Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok
yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan
keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat.
Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit
(diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat
mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju
kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia,
sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi
dunia.
ALASAN MISTIS di Balik Kewajiban Membakar Ogoh-Ogoh di Kuburan
Satria menambahkan, ogoh-ogoh merupakan perwujudan dari bhuta kala atau sosok
yang berbadan besar dan menyeramkan. Ogoh-ogoh sekaligus menjadi kreativitas
generasi muda untuk membentuk penyomian (mengubah unsur negatif menjadi
positif) dalam bentuk nyata yang bisa dilihat.
"Kalau dilihat di dalam lontar, tidak ada satu pun lontar yang menyatakan bahwa
saat Pengerupukan itu harus menggunakan ogoh-ogoh sebagai sarana untuk
Pengerupukan. Namun, ini menurut saya adalah bentuk kreativitas yang berdasar,"
ucap Satria.
Ogoh-ogoh ditujukan untuk menyucikan lingkungan dari roh jahat untuk menghadapi hari
raya suci Nyepi.
tirto.id - Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 akan diperingati masyarakat
beragama Hindu pada Sabtu esok, 17 Maret 2018. Menyambut hari suci ini,
ratusan ogoh-ogoh biasanya akan diarak dalam parade untuk memeriahkan
malam pangerupukan Nyepi, tak terkecuali di Kota Denpasar, Bali pada hari ini,
Jumat (16/3/2018).
Ogoh-ogoh tersebut tampak dalam berbagai bentuk dan ukuran menyerupai buta
kala,atau makhluk mitologis Bali. Mereka berjejer di sepanjang jalan di Kota
Denpasar dan sekitarnya setelah dikeluarkan dari balai banjar, tempat pembuatan
ogoh-ogoh, pada Jumat paginya.
Karya seni ini biasanya dibuat oleh para pemuda banjar selama sebulan lebih
sebelum perayaan Nyepi. Raksasa ini dibuat secara rumit dari kertas berwarna,
potongan kaca, suede, perada, bambu, dan bahan lainnya. Dibuat dengan teliti,
ogoh-ogoh lebih dari sekedar patung, mereka tampak hidup.
Ogoh-ogoh ini mewakili roh jahat dan ditujuan untuk menyucikan lingkungan
alami dari setiap polutan spiritual yang dipancarkan dari aktivitas makhluk hidup,
termasuk manusia, demikian dilansir Digital Journal.
Nama ogoh-ogoh berasal dari Bali "ogah-ogah" yang berarti "mengguncang" dan
mewakili kejahatan yang perlu dijauhkan dari manusia, seperti dikutip Now Bali.
Masyarakat banjar yang ikut konvoi akan mengguncang-guncangkan ogoh-ogoh
agar terlihat seperti bergerak dan menari.
Setelah diarak di sekitar kota dan desa, ogoh-ogoh itu nantinya dibakar sebagai
simbol pemurnian diri. Dengan membakar ogoh-ogoh, umat Hindu artinya telah
siap memperingati Nyepi dalam keadaan suci.
Di hari kesunyian itu, umat diharapkan untuk diam dan melakukan refleksi diri.
Orang-orang tinggal di rumah dan tidak diizinkan untuk menggunakan lampu,
menyalakan api, bekerja, bepergian atau menikmati hiburan. Bahkan para turis
diminta untuk tidak meninggalkan hotel mereka.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Denpasar Komang
Sugiarta mencatat sedikitnya 688 ogoh-ogoh yang tersebar di empat kecamatan dan
akan diarak saat pangerupukan nanti malam
"Jumlah tersebut baru yang terdaftar saja. Kalau melihat antusiasme warga termasuk
ogoh-ogoh yang dibuat anak-anak maupun komunitas tentu melebihi jumlah itu,”
ujarnya sebagaimana dilansir Antara.
Sejarah asal muasal dari ogoh-ogoh khususnya di Bali ada beberapa versi yang
berbeda. Ada yang mengatakan ogoh-ogoh dikenal sejak jaman Dalem Balingkang
dimana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara pitra yadnya. Ada pula
yang berpendapat bahwa ogoh-ogoh tersebut terinspirasi dari tradisi Ngusaba
Ndong-Nding di desa Selat Karangasem. Informasi lain menyebutkan bahwa ogoh-
ogoh muncul sekitar tahun 70an.
Apapun pendapat tentang sejarah asal muasal ogoh-ogoh di Bali, dewasa ini meski
Jaman semakin berkembang, teknologi semakin maju tapi ogoh -ogoh juga semakin
dikenal bahkan menjadi salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu oleh warga Bali
bahkan wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Ogoh-ogoh adalah tradisi yang akan terus ada dari masa ke masa, karena
merupakan sebuah seni dan kreatifitas tanpa batas oleh anak muda warga Bali.
4. Siapkan gabus.
5. Siapkan palu,paku,solder,amplas.
5. Setelah semua kerangka ogoh-ogoh terisi gabus,nah baru kita iris atau ukir
sesuai dengan design ogoh-ogoh kita
8. Setelah semua ogoh-ogoh diberi kertas coklat, baru kita mulai mengecet ogoh-
ogohnya,pertama cet dasar dulu,baru diperhaluskan(sesuai kebutuhan)
9. Setelah selesai mengecat baru dihias ogoh-ogohnya dengan aksesoris yang kita
punya
10. Dan bambu digunakan untuk pembuatan sanan ogoh-ogohnya yang berbentuk
kotak/persegi 4
11. Nah jika sudah selesai ogoh-ogoh bisa diarak .tentunya kumpul dibanjar dolo
Sumber bacaan :
https://www.liputan6.com/regional/read/3373185/alasan-mistis-di-balik-kewajiban-
membakar-ogoh-ogoh-di-kuburan
https://id.wikipedia.org/wiki/Ogoh-ogoh
http://inputbali.com/budaya-bali/sejarah-tentang-adanya-ogoh-ogoh-di-bali
https://www.google.com/search?q=artikel+ogoh+ogoh&oq=artikel+ogoh+ogoh&aqs=chr
ome..69i57j35i39j0l4.41245j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8#
http://ogoh-ogohbali.blogspot.com/