Program Studi Kriya,Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar
gungjayack@gmail.com
Patra punggel adalah bentuk ornament Bali, yang lebih dominan di terapkan pada bangunan wadah
yang ada di Bali. Patra punggel bila dipisah-pisahkan, akan menjadi bentuk dekorasi yang bermotif
monotun, yang disebut dengan keketusan, yang biasanya digunakan untuk menghias bagian
pepalihan yang memanjang. Jika patra punggel digabungkan dengan bentuk muka, topeng, yang
berbentuk manusia atau binatang, akan menjadi ornament kekarangan, yang biasanya digunakan
untuk mendekorasi bentuk pepalihan segi empat, segi empat panjang, atau menhias pada bagian
sudut dari bangunan wadah atau bangunan suci. Patra punggel adalah kumpulan bentuk motif,
menjadi satu kesatuan yang harmonis, jumlahnya lima bentuk karakter motif, diantaranya: Ada
yang disebut dengan janggar ayam, yang bentuknya melingkar, mengambil bentuk tanaman paku
yang muda, Ada yang disebut dengan batu poh, yang bentuknya mengambil bentuk biji mangga, ada
pula yang disebut kuping guling, yang mengambil bentuk telinga babi yang dipanggang, ada bentuk
ampas nangka yang mengambil bentuk ari dari buah nangka, ada pula bentuk pepusuhan, adalah
mengambil bentuk tunas muda dari tumbuhan yang masih muda, ada bentuk util atau ikut celedu,
mengambil bentuk ekor kala jengking, yang penuh dengan racun pada ujung ekornya. Bentuk
janggar ayam, batu poh, kuping guling, ampas nangka, pepusuhan dan ikut celedu, menjadi satu
kesatuan yang harmonis disebut patra punggel. Bentuk patra punggel ini mendominasi dekorasi
pada bangunan wadah, yang digunakan sebagai tempat menaruh jenazah, yang nantinya diusung
dibawa kekuburan, sebagai bagian dari sarana upacara ngaben di Bali. Pepalihan adalah suatu
bentuk yang menyerupai anak tangga yang disusun secara beraturan sebanyak tiga tingkatan yang
diulang-ulang baik susunannya naik maupun turun, terbalik maupun mendatar. Dimana fungsi
dari pepalihan ini untuk membentuk suatu menara yang makin mengecil, menyerupai menara
tower. Kegunaannya pepalihan untuk merekatan atau menempelkan beberapa ragam hias yang
memberikan kesan megah berwibawa bagi seseorang telah meninggal yang akan diaben/dibakar.
Makin rumit ragam hias yang digunakan, ini akan menampilkan keluarga yang meninggal orang
berkasta. Bangunan wadah adalah bangunan yang mengambil bentuk pepalihan, pada bagian
atasnya mempunyai atap atau tidak menggunakan atap, tergantung pemesannya, berfungsi untuk
menaruh jenazah, sebagai simbol kendaraan memuju kealam lain, bangunan wadah digotong
diarak menuju kekuburan, sesampainya di kuburan bangunan wadah dibakar, juga jenazah
dibakar sebagai symbol pengembalian unsur-unsur alam atau unsur panca maha bhuta (air,tanah,
api,angkasa, udara). Luaran Penelitian yang ingin dicapai salah satunya artikel pada jurnal nasional
terakreditasi (terindek sinta), dan Satu buah buku hasil penelitian ber-isbn. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang didapat, kebanyakan diambil dari
hasil observasi, wawacara dan dokumentasi, dengan nara sumber dari para seniman, Ketua adat
istiadat, Kepala desa dan masyarakat pengguna dari bangunan wadah.
Patra punggel is a form of Balinese ornamentation, which is more dominantly applied to wadah
structures in Bali. When patra punggel is separated, will become a monotun-patterned decoration,
called keketusan, which is usually used to decorate the elongated parts of the pepalihan. If the patra
149
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
p unggel is combined with the shape of the face, topeng, which forms humans or animals, will be
an ornament of kekarangan, which is usually used to decorate the shape of the square pepalihan,
rectangular pepalihan, or to embellished pieces of corners of the wadah or sacred structures. Patra
punggel is a collection of motif forms turned into a harmonious whole, which has a collection of
five forms of character motifs, including: There is what is called a chicken’s comb (janggar ayam),
which forms a circle and takes the form of young ferns, there is what is called a poh stone (batu poh),
which takes the form mango seeds, there is also what is called kuping guling, which take the form
of roasted pig’s ears, there are jackfruit pulp (ampas nangka) forms that take the form of ari from a
jackfruit, there are also forms of pepusuhan, which is taken form of young shoots from young plants,
there are forms of util or celedu’s tail (ikut celedu), which takes the form of a scorpion’s tail, which
is full of venom at the tip of it. The form of the chicken’s comb, poh stone, kuping guling, jackfruit
pulp, pepusuhan, and celedu’s tail into a harmonious whole called the patra punggel. This form of
punggel dominates the decoration on the wadah structure, which is used as a place to put corpses,
which will be carried on to the cemetery, as a part of the Ngaben ceremony in Bali. Pepalihan is a
form that resembles a step of stairs arranged in a series of three levels which is repeated whether
the arrangement is up or down, upside down or horizontally. Where the function of this pepalihan
is to form a tower that is getting smaller, resembles a tower structure. The purpose of the pepalihan
to glue or attach a variety of decorations that gives the impression of magnificent authorization
for someone who has died will be aben/ burned. The more complicated the decorations that are
used; this will show that the family of the deceased are people who have caste. Wadah structure is a
structure that takes the form of a pepalihan, at the top of it may contains a roof or may not, depending
on the buyer’s order, and it has a function to place the corpse, as a symbol of a vehicle heading to
another realm, the wadah structure is carried and paraded to the cemetery, when it has finally got
to the cemetery, the wadah structure will be burned and the corpse too as a symbol of the return
of the elements of nature or the panca maha bhuta elements (air, earth, fire, space, air).Research
Output that is to be achieved is one of the articles in national accredited journals (sinta indexed),
and one book of research results that has been isbn confirmed. The method used in this study and
research is a qualitative method, where the data obtained, taken from observations, interviews and
documentations, with sources from artists, the leaders/heads of the traditions, village heads and
community which are the users of the wadah structures.
150
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
151
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
152
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
153
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
lebih sederhana yaitu dengan mengambil bentuk bangunan bade. Bangunan wadah dibuat tingginya
pepalihan gunung sancak. Di bawah ini bentuk tidak melewati kabel listrik/telpon, sehingga tidak
pepalihan gunung sancak. membahayakan bagi masyarakat pengusungnya.
Inilah yang membedakan antara karya tulis I Putu
Gede Suyoga, dengan peneliti yang khusus membahas
ornament patra punggel sangat mendominasi
ornament lainnya, diterapkan pada bangunan wadah,
baik dari segi bentuknya, fungsinya dan makna yang
tersembunyi pada ornament patra punggel tersebut.
Ketiga buku ini dijadikan acuan komperatif dalam
usaha untuk membedah tentang bentuk ornament,
pepalihan, pakem-pakem aturan dalam mendirikan
Tampak dari Tampak dari samping Tampak dari bangunan wadah sesuai lontar Yama Tattwa, yang
Depan Belakang dipahami oleh seniman yang membuat bangunan
wadah, selain itu informasi dari para ketua adat,
Bentuk pepalihan Sancak dan Ragam Hias di copy dari Karya pemerintah dan para pengguna bangunan wadah
Wirya. 1994. sekripsi “Bade Padma negara” STSI Denpasar. untuk lebih jelas pemahaman, tujuan dan manfaat
dalam menggunakan bangunan wadah.
Kemudian menjadi bentuk pepalihan yang sederhana
yaitu pepalihan bacem, bentuknya bisa dilihat seperti Hasil berapa tinjuan pustaka diatas, dapat
gambar dibawah ini’ pemperkuat penelitian yang dilakukan, mengenai
dominasi patra punggel dalam pepalihan pada
bangunan wadah, yang dilakukan diwilayah
Kabupaten Badung. Selebihnya akan dicari di
lapangan dengan cara wawancara, dokumentasi foto
dan video, untuk kesempurnaan hasil penelitian ini.
PENDEKATAN TEORI
Bentuk pepalihan bacem karya Ida Bagus Nyoman Parta, Menganalisis karya ornament patra punggel,
tahun 2011. menggunakan pendekatan teori Bernet disebut
analisis formal yaitu: suatu anlisis atas karya seni
dengan cara mencermati elemen-elemen membentuk
materi subyeknya seperti: garis, bentuk, komposisi,
proporsi, perspektif, warna, keseimbangan, ruang,
titik focus, dan keharmonisan antara elemen-elemen,
membentuk materi subyek, sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh (Marianto, 2011: 38).
