Anda di halaman 1dari 3

ASRI FATHIANIHAYATI (12317244026) P.

BIOLOGI INTER

TRADISI RUWAT BUMI DI DESA GUCI KAB. TEGAL


Ketika memasuki bulan muharram tiba, pada penanggalan islam yang disebut
pula sebagai tahun baru islam. Di objek wisata guci, kecamatan bumijawa, kabupaten
tegal menyelenggarakan upacara adat sedekah bumi atau yang disebut sebagai ruwat
bumi. Perwujudan diadakannya ruwat bumi tidak lepas dari pewarisan adat nenek
moyang terdahulu yang diturunkan dan dilestarikan, sebab pula mengandung nilai yang
penting bagi arti dari asal mula sejarah terbentuknya desa guci tersebut.
Asal mula diadakannya ruwat bumi merupakan gagasan dari nenek moyang
dahulu yang pertama kali menemukan desa Kaputihan. Kaputihan berarti yang belum
tercemar atau masih suci, yang berarti daerah Kaputihan belum tercemar oleh agama
dan peradaban lain. Istilah Kaputihan pertama kali yang memperkenalkan adalah Beliau
yang dikenal dengan Kyai Ageng Klitik (Kyai Klitik) yang nama sesungguhnya adalah
Raden Mas Arya Hadiningrat asal dari Demak. Setelah Beliau Kyai Klitik menetap dan
tinggal cukup lama di Lereng Gunung Slamet (kampung Kaputihan) maka banyak
warga yang berdatangan dari tempat lain sehingga kampung Kaputihan menjadi ramai.
Suatu ketika datanglah Syech Elang Sutajaya utusan Sunan Gunungjati (Syeh Syarief
Hidayatulloh) dari pesantren Gunungjati Cirebon untuk syiar islam
Pada saat itu kampung keputihan sedang dilanda wabah pageblug seperti
banyak tanah longsor dan penyakit gatal gatal (gudigen, bahasa setempat) sehinggan
Kyai Elang Sutajaya mengajak R.Aryo Wiryo dan warganya untuk munajat kepada
Alllah SWT dengan Ritual yang sekarang dikenal dengan ruwat bumi dengan
menyembelih kambing Kendit dan menyajikan hasil bumi seperti Pala Pendem dan
sayur mayur yang akan disedekahkan kepada fakir miskin dan acara ritual tersebut
terjadi pada bulan Asyuro atau bulan Mukharom dan turun temurun sampai sekarang.
Pada saat munajat atau dalam adat sekarang adalah tasyakuran Tahlilan dan
Manaqib kala itu kanjeng Sunan Gunungjati berkenan hadir secara ghoib dan
memberikan sebuah guci Sakti yang sudah diisi dengan doa kanjeng Sunan agar supaya
penduduk Kampung Keputihan yang terjangkit wabah gatal segera meminum air guci
tersebut dan pojok pojok Kampung Keputihan agar di percikkan air Guci tersebut
untuk menghilangkan kerusakan akibat bencana alam sehingga pada saat R.Aryo Wiryo
berkeliling bersama Kyai Elang Sutajaya beliau menemukan sumber mata air panas
dibawah sebuah Gua yang sekarang terkenal dengan nama pancuran 13. Adapun Guci

ASRI FATHIANIHAYATI (12317244026) P.BIOLOGI INTER

Sakti tersebut ditempatkan disebuah dukuh tempat R.Aryo Wiryo biasa semedi, daerah
tersebut sekarang dikenal dengan nama Telaga Ada di dukuh Engang desa Guci,
sehingga karena kekeramatan guci tersebut maka Kampung Keputihan dapat pulih
kembali, bebas dari Pageblug. Untuk mengabadikan peristiwa tersebut maka Kampung
Keputihan diubah namanya menjadi Desa Guci.
Penyelenggaraan Upacara Adat Ruwat Bumi dilaksanakan di Obyek Wisata
Guci oleh masyarakat sekitar desa berupa persembahan sesaji hasil panen dan
memandikan kambing Kendit. Kegiatan diawali dengan arak-arakan hasil bumi ke
lapangan Objek Wisata Guci. Tua muda dan anak-anak berdatangan dengan membawa
beraneka sesaji yang berisi hasil bumi seperti nasi tumpeng, sayursayuran, buah, dan
palawija. Mereka berjalan kaki tidak lebih dari 2 kilometer. Saat arak-arakan diiringi
dengan tarian, pakaian adat, onde-ondel,iring-iringan alat musik seperti angklung,
marching band, kendang, kenceran, dan sebagainya. , mereka juga membawa dua ekor
kambing kendit. Dua ekor kambing kendit, begitu kambing ini disebut, juga diarak
keliling kampung dengan iringan alat musik tradisional seperti angklung, kendang dan
lainsebagainya.
Menurut Maulana (20 tahun) mantan putra Tegal tahun 2011 Makna dari
memandikan Kambing Kendit yang berwarna hitam putih merupakan simbol
kehidupan yang terus berputar dan merupakan simbol kasih sayang terhadap binatang
yang juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Kambing Kendit ini dimandikan di
Pancuran 13 dan kemudian diberi kembang setaman.
Prosesi dibuka dengan kesenian adat seperti tarian dari siswa sekolah dasar.
Pidato dari tokoh pemuka agama, adat, tokoh masyarakat, maupun dinas pemerintahan.
Selanjutnya dibacakan sejarah mengenai asal mula desa guci,pekandangan, dan rembul.
Kemudian ditutup dengan doa serta Acara ditutup dengan rebutan gunungan. Dan acara
pemandian hewan kambing kendit dimandikan di pancuran tiga belas sebelum
disembelih. Setelah disembelih Untuk bagian kepala, kaki, darah, dan lidah hewan akan
ditanam di dua desa, yakni Desa Rembul dan Desa Guci. Tradisi ruwat bumi itu sudah
berlangsung sejak bertahun- tahun dan dilakukan secara turun-temurun oleh warga yang
bermukim di sekitar Guci. warga Guci merasa bersyukur, selain tanah yang subur,
kesejahteraannya juga kian meningkat setiap tahunnya.

ASRI FATHIANIHAYATI (12317244026) P.BIOLOGI INTER

Teguh (44 tahun) seorang budayawan dari daerah Kabupaten Tegal mengatakan
tradisi ruwat bumi merupakan bentuk rasa syukur terhadapa Tuhan Yang Maha Esa
yang telah menganugerahkan rezeki kepada warga setempat berupa sumber daya alam
yang melimpah., selain itu ruwat bumi adalah tradisi yang perlu dilestarikan guna
mengingatkan terutama masyarakat setempat untuk mengingat awal mula desa Guci
terbentuk dan untuk meningkatkan daya tarik wisata Pemandian Air Panas Guci .
Adapun dalam masalah sosial, dapat diambil nilainya seperti nilai kebersamaan,
kegotong royongan, mempersatukan seluruh umat. Mengingatkan Sebagai generasi
muda juga dituntut untuk melestarikan kebudayaan dari leluhur kita.
Menurut pendapat saya sebagai generasi muda kegiatan ruwat bumi ini sangat
perlu untuk dilestarikan karena kegiatan ruwat bumi ini salah satu aset kebudayaan yang
ada di Indonesia , disamping itu ruwat bumi inipun mengajarkan kita tentang rasa
bersyukur kepada tuhan yang maha esa, rasa persatuan dan kesatuan , rasa gotong
royong , rasa saling menyayangi terhadap hewan sekalipun, selain itu kegiatan ruwat
bumi ni juga mengingatkan kita tentang awal terbentuknya asal mula nama desa guci.
Dengan demikian kita sebagai generasi muda harus mempertahankan apa yang leluhur
kita ajarkan kepada kita , karena manusia adalah makhluk beragama dan makhluk social
yang saling berdampingan baik dengan manusia maupun dengan makhluk hidup yang
lain , dan kitapun bisa lebih menghargai tanah air kita ini. Dengan kegiatan ruwat bumi
ini bisa juga sebagai daya tarik pariwisata kabupaten tegal itu sendiri. Jadi kegiatan
ruwat bumi ini bukan merupakan tradisi syirik karena kegiatan ini justru perwujudan
rasa syukur dan berbagi rezeki kepada semua orang. Kegiatan berebut hasil bumi pun
merupakan tradisi yang dapat menimbulkan rasa kebersamaan dan pula sebagai bentuk
kegembiraan masyarakat sekitar juga dapat diartikan betapa beruntungnya kita yang
dapat memperoleh bahan makanan tanpa harus berebut.
Kajian ilmiah dari tradisi ruwat bumi ini adalah Hilangnya penyakit gatal-gatal
sebenarnya bukan karna menyajikan hasil bumi dan memandikan kambing kendit di
pancuran 13 di Guci. Namun ketika seseorang yang menderita penyakit gatal-gatal dan
kemudian mandi di pancuran 13 dan penyakitnya sembuh dikarenakan kandungan
belerang yang ada pada sumber air panas Guci yang berasal dari Gunung Slamet.

Anda mungkin juga menyukai