Anda di halaman 1dari 16

BARISAN DAN DERET

Bahan Ajar Matematika

Program Tahun Pertama Bersama


Universitas Mataram
2016
BAB III
BARISAN DAN DERET

STANDAR KOMPETENSI
3 Menggunakan konsep barisan dan deret dalam pemecahan masalah

KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami pola suatu barisan bilangan
3.2 Menentukan suku ke-n dan jumlah suku ke-n barisan dan deret aritmetika,
serta penerapannya.
3.3 Menentukan suku ke-n dan jumlah ke-n barisan dan deret geometri, serta
penerapannya
INDIKATOR
3.1.1 Menjelaskan pola dari suatu barisan bilangan
3.2.1 Menghitung suku ke-n barisan aritmatika
3.2.2 Menghitung jumlah suku ke-n deret aritmatika
3.2.3 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan barisan dan deret
aritmatika
3.3.1 Menghitung suku ke-n barisan geometri
3.2.1 Menghitung jumlah suku ke-n dan jumlah tak hingga deret geometri
3.2.2 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan barisan dan deret
geometri

TPB Unram 2016 |


1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui benda-benda di sekitar kita
baik tanaman, batu, hewan, dan lain-lain yang memiliki keteraturan tertentu,
sebagai contoh penomoran rumah dan tanggal pada kalender untuk hari tertentu.
Pada sub bab pertama dibahas mengenai pola bilangan, dimana diperlukan
penalaran secara induktif untuk dapat menentukan pola suatu barisan bilangan.
Subb bab kedua membahas tentang barisan dan deret aritmatika yang dilanjutkan
di sub bab berikutnya tentang barisan dan deret geometri, beserta penerapannya
pada pemecahan permasalahan kontekstual yang berkaitan.
Materi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya secara substansial
materi, tetapi juga dalam hal penalaran atau cara berfikir baik secara induktif (dari
hal khusus ke umum) maupun secara deduktif (dari hal umum ke khusus).

PENYAJIAN
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui benda-benda di sekitar kita
baik tanaman, batu, hewan, dan lain-lain yang memiliki keteraturan tertentu,
sebagai contoh penomoran rumah dan tanggal pada kalender untuk hari tertentu.
Keteraturan suatu bentuk disebut pola. Dalam hal ini yang dibahas adalah
keteraturan yang berkaitan dengan bilangan.
3.1 Pola Bilangan
Barisan bilangan adalah kumpulan bilangan yang diurutkan dengan aturan
tertentu. Tiap - tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilanga disebut suku.
Sedangkan aturan pengurutan suku-suku barisan bilangan dinamakan pola
bilangan.
Sekarang, perhatikan dua barisan bilangan di bawah ini.
a. 1, 2, 4, 8, 16, 32, . . .
b. 1, 3, 6, 10, 15, . . .
Aturan pembentukan barisan bilangan tersebut sebagai berikut.

a. Barisan bilangan 1, 2, 4, 8, 16, 32, . . .


Aturan pembentukannya dikalikan 2.
Suku ke-1 adalah 1

TPB Unram 2016 |


2
Suku ke-2 adalah 2 (1 × 2 = 2)
Suku ke-3 adalah 4 (2 × 2 = 4)
Suku ke-4 adalah 8 (4 × 2 = 8)
Suku ke-5 adalah 16 (8 × 2 = 16).
b. Barisan bilangan 1, 3, 6, 10, 15, . . .
Aturan pembentukannya adalah ditambah dengan bilangan asli berurutan
yang dimulai dari 2.
Suku ke-1 adalah 1
Suku ke-2 adalah 3 (1 + 2 = 3)
Suku ke-3 adalah 6 (3 + 3 = 6)
Suku ke-4 adalah 10 (6 + 4 = 10)
Suku ke-5 adalah 15 (10 + 5 = 15)
Untuk menentukan suku-suku barisan bilangan dapat dicari dengan melihat
suku-suku barisan bilangan yang telah diketahui. Untuk lebih jelasnya perhatikan
beberapa contoh berikut.
Contoh:
Tulislah dua suku berikutnya dari masing-masing barisan bilangan berikut.
a. 2, 6, 12, 20, ….
b. 1, 5, 9, 13, ……
Penyelesaian:
a. 2, 6, 12, 20, . . .
Barisan bilangan berikutnya dapat dicari dengan menambahkan bilangan
asli genap berurutan yang dimulai dari 4 pada suku di depannya.
Dua suku berikutnya adalah 30 dan 42.
b. 1, 5, 9, 13, . . .
Barisan bilangan berikutnya dapat dicari dengan menambah 4 pada suku di
depannya. Dua suku berikutnya adalah 17 dan 21.
Pada contoh di atas kita menentukan suku-suku barisan berdasarkan nilai
suku-suku sebelumnya. Sedangkan untuk menentukan suku ke-n, dinotasikan Un,
untuk n cukup besar akan tidak efisien kalau kita mengurutkan sampai suku yang
dicari. Untuk itu akan lebih praktis jika ditentukan melalui rumus yang dapat
diidentifikasi melalui pola barisan bilangan.

