Anda di halaman 1dari 29

SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Volume 8, No 2, November 2020


p 149-177

Dominasi Patra Punggel Sebagai Hiasan Dekorasi


Pada Bangunan Wadah Di Badung

I Gusti Ngurah Agung Jaya CK, I Wayan Sukarya

Program Studi Kriya,Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar

gungjayack@gmail.com

Patra punggel adalah bentuk ornament Bali, yang lebih dominan di terapkan pada bangunan wadah
yang ada di Bali. Patra punggel bila dipisah-pisahkan, akan menjadi bentuk dekorasi yang bermotif
monotun, yang disebut dengan keketusan, yang biasanya digunakan untuk menghias bagian
pepalihan yang memanjang. Jika patra punggel digabungkan dengan bentuk muka, topeng, yang
berbentuk manusia atau binatang, akan menjadi ornament kekarangan, yang biasanya digunakan
untuk mendekorasi bentuk pepalihan segi empat, segi empat panjang, atau menhias pada bagian
sudut dari bangunan wadah atau bangunan suci. Patra punggel adalah kumpulan bentuk motif,
menjadi satu kesatuan yang harmonis, jumlahnya lima bentuk karakter motif, diantaranya: Ada
yang disebut dengan janggar ayam, yang bentuknya melingkar, mengambil bentuk tanaman paku
yang muda, Ada yang disebut dengan batu poh, yang bentuknya mengambil bentuk biji mangga, ada
pula yang disebut kuping guling, yang mengambil bentuk telinga babi yang dipanggang, ada bentuk
ampas nangka yang mengambil bentuk ari dari buah nangka, ada pula bentuk pepusuhan, adalah
mengambil bentuk tunas muda dari tumbuhan yang masih muda, ada bentuk util atau ikut celedu,
mengambil bentuk ekor kala jengking, yang penuh dengan racun pada ujung ekornya. Bentuk
janggar ayam, batu poh, kuping guling, ampas nangka, pepusuhan dan ikut celedu, menjadi satu
kesatuan yang harmonis disebut patra punggel. Bentuk patra punggel ini mendominasi dekorasi
pada bangunan wadah, yang digunakan sebagai tempat menaruh jenazah, yang nantinya diusung
dibawa kekuburan, sebagai bagian dari sarana upacara ngaben di Bali. Pepalihan adalah suatu
bentuk yang menyerupai anak tangga yang disusun secara beraturan sebanyak tiga tingkatan yang
diulang-ulang baik susunannya naik maupun turun, terbalik maupun mendatar. Dimana fungsi
dari pepalihan ini untuk membentuk suatu menara yang makin mengecil, menyerupai menara
tower. Kegunaannya pepalihan untuk merekatan atau menempelkan beberapa ragam hias yang
memberikan kesan megah berwibawa bagi seseorang telah meninggal yang akan diaben/dibakar.
Makin rumit ragam hias yang digunakan, ini akan menampilkan keluarga yang meninggal orang
berkasta. Bangunan wadah adalah bangunan yang mengambil bentuk pepalihan, pada bagian
atasnya mempunyai atap atau tidak menggunakan atap, tergantung pemesannya, berfungsi untuk
menaruh jenazah, sebagai simbol kendaraan memuju kealam lain, bangunan wadah digotong
diarak menuju kekuburan, sesampainya di kuburan bangunan wadah dibakar, juga jenazah
dibakar sebagai symbol pengembalian unsur-unsur alam atau unsur panca maha bhuta (air,tanah,
api,angkasa, udara). Luaran Penelitian yang ingin dicapai salah satunya artikel pada jurnal nasional
terakreditasi (terindek sinta), dan Satu buah buku hasil penelitian ber-isbn. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang didapat, kebanyakan diambil dari
hasil observasi, wawacara dan dokumentasi, dengan nara sumber dari para seniman, Ketua adat
istiadat, Kepala desa dan masyarakat pengguna dari bangunan wadah.

Kata kunci: Patra punggel, pepalihan, bangunan wadah.

Patra punggel is a form of Balinese ornamentation, which is more dominantly applied to wadah
structures in Bali. When patra punggel is separated, will become a monotun-patterned decoration,
called keketusan, which is usually used to decorate the elongated parts of the pepalihan. If the patra

149
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

p unggel is combined with the shape of the face, topeng, which forms humans or animals, will be
an ornament of kekarangan, which is usually used to decorate the shape of the square pepalihan,
rectangular pepalihan, or to embellished pieces of corners of the wadah or sacred structures. Patra
punggel is a collection of motif forms turned into a harmonious whole, which has a collection of
five forms of character motifs, including: There is what is called a chicken’s comb (janggar ayam),
which forms a circle and takes the form of young ferns, there is what is called a poh stone (batu poh),
which takes the form mango seeds, there is also what is called kuping guling, which take the form
of roasted pig’s ears, there are jackfruit pulp (ampas nangka) forms that take the form of ari from a
jackfruit, there are also forms of pepusuhan, which is taken form of young shoots from young plants,
there are forms of util or celedu’s tail (ikut celedu), which takes the form of a scorpion’s tail, which
is full of venom at the tip of it. The form of the chicken’s comb, poh stone, kuping guling, jackfruit
pulp, pepusuhan, and celedu’s tail into a harmonious whole called the patra punggel. This form of
punggel dominates the decoration on the wadah structure, which is used as a place to put corpses,
which will be carried on to the cemetery, as a part of the Ngaben ceremony in Bali. Pepalihan is a
form that resembles a step of stairs arranged in a series of three levels which is repeated whether
the arrangement is up or down, upside down or horizontally. Where the function of this pepalihan
is to form a tower that is getting smaller, resembles a tower structure. The purpose of the pepalihan
to glue or attach a variety of decorations that gives the impression of magnificent authorization
for someone who has died will be aben/ burned. The more complicated the decorations that are
used; this will show that the family of the deceased are people who have caste. Wadah structure is a
structure that takes the form of a pepalihan, at the top of it may contains a roof or may not, depending
on the buyer’s order, and it has a function to place the corpse, as a symbol of a vehicle heading to
another realm, the wadah structure is carried and paraded to the cemetery, when it has finally got
to the cemetery, the wadah structure will be burned and the corpse too as a symbol of the return
of the elements of nature or the panca maha bhuta elements (air, earth, fire, space, air).Research
Output that is to be achieved is one of the articles in national accredited journals (sinta indexed),
and one book of research results that has been isbn confirmed. The method used in this study and
research is a qualitative method, where the data obtained, taken from observations, interviews and
documentations, with sources from artists, the leaders/heads of the traditions, village heads and
community which are the users of the wadah structures.

Keywords: Patra punggel, pepalihan, wadah structures.

Proses review: 1 - 20 Oktober 2020, Dinyatakan lolos 22 Oktober 2020

PENDAHULUAN berkembang di Kabupaten Badung, Bangunan wadah


secara keseluruhan menampilkan aura keagungan
Munculnya bentuk bangunan wadah, sebagai salah dan mengerikan, hal ini disebabkan karena bangunan
satu sarana upacara ngaben di Bali, dipercaya, wadah, sebagai tempat atau singgasana dari layon
dilaksanakan dan berkembang, didukung penuh atau jenazah manusia dan diarak oleh masyarakat,
dilingkungan masyarakat Hindu Bali. Secara umum mejunu areal pekuburan, dimana nantinya jenazah
tidak ada menarik untuk di komentari, dari kaca mata tersebut dibakar. Tujuan di bakarnya bangunan
seni rupa, karena bangunan wadah tersebut, penuh wadah dengan jenazah adalah untuk mempercepat
estetika symbol makna keindahan sangat tinggi, ini pengembalian panca maha bhuta (unsur alam
merupakan hasil karya seniman Bali, sebagai yadnya air, api, tanah, angin/udara, dan ruang hampa),
(korban suci tulis iklas) kepada leluhur dan Sang dengan dibakar, mempercepat putusnya hubungan
Pencipta. badan kasar dan roh dari tubuh manusia, bangunan
wadah juga dibakar, dipercaya sebagai tempat
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, berbagai berlindungnya roh, menuju alam lain. Bapak Ida
macam model hasil produksi bangunan wadah, dan Bagus Nyoman Parta, mengatakan Bahwa:

150
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

”…Manusia meninggal, menurut Hindu Bali, jika


jenazahya hanya dikubur saja, dan tidak dilakukan
upacara ngaben, arwahnya akan selalu mengganggu
kehidupan masyarakat, pada khususnya keluarga
ditinggalkan, baik secara nyata maupun secara
tidak nyata. Untuk menghindari hal tersebut, perlu
dilakukan upacara ngaben, dengan membuatkan
rumah sebagai tempat bertenduh, dan akan
mengantarkan rohnya menuju dunia lain, sehingga
sirkulasi kehidupan dapat berjalan normal, sesuai Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
dengan kaidah perputaran alam semesta khususnya bangunan bangunan bangunan bangunan
bumi tempat manusia hidup…”(Wawancara Ida wadah ada atap wadah ada wadah padma wadah padma
Bagus Nyoman Parta, 12 Maret 2020). tumpang 9 atap tumpeng
1
Terlepas dari pengaruh pemahaman pendapat di atas,
dilihat dari seni budaya, secara detail, ada sesuatu 4 Jenis bentuk bangunan wadah, bentuk pepelihan dominasi
tersembunyi dalam karya indah tersebut. Kaca patra punggel, diproduksi di Kabupaten Badung
mata seni rupa melihatnya, adanya dominasi patra Banyaknya produksi bangunan wadah, dari
punggel, dan sangat berpengaruh pada kekuatan daerah Sekitar Kabupaten Badung, dengan bentuk
bentuk, fungsi dan makna, pada bangunan wadah, pepalihan dan dominasi ornament patra punggel.
secara umum, memancarkan keidahan luar biasa, Sehingga ada keinginan untuk melakukan penelitian.
dan susah diungkapkan dengan kata-kata, dalam Secara keseluruhan disetiap sudut pandang, terlihat
balutan keindahan seni rupa. Bangunan wadah jelas ornament patra punggel, baik berukuran
pada umumnya didominasi oleh patra punggel, dan besar, sedang dan kecil, menghias bangunan wadah,
mengandung symbol makna panca maha bhuta. dari ujung kaki sampai kepala bangunan wadah
Susunan Bentuk pepalihan atau bebaturan pada dipenuhi oleh penerapan bentuk ornament patra
bangunan wadah, merupakan tempat untuk menaruh punggel, bahkan ornamen patra punggel, dipisah-
penempatan ornament patra punggel. pisah, namun tetap mencerminkan patra punggel,
keinginan lebih detail, memastikan apakah benar
Bangunan wadah dari kaki sampai kepala, dipenuhi dominasi patra punggel, harus diterapkan dalam
oleh ornament patra punggel, sehingga patra bangunan wadah?, dalam kesempatan ini, mencoba
punggel mendominasi keseluruhan bangunan bertanya kepada seniman, budayawan, dan generasi
wadah, motif ornament lainnya tidak mendapat muda, secara acak, untuk mengetahui penerapan
peluang untuk ikut menghias bangunan wadah dominasi patra punggel pada bangunan wadah di
tersebut, jika ada ornament lain, hanya sedikit Kabupaten Badung. Menurut bapak I Putu Ardika
tempat, bisa diisinya. Sehingga secara keseluruhan sebagai seniman mengatakan, bahwa:
bangunan wadah lebih dominan atau menonjol dari ”…dalam menghias bangunan wadah, ornament
ornament lainnya, oleh karena itu dari pepalihan diterapkan adalah bentuk patra punggel, sebelumnya
sampai hiasan ornamennya, hanya diperuntukkan sudah banyak diterapkan pada bangunan suci/pura,
ornament patra punggel. sebagai dasar atau ciri bangunan suci yang ada di
Bali...” (Wawancara I Putu Ardika, 12 Januari2020).
Dibawah ini hasil studi lapangan, bentuk bangunan Hal ini didukung oleh bapak I Wayan Suitra sebagai
wadah, didominasi oleh ornament patra punggel, produksi bangunan wadah mengatakan bahwa:
telah diproduksi dan ada beberapa model bangunan ”…pada umumnya patra punggel selalu diberikan
wadah, diantaranya bentuk bangunan wadah sebagai awal dari mempelajari bentuk ornament akan
tumpeng 9, bangunan wadah tumpeng 1, dan diterapkan pada bangunan suci, jika seorang yang
bangunan wadah bentuk Padma. mempelajari ornament Bali, dia harus memahami

151
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

dulu patra punggel sebelum beralih ke bentuk ini, diantaranya:


ornament lainnya…”(Wawancara I Wayan Suitra, 13 a. Bagaimana bentuk dominasi patra punggel
januari 2020). sebagai hiasan dekorasi pada bangunan wadah
Menurut Bapak Nyoman Pugeg, bergelut dalam di Badung?
dunia patung tradisi Bali, mengatakan bahwa: b. Apa fungsi dominasi patra punggel sebagai
”…patra punggel adalah ornament paling magis, hiasan dekorasi pada bangunan wadah di
diantara ornament Bali lainnya, dimana seorang Badung?
sangging atau seniman sebelum mempelajari c. Apa makna dominasi patra punggel sebagai
ornament Bali lainnya, dia harus memahami dulu hiasan dekorasi pada bangunan wadah di
bentuk, fungsi dan makna dari patra punggel, secara Badung?
mendalam, hal ini sebagai senjata untuk memahami
bentuk ornament Bali yang lainnya…”(Wawancara Penelitian ini penting dilakukan, karena bentuk
Nyoman pugeg, 14 Januari 2020). dominasi patra punggel sebagai hiasan dekorasi
Menurut Seniman Bakti Wiyasa Mengatakan bahwa: pada bangunan wadah, sangat kental pengaruhnya
“…munculnya produksi bangunan wadah dan dalam penerapannya pada bangunan wadah,
pemahaman bentuk patra punggel oleh tenaga bahkan seniman, takut menggantinya dengan
kerja, sangat kurang, maka akan menjadi kendalam ornament Bali lainnya. Banyaknya bermunculan
dalam produksinya nanti, seniman senior, harus produksi bangunan wadah yang merupakan hasil
memberikan pemahaman secara detail, ketika penciutan dari bangunan bade yang sebenarnya
tenega muda ini belajar. Kerana kesibukan, tidak (lontar Yama Tattwa). Kontruksi, pepalihan, dan
sempat memberi pemahaman secara detail, bentuk ornamennya, tidak dipahami secara mendalam
pepalihan dan dominasi patra punggel, untuk oleh seniman pembuat bangunan wadah, sehingga
generasi muda. sehingga kata (mula keto), sudah mereka mengerjakannya sesuai pengalaman yang
begitu didapat, secara sadar dan tidak, itu akan didapat dari tempat mereka bekerja sebelumnya,
mengurangi pemahaman terhadap bangunan wadah bahkan ditempat bekerjanya, sebelumnya, tidak
secara lengkap, hal ini akan muncul dikemudian mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
hari wacana, para seniornya tidak memberikan dominasi patra punggel, pada bangunan
pemahaman secara lengkap…”(wawancara Bakti wadah. Pada akhirnya pemahaman minim, dengan
Wiyasa, 10 November 2019). modal nekat, berani membuka produksi banguna
Menurut pendapat para seniman muda yang bergelut wadah, karena produksi bangunan wadah, sangat
dalam bidang pembuatan bangunan wadah, Agung menjanjikan mengangkat perekonomian keluarga.
Putrayasa, mengatakan bahwa:
”… generasi muda menginginkan adanya pencerahan LANDASAN TEORI.
dalam membuat bangunan wadah, pemahaman
patra punggel baik dari segi bentuk, fungsi, dan Sumber informasi berupa buku-buku yang
maknanya, sangat perlu diketahui oleh seniman membahas secara khusus tentang dominasi ornamen
muda, sebelum terjun langsung dalam produksi patra punggel dan pepalihan pada bangunan
bangunan wadah, sehingga nantinya bisa ditularkan wadah, masih sangat minim, akibat para ahli
kepada generasi muda selanjutnya …”.(wawancara yang berpropesi di bidang pembuatan bangunan
Agung Putrayasa, 1 Januari 2020). wadah sangat jarang mendokumentasikan melalui
Melihat mendapat wawancara, dan hasil pengamatan tulisan, karena sebagian besar sebagai praktisi dan
sementara di lapangan, dapat ditarik asumsi awal system, ingatan melekat ada pada pikirannya saja.
bahwa, bangunan wadah, merupakan bangunan, I Nyoman Gelebet dan kawan-kawan dalam bukunya
diperuntukkan untuk pengusung jenazah dan bagian “Arsitektur Tradisional Daerah Bali” menjelaskan
dari salah satu sarana upacara pitra yadnya, dalam tentang bentuk ornament, pepalihan diterapkan
proses membakar mayat di Bali yang disebut dengan pada bangunan tempat suci, dan bangunan
Ngaben. rumah, disebut dengan bebaturan. Bebaturan
Bangunan wadah yang diproduksi di Kabupaten adalah dasar dari sebuah bangunan berbentuk
Badung, di dominasi bentuk pepalihan, dan hiasan segi empat yang terdiri dari beberapa tingkatan
dekorasi ornament patra punggel. Hal ini menjadi tangga (pundan berundag-undag), dengan setiap
lebih menarik untuk diungkapkan dalam penelitian tangga, menggunakan genggaman tangan sampai
ini. Sehingga munculah permasalah dalam penelitian ujung ibu jari ditegakkan (musti), sebagai alat ukur

152
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

yang diperkirakan ukuranya 15 cm, sesuai dengan


pondasi ( jongkok asu), sebagai pondasi dasar tiang
bangunan (Gelebet,dkk, 1982: 62).
Buku ini tidak secara mendetail menjelaskan tentang
bebaturan/bentuk pepalihan, bahkan dominasi
ornamen patra punggel, menghias bangunan suci/
pura, tidak dijelaskan secara detail, namun ada
menyinggung beberapa saja, sehingga buku ini,
dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian
ini, sebagai awal dalam pemahaman dominasi patra
punggel sebagai hiasan dekorasi pada bangunan
wadah di Badung.

Buku di terjemahkan oleh I Gusti Ayu Rai dan


Kawan-kawan menjelaskan secara rinci, mengenai
penggunaan pepalihan, dipergunakan dalam
membuat bangunan wadah dan masing-masing
pepalihan mempunyai nama dan ornament, harus
diterapkan dalam pepalihan tersebut diantaranya
pepalihan wayah terdiri dari. Waton menggunakan
motif ornament kakul-kakulan, b. pepalihan pai Sebuah buku yang berjudul “Arsitektur Bade
menggunakan motif ornament Paku pipit dan c. Transformasi Konsep Menuju Bentuk” merupakan
pepalihan genggong menggunakan motif ornament karya cipta I Putu Gede Suyoga yang menjelaskan
genggong. tentang bentuk bangunan bade dan merupakan
gabungan beberapa buku dan tesis, diramu menjadi
Ketiga unsur pepalihan ini yang menjadi pepalihan sebuah buku dan menjelaskan secara mendetail,
wayah tidak boleh dihilangkan karena mengandung tetang tata cara dan siapa saja boleh menggunakan
makna symbol tiga kekuatan dunia (alam bawah/ bangunan wadah sesuai dengan kasta kekududukan
Bhur, alam tengah/bhuah, alam atas/swah). Untuk (Brahma, Kesatrya, Waisa dan Sudra) dari masing
membuat satu bentuk bangunan dasar diperlukan masing jenazah yang diaben (Soyoga, 2014: 1-7).
bagian bawah palih wayah dan ditengah pelok dan
bagian atas palih wayah dibalik kebawah menjadi Lebih jelasnya, mari kita lihat, Buku karya I Putu
pepalihan bacem. Pepalihan ini menjadi dasar Gede Suyoga mengambil karya tulis tesis, karya I
untuk membuat sebuah bangunan wadah, ditumpuk Gusti Ngurah Agung Jaya CK, tesis yang berjudul
keatas membentuk sebuah bangunan wadah, dimulai “ Komodifikasi bentuk pepalihan dan ragam hias
dari bawah atau dasar bangunan wadah yaitu terdiri wadah karya Ida Bagus Nyoman Parta di Desa
dari 1. pepalihan bedawang, 2. pepalihan gunung Angantaka, Kabupaten Badung” tahun 2011.
tajak, 3. pepalihan gunung gelut, 4. pepalihan Dalam tesis ini, tidak dijelaskan secara rinci, tentang
padma negara, 5. pepalihan sancak, 6. pepalihan dominasi patra punggel, inti ulasan tesis ini adalah
padma sari, 7. pepalihan badadara, 8. pepalihan peralihan atau modifikasi dari bangunan bade. Proses
rongan dan 9. pepalihan singgasana/tumpang/ pembuatan bangunan bade ada pada lontar Yama
atap. 9 Pepalihan ini yang disebut bangunan wadah Tattwa, kemudian sesuai dengan perkembangan
(Ayu Rai, dkk, 1997: 213). Untuk menperjelas yang jaman, bangunan bade di sederhanakan menjadi
dimaksud, dibawah ini ditampilkan bentuk dari bangunan wadah, dimana bentuknya diolah menjadi
pepalihan.

153
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

lebih sederhana yaitu dengan mengambil bentuk bangunan bade. Bangunan wadah dibuat tingginya
pepalihan gunung sancak. Di bawah ini bentuk tidak melewati kabel listrik/telpon, sehingga tidak
pepalihan gunung sancak. membahayakan bagi masyarakat pengusungnya.
Inilah yang membedakan antara karya tulis I Putu
Gede Suyoga, dengan peneliti yang khusus membahas
ornament patra punggel sangat mendominasi
ornament lainnya, diterapkan pada bangunan wadah,
baik dari segi bentuknya, fungsinya dan makna yang
tersembunyi pada ornament patra punggel tersebut.
Ketiga buku ini dijadikan acuan komperatif dalam
usaha untuk membedah tentang bentuk ornament,
pepalihan, pakem-pakem aturan dalam mendirikan
Tampak dari Tampak dari samping Tampak dari bangunan wadah sesuai lontar Yama Tattwa, yang
Depan Belakang dipahami oleh seniman yang membuat bangunan
wadah, selain itu informasi dari para ketua adat,
Bentuk pepalihan Sancak dan Ragam Hias di copy dari Karya pemerintah dan para pengguna bangunan wadah
Wirya. 1994. sekripsi “Bade Padma negara” STSI Denpasar. untuk lebih jelas pemahaman, tujuan dan manfaat
dalam menggunakan bangunan wadah.
Kemudian menjadi bentuk pepalihan yang sederhana
yaitu pepalihan bacem, bentuknya bisa dilihat seperti Hasil berapa tinjuan pustaka diatas, dapat
gambar dibawah ini’ pemperkuat penelitian yang dilakukan, mengenai
dominasi patra punggel dalam pepalihan pada
bangunan wadah, yang dilakukan diwilayah
Kabupaten Badung. Selebihnya akan dicari di
lapangan dengan cara wawancara, dokumentasi foto
dan video, untuk kesempurnaan hasil penelitian ini.

PENDEKATAN TEORI

Bentuk pepalihan bacem karya Ida Bagus Nyoman Parta, Menganalisis karya ornament patra punggel,
tahun 2011. menggunakan pendekatan teori Bernet disebut
analisis formal yaitu: suatu anlisis atas karya seni
dengan cara mencermati elemen-elemen membentuk
materi subyeknya seperti: garis, bentuk, komposisi,
proporsi, perspektif, warna, keseimbangan, ruang,
titik focus, dan keharmonisan antara elemen-elemen,
membentuk materi subyek, sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh (Marianto, 2011: 38).
Bentuk ornamen pada pepalihan bacem karya Ida Bagus
Nyoman Parta, tahun 2011. Pemahaman elemen-elemen seni rupa, penerapan
pada bangunan wadah, dan ornament patra punggel,
Bentuk pepalihan dan ornamen pada pepalihan bacem karya mendominasi secara keseluruhan bangunan wadah
Ida Bagus Nyoman Parta, tahun 2020. tersebut, diharapkan diperoleh hasil penelitian yang
objektif dan ilmiah, dalam membedah karya seni
Bentuk pepalihan bacem inilah, sekarang rupa.
dipergunakan untuk membuat bangunan wadah,
sehingga bangunan wadah tidak lagi melewati tiang Lokasi dalam penelitian ini ada di wilayah
listrik, dan bila melalui jalan raya, yang penuh kabel kecamatan Abiansemal Badung. Dipilihnya wilayah
listrik dan telpon. kecamatan Abiansemal, dikarenakan banyaknya
rumah produksi, dan memproduksi bangunan
Bentuk pepalihan bacem ini, diolah lagi oleh wadah, dengan dominasi patra punggel, Selain itu
seniman produksinya, menjadi bentuk miniatur dari rumah produksi ini banyak menyerap tenaga kerja,

154
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

sebagian besar adalah tamatan SMK kejuruan yang keindahan, secara kasat mata, bisa dilihat dengan
ahli dibidang seni Rupa. mata dan diraba dengan tangan. Keharmonisan
dalam satu kesatuan yang utuh, yang diciptakan oleh
Jenis data yang digali dalam penelitian ini adalah rasa dan karsa manusia, dalam menghasilkan bentuk
pengalaman dari seniman sanggi, proses pembuatan patra punggel (Djelantik, 2008: 3).
bangunan wadah, dengan dominasi ornament
patra punggel diterapkan pada bangunan wadah. Menciptakan sebuah bentuk patra punggel, tidak
Tokoh seniman, adat istiadat, Kepala desa dan para lepas dari unsur-unsur merancang dwimatra,
kunsumen menggunakan bangunan wadah, sebagai dimana unsur ini, menjadikan sebuah karya seni,
sumber data yang memperkuat dominasi patra menampilkan nilai estetika yang tinggi, sebagai
punggel sebagai hiasan dekorasi pada bangunan hasil karya manusia, dan bisa dinikmati oleh semua
wadah di Badung. kalangan masyarakat (Sakri, 1992: 2).

Kelengkapan instrument penelitian meliputi Bentuk patra punggel dalam nilai estetika, tidak
kuesioner, kamera untuk dokumentasi, alat lepas dari pemahaman unsur-unsur seni rupa, dalam
rekam suara untuk studi wawancara, video untuk bentuknya bisa dua dimensi dan tiga dimensi. Proses
filmnya serta peralatan pendukung lainnya, yang penciptaan patra punggel dilakukan dengan tahapan
menyempurnakan penelitian ini. dimi tahapan, sesuai dengan struktur unsur seni
rupa yaitu: bentuk, proporsi, komposisi, perspektif,
Populasi dalam penelitian ini semua seniman dan warna, tekstur, titik focus, keseimbangan dan
perajin yang ikut dalam produksi bangunan wadah, keharmonisan secara keseluruhan patra punggel.
dengan dominasi patra punggel, serta hasil produksi bisa dijabarkan dengan detail, dengan mengikuti
bangunan wadah telah dihasilkan. Sedangkan proses pembentukkan, diantaranya:
sampelnya diambil 5 sentra/seniman dari masing-
masing wilayah yang mampu mewakili produksi Unsur Bentuk
bangunan wadah di kabupaten Badung, digunakan Merupakan tahap awal pikiran manusia untuk
teknik purposive sampling (sampel bertujuan), memahami perwujudan yang ada dipikiran manusia,
dengan alasan bahwa tiap wilayah Memiliki identitas kemudian dibuat kenyataan dengan bentuk. Menurut
hasil produksi bangunan wadah. Adjat Sakri, mengatakan: bentuk merupakan
perwujudan yang semu dalam pikiran manusia, dan
Setelah data di kumpulkan, selanjutnya di lakukan di tampilkan dengan bentuk nyata, dengan proses
kegiatan pengolahan data, dalam proses penelitian kreatif manusia. unsur pendukung bentuk nyata
yang dilakukan lebih mengarah pada bentuk, patra punggel, adalah titik, titik dijejerkan secara
fungsi dan makna dominasi patra punggel untuk berbaris, akan membentuk sebuah garis. Garis
menggambarkan keadaan atau status fenomena, menjadikan bentuk pembatas dari perwujudan
perkembangan dominasi patra punggel sebagai menjadi bentuk nyata, dan bisa diraba (Sakri, 1992:
hiasan dekorasi pada bangunan wadah di Badung. 10).
Proses analisis data dalam tahap Pertama indetifikasi
data, mengumpulkan data verbal dan data visual, A. A. M. Djelantik, mengatakan bahwa: wujud ada di
baik diperoleh melalui studi pustaka, observasi, pikiran manusia, bisa di nikmati oleh mata, dengan
maupun wawancara. Kedua klasipikasi data yaitu: bantuan titik dan garis, garis melengkung, lurus,
memilih dan mengelompokkan data teridentifikasi sigsag, melingkar dan seterusnya, pada akhirnya
sesuai dengan jenis dan sifat data. Tahap keempat membuat sebuah bentuk, dan bisa dilihat oleh
melakukan anlisis sesuai dengan teori telah mata dan diraba oleh tangan (Djelantik, 2008: 12).
ditetapkan, dengan menggunakan analisis kualitatif Bentuk dominasi patra punggel pada bangunan
analitik. Data kualitatif disajikan dengan uraian. wadah, menampilkan bentuk patra punggel dengan
unsur garis, dalam menampilkan wujud semu
Pemahaman Unsur Dwi Matra Tri Matra menjadi bentuk nyata, bisa dilihat oleh mata dan
Pada Bentuk Dominasi Patra Punggel. diraba oleh tangan, untuk menentukan kebenaran
Bentuk dominasi patra punggel, diungkapkan dalam nilai estetika keindahan mutlak. Bentuk
dalam penelitian ini, merupakan bentuk nyata dalam patra punggel, tidak lepas dari proses pengamatan
pengamatan seni rupa, di mana bentuk ini, mewakili alam, dan lingkungan di sekitar dimana manusia itu

