Anda di halaman 1dari 20

RUMAH BETANG TUMBANG GAGU

RUMAH BETANG TUMBANG GAGU

KECAMATAN ANTANG KALANG

KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

NAMA KELOMPOK :

Yohana Catrin S DBB 115 089

Yulia Rahma Dani DBB 117 001

M. Rahman Setiawan DBB 117 004

Edwin Benediktus Damanik DBB 117 026

Martha Fransiska Lumban Gaol DBB 117 032


A. LATAR BELAKANG
Arsitektur venakular atau arsitektur tradisional/rumah tradisional merupakan salah satu wujud
budaya masyarakat penutur bahasa Austronesia yang menyebar di Asia Tenggara hingga ke
Madagaskar. Dalam bukunya Ensiklopedi Venankular Architecture Paul Oliver mengatakan:

“Vernacular Architecture is now a term most widely used to denote indigenous, tribal, folk,
peasant, and traditional architecture”

Koentjaraningrat (1997) mendefinisikan arsitektur tradisional sebagai suatu pencerminan


wujud/zaman tertentu yang mempunyai ciri khas dan asli daerah tersebut, dan sudah menyatu
secaa seimbang, serasi dan selaras dengan masyarakat, adat istiadat, dan lingkungan. Berbeda
dengan Djauhari Sumintardja (1978), yang mengatakan “rumah tradisional dapat diartikan
sebuah rumah yang dibangun dan digunakan dengan cara yang sama sejak beberapa generasi.
Adanya beberapa perbedaan rumah tradisional di Indonesia, tetapi juga memiliki beberapa
memiliki kesamaan secara general (Arya Abieta, dkk; Tanpa Tahun;60-61) yakni:

1. Ritual kepercayaan sebagai acuan pembentukan ruang;

2. Beradaptasi dengan alam dan iklim setempat;

3. Memiliki bentuk atap yang dominan;

4. Memiliki konstruksi kayu;

5. Sebagian besar merupakan rumah panggung;

6. Memiliki pondasi di atas tanah.

Adanya perbedaan dari segi pembagian ruang di Betang Tumbang Gagu juga akan berdampak
pada bentuk dan fungsi arsitektur bangunan tersebut serta keterkaitan dengan benda-benda lainnya
seperti lumbung/lepau, sapundu, sandung, dan tiang pantar merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan dari sebuah rumah panggung/longhouse secara umum.
a. Sejarah Tumbang Gagu

Rumah betang tumbang gagu didirikan pada tahun 1870, pembangunan memakan waktu
selama 7 tahun dan mulai ditempati sejak tahun 1878 oleh 6 keluarga, yaitu :

1. Boruk Dawut
2. Pangkong Inding Dandu
3. Singa jaya Antang Kalang bin Lambang Dandu (Anak dari istri pertama Lambang Dandu)
4. Manis Bin Lambang Dandu (Anak dari istri pertama Lambang Dandu)
5. Rais Bin Lambang Dandu (Anak dari istri pertama Lambang Dandu)
6. Bunter Dan Karamu (Anak dari istri Kedua Lambang Dandu)

2. FILOSOFI

Pada awalnya keluarga ini tinggal disebuah rumah kecil, kemudian karena semakin banyak
anggota keluarga bertambah mereka terdorong untuk membangun sebuah rumah yang lebih besar
dan dapat menampung lebih banyak anggota keluarga yang lain.

Rumah ini dirancang oleh Singajaya Antang dan Uwak serta Udin. Uwak adalah teman
dari Singa Jaya Antang, pertemuan mereka berawal dari ketika Uwak mendapat masalah
kemudian ditolong oleh Singa Jaya Antang, Uwak merupakan penjaga Kuta(Benteng) yang
disalah satu bangunan di desa Tumbang Hiran dan ketika dia sedang menjaga kuta Uwak melihat
seseorang yang mencurigakan sedang turun dari Jihi(Tiang).

Menurut pemahaman masyarakat dayak pada zaman dahulu jika ada orang yang secara
mengendap-ngendap turun dari Jihi ini berarti seseorang telah melakukan sesuatu yang tidak
baik,melihat tersebut Uwak curiga dan tanpa berpikir panjang dia langsung menembak orang
tersebut ternyata orang tersebut tidak bersalah dan uwak dikenakan hukum adat (Jipen) akibat
perbuatannya. Kemudian Singa Jaya Antang menolong Uwak untuk membayar denda adat atas
kesalahannya. Setelah itu Uwak yang merasa berhutang budi lalu membantu Singa jaya Antang
membangun Rumah Betang Antang Kalang.
Udin adalah kepala tukang saat membangun betang antang kalang, perkenalan Udin dan
Singa Jaya Antang berawal ketika Singa Jaya Antang menjual getah nyatu ke daerah sampit. Pada
saat itu Singa Jaya Antang sengaja mencari tukang untuk membantu membangun Rumah Betang
dan kemudian ia bertemu dengan Udin.

A. Pembangunan Rumah Betang Tumbang Gagu

Rumah betang Tumbang Gagu dibangun dengan menggunakan bahan dari kayu ulin yang
didapatkan pada saat berladang dan dikumpulkan sedikit demi sedikit, kayu ulin tersebut dipotong
menggunakan gergaji zaman dahulu yang sangat besar dan digunakan dengan ditarik dari kedua
sisi yang berbeda.kayu ulin di bentuk sesuai dengan yang di inginkan baik bulat, kotak , ataupun
bentuk yang lain dengan menggunakan alat yang bernama beliung penarah ( sejenis kapak).

Jihi atau tiang pada rumah betang didirikan dengan cara:

1. Menggali lobang pondasi kurang lebih 2 meter ke banwah


2. Membuat parit kurang lebih sepanjang 5 meter untuk meletakan tiang sehingga tiang dapat masuk
kedalam parit agar dasar tiang masuk ke dalam lubang galian
3. Tiang yg sudah ada dilobang galian di tarik dan menggunakan sistem penyangga

Bapahan ( balok ) , handaran (gording) dan elemen elemen atap lainnya yang ada pada
rumah betang dinaikan dari bawah ke atas dengan menggunakan alat yang di namakan takal
(sejenis katrol).

Betang tumbang gagu dibangun secara gotong royong dengan dibantu oleh teman-teman
dari Singa Jaya Antang baik yang ada didaerah sungai kalang maupun sungai katingan bahkan
Singa Jaya Antang meminta bantuan akan keluarganya yang tinggal di daerah Bukit Rawi (Sungai
Kahayan).

Pada awal pembangunan rumah betang antang kalang ruangan-ruangan dibagi menajdi 6
kamar dan 1 ruangan buat musyawarah(Balai Kandan). Dapur dibuat pada masing-masing kamar
yang ditempati oleh setiap kepala keluarga. Sistem Hirarki mempengaruhi pada bagian pembagian
ruang kamar sehingga menempatkan Singa Jaya Antang pada kamar di bagian tengah, hal ini
menunjukan bahwa Singa Jaya Antang Kalang dianggap sebagai Pemimpin atau kedudukan yang
paling tinggi dibadingkan dengan anggota keluarga yang lain.
Teknologi yang digunakan pada pembangunan Rumah Betang, yaitu:

 Gergaji
Gergaji besar dengan cara penggunaan ditarik kedua sisinya oleh 2 orang.
 Pahat
Pahat yang digunakan pada saat itu seperti pahat pada umumnya namun bentuknya lebih
sederhana.
 Beliung Panarah (Sejenis Kapak)
Beliung panarah adalah senjata tajam yang menyerupai kapak namun tajamnya pada bagian sisi
bawah, beliung panarah digunakan untuk meratakan kayu yang sisi datarnya tidak rata.
 Takal (Katrol)

B. Bagian-bagian Rumah Betang Tumbang Gagu


 Ruangan dalam Rumah Betang
Pada awalnya rumah betang hanya memiliki 7 ruangan utama yaitu : 6 ruangan yang dipakai
sebagai kamar dan sekaligus terdapat dapur dimasing-masing ruangan kamar tersebut, dan 1
ruangan khusus tempat bermusyawarah dan berkumpul. Setelah semakin bertambahnya anggota
keluarga di rumah betang barulah mereka memiliki inisiatif untuk menambah ruangan-ruangan
lain seperti dapur yang dibuat dibelakang rumah betang, loteng yang dijadikan ruang tambahan
dan lumbung padi.
Balai kandan ditempatkan pada posisi yang sekarang dikarenakan pada ruangan balai kandan
tersebut terdapat suatu jihi (Tiang) yang merupakan Jihi Paling Besar di Rumah Betang Antang
kalang, dan menurut sejarahnya jihi tersebut adalah jihi yang paling susah didirikan pada saat
pembangunannya sehingga untuk menghormati jihi tersebut maka ditempatkanlah ruangan balai
kandan di tempat jihi tersebut didirikan.

 Hejan (Tangga)

Coakan-Coakan yang terdapat pada hejan tidak harus berjumlah ganjil seperti kebanyakan
betang yang lain. Pada bagian dapur dan samping betang terdapat hejan berukuran kecil yang
dapat dinaikan keatas, terkecuali hejan pada bagian rumah betang yang tidak dapat ditarik keatas
dikarenakan ukurannya yang sangat besar.
Pada bagian atas hejan dulunya terdapat pintu yang dapat dikunci dari arah betang dengan
tujuan untuk menghalangi jika ada orang luar yang hendak naik kerumah betang saat hejan tidak
sempat ditarik ke atas. Hejan pada bagian pintu masuk pertama awalnya berupa tangga,ketika
tangga tersebut rusak barulah diganti dengan hejan hingga sekarang.

 Kuta (Pagar)

Betang antang kalang awalnya dikelilingi oleh Kuta(pagar) yang berfungsi sebagai
pelindung dengan tinggi kurang lebih 2 meter dan berbahan dari kayu ulin berukuran sedang yang
dibelah menjadi 2 atau 4 bagian.

 Ruangan Tambahan dan Lingkungan Sekitar

Pada betang antang kalang terdapat bangunan-bangunan yang difungsikan sebagai


lumbung padi dan tersebar di beberapa bagian sekitar betang yang dimiliki oleh masing masing
keluarga pada betang tersebut, Pada bagian bwah betang Antang Kalang awalnya difungsikan
sebagai tempat untuk beternak dan melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

C. Arah Rumah Betang Tumbang Gagu

Rumah Betang Antang Kalang tidak seperti rumah betang pada umumnya yang mengarah
ke bagian timur namun betang antang kalang mengarah ke sungai dengan maksud agar
memudahkan orang yang berada di dalam betang dapat melihat orang-orang yang lalu lalang di
sungai mengingat jalur transportasi hanya ada 1 pada saat itu yaitu lewat sungai.

D. Penerangan pada Rumah Betang Tumbang Gagu

Sumber Penerangan pada betang antang kalang di malam hari yaitu berasal dari Damar
yang dibungkus dengan daun pisang layu lalu dibakar ditempat khusus yang terbuat dari kayu ulin
yang berbentuk mangkok.
E. Ukiran dan Ornamen pada Rumah Betang Tumbang Gagu

Ukiran dan ornamen pada betang antang kalang hanya berfungsi sebagai hiasan tanpa
adanya tujuan khusus. Ukiran dan ornamen tersebut dibuat dengan menggunakan Teknik Pahat.

ORNAMEN PADA BAGIAN ATAP BETANG TAMPAK KIRI

ORNAMEN PADA BAGIAN ATAP BETANG TAMPAK KANAN


F. Renovasi yang dilakukan
Terjadi beberapa kali renovasi yang dilakukan pada rumah Betang Tumbang Gagu, diantaranya
1. Renovasi pada atap
Renovasi atap dilakukan pada tahun 1955
2. Renovasi dinding dan lantai
Renovasi dinding dan lantai dilakukan pada tahun 1966
3. Renovasi gelagar
Dilakukan pada tahun 1938,pada awalnya sebagian gelagar rumah betang antang kalang
berbahan kayu meranti hingga akhirnya terjadi ambruk pada bagian lantai dan kemudian gelagar
tersebut diganti menggunakan kayu ulin.

3. BUDAYA DAN MASYARAKAT

A. Upacara Adat yang ada di desa Tumbang Gagu

Upacara adat yang biasa dilakukan dibetang antang kalang adalah:

 Tiwah
 Perkawinan
 Kematian

Ruangan yang biasa digunakan dalam upacara-upcara adat dan musyawarah adalah
ruangan balai kandan.

B. Upacara Sebelum Betang Didirikan


Upacara ini diawali dengan mengambilan bahan baku di hutan atau biasa disebut
baramu, ada dua jenis upacara yang dilakukan yakni - Manawursahut, atau bernazar agar
mereka terhindar dari malapetaka atau kecelakaan seperti terluka oleh senjata tajam,
tertimpa kayu atau digigit binatang buas, tujuan dari upacara ini adalah memohon kepada
pitik (binatang kecil seperti bajing) agar menjaga mereka selama di hutan. Upacara ini
dilakukan sebelum masuk ke hutan. - Marasih petak, pengertian marasih petak ialah
memeriksan atau membersihkan tanah atau perwatasan, mengukurnya serta membuat
patokpatokan diatas tanah dimana bangunan akan didirikan, pada saat itu biasanya
dilakukan upacara kecil yang disebut marasih petak tujuan dilaksanakannya upacaraini
adalah semacam permohonan kepada mahluk halus atau penjaga daerah tempat bangunan
akan didirikan agar pindah ketempat lain, sehingga baik pada saat permulaan pendirian
sampai selesai mendirikan bangunan bahkan sampai mereka menghuni rumah tersebut
(Willem,1981/1982;121).
C. Upacara Pada Saat Mendirikan Betang
Pada saat mendirikan bangunan, dilakukan upacara mampendeng. Mampendeng
artinya mulai mendirikan bangunan yang dimulai dengan pendirian jihi bakas hingga jihi
busu. Menurut kepercayaan Suku Dayak Ngaju, bahwa ketentraman penghuni betang,
lebih banyak ditentukan oleh cara/pekerjaan pada waktu memulai
membangun/mendirikan betang yang disebut mampendeng, yang tujuannya agar
menghuni betang selalu hidup tentram, aman, berkecukupan, murah rejeki dan lain-
lainnya. Waktu pelaksanaannya sesaat sebelum mendirikan jihi, setelah jihi terakhir
berdiri, maka disiapkan beberapa bahan seperti pahera paneweng, lakar rinjing ijr badare
hapan uei anak, daren dawen enyuh ije inyewut/kambar sanggar, bindang bapetuk, edan
sawang nyahu, tewu nyaru dan temu bulau. Bahan-bahan tersebut diikat pada jihit,
dengan tujuan agar segala roh jahat tidak mendahului menghuni memasuki betang.

