Anda di halaman 1dari 111

Lampiran

Surat Kela Biro Perencanaan dan Anggaran


Nomor : PR.01.01/1.3/4313/2020
Tanggal : 23 Oktober 2020

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …..TAHUN …….
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN
DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
BIDANG KESEHATAN TAHUN
ANGGARAN 2021

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK


BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden
yaitu pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pembangunan SDM
menjadi kunci Indonesia kedepan, titik dimulainya pembangunan SDM
adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi,
kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah, ini merupakan umur
emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif, tanpa
meninggalkan kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan
- 16 -

berkesinambungan. Dalam konsep pembangunan nasional,


Kementerian Kesehatan bertanggung jawab melaksanakan Program
Indonesia Sehat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam
lingkungan hidup yang sehat agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya perilaku hidup sehat.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber
pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya
untuk meningkatkan pembangunan kesehatan sehingga Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan
kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 298
ayat (7) menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai
kegiatan fisik dan dapat digunakan untuk kegiatan nonfisik.
Pengalokasian DAK Bidang Kesehatan ini tidak untuk mengambil
alih tanggung jawab pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembiayaan
pembangunan kesehatan di daerah sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pelaksanaan dan pengelolaan DAK nonfisik tersebut harus
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance)
yakni transparan, efektif, efisien, akuntabel dan tidak duplikasi dengan
sumber pembiayaan lainnya.
Dalam rangka pelaksanaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
Kementerian Kesehatan menyusun petunjuk teknis sebagai pedoman
penggunaan anggaran yang berisi penjelasan rincian kegiatan
pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK); Jaminan
Persalinan (Jampersal); Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
- 17 -

B. Kebijakan Umum
1. DAK Nonfisik bidang kesehatan adalah dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
mendanai kegiatan operasional bidang kesehatan yang merupakan
urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional;
2. DAK Nonfisik Bidang Kesehatan bukan dana utama dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah, sehingga
daerah dituntut mewujudkan tanggung jawab dalam pembiayaan
pembangunan kesehatan lebih kreatif serta inovatif dalam
memadukan semua potensi yang ada untuk pembangunan
kesehatan dan mengupayakan dengan sungguh-sungguh
pemenuhan anggaran pembangunan kesehatan.
3. Dalam rangka penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), daerah
dapat memanfaatkan dana BOK sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya dalam pelaksanaan penanggulangan KLB,
misalnya Outbreak Respons Immunization (ORI), penanganan faktor
risiko termasuk vector dan lain- lain.
4. Kepala Daerah dapat menetapkan peraturan kepala daerah terkait
standar biaya dan pedoman pelaksanaan kegiatan sesuai kondisi
daerah dengan tetap mengacu pada peraturan yang lebih tinggi.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang
Kesehatan tidak boleh duplikasi dengan sumber pembiayaan
APBN, APBD maupun pembiayaan lainnya;
5. Dinas Kesehatan Provinsi merupakan koordinator dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi DAK Bidang
Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapatkan DAK Bidang
Kesehatan wajib berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi;
6. Kegiatan dalam Rencana Kegiatan DAK harus mengacu kepada
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Nonfisik bidang kesehatan
Tahun Anggaran berjalan. Pemilihan kegiatan sesuai dengan
prioritas dan permasalahan di masing-masing daerah yang
- 18 -

diselaraskan dengan prioritas kegiatan dalam rangka mencapai


prioritas nasional bidang kesehatan;
7. Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengusulkan kepada
Bupati/Walikota untuk melimpahkan wewenang KPA kepada
kepala puskesmas dalam pelaksanaan BOK sesuai peraturan
berlaku;
8. Daerah tidak diperkenankan melakukan pengalihan atau
pergeseran anggaran dan kegiatan di antara DAK Nonfisik;
9. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan DAK Bidang
Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur Kementerian
Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri.

C. Arah Kebijakan
1. Peningkatan kesiapan pelayanan kesehatan di Puskesmas dalam
upaya penggerakan promotif dan preventif
2. Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, percepatan
penurunan stunting dan kematian ibu dan bayi tingkat Provinsi dan
Kab/Kota
3. Peningkatan kapasitas pengujian di Laboratorium Kesehatan
Daerah
4. Peningkatan kapasitas daerah dalam pelaksanaan pengawasan alat
kesehatan, pre dan post market industri rumah tangga pangan dan
pengawasan perizinan di sarana pelayanan kefarmasian khususnya
apotek dan toko obat.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendukung daerah dalam pelaksanaan pembangunan bidang
kesehatan bersumber DAK untuk mencapai target prioritas
nasional bidang kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mendukung upaya kesehatan bersifat promotif dan preventif;
- 19 -

b. Mendukung pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui


pendekatan keluarga;
c. Mendukung pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP);
d. Mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan.
e. Mendukung pelaksanaan percepatan penurunan stunting.
f. Mendukung pelaksanaan percepatan penurunan AKI dan AKB
E. Sasaran
1. Dinas kesehatan provinsi;
2. Dinas kesehatan kabupaten/kota;
3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
4. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
5. Apotek dan toko obat

F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup DAK Nonfisik Bidang Kesehatan meliputi:
1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Provinsi;
2. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten/Kota;
3. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas;
4. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Stunting;
5. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kefarmasian dan Alat
Kesehatan;
6. Jaminan persalinan (jampersal);
7. Dukungan Akreditasi Puskesmas;
8. Dukungan Akreditasi Laboratorium Kesehatan Prov/Kab/Kota
9. Bantuan Operasional Kesehatan Pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Nonfisik yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat
dan Makanan.

G. Prinsip Dasar
Pemanfaatan DAK nonfisik berpedoman pada prinsip:
- 20 -

1. Keterpaduan
Kegiatan DAK nonfisik direncanakan dan dilaksanakan secara
terpadu, lintas bidang, untuk mencapai beberapa tujuan kegiatan
prioritas dengan melibatkan para pelaksana program setiap
tingkatan (dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, puskesmas), kader kesehatan, lintas sektor
seperti Babinsa, unsur masyarakat seperti tokoh agama, tokoh
masyarakat, guru sekolah, camat, lurah/kepala desa dan
jajarannya serta unsur lainnya. Dalam penggunaan tidak dibagi
setiap bidang dan seksi berdasar struktur Organisasi Perangkat
Daerah tetapi pelaksanaan program secara terintegrasi.
2. Efisien
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada secara tepat, cermat dan seminimal
mungkin untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin dan tidak
duplikasi dengan sumber pembiayaan lain.
3. Efektif
Kegiatan yang dilaksanakan berdaya ungkit tinggi terhadap
pencapaian prioritas nasional. Penetapan kegiatan dilakukan
berdasarkan prioritas penyelesaian masalah di daerah.
4. Akuntabel
Pengelolaan dan pemanfaatan dana DAK Nonfisik harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.

H. Manajemen Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang


Kesehatan
1. Perencanaan Penganggaran
Kepala Daerah yang menerima DAK non fisik dan Kepala Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang melaksanakan, perlu melakukan
sinkronisasi antara rencana kegiatan dengan dokumen
perencanaan yang telah disepakati oleh pusat dan daerah.
- 21 -

a. Pemerintah Daerah melakukan usulan kegiatan yang didanai


DAK Nonfisik Bidang Kesehatan secara berjenjang melalui
aplikasi e- renggar, kemudian dinilai secara teknis oleh
Kementerian Kesehatan;
b. Penghitungan alokasi DAK Nonfisik Bidang Kesehatan meliputi
kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis dengan
memperhatikan usulan pemerintah daerah melalui aplikasi e-
renggar.
c. Semua Jenis DAK Nonfisik bidang kesehatan yang dialokasikan
kepada daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas)
dibuat perencanaan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
daerah dengan mekanisme APBD;
d. Penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran berdasarkan kebutuhan peran dan fungsi
organisasi, prioritas program dalam rangka pencapaian target
program prioritas nasional, Standar Pelayanan Minimal yang
dilaksanakan di daerah secara terintegrasi;
e. Dinas kesehatan kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
berdasar pagu DAK Nonfisik yang diterima;
f. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Laboratorium
Kesehatan Prov/kab/Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya) menyusun RKA berdasarkan alokasi yang diterima
dari Kabupaten/Kota dan hasil RKA dikompilasi oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota menjadi RKA dinas kesehatan atau
dapat berupa RKA tersendiri sesuai aturan yang berlaku;
g. RKA yang telah disusun dan dikoordinasikan oleh dinas
kesehatan dibahas dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Daerah (RAPBD) apabila alokasi pagu DAK
Nonfisik sudah diterima.
h. Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN atau
informasi resmi mengenai alokasi DAK melalui portal
- 22 -

Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah peraturan


daerah tentang APBD ditetapkan, maka pemerintah daerah
harus menganggarkan DAK dimaksud dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD dengan pemberitahuan kepada pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD;
i. Pemanfaatan DAK Nonfisik dimulai bulan Januari sampai
dengan Desember tahun anggaran berjalan (tidak dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan di tahun anggaran
sebelumnya), dan dituangkan dalam rencana kegiatan yang
rinci setiap bulan.
2. Pengelolaan
a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) provinsi dikelola oleh
dinas kesehatan provinsi;
b. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) kabupaten/kota
dikelola oleh dinas kesehatan kabupaten/kota;
c. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas disalurkan
melalui dinas kesehatan kabupaten/kota dan dikelola oleh
Puskesmas;
d. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Stunting dikelola oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) atau OPD lain
yang bertanggungjawab untuk urusan perencanaan dan
penganggaran.
e. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) kefarmasian, yang
terdiri dari:
1) Biaya distribusi obat, vaksin, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) tingkat Provinsi; dikelola oleh dinas
kesehatan provinsi untuk penyaluran obat, vaksin dan
BMHP ke instalasi farmasi kabupaten/kota;
- 23 -

2) Biaya distribusi obat, vaksin, BMHP tingkat


Kabupaten/Kota, pemanfaatan aplikasi logistik obat,
vaksin dan BMHP secara elektronik, serta pembinaan dan
pengawasan toko alkes dan optikal; disalurkan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk dimanfaatkan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota dan instalasi farmasi
kabupaten/kota.
f. Jaminan Persalinan (Jampersal) dikelola oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota;
g. Akreditasi Puskesmas dikelola oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota;
h. Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah dikelola oleh UPT
Laboratorium Kesehatan Daerah Prov/Kab/Kota;
i. Untuk pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan yang
berakhir sampai akhir tahun seperti Jampersal, pemerintah
daerah harus melaksanakan langkah-langkah akhir tahun
sesuai sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
j. DAK Nonfisik tidak boleh dimanfaatkan untuk dukungan
manajemen, honor bulanan, suplementasi gizi (khusus
penyediaan vitamin A dan taburia), peningkatan kapasitas
pegawai, belanja modal, belanja kuratif dan rehabilitatif,
pengadaan obat dan vaksin, seminar kit, honor input data,
hadiah lomba, honor panitia, retribusi, cetak foto,
pemeliharaan bangunan, kendaraan, sarana dan prasarana.
3. Pelaporan
a. Pemerintah Daerah menyampaikan laporan realisasi DAK
Nonfisik kepada Kementerian Kesehatan c.q. Sekretaris Jenderal
melalui aplikasi e-renggar (e-renggar.kemkes.go.id) setiap
triwulan, meliputi:
1) realisasi penyerapan anggaran;
2) realisasi kegiatan;
- 24 -

3) permasalahan dalam pelaksanaan


b. laporan realisasi penyerapan anggaran sebagaimana dimaksud
pada point a dihitung berdasarkan pagu alokasi.
c. laporan realisasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada point b
dihitung berdasarkan pencapaian realisasi kegiatan yang sudah
direncanakan.
d. Kepatuhan Pelaporan
Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan realisasi
penyerapan anggaran dan realisasi kegiatan akan dijadikan
pertimbangan dalam pengalokasian DAK nonfisik pada tahun
berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan.
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi DAK Nonfisik dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan dan atau bersama-sama dengan Kementerian/Lembaga
terkait;
- 25 -

BAB II
TATA CARA PENGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
NONFISIK BIDANG KESEHATAN

A. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Provinsi


1. Tujuan
a. Umum
Meningkatkan fungsi rujukan upaya kesehatan masyarakat
tersier dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder.
b. Khusus
1) Menyelenggarakan fungsi rujukan upaya kesehatan
masyarakat dari dan ke kabupaten/kota.
2) Menyelenggarakan pembinaan, monitoring dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat ke Kabupaten/Kota.
2. Sasaran
Dinas kesehatan provinsi;

3. Penggunaan
Dana BOK tingkat provinsi digunakan untuk kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan kesehatan masyarakat tingkat provinsi
b. Pembudayaan Gerakan masyarakat hidup sehat tingkat provinsi
c. Upaya deteksi dini, preventif, dan respon penyakit
d. Pembinaan kapasitas Labkesda pasca akreditasi

4. Jenis Pembiayaan
a. Belanja transport lokal
b. Belanja perjalanan dinas dalam dan luar daerah bagi ASN dan non
- 26 -

ASN.
c. Belanja sewa gedung/tenda, sound sistem, kursi.
d. Belanja langganan aplikasi pertemuan daring
e. Belanja penggandaan dan pencetakan
f. Belanja pembelian material pendukung kegiatan
pelatihan/orientasi
g. Belanja kegiatan pertemuan/rapat di dalam provinsi
h. Belanja makan dan minum kegiatan rapat-rapat
i. Belanja honor narasumber/tenaga ahli
j. Belanja pemeriksaan sampel/spesimen
k. Belanja jasa pengiriman sampel/specimen
l. Belanja Kegiatan Surveilans

5. Menu Kegiatan
a. Kegiatan Kesehatan Masyarakat tingkat provinsi
1) Pembinaan Gizi Masyarakat
a) Percepatan penurunan stunting
b) Penanggulangan Masalah Gizi
c) Peningkatan Kewaspadaan Gizi
d) Pengelolaan Konsumsi Gizi:
2) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Keluarga
a) Peningkatan status kesehatan Ibu hamil, bersalin, dan nifas.
b) Peningkatan status kesehatan bayi baru lahir
c) Peningkatan status kesehatan balita dan anak prasekolah
d) Peningkatan status kesehatan Anak usia sekolah dan remaja
e) Peningkatan status kesehatan Usia Reproduksi dan KB
f) Peningkatan status kesehatan Kesehatan Lanjut Usia
3) Promosi Kesehatan
a) Advokasi Pengembangan kebijakan publik berwawasan
kesehatan kepada lintas sektor
- 27 -

b) Kemitraan bidang kesehatan dengan mitra potensial (dunia


usaha, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan (Ormas), dll).
c) Pemberdayaan Masyarakat dengan melibatkan berbagai
kelompok masyarakat
d) Intervensi promosi kesehatan di berbagai tatanan (pesantren,
sekolah, kampus, promkes RS, tempat umum/ibadah, dll).
e) Komunikasi, Informasi, Edukasi, Sosialisasi, kampanye,
publikasi program prioritas kesehatan dan kegiatan lain sesuai
prioritas spesifik daerah
f) Peningkatan kapasitas promosi kesehatan (jambore kader
Posyandu tingkat provinsi, Saka Bhakti Husada (SBH), ormas,
dll )
4) Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga
Intervensi dalam PIS-PK yang terintegrasi dengan manajemen
puskesmas dan program lainnya
a) Pertemuan koordinasi terintegrasi (LP/LS) (sasaran LP/LS
tingkat provinsi serta kabupaten/kota untuk pembinaan PIS-PK
terintegrasi termasuk pemutakhiran data bagi daerah dengan
kendala jaringan internet)
b) Analisis hasil PIS-PK terintegrasi di tingkat provinsi
c) Monitoring dan evaluasi terintegrasi:
(1) Bimbingan teknis, pendampingan dan supervisi
terpadu/terintegrasi dengan penanggung jawab program
terutama pada daerah dengan kendala capaian PIS-PK
(kunjungan keluarga, 12 indikator dan IKS rendah)
(2) Pelaksanaan verifikasi tingkat provinsi

5) Kesehatan Lingkungan
a) Penyehatan air dan sanitasi dasar
b) Penyehatan pangan
c) Penyehatan udara tanah dan Kawasan
- 28 -

d) Pengelolaan limbah medis (limbah B3)


e) Penguatan adaptasi perubahan iklim bidang kesehatan
f) Pembinaan pengendalian dampak kesehatan mercuri

6) Kesehatan Kerja
a) Koordinasi kesehatan kerja dengan LP/LS
b) Pembinaan Kesehatan Kerja (GP2SP, Pos UKK, K3 Perkatoran,
K3 Fasyankes)
7) Kesehatan Olah raga
a) Kordinasi kesehatan olahraga dengan LP/LS
b) Pembinaan Kesehatan Olahraga (ASN, Anak Sekolah, Jemaah
Haji, Kelompok Masyarakat)

Semua kegiatan diatas, dilakukan melalui mekanisme kegiatan sebagai


berikut :
a. Rapat atau Pertemuan Sosialisasi/ Advokasi/ Koordinasi/
Konsolidasi/ konvergensi tentang perencanaan, penggerakan dan
pemantauan evaluasi melibatkan lintas program/lintas sektor
b. Fasilitasi/Supervisi/Pendampingan/Bimbingan
Teknis/Monitoring Evaluasi
c. Pelacakan dan Konfirmasi kasus
d. Rujukan pengujian spesimen surveilans rutin, sentinel dan
dugaan Kejadian Luar Biasa (KLB) ke Laboratorium Kesehatan
Daerah (Labkesda) dinas kesehatan provinsi/rujukan pemerintah
e. Penggalangan kemitraan dengan mitra potensial (dunia usaha,
swasta, Institusi pendidikan, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, dan lain lain).
f. Penyusunan, penyediaan dan penyebarluasan informasi di media
elektronik, cetak, luar ruang, dan sosial sesuai kebutuhan.
g. Konsultasi ke pusat maksimal 2 (dua) kali untuk tiap konsultasi 2
(dua) orang dalam 1 tahun.
- 29 -

b. Pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat tingkat provinsi


1) Audensi/Advokasi Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di
Provinsi dan Kab/Kota
2) Pembentukan Forum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tingkat
Provinsi
3) Koordinasi Forum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tingkat
Provinsi
4) Pengembangan dan Penggandaan Media Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
5) Penggerakan Masyarakat Germas di Tatanan Tingkat Provinsi
6) Pembinaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tingkat Kab/Kota
7) Pendampingan Pembudayaan Penggerakan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat Tingkat Kab/Kota

c. Upaya deteksi dini, preventif, dan respons penyakit


1) Advokasi dan koordinasi Lintas Sektor (LS)/Lintas Program (LP)
dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit.
2) Rujukan pengujian spesimen surveilans rutin, sentinel dan dugaan
Kejadian Luar Biasa (KLB) ke Laboratorium Kesehatan Daerah
(Labkesda) dinas kesehatan provinsi/rujukan pemerintah
3) Penyelidikan Epidemiologi (PE) dugaan Kejadian Luar Biasa (KLB)
sesuai pedoman PE.
4) Pembinaan dan pengawasan program P2P bagi tenaga P2P dinas
kesehatan kabupaten/kota (Bimtek, Monev, Supervisi).
5) Penyusunan dan penyediaan media Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) dalam rangka kegiatan promotif dan preventif
penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan jiwa
dan napza.
6) Pertemuan koordinasi kegiatan program P2P tingkat provinsi bagi
dinas kesehatan kabupaten/kota secara berkala.
- 30 -

7) Belanja Alat Pelindung Diri (APD) untuk surveilans dalam rangka


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terutama untuk
penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kontak.

d. Pembinaan kapasitas Labkesda pasca akreditasi


Pertemuan pembinaan pasca akreditasi laboratorium Kesehatan
daerah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi kepada laboratorium
kesehatan yang telah memperoleh status terakreditasi di lingkup
wilayah kerja propinsi tersebut dalam rangka menjamin kontinuitas
mutu pelayanan dan mutu pemeriksaan di laboratorium Kesehatan.

B. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten/Kota


1. Tujuan
a. Umum
Meningkatkan fungsi rujukan upaya kesehatan masyarakat
sekunder dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan
masyarakat primer.
b. Khusus
1) Menyelenggarakan fungsi rujukan upaya kesehatan
masyarakat dari dan ke Puskesmas; dan
2) Menyelenggarakan pembinaan, monitoring dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat.
3) Mendukung terjaminnya keamanan sarana, prasarana dan
peralatan di puskesmas dengan melaksanakan pengujian
dan/atau kalibrasi
4) Mendukung peningkatan mutu hasil pemeriksaan
Laboratorium di Labkesda

2. Sasaran
a. Dinas kesehatan kabupaten/kota; dan
b. Laboratorium Kesehatan Daerah Kab/Kota
- 31 -

3. Penggunaan
a. Dana BOK tingkat Kab/Kota digunakan untuk kegiatan sebagai
berikut:
1) Kegiatan Kesehatan Masyarakat tingkat Kab/Kota;
2) Penguatan 5 tujuan gerakan masyarakat hidup sehat;
3) Upaya deteksi dini, preventif dan respon penyakit
4) Pengujian Kalibrasi alat Kesehatan Puskesmas
5) Peningkatan Mutu Pemeriksaan Laboratorium Kesehatan
Daerah Kab/Kota (Pemantapan Mutu Eksternal (PME).
4. Jenis Pembiayaan
Dana BOK Kabupaten/Kota dimanfaatkan untuk pembiayaan program
dan kegiatan meliputi:
a. Belanja transport lokal;
b. Belanja perjalanan dinas dalam dan luar daerah bagi ASN dan non
ASN;
c. Belanja penggandaan dan pencetakan;
d. Belanja pembelian material pendukung kegiatan Kesehatan
masyarakat;
e. Belanja kegiatan pertemuan/meeting didalam kabupaten/kota;
f. Belanja langganan aplikasi pertemuan daring
g. Belanja makan dan minum kegiatan rapat-rapat;
h. Belanja honorarium narasumber maksimal 12 jam dalam setahun;
i. Belanja pemeriksaan sampel/spesimen;
j. Belanja jasa pengiriman sampel/spesimen;
k. Belanja kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi alkes Puskesmas;
l. Belanja jasa program Peningkatan Mutu Pemeriksaan (PME)
laboratorium kesehatan Daerah Kab/Kota;
m. Belanja kegiatan surveilans

Dana BOK Kabupaten/Kota tidak boleh dimanfaatkan untuk


pembiayaan promosi kesehatan di media cetak (koran, majalah, dan
lain-lain) dan elektronik. Belanja perjalan Dinas menggunakan BOK
- 32 -

Kabupaten/Kota hanya sampai ke Provinsi.

5. Menu Kegiatan
a. Kegiatan Kesehatan Masyarakat tingkat Kab/Kota
1) Pembinaan Gizi Masyarakat
a) Percepatan penurunan stunting
b) Penanggulangan Masalah Gizi
c) Peningkatan Kewaspadaan Gizi
d) Pengelolaan Konsumsi Gizi
2) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Keluarga
a) Peningkatan status kesehatan Ibu hamil, bersalin dan nifas.
b) Peningkatan status kesehatan bayi baru lahir
c) Peningkatan status kesehatan balita dan anak prasekolah
d) Peningkatan status kesehatan Anak usia sekolah dan remaja
e) Peningkatan status kesehatan Usia Reproduksi dan KB
f) Peningkatan status kesehatan Kesehatan Lanjut Usia
3) Promosi Kesehatan
a) Advokasi Pengembangan kebijakan publik berwawasan
kesehatan kepada lintas sektor
b) Kemitraan bidang kesehatan dengan mitra potensial (dunia
usaha, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan (Ormas), dll).
c) Pemberdayaan Masyarakat dengan melibatkan berbagai
kelompok masyarakat
d) Intervensi promosi kesehatan di berbagai tatanan (pesantren,
sekolah, kampus, promkes RS, tempat umum/ibadah, dll).
e) Komunikasi, Informasi, Edukasi, Sosialisasi, kampanye,
publikasi program prioritas kesehatan dan kegiatan lain sesuai
prioritas spesifik daerah
f) Peningkatan kapasitas promosi kesehatan (jambore kader
Posyandu tingkat provinsi, Saka Bhakti Husada (SBH), ormas, dll
)
- 33 -

4) Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga


Intervensi dalam PIS-PK yang terintegrasi dengan manajemen
puskesmas dan program lainnya
a) Koordinasi:
(1) Pertemuan koordinasi terintegrasi lintas program/lintas sektor
(sasaran LP/LS tingkat kabupaten/kota serta Puskesmas
untuk pembinaan PIS-PK terintegrasi termasuk pemutakhiran
data bagi Puskesmas dengan kendala jaringan internet)
(2) Konsultasi ke koordinator/penanggung jawab Binwil di Dinkes
daerah provinsi
b) Analisis hasil PIS-PK terintegrasi di tingkat kabupaten
c) Monitoring dan evaluasi terintegrasi:
(1) Bimbingan teknis, pendampingan dan supervisi
terpadu/terintegrasi dengan penanggung jawab program
terutama pada daerah dengan kendala capaian PIS-PK
(kunjungan keluarga, 12 indikator dan IKS rendah)
(2) Pelaksanaan verifikasi tingkat Kabupaten/Kota

5) Kesehatan Lingkungan
a) Penyehatan air dan sanitasi dasar
b) Penyehatan pangan
c) Penyehatan udara tanah dan Kawasan
d) Pengelolaan limbah medis (limbah B3)
e) Penguatan adaptasi perubahan iklim bidang kesehatan
f) Pembinaan pengendalian dampak kesehatan mercuri
6) Kesehatan Kerja
a) Koordinasi kesehatan kerja dengan LP/LS
b) Pembinaan Kesehatan Kerja (GP2SP, Pos UKK, K3 Perkatoran,
K3 Fasyankes)

7) Kesehatan Olah raga


a) Kordinasi kesehatan olahraga dengan LP/LS
- 34 -

b) Pembinaan Kesehatan Olahraga (ASN, Anak Sekolah, Jemaah


Haji, Kelompok Masyarakat)

Semua kegiatan diatas, dapat dilakukan melalui mekanisme kegiatan


sebagai berikut :
a. Rapat atau Pertemuan Sosialisasi/ Advokasi/ Koordinasi/
Konsolidasi/ konvergensi tentang perencanaan, penggerakan dan
pemantauan evaluasi melibatkan lintas program/lintas sektor
b. Fasilitasi/Supervisi/Pendampingan/Bimbingan
Teknis/Monitoring Evaluasi
c. Pelacakan dan Konfirmasi kasus
d. Rujukan pengujian sampel surveilans rutin kualitas kesehatan
lingkungan , dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan ke
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), Dinas Kesehatan
Provinsi/rujukan pemerintah
e. Penggalangan kemitraan dengan mitra potensial (dunia usaha,
swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, dan lain lain).
f. Penyusunan, penyediaan dan penyebarluasan informasi melalului
media KIE, cetak, luar ruang, dan sosial sesuai kebutuhan.

b. Penguatan 5 tujuan gerakan masyarakat hidup sehat


1) Audiensi/Advokasi Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di
Kab/Kota dan Kecamatan
2) Pembentukan dan Koordinasi Forum Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat Tingkat Kab/Kota
3) Pengembangan dan Penggandaan Media Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
4) Penggerakan Masyarakat di Tatanan Tingkat Kab/Kota
5) Pembinaan/Pendampingan Pembudayaan Penggerakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat Tingkat Kecamatan.
- 35 -

c. Upaya deteksi dini, preventif, dan respon penyakit


1) Rujukan pengujian spesimen surveilans rutin, sentinel dan dugaan
KLB, termasuk yang dilaksanakan oleh UPT Labkesda dinas
kesehatan kabupaten/kota.
2) Pembinaan, pendampingan dan bimbingan teknis terpadu P2P ke
Puskesmas (Bimtek, Monev, Supervisi)
3) Kampanye, sosialisasi, advokasi tentang penyakit menular dan
penyakit tidak menular serta masalah kesehatan jiwa-napza di
tingkat kabupaten/kota.
4) Penyelidikan epidemiologi, pelacakan kasus, rumor,
penanggulangan dan surveilans penyakit berpotensial KLB serta
masalah kesehatan jiwa
5) Pendampingan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pembentukan kader P2P di puskesmas.
6) Koordinasi terpadu lintas program/lintas sektor tentang program
P2P secara berkala
7) Penyusunan dan penyediaan media KIE P2P dalam rangka kegiatan
promotif dan preventif penyakit menular dan tidak menular serta
masalah kesehatan jiwa dan napza.
8) Belanja Alat Pelindung Diri (APD) untuk surveilans dalam rangka
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terutama untuk
penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kontak.

d. Pengujian kalibrasi alat kesehatan Puskesmas


1. Pengujian dan/atau Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk
menjamin tersedianya alat kesehatan sesuai standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, manfaat, dan laik pakai di
Puskesmas.
2. Pelaksana Pengujian dan/atau Kalibrasi alat kesehatan di
Puskesmas dilakukan oleh :
a) Balai Pengamanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (BPFK) atau
b) Loka Pengamanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (LPFK) atau
- 36 -

c) Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan (IPFK) yang memiliki Ijin


Operasional dari Kementerian Kesehatan dan terakreditasi
Komite Akreditasi Nasional (KAN).
3. Pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi dapat dilakukan di
Puskesmas setempat atau ditempat lain yang dikoordinasikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, atau dikirim ke
Institusi Penguji ( BPFK/LPFK/IPFK).
4. Pembiayaan Pengujian dan/atau Kalibrasi alat kesehatan di
Puskesmas mencakup biaya :
a. transportasi dan akomodasi untuk petugas kalibrasi.
b. Jasa layanan pengujian dan/atau kalibrasi alat kesehatan.
c. Pengiriman (PP) Alkes Puskesmas ke Dinas Kesehatan atau
Institusi Penguji ( BPFK/LPFK/IPFK).
5. Institusi Penguji ( BPFK/LPFK/IPFK) yang telah melaksanakan
pengujian dan/atau Kalibrasi harus melaporkan alat yang telah diuji
/kalibrasi ke sistem informasi ASPAK melalui aplikasi monitoring
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan

e. Peningkatan Mutu Pemeriksaan Labkesda (Pemantapan Mutu


Eksternal (PME)
Peningkatan Mutu Pemeriksaan di Labkesda (PME) adalah pembiayaan
untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan di labkesda melalui
keikutsertaan dalam Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) yang diselenggarakan oleh penyelenggara PNPME sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 400 Tahun 2016 tentang
penunjukkan 4 (empat) BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan)
sebagai penyelenggara PN-PME.

Pembiayaan untuk kegiatan ini dialokasikan untuk 3 (tiga) tahapan,


sebagai berikut:
- 37 -

1) Pertemuan persiapan penyelenggaraan kegiatan PME dalam wilayah


kabupaten/kota.

2) Pelaksanaan keikutsertaan dalam program PME, dengan alokasi


anggaran adalah
(a) Belanja Jasa:
Untuk pendaftaran keikutsertaan dalam Program PN-PME
sebanyak 2 (dua) siklus pertahun. Sebanyak 5 (lima) paket uji
PME untuk setiap siklusnya (total 10 paket).
Pendaftaran harus dilakukan di awal tahun untuk
keikutsertaan sebanyak 2 (dua) siklus. Mengingat waktu
pendaftaran keikutsertaan program PME oleh penyelenggara (4
BBLK) sejak siklus 1 dilakukan diawal tahun anggaran. Hal ini
agar menjadi perhatian, agar tidak terlambat untuk disertakan
dalam program PME.

3) Pertemuan evaluasi review hasil penyelenggaraan PME di wilayah


kerja Kabupaten/Kota dilaksanakan 1 (satu) kali , Output yang
diharapkan untuk dihasilkan adalah laporan hasil pembahasan
permasalahan dan tindaklanjut hasil PME (tindakan korektif dan
tindaklanjut penyelesaian masalah).

C. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas


1. Tujuan
a. Umum
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
(promotif dan preventif) di wilayah kerja Puskesmas
b. Khusus
1) Menyelenggarakan pelayanan promotif dan preventif di
wilayah kerja puskesmas.
2) Menyelenggarakan fungsi manajemen Puskesmas; dan
3) Menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat di wilayah
- 38 -

kerja Puskesmas.
2. Sasaran
Puskesmas
3. Jenis Pembiayaan
Dana BOK di Puskesmas dimanfaatkan untuk pembiayaan berbagai
kegiatan prioritas yang telah ditetapkan oleh Puskesmas. Jenis
pembiayaan tersebut meliputi:
a. Belanja transport petugas kesehatan, kader, pendampingan
mahasiswa serta lintas sektor;
b. Belanja perjalanan dinas dalam dan luar wilayah kerja puskesmas
bagi ASN dan non ASN di dalam Kabupaten/Kota maksimal 4 kali
masing-masing 5 orang dalam se-tahun.
c. Belanja pembelian material pendukung kegiatan Kesehatan
masyarakat;
d. Belanja pencetakan dan penggandaan media KIE
e. Belanja kegiatan pertemuan di dalam wilayah kerja puskesmas.
f. Belanja honor tenaga kontrak;
g. Belanja honor narasumber maksimal 12 jam dalam setahun
h. Belanja pemeriksaan sampel (termasuk pemeriksaan seleksi
awal/screening calon pendonor darah dalam rangka mendukung
P4K);
i. Belanja jasa pengiriman sampel/spesimen;
j. Belanja Paket Data Layanan Internet
k. Belanja Kegiatan Surveilans

4. Penggunaan
Dana BOK yang telah dialokasikan di setiap Puskesmas dapat
digunakan untuk operasional pelaksanaan kegiatan promotif dan
preventif upaya kesehatan masyarakat oleh Puskesmas dan
jaringannya. Penggunaan BOK di Puskesmas tersebut meliputi:
a. Pelaksanaan Gerakan masyarakat hidup sehat di wilayah kerja
b. Kegiatan Kesehatan masyarakat tingkat Puskesmas
- 39 -

c. Upaya deteksi dini, preventif, dan respon penyakit


Penyelenggaraan kegiatan peningkatan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular, tidak menular dan masalah
kesehatan jiwa & napza serta Operasional kegiatan sistem
kewaspadaan dini dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa dan
kegiatan lainnya yang terkait pencapaian prioritas nasional
d. Dukungan operasional UKM Tim Nusantara Sehat
e. UKM Primer (PISPK, UKM Esensial dan Pengembangan, Fungsi
Manajemen Puskesmas) dengan rincian sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan kegiatan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK);
2) Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan masyarakat
esensial dan pengembangan di wilayah kerjanya baik di dalam
gedung maupun luar gedung. Melalui Posyandu, posyandu
remaja, Posbindu, Pos UKK, Poskestren, UKBM lainnya,
kunjungan keluarga, kunjungan sekolah, kunjungan tempat
kerja dan pelayanan di luar gedung lainnya. Kegiatan di luar
gedung yang diselenggarakan oleh Puskesmas dilaksanakan
juga dalam upaya intervensi lanjut guna meningkatkan Indeks
Keluarga Sehat (IKS) pada Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK), serta untuk pemenuhan
kebutuhan pendukung kegiatan kegiatan promotif dan
preventif serta pemberdayaan masyarakat. Rincian kegiatan
lihat tabel I; dan
3) Penyelenggaraan fungsi manajemen Puskesmas yang meliputi
perencanaan (P1), penggerakan pelaksanaan (P2) melalui
lokakarya mini Puskesmas, pengawasan pengendalian dan
penilaian (P3) kinerja Puskesmas serta kegiatan koordinasi
lintas sektor lainnya.
f. Pemicuan STBM Desa Lokus;
Penyelenggaraan kegiatan pemicuan untuk mewujudkan desa
STBM dan pengawasan kualitas air minum terutama untuk
- 40 -

daerah lokus STBM. Selain Puskesmas yang termasuk dalam


lokus desa STBM, tetap dapat melaksanakan kegiatan
mewujudkan desa STBM.
g. Dukungan Operasional UKM Tim Nusantara Sehat;
Penyediaan operasional upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat berbasis Tim yang
ditempatkan di Puskesmas. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim
Nusantara Sehat tetap terintegrasi dengan kegiatan Puskesmas
dimana Tim tersebut berada. Apabila Tim Nusantara Sehat yang
ditempatkan di Puskesmas tidak disediakan rumah sebagai
tempat tinggal oleh pemerintah daerah maka Dana BOK yang
dialokasikan untuk Tim Nusantara sehat dapat digunakan untuk
sewa rumah tinggal Tim Nusantara Sehat.
h. Penyediaan tenaga dengan perjanjian kerja;
Penyediaan tenaga promosi kesehatan, sanitarian, nutrisionis,
tenaga kesehatan masyarakat lainnya, tenaga epidemiologi, analis
laboratorium dan tenaga pembantu pengelola keuangan di
Puskesmas.
Penyediaan tenaga dengan perjanjian kerja ini dapat dilakukan
dengan catatan bahwa usulan pada saat daerah mengusulkan &
merekrut sesuai dengan pembahasan formasi penugasan khusus
melalui aplikasi renbut dan si sdmk, jika tenaga-tenaga tersebit
sudah lengkap dapat dilakukan juga perekrutan/ pengusulan
berdasarkan analisis beban kerja.
i. Penyelenggaraan kegiatan UKM lainnya yang bersifat prioritas
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan maupun daerah
dalam upaya eliminasi/eradikasi/pembasmian penyakit tertentu
di daerah lokus yang telah ditetapkan, atau program prioritas lain
baik nasional maupun daerah;
j. Penyelenggaraan kegiatan untuk percepatan penurunan stunting
dimulai dari masa remaja, ibu hamil, sampai dengan anak
berumur dua tahun;
- 41 -

k. Penyelenggaraan kegiatan untuk mendukung Intervensi


Perubahan Perilaku program prioritas antara lain Edukasi PMBA
(Pemberian Makanan Bayi dan Anak), Kelas Ibu, Kelas Ibu Balita
orientasi tumbuh kembang/SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang), Partisipatory Learning Action (PLA)
Malaria, kunjungan rumah, penyuluhan kelompok sasaran,
kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya; dan
l. Operasional kegiatan outbreak respond/Kejadian Luar Biasa dan
kegiatan lainnya yang terkait pencapaian prioritas nasional.
m. Penyelenggaraan kegiatan oleh NS Tim dan NS Individu yang ada di
Puskesmas yang sama untuk melakukan inovasi sesuai proposal/
proyek perubahan yang disusun sepanjang sesuai dengan program
yang ada di Puskesmas.
Belanja perjalanan dinas luar daerah tidak diperuntukan untuk
melakukan studi banding, tidak untuk melakukan atau menghadiri
rapat/pertemuan diluar wilayah kerja/kabupaten/kota, tidak untuk
konsultasi ke provinsi.

Dana BOK Puskesmas tidak boleh dimanfaatkan untuk pembiayaan


promosi kesehatan di media cetak (koran, majalah, dll) dan elektronik.

5. Menu Kegiatan
a. Pelaksanaan gerakan masyarakat hidup sehat di wilayah kerja
1) Audensi/Advokasi Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di
Tingkat Kecamatan
2) Pembentukan Forum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tingkat
Kecamatan
3) Koordinasi Forum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tingkat
Kecamatan
4) Pengembangan dan Penggandaan Media Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
- 42 -

5) Penggerakan Masyarakat di Tatanan mendukung Kluster Aktivitas


Fisik, Edukasi dan Perilaku Sehat, Deteksi Dini Penyakit,
Lingkungan Sehat, Pangan Sehat dan Perbaikan Gizi
6) Pembinaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Tingkat
Desa/Kelurahan
7) Pendampingan Pembudayaan Penggerakan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat Tingkat Desa/Kelurahan.

b. Kegiatan Kesehatan Masyarakat tingkat Puskesmas


1) Kegiatan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
a) Pelaksanaan kunjungan keluarga dan intervensi awal
b) Analisis hasil PIS-PK terintegrasi di tingkat Puskesmas,
terintegrasi di dalam lokakarya mini
c) Pelaksanaan intervensi lanjut termasuk Perkesmas dalam
rangka intervensi hasil PIS-PK
d) Monitoring dan evaluasi terintegrasi termasuk pelaksanaan
verifikasi tingkat Puskesmas
e) Konsultasi ke koordinator/penanggung jawab Binwil di Dinkes
daerah kabupaten/kota.

2) Pelayanan Kesehatan Keluarga


a) Peningkatan status kesehatan Ibu hamil, bersalin dan nifas
b) Peningkatan status kesehatan bayi baru lahir
c) Peningkatan status kesehatan balita dan anak prasekolah
d) Peningkatan status kesehatan Anak usia sekolah dan remaja.
e) Peningkatan status kesehatan Usia Reproduksi dan KB
f) Peningkatan status kesehatan Kesehatan Lanjut Usia

3) Pendidikan Gizi
a) Sosialisasi, pembinaan, edukasi dan konseling Pemberian Makan
Bayi dan Anak (PMBA) dan Gizi Seimbang (termasuk Isi Piringku),
serta penggunaan KMS/buku KIA
- 43 -

b) Advokasi, Sosialisasi, Orientasi, pembinaan, pendampingan,


edukasi dan konseling terkait masalah gizi makro, gizi mikro, dan
suplementasi gizi di sekolah/instansi di level kecamatan/desa
c) Pemberdayaan masyarakat dalam upaya percepatan penurunan
stunting di level kecamatan/desa
4) Surveilans Gizi
a) Penimbangan rutin balita setiap bulan
b) Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan balita sesuai
standar
c) Pelaksanaan Bulan Penimbangan
d) Sweeping balita yang tidak hadir ke Posyandu
e) Pelaksanaan Bulan Vitamin A
f) Skrining aktif/pelacakan dan konfirmasi kasus gizi buruk dan
kasus gizi lainnya

5) Upaya Kesehatan Lingkungan meliputi:


a. Penyehatan air dan sanitasi dasar
b. Penyehatan pangan
c. Penyehatan udara tanah dan Kawasan
d. Pengelolaan limbah medis (limbah B3)
e. Penguatan adaptasi perubahan iklim
f. Pembinaan pengendalian dampak kesehatan mercuri.
g. Pendampingan dan pemantauan pelaksanaan
Intervensi Kesehatan Lingkungan (Padat Karya Tunai Desa
Kesling)
Pelaksanaan kegiatan kesehatan sesuai dengan Permenkes
Nomor 43 tahun 2019 tentang puskesmas

6) Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,


a) Pertemuan pokja posyandu tingkat kecamatan/desa
b) Pembinaan Posyandu, Poskestren, Posyandu Remaja, Posbindu,
Pos UKK, Poskestren, UKBM lainnya
- 44 -

c) Penyebarluasan informasi melalui media spesifik


lokal/tradisional.
d) Penggerakan/pemberdayaan masyarakat tingkat
desa/kelurahan, kecamatan.
e) Pembinaan Teknis Promkes Tatanan (pesantren, sekolah,
tempat umum/ibadah, dll).
f) Koordinasi pembentukan/pembinaan pangkalan SBH
g) Peningkatan kapasitas kader, Saka Bakti Husada, Tokoh
Masyarakat/Agama
h) Penyelenggaraan kegiatan untuk mendukung Intervensi
Perubahan Perilaku program prioritas antara lain Edukasi
PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak), Kelas Ibu, orientasi
tumbuh kembang/SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang), Partisipatory Learning Action (PLA) Malaria,
pelaksanaan intervensi perubahan perilaku program prioritas
seperti konseling, kunjungan rumah, penyuluhan kelompok,
penyuluhan massa.
i) Penggalangan kemitraan dengan mitra potensial (dunia usaha,
swasta, institusi pendidikan, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, babinsa dan lain lain).

7) Kegiatan upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga.


a) Pendataan dan pemeriksaan tempat kerja
b) Pembinaan dan pembentukan pos UKK
c) Sosialisasi/orientasi kesehatan kerja dan olahraga
d) Pembinaan kebugaran jasmani bagi anak sekolah, pekerja,
calon jemaah haji dan masyarakat
e) Pembinaan kelompok olahraga

8) Pelayanan kesehatan lainnya termasuk lokal spesifik termasuk


kesehatan tradisional
a) Kesehatan Tradisional :
- 45 -

(1) Pembinaan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisonal terdiri dari:


(a) Orientasi Kader asuhan mandiri pemanfataan TOGA dan
akupresur.
Orientasi kader dilakukan untuk mengedukasi kader
dalam pemanfaatan Toga dan Akupresur.
Diselenggarakan oleh fasilitator puskesmas dengan
melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait seperti
: Pertanian, TP PKK. Kegiatan ini bertujuan agar kader
selanjutnya dapat mengedukasi keluarga binaan dalam
melakukan pemeliharaan kesehatan ringan dan
mengatasi gangguan kesehatan ringan dengan
pemanfaatan Toga dan Akupresur.
(b) Fasilitasi Kelompok Asuhan Mandiri Pelayanan Kesehatan
Tradisional
Fasilitator Puskesmas memfasilitasi kader dan keluarga
binaan untuk membentuk kelompok asuhan mandiri
dan melakukan pembinaan terhadap kelompok asuhan
mandiri. Kegiatan dilakukan di puskesmas dengan
mengundang lintas program dan lintas sektor terkait
(2) Pembinaan dan Pengawasan Penyehat Tradisional
Pendataan penyehat tradisional dilakukan dengan
kunjungan ke lokus penyehat tradisional dan melakukan
pembinaan serta pengawasan agar terlaksana pelayanan
kesehatan tradisional yang aman, bermanfaat dan dapat
dipertangung jawabkan. Pendataan penyehat tradisional
dengan mengunakan instrumen yang ada.

c. Upaya deteksi dini, preventif, dan respon penyakit


1) Surveilans dan Respons Kejadian Luar Biasa (KLB)
a) Surveilans Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) pelaksanaan
imunisasi dasar dan lanjutan
- 46 -

b) Surveilans aktif Rumah Sakit dan Yankes swasta untuk kasus


Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dan
penyakit menular lainnya
c) Validasi sasaran, hasil cakupan imunisasi dan Rapid
Convinience Assessment (RCA).
d) Verifikasi rumor dugaan KLB
e) Respon cepat Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)
f) Pengambilan dan Pengiriman spesimen penyakit berpotensi KLB
g) Pelacakan kasus ikutan atau hasil reaksi minum obat pada
Pemberian Obat Pencegah Masal (POPM)
h) Penyelidikan Epidemiologi (PE) penyakit potensi KLB dan
penanggulangan KLB
i) Analisa hasil PE dan diseminasi informasi di wilayah kerja
puskesmas
j) Pemantauan kontak
k) Pelaksanaan surveilans migrasi malaria
l) Surveilans Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit
berpotensi KLB termasuk Penyakit Infeksi Emerging (PIE) di
masyarakat
m) Surveilans penyakit pada situasi khusus dan bencana
n) Survei anak sekolah dalam rangka pencegahan dan
pengendalian penyakit
o) Surveilans binatang pembawa penyakit serta pengiriman
spesimen untuk konfirmasi
p) Belanja Alat Pelindung Diri (APD) untuk surveilans dalam
rangka Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terutama untuk
penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kontak.
2) Deteksi Dini & Penemuan Kasus
a) Deteksi dini kasus HIV/AIDS, TBC, Hepatitis, Malaria dan
penyakit menular lainnya pada Ibu hamil dan kelompok
berisiko
- 47 -

b) Deteksi dini faktor risiko PTM di posbindu PTM dan Posyandu


lansia
c) Penemuan kasus PD3I, kasus kontak TB dan kasus mangkir,
kasus kontak kusta serta orang dengan gangguan jiwa serta
penyakit lainnya.
d) Kunjungan ulang kasus Acute Flaccyd Paralysis (AFP)
e) Konseling dan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan napza.

3) Pencegahan Penyakit dan Pengendalian Faktor Risiko


a) Pelayanan imunisasi rutin baik imunisasi dasar maupun
imunisasi lanjutan serta pengenalan antigen baru.
b) Sosialisasi pelaksanaan imunisasi rutin kepada orangtua dan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kepada guru dan wali
murid
c) Pemberian Obat Pencegah Masal (POPM) untuk pencegahan
penyakit
d) Advokasi/sosialisasi/lokakarya/rapat koordinasi Lintas Sektor
(LS)/ Lintas Program (LP) terkait pencegahan dan pengendalian
penyakit
e) Penyediaan bahan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE)
f) Pendataan sasaran POPM
g) Pengambilan obat POPM ke dinas kesehatan kabupaten/kota
h) Sweeping untuk meningkatkan cakupan POPM, imunisasi dan
penyakit menular lainnya
i) Pengendalian vektor nyamuk (Pemberantasan Sarang Nyamuk,
larvasidasi, fogging, Indoor Residual Spraying (IRS), modifikasi
lingkungan)
j) Pemantauan jentik secara berkala
k) Survei habitat jentik dan nyamuk dewasa
l) Distribusi kelambu ke kelompok sasaran di desa
- 48 -

m) Monitoring penggunaan kelambu malaria


n) Pengawasan standar baku mutu pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit
o) Evaluasi pengendaian vektor dan binatang pembawa penyakit
p) Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
untuk konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di puskesmas
q) Pelatihan petugas konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di
Puskesmas bagi kader kesehatan masyarakat.
r) Monitoring, bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan pos
pembinaan terpadu (posbindu) penyakit tidak menular oleh
petugas puskesmas
s) Pengendalian faktor risiko lainnya yang dapat menimbulkan
penyakit pada situasi KLB, situasi khusus dan bencana
4) Pengendalian Penyakit
a) Pendampingan penderita penyakit menular menahun
b) Pendampingan penderita gangguan jiwa dan napza
c) Validasi data laporan hasil POPM dan manajemen kasus
filariasis
d) Kunjungan rumah untuk tatalaksana/manajemen kasus
filariasis
e) Follow up tatalaksana dan pencegahan cacat kasus kusta dan
penyakit menular lainnya serta gangguan jiwa
5) Pemberdayaan Masyarakat
a) Pembentukan kader kesehatan program P2P
b) Orientasi/pembekalan/peningkatan kapasitas SDM bagi kader
kesehatan untuk peningkatan P2P
c) Pertemuan berkala kader kesehatan untuk P2P
d) Monitoring dan bimbingan teknis kader kesehatan oleh petugas
puskesmas
e) Koordinasi terpadu lintas program/lintas sektor tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit tingkat puskesmas
d. Pemicuan STBM desa/kelurahan prioritas
- 49 -

Penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan desa STBM terutama


untuk daerah lokus STBM. Kegiatan meliputi pemicuan, identifikasi
masalah dan analisis situasi (IMAS) perilaku kesehatan, monitoring
paska pemicuan, penyusunan dan update peta sanitasi dan buku
kader, gerakan cuci tangan pakai sabun, gerakan higiene sanitasi
sekolah, surveilan kualitas air minum, verifikasi Stop Buang Air
Besar Sembarangan (SBS)

e. Dukungan operasional UKM Tim Nusantara Sehat


Penyediaan operasional upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Nusantara Sehat berbasis tim, yang ditempatkan
di Puskesmas. Kegiatan yang dilaksanakan tetap terintegrasi dengan
kegiatan Puskesmas dimana tim tersebut berada dan dapat
melibatkan NS Individu apabila di Puskesmas tersebut juga terdapat
NS Individu.

f. Penyediaan Tenaga dengan Perjanjian Kerja


Penyediaan tenaga promosi Kesehatan dan ilmu perilaku, tenaga
sanitasi lingkungan, nutrisionis, tenaga kesehatan masyarakat
lainnya, tenaga epidemiologi, ahli teknologi labotorium medik,
apoteker, dan tenaga administrasi keuangan di Puskesmas, maksimal
4 orang tenaga per Puskesmas dengan sistem perjanjian kerja.
Penetapan maksimal 4 orang tenaga tersebut berdasarkan prioritas
kebutuhan tenaga dengan kualifikasi persyaratan yang telah
ditentukan.
Proses penerimaan dan seleksi tenaga dilaksanakan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan pembahasan melalui
aplikasi Rencana Kebutuhan (Renbut) dan SI SDMK, jika tenaga-
tenaga tersebit sudah lengkap dapat dilakukan juga perekrutan/
pengusulan berdasarkan analisis beban kerja, sedangkan ikatan
perjanjian kerja ditandatangani oleh kepala Puskesmas dan tenaga
- 50 -

yang bersangkutan, serta evaluasinya menggunakan aplikasi SI


SDMK.
Persyaratan kualifikasi tenaga tersebut meliputi:
1) Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku;
Pendidikan minimal D3 Promosi Kesehatan/D3 Kesehatan
Masyarakat Diutamakan jurusan/peminatan Promosi
Kesehatan/Ilmu Perilaku, diutamakan memiliki pengalaman kerja
minimal 1 tahun di bidangnya.
2) Tenaga Sanitasi Lingkungan ;
Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan/D4 Kesehatan
Lingkungan Kesehatan Masyarakat Diutamakan
jurusan/peminatan kesehatan lingkungan, diutamakan memiliki
pengalaman kerja minimal 1 tahun di bidangnya.
3) Tenaga Nutrisionis ;
Pendidikan minimal D3 Gizi/D3 Bidang Kesehatan Masyarakat,
diutamakan jurusan/peminatan gizi dan diutamakan memiliki
pengalaman kerja minimal 1 tahun di bidangnya
4) Tenaga Epidemiologi;
Pendidikan minimal S1 Kesehatan Masyarakat diutamakan
jurusan/peminatan epidemiologi, diutamakan memiliki
pengalaman kerja minimal 1 tahun di bidangnya.
5) Tenaga administrasi Keuangan;
Pendidikan minimal D3 Ekonomi/Akuntansi, diutamakan
memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun di bidangnya.
6) ahli teknologi labotorium medik;
Berpendidikan minimal D3/D4 analis kesehatan (laboratorium),
diutamakan yang memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun di
bidangnya.
7) Apoteker;
Berpendidikan profesi apoteker, diutamakan yang memiliki
pengalaman kerja di fasilitas pelayanan kesehatan minimal 1
tahun, dan diutamakan berdomisili di Kabupaten/Kota setempat.
- 51 -

Ketentuan perihal perjanjian kerja mengacu pada peraturan yang


berlaku, serta ketentuan yang diatur meliputi:
1) Usia pada saat pengangkatan maksimal 36 tahun
2) Diberikan honor sesuai UMR atau ketentuan lain yang berlaku di
daerah, termasuk Jaminan Kesehatan Nasional
3) Kepala Puskesmas menetapkan target kinerja bulanan secara
tertulis (output based performance);
4) Diberikan pendapatan lainnya yang sah/ sesuai peraturan yang
berlaku.
5) Lama perjanjian kerja sesuai tahun anggaran yang berlaku
pembiayaan bersumber dari dana BOK Puskesmas.

D. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Stunting


1. Tujuan
a. Umum
Meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor dalam
percepatan penurunan prevalensi stunting
b. Khusus
1) Mendorong upaya konvergensi lintas program dan lintas
sektor dalam percepatan penurunan prevalensi stunting
2) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan percepatan penurunan prevalensi stunting
2. Sasaran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas
2. Lintas sektor terkait ditingkat kabupaten/kota, kecamatan,
kelurahan/desa
b. Penggunaan
Program percepatan penurunan stunting telah ditetapkan sebagai
program prioritas dan merupakan komitmen baik di tingkat nasional
maupun di daerah. Sejak tahun 2018, pemerintah telah
mengalokasikan anggaran melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
termasuk DAK nonfisik untuk stunting sebagai dukungan, khususnya
- 52 -

untuk konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program stunting di


kabupaten/kota. Pada tahun 2021 telah ditetapkan 360
kabupaten/kota sebagai lokus percepatan penurunan prevalensi
stunting.
Dana BOK stunting untuk kabupaten/kota lokus digunakan dalam
intervensi percepatan penurunan stunting di daerah melalui kegiatan
koordinasi, konvergensi dan konsolidasi sebagai berikut:
1) Penyusunan Regulasi daerah terkait stunting, termasuk regulasi
dan Strategi komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan Stunting
tingkat Kab/Kota;
2) Pemetaan dan Analisis Situasi program stunting;
3) Pelaksanaan rembuk stunting;
4) Pembinaan kader pembangunan manusia terkait seribu hari
pertama kehidupan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan balita, optimaliasi dana desa untuk intervensi stunting
termasuk peningkatan kapasitas kader dalam Komunikasi Antar
Pribadi (KAP) terkait stunting; implementasi KAP dan Penggerakan
masyarakat;
5) Pengukuran dan publikasi stunting;
6) Pencatatan dan Pelaporan (termasuk dokumentasi) intervensi dan
hasil;
7) Reviu kinerja tahunan aksi integrasi stunting
c. Jenis Pembiayaan
Pemanfaatan dana BOK stunting untuk pembiayaan berbagai kegiatan
konvergensi, koordinasi dan konsolidasi percepatan stunting meliputi:
1) Belanja transport lokal;
2) Belanja perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah bagi ASN
dan nonASN;
3) Belanja pembelian material pendukung kegiatan Kesehatan
masyarakat;
4) Belanja pertemuan/meeting;
5) Belanja penggandaan dan percetakan; dan
- 53 -

6) Belanja honor narasumber/tenaga ahli pada pertemuan/meeting.


7) Belanja langganan aplikasi pertemuan daring

E. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kefarmasian


d. Tujuan
1. Umum
Mendukung daerah dalam pelaksanaan pembangunan bidang
kesehatan bersumber DAK untuk mencapai target prioritas
nasional bidang kesehatan
2. Khusus
1) Mendukung upaya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin
esensial serta BMHP di Puskesmas;
2) Mendukung pelaksanaan pengelolaan obat, vaksin dan BMHP
di Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai
standar; dan
3) Mendukung upaya pelaksanaan pengawasan post market
serta pembinaan dan pengawasan toko alkes dan optikal di
Kabupaten/Kota.
e. Sasaran
Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota dan Instalasi Farmasi Provinsi
/Kabupaten/Kota
f. Penggunaan
1. Jenis Kegiatan
BOK Kefarmasian digunakan untuk kegiatan antara lain:
1) Distribusi obat, vaksin dan BMHP dari Provinsi ke
Kabupaten/Kota (bagi Dinas Kesehatan Provinsi);
2) Distribusi obat, vaksin dan BMHP dari Kabupaten/Kota ke
Puskesmas;
- 54 -

3) Pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan


BMHP secara elektronik (bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota); dan
4) Pembinaan dan Pengawasan Toko Alkes dan Optikal (bagi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota).
2. Detail Kegiatan
1) Biaya distribusi obat, vaksin dan BMHP dari Instalasi
Farmasi Provinsi ke Kabupaten/Kota, dapat digunakan
untuk:
a) Biaya perjalanan dinas/transport bagi petugas Instalasi
Farmasi Provinsi ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
Kepala Daerah menetapkan ketentuan biaya perjalanan
dinas atau transport bagi petugas Instalasi Farmasi
Provinsi ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota;
b) Biaya bahan bakar atau biaya sewa alat transportasi
distribusi obat serta biaya bahan pengepakan obat,
vaksin dan BMHP. Biaya sewa dimaksud adalah untuk
satu kali pengantaran;
c) Jasa pengiriman melalui penyedia jasa ekspedisi
pengiriman barang; dan
d) Biaya tenaga bongkar muat.
2) Biaya distribusi obat, vaksin dan BMHP dari Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota ke puskesmas, dapat digunakan
untuk:
a) Biaya perjalanan dinas/transport bagi petugas Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota ke puskesmas. Kepala Daerah
menetapkan ketentuan biaya perjalanan dinas atau
transport;
b) bagi petugas Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke
puskesmas;
c) Bagi kabupaten pemekaran, dapat digunakan untuk
biaya perjalanan dinas/transport petugas Instalasi
- 55 -

Farmasi Kabupaten pemekaran ke Instalasi Farmasi


Kabupaten induk;
d) Biaya bahan bakar atau biaya sewa alat transportasi
distribusi obat serta biaya bahan pengepakan obat,
vaksin dan BMHP. Biaya sewa dimaksud adalah untuk
satu kali pengantaran;
e) Jasa pengiriman melalui penyedia jasa ekspedisi
pengiriman barang; dan
f) Biaya tenaga bongkar muat.
3) Dukungan pemanfaatan sistem informasi logistik obat dan
BMHP secara elektronik di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
dapat digunakan untuk:
a) Pendampingan manajemen logistik obat dan BMHP,
termasuk pengumpulan data indikator ketersediaan
obat dan vaksin esensial dengan mengundang petugas
puskesmas dan kegiatan pengembangan sistem
informasi logistik obat dan BMHP sesuai ketentuan
Kementerian Kesehatan, Pelaksanaan kegiatan dapat
dengan 2 metode, yaitu Daring (online) atau Luring
(offline);
b) Biaya perjalanan dinas atau transport bagi petugas
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan
konsultasi pemanfaatan sistem informasi logistik obat
dan BMHP secara elektronik ke provinsi. Tata cara
penyelenggaraannya mengacu pada ketentuan
perjalanan dinas atau transport yang ditetapkan dengan
peraturan yang berlaku;
c) Biaya langganan internet yang hanya berupa paket data
dengan kuota paling banyak 6 Gb per bulan.

4) Pembinaan dan pengawasan toko alkes dan optikal dapat


digunakan untuk:
- 56 -

a) Pendampingan pembinaan dan pengawasan toko alkes


dan optikal di Kabupaten/Kota yang dilaksanakan
dengan kegiatan berupa pertemuan dengan melibatkan
para pelaku usaha sebagai peserta sesuai ketentuan
yang berlaku. Pelaksanaan kegiatan dapat dengan 2
metode, yaitu Daring (online) atau Luring (offline); dan
b) Biaya perjalanan dinas atau transport bagi petugas
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan
inspeksi sarana toko alkes dan optikal. Tata cara
penyelenggaraannya mengacu pada ketentuan
perjalanan dinas atau transport yang ditetapkan dengan
peraturan yang berlaku.

5) Pemanfaatan dana BOK Kefarmasian memiliki persyaratan


sebagai berikut:
a) Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh Provinsi
yang akan menggunakan dana distribusi obat, vaksin
dan BMHP Provinsi ke Kabupaten/Kota, sebagai berikut:
(1) Permintaan obat menggunakan surat permintaan
yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan lampiran perhitungan
pemakaian rata-rata dan sisa stok di instalasi
farmasi kabupaten/kota, kecuali untuk kebutuhan
bufferstock menggunakan metode push distribution;
(2) Memiliki prosedur/SOP yang terdokumentasi
untuk distribusi obat ke instalasi farmasi
Kabupaten/Kota; dan
(3) Memiliki struktur organisasi dan petugas yang
menangani distribusi obat.
b) Persyaratan umum yang harus dipenuhi
Kabupaten/Kota yang akan menggunakan dana
distribusi obat, vaksin dan BMHP Kabupaten/Kota ke
- 57 -

puskesmas, sebagai berikut:


(1) Permintaan obat sesuai format Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari kepala
puskesmas;
(2) Memiliki prosedur/SOP yang terdokumentasi
untuk distribusi obat ke puskesmas; dan
(3) Memiliki struktur organisasi dan petugas yang
menangani distribusi obat.
c) Persyaratan umum yang harus dipenuhi
Kabupaten/Kota yang akan menggunakan dana
pembinaan dan pengawasan toko alkes dan optikal,
sebagai berikut:
(1) Terdapat sarana toko alkes dan/atau optikal di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
(2) Memiliki prosedur/SOP yang terdokumentasi
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
toko alkes dan optikal; dan
(3) Memiliki struktur organisasi dan petugas yang
kompeten dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan toko alkes dan optikal.
d) Dalam pelaksanaan BOK Kefarmasian,
provinsi/kabupaten/kota harus mempertimbangkan
kondisi sarana dan prasarana yang memadai.

F. Jaminan Persalinan (Jampersal)


1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, bersalin
dan nifas serta bayi baru lahir ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
kompeten.

b. Tujuan Khusus
- 58 -

1) Meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas pelayanan


kesehatan yang kompeten;
2) Menurunkan kasus komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir; dan
3) Meningkatkan penanganan kasus komplikasi pada ibu hamil,
bersalin dan nifas serta bayi baru lahir.

2. Sasaran
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

3. Jenis Pembiayaan
a. Belanja Rujukan Persalinan
b. Belanja sewa dan operasional RTK
c. Belanja dukungan biaya persalinan.
Dana Jampersal tidak boleh dimanfaatkan untuk belanja tidak
langsung, belanja modal, pembelian obat dan vaksin, bayar
iuran/premi, membangun RTK dan membeli furniture RTK.

4. Penggunaan
Jampersal dapat digunakan antara lain untuk:
a) Rujukan persalinan dan neonatal (biaya transportasi dan/atau sewa
alat transportasi)
b) Dukungan biaya persalinan bagi ibu hamil miskin yang tidak
mempunyai jaminan kesehatan.
c) Sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran.
1) Penyediaan makan dan minum untuk ibu hamil, ibu nifas dan
pendamping di RTK
2) Sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran (listrik, air,
kebersihan)
3) Biaya pemeliharaan dan rumah tunggu kelahiran

5. Kebijakan operasional jampersal:


- 59 -

a. Dana Jampersal diarahkan untuk memobilisasi persalinan ke fasilitas


pelayanan kesehatan yang kompeten sehingga tidak terjadi
keterlambatan dalam merujuk, melakukan pencegahan dini terhadap
terjadinya komplikasi baik dalam kehamilan, persalinan ataupun
masa nifas termasuk pelayanan dan penanganan komplikasi pada
bayi baru lahir;
b. Dana Jampersal tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan
yang telah dibiayai melalui dana APBN, APBD, BPJS, maupun sumber
dana lainnya;
c. Dana Jampersal tidak bisa digunakan untuk membayar klaim
jampersal tahun sebelumnya;
d. Penyediaan RTK mempertimbangkan SDM di daerah dan kebutuhan
lapangan;
e. Penerima bantuan Jampersal tidak diperbolehkan naik kelas dengan
biaya sendiri dan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Penerima Bantuan Iuran (PBI);
f. Dinas kesehatan kabupaten/kota menghitung kebutuhan
pemanfaatan dana jampersal masing-masing kegiatan untuk wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan prioritas;
g. Pembayaran kegiatan Jampersal menggunakan sistem klaim dari
fasilitas pelayanan kesehatan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota;
h. Bupati/Walikota dalam rangka mendukung pelaksanaan Jampersal
dapat menetapkan peraturan Bupati/Walikota tentang Jampersal
meliputi:
1) Sasaran Ibu hamil/ibu bersalin dan bayi baru lahir yang akan
menerima bantuan Jampersal. Secara prinsip, jampersal bisa
dimanfaatkan oleh seluruh ibu atau bayi meskipun bukan
penduduk tetap, tidak mempunyai KTP, berdomisili diluar wilayah
kabupaten/kota atau berpindah-pindah dengan memenuhi
kriteria miskin dan tidak mampu yang belum memiliki jaminan
kesehatan (JKN) atau Jaminan/asuransi lain;
- 60 -

2) Standar biaya umum (SBU) untuk transport lokal, sewa mobil


dan/atau perjalanan dinas untuk petugas/kader yang mengantar
ibu hamil dari rumah ke RTK dan atau langsung ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan jarak tempuh,
kondisi geografis, aksesibilitas;
3) Kriteria miskin dan tidak mampu (persyaratan dan administrasi
tidak boleh menghambat pemberian pelayanan); dan
4) Penetapan Fasyankes yang kompeten dalam pertolongan
persalinan normal dan penanganan kegawatdaruratan serta
penetapan fasyankes rujukan untuk perawatan ibu hamil risiko
tinggi dan penanganan komplikasi, mengacu pada peraturan yang
berlaku.

5) Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan dan pemanfaatan


dana Jampersal diatur di daerah sesuai dengan peraturan yang
berlaku dengan menerbitkan peraturan daerah/peraturan
Bupati/walikota/ keputusan bupati/walikota.

6. Menu Kegiatan
a. Rujukan persalinan dan neonatal (biaya transportasi dan/atau
sewa alat transportasi)
1) Biaya transportasi (pergi pulang) dari rumah ke RTK; dari
rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan yang kompeten; dari
RTK ke fasyankes kompeten; dan antar fasyankes.
2) Transportasi dapat kendaraan umum, kendaraan dinas,
Puskesmas Keliling dan Ambulans maupun kendaraan
pribadi;
3) Transportasi dapat membiayai mobil jenazah jika ibu atau
bayi meninggal; dan
4) Bila perjalanan pergi dan pulang lebih dari 8 jam dan atau
letak geografis yang ditempuh sulit, Petugas kesehatan
pendamping berhak mendapatkan biaya perjalanan dinas
- 61 -

sesuai peraturan yang berlaku.


a) Sasaran
(1) Ibu hamil dengan faktor risiko tinggi atas dasar
indikasi yang memerlukan rujukan ANC;
(2) Ibu hamil yang akan bersalin;
(3) Ibu nifas dengan faktor risiko atau komplikasi atas
dasar indikasi yang memerlukan rujukan;
(4) Bayi baru lahir yang mengalami komplikasi; dan
(5) Petugas kesehatan pendamping rujukan.
b) Persyaratan Sasaran
Miskin dan tidak mampu yang belum memiliki jaminan
kesehatan (JKN) atau Jaminan/asuransi lain. Bila
sasaran prioritas sudah terpenuhi, maka biaya
transportasi bisa dipergunakan untuk ibu hamil dan bayi
lainnya asalkan tidak duplikasi pembiayaan.

b. Dukungan biaya persalinan bagi ibu hamil miskin yang tidak


mempunyai jaminan kesehatan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan rujukan ANC rawat jalan dan rawat inap di
Rumah Sakit bagi ibu hamil dengan faktor risiko/komplikasi
atas indikasi medis;
2) Pemeriksaan rujukan PNC rawat jalan dan rawat inap di
Rumah Sakit bagi ibu hamil risiko/komplikasi atas indikasi
medis;
3) pelayanan ibu hamil dengan persalinan normal, persalinan
komplikasi, ibu hamil yang mengalami keguguran, KET
(kehamilan Ektopik Terganggu) dan Mola Hidatidosa,
histerektomi akibat kehamilan dan persalinan, dan kasus
kebidanan lainnya;
4) Skrining Covid 19 (pemeriksaan darah/rapid test) pada ibu
hamil sebelum persalinan
5) Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK);
- 62 -

6) Pembiayaan KB pasca persalinan sesuai dengan tarif biaya


JKN, yang dilakukan sebelum 42 hari pasca persalinan;
7) Ibu nifas dengan komplikasi jika ibu nifas tersebut sudah
pulang, kemudian mengalami komplikasi dan dirujuk
kembali, dapat dibiayai Jampersal sampai dengan 42 hari
setelah bersalin;
8) Pelayanan bayi baru lahir normal maupun komplikasi dari
ibu pengguna Jampersal.
9) Bayi baru lahir yang sudah pulang dari fasyankes dan
mengalami komplikasi dapat dirujuk kembali, dapat dibiayai
jampersal sampai 28 hari. Jika masih memerlukan
perawatan setelah 28 hari maka harus dicari sumber
pembiayaan diluar Jampersal;
10) Besaran biaya ANC dan pemeriksaan rujukan ANC sesuai
tarif JKN atau Peraturan Daerah yang telah ditetapkan; dan
11) Lamanya perawatan yang dibiayai untuk ibu nifas ditentukan
oleh daerah, maksimal sampai dengan 42 hari pasca persalin
dan untuk neonatal sampai usia 28 hari.
12) Sasaran;
Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas beserta bayi baru lahir
13) Persyaratan Sasaran;
a) Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas beserta bayi baru
lahir miskin dan tidak mampu yang belum memiliki
jaminan kesehatan (JKN) atau Jaminan/asuransi lain;
b) Ibu hamil yang memiliki KTP, tidak memiliki KTP dan ibu
hamil dari luar wilayah sesuai dengan koordinasi antar
daerah; dan
c) Khusus untuk SHK: bayi yang lahir dari ibu hamil miskin
dan tidak mampu yang belum memiliki jaminan kesehatan
(JKN) atau Jaminan/asuransi lain dan bagi bayi yang lahir
dari ibu peserta penerima bantuan iuran (PBI) JKN.
- 63 -

c. Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)


1) Biaya sewa rumah termasuk petugas kebersihan, biaya
langganan air, listrik dan iuran kebersihan lingkungan (tidak
diperuntukkan honor petugas kebersihan) berlaku untuk 1
tahun anggaran
2) Biaya Makan dan minum bagi ibu hamil dan pendamping yang
ada di RTK;
3) Sasaran
seluruh ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir yang
memerlukan RTK tanpa memandang status ekonomi, dan
kepemilikan jaminan kesehatan, memiliki KTP, tidak memiliki
KTP dan ibu hamil dari luar wilayah sesuai dengan koordinasi
antar daerah; dan diutamakan bagi ibu hamil, ibu nifas dan
bayi baru lahir yang mempunyai akses sulit.
4) Kriteria Khusus
a) rumah layak dan siap huni lengkap dengan furniture dan
alat kebersihan;
b) merupakan milik penduduk atau rumah yang dibangun
oleh pemerintah desa (bukan ruangan fasyankes, hotel atau
penginapan);
c) RTK dapat menggunakan bangunan pemerintah tanpa uang
sewa;
d) Lokasi diupayakan sedekat mungkin dengan fasyankes
kompeten yang mampu melakukan pertolongan persalinan
normal dan penanganan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal;
e) Setiap kabupaten/kota dapat menggunakan dana
Jampersal untuk sewa RTK sesuai kebutuhan di dekat
faskes yang kompeten yang ditetapkan sebagai rujukan
dalam rangka mendekatkan akses ibu hamil/nifas/BBL
risiko tinggi dengan komplikasi, sebelum dan/atau setelah
persalinan.
- 64 -

f) Jika diperlukan RTK dapat disediakan didekat fasyankes


rujukan di luar wilayah;
g) Waktu tempuh RTK ke fasyankes tidak lebih dari 30 menit;
dan
h) Pada RTK tidak dilakukan pelayanan kesehatan dan tidak
ada petugas kesehatan yang berjaga.

G. Dukungan Akreditasi Puskesmas


1. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
mengutamakan keselamatan pasien dan masyarakat.
b. Tujuan Khusus:
Mendorong Puskesmas melakukan upaya perbaikan mutu secara
berkesinambungan melalui akreditasi.
2. Sasaran
Sasaran Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dengan lokus
adalah Puskesmas yang diusulkan.
3. Penggunaan
a. Persyaratan Teknis untuk akreditasi Puskesmas :
1) Surat Pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota yang memuat kriteria Puskesmas sasaran DAK
Non Fisik akreditasi Puskesmas TA 2021 :
a) Puskesmas teregistrasi di Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan;
b) Puskesmas memiliki izin operasional yang masih berlaku;
c) Puskesmas memiliki dokter umum;
d) Jabatan Kepala Puskesmas sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan yang mengatur tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
e) Puskesmas tidak sedang dilakukan pembangunan pada
tahun 2021.
- 65 -

2) Ketentuan untuk pengalokasian honorarium berdasarkan pada


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119 Tahun 2020 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun 2021 yang diatur sebagai
berikut:
a) Honorarium narasumber maksimal 3 jam per hari per
orang;
b) Honorarium narasumber pelaksanaan Peningkatan dan
Penilaian Mutu Eksternal (PPME) per jam Rp 900.000,-
(Sembilan ratus ribu rupiah);
c) Honorarium narasumber, sesuai dengan ketentuan :
- Apabila narasumber tidak berasal dari penyelenggara,
maka mendapatkan honorarium Rp. 900.000,-
- Apabila narasumber berasal dari penyelenggara, maka
mendapatkan honorarium 50% (lima puluh persen)
sehingga 50% x Rp.900.000,- = Rp. 450.000,-
d) Honorarium moderator per kegiatan kali sebesar Rp
700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah).
3) Roadmap Puskesmas yang akan disurvei tahun 2021, terdiri
dari :
a) Roadmap survei Puskesmas lokus tahun 2020 yang akan
dialihkan pada tahun 2021;
b) Roadmap survei Puskesmas lokus tahun 2021
4) Data Puskesmas yang ditarget
kan terakreditasi minimal status utama di tahun 2021.
5) Bukti pengisian sistem informasi ASPAK bagi lokus survei
perdana dan bukti pemenuhan SPA minimal 60% bagi lokus
survei reakreditasi.
6) Perubahan lokus Puskesmas dari Roadmap yang sudah
disepakati dapat dilakukan dengan ketentuan tidak mengurangi
jumlah lokus yang diusulkan pada tahun anggaran berjalan.
b. Menu kegiatan dan prioritas DAK Non Fisik akreditasi Puskesmas
terdiri dari :
- 66 -

a) Workshop Pendukung Implementasi Akreditasi;

b) Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal (PPME);

Urutan prioritas menu DAK Non Fisik akreditasi Puskesmas


MENU URUTAN PRIORITAS
1. Workshop Pendukung Implementasi
Akreditasi Puskesmas 2
a Workshop Pemahaman Standar
Akreditasi Puskesmas
b Workshop Tata Kelola Mutu di FKTP
2. Peningkatan dan Penilaian Mutu Internal 1
(PPMI)
a. Pembinaan Mutu
b. Persiapan Penilaian Akreditasi
Puskesmas
c. Monitoring dan evaluasi mutu dan
akreditasi
3. Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal 3
(PPME)
a) Survei Akreditasi Perdana
b) Survei Akreditasi Re akreditasi

4. Pola Pembiayaan Dukungan Akreditasi Puskesmas TA 2021


Adapun penjelasan pola pembiayaan masing – masing menu adalah
sebagai berikut:
a. Workshop Pendukung Implementasi Akreditasi Puskesmas
Tujuan workshop pendukung implementasi akreditasi Puskesmas
adalah sebagai berikut:
- 67 -

1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang standar


akreditasi Puskesmas sehingga diharapkan peserta workshop
dapat menyusun langkah- langkah dalam upaya pemenuhan
standar tersebut. Keluaran dari kegiatan ini adalah rencana
kegiatan dalam rangka pemenuhan standar akreditasi
Puskesmas;
2) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang tata
kelola mutu di FKTP sehingga diharapkan peserta workshop
dapat menyusun langkah-langkah upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di FKTP. Keluaran dari kegiatan ini
adalah rencana kegiatan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di FKTP secara bertahap dan berkesinambungan
dengan pendekatan Plan Do Check Action (PDCA).

Kegiatan workshop pendukung implementasi akreditasi


Puskesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dengan peserta adalah perwakilan dari
Puskesmas yang berjumlah 5 orang, minimal terdiri dari :
1) Kepala Puskesmas
2) Kepala Tata Usaha
3) Penanggung Jawab UKM
4) Penanggung Jawab UKP
5) Penanggung Jawab Mutu
Catatan : peserta dapat ditambah Penanggung Jawab
Keselamatan Pasien dan Penanggung Jawab PPI jika anggarannya
memungkinkan.
Adapun kriteria narasumber adalah sebagai berikut :
a) Narasumber pada workshop pemahaman standar akreditasi
adalah asesor dan/atau Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang sudah tersertifikasi
workshop/lokakarya terkait standar instrumen akreditasi
- 68 -

yang dilaksanakan oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi


Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
b) Narasumber pada workshop tata kelola mutu adalah asesor
dan/atau Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang sudah tersertifikasi
workshop/lokakarya terkait mutu pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan kegiatan dapat dengan 2 metode, yaitu Daring (online)
atau Luring (offline). Untuk Puskesmas yang jaringan
telekomunikasinya kurang baik yang dibuktikan dengan surat
pernyataan Kepala Dinas Kesehatan.

Rincian kegiatan workshop pendukung implementasi akreditasi


Puskesmas sebagai berikut:
Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
1. Workshop Dinas - Penyamp Pelaksanaan Luring
Pemahama Kab/Kot Kesehata aian (offline):
n Standar a n materi 1)Belanja bahan:
Akreditasi Kab/Kota dilaksana - ATK
Puskesmas kan - Penggandaan
selama 2 - Computer Supply
hari 2)Belanja jasa
efektif profesi:
- Pelaksana - Honor setara
an eselon 2 yang
kegiatan pembiayaannya
dengan 2 50%.(50% x Rp.
metode 1.000.000 =
Daring Rp.500.000)
- 69 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
(online) - Honor
pada narasumber
wilayah teknis apabila
yang berasal dari luar
jaringan penyelenggara (2
telekomu orang @ 3 jam x 2
nikasi hari x Rp.
bagus 900.000)
dan - Honor
Luring narasumber
(offline) teknis apabila
untuk berasal dari
wilayah ruang lingkup
yang penyelenggara (2
jaringan orang @ 3 jam x 2
telekomu hari x Rp.
nisasi 450.000)
sulit - Honor Moderator
- Untuk 2 orang x 1 kali x
Puskesm Rp. 700.000
as yang 3)Belanja perjadin
sulit biasa:
transport - Transport
asi dapat narasumber
menggun - Penginapan
akan Narasumber
penginap 4)Belanja Perjadin
an selama paket meeting dalam
3 malam, kota:
- 70 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
2 hari - Uang harian
materi. - Transport lokal
peserta
- Paket meeting
fullboard
/fullday
Catatan: Bagi
Kabupaten yang
kesulitan akses ke
Puskesmas dapat
mengusulkan biaya
tambahan pada
uang harian dan
penginapan sesuai
dengan jumlah hari
untuk menempuh
Kabupaten/Kota
dari Puskesmas PP
serta sesuai dengan
kondisi ketersediaan
transportasi.
Komponen biaya
tersebut mengacu
pada SBM daerah
setempat atau riil
cost. Kriteria
Puskesmas sulit
akses tersebut
mengacu pada
- 71 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
Permenkes Nomor
90 tahun 2015
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan di
Fasyankes Kawasan
Terpencil dan
Sangat Terpencil ,
khususnya pada
pasal 8 (delapan).

Pelaksanaan Daring
(online) :
1)Belanja bahan:
- Paket aplikasi
daring sesuai
dengan Surat
Edaran Dirjen
Anggaran,
Kemenkeu,
Nomor: S-
1200/AG/2020
2)Belanja jasa
profesi:
- Honor setara
eselon 2 yang
pembiayaannya
50%.(50% x Rp.
- 72 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
1.000.000 =
Rp.500.000)
- Honor
narasumber
teknis apabila
berasal dari luar
penyelenggara (2
orang @ 3 jam x 2
hari x Rp.
900.000)
- Honor
narasumber
teknis apabila
berasal dari
ruang lingkup
penyelenggara (2
orang @ 3 jam x 2
hari x Rp.
450.000)
- Honor Moderator
2 orang x 1 kali x
Rp. 700.000
2. Workshop Kab/Kot Dinas - Penyamp Pelaksanaan Luring
Tata Kelola a Kesehata aian (offline):
Mutu di n materi 1)Belanja bahan:
FKTP Kab/Kota dilaksana - ATK
kan - Penggandaan
selama 2 - Computer Supply
- 73 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
hari 2)Belanja jasa
efektif profesi:
- Pelaksana - Honor setara
an eselon 2 yang
kegiatan pembiayaannya
dengan 2 50%.(50% x Rp.
metode 1.000.000 =
Daring Rp.500.000)
(online) - Honor
pada narasumber
wilayah teknis apabila
yang berasal dari luar
jaringan penyelenggara (2
internet orang @ 3 jam x 2
bagus hari x Rp.
dan 900.000)
Luring - Honor
(offline) narasumber
untuk teknis apabila
wilayah berasal dari
yang ruang lingkup
jaringan penyelenggara (2
internet orang @ 3 jam x 2
sulit hari x Rp.
- Untuk 450.000)
Puskesm - Honor Moderator
as yang 2 orang x 1 kali x
sulit Rp. 700.000
transport
- 74 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
asi dapat 3)Belanja perjadin
menggun biasa:
akan - Transport
penginap narasumber
an selama - Penginapan
3 malam, Narasumber
2 hari 4)Belanja Perjadin
materi. paket meeting dalam
- kota:
- Uang harian
- Transport lokal
peserta
- Paket meeting
fullboard
/fullday
Catatan: Bagi
Kabupaten yang
kesulitan akses ke
Puskesmas dapat
mengusulkan biaya
tambahan pada
uang harian dan
penginapan sesuai
dengan jumlah hari
untuk menempuh
Kabupaten/Kota
dari Puskesmas PP
serta sesuai dengan
kondisi ketersediaan
- 75 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
transportasi.
Komponen biaya
tersebut mengacu
pada SBM daerah
setempat atau riil
cost. Kriteria
Puskesmas sulit
akses tersebut
mengacu pada
Permenkes Nomor
90 tahun 2015
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan di
Fasyankes Kawasan
Terpencil dan
Sangat Terpencil ,
khususnya pada
pasal 8 (delapan).

Pelaksanaan Daring
(online) :
1)Belanja bahan:
- Paket data vicon
sesuai dengan
Surat Edaran
Dirjen Anggaran,
Kemenkeu,
- 76 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
Nomor: S-
1200/AG/2020
2)Belanja jasa
profesi:
- Honor setara
eselon 2 yang
pembiayaannya
50%.(50% x Rp.
1.000.000 =
Rp.500.000)
- Honor
narasumber
teknis apabila
berasal dari luar
penyelenggara (2
orang @ 3 jam x 2
hari x Rp.
900.000)
- Honor
narasumber
teknis apabila
berasal dari
ruang lingkup
penyelenggara (2
orang @ 3 jam x 2
hari x Rp.
450.000)
- Honor Moderator
2 orang x 1 kali x
- 77 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Lokasi pelaksana
Rp. 700.000

b. Peningkatan dan Penilaian Mutu Internal (PPMI)


Kegiatan PPMI ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan dengan sasaran yang
berbeda. Pelaksanaan PPMI ini lakukan oleh Tim Pembina Mutu
Dinas Kesehatan (TPMDK) Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima)
orang yang terdiri dari : Tim Mutu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang dapat ditambah dengan Assesor yang
berdomisili di wilayah Kabupaten/Kota dan Puskesmas
Percontohan.
Adapun kegiatan PPMI tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pembinaan Mutu
Kegiatan pembinaan mutu ini dilaksanakan pada Puskesmas
yang akan re-akreditasi, kegiatan pembinaan mutu ini terdiri
dari :
- Penyusunan Indikator Mutu
- Perencanaan Perbaikan Strategis
- Penyusunan Indikator Keselamatan Pasien
- Pra Survei
Pelaksanaan kegiatan dapat dengan 2 metode: yaitu kombinasi
(Blanded) Daring (online) dan Luring (offline) atau Luring (offline).
Untuk Puskesmas yang jaringan telekomunikasinya kurang
baik yang dibuktikan dengan surat pernyataan Kepala Dinas
Kesehatan. Adapun rincian kegiatan sebagai berikut :
- 78 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Belanja
Lokasi Pelaksana
1. Penyusuna Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
n Indikator mas Re - Dinkes an selama - ATK
Mutu akredita Kab/Kota 2 hari - Penggandaan
si efektif - Computer
- Metode Supply
kegiatan - Konsumsi
Blanded rapat
kombinasi - Paket
Daring langganan
(online) dan aplikasi
Luring pertemuan
dilakukan daring sesuai
pada dengan Surat
Puskesmas Edaran Dirjen
yang Anggaran,
mempunya Kemenkeu,
i jaringan Nomor: S-
internet, 1200/AG/202
- Metode 0
luring 2)Belanja jasa
(offline) profesi:
dilakukan - Honor TPMDK
pada adalah 50%
Puskesmas dari honor
yang tidak setara eselon
mempunya 3 (50% x
i jaringan Rp.900.000 =
internet Rp. 450.000)
- 79 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Belanja
Lokasi Pelaksana
(sesuai SBM
Kemenkeu)
Peraturan
Presiden RI No
33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
- Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
2. Perencanaa Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
n mas Re - Dinkes an selama - Konsumsi
Perbaikan akredita Kab/Kota 2 hari rapat
Strategis si efektif - Paket
- Metode langganan
kegiatan aplikasi
Blanded pertemuan
gabungan daring sesuai
Daring dengan Surat
(online) dan Edaran Dirjen
- 80 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Belanja
Lokasi Pelaksana
Luring Anggaran,
(offline) Kemenkeu,
dilakukan Nomor: S-
pada 1200/AG/202
Puskesmas 0
yang 2)Belanja jasa
mempunya profesi:
i jaringan - Honor TPMDK
internet, adalah 50%
- Metode dari honor
luring setara eselon
(offline) 3 (50% x
dilakukan Rp.900.000 =
pada Rp. 450.000)
Puskesmas (sesuai SBM
yang tidak Kemenkeu)
mempunya Peraturan
i jaringan Presiden RI No
internet 33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
- 81 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Belanja
Lokasi Pelaksana
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
3 Penyusuna Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
n Indikator mas Re - Dinkes an selama - Konsumsi
Sasaran akredita Kab/Kota 2 hari rapat
Keselamata si efektif - Paket Paket
n Pasien - Metode langganan
kegiatan aplikasi
Blanded pertemuan
gabungan daring sesuai
Daring dengan Surat
(online) dan Edaran Dirjen
Luring Anggaran,
(offline) Kemenkeu,
dilakukan Nomor: S-
pada 1200/AG/202
Puskesmas 0
yang 2)Belanja jasa
mempunya profesi:
i jaringan - Honor TPMDK
internet, adalah 50%
- Metode dari honor
luring setara eselon
(offline) 3 (50% x
dilakukan Rp.900.000 =
pada Rp. 450.000)
- 82 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Belanja
Lokasi Pelaksana
Puskesmas - sesuai SBM
yang tidak Kemenkeu)
mempunya (Peraturan
i jaringan Presiden RI No
internet 33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional)
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
4 Penilaian Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
Pra Survei mas Re - Dinkes an selama - Konsumsi
akredita Kab/Kota 2 hari rapat
si efektif 2)Belanja jasa
- profesi:
- Honor TPMDK
adalah 50%
dari honor
setara eselon
3 (50% x
- 83 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Belanja
Lokasi Pelaksana
Rp.900.000 =
Rp. 450.000)
(sesuai SBM
Kemenkeu)
Peraturan
Presiden RI No
33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.

b) Persiapan Penilaian Akreditasi


Kegiatan pembinaan mutu ini dilaksanakan pada Puskesmas
yang akreditasi perdana, kegiatan pembinaan mutu ini
dilaksanakan pada Puskesmas yang akan re akreditasi,
kegiatan pembinaan mutu ini terdiri dari :
- Self Assesment
- Pemahaman Standar dan Instrumen Akreditasi
- 84 -

- Penyusunan Dokumen
- Implementasi
- Pra Survei
Pelaksanaan kegiatan dapat dengan 2 metode : kombinasi
(Blanded) Daring (online) dan Luring (offline) atau Luring (offline).
Untuk Puskesmas yang jaringan telekomunikasinya kurang
baik yang dibuktikan dengan surat pernyataan Kepala Dinas
Kesehatan. Adapun rincian kegiatan sebagai berikut :
Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
1. Self Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
Assesment mas Dinkes an selama - ATK
Akredita Kab/Kota 1 hari - Penggandaan
si efektif - Computer
Perdana Supply
- Konsumsi
rapat
2)Belanja jasa
profesi:
- Honor TPMDK
adalah 50%
dari honor
setara eselon
3 (50% x
Rp.900.000 =
Rp. 450.000)
- sesuai SBM
Kemenkeu)
(Peraturan
Presiden RI No
33 Tahun
- 85 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional)
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
- Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
2. Pemahama Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
n standar mas Dinkes an selama - Konsumsi
dan Akredita Kab/Kota 2 hari rapat
instrumen si efektif - Paket Paket
akreditasi Perdana - Metode langganan
kegiatan aplikasi
Blanded pertemuan
gabungan daring sesuai
Daring dengan Surat
(online) dan Edaran Dirjen
Luring Anggaran,
(offline) Kemenkeu,
dilakukan Nomor: S-
pada 1200/AG/202
Puskesmas 0
yang
- 86 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
mempunya 2)Belanja jasa
i jaringan profesi:
internet, - Honor TPMDK
- Metode adalah 50%
luring dari honor
(offline) setara eselon
dilakukan 3 (50% x
pada Rp.900.000 =
Puskesmas Rp. 450.000)
yang tidak (sesuai SBM
mempunya Kemenkeu)
i jaringan Peraturan
internet Presiden RI No
33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
- 87 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
3 Penyusuna Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
n dokumen mas Dinkes an selama - Konsumsi
Akredita Kab/Kota 2 hari rapat
si efektif - Paket Paket
Perdana - Metode langganan
kegiatan aplikasi
Blanded pertemuan
gabungan daring sesuai
Daring dengan Surat
(online) dan Edaran Dirjen
Luring Anggaran,
(offline) Kemenkeu,
dilakukan Nomor: S-
pada 1200/AG/202
Puskesmas 0
yang 2)Belanja jasa
mempunya profesi:
i jaringan - Honor TPMDK
internet, adalah 50%
- Metode dari honor
luring setara eselon
(offline) 3 (50% x
dilakukan Rp.900.000 =
pada Rp. 450.000)
Puskesmas - sesuai SBM
yang tidak Kemenkeu)
mempunya (Peraturan
i jaringan Presiden RI No
internet 33 Tahun
- 88 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional)
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
4 Implement Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
asi mas Dinkes an 2x - Konsumsi
Akredita Kab/Kota dengan 2 rapat
si hari efektif 2)Belanja jasa
Perdana profesi:
- Honor TPMDK
adalah 50%
dari honor
setara eselon
3 (50% x
Rp.900.000 =
Rp. 450.000)
(sesuai SBM
Kemenkeu)
Peraturan
Presiden RI No
- 89 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.
5 Penilaian Puskes TPMDK - Dilaksanak 1)Belanja bahan:
Pra Survei mas Dinkes an selama - Konsumsi
Akredita Kab/Kota 2 hari rapat
si efektif 2)Belanja jasa
Perdana profesi:
- Honor TPMDK
adalah 50%
dari honor
setara eselon
3 (50% x
Rp.900.000 =
Rp. 450.000)
(sesuai SBM
Kemenkeu)
- 90 -

Lokasi dan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
3)Belanja
perjadin biasa:
- Transport lokal
sesuai SBM
Daerah
Penginapan jika
diperlukan
karena jarak dan
wilayah.

c) Monitoring evaluasi mutu dan akreditasi


Kegiatan pembinaan mutu ini dilaksanakan pada seluruh
Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, pelaksanaan kegiatan dapat dengan 2 metode:
yaitu Daring (online) atau Luring (offline). Untuk Puskesmas
yang jaringan telekomunikasinya kurang baik yang dibuktikan
dengan surat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan. Adapun
rincian kegiatan sebagai berikut :
Lokasi dan Pelaksana
No Kegiatan Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
1. Monitoring Kab/Kota Dinas - Kegiatan 2 Pelaksanaan
evaluasi Kesehatan hari efektif Luring (offline) :
mutu dan Kab/Kota dalam bentuk 1)Belanja bahan:
akreditasi Forum Group - ATK
Discussion - Penggandaan
(FGD) - Computer
Supply
- 91 -

Lokasi dan Pelaksana


No Kegiatan Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
- Metode 2)Belanja jasa
Daring profesi:
(online) - Honor TPMDK
dilakukan adalah 50%
pada dari honor
Puskesmas setara eselon
yang 3 (50% x
mempunyai Rp.900.000 =
jaringan Rp. 450.000)
internet, (sesuai SBM
metode Luring Kemenkeu)
(offline) Peraturan
dilakukan Presiden RI No
pada 33 Tahun
Puskesmas 2020 tentang
yang tidak Standar Harga
mempunyai Satuan
jaringan Regional,
internet 4)Belanja
- Untuk Perjadin paket
Puskesmas meeting dalam
yang sulit kota:
transportasi - Uang harian
dapat - Transport lokal
menggunaka peserta
n penginapan - Paket meeting
selama 3 fullboard
malam, 2 hari /fullday
materi.
- 92 -

Lokasi dan Pelaksana


No Kegiatan Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
Catatan: Bagi
Kabupaten yang
kesulitan akses
ke Puskesmas
dapat
mengusulkan
biaya tambahan
pada uang
harian dan
penginapan
sesuai dengan
jumlah hari
untuk
menempuh
Kabupaten/Kota
dari Puskesmas
PP serta sesuai
dengan kondisi
ketersediaan
transportasi.
Komponen biaya
tersebut
mengacu pada
SBM daerah
setempat atau riil
cost. Kriteria
Puskesmas sulit
akses tersebut
mengacu pada
- 93 -

Lokasi dan Pelaksana


No Kegiatan Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
Permenkes
Nomor 90 Tahun
2015 tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan di
Fasyankes
Kawasan
Terpencil dan
Sangat Terpencil
, khususnya
pada pasal 8
(delapan).
Pelaksanaan
Daring (online) :
1)Belanja bahan:
- Paket data
vicon sesuai
dengan Surat
Edaran Dirjen
Anggaran,
Kemenkeu,
Nomor: S-
1200/AG/202
0
2)Belanja jasa
profesi:
- Honor TPMDK
adalah 50%
- 94 -

Lokasi dan Pelaksana


No Kegiatan Kegiatan Rincian Komponen
Lokasi Pelaksana Belanja
dari honor
setara eselon
3 (50% x
Rp.900.000 =
Rp. 450.000)
(sesuai SBM
Kemenkeu)
Peraturan
Presiden RI No
33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,

c. Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal (PPME)


Kegiatan PPME ini berupa pelaksanaan survei akreditasi
Puskesmas perdana dan re-akreditasi. Kegiatan ini dilaksanakan
oleh Dinkes Kabupaten/Kota dengan tanggung jawab pelaksanaan
kegiatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang
telah memenuhi ketentuan sebagai berikut yaitu adanya surat
pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang
Puskesmas yang akan diusulkan survei akreditasi perdana dan
ulang (re-akreditasi).
Narasumber kegiatan ini adalah Assesor yang ditugaskan oleh
Kementerian Kesehatan. Pelaksanaan kegiatan dapat dengan 2
metode: yaitu kombinasi (Blanded) Daring (online) dan Luring
(offline) atau Luring (offline). Untuk Puskesmas yang jaringan
telekomunikasinya kurang baik yang dibuktikan dengan surat
- 95 -

pernyataan Kepala Dinas Kesehatan.

Komponen belanja dan Pola pembiayaan kegiatan PPME mengikuti


Standar Biaya Masukan APBN yang tercantum dalam juknis ini
sebagai berikut :

Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
1 Survei Puskesmas • Dilaksanakan 5 1) Belanja Bahan:
Akreditasi yang hari (termasuk - ATK
perdana dan diusulkan kedatangan dan - Penggandaan
re-akreditasi akreditasi kepulangan - Computer Supply
perdana dan Assesor ke lokasi) - Konsumsi rapat
reakreditasi yang terdiri dari 3 (Disesuaikan dengan SBM
hari survei dan 2 APBN) Peraturan Presiden
hari kedatangan RI No 33 Tahun 2020
dan kepulangan. tentang Standar Harga
• Apabila lokasi di Satuan Regional,
daerah - Paket Paket langganan
Terpencil/Sangat aplikasi pertemuan
Terpencil jumlah daring sesuai dengan
hari kedatangan Surat Edaran Dirjen
dan kepulangan Anggaran, Kemenkeu,
dapat lebih Nomor: S-1200/AG/2020
panjang. 2) Belanja jasa profesi:
Honorarium Assesor
• Keseluruhan hari selama 3 hari survei per
yang dibutuhkan orang per hari, @ 3 jam, @
oleh Assesor Rp
(kedatangan 900.000/jam/hari/orang
kepulangan dan (Rp. 900.000 x 3 jam x 3
survei) hari) per orang
- 96 -

Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
ditanggung (Besaran honor perjam
biayanya oleh sesuai honorarium
Dinas Kesehatan narasumber eselon III
Kabupaten/Kota, kebawah/yang disetarakan
yang terdiri dari : sesuai SBM APBN)
- Biaya Peraturan Presiden RI No 33
transport Tahun 2020 tentang
Assesor (dari Standar Harga Satuan
tempat asal Regional,
Assesor, 3) Belanja perjadin dalam
selama survei kota:
dan pulang Transport lokal.
kembali ke Belanja perjalanan dinas
tempat asal) biasa:
- Biaya - Jumlah Uang harian
penginapan surveior yang diberikan
- Uang harian sesuai dengan waktu
- Honor dibutuhkan oleh Assesor
• Pada untuk sampai pada
pelaksanaan tujuan lokasi survei dan
survei kombinasi sebaliknya pada saat
kegiatan survei kepulangan.
dilakukan - Pada saat pelaksanaan
selama 3 hari (1 survei tidak diberikan
hari uang harian karena
pelaksanaan surveior sudah menerima
secara uang honor.
daring/online - Penginapan Assesor
dan 2 hari disesuaikan dengan SBM
pelaksanaan Daerah
- 97 -

Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
secara - Transport surveior
luring/offline) dianggarkan minimal
dengan menggunakan
pesawat antar bandara
ibukota provinsi real cost
(termasuk alokasi untuk
pesawat, kapal laut dan
kendaraan disesuaikan
dengan Standar Biaya
Masukan APBN, apabila
besaran transport tidak
terdapat dalam Standar
Biaya Masukan APBN
maka dapat disesuaikan
dengan Standar Biaya
APBD)
- Catatan: Bagi Kabupaten
yang kesulitan akses ke
Puskesmas dapat
mengusulkan biaya
tambahan pada uang
harian dan penginapan
sesuai dengan jumlah hari
untuk menempuh
Kabupaten/Kota dari
Puskesmas PP serta
sesuai dengan kondisi
ketersediaan transportasi.
Komponen biaya tersebut
mengacu pada SBU
- 98 -

Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
setempat atau real cost.
Kriteria Puskesmas sulit
akses tersebut mengacu
pada Permenkes Nomor
90 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan di
Fasyankes Kawasan
Terpencil dan Sangat
Terpencil , khususnya
pada pasal 8 (delapan).
-

H. Dukungan Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah


a. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
mengutamakan keselamatan pasien dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus:
Mendorong Laboratorium Kesehatan untuk melakukan upaya
perbaikan mutu pelayanan dan mutu pemeriksaan laboratorium
secara berkesinambungan melalui akreditasi.
b. Sasaran
Sasaran adalah Laboratorium Kesehatan Daerah yang diusulkan
untuk disurvei pada tahun 2021.
c. Penggunaan
1. Persyaratan Teknis akreditasi Laboratorium Kesehatan TA 2021
adalah:
a) Surat Pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Daerah
- 99 -

Provinsi/Kabupaten/Kota yang memuat kriteria:


1) Laboratorium Kesehatan teregistrasi / dalam proses
registrasi di Kementerian Kesehatan
2) Laboratorium Kesehatan memiliki izin operasional yang
masih berlaku atau Peraturan
Daerah/Gubernur/Bupati/Walikota tentang pembentukan
UPT Laboratorium Kesehatan daerah dan peyelenggaraannya
3) Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan Daerah sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. 364 tahun
2003 tentang Laboratorium kesehatan, KMK nomor 1267
tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Laboratorium Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan
(PMK) No. 411 tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik
4) Jabatan Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1267 tahun
2004 tentang Laboratorium Kesehatan.
5) Bukti pengisian sistem informasi ASPAK atau proses
pengisian ASPAK
6) Surat pernyataan Jaminan akan menyelesaikan pekerjaan
fisik paling lambat bulan oktober 2021 atau sebelum jadwal/
proses survei dilaksanakan, bagi Laboratorium Kesehatan
yang melaksanakan rehabilitasi pada TA 2021
b) Gambaran (profil) Laboratorium Kesehatan Daerah sasaran
DAK-NF akreditasi Laboratorium Kesehatan (akreditasi KALK)
TA 2021
c) Roadmap Laboratorium Kesehatan milik pemerintah yang ada
di wilayah prov/ kab/kota dengan target terakreditasi KALK.
d) Data Laboratorium Kesehatan/ laborarorium klinik/
laboratorium kesmas terakreditasi KALK di wilayah
Prov/Kab/Kota
2. Mengikuti ketentuan untuk pengalokasian honorarium mengacu
Peraturan Presiden RI No 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga
- 100 -

Satuan Regional yang diatur sebagai berikut:


1) Honorarium Narasumber per jam Rp.900.000,- (sembilan ratus
ribu rupiah);
2) Honorarium Moderator per orang per kali sebesar Rp 700.000,-
(tujuh ratus ribu rupiah).
d. Menu Kegiatan
Menu Kegiatan DAK Nonfisik Akreditasi Laboratorium Kesehatan
Daerah terdiri dari:
a) Workshop persiapan akreditasi laboratorium Kesehatan Daerah
b) Peningkatan dan penilaian mutu internal (Persiapan Akreditasi
Labkesda)
Dengan sub menu:
1) Monev kesiapan akreditasi labkes
2) Bimbingan Akreditasi
3) Persiapan Penilaian/ survei Akreditasi Labkes
c) Peningkatan dan penilaian mutu eksternal (Penilaian/Survei
Akreditasi)
1) Survei Akreditasi
Urutan prioritas menu DAK Non Fisik akreditasi Laboratorium
Kesehatan
URUTAN
MENU
PRIORITAS
1. Workshop Persiapan Akreditasi 3
Laboratorium Kesehatan Daerah
2. Peningkatan dan Penilaian Mutu Internal
(Persiapan Akreditasi Labkesda)
a. Monev kesiapan proses Akreditasi 4
Labkesda 1
b. Bimbingan Akreditasi 5
c. Persiapan Penilaian/survei akreditasi
labkesa
- 101 -

3. Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal 2


(Penilaian/Survei Akreditasi Labkesda)

e. Pemanfaatan Dana Akreditasi Laboratorium Kesehatan


Untuk penjabaran/penjelasan menu akreditasi laboratorium kesehatan
daerah TA 2021 sebagai berikut:
1. Workshop persiapan akreditasi laboratorium Kesehatan Daerah
Workshop diselenggarakan oleh Laboratorium Kesehatan daerah
dalam rangka pemenuhan Standar Akreditasi laboratorium
kesehatan.
Kegiatan ini bertujuan untuk:
a) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengamatan awal
pimpinan laboratorium kesehatan dan para staf terhadap
penyelenggaraan akreditasi laboratorium kesehatan
b) Meningkatkan pemahaman tentang kebijakan akreditasi
laboratorium kesehatan, pemahaman terhadap standar
manajemen, standar teknis dan Program Nasional, serta terhadap
dokumen akreditasi laboratorium kesehatan.
Narasumber pada Workshop akreditasi ditunjuk oleh
Kementerian Kesehatan dengan latar belakang surveior akreditasi
laboratorium yang telah mendapatkan sertifikat Peningkatan
Kemampuan teknis dan materi Penguatan Surveior akreditasi
Laboratorium Kesehatan.
Peserta terdiri dari: Pimpinan dan seluruh staf laboratorium
lokus (teknis, admnistratif dan penunjang), dengan melibatkan dinas
Kesehatan, dan dinas Kesehatan provinsi selaku Pembina.
Pendamping akreditasi laboratorium Kesehatan berasal dari
dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten dengan latar belakang telah
mengikuti peningkatan kemampuan teknis pendamping akreditasi
laboratorium Kesehatan yang diselenggarakan dan atau telah
mengikuti kegiatan workshop akreditasi laboratorium Kesehatan
yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan atau melibatkan
- 102 -

unsur program di Kementerian Kesehatan yang bertanggungjawab


dalam peningkataan mutu dan akreditasi pelayanan laboratorium
kesehatan.
Hasil pelaksanaan Workshop persiapan akreditasi laboratorium
Kesehatan dilaporkan kepada kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, paling lambat
satu minggu setelah kegiatan dilaksanakan.
Kegiatan workshop dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif
(diluar waktu perjalanan ke lokus).
Pelaksanaan workshop persiapan akreditasi laboratorium Kesehatan
dikombinasikan antara mekanisme daring dan luring. Pembayaran
Pelaksanaan workshop persiapan akreditasi laboratorium Kesehatan
mengacu pada Peraturan Presiden RI No 33 Tahun 2020 tentang
Standar Harga Satuan Regional. Untuk pembayaran jasa profesi
dengan mekanisme daring mengacu pada SBM (PerMenkeu, tahun
2020) terkait pertemuan dengan mekanisme daring. Adapun rincian
komponen Pembiayaan sebagai berikut:
Table -1. Workshop Persiapan akreditasi Labkesda
N Kegiatan Pelaksana Rincian Komponen
o Kegiatan Belanja
1 Workshop Laboratorium 1. Penyampaian - Belanja Bahan:
persiapan kesehatan Materi dilaksanakan • ATK, Foto copy,
Akreditasi yang selama 3 hari efektif backdrop, dan
Labkesda diusulkan (belum termasuk computer
akan waktu perjalanan ke supply
melaksanakan dan dari lokasi (H-1 • Penunjang
akreditasi dan H+1,)) workshop
2. Metoda Akreditasi (kit
pelaksanaan penggalangan
dilakukan dengan komitmen)
kombinasi daring • Penunjang
dan luring (on site) pencegahan
- 103 -

3. Workshop penularan
ditujukan untuk COVID-19
laboratorium • Biaya
kesehatan komunikasi
prov/kab/ kota daring (dalam
4. Peserta jaringan
berasal dari internet) untuk
laboratorim labkes dan
kesehatan yang akan narasumber
diakreditasi - Belanja Jasa
5. Narasumber Profesi:
ditunjuk oleh Honor
Kementerian Narasumber
Kesehatan dengan mengacu pada
latar belakang standar Biaya
surveior akreditasi yang digunakan
laboratorium sesuai pemerintah
kualifikasi yang Pusat yang
ditetapkan mengacu
6. Pendamping Peraturan
daerah berasal dari Presiden RI No
Dinas Kesehatan 33 Tahun 2020
Provinsi/Kab/ Kota tentang
Standar Harga
Satuan
Regional,
untuk:
• Narsum daerah
1 orang x @2
jam
• Narsum Pusat:
3 (tiga) orang x
- 104 -

@ 9 jam
Catatan:
Honor
narasumber
dengan metode
daring dapat
dibayarkan
dengan mengacu
pada PerMenkeu,
tahun 2020
terkait
pertemuan
dengan
mekanisme
daring.

Belanja Paket
Meeting

Paket meeting
fullboard/fullday
(sesuai
kebutuhan)
dengan jumlah
peserta
disesuaikan
dengan jumlah
pegawai di
laboratorium
kesehatan
ditambah dinas
kesehatan
- 105 -

prov/kab/kota
dan waktu
pelaksanaan (3
hari)
Belanja Perjadin
terdiri dari:
1. Biaya
transportasi
• Narasumber
Pusat, terdiri
dari:
a. Transport
lokal di
lokasi asal
narasumber
b. Tiket
pesawat dan
atau
kereta/bus/
kapal laut/
rental
mobil, dll
• Narasumber
dan
Pendamping
daerah, terdiri
dari:
Transport
Lokal
(disesuaikan
dengan jarak
dan moda
- 106 -

transportasi
yang
digunakan)
2. Akomodasi
• Narasumber
Pusat
a. Akomodasi
narasumber
pusat
dialokasikan
setara dengan
akomodasi
golongan
IV/Es-III.
b. 3 orang x @ 3
malam (4 hari
3 malam)
Catatan:
Dalam rangka
untuk
koordinasi,
satu hari
sebelum
pelaksanaan
kegiatan, tim
narasumber
sudah berada
di lokasi,
sehingga
alokasi
akomodasi
minimal 3
- 107 -

(tiga) malam (4
hari 3 malam
(sesuai waktu
tempuh)
• Narasumber/
pendamping
Daerah
Menyesuaikan
dengan
kebutuhan
situasi dan
kondisi
3. Uang Harian
(UH)
• Narasumber
Pusat
UH
Narasumber
dialokasikan
sesuai
Presiden RI No
33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan
Regional
• Narasumber/
pendamping
Daerah Sesuai
dengan
ketentuan
Presiden RI No
- 108 -

33 Tahun 2020
tentang
Standar Harga
Satuan
Regional
Catatan:
Penggantian biaya
akomodasi dapat
melebihi waktu 3
(tiga) malam
disesuaikan dengan
kondisi lama
perjalanan dan
ketersediaan
transportasi ke
lokasi lokus dan
kondisi lama
perjalanan ke lokasi
lokus

2. Peningkatan dan penilaian mutu internal (Persiapan Akreditasi


Labkesda)
Peningkatan dan Penilaian Mutu Internal meliputi:
a) Monev kesiapan akreditasi labkes
Monev kesiapan akreditasi laboratorium kesehatan
merupakan proses monitoring yang dilakukan oleh dinas
Kesehatan kab/kota ke laboratorium kesehatan penerima DAK
NF dalam rangka memantau kesiapan pelaksanaan proses
akreditasi laboratorium Kesehatan
Hasil pelaksanaan Monev kesiapan pelaksanaan proses
akreditasi dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan melalui
- 109 -

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, paling


lambat 1 (satu) minggu setelah pelaksanaan monev persiapan
proses akreditasi.
b) Bimbingan akreditasi
Bimbingan akreditasi merupakan proses pembinaan yang
diberikan oleh tenaga pembimbing akreditasi labkes dengan latar
belakang surveior akreditasi labkes, yang dilaksanakan dengan
mengacu pada hasil pengamatan awal terhadap laboratorium
kesehatan untuk meningkatkan kinerja dalam mempersiapkan
survei akreditasi laboratorium kesehatan
Kegiatan bimbingan akreditasi bertujuan untuk membantu
Laboratorium Kesehatan dalam persiapan akreditasi
Laboratorium Kesehatan baik dari sisi penyiapan dokumen
regulasi, dokumen bukti dan implementasi standar akreditasi
laboratorium kesehatan. Kegiatan yang dilakukan oleh
pembimbing adalah memberikan bimbingan Akreditasi berupa
Analisa situasi, pendampingan pembuatan dokumen serta
penyiapan implementasi standar manajemen dan standar teknis
akreditasi laboratorium kesehatan. Dalam proses bimbingan,
Laboratorium Kesehatan didampingi secara detail teknis
penerapan standar dan penyusunan dokumen akreditasi
laboratorium kesehatan.
Bimbingan Akreditasi diberikan oleh pembimbing akreditasi
laboratorium Kesehatan sebagai narasumber yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan dengan latar belakang surveior
akreditasi laboratorium
Bimbingan Akreditasi dilaksanakan di laboratorium
kesehatan Provinsi/Kabupaten /Kota (sesuai lokasi) minimal
dalam 2 (dua) kali waktu pelaksanaan dan dapat dilaksanakan
lebih dari dua kali disesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan
anggaran dengan maksimal 3 (tiga) kali kegiatan.
Peserta terdiri dari: Pimpinan dan seluruh staf laboratorium
- 110 -

lokus (teknis, admnistratif dan penunjang), dan harus


melibatkan dinas Kesehatan selaku pendamping. Dalam
pelaksanaan bimbingan akreditasi, Pimpinan laboratorium
Kesehatan, para penganggungjawab laboratorium dan seluruh
jajaran laboratorium kesehatan wajib hadir dan harus
menindaklanjuti setiap masukan dan arahan tindaklanjut dari
pembimbing.
Pendamping akreditasi laboratorium Kesehatan berasal dari
dinas Kesehatan prov/Kab/Kota (sesuai lokus labkesda) dengan
latar belakang telah mengikuti peningkatan kemampuan teknis
pendamping akreditasi laboratorium Kesehatan yang
diselenggarakan dan atau telah mengikuti kegiatan workshop
akreditasi laboratorium Kesehatan yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan atau melibatkan unsur program di
Kementerian Kesehatan yang bertanggungjawab dalam
peningkataan mutu dan akreditasi pelayanan laboratorium
kesehatan.
Kegiatan bimbingan akreditasi untuk setiap kali periode
bimbingan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif (diluar waktu
perjalanan ke lokus) dan dapat dimodifikasi dengan mekanisme
bimbingan daring.
Pembayaran jasa profesi dilakukan dengan mengacu pada
Peraturan Presiden RI No 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga
Satuan Regional. Untuk pembayaran jasa profesi melalui
mekanisme daring mengacu pada PerMenkeu tahun 2020 terkait
pertemuan dengan mekanisme daring.

c) Persiapan Penilaian Akreditasi


Persiapan Penilaian akrreditasi merupakan evaluasi awal
yang dilakukan oleh dinas kesehatan prov untuk memantau
kesiapan laboratorium kesehatan menghadapi survei/penilaian
akreditasi.
- 111 -

Tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat sejauh mana


berbagai persiapan akreditasi sudah dilakukan. Evaluasi ini
dilakukan melalui review kelengkapan dokumen, kesiapan staf
dan pimpinan laboratorium kesehatan, kesiapan fasilitas dsb;
serta memfasilitasi laboratorium Kesehatan untuk mengisi form
penilaian mandiri (Self Asessment). Dari kegiatan ini diharapkan
dapat diperoleh gambaran kesiapan laboratorium kesehatan
dalam menghadapi survei/penilaian akreditasi. Output dari
kegiatan ini berupa hasil penilaian mandiri dan rekomendasi.
Kegiatan persiapan penilaian akreditasi dilaksanakan selama
1 (satu) hari efektif (diluar waktu perjalanan ke lokus). Hasil
kegiatan persiapan penilaian akreditasi laboratorium Kesehatan
dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, paling lambat 1 (satu)
minggu setelah pelaksanaan kegiatan atau sebelum jadwal
pelaksanaan survei akreditasi.

Adapun rincian komponen pembiayaan Peningkatan dan


Penilaian Mutu Internal (persiapan Akreditasi labkes) sebagai
berikut:
Table -2. Monev Kesiapan Akreditasi
No Kegiatan Pelaksana Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
1 Monev Laboratoriu 1) Monev kesiapan - Belanja Bahan:
Kesiapan m dilaksanakan • ATK, Fotocopy,
Akreditasi kesehatan selama 1 hari backdrop, komputer
yang 2) Monev ditujukan supply
diusulkan untuk • Biaya konsumsi
akan laboratorium pertemuan selama 1
melaksanak kesehatan (satu) hari kegiatan
an prov/kab /kota (jumlah peserta
akreditasi penerima DAK dihitung berdasarkan
- 112 -

NF akreditasi jumlah pegawai di


labkes laboratorium kesehatan
3) Peserta berasal ditambah dinas
dari laboratorium kesehatan
kesehatan yang prov/kab/kota (untuk 1
akan diakreditasi kali makan dan 1 kali
4) Monev dilakukan snack)
oleh narasumber - Belanja Jasa Profesi
prov/kab/kota • Untuk 1 orang
yang ditunjuk narasumber kab/kota x
oleh Dinas @2 jam
Kesehatan - Belanja Perjadin biasa
Prov/kab/kota • Biaya transport dinas
Kesehatan kab/kota 1
orang x 1 tr
(menyesuaikan dengan
kebijakan setempat)

Table -3. Bimbingan Akreditasi


No Kegiatan Pelaksana Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
2 Bimbingan Laboratoriu 1) Bimbingan - Belanja Bahan:
Akreditasi m Akreditasi • ATK dan Foto copy
(minimal 2 kali kesehatan dilaksanakan • Biaya penunjang
kegiatan) yang selama minimal 2 bimbingan
diusulkan kali kegiatan (backdrop,penduk
akan (disesuaikan ung perangkat
melaksanak dengan kantor,dll)
an kebutuhan). • Konsumsi
akreditasi 2) Pembimbing Bimbingan
akan Akreditasi
- 113 -

dilaksanakan (2xmakan, 2x
selama 3 hari snack x 3 hari)
efektif (diluar Jumlah peserta
waktu perjalanan disesuaikan dengan
ke lokasi) jumlah karyawan,
3) Bimbingan narasumber, dan
akreditasi pendamping dinkes
ditujukan untuk
laboratorium - Belanja Jasa Profesi:
kesehatan Honor Narasumber
prov/kab /kota mengacu pada
penerima DAK NF standar biaya sesuai
akreditasi labkes Peraturan Presiden
4) Peserta berasal RI No 33 Tahun 2020
dari laboratorium tentang Standar
kesehatan yang Harga Satuan
akan diakreditasi Regional, untuk:
5) Bimbingan • Narsum surveior
Akreditasi Pusat:
dilakukan oleh - Minimal
Narasumber berjumlah 2 (dua)
surveior orang
akreditasi labkes x @ 9 Jam (total
yang ditunjuk plaksanaan)
oleh Kementerian - Jumlah
Kesehatan narasumber
dengan latar disesuaikan
belakang surveior dengan klasifikasi
akreditasi labkes labkesda
6) Jumlah
Narasumber Belanja Perjadin,
bimbingan terdiri dari:
- 114 -

akreditasi • Narasumber Pusat


disesuaikan 1. Transport
dengan terdiri dari:
klasifikasi a. Transport lokal
laboratorium di lokasi asal
kesehatan narasumber
(labkesda (penggantian
pratama 2 orang; biaya kendaraan
labkesda madya dari dan ke
dan utama 3 bandara/
orang) stasiun/ terminal;
7) Pendamping b. Tiket pesawat
berasal dari dan atau
Dinas Kesehatan kereta/bus/
Provinsi/Kab/ kapal laut/ rental
Kota mobil, dll
8) Dalam c. Transport lokal
pelaksanaan di lokasi lokus
bimbingan
akreditasi, 2. Akomodasi
laboratorium Akomodasi
kesehatan harus narasumber pusat
menyediakan dialokasikan
peralatan kantor setara dengan
penunjang golongan IV/ Es-III
kegiatan untuk (minimal 2 orang x
penyusunan @ 3 malam (4 hari
dokumen dll 3 malam)
sesuai yang - Jumlah
dialokasikan narasumber
dalam belanja disesuaikan
bahan dengan klasifikasi
- 115 -

9) Dalam labkesda
pelaksanaan
bimbingan Catatan:
akreditasi, Dalam rangka
seluruh jajaran untuk koordinasi,
lanoratorium satu hari sebelum
kesehatan harus pelaksanaan
menindaklanjuti kegiatan, tim
setiap masukan narasumber sudah
dan arahan berada di lokasi,
tindaklanjut dari sehingga alokasi
pembimbing. akomodasi
minimal 3 (tiga)
malam (4 hari 3
malam (sesuai
waktu tempuh)
3. Uang Harian
(UH)
UH Narasumber
dialokasikam sesuai
Peraturan Presiden RI
No 33 Tahun 2020
tentang Standar
Harga Satuan
Regional
• Pendamping
Daerah
Transpor dan Uang
Harian pendamping
Prop/Kab/Kota
1. Tansport
Biaya transport
- 116 -

disesuaikan dengan
jarak dan moda
transportasi yang
digunakan sesuai
ketentuan.
2. Akomodasi
untuk pendamping
(jika diperlukan,
disesuaikan dengan
situasi dan kondisi
setempat)
Catatan:
Penggantian biaya
akomodasi dapat
melebihi waktu 3
(tiga) malam
disesuaikan dengan
kondisi lama
perjalanan dan
ketersediaan
transportasi ke
lokasi lokus dan
kondisi lama
perjalanan ke lokasi
lokus
3. Uang Harian (UH)
UH pendamping
Prov/kab/kota
dialokasikam sesuai
Peraturan Presiden RI
No 33 Tahun 2020
tentang Standar
- 117 -

Harga Satuan
Regional.

Table -4. Persiapan Penilaian Akreditasi


No Kegiatan Pelaksana Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
3 Persiapan Laboratoriu 1. Persiapan penilaian - Belanja Bahan:
Penilaian m dilaksanakan • ATK dan Foto
Akreditasi kesehatan selama1 hari efektif copy
yang (diluar waktu • Konsumsi
diusulkan perjalanan ke lokasi) persiapan
akan 2. Persiapan penilaian penilaian
melaksanak ditujukan untuk Akreditasi (1
an laboratorium kali makan 2x
akreditasi kesehatan prov/kab snack)
/kota penerima DAK - Belanja Jasa
NF akreditasi labkes Profesi:
3. Peserta berasal dari Honor
laboratorium Narasumber
kesehatan yang mengacu pada
akan diakreditasi Peraturan
4. Persiapan penilaian Presiden RI No 33
Akreditasi dilakukan Tahun 2020
oleh Narasumber tentang Standar
yang berasal dari Harga Satuan
dinkes prov Regional, untuk:
5. Pendamping berasal • Narsum Prov 2
dari Dinas (dua) orang x @
Kesehatan 2 jam
prov/Kab/ Kota
(tergantung lokus) - Belanja perjadin
6. Dalam pelaksanaan • Narasumber
- 118 -

Persiapan penilaian Prov


akreditasi, 1.Transportasi
laboratorium terdiri dari:
kesehatan harus 2 org x 1 tr
menyediakan 2. Akomodasi
peralatan kantor 2 org x @2
penunjang kegiatan malam (3 hari 2
untuk perbaikan/ malam,
penyusunan disesuaikan
dokumen dll sesuai lokasi lokus)
yang dialokasikan 3. Uang Harian
dalam belanja bahan (UH)
2 org x @2 hari
(disesuaikan
dengan lamanya
perjalanan pp ke
lokus)
Pembayaran
sesuai Peraturan
Presiden RI No
33 Tahun 2020
tentang Standar
Harga Satuan
Regional.
• Narasumber
Kab/kota
1. Transportasi
terdiri dari:
1 org x 1 tr
2. Uang Harian
(UH)
1 org x 1 hari
- 119 -

Pembayaran
sesuai Peraturan
Presiden RI No
33 Tahun 2020
tentang Standar
Harga Satuan
Regional,

3. Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal (Survei Akreditasi)


Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal merupakan kegiatan
survei akreditasi. Kegiatan ini berupa penilaian untuk mengukur
capaian dan cara penerapan standar akreditasi yang diwujudkan
melalui penilaian terhadap keseluruhan tata kelola dan pelayanan di
laboratorium Kesehatan meliputi aspek manajemen, teknis, dan
pengelolaan program nasional. Kegiatan survei dilakukan oleh
Surveior akreditasi laboratorium kesehatan yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan
Survei akreditasi dilaksanakan di laboratorium kesehatan
Provinsi/Kabupaten /Kota (sesuai lokus). Peserta terdiri dari:
Pimpinan dan seluruh staf laboratorium lokus (para
penanggungjawab laboratorium, staf teknis, staf administratif dan
staf penunjang), harus melibatkan dinas Kesehatan selaku
pendamping. Saat Kegiatan Survei akreditasi, pimpinan
Laboratorium kesehatan wajib mendukung dan hadir bersama
seluruh jajaran laboratorium Kesehatan di laboratorium kesehatan
lokus pelaksanaan survei.
Pendamping akreditasi laboratorium Kesehatan berasal dari
- 120 -

dinas Kesehatan prov/Kab/Kota (sesuai lokus labkesda) dengan latar


belakang telah mengikuti peningkatan kemampuan teknis
pendamping akreditasi laboratorium Kesehatan yang
diselenggarakan dan atau telah mengikuti kegiatan workshop
akreditasi laboratorium Kesehatan yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan atau melibatkan unsur program di
Kementerian Kesehatan yang bertanggungjawab dalam peningkataan
mutu dan akreditasi pelayanan laboratorium kesehatan.
Kegiatan survei akreditasi dilaksanakan selama 2 (dua) hari
dengan penggunaan waktu oleh surveyor sejak persiapan
pelaksanaan survei sampai pengolahan data hasil survei (diluar
waktu perjalanan ke lokus)
Pembayaran biaya, penyelenggaraan survei akreditasi laboratorium
Kesehatan, dilaksanakan dengan mengacu pada standar Biaya yang
digunakan pemerintah Pusat yang mengacu pada Peraturan Presiden
RI No 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga Satuan Regional.
Adapun rincian komponen pembiayaan Peningkatan dan
Penilaian Mutu Eksternal sebagai berikut:
Table -5. Peningkatan dan Penilaian Mutu Eksternal (Survei
Akreditasi)
No Kegiatan Pelaksana Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
1 Peningkat Laboratorium 1. survei - Belanja Bahan:
an dan kesehatan akreditasi • ATK, Foto copy
Penilaian yang dilaksanaka • Komputer supply
Mutu diusulkan n selama 2 • Biaya penunjang
Eksternal akan hari survei (backdrop,
(Survei melaksanakan penggunaan dan kit penunjang
Akreditasi) survei waktu oleh survei)
akreditasi surveior • Konsumsi Survei
sejak Akreditasi (2 x
persiapan makan, 2 x snack x
- 121 -

sampai 2 hari x jumlah


pengolahan peserta),
data (diluar Catatan:
waktu Jumlah peserta
perjalanan disesuaikan
ke lokasi) dengan jumlah
2. Survei karyawan,
akreditasi narasumber,
ditujukan pendamping
untuk dinkes, dan unsur
laboratoriu lain yang terlibat)
m kesehatan • Biaya komunikasi
prov/kab daring (jaringan
/kota internet) untuk
penerima labkes dan
DAK NF narasumber
akreditasi - Belanja Jasa
labkes Profesi:
3. Peserta Honor Narasumber
berasal dari mengacu Peraturan
laboratoriu Presiden RI No 33
m kesehatan Tahun 2020 tentang
yang akan Standar Harga
diakreditasi Satuan Regional,
4. Survei sebagai berikut:
Akreditasi • Narsum surveior
dilakukan Pusat:
oleh surveior - Minimal
akreditasi berjumlah 2 (dua)
labkes yang orang
ditunjuk x @ 9 Jam (total
oleh plaksanaan)
- 122 -

Kementerian - Jumlah
Kesehatan. narasumber
5. Jumlah disesuaikan
Narasumber dengan klasifikasi
survei labkesda.
akreditasi - Belanja Perjadin
labkesda • Narasumber Pusat
disesuaikan 1. Transport terdiri
dengan dari:
klasifikasi a. Transport lokal
laboratoriu di lokasi asal
m kesehatan narasumber
(labkesda b. Tiket pesawat
pratama 2 dan atau
orang; kereta/bus/
labkesda kapal laut/
madya dan rental mobil, dll
utama 3 c. Transport lokal
orang) di lokasi lokus)
2. Akomodasi
6. Dalam Akomodasi
pelaksanaan narasumber pusat
survei dialokasikan
akreditasi, setara dengan
laboratoriu golongan IV/ Es-
m kesehatan III:
harus
menyediaka - minimal berjumlah
n seluruh 2 orang x @3
kebutuhan malam (4 hari 3
sesuai yang malam)
dialokasikan - Jumlah
- 123 -

dalam narasumber
belanja surveior
bahan disesuaikan
dengan klasifikasi
labkesda

Catatan:
Dalam rangka
untuk koordinasi,
satu hari sebelum
pelaksanaan
kegiatan, tim
narasumber
sudah berada di
lokasi, sehingga
alokasi akomodasi
minimal 3 (tiga)
malam (4 hari 3
malam (sesuai
waktu tempuh)
3. Uang Harian
(UH)
UH Narasumber
dialokasikam
sesuai Peraturan
Presiden RI No 33
Tahun 2020
tentang Standar
Harga Satuan
Regional
• Pendamping
Kab/Kota
- 124 -

Meliputi transport
lokal dan uang
harian sesuai
Peraturan Presiden
RI No 33 Tahun
2020 tentang
Standar Harga
Satuan Regional
- 125 -

BAB III
PENUTUP

Petunjuk teknis ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAK


Nonfisik Bidang Kesehatan. DAK nonfisik bidang kesehatan diarahkan untuk
kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat di provinsi/kabupaten/kota terutama daerah dengan
derajat kesehatan yang belum optimal, sehingga masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan yangbermutu.
Menu kegiatan dalam petunjuk teknis penggunaan DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan ini merupakan pilihan kegiatan bagi tiap jenisnya. Tiap kegiatan
DAK Nonfisik tidak diperkenankan dilakukan pengalihan anggaran diluar
rincian alokasi DAK nonfisik yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setiap
tahunnya.
Kegiatan yang didanai dari DAK Nonfisik Bidang Kesehatan ini
sebagaimana diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan. Kepala Daerah bias
memilih kegiatan sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Nonfisik
Bidang Kesehatan seharusnya merupakan bagian program jangka menengah
sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis
Daerah. Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatannya agar disinergikan dan
tidak duplikasi pembiayaan dengan kegiatan yang anggarannya bersumber
dari pendanaan lainnya (seperti APBD Provinsi/Kabupaten/Kota) sehingga
lebih berdaya guna dan berhasil guna.

MENTERI KESEHATAN,

TERAWAN AGUS PUTRANTO

Anda mungkin juga menyukai