A. PENDAHULUAN
a. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melestarikan kearifan lokal Sedekah Bumi di Surabaya.
2. Untuk mengetahui hubungan upacara adat dengan konservasi SDA di Surabaya.
3. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya Sedekah Bumi di Surabaya.
b. Manfaat
1. Dapat melestarikan kearifan lokal Sedekah Bumi yang ada di Surabaya.
2. Dapat mengetahui hubungan upacara adat dengan konservasi SDA di Surabaya.
3. Mengetahui tujuan dan makna dilaksanakannya upacara adat Sedekah Bumi yang
ada di Surabaya.
B. GAGASAN
a. Kondisi terkini
Kota Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan setelah Jakarta, ternyata masih
terdapat upacara ritual seperti sedekah bumi. Tumpeng merupakan salah satu hal yang
harus ada dalam upacara tersebut yang berisi nasi lengkap dengan berbagai lauk pauk,
sayur mayur dan lain-lainnya, yang ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
gunung, oleh karenanya disebut pula gunungan. Gunungan dalam bentuk lain juga bisa
berupa berbagai hasil bumi mulai dari jenis sayur mayur seperti terong, kacang panjang,
tomat, wortel, kubis, bawang, cabai, dan lain-lain, juga jenis buah-buahan seperti pisang,
jeruk, mangga, apel, semangka, melon, dan lain-lain yang ditata sedemikian rupa
menyerupai bentuk gunung.
Pada perkembangan zaman yang terus maju, areal persawahan sebagai lahan ekonomi
para petani semakin terkikis dan sempit oleh karena semakin banyaknya pembangunan
baik di bidang industri maupun pembangunan rumah masyarakat khas perkotaan yang
semakin padat.
Zaman yang semakin modern berdampak pada terkikisnya nilai-nilai tradisi lokal.
Meskipun menghadapi zaman yang semakin modern yang tentu berdampak pada semakin
padatnya pembangunan pembangunan yang semakin mengikis areal persawahan, namun
tidak menyurutkan niat masyarakat di Surabaya untuk melakukan ritual sedekah bumi.
Tradisi sedekah bumi tersebut telah dilaksanakan secara turun-temurun dan dapat
dibuktikan dengan adanya pelaksanaan ritual sedekah bumi di Kota Surabaya di era
globalisasi seperti sekarang.
Menurut hasil survey kami, sebanyak 5 orang yang rata – rata berumur diatas 17 tahun,
60 % atau 3 orang dari mereka mengetahui mengenai Sedekah Bumi dan 40% atau 2
orang sisanya tidak mengetahui mengenai Sedekah Bumi. Dari 3 orang yang mengetahui
Sedekah Bumi, sebanyak 2 orang lah yang pernah mengikuti Sedekah Bumi. Hal tersebut
terlihat pada diagram hasil survey di bawah ini.
Selain itu, ternyata di tempat tinggal 3 dari 5 orang tersebut tidak pernah diadakan
acara Sedekah Bumi. Hal ini dapat menjadi ancaman punahnya kearifan lokal Sedekah
Bumi di masyarakat.
KESIMPULAN
Cara melestarikan kearifan lokal Sedekah Bumi adalah dengan mengenalkan dan mengajak
semua masyarakat untuk ikut serta dalam acara sedekah bumi yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Generasi muda harus diperkenalkan dengan sedekah bumi karena merekah adalah kunci utamanya
agar kearifan local sedekah bumi tersebut tidak terkikis seiring berkembangnya zaman.
Kota Surabaya saat ini telah kehilangan sebagaian besar lahan pertanian karena sebagian
besar lahan telah berubah menjadi perumahan, perkantoran ataupun bangunan-bangunan lainnya di
zaman yang semakin modern ini, namun upacara adat sedekah bumi tetap dilakukan oleh beberapa
masyarakat Surabaya untuk tetap menjaga keberadaan lahan atau tanah subur, dan juga SDA
pertanian sehingga masyarakat di Surabaya tetap bisa merasakan hasil bumi dari kegiatan pertanian
yang dilakukan. Tujuan diadakannya upacara adat sedekah bumi sendiri sebenarnya adalah untuk
mengingatkan masyarakat secara umum untuk menghargai bumi (alam), sebab bumi adalah
kehidupan tempat manusia tinggal dan mencari makan.
Kearifan lokal sedekah bumi dilatarbelakangi dari sebuah makna yang mengartikan bahwa
sedekah bumi berarti memberikan sesuatu kepada bumi atas limpahan rahmat dan rezeki. Tujuan dari
pelaksanaan sedekah bumi adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arinda, Ichmi Yani. 2014. Sedekah Bumi (Nyadran) Sebagai Konvensi Tradisi Jawa Dan Islam
Masyarakat Sraturejo Bojonegoro. El Harakah. 16(1): 103 – 105.
Lestari, Evi Dwi. dkk. 2018. Tradisi Sedekah Bumi Dalam Pelestarian Budaya Lokal Di Dusun
Wonosari Desa Terbang Kacang. Universitas Tanjungpura.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/28150/75676578271. Diakses 20
Maret 2021.
Maridi, M., 2015. Mengangkat budaya dan kearifan lokal dalam sistem konservasi Tanah dan Air.
In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 12, No. 1, pp. 20-39).
Tajuddin, R., 2015. Perubahan Tradisi Ritual Sedekah Bumi di Kota Metropolitan Surabaya:
Analisa Perubahan Tradisi Ritual Sedekah Bumi di Dusun Jeruk Kelurahan Jeruk
Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya Tahun 1990-2014. Avatara, 3(3).
Karim, A., Darmawan, A. and Jupriono, J., 2020. MAKNA UPACARA ADAT SEDEKAH BUMI DI
KELURAHAN MADE KECAMATAN SAMBIKEREP SURABAYA (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA).