Anda di halaman 1dari 6

Bale Kulkul

Pura Desa Ian Puseh, Desa Adat Dalung.


Sumber :
http://nusantaraknowledge.blogspot.com/2015/0
4/bale-kulkul-dalung.html

1. Pengertian
Bale Kulkul merupakan tempat untuk meletakkan kulkul. Kulkul adalah alat
komunikasi tradisional Bali berupa kentongan. Dengan suara-suara tertentu dari kulkul
yang dipukul dapat memanggil anggota banjar untuk datang menuju tempat-tempat yang
telah ditentukan. Kode-kode tertentu dari suara kulkul dapat memberikan informasi
seperti bencana, kematian, perkawinan, dan informasi lainnya kepada anggota banjar.
Bale kulkul dan kulkulnya adalah sarana informasi musyawarah banjar. Setiap kegiatan
atau peristiwa banjar yang diinformasikan dengan kulkul adalah peristiwa banjar. Bale
kulkul dapat dilihat sebagai pengenal bale banjar dan ditempatkan di sudut pekarangan.
Selain di bale banjar, bale kulkul juga dibangun di sudut pekarangan pura atau di tempat-
tempat musyawarah lainnya.
Setiap banjar memiliki kulkul yang bentuknya bermacam-macam (besar, kecil,
panjang, dan pendek). Bahan dari setiap kulkul pun berbeda. Bale kulkuk merupakan
elemen penting bagi masyarakat Bali, sehingga ada beberapa bale kulkul yang
dikeramatkan dan disucikan.
2. Fungsi
Bale kulkul memegang peranan penting dalam masyarakat. Bangunan ini berfungsi
sebagai alat komunikasi yang ada di setiap banjar yang ada di Bali. Komunikasi yang
dimaksud adalah komunikasi jarak jauh dengan kode-kode suara tertentu, setiap kode
suara mempunyai informasi tertentu yang sudah disepakati oleh seluruh anggota banjar.
Penggunaan pada kulkul ini harus sangat hati-hati karena masyarakat Bali percaya
penyalahgunaan dari kulkul dapat berakibat hal-hal yang negatif. Bale kulkul sebagai
tempat kulkul yang dibunyikan pada awal, akhir, dan saat-saat tertentu dari rangkaian
upacara.
3. Jenis-Jenis Kulkul
3.1 Menurut Golongan
a. Kulkul Dewa
Kulkul dewa berbahan kayu nangka dan digunakan untuk upacara Dewa
Yadnya. Kulkul dewa ditempatkan di jaba pura dan berdekatan dengan Bale
Pagajahan.
b. Kulkul Manusia
Kulkul manusia terbuat dari bahan kayu nangka, kayu jati, dan kayu lainnya.
Kulkul ini digunakan untuk mengumpulkan anggota banjar apabila ada
pekerjaan banjar. Kulkul ini ditempatkan di bale kulkul dan berdekatan dengan
pohon yang terdapat di bale banjar.
c. Kulkul Buta
Kulkul ini terbuat dari bahan bambu dan digunakan pada upacara Bhuta
Yadnya.
d. Kulkul Hiasan
Kulkul hiasan merupakan kulkul yang dibuat untuk keperluan estetika.
Bahannya bisa terbuat dari apa saja dan tidak melalui proses sakralisasi.
3.2 Menurut Fungsi
a. Sebagai Alat Komunikasi
Kulkul yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah kulkul dewa untuk
berkomunikasi dengan dewa, kulkul manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia, dan kulkul buta untuk berkomunikasi dengan buta.
b. Sebagai Identitas Banjar
Setiap banjar memiliki kode bunyi kulkul tersendiri sehingga menjadi ciri
khas tersendiri bagi setiap banjar.
c. Sebagai Alat Pemersatu
Kulkul berfungsi untuk mengumpulkan seluruh anggota banjar.
d. Sebagai Barang Hiasan
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, penggunaan kulkul pada
kehidupan sehari-hari mulai ditinggalkan dan masyarakat beralih menggunakan
papan pengumuman banjar sehingga kulkul hanya berfungsi sebagai hiasan
4. Letak dan Penempatan
Bale kulkul dapat diletakkan di sudut pertigaan atau perempatan jalan dengan ilustrasi
sebagai berikut.

Ilustrasi peletakkan bale kulkul.


Sumber :
http://nusantaraknowledge.blogspot.com/2015/0
4/bale-kulkul-dalung.html

Selain penempatan, terdapat juga beberapa pola bale kulkul pada bale banjar. Ada
yang berbentuk kerangka tiang dengan atap kedua terdapat kulkul sedangkan lantai satu
merupakan tempat untuk duduk-duduk, ada juga yang berbentuk menara dengan tiang
empat, dan bentuk menara dengan tiang delapan dengan empat tiang ditengah dan empat
tiang di luar.

Pola bale kulkul.


Sumber :
http://nusantaraknowledge.blogspot.com/2015/0
4/bale-kulkul-dalung.html

5. Proses Pembangunan
Terdapat beberapa proses dalam pembangunan bale kulkul yaitu:
a. Persiapan
Pada tahap persiapan diawali dengan musyawarah anggota Banjar, untuk
kesepakatan milik bersama anggota Banjar. Untuk mewujudkan ide rancangan
dimusyawarakan dengan Undagi. Penentuan hari baik/ dewasa ayu
dimusyawarakan dengan pengarah upacara/Pedanda dan tukang banten yang akan
membuat sarana upacaranya. Musyawarah dilakukan untuk rencana kerja
penentuan tenaga kerja, proses membangun dan penyelenggaraan upacara.
b. Menentukan Tempat
Untuk mendirikan bangunan diperlukan suatu areal tanah yang memenuhi
persyaratan, baik syarat fisik maupun syarat kepercayaan sesuai dengan fungsi
bangunan yaitu sebagai tempat Bale Kulkul. Penempatan Bale Kulkul terletak
pada areal bale Banjar yaitu :
- Disebelah Timur jalan, Bale Kulkul terletak di Barat Laut.
- Disebelah Barat Jalan, Bale Kulkul terletak di Tenggara
- Disebelah Utara jalan, Bale Kulkul terletak di Barat daya
- Disebelah Selatan jalan, Bale Kulkul di Barat Laut
- Dipertigaan Jalan, Bale Kulkul terletak di sudut jalan.
- Diperempatan jalan, Bale Kulkul terletak disudut jalan.
c. Nyukat Karang
Terlebih dahulu membersihkan areal yaitu penebangan pohon yang tak
berguna, merabas semak-semak dan lain-lainnya, kemudian dilakukan
pengukuran/nyukat karang untuk menentukan panjang dan lebar pekarangan
dengan memakai ukuran “ depa “. Kalau untuk menentukan tampak yaitu : 4
tampak + sample jarak tepas hujan dari seluruh sisi tembok bagian dalam.
d. Gegulak
Untuk memulai pekerjaan konstruksi, Undagi membuat satu dasar ukuran yang
disebut gegulak, yang dibuat dengan sebilah bambu yang diisi tanda-tanda atau
ukuran yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan lebar dan tinggi
bangunan. Setelah bangunan selesai, gegulak akan dilebur.
e. Pengolahan Bahan
Kayu sebagai bahan konstruksi rangka merupakan bahan wajib yang telah
ditetapkan penggunaanya. Penggunaan kayu dipilih berdasarkan atas
penggolongan-penggolongan kelas kayu menurut penggolongan dari yang utama
sampai yang kurang utama. Penentuan kualifikasi ini adalah atas dasar
pertimbangan filosofis.
Untuk bangunan perumahan maka kelas kayu yang bisa dipakai dari yang
utama sampai kurang utama adalah :
- Kayu wangkal yang sampai tergolong kelas Prabu
- Kayu kutat yang tergolong kelas Patih
- Kayu blalu yang tergolong kelas Arya
- Kayu bentemu yang tergolong kelas Demung
- Kayu endep yang tergolong kelas Temenggung.
Pemilihan kayu juga memperhatikan persyaratan kepercayaan dimana kayu-
kayu yang tidak dipakai sebagai bahan bangunan adalah :
- Kayu yang disambar petir
- Kayu yang tumbuh dibatas pekarangan
- Kayu yang tumbuh dari pangkalnya yang telah ditebang
- Kayu yang tumbuh ditepi sungai
- Kayu yang tumbuh dikuburan rebah ditempa pohon lain
- Kayu yang rebah tersangkut dipohon lain
Setelah mendapatkan kayu yang sesuai dengan persyaratan melalui
penebangan, bahan tersebut kemudian diolah oleh Undagi dengan membelah,
pelubangan sesuai dengan gegulak. Pengadaan bahan dan pengolahan bahan
