Anda di halaman 1dari 15

RELAY

Fungsi Relay Kendaraan Dan Cara Kerjanya

TUJUAN BELAJAR :
Setelah membaca modul ini siswa dapat:
1) Menyebutkan konstruksi dan Cara Kerja Relay
2) Menjelaskan Fungsi Relay
3) Menyebutkan macam-macam Relay
4) Merangkai Relay pada sistem Kelistrikan Kendaraan

URAIAN MATERI

Relay merupakan salah satu dari sekian banyak komponen kelistrikan yang
umum digunakan pada mobil. Relay tergolong sebagai komponen
electromechanical yang terdiri dari dua bagian utama yaitu koil (Elektromagnet)
dan seperangkat kontak saklar (Mekanikal).

Prinsip kerja relay adalah memanfaatkan gaya elektromagnetik untuk


menggerakan kontak saklar (gaya elektromagnet = sebuah gaya medan magnet
yang dihasilkan oleh kumparan akibat dialiri oleh arus listrik) .

Dengan begitu arus dan tegangan listrik yang kecil bisa digunakan untuk
memutus atau menyambungkan arus dan tegangan listrik yang lebih besar
dengan kondisi yang lebih aman. Oleh karenanya, relay bisa juga disebut
sebagai "saklar magnet"

Penggunaan relay perlu diperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan


relay men-switch arus / tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay.

Misalnya relay 12VDC / 4 A 220V. Artinya tegangan yang diperlukan sebagai


pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal)
sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt.

Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar


aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay biasanya digunakan untuk
menggerakkan arus / tegangan yang besar Dengan memakai arus / tegangan
yang kecil (misalnya 0,1 ampere 12 Volt DC). Relay yang paling sederhana yaitu
relay elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanik saat energi listrik.

Secara sederhana relay elektromekanis didefinisikan sebagai definisi berikut:


 Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau
membuka) kontak saklar.
 Saklar yang digerakkan (secara mekanik) oleh daya / energi listrik.

KONSTRUKSI RELAY

Kontruksi dari komponen relay dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pada gambar diatas diperlihatkan relay dengan empat terminal, yaitu terminal
30, terminal 87, terminal 86 dan terminal 85.
 Terminal 30 dihubungkan dengan terminal positif baterai.
 Terminal 87 dihubungkan dengan beban (contohnya lampu, klakson,
motor starter dan lain-lain).
 Terminal 85 dihubungkan ke saklar dan mendapatkan arus positif
(digunakan sebagai signal).
 Terminal 86 dihubungkan ke massa atau ground atau negatif baterai.

MACAM-MACAM BENTUK RELAY PADA KENDARAAN


Gambar dibawah berikut ini adalah contoh beberapa macam bentuk relay dan
simbolnya yang banyak di temui pada rangkaian kelistrikan mobil.

Macam-macam relay berdasarkan posisi dari kontak saklarnya


Posisi kontak saklar relay akan menentukan cara kerja relay sebelum relay dialiri
listrik dan bekerja. Berdasarkan hal ini, relay terbagi menjadi dua macam yaitu :
1. Normally Close (NC) yaitu kondisi awal saklar sebelum diaktifkan
selalu berada pada posisi CLOSE (tertutup)
2. Normally Open (NO) yaitu kondisi awal saklar sebelum diaktifkan
selalu berada di posisi OPEN (terbuka)

Macam-macam Relay berdasarkan jumlah terminal/kaki nya

Dilihat dari jumlah kaki atau terminalnya, relay juga mengalami perkembangan.
Setidaknya ada 5 jenis relay yang dibedakan dari jumlah terminal antara lain.
 Relay 3 kaki, relay ini memiliki tiga terminal antara lain terminal 30
sebagai sumber arus, 87 sebagai penghubung beban, dan 86 sebagai
control relay. Sementara terminal 85 sudah tersambung ke terminal 30
didalam relay, untuk pengaturan kinerja relay dilakukan dari control masa
terminal 86 relay.
 Relay 4 kaki, relay yang menjadi dasar relay ini dipakai pada rangkaian
kelistrikan beban tunggal seperti klakson dan foglamp. relay ini memiliki
kontrol power dari terminal 85 untuk mengatur kapan relay hidup.
 Relay 5 kaki, relay ini juga sebenarnya sama seperti relay 4 kaki hanya
saja ada terminal 87a sebagai output kedua, dengan kata lain ada dua
buah output pada relay ini. Hal itu memungkinkan suatu rangkaian dengan
beban ganda bisa dijalankan melalui satu relay. Contoh relay ini ada pada
rangkaian headlam (low and High), dan Stop lamp (tail and Brake).
 Relay 8 kaki, relay ini memang jarang ditemukan pada rangkaian
kelistrikan mobil. Adapun relay ini memungkinkan ada dua perintah saklar
pada sebuah relay.

Cara Kerja Relay Pada Rangkaian Kelistrikan


1. Relay 3 kaki

Kontrol pada relay 3 kaki terletak pada terminal 86 yang harusnya


terhubung dengan masa karena terminal 85 sudah berhubungan langsung
dengan 30 (Positip Bateray). Memang terminal 86 terhubung dengan masa
namun sebelum menyentuh masa aliran listrik akan dialirkan pada sebuah
saklar kelistrikan.
Misal pada rangkaian horn atau klakson, maka arus dari baterai masuk ke
terminal 30 relay. Didalam terminal 30 arus akan disalurkan ke kontak relay
dan ke solenoid yang terletak dibawah kontak. Output dari solenoid yakni
terminal 86 terminal dihubungkan ke saklar klakson didalam kabin, baru
setelah itu rangkaian terhubung dengan masa.

Jika klakson ditekan maka terminal 86 terhubung dengan masa, hal itu akan
menimbulkan kemagnetan pada solenoid. Kemagnetan tersebut akan menarik
kontak relay sehingga terminal 85 dan 87 terhubung.

2. Relay 4 kaki

Untuk relay 4 kaki biasanya dipakai untuk kontrol positif pada rangkaian
kelistrikan beban tunggal. Contohnya rangkaian foglamp, arus dari baterai
masuk ke terminal 30 relay dan terhubung ke kontak relay. Pada sisi lain,
saklar foglamp akan mengirimkan arus masuk ke terminal 85 relay dan
terminal 86 relay sudah terhubung ke masa secara default.

Sehingga ketika saklar fog lamp dihidupkan akan membuat kemagnetan


didalam solenoid yang menarik kontak relay sehingga terminal 30 dan 87
terhubung. Dan hasilnya timbul aliran listrik ke beban dalam hal ini lampu fog.

3. Relay 5 kaki
Pada relay 5 kaki, ada dua buah output. Output 87a akan terhubung dengan
terminal 30 relay saat relay mati, hal itu membuat ketika ada arus yang
mengalir ke terminal 30 maka terminal 87a juga akan mengalirkan arus.
Biasanya, pada rangkaian ini terminal 30 tidak tersambung langsung ke
baterai tapi ada kontrol lain misal pengaruh ignition.

Kita ambil contoh stop lamp. Ketika saklar dihidupkan, maka akan timbul aliran
arus dari terminal 30 ke terminal 87a sehingga lampu tail hidup.

Saat rem ditekan, maka terminal 85 akan mengirmkan arus ke solenoid


sehingga terjadi kemagnetan dan terjadilah canging, kontak pada relay
berpindah dari 87a ke terminal 87 akibat tarikan magnet solenoid. Hal itu
membuat aliran arus berganti melalui terminal 87, terminal 87 akan langsung
menghubungkan arus ke lampu rem yang memiliki sinar lebih terang.

Macam-macam relay berdasarkan jumlah pole dan thrownya

Pada relay juga terdapat pole dan throw. Pole artinya yaitu
banyaknya kontak yang dimiliki oleh relay, sedangkan throw artinya
banyaknya kondisi yang dimiliki oleh kontak point.
Pole dan throw merupakan titik dimana saklar di dalam relay ini terhubung dan
terputus. Saat ini terdapat 4 macam relay jika dibagi berdasarkan jumlah pole dan
thrownya, perhatikan seperti pada gambar dibawah ini:
1. Single Pole Single Throw (SPST) : Relay ini memiliki 4 Terminal,
Terminal untuk Kontak Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
2. Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay ini memiliki 5 Terminal,
Terminal untuk Kontak Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
3. Double Pole Single Throw (DPST) : Relay ini memiliki 6 Terminal,
diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Kontak
Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat
dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
4. Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2
pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil.
Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Untuk 2 tipe terakhir, umumnya banyak digunakan pada mikrokomputer kendaraan
dan tidak terlalu nampak digunakan secara langsung pada rangkaian kelistrikan di
mobil

CARA KERJA RELAY


Secara umum relay memiliki 4 komponen penting yaitu kontak saklar, pegas,
armature (penghubung) dan coil. Perhatikan pada gambar dibawah berikut
Pada gambar diatas, koil yang berupa kumparan (lilitan kawat) berfungsi untuk
mengendalikan gerak dari armature.

Apabila Kumparan koil (+ dan -) diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya
Elektromagnet berupa medan magnet di sekeliling kumparan tersebut. Medan
magnet kemudian menarik Armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya (A)
ke posisi baru (B) sehingga arus listrik akan langsung mengalir dari Source
menuju ke Beban.

Ketika arus listrik yang mengalir di dalam kumparan (koil) di putus, maka medan
magnet yang ada di kumparan akan langsung menghilang. Akibatnya pegas akan
menarik armature hingga kembali menyentuh Stopper. Akibatnya arus listrik yang
berasal dari Source menuju ke beban juga akan terputus dengan sendirinya.

Berikut contoh gambar rangkaian sederhana relay 4 kaki di mobil untuk Klakson

FUNGSI RELAY
Bisa dipastikan bahwa hampir semua komponen kelistrikan mobil menggunakan
relay, seperti contohnya pada rangkaian lampu mobil, rangkaian starter motor,
motor wiper, klakson, air conditioner, radio tape, dan lain-lain.

Penggunaan relay pada rangkaian-rangkaian sistem kelistrikan dimobil tersebut


bukan tanpa tujuan, pasalnya, pada beberapa rangkaian sistem kelistrikan mobil
ada yang menggunakan listrik dengan arus yang sangat besar contohnya pada
sistem Stater Motor.

Selain untuk arus besar, ada juga relay yang digunakan untuk melayani
komponen listrik yang membutuhkan listrik arus sedang namun dalam waktu
yang cukup lama, contohnya pada rangkaian lampu headlamp, radio ataupun AC
yang umumnya akan menimbulkan panas pada rangkaian.
Berikut adalah beberapa fungsi relay pada rangkaian kelistrikan dimobil.
1. Relay berfungsi sebagai saklar magnet
2. Relay berfungsi pengaman rangkaian saklar
3. Relay berfungsi sebagai pengendali logika
4. Relay berfungsi sebagai pengendali rangkaian tegangan tinggi

Pada penerapannya dibawah ini beberapa fungsi dari relay pada Kendaraan.

1. Sebagai Saklar atau Switch Elektromagnetik

Pemasangan relay pada mobil dapat difungsikan sebagai saklar atau


elektromagnetik  switch yang kerjanya dikendalikan oleh magnet listrik. Cara kerja
dari relay adalah bagian kumparan menghasilkan gaya magnet saat sedang
dialiri oleh arus listrik yang melalui terminal 85 dan 86. Sedangkan terminal 30
dan 87 dihubungkan saat kemagnetan menarik pada bagian kontak point.

2. Memperpanjang Usia Saklar

Dengan menggunakan relay pada sistem kelistrikan mobil anda yang


membutuhkan arus listrik yang besar, maka arus listrik tersebut tidak akan
melewati saklar kembali setelah pemasangan relay. Saklar hanya digunaklan
untuk membangkitkan induksi magnet yang ada pada relay, sedangkan arus nya
akan dialirkan dari baterai menuju ke beban yaitu lampu, kompresor AC, horn,
dan lainnya. Dengan kondisi tersebut, maka bisa meminimalisir bunga api yang
sering terjadi di dalam saklar atau switch. Sehingga membuat saklar lampu tidak
mudah rusak dan awet dalam penggunaan.

3. Membuat Nyala Lampu Lebih Terang

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pemasangan relay lampu membuat nyala


lampu menjadi lebih terang. Komponen relay akan menguatkan arus listrik yang
menuju bagian lampu, sehingga membuat nyalam lampu menjadi lebih terang.

4. Mengurangi Hambatan Arus/Menaikkan Arus

Dengan tambahan relay pada mobil anda maka akan membuat daya dari baterai
akan diterima langsung oleh beban seperti lampu, klakson, dan lainnya tanpa
harus melewati saklar. Sehingga penambahan relay akan memperndek rangkaian
yang akan membuat arus listrik tidak akan berkurang atau melemah. Hal ini juga
akan berkaitan dengan nyala lampu yang menjadi lebih terang serta nyala
klakson yang lebih nyaring.

5. Melindungi Saklar Kombinasi

Fungsi lainnya dari pemasangan relay adalah dapat digunakan untuk melindungi
saklar kombinasi atau switch dari panas mobil. Hal ini akan mencegah saklar
lampu menjadi tidak meleleh akibat panas yang ada.

6. Membuat Kunci Pengaman

Fungsi relay pada mobil lainnya adalah dapat digunakan untuk membuat kunci
pengamanan. Pemasangan relay tersebut menggunakan prinsip kerja yaitu
memutus serta menghubungkan saklar dengan arus listrik yang berukuran lebih
kecil.
Penyebab Relay Lampu Mobil Panas
Di dalam mobil terdapat sistem kelistrikan yang terdiri dari rangkaian
panjang. Ada berbagai komponen di dalamnya dengan fungsi berbeda-beda.
Secara umum, hampir sebagian besar rangkaian tersebut menggunakan sekring
dan relay. 

Cara memasang relay lampu mobil memang tidak mudah, terutama pada


rangakaian relay lampu yang belum tersusun. Sambungkan kabel relay dengan
saklar supaya lampu semakin terang. 

Namun, jika daya listrik yang dibutuhkan cukup besar, ketika pemasangan
dilakukan permasalahan bisa muncul pada kemudian waktu seperti relay lampu
yang tiba-tiba panas. Apa saja penyebab relay lampu mobil panas?

Relay lampu mobil yang mengalami panas secara berlebih tentu saja tidaklah
baik. Jika hal ini terjadi berarti ada masalah yang terdapat di dalam rangkaian
tersebut. Untuk mengetahui lebih dalam lagi, simak rangkumannya di bawah ini.

1. Daya Bohlam Terlalu Besar

Setiap bohlam lampu memiliki daya yang berbeda-beda. Tentunya ada ukuran
standar yang bisa dipakai di dalam sebuah mobil. Namun ketika AutoFamily
mengganti lampu bawaan pabrik dengan daya yang lebih besar, maka bisa
menyebabkan relay lampu mobil panas. 

Contohnya dengan mengganti lampu mobil daya 55/60 watt dengan 90/100 watt.
Sebenarnya tidak masalah jika ingin diganti. Namun karena daya yang
dibutuhkan jauh lebih besar, harus ada komponen lain yang wajib diganti agar
pemberian daya tetap optimal tanpa membuat relay menjadi panas.

2. Kualitas Relay Tidak Terlalu Baik


Relay memiliki berbagai merek dan jenis. Ada yang kualitasnya prima, tapi ada
versi kurang baik atau biasa saja. 
Kalau relay kualitasnya baik, tentu tidak akan mengalami kerusakan dalam
jangka waktu yang lama. Sebaliknya, ketika kualitas relay kurang baik, masalah
seperti panas berlebih bisa muncul.
Untuk melihat kualitas relay yang tidak terlalu baik bisa dengan memperhatikan
fisiknya. Biasanya terbuat dari bahan plastik yang tidak kokoh, bukan merek
meyakinkan, atau bahkan dari sisi harga juga terlalu murah. Ketika digunakan
maka tinggal menunggu waktu sampai mendapatkan masalah. 

3. Ada Penambahan Beban Relay

Ingin menambahkan aksesoris kelistrikan lain di dalam mobil? Hati-hati ada


penambahan beban relay yang bisa membuat jumlah arus listrik menjadi
kelebihan beban. Lama kelamaan sudah pasti menjadi panas dan bisa
berbahaya untuk mobil Anda.

4. Pemasangan Kendor

Pemasangan socket relay yang kendor atau tidak kencang juga bisa menjadi
penyebab awal dari masalah panas berlebih. Semua komponen kelistrikan di
dalam sistem harus kencang dan tidak boleh longgar.
Namun saat ada yang longgar, maka akan terjadi lonjakan aliran listrik. Efeknya
adalah kenaikan panas dari bagian tersebut. Hal ini akan merembet ke
keseluruhan relay mapu yang memanas.

5. Ukuran Kabel Relay Terlalu Besar

Kabel relay bisa menyebabkan masalah ini muncul karena terlalu besar. Kalau
terlalu kecil pun juga berbahaya karena bisa muncul efek terbakar. 

Jangan berpikir bahwa kabel yang lebih besar itu pasti aman. Aliran beban listrik
akan menjadi terlalu besar. Padahal relay dan sekring menjadi komponen paling
lemah karena harus menahan beban aliran listrik yang terus mengalir.
6. Tidak Memilih dengan Selektif

Jika Anda ingin memasang relay lampu mobil tambahan, sebaiknya jadilah orang
yang selektif. Pilih jenis socket lampu, ukuran kabel untuk dipasang, dan merek
relay lampu yang tepat. Kalau Anda memilih secara asal-asalan, sudah pasti bisa
menjadi salah satu penyebab relay lampu mobil panas.

FLASHER

Flasher dan Jenis-jenisnya

Flasher merupakan salah satu komponen kelistrikan tanda belok yang ada
dikendaraan. Flasher berfungsi untuk mensuplay arus ke lampu yang
berubah-ubah sehingga menghasilkan nyala lampu yang berkedip-kedip.

Untuk macam-macam flasher sendiri, antara lain

1. Flasher tipe bimetal


Gambar. Kontruksi flasher bimetal

Pada flasher jenis bimetal ini, konsep cara kerjanya hampir sama dengan
prinsip cara kerja pada komponen time delay switch, kecuali pada saat
pemutusan aliran arus. Pemutusan arus kontak ini memanfaatkan bimetel, jika
arus tidak mengalir maka bimetal menjadi dingin sedangkan saat dialiri arus
bimetal akan menjadi panas. Cara kerja dari flasher bimetal ini adalah ketika
bimetal menjadi dingin, kontak akan terhubung dan ketika bimetal terhubung
maka arus akan mengalir kembali serta proses pemanasannya pun juga
dimulai kembali. Pemanasan serta pendinginan bimetal yang menyebabkan
kontak terputus dan terhubung kembali sehingga arus yang mengalir pada
flasher juga akan putus hubung. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membentuk
nyala lampu tanda belok atau lampu sein untuk berkedip selama sistem
bekerja.

Gambar. Cara kerja flasher bimetal


2. Flasher Tipe Transistor
Sistem tanda belok dengan menggunakan flasher tipe transistor ini
merupakan tipe flasher yang pengontrolan kontaknya tidak lagi secara
mekanik lagi, tetapi pegontrolannya sudah dilakukan secara elektronik. Sistem
ini menggunakan komponen multivibrator oscillator yang digunakan untuk
menghasilkan signal pulsa (denyutan) ON-OFF yang kemudian akan
diarahkan ke flasher (turn signal relay) melawati amplifier (penguat listrik).
Selanjutnya flasher akan menghidup-matikan lampu tanda belok agar lampu
tersebut berkedip.

Gambar. Flasher transistor
3. Flasher tipe kapasitor

Gambar. Rangkaian flasher kapasitor

Flasher tipe kapasitor juga merupakan flaser elektronik, cara kerja flasher tipe
kapasitor ini yaitu pada saat kunci kontak dihubungkan, namun saklar lampu
sein masih dalam posisi ‘off”, arus akan mengalir ke terminal L2 melalui plat
kontak P kemudian akan mengisi kapasitor. Setelah saklar lampu sein
diarahkan ke salah satu lampu, arus kemudian juga mengalir ke L1 terus ke
lampu tanda belok sehingga lampu menyala. Saat ini L1 menjadi magnet

Gambar. Kumparan L1 menjadi magnet

Sesaat setelah kumparan L1 menjadi magnet, plat kontak (contact point) P


terbuka, sehingga arus yang mengalir ke lampu kecil karena melewati tahanan
R. Plat kontak tetap dalam kondisi terbuka selama kumparan L2 masih
menjadi magnet yang diberikan oleh kapasitor sampai muatan dalam
kapasitor habis

Gambar. L2 menjadi magnet untuk menahan kontak point tetap terbuka


sampai muatan kapasitor habis

Setelah muatan kapasitor habis, kemagnetan pada kumparan akan hilang


sehingga plat kontak akan menutup kembali. Arus yang besar mengalir
kembali ke lampu sehingga lampu akan menyala dan juga terjadi pengisian ke
dalam kapasitor. Begitu seterusnya proses ini berulang sehingga lampu tanda
belok berkedip.
Cara baca flasher ini mudah sekali,tinggal liat saja pada casingnya maka biasanya ada
tulisan speknya,seperti Flasher Mitsuba yang menjadi vendor pabrikan jepang misalnya
tertulis 12,8 Volt dan kedipanya 85 per menit lalu spek flasher tersebut digunakan untuk
2 lampu dengan daya 10 watt.

Lalu jika menemui spek flasher  10W x 2 + 3,4 W.. itu artinya  flasher tersebut di gunakan
untuk bohlam sein sein dengan daya 10 watt + 3,4 watt di bohlam indikator spidometer.

Anda mungkin juga menyukai