Bentuk ornamen pada pepalihan bacem karya Ida Bagus
Nyoman Parta, tahun 2011. Pemahaman elemen-elemen seni rupa, penerapan
pada bangunan wadah, dan ornament patra punggel,
Bentuk pepalihan dan ornamen pada pepalihan bacem karya mendominasi secara keseluruhan bangunan wadah
Ida Bagus Nyoman Parta, tahun 2020. tersebut, diharapkan diperoleh hasil penelitian yang
objektif dan ilmiah, dalam membedah karya seni
Bentuk pepalihan bacem inilah, sekarang rupa.
dipergunakan untuk membuat bangunan wadah,
sehingga bangunan wadah tidak lagi melewati tiang Lokasi dalam penelitian ini ada di wilayah
listrik, dan bila melalui jalan raya, yang penuh kabel kecamatan Abiansemal Badung. Dipilihnya wilayah
listrik dan telpon. kecamatan Abiansemal, dikarenakan banyaknya
rumah produksi, dan memproduksi bangunan
Bentuk pepalihan bacem ini, diolah lagi oleh wadah, dengan dominasi patra punggel, Selain itu
seniman produksinya, menjadi bentuk miniatur dari rumah produksi ini banyak menyerap tenaga kerja,
154
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
sebagian besar adalah tamatan SMK kejuruan yang keindahan, secara kasat mata, bisa dilihat dengan
ahli dibidang seni Rupa. mata dan diraba dengan tangan. Keharmonisan
dalam satu kesatuan yang utuh, yang diciptakan oleh
Jenis data yang digali dalam penelitian ini adalah rasa dan karsa manusia, dalam menghasilkan bentuk
pengalaman dari seniman sanggi, proses pembuatan patra punggel (Djelantik, 2008: 3).
bangunan wadah, dengan dominasi ornament
patra punggel diterapkan pada bangunan wadah. Menciptakan sebuah bentuk patra punggel, tidak
Tokoh seniman, adat istiadat, Kepala desa dan para lepas dari unsur-unsur merancang dwimatra,
kunsumen menggunakan bangunan wadah, sebagai dimana unsur ini, menjadikan sebuah karya seni,
sumber data yang memperkuat dominasi patra menampilkan nilai estetika yang tinggi, sebagai
punggel sebagai hiasan dekorasi pada bangunan hasil karya manusia, dan bisa dinikmati oleh semua
wadah di Badung. kalangan masyarakat (Sakri, 1992: 2).
Kelengkapan instrument penelitian meliputi Bentuk patra punggel dalam nilai estetika, tidak
kuesioner, kamera untuk dokumentasi, alat lepas dari pemahaman unsur-unsur seni rupa, dalam
rekam suara untuk studi wawancara, video untuk bentuknya bisa dua dimensi dan tiga dimensi. Proses
filmnya serta peralatan pendukung lainnya, yang penciptaan patra punggel dilakukan dengan tahapan
menyempurnakan penelitian ini. dimi tahapan, sesuai dengan struktur unsur seni
rupa yaitu: bentuk, proporsi, komposisi, perspektif,
Populasi dalam penelitian ini semua seniman dan warna, tekstur, titik focus, keseimbangan dan
perajin yang ikut dalam produksi bangunan wadah, keharmonisan secara keseluruhan patra punggel.
dengan dominasi patra punggel, serta hasil produksi bisa dijabarkan dengan detail, dengan mengikuti
bangunan wadah telah dihasilkan. Sedangkan proses pembentukkan, diantaranya:
sampelnya diambil 5 sentra/seniman dari masing-
masing wilayah yang mampu mewakili produksi Unsur Bentuk
bangunan wadah di kabupaten Badung, digunakan Merupakan tahap awal pikiran manusia untuk
teknik purposive sampling (sampel bertujuan), memahami perwujudan yang ada dipikiran manusia,
dengan alasan bahwa tiap wilayah Memiliki identitas kemudian dibuat kenyataan dengan bentuk. Menurut
hasil produksi bangunan wadah. Adjat Sakri, mengatakan: bentuk merupakan
perwujudan yang semu dalam pikiran manusia, dan
Setelah data di kumpulkan, selanjutnya di lakukan di tampilkan dengan bentuk nyata, dengan proses
kegiatan pengolahan data, dalam proses penelitian kreatif manusia. unsur pendukung bentuk nyata
yang dilakukan lebih mengarah pada bentuk, patra punggel, adalah titik, titik dijejerkan secara
fungsi dan makna dominasi patra punggel untuk berbaris, akan membentuk sebuah garis. Garis
menggambarkan keadaan atau status fenomena, menjadikan bentuk pembatas dari perwujudan
perkembangan dominasi patra punggel sebagai menjadi bentuk nyata, dan bisa diraba (Sakri, 1992:
hiasan dekorasi pada bangunan wadah di Badung. 10).
Proses analisis data dalam tahap Pertama indetifikasi
data, mengumpulkan data verbal dan data visual, A. A. M. Djelantik, mengatakan bahwa: wujud ada di
baik diperoleh melalui studi pustaka, observasi, pikiran manusia, bisa di nikmati oleh mata, dengan
maupun wawancara. Kedua klasipikasi data yaitu: bantuan titik dan garis, garis melengkung, lurus,
memilih dan mengelompokkan data teridentifikasi sigsag, melingkar dan seterusnya, pada akhirnya
sesuai dengan jenis dan sifat data. Tahap keempat membuat sebuah bentuk, dan bisa dilihat oleh
melakukan anlisis sesuai dengan teori telah mata dan diraba oleh tangan (Djelantik, 2008: 12).
ditetapkan, dengan menggunakan analisis kualitatif Bentuk dominasi patra punggel pada bangunan
analitik. Data kualitatif disajikan dengan uraian. wadah, menampilkan bentuk patra punggel dengan
unsur garis, dalam menampilkan wujud semu
Pemahaman Unsur Dwi Matra Tri Matra menjadi bentuk nyata, bisa dilihat oleh mata dan
Pada Bentuk Dominasi Patra Punggel. diraba oleh tangan, untuk menentukan kebenaran
Bentuk dominasi patra punggel, diungkapkan dalam nilai estetika keindahan mutlak. Bentuk
dalam penelitian ini, merupakan bentuk nyata dalam patra punggel, tidak lepas dari proses pengamatan
pengamatan seni rupa, di mana bentuk ini, mewakili alam, dan lingkungan di sekitar dimana manusia itu
155
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
156
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Letra menanggapi warna, merupakan penglihatan dibarengi oleh pemahaman bentuk, porporsi,
keindahan memancar, akibat kolaborasi dari komposisi, perspektif warna dan tekstur, dan
cahaya kepada mata, dan munculah kekaguman memudahakan dalam mencapai kesempurnaan
dalam nuansa keindahan (Wawancara I Nyoman penilai karya dalam estetika keindahan…
Letra, 25 Mei 2020). Warna sangat penting dalam “(Wawancara I Wayan Pugeg, 23 Januari 2020 ).
wewujudkan bentuk yang nyata, dalam kolaborasi
dari bentuk, proporsi, komposisi, perspektif Titik focus atau senter poin adalah sebuah cara untuk
dan warna adalah penentu dalam menampilkan menghindari kebosanan dalam pengamatan sebuah
perbedaan warna dari bentuk masing-masing dalam karya seni, dimana karya tersebut akan memancar
satu kesatuan keindahan, dan tidak tutup kemungkin keindahan, dan saling menonjolkan diri dari masing-
saling mempengaruhi dari warna yang terpancar. Di masing bentuk. Dengan titik focus, akan meredakan
bawah ini di tampilkan gambar bentuk warna dari perbedaan, sehingga menjunjung salah satu menjadi
patra punggel. focus, ini merupakan kerja tim, menghasilkan
nilai kindahan dalam sebuah karya. Di bawah ini
Unsur Tekstur ditampilkan tim menjunjung titk focus.
Perjalan untuk mencapai kesempurnaan estetika,
masih ada beberapa tahapan, dan harus dilalui, Unsur Keseimbangan
seperti tekstur, merupakan bentuk, sangat sensitif Keseimbangan dikalangan seni mengatakan
dalam penilai nilai keindahan. Tekstur merupakan balance adalah bentuk dipengaruhi oleh proporsi,
sebuah bentuk, menghasilkan sebuah rasa, dimana komposisi dan perspektif, dalam pencapaian bentuk
tekstur muncul akibat sentuhan dan rabaan, indah. Djelantik memberikan pemahaman, dimana
memberikan rasa halus, kasar, bergerigi, geli, licin keseimbangan memberikan nilai estetik dalam
dan lain sebagainya (Sakri, 1986: 85). Tekstur sebuah karya seni (Djelantik. 2008: 31).
merupakan nilai raba dari benda dihasilkan, sehingga
memberikan penilai mutlak dalam nilai keindahan Keseimbangan memberikan sesuatu, mapan tidak
(Gelebet, dkk. 1982: 120). I Wayan Suarnaya dalam goyah dalam bentuk karakter masing-masing
tekstur, memberikan nilai yang berbeda dari masing- dalam satu-kesatuan keharmonis (Sakri. 1986: 76).
masing bentuk, berada dalam sebuah keharmonisan Keseimbangan merupakan sebuah proses untuk
tim (Wawancara I Wayan Suarnaya, 17 Mei 2020). menuju keharmonisan, dengan tahapan pembuatan
Tekstur merupakan bentuk nyata dari permaian bentuk patra punggel, dan memperhatikan proporsi,
bentuk, proporsi, komposisi, perspektif dan warna, komposisi, perspektif, warna, tekstur dan titik focus,
sehingga terpancar keluar sebagai sebuah nilai sehingga keseimbangan yang indah bisa diperoleh.
raba dari apa telah dilalui dalam penyampaian Di bawah ini akan ditampilkan gambar kesimbangan
kesempurnaan estetika keindahan. Di bawah ini dalam bentuk patra punggel.
ditampilkan bentuk tekstur dalam patra punggel.
