Alternatif Judul;
Rumahku
Surgaku;
Antara Impian dan Kenyataan
DAFTAR ISI
MUKADDIMAH
PENGANTAR PENULIS
- Tanya jawab
- Tanya jawab
- Media massa
- Tanya jawab
MUKADDIMAH
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan alam semesta. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada nabi terakhir, Muhammad saw, kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka dengan ihsan hingga hari
akhir. Amin.
Seorang penyair mengutip perkataan seorang kekasih kepada orang yang
dicintainya :
ِ يِف
ُ َو َم ْث َو َاك َق ْليِب ْ فَأَيْ َن تَغْي
ب ك يِف َعْييِن ْ َو ِذ ْك ُر َك يِف فَ ِم ْي
َ َُخيَال
Bayanganmu selalu ada di pelupuk mataku
Namamu selalu terucap di bibirku
Tempatmu adalah di relung hatiku
Bagaimana mungkin engkau menghilang dariku
Betapa senang hati seseorang mendengar perkataan kekasihnya yang begitu
indah. Hatinya berbunga-bunga mendengarnya. Dunia seakan hanya menjadi milik
mereka berdua. Hati yang gundah menjadi riang. Jiwa yang gersang terasa sejuk.
Dunia pun dipenuhi dengan bunga-bunga cinta yang beraneka warna menyejukkan
setiap mata yang memandangnya.
Setiap orang, laki-laki dan perempuan, pasti mendambakan kehidupan rumah
tangga yang sakinah. Keluarga yang penuh dengan senda gurau, canda tawa, dan
kemesraan. Hanya saja acapkali kenyataan berbanding terbalik dengan harapan.
Lebih-lebih hidup ini dipenuhi cobaan, fitnah, dan gelombang badai yang setiap saat
siap menghempaskan semua impian dan harapan. Karena itu dibutuhkan kesabaran
dan ketabahan dalam usaha membangun keluarga sakinah. Tanpa itu semua,
keinginan untuk hidup bahagia bisa tinggal impian belaka.
Membina rumah tangga hampir sama dengan membangun rumah tempat
tinggal. Keduanya memerlukan pondasi yang kuat dan pilar-pilar yang kokoh agar
7
“awet” dan bertahan lama dalam segala cuaca. Musim hujan tidak bocor dan musim
kemarau tidak kepanasan. Tiupan angin yang kencang tidak membuatnya goyah atau
roboh. Sehingga cita-cita untuk menjadikan baiti jannati bisa tercapai. Rumah tangga
sakinah bisa menjadi surga bagi penghuninya yang dipenuhi dengan mawaddah wa
rahmah.
Kebahagiaan hidup berumah tangga harus diperjuangkan. Untuk
mewujudkannya diperlukan pengorbanan dari semua pihak. Rumah tangga tak
ubahnya seperti sebuah bahtera yang berlayar di lautan lepas. Badai dan gelombang
tinggi mengintip setiap saat. Nakhoda dan semua awak kapal harus bekerjasama.
Masing-masing tidak boleh bertindak semaunya sendiri. Karena hal itu bisa
membahayakan penumpang yang ada di dalamnya. Suami sebagai nakhoda dituntut
untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormati pendapat isterinya dalam berbagai
hal. Semua itu dilakukan agar bahtera yang berlayar bisa sampai di germaga tujuan
selamat berikut para penumpangnya.
Rumah tangga akan menjadi surga bagi penghuninya jika dibina sesuai
anjuran Allah dan rasul-Nya. Kaum muslimin tidak perlu susah-susah mencari profil
rumah tangga yang bahagia. Cukuplah al-Qur’an sebagai panduannya dan kehidupan
rumah tangga Rasulullah SAW sebagai suri teladan. Mengapa harus repot-repot
mencari profil rumah tangga Barat yang tak kenal nilai? Bukankah orang-orang Barat
tidak mengenal arti kesucian, kehormatan dan harga diri? Rumah tangga yang
dibangun di atas nilai-nilai Islam begitu indah. Hanya dengan menjadikan al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai acuan kita bisa meneguk nikmatnya kehidupan
berkeluarga.
Jika bangunan rumah tangga menyalahi ketentuan konstruksi bangunan yang
ditentukan Allah dan Rasul-Nya, maka bangunan itu akan rapuh dan mudah runtuh.
Rumah tangga yang demikian tidak akan menjadi surga yang nyaman dihuni, justeru
akan menjadi neraka yang membuat penghuninya kepanasan dan tidak kerasan.
Rumah bukan lagi tempat berteduh, tetapi menjadi arena pertarungan antara suami
dan isteri. Suami tidak lagi menjadi pelindung yang penuh kasih sayang bagi
8
isterinya. Isteri bukan lagi teman hidup yang ramah penuh daya tarik. Jika ini terjadi,
maka anak-anak yang akan menjadi pihak yang dirugikan. Mereka tidak bisa lagi
mengenyam kasih sayang orangtua. Jiwa mereka tergoncang dan batin mereka
menderita melihat keluarga mereka amburadul.
Buku kecil yang ada di tangan pembaca ini dengan gamblang melukiskan
bagaimana seharusnya suami isteri merajut cinta untuk membentuk kehidupan rumah
tangga harmonis. Pantas kiranya buku ini dibaca oleh setiap pasangan yang ingin
menikmati madu kehidupan rumah tangga yang sakinah. Setiap orang pasti
mendambakan kehidupan rumah tangga yang bahagia, tentram, damai, penuh cinta
dan kasih sayang, jauh dari onak dan duri, serta goncangan badai dan prahara.
Setiap wanita di dunia ini pasti mendambakan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, penuh dengan rasa aman dan kedamaian. Impian itu hanya bisa diwujudkan
bila ia duduk berdampingan dengan seorang laki-laki yang bisa membahagiakannya
dengan cinta dan kasih sayang, mencurahkan perhatian sepenuhnya, mencukupi
semua kebutuhannya lahir dan batin, mewujudkan semua impiannya, dan menjadi
pelabuhan cintanya dalam memadu kasih, berbagi rasa, dan bertukar cerita suka
maupun duka.
Hal yang sama diimpikan setiap laki-laki. Ia pasti berangan-angan membangun
rumah tangga yang harmonis, penuh gelak tawa, canda ria dan kemesraan, jauh dari duka dan
penderitaan. Hingga yang dirasakan hanyalah ketenangan dan kedamaian bersama isteri dan
anak-anak tercinta. Ia berharap sepenuh hati untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu bersama
keluarganya tanpa adanya hambatan.
Akan tetapi untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Realita berkata
sebaliknya. Kehidupan modern dengan segala atributnya, petaka dan prahara, krisis kejiwaan
dan material, kerapkali merintangi terwujudnya mimpi keduanya. Mereka tidak mampu
meraih kebahagian yang mereka idamkan dalam kehidupan rumah tangga. Impian tinggal
impian dan angan-angan tak kunjung jadi kenyataan.
Sebagai pedoman membangun rumah tangga yang bahagia dan sakinah, buku ini
hadir di hadapan para pembaca. Buku ini memuat tuntunan bagi mereka yang ingin
9
membina rumah tangga sesuai impian semua pihak, tahap demi tahap. Mulai dari
masa perkenalan, khitbah, tunangan, menikah, hamil, punya anak, mendidik anak,
hingga akhir hidup. Buku ini disarikan dari buku Mabaadi’ al-Mu’asyarah al-
Zaujiyah, karangan Syeikh Muhammad Ahmad Kan’an .
Kami menyadari, bahwa karya ini masih jauh dari sempurna dan tidak
menutup kemungkinan adanya kekurangan dan kesalahan disana-sini. Karena itu,
kami mohon kritik saran dari pembaca demi kesempurnaan buku ini.
Mudah-mudahan buku ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
para pembaca khususnya, dan kaum muslimin pada umumnya, amin ya Rabb al-
alamin
10
PENGANTAR PENULIS
Segala puji hanya milik Allah, Pencipta dan Pengatur segala yang ada di jagat
raya. Dia berfirman dalam kitab-Nya :
“Dan bahwasanya Dialah yang yang menciptakan berpasangan laki-laki dan
perempuan. Dari air mani, apabila dipancarkan.” ( QS: al-Najm : 45-46)
“Maka hendaklah manusia memikirkan dari apa dia diciptakan?Dia diciptakan
dari air yang memancar. Yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada.” (QS al-
Thaariq : 5-7)
Kita senantiasa memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat agama
yang hanif ini dan syariat nabi-Nya yang agung, Muhammad SAW, agama yang
universal, mencakup segala aspek kehidupan manusia, lahir dan batin.
Shalawat dan salam-Nya semoga tetap tercurahkan kepada Nabi pemilik
kedudukan yang terpuji (al-maqaam al-mahmuud), telaga al-Kautsar, dan syafaat
terbesar kelak di hari Kiamat. Beliau telah mengajarkan semua macam kebaikan
kepada manusia dengan tutur kata dan perbuatannya. Dialah idola dan teladan kita
dalam segala hal. Dialah nabi besar Muhammad SAW. Shalawat dan salam semoga
juga dilimpahkan kepada segenap keluarga dan sahabatnya, juga orang-orang yang
mengikuti jejak mereka dengan ihsan hingga hari Kiamat.
Perkawinan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah dan nikmat-Nya yang
sangat berharga. Allah SWT berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya
11
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir. (QS al-Ruum : 21)
Perkawinan adalah jalan satu-satunya yang lurus dalam rangka menjaga
kelangsungan keturunan umat manusia hingga hari Kiamat. Dengan perkawinan,
manusia bisa memperoleh anak dan keturunan, mempererat tali keluarga, dan
mendekatkan satu keluarga dengan keluarga yang lain, antara satu kelompok manusia
dengan kelompok yang lain. Allah berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui dan maha mengenal.” (QS al-Hujarat : 13)
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, dan Dia jadikan manusia
itu (punya) keturunan dan musharah (hubungan keluarga yang berasal dari
perkawinan) dan Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS al-Furqaan : 54)
Nah, supaya manusia bisa memetik buah perkawinan sejati, Rasulullah SAW
memberikan tuntunan berupa hukum syariat yang berkaitan dengan perkawinan dan
pergaulan suami isteri. Dialah suri teladan yang ideal bagi siapa saja yang
menginginkan perkawinan yang bahagia.
Kenyataannya, seringkali terjadi kekerasan dalam rumah tangga, baik yang
dilakukan oleh suami maupun isteri. Hal itu terjadi karena mereka tidak mengerti
agama dan hukum-hukumnya, berpaling dari sunnah dan ahlak Rasululllah SAW, dan
mengekor pada tradisi dan budaya barat yang rusak. Akibatnya, ketegangan demi
ketegangan terjadi dalam rumah tangga. Perkawinan yang seharusnya berbuah
kebahagiaan, cinta dan kasih sayang, akhirnya pupus.
12
Penulis
BAGIAN SATU
PERKAWINAN
Pengertian Perkawinan
Dari segi bahasa, perkawinan berasal dari bahasa Arab, zawaj, yang berarti
pertemuan dua hal. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT :
“Dan ketika ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).” (QS al-Takwir : 7)
Allah juga menyebutkan kata zawaj dalam firman-Nya tentang nikmat yang
diberikan kepada orang beriman di surga :
“… dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidari yang cantik bermata
jeli.” (QS al-Thuur : 20)
Nah, karena zawaj berarti pertemuan dua hal, maka kata itu kemudian
digunakan dalam akad nikah yang mempertemukan laki-laki dan perempuan.
Pertemuan itupun kemudian dikenal dengan zawaj atau perkawinan.
Selain itu, zawaj juga diambil dari kata zauj, yang berarti suami atau isteri,
atau orang yang sendirian dan memiliki seorang teman. Artinya, orang yang
melakukan zawaj akan tinggal sendirian dengan ditemani oleh temannya (suami atau
isteri).
Sedangkan menurut istilah, zawaj adalah akad yang memperbolehkan seorang
laki-laki melakukan kesenangan (istimta’) dengan seorang perempuan selama tidak
ada halangan yang bersifat syar’i untuk melangsungkan akad tersebut.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa perkawinan dalam Islam adalah akad
atau perjanjian yang mengikat antara seorang laki-laki dan perempuan yang
menghalalkan keduanya melakukan hubungan kelamin secara sukarela. Kerelaan
kedua belah pihak untuk melakukan hubungan menimbulkan kebahagiaan
14
berkeluarga yang diliputi kasih sayang dan ketentraman sesuai dengan tuntunan Allah
SWT.
Kata yang memiliki makna yang sama dengan zawaj adalah kata nikah. Nikah
memiliki arti berkumpul, walaupun ulama berbeda pendapat tentang hakikat makna
nikah. Ada yang mengatakan nikah itu adalah akad dan ada juga yang mengatakan ia
adalah hubungan suami isteri (jima’).
Akad nikah merupakan akad yang paling agung dan utama. Akad nikah
berhubungan langsung dengan diri manusia. Akad nikah menjadi pengikat antara dua
jiwa manusia (laki-laki dan perempuan) dalam satu ikatan cinta dan kasih sayang.
Akad nikah dapat mewujudkan keturunan yang diinginkan laki-laki dan perempuan.
Ia juga dapat menjaga kehormatan manusia dari perbuatan keji dan munkar.
Pernikahan bisa menghindarkan manusia dari hubungan yang diharamkan oleh Allah
SWT. Dengan melangsungkan pernikahan, laki-laki dan perempuan bisa menjaga
kehormatannya, tidak terjerumus ke dalam lembah dosa perzinahan, dan tentunya
membuat keduanya tenang dan tentram dengan pasangan masing-masing.
Islam mengajarkan bahwa perkawinan bukan sekedar perjanjian biasa seperti
perjanjian jual beli atau sewa menyewa, melainkan sebagai perjanjian suci (mitsaqon
ghalidzon), di mana keduanya diikat sebagai suami isteri atau yang satu meminta
yang lain untuk menjadi pasangan hidup dengan mempergunakan nama Allah.
“Wahai manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kamu kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS al-Nisaa’ : 1)
Rasulullah SAW bersabda :
15
ِ اَِّت ُق وا اهلل يِف النِّس ِاء فَ ِإنَّ ُكم أَخ ْذمُتُوه َّن بِأَمانَ ِة
ِ اهلل واس تَحلَْلتُم ُف روجه َّن بِ َكلِم ِة
اهلل َ ُ َ ُْ ْ ْ ْ َ َ ُْ َ ْ َ َ ْ
)(رواه مسلم
“Takutlah kamu kepada Allah dalam urusan perempuan, sesungguhnya kamu
ambil mereka dengan amanah Allah dan kamu halalkan mereka dengan kalimat
Allah.” (HR Muslim)
Hukum Perkawinan
Pernikahan merupakan pintu gerbang suci yang hampir pasti akan dimasuki
oleh setiap insan, laki-laki atau perempuan. Pernikahan menjadi sarana untuk
membentuk sebuah lembaga berupa keluarga. Islam memiliki perhatian yang sangat
besar terhadap keluarga, karena keluarga merupakan benih terbentuknya sebuah
masyarakat.
Allah SWT berfirman :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS al-Nuur : 32)
Keluarga hadir untuk memberikan warnanya pada masyarakat. Warna-warna
indah yang diberikan keluarga akan memperindah sebuah masyarakat. Keluarga
menjadi pilar utama dalam terbentuknya masyarakat yang baik. Jika sebuah
msyarakat terdiri dari keluarga-keluarga yang baik, maka bisa dipastikan masyarakat
itu baik, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, baik tidaknya sebuah masyarakat
sangat tergantung pada keluarga-keluarga yang ada di dalamnya.
16
Hukum nikah di atas berlaku bagi setiap orang yang berada dalam kondisi
normal, artinya tidak khawatir akan terjerumus ke dalam dosa perzinahan, sementara
dia mampu memikul beban dan tanggung jawab perkawinan. Apabila dia khawatir
akan terjerumus ke dalam dosa, maka menikah tidak lagi sunnah baginya, tetapi
wajib. Untuk mengetahui hukum pernikahan secara rinci sesuai dengan kondisi orang
yang akan melakukannya, silakan merujuk ke buku-buku fiqih yang secara khusus
membahas masalah tersebut.
Tidak ada satu hal pun yang disyariatkan Islam tanpa ada tujuan di dalamnya.
Semua hal yang disyariatkan dalam agama pasti mengandung maslahat bagi ummat
manusia, pun halnya dengan pernikahan. Pernikahan adalah akad mulia yang
diberkahi oleh Allah. Allah SWT mensyariatkan pernikahan demi kemaslahatan para
hamba-Nya. Kemaslahatan yang didapatkan dari pernikahan tidak hanya dalam
lingkup sempit dalam keluarga, tetapi lingkupnya sangat luas. Keluarga yang
dibentuk oleh pernikahan merupakan bagian dari masyarakat. Karena itu, pernikahan
yang dilakukan pasti berimplikasi pada kondisi sosial.
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat
manusia, melakukan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan
perkawinan demi membentuk keluarga yang sakinah penuh cinta kasih (mawaddah)
dan rahmat, mendapatkan keturunan yang shalih dan berkualitas menuju terwujudnya
rumah tangga bahagia.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri,cdf, supaya kamu cendrung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya
19
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir.” (QS al-Ruum : 21)
Pernikahan merupakan akad yang sarat dengan nilai-nilai kesakralan. Tentu
saja kesakralannya sesuai dengan tujuan mulia yang ada di dalamnya. Diantara tujuan
pernikahan yang paling penting adalah mendapatkan keturunan untuk menjaga
kelangsungan hidup makhluk Allah yang bernama manusia. Selain itu, pernikahan
juga bertujuan untuk menjaga diri manusia agar tidak terjerumus ke dalam larangan
Allah dan terhindar dari dosa dan maksiat.
Mendapatkan keturunan
Bagi pasangan yang hendak merajut tali kehidupan berkeluarga hendaklah
menjadikan tujuan utama pernikahannya untuk mendapatkan keturunan yang salih,
yang hanya menyembah Allah SWT, yang bisa mendoakan kedua orangtuanya
setelah keduanya meninggal dunia, dan menjaga nama baiknya di tengah-tengah
masyarakat.
Islam sangat menganjurkan pernikahan bagi orang yang sudah siap lahir dan
batin, supaya terhindar dari dosa. Islam tidak menganjurkan kerahiban dalam
kehidupan seorang muslim.
Sesuai dengan tujuan pernikahan yang paling utama di atas, maka agama
menganjurkan kepada setiap laki-laki untuk menikahi perempuan yang subur dan
penyayang. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik, dia
berkata : “Rasulullah SAW menyuruh kami menikah dan melarang kami dari tabattul
(hanya beribadah dan enggan menikah), dan beliau bersabda:
َتَز َّو ُج ْوا الْ َولُْو َد الْ َو ُد ْو َد فَِإيِّنْ ُم َكاثٌِر بِ ُك ُم اْأل َُم َم َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة
“Kawinilah perempuan yang subur (berpotensi punya banyak anak) dan
penyayang, sesungguhnya aku akan bangga dengan jumlah kalian yang banyak
melebihi ummat-ummat lain pada hari kiamat”.
Untuk tujuan tersebut, al-Qur’an menyatakan :
20
“Allah menjadikan bagimu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isterimu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari
yang baik-baik. Maka mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah ?" (QS al-Nahl : 72)
Manusia secara fitrah menginginkan keturunan dan sangat menyukai anak,
karena Allah menjadikan cinta anak sebagai hiasan hidup manusia. Allah SWT
berfirman :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: para perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS Ali Imran :
14)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS al-Kahfi : 46)
Manusia harus berhati-hati dengan rasa cintanya yang begitu besar pada anak-
anaknya. Rasa cinta yang berlebihan bisa menimbulkan fitnah yang membuatnya
berbuat maksiat kepada Allah. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allahlah pahala yang besar.” (QS al-Taghaabun : 15)
Fitnah cinta pada anak dapat membuat manusia lupa diri, berbuat dosa,
melanggar hukum-hukum Allah, dan meninggalkan kewajiban. Demi anak, ada orang
tua yang melakukan bisnis haram agar dapat memberinya nafkah. Karena sayang
anak, ada orangtua yang enggan berjihad karena takut berpisah dengannya. Dalam
kondisi seperti ini, anak bisa menjadi menjadi “musuh dalam selimut” bagi
21
orangtuanya. Karena itu, orangtua harus selalu waspada agar cinta mereka kepada
anak-anaknya tidak menjerumuskan mereka kepada dosa dan maksiat.
Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka),
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-
Taghaabun : 14)
Imam Tirmidzi dan al-Hakim meriwayatkan asbabun nuzul dari ayat di atas,
dari Abdullah bin Abbas, dia berkata : “Ayat diatas turun kepada sekelompok
penduduk Mekkah yang masuk Islam. Isteri dan anak mereka tidak mau mengikuti
mereka. Ketika mereka datang menemui Rasulullah SAW di Madinah, mereka
melihat orang-orang yang lebih awal hijrah telah memahami urusan agama.
Kemudian mereka bermaksud menyiksa anak dan isterinya, lalu Allah menurunkan
ayat yang artinya :
“… dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS
al-Taghaabun : 14)
Rumah tangga yang sakinah, penuh dengan cinta dan kasih sayang, adalah
rumah tangga yang bahagia. Rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang
berkualitas, mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah SWT. Ada lima aspek
pokok yang harus dipenuhi dalam sebuah rumah tangga agar menjadi rumah tangga
yang sakinah, yaitu :
1. Mewujudkan suasana kehidupan yang Islami dengan melaksanakan hal-hal
berikut :
a. Membiasakan diri membaca al-Qur’an, memahami isinya, dan sebisa
mungkin mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
24
Poligami
isteri, tetapi dia sudah merasa kesulitan untuk menafkahinya. Ada juga yang memiliki
empat orang isteri, tetapi dia mampu memberi mereka nafkah.
Poligami dalam Islam maksimal empat orang isteri. Hukumnya tidak wajib
dan tidak juga haram. Allah SWT berfirman :
“… maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.” (QS al-Nisaa’ : 3)
Laki-laki diperbolehkan menikahi empat isteri apabila dia mampu berlaku adil
dan mampu memenuhi kebutuhan isteri-isterinya, baik berupa makanan, pakaian,
tempat tinggal, maupun keperluan hidup lainnya.
Walaupun poligami terus menuai protes, terutama dari pihak perempuan,
poligami justeru memberikan banyak manfaat dan menjadi solusi atas banyak
permasalah sosial, diantaranya :
1. Poligami memberikan solusi bagi laki laki yang memiliki libido seksual melebihi
kebanyakan laki-laki dan merasa tidak cukup hanya dengan satu isteri, sehingga
dia bisa terhindar dari perbuatan zina.
2. Poligami bisa menekan jumlah perzinahan di tengah-tengah masyarakat. Apabila
seorang laki-laki dan perempuan dimabuk cinta, tidak ada pilihan bagi keduanya
selain dua hal: menikah yang dihalalkan atau berzina yang diharamkan. Orang
yang berakal sehat tentu tidak akan memilih pilihan yan kedua. Dia pasti akan
memilih pilihan yang kedua.
3. Melindungi para janda dan perempuan lanjut usia yang belum kawin terutama
setelah peperangan yang menewaskan suami mereka. Tentu mereka tidak ingin
menghabiskan sisa umurnya tanpa suami yang melindungi dan mengasihi mereka.
Adalah lebih baik bagi mereka - jika tidak keberatan - menjadi isteri kedua, ketiga
atau kempat.
27
Kita sadari bahwa poligami banya menuai protes di sana sini, terutama dari
kalangan non muslim dan umat Islam sendiri yang telah dipengaruhi barat. Para
perempuan enggan menerima poligami karena didorong oleh rasa cemburu yang
secara fitrah dimiliki mereka. Kita katakan kepada orang-orang yang menentang
poligami :
Pertama, hukum poligami tidak wajib melainkan mubah. Boleh dilakukan atau
tidak dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Apabila ada seorang laki-laki beristeri
ingin menikah lagi dengan perempuan yang ingin dijadikan isteri kedua, lalu dia
menyampaikan maksudnya kepada para perempuan, ternyata tidak ada seorang pun
perempuan yang mau dijadikan isteri keduanya, apakah poligami bisa terjadi? Pasti
tidak. Jadi, perempuan berhak menerima atau menolak laki-laki yang ingin
berpoligami.
Tetapi realitanya tidak demikian, perempuan menolak poligami karena katanya
bisa mengurangi harkat dan martabatnya. Walaupun begitu, jika dia menemukan
“pengantin” yang telah beristeri, tetapi banyak harta dan berkedudukan tinggi, dengan
senang hati dia mau menerimanya, meskipun dia menyadari hal itu akan membuat
isteri pertamanya sakit hati. Dia juga sadar bahwa dirinya akan dijadikan madu, madu
yang pahit, tetapi dia tidak peduli.
Kedua, dari segi sosial, poligami adalah sesuatu yang mulia dan terhormat.
