiasan. Keketusan
bunga tuwung, hiasan berpola  bunga terung dipolakan dalam bentuk
liku-liku segi banyak berulang a t a u b e r t u m p u k m e n y e r u p a i b e n t u k
bunga terung. Keketusan bun - bunan, hiasan berpola tumbuh-
t u m b u h a n j a l a r a t a u j a l a r b e r s u l u r , memperlihatkan jajar-jajar
jalaran dan sulur-sulur di sela-sela bunga - bunga dan dedaunan.

2. Kekarangan
Menampilkan suatu bentuk hiasan dengan suatu karangan atau r a n c a n g a n
y a n g b e r u s a h a m e n d e k a t i b e n t u k - b e n t u k f l o r a y a n g a d a dengan
penekanan pada bagian-bagian keindahan.

 Karang simbar
S u a t u h i a s a n r a n c a n g a n y a n g m e n d e k a t i atau serupa
dengan tumbuh-tumbuhan lekar dengan daun terurai ke bawah yang
namanya simbar manjangan. Karang simbar dipakai untuk hiasan-
hiasan sudut bebaturan di bagian atas pada pasangan  b a t u a t a u
t a t a h a n k e r t a s p a d a b a n g u n a n p a d a b a n g u n a n b a d e wadah,
bukur atau hiasan-hiasan sementara lainnya.

Pura Bukit Dharma


 Karang bunga
S u a t u h i a s a n r a n c a n g a n y a n g b e r b e n t u k  bunga
dengan kelopak dan seberkas daun yang juga digunakan untuk
hiasan sudut-sudut bebaturan atau hiasan penjolan bidang - bidang.

Pura Kediri
 Karang suring
Suatu hiasan yang menyerupai serumpun  perdu dalam bentuk
kubus yang difungsikan untuk sendi alas tiang tugeh yang dalam bentuk
lain dipakai bersayap garuda. Karangan suring yang diukir
dalam-dalam, memungkinkankan karena tiang tugeh bebas beban.
Bentuk-bentuk karangan yang lain mengambil bentuk-bentuk binatang atau
jenis fauna yang dikarang keindahannya.

3. Pepatraan
Mewujudkan gubahan-gubahan keindahan hiasan dalam patern-patern yang
disebut Patra atau Pepatraan. Pepatraan yang juga banyak didasarkan pada
bentuk-bentuk keindahan flora menamai pepatraan dengan jenis flora
yang diwujudkan Pepatraan yang memakai nama yang
memungkinkan kemungkinan negara asalnya ada pula yang
merupakan perwujudan jenis-jenis flora tertentu. Ragam hias
y a n g tergolong pepatraan merupakan pola yang berulang yang dapat
pula diwujudkan dalam pola berkembang. Masing-masing Patra
memiliki identitas yang kuat untuk penampilannya sehingga mudah
diketahui. Dalam penterapannya dapat bervariasi sesuai kreasi masing-
masing seniman Sangging yang merancang tanpa meninggalkan pakem-pakem
identitasnya.
 Patra Wangga
Kembang mekar atau kuncup dengan daun – daun yang lebar
divariasi lengkung-lengkung keserasian yang harmonis. Batang -
batang bersulur di selas-sela bawah bunga dan daun-daun. Patra
Wangga juga tergolong kekerasan yang merupakan sebagian dari
suatu flora dengan penampilan bagian-bagian keindahannya