D. Upacara Setelah Betang Selesai Didirikan


Lumpat Huma merupakan upacara yang dilakukan setelah betang selesai
dibangun dan siap untuk dihuni. Upacara ini disebut lumpat huma karena upacara ini
dilakukan pada waktu pertama kali memasuki betang, dengan tujuan agar selalu
mendapat perlindungan dari Tuhan mendapat rejeki melimpah, aman tentram, dijauhkan
dari segala macam bahaya. Penempatan betang, bentuk bangunan dan pembagian ruang
didalamnya tentu tidak dilakukan secara sembarangan termasuk makan ukiran yang
terdapat di betang, namun juga mempertimbangkan fungsi dan makna yang terkait erat
dengan kepercayaan mereka, begitu pula dengan penempatan lumbung/lepau, sapundu,
sandung dan tiang pantar, penempatan betang ditepi sungai merupakan hal yang banyak
dilakukan oleh masyarakat dayak, bahkan bisa dikatakan betang berorietasi dengan
sungai, begitu pula dengan Betang Tumbang Gagu yang berada ditepi Sungai Kalang,
selain hal tersebut juga dikarenakan sungai dianggap sebagai salah satu sarana
komunikasi dan transportasi yang menghubungkan masyarakat dengan dunia luar
disamping itu kondisi geografis Kalimantan yang didominasi sungai-sungai besar
mengharuskan masyarkat beradaptasi dengan lingkungannya. Betang yang merupakan
rumah panggung, dengan tiang-tiang yang tinggi hingga mencapai 5,79 m dari
permukaan tanah, dimaksudkan agar terhindar dari serang binatang buas dan serangan
dari suku lain, karena pada waktu itu tradisi ngayau6 masih dilakukan oleh suku dayak
(sebelum adanya perjanjian Tumbang Anoi). Pembagian ruang di dalam betang juga
sangat terkait dengan kepercayaan serta sistem sosial/masyarakat, seperti Balai Kandang,
penempatan balai yang berada ditengah-tengah bangunan berfungsi sebagai ruang tempat
pelaksanaan upacara seperti tiwah, tempat pertemuan/musyawarah adat, perkawinan,
pengobatan, kelahiran dan upacara lainnya, serta adanya jihi yang dianggap sakral juga
terletak pada ruang ini. Penempatan bilik-bilik disamping kiri dan kanan balai kandang
difungsikan sebagai ruang pribadi oleh masing-masing pendiri, penempatan bilik yang
dibentuk berjejer (dari hulu ke hilir) juga menandakan status sosial seseorang, bilik yang
berada ditengah biasanya ditempati oleh kepala adat atau memiliki status sosial tinggi.
Teras yang berada di depan balai kandang dan yang berada dibelakang, biasa digunakan
sebagai tempat menerima tamu dan juga difungsikan menjemur padi atau hasil ladang,
serta sebagai penghubung antar ruang utama dengan dapur (Hartatik, 2013;50).
Aula yang berada di depan bilik biasnya difungsikan sebagai tempat berkumpul
bagi para penghuni betang. ukiran pada betang hanya ditemukan pada bagian atap atau
bubungan, berupa ukiran burung enggang atau tingang, menurut kepercayaan Suku
Dayak Ngaju, burung enggang atau tingang menggambarkan dunia atas, dan juga
dianggap sebagai penangkal petir. Ukiran juga terlihat pada pinggiran sisi atap yakni
dawen pangintar, ukiran dawen pangintar dimaksudkan agar segala sifat-sifat iri, dengki,
guna-guna dan lainlain dari orang lain dapat dihindari atau dihalau. Beberapa rumah
panjang/long house yang ada di Kalimantan seperti Lamin Mancong, Lamin Tolan di
Kalimantan Timur, Randakng di Kalimantan Barat memperlihatkan asosiasi dengan
benda-benda lainnya seperti lumbung/lepau, sapundu, sandung dan tiang pantar, hal ini
juga terlihat pada Betang Tumbang Gagu. Lumbung/lepau, sapundu, sandung dan tiang
pantar ditempatkan di halaman depan betang, pendirian sapundu, sandung dan tiang
pantar saling terkait antara satu dengan lainnya dan biasanya terkait dengan pelaksanaan
tiwah7 (upacara kematian). Dalam tradisi penganut kaharingan, kubur ditempatkan di
halam rumah dengan maksud agar keluarga yang ditinggalkan setiap hari bisa melihat
dan menjaga kubur leluhurnya sehingga hubungan batin di antara mereka tidak terputus
(Hartatik,2009:247). Lumbung/lepau difungsikan sebagai tempat menyimpan padi,
walaupun kini lepau sudah tidak digunakan seperti sebelumnya, namun dapat diketahui
bahwa, penghuni betang ini dulunya bercocok tanam/berladang dengan sistem tada hujan.
Pendirian sapundu mempunyai aturan-aturan sendiri, biasanya dalam pendirian sapundu
mensyaratkan pengurbanan 1 (satu) ekor ayam, sapundu difungsikan sebagai tiang
pengikat binatang kurban pada saat upacara tiwah. Terdapat dua jenis sapundu, yakni
sapundu gapit dan sapundu lepas, sapundu gapit ditempatkan.

KUDA-KUDA

Kuda-kuda pada betang menggunakan bahan kayu ulin. Kuda-kuda ini juga tidak menggunakan
paku melainkan menggunakan pasak/ sambungan kayu.kuda-kuda pada rumah betang
mempunyai 10 kuda-kuda yang terdiri dari

3 jenis kuda-kuda yang berbeda dengan

Disimbolkan :

K.A(K1 dan K10)


K.B (K2-K3 dan K8-K9)

Berada di daerah samping rumah betang atau sayap rumah betang


K.C (K4 - K7)

Berada di tengah tengah bangunan betang


DENAH
Rumah Betang Tumbang Gagu ini termasuk kedalam pola ruang Linier grid

Karena memiliki titik awal dan titik akhir.

Tersusun mulai dari:

 Ruang Tengah
 Ruang bersama
 Ruang Istirahat
 Dapur
 Teras Belakang

Urutan Ruang:

1. Ruang Tengah
2. Ruang Bersama
3. Ruang Istirahat
4. Dapur
5. Teras Belakang
 Teras Belakang (tempat untuk menjemur atau tempat untuk melakukan kegiatan mencuci
serta penghubung antar ruang pemilik lain)

Sifat ruang:

Ruangan dalam betang saling berhubungan satu sama lain.

 Ruang Tengah : Semi Publik


 Ruang Bersama : Publik
 Ruang Istirahat : Privat
 Dapur : Service
 Teras Belakang : Semi Publik

Material Ruang:

 Lantai: Kayu Ulin


 Dinding: Kayu Ulin
 Tiang: Batang Ulin
Pola ruang yang terdapat dibetang tumbang gagu
- Grid : karena di dalam ruang terdapat ruang
- Linier : karena tersusun dalam satu garis

SUSUNAN RUANG
- Kamar (bilik) Pangkong Iding Dandu bersebelahan dengan kamar (bilik) Boruk
Dawut ( dulu sebelum direnovasi )
- Kamar (bilik) Boruk Dawut berada disebelah kanan dari kamar (bilik) Pangkong
Iding dandu
- Kamar (bilik) Pangkong Iding Dandu
o sebelah kanan : kamar (bilik) Boruk Dawut
o sebelah kiri : Balai Kandau ( ruang tengah )
o belakang : Ruang keluarga + dapur
- Ruang keluarga + dapur
o sebelah kanan : Balai Kandan ( ruang tengah )
o depan : kamar (bilik) Pangkong Iding Dandu
- Balai Kandan ( ruang tengah )
o depan : selasar
o sebelah kiri : kamar (bilik) Pangkong Ading Dandu Ruang keluarga +
dapur
o sebelah kanan : ruang bersama
Kamar (bilik) Singa Jaya Antang Kalang bin Lambang
Dandu

- Kamar (bilik) Singa Jaya Antang Kalang bin Lambang Dandu


o sebelah kanan : Balai Kandan (Ruang Tengah)
o sebelah kiri : kamar (bilik) Manis Bin Lambang Dandu
o belakang : dapur bersama
- Kamar (bilik) Manis bin Lambang Dandu
o sebelah kanan : kamar Singa Jaya Antang Kalang bin Lambang Dandu
o sebelah kiri : kamar (bilik) Rais bin Lambang Dandu
o belakang : ruang bersama
- Ruang bersama
o sebelah kanan : Balai Kandan (ruang tengah)
o depan : - kamar (bilik) Singa Jaya Antang Kalang bin Lambang
Dandu
: - kamar (bilik) Manis bin Lambang Dandu
: - kamar (bilik) Rais bin Lambang Dandu
o sebelah kiri : kamar (bilik) Lambang & Lamiang
o belakang : dapur bersama
- Kamar (bilik) Bunter & Karamu
o sebelah kanan : kamar (bilik) Rais bin Lambang Dandu
o sebelah kiri : dapur
o belakang : kamar (bilik) Lambang & Lamiang
- Kamar (bilik) Lambang & Lamiang
o depan : kamar (bilik) Bunter & Karamu
o sebelah kanan : ruang bersama
o sebelah kiri : dapur
- Dapur milik Bunter, Karamu, Lambang & Lamiang
o sebelah kanan : kamar (bilik) Bunter & Karamu
- Dapur Bersama : ruang bersama (ruang keluarga)
Denah ruang atas : 8,05

8,50

Dulu terdapat ruangan di atas kamar Kamar (bilik) Singa Jaya Antang Kalang bin Lambang
Dandu,ruangan tersebut dulunya merupakan ruangan serba guna untuk menyimpan berbagai
macam barang,namun sekarag sudah dibongkar karena sudah tidak terpakai dan sudah rapuh.

Teritorial Ruang Betang Tumbang Gagu


KEPEMILIKAN (TERITORI ) RUANG

Keterangan :
1. Kamar milik Boruk Dawut (tetapi sekarang sudah dibongkar/dihilangkan).
2. Kamar milik Pangkong Iding Dandu.
3. Ruang Keluarga milik Boruk Dawut dan Pangkong Iding Dandu.
4. Dapur milik keluarga milik Boruk Dawut dan Pangkong Iding Dandu.
5. Balai Kandan (Ruang Tengah) milik seluruh keluarga.
6. Kamar miik Singa Jaya Antang Kalang Bin Lambang Dandu (pemimpin dan pendiri
betang).
7. Kamar milik Manis Bin Lambang Dandu (Istri dari Bosou).
8. Kamar milik Rais Bin Lambang Dandu (Istri dari Bosou).
9. Ruang milik bersama.
10. Dapur milik bersama.
11. Kamar milik Bunter dan Karamu.
12. Kamar milik Lambang dan Lamiang.
13. Dapur milik Bunter,Karamu,Lambang,dan Lamiang.
EKSTERIOR

Anda mungkin juga menyukai