Isteri tetaplah isteri dan tetap memiliki hak-hak sebagai isteri sepenuhnya. Tidak
peduli dia isteri pertama atau keempat. Poligami menciptakan interaksi sosial yang
menyenangkan, baik secara pribadi atau kolektif, sehingga zina dapat diminimalisir
karena syahwat telah kenyang dengan yang halal. Tidak ada lagi hubungan yang
diharamkan kecuali bagi orang yang rusak akhlaknya. Dia akan mendapatkan
hukuman zina yang menyakitkan.
Ketiga, intensitas nafsu seksual perempuan lebih rendah dibandingkan nafsu
seksual laki laki. Bahkan pada hari-hari tertentu perempuan tidak memiliki hasrat
seksual sama sekali. Misalnya pada masa haid, mengandung, dan nifas. Dia tidak
ingin berdekatan dengan laki-laki kecuali pada masa sebelum haid dan setelah masa
28
haid sekitar satu minggu, kurang lebih setiap lima belas hari. Sedangkan nafsu
seksual laki-laki bisa bergelora setiap saat karena tidak ada yang mendinginkannya
pada saat-saat tertentu.
Keempat, perempuan boleh saja menentang poligami karena didorong rasa
cemburu yang dimiliknya. Tetapi itu hanya boleh sebatas cemburu dan tidak boleh
sampai mengubah hukum agama yang memperbolehkannya. Tidak boleh menyerang
agama dengan kritik salah alamat dan penistaan. Juga tidak boleh menganggap
poligami sebagai bentuk kezaliman laki-laki terhadap perempuan.
Isteri pertama berhak menolak madunya karena rasa sakit hati dan rasa
cemburunya. Akan tetapi sama sekali dia tidak berhak mengingkari dan menolak
hukum agama yang memperbolehkan suaminya menikah dengan wanita lain.
Isteri pertama boleh membenci poligami, tetapi dia tidak boleh membenci
hukum agama yang memperbolehkannya karena agama memperhatikan maslahah dan
realita. Wajib hukumnya tunduk pasrah pada hukum Allah SWT agar iman yang
sempurna dapat terwujud. Allah berfirman :
“Tidaklah patut bagi laki-laki mu’min dan tidak (pula patut) bagi perempuan
mu’minah, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan rasulu-Nya maka dia telah sesat dengan kesesatan yang
nyata.” (QS al-Ahzaab: 36)
Tanya Jawab
10. Apa hukum seorang muslimah yang mengingkari adanya bidadari di surga?
jawab: Keingkarannya dapat mengeluarkannya dari Islam. Na’uzdubillah. Dia
wajib kembali kepada Islam dan bertaubat kepada Allah. Selain itu dia juga
harus percaya bahwa diantara nikmat surga bagi laki-laki adalah bidadari. Apa
yang membuatnya enggan bila suaminya menikahi bidadari di surga?
Seandainya dia masuk surga karena iman dan amal shalehnya maka nikmat
surga tidak dapat dihitung dan tak terbatas. Yang ada di dalamnya bukan hanya
bidadari. Dia akan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan di dalamnya.
Seandainya dia masuk nereka maka dia adalah perempuan terburuk yang
menempati neraka sebagai tempat terburuk.
32
BAGIAN DUA
MEMINANG
، ي اَ َر ُس ْو َل اهلل: قَ الُْوا،الَ ُتْن َك ُح اْألَمِّيُ َحىَّت تُ ْس تَأْ َمَر َوالَ ُتْن َك ُح الْبِ ْك ُر َحىَّت تُ ْس تَأْذَ َن
)ت (متفق عليه َ أَ ْن تَ ْس ُك: ال َ َ ق،ف إِ ْذنُ َها َ َو َكْي
“Seorang janda tidak boleh dinikahkan hingga diajak berembuk, dan seorang
gadis tidak boleh dinikahkan hingga dimintai izin.” Mereka berkata : “Ya
Rasulullah, bagaimana (mengetahui) izinnya” ?. Beliau bersabda : “Bila dia diam”.
(HR Muttafaq alaih)
Seorang janda yang akan dinikahkan perlu dimintai pendapatnya supaya
diketahui apakah dia setuju menikah atau tidak. Sedangkan seorang gadis cukup
dimintai izinnya. Jika dia diam tidak menjawab berarti dia setuju. Dia tidak perlu
33
Melihat Calon
2
Lihat subulus salam syarah bulughul maram, III/130, karya Shan’ani.
34
wajah sudah cukup untuk mengetahui kecantikannnya, dan melihat kedua telapak
tangan sudah cukup untuk mengetahui keadaan tubuhnya. Selebih dari itu laki-laki
yang meminang dapat meminta bantuan kepada ibu atau saudara perempuannya
untuk melihatnya lebih dekat. Misalnya untuk mengetahui aroma mulutnya,
ketiaknya, badannya, dan keindahan rambutnya.
Melihat perempuan hendaknya dilakukan sebelum meminang, karena apabila
tidak ada kecocokan bisa digagalkan tanpa harus menyakiti perasaanya. Melihat
boleh dilakukan tanpa sepengetahuan perempuan yang bersangkutan, dan bahkan itu
lebih utama. Imam Ahmad dan Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Abu
Humaid bahwa Rasulullah bersabda :
“Apabila seseorang di antara kalian hendak melamar perempuan, maka dia
tidak berdosa melihatnya jika untuk melamarnya walaupun perempuan itu tidak
mengetahui”.
Seakan sudah menjadi tradisi, bahwa keluarga kedua pihak berkumpul setelah
acara pinangan selesai kemudian membaca surah al-Fatihah agar pinangan tersebut
mendatangkan barokah bagi kedua belah pihak. Ini baik untuk dilakukan tetapi bukan
termasuk akad nikah.
Sedangkan tradisi berduaan dengan tunangan, pergi bersama, begadang bersama
dan pulang pergi bersama, semua itu adalah trend buruk yang sengaja diusung budaya
barat untuk menghancurkan Islam. Mereka berdalih supaya masing-masing dapat
mengenal calonnya lebih dekat lagi dan pernikahannya bisa mendatangkan
kebahagiaan. Ini adalah anggapan yang tak dapat dibenarkan dan tidak ada dasarnya.
Bukankah keduanya bisa berpura-pura dan menyimpan karakter aslinya yang buruk
di hadapan pasangannya? Karakter sebenarnya baru dapat dilihat setelah menikah,
pada saat keduanya tidak lagi memaksakan diri dan berpura-pura. Saat itu keduanya
baru akan merasakan kekecewaan setelah melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan
harapan.
Kenyataan yang sering terjadi di pengadilan agama, bahwa suami isteri yang
menjalani proses pernikahannya dengan benar menurut tuntunan agama, sejak
36
Ketika remaja putra dan putri beranjak dewasa, mereka dapat menentukan ciri-
ciri ideal calon pendamping hidup masing-masing. Setiap orang memiliki pandangan
berbeda tentang sifat-sifat ideal pasangan sesuai dengan latar belakang pendidikan
mereka. Ada yang membuat daftar persyaratan yang bersifat jasmaniyah, misalnya
calon yang diinginkan harus memiliki tinggi tubuh sekian, warna kulit begini, mata
begitu, dan lain sebagainya. Ada yang menjadikan harta sebagai tolok ukur. Ada pula
yang menjadikan kedudukan, popularitas, dan keturunan sebagai kriteria.
Syara-syarat itu memang diperlukan dan tidak ada larangan untuk mencarinya.
Lalu, apakah tidak ada sifat lain yang lebih baik dan lebih bermanfaat dari semua itu?
Ada, yaitu agama. Buktinya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari
dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :
ِ لِماهِل ا وحِل س بِها وجِل ماهِل ا و: ُتْن َكح الْم رأَةُ ِألَرب ٍع
ِ فَ اظْ َفر بِ َذ،لِدينِها
ات الدِّيْ ِن ْ َ ْ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ
ْ َتَ ِرب
ت يَ َد َاك
“Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara : karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah perempuan yang kuat
agamanya, pasti kamu beruntung”.
Karena itu, hendaklah memilih calon isteri yang baik agamanya. Jika bisa
melengkapi sifat sifat yang lain, misalnya kecantikan , harta dan keturunan maka itu
semakin baik. Akan tetapi harta, kedudukan dan kecantikan tanpa agama tidak ada
artinya. Wanita cantik tanpa agama adalah perempuan yang terpedaya, wanita kaya
tanpa agama adalah wanita angkuh dan wanita berkedudukan dan keturunan
terhormat tanpa agama adalah wanita sombong. Sedangkan yang baik agamanya akan
37
tetap berbudi luhur, rendah hati dan taat meskipun amat cantik,kaya raya dan
keturunan terhormat.
Sifat-sifat ideal ini tidak hanya harus dimiliki perempuan, tetapi juga harus
dimiliki laki laki. Karena itu, perempuan yang dipinang tidak boleh tertipu oleh
ketampanan, kekayaan dan keturunan peminangnya. Yang perlu mendapatkan
perhatian lebih adalah agamanya. Jika agamanya baik, berarti dia memiliki sifat yang
paling penting, sedangkan sifat-sifat yang lain berada di urutan berikutnya.
Laki-laki yang baik agamanya akan manjaga isterinya, melindunginya,
menggaulinya dengan baik, penuh kesabaran, memuliakannya jika sedang suka, tidak
menzaliminya ketika sedang tidak suka. Jika sang isteri tidak menyukainya dan
menghendaki perceraian, dia tidak akan menahannya hanya untuk menyakiti
perasaannya, akan tetapi menceraikannya dengan cara yang baik.
Kehidupan rumah tangga penuh dengan cobaan, problematika, tanggung jawab,
dan transisi dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Jika seorang isteri hanya mencintai
harta suaminya, lalu harta itu ludes, kira-kira apa yang akan terjadi? Jika dia hanya
memandang pangkat dan ketampanan suaminya, lalu keduanya sirna, apa yang akan
terjadi? Pasti gejolak hebat akan menerpa kehidupan rumah tangga mereka,
perselisihan akan terjadi di antara mereka. Semua itu terjadi karena rumah tangga
mereka tidak berpijak pada pondasi yang kuat, tetapi pada nafsu pribadi yang
membuatnya tidak tahan lama.
Jika sebuah rumah tangga dibangun di atas dasar agama, pasti ia akan berdiri
kokoh. Agama adalah keyakinan yang mendalam yang tertanam kuat dalam hati
sanubari seorang muslim. Agama akan menjadi pengendali tindakan dan
perkataannya dalam pergaulan sehari-hari, baik dengan keluarga maupun masyarakat.
Muslim yang kuat senantiasa bersyukur kepada Allah ketika berada dalam
kebahagiaan, tabah di saat berada dalam kesusahan, menghadapi kenyataan hidup
dengan sinar keimanan dan kesabaran, mampu bekerjasama dengan pendamping
hidupnya dengan penuh kesetiaan dan pengorbanan.
38
Tiga hal ini selalu ada dalam hati manusia, walaupun dengan makna yang
berbeda-beda. Belum pernah ada orang yang memberikan definisi untuk ketiga kata
itu sesuai dengan batasan agama. Sehingga tidak jelas kapan manusia dianggap
melanggar batasan tersebut. Mungkin keengganan untuk memberikan definisi yang
jelas didorong oleh anggapan bahwa kata-kata itu mesum, tidak sopan, dan dekat
dengan perzinahan. Anggapan seperti itu sebenarnya keliru.
Cinta (hubb)
Cinta adalah ketertarikan atau kecenderungan hati (mail al-qalbi) terhadap
sesuatu yang disukai. Cinta adalah perilaku hati bukan perilaku anggota tubuh lahir.
Perkawinan tidak akan mencapai kebahagiaan tanpa didasari cinta sejati antara suami
dan isteri. Cinta biasanya bermula dari pandangan mata. Oleh sebab itu, Rasulullah
SAW menganjurkan orang yang ingin melamar untuk melihat calonnya terlebih
dahulu agar dapat melahirkan cinta dan kecocokan. Imam Ahmad dan Nasai
meriwatkan sebuah hadits dari Mughirah bin Syu’bah, dia berkata “Aku meminang
seorang perempuan, lalu Rasulullah SAW bersabda kepadaku : “Apa kamu sudah
melihatnya?“ Aku menjawab : “Belum”. Beliau bersabda : “Lihatlah dia, karena hal
itu akan melahirkan cinta dan kecocokan di antara kalian berdua.”.
Kebanyakan orang enggan berbicara tentang cinta, bahkan mereka beranggapan
bahwa hal itu dosa. Bila salah seorang dari mereka mempunyai ketertarikan kepada
orang lain, dia beranggapan bahwa dirinya telah berbuat dosa dan maksiat. Mereka
memiliki penafsiran yang bermacam-macam tentang cinta dan hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan laki-laki dan perempuan. Orang yang menganggap cinta itu dosa
memaknai cinta dengan apa yang dia lihat dari orang-orang yang melakukan hal-hal
yang dilarang agama atas nama cinta. Duduk bersama, begadang, hura-hura, berdansa
ria, pesta minuman memabukkan, bahkan melakukan seks bebas. Padahal makna
cinta bukanlah itu semua.
39
memperoleh pahala karena cintanya. Masalah ini akan kita bicarakan dalam
pembahasan selanjutnya.
Keselamatan manusia bisa diperoleh dengan cara menjauhi hal-hal yang
menyebabkan hati jatuh cinta atau membawanya kepada hal-hal yang membahayakan
diri dan agamanya. Sedikit sekali orang yang dapat menghindar atau menyelamatkan
diri dari masalah yang satu ini.
Rindu (‘isyq)
Rindu adalah perasaan cinta yang sangat mendalam. Rindu tidak selamanya
buruk dan tercela. Kadang ia tetap suci dan terjaga dan kadang menjadi hina dina.
Seperti halnya cinta, rindu juga termasuk aktifitas hati yang berada diluar kekuasaan
manusia untuk menyetirnya. Manusia hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas
sebab yang menimbulkannya dan akibat terlarang yang ditimbulkannya. Sedangkan
rindu yang terhindar dari dosa dan tetap dijaga akan mendatangkan pahala bagi
pemiliknya. Al-Thahawi dalam kitab Hasyiyah Maraaq al-Falah mengutip
pernyataan al-Suyuthi bahwa orang yang mati karena rindu yang suci dan terjaga
termasuk orang yang syahid meskipun penyebab rindunya diharamkan.
Menurut al-Suyuthi, orang yang mengalami kerinduan, laki-laki atau
perempuan, jika rindunya tetap dijaga dan dirahasiakan dengan tetap bersabar kendati
tak mampu menggapai orang yang dicintai hingga menyebabkannya mati, maka dia
akan memperoleh pahala syahid di akhirat. Itu karena perindu seperti ini bukanlah
perindu yang jahat dan mengumbar nafsu. Bukan perindu yang hina dan menjatuhkan
harga dirinya, melainkan perindu yang tabah dan tetap menjaga kerinduannya dalam
kesucian, walaupun hatinya merasakan kepiluan tidak bisa berpadu dengan yang
dicintainya. Dia mampu mengekang nafsu dan bisa mengendalikan anggota tubuhnya.
Sedangkan hatinya, dia tidak mampu merubahnya, hanya bersabar, menjaganya tetap
suci dan menyimpan perasaannya. Inilah yang mendatangkan pahala bagi pemiliknya.
Cemburu (ghairah)
41
Cemburu adalah perasaan tidak suka terhadap orang lain yang ditakutkan akan
mengambil haknya. Cemburu adalah representasi dari perasaan suka dan cinta. Tidak
akan ada perasaan cemburu kecuali pada diri orang sedang jatuh cinta. Cemburu
termasuk sifat yang baik dan mulia baik bagi laki-laki maupun perempuan, selama ia
ditempatkan pada tempat yang semestinya.
Setiap perempuan memiliki sifat cemburu, karena itu - secara fitrah - dia akan
sangat marah bila mengetahui suaminya berjalan dengan perempuan lain, atau
menyampaikan keinginannya untuk berpoligami. Hati kecil perempuan tidak terima
bila dimadu. Ini timbul karena rasa cinta kepada suaminya dan rasa cemburu kepada
setiap perempuan yang mendekati suaminya. Dia ingin memiliki suaminya secara
utuh, tanpa orang lain. Ini terjadi karena cinta, seandainya dia tidak mencintainya
pasti dia tidak peduli.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa perempuan boleh menolak untuk dimadu,
tetapi dia tidak boleh menolak hukum agama yang mengizinkan poligami. Menolak
untuk dimadu didorong oleh perasaan cemburu, sedangkan menolak hukum agama
didorong nafsu dan kesesatan. Seorang muslimah sejati pasti akan menerima hukum
agama tanpa ragu. Dia yakin bahwa tuntunan agama mengandung kebaikan dan
kemaslahatan, walaupun dia cemburu dan tidak suka terhadap madunya.
Secara khusus saya katakan kepada para muslimah tentang bidadari yang
disiapkan Allah untuk orang-orang beriman. Seorang muslimah tidak boleh
mengingkari adanya bidadari yang diperuntukkan orang-orang beriman hanya karena
didorong perasaan cemburu. Ada beberapa hal yang patut dijadikan pertimbangan.
Pertama, dia tidak tahu apakah dia akan bersama suaminya di surga kelak atau tidak.
Kedua, di surga tidak ada perasaan cemburu seperti di dunia. Ketiga, Allah akan
memberikan kenikmatan yang memuaskan hati para perempuan, meskipun kita tidak
tahu rincian nikmat tersebut. Surga adalah tempat kenikmatan yang tidak pernah
terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbersit
dalam benak manusia. Allah SWT :
42
“Seorangpun tidak tahu apa yang disembunyikan untuk mereka (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa
yang mereka kerjakan.” (QS al-Sajdah : 17)
Setiap mukmin dan mukminah akan menemukan apa saja yang mereka
kehendaki berupa kenikmatan dan kesenangan yang beraneka ragam. Mereka akan
merasaka kepuasan yang tiada batasnya. Tidak ada kewajiban lain di dunia ini untuk
meraih surga dan rahmat Allah SWT selain beramal saleh sebanyak mungkin.
Sedangkan bagi laki-laki, perasaan cemburu wajib ada dalam dirinya demi
menjaga keluarga dan kehormatannya. Perasaan cemburu padanya nampak pada
penolakan terhadap kemunkaran yang terjadi dalam keluarganya. Dia tidak rela bila
isteri dan anak perempuannya melakukan perbuatan memalukan dan mengumbar
aurat di hadapan laki-laki lain. Dia juga tidak rela melihat mereka bersenda gurau dan
berjalan dengan laki-laki lain, seolah mereka saudara atau anaknya.
Herannya, perasaan cemburu ini sekarang diganti labelnya menjadi sesuatu
yang ketat, sok sopan, fanatik, dan lain sebagainya. Rasa heran ini kemudian hilang
setelah kita sadar bahwa manusia sekarang telah menjadi tawanan tradisi barat yang
bobrok dan amoral. Tradisi barat tidak mengenal arti aib, kehormatan, dan kemuliaan,
karena mereka adalah masyarakat permisif dan hedonis. Orang-orang yang
mengagumi budaya barat tidak akan merasa cocok dengan ahklak Islam yang
didasarkan pada prinsip menjaga kehormatan dan kemuliaan.
Laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap keluarganya,
mendapakatkan predikat buruk dari Rasullah SAW, yaitu dayyuts, laki-laki yang
tidak punya kepekaan terhadap lingkungan yang munkar dan membiarkan keburukan
terjadi dalam keluarganya. Al-Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ammar bin
Yasir ra, dari nabi SAW :
43
“Sesungguhnya ada tiga orang yang tidak masuk surga : peminum khamer,
orang yang menyakiti orang tuanya, dan dayyuts, yaitu laki laki yang membiarkan
keburukan terjadi dalam keluarganya”.
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Ahmad, al-Hakim dan Baihaki dari
Abdullah bin Umar.
Tanya Jawab
BAGIAN TIGA
AKAD NIKAH
Akad nikah seringkali disebut dengan ijab qabul. Yang memulai akad dikenal
dengan sebutan mujib dan yang menerimanya dikenal dengan sebutan qabil. Ijab
boleh dilakukan oleh calon pengantin pria atau wakilnya dan boleh dari calon
pengantin wanita atau wakilnya, begitu juga qabul.
Teks akad nikah yang disepakati ulama adalah : “Zawwajtuka…” (Saya kawinkan
kamu dengan …) atau “Ankahtuka…” (Saya nikahkan kamu dengan …), ini yang
disebut ijab. Apabila calon pengantin perempuan berkata : “Zawwajtuka nafsi…”
(Saya nikahkan kamu padaku), atau wakilnya berkata : “Zawwajtuka muwakkilati…”
(Saya nikahkan kamu pada wanita yang mewakilkan kepadaku…), maka pihak ini
telah melakukan ijab nikah. Apabila ijab ini diterima oleh pihak yang lain dengan
kata : “Qabiltu…” (saya terima…), maka akad nikah telah sah apabila syarat-
syaratnya sudah lengkap.
Mahar atau maskawin, baik yang dibayar kontan atau tidak, bisa disebutkan
bersama akad nikah. Bersama akad boleh juga disebutkan syarat lain, misalnya
memberikan hak talak pada sang isteri sehingga dia bisa mentalak dirinya sendiri dari
suaminya kapan saja atau pada waktu tertentu dengan talak satu bain (talak yang
suaminya tidak bisa rujuk melainkan dengan akad nikah baru).
Syarat nikah yang paling penting adalah hadirnya dua saksi yang merdeka, baligh,
berakal, muslim, mendengar akad nikah dan memahami bahwa itu akad nikah. Dua
saksi boleh dari keluarga (calon) suami isteri seperti ayah, anak, saudara, dan lain-
lain.
Berikut ini akan dijelaskan hukum pernikahan seorang muslimah dengan laki-laki
non muslim atau sebaliknya menurut pandangan Islam. Masalah ini sangat penting
karena berkaitan dengan syarat dan hukum nikah yang telah dijelaskan sebelumnya.
setiap muslim untuk menikahi wanita muslimah, karena dia lebih setia terhadap
suaminya dan lebih besar perhatiannya dalam mendidik anak-anaknya. Allah
SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS al-Baqarah : 221)
Tanya Jawab
1. Apakah boleh menyerahkan hak talak (tafwidl) pada isteri ? Kapan hal itu
diperbolehkan?
Jawab : Ya, boleh menyerahkan hak talak pada isteri supaya dia bisa mentalak
dirinya dengan talak satu bain kapan dia mau. Ini yang disebut dengan tafwidl
mutlak. Tafwidl juga boleh dibatasi dengan waktu, misalnya sebulan atau setahun,
dan boleh dikaitkan dengan syarat. Tafwidl ini diberikan pada isteri pada saat
akad nikah atau sesudahnya, dan kapan saja. Masalah ini akan dijelakan pada bab
sepuluh.
2. Apakah seorang suami tidak memiliki hak talak setelah melakukan tafwidl talak?
Jawab: Maksudnya bukan demikian. Seorang suami tetap memiliki hak talaknya
walaupun dia telah menyerahkannya kepada isterinya, karena tafwidl termasuk
akad wakalah yang tidak menggugurkan hak muwakkil (dalam hal ini adalah
suami).
3. Apakah tafwidl kepada isteri boleh dibatalkan?
Jawab : Tidak, suami tidak boleh membatalkannya. Isteri tetap mempunyai hak
talak sesuai dengan tafwidl. Berbeda dengan mewakilkan talak, dalam talak suami
boleh mencabut hak wakil sebelum dia menjatuhkan talak. Setelah haknya dicabut
dia tidak berhak mentalak isteri orang yang mewakilkan talak kepadanya.
51
4. Apakah akad nikah dianggap sah bila dilakukan dengan bahasa selain bahasa
Arab?
Jawab : Ya, akad nikah boelh dilakukan dengan bahasa masing-masing.
5. Ada seorang wanita muslimah menikah dengan laki-laki non muslim di depan
gereja. Bagaimana hukum pernikahannya?
Jawab : Pernikahannya dianggap batal. Ketundukan seorang wanita muslimah
kepada aturan-aturan gereja menyebabkannnya murtad, keluar dari agama Islam.
Dia wajib kembali kepada Islam dengan segera mengucapkan dua kalimat
syahadat. Dia juga dianggap kafir bila meyakini bahwa pernikahannya dengan
laki-laki non muslim itu dibolehkan.
6. Apabila seorang wanita ingin bertaubat, apa yang harus dia lakukan?
Jawab : Pertama, dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Kemudian meminta
suaminya untuk masuk Islam. Jika suaminya mau, maka keduanya
melangsungkan akad nikah baru. Jika tidak mau, maka dia harus menceraikannya
meskipun sudah punya anak.
7. Apakah pernikahan sipil yang dilakukan di luar negeri diangga sah apabila suami-
isteri sama-sama muslim atau suami muslim dan isterinya ahli kitab?
Jawab : Sah jika syarat-syaratnya lengkap. Tteapi sepanjang yang kami ketahui
dari undang-undang pernikahan sipil yang diberlakukan di dunia, syaratnya tidak
lengkap dan yang bertanggung jawab melaksanakan pernikahan itu tidak
memperhatikan syarat-syarat yang ditentukan Islam. Karena itu pernikahan sipil
hukumnya tidak sah.