Pura Kediri

 Patra Sari
Bentuknya menyerupai flora dari jenis
berbatang jalar melingkar-linggar balik
berulang. Penonjolan sari bunga merupakan
identitas pengenal sesuai namanya, Patra Sari. Daun - d a u n d a n
bunga-bunga dilukiskan dalam patern-patern yang
diperindah. Patra sari dapat digunakan pada bidang-bidang lebar
atas, daun umumnya untuk bidang-bidang sempit tidak
b a n y a k dapat divariasi karena lingkar-lingkar batang jalar, daun-daun sari
kelopak dan daun bunga merupakan pola-pola
t e t a p s e b a g a i identitas.
Pura Bukit Dharma
 Patra Bun – Bunan
Dapat bervariasi dalam berbagi jenis flora yang
tergolong b u n - b u n a n ( t u m b u h - t u m b u h a n b e r b a t a n g
j a l a r ) . D i p o l a k a n berulang antara daun dan bunga di rangkai batang
jalar. Dapat pula divariasi dengan julur-julur dari batang jalar.
 Patra Pid – Pid
Juga melukiskan flora dari jenis daun
b e r t u l a n g t e n g a h dengan daun-daun simetris yang dapat
bervariasi sesuai dengan  jenis daun yang dilukiskan
penempatannya pada bidang-bidang sempit.
 Patra Punggel
Mengambil bentuk dasar liking paku, sejenis flora dengan
lengkung-lengkung daun muda pohon paku. Bagian-bagiannya ada yang
disebut batu pohon kupil guling, util sebagai identitas Patra P u n g g e l .
Pola patern patra punggel merupakan pengulangal
dengan lengkung timbal balik atau searah pada gegodeg
h i a s a n sudut-sudut atap berguna. Dapat pula dengan pola
mengembang untuk bidang-bidang lebar atau bervariasi/ kombinasi dengan
patra lainnya.
Patra punggel merupakan patra yang paling banyak digunakan.
Selain bentuknya yang murni sebagai Patra Punggeh Utuh. Patra
punggel umumnya melengkapi segala jenis kekarangan (patra-
patra dari jenis fauna) sebagai hiasan bagian (lidah naga patra
punggel api-apian), ekor singa, dan hiasan-hiasan. Untuk patra tunggal
puncak atap yang disebut Bantala pada atap y a n g b u k a n
berpuncak satu. Untuk hiasan atap berpuncak satu
dipakai bentuk Murdha dengan motif-motif
K u s u m a T i r t a Amertha Murdha Bajra yang masing-
m a s i n g j u g a d i l e n g k a p i dengan patra punggel sebagai hiasan
bagian dari Karang Goak di sudut-sudut alas Murdha.
Pura Kediri

 Patra Samblung
Pohon jalar dengan daun-daun lebar dipolakan dalam bentuk   p a t e r n
yang disebut Patra Samblung. Ujung-ujung pohon jalar
melengkung dengan kelopak daun dan daun-daun dihias lengkung - lengkung
harmonis.
Serupa dengan Patra Samblung ada patra Olanda, Patra Cina, P a t r a
Bali masing-masing dengan nama kemungkinan Negara
asalnya. Ada pula patra Banci yang bervariasi dari gabungan patra yang
dirangkai dalam satu kesatuan serasi dengan mewujudkan identitas
baru.
 Patra pae
Mengambil bentuk tumbuh-tumbuhan sejenis kapu-
k a p u yang dipolakan dalam bentuk berulang berjajar memanjang.

Pura Kediri
 Patra Ganggong
Menyerupai bentuk tumbuh-tumbuhan ganggang air
y a n g dipolakan dalam bentuk berulang berjajar memanjang.
Pura Bukit Dharma
 Patra Batu Timun
Bentuk dasar serupa biji mentimun yang dipolakan
dalam susunan diagonal berulang. Sela-sela
s u s u n a n d i h i a s d e n g a n bentuk-bentuk para mas-masan setengah
bidang.

 Patra sulur
Melukiskan pohon jalar jenis beruas-ruas dengan daun-daun sulur
bercabang-cabang tersusun, berulang. Patra sulur dipolakan pula dalam bentuk
tiga jalur batang jalar teranyam berulang.

Pura Bukit Dharma


2.1.1 ARTI DAN MAKSUD

Ragam hias dalam bangunan-bangunan tradisional mengandung arti


dan maksud-maksud tertentu. Penyajian keindahan, ungkapan simbol - simbol dan
penyampaian komunikasi merupakan maksud dan arti ragam hias pada
bangunan-bangunan, peralatan dan perlengkapan.