155
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

hidup, diambil sebagai inspirasi dan apresiasi dalam Unsur Perspektif


menghasilakn perwujudan semu dan ditampilkan Perspektif merupakan hal penting dalam
kedalam bentuk nyata. Di bawah ini, ditampilkan penyampaian Bahasa rupa yang sangat harmonis
gambar dari bentuk patra punggel. dalam menampilkan bentuk sesuai dengan
pandangan mata melihat objek, dalam bentuk
Unsur Proporsi keindahan. Menurut Gelebet dan DKK, perpektif
Memberikan bentuk berbeda dari masing-masing tidak hanya dilihat dengan mata, tapi juga menjadi
bentuk patra punggel. Adjat Sakri mengatakan pertimbangan, dalam kesempatan bentuk yang
bahwa: proporsi merupakan bentuk dari masing- sebelumnya (bentuk, proporsi dan komposisi),
masing bentuk disesuaikan dengan karakter ingin sehingga keindahan lebih terpancar dari semua
dibedakan sehingga tidak ada bentuk yang di bentuk (Gelebet, Dkk, 1982: 123). Perspektif sangat
kucilkan (Sakri, 1986, Hal: 11). A. A. M. Djelantik, dibutuhkkan dalam menghasilkan sebuah karya
menambahkan bahwa: proporsi adalah membagi seni, dimana garis horizon yang semu, memberikan
masing- masing bentuk, sesuai dengan dimana dia batasan mata, sehingga menghasilkan kwalitas
ditempatkan, sehingga tidak ada rasa kecemburuan bentuk dan tercapaianya aura estetik yang mutlak
dalam penyempurnaan bentuk tersebut (Djelantik, (Djelantik, 2008: 25).
2008: 12).
Perspektif merupakan wajah keindahan yang
Melihat pendapat di atas, proposrsi dari bentuk patra telah di bentuk dan diproporsikan, juga komposisi,
punggel, akan memberikan porsi masing-masing memberikan peluang bagi masing-masing bentuk
bentuk, dan menempatkan bentuk sesuai dengan mau diatur dengan sudut pandang perspektif mata,
tempat disediakan dalam bentuk patra punggel. Di dengan garis horizon sebagai titik lenyap dalam
bawah ini, akan ditampilkan gambar proporsi dari menampilkan keindahan (Sakri, 1986, Hal: 15).
bentuk patra punggel.
Ida Bagus Putu Suryawan mengatakan bahwa;
Unsur Komposisi perspektif memberikan bentuk saling menyesuaikan
Kompisisi menurut Ajdat Sakri adalah cara membagi tempat dan kedudukan dalam memancarkan
bagian-bagian bentuk menjadi satu kesatuan, keindahan dan saling terkait dalam padangan garis
utuh dalam satu ruangan sebagai tempat untuk lenyap horizon dalam menjungjung nilai keindahan
berkreativitas (Sakri, 1986: 30). A,A.M. Djelantik (Wawancara Ida Bagus Putu Suryawan, 11 Maret
mengatakan bahwa dalam berkarya seni, ukuran 2020).
bentuk perlu disesuaikan dengan ruang digunakan, Perspektif merupakan perpaduan dari bentuk
sehingga penempatan komposisi menjadi lebih nyata dalam proporsi dan komposisi, menjadi satu
estetik dalam pengelihatan mata (Djelantik, 2008: kesatuan dalam menjunjung estetika keindahan
23). dengan garis semu horizon dari sudut pandang mata,
dalam memahami nilai keindahan. Di bawah ini
Komposisi memberikan bentuk, untuk mengeluarkan ditampilkan gambar perspektif.
aura keseimbangan dan keharmonisan dalam sebuah
karya dua dimensi dan tiga dimensi (Gelebet, Dkk, Unsur Warna
1982: 112). Ida Bagus Nyoman Parta memberikan Warna merupakan hal sangat penting dalam
pemahaman komposisi, merupakan bentuk dari sebuah bentuk nyata dalam menilai keindahan.
masing-masing pola saling mendukung untuk Warna memberikan nilai lebih dari penampilan
memberikan nilai estetika (Wawancara Ida Bagus sebuah bentuk. Warna memberikan kekuatan besar
Nyoman Parta, 12 juni 2020). dalam menjungjung estetika keindahan. Warna
Komposisi memberikan kekuatan estetik bagi mencerminkan, kekuatan dari masing-masing
masing-masing bentuk, untuk saling memberikan bentuk, dalam sebuah kelompok tim keindahan,
dan mempengaruhi, kesempatan bagi bentuk sehingga karya seni itu, lebih berarti dan berkarakter
lainnya, memancarkan keindahan, secara keindahan (Sakri. 1986: 16).
keseluruhan memberikan satu kesatuan yang utuh, Warna merupakan sebuah bentuk yang dihasilkan
dan tidak adanya saling menonjolkan diri dalam dari cahaya, sinar memantul dari mata, sehingga
wadah keindahan. Di bawah ini bentuk komposisi memberikan rasa karsa kagum dalam bentuk
dari patra punggel. keindahan (Dwijendra. 2009: 18). I Nyoman

156
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Letra menanggapi warna, merupakan penglihatan dibarengi oleh pemahaman bentuk, porporsi,
keindahan memancar, akibat kolaborasi dari komposisi, perspektif warna dan tekstur, dan
cahaya kepada mata, dan munculah kekaguman memudahakan dalam mencapai kesempurnaan
dalam nuansa keindahan (Wawancara I Nyoman penilai karya dalam estetika keindahan…
Letra, 25 Mei 2020). Warna sangat penting dalam “(Wawancara I Wayan Pugeg, 23 Januari 2020 ).
wewujudkan bentuk yang nyata, dalam kolaborasi
dari bentuk, proporsi, komposisi, perspektif Titik focus atau senter poin adalah sebuah cara untuk
dan warna adalah penentu dalam menampilkan menghindari kebosanan dalam pengamatan sebuah
perbedaan warna dari bentuk masing-masing dalam karya seni, dimana karya tersebut akan memancar
satu kesatuan keindahan, dan tidak tutup kemungkin keindahan, dan saling menonjolkan diri dari masing-
saling mempengaruhi dari warna yang terpancar. Di masing bentuk. Dengan titik focus, akan meredakan
bawah ini di tampilkan gambar bentuk warna dari perbedaan, sehingga menjunjung salah satu menjadi
patra punggel. focus, ini merupakan kerja tim, menghasilkan
nilai kindahan dalam sebuah karya. Di bawah ini
Unsur Tekstur ditampilkan tim menjunjung titk focus.
Perjalan untuk mencapai kesempurnaan estetika,
masih ada beberapa tahapan, dan harus dilalui, Unsur Keseimbangan
seperti tekstur, merupakan bentuk, sangat sensitif Keseimbangan dikalangan seni mengatakan
dalam penilai nilai keindahan. Tekstur merupakan balance adalah bentuk dipengaruhi oleh proporsi,
sebuah bentuk, menghasilkan sebuah rasa, dimana komposisi dan perspektif, dalam pencapaian bentuk
tekstur muncul akibat sentuhan dan rabaan, indah. Djelantik memberikan pemahaman, dimana
memberikan rasa halus, kasar, bergerigi, geli, licin keseimbangan memberikan nilai estetik dalam
dan lain sebagainya (Sakri, 1986: 85). Tekstur sebuah karya seni (Djelantik. 2008: 31).
merupakan nilai raba dari benda dihasilkan, sehingga
memberikan penilai mutlak dalam nilai keindahan Keseimbangan memberikan sesuatu, mapan tidak
(Gelebet, dkk. 1982: 120). I Wayan Suarnaya dalam goyah dalam bentuk karakter masing-masing
tekstur, memberikan nilai yang berbeda dari masing- dalam satu-kesatuan keharmonis (Sakri. 1986: 76).
masing bentuk, berada dalam sebuah keharmonisan Keseimbangan merupakan sebuah proses untuk
tim (Wawancara I Wayan Suarnaya, 17 Mei 2020). menuju keharmonisan, dengan tahapan pembuatan
Tekstur merupakan bentuk nyata dari permaian bentuk patra punggel, dan memperhatikan proporsi,
bentuk, proporsi, komposisi, perspektif dan warna, komposisi, perspektif, warna, tekstur dan titik focus,
sehingga terpancar keluar sebagai sebuah nilai sehingga keseimbangan yang indah bisa diperoleh.
raba dari apa telah dilalui dalam penyampaian Di bawah ini akan ditampilkan gambar kesimbangan
kesempurnaan estetika keindahan. Di bawah ini dalam bentuk patra punggel.
ditampilkan bentuk tekstur dalam patra punggel.
Unsur Keharmonisan
Unsur Titik Fokus Munculnya bentuk patra punggel, tidak lepas
Titik focus adalah bentuk menjadi icaran dalam dari proses dalam menciptaan bentuk patra
sebuah tim, dimana sekiranya perlu di tonjolkan, punggel estetika, Keharmonisan dalam keindahan,
sehingga menjadi pusat perhatian dalam sebuah tim merupakan proses panjang, dengan melalui tahapan-
keharmonisan karya seni. Senter poin merupakan tahapan diataranya bentuk patra punggel, proporsi,
bentuk dari salah satunya dimunculkan, sehingga komposisi, perspektif, warna, tekstur dan titik focus,
menjadi berbeda dari bentuk yang lain, tapi tetap hingga keseimbangan. Tahaapan ini harus dipahamai
mendukung dari bentuk yang ditonjolkan (Sakri. secara mendalam (Sakri. 1986: 87).
1986: 20).
Keharmonisan akan muncul bila diantara bentuk
Semua bentuk harus harus mendukung, sehingga saling bekerja sama dan tidak adanya keegoisan dalam
titik focus menjadi lebih berarti, untuk mencapai karakter bentuk, disatukan dengan bentuk yang lain
kesempurnaan dalam penilai estetika (Dwijendra. (Djelantik. 2008: 17).Keharmonisan muncul secara
2009: 32). I Wayan Pugeg dalam pengalaman sebagai tidak disadarai atau sengaja di atur sesuai dengan
seorang seniman, mengatakan bawah: proses tahapan berkarya. Keharmonisan merupakan
“…munculnya titik focus dalam berkarya, harus proses akhir dilalui dalam pembuatan karya seni

157
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

patra punggel, sehingga nilai keindahan dan estetika


akan menyambutanya sebagai karya luar biasa
dalam ruang lingkup keindahan. Proses tahapan
ini memberikan keilmiahan karya dalam penilai
keindahan sangat akurat dan relefan dan dapat di
pertanggungjawabkan secara akademis. Dibawah Tumbuhan Setiliran Setiliran
ini di tampilkan keharmonisan dalam bentuk patra Paku sepriral global
punggel.

Inspirasi Apresiasi Dari Bentuk Patra


punggel
Patra punggel, merupakan mengambil beberapa
bentuk tumbuhan, binatang, manusia, di setilir
atau digubah menjadi bentuk hiasan ornament, dan
dekoratif, dengan memperhatikan bentuk, komposisi, Setiliran Util/ Cawian Util/ Sigar mangsi
proporsi, perspektif, warna, kesimbangan, ruang, Jengger ayam Jengger ayam Util/Jengger
tekstur dan titik focus dan keharmonisannya (Sakri, ayam
1986, Hal: 1-10). Biji Mangga
Biji juga menjadi inspirasi dalam pembentukan
Bentuk yang sesuai dengan asas dwi matra, patra punggel, biji manga dijadikan bentuk awal
menjadikan sebuah ragam hias atau ornament patra batun poh, karena manga gampang tumbuhnya
punggel, dan menampilkan keharmonisan yang dan berbuah manis, juga isinya banyak, ditanam
estetik, dan ornament patra punggel, terbentuk di pekarangan rumah sebagai peneduh dikala
dengan mengambil beberapa bagian dari isi alam, terik matahari bersinar. Ida Bagus Nyoman Parta
di antaranya mengambil tumbuhan tanaman paku menjabarkan
disetilir menjadi util, Ida Bagus Nyoman Parta, “…bahwa biji manga menjadi cikal bakal batun poh,
memberikan pengalamannya dalam pengambil karane bentuknya unik dan biji paling besar diantara
bentuk-bentuk alam, dan digubah dalam bentuk buah. Dari pengalaman senimannya, biji mangga
ornament yang bisa diterapkan dalam pepalihan diletakkan ditengah sebagai penguat dari setiliran
bangunan wadah (Wawancara, 18 Pebroari 2020). bentuk yang lain dipinggirnya…” ( Wawancara Ida
Dibawah ini beberapa gambar yang membentuk, Bagus Nyoman Parta, 22 Maret 2020).
secara keseluruhan dari patra punggel seperti Biji mangga seperti menyerupai bentuk ying-yang,
gambar di bawah ini. ada pada kebudayaan Cina, seperti dikatakan oleh I
Nyoman Suarnaya Bahwa:
Tumbuhan Paku “… buah mangga adalah sebuah buah digemari
Tanaman paku adalah tanaman yang mudah tumbuh oleh masyarakat, dan ditanam dipekarang.
di lingkungan persawahan dan ada airnya. Tanaman Karena kedekatan ini, maka seniman berolah
ini menjadi inspirasi dalam membuat bentuk bagian seni dengan menstilir menjadi sebuah ornament
patra punggel yang disebut util. Tanaman paku yang berkolaborasi dengan bentuk lain dalam
masih muda, muncul kepermukaan dengan bentuk keharmonisan patra punggel…” (Wawancara Ida
masih melingkar, sebelum akhirnya tembuka dengan Bagus Nyoman Parta, 12 Maret 2020). Dibawah
daun yang meruncing. ini akan di gambarkan proses perubahan dari biji
“…Keistimewaan tanaman ini, sering digunakan mangga menjadi batun poh.
sayur untuk kelengkapan lauk pauk makan. Bentuk
daun yang meling ini menjadi bentuk bagian dari
patra punggel sebagai hiasan util atau jengger ayam.
Disini akan ditampilkan gambar proses terbntuknya
hiasan util atau jengger ayam..” (Wawancara Ida
Bagus Nyoman Parta, 22 Maret 2020).
Biji Mangga Setiliran se- Setiliran global
priral

158
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Kuping Guling
Kuping guling merupakan bentuk yang diambil
dari telinga Babi guling, dimana kuping itu akan
mengkerut dan melengkung, membentuk irama
melingkar, bentuk inilah kemudian di setilir
menjadi ornament pada bagian patra punggel. Pada
Setiliran Batun Cawian Sigar mangsi umumnya kuping guling diterapkan pada bagian
Poh Batun Poh Batun Poh tengah dari patra punggel (Gelebet, dkk. 1981-1982:
130).
Ampas Nangka
Ampas nangka adalah kulit luar dan dalam dari Pembentukan patra punggel sangat memperhatikan
pembungkus isi dari nangka dan bijinya dari proses pembentukannya, melalui unsur bentuk,
pemakan buah, karena hanya isi dan bijinya saja proporsi, komposisi, perspektif, warna, tekstur, titik
diambil sebagai makanan berupa buah nangka. focus, keseimbangan dan keharmonisan dalam nilai
Pembungkus dari buah ini, biasanya dibuang tidak estetika (Sakri, 1986, Hal: 30).
dipakai. Melihat hal ini seniman dibidang ornament,
menjadikan bentuk ampas nangka menjadi bentuk Bentuk kuping guling, sangat unik dalam proses
stiliran ornament, digabungkan dengan tanaman, kreasinya, sehingga dipadukan dengan bentuk lain
buah dan lainnya, menjadi bentuk ornament patra dari pembentukan patra punggel sangat harmonis
punggel. dalam penilaian estetika. Di bawah ini ditampilkan
bentuk proses dari telinga babi guling ke kuping
Ida Bagus Nyoman Parta juga menjelaskan apas guling.
nangka, bahwa:
“…bentuk apas nangka sangat unik dan menarik
sebagai bagian dari ornament patra punggel,
karena sebagai pembungkus buah nangka, dia
mempunyai karakter, menjaga buah dari hama ulat
yang menyerang buah nangka. Dengan olah bentuk
menjadikan apas nangka sebagai salah satu hiasan
dalam kelompok patra punggel...” (Wawancara Ida Telinga Babi Setiliran kuping Setiliran global
Bagus Nyoman Parta, 22 Maret 2020). Guling guling kuping guling

Di bawah ini ditampilkan proses pembentukan apas


nangka pada patra punggel.