8. Apakah akad nikah disyaratkan harus dilaksanakan di pengadilan agama atau di
hadapan orang alim yang tahu tentang hukum agama?
Jawab : Tidak, semua itu bukan syarat. Nikah dianggap sah dengan akad yang
dilakukan antara dua orang (calon suami dan calon isteri) dan dihadiri dua orang
saksi yang muslim seperti yang telah disebutkan dalam syarat akad. Adapun
catatan-catatan resmi itu sangat penting untuk menjaga hak semua pihak
ditakutkan adanya pengingkaran. Sedangkan hadirnya orang alim yang tahu
52
BAGIAN EMPAT
MALAM PENGANTIN
Setiap bangsa memiliki tradisi dan budaya tersendiri dalam merayakan resepsi
pernikahan, terlepas apakah budaya itu baik atau tidak. Pada umumnya mereka tetap
konsisten dengan tradisi dan budaya mereka yang diwariskan secara turun temurun.
Atau mereka mengadopsi tradisi dari luar yang akhirnya mereka pegang kuat-kuat
dan menganggapnya sebagai budaya negerinya. Kenyataan ini - walaupun tidak asing
bagi bangsa lain - adalah sesuatu yang asing bagi umat Islam dan layak diingkari.
Agama Islam sebagai agama samawi dan komprehensif tidak layak mengakui tradisi
asing yang sarat dengan nilai-nilai yang berasal dari kehidupan gelap.
Kebiasaann mengekor (taqlid) terhadap budaya orang-orang kafir telah
mewabah di kalangan umat Islam hingga pada taraf yang memprihatinkan, lebih-lebih
dalam hal resepsi pernikahan dan perayaannya. Dalam dunia barat, resepsi
pernikahan tak ubahnya sebagai ajang untuk memperbolehkan sesuatu yang haram
menurut agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang mencoreng nama baik
agama. Seperti minum minuman keras, berdansa berpasangan tanpa malu, campur
aduk laki-laki dan perempuan yang sama sekali tidak disyariatkan agama. Karena
hanyut dalam budaya barat akhirnya resepsi pernikahan yang islami dilupakan.
Dalam Islam, Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana seharusnya
kaum muslimin merayakan resepsi pernikahannya, supaya resepsi tersebut berbuah
ketaatan kepada Allah dan mendapatkan ridla dan taufiq Allah SWT.
Resepsi pernikahan disyariatkan dalam Islam untuk mengumumkan
pernikahan agar orang-orang tahu bahwa si fulan telah menikahi si fulanah sehingga
tidak ada keraguan atau fitnah berkenaan dengan hubungan keduanya.
54
Resepsi (walimah)
Walimah dilaksanakan dengan cara mengundang orang-orang untuk diberi
jamuan. Walimah lebih utama dirayakan dengan menyembelih kambing. Disebutkan
dalam sebuah hadits shahih bahwa Rasulullah SAW membuat walimah ketika
menikahi Shafiyyah ra dengan biji sawiq dan kurma, dan ketika menikahi Zainab
binti Jahsy dengan menyembelih kambing. Ada seorang laki-laki memberi kabar
kepada Rasulullah SAW bahwa dia menikah, kemudian beliau menyuruhnya untuk
mengadakan walimah.
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َرأَى َعلَى َعْب ِد َّ الِك َر ِض ي اهللُ َعْن هُ أ
َ َّ َن النَّيِب َ
ٍ س ب ِن م
َ ْ ِ ََع ْن أَن
ِ ٍ
تُ إِيِّنْ َت َز َّو ْج، ي اَ َر ُس ْو َل اهلل: ال
َ َ َما َه َذا؟ ق: ال َ ص ْفَر ٍة َف َق
ُ الرَّمْح َ ِن بْ ِن َع ْوف أَثَ َر
أ َْومِلْ َولَ ْو بِ َش ٍاة (متفق،ك َ َ َفبَ َار َك اهللُ ل: ق اَ َل،ب ٍ ْام رأًَة َعلَى و ْز ِن نُ واٍة ِم ْن َذ َه
َ َ َ
)عليه
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW melihat bekas warna
kekuningan pada diri Abdurrahman bin Auf. Lalu beliau bersabda : “Apa ini?” Dia
berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita
dengan maskawin emas seberat biji kurma.” Beliau bersabda : “Kalu begitu semoga
Allah memberi barokah kepadamu, adakan walimah walaupun hanya dengan
menyembelih seekor kambing”. (HR Muttafaq alaih)
Nyanyian
Nyanyian disunnahkan dalam resepsi pernikahan. Tetapi nyanyian yang mana
dulu? Tidak semua nyanyian diperbolehkan dalam walimah pernikahan. Nyanyian
yang diperbolehkan adalah nyanyian dengan syair atau lirik yang tidak mesum dan
55
cabul, dan tidak dinyanyikan oleh artis-artis dengan lagu-lagu yang tidak sopan.
Selain itu, nyanyian tersebut tidak boleh diiringi dengan alat musik yang diharamkan,
melainkan diiringi dengan rebana, bukan alat musik yang lain.
Rebana
Rebana diperbolehkan dalam perayaan pernikahan karena dapat menarik
perhatian dan menyemarakkan suasana, sehingga berita pernikahan cepat tersebar.
Rasulullah SAW memperbolehkan alat musik ini dimainkan pada resepsi pernikahan
dan hari raya. Ringkasnya, umat Islam harus kembali kepada hukum agama yang
mulia dengan cara merayakan pernikahan dengan menggelar resepsi yang islami dan
tidak mengandung maksiat. Sebenarnya ini bukan sesuatu yang sulit bagi mereka.
Umat ini memiliki banyak penyanyi dan sastrawan yang dapat menciptakan lagu-lagu
indah dan bernilai yang dapat dinyanyikan pada saat resepsi. Kita juga punya
pencipta lagu-lagu yang dapat diiringi rebana dengan segala ragamnya. Dengan itu
kita tidak sulit menyelenggarakan resepsi yang sejalan dengan ajaran dan hukum
Islam, dan terlepas dari bahaya besar yang mewabah di kalangan ummat Islam. Saat
ini ada sebagian umat Islam yang merayakan pernikahan dengan perayaan yang lebih
cabul dan mesum dari perayaan orang-orang barat, lebih-lebih yang dilaksanakan di
hotel-hotel dan tempat-tempat hiburan.
Hikmah i’laanun nikah adalah untuk menyebarkan berita pernikahan sehingga
tidak ada keraguan antara suami isteri bahwa keduanya sudah resmi sebagai suami
isteri. I’laanun nikah menampakkan nikmat Allah yang menghalalkan yang haram
dan mengharamkan yang halal melalui akad nikah. Akad nikah menghalalkan sang
isteri untuk suaminya dan mengharamkan ibunya untuk suaminya dan mengharamkan
ayah suami terhadap isterinya.
Malam Pertama
56
Setelah akad nikah selesai dan dilanjutkan dengan perayaan, biasanya orang-
orang memberikan ucapan selamat, harapan, dan doa kepada mempelai berdua agar
keduanya menjadi keluarga sakinah penuh mawaddah dan rahmat. Selain itu para
undangan dan hadirin tidak lupa memberikan kenang-kenangan berupa kado untuk
mempelai berdua. Bagaimana pandangan agama terhadap masalah ini?
Ucapan selamat
Sebelum Islam datang, orang-orang Arab memiliki tradisi tersendiri dalam
memberikan ucapan selamat kepada pasangan yang baru saja mengikat tali
perkawinan. Biasanya mereka mengucapkan : “Semoga kalian akur dan segera
memperoleh anak laki-laki”. Orang-orang Arab memang lebih mengutamakan anak
laki-laki daripada anak perempuan. Akan tetapi Rasulullah SAW memberi tuntunan
yang lebih baik dan lebih utama daripada tradisi Arab tersebut itu. Imam Ahmad
meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa ketika Rasulullah SAW
memberikan ucapan selamat kepada seseorang yang menikah, beliau mengatakan :
Kado
Kebiasaan memberikan kado kepada pasangan yang menikah sesaat setelah
akad nikah dilangsungkan adalah perbuatan baik dan termasuk hadiah yang
disunnatkan dalam agama. Imam Bukhari dalam kitab Shahih meriwayatkan sebuah
hadits dari Aisyah ra, dia berkata bahwa Rasulullah menerima hadiah dan
58
membalasnya. Nasai dan Abu Ya’la meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah,
dari Nabi SAW, beliau berabda : “Berikanlah hadiah satu sama lain, niscaya kalian
akan saling mencintai”.
Tanya Jawab
maka hadiah itu menjadi miliknya. Apabila terjadi sengketa antara keduanya,
maka hal itu diserahkan kepada pengadilan.
60
BAGIAN LIMA
BERSETUBUH (JIMA’)
Pengertian Jima’
“Wahai Jibril, siapakah mereka?” Jibril berkata : “Laki laki ini termasuk
ummatmu yang telah memiliki isteri yang halal dan baik. Lalu di mendatangi
perempuan lain yang buruk (diharamkan) lalu menginap bersamanya hingga pagi.
Begitu juga perempuan yang telah memiliki suami yang halal dan baik lalu
mendatangi laki-laki lain yang buruk (diharamkan) lalu menginap bersamanya
hingga pagi”.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzarr al-Ghiffari, dari
Rasulullah SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah,
setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar bil ma’ruf dan nahi
‘anil munkar adalah sedekah dan jima’ salah seorang diantara kalian (dengan
isterinya) adalah sedekah” Mereka berkata “Apakah salah seorang di antara kami
yang melepaskan syahwatnya memperoleh pahala ? Nabi bersabda : “Tahukah
kalian, jika dia melepaskan syahwatnya pada yang haram dia mendapatkan dosa?
Begitu juga jika dia melepaskan syahwatnya pada yang halal maka dia
mendapatkan pahala”.
An-Nasai meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzarr, dari Nabi SAW, beliau
bersabda :
“Setiap pagi hari persendian manusia memiliki (kewajiban) sedekah”, lalu
beliau bersabda : “Menjauhkan sesuatu yang mengganggu di jalan adalah sedekah,
mengucapkan salam kepada manusia adalah sedekah, menyuruh pada yang baik
adalah sedekah, melarang dari yang mungkar adalah sedekah, dan jima’ dengan
isteri adalah sedekah” Kami berkata : “Wahai Rasulullah, apakah seseorang yang
melepaskan syahwatnya akan memperoleh pahala? Beliau bersabda : “Tahukah kamu
jika syahwat itu dilepaskan pada yang diharamkan Allah, apakah orang itu
berdosa ? Kami berkata : Ya, beliau bersabda : “Apabila dia melepaskannya pada
yang dihalalkan Allah, maka itu termasuk sedekah.”
Kedua, jima’ yang diharamkan, yaitu zina. Zina termasuk perbuatan dosa
besar. Allah mencela pelakunya dalam al-Qur’an dan dalam hadits nabi, serta
62
memberinya hukuman yang sangat berat, yaitu didera seratus kali bagi yang masih
belum punya isteri atau suami, dan bagi yang sudah beristeri atau bersuami
(muhshan) hukumnya dirajam dengan batu hingga mati. Allah SWT berfirman :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. ( QS al-Nuur : 2)
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan beberapa imam lainnya meriwayatkan
sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah sesorang berzina sedang dia dalam keadaan beriman. Tidaklah
sesorang mencuri sedang dia dalam keadaan beriman, dan tidaklah dia meminum
khamer sedang dia dalam keadaan beriman”.
Penjelasan hadits di atas dapat diperoleh dari beberapa hadits, diantaranya
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah, dia berkata :
Rasulullah bersabda :
“Ketika seseorang berzina, maka imannya keluar (terlepas) darinya dan iman
itu berada diatasnya seperti payung, apabila dia bertaubat maka iman kembali
kepadanya”.
Al-Hafidz al-Mundziri dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib menukil sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas ra dan sebuah hadits yang
diriwayatkan Abu Ya’la dengan sanad jayyid dari Ibnu Mas’ud, dari nabi SAW,
beliau bersabda :
“Tidaklah zina merajalela dalam suatu kaum kecuali mereka menimpakan
siksa Allah kepada mereka sendiri”.
Allah berfirman :
63
Pengantar Jima’
Termasuk hiasan yang dianjurkan bagi seorang isteri adalah pakaian yang
indah di mata suaminya. Baik pakaian panjang atau mini, longgar atau ketat,
selama tidak ada orang lain yang melihatnya. Selain itu seorang isteri dianjurkan
untuk menata dan memperindah rambutnya. Membuang yang mengganggu
keindahan, baik di tangan atau di betis. Memperhatikan kebersihan tubuh dan
mulut. Menghilangkan bau yang tidak sedap yang ada di tubuh, seperti bau ketiak.
Seorang isteri juga harus memperhatikan keindahan tubuhnya agar tidak terlalu
gemuk dan tidak lerlalu kurus. Tubuh yang indah akan membuat suaminya
senang dan betah berada di sampingnya.
Hiasan dan parfum tersebut hanya boleh dipakai untuk menyenangkan
suami. Memakai perhiasan dan minyak wangi untuk orang lain adalah dosa.
Hiasan dan parfum merupakan media yang akan menyempurnakan kesenangan
masing-masing pasangan. Karena itu tidak boleh dipakai kecuali untuk
menyenangkan suami.
Apa yang dilakukan isteri, mulai dari berhias hingga memakai parfum,
juga harus dilakukan oleh sang suami. Allah berfirman :
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf”. (QS al-Baqarah : 228)
Ibnu Jarir al-Thabari meriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud ra
berkata : “Aku senang berhias untuk isteriku sebagaimana aku senang dia
berhias untukku”. Apa yang dilakukan Ibnu Mas’ud ini merupakan pengamalan
dari ayat di atas. Laki-laki harus mencukur rambut dan bulu-bulunya, terutama
kumis, hingga bibirnya kelihatan. Dia juga harus memperhatikan kebersihan
tubuh dan mulutnya. Berhias dan memakai parfum yang baik agar penampilannya
indah di mata isterinya dan tubuhnya semerbak mewangi. Jika keduanya sama-
sama memperhatikan masalah ini, terutama sebelum melakukan hubungan suami
isteri, maka keduanya telah mewujudkan sebab-sebab terpenting yang bisa
mewujudkan kebahagiaan berrumah tangga.
65
b. Telanjang
Melakukan hubungan suami isteri dengan tubuh masih terbalut pakaian
terasa kurang menyenangkan, karena keduanya tidak dapat bercinta sepenuhnya.
Lebih baik masing-masing suami atau isteri telanjang di hadapan pasangannya –
sekalipun harus telanjang bulat - karena keduanya tidak berdosa melihat seluruh
tubuh pasangannya, termasuk penis dan vagina.
c. Merangsang pasangan
Merangsang pasangan merupakan tahap terakhir dari pengantar jima’.
Merangsang pasangan dapat dilakukan dengan senda gurau, kata-kata yang lemah
lembut, disertai dengan sentuhan-sentuhan romantis yang bisa membangkitkan
gairah seksual pasangan.
Rangsangan terhadap pasangan dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :
1. Berciuman, lebih baik dilakukan sambil mengecup bibir atau menghisap lidah
pasangan.
2. Meremas, menciumi, dan menghisap payudara. Dengan ini isteri akan
merasakan rangsangan hebat.
3. Memainkan alat vital masing-masing, baik menggunakan tangan atau lainnya.
Imam Abu Hanifah pernah ditanya tentang suami yang menyentuh kemaluan
isterinya atau sebaliknya. Dia menjawab : “Tidak apa-apa, aku berharap
pahala keduanya besar”. Daerah yang paling sensitif pada kemaluan
perempuan adalah pada bagian klentit vagina yang disebut klitoris. Bagian ini
sangat sensitif terhadap rangsangan. Bentuknya mirip jengger ayam yang
berada di bagian atas dua bibir vagina.
Merangsang klitoris dapat membangkitkan gairah seks perempuan
hingga puncaknya dan membuatnya pasrah sepenuhnya kepada sang suami.
Karena itu, janganlah seorang perempuan menemui dokter spesialis penyakit
kelamin untuk memeriksakannya kecuali ada uzur syar’i. Melihat bagian ini
66
meski dilakukan oleh dokter sangat berbahaya. Masalah ini dijelaskan secara
rinci pada bab berikutnya.
4. Bersentuhan dengan berpelukan sambil bergumul. Bermesraan dengan kata-
kata bisa dilakukan dengan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan rasa
rindu, cinta, suka, dan sayang pada pasangan.
Setelah pengantar bersenggama ini dilakukan, maka keduanya sudah
siap sepenuhnya untuk melakukan jima’ sebagai media untuk memperoleh
kenikmatan dan terhindar dari dosa (iffatun nafsi).
Adab Jima’
jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rizki yang telah Engkau
berikan kepada kami”, maka nanti bila di antara mereka ditakdirkan punya anak
dari persetubuhan itu, setan tidak akan dapat mengganggunya untuk
selamanya”. (HR Muttafaq alaih).
d. Hanya berdua
Suami isteri harus menjaga aurat mereka dari pandangan orang lain.
Ketika akan melakukan hubungan suami isteri, hendaklah mereka yakin tidak
68
tidak ada orang lain di tempat itu, termasuk anak kecil. Dalam kitab al-Madkhal,
Ibnu al-Hajj menyebutkan bahwa Abdullah bin Umar apabila punya hajat pada
isterinya, dia mengeluarkan anak-anak kecil yang masih disusui dari kamarnya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa seorang laki-laki tidak pantas melakukan
hubungan suami isteri sedangkan di dalam kamarnya ada seekor kucing. Jadi
hubungan suami isteri sangat tidak pantas terlihat oleh mata karena termasuk
aurat sedangkan aurat wajib ditutupi.
Ada hal penting yang harus diperhatikan ketika suami isteri sedang
berhubungan, hendaklah mereka menutup jendela dan kordennya agar keduanya
tidak terlihat oleh tetangga. Lebih-lebih bagi mereka yang tinggal di rumah
bertingkat. Kadang-kadang karena kelalaian, mereka menjadi tontonan gratis bagi
tetangganya. Ini sama sekali tidak boleh terjadi. Ini sangat memalukan dan sangat
tidak pantas.
e. Berselimut
Seperti yang dijelaskan pada pengantar jima’ bahwa suami isteri
diperbolehkan telanjang bulat ketika melakukan hubungan suami isteri. Akan
tetapi lebih baik mereka berselimut untuk menutupi bagian belakang tubuh
mereka. Jika mereka tidak berselimut juga tidak apa-apa.
f. malam pertama
Malam pertama adalah malam yang sangat indah dan berkesan bagi
pasangan suami isteri. Setiap pasangan memandang pertemuan pertama di ranjang
pengantin sebagai awal menentukan dalam memulai hidup baru yang penuh
tanggung jawab dan tantangan. Setiap pasangan pasti mendambakan malam
pertama yang indah. Akan tetapi, kadang-kadang realita tak semanis harapan dan
impian. Oleh sebab itu, keduanya harus memberikan perhatian ekstra kepada
pasangannya pada malam pertama dengan memperlakukannya dengan lemah
lembut supaya hubungan keduanya dapat terwujud dalam keserasian dan perasaan
saling mencintai.
69
Para ulama sepakat bahwa untuk merobek selaput dara pada malam
pertama harus dilakukan dengan halus dan lembut. Seorang suami tidak boleh
melakukannya dengan kasar. Dia harus menahan dirinya sebisa mungkin
walaupun nafsunya sedang bergelora. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh pasangan suami isteri yang akan mengarungi indahnya malam pertama.
1. Suami tidak boleh melakukannya dengan tergesa-gesa. Dia harus
melakukannya dengan perlahan dan lemah lembut walaupun harus menghabiskan
wakatu beberapa hari. Ketergesa-gesaan sama sekali tidak mengandung manfaat
dan maslahah. Justeru hanya akan menimbulkan penyesalan.
2. Isteri tidak boleh bersikap dingin di hadapan suaminya. Hal itu akan
membuat suaminya kecewa. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin hal itu akan
menyeretnya kepada hal-hal buruk, seperti perceraian dan kehancuran rumah
tangga.
3. Suami tidak boleh terlalu berharap isterinya langsung menyukainya
pada malam pertama. Kadang sang isteri tidak mau melakukannya karena merasa
malu. Sebaiknya hubungan suami isteri dimulai selangkah demi selangkah
sehingga laun sang isteri akan meresponnya secara positif dan akhirnya hubungan
suami isteri yang diinginkan bisa terlaksana dengan baik.
4. Keduanya harus bekerja sama dalam usaha merobek selaput dara
sehingga prosesnya lebih cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit yang
berlebihan.
5. Perasaan berdebar dalam upaya merobek selaput dara pada malam
pertama bukan berarti keduanya lemah. Ada sebagian pasngan suami isteri yang
malu dan gelisah ketika ingin bersetubuh, lalu syahwat mereka mendingin. Itu
bukanlah sebuah penyakit karena dalam waktu yang singkat perasaan ini akan
hilang dengan sendirinya. Kondisi itu akan berakhir setelah keduanya saling
mengenal dan saling berbagi rasa tanpa ada perasaan tertekan atau malu.
Banyak gaya dan variasi yang bisa digunakan oleh pasangan suami isteri
dalam menikmati persetubuhan. Gaya dan variasi tersebut hukumnya masih belum
jelas bagi sebagian orang. Masalah ini akan dijelaskan agar tidak ada menimbulkan
beban moral atau tekanan batin bagi orang yang suka pada gaya tertentu dalam
melakukan hubungan seksual.
Menggunakan gaya tertentu dalam hubunagan seksual kadang memberi
kenikmatan tertentu bagi sebagian orang, walaupun mungkin sama sekali tidak
menyenangkan bagi sebagian yang lain. Karena itu tidak ada gaya tertentu yang harus
dilakukan pasangan suami isteri. Semuanya tergantung kesepakatan dan kerelaan
bersama. Allah memberikan tuntunan di dalam al-Qur’an berkaitan dengan hubungan
seksual :
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”
(QS al-Baqarah : 223)
Berkenaan dengan asbabun nuzul ayat ini, banyak riwayat yang
menceritakannya, baik dalam Shahih Bukhari dan Muslim, maupun kitab hadits
lainnya. Berikut penjelasannya secara singkat :
Seorang sahabat dari kaum Anshar di Madinah menyetubuhi isterinya hanya
dengan satu gaya, yaitu posisi miring, karena meniru yang dilakukan Ahli Kitab
sebelum Islam. Sedangkan orang Quraisy sudah terbiasa menikmati isterinya dari
depan, belakang dan terlentang. Setelah para sahabat dari kaum Muhajirin datang ke
Madinah dan menikah dengan perempuan Anshar, mereka ingin menyetubuhi isteri
mereka dengan gaya yang biasa mereka lakukan di Mekah, tetapi isteri mereka
menolak dan berkata : “Kami biasa ditiduri hanya dengan cara miring, maka lakukan
demikian, jika tidak maka tinggalkan aku “. Peristiwa ini kemudian terdengar oleh
Rasulullah SAW. Lalu Allah menurunkan ayat tersebut.
71
Ejakulasi Dini
Yang dimaksud ejakulasi dini adalah keluarnya mani ketika hubungan seksual
baru saja dimulai. Keluarnya mani tersebut sebanarnya tidak diinginkan oleh kedua
pasangan. Gejala ini tidak menimpa perempuan tetapi menimpa laki-laki. Sebagian
orang ada yang mengalami keluar mani ketika zakarnya baru saja masuk liang vagina,
bahkan ada yang keluar sebelum itu. Ada yang mengatakan : KO sebelum bertanding.
Kondisi semacam ini bukan hanya meresahkan para suami, tetapi juga membuat para
isteri ketar-ketir.
Kami tidak akan berbicara masalah penyakit ini karena bukan ahlinya dan
bukan maksud dari penulisan buku ini. Akan tetapi, perlu dipahami oleh kaum lelaki,
terutama para pemuda bahwa ejakulasi dini tidak murni penyakit. Ia bisa dialami
dialami semua laki-laki. Salah satu sebabnya adalah, bahwa zakar sebagai alat sensitif
terlalu sering bergesekan dengan benda lain yang menyebabkan meningkatnya
72
syahwat sehingga terjadilah ejakulasi. Apalagi laki-laki kadang memiliki nafsu yang
kuat dan meluap-luap sehingga dia tidak bisa mengendalikan dirinya ketika jima’
baru dimulai. Ejakulasi bisa terjadi kapan saja dan tidak ada yang bisa mencegahnya.
Persis seperti orang mau bersin.
Ejakulasi dini cukup menggelisahkan pasangan suami dan isteri, karena
keduanya pasti menginginkan persetubuhan yang lebih lama. Para suami bisa
menyiasati diri mereka agar terhindar dari ejakulasi dini dengah cara-cara berikut ini:
a. Ketika berpelukan, jangan terlalu sering menggesekkan zakar pada kulit isterinya
atau bagian tubuhnya yang lain.
b. Tidak konsentrasi penuh pada persetubuhan, melainkan memikirkan hal-hal lain
seperti memikirkan masalah pekerjaan dan lainnya.
c. Mengurangi geraknya dan isterinya, karena banyak gerak bisa menyebabkan
gesekan zakar di luar vagina yang dapat membuat syahwat meningkat dan
berujung pada ejakulai dini.
