Anda di halaman 1dari 180

1

Alternatif Judul;

Pesona Keluarga Sakinah;


Penuh Cinta dan Kasih Sayang
atau

Membina Keluarga Sakinah;


Why Not?
Atau

Rumahku
Surgaku;
Antara Impian dan Kenyataan

Judul Asli : Mabaadi’ al-Mu’aasyarah al-Zaujiyyah.


Penulis : Syeikh Muhammad Ahmad Kan’an
Penerjemah : Abdurrahaman Wahyudi, M.S.I
Moh. Haris KS, S. Pd.I
2

DAFTAR ISI

MUKADDIMAH
PENGANTAR PENULIS

BAGIAN SATU : PERKAWINAN


- Pengertian perkawinan
- Hukum perkawinan
- Tujuan dan hikmah perkawinan
- Dasar-dasar pembentukan rumah tangga bahagia
- Poligami
- Tanya jawab

BAGIAN DUA : MEMINANG


- Meminang dan hukumnya
- Melihat calon
- Ciri-ciri ideal calon pendamping hidup
- Cinta, rindu dan cemburu
- Tanya jawab

BAGIAN TIGA : AKAD NIKAH


- Syarat-syarat akad nikah
- Hukum akad nikah
- Pernikahan muslim dan non muslim
- Tanya jawab

BAGIAN EMPAT : MALAM PENGANTIN


- Resepsi pernikahan (walimatul urs)
- Malam pertama
- Ucapan selamat dan kado
3

- Tanya jawab

BAGIAN LIMA : BERSETUBUH (JIMA’)


- Pengertian jima’
- Pengantar jima’
- Adab jima’
- Cara melakukan jima’
- Ejakulasi dini
- Lemah syahwat
- Bersenang-senang dengan isteri yang berhalangan
- Jima’ dengan isteri yang sedang hamil
- Hukum anal seks
- Masturbasi
- Mimpi basah
- Cairan yang keluar dari manusia
- Alat reproduksi wanita
- Rahasia di tempat tidur
- Tanya jawab

BAGIAN ENAM : HAMIL DAN MELAHIRKAN


- Pahala perempuan hamil
- Anak laki-laki atau perempuan
- Anjuran setelah melahirkan
- Siapa seharusnya yang menangani kelahiran?
- Mencegah kehamilan
- Alat kontrasepsi
- Tujuan penggunaan alat kontrasepsi
- Pandangan agama tentang KB
- Aborsi
- Ngidam
4

- Tanya jawab

BAGIAN TUJUH : MENYUSUI DAN MENGASUH ANAK


- Menyusui
- Pentingnya menyusui dan hukumnya
- Hak menyusui
- Mahram karena sesusuan
- Susuan buatan
- Menyapih
- Mengasuh anak (hadlanah)
- Hak hadlanah
- Waktu hadlanah
- Tanya jawab

BAGIAN DELAPAN : HAK-HAK SUAM-ISTERI


- Hak dan kewajiban
- Derajat laki-laki di atas perempuan
- Kewajiban isteri terhadap suami
- Kewajiban suami terhadap isteri
- Tanya-jawab

BAGIAN SEMBILAN : HAL-HAL YANG MERUSAK HUBUNGAN SUAMI


ISTERI
- Sebab-sebab yang merusak hubungan suami isteri :
- Mengumbar pandangan mata
- Berjabat tangan dengan lain jenis
- Memamerkan aurat
- Khulwat
- Ikhtilath
- Senda gurau dan dansa
- Keluarga dekat suami dan isteri
5

- Media massa
- Tanya jawab

BAGIAN SEPULUH : RUNTUHNYA MAHLIGAI RUMAH TANGGA


- Perceraian
- Perceraian adalah solusi terakhir
- Hak talak
- Macam-macam talak
- Tahlil untuk perempuan yang ditalak
- Talak mu’allaq
- Riddah
- Mukhala’ah dan Ibra’
- Tanya jawab

BAGIAN SEBELAS : ANJURAN AGAMA (KHISHAAL AL FITHRAH)


- Khitan
- Mencukur bulu kemaluan
- Mencabut bulu ketiak
- Mencukur kumis
- Memelihara jenggot
- Memotong kuku
- Istinja’
- Membersihkan bagian tubuh yang sering kotor
- Membersihkan mulut
- Merawat rambut
- Tanya jawab
6

MUKADDIMAH

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan alam semesta. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada nabi terakhir, Muhammad saw, kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka dengan ihsan hingga hari
akhir. Amin.
Seorang penyair mengutip perkataan seorang kekasih kepada orang yang
dicintainya :
ِ ‫يِف‬
ُ ‫َو َم ْث َو َاك َق ْليِب ْ فَأَيْ َن تَغْي‬
‫ب‬ ‫ك يِف َعْييِن ْ َو ِذ ْك ُر َك يِف فَ ِم ْي‬
َ ُ‫َخيَال‬
Bayanganmu selalu ada di pelupuk mataku
Namamu selalu terucap di bibirku
Tempatmu adalah di relung hatiku
Bagaimana mungkin engkau menghilang dariku
Betapa senang hati seseorang mendengar perkataan kekasihnya yang begitu
indah. Hatinya berbunga-bunga mendengarnya. Dunia seakan hanya menjadi milik
mereka berdua. Hati yang gundah menjadi riang. Jiwa yang gersang terasa sejuk.
Dunia pun dipenuhi dengan bunga-bunga cinta yang beraneka warna menyejukkan
setiap mata yang memandangnya.
Setiap orang, laki-laki dan perempuan, pasti mendambakan kehidupan rumah
tangga yang sakinah. Keluarga yang penuh dengan senda gurau, canda tawa, dan
kemesraan. Hanya saja acapkali kenyataan berbanding terbalik dengan harapan.
Lebih-lebih hidup ini dipenuhi cobaan, fitnah, dan gelombang badai yang setiap saat
siap menghempaskan semua impian dan harapan. Karena itu dibutuhkan kesabaran
dan ketabahan dalam usaha membangun keluarga sakinah. Tanpa itu semua,
keinginan untuk hidup bahagia bisa tinggal impian belaka.
Membina rumah tangga hampir sama dengan membangun rumah tempat
tinggal. Keduanya memerlukan pondasi yang kuat dan pilar-pilar yang kokoh agar
7

“awet” dan bertahan lama dalam segala cuaca. Musim hujan tidak bocor dan musim
kemarau tidak kepanasan. Tiupan angin yang kencang tidak membuatnya goyah atau
roboh. Sehingga cita-cita untuk menjadikan baiti jannati bisa tercapai. Rumah tangga
sakinah bisa menjadi surga bagi penghuninya yang dipenuhi dengan mawaddah wa
rahmah.
Kebahagiaan hidup berumah tangga harus diperjuangkan. Untuk
mewujudkannya diperlukan pengorbanan dari semua pihak. Rumah tangga tak
ubahnya seperti sebuah bahtera yang berlayar di lautan lepas. Badai dan gelombang
tinggi mengintip setiap saat. Nakhoda dan semua awak kapal harus bekerjasama.
Masing-masing tidak boleh bertindak semaunya sendiri. Karena hal itu bisa
membahayakan penumpang yang ada di dalamnya. Suami sebagai nakhoda dituntut
untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormati pendapat isterinya dalam berbagai
hal. Semua itu dilakukan agar bahtera yang berlayar bisa sampai di germaga tujuan
selamat berikut para penumpangnya.
Rumah tangga akan menjadi surga bagi penghuninya jika dibina sesuai
anjuran Allah dan rasul-Nya. Kaum muslimin tidak perlu susah-susah mencari profil
rumah tangga yang bahagia. Cukuplah al-Qur’an sebagai panduannya dan kehidupan
rumah tangga Rasulullah SAW sebagai suri teladan. Mengapa harus repot-repot
mencari profil rumah tangga Barat yang tak kenal nilai? Bukankah orang-orang Barat
tidak mengenal arti kesucian, kehormatan dan harga diri? Rumah tangga yang
dibangun di atas nilai-nilai Islam begitu indah. Hanya dengan menjadikan al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai acuan kita bisa meneguk nikmatnya kehidupan
berkeluarga.
Jika bangunan rumah tangga menyalahi ketentuan konstruksi bangunan yang
ditentukan Allah dan Rasul-Nya, maka bangunan itu akan rapuh dan mudah runtuh.
Rumah tangga yang demikian tidak akan menjadi surga yang nyaman dihuni, justeru
akan menjadi neraka yang membuat penghuninya kepanasan dan tidak kerasan.
Rumah bukan lagi tempat berteduh, tetapi menjadi arena pertarungan antara suami
dan isteri. Suami tidak lagi menjadi pelindung yang penuh kasih sayang bagi
8

isterinya. Isteri bukan lagi teman hidup yang ramah penuh daya tarik. Jika ini terjadi,
maka anak-anak yang akan menjadi pihak yang dirugikan. Mereka tidak bisa lagi
mengenyam kasih sayang orangtua. Jiwa mereka tergoncang dan batin mereka
menderita melihat keluarga mereka amburadul.
Buku kecil yang ada di tangan pembaca ini dengan gamblang melukiskan
bagaimana seharusnya suami isteri merajut cinta untuk membentuk kehidupan rumah
tangga harmonis. Pantas kiranya buku ini dibaca oleh setiap pasangan yang ingin
menikmati madu kehidupan rumah tangga yang sakinah. Setiap orang pasti
mendambakan kehidupan rumah tangga yang bahagia, tentram, damai, penuh cinta
dan kasih sayang, jauh dari onak dan duri, serta goncangan badai dan prahara.
Setiap wanita di dunia ini pasti mendambakan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, penuh dengan rasa aman dan kedamaian. Impian itu hanya bisa diwujudkan
bila ia duduk berdampingan dengan seorang laki-laki yang bisa membahagiakannya
dengan cinta dan kasih sayang, mencurahkan perhatian sepenuhnya, mencukupi
semua kebutuhannya lahir dan batin, mewujudkan semua impiannya, dan menjadi
pelabuhan cintanya dalam memadu kasih, berbagi rasa, dan bertukar cerita suka
maupun duka.
Hal yang sama diimpikan setiap laki-laki. Ia pasti berangan-angan membangun
rumah tangga yang harmonis, penuh gelak tawa, canda ria dan kemesraan, jauh dari duka dan
penderitaan. Hingga yang dirasakan hanyalah ketenangan dan kedamaian bersama isteri dan
anak-anak tercinta. Ia berharap sepenuh hati untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu bersama
keluarganya tanpa adanya hambatan.
Akan tetapi untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Realita berkata
sebaliknya. Kehidupan modern dengan segala atributnya, petaka dan prahara, krisis kejiwaan
dan material, kerapkali merintangi terwujudnya mimpi keduanya. Mereka tidak mampu
meraih kebahagian yang mereka idamkan dalam kehidupan rumah tangga. Impian tinggal
impian dan angan-angan tak kunjung jadi kenyataan.
Sebagai pedoman membangun rumah tangga yang bahagia dan sakinah, buku ini
hadir di hadapan para pembaca. Buku ini memuat tuntunan bagi mereka yang ingin
9

membina rumah tangga sesuai impian semua pihak, tahap demi tahap. Mulai dari
masa perkenalan, khitbah, tunangan, menikah, hamil, punya anak, mendidik anak,
hingga akhir hidup. Buku ini disarikan dari buku Mabaadi’ al-Mu’asyarah al-
Zaujiyah, karangan Syeikh Muhammad Ahmad Kan’an .
Kami menyadari, bahwa karya ini masih jauh dari sempurna dan tidak
menutup kemungkinan adanya kekurangan dan kesalahan disana-sini. Karena itu,
kami mohon kritik saran dari pembaca demi kesempurnaan buku ini.
Mudah-mudahan buku ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
para pembaca khususnya, dan kaum muslimin pada umumnya, amin ya Rabb al-
alamin
10

PENGANTAR PENULIS

Segala puji hanya milik Allah, Pencipta dan Pengatur segala yang ada di jagat
raya. Dia berfirman dalam kitab-Nya :
        
 
“Dan bahwasanya Dialah yang yang menciptakan berpasangan laki-laki dan
perempuan. Dari air mani, apabila dipancarkan.” ( QS: al-Najm : 45-46)
           
   
“Maka hendaklah manusia memikirkan dari apa dia diciptakan?Dia diciptakan
dari air yang memancar. Yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada.” (QS al-
Thaariq : 5-7)
Kita senantiasa memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat agama
yang hanif ini dan syariat nabi-Nya yang agung, Muhammad SAW, agama yang
universal, mencakup segala aspek kehidupan manusia, lahir dan batin.
Shalawat dan salam-Nya semoga tetap tercurahkan kepada Nabi pemilik
kedudukan yang terpuji (al-maqaam al-mahmuud), telaga al-Kautsar, dan syafaat
terbesar kelak di hari Kiamat. Beliau telah mengajarkan semua macam kebaikan
kepada manusia dengan tutur kata dan perbuatannya. Dialah idola dan teladan kita
dalam segala hal. Dialah nabi besar Muhammad SAW. Shalawat dan salam semoga
juga dilimpahkan kepada segenap keluarga dan sahabatnya, juga orang-orang yang
mengikuti jejak mereka dengan ihsan hingga hari Kiamat.
Perkawinan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah dan nikmat-Nya yang
sangat berharga. Allah SWT berfirman :
        
         
  
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya
11

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir. (QS al-Ruum : 21)
Perkawinan adalah jalan satu-satunya yang lurus dalam rangka menjaga
kelangsungan keturunan umat manusia hingga hari Kiamat. Dengan perkawinan,
manusia bisa memperoleh anak dan keturunan, mempererat tali keluarga, dan
mendekatkan satu keluarga dengan keluarga yang lain, antara satu kelompok manusia
dengan kelompok yang lain. Allah berfirman:
       
         
    
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui dan maha mengenal.” (QS al-Hujarat : 13)
         
   
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, dan Dia jadikan manusia
itu (punya) keturunan dan musharah (hubungan keluarga yang berasal dari
perkawinan) dan Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS al-Furqaan : 54)
Nah, supaya manusia bisa memetik buah perkawinan sejati, Rasulullah SAW
memberikan tuntunan berupa hukum syariat yang berkaitan dengan perkawinan dan
pergaulan suami isteri. Dialah suri teladan yang ideal bagi siapa saja yang
menginginkan perkawinan yang bahagia.
Kenyataannya, seringkali terjadi kekerasan dalam rumah tangga, baik yang
dilakukan oleh suami maupun isteri. Hal itu terjadi karena mereka tidak mengerti
agama dan hukum-hukumnya, berpaling dari sunnah dan ahlak Rasululllah SAW, dan
mengekor pada tradisi dan budaya barat yang rusak. Akibatnya, ketegangan demi
ketegangan terjadi dalam rumah tangga. Perkawinan yang seharusnya berbuah
kebahagiaan, cinta dan kasih sayang, akhirnya pupus.
12

Untuk itu, kami mengabulkan permintaan teman-teman untuk menyusun sebuah


buku tentang perkawinan yang menjelaskan hal hal yang diperlukan oleh pasangan
yang ingin merajut kehidupan berumah tangga yang sakinah sebagai pedoman dan
tuntunan hidup. Buku itu berjudul Mabaadi’ al-Mu’aasyarah al-Zaujiah. Didalamnya
dijelaskan sisi-sisi penting dalam kehidupan berumah tangga, tahapan demi tahapan,
mulai dari khitbah, akad nikah, walimah, hubungan suami isteri, hamil, poligami, hak
dan kewajiban suami isteri, hal hal yang bisa menghancurkan rumah tangga dan
sebagainya.
Buku ini memang sengaja disusun secara singkat, to the point, dan
mengutamakan inti masalah tanpa menyebutkan dalil-dalil dan perbedaan ulama
dalam setiap masalah yang dibahas. Buku ini diperuntukkan bagi kaum muslimin dan
muslimat sebagai pedoman dalam kehidupan berumah tangga supaya tercipta
mu’asyarah bil ma’ruf (pergaulan yang baik) antar pasangan suami isteri, seperti
yang difirmankan Allah SWT :
     
“… dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf…” (QS al-Baqarah : 228)
Setiap bab kami akhiri dengan tanya jawab yang berisi beberapa pertanyaan dan
jawabannya untuk memberikan gambaran masalah lebih jelas. Hanya kepada Allah
SWT kami memohon semoga buku ini bermanfaat dan membawa pahala bagi kami.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya, menjaga dan memperbaiki hati kami.
Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

Penulis

Muhammad Ahmad Kan’an


13

BAGIAN SATU
PERKAWINAN

Pengertian Perkawinan

Dari segi bahasa, perkawinan berasal dari bahasa Arab, zawaj, yang berarti
pertemuan dua hal. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT :
   
“Dan ketika ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).” (QS al-Takwir : 7)
Allah juga menyebutkan kata zawaj dalam firman-Nya tentang nikmat yang
diberikan kepada orang beriman di surga :
   
“… dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidari yang cantik bermata
jeli.” (QS al-Thuur : 20)
Nah, karena zawaj berarti pertemuan dua hal, maka kata itu kemudian
digunakan dalam akad nikah yang mempertemukan laki-laki dan perempuan.
Pertemuan itupun kemudian dikenal dengan zawaj atau perkawinan.
Selain itu, zawaj juga diambil dari kata zauj, yang berarti suami atau isteri,
atau orang yang sendirian dan memiliki seorang teman. Artinya, orang yang
melakukan zawaj akan tinggal sendirian dengan ditemani oleh temannya (suami atau
isteri).
Sedangkan menurut istilah, zawaj adalah akad yang memperbolehkan seorang
laki-laki melakukan kesenangan (istimta’) dengan seorang perempuan selama tidak
ada halangan yang bersifat syar’i untuk melangsungkan akad tersebut.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa perkawinan dalam Islam adalah akad
atau perjanjian yang mengikat antara seorang laki-laki dan perempuan yang
menghalalkan keduanya melakukan hubungan kelamin secara sukarela. Kerelaan
kedua belah pihak untuk melakukan hubungan menimbulkan kebahagiaan
14

berkeluarga yang diliputi kasih sayang dan ketentraman sesuai dengan tuntunan Allah
SWT.
Kata yang memiliki makna yang sama dengan zawaj adalah kata nikah. Nikah
memiliki arti berkumpul, walaupun ulama berbeda pendapat tentang hakikat makna
nikah. Ada yang mengatakan nikah itu adalah akad dan ada juga yang mengatakan ia
adalah hubungan suami isteri (jima’).
Akad nikah merupakan akad yang paling agung dan utama. Akad nikah
berhubungan langsung dengan diri manusia. Akad nikah menjadi pengikat antara dua
jiwa manusia (laki-laki dan perempuan) dalam satu ikatan cinta dan kasih sayang.
Akad nikah dapat mewujudkan keturunan yang diinginkan laki-laki dan perempuan.
Ia juga dapat menjaga kehormatan manusia dari perbuatan keji dan munkar.
Pernikahan bisa menghindarkan manusia dari hubungan yang diharamkan oleh Allah
SWT. Dengan melangsungkan pernikahan, laki-laki dan perempuan bisa menjaga
kehormatannya, tidak terjerumus ke dalam lembah dosa perzinahan, dan tentunya
membuat keduanya tenang dan tentram dengan pasangan masing-masing.
Islam mengajarkan bahwa perkawinan bukan sekedar perjanjian biasa seperti
perjanjian jual beli atau sewa menyewa, melainkan sebagai perjanjian suci (mitsaqon
ghalidzon), di mana keduanya diikat sebagai suami isteri atau yang satu meminta
yang lain untuk menjadi pasangan hidup dengan mempergunakan nama Allah.
        
        
         
  
“Wahai manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kamu kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS al-Nisaa’ : 1)
Rasulullah SAW bersabda :
15

ِ ‫اَِّت ُق وا اهلل يِف النِّس ِاء فَ ِإنَّ ُكم أَخ ْذمُتُوه َّن بِأَمانَ ِة‬
ِ ‫اهلل واس تَحلَْلتُم ُف روجه َّن بِ َكلِم ِة‬
‫اهلل‬ َ ُ َ ُْ ْ ْ ْ َ َ ُْ َ ْ َ َ ْ
)‫(رواه مسلم‬
“Takutlah kamu kepada Allah dalam urusan perempuan, sesungguhnya kamu
ambil mereka dengan amanah Allah dan kamu halalkan mereka dengan kalimat
Allah.” (HR Muslim)

Hukum Perkawinan

Pernikahan merupakan pintu gerbang suci yang hampir pasti akan dimasuki
oleh setiap insan, laki-laki atau perempuan. Pernikahan menjadi sarana untuk
membentuk sebuah lembaga berupa keluarga. Islam memiliki perhatian yang sangat
besar terhadap keluarga, karena keluarga merupakan benih terbentuknya sebuah
masyarakat.
Allah SWT berfirman :
       
          

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS al-Nuur : 32)
Keluarga hadir untuk memberikan warnanya pada masyarakat. Warna-warna
indah yang diberikan keluarga akan memperindah sebuah masyarakat. Keluarga
menjadi pilar utama dalam terbentuknya masyarakat yang baik. Jika sebuah
msyarakat terdiri dari keluarga-keluarga yang baik, maka bisa dipastikan masyarakat
itu baik, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, baik tidaknya sebuah masyarakat
sangat tergantung pada keluarga-keluarga yang ada di dalamnya.
16

Pernikahan termasuk salah satu sunnah Rasulullah SAW, karena itu


hukumnya pun sunnah. Islam tidak mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk
melangsungkan pernikahan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang wajib untuk
dilakukan, sehingga menyebabkan orang yang tidak melakukannya berdosa. Hanya
saja, pernikahan sangat dianjurkan dalam agama Islam. Pernikahan banyak
memberikan manfaat bagi orang yang melakukannya, baik manfaat jasmaniah
maupun ruhaniah.
Dengan pernikahan, orang akan merasakan ketenangan batin. Ketenangan itu
timbul dari jalinan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah ikatan
suci yang dibenarkan agama. Allah SWT berfirman :
        
         
  
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir.” (QS al-Ruum : 21)
Berbeda halnya dengan hubungan gelap yang tidak dibenarkan agama. Ia
hanya akan menyebabkan tekanan batin berupa perasaan takut karena dikejar-kejar
dosa. Belum lagi perasaan cemas akan ancaman penyakit-penyakit menakutkan yang
setiap saat menghantui perasaan mereka.
Dengan demikian, orang yang ingin mendapatkan ketenangan batin yang
sebenarnya hendaklah melangsungkan pernikahan. Ke mana pun dia mencari
ketenangan di tengah-tengah hubungan yang dilarang agama, pasti dia tidak akan
pernah menemukannya. Justeru dia akan dihadapkan pada tekanan batin dan perasaan
cemas yang berkepanjangan. Tekanan batin dan perasaan cemas itu timbul karena
dosa dan maksiat yang telah dilakukannya.
Kaitannya dengan permasalahan hukum pernikahan, Imam Bukhari dan Imam
Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa tiga orang sahabat
17

mendatangi rumah isteri-isteri Rasulullah SAW untuk menanyakan ibadah beliau.


Sebelum mereka diberi tahu tentang ibadah Nabi, mereka mengira bahwa ibadah
beliau sedikit. Mereka berkata 1“ Dimana kita bila dibandingkan dengan rasulullah
SAW. Allah telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang”.
Yang lain berkata “ Sesungguhnya aku akan shalat malam selamanya”. Yang lain
berkata : “Aku akan berpuasa selamanya tanpa henti.” Yang lain lagi berkata : “Aku
akan menghindari wanita, dan tidak (akan) menikah “. Kemudian Rasulullah SAW
datang menemui mereka seraya bersabda : “Demi Allah, aku adalah orang yang
paling takut dan paling takwa di antara kamu kepada Allah, tetapi aku melaksanakan
shalat, aku tidur, (kadang) aku berpusa, (kadang) aku tidak berpuasa, dan aku
menikahi perempuan, barang siapa tidak menyukai sunnahku maka dia bukan
termasuk golonganku“.
Yang dimaksud tidak suka adalah berpaling dari jalan Rasulullah SAW dan
melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang dilakukan beliau.
Maka dia bukan termasuk golonganku, maksudnya adalah dia bukan termasuk
pemeluk agama yang suci (hanif) dan mudah karena dia telah membenani dirinya
dengan sesuatu yang tidak diajarkan agama.
Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah : barang siapa
menyalahi petunjuk dan jalan Rasulullah SAW dengan beranggapan bahwa ibadah
yang dilakukannya lebih baik dari apa yang dilakukan rasulullah SAW, maka dia
bukan termasuk golonganku, dia bukan pemeluk agamaku, karena keyakinannnya itu
bisa berakibat pada kekufuran.
1
Apa yang dikatakan sahabat ini menjadi bukti bahwa mereka mengira ibadah
rasulullah SAW sedikit. Seolah-olah mereka mengatakan : “Nabi SAW tidak
perlu banyak beribadah, karena dosa-dosa beliau telah diampuni, baik yang lalu
maupun yang akan datang. Sedangkan kita tidak sama dengan beliau. Tidak ada
jaminan bahwa dosa kita mendapatkan ampunan. Yang jelas kita akan disiksa
karena dosa-dosa yang kita lakukan, karena itu kita harus banyak beribadah
kepada Allah.”
18

Hukum nikah di atas berlaku bagi setiap orang yang berada dalam kondisi
normal, artinya tidak khawatir akan terjerumus ke dalam dosa perzinahan, sementara
dia mampu memikul beban dan tanggung jawab perkawinan. Apabila dia khawatir
akan terjerumus ke dalam dosa, maka menikah tidak lagi sunnah baginya, tetapi
wajib. Untuk mengetahui hukum pernikahan secara rinci sesuai dengan kondisi orang
yang akan melakukannya, silakan merujuk ke buku-buku fiqih yang secara khusus
membahas masalah tersebut.

Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Tidak ada satu hal pun yang disyariatkan Islam tanpa ada tujuan di dalamnya.
Semua hal yang disyariatkan dalam agama pasti mengandung maslahat bagi ummat
manusia, pun halnya dengan pernikahan. Pernikahan adalah akad mulia yang
diberkahi oleh Allah. Allah SWT mensyariatkan pernikahan demi kemaslahatan para
hamba-Nya. Kemaslahatan yang didapatkan dari pernikahan tidak hanya dalam
lingkup sempit dalam keluarga, tetapi lingkupnya sangat luas. Keluarga yang
dibentuk oleh pernikahan merupakan bagian dari masyarakat. Karena itu, pernikahan
yang dilakukan pasti berimplikasi pada kondisi sosial.
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat
manusia, melakukan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan
perkawinan demi membentuk keluarga yang sakinah penuh cinta kasih (mawaddah)
dan rahmat, mendapatkan keturunan yang shalih dan berkualitas menuju terwujudnya
rumah tangga bahagia.
        
         
  
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri,cdf, supaya kamu cendrung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya
19

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir.” (QS al-Ruum : 21)
Pernikahan merupakan akad yang sarat dengan nilai-nilai kesakralan. Tentu
saja kesakralannya sesuai dengan tujuan mulia yang ada di dalamnya. Diantara tujuan
pernikahan yang paling penting adalah mendapatkan keturunan untuk menjaga
kelangsungan hidup makhluk Allah yang bernama manusia. Selain itu, pernikahan
juga bertujuan untuk menjaga diri manusia agar tidak terjerumus ke dalam larangan
Allah dan terhindar dari dosa dan maksiat.

Mendapatkan keturunan
Bagi pasangan yang hendak merajut tali kehidupan berkeluarga hendaklah
menjadikan tujuan utama pernikahannya untuk mendapatkan keturunan yang salih,
yang hanya menyembah Allah SWT, yang bisa mendoakan kedua orangtuanya
setelah keduanya meninggal dunia, dan menjaga nama baiknya di tengah-tengah
masyarakat.
Islam sangat menganjurkan pernikahan bagi orang yang sudah siap lahir dan
batin, supaya terhindar dari dosa. Islam tidak menganjurkan kerahiban dalam
kehidupan seorang muslim.
Sesuai dengan tujuan pernikahan yang paling utama di atas, maka agama
menganjurkan kepada setiap laki-laki untuk menikahi perempuan yang subur dan
penyayang. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik, dia
berkata : “Rasulullah SAW menyuruh kami menikah dan melarang kami dari tabattul
(hanya beribadah dan enggan menikah), dan beliau bersabda:

‫َتَز َّو ُج ْوا الْ َولُْو َد الْ َو ُد ْو َد فَِإيِّنْ ُم َكاثٌِر بِ ُك ُم اْأل َُم َم َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬
“Kawinilah perempuan yang subur (berpotensi punya banyak anak) dan
penyayang, sesungguhnya aku akan bangga dengan jumlah kalian yang banyak
melebihi ummat-ummat lain pada hari kiamat”.
Untuk tujuan tersebut, al-Qur’an menyatakan :
20

         
       
    
“Allah menjadikan bagimu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isterimu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari
yang baik-baik. Maka mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah ?" (QS al-Nahl : 72)
Manusia secara fitrah menginginkan keturunan dan sangat menyukai anak,
karena Allah menjadikan cinta anak sebagai hiasan hidup manusia. Allah SWT
berfirman :
       
     
  
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: para perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS Ali Imran :
14)
     
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS al-Kahfi : 46)
Manusia harus berhati-hati dengan rasa cintanya yang begitu besar pada anak-
anaknya. Rasa cinta yang berlebihan bisa menimbulkan fitnah yang membuatnya
berbuat maksiat kepada Allah. Allah SWT berfirman :
        

“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allahlah pahala yang besar.” (QS al-Taghaabun : 15)
Fitnah cinta pada anak dapat membuat manusia lupa diri, berbuat dosa,
melanggar hukum-hukum Allah, dan meninggalkan kewajiban. Demi anak, ada orang
tua yang melakukan bisnis haram agar dapat memberinya nafkah. Karena sayang
anak, ada orangtua yang enggan berjihad karena takut berpisah dengannya. Dalam
kondisi seperti ini, anak bisa menjadi menjadi “musuh dalam selimut” bagi
21

orangtuanya. Karena itu, orangtua harus selalu waspada agar cinta mereka kepada
anak-anaknya tidak menjerumuskan mereka kepada dosa dan maksiat.
Allah SWT berfirman :
       
        
  
“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka),
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-
Taghaabun : 14)
Imam Tirmidzi dan al-Hakim meriwayatkan asbabun nuzul dari ayat di atas,
dari Abdullah bin Abbas, dia berkata : “Ayat diatas turun kepada sekelompok
penduduk Mekkah yang masuk Islam. Isteri dan anak mereka tidak mau mengikuti
mereka. Ketika mereka datang menemui Rasulullah SAW di Madinah, mereka
melihat orang-orang yang lebih awal hijrah telah memahami urusan agama.
Kemudian mereka bermaksud menyiksa anak dan isterinya, lalu Allah menurunkan
ayat yang artinya :
        
“… dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS
al-Taghaabun : 14)

Menjaga diri dari perbuatan haram


Diantara tujuan nikah yang terpenting adalah menjaga diri dari perbuatan zina
dan perbuatan keji lainnya. Pernikahan bukanlah semata-mata media untuk
melepaskan nafsu dan hasrat seksual. Memang ada benarnya bahwa melepaskan
nafsu seksual dapat menyebabkan seseorang memiliki sifat iffah (terjaga dari dosa).
Akan tetapi sifat ini tidak dapat terwujud kecuali dengan niat yang tulus dan usaha
yang keras. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
22

Seseorang yang tujuannya dalam menikah hanya untuk melepaskan nafsu


seksual dengan melakukannya terus menerus tanpa ada niat untuk menjaga dirinya
dari zina, maka dia tidak jauh beda dengan binatang. Jadi, suami isteri hendaknya
memiliki tujuan mulia dari aktifitas seksual yang dilakukannya yaitu memenuhi
hasrat seksualnya secara wajar supaya terjaga, sehingga bisa berpaling dari perbuatan
haram. Begitulah tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW.
Karena itulah mengapa Rasulullah SAW menganjurkan kepada orang yang
sudah mampu untuk segera melaksanakan pernikahan supaya dia mampu menjaga
kehormatan dan pandangan matanya dari hal-hal yang diharamkan Allah, sehingga
dia tidak terjerumus ke dalam lembah dosa perzinahan dan kemaksiatan. Bagi yang
belum mampu, Rasulullah SAW juga memberikan saran untuk berpuasa, karena
puasa bisa mengerem hasrat seksual yang berlebihan.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abdillah
bin Mas’ud, dia berkata : “Rasullah SAW bersabda :
ِ ُّ ‫ م ِن اس تطَاع ِمْن ُكم الْب اء َة َف ْليت ز َّوج فَِإنَّه أَ َغ‬،‫اب‬
‫ص ُن‬ ْ ‫ص ِر َوأ‬
َ ‫َح‬ َ َ‫ض ل ْلب‬ ُ ْ َ ََ َ َ ُ َ َ ْ َ ِ َ‫الش ب‬ َّ ‫يَا َم ْع َش َر‬
)‫الص ْوِم فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجاءٌ (رواه البخاري ومسلم‬ َّ ِ‫ َو َم ْن مَلْ يَ ْستَ ِط ْع َف َعلَْي ِه ب‬،‫لِْل َف ْر ِج‬
“Hai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah mampu melakukan al-
baah (memikul beban dan biaya kawin), hendaklah dia kawin, karena ia lebih dapat
menundukkan pandangan mata dan lebih dapat menjaga kehormatan.. Barangsiapa
belum mampu, hendaklah dia berpuasa karena puasa bisa menjadi benteng yang
menjaganya (dari perbuatan zina).” (HR Bukhari – Muslim).
Hadist di atas menjelaskan bahwa menikah dapat membantu terwujudnya dua
hal, yaitu : menundukkan pandangan mata dari perempuan yang diharamkan dan
menjaga kehormatan dari zina dan perbuatan–perbuatan keji lainnya. Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seoarang diantara kalian mengagumi
seorang perempuan dan masuk ke dalam hatinya, hendaklah dia pergi kepada
isterinya dan mengaulinya, karena hal itu dapat menolak apa yang ada dalam
hatinya “.
23

Orang orang yang menjadikan seks sebagai tujuan utama dalam


pernikahannya, maka hal itu hanya akan menambah tinggi hasrat seksualnya.
Akhirnya dia menganggap isterinya tidak cukup memuaskan baginya, kemudian dia
berpaling kepada perempuan-perempuan yang diharamkan Allah SWT.
Adapun hikmah perkawinan bagi ummat manusia, khususnya ummat Islam,
adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan perkawinan merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah
SWT.
b. Perkawinan bisa memelihara dari dosa dan maksiat.
c. Perkawinan merupakan sarana untuk membentuk rumah tangga bahagia, damai,
dan tenteram, yang diliputi oleh cinta dan kasih sayang antara suami dan isteri.
d. Dengan perkawinan dapat diperoleh garis keturunan yang sah, jelas, dan bersih,
demi kelangsungan hidup dalam keluarga dan masyarakat.
e. Dengan perkawinan akan tercipta pergaulan hidup antara seseorang atau
kelompok masyarakat secara teratur, terhormat, dan halal, sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat di antara makhluk-makhluk
Allah yang lain.

Dasar-dasar Pembentukan Rumah Tangga Bahagia

Rumah tangga yang sakinah, penuh dengan cinta dan kasih sayang, adalah
rumah tangga yang bahagia. Rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang
berkualitas, mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah SWT. Ada lima aspek
pokok yang harus dipenuhi dalam sebuah rumah tangga agar menjadi rumah tangga
yang sakinah, yaitu :
1. Mewujudkan suasana kehidupan yang Islami dengan melaksanakan hal-hal
berikut :
a. Membiasakan diri membaca al-Qur’an, memahami isinya, dan sebisa
mungkin mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
24

b. Membudayakan shalat berjemaah dalam keluarga.


c. Mengamalkan doa-doa yang diajarkan Rasulullah SAW dalam aktifitas
kehidupan sehari-hari. Seperti membaca basmalah untuk memulai setiap
aktifitas, membaca al-hamdalah sesudahnya, dan membaca kalimat-kalimat
thayyibah dalam berbagai kesempatan.
2. Melaksanakan pendidikan dalam keluarga, seperti yang dilaksanakan oleh
Luqman al-Hakim kepada putranya :
a. Pendidikan tauhid (mengesakan Tuhan)
b. Pendidikan keilmuan
c. Pendidikan akhlak
d. Pendidikan keterampilan
e. Pendidikan kemandirian
3. Mewujudkan kesehatan keluarga dengan cara :
a. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
b. Berolah raga secara teratur
c. Menjaga kesehatan tubuh dan gizi keluarga (empat sehat, lima sempurna, dan
enam halal)
4. Mewujudkan perekonomian keluarga yang sehat dengan cara :
a. Mencari rizki yang halal dan baik
b. Mengatur keuangan keluarga dengan cara hidup hemat tapi tidak kikir
c. Membiasakan diri menabung
d. Melakukan usaha home industry untuk menunjang perekonomian keluarga.
5. Mewujudkan hubungan kekeluargaan yang selaras, serasi, dan seimbang, dengan
cara :
a. Membina akhlak, sopan santun, dan etika dalam kehidupan berkeluarga.
b. Menciptakan suasana keakraban antar anggota keluarga.
c. Menciptakan suasana terbuka, saling memiliki, dan penuh tanggung jawab
dalam keluarga.
25

d. Menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menghormati, dan saling


memaafkan antar anggota keluarga.
e. Melaksanakan pergaulan yang harmonis dengan para tetangga, teman, dan
masyarakat secara keseluruhan.
Rasulullah SAW bersabda :

،‫ َوأ َْوالَ ُدهُ أ َْب َر ًارا‬،ً‫ص احِلَة‬ ِ ِ ِ


َ ُ‫ أَ ْن تَ ُك ْو َن َز ْو َجتُ ه‬: ‫أ َْربَ ٌع م ْن َس َع َادة الْ َم ْرء‬
)‫ َوأَ ْن يَ ُك ْو َن ِر ْزقُهُ يِف ْ َبلَ ِد ِه (رواه الديلمي‬، َ ‫صاحِلِنْي‬
َ ُ‫َو ُخلَطَ ُاؤه‬
“Kebahagiaan seseorang terwujud dalam empat hal : isteri yang shalih,
anak-anak yang baik (terdidik), teman bergaul yang shalih, dan rizki yang
diperoleh di negeri sendiri.” (HR al-Dailami)

Poligami

Islam bukanlah agama pertama yang mensyariatkan poligami. Islam tidak


melarang poligami karena ia bisa menyelesaikan banyak masalah yang menimpa
masyarakat. Islam hanya memberikan batasan-batasan tertentu demi kemaslahatan
semua pihak. Artinya, Islam hanya memperbaiki kebiasaan poligami yang sudah ada
beberapa abad sebelumnya.
Sebelum Islam, tidak ada yang melarang seorang laki-laki yang mau menikahi
seratus perempuan. Hal ini pernah terjadi pada seseorang yang ingin memeluk Islam
sementara dia memiliki isteri lebih dari empat orang. Dialah Ghilan al-Tsaqafi yang
ingin masuk Islam dengan sepuluh orang isteri. Mereka semua memeluk Islam
bersamanya. Rasulullah SAW menyuruhnya untuk memilih empat orang di antara
mereka dan menceraikan yang lain.
Islam membatasi sebanyak empat orang isteri supaya ada batasan yang jelas.
Setiap laki-laki memiliki kemampuan yang berbeda. Ada yang memiliki satu orang
26

isteri, tetapi dia sudah merasa kesulitan untuk menafkahinya. Ada juga yang memiliki
empat orang isteri, tetapi dia mampu memberi mereka nafkah.
Poligami dalam Islam maksimal empat orang isteri. Hukumnya tidak wajib
dan tidak juga haram. Allah SWT berfirman :
         
         
    
“… maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.” (QS al-Nisaa’ : 3)
Laki-laki diperbolehkan menikahi empat isteri apabila dia mampu berlaku adil
dan mampu memenuhi kebutuhan isteri-isterinya, baik berupa makanan, pakaian,
tempat tinggal, maupun keperluan hidup lainnya.
Walaupun poligami terus menuai protes, terutama dari pihak perempuan,
poligami justeru memberikan banyak manfaat dan menjadi solusi atas banyak
permasalah sosial, diantaranya :
1. Poligami memberikan solusi bagi laki laki yang memiliki libido seksual melebihi
kebanyakan laki-laki dan merasa tidak cukup hanya dengan satu isteri, sehingga
dia bisa terhindar dari perbuatan zina.
2. Poligami bisa menekan jumlah perzinahan di tengah-tengah masyarakat. Apabila
seorang laki-laki dan perempuan dimabuk cinta, tidak ada pilihan bagi keduanya
selain dua hal: menikah yang dihalalkan atau berzina yang diharamkan. Orang
yang berakal sehat tentu tidak akan memilih pilihan yan kedua. Dia pasti akan
memilih pilihan yang kedua.
3. Melindungi para janda dan perempuan lanjut usia yang belum kawin terutama
setelah peperangan yang menewaskan suami mereka. Tentu mereka tidak ingin
menghabiskan sisa umurnya tanpa suami yang melindungi dan mengasihi mereka.
Adalah lebih baik bagi mereka - jika tidak keberatan - menjadi isteri kedua, ketiga
atau kempat.
27

Kita sadari bahwa poligami banya menuai protes di sana sini, terutama dari
kalangan non muslim dan umat Islam sendiri yang telah dipengaruhi barat. Para
perempuan enggan menerima poligami karena didorong oleh rasa cemburu yang
secara fitrah dimiliki mereka. Kita katakan kepada orang-orang yang menentang
poligami :
Pertama, hukum poligami tidak wajib melainkan mubah. Boleh dilakukan atau
tidak dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Apabila ada seorang laki-laki beristeri
ingin menikah lagi dengan perempuan yang ingin dijadikan isteri kedua, lalu dia
menyampaikan maksudnya kepada para perempuan, ternyata tidak ada seorang pun
perempuan yang mau dijadikan isteri keduanya, apakah poligami bisa terjadi? Pasti
tidak. Jadi, perempuan berhak menerima atau menolak laki-laki yang ingin
berpoligami.
Tetapi realitanya tidak demikian, perempuan menolak poligami karena katanya
bisa mengurangi harkat dan martabatnya. Walaupun begitu, jika dia menemukan
“pengantin” yang telah beristeri, tetapi banyak harta dan berkedudukan tinggi, dengan
senang hati dia mau menerimanya, meskipun dia menyadari hal itu akan membuat
isteri pertamanya sakit hati. Dia juga sadar bahwa dirinya akan dijadikan madu, madu
yang pahit, tetapi dia tidak peduli.
Kedua, dari segi sosial, poligami adalah sesuatu yang mulia dan terhormat.
Isteri tetaplah isteri dan tetap memiliki hak-hak sebagai isteri sepenuhnya. Tidak
peduli dia isteri pertama atau keempat. Poligami menciptakan interaksi sosial yang
menyenangkan, baik secara pribadi atau kolektif, sehingga zina dapat diminimalisir
karena syahwat telah kenyang dengan yang halal. Tidak ada lagi hubungan yang
diharamkan kecuali bagi orang yang rusak akhlaknya. Dia akan mendapatkan
hukuman zina yang menyakitkan.
Ketiga, intensitas nafsu seksual perempuan lebih rendah dibandingkan nafsu
seksual laki laki. Bahkan pada hari-hari tertentu perempuan tidak memiliki hasrat
seksual sama sekali. Misalnya pada masa haid, mengandung, dan nifas. Dia tidak
ingin berdekatan dengan laki-laki kecuali pada masa sebelum haid dan setelah masa
28

haid sekitar satu minggu, kurang lebih setiap lima belas hari. Sedangkan nafsu
seksual laki-laki bisa bergelora setiap saat karena tidak ada yang mendinginkannya
pada saat-saat tertentu.
Keempat, perempuan boleh saja menentang poligami karena didorong rasa
cemburu yang dimiliknya. Tetapi itu hanya boleh sebatas cemburu dan tidak boleh
sampai mengubah hukum agama yang memperbolehkannya. Tidak boleh menyerang
agama dengan kritik salah alamat dan penistaan. Juga tidak boleh menganggap
poligami sebagai bentuk kezaliman laki-laki terhadap perempuan.
Isteri pertama berhak menolak madunya karena rasa sakit hati dan rasa
cemburunya. Akan tetapi sama sekali dia tidak berhak mengingkari dan menolak
hukum agama yang memperbolehkan suaminya menikah dengan wanita lain.
Isteri pertama boleh membenci poligami, tetapi dia tidak boleh membenci
hukum agama yang memperbolehkannya karena agama memperhatikan maslahah dan
realita. Wajib hukumnya tunduk pasrah pada hukum Allah SWT agar iman yang
sempurna dapat terwujud. Allah berfirman :
          
          
   
“Tidaklah patut bagi laki-laki mu’min dan tidak (pula patut) bagi perempuan
mu’minah, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan rasulu-Nya maka dia telah sesat dengan kesesatan yang
nyata.” (QS al-Ahzaab: 36)

Tanya Jawab

1. Apakah seorang muslim diperbolehkan tidak menikah dan menjalani hidup


kependetaan (rahbaniyah) ?
Jawab : tidak boleh karena Islam tidak mengajarkan rahbaniyah.
29

2. Sampai di mana batas kemampuan (al-baah) sehingga seseorang dituntut untuk


menikah ?
Jawab: Cukup baginya memiliki harta yang bisa digunakan untuk membangun
rumah yang layak sesuai dengan penghasilan dan profesinya. Sementara
maskawin yang terlalu mahal, membangun rumah mewah, dan lain-lain yang
berada di luar kemampuannya tidak menjadi syarat.
3. Mana yang lebih baik menikahi perempuan yang masih gadis atau janda?
Jawab : menikahi perempuan yang masih gadis lebih baik, sesuai anjuran
Rasulullah SAW, walaupun tidak ada larangan untuk menikahi perempuan
janda.
4. Apakah ada cara lain selain puasa yang bisa digunakan oleh anak muda untuk
menjaga diri agar sabar menunggu pernikahan tiba?
Jawab : ada, seperti menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang
diharamkan, memperbanyak bacaan al-Qur’an, tidak menonton film-film yang
merangsang hasrat seksual, dan tidak membaca bacaan-bacaan porno.
5. Banyak orang yang telah berkeluarga masih terjerumus dalam dosa
perselingkuhan dan perzinahan, apakah pernikahan mereka tidak berfungsi?
Jawab: iman mereka lemah. Laki-laki dan perempuan yang tujuan
pernikahannya hanya untuk seks, tidak akan merasa cukup hanya dengan
menggauli pasanganya. Hasrat seksualnya selalu menggelora dan selalu
menginginkan suasana baru dalam kehidupan seksualnya. Pernikahan menjadi
tidak berguna karena mereka menikah bukan untuk menjaga kehormatan,
melainkan hanya untuk kepuasan seksual. Perkawinannya tak jauh beda dengan
perkawinan binatang.
6. Apa yang dimaksud adil terhadap para isteri dalam poligami?
Jawab: Adil yang diwajibkan hanya dalam masalah makanan, pakaian, tempat
tinggal dan giliran bermalam. Karena itu diharamkan bagi seorang laki-laki
yang berpoligami memprioritaskan salah satu dari isterinya dalam hal-hal
tersebut tanpa seizin dan kerelaan isterinya yang lain. Sedangkan adil dalam
30

“cinta’ tidak diwajibkan karena manusia tidak dapat mengendalikan


kecenderungan hatinya.
7. Mampukah seorang laki-laki berlaku adil terhadap isteri-isterinya?
Jawab: Ya, jika dia bersungguh-sungguh sambil memohon petunjuk dan
pertolongan Allah SWT.
8. Jika demikian, lalu apa maksud firman Allah SWT :
        
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian.” (QS al-Nisaa’ : 129) ?
Jawab : Maksudnya dalam masalah cinta. Kamu tidak akan bisa berlaku adil
terhadap isteri-isterimu dalam cinta meskipun kamu sangat ingin berbuat
demikian. Kecenderungan hati atau cinta yang lebih besar kepada salah satu
isteri berada diluar kemampuan manusia yang tak mampu ditolaknya sehingga
dalam hal ini dia tidak disalahkan dengan syarat tidak sampai menzalimi isteri-
isterinya yang lain. Hal ini dipahami dari lanjutan ayat di atas :
     
“… karena itu jangnalah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai)
sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.” (QS al-Nisaa’ : 129)
Apabila cintamu kepada salah satu isterimu melebihi cintamu kepada isterimu
yang lain, maka janganlah kamu hanya mencurahkan cintamu kepadanya
seorang, dan membuat isterimu yang lain terkatung-katung : bersuami tidak,
tidak bersuami juga tidak. Hal ini juga diperkuat dengan sebuah hadits dari
Aisyah ra, dia berkata bahwa Rasulullah berlaku adil di antara isteri-isterinya,
beliau bersabda “Ya Allah, inilah pembagianku dalam hal yang aku miliki,
janganlah Engkau salahkan aku dalam hal yang Engkau miliki dan tidak aku
miliki (cinta) “.
9. Apakah poligami diharamkan bagi orang yang jika tidak mampu berlaku adil
terhadap isteri-isterinya?
jawab : Ya
31

10. Apa hukum seorang muslimah yang mengingkari adanya bidadari di surga?
jawab: Keingkarannya dapat mengeluarkannya dari Islam. Na’uzdubillah. Dia
wajib kembali kepada Islam dan bertaubat kepada Allah. Selain itu dia juga
harus percaya bahwa diantara nikmat surga bagi laki-laki adalah bidadari. Apa
yang membuatnya enggan bila suaminya menikahi bidadari di surga?
Seandainya dia masuk surga karena iman dan amal shalehnya maka nikmat
surga tidak dapat dihitung dan tak terbatas. Yang ada di dalamnya bukan hanya
bidadari. Dia akan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan di dalamnya.
Seandainya dia masuk nereka maka dia adalah perempuan terburuk yang
menempati neraka sebagai tempat terburuk.
32

BAGIAN DUA
MEMINANG

Meminang dan Hukumnya

Meminang (khithbah) adalah pengantar menuju gerbang pernikahan. Khithbah


adalah penawaran yang dilakukan laki laki untuk menikah dengan seorang
perempuan. Laki-laki sebagai peminang yang dikenal dengan sebutan khathib dan
perempuan yang dipinang dikenal dengan sebutan makhthubah.
Meminang hukumnya sunnah karena Raslulllah SAW pernah melakukannya,
baik meminang untuk dirinya atau orang lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui
pendapat perempuan yang dipinang dan pendapat walinya, apakah setuju atau tidak.
Kesepakatan antara kedua belah pihak sangat diperlukan sebelum akad nikah
dilaksanakan. Rasulullah SAW melarang menikahkan seorang perempuan kecuali
setelah mendapat persetujuan darinya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

،‫ ي اَ َر ُس ْو َل اهلل‬: ‫ قَ الُْوا‬،‫الَ ُتْن َك ُح اْألَمِّيُ َحىَّت تُ ْس تَأْ َمَر َوالَ ُتْن َك ُح الْبِ ْك ُر َحىَّت تُ ْس تَأْذَ َن‬
)‫ت (متفق عليه‬ َ ‫ أَ ْن تَ ْس ُك‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ف إِ ْذنُ َها‬ َ ‫َو َكْي‬
“Seorang janda tidak boleh dinikahkan hingga diajak berembuk, dan seorang
gadis tidak boleh dinikahkan hingga dimintai izin.” Mereka berkata : “Ya
Rasulullah, bagaimana (mengetahui) izinnya” ?. Beliau bersabda : “Bila dia diam”.
(HR Muttafaq alaih)
Seorang janda yang akan dinikahkan perlu dimintai pendapatnya supaya
diketahui apakah dia setuju menikah atau tidak. Sedangkan seorang gadis cukup
dimintai izinnya. Jika dia diam tidak menjawab berarti dia setuju. Dia tidak perlu
33

dipaksa untuk menjawab dengan jelas karena kadang-kadang dia malu


mengatakannya
Perlu diperhatikan bahwa diam yang dimaksud dalam hadits di atas adalah diam
yang menunjukkan kerelaan bukan pemberontakan. Hal itu dapat dipahami dari
ekspresi wajah dan lai-lain yang biasanya tidak sulit bagi kedua orang tua untuk
mengetahuinya.
Untuk menikah, seorang perempuan harus mendapatkan persetujuan dari
walinya. Karena persetujuan wali merupakan syarat sahnya pernikahan menurut
mayoritas ulama. Rasulullah SAW bersabda :

)‫اح إِالَّ بَِويِل ٍّ (رواه أمحد واألربعة‬ ِ


َ ‫الَ ن َك‬
“Tidak ada pernikahan (sah) kecuali dengan wali”.(HR Ahmad)
Dalil yang digunakan mayoritas ulama tentang syarat adanya kerelaan wali
dalam pernikahan adalah firman :
ِ ‫فَالَ َتعض لُوه َّن أَ ْن يْن ِكحن أ َْزواجه َّن إِ َذا َتراض وا بيَنهم بِالْمعرو‬
: ‫ف (البق رة‬ ْ ُ ْ َ ْ ُ َْ ْ َ َ َُ َ َ ْ َ ُْ ُ ْ
)232
“Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka untuk menikah
dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan
cara yang ma'ruf.” (QS al-Baqarah : 232)
Imam syafi’i berkata : “Ayat ini adalah dalil yang paling jelas tentang
diwajibkannya wali dalam akad nikah, jika tidak maka larangan wali kepada anaknya
untuk menikah menjadi tidak berarti“2.

Melihat Calon

2
Lihat subulus salam syarah bulughul maram, III/130, karya Shan’ani.
34

Pada dasarnya, laki-laki melihat perempuan bukan mahramnya atau sebaliknya


hukumnya haram. Laki–laki dan perempuan wajib menundukkan pandangannya dari
lawan jenisnya. Allah SWT :
       
          
...      
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya…” (QS al-Nuur : 30-31)
Melihat perempuan yang hendak dipinang atau sebaliknya diperbolehkan
dalam agama, bahkan disunnahkan, tetapi dengan syarat ingin meminang. Banyak
sekali hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan masalah ini. Salah satunya adalah
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda kepada laki-laki yang hendak menikahi seorang perempuan :

‫ب فَانْظُْر إِلَْي َها‬ ِ‫ ا‬: ‫ال‬ َ َ‫ت إِلَْي َها؟ ق‬


ْ َ َ َ‫ ق‬،َ‫ ال‬: ‫ال‬
‫ه‬ ‫ذ‬
ْ َ ‫أَنَظَْر‬
“Apakah kamu sudah melihatnya?“ Dia menjawab : “Belum“. Beliau bersabda
: “Pergilah dan lihatlah dia“.
Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir, dia berkata :
“Rasulullah SAW bersabda :

‫اع أَ ْن َيْنظُ َر ِمْن َها إِىَل َما يَ ْدعُ ْوهُ إِىَل‬


َ َ‫اس تَط‬
ِ
ْ ‫ فَ ِإن‬،‫َح ُد ُك ُم الْ َم ْرأََة‬
َ‫بأ‬ َ َ‫إ َذا َخط‬
ِ
ِ ‫نِ َك‬
‫اح َها َف ْلَي ْف َع ْل‬
“Apabila seseorang di antara kalian hendak meminang seorang perempuan,
kalau dia bisa melihat darinya sesuatu yang bisa menariknya untuk menikahinya,
hendaklah dia melakukannya.”
Menurut mayoritas ulama, melihat yang diperbolehkan pada perempuan yang
hendak dipinang hanya terbatas pada wajah dan kedua telapak tangannya. Melihat
35

wajah sudah cukup untuk mengetahui kecantikannnya, dan melihat kedua telapak
tangan sudah cukup untuk mengetahui keadaan tubuhnya. Selebih dari itu laki-laki
yang meminang dapat meminta bantuan kepada ibu atau saudara perempuannya
untuk melihatnya lebih dekat. Misalnya untuk mengetahui aroma mulutnya,
ketiaknya, badannya, dan keindahan rambutnya.
Melihat perempuan hendaknya dilakukan sebelum meminang, karena apabila
tidak ada kecocokan bisa digagalkan tanpa harus menyakiti perasaanya. Melihat
boleh dilakukan tanpa sepengetahuan perempuan yang bersangkutan, dan bahkan itu
lebih utama. Imam Ahmad dan Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Abu
Humaid bahwa Rasulullah bersabda :
“Apabila seseorang di antara kalian hendak melamar perempuan, maka dia
tidak berdosa melihatnya jika untuk melamarnya walaupun perempuan itu tidak
mengetahui”.
Seakan sudah menjadi tradisi, bahwa keluarga kedua pihak berkumpul setelah
acara pinangan selesai kemudian membaca surah al-Fatihah agar pinangan tersebut
mendatangkan barokah bagi kedua belah pihak. Ini baik untuk dilakukan tetapi bukan
termasuk akad nikah.
Sedangkan tradisi berduaan dengan tunangan, pergi bersama, begadang bersama
dan pulang pergi bersama, semua itu adalah trend buruk yang sengaja diusung budaya
barat untuk menghancurkan Islam. Mereka berdalih supaya masing-masing dapat
mengenal calonnya lebih dekat lagi dan pernikahannya bisa mendatangkan
kebahagiaan. Ini adalah anggapan yang tak dapat dibenarkan dan tidak ada dasarnya.
Bukankah keduanya bisa berpura-pura dan menyimpan karakter aslinya yang buruk
di hadapan pasangannya? Karakter sebenarnya baru dapat dilihat setelah menikah,
pada saat keduanya tidak lagi memaksakan diri dan berpura-pura. Saat itu keduanya
baru akan merasakan kekecewaan setelah melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan
harapan.
Kenyataan yang sering terjadi di pengadilan agama, bahwa suami isteri yang
menjalani proses pernikahannya dengan benar menurut tuntunan agama, sejak
36

bertunangan hingga malam pertama, menemukan kebahagiaan dalam berumah tangga


dengan taufiq dan ridla Allah. Justru yang banyak gagal adalah mereka yang
mengadopsi budaya dan tradisi orang-orang barat.

Ciri-ciri Ideal Calon Pendamping Hidup

Ketika remaja putra dan putri beranjak dewasa, mereka dapat menentukan ciri-
ciri ideal calon pendamping hidup masing-masing. Setiap orang memiliki pandangan
berbeda tentang sifat-sifat ideal pasangan sesuai dengan latar belakang pendidikan
mereka. Ada yang membuat daftar persyaratan yang bersifat jasmaniyah, misalnya
calon yang diinginkan harus memiliki tinggi tubuh sekian, warna kulit begini, mata
begitu, dan lain sebagainya. Ada yang menjadikan harta sebagai tolok ukur. Ada pula
yang menjadikan kedudukan, popularitas, dan keturunan sebagai kriteria.
Syara-syarat itu memang diperlukan dan tidak ada larangan untuk mencarinya.
Lalu, apakah tidak ada sifat lain yang lebih baik dan lebih bermanfaat dari semua itu?
Ada, yaitu agama. Buktinya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari
dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :
ِ ‫ لِماهِل ا وحِل س بِها وجِل ماهِل ا و‬: ‫ُتْن َكح الْم رأَةُ ِألَرب ٍع‬
ِ ‫ فَ اظْ َفر بِ َذ‬،‫لِدينِها‬
‫ات الدِّيْ ِن‬ ْ َ ْ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ
ْ َ‫تَ ِرب‬
‫ت يَ َد َاك‬
“Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara : karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah perempuan yang kuat
agamanya, pasti kamu beruntung”.
Karena itu, hendaklah memilih calon isteri yang baik agamanya. Jika bisa
melengkapi sifat sifat yang lain, misalnya kecantikan , harta dan keturunan maka itu
semakin baik. Akan tetapi harta, kedudukan dan kecantikan tanpa agama tidak ada
artinya. Wanita cantik tanpa agama adalah perempuan yang terpedaya, wanita kaya
tanpa agama adalah wanita angkuh dan wanita berkedudukan dan keturunan
terhormat tanpa agama adalah wanita sombong. Sedangkan yang baik agamanya akan
37

tetap berbudi luhur, rendah hati dan taat meskipun amat cantik,kaya raya dan
keturunan terhormat.
Sifat-sifat ideal ini tidak hanya harus dimiliki perempuan, tetapi juga harus
dimiliki laki laki. Karena itu, perempuan yang dipinang tidak boleh tertipu oleh
ketampanan, kekayaan dan keturunan peminangnya. Yang perlu mendapatkan
perhatian lebih adalah agamanya. Jika agamanya baik, berarti dia memiliki sifat yang
paling penting, sedangkan sifat-sifat yang lain berada di urutan berikutnya.
Laki-laki yang baik agamanya akan manjaga isterinya, melindunginya,
menggaulinya dengan baik, penuh kesabaran, memuliakannya jika sedang suka, tidak
menzaliminya ketika sedang tidak suka. Jika sang isteri tidak menyukainya dan
menghendaki perceraian, dia tidak akan menahannya hanya untuk menyakiti
perasaannya, akan tetapi menceraikannya dengan cara yang baik.
Kehidupan rumah tangga penuh dengan cobaan, problematika, tanggung jawab,
dan transisi dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Jika seorang isteri hanya mencintai
harta suaminya, lalu harta itu ludes, kira-kira apa yang akan terjadi? Jika dia hanya
memandang pangkat dan ketampanan suaminya, lalu keduanya sirna, apa yang akan
terjadi? Pasti gejolak hebat akan menerpa kehidupan rumah tangga mereka,
perselisihan akan terjadi di antara mereka. Semua itu terjadi karena rumah tangga
mereka tidak berpijak pada pondasi yang kuat, tetapi pada nafsu pribadi yang
membuatnya tidak tahan lama.
Jika sebuah rumah tangga dibangun di atas dasar agama, pasti ia akan berdiri
kokoh. Agama adalah keyakinan yang mendalam yang tertanam kuat dalam hati
sanubari seorang muslim. Agama akan menjadi pengendali tindakan dan
perkataannya dalam pergaulan sehari-hari, baik dengan keluarga maupun masyarakat.
Muslim yang kuat senantiasa bersyukur kepada Allah ketika berada dalam
kebahagiaan, tabah di saat berada dalam kesusahan, menghadapi kenyataan hidup
dengan sinar keimanan dan kesabaran, mampu bekerjasama dengan pendamping
hidupnya dengan penuh kesetiaan dan pengorbanan.
38

Cinta, Rindu dan Cemburu

Tiga hal ini selalu ada dalam hati manusia, walaupun dengan makna yang
berbeda-beda. Belum pernah ada orang yang memberikan definisi untuk ketiga kata
itu sesuai dengan batasan agama. Sehingga tidak jelas kapan manusia dianggap
melanggar batasan tersebut. Mungkin keengganan untuk memberikan definisi yang
jelas didorong oleh anggapan bahwa kata-kata itu mesum, tidak sopan, dan dekat
dengan perzinahan. Anggapan seperti itu sebenarnya keliru.

Cinta (hubb)
Cinta adalah ketertarikan atau kecenderungan hati (mail al-qalbi) terhadap
sesuatu yang disukai. Cinta adalah perilaku hati bukan perilaku anggota tubuh lahir.
Perkawinan tidak akan mencapai kebahagiaan tanpa didasari cinta sejati antara suami
dan isteri. Cinta biasanya bermula dari pandangan mata. Oleh sebab itu, Rasulullah
SAW menganjurkan orang yang ingin melamar untuk melihat calonnya terlebih
dahulu agar dapat melahirkan cinta dan kecocokan. Imam Ahmad dan Nasai
meriwatkan sebuah hadits dari Mughirah bin Syu’bah, dia berkata “Aku meminang
seorang perempuan, lalu Rasulullah SAW bersabda kepadaku : “Apa kamu sudah
melihatnya?“ Aku menjawab : “Belum”. Beliau bersabda : “Lihatlah dia, karena hal
itu akan melahirkan cinta dan kecocokan di antara kalian berdua.”.
Kebanyakan orang enggan berbicara tentang cinta, bahkan mereka beranggapan
bahwa hal itu dosa. Bila salah seorang dari mereka mempunyai ketertarikan kepada
orang lain, dia beranggapan bahwa dirinya telah berbuat dosa dan maksiat. Mereka
memiliki penafsiran yang bermacam-macam tentang cinta dan hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan laki-laki dan perempuan. Orang yang menganggap cinta itu dosa
memaknai cinta dengan apa yang dia lihat dari orang-orang yang melakukan hal-hal
yang dilarang agama atas nama cinta. Duduk bersama, begadang, hura-hura, berdansa
ria, pesta minuman memabukkan, bahkan melakukan seks bebas. Padahal makna
cinta bukanlah itu semua.
39

Ketertarikan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah salah satu


bentuk keinginan syahwati dari sekian banyak keinginan yang dijadikan Allah SWT
dalam diri manusia. Allah SWT berfirman :
       
     
  
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: para perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS Ali Imran :
14)
Karena Allah menjadikan kesukaan terhadap keinginan-keinginan ini sebagai
hiasan manusia, maka cinta manusia pada semua itu sangat besar. Allah menjadikan
cinta antara laki-laki dan perempuan bukan untuk melahirkan hubungan yang
diharamkan antara keduanya melainkan hubungan dalam yang sah dan terikat dalam
sebuah perkawinan.
Allah menyuruh setiap muslim menahan pandangan, karena mata adalah kunci
hati, sehingga dia bisa terhindar dari jalan sesat. Allah juga menyuruhnya untuk
menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan fitnah dan perbuatan keji, seperti diam
berduaan, bersentuhan, bersalaman dan berciuman. Semua itu dapat menyebabkan
ketertarikan hati. Jika hati sudah tertarik maka sulit untuk menahan nafsu kecuali
nafsu yang telah dirahmati Allah.
Kesimpulannya adalah bahwa ketertarikan hati tidak berdosa, yang berdosa
adalah penyebabnya dan perbuatan berikutnya yang dilarang agama. Laki-laki dan
perempuan yang saling pandang, atau duduk berduaan sambil ngobrol yang
menyebabkan hati mereka saling tertarik dan jatuh cinta, maka ketertarikan itu sendiri
tidak berdosa karena termasuk aktifitas hati yang berada diluar kuasa manusia untuk
menyetirnya. Yang berdosa adalah penyebab yang melahirkan cinta. Sementara cinta
suci yang terpelihara dari dosa tidak apa-apa, bahkan sebagian ulama, seperti al-
Suyuti menyatakan bahwa pecinta yang menjaga diri dosa dan menyimpan cintanya
40

memperoleh pahala karena cintanya. Masalah ini akan kita bicarakan dalam
pembahasan selanjutnya.
Keselamatan manusia bisa diperoleh dengan cara menjauhi hal-hal yang
menyebabkan hati jatuh cinta atau membawanya kepada hal-hal yang membahayakan
diri dan agamanya. Sedikit sekali orang yang dapat menghindar atau menyelamatkan
diri dari masalah yang satu ini.

Rindu (‘isyq)
Rindu adalah perasaan cinta yang sangat mendalam. Rindu tidak selamanya
buruk dan tercela. Kadang ia tetap suci dan terjaga dan kadang menjadi hina dina.
Seperti halnya cinta, rindu juga termasuk aktifitas hati yang berada diluar kekuasaan
manusia untuk menyetirnya. Manusia hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas
sebab yang menimbulkannya dan akibat terlarang yang ditimbulkannya. Sedangkan
rindu yang terhindar dari dosa dan tetap dijaga akan mendatangkan pahala bagi
pemiliknya. Al-Thahawi dalam kitab Hasyiyah Maraaq al-Falah mengutip
pernyataan al-Suyuthi bahwa orang yang mati karena rindu yang suci dan terjaga
termasuk orang yang syahid meskipun penyebab rindunya diharamkan.
Menurut al-Suyuthi, orang yang mengalami kerinduan, laki-laki atau
perempuan, jika rindunya tetap dijaga dan dirahasiakan dengan tetap bersabar kendati
tak mampu menggapai orang yang dicintai hingga menyebabkannya mati, maka dia
akan memperoleh pahala syahid di akhirat. Itu karena perindu seperti ini bukanlah
perindu yang jahat dan mengumbar nafsu. Bukan perindu yang hina dan menjatuhkan
harga dirinya, melainkan perindu yang tabah dan tetap menjaga kerinduannya dalam
kesucian, walaupun hatinya merasakan kepiluan tidak bisa berpadu dengan yang
dicintainya. Dia mampu mengekang nafsu dan bisa mengendalikan anggota tubuhnya.
Sedangkan hatinya, dia tidak mampu merubahnya, hanya bersabar, menjaganya tetap
suci dan menyimpan perasaannya. Inilah yang mendatangkan pahala bagi pemiliknya.

Cemburu (ghairah)
41

Cemburu adalah perasaan tidak suka terhadap orang lain yang ditakutkan akan
mengambil haknya. Cemburu adalah representasi dari perasaan suka dan cinta. Tidak
akan ada perasaan cemburu kecuali pada diri orang sedang jatuh cinta. Cemburu
termasuk sifat yang baik dan mulia baik bagi laki-laki maupun perempuan, selama ia
ditempatkan pada tempat yang semestinya.
Setiap perempuan memiliki sifat cemburu, karena itu - secara fitrah - dia akan
sangat marah bila mengetahui suaminya berjalan dengan perempuan lain, atau
menyampaikan keinginannya untuk berpoligami. Hati kecil perempuan tidak terima
bila dimadu. Ini timbul karena rasa cinta kepada suaminya dan rasa cemburu kepada
setiap perempuan yang mendekati suaminya. Dia ingin memiliki suaminya secara
utuh, tanpa orang lain. Ini terjadi karena cinta, seandainya dia tidak mencintainya
pasti dia tidak peduli.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa perempuan boleh menolak untuk dimadu,
tetapi dia tidak boleh menolak hukum agama yang mengizinkan poligami. Menolak
untuk dimadu didorong oleh perasaan cemburu, sedangkan menolak hukum agama
didorong nafsu dan kesesatan. Seorang muslimah sejati pasti akan menerima hukum
agama tanpa ragu. Dia yakin bahwa tuntunan agama mengandung kebaikan dan
kemaslahatan, walaupun dia cemburu dan tidak suka terhadap madunya.
Secara khusus saya katakan kepada para muslimah tentang bidadari yang
disiapkan Allah untuk orang-orang beriman. Seorang muslimah tidak boleh
mengingkari adanya bidadari yang diperuntukkan orang-orang beriman hanya karena
didorong perasaan cemburu. Ada beberapa hal yang patut dijadikan pertimbangan.
Pertama, dia tidak tahu apakah dia akan bersama suaminya di surga kelak atau tidak.
Kedua, di surga tidak ada perasaan cemburu seperti di dunia. Ketiga, Allah akan
memberikan kenikmatan yang memuaskan hati para perempuan, meskipun kita tidak
tahu rincian nikmat tersebut. Surga adalah tempat kenikmatan yang tidak pernah
terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbersit
dalam benak manusia. Allah SWT :
42

          
  
“Seorangpun tidak tahu apa yang disembunyikan untuk mereka (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa
yang mereka kerjakan.” (QS al-Sajdah : 17)
Setiap mukmin dan mukminah akan menemukan apa saja yang mereka
kehendaki berupa kenikmatan dan kesenangan yang beraneka ragam. Mereka akan
merasaka kepuasan yang tiada batasnya. Tidak ada kewajiban lain di dunia ini untuk
meraih surga dan rahmat Allah SWT selain beramal saleh sebanyak mungkin.
Sedangkan bagi laki-laki, perasaan cemburu wajib ada dalam dirinya demi
menjaga keluarga dan kehormatannya. Perasaan cemburu padanya nampak pada
penolakan terhadap kemunkaran yang terjadi dalam keluarganya. Dia tidak rela bila
isteri dan anak perempuannya melakukan perbuatan memalukan dan mengumbar
aurat di hadapan laki-laki lain. Dia juga tidak rela melihat mereka bersenda gurau dan
berjalan dengan laki-laki lain, seolah mereka saudara atau anaknya.
Herannya, perasaan cemburu ini sekarang diganti labelnya menjadi sesuatu
yang ketat, sok sopan, fanatik, dan lain sebagainya. Rasa heran ini kemudian hilang
setelah kita sadar bahwa manusia sekarang telah menjadi tawanan tradisi barat yang
bobrok dan amoral. Tradisi barat tidak mengenal arti aib, kehormatan, dan kemuliaan,
karena mereka adalah masyarakat permisif dan hedonis. Orang-orang yang
mengagumi budaya barat tidak akan merasa cocok dengan ahklak Islam yang
didasarkan pada prinsip menjaga kehormatan dan kemuliaan.
Laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap keluarganya,
mendapakatkan predikat buruk dari Rasullah SAW, yaitu dayyuts, laki-laki yang
tidak punya kepekaan terhadap lingkungan yang munkar dan membiarkan keburukan
terjadi dalam keluarganya. Al-Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ammar bin
Yasir ra, dari nabi SAW :
43

“Sesungguhnya ada tiga orang yang tidak masuk surga : peminum khamer,
orang yang menyakiti orang tuanya, dan dayyuts, yaitu laki laki yang membiarkan
keburukan terjadi dalam keluarganya”.
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Ahmad, al-Hakim dan Baihaki dari
Abdullah bin Umar.

Tanya Jawab

1. Bolehkan seorang laki-laki membawa kabur seorang perempuan jika keluarganya


menolak untuk menikahkan mereka?
Jawab : Sama sekali tidak boleh, karena perbuatan tersebut merusak kehormatan
dan bertentangan dengan hukum agama.
2. Apabila seorang perempuan pergi bersama laki-laki yang membawanya kabur
karena tidak suka pada keluarganya, apakah keluarganya boleh membunuh laki-
laki tersebut?
Jawab : Tidak boleh, karena perbuatannya itu - meskipun diharamkan - tidak
boleh dibalas dengan pembunuhan, tetapi harus dihadapi dengan memberikan
nasehat dan memperbaikinya.
3. Selama perbuatan itu diharamkan, apa yang seharusnya dilakukan sepasang
muda-mudi yang saling mencintai sedangkan keluarganya tidak setuju?
Jawab : Keduanya bisa melaporkan masalah itu kepada hakim untuk
mempertimbangkan sikap walinya. Jika sikap walinya bisa dibenarkan maka
hakim harus medukung keputusannya. Jika tidak, maka hakim berhak
menikahkan keduanya.
4. Apabila ada seorang pemuda melihat seorang gadis, lalu dia menyukainya,
apakah dia boleh mengutarakan perasaannya? Misalnya dengan kata-kata : “Aku
sangat mengagumimu”, “Aku mencintaimu”, dan “Aku ingin melamarmu”.
Jawab : Ya boleh, si perempuan juga boleh melakukan hal yang sama.
44

5. Pihak yang menyampaikan pinangan biasanya laki-laki. Apakah boleh seorang


perempuan yang melakukannya dengan menawarkan dirinya untuk dinikahi?
Jawab : Ya boleh, tetapi alangkah baiknya bila diwakili oleh salah seorang
keluarganya.
6. Bolehkah seorang laki-laki atau perempuan menggagalkan pertunangan?
Jawab : Ya boleh, selama akad nikah belum dilangsungkan. Tetapi ini tidak
berlaku bagi orang yang suka bertunangan, lalu menggagalkannya, lalu tunangan
lagi dan menggagalkannya lagi, dan begitu seterusnya. Apabila maksudnya hanya
ingin mempermainkan anak perempuan orang maka dia berdosa dan dianggap
tidak memiliki kehormatan.
7. Apa hukum memakai cincin pertunangan yang saat ini dikenal sebagai pengikat
cinta kedua calon?
Jawab : Memakai cincin pertunangan tidak dikenal dalam ajaran Islam. Akan
tetapi hal itu boleh dilakukan bagi perempuan baik cincin emas atau perak. Laki-
laki diharamkan memakai cincin emas dan makruh memakai cincin perak.
45

BAGIAN TIGA
AKAD NIKAH

Syarat-syarat Akad Nikah

Akad nikah seringkali disebut dengan ijab qabul. Yang memulai akad dikenal
dengan sebutan mujib dan yang menerimanya dikenal dengan sebutan qabil. Ijab
boleh dilakukan oleh calon pengantin pria atau wakilnya dan boleh dari calon
pengantin wanita atau wakilnya, begitu juga qabul.
Teks akad nikah yang disepakati ulama adalah : “Zawwajtuka…” (Saya kawinkan
kamu dengan …) atau “Ankahtuka…” (Saya nikahkan kamu dengan …), ini yang
disebut ijab. Apabila calon pengantin perempuan berkata : “Zawwajtuka nafsi…”
(Saya nikahkan kamu padaku), atau wakilnya berkata : “Zawwajtuka muwakkilati…”
(Saya nikahkan kamu pada wanita yang mewakilkan kepadaku…), maka pihak ini
telah melakukan ijab nikah. Apabila ijab ini diterima oleh pihak yang lain dengan
kata : “Qabiltu…” (saya terima…), maka akad nikah telah sah apabila syarat-
syaratnya sudah lengkap.
Mahar atau maskawin, baik yang dibayar kontan atau tidak, bisa disebutkan
bersama akad nikah. Bersama akad boleh juga disebutkan syarat lain, misalnya
memberikan hak talak pada sang isteri sehingga dia bisa mentalak dirinya sendiri dari
suaminya kapan saja atau pada waktu tertentu dengan talak satu bain (talak yang
suaminya tidak bisa rujuk melainkan dengan akad nikah baru).
Syarat nikah yang paling penting adalah hadirnya dua saksi yang merdeka, baligh,
berakal, muslim, mendengar akad nikah dan memahami bahwa itu akad nikah. Dua
saksi boleh dari keluarga (calon) suami isteri seperti ayah, anak, saudara, dan lain-
lain.

Hukum Akad Nikah


46

Terjadinya akad nikah antara suami dan isteri menyebabkan terjadinya


konsekuensi hukum sebagai berikut :
Pertama, terwujudnya ikatan suami isteri antara dua orang yang telah
melaksanakan akad nikah, keduanya boleh bersenang-senang (istimta’), terjalinnya
mahram mushaharah (menantu dan mertua) dan keduanya sama-sama saling
mewarisi.
Kedua, suami wajib memberikan maskawin (mahar) dan memberikan nafkah
berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Ketiga, terhadap isteri berlaku hukum bahwa suami berhak mendidiknya dengan
cara yang baik (ma’ruf) karena dia adalah pemimpin. Isteri wajib mentaati suaminya
selama perintahnya tidak bertentangan dengan hukum Allah. Dia harus tinggal di
dalam rumah dan tidak boleh keluar rumah tanpa izin suaminya. Isteri tidak berhak
melarang suaminya untuk bersenang-senang atau menikmati dirinya (istimta’) kecuali
pada saat ada halangan syar’ie seperti haid, nifas, dan lain-lain.

Pernikahan Muslim dan Non-Muslim

Berikut ini akan dijelaskan hukum pernikahan seorang muslimah dengan laki-laki
non muslim atau sebaliknya menurut pandangan Islam. Masalah ini sangat penting
karena berkaitan dengan syarat dan hukum nikah yang telah dijelaskan sebelumnya.

a. Pernikahan muslimah dengan non muslim


Wanita muslimah tidak diperbolehkan menikah dengan laki-laki non
muslim, apapun agama dan keyakinannya, sekalipun dia ahli kitab, baik Yahudi
maupun Nasrani. Jika pernikahan tetap dilaksanakan, maka pernikahannya
dianggap batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum apapun. Anaknya tidak
bernasab pada laki-laki tersebut dan masing-masing (suami dan isteri) tidak saling
mewarisi. Allah berfirman :
47

      


       
           
 
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu
kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula
bagi mereka.” (QS al-Mumtahanah : 10)
Penting untuk diingat oleh orangtua setiap wanita muslimah, juga oleh si
wanita muslimah, untuk berhati-hati dalam memilih calon suami. Jangan sampai
menjatuhkan pilihan pada laki-laki manapun sebelum mengetahui secara pasti
agama dan keyakinannya. Harus diketahui terlebih dahulu apakah dia seorang
mukmin, atheis, ahli kitab, budha, atau yang lain.
Ikatan pernikahan adalah ikatan yang yang dirahmati dan diberkahi. Ikatan
tersebut tertanam kuat dalam hati dan pikiran sebelum berwujud hubungan
jasmaniah penuh birahi. Setiap muslimah membutuhkan pendamping hidup yang
serasi dan cocok dengannya dari segi agama dan keyakinan. Dia tidak boleh
memilih suami yang memiliki keyakinan yang bertentangan dengan
keyakinannya, supaya suaminya tidak menghalanginya dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban agamanya.
Orang-orang kafir tidak suka bila isterinya memakai pakaian yang serba
sopan. Mereka memaksanya pamer aurat di depan umum supaya dianggap seksi,
cantik, modis, dan lain sebagainya. Mereka melarang isterinya melakukan shalat
dan melaksanakan ritual agama lainnya. Mereka mengajak isterinya mabuk-
mabukan dan melakukan perbuatan keji. Apakah mereka adalah figur suami yang
layak bagi wanita muslimah?
48

Bukankah lebih baik bagi berempuan untuk tidak memiliki suami


selamanya daripada bersuami laki laki jahat berhati batu? Suami seperti ini hanya
memaknai pernikahan sebagai pelampiasan nafsu. Mengapa sang isteri tidak
bertanya pada dirinya sendiri, mengapa dia sampai kawin dengan laki-laki macam
itu? Jika dia menikahinya karena ketampanan dan tubuhnya yang atletis,
bukankah dia bisa menemukan pria muslim dengan ciri-ciri fisik yang sama? Jika
ada seorang wanita muslim jatuh hati kepada seorang laki-laki kafir, maka
celakalah dia, karena di bisa meninggalkan agamanya demi nafsu dan
keinginannya.

b. Pernikahan muslim dengan wanita non muslimah


Seorang muslim tidak diperbolehkan menikah dengan wanita non muslim
kecuali wanita ahli kitab, baik Yahudi maupun Nasrani. Selain ahli kitab
pernikahannya diharamkan dan dianggap batal. Seorang muslim tidak boleh
menikah dengan wanita Budha, Hindu, dan wanita yang keluar dari agama Islam
(murtad).
Seperti halnya wanita muslimah, laki-laki muslim juga harus memilih
isteri muslimah yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Bukan wanita yang
dibesarkan di lingkungan Islam tetapi pikirannya menentang dan memusuhi
Islam. Wanita yang enggan melakukan tasattur (menutup aurat secara sempurna),
menolak busana muslimah, serta beranggapan bahwa semua itu sebagai
kemunduran, dia bukan seorang muslimah. Wanita yang tidak mencintai Allah
dan Rasul-Nya dan tidak mematuhi hukum agama, sama sekali bukan wanita
muslimah walaupun dilahirkan dari ayah dan ibu yang muslim. Wahai kaum
muslimin, pilihlah wanita yang tepat dan telitilah sebelum menentukan calon
pendamping hidup, jika tidak, kalian akan menyesal di saat penyesalan tiada lagi
berguna.
Walaupun menikahi seorang wanita non muslimah diperbolehkan, ada
beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut :
49

Penikahan dengan wanita non muslimah hukumnya makruh, karena


wanita muslimah lebih baik dari pada wanita non muslimah. Agama tidak
memperbolehkan seorang muslim menikahi wanita non muslimah kecuali dengan
beberapa syarat. Jika syarat itu tidak terpenuhi maka pernikahannya diharamkan.
Diantara yang terpenting adalah:
a. Wanita yang hendak dinikahi harus benar-benar seorang ahli kitab. Beragama
yahudi atau nasrani. Jika bukan ahli kitab tulen, atau menjadi atheis, Budha
dan Hindu, maka diharamkan baginya menikahi wanita tersebut. Syarat ini
sangat penting diperhatikan bagi remaja muslim yang belajar di negara-negara
barat atau timur dan hendak menikah di sana. Dia harus yakin bahwa calon
isterinya benar-benar ahli kitab.
b. Laki-laki yang bersangkutan harus benar-benar seorang muslim sejati, bukan
muslim KTP. Sehingga dia tidak mudah dipengaruhi oleh isterinya yang non
muslimah, baik dari segi keyakinannya maupun akhlaknya. Lebih-lebih
agama dan akhlak anak-anaknya kelak. Dia juga harus memikirkan dengan
matang bagaimana masa depan anak-anaknya kelak setelah dia meninggal
dunia.
Kita tidak perlu berpura-pura tidak tahu tentang akibat buruk yang
menimpa para pemuda kita yang tinggal di negara-negara kafir dan menikah
dengan perempuan-perempuan disana. Banyak muslim yang terlena dalam
syahwat dan masuk dalam budaya masyarakat barat, lalu melupakan agamanya
sendiri. Banyak juga orang-orang Islam yang kehilangan kemampuan mendidik
anak-anaknya karena undang-undang zalim yang hanya melindungi anak-anak
mereka, bukan melindungi agama mereka. Lalu mereka menjadi kafir, padahal
mereka dilahirkan dari rahim orang tua yang muslim. Dalam kondisi seperti ini,
menikahi wanita non muslimah hukumnya haram karena banyak mengakibatkan
kerusakan dalam banyak aspek kehidupan, terutama aspek agama dan akhlak.
Kesimpulannya adalah bahwa agama Islam tidak menganjurkan seorang
laki-laki muslim menikah dengan wanita non muslimah. Agama menganjurkan
50

setiap muslim untuk menikahi wanita muslimah, karena dia lebih setia terhadap
suaminya dan lebih besar perhatiannya dalam mendidik anak-anaknya. Allah
SWT berfirman :
        
   
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS al-Baqarah : 221)

Tanya Jawab

1. Apakah boleh menyerahkan hak talak (tafwidl) pada isteri ? Kapan hal itu
diperbolehkan?
Jawab : Ya, boleh menyerahkan hak talak pada isteri supaya dia bisa mentalak
dirinya dengan talak satu bain kapan dia mau. Ini yang disebut dengan tafwidl
mutlak. Tafwidl juga boleh dibatasi dengan waktu, misalnya sebulan atau setahun,
dan boleh dikaitkan dengan syarat. Tafwidl ini diberikan pada isteri pada saat
akad nikah atau sesudahnya, dan kapan saja. Masalah ini akan dijelakan pada bab
sepuluh.
2. Apakah seorang suami tidak memiliki hak talak setelah melakukan tafwidl talak?
Jawab: Maksudnya bukan demikian. Seorang suami tetap memiliki hak talaknya
walaupun dia telah menyerahkannya kepada isterinya, karena tafwidl termasuk
akad wakalah yang tidak menggugurkan hak muwakkil (dalam hal ini adalah
suami).
3. Apakah tafwidl kepada isteri boleh dibatalkan?
Jawab : Tidak, suami tidak boleh membatalkannya. Isteri tetap mempunyai hak
talak sesuai dengan tafwidl. Berbeda dengan mewakilkan talak, dalam talak suami
boleh mencabut hak wakil sebelum dia menjatuhkan talak. Setelah haknya dicabut
dia tidak berhak mentalak isteri orang yang mewakilkan talak kepadanya.
51

4. Apakah akad nikah dianggap sah bila dilakukan dengan bahasa selain bahasa
Arab?
Jawab : Ya, akad nikah boelh dilakukan dengan bahasa masing-masing.
5. Ada seorang wanita muslimah menikah dengan laki-laki non muslim di depan
gereja. Bagaimana hukum pernikahannya?
Jawab : Pernikahannya dianggap batal. Ketundukan seorang wanita muslimah
kepada aturan-aturan gereja menyebabkannnya murtad, keluar dari agama Islam.
Dia wajib kembali kepada Islam dengan segera mengucapkan dua kalimat
syahadat. Dia juga dianggap kafir bila meyakini bahwa pernikahannya dengan
laki-laki non muslim itu dibolehkan.
6. Apabila seorang wanita ingin bertaubat, apa yang harus dia lakukan?
Jawab : Pertama, dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Kemudian meminta
suaminya untuk masuk Islam. Jika suaminya mau, maka keduanya
melangsungkan akad nikah baru. Jika tidak mau, maka dia harus menceraikannya
meskipun sudah punya anak.
7. Apakah pernikahan sipil yang dilakukan di luar negeri diangga sah apabila suami-
isteri sama-sama muslim atau suami muslim dan isterinya ahli kitab?
Jawab : Sah jika syarat-syaratnya lengkap. Tteapi sepanjang yang kami ketahui
dari undang-undang pernikahan sipil yang diberlakukan di dunia, syaratnya tidak
lengkap dan yang bertanggung jawab melaksanakan pernikahan itu tidak
memperhatikan syarat-syarat yang ditentukan Islam. Karena itu pernikahan sipil
hukumnya tidak sah.
8. Apakah akad nikah disyaratkan harus dilaksanakan di pengadilan agama atau di
hadapan orang alim yang tahu tentang hukum agama?
Jawab : Tidak, semua itu bukan syarat. Nikah dianggap sah dengan akad yang
dilakukan antara dua orang (calon suami dan calon isteri) dan dihadiri dua orang
saksi yang muslim seperti yang telah disebutkan dalam syarat akad. Adapun
catatan-catatan resmi itu sangat penting untuk menjaga hak semua pihak
ditakutkan adanya pengingkaran. Sedangkan hadirnya orang alim yang tahu
52

banyak hukum agama diperlukan untuk membantu mempelai mengucapkann akad


nikah dan menjelaskan hukum-hukum mahar yang belum dipahami.
9. Apakah seorang ayah atau kerabat dekat lainnya boleh menikahkan anaknya
tanpa kerelaannya?
Jawab : Tidak boleh kecuali anaknya masih kecil dan belum baligh.
10. Bolehkah seseorang suami mengambil mahar atau sebagiannya tanpa izin dari
isterinya?
Jawab : Tidak boleh kecuali dengan izinnya, karena mahar adalah hak seorang
isteri.
53

BAGIAN EMPAT
MALAM PENGANTIN

Resepsi Pernikahan (Walimatul Urs)

Setiap bangsa memiliki tradisi dan budaya tersendiri dalam merayakan resepsi
pernikahan, terlepas apakah budaya itu baik atau tidak. Pada umumnya mereka tetap
konsisten dengan tradisi dan budaya mereka yang diwariskan secara turun temurun.
Atau mereka mengadopsi tradisi dari luar yang akhirnya mereka pegang kuat-kuat
dan menganggapnya sebagai budaya negerinya. Kenyataan ini - walaupun tidak asing
bagi bangsa lain - adalah sesuatu yang asing bagi umat Islam dan layak diingkari.
Agama Islam sebagai agama samawi dan komprehensif tidak layak mengakui tradisi
asing yang sarat dengan nilai-nilai yang berasal dari kehidupan gelap.
Kebiasaann mengekor (taqlid) terhadap budaya orang-orang kafir telah
mewabah di kalangan umat Islam hingga pada taraf yang memprihatinkan, lebih-lebih
dalam hal resepsi pernikahan dan perayaannya. Dalam dunia barat, resepsi
pernikahan tak ubahnya sebagai ajang untuk memperbolehkan sesuatu yang haram
menurut agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang mencoreng nama baik
agama. Seperti minum minuman keras, berdansa berpasangan tanpa malu, campur
aduk laki-laki dan perempuan yang sama sekali tidak disyariatkan agama. Karena
hanyut dalam budaya barat akhirnya resepsi pernikahan yang islami dilupakan.
Dalam Islam, Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana seharusnya
kaum muslimin merayakan resepsi pernikahannya, supaya resepsi tersebut berbuah
ketaatan kepada Allah dan mendapatkan ridla dan taufiq Allah SWT.
Resepsi pernikahan disyariatkan dalam Islam untuk mengumumkan
pernikahan agar orang-orang tahu bahwa si fulan telah menikahi si fulanah sehingga
tidak ada keraguan atau fitnah berkenaan dengan hubungan keduanya.
54

Dalam hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyuruh untuk


melakukan i’laanun nikah, mengumumkan dan menyiarkan perkawinan. Dari
beberapa hadits yang ada dapat disimpulkan bahwa i’laanun nikah dapat dilakukan
dengan tiga perkara :

Resepsi (walimah)
Walimah dilaksanakan dengan cara mengundang orang-orang untuk diberi
jamuan. Walimah lebih utama dirayakan dengan menyembelih kambing. Disebutkan
dalam sebuah hadits shahih bahwa Rasulullah SAW membuat walimah ketika
menikahi Shafiyyah ra dengan biji sawiq dan kurma, dan ketika menikahi Zainab
binti Jahsy dengan menyembelih kambing. Ada seorang laki-laki memberi kabar
kepada Rasulullah SAW bahwa dia menikah, kemudian beliau menyuruhnya untuk
mengadakan walimah.

‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َرأَى َعلَى َعْب ِد‬ َّ ‫الِك َر ِض ي اهللُ َعْن هُ أ‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬ َ
ٍ ‫س ب ِن م‬
َ ْ ِ َ‫َع ْن أَن‬
ِ ٍ
‫ت‬ُ ‫ إِيِّنْ َت َز َّو ْج‬،‫ ي اَ َر ُس ْو َل اهلل‬: ‫ال‬
َ َ‫ َما َه َذا؟ ق‬: ‫ال‬ َ ‫ص ْفَر ٍة َف َق‬
ُ ‫الرَّمْح َ ِن بْ ِن َع ْوف أَثَ َر‬
‫ أ َْومِلْ َولَ ْو بِ َش ٍاة (متفق‬،‫ك‬ َ َ‫ َفبَ َار َك اهللُ ل‬: ‫ ق اَ َل‬،‫ب‬ ٍ ‫ْام رأًَة َعلَى و ْز ِن نُ واٍة ِم ْن َذ َه‬
َ َ َ
)‫عليه‬
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW melihat bekas warna
kekuningan pada diri Abdurrahman bin Auf. Lalu beliau bersabda : “Apa ini?” Dia
berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita
dengan maskawin emas seberat biji kurma.” Beliau bersabda : “Kalu begitu semoga
Allah memberi barokah kepadamu, adakan walimah walaupun hanya dengan
menyembelih seekor kambing”. (HR Muttafaq alaih)

Nyanyian
Nyanyian disunnahkan dalam resepsi pernikahan. Tetapi nyanyian yang mana
dulu? Tidak semua nyanyian diperbolehkan dalam walimah pernikahan. Nyanyian
yang diperbolehkan adalah nyanyian dengan syair atau lirik yang tidak mesum dan
55

cabul, dan tidak dinyanyikan oleh artis-artis dengan lagu-lagu yang tidak sopan.
Selain itu, nyanyian tersebut tidak boleh diiringi dengan alat musik yang diharamkan,
melainkan diiringi dengan rebana, bukan alat musik yang lain.

Rebana
Rebana diperbolehkan dalam perayaan pernikahan karena dapat menarik
perhatian dan menyemarakkan suasana, sehingga berita pernikahan cepat tersebar.
Rasulullah SAW memperbolehkan alat musik ini dimainkan pada resepsi pernikahan
dan hari raya. Ringkasnya, umat Islam harus kembali kepada hukum agama yang
mulia dengan cara merayakan pernikahan dengan menggelar resepsi yang islami dan
tidak mengandung maksiat. Sebenarnya ini bukan sesuatu yang sulit bagi mereka.
Umat ini memiliki banyak penyanyi dan sastrawan yang dapat menciptakan lagu-lagu
indah dan bernilai yang dapat dinyanyikan pada saat resepsi. Kita juga punya
pencipta lagu-lagu yang dapat diiringi rebana dengan segala ragamnya. Dengan itu
kita tidak sulit menyelenggarakan resepsi yang sejalan dengan ajaran dan hukum
Islam, dan terlepas dari bahaya besar yang mewabah di kalangan ummat Islam. Saat
ini ada sebagian umat Islam yang merayakan pernikahan dengan perayaan yang lebih
cabul dan mesum dari perayaan orang-orang barat, lebih-lebih yang dilaksanakan di
hotel-hotel dan tempat-tempat hiburan.
Hikmah i’laanun nikah adalah untuk menyebarkan berita pernikahan sehingga
tidak ada keraguan antara suami isteri bahwa keduanya sudah resmi sebagai suami
isteri. I’laanun nikah menampakkan nikmat Allah yang menghalalkan yang haram
dan mengharamkan yang halal melalui akad nikah. Akad nikah menghalalkan sang
isteri untuk suaminya dan mengharamkan ibunya untuk suaminya dan mengharamkan
ayah suami terhadap isterinya.

Malam Pertama
56

Yang dimaksud malam pertama adalah masuknya pengantin pria sambil


menggandeng isterinya ke dalam rumahnya. Ini merupakan lembaran baru dari
hubungan suami isteri dengan segala ragamnya. Kata dukhul adalah kinayah yang
kadang diartikan hubungan badan. Sedangkan yang kami maksud di sini adalah kedua
maknanya sekaligus supaya kami dapat menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan
dengan kedua makna dukhul tersebut.
Menurut makna pertama, dukhul berarti pindahnya isteri dari suatu keluarga ke
keluarga yang lain, setelah sekian lama bersama orang tua dan saudara, kini dia
tinggal bersama suaminya sebagai teman hidupnya. Begitu juga dengan sang suami,
kini dia mempunyai tanggung jawab untuk mengurus isterinya dan menanggung
beban tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Suami isteri dituntut memiliki kesiapan mental dan fisik prima pada saat
mengarungi pertemuan pertama mereka. Sebelum pertemuan pertama itu, sang suami
harus mempersiapkan mentalnya untuk membangun hubungan baik dengan isterinya
dengan bergaul secara bijaksana dan penuh kesabaran. Dia harus menyadari bahwa
dia berhadapan dengan sesuatu yang sama sekali tidak mudah, melainkan dengan
sesuatu yang risikonya sangat besar. Sama halnya dengan sang isteri, dia harus
mempersiapkan diri guna menghadapi perpindahan dari rumah yang dipenuhi dengan
kemanjaan menuju rumah yang penuh dengan tanggung jawab. Hendaknya keduanya
menyadari sepenuhnya bahwa tanggung jawab besar sedang menanti mereka di masa
yang akan datang.
Sedangkan makna dukhul yang kedua berarti melakukan aktifitas seksual dengan
isterinya. Suami dan isteri harus menyadari bahwa aktivitas seksual yang akan
mereka lakukan hanyalah sebagai media untuk mendapatkan keturunan yang saleh,
yang bisa menjaga kehormatan diri dan keluarga serta masyarakatnya.

Ucapan Selamat dan Kado


57

Setelah akad nikah selesai dan dilanjutkan dengan perayaan, biasanya orang-
orang memberikan ucapan selamat, harapan, dan doa kepada mempelai berdua agar
keduanya menjadi keluarga sakinah penuh mawaddah dan rahmat. Selain itu para
undangan dan hadirin tidak lupa memberikan kenang-kenangan berupa kado untuk
mempelai berdua. Bagaimana pandangan agama terhadap masalah ini?

Ucapan selamat
Sebelum Islam datang, orang-orang Arab memiliki tradisi tersendiri dalam
memberikan ucapan selamat kepada pasangan yang baru saja mengikat tali
perkawinan. Biasanya mereka mengucapkan : “Semoga kalian akur dan segera
memperoleh anak laki-laki”. Orang-orang Arab memang lebih mengutamakan anak
laki-laki daripada anak perempuan. Akan tetapi Rasulullah SAW memberi tuntunan
yang lebih baik dan lebih utama daripada tradisi Arab tersebut itu. Imam Ahmad
meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa ketika Rasulullah SAW
memberikan ucapan selamat kepada seseorang yang menikah, beliau mengatakan :

ٍ‫ك ومَجَ َع َبْينَ ُكما ىِف خَرْي‬


َ َ َ ‫ك َوبَ َار َك َعلَْي‬
َ َ‫بَ َار َك اهللُ ل‬
“Semoga Allah memberi berkah untukmu, semoga Dia memberi berkah atas
dirimu, dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan “.
Ibn Majah meriwayatkan sebuah hadits dari Aqil bin Abi Thalib ra bahwa dia
menikah dengan seorang perempuan dari Bani Jusyam, kemudian mereka berkata
“Birrafa’ wal banin“. Lalu dia berkata : “Janganlah kamu berkata demikian, tetapi
katakanlah apa yang dikatakan Rasulullah SAW : “Ya Allah, berilah keberkahan
kepada mereka dan berilah keberkahan atas mereka.”

Kado
Kebiasaan memberikan kado kepada pasangan yang menikah sesaat setelah
akad nikah dilangsungkan adalah perbuatan baik dan termasuk hadiah yang
disunnatkan dalam agama. Imam Bukhari dalam kitab Shahih meriwayatkan sebuah
hadits dari Aisyah ra, dia berkata bahwa Rasulullah menerima hadiah dan
58

membalasnya. Nasai dan Abu Ya’la meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah,
dari Nabi SAW, beliau berabda : “Berikanlah hadiah satu sama lain, niscaya kalian
akan saling mencintai”.

Tanya Jawab

1. Bagaimana hukum melaksanakan resepsi pernikahan di hotel-hotel atau tempat-


tempat hiburan?
Jawab : Jika resepsi dilaksanakan seperti kebiasaan orang-orang barat, misalnya
dengan minum minuman keras dan dansa berpasangan antara laki-laki dan
perempuan, maka hukumnya haram dan dan dianggap sebagai sebuah
kemungkaran yang harus dicegah.
2. Mengapa kebanyakan manusia menerima begitu saja resepsi pernikahan ala barat
yang dilarang agama?
Jawab : Mereka melakukannya karena lupa pada Tuhan dan akhirat. Mereka
beranggapan bahwa kebahagian dan kesenangan hanya bisa diperoleh dengan
foya-foya, pesta minuman keras, dan berbuat maksiat. Mereka lupa bahwa
kebahagiaan yang sebenarnya hanya bisa didapat dalam ketaatan kepada Allah
SWT. Resepsi semacan ini masih terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat
karena tidak ada yang berani melarangnya atau merubahnya sesuai tuntunan
agama.
3. Bolehkah seorang perempuan bernyanyi dengan suara merdunya dalam pesta
pernikahan?
Jawab : Ya boleh, asalkan yang mendengar dan menyaksikannya adalah para
perempuan dan nyanyian yang dibawakan bukan nyanyian-nyanyian mesum.
4. Kado yang diberikan kepada kedua mempelai menjadi milik siapa?
Jawab: Menjadi milik orang yang menerimanya. Jika kado itu diberikan kepada
sang suami, maka hadiah itu menjadi miliknya. Jika diberikan kepada sang isteri,
59

maka hadiah itu menjadi miliknya. Apabila terjadi sengketa antara keduanya,
maka hal itu diserahkan kepada pengadilan.
60

BAGIAN LIMA
BERSETUBUH (JIMA’)

Pengertian Jima’

Menurut istilah, jima’ berarti memasukkan zakar laki-laki atau ujungnya ke


lubang kemaluan perempuan. Sedangkan aktifitas sebelum jima’ disebut pengantar
jima’ yang juga akan dijelaskan. Jima’ harus dilakukan pada liang kemaluan (vagina).
Jika dilakukan pada selain lubang vagina, seperti seks anal, maka tidak disebut jima’,
melainkan termasuk penyimpangan seksual yang dikenal dengan istilah liwath
(sodomi).
Hukum jima’ dibagi menjadi dua walaupun satu perbuatan, yaitu :
Pertama, jima’ yang dihalalkan, yaitu jima’ yang dilakukan oleh suami isteri
atau - jika ada - dengan budak. Jima’ yang dilakukan suami isteri akan mendapatkan
pahala selain dapat melepaskan syahwat. Allah SAW berfirman tentang sifat-sifat
orang beriman :
         
        
    
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. Barang siapa yang mencari yang di balik itu, maka mereka itu adalah
orang-orang yang melampaui batas.” (QS al-Mu’minun : 5-7)
Diriwayatkan dalam sebuah hadits tentang Isra’ Mi’raj, bahwa Rasulullah
SAW pergi bersama Jibril dan bertemu dengan kaum yang di depan mereka ada
daging matang dalam periuk dan daging mentah yang telah membusuk. Mereka lebih
memilih makan daging yang busuk dan meninggalkan daging yang matang. Nabi
SAW bersabda :
61

“Wahai Jibril, siapakah mereka?” Jibril berkata : “Laki laki ini termasuk
ummatmu yang telah memiliki isteri yang halal dan baik. Lalu di mendatangi
perempuan lain yang buruk (diharamkan) lalu menginap bersamanya hingga pagi.
Begitu juga perempuan yang telah memiliki suami yang halal dan baik lalu
mendatangi laki-laki lain yang buruk (diharamkan) lalu menginap bersamanya
hingga pagi”.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzarr al-Ghiffari, dari
Rasulullah SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah,
setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar bil ma’ruf dan nahi
‘anil munkar adalah sedekah dan jima’ salah seorang diantara kalian (dengan
isterinya) adalah sedekah” Mereka berkata “Apakah salah seorang di antara kami
yang melepaskan syahwatnya memperoleh pahala ? Nabi bersabda : “Tahukah
kalian, jika dia melepaskan syahwatnya pada yang haram dia mendapatkan dosa?
Begitu juga jika dia melepaskan syahwatnya pada yang halal maka dia
mendapatkan pahala”.
An-Nasai meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzarr, dari Nabi SAW, beliau
bersabda :
“Setiap pagi hari persendian manusia memiliki (kewajiban) sedekah”, lalu
beliau bersabda : “Menjauhkan sesuatu yang mengganggu di jalan adalah sedekah,
mengucapkan salam kepada manusia adalah sedekah, menyuruh pada yang baik
adalah sedekah, melarang dari yang mungkar adalah sedekah, dan jima’ dengan
isteri adalah sedekah” Kami berkata : “Wahai Rasulullah, apakah seseorang yang
melepaskan syahwatnya akan memperoleh pahala? Beliau bersabda : “Tahukah kamu
jika syahwat itu dilepaskan pada yang diharamkan Allah, apakah orang itu
berdosa ? Kami berkata : Ya, beliau bersabda : “Apabila dia melepaskannya pada
yang dihalalkan Allah, maka itu termasuk sedekah.”
Kedua, jima’ yang diharamkan, yaitu zina. Zina termasuk perbuatan dosa
besar. Allah mencela pelakunya dalam al-Qur’an dan dalam hadits nabi, serta
62

memberinya hukuman yang sangat berat, yaitu didera seratus kali bagi yang masih
belum punya isteri atau suami, dan bagi yang sudah beristeri atau bersuami
(muhshan) hukumnya dirajam dengan batu hingga mati. Allah SWT berfirman :
        
          
       

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. ( QS al-Nuur : 2)
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan beberapa imam lainnya meriwayatkan
sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah sesorang berzina sedang dia dalam keadaan beriman. Tidaklah
sesorang mencuri sedang dia dalam keadaan beriman, dan tidaklah dia meminum
khamer sedang dia dalam keadaan beriman”.
Penjelasan hadits di atas dapat diperoleh dari beberapa hadits, diantaranya
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah, dia berkata :
Rasulullah bersabda :
“Ketika seseorang berzina, maka imannya keluar (terlepas) darinya dan iman
itu berada diatasnya seperti payung, apabila dia bertaubat maka iman kembali
kepadanya”.
Al-Hafidz al-Mundziri dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib menukil sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas ra dan sebuah hadits yang
diriwayatkan Abu Ya’la dengan sanad jayyid dari Ibnu Mas’ud, dari nabi SAW,
beliau bersabda :
“Tidaklah zina merajalela dalam suatu kaum kecuali mereka menimpakan
siksa Allah kepada mereka sendiri”.
Allah berfirman :
63

         


“Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina adalah
perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (QS al-Isra’ : 32)

Pengantar Jima’

Pondasi kebahagiaan hidup berumah tangga terdapat dalam keterpaduan


suami isteri saat melakukan jima’. Keduanya sama-sama menikmati pasangannya
dengan sepenuhnya. Keretakan serius yang terjadi dalam kehidupan suami isteri
seringkali terjadi karena keduanya atau salah satu dari keduanya kehilangan
kenikmatan dari pasangannya. Masalah ini akan dibahas sedetail mungkin dalam
buku ini.
Agar aktifitas seksual suami isteri dapat membawa kebahagiaan, maka suami
iseri harus memperhatikan hal-hal yang menjadi pengantar hubungan seksual sebagai
pendorong untuk memperoleh kenikmatan sempurna. Diantara hal-hal yang harus
dilakukan adalah :

a. Berhias dan memakai parfum


Hiasan dan parfum menjadi pelengkap penampilan suami atau isteri agar
menarik di hadapan pasangannya. Mata terasa sejuk ketika memandang sesuatu
yang indah, dan hidung merasa nikmat ketika mencium minyak wangi yang
harum. Agama menganjurkan setiap muslim untuk berhias dan memakai minyak
wangi ketika akan melaksanakan shalat Jum’at dan shalat hari raya atau
menghadiri tempat-tempat perkumpulan agar penampilannya menarik dengan
tubuh yang semerbak mewangi. Kondisi tubuh yang bau ditambah dengan
penampilan yang kumal akan mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya.
Lebih-lebih dalam kehidupan rumah tangga. Isteri harus menjaga penampilan di
hadapan suaminya, terutama sebelum melakukan hubungan seksual. Hiasan yang
indah dan parfum yang wangi akan membuat suaminya semakin sayang dan
bergairah.
64

Termasuk hiasan yang dianjurkan bagi seorang isteri adalah pakaian yang
indah di mata suaminya. Baik pakaian panjang atau mini, longgar atau ketat,
selama tidak ada orang lain yang melihatnya. Selain itu seorang isteri dianjurkan
untuk menata dan memperindah rambutnya. Membuang yang mengganggu
keindahan, baik di tangan atau di betis. Memperhatikan kebersihan tubuh dan
mulut. Menghilangkan bau yang tidak sedap yang ada di tubuh, seperti bau ketiak.
Seorang isteri juga harus memperhatikan keindahan tubuhnya agar tidak terlalu
gemuk dan tidak lerlalu kurus. Tubuh yang indah akan membuat suaminya
senang dan betah berada di sampingnya.
Hiasan dan parfum tersebut hanya boleh dipakai untuk menyenangkan
suami. Memakai perhiasan dan minyak wangi untuk orang lain adalah dosa.
Hiasan dan parfum merupakan media yang akan menyempurnakan kesenangan
masing-masing pasangan. Karena itu tidak boleh dipakai kecuali untuk
menyenangkan suami.
Apa yang dilakukan isteri, mulai dari berhias hingga memakai parfum,
juga harus dilakukan oleh sang suami. Allah berfirman :
    
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf”. (QS al-Baqarah : 228)
Ibnu Jarir al-Thabari meriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud ra
berkata : “Aku senang berhias untuk isteriku sebagaimana aku senang dia
berhias untukku”. Apa yang dilakukan Ibnu Mas’ud ini merupakan pengamalan
dari ayat di atas. Laki-laki harus mencukur rambut dan bulu-bulunya, terutama
kumis, hingga bibirnya kelihatan. Dia juga harus memperhatikan kebersihan
tubuh dan mulutnya. Berhias dan memakai parfum yang baik agar penampilannya
indah di mata isterinya dan tubuhnya semerbak mewangi. Jika keduanya sama-
sama memperhatikan masalah ini, terutama sebelum melakukan hubungan suami
isteri, maka keduanya telah mewujudkan sebab-sebab terpenting yang bisa
mewujudkan kebahagiaan berrumah tangga.
65

b. Telanjang
Melakukan hubungan suami isteri dengan tubuh masih terbalut pakaian
terasa kurang menyenangkan, karena keduanya tidak dapat bercinta sepenuhnya.
Lebih baik masing-masing suami atau isteri telanjang di hadapan pasangannya –
sekalipun harus telanjang bulat - karena keduanya tidak berdosa melihat seluruh
tubuh pasangannya, termasuk penis dan vagina.

c. Merangsang pasangan
Merangsang pasangan merupakan tahap terakhir dari pengantar jima’.
Merangsang pasangan dapat dilakukan dengan senda gurau, kata-kata yang lemah
lembut, disertai dengan sentuhan-sentuhan romantis yang bisa membangkitkan
gairah seksual pasangan.
Rangsangan terhadap pasangan dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :
1. Berciuman, lebih baik dilakukan sambil mengecup bibir atau menghisap lidah
pasangan.
2. Meremas, menciumi, dan menghisap payudara. Dengan ini isteri akan
merasakan rangsangan hebat.
3. Memainkan alat vital masing-masing, baik menggunakan tangan atau lainnya.
Imam Abu Hanifah pernah ditanya tentang suami yang menyentuh kemaluan
isterinya atau sebaliknya. Dia menjawab : “Tidak apa-apa, aku berharap
pahala keduanya besar”. Daerah yang paling sensitif pada kemaluan
perempuan adalah pada bagian klentit vagina yang disebut klitoris. Bagian ini
sangat sensitif terhadap rangsangan. Bentuknya mirip jengger ayam yang
berada di bagian atas dua bibir vagina.
Merangsang klitoris dapat membangkitkan gairah seks perempuan
hingga puncaknya dan membuatnya pasrah sepenuhnya kepada sang suami.
Karena itu, janganlah seorang perempuan menemui dokter spesialis penyakit
kelamin untuk memeriksakannya kecuali ada uzur syar’i. Melihat bagian ini
66

meski dilakukan oleh dokter sangat berbahaya. Masalah ini dijelaskan secara
rinci pada bab berikutnya.
4. Bersentuhan dengan berpelukan sambil bergumul. Bermesraan dengan kata-
kata bisa dilakukan dengan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan rasa
rindu, cinta, suka, dan sayang pada pasangan.
Setelah pengantar bersenggama ini dilakukan, maka keduanya sudah
siap sepenuhnya untuk melakukan jima’ sebagai media untuk memperoleh
kenikmatan dan terhindar dari dosa (iffatun nafsi).

Adab Jima’

Para ulama memberikan perhatian khusus pada penjelasan tatakrama


melakukan hubungan suami isteri dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi SAW
dan tuntunan para salafus shalih. Kitab terpenting yang menjelaskan masalah ini
adalah kitab ‘Isyratun Nisa’ karangan al-Nasai dan yang ditulis oleh Imam al-Ghazali
dalam kitab ihya’.
Untuk menjelaskan adab jima’ secara tuntas sangat sulit, karena masalah ini
terlalu banyak ragam dan cabangnya. Karena itu, di sini hanya akan dijelaskan poin-
poin pentingnya saja.

a. Membaca basmalah dan doa sebelum bersenggama


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra,
Rasulullah bersabda :

ِ ‫ بِس ِم‬: ‫ال‬ ‫يِت‬ ِ َّ ‫لَ ْو أ‬


‫الش ْيطَا َن‬
َّ ‫ اَللّ ُه َّم َجنِّْبنَا‬،‫اهلل‬ ْ َ َ‫َح َد ُك ْم إ َذا أ ََر َاد أَ ْن يَ أْ َ أ َْهلَ هُ ق‬ َ ‫َن أ‬
ُ‫ض َّره‬ َ َ‫ فَِإنَّهُ إِ ْن يُ َق د َّْر َبْيَن ُه َما َولَ ٌد يِف ْ ذ‬،‫الش ْيطَا َن َما َر َز ْقَتنَ ا‬
ُ َ‫لِك مَلْ ي‬ َّ ‫ِّب‬ِ ‫و َجن‬
َ
)‫الشَّْيطَا ُن أَبَ ًدا (متفق عليه‬
“Seandainya salah seorang dari kalian apabila hendak bersetubuh
dengan isterinya membaca : “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah
67

jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rizki yang telah Engkau
berikan kepada kami”, maka nanti bila di antara mereka ditakdirkan punya anak
dari persetubuhan itu, setan tidak akan dapat mengganggunya untuk
selamanya”. (HR Muttafaq alaih).

b. Memulai dengan pengantar jima’


Seorang suami hendaknya tidak “nembak langsung” pada sasaran ketika
hendak bersetubuh dengan isterinya. Seorang suami harus bermain sabar dan
tidak melakukannya secara mendadak karena isterinya belum siap. Layaknya
sebuah mesin motor yang harus dihangatkan sebelum dijalankan, seorang isteri
juga harus dirangsang hingga sang isteri benar-benar siap melakukannya.
Perempuan memiliki keinginan yang sama dengan laki-laki dalam melakukan
jima’. Nah, agar hubungan bisa berjalan dengan baik dan sampai pada puncak
kenikmatan, maka hubungan tersebut harus didahului dengan rangsangan
secukupnya.

c. Lembut dan tidak terburu-buru


Tujuan jima’ adalah agar suami dan isteri terhindar dari dosa dengan cara
melepas hasrat seksual masing-masing pada pasangannya. Kepuasan seksual
hanya bisa didapat bila ada kecocokan dan rasa tenang ketika melakukannya.
Kepuasan tidak bisa diraih jika sang suami melakukannya secara kasar. Seorang
isteri akan menghindar dari suaminya yang kasar dan tidak suka berdekatan
dengannya karena merasa tersakiti. Karena itu, suami harus bersikap lembut dan
tidak tergesa-gesa dalam melepaskan hasrat seksualnya. Biasanya seorang suami
lebih cepat mencapai puncak kenikmatan seksual daripada isterinya. Tentu sang
isteri akan merasa kecewa bila suaminya sudah ‘keok’ duluan sedangkan dia
belum apa-apa.

d. Hanya berdua
Suami isteri harus menjaga aurat mereka dari pandangan orang lain.
Ketika akan melakukan hubungan suami isteri, hendaklah mereka yakin tidak
68

tidak ada orang lain di tempat itu, termasuk anak kecil. Dalam kitab al-Madkhal,
Ibnu al-Hajj menyebutkan bahwa Abdullah bin Umar apabila punya hajat pada
isterinya, dia mengeluarkan anak-anak kecil yang masih disusui dari kamarnya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa seorang laki-laki tidak pantas melakukan
hubungan suami isteri sedangkan di dalam kamarnya ada seekor kucing. Jadi
hubungan suami isteri sangat tidak pantas terlihat oleh mata karena termasuk
aurat sedangkan aurat wajib ditutupi.
Ada hal penting yang harus diperhatikan ketika suami isteri sedang
berhubungan, hendaklah mereka menutup jendela dan kordennya agar keduanya
tidak terlihat oleh tetangga. Lebih-lebih bagi mereka yang tinggal di rumah
bertingkat. Kadang-kadang karena kelalaian, mereka menjadi tontonan gratis bagi
tetangganya. Ini sama sekali tidak boleh terjadi. Ini sangat memalukan dan sangat
tidak pantas.

e. Berselimut
Seperti yang dijelaskan pada pengantar jima’ bahwa suami isteri
diperbolehkan telanjang bulat ketika melakukan hubungan suami isteri. Akan
tetapi lebih baik mereka berselimut untuk menutupi bagian belakang tubuh
mereka. Jika mereka tidak berselimut juga tidak apa-apa.

f. malam pertama
Malam pertama adalah malam yang sangat indah dan berkesan bagi
pasangan suami isteri. Setiap pasangan memandang pertemuan pertama di ranjang
pengantin sebagai awal menentukan dalam memulai hidup baru yang penuh
tanggung jawab dan tantangan. Setiap pasangan pasti mendambakan malam
pertama yang indah. Akan tetapi, kadang-kadang realita tak semanis harapan dan
impian. Oleh sebab itu, keduanya harus memberikan perhatian ekstra kepada
pasangannya pada malam pertama dengan memperlakukannya dengan lemah
lembut supaya hubungan keduanya dapat terwujud dalam keserasian dan perasaan
saling mencintai.
69

Para ulama sepakat bahwa untuk merobek selaput dara pada malam
pertama harus dilakukan dengan halus dan lembut. Seorang suami tidak boleh
melakukannya dengan kasar. Dia harus menahan dirinya sebisa mungkin
walaupun nafsunya sedang bergelora. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh pasangan suami isteri yang akan mengarungi indahnya malam pertama.
1. Suami tidak boleh melakukannya dengan tergesa-gesa. Dia harus
melakukannya dengan perlahan dan lemah lembut walaupun harus menghabiskan
wakatu beberapa hari. Ketergesa-gesaan sama sekali tidak mengandung manfaat
dan maslahah. Justeru hanya akan menimbulkan penyesalan.
2. Isteri tidak boleh bersikap dingin di hadapan suaminya. Hal itu akan
membuat suaminya kecewa. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin hal itu akan
menyeretnya kepada hal-hal buruk, seperti perceraian dan kehancuran rumah
tangga.
3. Suami tidak boleh terlalu berharap isterinya langsung menyukainya
pada malam pertama. Kadang sang isteri tidak mau melakukannya karena merasa
malu. Sebaiknya hubungan suami isteri dimulai selangkah demi selangkah
sehingga laun sang isteri akan meresponnya secara positif dan akhirnya hubungan
suami isteri yang diinginkan bisa terlaksana dengan baik.
4. Keduanya harus bekerja sama dalam usaha merobek selaput dara
sehingga prosesnya lebih cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit yang
berlebihan.
5. Perasaan berdebar dalam upaya merobek selaput dara pada malam
pertama bukan berarti keduanya lemah. Ada sebagian pasngan suami isteri yang
malu dan gelisah ketika ingin bersetubuh, lalu syahwat mereka mendingin. Itu
bukanlah sebuah penyakit karena dalam waktu yang singkat perasaan ini akan
hilang dengan sendirinya. Kondisi itu akan berakhir setelah keduanya saling
mengenal dan saling berbagi rasa tanpa ada perasaan tertekan atau malu.

Cara Melakukan Jima’


70

Banyak gaya dan variasi yang bisa digunakan oleh pasangan suami isteri
dalam menikmati persetubuhan. Gaya dan variasi tersebut hukumnya masih belum
jelas bagi sebagian orang. Masalah ini akan dijelaskan agar tidak ada menimbulkan
beban moral atau tekanan batin bagi orang yang suka pada gaya tertentu dalam
melakukan hubungan seksual.
Menggunakan gaya tertentu dalam hubunagan seksual kadang memberi
kenikmatan tertentu bagi sebagian orang, walaupun mungkin sama sekali tidak
menyenangkan bagi sebagian yang lain. Karena itu tidak ada gaya tertentu yang harus
dilakukan pasangan suami isteri. Semuanya tergantung kesepakatan dan kerelaan
bersama. Allah memberikan tuntunan di dalam al-Qur’an berkaitan dengan hubungan
seksual :
        

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”
(QS al-Baqarah : 223)
Berkenaan dengan asbabun nuzul ayat ini, banyak riwayat yang
menceritakannya, baik dalam Shahih Bukhari dan Muslim, maupun kitab hadits
lainnya. Berikut penjelasannya secara singkat :
Seorang sahabat dari kaum Anshar di Madinah menyetubuhi isterinya hanya
dengan satu gaya, yaitu posisi miring, karena meniru yang dilakukan Ahli Kitab
sebelum Islam. Sedangkan orang Quraisy sudah terbiasa menikmati isterinya dari
depan, belakang dan terlentang. Setelah para sahabat dari kaum Muhajirin datang ke
Madinah dan menikah dengan perempuan Anshar, mereka ingin menyetubuhi isteri
mereka dengan gaya yang biasa mereka lakukan di Mekah, tetapi isteri mereka
menolak dan berkata : “Kami biasa ditiduri hanya dengan cara miring, maka lakukan
demikian, jika tidak maka tinggalkan aku “. Peristiwa ini kemudian terdengar oleh
Rasulullah SAW. Lalu Allah menurunkan ayat tersebut.
71

Menurut kandungan ayat di atas, pasangan suami isteri boleh menggunakan


gaya jima’ apapun tanpa ada batasan dengan syarat melakukannya pada lubang
kemaluan dan wajib menghindari seks anal karena yang demikian diharamkan.
Perlu diingat oleh pasangan suami isteri yang taat pada agamanya bahwa
variasi jima’ sama sekali tidak bertentangan dengan nilai ketakwaan. Mereka tidak
boleh beranggapan bahwa itu termasuk perbuatan tidak tahu malu. Allah
memperbolehkan gaya apapun sesuai keinginan tanpa ada tekanan dan pembatasan.
Jika ada orang mengatakan bahwa tindakan itu tidak sesui dengan nilai-nilai agama,
maka orang itu masih bodoh terhadap urusan agamanya.
Perempuan yang taat beragama tidak segan-segan untuk berhias dan memakai
pakaian yang menggairahkan. Dia juga tidak malu untuk melakukan hal-hal yang
menyenangkan suaminya dalam urusan seksual selama itu dilakukan di dalam rumah.
Dia akan mendapatkan pahala apabila dimaksudkan untuk menjaga diri dan suaminya
dari yang diharamkan Allah.

Ejakulasi Dini

Yang dimaksud ejakulasi dini adalah keluarnya mani ketika hubungan seksual
baru saja dimulai. Keluarnya mani tersebut sebanarnya tidak diinginkan oleh kedua
pasangan. Gejala ini tidak menimpa perempuan tetapi menimpa laki-laki. Sebagian
orang ada yang mengalami keluar mani ketika zakarnya baru saja masuk liang vagina,
bahkan ada yang keluar sebelum itu. Ada yang mengatakan : KO sebelum bertanding.
Kondisi semacam ini bukan hanya meresahkan para suami, tetapi juga membuat para
isteri ketar-ketir.
Kami tidak akan berbicara masalah penyakit ini karena bukan ahlinya dan
bukan maksud dari penulisan buku ini. Akan tetapi, perlu dipahami oleh kaum lelaki,
terutama para pemuda bahwa ejakulasi dini tidak murni penyakit. Ia bisa dialami
dialami semua laki-laki. Salah satu sebabnya adalah, bahwa zakar sebagai alat sensitif
terlalu sering bergesekan dengan benda lain yang menyebabkan meningkatnya
72

syahwat sehingga terjadilah ejakulasi. Apalagi laki-laki kadang memiliki nafsu yang
kuat dan meluap-luap sehingga dia tidak bisa mengendalikan dirinya ketika jima’
baru dimulai. Ejakulasi bisa terjadi kapan saja dan tidak ada yang bisa mencegahnya.
Persis seperti orang mau bersin.
Ejakulasi dini cukup menggelisahkan pasangan suami dan isteri, karena
keduanya pasti menginginkan persetubuhan yang lebih lama. Para suami bisa
menyiasati diri mereka agar terhindar dari ejakulasi dini dengah cara-cara berikut ini:
a. Ketika berpelukan, jangan terlalu sering menggesekkan zakar pada kulit isterinya
atau bagian tubuhnya yang lain.
b. Tidak konsentrasi penuh pada persetubuhan, melainkan memikirkan hal-hal lain
seperti memikirkan masalah pekerjaan dan lainnya.
c. Mengurangi geraknya dan isterinya, karena banyak gerak bisa menyebabkan
gesekan zakar di luar vagina yang dapat membuat syahwat meningkat dan
berujung pada ejakulai dini.
Jika hal-hal ini diperhatikan oleh suami, insya Allah dia akan mampu
mengendalikan syahwatnya dan melakukan jima’ lebih lama, sehingga sang isteri bisa
mencapai puncak kenikmatan, orgasme.
Ejakulasi dini bisa membuat isteri kecewa dan tertekan. Biasanya perempuan
lebih lambat dalam mencapai orgasme. Lagi pula syahwat laki-laki akan langsung
dingin setelah terjadi ejakulasi sehingga tidak bisa melanjutkan jima’ karena penisnya
sudah loyo. Karena itu, hendaklah pasangan suami isteri bekerja sama agar dapat
mencapai orgasme secara bersamaan. Jika tidak, akan terjadi kerenggangan yang
kerapkali berujung pada perceraian. Ejakulasi dini tidak ditimbukan oleh penyakit
seperti yang diduga oleh banyak orang. Ejakulasi dini dapat menimpa semua orang
tanpa memandang usia.

Lemah Syahwat
73

Setiap orang memiliki libido seksual yang berbeda dengan orang lain sesuai
dengan kondisi masing-masing. Ada yang hasrat seksualnya sangat tinggi sehingga
perlu berhubungan dengan isterinya beberapa kali sehari . Ada juga yang syahwatnya
lemah dan kurang menyukai perempuan. Penyebabnya bisa berupa penyakit dan bisa
juga karena sebab lain. Kondisi fisik yang ideal adalah yang sedang dan seimbang
serta mampu bergaul dengan isterinya satu hingga dua kali seminggu tanpa merasa
terbebani atau merasa tertekan.
Perempuan juga sama, tetapi secara umum syahwatnya lebih kecil
dibandingkan laki-laki. Syahwatnya tidak berada pada satu tingkat, kuat atau lemah,
melainkan naik turun tergantung kondisi psikisnya yang dipengaruhi oleh faktor haid,
hamil, nifas, menyusui dan beban kerja sehari-hari.
Saya tidak akan membahas lemah syahwat yang disebabkan penyakit fisik
karena bukan spesialisasi saya dan bukan tujuan penulisan buku ini. Apalagi sudah
ada dokter spesialis yang bisa menjadi rujukan, dan juga buku-buku yang banyak
memberikan tips pengobatan bagi penderita lemah syahwat. Di sini hanya akan
dijelaskan lemah syahwat yang diduga oleh sebagian orang sebagai akibat dari
penyakit padahal bukan. Di sini juga akan dijelaskan menurunnya syahwat yang
terjadi secara berkala yang biasa dialami perempuan pada saat-saat tertentu.
Dalam penjelasn masalah ini, ada empat hal yang perlu dijelaskan, yaitu:
1. Pembagian yang telah kami sebutkan berlaku pada orang yang berada dalam
kondisi tubuh normal tanpa memperhatikan hal-hal eksternal yang dapat
membangkitan gairah seksnya. Kami tidak menilai seseorang memiliki syahwat
tinggi jika itu disebabkan karena melihat tontonan yang mengundang syahwat
dalam kondisi tubuh normal. Melihat tayangan yang erotis pasti akan
membangkitkan gairah seksual. Agar syahwat tidak bangkit pada waktu yang
tidak tepat, Allah menyuruh orang beriman, laki-laki dan perempuan, untuk
menundukkan pandangan dari yang diharamkan agama. Menundukkan pandangan
dapat membuat jiwa tenang dan syahwat tidur seperti biasanya. Sedangkan
mengumbar pandangan dapat melepaskan kendali nafsu yang bisa mengakibatkan
74

seseorang tergelincir dari jalan yang lurus dan terjerumus dalam berbagai
kemaksiatan.
2. Pembagian ini juga tidak berlaku bagi para nabi yang secara khusus dianugerahi
kekuatan yang tidak ada sebelumnya dan tidak dimiliki oleh selain mereka.
Diantaranya adalah kemampuan melakukan jima’ berulang-ulang dalam satu hari
seperti nabi Daud AS dan nabi Muhammad SAW. Akan tetapi keduanya hiper
seks, bukan pula menuruti nafsu binatang seperti yang dituduhkan kaum zindiq.
Semua itu adalah keistimewaan yang diberikan Allah yang mengandung hikmah
dalam urusan tabligh dan dakwah. Nabi Daud AS adalah seorang awwab , orang
yang selalu taat dan beribadah. Begitu juga Nabi Muhammad SAW. Beliau
melakukan shalat malan hingga kedua kakinya bengkak sebagai syukur atas
nikmat Allah. Adakah orang bernafsu binatang beribadah seperti ini?
3. Lemah syahwat pada saat tertentu bukan berarti disebabkan penyakit, selama
tubuh masih dalam kondisi sehat dan fit. Karena itu, tidak boleh menyalahkah diri
sendiri dan beranggapan dirinya telah lemah syahwat. Karena laki-laki kadang
nafsunya tidak bangkit, penisnya tidak ereksi ketika bersentuhan dengan
perempuan padahal biasanya tidak demikian. Kemudian menduga dirinya
impoten, menderita lemah syahwat dan tidak mampu bersetubuh, padahal tidak
demikian. Sebenarnya penyebabnya ada pada perempuan, mungkin karena dia
terlalu “sopan” dan dingin kepada suaminya, mungkin dia menghindar sehingga
suaminya ragu dan bimbang, mungkin suaminya sedang tidak menyukainya,
mencium bau yang kurang sedap akhirnya syahwatnya padam.
4. Telah kami sebutkan bahwa syahwat perempuan secara umum lebih rendah dari
pada laki-laki. Syahwatnya naik turun, tinggi rendahnya sejalan dengan sebab-
sebab yang membangkitkannnya. Masalah ini sangat penting dimaklumi para
suami, jika tidak, maka akan merusak kehidupan rumah tangga dan
mengkeruhkan kebeningan suasana berumah tangga. Suami yang tidak
memahaminya akan terkejut jika pada saat tertentu respon isterinya di tempat
tidur sangat dingin, lesu, dan tampak terpaksa. Akhirnya dia bingung dan ragu,
75

berpikir dan bertanya-tanya, lalu mencari sebab dinginnya di tempat tidur.


Bahkan keraguan itu berujung pada kemarahan yang memuncak. Dia mengira
isterinya mengalami kelainan, tidak normal, atau sudah tidak lagi mencintainya.
Jika dia mau berbaik sangka dan menghilangkan segala keraguanya, maka
ketidaktahuannnya terhadap kenyataan isterinya akan mendorongnya
memalingkan perasaannya dari isterinya di masa yang akan datang. Dia akan
menekan perasaannya, berusaha menghindari isterinya karena menduga hal itu
akan membuat isterinya senang dan bahagia. Padahal yang benar adalah
sebaliknya. Apabila dia tetap melakukannya, maka akan membuat isterinya
semakin sakit hati dan kesal.
Seorang suami harus memahami masa-masa yang dilewati isterinya,
bersabar pada masa syahwatnya masih menurun dan tidak membebaninya pada
masa itu. Sebaliknya, sang isteri harus menampakkan respon yang tinggi pada
saat suaminya ingin menggaulinya meski pada saat itu syahwatnya sedang
menurun selagi masih mampu untuk membahagiakan suaminya tanpa dia tahu
bahwa dirinya terpaksa.

Bersenang-senang Dengan Isteri yang Berhalangan

Sebelum menjelaskan hukum bersenang-senang dengan isteri yang sedang


haid, nifas, dan mustahadah, akan dijelaskan terlebih dahulu makna ketiga kata itu
berikut hukumnya menurut agama, tanpa mempermasalahkan perdebatan ulama
dalam masalah tertentu berkaitan dengan ketiga hal tersebut.

a. Haid (menstruasi)
Haaid (‫ )حائض‬adalah perempuan yang sedang mengalami haid pada waktunya.
Darah haid adalah darah yang keluar dari rahim perempuan yang sehat, bukan
disebabkan oleh suatu penyakit.
76

Masa haid minimal tiga hari, maksimalnya sepuluh hari, dan lumrahnya antara
lima sampai tujuh hari sesuai kebiasaan. Apabila kurang dari waktu minimal atau
lebih dari waktu maksimal maka darah itu dikenal dengan istilah darah istihadlah.
Darah yang dilihat perempuan pada masa haid dangan warna merah, kuning
dan kecoklatan, termasuk haid hingga berwarna putih bersih yang biasa dikenal
dengan suci. Jika di masa haid darah terputus maka hari tersebut tetap masuk pada
masa haid. Apabila sudah habis tuntas, maka dia wajib mandi besar, dan suaminya
boleh mendekatinya.
Wanita yang sedang haid diharamkan melaksanakan shalat dan tidak perlu
menggantinya (qadla’). Dia juga diharamkan berpuasa tetapi wajib menggantinya di
hari yang lain untuk puasa Ramadlan, diharamkan masuk mesjid, tawaf dan
bersetubuh dengan suaminya.

b. Nifas
Nufasa’ adalah para perempuan yang keluar darah setelah melahirkan.
Darah yang keluar setelah melahirkan disebut darah nifas. Waktu nifas minimal
sesaat, maksimalnya empat puluh hari sesuai kebiasaannya. Darah nifas memiliki
hukum yang sama dengan darah haid.

c. Mustahadlah
Mustahadlah adalah perempuan yang keluar darah diluar waktu haid,
sebelum sucinya genap lima belas hari, atau melebihi batas maksimal waktu nifas.
Darah yang keluar selain pada masa haid dan nifas disebut darah istihadlah.
Perempuan yang mengalaminya tidak diharamkan shalat, puasa, tawaf dan ibadah
lainnya, tetapi dapat membatalkan wudlu’.

d. Bersenang-senang
Laki-laki boleh bersenang-senang dengan isterinya yang sedang istihadlah
dengan segala macam variasinya karena darah istihadlah tidak menghalangi suami
untuk mendekati isterinya. Akan tetapi dia wajib membasuh vaginanya karena
darah istihadlah najis.
77

Adapun bersenang-senang (bersetubuh) dengan isteri yang sedang haid


atau nifas maka hukumnya haram tanpa ada perbedaan ulama. Allah berfirman
yang artinya:
        
         
         
  
Mereka bertanya kepadamu tentang haidl. Katakanlah haidl itu adalah kotoran.
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidl, dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci, apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.” (QS al-Baqarah : 222)
Asbabun nuzul dari ayat ini, seperti yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim, dari Anas ibn Malik, bahwa orang Yahudi tidak makan minum bersama
dan tidak menempatkan isteri-isterinya yang sedang haid di dalam rumah.
Kemudian Allah menurunkan ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersabda
: “Lakukanlah apa saja selain nikah (jima’)”. Nifas memiliki hukum yang sama
dengan haid.
Adapun melakukan mubasyarah (menyentuh, memeluk, dan sebagainya)
terhadap isteri yang sedang haid selain antara lutut dan pusar, ulama sepakat
bahwa hukumnya boleh. Dan di antara lutut dan pusar, terdapat perbedaan
pendapat, ada yang membolehkan ada pula yang tidak membolehkan, mereka
memiliki dalil masing-masing yang disebutkan dalam kitab-kitab fiqh dan hadits.
Singkatnya, seorang suami boleh bersenang-senang dengan isterinya yang
sedang haid dan nifas selain vagina (farj) dan anus (dubur). Tetapi dia harus hati-
hati karena dikhawatirkan akan tergelincir pada keduanya disaat syahwatnya tak
terkendali.

Jima’ Dengan Isteri yang Sedang Hamil


78

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama bahwa menyetubuhi isteri


yang sedang hamil kapan saja sebelum melahirkan hukumnya mibah, karena
kehamilan bukan penghalang . Akan tetapi persetubuhan harus dilakukan selembut
mungkin dengan memilih cara yang tidak mengganggu kehamilan, terutama pada
bulan-bulan terakhir disaat kehamilan semakin memberatkan dan meletihkan. Suami
harus lebih bijak dan mau mengesampingkan keinginan dan kesenangannya sendiri.

Hukum Anal Seks

Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa pasangan suami isteri


diperbolehkan melakukan jima’ dengan cara bagaimanpun, dari depan, belakang,
samping, terlentang atau miring. Tetapi dengan satu syarat, menjauhi satu jalan yaitu
dubur. Untuk yang satu ini para ulama sepakat bahwa hukumnya haram. Ini sesuai
dengan kandungan firman Allah :
      
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tempat bercocok tanammu itu sebagamana saja kamu kehendaki”. (QS al-Baqarah :
223)
Yang dimaksud al-harts adalah tempat menanam yang berarti farj (vagina).
Alat ini menjadi saluran menuju rahim tempat berkembangnya segumpal darah
hingga menjadi janin. Maksud ayat di atas adalah “Wahai para suami, kamu tidak
berdosa menyetubuhi isteri-isterimu dengan gaya apapun yang kamu mau selama itu
masih dalam kemaluan (farj) sebagai saluran menuju rahim tempat Allah
menciptakan manusia”.
Banyak hadits yang menjelaskan larangan menyetubuhi perempuan melalui
anusnya, diantaranya adalah :
79

‫ َم ْلعُ ْو ٌن‬: ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫َع ْن أَيِب ْ ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اهللُ َعْنهُ ق‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
)‫َم ْن أَتَى ْامَرأًَة يِف ْ ُدبُِر َها (رواه أبو داود والنسائي‬
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda : “Terkutuklah orang yang menyetubuhi isterinya pada duburnya”. (HR
Abu Daud dan an-Nasai)

َ‫ ال‬: ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫اس َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َما ق‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ ٍ َّ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬
‫َيْنظُ ُر اهللُ إِىَل َر ُج ٍل أَتَى َر ُجالً أَ ِو ْام َرأًَة يِف ُدبُِر َها (رواه الرتم ذي والنس ائي وابن‬
)‫حبان‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
“Allah tidak melihat (dengan pandangan rahmat) kepada laki-laki yang menyetubuhi
laki-laki (homo) atau perempuan pada duburnya”. (HR Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu
Hibban).
Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad, Ibn Majah, Ibn Hibban dan Nasa’i
dalam bab ‘Isyratin Nisa’ dari Huzaimah bin Tsabit ra, dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda :
“Sesungguhnya Allah tidak malu demi kebenaran, janganlah kalian
menyetubuhi perempuan pada duburnya”.
Dalil lain yang mengharamkannya adalah firman Allah :
         
         
         
 
Mereka bertanya kepadamu tentang haidl. Katakanlah haidl itu adalah kotoran.
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidl, dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci, apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.” (QS al-Baqarah : 222)
80

Dari kandungan ayat di atas dapat disimpulkan beberapa hal berikut :


1. Yang diperintahkan untuk didatangi (disetubuhi) adalah vagina (farj), bukan yang
lain. Allah berfirman :
    
“… maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu”
2. Pertanyaan yang diajukan dalam ayat tersebut adalah tentang mahidl atau tempat
haid. Haid hanya keluar dari vagina bukan yang lain. Sedangkan jawabannya
merupakan perintah menjauhi perempuan pada masa haid tanpa memberi
keringan (rukhshah). Seandainya menyetubuhi isteri pada duburnya boleh, pasti
ada dispensasi untuk menggunakannya selama masa haid.
3. Bersetubuh pada saat haid diharamkan karena vagina najis dengan darah haid.
Karena itu, jima’ baru diperbolehkan ketika perempuan itu suci dan bersuci.
Allah SWT berfirman, yang artinya :
         
 
“…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci, apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu.”
Maksudnya adalah bahwa darah haid pada vagina baru dapat disucikan setelah
darah itu berhenti. Sedangkan dubur selamanya tidak bisa disucikan karena tidak
bisa terlepas dari najis. Memasukkan zakar ke dalamnya berarti melumurinya
dengan najis. Melumuri anggota tubuh dengan najis hukumnya haram, bahkan
menghindari najis itu sendiri hukumnya wajib.
Dalam masalah ini para fuqaha’ tidak memperbolehkan suami bersetubuh dengan
isterinya jika zakarnya atau vagina isterinya najis karena kencing tanpa
mencucinya terlebih dahulu. Jika larangan ini berlaku pada vagina, yang notabene
masih bisa terlepas dari najis, apakah mendatangi dubur dihalalkan? Padahal
dubur itu tidak bisa terlepas dari najis dan tidak bisa disucikan meski dengan
memasukkan air kedalamnya.
81

Jadi, memasukkan zakar kedalam dubur hukumnya haram. Adapun bersenang-


senang dari belakang di antara dua pangkal paha tanpa masuk ke dalam dubur
hukumnya boleh, meskipun zakar itu menyentuh lingkaran anus bagian luar
karena tempat itu tidak najis. Ini berlaku bagi yang mampu mengendalikan diri.
Bagi yang tidak mampu dan khawatir akan memasukkannya ke liang dubur maka
wajib menjauhinya.
Hukum di atas menurut sudut pandang agama. Bagi seorang muslim dalil itu
sudah cukup untuk mengharamkannya. Tapi, tentu ada gunanya bila kita
membicarakan masalah penyakit yang cukup membahayakan yang banyak
menyebar di tengah-tengah masyarakat yang hobi zina dan sodomi. Diantaranya
adalah hilangnya sistem kekebalan tubuh, HIV, AIDS, dan sebagainya

Masturbasi

Masturbasi atau istimna’ adalah mengeluarkan mani dengan cara selain jima’.
Perbuatan ini dikenal dalam bahasa arab dengan sebutan al-‘aadat al- sirriyah
(kebiasaan tersembunyi) karena pelakunya biasanya melakukannya secara sembunyi-
sembunyi dan jauh dari pandangan manusia.
Masturbasi dengan tangan atau anggota tubuh lainnya, menurut jumhur ulama
(Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanafiyah) hukumnya haram, walaupun tingkat haramnya
di bawah zina. Jika seseorang tidak punya pilihan lain selain melakukan salah satu
dari keduanya, maka dia harus melakukan masturbasi untuk menghindari zina.
Dengan demikian dia telah dengan memilih madlarat yang lebih ringan. Imam
Ahmad memperbolehkan masturbasi karena dapat menghindarkan seseorang dari
perbuatan zina (ta’affuf).
Kita tidak akan berbiacara panjang lebar mengenai masturbasi. Apalagi harus
mengemukakan dalil masing pendapat. Hanya saja, pendapat yang
memperbolehkannya beralasan karena masturbasi dapat membantu seseorang
terhindar dari zina. Bukan berarti masturbasi boleh dilakukan setiap saat dan
82

dijadikan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus yang pada akhirnya menjadi
penyakit kejiwaan dan fisik. Tidak ada seorang pun ulama yang memperbolehkan
perbuatan yang mengandung bahaya meskipun hukum asalnya adalah mubah. Makan
misalnya, hukum asalnya adalah mubah, tetapi akan menjadi haram apabila makan
melebihi kebutuhan yang akhirnya dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Dengan demikian, para ulama tidak berbeda pendapat bahwa masturbasi
hukumnya haram, karena dapat membahayakan otot, alat reproduksi dan kesehatan
pelakunya. Imam Ahmad dan ulama lain sama sekali tidak memperbolehkan
perbuatan yang mengandung bahaya dan penyakit.
Kepada generasi muda-mudi, kami sarankan agar sama sekali tidak
melakukan masturbasi, bahkan jangan pernah memikirkannya sedikitpun. Masturbasi
merupakan kesalahan yang berbahaya, sedikit sekali orang yang terhindar dari akibat
buruknya.
Syekh Muhammad Hamid rahimahullah menulis dalam bukunya radd ‘alaa
abaathil sebagai berikut :
“Dosen kami, jurusan pelaksanaan pengadilan agama, fakultas syariah
menjelaskan bahaya masturbasi. Ringkasnya begini : ujung zakar (hasyafah) adalah
bagian yang sangat sensitif. Dari hasyafah ini, sensitifitas saat melakukan jima’ akan
mengalir ke kantong sperma. Kemudian kantong ini mengkerut untuk mengeluarkan
mani dan bercampur dengan cairan yang dikeluarkan kelenjar prostat. Setelah cairan
ini keluar, syahwat kembali tenang. Apabila seseorang selalu mempermainkann
zakarnya, maka kulit hasyafahnya menjadi kasar dan sensitifitasnya menurun.
Kantong sperma mengeluarkan mani tanpa bercampur dengan saripati prostat. Sari
pati prostat ini mempunyai andil besar terhadap penenangan gelora syahwat. Jika
mani yang keluar tidak bercampur dengan sari pati prostat itu, maka syahwat hanya
bisa tenang dalam kurun waktu sementara dan dapat bangkit secara tiba-tiba. Karena
itu, pelaku masturbasi memerlukan masturbasi kedua, ketiga dan seterusnya sehingga
akhirnya berejakulasi darah karena saluran sperma dan alat reproduksi lainnya telah
rusak akibat masturbasi. Sering masturbasi mengakibatkan daya sensitifitas hasyafah
83

melemah. Akibatnya, seseorang yang terbiasa bermasturbasi tidak mampu melakukan


jima’ seperti yang dilakukan orang yang tidak terbiasa masturbasi. Hasyafahnya tidak
lagi sensitif, lalu bagian ini tidak terpengaruh ketika dimasukkan ke liang vagina dan
dia tidak bisa ejakulasi kecuali dengan tangan3. Jadi, masturbasi dapat
membahayakan pelakunya dan isterinya yang memiliki hak menjaga diri dari
perbuatan harammelalui jima’ yang dibenarkan agama”.
Selain itu, mani adalah cairan penting bagi tubuh dan reproduksi. Marry St.
dalam bukunya Married, Love mengatakan : “Menurut analisa kimia dinyatakan
bahwa sperma mengandung banyak unsur. Unsur terbesar adalah kalsium dan posfor.
Kedua unsur itu termasuk materi yang sangat penting dan besar pengaruhnya
terhadap pembentukan tubuh manusia. Jika ini benar, maka salah besar orang yang
mengatakan bahwa sperma bisa dilepaskan dalam waktu singkat dan dibuang begitu
saja tanpa perlu menyimpannya”.
Sungguh indah perkataan penyair :

ُ ‫ت فَِإنَّهُ * َماءُ احْلَيَ ِاة يَُر‬


‫اق ىِف اْأل َْر َح ِام‬ َ ‫استَطَ ْع‬ َ َّ‫فاَ ْح َف ْظ َمنِي‬
ْ ‫ك َم‬
Jagalah air manimu semampumu, karena ia adalah air kehidupan yang
dialirkan ke dalam rahim.

Mimpi Basah

3
Begitulah akibatnya bagi orang-orang yang terbiasa melakukan masrurbasi.
Kami mendapati realita ini dalam kasus yang kami tangani dalam pekerjaan kami
di pengadilan agama. Ada seorang suami yang meninggalkan isterinya di tempat
tidur untuk melakukan masturbasi di depan isterinya. Ini dia lakukan karena
sudah terbiasa dengan masturbasi sehingga tidak puas dengan jima’ bersama
isterinya.
84

Mimpi basah adalah salah satu tanda bahwa seseorang telah sampai pada usia
dewasa atau baligh. Orang yang bermimpi basah wajib mandi besar apabila keluar
mani dan tidak wajib bila tidak keluar mani.
Seseorang yang mimpi basah tidak berdosa karena orang yang sedang tidur
bebas dari tanggung jawab keagamaan. Hanya saja hal itu menunjukkan bahwa
jiwanya tidak bersih. Oleh karena itu dia hendaklah berlindung kepada Allah dari
setan karena dialah yang menyebabkan mimpi basah. Akan tetapi tidak selamanya
begitu, kadang ada sebab lain. Seperti karena kepanasan tidur diatas wol atau kulit
domba dan sebagainya. Mimpi basah kadang hanya keluar mani tanpa disertai mimpi.
Ini biasanya dialami orang mu’min yang saleh.
Allah melindungi para nabi dari mimpi basah. Thabrani meriwayatkan sebuah
hadits dari Abdullah bin Abbas ra, dia berkata : “Para nabi tidak pernah mimpi
basah sama sekali, mimpi basah timbul dari setan”.
Dalam masalah ini tidak ada perbedaan ulama apabila yang dimaksud adalah
mimpi basah yang dari setan, karena setan tidak memilki kekuasaan atas para nabi.
Ulama yang berpendapat bahwa para nabi mungkin mimpi basah, yang dimaksud
adalah keluar mani pada saat tidur yang tidak disebabkan mimpi, melainkan karena
sakit atau kantong mani telah penuh. Tapi pendapat yang sahih, para nabi terpelihara
dari mimpi basah.

Cairan yang Keluar Dari Manusia

Ada beragam cairan yang keluar dari kemaluan manusia yang hukumnya
tidak banyak diketahui oleh manusia. Kebetulan kita sedang membahas tentang jima’,
jadi sudah sepantasnya kalau kita jelaskan macam dan hukumnya.
Cairan yang keluar dari kemaluan manusia ada empat macam :

a. Mani (sperma)
Allah SWT menciptakan manusia dari mani. Allah berfirman :
85

          
    
“Maka hendaklah manusia memikirkan dari apa dia diciptakan? Dia diciptakan
dari air yang memancar. Yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada”. ( QS
al-Thariq : 5-7).
Mani laki-laki berwarna putih kental yang keluar dengan memancar bila
disertai syahwat. Ketika masih basah baunya sama dengan adonan tepung dan
ketika sudah kering sama dengan putih telur. Mani perempuan berwarna kuning
tipis, kadang putih kental jika syahwatnya sangat kuat.
Mani hukumnya suci menurut sebagian ulama seperti imam Syafi’i. Para
ulama sepakat bahwa untuk membersihkan mani yang telah kering cukup
menggosoknya dengan tangan. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah
hadits dari Aisyah ra, dia berkata :
“Aku menggosok mani dari pakaian Rasulullah SAW kemudian
Rasulullah shalat dengannya”.
Para ulama sepakat bahwa keluarnya mani, baik karena jima’, mimpi
basah, atau lainnya, mewajibkan mandi besar.
Keluar mani karena mimpi basah menjadi salah satu tanda bahwa anak
laki-laki dan perempuan telah mencapai usia baligh. Dengan itu keduanya resmi
menjadi mukallaf yang wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban beragama.

b. Madzi
Madzi adalah cairan berwarna kuning encer yang keluar dari laki-laki dan
perempuan disaat syahwatnya sedang memuncak. Madzi keluar tanpa memancar
dan kadang tidak terasa. Biasanya perempuan mengeluarkan cairan ini lebih
banyak daripada laki-laki, lebih-lebih ketika gairah syahwatnya sedang bergelora.
Madzi najis, membatalkan wudlu’, tetapi tidak mewajibkan mandi besar.

c. Wadi
Wadi adalah cairan berwarna putih keruh, biasanya kental dan keluar
setelah kencing, terutama ketika mengalami sulit buang air besar atau membawa
86

benda berat. Madi keluar dari kemaluan anak-anak dan dewasa, laki-laki dan
perempuan. Hukumnya najis sama seperti kencing tetapi tidak mewajibkan mandi
besar. Sebagian orang mengira madi sama dengan mani karena memang mirip.
Bahkan ada sebagian orang yang mandi besar karenanya. Ini adalah kesalahan
yang disebakan ketidaktahuannya terhadap hukum agama yang hanif.

d. Kencing
Kencing adalah cairan yang najis dan membatalkan wudlu’. Saat kencing
harus berhati-hati agar tidak terkena percikannya. Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah SAW
melewati dua kuburan kemudian bersabda : “Sesungguhnya keduanya sedang
disiksa bukan karena (dosa) besar. Salah satunya suka mengadu domba dan yang
lain tidak membersihkan diri4 dari kencingnya.”
Membersihkan sisa-sisa kencing dari salurannya (istibra’) wajib
dilakukan. Bagi perempun ini sangat mudah dilakukan, yaitu dengan menunggu
sejenak, kemudian membasuh vaginanya. Sedangkan bagi laki-laki dapat
dilakukan dengan memegang penis mulai dari belakang pelir dan mengurut penis
sampai sisa-sisa kencing keluar semuanya. Ini dilakukan berulang-ulang sambil
berjalan selangkah-dua langkah, bergerak atau berdehem hingga kencing tidak
kembali lagi.
Diriwayatkan dari Isa bin Yazdad bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ٍ ‫ث مَّر‬
)‫ات (رواه ابن ماجه‬ ِ
َ َ َ‫َح ُد ُك ْم َف ْلَيْنُت ْر ذَ َكَرهُ ثَال‬
َ ‫إ َذا بَ َال أ‬
“Apabila salah seorang dari kalian selesai buang air kecil, hendaklah dia
mengurut kemaluannya tiga kali”. (HR Ibnu Majah)

Alat Reproduksi Wanita

4
Tidak membuat penghalang antara dia dan kencingnya. ( subulus salam, I/82)
87

Kami akan menjelasakn alat reproduksi wanita menurut tinjaun medis dan
agama, berikut cairan-cairan yang di keluarkan alat ini, sumbernya, dan hukumnya
menurut agama. Inilah tujuan dari penulisan buku ini.
Alat reproduksi wanita dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian sebagai
berikut :
Bagian pertama vagina (farj) meliputi bagian-bagian berikut ini :
1. Jabal az zuhrah, yaitu lapisan luar yang berlemak terletak pada pertemuan dua
bibir besar vagina yang terletak di bagian atas. Bagian atasnya termasuk bagian
yang yang ditumbuhi bulu (al-‘anah).
2. Labio mayora (Bibir besar), yaitu dua bibir berupa dua lipatan kulit yang berada
di bagian luar vagina bagian depan atas bertemu dengan jabal az zuhrah dan di
bagian bawah bertemu dengan lubang kemaluan.
3. Labio minora (Bibir kecil), bagian ini lebih kecil dari bibir besar dan letaknya di
bawah bibir besar, bagian atasnya bertemu dengan klentit atau klitoris.
4. Klitoris (Klentit), bagian kecil yang amat sensitif yang bentuknya mirip penis
laki-laki. Klitoris terletak dibagian atas vagina, di ujung dua bibir kecil. Alat ini
merupakan alat reproduksi wanita yang paling sensitif untuk membangkitkan
gairah seksual. Masalah ini sudah disinggung pada pembahasan “pengantar
jima’”. Dalam bab ini akan kami jelaskan bahaya memperlihatkan bagian ini pada
dokter laki-laki.
5. Dua kelenjar barthalini, terletak di bagian dalam bibir besar dan memiliki lubang
kecil yang terletak dalam selaput bibir kecil. Bagian ini berfungsi mengeluarkan
cairan yang menjadi pelumas ketika melakukan persetubuhan.
6. Urethra (Lubang kencing), lubang ini terletak di bawah klitoris antara dua bibir
kecil. Dindingnya bertemu dengan dinding vagina bagian atas.
7. Lubang vagina bagian luar, bagi perempuan yang masih perawan lubang ini di
tutupi dengan selaput dara (hymen), terletak di bawah lubang saluran kencing.
Para fuqaha menyebut bagian-bagian ini dengan vagina luar. Mereka
mendefinisikannya secara global : semua alat yang nampak dari vagina ketika duduk
88

berjongkok. Definisi ini meliputi semua bagian yang kami sebutkan di atas. Hukum
alat ini wajib di cuci saat mandi besar karena junub, haid, atau nifas. Juga wajib
dicuci saat cebok (istinja’), dan dari darah istihadlah, jika najisnya melebihi batas
tempat keluarnya.
Basah atau lembab yang keluar dari bagian ini hukumnya suci dan tidak
membatalkan wudlu’ karena dianggap sama seperti keringat. Ulama tidak berbeda
pendapat dalam masalah ini.
Bagian kedua adalah mahbil, yaitu lubang jima’ yang menjadi tempat keluar
masuknya zakar yang menghubungkan leher rahim dengan lubang vagina bagian luar
yang ditutupi selaput dara bagi perawan, panjangnya kira-kira 12 cm. Saluran ini
ditutupi selaput lendir dan mengeluarkan sekresi asam. Di dalamnya ada tiga kelenjar
yang dapat dirujuk dalam buku-buku ilmiyah.
Bagian ini menurut para fuqaha’ dikenal dengan vagina dalam. Mereka
mendefinisikannya dengan sesuatu yang tidak tampak dari vagina perempuan ketika
duduk berjongkok. Menurut mereka cairan yang keluar dari bagian ini wujudnya
mirip madzi atau keringat, yang keluar bukan karena syahwat. Cairan ini hukumnya
suci menurut sebagian besar ulama, tetapi membatalkan wudlu’. Adapun cairan yang
keluar karena syahwat, kemungkinanadalah madzi atau mungkin juga mani seperti
yang telah dijelaskan di awal.
Perempuan dapat membedakan cairan yang keluar dari mahbil dengan cairan
yang keluar dari vagina luar dengan menekankan kapas. Basah yang menempel pada
kapas yang masuk pada bagian vagina dalam adalah berasal dari mahbil.
Cairan ini hukumnya sama dengan cairan suci, yaitu cairan yang menjadi
tanda habisnya masa haid. Hukumnya suci tapi membatalkan wudlu’.
Bagian ketiga adalah rahim (uterus), yaitu liang kandungan yang menjadi
tempat janin mulai dari masa pembentukannya hinggga masa kelahiran. Allah
berfirman, artinya :
       
89

“… Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai pada waktu
yang telah ditentukan…” (QS al-Hajj : 05)
Panjang rahim kira-kira mencapai 7 cm, lebarnya sekitar 5 cm dan atapnya
seketar 2,5 cm. Bentuknya seperti buah peer. Rahim memiliki leher yang panjangnya
sekitar 2,5 cm yang menghubungkan mahbil dengan rahim. Rahim dipenuhi dengan
selaput lendir yang menghasilkan sekresi alkali yang tidak asam.
Bagian ini dalam istilah fuqaha’ dikenal dengan sebutan “sesuatu yang ada di
belakang vagina dalam”. Cairan yang keluar dari rahim semuanya najis dan
membatalkan wudlu’, seperti cairan yang keluar bersama anak sesaat sebelum
melahirkan. Perempuan hamil yang merasakan sakit untuk melahirkan masih wajib
melaksanakan shalat walaupun dengan isyarat apabila sudah tidak mampu ruku’ dan
sujud. Apabila keluar cairan sebelum sebelum anak lahir, maka bukan nifas tetapi
sama dengan kencing. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar setelah anak lahir,
seperti yang telah dijelaskan di awal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cairan yang keluar dari alat
reproduksi wanita adalah :
1. Mani, yaitu cairan yang memancar pada saat melakukan jima’ atau mimpi basah.
Hukumnya wajib mandi besar.
2. Madzi, yaitu cairan yang keluar karena syahwat memuncak tanpa jima’ dan
mimpi basah. Hukumnya najis dan membatalkan wudlu’.
3. Cairan yang keluar sebelum melahirkan. Hukumnya najis dan membatalkan
wudlu’.
4. Basah yang keluar dari mahbil (liang jima’), suci tapi membatalkan wudlu’.
5. Cairan suci yang menjadi tanda habisnya masa haid. Hukumnya juga suci tapi
membatalkan wudlu’.
6. Basah yang dikeluarkan vagina luar hukumnya suci dan tidak membatalkan
wudlu’.
Sedangkan darah yang keluar dari kemaluan perempuan ada tiga macam :
darah haid, darah nifas, dan darah istihadlah seperti yang telah dijelaskan di atas.
90

Rahasia di Tempat Tidur

Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan pribadi. Di dalamnya banyak


sekali hal-hal yang sifatnya rahasia dan tidak layak diketahui orang lain. Rahasia apa
yang ada dalam kehidupan rumah tangga?
Allah menggambarkan kehidupan suami isteri dengan sebuah perumpamaan
penuh makna yang sangat mendalam. Di dalamnya tersirat pesan sempurna dan
rahasia yang harus dijaga. Allah berfirman :
     
“…Mereka (para isteri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun pakaian bagi
mereka…” (QS al-Baqarah : 187)
Pakaian yang tidak sempurna atau sobek di sana sini tidak dapat menutupi
aurat dengan sempurna. Suami isteri pun demikian. Masing-masing menjadi penutup
aurat bagi pasangannya, menjaga rahasia dan amanahnya. Rahasia tersebut tidak
boleh dibeberkan kepada siapapun kendati telah bercerai.
Rasulullah SAW memberikan peringatan kepada orang yang menyebarkan
rahasia ranjangnya. Imam Muslim, Ahmad dan perawi lainnya meriwayatkan sebuah
hadits dari Abu Said al-Khudri, dari Nabi SAW, beliau bersabda :

َّ‫ض ْي إِلَْي ِه مُث‬ ِ


ِ ‫َتِه و ُت ْف‬ ِ ِ َّ ‫اهلل َمْن ِزلَ ةً َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬
َ ‫الر ُج ُل يُ ْفض ْي إىَل ْامَرأ‬
ِ ‫َّاس ِعْن َد‬
ِ ‫إِ َّن َش َّر الن‬
)‫َيْن ُش ُر ِسَّر َها (رواه مسلم‬
“Sesungguhnya derajat manusia yang paling buruk di sisi Allah di hari
Kiamat adalah Laki-laki yang menyentuh isterinya dan isterinya juga menyentuhnya
(bersetubuh) kemudian dia menyebarkan rahasianya”. (HR Muslim)
Imam Nawawi berkata dalam syarah Shahih Muslim : “Hadits ini
menunjukkan bahwa hukumnya haram menyebarkan apa yang dilakukan suami isteri
saat bersenang-senang dengan menyebutkan secara rinci apa yang dilakukan
isterinya, baik perkataan, perbuatan, maupun yang lainnya. Adapun hanya
91

menyebutkan persetubuhan secara umum, jika tidak ada faidah dan keperluan, maka
hukumnya makruh karena dapat merusak nama baik dan harga diri”.
Peringatan Rasulullah SAW diatas juga berlaku pada isteri. Jadi keduanya
diharamkan menceritakan apa yang mereka lakukan di atas tempat tidur, karena hal
itu merupakan rahasia yang harus ditutupi.
Tanya Jawab

1. Sebagian pengantin baru merasa bingung dan malu pada malam pertama karena
belum tahu cara melakukan persetubuhan. Kira-kira nasehat apa yang bisa
diberikan kepada mereka?
Jawab : Hendaklah masing-masing keluarga pengantin baru memberi pangertian
kepada kaduanya. Untuk pengantin laki-laki, misalnya, diserahkan kepada
pamannya untuk membimbing dan memberinya petunjuk bagaimana cara
melakukannya dengan halus dan sopan. Untuk pengantin wanita bisa diserahkan
kepada keluarganya untuk diberi wejangan tentang tujuan dirinya.
2. Ada sebuah tradisi menampakkan darah selaput dara (hymen) kepada orang orang
yang memberikan ucapan selamat. Apakah tindakan ini boleh menurut agama?
Jawab : Tidak , itu adalah tradisi mungkar.
3. Apakah dalam agama ada batasan tentang berapa kali berjima’ dalam seminggu?
Jawab : Tidak ada, semua tergantung kepada keinginan masing-masing pasangan.
4. Apakah berhias untuk suami dengan segala macamnya, seperti pakaian tipis dan
mini, merayunya dengan kata-kata dan gerak tubuh, tidak pantas dilakukan
seorang perempuan yang taat pada agamanya?
Jawab : Itu tidak benar, justru perempuan yang taat beragama selalu menjaga diri
dan suaminya dari perbuatan haram. Perempuan yang seperti itu justeru termasuk
perempuan shalihah, karena dia telah berbuat untuk menyenangkan suaminya.
Allah SWT berfirman :
       
 
92

“Sesungguhnya Kami ciptakan mereka secara langsung dan Kami jadikan


mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya usianya.” (QS al-Waqiah :
35-37)
5. Apabila seorang laki-laki berzina dengan seorang perempuan, kemudian dia
menikahinya, apakah penikahannya itu menjadi penghapus dosanya?
Jawab : Tidak, keduanya harus bertaubat kepada Allah SWT. Walaupun begitu,
jika pernikahannya diniatkan untuk melepaskan diri dari perbuatan haram maka
dia mendapat pahala.
6. Bolehkah seorang isteri menolak keinginan suaminya yang minta dilayani di
tempat tidur apabila dia sedang sibuk atau capek?
Jawab : Tidak boleh, sesibuk apapun dia. Apabila seorang suami mengajak
isterinya ke tempat tidur, maka sang isteri harus memenuhi keinginannya
walaupun sedang sibuk memasak di dapur, seperti dijelaskan dalam sebuah
hadits, karena suami lebih penting dari kesibukan apapun. Jika dia sedang lelah,
hendaklah dia melayaninya sesuai kemampuannya.
7. Bolehkah seorang isteri yang sedang haid atau nifas meninggalkan tempat tidur
suami atau menjauhinya?
Jawab : Tidak boleh, karena suaminya berhak bersenang-senang dengannya pada
selain kemaluannya. Apabila dia meninggalkan tempat tidur tanpa izin suaminya,
maka dia berdosa.
8. Kapan seorang suami diperbolehkan meninggalkan isterinya di tempat tidur?
Jawab : Dia boleh meninggalkan isterinya bila dia manampakkan nusyuz (ketidak
taatan) padanya dengan syarat tindakan suami tidak bertentangan dengan tuntunan
agama. Apabila dia meniggalkan isterinya dengan maksud menyusahkannya maka
tindakan itu bertentangan dengan perintah agama untuk bergaul baik dengannya.
9. Apabila seorang suami menyetubuhi isterinya yang sedang haid atau nifas, apakah
dia harus membayar kaffarat?
Jawab : Para ulama sepakat bahwa suami yang berbuat demikian telah berdosa
besar dan harus bertaubat kepada Allah SWT. Mengenai kaffaratnya, ulama
93

berbeda pendapat. Ada yang mewajibkan taubat saja dan ada yang mewajibkan
taubat dan kaffarat sekaligus. Mengenai jumlahnya, mereka juga berbeda
pendapat. Ada yang mengatakan satu dinar, ada juga yang setengah dinar. Lebih
baik pelakunya bersedakah dengan jumlah tertentu dan bertaubat kepada Allah.
10. Apakah seorang suami menyetubuhi isterinya pada duburnya, apakah hal itu dapat
membuat isteri haram bagi suaminya?
Jawab : Tidak, sang isteri tetap berstatus sebagai isterinya, tetapi keduanya
berdosa karena telah melanggar larangan Allah.
11. Bolehkan seorang suami melakukan masturbasi dengan tangan isterinya?
Jawab : Ya boleh, baik dengan tangan isterinya maupun dengan anggota
tubuhnya yang lain. Yang demikian termasuk bersenang-senang dengan cara
bersentuhan. Hukumnya tidak sama dengan masturbasi yang dilakukan dengan
tangannya sendiri.
12. Bolehkah suami isteri menonton film biru untuk membangkitkan gairah seks
mereka?
Jawab : Tidak boleh, hukumnya haram, karena mengandung kerusakan besar dan
melihat aurat yang diharamkan. Jika ada yang berpendapat bahwa itu boleh
karena hanya gambar dan hayalan, maka alasan itu tidak masuk akal, karena itu
bukan hayalan dan lukisan melainkan benar-benar manusia dan gerakannnya.
14. Apabila suami menghisap payudara isterinya pada saat bersetubuh, kemudian air
susunya masuk kedalam perutnya . Bagaimana hukumnya?
Jawab : Tidak apa apa, tetapi lebih baik dia tidak menghisapnya karena ulama
berbeda pendapat tentang boleh tidaknya meminumnya dan memanfaatkannya
untuk selain anak yang disusuinya. Air susu termasuk bagian dari tubuh manusia,
karena itu ulama sepakat bahwa hukumnya suci.
94

BAGIAN ENAM
HAMIL DAN MELAHIRKAN

Salah satu tujuan pernikahan yang paling utama adalah untuk mendapatkan
keturunan. Allah berfirman :
      
“Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
kepadamu”. (QS al-Baqarah : 187).
Maksudnya, dekatilah isterimu dan setubuhilah dia pada malam bulam
Ramadlan dan carilah apa yang ditentukan Allah untukmu berupa anak. Melepaskan
hajat seksual, bersenang-senang, dan menuruti kehendak nafsu terhadap isteri
merupakan tujuan nikah yang berada di bawah tujuan mendapatkan anak.
Tujuan seorang muslim untuk mendapatkan anak bukanlah sekedar anak,
melainkan anak yang shalih yang bisa membawa kebaikan, mendoakan kedua
orangtua pada saat keduanya masih hidup dan setelah keduanya meninggal. Ini adalah
doa orang mu’min yang shalih yang dalam al-Qur’an disebut sebagai hamba-hamba
Allah.
        
    
“Dan orang-orang yang berkata: “Wahai Tuhan kami, anugerahkannlah kepada
kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Furqan : 74)
Keturunan yang shalih adalah karunia Allah SWT yang sangat besar kepada
para hamba-Nya. Sedangkan keturunan yang rusak hanya akan menjadi musibah
besar dan kerugian yang nyata bagi seorang mu’min yang shalih. Allah menjelaskan
derita dua orang tua yang mu’min akibat kedurhakaan dan kesesatan anaknya.
        
         
         
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya : “Cis bagi kamu berdua,
apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,
95

padahal telah berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya
memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata : “Celaka kamu, berimanlah
kepada Allah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”, lalu dia berkata : “Ini tidak
lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka”. (QS al-Ahqaf : 17)
Anak yang shalih berdoa untuk dirinya, kedua orang tuanya, dan
keturunannya. Doanya adalah :
        
          
     
“Tunjukilah aku untuk mensykuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau
ridlai; berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri” .(QS al-Ahqaf : 15)

Pahala Perempuan Hamil

Perempuan yang paling mulia dan yang paling tinggi kedudukannya adalah
ibu. Hal itu disebabkan keletihan dan kesulitan yang dirasakannya dalam
menjalankan tugasnya sebagai ibu. Untuk menggambarkan masalah ini, cukuplah
firman Allah yang menjelaskannya :
       
      
“Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua ibu-bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”. (QS al-
Ahqaf : 15)
Ibu mengandung anaknya beberapa bulan dengan susah payah, dan
melahirkannya juga dengan susah payah. Ibulah yang merasakan lelahnya
96

mengandung, sakitnya melahirkan, sulitnya menyusui dan menyapih. Allah SWT


berfirman :
       
        

“Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua ibu-bapaknya;
ibunya mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu, hanyalah kepada-Kulah tempat kembalimu.” (QS Luqman : 14)
Ibu menanggung kesulitan dan kepayahan lebih banyak dibandingkan ayah.
Karena itu haknya lebih besar daripada hak ayah dan mendapatkan bagian lebih
banyak dalam urusan bakti kepada keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah dia berkata : “Ada seorang laki-laki
datang menemui Rasulllah SAW dan berkata : “Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang paling berhak mendapatkan perlakuan yang baik dariku? Beliau bersabda :
“Ibumu”, laki-laki itu berkata : “Lalu siapa”, beliau bersabda : “Ibumu”, laki-laki itu
berkata : ”Lalu siapa”, beliau bersabda : “Ibumu”, laki-laki itu berkata lagi : “Lalu
siapa”, beliau bersabda : “Ayahmu”.
Maksud hadits di atas tidak mengurangi kedudukan ayah atau merendahkan
hak-haknya, karena hak ayah terhadap anaknya juga besar. Rasulullah SAW
memahami bahwa perempuan biasanya berada dalam posisi lemah dan tertindas,
lebih-lebih dulu di masa jahiliyah, saat itu orang-orang memperlakukan perempuan
dengan perlakuan sangat buruk. Lalu Rasulullah SAW menganjurkan para anak untuk
berbakti kepada kedua orang tua, terutama pada ibu. Rasulullah SAW tidak ingin
mereka lalai dalam berbakti kepada ibunya yang memiliki hak lebih besar dari pada
hak ayah.
Allah mewajibkan anak untuk berbakti kepada dua orang tua (birrul walidain)
dan menyediakan pahala yang besar untuknya . Allah juga mengharamkan anak
menyakiti kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya. Perlakuan buruk
terhadap orangtua dianggap sebagai dosa besar. Allah SWT berfirman :
97

        


         
         
        
 
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka mendidik aku sejak kecil “. (QS al-Israa’: 23-24)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Amr bin
Ash ra, dia berkata : “Ada seseorang menghadap Rasulullah dan berkata : “Saya
berbai’at kepadamu untuk hijrah dan jihad, aku mencari pahala dari Allah SWT”.
Kemudian Rasulullah bersabda : “Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?”.
Dia menjawab : “Ya, bahkan keduanya (masih hidup)”. Rasulullah bersabda : “Dan
kamu mencari pahala dari Allah?” Dia menjawab : ”Ya”, Rasulullah bersabda :
“Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan berbuat baiklah kepada mereka”.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Nufai’ bin Harits
ra, dia berkata, Rasulullah bersabda : “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa
besar? Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa besar? Maukah kalian aku
beritahukan tentang dosa besar? Kami menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau
bersabda : “Menyekutukan Allah dan menyakiti kedua orang tua”.

Anak Laki-laki atau Perempuan

Umumnya manusia memandang lebih anak laki-laki daripada anak


perempuan. Manusia sangat menginginkan anak laki-laki, terutama anak pertama. Ini
98

masih wajar selama tidak sampai pada sikap membenci dan tidak rela pada anugerah
yang diberikan Allah berupa anak perempuan.
Manusia tidak boleh menyesali lahirnya anak perempuan sebagai anugerah
Allah SWT, dan tidak boleh hanya senang pada anak laki-laki. Anak perempuan
adalah pemberian Allah yang lahir ke dunia tanpa bisa memilih menjadi laki-laki atau
perempuan. Cukup banyak anak laki-laki yang ayahnya mengharapkannya lahir
sebagai perempuan. Banyak juga anak perempuan yang menjadi kebaikan dan berkah
bagi kedua orang tuanya.
Membenci anak perempuan adalah budaya jahiliyah yang paling buruk.
Hingga akhirnya Allah memberikan anugerah berupa Islam. Allah berfirman :
         
          
          
“Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menangggung
kehinaan atau menguburnya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS al-Nahl : 58-59)
Kebencian mereka pada anak perempuan membuat mereka langsung
menguburnya hidup-hidup setelah dilahirkan. Anak perempuan yang dikuburkan
hidup-hidup ini oleh al-Qur’an disebut ‫ الموؤودة‬seperti dalam firman Allah :
       
“Apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah
dia dibunuh.” (QS al-Takwir : 8-9)
Budaya jahiliyah yang membenci anak perempuan itu masih tersisa di banyak
negara dan masyarakat. Bahkan ada di antara mereka yang memukuli isterinya hanya
karena melahirkan anak perempuan. Bahkan ada yang menceraikannya. Perempuan
yang melahirkan anak perempuan dicela dan diejek oleh orang-orang sekitarnya.
Orang-orang yang bodoh tidak menyadari bahwa rahim ibu hanyalah tempat janin.
99

Mani yang menjadi anak laki-laki atau perempuan asalnya adalah dari mani laki-laki.
Anak cucunya justu berasal dari dirinya, bukan isterinya. Jika mereka ingin mencela,
mengapa mereka tidak mencela dirinya sendiri? Allahlah sebagai Pencipta yang
menentukan segalanya. Allah berfirman :
           
        
          
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan kepada siapa yang
kehendaki-Nya dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki,
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS al-Syura : 49-50)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT yang telah memberi anugerah berupa
anak. Jika Dia berkehendak, Dia hanya akan memberi anak-anak perempuan kepada
yang Dia kehendaki. Atau Dia hanya akan memberikan anak laki-laki saja. Apapun
yang Dia kehendaki, itulah yang terjadi. Apapun pemberian Allah, anak laki-laki atau
perempuan, itu merupakan anugerah. Walaupun Dia tidak memberi, itu adalah wujud
keadilan-Nya. Manusia tidak mengetahui yang ghaib dan yang samar berikut
akibatnya. Semuanya adalah milik Allah semata. Hamba Allah hanya bisa menerima
kehendak Tuhan, Pengatur alam semesta, dan rela pada takdir-Nya dalam segala hal.
Bagi pasangan yang tidak dianugerahi anak oleh Allah SWT, baik karena
keduanya sama-sama mandul, atau salah satunya, jika mereka rela atas pilihan Allah
dan menerimanya dengan lapang dada dan tetap melanjutkan kehidupan rumah
tangga mereka, maka itu adalah yang terbaik buat mereka. Jika mereka tetap ingin
punya anak, Allah memberikan solusi untuk keduanya.
Apabila yang mandul adalah isteri, maka suaminya bisa tetap menjadikannya
sebagai isteri dan menikah lagi dengan harapan Allah akan memberinya anak. Jika
keduanya tidak sepakat dengan solusi ini, atau suami tidak sanggup menikahi dua
isteri, maka keduanya boleh bercerai.
100

Apabila yang mandul adalah sang suami dan isterinya rela dan bahagia hidup
bersamanya apa adanya, itu juga tidak apa-apa. Jika sang isteri minta cerai dengan
baik karena berharap memperoleh anak dari suami yang lain dan melepaskan hak-
haknya sebagai isteri dengan rela hati maka sang suami tidak punya hak untuk tidak
mau, justru yang lebih baik memberikan semua hak-hak isterinya kemudian
menceraikannya dengan baik.

Anjuran Setelah Melahirkan

Yang kami maksud anjuran setelah melahirkan adalah hal-hal yang


disunnatkan untuk dilakukan setelah melahirkan. Ada banyak hal yang harus
dilakukan, tetapi yang terpenting adalah sebagai berikut :
1. Disunnatkan memberi kabar gembira (bisyarah) dan menyampaikan ucapan
selamat kepada orang yang baru mendapatkan anak. Bisyarah bisa membuat
seorang muslim merasa senang dan gembira. Jika ada seorang muslim yang
isterinya melahirkan atau diketahui hamil maka disunnatkan untuk memberi kabar
gembira kepadanya. Allah berfirman :
         
  
“Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan
seorang anak yang bernama Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah
menciptakan orang serupa dengan dia”. (QS Maryam : 7)
Allah memberi kabar gembira kepada Ibrahim AS dan isterinya, seperti
dalam firman-Nya :
   
“Kemudian Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat
sabar”. (QS al-Shaffat : 101)
2. Disunnatkan mengumandangkan adzan di telinga kanan anak yang baru lahir dan
iqamah di telinga kirinya, supaya adzan menjadi kalimat pertama yang dia dengar
di alam dunia.
101

3. Melakukan tahnik dengan kurma. Tahnik bisa dilakukan oleh orang tuanya atau
orang yang shalih. Kurma dikunyah kemudian dimemasuk ke mulut si bayi.
Rasulullah melakukannya terhadap beberapa anak sahabat, seperti yang
diceritakan dalam al-Shahain dan kitab-kitab lainnya. Diantara anak para sahabat
itu adalah Abdullah bin Zubair putra Asma’ binti Abu Bakar. Ia dilahirkan di
Quba’ ketika ibunya pertama kali datang ke Madinah untuk hijrah. Dia telah
mengandungnya sejak berada di Mekkah. Setelah dilahirkan, sang ibu
membawanya kehadapan Rasulullah SAW, lalu beliau meletakkannya di
pangkuan beliau. Beliau minta kurma kemudian mengunyahnya dan meludahinya
ke mulut sang bayi. Jadi yang pertama kali masuk kedalam perutnya adalah ludah
Rasulullah SAW. Kemudian beliau mentahniknya, mendoakan dan memohon
berkah untuknya. Abdullah bin Zubair adalah anak pertama kaum muhajirin yang
lahir di Madinah. Asma’ berkata : “Kaum muslimin sangat gembira dengan
kelahirannya karena ada yang berkata kepada mereka: “Sesungguhnya orang-
orang yahudi telah menyihir kalian agar tidak punya anak “.
4. Disunnatkan menyembelih kambing untuk aqiqah si bayi. Ini adalah pendapat
jumhur fuqaha’. Dalil mereka adalah hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam al-
Shahih dari Salman bin Amir al-Dlabbi ra, dia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda :

‫ َوأ َِمْيطُْوا َعْنهُ اْألَ َذى‬،‫ فَأ َْه ِر ْي ُق ْوا َعْنهُ َد ًما‬،ٌ‫َم َع الْغُالَِم َع ِقْي َقة‬
“Bersama (lahirnya) anak ada aqiqah, maka alirankanlah darah (menyembelih)
untuknya dan hilangkanlah kotoran darinya”. Ashabus Sunan meriwayatkan
sebuah hadits dari Samurah ra, dia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :

ِِ ِِ ِِ ِ ِ
ُ‫ َوحُيْلَ ُق َرأْ ُسه‬،‫ َويُ َس َّمى فْيه‬،‫ تُ ْذبَ ُح َعْنهُ َي ْو َم َسابِعه‬،‫ُك ُّل غُالٍَم َرهْينَةٌ بِ َعقْي َقته‬
“Setiap anak digadaikan dengan aqiqahnya yang disebelih untuknya pada
hari ketujuh (kelahirannya), dia diberi nama dan (rambut) kepalanya dicukur”.
102

Maksud dari hadits ini adalah bahwa menyembelih aqiqah dapat


melepaskan penggadaian manusia dari setan yang selalu menyertainya sejak lahir
ke dunia.
Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah ra, dia berkata :
Rasulullah SAW bersabda :

ِ َ‫ان مكاَفِئَت‬
ٌ‫ َو َع ِن اجْلَا ِريَِة َشاة‬،‫ان‬ ِ ِ
ُ َ‫َع ِن الْغُالَم َشات‬
”Aqiqah untuk anak laki-laki dua kambing yang sama atau hampir sama
besar dan untuk anak perempuan satu kambing”.
Sebab adanya hadits ini adalah bahwa orang Yahudi menyembelih aqiqah
untuk anak laki-laki dan tidak untuk anak perempuan. Kemudian Rasulullah SAW
menyuruh kaum muslimin menyembelih aqiqah berupa dua domba untuk anak
laki laki dan satu domba untuk anak perempuan supaya berbeda dengan orang
yahudi. Sebagian fuqaha’ berpendapat bahwa aqiqah cukup dengan satu kambing,
baik untuk anak laki-laki atau anak perempuan.
5. Memilih nama yang baik untuk si bayi. Waktunya setelah dilahirkan dan lebih
utama pada hari ketujuh dari kelahirannya. Imam Muslim meriwayatkan dari
Anas bin Malik ra, dia berkata : “Rasulullah bersabda :

‫اس ِم أَيِب ْ إِ ْبَر ِاهْي َم‬ ِ


ْ ِ‫ُول َد يِل ْ اللَّْيلَةَ غُالٌَم فَ َس َّمْيتُهُ ب‬
“Telah lahir anakku malam ini, lalu aku beri nama dia dengan nama
bapakku, Ibrahim”.
Ibrahim ini adalah anak beliau dari Mariyah Qibthiyah. Imam Muslim
meriwayatkan dari Abdullah bin Amr ra, dia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda:

ِ ‫اهلل عَّز وج َّل عب ُد‬


ِ ‫ب أَمْس ائِ ُكم إِىَل‬ ِ
‫اهلل َو َعْب ُد الرَّمْح َن‬ َْ َ َ َ ْ َ َّ ‫َح‬ َ ‫إ َّن أ‬
“Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling disukai Allah adalah
Abdullah dan Abdurrahman “.
103

6. Disunnatkan khitan dan lebih utama segera dilakukan, dan makruh menundanya,
karena termasuk fitrah.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dalam Musnadnya dari Ammar bin
Yasir, dia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :

‫ َوَت ْقلِْي ُم‬،‫الس َو ُاك‬ ِ ‫الش ا ِر‬


ِّ ‫ َو‬،‫ب‬ َّ ‫ص‬ُّ َ‫ َوق‬،‫اق‬ ُ ‫ َواْ ِال ْستِْن َش‬،ُ‫ض ة‬ َ ‫ض َم‬ْ ‫ اَلْ َم‬: ‫ِم َن الْ ِفطْ َر ِة‬
‫ َواْ ِال ْختِتَا ُن‬،‫ َواْ ِال ْستِ ْح َد ُاد‬،‫ف اْ ِإلبْ ِط‬ ِ
ُ ‫ َو َنْت‬،‫اْألَظَاف ِر‬
“Termasuk dalam fitrah : kumur-kumur, menghirup air (dengan hidung),
mencukur kumis, siwak, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu
kemaluan, dan khitan”.

Siapa Seharusnya yang Menangani Kelahiran?

Dalam sejarah manusia, dukun beranak (al-qaabilah) berperan penting dalam


membantu perempuan menangani kehamilan dan kelahirannya. Qaabilah adalah
perempuan yang memiliki keahlian dalam urusan kewanitaan yang berkaitan dengan
kelahiran. Dulu, semua perempuan yang akan melahirkan anaknya ditangani oleh
qaabilah ini. Tapi tidak demikian pada zaman modern ini. Saat ini sudah banyak laki-
laki yang berprofesi sebagai dokter yang membantu perempuan melahirkan anaknya.
Hari demi hari, para perempuan mulai terbiasa mengunjungi dokter laki-laki dan
melahirkan anaknya kepada mereka. Akhirnya, kedua belah sudah merasa terbiasa
tanpa sedikitpun ada perasaan bersalah.
Bagaimana pandangan agama terhadap kenyataan ini? Bahaya apakah yang
akan menimpa para perempuan, para dokter, dan masyarakat pada umumnya?
Dalam Islam, seluruh tubuh perempuan dalah aurat, kecuali wajah dan kedua
telapak tangannya. Ini berlaku untuk semua laki-laki asing, kecuali suami. Suami
boleh melihat dan menikmati seluruh tubuh isterinya, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
104

Adapun selain suami, hukumnya beragam. Ayah, anak laki-laki, dan saudara
hanya boleh melihat dua betis, dua tangan, dada dan payudara, kepala dan leher.
Mereka tidak boleh melihat punggung, perut, dan pahanya. Lalu bagaimana dengan
dokter?
Dokter laki-laki juga manusia normal, baligh, berakal, dan memiliki syahwat
yang sempurna terhadap perempuan. Dia bukan mahram bagi perempuan yang
bersangkutan. Sampai di mana batas dokter boleh membuka tubuh perempuan itu?
Kadang-kadang memang ada kondisi darurat yang mendesak, seperti operasi
yang tidak dapat dilakukan oleh dokter perempuan. Pada kondisi ini perempuan harus
pasrah pada para dokter lelaki dan ahli bedah di ruang operasi. Tanggung jawab
agama, moral, dan kemanusiaan sepenuhnya berada di tangan para dokter itu dalam
menjaga kehormatan pasiennya. Selain kondisi darurat seperti itu, urusannya menjadi
sangat mengerikan. Wahai kaum perempuan dengarkan penjelasan ini!
Coba kita bayangkan bagaimana perasaan perempuan ketika mengunjungi
dokter beranak. Saat pertama kali dokter tersebut memintanya masuk ke dalam kamar
khusus, melepaskan celananya, terlentang di meja pemeriksaan dan mengangkat
kedua kakinya dalam keadaan telanjang bulat, yang tak sehelai benangpun
menutupinya. Perempuan yang membuka celananya dan mengangkat kakinya untuk
laki-laki yang bukan suaminya, meskipun dia dokter, pasti hatinya tidak tenang,
perasaannya gelisah, sangat malu, takut, dan merasa serba salah. Akan tetapi dia tetap
menerima dan melakukannya karena dua hal. Pertama, karena sudah banyak orang
yang melakukannya, bukan hanya dia yang mengalaminya. Kedua, laki-laki yang ada
di hadapannya adalah dokter. Katanya : ”Dokter bukanlah manusia seperti
kebanyakan manusia”. Setelah sekali, dua kali, dan seterusnya, akhirnya perasaan
dilematis itu sirna. Membuka celana dan mengangkat kedua kaki untuk sang dokter
tidak lagi menakutkan, justeru dia melakukannya dengan perasaan senang dan
bahagia karena tradisi masyarakat telah mengaburkan pandangannya. Bukankah dia
melakukan itu untuk kemaslahatan dirinya?
105

Mengunjungi dokter laki-laki bagi perempuan, selaian dalam keadaan darurat


yang mendesak, tidak boleh dilakukan dan hukumnya haram. Lebih-lebih jika masih
ada dokter perempuan yang bisa mengobatinya. Dalam hal melahirkan, masih banyak
dokter perempuan dan dukun beranak yang bisa melakukannya. Jadi sama sekali
tidak boleh membuka aurat untuk dokter laki-laki selama mereka masih ada.
Mengapa?
1. Agama mengharamkan laki-laki melihat aurat perempuan. Seorang dokter laki-
laki, meskipun spesialisasinya adalah urusan melahirkan, tidak boleh melihat
vagina, paha dan perut perempuan dan aurat lainnya, selama masih ada
perempuan yang bisa menangani kelahirannya. Jika memang tidak ada orang lain,
maka boleh ditangani dokter laki-laki dengan tetap menutupi anggota tubuhnya,
kecuali sebatas keperluan saja. Bukan dengan mengekor budaya barat yang
memperlakukan perempuan yang akan melahirkan sama dengan perlakuan dokter
hewan terhadap sapi yang akan melahirkan.
2. Perempuan yang akan melahirkan mengalami tekanan batin karena harus
telanjang bulat di hadapan laki-laki yang bukan suaminya. Kondisi psikologis ini
kadang memantul pada urat syarafnya sehingga sakit perutnya melemah dan
membuatnya tidak bisa melahirkan kecuali dengan operasi. Ini biasanya menimpa
perempuan yang baru pertama kali melahirkan. Jika yang menangani adalah
perempuan, dia tidak akan merasa tertekan dan kelahirannya cenderung lebih
mudah.
Saat ini banyak perempuan melahirkan melalui proses operasi. Padahal orang-
orang di masa lalu tidak pergi ke rumah sakit dan dokter, melainkan pada seorang
dukun beranak yang sebenarnya buta huruf. Tetapi Allah mempermudah
kelahirannya. Jarang sekali kita mendengar ada perempuan sulit melahirkan.
Sebabnya adalah seperti yang kami jelaskan sebelumnya. Diantara tradisi orang-
orang terdahulu, ketika ada seorang perempuan akan melahirkan, maka dukun
beranak dan perempuan lain yang menanganinya menutupinya dengan selimut
kemudian tangan sang dukun bekerja di bawah kain penutup itu. Mereka
106

melarang suaminya mendekati isterinya bahkan sampai dia melahirkan, karena


hal itu dapat mempengaruhi urat syarafnya. Walaupun itu benar, tetapi orang
sekarang justeru melakukan sebaliknya.
Ada sebagian binatang yang sulit melahirkan apabila berada didekat teman-
temannya yang melihatnya. Karena itu para petani biasa menutup kandang sapi
supaya kelahirannya berjalan mudah. Jika binatang saja begitu, apakah manusia
tidak layak diperlakukan lebih sopan?
3. Adanya bahaya dan resiko yang tersembunyi, karena dokter dapat dipastikan
menyentuh vagina perempuan tersebut dengan tangan atau alat lain yang
diperlukan. Bahkan sang dokter dapat dengan bebas melihatnya. Sementara
sensitifitas syahwat wanita tidak terletak di mulut rahim yang berada di bagian
dalam vagina melainkan di vagina bagian luar, tepatnya klitoris. Menyentuh
klitoris akan membangkitkan gairah syahwatnya. Kami tidak mengatakan ini
menurut asumsi kami, melainkan berdasarkan tinjauan ahli medis yang secara
jelas tertulis dalam buku-buku mereka. Cukup kami sebutkan di sini tulisan
dokter perempuan spesialis penyakit wanita yaitu Marry St. dalam bukunya
“Married, Love” yang dicetak tahun 1992. Berikut kutipan dari bukunya :
“Klitoris berada di bagian luar vagina yang daya sensitifitasnya dan kecepatan
responnya sama dengan penis laki-laki. Jika klitoris sudah merespon maka
anggota tubuh lainnya ikut merespon”.
Ditambah dengan bahaya lain, bahwa rasa nikmat yang dirasakan wanita akibat
klitorisnya tersentuh akan menjerumuskannya pada masturbasi yang pada
gilirannya akan membuatnya ketagihan untuk selalu pergi ke dokter tersebut.
Persoalannya semakin besar jika dia terjerumus pada perzinahan. Ini realita,
meski banyak orang yang tidak menyadarinya atau memang tidak mau tahu.
Kami tidak bermaksud menodai dunia kedokteran, tetapi kami ingin
mendiagnosa kenyataan yang tidak boleh dipungkiri atau diabaikan begitu saja.
Atas nama medis - yang memang untuk kepentingan kemanusiaan - sangat tidak
107

pantas menjadikan vagina kaum wanita sebagai objek, merusak kehormatan dan
harga diri manusia dan memperlakukan wanita layaknya binatang.
Saya sarankan kepada kaum perempuan untuk tidak membuka aurat di hadapan
laki-laki, meski dia seorang dokter. Kami peringatkan, bahwa Allah SWT
mengaharamkannya, kecuali karena kondisi darurat yang tidak bisa dihindari.
Jagalah kehormatanmu demi kehormatan suamimu. Ketahuilah bahwa dokter juga
manusia yang menyukai perempuan. Waspadalah! Jangan sampai kamu
kehilangan harga diri dan kehormatanmu!
Kepada para dokter yang lalai dalam masalah ini, takutlah kepada Allah dalam
menjaga kehormatan manusia. Tutuplah aurat perempuan. Hati-hatilah dalam
memeriksa wanita, jangan hanya berduaan saja. Jangan melihat anggota
tubuhnya, selain karena keadaan darurat! Hendaklah pemeriksaan tidak dilakukan
dokter seorang, melainkan dengan disertai perawat. Berilah kesempatan yang luas
kepada dukun beranak dan perawat agar dapat menangani persalinan. Jangan
masuk kacuali pada saat darurat. Takutlah kepada Allah, kapan dan di manapun.
Ketahuilah, jika kamu berbuat baik maka akan kamu memperoleh pahala besar.
Begitu juga sebaliknya. Semoga Allah memberi taufiq menuju kebenaran.

Mencegah Kehamilan

Mencegah kehamilan yang dimaksud adalah adalah menghalangi


bercampurnya sperma dengan sel telur perempuan (ovum) dengan menggunakan alat
tertentu sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan. Masalah ini sangat penting,
karena itu kami akan berupaya menjelaskannya secara detail mulai dari alat-alat yang
digunakan untuk mencegah kehamilan, baik yang berasal dari medis maupun tidak,
baik yang digunakan untuk pria maupun untuk perempuan. Setelah itu kami juga akan
menjelaskan hukum penggunaan alat-alat tersebut menurut pandangan agamanya.
Sebelum menjelaskan masalah-masalah tersebut, akan kami jelaskan terlebih dahulu
tiga hal penting,yaitu :
108

1. Hukum agama yang akan kami sebutkan nanti, tidak melihat pada akibat yang
ditimbulkan alat-alat kontrasepsi berupa kegelisahan pasutri saat memakainya.
Pemakainya harus mau menanggung sendiri akibat atau efek samping
penggunaannya. Pemakaian alat kontrasepsi harus dilakukan berdasarkan
kesepakatan dan kerelaan pasangan suami isteri. Jika keduanya rela membatasi
kebebasannya, mengurangi kenyamanannya saat bersetubuh, dan mau bersabar
atas itu semua, maka tidak apa-apa.
2. Tujuan utama dari pernikahan adalah untuk mendapatkan anak, seperti firman
Allah SWT :
       
“… Maka sekarang campurilah isteri-isterimu dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah kepadamu…” (QS al-Baqarah : 187)
3. Penjelasan kami dalam masalah ini tidak berdasarkan realita manusia apa adanya
(objektif) melainkan berdasarkan asas bagaimana seharusnya (normatif). Kami
menyebutkan hukum agama dalam masalah ini dengan satu keyakinan bulat
bahwa Islam harus diamalkan secara total. Kami tidak menempatkan hukum
agama di bawah realita yang bertentangan dengan hukum agama yang hanif.
Misalnya kami ditanya tentang pemandulan dan pambatasan jumlah anak secara
paksa sebagaimana berlaku di sebagian negara dengan dalih jumlah penduduknya
semakin padat sedangkan sumber pendapatannya tidak cukup, maka kami tidak
akan menjawab berdasarkan realita itu, sebab jika berdasarkan realita itu
jawabannya pasti ya, padahal menurut hukum agama tidak. Tidak ada yang
membenarkan terhadap realita tersebut. Kurangnya pendapatan merupakan akibat
perpecahan negara-negara Islam dan memberlakuan undang undang yang sama
sekali tidak diturunkan Allah SWT. Allah menciptakan bumi dan menentukan
kadar makanan di dalamnya. Dia juga memperbolehkan manusia menyebar di
muka bumi tanpa rintangan untuk mencari rizki untuk memperoleh kehidupan
layak. Allah SWT berfirman :
109

        


      
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah dari sebagian rizki-Nya,. Dan hanya kepada-Nyalah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk :15)
Kemudian para penguasa datang memberi batas-batas negara di bumi ini dan
menciptakan penghalang antar bangsa. Akhirnya setiap bangsa menutup diri dari
bangsa lainnya. Perputaran komoditas dan hasil produksi macet dn tidak berputar
kecuali dengan aturan yang memberatkan. Hal ini menyebabkan timbulnya
himpitan ekonomi, harga melambung tinggi, pengangguran dan kemiskinan
terjadi di mana-mana.

Bagian pertama : Alat Kontrasepsi


Ada bermacam-macam alat kontrasepsi, baik yang medis maupun yang non-
medis. Alat-alat kontrasepsi ini dibagi menjadi tiga jenis; jenis pertama khusus
dipakai laki-laki, jenis kedua khusus dipakai perempuan, dan jenis ketiga dipakai
laki-laki dan juga perempuan.
a. Alat kontrasepsi khusus perempuan
Semua alat kontrasepsi perempuan tidak bisa dipakai sendiri olehnya,
melainkan harus dengan petunjuk dan bantuan dokter perempuan. Alat-alat
tersebut adalah :
1. Pil KB, alat ini adalah yang paling populer .
2. Intra Uterine Divice (IUD), alat ini digunakan pada liang vagina (mahbil).
3. Spiral, alat ini disisipkan di rahim atau mahbil. Alat ini bermacam-macam :
ada yang berguna mencegah bertemunya sperma dengan sel telur sehinga
tidak terjadi pembuahan. Ada juga yang berguna mencegah sel telur yang
terbuahi agar tidak terjadi kehamilan dalam rahim hingga akhirnya terbuang.
4. Tubektomi (rabth), yaitu mengikat dua pembuluh indung telur untuk
mencegah keluarnya sel telur sehingga tidak bisa bertemu dengan sperma dan
110

tidak terjadi kehamilan. Setelah menggunakan alat ini, sulit bagi perempuan
yang bersangkutan untuk dapat hamil.

b. Alat kontrasepsi khusus laki-laki


Laki-laki juga berperan dalam mencegah kehamilan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
1. Suami mencabut zakarnya (azl) sesaat sebelum terjadi ejakulasi agar maninya
terbuang di luar vagina sehingga tidak membuahi sel telur isterinya.
2. Memakai kondom, yaitu kantong tipis yang dipasangkan pada zakar sehingga
dapat mencegah masuknya mani kedalam vagina.
3. Fasektomi (rabth) yaitu mengikat saluran mani yang membawa mani dari
testis ke batang zakar (penis). Alat ini termasuk pengebirian karena laki-laki
yang bersangkutan tidak dapat memiliki anak setelah menggunakan alat ini.
4. Melakukan pengebirian, yaitu menghilangkan fungsi testis sehingga membuat
laki-laki menjadi mandul.

c. Alat kontrasepsi untuk laki-laki dan perempuan


Berikut ini akan dijelaskan satu cara yang dapat mencegah kehamilan di
mana keberhasilannya sangat tergantung pada kerja sama suami dan isteri. Alat
ini adalah tanggung jawab mereka berdua dengan membatasi hubungan hanya
pada hari-hari tertentu (di luar masa-masa subur) sehingga pertemuan sperma
dengan sel telur dapat dihindari dan tidak terjadi kehamilan. Ini ditempuh dengan
cara berhubungan tak lama setelah masa haid habis, atau di akhir masa suci.
Jelasnya sebagai berikut :
1. Menurut dunia kedokteran, indung telur dapat menghasilkan sel telur satu kali
sebulan sejak wanita baligh hingga masuk pada masa menopause.
2. Sel telur tidak lagi subur setelah melewati mada 24 jam. Waktu subur dan
kemungkinan terjadinya pembuahan adalah 12 jam . Sedangkan sperma laki-
laki bisa membuahi pada saat yang berubah-ubah antara 48 jam sampai 70
jam. Apabila pada masa ini sperma berada dalam alat reproduksi wanita dan
111

bertemu dengan ovum, maka akan menghasilkan kehamilan dengan izin


Allah. Jika tidak, akan keluar bersama cairan yang keluar dari vagina.
3. Sel telur perempuan keluar sebelum masa haid sekitar dua minggu. Tetapi
untuk membatasi waktu kesuburannya berbeda antara satu perempuan dengan
perempuan lainnya karena ada perbedaan masa haid, sehingga tidak bisa
diberlakukan pada perempuan secara keseluruhan. Setiap perempuan bisa
mendatangi dokter perempuan ahli untuk membicarakan masalah ini. Apabila
jumlah hari haid sudah diketahui, maka waktu yang mungkin menghasilkan
kehamilan bisa dibatasi. Misalnya, perempuan yang haid selama tujuh hari,
maka sel telurnya akan matang pada hari ketiga belas, empat belas, lima belas
atau enam belas dari hari pertama haid. Jika dia disetubuhi suaminya pada
hari-hari itu, kemungkinan besar dia akan hamil. Selain hari-hari itu,
kemungkinan untuk hamil sangat kecil.

Bagian Kedua: Tujuan Penggunaan Alat Kotrasepsi


Alat-alat kontrasepsi yang disebutkan di atas dapat menghalangi pertemuan
sperma dengan sel telur sehingga tidak terjadi kehamilan. Jika tetap terjadi
kehamilan, itu adalah kehendak Allah SWT. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi
dan yang tidak dikehendaki pasti tidak terjadi.
Ada dua tujuan utama penggunaan alat kontrasepsi bagi pasangan suami isteri.
Pertama, tidak ingin punya anak sama sekali. Kedua, membatasi jumlah anak dengan
jumlah tertentu, karena faktor-faktor tertentu. Di sebagian negara, suami isteri tidak
diberi kebebasan membatasi jumlah anak yang dinginkan, melainkan pemerintah
memberikan aturan yang memaksa rakyatnya memiliki jumlah anak tertentu yang
berakibat pada pemandulan secara paksa, seperti yang terjadi di India. Ini tidak boleh
seperti yang akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.

Bagian Ketiga : Pandangan Agama Tentang KB


Sebelum menjelaskan hukum mencegah kehamilan, perlu diketahui bahwa
mempunyai anak tidak wajib bagi pasangan suami-isteri. Keduanya tidak wajib
112

menggunakan obat atau melakukan operasi untuk mendapatkannya. Jika suami isteri
tidak ingin punya anak, keduanya tidak berdosa. Sebab apabila punya anak hukumnya
wajib, pasti Allah tidak akan memandulkan seorang perempuan yang membuatnya
tidak punya anak. Allah SWT berfirman :
         
         
  
“… Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa saja yang Dia kehendaki
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa saja yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki…”
(QS al-Syura : 49-50)
Selain hal di atas, menikahi perempuan yang mandul hukumnya boleh. Seperti
diketahui bahwa kedua isteri nabi Ibrahim as dan Zakaria as mandul. Allah
menganugerahkan Ishak as kepada Ibrahim sa dari isterinya yang mandul dan
menganugerahkan Yahya as kepada Zakariya juga dari isterinya yang madul.
Walaupun begitu, mempuyai anak sangat penting dan dianjurkan oleh agama
sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan tentang tujuan-tujuan
pernikahan di awal buku ini.
Nah, karena mempunyai anak hukumnya tidak wajib, maka menggunakan
alat-alat kontrasepsi sebagaimana disebutkan di atas hukumnya boleh selama tidak
membahayakan kesehatan dan tidak merusak fungsi alat reproduksi secara total.
Berikut kesimpulan hukum penggunaan alat kontrasepsi :
1. Perempuan boleh menggunakan pil kontrasepsi walaupun hal itu membuatnya
kurang nyaman selama tidak membahayakan kesehatannya dan dilakukan atas
persetujuan suaminya. Jika tidak, maka hukumnya tidak boleh.
2. Perempun boleh menggunakan IUD atas izin suaminya.
3. Perempuan boleh menggunakan spiral yang dipasang oleh bidan atau dukun
beranak atas izin suaminya.
113

4. Perempuan diharamkan menggunakan tubektomi, kecuali dalam situasi darurat,


walaupun atas izin suaminya, karena dapat menghilangkan fungsi alat reproduksi.
Jika dalam kondisi darurat hukumnya boleh. Misalnya dia banyak anak yang
dilahirkan melalui operasi, sedangkan dia tidak siap hamil dan melahirkan lagi.
Bahkan hukumnya wajib apabila kehamilannya dapat mengancam keselamatan
jiwanya.
5. Laki-laki makruh melakukan azl (coitus interuptus) atau menggunakan kondom
untuk mencegah kehamilan atas kesepakatan dengan isterinya. Dalil yang
menyatakan bahwa kebolehan ‘azl boleh adalah hadits riwayat Imam Bukhari dan
Muslim dari Jabir bin Abdillah ra, dia berkata : “Kami melakukan ázl pada masa
Rasulullah SAW, dan al-Qur’an masih turun. Ketika beliau ditanya tentang ‘azl,
beliau bersabda : “Kalian tidak (wajib) meninggalkannya, tidak ada (satupun)
manusia yang telah ditetapkan oleh Allah dalam tulang sulbi seorang hamba
kecuali dia pasti keluar (lahir) sampai hari kiamat”. (HR. Bukhari Muslim).
Imam Tirmidzi dan Ahmad meriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi
mengatakan bahwa ázl termasuk pembunuhan kecil. Kemudian beliau ditanya
tentang hal itu. Beliau bersabda :

ِ
ُ‫ص ِرفَه‬
ْ َ‫ت أَ ْن ت‬ ْ ‫ لَ ْو أ ََر َاد اهللُ أَ ْن خَي ْلَُقهُ َما‬،‫َك َذبَت الَْي ُه ْو ُد‬
َ ‫استَطَ ْع‬
“Berdustalah orang-orang Yahudi, seandainya Allah berkehendak untuk
menciptakannya, pasti kamu tidak bisa menolaknya”.
Sungguh benar Rasulullah SAW, bukankah kita sering menemukan perempuan
hamil walaupun dia memakai alat kontrasepsi.
Adapun hadits yang menyatakan bahwa ‘azl termasuk pembunuhan terselubung
(al-wa’du al-khafi), tidak sama dengan yang dikatakan orang Yahudi. Mereka
beranggapan bahwa ‘azl termasuk kejahatan yang sama dengan mengubur anak
perempuan hidup-hidup. Sedangkan maksud hadits tersebut tidaklah demikian.
Maksudnya adalah bahwa ‘azl tidak memiliki hukum karena tidak ada kehamilan
114

sama sekali. Makna ini disampaikan al-Ghazali dalam Ihya’, beliau berkata :
“Sabda Nabi SAW al-wa’du al-khafi sama dengan al-syirku al-khafi”.
Al-Ghazali juga mengatakan bahwa orang-orang melakukan ‘azl karena beberapa
alasan, yang paling utama adalah :
a. Menjaga kecantikan perempuan agar dapat menyenangkan suaminya atau
menjaga keselamatan jiwanya, atau karena merasa khawatir akan bahaya
melahirkan bagi dirinya. Ini tidak dilarang.
b. Khawatir terlalu sibuk mengurusi banyak anak dan mengantisipasi kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidup (kasab). Ini juga tidak dilarang, karena
sedikit kesibukan memberikan banyak kesempatan bagi seseorang untuk
beribadah. Walaupun begitu, yang paling utama adalah tetap bertawakkal dan
percaya terhadap jaminan Allah SWT. Allah berfirman
        
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang
memberi rizkinya”. (QS Hud, 11 : 6).
Dengan demikian, tidak apa-apa membatasi jumlah anak dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan mereka atau kualitas kesejahteraan hidup
mereka dengan tetap yakin bahwa Allahlah yang memberi mereka rizki.
6. Laki-laki tidak boleh menggunakan fasektomi kecuali dalam keadaan darurat.
Keinginan untuk tidak punya anak tidak bisa dijadikan alasan untuk
memperbolehkannya. Hal itu karena alat ini dapat merusak fungsi alat reproduksi
laki-laki .
7. Laki-laki tidak boleh mengebiri alat vitalnya karena hal itu termasuk merubah
ciptaan Allah, kecuali ada maslahat yang dibenarkan agama atau karena darurat.
Melakukan ini sama dengan menyiksa diri, karena dapat merusak fungsi organ
tubuh tanpa alasan yang dibenarkan agama. Adapun mengebiri binatang
hukumnya boleh apabila mengandung manfaat, misalnya bisa membuat binatang
tambah gemuk.
115

Secara umum, yang lebih utama adalah tidak menggunakan alat kontrasepsi sama
sekali dan membiarkan organ tubuh secara alami, selama tidak ada hajat dan
darurat.
8. Pemerintah tidak boleh mewajibkan rakyatnya untuk membatasi jumlah anak dan
tidak boleh membuat mandul pasangan suami isteri, apapun sebab dan tujuannya.
Mempunyai anak adalah hak setiap orang, karena itu tidak seorangpun berhak
memaksa mereka. Pemerintah hendaknya menyadari bahwa mereka bertanggung
jawab atas pemeliharan hak-hak manusia dan menjaga kemaslahatan mereka serta
mengatur kehidupan mereka dengan aturan yang dibenarkan agama. Sehingga
mereka dapat mewujudkan keadilan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian
bagi rakyatnya.

Aborsi

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai fase-fase penciptaan manusia,


kapan mulai hidup dalam kandungan, baru setelah itu akan dijelaskan hukum aborsi.

a. Kandungan dan fase-fase penciptaannya


Kandungan disebut juga janin, mulai dari masih berbentuk segumpal
darah hingga lahir. Pada awalnya, kandungan masih terasa ringan bagi seorang
ibu, dan lambat-laun semakin berat seiring pertumbuhan dan perkembangannya.
Allah berfirman :
        
        
         
   
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya
Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa tenang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,
116

keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:


“Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS al-A’raf :189)
Dari al-Qur’an dan al-Hadits diketahui bahwa Allah menciptakan manusia
tingkatan demi tingkatan, Allah SWT berfirman :
   
“Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa
tingkatan kejadian”. (QS Nuh : 14)
Yang dimaksud tingkatan dalam ayat ini adalah pada penciptaan Nabi
Adam as, mula-mula dari tanah (al-turaab), lalu tanah itu dijadikan tanah
berlumpur (al-thiin), lalu tanah lumpur dijadikan tanah yang berubah dan bau
(hama’ masnuun), lalu dijadikan tanah liat yang berbunyi ketika diketuk.
Kemudian Allah meniupkan ruh kepadanya, lalu jadilah manusia yang sempurna
dengan tinggi enam puluh hasta dan lebar tujuh hasta5. Setelah itu penciptaan
manusia (tinggi, lebar, dan umurnya) terus berkurang sampai sekarang.6 Seperti
yang disebutkan dalam hadits Nabi SAW.
Sementara tingkatan-tingkatan penciptaan anak cucu Adam (Bani Adam),
diceritakan oleh Allah SWT secara rinci di dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah
SAW. Allah berfirman :
          
           
        
     
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian
menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia

5
Makna ini diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Abi Hurairah RA dari
RAsulullah SAW.
6
Berkurangnya penciptaan manusia baik panjang, lebar dan umurnya juga diketahui
dari fosil yang ditemukan diberbagai tempat di dunia.
117

menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, (tetapi) sedikit sekali
kamu bersyukur”. (QA al-Sajdah : 7-9)
Yang dimaksud manusia (insan) dalam ayat ini adalah Adam as dan yang
dimaksudkan keturunannya (nasl) adalah anak cucu Adam as. Yang dimaksud
“…dan Dia meniupkan ruh (ciptaan)-Nya kepadanya…” bahwa sesungguhnya
Allah meniupkan ruh ke dalam tubuhnya dan ke dalam setiap janin dalam rahim
ibunya. Allah menciptakan ruh mahluk sebelum menciptakan jasadnya. Kata ruh
yang dinisbatkan (idlafah) kepada Allah termasuk idlafah tasyrif (memuliakan)
ruh yang termasuk rahasia besar dari sekian banyak rahasia Allah terhadap
mahluknya. Allah berfirman :
          
    
“Dan mereka bertanya kepadamu tantang ruh, katakanlah : “Ruh itu
(termasuk) dari urusan Tuhanku, dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”.
(QS al-Israa’: 85)
Diantara ayat al-Qur’an yang menjelaskan tingkatan-tingkatan penciptaan
manusia secara rinci adalah firman Allah SWT :
         
        
      
        
  
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati
yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang)
disimpan di dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Lalu Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Suci Allh, Pencipta yang paling baik.” (QS al-Mu’minun :12-
14)

b. Kapan janin mulai hidup?


118

Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW menjelaskan batasan waktu


pada setiap tingkatan penciptaan manusia dalam rahim ibunya, dan kapan ruh
ditiupkan pada janin sehingga dia hidup. Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Nabi SAW, beliau
bersabda :
“Sesungguhnya salah satu dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam
perut ibunya selama empat puluh hari berbentuk mani, lalu menjadi segumpal
darah seperti itu (empat puluh hari), lalu menjadi segumpal daging seperti itu
(empat puluh hari), kemudian diutuslah malaikat kepadanya, maka malaikat itu
meniupkan ruh kedalamnya…”.
Setelah ruh ditiupkan, maka janin tersebut benar-benar hidup dan
bergerak seperti mahluk hidup yang mandiri. Sebelumnya, janin masih belum
hidup, tetapi berkembang melalui sang ibu, seperti perkembangan tumbuhan.
Dengan demikian, orang yang menamakan sperma sebagai mahluk hidup karena
bergerak adalah salah, karena tidak ada kehidupan di dalamnya.
Orang yang mengatakan bahwa janin itu hidup sebelum ruh ditiupkan
kedalamnya juga salah, karena janin saat itu berkembang bukan kerena dia hidup,
melainkan karena ada perpindahan dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain atas
kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Para ilmuwan yang meneliti masalah ini
menyatakan bahwa sperma dan janin pada fase-fase awal adalah hidup.
Pernyataan itu didasarkan pada adanya gerakan pada sperma dan perkembangan
pada janin. Pada umumnya meraka adalah non muslim. Bahkan mungkin mereka
adalah orang yang tidak beragama (atheis). Kemungkinan besar mereka tidak
menelaah al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang menceritakan tentang fase-
fase penciptaan manusia. Sehingga mereka menduga setiap yang bergerak adalah
hidup, seakan mereka tidak mampu membedakan gerakan mahluk hidup dan yang
yang bukan.
Agar pembaca memiliki pemahaman lebih dalam tentang masalah ini,
kami punya sebuah perumpamaan. Ada sebuah pabrik peralatan elektronik. Pabrik
119

tersebut selalu menyertai alat buatannya dengan sebuah buku panduan (manual)
yang menjelaskan cara penggunaannya, rahasia-rahasianya, dan cara kerja setiap
komponennya, agar pemakainya mudah mengoperasikannya dan dapat
memperbaiki kerusakannya. Tanpa buku panduan itu, orang semahir apapun akan
sulit memperbaikinya bila rusak, bahkan bukan tambah baik, malah tambah rusak.
Orang yang menolak menggunakan buku panduan itu tidak akan dapat
menggunakannya dan tidak bisa memperbaiki kerusakannya dengan baik. Begitu
juga dalam penciptaan manusia. Allah SWT sebagai Pencipta manusia
menyertakan buku panduan tentang manusia dalam al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW, agar kita mengetahui kehebatan sang Pencipta dan kecanggihan
ciptaan-Nya. Dalam buku panduan itu, Allah SWT menjelaskan bagaimana Dia
memulai penciptaan manusia, perpindahannya dari satu tingkatan ke tingkatan
yang lain. Dia juga menjelaskan waktu yang diperlukan dalam setiap tingkatan,
dan kapan Dia menyuruh malaikat untuk meniupkan ruh pada manusia. Jadi,
orang-orang yang meneliti asal-usul penciptaan manusia tetapi tidak mau
menggunakan petunjuk al-Qur’an dan al-Hadits sama halnya dengan orang yang
mengoperasikan alat rumit tanpa merujuk pada buku panduannya.
Kita sangat yakin, bahwa para peneliti asal-usul manusia dalam rahim ibu
akan menemukan bagian yang hilang dari penelitian mereka jika mereka mau
merujuk pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW sebagai petunjuk dalam masalah
ini. Mereka akan menemukan informasi yang lengkap tentang hakikat ilmiah
penciptaan manusia yang tidak akan berubah.

c. Hukum aborsi
Setelah kami mengkaji dan menelaah beberapa buku fiqih dan pendapat
para ulama dalam masalah ini, berikut akan kami paparkan pendapat mereka yang
paling kuat :
a. Para fuqaha’ sepakat bahwa apabila aborsi dilakukan setelah peniupan ruh
terhadap janin, yaitu hari kesepuluh dari usia kandungan empat bulan,
120

hukumnya haram. Aborsi tidak boleh dilakukan kecuali karena keadaan


darurat. Misalnya untuk menyelamatkan jiwa sang ibu.
b. Para fuqaha’ sepakat bahwa aborsi yang dilakukan setelah sebagian anggota
tubuh janin sudah terbentuk, termasuk pidana dan pelakunya diwajibkan
membayar denda. Untuk penjelasan lebih rinci bisa dilihat dalam buku-buku
fiqih. Anggota tubuh janin yang sudah terbentuk bisa berupa rambut, jari-jari,
kaki dan anggota tubuh lainnya. Pada fase ini janin memang masih belum
hidup, tetapi menggugurkannya tanpa darurat termasuk tindakan pidana
(kriminal).
c. Sebagian fuqaha’ berpendapat bahwa aborsi yang dilakukan sebelum anggota
tubuh janin terbentuk, yaitu empat puluh hari awal, hukumnya boleh karena
pada masa itu masih berupa mani. Sedangkan membuang mani hukumnya
boleh, sama dengan ‘azl (membuang mani di luar vagina). Akan tetapi
jumhur ulama menolak pendapat ini. Mereka mengatakan bahwa pelakunya
tetap berdosa. Berikut kami kutip pendapat dua ulama besar, al-Ghazali dalam
ihya’ dan Qadli Khan dalam al-Fatawa.
Al-Ghazali menjelaskan perbedaan ázl dan aborsi. Menurutnya, aborsi
adalah tindak pidana terhadap yang sudah ada dalam rahim. Janin yang sudah
ada itu memiliki beberapa fase. Fase pertama dimulai dari masuknya sperma
ke dalam rahim yang kemudian bercampur dengan sel telur perempuan dan
siap menerima kehidupan. Mengugurkannya dalam fase ini termasuk tindak
pidana. Apabila mani itu telah menjadi segumpal darah maka pidananya lebih
berat. Apabila ruh telah ditiupkan dan bentuknnya telah sempurna maka
pidananya jauh bertambah berat. Dan pidana yang paling berat adalah
pembunuhan terhadap janin yang lahir dalam keadaan hidup.
Setelah menyebutkkan pendapat yang membolehkan Qadli Khan
berkata : “Saya tidak berpendapat demikian (boleh), karena seseorang yang
sedang ihram wajib mengganti telur binatang buruan yang dipecahkannya,
karena telur itu adalah asal binatang itu. Lebih-lebih ibu yang telah
121

mengugurkan kandungannya, walaupun dosanya tidak sama dengan dosa


membunuh. Hukum ini berlaku jika aborsi dilakukan tanpa uzur”.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa aborsi hukumnya makruh tahrim
jika dilakukan sebelum janin berbentuk, haram setelah berbentuk dan lebih
haram lagi setelah ruh ditiupkan. Semua hukum ini berlaku bila aborsi
dilakukan tanpa ada uzur yang dibenarkan agama.

Mengidam

Hampir semua perempuan hamil pernah mengidam. Mengidam adalah


keinginan yang sangat kuat dari perempuan yang sedang hamil terhadap makanan
tertentu. Mengidam adalah kondisi batin yang nampak sejak awal kehamilan.
Diantara tanda-tandanya adalah : ingin muntah, menjauhi bau tertentu, dan makanan
tertentu. Selain itu perempuan yang hamil biasanya menginginkan makanan tertentu
terutama makanan yang rasanya asam. Dalam pembahasan ini saya hanya akan
membahas masalah mengidam yang berpengaruh pada keutuhan rumah tangga.
Perempuan hamil yang mengidam biasanya mengalami ketidakseimbangan
pada karakter tubuh dan jiwanya. Terasa ada sesuatu yang membebani syaraf dan
badannya. Kondisi tersebut mempengaruhi perasaan dan emosinya, bahkan kadang-
kadang mempengaruhi hubungan dengan suaminya. Kadang dia tidak suka bau badan
suaminya dan enggan berdekatan dengannya. Ini bukan karena dia membecinya tapi
karena sifat dan emosinya sedang tidak stabil, kacau dan dipenuhi kebimbangan. Pada
kondisi seperti ini dia tidak bisa mengendalikan emosi dan perasaannya. Karena itu
dia harus memperhatikan kondisinya agar dapat melewati masa mengidam dengan
aman.
Suami yang baik dan memahami kondisi isterinya yang sedang mengidam
harus memperlakukannya dengan baik dan lemah lembut. Berusaha untuk selalu
membuatnya tenang dan tidak banyak menuntutnya untuk membuatnya senang.
Suami harus mau mengalah dan tidak mementingkan kesenangan pribadinya. Isteri
122

yang baik akan selalu berupaya membahagiakan suaminya walaupun sedang


mengidam. Dia harus menyadari bahwa mengidam adalah awal dari perannya sebagai
ibu, peran yang dipenuh kasih sayang dan kelembutan.

Tanya jawab

1. Apa benar perempuan yang mati karena melahirkan sama dengan mati syahid?
Jawab : Ya benar, semua itu adalah karunia Allah SWT seperti yang dijelaskan
para ulama.
2. Apabila proses melahirkan sangat sulit dan membahayakan jiwa sang ibu, apakah
boleh mengeluarkan janin walaupun terpotong-potong?
Jawab : Ya, bahkan wajib menyelamatkan jiwa sang ibu dengan cara itu jika
dalam keadaan darurat dan tidak ada pilihan lain.
3. Apakah boleh melakukan aborsi jika menurut dokter janin yang ada dalam rahim
akan lahir cacat?
Jawab : Tidak boleh, karena bayi yang lahir tidak sempurna juga harus dipelihara
sama dengan bayi yang normal.
4. Apabila pasangan suami istri dan keluarga yang lain lebih menyukai bayi laki-laki
dari pada bayi perempuan, apakah itu berdosa?
Jawab : Tidak, karena perbedaan kesenangan dan kebahagiaan adalah fitrah
manusia. Kebahagian karena lahirnya anak pertama lebih besar daripada yang
kedua, walaupun sama-sama laki-laki. Kebanyakan suami isteri menginginkan
anak pertama laki-laki. Ini tidak apa-apa karena yang terpenting adalah rela atas
karunia Allah SWT dan tidak membenci anak perempuan.
5. Ada sebuah tradisi pada saat mengunjungi dua mempelai dengan mengucapkan :
“Semoga anak pertamamu laki-laki”, bagaimana hukumnya?
Jawab : Tidak apa-apa, akan tetapi lebih baik bila mendoakan agar mereka
mendapatkan anak shalih.
123

6. Jika aqiqah tidak dilaksanakan tepat waktu setelah melahirkan, apa boleh
melaksanakan lebih akhir?
Jawab : Ya boleh menurut sebagian ahli fiqih.
7. Apabila sudah ada dokter perempuan, apa boleh ibu hamil pergi ke dokter laki-
laki?
Jawab : Dia berdosa, karena membuka aurat di hadapan laki-laki bukan mahram
hukumnya haram, kecuali karena kondisi darurat dan tidak ada pilihan lain.
8. Jumlah dokter perempuan sangat minim bila dibandingkan dokter laki-laki,
bahkan jumlah kadang tidak mencukupi, apa solusinya?
Jawab : Pertanyaan bagus, solusinya adalah dengan menganjurkan para
mahasiswi di perguruan tinggi untuk masuk fakultas kedokteran dengan segala
spesialisasinya sehingga jumlahnya bisa sebanding dengan dokter laki-laki.
Dengan demikian dokter laki-laki hanya menangani pasien laki-laki, dokter
perempuan menangan pasein perempuan. Pengarahan ini adalah tanggung jawab
pemerintah. Selama hal itu belum terwujud, maka dispensasi untuk kondisi
darurat diambil seperlunya saja. Artinya, perempuan tidak boleh pergi ke dokter
laki-laki kecuali dalam kondisi darurat.

BAGIAN TUJUH
MENYUSUI DAN MENGASUH ANAK

Menyusui

Masalah susuan (radla’ah) menjadi salah satu penghalang sahnya pernikahan


dalam Islam, selain karena adanya hubungan keluarga (qarabatun nasabiyah) dan
hubungan menantu dan mertua (mushaharah). Islam adalah satu-satunya agama yang
124

menjadikan radla’ah sebagai salah satu penghalang sahnya pernikahan. Selain dalam
Islam, aturan seperti itu tidak ada.
Mengingat pentinganya masalah ini, kami akan menjelaskannya seringkas
mungkin tanpa memasukkan rincian pendapat para ulama dan dalil-dalinya, karena
semua itu dapat dilihat dalam buku-buku fiqih. Pembahasan ini kami ringkas dalam
hal-hal berikut:

a. Pentingnya menyusui dan hukumnya


Sebagaimana disebutkan di atas bahwa radla’ah menjadi salah satu sebab
yang menghalangi sahnya pernikahan. Radla’ah bisa menimbulkan hubungan
kekerabatan yang karenanya tidak boleh terjadi pernikahan. Allah berfirman
tentang mahram perempuan :
     
“…Dan (haram pula menikahi) ibu yang menyusuimu dan saudara
perempuanmu sesusuan …” (QS al-Nisaa’ : 23)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin
Abbas ra, dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda : “Apa yang diharamkan
karena (hubungan) kekeluargaan juga diharamkan karena (hubungan) susuan”.
Maksudnya adalah bahwa radla’ah menyebabkan adanya hubungan mahram yang
menghalangi terjadinya pernikahan seperti halnya hubungan kekeluargaan. Jika
ayah, kakek, ibu, paman, bibi, saudara dan saudari haram dinikahi karena ada
hubungan keluarga, maka dalam masalah susuan hukumnya juga demikian. Anak
yang menyusu pada seorang perempuan dengan memenuhi syarat-syarat yang
akan disebutkan, maka suami perempuan itu menjadi ayahnya (sebab susuan),
anak-anaknya menjadi saudaranya (sebab susuan), saudaranya menjadi pamannya
(sebab susuan), saudarinya menjadi bibinya (sebab susuan). Anak itu haram
menikah dengan semua mahram sebab susuan seperti halnya haram menikah
dengan mahram sebab kekeluargaan.
Karena radla’ah memiliki konsekwensi hukum yang mengharamkan
terjadinya pernikahan, maka masalah ini tidak boleh dilalaikan. Seorang ibu tidak
125

boleh menyusui anak orang lain tanpa ada pemberitaan dan pemberitahuan agar
orang-orang tahu bahwa si fulanah telah menyusui si fulan atau fulanah. Agar
memiliki kekuatan hukum, hendaklah hal itu didaftarkan ke pengadilan agama
supaya bisa dijadikan dasar untuk mengetahui adanya hubungan susuan antara si
ibu dan si bayi, dan demi menghidari perkawinan antar mahram yang tidak
disadari. Alangkah baiknya jika gagasan ini dilaksanakan oleh negara-negara
Islam dengan cara membentuk suatu badan hukum dalam pengadilan negeri
dengan nama badan radla’ah yang menangani pembukuan dan pengawasan
terhadap masalah radla’ah yang kelak bisa digunakan saat akad nikah.

b. Hak menyusui
Pada dasarnya, radla’ah adalah hak dan kewajiban seorang ibu. Seorang
ibu harus menyusui anaknya dari putingnya sendiri. Ibulah yang paling berhak
menyusui anaknya dari orang lain . Allah berfirman :
       
  
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…” (QS al-Baqarah :233)
Walaupun begitu ibu tidak dipaksa untuk menyusui bayinya, kecuali bila
tidak ada jalan lain. Misalnya sang anak tidak mau pada selain puting ibunya atau
orangtuanya miskin sehingga tidak bisa menyewa orang lain yang bisa
menyusuinya, atau tidak mampu mencari pengganti ASI meskipun hanya susu
kering. Ayah boleh menyusukan anaknya kepada siapa saja selain ibunya. Hal ini
sudah dilakukan oleh bangsa Arab sebelum Islam. Rasulullah SAW sendiri
pernah menyusu pada Halimah al-Sa’diyah.

c. Mahram karena sesusuan


Radla’ah akan menyebabkan terjadinya hubungan mahram dengan dua
syarat :
126

1. Dilakukan pada saat bayi belum genap berusia dua tahun, yaitu batas waktu
yang diberikan Allah untuk susuan yang sempurna. Seperti yang disebutkan
dalam firman-Nya :
       
  
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…” (QS al-Baqarah
:233)
Apabila ada anak menyusu pada seorang wanita dan umurnya belum
melawati dua tahun, maka di antara keduanya ada hubungan mahram
radla’ah, meskipun sudah disapih sebelum berumur dua tahun. Karena
penyapihannya tidak mengahalangi hukum susuan selama masih dibawah dua
tahun. Jika usianya sudah melebihi dua tahun, maka radla’ah, sedikit atau
banyak, tidak lagi berpengaruh.
2. Kadar susu yang menyebabkan hubungan mahram masih diperdebatkan
ulama, sebagian ada yang berpendapat satu tetes air susu sudah cukup jika
diyakini masuk kedalam perut bayi. Yang lain berpendapat harus sampai lima
susuan meski tidak mengenyangkan, bahkan satu hisapan sudah termasuk satu
kali susuan.

d. Susuan buatan
Yang dimaksud dengan susuan buatan adalah menyuapi bayi dengan susu
kering tanpa melihat alat yang digunakan, baik dihisap, dengan sendok atau
lainnya. Ini tidak termasuk pada radla’ (susuan) yang menyebabkan hubungan
mahram, melainkan makanan biasa karena istilah radla’ hanya dipakai pada air
susu ibu yang menyusui.
Kaitannya dengan masalah ini, kami akan menjelaskan pentingnya
menyusui dari puting susu ibu dan manfaatnya, baik bagi si ibu ataupun bagi sang
bayi. Kami tidak akan menyebutkan menurut para peneliti spesialis masa kini,
karena masalah itu sudah sangat dikenal. Banyak seruan di berbagai negara Islam
127

yang menganjurkan para ibu untuk menyusui anaknya dari ASI-nya sendiri
karena mengandung banyak manfaat, baik dari segi medis maupun psikilogis.
Menyusui bayi dengan susu kering (susu formula) dan semacamnya belum
dikenal di dunia Islam sebelumnya. Ini adalah hasil impor dari barat di mana para
ibu enggan menyusui anaknya karena khawatir berakibat buruk pada keindahan
tubuhnya, tanpa memperdulikan kesehatan anak dan pertumbuhannya. Tapi
sekarang, oranng-orang barat kembali justeru mengajak para ibu untuk menyusui
anaknya dari putingnya sendiri sambil meyakinkan mereka bahwa itu tidak akan
merusak keindahan dan kecantikan tubuhnya, malah akan menambah keindahan
dan kecantikannya.
Marilah kita tinggalkan barat dengan prinsip materialisme dan
rasionalisme-nya. Sekarang kita kembali pada diri kita dan prinsip kita.
Hal pertama yang dicari seorang muslim, laki-laki dan perempuan, adalah
perbuatan dan perkataan yang membawa keridlaan Allah SWT, dan pahala yang
kembali padanya, sebelum melihat pada aspek lainnya. Seorang muslimah yang
mengandung anaknya dengan payah dan melahirkan juga dengan payah,
menanggung letihnya mengandung, sakit dan resiko melahirkan dengan sabar dan
hanya mencari pahala Allah SWT, rahmat dan keridlaan-Nya. Pasti dia tidak akan
keberatan untuk memeluk anak yang dikasihinya dan memberikan tetesan-tetesan
ASI-nya untuk buah hatinya. Lebih dari itu, seorang ibu muslimah tidak akan
merasakan sakit dan letih, sebaliknya dia akan merasa bahagia tak terhingga dan
kelak akan memperoleh pahala Allah SWT.
Kita tidak mengatakan pada para ibu : “Susuilah anakmu dari putingmu
sendiri karena akan menambah kecantikanmu!” atau anjuran lainnya, karena tugas
ibu bukan untuk tukar-menukar demi memperoleh keinginannya. Tapi kita
katakan : “Berilah kasih-sayang pada anakmu, susuilah dengan ASI-mu agar
kamu benar-benar menjadi seorang ibu yang baik dan memperoleh pahala Allah.
Wahai para ibu, rawatlah anakmu dengan tanganmu sendiri, janganlah kamu
berikan pada pembantu atau panti asuhan! Ingatlah bahwa tanggung jawab
128

seorang ibu sangat besar, karena itu, jangan tinggalkan tugasmu sebagai ibu.
Wahai para ibu, apakah kamu pernah melihat seorang ibu, binatang sekalipun,
yang melahirkan anaknya lalu meninggalkan dan menyia-nyiakannya? Adakah
seekor burung yang meninggalkan anaknya? Pasti jawabannya tidak. Lalu
pantaskah kamu sebagai manusia yang memiliki akal dan pengetahuan, memiliki
perhatian yang kalah besar terhadap anaknya dari binatang yang tidak berakal?

e. Menyapih
Menyapih atau fitham adalah memisahkan anak untuk tidak menyusu dari
ibunya. Dalam al-Qur’an disebut dengan juga dengan istilah fishal. Allah SWT
berfirman :
  
“…Dan menyapihnya selama dua tahun…”
   
“Dan mengandungnya dan menyapihnya dalam tiga puluh bulan”.
Maksudnya adalah bahwa radla’ah yang sempurna adalah dua tahun
menurut kalender hijriyah. Ini adalah hak anak apabila dia masih
membutuhkannya.
Menyapih anak boleh dilakukan sebelum berumur dua tahun atas kerelaan
dan musyawarah kedua orang tua, dengan syarat tidak membahayakan anak,
lebih-lebih jika ibunya hamil lagi sedangkan dia masih menyusui (ghail). Pada
kondisi ini, anak lebih baik disapih karena ASI ibunya sudah tidak layak
dikonsumsi. Walaupun begitu, seorang ibu tidak harus dipaksa menyapih dan juga
tidak haram menyusui, karena itu hanya bersifat antisipatif dan berhati-hati.
Sebaiknya menyapih dilakukan secara berangsur-angsur, bukan sekaligus.
Anak yang akan disapih hendaklah dibiasakan dan dilatih sedikit demi sedikit
sehingga dia berhenti menyusu dan dapat pindah dari ASI ke makanan biasa
secara alami dan tanpa paksaan.

Mengasuh Anak
129

Mengasuh anak (hadlanah) berbeda dengan masalah lain. Mengasuh anak


bukanlah masalah yang bisa ditawar, mau diterima atau ditolak, hanya demi
memperoleh keuntungan material yang melimpah. Masalah ini berhubungan dengan
manusia. Manusia, ketika masih kecil adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan
orang yang bisa mengasuhnya dan menjaganya, layaknya seekor anak burung yang
masih butuh perlindungan induknya, karena belum bisa mencari makan sendiri dan
belum bisa terbang.
Karena mengasuh anak berkaitan dengan diri manusia, maka hadlanah ini
harus didasarkan pada prinsip maslahat. Maslahat tersebut tidak bisa dicapai kecuali
bila kedua orang tua mau mengurus anaknya dengan baik, dan mau melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan yang tentukan agama.
Masalah mengasuh anak tidak pernah menjadi bahan perbincangan kecuali
pada saat kedua orang tuanya bercerai dan bersengketa. Sengketa orang tua biasanya
akan membahayakan anak-anaknya. Sebagian besar dari mereka menggunakan anak
sebagai media untuk saling menekan dan mengalahkan. Akhirnya anaknya hanya
menjadi korban kejahatan orang tuanya dan menjadi tumbal sifat egois orangtuanya.
Orang tua yang baik, bila mengalami perceraian dan sengketa, maka sengketa
mereka hanya melibatkan keduanya dan tidak sampai menjadikan anak sebagai
bulan-bulanan. Mereka tetap menjaga kemaslahatan anak-anaknya karena mereka
memang tidak ikut campur dan tidak tahu apa-apa tentang sengketa orang tuanya.
Anak-anak hanya mendapat imbas buruk dari perceraian orang tuanya. Mereka akan
hidup berjauhan dengan salah satu orangtuanya atau kedua-duanya sekaligus. Nasib
mereka persis seperti anak yatim, meskipun mereka bukan yatim. Kondisi ini akan
membawa mereka dalam kondisi yang serba kacau dan membingungkan, persis
dengan perempuan yang statusnya menggantung karena ditinggal suaminya, dicerai
tidak, bersuami juga tidak.

a. Hak hadlanah
130

Agama telah menetapkan bahwa bahwa perempuan yang paling berhak


mengasuh anak adalah ibunya. Ibu harus didahulukan daripada orang lain dalam
mengasuh anak, baik perempuan itu masih berstatus isteri atau tidak, kecuali hak
asuhnya hilang, misalnya setelah menikah dengan laki-laki yang tidak ada
hubungan mahram dengan anak yang harus diasuh, atau melakukan hal-hal yang
menggugurkan hak asuhnya. Setelah ibu, hak asuh anak pindah pada ibunya ibu
(nenek), lalu ibunya ayah (nenek), lalu saudara perempuannya sebagaimana
dijelaskan dalam buku-buku fiqih.
Imam Ahmad, Abu daud dan al-Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari
Amr bin Ash ra, bahwa seorang perempuan datang kepada Nabi SAW seraya
berkata : “Wahai Rasulallah, sesungguhnya anakku ini telah menjadikan perutku
sebagai tempatnya, susuku sebagai minumannya, pangkuanku sebagai tempat
tinggalnya. Ayahnya telah menceraikanku dan ingin merampasnya dariku”,
Rasulullah SAW bersabda : “Engkau lebih berhak terhadapnya darinya selama
kamu tidak menikah”.
Hak mengasuh anak tidak gugur hanya karena pengunduran diri orang
yang berhak. Dia bisa menarik kembali pengunduran dirinya dan meminta untuk
mengasuh anaknya. Karena ada dua hak dalam hadlanah, hak pengasuh dan hak
anak yang diasuh. Hak anak yang diasuh tidak dapat digugurkan oleh siapapun
selama syarat-syarat hadlanah telah ada pada diri sang pengasuh.

b. Waktu hadlanah
Hak hadlanah berakhir masa berlakunya pada saat anak sudah tidak
memerlukan lagi perawatan dari perempuan yang mengasuhnya. Yaitu ketika
berusia tujuh tahun untuk anak laki-laki dan sembilan tahun untuk anak
perempuan. Apabila waktunya telah habis, maka perempuan yang mengasuh tidak
memiliki hak untuk menahan anak tersebut. Dia harus menyerahkannya kembali
pada orang tua atau walinya. Ayah wajib menerima anaknya dari pengasuhnya
agar dapat mengawasi dan memeliharanya seperti yang diperintahkan agama.
131

Memandang anak dengan kasih sayang, yang dilakukan orang tua lebih
dalam artinya dari sekedar mengasuh, karena ia menjadi media untuk
mencurahkan perasaan kebapakan dan keibuan. Tetapi sebagian orang tidak
mengetahui pentingnya masalah ini. Justeru mereka memperlakukan anak dengan
cara kasar tanpa kasih sayang. Sering kita lihat bapak dan ibu yang menjadikan
anaknya sebagai tameng untuk melakukan penganiayaan, kekerasan, dan
pemaksaan.

Tanya Jawab

1. Apa yang harus dilakukan suami isteri apabila setelah menikah mereka tahu
bahwa keduanya adalah saudara sesusuan?
Jawab : Mereka wajib segera bercerai dan melaporkannya ke pengadilan untuk
mencatatnya. Mereka tidak berdosa atas apa yang mereka perbuat sebelumnya.
Anak-anak mereka pun tetap anak syar’i (sah menurut agama), dan nasabnya
tetap sah.
2. Jika ada seseorang mengetahui adanya hubungan mahram susuan antara suami-
isteri, apakah dia wajib menyampaikannya kepada mereka?
Jawab : Tentu, selanjutnya masalah tersebut menjadi tanggung jawab mereka
berdua.
3. Apakah perempuan yang mengasuh anak atau yang menyusui berhak mengambil
upah dari pekerjaannya ?
Jawab : Ya, kecuali ibu yang masih berstatus isteri pada saat mengasuh. Jika
sudah dicerai, maka dia sama dengan perempuan lainnya, bahkan lebih berhak
menerimanya.
132

BAGIAN DELAPAN
HAK- HAK SUAM-ISTERI

Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban suami isteri adalah masalah yang sangat penting untuk
diketahui. Sudah banyak buku ditulis untuk menjelaskan hak-hak suami dan hak-hak
isteri dan juga kewajiban masing-masing terhadap pasangannya. Penulisan buku-
buku tersebut bertujuan untuk membantu pasangan suami isteri agar dapat hidup
tentram dalam rumah tangga yang bahagia. Buku yang ada di tangan pembaca ini
adalah salah satunya. Semoga Allah menjadikan buku ini bermanfaat dan membawa
kebaikan bagi pasangan suami isteri.
Sebelum mengenal hak-hak dan kewajiban suami isteri, ada baiknya kami
jelaskan makna hak dan kewajiban sebagai dua hal yang berlawaban. Antara hak dan
kewajiban terdapat hubungan timbal balik. Setiap hak, baik hak Allah atau hak
mahluk, pasti menjadi tuntutan atau kewajiban bagi pihak yang lain. Begitu juga
sebaliknya, setiap kewajiban pasti menjadi hak bagi pihak yang lain. Jadi setiap
perkara yang diperintahkan agama adalah hak pada satu sisi dan kewajiban pada sisi
yang lain.
Allah memiliki hak terhadap para hamba-Nya. Maka, hak Allah tersebut
menjadi kewajiban bagi para hamba-Nya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan
sebuah hadits dari Mu’adz bin Jabal ra, dia berkata : “Saya mombonceng Nabi SAW
diatas seekor keledai, beliau bersabda :
“Wahai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah terhadap hamba-hamba-Nya
dan apa hak hamba-hamba-Nya terhadap Allah?”. Saya berkata : “Allah dan Rasul-
Nya lebih tahu”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya hak Allah terhadap hamba-
hamba-Nya adalah mereka harus menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Sedangkan hak-hak para hamba terhadap Allah adalah Dia
133

tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya”. Kemudian saya berkata :
“Wahai Rasulullah, apakah boleh saya memberi kabar gembira pada manusia?”.
Rasulullah menjawab : “Jangan, sebab mereka akan berpangku tangan (tidak mau
beramal dan mencukupkan dirinya dengan tidak menyekutukan Allah)”.
Hak Allah yang dimaksud dalam hadits ini adalah hak untuk disembah dan
tidak disekutukan dengan apapun. Sedangkan hamba-hamba-Nya berkewajiban untuk
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan hak hamba adalah
mereka berhak memperoleh pahala sebagai balasan atas keimanan dan ketaatan
mereka, karena Allah telah berjanji, sedangkan Allah tidak menyalahi janji-Nya. Ini
adalah karunia dan rahmat-Nya. Begitu juga hak antara suami-isteri. Hak salah satu
dari keduanya adalah kewajiban bagi yang lainnya sebagaimana yang telah
ditentukan dan dijelaskan Allah.
Perbedaan hak dan kewajiban adalah bahwa pemilik hak boleh melepaskan
haknya dan memaafkan orang yang tidak melaksanakannya, dan dia akan
memperoleh pahala. Sedangkan orang yang memiliki kewajiban tidak boleh
meninggalkan kewajibannya kecuali atas izin orang yang memiliki hak tersebut.

Derajat Laki-laki di Atas Perempuan

Berbicara tentang hak dan kewajiban suami isteri, maka tidak boleh tidak kita
harus menyadari sebuah kenyataan dalam pandangan agama dan sosial yang tidak
seorangpun yang berakal sehat akan memperdebatkan kebenarannya. Kenyataan itu
adalah bahwa Allah mengangkat derajat laki-laki di atas derajat perempuan. Allah
berfirman :
       

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
dengan cara yang ma’ruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan
kelebihan dari para isteri”. (QS al-Baqarah : 228)
134

Derajat yang diberikan Allah ini adalah kedudukan untuk mengawasi dan
mengarahkan apa yang dimandatkan Allah kepada laki-laki. Allah berfirman:
        
    
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. (QS
al-Nisaa’ : 34)
Laki-laki memiliki kekuatan lebih dari perempuan, baik dari segi akal, fisik,
maupun pengetahuan. Bagi orang berakal, tidak samar lagi bahwa secara umum laki-
laki memiliki kelebihan dibanding perempuan. Allah berfirman :
  
“…akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari para
isteri”. (QS al-Baqarah : 228)
Ini menunjukkan bahwa hak suami terhadap isteri lebih besar dan lebih wajib
dilaksanakan daripada hak isteri terhadap suami. Karena itu, Nabi SAW bersabda:
“Seandainya aku (diperkenankan) menyuruh seseorang sujud kepada orang
lain, niscaya aku perintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya karena
besarnya haknya terhadap dirinya. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Derajat yang diberikan Allah kepada laki-laki ini adalah sebuah kehormatan
karena Allah mempercayainya untuk mengemban kewajiban dan tanggung jawab.
Abdullah bin Abbas berkata : “Derajat ini menjadi dorongan bagi laki-laki untuk
bergaul dengan baik, melapangkan harta, dan berakhlak baik kepada perempuan.
Artinya, laki-laki lebih diutamakan untuk bertanggung jawab atas diri perempuan”.
Firman Allah yang berbunyi : “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum
perempuan” (QS al-Nisaa’ : 34), kata qawwaam adalah sighat mubalaghah yang
berarti melaksanakan sesuatu serta berusaha keras mengawasi, menjaga dan
memeliharanya. Jadi yang dimaksud qiyaam al-rijaal ‘ala al-mar-ah adalah bahwa
suami harus mengatur dan mendidik isterinya, menafkahinya, membela dan
menjaganya. Isteri harus mentaati semua perintah suaminya selama perintah tersebut
135

bukan maksiat kepada Allah SWT, karena tidak boleh ada ketaatan kepada mahluk
untuk berbuat maksiat kepada Allah.
Pemberian kelebihan (tafdlil) kepada laki-laki atas perempuan tidak boleh
dipahami seperti yang dipahami orang-orang bodoh, bahwa laki-laki adalah raja yang
berkuasa sepenuhnya atas perempuan, main perintah sesukanya, perempuan tidak
boleh menolak perintahnya, hanya karena dia laki-laki, walaupun sebenarnya dia
salah, zalim, dan kejam. Inilah kebodohan yang bertentangan dengan ajaran agama
yang tidak melebihkan sebagian manusia atas sebagian yang lain hanya untuk
merendahkan dan menjadikannya budak, melainkan untuk menyayanginya,
membantunya, memperbaikinya, berbuat baik kepadanya, dan memuliakannya, lebih-
lebih kepeda isteri.
Laki-laki yang memukul isterinya layaknya seorang budak, bukanlah laki-laki
sejati yang baik. Laki-laki yang suka memaksa isterinya, merendahkannya, berbuat
kasar kepadanya adalah laki-laki yang berhati buas. Alangkah buruk sifat laki-laki
yang demikian. Mereka adalah contoh terburuk bagi seorang muslim.
Suami sejati adalah adalah suami yang suka berbuat baik kepada isterinya,
melaksanakan tanggung jawabnya sepenuhnya dengan penuh amanah dan keikhlasan.
Suami yang baik memperbaiki isterinya, bukan merusaknya. Suka berbuat baik
kepadanya, bukan bersikap bejat. Membimbingnya untuk beramal shaleh, bukan
menghalang-halanginya. Memberinya nasehat dengan lemah lembut ketika dia
berbuat salah. Tidak bersikap kasar, tetapi menyayangi dan melindunginya, dan tidak
memberatkannaya atau memaksanya.
Suami tidak boleh lupa bahwa isterinya diciptakan darinya, dia adalah bagian
dari dirinya. Allah berfirman :
        
    
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cederung dan merasa
136

tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang”. (QS al-
Ruum : 21).
Adakah orang yang mau berlaku kasar pada dirinya sendirinya? Suami yang
bertindak sesuka hati pada isterinya karena dia sebatang kara, tidak memiliki keluarga
dan penolong, jangan lupa bahwa Allah adalah penolong orang yang teraniaya. Allah
sangat tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim.
Sebaliknya, seorang isteri harus menghormati suaminya dan mengakui
kelebihannya. Suami adalah pelindungnya, pemelihara kemuliaan dan
kehormatannya, dan orang yang bertanggung jawab pada dirinya selain kedua orang
tuanya. Suami adalah orang yang hidup dengannya hampir dalam sebagian besar
hidupnya.
Perempuan tidak boleh terpengaruh oleh propaganda orang-orang sesat yang
menyerukan emansipasi dan persamaan hak. Mereka telah mendorong para isteri
untuk membangkang kepada orang tua dan suaminya. Orang-orang tersebut tidak
memiliki tujuan selain untuk menghancurkan bangunan rumah tangga muslim,
memcerai-beraikannya dan meluluhlantakkan keutuhannya.
Suami isteri hendaklah selalu bertakwa kepada Allah SWT dan selalu
mengingat firman Allah :
   
“Janganlah kamu melupakan kelebihan di antara kamu…” (QS al-Baqarah :
237)

Kewajiban Isteri Terhadap Suami

Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah
bin Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ُ‫الصاحِلَة‬ ِ َ‫اَ ُّلد ْنيا متَاعٌ وخير مت‬


َّ ُ‫اع َها الْ َم ْرأَة‬ َ َُْ َ َ َ
137

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah isteri yang


shalihah”.
Isteri shalihah selalu menjaga hak-hak Allah SWT dan juga hak-hak
suaminya. Diantara sifat wanita shalihah adalah selalu menetap di rumah, tidak sering
keluar-masuk rumah tanpa ada perlunya. Dia hanya ingin memperbaiki kualitas
dirinya, mengatur rumah, mendidik anak-anak dan membahagiakan keluarganya. Dia
selalu menjaga shalatnya, puasanya, dan zikirnya serta selalu menerima apa adanya
terhadap karunia yang diberikan Allah SWT .
Isteri shalihah selalu menjaga hak-hak suaminya dan berusaha sebisa mungkin
untuk memenuhinya. Hak-hak suami adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
isteri. Kewajiban-kewajiban isteri terhadap suaminya adalah :
a. Mengutamakan hak suami daripada hak diri dan keluarganya, karena hak suami
terhadapanya sangat besar.
b. Selalu siap sedia setiap saat bila ‘dibutuhkan’ suaminya kapan pun dia mau
kecuali pada waktu haid dan nifas. Dia tidak boleh menolak keinginan suaminya
untuk menggaulinya. Jika dia tidak mengabulkan keinginan suaminya, maka dia
berdosa dan dikutuk oleh malaikat. Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, dia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda :

ُ‫ض بَا َن لَ َعنَْت َها الْ َمالَئِ َك ة‬ ِ ِِ ِ


ْ َ‫الر ُج ُل ْامَرأَتَهُ إِىَل فَراشه فَأَب‬
َ َ‫ت أَ ْن جَت ْيءَ َفب‬
ْ ‫ات َغ‬ َّ ‫إِ َذا َد َعا‬
)‫صبِ َح (متفق عليه‬ ْ ُ‫َحىَّت ت‬
“Apabila suami mengajak isterinya ke tempat tidur kemudian dia
menolak, lalu suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka dia
dilaknat oleh malaikat hingga pagi“. (Muttafaq alaih)
Imam Tirmidzi dan Nasai meriwayatkan sebuah hadits dari Thalq bin Ali
ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Apabila suami mengajak isterinya untuk
memenuhi hajatnya, hendaklah dia mendatanginya walaupun sedang berada di
dapur (menanak)”.
138

Ini adalah hak suami terpenting terhadap isteri karena perhatian isteri
terhadap kebutuhan suami di tempat tidur merupakan sebab utama terwujudnya
kebahagiaan berumah tangga. Sebaliknya, ketidaktahuan isteri terhadap tanggung
jawabnya sebagai isteri dan kelalaiannya dalam menunaikan hak suami adalah
sebab keretakan rumah tangga yang sering kali berakibat pada perceraian.
Ada seorang suami yang mengeluhkan bahwa isterinya lalai dan tidak
memperhatikan kebutuhannya. Dia sama sekali tidak mempedulikannya seolah
dia bukan suaminya. Dia tidak mau berhias untuknya, tidak mau bermesraan,
tidak pernah menawarkan jasanya di tempat tidur. Dia lebih memilih begadang di
depan televisi, lalu pergi ke tempat tidur sambil menghadap tembok dan tidur
sendirian. Begitulah kebiasaannya. Suatu waktu suaminya masuk kamarnya dan
melihatnya tidur sebagaimana biasanya. Suaminya kesal dan sangat marah, lalu
ranjangnya dibalik sambil mengeluarkan kata-kata kasar.
Isteri semacam ini banyak ditemui ditengah-tengah masyarakat kita saat
ini. Dia layak mendapatkan laknat dari para malaikat, seperti yang disabdakan
Rasulullah SAW :

ُ‫ض بَا َن لَ َعنَْت َها الْ َمالَئِ َك ة‬ ِ ِِ ِ


ْ َ‫الر ُج ُل ْامَرأَتَهُ إِىَل فَراشه فَأَب‬
َ َ‫ت أَ ْن جَت ْيءَ َفب‬
ْ ‫ات َغ‬ َّ ‫إِذَا َد َعا‬
)‫صبِ َح (متفق عليه‬ ْ ُ‫َحىَّت ت‬
“Apabila suami mengajak isterinya ke tempat tidur kemudian dia
menolak, lalu suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka dia
dilaknat oleh malaikat hingga pagi“. (Muttafaq alaih)
c. Tidak berpuasa sunnat tanpa izin suaminya, karena puasa dapat menghalangi
keinginan suaminya untuk bersenang-senang dengannya. Suaminya tidak dapat
menyentuhnya pada siang hari, padahal itu adalah haknya. Imam Bukhari dan
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah SAW : “Tidak dihalalkan puasa seorang perempuan sedangkan
suaminya hadir (ada di rumah) tanpa izinnya”..
139

d. Tidak memberikan sesuatu apapun yang diambil dari rumahnya tanpa izin
suaminya. Jika dia melakukannya, maka dia berdosa dan suaminya memperoleh
pahala.
e. Tidak keluar rumah untuk bepergian dengan salah seorang mahramnya atau
bekerja di luar rumah tanpa izin suaminya. Tidak bergaul dengan perempuan yang
tidak disukai suaminya.
f. Menerima apa adanya dan rela atas rizki yang diberikan Allah kepada suaminya.
Tidak menggerutu atau karena himpitan hidup dan keadaan yang kurang
menyenangkan, tetapi dia harus menampakkan kerelaan dan kepuasan. Harus
menghargai jerih payah suaminya dalam mencari rizki. Tidak menuntutnya
melebihi kebutuhan, karena tuntutan itu khawatir akan menjerumuskannya kepada
perbuatan haram. Isteri yang baik harus mendorong suaminya untuk menerima
karunia Allah dengan lapang dada dan menjauhi cara-cara haram. Diantara
kebiasaan orang-orang salaf apabila suaminya hendak keluar rumah untuk
mencari rizki, isteri atau anaknya berkata : “Hindarilah mata pencaharian yang
haram, karena kami mampu menahan lapar dan kesusahan, tetapi kami tidak
mampu menahan (panasnya) api neraka”.
g. Menjaga diri dengan menutup aurat dan tidak menampakkan keindahan tubuhnya
kecuali pada suaminya. Karena menampakkan aurat atau keindahan tubuh pada
orang lain selain suami hukumnya haram dan bisa menimbulkan kerusakan yang
besar. Dia juga tidak memakai pakaian mini dan ketat kecuali untuk suaminya.
Imam Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Aisyah
ra, dia berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang
perempuan melepaskan pakaiannya di luar rumah suaminya kecuali dia telah
membuka tabir antara dia dan Tuhannya”, artinya dia telah membuka aibnya
sendiri dan merusak kehormatannya. Ini biasanya terjadi pada para perempuan
yang suka telanjang di kolam-kolam renang, diskotik dan tempat-tempat umum
lainnya.
140

h. Tidak memperkenalkan diri kepada teman suaminya dalam keperluan-


keperluannya. Misalnya pergi ke pasar dan memperkenalkan diri pada teman
suaminya. Tetapi dia harus pura-pura tidak kenal dengan orang yang diduganya
saling kenal dengan dia. Apabila ada teman suaminya minta izin masuk ke
rumahnya sedangkan suaminya tidak ada, maka tidak usah membalas ucapannya
berkali-kali demi menjaga kecemburuan dirinya dan suaminya. Karena
perkenalan seorang terhadap isteri temannya dapat menimbulkan kecemburuan
dan kerusakan.
i. Tidak membanggakan kacantikannya kepada suaminya dan tidak mencela
suaminya jika ternyata dia buruk rupa. Jika si isteri adalah orang kaya raya, dia
tidak membanggakan kekayaannya kepada suaminya, tetapi di menjaga
perasaannya dan menghargai semua jerih payahnya.
j. Mengasihi anak-anaknya, memelihara mereka, tidak memaki dan mengutuk
mereka. Tidak mempermalukan suaminya, dan tidak mengingkari kelebihan dan
kebaikannya. Masalah ini sangat penting sekali, tetapi sedikit sekali perempuan
yang menjaganya. Perempuan dikenal dengan suka mengumpat, terutama
mengumpat anak, dan menginkari kebaikan suami hanya karena kesalahan sepele
yang dilakukannya. Karena itu, sebagian besar penghuni neraka adalah
perempuan. Imam Bukhari, Muslim, Ahmad dan perawi lainnya meriwayatkan
sebuah hadits yang kesimpulannya adalah bahwa Nabi SAW melihat penghuni
neraka terbanyak adalah perempuan. Lalu beliau ditanya tentang sebabnya, beliau
menjawab : “Mereka sering melaknat dan kufur (tidak menghargai) terhadap
suaminya”. Maksudnya dia suka melaknat anak, mendoakan keburukan untuknya,
dan mengingkari kebaikan suaminya. Jika suami selalu berbuat baik kepadanya,
kemudian dia melihatnya melakukan satu kesalahan, dia akan berkata : “Aku
sama sekali tidak pernah kebaikan ada padamu”.
Hadits di atas menyuruh perempuan untuk meninggalkan kebiasan-
kebiasaan buruk mereka yang suka tidak menghargai suami. Hadits ini tidak bisa
dipahami bahwa perempuan telah terampas haknya, seperti yang dipahami
141

sebagian orang-orang bodoh. Rasulullah SAW mengatakan itu sesuai realita yang
ada. Jangan sampai maksud hadits ini diselewengkan. Perempuan wajib dididik
sejak kecil agar terbiasa berakhlaq terpuji, bisa menjadi ibu yang shalihah yang
tidak melaknat anaknya sendiri dan tidak medoakan keburukan atas mereka, dan
menjadi isteri yang setia yang mengerti betul hak dan kelebihan suaminya atas
dirinya. Semua itu akan mempermudah dia untuk mendapatkan ridla, pahala dan
rahmat Allah.
Kewajiban Suami Terhadap Isteri

Sesungguhnya hak suami atas isterinya hanya terbatas pada dirinya, bukan
hartanya. Hak-hak suami hanya terbatas pada pribadi isterinya. Suami tidak punya
hak atas harta isterinya kecuali dengan kerelaannya. Isteri bebas menggunakan harta
miliknya dan tidak ada kaitannya dengan suaminya.
Adapun hak isteri atas suaminya berhubungan dengan harta dan diri
suaminya. Isteri mempunyai hak harta berupa maskawin dan nafkah lahir, dan hak
atas diri suaminya. Diantara kewajiban suami atas isterinya adalah :
a. Harus memiliki akhlak yang baik. Menggauli isterinya dengan baik, hidup
bersamanya dengan cara yang ma’ruf dan tidak menyakitinya, demi
mengamalkan sabda Rasulullah SAW : “Orang yang paling baik diantara kalian
adalah orang yang baik pada isterinya”. (HR. Turmudzi). Maksudnya adalah
bahwa laki-laki yang paling baik bukanlah laki-laki yang lemah lembut dan
sopan diluar rumah, tetapi bersikap kasar pada isterinya. Laki-laki yang paling
baik adalah laki-laki memperlakukan isterinya dengan cara paling baik, karena
isteri adalah orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik dan lembut.
b. Bersabar jika dia menyakitinya atau marah kepadanya, dan memaafkan semua
kesalahannya. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik ra,
dia berkata : “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sayang pada
keluarganya melebihi rasulullah SAW.
142

c. Bersenda gurau dengan isterinya sebatas tidak menjatuhkan rasa hormat dan
wibawanya di hadapan isterinya. Artinya bergurau dengan cara sedang-sedang
saja, karena yang demikian dapat menyenangkan hati wanita.
d. Memiliki sifat cemburu terhadap isterinya demi menjaga kehormatan dan
kemuliaan isterinya. Dia harus menjaga hal-hal yang dapat menimbulkan
kerusakan. Akan tetapi tidak boleh berburuk sangka dan memata-matai hal-hal
yang bersifat batin. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir ra
bahwa Rasulullah melarang seseorang masuk ke rumah keluarganya pada waktu
malam hari untuk menuduhnya berkhianat atau mencari kesalahannya.
e. Menyediakan tempat tinggal untuknya yang terpisah dengan keluarganya. Allah
SWT berfirman :
     
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu”. (QS al-Thalaq : 6)
f. Memberikan maskawin secara tunai dan lengkap, karena maskawin adalah hak
isteri yang khusus untuk dirinya. Allah berfirman :
       
       
  
“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu
telah memberikan kepada salah seorang di antara mereka harta yang banyak,
maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun,
apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan
dengan (menanggung) dosa yang nyata”. (QS al-Nisaa’ : 20)
g. Memberi nafkah dengan baik dan mencukupi kebutuhan isterinya, berupa
makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya tanpa berlebihan. Suami
dalam yang menafkahi isterinya akan memperoleh pahala dari Allah SWT.
Disebutkan dalam al-Shahihain sebuah hadits dari Saad bin Abi Waqqash ra
bahwa Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Sesungguhnya tidaklah kamu
memberi nafkah dengan mencari keridlaan Allah SWT kecuali kamu akan diberi
143

pahala karenanya sampai pada makanan yang kamu suapkan ke mulut


isterimu“. Masih dalam al-Shahihain, sebuah hadits diriwayatkan dari Abu
Mas’ud al-Badri ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Apabila seorang laki-laki
memberi nafkah pada keluarganya demi mendapatkan ridla Allah, maka nafkah
itu menjadi sedekah baginya”.
h. Mengajari isterinya urusan agama jika tidak mengetahuinya, dimulai dari rukun
iman dan urusan aqidah lainnya, lalu hukum syariah pokok yang berhubungan
dengan bersuci, shalat, puasa dan lainnya. Dia juga harus selalu mendorong
isterinya untuk melaksanakan shalat, karena hal itu adalah perintah Allah SWT.
Allah berfirman :
     
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya”. (QS Thaha : 132)
i. Berlaku adil terhadap isteri-isterinya. Seorang suami tidak boleh memprioritaskan
salah satu isterinya dalam harta, nafkah, dan bagian bermalam. Suami harus
memperlakukan isteri-isterinya sama rata kecuali dalam masalah cinta. Jika
hatinya lebih condong kepada salah satu isterinya maka dia tidak berdosa karena
manusia tidak dapat mengendalikan kecenderungan hatinya. Dalam hadits shahih
riwayat empat Imam, Nabi SAW bersabda : “Barang siapa memiliki dua isteri
kemudian dia cenderung kepada salah satunya maka dia akan datang kelak di
hari Kiamat sedangkan salah satu sisi tubuhnya miring”. Artinya tidak berlaku
adil pada keduanya, atau menzalimi salah satunya.
j. Mendidik isteri apabila berbuat ketidak taatan (nusyuz) dan berusaha
mengembalikannya ke jalan yang lurus. Bukan hanya untuk taat pada dirinya
tetapi yang paling utama taat pada Allah SWT. Jika isterinya meninggalkan
shalat, maka suami harus menyuruhnya dengah tegas. Suami tidak boleh
menganggap enteng masalah meninggalkan kewajiban agama atau melakukan
hal-hal yang haram. Isteri adalah amanah dari Allah yang menjadi tanggung
jawabnya. Mendidik isteri harus dilakukan secara bertahap, pertama dengan
144

anjuran (targhib), bila tidak mempan, maka yang kedua dengan ancaman (tarhib).
Jika masih belum efektif, suami mengabaikannya dan membelakanginya di
tempat tidur. Membiarkannya tidur sendirian di atas tempat tidur, tetapi tetap
dalam satu kamar dan tidak boleh meninggalkannya sendirian dalam kamar. Hal
ini dilakukan selama tiga hari. Apabila masih belum ada perubahan maka suami
boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak membekas, tidak boleh memukul
muka, kepala, mulut, lambung, dan anggota tubuh lainnya yang sakit apabila
dipukul. Sesuai dengan firman Allah :
      
       
“Dan wanita-wanita yang kami khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya”. (QS al-Nisaa’ : 34)
Memukul isteri yang diperbolehkan menurut ayat ini adalah apabila nusyuz dan
kerusakan hanya datang dari pihak isteri saja dan dilakukan setelah melalui dua
tahapan : yaitu memberi peringatan dan meninggalkannya di tempat tidur. Jika
dua hal itu dilakukan dan sang isteri tetap tidak mau berubah, maka suami boleh
memukulnya sebagai didikan.
Ayat di atas tidak boleh dijadikan alasan oleh para suami untuk memukuli iterinya
karena kesalahan sepele. Mereka tidak boleh berdalih bahwa memukul isteri
adalah hak suami. Suami yang memukuli isterinya tanpa adanya nusyuz yang
nyata-nyata dilakukannya, maka dia bukanlah suami yang baik yang mengikuti
sunnah Rasulullah SAW. Beliau sama sekali belum pernah memukul isterinya.
Yang beliau lakukan cukup dengan memberi peringatan dan meninggalkan dalam
tempat tidur.
k. Tidak melakukan mengeluarkan sperma di luar vagina saat berstubuh (‘azl) tanpa
izin isterinya, sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
145

l. Berusaha menjaga kehormatan agar terhindar dari perbuatan haram dengan


menjaga cinta kepada isterinya sebagaimana dia ingin isterinya selalu menjaga
cinta kepadanya. Lebih-lebih saat bersetubuh, suami harus melakukannnya
dengan lemah lembut dan perlahan agar isterinya dapat menikmatinya sepuasnya.
m. Tidak menghina isterinya dengan cara mengumpat, mencela, merendahkan atau
menjelek-jelekkannya, baik dengan perkataan atau perbuatan, baik menyangkut
fisiknya, akhlaknya, keluarganya atau kerabatnya, karena yang demikian bukan
ahlak seorang muslim sejati.
n. Tidak terlalu memanjakannya saat masih mencintainya dan tidak menzaliminya di
saat tidak menyukainya. Dia harus bersabar bersamanya atau menceraikannya
secara baik-baik. Hanya laki-laki mulia yang memuliakan isterinya dan hanya
laki-laki jahat yang merendahkan isterinya.

Tanya Jawab

1. Apakah pengutamaan (tafdlil) laki-laki atas perempuan tidak akan mengurangi


hak-hak perempuan?
Jawab : Tidak, justeru propaganda yang mengajak perempuan durhaka kepada
suami dan ayahnya yang membawa kerusakan besar bagi dirinya dan
masayarakat. Apakah ada hak perempuan yang berkurang di bawah perlindungan
ayah dan suaminya?
2. Bolehkah seorang suami memukul isterinya bukan karena nusyuz, misalnya
karena tidak memasak?
Jawab : Tidak boleh sama sekali, seharusnya seorang suami membantu dan
mengarahkan isterinya.
3. Apakah dibenarkan seorang perempuan memperbanyak ibadah shalat, puasa dan
zikir, tetapi pada saat yang sama melalaikan hak-hak suaminya?
Jawab : Perempuan ini salah, karena dia diperintahkan untuk memenuhi hak-hak
suaminya. Dia tidak boleh berpuasa sunnat tanpa izin suaminya. Bukankah ketika
146

dia memenuhi hak-hak suaminya berarti dia sedang beribadah dan mendapatkan
pahala?
4. Apabila seorang suami meminta istrinya untuk menampakkan perhiasan dan
kecantikannya kepada orang lain (tabarruj) dan membuka rambutnya di luar
rumah, apakah dia boleh mentaatinya? Apa yang harus dia lakukan jika suaminya
mengancam akan menceraikannya?
Jawab : Dia tidak boleh mentaatinya, karena tidak boleh ada ketaatan kepada
makhluk untuk berbuat maksiat kepada Allah. Ancaman cerai suami tidak
membebaskannya dari tanggung jawab dan dosa. Jika dia tetap melaksanakan
perintah maksiat itu, maka dia berdosa dan suaminya juga berdosa, bahkan
dosanya lebih besar. Jika dia beranggapan bahwa menutup aurat secara sempurna
adalah sebuah kemunduran dan perbuatan yang tidak baik, dia telah kafir karena
merendahkan hukuk-hukum agama. Isteri tidak boleh bersuami orang seperti itu,
bahkan dia wajib menceraikannya.
5. Apakah suami berhak melarang isterinya bekerja di luar rumah?
Jawab : Ya, itu adalah haknya. Menurut kami bahaya perempuan bekerja di luar
rumah lebih besar dari manfaatnya. Suami yang benar-benar menjaga keluarganya
adalah suami yang mau bersabar dengan segala kesusahan dalam hidup dan tidak
menjerumuskan diri dan keluarganya ke dalam jurang kerusakan.
6. Bagaimana hukum laki-laki yang melihat isteri dan anak perempuannya berbuat
haram tetapi dia diam dam tidak menegurnya?
Jawab : Laki-laki semacam ini disebut dayyuts, yaitu laki-laki yang kehilangan
kehormatan, harga diri dan kemuliaannya. Yaitu laki-laki hanya diam melihat
kehormatan dan martabatnya diinjak-injak. Laki-laki seperti ini banyak sekali saat
ini. Tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah SWT.
147

BAGIAN SEMBILAN
HAL-HAL YANG MERUSAK HUBUNGAN SUAMI ISTERI

Keutuhan rumah tangga yang dibangun oleh pasangan suami isteri akan tegak
bila dibangun di atas pondasi mawaddah wa rahmah, cinta dan kasih sayang seperti
yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :
        
         
  
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cederung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih-sayang…” (QS al-
Ruum : 21)
Selama dasar ini masih ada dan kokoh maka tidak akan ada bahaya dan
kekhawatiran menimpa rumah tangga, meskipun ada perbedaan antara suami isteri.
Perbedaan yang timbul dapat diatasi dengan perasaan saling memahami sehingga
tidak sampai memuncak. Hati yang dipenuhi rasa cinta akan tabah menanggung
semua cobaan yang datang mendera. Kita semua tahu bahwa kehidupan rumah tangga
pasti tidak lepas dari perbedaan dan kesulitan. Seandainya pasangan suami isteri tidak
bisa tabah dan bersabar dalam mengarungi bahtera rumah tangga, maka keduanya
tidak bisa hidup bersama.
Bahaya besar baru dapat mengancam hubungan keduanya bila dasar
mawaddah dan rahmah mulai memudar. Bahkan hubungan itu akan berakhir dan
hancur jika dasar itu benar-benar telah hilang. Bila cinta telah tercabut dari hati
sebagai tempatnya, maka cinta akan berubah menjadi kebencian yang pada gilirannya
akan membawa keduanya kepada kehampaan mawaddah dan rahmah. Sehingga tidak
ada lagi ketabahan dan keteguhan hati. Yang ada hanyalah perpecahan dan kekerasan,
saling umpat dan saling menyalahkan.
148

Perlu diingat bahwa dasar hubungan antar manusia adalah cinta. Bukan saling
benci dan dendam satu sama lain. Seseorang tidak akan membenci atau dendam
kepada orang lain kecuali ada sebab yang tidak disukai yang telah dilakukannya.
Dalam kondisi seperti ini, cinta bisa berubah menjadi benci, dan hati akan dipenuhi
dendam dan rasa tidak suka.
Pasangan suami isteri yang hidup dalam rumah tangga bahagia, hati mereka
pasti hanya dipenuhi perasaan saling cinta, penuh kasih dan sayang yang mengalir
setiap saat dengan penuh kelembutan. Atas dasar cinta mereka mengaruhi kehidupan
suami isteri dan hidup bersama di bawah satu atap. Bila ada perubahan yang
mengganggu hubungan mereka pasti ada sebab yang memicunya. Biasanya berupa
kesalahan yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak yang lain sehingga merasa
disakiti.

Sebab-sebab yang Merusak Hubungan Suami isteri

Perkara-perkara yang bisa merusak hubungan suami isteri secara singkat dapat
disimpulkan bahwa sebab utamanya adalah adanya perlakuan buruk (isaa-ah) yang
dilakukan salah satu pihak pada pihak yang lain. Perlakuan buruk itu tidak akan
terwujud tanpa adanya sebab. Sebab utumanya adalah adanya pergaulan bebas
(ikhtilath) antara laki-laki dan perempuan. Ada beberapa hal yang akan kami jelaskan
yang sering menjadi pemicu ketidak harmonisan kehidupan suami isteri.

a. Mengumbar pandangan mata


Menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan Allah SWT
menjadi perisai utama yang dapat membentengi seseorang dari kerusakan dan
kejahatan. Karena itu, Allah SWT menyuruh kita, laki-laki dan perempuan, untuk
menundukkan pandangan mata. Allah berfirman :
       
          
     
149

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : “Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat. Dan katakanlah kepada perempuna yang beriman : “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya…”. (QS al-
Nuur : 30-31)
Janganlah kita meremehkan masalah pandangan mata, karena pandangan
menjadi kunci terjadinya kerusakan-kerusakan. Berapa banyak suami
menceraikan isterinya, lalu meninggalkannya, hanya karena memandang
perempuan lain lalu dia mengaguminya. Sebaliknya, berapa benyak perempuan
lari dari rumah bersama laki-laki lain yang dicintainya, yang sebabnya juga
karena beradu pandang. Tidak heran bila Rasulullah SAW melarang melihat
perempuan yang bukan mahram. Imam Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi
meriwayatkan sebuah hadits dari Jarir bin Abdillah ra, dia berkata : “Saya
bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pandangan (pada sesuatu yang
diharamkan) secara tiba-tiba, beliau bersabda : “Palingkanlah pandanganmu!”
Pandangan yang tiba-tiba adalah pandangan pada seseorang tanpa disengaja.
Pandangan ini tidak berdosa karena tidak disengaja. Tetapi bila diulangi sekali
lagi, maka dia berdosa. Pandangan yang pertama (tidak sengaja) adalah nikmat,
sedangkan pandangan yang kedua (disengaja) adalah doa.
Imam Muslim, Abu Daud dan Nasai meriwayatkan sebuah hadits dari Abu
Hurairah ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Zina dua mata adalah melihat
(yang diharamkan), zina dua telinga adalah mendengarkan (yang diharamkan),
zina mulut adalah berkata (yang diharamkan), zina tangan adalah memukul, zina
kaki adalah melangkah…”.
Jadi, setiap anggota tubuh manusia berpotensi melakukan perzinahan.
Karena zina anggota tubuh pasti terjadi bila anggota tubuh tersebut tidak dijaga
dan dipelihara dari hal-hal yang diharamkan Allah SWT.
150

b. Berjabat tangan dengan lain jenis


Berjabat tangan dengan lain jenis termasuk salah satu sebab kehancuran
hubungan suami isteri, karena secara hukum memang diharamkan dan bisa
membuka pintu fitnah dan kerusakan. Jabat tangan termasuk mubasyarah
(bersentuhan) antara laki-laki dan perempuan. Hukum haram jabat tangan antara
laki-laki dan perempuan bukan mahram telah diketahui oleh segenap ulama.
Seandainya jabat tangan tersebut boleh, pasti Rasulullah SAW juga
melakukannya, terutama ketika membaiat kaum perempuan untuk tidak
menyekutukan Allah SWT, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-
anak dan lain sebagainya. Seperti yang disebutkan dalam surat al-Mumtahanah
ayat 12 :
        
        
      
       
       
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman
untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan menyekutukan Allah,
tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya,
tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki
mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah
janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-
Mumtahanah : 12)
Beliau membaiat mereka hanya dengan perkataan. Tangan beliau sama
sekali tidak pernah menyentuh tangan mereka, seperti yang dikatakan Aisyah ra.
Imam Ahmad, Tirmidzi dan Nasai meriwayatkan sebuah hadits dari nabi SAW,
beliau bersabda : “Sesungguhnya aku tidak pernah berjabat tangan dengan
perempuan”.
151

Yang sungguh mengejutkan adalah apa yang pernah saya baca dalam
sebuah majalah, banyak orang mengatakan bahwa berjabat tangan antara laki-laki
dan perempuan hukumnya boleh menurut Abu Hanifah, karena menurutnya
berjabat tangan tidak membatalkan wudlu’. Sungguh kebodohan yang sangat
mengherankan. Apa hubungan antara batal tidaknya wudlu’ dengan halal dan
haram. Pendapat Abu Hanifah yang mengatakan bahwa menyentuh perempuan
bukan mahram tidak membatalkan wudlu’ tidak menunjukkan bahwa menyentuh
diperbolehkan. Menyentuh perempuan memiliki hukum tersendiri, dan apakah
membatalkan wudlu’ atau tidak adalah masalah yang lain lagi. Menyentuh dalam
masalah ini sama dengan mencuri. Seseorang yang mencuri, wudlu’nya tidak
batal, tetapi mencuri termasuk dosa besar.
Salah satu tradisi yang sangat buruk dan telah mengakar di tengah-tengah
masyarakat dan keluarga adalah tradisi berciuman antara laki-laki dan perempuan
ketika berjumpa. Mereka melakukannya tanpa malu dan tanpa perasaan berdosa.
Tradisi itu diadopsi dari budaya barat, yang bagi kita kaum muslimin, hanya akan
membawa kerusakan moral dan menyuburkan maksiat dan dosa di mana-mana.

c. Memamerkan aurat
Pamer aurat dan budaya telanjang adalah tradisi buruk yang menjamur di
tengah-tengah masyarakat saat ini. Kebiasaan ini bertentangan dengan nilai
kemanusian yang mengenal pakaian dan memiliki rasa malu. Berbeda dengan
binatang yang memang tidak kenal pakaian dan tidak punya rasa malu. Tradisi ini
banyak dilakukan laki-laki dan perempuan walaupun bertentangan dengan hukum
agama. Mereka sama sekali tidak mempedulikan akibat-akibat buruk dan
kerusakan yang ditimbulkannya.
Tradisi ini sering terjadi di rumah, kolam renang, pantai, tempat hiburan,
bar, kafe, jalan-jalan, dan pasar. Di rumah, seorang perempuan duduk bersama
kerabat laki-lakinya dengan baju tidur yang tipis yang tembus pandang. Tidak
seorang pun yang menegurnya. Bahkan ada yang mengira bahwa hukumnya
152

boleh. Jika ditegur dia berkata : “Tidak ada orang asing di sini, yang asing hanya
setan”.
Bukan itu saja, banyak perempuan duduk-duduk di teras rumahnya sambil
menghadap rumah tetangga dengan baju tidurnya yang tipis. Mereka memang
berpakaian, tetapi tak jauh beda dengan telanjang. Mereka beralasan bahwa
mereka ada di rumah sendiri. Mereka bebas melakukan apa saja yang dia
kehendaki di rumahnya. Bukan hanya perempuan, tradisi ini juga dilakukan laki-
laki di depan ibu, anak perempuan, saudara perempuan, menantu dan lain
sebagainya.
Agama melarang perempuan menampakkan perut dan punggungnya dan
anggota tubuh lainnya antara pusar dan lututnya di depan laki-laki manapun.
Walaupun dia ayahnya, anaknya atau saudaranya, kecuali suaminya, hanya
suaminya seorang. Agama menetapkan aurat perempuan terhadap sesama
perempuan antara pusar dan lutut, sama dengan aurat laki-laki di hadapan laki-
laki dan perempuan.
Seorang muslim dan muslimah tidak boleh menentang hukum agama
hanya karena terpengaruh tradisi yang diadopsi dari masyarakat kafir yang tidak
beriman kepada Allah SAW dan hari akhir. Mereka tidak mengharamkan apa
yang telah diharamkan Allah dan rasul-Nya. Seorang muslim dam muslimah tidak
boleh taklid buta terhadap mereka yang sesat dari jalan lurus, yang kehidupannya
tak jauh beda dengan binatang.
Sementara di pinggir pantai dan kolam renang umum, keadaannya jauh
lebih parah. Lebih buruk lagi di tempat hiburan, diskotik dan bar. Ini semua tak
perlu dijelaskan lebih rinci karena sudah jelas.
Di jalan dan di pasar, banyak perempuan yang tidak mengindahkan
hukum-hukum Allah SWT. Bahkan mereka menampakkan hiasan mereka dengan
berbagai macam cara yang menimbulkan fitnah di tengah-tengah manusia.
Mereka berbuat begitu hanya untuk menarik perhatian laki-laki.
153

Anehnya, mereka tidak melakukan semua itu dirumahnya untuk suaminya.


Di rumah, mereka lebih senang memakai pakaian dapur. Suaminya tidak pernah
mencium bau harum dari tubuhnya. Yang ada hanya aroma dapur dan bau asap
sepanjang waktu. Ketika akan keluar rumah, mereka memakai pakaian terindah,
berhias dengan aneka perhiasan dan minyak wangi. Setelah pulang, mereka
kembali pada kebiasaan semula dan melalaikan hak-hak suaminya.
Wahai manusia! Tahukah kamu berapa banyak bahaya dan kerusakan
yang ditimbulkan oleh tradisi ini baik kepada laki-laki maupun perempuan?
Berapa banyak rumah tangga yang hancur berantakan hanya karena tradisi yang
buruk ini?
Laki-laki dan perempuan yang membawa dirinya pada kubangan fitnah
dan membangun hubungan lain jenis yang dilarang agama, hanya akan
memporak-porandakan hubungan suami isteri. Buku ini terlalu kecil untuk
menyebutkan contoh-contoh kasus seperti ini. Akibat buruk dan kerusakan yang
diakibatkan oleh tradisi pamer aurat ini telah banyak dimuat dalam koran,
majalah, dan buku. Hanya mereka yang mendapat pertolongan dan perlindungan
dari Allah yang selamat dari pengaruh buruknya. Ya Allah, lindungilah kami
dengan perlindungan-Mu dan tutupilah rahasia kami dengan penutup-Mu.
Perihalah kami dari segala keburukan dan fitnah, baik lahir maupun batin.

d. Berduaan di tempat sepi (khulwat)


Yang dimaksud khulwat adalah berkumpulnya laki-laki dan perempuan
yang bukan mahramnya di tempat sepi tanpa ada orang lain. Khulwat menjadi
salah satu sebab rusaknya keharmonisan kehidupan rumah tangga. Khulwat
sangat berbahaya karena dapat menggerakkan nafsu syahwat dan mempermudah
setan untuk menyesatkan keduanya. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW melarang
khulwat sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari, Muslim dan imam yang
lain, dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah bersabda :
154

“Janganlah sekali-kali seorang diantara kalian berkhulwat dengan


seorang perempuan kecuali bersama mahram”.
Imam Tirmidzi, Nasai dan imam yang lain meriwayatkan sebuah hadits
dari Umar bin Khatthab, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :
“Tidaklah seorang laki-laki berkhulwat dengan seorang perempuan
kecuali setan menjadi yang ketiga”.
Tempat-tempat yang sering menjadi tempat khulwat adalah ruang kerja
dokter ketika seorang wanita mengunjungi dokter. Yaitu khulwat antara pasien
dan dokter, atau antara dokter dengan karyawan perempuannya. Selain itu juga di
perkantoran yang mempekerjakan laki-laki dan perempuan. Di tempat-tempat itu
sering terjadi khulwat antara laki-laki dan perempuan yang bekerja bersama. Ini
bisa merusak keutuhan rumah tangga yang dibangun suami isteri.
e. Kerja yang berbaur (Ikhtilath)
Ikhtilath yang dimaksud bukan hanya pekerjaan yang di dalamya berbaur
laki-laki dan perempuan, tetapi juga berarti pekerjaan perempuan di luar rumah,
baik bersama laki-laki atau perempuan. Dalam dua kondisi di atas, jarang sekali
ada keluarga yang selamat dari perpecahan dan pertentangan. Pekerjaan
perempuan di luar rumah akan membuat perempuan kelelahan. Ini
menyebabkannya tidak mampu melakukan dua pekerjaan sekaligus; pekerjaan
yang meletihkan di luar rumah dan pekerjaan memenuhi hak-hak suami, anak-
anak dan keluarga. Kemungkinan besar dia tidak akan mampu memenuhi hak-hak
ini, yang akhirnya akan menimbulkan pertentangan dengan suaminya.
Jika kerjanya berbaur dengan laik-laki, maka masalahnya akan lebih besar.
Kehancuran biduk rumah tangganya hanya tinggal menunggu waktu. Laki-laki
dan perempuan yang duduk bersama saat bekerja di perkantoran dan tempat-
tempat lainnya akan membuka pintu fitnah selebar-lebarnya. Kehancuran rumah
tangga tidak hanya disebabkan oleh khulwat yang terjadi saat bekerja, tetapi juga
disebabkan oleh kontak langsung antara laki-laki dan perempuan saat bekerja.
Duduk bersama, ngobrol, dan seringnya berjumpa akan mendorong satu sama lain
155

untuk merasa tertarik. Setelah itu akan terjalin persahabatan yang masih dalam
batas kewajaran menurut agama. Akan tetapi persahabatan antara laki-laki dan
perempuan bukan mahram dan bukan suami-isteri tidak mungkin terwujud kalau
keduanya bukan teman kerja atau tetangga dekat. Karena persahabatan adalah
hubungan cinta dan kasih sayang yang hanya boleh dilakukan dengan mahram.
Seperti ibu, saudara perempuan atau suami isteri, bukan orang lain. Adapun laki-
laki dan perempuan yang bukan mahram dan bukan suami isteri, keduanya adalah
orang asing yang hubungannya diharamkan, mulai dari memandang hingga pada
kejahatan terbesar yaitu perzinahan.
Sungguh bodoh apabila ada orang yang mengira ada persahabatan murni
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Pendapat yang demikian
sungguh tidak realistis karena hanya akan memutarbalikkan realita. Karena laki-
laki dan perempuan normal secara fitrah memiliki rasa kagum dan ketertarikan.
Mereka saling membutuhkan satu sama lain karena masing-masing memiliki
kecenderungan fitriah. Kecenderungan inilah yang akan menghalangi adanya
persahabatan murni antara manusia berlainan jenis. Persahabatan sejati itu
mungkin hanya ada dalam persahabatan antara sesama jenis.
Masalah ini penting untuk dijelaskan agar para pekerja laki-laki dan
perempuan, karyawan dan karyawati mewaspadai bahwa tempat mereka bekerja
bukanlah ajang pertemuan dan persahabatan, justeru akan memberikan peluang
tumbuhnya hubungan yang tidak terpuji antara dua jenis yang akhirnya dapat
merusak keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. Karena itu waspadalah dan
hati-hatilah! Jalan yang paling selamat adalah menghindarinya sebisa mungkin.

f. Senda gurau dan dansa


Kebiasaan bersenda gurau dengan laki-laki atau perempuan yang bukan
mahram ibarat bara api dalam rumah tangga. Begitu juga kebiasaan berdansa
dengan laki-laki atau perempuan asing dalam pesta-pesta. Kami tidak akan
156

membahas panjang lebar tentang masalah ini, karena buku kecil akan menjadi
besar atau bahkan berjilid-jilid.
Di tengah-tengah masyarakat saat ini kita sering melihat laki-laki bergaul
dengan perempuan dalam transaksi jual-beli dan pekerjaan, bahkan dalam acara
pesta. Kita sering melihat perempuan ngobrol dengan laki-laki asing, berjalan
bersama, berdiskusi masalah politik dan masalah sosial, saling berargumen, dan
kerapkali diselingi dengan tawa dan canda. Di kesempatan lain, kondisi seperti ini
bisa berlanjut pada acara dansa atau joget, atau bahkan yang lebih parah dari itu.
Perempuan seperti itu tidak merasa canggung melakukannya, bahkan sedikitpun
tidak ada rasa malu. Justeru dia melakukkanya dengan senang hati dan
menganggapnya lumrah. Apa akibat yang ditimbulkan prilaku seperti ini?
Jawabannya sudah nampak jelas di tengah-tengah masyarakat. Banyak suami
yang uring-uringan dan cemburu berat pada isterinya. Banyak isteri yang merasa
diduakan oleh suaminya. Hendaklah para perempuan sadar bahwa laki-laki yang
berjalan bersamanya, bersenda gurau dengannya, kadang-kadang berdansa
dengannya, bukanlah ayahnya, bukan saudaranya, bukan anaknya, dan bukan pula
suaminya.
Kalau itu dilakukan bersama ayah, saudara, anak, atau mahram lainnya,
tidak akan menimbulkan bahaya. Karena tidak ada syahwat di antara mereka.
Kalau bersama suami tidak apa-apa, karena syahwat antara suami isteri
diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Sedangkan bersama laki-laki lain, akan
menimbulkan perasaan saling mengagumi yang disertai syahwat. Bahkan
urusannya bisa berakibat fatal yang berakhir pada perzinahan, baik dengan mata,
kata, telinga, sentuhan, dan seterusnya.
Hendaklah laki-laki dan perempuan menjaga diri sebisa mungkin,
menghiasi diri dengan kesopanan dan kesungguhan untuk menjauhi hal-hal yang
menimbulkan syahwat dan menyebabkan kemungkaran dan kejahatan.

g. Keluarga dekat suami dan isteri


157

Yang dimaksud kelurga suami disini adalah ayahnya, pamannya,


sepupunya, dan lain sebagainya yang berkelamin laki-laki. Sedangkan keluarga
isteri adalah ibunya, saudara perempuanya, bibinya, dan sebagainya yang
berkelamin perempuan.
Dasar masalah ini diambil dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, dari Uqbah bin Amir ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda : “Jauhilah olehmu masuk pada perempuan!” Kemudian seorang laki-
laki dari sahabat Anshar berkata : “Bagaimana dengan keluarga suaminya (al-
hamwu)?” Beliau bersabda : “al-hamwu adalah kematian”.
Dalam hadits di atas Rasulullah memperingatkan semua laki-laki agar
tidak masuk pada perempuan kecuali bersama mahram, karena hal itu bisa
menimbulkan kerusakan dan fitnah. Seorang laki-laki dari Anshar berdiri dan
bertanya kepada Rasulullah SAW tentang al-ahma’, yakni tentang masuknya
kerabat seseorang terhadap isterinya ketika sang suami tidak ada di rumah,
Rasulullah bersabda : “al-hamwu adalah kematian”, artinya pertemuan keduanya
ibarat kematian yang dihindari oleh setiap orang. Keluarga dekat kadang bisa
merusak kehidupan suami-isteri karena dia masuk ke rumahnya saat suami tidak
ada di rumah, sedangkan suaminya tidak suka ada kerabatnya masuk ke rumahnya
ketika dia tidak ada di rumah.
Hubungan kerabat suami dengan isterinya dan hubungan kerabat isteri
dengan suaminya harus sesuai dengan ketentuan agama, penuh sikap hati-hati dan
waspada, tidak lalai dan tidak lengah. Saudara suami atau isteri (ipar) dan
semacamnya bukanlah mahram, tetapi mereka adalah orang asing dan wajib
bergaul sesuai hukum agama, jika tidak bisa berakibat fatal.
Mengabaikan masalah ini telah menjerumuskan banyak orang pada
suasana dilematis yang mengerikan. Orang-orang yang bersikap tidak tegas dan
memberi kesempatan pada orang lain dengan tidak mengindahkan hukum agama
akan menyesal di kemudian hari saat penyesalan tiada guna. Berapa banyak
hubungan gelap terjadi antara perempuan dengan kerabat suaminya, baik terjadi
158

atas sepengetahuan suaminya maupun tidak. Berapa banyak perselingkuhan


terjadi antara laki-laki dengan kerabat isterinya, baik diketahuinya ataupun tidak.
Ketahuilah, bahwa kondisi masyarakat kita sekarang ini, secara lahiriah
penuh dengan hiasan yang berkilauan. Ibarat sepotong kayu yang dimakan rayap
hingga rapuh, lalu hanya ditutupi kulit tipis sebagai hiasannya. Kayu itu nampak
indah menawan dari luar, tetapi sebenarnya hanya kayu rapuh, tak berguna, dan
tak berharga. Bukan berarti kami kami mengecap semua manusia seperti ini.
Kami tidak bermaksud demikian. Masih banyak umat Islam di dunia ini yang
tidak tergelincir pada kerusakan seperti ini, baik di dunia islam barat maupun
timur. Yang kami maksud adalah mereka yang sudah terpengaruh dengan budaya
barat, terdidik dengan perilaku orang-orang kafir, dan mengikuti tradisi mereka.
Mereka telah melupakan akhlak dan hukum Islam, lalu mereka tenggelam dalam
kesenangan yang membakar syahwat, hingga akhlaq mereka menjadi rusak.

h. Media massa
Media massa yang dimaksud adalah semua media yang menghadirkan
informasi untuk manusia, seperti televisi, radio, koran, majalah, tabloid,
sandiwara, teater, lagu-lagu, tarian, dan sebagainya. Mungkin ada yang bertanya,
apa hubungan media massa ini dengan kahancuran rumah tangga? Bukankah
media massa membawa kebaikan, manfaat, dan bisa meningkatkan wawasan
keilmuan? Memang, pada dasarnya media massa berguna bagi manusia. Manfaat
dan kegunaannya bisa didapat bila digunakan pada tujuan sebenarnya.
Sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan, maka yang dihasilnya pasti
kerusakan, bukan maslahat. Ini realita yang ada saat ini yang tidak seorangpun
mengingkarinya.
Media massa dengan segala macamnya, terutama televisi, kerapkali
menayangkan acara berupa film atau sinetron yang tidak terlepas dari kisah
asmara dengan segala liku-likunya. Sayangnya acara ini justeru menebar pesan
beracun yang mengobsesi pikiran generasi muda, laki-laki dan perempuan.
159

Bahkan merusak pondasi agama mereka yang sudah dibangun sejak kecil. Jika ini
dibiarkan akan merusak kehidupan mereka di masa kini dan di masa yang akan
datang.
Anehnya banyak dari kaum muslimin yang tidak menyadari bahaya yang
mengancam anak-anak mereka. Orang-orang yang berada di balik semua
kerusakan ini memang sengaja menjadikan kehancuran moral sebagai tujuannya.
Tujuan itu tampak jelas dan hampir semua orang bisa menangkapnya. Tujuan
utama mereka adalah menghancurkan rumah tangga muslim. Mereka memberi
contoh buruk (uswatun sayyiah) kepada para isteri, para suami, dan anak-anak.
Mereka mengajarkan pergaulan bebas di sekolah, perkantoran, dan tempat-tempat
umum lainnya. Hingga akhirnya mereka sama sekali tidak kenal batas, mana yang
boleh dan mana yang tidak menurut agama. Mereka mengatasnamakan
kemerdekaan, kebebasan, persahabatan, dan hidup yang gaul. Bahkan mereka
menamakan ini semua sebagai seni yang patut dihargai. Mungkin ada yang
berkata : “Film dan sinetron itu kan hanya hiburan, jika bukan itu, dari mana kita
mendapat hiburan, bisa tertawa dan bersuka ria?
Alasan mereka memang untuk menghibur, tetapi sebenarnya mereka
menginginkan agar kita lupa pada agama dan lalai pada kewajiban-kewajiban
beragama kita. Yang mereka anggap sebagai hiburan sebenarnya tidak membuat
manusia tertawa dan bahagia. Sebaliknya, justeru manusia ditertawakan dan
disesatkan dari jalan yang lurus. Coba kita amati, hampir semua film, sinetron,
dan lagu-lagu hanya bertemakan satu hal, yaitu cinta. Hampir semua film dan
lagu yang diputar membawakan tema cinta yang tidak luput dari bias-bias nafsu
dan syahwat? Apakah ini yang mereka sebut sebagai hiburan ?
Jika anda bertanya, apakah ada gantinya dan solusinya? Saya jawab :
Jangan biarkan mereka menguasai anda, cobalah anda menguasai mereka, pasti
anda bisa merubah keadaan anda dan dapat melepaskan diri dari masalah anda
sehingga anda bisa hidup bahagia.
160

Tanya Jawab

1. Kebiasaan jabat tangan antara laki-laki dan perempuan lambat laun banyak
dilakukan manusia dalam pergaulan sehari-hari hingga pada batas mengingkari
orang yang tidak mau berjabat tangan dengan lain jenis. Apakah ada solusi untuk
masalah ini bagi muslim dan muslimah?
Jawab : Kaum muslimin harus mengembalikan tradisi tidak jabat tangan juga
secara bertahap sebagaimana mereka dulu terbiasa jabat tangan dengan lain jenis
secara bertahap. Orang-orang yang mentradisikan jabat tangan pada mulanya
menemukan kesulitan. Tapi mereka bersabdar dan melakukannya sedikit demi
sedikit. Karena itu, mulai sekarang hilangkanlah kebiasaan berjabat tangan
dengan lain jenis sedikit demi sedikit, hingga akhirnya bisa ditinggalkan sama
sekali.
2. Apakah laki-laki dan perempuan yang beduaan di lapangan atau di dalam mobil
walaupun itu di jalan termasuk khulwat yang diharamkan?
Jawab : Ya, dan itu wajib dihindari sebisa mungkin.
3. Apa hukum perempuan kerja di luar rumah?
Jawab : Kerja wanita di luar rumah sangat beresiko dan berbahaya, seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, bukan berarti kami berpendapat bahwa
semua perempuan yang bekerja di luar rumah tidak shalihah. Kami hanya
meyakini bahwa perempuan yang tidak bekerja di luar rumah lebih selamat dan
lebih aman dari fitnah.
4. Sebagian instansi dan kantor mewajibkan karyawatinya mengenakan busana mini
saat bekerja, apakah itu diperbolehkan?
Jawab : Sama sekali tidak boleh, aturan itu hanya dibuat oleh mereka yang
menghendaki wanita bekerja di luar rumah.
5. Pekerjaan apa yang bisa dilakukan perempuan untuk memperoleh usaha tanpa
harus terbebani dosa ?
161

Jawab : Sebanarnya lowongan kerja bagi perempuan di dalam rumah banyak


sekali. Dia bisa menjadi dukun beranak, bidan, ahli tataboga, desainer, penjahit
pakaian, dan sebagainya. Pintu rizki Allah terbuka lebar. Allahlah yang memberi
rizki. Seandainya semua perempuan diarahkan untuk bekerja di dalam rumah saja,
pasti mereka dapat pekerjaan, dan dapat hidup layak dengan tetap menjaga
kehormatan dan harga dirinya. Akan tetapi musuh-musuh Islam mengarahkan
mereka untuk bekerja di luar rumah. Sebenarnya bukan untuk diberi pekerjaan,
tetapi untuk dipekerjakan dan dijadikannya sebagai komoditas. Artinya, wanita
telah dieksploitasi demi kepentingan mereka.
6. Apakah laki-laki dan perempuan boleh melakukan transaksi jual beli?
Jawab : Ya boleh, tetapi harus berhati-hati agar terhindar dari dosa dan maksiat.
162

BAGIAN SEPULUH
RUNTUHNYA MAHLIGAI RUMAH TANGGA

Pembahasan tentang runtuhnya mahligai rumah tangga masih berkaitan erat


dengan suami-isteri. Karena mereka berdua yang menentukan berhasil tidaknya
membangun sebuah rumah tangga yang sakinah. Kesuksesan atau kegagalan yang
didapat dalam berumah tangga, hanya mereka yang akan menanggung akibatnya.
Keduanya akan berhasil membawa bahtera rumah tangga ke pulau idaman jika
keduanya bisa kompak, seia sekata, dan saling membantu untuk memperoleh ridla
Allah SWT dengan menegakkan hukum-hukum Allah. Jika mereka membangun
rumah tangga di atas pondasi ini, pasti mereka akan menggapai kebahagian berumah
tangga dan pahala Allah SWT. Kegagalan mereka untuk menempatkan rumah tangga
di bawah nauangan agama yang kemudian meruntuhkan bangunan rumah tangga
merupakan hasil dari kelalaian mereka menegakkan hukum-hukum agama, mengikuti
nafsu, dan terbawa oleh arus budaya jahiliyah.
Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan suami isteri yang sama-sama
kafir tetapi mampu membangun rumah tangga yang kokoh? Jawabannya adalah
mengapa anda tidak memperhatikan kehidupan binatang? Bagaimana dua ekor
burung jantan dan betina saling bantu membuat sarang, kemudian si betina bertelur,
bergantian dengan sang jantan mengerami telurnya hingga menetas. Kemudian
mereka bergantian memberi makan anaknya sampai sang anak dapat terbang sendiri
dan tidak perlu lagi bantuan induknya. Kedua burung itu tidak saling berselisih
karena naluri yang diberikan Allah kepada mereka. Dengan naluri itu keduanya
kawin seperti apa yang dilakukan manusia sebagai suami isteri. Keduanya berusaha
mencari makan anaknya seperti manusia mencari makan untuk anak-anaknya. Jika
pertanyaan anda demikian, tentu lebih layak membandingkannya dengan binatang
karena masalahnya lebih jelas. Tapi ingat, orang kafir adalah mahluk bumi yang
paling buruk. Allah berfirman :
163

          
“Sesungguhnya binatang (mahluk) paling buruk disisi Allah adalah orang-
orang yang kafir, karena mereka tidak beriman.” (QS al-Anfaal : 55 )
Selain itu orang kafir hanya mengenal kehidupan dunia dan kesenangannya.
Allah berfirman :
         
“Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang
mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai”. (QS al-Ruum : 7)
Menurut orang kafir, tidak ada halal haram, yang dilarang menurut mereka
hanya yang dilarang undang-undang. Jika mereka mampu melepaskan diri dari
undang-undang itu, pasti mereka melakukannya dan tidak akan banyak bertanya.
Mereka tidak memiliki rasa cemburu terhadap isteri-isteri mereka. Lalu dari mana
akan datang perselisihan?
Keutuhan rumah tangga menurut orang–orang kafir bukan karena agama,
melainkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan duniawi semata. Padahal semua itu
tidak berharga dan hanya akan menipu manusia dan membuatnya lalai dari kehidupan
yang hakiki di akhirat. Kita harus teliti dan jangan sampai tertipu oleh hal-hal yang
bersifat lahiriyah.
Kegagalan suami isteri membangun rumah tangga memaksa mereka
menghadapi dua hal. Pertama, keduanya melanjutkan kehidupan rumah tangga yang
panas dan hubungan yang tak harmonis penuh dengan ketegangan dan perselisihan.
Kedua, berpisah dengan menceraikan pasangannya dan menjalani hidup masing-
masing. Cara pertama bukanlah solusi bijaksana seperti yang disangka sebagian orang
karena dianggap lebih ringan dari perceraian. Sedangkan kedua adalah cara yang
benar, karena Allah SWT melarang menyiksa diri dan orang lain dengan cara apapun,
termasuk hidup memaksa melaksanakan hidup disharmonis bersama pasangan.
Allah meyuruh para suami dengan perintah yang tegas untuk mengambil salah
satu dari dua pilihan, bukan tiga pilihan. Allah berfirman :
 
“Gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan ma’ruf…” (QS al-Nisaa’ : 19)
164

Allah juga berfirman :


       
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik”. (QS al-Baqarah : 229)
      
         
     
“Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah
mereka dengan cara yang ma’ruf pula. Janganlah kamu rujuki mereka untuk
memberi kemudlaratan, karena dengan cara demikian kamu menganiaya mereka,
dan barang siapa yang berbuat demikian, maka sungguhnya dia berbuat zalim pada
dirinya-sendiri…” (QS al-Baqarah : 231)
Ayat-ayat diatas degan tegas menunjukkan kewajiban mu’asyarah bil ma’ruf
antara suami isteri, berbuat baik dan menunaikan kewajiban masing-masing. Jika hal
ini tidak bisa dilaksanakan, maka solusinya adalah perceraian. Tidak ada cara ketiga.
Secara umum, perceraian tidak disunnahkan dan tidak pula dianjurkan.
Perceraian hanyalah solusi terakhir untuk menghentikan perpecahan suami isteri
setelah keduanya gagal mencari jalan damai dan idlsh. Allah berfirman :
        
          
   
“Dan jika kamu khawatirkan adanya persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan niscaya Allah
memberi taufiq kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”. (QS al-Nisaa’ : 35)
Orang-orang yang menggugat kaum muslimin karena Islam telah
mensyariatkan talak, telah mendapat cobaan berat dalam hubungan rumah tangga
mereka. Hingga akhirnya mereka menentang kekuasaan gereja (yang tidak
memperbolehkan talak), padahal atas nama gerejalah mereka dulu menjelek-jelekkan
165

Islam dan kaum muslimin. Akhirnya mereka sendiri membuat undang-undang


perdata (tanpa kendali gereja) yang memperbolehkan perceraian, jika salah satu
suami isteri menghendakinya. Ini menjadi tamparan keras bagi orang-orang yang
menggugat Islam dan kaum muslimin. Secara tidak langsung ini merupakan
pengakuan terhadap hikmah besar dibalik hukum talak versi Islam, sekaligus
deklarasi bahwa mereka adalah orang-orang bodoh.
Perceraian

Kita tidak akan membicarakan masalah perceraian secara panjang lebar, tetapi
kita akan memfokuskan pembahasan pada hal-hal berikut :

a. Perceraian adalah solusi terakhir


Perceraian dilakukan bukan untuk menghibur diri atau menghilangkan
kemarahan, seperti yang dilakukan sebagian suami yang dengan seenaknya
menjatuhkan talak pada isterinya setiap kali terjadi perselisihan. Ketika
kemarahan ego sedang memuncak tidak ada cara lain baginya untuk
menyelesaikannya kecuali talak. Ada juga suami yang hendak memaksakan
kehendaknya pada isterinya dengan ancaman talak. Misalnya : “Apabila kamu
berbuat demikian, atau kamu pergi kerumah ini, kamu saya cerai”.
Suami macam itu telah mengeksploitasi hak talak yang dikuasakan Allah
kepadanya untuk melepaskan ikatan pernikahan ketika diperlukan. Hak talak
justeru digunakan untuk memenuhi kehendak nafsu. Tanpa pikir panjang dan
tanpa perasaan perceraian begitu mudah dijatuhkan. Mereka menjadikan talak
sebagai sarana intimidasi dan pemaksaan kehendak. Berbeda dengan tujuan
agama yang menjadikan perceraian sebagai solusi untuk memecahkan masalah
suami isteri bukan mencari masalah baru.
Hendaklah para suami sadar dan tetap bertakwa kepada Allah SWT
dengan selalu menjaga hukum-hukum Allah, termasuk hak talak. Janganlah
menjadikan talak sebagai penghias bibir dan ancaman terhadap isteri. Jangan
166

pernah mengucapkan talak kecuali pada saat benar-benar harus bercerai dan
mengakhiri hubungan suami isteri. Talak perlu didaftarkan di pengadilan agama,
karena yang demikian lebih terjamin dan lebih akurat.

b. Hak talak
Semua orang tahu bahwa talak adalah hak dan kuasa suami. Dia yang
memiliki hak untuk menjatuhkan talak. Walaupun begitu, hendaklah dia tidak
bertindak semena-mena, tetapi harus tetap menjaga ketentuan agama seperti yang
telah dijelaskan di atas. Isteri bisa memiliki hak talak apabila suami menyerahkan
hak itu kepadanya. Dia bisa menceraikan dirinya dari suaminya kapan pun dia
mau atau pada batas waktu tertentu dengan satu talak bain, seperti yang dijelaskan
dalam buku-buku fiqih. Dengan penyerahan ini, isteri boleh mentalak dirinya dari
suaminya sesuai dengan syarat yang telah dimilikinya.
Jika seorang isteri tidak memiliki hak itu, tetapi ada hal yang
membolehkannya menggugat cerai dan suaminya bersikeras menolak gugatan itu,
maka sang isteri boleh mendatangi pengadilan agama untuk menjatuhkan talak
antara dia dan suaminya. Gugatan cerai yang diajukan isteri harus ada sebab-
sebab yang memperbolehkannya sebagaimana dijelaskan dalam buku-buku fiqih.
Misalnya suami tidak bisa memberi nafkah, suami menderita penyakit sehingga
tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai suami seperti inpotensi dan lepra, dan
lain sebagainya.
Islam memberikan kemudahan kepada ummatnya dalam menyelesaikan
setiap permasalahan. Kemudahan tersebut adalah kemudahan yang tidak
menyisakan kesempitan, kezaliman, dan permusuhan. Allah SWT telah
memberikan kemudahan untuk setiap kesempitan dan solusi unutk setiap
permasalahan. Setiap muslim, laki-laki dan perempuan, hanya wajib menghiasi
dirinya dengan takwa dan menjaga batas-batasnya agar memperoleh kebaikan di
dunia dan pahala besar di akhirat.
167

c. Macam-macam talak
Ulama membagi talak menjadi dua bagian, yaitu talak raj’i (‫ )رجعي‬dan
talak bain (‫ )بائن‬. Talak bain juga dibagi dua, yaitu talak bain sughra (kecil) dan
bain kubra (besar).
1. Talak raj’i
Talak raj’i adalah talak yang tidak menghilangkan hukum-hukum
perkawinan dan tidak menghilangkan kepemilikan suami terhadap isterinya.
Hubungan sebagai suami dan isteri masih tetap terjalin selama isteri yang
ditalak masih dalam masa iddah. Suami boleh rujuk selama isterinya masih
dalam masa iddah tanpa persetujuan isterinya dan tanpa akad nikah baru. Jika
tidak rujuk sampai masa iddahnya habis, maka sang isteri menjadi bain.
Artinya sang suami tidak boleh rujuk dengannya kecuali dengan persetujuan
sang isteri dan dengan akak nikah baru.
Talak raj’i jatuh dengan lafal talak yang sharih (jelas), yaitu setiap
lafal yang berasal dari kata talak ( ‫)طالق‬. Misalnya : “Kamu ditalak” atau
“Saya cerai kamu” dan sebagainya.
Lafal talak yang sharih dapat menjatuhkan talak tanpa memerlukan
niat dari sang suami. Apabila dia mengatakannya walaupun tidak berniat
talak, maka talak tetap jatuh walaupun dia bersikukuh tidak hendak mentalak.
Talak sharih menjadi talak raj’i bila dilakukan satu kali atau dua kali.
Jika telah dilakukan tiga kali, suami tidak boleh rujuk hingga sang isteri telah
menikah dengan laki-laki lain. Karena talak tiga dapat menjadikan isteri yang
ditalak sebagai talak bain kubra seperti yang ditetapkan agama.

2. Talak bain sughra


Talak bain sughra adalah talak pertama dan kedua yang dijatuhkan
sang suami dengan lafal kinayah yang disertai niat talak. Misalnya:
“Temuilah keluargamu”dengan maksud talak. Talak bain sughra juga dapat
terjadi dengan menggunakan lafal sharih apabila sang isteri belum disetubuhi.
168

Talak semacam ini dapat menghilangkan hukum nikah seketika. Tidak ada
lagi hubungan suami isteri kecuali iddah . Keduanya boleh rujuk dengan akad
nikah baru.

3. Talak bain kubra


Talak bain kubra juga dikenal dengan “ ‫”الطالق البت‬, yaitu talak tiga
sebagaimana dijelaskan dalam buku-buku fiqh. Talak ini dapat
menghilangkan kepemilikan dan kehalalan nikah sekaligus. Sang isteri tidak
halal (tidak boleh dirujuk) oleh suaminya sebelum menikah dengan laki-laki
lain, lalu bercerai dan menghabiskan iddah dari suami yang kedua. Baru
setelah itu suami pertama boleh rujuk dengan akad nikah baru.
Kita mendapati perceraian begitu mudah terjadi di banyak negara
akibat kebodohan, kurangnya kesadaran, dan kelalaian pemerintah dalam
menangani urusan manusia dan menegakkan hukum Allah SWT. Seandainya
pemerintah bertanggung jawab dan memberikan sanksi hukum bagi orang
yang mempermainkan lafal talak, niscaya kebiasan mempermainkan talak
akan menurun dan pada akhirnya akan terkikis habis.
Ada orang yang berkata : “Apakah pemerintah dan media massa
memiliki tugas mengatasi masalah perceraian dan menjaga keutuhan
kehidupan suami isteri?” Jawabannya : “Jika ini bukan tugas mereka, lalu apa
tugas mereka?”
Pemerintah bisa menjaga kewibawaan dan kekuasaannya dengan
kekuatan undang-undang yang ada, atau dengan sesuatu yang lain, sehingga
tak seorangpun berani mempermainkan talak. Jika orang yang
mempermainkan talak diberi sanksi, pasti tidak ada orang yang berani main-
main dengan urusan talak.
d. Tahlil untuk perempuan yang ditalak
169

Tahlil adalah menghalalkan perempuan yang ditalak bain kubra untuk


suaminya dengan cara menikah dengan laki-laki lain. Seperti disebutkan dalam
firman Allah :
          
“Jika suaminya mentalaknya (setelah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin lagi dengan suami yang
lain…” (QS al- Baqarah : 230).
Maksud dari ayat ini adalah bahwa perempuan yang ditalak bain kubra
oleh suami pertamanya bisa halal lagi baginya jika masa iddah dari suami yang
kedua telah habis.
Ulama berbeda pendapat tentang hukum pernikahan suami kedua apabila
tujuannya hanya ingin menghalalkan perempuan itu untuk suami pertamanya.
Kami tidak akan menjelaskan masalah ini secara panjang lebar, karena bukan
tujuan dari buku ini. Kami hanya akan menyebutkan pendapat jumhur ulama,
bahwa suami kedua harus menikahinya dengan sungguh-sungguh, bukan dengan
niat untuk menjadikannya halal kembali bagi suaminya yang pertama (tahlil). Jika
dia bermaksud tahlil, maka dia berdosa.
Perlu diwaspadai apa yang dilakukan sebagian orang yang melangsungkan
akad nikah formalitas dengan perempuan yang ditalak bain kubra oleh suami
pertamanya. Kemudian dia menceraikannya tanpa menyetubuhinya dan berdusta
kepada pengadilan agama dengan mengatakan bahwa keduanya bersetubuh,
padahal tidak. Dia melakukannya hanya untuk memberi kesempatan kepada
suami pertamanya agar dapat menikahinya lagi. Perbuatan ini termasuk perbuatan
tercela dan dosa besar karena bertentangan dengan hukum agama. Seorang
muslim harus menyadari bahwa dunia dan isinya tidak sebanding sedikitpun
dengan akhirat. Orang yang berakal adalah orang yang pandai mengambil
pelajaran atau ibrah.

e. Talak mu’allaq (bersyarat)


170

Yang dimaksud talak mu’allaq adalah talak bersyarat. Misalnya suami


berkata kepada isterinya : “Jika kamu pergi ke rumah keluargamu, maka kamu
saya cerai”, atau dihubungkan dengan sebuah peristiwa, misalnya : “Jika Fulan
datang, maka kamu saya cerai”, atau dihubungkan dengan waktu misalnya : “Jika
bulan Ramadlan tiba, maka kamu saya cerai”.
Kita tidak akan membahas masalah ini secara mendetail. Kita hanya ingin
bertanya pada suami yang setiap kali ada perselisihan dengan isterinya karena
melakukan sesuatu lantas mengancam isterinya dengan talak bersyarat hanya
untuk menunjukkan bahwa dia adalah laki-laki yang mampu mencegah isterinya
melakukan perbuatan yang berbeda dengan keinginannya. Kemaslahatan apa yang
kamu dan keluargamu dapatkan dari talak bersyarat yang kamu tujukan pada
isterimu? Kamu wahu bahwa tidak seorangpun boleh memusuhi orang tuanya
sendiri, tetapi mengapa kamu melarang isterimu mengunjungi orangtuanya
dengan talak bersyaratmu? Tidakkah kamu sadari, bahwa pada akhirnya dia tetap
akan mengunjungi keluarganya, bahkan bersamamu. Kalau kamu belum tahu
hukumnya, silakan temui ulama dan mintalah fatwa kepadanya. Pasti kamu akan
mendapati jawaban bahwa tindakanmu tidak bijaksana.
Wahai suami yang suka berindak gegabah! Kejantanan bukan ditunjukkan
dengan talak, baik langsung maupun bersyarat. Laki-laki sejati adalah laki-laki
yang berusaha mengurus keluarganya dengan cara bijak, penuh pertimbangan
matang, penuh kesabaran, dan tidak gegabah. Tindakan gegabah hanya akan
melahirkan penyesalan. Berapa banyak suami yang telah seenaknya menjatuhkan
talak kemudian menyesal di saat penyesalan sudah tiada guna lagi.
Talak bersyarat akan mejatuhkan talak apabila syaratnya telah terpenuhi.
Apaila seorang suami berkata kepada isterinya : “Jika kamu berbicara dengan
ibumu, maka kamu saya talak” , lalu isterinya berbicara dengan ibunya walaupun
hanya sepatah kata, maka talak telah jatuh padanya. Karena itu, ingatlah para
suami, janganlah kamu bertindak gegabah tanpa memikirkan akibatnya.
171

f. Riddah
Riddah (menjadi murtad) adalah masalah yang sangat berbahaya, karena
akibatnya tidak hanya merusak pernikahan, tetapi juga bisa menghilangkan
keimanan. Naudzubillah min dzalik. Kami sengaja mengingatkan masalah ini agar
orang-orang yang bodoh lebih berhati-hati dan menghindari sebab-sebab
terjadinya riddah.
Siapakah orang murtad itu?
Orang murtad adalah orang yang menjadi kafir setelah masuk Islam bukan
karena terpaksa, meskipun hal itu dilakukan dengan gurauan. Diantara yang
menyebabkan kafir adalah menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya,
menyatakan bahwa Allah memiliki isteri atau anak, menga-ngaku sebagai nabi
atau rasul, menginkari kenabian salah satu dari nabi-nabi yang disebutkan Allah
dalam al-Qur’an, seperti Adam, Nuh, Ilyas, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
Termasuk kafir orang yang mengejek Allah SWT, rasul-rasul-Nya atau
kitab-kitab-Nya, baik dengan perkataan, tulisan maupun perbuatan, mencaci maki
Allah walaupun sedang marah, karena marah bukan alasan. Begitu juga mencaci
maki al-Qur’an atau salah satu malaikat.
Begitu juga orang yang mengingkari adanya malaikat, jin dan alam
akhirat, seperti surga, neraka, hisab, timbangan dan shirath. Dan orang yang
berkeyakinan bahwa Allah ada di segala tempat. Serta orang yang membenarkan
dan tidak mengkufurkan akidah kaum zindiq dan kuffar.
Orang yang menyatakan Islam mundur atau hukumnya tidak relevan untuk
dipakai saat ini juga kafir. Begitu pula orang yang merendahkan sahabat dan
menjelek-jelekkan mereka.
Seorang muslim harus hati-hati dan menjahui setiap perbuatan, perkataan,
keyakinan yang mengakibatkan kekafiran. Bagi orang yang suda terlanjur
melakukannya hendaklah segera bertaubat kepada Allah. Taubatnya bukan
sekedar membaca istighfar, melainkan harus mengucapkan dua kalimat syahadat
lagi dengan menyatakan : “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
172

Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan saya melepaskan diri dari apa
yang telah aku lakukan dan aku katakan”. Setelah itu dia harus memohon
ampunan dari Allah SWT. Tidak ada satupun yang lebih berharga dari pada iman.
Lalu bagaimana pengaruh riddah terhadap pernikahan?
Ulama sepakat bahwa riddah - baik yang dilakukan suami maupun isteri -
merusak nikah dan menghilangkan kehalalan antara suami isteri. Akan tetapi
mereka berbeda pendapat tentang kapan nikah itu muali rusak. Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad berpendapat bahwa orang murtad yang bertaubat pada masa iddah
isterinya, keduanya masih dalam pernikahan dan tidak perlu melangsungkan akad
nikah baru. Apabila iddahnya habis maka harus melakukan akad nikah baru.
Hukum ini berlaku jika sang isteri sudah pernah disetubuhi. Jika tidak pernah
disetubuhi, maka sang isteri mejadi talak bain seketika setelah terjadi riddah.
Ulama pengikut Imam Hanafi berpendapat bahwa riddah menyebabkan
rusaknya nikah seketika itu dan keduanya harus berpisah tanpa harus menunggu
putusan hakim. Jika orang yang murtad bertaubat dan ingin hidup kembali dengan
isterinya, maka dia harus melakukan akad nikah baru.
Ulama pengikut Imam Malik berpendapat bahwa riddah menyebabkan
talak satu bain seketika itu, setelah itu harus dilakukan akad nikah baru.

g. Mukhala’ah dan Ibra’


Dalam Islam, mukhala’ah dan ibra’ termasuk macam-macam talak.
Khulu’ pertama kali terjadi dalam islam pada masa Rasulullah SAW. Imam
Bukhari, Abu daud dan Tirmidzi meriwayatkan bahwa Jamilah, isteri Tsabit bin
Qais al-Anshari datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata : “Ya Rasulullah,
aku tidak mencela akhlaq dan agamanya Tsabit bin Qais, tetapi aku enggan kufur
dalam Islam”. Lalu Rasulullah SAW bersabda : “Apakah kamu sanggup
mengembalikan kebunnya?”. Dia berkata : “Ya”, lalu Rasulullah SAW bersabda :
“Terimalah kebun itu dan cerailah dia!” Dulu, Tsabit bin Qais menikahinya
dengan maskawin kebun kurma.
173

Yang penting dalam masalah ini adalah bahwa isteri harus siap
mengembalikan maskawin yang pernah diberikan suaminya dengan rela hati bila
ingin melepaskan dirinya dari suaminya. Allah SAW berfirman yang ditujukan
kepada para suami :
         
     
“Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah
(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.
(QS al-Nisaa’ : 4)
Sedangkan perempuan yang memberikan maskawin kepada suaminya
karena dianiaya dan mendapat tekanan darinya, maka sang suami jangan
bergembira dulu, karena dia bertanggung jawab terhadap hak-hak isterinya di sisi
Allah SWT. Dia akan dihisab dua kali, pertama karena berbuat zalim dan aniaya
terhadap isterinya, dan karena telah memakan hak-hak isterinya.

Tanya Jawab

1. Kadang-kadang seorang suami mengucapkan talak dengan bersenda gurau,


apakah talaknya jatuh?
Jawab : Ya, talaknya tetap jatuh persis seperti dia mengucapkannya dengan
sungguh-sungguh.
2. Apa saja hak-hak perempuan yang ditalak?
Jawab : Perempuan yang ditalak bain berhak atas sisa maskawinnya dan nafkah
selama masa iddah.
3. Apa kewajiban perempuan yang menjalani masa iddah karena ditinggal mati oleh
suaminya?
174

Jawab : Dia wajib tinggal di dalam rumah dan tidak boleh keluar rumah kecuali
ada kebutuhan. Setelah selesai, dia harus kembali ke dalam rumah. Dia juga
diwajibkan untuk tidak berhias atau memakai parfum serta tidak menampakkan
kesedihan atas kematian suaminya.
4. Bolehkah seorang perempuan yang menjalani masa iddah meninggalkan rumah
suami untuk tinggal di rumah yang lain?
Jawab : Tidak boleh, dia wajib menghabiskan masa iddahnya di rumah suaminya
dan tidak boleh pindah ke tempat lain kecuali darurat. Allah berfirman :
         

“Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
(diizinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang
terang”. (QS al-Thalaq : 01)
5. Jika suami mentalak isterinya tetapi dia tidak tahu apa akibat dari ucapannya,
apakah talaknya jatuh?
Jawab : Talaknya jatuh, ketidak tahuan bukan alasan, kecuali bagi orang yang
baru masuk islam dan tidak ada waktu yang cukup untuk belajar agamanya, atau
orang yang hidup di pedalaman yang jauh dari manusia. Selain kedua orang itu,
kebodohan tidak bisa dijadikan alasan karena mencari ilmu bagi setiap muslim
hukumnya wajib.
175

BAGIAN SEBELAS
HAL-HAL YANG DIANJURKAN AGAMA
(khishaal al-fithrah)

Khishaal adalah bentuk jamak dari khashlah yang berarti kebiasaan.


sedangkan fithrah adalah tabiat yang diberikan kepada manusia. Khishaal al-fithrah
juga dikenal dengan sebutan sunan al-fithrah. Itu termasuk sunnah-sunnah Nabi
SAW yang dianjurkan untuk diikuti. Semua syariat agama sepakat menerima semua
kebiasaan itu, seakan itu semua adalah tabiat yang menjadi fitrah manusia. Jika
seseorang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ini dan mempraktekkan pada dirinya,
berarti dia telah mewujudkan kebersihan, keindahan, dan kecantikan yang dibenarkan
agama. Suatu hal yang diterima oleh segenap manusia, lingkungan dan keluarganya.
Hubungan suami isteri memerlukan pemeliharaan terhadap khishaal al-fithrah
ini melebihi hal-hal yang lain. Berapa banyak suami menghindar dari isterinya karena
kotor dan bau. Lalu lahirlah perselihan yang sering berakhir pada perceraian. Sebab
terpenting bagi kebahagiaan suami isteri adalah bahwa masing-masing tidak melihat
sesuatu yang menjijikkan pada pasangannya, dan tidak mencium bau tidak sedap
darinya. Jiwa pasangan akan senang dan riang bila melihat sesuatu yang
menyenangkan atau mencium aroma wewangian yang menyegarkan. Oleh karena itu
agama menganjurkan isteri berhias dan memakai minyak wangi hanya untuk suami,
dan tidak boleh dilakukan untuk selain suaminya. Hanya suami satu-satunya yang
boleh menikmati hiasan dan wanginya. Begitu juga sebaliknya.
Dalam pembahasan ini akan di jelaskan masalah-masalah penting bagi suami
isteri berkenaan dengan cara bersuci, menjaga kebersihan, mempercantik diri, dan
mengilangkan aroma tidak sedap pada tubuh. Rujukannya adalah beberapa hadits
Rasulullah SAW, diantaranya :
176

ِ ِ ِ ‫الش ا ِر‬ ُّ َ‫ َوق‬،‫ َواْ ِال ْس تِ ْح َد ُاد‬،‫ اَخْلِتَ ا ُن‬: ‫س‬ ِ ْ‫اَل‬
ُ ‫ َو َنْت‬،‫ َوَت ْقلْي ُم اْألَظَ اف ِر‬،‫ب‬
‫ف‬ َّ ‫ص‬ ٌ ْ‫مَخ‬ ‫ة‬
ُ ‫ر‬
َ ‫ط‬
ْ ‫ف‬
‫اْ ِإلبْ ِط‬
“Fithrah ada lima : khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak”. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Imam
yang empat).
Dalam hadits lain disebutkan :
“Sepuluh perkara termasuk fitrah : mencukur kumis, memelihara jenggot,
siwak, menghirup air dengan hidung (istinsyaq), memotong kuku, membasuh ruas
jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan bersuci dengan air”.
Mush’ab bin Syaibah, salah seorang perawinya berkata : “Saya lupa yang kesepuluh,
mungkin berkumur.

a. Khitan dan khifadl

Khitan
Mayoritas ulama sepakat bahwa khitan adalah sunnah muakkadah dan
termasuk sebagian dari fitrah Islam yang tidak boleh ditinggalkan oleh laki-laki.
Sebagian ulama malah berpendapat bahwa khitan hukumnya wajib. Lebih utama
bila khitan dilakukan sejak kecil. Ulama berbeda pendapat tentang waktu khitan,
tetapi tidak perlu disebutkan di sini. Menurut al-Qurtubi, ulama sepakat bahwa
Ibrahim as adalah orang pertama yang melakukan khitan, dan usianya sudah
lanjut. Anehnya orang-orang Nasrani menolak praktek khitan dan mencela orang
yang melakukannya . Mereka lebih bangga meninggalkan khitan dan meyakini
sebagai akidah dan agama.

Khifadl
Khifadl adalah khitan untuk perempuan, yaitu dengan sedikit memotong
klitoris perempuan. Klitoris, seperti yang telah dijelaskan di awal, adalah alat
kecil seperti jengger ayam yang terletak di bagian atas vagina. Di sebagian negara
yang beriklim panas, khifadl dikenal dengan sebutan khitan, dimana perempuan
177

disana mengeluh dengan klitoris yang panjang sehingga kurang nyaman saat
berjalan dan bergerak. Demi menghilangkan ketidaknyamanan itu mereka
memendekkan klitorisnya.
Khifadl termasuk praktek medis yang tidak dianjurkan dalam agama
Islam, tidak disunnahkan dan bukan kehormatan bagi perempuan seperti yang
dikatakan sebagian orang. Khifadl hukumnya makruh menurut agama karena
tidak nash sharih yang menganjurkannya dan dapat mengurangi sensifitasnya.

b. Mencukur bulu kemaluan


Bulu kemaluan yang dicukur adalah bulu yang tumbuh di sekitar
kemaluan dan sekitar dubur, baik laki atau perempuan. Menghilangkan bulu-bulu
tersebut disunnahkan untuk membersihkan tempat itu. Lebih utama bila dicukur,
tetapi boleh juga dicabut.

c. Mencabut bulu ketiak


Mencabut bulu ketiak hukumnya sunnah menurut kesepakatan ulama, baik
laki-laki atau perempuan. Mencabut lebih utama bagi yang mampu menahan rasa
sakitnya, jika tidak mampu, boleh dicukur. Hikmahnya adalah bahwa ketiak
merupakan tempat yang sering berkeringat dan tempat bertumpuknya kotoran
sehingga berpotensi mendatangkan bau tidak sedap.

d. Mencukur kumis
Ulama sepakat bahwa memanjangkan kumis hukumnya makruh.
Diasunnahkan dicukur hingga ujung bibir nampak. Ulama berbeda pendapat
tentang batas mencukur kumis. Sebagian berpendapat lebih utama bila
dipendekkan, sebagian yang lain berpendapat lebih utama bila dicukur habis. Ada
yang berpendapat keduanya sama dan ada yang berpendapat bahwa mencukur
habis hukumnya makruh. Yang penting kumis tidak terlalu tebal dan tidak terlalu
panjang hingga menutupi ujung bibir, karena yang demikian menyerupai orang-
orang kafir.
178

e. Memelihara jenggot
Memelihara jenggot dan tidak mencukurnya termasuk sunnah nabi yang
diperkuat dengan perkataan dan perbuatannya. Seorang muslim harus mengikuti
sunnah ini terutama para guru dan ulama.

f. Memotong kuku
Memotong kuku hukumnya sunnah baik bagi laki-laki maupun
perempuan. Memanjangkan kuku hukumnya makruh karena bertentangan dengan
sunnah nabi. Kuku yang panjang termasuk kotoran tubuh yang harus dibersihkan,
sama dengan bulu ketiak dan bulu kemaluan yang menjadi sarang kotoran.
Memanjangkan kuku bukanlah hiasan seperti dugaan sebagian perempuan yang
biasa memanjangkannya dan menghabiskan banyak waktu untuk merawatnya.
Bahkan mereka tidak segan-segan enghabiskan banyak uang untuk perawatan
kuku, seperti memberinya cat beraneka warna.

g. Istinja’
Istinja’ termasuk salah satu bentuk bersuci. Istinja’ adalah menghilangkan
najis dari tempat keluarnya dengan sesuatu yang dapat melepaskan najis seperti
batu dan tisu, lebih utama bila diikuti dengan air. Istinja’ wajib setelah diyakini
sudah tidak ada sisa kencing. Bagi perempuan cukup dengan menunggu sebentar
setelah kencing kemudian istinja’ dan membasuh. Bagi laki-laki, harus meremas
dengan halus berulang kali, berjalan walaupun satu langkah atau bergerak yang
dapat membantu keluarnya sisa-sisa kencing.
h. Membersihkan bagian tubuh yang sering kotor (barajim)
Barajim adalah bentuk jamak dari burjumah yang berarti kuku jari dan
ruasnya. Sama dengan barajim, setiap lipatan tubuh yang biasa menjadi tempat
kotoran. Misalnya lipatan telinga, bagian dalam hidung, lipatan pusar dan pinggir
mata. Disunnahkan memperhatikan kebersihan tempat-tempat ini untuk tetap
menjaga kebersihan dan aroma yang harum.
179

i. Membersihkan mulut
Yang paling sering mengganggu manusia adalah bau busuk, terutama bau
mulut. Penyebabnya adalah gusi rusak, tidak membersihkan gigi dari sisa-sisa
makanan hingga membusuk dan menimbulkan yang bau busuk. Selain itu juga
makan bawang merah, bawang putih atau semacamnya dan merokok yang
menjadi tradisi buruk yang lambat laun mulai disukai banyak orang. Karena itu,
disunnahkan memperhatikan kebesihan mulut, paling utama dengan siwak (gosok
gigi) karena yang demikian termasuk sunnah nabi SAW.

j. Merawat rambut
Disunnahkan memperhatikan kebersihan rambut dengan cara :
 Keramas sesuai kebutuhan supaya tidak kotor atau ditempati kutu dan
semacamnya.
 Menyisir dan mengurai rambut. Bagi perempuan lebih baik dipintal atau
dijalin.
 Menyemir rambut dengan warna selain hitam. Mencabut uban hukumnya
makruh karena ubadan adalah cahaya bagi seorang muslim.
 Khusus perempuan. diharamkan menyambung rambutnya dengan rambut lain
meskipun rambut buatan. Rasulullah bersabda : “Allah melaknat washilah
(perempuan yang menyambung rambutnya dengan rambut lain) dan
mustaushilah (perempuan yang minta rambutnya disambung)”.

Tanya Jawab

1. Apakah ada waktu tertentu dalam memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan
lain sebagainya?
Jawab : Tidak ada waktu khusus, tergantung kebutuhan dan panjangnya kuku dan
bulu ketiak. Hukumnya makruh bila dibiarkan lebih dari empat puluh hari. Ada
sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik ra, dia berkata : “Kami
180

diberi waktu untuk mencukur kumis, memotong kuku, dan mencukur bulu
kemaluan, yaitu supaya kami tidak meninggalkannya lebih dari empat puluh
malam”.
2. Apakah boleh memakai obat tertentu untuk menghilangkan bulu sebagai ganti
mencukur atau mencabutnya ?
Jawab : Ya boleh
3. Apakah cat yang dipasang di kuku oleh sebagian perempuan dapat mencegah
sahnya thaharah bila dipasang pada saat suci?
Jawab : Cat tersebut mencegah sahnya thaharah (wudlu’ dan mandi) meskipun
dipasang dalam keadaan suci karena mencegah masuknya air ke dalam kuku yang
wajib dibasuh pada saat wudlu’ dan mandi wajib. Hukum cat ini tidak sama
dengan sepatu (khaff) atau jabirah (belahan bambu dan sebagainya untuk
membalut tulang yang patah).
4. Bolehkah perempuan menutup rambutnya dengan rambut buatan (wig) dan keluar
di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya?
Jawab : Tidak boleh
5. Sebagian laki-laki merasa bangga dengan kumis panjang karena menurutnya
menambah kejantanan, apakah tindakan ini dapat dibenarkan menurut agama?
Jawab : Tidak, itu bukan kejantanan melainkan kebodohan yang keterlaluan.
Kejantanan hanya dengan mengikuti hukum-hukum agama dan mengamalkan
sunnah Nabi SAW. Jika kejantanan bergantung pada simbol seperti itu, alangkah
buruknya kejantanan itu.
6. Sebagian perempuan mencabut bulu alis atau mencukurnya kemudian melukisnya
sesuai kehendaknya, apakah ini diperbolehkan?
Jawab : Tidak boleh, pelakunya - baik untuk dirinya atau orang lain - dilaknat
karena telah merubah ciptaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai