Anda di halaman 1dari 12

PRESENTATION IPS

KELOMPOK 3

Ahda thirdaza p.p Albertus Riski Zihat Aji M Leonardo.


di indonesia Masa perundagian Pada masa bercocok tanam, manusia sudah
berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu menghasilkan bahan makanan
sendiri, baik di bidang pertanian maupun peternakan.
Kehidupan Manusia Purba
Masa perundagian-
Zaman perundagian
adalah zaman di mana
manusia sudah mengenal
pengolahan logam. Hasil-
hasil kebudayaan yang
dihasilkan terbuat dari
bahan logam
a. Sistem sosial-ekonomi Manusia Purba Masa perundagian
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal
pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang
dari logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan
suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini.
Selain itu, ada orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari
logam.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal
sistem kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat
oleh norma-norma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini
diciptakan oleh mereka sendiri, disepakati dan dijadikan pegangan
dalam menjalan kehidupannya. Sebagaimana layaknya dalam suatu
sistem kemasyarakatan, pada masa ini sudah ada pemimpin dan ada
masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan ada kalau dilihat
dari penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan yang
ada terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai bekal bagi
mayat.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal
sistem kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat
oleh norma-norma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini
diciptakan oleh mereka sendiri, disepakati dan dijadikan pegangan
dalam menjalan kehidupannya.
b. Benda-benda yang dihasilkan Manusia Purba Masa perundagian
Benda-benda yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan
dalam hal teknik pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang utama
adalah melebur, yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Ada dua teknik pencetakan logam yaitu bivolve dan a cire perdue. Teknik
bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat
dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian (kadang-kadang
lebih, khususnya untuk benda-benda besar) diikat. Kedalam rongga cetakan itu
dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya
mengering.
1) Bejana Manusia Purba Masa perundagian
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol
tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini
berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana
ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
Gambar 4.20 Bejana perunggu dari Madura
2) Nekara Manusia Purba Masa perundagian
Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang
berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup.
Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola
hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar
burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang,
gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang
demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang
cukup tinggi.
Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra,
Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei.
3) Kapak corong Manusia Purba Masa perundagian
Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang
sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan
tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga
kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Ukuran kapak
kecil itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan,
pendek besar, bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya
disebut candrasa. Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra
Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau
Sentani.

Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan sebagaimana


layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak
juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti candrasa. Di
Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar
seekor burung terbang sambil memegang candrasa
4) Perhiasan Manusia Purba Masa perundagian
Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup
terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan.
Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki,
cincin, kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang
diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias
seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Pada
zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan
pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca,
dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk
yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam,
oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang
merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain
Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
5) Perunggu Manusia Purba Masa perundagian
Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang
terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini
dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung
yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk
manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca
itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang
memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca
kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan
kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut
yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang,
dan Bogor.
c. Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian
Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang
tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek
kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan
terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat
yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa
perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek
kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem
kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman
perundagian masih memelihara hubungan dengan orang
yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan
menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang
terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang
terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang
mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh
orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang
biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa
dibekali dengan barang-barang mewah
Thank you

Presentation for everyone

Anda mungkin juga menyukai