Jika hal-hal ini diperhatikan oleh suami, insya Allah dia akan mampu
mengendalikan syahwatnya dan melakukan jima’ lebih lama, sehingga sang isteri bisa
mencapai puncak kenikmatan, orgasme.
Ejakulasi dini bisa membuat isteri kecewa dan tertekan. Biasanya perempuan
lebih lambat dalam mencapai orgasme. Lagi pula syahwat laki-laki akan langsung
dingin setelah terjadi ejakulasi sehingga tidak bisa melanjutkan jima’ karena penisnya
sudah loyo. Karena itu, hendaklah pasangan suami isteri bekerja sama agar dapat
mencapai orgasme secara bersamaan. Jika tidak, akan terjadi kerenggangan yang
kerapkali berujung pada perceraian. Ejakulasi dini tidak ditimbukan oleh penyakit
seperti yang diduga oleh banyak orang. Ejakulasi dini dapat menimpa semua orang
tanpa memandang usia.
Lemah Syahwat
73
Setiap orang memiliki libido seksual yang berbeda dengan orang lain sesuai
dengan kondisi masing-masing. Ada yang hasrat seksualnya sangat tinggi sehingga
perlu berhubungan dengan isterinya beberapa kali sehari . Ada juga yang syahwatnya
lemah dan kurang menyukai perempuan. Penyebabnya bisa berupa penyakit dan bisa
juga karena sebab lain. Kondisi fisik yang ideal adalah yang sedang dan seimbang
serta mampu bergaul dengan isterinya satu hingga dua kali seminggu tanpa merasa
terbebani atau merasa tertekan.
Perempuan juga sama, tetapi secara umum syahwatnya lebih kecil
dibandingkan laki-laki. Syahwatnya tidak berada pada satu tingkat, kuat atau lemah,
melainkan naik turun tergantung kondisi psikisnya yang dipengaruhi oleh faktor haid,
hamil, nifas, menyusui dan beban kerja sehari-hari.
Saya tidak akan membahas lemah syahwat yang disebabkan penyakit fisik
karena bukan spesialisasi saya dan bukan tujuan penulisan buku ini. Apalagi sudah
ada dokter spesialis yang bisa menjadi rujukan, dan juga buku-buku yang banyak
memberikan tips pengobatan bagi penderita lemah syahwat. Di sini hanya akan
dijelaskan lemah syahwat yang diduga oleh sebagian orang sebagai akibat dari
penyakit padahal bukan. Di sini juga akan dijelaskan menurunnya syahwat yang
terjadi secara berkala yang biasa dialami perempuan pada saat-saat tertentu.
Dalam penjelasn masalah ini, ada empat hal yang perlu dijelaskan, yaitu:
1. Pembagian yang telah kami sebutkan berlaku pada orang yang berada dalam
kondisi tubuh normal tanpa memperhatikan hal-hal eksternal yang dapat
membangkitan gairah seksnya. Kami tidak menilai seseorang memiliki syahwat
tinggi jika itu disebabkan karena melihat tontonan yang mengundang syahwat
dalam kondisi tubuh normal. Melihat tayangan yang erotis pasti akan
membangkitkan gairah seksual. Agar syahwat tidak bangkit pada waktu yang
tidak tepat, Allah menyuruh orang beriman, laki-laki dan perempuan, untuk
menundukkan pandangan dari yang diharamkan agama. Menundukkan pandangan
dapat membuat jiwa tenang dan syahwat tidur seperti biasanya. Sedangkan
mengumbar pandangan dapat melepaskan kendali nafsu yang bisa mengakibatkan
74
seseorang tergelincir dari jalan yang lurus dan terjerumus dalam berbagai
kemaksiatan.
2. Pembagian ini juga tidak berlaku bagi para nabi yang secara khusus dianugerahi
kekuatan yang tidak ada sebelumnya dan tidak dimiliki oleh selain mereka.
Diantaranya adalah kemampuan melakukan jima’ berulang-ulang dalam satu hari
seperti nabi Daud AS dan nabi Muhammad SAW. Akan tetapi keduanya hiper
seks, bukan pula menuruti nafsu binatang seperti yang dituduhkan kaum zindiq.
Semua itu adalah keistimewaan yang diberikan Allah yang mengandung hikmah
dalam urusan tabligh dan dakwah. Nabi Daud AS adalah seorang awwab , orang
yang selalu taat dan beribadah. Begitu juga Nabi Muhammad SAW. Beliau
melakukan shalat malan hingga kedua kakinya bengkak sebagai syukur atas
nikmat Allah. Adakah orang bernafsu binatang beribadah seperti ini?
3. Lemah syahwat pada saat tertentu bukan berarti disebabkan penyakit, selama
tubuh masih dalam kondisi sehat dan fit. Karena itu, tidak boleh menyalahkah diri
sendiri dan beranggapan dirinya telah lemah syahwat. Karena laki-laki kadang
nafsunya tidak bangkit, penisnya tidak ereksi ketika bersentuhan dengan
perempuan padahal biasanya tidak demikian. Kemudian menduga dirinya
impoten, menderita lemah syahwat dan tidak mampu bersetubuh, padahal tidak
demikian. Sebenarnya penyebabnya ada pada perempuan, mungkin karena dia
terlalu “sopan” dan dingin kepada suaminya, mungkin dia menghindar sehingga
suaminya ragu dan bimbang, mungkin suaminya sedang tidak menyukainya,
mencium bau yang kurang sedap akhirnya syahwatnya padam.
4. Telah kami sebutkan bahwa syahwat perempuan secara umum lebih rendah dari
pada laki-laki. Syahwatnya naik turun, tinggi rendahnya sejalan dengan sebab-
sebab yang membangkitkannnya. Masalah ini sangat penting dimaklumi para
suami, jika tidak, maka akan merusak kehidupan rumah tangga dan
mengkeruhkan kebeningan suasana berumah tangga. Suami yang tidak
memahaminya akan terkejut jika pada saat tertentu respon isterinya di tempat
tidur sangat dingin, lesu, dan tampak terpaksa. Akhirnya dia bingung dan ragu,
75
a. Haid (menstruasi)
Haaid ( )حائضadalah perempuan yang sedang mengalami haid pada waktunya.
Darah haid adalah darah yang keluar dari rahim perempuan yang sehat, bukan
disebabkan oleh suatu penyakit.
76
Masa haid minimal tiga hari, maksimalnya sepuluh hari, dan lumrahnya antara
lima sampai tujuh hari sesuai kebiasaan. Apabila kurang dari waktu minimal atau
lebih dari waktu maksimal maka darah itu dikenal dengan istilah darah istihadlah.
Darah yang dilihat perempuan pada masa haid dangan warna merah, kuning
dan kecoklatan, termasuk haid hingga berwarna putih bersih yang biasa dikenal
dengan suci. Jika di masa haid darah terputus maka hari tersebut tetap masuk pada
masa haid. Apabila sudah habis tuntas, maka dia wajib mandi besar, dan suaminya
boleh mendekatinya.
Wanita yang sedang haid diharamkan melaksanakan shalat dan tidak perlu
menggantinya (qadla’). Dia juga diharamkan berpuasa tetapi wajib menggantinya di
hari yang lain untuk puasa Ramadlan, diharamkan masuk mesjid, tawaf dan
bersetubuh dengan suaminya.
b. Nifas
Nufasa’ adalah para perempuan yang keluar darah setelah melahirkan.
Darah yang keluar setelah melahirkan disebut darah nifas. Waktu nifas minimal
sesaat, maksimalnya empat puluh hari sesuai kebiasaannya. Darah nifas memiliki
hukum yang sama dengan darah haid.
c. Mustahadlah
Mustahadlah adalah perempuan yang keluar darah diluar waktu haid,
sebelum sucinya genap lima belas hari, atau melebihi batas maksimal waktu nifas.
Darah yang keluar selain pada masa haid dan nifas disebut darah istihadlah.
Perempuan yang mengalaminya tidak diharamkan shalat, puasa, tawaf dan ibadah
lainnya, tetapi dapat membatalkan wudlu’.
d. Bersenang-senang
Laki-laki boleh bersenang-senang dengan isterinya yang sedang istihadlah
dengan segala macam variasinya karena darah istihadlah tidak menghalangi suami
untuk mendekati isterinya. Akan tetapi dia wajib membasuh vaginanya karena
darah istihadlah najis.
77
Masturbasi
Masturbasi atau istimna’ adalah mengeluarkan mani dengan cara selain jima’.
Perbuatan ini dikenal dalam bahasa arab dengan sebutan al-‘aadat al- sirriyah
(kebiasaan tersembunyi) karena pelakunya biasanya melakukannya secara sembunyi-
sembunyi dan jauh dari pandangan manusia.
Masturbasi dengan tangan atau anggota tubuh lainnya, menurut jumhur ulama
(Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanafiyah) hukumnya haram, walaupun tingkat haramnya
di bawah zina. Jika seseorang tidak punya pilihan lain selain melakukan salah satu
dari keduanya, maka dia harus melakukan masturbasi untuk menghindari zina.
Dengan demikian dia telah dengan memilih madlarat yang lebih ringan. Imam
Ahmad memperbolehkan masturbasi karena dapat menghindarkan seseorang dari
perbuatan zina (ta’affuf).
Kita tidak akan berbiacara panjang lebar mengenai masturbasi. Apalagi harus
mengemukakan dalil masing pendapat. Hanya saja, pendapat yang
memperbolehkannya beralasan karena masturbasi dapat membantu seseorang
terhindar dari zina. Bukan berarti masturbasi boleh dilakukan setiap saat dan
82
dijadikan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus yang pada akhirnya menjadi
penyakit kejiwaan dan fisik. Tidak ada seorang pun ulama yang memperbolehkan
perbuatan yang mengandung bahaya meskipun hukum asalnya adalah mubah. Makan
misalnya, hukum asalnya adalah mubah, tetapi akan menjadi haram apabila makan
melebihi kebutuhan yang akhirnya dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Dengan demikian, para ulama tidak berbeda pendapat bahwa masturbasi
hukumnya haram, karena dapat membahayakan otot, alat reproduksi dan kesehatan
pelakunya. Imam Ahmad dan ulama lain sama sekali tidak memperbolehkan
perbuatan yang mengandung bahaya dan penyakit.
Kepada generasi muda-mudi, kami sarankan agar sama sekali tidak
melakukan masturbasi, bahkan jangan pernah memikirkannya sedikitpun. Masturbasi
merupakan kesalahan yang berbahaya, sedikit sekali orang yang terhindar dari akibat
buruknya.
Syekh Muhammad Hamid rahimahullah menulis dalam bukunya radd ‘alaa
abaathil sebagai berikut :
“Dosen kami, jurusan pelaksanaan pengadilan agama, fakultas syariah
menjelaskan bahaya masturbasi. Ringkasnya begini : ujung zakar (hasyafah) adalah
bagian yang sangat sensitif. Dari hasyafah ini, sensitifitas saat melakukan jima’ akan
mengalir ke kantong sperma. Kemudian kantong ini mengkerut untuk mengeluarkan
mani dan bercampur dengan cairan yang dikeluarkan kelenjar prostat. Setelah cairan
ini keluar, syahwat kembali tenang. Apabila seseorang selalu mempermainkann
zakarnya, maka kulit hasyafahnya menjadi kasar dan sensitifitasnya menurun.
Kantong sperma mengeluarkan mani tanpa bercampur dengan saripati prostat. Sari
pati prostat ini mempunyai andil besar terhadap penenangan gelora syahwat. Jika
mani yang keluar tidak bercampur dengan sari pati prostat itu, maka syahwat hanya
bisa tenang dalam kurun waktu sementara dan dapat bangkit secara tiba-tiba. Karena
itu, pelaku masturbasi memerlukan masturbasi kedua, ketiga dan seterusnya sehingga
akhirnya berejakulasi darah karena saluran sperma dan alat reproduksi lainnya telah
rusak akibat masturbasi. Sering masturbasi mengakibatkan daya sensitifitas hasyafah
83
Mimpi Basah
3
Begitulah akibatnya bagi orang-orang yang terbiasa melakukan masrurbasi.
Kami mendapati realita ini dalam kasus yang kami tangani dalam pekerjaan kami
di pengadilan agama. Ada seorang suami yang meninggalkan isterinya di tempat
tidur untuk melakukan masturbasi di depan isterinya. Ini dia lakukan karena
sudah terbiasa dengan masturbasi sehingga tidak puas dengan jima’ bersama
isterinya.
84
Mimpi basah adalah salah satu tanda bahwa seseorang telah sampai pada usia
dewasa atau baligh. Orang yang bermimpi basah wajib mandi besar apabila keluar
mani dan tidak wajib bila tidak keluar mani.
Seseorang yang mimpi basah tidak berdosa karena orang yang sedang tidur
bebas dari tanggung jawab keagamaan. Hanya saja hal itu menunjukkan bahwa
jiwanya tidak bersih. Oleh karena itu dia hendaklah berlindung kepada Allah dari
setan karena dialah yang menyebabkan mimpi basah. Akan tetapi tidak selamanya
begitu, kadang ada sebab lain. Seperti karena kepanasan tidur diatas wol atau kulit
domba dan sebagainya. Mimpi basah kadang hanya keluar mani tanpa disertai mimpi.
Ini biasanya dialami orang mu’min yang saleh.
Allah melindungi para nabi dari mimpi basah. Thabrani meriwayatkan sebuah
hadits dari Abdullah bin Abbas ra, dia berkata : “Para nabi tidak pernah mimpi
basah sama sekali, mimpi basah timbul dari setan”.
Dalam masalah ini tidak ada perbedaan ulama apabila yang dimaksud adalah
mimpi basah yang dari setan, karena setan tidak memilki kekuasaan atas para nabi.
Ulama yang berpendapat bahwa para nabi mungkin mimpi basah, yang dimaksud
adalah keluar mani pada saat tidur yang tidak disebabkan mimpi, melainkan karena
sakit atau kantong mani telah penuh. Tapi pendapat yang sahih, para nabi terpelihara
dari mimpi basah.
Ada beragam cairan yang keluar dari kemaluan manusia yang hukumnya
tidak banyak diketahui oleh manusia. Kebetulan kita sedang membahas tentang jima’,
jadi sudah sepantasnya kalau kita jelaskan macam dan hukumnya.
Cairan yang keluar dari kemaluan manusia ada empat macam :
a. Mani (sperma)
Allah SWT menciptakan manusia dari mani. Allah berfirman :
85
“Maka hendaklah manusia memikirkan dari apa dia diciptakan? Dia diciptakan
dari air yang memancar. Yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada”. ( QS
al-Thariq : 5-7).
Mani laki-laki berwarna putih kental yang keluar dengan memancar bila
disertai syahwat. Ketika masih basah baunya sama dengan adonan tepung dan
ketika sudah kering sama dengan putih telur. Mani perempuan berwarna kuning
tipis, kadang putih kental jika syahwatnya sangat kuat.
Mani hukumnya suci menurut sebagian ulama seperti imam Syafi’i. Para
ulama sepakat bahwa untuk membersihkan mani yang telah kering cukup
menggosoknya dengan tangan. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah
hadits dari Aisyah ra, dia berkata :
“Aku menggosok mani dari pakaian Rasulullah SAW kemudian
Rasulullah shalat dengannya”.
Para ulama sepakat bahwa keluarnya mani, baik karena jima’, mimpi
basah, atau lainnya, mewajibkan mandi besar.
Keluar mani karena mimpi basah menjadi salah satu tanda bahwa anak
laki-laki dan perempuan telah mencapai usia baligh. Dengan itu keduanya resmi
menjadi mukallaf yang wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban beragama.
b. Madzi
Madzi adalah cairan berwarna kuning encer yang keluar dari laki-laki dan
perempuan disaat syahwatnya sedang memuncak. Madzi keluar tanpa memancar
dan kadang tidak terasa. Biasanya perempuan mengeluarkan cairan ini lebih
banyak daripada laki-laki, lebih-lebih ketika gairah syahwatnya sedang bergelora.
Madzi najis, membatalkan wudlu’, tetapi tidak mewajibkan mandi besar.
c. Wadi
Wadi adalah cairan berwarna putih keruh, biasanya kental dan keluar
setelah kencing, terutama ketika mengalami sulit buang air besar atau membawa
86
benda berat. Madi keluar dari kemaluan anak-anak dan dewasa, laki-laki dan
perempuan. Hukumnya najis sama seperti kencing tetapi tidak mewajibkan mandi
besar. Sebagian orang mengira madi sama dengan mani karena memang mirip.
Bahkan ada sebagian orang yang mandi besar karenanya. Ini adalah kesalahan
yang disebakan ketidaktahuannya terhadap hukum agama yang hanif.
d. Kencing
Kencing adalah cairan yang najis dan membatalkan wudlu’. Saat kencing
harus berhati-hati agar tidak terkena percikannya. Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah SAW
melewati dua kuburan kemudian bersabda : “Sesungguhnya keduanya sedang
disiksa bukan karena (dosa) besar. Salah satunya suka mengadu domba dan yang
lain tidak membersihkan diri4 dari kencingnya.”
Membersihkan sisa-sisa kencing dari salurannya (istibra’) wajib
dilakukan. Bagi perempun ini sangat mudah dilakukan, yaitu dengan menunggu
sejenak, kemudian membasuh vaginanya. Sedangkan bagi laki-laki dapat
dilakukan dengan memegang penis mulai dari belakang pelir dan mengurut penis
sampai sisa-sisa kencing keluar semuanya. Ini dilakukan berulang-ulang sambil
berjalan selangkah-dua langkah, bergerak atau berdehem hingga kencing tidak
kembali lagi.
Diriwayatkan dari Isa bin Yazdad bahwa Rasulullah SAW bersabda :
ٍ ث مَّر
)ات (رواه ابن ماجه ِ
َ َ ََح ُد ُك ْم َف ْلَيْنُت ْر ذَ َكَرهُ ثَال
َ إ َذا بَ َال أ
“Apabila salah seorang dari kalian selesai buang air kecil, hendaklah dia
mengurut kemaluannya tiga kali”. (HR Ibnu Majah)
4
Tidak membuat penghalang antara dia dan kencingnya. ( subulus salam, I/82)
87
Kami akan menjelasakn alat reproduksi wanita menurut tinjaun medis dan
agama, berikut cairan-cairan yang di keluarkan alat ini, sumbernya, dan hukumnya
menurut agama. Inilah tujuan dari penulisan buku ini.
Alat reproduksi wanita dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian sebagai
berikut :
Bagian pertama vagina (farj) meliputi bagian-bagian berikut ini :
1. Jabal az zuhrah, yaitu lapisan luar yang berlemak terletak pada pertemuan dua
bibir besar vagina yang terletak di bagian atas. Bagian atasnya termasuk bagian
yang yang ditumbuhi bulu (al-‘anah).
2. Labio mayora (Bibir besar), yaitu dua bibir berupa dua lipatan kulit yang berada
di bagian luar vagina bagian depan atas bertemu dengan jabal az zuhrah dan di
bagian bawah bertemu dengan lubang kemaluan.
3. Labio minora (Bibir kecil), bagian ini lebih kecil dari bibir besar dan letaknya di
bawah bibir besar, bagian atasnya bertemu dengan klentit atau klitoris.
4. Klitoris (Klentit), bagian kecil yang amat sensitif yang bentuknya mirip penis
laki-laki. Klitoris terletak dibagian atas vagina, di ujung dua bibir kecil. Alat ini
merupakan alat reproduksi wanita yang paling sensitif untuk membangkitkan
gairah seksual. Masalah ini sudah disinggung pada pembahasan “pengantar
jima’”. Dalam bab ini akan kami jelaskan bahaya memperlihatkan bagian ini pada
dokter laki-laki.
5. Dua kelenjar barthalini, terletak di bagian dalam bibir besar dan memiliki lubang
kecil yang terletak dalam selaput bibir kecil. Bagian ini berfungsi mengeluarkan
cairan yang menjadi pelumas ketika melakukan persetubuhan.
6. Urethra (Lubang kencing), lubang ini terletak di bawah klitoris antara dua bibir
kecil. Dindingnya bertemu dengan dinding vagina bagian atas.
7. Lubang vagina bagian luar, bagi perempuan yang masih perawan lubang ini di
tutupi dengan selaput dara (hymen), terletak di bawah lubang saluran kencing.
Para fuqaha menyebut bagian-bagian ini dengan vagina luar. Mereka
mendefinisikannya secara global : semua alat yang nampak dari vagina ketika duduk
88
berjongkok. Definisi ini meliputi semua bagian yang kami sebutkan di atas. Hukum
alat ini wajib di cuci saat mandi besar karena junub, haid, atau nifas. Juga wajib
dicuci saat cebok (istinja’), dan dari darah istihadlah, jika najisnya melebihi batas
tempat keluarnya.
Basah atau lembab yang keluar dari bagian ini hukumnya suci dan tidak
membatalkan wudlu’ karena dianggap sama seperti keringat. Ulama tidak berbeda
pendapat dalam masalah ini.
Bagian kedua adalah mahbil, yaitu lubang jima’ yang menjadi tempat keluar
masuknya zakar yang menghubungkan leher rahim dengan lubang vagina bagian luar
yang ditutupi selaput dara bagi perawan, panjangnya kira-kira 12 cm. Saluran ini
ditutupi selaput lendir dan mengeluarkan sekresi asam. Di dalamnya ada tiga kelenjar
yang dapat dirujuk dalam buku-buku ilmiyah.
Bagian ini menurut para fuqaha’ dikenal dengan vagina dalam. Mereka
mendefinisikannya dengan sesuatu yang tidak tampak dari vagina perempuan ketika
duduk berjongkok. Menurut mereka cairan yang keluar dari bagian ini wujudnya
mirip madzi atau keringat, yang keluar bukan karena syahwat. Cairan ini hukumnya
suci menurut sebagian besar ulama, tetapi membatalkan wudlu’. Adapun cairan yang
keluar karena syahwat, kemungkinanadalah madzi atau mungkin juga mani seperti
yang telah dijelaskan di awal.
Perempuan dapat membedakan cairan yang keluar dari mahbil dengan cairan
yang keluar dari vagina luar dengan menekankan kapas. Basah yang menempel pada
kapas yang masuk pada bagian vagina dalam adalah berasal dari mahbil.
Cairan ini hukumnya sama dengan cairan suci, yaitu cairan yang menjadi
tanda habisnya masa haid. Hukumnya suci tapi membatalkan wudlu’.
Bagian ketiga adalah rahim (uterus), yaitu liang kandungan yang menjadi
tempat janin mulai dari masa pembentukannya hinggga masa kelahiran. Allah
berfirman, artinya :
89
“… Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai pada waktu
yang telah ditentukan…” (QS al-Hajj : 05)
Panjang rahim kira-kira mencapai 7 cm, lebarnya sekitar 5 cm dan atapnya
seketar 2,5 cm. Bentuknya seperti buah peer. Rahim memiliki leher yang panjangnya
sekitar 2,5 cm yang menghubungkan mahbil dengan rahim. Rahim dipenuhi dengan
selaput lendir yang menghasilkan sekresi alkali yang tidak asam.
Bagian ini dalam istilah fuqaha’ dikenal dengan sebutan “sesuatu yang ada di
belakang vagina dalam”. Cairan yang keluar dari rahim semuanya najis dan
membatalkan wudlu’, seperti cairan yang keluar bersama anak sesaat sebelum
melahirkan. Perempuan hamil yang merasakan sakit untuk melahirkan masih wajib
melaksanakan shalat walaupun dengan isyarat apabila sudah tidak mampu ruku’ dan
sujud. Apabila keluar cairan sebelum sebelum anak lahir, maka bukan nifas tetapi
sama dengan kencing. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar setelah anak lahir,
seperti yang telah dijelaskan di awal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cairan yang keluar dari alat
reproduksi wanita adalah :
1. Mani, yaitu cairan yang memancar pada saat melakukan jima’ atau mimpi basah.
Hukumnya wajib mandi besar.
2. Madzi, yaitu cairan yang keluar karena syahwat memuncak tanpa jima’ dan
mimpi basah. Hukumnya najis dan membatalkan wudlu’.
3. Cairan yang keluar sebelum melahirkan. Hukumnya najis dan membatalkan
wudlu’.
4. Basah yang keluar dari mahbil (liang jima’), suci tapi membatalkan wudlu’.
5. Cairan suci yang menjadi tanda habisnya masa haid. Hukumnya juga suci tapi
membatalkan wudlu’.
6. Basah yang dikeluarkan vagina luar hukumnya suci dan tidak membatalkan
wudlu’.
Sedangkan darah yang keluar dari kemaluan perempuan ada tiga macam :
darah haid, darah nifas, dan darah istihadlah seperti yang telah dijelaskan di atas.
90
menyebutkan persetubuhan secara umum, jika tidak ada faidah dan keperluan, maka
hukumnya makruh karena dapat merusak nama baik dan harga diri”.