Unsur Keharmonisan
Unsur Titik Fokus Munculnya bentuk patra punggel, tidak lepas
Titik focus adalah bentuk menjadi icaran dalam dari proses dalam menciptaan bentuk patra
sebuah tim, dimana sekiranya perlu di tonjolkan, punggel estetika, Keharmonisan dalam keindahan,
sehingga menjadi pusat perhatian dalam sebuah tim merupakan proses panjang, dengan melalui tahapan-
keharmonisan karya seni. Senter poin merupakan tahapan diataranya bentuk patra punggel, proporsi,
bentuk dari salah satunya dimunculkan, sehingga komposisi, perspektif, warna, tekstur dan titik focus,
menjadi berbeda dari bentuk yang lain, tapi tetap hingga keseimbangan. Tahaapan ini harus dipahamai
mendukung dari bentuk yang ditonjolkan (Sakri. secara mendalam (Sakri. 1986: 87).
1986: 20).
Keharmonisan akan muncul bila diantara bentuk
Semua bentuk harus harus mendukung, sehingga saling bekerja sama dan tidak adanya keegoisan dalam
titik focus menjadi lebih berarti, untuk mencapai karakter bentuk, disatukan dengan bentuk yang lain
kesempurnaan dalam penilai estetika (Dwijendra. (Djelantik. 2008: 17).Keharmonisan muncul secara
2009: 32). I Wayan Pugeg dalam pengalaman sebagai tidak disadarai atau sengaja di atur sesuai dengan
seorang seniman, mengatakan bawah: proses tahapan berkarya. Keharmonisan merupakan
“…munculnya titik focus dalam berkarya, harus proses akhir dilalui dalam pembuatan karya seni
157
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
158
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Kuping Guling
Kuping guling merupakan bentuk yang diambil
dari telinga Babi guling, dimana kuping itu akan
mengkerut dan melengkung, membentuk irama
melingkar, bentuk inilah kemudian di setilir
menjadi ornament pada bagian patra punggel. Pada
Setiliran Batun Cawian Sigar mangsi umumnya kuping guling diterapkan pada bagian
Poh Batun Poh Batun Poh tengah dari patra punggel (Gelebet, dkk. 1981-1982:
130).
Ampas Nangka
Ampas nangka adalah kulit luar dan dalam dari Pembentukan patra punggel sangat memperhatikan
pembungkus isi dari nangka dan bijinya dari proses pembentukannya, melalui unsur bentuk,
pemakan buah, karena hanya isi dan bijinya saja proporsi, komposisi, perspektif, warna, tekstur, titik
diambil sebagai makanan berupa buah nangka. focus, keseimbangan dan keharmonisan dalam nilai
Pembungkus dari buah ini, biasanya dibuang tidak estetika (Sakri, 1986, Hal: 30).
dipakai. Melihat hal ini seniman dibidang ornament,
menjadikan bentuk ampas nangka menjadi bentuk Bentuk kuping guling, sangat unik dalam proses
stiliran ornament, digabungkan dengan tanaman, kreasinya, sehingga dipadukan dengan bentuk lain
buah dan lainnya, menjadi bentuk ornament patra dari pembentukan patra punggel sangat harmonis
punggel. dalam penilaian estetika. Di bawah ini ditampilkan
bentuk proses dari telinga babi guling ke kuping
Ida Bagus Nyoman Parta juga menjelaskan apas guling.
nangka, bahwa:
“…bentuk apas nangka sangat unik dan menarik
sebagai bagian dari ornament patra punggel,
karena sebagai pembungkus buah nangka, dia
mempunyai karakter, menjaga buah dari hama ulat
yang menyerang buah nangka. Dengan olah bentuk
menjadikan apas nangka sebagai salah satu hiasan
dalam kelompok patra punggel...” (Wawancara Ida Telinga Babi Setiliran kuping Setiliran global
Bagus Nyoman Parta, 22 Maret 2020). Guling guling kuping guling
Ikut Celedu
Bentuk patra punggel semuanya mengambil bentuk
melingkar dan selalu mengambil betuk alam,
binatang ada disekitar lingkungan masyarakat. Ida
Bagus Nyoman Parta, mengatakan, bahwa:
“…bentuk unik dari util, di ambil dari ekor
kalajengking dan diolah dengan permainan unsur
seni rupa, sehingga menjadi bentuk ikut celedu,
Setiliran ampas Cawian ampas Sigar mangsi ampas dan di tempatkan bagian atas dari patra punggel,
nangka nangka nangka
159
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
Unsur seni rupa sangat berperan penting dalam Pepalihan atau bebaturan merupakan bentuk
olah bentuk alam, menjadi bentuk patra punggel unik sebagai bentuk jeda dalam berkarya seni,
berkarakter dan bernilai estetika tinggi, dalam atau pembatas dari setiap awal mulai berkarya
menghias bangunan wadah (Gelebet, dkk. 1982: seni. Pepalihan menjadi menarik, jika jumlahnya
138). bervariasi dengan bentuk pepalihan kecil, sedang
dan besar.
Patra punggel sebagai bentuk karakter dari
ornament Bali, dimana bentuk patra punggel selalu
dihias dimasing-masing tempat, baik bentuknya
komplit maupun dipisah-pisah, tetap bentuk patra
punggel mendominasi dari bentuk patra lainnya.
Bentuk patra punggel akan berbeda-beda dalam
pengolahan, sesuai dengan bidang pepalihan tersedia
pada bangunan wadah. Di bawah ini di tampilkan
bentuk patra punggel utuh. Pepalihan membuat seniman, berusaha lebih kreatif
dalam menciptakan bentuk-bentuk baru dari patra
160
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
punggel, bahkan bentuk patra punggel dipisah- adalah dengan penerapan ornament, makin ramai
pisahkan menjadi bentuk keketusan. Menurut I ornamennya adalah orang berkasta, orang biasa
Wayan Pugeg mengatak ornamennya sedikit (Wawancara Ida Bagus Nyoman
“..keketusan adalah pecahan dari patra punggel, Parta, 12 Juni 2020).
seperti: util, batu poh, kuping guling, ampas nangka
dan ikut celedu. Bentuk masing masing ini dijejerkan Untuk memperjelas pemahan pepalihan di bawah
atau bentuk yang sama di bariskan, akan menjadi ini, di tampilkan bangunan wadah pepalihan bacem,
bentuk keketusan, sesuai dengan nama pecahan pada bagian kaki bangunan wadah. Lengkap dengan
dari patra punggel. Seperti: Keketusan Kakul- ornament, dan didominasi oleh bentuk patra punggel
kakulan diambil dari bentuk util yang melingkar baik yang utuh maupun yang di pecah-pecah sesuai
atau menyerupai ekor siput/ kakul…” (Wawancara I dengan ketersedian tempatnya.
Wayasn Pugeg, 24 mei 2020).
161
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
badan. Bentuk ikat pingga ini dirubah sedik, Pepalihan yang lengkap dari bangunan bade,
sehingga bentuknya masih kelihatan gunung gelut. kemudian di ciutkan menjadi bentuk pepalihan
Bentuk ikat pinggang ini dalam bangunan wadah bangunan wadah, sehingga bisa di gunakan semua
di kreasikan dengan permain pepalihan kecil kalangan, dan bisa melakukan upacara ngaben,
besar dan bentuk limas. Di bawah ini, di tampilkan secara mandiri. Ida Bagus Nyoman Parta mengatakan
bentuk pepalihan bangunan wadah lengkap dengan bahwa:
ornament dominasi patra punggel. “… dengan di ciutkannya bangunan bade menjadi
bangunan wadah, memudahkan para seniman
memilih ornament patra punggel untuk mendukung
bangunan wadah itu. Patra punggel adalah bentuk
ornament, dengan menampilkan bentuk-bentuk
alam, dan merupakan setiliran dari tumbuhan,
binatang dan manusia, kemudian di olah dan di
sesuaikan dengan penempatannya, makanya patra
punggel lebih dominan di terapkan pada bangunan
wadah…”(Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 23
Juli 2020).