1. Ragam hias untuk keindahan


Umumnya ragam hias dimaksudkan untuk memperindah
penampilan suatu bangunan yang dihias. Ketepatan dan keindahan
hiasan dapat mempertinggi nilai suatu bangunan. Dengan hiasan, penampilan
suatu bangunan lebih indah dan menyegarkan pandangan.
2. Ragam hias untuk ungkapan simbolis
Dari berbagai macam, bentuk dan penempatan
r a g a m h i a s d a p a t mengungkapkan simbol-simbol yang
terkandung padanya. Warna - w a r n a j u g a m e r u p a k a n s i m b o l
a r a h o r i e n t a s i , m e r a h u n t u k w a r n a kelod, kuning untuk warna
kauh atau barat putih untuk warna kangin atau timur, hitam untuk warna kaja
dan penyatuan dua bersisian untuk  arah sudut.

3. Ragam hias sebagai alat komunikasi


Dengan bentuk hiasan yang dikenakan pada upacara atau
bangunan - b a n g u n a n t e r t e n t u d a p a t d i k e t a h u i a p a y a n g
diinformasikan oleh hiasan yang dikenakan. Hiasan serba
p u t i h p a d a w a d e w a d a h y a n g menunjukkan fungsinya.

2.2 FAUNA

Dijadikan materi hiasan dalam bentuk-bentuk ukiran,


t a t a h a n a t a u pepulasan. Penterapannya, merupakan pendekatan dari keadaan
sebenarnya. Pada beberapa bagian keadaan sebenarnya divariasi dengan
bentuk-bentuk penyesuaian untuk menampilkan keindahan yang harmonis dengan
pola hias keseluruhan.
Sebagai materi hiasan, fauna dipahatkan dalam
b e n t u k - b e n t u k kekarangan yang merupakan pola tetap, relief yang bercariasi
dari berbagai macam binatang. Hiasan fauna pada penempatannya umumnya disertai
atau dilengkapi dengan jenis-jenis flora yang disesuaikan.
Fauna sebagai patung hiasan pada bangunan umumnya mengambil
jenis-jenis kera dan ceritera ramayana. Parung-patung
s e b a g a i s o u v e n i r umumnya mengambil bentuk-bentuk garuda, naga,
singa, kuda, kera, sapi
dan binatang ternak lainnya.
Ukiran fauna pada bidang-bidang relief di dinding, panil atau bidang - bidang
ukiran lainnya umumnya menterapkan ceritra-ceritra rakyat legenda tantri dari
dunia binatang. Penampilan fauna dalambentuk-bentuk patung - patung
bercorak expresionis pada kekarangan bercorak abstrak dan realis  pada
relief.
Fauna sebagai hiasan dan juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual
ditampilkan dalam bentuk-bentuk patung yang disebut
P r a t i m a , p a t u n g sebagai bagian dari bangunan berbentuk Bedawang
Nala. Fauna sebagai c o r a k m a g i c , l e n g k a p d e n g a n h u r u f - h u r u f
simbol mantra-mantra Fauna sebagai elemen bangunan yang
juga berfungsi sebagai ragam hiasan di kenakan sebagai sendi
a l a s t i a n g d e n g a n b e n t u k - b e n t u k g a r u d a , s i n g a bersayap atau
bentuk-bentuk lainnya.

2.2.1 NAMA

Ragam hias dari jenis-jenis faunda ditampilkan sebagai materi


hiasan dalam berbagai macam dengan namanya masing-
masing. Bentuk-bentuk penampilannya berupa patung.
K e k a r a n g a n a t a i relief-relief yang dilengkapi pepatraan dari berbagai jenis
flora.
1. Kekarangan
Penampilannya expresionis, meninggalkan
bentuk sebenarnya dari fauna yang
d i e k s p r e s i k a n s e c a r a a b s t r a k . Kekarangan yang mengambil
bentuk-bentuk binatang gajah atau asti, burung goak dan binatang-binatang
khayal primitif lainnya dinamai dengan nama-nama binatang yang dijadikan
bentuknya.
 Karang Boma
Berbentuk kepala raksasa yang dilukiskan dari leher ke
atas lengkap dengan hiasan dan mahkota, diturunkan dari cerita
Baomantaka. Karang Boma ada yang tanpa tangan ada pula y a n g
lengkap dengan tang dari pergelangan ke arah
j a r i dengan jari-jari mekar. Karang Boma umumnya dilengkapi
dengan patra bun-bunan atau patra punggel.
D i t e m p a t k a n sebagai hiasan di atas lubang pintu dari Kori Agung.
Pura Bukit Dharma
 Karang Sae
Berbentuk kepala kelelawar raksasa seakan bertanduk dengan gigi-
gigi runcing. Karang sae umumnya dilengkapi dengan t a n g a n -
tangan seperti pada karang boma. Penampilannya
dilengkapi dengan hiasan flora patra punggel dan patra bun -
bunan. Hiasan karang sae ditempatkan di atas pintu Kori atau pintu rumah
tinggal dan juga pada beberapa tempat lainnya.
 Karang Asti
Disebut pula karang gajah karena asti
adalah gajah. Bentuknya mengambil bentuk gajah yang
diabtrakkan sesuai d e n g a n s e n i h i a s y a n g
d i e x p r e s i k a n d e n g a n b e n t u k   kekarangan.
K a r a n g a s t i y a n g m e l u k i s k a n k e p a l a g a j a h dengan
belalai dan taring gadingnya bermata bulat. Hiasan flora Patra
Punggel melegkapi ke arah sisi pipi asti. Sesuai kehidupannya gajah
di tanah karang asti ditempatkan sebagai hiasan pada sudut-sudut bebaturan di
bagian bawah.
Pura Kediri
 Karang Goak 
Bentuknya menyerupai kepala burung gagak atau
goak. D i s e b u t p u l a k a r a n g m a n u k k a r e n a s e r u p a
p u l a d e n g a n kepala ayam dengan penekanan pada paruhnya. Karang
goak dengan paruh atas bertaring dan gigi-gigi runcing mata bulat. Sesuai
dengan kehidupan manuk atau gagak sebagai binatang b e r s a y a p , h i a s a n
K a r a n g m a n u k y a n g j u g a d i s e b u t K a r a n g Goak ditempatkan
pada sudut-sudut bebaturan di bagian atas. K a r a n g G o a k s e b a g a i
hiasan bagian pipi dan kepalanya dilengkapi
dengan hiasan patra punggel. Karang Goak 
umumnya disatukan dengan karang Simbar dari jenis flora yang
ditempatkan di bagian bawah Karang Goak.

Pura Kediri
 K a r a n g Ta p e l
Serupa dengan Karang Boma dalam bentuk yang lebih kecil
hanya dengan bibir atas. Gigi datar taring runcing mata bulat d e n g a n
hidung kedepan, lidah terjulur yang diambil dari j e n i s -
jenis muka yang galak. Hiasan kepala dan
p i p i mengenakan Patra Punggel. Ke arah bawah kepala karang
simbar dari jenis flora yang disatukan.
Karang tapel ditempatkan sebagai hiasan
p e r a l i h a n b i d a n g d i b a g i a n tengah.
 Karang Bentulu
Bentuknya serupa dengan Karang Tapel lebih kecil dan lebih
s e d e r h a n a . Te m p a t n y a d i b a g i a n t e n g a h a t a u b a g i a n p a d a
peralihan bidang di bidang tengah. Bentuknya abstrak bibir  hanya
sebelah atas gigi datar taring runcing lidah terjulur. Hanya
bermata satu di tengah tanpa hidung. Hiasan kepala d a n p i p i
P a t r a P u n g g e l y a n g d i s a t u k a n m e r u p a k a n s u a t u bentuk
kesatuan Karang Bentulu.

Bentuk-bentuk karangan lainnya. Karang Simbar dari jenis


flora, Karang Batu dari jenis bebatuan, Karang Bunga
dari  b u n g a jenis flora sebagai hiasan-hiasan
sudut, tepi atau  p e r a l i h a n b i d a n g y a n g
b e r d e k a t a n a t a u m e l e n g k a p i kekarangan dari jenis
fauna.

2. Patung
U n t u k p a t u n g - p a t u n g h i a s a n p e r m a n e n
u m u m n y a mengambil bentuk-bentuk dewa-dewa
d a l a m i m a j i n a s i manifestasinya, manusia dari dunia pewayangan,
raksasa dalam ekspresi wajah dan sifatnya dan
b i n a t a n g d a l a m b e r b a g a i bentuknya. Benda-benda souvenir
dari kerajinan seni ukir ada  pula yang mengambil bentuk-bentuk
binatang yang umumnya realis naturalis.
Patung-patung dari jenis-jenis fauna yang dijadikan hiasan a t a u
sebagai elemen bangunan umumnya merupakan patung -
patung expresionis yang dilengkapi dengan elemen-elemen
hiasan dari jenis-jenis pepateraan. P a t u n g - p a t u n g d a r i j e n i s r a k s a s a
u n t u k e l e m e n - e l e m e n hiasan yang seakan yang seakan berfungsi
untuk menertibkan. Patung-patung modern ada pula yang kembali ke bentuk-
bentuk   p r i m i t i p u n t u k e l e m e n p e n g h i a s a t a u t a m a n
a t a u r u a n g . Penempatannya pada bangunan sebagai sendi alas
tiang tugeh yang menyangga konstruksi puncak atap. Sesungguhnya
tiang t u g e h b e b a s b e b a n s e h i n g g a m e m u n g k i n k a n u k i r a n
p a t u n g Garuda sebagai alas penyenggahnya. Untuk fungsinya sebagai
penyanggah tiang tugeh bahannya dari kayu yang diselesaikan
tanpa atua dengan pewarnaan. Sesuai dengan penempatannya
sebagai sendi tugeh umumnya merupakan Garuda tunggal yang besarnya
sekitar empat kali tebal tiang.
Patung Garuda yang difungsikan sebagai hiasan ruang
umumnya lengkap dengan pijakan Naga atau Kura-kura dan naga
serta awatara Wisnu sebagai pengendaraannya. Patung garuda
sebagai hiasan simbolis pada bangunan Padmasana ditempatkan pada bagian sisi
ulu batur sari dengan sikap tegak terbang. Di atas Patung garuda dilengkapi
dengan Patung Angsa, juga dalam posisi terbang melayang. Masing-masing
dengan filosofi yang mendukung perwujudan Padmasana. Patung Garuda Wisnu
juga d i w u j u d k a n u n t u k p r a t i m a y a n g d i s a k r a l k a n b e r f u n g s i
r i t u a l . Untuk benda-benda souvenir sebagai kerajinan seni ukur Patung
Garuda diwujudkan dalam berbagai variasi dan dimensi dari
sebesar biji catur sampai setinggi orang tanpa atau
d e n g a n pewarnaan.
 Patung Singa
Wujudnya singa bersayap yang juga disebut Singa A m b a r a
R a j a . D a l a m k e a d a a n s e b e n a r n y a t i d a k b e r s a y a p . Patung
Singa bersayap untuk keagungan keadaan sebenarnya tidak bersayap.
Patung singa difungsikan juga untuk sendi alas tugeh seperti
patung Garuda. Bahannya dari kayu jenis k u a t , k e r a s d a n
a w e t . P a t u n g s i n g a d i g u n a k a n p u l a u n t u k sendi alas tiang
pada tiang-tiang struktur atau tiang-tiang  jajar dengan bahan dari
batu padas keras, atau batu karang laut yang putih masif dan
keras. Patung singa bersayap juga d i b u a t sebagai
k e r a j i n a n s e n i u k u r u n t u k b e n d a - b e n d a souvenir dari
ukuran kecil untuk hiasan meja sampai ukuran besar untuk hiasan ruang.
Bahannya dari batu padas kelabu a t a u k a y u j e n i s
k e r a s y a n g a w e t , t a n p a a t a u d e n g a n
pewarnaan. P a t u n g - p a t u n g s i n g a b e r s a y a p a d a
p u l a y a n g disakralkan untuk Pratima sebagai simbol-simbol
pemujaan. Untuk petualangan sebagai tempat-tempat pembakaran mayat
dalam upacara ngaben selain patung lembu, patung
s i n g a juga dipakai dengan perwujudan dan hiasan sementara
yang i k u t t e r b a k a r b e r s a m a p e m b a k a r a n
m a y a t d i b a d a n Petualangan Patung Singan.

Pura Bukit Dharma

 Patung Naga
Perwujudan Ular Naga dengan mahkota kebesaran
hiasan gelung kepala, bebadong leher anting-anting telingan
rambut terurai, rahang terbuka taring gigi runcing lidah api
bercabang. Patung Naga sikap tegak bertumpu pada dada, ekor
menjulang ke atas gelang dan permata di ujung ekor. Patung naga
sebagai penghias bangunan ditempatkan sebagai p e n g a p i t t a n g g a
m e n g h a d a p k e d e p a n l e k u k - l e k u k e k o r mengikuti
t i n g k a t - t i n g k a t t a n g g a k e a r a h a t a s . P e m a k a i a n  patung
Naga. Dalam fungsinya sebagai hiasan dan stabilitas losofis, P a t u n g N a g a
y a n g m e m b e l i t B e d a w a n g k u r a - k u r a r a k s a s a ditempatkan
pada dasar Padmasana.  Naga juga sebagai dasar Meru seperti tumpang 11
di Pura Kehen Bangli. Untuk bale wadah pada upacara Ngaben
bagi s a t r i a t i n g g i j u g a m e m a k a i B e d a w a n g N a g a s e b a g a i
d a s a r   Bade wadah yang disebut Naga Badha. U n t u k f u n g s i
r i t u a l P a t u n g N a g a b e r s a y a p j u g a digunakan
u n t u k p r a t i m a s e b a g a i s i m b o l p e m u j a a n y a n g disakralkan.
Sebagai benda-benda souvenir kerajinan seni ukur juga membuat
patung-patung Naga dalam ukuran kecil atau besar yang
umumnya disatukan dengan patung Garuda a t a u G a r u d a W i s n u
y a n g b e r p i j a k p a d a b e l i t a n B e d a w a n g  Naga.

Pura Bukit Dharma


 Patung Kura-Kura
Perwujudan melukiskan Kura-kura raksasa
y a n g disebut Bedawang, sebagai simbol kehidupan dinamis yang abadi.
Keempat kakinya berjari lima kuku runcing menerkam tanah. Kepalanya
berambut api hidung mancung, gigi kokoh datar bertaring runcing
mata bulat. Wajah angker memandang ke a r a h a t a s
d e p a n b e r p a n d a n g a n d e n g a n N a g a
y a n g membelitnya. Kepala Naga di atas kepala bedawang
dalam posisi berpandangan galak dinamis. Pemakaian Bedawang tidak
berdiri sendiri, selalu merupakan kesatuan berbelit dengan Naga
atau Bedawang N a g a s e b a g a i p i j a k a n G a r u d a y a n g
d i k e n d a r a i a w a t a r a n Wisnu. Garuda dan Bedawang merupakan
kesatuan dalam mitologi yang membawakan filosofi kehidupan ritual. 
 Patung Kera
P e r w u j u d a n n y a m e r u p a k a n k e r a -
k e r a y a n g diekspresikan dilukiskan dalam ceritera
ramayana. Patung -  patung anoman (gb. 207/atas), Subali,
Sugriwa merupakan p a t u n g - p a t u n g k e r a y a n g b a n y a k
dipakai hiasan sebagai b a g i a n d a r i b a n g u n a n s e p e r t i
p e m e g a n g a l a s t i a n g j a j a r  bangunan pelinggih. Untuk
hiasan terlepas pada bangunan j u g a b a n y a k d i g u n a k a n
p a t u n g k e r a d a l a m b e n t u k r e a l i s dengan bahan kayu atau
sabut kelapa untuk dibuat benda - benda souvenir 

2.2.2 ARTI DAN MAKNA

Ragam hias dari jenis-jenis fauna selain fungsinya sebagai


hiasan juga mengandung arti dan maksud-maksud tertentu untuk beberapa macam
hiasan. Pemakaian bahan proses pembuatan dan
b e n t u k - b e n t u k  penampilan membawakan identitas pemakaiannya
sebagai ragam hias. P e n g h i a s r u a n g m e n o n j o l k a n
b e n t u k - b e n t u k k e i n d a h a n y a n g disempurnakan ataupun
di abstrakkan. Singa bersayap, Garuda bertangan, G a j a h b e r m a t a b u l a t
d e n g a n d e r e t a n g i g i r a t a k u r a - k u r a b e r a m b u t a p i  bentuk-bentuk
perwujudan lainnya sesungguhnya tidak ada fauna yang s a m a s e p e r t i
i t u . Va r i a s i p e n a m p i l a n n y a u n t u k k e i n d a h a n k o m p o s i s i
ekspresi dan keserasian. Pepatraan dari jenis-jenis flora yang melengkapi
jenis-jenis fauna untuk keharmonisan kesatuan penampilan beberapa bagian
bentuk hiasan. Untuk keindahan karakter penampilan sikap-sikap fauna
sebagai ragam hias diekspresikan dengan kesan galak, angker atau agung
mempesona.

1. Fauna sebagai simbol ritual


Penampilannya dalam huungan dengan fungsi-
f u n g s i r i t u a l merupakan simbol-simbol filosofis yang dijadikan landasan
jalan pikiran. B e d a w a n g n a g a s e b a g a i s t a b i l i t a s g e r a k d i n a m i s
kehidupan di bumi
dijadikan dasar padmasana atau bade wadah. Garuda wisnu sebagai symbol
kesetiaan keyakinan dan ketangguhan. Singa ambara atas singa
bersayap sebagai simbol ketangkasan dan kekuasaan. Angsa dan burung merak pada
patung Saraswati masing-masing sebagai simbol kesucian dan
keindahan abadi.

2. Fauna sebagai media ejukatif 


Ragam hias dari jenis-jenis fauna yang ditirukan dari bagian-bagian ceritra
tantri sebagai legenda yang telah memasyaratkan mengandung arti d a n m a k s u d
ejukatif konstruktif. Penampilan singa dan lembu dari
persahabatan jadi permusuhan akibat fitnah anjing ki Patih
Sembade.
Mengajarkan agar kita jangan muda diadu dengan cara berbagai
bentuk fitnah.
Penampilan cangak meketu sebagai Padandabaka atau bangau yang
menyamar sebagai pendeta menipu ikan-ikan untuk dijadikan mangsanya
membawa maksud untuk mengingatkan agar kita waspada terhadap segala bentuk
penipuan yang berpura-pura baik. Waspada seperti kepiting yang tenang
dengan mata menonjol siap menghukum penipu menyepit leher bangau.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah yang saya buat ini, ornament adalah bagian salah
satu bagian terpenting dari Arsitektur Tradisional Bali karena hamper di setiap
bangunan Arsitektur Tradisional Bali menggunakan ornament-ornamen t e r s e b u t
sebagai identitas dari arsitektur tradisional itu sendiri.
K a r e n a ornament juga menambah kesan estetis dari sebuah bangunan.

Anda mungkin juga menyukai