Anda di halaman 1dari 11

1

BAB II. JOB SITE COMPONENT

BAB II
KOMPONEN MEDAN KERJA
(JOB SITE COMPONENT)

1. Kesampaian Daerah (Accessibility; Transportation)

Ialah tentang kesampaian daerah atau prasarana yang dipunyai atau yang tersedia
pada daerah kerja. Apakah dekat jalan besar atau stasiun Kereta Api, sehingga
mempermudah pengiriman alat-alat berat (peralatan mekanis), alat-alat berat biasanya
dikirim ke medan kerja dengan menggunakan TRUCK TRAILER. Bila tidak ada jalan besar
yang mampu dilalui TRAILER, maka harus dibuat jalan terlebih dahulu, dan ini akan
berpengaruh terhadap biaya pemilikan alat (cost of ownership) dan biaya operasi (operating
cost) dari peralatan mekanis tersebut.
Bila di daerah kerja terdapat sarana jalan, perlu diketahui terlebih dahulu kelas jalan.
Apakah jalan desa, ataukah jalan propinsi, kemudian jalan tersebut kelas berapa dan
mampu dibebani berapa ton. Ini semua perlu diketahui terlebih dahulu, agar dalam
meningkatkan daya dukung jalan sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk membawa alat
mekanis ke daerah kerja.

2. Keadaan Tetumbuhan (Vegetation)

Tanaman-tanaman atau keadaan pepohonan yang tumbuh di medan kerja perlu


diketahui mengenai; diameter pohon-pohonnya, jumlah pohon setiap satuan luas, ketinggian
rata-rata setiap pohon, dan macam pohon. Ini perlu untuk mempertimbangkan dalam
melakukan pembukaan lahan di medan kerja, apakah akan ditebang satu-satu ataukah
ditebang secara masal, kemudian pohonnya akan dimanfaatkan ataukah akan dibakar.
Dengan demikian bisa ditentukan terlebih dahulu macam peralatan yang akan dipergunakan
untuk melakukan pembabatan pohon tersebut.

3. Cuaca (Climatic Condition)

Pengaruh cuaca pada suatu daerah kerja (dimana akan berlangsung penggunaan
peralatan mekanis) perlu diketahui, karena akan dipakai untuk memperkirakan dalam satu
tahun berlangsung hujan selama berapa hari. Perlu dipahami bahwa pada waktu hujan
penggunaan peralatan mekanis tidak dapat efektif. Disamping itu pada waktu hujan lebat,
malah tidak dapat dipergunakan peralatan mekanis.
Misalnya, dalam satu tahun harus dikupas tanah penutup 1,000,000 CuYd; dan
dalam satu tahun turun hujan selama 2 bulan, artinya hanya bisa bekerja 250 hari kerja dari
300 hari kerja; artinya dalam perhitungan pemindahan tanah mekanis selama satu hari,
tanah yang harus dipindahkan pada pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup ialah
1,000,000 CuYd : 250 hari = 4,000 CuYd/hari.
Artinya dalam pemilihan alat-alat mekanis untuk pekerjaan pemindahan tanah ini (misal
truck) harus dihitung dengan sasaran produksi pengangkutan sebesar = 4,000 CuYd/hari.

4. Ketinggian dan Temperatur (Altitude and Temperature)

4.1. Ketinggian (Altitude)


Kemampuan mesin atau “power” mesin peralatan mekanis/berat bergantung pada
ketinggian tempat dimana mesin tersebut dipergunakan, sehingga perlu diketahui tempat
kerja dimana suatu alat-alat berat tersebut akan dipergunakan. Hal ini dikarenakan bahwa
2

BAB II. JOB SITE COMPONENT

makin tinggi suatu tempat kerja dari permukaan air laut (pal-sea level), tekanan atmosfirnya
semakin menurun. Karena tekanan atmosfir ditempat kerja tersebut menurun maka
kerapatan udaranya juga menurun, yang berakibat pula jumlah oksigen ditempat tersebut
juga berkurang. Hal inilah yang mengakibatkan menurunnya power untuk mesin-mesin
motor bakar “IC engine” (Internal Combustion Engine).
Oleh karena itu dalam penggunaan alat-alat besar/berat pada suatu tempat kerja
diatas ketinggian air laut-pal (sea level), perlu dilakukan koreksi terhadap daya kuda (HP-
horse power) dari mesin alat berat tersebut.