TPB Unram 2016 |


3
Contoh:
a. Tentukan suku ke-50 dari barisan bilangan 6, 8, 10, 12, . . . .
b. Tentukan suku ke-30 dari barisan bilangan 4, 9, 16, 25, . . .
Penyelesaian:
a. Barisan bilangan 6, 8, 10, 12, …..
Karena dilihat dari aturan pembentukan dari suku satu ke suku berikutnya di
tambah 2, maka rumus suku ke-n memuat 2n, yaitu:
U1 = 6 = 2 × 1 + 4
U2 = 8 = 2 × 2 + 4
Jadi, Un= 2 × n + 4 = 2n + 4
Sehingga U50= 2 × 50 + 4 = 104.

b. Barisan bilangan 4, 9, 16, 25, . . . .


Perhatikan bahwa
U1 = 4 = 22 = (1 + 1)2
U2 = 9 = 32 = (2 + 1)2
U5 = 16 = 4 = (2 + 2)2
U = 25 = 52 = (3 + 2)2
Berdasarkan aturan pembentukan barisan bilangan terlihat bahwa
pangkatnya selalu 2, sedangkan bilangan pokoknya adalah urutan suku ditambah
2 2 2
1, makaUn = (n + 1) .Jadi, U30 = (30 + 1) = 31 = 961.

3.2 Barisan dan Deret Aritmatika


3.2.1 Pengertian Barisan Aritmatika

Dalam pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa barisan bilangan


dinyatakan dalam bentuk U1, U2, U3, U4, . . .,Un. Barisan bilangan ini disebut sebagai

barisan bilangan aritmatika, jika selisih dua suku yang berurutan selalu tetap. Hasil
pengurangan suatu suku dengan suku sebelumnya dinamakan beda dan
dilambangkan dengan "b".

TPB Unram 2016 |


4
b = U2 – U1 = U3 – U2 = U4 – U3 = …. = Un – Un-1

Jika dalam barisan aritmatika tersebut suku pertama dinyatakan dengan a,


maka bentuk umum barisan aritmatika adalah:

a, a + b, a + 2b, a + 3b, . . . , a+(n–1)b


Contoh:
Barisan 1, 4, 7, 10, . . .
Perhatikan bahwa
U2 – U1 = 4 -1 = 3
U3 – U2 = 7 -1 = 3
U4 – U3 = 10 – 7 = 3
Karena barisan bilangan tersebut mempunyai beda yang tetap yaitu 3, maka
barisan itu merupakan barisan aritmatika.

3.2.2 Menentukan suku ke-n Barisan Aritmatika

Apabila a menyatakan suku pertama, n menyatakan banyak suku, dan b


adalah beda suatu barisan aritmatika, maka:

U1= a
U2=a + b
U3= a + 2b

...
Un = a + (n – 1)b

Jadi, suku ke-n barisan aritmatika (Un) dirumuskan sebagai:

Un = a + (n-1)b

Contoh:
Tentukan suku ke-50 barisan aritmatika 1, 4, 7, 10, ….
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa suku pertamanya a = 1, dan bedanya b = 3.
Maka U50 = a + 49b = 1 + 49 x 3 = 1 + 147 = 148.

TPB Unram 2016 |


5
Jadi suku ke-50 adalah 148.

3.2.3 Pengertian Deret Aritmatika

Dari pengertian barisan bilangan pada pembahasan sebelumnya, jika semua


suku-suku pada barisan aritmatika dijumlahkan akan terbentuk suatu deret
aritmatikaatau deret hitung. Sehingga bentuk umum deret aritmatika adalah:
a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + …. + (a + (n-1)b)
Deret aritmatika yang mempunyai beda lebih dari nol atau positif, maka
deretnya disebut deret aritmatika naik. Sedangkan deret aritmatika yang
mempunyai beda kurang dari nol atau negatif, maka deretnya disebut deret
aritmatika turun.

Contoh:
Apakah 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + . . . merupakan deret aritmatika?
Penyelesaian:
Perhatikam bahwa
U2 – U1 = 5 – 2 = 3
U3 – U2 = 11 – 8 = 3
U4 – U3 = 8 – 5 = 3
U5 – U4 = 14 – 11 = 3

Karena bedanya selalu tetap yaitu 3, maka 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + . . .


adalah deret aritmatika atau deret hitung.
3.2.4 Jumlah n Suku Pertama Deret Aritmatika

Untuk memudahkan perhitungan, berikut ini akan dicari rumus menentukan


jumlah n suku pertama deret aritmatika.

U1= a
U2=a + b
U3= a + 2b
...
Un = a + (n – 1)b
Perhatikan bahwa
Sn = a + (a+b)+(a+2b) + ... + (a+(n-1)b)

TPB Unram 2016 |


6
Sn = a+(n-1)b + (a+(n-2)b) + ... + a
Jumlah 2Sn=(2a+(n-1)b)+(2a+(n-1)b)+... +(2a+(n-1)b), sebanyak n suku.
= n x (2a + (n-1)b)
Jadi, rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah:
1
Sn = n(2a + (n-1)b).
2
Contoh:
Tentukan jumlah sampai suku ke-50 deret aritmatika 2 + 6 + 10 + 14 + 18 + . . ..
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa deret aritmatika tersebut mempunyai suku pertama a = 2 dan
beda b = 4.
Selanjutnya
Sn = ½ n(2a + (n-1)b)
S50 = ½ 50 (2x2 + 49x4)
= 25 x (4 + 196)
= 25 x 200 = 5000.

3.2.5 Sisipan pada Deret Aritmatika

Misalkan U1 + U2 + U3 + U4 + . . . + Unadalah deret aritmatika dengan suku


pertama U1 = a, beda = b, dan banyaknya suku = n.

Apabila di antara dua suku deret aritmatika tersebut disisipkan k buah


bilangan (suku baru) sehingga membentuk deret aritmatika baru, maka:

Deret semula:
a + (a + b) + (a + 2b) + …..
Deret baru:
a + (a + b) + (a + 2b) + (a + kb) + (a + (k+1)b) + …..,
dimana a + (k+1)b = a + b.

Dari deret semula dan deret baru diperoleh hubungan


b
1) Beda deret baru: b 
k 1
2) Banyaknya suku deret baru:n' = n + (n-1)k

TPB Unram 2016 |


7
 n
3) Jumlah n suku pertama deret baru sesudah sisipan: S n  (a  U n  )
2

3.3 Barisan dan Deret Geometri


3.3.1 Pengertian Barisan Geometri

Suatu barisan U1, U2, U3, U4, . . . ,Un disebut barisan geometri jika

perbandingan dua suku yang berurutan selalu tetap. Hasil bagi suatu suku oleh
suku sebelumnya disebut rasio, biasanya dilambangkan dengan r, yaitu
U 2 U3 U 4 U
r    ...  n
U1 U 2 U 3 U n1
Jika suku pertama dinyatakan dengan a, maka bentuk umum barisan geometri
adalah:
2 3 n-1
a, ar , ar , ar , . . .ar
Contoh:
Tentukan apakah 2, 4, 8, 16, . . . merupakan barisan geometri.
Penyelesaian:
Kita tentukan berapakah rasio dua suku yang berurutan adalah

U2 4
 2
U1 2
U3 8
 2
U2 4
U 4 16
 2
U3 8
Karena rasio dua suku yang berurutan sama, maka barisan tersebut
merupakan barisan geometri.
3.3.2 Rumus Suku ke-n Barisan Geometri

Apabila a menyatakan suku pertama, n menyatakan banyak suku, dan r adalah


rasio suatu barisan geometri, maka:
U1= a
U2=ar
U3= ar2

...
Un= arn-1

TPB Unram 2016 |


8
Jadi, suku ke-n barisan geometri (Un) dirumuskan sebagai:

Un = ar(n-1)

Contoh:

Tentukan suku ke-10 barisan geometri: px , p2x , p3x ,. . . .

Penyelesaian:

Suku pertama = px

U 2 p 2x
Rasio =  x  p 2 x x  p x
U1 p
Rumus suku ke-n adalah Un = a x rn-1 = px × (px)n-1 = pnx.
Jadi suku ke-10 adalah U10 = p10x.

3.3.3 Pengertian Deret Geometri

Seperti halnya deret aritmatika, apabila suku-suku pada barisan geometri


dijumlahkan maka akan terbentuk deret geometri atau deret ukur. Sehingga
bentuk umum deret geometri adalah:
2 3 n-1
a + ar + ar + ar + . . .+ar
Pada deret geometri U1+ U2 + U3+ U4 + . . . + Un, jika Un+1>U n maka deretnya
disebut deret geometri naik, dan jika Un+1<Un, maka deretnya disebut deret
geometri turun.

Contoh:

Misalkan deret 2 + 6 + 18 + 54 + 162 + . . .

Maka

TPB Unram 2016 |


9
U2 6
 3
U1 2
U3 18
 3
U2 6
U4 54
 3
U3 18
U5 162
 3
U4 54

Karena rasionya selalu tetap yaitu 3, maka deret 2 + 6 + 18 + 54 + 162 + . . .


disebut deret geometri. Karena Un+1>Un, maka 2 + 6 + 18 + 54 + 162 + . . . juga

disebut deret geometri naik.

3.3.4 Jumlah pada Deret Geometri

Akan ditentukan jumlah n suku pertama (Sn) dari deret geometri dengan suku

pertama a dan rasio r berikut.


U1= a
U2=ar
U3= ar2
...
Un = ar(n – 1)
Perhatikan
Sn = a + ar + ar2 + ... + ar(n-1)
rSn = ar + ar2 + … + ar(n-1) + arn
-
(1-r)Sn= a - arn
= a(1-rn)
Jadi, rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah:
a(1  r n ) a(r n  1)
Sn  atau dapat ditulis S n 
1 r r 1

Untuk rasio r, dengan | r | < 1, deret tak hingganya konvergen dengan jumlah deret
tak hingganya

TPB Unram 2016 |


10
a
S  , dimana | r | < 1. (Buktikan!)
1 r

Contoh:

Tentukan jumlah 6 suku pertama dari deret geometri 3 + 6 + 12 + 24 + ....

Penyelesaian:
Perhatikan bahwa a = 3, dan r = 2.
Maka jumlah deret tak hingganya,
a(r n  1)
Sn 
r 1
3  (26  1) 3  63
S6    189.
2 1 1
Jadi, jumlah 6 suku pertama dari deret geometri 3 + 6 + 12 + 24 + . . . adalah 189.

Contoh:
1 1 1
Tentukan jumlah deret geometri tak hingga 1     .....
3 9 27
Penyelesaian:
1
Perhatikan bahwa a = 1, dan r = .
3
a 1 3
Maka S    
1 r 1 1 2 .
3

3.3.5 Sisipan pada Deret Geometri

Misalkan diketahui deret geometri U1 + U2 + U3 + U4 + . . . + Un. Apabila di

antara dua suku yang berurutan disisipkan k buah suku baru sehingga membentuk
deret geometri yang baru, r adalah rasio deret awal, dan n banyaknya suku awal,
maka diperoleh:

Rasio baru: r 
k 1
a. r
b. Banyaknya suku baru: n' = n + (n-1)k
c. Jumlah n suku pertama deret geometri sesudah sisipan:
a(r ) n  1 a1  (r ) n 
S n  atau S n 
r 1 1  r

TPB Unram 2016 |


11
3.4 Memecahkan Masalah Barisan dan Deret
Dalam kehidupan sehari-hari kadang banyak kita temui permasalahan-
permasalahan dalam bentuk barisan dan deret. Untuk menyelesaikan
permasalahanpermasalahan tersebut tentunya juga menggunakan aturan-aturan
yang ada pada deret dan barisan.

Berikut ini adalah beberapa contoh permasalahan kontekstual sehari-hari


yang berkaitan dengan barisan dan deret.

Contoh:

a. Tiga buah bilangan membentuk deret aritmatika. Jumlah ketiga bilangan


tersebut adalah 36 dan hasil kalinya 1.536. Tentukan bilangan-bilangan
tersebut.

Penyelesaian:

Misalkan tiga buah bilangan tersebut adalah a – b, a, a + b, maka:

(a - b)+ a +(a+b) =36.


3a =36
a =12
Selanjutnya
(a -b) a (a+b) =1.536
2 2
(a -b )  a = 1.536
2 2
(12 -b )12 = 1.536
2
(114 - b )12 = 1.536
2
(114 - b ) = 128
2
b = 16
b=4
Selanjutnya diperoleh a – b = 12 – 4= 8 dan a + b = 12 + 4 = 16.
Jadi tiga buah bilangan tersebut adalah: 8, 12, dan 16.
b. Firli menabung di sebuah bank. Pada bulan Januari ia menabung sebesar
Rp150.000,- bulan Februari sebesar Rp210.000,- bulan Maret sebesar
Rp270.000,- dan seterusnya.Berapakah jumlah uang yang ditabung Firli sampai

TPB Unram 2016 |


12
bulan Desember pada tahun yang sama?

Penyelesaian:
Bulan Januari = U1 = a = Rp150.000,-bulan Februari Rp210.000,-.

Perhatikan bahwa permasalahan di atas merupakan barisan aritmatika dengan


b = U2 – U1 = 210.000 – 150.000 = 60.000,-
Maka U12 = a + (12-1)b = 150.000 + 11  60.000
= 150.000 + 660.000 = 810.000.
Jumlah uang sampai bulan Desember adalah
12
S12  (U1  U12 )  6  (150.000  810.000)  6  960.000  5.760.000
2
Jadi jumlah uang Firli sampai bulan Desember adalah Rp5.760.000,00.
c. Sebuah konveksi pakaian jadi, pada bulan Maret dapat menyelesaikan 500 baju,
pada bulan April 525 baju, bulan Mei 550 baju, dan seterusnya.Berapakah
banyak baju yang dapat dihasilkan pada bulan Desember tahun yang sama?

Penyelesaian:

Perhatikan

Bulan Maret = U 1= 500

Bulan April = U2 = 525

Bulan Mei = U3 = 550, dst.

Diperoleh barisan aritmatika dengan suku pertama a = 500 dan beda b = 25.
Selanjutnya
U10 = a + 9b = 500 + 9  25 = 500 + 225 = 725/
Jadi, banyak baju yang dihasilkan pada bulan Desember adalah 725 buah.
d. Dalam suatu gedung pertemuan terdapat 10 kursi pada baris pertama, dan
bertambah 6 kursi untuk baris-baris seterusnya. Jika gedung itu dapat memuat
15 baris kursi, maka tentukan:

(1) rumus suku ke-nyang menyatakan banyak kursi pada baris ke-n,
(2) banyak kursi pada baris terakhir,
(3) banyak kursi dalam gedung tersebut.
Penyelesaian:

TPB Unram 2016 |


13
Perhatikan bahwa terbentuk barisan dan deret artimatika dengana = 10,b = 6, dan
n = 15

(1) Rumus suku ke-n :


Un = a + (n-1)b = 10 + (n-1)6 = 10 + 6n – 6 = 6n + 4.
(2) Banyak kursi pada baris terakhir, yaitu baris ke-15 :
U15 = 6  15 + 4 = 90 + 4 = 94.
(3) Banyak kursi dalam gedung (S15) yaitu
n
S n  (a  U n )
2
15 15 15
S15  (a  U15 )  (10  94)  104  15  52  780.
2 2 2

RANGKUMAN
 Rumus suku ke-n barisan aritmatika:Un = a + (n-1)b,
dimana n: banyaknya suku, a: suku pertama, dan b: beda.
1
 Rumus jumlah n suku pertama deret: Sn = n(2a + (n-1)b),
2
dimana n: banyaknya suku, a: suku pertama, dan b: beda.
 Rumus suku ke-n barisan geometri:Un = ar(n-1),
dimana n: banyaknya suku, a: suku pertama, dan r: rasio.
a(1  r n )
 Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika: S n  ,
1 r
dimana n: banyaknya suku, a: suku pertama, dan r: rasio.
 Rumus jumlah tak hingga deret geometri dengan rasio r, dimana | r | < 1
adalah
a
S  , dimana a: suku pertama, dan r: rasio.
1 r

TPB Unram 2016 |


14
LATIHAN 3
1. Tentukan rumus banyaknya diagonal segi-n.
2. Jika pada suatu deret aritmetika, diketahui suku ke-5 sama dengan 40 dan
suku ke-8 sama dengan 25, maka tentukan jumlah 12 suku pertama dari
deret aritmetika tersebut.
3. Jika jumlah deret geometri 2 + 22 + 23 + … + 2n = 254, berapakah n?
4. Di antara dua suku yang berurutan pada deret 2 + 10 + 18 + 26 + 34 + 42
disisipkan tiga bilangan sehingga membentuk deret aritmatika yang baru.
Tentukan:
a. beda deret yang baru,
b. banyak suku pada deret yang baru,
c. jumlah deret yang baru.

5. Pak Budi meminjam uang sebesar Rp 700.000,- pada pak Amir. Pak Amir
minta pak Budi mengangsur setiap bulan utang tersebut sebesar Rp
52.000,- Rp 50.000, Rp 48.000, Rp 46.000, dan seterusnya. Pak Budi
diminta mulai membayar angsurannya pada bulan Agustus 2011. Pada
bulan dan tahun berapakah pak Budi terakhir mengangsur hutang sehingga
lunas.

TPB Unram 2016 |


15

Anda mungkin juga menyukai