Peringatan Rasulullah SAW diatas juga berlaku pada isteri. Jadi keduanya
diharamkan menceritakan apa yang mereka lakukan di atas tempat tidur, karena hal
itu merupakan rahasia yang harus ditutupi.
Tanya Jawab
1. Sebagian pengantin baru merasa bingung dan malu pada malam pertama karena
belum tahu cara melakukan persetubuhan. Kira-kira nasehat apa yang bisa
diberikan kepada mereka?
Jawab : Hendaklah masing-masing keluarga pengantin baru memberi pangertian
kepada kaduanya. Untuk pengantin laki-laki, misalnya, diserahkan kepada
pamannya untuk membimbing dan memberinya petunjuk bagaimana cara
melakukannya dengan halus dan sopan. Untuk pengantin wanita bisa diserahkan
kepada keluarganya untuk diberi wejangan tentang tujuan dirinya.
2. Ada sebuah tradisi menampakkan darah selaput dara (hymen) kepada orang orang
yang memberikan ucapan selamat. Apakah tindakan ini boleh menurut agama?
Jawab : Tidak , itu adalah tradisi mungkar.
3. Apakah dalam agama ada batasan tentang berapa kali berjima’ dalam seminggu?
Jawab : Tidak ada, semua tergantung kepada keinginan masing-masing pasangan.
4. Apakah berhias untuk suami dengan segala macamnya, seperti pakaian tipis dan
mini, merayunya dengan kata-kata dan gerak tubuh, tidak pantas dilakukan
seorang perempuan yang taat pada agamanya?
Jawab : Itu tidak benar, justru perempuan yang taat beragama selalu menjaga diri
dan suaminya dari perbuatan haram. Perempuan yang seperti itu justeru termasuk
perempuan shalihah, karena dia telah berbuat untuk menyenangkan suaminya.
Allah SWT berfirman :
92
berbeda pendapat. Ada yang mewajibkan taubat saja dan ada yang mewajibkan
taubat dan kaffarat sekaligus. Mengenai jumlahnya, mereka juga berbeda
pendapat. Ada yang mengatakan satu dinar, ada juga yang setengah dinar. Lebih
baik pelakunya bersedakah dengan jumlah tertentu dan bertaubat kepada Allah.
10. Apakah seorang suami menyetubuhi isterinya pada duburnya, apakah hal itu dapat
membuat isteri haram bagi suaminya?
Jawab : Tidak, sang isteri tetap berstatus sebagai isterinya, tetapi keduanya
berdosa karena telah melanggar larangan Allah.
11. Bolehkan seorang suami melakukan masturbasi dengan tangan isterinya?
Jawab : Ya boleh, baik dengan tangan isterinya maupun dengan anggota
tubuhnya yang lain. Yang demikian termasuk bersenang-senang dengan cara
bersentuhan. Hukumnya tidak sama dengan masturbasi yang dilakukan dengan
tangannya sendiri.
12. Bolehkah suami isteri menonton film biru untuk membangkitkan gairah seks
mereka?
Jawab : Tidak boleh, hukumnya haram, karena mengandung kerusakan besar dan
melihat aurat yang diharamkan. Jika ada yang berpendapat bahwa itu boleh
karena hanya gambar dan hayalan, maka alasan itu tidak masuk akal, karena itu
bukan hayalan dan lukisan melainkan benar-benar manusia dan gerakannnya.
14. Apabila suami menghisap payudara isterinya pada saat bersetubuh, kemudian air
susunya masuk kedalam perutnya . Bagaimana hukumnya?
Jawab : Tidak apa apa, tetapi lebih baik dia tidak menghisapnya karena ulama
berbeda pendapat tentang boleh tidaknya meminumnya dan memanfaatkannya
untuk selain anak yang disusuinya. Air susu termasuk bagian dari tubuh manusia,
karena itu ulama sepakat bahwa hukumnya suci.
94
BAGIAN ENAM
HAMIL DAN MELAHIRKAN
Salah satu tujuan pernikahan yang paling utama adalah untuk mendapatkan
keturunan. Allah berfirman :
“Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
kepadamu”. (QS al-Baqarah : 187).
Maksudnya, dekatilah isterimu dan setubuhilah dia pada malam bulam
Ramadlan dan carilah apa yang ditentukan Allah untukmu berupa anak. Melepaskan
hajat seksual, bersenang-senang, dan menuruti kehendak nafsu terhadap isteri
merupakan tujuan nikah yang berada di bawah tujuan mendapatkan anak.
Tujuan seorang muslim untuk mendapatkan anak bukanlah sekedar anak,
melainkan anak yang shalih yang bisa membawa kebaikan, mendoakan kedua
orangtua pada saat keduanya masih hidup dan setelah keduanya meninggal. Ini adalah
doa orang mu’min yang shalih yang dalam al-Qur’an disebut sebagai hamba-hamba
Allah.
“Dan orang-orang yang berkata: “Wahai Tuhan kami, anugerahkannlah kepada
kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Furqan : 74)
Keturunan yang shalih adalah karunia Allah SWT yang sangat besar kepada
para hamba-Nya. Sedangkan keturunan yang rusak hanya akan menjadi musibah
besar dan kerugian yang nyata bagi seorang mu’min yang shalih. Allah menjelaskan
derita dua orang tua yang mu’min akibat kedurhakaan dan kesesatan anaknya.
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya : “Cis bagi kamu berdua,
apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,
95
padahal telah berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya
memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata : “Celaka kamu, berimanlah
kepada Allah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”, lalu dia berkata : “Ini tidak
lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka”. (QS al-Ahqaf : 17)
Anak yang shalih berdoa untuk dirinya, kedua orang tuanya, dan
keturunannya. Doanya adalah :
“Tunjukilah aku untuk mensykuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau
ridlai; berikanlah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri” .(QS al-Ahqaf : 15)
Perempuan yang paling mulia dan yang paling tinggi kedudukannya adalah
ibu. Hal itu disebabkan keletihan dan kesulitan yang dirasakannya dalam
menjalankan tugasnya sebagai ibu. Untuk menggambarkan masalah ini, cukuplah
firman Allah yang menjelaskannya :
“Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua ibu-bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”. (QS al-
Ahqaf : 15)
Ibu mengandung anaknya beberapa bulan dengan susah payah, dan
melahirkannya juga dengan susah payah. Ibulah yang merasakan lelahnya
96
masih wajar selama tidak sampai pada sikap membenci dan tidak rela pada anugerah
yang diberikan Allah berupa anak perempuan.
Manusia tidak boleh menyesali lahirnya anak perempuan sebagai anugerah
Allah SWT, dan tidak boleh hanya senang pada anak laki-laki. Anak perempuan
adalah pemberian Allah yang lahir ke dunia tanpa bisa memilih menjadi laki-laki atau
perempuan. Cukup banyak anak laki-laki yang ayahnya mengharapkannya lahir
sebagai perempuan. Banyak juga anak perempuan yang menjadi kebaikan dan berkah
bagi kedua orang tuanya.
Membenci anak perempuan adalah budaya jahiliyah yang paling buruk.
Hingga akhirnya Allah memberikan anugerah berupa Islam. Allah berfirman :
“Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menangggung
kehinaan atau menguburnya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS al-Nahl : 58-59)
Kebencian mereka pada anak perempuan membuat mereka langsung
menguburnya hidup-hidup setelah dilahirkan. Anak perempuan yang dikuburkan
hidup-hidup ini oleh al-Qur’an disebut الموؤودةseperti dalam firman Allah :
“Apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah
dia dibunuh.” (QS al-Takwir : 8-9)
Budaya jahiliyah yang membenci anak perempuan itu masih tersisa di banyak
negara dan masyarakat. Bahkan ada di antara mereka yang memukuli isterinya hanya
karena melahirkan anak perempuan. Bahkan ada yang menceraikannya. Perempuan
yang melahirkan anak perempuan dicela dan diejek oleh orang-orang sekitarnya.
Orang-orang yang bodoh tidak menyadari bahwa rahim ibu hanyalah tempat janin.
99
Mani yang menjadi anak laki-laki atau perempuan asalnya adalah dari mani laki-laki.
Anak cucunya justu berasal dari dirinya, bukan isterinya. Jika mereka ingin mencela,
mengapa mereka tidak mencela dirinya sendiri? Allahlah sebagai Pencipta yang
menentukan segalanya. Allah berfirman :
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan kepada siapa yang
kehendaki-Nya dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki,
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS al-Syura : 49-50)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT yang telah memberi anugerah berupa
anak. Jika Dia berkehendak, Dia hanya akan memberi anak-anak perempuan kepada
yang Dia kehendaki. Atau Dia hanya akan memberikan anak laki-laki saja. Apapun
yang Dia kehendaki, itulah yang terjadi. Apapun pemberian Allah, anak laki-laki atau
perempuan, itu merupakan anugerah. Walaupun Dia tidak memberi, itu adalah wujud
keadilan-Nya. Manusia tidak mengetahui yang ghaib dan yang samar berikut
akibatnya. Semuanya adalah milik Allah semata. Hamba Allah hanya bisa menerima
kehendak Tuhan, Pengatur alam semesta, dan rela pada takdir-Nya dalam segala hal.
Bagi pasangan yang tidak dianugerahi anak oleh Allah SWT, baik karena
keduanya sama-sama mandul, atau salah satunya, jika mereka rela atas pilihan Allah
dan menerimanya dengan lapang dada dan tetap melanjutkan kehidupan rumah
tangga mereka, maka itu adalah yang terbaik buat mereka. Jika mereka tetap ingin
punya anak, Allah memberikan solusi untuk keduanya.
Apabila yang mandul adalah isteri, maka suaminya bisa tetap menjadikannya
sebagai isteri dan menikah lagi dengan harapan Allah akan memberinya anak. Jika
keduanya tidak sepakat dengan solusi ini, atau suami tidak sanggup menikahi dua
isteri, maka keduanya boleh bercerai.
100
Apabila yang mandul adalah sang suami dan isterinya rela dan bahagia hidup
bersamanya apa adanya, itu juga tidak apa-apa. Jika sang isteri minta cerai dengan
baik karena berharap memperoleh anak dari suami yang lain dan melepaskan hak-
haknya sebagai isteri dengan rela hati maka sang suami tidak punya hak untuk tidak
mau, justru yang lebih baik memberikan semua hak-hak isterinya kemudian
menceraikannya dengan baik.
3. Melakukan tahnik dengan kurma. Tahnik bisa dilakukan oleh orang tuanya atau
orang yang shalih. Kurma dikunyah kemudian dimemasuk ke mulut si bayi.
Rasulullah melakukannya terhadap beberapa anak sahabat, seperti yang
diceritakan dalam al-Shahain dan kitab-kitab lainnya. Diantara anak para sahabat
itu adalah Abdullah bin Zubair putra Asma’ binti Abu Bakar. Ia dilahirkan di
Quba’ ketika ibunya pertama kali datang ke Madinah untuk hijrah. Dia telah
mengandungnya sejak berada di Mekkah. Setelah dilahirkan, sang ibu
membawanya kehadapan Rasulullah SAW, lalu beliau meletakkannya di
pangkuan beliau. Beliau minta kurma kemudian mengunyahnya dan meludahinya
ke mulut sang bayi. Jadi yang pertama kali masuk kedalam perutnya adalah ludah
Rasulullah SAW. Kemudian beliau mentahniknya, mendoakan dan memohon
berkah untuknya. Abdullah bin Zubair adalah anak pertama kaum muhajirin yang
lahir di Madinah. Asma’ berkata : “Kaum muslimin sangat gembira dengan
kelahirannya karena ada yang berkata kepada mereka: “Sesungguhnya orang-
orang yahudi telah menyihir kalian agar tidak punya anak “.
4. Disunnatkan menyembelih kambing untuk aqiqah si bayi. Ini adalah pendapat
jumhur fuqaha’. Dalil mereka adalah hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam al-
Shahih dari Salman bin Amir al-Dlabbi ra, dia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda :
َوأ َِمْيطُْوا َعْنهُ اْألَ َذى، فَأ َْه ِر ْي ُق ْوا َعْنهُ َد ًما،ٌَم َع الْغُالَِم َع ِقْي َقة
“Bersama (lahirnya) anak ada aqiqah, maka alirankanlah darah (menyembelih)
untuknya dan hilangkanlah kotoran darinya”. Ashabus Sunan meriwayatkan
sebuah hadits dari Samurah ra, dia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
ِِ ِِ ِِ ِ ِ
ُ َوحُيْلَ ُق َرأْ ُسه، َويُ َس َّمى فْيه، تُ ْذبَ ُح َعْنهُ َي ْو َم َسابِعه،ُك ُّل غُالٍَم َرهْينَةٌ بِ َعقْي َقته
“Setiap anak digadaikan dengan aqiqahnya yang disebelih untuknya pada
hari ketujuh (kelahirannya), dia diberi nama dan (rambut) kepalanya dicukur”.
102
ِ َان مكاَفِئَت
ٌ َو َع ِن اجْلَا ِريَِة َشاة،ان ِ ِ
ُ ََع ِن الْغُالَم َشات
”Aqiqah untuk anak laki-laki dua kambing yang sama atau hampir sama
besar dan untuk anak perempuan satu kambing”.
Sebab adanya hadits ini adalah bahwa orang Yahudi menyembelih aqiqah
untuk anak laki-laki dan tidak untuk anak perempuan. Kemudian Rasulullah SAW
menyuruh kaum muslimin menyembelih aqiqah berupa dua domba untuk anak
laki laki dan satu domba untuk anak perempuan supaya berbeda dengan orang
yahudi. Sebagian fuqaha’ berpendapat bahwa aqiqah cukup dengan satu kambing,
baik untuk anak laki-laki atau anak perempuan.
5. Memilih nama yang baik untuk si bayi. Waktunya setelah dilahirkan dan lebih
utama pada hari ketujuh dari kelahirannya. Imam Muslim meriwayatkan dari
Anas bin Malik ra, dia berkata : “Rasulullah bersabda :
6. Disunnatkan khitan dan lebih utama segera dilakukan, dan makruh menundanya,
karena termasuk fitrah.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dalam Musnadnya dari Ammar bin
Yasir, dia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
Adapun selain suami, hukumnya beragam. Ayah, anak laki-laki, dan saudara
hanya boleh melihat dua betis, dua tangan, dada dan payudara, kepala dan leher.
Mereka tidak boleh melihat punggung, perut, dan pahanya. Lalu bagaimana dengan
dokter?
Dokter laki-laki juga manusia normal, baligh, berakal, dan memiliki syahwat
yang sempurna terhadap perempuan. Dia bukan mahram bagi perempuan yang
bersangkutan. Sampai di mana batas dokter boleh membuka tubuh perempuan itu?
Kadang-kadang memang ada kondisi darurat yang mendesak, seperti operasi
yang tidak dapat dilakukan oleh dokter perempuan. Pada kondisi ini perempuan harus
pasrah pada para dokter lelaki dan ahli bedah di ruang operasi. Tanggung jawab
agama, moral, dan kemanusiaan sepenuhnya berada di tangan para dokter itu dalam
menjaga kehormatan pasiennya. Selain kondisi darurat seperti itu, urusannya menjadi
sangat mengerikan. Wahai kaum perempuan dengarkan penjelasan ini!
Coba kita bayangkan bagaimana perasaan perempuan ketika mengunjungi
dokter beranak. Saat pertama kali dokter tersebut memintanya masuk ke dalam kamar
khusus, melepaskan celananya, terlentang di meja pemeriksaan dan mengangkat
kedua kakinya dalam keadaan telanjang bulat, yang tak sehelai benangpun
menutupinya. Perempuan yang membuka celananya dan mengangkat kakinya untuk
laki-laki yang bukan suaminya, meskipun dia dokter, pasti hatinya tidak tenang,
perasaannya gelisah, sangat malu, takut, dan merasa serba salah. Akan tetapi dia tetap
menerima dan melakukannya karena dua hal. Pertama, karena sudah banyak orang
yang melakukannya, bukan hanya dia yang mengalaminya. Kedua, laki-laki yang ada
di hadapannya adalah dokter. Katanya : ”Dokter bukanlah manusia seperti
kebanyakan manusia”. Setelah sekali, dua kali, dan seterusnya, akhirnya perasaan
dilematis itu sirna. Membuka celana dan mengangkat kedua kaki untuk sang dokter
tidak lagi menakutkan, justeru dia melakukannya dengan perasaan senang dan
bahagia karena tradisi masyarakat telah mengaburkan pandangannya. Bukankah dia
melakukan itu untuk kemaslahatan dirinya?
105
pantas menjadikan vagina kaum wanita sebagai objek, merusak kehormatan dan
harga diri manusia dan memperlakukan wanita layaknya binatang.
Saya sarankan kepada kaum perempuan untuk tidak membuka aurat di hadapan
laki-laki, meski dia seorang dokter. Kami peringatkan, bahwa Allah SWT
mengaharamkannya, kecuali karena kondisi darurat yang tidak bisa dihindari.
Jagalah kehormatanmu demi kehormatan suamimu. Ketahuilah bahwa dokter juga
manusia yang menyukai perempuan. Waspadalah! Jangan sampai kamu
kehilangan harga diri dan kehormatanmu!
Kepada para dokter yang lalai dalam masalah ini, takutlah kepada Allah dalam
menjaga kehormatan manusia. Tutuplah aurat perempuan. Hati-hatilah dalam
memeriksa wanita, jangan hanya berduaan saja. Jangan melihat anggota
tubuhnya, selain karena keadaan darurat! Hendaklah pemeriksaan tidak dilakukan
dokter seorang, melainkan dengan disertai perawat. Berilah kesempatan yang luas
kepada dukun beranak dan perawat agar dapat menangani persalinan. Jangan
masuk kacuali pada saat darurat. Takutlah kepada Allah, kapan dan di manapun.
Ketahuilah, jika kamu berbuat baik maka akan kamu memperoleh pahala besar.
Begitu juga sebaliknya. Semoga Allah memberi taufiq menuju kebenaran.
Mencegah Kehamilan
1. Hukum agama yang akan kami sebutkan nanti, tidak melihat pada akibat yang
ditimbulkan alat-alat kontrasepsi berupa kegelisahan pasutri saat memakainya.
Pemakainya harus mau menanggung sendiri akibat atau efek samping
penggunaannya. Pemakaian alat kontrasepsi harus dilakukan berdasarkan
kesepakatan dan kerelaan pasangan suami isteri. Jika keduanya rela membatasi
kebebasannya, mengurangi kenyamanannya saat bersetubuh, dan mau bersabar
atas itu semua, maka tidak apa-apa.
2. Tujuan utama dari pernikahan adalah untuk mendapatkan anak, seperti firman
Allah SWT :
“… Maka sekarang campurilah isteri-isterimu dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah kepadamu…” (QS al-Baqarah : 187)
3. Penjelasan kami dalam masalah ini tidak berdasarkan realita manusia apa adanya
(objektif) melainkan berdasarkan asas bagaimana seharusnya (normatif). Kami
menyebutkan hukum agama dalam masalah ini dengan satu keyakinan bulat
bahwa Islam harus diamalkan secara total. Kami tidak menempatkan hukum
agama di bawah realita yang bertentangan dengan hukum agama yang hanif.
Misalnya kami ditanya tentang pemandulan dan pambatasan jumlah anak secara
paksa sebagaimana berlaku di sebagian negara dengan dalih jumlah penduduknya
semakin padat sedangkan sumber pendapatannya tidak cukup, maka kami tidak
akan menjawab berdasarkan realita itu, sebab jika berdasarkan realita itu
jawabannya pasti ya, padahal menurut hukum agama tidak. Tidak ada yang
membenarkan terhadap realita tersebut. Kurangnya pendapatan merupakan akibat
perpecahan negara-negara Islam dan memberlakuan undang undang yang sama
sekali tidak diturunkan Allah SWT. Allah menciptakan bumi dan menentukan
kadar makanan di dalamnya. Dia juga memperbolehkan manusia menyebar di
muka bumi tanpa rintangan untuk mencari rizki untuk memperoleh kehidupan
layak. Allah SWT berfirman :
109
tidak terjadi kehamilan. Setelah menggunakan alat ini, sulit bagi perempuan
yang bersangkutan untuk dapat hamil.
menggunakan obat atau melakukan operasi untuk mendapatkannya. Jika suami isteri
tidak ingin punya anak, keduanya tidak berdosa. Sebab apabila punya anak hukumnya
wajib, pasti Allah tidak akan memandulkan seorang perempuan yang membuatnya
tidak punya anak. Allah SWT berfirman :
“… Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa saja yang Dia kehendaki
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa saja yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki…”
(QS al-Syura : 49-50)
Selain hal di atas, menikahi perempuan yang mandul hukumnya boleh. Seperti
diketahui bahwa kedua isteri nabi Ibrahim as dan Zakaria as mandul. Allah
menganugerahkan Ishak as kepada Ibrahim sa dari isterinya yang mandul dan
menganugerahkan Yahya as kepada Zakariya juga dari isterinya yang madul.
Walaupun begitu, mempuyai anak sangat penting dan dianjurkan oleh agama
sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan tentang tujuan-tujuan
pernikahan di awal buku ini.
Nah, karena mempunyai anak hukumnya tidak wajib, maka menggunakan
alat-alat kontrasepsi sebagaimana disebutkan di atas hukumnya boleh selama tidak
membahayakan kesehatan dan tidak merusak fungsi alat reproduksi secara total.
Berikut kesimpulan hukum penggunaan alat kontrasepsi :
1. Perempuan boleh menggunakan pil kontrasepsi walaupun hal itu membuatnya
kurang nyaman selama tidak membahayakan kesehatannya dan dilakukan atas
persetujuan suaminya. Jika tidak, maka hukumnya tidak boleh.
2. Perempun boleh menggunakan IUD atas izin suaminya.
3. Perempuan boleh menggunakan spiral yang dipasang oleh bidan atau dukun
beranak atas izin suaminya.
113
ِ
ُص ِرفَه
ْ َت أَ ْن ت ْ لَ ْو أ ََر َاد اهللُ أَ ْن خَي ْلَُقهُ َما،َك َذبَت الَْي ُه ْو ُد
َ استَطَ ْع
“Berdustalah orang-orang Yahudi, seandainya Allah berkehendak untuk
menciptakannya, pasti kamu tidak bisa menolaknya”.
Sungguh benar Rasulullah SAW, bukankah kita sering menemukan perempuan
hamil walaupun dia memakai alat kontrasepsi.
Adapun hadits yang menyatakan bahwa ‘azl termasuk pembunuhan terselubung
(al-wa’du al-khafi), tidak sama dengan yang dikatakan orang Yahudi. Mereka
beranggapan bahwa ‘azl termasuk kejahatan yang sama dengan mengubur anak
perempuan hidup-hidup. Sedangkan maksud hadits tersebut tidaklah demikian.
Maksudnya adalah bahwa ‘azl tidak memiliki hukum karena tidak ada kehamilan
114
sama sekali. Makna ini disampaikan al-Ghazali dalam Ihya’, beliau berkata :
“Sabda Nabi SAW al-wa’du al-khafi sama dengan al-syirku al-khafi”.
Al-Ghazali juga mengatakan bahwa orang-orang melakukan ‘azl karena beberapa
alasan, yang paling utama adalah :
a. Menjaga kecantikan perempuan agar dapat menyenangkan suaminya atau
menjaga keselamatan jiwanya, atau karena merasa khawatir akan bahaya
melahirkan bagi dirinya. Ini tidak dilarang.
b. Khawatir terlalu sibuk mengurusi banyak anak dan mengantisipasi kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidup (kasab). Ini juga tidak dilarang, karena
sedikit kesibukan memberikan banyak kesempatan bagi seseorang untuk
beribadah. Walaupun begitu, yang paling utama adalah tetap bertawakkal dan
percaya terhadap jaminan Allah SWT. Allah berfirman
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang
memberi rizkinya”. (QS Hud, 11 : 6).
Dengan demikian, tidak apa-apa membatasi jumlah anak dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan mereka atau kualitas kesejahteraan hidup
mereka dengan tetap yakin bahwa Allahlah yang memberi mereka rizki.
6. Laki-laki tidak boleh menggunakan fasektomi kecuali dalam keadaan darurat.
Keinginan untuk tidak punya anak tidak bisa dijadikan alasan untuk
memperbolehkannya. Hal itu karena alat ini dapat merusak fungsi alat reproduksi
laki-laki .
7. Laki-laki tidak boleh mengebiri alat vitalnya karena hal itu termasuk merubah
ciptaan Allah, kecuali ada maslahat yang dibenarkan agama atau karena darurat.
Melakukan ini sama dengan menyiksa diri, karena dapat merusak fungsi organ
tubuh tanpa alasan yang dibenarkan agama. Adapun mengebiri binatang
hukumnya boleh apabila mengandung manfaat, misalnya bisa membuat binatang
tambah gemuk.
115
Secara umum, yang lebih utama adalah tidak menggunakan alat kontrasepsi sama
sekali dan membiarkan organ tubuh secara alami, selama tidak ada hajat dan
darurat.