a. Untuk mesin 4 tak :


Horse power suatu mesin 4 tak akan menurun 3 % dari horse power pada permukaan air
laut
(sea level) setiap dipakai pada suatu daerah kerja dengan ketinggian 1,000 ft pertama.
Contoh :
1. Pada “sea level”, suatu mesin 4 tak mempunyai power 100 HP. Berapa HP yang
sesungguhnya, bila mesin tersebut dipakai pada suatu tempat kerja dengan
ketinggian 1,500 ft diatas permukaan air laut - pal (sea level)?
Jawab :
HP sesungguhnya = 100 HP - [1 x 3 % x 100 HP] = 97 HP

Penjelasan :
1,500 ft adalah berada diatas 1,000 ft pertama sampai 2,000 ft, jadi
2,000 - 1,000 = 1
1,000

2. Berapa HP yang sesungguhnya dari mesin tersebut diatas, bila dipakai pada
ketinggian 10,000 ft diatas permukaan air laut ?
Jawab :
HP sesungguhnya = 100 HP - [ 10,000 - 1,000 ] x 3 % x 100 HP = 73 HP
1,000

3. “Tractor” bermesin 4 tak, pada “gear” pertama dapat menyediakan 30,000 lb “draw
bar pull” pada permukaan air laut. Berapakah “draw bar pull” (DBP) pada “gear”
pertama, apabila “tractor” tersebut dipergunakan pada suatu medan kerja dengan
elevasi 10,000 ft diatas permukaan air laut ?
Jawab :
DBP pada 10,000 ft = 30,000 lb - [10,000 - 1,000] x 3 % x 30,000 lb
1,000
= 30,000 lb - [27 % x 30,000 lb]
= 30,000 lb - 8,100 lb
= 21,900 lb

b. Untuk mesin 2 tak :


“Horse power” suatu mesin 2 tak akan menurun 1 % dari horse power pada sea level
setiap dipakai diatas ketinggian 1,000 ft dari “sea level”.
Atau “draw bar pull” (DBP) suatu mesin 2 tak akan menurun 1 % dari “draw bar pull” sea
level setiap pemakaian diatas ketinggian 1,000 ft dari 1,000 ft pertama.
Contoh :
1. Suatu mesin 2 tak 100 HP (pada permukaan air laut - pal), akan dipakai pada suatu
tempat kerja yang ketinggiannya 10,000 ft diatas pal.
Berapa HP sesungguhnya dari mesin 2 tak tersebut pada 10,000 ft diatas pal ?
Jawab:
HP pada 10,000 ft = 100 HP – {[ 10,000 - 1,000 ] x 1 % x 100 HP}
1,000
= 91 HP
3

BAB II. JOB SITE COMPONENT

2. Tractor roda rantai (Crawler tractor) dengan mesin 2 tak, pada “gear” kedua dapat
menyediakan gaya tarik 30,000 lb DBP pada pal (permukaan air laut). Hitung DBP
(drawbar pull) pada “gear” kedua, bila digunakan pada tempat kerja dengan elevasi
10,000 ft diatas pal !.
Jawab :
DBP pada 10,000 ft = 30,000 lb - [ 10,000 - 1,000 ] x 1 % x 30,000 lb
1,000
= 30,000 lb - [ 9 % x 3,000 lb ]
= 30,000 lb - 2,700 lb
= 27,300 lb

Untuk memperkecil adanya pengurangan tenaga/power (HP ataupun drawbar pull),


maka pada mesin dilengkapi dengan suatu alat yang berfungsi memasok kebutuhan udara
untuk mesin-mesin tersebut. Alat tersebut disebut “turbocharger”.
Bila suatu mesin memakai perlengkapan “turbocharger”, maka koreksi terhadap
“horse power” maupun “draw bar pull” atau “rimpull” dilakukan apabila mesin dipergunakan
pada suatu tempat yang mempunyai ketinggian lebih dari 5,000 ft diatas pal (permukaan air
laut).

Contoh :

1. “Truck” 50 HP pada pal (permukaan air laut) dengan mesin 4 tak dan dilengkapi
“turbocharger”, akan dipakai/beroperasi pada suatu medan kerja 4,000 ft diatas pal. Hitung
HP sesungguhnya dari mesin “truck” pada elevasi 4,000 ft.
Jawab :
HP pada 4,000 ft = 50 HP [tetap, sebab masih dibawah 5,000 ft dan truck
menggunakan “turbocharger”].

2. Tractor roda ban (Wheel tractor) 100 HP pada pal (permukaan air laut) bermesin 4 tak
dilengkapi dengan “turbocharger”. Berapa koreksi HP, bila “wheel tractor” tersebut dipakai
pada ketinggian 15,000 ft ?
Jawab :
Koreksi HP pada 15,000 ft = 100 HP - [15,000 - 5,000] x 3 % x 100 HP
1,000
= 100 HP - 30 HP = 70 HP

4.2 Temperatur Udara


Naiknya temperatur udara, dapat menyebabkan efisiensi mesin menurun (engine
efficiency). Bila temperatur udara naik maka kerapatan (density) udara akan turun, hal ini
menyebabkan mengecilnya jumlah oxygen yang berada pada setiap volume udara. Karena
jumlah oxygen mengecil, maka efisiensi mesin juga menurun.

Koreksi HP terhadap Standard pressure dan Standard temperature


Horse power (HP) mesin berubah-ubah sesuai dengan keadaan temperatur udara
dan tekanan udara setempat, artinya bila temperatur dan tekanan udara berubah, maka HP
mesin juga berubah. Oleh karena itu perlu diketahui HP mesin yang standard; HP mesin
standard adalah HP yang didasarkan pada :
- temperatur udara standard dan
- tekanan udara standard.
Temperatur udara standard, ialah udara yang mempunyai temperatur = 600 F
Tekanan udara standard, ialah udara dengan tekanan = 29.92 in Hg (barometric pressure).
Jadi bila mesin alat berat dipergunakan pada suatu daerah kerja yang mempunyai
temperatur udara dan tekanan udara berbeda dari standard, maka HP mesin tersebut perlu
dilakukan koreksi.
4

BAB II. JOB SITE COMPONENT

HP koreksi diberikan dengan rumus :

BHPc = BHPo Ps To
Po Ts
x

BHPc = Corrected brake horse power (HP yang dikoreksi)


BHPo = Observed brake horse power (HP yg dilihat atau diukur)
Po = Observed barometric pressure in inches of mercury
(tekanan yang diukur)
Ps = Standard barometric pressure in inches of Hg (29.92)
To = Observed absolute temperature = 0 F + 4600 K
Ts = Standard absolute temperature = 0 F + 4600 K

Brake Horse Power (BHP) ialah HP yang dihitung pada engkol mesin (Torque engine), juga
disebut dengan HP mesin (Engine HP).

Contoh :
Diketahui : Observed HP ( BHPo) = 91.99
Observed pressure (Po ) = 29.39 in Hg
Observed temperature = 370 F
Hitung : BHPc ?
Jawab : BHPo = 91.99 Ps = 29.92 in Hg Po = 29.39 in Hg
Ts = 600 F To = 37o F

Rumus :
BHPc = BHPo Ps To
Po Ts
x
BHPc = 91.99 29.92 460 + 37
29.39 460 + 60
x = 91.53 HP

Jadi “power” mesin (Engine HP) 91.53 HP adalah “brake horse power” yang dikoreksi

5. Jalan Angkut, Kemiringan dan Jarak (Haul road, grade and distance)
Keadaan jalan, jarak, kemiringan jalan dan daya dukung jalan akan sangat
mempengaruhi kemampuan produksi alat berat, terutama kemampuan produksi alat angkut.
Sehingga sebelum dilaksanakan suatu pekerjaan penggalian tanah atau pekerjaan yang
menggunakan alat-alat berat, perlu diketahui keadaan tempat kerja, yang berkaitan dengan
topografi dan struktur geologi. Karena hal tersebut yang sangat berkaitan dengan penentuan
kemiringan jalan dan daya dukung jalan.

5.1 Jalan Angkut (Haul Road)


Haul road adalah jalan angkut. Jalan angkut ini harus dilihat keberadaannya, apakah
becek ataukah kuat, atau cukup kasar permukaannya. Ini semua perlu ditinjau, karena
keadaan jalan angkut akan mempengaruhi besar kecilnya rolling resistance (RR) yang
ditimbulkan oleh permukaan jalan angkut terhadap roda/ban peralatan Pemindahan
Tanah Mekanis.
5.2 Kemiringan (Grade)
Grade adalah tanjakan dari jalan angkut, kelandaian atau kecuramannya sangat
mempengaruhi produksi (output) alat angkut, sebab adanya kemiringan jalan (grade)
5

BAB II. JOB SITE COMPONENT

menimbulkan tahanan tanjakan (grade resistance) yang harus diatasi oleh mesin alat
angkut.

5.3 Jarak Angkut (Distance)


Jarak angkut juga harus dipertimbangkan dalam menentukan kecepatan laju alat
angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat, maka produksi (output) alat
angkut juga semakin besar. Dan ini bergantung pada gaya tarik (Rimpull – RP) yang
tersedia pada mesin. Sedangkan gaya tarik (RP) besaranya ditentukan oleh adanya
tahanan glinding (rolling resistence – RR) dan tahanan tanjakan (grade resistence –
GR). Makin besar RP yang bisa tersedia pada mesin maka kecepatan laju alat angkut
juga makin cepat, sehingga produksi (output) alat angkut semakin besar.
Kecepatan laju alat angkut disamping ditentukan oleh tersedianya gaya tarik (RP) pada
mesin, juga dibatasi oleh panjang maupun pendeknya jarak jalan angkut.

6. Siklus Produksi (Production cycle component)


Untuk memperoleh produksi (output) tertentu harus diperhatikan siklus produksi.
Pada Pemindahan Tanah Mekanis siklus produksi dapat meliputi :
a. Pemuatan (Loading).
b. Pengangkutan (Hauling).
c. Penimbunan (Dumping).
d. Kembali (Return).
e. Menempatkan diri (Spot).

6.1 Pemuatan (Loading)


Merupakan proses pemuatan material hasil galian oleh alat muat-loading equipment
(power shovel,back hoe, drag line) yang dimuatkan pada alat angkut (hauling
equipment). Ukuran dan tipe dari alat muat yang dipakai harus sesuai dengan kondisi
lapangan dan keadaan alat angkutnya. Yang berpengaruh terhadap produksi (output)
alat muat (loading equipment) adalah :
i. Jenis/tipe dan kondisi alat muat (termasuk kapasitasnya).
ii. Jenis/macam material yang akan dikerjakan.
iii. Kapasitas dari alat angkut (hauling equipment).
iv. Pola Muat
v. Skill dari operatornya.

6.2 Pengangkutan (Hauling)


Merupakan pekerjaan pengangkutan material. Produksi (output) dari pekerjaan
pengangkutan ini dipengaruhi oleh :
i. Kondisi jalan angkutnya.
ii. Banyak/tidaknya tanjakan.
iii. Kemampuan pengemudi.
iv. Dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap kecepatan dari alat angkut (hauling
equipment).

6.3 Penimbunan (Dumping)


Merupakan pekerjaan penimbunan material. Pekerjaan penimbunan dipengaruhi
oleh kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya manuver alat angkut tersebut
selama melakukan penimbunan,dan ini dipengaruhi oleh :
i. Cara melakukan penimbunan (side dump, rear dump atau bottom dump).
ii. Kondisi dari material yang akan ditumpahkan (fragmentasi dan kelengketannya).

6.4 Kembali (Return)


Merupakan pekerjaan dari alat-alat angkut untuk kembali lagi ke tempat pemuatan
setelah menumpahkan muatan pada dumping site (tempat penimbunan). Jadi waktu
6

BAB II. JOB SITE COMPONENT

untuk kembali (return time) juga dipengaruhi oleh hal-hal yang sama dengan waktu
untuk mengangkut (hauling time).

6.5 Penempatan diri (Spot)


Merupakan penempatan diri dari alat angkut (haulage unit). Cara dan mudah
tidaknya haulage unit (misal truck) menempatkan diri untuk dimuati oleh alat muat
(loading equipment), ditentukan oleh :
i. Jenis alat muat (loading machine).
ii. Lokasi atau posisi alat muat (loading equipment).

7. Macam-macam material dan perubahan volume


Material yang akan digali dan ditangani adalah tanah atau batuan, maka harus
diketahui tentang mudah atau tidaknya material tersebut digali dan ditangani. Penggolongan
material berdasarkan atas kemudahannya digali ada empat macam, seperti di bawah ini :
a. “Soft” atau “easy digging” : tanah, pasir.
b. “Medium hard digging” : clay.
c. “Hard digging” : shale, compacted material.
d. “Very hard digging” atau “rock” : material yang memerlukan peledakan
sebelum dapat digali, misalnya andesit,
batu gamping koral.
Sifat-sifat fisik material yang perlu diketahui oleh operator adalah :
a. “Weight” (berat) dalam hal ini adalah SG (Specific Gravity).
b. “Swell” (pengembangan).
c. “Compactibility” (pemampatan).

7.1 Weight (berat) material


Dalam pemilihan alat berat, tidak dapat diestimasi sebelumnya (tentang
kapasitasnya) apabila belum diketahui “weight per unit” (unit berat) dari material yang
akan ditangani. Unit berat ini ada yang mengistilahkan :
- SG.
- “Tonnage factor” (yaitu berat material setiap M3, misalnya 1 M3/1.5 Ton).

7.2 Swell (pengembangan)


“Swell” adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempatnya.
Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik,
sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong (void) yang terisi udara di antara butir-
butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali.
Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan
volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume itu dikenal
dua istilah yaitu :
a. Faktor pengembangan (Swell factor)
b. Persen pengembangan (Percent swell)
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yang diperhitungkan
pada penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelum digali, yang
dinyatakan dalam “pay yard” atau “bank yard” atau “bank volume” atau “in place
volume” atau “volume insitu”. Sedangkan material yang ditangani (dimuat untuk
diangkut) selalu material yang telah mengembang (loose volume).
Angka-angka faktor pengembangan (swell factor) setiap klasifikasi tanah atau
material berbeda sesuai dengan jenis tanahnya seperti terlihat pada table swell factor
berikut ini :
7

BAB II. JOB SITE COMPONENT

TABEL II.1.
REPRESENTATIVE SWELL FOR DIFFERENT CLASSES OF EARTH
Class of Earth Percent Swell (%)
Clean sand or gravel 5 – 15
Top soil 10 – 25
Loamy soil 10 – 35
Common earth 20 – 45
Clay 30 – 60
Solid rock 50 – 80

Rumus untuk menghitung “swell factor” (SF) dan % “swell” ada dua, yaitu :
i. Rumus SF dan % “swell” berdasarkan volume :
⎛ ⎞
⎜ loose volume − bank volume ⎟
% “swell” = ⎜ ⎟ x100%
⎜ bank volume ⎟
⎝ ⎠
bank volume
SF =
loose volume
ii. Rumus SF dan % “swell” berdasarkan densitas (kerapatan) :
⎛ ⎞
⎜ weight in bank − loose weight ⎟
% “swell” = ⎜ ⎟ x100%
⎜ loose weight ⎟
⎝ ⎠
loose weight
SF =
weight in bank
8

BAB II. JOB SITE COMPONENT

Tabel II.2 memperlihatkan hubungan berat rata-rata material dengan perkiraan faktor
pengembangan (swell factor).
TABEL II.2
AVERAGE MATERIAL WEIGHT, ESTIMATED SF
AVERAGE AVERAGE
WEIGHT “IN “LOOSE”
% SWELL
MATERIAL BANK” WEIGHT
SWELL FACTOR
lbs/cu 3 lbs/cu
kg/m kg/m3
yd yd
ASBESTOS 5000 2964 51 0.66 3300 1956
BARITES 7250 4298 56 0.64 4640 2750
BASALT 5000 2964 51 0.66 3300 1956
BAUXITE, DRY 2900 1719 33 0.75 2175 1289
BAUXITE, WET 4300 2548 45 0.69 2967 1759
BORAX 2100 1245 39 0.72 1512 396
COAI., ANTHRACITE 2300 1363 35 0.74 1702 1009
COAI., BITUMINOUS 1700 1008 35 0.74 1258 746
CONCRETE MIX, WET 3650 2164
COPPER ORE 4500 2667 45 0.69 3105 1841
DOLOMITE 4200 2490 61 0.62 2604 1544
GRANITE 4400 2608 60 0.63 2772 1643
GYPSUM 4600 2727 60 0.63 2898 1718
IRON ORE, HEMATITE 6600 3912 51 0.66 4356 2582
IRON ORE, MAGNATITE 7500 4446 55 0.65 4875 2890
LEAD ORE 30% 6000 3557 50 0.67 4020 2383
LEAD – ZINC 16% - 7% 5200 3082 50 0.67 3484 2065
LIMESTONE 4300 2549 70 0.59 2537 1504
SANDSTONE 4140 2454 50 0.67 2774 1644
SHALE 2800 1660 33 0.75 2100 1245
SLATE 4725 2801 30 0.77 3638 2156
TACONITE 4700 2786 54 0.65 3055 1811
URANIUM ORE 4200 2490 40 0.71 2982 1768

Contoh soal :
“Weight in bank” suatu batuan = 3,950 lbs/cu yd, apabila % “swell” = 45% berapa berat
batuan tersebut setelah dibongkar (dengan peledakan) ?
Jawab :
⎛ ⎞
⎜ weight in bank ⎟
45% = ⎜ − 1⎟ x100%
⎜ loose weight ⎟
⎝ ⎠
⎛ ⎞ ⎛ ⎞
⎜ weight in bank ⎟ ⎜ weight in bank ⎟
45% + 100% = ⎜ ⎟ Æ 145/100 = ⎜ ⎟
⎜ loose weight ⎟ ⎜ loose weight ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
“Loose weight” = “weight in bank” x 100/145
= 3,950 lb/cu yd x 100/145
= 2,725 lb/cu yd

7.3 Kekompakan (Compactability)


Kekompakan suatu material saling terkait dengan :
i. Densitas (density)
9

BAB II. JOB SITE COMPONENT

berat material
Density suatu material =
volume material
= lb/cu yd (lb per cubic yard)
Dalam hubungannya untuk menentukan “gross load” dari unit pengangkut (hauling
unit), maka sangat perlu diketahui berat material yang diangkut oleh “hauling unit”
tersebut. Ada beberapa istilah terhadap kapasitas alat angkut, yaitu :
(i) “Pay load capacity” : yaitu kapasitas muat suatu alat, didasarkan pada
perhitungan kemampuan alat untuk dimuati
(dalam ton). Ada juga yang mengistilahkan
dengan “pay yard capacity”, bila demikian
satuannya adalah cu yd.
(ii) “Heaped capacity” : yaitu kapasitas munjung/berlebih suatu alat muat
untuk dimuati suatu muatan (satuannya cu yd).
(iii) “Strucked capacity” : adalah kapasitas peres suatu alat untuk dimuati
muatan.
ii. Shrinkage
Adalah penyusutan volume suatu material setelah mengalami
pengompakan. Misal, apabila “volume in bank” adalah = 1 cu yd, kemudian setelah
dilakukan pemadatan mempunyai “compacted volume” = 0.8 cu yd, maka %
“shrinkage”-nya adalah :

(1 − 0.8) cu yd
% shrinkage = x100%
1 cu yd
= 20%
Sehingga dirumuskan :

(Volume Semula – Volume Setelah dipadatkan) x 100%


% Shrinkage =
Volume semula
Dengan % “shrinkage” dapat diketahui berapa volume material
sesungguhnya setelah material tersebut dikompakkan.

Contoh :
Suatu material mempunyai volume 100 cu yd, berapa volumenya setelah
dipadatkan apabila % “shrinkage” = 25% ?
Jawab :
Volume setelah dipadatkan = 100 cu yd – (25% x 100 cu yd)
= 75 cu yd
“Percent shrinkage” dapat pula dicari dengan mendasarkan beratnya,
rumusnya adalah sebagai berikut :

weight of compacted earth − weight in bank


% shrinkage= x100%
weight of compacted earth
Keterangan :
“weight of compacted earth” = berat setelah dikompakkan atau dipadatkan.
“weight in bank” = berat sebelum dikompakkan.
Jika dikehendaki untuk mengisi suatu galian, kemudian dipadatkan sampai
volume tertentu dan % “shrinkage” material pengisi sudah diketahui, lalu hendak
ditentukan berapa “volume in bank” yang dibutuhkan, maka harus dihitung
10

BAB II. JOB SITE COMPONENT

“shrinkage factor” terlebih dahulu. Rumus untuk mencari “shrinkage factor” adalah
sebagai berikut :
100%
Shrinkage factor =
100% − % shrinkage
Volume in bank = compacted volume x shrinkage factor
Contoh :
Berapa jumlah “volume in bank” yang diperlukan untuk menimbun, apabila
diketahui “compacted volume” = 100 cu yd dan % “shrinkage” = 20% ?
Jawab :
100%
Shrinkage factor =
100% − 20%
= 1.25
Jumlah “volume in bank” yang dibutuhkan adalah :
= 100 cu yd x 1.25
= 125 cu yd
Jadi pada kegiatan pemadatan (penyusutan – shrinkage) suatu material ada
2 rumus :
(Volume Semula – Volume Setelah dipadatkan) x 100%
% Shrinkage =
Volume
l
100%
Shrinkage Factor =
100% - % Shrinkage
11

BAB II. JOB SITE COMPONENT

SOAL LATIHAN BAB II

1. Crawler mounted Bulldozer bermesin 4 tak pada gear pertama dapat menyediakan 30,000
lb drawbar pull (DBP) pada permukaan air laut. Berapakah DBP pada gear pertama,
apabila bulldozer tersebut dipergunakan pada suatu tempat dengan ketinggian (elevasi)
10,000 ft diatas permukaan air laut ?

2. a. Apa itu Percent of Swell suatu material ? Apa bedanya dengan Swell Factor ?
b. Material A Swell Factor = 0.5 Material B Swell Factor = 0.8
Tentukan material mana yang pengembangan nya paling besar ?
c. Daya dukung material A (di lokasi A) adalah 1,440 psf . Di lokasi tsb akan dilakukan
pekerjaan yang memerlukan alat PTMk bulldozer. Sdr diminta memilih satu dari 2
macam bulldozer dibawah ini :
Crawler mounted bulldozer : Berat total 4 Ton
Panjang crawler (roda rantai) = 10 ft ; lebar rantai = 1.5 ft
Wheel mounted bulldozer : Berat total 4 Ton
Diameter roda ban 48 in ; lebar ban = 18 in
Panjang bidang kontak ban dengan permukaan tanah
= 24 in
Jawaban Saudara dalam memilih salah satu bulldozer tersebut, agar disertai dengan
dasar perhitungan !

Cataatan Konversi : 1 Ton = 2,000 lb ; 1 ft = 12 in

Anda mungkin juga menyukai