Setiliran kuping Cawian kuping Sigar mangsi kup-


Ampas Nangka Setiliran Setiliran global guling guling ing guling

Ikut Celedu
Bentuk patra punggel semuanya mengambil bentuk
melingkar dan selalu mengambil betuk alam,
binatang ada disekitar lingkungan masyarakat. Ida
Bagus Nyoman Parta, mengatakan, bahwa:
“…bentuk unik dari util, di ambil dari ekor
kalajengking dan diolah dengan permainan unsur
seni rupa, sehingga menjadi bentuk ikut celedu,
Setiliran ampas Cawian ampas Sigar mangsi ampas dan di tempatkan bagian atas dari patra punggel,
nangka nangka nangka

159
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

sehingga memberikan kesan keindahan dalam


bentuk utuh dari patra punggel (Wawancara Ida
Bagus Nyoman Parta, 12 Maret 2020).

Proses inspirasi dari binatang ekor kalajengking,


menjadikan patra punggel, sangat kuat pengaruhnya
dalam menghias dekorasi bangunan wadah. Ikut
celedu adalah bentuk kecil dari patra punggel besar, Bentuk Pepalihan Pada Bangunan wadah.
di mana ikut celedu terdiri dari beberapa bagian di Sebelum penerapan ornament patra punggel,
antaranya, ada util. batun poh, ampas nangka dan perlu dipahami terlebih dahulu adalah pepalihan.
bentuk util besar (Gelebet, dkk. 1982: 135). Pepalihan merupakan bentuk, tersusun berundak-
undak, dan berjumlah tiga bagian sama, dan tiga
Ikut celedu juga disebut sebagai bentuk patra dimensi dengan empat arah. Masing-masing
punggel masih muda atau pusuh, patra punggel berjumlah dua yaitu: dua arah sama dengan ukuran
muda ini, menjadi cikal bakal dari bentuk patra lebar sama dan dua ukuran arah sama dengan
punggel besar, sehingga bentuk patra punggel ini panjang sama, seperti balok kayu, berbentuk sigi
muncul dan berkembang secara berulang-ulang dan empat panjang (Gelebet, dkk. 1982: 140).
bisa diterapkan di semua bidang pepalihan, terdapat
pada bangunan wadah (Gelebet, dkk.1982: 137). Di Pepalihan merupakan bentuk bebaturan, seperti
bawah ini ditampilkan bentuk ikut celedu. anak tangga dan berjumlah hanya tiga. Pepalihan
mmerupakan warisan budaya nenek moyang orang
Bali. Pada jamannya pepalihan sebagai tempat untuk
memuja dan menghaturkan sesajen untuk leluhur
(Dwijendra. 2009: 21).

Pepalihan merupakan cikal bakal munculnya bentuk


bangunan pura yang terdiri dari tiga tingkatan
Bentuk Komplit Patra Punggel dengan bentuk sama,
Patra punggel merupakan bentuk setiliran dari “…sehingga bentuknya makin meninggi seperti
bentuk-bentuk ada disekitar lingkungan, dan di bentuk tumpukan batu, makin keatas makin
olah secara kreatif oleh seniman, menjadi sebuah meruncing. Pepalihan dalam bangunan wadah
bentuk patra pungel dan bisa di terapkan di semua dibuat seperti lipatan kain, dengan setiap lekukannya
tempat pepalihan, ada pada bangunan wadah. Patra berjumlah tiga, dan setiap membuat areal baru selalu
punggel adalah bentuk ornament, di pakai untuk jumlah tiga…” (Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta,
menghias pepalihan. 5 Juni 2020).

Unsur seni rupa sangat berperan penting dalam Pepalihan atau bebaturan merupakan bentuk
olah bentuk alam, menjadi bentuk patra punggel unik sebagai bentuk jeda dalam berkarya seni,
berkarakter dan bernilai estetika tinggi, dalam atau pembatas dari setiap awal mulai berkarya
menghias bangunan wadah (Gelebet, dkk. 1982: seni. Pepalihan menjadi menarik, jika jumlahnya
138). bervariasi dengan bentuk pepalihan kecil, sedang
dan besar.
Patra punggel sebagai bentuk karakter dari
ornament Bali, dimana bentuk patra punggel selalu
dihias dimasing-masing tempat, baik bentuknya
komplit maupun dipisah-pisah, tetap bentuk patra
punggel mendominasi dari bentuk patra lainnya.
Bentuk patra punggel akan berbeda-beda dalam
pengolahan, sesuai dengan bidang pepalihan tersedia
pada bangunan wadah. Di bawah ini di tampilkan
bentuk patra punggel utuh. Pepalihan membuat seniman, berusaha lebih kreatif
dalam menciptakan bentuk-bentuk baru dari patra

160
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

punggel, bahkan bentuk patra punggel dipisah- adalah dengan penerapan ornament, makin ramai
pisahkan menjadi bentuk keketusan. Menurut I ornamennya adalah orang berkasta, orang biasa
Wayan Pugeg mengatak ornamennya sedikit (Wawancara Ida Bagus Nyoman
“..keketusan adalah pecahan dari patra punggel, Parta, 12 Juni 2020).
seperti: util, batu poh, kuping guling, ampas nangka
dan ikut celedu. Bentuk masing masing ini dijejerkan Untuk memperjelas pemahan pepalihan di bawah
atau bentuk yang sama di bariskan, akan menjadi ini, di tampilkan bangunan wadah pepalihan bacem,
bentuk keketusan, sesuai dengan nama pecahan pada bagian kaki bangunan wadah. Lengkap dengan
dari patra punggel. Seperti: Keketusan Kakul- ornament, dan didominasi oleh bentuk patra punggel
kakulan diambil dari bentuk util yang melingkar baik yang utuh maupun yang di pecah-pecah sesuai
atau menyerupai ekor siput/ kakul…” (Wawancara I dengan ketersedian tempatnya.
Wayasn Pugeg, 24 mei 2020).

Di bawah ini ditampilkan proses pembentuk


keketusan kakul-kakulan.

Proses Dominasi Patra Punggel Pada Bagian


Kaki Bangunan Wadah
Di awali oleh pembuatan bentuk pepalihan, sebagai
tempat nantinya untuk menerapkan ornament patra
punggel. Pepalihan bangunan wadah, merupakan
penciutan dari pepalihan gunung gelut, pepalihan
gunung tanjak dan pepalihan bedawang nala
diambil dari lontar Yama Tattwa, merupakan pakem Bentuk bangunan bade, terdiri dari pepalihan
dalam pembuatan Bangunan bade, dan merupakan gunung gelut kecil dan besar, di padukan menjadi
satu kesatuan dari bangunan bade, bagian kaki satu kesatuan ikat pinggang pada bangunan bade,
(Wirya, 1994: 24) Di bawah ini, ditampilkan bentuk di bawah ini, di tampilkan bentuk pepalihan ikat
pepalihan gunung gelut. pinggang bangunan bade.

Bentuk pepalihan bangunan bade diatas, kemudian


diciutkan lagi menjadi bentuk, pepalihan lebih
sederhana menjadi bentuk pepalihan bacem, dibuat
untuk memperpendek bangunan wadah, dengan
pertimbangan, banyaknya kabel listrik atau telpon,
dan menggangung jalannya bangunan wadah menuju
areal kuburan.

Ida Bagus Nyoman Parta telah menciutkan


bangunan bade menjadi bangunan wadah, bertujuan
untuk semua masyarakat Bali, bisa menggunakan
wadah, tanpa membedakan kasta (Brahmana, Pepalihan gunung gelut, merupakan bentuk dari
kesatria, wesya dan sudra). Untuk membedakannya ikat pinggang, sebagai penggabungan kaki dengan

161
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

badan. Bentuk ikat pingga ini dirubah sedik, Pepalihan yang lengkap dari bangunan bade,
sehingga bentuknya masih kelihatan gunung gelut. kemudian di ciutkan menjadi bentuk pepalihan
Bentuk ikat pinggang ini dalam bangunan wadah bangunan wadah, sehingga bisa di gunakan semua
di kreasikan dengan permain pepalihan kecil kalangan, dan bisa melakukan upacara ngaben,
besar dan bentuk limas. Di bawah ini, di tampilkan secara mandiri. Ida Bagus Nyoman Parta mengatakan
bentuk pepalihan bangunan wadah lengkap dengan bahwa:
ornament dominasi patra punggel. “… dengan di ciutkannya bangunan bade menjadi
bangunan wadah, memudahkan para seniman
memilih ornament patra punggel untuk mendukung
bangunan wadah itu. Patra punggel adalah bentuk
ornament, dengan menampilkan bentuk-bentuk
alam, dan merupakan setiliran dari tumbuhan,
binatang dan manusia, kemudian di olah dan di
sesuaikan dengan penempatannya, makanya patra
punggel lebih dominan di terapkan pada bangunan
wadah…”(Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 23
Juli 2020).

Perapan patra punggel pada umumnya,


mendominasi dari semua patra, di bangunan wadah,
Karena patra punggel, mengambil unsur-unsur
Bentuk Visual Dominasi Patra Punggel Pada alam dan di padukan dalam sebuah bentuk ornament
Bagian Badan Bangunan Wadah patra punggel. I Wayan Wirya mengatakan Bahwa:
Bentuk pepalihan dan ornament patra punggel, yang Ornamen patra punggel harus di terapkan di setiap
mendominasi hiasan pada bangunan bade. Di ambil sudut pada pepalihan bangunan wadah, jika di amati
dari karya sekripsi I wayan Wirya, 1994, tentang secara rinci ornament patra punggel merupakan
bangunan bade. Di bawah ini ditampilkan pepalihan perwakilan dari masing-masing mahluk hidup di
dan ornament patra punggel, lebih dominan dari dunia ini, sehingga patra punggel lebih dominan
ornament lainnya. dalam menghias bangunan wadah ( Wayan Wirya,
1994: 45).

Di bawah ini, di tampilkan bentuk pepalihan yang


sudah di sederhanakan dan memudahkan dalam
penerapan patra punggel pada bangunan wadah.

162
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Bentuk Visiual Dominasi Patra Punggel Pada patra punggel tersebut bisa di olah berbagai model
Bagian Kepala Bangunan Wadah bentuk, bahkan bisa menemukan bentuk-bentuk
Pada bangunan bade terdiri dari pepalihan taman baru dalam patra punggel tersebut...” (Wawancara
sari, mengambil setiliran dari taman ada bunga Ida Bagus Nyoman Parta, 10 juni 2020).
teratai, dan bermekaran. pepalihan badan dara,
mengambil setiliran dari rumah burung dara, Bentuk bangunan wadah, merupakkan ciutan dari
sehingga angin mudah keluar masuk melalui lubang bangunan bade, menjadi bangunan wadah, dengan
rumah dara tersebut (Gelebet, dkk. 1982: 147). menonjolkan patra punggel dalam menghias
bangunan wadah. Di bawah ini di tampilkan bentuk
Pepalihan rongan, mengambil setiliran, dari tempat pepalihan bangunan wadah, pada bagian kepala
tidur, dimana pada saat upacara ngaben, jenazah di penuh dihas dengan patra punggel. Berbagai ukuran
tidurkan di tempat pepalihan rongan ini. Pepalihan patra punggel ditampilkan dalam menghias bagian
mahkota, mengambil setiliran dari mahkota rambut, kepala bangunan wadah, sehingga muncul estetik ke
dan digunakan dalam menghias bagain atap indahan yang tidak ternilai harganya, dengan benda
bangunan bade ( Wirya, 1994: 50). seni manapun, Bentuk bangunan wadah ini dengan
dominasi patra punggel, hanya bisa di lihat pada
Pada penerapan ornamennya, patra punggel lebih waktu upacara ngaben, dan karya yang begitu indah
dominan di terapkan pada bangunan bade ini. Hal itu, pada akhirnya di bakar, bersama jenazah pada
ini dapat lihat gambar dibawah ini. upacara ngaben. Di bawah ini, di tampilkan bentuk
pepalihan Padma, pepalihan rongan, dan pepalihan
mahkota. sudah di sederhanakan, menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tetap menonjolkan dominasi
patra punggel pada bangunan wadah.

Berjalannya waktu, perubahan pada pepalihan


bangunan bade, di ciutkan menjadi bentuk
pepalihan bangunan wadah, dan telah di lakukan
oleh seniman Ida Bagus Nyoman Parta, dalam
usahanya mengkerdilkan bentuk bangunan bade, dan
tinggi menjulang seperti Menara, menjadi bentuk
bangunan wadah, dengan tingginya kurang dari
tiang listrik atau telpon. Bentuk yang sudah simpel
menurut Ida Bagus Nyoman Parta, memberikan nilai
lebih dalam menghias bangunan wadah tersebut.
“…Bentuk pepalihan sudah sederhana, membuat
seniman bangunan wadah lebih kreatif, namun tetap
menggunakan patra punggel sengaja di dominasi
dalam penerapannya. Hal ini di sebabkan oleh bentuk

163
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

kekampung dan membuka usaha bangunan


wadah..”(Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 9
Juni 2020).

Bapak Ida Bagus mengatakan bahwa:


“…pernah belajar membuat bangunan wadah di
bengkel Ida Bagus Nyoman Parta, dan belajar banyak
tentang bangunan wadah, pepalihan dan ornament
patra punggel, secara lusan dan kerja langsung,
tapi tidak di berikan secara gamlang penggunaan
patra punggel, intinya harus ini patra punggel
yang diterapkan dan jangan diganti dengan patra
yang lainnya…”(Wawancara Ida bagus Nyoman
Parta, 11 Mei 2020). “… tempat kerja sebelumnya,
tidak diberikan secara mendetail, tentang kegunaan
patra punggel, karena beliau, telah mempunyai mal,
tinggal ditiru dan ditatah, jadi pengalaman itu, tetap
digunakan dalam pembuatan bangunan wadah…”
(Wawancara Ida Bagus Suryawan, 15 mei 2020). “…
ditempat produksi bangunan wadah, dalam proses
pembelajaran, selalu di pindah-pindah tukangnya,
tujuannya supaya sebuat pekerjaan dalam membuat
bangunan wadah, bisa diselesaikan dengan benar,
sehingga bila ada berhalangan tidak bekerja, yang
lain bisa mengerjakan, sehingga kemapuan ini,
terserap oleh para pekerjanya, jika keluar, lansung
Bentuk Bangunan Wadah Dan Di dominasi bisa mandiri untuk memproduksi banguna wadah
Ornamen Patra Punggel dengan dominasi patra penggel…”(Wawancara Ida
Bentuk pepalihan dan dominasi patra punggel, Bagus Nyoman Parta, 05 Mei 2020).
sangat terpancar dari bangunan wadah, dan sudah
dibuat oleh seniman Ida Bagus Nyoman Parta, Melihat pengalaman para tukang bangunan wadah,
banyaknya muncul produk bangunan wadah di wajar meraka tidak paham tentang dominasi patra
Kabupaten Badung, dengan bentuk sama, dengan punggel, tapi mereka mampu membuat patra
menampilkan pepalihan dan ornament patra punggel dengan bentuk dan rupa yang berbeda,
punggel, lebih mendominasi, dan sama. Ida Bagus sehingga tampilan bangunan wadahnya hamper sama
Nyoman Parta, mengatakan bahwa: dengan guru diman mereka belajar sebelumnya. Di
“…Pertama kali produksi bangunan wadah hanya bawah ini beberapa bentuk bangunan wadah yang
ada di Banjar Desa, Desa Angantaka. Bermula diproduksi, Baik dari Ida Bagus Nyoman Parta,
dari keturunan sangging, menggeluti, dalam maupun pekerja yang pernah belajar, dan membuka
pembuatan bangunan bade. Berbekal keturunan usaha sendiri.
itu, Ida Bagus Nyoman Parta, mencoba membuat
bangunan wadah sederhana, dengan pertimbangan,
bangunann wadah tidak melebihan tiang listrik,
sehingga hasil kreatifnya ini, dicoba di jual dan
banyak takut untuk menggunakannya. Seiring
berjalannya waktu, beberapa individu masyarakat
mencoba menggunakannya untuk sarana upacara
ngaben. Lambat laun, mulai bermunculan orang
melaksanakan ngaben, sehingga Ida Bagus Nyoman Fungsi Bentuk Dominasi Patra Punggel
Parta, sampai kewalahan menerima order. Banyak Sebagai Hiasan Dekorasi Pada Bangunan
pemuda dirikrut menjadi tukang bangunan wadah, Wadah Di Badung
melihat kemampuan dan ketrampilan, kembali Munculnya dominasi patra panggel, pada

164
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

bangunan wadah, disebabkan oleh pengaruh budaya ajaran-Nya, perintah-perintah-Nya, kebenaran-


tradisinonal, dan sangat kuat, diterima secara turun- Nya yang abadi (Nala dan Wiratmadja. 1997: 9).
temurun, sebagai warisan seni budaya di Kabupaten Prilaku manusia di dunia ini hendaknya selalu
Badung. bercermin kepada kebenaran yang tertinggi, abadi
dan selalu berpikir, berkata, berbuat kebajikan untuk
Patra punggel merupakan bentuk ragam hias atau sebahagian kehidupan sesama penghuni mahluk
ornament, dan berfungsi untuk menghias pada hidup di alam semesta ini. Cerminan ini dituangkan
bagian pepalihan dari bangunan wadah. Bentuk dalam proses tata cara upacara dan dituntun oleh
patra punggel merupakan gabungan dari perwakilan seorang sulinggih atau pendeta, dan dipercaya
dari mahluk isi alam semesta, dan hidup di dunia. mampun menghubungkan dunia sekala/nyata dan
Masing-masing motif patra punggel mewakili dunia niskala/kasat mata.
tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Dominasi
patra punggel adalah hasil dari rasa luapan emosi Melihat hal di atas bahwa dominasi patra punggel,
manusia, untuk di persembahkan kepada leluhur, tercermin tentang ajaran beragama Hindu, telah di
dominasi patra punggel tersimpan juga kaidah- lakukannya sejak lahir hingga dewasa, yaitu selalu
kaidah, nilai-nilai sosial budaya Bali, diperlukan menghargai dan menjaga lingkungan alam, baik
untuk mengatur prilaku di dalam berinteraksi dengan itu memeliharan keberadaan air, tanah, api, ruang
masyarakat yang lainnya. Dominasi patra punggel angkasa dan udara. Hal ini juga ada dalam tubuh
juga menjadi pedoman bagi tingkah lakunya sehari- mahluk hidup di dunia ini.
hari masyarakat Hindu Bali (Atmaja, dkk. 1988:
291). Dominasi patra punggel dipengaruhi oleh Hal ini mengetuk hatinya untuk melakukan satu ajaran
fungsi agama Hindu, fungsi adat istiadat. Ekonomi, agama Hindu yaitu yadnya. Yadnya dilakukan, yaitu
teknologi dan fungsi pendokumentasian. pitra yadnya adalah korban suci yang tulus iklas
kepada leluhur, bertujuan mempercepat kembalinya
Fungsi Agama Hindu unsur-unsur panca maha bhuta, terdapat dalam
Agama adalah suatu kepercayaan dari pemeluknya, tubuh manusia, telah meninggal, dengan melakukan
bahwa dengan melakukan ajaran-ajaran-Nya akan upacara pitra yadnya diharapkan mempercepat
tercapai kesejahteraan hidup, baik di sekala dunia bersatunya atman dengan Brahman (Tuhan) dan
ini maupun di niskala di dunia akhirat, serta dapat unsur-unsur panca maha bhuta, yaitu zat tanah,
melengkapi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam zat air, zat api, zat udara, dan zat ruang hampa ke
memecahkan masalah yang berada di luar akal dan asalnya yaitu alam semesta (Purwita, 1997: 6).
rasio manusia yang sangat terbatas kemampuannya
(Mantra. 1996: 7).Nama Agama Hindu muncul Di dalam upacara tersebut sarana yang terpenting
kemudian setelah orang-orang Barat mempelajari adalah bangunan wadah dengan dominasi ornament
kepercayaan yang berkembang di India dan daerah patra punggel, dalam hiasannya, karena perwatakan
lembah sungai Sindhu (Indus), oleh karena itu, panca maha bhuta, yaitu zat tanah, zat air, zat api,
orang-orang Barat menamakan kepercayaan yang zat udara, dan zat ruang hampa, sangat tercermin
dianut anak negeri itu dengan nama Sindhu atau pada patra punggel. Ida Bagus Nyoman Parta
Hindu. Nama Hindu lebih terkenal di bandingkan mengatakan bahwa:
nama lainnya, sekarang penyebaran agam “…orang Hindu Bali, jika meninggal tanpa di aben,
Hindu menyebar kepenjuru dunia, khususnya dan tidak menggunakan bangunan wadah dengan
yang berada di daerah Bali (PHDP, 1968: 13). dominasi patra punggel, di rasa oleh keluarga
ditinggalkan tidak iklas melepaskan roh yang
Salah satu ajaran agama Hindu tertuang di dalam meninggal, menyatu kepada Brahman (Tuhan).
buku suci Satapatha Brahmana (10, 6, dan 3) dan Kepercayaan orang Hindu Bali, bila bertanya kepada
di dalam kitab Chandogya Upanishad (3, dan 14) paranormal (balian), selalu dibilang rohnya masih
di sebutkan bahwa tujuan hidup manusia adalah menempati tebing, sungai, gunung dan tempat
menyatukan jiwa (atman) dengan Tuhan (Brahman). lain, dan tempat di anggap keramat bagi manusia.
Umat Hindu percaya dan berusaha untuk dapat Disinilah kesempatan bagi ditinggalkan, harus
hidup menyatukan jiwanya dengan Tuhan. Ini melakukan upacara ngaben, dengan membuat
berarti manusia harus sejiwa, sehaluan, sepikiran, bangunan wadah, lengkap dengan ornament patra
dan se kehendak dengan Tuhan, dengan ajaran- punggel. Bahkan bangunan wadah begitu megah

165
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

dan agung, dibakar bersama jenazahnya, fungsi permasalahan, hal ini tidak bisa dilakukan sendiri,
bangunan wadah, sebagai tempat berteduh sekaligus seperti upacara ngaben atau pitra yadnya. Dibawah
kendaraan untuk roh, dalam perjalanan menuju ini ditampilkan salah satu proses upacara pitra
alam lain dituju…”(Wawancara Ida Bagus Nyoman yadnya yang dilakukan secara gotong royong.
Parta, 20 Juli 2020). “…Baik tertulis maupun tidak tertulis. Sebelumnya
membuat wadah, ada kesepakatan antara konsumen
Bangunan wadah dengan dominasi patra punggel, dengan produsen. Dari pihak Produsen biasanya
harus dilengkapi sebagai salah satu sarana penting, mempertanyakan adat-istiadat dari asal konsumen
dalam upacara penghormatan kepada leluhur (pitra seperti: Bentuk wadah seperti apa boleh di
yadnya). Dalam usaha mempercepat pengembalian pergunakan?. Ragam hias apa saja yang boleh dan
unsur-unsur panca maha bhuta, dan mempercepat tidak boleh di pergunakan?. Ke tinggian wadah
penyatuan atma dengan Brahman. minimal berapa dan maksimal berapa?. Jarak dari
rumah duka ke tempat pekuburan berapa km?,
Fungsi Adat Istiadat dan sebagainya. setelah terjadi kesepakatan baru
Adat-istiadat khusunya orang Hindu Bali, dapat dilakukan pekerjaan wadah, dengan dominasi patra
dibagi dua adat-istiadat, yaitu adat-istiadat tidak punggel rumit atau biasa saja...” (Wawancara Ida
tertulis dan adat-istiadat tertulis. Adat-istiadat tidak Bagus Nyoman Parta, 7 juli 2020).
tertulis, misalnya kebiasaan-kebiasaan timbul, di
ikuti dan di taati secara terus-menerus dan turun- Pertanyaan-pertanyaan dilakukan oleh produsen
temurun oleh masyarakat adat bersangkutan. Adat- kepada Konsumen adalah untuk memberikan
istiadat tertulis, yaitu semua peraturan-peraturan pemahaman, kenyamanan dan rasa aman dalam
yang dituliskan diatas daun lontar, kulit, atau buku melaksanakan upacara pitra yadnya. Tiga atau satu
awig-awig sudah disyahkan bersama-sama antara hari sebelum hari “H” bentuk bangunan wadah dan
masyarakat dan perangkat adat bersangkutan ragam hias dominasi patra punggel telah di pajang
(Sudharta, dkk. 1993: 343). di depan rumah yang melakukan upacara pitra
yadnya.
Adat istiadat terhadap bentuk bangunan wadah dan
dominasi patra punggel adalah selalu memperhatikan Pemajangan wadah sebelum hari “H”, bertujuan
pakem-pakem dalam membuat bangunan wadah, untuk memberikan aspirasi kepada masyarakat
selain itu para konsumen berasal dari berbagai bahwa bangunan wadah dengan dominasi patra
daerah dan mempunyai adat istiadat yang berbeda. punggel, adalah berfungsi, bahwa ada upacara
Fungsi bangunan Wadah dengan dominasi patra ngaben, dengan bangunan wadah dan dominasi
punggel sebagai salah satu sarana upacara ngaben, patra punggel (symbol perwakilan alam semesta),
sebagai pelengkap agar umat melaksanakan juga ada dalam jazad orang yang meninggal itu.
upacara pitrayadnya bisa khusuk dalam upacara Jadi bentuk bangunan wadah dan dominasi patra
ngaben. Ngaben secara khusus berfungsi untuk punggel wajib ada pada upacara ngaben di Bali.
mengembalikan atma ke Sang Pencipta dan
mengembalikan unsur-unsur panca maha bhuta Fungsi Ekonomi
ke alam semesta, dengan menggunakan bangunan Globalisasi terjadi akibat meningkatnya hubungan-
wadah sifat-sifat Tuhan (acintya) kenyataan agar hubungan global multiarah di bidang ekonomi, sosial,
lebih mudah mendekatkan diri kepada-Nya. Segala kultural, dan politik di seluruh dunia serta kesadaran
unsur ada di alam raya di perlukan untuk membantu tiap-tiap orang. Produk global hal-hal lokal dan
menciptakan simbol-simbol ke Tuhanan, agar panca penolakan hal-hal global terkait dengan institusi-
indera manusia mampu menangkapnya (Kaler, institusi modernitas dan pemanfaatan ruang, atau
2008: 82). Adapun sarana upacara digunakan, yaitu dunia yang menciut (Abdulyani. 2002: 35).
unsur api (dupa), air (tirta), udara (wangi-wangian),
pertiwi ( batu, logam, tembaga, perak, emas) dan Faktor globalisasi, mendorong munculnya bentuk
akasa ( sunyi, hening, sepi dan kosong) dengan cara pepalihan bangunan wadah di ciutkan untuk
meditasi (Nala dan Wiratmadja, 1997: 172). membuat bangunan wadah, dan dominasi patra
punggel dalam produksinya. Seluruh aspek
Proses kebiasan ini dalam adat istidat adalah kehidupan sosial di dominasi oleh aktivitas ekonomi,
saling gotong royong dalam menyelesaikan suatu tujuan ekonomi dan prestasi ekonomi. Masyarakat

166
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

modern terutama memusatkan perhatian pada mal untuk membuat bentuk yang sama pada satu
produksi, distribusi dan konsumsi barang, jasa dan tatahan. Teknik tatah kulit membantu mempercepat
uang sebagai alat ukur secara umum (Barker. 2005: dalam menghasilkan bentuk yang sama. Teknologi
396). memberikan kemudahan dan mempercepat
produksi.
Mahalnya biaya hidup pada saat ini mendorong
orang untuk mencari yang praktis dan murah. Teknologi menghasilkan evisiensi kerja dan
Sarana uang akan memudahkan orang untuk meningkatkan perekenomian maksimal. Dibawah ini
memenuhi keinginan, baik itu untuk dirinya sendiri ditampilkan teknologi manual dengan menggunakan
maupun keluarga seperti keperluan upacara pitra mal, sehingga dapat menghasilkan bentuk yang
yadnya. Bila pembuatan wadah di lakukan secara sama, sesuai dengan kebutuhannya.
gotong-royong akan banyak biaya dan waktu yang
di keluarkan. Sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi sangat membantu dalam produksi
Pemesan bangunan wadah, dalam produksi, akan bagunan wadah, biaya digunakan untuk menyimpan
mengurangi beban biaya dan waktu mengerjakannya. cadangan stok dalam proses produksinya. Teknologi
Adanya nilai ekonomi dalam produksi bangunan memberikan manajemen stok yang memastikan
wadah, memberikan kemudahan dalam bahwa barang-barang penunjang bisa di produksi
mempergunakan biaya dan waktu. Sehingga upacara terlebih dahulu sebagai stok, sehingga begitu ada
pitra yadnya dapat di lakukan sesingkat mungkin pesanan mempermudah produksi, dengan dominasi
dengan biaya yang sangat ekonomis. Hal ini berimbas patra punggel, memudahkan dalam teknik produksi
pada banyaknya orang yang beragama Hindu di ornamennya sama.
Bali melaksanakan upacara ngaben ke timbang
mengubur jenazah di pekuburan. Fungsi Pendokumentasian
Perlunya adanya buku-buku yang berhubungan
Inilah salah satu pengaruh global yang lagi di dengan perkembangan bangunan wadah dan
gandrungi masyarakat yang beragama Hindu di ornament patra punggel, sebagai hiasan dekorasi
Bali. Sehingga berdampak pada suasana kuburan yang telah diterima dari generasi penerus
orang Bali, dimana jaman sebelum adanya upacara sebelumnya. Berusaha menularkannya kepada
ngaben, banyak jazad dikubur, sehingga lahan generasi muda, supaya sarana upacara pitra yadnya
kuburan semakin sempit, dan setelah munculnya ini tetap digunakan dan tetap didukung oleh
bentuk bangunan wadah diperciut, tidak melebihi masyarakat penggunanya. Ida Bagus Nyoman parta
tiang listrik dan telpon, dan mengakibatkan jarang mengatakan Bahwa:
melakukan penguburan, sehingga lahan tanah “…sebagai seorang seniman, bergelut dalam produksi
kuburan tidak angker lagi. bangunan wadah, tidak sempat dalam mengabadikan
hasil karyanya, secara pribadi, saking sibuknya
Di bawah ini ditampilkan masyarakat baik laki memenuhi pesan pelanggan. Diharapkan bagi
maupun perempuan, menghidupi perekonomiannya peneliti, harus mau, ikut menyumbangkan dokumen
dengan menjadi pekerja produksi bangunan wadah. berupa buku hasil penelitian bangunan wadah,
sehingga ada bukti pernah dibuat bangunan wadah
Teknologi dengan dominasi patra punggel menghiasnya,
Teknologi sangat membantu produksi bangunan siapa tahu berkembangnya jaman bangunan wadah
wadah dengan dominasi patra punggel. Perusahan tidak di gunakan, tinggal di kremasi sudah cukup…”
besar, menengah dan kecil, sangat tergantung (Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 1 Juli 2020).
pada teknologi, berpungsi untuk melancarkan Seniman lainya juga berpendapat bahwa:
produksinya. Teknologi baru dengan teknik produksi “…Perkembangan jaman tidak bisa dipungkiri,
lebih fleksibel dengan reorganisasi tenaga kerja dan banyak bermunculan bangunan wadah dengan
mempercepat masa pengembalian produksi dan menggunakan dominasi patra punggel dalam
komsumsi, untuk meningkatkan hasil produksi menghiasnya, siapa tahu, seniman muda agak
(Barker. 2005: 136). repot dalam mempelajari ornament patra punggel,
sehingga muncul ide merubahnya atau mengkopi
Teknologi tepat guna dalam produksi wadah, karya dengan printing. Jika demikian terjadinya
menggunakan mesin gergaji (sensor), cetakkan atau kepunahan dalam mempelajari pepalihan dan