162
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Bentuk Visiual Dominasi Patra Punggel Pada patra punggel tersebut bisa di olah berbagai model
Bagian Kepala Bangunan Wadah bentuk, bahkan bisa menemukan bentuk-bentuk
Pada bangunan bade terdiri dari pepalihan taman baru dalam patra punggel tersebut...” (Wawancara
sari, mengambil setiliran dari taman ada bunga Ida Bagus Nyoman Parta, 10 juni 2020).
teratai, dan bermekaran. pepalihan badan dara,
mengambil setiliran dari rumah burung dara, Bentuk bangunan wadah, merupakkan ciutan dari
sehingga angin mudah keluar masuk melalui lubang bangunan bade, menjadi bangunan wadah, dengan
rumah dara tersebut (Gelebet, dkk. 1982: 147). menonjolkan patra punggel dalam menghias
bangunan wadah. Di bawah ini di tampilkan bentuk
Pepalihan rongan, mengambil setiliran, dari tempat pepalihan bangunan wadah, pada bagian kepala
tidur, dimana pada saat upacara ngaben, jenazah di penuh dihas dengan patra punggel. Berbagai ukuran
tidurkan di tempat pepalihan rongan ini. Pepalihan patra punggel ditampilkan dalam menghias bagian
mahkota, mengambil setiliran dari mahkota rambut, kepala bangunan wadah, sehingga muncul estetik ke
dan digunakan dalam menghias bagain atap indahan yang tidak ternilai harganya, dengan benda
bangunan bade ( Wirya, 1994: 50). seni manapun, Bentuk bangunan wadah ini dengan
dominasi patra punggel, hanya bisa di lihat pada
Pada penerapan ornamennya, patra punggel lebih waktu upacara ngaben, dan karya yang begitu indah
dominan di terapkan pada bangunan bade ini. Hal itu, pada akhirnya di bakar, bersama jenazah pada
ini dapat lihat gambar dibawah ini. upacara ngaben. Di bawah ini, di tampilkan bentuk
pepalihan Padma, pepalihan rongan, dan pepalihan
mahkota. sudah di sederhanakan, menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tetap menonjolkan dominasi
patra punggel pada bangunan wadah.
163
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
164
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
165
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
dan agung, dibakar bersama jenazahnya, fungsi permasalahan, hal ini tidak bisa dilakukan sendiri,
bangunan wadah, sebagai tempat berteduh sekaligus seperti upacara ngaben atau pitra yadnya. Dibawah
kendaraan untuk roh, dalam perjalanan menuju ini ditampilkan salah satu proses upacara pitra
alam lain dituju…”(Wawancara Ida Bagus Nyoman yadnya yang dilakukan secara gotong royong.
Parta, 20 Juli 2020). “…Baik tertulis maupun tidak tertulis. Sebelumnya
membuat wadah, ada kesepakatan antara konsumen
Bangunan wadah dengan dominasi patra punggel, dengan produsen. Dari pihak Produsen biasanya
harus dilengkapi sebagai salah satu sarana penting, mempertanyakan adat-istiadat dari asal konsumen
dalam upacara penghormatan kepada leluhur (pitra seperti: Bentuk wadah seperti apa boleh di
yadnya). Dalam usaha mempercepat pengembalian pergunakan?. Ragam hias apa saja yang boleh dan
unsur-unsur panca maha bhuta, dan mempercepat tidak boleh di pergunakan?. Ke tinggian wadah
penyatuan atma dengan Brahman. minimal berapa dan maksimal berapa?. Jarak dari
rumah duka ke tempat pekuburan berapa km?,
Fungsi Adat Istiadat dan sebagainya. setelah terjadi kesepakatan baru
Adat-istiadat khusunya orang Hindu Bali, dapat dilakukan pekerjaan wadah, dengan dominasi patra
dibagi dua adat-istiadat, yaitu adat-istiadat tidak punggel rumit atau biasa saja...” (Wawancara Ida
tertulis dan adat-istiadat tertulis. Adat-istiadat tidak Bagus Nyoman Parta, 7 juli 2020).
tertulis, misalnya kebiasaan-kebiasaan timbul, di
ikuti dan di taati secara terus-menerus dan turun- Pertanyaan-pertanyaan dilakukan oleh produsen
temurun oleh masyarakat adat bersangkutan. Adat- kepada Konsumen adalah untuk memberikan
istiadat tertulis, yaitu semua peraturan-peraturan pemahaman, kenyamanan dan rasa aman dalam
yang dituliskan diatas daun lontar, kulit, atau buku melaksanakan upacara pitra yadnya. Tiga atau satu
awig-awig sudah disyahkan bersama-sama antara hari sebelum hari “H” bentuk bangunan wadah dan
masyarakat dan perangkat adat bersangkutan ragam hias dominasi patra punggel telah di pajang
(Sudharta, dkk. 1993: 343). di depan rumah yang melakukan upacara pitra
yadnya.
Adat istiadat terhadap bentuk bangunan wadah dan
dominasi patra punggel adalah selalu memperhatikan Pemajangan wadah sebelum hari “H”, bertujuan
pakem-pakem dalam membuat bangunan wadah, untuk memberikan aspirasi kepada masyarakat
selain itu para konsumen berasal dari berbagai bahwa bangunan wadah dengan dominasi patra
daerah dan mempunyai adat istiadat yang berbeda. punggel, adalah berfungsi, bahwa ada upacara
Fungsi bangunan Wadah dengan dominasi patra ngaben, dengan bangunan wadah dan dominasi
punggel sebagai salah satu sarana upacara ngaben, patra punggel (symbol perwakilan alam semesta),
sebagai pelengkap agar umat melaksanakan juga ada dalam jazad orang yang meninggal itu.
upacara pitrayadnya bisa khusuk dalam upacara Jadi bentuk bangunan wadah dan dominasi patra
ngaben. Ngaben secara khusus berfungsi untuk punggel wajib ada pada upacara ngaben di Bali.
mengembalikan atma ke Sang Pencipta dan
mengembalikan unsur-unsur panca maha bhuta Fungsi Ekonomi
ke alam semesta, dengan menggunakan bangunan Globalisasi terjadi akibat meningkatnya hubungan-
wadah sifat-sifat Tuhan (acintya) kenyataan agar hubungan global multiarah di bidang ekonomi, sosial,
lebih mudah mendekatkan diri kepada-Nya. Segala kultural, dan politik di seluruh dunia serta kesadaran
unsur ada di alam raya di perlukan untuk membantu tiap-tiap orang. Produk global hal-hal lokal dan
menciptakan simbol-simbol ke Tuhanan, agar panca penolakan hal-hal global terkait dengan institusi-
indera manusia mampu menangkapnya (Kaler, institusi modernitas dan pemanfaatan ruang, atau
2008: 82). Adapun sarana upacara digunakan, yaitu dunia yang menciut (Abdulyani. 2002: 35).
unsur api (dupa), air (tirta), udara (wangi-wangian),
pertiwi ( batu, logam, tembaga, perak, emas) dan Faktor globalisasi, mendorong munculnya bentuk
akasa ( sunyi, hening, sepi dan kosong) dengan cara pepalihan bangunan wadah di ciutkan untuk
meditasi (Nala dan Wiratmadja, 1997: 172). membuat bangunan wadah, dan dominasi patra
punggel dalam produksinya. Seluruh aspek
Proses kebiasan ini dalam adat istidat adalah kehidupan sosial di dominasi oleh aktivitas ekonomi,
saling gotong royong dalam menyelesaikan suatu tujuan ekonomi dan prestasi ekonomi. Masyarakat
166
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
modern terutama memusatkan perhatian pada mal untuk membuat bentuk yang sama pada satu
produksi, distribusi dan konsumsi barang, jasa dan tatahan. Teknik tatah kulit membantu mempercepat
uang sebagai alat ukur secara umum (Barker. 2005: dalam menghasilkan bentuk yang sama. Teknologi
396). memberikan kemudahan dan mempercepat
produksi.
Mahalnya biaya hidup pada saat ini mendorong
orang untuk mencari yang praktis dan murah. Teknologi menghasilkan evisiensi kerja dan
Sarana uang akan memudahkan orang untuk meningkatkan perekenomian maksimal. Dibawah ini
memenuhi keinginan, baik itu untuk dirinya sendiri ditampilkan teknologi manual dengan menggunakan
maupun keluarga seperti keperluan upacara pitra mal, sehingga dapat menghasilkan bentuk yang
yadnya. Bila pembuatan wadah di lakukan secara sama, sesuai dengan kebutuhannya.
gotong-royong akan banyak biaya dan waktu yang
di keluarkan. Sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi sangat membantu dalam produksi
Pemesan bangunan wadah, dalam produksi, akan bagunan wadah, biaya digunakan untuk menyimpan
mengurangi beban biaya dan waktu mengerjakannya. cadangan stok dalam proses produksinya. Teknologi
Adanya nilai ekonomi dalam produksi bangunan memberikan manajemen stok yang memastikan
wadah, memberikan kemudahan dalam bahwa barang-barang penunjang bisa di produksi
mempergunakan biaya dan waktu. Sehingga upacara terlebih dahulu sebagai stok, sehingga begitu ada
pitra yadnya dapat di lakukan sesingkat mungkin pesanan mempermudah produksi, dengan dominasi
dengan biaya yang sangat ekonomis. Hal ini berimbas patra punggel, memudahkan dalam teknik produksi
pada banyaknya orang yang beragama Hindu di ornamennya sama.
Bali melaksanakan upacara ngaben ke timbang
mengubur jenazah di pekuburan. Fungsi Pendokumentasian
Perlunya adanya buku-buku yang berhubungan
Inilah salah satu pengaruh global yang lagi di dengan perkembangan bangunan wadah dan
gandrungi masyarakat yang beragama Hindu di ornament patra punggel, sebagai hiasan dekorasi
Bali. Sehingga berdampak pada suasana kuburan yang telah diterima dari generasi penerus
orang Bali, dimana jaman sebelum adanya upacara sebelumnya. Berusaha menularkannya kepada
ngaben, banyak jazad dikubur, sehingga lahan generasi muda, supaya sarana upacara pitra yadnya
kuburan semakin sempit, dan setelah munculnya ini tetap digunakan dan tetap didukung oleh
bentuk bangunan wadah diperciut, tidak melebihi masyarakat penggunanya. Ida Bagus Nyoman parta
tiang listrik dan telpon, dan mengakibatkan jarang mengatakan Bahwa:
melakukan penguburan, sehingga lahan tanah “…sebagai seorang seniman, bergelut dalam produksi
kuburan tidak angker lagi. bangunan wadah, tidak sempat dalam mengabadikan
hasil karyanya, secara pribadi, saking sibuknya
Di bawah ini ditampilkan masyarakat baik laki memenuhi pesan pelanggan. Diharapkan bagi
maupun perempuan, menghidupi perekonomiannya peneliti, harus mau, ikut menyumbangkan dokumen
dengan menjadi pekerja produksi bangunan wadah. berupa buku hasil penelitian bangunan wadah,
sehingga ada bukti pernah dibuat bangunan wadah
Teknologi dengan dominasi patra punggel menghiasnya,
Teknologi sangat membantu produksi bangunan siapa tahu berkembangnya jaman bangunan wadah
wadah dengan dominasi patra punggel. Perusahan tidak di gunakan, tinggal di kremasi sudah cukup…”
besar, menengah dan kecil, sangat tergantung (Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 1 Juli 2020).
pada teknologi, berpungsi untuk melancarkan Seniman lainya juga berpendapat bahwa:
produksinya. Teknologi baru dengan teknik produksi “…Perkembangan jaman tidak bisa dipungkiri,
lebih fleksibel dengan reorganisasi tenaga kerja dan banyak bermunculan bangunan wadah dengan
mempercepat masa pengembalian produksi dan menggunakan dominasi patra punggel dalam
komsumsi, untuk meningkatkan hasil produksi menghiasnya, siapa tahu, seniman muda agak
(Barker. 2005: 136). repot dalam mempelajari ornament patra punggel,
sehingga muncul ide merubahnya atau mengkopi
Teknologi tepat guna dalam produksi wadah, karya dengan printing. Jika demikian terjadinya
menggunakan mesin gergaji (sensor), cetakkan atau kepunahan dalam mempelajari pepalihan dan
167
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
dominasi patra punggel, akan putus atau mandeg…” symbol kehidupan dan diharapkan selalu berbuat
(Wawancara I Nyoman Suarnaya, 12 mei 2020). baik dan jujur untuk mengikis sedikit demi sedikit
hukum karma pala (pikiran, berkata dan perbuatan),
Pendokumentasian perlu di lakukan, supaya ada sehingga roh yang keluar dari raga badan kasar,
alat pembelajaran bagi generasi muda, dalam akan ringan menuju penyatuan dengan Tuhan, jika
mempelajari bangunan wadah dan dominasi patra rohnya banyak karma palanya, kemungkinan besar
punggel, sebagai hiasannya. Banyaknya dokumentasi akan lahir kembali, hidup dan mati.
akan lebih banyak model pembelajaran bangunan
wadah dan dominasi patra punggel, dan seniman Proses ini akan selalu dirasakan oleh roh, secara
bisa lebih kreatif dalam menghasilkan produksi berulang-ulang, sampai roh tesebut bersih dari
bangunan wadahnya. Dibawah ini ditampilkan hukum karma pala, sehingga bebas bisa menyatu
bentuk patra punggel, dengan teknologi tatahan, dengan Tuhan. Di bawah ini ditampilkan gambar
yang mendominasi bentuk ornament pada bangunan bentuk 3 kekuasan Tuhan.
wadah.
168
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
perbuatan baik, untuk kelangsungan hidup mahluk bahagia telah memberikan makna yang mendalam
hidup, secara harmonis, damai dan bahagia untuk bagi kekuatan alam semesta, dan telah memberikan
semua mahluk..” (Wawancara Ida Bagus Nyoman kebahagian lahir batin dan kasih sayang. Dalam
Parta, 14 Juli 2020). melaksanakan kehidupan di alam semesta ini.
Wirya juga memberikan pendapatnya bahwa: Makna Dominasi Bentuk Patra punggel
“…Bangunan wadah dan dominasi patra punggel, Dominasi patra punggel secara keseluruhan adalah
merupakan makna-makna di bentuk, untuk wujud makna yang divisualkan dalam 5 bentuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk symbol dan makna panca maha bhuta (air, tanah,
selalu melindungi, memelihara, dan kebahagian api, ruang angkasa dan udara/ angin).
antara manusia dengan alam, manusia dengan “…Bentuk-bentuk ini di ambil juga sebagai
binatang dan manusia dengan Sang pencipta perwakilan dari isi alam semesta. sehingga begitu
(Tuhan). Sehingga kebahagian lahir batin di alam bentuk patra punggel itu, di upacara dengan sarana
semesta tercapai…”( Wawancara I Wayan Wirya, 12 sesajen dengan 5 unsur symbol itu juga (air, tanah,
april 2020). api, ruang angkasa dan udara), rasa batin manusia
melihat hal itu, memberikan getaran yang halus
Kepercayaan dalam agama Hindu yaitu: tri hita dan dalam, sehingga patra punggel itu secara tidak
karana, memberikan panutan dan tuntunan dalam sadar hidup dan memancarkan kasih sayang dan
memelihara alam semesta dengan segala isinya, kebahagian lahir batin…” (Wawancara I Wayan Bakti
hal ini selalu dibicarakan dan disebar luaskan Wiyasa, 14 Mei 2020).
kepada masyarakat, baik dalam bentuk sendagurau,
wejangan, diskusi, kotbah, dan lebih mengena Secara keseluruhan bentuk patra punggel
pada bentuk bangunan wadah dan dominasi patra mengandung makna symbol dari 5 unsur panca
punggel, semua prilaku ini di wujudkan dalam maha bhuta, sehingga bila di bentuk dan diterapkan,
bentuk patra punggel, dan memberikan kepercayaan tidak di upacara, akan berakibat buruk bagi
untuk selalu memberi kebahagian kepada mahluk menempati tempat itu yang telah di hias ornament
hidup yang ada di alam semesta ini (Gelebet, DKK, patra punggel.
1982, 175). “…Ornamen patra punggel, adalah sangat
keramatan, karena mengandung symbol makna
Apa yang telah diutarakan diatas, ternyata panca maha bhuta. Di manapun patra punggel itu di
ajaran agama Hindu, penuh dengan memberikan bentuk dan di gunakan sebagai hiasan, akan memberi
kebahagian lahir batin, bagi semua mahluk hidup aura magis. Untuk menetralisasi kekuatan magis
di alam semesta ini, dengan visual dan bentuk karya patra punggel perlu diadakan upacara pembersihan,
seni ornament patra punggel, masyarakat selalu di sehingga tidak berpengaruh buruk kepada
ajak untuk tetap menjaga alam semesta dengan kasih penggunanya. Antara percaya tidak percaya inilah
sayang yang tulus, sehingga keharmonisan tetap kekuatan alam semesta susah di tebak dan di megerti
terjaga sampai sekarang. oleh manusia, sehingga bagi mempunyai kekuatan
supranatural (Balian), akan lebih merasakan
Munculnya istilah agama Hindu, menyembah kekuatan itu, makanya dalam lontar dan tulisan
patung!, itu keliru, janganlah dilihat dari kaca mata inti sari agama Hindu, sering di ucapkan, hati-hati
luar saja, perlu mendalami apa makna dari itu dalam penerapam dan penempatan ornament patra
semua. Karya seni patung di buat dan dihias dengan punggel, dalam bangunan rumah tempat tinggal.
ornament patra punggel, pohon besar dihias dengan Jika kita perhatikan kebanyakan rumah masyarakat
kain poleng, batu besar dihias dengan kain putih Bali, beragama Hindu, jarang menggunakan patra
kuning dan setiap tempat keramat di bangun tempat punggel secara utuh, itu tujuannya menghindari
suci/ pura, diberi sesajen dan upacara, itu merupakan kekuatan ada pada bentuk patra punggel, bagi
tata cara kasih sayang masyarakat Hindu Bali, dalam sudah tahu, berani membuat lengkap bentuk patra
mempersembahan Yadnya (Korban suci tulus iklas punggel dengan melakukan upacara pembersihan
kepada semua mahluk hidup di alam semesta ini). kekuatan buruknya hilang menjadi kekuatan baik
dan kebahagian lahir batin.Kekuatan upacara ini
Bagi seniman, dengan membuat perwujudan dalam hanya bertahan 5 tahun saja, bila sudah waktunya
bentuk patra punggel, seniman merasa bangga dan harus di upacarai lagi. Kebanyak ornament patra
169
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
punggel di terapkan pada bangunan suci atau pura di bentuk nyata sebagai symbol makna air. Air bila
atau bangunan wadah yang bersifat keramat…” kita pelihara dengan baik dan penuh kasih sayang
(Wawancara I Nyoman Suarnaya, 30 Mei 2020). akan memberikan kebahagian bagi umat manusia,
bila tempat keberadaan air di rusak akan ber akibat
fatal bagi kehidupan manusia…” (Wawancara Ida
Bangus Nyoman Parta, 12 Juli 2020).
170
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Makna batun pohon memberikan pemahaman, dari ruang hampa. Makna dari ruang hampa adalah
bentuk symbol dalam biji mangga, sehingga biji memberikan kesempatan untuk berkembangnya
mangga dipakai sebagai benyuk stiliran dari batun mahluk hidup, sebelum dan pada akhirnya keluar
poh, sebagai symbol makna kekuatan tanah, dan besar sebagai mahluk hidup dewasa. Kehidupan
sebagai tempat berpijak, berkembang biak, untuk mahluk hidup yang ada di alam, semua berawal dari
kelangsungan hidup, semua mahluk hidup. Dibawah ruang hampa, dengan melalui proses yang panjang,
ini ditampilkan bentuk batun poh. dan keluar sebagai tunas baru, sebagai generasi
muda nantinya menggantikan generasi yang lebih
tua…” (Wanwancara Bakti Wiyasa, 15 Juli 2020).
171
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
kemari, dengan alur yang normal dan terkadang tidak budaya tradisi dengan mengedepankan dominasi
beraturan. Udara ini sangat di butuhkan oleh mahluk patra punggel, dan tetap mempertahankan tradisi
hidup, karena bagian terpenting dalam berbafas di telah di wariskan secara turun-temurun dari
alam semesta ini. beberapa generasi yang telah di lewatinya.
Udara tidak bisa kita lihat bentuknya, tapi hanya Munculnya perubahan direncanakan adalah
bisa dirasakan dan di hirup untuk bernafas, tapi perubahan-perubahan terhadap lembaga
ada juga udara yang tidak kita sadari terhirup dan kemasyarakatan didasarkan atas perencanaan yang
menyebabkan bisa sekarat adalah udara beracun, matang oleh pihak-pihak menginginkan perubahan.
seperti ekor kalanjengking yang tidak bisa di prediksi Perubahan tidak direncanakan, yaitu perubahan-
tersengat bisa menyebabkan kita meninggal. perubahan berlangsung di luar kehendak dan
pengawasan masyarakat (Abdulyani, 2002: 170).
Simbol ekor kalajengking, sangat pas di gunakan
sebagai motif patra punggel dan di tempatkan pada Munculnya perubahan dalam menggunakan patra
bagian atas dari ornament patra punggel. Symbol punggel berbeda atau di pisah-pisahan tidak
makna ikut celedu ini, tidak berpengaruh buruk bila mengurangi makna terkandung dari makna patra
di pakai untuk menghias bangunan rumah tempat punggel secara keseluruhan.
tinggal, tapi bila semua unsur alam ini, di satuakan
dalam bentuk patra punggel, sangat indah, tapi
terkandung makna yang dalam, sehingga jarang di
terapkan pada bangunan rumah tempat tinggal, dan
paling sering di terapkan pada bangunan suci atau
pura dan bangunan wadah, karena menghasilkan
aura magis dalam penerapanm dan kegunaannya…”(
Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta, 23 Juni 2020).
Makanya unsur panca maha bhuta dalam patra
punggel, sangat pas sebagai penghatar untuk orang Makna Estetika Pada Dominasi Patra
meninggal, sebagai hisan bangunan wadah. Dibawah punggel.
ini ditampilkan bentuk ikut celedu. Estetika memberi makna pada suatu hasil karya seni.
Estetika sesuatu yang abstrak di luar bentuk dan
tidak bersifat nilai-nilai sosial, kebudayaan, mitos,
relegi, ideologi dan yang lainnya (Sahman, 1993: 51).
“…Makna estetika ada ornament patra punggel
adalah memberikan rasa keindahan mendalam bagi
para kunsumen mengkomsusi bangunan wadah.
Bangunan wadah tidak lagi memberikan makna
Makna Dominasi Patra Punggel yang angker bagi manusia bahwa kematian itu sangat
Patra punggel, sebelumnya dan sampai sekarang, menakutkan bagaikan mimpi buruk, menjadikan
mengandung makna sangat dalam. Makna tersebut trauma bagi manusia.
terdiri atas nilai-nilai sosial, kebudayaan, mitos,
relegi, idiologi, dan lain-lainnya (Piliang, 2003: 176). Bentuk pepalihan dan ornament patra punggel
Makna-makna tersebut di olah menjadi karya seni lebih menampilkan estetika akan memberikan
untuk di persembahakan kepada Tuhan Yang Maha makna bahwa kematian itu adalah hal biasa
Kuasa, supaya di berikan kebahagiaan lahir dan merupakan pertemuan penyatuan atman dengan
batin, dalam mengarungi kehidupan di alam semesta Tuhan. Selain itu, estetika ditampilkan adalah untuk
ini. Masuknya budaya globalisasi pada zaman ini, mendapatkan pengakuan dari masyarakat konsumen
tidak mempengaruhi budaya tradisi di Bali telah dan masyarakat di lingkungannya. Sebagai apresiasi
mengalami puncak-puncak kejayaan pada masa lalu. bahwa bangunan wadah bisa menampilkan ke
( PHDP, 1978: 25). indahan tidak bersifat angker atau magis lagi…”
(Wawancara Ida Bagus Nyoman Parta. 17 Juli 2020).
Salah satu di antaranya ialah produksi bangunan Setiap makna estetika ditampilkan oleh ornamen
wadah sekarang tetap di gunakan, dan menampilkan patra punggel, baik itu pada bangunan rumah,
172
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
bangunan pura maupun bangunan wadah akan Kehidupana manusia tidak bisa lepas dari ikatan
berbeda-beda. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan ke duniawian, dalam ajaran agama Hindu di sebut
shop skill tiap-tiap undagi dan seniman. Hal ini dapat dengan tri guna. Tri guna adalah tiga sifat yang
di buktikan setiap bangunan wadah ada di tiap-tiap ada di tubuh manusia. 1). Sattwa adalah sifat mulia,
desa akan berbeda-beda di setiap daerah kabupaten. memberikan cahaya (penerangan) serta kesehatan
Hal ini menjadi multi seni yang beragam (Gelebet, (kesejahteraan), membelenggu atma dengan ikatan
dkk.1982: 314). kebahagiaan dan ilmu pengetahuan. 2). Rajas
adalah sifat nafsu menjadi kehausan dan keinginan
Kemunculan dominasi patra punggel tidak lepas untuk hidup membelenggu atma dengan ikatan
dari pemahaman dalam penerapan ornaman pada kerja. 3). Tamas adalah terlahir dari ke tidak tahuan
bangunan wadah, karena symbol makna, 5 unsur membelenggu atma dengan ke tololan, kemalasan
symbol panca maha bhuta (air, tanah, api, ruang dan ke palsuan. Tri guna ini menyebabkan kita bisa
angkasa dan udara) semua ada pada ornament patra lahir ke dunia ini (Nala dan Wiratmadja, 1997: 124).
punggel sebagai ragam hias perwakilan unsur alam Oleh karena itu sebagai manusia beragama Hindu,
semesta, untuk ormamen bangunan wadah. Dibawah sudah selayaknya memberikan penghormatan
ini ditampilkan bentuk dominasi patra punggel. tulus, rela berkorban serta menjunjung tinggi
nama baik para leluhur. Umat Hindu dengan tulus
Makna Pewaris Nilai Budaya Dominasi Patra ikhlas melaksanakan pitra yadnya. Yadnya adalah
punggel. mempersembahkan upakara (sarana penunjang
Ida Bagus Anom mengatakan bahwa kesenian telah di upacara) dalam upacara keagamaan untuk
wariskan oleh nenek moyang orang Bali, harus tetap mengembalikan badan jasmani ke asalnya, dan
di pertahankan dan di lestarikan. Aturan-aturan dan menunggalkan atma dengan brahman (Suyoga,
pakem-pakem yang tertuang dalam lontar Yama 2014: 32). Realisasi dari pitra yadnya dapat di
Tattwa, tetap di pakai sebagai pedoman pembuatan ungkapkan lewat belajar dan menuntut ilmu
bangunan wadah (Anom, 2002: 1). I Wayan Wirya setinggi-tingginya agar mampu mengangkat nama
mengatakan bahwa dominasi patra punggel, leluhurnya dan berani berkorban demi nama baik
diciptakan harus memperhatikan aturan-aturan leluhur. Beginilah pengorbanan dilakukan oleh umat
dan pakem-pakemnya. Hal ini di lakukan untuk Hindu, untuk menghormati leluhurnya (Nala dan
menghindari hal-hal buruk, akibat dari kesalahan Wiratmadja, 1997:197).
dalam penerapannya. (Wirya, 1994: 7).
Makna pitra yadnya adalah rohmat terhadap jenazah
Munculnya dominasi patra punggel dalam dan roh leluhur lengkap dengan upakaranya.
produk bangunan wadah, dapat mengikuti Pengembalian panca maha bhuta dapat dilakukan
arus perkembangan zaman, dengan landasan- dengan cara dibakar, untuk mempercepat putusnya
landasan budaya yang kuat dan kreatif, berakar hubungan duniawi, peranan tirta pengentas, dalam
pada kebijakan desa kala patra (tempat, waktu, upacara ngaben, sangat penting sekali, sebagai
dan keadaan) tempat dominasi patra punggel itu pemutus hubungan antara badan jasmani dengan
diterapkan pada bangunan wadah itu digunakan. rohani, putusnya hubungan ini, maka panca maha
Bukti ini dapat dilihat dari setiap adat-istiadat yang bhuta dan atma akan kembali ke asalnya dengan
bernaung di desa pakraman yang ada di Bali, dan mudah tanpa halangan.
mempunyai cara dan kebiasaan hidup sehari-hari
dalam melaksanakan upacara pitra yadnya (korban Makna Kesejahteraan Pada Dominasi Patra
suci terhadap leluhur)...” (Wawancara Nyoman punggel.
Suarnaya, 23 Juni 2020). Seniman melakukan pekerjaannya berhubungan
dengan ke agamaan, akan mendapatkan kedamaian
Secara turun temurun, leluhur atau nenek moyang lahir batin, baik di dunia manupun di akhirat.
orang Bali, menularkan apa telah dilakukannya dalam Kepercayaan inilah, dahulu para undagi dan seniman
berbudaya untuk mempertahankan kebudayaan Bali tanpa pamrih bersedia bekerja dengan tekun dan
dan sampai sekarang tetap berkembang (Pulasari, sabar, meninggalkan keluarga dan sanak saudara,
2007: 37). sampai berbulan-bulan dengan upah yang tidak
173
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
memadai, bahkan hanya pulang membawa padi. api di simbulkan dengan reringgitan dari pinggiran
dulu namanya ngayah (Gelebet, Dkk. 1982: 120). ragam hias, sebagai pengantar panca maha bhuta
dan atman ke asalnya (Pastika, 1981: 26). Segala yang
“…Berkembangnya zaman, para undagi dan seniman ada di dunia ini baik itu benda mati maupun makhluk
mengabdikan dirinya di rumah masing-masing hidup mempunyai kekuatan, telah mendapat
dengan harapan ada membutuhkannya. Persaingan di anugerah dari Tuhan. Agama Hindu percaya dengan
dunia kerja semakin tinggi, para seniman dan undagi segala kekuatan dimiliki oleh benda mati dan benda
harus mampu membuka peluang dan mengeluarkan hidup (Suyoga, 2014: 12).
ide-ide kreativitas untuk menarik konsumen
supaya mau mekomsumsi produknya. Inilah makna Benda mati dan benda hidup disetiap upacara pitra
kesejahteraan yang di cari sekarang bagi para undagi yadnya selalu digunakan sebagai simbol dari kemaha
dan seniman untuk memenuhi kebutuhan keluarga kuasaan Tuhan terhadap apa telah diberikan untuk
dan para karyawan ikut membantunya dalam proses kemakmuran manusia. Bila salah menggunakan
produksi…” (Wawancara Ida bagus Putu Suryawan, dan tidak mampu memeliharanya akan membawa
2 Juli 2020). bencana bagi manusia (Nala dan Wiratmadja, 1997:
209).
Moksa merupakan akhir dari perjalanan hidup
manusia memeluk agama Hindu. Moksa merupakan Makna symbol ada pada dominasi ornament patra
akhir dari hidup dan mati. Manusia harus berbuat punggel inilah, menjadi dasar megapa harus patra
kebajikan, melakukan dharma agar terbebas dari punggel sebagai motif ornament wajib diterapkan
perputaran lahir, hidup dan mati. Makna moksa pada bangunan wadah, sebagai salah satu sarana
adalah mensejahterakan dan membahagiakan baik upacara pitra yadnya atau ngaben di Bali.
manusia secara perorangan maupun masyarakat
secara luas, dengan landasan dharma/kebaikan Refleksi Pada Dominasi Patra Punggel.
(Nala dan Wiratmadja, 1997:114). Dominasi patra punggel pada zaman kerajaan
merupakan suatu persembahan, di berikan oleh
Seniman produksi bangunann wadah membagi ke rakyat kepada rajanya yang meninggal. Untuk
bahagiannya dengan para pegawainya ikut dalam memberikan penghormatan tertinggi lewat media
proses produksi dengan memberi imbalan atas seni berupa bangunan wadah. Setiap raja atau
jerih payahnya, sedangkan kepada komsumen keluarga raja meninggal pada saat itu selalu di aben,
yang mengkomsumsi diberikan kemudahan dan mempunyai keluarga yang belum di aben di beri
kepraktisan dalam menggunakan bangunan wadah. kesempatan kepada keluarga puri untuk ikut di aben
Bagi masyarakat di sekitarnya di berikan peluang (Suyoga, 2014: 15).
kerja bagi masyarakat menyukai pekerjaan produksi
wadah. Oleh karena itu, upacara ngaben pada saat itu
dilakukan bisa menghabiskan waktu paling cepat tiga
Makna Relegius Pada dominasi Patra bulan paling lama enam bulan. Hal ini memerlukan
Punggel. persiapan matang, karena banyaknya persiapan
Makna relegius terkandung dalam bangunan wadah sarana prasarana upacara di antaranya adalah
adalah untuk mengembalikan unsur-unsur alam bangunan wadah, memerlukan waktu lebih banyak
(Panca maha bhuta), yaitu lima unsur yang ada dalam penyelesainnya (Kaler, 2008: 35).
didalam raga manusia, terdiri atas Pratiwi (zat
tanah, serba keras atau padat), apah ( zat air atau “…Karena perkembangan zaman dewasa ini dan
yang cair), teja (zat panas dan cahaya), bayu (udara), pengaruh budaya globalisasi, maka masyarakat
dan akasa (ether atau ruang hampa). Pengembalian mulai mengubah pola pikir untuk melaksanakan
unsur panca maha bhuta, untuk melepaskan hutang upacara ngaben sendiri-sendiri bermakna ingin
manusia terhadap alam, selama hidup manusia itu mengangkat nama leluhur supaya para penerusnya
tergantung pada alam semesta (Kaler, 2008: 82). mendapatkan kemudahan dalam mencari nafkah
Bentuk dominasi patra pungel pada bangunan dan ke sejahteraan lahir batin. Salah satunya dengan
wadah adalah tanda-tanda sebagai perwakilan dari mengkomsumsi bangunan wadah di produksi dan
unsur-unsur panca maha bhuta, sedangkan atman berhiaskan dominasi ornamen patra punggel.
di simbulkan dengan wujud-wujud binatang. Media
174
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Bentuk pepalihan bangunan wadah dan dominasi Media dalam penerapan dominasi patra punggel
patra punggel, bermakna tiga kekuatan Dewa adalah pepalihan, tersusun rapi pada bentuk
(Brahma, Wisnu, dan Siwa) dan tiap-tiap ornamen bangunan wadah. Pepalihan merupakan bentuk
patra punggel dipisah-pisahkan selalu mengandung tersusun rapi berundak-undak, dan berjumlah tiga
simbol-simbol panca maha bhuta (tanah, api, air, bagian sama, dan tiga dimensi dengan empat arah.
udara, dan angkasa). Makna dari upacara ngaben Masing-masing berjumlah dua yaitu: dua arah sama
adalah mengembalikan panca maha bhuta dan dengan ukuran lebar sama dan dua ukuran arah
atman ke asalannya...” (Wawancara Ida Bsgus sama dengan panjang sama, seperti balok kayu
Nyoman Parta, 23 Juli 2020). berbentuk sigi empat panjang.
“…Selain itu, para konsumen sangat senang hati, Pepalihan merupakan bentuk bebaturan, seperti
dapat melakukan ngaben, di harapkan dengan anak tangga dan berjumlah hanya tiga. Pepalihan
bangunan wadah dan penerapan dominasi merupakan warisan budaya nenek moyang orang
patra punggel, tidak terjadi salah tafsir dalam Bali. Pada jamannya, pepalihan sebagai tempat untuk
menggunakannya, supaya tidak ada kesalahan pada memuja dan menghaturkan sesajen untuk leluhur.
hari mendatang mengakibatkan terjadinya musibah Pepalihan merupakan cikal bakal munculnya bentuk
bagi telah menggunakan bangunan wadah. Istilah bangunan pura yang terdiri dari tiga tingkatan
orang salah membuat atau menaruh pepalihan dan dengan bentuk sama, sehingga bentuknya makin
ragam hias, sesuai dengan tutur orang-orang tua meninggi seperti bentuk tumpukan piramid, makin
terdahulu (ajewera artinya hati-hati mempelajari keatas makin meruncing. Pepalihan dalam bangunan
sesuatu, belum tahu cara membuka dan menutup wadah dibuat seperti lipatan kain, dengan setiap
suatu ajaran yang berhubungan dengan upacara, lekukannya berjumlah tiga, dan setiap membuat
khususnya di Bali.) itu ada sangsinya seperti: areal baru selalu jumlah tiga.
cacat pisik, keluarga mendapat musibah berturut-
turut, dan lain sebagainya..” (Wawancara Nyoman Pepalihan panjang dihias dengan keketusan.
Suarnaya, 5 Juli 2020). Keketusan adalah pecahan dari patra punggel,
seperti: util, batu poh, kuping guling, ampas nangka
Untuk menghindari hal itu ada pula penolaknya. dan ikut celedu. Bentuk masing masing ini dijejerkan
Hanya orang mempunyai garis keturunanya (dari atau bentuk sama di bariskan, akan menjadi bentuk
leluhurnya di percaya membuat bangunan wadah) keketusan, sesuai dengan nama pecahan dari patra
yang mampu membaca matra penolakan itu tanpa punggel. Seperti: Keketusan Kakul-kakulan diambil
belajar secara otomatis bisa (Waswinara, 1993: 45). dari bentuk util yang melingkar atau menyerupai
Pengaruh budaya globalisasi dan teknologi tidak ekor siput/ kakul.
bisa lepas dari produksi bangunan wadah, sehingga
nilai magis terdapat pada bangunan wadah tidak Dominasi patra punggel, berfungsi sebagai alat
berkurang. Apa yang dulunya dianggap angker, komunikasi dalam berinteraksi dengan masyarakat
seram, magis melekat pada bangunan wadah, dalam menelaaah ajaran agama Hndu, lewat
sekarang di sulap menjadi bentuk bangunan wadah media karya cipta seni rupa. Agama Hindu dalam
memberikan apresiaisi seni bermakna estetika tinggi, pelaksanaannya selalu menghargai dan menjaga
untuk kebahagian lahir dan batin. lingkungan alam, baik itu memelihara keberadaan
air, tanah, api, ruang angkasa dan udara. Hal ini
SIMPULAN juga ada dalam tubuh mahluk hidup di dunia ini.
bangunan wadah dengan dominasi patra punggel,
Dominasi Patra punggel pada bangunan wadah, adalah berfungsi, symbol perwakilan alam semesta,
merupakan perwakilan mahluk hidup di alam ini, juga ada dalam jazad orang yang meninggal. Jadi
beberapa mengambil bentuk tumbuhan, binatang, bentuk bangunan wadah dan dominasi patra
manusia, di setilir atau digubah menjadi bentuk punggel wajib ada pada upacara ngaben di Bali.
hiasan ornament dekoratif, dengan memperhatikan
bentuk, komposisi, proporsi, perspektif, warna, Adanya nilai ekonomi dalam produksi bangunan
kesimbangan, ruang, tekstur dan titik focus dan wadah, memberikan kemudahan dalam
keharmonisannya, untuk mencapai nilai estetika. mempergunakan biaya dan waktu. Sehingga upacara
175
I Gusti Ngurah Agung Jaya CK (Dominasi...) Volume 8, Nomor 2, November 2020
pitra yadnya dapat dilakukan sesingkat mungkin karena mengandung symbol makna panca maha
dengan biaya sangat ekonomis. Hal ini berimbas bhuta. Di manapun patra punggel itu di bentuk
pada banyaknya orang beragama Hindu di Bali dan di gunakan sebagai hiasan, akan memberi aura
melaksanakan upacara ngaben ketimbang mengubur yang magis. Untuk menetralisasi kekuatan magis
jenazah di pekuburan. patra punggel perlu diadakan upacara pembersihan,
sehingga tidak berpengaruh buruk kepada
Adanya teknologi yang di gunakan dalam produksi menggunakan. Antara percaya tidak percaya inilah
bangunan wadah menggunakan mesin gergaji kekuatan alam semesta.
(sensor), cetakkan atau mal untuk membuat bentuk
sama pada satu tatahan. Teknik tatah kulit membantu Kepercayaan seniman Bali, memberikan apresiasi
mempercepat dalam membentuk sama. Teknologi dalam menciptakann seni budaya dalam bentuk
memberikan kemudahan dan mempercepat bangunan suci dan bangunan wadah, dengan
produksi. Biasanya wadah yang sebelumnya di ornament patra punggel menghiasnya. Bentuk
produksi hanya satu produk dalam sebulan, dengan bangunan suci dan bangunan wadah, dapat di bagi
teknologi produksi bangunan wadah dalam dua hari 3 bagian, yaitu: bagian kaki symbol, makna alat
sudah selesai dan siap di pasarkan. berpijak, supaya tidak jatuh atau roboh, bagian
badan, symbol, makna kekuatan hidup, mesin
Pendokumentasian perlu di lakukan, supaya ada menggerakan roda kehidupan mahluk hidup, dan
alat pembelajaran bagi generasi muda, dalam bagian kepala, symbol, makna tempat suci selalu
mempelajari bangunan wadah dan dominasi patra mempunyai pikiran, perkataan dan perbuatan baik,
punggel, sebagai hiasannya. Banyaknya dokumentasi untuk kelangsungan mahluk hidup, secara harmonis,
akan lebih banyak model pembelajaran bangunan damai dan bahagia untuk semua mahluk.
wadah dan dominasi patra punggel, dan seniman
bisa lebih kreatif dalam menghasilkan produksi Apa yang telah diutarakan diatas, ternyata ajaran
bangunan wadahnya. agama Hindu, penuh dengan kasih sayang,
memberikan kebahagian lahir batin, bagi semua
Bentuk patra punggel pada bangunan wadah, mahluk hidup di alam semesta ini, dengan bentuk
merupakan makna di visualisasikan pada bentuk karya seni ornament patra punggel, masyarakat
patra punggel, makna itu adalah ajaran kasih sayang, selalu di ajak untuk tetap menjaga alam semesta
dalam agama Hindu, dan hubungan harmonis antara dengan kasih sayang yang tulus, sehingga
manusia dengan alam, manusia dengan binatang dan keharmonisan tetap terjaga sampai sekarang.
manusia dengan Sang Pencipta (Tuhan), dan sering
disebut Tri Hita Karana. Kepercayaan dalam tri hita DAFTAR RUJUKAN
karana ini, maka muncullah keinginan untuk, selalu
memeliharan 5 unsur dalam panca maha bhuta Abdulyani. 2002. Sosiologi; Skematika, Teori, dan
(unsur air, tanah, api, ruang angkasa/hampa, dan Terapan. Jakarta: Bumi Akasara.
udara/angin).
Acwin Dwijendra. 2009. Arsitektur Bangunan Suci
Dominasi patra punggel secara keseluruhan adalah Hindu. Denpasar: CV.Bali Media Adhikarsa.
wujud makna dalam 5 bentuk symbol dan makna
panca maha bhuta (air, tanah, api, ruang angkasa A.A.M. Djelantik. 2008. Estetika, Sebuah Pengantar.
dan udara/ angin). Bentuk-bentuk ini di ambil juga Jakarta. MSPI & Ford Faundation.
sebagai perwakilan dari isi alam semesta. sehingga
begitu bentuk patra punggel itu, di upacara dengan Atmaja, Jiwa, dkk. 1988. Puspanjali, Persembahan
sarana sesajen dengan 5 unsur symbol itu juga (air, untuk Prof. Dr. Ida bagus Mantra. Denpasar: CV
tanah, api, ruang angkasa dan udara), rasa batin Kayumas.
manusia melihat hal itu, memberikan getaran yang
halus kebahagiaan, sehingga patra punggel itu Barker, Chris. 2005. Cultural Studies Teori dan
secara tidak sadar hidup dan memancarkan kasih Praktek. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
sayang dan kebahagian lahir batin.
Gede Suyoga, I Putu. 2014. Arsitektur Bade
Ornamen patra punggel, sangat dikeramatkan, Transformasi Konsep menuju Bentuk.Denpasar:
176
Volume 8, Nomor 2, November 2020 SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
177