fondasi, bataran/baturan dan dinding adalah memanfaatkan batu alam dan
mengolah tanah untuk batu bata.
Untuk bahan atap, menggunakan alang-alang. Alang-alang yang dikeringkan
terlebih dahulu dan setelah kering diolah menjadi lembar-lembar yang disusun
dengan batang bambu buluh atau dapat juga sebilah batang pinang yang disebut
"tinjeh" dan "jalon", disusun sedemikian rupa sehingga menjadi bahan atap, yang
siap akan dipasang yang disebut "iketan".
Sedangkan kayu untuk bale kulkul adalah kayu nangka, katu jati dan kayu
lainnya.
f. Ngeruak Karang
Ngeruak karang adalah pekerjaan pembongkaran karang atau tanah untuk
pondasi bangunan. Dewasa yang dipakai : Waraspati Pon, penanggal ping 3,
Wuku wayang.
g. Nasarin
Nasarin adalah upacara perletakan batu pertama, dimana untuk bangunan bale
kulkul tempat perlatekannya disudut timur laut (kaja kangin), pada lubang
fondasi.
Sebagai bahan perletakan adalah batu bata merah yang dirajah atau digambar
bedawang nala dihias dengan kain putih dan diisi kwangen ditanam sebagai dasar
bangunan. Waktu pelaksanaan sesuai dengan ketentuan Sasih, Wewaran dan
Dewasa Ayu yaitu : Kajeng Kliwon, Kajeng dan Beteng. Tujuannya adalah
memohon kekuatan pada Bumi supaya bangunan menjadi kokoh.
h. Perakitan
Setelah elemen-elemen konstruksi selesai dikerjakan maka dilanjutkan dengan
kerangka bangunan. Upacara ini disebut Ngaug suduk yaitu memasukkan suduk
kelubuknya. Tujuan upacara ini agar terwujudnya ikatan konstruksi dengan kokoh
dan stabil, pertemuan pen dengan lubang agar bertemu rapat dan kuat. Upacara
Ngaug sunduk dilakukan pada tiang kaja kangin (timur laut ). Waktu pelaksanaan
adalah pada pagi hari pada saat Matahari menembus lubang tiang. Setelah
Upacara Ngaug sunduk dilanjutkan dengan perakitan elemen-elemen konstruksi
lainnya sehingga menjadi rangka bangunan. Dewasa yang dipakai yaitu : Kajeng
Maulu, Pakenan Mas, Purnama dengan persyaratan tidak jatuh pada Pasah.
i. Memakuh
Memakuh adalah upacara yang berkaitan dengan usaha-usaha membersihkan
bahan-bahan sekaligus memberikan kekuatan jiwa sehingga bangunan menjadi
kuat dan stabil. Upacara ini dilakukan pada tiang pemakuhan yaitu disudut Kaja
Kangin. Kaki Tiang dihias dengan kain putih sebagai lambing diri kebersihan dan
selanjutnya diolesi darah ayam hitam sebagai simbul Dewa Wisnu,
manifestasinya Tuhan sebagai pemeliharaan. Pelaksanaannya adalah dengan
memukul kaki tiang tiga kali dengan alat pemukul dari kayu/pengotok. Dewasa
yang dipakai : Kajeng keliwon, Kajeng Beteng.
j. Mengatapi
Mengatapi juga disebut "ngeraabin" yaitu memasang bahan atap atau penutup.
Pelaksanaannya juga memakai dewasa Ayu, yaitu : Tulus, Dadi. Diamana hari
yang perlu dihindari untuk mengatapi adalah Gni Rewana yang menurut
kepercayaan bila memilih dewasa tersebut akan selalu kebakaran.
k. Pemelaspas
Pemelaspas merupakan pekerjaan finishing pada suatu bangunan, dengan
tujuan untuk penyucian atau menyucikan pekerjaan (bangunan), untuk dapat
mulai berfungsi. Dewasa yang dipakai : Waraspati Wage penaggal ping3.
l. Penanaman Pedagingan
Penanaman pedagingan pada bale kulkul ditanam atau dipendem diatas atau
pada bagian badan bale kulkul dengan tujuan untuk mengisi bangunan bale kulkul
agar mempunyai kekuatan atau sakral. Dewasa yang dipakai : Buda paing
penanggal ping 5, Wuku tanpa guru, Penurga Merti Kunda atau Sanghayang
Licin, tan Wilang Sasih. Isi dari pada Pedagingan : Peripihan mas, jarum perak,
jarum besi, jarum mas, peripihan perak, peripihan besi, peripihan tembaga, jarum
tembaga, mirah delima, wangi wangian, (dedes, rasmen), akar uang kepeng
sebelas (11) keteng.

Anda mungkin juga menyukai