Anda di halaman 1dari 4

Diva Reftiyana 20030204045

Salis Zuhroh Sahadah 20030204054

SEDEKAH BUMI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DI SURABAYA

A. PENDAHULUAN

Kearifan lokal merupakan kegiatan-kegiatan positif yang bernuansa melindungi dan


melestarikan lingkungan hidup dan dapat dilakukan secara individual atau kelompok
masyarakat tertentu yang bersifat lokal atau kedaerahan. Upacara adat merupakan salah satu
bentuk kearifan lokal yang dilakukan secara rutin sebagai rasa syukur, menghormati atau
penghormatan kepada para leluhur, serta merupakan tradisi yang turun temurun untuk
diwariskan kepada anak dan cucu kelak. Upacara adat juga merupakan salah satu tradisi
masyarakat tradisional yang masih dianggap memiliki nilai-nilai ritual, sosial, dan budaya.
Selain sebagai usaha manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur, upacara
adat juga merupakan perwujudan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif
terhadap alam atau lingkungannya dalam arti luas.
Surabaya sebagai salah satu daerah di Jawa yang kental akan tradisi, juga memiliki
kearifan lokal yang masih dilestarikan sampai saat ini. Kearifan lokal tersebut adalah Sedekah
Bumi. Di Surabaya, sedekah bumi umum dilakukan oleh masyarakat agraris untuk
mensyukuri hasil pertanian yang didapatkan atau melimpah. Upacara sedekah bumi
dipersembahkan kepada penguasa pertanian, dewi kesuburan yaitu Dewi Sri. Karena
pengaruh Islam, tradisi tersebut tetap dilakukan hanya arahnya bukan lagi kepercayaan kepada
Dewi Sri, tetapi kepercayaan dan rasa syukur kepada Allah SWT.
Manusia dapat melakukan sebuah tindakan sebagai wujud dari balas budi atau timbal
balik yang positif pada lingkungan (alam) tempat manusia mencari penghidupan.(Sulaeman,
1998: 13). Hal ini sangat sesuai dengan tujuan dilaksanakannya upacara adat sedekah bumi di
Surabaya. Selain manusia memanfaatkan fasilitas (alam) yang telah Allah SWT berikan, maka
hendaklah manusia memberikan timbal balik atas apa yang diperolehnya berupa tindakan
positif terhadap alam dan lingkungan sebagai tempat manusia mencari penghidupan.

a. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melestarikan kearifan lokal Sedekah Bumi di Surabaya.
2. Untuk mengetahui hubungan upacara adat dengan konservasi SDA di Surabaya.
3. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya Sedekah Bumi di Surabaya.

b. Manfaat
1. Dapat melestarikan kearifan lokal Sedekah Bumi yang ada di Surabaya.
2. Dapat mengetahui hubungan upacara adat dengan konservasi SDA di Surabaya.
3. Mengetahui tujuan dan makna dilaksanakannya upacara adat Sedekah Bumi yang
ada di Surabaya.
B. GAGASAN

a. Kondisi terkini
Kota Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan setelah Jakarta, ternyata masih
terdapat upacara ritual seperti sedekah bumi. Tumpeng merupakan salah satu hal yang
harus ada dalam upacara tersebut yang berisi nasi lengkap dengan berbagai lauk pauk,
sayur mayur dan lain-lainnya, yang ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
gunung, oleh karenanya disebut pula gunungan. Gunungan dalam bentuk lain juga bisa
berupa berbagai hasil bumi mulai dari jenis sayur mayur seperti terong, kacang panjang,
tomat, wortel, kubis, bawang, cabai, dan lain-lain, juga jenis buah-buahan seperti pisang,
jeruk, mangga, apel, semangka, melon, dan lain-lain yang ditata sedemikian rupa
menyerupai bentuk gunung.
Pada perkembangan zaman yang terus maju, areal persawahan sebagai lahan ekonomi
para petani semakin terkikis dan sempit oleh karena semakin banyaknya pembangunan
baik di bidang industri maupun pembangunan rumah masyarakat khas perkotaan yang
semakin padat.
Zaman yang semakin modern berdampak pada terkikisnya nilai-nilai tradisi lokal.
Meskipun menghadapi zaman yang semakin modern yang tentu berdampak pada semakin
padatnya pembangunan pembangunan yang semakin mengikis areal persawahan, namun
tidak menyurutkan niat masyarakat di Surabaya untuk melakukan ritual sedekah bumi.
Tradisi sedekah bumi tersebut telah dilaksanakan secara turun-temurun dan dapat
dibuktikan dengan adanya pelaksanaan ritual sedekah bumi di Kota Surabaya di era
globalisasi seperti sekarang.
Menurut hasil survey kami, sebanyak 5 orang yang rata – rata berumur diatas 17 tahun,
60 % atau 3 orang dari mereka mengetahui mengenai Sedekah Bumi dan 40% atau 2
orang sisanya tidak mengetahui mengenai Sedekah Bumi. Dari 3 orang yang mengetahui
Sedekah Bumi, sebanyak 2 orang lah yang pernah mengikuti Sedekah Bumi. Hal tersebut
terlihat pada diagram hasil survey di bawah ini.

Selain itu, ternyata di tempat tinggal 3 dari 5 orang tersebut tidak pernah diadakan
acara Sedekah Bumi. Hal ini dapat menjadi ancaman punahnya kearifan lokal Sedekah
Bumi di masyarakat.

b. Solusi yang pernah diterapkan


1. Mengenalkan sedekah bumi kepada generasi muda
2. Mengajak semua orang terutama generasi muda untuk ikut berpartisipasi dalam
acara sedekah bumi
3. Selalu melaksanakan upacara sedekah bumi setiap tahunnya
c. Pihak – pihak yang dipertimbangkan
Pihak – pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan di atas adalah
seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda di Surabaya karena sebuah tradisi
itu milik masyarakat yang sudah diadakan secara turun temurun untuk tetap menjaga
keberadaan lahan pertanian subur di Surabaya, maka dari itu sudah seharusnya
masyarakat yang menciptakan harus turut serta menjaga, mempertahankan, dan
melestarikan.
Orang tua berperan untuk memberikan pengajaran mengenai kearifan lokal Sedekah
Bumi terhadap anak – anaknya dengan cara mengajak mereka ikut serta dalam kegiatan
sedekah bumi. Sementara, generasi muda berperan untuk melestarikan kearifan lokal
tersebut agar tidak terkikis oleh zaman.

d. Langkah – langkah strategis


Langkah – langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan
gagasan di atas adalah dengan menerapkan solusi – solusi yang pernah diterapkan
sebelumnya dan semua masyarakat harus ikut serta mengimplementasikan karena tradisi
tersebut milik masyarakat. Masyarakat yang menciptakan, maka dari itu mereka juga
yang harus menjaga, mempertahankan, dan melestarikannya.

KESIMPULAN
Cara melestarikan kearifan lokal Sedekah Bumi adalah dengan mengenalkan dan mengajak
semua masyarakat untuk ikut serta dalam acara sedekah bumi yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Generasi muda harus diperkenalkan dengan sedekah bumi karena merekah adalah kunci utamanya
agar kearifan local sedekah bumi tersebut tidak terkikis seiring berkembangnya zaman.

Kota Surabaya saat ini telah kehilangan sebagaian besar lahan pertanian karena sebagian
besar lahan telah berubah menjadi perumahan, perkantoran ataupun bangunan-bangunan lainnya di
zaman yang semakin modern ini, namun upacara adat sedekah bumi tetap dilakukan oleh beberapa
masyarakat Surabaya untuk tetap menjaga keberadaan lahan atau tanah subur, dan juga SDA
pertanian sehingga masyarakat di Surabaya tetap bisa merasakan hasil bumi dari kegiatan pertanian
yang dilakukan. Tujuan diadakannya upacara adat sedekah bumi sendiri sebenarnya adalah untuk
mengingatkan masyarakat secara umum untuk menghargai bumi (alam), sebab bumi adalah
kehidupan tempat manusia tinggal dan mencari makan.

Kearifan lokal sedekah bumi dilatarbelakangi dari sebuah makna yang mengartikan bahwa
sedekah bumi berarti memberikan sesuatu kepada bumi atas limpahan rahmat dan rezeki. Tujuan dari
pelaksanaan sedekah bumi adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arinda, Ichmi Yani. 2014. Sedekah Bumi (Nyadran) Sebagai Konvensi Tradisi Jawa Dan Islam
Masyarakat Sraturejo Bojonegoro. El Harakah. 16(1): 103 – 105.

Lestari, Evi Dwi. dkk. 2018. Tradisi Sedekah Bumi Dalam Pelestarian Budaya Lokal Di Dusun
Wonosari Desa Terbang Kacang. Universitas Tanjungpura.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/28150/75676578271. Diakses 20
Maret 2021.

Maridi, M., 2015. Mengangkat budaya dan kearifan lokal dalam sistem konservasi Tanah dan Air.
In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 12, No. 1, pp. 20-39).

Tajuddin, R., 2015. Perubahan Tradisi Ritual Sedekah Bumi di Kota Metropolitan Surabaya:
Analisa Perubahan Tradisi Ritual Sedekah Bumi di Dusun Jeruk Kelurahan Jeruk
Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya Tahun 1990-2014. Avatara, 3(3).

Karim, A., Darmawan, A. and Jupriono, J., 2020. MAKNA UPACARA ADAT SEDEKAH BUMI DI
KELURAHAN MADE KECAMATAN SAMBIKEREP SURABAYA (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA).

Anda mungkin juga menyukai