8. Pemerintah tidak boleh mewajibkan rakyatnya untuk membatasi jumlah anak dan
tidak boleh membuat mandul pasangan suami isteri, apapun sebab dan tujuannya.
Mempunyai anak adalah hak setiap orang, karena itu tidak seorangpun berhak
memaksa mereka. Pemerintah hendaknya menyadari bahwa mereka bertanggung
jawab atas pemeliharan hak-hak manusia dan menjaga kemaslahatan mereka serta
mengatur kehidupan mereka dengan aturan yang dibenarkan agama. Sehingga
mereka dapat mewujudkan keadilan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian
bagi rakyatnya.
Aborsi
5
Makna ini diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Abi Hurairah RA dari
RAsulullah SAW.
6
Berkurangnya penciptaan manusia baik panjang, lebar dan umurnya juga diketahui
dari fosil yang ditemukan diberbagai tempat di dunia.
117
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, (tetapi) sedikit sekali
kamu bersyukur”. (QA al-Sajdah : 7-9)
Yang dimaksud manusia (insan) dalam ayat ini adalah Adam as dan yang
dimaksudkan keturunannya (nasl) adalah anak cucu Adam as. Yang dimaksud
“…dan Dia meniupkan ruh (ciptaan)-Nya kepadanya…” bahwa sesungguhnya
Allah meniupkan ruh ke dalam tubuhnya dan ke dalam setiap janin dalam rahim
ibunya. Allah menciptakan ruh mahluk sebelum menciptakan jasadnya. Kata ruh
yang dinisbatkan (idlafah) kepada Allah termasuk idlafah tasyrif (memuliakan)
ruh yang termasuk rahasia besar dari sekian banyak rahasia Allah terhadap
mahluknya. Allah berfirman :
“Dan mereka bertanya kepadamu tantang ruh, katakanlah : “Ruh itu
(termasuk) dari urusan Tuhanku, dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”.
(QS al-Israa’: 85)
Diantara ayat al-Qur’an yang menjelaskan tingkatan-tingkatan penciptaan
manusia secara rinci adalah firman Allah SWT :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati
yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang)
disimpan di dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Lalu Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Suci Allh, Pencipta yang paling baik.” (QS al-Mu’minun :12-
14)
tersebut selalu menyertai alat buatannya dengan sebuah buku panduan (manual)
yang menjelaskan cara penggunaannya, rahasia-rahasianya, dan cara kerja setiap
komponennya, agar pemakainya mudah mengoperasikannya dan dapat
memperbaiki kerusakannya. Tanpa buku panduan itu, orang semahir apapun akan
sulit memperbaikinya bila rusak, bahkan bukan tambah baik, malah tambah rusak.
Orang yang menolak menggunakan buku panduan itu tidak akan dapat
menggunakannya dan tidak bisa memperbaiki kerusakannya dengan baik. Begitu
juga dalam penciptaan manusia. Allah SWT sebagai Pencipta manusia
menyertakan buku panduan tentang manusia dalam al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW, agar kita mengetahui kehebatan sang Pencipta dan kecanggihan
ciptaan-Nya. Dalam buku panduan itu, Allah SWT menjelaskan bagaimana Dia
memulai penciptaan manusia, perpindahannya dari satu tingkatan ke tingkatan
yang lain. Dia juga menjelaskan waktu yang diperlukan dalam setiap tingkatan,
dan kapan Dia menyuruh malaikat untuk meniupkan ruh pada manusia. Jadi,
orang-orang yang meneliti asal-usul penciptaan manusia tetapi tidak mau
menggunakan petunjuk al-Qur’an dan al-Hadits sama halnya dengan orang yang
mengoperasikan alat rumit tanpa merujuk pada buku panduannya.
Kita sangat yakin, bahwa para peneliti asal-usul manusia dalam rahim ibu
akan menemukan bagian yang hilang dari penelitian mereka jika mereka mau
merujuk pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW sebagai petunjuk dalam masalah
ini. Mereka akan menemukan informasi yang lengkap tentang hakikat ilmiah
penciptaan manusia yang tidak akan berubah.
c. Hukum aborsi
Setelah kami mengkaji dan menelaah beberapa buku fiqih dan pendapat
para ulama dalam masalah ini, berikut akan kami paparkan pendapat mereka yang
paling kuat :
a. Para fuqaha’ sepakat bahwa apabila aborsi dilakukan setelah peniupan ruh
terhadap janin, yaitu hari kesepuluh dari usia kandungan empat bulan,
120
Mengidam
Tanya jawab
1. Apa benar perempuan yang mati karena melahirkan sama dengan mati syahid?
Jawab : Ya benar, semua itu adalah karunia Allah SWT seperti yang dijelaskan
para ulama.
2. Apabila proses melahirkan sangat sulit dan membahayakan jiwa sang ibu, apakah
boleh mengeluarkan janin walaupun terpotong-potong?
Jawab : Ya, bahkan wajib menyelamatkan jiwa sang ibu dengan cara itu jika
dalam keadaan darurat dan tidak ada pilihan lain.
3. Apakah boleh melakukan aborsi jika menurut dokter janin yang ada dalam rahim
akan lahir cacat?
Jawab : Tidak boleh, karena bayi yang lahir tidak sempurna juga harus dipelihara
sama dengan bayi yang normal.
4. Apabila pasangan suami istri dan keluarga yang lain lebih menyukai bayi laki-laki
dari pada bayi perempuan, apakah itu berdosa?
Jawab : Tidak, karena perbedaan kesenangan dan kebahagiaan adalah fitrah
manusia. Kebahagian karena lahirnya anak pertama lebih besar daripada yang
kedua, walaupun sama-sama laki-laki. Kebanyakan suami isteri menginginkan
anak pertama laki-laki. Ini tidak apa-apa karena yang terpenting adalah rela atas
karunia Allah SWT dan tidak membenci anak perempuan.
5. Ada sebuah tradisi pada saat mengunjungi dua mempelai dengan mengucapkan :
“Semoga anak pertamamu laki-laki”, bagaimana hukumnya?
Jawab : Tidak apa-apa, akan tetapi lebih baik bila mendoakan agar mereka
mendapatkan anak shalih.
123
6. Jika aqiqah tidak dilaksanakan tepat waktu setelah melahirkan, apa boleh
melaksanakan lebih akhir?
Jawab : Ya boleh menurut sebagian ahli fiqih.
7. Apabila sudah ada dokter perempuan, apa boleh ibu hamil pergi ke dokter laki-
laki?
Jawab : Dia berdosa, karena membuka aurat di hadapan laki-laki bukan mahram
hukumnya haram, kecuali karena kondisi darurat dan tidak ada pilihan lain.
8. Jumlah dokter perempuan sangat minim bila dibandingkan dokter laki-laki,
bahkan jumlah kadang tidak mencukupi, apa solusinya?
Jawab : Pertanyaan bagus, solusinya adalah dengan menganjurkan para
mahasiswi di perguruan tinggi untuk masuk fakultas kedokteran dengan segala
spesialisasinya sehingga jumlahnya bisa sebanding dengan dokter laki-laki.
Dengan demikian dokter laki-laki hanya menangani pasien laki-laki, dokter
perempuan menangan pasein perempuan. Pengarahan ini adalah tanggung jawab
pemerintah. Selama hal itu belum terwujud, maka dispensasi untuk kondisi
darurat diambil seperlunya saja. Artinya, perempuan tidak boleh pergi ke dokter
laki-laki kecuali dalam kondisi darurat.
BAGIAN TUJUH
MENYUSUI DAN MENGASUH ANAK
Menyusui
menjadikan radla’ah sebagai salah satu penghalang sahnya pernikahan. Selain dalam
Islam, aturan seperti itu tidak ada.
Mengingat pentinganya masalah ini, kami akan menjelaskannya seringkas
mungkin tanpa memasukkan rincian pendapat para ulama dan dalil-dalinya, karena
semua itu dapat dilihat dalam buku-buku fiqih. Pembahasan ini kami ringkas dalam
hal-hal berikut:
boleh menyusui anak orang lain tanpa ada pemberitaan dan pemberitahuan agar
orang-orang tahu bahwa si fulanah telah menyusui si fulan atau fulanah. Agar
memiliki kekuatan hukum, hendaklah hal itu didaftarkan ke pengadilan agama
supaya bisa dijadikan dasar untuk mengetahui adanya hubungan susuan antara si
ibu dan si bayi, dan demi menghidari perkawinan antar mahram yang tidak
disadari. Alangkah baiknya jika gagasan ini dilaksanakan oleh negara-negara
Islam dengan cara membentuk suatu badan hukum dalam pengadilan negeri
dengan nama badan radla’ah yang menangani pembukuan dan pengawasan
terhadap masalah radla’ah yang kelak bisa digunakan saat akad nikah.
b. Hak menyusui
Pada dasarnya, radla’ah adalah hak dan kewajiban seorang ibu. Seorang
ibu harus menyusui anaknya dari putingnya sendiri. Ibulah yang paling berhak
menyusui anaknya dari orang lain . Allah berfirman :
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…” (QS al-Baqarah :233)
Walaupun begitu ibu tidak dipaksa untuk menyusui bayinya, kecuali bila
tidak ada jalan lain. Misalnya sang anak tidak mau pada selain puting ibunya atau
orangtuanya miskin sehingga tidak bisa menyewa orang lain yang bisa
menyusuinya, atau tidak mampu mencari pengganti ASI meskipun hanya susu
kering. Ayah boleh menyusukan anaknya kepada siapa saja selain ibunya. Hal ini
sudah dilakukan oleh bangsa Arab sebelum Islam. Rasulullah SAW sendiri
pernah menyusu pada Halimah al-Sa’diyah.
1. Dilakukan pada saat bayi belum genap berusia dua tahun, yaitu batas waktu
yang diberikan Allah untuk susuan yang sempurna. Seperti yang disebutkan
dalam firman-Nya :
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…” (QS al-Baqarah
:233)
Apabila ada anak menyusu pada seorang wanita dan umurnya belum
melawati dua tahun, maka di antara keduanya ada hubungan mahram
radla’ah, meskipun sudah disapih sebelum berumur dua tahun. Karena
penyapihannya tidak mengahalangi hukum susuan selama masih dibawah dua
tahun. Jika usianya sudah melebihi dua tahun, maka radla’ah, sedikit atau
banyak, tidak lagi berpengaruh.
2. Kadar susu yang menyebabkan hubungan mahram masih diperdebatkan
ulama, sebagian ada yang berpendapat satu tetes air susu sudah cukup jika
diyakini masuk kedalam perut bayi. Yang lain berpendapat harus sampai lima
susuan meski tidak mengenyangkan, bahkan satu hisapan sudah termasuk satu
kali susuan.
d. Susuan buatan
Yang dimaksud dengan susuan buatan adalah menyuapi bayi dengan susu
kering tanpa melihat alat yang digunakan, baik dihisap, dengan sendok atau
lainnya. Ini tidak termasuk pada radla’ (susuan) yang menyebabkan hubungan
mahram, melainkan makanan biasa karena istilah radla’ hanya dipakai pada air
susu ibu yang menyusui.
Kaitannya dengan masalah ini, kami akan menjelaskan pentingnya
menyusui dari puting susu ibu dan manfaatnya, baik bagi si ibu ataupun bagi sang
bayi. Kami tidak akan menyebutkan menurut para peneliti spesialis masa kini,
karena masalah itu sudah sangat dikenal. Banyak seruan di berbagai negara Islam
127
yang menganjurkan para ibu untuk menyusui anaknya dari ASI-nya sendiri
karena mengandung banyak manfaat, baik dari segi medis maupun psikilogis.
Menyusui bayi dengan susu kering (susu formula) dan semacamnya belum
dikenal di dunia Islam sebelumnya. Ini adalah hasil impor dari barat di mana para
ibu enggan menyusui anaknya karena khawatir berakibat buruk pada keindahan
tubuhnya, tanpa memperdulikan kesehatan anak dan pertumbuhannya. Tapi
sekarang, oranng-orang barat kembali justeru mengajak para ibu untuk menyusui
anaknya dari putingnya sendiri sambil meyakinkan mereka bahwa itu tidak akan
merusak keindahan dan kecantikan tubuhnya, malah akan menambah keindahan
dan kecantikannya.
Marilah kita tinggalkan barat dengan prinsip materialisme dan
rasionalisme-nya. Sekarang kita kembali pada diri kita dan prinsip kita.
Hal pertama yang dicari seorang muslim, laki-laki dan perempuan, adalah
perbuatan dan perkataan yang membawa keridlaan Allah SWT, dan pahala yang
kembali padanya, sebelum melihat pada aspek lainnya. Seorang muslimah yang
mengandung anaknya dengan payah dan melahirkan juga dengan payah,
menanggung letihnya mengandung, sakit dan resiko melahirkan dengan sabar dan
hanya mencari pahala Allah SWT, rahmat dan keridlaan-Nya. Pasti dia tidak akan
keberatan untuk memeluk anak yang dikasihinya dan memberikan tetesan-tetesan
ASI-nya untuk buah hatinya. Lebih dari itu, seorang ibu muslimah tidak akan
merasakan sakit dan letih, sebaliknya dia akan merasa bahagia tak terhingga dan
kelak akan memperoleh pahala Allah SWT.
Kita tidak mengatakan pada para ibu : “Susuilah anakmu dari putingmu
sendiri karena akan menambah kecantikanmu!” atau anjuran lainnya, karena tugas
ibu bukan untuk tukar-menukar demi memperoleh keinginannya. Tapi kita
katakan : “Berilah kasih-sayang pada anakmu, susuilah dengan ASI-mu agar
kamu benar-benar menjadi seorang ibu yang baik dan memperoleh pahala Allah.
Wahai para ibu, rawatlah anakmu dengan tanganmu sendiri, janganlah kamu
berikan pada pembantu atau panti asuhan! Ingatlah bahwa tanggung jawab
128
seorang ibu sangat besar, karena itu, jangan tinggalkan tugasmu sebagai ibu.
Wahai para ibu, apakah kamu pernah melihat seorang ibu, binatang sekalipun,
yang melahirkan anaknya lalu meninggalkan dan menyia-nyiakannya? Adakah
seekor burung yang meninggalkan anaknya? Pasti jawabannya tidak. Lalu
pantaskah kamu sebagai manusia yang memiliki akal dan pengetahuan, memiliki
perhatian yang kalah besar terhadap anaknya dari binatang yang tidak berakal?
e. Menyapih
Menyapih atau fitham adalah memisahkan anak untuk tidak menyusu dari
ibunya. Dalam al-Qur’an disebut dengan juga dengan istilah fishal. Allah SWT
berfirman :
“…Dan menyapihnya selama dua tahun…”
“Dan mengandungnya dan menyapihnya dalam tiga puluh bulan”.
Maksudnya adalah bahwa radla’ah yang sempurna adalah dua tahun
menurut kalender hijriyah. Ini adalah hak anak apabila dia masih
membutuhkannya.
Menyapih anak boleh dilakukan sebelum berumur dua tahun atas kerelaan
dan musyawarah kedua orang tua, dengan syarat tidak membahayakan anak,
lebih-lebih jika ibunya hamil lagi sedangkan dia masih menyusui (ghail). Pada
kondisi ini, anak lebih baik disapih karena ASI ibunya sudah tidak layak
dikonsumsi. Walaupun begitu, seorang ibu tidak harus dipaksa menyapih dan juga
tidak haram menyusui, karena itu hanya bersifat antisipatif dan berhati-hati.
Sebaiknya menyapih dilakukan secara berangsur-angsur, bukan sekaligus.
Anak yang akan disapih hendaklah dibiasakan dan dilatih sedikit demi sedikit
sehingga dia berhenti menyusu dan dapat pindah dari ASI ke makanan biasa
secara alami dan tanpa paksaan.
Mengasuh Anak
129
a. Hak hadlanah
130
b. Waktu hadlanah
Hak hadlanah berakhir masa berlakunya pada saat anak sudah tidak
memerlukan lagi perawatan dari perempuan yang mengasuhnya. Yaitu ketika
berusia tujuh tahun untuk anak laki-laki dan sembilan tahun untuk anak
perempuan. Apabila waktunya telah habis, maka perempuan yang mengasuh tidak
memiliki hak untuk menahan anak tersebut. Dia harus menyerahkannya kembali
pada orang tua atau walinya. Ayah wajib menerima anaknya dari pengasuhnya
agar dapat mengawasi dan memeliharanya seperti yang diperintahkan agama.
131
Memandang anak dengan kasih sayang, yang dilakukan orang tua lebih
dalam artinya dari sekedar mengasuh, karena ia menjadi media untuk
mencurahkan perasaan kebapakan dan keibuan. Tetapi sebagian orang tidak
mengetahui pentingnya masalah ini. Justeru mereka memperlakukan anak dengan
cara kasar tanpa kasih sayang. Sering kita lihat bapak dan ibu yang menjadikan
anaknya sebagai tameng untuk melakukan penganiayaan, kekerasan, dan
pemaksaan.
Tanya Jawab
1. Apa yang harus dilakukan suami isteri apabila setelah menikah mereka tahu
bahwa keduanya adalah saudara sesusuan?
Jawab : Mereka wajib segera bercerai dan melaporkannya ke pengadilan untuk
mencatatnya. Mereka tidak berdosa atas apa yang mereka perbuat sebelumnya.
Anak-anak mereka pun tetap anak syar’i (sah menurut agama), dan nasabnya
tetap sah.
2. Jika ada seseorang mengetahui adanya hubungan mahram susuan antara suami-
isteri, apakah dia wajib menyampaikannya kepada mereka?
Jawab : Tentu, selanjutnya masalah tersebut menjadi tanggung jawab mereka
berdua.
3. Apakah perempuan yang mengasuh anak atau yang menyusui berhak mengambil
upah dari pekerjaannya ?
Jawab : Ya, kecuali ibu yang masih berstatus isteri pada saat mengasuh. Jika
sudah dicerai, maka dia sama dengan perempuan lainnya, bahkan lebih berhak
menerimanya.
132
BAGIAN DELAPAN
HAK- HAK SUAM-ISTERI
Hak dan kewajiban suami isteri adalah masalah yang sangat penting untuk
diketahui. Sudah banyak buku ditulis untuk menjelaskan hak-hak suami dan hak-hak
isteri dan juga kewajiban masing-masing terhadap pasangannya. Penulisan buku-
buku tersebut bertujuan untuk membantu pasangan suami isteri agar dapat hidup
tentram dalam rumah tangga yang bahagia. Buku yang ada di tangan pembaca ini
adalah salah satunya. Semoga Allah menjadikan buku ini bermanfaat dan membawa
kebaikan bagi pasangan suami isteri.
Sebelum mengenal hak-hak dan kewajiban suami isteri, ada baiknya kami
jelaskan makna hak dan kewajiban sebagai dua hal yang berlawaban. Antara hak dan
kewajiban terdapat hubungan timbal balik. Setiap hak, baik hak Allah atau hak
mahluk, pasti menjadi tuntutan atau kewajiban bagi pihak yang lain. Begitu juga
sebaliknya, setiap kewajiban pasti menjadi hak bagi pihak yang lain. Jadi setiap
perkara yang diperintahkan agama adalah hak pada satu sisi dan kewajiban pada sisi
yang lain.
Allah memiliki hak terhadap para hamba-Nya. Maka, hak Allah tersebut
menjadi kewajiban bagi para hamba-Nya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan
sebuah hadits dari Mu’adz bin Jabal ra, dia berkata : “Saya mombonceng Nabi SAW
diatas seekor keledai, beliau bersabda :
“Wahai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah terhadap hamba-hamba-Nya
dan apa hak hamba-hamba-Nya terhadap Allah?”. Saya berkata : “Allah dan Rasul-
Nya lebih tahu”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya hak Allah terhadap hamba-
hamba-Nya adalah mereka harus menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Sedangkan hak-hak para hamba terhadap Allah adalah Dia
133
tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya”. Kemudian saya berkata :
“Wahai Rasulullah, apakah boleh saya memberi kabar gembira pada manusia?”.
Rasulullah menjawab : “Jangan, sebab mereka akan berpangku tangan (tidak mau
beramal dan mencukupkan dirinya dengan tidak menyekutukan Allah)”.
Hak Allah yang dimaksud dalam hadits ini adalah hak untuk disembah dan
tidak disekutukan dengan apapun. Sedangkan hamba-hamba-Nya berkewajiban untuk
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan hak hamba adalah
mereka berhak memperoleh pahala sebagai balasan atas keimanan dan ketaatan
mereka, karena Allah telah berjanji, sedangkan Allah tidak menyalahi janji-Nya. Ini
adalah karunia dan rahmat-Nya. Begitu juga hak antara suami-isteri. Hak salah satu
dari keduanya adalah kewajiban bagi yang lainnya sebagaimana yang telah
ditentukan dan dijelaskan Allah.
Perbedaan hak dan kewajiban adalah bahwa pemilik hak boleh melepaskan
haknya dan memaafkan orang yang tidak melaksanakannya, dan dia akan
memperoleh pahala. Sedangkan orang yang memiliki kewajiban tidak boleh
meninggalkan kewajibannya kecuali atas izin orang yang memiliki hak tersebut.
Berbicara tentang hak dan kewajiban suami isteri, maka tidak boleh tidak kita
harus menyadari sebuah kenyataan dalam pandangan agama dan sosial yang tidak
seorangpun yang berakal sehat akan memperdebatkan kebenarannya. Kenyataan itu
adalah bahwa Allah mengangkat derajat laki-laki di atas derajat perempuan. Allah
berfirman :
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
dengan cara yang ma’ruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan
kelebihan dari para isteri”. (QS al-Baqarah : 228)
134
Derajat yang diberikan Allah ini adalah kedudukan untuk mengawasi dan
mengarahkan apa yang dimandatkan Allah kepada laki-laki. Allah berfirman:
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. (QS
al-Nisaa’ : 34)
Laki-laki memiliki kekuatan lebih dari perempuan, baik dari segi akal, fisik,
maupun pengetahuan. Bagi orang berakal, tidak samar lagi bahwa secara umum laki-
laki memiliki kelebihan dibanding perempuan. Allah berfirman :
“…akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari para
isteri”. (QS al-Baqarah : 228)
Ini menunjukkan bahwa hak suami terhadap isteri lebih besar dan lebih wajib
dilaksanakan daripada hak isteri terhadap suami. Karena itu, Nabi SAW bersabda:
“Seandainya aku (diperkenankan) menyuruh seseorang sujud kepada orang
lain, niscaya aku perintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya karena
besarnya haknya terhadap dirinya. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Derajat yang diberikan Allah kepada laki-laki ini adalah sebuah kehormatan
karena Allah mempercayainya untuk mengemban kewajiban dan tanggung jawab.
Abdullah bin Abbas berkata : “Derajat ini menjadi dorongan bagi laki-laki untuk
bergaul dengan baik, melapangkan harta, dan berakhlak baik kepada perempuan.
Artinya, laki-laki lebih diutamakan untuk bertanggung jawab atas diri perempuan”.
Firman Allah yang berbunyi : “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum
perempuan” (QS al-Nisaa’ : 34), kata qawwaam adalah sighat mubalaghah yang
berarti melaksanakan sesuatu serta berusaha keras mengawasi, menjaga dan
memeliharanya. Jadi yang dimaksud qiyaam al-rijaal ‘ala al-mar-ah adalah bahwa
suami harus mengatur dan mendidik isterinya, menafkahinya, membela dan
menjaganya. Isteri harus mentaati semua perintah suaminya selama perintah tersebut
135
bukan maksiat kepada Allah SWT, karena tidak boleh ada ketaatan kepada mahluk
untuk berbuat maksiat kepada Allah.
Pemberian kelebihan (tafdlil) kepada laki-laki atas perempuan tidak boleh
dipahami seperti yang dipahami orang-orang bodoh, bahwa laki-laki adalah raja yang
berkuasa sepenuhnya atas perempuan, main perintah sesukanya, perempuan tidak
boleh menolak perintahnya, hanya karena dia laki-laki, walaupun sebenarnya dia
salah, zalim, dan kejam. Inilah kebodohan yang bertentangan dengan ajaran agama
yang tidak melebihkan sebagian manusia atas sebagian yang lain hanya untuk
merendahkan dan menjadikannya budak, melainkan untuk menyayanginya,
membantunya, memperbaikinya, berbuat baik kepadanya, dan memuliakannya, lebih-
lebih kepeda isteri.
Laki-laki yang memukul isterinya layaknya seorang budak, bukanlah laki-laki
sejati yang baik. Laki-laki yang suka memaksa isterinya, merendahkannya, berbuat
kasar kepadanya adalah laki-laki yang berhati buas. Alangkah buruk sifat laki-laki
yang demikian. Mereka adalah contoh terburuk bagi seorang muslim.
Suami sejati adalah adalah suami yang suka berbuat baik kepada isterinya,
melaksanakan tanggung jawabnya sepenuhnya dengan penuh amanah dan keikhlasan.
Suami yang baik memperbaiki isterinya, bukan merusaknya. Suka berbuat baik
kepadanya, bukan bersikap bejat. Membimbingnya untuk beramal shaleh, bukan
menghalang-halanginya. Memberinya nasehat dengan lemah lembut ketika dia
berbuat salah. Tidak bersikap kasar, tetapi menyayangi dan melindunginya, dan tidak
memberatkannaya atau memaksanya.
Suami tidak boleh lupa bahwa isterinya diciptakan darinya, dia adalah bagian
dari dirinya. Allah berfirman :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cederung dan merasa
136
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang”. (QS al-
Ruum : 21).
Adakah orang yang mau berlaku kasar pada dirinya sendirinya? Suami yang
bertindak sesuka hati pada isterinya karena dia sebatang kara, tidak memiliki keluarga
dan penolong, jangan lupa bahwa Allah adalah penolong orang yang teraniaya. Allah
sangat tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim.
Sebaliknya, seorang isteri harus menghormati suaminya dan mengakui
kelebihannya. Suami adalah pelindungnya, pemelihara kemuliaan dan
kehormatannya, dan orang yang bertanggung jawab pada dirinya selain kedua orang
tuanya. Suami adalah orang yang hidup dengannya hampir dalam sebagian besar
hidupnya.
Perempuan tidak boleh terpengaruh oleh propaganda orang-orang sesat yang
menyerukan emansipasi dan persamaan hak. Mereka telah mendorong para isteri
untuk membangkang kepada orang tua dan suaminya. Orang-orang tersebut tidak
memiliki tujuan selain untuk menghancurkan bangunan rumah tangga muslim,
memcerai-beraikannya dan meluluhlantakkan keutuhannya.
Suami isteri hendaklah selalu bertakwa kepada Allah SWT dan selalu
mengingat firman Allah :
“Janganlah kamu melupakan kelebihan di antara kamu…” (QS al-Baqarah :
237)
Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah
bin Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Ini adalah hak suami terpenting terhadap isteri karena perhatian isteri
terhadap kebutuhan suami di tempat tidur merupakan sebab utama terwujudnya
kebahagiaan berumah tangga. Sebaliknya, ketidaktahuan isteri terhadap tanggung
jawabnya sebagai isteri dan kelalaiannya dalam menunaikan hak suami adalah
sebab keretakan rumah tangga yang sering kali berakibat pada perceraian.
Ada seorang suami yang mengeluhkan bahwa isterinya lalai dan tidak
memperhatikan kebutuhannya. Dia sama sekali tidak mempedulikannya seolah
dia bukan suaminya. Dia tidak mau berhias untuknya, tidak mau bermesraan,
tidak pernah menawarkan jasanya di tempat tidur. Dia lebih memilih begadang di
depan televisi, lalu pergi ke tempat tidur sambil menghadap tembok dan tidur
sendirian. Begitulah kebiasaannya. Suatu waktu suaminya masuk kamarnya dan
melihatnya tidur sebagaimana biasanya. Suaminya kesal dan sangat marah, lalu
ranjangnya dibalik sambil mengeluarkan kata-kata kasar.
Isteri semacam ini banyak ditemui ditengah-tengah masyarakat kita saat
ini. Dia layak mendapatkan laknat dari para malaikat, seperti yang disabdakan
Rasulullah SAW :
d. Tidak memberikan sesuatu apapun yang diambil dari rumahnya tanpa izin
suaminya. Jika dia melakukannya, maka dia berdosa dan suaminya memperoleh
pahala.
e. Tidak keluar rumah untuk bepergian dengan salah seorang mahramnya atau
bekerja di luar rumah tanpa izin suaminya. Tidak bergaul dengan perempuan yang
tidak disukai suaminya.
f. Menerima apa adanya dan rela atas rizki yang diberikan Allah kepada suaminya.
Tidak menggerutu atau karena himpitan hidup dan keadaan yang kurang
menyenangkan, tetapi dia harus menampakkan kerelaan dan kepuasan. Harus
menghargai jerih payah suaminya dalam mencari rizki. Tidak menuntutnya
melebihi kebutuhan, karena tuntutan itu khawatir akan menjerumuskannya kepada
perbuatan haram. Isteri yang baik harus mendorong suaminya untuk menerima
karunia Allah dengan lapang dada dan menjauhi cara-cara haram. Diantara
kebiasaan orang-orang salaf apabila suaminya hendak keluar rumah untuk
mencari rizki, isteri atau anaknya berkata : “Hindarilah mata pencaharian yang
haram, karena kami mampu menahan lapar dan kesusahan, tetapi kami tidak
mampu menahan (panasnya) api neraka”.
g. Menjaga diri dengan menutup aurat dan tidak menampakkan keindahan tubuhnya
kecuali pada suaminya. Karena menampakkan aurat atau keindahan tubuh pada
orang lain selain suami hukumnya haram dan bisa menimbulkan kerusakan yang
besar. Dia juga tidak memakai pakaian mini dan ketat kecuali untuk suaminya.
Imam Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Aisyah
ra, dia berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang
perempuan melepaskan pakaiannya di luar rumah suaminya kecuali dia telah
membuka tabir antara dia dan Tuhannya”, artinya dia telah membuka aibnya
sendiri dan merusak kehormatannya. Ini biasanya terjadi pada para perempuan
yang suka telanjang di kolam-kolam renang, diskotik dan tempat-tempat umum
lainnya.
140
sebagian orang-orang bodoh. Rasulullah SAW mengatakan itu sesuai realita yang
ada. Jangan sampai maksud hadits ini diselewengkan. Perempuan wajib dididik
sejak kecil agar terbiasa berakhlaq terpuji, bisa menjadi ibu yang shalihah yang
tidak melaknat anaknya sendiri dan tidak medoakan keburukan atas mereka, dan
menjadi isteri yang setia yang mengerti betul hak dan kelebihan suaminya atas
dirinya. Semua itu akan mempermudah dia untuk mendapatkan ridla, pahala dan
rahmat Allah.
Kewajiban Suami Terhadap Isteri
Sesungguhnya hak suami atas isterinya hanya terbatas pada dirinya, bukan
hartanya. Hak-hak suami hanya terbatas pada pribadi isterinya. Suami tidak punya
hak atas harta isterinya kecuali dengan kerelaannya. Isteri bebas menggunakan harta
miliknya dan tidak ada kaitannya dengan suaminya.
Adapun hak isteri atas suaminya berhubungan dengan harta dan diri
suaminya. Isteri mempunyai hak harta berupa maskawin dan nafkah lahir, dan hak
atas diri suaminya. Diantara kewajiban suami atas isterinya adalah :
a. Harus memiliki akhlak yang baik. Menggauli isterinya dengan baik, hidup
bersamanya dengan cara yang ma’ruf dan tidak menyakitinya, demi
mengamalkan sabda Rasulullah SAW : “Orang yang paling baik diantara kalian
adalah orang yang baik pada isterinya”. (HR. Turmudzi). Maksudnya adalah
bahwa laki-laki yang paling baik bukanlah laki-laki yang lemah lembut dan
sopan diluar rumah, tetapi bersikap kasar pada isterinya. Laki-laki yang paling
baik adalah laki-laki memperlakukan isterinya dengan cara paling baik, karena
isteri adalah orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik dan lembut.
b. Bersabar jika dia menyakitinya atau marah kepadanya, dan memaafkan semua
kesalahannya. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik ra,
dia berkata : “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sayang pada
keluarganya melebihi rasulullah SAW.
142
c. Bersenda gurau dengan isterinya sebatas tidak menjatuhkan rasa hormat dan
wibawanya di hadapan isterinya. Artinya bergurau dengan cara sedang-sedang
saja, karena yang demikian dapat menyenangkan hati wanita.
d. Memiliki sifat cemburu terhadap isterinya demi menjaga kehormatan dan
kemuliaan isterinya. Dia harus menjaga hal-hal yang dapat menimbulkan
kerusakan. Akan tetapi tidak boleh berburuk sangka dan memata-matai hal-hal
yang bersifat batin. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Jabir ra
bahwa Rasulullah melarang seseorang masuk ke rumah keluarganya pada waktu
malam hari untuk menuduhnya berkhianat atau mencari kesalahannya.
e. Menyediakan tempat tinggal untuknya yang terpisah dengan keluarganya. Allah
SWT berfirman :
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu”. (QS al-Thalaq : 6)
f. Memberikan maskawin secara tunai dan lengkap, karena maskawin adalah hak
isteri yang khusus untuk dirinya. Allah berfirman :
“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu
telah memberikan kepada salah seorang di antara mereka harta yang banyak,
maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun,
apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan
dengan (menanggung) dosa yang nyata”. (QS al-Nisaa’ : 20)
g. Memberi nafkah dengan baik dan mencukupi kebutuhan isterinya, berupa
makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya tanpa berlebihan. Suami
dalam yang menafkahi isterinya akan memperoleh pahala dari Allah SWT.
Disebutkan dalam al-Shahihain sebuah hadits dari Saad bin Abi Waqqash ra
bahwa Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Sesungguhnya tidaklah kamu
memberi nafkah dengan mencari keridlaan Allah SWT kecuali kamu akan diberi
143
anjuran (targhib), bila tidak mempan, maka yang kedua dengan ancaman (tarhib).
Jika masih belum efektif, suami mengabaikannya dan membelakanginya di
tempat tidur. Membiarkannya tidur sendirian di atas tempat tidur, tetapi tetap
dalam satu kamar dan tidak boleh meninggalkannya sendirian dalam kamar. Hal
ini dilakukan selama tiga hari. Apabila masih belum ada perubahan maka suami
boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak membekas, tidak boleh memukul
muka, kepala, mulut, lambung, dan anggota tubuh lainnya yang sakit apabila
dipukul. Sesuai dengan firman Allah :
“Dan wanita-wanita yang kami khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya”. (QS al-Nisaa’ : 34)
Memukul isteri yang diperbolehkan menurut ayat ini adalah apabila nusyuz dan
kerusakan hanya datang dari pihak isteri saja dan dilakukan setelah melalui dua
tahapan : yaitu memberi peringatan dan meninggalkannya di tempat tidur. Jika
dua hal itu dilakukan dan sang isteri tetap tidak mau berubah, maka suami boleh
memukulnya sebagai didikan.
Ayat di atas tidak boleh dijadikan alasan oleh para suami untuk memukuli iterinya
karena kesalahan sepele. Mereka tidak boleh berdalih bahwa memukul isteri
adalah hak suami. Suami yang memukuli isterinya tanpa adanya nusyuz yang
nyata-nyata dilakukannya, maka dia bukanlah suami yang baik yang mengikuti
sunnah Rasulullah SAW. Beliau sama sekali belum pernah memukul isterinya.
Yang beliau lakukan cukup dengan memberi peringatan dan meninggalkan dalam
tempat tidur.
k. Tidak melakukan mengeluarkan sperma di luar vagina saat berstubuh (‘azl) tanpa
izin isterinya, sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
145
Tanya Jawab
dia memenuhi hak-hak suaminya berarti dia sedang beribadah dan mendapatkan
pahala?
4. Apabila seorang suami meminta istrinya untuk menampakkan perhiasan dan
kecantikannya kepada orang lain (tabarruj) dan membuka rambutnya di luar
rumah, apakah dia boleh mentaatinya? Apa yang harus dia lakukan jika suaminya
mengancam akan menceraikannya?
Jawab : Dia tidak boleh mentaatinya, karena tidak boleh ada ketaatan kepada
makhluk untuk berbuat maksiat kepada Allah. Ancaman cerai suami tidak
membebaskannya dari tanggung jawab dan dosa. Jika dia tetap melaksanakan
perintah maksiat itu, maka dia berdosa dan suaminya juga berdosa, bahkan
dosanya lebih besar. Jika dia beranggapan bahwa menutup aurat secara sempurna
adalah sebuah kemunduran dan perbuatan yang tidak baik, dia telah kafir karena
merendahkan hukuk-hukum agama. Isteri tidak boleh bersuami orang seperti itu,
bahkan dia wajib menceraikannya.
5. Apakah suami berhak melarang isterinya bekerja di luar rumah?
Jawab : Ya, itu adalah haknya. Menurut kami bahaya perempuan bekerja di luar
rumah lebih besar dari manfaatnya. Suami yang benar-benar menjaga keluarganya
adalah suami yang mau bersabar dengan segala kesusahan dalam hidup dan tidak
menjerumuskan diri dan keluarganya ke dalam jurang kerusakan.
6. Bagaimana hukum laki-laki yang melihat isteri dan anak perempuannya berbuat
haram tetapi dia diam dam tidak menegurnya?
Jawab : Laki-laki semacam ini disebut dayyuts, yaitu laki-laki yang kehilangan
kehormatan, harga diri dan kemuliaannya. Yaitu laki-laki hanya diam melihat
kehormatan dan martabatnya diinjak-injak. Laki-laki seperti ini banyak sekali saat
ini. Tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah SWT.
147
BAGIAN SEMBILAN
HAL-HAL YANG MERUSAK HUBUNGAN SUAMI ISTERI
Keutuhan rumah tangga yang dibangun oleh pasangan suami isteri akan tegak
bila dibangun di atas pondasi mawaddah wa rahmah, cinta dan kasih sayang seperti
yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cederung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih-sayang…” (QS al-
Ruum : 21)
Selama dasar ini masih ada dan kokoh maka tidak akan ada bahaya dan
kekhawatiran menimpa rumah tangga, meskipun ada perbedaan antara suami isteri.
Perbedaan yang timbul dapat diatasi dengan perasaan saling memahami sehingga
tidak sampai memuncak. Hati yang dipenuhi rasa cinta akan tabah menanggung
semua cobaan yang datang mendera. Kita semua tahu bahwa kehidupan rumah tangga
pasti tidak lepas dari perbedaan dan kesulitan. Seandainya pasangan suami isteri tidak
bisa tabah dan bersabar dalam mengarungi bahtera rumah tangga, maka keduanya
tidak bisa hidup bersama.
Bahaya besar baru dapat mengancam hubungan keduanya bila dasar
mawaddah dan rahmah mulai memudar. Bahkan hubungan itu akan berakhir dan
hancur jika dasar itu benar-benar telah hilang. Bila cinta telah tercabut dari hati
sebagai tempatnya, maka cinta akan berubah menjadi kebencian yang pada gilirannya
akan membawa keduanya kepada kehampaan mawaddah dan rahmah. Sehingga tidak
ada lagi ketabahan dan keteguhan hati. Yang ada hanyalah perpecahan dan kekerasan,
saling umpat dan saling menyalahkan.
148
Perlu diingat bahwa dasar hubungan antar manusia adalah cinta. Bukan saling
benci dan dendam satu sama lain. Seseorang tidak akan membenci atau dendam
kepada orang lain kecuali ada sebab yang tidak disukai yang telah dilakukannya.
Dalam kondisi seperti ini, cinta bisa berubah menjadi benci, dan hati akan dipenuhi
dendam dan rasa tidak suka.
Pasangan suami isteri yang hidup dalam rumah tangga bahagia, hati mereka
pasti hanya dipenuhi perasaan saling cinta, penuh kasih dan sayang yang mengalir
setiap saat dengan penuh kelembutan. Atas dasar cinta mereka mengaruhi kehidupan
suami isteri dan hidup bersama di bawah satu atap. Bila ada perubahan yang
mengganggu hubungan mereka pasti ada sebab yang memicunya. Biasanya berupa
kesalahan yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak yang lain sehingga merasa
disakiti.
Perkara-perkara yang bisa merusak hubungan suami isteri secara singkat dapat
disimpulkan bahwa sebab utamanya adalah adanya perlakuan buruk (isaa-ah) yang
dilakukan salah satu pihak pada pihak yang lain. Perlakuan buruk itu tidak akan
terwujud tanpa adanya sebab. Sebab utumanya adalah adanya pergaulan bebas
(ikhtilath) antara laki-laki dan perempuan. Ada beberapa hal yang akan kami jelaskan
yang sering menjadi pemicu ketidak harmonisan kehidupan suami isteri.
Yang sungguh mengejutkan adalah apa yang pernah saya baca dalam
sebuah majalah, banyak orang mengatakan bahwa berjabat tangan antara laki-laki
dan perempuan hukumnya boleh menurut Abu Hanifah, karena menurutnya
berjabat tangan tidak membatalkan wudlu’. Sungguh kebodohan yang sangat
mengherankan. Apa hubungan antara batal tidaknya wudlu’ dengan halal dan
haram. Pendapat Abu Hanifah yang mengatakan bahwa menyentuh perempuan
bukan mahram tidak membatalkan wudlu’ tidak menunjukkan bahwa menyentuh
diperbolehkan. Menyentuh perempuan memiliki hukum tersendiri, dan apakah
membatalkan wudlu’ atau tidak adalah masalah yang lain lagi. Menyentuh dalam
masalah ini sama dengan mencuri. Seseorang yang mencuri, wudlu’nya tidak
batal, tetapi mencuri termasuk dosa besar.
Salah satu tradisi yang sangat buruk dan telah mengakar di tengah-tengah
masyarakat dan keluarga adalah tradisi berciuman antara laki-laki dan perempuan
ketika berjumpa. Mereka melakukannya tanpa malu dan tanpa perasaan berdosa.
Tradisi itu diadopsi dari budaya barat, yang bagi kita kaum muslimin, hanya akan
membawa kerusakan moral dan menyuburkan maksiat dan dosa di mana-mana.
c. Memamerkan aurat
Pamer aurat dan budaya telanjang adalah tradisi buruk yang menjamur di
tengah-tengah masyarakat saat ini. Kebiasaan ini bertentangan dengan nilai
kemanusian yang mengenal pakaian dan memiliki rasa malu. Berbeda dengan
binatang yang memang tidak kenal pakaian dan tidak punya rasa malu. Tradisi ini
banyak dilakukan laki-laki dan perempuan walaupun bertentangan dengan hukum
agama. Mereka sama sekali tidak mempedulikan akibat-akibat buruk dan
kerusakan yang ditimbulkannya.
Tradisi ini sering terjadi di rumah, kolam renang, pantai, tempat hiburan,
bar, kafe, jalan-jalan, dan pasar. Di rumah, seorang perempuan duduk bersama
kerabat laki-lakinya dengan baju tidur yang tipis yang tembus pandang. Tidak
seorang pun yang menegurnya. Bahkan ada yang mengira bahwa hukumnya
152
boleh. Jika ditegur dia berkata : “Tidak ada orang asing di sini, yang asing hanya
setan”.
Bukan itu saja, banyak perempuan duduk-duduk di teras rumahnya sambil
menghadap rumah tetangga dengan baju tidurnya yang tipis. Mereka memang
berpakaian, tetapi tak jauh beda dengan telanjang. Mereka beralasan bahwa
mereka ada di rumah sendiri. Mereka bebas melakukan apa saja yang dia
kehendaki di rumahnya. Bukan hanya perempuan, tradisi ini juga dilakukan laki-
laki di depan ibu, anak perempuan, saudara perempuan, menantu dan lain
sebagainya.
Agama melarang perempuan menampakkan perut dan punggungnya dan
anggota tubuh lainnya antara pusar dan lututnya di depan laki-laki manapun.
Walaupun dia ayahnya, anaknya atau saudaranya, kecuali suaminya, hanya
suaminya seorang. Agama menetapkan aurat perempuan terhadap sesama
perempuan antara pusar dan lutut, sama dengan aurat laki-laki di hadapan laki-
laki dan perempuan.
Seorang muslim dan muslimah tidak boleh menentang hukum agama
hanya karena terpengaruh tradisi yang diadopsi dari masyarakat kafir yang tidak
beriman kepada Allah SAW dan hari akhir. Mereka tidak mengharamkan apa
yang telah diharamkan Allah dan rasul-Nya. Seorang muslim dam muslimah tidak
boleh taklid buta terhadap mereka yang sesat dari jalan lurus, yang kehidupannya
tak jauh beda dengan binatang.
Sementara di pinggir pantai dan kolam renang umum, keadaannya jauh
lebih parah. Lebih buruk lagi di tempat hiburan, diskotik dan bar. Ini semua tak
perlu dijelaskan lebih rinci karena sudah jelas.
Di jalan dan di pasar, banyak perempuan yang tidak mengindahkan
hukum-hukum Allah SWT. Bahkan mereka menampakkan hiasan mereka dengan
berbagai macam cara yang menimbulkan fitnah di tengah-tengah manusia.
Mereka berbuat begitu hanya untuk menarik perhatian laki-laki.
153
untuk merasa tertarik. Setelah itu akan terjalin persahabatan yang masih dalam
batas kewajaran menurut agama. Akan tetapi persahabatan antara laki-laki dan
perempuan bukan mahram dan bukan suami-isteri tidak mungkin terwujud kalau
keduanya bukan teman kerja atau tetangga dekat. Karena persahabatan adalah
hubungan cinta dan kasih sayang yang hanya boleh dilakukan dengan mahram.
Seperti ibu, saudara perempuan atau suami isteri, bukan orang lain. Adapun laki-
laki dan perempuan yang bukan mahram dan bukan suami isteri, keduanya adalah
orang asing yang hubungannya diharamkan, mulai dari memandang hingga pada
kejahatan terbesar yaitu perzinahan.
Sungguh bodoh apabila ada orang yang mengira ada persahabatan murni
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Pendapat yang demikian
sungguh tidak realistis karena hanya akan memutarbalikkan realita. Karena laki-
laki dan perempuan normal secara fitrah memiliki rasa kagum dan ketertarikan.
Mereka saling membutuhkan satu sama lain karena masing-masing memiliki
kecenderungan fitriah. Kecenderungan inilah yang akan menghalangi adanya
persahabatan murni antara manusia berlainan jenis. Persahabatan sejati itu
mungkin hanya ada dalam persahabatan antara sesama jenis.
Masalah ini penting untuk dijelaskan agar para pekerja laki-laki dan
perempuan, karyawan dan karyawati mewaspadai bahwa tempat mereka bekerja
bukanlah ajang pertemuan dan persahabatan, justeru akan memberikan peluang
tumbuhnya hubungan yang tidak terpuji antara dua jenis yang akhirnya dapat
merusak keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. Karena itu waspadalah dan
hati-hatilah! Jalan yang paling selamat adalah menghindarinya sebisa mungkin.
membahas panjang lebar tentang masalah ini, karena buku kecil akan menjadi
besar atau bahkan berjilid-jilid.
Di tengah-tengah masyarakat saat ini kita sering melihat laki-laki bergaul
dengan perempuan dalam transaksi jual-beli dan pekerjaan, bahkan dalam acara
pesta. Kita sering melihat perempuan ngobrol dengan laki-laki asing, berjalan
bersama, berdiskusi masalah politik dan masalah sosial, saling berargumen, dan
kerapkali diselingi dengan tawa dan canda. Di kesempatan lain, kondisi seperti ini
bisa berlanjut pada acara dansa atau joget, atau bahkan yang lebih parah dari itu.
Perempuan seperti itu tidak merasa canggung melakukannya, bahkan sedikitpun
tidak ada rasa malu. Justeru dia melakukkanya dengan senang hati dan
menganggapnya lumrah. Apa akibat yang ditimbulkan prilaku seperti ini?
Jawabannya sudah nampak jelas di tengah-tengah masyarakat. Banyak suami
yang uring-uringan dan cemburu berat pada isterinya. Banyak isteri yang merasa
diduakan oleh suaminya. Hendaklah para perempuan sadar bahwa laki-laki yang
berjalan bersamanya, bersenda gurau dengannya, kadang-kadang berdansa
dengannya, bukanlah ayahnya, bukan saudaranya, bukan anaknya, dan bukan pula
suaminya.
Kalau itu dilakukan bersama ayah, saudara, anak, atau mahram lainnya,
tidak akan menimbulkan bahaya. Karena tidak ada syahwat di antara mereka.
Kalau bersama suami tidak apa-apa, karena syahwat antara suami isteri
diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Sedangkan bersama laki-laki lain, akan
menimbulkan perasaan saling mengagumi yang disertai syahwat. Bahkan
urusannya bisa berakibat fatal yang berakhir pada perzinahan, baik dengan mata,
kata, telinga, sentuhan, dan seterusnya.
Hendaklah laki-laki dan perempuan menjaga diri sebisa mungkin,
menghiasi diri dengan kesopanan dan kesungguhan untuk menjauhi hal-hal yang
menimbulkan syahwat dan menyebabkan kemungkaran dan kejahatan.
h. Media massa
Media massa yang dimaksud adalah semua media yang menghadirkan
informasi untuk manusia, seperti televisi, radio, koran, majalah, tabloid,
sandiwara, teater, lagu-lagu, tarian, dan sebagainya. Mungkin ada yang bertanya,
apa hubungan media massa ini dengan kahancuran rumah tangga? Bukankah
media massa membawa kebaikan, manfaat, dan bisa meningkatkan wawasan
keilmuan? Memang, pada dasarnya media massa berguna bagi manusia. Manfaat
dan kegunaannya bisa didapat bila digunakan pada tujuan sebenarnya.
Sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan, maka yang dihasilnya pasti
kerusakan, bukan maslahat. Ini realita yang ada saat ini yang tidak seorangpun
mengingkarinya.
Media massa dengan segala macamnya, terutama televisi, kerapkali
menayangkan acara berupa film atau sinetron yang tidak terlepas dari kisah
asmara dengan segala liku-likunya. Sayangnya acara ini justeru menebar pesan
beracun yang mengobsesi pikiran generasi muda, laki-laki dan perempuan.
159
Bahkan merusak pondasi agama mereka yang sudah dibangun sejak kecil. Jika ini
dibiarkan akan merusak kehidupan mereka di masa kini dan di masa yang akan
datang.
Anehnya banyak dari kaum muslimin yang tidak menyadari bahaya yang
mengancam anak-anak mereka. Orang-orang yang berada di balik semua
kerusakan ini memang sengaja menjadikan kehancuran moral sebagai tujuannya.
Tujuan itu tampak jelas dan hampir semua orang bisa menangkapnya. Tujuan
utama mereka adalah menghancurkan rumah tangga muslim. Mereka memberi
contoh buruk (uswatun sayyiah) kepada para isteri, para suami, dan anak-anak.
Mereka mengajarkan pergaulan bebas di sekolah, perkantoran, dan tempat-tempat
umum lainnya. Hingga akhirnya mereka sama sekali tidak kenal batas, mana yang
boleh dan mana yang tidak menurut agama. Mereka mengatasnamakan
kemerdekaan, kebebasan, persahabatan, dan hidup yang gaul. Bahkan mereka
menamakan ini semua sebagai seni yang patut dihargai. Mungkin ada yang
berkata : “Film dan sinetron itu kan hanya hiburan, jika bukan itu, dari mana kita
mendapat hiburan, bisa tertawa dan bersuka ria?
Alasan mereka memang untuk menghibur, tetapi sebenarnya mereka
menginginkan agar kita lupa pada agama dan lalai pada kewajiban-kewajiban
beragama kita. Yang mereka anggap sebagai hiburan sebenarnya tidak membuat
manusia tertawa dan bahagia. Sebaliknya, justeru manusia ditertawakan dan
disesatkan dari jalan yang lurus. Coba kita amati, hampir semua film, sinetron,
dan lagu-lagu hanya bertemakan satu hal, yaitu cinta. Hampir semua film dan
lagu yang diputar membawakan tema cinta yang tidak luput dari bias-bias nafsu
dan syahwat? Apakah ini yang mereka sebut sebagai hiburan ?
Jika anda bertanya, apakah ada gantinya dan solusinya? Saya jawab :
Jangan biarkan mereka menguasai anda, cobalah anda menguasai mereka, pasti
anda bisa merubah keadaan anda dan dapat melepaskan diri dari masalah anda
sehingga anda bisa hidup bahagia.
160
Tanya Jawab
1. Kebiasaan jabat tangan antara laki-laki dan perempuan lambat laun banyak
dilakukan manusia dalam pergaulan sehari-hari hingga pada batas mengingkari
orang yang tidak mau berjabat tangan dengan lain jenis. Apakah ada solusi untuk
masalah ini bagi muslim dan muslimah?
Jawab : Kaum muslimin harus mengembalikan tradisi tidak jabat tangan juga
secara bertahap sebagaimana mereka dulu terbiasa jabat tangan dengan lain jenis
secara bertahap. Orang-orang yang mentradisikan jabat tangan pada mulanya
menemukan kesulitan. Tapi mereka bersabdar dan melakukannya sedikit demi
sedikit. Karena itu, mulai sekarang hilangkanlah kebiasaan berjabat tangan
dengan lain jenis sedikit demi sedikit, hingga akhirnya bisa ditinggalkan sama
sekali.
2. Apakah laki-laki dan perempuan yang beduaan di lapangan atau di dalam mobil
walaupun itu di jalan termasuk khulwat yang diharamkan?
Jawab : Ya, dan itu wajib dihindari sebisa mungkin.
3. Apa hukum perempuan kerja di luar rumah?
Jawab : Kerja wanita di luar rumah sangat beresiko dan berbahaya, seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, bukan berarti kami berpendapat bahwa
semua perempuan yang bekerja di luar rumah tidak shalihah. Kami hanya
meyakini bahwa perempuan yang tidak bekerja di luar rumah lebih selamat dan
lebih aman dari fitnah.
4. Sebagian instansi dan kantor mewajibkan karyawatinya mengenakan busana mini
saat bekerja, apakah itu diperbolehkan?
Jawab : Sama sekali tidak boleh, aturan itu hanya dibuat oleh mereka yang
menghendaki wanita bekerja di luar rumah.
5. Pekerjaan apa yang bisa dilakukan perempuan untuk memperoleh usaha tanpa
harus terbebani dosa ?
161
BAGIAN SEPULUH
RUNTUHNYA MAHLIGAI RUMAH TANGGA
“Sesungguhnya binatang (mahluk) paling buruk disisi Allah adalah orang-
orang yang kafir, karena mereka tidak beriman.” (QS al-Anfaal : 55 )
Selain itu orang kafir hanya mengenal kehidupan dunia dan kesenangannya.
Allah berfirman :
“Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang
mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai”. (QS al-Ruum : 7)
Menurut orang kafir, tidak ada halal haram, yang dilarang menurut mereka
hanya yang dilarang undang-undang. Jika mereka mampu melepaskan diri dari
undang-undang itu, pasti mereka melakukannya dan tidak akan banyak bertanya.
Mereka tidak memiliki rasa cemburu terhadap isteri-isteri mereka. Lalu dari mana
akan datang perselisihan?
Keutuhan rumah tangga menurut orang–orang kafir bukan karena agama,
melainkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan duniawi semata. Padahal semua itu
tidak berharga dan hanya akan menipu manusia dan membuatnya lalai dari kehidupan
yang hakiki di akhirat. Kita harus teliti dan jangan sampai tertipu oleh hal-hal yang
bersifat lahiriyah.
Kegagalan suami isteri membangun rumah tangga memaksa mereka
menghadapi dua hal. Pertama, keduanya melanjutkan kehidupan rumah tangga yang
panas dan hubungan yang tak harmonis penuh dengan ketegangan dan perselisihan.
Kedua, berpisah dengan menceraikan pasangannya dan menjalani hidup masing-
masing. Cara pertama bukanlah solusi bijaksana seperti yang disangka sebagian orang
karena dianggap lebih ringan dari perceraian. Sedangkan kedua adalah cara yang
benar, karena Allah SWT melarang menyiksa diri dan orang lain dengan cara apapun,
termasuk hidup memaksa melaksanakan hidup disharmonis bersama pasangan.
Allah meyuruh para suami dengan perintah yang tegas untuk mengambil salah
satu dari dua pilihan, bukan tiga pilihan. Allah berfirman :
“Gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan ma’ruf…” (QS al-Nisaa’ : 19)
164
Kita tidak akan membicarakan masalah perceraian secara panjang lebar, tetapi
kita akan memfokuskan pembahasan pada hal-hal berikut :
pernah mengucapkan talak kecuali pada saat benar-benar harus bercerai dan
mengakhiri hubungan suami isteri. Talak perlu didaftarkan di pengadilan agama,
karena yang demikian lebih terjamin dan lebih akurat.
b. Hak talak
Semua orang tahu bahwa talak adalah hak dan kuasa suami. Dia yang
memiliki hak untuk menjatuhkan talak. Walaupun begitu, hendaklah dia tidak
bertindak semena-mena, tetapi harus tetap menjaga ketentuan agama seperti yang
telah dijelaskan di atas. Isteri bisa memiliki hak talak apabila suami menyerahkan
hak itu kepadanya. Dia bisa menceraikan dirinya dari suaminya kapan pun dia
mau atau pada batas waktu tertentu dengan satu talak bain, seperti yang dijelaskan
dalam buku-buku fiqih. Dengan penyerahan ini, isteri boleh mentalak dirinya dari
suaminya sesuai dengan syarat yang telah dimilikinya.
Jika seorang isteri tidak memiliki hak itu, tetapi ada hal yang
membolehkannya menggugat cerai dan suaminya bersikeras menolak gugatan itu,
maka sang isteri boleh mendatangi pengadilan agama untuk menjatuhkan talak
antara dia dan suaminya. Gugatan cerai yang diajukan isteri harus ada sebab-
sebab yang memperbolehkannya sebagaimana dijelaskan dalam buku-buku fiqih.
Misalnya suami tidak bisa memberi nafkah, suami menderita penyakit sehingga
tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai suami seperti inpotensi dan lepra, dan
lain sebagainya.
Islam memberikan kemudahan kepada ummatnya dalam menyelesaikan
setiap permasalahan. Kemudahan tersebut adalah kemudahan yang tidak
menyisakan kesempitan, kezaliman, dan permusuhan. Allah SWT telah
memberikan kemudahan untuk setiap kesempitan dan solusi unutk setiap
permasalahan. Setiap muslim, laki-laki dan perempuan, hanya wajib menghiasi
dirinya dengan takwa dan menjaga batas-batasnya agar memperoleh kebaikan di
dunia dan pahala besar di akhirat.
167
c. Macam-macam talak
Ulama membagi talak menjadi dua bagian, yaitu talak raj’i ( )رجعيdan
talak bain ( )بائن. Talak bain juga dibagi dua, yaitu talak bain sughra (kecil) dan
bain kubra (besar).
1. Talak raj’i
Talak raj’i adalah talak yang tidak menghilangkan hukum-hukum
perkawinan dan tidak menghilangkan kepemilikan suami terhadap isterinya.
Hubungan sebagai suami dan isteri masih tetap terjalin selama isteri yang
ditalak masih dalam masa iddah. Suami boleh rujuk selama isterinya masih
dalam masa iddah tanpa persetujuan isterinya dan tanpa akad nikah baru. Jika
tidak rujuk sampai masa iddahnya habis, maka sang isteri menjadi bain.
Artinya sang suami tidak boleh rujuk dengannya kecuali dengan persetujuan
sang isteri dan dengan akak nikah baru.
Talak raj’i jatuh dengan lafal talak yang sharih (jelas), yaitu setiap
lafal yang berasal dari kata talak ( )طالق. Misalnya : “Kamu ditalak” atau
“Saya cerai kamu” dan sebagainya.
Lafal talak yang sharih dapat menjatuhkan talak tanpa memerlukan
niat dari sang suami. Apabila dia mengatakannya walaupun tidak berniat
talak, maka talak tetap jatuh walaupun dia bersikukuh tidak hendak mentalak.
Talak sharih menjadi talak raj’i bila dilakukan satu kali atau dua kali.
Jika telah dilakukan tiga kali, suami tidak boleh rujuk hingga sang isteri telah
menikah dengan laki-laki lain. Karena talak tiga dapat menjadikan isteri yang
ditalak sebagai talak bain kubra seperti yang ditetapkan agama.
Talak semacam ini dapat menghilangkan hukum nikah seketika. Tidak ada
lagi hubungan suami isteri kecuali iddah . Keduanya boleh rujuk dengan akad
nikah baru.
f. Riddah
Riddah (menjadi murtad) adalah masalah yang sangat berbahaya, karena
akibatnya tidak hanya merusak pernikahan, tetapi juga bisa menghilangkan
keimanan. Naudzubillah min dzalik. Kami sengaja mengingatkan masalah ini agar
orang-orang yang bodoh lebih berhati-hati dan menghindari sebab-sebab
terjadinya riddah.
Siapakah orang murtad itu?
Orang murtad adalah orang yang menjadi kafir setelah masuk Islam bukan
karena terpaksa, meskipun hal itu dilakukan dengan gurauan. Diantara yang
menyebabkan kafir adalah menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya,
menyatakan bahwa Allah memiliki isteri atau anak, menga-ngaku sebagai nabi
atau rasul, menginkari kenabian salah satu dari nabi-nabi yang disebutkan Allah
dalam al-Qur’an, seperti Adam, Nuh, Ilyas, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
Termasuk kafir orang yang mengejek Allah SWT, rasul-rasul-Nya atau
kitab-kitab-Nya, baik dengan perkataan, tulisan maupun perbuatan, mencaci maki
Allah walaupun sedang marah, karena marah bukan alasan. Begitu juga mencaci
maki al-Qur’an atau salah satu malaikat.
Begitu juga orang yang mengingkari adanya malaikat, jin dan alam
akhirat, seperti surga, neraka, hisab, timbangan dan shirath. Dan orang yang
berkeyakinan bahwa Allah ada di segala tempat. Serta orang yang membenarkan
dan tidak mengkufurkan akidah kaum zindiq dan kuffar.
Orang yang menyatakan Islam mundur atau hukumnya tidak relevan untuk
dipakai saat ini juga kafir. Begitu pula orang yang merendahkan sahabat dan
menjelek-jelekkan mereka.
Seorang muslim harus hati-hati dan menjahui setiap perbuatan, perkataan,
keyakinan yang mengakibatkan kekafiran. Bagi orang yang suda terlanjur
melakukannya hendaklah segera bertaubat kepada Allah. Taubatnya bukan
sekedar membaca istighfar, melainkan harus mengucapkan dua kalimat syahadat
lagi dengan menyatakan : “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
172
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan saya melepaskan diri dari apa
yang telah aku lakukan dan aku katakan”. Setelah itu dia harus memohon
ampunan dari Allah SWT. Tidak ada satupun yang lebih berharga dari pada iman.
Lalu bagaimana pengaruh riddah terhadap pernikahan?
Ulama sepakat bahwa riddah - baik yang dilakukan suami maupun isteri -
merusak nikah dan menghilangkan kehalalan antara suami isteri. Akan tetapi
mereka berbeda pendapat tentang kapan nikah itu muali rusak. Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad berpendapat bahwa orang murtad yang bertaubat pada masa iddah
isterinya, keduanya masih dalam pernikahan dan tidak perlu melangsungkan akad
nikah baru. Apabila iddahnya habis maka harus melakukan akad nikah baru.
Hukum ini berlaku jika sang isteri sudah pernah disetubuhi. Jika tidak pernah
disetubuhi, maka sang isteri mejadi talak bain seketika setelah terjadi riddah.
Ulama pengikut Imam Hanafi berpendapat bahwa riddah menyebabkan
rusaknya nikah seketika itu dan keduanya harus berpisah tanpa harus menunggu
putusan hakim. Jika orang yang murtad bertaubat dan ingin hidup kembali dengan
isterinya, maka dia harus melakukan akad nikah baru.
Ulama pengikut Imam Malik berpendapat bahwa riddah menyebabkan
talak satu bain seketika itu, setelah itu harus dilakukan akad nikah baru.
Yang penting dalam masalah ini adalah bahwa isteri harus siap
mengembalikan maskawin yang pernah diberikan suaminya dengan rela hati bila
ingin melepaskan dirinya dari suaminya. Allah SAW berfirman yang ditujukan
kepada para suami :
“Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah
(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.
(QS al-Nisaa’ : 4)
Sedangkan perempuan yang memberikan maskawin kepada suaminya
karena dianiaya dan mendapat tekanan darinya, maka sang suami jangan
bergembira dulu, karena dia bertanggung jawab terhadap hak-hak isterinya di sisi
Allah SWT. Dia akan dihisab dua kali, pertama karena berbuat zalim dan aniaya
terhadap isterinya, dan karena telah memakan hak-hak isterinya.
Tanya Jawab
Jawab : Dia wajib tinggal di dalam rumah dan tidak boleh keluar rumah kecuali
ada kebutuhan. Setelah selesai, dia harus kembali ke dalam rumah. Dia juga
diwajibkan untuk tidak berhias atau memakai parfum serta tidak menampakkan
kesedihan atas kematian suaminya.
4. Bolehkah seorang perempuan yang menjalani masa iddah meninggalkan rumah
suami untuk tinggal di rumah yang lain?
Jawab : Tidak boleh, dia wajib menghabiskan masa iddahnya di rumah suaminya
dan tidak boleh pindah ke tempat lain kecuali darurat. Allah berfirman :
“Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
(diizinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang
terang”. (QS al-Thalaq : 01)
5. Jika suami mentalak isterinya tetapi dia tidak tahu apa akibat dari ucapannya,
apakah talaknya jatuh?
Jawab : Talaknya jatuh, ketidak tahuan bukan alasan, kecuali bagi orang yang
baru masuk islam dan tidak ada waktu yang cukup untuk belajar agamanya, atau
orang yang hidup di pedalaman yang jauh dari manusia. Selain kedua orang itu,
kebodohan tidak bisa dijadikan alasan karena mencari ilmu bagi setiap muslim
hukumnya wajib.
175
BAGIAN SEBELAS
HAL-HAL YANG DIANJURKAN AGAMA
(khishaal al-fithrah)
ِ ِ ِ الش ا ِر ُّ َ َوق، َواْ ِال ْس تِ ْح َد ُاد، اَخْلِتَ ا ُن: س ِ ْاَل
ُ َو َنْت، َوَت ْقلْي ُم اْألَظَ اف ِر،ب
ف َّ ص ٌ ْمَخ ة
ُ ر
َ ط
ْ ف
اْ ِإلبْ ِط
“Fithrah ada lima : khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak”. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Imam
yang empat).
Dalam hadits lain disebutkan :
“Sepuluh perkara termasuk fitrah : mencukur kumis, memelihara jenggot,
siwak, menghirup air dengan hidung (istinsyaq), memotong kuku, membasuh ruas
jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan bersuci dengan air”.
Mush’ab bin Syaibah, salah seorang perawinya berkata : “Saya lupa yang kesepuluh,
mungkin berkumur.
Khitan
Mayoritas ulama sepakat bahwa khitan adalah sunnah muakkadah dan
termasuk sebagian dari fitrah Islam yang tidak boleh ditinggalkan oleh laki-laki.
Sebagian ulama malah berpendapat bahwa khitan hukumnya wajib. Lebih utama
bila khitan dilakukan sejak kecil. Ulama berbeda pendapat tentang waktu khitan,
tetapi tidak perlu disebutkan di sini. Menurut al-Qurtubi, ulama sepakat bahwa
Ibrahim as adalah orang pertama yang melakukan khitan, dan usianya sudah
lanjut. Anehnya orang-orang Nasrani menolak praktek khitan dan mencela orang
yang melakukannya . Mereka lebih bangga meninggalkan khitan dan meyakini
sebagai akidah dan agama.
Khifadl
Khifadl adalah khitan untuk perempuan, yaitu dengan sedikit memotong
klitoris perempuan. Klitoris, seperti yang telah dijelaskan di awal, adalah alat
kecil seperti jengger ayam yang terletak di bagian atas vagina. Di sebagian negara
yang beriklim panas, khifadl dikenal dengan sebutan khitan, dimana perempuan
177
disana mengeluh dengan klitoris yang panjang sehingga kurang nyaman saat
berjalan dan bergerak. Demi menghilangkan ketidaknyamanan itu mereka
memendekkan klitorisnya.
Khifadl termasuk praktek medis yang tidak dianjurkan dalam agama
Islam, tidak disunnahkan dan bukan kehormatan bagi perempuan seperti yang
dikatakan sebagian orang. Khifadl hukumnya makruh menurut agama karena
tidak nash sharih yang menganjurkannya dan dapat mengurangi sensifitasnya.
d. Mencukur kumis
Ulama sepakat bahwa memanjangkan kumis hukumnya makruh.
Diasunnahkan dicukur hingga ujung bibir nampak. Ulama berbeda pendapat
tentang batas mencukur kumis. Sebagian berpendapat lebih utama bila
dipendekkan, sebagian yang lain berpendapat lebih utama bila dicukur habis. Ada
yang berpendapat keduanya sama dan ada yang berpendapat bahwa mencukur
habis hukumnya makruh. Yang penting kumis tidak terlalu tebal dan tidak terlalu
panjang hingga menutupi ujung bibir, karena yang demikian menyerupai orang-
orang kafir.
178
e. Memelihara jenggot
Memelihara jenggot dan tidak mencukurnya termasuk sunnah nabi yang
diperkuat dengan perkataan dan perbuatannya. Seorang muslim harus mengikuti
sunnah ini terutama para guru dan ulama.
f. Memotong kuku
Memotong kuku hukumnya sunnah baik bagi laki-laki maupun
perempuan. Memanjangkan kuku hukumnya makruh karena bertentangan dengan
sunnah nabi. Kuku yang panjang termasuk kotoran tubuh yang harus dibersihkan,
sama dengan bulu ketiak dan bulu kemaluan yang menjadi sarang kotoran.
Memanjangkan kuku bukanlah hiasan seperti dugaan sebagian perempuan yang
biasa memanjangkannya dan menghabiskan banyak waktu untuk merawatnya.
Bahkan mereka tidak segan-segan enghabiskan banyak uang untuk perawatan
kuku, seperti memberinya cat beraneka warna.
g. Istinja’
Istinja’ termasuk salah satu bentuk bersuci. Istinja’ adalah menghilangkan
najis dari tempat keluarnya dengan sesuatu yang dapat melepaskan najis seperti
batu dan tisu, lebih utama bila diikuti dengan air. Istinja’ wajib setelah diyakini
sudah tidak ada sisa kencing. Bagi perempuan cukup dengan menunggu sebentar
setelah kencing kemudian istinja’ dan membasuh. Bagi laki-laki, harus meremas
dengan halus berulang kali, berjalan walaupun satu langkah atau bergerak yang
dapat membantu keluarnya sisa-sisa kencing.
h. Membersihkan bagian tubuh yang sering kotor (barajim)
Barajim adalah bentuk jamak dari burjumah yang berarti kuku jari dan
ruasnya. Sama dengan barajim, setiap lipatan tubuh yang biasa menjadi tempat
kotoran. Misalnya lipatan telinga, bagian dalam hidung, lipatan pusar dan pinggir
mata. Disunnahkan memperhatikan kebersihan tempat-tempat ini untuk tetap
menjaga kebersihan dan aroma yang harum.
179
i. Membersihkan mulut
Yang paling sering mengganggu manusia adalah bau busuk, terutama bau
mulut. Penyebabnya adalah gusi rusak, tidak membersihkan gigi dari sisa-sisa
makanan hingga membusuk dan menimbulkan yang bau busuk. Selain itu juga
makan bawang merah, bawang putih atau semacamnya dan merokok yang
menjadi tradisi buruk yang lambat laun mulai disukai banyak orang. Karena itu,
disunnahkan memperhatikan kebesihan mulut, paling utama dengan siwak (gosok
gigi) karena yang demikian termasuk sunnah nabi SAW.
j. Merawat rambut
Disunnahkan memperhatikan kebersihan rambut dengan cara :
Keramas sesuai kebutuhan supaya tidak kotor atau ditempati kutu dan
semacamnya.
Menyisir dan mengurai rambut. Bagi perempuan lebih baik dipintal atau
dijalin.
Menyemir rambut dengan warna selain hitam. Mencabut uban hukumnya
makruh karena ubadan adalah cahaya bagi seorang muslim.
Khusus perempuan. diharamkan menyambung rambutnya dengan rambut lain
meskipun rambut buatan. Rasulullah bersabda : “Allah melaknat washilah
(perempuan yang menyambung rambutnya dengan rambut lain) dan
mustaushilah (perempuan yang minta rambutnya disambung)”.
Tanya Jawab
1. Apakah ada waktu tertentu dalam memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan
lain sebagainya?
Jawab : Tidak ada waktu khusus, tergantung kebutuhan dan panjangnya kuku dan
bulu ketiak. Hukumnya makruh bila dibiarkan lebih dari empat puluh hari. Ada
sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik ra, dia berkata : “Kami
180
diberi waktu untuk mencukur kumis, memotong kuku, dan mencukur bulu
kemaluan, yaitu supaya kami tidak meninggalkannya lebih dari empat puluh
malam”.
2. Apakah boleh memakai obat tertentu untuk menghilangkan bulu sebagai ganti
mencukur atau mencabutnya ?
Jawab : Ya boleh
3. Apakah cat yang dipasang di kuku oleh sebagian perempuan dapat mencegah
sahnya thaharah bila dipasang pada saat suci?
Jawab : Cat tersebut mencegah sahnya thaharah (wudlu’ dan mandi) meskipun
dipasang dalam keadaan suci karena mencegah masuknya air ke dalam kuku yang
wajib dibasuh pada saat wudlu’ dan mandi wajib. Hukum cat ini tidak sama
dengan sepatu (khaff) atau jabirah (belahan bambu dan sebagainya untuk
membalut tulang yang patah).
4. Bolehkah perempuan menutup rambutnya dengan rambut buatan (wig) dan keluar
di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya?
Jawab : Tidak boleh
5. Sebagian laki-laki merasa bangga dengan kumis panjang karena menurutnya
menambah kejantanan, apakah tindakan ini dapat dibenarkan menurut agama?
Jawab : Tidak, itu bukan kejantanan melainkan kebodohan yang keterlaluan.
Kejantanan hanya dengan mengikuti hukum-hukum agama dan mengamalkan
sunnah Nabi SAW. Jika kejantanan bergantung pada simbol seperti itu, alangkah
buruknya kejantanan itu.
6. Sebagian perempuan mencabut bulu alis atau mencukurnya kemudian melukisnya
sesuai kehendaknya, apakah ini diperbolehkan?
Jawab : Tidak boleh, pelakunya - baik untuk dirinya atau orang lain - dilaknat
karena telah merubah ciptaan Allah.