TUJUAN BELAJAR :
Setelah membaca modul ini siswa dapat:
1) Menyebutkan konstruksi dan Cara Kerja Relay
2) Menjelaskan Fungsi Relay
3) Menyebutkan macam-macam Relay
4) Merangkai Relay pada sistem Kelistrikan Kendaraan
URAIAN MATERI
Relay merupakan salah satu dari sekian banyak komponen kelistrikan yang
umum digunakan pada mobil. Relay tergolong sebagai komponen
electromechanical yang terdiri dari dua bagian utama yaitu koil (Elektromagnet)
dan seperangkat kontak saklar (Mekanikal).
Dengan begitu arus dan tegangan listrik yang kecil bisa digunakan untuk
memutus atau menyambungkan arus dan tegangan listrik yang lebih besar
dengan kondisi yang lebih aman. Oleh karenanya, relay bisa juga disebut
sebagai "saklar magnet"
KONSTRUKSI RELAY
Kontruksi dari komponen relay dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Pada gambar diatas diperlihatkan relay dengan empat terminal, yaitu terminal
30, terminal 87, terminal 86 dan terminal 85.
Terminal 30 dihubungkan dengan terminal positif baterai.
Terminal 87 dihubungkan dengan beban (contohnya lampu, klakson,
motor starter dan lain-lain).
Terminal 85 dihubungkan ke saklar dan mendapatkan arus positif
(digunakan sebagai signal).
Terminal 86 dihubungkan ke massa atau ground atau negatif baterai.
Dilihat dari jumlah kaki atau terminalnya, relay juga mengalami perkembangan.
Setidaknya ada 5 jenis relay yang dibedakan dari jumlah terminal antara lain.
Relay 3 kaki, relay ini memiliki tiga terminal antara lain terminal 30
sebagai sumber arus, 87 sebagai penghubung beban, dan 86 sebagai
control relay. Sementara terminal 85 sudah tersambung ke terminal 30
didalam relay, untuk pengaturan kinerja relay dilakukan dari control masa
terminal 86 relay.
Relay 4 kaki, relay yang menjadi dasar relay ini dipakai pada rangkaian
kelistrikan beban tunggal seperti klakson dan foglamp. relay ini memiliki
kontrol power dari terminal 85 untuk mengatur kapan relay hidup.
Relay 5 kaki, relay ini juga sebenarnya sama seperti relay 4 kaki hanya
saja ada terminal 87a sebagai output kedua, dengan kata lain ada dua
buah output pada relay ini. Hal itu memungkinkan suatu rangkaian dengan
beban ganda bisa dijalankan melalui satu relay. Contoh relay ini ada pada
rangkaian headlam (low and High), dan Stop lamp (tail and Brake).
Relay 8 kaki, relay ini memang jarang ditemukan pada rangkaian
kelistrikan mobil. Adapun relay ini memungkinkan ada dua perintah saklar
pada sebuah relay.
Jika klakson ditekan maka terminal 86 terhubung dengan masa, hal itu akan
menimbulkan kemagnetan pada solenoid. Kemagnetan tersebut akan menarik
kontak relay sehingga terminal 85 dan 87 terhubung.
2. Relay 4 kaki
Untuk relay 4 kaki biasanya dipakai untuk kontrol positif pada rangkaian
kelistrikan beban tunggal. Contohnya rangkaian foglamp, arus dari baterai
masuk ke terminal 30 relay dan terhubung ke kontak relay. Pada sisi lain,
saklar foglamp akan mengirimkan arus masuk ke terminal 85 relay dan
terminal 86 relay sudah terhubung ke masa secara default.
3. Relay 5 kaki
Pada relay 5 kaki, ada dua buah output. Output 87a akan terhubung dengan
terminal 30 relay saat relay mati, hal itu membuat ketika ada arus yang
mengalir ke terminal 30 maka terminal 87a juga akan mengalirkan arus.
Biasanya, pada rangkaian ini terminal 30 tidak tersambung langsung ke
baterai tapi ada kontrol lain misal pengaruh ignition.
Kita ambil contoh stop lamp. Ketika saklar dihidupkan, maka akan timbul aliran
arus dari terminal 30 ke terminal 87a sehingga lampu tail hidup.
Pada relay juga terdapat pole dan throw. Pole artinya yaitu
banyaknya kontak yang dimiliki oleh relay, sedangkan throw artinya
banyaknya kondisi yang dimiliki oleh kontak point.
Pole dan throw merupakan titik dimana saklar di dalam relay ini terhubung dan
terputus. Saat ini terdapat 4 macam relay jika dibagi berdasarkan jumlah pole dan
thrownya, perhatikan seperti pada gambar dibawah ini:
1. Single Pole Single Throw (SPST) : Relay ini memiliki 4 Terminal,
Terminal untuk Kontak Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
2. Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay ini memiliki 5 Terminal,
Terminal untuk Kontak Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
3. Double Pole Single Throw (DPST) : Relay ini memiliki 6 Terminal,
diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Kontak
Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat
dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
4. Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2
pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil.
Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Untuk 2 tipe terakhir, umumnya banyak digunakan pada mikrokomputer kendaraan
dan tidak terlalu nampak digunakan secara langsung pada rangkaian kelistrikan di
mobil
Apabila Kumparan koil (+ dan -) diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya
Elektromagnet berupa medan magnet di sekeliling kumparan tersebut. Medan
magnet kemudian menarik Armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya (A)
ke posisi baru (B) sehingga arus listrik akan langsung mengalir dari Source
menuju ke Beban.
Ketika arus listrik yang mengalir di dalam kumparan (koil) di putus, maka medan
magnet yang ada di kumparan akan langsung menghilang. Akibatnya pegas akan
menarik armature hingga kembali menyentuh Stopper. Akibatnya arus listrik yang
berasal dari Source menuju ke beban juga akan terputus dengan sendirinya.
Berikut contoh gambar rangkaian sederhana relay 4 kaki di mobil untuk Klakson
FUNGSI RELAY
Bisa dipastikan bahwa hampir semua komponen kelistrikan mobil menggunakan
relay, seperti contohnya pada rangkaian lampu mobil, rangkaian starter motor,
motor wiper, klakson, air conditioner, radio tape, dan lain-lain.
Selain untuk arus besar, ada juga relay yang digunakan untuk melayani
komponen listrik yang membutuhkan listrik arus sedang namun dalam waktu
yang cukup lama, contohnya pada rangkaian lampu headlamp, radio ataupun AC
yang umumnya akan menimbulkan panas pada rangkaian.
Berikut adalah beberapa fungsi relay pada rangkaian kelistrikan dimobil.
1. Relay berfungsi sebagai saklar magnet
2. Relay berfungsi pengaman rangkaian saklar
3. Relay berfungsi sebagai pengendali logika
4. Relay berfungsi sebagai pengendali rangkaian tegangan tinggi
Pada penerapannya dibawah ini beberapa fungsi dari relay pada Kendaraan.
Dengan tambahan relay pada mobil anda maka akan membuat daya dari baterai
akan diterima langsung oleh beban seperti lampu, klakson, dan lainnya tanpa
harus melewati saklar. Sehingga penambahan relay akan memperndek rangkaian
yang akan membuat arus listrik tidak akan berkurang atau melemah. Hal ini juga
akan berkaitan dengan nyala lampu yang menjadi lebih terang serta nyala
klakson yang lebih nyaring.
Fungsi lainnya dari pemasangan relay adalah dapat digunakan untuk melindungi
saklar kombinasi atau switch dari panas mobil. Hal ini akan mencegah saklar
lampu menjadi tidak meleleh akibat panas yang ada.
Fungsi relay pada mobil lainnya adalah dapat digunakan untuk membuat kunci
pengamanan. Pemasangan relay tersebut menggunakan prinsip kerja yaitu
memutus serta menghubungkan saklar dengan arus listrik yang berukuran lebih
kecil.
Penyebab Relay Lampu Mobil Panas
Di dalam mobil terdapat sistem kelistrikan yang terdiri dari rangkaian
panjang. Ada berbagai komponen di dalamnya dengan fungsi berbeda-beda.
Secara umum, hampir sebagian besar rangkaian tersebut menggunakan sekring
dan relay.
Namun, jika daya listrik yang dibutuhkan cukup besar, ketika pemasangan
dilakukan permasalahan bisa muncul pada kemudian waktu seperti relay lampu
yang tiba-tiba panas. Apa saja penyebab relay lampu mobil panas?
Relay lampu mobil yang mengalami panas secara berlebih tentu saja tidaklah
baik. Jika hal ini terjadi berarti ada masalah yang terdapat di dalam rangkaian
tersebut. Untuk mengetahui lebih dalam lagi, simak rangkumannya di bawah ini.
Setiap bohlam lampu memiliki daya yang berbeda-beda. Tentunya ada ukuran
standar yang bisa dipakai di dalam sebuah mobil. Namun ketika AutoFamily
mengganti lampu bawaan pabrik dengan daya yang lebih besar, maka bisa
menyebabkan relay lampu mobil panas.
Contohnya dengan mengganti lampu mobil daya 55/60 watt dengan 90/100 watt.
Sebenarnya tidak masalah jika ingin diganti. Namun karena daya yang
dibutuhkan jauh lebih besar, harus ada komponen lain yang wajib diganti agar
pemberian daya tetap optimal tanpa membuat relay menjadi panas.
4. Pemasangan Kendor
Pemasangan socket relay yang kendor atau tidak kencang juga bisa menjadi
penyebab awal dari masalah panas berlebih. Semua komponen kelistrikan di
dalam sistem harus kencang dan tidak boleh longgar.
Namun saat ada yang longgar, maka akan terjadi lonjakan aliran listrik. Efeknya
adalah kenaikan panas dari bagian tersebut. Hal ini akan merembet ke
keseluruhan relay mapu yang memanas.
Kabel relay bisa menyebabkan masalah ini muncul karena terlalu besar. Kalau
terlalu kecil pun juga berbahaya karena bisa muncul efek terbakar.
Jangan berpikir bahwa kabel yang lebih besar itu pasti aman. Aliran beban listrik
akan menjadi terlalu besar. Padahal relay dan sekring menjadi komponen paling
lemah karena harus menahan beban aliran listrik yang terus mengalir.
6. Tidak Memilih dengan Selektif
Jika Anda ingin memasang relay lampu mobil tambahan, sebaiknya jadilah orang
yang selektif. Pilih jenis socket lampu, ukuran kabel untuk dipasang, dan merek
relay lampu yang tepat. Kalau Anda memilih secara asal-asalan, sudah pasti bisa
menjadi salah satu penyebab relay lampu mobil panas.
FLASHER
Flasher merupakan salah satu komponen kelistrikan tanda belok yang ada
dikendaraan. Flasher berfungsi untuk mensuplay arus ke lampu yang
berubah-ubah sehingga menghasilkan nyala lampu yang berkedip-kedip.
Pada flasher jenis bimetal ini, konsep cara kerjanya hampir sama dengan
prinsip cara kerja pada komponen time delay switch, kecuali pada saat
pemutusan aliran arus. Pemutusan arus kontak ini memanfaatkan bimetel, jika
arus tidak mengalir maka bimetal menjadi dingin sedangkan saat dialiri arus
bimetal akan menjadi panas. Cara kerja dari flasher bimetal ini adalah ketika
bimetal menjadi dingin, kontak akan terhubung dan ketika bimetal terhubung
maka arus akan mengalir kembali serta proses pemanasannya pun juga
dimulai kembali. Pemanasan serta pendinginan bimetal yang menyebabkan
kontak terputus dan terhubung kembali sehingga arus yang mengalir pada
flasher juga akan putus hubung. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membentuk
nyala lampu tanda belok atau lampu sein untuk berkedip selama sistem
bekerja.
Gambar. Flasher transistor
3. Flasher tipe kapasitor
Flasher tipe kapasitor juga merupakan flaser elektronik, cara kerja flasher tipe
kapasitor ini yaitu pada saat kunci kontak dihubungkan, namun saklar lampu
sein masih dalam posisi ‘off”, arus akan mengalir ke terminal L2 melalui plat
kontak P kemudian akan mengisi kapasitor. Setelah saklar lampu sein
diarahkan ke salah satu lampu, arus kemudian juga mengalir ke L1 terus ke
lampu tanda belok sehingga lampu menyala. Saat ini L1 menjadi magnet
Lalu jika menemui spek flasher 10W x 2 + 3,4 W.. itu artinya flasher tersebut di gunakan
untuk bohlam sein sein dengan daya 10 watt + 3,4 watt di bohlam indikator spidometer.