167
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

dominasi patra punggel, akan putus atau mandeg…” symbol kehidupan dan diharapkan selalu berbuat
(Wawancara I Nyoman Suarnaya, 12 mei 2020). baik dan jujur untuk mengikis sedikit demi sedikit
hukum karma pala (pikiran, berkata dan perbuatan),
Pendokumentasian perlu di lakukan, supaya ada sehingga roh yang keluar dari raga badan kasar,
alat pembelajaran bagi generasi muda, dalam akan ringan menuju penyatuan dengan Tuhan, jika
mempelajari bangunan wadah dan dominasi patra rohnya banyak karma palanya, kemungkinan besar
punggel, sebagai hiasannya. Banyaknya dokumentasi akan lahir kembali, hidup dan mati.
akan lebih banyak model pembelajaran bangunan
wadah dan dominasi patra punggel, dan seniman Proses ini akan selalu dirasakan oleh roh, secara
bisa lebih kreatif dalam menghasilkan produksi berulang-ulang, sampai roh tesebut bersih dari
bangunan wadahnya. Dibawah ini ditampilkan hukum karma pala, sehingga bebas bisa menyatu
bentuk patra punggel, dengan teknologi tatahan, dengan Tuhan. Di bawah ini ditampilkan gambar
yang mendominasi bentuk ornament pada bangunan bentuk 3 kekuasan Tuhan.
wadah.

Makna Bentuk Dominasi Patra Punggel


Sebagai Hiasan Dekorasi Pada Bangunan
Wadah Di Badung
Kepercayaan agama Hindu, dalam putaran roda
kehidupan dikuasai oleh tiga kukuasaan Tuhan
dalam manivestasinya, sebagai: 1. Tuhan dalam
menciptakan mahluk hidup dan alam semesta
adalah Dewa Brahma, 2. Tuhan dalam memelihara
mahluk hidup dan alam semesta adalah Dewa
Wisnu, 3. Tuhan dalam melebur mahluk hidup dan
alam semesta adalah Dewa Ciwa. Ketiga kekuasan Bentuk patra punggel pada bangunan wadah,
Tuhan ini, dituangkan kedalam ornament patra merupakan makna yang di visualkan pada bentuk
punggel, sebagai cawian atau pelengkaputama dalam patra punggel, makna itu adalah memelihara 5
menghasilkan bentuk patra punggel. Ida Bagus unsur panca maha bhuta (air, tanah, api, angkasa
Nyoman Parta, mengatakan Bahwa: dan udara), dalam ajaran agama Hindu, sangat di
“… Kekuatan ini ditampilkan dalam bentuk cawian, tekankan dalam keharmonis antara manusia dengan
maknanya supaya masyarakat umum, paham alam, manusia dengan binatang dan manusia dengan
dengan adanya mahluk hidup dan alam semesta ini, Sang Pencipta (Tuhan), dan sering disebut Tri Hita
di akibatkan oleh keberadaan Sang Pencipta yaitu Karana.
Tuhan. Dimana dalam sastra dijelaskan, bahwa:
semua alam semesta ini, bermula dari beberapa Ida Bagus Nyoman Patra mengatakan bahwa:
dewa melakukan hukum karmapala, sehingga “…Kepercayaan dalam tri hita karana ini, maka
Tuhan melahirkan dewa dengan bermacam-macam muncullah keinginan untuk, selalu memeliharan 5
bentuk dan wujud, untuk menghukum menyadarkan unsur dalam panca maha bhuta (unsur air, tanah,
dewa, dengan melahirkan. Berkembang biak dan api, ruang angkasa/hampa, dan udara/angin). Ke 5
meninggal, supaya tidak melakukan kesalahan, unsur panca maha bhuta ini, memberikan kehidupan
dan selalu berbuat baik, nantinya saat bergabung bagi semua mahluk di alam semesta ini. Kepercayaan
bersama Tuhan, tidak ada halangan, jika lagi seniman Bali, memberikan apresiasi dalam
melakukan kesalahan, Tuhan akan melahirkanya menciptakann seni budaya dalam bentuk bangunan
kembali. Hukum karma pala ini akan selalu berputar suci dan bangunan wadah, dengan ornament patra
di alami oleh roh (bagian percikan dari Tuhan). Jadi punggel menghiasnya. Bentuk bangunan suci dan
lahir hidup mati, selalu dialami oleh mahluk hidup di bangunan wadah, dapat di bagi 3 bagian, yaitu: bagian
dunia ini…” (Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, kaki symbol, makna alat berpijak, supaya tidak jatuh
20 Juli 2020). atau roboh, bagian badan, symbol, makna kekuatan
hidup, mesin menggerakan roda kehidupan mahluk
Ternyata, wujud makna symbol dalam bentuk hidup, dan bagian kepala, symbol, makna tempat
ornament patra punggel, merupakan makna-makna suci, selalu mempunyai pikiran, perkataan dan

168
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

perbuatan baik, untuk kelangsungan hidup mahluk bahagia telah memberikan makna yang mendalam
hidup, secara harmonis, damai dan bahagia untuk bagi kekuatan alam semesta, dan telah memberikan
semua mahluk..” (Wawancara Ida Bagus Nyoman kebahagian lahir batin dan kasih sayang. Dalam
Parta, 14 Juli 2020). melaksanakan kehidupan di alam semesta ini.

Wirya juga memberikan pendapatnya bahwa: Makna Dominasi Bentuk Patra punggel
“…Bangunan wadah dan dominasi patra punggel, Dominasi patra punggel secara keseluruhan adalah
merupakan makna-makna di bentuk, untuk wujud makna yang divisualkan dalam 5 bentuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk symbol dan makna panca maha bhuta (air, tanah,
selalu melindungi, memelihara, dan kebahagian api, ruang angkasa dan udara/ angin).
antara manusia dengan alam, manusia dengan “…Bentuk-bentuk ini di ambil juga sebagai
binatang dan manusia dengan Sang pencipta perwakilan dari isi alam semesta. sehingga begitu
(Tuhan). Sehingga kebahagian lahir batin di alam bentuk patra punggel itu, di upacara dengan sarana
semesta tercapai…”( Wawancara I Wayan Wirya, 12 sesajen dengan 5 unsur symbol itu juga (air, tanah,
april 2020). api, ruang angkasa dan udara), rasa batin manusia
melihat hal itu, memberikan getaran yang halus
Kepercayaan dalam agama Hindu yaitu: tri hita dan dalam, sehingga patra punggel itu secara tidak
karana, memberikan panutan dan tuntunan dalam sadar hidup dan memancarkan kasih sayang dan
memelihara alam semesta dengan segala isinya, kebahagian lahir batin…” (Wawancara I Wayan Bakti
hal ini selalu dibicarakan dan disebar luaskan Wiyasa, 14 Mei 2020).
kepada masyarakat, baik dalam bentuk sendagurau,
wejangan, diskusi, kotbah, dan lebih mengena Secara keseluruhan bentuk patra punggel
pada bentuk bangunan wadah dan dominasi patra mengandung makna symbol dari 5 unsur panca
punggel, semua prilaku ini di wujudkan dalam maha bhuta, sehingga bila di bentuk dan diterapkan,
bentuk patra punggel, dan memberikan kepercayaan tidak di upacara, akan berakibat buruk bagi
untuk selalu memberi kebahagian kepada mahluk menempati tempat itu yang telah di hias ornament
hidup yang ada di alam semesta ini (Gelebet, DKK, patra punggel.
1982, 175). “…Ornamen patra punggel, adalah sangat
keramatan, karena mengandung symbol makna
Apa yang telah diutarakan diatas, ternyata panca maha bhuta. Di manapun patra punggel itu di
ajaran agama Hindu, penuh dengan memberikan bentuk dan di gunakan sebagai hiasan, akan memberi
kebahagian lahir batin, bagi semua mahluk hidup aura magis. Untuk menetralisasi kekuatan magis
di alam semesta ini, dengan visual dan bentuk karya patra punggel perlu diadakan upacara pembersihan,
seni ornament patra punggel, masyarakat selalu di sehingga tidak berpengaruh buruk kepada
ajak untuk tetap menjaga alam semesta dengan kasih penggunanya. Antara percaya tidak percaya inilah
sayang yang tulus, sehingga keharmonisan tetap kekuatan alam semesta susah di tebak dan di megerti
terjaga sampai sekarang. oleh manusia, sehingga bagi mempunyai kekuatan
supranatural (Balian), akan lebih merasakan
Munculnya istilah agama Hindu, menyembah kekuatan itu, makanya dalam lontar dan tulisan
patung!, itu keliru, janganlah dilihat dari kaca mata inti sari agama Hindu, sering di ucapkan, hati-hati
luar saja, perlu mendalami apa makna dari itu dalam penerapam dan penempatan ornament patra
semua. Karya seni patung di buat dan dihias dengan punggel, dalam bangunan rumah tempat tinggal.
ornament patra punggel, pohon besar dihias dengan Jika kita perhatikan kebanyakan rumah masyarakat
kain poleng, batu besar dihias dengan kain putih Bali, beragama Hindu, jarang menggunakan patra
kuning dan setiap tempat keramat di bangun tempat punggel secara utuh, itu tujuannya menghindari
suci/ pura, diberi sesajen dan upacara, itu merupakan kekuatan ada pada bentuk patra punggel, bagi
tata cara kasih sayang masyarakat Hindu Bali, dalam sudah tahu, berani membuat lengkap bentuk patra
mempersembahan Yadnya (Korban suci tulus iklas punggel dengan melakukan upacara pembersihan
kepada semua mahluk hidup di alam semesta ini). kekuatan buruknya hilang menjadi kekuatan baik
dan kebahagian lahir batin.Kekuatan upacara ini
Bagi seniman, dengan membuat perwujudan dalam hanya bertahan 5 tahun saja, bila sudah waktunya
bentuk patra punggel, seniman merasa bangga dan harus di upacarai lagi. Kebanyak ornament patra

169
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

punggel di terapkan pada bangunan suci atau pura di bentuk nyata sebagai symbol makna air. Air bila
atau bangunan wadah yang bersifat keramat…” kita pelihara dengan baik dan penuh kasih sayang
(Wawancara I Nyoman Suarnaya, 30 Mei 2020). akan memberikan kebahagian bagi umat manusia,
bila tempat keberadaan air di rusak akan ber akibat
fatal bagi kehidupan manusia…” (Wawancara Ida
Bangus Nyoman Parta, 12 Juli 2020).

“…Bentuk util jengger ayam dalam makna air ini juga


ada symbol lain, yang harus di terapkan di dalam
motif util itu, yaitu symbol makna 3 Kekuatan Tuhan
(Tuhan sebagai pencipta, Tuhan sebagai pepemilara
dan Tuhan sebagai pelebur). Tuhan sebagai pencipta
di simbolkan dengan Dewa Brahma, Tuhan sebagai
pemelihara dengan Dewa Wisnu, Tuhan Pelebur
dengan Dewa Ciwa. Simbol ini dalam util sebagai
cawian dari motif util, garis lurus dan titik 3 simbol,
perjalan hidup manusia (lahir hidup mati) dan symbol
Secara keseluruhan maka terkandung pada ornament candra pada cawian adalah tujuan akhir manusia
patra punggel sangat keramat dan merinding di adalah menyatu dengan Tuhan, kembali ke titik nol.
buatnya, namun dengan pemahaman mendalam, Simbol makna ini tidak boleh di rubah sehingga util
pengaruh negative dapat kita hindari, dan bisa tetap jengger ayam ini, akan mengeluarkan aura magis.
menikmati ornament patra punggel sebagai wadah Jika tidak lengkap akan mengalami pemudaran
inspirasi dalam berkarya seni. Simbol dan makna pamornya. Warna util yang menonjol adalah waran
keramat bisa di netralisasi dengan merubah bentuk hijau, atau warna emas kehijauan, symbol kekuatan
patra punggel utuh, dengan bentuk sederhana dan hidup yang tinggi dan penuh harapan…” (Wawancara
di perindah, dengan menampilkan nilai estetika, I Nyoman Suarnaya, 21 Juli 2020).
hanya bertujuan keindahan saja. Ternyata satu motif util/jengger ayam, mengandung
makna dan symbol kekuatan alam dan Pencipta,
Bentuk keramat ornament patra punggel, dibiarkan dibuat begitu indah dan penuh permainan unsur
saja ada di lingkungan tempat suci pura dan seni rupa untuk mencapai nilai estetika, dibawah ini
bangunan wadah, sebagai usaha pelestarian seni ditampilkan bentuk motif util/jengger ayam.
budaya yang adi hulung dari warisan nenek moyang
kita terdahulu. Untuk pemahaman lebih mendalam
ornament patra punggel, bisa kita pisah-pisahkan,
dalam usaha membongkar makna dari panca maha
bhuta yang ada dari masing-masing motif patra
punggel.

Makna Bentuk Util Makna Bentuk Batun Poh


Util atau jengger ayam, merupakan kreativitas Batun poh adalah symbol makna ibu pertiwi atau
seniman dalam mengolah tanaman paku sebagai tanah tempat kita memijakkan kaki di alam semesta
hiasan dekorasi pada bangunan suci, bangunan ini. Batun poh merupakan di ambil dari bentuk biji
wadah, symbol dari kekuatan air (Gelebet, Dkk, mangga yang mengandung makna, dimana biji ini
1982: 120). ditanam di bawah tanah akan selalu tumbuh dan
“…Util atau jengger ayam adalah setiliran dari bentuk berkembang dengan sempurna (Suyogo, 2014: 25).
alam, salah satunya adalah tanaman paku, dimana “…Kesempurnaan tumbuh dan berkembang ini, tidak
tanaman ini hidup di lingkungan air dan selalu ada lepas dari 3 kekutan Tuhan (Brahma, Wisnu, Ciwa).
di lingkungan kehidupan manusia. Tanaman paku Motif batun poh ini di buat sedikit melingkar seperti
tumbuh dan berkembang dengan di awali dengan symbol ying-yang kepercayaan cina, dengan cawian
mengeluarkan tunas muda yang melingkar, dari yang ke tiga symbol kekuatan Tuhan. Warna yang di pakai
rapuh dan berkembang dewasa menjadi kuat dan adalah warna coklat ke emasan…” ( Wawancara Ida
tahan banting, symbol makna inilah diwujudkan dan Bagus Nyoman Parta, 23 Juni 2020).

170
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Makna batun pohon memberikan pemahaman, dari ruang hampa. Makna dari ruang hampa adalah
bentuk symbol dalam biji mangga, sehingga biji memberikan kesempatan untuk berkembangnya
mangga dipakai sebagai benyuk stiliran dari batun mahluk hidup, sebelum dan pada akhirnya keluar
poh, sebagai symbol makna kekuatan tanah, dan besar sebagai mahluk hidup dewasa. Kehidupan
sebagai tempat berpijak, berkembang biak, untuk mahluk hidup yang ada di alam, semua berawal dari
kelangsungan hidup, semua mahluk hidup. Dibawah ruang hampa, dengan melalui proses yang panjang,
ini ditampilkan bentuk batun poh. dan keluar sebagai tunas baru, sebagai generasi
muda nantinya menggantikan generasi yang lebih
tua…” (Wanwancara Bakti Wiyasa, 15 Juli 2020).

“…Munculnya ampas nangka sebagai symbol


makna ruang hampa pada motif ampas nangka
adalah banyaknya ampas nangka ketimbang isinya,
Makna Bentuk Kuping Guling dengam buah yang besar, untuk menentukan buah
Kuping guling adalah symbol makna dari api, di nangka itu masak, cukup dipukul dengan tangan
mana api merupakan bagian terpenting dari energy akan megeluarkan bunyi seperti suara kendang,
yang membangkitkan tenaga dalam menggerakkan itu tandanya sudah matang, buah ini selalu ada
tubuh mahluk hidup (Suyogo, 2014: 26). dilingkungan manusia, baik sebagai hiasan maupun
bahan makanan, di Bali sebagai bahan utama lawar
“…Kuping guling symbol api, karena kuping guling (makanan olahan buah nangka, daging dan bumbu
yang mengalami pemanasan dan tetap tegak berdiri, rempah-rempah dalam satu adonan menjadi satu)…”
makanya di pakai sebagai symbol api dalam bagian (Wawancara Ida bagus Nyoman Parta, 20 Juli 2020).
motif patra punggel. Kekuatan api ini memberikan Buah nangka dengan banyak kegunaannya inilah
mahluk hidup. Tetap hidup dalam melaksanakan maka, digunakan sebagai motif apas nangka, sebagai
aktifitas di alam semesta ini..” (Wawancara Nyoman perwakilan dari symbol dan makna ruang angkasa,
Suarnaya, 10 Juli 2020). sebagai bentuk ruang ampa yang selalu ada pada
setiap mahluk hidup. Dibawah ini di tampilkan
Kuping guling adalah telinga babi tetap tegak bentuk makna apsa nangka.
walaupun dibakar, karena kekuatan itu, para seniman
Bali sepakat menggunakan telinga babi yang dibakar
sebagai symbol makna api, dan selalu bergerak
keatas, untuk mencapai kebahagian. Makna symbol
banyak diterapkan pada kuping guling, sehingga
memancarakan bentuk magis dalam penempatannya,
dibawah ini ditampilkan betuk motif kuping guling.
Makna Bentuk Ikut Celedu
Bisa kalajengking, sangat merusak urat saraf dari
binatang yang terinfeksi bisa kalanjengking Ekor
kalajengking adalah sebuah ekor yang dimiliki oleh
binatang kalajengking, dimana digunakan untuk
melindungi tubuhnya dari serangan mahluk lain
(Gelebet, Dkk, 1982: 127).
Makna Bentuk Ampas Nangka
Ampas nangka, mengambil symbol dari ruang Ekor kala jengking sangat berbahaya, bagi semua
hampa atau ruang angkasa, dimana ruangan di mahluk, di mana bisa ada di dalam ekor, melumpuhkan
alam dan dalam tubuh mahluk hidup, itu ada dan korbananya sampai meninggal. Kalajengking ada
di percaya memberikan keseimbangan dalam tubuh dan hidup di lingkungan masyarakat Bali, sehingga
mahluk hidup (Gelebet, Dkk, 1982: 134). menjadi inspirasi dalam menghias ornament patra
punggel (Suyoga, 2014: 23).
“…Ruang hampa itu hanya ada di dalam buah
nangka, buah atau mahluk lain tidak begitu banyak, “…Simbol makna ekor kalajengking, sebagai unsur
sehingga ampas buah nangka di gunakan symbol alam yaitu udara/angin, dan selalu bergerak kesana-

171
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

kemari, dengan alur yang normal dan terkadang tidak budaya tradisi dengan mengedepankan dominasi
beraturan. Udara ini sangat di butuhkan oleh mahluk patra punggel, dan tetap mempertahankan tradisi
hidup, karena bagian terpenting dalam berbafas di telah di wariskan secara turun-temurun dari
alam semesta ini. beberapa generasi yang telah di lewatinya.

Udara tidak bisa kita lihat bentuknya, tapi hanya Munculnya perubahan direncanakan adalah
bisa dirasakan dan di hirup untuk bernafas, tapi perubahan-perubahan terhadap lembaga
ada juga udara yang tidak kita sadari terhirup dan kemasyarakatan didasarkan atas perencanaan yang
menyebabkan bisa sekarat adalah udara beracun, matang oleh pihak-pihak menginginkan perubahan.
seperti ekor kalanjengking yang tidak bisa di prediksi Perubahan tidak direncanakan, yaitu perubahan-
tersengat bisa menyebabkan kita meninggal. perubahan berlangsung di luar kehendak dan
pengawasan masyarakat (Abdulyani, 2002: 170).
Simbol ekor kalajengking, sangat pas di gunakan
sebagai motif patra punggel dan di tempatkan pada Munculnya perubahan dalam menggunakan patra
bagian atas dari ornament patra punggel. Symbol punggel berbeda atau di pisah-pisahan tidak
makna ikut celedu ini, tidak berpengaruh buruk bila mengurangi makna terkandung dari makna patra
di pakai untuk menghias bangunan rumah tempat punggel secara keseluruhan.
tinggal, tapi bila semua unsur alam ini, di satuakan
dalam bentuk patra punggel, sangat indah, tapi
terkandung makna yang dalam, sehingga jarang di
terapkan pada bangunan rumah tempat tinggal, dan
paling sering di terapkan pada bangunan suci atau
pura dan bangunan wadah, karena menghasilkan
aura magis dalam penerapanm dan kegunaannya…”(
Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 23 Juni 2020).
Makanya unsur panca maha bhuta dalam patra
punggel, sangat pas sebagai penghatar untuk orang Makna Estetika Pada Dominasi Patra
meninggal, sebagai hisan bangunan wadah. Dibawah punggel.
ini ditampilkan bentuk ikut celedu. Estetika memberi makna pada suatu hasil karya seni.
Estetika sesuatu yang abstrak di luar bentuk dan
tidak bersifat nilai-nilai sosial, kebudayaan, mitos,
relegi, ideologi dan yang lainnya (Sahman, 1993: 51).
“…Makna estetika ada ornament patra punggel
adalah memberikan rasa keindahan mendalam bagi
para kunsumen mengkomsusi bangunan wadah.
Bangunan wadah tidak lagi memberikan makna
Makna Dominasi Patra Punggel yang angker bagi manusia bahwa kematian itu sangat
Patra punggel, sebelumnya dan sampai sekarang, menakutkan bagaikan mimpi buruk, menjadikan
mengandung makna sangat dalam. Makna tersebut trauma bagi manusia.
terdiri atas nilai-nilai sosial, kebudayaan, mitos,
relegi, idiologi, dan lain-lainnya (Piliang, 2003: 176). Bentuk pepalihan dan ornament patra punggel
Makna-makna tersebut di olah menjadi karya seni lebih menampilkan estetika akan memberikan
untuk di persembahakan kepada Tuhan Yang Maha makna bahwa kematian itu adalah hal biasa
Kuasa, supaya di berikan kebahagiaan lahir dan merupakan pertemuan penyatuan atman dengan
batin, dalam mengarungi kehidupan di alam semesta Tuhan. Selain itu, estetika ditampilkan adalah untuk
ini. Masuknya budaya globalisasi pada zaman ini, mendapatkan pengakuan dari masyarakat konsumen
tidak mempengaruhi budaya tradisi di Bali telah dan masyarakat di lingkungannya. Sebagai apresiasi
mengalami puncak-puncak kejayaan pada masa lalu. bahwa bangunan wadah bisa menampilkan ke
( PHDP, 1978: 25). indahan tidak bersifat angker atau magis lagi…”
(Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta. 17 Juli 2020).
Salah satu di antaranya ialah produksi bangunan Setiap makna estetika ditampilkan oleh ornamen
wadah sekarang tetap di gunakan, dan menampilkan patra punggel, baik itu pada bangunan rumah,

172
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

bangunan pura maupun bangunan wadah akan Kehidupana manusia tidak bisa lepas dari ikatan
berbeda-beda. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan ke duniawian, dalam ajaran agama Hindu di sebut
shop skill tiap-tiap undagi dan seniman. Hal ini dapat dengan tri guna. Tri guna adalah tiga sifat yang
di buktikan setiap bangunan wadah ada di tiap-tiap ada di tubuh manusia. 1). Sattwa adalah sifat mulia,
desa akan berbeda-beda di setiap daerah kabupaten. memberikan cahaya (penerangan) serta kesehatan
Hal ini menjadi multi seni yang beragam (Gelebet, (kesejahteraan), membelenggu atma dengan ikatan
dkk.1982: 314). kebahagiaan dan ilmu pengetahuan. 2). Rajas
adalah sifat nafsu menjadi kehausan dan keinginan
Kemunculan dominasi patra punggel tidak lepas untuk hidup membelenggu atma dengan ikatan
dari pemahaman dalam penerapan ornaman pada kerja. 3). Tamas adalah terlahir dari ke tidak tahuan
bangunan wadah, karena symbol makna, 5 unsur membelenggu atma dengan ke tololan, kemalasan
symbol panca maha bhuta (air, tanah, api, ruang dan ke palsuan. Tri guna ini menyebabkan kita bisa
angkasa dan udara) semua ada pada ornament patra lahir ke dunia ini (Nala dan Wiratmadja, 1997: 124).
punggel sebagai ragam hias perwakilan unsur alam Oleh karena itu sebagai manusia beragama Hindu,
semesta, untuk ormamen bangunan wadah. Dibawah sudah selayaknya memberikan penghormatan
ini ditampilkan bentuk dominasi patra punggel. tulus, rela berkorban serta menjunjung tinggi
nama baik para leluhur. Umat Hindu dengan tulus
Makna Pewaris Nilai Budaya Dominasi Patra ikhlas melaksanakan pitra yadnya. Yadnya adalah
punggel. mempersembahkan upakara (sarana penunjang
Ida Bagus Anom mengatakan bahwa kesenian telah di upacara) dalam upacara keagamaan untuk
wariskan oleh nenek moyang orang Bali, harus tetap mengembalikan badan jasmani ke asalnya, dan
di pertahankan dan di lestarikan. Aturan-aturan dan menunggalkan atma dengan brahman (Suyoga,
pakem-pakem yang tertuang dalam lontar Yama 2014: 32). Realisasi dari pitra yadnya dapat di
Tattwa, tetap di pakai sebagai pedoman pembuatan ungkapkan lewat belajar dan menuntut ilmu
bangunan wadah (Anom, 2002: 1). I Wayan Wirya setinggi-tingginya agar mampu mengangkat nama
mengatakan bahwa dominasi patra punggel, leluhurnya dan berani berkorban demi nama baik
diciptakan harus memperhatikan aturan-aturan leluhur. Beginilah pengorbanan dilakukan oleh umat
dan pakem-pakemnya. Hal ini di lakukan untuk Hindu, untuk menghormati leluhurnya (Nala dan
menghindari hal-hal buruk, akibat dari kesalahan Wiratmadja, 1997:197).
dalam penerapannya. (Wirya, 1994: 7).
Makna pitra yadnya adalah rohmat terhadap jenazah
Munculnya dominasi patra punggel dalam dan roh leluhur lengkap dengan upakaranya.
produk bangunan wadah, dapat mengikuti Pengembalian panca maha bhuta dapat dilakukan
arus perkembangan zaman, dengan landasan- dengan cara dibakar, untuk mempercepat putusnya
landasan budaya yang kuat dan kreatif, berakar hubungan duniawi, peranan tirta pengentas, dalam
pada kebijakan desa kala patra (tempat, waktu, upacara ngaben, sangat penting sekali, sebagai
dan keadaan) tempat dominasi patra punggel itu pemutus hubungan antara badan jasmani dengan
diterapkan pada bangunan wadah itu digunakan. rohani, putusnya hubungan ini, maka panca maha
Bukti ini dapat dilihat dari setiap adat-istiadat yang bhuta dan atma akan kembali ke asalnya dengan
bernaung di desa pakraman yang ada di Bali, dan mudah tanpa halangan.
mempunyai cara dan kebiasaan hidup sehari-hari
dalam melaksanakan upacara pitra yadnya (korban Makna Kesejahteraan Pada Dominasi Patra
suci terhadap leluhur)...” (Wawancara Nyoman punggel.
Suarnaya, 23 Juni 2020). Seniman melakukan pekerjaannya berhubungan
dengan ke agamaan, akan mendapatkan kedamaian
Secara turun temurun, leluhur atau nenek moyang lahir batin, baik di dunia manupun di akhirat.
orang Bali, menularkan apa telah dilakukannya dalam Kepercayaan inilah, dahulu para undagi dan seniman
berbudaya untuk mempertahankan kebudayaan Bali tanpa pamrih bersedia bekerja dengan tekun dan
dan sampai sekarang tetap berkembang (Pulasari, sabar, meninggalkan keluarga dan sanak saudara,
2007: 37). sampai berbulan-bulan dengan upah yang tidak

173
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

memadai, bahkan hanya pulang membawa padi. api di simbulkan dengan reringgitan dari pinggiran
dulu namanya ngayah (Gelebet, Dkk. 1982: 120). ragam hias, sebagai pengantar panca maha bhuta
dan atman ke asalnya (Pastika, 1981: 26). Segala yang
“…Berkembangnya zaman, para undagi dan seniman ada di dunia ini baik itu benda mati maupun makhluk
mengabdikan dirinya di rumah masing-masing hidup mempunyai kekuatan, telah mendapat
dengan harapan ada membutuhkannya. Persaingan di anugerah dari Tuhan. Agama Hindu percaya dengan
dunia kerja semakin tinggi, para seniman dan undagi segala kekuatan dimiliki oleh benda mati dan benda
harus mampu membuka peluang dan mengeluarkan hidup (Suyoga, 2014: 12).
ide-ide kreativitas untuk menarik konsumen
supaya mau mekomsumsi produknya. Inilah makna Benda mati dan benda hidup disetiap upacara pitra
kesejahteraan yang di cari sekarang bagi para undagi yadnya selalu digunakan sebagai simbol dari kemaha
dan seniman untuk memenuhi kebutuhan keluarga kuasaan Tuhan terhadap apa telah diberikan untuk
dan para karyawan ikut membantunya dalam proses kemakmuran manusia. Bila salah menggunakan
produksi…” (Wawancara Ida bagus Putu Suryawan, dan tidak mampu memeliharanya akan membawa
2 Juli 2020). bencana bagi manusia (Nala dan Wiratmadja, 1997:
209).
Moksa merupakan akhir dari perjalanan hidup
manusia memeluk agama Hindu. Moksa merupakan Makna symbol ada pada dominasi ornament patra
akhir dari hidup dan mati. Manusia harus berbuat punggel inilah, menjadi dasar megapa harus patra
kebajikan, melakukan dharma agar terbebas dari punggel sebagai motif ornament wajib diterapkan
perputaran lahir, hidup dan mati. Makna moksa pada bangunan wadah, sebagai salah satu sarana
adalah mensejahterakan dan membahagiakan baik upacara pitra yadnya atau ngaben di Bali.
manusia secara perorangan maupun masyarakat
secara luas, dengan landasan dharma/kebaikan Refleksi Pada Dominasi Patra Punggel.
(Nala dan Wiratmadja, 1997:114). Dominasi patra punggel pada zaman kerajaan
merupakan suatu persembahan, di berikan oleh
Seniman produksi bangunann wadah membagi ke rakyat kepada rajanya yang meninggal. Untuk
bahagiannya dengan para pegawainya ikut dalam memberikan penghormatan tertinggi lewat media
proses produksi dengan memberi imbalan atas seni berupa bangunan wadah. Setiap raja atau
jerih payahnya, sedangkan kepada komsumen keluarga raja meninggal pada saat itu selalu di aben,
yang mengkomsumsi diberikan kemudahan dan mempunyai keluarga yang belum di aben di beri
kepraktisan dalam menggunakan bangunan wadah. kesempatan kepada keluarga puri untuk ikut di aben
Bagi masyarakat di sekitarnya di berikan peluang (Suyoga, 2014: 15).
kerja bagi masyarakat menyukai pekerjaan produksi
wadah. Oleh karena itu, upacara ngaben pada saat itu
dilakukan bisa menghabiskan waktu paling cepat tiga
Makna Relegius Pada dominasi Patra bulan paling lama enam bulan. Hal ini memerlukan
Punggel. persiapan matang, karena banyaknya persiapan
Makna relegius terkandung dalam bangunan wadah sarana prasarana upacara di antaranya adalah
adalah untuk mengembalikan unsur-unsur alam bangunan wadah, memerlukan waktu lebih banyak
(Panca maha bhuta), yaitu lima unsur yang ada dalam penyelesainnya (Kaler, 2008: 35).
didalam raga manusia, terdiri atas Pratiwi (zat
tanah, serba keras atau padat), apah ( zat air atau “…Karena perkembangan zaman dewasa ini dan
yang cair), teja (zat panas dan cahaya), bayu (udara), pengaruh budaya globalisasi, maka masyarakat
dan akasa (ether atau ruang hampa). Pengembalian mulai mengubah pola pikir untuk melaksanakan
unsur panca maha bhuta, untuk melepaskan hutang upacara ngaben sendiri-sendiri bermakna ingin
manusia terhadap alam, selama hidup manusia itu mengangkat nama leluhur supaya para penerusnya
tergantung pada alam semesta (Kaler, 2008: 82). mendapatkan kemudahan dalam mencari nafkah
Bentuk dominasi patra pungel pada bangunan dan ke sejahteraan lahir batin. Salah satunya dengan
wadah adalah tanda-tanda sebagai perwakilan dari mengkomsumsi bangunan wadah di produksi dan
unsur-unsur panca maha bhuta, sedangkan atman berhiaskan dominasi ornamen patra punggel.
di simbulkan dengan wujud-wujud binatang. Media

174
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Bentuk pepalihan bangunan wadah dan dominasi Media dalam penerapan dominasi patra punggel
patra punggel, bermakna tiga kekuatan Dewa adalah pepalihan, tersusun rapi pada bentuk
(Brahma, Wisnu, dan Siwa) dan tiap-tiap ornamen bangunan wadah. Pepalihan merupakan bentuk
patra punggel dipisah-pisahkan selalu mengandung tersusun rapi berundak-undak, dan berjumlah tiga
simbol-simbol panca maha bhuta (tanah, api, air, bagian sama, dan tiga dimensi dengan empat arah.
udara, dan angkasa). Makna dari upacara ngaben Masing-masing berjumlah dua yaitu: dua arah sama
adalah mengembalikan panca maha bhuta dan dengan ukuran lebar sama dan dua ukuran arah
atman ke asalannya...” (Wawancara Ida Bsgus sama dengan panjang sama, seperti balok kayu
Nyoman Parta, 23 Juli 2020). berbentuk sigi empat panjang.

“…Selain itu, para konsumen sangat senang hati, Pepalihan merupakan bentuk bebaturan, seperti
dapat melakukan ngaben, di harapkan dengan anak tangga dan berjumlah hanya tiga. Pepalihan
bangunan wadah dan penerapan dominasi merupakan warisan budaya nenek moyang orang
patra punggel, tidak terjadi salah tafsir dalam Bali. Pada jamannya, pepalihan sebagai tempat untuk
menggunakannya, supaya tidak ada kesalahan pada memuja dan menghaturkan sesajen untuk leluhur.
hari mendatang mengakibatkan terjadinya musibah Pepalihan merupakan cikal bakal munculnya bentuk
bagi telah menggunakan bangunan wadah. Istilah bangunan pura yang terdiri dari tiga tingkatan
orang salah membuat atau menaruh pepalihan dan dengan bentuk sama, sehingga bentuknya makin
ragam hias, sesuai dengan tutur orang-orang tua meninggi seperti bentuk tumpukan piramid, makin
terdahulu (ajewera artinya hati-hati mempelajari keatas makin meruncing. Pepalihan dalam bangunan
sesuatu, belum tahu cara membuka dan menutup wadah dibuat seperti lipatan kain, dengan setiap
suatu ajaran yang berhubungan dengan upacara, lekukannya berjumlah tiga, dan setiap membuat
khususnya di Bali.) itu ada sangsinya seperti: areal baru selalu jumlah tiga.
cacat pisik, keluarga mendapat musibah berturut-
turut, dan lain sebagainya..” (Wawancara Nyoman Pepalihan panjang dihias dengan keketusan.
Suarnaya, 5 Juli 2020). Keketusan adalah pecahan dari patra punggel,
seperti: util, batu poh, kuping guling, ampas nangka
Untuk menghindari hal itu ada pula penolaknya. dan ikut celedu. Bentuk masing masing ini dijejerkan
Hanya orang mempunyai garis keturunanya (dari atau bentuk sama di bariskan, akan menjadi bentuk
leluhurnya di percaya membuat bangunan wadah) keketusan, sesuai dengan nama pecahan dari patra
yang mampu membaca matra penolakan itu tanpa punggel. Seperti: Keketusan Kakul-kakulan diambil
belajar secara otomatis bisa (Waswinara, 1993: 45). dari bentuk util yang melingkar atau menyerupai
Pengaruh budaya globalisasi dan teknologi tidak ekor siput/ kakul.
bisa lepas dari produksi bangunan wadah, sehingga
nilai magis terdapat pada bangunan wadah tidak Dominasi patra punggel, berfungsi sebagai alat
berkurang. Apa yang dulunya dianggap angker, komunikasi dalam berinteraksi dengan masyarakat
seram, magis melekat pada bangunan wadah, dalam menelaaah ajaran agama Hndu, lewat
sekarang di sulap menjadi bentuk bangunan wadah media karya cipta seni rupa. Agama Hindu dalam
memberikan apresiaisi seni bermakna estetika tinggi, pelaksanaannya selalu menghargai dan menjaga
untuk kebahagian lahir dan batin. lingkungan alam, baik itu memelihara keberadaan
air, tanah, api, ruang angkasa dan udara. Hal ini
SIMPULAN juga ada dalam tubuh mahluk hidup di dunia ini.
bangunan wadah dengan dominasi patra punggel,
Dominasi Patra punggel pada bangunan wadah, adalah berfungsi, symbol perwakilan alam semesta,
merupakan perwakilan mahluk hidup di alam ini, juga ada dalam jazad orang yang meninggal. Jadi
beberapa mengambil bentuk tumbuhan, binatang, bentuk bangunan wadah dan dominasi patra
manusia, di setilir atau digubah menjadi bentuk punggel wajib ada pada upacara ngaben di Bali.
hiasan ornament dekoratif, dengan memperhatikan
bentuk, komposisi, proporsi, perspektif, warna, Adanya nilai ekonomi dalam produksi bangunan
kesimbangan, ruang, tekstur dan titik focus dan wadah, memberikan kemudahan dalam
keharmonisannya, untuk mencapai nilai estetika. mempergunakan biaya dan waktu. Sehingga upacara

175
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020

pitra yadnya dapat dilakukan sesingkat mungkin karena mengandung symbol makna panca maha
dengan biaya sangat ekonomis. Hal ini berimbas bhuta. Di manapun patra punggel itu di bentuk
pada banyaknya orang beragama Hindu di Bali dan di gunakan sebagai hiasan, akan memberi aura
melaksanakan upacara ngaben ketimbang mengubur yang magis. Untuk menetralisasi kekuatan magis
jenazah di pekuburan. patra punggel perlu diadakan upacara pembersihan,
sehingga tidak berpengaruh buruk kepada
Adanya teknologi yang di gunakan dalam produksi menggunakan. Antara percaya tidak percaya inilah
bangunan wadah menggunakan mesin gergaji kekuatan alam semesta.
(sensor), cetakkan atau mal untuk membuat bentuk
sama pada satu tatahan. Teknik tatah kulit membantu Kepercayaan seniman Bali, memberikan apresiasi
mempercepat dalam membentuk sama. Teknologi dalam menciptakann seni budaya dalam bentuk
memberikan kemudahan dan mempercepat bangunan suci dan bangunan wadah, dengan
produksi. Biasanya wadah yang sebelumnya di ornament patra punggel menghiasnya. Bentuk
produksi hanya satu produk dalam sebulan, dengan bangunan suci dan bangunan wadah, dapat di bagi
teknologi produksi bangunan wadah dalam dua hari 3 bagian, yaitu: bagian kaki symbol, makna alat
sudah selesai dan siap di pasarkan. berpijak, supaya tidak jatuh atau roboh, bagian
badan, symbol, makna kekuatan hidup, mesin
Pendokumentasian perlu di lakukan, supaya ada menggerakan roda kehidupan mahluk hidup, dan
alat pembelajaran bagi generasi muda, dalam bagian kepala, symbol, makna tempat suci selalu
mempelajari bangunan wadah dan dominasi patra mempunyai pikiran, perkataan dan perbuatan baik,
punggel, sebagai hiasannya. Banyaknya dokumentasi untuk kelangsungan mahluk hidup, secara harmonis,
akan lebih banyak model pembelajaran bangunan damai dan bahagia untuk semua mahluk.
wadah dan dominasi patra punggel, dan seniman
bisa lebih kreatif dalam menghasilkan produksi Apa yang telah diutarakan diatas, ternyata ajaran
bangunan wadahnya. agama Hindu, penuh dengan kasih sayang,
memberikan kebahagian lahir batin, bagi semua
Bentuk patra punggel pada bangunan wadah, mahluk hidup di alam semesta ini, dengan bentuk
merupakan makna di visualisasikan pada bentuk karya seni ornament patra punggel, masyarakat
patra punggel, makna itu adalah ajaran kasih sayang, selalu di ajak untuk tetap menjaga alam semesta
dalam agama Hindu, dan hubungan harmonis antara dengan kasih sayang yang tulus, sehingga
manusia dengan alam, manusia dengan binatang dan keharmonisan tetap terjaga sampai sekarang.
manusia dengan Sang Pencipta (Tuhan), dan sering
disebut Tri Hita Karana. Kepercayaan dalam tri hita DAFTAR RUJUKAN
karana ini, maka muncullah keinginan untuk, selalu
memeliharan 5 unsur dalam panca maha bhuta Abdulyani. 2002. Sosiologi; Skematika, Teori, dan
(unsur air, tanah, api, ruang angkasa/hampa, dan Terapan. Jakarta: Bumi Akasara.
udara/angin).
Acwin Dwijendra. 2009. Arsitektur Bangunan Suci
Dominasi patra punggel secara keseluruhan adalah Hindu. Denpasar: CV.Bali Media Adhikarsa.
wujud makna dalam 5 bentuk symbol dan makna
panca maha bhuta (air, tanah, api, ruang angkasa A.A.M. Djelantik. 2008. Estetika, Sebuah Pengantar.
dan udara/ angin). Bentuk-bentuk ini di ambil juga Jakarta. MSPI & Ford Faundation.
sebagai perwakilan dari isi alam semesta. sehingga
begitu bentuk patra punggel itu, di upacara dengan Atmaja, Jiwa, dkk. 1988. Puspanjali, Persembahan
sarana sesajen dengan 5 unsur symbol itu juga (air, untuk Prof. Dr. Ida bagus Mantra. Denpasar: CV
tanah, api, ruang angkasa dan udara), rasa batin Kayumas.
manusia melihat hal itu, memberikan getaran yang
halus kebahagiaan, sehingga patra punggel itu Barker, Chris. 2005. Cultural Studies Teori dan
secara tidak sadar hidup dan memancarkan kasih Praktek. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
sayang dan kebahagian lahir batin.
Gede Suyoga, I Putu. 2014. Arsitektur Bade
Ornamen patra punggel, sangat dikeramatkan, Transformasi Konsep menuju Bentuk.Denpasar:

176
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Yayasan Kryasta Guna.

Gelebet, I Nyoman, dkk. 1981-1982. Arsitektur


Tradisional Daerah Bali. Denpasar: Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Kaler, I Gusti ketut. 2008. Ngaben, Mengapa Mayat


Dibakar?. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Mantra, Ida Bagus. 1996. Landasan Kebudayaan


Bali. Denpasar: Yayasan Dharma Sastra.

Nala dan Wiratmadja. 1997. Murddha Agama Hindu.


Denpasar: Upada Sastra. Rai Arnita,dkk. 1997. Teks,
Alih Aksara dan Alih Bahasa Lontar Yama Purwwa
Tattwa, Yama Purana Tattwa, Yama Purwana Tattwa
dan Yama Tattwa(terjemahan) Denpasar: Kantor
Dokumentasi Budaya Bali.

Pastika, I Dewa Made. 1981. “Petulangan Lembu dan


Singa Dalam Upacara Ngaben Ditinjau dari Sudut
Kesenirupaan Di Bali” (Skripsi). Denpasar: UNUD.

Parisada Hindu Dharma Pusat (PHDP). 1978.


UPADECA, Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu.
Singaraja: PHDP.

Piliang, Yahraf Amir.2003. Hipersemiotika:


Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna..
Yogayakarta:Jalasutra.

Pulasari, Jro Mangku.2007. Cakepan, Asata- Kosali,


Uperenggenia Lan Dharmaning Bhagawan Siswa
Karma. Surabaya: Paramita.

Purwita, IB. Putu. 1997. Upacara Ngaben. Denpasar:


Upada Sastra.

Sahman, Humar. 1993. Estetika Telaaah Sistemik


dan Historik. Semarang: IKIP Semarang

Sudharta, dkk, 1993. Kebudayaan dan Kepribadian


Bangsa. Denpasar: Upada Sastra.

Wirya, I Wayan. 1994, “Bade Padma Negara”(


Skripsi). Denpasar: STSI Denpasar.

Adjat Sakri. 1986. Beberapa asas menggambar


Dwimatra. Bandung. ITB. Terjemahan Wucius

Wong. 1972. Principles of two-dimensional design.


Published by Van Nostrand Reinhold Company, Inc.

177

Anda mungkin juga menyukai